Kyka-REFERAT JIWA
-
Upload
rizka-hannifa -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of Kyka-REFERAT JIWA
-
8/6/2019 Kyka-REFERAT JIWA
1/7
Definisi
Bunuh diri (suicide) adalah kematian yang diniatkan dan dilakukan oleh
seseorang terhadap dirinya sendiri dan disengaja.(a,b) Remaja adalah periode
kehidupan yang dimulai dengan timbulnya tanda-tanda seks sekunder dan berakhir
dengan berhentinya pertumbuhan somatik, secara kasar dari umur 11 hingga 19 tahun
(e)
Epidemiologi
Data dari World Health Organization (WHO) menyebutkan 90.000 atau lebih
remaja (10-19 tahun) menjadi korban percobaan bunuh diri setiap tahunnya dari total
4 juta percobaan bunuh diri. Di negara berkembang, angka bunuh diri pada remaja
laki-laki lebih besar 4 kali lipat dibanding perempuan. Di Jepang, angka bunuh diri
laki-laki usia 15-19 tahun meningkat dari 5 per 100.000 di tahun 1990 menjadi 9 per
100.000 di tahun 2003, sementara pada wanita meningkat dari 3 menjadi 5 untuk
periode waktu yang sama.(c) Terdapat peningkatan yang tetap pada angka bunuh diri
bagi orang Amerika berusia 15-19 tahun. Angka tersebut sekarang 13,6 per 100.000
untuk laki-laki dan 3,6 per 100.000 untuk perempuan. Lebih dari 5.000 orang remaja
melakukan bunuh diri setiap tahunnya di Amerika Serikat, yaitu satu setiap 90
menit.(d) Prevalensi bunuh diri pada populasi remaja di Amerika Serikat hingga
tahun 2002 adalah 11 per 100.000.(c) Tidak ada data yang jelas dan valid mengenai
prevalensi bunuh diri pada remaja di Indonesia.
Perubahan lingkungan sosial, perubahan sikap terhadap bunuh diri, dan
meningkatnya ketersediaan alat untuk bunuh diri dianggap berkontribusi terhadap
peningkatan angka bunuh diri. Angka bunuh diri tergantung pada usia, dan meningkat
secara bermakna setelah pubertas. Jumlah bunuh diri remaja pada beberapa dekade
terakhir telah meningkat sebanyak tiga sampai empat kali. Angka kejadian bunuh diri
-
8/6/2019 Kyka-REFERAT JIWA
2/7
pada remaja di beberapa negara tidak dilaporkan karena dikategorikan sebagai
kecelakaan atau tidak ada data sama sekali. (c,d)
Patofisiologi dan Faktor Risiko
Ciri universal pada remaja yang bunuh diri adalah ketidakmampuan mereka
untuk mendapatkan pemecahan terhadap suatu masalah dan tidak adanya strategi
mengatasi stressor yang segera.(c) Depresi menjadi faktor utama seseorang
melakukan bunuh diri, selain dari faktor-faktor yang lain.(d)
Faktor genetik
Faktor ini didasarkan pada penelitian risiko bunuh diri keluarga dan tingginya angka
kesesuaian untuk bunuh diri di antara kembar monozigot dibandingkan kembar
dizigotik. Walaupun risiko bunuh diri tinggi pada orang dengan gangguan mental
termasuk skizofrenia, gangguan depresif berat, dan gangguan bipolar Irisiko untuk
bunuh diri jauh lebih tinggi pada orang dengan riwayat keluarga dengan gangguan
mood dibandingkan dengan riwayat keluarga dengan skizofenia.(d)
Faktor biologis lain
Kadar serotonin (5-HT) dan metabolit utamanya, 5-hydroxyindoleacetic acid (5-
HIAA) yang rendah, ditemukan postmortem pada orang yang bunuh diri. Kadar 5-
HIAA yang rendah ditemukan dalam cairan serebrospinal orang depresi yang
berusaha bunuh diri dengan cara kekerasan; kadar 5-HIAA dapat turun akibat alcohol
dan zat psikoaktif lain. Hal ini kemungkinan meningkatkan kerentanan perilaku
bunuh diri pada orang yang sebelumnya telah terpredisposisi. Mekanisme hubungan
antara penurunan fungsi serotonergik dengan perilaku agresif atau bunuh diri tidak
diketahui, dan serotonin yang rendah mungkin hanya petanda kecenderungan agresi
dan bunuh diri, bukan suatu penyebab. Beberapa penelitian pada anak-anak dan
-
8/6/2019 Kyka-REFERAT JIWA
3/7
remaja menyatakan adanya suatu hubungan nonsupresi pada tes supresi deksametason
dan usaha bunuh diri yang potensial mematikan.(d)
Tabel 2.1 Faktor biologis lain yang berpengaruh terhadapbunuh diri (c)
Kadar 5-hydroxyindolacetic acid yang rendah dalam cairan serebrospinal
Perikatan imipramine dan platelet yang lemah
Kadar plasma kortisol nonsupresi setelah tes supresi deksametason
Aksis hipotalamik-pituitari-adrenal (HPA) yang abnormal
EEG tidur yang abnormal dengan penurunan REM (rapid eye movement)
Faktor sosial
Remaja rentan terhadap lingkungan yang kacau, penyiksaan, dan penelantaran.
Berbagai macam gejala psikopatologis daoat terjadi sekunder karena situasi rumah
yang penuh kekerasan dan penyiksaan. Perilaku agresif, menghancurkan diri sendiri,
dan bunuh diri tampaknya terjadi dengan frekuensi terbesar pada orang yang
mengalami kehidupan keluarga yang penuh dengan stress secara kronis. (d)
Tabel 2.2 Faktor risiko bunuh diri dan percobaan bunuh diri (c)
Depresi
Bully di sekolah
Homoseksualitas pada laki-lakiRiwayat bunuh diri satu keluarga
Riwayat kekerasan pada laki-laki
Psikosis dengan preokupasi bunuh diri
Agitasi akut atau iritabilitas
-
8/6/2019 Kyka-REFERAT JIWA
4/7
Riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya
Gangguan kepribadian berat (ambang atau antisosial)
Disfungsi atau kegagalan akademis
Riwayat kekerasan seksual atau fisikPenyalahgunaan zat
Akses mudah terhadap metode yang mematikan (e.g. senjata api, pisau)
Penerimaan moral atau etis bahwa bunuh diri sebagai opsi mengatasi stress berat
Kekacauan atau keributan di suatu komunitas
Kegagalan mematuhi rekomendasi manajemen kesehatan jiwa
Gelandangan
Penyakit kronis
Pernah terlibat dalam situasi perang
Diagnosis dan Gambaran Klinis(d)
Orang tua seringkali tidak menyadari ide bunuh diri dari anaknya, karena itu
diperlukan pertanyaan langsung kepada remaja tentang pikiran bunuh diri. Pikiran
bunuh diri (berbicara tentang menyakiti diri sendiri) dan ancaman bunuh diri(pernyataan misalnya,ingin melompat dari mobil) lebih sering daripada pelaksanaan
bunuh diri. Sepertiga dari mereka yang berusaha bunuh diri sebelumnya pernah
berusaha bunuh diri. Karakteristik remaja yang rentan terhadap bunuh diri adalah:
y Gangguan mood dengan kombinasi penyalahgunaan zat & riwayat perilakuagresif
y Tanpa gangguan mood, dengan sifat keras, agresif, dan impulsive sertamemiliki konflik
y Keputusasaan yang berat, kemampuan yang buruk dalam memecahkanmasalah, riwayat perilaku agresif
y Depresi (psikopatologi pada pria lebih berat)
-
8/6/2019 Kyka-REFERAT JIWA
5/7
y Seseorang yang bercita-cita tinggi dan perfeksionistik, dan sedang kecewakarena kegagalan
y Adanya stressor, seperti konflik dengan teman, putus cinta, kesulitan sekolah,pengangguran, kehilangan, perpisahan, dan penolakan.
Perilaku bunuh diri dapat mencetuskan usaha bunuh diri lainnya di dalam kelompok
teman sebayadisebut bunuh diri peniru (copycat suicide). Kecenderungan remaja
yang terganggu untuk meniru bunuh diri yang dipublikasi secara luas disebut sindrom
Werther.
Remaja yang melakukan percobaan bunuh diri juga harus diklasifikasikan, apakah
masuk kelompok risiko tinggi atau tidak. Penentuan ini penting untuk pengambilankeputusan terapi, apakah harus rawat inap atau cukup dengan rawat jalan saja. Yang
masuk ke dalam kelompok risiko tinggi adalah :
Pernah mencoba bunuh diri sebelumnya
Laki-laki berusia > 12 tahun dengan riwayat perilaku agresif atau
penyalahgunaan zat
Percobaan bunuh diri dengan cara mematikan, misalnya sengaja menelan
racun atau dengan senjataMemiliki gangguan depresif berat (menarik diri dari lingkungan sosial, putus
asa, tidak bergairah)
Anak perempuan yang melakukan percobaan bunuh diri selain dari menelan
zat toksik
Menunjukkan ide bunuh diri yang menetap
Pedoman wawancara dan psikoterapi(a,b)
Pada waktu wawancara, pasien mungkin secara spontan mengungkapkan ide
bunuh dirinya. Jika mereka tidak menggambarkannya, tanyakan langsung. Tidak
-
8/6/2019 Kyka-REFERAT JIWA
6/7
benar untuk membicarakan bunuh diri dalam situasi klinik yang menjadi
penyebabnya. Mulailah dengan menanyakan :
Apakah Anda baik-baik saja? Apakah Anda pernah merasa kalau lebih baik Anda meninggal?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini biasanya bisa diterima oleh hampir setiap orang dan
tidak mengandung stigma.
Selanjutnya tanyakan isi pikiran pasien, lalu dicatat. Begitu topic dibuka,
gunakan kata-kata seperti membunuh atau mati dan bukan melukai/menyakiti
agar pasien tidak bingung, karena sebagian besar pasien tidak ingin menyakiti diri
sendiri meskipun mereka ingin membunuh dirinya sendiri. Kemudian, tanyakan
pertanyaan-pertanyaan :
Seberapa sering pikiran untuk bunuh diri muncul? Apakah pikiran-pikiran tentang bunuh diri ini meningkat? Apakah Anda hanya memikirkan kematian, ataukah Anda sudah memikirkan
secara tepat bagaimana Anda akan membunuh diri sendiri?
Pertimbangkan factor umur dan kecanggihan pasien, dan apakah niat yangdinyatakan sesuai dengan metode yang dipilih. Misalnya, seseorang dengan
intelegensia normal yang ingin bunuh diri mengatakan akan meminum enam sampai
delapan tablet aspirin, akan terasa kurang bermakna menimbulkan masalah dibanding
jika seorang anak kecil yang mengeluarkan pernyataan tersebut. Kemudian, selidiki:
o Apa metode bunuh diri yang diinginkan pasien tersedia?o Apakah mereka sudah melakukan langkah-langkah aktif, misalnya
menyiapkan obat dalam dosis tinggi?o Seberapa pesimis mereka?o Dapatkah mereka memikirkan salah satu cara bahwa kehidupannya bisa
membaik?
-
8/6/2019 Kyka-REFERAT JIWA
7/7
Pertanyaan terakhir dapat membantu penilaian dan terapi, karena pasien dapat
mengajukan cara untuk keluar dari masalahnya. Tapi jika tidak, apakah mereka putus
asa akan masa depan? Jika ya, apakah ketakutannya itu delusional atau nyata?
Misalnya, seorang lelaki muda yang putus asa ditinggalkan pasangannya berada pada
risiko lebih kecil daripada lelaki yang tanpa alasan yakin dirinya akan meninggal
karena kanker dan semua orang menyembunyikan hal ini darinya
Jika pasien tidak kooperatif, gali riwayat dari orang-orang yang penting dalam
kehidupannya.
Terapi (d)
Mereka dengan kelompok risiko tinggi harus dirawat sampai ide bunuh diri
tidak ada lagi. Rencana pemulangan harus termasuk psikoterapi, farmakoterapi, dan
terapi keluarga sesuai indikasi. Selain itu, follow up rawat jalan harus dilakukan.
Referensi:
a. Kusuma W. Dari A sampai Z : Kedaruratan psikiatrik dalam praktek. SaputraL, editor. Jakarta: Professional Books; 1997
b. Utama H, Elvira SD, Hadisukanto G, editor. Buku ajar psikiatri. Jakarta:Badan Penerbit FKUI; 2010\
c. Greydanus DE, Bacopoulou F, Tsalamanios E. Suicide in adolescents: aworldwide preventable tragedy [review]. Keio J Med 2009; 58 (2): 95-102
d. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis psikiatri. Jilid 2. Tangerang:Binarupa Aksara Publisher; 2010
e. Hartanto H, Koesoemawati H, Salim IN, Setiawan L, dkk., editor. Kamuskedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC; 2002: 39