Kuliah Kegawatdaruratan
-
Upload
taranida-hanifah -
Category
Documents
-
view
12 -
download
0
description
Transcript of Kuliah Kegawatdaruratan
SYOK NEONATUS
- Syok pada neonatus itu sama halnya dengan syok pada anak atau orang dewasa.
- Syok : suatu sindrom akut yang rumit, yang ditandai oleh perfusi sirkulasi yg tidak
memadahi pada jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme organ-organ (otak, paru,
jantung, ginjal) kita. Syok yg tidak teratasi dg baik gagal multiorgan. Disfungsi organ
akibat aliran darah dan oksigen yang tidak memadahi metabolisme menjadi anaerob
karena kekurangan oksigen jika metabolisme anaerob dominan, akan terjadi penimbunan
asam laktat asidosis metabolik jika tidak segera dikoreksi, bisa terjadi kematian.
- Syok itu banyak macamnya (penyebabnya):
a. Syok hipovolemik : syok yg paling umum terjadi pada neonatus. Dapat bersifat sekunder
(jadi bukan janinnya yang kehilangan cairan, tetapi karena adanya kehilangan darah pada
saat antepartum atau postpartum). Karena ibu banyak kehilangan darah aliran darah
dari ibu ke janin berkurang syok pada neonatus.
b. Syok distributif/syok septik : volume darah sebenarnya normal, tetapi tidak
didistribusikan dengan baik perfusi jaringan tidak memadahi. Akibat peningkatan
kapasitas vena atau paresis vasomotor. Misalnya pada kasus syok anafilaktif (terjadi
vasodilatasi darah tidak terdistribusi dengan baik).
c. Syok kardiogenik : akibat buruknya cardiac output karena jantung tidak mampu
memompa darah dengan cukup tidak efektif dalam mempertahankan fungsi sirkulasi.
- Tanda penurunan perfusi:
a. Susunan saraf pusat
Iritabilitas
Letargi
Bingung : bayinya rewel, gelisah, tidak tengan
Koma
b. Kardiovaskuler
Takikardi
Hipotensi
Penurunan dengut nadi tepi : jadi nadinya cepat dan kecil, tapi isi dan tegangannya
kurang.
c. Ginjal
Penurunan kecepatan filtrasi glomerulas
Oliguri (urinnya sedikit)
Peningkatan grafitas spesifik urin (urin kental)
Anuria (tidak bisa memproduksi urin)
Adanya ureum dalam urin (uremia)
d. Kulit
Pucat : karena gangguan perfusi aliran darah ke PD perifer/kapiler berkurang
Ekstremitas dingin
Perfusi buruk
Waktu pengisian ulang kapiler (Capillary refill time) lambat, yaitu >2 detik.
Motlet : bercak-bercak, blentong-blentong, karena perfusi tidak baik.
e. Paru
Takipneu
Oedem pulmo
Sesak napas, ronkhi basah kasar
f. Saluran cerna
Disfungsi mukosa usus
Ileus : ususnya mluntir
Perdarahan dan perforasi
- Tata Laksana (secara umum)
a. Bolus intravena 10 ml/kg bisa diulang sebanyak 3 kali. Bisa berupa darah/whole blood,
plasma, albumin, RL, atau salin normal.
Cairan kristaloid : RL dan salin
Jika tidak membaik, pakai yang cairan koloid (lebih pekat, molekul lebih besar).
b. Bayi dinilai kembali, jika tidak respon/respon buruk, tambahkan volume, jika tetap tidak
respon, tambahkan agen inotropik.
Misalnya: sudah 3 kali 10ml/kg tidak respon langsung tambahkan agen/obat
inotropik. Agen inotropik mulai dari infus dopamin, kemudian ditambahkan dolbutamin
jika ada indikasi.
c. Mengoreksi asidosis metabolik dengan infus sodium bikarbonat dg dosis 1-2 mac/kg
(secara umum, jika tidak bisa melakukan analisis gas darah). Tetapi untuk RS/unit yg
punya fasilitas pemeriksaan analisis gas darah, harusnya ya diperiksa analisis gas darah,
sehingga ketahuan apakah bayinya betul mengalami asisdosis metabolik, berapa DA
(Dens Access), HCO3, PO2, PCO3. Tapi kalo untuk mengoreksi asidosis metabolik, kita
harus tahu Denyam baru dihitung kebutuhan sodium bikarbonatnya.
d. Mengoreksi hipoksia dan memberikan dukungan pernapasan sesuai kebutuhan.
Dukungan pernapasan bisa dengan oksigen yang ditaruh di hidung (oksigen nasal), tapi
mungkin juga bayinya sampai butuh sipet (Continuous Positive Airway Pressure; jadi
tekanan positif yang diberikan dengan cara kontinyu untuk membuka alveolus), atau
sampai butuh ventilator/inkubasi.
e. Mengoreksi hipoglikemia, jika ada ketidakseimbangan elektrolit.
- Tata Laksana (per penyebab syoknya):
a. Syok hipovolemik
Mungkin dibutuhkan penggantian wholeblood 10-20ml/kg.
Atau PRC (pure red cell) 5-10ml selama 30 menit.
Mengoreksi penyebab perdarahan.
b. Syok septik
Cari dulu kumannya. Kerjakan pemeriksaan kultur (darah, urin, cairan serebrospinal)
Berikan antibiotik empirik (antibiotik yang sering digunakan pada lini pertama),
sebelum ada hasil kultur dan sensitivitas tes.
Gunakan rentang volume, biasanya plasma atau inotropik yang sesuai kebutuhan.
c. Syok kardiogenik
Untuk mengobati penyebab yang mendasari syok: kebocoran udara (air leakage).
Misal : pneumothoraks, atau membuat jantung tidak bisa mengembang dengan baik.
Segera udaranya dikeluarkan.
Mengobati aritmianya, atau dia butuh agen inotropik (dopamin, atau dolbutal).
TERMOREGULASI
- Termoregulasi : keseimbangan antara kehilangan panas dan produksi panas pada tubuh.
Tujuannya : untuk mengontrol lingkungan neonatus dan meminimalisasi pengeluaran energi.
- Suhu normal pada neonatus : 36,5-37,5oC. Jika di bawahnya: hipotermia, dan di atasnya:
hipertermia.
- Lingkungan suhu netral : kondisi dimana suhu tubuh bayi itu normal dengan pengeluaran
kalori dan konsumsi oksigen yang minimal. Jadi bayi santai saja, suhu normal, baik-baik
saja.
- Mekanisme termoregulasi: diawali dengan pelepasan norepinefrin metabolisme simpanan
lemak coklat dan konsumsi oksigen serta glukosa produksi panas.
- Cara neonatus menghilangkan panas: evaporasi, konduksi, radiasi, dan konveksi.
a. Evaporasi : kehilangan panas ke udara ruangan dengan cara penguapan air yang ada di
permukaan tubuh bayi. Misalnya: bayi baru lahir basah karena amnion cairan
amnion bisa menguap ke suhu ruangan bayi kehilangan panas.
b. Konduksi : karena tubuh bayi menyentuh benda padat yang suhunya lebih rendah.
Contohnya: bayi baru lahir ditaruh di meja resusitasi yg lebih dingin panas bayi akan
berpindah ke meja.
c. Radiasi : kehilangan panas ke permukaan benda lain yang tidak bersentuhan dengan
tubuh bayi. Contoh: AC udara dingin bertiup ke tubuh bayi panas tubuh bayi akan
ikut udara dingin bayi suhu bayi turun.
d. Konveksi : perpindahan panas langsung dari kulit ke udara.
- Patofisiologi termoregulasi hipotermia.
a. Lingkungan yang dingin. Ada kesenjangan antara suhu tubuh bayi dengan suhu
lingkungan.
b. Asuhan neonatus yang tidak benar setelah kelahiran. Misalnya: pengeringan yang tidak
memadahi (harusnya ketika menerima bayi itu menggunakan kain flanel, kain yang
sudah dihangatkan).
c. Baju yang tidak memadahi.
d. Pemisahan dengan ibu. Misalnya: ibu sedang sakit, ibu setelah melahirkan harus masuk
ICU, padahal dengan ada ibunya bisa dilakukan IMD (skin to skin contact, perawatan
metode kanguru)
e. Prosedur penghangatan yang tidak memadahi sebelum dan selama transport. Misalnya:
ketika bayi itu jelek dan harus dirujuk, itu ada standar transportasinya, mestinya harus
menggunakan ambulans dengan perawatan lengkap, bayinya diinkubator transport (bila
tak ada, bisa menggunakan metode kanguru, skin to skin contact, jadi bayinya ditempel
di dada).
f. Bayi sakit atau stres. metabolisme meningkat hipotermia.
- Tanda dan gejala hipotermia:
Tidak dapat -----------
Jika masih dalam stres dingin, mungkin bayinya masih baik-baik saja.
Neonatus pada awalnya menggunakan simpanan energi dan jika stres dingin, dia
masih bisa mempertahankan suhunya, tapi pada tanda awal hipotermia biasanya ditemukan
kakinya teraba dingin, kemampuan menghisap lemah, letargi dan menangis lemah,
perubahan warna kulit dan pucat, sianosis, putih malformati (blentong-blentong, merah atau
leukorea), takipneu, takikardi.
Tanda lanjut ketika suhunya tidak segera diatasi, bisa letargi, apneu (henti napas),
bradikardi, terdapat risiko tinggi terjadinya hipoglikemia, asidosis metabolik, menjadi faktor
pembekuan yang abnormal (Disseminated Intravena Coagulation), perdarahan intraventrikel
(otak, endotel pembuluh darah di sana tipis-tipis sehingga jika bayi terjadi gangguan
hipodinamik sangat berisiko pecahnya PD disana perdarahan).
- Kondisi yang berkaitan dengan hipertermia:
a. Suhu lingkungan yang tinggi
b. Dehidrasi
c. Perdarahan intrakranial
d. Infeksi
- Tanda dan gejala hipertemia:
a. Kulit hangat yang mungkin terlihat kemerahan
b. Pucat
c. Ketika kemampuan neonatus untuk berkeringat berkurang
d. Iritabel
e. Takipeneu
f. Takikardi
g. Heat stroke
h. Kematian
- Jadi, bayi hipertermia atau hipotermia, merupakan tanda kegawatdaruratan yang harus
segera ditangani. Keduanya bisa sampai menimbulkan kematian.
- Tata laksana:
a. Harus ada pengendalian suhu.
Di ruang bersalin, memberikan lingkungan hangat yang bebas dari aliran udara.
b. Keringkan neonatus segera setelah lahir.
c. Kontak kulit ibu dengan bayi, IMD.
d. Selimuti ibu dan bayi sekaligus, dan jangan lupa pakaikan tutup kepala serta baju yang
hangat.
e. Pemakaian radiant warmer, jika tidak dilakukan kontak kulit dengan ibu.
f. Pasang tube (?) : alat untuk mengukur suhu bayi, kemudian suhu servo (alarm jika suhu
<36,5), suhu diukur 30 menit. Jika bayi stabil, ukur suhunya per 4 jam gapapa.
- Hal-hal yang perlu diperhatikan saar bayi di dalam inkubator:
a. Semua yang terkait, harus paham bagaimana cara menggunakan inkubator.
b. Memantau suhu tubuh neonatus, usahakan ditaruh di suhu netral.
- Edukasi ibu dan ayahnya untuk memberikan dukungan dan skin to skin contact.
- Bayi yang di dalam inkubator, inkubator jangan sering-sering dibuka ( bayi bisa
hipotermia), usahakan komunikasi lewat jendela saja.
- Suhu bayi harus dipantau tiap 4 jam, atau sesuai instruksi dokter.
- Inkubator memerlukan pasokan listrik yang tidak pernah putus dan stabil, agar tidak
merusak alat.
- Jauhkan inkubator dari jendela tanpa penutup.
- Cara mengukur suhu: axilla. Letakkan di ketiak, menempelkan secara langsung selama 5
menit, liat suhu, dan catat perubahan.
Ukur suhu rektum tidak dianjurkan, karena cukup invasif, tidak dapat diandalkan (karena
suhu sangat dipengaruhi oleh aliran darah di sekitar rektum).
- Suhu lingkungan. Tiap kamar harus memiliki termometer dinding. Suhu untuk perawatan
bayi: 24-26oC. Tapi jika ruangan yang dekat inkubator, suhunya bisa 20-22oC.
HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS
- Sirkulasi fetomaternal memenuhi semua kebutuhan glukosa bayi.
- Pada saat akhir kelahiran, saat tali pusat dipotong, bayi harus beradaptasi dengan
lingkungan, pengaturan homeostasis glukosa dengan sendirinya karena tidak ada lagi
sirkulasi fetomaternal. Secara tiba-tiba bayi mengeluarkan zat terjadi perubahan
hormonal, dan metabolisme adaptasi terhadap kehidupan di luar kandungan.
- Hipoglikemia pada neonatus, disebabkan karena:
a. Hiperinsulinisme (meningkatkan pemakaian dan sensitivitas insulin) konsumsi
glukosa lebih tinggi.
b. Penurunan produksi dan penyimpanan glikogen serta lemak.
- Hipoglikemia pada neonatus: apabila glukosa serum (darah vena) <= 50mg/dl.
- Jika glucose stick <30mg/dl, harus dikonfirmasi menggunakan glukosa serum.
- Hipoglikemia bisa merupakan salah satu tanda adanya penyakit/kelainan/gangguan pada
bayi.
- Tanda dan gejala: sianosis, kejang/tremor, takipneu, hipotermia, respiratory distress
syndroma.
- Dx: pemeriksaan glukosa, dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium.
- Tata laksana:
a. Asupan nutrisi : bisa enteral atau parenteral, diberikan ASI. Bisa juga menggunakan
sonde. Pastikan si ibu juga memakan gizi yang baik dan memadahi ASI cukup, dan
kandungan ASI baik. Cara menyusui juga harus benar.
Jika ada bayi yang berisiko, hipoglikemia tapi tidak bisa toleransi pemberian asupan
melalui puting atau lelah, coba dilakukan bias lambung, kemudian dilanjutkan
pemberian asupan nutrisi melalui mulut. Jika nanti gagal, yauda dikasih dextrose 10%
(infus).