KSPR van

32
BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang mempunyai jumlah penduduk yang besar, selama ini masih mempunyai suatu permasalahan yang masih sulit untuk ditanggulangi yaitu tingginya angka kematian bayi lahir (perinatal). Walaupun perkembangan teknologi di bidang kesehatan sudah semakin pesat dan canggih, namun permasalahan tersebut masih belum dapat diatasi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan resiko kehamilan seperti faktor biologik, keturunan dan lingkungan disekitar ibu hamil. Untuk itu pemerintah Indonesia telah berusaha untuk mengantisipasinya dengan melakukan deteksi sejak dini, yaitu dengan menggunakan bantuan tenaga bidan atau kader- kader yang telah dilatih untuk memantau perkembangan kondisi kesehatan ibu hamil dari masa kehamilan sampai pada masa kelahiran Untuk itu digunakan suatu alat pendeteksi yaitu Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) yang dikeluarkan oleh Departemen Save Motherhood Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya. Setiap tahun kira-kira 3,5 juta kehamilan mencapai viabilitas (gestasi 22 sampai 24 minggu), tetapi dari angka ini sedikitnya 30.000 janin gagal bertahan hidup. Kira-kira dengan jumlah yang sama, bayi baru lahir meninggal selama bulan pertama kehidupan. Kehamilan Risiko Tinggi merupakan 1

Transcript of KSPR van

Page 1: KSPR van

BAB 1

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang mempunyai jumlah penduduk

yang besar, selama ini masih mempunyai suatu permasalahan yang masih sulit untuk

ditanggulangi yaitu tingginya angka kematian bayi lahir (perinatal). Walaupun

perkembangan teknologi di bidang kesehatan sudah semakin pesat dan canggih, namun

permasalahan tersebut masih belum dapat diatasi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh

berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan resiko kehamilan seperti faktor

biologik, keturunan dan lingkungan disekitar ibu hamil. Untuk itu pemerintah Indonesia

telah berusaha untuk mengantisipasinya dengan melakukan deteksi sejak dini, yaitu dengan

menggunakan bantuan tenaga bidan atau kader-kader yang telah dilatih untuk memantau

perkembangan kondisi kesehatan ibu hamil dari masa kehamilan sampai pada masa

kelahiran Untuk itu digunakan suatu alat pendeteksi yaitu Kartu Skor Poedji Rochjati

(KSPR) yang dikeluarkan oleh Departemen Save Motherhood Rumah Sakit Umum

Dokter Soetomo Surabaya.

Setiap tahun kira-kira 3,5 juta kehamilan mencapai viabilitas (gestasi 22 sampai 24

minggu), tetapi dari angka ini sedikitnya 30.000 janin gagal bertahan hidup. Kira-kira dengan

jumlah yang sama, bayi baru lahir meninggal selama bulan pertama kehidupan. Kehamilan

Risiko Tinggi merupakan salah satu masalah paling kritis dalam asuhan keperawatan dan

medis modern. Penekanan diberikan pada keamanan kelahiran janin normal yang dapat

berkembang sampai potensial maksimum mereka. Kemajuan penelitian ke depan

memungkinkan tekhnologi mencapai tingkat keperawatan kesehatan perinatal yang jauh lebih

baik dari sebelumnya.

Kartu Skor Poedji Rochjati digunakan pertama kali pada tahun 1992-1993 pada

proyek penelitian di Kabupaten Probolinggo. Sejak saat itu Kartu Skor Poedji Rochjati

digunakan untuk skrining antenatal, yang diharapkan dapat mendeteksi sejak dini adanya

tingkat resiko kehamilan yang dialami ibu hamil, sehingga dari hasil pengamatan tersebut

diharapkan dapat membantu meminimalkan tingkat kematian bayi lahir. Pentingnya deteksi

sejak dini terhadap resiko kehamilan diharapkan mampu digunakan sebagai acuan awal

untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor

intern, lingkungan dan biologik terhadap timbulnya kematian perinatal. Untuk itu

1

Page 2: KSPR van

diperlukan adanya suatu penelitian yang dapat menjelaskan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi tingginya angka kematian perinatal (bayi lahir) dan pola hubungan atau

kecenderungan antara faktor-faktor tersebut.

2

Page 3: KSPR van

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan Resiko Tinggi

Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan dimana ibu hamil maupun janin yang

dikandungnya berada dalam risiko kematian ataupun kesakitan selama kehamilannya,

persalinannya maupun setelah kelahirannya (post partum). Angka kejadian kehamilan risiko

tinggi kurang lebih 20 % dari semua kehamilan.

Pengenalan adanya Risiko Tinggi Ibu Hamil dilakukan melalui skrining atau deteksi

dini adanya faktor risiko secara proaktif pada semua ibu hamil, sedini mungkin pada awal

kehamilan oleh petugas kesehatan atau non kesehatan yang terlatih di masyarakat, misalnya

ibu-ibu PKK, Kader Karang Taruna, ibu hamil sendiri, suami atau keluarga. Kegiatan

skrining antenatal, melalui kunjungan rumah merupakan langkah awal dari pemeliharaan

kesehatan ibu hamil dan termasuk salah satu upaya antisipasi untuk mencegah terjadinya

kematian ibu.

Skrining pertama dilakukan untuk memisahkan kelompok ibu hamil tanpa risiko dari

kelompok dengan faktor risiko. Risiko Tinggi Ibu hamil dengan faktor risikonya dapat

diamati dan ditemukan sedini mungkin pada awal kehamilan pada ibu hamil yang masih

sehat dan merasa sehat. Kemudian pada setiap kontak dilakukan skrining berulang, secara

periodik berulang 6 kali selama kehamilan sampai hamil genap enam bulan.

Tujuan Skrining Antenetal adalah :

1. Melakukan deteksi dini Risiko Tinggi ibu hamil dengan macam faktor risikonya.

2. Menemukan Ibu Risiko Tinggi dengan pengertian kemungkinan terjadinya risiko

kematian atau kesakitan pada ibu dan atau bayinya.

3. Memberi penyuluhan dalam bentuk Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), mengenai

kondisi ibu dan janin kepada ibu hamil, suami dam keluarga, agar tahu, peduli dan patuh

untuk persiapan mental, biaya dan transportasi dalam pengambilan keputusan untuk

perencanaan tempat dan penolong menuju persalinan aman.

4. Membantu untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan cara memberi informasi,

adanya faktor risiko dan kelompok risiko pada ibu hamil.

3

Page 4: KSPR van

5. Menentukan pengambilan keputusan oleh ibu hamil dan keluarganya.

2.2 Kartu Skor Poedji Rochyati

Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda-beda,

namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi.

Menurut Poedji Rochyati dkk. Mengemukakan kriteria KRT sebagai berikut: Risiko adalah

suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan gawat-

darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti kematian, kesakitan, kecacatan,

ketidak nyamanan, atau ketidak puasan (5K) pada ibu dan bayi.

Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut SKOR. Digunakan

angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk membedakan

risiko yang rendah, risiko menengah, risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi

tiga kelompok:

1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2

Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh

persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.

2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10

Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya

yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki

risiko kegawatan tetapi tidak darurat.

3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12

Kehamilan dengan faktor risiko:

Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu dan

atau banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk

penanganan adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.

 Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat,

yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis.

(Poedji Rochjati, 2003).

4

Page 5: KSPR van

Batasan pengisian skrining antenatal deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dengan

menggunakan kartu skor Poedji Rochjati berupa kartu skor yang digunakan sebagai alat

skrining antenatal berbasis keluarga guna menemukan faktor risiko ibu hamil, untuk

selanjutnya dilakukan upaya terpadu guna menghindari dan mencegah kemungkinan

terjadinya komplikasi obstetrik pada saat persalinan.

Manfaat Kartu Skor Poedji Rochjati antara lain untuk :

1. Menemukan faktor risiko Bumil

2. Menentukan Kelompok Risiko Bumil

3. 3. Alat pencatat Kondisi Bumil

Setiap ibu hamil diharapkan mempunyai satu Kartu Skor Poedji Rochjati atau Buku KIA

dan senantiasa dipantau kondisinya oleh Ibu PKK, Kader Posyandu, Tenaga Kesehatan.

Kartu Skor Poedji Rochjati disusun dengan format kombinasi antara check list dan sistem

skor. Check list dari 19 faktor risiko dengan skor untuk masing-masing tenaga kesehatan

maupun non kesehatan PKK ( termasuk ibu hamil, suami dan keluarganya ) mendapat

pelathan dapat menggunakan dan mengisinya.

Fungsi Skor Poedji Rochjati yaitu :

1. Melakukan skrining atau deteksi dini Risiko Tinggi Ibu Hamil

2. Memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan

3. Mencatat dan melapor keadaan kehamilan, persalinan dan nifas

4. Memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan aman berencana

5. Validasi data mengenai perawatan ibu selama kehamilan, persalinan,nifas dengan kondisi

ibu dan bayinya.

Sistim skor digunakan untuk lebih memudahkan meneruskan aspek edukasi mengenai

berat ringannya risiko kepada ibu hamil, suami dan keluarga. Skor dengan nilai 2,4 dan 8

merupakan ukuran atau bobot risiko dari tiap faktor risiko. Sedangkan jumlah skor yang

dibuat pada setiap melakukan kontak merupakan prakiraan besarnya risiko persalinan dengan

perencanaan pencegahan.

Kartu Skor Poedji Rochjati sebagai gabungan antara checklist dari kondisi ibu hamil

atau faktor risiko dengan masing-masing skornya, dikembangkan sebagai suatu teknologi

sederhana, mudah, dapat diterima, cepat digunakan oleh tenaga non professional PKK,

5

Page 6: KSPR van

Dukun, guru dll. dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat dan pemerintah. Cara

pemberian skor adalah sebagai berikut :

1. Skor awal X, sama untuk semua ibu hamil.

2. Skor awal X+Y, nilai Y adalah skor dari faktor risiko kelompok I ditemukan pada kontak

pertama, misalnya bekas seksio atau faktor risiko lain berasal dari kelompok faktor risiko

I, II, dan III.

3. Jumlah skor tetap atau bertambah, bila timbul faktor risiko lain, tetapi tidak menjadi

berkurang.

Jumlah skor tidak akan berkurang walaupun gejala klinis dari faktor risiko tersebut

tidak ada, karena risiko dari faktor risiko tersebut tetap ada dan gejalanya setiap saat dapat

timbul kembali. Dengan jumlah skor tidak diturunkan akan mempengaruhi kepedulian dan

kewaspadaan untuk tetap ada pada ibu hamil keluarganya, PKK, Dukun, dan tenaga

kesehatan.

6

Page 7: KSPR van

KELOMPOK

NO

KEADAAN NILAI

I. (ada potensi risiko/ potensi

1 Terlalu muda, hamil ≤ 16 th2 a. Terlalu lambat hamil I, kawin ≥ 4

thb. Terlalu tua, hamil I ≥ 35 th

7

Page 8: KSPR van

gawat) 3 Terlalu cepat hamil lagi (< 2 th)4 Terlalu lama hamil lagi (≥ 10 th)5 Terlalu banyak anak 4/lebih6 Terlalu tua, umur ≥ 35 tahun7 Terlalu pendek ≤ 145 cm8 Pernah gagal kehamilan9 Pernah melahirkan dengan (FE/ Vak

ekstraksi, Manual Plasenta dan diberi infuse/transfusi)

10 Pernah operasi caesarII. (ada risiko/ ada gawat)

11 Penyakit pada ibu hamila. Kurang darah b. Malariac. TBC Parud. D. Cordise. DMf.Penyakit Menular Seksual

12 Bengkak pada muka/tungkai dan tekanan darah tinggi

13 Hamil kembar 2 atau lebih14 Hamil kembar air (hidramnion)15 Bayi mati dalam kandungan16 Kehamilan lebih bulan17 Presentasi sungsang18 Letak lintang

III. (ada gawat-darurat)

19 APB20 Eklampsia

JUMLAH NILAI TOTAL =

Cara Pemberian SKOR:

1. Skor 2: Kehamilan Risiko Rendah (KRR)

Untuk umur dan paritas pada semua ibu hamil sebagai skor awal

2. Skor 4: Kehamilan Risiko Tinggi (KRT)

Untuk tiap faktor risiko

3.  Skor 8: Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST)

Untuk bekas operasi sesar, letak sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan pre-

eklamsia berat / eklamsia (Poedji Rochjati, 2003). (Poedji Rochjati, 2003).

Alat Skrening / Deteksi Dini Rersiko Ibu Hamil berupa :

Alat untuk melakukan skrining adalah Kartu Skor Poedji Rochjati

Format : kartu skor disusun dengan format kombinasi antara cecklis dan system skor. Cecklis

dari 19 faktor resiko dengan skor untuk masing-masing tenaga kesehatan maupun non

8

Page 9: KSPR van

kesehatan PKK (termasuk ibu hamil, suami dan keluarganya) mendapat pelathan dapat

menggunakan dan mengisinya. Bila SKOR 12 atau lebih dianjurkan bersalin di RS /

SpOG (Poedji Rochjati, 2003).

2.3 Faktor Resiko

A. Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO (kehamilan yang perlu diwaspadai)

1. Primi muda

Ibu hamil pertama pada umur ≤ 16 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh

mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin

dalam kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa.

Bahaya yang mungkin terjadi antara lain:

Bayi lahir belum cukup umur

Perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir

Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003).

2. Primi tua

a) Lama perkawinan ≥ 4 tahun

Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan

biasa:

Suami istri tinggal serumah

Suami atau istri tidak sering keluar kota

Tidak memakai alat kontrasepsi (KB)

           

Bahaya yang terjadi pada primi tua:

Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena

kehamilannya, misalnya pre-eklamsia.

Persalinan tidak lancer. (Poedji Rochjati, 2003).

b) Pada umur ibu ≥ 35 tahun

9

Page 10: KSPR van

Ibu yang hamil pertama pada umur ≥ 35 tahun. Pada usia tersebut mudah

terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan lahir juga

tambah kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat,

terjadi persalinan macet dan perdarahan. Bahaya yang terjadi antara lain:

Hipertensi / tekanan darah tinggi

Pre-eklamsia

Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan

Persalinan tidak lancar atau macet: ibu mengejan lebih dari satu jam, bayi

tidak dapat lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.

Perdarahan setelah bayi lahir

Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2500 gr. (Poedji

Rochjati, 2003).

Usia ibu hamil 35 tahun ke atas dapat berisiko mengalami kelainan-kelainan antara

lain:

Frekuensi mola hidantidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir

usia subur relatif lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita berusia

lebih dari 45 tahun.

Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat 26% pada mereka

yang usianya lebih dari 45 tahun

Wanita bukan kulit putih berusia 35 sampai 44 tahun lima kali lebih mungkin

mengalami kehamilan ektopik daripada wanita kulit putih berusia 15 sampai

24 tahun.

Risiko nondisjungsi meningkat seiring dengan usia ibu. Oosit tertahan dalam

midprofase dari miosis 1 sejak lahir sampai ovulasi, penuaan diperkirakan

merusak kiasma yang menjaga agar pasangan kromosom tetap menyatu.

Apabila miosis dilanjutkan sampai selesai pada waktu ovulasi, nondisjungsi

menyebabkan salah satu gamet anak mendapat dua salinan dari kromosom

yang bersangkutan, sehingga terbentuk trisomi, anak lahir dengan cacat

bawaan sindrom down. (F. Garry C, add all, 2001)

3. Anak terkecil < 2 tahun

10

Page 11: KSPR van

Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun.

Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu

masih menyusui. Selain itu anak masih butuh asuhan dan perhatian orang

tuanya. Bahaya yang dapat terjadi:

Perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu lemah

Bayi prematur / lahir belum cukup bulan, sebelum 37 minggu

Bayi dengan berat badan rendah / BBLR < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003).

4. Primi tua sekunder

Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu. Ibu dalam

kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama

lagi.Kehamilan ini bisa terjadi pada:

Anak pertama mati, janin didambakan dengan nilai sosial tinggi

Anak terkecil hidup umur 10 tahun lebih, ibu tidak ber-KB.

Bahaya yang dapat terjadi:

Persalinan dapat berjalan tidak lancar

Perdarahan pasca persalinan

 Penyakit ibu: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan lain-lain. (Poedji

Rochjati, 2003).

5. Grande multi

Ibu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering melahirkan

maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:

Kesehatan terganggu: anemia, kurang gizi

Kekendoran pada dinding perut

Tampak ibu dengan perut menggantung

Kekendoran dinding rahim

Bahaya yang dapat terjadi:

Kelainan letak, persalinan letak lintang

Robekan rahim pada kelainan letak lintang

Persalinan lama

Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).

11

Page 12: KSPR van

Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih

hidup atau mati. (Rustam M., 1999). Pada grandemultipara bisa menyebabkan:

Solusio plasenta

Plasenta previa. (F. Garry C, add all, 2001)

6. Umur 35 tahun atau lebih

Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut terjadi

perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain

itu ada kecenderungan didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat

terjadi:

Tekanan darah tinggi dan pre-eklamsia

Ketuban pecah dini

Persalinan tidak lancar / macet

Perdarahan setelah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003).

7. Tinggi badan 145 cm atau kurang

Terdapat tiga batasan pada kelompok risiko ini:

Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul ibu dan

besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua

kemungkinan yang terjadi:

o Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin / kepala tidak

besar.

o Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar

Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi mati dalam

waktu (umur bayi) 7 hari atau kurang.

Ibu hamil kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup bulan, dan berat

badan lahir rendah < 2500 gram. Bahaya yang dapat terjadi: persalinan berjalan

tidak lancar, bayi sukar lahir, dalam bahaya. Kebutuhan pertolongan medik :

persalinan operasi sesar. (Poedji Rochjati, 2003).

8. Riwayat obstetric jelek (ROJ)

Dapat terjadi pada ibu hamil dengan:

Kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami:

o Keguguran

12

Page 13: KSPR van

o Lahir belum cukup bulan

o Lahir mati

o  Lahir hidup lalu mati umur ≤ 7 hari

o  Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami

keguguran ≥ 2 kali

o Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam

kandungan

Bahaya yang dapat terjadi:

Kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan tanda-tanda

pengeluaran buah kehamilan sebelum waktunya keluar darah, perut kencang.

Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya: Diabetes

mellitus, radang saluran kencing, dll. (Poedji Rochjati, 2003).

9. Persalinan yang lalu dengan tindakan

Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau per-

vaginam:

Tindakan dengan cunam / forcep / vakum. Bahaya yang dapat terjadi:

Robekan / perlukaan jalan lahir

Perdarahan pasca persalinan

Uri manual, yaitu: tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim dengan

menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan pada keadaan bila:

o Ditunggu setengah jam uri tidak dapat lahir sendiri

o Setelah bayi lahir serta uri belum lahir terjadi perdarahan banyak > 500 cc

Bahaya yang dapat terjadi:

Radang, bila tangan penolong tidak steril

Perforasi, bila jari si penolong menembus rahim

Perdarahan

Ibu diberi infus / tranfusi pada persalinan lalu. Persalinan yang lalu mengalami

perdarahan pasca persalinan yang banyak lebih dari 500 cc, sehingga ibu menjadi

syok dan membutuhkan infus, serta transfusi darah. (Poedji Rochjati, 2003).

10. Bekas operasi sesar

13

Page 14: KSPR van

Ibu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu

pada dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada robekan rahim

: kematian janin dan kematian ibu, perdarahan dan infeksi. (Poedji Rochjati, 2003).

B. Ada Gawat Obstetri / AGO (tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas)

1. Penyakit pada ibu hamil

a) Anemia (kurang darah)

Keluhan yang dirasakan ibu hamil:

Lemah badan, lesu, lekas lelah

Mata berkunang-kunang

Jantung berdebar

Dari inspeksi didapatkan keadaan ibu hamil:

Pucat pada muka

Pucat pada kelopak mata, lidah dan telapak tangan.

Dari hasil Laboratorium:

Kadar Hb < 11 gr%

Pengaruh anemia pada kehamilan:

Menurunkan daya tahan ibu hamil, sehingga ibu mudah sakit

Menghambat pertumbuhan janin, sehingga janin lahir dengan berat badan lahir

rendah

Persalinan premature

Bahaya yang dapat terjadi bila terjadi anemia berat (Hb < 6 gr%):

Kematian janin mati

Persalinan prematur, pada kehamilan < 37 minggu

Persalinan lama

Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).

Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di

bawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 g% pada trimester 2.

Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada

persalinan sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan. Juga bagi hasil konsepsi,

anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik, seperti:

14

Page 15: KSPR van

kematian mudigah

kematian perinatal

prematuritas

dapat terjadi cacat bawaan

cadangan besi kurang. (Abdul Bari S., 2002)

b) Malaria

Keluhan yang dirasakan ibu hamil, adalah:

Panas tinggi

Menggigil, keluar keringat

Sakit kepala

Muntah-muntah

Bila penyakit malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan anemia,

maka akan mengganggu ibu hamil dan kehamilannya.

Bahaya yang dapat terjadi:

Abortus

IUFD

Persalinan premature. (Poedji Rochjati, 2003).

c) Tuberculosa paru

Keluhan yang dirasakan:

Batuk lama tak sembuh-sembuh

Tidak suka makan

Badan lemah dan semakin kurus

Batuk darah

Penyakit ini tidak secara langsung berpengaruh pada janin. Janin baru

tertular setelah dilahirkan. Jika TBC berat dapat menurunkan fisik ibu, tenaga, dan

ASI ikut berkurang.

Bahaya yang dapat terjadi:

Keguguran

Bayi lahir belum cukup umur

Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).

d) Payah jantung

15

Page 16: KSPR van

Keluhan yang dirasakan:

Sesak napas

Jantung berdebar

Dada terasa berat, kadang-kadang nyeri

Nadi cepat

Kaki bengkak

Bahaya yang dapat terjadi:

Payah jantung bertambah berat

Kelahiran prematur

Dalam persalinan:

o BBLR

o Bayi dapat lahir mati. (Poedji Rochjati, 2003).

Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan

janin dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil

konsepsi dapat menderita pula dan mati, yang kemudian disusul oleh

abortus. (Abdul Bari S., 2002)

e)  Diabetes mellitus

Dugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila:

Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar

Pernah mengalami kematian janin dalam rahim pada kehamilan minggu-

minggu terakhir

Ditemukan glukosa dalam air seni (Glikosuria)

Bahaya yang dapat terjadi:

Persalinan prematur

Hydramnion

Kelainan bawaan

Makrosomia

Kematian janin dalam kandungan sesudah kehamilan minggu ke-36

Kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup, kemudian mati < 7 hari). (Poedji

Rochjati, 2003).

Diabetes mempengaruhi timbulnya komplikasi dalam kehamilan sebagai berikut:

16

Page 17: KSPR van

pre-eklamsia

kelainan letak janin

insufisiensi plasenta

Diabetes sebagai penyulit yang sering dijumpai dalam persalinan ialah:

inersia uteri dan atonia uteri

distosia bahu karena anak besar

lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan, termasuk seksio sesar

lebih mudah terjadi infeksi angka kematian maternal lebih tinggi

Diabetes lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis, dan

menghambat penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinea maupun luka

episiotomi.  (Hanifa Wiknjosastro, 1999)

f) HIV / AIDS

Bahaya yang dapat terjadi:

Terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu hamil mudah terkena

infeksi

Kehamilan memperburuk progesifitas infeksi HIV, HIV pada kehamilan

adalah pertumbuhan intra uterin terhambat dan berat lahir rendah, serta

peningkatan risiko prematur

Bayi dapat tertular dalam kandungan atau tertular melalui ASI. (Poedji

Rochjati, 2003).

g) Toksoplasmosis

Toksoplasmosis penularannya melalui makanan mentah atau kurang

masak, yang tercemar kotoran kucing yang terinfeksi. Bahaya yang dapat terjadi:

Infeksi pada kehamilan muda menyebabkan abortus

Infeksi pada kehamilan lanjut menyebabkan kelainan kongenital, hidrosefalus.

(Poedji Rochjati, 2003).

2. Pre-Eklamsia ringan

Tanda-tanda:

Edema pada tungkai, muka, karena penumpukan cairan disela-sela jaringan tubuh

Tekanan darah tinggi

Dalam urin terdapat Proteinuri

17

Page 18: KSPR van

Sedikit bengkak pada tungkai bawah atau kaki pada kehamilan 6 bulan ke atas

mungkin masih normal karena tungkai banyak di gantung atau kekurangan

Vitamin B1. tetapi bengkak pada muka, tangan disertai dengan naiknya tekanan

darah sedikit, berarti ada Pre-Eklamsia ringan

Bahaya bagi janin dan ibu:

o Menyebabkan gangguan pertumbuhan janin

o  Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).

3. Hamil kembar

Ibu hamil dengan dua janin (gemelli), atau tiga janin (triplet) atau lebih dalam

rahim. Rahim ibu membesar dan menekan organ dalam dan menyebabkan keluhan-

keluhan:

Sesak napas

Edema kedua bibir kemaluan dan tungkai

Varises

Hemorrhoid

Bahaya yang dapat terjadi:

Keracunan kehamilan

Hidramnion

Anemia

Persalinan prematur

Kelainan letak

Persalinan sukar

Perdarahan saat persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).

Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan

dan persalinan membawa risiko bagi janin dan ibu. Pengaruh terhadap ibu:

Kebutuhan akan zat-zat bertambah, sehingga dapat menyebabkan anemia dan

defisiensi zat-zat lainnya.

Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar

Frekuensi pre-eklamsi dan eklamsi lebih sering

Karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak napas, sering miksi, serta terdapat

edema dan varises pada tungkai dan vulva

Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum, dan solusio plasenta sesudah

anak pertama lahir.

18

Page 19: KSPR van

Pengaruh terhadap Janin:

Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada

kehamilan kembar : 25% pada gemeli, 50% pada triplet, dan 75% pada

quadruplet, yang akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi kemungkinan

terjadinya bayi prematur akan tinggi.

Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka kematian

bayi kedua tinggi.

Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi angka kematian

janin.(Hanifa Wiknjosastro, 1999)

4.  Hidramnion / Hamil kembar air

Kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter, dan biasanya

nampak pada trimester III, dapat terjadi perlahan-lahan atau sangat cepat.

Keluhan-keluhan yang dirasakan:

Sesak napas

 Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi cairan amnion > 2 liter

Edema labia mayor, dan tungkai

Bahaya yang dapat terjadi:

Keracunan kehamilan

Cacat bawaan pada bayi

Kelainan letak

Persalinan prematur

Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).

Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih

banyak dari normal, biasanya kalau lebih dari 2 liter. Walau etiologi belum jelas,

namun ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hidramnion, antara lain:

penyakit jantung

nefritis

edema umum (anasarka)

anomaly congenital (pada anak), seperti enensepali, spina bifida, atresia atau

striktur esophagus, hidrosefalus, dan struma blocking oesophagus. (Rustam M.,

2002)

5. Janin mati dalam rahim

Keluhan-keluhan yang dirasakan:

19

Page 20: KSPR van

Tidak terasa gerakan janin

Perut terasa mengecil

Payudara mengecil

Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur kehamilan 4-

5 bulan. Bila gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak bergerak sama sekali

dalam 12 jam, kehidupan janin mungkin terancam. Dari keluhan ibu dapat dilakukan

pemeriksaan:

DJJ tidak terdengar

Hasil tes kehamilan negatif

Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim, yaitu:

Gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan dari jaringan-jaringan mati yang

masuk ke dalam darah ibu. (Poedji Rochjati, 2003).

6. Hamil serotinus / Hamil lebih bulan

Ibu dengan umur kehamilan ≥ 42 minggu. Dalam keadaan ini, fungsi dari

jaringan uri dan pembuluh darah menurun. Dampak tidak baik bagi janin:

Janin mengecil

Kulit janin mengkerut

Lahir dengan berat badan rendah

Janin dalam rahim dapat mati mendadak. (Poedji Rochjati, 2003).

7. Letak sungsang

Letak sungsang: pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin dalam

rahim dengan kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah. Bahaya yang dapat terjadi:

Bayi lahir bebang putih yaitu gawat napas yang berat

Bayi dapat mati. (Poedji Rochjati, 2003).

8. Letak lintang

Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9

bulan): kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang

tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang

terhadap sumbu tubuh ibu. Pada janin letak lintang baru mati dalam proses persalinan,

bayi dapat dilahirkan dengan alat melalui jalan lahir biasa. Sedangkan pada janin kecil

dan sudah beberapa waktu mati masih ada kemungkinan dapat lahir secara biasa.

20

Page 21: KSPR van

Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang tidak di

tangani dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan akibatnya:

Bahaya bagi ibu

Perdarahan yang mengakibatkan anemia berat

Infeksi

Ibu syok dan dapat mati

Bahaya bagi janin

 Janin mati. (Poedji Rochjati, 2003).

C. Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO (Ada ancaman nyawa ibu dan bayi)

1. Perdarahan antepartum

Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu,

disebut perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum harus dapat perhatian penuh,

karena merupakan tanda bahaya yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya,

perdarahan dapat keluar:

Sedikit-sedikit tapi terus-menerus, lama-lama ibu menderita anemia berat

Sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemah nadi dan tekanan darah

menurun.

Perdarahan dapat terjadi pada:

Plasenta Previa plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi sebagian / seluruh

mulut rahim.

Solusio Plasenta plesenta sebagian atau seluruhnya lepas dari tempatnya. Biasanya

disebabkan karena trauma / kecelakaan, tekanan darah tinggi atau pre-eklamsia,

maka terjadi perdarahan pada tempat melekat plasenta. Akibat perdarahan, dapat

menyebabkan adanya penumpukan darah beku dibelakang plasenta.

Bahaya yang dapat terjadi:

Bayi terpaksa dilahirkan sebelum cukup bulan

Dapat membahayakan ibu:

o Kehilangan darah, timbul anemia berat dan syok

o Ibu dapat meninggal

21

Page 22: KSPR van

Dapat membahayakan janinnya yaitu mati dalam kandungan.(Poedji Rochjati,

2003).

2. Pre-Eklamsia berat / Eklamsia

Pre-eklamsi berat terjadi bila ibu dengan pre-eklamsia ringan tidak dirawat,

ditangani dengan benar. Pre-eklamsia berat bila tidak ditangani dengan benar akan

terjadi kejang-kejang, menjadi eklamsia. Pada waktu kejang, sudip lidah dimasukkan

ke dalam mulut ibu diantara kedua rahang, supaya lidah tidak tergigit. Bahaya yang

dapat terjadi:

Bahaya bagi ibu, dapat tidak sadar (koma) sampai meninggal

Bahaya bagi janin:

o Dalam kehamilan ada gangguan pertumbuhan janin dan bayi lahir kecil

o Mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).

2.4 Langkah-Langkah Pencegahan

Semua ibu hamil diharapkan mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga

kesehatan. Untuk deteksi dini factor risiko maka pada semua ibu hamil perlu

dilakukan skrining antenatal. Untuk itu periksa ibu hamil paling sedikit dilakukan 4

kali selama kehamilan:

1. Satu kali pada triwulan I (K1)\

2. Satu kali pada Triwulan II

3. Dua kali dalam triwulan III (K4) (Poedji Rochjati, 2003).

Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan

memberi KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan

keluarganya tentang kondisi ibu hamil dan masalahnya. (Poedji Rochjati, 2003).

Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala dan teratur selama

masa kehamilan sangat penting, sebab merupakan upaya bersama antara petugas

kesehatan dan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat, mengenai:

1. Aspek kesehatan dari ibu dan janin untuk menjaga kelangsungan kehamilan,

pertumbuhan janin dalam kandungan, kelangsungan hidup ibu dan bayi setelah

lahir.

22

Page 23: KSPR van

2. Aspek psikologik, agar menghadapi kehamilan dan persalinannya ibu hamil

mendapatkan rasa aman, tenang, terjamin dan terlindungi keselamatan diri dan

bayinya. Pendekatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), dengan sikap

ramah, penuh pengertian, diberikan secara sederhana, dapat ditangkap dan

dimengerti melalui dukungan moril dari petugas, suami, keluarga, dan masyarakat

di sekitarnya.

3. Aspek social ekonomi, ibu hamil dari keluarga miskin (gakin) pada umumnya

tergolong dalam kelompok gizi kurang, anemis, penyakit menahun. Ibu risiko

tinggi atau ibu dengan komplikasi persalinan dari keluarga miskin membutuhkan

dukungan biaya dan transportasi untuk rujukan ke Rumah Sakit. (Poedji Rochjati,

2003).

Penyuluhan dalam bentuk Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)

merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan skrining. Penyuluhan

tentang adanya faktor risiko dengan kemungkinan bahaya kesakitan atau kematian ibu

segera diberikan kepada ibu hamil, suami dan keluarga dengan tujuan agar meraka

sadar, peduli, patuh dan bergerak untuk periksa antenatal dan bila perlu rujukan

kehamilan, kemudian persiapan dan perencanaan persalinan aman.

Jumlah skor pada tiap kontak menjadi pedoman penyuluhan kepada ibu hamil,

suami, keluarga. Jumlah skor akan memudahkan pemberian KIE mengenai bobot

risiko yang dihadapi ibu hamil dan adanya kebutuhan persalinan aman dengan tempat

dan penolong yang sesuai.

Penekanan KIE mengenai persalinan pada kehamilan trimester ketiga perlu di

tingkatkan mengingat persalinan baik pada Kehamilan Risiko Rendah , Kehamilan

Risiko Tinggi, Kehamilan Risiko Sangat Tinggi mempunyai kemungkinan mengalami

komplikasi Obstetrik dengan risiko terjadinya 5-K ( kematian, kesakitan, kecacatan,

ketidakpuasan dan ketidaknyamanan ). Perilaku ibu hamil, suami dan keluarga adalah

salah satu penentu utama keberhasilan rujukan dini terencana.

Upaya pencegahan kematian ibu dapat dimulai dari upaya asuhan kesehatan

ibu hamil di dalam keluarga. Ibu hamil sebagai salah satu anggota inti dalam keluarga

mempunyai saat yang paling kritis dalam kehidupannya yaitu masa persalinan. Setiap

kontak pada saat melakukan skrining dibicarakan dengan ibu hamil, suami, keluarga

23

Page 24: KSPR van

tentang tempat dan penolong untuk persalinan aman. Pengambilan keputusan dapat

dilakukan dalam keluarga untuk persiapan mental dan perencanaan untuk biaya,

transportasi telah mulai dilakukan jauh sebelum persalinan menuju kepatuhan untuk

Rujukan Dini Berencana ( Rujukan In Utero ) dan Rujukan Tepat Waktu. Mengingat

sebagian besar kematian ibu sesungguhnya dapat dicegah, maka diupayakan untuk

mencegah 4 terlambat yang meyebabkan kematian ibu, yaitu:

a. Mencegah terlambat mengenali tanda bahaya risiko tinggi

b. Mencegah terlambat mengambil keputusan dalam keluarga

c. Mencegah terlambat memperoleh transportasi dalam rujukan

d. Mencegah terlambat memperoleh penanganan gawat daruruat secara memadai

24

Page 25: KSPR van

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari Syaifuddin, Prof. dr., Sp.OG, MPH, Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal, Edisi ke – 1, cetakan ke – 3, JNPKKR – POGI, Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002, hal 03-336.

Ben-zior Taber, MD, Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Edisi-1,

Cetakan-1, EGC, Jakarta, 1994, hal 121-24.

Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006

Gary Cunningham F., MD, add all, Obstetri Williams, Edisi-21, Cetakan-1, Volume-

1, EGC, Jakarta, 2006, hal 16-764.

Gary Cunningham F., MD, add all, Obstetri Williams, Edisi-21, Cetakan-1, Volume-

2, EGC, Jakarta, 2006, hal 934-1312.

Hanifa Wiknjosastro, Prof, dr., SpOG, Ilmu Kandungan, Edisi-2, Cetakan ke-3,

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, hal 336-498.

Hanifa Wiknjosastro, Prof, dr., SpOG, Ilmu Kebidanan, Edisi-3, Cetakan ke-5,

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, hal 406-790.

Ida Bagus Gde Manuaba, Prof, dr, SpOG, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandunan, dan

Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Cetakan-1, EGC, Jakarta, 1998,

hal 26-252.

Indra Cahaya S, Ir,Msi, http://library.USU.ac.id, Pengaruh Malaria Selama

Kehamilan, Google, 2003.

Poedji Rochyati, Dr, dr, SpOG(K), Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Pengenalan

Faktor Risiko Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi, Cetakan-1, Airlangga

University Press, Surabaya, 2003, hal 27-128.

Poedji Rochyati, Dr, dr, SpOG(K), Rujukan terencana dalam Sistem Rujukan

Paripurna Terpadu Kabupaten / Kota, Cetakan-1, Airlangga University Press,

Surabaya, 2004, hal 129-130.

Rustam Mochtar, Prof, dr, MRH, Sinopsis Obstetri, Edisi ke – 2, Jilid ke – 1, EGC

Jakarta 1998, hal 127-386.

25