Kriteria Diagnosis Leptospirosis

2
Kriteria Diagnosis Leptospirosis Pada umumnya diagnosis awal leptospirosis sulit, karena pasien biasanya datang dengan diagnosis lain misalnya demam, hepatitis, influenza, pneumonia, nefritis, meningitis yang tidak diketahui asalnya bahkan ada juga yang datang dengan pankreatitis. Gejala / keluhan didapati demam yang muncul mendadak, sakit kepala terutama di bagian frontal, nyeri otot, mata merah/fotofobia, mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisik dijumpai demam, bradikardi, nyeri tekan otot hepatomegali dan lain-lain. Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan leukositosis , normal, atau sedikit penurunan diserti gambaran neutrofilia dan laju endap darah yang meninggi. Pada urin dijumpai proteinuria, leukosituria dan torak. Bila organ hati terlibat, bilirubin direk meningkat tanpa peningkatan transaminase. Ureum dan kreatinin juga dapat meninggi bila terjadi komplikasi pada ginjal. Trombositopenia terdapat pada 50% kasus. Diagnosa pasti dengan isolasi leptospira dari cairan tubuh dan serologi. Kultur dapat diambil dari darah atau CCS segera pada awal gejala. Dianjurkan pengambilan specimen pada fase leptospiremia serta belum diberi antibiotik. Kultur urin diambil setelah 2-4 minggu onset penyakit. Pada uji serologi, fungsi utamanya adalah mendeteksi adanya leptospira dengan cepat yaitu dengan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR), silver stain atau fluroscent antibody stain, dan mikroskop lapangan gelap. Gejala Klinis Timbul dalam 2-26 hari setelah terinfeksi, rata-rata 10 hari. Leptospirosis mempunyai 2 fase penyakit yang khas yaitu fase leptospiremia dan fase imun. Fase Leptospiremia ditandai dengan adanya leptospira di dalam darah dan cairan serebrospinal, berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala biasa di daerah frontal, rasa sakit pada otot yang hebat terutama di paha, betis dan pinggang disertai nyeri tekan. Pada fase imun ditandai dengan peningkatan titer antibodi, dapat timbul demam yang mencapai suhu 40 derajat Celsius disertai menggigil dan kelemahan umum. Terdapat rasa sakit yang menyeluruh

description

kriteria diagnosis leptospirosis

Transcript of Kriteria Diagnosis Leptospirosis

Page 1: Kriteria Diagnosis Leptospirosis

Kriteria Diagnosis Leptospirosis

Pada umumnya diagnosis awal leptospirosis sulit, karena pasien biasanya datang dengan diagnosis lain misalnya demam, hepatitis, influenza, pneumonia, nefritis, meningitis yang tidak diketahui asalnya bahkan ada juga yang datang dengan pankreatitis.

Gejala / keluhan didapati demam yang muncul mendadak, sakit kepala terutama di bagian frontal, nyeri otot, mata merah/fotofobia, mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisik dijumpai demam, bradikardi, nyeri tekan otot hepatomegali dan lain-lain. Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan leukositosis , normal, atau sedikit penurunan diserti gambaran neutrofilia dan laju endap darah yang meninggi. Pada urin dijumpai proteinuria, leukosituria dan torak. Bila organ hati terlibat, bilirubin direk meningkat tanpa peningkatan transaminase. Ureum dan kreatinin juga dapat meninggi bila terjadi komplikasi pada ginjal. Trombositopenia terdapat pada 50% kasus. Diagnosa pasti dengan isolasi leptospira dari cairan tubuh dan serologi.

Kultur dapat diambil dari darah atau CCS segera pada awal gejala. Dianjurkan pengambilan specimen pada fase leptospiremia serta belum diberi antibiotik. Kultur urin diambil setelah 2-4 minggu onset penyakit. Pada uji serologi, fungsi utamanya adalah mendeteksi adanya leptospira dengan cepat yaitu dengan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR), silver stain atau fluroscent antibody stain, dan mikroskop lapangan gelap.

Gejala KlinisTimbul dalam 2-26 hari setelah terinfeksi, rata-rata 10 hari. Leptospirosis mempunyai 2

fase penyakit yang khas yaitu fase leptospiremia dan fase imun.Fase Leptospiremia ditandai dengan adanya leptospira di dalam darah dan cairan serebrospinal, berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala biasa di daerah frontal, rasa sakit pada otot yang hebat terutama di paha, betis dan pinggang disertai nyeri tekan.

Pada fase imun ditandai dengan peningkatan titer antibodi, dapat timbul demam yang mencapai suhu 40 derajat Celsius disertai menggigil dan kelemahan umum. Terdapat rasa sakit yang menyeluruh pada leher, perut dan otot otot kaki terutama otot betis. Terdapat perdarahan berupa epistaksis, gejala kerusakan ginjal dan hati, uremia, ikterik, purpura, petechiae, epistaksis, perdarahan gusi adalah yang paling sering. Pada fase ini leptospira dapat dijumpai dalam urin.