Case Report Leptospirosis

51
Ujian Kasus LEPTOSPIROSIS KOAS FK UNISSULA PERIODE 25 Mei – 13 Juli 2015

description

Case Report Leptospirosis

Transcript of Case Report Leptospirosis

UJIAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Ujian Kasus

LEPTOSPIROSISKOAS FK UNISSULAPERIODE 25 Mei 13 Juli 2015

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA LEPTOSPISORIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGETAYUPERIODE 25 Mei 13 Juli 2015Masalah Leptospirosis merupakan salah satu emerging infectious diseases yang disebabkan oleh bakteri patogen yang disebut Leptospira interrogans dan ditularkan dari hewan kepada manusia (zoonosis) (WHO, 2003). Penyakit leptospira tersebar khususnya di daerah berawa-rawa atau pasca banjir (Zein, 2007). Kota Semarang yang lokasinya sering terkena banjir sering dijumpai kasus Leptospirosis.

Besar MasalahKasus Leptosipirosis di Indonesia selau tinggi, sejak tahun 2009 terdapat 335 kasus dengan 23 orang meninggal (CFR: 6,87 %), dan tahun 2010 ditemukan 409 kasus dengan 43 orang meninggal (CFR: 10,51 %) (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Sepanjang tahun 2012 tercatat sebanyak 81 kasus yang tersebar diberbagai wilah di Kota Semarang, 14 diantaranya meninggal dunia (DKK, 2012). Terdapat 7 kasus leptospirosis pada tahun 2012 di wilayah kerja Bangetayu. Pada 2013 terdapat 6 kasus leptospirosis. RUMUSAN MASALAHApa saja faktor yang mempengaruhi kejadian leptospirosis di wilayah kerja Puskesmas Bangetayu?

TUJUAN PENELITIANMemperoleh informasi tentang faktor yang mempengaruhi kejadian leptospirosis berdasarkan pendekatan HL. Blum.Tujuan Umum

Tujuan khusus

Mengetahui faktor perilaku yang mempengaruhi terjadinya leptospirosis.Mengetahui faktor pelayanan kesehatan yang mempengaruhi terjadinya leptospirosis.Mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya leptospirosis.ManfaatManfaat bagi mahasiswa Memberikan masukan dan informasi ilmiah untuk memperkaya keilmuan.Menjadi rujukan untuk penelitian yang lebih lanjut.Manfaat bagi masyarakatMemberi rekomendasi langsung kepada masyarakat untuk memperhatikan perilaku dan lingkungan tempat tinggalnya.Memberi rekomendasi kepada tenaga kesehatan untuk lebih memberdayakan masyarakat dalam upaya kesehatan promotif dan preventif penyakit leptospirosis.

Tinjauan PustakaDEFINISIETIOLOGILeptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interogans tanpa memandang bentuk spesifik serotipenya (Zein, 2007).

Leptospirosis disebabkan oleh genus leptospira, family treponemataceae, suatu mikroorganisme spirochaeta. Ciri khas organisme ini yakni berbelit, tipis, fleksibel, panjangnya 5-15 um, dengan spiral yang sangat halus, lebarnya 0,1-0,2 umEPIDEMIOLOGILeptospira tersebar di seluruh dunia, di semua benua kecuali benua Antartika, namun terbanyak didaerah tropis. Tikus merupakan vektor yang utama dari L.icterohaemorrhagica penyebab leptospirosis pada manusia. Di Indonesia leptospirosis ditemukan di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat (Zein, 2007).

pekerja di sawah, pertanian, perkebunan, pekerja tambang, pekerja di rumah potong hewanorang-orang yang mengadakan perkemahan di hutan, dokter hewan, orang yang sedang berekreasi seperti berenang di sungai, di daerah berawa (CDC, 2005)SELAPUT LENDIR EROSI/ LUKA PADA KULITRISIKO TINGGIKONTAK DENGAN LINGKUNGAN YANG TERKONTAMINASIMANUSIA

patogenesis

Gambaran Klinis LeptosipirosisMasa inkubasi 2-26 hari, biasanya 7-13 hari dan rata-rata 10 hari. Leptospirosis mempunyai 2 fase penyakit yang khas yaitu fase leptospiremia dan fase imun (Zein, 2007).Fase Leptospiremialeptospira di dalam darah dan cairan serebrospinal, berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala biasanya di frontal, rasa sakit pada otot yang hebat terutama pada paha, betis dan pinggang disertai nyeri tekan. Mialgia dapat diikuti dengan hiperestesi kulit, demam tinggi yang disertai menggigil, juga didapati mual dengan atau tanpa muntah disertai mencret.Pada hari ke 3-4 dapat dijumpai adanya konjungtival suffusion dan fotofobia. Fase ini berlangsung 4-7 hari. Jika cepat ditangani pasien akan membaik, penyembuhan organ-organ yang terlihat dan fungsinya kembali normal 3-6 minggu setelah onset.

Fase Imunpeningkatan titer antibody, dapat timbul demam yang mencapai suhu 40C disertai menggigil dan kelemahan umum.Terdapat rasa sakit yang menyeluruh pada leher, perut dan otot-otot kaki terutama otot betis. Terdapa perdarahan berupa epistaksis, gejala kerusakan pada ginjal dan hati, uremia, ikterik.

Klasifikasi LeptospirosisLeptospirosis anikterikSebagian besar manifestasi klinik leptospirosis adalah anikterik, dan ini diperkirakan mencapai 90% dari seluruh kasus leptospirosis di masyarakat.Leptospirosis ikterikIkterus umumnya dianggap sebagai indikator utama leptospirosis berat. Gagal ginjal akut, ikterus dan manifestasi perdarahan merupakan gambaran klinik khas penyakit WeilDiagnosis Leptospirosislaboratorium darah dijumpai leukositosis, normal atau sedikit menurun disertai gambaran neutrofilia dan laju endap darah yang meninggi. Pada urin dijumpai proteinuria, leukosituria .Pemeriksaan organ hati bilirubin direk meningkat tanpa peningkatan tranaminase. BUN, ureum dan kreatinin juga bias meninggi bila terjadi komplikasi pada ginjal (Maha, 2006; Zein, 2007)Kultur dilakukan dengan mengambil spesimen :darah atau CCS segera pada awal gejala. Dianjurkan untuk melakukan kultur ganda dan mengambil specimen pada fase leptospiremia serta belum diberi antibiotik. Kultur urin diambil setelah 2-4 minggu onset penyakit. Pada spesimen yang terkontaminasi, inokulasi hewan dapat digunakan. Serologi dapat dilakukan seperti pemeriksaan PCR, silver strain atau fluroscent antibody stain, dan mikroskop lapangan gelap (Zein, 2007).

PENGOBATANPengobatan suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi keadaan dehidrasi, hipotensi, perdarahan dan gagal ginjal sangat penting pada leptospirosis. Pemberian antibiotik harus dimulai secepat mungkin, biasanya pemberian dalam 4 hari setelah onset cukup efektif. Pada kasus yang berat pemberian intravena penicillin G, amoxicillin, ampicillin atau eritromisin dapat diberikan. Pada kasus ringan dapat diberikan antibiotik oral tetrasiklin, doksisiklin, ampisilin, atau amoksisilin maupun sefalosporin (Zein, 2007). pencegahanPencegahan hubungan dengan air / tanah yang terkontaminasiMelindungi sanitasi air minum pendudukPemberian Vaksinasi. Pencegahan dengan antibiotik. Pengendalian hospes perantara leptospira Usaha promotifBAB IIISTATUS PRESENT

Identitas PasienNama: Ny. SJenis kelamin: WanitaUmur: 47 tahunAgama: IslamStatus Perkawinan: JandaPendidikan terakhir: SDPekerjaan: Assisten Rumah TanggaAlamat: Jl. Karang Roto 05 RW 3 RT 7 Kel. Karangroto Kec. Genuk Nama penanggung jawab : Ny. SAlamat penanggung jawab: Jl. Karang Roto 05 RW 3 RT 7 Kel. Karangroto Kec. GenukHubungan keluarga: -No. Telepon: 08960247xxxxSumber pembiayaan kesehatan: JamkesmaskotDiagnosa medik: Leptospirosis UnspecifiedTanggal dirawat: 22 Mei 2015

ANAMNESISTanggal 30 Mei 2015Keluhan Utama: badan masih lemasRiwayat Penyakit Sekarang: Tanggal 20 April 2015 pasien mulai merasa tidak enak badan, demam, badan terasa pegal-pegal kemudian pasien memeriksakan diri ke dokter klinik di daerah bangetayu, dan diagnosis menderita typhoid. Beberapa hari setelah itu ketika ada kunjungan petugas Puskesmas Bangetayu pasien dimotivasi untuk memeriksakan diri ke Puskesmas Bangetayu. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut Pasien dirujuk ke RSUD kota Semarang karena dicurigai menderita leptospirosis. Saat ini pasien sedang dalam masa rehabilitatif pasca di opname selama 7 hari di RSUD Kota SemarangRiwayat penyakit dahulu Pernah sakit seperti ini: tidak pernahPenyakit bawaan ( genetik): tidak adaPenyakit degeneratif : tidak adaPenyakit yang menyebabkan penderita dirawat di RS : tidak adaPernah dirawat di rumah sakit: belum pernahRiwayat operasi: tidak adaRiwayat alergi: tidak adaRiwayat keluarga :Ada anggota keluarga yang sakit seperti ini: ada, almarhum suami pasien meninggal karena leptospirosisPenyakit yang diderita anggota keluarga : tidak adaAda penyakit yang diturunkan dari keluarga: tidak adaRiwayat sosial:Daerah tempat tinggalPasien tinggal di daerah dengan kepadatan penduduk cukup tinggi dengan higienitas lingkungan kurang.Penyakit yang ada di masyarakatMasyarakat di sekitar pasien hanya menderita ISPA dan gatal-gatal.Ada kejadian penyakit yang sama : tidak adaPemenuhan kebutuhan dasar:Makanan yang dimakan sehari hariPasien mengkonsumsi makanan yang cukup baik. Sehari-hari mengkonsumsi sayur dan tempe. Jarang mengkonsumsi daging.Sumber air minumSumber air minum yang digunakan berasal dari sumur arthesis yang dimasak terlebih dahulu.Penerapan pola hidup bersihkurangnya penerapan pola hidup bersih dan sehat di rumah pasien.lantai rumah sebagian massih berupa tanah sehingga sangat lembab. pasien jarang mengenakan alas kaki saat beraktivitas di dalam maupun di luar rumah. Sebagian besar tembok terdiri dari kayu yang sudah lapuk dan tidak rapat sehingga saat hujan air bisa masuk ke dalam rumah, tikus juga dapat masuk ke dalam rumah dengan bebas. Alat makan ditaruh di rak piring terbuka di bagian belakang rumah sehingga berpotensi kontaminasi dari tikus. Kamar mandi atapnya terbuka dan air bekas mandi bisa masuk ke dalam rumah karena letak nya yang lebih tinggi.PEMERIKSAAN FISIKTanda vitalKesadaran: sadarBB: 54 kgTB: 155 cmSuhu: 36.80CNadi: 92 x/menitTekanan darah: 120/80 mmHgPernafasan: 20 kali/menitRambut: hitam berubanMata: coklatEkstremitas : normal, nyeri tekan (-)ThoraksInspeksi: normalPerkusi: normalPalpasi: normalAuskultasi: normalAbdomen :Inspeksi: normalPerkusi: normalPalpasi: normalAuskultasi: normalNeuro-sensoriFungsi penglihatan : normal Fungsi pendengaran: normal Fungsi penciuman: normalFungsi perabaan: normalFungsi pencernaan: normalSistem perkemihan: normal

Status mentalPasien memiliki sifat agak pendiam , belakangan ini pasien sering merasa sedih teringat suaminya yang sudah meninggal.Musculoskeletal: normal Higiene: Pasien kurang memperhatikan higieneKomunikasi/ interaksi : normalFactor keamanan dan lingkunganFaktor resiko : pasien tidak merokok, tidak ketergantungan obat ataupun alkoholVentilasi: kurangKondisi rumah: tidak permanenKebersihan rumah: kurang, masih terdapat satu ruangan kosong yang tidak terawat dan kamar mandi masih atapnya terbuka. Lantai sebagian masih tanah.Faktor budaya dan AgamaKegiatan keagamaan:pasien tidak pernah mengikuti kegiatan keagamaan apapunPantangan / keyakinan: tidak ada pantanganTidur dan istirahatSusah tidur: iyaWaktu tidur: pukul 03.00Bantuan obat: tidakMakan dan minumDiet khusus: tidakKebiasaan makan minum: mandiriNafsu makan: mandiriAlergi makan minuman: tidakEliminasiKemampuan BAK: mandiriKemampuan BAB: mandiriMobilisasiRentang gerak atas : bebasRentang gerak bawah: bebasBerjalan: mandiriKemampuan perawatan diriMandi: mandiri Berpakaian: mandiriMenyisir rambut: mandiri Pemeriksaan TambahanLaboratorium : tidak ada keteranganRESUMEPada tanggal 20 April 2015 pasien mulai merasa tidak enak badan, demam, badan terasa pegal-pegal kemudian pasien memeriksakan diri ke dokter klinik di daerah bangetayu, dan diagnosis menderita typhoid.Beberapa hari setelah itu ketika ada kunjungan petugas Puskesmas Bangetayu pasien dimotivasi untuk memeriksakan diri ke Puskesmas Bangetayu.Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut Pasien dirujuk ke RSUD kota Semarang karena dicurigai menderita leptospirosis. Pasien mendapatkan perawatan selama 7 hari.Hasil pengamatan terhadap rumah pasien, didapatkan gambaran masih kurangnya penerapan pola hidup bersih dan sehat di rumah pasien.

Diagnosa: Leptospirosis unspecifiedTerapiTerapi diberikan di rumah sakit: tidak ada keteranganObat yang dibawa pulang: Doksisiklin, paracetamol, vit. B komplek

Data Anggota KeluargaNo.NamaHub dg pasienJenis kelaminUmurPendidikanPekerjaanAgama1Ny. SPasienP47 tahunSDAsisten Rumah TanggaIslam2DesianakP14 tahunSMPPelajarIslamData LingkunganData individuPasien tinggal bersama anak keduanya. kebersihan perorangan kurang, pasien mandi dua kali sehari, gosok gigi setelah mandi, setelah BAB cuci tangan. Pasien adalah tamatan SD, saat ini bekerja sebagai asisten rumah tangga. Tingkat pengetahuan tentang kesehatan leptospirosis masih kurang. Pasien mengetahui tentang leptospirosis saat suami pasien sudah dirawat di rumah sakit. Informasi tersebut didapat dari dokter yang merawat pasien dan suaminya.Data GenetikaKasus leptospirosis tidak berkaitan dengan genetikaEkonomiSemua biaya selama perawatan ditanggung oleh Jamkesmaskot. Pengahasilan pasien rata-rata Rp 1.500.000 per bulanSosialPasien tidak mengikuti kegiatan organisasi sosial di lingkungan rumah.MasyarakatPasien tinggal di lingkungan padat penduduk. Pasien sudah 7 tahun tinggal di rumahnya sekarang. Sebelumnya pasien juga tinggal di daerah Bangetayu namun karena kebutuhan ekonomi pasien menjual rumahnya yang lama dan membeli rumahnya yang sekarang. Hubungan pasien dengan masyarakat sekitar baik.Lingkungan RumahPasien tinggal di rumah yang ada di lingkungan padat penduduk. Rumah pasien terdiri dari satu ruang keluarga, 1 kamar tidur, satu dapur, dan satu kamar mandi. lantai rumah sebagian massih berupa tanah sehingga sangat lembab. Sebagian besar tembok terdiri dari kayu yang sudah lapuk dan tidak rapat sehingga saat hujan air bisa masuk ke dalam rumah, tikus juga dapat masuk ke dalam rumah dengan bebas. Alat makan ditaruh di rak piring terbuka di bagian belakang rumah sehingga berpotensi kontaminasi dari tikus. Kamar mandi atapnya terbuka dan air bekas mandi bisa masuk ke dalam rumah karena letak nya yang lebih tinggi.Data PerilakuPasien mengetahui tentang penyakit leptospirosis. Hal ini terjadi karena pasien sempat merawat suaminya yang terinfeksi leptospirosis. Pasien sering tidak menggunakan alas kaki sehingga menyebabkan adanya kaki pasien pecah-pecah. Pasien menderita demam setelah beberapa hari merawat pasien di RS. Pola makan pasien dan menu yang dikonsumsi cukup baik.Data Pelayanan yang Terdekat Pelayanan yang terdekat adalah Puskesmas Bangetayu. Cara tempuh cukup dengan naik angkutan kota. Puskesmas Bangetayu cukup aktif dalam memberikan edukasi / konseling dan pelayanan kesehatan di daerah tersebut. Terapi yang diterima pasien adalah sesuai dengan standar pengelolaan Rumah sakit yang terdekat adalah RSISA, RSUD Kota Semarang.

BAB IV ANALISALINGKUNGANLingkungan tempat tinggal sanitasi buruk, banyak tikusKurangnya PHBS di masyarakatPosisi rumah pasien lebih rendah dari jalan depan dan rumah di sekelilingnyaBanyak barang tidak terpakai yang menumpuk

PERILAKUHigiene sanitasi pasien yang masih kurang Kurangnya pengetahuan untuk melindungi diri dari bahaya kuman patogen

LEPTOSPIROSISGENETIK (-)PELAYANAN KESEHATAN (-)Daftar Penyebab MasalahLingkungan tempat tinggal sanitasi buruk, banyak tikusKurangnya PHBS di masyarakatPosisi rumah pasien lebih rendah dari jalan depan dan rumah di sekelilingnyaBanyak barang tidak terpakai yang menumpukHigiene sanitasi pasien yang masih kurang Kurangnya pengetahuan untuk melindungi diri dari bahaya kuman patogenURUTAN PRIORITAS PENYEBAB MASALAH Penyebab masalahUSGTotalPrioritas145211I234310II32338III42338III52215IV63104VDaftar Prioritas MasalahDari hasil pemilihan penyebab masalah tersebut, maka kelompok kami melanjutkan untuk menentukan kegiatan sebagai solusi terhadap Pasien.Lingkungan tempat tinggal sanitasi buruk, banyak tikusKurangnya PHBS di masyarakatPosisi rumah pasien lebih rendah dari jalan depan dan rumah di sekelilingnyaBanyak barang tidak terpakai yang menumpukHigiene sanitasi pasien yang masih kurang Kurangnya pengetahuan untuk melindungi diri dari bahaya kuman patogenPLAN OF ACTIONKegiatanTujuanSasaranMetodeWaktuBiayaPelaksanaIndikator KeberhasilanKerja bakti membersihkan rumah penderitaMeningkatkan higienitas di rumah penderitaSeluruh angggota keluarga pasienPraktik langsung6 juni 2015-Dokter Muda FK UnissulaLingkungan rumah lebih bersih dan rapiPemasanganKarpet plastikMengurangi kelembaban pada lantai rumah dan lebih mudah dibersihkanSeluruh anggota keluarga pasienPemasangan langsung6 juni 2015Rp. 128.000Dokter Muda FK UnissulaKarpet plastik terpasang pada ruang tamu dan kamar tidurPemasangan sengMencegah air masuk ke dalam rumah Seluruh anggota keluargaPemasangan langsung6 juni 2015Rp. 78.000Dokter Muda FK Unissulaseng terpasang di dindingPemberian box tempat penyimpanan alat makanMencegah kontaminasi alat makan dari tikus Seluruh anggota keluarga pasienPemasangan langsung6 juni 2015Rp 130.000Dokter Muda FK UnissulaAlat makan bersih disimpan dalam box penyimpananBAB VKESIMPULAN DAN SARANKESIMPULANLingkungan tempat tinggal buruk dan banyak terdapat tikus merupakan faktor resiko utama penemuan penyakit Leptospirosis di Karang Roto berdasarkan pendekatan H.L. Blum.Dengan meningkatkan kebersihan lingkungan rumah dan perilaku hidup bersih dan sehat pada seseorang dapat mencegah terjadi leptospirosis di Puskesmas Bangetayu.Keterbatasan pada pemberian intervensiSaran Kepada KeluargaMemberi saran untuk melakukan imunisasi dasar lengkap pada anggota keluarga.Membuka jendela sebagai ventilasi di rumah.Memasang genteng kaca untuk meningkatkan pencahayaan di rumah.Membersihkan rumah dan lingkungan sekitar 2 kali setiap hari.Menggunakan masker untuk perlindungan dan pencegahan penularan apabila ada anggota keluarga yang sakit.Meningkatkan kebiasaan menjaga kebersihan diri.Segera membawa anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan.