Kppab Kh Lapdul

48
PENDAHULUAN

description

semoga bermanfaat

Transcript of Kppab Kh Lapdul

Page 1: Kppab Kh Lapdul

PENDAHULUAN

Page 2: Kppab Kh Lapdul

Latar BelakangOtonomi daerah yang telah dilaksanakan sejak Januari 2001 membawa tuntutan pada Pemerintah Kabupaten untuk Iebih proaktif dan kreatif dalam membangun daerahnya masing-masing. Disamping itu, otonomi daerah juga membawa tantangan sekaligus peluang bagi setiap daerah untuk membangun dacrahnya sccara optimal sesuai dengan kondisi daerahnya. Dalam perkembangan selanjutnya otonomi teiah membuat pergeseran paradigma pembangunan dan yang sentralistik instruktif (top down) pada desentralistik, pemberdayaan masyarakat (bottom up) yang sesuai pada kebutuhan masyarakat lokal. Pergeseran tersebut membawa konsekuensi logis pada pola pembangunan diberbagai bidang. Salah satu kebijakan pemerintah yang telah menerapkan skema bottom up planning ini adalah Kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL). Kebijakan AMPL mi merupakan kebijakan yang berorientasi pada basis masyarakat dengan mengacu aspek pemberdayaan masyarakat.

Penyediaan sarana air minum bagi penduduk di Kabupaten Kapuas Hulu belum scluruhnya terpenuhi akibat kebutuhan masyarakat untuk air minum yang semakin meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk (laju pertumbuhan rata-rata 0,98 % per tahun) belum diimbangi dengan pembangunan sarana dan prasarana air minum. Akses masyarakat miskin terhadap pelayanan air minum di penyehatan lingkungan yang masih rendah merupakan salah satu kendala yang dihadapi termasuk sangat rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan dan pemeliharaan sarana air bersih.

Pada tahun 2012 cakupan pelayanan air bersih PDAM Kabupaten Kapuas Hulu sebesar 17,4 %. (kurang lebih 40.000 penduduk), cakupan pelayanan air bersih non PDAM sebesar 23 %. Pelayanan PDAM tersebut meliputi 3 kecamatan dan 23 kecamatan yang ada. Kecamatan-kecamatan

Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Page 3: Kppab Kh Lapdul

2Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

yang sudah mendapatkan pelayanan air bersih PDAM adalah Kecamatan Putussibau Utara, Putussibau Selatan dan Kecamatan Badau.

Pelayanan air bersih Non PDAM meliputi seluruh kecamatan yang ada dengan sumber air dari sungai, mata air pegunungan dan air hujan. Sumur dangkal dibeberapa kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu rata-rata berkualitas sedang dan buruk. Hal ini diindikasikan karena sebagian besar penduduk berada di wilayah pasang surut sungai.

Kecilnya tingkat pelayanan air bersih PDAM di Kabupaten Kapuas Hulu yang hanya 17,4 % antara lain disebabkan oleh:

1. 20 kecamatan dari 25 kecamatan belum terlayani PDAM masih memprioritaskan pelayanan pada ibukota kabupaten di Putussibau. Di Kecamatan Badau, meskipun sudah terlayani PDAM tetapi tingkat pelayanannya masih sangat rendah dan kurang stabil.

2. Tingginya nilai investasi untuk membangun sistem baru pada daerah pelayan baru.

3. Minat penduduk berlangganan air bersih PDAM masih rendah, sehingga mengandalkan air sungai dan air hujan.

4. Air yang masih dipandang sebagai benda sosial tercermin dari tarif yang tidak mencerminkan biaya produksi yang sesungguhnya (the real production cost), sehingga berdampak pada kurangnya investasi pengembangan usaha.

5. PDAM sampai saat ini masih terjadi kebocoran yang cukup tinggi yaitu 40% hal ini diakibatkan karena usia jaringan pipa pendistribusian air minum kepada pelanggan PDAM.

Di Kabupaten Kapuas Hulu untuk penanganan air bersih maupun penyehatan lingkungan masih terkesan parsial. Penanganan air bersih dilakukan oleh PDAM sebagai lembaga penyedia air bersih yang relatif lebih berorientasi pada aspek profit, sementara di sisi yang lain pemerintah kabupaten dari tahun ke tahun selalu menyediakan anggaran untuk penyediaan air

bersih yang di kelola Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang. Penanganan sanitasi dan penyehatan lingkungan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan Badan Lingkungan Hidup juga belum sepenuhnya berorientasi pada data base daerah. Disamping itu penanganan masalah air bersih dan penyehatan lingkungan tersebut belum sepenuhnya berorientasi berbasis masyarakat baik pada tahapan perencanaan, konstruksi ataupun pada tahapan operasi dan pemeliharaan.

Melihat kondisi di atas, Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu menganggap perlu mengambil kebijakan lanjutan sesuai dengan Program Kebijakan Nasional AMPL-BM untuk mengkaji peningkatan pelayanan air bersih guna mendukung Pemerintah Indonesia dalam mencapai Millenium Develpment Goals (MDGs) yang dihasilkan pada Johannesburg Summit pada Tahun 2002 yang salah satunya kesepakatannya adalah pada tahun 2015 mengurangi separo proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi dasar.

Dasar HukumKajian Pengembangan Pelayanan Air Bersih di Kabupaten Kapuas Hulu ini didasarkan pada beberapa ketentuan dan perundangan yang berlaku terutama :

1. Undang-Undang No. 07/2004 tentang Sumber Daya Air

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

4. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah

6. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan

Page 4: Kppab Kh Lapdul

3Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai

8. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2008 tentang Dewan Sumber Daya Air

9. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2011 tentang Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air

10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang

12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air

13. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

14. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2011-2031

Maksud Dan TujuanMaksud Kajian Pengembangan Pelayanan Air Bersih di Kabupaten Kapuas Hulu ini adalah agar Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu mempunyai arah acuan secara strategis dalam melaksanakan pembangunan dan pengelolaan air bersih. Sedangkan tujuan dari kajian ini adalah sebagai berikut :

1. Terumuskannya dasar-dasar pengambilan keputusan dalam pengembangan pelayanan air bersih di Kabupaten Kapuas Hulu

2. Tersusunnya pedoman pengorganisasian dalam pelaksanaan pembangunan prasarana air bersih agar sistematis dan terpadu,

3. Terumuskannya perkiraan pembiayaan dalarn pembangunan sarana dan prasarana air bersih di Kabupaten Kapuas Hulu

4. Tersusunnya suatu pedoman untuk melakukan sosial marketing peningkatan

pelayanan air bersih di Kabupaten Kapuas Hulu

Ruang Lingkup Perencanaan

Lingkup Substansi

Lingkup pekerjaan yang tercakup dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Energi Alternatif Untuk Kelistrikan di Kabupaten Kapuas Hulu ini adalah :

1. Persiapan

Pada tahap pekerjaan persiapan tim penyusun melaksanakan kegiatan sebagai berikut :

a) Koordinasi dengan direksi pekerjaan.

b) Pengumpulan data awal, data primer dan sekunder, buku buku‐ referensi yang berhubungan dengan pekerjaan ini sebagai bahan referensi medan/lapangan dan untuk penyempurnaan program kerja sehingga akan dicapai suatu hasil pekerjaan yang maksimal.

c) Desk studi dan diskusi awald) Pembuatan dan penyususunan

program kerja, pembagian tugas dan pengarahan.

2. Melakukan Survey Dan Pengukuran

Kegiatan survey ini meliputi :

a) Survey Lapangan untuk menginventarisasi fakta-fakta berikut:

b) Sumber-sumber air bersih yang tersebar di seluruh kecamatan, meliputi jenis, kapasitas, kelayakan pengembangannya dan hambatan-hambatan maupun dampak yang mungkin ditimbulkan dalam pengembangannya

c) Karakteristik pelayanan air bersih daerah Kabupaten Kapuas Hulu baik dari aspek demand maupun supply

Page 5: Kppab Kh Lapdul

4Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

d) Survey Karakteristik Sosial Ekonomi masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu terutama dikaitkan dengan karakteristik konsumsi air bersih.

e) Survey fisik dan pola pemanfaatan lahan dan kondisi sarana prasarana wilayah yang berkaitan dengan usaha pengembangan air bersih perkotaan dan perdesaan.

f) Survey Penjaringan Aspirasi Masyarakat dengan metode sampling

3. Evaluasi, Analisis dan Perencanaan Teknis, meliputi :

a) Kajian kebijakan umum di bidang sarana dan prasarana wilayah terutama air bersih

b) Kajian mengenai potensi pengembangan dan permasalahan system pelayanan air bersih Kabupaten Kapuas Hulu.

c) Kajian teknis yang difokuskan pada pengembangan pelayanan air bersih sampai 20 tahun mendatang sesuai arahan RTRW Kbupaten Kapuas Hulu, potensi yang ada serta berbagai kendala yang dihadapi.

d) Kajian kelayakan ekonomi pengembangan sumber-sumber air baku yang ada dikaitkan dengan kemampuan ekonomi masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu.

e) Perumusan Kebijakan Dasar Pengembangan Pelayanan Air Bersih di Kabupaten Kapuas Hulu

f) Perumusan Rencana Strategis Pengembangan Pelayanan Air Bersih di Kabupaten Kapuas Hulu

g) Perumusan Indikasi Program Jangka Menengah Pengembangan Pelayanan Air Bersih di Kabupaten Kapuas Hulu

Lingkup Wilayah Perencanaan

Lingkup wilayah studi ini adalah seluruh wilayah administratif Kabupaten Kapuas Hulu

dengan luas 29.842 Km2 yang merupakan 20,33 % dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat (146.807 Km2). Secara Administratif sesuai Surat Keputusan Bupati Kapuas Hulu Nomor 143 Tahun 2007, Kabupaten Kapuas Hulu di bagi menjadi 25 Kecamatan, 4 Kelurahan, 208 Desa dan 547 Dusun. Secara astronomi terletak antara 0,50o Lintang Utara sampai 1,40 o Lintang Selatan dan antara 111,400 o Bujur Barat sampai 114,100 o Bujur Timur. Adapun Batas-batas Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu adalah sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Berbatasan dengan Serawak (Malaysia Timur)

• Sebalah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Sintang

• Sebelah Timur : Berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah

• Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kabupaten Sintang dan Provinsi Kalimantan Tengah.

MeodologiUntuk menunjang keberhasilan studi ini, maka perlu dilakukan pendekatan terhadap aspek-aspek berikut ini :

• Aspek Kebijakan • Aspek Fisik• Aspek Ekonomi, Sosial dan Budaya• Aspek Pembiayaan dan Kelembagaan

Pendekatan Perencanaan

Pendekatan Kebijakan

Perencanaan Pengelolaan Air bersih merupakan bagian dari perencanaan sebuah wilayah kabupaten yang kompleks. Dengan demikian untuk mengintegrasikan rencana penyediaan air bersih dengan aspek-aspek perwilayahan yang lain perlu dilakukan pendekatan terhadap kebijakan rencana tata ruang wilayah yang telah disusun. Dengan demikian maka pengembangan kawasan

Page 6: Kppab Kh Lapdul

5Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

perencanaan tidak terlepas dari kebijakan makro pengembangan wilayah kabupaten.

Rencana tata ruang wilayah biasa dituangkan dalam dokumen resmi yang dikeluarkan pemerintah daerah berupa RTRW Kabupaten, RTRW Ibukota Kabupaten, RTRW Ibukota Kecamatan, RDTR Kota, RTRK serta RTBL. Pada kegiatan studi ini dokumen-dokumen tersebut akan menjadi titik acuan bagi perencanaan pengelolaan air bersih di masing-maing wilayah. Penerapan aspek-aspek dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten ke dalam program ini tidak lain agar perencanaan tetap sesuai dengan perkembangan kota yang terkini.

Pendekatan Fisik

Salah satu pendekatan utama perencanaan pengelolaan air bersih suatu kawasan adalah kondisi fisik dasar. Hal ini terkait dengan penyesuaian rancang bangun IPA (isntalasi pengolahan air) sebagai respon terhadap kondisi alam. Meskipun secara ekstrim kondisi alam yang tidak menguntungkan dapat dipecahkan dengan teknologi, namun hal ini memerlukan pembiayaan yang lebih besar baik dalam pemeliharaan maupun pembangunannya. Dengan demikian tindakan paling efektif adalah merespon alam ke dalam bentuk rancangan teknik infrastruktur yang direncanakan.

Potensi dan kendala fisik dasar alamiah inilah yang menjadi dasar utama pengembangan infrastruktur IPA di setiap wilayah permukiman. Identifikasi terhadap karakter fisik dasar yang perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan air bersih di kawasan permukiman antara lain :

• Topografi dan Morfologi• Geologi dan jenis tanah• Hidrogeologi • Micro Klimatologi (curah hujan)

Studi Pelayanan Air Bersih ini merupakan bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan wilayah secara keseluruhan, yang berarti suatu upaya untuk membangun wilayah secara komprehensif dan integral agar pembangunan wilayah dapat terwujud

sesuai dengan yang direncanakan. Tujuananya adalah untuk membentuk wilayah permukiman yang dapat mencerminkan keindahan, kenyamanan lingkungan dalam lingkup ruang dan waktu, dengan mengkaitkan hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Dengan demikian pengelolaan air bersih merupakan penjabaran rencana pembangunan wilayah perkotaan dan perdesaan.

Berkaitan dengan hal tersebut maka rencana pengelolaan air bersih yang akan dilakukan bertujuan agar terwujud lingkungan permukiman yang tanggap terhadap kondisi sekitarnya dan perkembangan wilayah permukiman selanjutnya.

Pendekatan Aspek Ekonomi Sosial dan Budaya

Keberhasilan pengelolaan air bersih suatu wilayah dipengaruhi oleh intervensi yang dilakukan terhadap pengembangan ekonomi lokal yang dapat menghidupi kawasan tersebut dan rekayasa kelembagaan yang sesuai. Pertumbuhan ekonomi wilayah sangat perperan dalam keberlanjutan proses pengembangan dan pemeliharaan sistem pelayanan air bersih kawasan, karena intervensi fisik yang dilakukan sebagai stimulan akan dapat terus bergulir dan berkembang apabila ekonomi wilayah juga berkembang. Perkembangan ekonomi ini diperlukan untuk ‘membiayai sendiri’ proses pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur Air Bersih wilayah dengan dukungan kelembagaan yang tepat.

Sebaliknya, pengembangan infrastruktur Pelayanan Air Bersih suatu wilayah akan dapat meningkatkan perekonomian wilayah tersebut. Dalam konteks nasional, setiap 10% pertumbuhan infrastruktur mengakibatkan perekonomian meningkat 0,4 %. Fenomena pada tataran nasional tersebut tentu juga terjadi pada skala yang lebih kecil sampai pada tataran wilayah kabupaten. Pengembangan ekonomi lokal merupakan landasan agar kegiatan pengembangan prasarana wilayah dapat berlangsung secara kontinyu dan berkembang. Kelangsungan

Page 7: Kppab Kh Lapdul

6Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

program pengelolaan air bersih ini akan membutuhkan pegelolaan dan pemeliharaan yang baik, untuk itu perhatian terhadap aspek ekonomi merupakan salah satu kunci keberhasilan program ini.

Pendekatan lainnya adalah menggali sinergi positif antara pemerintah kabupaten, masyarakat dan investasi swasta, dalam suatu kerjasama saling menguntungkan. Sinergi ini diperlukan agar wilayah dapat tetap hidup dan menghidupi masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Namun hal-hal tersebut harus dikemas dengan pendekatan sosial budaya yang berkembang di dalam masyarakat. Sehingga sistem pelayanan air bersih yang diterapkan tidak berbenturan dengan akar sosial budaya yang sudah ada di dalam masyarakat. Dalam upaya untuk menggali potensi ekonomi wilayah perlu diidentifikasi terhadap aspek aspek yang mempengaruhi kekuatan ekonomi wilayah.

Pendekatan Aspek Kelembagaan

Pendekatan terhadap aspek kelembagaan dimulai dari indikasi keterlibatan lembaga-lembaga dan instansi terkait di dalam pengelolaan air bersih di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu. Secara umum kelembagaan yang dibentuk harus melibatkan secara aktif seluruh aktor pembangunan yang meliputi pemerintah (pusat), pemerintah daerah (kabupaten dan propinsi) swasta dan masyarakat.

Pendekatan kelembagaan yang saling menguntungkan akan memberikan manfaat terhadap kelangsungan dan keberlanjutan pengelolaan air bersih wilayah. Hal ini dapat dicapai apabila seluruh aktor pembangunan memperoleh manfaat ekonomi dan sosial.

Sedangkan pendekatan terhadap peran serta masyarakat dalam perencanaan pengelolaan air bersih dapat membantu proses pembangunan relatif jadi lebih lancar. Kendala-kendala non teknis diharapkan telah dapat terlihat jauh sebelum pelaksanaan pembangunan sehingga langkah-langkah antisipatif dapat dilakukan.

Metodologi StudiStudi ini merupakan studi kasus pengelolaan air bersih domestik di beberapa wilayah perkotaan dan perdesaan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Kapuas Hulu. Secara umum studi kasus dapat diartikan sebagai metode atau strategi penelitian dan sekaligus hasil suatu penelitian pada kasus tertentu. Studi kasus lebih dipahami sebagai pendekatan untuk mempelajari, menerangkan atau menginterpretasi suatu kasus dalam konteksnya yang alamiah tanpa adanya intervensi dari pihak luar. Tipe studi ini adalah tipe deskriptif kualitatif karena didasarkan pada kondisi empirik yang ditemukan di lapangan yang menggambarkan suatu fenomena yang mempunyai keterkaitan dengan upaya peningkatan pengelolaan air bersih domestik di wilayah studi

Menurut Sujarwo (2001:51) pendekatan deskriptif merupakan studi yang berpola penggambaran apa yang ada di lapangan dan mengupayakan penggambaran data, terlepas apakah data itu kualitatif ataupun kuantitatif.

Dengan pendekatan ini tim studi diberikan kebebasan untuk menggambarkan dan menelaah kondisi dari obyek penelitian dari sudut pandang yang ada padanya. Tidak adanya batasan tertentu yang kaku membuat setiap fenomena yang ditemukan pada saat proses penelitian dapat dijabarkan sesuai dengan literatur pengembangan kawasan yang ada.

Lingkup Kajian

Pada studi ini, aspek-aspek yang dikaji adalah

1. Kelembagaan pemerintah beserta tupoksi dan kinerjanya yang terkait dengan pengelolaan air bersih domestik dan kelembagaan lokal yang memungkinkan menangani pengelolaan air bersih di masyarakat.

2. Sumber dan potensi pembiayaan yang dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan air bersih di Kabupaten Kapuas Hulu

Page 8: Kppab Kh Lapdul

7Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

3. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air bersih termasuk persepsi, kebiasaan dan peran stakeholders dalam meningkatkan partisipasi masyarakat.

4. Peraturan dan kebijakan yang terkait dengan pengelolaan air bersih di Kabuppaten Kapuas Hulu.

Page 9: Kppab Kh Lapdul

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran Studi

KONDISI WILAYAH STUDI

IDENTIFIKASI PERMASALAHANSISTEM PELAYANAN AIR BERSIHDI WILAYAH STUDI :- Aspek Kebijakan- Aspek Kelembagaan- Aspek Persepsi & Partisipasi Masyarakat- Aspek Pembiayaan- Aspek Teknologi

Kajian Teoritis :- Perencanaan- Perencanaan pembangunan

partisipatif- Pengelolaan lingkungan- Karakteristik Air Bersih- Sanitasi di wilayah

pemukiman- Pola pengelolaan air

limbah domestik berbasis masyarakat

STANDAR TEKNISPENGELOLAAN AIR

BERSIH

ASPEKKEBIJAKAN &

REGULASI

ASPEKKELEMBAGAAN &

PEMBIAYAAN

GAMBARAN WILAYAH STUDI :- Fisik dasar & Lingkungan- Sosial Budaya- Sosial Ekonomi- Karakteristik Pelayanan Air Bersih

PERSEPSI DANPARTISIPASI

MASYARAKAT

TEKNIK -TEKNIKPENGOLAHAN & PENGELOLAAN

AIR BERSIH

ANALISIS KUALITATIF,ANALISIS KUANTITATIF

&ANALISIS SWOT

REKOMENDASI PENGEMBANGAN SISTEM PELAYANANAIR BERSIH- Kebijakan & Strategi- Teknik Pengelolaan & Pengolahan Air Bersih- Sistem Pembiayaan Pengelolaan Air Bersih- Sistem Kelembagaan Pengelola Air Bersih- Rumusan Partisipasi Masyakarat dlm Pengelolaan Air Bersih

Teknik Analisis

Teknis analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, yaitu teknik analisis yang melakukan pendekatan analisis dengan menggunakan sudut pandang tim ahli studi sebagai alat analisis utama.

Data yang telah dikumpulkan dari beberapa sumber kemudian dianalisa dengan mempertimbangkan pendapat, pemikiran, persepsi dan interpretasi dari pihak-pihak yang berkompetensi dengan masalah penelitian.

Selain itu dalam rangka menentukan strategi dan kebijakan dalam penyusunan perencanaan sistem pelayanan air bersih di Kabupaten Kapuas Hulu dilakukan juga analisis SWOT.

Metode Pengumpulan Data Dan InformasiPengumpulan data dan informasi yang diperlukan sebagai bahan masukan bagi pekerjaan kajian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Survai Sekunder, yang ditujukan untuk mendapatkan data sekunder yang dimiliki oleh instansi-instansi terkait, baik pemerintah maupun swasta, termasuk dalam survey ini adalah studi literatur.

2) Observasi Lapangan, yang berupa pengamatan atau peninjauan langsung terhadap kondisi pengelolaan air bersih kota, terutama menyangkut karakteristik fisik dan kualitas air bersih yang meliputi jumlah penduduk kota, jumlah produksi air bersih per rumah tangga, kuantitas dan kualitas air bersih non domestik (perkantoran, sosial, perdagangan dan jasa, dan lain-lain); karakteristik pengelolaan air bersih yang meliputi cara penanganan air bersih individual, sistem pengelolaan air bersih komunal, karakteristik dan sebaran infrastruktur, sistem pengaliran air bersih, kondisi dan sistem pengolahan air bersih yang sudah ada, dan lain-lain.

3) Teknik Wawancara dan atau kuesioner, umumnya teknik ini dilakukan apabila data atau informasi sebagai bahan masukan tidak terdapat dalam data sekunder. Wawancara atau interview ini biasanya dilakukan kepada pejabat atau staf instansi terkait dan tokoh masyarakat dan masyarakat umum untuk

Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Page 10: Kppab Kh Lapdul

2Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

mendapatkan informasi berbagai hal yang berkaitan dengan berbagai aspek pengelolaan air bersih Kabupaten Kapuas Hulu.

Dengan kombinasi ketiga metoda pengumpulan data/informasi seperti disebutkan di atas, maka diharapkan kebutuhan data dan informasi sebagai bahan masukan dalam proses studi ini dapat diperoleh seoptimal mungkin.

Sistematika Laporan Laporan Antara ini dibagi dalam 4 bab dengan dengan rincian sebagaii berikut :

1) Bab 1 merupakan bahasan Pendahuluan yang intinya melaporkan latar belakang, tujuan dan sasaran, dasar hukum dan ruang lingkup perencanaan baik lingkup substansial maupun lingkup wilayah perencanaan.

2) Bab 2 merupakan bahasan mengenai pemahaman tim penyusun tentang Gambaran Umum Kabupaten Kapuas Hulu yang disusun secara sistematis meliputi kondisi geografis dan administratif Kabupaten Kapuas Hulu, Kondisi Fisik dan Sumberdaya Alam, Kondisi Pola Penggunaan Lahan, Kondisi Demografis, Ketersediaan Sarana dan Prasarana Wilayah Kabupaten, terutama aspek pelayanan air bersih.

3) Bab 3 adalah laporan tim penyusun mengenai kondisi sistem pelayanan air bersih yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu saat ini.

4) Bab 4 membahas kajian mengenai proyeksi kebutuhan air bersih Kabupaten Kapuas Hulu.

Page 11: Kppab Kh Lapdul

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KAPUAS

HULU

Page 12: Kppab Kh Lapdul

Pada bab dua ini meninjau karakteristik, potensi dan permasalahan wilayah perencanaan. Ada beberapa aspek dasar yang dikaji dalam bab ini antara lain adalah karakteristik fisik lahan yang meliputi kondisi fisik dasar, penggunaan lahan dan status penguasaan lahan, serta aspek daya dukung lahan yang mencakup kajian terhadap limitasi dan kendala pengembangan wilayah dan wilayah yang berpo-tensi untuk dikembangkan sesuai dengan lahan dan sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya.

KARAKTERISTIK FISIK LAHAN

Kondisi Fisik Dasar

Fisiografi Wilayah

Kabupaten Kapuas Hulu secara fisiografis dibedakan menjadi tiga wilayah yaitu wilayah dataran DAS Kapuas, wilayah Pegunungan Kapuas Hulu dan wilayah Pegunungan Muller.

Wilayah Daerah Aliran Sungai ini merupakan rangkaian dari danau-danau dan rawa-rawa yag dangkal dan teras-teras rendah yang sangat luas, tanah bergambut dan tidak subur, kemudian dikelilingi oleh pinggiran sempit yang meliputi dataran berombak dan bukit-bukit yang terpencar sehingga kawasan tersebut minim sekali daerah datar. Dengan rangkaian pegunungan mencapai ketinggian 500 sampai 1800 meter di Gunung Lawit disebelah utara, mengelilingi daerah seluas 10.780 Km2 ini hampir disemua sisinya.

Berdasarkan hasil investigasi, dataran-dataran di sekitar perbatasan Daerah Aliran Sungai ini dianggap mengandung sumber batubara dan minyak bumi. Kegiatan pertanian yang agak menetap dilakukan secara insentif di dataran-dataran sungai sempit, sedangkan kegiatan beladang dengan sistem berpindah-pindah banyak mempengaruhi kawasan pinggir Daerah Aliran Sungai ini.

Tabel 1 : Nama Gunung Dengan Ketinggian di atas 1000 meter Menurut Lokasi Di Kabupaten Kapuas Hulu

Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Page 13: Kppab Kh Lapdul

2Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

Wilayah berikutnya adalah Pegunungan Muller dengan luas ± 18.370 Km2 (termasuk bagian Pegunungan Muller di Kabupaten Sintang) yang dicirikan oleh gunung-gunung batu sendimen yang agak tinggi dalam bentuk punggung-punggung yang memanjang, kuesta-kuesta dan bukit-bukit di kaki gunung yang membatasi daerah aliran pedalaman yang berbukit dan sumbat-sumbat vulkanik serta kerucut-kerucut yang terpencil. Wilayah ini didrainase oleh Sungai Kapuas sedangkan sebelah Selatan didrainase oleh Sungai Kapuas dan Sungai Melawi (Kabupaten Melawi). Kabupaten Kapuas Hulu memiliki beberapa gunung dengan ketinggian rata-rata di atas 1000 meter di atas permukaan laut (lihat Tabel 1).

Posisi Geografis dan Administrasi

Kabupaten Kapuas Hulu terletak di bagian Timur wilayah Propinsi Kalimantan Barat, dengan koordinat 0,5 derajat Lintang Utara sampai 1,4 derajat Lintang Selatan dan antara 111,40 derajat Bujur Barat sampai dengan 114,10 derajat Bujur Timur.

Sebelah Utara berbatasan dengan Serawak (Malaysia Timur), sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sintang, sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, sedangkan sebelah Selatan juga berbatasan dengan Kabupaten Sintang. Kabupaten Kapuas Hulu memanjang dari arah Barat ke Timur dengan jarak terpanjang adalah ± 240 Km dan melebar dari Utara ke Selatan ±126,70 Km.

Kabupaten Kapuas Hulu terbagi menjadi 25 wilayah administratif kecamatan dengan luas total 29.841,99 Km2 atau sekitar 20,33 % dari luas Kalimantan Barat (146.807 Km2), sedangkan Kota Putussibau sebagai ibukota kabupatennya dengan luas 4,122 Km2 atau sekitar 0,013 % dari luasan total Kabupaten Kapuas Hulu. Kecamatan terluas di

kabupaten ini adalah Kecamatan Hulu Kapuas dengan luas 5.279,85 km2, sedangkan kecamatan yang terkecil luasanya adalah Kecamatan Putussibau Selatan dengan luas 72,45 Km2 (lihat Tabel 2).

Tabel 2 : Luas Kabupaten Kapuas Hulu Dirinci Perkecamatan

Iklim

Iklim di Kabupaten Kapuas Hulu dikelompokkan sebagai “Afaw”, (menurut sistem kopen) yaitu iklim isotermal hujan tropik dengan musim kemarau yang panas. Maksimum curah hujan ganda dan dengan suhu rata-rata dalam bulan terpanas lebih tinggi dari 22 derajat celcius. Di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu suhu berkisar antara 22,90C ± 31,050C. sedangkan hari hujan berkisar antara 180 hingga 184 hari per tahun dengan curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 4.000 mm sampai 4.727 mm. Jumlah hari hujan yang tinggi disertai dengan curah hujan yang besar ini pada umumnya merata di daerah kecamatan, sehingga hutan-hutan di Kabupaten Kapuas Hulu cukup lebat dan subur.

Dampak hujan cukup besar ini menyebabkan proses pencucian tanah berjalan dengan cepat disamping banjir musiman yang sering melanda daerah sepanjang Sungai Kapuas yang lamanya antara 1/3 sampai 6 bulan.

Page 14: Kppab Kh Lapdul

3Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

Bila air sungai menjadi surut pada musim kemarau, maka terjadi pen-dangkalan alur-alur sungai dan akibatnya transportasi menjadi terhambat, terutama daerah pedlaman yang sungai-sungainya menjadi urat nadi perhubungan dari dan ke ibukota Kabupaten.

Topografi

Secara keseluruhan Kabupaten Kapuas Hulu merupakan daerah yang telah mengalami pengikisan dan sudah semakin tua, yang ditandai dengan gradient sungai yang kecil dan berbelok-belok. Bentuk permukaan bumi daerah Kabupaten Kapuas Hulu umumnya berbentuk wajan (kuali) yang terdiri dari dataran rendah/cekung yang terendam air memanjang dari hilir Nanga Manday terus ke arah Barat mengikuti aliran Sungai Kapuas sampai Nanga Suhaid Kecamatan Suhaid.

Pada dataran tinggi/miring diselingi oleh rawa-rawa memanjang tetapi sempit atau diselingi oleh buit-bukit kecil. Dataran ini termasuk kategori yang biasanya digenangi air pada waktu-wkatu tertentu, yakni ketika terjadi curah hujan yang tinggi yang menyebabkan banjir dan tergenang air selama 2-5 jam saja. Dataran yang tinggi/miring ini terletak pada ketinggian sekitar 4.761 meter dari permukaan laut.

Tabel 3 : Luas Kemiringan Lahan Di Kabupaten Kapuas Hulu

Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu sebagian besar memiliki ketinggian antara 25 ampai 500 meter. Sebagian besar daerah dengan ketinggian di atas 500 meter terdapat di Pegunungan Kapuas Hulu di sebelah Utara dan bagian Timur Kabupaten Kapuas Hulu yang melingkar sampai ke Pegunungan Muller dekat perbatasan dengan Kalimantan Tengah. Daerah lembah dan lereng Pegunungan Kapuas Hulu dan Pegunungan

Muller umumnya memiliki ketinggian antara 100-500 meter. Sebagian kecil daerah perbukitan di sebelah Utara dn Timur gugusan Danau Luar di Kecamatan Batang Lupar juga memiliki ketinggian antara 100-500 meter.

Keadaan topografi Kapuas Hulu sangat bervariatif mulai dari dataran alluvial perbukitan sampai pegunungan. Bentuk permukaan lahan datar seluas 798.240 Ha dengan kemiringan 0-2 % umumnya berada di wilayah dataran rawa Daerah Aliran Sungai Kapuas sedangkan lahan yang tersebar di daerah-daerah kaki perbukitan di Kecamatan Selimbau, Badau, Kecamatan Batang Lupar, Embau Bagian Selatan dan Empanang Bagian Utara mempunyai kemiringan 2-15%.

Jenis Tanah

Deskripsi dan analisis struktur dan jenis tanah pada laporan RTRWK Kapuas Hulu didasarkan pada tinjauan Peta Tanah Eksplorasi Propinsi Kalimantan Barat skala 1 : 1.000.000 oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor ditemukan beberapa jenis tanah sebagai berikut :

1. Tanah Organosol, Gley Humus

Tanah organosol merupakan segolonhan tanah yang tersusun dri bahan organik atau campuran bahan mineral dan bahan organik setebal paling sedikit 50 cm mengandug paling sedikit 30 % bahan organik (bila liat), atau 20 % (bila berpasir). Kepadatan atau bulkdensity kurang dari 0,6 dan selalu jenuh air. Tanah ini mudah mengerut tak balik, dan bila kering peka erosi dan mudah terbakar.

Jenis tanah gambut terbesar di Kabupaten Kapuas Hulu adalah jenis oligotrop dengan tebal rata-rata 3 meter. Tanah gambut ini sangat permeabel. Drainase dengan penggalian parit dengan cepat menurunkan permukaan tanah karena proses eksidasi, meneralisasi dan pengerutan yang dipercepat.

Di dataran rendah seperti datara berawa sekitar Sungai Kapuas tanah gambut berasosiasi dengan tanah glei humus dan aluvial hidromorf. Tanah di dataran ini

Page 15: Kppab Kh Lapdul

4Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

sebagian besar dipengaruhi oleh pasang surut. Di beberapa tempat, bagian yang mendapat limpahan air pasang dengan ketebalan gambut kurang dari satu meter banyak dimanfaatkan penduduk sebagai lahan persawahan pasang surut. Jenis gambut yang berpotensi tingi untuk pertanian adalah gambut eutrop dimana air yang menggenanginya mengandung unsur hara dan mineral yang cukup tinggi. Namun demikian, keban-yakan tanah gambut di

Kapuas Hulu yang merupakan gambut oligotrop umumnya sangat kurus serta terancam racun dari humus yang masam walaupun tanah gambut ini masih memberi kemungkinan untuk pengembangan tanaman tanah kering (upland crops).

Kebanyak tanah gambut di temukan di dataran rendah aliran Sungai Kapuas Hulu. Tanah gambut di daerah ini tergolong sebagai tropohemist, troposaprist dan topofibrist dengan kedalaman 6 meter. Gambut-gambut tersebut sangat masam, mempunyai kemampuan pertukaran kation yang tinggi tetapi tidak jenuh dan umumnya sangat miskin hara utama maupun minor. Air banjir melalui endapan mineral dan bahan-bahan organik segera dapat menghasilkan nitrogen berkadar sedang atau bahkan tinggi, fosfor dan potasium di dlaam lapisan-lapisan permukaan. Luas daerah dengan jenis tanah ini mencakup areal seluas 552.000 ha atau sekitar 18,5% luas Kabupaten Kapuas Hulu.

2. Tanah Podsolik Merah Kuning

Tanah jenis ini memiliki perkembangan profil sedng, erwarna merah sampai kuning, horison argilic, masam, kurus dengan kemampuan pertukaran kation dengan kejenuhan basah rendah. Di Kapuas hulu tanah ini mencapai areal seluas ± 396.000 ha atau 13,27% luas dae-rah Kabupaten Kapuas Hulu.

Jenis tanah ini dibedakan menurut bahan induk yang membentuknya yaitu PMK dengan bahan induk batuan endapan dan PMK dengan bahan induk batuan beku. PMK dari batuan endapan umumnya bertekstur halus sampai sedang, sedangkan PMK dari

batuan beku umumnya memiliki tekstur halus. Penyebaran jenis tanah ini terdapat hampir di semua kecamatan terutama di daerah yang berombak sampai bergunung. Sebaiknya tanah ini diusahakan untuk pertanian tanah kering atau perkebunan disertai dengan usaha-usaha konservsi tanah karena jenis tanah ini sangat peka terhadap erosi ditambah lagi curah hujan di Kapuas Hulu yang relatif.

3. Kompleks PMK dan Litosol

Tanah litosol merupakan tanah mineral dengan perkembangan profil yang sangat rendah di atas batuan kukuh dengan ketebalan profil kurang dari 50 cm. Di Kapuas Hulu, tanah ini berasosiasi dengan tanah podsolok merah kuning (PMK) di pegunungan patahan yang tersebar luas di Pegunungan Kapuas Hulu dan Pegunungan Muller. Hamparan tanah ini sebagian besar berbukit atau bergunung dan mencakup areal seluas 2.036.200 ha atau sekitar 68,27% luas Kabupaten Kapuas Hulu. Gambaran mengenai sebaran jenis tanah dapat dilihat pada Gambar 3.

Hidrologi Wilayah

Aliran Sungai Kapuas Hulu mempunyai panjang kira-kira 300 kilometer di mulai dari Kecamatan Putussibau bagian Timur dan berakhir di Kecamatan Bunut Hilir. Sungai Embaloh sepanjang 168 km yang berhulu di Pegunungan Kapuas Hulu bagain Utara, Sungai Manday sepanjang 140 km berhulu di Pegunungan Muller merupakan beberapa anak Sungai Kapuas yang cukup penting peranannya di Kabupaten Kapuas Hulu terutama sebagai sistem transportasi pedalaman dan perikanan. Selain sungai terdapat juga danau yang berlokasi di Kecamatan Batang Lupar, Badau, Selimbau.

Struktur Geologi : Formasi Pengendapan

Di wilayah dataran rawa sungai-sungai utama yang bermeander dan beraliran lamban mengendapkan aluvium yang terkikis dari daerah-daerah pedalaman ke tanggul-tanggul dalam cekungan-cekungan di hilir selama banjir musiman berlangsung. Rawa gambut

Page 16: Kppab Kh Lapdul

5Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

yang menembus masuk ke daerah lahan berawa utama telah menyebabkan aluvium sungai sangat tidak menentu, sehingga di banyak tempat hampir tidak terdapat tanggul sungai yang bermineral. Lebih ke hilir terdapat dataran-dataran aluvial dengan sedimen di atas permukaannya pada dasarnya merupakan endapan sungai, sedangkan lahan di permukaannya merupakan endapan muara sungai. Arus pasang surut yang naik turun berpengaruh kepada terjadinya endapan lumpur dan tanah liat. Endapan-endapan ini banyak terdapat di wilayah dataran berawa, yang secara cepat mengumpul di dasar sungai yang dangkal. Cekungan-cekungan liat di antara sungai-sungai besar hampir semuanya tertutup lapisan gambut oligotrop yang mengumpul secara cepat, yang terdiri dari sisa-sisa bahan organik yang sedikit banyak terawetkan dengan baik, yang umumnya berasal dari hutan rawa yang selalu tumbuh dalam keadaan anaerobik. Pada umumnya ketebalan gambut lebih dari 2 meter, dan di rawa yang tertua dan yang paling berkembang dapat mencapai kedalaman 10 meter.

Di dataran DAS Kapuas Hulu tidak ditemukan endapan garis strada tersier muda dan tersier menengah. Endapan-endapan tebal yang merupakan endapan-endapn kuarter muda mengelilingi bagian-bagian dalam yang bersifat metamorf dan granit tersisa, yang membentuk sebagian besar teras-teras di daerah ini. Di bagian Barat endapanya berasal dari campuran bahan-bahan sungai estuari dengan tekstur yang bervariasi dari halus sampai kasar. Sedagkan endapan organik yang dominan di wilayah iniadalah gambut yang mengisi bagian permukaan, cekungan dan lebah-lembah sempit yang menembus pinggiran teras. Endapan aluvial juga terdapat di daerah pegunungan, walaupun tidak cukup luas, terutama di jalur-jalur sempit sepanjang sungai. Endapan-endapan yang agak baru dari zaman Kuarter dan Pleistosen ditemukan di daerah pegunungan di di hulu DAS Kapuas yang sedikit terangkat dan tertoreh dengan tekstur dominan pasir-pasir kuarsa yang tidak terkosolidasi. Endapan ini berasal dari

rangkaian pegunungan yang bersebelahan yang mengandung batu pasir dengan proporsi tinggi dan didominasi oleh endapan yang berasal dari bahan silika,pasir dan lempung.

Di sekeliling cekungan DAS Kapuas Hulu terdapat formasi endapan yang berasal dari zaman Kuarter awal sampai tersier pertengahan, yang terkonsolidasi lemah. Endapan-endapan ini berbentuk dari batu pasir masa karbon yang berbutir halus sampai sedang serta batu lempung mika dan batu lumpur merah.

Struktur Geologi : Batuan Dasar

Beberapa batuan beku yang diantaranya berasal dari zaman Pra Tersier dari masa kapur dan juga mendasari Daerah Aliran Sungai Kapuas Hulu. Batuan yang meliputi granit biotit yang pucat dan berbutir sedang, basalt dan gabbro ini berperan sebagai pembentuk topografi di daerah Pegunungan Kapuas Hulu, batuan utama diduga berupa gneis, sekis, filit, kuarsit, andesit dan basalt. Batuan-batuan ii terdapat sebagai blok-blok terpatah-patah yang membentang seluas satu kilometer persegi, sampai pada potongan-potongan yang tersusun seperti genting yang berukuran hanya beberapa meter persegi saja.

Penggunaan Lahan

Status Penguasaan Lahan

Ada beberapa status peruntukan, penguasaan dan pengusahaan hutan yang telah di tetapkan di Kabupaten Kapuas Hulu untuk kegiatan berskala besar (HPH dan HTI), transmigrassi, perkebunan negara dan swasta, dan Kuasa Pertambangan. (lihat Gambar 4. ).

Sampai tahun 2010 kawasan hutan di Kabupaten Kapuas Hulu memiliki luas 3.098.632,87 hektar yang terdiri dari, hutan lindung seluas 815.236,00 ha, hutan produksi terbatas seluas 481.623,31 ha, hutan produksi biasa seluas 171.082,27 ha, hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 107.470,29 ha. Luas masing-masing untuk

Page 17: Kppab Kh Lapdul

6Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

jenis hutan mengalami kenaikan dari tahun 2000. Hutan lindung mengalami perluasan sebesar 186.263,00 ha, hutan produksi terbatas mengalami perluasan sebesar 240.507,31 ha, hutan produksi biasa mengalami pengurangan sebesar -30.633,73 ha dan terakhir hutan produksi yang dapat dikonversi mengalami perluasan sebesar 27.208,29 ha.

Tabel 4 : Luas Hutan Di Kabupaten Kapuas Hulu Dirinci Menurut Fungsinya

Sumber : Disbunhut Kab. Kapuas Hulu, 2010

Jumlah ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam (IUPHHK-HA) di Kabupaten Kapuas Hulu yang masih berlaku ijin konsesinya sebanyak 5 (lima) unit, 1 (satu) unit di antaranya merupakan unit manajemen baru, sedangkan perijinan usaha

pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman (IUPHHK-HT) yang aktif tidak ada.

Daftar IUPHHK-HA di Kabupaten Kapuas Hulu dapat dilihat pada tabel 5.

Untuk ijin pemanfaatan kawasan hutan yang masih dalam proses permohonan pada saat ini belum ada. Namun peluang untuk mengajukan permohonan atau ijin baru pada kawasan ini masih sangat memungkinkan mengingat terdapat wilayah yang saat ini ijin pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPPHK) yang ada telah diusulkan untuk dicabut dan masih menunggu proses persetujuan oleh menteri kehutanan.

Proses pengusulan pencabutan ijin ini dilakukan karena setelah sekian lama diberikan hak kelola, pemegang ijin tidak pernah aktif untuk melakukan pengelolaan sehingga kawasan yang telah diberikan ijin tidak memberikan manfaat yang nyata kepada pemerintah daerah maupun masyarakat secara ekonomi dan juga secara sosial wilayah pengelolaan yang diberikan masih diakui masyarakat sebagai wilayah kelola adat mereka.

Tabel 5 : Daftar IUPHHK-HA yang masih aktif di Kabupaten Kapuas Hulu

Page 18: Kppab Kh Lapdul

7Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

POTENSI SUMBER DAYA MANUSIAAspek sosial yang merupakan faktor penting dalam perencanaan wila-yah/kota adalah kependudukan. Kajian diarahkan ke identifiksi potensi dan permasalahan sumberdaya manusia di Kabupaten Kapuas Hulu dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Pada kajian ini akan dijelaskan jumlah dan penyebaran penduduk di berbagai wilayah kabupaten dan kondisi sosial ekonominya yang meliputi tingkat pendidikan atau tingkat keahlian, tingkat kemampuan ekonomi, kesehatan dan kemampuan atau kemudahan penduduk menikmati berbagai macam fasilitas pelayanan sosial.

Distribusi dan Perkembangan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Kapuas Hulu sampai pada tahun 2010 (hasil sensus penduduk 2010) mencapai 221.952 orang, terdiri dari 113.036 laki-laki (50,83%) dan 108.016 perempuan (49,17%). Angka inimeningkat sebesar 0,99 persen dibanding tahun sebelumnya. Dengan angka Sex Rasio untuk tahun 2010 adalah 104. hal ini berarti setiap 100 perempuan terdapat 104 laki-laki. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Putussibau Utara ± 221.952 orang dengan persentase 10,47 % dari jumlah penduduk kabupaten. Jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan Puring Kencana ± 2.215 orang dengan persentase 1,0%. Beberapa kecamatan yang memiliki penduduk relatif besar adalah Silat Hilir, Bunut Hulu, Hulu Gurung, dan Putussibau Selatan (lihat Tabel 6 ).

Tabel 6 : Jumlah Penduduk Kabupaten Kapuas Hulu Di Rinci Perkecamatan Tahun 2011

Page 19: Kppab Kh Lapdul

8Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

Bila dilihat dari kepadatan penduduknya, rata-rata Kabupaten Kapuas Hulu memiliki kepadatan penduduk 7 orang per km2. Namun beberapa kecamatan memiliki kepadatan jauh di atas rata-rata yaitu Putussibau Selatan dengan kepadatan 178 orang per km2, Kecamatan Hulu Gurung 29 orang per km2, Jongkong 23 orang per km2 dan Selimbau 20 orang per km2. Beberapa kecamatan juga ada yang memiliki kepdatan penduduk sangat rendah yaiu Kecamatan Hulu Kapuas dan Kecamatan Embaloh Hulu masing-masing 1 orang per km2.

Kepadatan penduduk tinggi umumnya tersebar di pusat-pusat kecamatan di sepanjang jalur Jalan Sintang-Putussibau. Sedangkan kepadatan rendah terdapat di

wilayah-wilayah pedalaman Sungai Kapuas. Perkembangan penduduk perkecamatan seperti yang tersajikan pada Tabel 7, memperlihatkan bahwa Kecamatan Putussibau masih merupakan kecamatan yang paling diminati penduduk dalam periode tahun 1991-2001 pertambahan penduduk kecamatan ini mencapai ± 6.122 jiwa dengan tingkat pertumbuhan 5,60% pertahun.

Sedangkan kecamatan lain yang memiliki pertambahan penduduk relatif tinggi adalah Kecamatan Selimbau dengan pertambahan 8.438 jiwa (12,14%) Kecamatan Kedamin dengan pertambahan 4.406 jiwa (4,26%), dan Kecamatan Seberuang 3.944 jiwa (6,12%).

Tabel 7 : Kepadatan Penduduk Dalam Kabupaten Kapuas Hulu Dirinci Per Kecamatan Tahun 2012

Page 20: Kppab Kh Lapdul

9Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

Tabel 8 : Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2000-2010

Page 21: Kppab Kh Lapdul

10Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

TAHUN 2000 TAHUN 2010 PERTAMBAHAN

1 Silat Hi l ir 12.043 17.159 5.116 3,602 Silat Hulu 8.905 10.752 1.847 1,903 Hulu Gurung 10.660 12.448 1.788 1,564 Bunut Hulu 9.368 13.002 3.634 3,335 Mentebah 6.635 8.862 2.227 2,946 Bika 6.602 4.224 (2.378) -4,377 Kalis 7.475 11.813 4.338 4,688 Putussibau Selatan 9.368 12.893 3.525 3,259 Hulu Kapuas 12.929 5.852 (7.077) -7,62

10 Embaloh Hil ir 10.172 5.371 (4.801) -6,1911 Bunut Hil ir 9.191 8.555 (636) -0,7112 Boyan Tanjung 6.369 10.142 3.773 4,7613 Pengkadan 7.230 7.967 737 0,9814 Jongkong 9.417 9.863 446 0,4615 Selimbau 11.170 10.125 (1.045) -0,9816 Danau Sentarum 1.201 3.868 2.667 12,4117 Suhaid 6.977 8.140 1.163 1,5518 Seberuang 8.807 10.308 1.501 1,5919 Semitau 6.003 8.077 2.074 3,0120 Empanang 2.552 2.882 330 1,2221 Purung Kencana 2.746 2.215 (531) -2,1322 Badau 4.576 5.040 464 0,9723 Batang Lupar 4.345 4.561 216 0,4924 Embaloh Hulu 4.616 4.592 (24) -0,0525 Putussibau Utara 5.197 23.241 18.044 16,16

184.554 221.952 37.398 1,86

NO KECAMATANJUMLAH PENDUDUK PERTUMBUHAN

(%/TAHUN)

JUMLAH

Dari angka pertumbuhan ini dapat dihitung bahwa sampai tahun 2034 (tahun perencanaan) penduduk Kabupaten Kapuas Hulu diperkirakan bertambah sebesar 219.138 jiwa dengan asumsi tingkat pertumbuhan sebesar 1,33% pertahun tetap berlaku hingga akhir tahun perencanaan.

Profil Perekonomian WilayahProfil perekonomian wilayah Kabupaten Kapuas Hulu dikaji dari tingkat pertumbuhan dan struktur ekonominya. Indikator yang dipakai untuk mengetahui profil tersebut adalah perkembangan nilai PDRB dan Sum-

bangan setiap sektor terhadap nilai PDRB tersebut.

Laju pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dari penyajian PDRB atas dasar harga konstan, karena pengaruh inflasi telah ditiadakan. Mengamati perjalanan pelasa-naan pembangunan sampai pada saar ini, telah terjadi perubahan-perubahan sosial ekonomi di Kabupaten Kapuas Hulu. Dari segi ekonomi, secara makro dicerminkan oleh peningkatan pendapatan perkapita yang diikuti oleh laju pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya atau dengan kata lain terjadi perkembangan PDRB yang cukup tinggi.

Page 22: Kppab Kh Lapdul

11Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

Pertumbuhan Perekonomian Wilayah

PDRB Kabupaten Kapuas Hulu atas dasar harga yang berlaku tahun 2010 sebesar Rp. 1.182.106,00 juta dan mengalami kenaikan sebesar 4,55 % atau meningkat menjadi Rp. 1.235.923,00 juta pada tahun 2011. Dengan demikian laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kapuas Hulu lima tahun terakhir adalah rata-rata 4,06 % pertahun (lihat Tabel 9). Angka ini lebih rendah dibandingkan tingkat pertumbuhan Propinsi Kalimantan

Barat 6,2% pada tahun 2011. Jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan penduduknya yang mencapai 1,36 % berarti secara riil perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu mengalami peningkatan.

Untuk lebih meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang sekaligus mewujudkan pemerataan pendapatan perlu adanya eksploitasi dan optimalisasi potensi sumber daya alam, peningkatan sumber daya manusia yang diikuti peningkatan infrastruktur.

Tabel 8 : Nilai PDRB Dan Jumlah Penduduk Serta Pertumbuhannya Atas Dasar Harga Konstan

NILAI PERTUMBUHAN JUMLAH PERTUMBUHAN(jutaan Rp) (%) (jiwa) (%)

2007 1.053.981,00 215.4342008 1.091.424,00 3,55 217.736 1,072009 1.131.792,00 3,70 220.043 1,062010 1.182.106,00 4,45 222.160 0,962011 1.235.923,00 4,55 227.424 2,37

Sumber: BPS Kabupaten Kapuas Hulu, 2013

TAHUNPDRB PENDUDUK *)

Pertumbuhan ekonomi regional sangat ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi sektoralnya, sehingga penyajian pendapatan regional secara sektoral merupakan alat bantu untuk melihat perubahan dan perkem-bangan masing-masing sektor. Sedangkan peranan masing-masing sektor ekonomi

dalam menciptakan nilai tambah pada periode tertentu akan menunjukkan struktur perekonomian suatu daerah. Jika peranan sektoral tersebut disajikan dalam beberapa tahun angka menggambarkan pergeseran struktur ekonomi sebagai indikator adanya proses pembangunan.

Tabel 9 : Pertumbuhan Ekonomi per Sektor

Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2011 sebesar 4,55 % terutama

didukung oleh pertumbuhan Sektor Angkutan/Komunikasi dan sektor Listrik dan

Page 23: Kppab Kh Lapdul

12Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

Air Bersih masing-masing sebesar 7,48 % dan 6,20 %; disusul sektor Bank/Keuangan/Perum sebesar 5,78 %, sektor Bangunan 5,69 %; dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 5,26 %.

Bila dilihat secara sektoral, pada periode tahun 2007-2011 sektor angkutan/ komunikasi tumbuh dengan laju pertumbuhan paling tinggi yaitu sebesar 7,48 % pertahun. Sedangkan laju pertumbuhan terendah terjadi pada sektor industri pengolahan yang hanya tumbuh 1,76 % pertahun. Selain sektor angkutan/komunikasi, ada lima sektor lainnya tumbuh dengan laju di atas laju pertumbuhan rata-rata yaitu sektor Listrik dan Air Bersih, sektor Bank/Keuangan/ Perum, sektor Bangunan dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar. (lihat Tabel 10).

Struktur Perekonomian

Untuk mengkaji struktur perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu dapat di lihat berdasarkan kegiatan ekonomi yang digolongkan atas tiga sektor yaitu sektor primer, sekunder dan tersier. Struktur perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu sampai tahun 2011 masih bersifat agraris (sektor primer). Hal ini dapat dilihat peranan dari sektor pertanian yang masih sangat dominan. Namun demikian peranan sektor ini cenderung mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2010 kontribusi sektor ini sebesar 47,35% menurun menjadi 46,56% tahun 1999. Dominannya sektor pertanian pada perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu, terutama didukung oleh sub sektor kehutanan dengan andil terhadap sektor pertanian sebeasr 55,95%, sub sektor tanaman bahan makanan (19,12%) dan sub sektor perikanan (15,66%).

Tabel 10 : Peranan Sektoral Atas Dasar Harga Konstan Kab. Kapuas Hulu Tahun 2007-2011

Rp. (Juta) % Rp. (Juta) % Rp. (Juta) % Rp. (Juta) % Rp. (Juta) %

Pertanian 524.724 42,46 506.744 42,87 488.309 43,14 471.116 43,17 461.680 43,80

Pertambangan 16.344 1,32 15.685 1,33 14.936 1,32 14.186 1,30 13.437 1,27

Industri Pengolahan 40.907 3,31 40.200 3,40 39.680 3,51 38.288 3,51 37.910 3,60

Listrik dan Air Bersih 4.641 0,38 4.370 0,37 4.058 0,36 3.699 0,34 3.370 0,32

Bangunan 182.616 14,78 172.791 14,62 164.138 14,50 161.284 14,78 150.943 14,32

Perdagangan, Hotel, Restoran 228.782 18,51 217.356 18,39 206.955 18,29 197.874 18,13 192.226 18,24

Angkutan/Komunikasi 49.973 4,04 46.494 3,93 43.573 3,85 42.035 3,85 38.293 3,63

Bank/Keu/Perum 66.659 5,39 63.017 5,33 59.891 5,29 58.132 5,33 53.066 5,03

Jasa 121.277 9,81 115.447 9,77 110.251 9,74 104.810 9,60 103.058 9,78

Total 1.235.923 100,00 1.182.106 100,00 1.131.792 100,00 1.091.424 100,00 1.053.981 100,00

Laju Pertumbuhan 4,55 4,45 3,70 3,55 -

SEKTOR

PDRB TAHUN

2011 2010 2009 2008 2007

Dari sembilan sektor ekonomi dapat dikelompokkan menjadi tiga sektor besar yaitu: Sektor Primer yang terdiri dari sektor Pertanian dan sektor Pertambangan, Sektor Sekunder yang terdiri dari sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, dan Air Bersih serta sektor Bangunan. Sektor Tersier terdiri dari sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, sektor Angktutan dan Komunikasi, sektor Bank, Keuangan dan Perum serta sektor Jasa.

Pertumbuhan tersier yang tinggi dan juga di atas pertumbuhan Kabupaten Kapuas Hulu

berakibat pada peningkatan peranannya. Sedangkan untuk sektor primer dan sekunder masih berada dibawah pertumbuhan PDRB kabupaten dan peranannya juga menurun. Dengan demikian struktur ekonomi Kabupaten Kapuas Hulu selama lima tahun terakhir mengalami pergeseran dari sektor primer ke sektor tersier (lihat Tabel 11).

Page 24: Kppab Kh Lapdul

13Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

DAYA DUKUNG PRASARANA WILAYAHDalam konteks pengembangan wilayah tidak dapat dilepaskan dari daya dukung dan potensi pengembangan dan sistem prasarana wilayahnya. Daya dukung tersebut meliputi sitem transportasi, sistem pos dan tele-komunikasi dan sitem pelayanan energi listrik.

Sistem Transportasi Wilayah

Sistem transportasi Kapuas Hulu merupakan perpaduan antara subsistem transportasi jalan raya, subsistem transportasi sungai, dan subsistem transportasi udara. Pada bagian ini akan dibahas masing-masing subsistem transportasi tersebut yang mencakup beberapa aspek yaitu: aspek suplai yang meliputi kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana transportasi, aspek potensi permintaan akan jasa transportasi, serta pengelolaan sistem transportasi yang ada. Selain aspek diatas, akan dikaji pula tigkat pelayanan seluruh sistem transportasi yang ada dalam menunjang usaha pengembangan wilayah.

Sistem Transportasi Sungai

Secara geomorfologis Kabupaten Kapuas Hulu memiliki potensi yang tinggi bagi pengembangan transportasi sungai mengingat banyaknya sungai yang dapat dilayari. Besarnya peranan transportasi sungai ini membawa akibat bagi terbentuknya pusat-pusat pemukiman, pengumpulan dan distribusi barang yang juga merupakan pusat-pusat perdagangan penduduk.

Secara umum, pusat-pusat pemukiman tersebut menyebar pada posisi-posisi yang menguntungkan ditepi sungai yang dapat dilayari.

Sampai saat ini transportasi sungai masih merupakan sarana pergerakan barang dan penumpang walaupun hanya sebatas pada

pergerakan dari dan ke pusat-pusat permukiman yang tidak terjangkau oleh lalu lintas darat. (Lihat Gambar 8)

Hampir semua kota-kota di Kabupaten Kapuas Hulu yang berada pada jalur Sungai Kapuas memanfaatkan sungai sebagai sarana transportasi selain transportasi darat, dan mempunyai akses yang cukup baik ke Pu-tussibau dan Sintang. Jalur pelayaran orde kedua terjadi pada kota-kota pada jalur utama (Sungai Kapuas) dengan kota-kota di pedalaman. Dari Putussibau kota-kota di jalur utama dapat ditempuh antara 2 sampai 32 jam dengan motor tambang berkapasitas di atas 10 ton. Sedangkan jalur pelayaran orde kedua dapat ditempuh antara 5 sampai 10 jam dengan menggunakan motor air di bawah 10 ton.

Sepuluh ibukota kecamatan berada pada jalur utama yang dapat dilalui motor tambang berkapasitas di atas 10 ton sedangkan tiga belas ibukota kecamatan lainnya hanya dapat dilayani oleh pelayaran motor air berkapasitas dibawah 10 ton, bahkan ibukota kecamatan Badau hanya dapat dijangkau dengan longboat dengan kapasitas maksimal 2,5 ton.

Sistem Transportasi Jalan Raya

Ada dua jalur regional yang merupakan pengembangan sistem perangkutan jalan darat di Kabupaten Kapuas Hulu yaitu dengan mengembangkan jalan Lintas Selatan Sintang-Putussibau sebagai perpanjangan jalur arteri primer Pontianak-Sintang serta pengembangan jalan Lintas Utara dari Putussibau-Badau-Kabupaten Sintang.

Konsekuensi logis dari pesatnya perkembangan sistem perangkutan darat ini adalah perubahan terhadap struktur tata ruang Kabupaten Kapuas Hulu secara keseluruhan dimana perlahan namun pasti pada pada simpul-simpul strategis di sepanjang jalan Lintas Selatan maupun Lintas Utara mulai tumbuh embrio pusat-pusat permukiman yang hampir dapat dipastikan akan tumbuh menjadi pusat-pusat pelayanan bahkan pusat pertumbuhan

Page 25: Kppab Kh Lapdul

14Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

regional yang baru. Bagaimana juga transportasi darat memiliki keunggulan dan lebih diminati oleh masyarakat dan orientasi

pertumbuhan perekonomian wilayah akan berubah sesuai pola jaringan jalan yang berkembang.

Tabel 11 :Panjang Jalan Kabupaten Kapuas Hulu Pada Tahun 2011 (Kilometer)

2000 2011 2000 2011

1. JENIS PERMUKAAN a. Diaspal 229,60 229,60 199,63 226,58 b. Keriki l 0,45 1,50 201,45 251,96 c. Tanah - - 216,90 379,48 d. Tidak dirinci - - 238,37 26,06

jumlah 230,05 231,10 856,35 884,08

II. KONDISI JALAN a. Baik 140,75 145,75 199,63 237,90 b. Sedang 49,20 52,25 201,45 85,78 c. Rusak 32,00 30,55 216,90 189,13 d. Rusak Berat 8,10 1,50 238,37 371,27

jumlah 230,05 230,05 856,35 884,08

Sumber: Kapupaten Kapuas Hulu Dalam Angka 2012

KEADAAN

PANJANG JALAN (km)

PROPINSI KABUPATEN

Keadaan prasarana jalan dapat dlihat dari panjang jalan kabupaten tahun 2011 sepanjang 884,08 Km. Dengan rincian jenis perkerasan masing-masing yang diaspal 226,58 Km, kerikil 251,96 Km, tanah 379,48 Km, dan tidak terinci sepanjang 26,06 Km. (lihat Tabel 12)

Sistem Perangkutan Udara

Sistem transportasi eksternal di Kabupaten Kapuas Hulu dilengkapi dengan adanya dua jalur penerbangan yaitu Putussibau-Pontianak dan Putussibau-Sintang. Kedua jalur penerbangan tersebut dilayani oleh sebuah perusahaan penerbangan yaitu PT. Kalstar Aviation dengan jenis pesawat ATR 72 melayani rute penerbangan Pontianak-Putussibau dengan frekuensi penerbangan sekali sehari.

Satu-satunya bandara yang melayani jalur penerbangan komersial di Kabupaten Kapuas Hulu adalah Bandara Pangsuma yang merupakan pelabuhan udara perintis.

Jangkauan Pelayanan Sistem Perangkutan Wilayah

Berdasarkan hasil identifikasi sistem perangkutan yang ada saat ini maka dapat disimpulkan bahwa belum seluruh wilayah Kabupaten Kapuas Hulu mendapat layanan jaringan transportasi yang baik. Jalur pelayaran Sungai yang saat ini dianggap sebagai jalur yang memilii akses yang cukup tinggi dari dan ke bagian lain wilayah kabupaten merupakan wilayah yang digolongkan sebagai wilayah yang paling mu-dah dicpai. Apalagi bila jalur jalan darat Lintas Selatan dapat berfungsi dengan baik, maka wilayah jalur Sungai Kapuas ini akan menjadi semakin penting dan melebar kearah selatan. Tetapi untuk kondisi saat ini wilayah sekitar ruas jalan Lintas Selatan baru dapat digolongkan sebagai wilayah yang memiliki akses sedang karena ketergantungan wilayah ini terhadap wilayah jalur pelayaran Sungai Kapuas masih tinggi.

Wilayah-wilayah lain seperti sekitar jalur pelayaran Sungai Embaloh dan jalur jalan darat Putussibau-Tanjungkerja-Benua

Page 26: Kppab Kh Lapdul

15Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

Martinus-Lanjak-Badau-Nanga Kantuk sampai ke perbatasan Kabupaten Sintang juga di-golongkan sebagai wilayah dengan aksesbilitas rendah yang umumnya sangat sulit dicapai baik melalui sungai maupun darat.

Sistem Pelayanan Energi Listrik

Meningkatnya pembangunan terutama industri, menyebabkan permintaan tenaga listrik juga menjadi meningkat oleh sebab itu upaya memenuhi kebutuhan listrik perlu mendapat perhatian dengan memanfaatkan bahan mineral dan bio massa sebagai sumber alternatif yang dapat menghasilkan energi listrik.

Data listrik yang dikumpulkan diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) Ranting Putussibau, adapun pada tahun 2011 jumlah pelanggan sebanyak 21.187 pelanggan (naik 3,36% pertahun dari tahun 2001), dimana pelanggan terbesar yaitu pada rumah tangga sebesar 18.955 pelanggan, diikuti pelanggan usaha 1.368, pelanggan sosial sebanyak 597 pelanggan dan pemerintah sebanyak 287 pelanggan. (lihat Tabel 13).

Sampai tahun 2011, Seluruh kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu sudah terlayani pasokan listrik dengan kapasitas terpasang 40-100 KW.

Tabel 12 : Banyaknya Pelanggan Listrik Menurut Jenisnya Di Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2011

Sistem Pelayanan Pos dan Telekomunikasi

Lalu lintas berita, uang dan barang merupakan jaringan yang penting di setiap negara, dimana dibidang ini mempunyai jangkauan terhadap perkembangan kehidupan manusia dan menjadi faktor yang mempengaruhi proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Peningkatan

penyelenggaraan serta pembangunan pos dan telekomunikasi ini telah meningkatkan penyebaran informasi dalam segala aspek kehidupan seperti dibidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan dan mempunyai fungsi sosial, menghilangkan isolasi daerah terpencil.

Penyelenggaraan telekomunikasi di kabupaten Kapuas Hulu didukung oleh

Page 27: Kppab Kh Lapdul

16Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

telepon umum, telex, dan telegram yang dikelola oleh PT.Telkom. Untuk tahun 2011 banyaknya kapasitas sentral meningkat 17,88% dari tahun 2010, demikian juga untuk sentral yang terisi mengalami peningkatan sebesar 13,57%. Sedangkan jumlah pelanggan terbesar tahun 2011 didominasi oleh pelanggan rumah tangga sebesar 686 pelanggan, disusul pelanggan kategori bisnis/usaha sebanyak 389 pelanggan, dilanjutkan oleh wartel, kios phone, kantor telekomunikasi, dan sosial dengan jumlah pelanggan masing-masing dibawah 32 buah.

Sistem Pelayanan Air Bersih

Sampai tahun 2011 tercatat jumlah rumah tangga yang terlayani jaringan air bersih PDAM sekitar 16,67 % dari seluruh rumah tangga di Kabupaten Kapuas Hulu. Masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu sebagian besar (56,4 %) masih mengandalhkan air sungai langsung sebagai sumber air bersihnya, sebagian lagi sekitar 9,4 % murni menggunakan air hujan. Hanya 1,9 % saja masyarakat menggunakan air dari sumur bor/sumur pompa, 3,3 % menggunakan air sumur biasa dan 8,9 % memanfaatkan air dari mata air langsung di wilayah-wilayah pegunungan.

Page 28: Kppab Kh Lapdul

KAJIAN PELAYANAN AIR BERSIH KABUPATEN

KAPUAS HULU

Page 29: Kppab Kh Lapdul

PERMASALAHAN PELAYANAN AIR BERSIHBerdasarkan laporan MDGs Asia-Pasifik 2006 yang dirilis UNDP, menempatkan Indonesia ke dalam negara yang mundur bersama Banglades, Laos, Mongolia, Myanmar, Pakistan, Papua Nugini, dan Filipina. Tantangan Indonesia untuk mencapai tujuan nomor 7 yaitu mengurangi separuh dari proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi dasar, sangat berat.

Berdasarkan data dari Bappenas menunjukkan hingga saat ini, lebih dari 100 juta penduduk Indonesia belum mempunyai akses terhadap air (bersih) yang aman untuk diminum.

Melihat fenomena tersebut telah dapat menggambarkan air bersih saat ini yang menjadi suatu kebutuhan vital dan bernilai hampir menjadi sesuatu yang langka untuk didapat oleh masyarakat. Demikian halnya juga di Kabupaten Kapuas Hulu yang saat ini pelayanan air bersih masih jauh dari harapan masyarakat. Keluhan-keluhan dari masyarakat sudah pasti akan tertuju kepada PDAM sebagai organisasi publik yang diharapkan memberikan pelayanan yang optimal dalam penyediaan air bersih. Berdasarkan data dari PDAM Kabupaten Kapuas Hulu untuk tahun 2011 sebanyak 324 keluhan yang ditulis oleh pelanggan dalam Buku Pengaduan yang disediakan oleh PDAM, sedangkan untuk tahun2012 tercatat 287 keluhan.

Banyak permasalahan pelayanan PDAM Kabupaten Kapuas Hulu dianggap masyarakat masih jauh dari standar pelayanan prima seperti halnya kasus aliran air tidak jalan dan tidak kontinyu, kualitas mutu air yang buruk dan tidak layak minum yang disebabkan kandungan air yang tidak jernih bahkan kadang berwarna kecoklatan, pembacaan meteran yang tidak benar/selalu salah oleh petugas, lamanya proses permohonan sambungan baru dan lamanya permohonan

pengaduan dari masyarakat jika ada gangguan aliran serta masih banyaknya beberapa komplek perumahan yang baru dibangun belum mendapat saluran air dengan alasan keterbatasan pipa, bahkan kondisi ini diperparah jika terjadi musim hujan yang mengakibatkan banjir sehingga air yang mengalir bercampur dengan lumpur yang sudah pasti tidak layak untuk dikonsumsi.

Sedangkan berdasarkan data profil PDAM Kabupaten Kapuas Hulu permasalahan yang masih dihadapi dalam pelayanan air bersih antara lain instansi pengolahan air yang terpisah dibeberapa Kecamatan, kapasitas pengolahan tidak mencukupi atau memenuhi kebutuhan, tingkat kehilangan air masih tinggi, biaya operasional yang semakin meningkat terutama untuk biaya listrik, terbatasnya dana PDAM sebagai dana pendamping dan pengembangan proyek, serta adanya debit air yang kecil pada musim kemarau sehingga air tidak dapat didistribusikan.

Berdasarkan data dari profil PDAM bahwa tingkat pelayanan air bersih hanya kurang lebih 2/3% dari jumlah penduduk Kabupaten Kapuas Hulu sasaran pelayanan yang telah ada jaringan, sementara jumlah penduduk Kabupaten Kapuas Hulu sejak tahun 2004 (185.382 jiwa) hingga tahun 2008 telah bertambah sekitar 31.536 jiwa dimana sekarang telah mencapai 216.918 jiwa. Hal tersebut sangatlah disayangkan mengingat Kabupaten Kapuas Hulu yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat banyak dikelilingi sungai-sungai, sehingga sungguh ironis jika masyarakatnya kekurangan air. Selama ini pelayanan air bersih kepada masyarakat di Kabupaten Kapuas Hulu dilakukan melalui jaringan perpipaan dan mobil tangki yang memiliki unit pelayanan di 10 kecamatan dari 25 kecamatan yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu dengan jumlah pelanggan 8.299 SR namun sambungan yang aktif sebanyak 7.451 SR. Selain itu jaringan perpipaan PDAM Kabupaten Kapuas Hulu telah tersebar sepanjang 126.370 m² yang terdiri dari pipa transmisi dan pipa distribusi serta jaringan

Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Page 30: Kppab Kh Lapdul

1Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

sambungan rumah berdiameter ¼´, ½´ yang telah diserahkan dan menjadi asset perusahaan dengan class pipa terdiri dari pipa PVC (94.500 diameter), pipa HDVE (14.370 diameter), pipa GIP (12.500 diameter) dan pipa GALVANIS (5.000 diameter). Sedangkan instalasi sumber air baku untuk kebutuhan air bersih tersebut terdapat di empat (4) lokasi yaitu di Iskandar Muda Putussibau terpasang 25 liter/detik, di Jongkong terpasang 10 liter/detik, di Selimbau terpasang 10 liter/detik, dan di Semitau terpasang 2,5 liter/detik.

Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Kapuas Hulu memiliki peran penting dalam upaya pencapaian keberhasilan perusahaan yang dituntut untuk selalu meningkatkan profesionalitas dan tenaga yang berkualitas sesuai dengan produktifitas yang tinggi. Tujuannya antara lain adalah untuk mengupayakan pengadaan/penyediaan air minum untuk masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu secara efektif, efisien dan sesuai dengan standarisasi kesehatan, membangun dan memelihara instalasi pengolahan dan pendistribusian air untuk menjamin kelancaran distribusi secara kontinyu, mengatur dan mengawasi sistem distribusidan pemanfaatan air, serta melayani kebutuhan, keinginan dan kepuasan pelanggan dengan memberikan nilai tambah guna memperoleh nilai tambah perusahaan.

Pada kenyataannya permasalahan kualitas pelayanan air bersih yang dirasakan

masyarakat masih rendah padahal berdasarkan Undang Undang (UU)

Sumber Daya Air (SDA) Nomor 7 Tahun 2004, mewajibkan pemerintah memenuhi kebutuhan air bersih bagi seluruh rakyat. Sementara itu, dalam perspektif pemenuhan hak-hak ekonomi sosial dan budaya bagi rakyat, negara bertanggung jawab menyediakan dan mengelola sumber daya air sebagai pelayanan publik. Keluhan masyarakat mengenai pelayanan air bersih pun masih belum memberikan perubahan yang berarti bahkan jauh dari harapan.

Tingkat PelayananDari 25 kecamatan yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu, saat ini baru 12 kecamatan yang terjangkau layanan air bersih dari PDAM. Jumlah pelanggan domestik PDAM tahun 2012 mencapai 7.796 KK sehingga diperkirakan jumlah penduduk yang terlayani sekitar 11,59 % dari seluruh penduduk kabupaten.

Bila dilihat lebih jauh lagi, rata-rata tingkat pelayanan air bersih PDAM per kecamatan sekitar 16,57 % saja. Kecamatan Putussibau Utara dan Putussibau Selatan yang notabene merupakan wilayah perkotaan terbesar di Kabupaten Kapuas Hulu merupakan kecmatan dengan tingkat pelayanan air bersih tertinggi yaitu masing-masing 48,71 % dan 32,26 %. Sedangkan kecamatan dengan tingkat pelayanan terkecil adalah Kecamatan Silat Hulu (2,63) %.

Tabel 13 : Tingkat Pelayanan Air Bersih PDAM Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2012

Page 31: Kppab Kh Lapdul

2Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

JUMLAH PENDUDUK

JUMLAH KK

JUMLAH PENDUDUK PER

KK

JUMLAH PELANGGAN

RT

JUMLAH PENDUDUK TERLAYANI

PROSENTASE (%)

1 Putussibau Utara 23.737 5.707 4 2.780 11.563 48,712 Putussibau Selatan 12.838 4.699 3 1.516 4.142 32,263 Mentebah 8.905 2.322 4 275 1.055 11,844 Pengkadan 7.959 2.425 3 275 903 11,345 Hulu Gurung 12.339 3.793 3 384 1.249 10,126 Silat Hulu 10.735 2.813 4 74 282 2,637 Silat Hilir 16.987 5.004 3 225 764 4,508 Semitau 7.992 3.096 3 365 942 11,799 Selimbau 10.118 4.373 2 604 1.398 13,8110 Jongkong 9.907 3.228 3 630 1.934 19,5211 Bunut Hilir 8.434 2.388 4 334 1.180 13,9912 Badau 5.203 1.828 3 334 951 18,27

227.424 7.796 26.361 11,59

Sumber: PDAM Putussibau, 2013

KABUPATEN KAPUAS HULU

TINGKAT PELAYANAN

No KECAMATAN

DATA PENDUDUK

Page 32: Kppab Kh Lapdul

Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Page 33: Kppab Kh Lapdul

RENCANA KERJA

Page 34: Kppab Kh Lapdul

Tahapan KegiatanTahapan kegiatan terbagi dalam 6 (enam) bagian, yaitu persiapan, pengumpulan data, analisis dan permumusan masalah, penyusunan rencana, seminar dan penyempurnaan rencana akhir. Penjabaran dari setiap tahap kegiatan adalah sebagai berikut ini.

1. Tahap Persiapan / Pendahuluan

Tahapan ini memiliki bobot 6% dari keseluruhan pekerjaan, dan dapat diselesaikan dalam waktu dua minggu. Tercakup dalam tahapan ini antara lain: pemahaman secara seksama petunjuk pelaksanaan Kajian Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu, penjadwalan pekerjaan, penyusunan rencana kerja dan survey pendahuluan (reconaissance survey).

2. Tahap Survey dan Pengolahan Data

Setelah rancangan pekerjaan ditetapkan, pada tahap kedua ini dilakukan pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan alat analisis yang dipergunakan. Tahap ini memiliki bobot 28% dari keseluruhan proses perencanaan dan diselesaikan dalam jangka waktu empat minggu. Beberapa kegiatan yang tercakup dalam tahapan ini adalah: penyusunan daftar tilikan (checklist) data yang dibutuhkan, seleksi data awal yang tersedia (data sekunder), pengumpulan data-data yang belum didapatkan, survai lapangan untuk pengenalan wilayah perencanaan, dan kompilasi data.

3. Tahap Analisis dan Perumusan Masalah

Tahapan analisis ini memiliki bobot 30% dari keseluruhan pekerjaan, dan pada dasarnya terdiri dari dua kelompok kegiatan, yaitu kegiatan analisis itu sendiri dan perumusan / identifikasi permasalahan. Kegiatan identifikasi lebih merupakan kegiatan yang sangat tergantung pada hasil analisis yang dilakukan sebelumnya. Analisis yang

dilakukan pada dasarnya terdiri dari dua aspek, yaitu kajian terhadap internal kota dan kajian eksternal (keterkaitan dengan wilayah lain). Diperkirakan tahapan ini diselesaikan dalam waktu empat minggu.

4. Tahap Penyusunan Rencana

Tahapan ini merupakan tahapan akhir proses perencanaan sebelum dilakukan seminar. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini antara lain: penetapan arah, tujuan, strategi, dan kebijaksanaan pengembangan kota, penyusunan konsepsi tata ruang, rencana struktur tata ruang, rencana alokasi pemanfaatan ruang, rencana pengembangan fasilitas dan utilitas, rencana pengembangan bagian wilayah kota, rencana pengembangan obyek khusus, dan rencana pelaksanaan yang mencakup indikasi program, mekanisme pelaksanaan dan pembiayaan pembangunan kota. Mengingat pentingnya penyusunan rancangan rencana ini, maka tahapan ini memiliki bobot 31% dari keseluruhan proses perencanaan dan diselesaikan dalam waktu empat minggu.

5. Seminar

Seminar merupakan pembahasan terhadap hasil sementara perencanaan tata ruang dihadapan instansi/lembaga pemerintahan yang berwenang (kabupaten). Didalam seminar ini, apa yang telah dihasilkan dapat diteliti/diuji keakuratan dan kebenarannya. Rencana seminar diselenggarakan pada minggu ke-12.

6. Penyusunan Rencana Akhir

Setelah dilakukan seminar, kemudian rancangan rencana disempurnakan sesuai dengan perbaikan dan masukan yang diperoleh dari seminar sebelumnya. Tahapan ini diperkirakan akan memakan waktu dua minggu, dan memiliki bobot sebesar 5% dari keseluruhan pekerjaan. Rencana akhir inilah yang menjadi

Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Page 35: Kppab Kh Lapdul

2Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

pedoman dan acuan bagi Pengembangan Pelayanan Air Bersih di Pusat-pusat permukiman di Kabupaten Kapuas Hulu.

Jadwal dan Pelaporan

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Berikut adalah matriks penjadwalan penyelesaian pekerjaan Kajian Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu.

Tabel 14 :Jadwal Penyusunan Kaijan Pengembangan Sistem Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Laporan

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, pelaksanaan penyusunan RUTR-IKK Sekadau Hulu ini adalah 17 minggu (120 hari). Dalam jangka waktu tersebut, pelaksana pekerjaan menyampaikan laporan kemajuan kerja sebanyak empat kali. Jenis laporan dan jangka waktu penyelesaiannya dijelaskan berikut ini.

1. Laporan pertama berisikan tanggapan terhadap materi pekerjaan serta rencana operasional penanganan pekerjaan. Laporan pertama ini disebut dengan Laporan Pendahuluan. Laporan pertama ini diserahkan pada minggu ke-3, pada saat akumulasi pekerjaan mencapai 6%.

2. Laporan kedua (Laporan Antara) berisikan sistematisasi data hasil survey dan ulasan, kajian serta

Page 36: Kppab Kh Lapdul

3Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

penilaian terhadap data/fakta tersebut. Laporan kedua ini diserahkan pada akhir minggu ke-9 saat akumulasi pekerjaan mencapai 82%.

3. Laporan Ketiga berisikan rumusan hasil kajian berdasarkan potensi dan permasalahan air bersih yang telah dikaji dalam buku laporan sebelumnya. Laporan ini merupakan bahan utama untuk Seminar di daerah untuk mendapat masukan dan penyempurnaan lebih lanjut. Laporan Akhir Sementara atau Buku Rancangan Rencana ini diserahkan pada minggi ke-11 saat akumulasi pekerjaan mencapai 96%.

4. Laporan terakhir, yang merupakan laporan utama kajian ini, adalah produk Laporan Akhir atau Buku Rencana setelah dilakukan revisi berdasarkan pembahasan pada seminar. Buku Rencana ini dilengkapi dengan Executive Summary yang merupakan ringkasan substansi Laporan Akhir. Dengan dimasukkannya laporan ini, maka seluruh pekerjaan diperkirakan selesai 100% hingga minggu ke-13.

Teknik Penyajian

Seperti yang telah dikemukakan di atas, pekerjaan Kajian Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu ini akan menghasilkan lima laporan yaitu Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Laporan Akhir, Executive Summary dan Laporan Digital (dalam CD).

Penyajian buku-buku laporan dan hasil pekerjaan akan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Pengetikan dilakukan 1 (satu) spasi dengan teknik cetak menggunakan inkjet printer berwarna di atas kertas HVS 80 gram

2. Kulit Buku berwarna putih dengan tulisan dan gambar sampul cetakan warna

3. Ukuran kertas yang dipakai pada tiap-tiap laporan adalah sebagai berikut :• Laporan Pendahuluan : A4

sebanyak 5 buku• Laporan Antara : A4 sebanyak 5

buku• Laporan Akhir : A4 sebanyak 5

buku• Executuve Summary : A4

sebanyak 10 buku• Laporan Digital : 10 keping CD

4. Skala peta-peta yang disajikan di dalam buku laporan skalanya disesuaikan dengan ukuran kertas laporan.

Komposisi Tim dan Penugasan

Komposisi Tim

Penyusunan Kajian Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu ini dikerjakan oleh sebuah tim kerja dengan struktur organisasi seperti terlihat pada Gambar di bawah. Tim ini dipimpin oleh seorang ketua tim yang dibantu oleh beberapa ahli dari berbagai disiplin ilmu dalam hal teknis dan seorang administrator proyek dalam hal administrasi proyek. Staf ahli dibantu oleh beberapa asisten ahli, dan pada jenjang terbawah seluruh pekerjaan ditunjang oleh staf penunjang yang terdiri dari juru ketik, juru gambar, surveyor dan operator komputer. Tugas masing-masing anggota tim adalah sebagai berikut :

Gambar 2 : Struktur Organisasi Tim Penyusun Kajian Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Page 37: Kppab Kh Lapdul

4Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

A. Ketua Tim

Tugas utama ketua tim adalah mengkoordinasikan seluruh proses pelaksanaan proyek baik teknis maupun administratif. Ketua tim harus dapat mengarahkan jalannya proses perencanaan sesuai dengan jadwal dan network yang telah ditetapkan. Ketua tim, yang dalam proyek ini dirangkap oleh Ahli Planologi, bertanggung jawab langsung kepada Direktur Perusahaan.

B. Ahli Planologi

Selain sebagai ketua tim, ahli ini juga bertanggungjawab menyusun rencana kerja, meyusun kerangka pendekatan dan rincian proses perencanaan dari awal sampai akhir, mempersiapkan materi persiapan survey, menyusun outline

setiap laporan serta secara teknis melakukan kajian-kajian ketataruangan.

C. Ahli Teknik Lingkungan

Tugas utama ahli ini adalah melakukan kajian teknis bidang air bersih, mulai dari kajian mengenai potensi suber-sumber air baku secara kualitatif dan kuantitatif, kajian mengenai kelayakan produksi air bersih setiap kota, kajian mengenai sistem pengolahan dan sistem distribusi yang tepat bagi masing-masing kota.

D. Ahli Ekonomi Perkotaan

Tugas utama adalah mengkaji struktur perekonomian wilayah kabupaten serta peranan kota dalam perekonomian wilayah. Dalam tahapan rencana, ahli ini diharapkan dapat memberikan rujukan penting tentang rencana pembiayaan pengembangan pelayanan air bersih di

Page 38: Kppab Kh Lapdul

5Studi Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu

Error: Reference source not found

setiap perkotaan dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

E. Ahli Perencanaan Prasarana Wilayah

Ahli ini bekerja sama dengan perencana / ahli planologi bertugas merumuskan rencana pengembangan sistem prasarana wilayah baik yang sifatnya melayani wilayah internal maupun sistem prasarana yang berkaitan eksternal kabupaten, setelah sebelumnya ikut survey lapangan untuk mengkaji dan menilai aspek-aspek fisik pendukung pembangunan prsarana wilayah yang baru.

F. Ahli Kebijakan Publik

Tugas utama dari Ahli Kebijakan Publik ini adalah menganalisis karakteristik penduduk Kabupaten Kapuas Hulu dari berbagai aspek sosial-ekonomi dan budayanya. Hasil kajian ini menjadi masukan penting bagi Ahli Planologi

untuk merumuskan sistem pelayanan air bersih perkotaan agar sesuai dengan karakteristik dan perilaku penduduk kota.

J. Staf Pendukung

Staf pendukung terdiri dari seorang surveyor, seorang administrator proyek, seorang operator komputer (word processor & spreadsheet) dan seorang office boy/pembantu umum, bertugas mendukung keseluruhan proses penyelesaian pekerjaan dari tahap persiapan sampai tahap penyelesaianlaporan akhir baik teknis maupun admisitratif.

Jadwal Penugasan

Pengerahan tenaga kerja disusun berdasarkan network dan tugas masing-masing personil yang telah ditetapkan. Mobilisasi dan demobilisasi serta beban personil (load) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 15 : Jadwal Penugasan Tim Penyusun Kajian Pengembangan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Kapuas Hulu