Kpaww edisi 1

28

Transcript of Kpaww edisi 1

Page 1: Kpaww edisi 1
Page 2: Kpaww edisi 1
Page 3: Kpaww edisi 1
Page 4: Kpaww edisi 1
Page 5: Kpaww edisi 1
Page 6: Kpaww edisi 1
Page 7: Kpaww edisi 1
Page 8: Kpaww edisi 1
Page 9: Kpaww edisi 1
Page 10: Kpaww edisi 1
Page 11: Kpaww edisi 1

Setelah 1 bulan lebih sebelumnya direncana-kan “pendakian pemanasan” ke Gunung Gede 21-22 mei 2011 silam, Ekspedisi Ceria Jilid 4 Komunitas Pencinta Alam Warna-Warni (Ka-PaWW) akhirnya berhasil terhelat dengan baik direntang 1-5 Juni 2011.

Ekspedisi pendakian dengan jumlah peserta yang terbilang banyak, ke-58 peserta di bagi ke dalam grup-grup kecil dengan masing-masing grup diketuai oleh seorang ketua regu yang bertanggungjawab untuk memonitor setiap ang-gotanya.

Regu 1 dipimpin oleh Ahmad Fauzy dengan anggota2 sekitar Jakarta dan Tangerang, Regu 2 digawangi oleh Dwi Purwanto dengan anggota2 berasal dari Jakarta, Tangerang dan Bogor, Regu 3 diketuai oleh A. Djalaludin dengan ang-gota berasal dari Jakarta & Tangerang, Regu 4 dipimpin oleh Dwi Mugia Utama dengan peserta Bandung, dan regu 5 yang dipimpin Agung Kurniawan den-gan anggota Surabaya, Malang, Magelang, dan Komunitas Backpacker Indonesia (BPI) Sura-baya

Meeting-Point untuk seluruh peserta ditentu-kan Kamis 2 Juni 2011 di Stasiun Kota Baru Malang, dengan moda transportasi Kereta Api bersama KA Matarmaja. Namun ketika hari “H” meeting point ini ternyata harus dirubah lang-sung ke pasar tumpang, karena KA Matarmaja justru ternyata tiba di Malang lebih cepat dari biasanya. KA Gumarang tujuan Stasiun Pasar Turi Surabaya terlambat sekitar 2.5jam.Sementara Regu Bandung yang menuju Ma-lang dengan KA Malabar 2 anggotanya tercecer akibat tertinggal kereta.

Sementara Regu Bandung yang menuju Malang dengan KA Malabar 2 anggotanya tercecer akibat tertinggal kereta.

Rekan-rekan yang sudah lama sampai di Malang, terutama Regu Surabaya & sekitarnya langsung menuju ke Pasar Tumpang.

KA Gumarang akhirnya menjadi rombongan paling akhir sampai di Pasar Tumpang jelang pkl 14.15 WIB, disamping 2 rekan Bandung yang tercecer. Setelah Sholat, makan, beberapa malah mandi, koordinasipun singkat diadakan. Satu per satu regu berangkat menuju Ranu Pane meng-gunakan Jeep Hardtop sewaan milik Cak Nu yang sudah menanti di depan Alfa Mart Pasar Tumpang. Jelang Pkl 17.00 WIB seluruh peserta rombongan telah sampai di Ranu Pani. Setelah registrasi pendakian dengan masing-masing peserta menyerahkan fotocopy KTP & Surat Ket-erangan Sehat masing-masing 2 lembar, uang pendaftaran Rp. 7.500/orang & tambahan Rp.5.000 untuk setiap Kam-era yang dibawa. Briefing sejenak dan berdo’a bersama sebelum memulai pendakian, sekitar pkl 17.30 WIB seluruh rombongan memulai pendakian.

Etape I : Ranu Pane (2.200 mdpl) – Ranu Kumbolo (2.400 mdpl)Di etape ini akan ada 4 pos yang dilalui di Pos Ranu Kum-bolo. Pendakian rombongan mengawali dengan menyusuri jalan besar ber-aspal sekitar 5 menitdan berbelok ke kanan masuk melintasi Gapura “Selamat Datang” menyusuri jalan yang lebih kecil, lalu masuk ke jalur setapak bata bersemen yg rapi.

Diawal etape jalan setapak ini jalur sedikit menanjak stabil sampai beberapa waktu, lalu kemudian jalur landai yang mendominasi dengan disisipi sedikit tanjakan. Kurang lebih satu jam perjalanan rombongan akhirnya sampai di Pos 1 (biasa disebut “Watu Rejeng”).

Pos 1 menuju Pos 2 jalur masih terbilang dominan landai sedikit menanjak sekitar setengah jam perjalanan. Selepas Pos 2 menuju Pos 3 adalah rentang antar pos terpanjang di etape I, dengan jalur yang berganti-ganti tanjakan serta

Page 12: Kpaww edisi 1

turunan, dengan cukup banyak melintasi pohon-pohon ataupun ranting tumbang. Antara pos 2 dan 3 hujan rintik-rintik mulai turun, tapi tak berapa lama kemudian Alhamdulillah cerah kembali dan rombon-gan istirahat di Pos 3. Tanjakan ini cukup menguras tenaga, tapi selepasnya kita disuguhi trek melandai yang cenderung menurun hingga menemui Pos 4 yang berupa bangunan yg sudah ambruk atapnya.

Jelang pkl 01.00 WIB dinihari seluruh rombongan menjejak Ranu Kumbolo. Walau sangat dingin, tapi kami melewati dinihari hingga subuh hari dengan relatif nyenyak, yang mungkin juga terbantu fisik yang lelah serta kurang tidur dalam perjalanan via Kereta Api. Aktifitas pagi di ranu kumbolo diisi dengan agen-da masak-memasak, bercengkrama antar anggota dan pastinya mengabadikan momen pagi di Ranu Kumbolo yang eksotis sambil menanti Pkl 10.00 WIB waktu yang disepakati untuk keberangkatan menuju Pos Kalimati.

Etape 2 : Ranu Kumbolo – Oro Oro Ombo – Cemoro Kandang – Jambangan - KalimatiPkl 10.15 WIB semua rombongan sudah bersiap melanjut menuju Kalimati. Perjalanan diawali dengan mendaki dinding bukit yang mengelilingi ranu kumbolo yang acap di sebut “Tanjakan Cinta”, dengan kemiringan yang cukup terjal dan panjang. Alhasil banyak peserta yang cukup kepayahan untuk sampai di atas bukit.

Selepas sabana oro-oro ombo, rombongan masuk ke kawasan hutan dengan vegetasi cukup rapat hingga sampai di suatu area dengan pohon-pohon cemara cukup banyak yang acap disebut “Cemoro Kandang”.

Perjalanan kemudian sampai di satu dataran landai yang cukup luas dengan beberapa edelweis yang disebut “Jambangan”.

Yang beristirahat di area ini adalah Regu 2 (Dwi Purwanto cs), Regu 4 (Gerombolan Bandung) serta Regu 5 (Pasukan Surabaya dsk). Regu 1 (Ahmad Fauzy dkk) memilih mendekat di Ban-gunan Permanen Pos Kalimati, sementara Regu 3 (Djal dkk) memutuskan melanjut ke Arcopodo

Etape 3 : Kalimati – Arcopodo – Cemoro Tunggal - MahameruSemua rombongan bersiap dengan perbekalan secu-kupnya dalam tas kecil masing-masing, lalu briefing sejenak dan berdo’a bersama. Perjalanan dimulai dengan masih menapaki lahan datar kalimati dan mulai masuk ke vegetasi hutan, jalur pendakian mulai menanjak dan cukup melelahkan.

Selepas Arcopodo jalur pendakian mulai berpasir sampai bertemu dengan jalur sempit dengan melintasi tiang berantai di kiri & kanan, lalu selepas itu vegetasi sudah mulai hilang dan berganti dengan medan yang benar berpasir serta berbatu (yang kebanyakan meru-pakan pijakan yang labil).

Di jalur ini suhu menjadi sangat dingin dan hembusan anginnya cukup kencang.

Alhasil waktu sampainya masing-masing regu atau-pun beberapa orang yang tercecerpun menjadi bervariasi. Ada yang sudah sampai di puncak pukul 03.50, 04.10 WIB, pkl 04.30 WIB, pkl.05.00 WIB, pkl 05.30 , antara pkl 06.00 hingga pkl 07.00 WIB, dan beberapa lagi antara Pkl 07.00 hingga pkl 08.00 WIB.

Pemuncak yang terakhir tercatat adalah atas nama Apoey dari Regu 2, yang memang menjadi sweaper bersama Adam, yang terus menemani 2 orang penda-ki perempuan dari Regu 3 (Anggi) dan Regu 4 (Tyas) yang berjalan karena cedera yang mereka alami

Page 13: Kpaww edisi 1

Etape Menurun :

Mahameru – KalimatiPerjalanan menuruni lereng Mahameru menuju Kali-mati benar-benar sangat berbeda & menyulut sensasi tersendiri dengan seolah-seolah kita tengah bermain Ski diatas salju dengan pergerakan perlahan akhirnya bisa kembali di pos Kalimati sekitar pkl 11.00 WIB. Kalimati – Ranu KumboloPkl 14.30 WIB rombongan sudah bersiap menuju Kalimati, lalu menuju Jambangan kita kembali disug-uhkan jalur landai menanjak yang agak panjang dan cukup menguras stamina. Sampai di Ranu Kumbolo langsung beristirahat sambil menyantap makanan serta minuman yang disiapkan oleh beberapa rekan yang tidak ikutan ke kalimati dan bermalam di Ranu Kumbolo.Ranu Kumbolo – Ranu PaneWaktu menunjukkan Pkl 17.30 WIB ketika rombongan yang memutuskan untuk langsung ke Ranu Pane untuk bermalam berangkat meninggalkan Ranu Kum-bolo. Selepas Pos 3 rombongan langsung bergegas dengan ritme berjalan yang relatif normal dengan sedikit Istirahat, dengan suasana yang tetap ceria ditambahlagi dengan bayangan teh manis hangat dan nasi rawon yang sudah lekat melintas difikiran ban-yak rekan. Melewati Pos 2 lalu lanjut ke Pos 1 (Watu Rejeng) dengan naungan langit yang sangat cerah.Entah memang kondisi fisik yang sudah melemah, dibeberapa titik khususnya jelang pos 1. Dan semua anggota rombongan meng-iyakan ketika seorang ang-gota berujar kalau dari Pos 1 menuju ke Ranu Pane menjadi terasa sangat lama (ditempuh lebih dari 1.5 jam dengan kondisi kita tidak berhenti untuk beristi-rahat) dengan beberapa merasa melewati ruas yang sama. Tapi lepas dari hal-hal diluar nalar yang mung-kin diinisiasi oleh faktor keletihan, akhirnya jelang pkl 23.30 WIB seluruh rombongan berhasil menjejak Basecamp Ranu Pane, dan langsung menghambur ke warung nasi Ibu disebelah kiri sebelum Basecamp dan sebagian lagi menyasar Baso Malang didepan Basecamp peristirahatan

Minggu 5 Juni 2011Sebagaimana opsi yang ditawarkan di itenerary sebelum perjalanan, rombongan akhirnya terpecah menjadi 2 main-stream, mereka yang memilih melan-jutkan perjalanan ke Bromo dan sekitarnya sebelum nantinya melanjut ke Probolinggo, lalu Surabaya dan akhirnya Jakarta, ada yang memutuskan langsung dari Ranu Pane menuju ke Tumpang, Malang lalu pulang ke asal domisili masing-masing.

Penutup & TerimakasihAkhirnya hanya kesyukuran sangat yang terlantun mengakhiri ekspedisi ceria pendakian gunung semeru ini bahwa akhirnya kesemua peserta dapat kembali ke rumah masing-masing dengan selamat tanpa kurang satu apapun. Ternyata kasih sayang dan keberkahan-NYA selama ekspedisi ini sangat terasa menaungi kami selama perjalanan. Karena sejatinya, “Tiada AKU atau KAMU, yang ada hanya KITA dan ALAM”.

Terima kasih kepada :1. ALLOH Swt, Tuhan YME, 2. Keluarga3. Seluruh anggota “Komunitas Pencinta Alam Warna-Warni (KaPAWW)” 4. Keluarga besar Kaskus OANC 5. Semua pihak yang telah membantu

Page 14: Kpaww edisi 1

1 Oktober di CikurayBerawal dari batalnya semua trip yang telah saya rencanakan (Merbabu, Ungaran, Lawu, Talaga Bodas) maka tujuan selanjutnya Cikuray. Selepas Magrib langsung meluncur menuju Meeting Point Terminal Kp. Rambutan. Kami segera meluncur ke kota Garut. Pukul 01.00 perjalanan berakhir di terminal Gunturdan menuju Universitas Garut untuk beristirahat di Base-camp Gerhana. Selepas Subuh, pick up yang akan membawa kami menuju pemancar Cikuray tiba, dan kami bergegas naik untuk memulai perjalanan kami sesungguhnya.

Pos Pemancar yang dijadikan sebagai titik start penda-kian. Sempat terjadi hal tidak enak saat menuju pos ini, driver salah memilih jalan sehingga kami kehilan-gan banyak waktu. Setelah berdoa, pendakian dimulai. Dan kabut benar2 menggila saat itu, sehingga nuansa hijau perkebunan teh tidak sempurna kami rasakan.

Beratnya tanjakan Cikuray pada akhirnya membuat tim terlihat sangat kepayahan.

Hanya keterpaksaan yang membuat kami terus me-langkahkan kaki. Hampir isya ketika akhirnya kami sampai di puncak Cikuray. Disambut dengan minu-man hangat dan makan bersama membuat kelelahan yang kami rasakan menguap perlahan. Kebersamaan malam itu, pelan2 menghilangkan kejenuhan kami saat menikmati kejamnya Tanjakan Cikuray yang seperti tidak mengenal belas kasih.

Kira-kira pukul 05.00, mata kami dimanjakan oleh sem-burat kuning keemasan di Timur sana. Beruntung kabut tidak bertingkah pagi itu, sehingga momen tersebut dapat kami nikmati sepuasnya meski tidak dalam waktu yang lama

Pukul 08.00 Perjalanan turun, formasi pendakian masih tetap seperti formasi waktu menanjak. Tim Lelet tetap tercecer di belakang. Sehingga butuh hampir 4 jam untuk sampai kembali di Pos Pemancar.Herry yang mengalami kram di paha kanannya (ada yg bilang keseleo) terpaksa harus di papah. Puji syukur kepada-Nya akhirnya beliau sampai di Pemancar

Page 15: Kpaww edisi 1

Hanya keterpaksaan yang membuat kami terus me-langkahkan kaki. Hampir isya ketika akhirnya kami sampai di puncak Cikuray. Disambut dengan minu-man hangat dan makan bersama membuat kelelahan yang kami rasakan menguap perlahan. Kebersamaan malam itu, pelan2 menghilangkan kejenuhan kami saat menikmati kejamnya Tanjakan Cikuray yang seperti tidak mengenal belas kasih.

Kira-kira pukul 05.00, mata kami dimanjakan oleh sem-burat kuning keemasan di Timur sana. Beruntung kabut tidak bertingkah pagi itu, sehingga momen tersebut dapat kami nikmati sepuasnya meski tidak dalam waktu yang lama

Pukul 08.00 Perjalanan turun, formasi pendakian masih tetap seperti formasi waktu menanjak. Tim Lelet tetap tercecer di belakang. Sehingga butuh hampir 4 jam untuk sampai kembali di Pos Pemancar.Herry yang mengalami kram di paha kanannya (ada yg bilang keseleo) terpaksa harus di papah. Puji syukur kepada-Nya akhirnya beliau sampai di Pemancar

tinggal 2 orang lagi, dan waktu yang terus berjalan membuat beberapa rekan memutuskan untuk menjem-put mereka ke atas. Kondisi Rara yang kemarin me-mang sudah drop membuat kami yakin ada kejadian tidak enak yang menimpanya.

Dan hal itu terbukti benar, rekan2 yang menjemput mereka bercerita saat sepasang kekasih tersebut ditemukan, mereka turun dengan cara meluncur den-gan pantat mereka mengikut jalur air. hal tersebut ter-paksa mereka lakukan karena kondisi si wanita benar2 sudah tidak memungkinkan untuk diajak berjalan.

Mereka memilih untuk meluncur dengan maksud men-gurangi jarak dengan tim yang akan menjemput mer-eka. Sebuah keputusan yang saya rasa tepat, karena jika mereka memilih diam, bisa saja hal2 yang diluar logika terjadi (bukan hanya sekali kan ketika kondisi drop “sesuatu” sering terjadi pada pendaki?”

Akhirnya, Rara harus ditandu untuk sampai ke Peman-car. Kami yang berada di bawah, langsung merasa sangat senang ketika perlahan, di ujung sana bayang mereka mulai muncul satu persatu. Rekan-rekan wanita yang ada langsung membuat minuman hangat.

Alhamdulillah, Terima kasih yang tak terhingga untuk para rangers dari Gunung Lawu yang turut serta dalam pendakian ini. Dengan jasa mereka dan bantuan dari Dia Yang Maha Segala, akhirnya 2 orang rekan dari Tambun ini bisa sampai di Pemancar.

Alhamdulillah, Terima kasih yang tak terhingga untuk para rangers dari Gunung Lawu yang turut serta da-lam pendakian ini. Dengan jasa mereka dan bantuan dari Dia Yang Maha Segala, akhirnya 2 orang rekan dari Tambun ini bisa sampai di Pemancar.

Sepanjang jalan, tawa kembali mengalir deras set-elah tegang membayangi proses penjemputan Jo dan Rara. Hampir Isya ketika akhirnya kami sampai di Guntur dan kembali ke kota kami masing2.

Thanks To- Dia Yang Maha Segala, yang telah menciptakan alam dengan keindahannya yang luar biasa- Rekan2 dari Gunung Lawu. kalian Macan bro- Andri Suanto, utk nomor Pak Asep- Pak Asep yang telah mengantar kami pulang pergi dengan selamat dengan harga yang “oke” juga den-gan bonus beberapa kejadian yang membuat kami tegang, sekaligus tertawa terbahak-bahak- Kang Opik dan rekan2 yang telah menyambut kami di Basecamp Gerhana- Imad yang telah sudi terkurangi jatah tidurnya. Makasih obrolannya sepanjang jalan saat kita cari makan untuk sarapan. Tapi serius, saya ngga bisa dengar dengan baik apa yang ente bicarakan- Rifah Maslah, yang sudah mengajak saya turut serta- Cojack & Obi, kalian memang sepasang maho yang sempurna- Semua rekan2 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Perjalanan kemarin sangat luar biasa friends

Pengeluaran :Rambutan - Guntur Rp. 30.000Guntur - Basecamp Rp. 1.000Pick Up Naik Rp. 25.000Pick Up Turun Rp. 20.000Guntur - Rambutan Rp. 35.000

Page 16: Kpaww edisi 1

Semua Tentang KPAWW

Page 17: Kpaww edisi 1

KOMUNITAS PECINTA ALAM WARNA-WARNI

Merupakan komunitas Independen yang terbentuk karena minat & antusiasme yg sama terhadap kegiatan alam bebas dari beberapa orang awalnya yg berasal dari beragam latar belakang ataupun komunitas, seperti beberapa anggota dari Mailing List BACKPACKER INDONESIA, Forum KASKUS “Outdoor and Nature Club (OANC)”, Mailing List Perumahan Vila Nusa Indah serta beberapa Milist berbasis komunitas lainnya. Atas dasar keragaman penuh warna tersebut akhirnya tercetuslah ide pembentukan KOMUNITAS PECINTA ALAM WARNA-WARNI yg acap di-singkat KPAWW (Baca : Ka-Paw). Geliat Komunitas kecil yang bermula dari sebuah piknik kecil nan ceria ke Gunung Pa-pandayan (Garut) di Medio Maret 2011 akhirnya meluas ke komunitas ataupun penggiat-penggiat kegiatan alam lainnya, tak hanya mereka yang menjadikan pendakian gunung-gunung sebagai hobby atau preferensi pengisi waktu luang mereka, tapi juga mereka yang menyenangi susur pantai ataupun jelajah pulau, menyelami keindahan laut-laut Indonesia, menelusuri gua-gua atau pedalaman untuk eksplorasi budaya dan mereka yang secara umum menyenangi meng-eksplorasi serta menyesapi keindahan alam Indonesia yang luar biasa ini.

Makna Filosofi:Satu bentuk komitmen dalam memproyeksikan kegiatan agar memiliki orientasi yang jelas terh-adap ide-ide serta usaha (misi dan rencana) yang berguna bagi:Kelestarian alam dan isinya,budaya - budaya dan sosial dan setiap tujuan kemanusiaan,serta sebagai sarana bertumbuh kembang generasi para penggiat alam

ALAM INDONESIA; merupakan area atau wilayah yang menjadi tempat asal mula bertemu dan tempat beraktifitasnya segenap KOMUNITAS PECINTA ALAM WARNA-WARNI di dan dari seluruh penjuru nusantara.

KOMUNITAS PECINTA ALAM WARNA-WARNI selanjutnya disebut “KPAWW” merupakan wadah perhimpunan bersama penjelajah dan penggiat alam bebas baik yang berasal dari individu, organisasi, mau pun badan /instansi-instansi.

Visi:Membangun jaringan persaudaraan di kalangan komunitas penggiat alam bebas Indone-sia dan dunia pada umumnya, dengan menjadikan alam sebagai media orientasi kegiatan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik di masa depan.

Misi:1. Menghasilkan generasi muda Indonesia yang sehat jasmani dan rohani.2. Berperan aktif terhadap setiap usaha kegiatan kemanusiaan.3. Menjadi kontributor bagi Kelestarian lingkungan hidup.

Bentuk Keanggotaan:KPAWW bersifat terbuka untuk semua orang dari semua lapisan sosial dan latar belakang, umur, agama, suku, ras, gender dan kebangsaan, yang memiliki ketertarikkan terhadap kegiatan Peng-giat Alam dengan berbagai divisi

Page 18: Kpaww edisi 1

Ekspedisi Ceria

show news

Merajut Kebersamaan dalam Dinginnya Papandayan

( 23-24 Maret 2012 )

oleh: Rudy Priyanto

Page 19: Kpaww edisi 1

Setahun berlalu dari edisi kemping ceria perdana ke Gunung Papandayan (2.622 mdpl, Garut, Jawa Ba-rat) di medio maret 2011 ( http://livebeta.kaskus.us/thread/000...4-6-maret-2011 ), yang dari perjalanan tersebut terbentuklah Komunitas Pecinta Alam kecil-kecilan & sederhana “Komunitas Pecinta Alam Warna-Warni (KPAWW)” , beberapa rekan mengusulkan untuk kembali menghelat Kemping Ceria Papandayan Jilid 2 di Bulan Maret 2012 ini.

“Kemping Ceria sambil hitung-hitung menapak tilasi berdirinya komunitas pecinta alam kecil-kecilan kita.. “, ujar seorang rekan dengan senyumnya yg merekah..

Ajakan kemping ini di-amini & disambut antusias oleh banyak rekan, terlebih lagi Papandayan memang sedang “hangat-hangat-nya” dibuka kembali setelah beberapa lama ditutup untuk aktivitas pendakian..

Jum’at-Sabtu 23-24 Maret 2012 pun ditetapkan seba-gai tanggal pelaksanaan dengan pertimbangan agar memiliki satu hari penuh (minggu) untuk beristirahat ataupun untuk keperluan agenda keluarga dan lainnya.

Berbeda dengan edisi perdana kemping yang dihelat hanya dalam 1 hari dengan rute (Parkiran Papandayan - Melintas Kawah – Hutan Mati – Tegal Alun – Puncak Papandayan – Parkiran), di edisi kedua ini rutenya me-nyimpang terlebih dahulu untuk bermalam di Pondok Selada untuk keesokan harinya trekking ke Tegal Alun kemudian kembali lagi ke Pondok Selada sebelum akh-irnya berakhir di Parkiran Papandayan lagi.

Setelah sekitar 1 bulan undangan kemping ceria ini dirilis sekitar 40-an orang calon pesertapun terjaring, dan sudah barang tentu “Warna-warni”... , Laki-laki & Perempuan dng profesi yg warna-warni dari PNS, karyawan swasta, wirausahawan, pelajar, ibu rumah tangga, mahasiswa termasuk mahasiswa yang sudah lulus (fresh-graduate) tapi masih belum bekerja, be-ragam pula rentang usianya dari seorang pelajar kelas satu SMA sampai pria paruh baya beranak dua.. simply warna-warni.

Keberangkatan

Menuju Bumi Garut dimana Papandayan & Kawah aktifnya kokoh berdiri, rombongan terpecah-pecah menjadi beberapa jadwal & moda transportasi. Sesuai itinerary yang ditetapkan, rombongan besar akan be-rangkat menggunakan bis dengan meeting point Ter-minal Kampung Rambutan Jum’at 23 Maret Pkl.06.00 WIB, dengan pertimbangan untuk “ngepasin” waktu sebelum sholat Jum’at sudah tiba di terminal guntur

& bisa sholat Jum’at dulu di Masjid dekat terminal guntur sebelum melanjut ke Desa Cisurupan. Rencana yang akhirnya berantakan 180 derajat karena kemac-etan di Tol JKT-Cikampek sebagai imbas long weekend serta rentetan kecelakaan2 dibeberapa ruas tol sebe-lum kami lewati. Dari jadwal jum’at pagi ini terkumpul 13 orang peserta dari Jakarta, Tangerang, Bekasi & sekitarnya. Rombongan lainnya adalah 7 orang rekan dari Tangerang yang memutuskan berangkat terlebih dahulu di kamis malam (22 Maret) via Terminal Lebak Bulus, 16 orang dari yang berangkat dari Bandung yang juga terpecah ada yang berangkat kamis malam & jum’at pagi dari bandung, 3 orang yang memilih “Touring Motor” dari Depok dan 2 orang lagi meng-gunakan mobil pribadi berangkat menyusul sabtu sore dari Jakarta, total jendral 41 orang.

Perjalanan Menuju Papandayan

Karena saya tergabung di rombongan besar yang berangkat Jum’at pagi via Terminal Kampung Rambu-tan, maka detil perjalanan menuju papandayan yang terekam pun hanya di rombongan kami. Dari pkl 06.00 WIB yang ditetapkan sebagai waktu berkum-pul, rombongan besar akhirnya baru benar-benar naik ke dalam bis jelang pkl 08.00 WIB karena kendala keterlambatan beberapa rekan. Dan bayangan akan sholat Jum’at di Masjid dekat terminal gunturpun kontan buyar karena kemacetan luar biasa di ruas tol Jakarta-Cikampek yang membuat kami baru masuk Tol Cipularang sekitar pkl 12.00 WIB dan akhirnya “touch-down” di terminal guntur jelang pkl 15.00 WIB.. what a journey...hehe. Karena kemacetan tsb rekan2 pria yg muslim urung ber-sholat jum’at di masjid dan akhirnya mengambil keringanan (“rukhsoh”) sholat digabung & diringkas (Jama’ Qoshor) yang diperuntukan untuk musafir atau orang yg sedang dalam perjalanan jauh.

Page 20: Kpaww edisi 1

Setiba di terminal guntur dan belum lagi penat berjam-jam duduk didalam bis hilang, kami langsung disambut berondongan tanya dari para supir angkot ataupun calo2nya, “ A’..bade kamana a’?.. ka Papandayan ?..ci-kuray?...Guntur?.. “. Agak mereka faham betul melihat bawaan keril-keril dipunggung kami kalau destinasi orang-orang yang baru tiba itu tak jauh dari Gunung.

Penawaran-penawaran alot pun di gelar dengan kami mengutus Husni sebagai “urang garut asli” untuk me-wakili kami dealing dengan para supir angkot tersebut. Hargapun disepakati Rp.7500/orang dengan sistim carter alias hanya rombongan kita saja + keril2nya yang masuk angkot atau total Rp. 97.500,- untuk 13 orang dalam satu angkot yang mengantar kami perti-gaan Desa Cisurupan. Sampai di pertigaan cisurupan sudah jam 4 sore lewat, kami langsung sambung dengan mencarter pickup yang sudah terparkir manis didekat lokasi kami turun, yang memang jejeran pick up tersebut selalu menanti di pertigaan tersebut untuk mengangkut para pendaki atau wisatawan yang menikmati papandayan, ter-masuk juga waga sekitar yang ingin ke atas dengan tarif yang masih tak berubah dari tahun kemarin Rp. 10.000/orang.

akhirnya jelang pukul lima sore kami menjejak parkiran papandayan dan disambut oleh 3 orang rekan dari Bandung (Dwi Anugrah dan soul-mate nya Arumsari, serta Halim Ichsani) yang sengaja menanti kedatangan rombongan kami untuk selanjutnya bersama-sama menuju pondok Selada. Setelah sejenak beristirahat dan beberapa rekan ke toilet terlebih dahulu, kami ke-mudian mengurus registrasi di pos pendakian di dekat toilet/musholla. Dari pengalaman kemping perdana setahun silam, kali ini registrasi peserta pendakian agak sedikit berbeda. Selain pos pendaftarannya yang pindah dari depan ke dekat toilet, kamipun tidak diberi semacam kertas tanda registrasi yang ketika itu dibe-bankan sekitar Rp. 2.500/orang. Sebagai gantinya, se-tiap rombongan mencatatkan keterangan rombongan berupa [Nama Koordinator Rombongan, Jumlah ang-gota rombongan, Alamat asal, No. HP Koordinator dan

Setengah terang setengah gelap menuju Pondok Se-lada

Waktu menunjukan pkl 17.05 ketika saya memulai sedikit briefing bersama 16 orang rekan yang diakhiri do’a bersama untuk menuju Camping Ground Pondok Selada. Rombongan lainnya sudah terlebih dahulu membuka tenda di pondok Selada dengan 1 rombon-gan (Anwar, Roby dan Didi) memilih untuk berkemah di Tegal Alun.

Selepas briefing & dosa bersama, rombongan mulai menapaki jalan berbatu melintasi kawah aktif papan-dayan dengan asap putih yang mengepul & bau bel-erang yang cukup menyengat. Masker, Slayer ataupun Buff untuk menutup hidung agaknya jadi peralatan yang “wajib dibawa” untuk trekking ke papandayan untuk meminimalisir bau belerang yg menyengat hi-dung serta terasa “pedas” dimata.

Lebih dari setengah perjalanan menuju pondok selada ditempuh dalam kondisi terang walaupun semakin meredup menjelang maghrib.

Page 21: Kpaww edisi 1

Setelah diselingi istirahat sejenak ketika waktu maghrib tiba, rombongan akhirnya tiba di camping ground Pon-dok Selada jelang Pukul 7 malam, yang langsung dis-ambut hangat rekan2 yang telah tiba sebelumnya. Dan benar seperti info bapak-bapak pengelola dibawah, pondok selada memang penuh malam itu (info dari penjaga pos ada sekitar 200an orang yang registrasi untuk bermalam di pondok selada hari itu).

Beratap Kerlip Bintang Mengurai Dingin dengan Hangat InteraksiSetelah membongkar keril, memasang tenda, rombon-gan pun selanjutnya larut dengan aktifitas ngeriung masak-memasak di beberapa tenda. Lepas episode masak & makan, aktifitas peserta kempingpun terbe-lah menjadi beberapa “kelompok”. Ada yang memilih langsung meringkuk di tenda karena kantuk & lelahnya perjalanan sebagian lagi memilih berusaha mengubah dingin malam menjadi obrolan santai yang hangat dengan candaan & cerita2 lucu, ditemani pula dng hangatnya kayu bakar serta beratap langit cerah den-gan kerlip bintang yang seolah bertambah saban kali kita tatap.. lepas tengah malam para peserta ngobrol akhirnya mulai beringsut satu persatu ke pembaringan

Page 22: Kpaww edisi 1

Menuju Tegal Alun yang memesona

Subuh menjelang, dari beberapa tenda sudah mulai terdengar denyut kehidupan dengan sayup2 terden-gar lantunan bacaan sholat yang mendayu. Ketika gelap perlahan terkuak berganti terangnya pagi, satu persatu tenda mulai terbuka memunculkan pen-ghuni-penghuninya saling sapa pagi satu sama lain. Beberapa langsung menyalakan kembali peralatan masaknya dan larut dng aktifitas seduh-menyeduh serta sruput-menyeruput...

Sekitar pkl 06.00 WIB semua peserta sudah bersiap untuk memulai trekking ke Tegal Alun, satu lokasi yang pernah dilansir dalam sebuah artikel media sebagai satu di antara tempat-tempat terindah di Indonesia untuk menikmati edelweis selain Alun Alun Surya Kencana, Lembah Mandalawangi dan beberapa lainnya.

Setelah sedikit briefing dan senam peregangan un-tuk melemaskan otot-otot sebelum trekking, rom-bongan akhirnya mulai bertolak ke tegal alun.

Rute menuju Tegal Alun adalah menuju kawasan hutan mati dengan terlebih dahulu sedikit melintasi ilalang yang digenangi air, jadi agak menyerupai rawa, yang kadang-kadang bisa amblas semata kaki. Trek menuju & selama melintas hutan mati relatif didominasi jalur-jalur landai, yang walaupun agak menanjak tidak memberatkan. Di kawasan hutan mati sudah bisa ditebak perjalanan rombongan akan acap kali terhenti untuk satu keperluan... berfoto !. Karena nuansa eksotis yang disajikan oleh batang-batang kayu yang menghitam akibat dampak letusan papandayan beberapa tahun silam.

Tanjakan yang agak terjal baru ditemui dibeberapa saat menjelang Tegal Alun.

Kepulangan, membawa segenap lelah dengan senyum yang tetap tersungging

Rombongan berdiam di Tegal Alun sampai sekitar jam 9 pagi dan langsung beringsut kembali menuju Pondok Selada melalui Jalur yang sama dengan keberangkatan. Kurang dari satu jam perjalanan termasuk diselingi agenda berfoto ria, rombongan akhirnya kembali menjejak pondok selada. Ditengah perjalanan menuju Pondok Selada ini rombongan akhirnya bertemu dengan dua orang KPAWW-ers yang menyusul dan baru tiba di Garut ahad dinihari & bermalam di salah satu penginapan jelang perti-gaan cisurupan. Sifa & Doel memutuskan langsung trekking ke Tegal Alun melintas hutan mati tanpa menyimpang terlebih dahulu ke Pondok Selada.

Sesampai di Pondok Selada jelang pukul 10.00 WIB, setelah beristirahat sejenak beberapa peserta me-mulai kembali masak-masak lalu melanjut dengan aktifitas bongkar tenda & packing kembali ke keril masing-masing. Sekitar pkl 11.30 seluruh peserta sudah bersiap untuk trekking kembali ke Pondok Selada, termasuk juga trio Anwar, Roby & Didi yang bergabung kembali dengan rombongan besar set-elah mereka bermalam di Tegal Alun.

Kurang dari dua jam perjalanan dengan ditemani terik matahari dihampir sepanjang perjalanan rombongan akhirnya kembali menjejak parkiran papandayan. Sebagian langsung memburu warung-warung makanan yang ada di parkiran papandayan, menyicip beberapa potongan gorengan dan lontong, memesan hidangan mie rebus atau sekedar segelas teh manis hangat. Setelah cukup lama menanti gil-iran pick up yang akan membawa turun dari papa-pandayan menuju cisurupan dan langsung menuju terminal guntur, rombongan akhirnya sudah kem-bali ada di kota garut sekitar jam 5 sore. Sebagian peserta, khususnya yang dari Bandung langsung menaiki bis yang membawa mereka menuju Jakarta, sementara rombongan Jakarta, Bekasi dan seki-tarnya memilih untuk mampir sejenak ke toko oleh2 khas Garut untuk membeli beberapa buah tangan bagi orang-orang yang menanti mereka di rumah.

Malam menjelang, rombongan nampak terlelap di bangku bis primajasa yang membawa segenap letih tapi dengan senyum yang tetap tersungging tanda ceria-nya episode berkemah mereka. Hampir semua yang terlelap dalam lelah memiliki kesimpulan akhir yang sama, bahwa mereka akan kembali menapaki keceriaan ini tahun depan..kembali ke Papandayan.

Page 23: Kpaww edisi 1

Rasa syukur & terima kasih terlantun kepada :

1. ALLAH Swt atas karunia cuaca yang bersa-habat selama perjalanan & keselamatan atas keselu-ruhan anggota perjalanan2. Kang Cefy (Rangers Papandayan) atas informasi & perbantuan segala sesuatunya3. Keluarga Besar Komunitas Pecinta Alam Warna-Warni (KPAWW) khususnya rekan2 yang mengkoor-dinir lini2 persiapan dll4. Keluarga Besar Kaskus Outdoor and Nature Club (OANC) atas keramahan & kehangatan interaksi, sharing informasi & selalu menjadi inspirasi bagi komunitas kecil kami

Credit Photos untuk para Fotografer :1. Dwi Anugrah Mugia Utama2. Halim Ichsani3. Mala Deh4. Lagsita Mahdasari

Pengeluaran Biaya :1. Bis Kp. Rambutan Jakarta - Terminal Guntur Garut Rp.35.000,-2. Carter Angkot Terminal Guntur - Cisurupan @Rp.7.500,- (resminya Rp.5.000 kalau non-carter)3. Pick up Cisurupan - Parkiran Papandayan @Rp.10.000,-4. Uang Sukarela utk Pengelola (1 Rombongan) Rp.50.000,-5. Pick up Parkiran Papandayan - Terminal Guntur Rp. 15.000,-6. Bis Terminal Guntur - Kp. Rambutan Rp.35.000,-7. Parkir Motor Menginap @ Kp.Rambutan - Rp. 15.000

Page 24: Kpaww edisi 1

BAKTI SOSIAL KPAWW JILID 2Waktu : Sabtu-Ahad/21-22 April 2012Tempat : Desa Cisadon (Bogor) - Sebuah perkam-pungan terpencil di atas bukit/dataran tinggi dan hanya dihuni belasan KKBentuk Baksos : Pembagian Sembako, Pakaian Layak Pakai, Sumbangan Buku2, Pembangunan sarana belajar dll

##Cisadon ==>puncak terakhir. dahulu cisadon ini hanya dihuni oleh kel. alm pak hanu yang mening-gal di patok ular di sekitar cisadon. tapi tahun 2008 terakhir kita kesana sudah ada 13 KK yang tinggal disana dan telah ada sebuah tempat belajar untuk anak2 kecil yang berada disana. walaupun cisadon gak seindah ranu kumbolo, sangat jauh dibanding taman hidup dewi rengganis, kagak ada apa2nya keindahannya dibanding Mandalawangi atau surya kencana, tapi berkumpul dan berbagi kebahagian dengan anak2 kecil, bapak2 ibu2 sodara2 kita yang rumahnya terpencil in

bapak2 ibu2 sodara2 kita yang rumahnya terpen-cil ini tidak kalah indahnya. ^__^ di cisadon bisa mendirikan tenda lebih dari 6 tenda..

***Pakaian layak pakai, sembako layak makan, buku layak baca, dll insya Allah bermanfaat bagi kedua tempat ini terutama cisadon***

###Naik dari Desa Wangun==>cisadon===>Mega Mendung(turun)untuk menuju cisadon waktu tempuh dari desa wan-gun II sekitar 4-5 Jam sedang dari mega mendung bisa 2 jam.

Demikian Proposal ini saya buat dengan sebenarnya, dan tanpa paksaan dari siapapun. atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih..

Danny Al Maidany

Page 25: Kpaww edisi 1

Itinerary-nya kurang lebih sbb :

[ Jum’at, 4 Mei 2012 ]20.00 – 21.00 Kumpul Keberangkatan di Terminal Kampung Rambutan21.00 – 23.00 Perjalanan Menuju Cipanas (Bis)23.00 – 23.30 Cipanas menuju Shelter Peristirahatan di Kawasan Gunung Putri (Carter Angkot)23.30 – 04.30 Istirahat

[ Sabtu, 5 Mei 2012 ]04.30 – 05.00 Sholat Subuh (Untuk yang Muslim)05.00 – 06.00 Bersih-bersih diri, Re-packing, Persia-pan Pendakian, Sarapan dll06.00 – 06.15 Perjalanan Menuju Pos Registrasi Pendakian Gunung Putri06.15 – 06.30 Registrasi Peserta06.30 – 14.00 Pendakian Menuju Alun-Alun Surya Kencana14.00 – 15.00 Unpack, Pasang Tenda, Pengaturan Tempat dll15.00 – 15.30 Sholat Ashar (Untuk yg Muslim)15.30 – 04.30 Ramah Tamah, Masak-masak, Sholat, Makan, Ngobrol, Diskusi, Istirahat dll

[ Ahad, 6 Mei 2012 ]04.30 – 05.00 Sholat Subuh, Persiapan Summit At-tack05.00 – 06.00 Pendakian ke Puncak Gede06.00 – 07.00 Istirahat & Foto2 di Puncak Gede07.00 – 07.30 Turun ke Surya Kencana07.30 – 09.00 Masak-Masak, Sarapan, Ngobrol, Dis-kusi, Istirahat menikmati pagi di surya kencana dll09.00 – 10.00 Bongkar Tenda, Repacking, Persiapan Turun10.00 – 14.00 Perjalanan Turun ke Base Camp Gu-nung Putri14.00 – 16.00 Istirahat, Bersih-Bersih diri, Makan, Sholat, Persiapan Pulang16.00 – 19.00 Perjalanan Kembali ke Jakarta

Biaya : Rp. 15.000 (Jasa Pengurusan SIMAKSI)Biaya Patungan Carter Angkot & Shelter/Rumah untuk bermalam di Gunung Putri sebelum/sesudah mendaki akan ditentukan kemudian berdasarkan jumlah peserta.

Untuk KPAWW-ers yang berminat dapat mengkonfir-masikan kesertaannya dng mereply thread ini atau SMS/Telp ke 0813-8873-2713 (Rudy Priyanto)

Page 26: Kpaww edisi 1

for Enjoying .::Tegal Alun::.

KALEIDOSCOPE

the new Boybandis coming.

Page 27: Kpaww edisi 1

KALEIDOSCOPE

.::merajut asmara::.

.:: for Simply... Amazing Green-Green Grass:::.

.:: Narsis itu bukan tindak kriminal:::.

.:: Return to Selada:::.

.:: Citizen & The Blues at Tegal Alun:::.

Page 28: Kpaww edisi 1

01edisi :

behind the e zine :KPAWW-ers

News CatPer :Rudy Priyanto

Design/Layoutwahyu Hardianto

Photographer:Dwi Anugrah Mugia UtamaHalim IchsaniMala DehLagsita Mahdasari