JangkaR edisi 1

4
JANGKAR •1 Sekar Bumi bergabung dalam Aliansi Tolak SE No. 2258 mengadakan aksi ke KJRI, Minggu (3/2) Gelaran BMI Tuntut Kenaikan Gaji dan Penghapusan Pajak BURUH migran pekerja rumah tangga di Hong Kong kembali menuntut kenaikan gaji kepada pemerintah Hong Kong. Aksi itu digelar oleh beberapa organisasi buruh migran pekerja rumah tangga, Minggu (9/3) lalu. Buruh migran memilih menuntut kenai- kan gaji menyusul pemberitaan dari media massa lokal bahwa ekonomi Hong Kong telah mengalami kenaikan cukup penting. Perbaikan keadaan ekonomi itu bahkan lebih baik dari sebelum krisis ekonomi 1998 lalu. Beberapa kalangan melihat bahwa ini adalah momentum terbaik untuk mendesak pemerintah Hong Kong memberikan perha- tian pada buruh migran. Terlebih buruh mi- gran turut berperan besar dalam perbaikan ekonomi Hong Kong. Isu kenaikan gaji ini juga dikaitkan den- gan pemotongan gaji buruh migran oleh pe- merintah Hong Kong melalui penerapan levy (sistem pajak) yang dibebankan kepada para majikan pemakai jasa buruh migran pekerja rumah tangga yang diterapkan sejak April 2003 dengan memotong HK$ 400 per bulan dari jumlah gaji waktu itu HK$ 3670 Beberapa kalangan juga menilai, pemer- intah Hong Kong sudah waktunya untuk menghentikan pemungutan levy. Mengin- gat dasar dari pemberlakuan pajak tersebut adalah kesulitan ekonomi Hong Kong pada saat terjadinya krisis ekonomi. Krisis terse- but juga melanda hampir seluruh negara- negara di Asia sepuluh tahun silam. Dengan dalih kesulitan ekonomi itulah maka pajak itu diberlakukan. Pemerintah berdalih bahwa uang yang terkumpul dari hasil pajak tersebut akan di- gunakan untuk memfasilitasi buruh lokal dengan meningkatkan mutu atau kualitas ker- janya, sehingga pemerintah Hong Kong bisa menghindari melimpahnya jumlah pengang- guran seiring dengan banyaknya badan usaha yang bangkrut karena keadaan ekonomi yang tidak stabil itu. Namun kini, setelah ekonomi pulih, pe- merintah diharapkan menghapuskan pajak tersebut. Juga mengembalikan dana pajak tersebut untuk kepentingan buruh migran. Karena ternyata hasil dari pemungutan pajak itu (sekitar HK$3,2 juta) masih belum ter- pakai hingga saat ini. Etik Juwita J ANGKA R Media Internal Sekar Bumi Buletin Bulanan Vol. I No.1, Maret 2008 Menuju Persatuan BMI S ORE menjelang pukul 6, se- orang teman menelpon saya mengingakan bahwa deadline telah tiba. Ada sedikit rasa tak nya- man, ternyata waktu berlalu begitu ce- pat. Tapi ada rasa senang dan bangga, akhirnya ‘Jangkar’ edisi pertama ter- bit, bertepatan dengan hari Perempuan Sedunia. Terbayang betapa sibuknya kami kan? orang Hongkong menye- butnya hou kan jhiong. Bicara soal perempuan, pasti bi- cara juga tentang kiprah, nasib dan prestasi mereka. Kita, Sekar Bumi dan Jangkar adalah produk yang di hasil- kan perempuan. Pencabutan SE no. 2258/IA/XII/2007 oleh KJRI beberapa waktu lalu juga hasil perjuangan para perempuan yang berlangsung hampir dua bulan. Saya sempat berpikir, an- dai Aliansi-aliansi yang di bentuk para BMI itu bersatu sejak awal maka, saya yakin tuntutan kita pasti lebih cepat di luluskan. Namun, bagaimanapun kemenangan ini jadi awal yang indah mengingat perjuangan masih panjang. Pada edisi perdana Jangkar ini mungkin masih jauh dari kata sem- purna nothing’s perfect bukan? Tapi inilah wujud dari tekad, perjuangan dan eksistensi kami sebagai perem- puan, tanpa lupa untuk selalu belajar, memperbaiki serta mengembangkan diri. Karenanya kami sangat membu- tuhkan kritik dan saran dari pembaca sekalian. Akhirnya kami mengucapkan, se- lamat hari Perempuan Sedunia, mari bersatu dan selamat berjuang. Salam persahabatan.*** Website: http://sekarbumihk.multiply.com & http://sekarbumihk.blogspot. Team Redaksi : Penanggungjawab : Presidium Sekar Bumi Koordinator : Ruby Setia, Redaksi : Etik Juwita, Anggie (Camat), WD. Anan, Yuki Setia, Fo- tografer : WD Anan, Dokumentasi : Yuki Sekar, Alamat Redaksi : Wanchai, Hong Kong, Alamat E-mail : [email protected] Terbit setiap Bulan Diterbitkan oleh : SEKAR BUMI HONG KONG

description

Buletin terbitan organisasi buruh migran Indonesia di Hong Kong, Sekar Bumi, terbit tiap bulan.

Transcript of JangkaR edisi 1

Page 1: JangkaR edisi 1

JANGKAR•1

Sekar Bumi bergabung dalam Aliansi Tolak SE No. 2258 mengadakan aksi ke KJRI, Minggu (3/2)

Gelaran

BMI Tuntut Kenaikan Gaji dan Penghapusan Pajak

BURUH migran pekerja rumah tangga di Hong Kong kembali menuntut kenaikan gaji kepada pemerintah Hong Kong.

Aksi itu digelar oleh beberapa organisasi buruh migran pekerja rumah tangga, Minggu (9/3) lalu.

Buruh migran memilih menuntut kenai-kan gaji menyusul pemberitaan dari media massa lokal bahwa ekonomi Hong Kong telah mengalami kenaikan cukup penting. Perbaikan keadaan ekonomi itu bahkan lebih baik dari sebelum krisis ekonomi 1998 lalu.

Beberapa kalangan melihat bahwa ini adalah momentum terbaik untuk mendesak pemerintah Hong Kong memberikan perha-tian pada buruh migran. Terlebih buruh mi-gran turut berperan besar dalam perbaikan ekonomi Hong Kong.

Isu kenaikan gaji ini juga dikaitkan den-gan pemotongan gaji buruh migran oleh pe-merintah Hong Kong melalui penerapan levy (sistem pajak) yang dibebankan kepada para majikan pemakai jasa buruh migran pekerja rumah tangga yang diterapkan sejak April 2003 dengan memotong HK$ 400 per bulan dari jumlah gaji waktu itu HK$ 3670

Beberapa kalangan juga menilai, pemer-intah Hong Kong sudah waktunya untuk menghentikan pemungutan levy. Mengin-gat dasar dari pemberlakuan pajak tersebut adalah kesulitan ekonomi Hong Kong pada saat terjadinya krisis ekonomi. Krisis terse-but juga melanda hampir seluruh negara-negara di Asia sepuluh tahun silam. Dengan dalih kesulitan ekonomi itulah maka pajak itu diberlakukan.

Pemerintah berdalih bahwa uang yang terkumpul dari hasil pajak tersebut akan di-gunakan untuk memfasilitasi buruh lokal dengan meningkatkan mutu atau kualitas ker-janya, sehingga pemerintah Hong Kong bisa menghindari melimpahnya jumlah pengang-guran seiring dengan banyaknya badan usaha yang bangkrut karena keadaan ekonomi yang tidak stabil itu.

Namun kini, setelah ekonomi pulih, pe-merintah diharapkan menghapuskan pajak tersebut. Juga mengembalikan dana pajak tersebut untuk kepentingan buruh migran. Karena ternyata hasil dari pemungutan pajak itu (sekitar HK$3,2 juta) masih belum ter-pakai hingga saat ini.

Etik Juwita

JANGKAR Media Internal Sekar Bumi Buletin BulananVol. I No.1, Maret 2008

Menuju Persatuan BMI

SORE menjelang pukul 6, se-orang teman menelpon saya mengingakan bahwa deadline

telah tiba. Ada sedikit rasa tak nya-man, ternyata waktu berlalu begitu ce-pat. Tapi ada rasa senang dan bangga, akhirnya ‘Jangkar’ edisi pertama ter-bit, bertepatan dengan hari Perempuan Sedunia. Terbayang betapa sibuknya kami kan? orang Hongkong menye-butnya hou kan jhiong.

Bicara soal perempuan, pasti bi-cara juga tentang kiprah, nasib dan prestasi mereka. Kita, Sekar Bumi dan Jangkar adalah produk yang di hasil-kan perempuan. Pencabutan SE no. 2258/IA/XII/2007 oleh KJRI beberapa waktu lalu juga hasil perjuangan para perempuan yang berlangsung hampir dua bulan. Saya sempat berpikir, an-dai Aliansi-aliansi yang di bentuk para BMI itu bersatu sejak awal maka, saya yakin tuntutan kita pasti lebih cepat di luluskan. Namun, bagaimanapun kemenangan ini jadi awal yang indah mengingat perjuangan masih panjang.

Pada edisi perdana Jangkar ini mungkin masih jauh dari kata sem-purna nothing’s perfect bukan? Tapi inilah wujud dari tekad, perjuangan dan eksistensi kami sebagai perem-puan, tanpa lupa untuk selalu belajar, memperbaiki serta mengembangkan diri. Karenanya kami sangat membu-tuhkan kritik dan saran dari pembaca sekalian.

Akhirnya kami mengucapkan, se-lamat hari Perempuan Sedunia, mari bersatu dan selamat berjuang. Salam persahabatan.***

Website: http://sekarbumihk.multiply.com & http://sekarbumihk.blogspot.

Team Redaksi :

Penanggungjawab : Presidium Sekar Bumi Koordinator : Ruby Setia, Redaksi : Etik Juwita, Anggie (Camat), WD. Anan, Yuki Setia, Fo-tografer : WD Anan, Dokumentasi : Yuki Sekar, Alamat Redaksi : Wanchai, Hong Kong, Alamat

E-mail : [email protected]

Terbit setiap Bulan

Diterbitkan oleh : SEKAR BUMI HONG KONG

Page 2: JangkaR edisi 1

2 •JANGKAR

Sekar Bumi mengisi acara da-lam acara Indone-sian Independence

Day Celebration yang di selenggara-kan oleh Kotkiho

pada bulan Agustus lalu

P a n g g u n G

Untuk menga-sah kemampuan menulis, bidang

Sastra & Jurnalistik mengadakan work-

shop secara rutin diikuti anggota

Sekar Bumi

K r o n i K

Setiap Minggu ke 5, Sekar Bumi

mengadakan refres-ing (outdoor) guna mempererat keke-

luargaan. Acara ini diisi apresiasi

sastra, diskusi dan training

SEKAR BUMI turut ambil bagian dalam acara bertajuk Cultural Show (Per-tunjukan Budaya) yang dis-elenggarakan oleh Perkum-pulan Integrasi Masyarakat Nepal di Hong Kong pada Minggu (3 Maret) lalu. Ber-tempat di Yau Ma Tei Com-munity Hall, acara itu juga dimeriahkan oleh pertunju-kan tari dari negara-negara lain, seperti Nepal, India, dan China.

Tampil pada kesempatan itu Tari Garuda yang dib-awakan oleh kawan-kawan dari Seksi Tari Tradisional yang dipimpin oleh Dwi B Emas yang sempat memu-kau penonton. Tari yang dibawakan oleh Deo, Camat, Puri, Tarini, Triya, dan Dwi B Emas, itu tampil semarak dengan kostum yang didomi-nasi warna emas dan hitam.

Selain Sekar Bumi, acara yang juga dihadiri para un-dangan dari berbagai negara seperti Arab Saudi, Nepal, Pakistan dan beberapa orang dari Departemen Dalam Neg-eri Hong Kong. Selain itu, acara hiburan juga dimeriah-kan grup dance asal Indone-sia seperti Terali Dancer, CK Dancer dan DIF Dancers.

Dihubungi terpisah, Triya, salah seorang penari dari Sekar Bumi mengata-kan ia senang telah menda-pat kesempatan untuk tampil di hadapan masyarakat dari negara lain.

“Ada kesempatan kita untuk menunjukkan budaya kita, juga kesempatan untuk membuat kita lebih percaya diri tampil di depan umum. Selain itu kita juga punya kesempatan untuk saling ke-nal dengan penari-penari dari grup tari lainnya” katanya.

Senada dengan Triya, Dwi pun mengungkapkan kebanggaanya karena Sekar Bumi dipercaya oleh pihak penyelenggara untuk me-nampilkan salah satu kreasi budaya bangsa Indonesia di ranah internasional.

“Ini jelas kesempatan yang membanggakan karena kita punya kesempatan untuk menujukkan bahwa Indo-nesia itu kaya. Budaya kita banyak, bermacam-macam. Bukan hanya Bali.” Dwi juga mengungkapkan kepri-hatinannya ketika ada orang yang menanyakan Indonesia itu sebelah mananya Bali.

Sebagai Koordinator Sek-si Tari Tradisional, Dwi juga mengungkapkan keinginan-nya agar anggota Sekar Bumi yang berminat di bidang tari tradisional bisa mempelajari satu tari setiap bulannya. “Ini pasti bisa. Kalau kawan-kawan mau. Syaratnya, tekun dan giat berlatih tidak hanya berlatih hanya karena alasan akan naik panggung saja.” tandasnya.

Tari ‘Garuda’ Tampil dalam Even Internasional

Etik Juwita

Acara tapino (ma-kan bersama) dari kita untuk semua

menjadi agenda bersama Sekar

Bumi. Sarana ini dijadikan acara

ngerumpi berkaitan dengan kegiatan

organisasi

Sekar Bumi Danc-ers dipimpin Tarini

Sorita sedang beraksi memenuhi

undangan Terali Dancers di Seven Seas, North Point

Dipimpin si-anak ajaib Deo Mandala, Sekar Bumi Danc-

ers menunjukkan kemampuannya. Acara ini dalam

rangka mengikuti lomba di Central

Page 3: JangkaR edisi 1

JANGKAR•3

H o r i z o n

Upaya Dini Lepas dari Pemerasan Agen

Tugiyah

PERLU suatu keberanian dan tekad kuat untuk bisa menghindar dari pemerasan agen. Dini, sebut saja begitu, adalah buruh migran Indonesia (BMI) yang memiliki kedua syarat itu.

Gadis asal Cilacap ini telah bekerja pada majikan yang sama selama empat tahun. Dulu, sebelum memutuskan untuk memperjang kontrak kerjanya yang kedua, sang majikan menawarkan pada Dini agar tak perlu memakai jasa agen. Alasannya, selama ini agen tidak banyak melakukan apa-apa, hanya mengurus kontrak saja. Uang yang dikeluarkan juga lebih banyak.

Dini mengaku kaget dengan tawaran itu dan bingung untuk memutuskan. Bagi Dini, juga sebagian besar BMI, kontrak mandiri masih asing dan dianggap merepotkan. Berbagai macam pikiran berseliweran di kepalanya. Bagaimana kalau nanti majikan berubah pikiran?, Kemana harus

mengadu jika ada masalah?, dan sebagainya.

Majikan tampaknya tahu kalau Dini bingung. Ia pun memberi saran agar Dini bertanya kepada kawan-kawannya, juga ke Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI).

“It’s not difficult,” ujar majikannya meyakinkan. Alasannya, sang majikan pernah mempekerjakan orang Filipina dan ia bisa mengurus kontrak mandiri.

Diyakinkan oleh majikan, Dini pun akhirnya setuju dengan tawaran itu. Apalagi, sepengetahuannya, majikan selama ini selalu taat pada aturan hukum. Juga punya toleransi dan tidak pernah telat membayar gaji bulanannya.

Berbekal sedikit pengetahuan tentang hukum ketenagakerjaan, Dini pun mencoba mengajukan proses kontrak mandiri. Dini mencari nomor kontak telepon lembaga atau organisasi yang bisa membantunya, melalui buku petunjuk pelayanan milik Home Affair Bureau yang

ia dapat waktu pertama kali menginjakkan kaki di Hong Kong.

Hal pertama yang ia lakukan adalah pergi ke kantor KJRI, mencari tahu informasi soal syarat-syarat kontrak mandiri. Selanjutnya, ia pergi ke kantor Imigrasi Hong Kong untuk mengambil formulir kontrak kerja dan pembuatan visa kerja. Kemudian, ia mengirim surat ke PT (PJTKI-red) yang memberangkatkannya untuk memberitahu bahwa ia akan memperpanjang kontrak kerja tanpa agen.

Dalam syarat-syarat tersebut disebutkan, ia harus menyerahkan hasil medical check-up dan tanda bukti pengiriman surat ke PT ke KJRI. Juga surat izin dari orang tua atau suami. Ia juga harus membuat surat permohonan kepada KJRI serta polis asuransi yang telah ditandatangani pengacara.

Dini cukup beruntung karena bekerja di kawasan Causeway Bay yang notabene adalah tempat strategis dan merupakan pusat komunitas warga Indonesia. Di sela pekerjaannya, ia menyempatkan waktu untuk pergi ke KJRI guna menyerahkan dokumen-

dokumen tersebut. Kadang ia kesal dengan pegawai KJRI yang lamban dan malah merokok dalam memberikan pelayanan.

Setelah semua persyaratan dan dokumen lengkap, Dini dan majikan pergi ke KJRI. Menandatangani kontrak kerja dan sedikit diberi penyuluhan.

Dari tiga copy kontrak kerja yang telah ditandatangani, majikan pegang satu, KJRI satu, dan Dini juga pegang satu.

Total biaya yang dikeluarkan Dini adalah HK$2150, dengan perincian: medical check-up HK$450, biaya notaris (pengacara) HK$1000, KJRI HK$450, serta fotocopy perlengkapan dokumen HK$250. Jauh lebih murah dibanding menggunakan jasa agen yang bisa mencapai HK$3000-HK$5000.

Dini telah berani mengambil risiko dan tantangan dalam pengajuan kontrak mandiri dan ternyata ia bisa. Meski harus memeras otak dan habis pulsa untuk telpon sana-sini, juga mondar-mansir ke KJRI, tapi Dini merasa puas. Setidaknya ia bisa menghindar menjadi “sapi perahan” agen.***

Menuju Perempuan TangguhRubi Setiadinanti

SABTU, 8 Maret lalu, dunia memperingati perayaan hari perempuan. Mengingat kiprah para perempuan yang ikut andil dalam perjuangan untuk menentukan nasib bangsa, tidak berlebihan kiranya, bila para perempuan juga turut berjasa dalam menentukan nasib bangsa dan negara.

Karena para perempuan adalah ibu dari para penerus generasi muda, banyak peran penting yang telah dilakukan kaum perempuan, antara lain mengandung, melahirkan,dan menyusui. Hal yang tak bisa dilakukan kaum lelaki.

Namun demikian, para perempuan juga masih sanggup

mengerjakan apa yang dikerjakan laki laki, yaitu bekerja dan mencari nafkah. Walau dilihat dari segi fisik dan fungsional, laki laki dan perempuan mempunyai banyak perbedaan, namun pada dasarnya laki laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk memberi makna dan mengisi kehidupan yang sejajar.

Tapi masalahnya, selama ini ada anggapan bahwa para perempuan hanyalah “konco wingking” bagi lelaki, teman hidup yang tempatnya di belakang. Anggapan seperti ini membuat kaum perempuan seringkali menerima perlakuan tidak adil dan seringkali mengalami penindasan.

Kekerasan dalam rumah

tangga (KDRT) adalah satu contoh dimana kaum perempuan kerap menjadi korban. Dari waktu ke waktu, jumlah kasus KDRT meningkat. Para perempuan seringkali menjadi objek penindasan.

Namun sayangnya, tak sedikit perempuan yang hanya bisa pasrah terhadap nasib dan dan menjadi objek penindasan.

Andai saja para perempuan sadar akan haknya dan mau berjuang untuk tata kehidupan yang lebih adil, maka kekerasan dalam rumah tangga serta berbagai tindak diskriminasi kaum perempuan tak akan terjadi.

Tapi tentu saja kesadaran seperti ini tak hanya bisa ditumpukan pada kaum perempuan saja. Kaum lelaki juga

harus memiliki kesadaran sama. Bahwa perempuan sama sekali bukanlah warga kelas dua di dalam masyarakat, tapi memiliki kedudukan yang sejajar dan setara dengan kaum lelaki.

Hanya saja pertanyaannya sekarang, sudahkah para perempuan berusaha memberikan yang terbaik dan menempatkan dirinya sejajar dengan kaum laki laki untuk memberikan yang terbaik buat generasi penerusnya? Setidak-tidaknya berusaha untuk memberikan yang terbaik lebih dulu buat para perempuan itu sendiri. Jawabannya ada pada setiap individu perempuan itu masing masing. Oleh karena, itu mari kita bersama-sama untuk meningkatkan kualitas serta kemampuan untuk menjadi perempuan yang tangguh. ***

P e r s p e k t i f

Page 4: JangkaR edisi 1

4 •JANGKAR

B u r i t a nP u i s iBalada Sundari

Namaku SundariEtik Juwita

NAMAKU Sundari, umurku 25 tahun, cukup usia untuk kawin. Kapan hari, ibu yang kutelepon bilang, di kampung tidak ada lagi gadis sebayaku yang masih belum menikah. Kukira jadi perempuan memang susah.

Aku babu Hong Kong. Bukan karena aku suka bekerja jadi pembantu, tetapi ini adalah pilihan paling bagus yang ada padaku daripada harus menjadi pembantu di Tanah Airku sendiri. Kau tentu tahu, jadi babu di Indonesia itu berarti jadi budak. Apa boleh buat, sampai kini, sampai aku setua ini keadaan itu tidak sangat berubah.

Aku memutuskan menuliskan kisahku bukan tidak ada sebabnya, Saudara. Setelah sejarahku yang suram sebagai manusia, aku berharap akan ada yang memberikan padaku satu keadilan. Biarpun sedikit, biarpun hanya kedilan yang cacat…

Aku sampai di Hong Kong ketika penyakit mematikan SARS sedang merebak dengan gila. Ada berita-berita yang kadang disiarkan di televisi pada jam istirahat di penampungan mengatakan Hong Kong sedang kena penyakit menular yang bisa bikin mati orang. Aku takut, tapi aku lebih takut harus tinggal di penampungan lebih lama.

Mediami penampungan untuk kurun waktu sepuluh bulan tanpa diberi kesempatan untuk mengetahui dunia di luar penampungan, kalau kau ingin tahu, sengsaranya lebih dari menjadi tahanan, narapidana, pembunuh orang misalnya. Benar, untuk memasuki penampungan ini aku tidak harus meminta persetujuan siapa-siapa. Pun tidak bergantung pada keputusan siapa-siapa. Tapi menjalani kehidupan di penampungan terasa sangat menyakitkan bagiku. Aku telah menjalani hukuman untuk sebuah kejahatan yang mana? Karena aku miskinkah?

Ah, maaf, sebentar tadi aku telah terbawa emosi. Begitulah, setiap kali aku memutar

Majulah PerempuanOleh: Tugi

Kau terlahir sebagai perempuanKau makhluk lemah tapi menguatkanPenuh kasih dan juga kelembutanTakkan sukses kaum adam tanpa kau di belakang

Namun, kadang kau disia-siakanDianggap hanya pemuas nafsu setanDihina, dimaki tanpa belas kasihan

Wahai kawanku… majulah lawan ketidaka-dilanBuktikan kau tak bisa diremehkanDari rahimmu terlahir putra-putri terbaik bangsaDengan didikan dan kasihmu damai dunia

Pesan Arwah Seorang Babu

WD. Anan

Waktu kupejamkan matakuJauh dinegeri asingTiba - tiba kulihat bayangan semuBerdiri, mengepalkan tangannyaMatanya mengalirkan darahMulutnya mengucapkan kataKawan...BALASKAN KEMATIANKU..!!!

Mereka menghajar, Menginjak - nginjak tubuhkuBahkan memperkosaku dengan hati bina-tangnyaPadahal,Aku hanyalah seorang babuYang menjual tenagaku demi REALDemi sesuap nasi untuk anakkuDemi menghentikan tangis anakkuYang menginginkan sebuah boneka

Teriakku, tidaklah ada artinyaTeriakkku bisu, tak seorangpun mendengar-nyaTeriakku padamu...BANGUNKAN kawan - kawanku dari tidur panjangnyaKatakanlah...Perjuangkan hidupmu..Meskipun kau hanya seorang perempuanGunakan hakmu bagai sebuah mata pedangYang sanggup menumbangkan kokohnya peraturanKawan.....Hidupku, hidupmu bukanlah sansak ditengah - tengah kalanganYang siap untuk ditinju dan ditendangOleh insan - insan yang bernyawa srigala

Bangkit dan bersatulah wahai kaumkuJangan takut dan jangan menyerahKepalkan tanganmu kuat - kuatKibarkan panji - panji peperanganDan teriakan dengan lantang“Aku Harus Menang”

perjalananku selama ini, selama itu pula aku akan teringat situasi awal yang membuat aku jadi begini. Selama ini sudah pula ingin kuhapuskan saja kenangan-kenangan itu. Aku berharap dengan membuang kenangan-kenangan itu, dan menindihnya dengan kenangan yang baru kemudian aku bisa merasa telah tidak diperlakukan sebagai tahanan. Tapi bisakah kenangan yang seperti telah lebur itu lenyap begitu saja, sementara masih saja ada kenyataan-kenyataan yang melemparkan aku dan membuatku tersadar dan merasa, “Aku pernah merasakan hal itu dahulu.”

Kemarin, setelah lima tahun aku berkerja di Hong Kong ini, kudengar berita tentang tetanggaku di kampung yang ingin bekerja sebagai TKW di Hong Kong berusaha kabur dari penampungan dengan meloncat benteng penampungan, sekarang ia di rumah sakit, perutnya robek terkena pagar kawat besi yang melingkari penampungan.

Ketika kutuliskan kisah ini, negara Hong Kong sedang gencar-gencarnya memberitakan tentang kelebihan uang yang selama ini dikumpulkan. Salah satunya hasil dari pajak yang dipotong dari gaji pembantu rumah tangga asing. Uang itu masih utuh, jumlahnya mungkin bisa untuk membangun sekolah dan rumah sakit kalau di Indonesia. Tapi ini uang pemerintah Hong Kong, kita mana mungkin mengirimkannya ke Indonesia. Sarmila Gadis Kota, temanku yang suka memermak rambutnya di salon, kemarin sempat berseloroh, katanya, “Haimeh? Uang sebanyak itu mungkin cukup ya buat rebounding rambutku satu helai satu hari sampai aku tua?”

“Sampai rambutmu abis, maksudnya?” potong Komsatun Gadis Desa. Kedua kawanku itu memang tidak pernah akur, kami yang mendengar celetuknya ketawa koor.

Bersambung...