Info Muria Edisi 1

4
INFO MURIA Media Komunikasi Antar Civitas Akademika UMK KUALITAS tidak diraih karena keb- etulan belaka, tetapi merupakan hasil dari tujuan jelas, perjuangan keras, pan- duan tepat, tindakan cerdas; kesemuanya adalah hasil memilih satu keputusan dari banyak alternatif dengan bijak (William A. Foster, angkatan laut Amerika Serikat yang gugur pada Perang Dunia II) Begitu juga yang dilakukan oleh Universitas Muria Kudus (UMK), yang berdiri sejak tahun 1980 un� tuk mengukuhkan diri menjadi salah satu perguruan tinggi yang diakui kualitasnya, dengan visi menjadi universitas kebudayaan. Prof Dr dr Sarjadi, SP.PA, Rektor UMK, mengungkapkan empat pilar untuk mewujudkan visi ter� sebut. Pilar pertama, UMK men� Pilar pertama, UMK men� ciptakan budaya akademik dijiwai iman dan takwa pada Tuhan YME. Kedua, adanya pengembangan dan upaya menguasai IPTEK ses� uai kemampuan mahasiswa. Ke� tiga, mengembangkan potensi mahasiswa untuk bekerjasama. Keempat, mengimbangi potensi mahasiswa dengan pengembang� kan karakter, perilaku, dan etika. Kebudayaan di sini merujuk pada penanaman perilaku dan ilmu se� cara tepat, agar menjadi budaya. Maka, diharapkan setiap lulusan UMK akan memiliki kualitas aka� demik serta spiritual yang baik. Sebagai pertanggungjawaban terhadap kepercayaan masyara� kat, UMK telah membentuk Badan Penjaminan Mutu (BPM) dalam menciptakan quality assurance serta national and international recognize, dengan didukung oleh dosen�dosen berkualitas yang memiliki kualifikasi pendidikan S2 (Magister), S3 (Doktor), dan bebe� rapa dosen berkualifikasi S1 (sar� jana) karena berstatus dosen baru. Mereka yang masih berpen� didikan S1, akan dibiayai untuk menempuh program master dan yang berpendidikan S2 secara bertahap menempuh program doktor. Selain dosen berkualitas, sisi sosial mahasiswa pun tak lu� put dari ”sentuhan”. Contohnya, lanjut Sarjadi, mahasiswa me� lakukan kegiatan sosial dengan membantu para petani di sekitar kampus membudidayakan ta� naman organik, pengembangan kawasan Wana Wisata di desa Rahtawu, Kawasan Gunung Mu� ria, dan pengembangan teknologi tepat guna (TTG) bagi pengusaha kecil dan mikro. Beasiswa pun digalakkan untuk menjangkau semua mahasiswa baik mereka yang berprestasi, ku� rang mampu, dan berprestasi te� tapi kurang mampu. Sumbernya bisa diperoleh dari pemerintah, pengusaha sekitar, maupun kam� pus sendiri. Persentasenya pun cukup berimbang sehingga se� mua berkesempatan. ”Kedepan� nya, UMK berencana melebarkan sayap dengan merintis kerjasama ke luar negeri”, imbuh Sarjadi. Memang, untuk mencapai kuali� tas UMK yang berbudaya butuh perjuangan keras dan panjang. Namun, melihat kesiapannya, visi tersebut tak sekadar impian. (Heory/Muria) UMK, Mengaktualisasi Disain Kualitas Muria / Edisi 1 / Mei�Juli / 2010 1 Suasana kampus UMK (Dok. Info Muria) C ult u re U n iv e r s i t y

description

UMK,Mengaktualisasi Desain Kualitas

Transcript of Info Muria Edisi 1

Page 1: Info Muria Edisi 1

INFO MURIAMedia Komunikasi Antar Civitas Akademika UMK

KUALITAS tidak diraih karena keb-etulan belaka, tetapi merupakan hasil dari tujuan jelas, perjuangan keras, pan-duan tepat, tindakan cerdas; kesemuanya adalah hasil memilih satu keputusan dari banyak alternatif dengan bijak

(William A. Foster, angkatan laut Amerika Serikat yang gugur pada Perang Dunia II)

Begitu juga yang dilakukan oleh Universitas Muria Kudus (UMK), yang berdiri sejak tahun 1980 un�tuk mengukuhkan diri menjadi salah satu perguruan tinggi yang diakui kualitasnya, dengan visi menjadi universitas kebudayaan. Prof Dr dr Sarjadi, SP.PA, Rektor UMK, mengungkapkan empat pilar untuk mewujudkan visi ter�sebut. Pilar pertama, UMK men�Pilar pertama, UMK men�ciptakan budaya akademik dijiwai iman dan takwa pada Tuhan YME. Kedua, adanya pengembangan dan upaya menguasai IPTEK ses�uai kemampuan mahasiswa. Ke�tiga, mengembangkan potensi mahasiswa untuk bekerjasama. Keempat, mengimbangi potensi mahasiswa dengan pengembang�kan karakter, perilaku, dan etika. Kebudayaan di sini merujuk pada penanaman perilaku dan ilmu se�cara tepat, agar menjadi budaya.

Maka, diharapkan setiap lulusan UMK akan memiliki kualitas aka�demik serta spiritual yang baik. Sebagai pertanggungjawaban terhadap kepercayaan masyara�kat, UMK telah membentuk Badan Penjaminan Mutu (BPM) dalam menciptakan quality assurance serta national and international

recognize, dengan didukung oleh dosen�dosen berkualitas yang memiliki kualifikasi pendidikan S2 (Magister), S3 (Doktor), dan bebe�rapa dosen berkualifikasi S1 (sar�jana) karena berstatus dosen baru.

Mereka yang masih berpen�didikan S1, akan dibiayai untuk menempuh program master dan yang berpendidikan S2 secara bertahap menempuh program doktor. Selain dosen berkualitas, sisi sosial mahasiswa pun tak lu�put dari ”sentuhan”. Contohnya, lanjut Sarjadi, mahasiswa me�lakukan kegiatan sosial dengan membantu para petani di sekitar kampus membudidayakan ta�naman organik, pengembangan kawasan Wana Wisata di desa Rahtawu, Kawasan Gunung Mu�ria, dan pengembangan teknologi tepat guna (TTG) bagi pengusaha kecil dan mikro.

Beasiswa pun digalakkan untuk menjangkau semua mahasiswa baik mereka yang berprestasi, ku�rang mampu, dan berprestasi te�tapi kurang mampu. Sumbernya bisa diperoleh dari pemerintah, pengusaha sekitar, maupun kam�pus sendiri. Persentasenya pun cukup berimbang sehingga se�mua berkesempatan. ”Kedepan�nya, UMK berencana melebarkan sayap dengan merintis kerjasama ke luar negeri”, imbuh Sarjadi. Memang, untuk mencapai kuali�tas UMK yang berbudaya butuh perjuangan keras dan panjang. Namun, melihat kesiapannya, visi tersebut tak sekadar impian. (Heory/Muria)

UMK, Mengaktualisasi Disain Kualitas

Muria / Edisi 1 / Mei�Juli / 2010 1

Suasana kampus UMK (Dok. Info Muria)

Culture Unive

rsity

Page 2: Info Muria Edisi 1

Muria / Edisi 1 / Mei�Juli / 2010

UNITED Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dan United Nations  Children’s and Fun (UNICEF) dan Ke�mentrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) telah melakasanakan program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau Creating Learning Communities For Children (CLCC) 1999�2010.

Program ini bertujuan memberikan fasilitas kepada personal kunci dari pendidikan guru sekolah dasar  (PGSD) untuk melakukan penga�matan langsug tentang implementasi program MBS khususnya pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).

Setelah program ini berhasil, pemerintah melalui Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) akan mengambil alih program ini pada 2010 dengan pengarahan dari UNESCO. Pada tahun 2010 ini Universitas Muria Kudus (UMK) menjadi salah satu Universitas di Indonesia yang berhasil mendapatkan program tersebut.

“Alhamdulillah, kami adalah salah satu uni�versitas dari 8 universitas di Indonesia yang mendapatkan program ini. Di Jawa Tengah han�ya kita yang mendapatkan program ini”, ujar, Dr. Sukiman, ketua program Studi PGSD FKIP.

Kedelapan universitas tersebut adalah Univer�sitas Pakuan Bogor, Universitas Sarjanawijata Ta�mansiswa Yogyakarta, Universitas Muria Kudus, Universitas Ronggolawe Tuban, STKIP Hamza�nwadi Selong NTB, STJIP Santo Paulus Ruteng NTB, Universitas Muhammadiyah Makasar dan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.  Sebelum program ini di laksanakan, pihak UNESCO akan melakukan kunjungan un�tuk mengetahui kesiapan universitas. UMK mendapatkan waktu kunjungan pada Rabu

(31/03). Staf UNESCO, Bambang Irianto  men�gatakan, kedatangan dari ke UMK bertujuan untuk memantapkan kembali kerjasama yang telah di sepakati.

Badan khusus PBB yang didirikan pada tahun 1945 tersebut, dalam pelaksanaan kerjasama dengan PGSD UMK memberikan fasilitas ban�tuan berupa dana sebesar Rp. 52 juta. Menurut

Sukiman, dana tersebtu akan digunakan untuk peningkatan proses belajar mengajar bagi ma�hasiswa PGSD. “Terutama dalam upaya untuk memberikan bobot materi MBS , manfaat, ma�salah dalam penerapannya dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar murid melalui program PPL (prkatek kerja lapangan),” tambah Sukiman. (Harun/Muria UMK)

Fokus

PGSD UMK Kerjasama dengan UNESCO

MK Akhiri Perjalanan UU BHP

2

SETELAH setahun lebih Undang – Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) disyahkan, namun, pada tanggal 31 Maret 2010 lalu, Mahka�mah Konstitusi (MK) membatalkan UU tersebut.

MK menganggap UU BHP memi�liki banyak kelemahan. Karena UU nomor 9 tahun 2009 ini bertentan�gan dengan pasal 31 UUD 1945. Pasal tersebut menyebutkan setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan.

Proses pelahiran UU BHP dianggap oleh sebagian anggota masyara�kat sebagai proses legalisasi atas praktek komersilisasi pendidikan. Krena dalam kenyataannya biaya pendidikan, terutama di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sulit dijangkau kalangan ekonomi bawah. Di sisi lain ”jatah” proses rekrutmen maha�siswa melaui Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) semakin me�nyusut. Menurut perhitungan Dar�maningtyas hanya 10 persen.

Menanggapi tentang pembatalan UU BHP oleh MK, Pembantu Rektor II Universitas Muria Kudus (UMK) mengungkapkan bahwa tidak ada dampak bagi UMK. ”Kami belum menerapkan UU BHP, jadi tidak ada dampak bagi UMK,” kata Iskandar.

Menurut Iskandar, keputusan MK sudah melalui pertimbangan yang matang. dan tentu memiliki alasan yang kuat. Iskandar berharap jika kelak ada pengganti UU BHP, tidak dimaksudkan untuk memasung Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang disleenggarakan oleh Yayasan dan sejenisnya. Iskandar menilai PT yang memiliki Yayasan atau sejenis�nya masih memiliki peran yang baik dan hendaklah jangan dihapus.

Sementara itu, Dekan Fakultas Hu�kum, Subarkah, SH, MH, mengung�kapkan UU BHP adalah sebuah praktek liberalisasi pendidikan. Pemerintah seakan – akan lepas tangan dengan melempar tang�gung jawab pembiayaan pendidi�

kan kepada pihak PT.”Pemerintah seharusnya bertang�

gung jawab terhadap pembiayaan pendidikan tidak melemparnya ke pihak PT. Selain itu, UU BHP mer�ampas hak masyarakat khususnya kalangan bawah untuk berpendi�dikan,” ujar Subarkah.

Menurut Subarkan dalam UU BHP terdapat tiga ciri yang menunjukan sebuah liberasasi pendidikan. Pertama, adanya un�sur mencari keuntungan. Kedua, adanya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Ketiga, privatisasi pendidikan. Bagi Subarkah biaya masuk PT yang tidak masuk akal menujukkan adanya unsur men�cari keuntungan. Biaya yang tidak masuk akal itulah yang merebut HAM masyarakat kalangan bawah. Pembentukan privatisasi pendidi�kan dalam bentuk pemberian oto�nomi PT merupakan usaha lepas tangan pemerintah. ”Pemerintah harus turut berpartisipasi dalam

pembiayaan pendidikan, sehingga ada kontrol yang jelas. Dalam UU jelas pemerintah harus membi�ayai penyelenggaraan pendidikan, ” ujar laki – laki yang penuh dengan senyum keramahan itu.

Bagi Subarkah, PT yang sudah menerapkanya UU BHP dapat kembali keperaturan yang sebe�lumnya. Sehingga biaya dapat memihak rakyat. ”Saya setuju dengan pembatalan UU BHP,” kata Subarkah.

Sementara itu Agus Sulistyanto, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMK, me�nilai pembatalan UU BHP mence�gah kapitalisme pendidikan. Agus sependapat dengan Subarkah bahwa pemerintah harus terlibat dalam pembiayaan penyelengga�raan pendidikan. ”Anggaran pen�didikan sudah besar seharusnya dana itu dimaksimalkan.” papar Mahasiswa FKIP semester delapan itu. (Taufiq/Muria)

Bambang Irianto, Staf UNESCO saat berkunjung ke UMK (Dok. Info Muria)

Kampus

7Muria / Edisi 1 / Mei�Juli / 2010

PARA pimpinan Perguruan Tinggi bidang kema�hasiswaan dari lima perguruan tinggi (PT) tengah serius membahas Program Hibah Kompetisi Aso�siasi Profesi Mahasiswa (PHK�APM) Direktorat Jen�dral Pendidikan Tinggi (Dikti). Diskusi yang ber�tempat di Ruang VIP Gedung Rektorat lantai satu itu, menghasilkan beberapa kesepakatan terkait PHK APM tersebut.

kelima PT tersebut adalah, Universitas Muria Ku�dus (UMK), Universitas Sultan Agung (Unissula), IKIP PGRI, Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Universitas Semarang (USM) dan Uni�versitas Dian Nuswantoro (Udinus). Gabungan lima PT tersebut di ketuai oleh IKIP PGRI. Sedan�gkan UMK sebagai Sekretaris.

Kesepakatan utama, bagaimana membentuk dan mengembangkan tata kelola organisasi profesi. Pasalnya, gejala umum yang terjadi di PT adalah tidak relevansinya program pendi�dikan bagi mahasiswa. Karena ketidakmam�puan dalam membentuk tata kelola organisasi keprofesian yang cocok dengan masyarakat�nya.

Fajar Kartika selaku Pembantu Dekan (PD) III FKIP menerangkan, untuk mewujudkannya dibentuk�lah Asosiasi Mahasiswa Bahasa Inggris rayon satu. Dengan adanya asosiasi ini, memudahkan lima PT untuk bekerjasama dalam PHK�APM khususnya bidang Bahasa Inggris.

Tujuan asosiasi ini, untuk menggalang kerjasa�ma antar universitas sehingga mahasiswa antar universitas mampu meningkatkan profesinya setelah lulus dari universitas masing�masing. “Nantinya, asosiasi ini akan kami serahkan ke Himpunan Mahasiswa Bahasa Inggris. Kami juga berharap mereka dapat menyebarkan ke ma�hasiswa yang lain, karena memang itulah tugas mereka” jelas Fajar.

Fajar menambahkan, dengan adanya aso�siasi ini, mahasiswa diharapkan bisa lebih mencintai dan memahami ilmunya. Agar nantinya memberikan kontribusi pada keunggulan dan kemandirian lulusan.

Sementara itu, Fitri Budi Suryani, ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris UMKmengharap�kan ada pengembangan kompetensi inovatif dan adaptif bagi mahasiswa dari prgram PHK�APM tersebut. Menurut Fitri dari empat tema yang di�tawarkan Dikti, Tema Pertama tentang Pemben�tukan dan Pengembangan Tata Kelola Organisasi Profesi menjadi pilihan asosiasi ini.

Hal ini bertujuan untuk memfasilitasi dan men�dorong asosiasi profesi mahasiswa untuk secara sistematis dan terprogram mengembangkan tata kelola organisasi, meningkatkan kualitas, relevansi dan efisiensi kegiatan yang diseleng�garakan. “Sedangkan dana yang didapatkan sebesar Rp 40 juta,” jelas Fitri.(Agus/Muria)

UMK Bentuk Asosiasi Bidang Kemahasiswaan dengan Lima PT

TUGAS seorang guru memang berat. Dari guru, lahirlah siswa�siswa yang berkualitas. Karena itu, seorang guru harus menjaga kualitas. Un�tuk meningkatkan kualitas, guru bisa meneliti sehingga ilmunya semakin berkembang. Guru yang tak mampu mengembangkan ilmunya akan tertinggal atau bahkan akan ditinggalkan.

Dalam rangka mengakomodai kebutuhan meneliti bagi guru, Program Studi (Porgdi) Pen�didikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK) akan mengadakan seminar den�gan tema Teacher Researcher : Toward A Better English language Teaching In Indonesia di ruang seminar lantai empat gedung rektorat UMK pu�kul 08.00�16.00. Senin dan Rabu (1�2 Juni 2010).

Menurut Diah Kurniati selaku ketua panitia, ke�giatan ini bertujuan untuk memberikan informasi dan membuka wawasan dan paradigma para pendidik tentang signifikasi dan peran penting guru sebagai peneliti dan pengembang ilmu pendidikan.

Selain itu, juga untuk memfasilitasi para pendi�dik dalam mensukseskan sertifikasi. “Kami ber�harap dengan seminar ini akan memacu minat guru dalam meneliti. Apalagi yang berhubun�gan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),” tambah dosen Bahasa Inggris ini.

Dalam pelaksanaannya, peserta di minta untuk

membuat proposal penelitian yang nantinya dikirim ke panitia seminar sebelum seminar berlangsung. Setelah diterima, proposal penelitian akan dibahas dalam acara seminar tersebut. “Area topik proposal sekitar Research Finding on English Education,” pa�parnya.

Menurut Diah, narasumber pada seminar ini dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, yaitu Prof. Dr. Joko Nurkamto. Selain itu, nantinya akan di isi pula beberapa guru yang pernah melakukan penelitian. “Jadi, nantinya kita bisa sharing antar guru,” tegasnya.

Acara kali ini, tak hanya ditujukan kepada guru, mahasiswa juga dapat berpartisipasi. Sedangkan peserta ditujukan kepada guru se Karesidenan Pati. “Maksimal 150 pendaftar yang akan kami terima,” tambah Diah.

Sedangkan biaya pendaftaran bervariasi, un�tuk guru yang mengirimkan proposal, biaya pendaftaran Rp 75 ribu, yang tidak mengirim�kan proposal Rp. 100 ribu. Sedangkan untuk mahasiswa hanya Rp 50 ribu.

Panitia seminar menyediakan berbagai fasilitas. Mulai dari coffe break, makan siang, seminar kit dan juga sertifikat. “Kami berharap, acara ini diikuti banyak peserta. Pasalnya, acara ini bertujuan un�tuk meningkatkan kemampuan pendidik dalam mengembangkan ilmunya yang nantinya berguna bagi peserta didik itu sendiri,” harapnya.(Agus/Mu�ria)

Seminar Penelitian Bagi Guru

Agenda UMKSeminar dan Workshop pene�litian pada 01 Juni 2010. CP 081542459684 (Diah)

IKLANPengin minum kopi yang sehat dan enak?. kini hadir JAVA HERB�AL COFFE siap menyehatkan anda. CP 085740482785

Suara UMKCivitas akademik yang ingin menyampaikan saran dan usul, dapat mengirim pesan ke 085226502368(�) Sediakan warnet murah di Kampus Donk. (085641200XXX)(�) Buku di perpustakaan mohon di perbanyak dan diperbaharui.(085226899XXX)(�) parkir dibenahi dan diperluas ya. (085641783XXX)

Mau Iklan di Info Muria?caranya mudah. tinggal SMS ke 085641783185.

Page 3: Info Muria Edisi 1

JANJI seringkali terlihat indah, terdengar merdu, dan membuai. Tetapi, bila tak sesuai dengan yang dijanjikan akan berbuah rasa ke�cewa. Janji memang harus diwujudkan. Begitu juga saat sebuah lembaga pendidikan mengaku dan mengklaim memiliki kualitas tepercaya. Apa artinya jika hanya slogan semata? Namun, tidak demikian dengan Universitas Muria Kudus (UMK) yang menegaskan keseriusan dan komitmennya dalam menjaga kualitas dengan membentuk Badan Penjaminan Mutu (BPM).Sekilas BPM

Menurut Ir Masruki Kabib, MT, Ketua BPM UMK, sejak tahun 2006 UMK telah membentuk satuan tugas (satgas) guna mempersiapkan sistem penjaminan mutu. Kemudian, tahun 2008, UMK membentuk badan yang mengelola sistem pen�jaminan mutu yaitu Badan Penjaminan Mutu (BPM), dengan tugas utama merencanakan dan melaksanakan sistem penjaminan mutu aka�demik secara keseluruhan, membuat perangkat, memonitor pelaksanaan, melakukan audit dan evaluasi, serta melaporkan secara berkala pelak�sanaan sistem penjaminan mutu akademik di UMK secara internal (internal quality assurance).

Secara eksternal (external quality assurance), BPM juga memiliki tanggung jawab, diantaranya memadukan dan mengembangkan kerjasama antara universitas, lembaga, atau organisasi lain�nya.

Hasilnya, mulai tahun 2008 UMK ditetapkan sebagai salah satu perguruan tinggi (PT) ber�mutu di tingkat nasional. Hal ini mengacu pada penilaian Tim Technical Assistance Quality As�surance dan Evaluasi Implementasi Sistem Pen�jaminan Mutu Internal (SPMI) Direktotal Jendral

(Ditjen) Pendidikan Tinggi (Dikti). UMK termasuk salah satu dari 68 PT di Indonesia yang mener�apkan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI).Program kerja

BPM sendiri merupakan unit independen yang bertanggung jawab kepada rektor. Cakupan dan program kerjanya meliputi semua program studi, strata pendidikan, bidang pelatihan, konsultasi, pendampingan dan kerjasama bidang penjami�nan mutu akademik, pengembangan sistem informasi bidang penjaminan mutu akademik, pengembangan dan pelaksanaan sistem pen�jaminan mutu akademik yang sesuai dengan keadaan sosial, budaya kampus, pengembangan dan pelaksanaan audit mutu akademik internal, pengelola program studi, dan satuan organisasi lainnya.

Masruki mengutarakan bahwa fokus BPM UMK

hingga tahun ini adalah pada program studinya. Indikator saat audit internalnya melingkupi visi dan misi, tata pamong, tata kelola, input maha�siswa, proses pembelajaran, SDM, sarana prasa�rana, sistem informasi, pengelolaan keuangan, pengabdian masyarakat dan lingkungan, serta kerja sama dalam dan luar negeri. Maka, pening�katkan kualitas SDM dan sosialisasi ke masing�masing program studi gencar dilaksanakan. Ke depan, setiap bidang dan unit lain di UMK secara bertahap akan dimonitor.

Akhirnya, impian seperti yang dilontarkan Mas�ruki, bahwa budaya mandiri akan tercipta, dan kualitas proses pembelajaran dan hasil nyata pada mahasiswa, masyarakat, dan stakeholders lain bisa dirasakan, tidak mustahil segera ter�wujud dengan keberadaan BPM UMK. (Heory/Muria)

SEBENTAR lagi Registrasi. Lagi�lagi pelayanan administrasi akademik dan keuangan ini menjadi momok mahasiswa di Universitas Muria Kudus (UMK). Mulai dari soal mem�persiapkan keuangan sampai den�gan proses pelayanan itu sendiri. Soal pelayanan ini memang masih dalam proses pembenahan dengan harapan dapat mengakomodasi ke�inginan para mahasiswa.

Yang sering menjadi keluhan dan rasa gundah para mahasiswa adalah rasa penat karena harus mengantri. Soal budaya antri ini memang masih menjadi problem bagi mahasiswa. Semua berkeinginan untuk mem�peroleh pelayanan dengan segera. Akhirnya ketertiban antrian men�jadi buyar. Yang terjadi kemudian para mahasiswa saling mendesak sehingga budaya antri hanya ada dalam referensi pikiran, tetapi sepi dari aksi. Budaya mengantri me�mang perlu dipelajari, tidak hanya bermanfaat bagi proses pendidi�kan, tetapi juga belajar bagaimana budaya menghargai hak orang lain

diterapkan.Soal mengantri dalam kegiatan

registrasi sebetulnya bukanlah hal sulit, jika semua pihak disiplin men�jaga sikap. Di samping itu, pelayanan herregistrasi sendiri sudah tersedia loket yang cukup memadai. “Bagi para mahasiswa yang berada di luar kota pun dapat membayar di bank�bank yang telah menjadi mitra UMK, kata Sri Gimuni, kepala Biro Adminis�trasi Akademik (BAAK) UMK.

Untuk mengakomodasi kebu�tuhan para mahasiswa, menurut penuturan Sri Gimuni, registrasi pada tahun ajaran 2010 ini akan

mengalami perubahan. Sistem yang dipakai mirip dengan sistem di bank. Sistem yang dibangun akan meng�gunakan tiga tempat. Selain pada tempat pembuatan jadwal (entry data), juga tempat pembayaran dan pengambilan kartu mahasiswa (KTM). “Kami telah mencari berbagai cara agar memudahkan mahasiswa untuk melakukan registrasi. Pada tahun ajaran baru, registrasi maha�siswa satu arah,” tambah Pembantu Rektor I, Drs. Masluri, MM.

Tempat pertama berfungsi untuk penjadwalan mata kuliah. Di tempat ini mahasiswa hanya diperkenankan

satu kali entry data. Setelah maha�siswa memperoleh nomor maha�siswa langsung ke loket ke II. Pada saat pengentrian data mahasiswa memiliki pilihan, membayar lang�sung di loket atau transfer bank yang sudah ditentukan. Jumlah uang yang akan ditransfer harus sesuai dengan data dari kantor Biro Administrasi Keudangan (BAU). Apabila data dari BAU tidak sesuai, mahasiswa harus mengurus terlebih dahulu. Sementara pengambilan KTM berada di loket ke tiga.

Beberapa hal yang harus diper�hatikan mahasiswa saat registrasi yaitu, pertama, mahasiswa harus mempersiapkan jadwal dan uang ketika hendak registrasi. Proses ini akan membantu kelancaran saat registrasi. Kedua, mahasiswa di�himbau membayar sesuai dengan kewajiban yang harus dibayarkan, terutama bagi mahasiswa yang membayar melalui transfer lewat bank. Apabila dana tidak sesuai, mahasiswa belum mendapatkan pelayanan KTM. (Harun/Muria)

Muria / Edisi 1 / Mei�Juli / 2010

Fokus

Pentingnya Sebuah Sistem Penjaminan Mutu

3

Transfer Melalui Bank

Entry Bayar Ambil KTM

Mengurangi Kepenatan Antrian Registrasi

Kampus

IMPLEMENTASI pelayanan publik pada era oto�nomi daerah kabupaten Jepara menjadi tema pada studium general (kuliah umum) Program Magister Ilmu Hukum Universitas Muria Kudus (UMK) pada Sabtu (03/04). Kuliah umum ini ber�tempat di lantai III Gedung Pasca Sarjana dengan pembicara Bupati Jepara, Drs. Hedro Martoyo, MM dan dipandu oleh ketua Program, DR. Su�parnyo.

”Kegiatan Studium General adalah salah satu kegiatan akademik di Program Magister Ilmu Hukum UMK. Haparan kami, melalui kegiatan seperti ini, dapat menambah bekal ilmu dari kalangan praktisi, terutama dalam mata kuliah Hukum Pelayanan Publik,” jelas Suparnyo saat memberi pengantar.

Dasar�dasar hu�kum tentang Oto�nomi Daerah dan Pelayanan Publik menjadi materi bahasan Bupati Je�para dua periode tersebut. Menurut Hendro Martoyo, daerah Kabuoaten/Kota memiliki ke�wenangan, hak dan kewajiban un�tuk mengatur dan mengurusi sendiri urusan pemerin�tahan dan kepent�ingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang�undan�gan, sebagaimana

datur dalam Undang�undang (UU) nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Sedangkan pelayanan publik adalah keg�iatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan pelayanan sesuai dengan per�Undang�undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang dan jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik, yang diatur pada UU nomor 25 tahun 2009 tentang Pelay�anan Publik.

Dalam implementasi pelayanan publik, di Kabupaten Jepara terdapat 43 jenis pelayanan perijinan dan 59 jenis pelayanan non perijinan. Dari 43 jenis perijinan tersebut, 8 jenis diantara telah berstandar ISO, antara lain SIUP, TDP, IUI,

Pariwisata, HO, Ijin Lokasi, Reklame, dan Penger�ingan. Sementara instansi yang telah mendapat ISO antara lain BPPT, SMKN I, SMKN III, dan Pusk�esmas Keling, ”jelas Bupati yang memperoleh gelar Magister Manajemen dari STIE Mitra In�donesia tersebut.

Menurut Hendro, mulai 1 Maret 2010 lalu, pelayanan publik di Jepara telah diadakan per�baikan yaitu rekomendasi/surat keterangan ijin yang dikeluarkan kecamatan dan desa/kelura�han tidak dikenakan biaya retribusi pelayanan administrasi (leges) dan pelayanan KTP/KK wak�tu penyelesaian ditetapkan minimal 10 menit maksimal 3 hari, setelah persyaratan lengkap.

Khusus mengenai keberadaan produk ukir yang menjadi primadona Kabupaten Jepara, Menurut Hendro, pemkab sama sekali tidak menarik retribusi alias (gratis), kecuali dalam ijin pendirian usaha. Bahkan, Pemkab Jepara me�nyediakan anggaran untuk kegiatan ekspo (pa�meran) baik dalam maupun luar negeri dengan alokasi anggaran permeter sebesar Rp. 400 ribu s/d Rp. 500 ribu. ”Subsidi kegiatan ekspo yang didukung oleh dana Anggaran Pendaparan dan Belanja Daerah (APBD) ini kurang lebih Rp400 milyar,” jelas Hendro.

Masih menurut Hendro dari 4 jenis  HAKI (Hak Atas Kekayaraan Intelektual) yang diajukan oleh Pemkab Jepara hanya 1 jenis HAKI yang disetu�jui, yaitu produk mebel ukir Jepara. Produksi ukir Jepara saat ini didukung oleh tenaga�tena�ga muda yang trampil dan profesional. ”Bah�kan di Jepara telah berdiri tidak kurang 22 SMK (Sekolah Menengah Kejuruan ) khusus tentang ketrampilan ukir, baik negeri maupun swasta.

Kuliah umum tersebut, diikuti oleh para maha�siswa Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum, para dosen, dan tamu undangan lainnya.(Harun Muria)

Hendro Martoyo : Pemkab Jepara Tidak Menarik Retribusi Ukir

AKTIVITAS  pemilihan mahasiswa berprestasi UMK 2010 merupak�an proses yang  cukup rumit dan menantang untuk  dilaksanakan karena harus mengadopsi semua un�sur mahasiswa di dalamnya.  Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan apresiasi bagi mahasiswa yang telah melakukan aktivitas yang membang�gakan bagi UMK dan sebuah wadah  untuk memotivasi  mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan kurikuler, ko�kurikuler dan ekstra kurikuler,” kata Ketua Panitia Pemilihan Mahasiswa Berprestasi UMK 2010, M.Widjanarko, S.Psi, M.Si.

Menurut Widjanarko, syarat�syarat untuk mengikuti seleksi mahasiswa berprestasi UMK 2010 antara lain; be�lum lulus (sampai 17 Agustus 2010), berusia tidak lebih dari 24 tahun,

semester VI  (S1), IV (D3), aktif dalam kegiatan kampus, ko�kurikuler dan ektrakurikuler, mengisi formulir ma�hasiswa berprstasi yang disediakan panitia.

Setelah melalui seleksi admin�istrasi  dan  dokumen aktivitas kegiatan mahasiswa, hanya 9 mahasiswa dari 19 calon yang mememenuhi persyaratan. Dari hasil presentasi dan wawancara yang dilaksanakan pada hari Sab�tu, 20 Maret 2010 di Ruang Rapat Senat lantai 3 Gedung Induk UMK, yang menjadi pemenang adalah; Rizki Sandhi Safitri  (FKIP�BI) sebagai juara pertama dengan nilai rata�rata 81,75, Nova Laili Wisuda (Fakultas Agroteknologi) sebagai juara kedua dengan ni�lai rata�rata 76,8, dan Nebi Nata

(Fakultas Psikologi) sebagai juara ketiga dengan nilai rata�rata 76,5. Sebagai juara pertama dalam Pe�milihan Mahasiswa Berprestasi UMK Tahun 2010 akan diikutkan pada kegiatan Pemilihan Mahasiswa Ber�

prestasi Tingkat Kopertis (Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta) Wilayah VI Tahun 2010 pada hari Kamis, 8 April 2010 di Kantor Kopertis Wilayah VI, Semarang (Kholidin/Muria).       

UMK Memilih Mahasiswa prestasi

6 Muria / Edisi 1 / Mei�Juli / 2010

Hendro Martoyo dan Dr. Suparyo saat memberikan kuliah umum (Dok. Info Muria)

Page 4: Info Muria Edisi 1

“ Perhatian ada sesuatu yang baru diudara ! “ Ada sinyal�sinyal yang mengelilingi kita yang dise�but wireless ( komunikasi data tanpa kabel ). Salah satu aspek dari dunia informasi yang sangat pent�ing adalah teknologi informasi dan penyebaran informasi melalui ja�ringan komputer. Penggunaan komputer secara personal mau�pun kelompok akan memberikan kemudahan dalam pencapaian suatu tujuan, baik di bidang komunikasi, keuangan maupun bidang�bidang yang lain. Oleh karena itu upaya peningkatan produktivitas kerja se�cara efisien dan efektif dapat dilakukan den�gan memaksimalkan penggunaan jaringan komputer.

Memasuki era Teknologi Informasi (TI), perusahaan atau penye�dia informasi jasa lay�anan masyarakat selain dituntut untuk mampu menyediakan sumber daya informasi seperti perangkat keras dan per�angkat lunak, juga ditun�tut untuk menyediakan ( SDM ) yang ahli dalam bi�dang tersebut. Informasi merupakan hasil pengo�lahan data yang disajikan sedemikian rupa agar dapat memberi arti atau persepsi tertentu kepada para pemba�canya, oleh karena sangat besar ketergantungan manusia terha�dap informasi, maka kualitas in�formasi harus selalu ditingkatkan. Beberapa faktor penentu kualitas informasi adalah keakuratan, time�ly, relevansi dan kemudahan untuk memperolehnya.

Penggabungan teknologi kom�puter dan komunikasi sangat ber�pengaruh terhadap bentuk or�ganisasi system komputer. Model komputer tunggal yang melayani seluruh tugas�tugas komputasi suatu organisasi telah diganti oleh sekumpulan komputer ber�

jumlah banyak yang terpisah akan tetapi saling berhubungan dalam melaksanakan tugasnya. Sistem ini disebut “ Jaringan Komputer “ ( Computer Network ).

Hampir semua jaringan komput�er yang ada saat ini menggunakan kabel sebagai sarana penghubung ( Wired Network ). Keterbatasan

j a n g �kauan wired ini disamping pertim�bangan harga, kecepatan instalasi dan kemudahan perawatan telah mengilhami para ahli Information Tecnology untuk menciptakan wireless network. Wireless net�working yang berarti komunikasi data dalam sebuah jaringan kom�puter yang tidak memanfaatkan kabel sebagai media transmisi.

Selain memanfaatkan gelombang mikro atau elektro magnetic seb�agai media tranmisi.

Teknologi wireless network ini mulai dikembangkan untuk men�gatasi permasalahan pemasangan kabel pada kondisi lapangan yang sangat sulit untuk dilewati oleh ka�bel atau instalasi kabel sudah tidak

mungkin dit�ambah lagi, serta untuk

menjawab kebutuhan pemakai jaringan yang memiliki mobilitas yang tinggi sehingga para pe�makai tersebut membutuhkan fasilitas jaringan dimana mereka dapat mengakses setiap saat di�manapun mereka berada.

Manfaat WirelessJaringan wireless ini cocok un�

tuk bangunan yang sudah terku�

jur jadi, tetapi pada bangunan itu belum tersedia jalur kabel untuk pembangunan jaringan . Untuk pembangunan infra struktur jar�ingan komputer terpadu antar ge�dung atau kawasan yang terpisah oleh jarak dan kondisi medan yang tidak memungkinkan untuk ditarik kabel.

Sangat tepat untuk para pebis�nis yang mobilitasnya tinggi se�

hingga dimanapun mereka berada dapat melakukan

kontak dan mengirim data ke perusahaanya.

Dapat digunakan se�mentara waktu seperti di area pameran atau ruang pameran yang pemasangannya hanya beberapa waktu dan ti�dak bersifat permanen.

Sebagai teknologi Mobile Radio, Micro�wave, VSAT, Mobile Sat�ellite Communications, FM Squared dan FM Sideband.

Perbedaan Wireless dengan Non Wireless

Jaringan komputer adalah sekelompok komputer otonom yang dihubungan satu dengan lainnya menggunakan protocol komunikasi me�lalui media trasmisi atau

media komunikasi sehing�ga dapat saling berbagi data

informasi, program�program penggunaan bersama perangkat keras seperti printer harddisk dan memori layanan komunikasi antar pemakai.

Tujuan dibangunnya suatu ja�ringan komputer adalah untuk membawa data informasi dari sisi pengirim menuju penerima secara cepat dan tepat tanpa adanya ke�salahan melalui media transmisi atau media komunikasi tertentu .

Hampir semua jaringan komput�er yang ada saat ini menggunakan kabel sebagai sarana penghubung (Wired network).

Muria / Edisi 1 / Mei�Juli / 2010

Pakar

Wireless, Penguasa Udaraoleh : Arief Susanto, ST, M.Kom, Rina Fiati, ST, MCs

4

Susunan Redaksi Info Muria: Penanggung Jawab: Rektor UMK, Pengarah: Pembantu Rektor I, Pembantu Rektor II, Kepala Redaksi: Zamhuri, Redaktur Pelaksana: M Wijdanarko, Staf Redaksi: Much Harun , Imam Khanafi. Diterbitkan oleh Humas UMK Kudus. Alamat: Gondangmanis Po. Box 53 Bae Kudus 59352 (0291) 438229

SALAH satu problem yang mem�prihatinkan dunia pendidikan saat ini adalah menurunnya kualitas perilaku peserta didik (siswa & ma�hasiswa). Sebagian dari mereka ber�perilaku kurang mencerminkan diri sebagai seorang yang sedang me�nyandang status pelajar/mahasiswa. Seperti berperilaku amoral, anarkis, asosial dan bentuk anomali perilaku lainnya. Perilaku tersebut sangat kontra produktif dengan watak du�nia pendidikan. Hasil belajar tidak hanya pengetahuan dan teknologi, tetapi jauh lebih utama adalah ter�bentuknya watak dan karakter yang baik dan unggul.

Banyak pihak berharap peran aktif lembaga pendidikan dalam pem�bentukan karakter bangsa (nation caracter). Karena karakter bangsa merupakan modal utama memper�tahankan eksistensi dan memban�gun bangsa ke depan. Tanpa karakter bangsa sulit rasanya mendisain arah perkembangan bangsa. Karena itu, sangat tepat jika Kementrian Pendi�dikan Nasional (Kemendiknas) men�gangkat tema ”Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa” sebagai tema Hari Pendidi�kan Nasional, 2 Mei 2010.

Lembaga pendidikan harus mulai memformat dalam mengembang�kan karakter peserta didik yang sifatnya kualitatif. Dengan begitu, dunia pendidikan tidak hanya ber�peran sebagai agen transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi juga berperan sebagai agen untuk transfer sistem nilai.

Menurut Profesor Muhammad Nuh (Mendiknas), untuk menerap�kan pendidikan karakter, ada empat langkah yang harus ditempuh yaitu. Pertama, harus ada perubahan par�adigma di dalam proses dan sistem pendidikan atau belajar�mengajar. Kedua, peran staf pengajar (guru) yang berfungsi sebagai role models atau keteladanan (uswatun khasa�nah) harus ditonjolkan. Ketiga, membangun kultur di dalam tiap lembaga pendidikan yang bersum�ber dari budaya yang ada sebagai media yang kondusif untuk mem�bentuk karakter tersebut. Keempat, perlunya dukungan terhadap aturan atau regulasi dari sistem pendidikan.

Pendidikan karakter adalah pendidi�kan budi pekerti plus, yaitu yang meli�batkan aspek pengetahuan (cogni�tive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendi�dikan karakter tidak akan efektif, dan

pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, seorang peserta didik akan menjadi cerdas emosi dan spiritualnya.

Mengingat pentingnya karakter bangsa dan perlunya pembekalan kepada para peserta didik, diperlu�kan pemikiran ulang tentang falsa�fah manajemen pendidikan nasional. Sehingga lembaga pendidikan lebih mengedepankan budaya dan sistem nilai bukan mempertontonkan akti�vitasnya pada transaksi business to business.

Moral PendidikanPendidikan berarti upaya mem�

bangun manusia. Pendidikan adalah upaya terorganisasi untuk membangun peradaban bangsa. Di balik keberhasilan ekonomi dan teknologi, tidak bisa dilepaskan akan pentingnya nilai�nilai kemanusiaan agar kehidupan bisa dijalani secara normal, produktif, dan bermakna. Namun banyak dari kita yang merasa gagal menjaga nilai kemanusiaan�nya setelah sukses di bidang materi, yang oleh John Naisbit diistilahkan High�Tech, Low�Touch. Yaitu gaya hidup yang selalu mengejar sukses materi, tetapi tidak disertai dengan pemaknaan hidup yang dalam. Aki�batnya, tidak sedikit orang meny�erahkan harga dirinya pada jabatan dan materi, tetapi kepribadiannya keropos. Seseorang merasa dirinya sukses dan berharga bukan karena kualitas pribadinya, tetapi karena jabatan dan kekayaan, meski diraih dengan cara tidak terhormat. Prib�adi semacam ini oleh Erich Fromm disebut having oriented, bukan

being oriented, yaitu pribadi yang obsesif untuk selalu mengejar harta dan status, tetapi tidak peduli pada pengembangan kualitas moral.

Ketika pendidikan tidak lagi men�empatkan prinsip�prinsip moralitas, maka yang dihasilkan adalah ma�nusia yang selalu mengejar materi untuk memenuhi tuntutan physi�cal happiness (kebahagiaan materi) yang sebetulnya bersifat sesaat dan berpotensi membunuh akal sehat dan nurani. Pendidikan yang sehat adalah yang secara sadar membantu peserta didik bisa merasakan, meng�

hayati, dan menghargai makna hidup dari yang bersifat fisikal sampai moral, estetikal, dan spiritual.

Kalau kita perhatikan selama ini, pendidikan sangat kurang mem�bantu pertumbuhan spiritualitas. Seiring munculnya kesadaran dan tuntutan moral dalam kehidupan, dunia pendidikan juga perlu diberi�kan pendidikan yang melibatkan emosi dan nurani dalam proses pembelajaran. Upaya ini untuk me�numbuhkan kecerdasan emosi dan spiritual. Istilah yang dipopulerkan oleh Danah Zohar, Ian Marshall, dan Daniel Golleman.

MutilasiLembaga pendidikan memikul

tanggung jawab dan beban sosial yang amat besar untuk mewujud�kan nilai filosofi dunia pendidikan. Karena demikian besarnya tanggun jawab lembaga pendidikan, maka penyelenggaraan pendidikan bukan semata�mata ”monopoli” lembaga pendidikan, tetapi menjadi tanggung jawab bersama antar komponen ang�gota masyarakat yang peduli dengan dunia pendidikan.

Sayangnya, proses pendidikan saat ini telah dimutilasi. Pemaknaan proses pendidikan berhenti dan hanya dibe�bankan pada lembaga pendidikan. Se�hingga proses pendidikan tidak mem�bentuk simbiosis dengan ”proses pen�didikan” di luar lembaga pendidikan. Karena dimutilasi, proses yang terjadi di luar lembaga pendidikan tidak mem�perhatikan dan menjauh dari nilai�nilai filosofi pendidikan. Kehidupan di ling�kungan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan masyarakat tidak dimaknai sebagai bagian ”tubuh” pendidikan.

Padahal, proses pendidikan tidak hanya terjadi di lingkungan lembaga pendidikan, tetapi meliputi semua aktivitas kehidupan peserta didik dimanapun berada. Apalagi proses pendidikan yang bermuara pada pembentukan karakter. Karena itu, perilaku anomali yang dilakukan oleh peserta didik tidak semat�mata karena kegagalan sekolah dalam membentuk karakter. Tetapi juga karena tidak ad�anya proses sustainability antar ”organ” pendidikan. Karena itu, perlu langkah nyata pentingnya mendisain kembali pendidikan yang menghidupkan antar ”organ” pendidikan, sehingga pemban�gunan karakter bisa tercapai dan tidak termutilasi.

*Zamhuri, Manajer Yayasan Pem�bina Universitas Muria Kudus, ting�gal di Kudus.

Muria / Edisi 1 / Mei�Juli / 2010

Rembug

Mutilasi PendidikanOleh: Zamhuri*

5