KONSENTRASI MARKETING KOMUNIKASI PROGRAM STUDI ILMU ...repository.fisip-untirta.ac.id/1208/1/SKRIPSI...
-
Upload
truongphuc -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of KONSENTRASI MARKETING KOMUNIKASI PROGRAM STUDI ILMU ...repository.fisip-untirta.ac.id/1208/1/SKRIPSI...
1
DESTINATION BRANDING GUNUNG PINANG SEBAGAI
TUJUAN WISATA DI KABUPATEN SERANG
JUDUL SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh :
Suciati Farhanas
NIM 6662140222
KONSENTRASI MARKETING KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
2
3
4
5
ABSTRAK
Suciati Farhanas, NIM 6662140222, Skripsi, Destination Branding Gunung
Pinang sebagai tujuan Wisata di Kabupaten Serang, Pembimbing I : Dr.
Nurprapti Wahyu W., M.Si dan Pembimbing II : Uliviana Restu H, S.Sos.,
M.I.Kom
Wisata Gunung Pinang merupakan salah satu wisata baru yang dikelola
oleh Perum Perhutani KPH Banten. Wisata Gunung Pinang awalnya
merupakan konservasi alam, namun saat ini wisata Gunung Pinang menjadi
salah satu destinasi wisata favorit di Kabupaten Serang. Dalam kegiatan
komunikasi pemasaran pariwisata pada produk wisata ini, pengelola wisata
Gunung Pinang mengimplementasikan tahapan destination branding sebagai
strategi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
implementasi destination branding pada wisata Gunung Pinang. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data
melalui wawancara, observasi dan studi dokumen. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu teori difusi inovasi dan konsep yang digunakan dalam
penelitian ini adalah konsep destination branding oleh Morgan & Pritchard.
Hasil penelitian ini adalah pengelola mengimplementasikan teori difusi inovasi
dan tahapan destination branding dalam pengelolaan wisata gunung pinang
melalui lima tahapan yakni mulai dari market investigation, analysis and
srategic recommendation, brand identity development, brand launch and
introduction: communicating the vision, brand implementation dan monitoring
evaluation and review yang dapat dikatakan berhasil ditandai dengan
meningkatnya jumlah pengunjung wisata Gunung Pinang serta meningkatnya
kualitas wisata Gunung Pinang sebagai tujuan wisata di Kabupaten Serang.
Kata Kunci : Komunikasi Pemasaran Pariwisata, wisata Gunung Pinang, Destination
Branding.
6
ABSTRACT
Suciati Farhanas, NIM 6662140222, Thesis, Destination Branding Gunung Pinang
as a tourist destination in Serang District, Advisor I : Dr. Nurprapti Wahyu W.,
M.Si and Advisor II : Uliviana Restu H, S.Sos., M.I.Kom
Gunung Pinang Tourism is one of the new tours managed by Perum
Perhutani KPH Banten. The Gunung Pinang tour was originally a nature
conservation, but now the Gunung Pinang tour became one of the favorite
tourist destinations in Serang District. In the tourism marketing communication
activities in this tourism product, the manager of Gunung Pinang tourism
implements the stages of destination branding as a strategy. The purpose of this
study is to find out how the implementation of destination branding on Gunung
Pinang tourism. This research used qualitative descriptive research method
with data collection through interview, observation and document study. The
theory used in this research was diffusion of innovations theory and the concept
used in this study is the concept of destination branding by Morgan &
Pritchard. The result of this research is the manager to implement the diffusion
of innovations theory and destination branding stages in the management of
Gunung Pinang tourism through five stages started from: market investigation,
analysis and strategic recommendation, brand identity development, brand
launch and introduction: communicating the vision, brand implementation,
monitoring, evaluation and review, which can be said successful marked by the
increasing number of visitors of Gunung Pinang as well as the increasing
quality of Gunung Pinang tourism as a tourist destination in Serang district.
Keywords : Tourism Marketing Communication, Gunung Pinang Tourism,
Destination Branding.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyusun skripsi guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar kesarjanaan strata (S1) pada program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang. Skripsi ini berjudul
“Destination Branding Gunung Pinang sebagai tujuan wisata di Kabupaten Serang”.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik
dan saran sangat penulis harapkan. Kiranya tidak ada balasan yang lebih baik kecuali
yang datang dari Allah SWT. Perlu disebutkan pula bahwa selesai nya penyusunan
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kelancaran penulisan skripsi ini, antara lain kepada :
1. Allah SWT dengan segala rahmat serta karunia-Nya yang memberikan
kekuatan bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Terimakasih yang sedalam dalamnya kepada kedua Orang tua saya, yang
selalu memberikan kasih sayang, semangat dan doa yang tidak ada
hentinya mengalir. Juga terimakasih banyak untuk kakak tercinta Wahyu
Pratama yang selalu memberikan segala dukungan dan perhatian.
3. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa beserta Wakil Dekan I,II,III.
ii
4. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
5. Ibu Dr. Nurprapti Wahyu W., M.Si selaku Dosen Pembimbing I skripsi,
Terimakasih telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
memberikan bimbingan, arahan dan semangat dalam penyusunan skripsi
hingga selesai.
6. Ibu Uliviana Restu H, S.Sos., M.I.Kom selaku Dosen Pembimbing II
skripsi, yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan arahan dari awal
penyusunan skripsi hingga selesai.
7. Seluruh Dosen dan Staff FISIP , khususnya program studi Ilmu
Komunikasi yang telah memberi Ilmu dan teladan selama ini.
8. Terimakasih kepada pihak Perhutani KPH Banten selaku pengelola wisata
Gunung Pinang, khususnya Bapak Djamin, Bapak Afi, Bapak Endang serta
seluruh staff Perhutani KPH Banten yang telah memberikan kesempatan
bagi penulis untuk melakukan penelitian dan membantu memberikan data
yang diperlukan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
9. Terimakasih kepada Annisa Pinki Septia, Trina Dhamartika, Mia
Amaniyah, Mega Baasith, Meriani, Dialus Andari, Rizka Andiani, Ririn K,
Deta Tri, Ilham Maulana, M. Firmansyah. Terimakasih banyak untuk
segala tawa, canda, tangis dan bahagia selama empat tahun ini, kalian yang
setiap harinya selalu ada untuk saya, kalian keluarga bagi saya.
iii
10. Terimakasih kepada Elvia Dhestin, Nadia Hashifah, Safira Widya, Triana
Puspa, Arifah Utami, Muhammad Baihaqi, Irwan Tri Kurniawan, Agam
Alphani, Rizky Doang, Reyhan Zenas, Rafi Widyan untuk segala motivasi
dan perhatian untuk saya selama ini.
11. Terimakasih kepada Bela Anggreini, Indah Apriyani, Siti Fatimah, Vina
Audina, Feby Andriyani, Kartika Asih Lestari yang selalu menemani saya
sejak 2009 hingga saat ini dan nanti.
12. Terimakasih kepada Lab. Multimedia dan Fotografi Fisip Untirta. Kakak
saya Diajeng, Bang haikal, adik-adik saya Firas, Virda, Aldo, Riris, Reza,
Keken, Arif, Ridwan, Salwa, Oka, dan semua kawan-kawan senior &
junior Lab Mulmed.
13. Terimakasih kepada kawan seperjuangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa angkatan 2014 atas kebersamaannya
selama perkuliahan ini.
14. Terimakasih kepada semua Pihak yang telah membantu dalam kelancaran
proses penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per
satu. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Serang, September 2018
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................….i
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 10
1.3 Identifikasi Masalah ............................................................................. 10
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 11
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 11
1.5.1 Manfaat Akademis ..................................................................... 11
1.5.2 Manfaat Praktis .......................................................................... 11
BAB II TINJUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Pemasaran Pariwisata ...................................................... 12
2.2 Analisis SWOT .................................................................................... 20
2.3 Segmentasi, Targetting, Positioning .................................................... 21
2.4 Brand .................................................................................................... 24
2.5 Destination Branding ......................................................................... 26
2.6 Teori Difusi Inovasi ............................................................................ 32
2.7 Kerangka Berfikir ................................................................................. 35
2.8 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 38
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ................................................................................. 42
3.2 Fokus Penelitian ................................................................................... 44
3.3 Informan Penelitian .............................................................................. 44
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 46
v
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................ 49
3.6 Lokasi dan Jadwal Penelitian ............................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek .................................................................................... 52
4.2 Deskripsi Data Penelitian ..................................................................... 53
4.3 Analisis dan Pembahasan ..................................................................... 55
4.3.1 Analisis SWOT .......................................................................... 55
4.3.2 Analisis Segmentasi, Targetting, Positioning ............................ 65
4.4 Destination Branding wisata Gunung Pinang ...................................... 73
4.4.1 Market investigation,analysis and strategic recommendations . 73
4.4.2 Brand Identity Development....................................................... 93
4.4.3 Brand Launch and Introduction: Communicating the vision... 101
4.4.4 Brand Implementation .............................................................. 123
4.4.5 Monitoring evaluation and review ........................................... 132
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 139
5.2 Saran ................................................................................................... 141
5.2.1 Saran Teoritis ........................................................................... 141
5.2.2 Saran Praktis ............................................................................. 142
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Wisata Alam Kelola Perum Perhutani KPH Banten …………… 5
Tabel 1.2 Data Jumlah Pengunjung Wisata Gunung Pinang Tahun 2015………….6
Tabel 1.3 Data Jumlah Pengunjung Wisata Gunung Pinang Tahun 2016………… 8
Tabel 1.4 Data Jumlah Pengunjung Wisata Gunung Pinang Tahun 2017………… 9
Tabel 1.5 Data Jumlah Pengunjung Wisata Gunung Pinang Maret Tahun 2018… 9
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu…………………………………………………… 40
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian……………………………………………………… 51
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 The Destination Brand Benefit Pyramid …………………………………… 29
Gambar 2.2 Keterkaitan semua pihak dalam implementasi destination branding ……… 31
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir …………………………………………………………. 37
Gambar 4.1 Panorama alam yang ditawarkan dari puncak wisata Gunung Pinang ……… 57
Gambar 4.2 Infrastruktur jalan wisata Gunung Pinang yang rusak ……………………… 61
Gambar 4.3 Wahana yang ada di wisata Gunung Pinang ………………………………… 77
Gambar 4.4 Fasilitas penunjang yang ada di wisata Gunung Pinang.…………………… 83
Gambar 4.5 Fasilitas penunjang lain yang ada di wisata Gunung Pinang….……………… 85
Gambar 4.6 Harga tiket masuk Wisata Gunung Pinang ………………………………… 90
Gambar 4.7 Cerita Rakyat Gunung Pinang dan Sejarah Gunung Pinang.………………… 96
Gambar 4.8 Logo wisata Gunung Pinang ….………..…………………………………… 98
Gambar 4.9 Brosur wisata Gunung Pinang ……………………………………………… 103
Gambar 4.10 Media online Radar Banten ………………………………………………. 105
Gambar 4.11 Media online Kabar Banten ……………………………………………… 106
Gambar 4.12 Wisata Gunung Pinang pada media TV lokal Satu Banten TV …………… 107
Gambar 4.13 Wisata Gunung Pinang pada media TV lokal Sultan TV ………………… 108
Gambar 4.14 Wisata Gunung Pinang pada media TV lokal Antara TV ………………… 108
Gambar 4.15 Website Perhutani ………………………………………………………… 110
Gambar 4.16 Media sosial Facebook dan Instagram Wisata KPH Banten ……………… 112
Gambar 4.17 Media sosial Explore Serang ……………………………………………… 114
Gambar 4.18 Pengelola wisata Gunung Pinang bersama LMDH………………………… 126
Gambar 4.19 Investor wisata Gunung Pinang …………………………………………… 128
Gambar 4.20 Komentar positif dan negatif pengunjung pada media sosial instagram…… 134
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dunia pemasaran pariwisata khususnya untuk memasarkan dan
mengembangkan potensi suatu daerah saat ini banyak dilakukan baik di kota besar
maupun kota kecil di Indonesia. Berbicara mengenai pemasaran dan pengembangan
potensi daerah, potensi alam yang dimiliki disuatu daerah menjadi andalan pengelola,
pemegang saham bahkan pemerintah guna dikelola menjadi destinasi pariwisata.
Pariwisata saat ini bisa dikatakan menjadi salah satu sektor yang dapat meningkatkan
pendapatan daerah serta menunjang pertumbuhan ekonomi bagi daerah.
Eksistensi pariwisata dalam beberapa tahun terakhir juga dapat dikatakan stabil
bahkan cenderung meningkat, menurut data dalam Travel & Tourism Competitiveness
Report dari World Economic Forum tahun 2016 menunjukan bahwa Indonesia
melompat dari peringkat 70 di tahun 2013 menjadi peringkat 50 di tahun 2015.
Lompatan ini disebabkan oleh pertumbuhan cepat dari kedatangan turis asing ke
Indonesia dimana pada tahun 2013 sebanyak 8,802,129 dan pada tahun 2015
meningkat menjadi 9,729,350 (Indonesia-Investment. 2016. https://www.indonesia-
2
investments.com/id/bisnis/industri sektor/pariwisata/item6051? Diakses 27
Maret 2018 pukul 21.38).
Semakin lama kegiatan pariwisata menjadi kebutuhan bagi kehidupan
masyarakat modern seiring dengan Consumption Value masyarakat akan nilai
emosional yang tinggi seperti yang dinyatakan oleh Sheth (dalam Denys dan Mendes,
2014:8) “Emotional value can be acquired from the product’s ability to elicit feelings
and change emotional stage while consumption. Although any manufactured product
may create the emotional value for the consumer, it is usually associated with the
consumption of esthetic and hedonic products, such as tourism.”
Melihat segala kekayaan alam yang ada di Indonesia, tentu saja setiap daerah
mempunyai potensi wisata yang berbeda-beda. Banten adalah salah satunya. Walaupun
Banten terkenal dengan daerah yang religius, Banten memiliki potensi dalam sektor
pariwisata. Khususnya pada potensi alam yang saat ini sudah banyak diperhatikan oleh
pemerintah setempat dan dikelola menjadi sebuah destinasi pariwisata yaitu wisata
alam Gunung Pinang.
Sebagai produk industri pariwisata, wisata alam ini menuntut pengelolaan yang
maksimal baik dari pengelola, masyarakat, dan pemerintah setempat. Pengelolaan ini
juga harus sesuai dengan Tujuh Sapta Pesona Pariwisata Indonesia yang diusung oleh
pemerintah pada program Visit Indonesia tahun 1991 (Konsep Pariwisata. 2017.
http://konsep-pariwisata.blogspot.com/2009/04/sapta-pesona.html diakses 28
September 2018 pukul 15.15)
3
Sapta Pesona Pariwisata Indonesia merupakan program yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, rasa tanggung jawab segenap lapisan masyarakat, baik
pemerintah, swasta maupun masyarakat luas untuk mampu bertindak dan
mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sapta Pesona merupakan kondisi yang
harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu daerah
atau wilayah di Indonesia. Sapta Pesona terdiri dari tujuh unsur yaitu aman, tertib,
bersih, sejuk, indah, ramah tamah dan kenangan. Kita harus menciptakan suasana indah
dan mempesona, dimana saja dan kapan saja. Khususnya ditempat-tempat yang banyak
dikunjungi wisatawan dan pada waktu melayani wisatawan.
Dengan kondisi dan suasana yang menarik serta nyaman, wisatawan akan betah
tinggal lebih lama, merasa puas atas kunjungannya dan memberikan kenangan indah
dalam hidupnya. Selain memperhatikan Sapta Pesona Pariwisata, Pengelola juga perlu
mengetahui apa kekuatan (strength), kelemahan (weakness), serta peluang
(opportunity) dari potensi alam yang akan dijadikan sebuah destinasi wisata. Dan perlu
diperhatikan juga ancaman (threat) yang akan muncul dikemudian hari. Sebuah
destinasi wisata juga memerlukan branding yang tepat, dimana branding ini berguna
agar sebuah destinasi memiliki identitas tersendiri yang bisa menjadi pembeda dengan
destinasi wisata lainnya, tidak hanya sebagai pembeda, branding ini berguna agar
sebuah destinasi bisa dikenal oleh masyarakat dan memiliki nilai dimasyarakat.
Pengelolaan pariwisata yang baik mampu menciptakan kesan baik yang timbul
dibenak masyarakat atau wisatawan. Maka dari itu pengelola harus memperhatikan
4
beberapa aspek penting seperti halnya segmentasi, targeting, dan positioning dari
destinasi wisata Gunung Pinang ini. Segmentasi sendiri merupakan bagaimana cara
pengelola untuk mengelompokan pasar dengan memilah konsumen sesuai dengan
persamaan diantara mereka, pemilahan ini berdasarkan usia, tempat tinggal,
penghasilan dan gaya hidup. Sementara targeting disini merupakan bagaimana cara
pengelola untuk membidik sasaran kelompok konsumen dari destinasi wisata Gunung
Pinang. Dan positioning merupakan bagaimana pengelola menjelaskan posisi atau
julukan (tagline) dari produk jasa destinasi wisata Gunung Pinang kepada wisatawan.
Selain dari beberapa aspek diatas, dibutuhkan juga keterlibatan dan tanggung jawab
serta kerja sama dari berbagai elemen masyarakat guna mensukseskan industri yang
tergolong pada produk jasa ini. Salah satunya dengan mengimplementasikan konsep
Destination Branding pada potensi alam guna dikelola menjadi sebuah destinasi
pariwisata.
Destination branding merupakan suatu upaya branding yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas brand sebuah destinasi wisata. Menurut Morgan & Pritchard
(2004:69) Destination Branding ini mempunyai beberapa tahapan yang harus
dilakukan yang mencakup beberapa aspek mengenai bagaimana cara mengembangkan
potensi alam yang dimiliki, hingga bagaimana mengkomunikasikan dan
mengintegrasikan dengan berbagai pihak. Dalam pengelolaan sebuah destinasi wisata,
masyarakat dan pemerintah harus turut andil dalam proses pengembangan potensi alam
ini menjadi destinasi wisata. industry support seperti halnya travel agency, hotel,
5
tansport operations juga menjadi bagian dalam destination branding ini. Melalui
destination branding, pengelolaan akan lebih baik karena pengelola bisa lebih
maksimal dalam merancang dan mengembangkan potensi yang dimiliki suatu daerah
guna dijadikan sebuah destinasi wisata.
Penerapan destination branding sendiri telah dilakukan di salah satu potensi
alam yang terletak di Kabupaten Serang Provinsi Banten yaitu Gunung Pinang.
Gunung Pinang merupakan kawasan konservasi hutan yang dikelola oleh Perum
Perhutani KPH Banten. Saat ini Perum Perhutani KPH Banten tidak hanya mengelola
satu destinasi wisata saja namun ada beberapa wisata alam yang dikelola. Berikut data
wisata alam yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Banten
Tabel 1.1
Data Wisata Alam Kelola Perum Perhutani KPH Banten
Sumber : Perum Perhutani KPH Banten
Berdasarkan data diatas, Perum Perhutani KPH Banten mengelola beberapa
wisata alam di Banten, namun menurut hasil prapenelitian dengan staff Perhutani KPH
A. Wisata Penetapan direksi
1 Kolam Pemandian Cihunjuran 2397/KPTS/Dir/2014 Lokasi wisata Perum Perhutani Kerja sama Pandeglang
2 Air terjun & kawah pulosari 2397/KPTS/Dir/2014 Lokasi wisata Perum Perhutani Kerja sama Pandeglang
3 Pantai Carita 2397/KPTS/Dir/2014 Lokasi wisata Perum Perhutani Kelola KPH Pandeglang
4 TWA Carita 424/KPTS/Dir/2015 Lokasi wisata kelola KBM & KPH Kelola KPH Pandeglang
5 Gunung Pinang 2397/KPTS/Dir/2014 Lokasi wisata Perum Perhutani Kelola KPH Serang
6 Pulo Manuk 2397/KPTS/Dir/2014 Lokasi wisata Perum Perhutani Kelola KPH Bayah
7 Cibobos 2397/KPTS/Dir/2014 Lokasi wisata Perum Perhutani Kelola KPH Bayah
8 Pulo Cangkir 2397/KPTS/Dir/2014 Lokasi wisata Perum Perhutani Kerja sama Serang
B. Wisata Rintisan
1 Goa Langir Srt No.851/043.7 Penunjukan lokasi wisata Goa Langir Kerja sama Bayah
NoNama Destinasi SK Penetapan Tentang Sistem Pengelolaan BKPH
Identitas Wisata
6
Banten saat ini Perum Perhutani KPH Banten sedang memfokuskan pengelolaannya
pada wisata alam Gunung Pinang karena destinasi wisata ini masih terbilang sangat
baru dan masih pada tahap pengembangan secara berkala. Mengingat kebutuhan
masyarakat akan pariwisata yang lokasinya mudah dijangkau sangat besar.
Pada awal dibuka untuk umum, Gunung Pinang hanya kawasan konservasi
hutan saja. Dari hasil pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara
dengan salah satu staff Perhutani KPH Banten mengatakan bahwa, pada tahun 90-an
hingga tahun 2015 Gunung Pinang hanya digunakan untuk aktifitas olahraga seperti
jogging, hiking, downhill dan untuk wisata pendidikan seperti pramuka. Bahkan
fasilitas penunjang juga belum tersedia dan pengunjung pun masih terbilang sedikit.
Berikut adalah data jumlah pengunjung Gunung Pinang ketika masih menjadi kawasan
konservasi hutan:
Tabel 1.2
Data Jumlah Pengunjung Wisata Gunung Pinang Tahun 2015
KPH /
BKPH Nama Obyek Wisata Jumlah Pengunjung
Serang Wisata Gunung Pinang
a. Pengunjung 1.760 orang
b. Roda 2 1.033 orang
c. Roda 4 444 orang
d. Sepeda perorangan 283 orang
Sumber : Perum Perhutani KPH Banten
Seiring dengan tren dan kebutuhan masyarakat akan pariwisata, pengelola
gunung pinang mulai mengambil langkah yang serius dengan mengembangkan potensi
7
yang ada menjadi sebuah destinasi wisata, dan pada tahun 2016 pengelola juga
menyadari bahwa peluang pasar yang dimiliki oleh gunung pinang cukup besar, yang
kemudian bekerja sama dengan investor, masyarakat setempat dan pemerintah.
Pengelola melakukan perubahan besar dan meningkatkan kualitas dari Gunung Pinang
ini dengan mengimplementasikan konsep destination branding.
Destination branding ini dilakukan dengan membangun secara bertahap
serangkaian sarana dan fasilitas yang sesuai dengan tujuh sapta pesona yang harus
dimiliki sebuah destinasi wisata, dan sesuai dengan kondisi potensi alam Gunung
Pinang yaitu membuat selfiedeck spot untuk berfoto, wahana alam, serta fasilitas
penunjang lainnya sehingga menarik pengunjung untuk datang ke Gunung Pinang.
Selain itu konsep destination branding yang diterapkan pengelola wisata Gunung
Pinang ini juga bertujuan untuk memasarkan produk wisatanya, dan untuk menjalin
hubungan baik dengan masyarakat, investor, pemerintah serta wisatawan Gunung
Pinang itu sendiri.
Jika melihat kondisi dan keadaan wisata Gunung Pinang saat ini setelah
diimplementasikannya konsep destination branding, bisa dikatakan sudah menjadi
suatu inovasi yang telah memenuhi kriteria Tujuh Sapta Pesona Pariwisata dengan
unsur aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah dan kenangan. Dimana pada
wisata Gunung Pinang ini wisatawan bisa mendapatkan unsur keindahan, bersih, sejuk
dan kenangan secara sekaligus melalui panorama, kondisi alam dan fasilitas yang
ditawarkan disana. Keamanan, ramah tamah dan tertib juga bisa wisatawan rasakan
8
pada saat mengunjungi destinasi wisata ini. Dengan adanya perubahan yang terjadi
pada kawasan konservasi hutan ini menjadi destinasi wisata, menunjukan pula adanya
peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Gunung Pinang mulai dari
wisatawan lokal, luar provinsi hingga mancanegara. Berikut adalah data jumlah
pengunjung Gunung Pinang ketika sudah menjadi destinasi wisata:
Tabel 1.3
Data Jumlah Pengunjung Wisata Gunung Pinang Tahun 2016
KPH /
BKPH Nama Obyek Wisata Jumlah Pengunjung
Serang Wisata Gunung Pinang
a. Pengunjung 4.714 orang
b. Roda 2 2.728 orang
c. Roda 4 1.527 orang
d. Sepeda perorangan 459 orang
Sumber : Perum Perhutani KPH Banten
Peningkatan jumlah pengunjung terus meningkat setiap tahunnya, sejalan
dengan meningkatnya eksistensi wisata Gunung Pinang di social media yang
menawarkan suasana asri ditengah perkotaan dan terus dikembangkannya sarana dan
prasarana pada destinasi wisata Gunung Pinang oleh pengelola, menyebabkan
melonjaknya jumlah pengunjung pada tahun 2017 hingga Maret 2018. Berikut adalah
data jumlah pengunjung destinasi wisata Gunung Pinang pada tahun 2017 dan Maret
2018:
9
Tabel 1.4
Data Jumlah Pengunjung Wisata Gunung Pinang Tahun 2017
KPH /
BKPH Nama Obyek Wisata Jumlah Pengunjung
Serang Wisata Gunung Pinang
a. Pengunjung 58.553 orang
b. Roda 2 41.818 orang
c. Roda 4 16.000 orang
d. Sepeda perorangan 735 orang
Tabel 1.5
Data Jumlah Pengunjung Wisata Gunung Pinang Maret Tahun 2018
KPH /
BKPH Nama Obyek Wisata Jumlah Pengunjung
Serang Wisata Gunung Pinang
a. Pengunjung 28.093 orang
b. Roda 2 18.532 orang
c. Roda 4 8.903 orang
d. Sepeda perorangan 658 orang
Sumber : Perum Perhutani KPH Banten
Maka dari itu dengan meningkatnya jumlah pengunjung dan perubahan serta
peningkatan kualitas dari wisata alam Gunung Pinang dari tahun 2015 hingga 2018,
proses dan serangkaian tahapan dari destination branding dan analisis SWOT serta
analisis segmentation, targeting, positioning yang dilakukan oleh pengelola gunung
pinang dianggap memiiki manfaat yang sangat besar. Sehingga destination branding
ini dirasa perlu untuk diteliti, mengingat branding yang dilakukan oleh pengelola dari
wisata alam Gunung Pinang yang dulunya hanya sebagai kawasan konservasi hutan,
10
telah berubah menjadi satu destinasi wisata yang diminati dan banyak dikunjungi
wisatawan di Kabupaten Serang dikatakan berhasil.
Berdasarkan uraian permasalahan diatas bahwasanya Destination Branding
menjadi suatu konsep pengelola gunung pinang yaitu Perhutani KPH Banten sebagai
strategi untuk menjadikan gunung pinang sebagai tujuan wisata. Maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Destination Branding Gunung Pinang
Sebagai Tujuan Wisata di Kabupaten Serang”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka
yang menjadi rumusan masalah penelitiannya adalah “Bagaimana Destination
Branding Gunung Pinang Sebagai Tujuan Wisata di Kabupaten Serang?”
1.3. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi dari rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana analisis SWOT dan analisis segmentation, targeting,
positioning dalam membranding Gunung Pinang sebagai tujuan wisata di
Kabupaten Serang?
2. Bagaimana tahapan Destination Branding Gunung Pinang sebagai tujuan
wisata di Kabupaten Serang?
3. Bagaimana implementasi Destination Branding Gunung Pinang sebagai
tujuan wisata di Kabupaten Serang?
11
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui analisis SWOT dan analisis segmentation, targeting,
positioning dalam membranding Gunung Pinang sebagai tujuan wisata di
Kabupaten Serang.
2. Untuk mengetahui tahapan Destination Branding Gunung Pinang Sebagai
Tujuan Wisata di Kabupaten Serang
3. Untuk mengetahui implementasi Destination Branding Gunung Pinang
sebagai tujuan wisata di Kabupaten Serang.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan bagaimana destination
branding berperan sebagai konsep untuk menjadikan gunung pinang sebagai tujuan
wisata di Kabupaten Serang.
1.5.2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Perhutani KPH Banten
untuk terus mengembangkan pengelolaan Gunung Pinang sebagai tujuan wisata di
Kabupaten Serang dan memberikan manfaat bagi kota-kota kecil di Indonesia dalam
mengembangkan potensi lokal yang dimiliki dengan melakukan destination branding.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi Pemasaran Pariwisata
Pembangunan industri pariwisata bukan hanya tentang pembangunan
infrastruktur dan pembangunan fasilitas fisik dan jasa dalam bidang pariwisata,
melainkan juga dengan membuat sebuah strategi komunikasi pemasaran guna
mengkomunikasikan destinasi tersebut kepada para wisatawan, baik wisatawan lokal
maupun mancanegara. pemasaran memegang peranan penting dalam industri
pariwisata karena pelanggan tidak dapat merasa atau mencoba produk pariwisata dari
suatu destinasi wisata jika ia tidak bepergian ke lokasi wisata tersebut.
Istilah yang lebih sering digunakan dalam komunikasi pemasaran destinasi
wisata adalah promosi. Promosi merupakan bagian dari komunikasi pemasaran.
komunikasi pemasaran pariwisata adalah suatu proses pengelolaan dalam mengirimkan
dan menyediakan informasi juga saran mengenai produk dan ide untuk mendapatkan
keuntungan dari orang-orang yang melakukan perjalanan atau kunjungan ke suatu
daerah. Komunikasi dalam pemasaran mempunyai peran untuk mendukung transaksi
dengan menginformasikan, membujuk, mengingatkan, membedakan produk, sebagai
sarana pertukaran (Sutisna,2003).
13
Pihak yang terlibat dalam aktivitas komunikasi pemasaran destinasi wisata
bukan hanya pemerintah. organisasi yang dianggap atau telah turut campur melakukan
pemasaran sebuah destinasi wisata, atau dengan kata lain merupakan pihak-pihak yang
harus melakukan serangkaian usaha yang terintegrasi untuk mem-branding dan
mengkomunikasikan destinasi wisata. yaitu:
Operator pemilik swasta tunggal, atau ganda,
Badan pemerintah, mulai dari pemerintah lokal hingga pusat,
Kemitraan sektor pemerintah/swasta (asosiasi bidang pariwisata),
Kerjasama badan pemasaran destinasi.
Layaknya sebuah barang, ketika ingin dijual dan dipasarkan, sebuah destinasi
wisata harus mampu menawarkan kualitas dan manfaat. Kriteria destinasi wisata ketika
telah siap dipasarkan dan dikembangkan menjadi destinasi menurut International
Association Meeting Market Tahun 2012 adalah:
1. Atraksi atau daya tarik wisata
Atraksi pariwisata adalah segala sesuatu yang memiliki daya tarik meliputi
atraksi alam, atraksi buatan manusia, dan atraksi event yang menjadi obyek
dan tujuan kunjungan wisatawan. Atraksi pariwisata ini dapat menjadi ciri
khas (icon) dari suatu destinasi wisata yang menjadi daya tarik utama bagi
wisatawan.
14
2. Aksesibilitas
Aksesibilitas pariwisata diartikan sebagai jalan masuk dan keluar dari dan
menuju destinasi wisata. Aksesibilitas ini merupakan suatu hal yang vital
mengingat akses inilah yang menentukan kelancaran pembangunan
fasilitas dan atraksi pariwisata.
3. Dukungan stakeholder
Pengelola destinasi meliputi pemerintah, asosiasi bidang pariwisata,
masyarakat, dan investor atau pengusaha di destinasi tersebut. Para
pengelola atau stakeholder ini harus memerikan dukungan dan ikut serta
untuk memajukan sebuah destinasi.
4. Fasilitas dan akomodasi pariwisata
Fasilitas pariwisata adalah sarana dan prasarana pendukung pariwisata
yang dapat meningkatkan kualitas dan nilai daya tarik destinasi wisata
tersebut. Usaha-usaha yang mampu mendukung melengkapi fasilitas
pariwisata meliputi usaha akomodasi, usaha penyediaan makanan dan
minuman, usaha jasa pariwisata, usaha rekreasi atau hiburan, dan usaha
kawasan pariwisata.
5. Citra destinasi
Penting bagi sebuah destinasi wisata memiliki citra yang baik di mata
wisatawan. Citra destinasi wisata perlu mendapatkan perhatian khusus
melalu manajemen yang baik. Citra yang baik akan menambah daya tarik
sebuah destinasi wisata sehingga mampu meningkatkan kunjungan.
15
6. Kesiapan masyarakat dan profesionalitas SDM
Keikutsertaan masyarakat dalam usaha pembangunan destinasi wisata
dapat berupa partisipasi aktif dalam pembangunan kepariwisataan,
peningkatan sadar wisata, aktif menyampaikan saran dan aspirasinya,
penggalian sumber daya ekonomi, sosial, budaya, seni, kewirausahaan, dan
teknologi untuk membangun destinasi tersebut, membentuk organisasi
kemasyarakatan untuk membantu pengembangan daerah wisata, dan turut
serta dan mendukung pendidikan dan pelatian kepariwisataan.
7. Potensi pasar yang dimiliki
Potensi pasar berkenaan dengan jumlah cakupan area pemasaran destinasi
wisata tersebut. semakin baik potensi yang dimiliki sebuah destinasi maka
mampu menarik wisatawan dan menarik para investor untuk menanamkan
usahanya di daerah tersebut.
Kesiapan sebuah destinasi wisata dimulai dari dalam destinasi tersebut.
Kesiapan ini ditunjukkan dengan atraksi yang dimiliki, kelengkapan fasilitas, akses
yang memadai, serta kesiapan masyarakat dan profesionalitas SDM yang ada di
destinasi tersebut untuk aktif dan mendukung industri ini. Demi memenuhi 4 kriteria
tersebut, para stakeholder destinasi wisata harus memberikan dukungan positif
terhadap pengembangan destinasi ini. Destinasi juga perlu mengkaji dan mengenali
dengan baik potensi pasar yang ia miliki.
16
Pitana (2009: 155 – 157) memaparkan beberapa karakter yang perlu
diperhatikan dalam menjalankan aktivitas komunikasi pemasaran pariwisata. Karakter-
karakter tersebut adalah sebagai berikut:
1. Intangibility
Produk dari industri pariwisata merupakan jasa atau layanan.
Konsekuensinya adalah produk ini tidak dapat dievaluasi atau
didemonstrasikan sebelum dipakai atau dibeli. Biasanya jasa
dideskrpisikan oleh konsumen atau wisatawan, ekspresi seperti
pengalaman, kepercayaan, perasaan, dan keamanan adalah tolak ukur yang
dipakai. Maka dalam mengenalkan produk pariwisata kepada konsumen
(wisatawan) perlu dipaparkan informasi yang valid. Jalan tersebut dapat
ditempuh dengan cara membuat brosur, video, dan berbagai sarana
komunikasi untuk membuat produk pariwisata tersebut lebih tangible.
2. Inseparability
Produk jasa/layanan pariwisata terbentuk atas beberapa produk layanan
yang terpisah. Hal tersebut mengandung resiko dimana masing-masing
produk tersebut dihasilkan oleh organisasi yang berbeda. sehingga standart
kualitas layanannya pun berbeda-beda. Pemecahan untuk resiko tersebut
adalah dengan membuat sebuah standart penjaminan mutu layanan yang
mengikat organisasi-organisasi tersebut.
3. Stressing the products benefits
17
Pemasar destinasi wisata melalui berbagai media harus mampu
meyakinkan wisatawan bahwa produk mereka mampu memberikan
manfaat yang lebih dibandingkan produk dari destinasi yang lainnya.
4. Building a trusting relationship
Berbagai organisasi dan pengusaha di destinasi tersebut turut terlibat dalam
aktivitas komunikasi pemasaran tersebut. Oleh karena itu antara pihak-
pihak tersebut perlu menjaga hubungan demi mendukung kelancaran
aktivitas komunikasi pemasaran destinasi.
5. Perishability
Produk pariwisata bukan sesuatu yang dapat disimpan dan dijual kembali
ketika tidak terjual habis. Oleh karena itu pemasar perlu menjalankan
sebuah taktik dengan mengkomunikasikan penawaran promosi dari segi
harga dan layanan untuk menarik minat wisatawan.
Dalam menjalankan aktivitas komunikasi pemasaran selain memahami
karakter dari industri pariwisata di atas, para pelaku aktivitas komunikasi pemasaran
pariwisata ini harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang apa-apa saja yang akan
dihadapinya ketika proses komunikasi berlangsung termasuk tantangan yang akan
dihadapi di kemudian hari. Setelah memahami karakter dan tantangan yang harus
mereka hadapi, maka pelaku aktivitas komunikasi pemasaran destinasi wisata ini harus
menjawab permasalahan yang mereka hadapi melalui berbagai media komunikasi
pemasaran yang tersedia. Promosi sebagai ujung tombak penjualan destinasi wisata
18
selama ini dilakukan dengan membuat brosur, leaflet, dan pameran-pameran. Namun,
upaya ini kurang maksimal karena masih banyak usaha lain yang dapat dilakukan untuk
menarik minat wisatawan. Hal tersebut tentunya harus didukung oleh serangkaian
kebijakan, program, dan kegiatan komunikasi pemasaran agar target yang telah
ditetapkan dapat tercapai salah satunya konsep bauran komunikasi pemasaran yang
dapat dimanfaatkan dalam aktivitas komunikasi pemasaran pariwisata yaitu:
1. Advertising
Bentuk bauran komunikasi ini merupakan aktivitas komunikasi serentak,
komunikasi nonpersonal. Bauran komunikasi ini memanfaatkan space
yang ada pada media elektronik, media cetak, dan media online untuk
menyampaikan informasi penjualannya. Advertising mampu menyentuh
khalayak luas dan dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan seperti
mengubah pengetahuan audience, membangun citra, dan mencapai target
penjualan tertentu.
2. Direct Marketing
Proses pemasaran ini memanfaatkan beberapa media iklan untuk
merangsang minat konsumen, dan menimbulkan respon yang terukur.
Fokus pada penggunaan bauran pemasaran ini adalah menciptakan merek
dan kepedulian produk. Promosi produk harus mampu memberikan
pengetahuan, penjelasan, dan deskripsi produk yang sejelas-jelasnya untuk
membangkitkan minat wisatawan kepada produk
19
3. Sales Promotion
Sales promotion merupakan bauran pemasaran yang bertujuan untuk
meningkatkan penjualan atas produk dalam jangka pendek. Bentuk
kegiatan dari sales promotion merupakan kegiatan jangka pendek dimana
pemasar dapat membuat sebuah promosi atau program-program menarik
yang mampu mendorong penjualan dengan segera.
4. Personal Selling
Personal selling merupakan usaha untuk meningkatkan penjualan dan
meningkatkan keuntungan dengan kontak langsung dengan konsumen.
Kontak langsung ini dapat dilakukan dengan bertatap muka secara
langsung (face to face), atau kontak melalui telepon antara perwakilan
pemasar dengan konsumen potensial (wisatawan potensial).
5. Public Relations
Bauran pemasaran ini bertujuan untuk menciptakan pemberitaan dan
liputan yang positif seputar destinasi wisata serta mencegah adanya liputan
yang negatif terkait destinasi wisata tersebut (Morissan, 2010).
20
2.2. Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan keseluruhan evaluasi marketing mengenai
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman terhadap perusahaan. Analisis SWOT
adalah sebuah cara untuk mengamati lingkungan pemasaran yang terbagi atas dua
analisis yaitu lingkungan internal maupun lingkungan eksternal (Kotler 2008:51).
Berikut adalah penjelasan dari SWOT menurut Fred R David (David, 2005:47) :
1. Kekuatan (Strength), kekuatan adalah sumberdaya, keterampilan, atau
keunggulan – keunggulan lain yang berhubungan dengan para pesaing
perusahaan dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan.
Kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan keunggulan
kompetitif bagi perusahaan di pasar.
2. Kelemahan (Weakness), kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan
sumberdaya, keterampilan, kapabilitas, yang secara efektif menghambat
kinerja perusahaan. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas,
sumberdaya keuangan maupun manusianya, kemampuan manajemen dan
keterampilan pemasar dapat merupakan sumber dari kelemahan
perusahaan.
3. Peluang (opportunities), peluang adalah situasi penting yang
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Seperti perubahan
teknologi dan meningkatnya hubungan antara perusahaan dengan
konsumen.
21
4. Ancaman (threats), ancaman adalah faktor eksternal yang tidak
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan
faktor eksternal yang sulit untuk dikontrol, yang dapat berasal perubahan
kebiasaan konsumen, perputaran ekonomi, bahkan kemajuan teknologi dan
pesaing dapat menjadi tantangan untuk perusahaan.
2.3. Segmentasi, Targetting, Positioning
Phillip Kotler (1980) mengatakan bahwa kegiatan proses pemasaran yang
berhasil terdiri dari serangkaian langkah yang saling berkaitan dan terdiri atas tiga
tahap yaitu segmentasi, targeting, dan positioning. Segmentasi, targeting dan
positioning tentunya sangat saling berkaitan karena pada dasarnya segmentasi
merupakan suatu strategi untuk memahami struktur konsumen, targeting merupakan
bagaimana suatu proses memilih, menyeleksi, dan menjangkau konsumen, kemudian
suatu perusahaan juga harus melakukan positioning agar bisa memasuki jendela otak
konsumen.
2.3.1. Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah suatu konsep yang sangat penting dalam proses
pemasaran. Eric Berkwitz (2000) mendefinisikan bahwa segmentasi pasar dibagi
menjadi beberapa kelompok yang memiliki kebutuhan yang sama dan memberikan
respons yang sama terhadap suatu tindakan pemasaran. Dengan demikian, segmentasi
22
pasar adalah suatu kegiatan untuk membagi- bagi atau mengelompokan konsumen ke
dalam kotak – kotak yang lebih homogen.
Konsumen umum memiliki sifat yang sangat heterogen sehingga menyulitkan
perusahaan untuk melayani semua konsumen. Segmentasi diperukan agar perusahaan
dapat melayani konsumen secara lebih baik, melakukan komunikasi yang lebih
persuasive dan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Segmentasi
terdiri dari:
1. Segmentasi demografis, segementasi ini adalah segmentasi yang
didasarkan pada peta kependudukan, misalnya : usia, jenis kelamin,
pendidikan, jenis pekerjaan, penghasilan, agama, suku. Segmentasi
konsumen berdasarkan demografi dibutuhkan untuk mengambil keputusan
manajerial perusahaan.
2. Segmentasi geografis, segmentasi ini membagi pasar kedalam beberapa
unit geografis yang berbeda yang mencakup suatu wilayah Negara,
provinsi, kabupaten, kota hingga lingkungan perumahan.
3. Segmentasi psikografis, segmentasi ini merupakan segmentasi berdasarkan
gaya hidup dan kepribadian hidup manusia. Gaya hidup mencerminkan
bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya yang dinyatakan
dalam aktivitas, minat dan opininya.
23
2.3.2. Target Pasar
Target pasar adalah memilih satu atau memilih beberapa segmentasi konsumen
yang akan menjadi fokus kegiatan – kegiatan pemasaran maupun kegiatan promosi.
Targeting disebut juga dengan selecting karena audiensinya harus diseleksi.
Perusahaan harus menentukan tujuan dan sasaran berdasarkan target pasar yang sudah
dipilih serta apa yang diharapkan di pasar akan tercapai.
Pemilihan target pasar tempat perusahaan akan berkompetisi merupakan bagian
penting dari strategi pemasaran ketika akan melakukan kegiatan iklan ataupun promosi.
Pemilihan suatu segmen pasar hendaknya dilakukan berdasarkan riset yang memadai
dengn memperhatikan pertimbangan – pertimbangan yang matang.
2.3.3. Positioning
Positioning adalah strategi komunikasi yang berhubungan dengan bagaimana
khalayak menempatkan suatu produk, merek atau perusahaan sehingga khalayak dapat
memiliki penilaian tertentu. Positioning harus dilakukan dengan perencanaan yang
matang dan langkah yang tepat. Perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen
memproses infomasi, menciptakan pesepsi dan bagaimana persepsi mempengaruhi
pengambilan keputusan.
Positioning sangat penting bagi perusahaan karena tingkat kompetisi yang
sangat tinggi. Suatu produk harus memiliki pernyataan positioning yang memiliki
hubungan erat dengan strategi merebut konsumen dan harus bisa mewakili citra atau
24
persepsi yang hendak dicetak dalam benak konsumen. Citra itu harus berupa suatu
hubungan asosiatif yang mencerminkan karakter suatu produk (Morissan 2010:72).
2.4. Brand
Dalam komunikasi pemasaran baik pemasaran barang maupun pemasaran jasa.
Branding merupakan cara untuk membentuk hubungan emosional antara produsen dan
konsumen. Kedekatan emosional ini akan mempengaruhi pemilihan dan keputusan
konsumen dalam memilih sebuah brand. Brand adalah cara membedakan sebuah nama
atau simbol seperti logo, trademark, atau desain kemasan yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasikan produk atau jasa dari satu produsen atau satu kelompok produsen
dan untuk membedakan produk atau jasa itu dari produsen pesaing (Aaker, 1991:2).
Kotler & Amstrong berpendapat bahwa brand sebagai nama, istilah, tanda, symbol,
desain, atau kombinasi seluruhnya yang digunakan untuk mengidentifikasi barang atau
jasa yang ditawarkan sekaligus sebagai diferensiasi produk (Ferrinadewi, 2008:137).
Dengan adanya brand, masyarakat mendapat jaminan tentang mutu suatu
produk atau jasa yaitu dengan memperoleh informasi yang berkaitan dengan brand
tersebut (Simamora, 2002). Dikenalnya brand oleh masyarakat membuat produsen
meningkatkan inovasi produk atau jasa untuk menghadapi persaingan.
Dalam Tjiptono (2005) disebutkan bahwa brand atau merek lebih dari sekedar
jaminan kualitas karena didalamnya terdapat enam pengertian sebagai berikut:
25
1. Atribut
Suatu brand atau merek dapat mengingatkan pada atribut tertentu seperti
kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain, dan lain-lain.
2. Manfaat
Dimana atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan
emosional
3. Nilai
Suatu brand atau merek menyatakan sesuatu tentang nilai produsennya.
4. Budaya
Suatu brand atau merek melambangkan budaya tertentu.
5. Kepribadian
Suatu brand atau merek dapat mencerminkan kepribadian tertentu.
6. Pemakai
Suatu brand atau merek menyiratkan jenis konsumen yang membeli atau
menggunakan suatu produk.
Brand adalah sesuatu tentang merek tersebut, maka dalam hal ini persepsi
sangat penting digunakan. Sedangkan branding merupakan suatu usaha agar sebuah
brand tesebut hidup dan aktif sehingga terus berkembang dibenak konsumen. Branding
juga mempunyai tujuan yaitu untuk menyamakan persepsi antara prdusen dengan
konsumen. Jika persepsi yang ditimbulkan sejalan antara produsen dan konsumen
maka secara tidak langsung hubungan emosional antara produsen dengan konsumen
26
juga tumbuh. Ketika terbentuk hubungan emosional yang positif antara produsen
(pengelola) dengan konsumen (pengunjung) maka akan terbentuk sebuah persepsi
tentang suatu citra merek dan kepercayaan yang menumbuhkan loyalitas.
2.5. Destination Branding
Branding tidak hanya berkaitan dengan bagaimana produsen
mengkomunikasikan barang, jasa atau personality seseorang. Namun branding juga
dapat digunakan mengkomunikasikan tempat, karena brand sendiri juga dapat
berkaitkan dengan tempat khususnya destinasi, salah satunya adalah destinasi
pariwisata. Istilah branding dalam industri pariwisata adalah Destination Branding.
Destination branding merupakan sebuah konsep branding yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas brand sebuah destinasi wisata.
Ritchie, Ritchie (1998) mengungkapkan destination branding adalah nama,
symbol, logo atau bentuk grafik lainnya yang mengidentifikasi dan membedakan
daerah tujuan (destination): memberi janji akan sebuah pengalaman perjalanan yang
tak terlupakan secara unik diasosiasikan dengan daerah tujuan tersebut juga untuk
mengkonsolidasi dan mendorong terciptanya sebuah memori yang menyenangkan
sebagai sebuah destination experience.
Melalui destination branding ini akan membantu konsumen untuk
membedakan destinasi yang satu dengan destinasi yang lain. selain itu mampu
memberikan nilai lebih kepada satu destinasi dibandingkan dengan destinasi serupa
yang lain. Konsep destination branding ini mampu mendatangkan manfaat bukan
27
hanya untuk produsen tetapi juga untuk wisatawan. Tujuan Destination Branding ini
juga untuk memaksimalkan potensi suatu wilayah agar terjadi peningkatan kunjungan
(wisata maupun bisnis) yang akhirnya meningkatkan nilai ekonomi wilayah tersebut.
Branding ini harus berusaha untuk mengolah benak konsumen sehingga ia
mempunyai ekspektasi yang baik tentang destinasi tersebut. Hal ini akan memberikan
kontribusi yang besar bagi pada proses pengambilan keputusan pembelian. Dengan
kata lain destination branding ini merupakan sebuah janji yang di tawarkan oleh
pemerintah dan para pelaku komunikasi pemasaran untuk mempromosikan,
membangun citra, memberikan gambaran, dan memberikan informasi tentang apa-apa
saja yang akan konsumen dapatkan ketika memilih destinasi yang mereka miliki.
Selain itu pemerintah dan para pelaku komunikasi pemasaran pariwisata yang lainnya
harus menyampaikan janji untuk memberikan pengalaman yang berkualiatas dan
menarik bagi calon konsumen (wisatawan). Destination Branding juga akan
memberikan diferensiasi dengan destinasi wisata lain disekitarnya sehingga
meninggalkan kesan di benak para wisatawan yang akan menjadikanya sebagai salah
satu tujuan wisata utama mereka. Destination branding ini harus mampu mengelola
benak konsumen dengan baik, karena dalam benak konsumenlah persaingan pesan
dengan destinasi lain berlangsung (Yoeti, 1996).
Dalam Destination Branding terdapat lima tahapan yang harus dilakukan.
Menurut Morgan & Pritchard (2004:69) tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
28
1. Market investigation, analysis and strategic recommendations
Pada tahap ini dilakukan kegiatan pemetaan potensi pasar. Kegiatan pemetaan
potensi pasar mencakup hal-hal apa saja yang dapat dikembangkan serta menyusun
strategi. Diantaranya mengidentifikasi kebutuhan pengunjung, menganalisa peluang
dipasar, menciptakan produk sesuai permintaan pasar, dan menentukan nilai
produk/jasa.
2. Brand identity development
Merupakan fase pengembangan identitas brand yang meliputi ekspresi visual
dari brand yang dikomunikasikan ke dunia luar, dan termasuk nama, logo, tagline.
Brand identity menciptakan hubungan emosional dan mencerminkan brand positioning
dan citra yang diinginkan. Pada tahap ini dilakukan riset analisis strength, weakness,
opportunity, dan threat dari destinasi wisata alam ini sendiri. Serta segmentasi,
targeting, dan positioning untuk menggambarkan image daerah yang akan dijadikan
tujuan wisata. Proses riset dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
29
Gambar 2.1 The Destination Brand Benefit Pyramid
3. Brand launch and introduction: communicating the vision
Merupakan strategi brand dalam upaya menentukan kepada siapa dan melalui
media apa komunikasi brand ditujukan. Alat bantu diperlukan untuk komunikasi
brand, yaitu media komunikasi pemasaran dimana pesan bertujuan menginformasikan,
membujuk, dan mengingatkan konsumen, langsung ataupun tidak langsung tentang
produk dan brand-nya. Dengan cara tertentu, alat bantu ini bertindak sebagai "suara"
brand dan menciptakan platform untuk menentukan dialog dan membangun hubungan
dengan customer. Brand launch dapat dilakukan melalui berbagai media sebagai
berikut:
30
a. Advertising, yaitu memanfaatkan space yang ada pada media elektronik,
media cetak, dan media online untuk menyampaikan informasi seputar
destinasi wisata Gunung Pinang.
b. Direct Marketing, yaitu dengan memanfaatkan beberapa media iklan untuk
merangsang minat konsumen, dan menimbulkan respon sehingga
kemudian akan tertarik untuk berkunjung seperti direct mail, direct call,
pemasaran elektronik, telepon, website dan internet media social.
c. Sales Promotion, yaitu kegiatan jangka pendek dimana pemasar dapat
membuat sebuah promosi atau program-program menarik yang mampu
mendorong penjualan
d. Public Relations, upaya membangun dan mempertahankan saling
pengertian antara organisasi dan publiknya.
4. Brand implementation
Brand implementation merupakan suatu usaha untuk mengintegrasikan semua
pihak yang terlibat dalam pembetukan suatu brand, sehingga destination branding
dapat berhasil. Brand adalah sebuah janji. Semua pihak-pihak yang terlibat mulai dari
masyarakat setempat, investor, pemerintah, hotel, travel agensi harus berusaha
mewujudkan janji yang diucapkan. Sehingga turis yang datang akan merasa betah dan
terkesan dengan daerah tujuan. Kasus yang sering terjadi adalah banyak daerah yang
panorama alamnya indah, namun kurangnya sarana yang memadai serta perilaku
penduduk dan pengusaha lokal yang kurang ramah dalam pelayanan, belum adanya
31
standar tarif jasa di sejumlah daerah tujuan wisata sehingga rentan menimbulkan
pungutan liar dan meresahkan wisatawan menyebabkan Brand yang dibentuk menjadi
sia-sia.
Gambar 2.2
keterkaitan semua pihak dalam implementasi destination branding
5. Monitoring, evaluation and review
Pada tahap ini dilakukan usaha untuk me-monitoring apakah ada
penyimpangan, kekurangan dan sebagainya. dengan cara memantau respon dari
audience dan menindaklanjuti jika terdapat respon yang perlu untuk ditanggapi. tahap
ini juga dilakukan monitoring mengenai promosi apa yang telah dilakukan, berapa
32
lama promosi tersebut dilakukan, selanjutnya dilaksanakan evaluasi terhadap kegiatan
tersebut.
2.6. Teori Difusi Inovasi
Teori difusi inovasi menurut Rogers (1964) pada esensinya menjelaskan
bagaimana sebuah gagasan dan ide baru dikomunikasikan pada sebuah kultur atau
kebudayaan. Bahwa teori ini berfokus pada bagaimana sebuah gagasan atau ide baru
dapat dan dimungkinkan diadopsi oleh suatu kelompok sosial atau kebudayaan tertentu
(Nurudin, 2007).
Teori difusi inovasi dikatakan bahwa komunikator yang mendapatkan pesan
dari media massa sangat kuat untuk mempengaruhi orang-orang. Dengan demikian,
adanya inovasi (penemuan), lalu disebarkan (difusi) melalui media massa akan kuat
mempengaruhi massa untuk mengikutinya. Teori ini di awal perkembangannya
mendudukan peran pemimpin opini dalam memengaruhi sikap dan perilaku
masyarakat. Artinya, media massa mempunyai pengaruh yang kuat dalam
menyebarkan penemuan baru. Apalagi jika penemuan baru itu diteruskan oleh para
pemuka masyarakat. Akan tetapi, difusi-inovasi juga bisa langsung mengenai
khalayaknya (Nurudin, 2007).
Teori ini menjelaskan bahwa sesuatu yang baru akan menimbulkan
keingintahuan masyarakat untuk mengetahuinya. Seseorang yang menemukan hal baru
cenderung untuk mensosialisasikan dan menyebarkan kepada orang lain. Jadi sangat
cocok, penemu ingin menyebarkan, sementara orang lain ingin mengetahuinya. Lalu,
33
dipakailah media massa untuk memperkenalkan inovasi tersebut. Jadi, antara penemu,
pemakai dan media massa sama-sama diuntungkan. Difusi mengacu pada penyebaran
informasi baru, inovasi atau proses baru ke seluruh masyarakat (Nurudin, 2007). Dalam
proses penyebarluasan inovasi terdapat empat unsur utama, yaitu:
1. Inovasi
Inovasi dapat diartikan sebagai gagasan, ide atau tindakan untuk
menciptakan sesuatu yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam bahasan
ini inovasi dapat dikatakan sebagai suatu hal yang baru atas dasar
bagaimana pandangan orang mengatakan bawa ide gagasan, atau tindakan
itu merupakan hal yang baru.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa gejala sesuatu, baik
dalam bentuk ide, cara-cara, maupun objek yang dioperasikan oleh
seseorang sebagai sesuatu yang baru, maka dapat dikatakan sebagai
inovasi. Pengertian baru disini tidak semata-mata dalam ukuran waktu
sejak ditemukannya atau pertama kali digunakan inovasi tersebut. Dengan
kata lain jika suatu hal dipandang baru bagi seseorang maka hal itu
merupakan inovasi.
2. Saluran Komunikasi
Suatu inovasi dapat diadopsi oleh seseorang apabila inovasi tersebut
dikomunikasikan atau di sampaikan kepada orang lain. Saluran komunikasi
yang dimaksud disini juga disesuaikan dengan siapa yang dituju dari
inovasi tersebut. Jika inovasi ditujulkan kepada masyarakat secara luas
34
maka saluran yang digunakan tentu saja saluran komunikasi massa. Jika
yang dituju individu maka saluran yang digunakan adalah saluran
komunikasi personal.
3. Waktu
Waktu merupakan suatu dimensi waktu yang dimulai dari proses inovasi
itu dikomunikasikan atau disampaikan kepada seseorang sampai kepada
keputusan untuk mengadopsi inovasi tersebut.
4. Sistem sosial
Sistem sosial merupakan kumpulan unit-unit sosial yang membentuk suatu
ikatan dalam kehidupan sosial. Sistem sosial terdiri atas unit-unit yang
memiliki perbedaan secara fungsional namun terikat atas tujuan yang
dikehendaki bersama. Sistem sosial ini kiranya menjadi sasaran bagi
sebuah inovasi dan merekalah yang menjadi pihak yang menerima maupun
menolak suatu inovasi.
Berdasarkan hal diatas, teori difusi inovasi ini dianggap relevan dengan
penelitian ini mengenai destination branding Gunung Pinang sebagai tujuan wisata di
Kabupaten Serang yang menjelaskan bagaimana destination branding yang dilakukan
pada wisata Gunung Pinang yang merupakan sebuah inovasi dari konservasi alam
menjadi sebuah destinasi wisata di kabupaten Serang.
35
2.7. Kerangka Berfikir
Dalam pengelolaan dan pengembangan sebuah potensi alam menjadi sebuah
destinasi wisata, perlu adanya suatu konsep komunikasi pemasaran pariwisata yang
baik yang harus dilakukan oleh pengelola dan pemerintah setempat. Dimana
komunikasi pemasaran pariwisata ini memiliki peran penting dalam suksesnya sebuah
destinasi wisata bisa dikenal dimasyarakat. Dan dapat diasumsikan bahwa aktivitas
komunikasi yang baik perlu dilakukan untuk menggerakkan stakeholder yang terlibat.
Maka perlu bagi pengelola destinasi wisata Gunung Pinang untuk menyiapkan sebuah
langkah-langkah komunikasi yang bersifat strategis.
Kriteria yang harus dipenuhi destinasi wisata untuk siap dipasarkan dan
dikembangkan menjadi destinasi meliputi tujuh sapta pesona pariwisata yaitu aman,
indah, tertib, bersih, sejuk, ramah tamah dan kenangan. Selain itu atraksi atau daya
tarik wisata, aksesibilitas, dukungan stakeholder, fasilitas dan akomodasi pariwisata,
citra destinasi, kesiapan masyarakat dan profesionalitas SDM, dan potensi pasar yang
dimiliki juga merupakan kriteria yang harus diperhatikan. Tahap selanjutnya untuk
mengemas sebuah destinasi wisata terangkum dalam proses destination branding.
Destination branding merupakan sebuah konsep branding yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas brand dengan jalan mempromosikan, membangun citra,
memberikan gambaran, dan memberikan paparan tentang apa-apa saja yang akan
konsumen dapatkan ketika mengunjungi destinasi tersebut.
36
Adapun proses dari destination branding tersebut mulai dari market
investigation analysis and strategic recommendations, brand identity development,
brand launch and introduction, brand Implementation, dan monitoring, evaluation and
review. Kemudian pada penelitian ini peneliti menggunakan teori Difusi-Inovasi
sebagai asumsi dasar penelitian ini dan sebagai pendukung konsep destination
branding itu sendiri. Tahapan destination branding dan teori difusi-inovasi tersebut
akan digunakan oleh peneliti sebagai acuan alur penelitian proses pengembangan dan
pengelolaan destinasi wisata Gunung Pinang. Data yang akan diperoleh selama
pengumpulan data akan dikelompokkan dan disajikan dengan acuan bagan tersebut.
Dengan bagan tersebut diharapkan data akan mampu disajikan secara runtut dan
lengkap.
37
Gambar 2.3
Sumber : Diolah, Peneliti.2018
Destinasi Wisata
Gunung Pinang
Konsep Komunikasi
Pemasaran Pariwisata
Destination Branding
(Nigel Morgan & Annete
Pritchard)
Market investigation, analysis and strategic
recommendations:
Mengidentifikasi kebutuhan
pengunjung
Menganalisa peluang pasar
Menciptakan produk sesuai
permintaan pasar
Menentukan nilai produk/jasa dalam
Brand identity development: Analisis SWOT,
Analisis STP, logo, tagline, dan image yang
ingin dibentuk didaerah tersebut.
Brand launch and introduction:
communicating the vision: Advertising, Sales
Promotion, Direct Marketing, public relations.
Brand Implementation: mengintegrasikan
semua pihak yang terlibat dalam
pembetukan suatu brand.
Monitoring, evaluation and review: memantau
respon dari audience dan menindaklanjuti jika
terdapat respon yang perlu untuk ditanggapi.
Destination Branding
Gunung Pinang
Sebagai Tujuan Wisata
di Kabupaten Serang
Teori Difusi Inovasi
38
2.8. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang peneliti gunakan sebagai bahan
perbandingan guna mempermudah peneliti dalam mendapatkan informasi seputar
Destination Branding yang dianggap relevan dan ada keterkaitan dengan penelitian
yang telah dilakukan penulis.
Penelitian yang pertama berjudul “Destination Branding Kampung Sate Desa
Ambal Resmi Kabupaten Kebumen Sebagai Tujuan Wisata Kuliner” yang disusun oleh
Anindita Fitria Devi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang dilakukan pada tahun
2009. Penelitian ini bertujuan untuk merancang promosi untuk Destination Branding
Desa Ambal Resmi sebagai kampung sate agar dikenal dengan cara menguatkan image.
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan Destination Branding
dilakukan adalah dengan merancang strategi promosi yang diperlukan berupa
perancangan promosi luar ruang dan penempatan media yang tepat untuk Desa Ambal
Resmi sebagai kampung sate.
Selanjutnya penelitian kedua berjudul “Destination Branding Kepulauan
Seribu (Studi Kasus Destination Branding Kepulauan Seribu dalam Upaya
Meningkatkan Wisata Bahari Internasional)” yang disusun oleh Valdo Riando
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang dilakukan pada tahun 2015. Penelitian ini
menjelaskan bagaimana strategic planning serta program - program komunikasi
pemasaran yang dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta dalam upaya Destination
Branding kepulauan seribu. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada 5
39
tahapan destination branding dan aktivitas komunikasi pemasaran dalam upaya
Destination Branding kepulauan seribu yang dilakukan oleh pemerintah yaitu
mengetahui vision and stakeholder management, target consumer, positioning and
differentiation strategies, communication strategies, dan feedback and response
management strategies namun masih belum maksimal dan masih harus ditingkatkan
terutama dalam segi kualitas sebagai destinasi wisata internasional.
Penelitian ketiga berjudul “Destination Branding dalam meningkatkan jumlah
pengunjung (studi deskriptif kualitatif pada UNESCO Global Geopark Gunung Sewu
Geo Area Kabupaten Pacitan)” yang disusun oleh Amelia Ayu Via Dewanti
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang dilakukan pada tahun 2016.
Penelitian ini menjelaskan bagaimana tahapan Destination Branding oleh UNESCO
Global Geopark Gunung Sewu Area Kabupaten Pacitan dalam meningkatkan jumlah
pengunjung. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tahapan Destination
Branding yang telah dilakukan oleh UNESCO mulai dari analisis market hingga
evaluasi dan review yang menunjukan bahwa adanya peningkatan pengunjung dan
membantu pertumbuhan ekonomi lokal setempat.
40
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti
Judul Penelitian Tahun Universitas Hasil Penelitian
1.
Anindita
Fitria
Devi
Destination
Branding
Kampung Sate
Desa Ambal
Resmi
Kabupaten
Kebumen
Sebagai Tujuan
Wisata Kuliner.
2009
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta
Hasil penelitian didapatkan bahwa
kegiatan Destination Branding
dilakukan adalah dengan merancang
strategi promosi yang diperlukan berupa
perancangan promosi luar ruang dan
penempatan media yang tepat untuk
Desa Ambal Resmi sebagai kampung
sate.
2.
Valdo
Riando
Destination
Branding
Kepulauan
Seribu (Studi
Kasus
Destination
Branding
Kepulauan
Seribu dalam
Upaya
Meningkatkan
Wisata Bahari
Internasional)
2015
Universitas
Gadjah Mada
Hasil penelitian didapatkan bahwa ada 5
tahapan destination branding dan
aktivitas komunikasi pemasaran dalam
upaya Destination Branding kepulauan
seribu yang dilakukan oleh pemerintah
yaitu mengetahui vision and stakeholder
management, target consumer,
positioning and differentiation
strategies, communication strategies,
dan feedback and response management
strategies namun masih belum
maksimal dan masih harus ditingkatkan
terutama dalam segi kualitas sebagai
destinasi wisata internasional.
3.
Amelia
Ayu Via
Dewanti
Destination
Branding dalam
meningkatkan
jumlah
pengunjung
(studi deskriptif
kualitatif pada
UNESCO
Global Geopark
Gunung Sewu
2016
Universitas
Islam Negeri
Sunan
Kalijaga
Yogyakarta
Hasil penelitian didapatkan bahwa
tahapan Destination Branding yang telah
dilakukan oleh UNESCO mulai dari
analisis market hingga evaluasi dan
review yang menunjukan bahwa adanya
peningkatan pengunjung dan membantu
pertumbuhan ekonomi lokal setempat.
41
Geo Area
Kabupaten
Pacitan)
Dari penelitian terdahulu diatas, peneliti menemukan relevansi dengan
penelitian yang akan penulis teliti yakni memiliki pembahasan yang sama yakni
mengenai Destination Branding dimana penelitian ini berjudul Destination Branding
Gunung Pinang Sebagai Tujuan Wisata di Kabupaten Serang.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kunci yang harus
diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan (Sugiyono, 2012:2). Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus dengan pendekatan
kualitatif. Metode penelitian studi kasus (case study) merupakan salah satu jenis
penelitian kualitatif dimana peneliti melakukan eskplorasi secara mendalam terhadap
program, kejadian, proses, aktivitas, terhadap satu atau lebih orang. Studi kasus terikat
oleh waktu dan aktivitas dan peneliti melakukan pengumpulan data secara mendetail
dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data dan dalam waktu yang
berkesinambungan (Sugiyono, 2013:14).
Penelitian kualitatif antara lain bersikap deskriptif, data yang dikumpulkan adalah
berupa kata-kata gambar, bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oeh adanya
penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan
menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti (Moleong,1989:11).
43
Penelitian kualitatif deskriptif adalah suatu penelitian yang hanya memaparkan
situasi dan peristiwa. Data yang dikumpulkan adalah beruba kata-kata, gambar, dan
bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan
data untuk memberi gambaran penyajian laporan. Data tersebut mungkin berasal dari
naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau
memo, dan dokumen resmi lainnya. Pertanyaan dengan kata tanya mengapa, alasan
apa, dan bagaimana terjadinya akan senantiasa dimanfaatkan oleh peneliti (Moleong,
1989:11). Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu data yang terbentuk berupa uraian kata-kata
atau lampiran untuk dikumpulkan dan kemudian dilakukan analisa secara deskriptif.
Penulis menggunakan metode penelitian kulitatif deskriptif ini karena penulis
ingin membuat gambaran fakta mengenai tahapan Destination Branding Gunung
Pinang sebagai tujuan wisata di Kabupaten Serang. Penulis mengakumulasi data
sehingga membuat kesimpulan dari keseluruhan data yang diteliti. Pada penelitian ini
penulis membahas dan memaparkan tentang Destination Branding Gunung Pinang
sebagai tujuan wisata di Kabupaten Serang.
44
3.2. Fokus Penelitian
Secara umum, penelitian ini difokuskan untuk mengetahui bagaimana tahapan
Destination Branding Gunung Pinang sebagai tujuan wisata di Kabupaten Serang.
Secara khusus, penelitian ini difokuskan untuk mengetahui analisis situasi Destination
Branding Gunung Pinang sebagai tujuan wisata di Kabupaten Serang, serta mengetahui
implementasi Destination Branding Gunung Pinang sebagai tujuan wisata di
Kabupaten Serang.
3.3. Informan Penelitian
Informan adalah orang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara, yang
diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek
penelitian (Bungin, 2008:10). Menurut Sugiyono (2012:57) Ada kriteria – kriteria yang
sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu:
1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi,
sehingga sesuau itu bukan sekedar diketahui tetapi juga dihayatinya.
2. Mereka yang masih tergolong berkecimpung atau terlibat dalam kegiatan yang
diteliti.
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk diminta memberikan
informasi.
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil kemasannya
sendiri.
45
5. Mereka yang mulanya tergolong cukup asing dengan penulis sehingga lebih
menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.
Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive
sampling, dimana pemilihan dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan
ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Kriteria ini harus sesuai dengan topik
penelitian. Mereka yang dipilih pun harus dianggap kredibel untuk menjawab masalah
penelitian.
Menurut Sugiyono (2013:218-219) purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu
ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan,
sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti.
Adapun kriteria dan informan yang ditunjuk atau dipilih dalam penelitian ini adalah
informan yang terlibat dalam proses pengembangan dan pemasaran wisata Gunung
Pinang.
Pada suatu penelitian ada dua macam informan yaitu, Key informan dan Informan.
Key informan adalah narasumber inti dalam penelitian. Key informan penting dalam
sebuah penelitian sebab lebih banyak mengetahui informasi dari penelitian yang akan
peneliti lakukan. Kemudian Informan adalah narasumber pendukung dalam penelitian
(Ardianto, 2010:10). Oleh karena itu penentuan narasumber yang digunakan pada
penelitian ini yaitu dengan melakukan wawancara yang mendalam dengan orang-orang
yang berkompenten dibidangnya dan mengetahui segala informasi yang berkaitan
46
dengan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi key informan dan informan
adalah:
a. Key informan:
1. Bapak Djamin selaku Divisi Pelaksanaan Pengelola Bidang Wisata
dan Aset.
b. Informan :
1. Bapak Afi Marzuki selaku Supervisor Wisata, Aset dan Pemasaran
Komunikasi Perusahaan.
2. Bapak Endang Kosasih Kaur selaku staff lapangan TU BKPH Serang.
3. Ryan selaku pengunjung wisata Gunung Pinang.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian,
karena metode ini merupakan startegi untuk mendapatkan data yang diperlukan.
Keberhasilan penelitian sebagian besar tergantung pada teknik-teknik pengumpulan
data yang dugunakan. Untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-
kenyataan dan informasi yang dapat dipercaya. Untuk memperoleh data seperti yang
dimaksudkan itu, dalam penelitian digunakan teknik-teknik, prossedur-prosedur, alat-
alat serta kegiatan yang nyata. Proses pengumpulan data dapat dilakukan melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi (Basrowi dan Suwandi, 2008:93).
47
3.4.1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) sebaga pengaju/pemberi pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu (Basrowi dan
Suwandi, 2008:127).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara semi struktur. Wawancara
semi struktur merupakan teknik pengumpulan data atau informasi yang lebih terbuka
dengan memberikan kesempatan kepada narasumber untuk memberikan ide atau
pendapat mereka. Pada wawancara semi struktur ini, pewawancara mempunyai garis
besar pokok pembicaraan, namun dalam pelaksanaanya mengajukan pertanyaan secara
bebas dan langsung membahas mengenai konsep Destination Branding Gunung Pinang
sebagai tujuan wisata di Kabupaten Serang.
3.4.2. Observasi
Observasi adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan. Observasi merupakan
proses pencarian data yang sangat akurat dalam sebuah penelitian karena peneliti
melihat langsung kepada objek penelitian karena dengan pancaindera kita sendiri dapat
mengamati objek – objek disekitar kita (Sugiyono, 2012:309).
Penulis akan melakukan observasi untuk mengumpulkan data atau informasi
sebanyak mungkin yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Dalam
48
sebuah penelitian terdapat dua jenis metode observasi, yakni observasi partisipan dan
observasi nonpartisipan (Basrowi dan Suwandi, 2008:106).
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah jenis observasi non
partisipan. Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengamatan non partisipan yakni
melakukan observasi tanpa melibatkan diri atau tidak menjadi bagian dari lingkungan
sosial yang diamati (Sugiyono, 2012:326). Penulis memerankan diri sebagai pengamat
dan tidak ikut dalam kegiatan Destination Branding Gunung Pinang yang dilakukan
oleh Perhutani KPH Banten. Penulis mengamati dan mencatat semua hal yang ada
kaitannya dengan Destination Branding Gunung Pinang sebagai tujuan wisata di
Kabupaten Serang.
3.4.3. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data yang bersifat tercetak yang
bertujuan untuk melengkapi data-data tambahan pada penelitian, seperti foto saat
wawancara dengan narasumber, dan berbagai literatur yang digunakan dalam
penelitian ini. Studi dokumentasi digunakan peneliti sebagai pelengkap dari
penggunaan metode wawancara dan observasi dalam penelitian kualitatif. Metode ini
digunakan untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian Destination
Branding Gunung Pinang sebagai tujuan wisata di Kabupaten Serang.
49
3.5. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sitesa, menyusun kedalam pola, memilih yang penting dan akan dipelajari dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain
(Sugiyono, 2012 : 35).
Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak penulis
melakukan kegiatan pra lapangan sampai dengan selesainya penelitian. Dalam
penelitian ini, penulis melakukan analisis terlebih dahulu pada pengumpulan data
berlangsung dan setelah pengumpulan data dilapangan. Dalam menganalisis data,
penulis melalui tahapan-tahapan berikut:
1. Data Reduction (Reduksi data)
Reduksi data disini adalah peneliti merangkum data-data yang sudah
dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi
mengenai Destination Branding Gunung Pinang sebagai tujuan wisata di Kabupaten
Serang. Tujuannya untuk memilih data yang pokok dan memfokuskannya pada hal-hal
yang penting.
50
2. Data Display (Penyajian data).
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Penyajian data dilakukan dengan cara menyusun data-data yang telah diperoleh ke
dalam pola hubungan, sehingga data yang peneliti dapatkan akan semakin mudah
dimengerti. Dalam penelitian ini penyajian data berupa uraian dari hasil analisa dan
pembahasan yang dilakukan peneliti.
3. Conclusion Drawing/Verivication (Penarikan kesimpulan)
Pada tahap ini penulis menarik kesimpulan terhadap hasil penelitian.
Penarikan kesimpulan dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali, mengenai
Destination Branding Gunung Pinang sebagai tujuan wisata di Kabupaten Serang.
dengan meninjau kembali secara sepintas pada catatan lapangan.
3.6. Lokasi dan Jadwal Penelitian
3.6.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan bertempat di kantor Perhutani KPH Banten
dan Gunung Pinang di jalan raya Serang – Cilegon, Banten.
3.6.2. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian yakni pada tahun 2018 dengan dimulai dari masa
prapenelitian, pengajuan judul, penyusunan proposal penelitian,
penelitian dan hasil penelitian yang secara lengkap tertuang dalam tabel
berikut :
51
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No
.
Kegiatan Januar
i
Februar
i
Mare
t
Apri
l
Me
i
Jun
i
Jul
i
1. Pengajuan
judul dan pra
penelitian
2. Pengumpula
n sumber
data
3. Proses
bimbingan,
revisi dan
Bab 1-3
4. Sidang
Outline
5. Penelitian
kelapangan
6. Bab IV-V
7. Acc sidang
akhir skripsi
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek
Gunung Pinang merupakan sebuah bukit yang tingginya 300 mdpl dengan luas
222 Ha. Konfigurasi lapangan umumnya landai bergunung. Kawasan ini mempunyai
curah hujan 2.067 mm/tahun dengan suhu udara 23–32 0C. Gunung Pinang ini terdiri
dari hutan tanaman (jati, mahoni dan lain-lain). Sumber air yang ada berupa air hujan,
yang saat ini dimanfaatkan dengan cara menampung dengan tong/bak untuk keperluan
MCK.
Potensi visual lansekap menuju lokasi cukup menarik dengan pemandangan
alam berupa persawahan, pemukiman, sedangkan gejala alam/ potensi visual lansekap
didalam kawasan yang mempunyai karakteristik khas adalah hutan tanaman campuran
dan pandangan lepas kota Merak yang bisa menjadi pilihan untuk berwisata dan
berolahraga setiap hari dan hari libur terutama akhir pekan.
Aksebilitas Gunung Pinang dari Jakarta, masuk ke toll Jakarta-merak dari tol
dalam kota, menuju arah serang. Keluar pintu toll pada exit Cilegon Timur, sekitar km
56 tepat di jalur utama lalu lintas Serang-Cilegon. Gunung Pinang selalu dikunjungi
oleh pengunjung dari berbagai kalangan terutama anak muda. Saat berada di ketinggian
tepatnya di puncak pinang akan terlihat hamparan laut Jawa dan pulau panjang serta
tol Serang-
53
Merak dan pelabuhan Bojonegoro. Selain menikmati indahnya panorama alam
pengunjung juga disuguhi oleh kicauan burung, serta dapat mengabadikan kepakan
sayap elang jawa yang terbang di atas selfie deck. Sungguh tempat yang begitu indah,
segar, dan mengesankan.
Bagi para pengunjung yang hoby berolahraga sepeda gunung, tempat ini sangat
bagus untuk melakukan kegiatan tersebut. Gunung Pinang juga memiliki track
downhill yang pernah digunakan sebagai ajang International Downhill Championship
2009. Selain track downhill, Gunung Pinang pun memiliki sirkuit offroad yang
merupakan salah satu sirkuit offroad terbaik di tanah air. Bahkan sempat digelar
kerjurnas 4x4 Real Adventure di sirkuit ini yang diikuti oleh 22 tim off-roader dari
seluruh Indonesia pada tahun 2011 lalu.
4.2. Deskripsi Data Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti meneliti tentang konsep Destination Branding
pada wisata alam Gunung Pinang. Penelitian ini dilakukan karena peneliti melihat
bahwa industri pariwisata di Banten khususnya di Kabupaten Serang yaitu pada wisata
alam Gunung Pinang memiliki peluang yang cukup besar sebagai salah satu destinasi
atau tujuan wisata yang diminati setelah dilakukannya destination branding oleh
pengelola. Pada tahap mengumpulkan data pada penelitian ini, Peneliti memaparkan
hasil dari observasi, wawancara dan studi dokumen yang mengacu pada identifikasi
masalah yang peneliti buat yaitu bagaimana key factor analisis yaitu analisis kekuatan,
kelemahan, peluang dan peluang. Serta analisis segmentasi, targeting, dan positioning.
54
Kemudian bagaimana tahapan destination branding Gunung Pinang sebagai tujuan
wisata di Kabupaten Serang. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data kualitatif
yang diuraikan secara deskriptif. Berdasarkan kebutuhan data informasi penelitian
pada penelitian ini informan dibagi menjadi dua, yaitu key informan dan informan.
Key informan dalam penelitian ini adalah Bapak Djamin selaku Staff Divisi
Pelaksanaan Pengelola Bidang Wisata dan Aset Gunung Pinang yang ikut terjun
langsung dalam kegiatan-kegiatan pengelolaan dan pemasaran Wisata Gunung Pinang.
Bapak Djamin berperan sebagai key informan untuk memberikan informasi lebih
banyak seputar destination branding Gunung Pinang sebagai tujuan wisata di
Kabupaten Serang.
Selain key informan, untuk informasi tambahan yang berkaitan dengan
penelitian ini, peneliti juga melakukan wawancara dengan informan, dalam hal ini
peneliti memilih Bapak Afi Marzuki selaku Supervisor Wisata, Aset dan Pemasaran
Komunikasi Perusahaan yang juga sering terjun langsung dalam kegiatan-kegiatan
pemasaran yang dilakukan wisata Gunung Pinang. Selanjutnya untuk mendapatkan
informasi tambahan di lapangan, peneliti memilih informan pendukung yaitu Bapak
Endang Kosasih Kaur selaku Staff Lapangan TU BKPH Serang yang mengetahui, dan
bertanggung jawab atas segala keadaan yang berkaitan di lapangan. Serta Ryan yang
merupakan pengunjung wisata Gunung Pinang.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan konsep destination branding oleh
Morgan & Pritchard (2004:69) dan menganalisis SWOT dan STP yang merupakan
55
sebuah evaluasi keseluruhan marketing mengenai kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman terhadap produk dari sebuah perusahaan yang terbagi atas dua analisis
lingkungan yaitu analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan eksternal (Kotler,
2008). Peneliti juga menggunakan teori Difusi-Inovasi pada peneitian ini yang peneliti
anggap relevan dengan masalah penelitian ini. Setelah mengetahui analisis SWOT dan
STP dari penelitian ini memudahkan peneliti untuk menganalisa konsep destination
branding yang digunakan oleh wisata Gunung Pinang.
4.3. Analisis Data dan Pembahasan
4.3.1. Analisis SWOT
Pengumpulan data untuk melakukan analisis SWOT dilakukan dengan
menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan studi
dokumen. Dalam hal ini proses pengelolaan harus mengetahui bagaimana
kekuatan dan kelemahan terhadap potensi alam yang akan dikelolanya serta
perlu melihat adanya peluang dan ancaman yang datang.
A. Strength (kekuatan)
Kekuatan sumberdaya memberikan keunggulan kompetitif tersendiri
bagi sebuah produk, baik produk barang maupun produk jasa seperti wisata.
Dalam hal ini menurut data yang terkumpul menunjukan bahwa wisata Gunung
Pinang memiliki kekuatan berupa kondisi alam yang baik, keindahan panorama
56
dan suasana asri, selfie deck spot serta lokasi yang strategis yang mudah
dijangkau oleh pengunjung.
Berikut hasil wawancara dengan Bapak Djamin mengenai kekuatan
yang dimiliki oleh wisata Gunung Pinang:
“keunggulan dari Gunung Pinang sendiri sih view dan suasana alam
yang asri nya, karena Gunung Pinang sendiri kan hutan ya namun kan
lokasinya ada di tengah kota, serang-cilegon kan panas banget tuh.
terus lokasi yang strategis serta akses menuju wisata Gunung Pinang
ini juga dekat dari jalan tol jadi mudah untuk pengunjung dari luar
kota, jadi itu yang menjadi daya tarik unggulan dari Gunung Pinang.
Selain itu juga wahana selfie deck juga masih menjadi keunggulan dari
kami. Dan untuk pengunjung yang suka olahraga sepeda gunung atau
downhill juga masih menjadi favorit atau keunggulan dari wisata ini.
Namun yang menjadi kekuatan atau keunggulan dari wisata gunung
pinang saat ini ya selfie deck dan view nya.”(Lampiran . Wawancara
key informan . Djamin . Hal 1)
Dari hasil pemaparan bapak Djamin diatas, yang menjadi strength
(kekuatan) dari wisata Gunung Pinang ini diantaranya adalah keindahan
panorama atau view dan suasana alam yang asri. Gunung Pinang sendiri
merupakan kawasan hutan dan wisata Gunung Pinang ini terletak ditengah kota
Serang-Cilegon yang memiliki tingkat polusi udara yang cukup tinggi, namun
wisata Gunung Pinang ini menawarkan keindahan alam dan suasana asri yang
tidak bisa didapatkan dengan mudah ditengah kota.
57
Gambar 4.1
Panorama alam yang ditawarkan dari puncak wisata Gunung Pinang
(Sumber : diambil oleh peneliti pada 1 Juli 2018 pukul 14.59 WIB)
Lokasi dari wisata Gunung Pinang ini juga terbilang strategis karena
posisinya berada di antara kota Serang dan Cilegon yang mempunyai akses
jalan yang bagus serta dapat dijangkau melalui jalan raya dan jalan tol untuk
pengunjung yang berasal dari luar kota.
Selain itu terdapat wahana selfie deck yang mengarah langsung kearah
pemandangan kota dan laut pulau jawa menjadi favorit dan daya tarik tersendiri
bagi pengunjung. Berikut pernyataan dari mas Ryan yang merupakan salah
satu pengunjung wisata Gunung Pinang:
58
“selfie decknya bagus langsung ke arah pemandangan laut jawa sama
kota, saya sudah beberapa kali kesini untuk foto di selfie decknya selain
untuk santai hehe (Lampiran . Wawancara informan pendukung . Ryan
. Hal 21)
Kekuatan sumberdaya dan potensi alam yang dimiliki Gunung Pinang
ini menjadi hal penting dan menjadi kekuatan tersendiri sehingga wisata
Gunung Pinang dapat bersaing secara kompetitif dengan wisata alam lainnya
yang ada di Banten khususnya di Kabupaten Serang sesuai dengan pernyataan
yang menyatakan bahwa kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan
keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar (David, 2005:47).
B. Weakness (kelemahan)
Kelemahan pada umumnya berupa keterbatasan sumberdaya alam atau
manusianya serta keterampilan dan kapabilitas yang menghambat sebuah
produk untuk bisa bersaing. Dalam hal ini menurut data yang terkumpul
menunjukan bahwa wisata Gunung Pinang memiliki kelemahan, terutama yang
berkaitan dengan dana dan infrastuktur wisata yang dapat menjadi penghambat,
baik langsung maupun tidak langsung terhadap suatu produk wisata khususnya
wisata Gunung Pinang. Seperti yang dinyatakan oleh Bapak Djamin:
“jalan ya infrastruktur dari gerbang sampe ke puncak masih jelek
banget. Sudah di aspal Cuma karena sudah lama ya dan belum ada
perbaikan lagi jadi skerang aspalnya udah pada hilang gitu jadi kerikil-
kerikil dan tanah, licin. Karena ya dana nya juga ga ada. Namun itu
menjadi perhatian serius bagi kita memang kita akan fokus ke penataan
itu Sama lahan parkir sih masih agak susah Cuma Alhamdulillah
sekarang sudah dibuat lahan parkir nya agak naik ke atas, luas untuk
59
kendaraan roda empat dan roda dua.” (Lampiran . Wawancara key
informan . Djamin . Hal 2)
Berdasarkan pernyataan diatas menjelaskan bahwa keterbatasan
infrastruktur berupa jalan dari gerbang wisata Gunung Pinang hingga puncak
pinang masih sangat buruk. Jalanan menuju puncak masih berupa aspal yang
sudah lama belum diperbaiki dan berupa kerikil tajam. Dan tidak jarang
pengunjung banyak yang mengeluh mengenai hal ini dan tidak jarang pula
pengunjung mengalami hal yang tidak diinginkan seperti misalnya jatuh pada
saat turun dari puncak pinang. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Bapak
Endang selaku Staff TU Lapangan BKPH wisata Gunung Pinang:
“kelemahan nya sih jalan ya neng, jalan dari gerbang ke atas itu jelek,
aspal nya ga mulus. Jadi kadang kejadian tuh pengunjung yang jatoh
karena jalannya licin dan ga mulus. Karena dana nya pun ga ada ya
neng jadi susah juga.” (Lampiran . Wawancara informan 2 . Endang
Kosasih Kaur . Hal 18)
Dari dua pernyataan diatas menjelaskan bagaimana selain infrastruktur
wisata berupa jalan yang kurang memadai, keterbatasan dana juga masih
menjadi kelemahan dari wisata ini, hal tersebut tentunya sejalan dengan
pernyataan bahwa kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan
sumberdaya, keterampilan, kapabilitas, yang secara efektif menghambat kinerja
perusahaan. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumberdaya keuangan
maupun manusianya, kemampuan manajemen dan keterampilan pemasar dapat
merupakan sumber dari kelemahan perusahaan. (David, 2005:47).
60
Hal tersebut didukung pula oleh fakta yang menyebutkan bahwa dana
untuk pengelolaan wisata Gunung Pinang sendiri hanya berasal dari Perhutani
Pusat saja. Mulai dana untuk pembuatan wahana, fasilitas pendukung hingga
dana yang dibutuhkan untuk perbaikan infrastruktur jalan. Belum ada dukungan
dari pemerintah mengenai dana untuk pengelolaan wisata ini. Seperti yang
dinyatakan oleh bapak Djamin:
“sumber dana yang didapat sih dari Perhutani pusat. Berawal dari
pusat nanti turun ke dipre di bandung baru nanti bisa turun ke kita,
setelah itu nanti kita yang mengelola di sesuaikan dengan kebutuhan
yang ada di lapangan. Misalnya butuh ini, kita ajukan. Butuh itu, kita
ajukan nanti kalo dari pusat di acc kita segera laksanakan kalo memang
belum ya kita keep dulu.” (Lampiran . Wawancara key informan .
Djamin . Hal 6)
Dari berbagai pernyataan diatas menunjukan bahwa wisata Gunung
Pinang ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan yang perlu diperhatikan.
Meski kelemahan dinyatakan sebagai suatu faktor yang menjadi penghambat
berkembangnya objek wisata, namun dengan pemikiran kreatif dan jika dikaji
lebih dalam lagi bisa mengubah kelemahan tersebut menjadi sebuah peluang
atau kekuatan baru bagi objek wisata Gunung Pinang ini.
61
Gambar 4.2
Infrastruktur berupa jalan menuju puncak wisata Gunung Pinang yang rusak
(Sumber : diambil oleh peneliti pada 1 Juli 2018 pukul 15.25 WIB)
C. Opportunities (peluang)
Peluang adalah salah satu faktor yang dapat mendukung
berkembangnya dan menguntungkannya suatu usaha yang dalam penelitian ini
adalah wisata Gunung Pinang. Peluang ini biasanya berasal dari eksternal
seperti perubahan sosial dan perkembangan teknologi yang terjadi.
Dalam hal ini lokasi wisata Gunung Pinang dan perubahan sosial di
masyarakat yang didukung oleh perkembangan teknologi menjadi salah satu
peluang besar selain menjadi kekuatan yang dimiliki wisata Gunung Pinang.
Lokasi yang tidak jauh dari pusat kota pun menjadikan pengembangan wisata
62
Gunung Pinang ini mudah. Pandangan akan peluang ini dinyatakan oleh Bapak
Djamin bahwa:
“peluang tentu saja besar, sekarang kan masyarakat udah kenal
teknologi ya, main media social facebook instagram dan suka selfie.
Sedangkan wisata yang nawarin keindahan pemandangan plus lokasi
deket harga murah meriah dan bisa sambil selfie itu belum ada. Ya kita
buat wisata ini apalagi sekarang kan terbantu sama teknologi dan
media social. Sangat membantu sekali untuk peluang calon
pengunjungnya. Karena dari kita sendiri sih target pengunjungnya ga
cuma dari pengunjung Banten aja tapi juga pengunjung dari luar
Banten. Bahkan alhamdulilahnya pengunjung dari mancanegara juga
ada, dari Korea, Tiongkok dan kemaren itu ada yang dari India. Nah
pengunjung dari luar banten maupun dari banten ini tau dari mana? Ya
tau dari media social.” (Lampiran . Wawancara key informan . Djamin
. Hal 2)
Dari pernyataan diatas menjelaskan, jarak yang tidak jauh dari pusat
kota serta mudah dijangkau bagi pengunjung Banten maupun luar Banten
menjadi suatu keuntungan dan peluang besar tersendiri bagi objek wisata
Gunung Pinang ini untuk bersaing dengan objek wisata lainnya khususnya di
Banten.
Selanjutnya adalah perubahan sosial dimasyarakat saat ini yang gemar
berswafoto atau selfie untuk kepentingan individu, yang kemudian muncul
kebutuhan masyarakat akan objek pariwisata untuk berswafoto disamping
untuk rekreasi.
Hal tersebut tentunya didukung oleh perkembangan teknologi, seperti
media sosial facebook dan instagram yang memfasilitasi masyarakat saat ini
dalam memenuhi kegemarannya melakukan swafoto atau selfie, selain itu
63
dengan berkembangnya teknologi membuka peluang bagi wisata Gunung
Pinang untuk terus memasarkan dengan jangkauan yang lebih luas.
Sejalan dengan pernyataan bahwa peluang adalah situasi penting yang
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Seperti perubahan teknologi
dan meningkatnya hubungan antara perusahaan dengan konsumen (David,
2005:47). Yang kemudian mendorong dan membuka peluang yang besar bagi
pengelola untuk mengembangkan wisata Gunung Pinang sebagai sarana
rekreasi dan selfie.
D. Threats (ancaman)
Ancaman merupakan faktor eksternal yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan. Ancaman ini biasanya selain pesaing juga bisa berasal
dari perubahan kebiasaan konsumen. Dalam hal ini peneliti meliht jika ancaman
yang dimiliki oleh wisata Gunung Pinang adalah kerusakan ekosistem hutan
dan kebersihan di kawasan Gunung Pinang.
Berikut pemaparan dari bapak Djamin mengenai ancaman dari wisata
Gunung Pinang:
“tentu saja ada, kerusakan ekosistem hutan sama kebersihan sih,
soalnya kan semakin rame pengunjung semakin banyak juga sampah
yang berserakan. Belum lagi pengunjung yang iseng nyorat nyoret
pohon atau metik pohon sembarangan. Kan itu bisa ngerusak.
Walaupun dikasih teguran juga tetep aja gitu ada aja yang bandel mah.
Kalo kompetitor mah pasti tapi hal itu kami anggap sebagai sarana
untuk perbaikan Gunung Pinang kedepan nya dan cenderung lebih
64
kepada transfer ilmu, artinya ya kita belajar dari kompetitor tersebut
agar wisata Gunung Pinang sendiri bisa lebih unggul dan tetap menjadi
favorit pengunjung.” (Lampiran . Wawancara key informan . Djamin .
Hal 2)
Berdasarkan pemaparan diatas menjelaskan bahwa ancaman dari wisata
Gunung Pinang ini adalah adanya kemungkinan rusaknya ekosistem hutan dari
Gunung Pinang itu sendiri. Dimana hal tersebut bisa berasal dari eksternal yaitu
pengunjung yang tidak bertanggung jawab mencoret-coret pohon atau memetik
dan merusak pohon yang berada di kawasan wisata Gunung Pinang.
Selain itu kebersihan dan kebiasaan pengunjung menjadi poin penting
sekaligus ancaman dalam hal ini. Karena tidak jarang pengunjung tidak
menjaga kebersihan dan membuang sampah sembarangan tidak pada tempat
yang sudah disediakan oleh pengelola meskipun sudah banyak papan himbauan
akan hal ini.
Faktanya wisata Gunung Pinang ini menjual alam sebagai daya tarik
wisatanya. Sehingga bila terjadi kerusakan alam maka rusak pula wisata
Gunung Pinang. Banyaknya pengunjung yang datang ke wisata Gunung Pinang
ini selain menjadi keuntungan namun sekaligus menjadi ancaman juga bagi
keberlangsungan wisata Gunung Pinang.
Selanjutnya jika bicara mengenai kompetitor, wisata Gunung Pinang
pasti memiliki kompetitor namun peneliti melihat bahwa pengelola wisata
Gunung Pinang disini tidak menganggap kompetitor sebagai ancaman yang
65
berarti. Namun lebih menganggap kompetitor sebagai sarana untuk perbaikan
wisata Gunung Pinang agar lebih baik kedepannya, dan cenderung
mengganggap sebagai sarana transfer ilmu yang artinya pengelola bisa banyak
belajar dari kompetitor agar wisata Gunung Pinang bisa lebih unggul dan lebih
baik serta tetap menjadi favorit pengunjung.
4.3.2. Analisis Segmentasi, Targetting, Positioning
Proses pemasaran wisata Gunung Pinang terdiri dari serangkaian
langkah yang saling berkaitan dan terdiri atas tiga tahap yaitu segmentasi,
targeting, dan positioning untuk mengetahui karakter pengunjung agar sesuai
dengan tujuan dari pengelolaan wisata Gunung Pinang.
A. Segmentasi
Segmentasi pasar adalah suatu konsep yang sangat penting dalam proses
pemasaran. Dalam hal ini pengelola wisata Gunung Pinang yaitu Perhutani
KPH Banten memiliki segmentasi pasar sebagai berikut:
1. Segmentasi demografis wisata Gunung Pinang
Segmentasi ini adalah segmentasi yang didasarkan pada peta
kependudukan, misalnya usia, jenis kelamin, pendidikan, jenis pekerjaan,
penghasilan, agama, suku. Segmentasi dari wisata Gunung Pinang ini tidak
dikelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, pendidikan, jenis
pekerjaan, penghasilan, agama, suku karena segementasi wisata Gunung
66
Pinang adalah untuk semua kalangan. Berikut pemaparan dari bapak Djamin
mengenai segmentasi pasar wisata Gunung Pinang yaitu:
“kalo segmentasi sih semua kalangan mulai dari anak kecil dibawah 5
tahun, anak sekolah hingga orang dewasa dan orangtua diatas 60 tahun
juga bisa.” (Lampiran . Wawancara key informan . Djamin . Hal 3)
Hal ini pun didukung oleh fakta dilapangan melalui pernyataan dari
bapak Endang yang menyatakan bahwa:
“remaja neng banyaknya, anak SMP, SMA, Kuliah juga banyak. Tapi
orang dewasa juga banyak. sekeluarga tuh biasanya. Pada nyari
suasana adem nya neng selain mau selfie. Waktu lebaran itu
pengunjung nyampe 1000orang neng yang datang seharinya.”
(Lampiran . Wawancara informan 2 . Endang Kosasih Kaur . Hal 18)
Dari dua pernyataan diatas menunjukan bahwa segmentasi demografis
wisata Gunung Pinang ini untuk semua kalangan. Karena semua lapisan
masyarakat di Banten khususnya di Kabupaten Serang membutuhkan objek
wisata, oleh karena itu pengelola wisata Gunung Pinang tidak mengelompokan
secara khusus dan cenderung menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
2. Segmentasi geografis wisata Gunung Pinang
Segmentasi geografis membagi pasar kedalam beberapa unit geografis
yang berbeda yang mencakup suatu wilayah Negara, provinsi, kabupaten, kota
hingga lingkungan perumahan. Dalam hal ini wisata Gunung Pinang
segmentasi geografisnya mencakup wilayah Banten, luar Provinsi dan
mancanegara.
67
“Wilayahnya ya di kabupaten serang, kota serang, kota cilegon tapi ga
menutup kemungkinan juga dari luar banten bahkan mancanegara.”
(Lampiran . Wawancara key informan . Djamin . Hal 4)
Berdasarkan pernyataan dari bapak Djamin, menunjukan bahwa
segmentasi geografis dari wisata Gunung Pinang ini mencakup wilayah di
Provinsi Banten khususnya di Kabupaten Serang, Kota Serang, Kota Cilegon.
Namun bapak Djamin juga menambahkan bahwa segmentasi ini juga berlaku
untuk wilayah luar provinsi hingga mancanegara.
Hal tersebut didukung dengan fakta dilapangan yang diutarakan oleh
bapak Endang:
“ga cuma dari cilegon serang banten doang neng, dari luar kota juga
banyak. Dari bandung, lampung, Jakarta, tangerang, bekasi. Malahan
waktu itu ada juga orang korea, tiongkok sama orang india yang kesini.
(Lampiran . Wawancara informan 2 . Endang Kosasih Kaur . Hal 18)
Dari kutipan pernyataan diatas, segmentasi geografis wisata Gunung
Pinang sudah mencakup hampir seluruh wilayah Provinsi Banten dan sudah
menjalar ke luar provinsi Banten, seperti Kota Jakarta, Kota Bandung, Kota
Bekasi, Lampung. dan tidak hanya luar Provinsi saja, wisata Gunung Pinang
ini juga sudah memiliki pengunjung atau turis mancanegara. Seperti Korea,
Tiongkok dan India.
3. Segmentasi psikografis wisata Gunung Pinang
Segmentasi ini merupakan segmentasi berdasarkan gaya hidup dan
kepribadian hidup manusia. Dalam hal ini pengelola wisata Gunung Pinang
68
mengelompokan calon pengunjungnya berdasarkan gaya hidup atau kebiasaan
serta kepribadian individu itu sendiri yang mempunyai daya tarik akan suatu
hal untuk menghabiskan waktu dan uangnya yang dinyatakan dalam aktivitas,
minat dan opininya
Berikut pemaparan bapak Djamin mengenai segmentasi psikografis dari wisata
Gunung Pinang:
“wisata gunung pinang ini ditujukan buat orang-orang yang pengen menikmati
suasana asri ditengah kota, plus buat orang-orang yang hobi selfie dan hobi
olahraga juga seperti downhill,outbond kan.” (Lampiran . Wawancara key
informan . Djamin . Hal 4)
Berdasarkan pemaparan tersebut, segmentasi psikografis dari wisata Gunung
Pinang ini ditujukan bagi semua kalangan masyarakat yang gemar berswafoto atau
selfie dengan daya tarik keindahan panorama alam namun sekaligus ingin menikmati
suasana asri ditengah kota. Selain itu wisata Gunung Pinang ini ditujukan bagi
masyarakat yang gemar berolahraga ekstrim dan memacu adrenalin.
Dengan mengetahui dan mengelompokan segmentasi pasar dari wisata Gunung
Pinang ini memudahkan pengelola wisata Gunung Pinang untuk mengembangkan
potensi wisata Gunung Pinang lebih maksimal sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
B. Targeting
Target pasar adalah memilih satu atau memilih beberapa segmentasi
konsumen yang akan menjadi fokus kegiatan – kegiatan pemasaran maupun
kegiatan promosi. Targeting disebut juga dengan selecting karena audiensinya
69
harus diseleksi. Perusahaan harus menentukan tujuan dan sasaran berdasarkan
target pasar yang sudah dipilih serta apa yang diharapkan di pasar akan tercapai
(Kotler, 1980)
Perhutani KPH Banten selaku pengelola wisata memiliki sasaran
terhadap calon wisatawan atau pengunjung yang luas. Target pasar dari wisata
Gunung Pinang adalah wisatawan lokal, nasional, dan mancanegara.
Berdasarkan pernyataan oleh Bapak Djamin yang menyatakan:
“target sasaran nya sih khusunya warga banten, luar banten dan turis
mancanegara. Kita sasaran nya kesana.” (Lampiran . Wawancara key
informan . Djamin . Hal 4)
Dari kutipan pernyataan tersebut dijelaskan bahwa, target sasaran
wisata Gunung Pinang mencakup seluruh masyarakat Banten yang tentunya
tersebar di beberapa Kabupaten serta Kota. Kemudian meluas ke luar Provinsi
Banten dan tentunya kepada turis mancanegara.
Peneliti melihat bahwa ditentukannya target pasar tersebut tidak
semata-mata untuk menjadi bahan kajian pengelolaan saja. Fakta dilapangan
menunjukan adanya keberhasilan dan pencapaian dari proses menentukan
target pasar ini. Berikut keterangan dari pak Djamin mengenai kesesuaian target
pasar wisata Gunung Pinang:
“kebanyakan ya pasti dari dalam banten, seperti cilegon, serang,
pandeglang, tangerang. Tapi sekarang ini sudah banyak pengunjung
dari luar banten, seperti Jakarta, bandung bahkan mancanegara seperti
korea, tiongkok, india juga pernah mengunjungi wisata gunung pinang
70
beberapa kali.” (Lampiran . Wawancara key informan . Djamin . Hal
4)
Dengan adanya pernyataan diatas menunjukan target pasar yang
ditentukan oleh pengelola wisata Gunung Pinang yaitu Perhutani KPH Banten,
sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Sehingga hal ini memicu pengelola
untuk selalu memperbaiki dan terus mengembangkan wisata Gunung Pinang
ini agar menjadi wisata yang layak dikunjungi tidak hanya untuk masyarakat
Banten saja tetapi turis mancanegara.
C. Positioning
Positioning adalah strategi komunikasi yang berhubungan dengan
bagaimana khalayak menempatkan suatu produk, merek atau perusahaan
sehingga khalayak dapat memiliki penilaian tertentu. Keberhasilan positioning
sangat ditentukan oleh kemampuan dari perusahaan atau dalam hal ini adalah
pengelola dari wisata Gunung Pinang untuk mendiferensiasikan produk jasanya
kepada pengunjung.
Pengelola wisata Gunung Pinang yaitu Perhutani KPH Banten berupaya
untuk menanamkan citra merek tersendiri di benak konsumen atau pengunjung
wisata Gunung Pinang melalui keunggulan dan perbedaan yang dimiliki dengan
kompetitor. Seperti yang dijelaskan oleh bapak Djamin:
“alamnya, kita lebih kepada wisata alam hutan di tengah kota. Jadi
disamping bisa dinikmati keindahan alam nya kita bisa melihat view
laut dari puncak gunung pinang sambil selfie dan main wahana wahana
71
yang belum ada di wisata lainnya khususnya di banten misalnya sepeda
gantung, itu kan Cuma ada di gunung pinang aja. Jadi orang-orang
kalo mau rekreasi sambil selfie di tengah kota ya Cuma di gunung
pinang murah meriah hehehe” (Lampiran . Wawancara key informan .
Djamin . Hal 3)
Pada positioning wisata Gunung Pinang, pengelola mencoba
menempatkan posisi produk jasanya sebagai wisata alam yang menawarkan
keindahan panorama dan suasana asri di tengah kota. Dimana hal ini menurut
pengelola, wisatawan atau pengunjung tidak perlu jauh-jauh lagi ke luar Banten
untuk menikmati keindahan panorama serta suasana asri di tengah kota. Karena
wisatawan atau pengunjung yang berada di wilayah provinsi Banten khususnya
kabupaten Serang sudah bisa menikmati keindahan panorama dan suasana asri
sekaligus berselfie ria dengan lokasi di tengah kota dan mudah di jangkau sudah
tersedia di wisata Gunung Pinang.
Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari salah satu pengunjung
wisata Gunung Pinang yaitu mas Ryan:
“wisata yang murmer tapi udah bisa refreshing sama dapet
pemandangan dan suasana asri ademnya gitu mbak. Plus nya sih bisa
foto foto. Sekarang susah banget ya dapetin suasana kaya begini di
cilegon serang yang puanas banget minta ampun. Jadi ya saya kalo lagi
pengen refresh pikiran sejenak karena kerjaan ya kepikiran nya
langsung kesini aja deket kota dibanding sama tempat-tempat wisata
lain di banten.” (Lampiran . Wawancara informan pendukung . Ryan .
Hal 21)
Dari pernyataan diatas, menjelaskan bahwa wisata ini cocok untuk
masyarakat atau pengunjung yang menginginkan keindahan panorama alam
serta suasana asri di tengah kota sekaligus untuk berswafoto atau selfie. Dengan
72
lokasi yang mudah dijangkau dan dekat dari kota Cilegon-Serang dibandingkan
dengan wisata alam lainnya yang cenderung sulit dijangkau.
Peneliti melihat bahwa hal tersebut menunjukan adanya keberhasilan
terhadap positioning yang pengelola usung untuk wisata Gunung Pinang.
Dimana pengunjung wisata Gunung Pinang jika segmentasinya adalah usia 30-
60 tahun, maka destinasi wisata ini memposisikan dirinya sebagai wisata yang
menawarkan suasana asri ditengah kota dan mudah dijangkau. Sedangkan jika
segmentasinya adalah usia 12-25 tahun maka destinasi ini memposisikan
dirinya sebagai destinasi wisata yang instagramable, mengingat pengunjung
wisata pada usia muda banyak menghabiskan waktunya di destinasi wisata ini
untuk berswafoto atau selfie guna diunggah ke sosial media instagram ataupun
facebook.
4.4. Destination Branding wisata Gunung Pinang
4.4.1. Market investigation, analysis and strategic recommendations
Market investigation, analysis and strategic recommendations
merupakan fase pertama dalam tahapan destination branding menurut Morgan
& Pritchard (2004:69) pada wisata Gunung Pinang. Hal-hal yang mencakup
dalam fase ini adalah bagaimana pengelola mengidentifikasi kebutuhan
pengunjung, menganalisa peluang dipasar, menciptakan produk sesuai
permintaan pasar, dan menentukan nilai produk/jasa.
73
Berikut adalah tahap Market investigation, analysis and strategic
recommendations, yakni:
A. Mengidentifikasi kebutuhan pengunjung
Peneliti melihat dalam hal ini pengelola wisata Gunung Pinang
melakukan identifikasi kebutuhan pengunjung dengan melihat minat dan
kebutuhan masyarakat saat ini akan rekreasi, disamping itu pengelola juga
mengidentifikasi tren masyarakat saat ini. Berikut pemaparan dari Bapak
Djamin mengenai identifikasi kebutuhan pengunjung:
“kita melihat tren masa kini yang disukai oleh calon pengunjung. Lalu
kita diskusikan apakah hasilnya akan bagus atau tidak, ternyata setelah
diperhatikan dari hari ke hari ya bagus, sebenernya sudah dari tahun
1991 dibuka tapi sebagai konservasi alam biasa aja, nah setelah liat
tren masa kini dan mengikuti perkembangan zaman akhirnya tahun
2016 mulai dikelola sebagai objek wisata.” (Lampiran . Wawancara
key informan . Djamin . Hal 5)
Menurut pemaparan diatas menjelaskan bahwa, proses identifikasi
kebutuhan ini dilihat dari minat dan tren yang sedang terjadi di masyarakat.
Dimana saat ini tren yang sedang terjadi adalah masyarakat gemar menunjukan
eksistensi dirinya dengan berswafoto untuk diunggah pada media sosial.
Dengan besarnya minat dan tren masyarakat tersebut peneliti melihat bahwa
pengelola mencoba untuk menyesuaikan dengan potensi alam yang dimiliki
untuk dijadikan sebuah objek wisata dengan mengikuti tren di masyarakat.
Karena pada dasarnya sebuah objek wisata yang baik menuntut pengelolaan
74
yang baik pula dan hal tersebut tidak terjadi secara instan, karena butuh kajian
dan diskusi mendalam agar objek wisata ini bisa sesuai dengan kebutuhan.
B. Menganalisa peluang dipasar
Yang kedua adalah melakukan analisa peluang dipasar. Dalam hal ini
pengelola wisata Gunung Pinang melihat seberapa besar peluang pasar yang
dimiliki, terutama pada faktor perkembangan teknologi. Berikut penjelasan
mengenai analisa peluang pasar dari wisata Gunung Pinang:
“tentu saja besar, apalagi sekarang kan terbantu sama teknologi dan
media sosial. Sangat membantu sekali untuk peluang calon
pengunjungnya.” (Lampiran . Wawancara key informan . Djamin . Hal
2))
Berdasarkan uraian diatas, peneliti melihat bahwa pengelola
menyebutkan dengan adanya perkembangan teknologi seperti internet dan
media sosial, peluang wisata Gunung Pinang ini sangat besar. Mengingat
identifikasi kebutuhan pengunjung yang memang membutuhkan objek wisata
disamping untuk rekreasi namun sebagai sarana untuk berswafoto juga besar.
Hal ini juga didukung dengan media sosial yang memfasilitasi penggunanya
untuk menunjukan eksistensi diri, membuka peluang yang besar bagi pengelola
untuk mengembangkan potensi alam yang dimiliki untuk dijadikan sebuah
objek wisata. Selain itu dengan perkembangan teknologi juga memudahkan
pengelola dalam memasarkan dan mempromosikan wisata Gunung Pinang.
Peluang untuk mengjangkau pengunjung yang lebih luas juga sangat besar.
75
C. Menciptakan produk sesuai dengan permintaan pasar
Selanjutnya yang ketiga adalah menciptakan produk sesuai dengan
permintaan pasar. Dalam hal ini pengelola tidak sulit untuk menciptakan
produk sesuai dengan permintaan pasar karena potensi alam yang dimiliki
Gunung Pinang sudah memadai. Kawasan hutan yang rindang dengan
panorama alam yang indah serta suasana asrinya menjadi poin tambah dan tidak
sulit untuk dijadikan objek wisata dengan permintaan dan kebutuhan
pengunjung yang gemar berswafoto. Dengan potensi yang memadai dan sesuai,
pengelola akhirnya membuat bermacam-macam wahana. Seperti yang
dijelaskan oleh Bapak Djamin:
“sudah banyak ya Alhamdulillah, sudah ada 10 wahana selfie deck, lalu
ada wahana outbond seperti flying fox, downhill track, lalu ada yang
paling baru yang masih kita kembangkan yaitu wahana sepeda
gantung.” (Lampiran . Wawancara key informan . Djamin . Hal 7)
Dari pernyataan tersebut, peneliti melihat bahwa saat ini proses
penciptaan produk yang sesuai dengan permintaan dan kebutuhan telah
dilakukan pengelola dengan membangun dan membuat wahana selfie deck,
wahana flying fox, downhill track dan wahana baru yaitu sepeda gantung.
Pengelola juga menyebutkan selain melihat dari identifikasi kebutuhan dan
analisa pasar, dalam pembangunannya pengelola pun mengadaptasi beberapa
wahana yang ada di wisata Gunung Pinang dari objek wisata lain yang sudah
ada. Berikut pemaparan Bapak Endang:
76
“nah kalo ide sih kita dapet referensi dari youtube neng dan dari yang
sudah ada sebenernya neng, istilahnya mah mengadaptasi dari wisata
alam seperti di bandung atau jogja, jadi pengunjung atau masyarakat
banten ga perlu jauh-jauh untuk menikmati suasana seperti di bandung
atau jogja karena di banten juga ada khususnya di wisata Gunung
Pinang ini neng. Lalu kita diskusikan kira-kira bisa ga di pasang di sini,
setelah diskusi baru deh kita panggil ahlinya yang bisa rakit segala
macem, karena kita juga mengutamakan safety ya neng terutama
wahana baru nih sepeda gantung.” (Lampiran . Wawancara informan
2 . Endang Kosasih Kaur . Hal 16)
Hal ini dilakukan oleh pengelola dengan tujuan semata-mata agar
masyarakat Banten khususnya di Kabupaten Serang tidak perlu jauh-jauh pergi
ke objek wisata lain yang berada di luar kota, karena saat ini masyarakat dapat
menikmati berbagai wahana tersebut di wisata Gunung Pinang. Namun dalam
pembangunannya, peneliti melihat pengelola masih memerlukan diskusi yang
panjang agar produk wahana tersebut bisa terealisasikan di wisata Gunung
Pinang ini mengingat dana yang dibutuhkan besar serta sumber daya manusia
yang dibutuhkan juga banyak untuk memastikan keamanan dan kenyamanan
pengunjung. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil observasi peneliti
sebagai berikut:
77
Gambar 4.3
Wahana selfie deck, flying fox, downhill dan sepeda gantung di wisata Gunung Pinang
78
79
80
( Sumber : Explore Serang . 2018 . https://www.instagram.com/explore_serang/?hl=id . 8 Juli pukul
19:46 )
Selain menciptakan wahana sesuai pemintaan pasar dan kebutuhan
pengunjung, pengelola juga membuat fasilitas penunjang atau sarana prasarana
pendukung di wisata Gunung Pinang ini. Berikut adalah penjelasan oleh Bapak
Djamin mengenai fasilitas penunjang wisata Gunung Pinang:
“fasilitas penunjang Alhamdulillah kami sudah menyediakan musholla,
gazebo, toilet umum, lahan parkir untuk kendaraan roda dua dan roda
empat, lahan kios untuk pedagang agar keliatan rapih gitu neng
soalnya kemaren-kemaren masih acak-acakan jd kami buatkan lahan
kios seperti kantin, terus yang paling baru ini kami buat aula di atas.
Nah aula ini bisa difungsikan untuk acara-acara seperti family
gathering, acara kantor, rapat, ulang tahun, acara sekolah juga bisa.
Untuk fasilitas penunjang lainnya ada asuransi bagi pengunjung,
81
papan selamat datang, papan penunjuk jalan, papan informasi seputar
sejarah gunung pinang, papan himbauan dan papan peringatan untuk
pengunjung. Jadi insyaAllah lengkap semuanya.” (Lampiran .
Wawancara key informan . Djamin . Hal 7)
Dari pernyataan diatas, dijelaskan bahwa selain membangun wahana,
pengelola juga tidak lupa untuk membangun fasilitas penunjang yang juga tak
kalah penting untuk pengunjung. Diantaranya adalah mushola untuk beribadah
bagi pengunjung muslim, lalu gazebo serta tempat duduk bagi pengunjung, dua
toilet umum dan saat ini sedang tahap penambahan dua toilet tambahan,
kemudian sudah tersedia lahan parkir untuk kendaraan roda dua dan kendaraan
roda empat, sudah tersedia juga lahan khusus untuk kios-kios bagi masyarakat
setempat yang berjualan di wisata Gunung Pinang, serta fasilitas aula yang
diperuntukan bagi pengunjung yang ingin mengadakan acara di wisata Gunung
Pinang, misalnya acara gathering kantor atau acara sekolah. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil observasi peneliti sebagai berikut:
82
Gambar 4.4
Berbagai fasilitas penunjang yang ada di wisata Gunung Pinang
Gazebo dan Mushola
Toilet umum
83
Aula
Lahan kios untuk pedagang
Lahan parkir kendaraan roda empat dan roda dua
(Sumber : diambil oleh peneliti pada 1 Juli 2018 pukul 14:51 WIB)
84
Peneliti juga melihat berdasarkan hasil observasi bahwa fasilitas
penunjang lainnya adalah berupa petunjuk arah yang diletakan sebelum dan
pada gerbang masuk wisata Gunung Pinang, lalu papan selamat datang, papan
petunjuk jalan, papan himbauan, papan peringatan, dan papan infomasi
mengenai sejarah Gunung Pinang yang disebar diseluruh kawasan wisata
Gunung Pinang.
Gambar 4.5
Berbagai fasilitas penunjang lain yang ada di wisata Gunung Pinang
Papan penunjuk lokasi wisata Gunung Pinang
85
Papan selamat datang dan denah wisata Gunung Pinang
86
Papan peringatan
Papan himbauan
87
Papan informasi mengenai wisata Gunung Pinang
(Sumber : diambil oleh peneliti pada 1 Juli 2018 pukul 15:31 WIB)
D. Menentukan nilai produk/jasa
Selanjutnya yang keempat, pengelola menentukan nilai produk/jasa
yakni dalam hal ini adalah menentukan harga dari wisata Gunung Pinang.
Pengelola memberlakukan harga tiket masuk pada wisata Gunung Pinang dan
memberlakukan harga untuk setiap wahana yang ada di wisata Gunung Pinang.
Berikut pemaparan dari Bapak Djamin mengenai nilai atau harga produk/jasa
dari wisata Gunung Pinang:
“kalo harga sih kita udah tergolong murah meriah ya neng kendaraan
roda 2 dan roda 4 masing-masing 5000/unit, terus 10.000/orang harga
tiket masuknya, untuk selfie 5000/orang tapi kta beri waktu 15 menit
karena ya menghindari antrian pengunjung yang mau foto juga kan,
untuk wahana yang lainnya seperti flying fox, air soft gun dan sepeda
88
gantung 20000/orang.” (Lampiran . Wawancara key informan . Djamin
. Hal 8)
Dari pemaparan diatas, dijelaskan bahwa nilai atau harga yang
ditentukan oleh pengelola untuk pengunjung wisata Gunung Pinang adalah
berkisar dari harga Rp.5000 hingga Rp.20000. jika diuraikan maka harga tiket
masuk wisata Gunung Pinang ini untuk kendaraan roda dua maupun roda empat
sebesar Rp.5000/unit, selanjutnya harga tiket masuk perindividu sebesar
Rp.10000/orang, untuk wahana selfie deck di berlakukan harga sebesar
Rp.5000/orang dengan waktu 15 menit. Pengelola menyebutkan hal tersebut
dilakukan untuk menghindari antrian pengunjung. Sedangkan untuk wahana
lainnya seperti Flying Fox, air softgun dan sepeda gantung dikenakan harga
sebesar Rp.20000/orang.
89
Gambar 4.6
Harga tiket masuk Wisata Gunung Pinang
(Sumber : diambil oleh peneliti pada 1 Juli 2018 pukul 15:31 WIB)
Pengelola juga menyebutkan jika harga yang ditentukan dan yang harus
dibayar pengunjung sudah sesuai. Berikut pemaparan bapak Djamin:
“sudah sesuai neng, karena kan pengunjung sudah bisa menikmati
semua fasilitas yang tersedia disana dan selain itu karena setiap
pembelian tiket masuk secara otomatis dilindungi oleh asuransi.
Asuransinya ini berupa perlindungan sebagai tanggungjawab dari
pengelola jika terjadi hal yang tidak diinginkan selama pengunjung
masih berada di lokasi kawasan wisata Gunung Pinang. Jadi bagi yang
ga ada tiket tidak ada jaminan asuransi.” (Lampiran . Wawancara key
informan . Djamin . Hal 8)
Dari penjelasan tersebut, dijelaskan bahwa harga yang ditentukan oleh
pengelola memiliki kelebihan selain sudah dapat menikmati fasilitas yang
tersedia, pengunjung mendapatkan asuransi yang melindungi keselamatan
90
pengunjung selama berada dikawasan wisata Gunung Pinang. Dalam arti disini
peneliti melihat pengelola mempunyai pelayanan yang cukup baik kepada
pengunjung wisata Gunung Pinang dan bertanggungjawab atas keselamatan
dan keamanan pengunjung wisata Gunung Pinang.
Selanjutnya mengenai paket wisata, dalam hal ini wisata Gunung
Pinang belum memberlakukan kebijakan tersebut. Berikut penjelasan dari
Bapak Djamin:
“kalo paket wisata kami belum ada masih perindividu aja, tapi kami
sedang menyusun program itu. Karena lebih mudah juga kan ya kalo di
bagi-bagi gitu ada yang untuk paket anak sekolah, paket keluarga dll,
kita masih menyusun. Tapi untuk pake prewedding kita sudah ada tarif
khususnya, Cuma kita belum menyediakan peralatannya, kita Cuma
menyediakan tempat aja dan fasilitas yang tersedia disini.” (Lampiran
. Wawancara key informan . Djamin . Hal 7)
Paket wisata yang biasanya sudah tersedia disetiap objek wisata, pada
wisata Gunung Pinang ini belum memiliki paket wisata, misalnya paket wisata
untuk anak sekolah maupun paket wisata keluarga. Pengelola menjelaskan
bahwa saat ini wisata Gunung Pinang hanya memberlakukan harga untuk
perindividu saja. Namun pengelola sudah memberlakukan harga atau paket
khusus untuk prewedding. Dimana dalam kebijakan tersebut pengunjung yang
ingin melakukan foto untuk keperluan pernikahan atau juga disebut dengan foto
prewedding bisa menggunakan segala fasilitas dan wahana yang tersedia di
wisata Gunung Pinang namun akan dikenakan biaya dan harga khusus.
91
Berdasarkan uraian-uraian diatas, peneliti melihat bahwa disini
pengelola mengimplementasikan proses dan tahapan destination branding
menurut Morgan & Pritchard (2004:69) yaitu melakukan fase Market
investigation, analysis and strategic recommendations dimana pada tahap ini
pengelola membranding dan memasarkan wisata Gunung Pinang melalui
empat tahap penting yaitu identifikasi kebutuhan pengunjung menganalisis
peluang pasar, kemudian menciptakan produk sesuai dengan permintaan dan
kebutuhan, serta menentukan nilai dari produk itu sendiri dalam hal ini adalah
wisata Gunung Pinang.
Peneliti juga melihat bahwa pada tahap Market investigation, analysis
and strategic recommendations ini terdapat kesesuaian dengan teori difusi
inovasi yaitu dimana pada tahap ini pengelola melakukan sebuah inovasi pada
saat menganalisa kebutuhan pengunjung dengan melihat minat dan kebutuhan
masyarakat saat ini khususnya di Serang melalui media social facebook dan
instagram, selanjutnya inovasi yang dilakukan juga dengan membangun dan
membuat serangkaian wahana dan fasilitas, juga memberlakukan paket wisata
khususnya paket prawedding dimana hal tersebut belum pernah dilakukan
sebelumnya pada kawasan wisata ini, seperti yang dijelaskan dalam teori difusi
inovasi bahwa inovasi dapat dikatakan sebagai suatu hal yang baru atas dasar
bagaimana pandangan orang mengatakan bawa ide gagasan, atau tindakan itu
merupakan hal yang baru (Nurudin, 2007).
92
4.4.2. Brand identity development
Brand identity development merupakan fase pengembangan identitas
brand yang meliputi ekspresi visual dari brand yang dikomunikasikan ke dunia
luar. Termasuk nama, logo, tagline. Sejalan dengan pernyataan dari Morgan &
Pritchard (2004:69) dalam hal ini peneliti melihat pengelola Gunung Pinang
juga membentuk brand identity development sebagai identitas dari wisata
Gunung Pinang untuk dikenal masyarakat.
A. Nama
Nama merupakan sebuah label atau sebutan yang diberikan kepada
manusia, benda, tempat atau produk. Sebuah nama diberikan dan dibentuk
dengan tujuan sebagai identitas pembeda yang mencirikan antara satu dengan
lainnya. Selain itu nama juga difungsikan sebagai cara untuk mengenali
sekelompok atau hanya sebuah benda dalam konteks tertentu.
Dalam hal ini nama yang dimiliki sebagai identitas dari wisata ini adalah
yakni Gunung Pinang. Nama Gunung Pinang berasal dari sebuah cerita rakyat
yang dipercaya oleh masyarakat, berikut pemaparan dari Bapak Djamin
mengenai asal muasal nama Gunung Pinang:
“kalo cerita rakyat atau legenda mah ada ga jauh beda sama malin
kundang neng, jadi konon ceritanya di daerah pesisir teluk banten ada
janda miskin punya anak laki-laki namanya dampu awang, nah si
dampu awang ini merantau dan menikah dengan gadis saudagar kaya
dan diangkat jadi nahkoda, nah suatu hari si dampu awang ini berlayar
93
ke banten dan bertemu ibunya tapi ga mengakui ibunya, akhirnya
dampu awang ini lanjut berlayar lalu kapalnya dihantam badai angin
dan terlempar jatuh tertelungkup, nah bentuknya ini konon mirip
pinang dibelah dua terus menjelma menjadi gunung pinang.”
(Lampiran . Wawancara key informan . Djamin . Hal 8)
Dari pemaparan diatas dijelaskan bahwa nama Gunung Pinang
didapatkan dari cerita rakyat atau legenda yang berbedar dimasyarakat, dimana
cerita tesebut mirip seperti cerita rakyat Malin Kundang yaitu mengenai
seorang anak yang durhaka kepada ibunya karena menikah dengan seorang
putri saudagar kaya dan anak tersebut tidak mengakui ibunya. Yang kemudian
pada suatu hari anak tersebut berlayar menggunakan kapal menuju Banten dan
pada saat ditengah pelayarannya kapal tersebut dihantam oleh badai dan angina
yang membuat kapal tersebut terlempar jauh dan terselungkup. Konon katanya
kapal ini terselungkup dan bentuknya seperti Pinang dibelah dua. Dari situlah
nama Gunung Pinang berasal. Dan dari cerita rakyat inilah membuat Gunung
Pinang mempunyai identitas dan ciri khas tersendiri berupa cerita rakyat dibalik
namanya. Namun dari cerita rakyat yang beredar, Bapak Djamin
menambahkan:
“Tapi itukan Cuma cerita rakyat ya, kalo sejarahnya mah jaman
belanda lah kira-kira. Ada sejarahnya di atas neng sok atuh nanti dicari
aja ya disana kita udah pasang info sejarahnya.” (Lampiran .
Wawancara key informan . Djamin . Hal 8)
Selain dari cerita rakyat, Gunung Pinang juga memiliki sejarah dari
zaman pemerintahan Belanda, hingga saat ini dikelola oleh masyarakat
Indonesia khusunya Perhutani. Dimana disitu disebutkan bahwa Gunung
94
Pinang sudah menjadi kawasan hutan 1940 berdasarkan Borsch Ordonantie
1927. Borsch Verordenin 1932, Agrarisch Besluit STB 1870 No 118 yang
dikelola oleh Den Dienst Van Het Boschwezen (Djawatan kehutanan negeri di
zaman Belanda) sampai terjadi Proklamasi kemerdekaan tahun 1945 terjadi
pergantian pengelolaan hutan Djawatan Kehutanan (Dinas Kehutanan
Kementrian Kehutanan dan pada akhirnya pada tahun 1978 terjadi pengalihan
pengelolaan kawasan Hutan Gunung Pinang dari Djawatan Kehutanan kepada
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat (Sekarang Divisi Regional Jabar Banten)
Kesatuan pemangkuan hutan Banten.
Pengelola Gunung Pinang juga menambahkan bahwa sejarah dari
Gunung Pinang ini telah dipasang pada papan informasi yang diletakan di
wisata Gunung Pinang. Yang fungsinya adalah sebagai sarana edukasi
pengunjung agar pengunjung tidak hanya sekedar untuk rekreasi saja tetapi juga
mendapatkan edukasi dan pengetahuan mengenai Gunung Pinang. Hal tersebut
dapat dilihat dari hasil observasi peneliti sebagai berikut:
95
Gambar 4.7
Cerita Rakyat Gunung Pinang dan Sejarah Gunung Pinang
(sumber: diambil oleh peneliti pada 1 Juli 2018 pukul 14:31 WIB)
B. Logo
Logo merupakan lambang atau simbol khusus yang mewakili suatu
perusahaan, organisasi atau produk. Sebuah logo diciptakan sebagai identitas
tersendiri agar unik dan mudah untuk dibedakan dengan kompetitor atau
pesaing. Logo juga diibaratan sebagai wajah dari sebuah produk. Dengan logo
yang dimiliki, sebuah produk dalam hal ini produk wisata Gunung Pinang,
dapat mudah dikenali.
96
Wisata Gunung Pinang saat ini sudah memiliki logo atau simbol sebagai
identitas pendukung setelah identitas yang pertama yaitu nama. Berikut
penjelasan mengenai identitas logo:
“logo Alhamdulillah kita sudah punya, bukan logo perhutani ya tapi
logo wisata Gunung Pinang nya sendiri. yang buat pun saya sendiri.
Logonya dibuat sesuai sama keadaan disana aja gitu, bentuk gunung
terus pohon sama kaya ada bentuk deck supaya simbolisasi keadaan
disana lah pokonya. logonya ga susah, supaya gampang diingetnya
hehehe.” (Lampiran . Wawancara key informan . Djamin . Hal 9)
Bapak Djamin menyebutkan, logo wisata Gunung Pinang dibentuk
berdasarkan keadaan dan kenyataan yang ada dilapangan yakni berupa gambar
berbentuk Gunung dan pepohonan serta gambar berbentuk deck yang menjadi
ciri khas dari wisata Gunung Pinang ini.
Berdasarkan warnanya, logo ini menggunakan beberapa aksen warna
seperti Biru, Coklat, Hijau dan Putih. Pemilihan warna ini disesuaikan dengan
keadaan wisata Gunung Pinang. Yakni biru yang menggambarkan kesan luas,
sejuk, dingin dan relaksasi. Kemudian warna coklat dan hijau yang
menggambarkan kesan alam dan identik dengan suasana natural. Dan warna
putih pada aksen tulisan Gunung Pinang yang menggambarkan kesan minimalis
dan simple.
Melalui logo yang dimiliki oleh wisata Gunung Pinang ini, pengelola
berharap supaya pengunjung mendapatkan aura positif dan pengunjung juga
dapat mudah untuk mengingat wisata Gunung Pinang ini hanya dengan melihat
97
logonya. Sesuai dengan fungsi awal dari logo itu sendiri sebagai identitas
pembeda yang membedakan dirinya dengan pesaing. Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil observasi peneliti sebagai berikut:
Gambar 4.8
Logo wisata Gunung Pinang
(sumber: Arsip Perhutani KPH Banten)
C. Tagline
Tagline atau sering juga disebut sebagai alat pemasaran berupa kalimat
pendek yang mengasosiasikan sebuah brand atau merek dibenak konsumen.
Biasanya tagline ini diletakan berdampingan dengan logo dan mengandung
pesan kuat yang disampaikan dan ditujukan kepada audience.
98
Dalam hal ini, wisata Gunung Pinang saat ini belum memiliki tagline
khusus yang menjadi identitas pendukung. Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak
Djamin mengenai tagline wisata Gunung Pinang:
“tagline kita belum punya khusus secara resmi ya neng sejauh ini sih
kita baru punya logo aja, karena kita kan naungannya satu dengan
perhutani pusat, selain itu juga kita lagi memfokuskan ke pembangunan
di lapangan sih. Tapi seperti yang sudah saya bilang tadi, insyaAllah
kita akan melengkapi hal-hal yang belum ada di wisata gunung pinang
ini.” (Lampiran . Wawancara key informan . Djamin . Hal 9)
Pernyataan diatas menjelaskan, wisata Gunung Pinang belum memiliki
tagline yang secara khusus yang menggambarkan wisata ini dikarenakan wisata
Gunung Pinang masih bernaung kepada Perhutani pusat. Selain itu saat ini
pengelola wisata Gunung Pinang masih fokus kepada pembangunan wahana,
sarana dan prasarana serta pengelolaan wisatanya. Namun pengelola juga
menambahkan dengan masih banyaknya kekurangan yang dimiliki pengelola
berusaha untuk terus melengkapi atribut serta identitas seperti misalnya tagline
ini agar wisata Gunung Pinang lebih siap lagi dalam menghadapi persaingan
pariwisata di Banten khususnya di Kabupaten Serang.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti melihat bahwa disini pengelola
mengimplementasikan proses dan tahapan destination branding menurut
Morgan & Pritchard (2004:69) yaitu melakukan fase brand identity
development dimana didalamnya terdapat atribut dan kelengkapan identitas dari
sebuah objek wisata seperti halnya Nama, Logo dan Tagline. Dalam hal ini
99
wisata Gunung pinang sudah memiliki dua dari tiga identitas penting yakni
Nama dan Logo.
Nama dari wisata ini adalah Gunung Pinang yang berasal dari sebuah
cerita rakyat dan sejarah. Kemudian wisata ini juga memiliki logo sebagai
identitas dan ciri khas tersendiri yang dibentuk berdasarkan keadaan alam
Gunung Pinang yang dipadukan dengan aksen warna dan memiliki makna yang
sesuai. Namun peneliti menemukan bahwa pada tagline, wisata Gunung Pinang
ini belum memiliki tagline khusus yang menjadi identitas pendukung yang
mengasosiasikan wisata ini dibenak pengunjung.
Peneliti juga melihat bahwa pada tahap Brand Identity Development ini
juga terdapat kesesuaian dengan teori difusi inovasi yaitu dimana pada tahap
ini pengelola melakukan sebuah inovasi dalam hal kelengkapan atribut
wisatanya seperti logo yang memang sebelumnya belum pernah dibuat oleh
pengelola. Dimana tentu saja dengan adanya inovasi berupa ide yang
dituangkan dalam sebuah logo, menjadikan wisata ini mudah untuk dikenali
dan disebarluaskan melalui media massa, seperti yang dijelaskan dalam teori
difusi inovasi bahwa gejala sesuatu, baik dalam bentuk ide, cara-cara, maupun
objek yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru, maka dapat
dikatakan sebagai inovasi (Nurudin, 2007).
100
4.4.3. Brand launch and introduction: communicating the vision
A. Advertising
Iklan menjadi strategi pemasaran yang sangat efektif dalam dunia
pemasaran. Iklan dianggap dapat dengan mudah menjangkau banyak khalayak
untuk memperkenalkan dan memasarkan produknya. Dalam penelitian ini,
peneliti melihat bahwa wisata Gunung Pinang menggunakan media cetak
seperti Brosur, kemudian Televisi dan media online sebagai sarana dalam
periklanannya.
Berikut adalah pemaparan dari bapak Afi Marzuki selaku Supervisor
Wisata, Aset dan Pemasaran Komunikasi Perusahaan dari pengelola wisata
Gunung Pinang:
“Kalo media cetaknya kita pake brosur, dimana isinya ya seputar
informasi mengenai gunung pinang, harga tiket masuknya berapa dan
tersedia wahana apa saja nah brosur itu kita bagiin nya ke pengunjung
yang datang aja apalagi kalo ada event diatas pasti kita bagikan
brosur.” (Lampiran . Wawancara informan 1 . Afi Marzuki . Hal 12)
Dari hasil pemaparan wawancara oleh bapak Afi Marzuki diatas, wisata
Gunung Pinang menggunakan media cetak, media elektronik, dan media online
sebagai sarana untuk penyampaian informasi mengenai produknya.
Media cetak yang digunakan wisata Gunung Pinang adalah Brosur.
Dimana pada brosur ini berisi tentang informasi penting mengenai wisata
Gunung Pinang. Didalam brosur tersebut terdapat beberapa informasi mengenai
101
deskripsi objek wisata Gunung Pinang, beragam fasilitas dan wahana yang
tersedia, informasi mengenai lokasi dan akses jalan menuju wisata Gunung
Pinang, harga tiket masuk, serta informasi mengenai alamat email serta media
sosial yang bisa digunakan masyarakat untuk lebih mengetahui wisata Gunung
Pinang. Sejalan dengan pernyataan Pitana (2009: 155-157) dimana dalam
mengenalkan produk pariwisata kepada konsumen (wisatawan) perlu
dipaparkan informasi yang valid. Jalan tersebut dapat ditempuh dengan cara
membuat brosur, video, dan berbagai sarana komunikasi untuk membuat
produk pariwisata tersebut lebih tangible. Brosur yang dibuat oleh pengelola
wisata Gunung Pinang bertujuan untuk menarik perhatian calon pengunjung
dan supaya timbulnya rasa ingin tau mengenai wisata Gunung Pinang.
Selanjutnya brosur ini dibagikan ke wisatawan atau pengunjung yang datang ke
wisata Gunung Pinang atau pada saat ada event tertentu saja. Namun periklanan
menggunakan media cetak ini dirasa kurang efektif karena harga pembuatan
brosur ini yang terbilang mahal dan menghabiskan dana namun tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kenaikan pengunjung. seperti
yang diutarakan oleh bapak Afi:
“Cuma kelemahannya brosur ini mahal neng tapi efeknya ga begitu
besar, jadi ga efektif aja gitu. Biaya buatnya mahal tapi ga ngaruh sama
pengunjung yang datang bertambah atau tidaknya” (Lampiran .
Wawancara informan 1 . Afi Marzuki . Hal 12)
Hal itu dapat dilihat pada hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti
sebagai berikut:
102
Gambar 4.9
Brosur wisata Gunung Pinang
(sumber: Arsip Perhutani KPH Banten)
Selanjutnya selain menggunakan media cetak yaitu brosur, wisata
Gunung Pinang ini menggunakan media online sebagai sarana dalam beriklan.
Tepatnya pada media online yang ada di Banten misalnya Radar Banten, Kabar
Banten dan Banten Post. Seperti yang dijelaskan melalui pernyataan oleh bapak
Afi:
103
“kita pake media massa online, itu udah lama banget malah. Jadi kita
kerjasama juga dengan radar banten, kabar banten, dan banten post
buat ngiklan dan promosiin wisata gunung pinang ini apalagi pas awal-
awal dibuka kita bener-bener promosiin dari media online selain media
social. kita juga pake media televisi juga seperti satubanten tv dan
sultan tv, antara tv Alhamdulillah hampir semua tv local pernah.””
(Lampiran . Wawancara informan 1 . Afi Marzuki . Hal 12)
Dari pernyataan diatas, Bapak Afi menjelaskan bahwa periklanan
melalui media online sudah sering dilakukan untuk mengenalkan dan
mempromosikan wisata Gunung Pinang ini. Contohnya adalah pada media
online Radar Banten dengan judul “Gunung Pinang, Destinasi Wisata yang
Instagramable” kemudian pada media online Kabar Banten dengan judul
“Gunung Pinang jadi primadona” yang secara berkala mengiklankan dan
memuat konten serta informasi mengenai wisata ini. Dan secara langsung
memudahkan pengunjung untuk mencari informasi mengingat saat ini
masyarakat atau calon pengunjung lebih memilih media online ini karena faktor
efisiensinya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti sebagai berikut:
104
Gambar 4.10
Media online Radar Banten dengan judul “Gunung Pinang, Destinasi Wisata yang
Instagramable”
(sumber: Radar Banten . 2018 . https://www.radarbanten.co.id/gunung-pinang-destinasi-wisata-yang-
instagramable/ . 8 Juli 18:55)
105
Gambar 4.11
Media online Kabar Banten dengan judul “Gunung Pinang jadi Primadona”
(sumber: Kabar Banten . 2018 . https://www.kabar-banten.com/gunung-pinang-jadi-primadona/ . 8 Juli
19:00)
Pengelola pun menjelaskan adanya keunggulan yang dimiliki media
online ini dibandingkan dengan brosur. Keunggulannya adalah media online
lebih murah dari segi dana dan lebih efektif dalam menarik pengunjung.
106
Media lain yang juga digunakan dalam beriklan wisata Gunung Pinang
ini adalah Televisi. Secara umum Televisi dapat menjangkau calon pengunjung
secara serempak melalui indra pendengaran dan penglihatan sekaligus.
Jangkauan yang didapat dengan menggunakan televisi juga sangat luas. Dalam
hal ini wisata Gunung Pinang pernah diliput oleh stasiun televisi lokal
diantaranya adalah SatuBanten TV, Sultan TV, dan Antara TV. Dimana dalam
penayangannya berisi daya tarik dari wisata Gunung Pinang selain informasi
umum yang biasa disajikan pada iklan-iklan lainnya. Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil observasi peneliti sebagai berikut:
Gambar 4.12
Wisata Gunung Pinang pada media TV lokal Satu Banten TV
(sumber: Satu Banten TV . 2018 . https://www.youtube.com/watch?v=EmvAX39NNdo . 8 Juli 19:47)
107
Gambar 4.13
Wisata Gunung Pinang pada media TV lokal Sultan TV
(sumber: Sultan TV . 2018 . https://www.youtube.com/watch?v=C4pdQl8v96U . 8 Juli 19:48)
Gambar 4.14
Wisata Gunung Pinang pada media TV lokal Antara TV
(sumber: Antara TV . 2018 . https://www.youtube.com/watch?v=vJgUvGtd7vU . 8 Juli 19:48)
Peneliti melihat dengan adanya media online ini tentu saja membantu
karena dengan menciptakan berita-berita yang positif, wisata Gunung Pinang
108
juga dapat lebih mudah memperkenalkan dirinya serta dapat dikenal
masyarakat luas dengan citra yang baik.
Peneliti pun melihat bahwa adanya kesesuaian antara teori difusi inovasi
dengan tahapan ini dimana pada tahap ini proses penyebaran informasi
mengenai inovasi Gunung Pinang yang dulunya hanya sebuah konservasi alam
telah berubah menjadi destinasi wisata dilakukan melalui media massa seperti
televisi dan media online. Seperti yang dijelaskan bahwa pada teori difusi
inovasi, difusi mengacu pada penyebaran informasi baru, inovasi atau proses
baru ke seluruh masyarakat (Nurudin, 2007).
B. Direct Marketing
Direct Marketing atau pemasaran langsung merupakan pemasaran
dengan memanfaatkan beberapa media iklan untuk merangsang minat
konsumen, dan menimbulkan respon sehingga kemudian akan tertarik untuk
berkunjung seperti direct mail, direct call, pemasaran elektronik, telepon,
website dan internet media sosial.
Dalam hal ini wisata Gunung Pinang menggunakan website dan internet
media sosial Facebook serta Instagram sebagai sarana pemasaran langsung.
Namun dalam pemasaran langsung atau direct marketing menggunakan
website, wisata Gunung Pinang ini belum memiliki website officialnya sendiri.
Tetapi masih bernaung pada website Perhutani.
109
Berikut adalah pemaparan oleh Bapak Afi mengenai direct marketing
melalui website wisata Gunung Pinang:
“kalo website khusus wisata gunung pinang kita ga ada, kita cuma
make satu website yang dari pusat yaitu website perhutani. Yaitu
perhutani.co.id disitu ada informasi mengenai wisata gunung pinang.”
(Lampiran . Wawancara informan 1 . Afi Marzuki . Hal 13)
Dari pemaparan diatas menunjukan bahwa, saat ini wisata Gunung
Pinang belum memiliki website officialnya sendiri. Hal tersebut bukan tanpa
alasan, karena Perhutani memiliki kebijakan mengenai penggunaan satu
website dimana dalam website tersebut sudah tersedia berbagai informasi
mengenai wisata-wisata lainnya yang dikelola oleh Perhutani, tidak hanya
wisata Gunung Pinang saja. Jadi semua wisata atau usaha yang dikelola oleh
Perhutani berada di satu website saja yaitu perhutani.co.id .
Gambar 4.15
Website Perhutani
(sumber: Perhutani . 2018. http://www.perhutani.co.id/ . 8 Juli pukul 20:34)
110
Media pemasaran langsung lainnya adalah Facebook dan Instagram
Dengan username facebook yaitu Wisata KPH Banten, sedangkan instagram
dengan username @Wisata_KPH_Banten Dengan akun Facebook dan
Instagram tersebut, wisata Gunung Pinang memasarkan produknya dengan
cara mengunggah berbagai foto yang ada di wisata tersebut di untuk menarik
perhatian konsumen. Seperti yang dijelaskan oleh bapak Afi:
“pemasaran langsungnya kita pake media social seperti facebook dan
instagram, kebetulan perhutani sudah punya media social resmi jadi
semua wisata kita iklanin dan promosiin disitu, sejauh ini sih kita belum
punya facebok dan instagram gunung pinang sendiri, kita masih pake
satu akun pusat saja. Tapi kita Alhamdulillah sudah kerja sama dengan
akun instagram explore serang. Jadi akun explore serang juga ikut
ngiklanin dan promosiin wisata gunung pinang. Kenapa kita kerja sama
dengan akun itu ya karena otomatis pengunjung banten atau luar
banten kalo mencari tujuan wisata yang ada di banten pasti mampir ke
akun itu jd bisa lebih mudah gitu sarana informasi tentang wisata
gunung pinangnya.” (Lampiran . Wawancara informan 1 . Afi Marzuki
. Hal 13)
Dalam akun facebook dan instagram tersebut peneliti melihat bahwa
pengelola atau admin tidak hanya menampilkan foto-foto dari objek wisata
Gunung Pinang saja, tetapi menampilkan wisata lainnya yang juga dikelola oleh
Perhutani KPH Banten. selain itu akun facebook dan instagram tersebut juga
menjadi sarana pengelola dan pengunjung untuk saling berinteraksi satu sama
lain, baik untuk saran maupun kritik dengan meninggalkan kolom komentar
yang akan direspon langsung oleh pengelola. Hal tersebut dapat dilihat dari
hasil observasi yang dilakukan peneliti sebagai berikut:
111
Gambar 4.16
Media sosial Facebook Wisata KPH Banten
(sumber: Wisata KPH Banten . 2018. https://web.facebook.com/najwaalyawibawa/ . 8 Juli pukul
19:59)
112
(sumber: Wisata KPH Banten . 2018 . https://www.instagram.com/wisata_kph_banten/?hl=id . 8 Juli
19:24)
Disamping mempunyai akun Facebook dan Instagram, wisata Gunung
Pinang saat ini bekerjasma dengan salah satu akun terkenal yang berisi konten
tentang explorasi wisata yang bisa dikunjungi di Banten khususnya Serang,
yaitu @Explore_Serang yang mempunyai followers sebanyak 39.800 akun.
Didalam akun ini terdapat foto-foto yang mengiklankan dan mempromosikan
daya tarik wisata Gunung Pinang seperti wahana selfie deck serta fasilitas dan
panorama alamnya untuk menarik pengunjung dari Banten maupun dari luar
Banten hingga mancanegara. Berikut hasil dari observasi peneliti:
113
Gambar 4.17
Media sosial Instagram Explore Serang
114
115
(sumber: Explore Serang . 2018 . https://www.instagram.com/explore_serang/?hl=id . 8 Juli pukul
19:26)
Pengelola menyebutkan bahwa ada keunggulan yang didapat dari
beriklan dan melakukan promosi melalui akun instagram @explore_serang ini
yaitu wisata Gunung Pinang dengan mudah mendapatkan lebih banyak
pengunjung khususnya pengunjung dari luar kota. Sejalan dengan pernyataan
dari salah satu pengunjung yaitu mas Ryan:
“dari instagram mbak. @explore_serang. Karena saya follow akun itu,
dan sering banget akun itu ngeposting foto-foto bagus di gunung pinang
jd saya tertarik.” (Lampiran . Wawancara informan pendukung . Ryan
. Hal 21)
Dari pernyataan diatas peneliti melihat bahwa pengunjung seperti
halnya mas Ryan mengetahui adanya wisata Gunung Pinang melalui media
sosial instagram. Selain itu pengunjung lebih mudah untuk mendapatkan
informasi mengenai wisata Gunung Pinang ini melalui media sosial instagram
@explore_serang karena akun instagram ini cenderung memiliki intensitas
untuk mengunggah foto yang sering dan unggahan foto tersebut memiliki daya
tarik yang kemudian membuat pengunjung tertarik untuk datang ke wisata ini.
Disetiap unggahan di Instagram, wisata Gunung Pinang menggunakan
banyak hashtag seperti #exploreserang #explorebanten #Serang #Banten
#Indonesia #PesonaIndonesia #Wonderfulindonesia dan hashtag lainnya. Hal
ini dilakukan untuk mengkategorikan atau mengelompokan isi unggahan
sehingga mempermudah orang lain jika ingin mencari unggahan yang
116
diinginkan dan secara langsung memperkenalkan serta mempromosikan jika
wisata Gunung Pinang merupakan bagian dari pesona Indonesia yang tak kalah
menarik dari wisata-wisata lainnya.
Dalam penelitian ini peneliti melihat adanya kelebihan dan keunggulan
serta keuntungan yang didapatkan dari iklan dan promosi melalui direct
marketing media sosial ini selain biayanya murah, pengelola bisa lebih mudah
untuk melakukan interaksi dengan pengunjung. Pengelola juga mudah untuk
menjangkau pengunjung luar kota dan mancanegara. Sejalan dengan tujuan dari
pengelola melakukan kegiatan beriklan yaitu agar masyarakat Banten dan luar
Banten khsususnya dapat mengenal Gunung Pinang saat ini sudah menjadi
destinasi wisata dan fungsi dari periklanan itu sendiri untuk membangun citra
jangka panjang sebuah produk. Secara efesien, iklan mampu menjangkau calon
pembeli walau letaknya berjauhan.
Peneliti pun melihat bahwa pada tahapan ini, media social berperan
sebagai sarana penyebaran informasi (difusi) mengenai inovasi wisata Gunung
Pinang ini. Dimana dalam tahapan ini ditemukan fakta di lapangan bahwa
pengunjung mengetahui destinasi wisata ini melalui media social khususnya
instagram. Selain itu inovasi yang dilakukan pengelola wisata pada tahapan ini
adalah bekerjasama dengan akun instagram explore serang dalam penyebaran
inovasinya, dimana hal tersebut belum pernah dilakukan sebelumnya pada
wisata lain di Banten. Hal tersebut menunjukan adanya kesesuaian antara teori
117
difusi inovasi dengan tahapan ini yang menjelaskan bahwa sesuatu yang baru
akan menimbulkan keingintahuan masyarakat untuk mengetahuinya.
Seseorang yang menemukan hal baru cenderung untuk mensosialisasikan dan
menyebarkan kepada orang lain. Jadi sangat cocok, penemu ingin
menyebarkan, sementara orang lain ingin mengetahuinya. Lalu, dipakailah
media massa untuk memperkenalkan inovasi tersebut (Nurudin, 2007).
C. Sales Promotion
Sales promotion atau promosi penjualan merupakan kegiatan jangka
pendek dimana pemasar dapat membuat sebuah promosi atau program-program
menarik yang mampu mendorong penjualan. Dalam hal ini promosi penjualan
yang digunakan pengelola sebagai sarana memasarkan wisata Gunung Pinang
yakni berorientasi kepada pengunjung. Promosi penjualan yang dilakukan
adalah potongan atau discount harga.
Berikut penjelasan mengenai promosi penjualan yang dilakukan wisata
Gunung Pinang:
“sebetulnya kalo promo sih kita lebih ke diskon ya, setiap pengunjung
yang berjumlah 100orang atau lebih kita kasih diskon 20% tapi kalo
promo seperti doorprize atau promo lainnya sih kita belum lakukan ya
masih seperti biasa aja. Tapi kalo kedepannya pengunjung ada
penurunan ya kita bakal adakan promo menarik seperti misalnya 3x
mengunjungi gunung pinang bisa dapat gratis 1x saat kedatangan
selanjutnya gitu kan ya.” (Lampiran . Wawancara informan 1 . Afi
Marzuki . Hal 14)
118
Dari penjelasan diatas, menunjukan bahwa promosi penjualan dari
wisata Gunung Pinang menggunakan sistem potongan harga atau discount
kepada pengunjung. Dimana potongan harga atau discount ini ditujukan kepada
wisatawan atau pengunjung yang datang dengan jumlah banyak atau
rombongan.
Pengelola menyebutkan bahwa promosi penjualan berupa potongan
harga ini berlaku apabila pengunjung yang datang berjumlah 100 atau lebih,
misalnya pada anak sekolah atau masyarakat dengan jumlah banyak. Pengelola
akan memberikan potongan harga atau discount sebanyak 20% dari total
pembelian tiket 100 orang atau lebih. Namun pengelola juga menambahkan jika
saat ini belum ada promo lain seperti halnya hadiah langsung atau promo
menarik lainnya. Tetapi hal tersebut akan diberlakukan apabila dimasa yang
akan datang ada penurunan jumlah pengunjung wisata Gunung Pinang,
misalnya dengan diberlakukan promosi penjualan berupa gratis mengunjungi
wisata Gunung Pinang tiga kali, pada kunjungan berikutnya pengunjung tidak
dikenakan biaya tiket masuk atau gratis.
Dengan melakukan kegiatan promosi penjualan secara langsung akan
meningkatkan minat masyarakat atau dalam hal ini pengunjung untuk datang
dan berkunjung ke wisata Gunung Pinang. Sesuai dengan pernyataan Sutisna
(2003) fungsi dari promosi penjualan ini sendiri yaitu sebagai sarana pemasaran
jangka pendek untuk meningkatkan penjualan.
119
D. Public Relation
Public Relations atau hubungan masyarakat merupakan upaya
membangun dan mempertahankan saling pengertian antara organisasi dan
publiknya. Menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat intenal maupun
eksternal merupakan kegiatan yang penting untuk dilakukan Wisata Gunung
Pinang membangun image wisata Gunung Pinang dimata masyarakat dan
membina saling pengertian diantara kedua belah pihak.
Dalam hal ini peneliti melihat wisata Gunung Pinang menggunakan
Komunikasi Korporat sebagai strategi dan kegiatan pemasaran. Dimana
komunikasi korporat sendiri merupakan kegiatan yang meliputi komunikasi
internal dan eksternal untuk meningkatkan saling pengertian dan image wisata
Gunung Pinang. Strategi ini dilakukan wisata Gunung Pinang dengan menjalin
hubungan baik dengan masyarakat.
Berikut adalah pemaparan bapak Afi Marzuki mengenai menjalin
hubungan baik kepada masyarakat yang dilakukan oleh wisata Gunung Pinang:
“dengan cara kerja sama dengan LMDH (lembaga masyarakat desa
hutan), disitukan kita ada sharing sama anggotanya. Nah anggotanya
LMDH ini adalah masyarakat setempat. Jadi pada intinya ya wisata
gunung pinang ini punya legalitas dari masyarakat setempat juga
punya kesepakatan yang saling menguntungkan. Jadi ga ada
kesalahpahaman antara warga sekitar dengan pengelola.” (Lampiran
. Wawancara informan 1 . Afi Marzuki . Hal 14)
120
Dari penjelasan diatas menunjukan, bahwa dalam melakukan kegiatan
public relation wisata Gunung Pinang menjalin hubungan dengan masyarakat
setempat. Dimana masyarakat setempat tersebut membentuk organisasi khusus
yaitu LMDH ( Lembaga Masyarakat Desa Hutan ) yang didalamnya terdapat
RT, RW, Tokoh masyarakat, Karang Taruna, DKM dan lain sebagainya.
Dalam proses menjalin hubungan baik, pengelola melakukan sharing
kepada LMDH dan mengikutsertakan masyarakat yang termasuk dalam
LMDH, untuk ikut serta mengelola dan membangun wisata Gunung Pinang.
Dengan cara memberlakukan kesepakatan yang saling menguntungkan dan
komunikasi diantara pengelola yaitu Perhutani KPH Banten dengan LMDH,
agar terciptanya image yang baik dimata masyarakat. Hal tersebut didukung
dengan pernyataan oleh bapak Djamin:
“LMDH kita full pengelolaan nya bersama, jadi kita juga
memberdayakan masyarakat setempat untuk membangun dan
mengelola wisata ini, tujuannya apa? Ya untuk meningkatkan ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat setempat juga.” (Lampiran .
Wawancara key informan . Djamin . Hal 9)
Hubungan masyarakat yang dijalin oleh pengelola dengan masyarakat
yaitu LMDH, menurut pernyataan bapak Djamin diatas adalah dengan tujuan
untuk mendapatkan hubungan baik yang saling menguntungkan. Dimana dalam
hal ini pengelola mendapatkan keuntungan berupa image baik yang terbentuk
dimata masyarakat setempat, dan keuntungan yang didapat oleh masyarakat
atau LMDH yakni meningkatnya ekonomi dan kesejateraan masyarakat.
121
Karena disini masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan wisata serta masyarakat
dapat membuka lahan usaha di wisata Gunung Pinang.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, peneliti melihat bahwa disini
pengelola mengimplementasikan proses dan tahapan destination branding
menurut Morgan & Pritchard (2004:69) yaitu mengkomunikasikan dan
mempromosikan serta memasarkan wisata Gunung Pinang dengan beberapa
media pemasaran seperti Advertising, Direct Marketing, Sales Promotion, dan
Public Relation seperti yang diutarakan oleh Sutisna (2003) Yakni pada
advertising melalui media cetak dan media online, lalu pada direct marketing
menggunakan website dan media sosial, selanjutnya sales promotion
menggunakan potongan harga atau discount dan public relation menjalin
hubungan baik dengan masyarakat bukan hanya menciptakan image baik untuk
wisata Gunung Pinang saja, tetapi dapat meningkatkan penjualan dan juga
pengetahuan yang dapat digunakan dalam mengembangkan wisata Gunung
Pinang sendiri.
Peneliti juga melihat bahwa pada tahapan Brand launch and
introduction: communicating the vision terdapat kesesuaian dengan teori difusi
inovasi, yaitu wisata Gunung Pinang yang merupakan objek atau inovasi baru
disebarluaskan melalui media massa seperti televisi dan media online,
selanjutnya disebarluaskan juga melalui media social instagram dan facebook.
Serta inovasi yang dilakukan pada tahapan ini adalah bekerjasama dengan salah
122
satu akun instagram yaitu Explore Serang dalam menyebarluaskan,
menginformasikan, dan memasarkan destinasi wisata ini. Dimana hal tersebut
belum pernah dilakukan oleh destinasi lain khususnya pada destinasi wisata
yang ada di Banten.
4.4.4. Brand implementation
Brand implementation merupakan suatu usaha untuk mengintegrasikan
semua pihak yang terlibat dalam pembetukan suatu brand, sehingga destination
branding dapat berhasil. Pihak yang terlibat diantaranya adalah masyarakat
setempat, investor, pemerintah, hotel, dan travel agensi. Brand implementation
ini berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan dibentuknya sebuah
objek wisata dan sebagai upaya kerjasama yang terintegrasi antara masyarakat,
investor, pemerintah, hotel, dan travel agensi. Dalam fase ini peneliti melihat
pengelola wisata Gunung Pinang telah bekerjasama dengan beberapa pihak
yang termasuk dalam tahapan dari destination branding yakni bekerjasama
dengan masyarakat setempat, investor, dan pemerintah.
Berikut adalah pemaparan mengenai keterkaitan dan kerjasama
pengelola dengan beberapa pihak dalam pengelolaan dan pembangunan wisata
Gunung Pinang:
“kita kerjasama dengan beberapa pihak. LMDH, investor dan
pemerintah. Yaitu investor green pinang dan investor taman langit.
Kalo pemerintah ya sekedar legalitas dari wisata ini kan ya perizinan
lah istilahnya. Kalo investor itu menyewa atau mengelola tempat yang
123
sudah kami sediakan dan di tentukan oleh perhutani, nanti dari hasil
pengelolaan inilah kita berbagi. Kalo LMDH kita full pengelolaan nya
bersama, jadi kita juga memberdayakan masyarakat setempat untuk
membangun dan mengelola wisata ini, tujuannya apa? Ya untuk
meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masayarakat setempat
juga.” (Lampiran . Wawancara key informan . Djamin . Hal 9)
Dari pemaparan diatas, menunjukan adanya keterkaitan dan kerjasama
dalam upaya membranding wisata Gunung Pinang ini dengan beberapa pihak
penting, yang didalamnya terdapat masyarakat setempat, investor dan
pemerintah. Dalam pelaksanaan kerjasama yang dilakukan yang pertama
adalah dengan masyarakat setempat.
Pengelola menjelaskan bahwa masyarakat setempat disini membuat
sebuah organisasi bernama LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) dimana
LMDH ini didalamnya terdapat perangkat desa dan tokoh masyarakat serta
masyarakatnya itu sendiri. Pengelola membuat kerjasama dengan LMDH
melalui sharing dan mengikutsertakan masyarakat yang termasuk dalam
LMDH tersebut untuk ikut serta mengelola dan membangun wisata Gunung
Pinang. Pengelola dan LMDH juga membuat kesepakatan yang saling
menguntungkan yaitu dengan memperbolehkan masyarakat untuk menjadi
bagian dari Wisata Gunung Pinang dan pengelola bisa mendapatkan izin
legalitas dari masyarakat setempat. Selain itu fungsi dari kerjasama ini adalah
semata-mata agar masyarakat setempat bisa siap dalam menghadapi
pengunjung dan turis yang datang dengan pelayanan yang memuaskan dari
masyarakat setempat. Selain itu keuntungan lain yang didapatkan masyarakat
124
setempat ini adalah meningkatnya kesejahteraan dan ekonomi. Sedangkan
untuk pengelola sendiri dapat terbantu untuk segala pengelolaan dan
pembangunan wahana, sarana dan prasana wisata Gunung Pinang kedepannya.
Tentunya keterkaitan antara pengelola wisata Gunung Pinang dengan
masyarakat setempat ini sejalan dengan pernyataan dari International
Association Meeting Market (2012) bahwa keikutsertaan masyarakat dalam
usaha pembangunan destinasi wisata dapat berupa partisipasi aktif dalam
pembangunan kepariwisataan, peningkatan sadar wisata, aktif menyampaikan
saran dan aspirasinya, penggalian sumber daya ekonomi, sosial, budaya, seni,
kewirausahaan, dan teknologi untuk membangun destinasi tersebut,
membentuk organisasi kemasyarakatan untuk membantu pengembangan
daerah wisata dimana hal ini semata-mata bertujuan untuk kemajuan dan
keberlangsungan wisata Gunung Pinang ini agar menjadi wisata yang
mempunyai kualitas.
125
Gambar 4.18
Pengelola wisata Gunung Pinang bersama LMDH
(sumber: Arsip Perhutani KPH Banten)
Selanjutnya yang kedua adalah adanya keterkaitan dan kerjasama
dengan investor. Disini pengelola membuka seluas-luasnya kerjasama untuk
pengelolaan dan pembangunan wisata Gunung Pinang seperti yang dijelaskan
oleh Bapak Endang:
“kalo investor kita ada kerjasama neng, Alhamdulillah sih udah ada
investor yaitu , Ibu Fanny .kan kami membuka seluas-luasnya kepada
masyarakat siapa yang punya modal bisa bekerja sama dengan
perhutani, karena perhutani sendiri ditugaskannya untuk mencari
peluang-peluang usaha mulai dari hasil hutan, wisata dan lain
sebagainya dengan syarat tidak merusak hutannya. Dengan cara ya
sharing aja neng 40:60 misalnya” (Lampiran . Wawancara informan 2
. Endang Kosasih Kaur . Hal 19)
126
Dari penjelasan diatas, dijelaskan bahwa saat ini wisata Gunung Pinang
sudah bekerja sama dengan salah satu investor yaitu ibu Fanny. Pengelola
melakukan kerjasama dengan membuka seluas-luasnya peluang bagi
masyarakat yang memiliki modal untuk ikut dalam pengelolaan dan
pembangunan wisata Gunung Pinang, dan membagi hasil dengan perbandingan
40:60 dari total keuntungan. Investor disini diberikan keuntungan berupa lahan
yang sudah disediakan dan ditentukan oleh Perhutani KPH Banten yang
selanjutnya lahan tersebut bebas digunakan untuk membuat wahana atau
sarana. Dengan catatan tidak merusak hutan secara brutal karena setiap
pembangunan dan pengelolaan selalu ditinjau oleh Perhutani. Saat ini lahan
yang dikembangkan oleh investor bernama Green Pinang. Salah satu wahana
hasil dari kerjasama dengan investor ini adalah selfie deck spot dan Flying Fox
yang menjadi favorit dan banyak diminati oleh pengunjung khususnya anak
sekolah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan peneliti
sebagai berikut:
127
Gambar 4.19
Pengelola wisata Gunung Pinang bersama Investor wisata Gunung Pinang dan wahana hasil
kerjasama dengan investor
128
(sumber: Green Pinang Serang . 2018 . https://www.instagram.com/greenpinang.serang/?hl=id . 8 Juli
pukul 20:13)
Selanjutnya yang ketiga, adanya keterkaitan dengan pemerintah
khususnya pada Dinas Pariwisata Provinsi Banten. berikut pemaparan dari
Bapak Endang:
“sejauh ini sih perizinan ya neng, nah dari perizininan itu kan harus
dilegalkan. Jadi kami itu didukung oleh pemerintah yaitu Dinas
Pariwisata.” (Lampiran . Wawancara informan 2 . Endang Kosasih
Kaur . Hal 20)
Dari pernyataan diatas, menjelaskan bahwa wisata Gunung Pinang saat
ini memiliki keterkaitan dengan pemerintah hanya sekedar perizinan dan
legalitas saja. Selanjutnya belum ada dukungan lain yang diberikan oleh
pemerintah terhadap wisata ini misalnya pada kebijakan, karena pada dasarnya
wisata ini adalah BUMN dibawah naungan Perhutani, serta belum ada pula
dukungan dan bantuan dari pemerintah berupa dana.
129
Pada hal kerjasama dan keterkaitan dengan hotel dan travel agensi,
pengelola menyebutkan bahwa hingga saat ini belum ada kerjasama atau
keterkaitan apapun dengan pihak-pihak tersebut. Berikut pemaparan oleh
Bapak Djamin:
“belum, karena kan pengunjung jarang sekali yang menginap,
pengunjung luar kota juga kalo kesini ya pulang pergi gitu. Selain itu
karena kitanya juga belum maksimal pembangunan disananya, kalo
memang semuanya sudah maksimal kan kita juga percaya diri semisal
mau kerja sama dengan travel dan hotel.” (Lampiran . Wawancara key
informan . Djamin . Hal 10)
Dari pemaparan Bapak Djamin diatas menunjukan, bahwa wisata
Gunung Pinang belum memiliki keterkaitan dan kerjasama dengan pihak-pihak
seperti misalnya hotel dan travel agensi. Pengelola menyebutkan bahwa
kebanyakan pengunjung dari dalam maupun luar kota belum sampai harus
bermalam di wisata Gunung Pinang ini, dan cenderung pengunjung langsung
pulang dan kembali ke kota masing-masing. Selain itu pengelolaan yang belum
maksimal juga yang menjadi alasan pengelola belum percaya diri untuk bekerja
sama dengan hotel maupun travel agensi. Dalam arti pengelola masih ingin
memfokuskan pada pembangunan dan pengelolaan wahana, sarana dan
prasarananya saja untuk saat ini.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, peneliti melihat bahwa disini
pengelola mengimplementasikan proses dan tahapan destination branding
menurut Morgan & Pritchard (2004:69) yaitu brand implementation dimana
pada fase ini pengelola melakukan kerjasama dan mengintegrasikan semua
130
pihak yang terlibat dalam proses branding dan pemasaran serta pengelolaan
wisata Gunung Pinang yakni, bersama dengan masyarakat setempat yaitu
LMDH, kemudian bersama dengan investor, serta pemerintah yang masing-
masing memiliki hak dan kewajiban tertentu dalam proses pengelolaan,
pengembangan dan pembangunan dari proses destination branding wisata
Gunung Pinang ini. Namun pada pelaksanaannya, peneliti menemukan wisata
Gunung Pinang ini belum memiliki kerjasama ataupun integrasi dengan pihak
hotel dan travel agensi karena pengelola belum cukup percaya diri dengan
segala fasilitas yang ditawarkan dan tersedia di wisata ini, pengelola masih
ingin berfokus pada pengelolaan dan pembangunan wisata Gunung Pinang
terlebih dahulu.
Peneliti juga melihat pada tahapan Brand Implementation ini pengelola
melakukan inovasi pada wisatanya berupa kerjasama dengan pihak-pihak
tertentu yaitu yang pertama adalah LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan).
LMDH ini merupakan masyarakat setempat yang dilibatkan secara langsung
dalam pembangunan dan pemasaran wisata Gunung Pinang ini. Keterlibatan
masyarakat setempat ini bukan hanya semata-mata untuk menjalin hubungan
baik saja namun sebagai sarana untuk mensejahterakan ekonomi masyarakat
setempat. Yang kedua, pengelola juga bekerjasama dengan investor dalam
pembangunan destinasi wisata ini, dimana hal tersebut belum juga dilakukan
sebelumnya mengingat wisata ini merupakan konservasi alam. Kedua hal
131
tersebut menunjukan adanya kesesuaian dengan teori difusi inovasi dimana
dalam setiap tahapan demi tahapan yang dilakukan ada sebuah inovasi baru
yang terjadi yang belum dilakukan sebelumnya dan dianggap baru pada
destinasi wisata ini.
4.4.5. Monitoring, evaluation and review
Tahap kelima dalam destination branding menurut Morgan & Pritchard
(2004:69) adalah monitoring, evaluation, and review. Dimana pada tahap ini
dilakukan usaha untuk memonitoring apakah ada penyimpangan, kekurangan
dan sebagainya. dengan cara memantau respon dari audience dan
menindaklanjuti jika terdapat respon yang perlu untuk ditanggapi.
Dalam hal ini pengelola yaitu Perhutani KPH Banten melakukan dan
mengimplementasikan tahapan memonitor, mengevaluasi dan mereview pada
wisata Gunung Pinang, pengelola memastikan apakah pada pelaksanaan
dilapangan terdapat kekurangan maupun kritik dan saran dari pengunjung.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menampung segala keluhan maupun kritik
dan saran dari pengunjung wisata Gunung Pinang. Seperti yang dijelaskan oleh
bapak Endang:
“biasanyasih kalo ada keluhan langsung ke staff yang jaga disini neng,
nanti staff disini lapor ke saya, setelah ditampung saya lapor ke atasan
neng pak djamin biar ditindaklanjuti.” (Lampiran . Wawancara
informan 2 . Endang Kosasih Kaur . Hal 19)
132
Menurut penjelasan bapak Endang diatas menjelaskan bagaimana
pengelola memonitor segala keluhan, kritik dan saran, ditampung langsung
melalui staff yang berada dilapangan, selanjutnya segala keluhan mengenai
kekurangan tersebut dilaporkan kepada Staff Divisi Pelaksanaan Pengelola
Bidang Wisata dan Aset Gunung Pinang yakni bapak Djamin untuk
ditindaklanjuti dan dikaji secara mendalam dengan beberapa kebijakan.
Selain melalui laporan dari staff lapangan, pak Djamin menambahkan,
pengelola pun memonitor keluhan, kritik, dan saran melalui media sosial
facebook dan instagram. Berikut pemaparan dari bapak Djamin mengenai
bagaimana memonitor, evaluasi dan review wisata Gunung Pinang:
“di facebook dan instagram ada aja komentar atau pun masukan dari
pengunjung, nah nanti ditampung aja sebanyak-banyaknya setelah itu
kita kaji bersama. Kita review dan evaluasi Jadi kritik dan saran itu kan
sebenernya yang sangat kita butuhkan untuk pembangunan dan
pengelolaan yang lebih baik.” (Lampiran . Wawancara key informan .
Djamin . Hal 10)
Berdasarkan pernyataan bapak Djamin diatas, dijelaskan bahwa
pengelola memonitor segala kegiatan pemasaran dan pengelolaan melalui
media sosial yakni facebook dan instagram. Dimana pada media sosial
khususnya instagram peneliti menemukan terdapat banyak masukan serta
keluhan dari pengunjung wisata Gunung Pinang. Hal tersebut dapat dilihat dari
hasil observasi yang dilakukan peneliti sebagai berikut:
133
Gambar 4.20
Tanggapan dan ulasan serta komentar positif dan negatif pengunjung pada media sosial
134
(sumber: Explore Serang . 2018 . https://www.instagram.com/explore_serang/?hl=id . 8 Juli pukul
06:29)
Pengelola menyebutkan bahwa segala keluhan serta kritik saran
pengunjung pada media sosial tersebut akan ditanggapi langsung oleh
pengelola melalui kolom komentar yang tersedia, namun disini pengelola juga
mempertimbangkan keluhan serta masukan dan saran dari pengunjung dengan
cara meninjau kembali dengan melihat seberapa besar dan seberapa banyak
kekurangan yang dikeluhkan, mulai dari fasilitas hingga wahana.
135
Misalnya saja pada kolom komentar facebook atau instagram terdapat
50 komentar yang 30 diantaranya merupakan komentar dan ulasan positif
pengunjung, baik dari segi fasilitas hingga wahana yang tersedia. Namun 20
dari 50 komentar tersebut mengungkapkan keluhan adanya ketidakpuasan dari
pengunjung mengenai fasilitas atau wahana. Secara langsung pengelola akan
menanggapi hal tersebut dengan melakukan dua tahap, seperti yang dijelaskan
oleh Bapak Djamin:
“dengan cara ya kita tampung terlebih dahulu, setelah itu kita kaji lebih
dalam, kalo ada kekurangan selama kita bisa perbaiki kita langsung
perbaiki atau kita langsung buatkan. Tapi selain di tampung juga kalo
ada pertanyaan-pertanyaan atau keluhan pasti kita langsung jawab
disitu. Tetapi kita seolah-olah bukan pengelolanya gitu, ya menyamar
lah di samarkan dan seolah-olah dijawabnya sama pengunjung lain itu
strateginya seperti itu. Terus dari kritik dan saran pengunjung di
facebook atau instagram misalnya ada 50 komentar kita kan bisa liat
juga dari situ lebih banyak yang puas atau yang tidak puas. Kalo 20
dari 50 yang menyatakan ga puas tapi 30 lainnya bilang puas ya berarti
masih fine fine aja. Tapi langsung kita sikapi juga, ga semerta-merta
kita diemin aja, kita jelaskan disitu. Berbeda kalo kejadiannya langsung
dilapangan, keluhan kritik atau sarannya bisa langsung ditangani, kan
disana ada staff juga yang jaga, ada pak endang disana yang
memonitoring lapangan. Ada 5 orang disana, ada 3 orang staff dan 2
orang yang bukan karyawan yang kita pekerjakan jadi petugas
kebersihan disamping LMDH itu.” (Lampiran . Wawancara key
informan . Djamin . Hal 11)
Yakni yang pertama, pengelola mencocokan segala keluhan dengan
keadaan dilapangan. Jika pada kenyataannya keadaan dilapangan masih baik-
baik saja, pengelola hanya akan memberi penjelasan kepada pengunjung
tersebut, tujuannya adalah agar terciptanya saling pengertian antara kedua belah
pihak yaitu pengelola dengan pengunjung.
136
Kedua, jika pengelola menemukan adanya kecocokan antara keluhan
pengunjung mengenai kekurangan atau penyimpangan pada media sosial
dengan kenyataan yang terjadi dilapangan, secara otomatis pengelola akan
sigap untuk memperbaiki kekurangan tersebut dengan catatan, pengelola akan
terlebih dahulu melakukan kajian bersama mengenai hal tersebut.
Proses memonitor dilakukan oleh pengelola dengan selalu memantau
keadaan dilapangan, setiap harinya terdapat lima staff pengelola yang siap
melayani dan memantau segala kegiatan di wisata Gunung Pinang. Selain itu
proses monitoring dilakukan pada media social wisata Gunung Pinang dengan
melihat tanggapan, ulasan serta komentar dari pengunjung.
Selanjutnya proses review juga pengelola lakukan dengan cara
menampung setiap keluhan, kritik maupun saran dari pengunjung mengenai
fasilitas dan wahana yang tersedia di wisata Gunung Pinang. Selanjutnya segala
tanggapan positif dan negatif tersebut direview, apakah ada yang perlu
ditanggapi dan di perbaiki.
Terakhir, proses evaluasi dari wisata Gunung Pinang ini dilakukan
ketika ada perbaikan maupun ketika ada pembangunan mengenai fasilitas dan
wahana, evaluasi dilakukan terkait apakah sudah sesuai dengan tujuan
pengelola dan keinginan serta saran dari pengunjung. Karena pada dasarnya
proses memonitor, evaluasi dan review ini semestinya dilakukan disetiap
destinasi atau objek wisata, tidak hanya pada wisata Gunung Pinang saja.
137
Mengingat proses ini sangat penting bagi pengelolaan dan pembangunan objek
wisata agar lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, peneliti melihat bahwa disini
pengelola mengimplementasikan proses dan tahapan destination branding
menurut Morgan & Pritchard (2004:69) yaitu Monitoring, evaluation and
review dan menunjukan pula kesesuaian dengan teori difusi inovasi, dalam hal
ini pengelola melakukan inovasi dengan memonitor, mereview dan
mengevaluasi melalui media social dalam upaya evaluasi terhadap wisatanya.
Dimana pada destinasi wisata lain dalam proses evaluasi masih konvensional
belum melalui media social.
138
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis mengenai destination branding
Gunung Pinang sebagai tujuan wisata di Kabupaten Serang, maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Kekuatan (strength) dari wisata Gunung Pinang yaitu berupa kondisi alam
yang baik, keindahan panorama dan suasana asri, selfie deck spot serta
lokasi yang strategis, Kelemahan (weakness) dari wisata Gunung Pinang
yaitu berkaitan dengan dana dan infrastuktur wisata, Peluang
(opportunities) dari wisata Gunung Pinang yaitu perubahan sosial di
masyarakat saat ini didukung oleh perkembangan teknologi serta lokasi
yang strategis, dan Ancaman (threats) dari wisata Gunung Pinang yaitu
adanya kemungkinan rusaknya ekosistem hutan dari Gunung Pinang.
2. Segmentasi dari wisata Gunung Pinang yaitu diperuntukan bagi semua
kalangan, Target pasar dari wisata Gunung Pinang yaitu wisatawan lokal,
nasional, dan mancanegara. Dan Positioning dari wisata Gunung Pinang
yaitu menempatkan posisi produk jasanya sebagai wisata alam yang
menawarkan keindahan panorama dan suasana asri di tengah kota.
3. Tahapan dan implementasi Destination Branding wisata Gunung Pinang:
139
a. Market investigation, analysis and strategic recommendations dari
wisata Gunung Pinang yaitu melakukan identifikasi kebutuhan
pengunjung dengan melihat tren, minat dan kebutuhan masyarakat saat
ini, melakukan analisa peluang dipasar terutama pada faktor
perkembangan teknologi, Kemudian menciptakan produk yang sesuai
dengan permintaan dan kebutuhan, dan menentukan harga dari wisata
Gunung Pinang.
b. Brand identity development atau juga disebut dengan identitas dari
wisata Gunung Pinang ini yaitu memilki nama yakni Gunung Pinang,
kemudian wisata ini pun memiliki logo, namun wisata Gunung Pinang
belum memilki identitas berupa tagline.
c. Brand launch and introduction: communicating the vision atau cara
mengkomunikasikan, mempromosikan dan memasarkan produk
wisata Gunung Pinang yaitu menggunakan media cetak seperti Brosur,
Televisi dan media online, menggunakan website perhutani.co.id serta
media sosial facebook dengan Instagram. Memberikan potongan harga
atau diskon dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat setempat.
d. Brand Implementation dari wisata Gunung Pinang yaitu
mengintegrasikan semua pihak yang terlibat bersama dengan
masyarakat setempat yaitu LMDH, investor, serta pemerintah. Namun
pada pelaksanaannya, wisata Gunung Pinang ini belum memiliki
kerjasama ataupun integrasi dengan pihak hotel dan travel agensi.
140
e. monitoring, evaluation, and review dari wisata Gunung Pinang yaitu
dilakukan melalui media sosial dan memantau keadaan dilapangan.
4. Teori Difusi Inovasi telah dilakukan dan menunjukan adanya kesesuaian
dengan konsep Destination Branding pada Destination Branding Gunung
Pinang Sebagai Tujuan Wisata di Kabupaten Serang mulai dari tahapan
Market investigation analysis and strategic recommendations, Brand
identity development, Brand launch and introduction: communicating the
vision, Brand Implementation, dan monitoring, evaluation, and review.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Teoritis
Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan
dalam keperluan keilmuan dalam bidang akademik. Dari hasil penelitian yang
dilakukan, peneliti menemukan kelemahan dalam hasil penelitian ini sehingga
peneliti menyarankan untuk dilakukannya penelitian dengan menggunakan
metode kuantitatif untuk mengetahui pengaruh konsep destination branding
yang dilakukan oleh pengelola terhadap kenaikan jumlah pengunjung wisata
Gunung Pinang.
141
5.2.2 Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian ini,peneliti ingin menyampaikan beberapa
hal berupa saran yang diharapkan dapat menjadi rekomendasi positif bagi
pengelola wisata Gunung Pinang yaitu sebagai berikut:
1. Dalam proses brand identity development yaitu pembentukan identitas dari
wisata Gunung Pinang, sebaiknya pengelola dapat melengkapi identitas
tersebut, khususnya pada tagline. Selain agar pengunjung bisa mengingat
dengan baik dan mudah mengenali wisata ini yang diwakilkan oleh tagline,
adanya kelengkapan identitas tagline ini juga bertujuan agar wisata Gunung
Pinang lebih siap lagi dalam menghadapi persaingan pariwisata di Banten
khususnya di Kabupaten Serang.
2. Dalam proses brand implementation, sebaiknya pengelola wisata Gunung
Pinang bisa lebih percaya diri lagi untuk melakukan kerjasama dan
keterkaitan khususnya dengan travel agensi, karena travel agensi akan
sangat membantu dalam pemasaran luar Provinsi Banten. selain itu agar
wisata Gunung Pinang juga lebih mudah untuk menjangkau pasar wisata
nasional maupun internasional.
3. Wisata Gunung Pinang diharapkan untuk tetap konsisten menggunakan
konsep yang saat ini digunakan sebagai ciri khas, dan lebih memberikan
inovasi-inovasi baru dalam setiap produk wisatanya yang lebih variatif dan
menarik.
142
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D. A. 1991. Managing Brand Equity: Capitalizing on the value of a
brand name. New York: Free Press
A.J, Muljadi. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Ardianto, Elvinaro. 2010. Metoda Penelitian untuk public relations kuantitatif dan
Kualitatif . Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka
Cipta
Bungin, M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif . Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Ferrinadewi, Erna. 2008. Merek & Psikologi Konsumen: Implikasi pada Strategi
Pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Keller, Kevin Lane. 1997. Strategic Brand Management, 4th ed., Upper Saddle
River, NJ: Pearson Prentice-Hall.
Kotler, Philip. dan Keller, Kevin Lane. 2008. Manajemen Pemasaran. Jakarta :
Erlangga.
Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja
Rosdakarya Offset, Bandung
Morissan, M.A. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta:
Prenada Media Group.
Morgan,. Nigel,. Annette, Pritchard. Dan Roger, Pride. 2004. Destination Branding
Creating The Unique Destination Proposition Second Edition. Elseiver:
Butterworth Heinemann.
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Pitana, I gede. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Ritchie, J. R. Brent. Robin J. B. Ritchie. 1998. The Branding of Tourism
Destination: The Past Achievement & Future Chalenges. A Basic Report
Prepared for Presentation to the 1998 Annual Congress of the
International Association of Scientific Experts in Tourism. Marrakech,
Morocco.
143
Shimp, Terence A. 2003. Periklanan promosi aspek tambahan komunikasi
pemasaran terpadu. Jakarta:
Simamora. (2005). Penerapan Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Vasyl Denys – Julio Mendes, 2014, “Consumption Values and Destination
Evaluation in Destination Decision Making”, Journal of Tourism and
Places, vol. 2, no. 1.
Yoeti, Oka. A. 1996. Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa.
Sumber Lain
Indonesia Investment. 2016. Travel & Tourism Competitiveness Report. Diakses 27
Maret 2018 pukul 21.38. https://www.indonesia-
investments.com/id/bisnis/industri-sektor/pariwisata/item6051?
Konsep Pariwisata. 2017. Sapta Pesona Pariwisata Indonesia. Diakses 28 September
2018 pukul 15.15 http://konsep-pariwisata.blogspot.com/2009/04/sapta-
pesona.html
LAMPIRAN
1
HASIL WAWANCARA
Key Informan
Nama Informan: Djamin
Jabatan: Staff Divisi Pelaksanaan Pengelola Bidang Wisata dan Aset
Hari/Tanggal: 6 Juni 2018
Waktu: 14.00 WIB
Lokasi: Kantor Perhutani KPH Banten
1. Apa keunggulan yang dimiliki oleh wisata Gunung Pinang?
Jawab: keunggulan dari Gunung Pinang sendiri sih view dan suasana alam
yang asri nya, karena Gunung Pinang sendiri kan hutan ya namun kan
lokasinya ada di tengah kota, serang-cilegon kan panas banget tuh. terus
lokasi yang strategis serta akses menuju wisata Gunung Pinang ini juga
dekat dari jalan tol jadi mudah untuk pengunjung dari luar kota, jadi itu yang
menjadi daya tarik unggulan dari Gunung Pinang. Selain itu juga wahana
selfie deck juga masih menjadi keunggulan dari kami. Dan untuk
pengunjung yang suka olahraga sepeda gunung atau downhill juga masih
menjadi favorit atau keunggulan dari wisata ini. Namun yang menjadi
kekuatan atau keunggulan dari wisata gunung pinang saat ini ya selfie deck
dan view nya.
2
2. Ada berapa wahana selfie deck yang tersedia di wisata Gunung
Pinang?
Jawab: kurang lebih ada 10 selfie deck spot untuk saat ini dan inyaAllah
akan terus bertambah kedepannya.
3. Apa kelemahan dari wisata Gunung Pinang?
Jawab: jalan sih ya infrastruktur dari gerbang sampe ke puncak masih jelek
banget. Sudah di aspal Cuma karena sudah lama ya dan belum ada perbaikan
lagi jadi skerang aspalnya udah pada hilang gitu jadi kerikil-kerikil dan
tanah, licin. Karena ya dana nya juga ga ada. Namun itu menjadi perhatian
serius bagi kita memang kita akan fokus ke penataan itu Sama lahan parkir
sih masih agak susah Cuma Alhamdulillah sekarang sudah dibuat lahan
parkir nya agak naik ke atas, luas untuk kendaraan roda empat dan roda dua.
4. Apakah peluang yang dimiliki oleh wisata Gunung Pinang? Seberapa
besar peluang itu?
Jawab: tentu saja besar, apalagi sekarang kan terbantu sama teknologi dan
media social. Sangat membantu sekali untuk peluang calon pengunjungnya.
Karena dari kita sendiri sih target pengunjungnya ga cuma dari pengunjung
Banten aja tapi juga pengunjung dari luar Banten. Bahkan alhamdulilahnya
pengunjung dari mancanegara juga ada, dari Korea, Tiongkok dan kemaren
itu ada yang dari India. Nah pengunjung dari luar banten maupun dari
banten ini tau dari mana? Ya tau dari media social.
5. Apakah ada ancaman dari wisata Gunung Pinang?
Jawab: tentu saja ada, kerusakan ekosistem hutan sama kebersihan sih,
soalnya kan semakin rame pengunjung semakin banyak juga sampah yang
berserakan. Belum lagi pengunjung yang iseng nyorat nyoret pohon atau
metik pohon sembarangan. Kan itu bisa ngerusak. Walaupun dikasih
teguran juga tetep aja gitu ada aja yang bandel mah. Kalo kompetitor mah
pasti tapi hal itu kami anggap sebagai sarana untuk perbaikan Gunung
Pinang kedepan nya dan cenderung lebih kepada transfer ilmu, artinya ya
kita belajar dari kompetitor tersebut agar wisata Gunung Pinang sendiri bisa
lebih unggul dan tetap menjadi favorit pengunjung.
3
6. Apa deferensiasi dari wisata Gunung Pinang?
Jawab: alamnya, kita lebih kepada wisata alam hutan di tengah kota. Jadi
disamping bisa dinikmati keindahan alam nya kita bisa melihat view laut
dari puncak gunung pinang sambil selfie dan main wahana wahana yang
belum ada di wisata lainnya khusunya di banten misalnya sepeda gantung,
itu kan Cuma ada di gunung pinang aja. Jadi orang-orang kalo mau rekreasi
sambil selfie di tengah kota ya Cuma di gunung pinang murah meriah
hehehe yang kedua disitu ada semacam wisata pendidikan bagi anak sekolah
berupa pengenalan lingkungan. Disana kan bisa melakukan kegiatan
semacam camping ground, lalu ada outbond juga kan untuk mengasah
keterampilan dan keberanian anak disamping rekreasi ya.
7. Apakah pengelola bekerjasama dengan eksternal?
Jawab: ada, kita ada kerjasama dengan pihak eksternal khususnya dalam
pengembangan wahana ya, kalo ada investor yang ingin kerjasama ya kita
sangat terbuka untuk itu. Namun untuk akses jalan sih kita belum ada
kerjasama karena ya akses jalan itu dari perhutaninya sendiri. Terkecuali
dari emerintah yang memang ingin membantu untuk perbaikan jalan ya
Alhamdulillah.
8. Bagaimana upaya pengelola agar wisata gunung pinang semakin
berkembang dan bertahan dari persaingan pariwisata di banten?
Jawab: satu, selain dipenataan kita juga aktif dibidang pemasarannya dan
pnegenalan wisata Gunung Pinang itu sendiri. Misalkan kita bekerjasama
dengan sponsorship, kita cari itu. Namun saat ini kita belum mendapatkan
sponsor dengan perusahaan-perusahaan, tetapi kita masih terus berusaha
untuk menjajaki komunikasi dengan beberapa pihak sponsor
telekomunikasi, karena ini kan baru dijadikan sebagai wisata sekitar 2 tahun
ya jadi memang kedepannya kita ada langkah-langkah kita ambil untuk bisa
lebih maju.
9. bagaimana segmentasi dari wisata gunung pinang?
4
Jawab: kalo segmentasi sih semua kalangan mulai dari anak kecil dibawah
5 tahun, anak sekolah hingga orang dewasa dan orangtua diatas 60 tahun
juga bisa. Wilayahnya ya di kabupaten serang, kota serang, kota cilegon tapi
ga menutup kemungkinan juga dari luar banten bahkan mancanegara. Terus
wisata gunung pinang ini ditujukan buat orang-orang yang pengen
menikmati suasana asri ditengah kota, plus buat orang-orang yang hobi
selfie dan hobi olahraga juga seperti downhill,outbond kan.
10. Siapa target sasaran dari wisata gunung pinang?
Jawab: target sasaran nya sih khusunya warga banten, luar banten dan turis
mancanegara. Kita sasaran nya kesana.
11. Apakah sudah sesuai dengan target yang disasar?
Jawab: Alhamdulillah sudah, karena pengunjung itu kalo kita perhatikan
rata-rata berusia 10 sampai 30 tahun. 50% nya sih anak muda, kalo orang
tua kan cenderung untuk refreshing ya, kalo anak kecil ya anak sekolah itu
untuk wisata pendidikan, kalo remaja nya sih untuk selfie biasanya.
12. Wisatawan berasal dari dalam atau luar banten?
Jawab: kebanyakan ya pasti dari dalam banten, seperti cilegon, serang,
pandeglang, tangerang. Tapi sekarang ini sudah banyak pengunjung dari
luar banten, seperti Jakarta, bandung, jogja bahkan mancanegara seperti
korea, tiongkok, india juga pernah mengunjungi wisata gunung pinang
beberapa kali.
13. Apakah ada usia minimal untuk mengunjungi wisata alam gunung
pinang?
Jawab: kita belum menentukan batasan usia, karena kan kalo orang tua bawa
bayi kan banyak juga, kan memang tujuan nya untuk refreshing. Tapi
mungkin kedepannya melihat dari kondisi dan situasi kemungkinan bisa jadi
kita menentukan batasan usia.
14. Apakah ada kebijakan khusus mengenai harga tiket masuk?
Jawab: untuk harga sih semua sama ya, karena setiap pembelian tiket masuk
itu di lindungi oleh asuransi, kalau kalau kan terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan bisa terlindungi oleh asuransi. Jadi kalo ada pengunjung yang
5
tidak membeli atau tidak mempunyai tiket secara otomatis tidak terlindungi
oleh asuransi dan bukan tanggung jawab pengelola selama pengunjung
masih didalam kawasan wisata gunung pinang.
15. Apakah dengan dibuatnya wisata alam gunung pinang sudah tepat
untuk menghadapi persaingan pariwisata di banten?
Jawab: kalo untuk bersaing sih sudah ya. Tapi kalo dibandingkan dengan
tanjung lesung dari segi pengunjung sih dilihat dari statistic tanjung lesung
sudah pasti unggul karena kan kelasnya beda ya. Kecuali kalo kita bicara
atau bandingkan dengan kelas yang sama, kita masih bisa didepan.
Contohnya ya kaya yang di pandeglang atau lebak kita masih di atas.saya
berani jamin sih wisata Gunung Pinang ini masih diatas.
16. Apakah kegiatan yang dilakukan digunung pinang sudah efektif?
Mulai dari pengelolaannya, kebersihannya dan lain-lainnya?
Jawab: sebetulnya sih kalo dibilang efektif ya sudah, tetapi yang namanya
kekurangan sih pasti ada dan itu selalu kita perbaiki dari hari ke hari.
Sekarang pun kita masih terus membangun fasilitas dan wahana baru disana.
17. Bagaimana awal mula gunung pinang menjadi wisata?
Jawab: awal mulanya tahun 1991 itu kan masih berupa gunung ya, hutan
gitu ada beberapa macam tanaman juga, nah kan dalam menciptakan suatu
objek wisata ada yang instan ya, kalo gunung pinang sendiri beda. Jadi
hanya memanfaatkan potensi alam dan situasi lingkungan, kebetulan
lokasinya sangat mudah di jangkau dan dekat dengan jalan raya dan view
nya juga bagus menghadap laut. Nah awalnya dari situ, jadi ga kaya objek
wisata yang instan yang langsung kita buat. Selanjutnya kita melihat tren
masa kini yang disukai oleh calon pengunjung. Lalu kita diskusikan apakah
hasilnya akan bagus atau tidak, ternyata setelah diperhatikan dari hari ke
hari ya bagus, sebenernya sudah dari tahun 1991 dibuka tapi sebagai
konservasi alam biasa aja, nah setelah liat tren masa kini dan mengikuti
perkembangan zaman akhirnya tahun 2016 mulai dikelola sebagai objek
wisata. Dulu kan belum ada tuh tren selfie ya, sudah ada namun belum
pernah terfikir untuk bikin objek wisata selfie gitu, karena dulu kan objek
6
wisata hanya memang untuk refreshing dan main-main aja. Dulu juga saat
masih jadi konservasi alam biasa mah pengunjung bebas mau naik ke atas
tanpa bayar. Dulu ada event downhill, tapi itu jauh sebelum jadi objek
wisata. Malahan dulu saya kepikirannya belum sampe kaya sekarang ini,
dulu kan yang diunggulkan itu air soft gun, sepeda gunung, offroad. Jadi
kita fokusnya kesana terus dulu mah lebih ke olahraga petualangan, nah kan
sekarang mah udah mulai ditinggalkan karena ya minat pengunjungnya
berubah dan lebih focus ke penataan yang baru sesuai dengan minat
pengunjung, kalo kita melulu di konsep yang dulu berat gitu, karena kan
tidak semua masyarakat suka dengan hal-hal atau olahraga petualangan
kaya gitu. Tapi ga menutup kemungkinan juga kalo kedepannya nanti ada
event seperti itu kita masih bisa.
18. Apa tujuan dibuatnya wisata alam gunung pinang?
Jawab: pertama, pada dasarnya adalah sebagai usaha perhutani itu sendiri,
karena kan perhutani kan BUMN ya jadi otomatis harus mencari
penghasilan sendiri dengan segala potensi yang ada . ya jadi memang untuk
meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masayarakat sekitar. Perhutani
kan selain mengelola wisata juga mengelola hasil hutan. Namun sekarang
kan melhat antusias masyarakat akan wisata juga membuat kami sebagai
pengelola semangat untuk mengembangkan potensi alam yang kita punya
yaitu gunung pinang sebagai objek wisata, yang hasil dari wisata inikan
bakal balik lagi gitu muter untuk menggaji karyawannya juga. Yang kedua
yaitu untuk sarana wisata edukasi bagi anak-anak sekolah, kan seperti yang
saya bilang tadi, selain untuk rekreasi ada unsur pendidikan juga yang
ditawarkan disini seperti pengenalan lingkungan terutama faunanya.
19. Bagaimana ketersediaan modal untuk pengembangan wisata alam
gunung pinang?
Jawab: kalo modal sih kita belum cukup ya, karena besar sekali masih
banyak yang harus kita keluarkan untuk pengelolaannya. Namun sumber
7
dana yang didapat sih dari Perhutani pusat. Berawal dari pusat nanti turun
ke dipre di bandung baru nanti bisa turun ke kita, setelah itu nanti kita yang
mengelola di sesuaikan dengan kebutuhan yang ada di lapangan. Misalnya
butuh ini, kita ajukan. Butuh itu, kita ajukan nanti kalo dari pusat di acc kita
segera laksanakan kalo memang belum ya kita keep dulu.
20. Apa saja wahana yang tersedia?
Jawab: sudah banyak ya Alhamdulillah, sudah ada 10 wahana selfie deck,
lalu ada wahana outbond seperti flying fox, downhill track, camping ground,
lalu ada yang paling baru yang masih kita kembangkan yaitu wahana sepeda
gantung.
21. Apakah fasilitas penunjang lainnya sudah tersedia?
Jawab: fasilitas penunjang Alhamdulillah kami sudah menyediakan
musholla, gazebo, toilet umum, lahan parkir untuk kendaraan roda dua dan
roda empat, lahan kios untuk pedagang agar keliatan rapih gitu neng soalnya
kemaren-kemaren masih acak-acakan jd kami buatkan lahan kios seperti
kantin, terus yang paling baru ini kami buat aula di atas. Nah aula ini bisa
difungsikan untuk acara-acara seperti family gathering, acara kantor, rapat,
ulang tahun, acara sekolah juga bisa. Untuk fasilitas penunjang lainnya ada
asuransi bagi pengunjung, papan selamat datang, papan penunjuk jalan,
papan informasi seputar sejarah gunung pinang, papan himbauan dan papan
peringatan untuk pengunjung. Jadi insyaAllah lengkap semuanya
22. Apakah pengelola memiliki pilihan paket wisata?
Jawab: kalo paket wisata kami belum ada masih perindividu aja, tapi kami
sedang menyusun program itu. Karena lebih mudah juga kan ya kalo di
bagi-bagi gitu ada yang untuk paket anak sekolah, paket keluarga dll, kita
masih menyusun. Tapi untuk pake prewedding kita sudah ada tarif
khususnya, Cuma kita belum menyediakan peralatannya, kita Cuma
menyediakan tempat aja dan fasilitas yang tersedia disini.
23. Berapa harga yang harus dibayar wisatawan untuk berkunjung ke
wisata alam gunung pinang?
8
Jawab: kalo harga sih kita udah tergolong murah meriah ya neng kendaraan
roda 2 dan roda 4 masing-masing 5000/unit, terus 10.000/orang harga tiket
masuknya, untuk selfie 5000/orang tapi kta beri waktu 15 menit karena ya
menghindari antrian pengunjung yang mau foto juga kan, untuk wahana
yang lainnya seperti flying fox, air soft gun dan sepeda gantung
20000/orang.
24. Apakah harga tersebut sesuai dengan sarana prasarana yang tersedia?
Jawab: sudah sesuai neng, karena kan pengunjung sudah bisa menikmati
semua fasilitas yang tersedia disana dan selain itu karena setiap pembelian
tiket masuk secara otomatis dilindungi oleh asuransi. Asuransinya ini
berupa perlindungan sebagai tanggungjawab dari pengelola jika terjadi hal
yang tidak diinginkan selama pengunjung masih berada di lokasi kawasan
wisata Gunung Pinang. Jadi bagi yang ga ada tiket tidak ada jaminan
asuransi.
25. Apa visi dan misi wisata gunung pinang?
Jawab: kalo visi misi kita belum ada, ya namanya juga baru menggeliat jadi
ya belum kepikiran. Tapi insyaAllah setelah ada yang menanyakan seperti
ini tahun depan sudah ada.
26. Apakah ada cerita dibalik nama gunung pinang?
Jawab: kalo cerita rakyat atau legenda mah ada ga jauh beda sama malin
kundang neng, jadi konon ceritanya di daerah pesisir teluk banten ada janda
miskin punya anak laki-laki namanya dampu awang, nah si dampu awang
ini merantau dan menikah dengan gadis saudagar kaya dan diangkat jadi
nahkoda, nah suatu hari si dampu awang ini berlayar ke banten dan bertemu
ibunya tapi ga mengakui ibunya, akhirnya dampu awang ini lanjut berlayar
lalu kapalnya dihantam badai angin dan terlempar jatuh tertelungkup, nah
bentuknya ini konon mirip pinang dibelah dua terus menjelma menjadi
gunung pinang. Tapi itukan Cuma cerita rakyat ya, kalo sejarahnya mah
jaman belanda lah kira-kira. Ada sejarahnya di atas neng sok atuh nanti
dicari aja ya disana kita udah pasang info sejarahnya.
27. Apakah wisata gunung pinang sudah memiliki logo/lambang resmi?
9
Jawab: logo Alhamdulillah kita sudah punya, bukan logo perhutani ya tapi
logo wisata Gunung Pinang nya sendiri.yang buat pun saya sendiri.
Logonya dibuat sesuai sama keadaan disana aja gitu, bentuk gunung terus
pohon sama kaya ada bentuk deck supaya simbolisasi keadaan disana lah
pokonya. logonya ga susah, supaya gampang diingetnya hehehe
28. Apakah wisata gunung pinang sudah memiliki tagline?
Jawab: tagline kita belum punya khusus secara resmi ya neng sejauh ini sih
kita baru punya logo aja, karena kita kan naungannya satu dengan perhutani
pusat, selain itu juga kita lagi memfokuskan ke pembangunan di lapangan
sih. Tapi seperti yang sudah saya bilang tadi, insyaAllah kita akan
melengkapi hal-hal yang belum ada di wisata gunung pinang ini.
29. Dalam pemasaran wisata gunung pinang, pengelola telah bekerja sama
dengan pihak mana saja?
Jawab: kita kerjasama dengan dengan beberapa pihak LMDH, investor dan
pemerintah. Yaitu investor green pinang dan investor taman langit. Kalo
pemerintah ya sekedar legalitas dari wisata ini kan ya perizinan lah
istilahnya. Kalo investor itu menyewa atau mengelola tempat yang sudah
kami sediakan dan di tentukan oleh perhutani, nanti dari hasil pengelolaan
inilah kita berbagi. Kalo LMDH kita full pengelolaan nya bersama, jadi kita
juga memberdayakan masyarakat setempat untuk membangun dan
mengelola wisata ini, tujuannya apa? Ya untuk meningkatkan ekonomi dan
kesejahteraan masayarakat setempat juga.
30. Apa kebijakan pemerintah mengenai wisata alam gunung pinang?
Jawab: kebijakan sih belum ada ya, karena kan wisata ini mah BUMN
dibawah naungan perhutani.
31. Bagaimana peran pemerintah dalam pengembangan wisata alam
gunung pinang?
Jawab: dinas pariwisata provinsi sangat mendukung sebetulnya mah,
dengan memberikan saran dan memberikan legalitas dan perizinan itu aja
sih. Dan yang menjadi mitra kita hanya Dinas Pariwisata Provinsi aja, kalo
10
promosi dari dinas nya sih langsung melalui instagram bu KADIS nya
hehehe
32. Sejak kapan pemerintah terlibat dalam pengembangan wisata alam
gunung pinang?
Jawab: sejak tahun 2017 itu pemerintah baru ikut.
33. Apakah ada kerjasama dengan travel agency?
Jawab: belum ada kerjasama kalo kesitu
34. Apakah ada kerja sama dengan hotel atau penginapan setempat?
Jawab: belum, karena kan pengunjung jarang sekali yang menginap,
pengunjung luar kota juga kalo kesini ya pulang pergi gitu. Selain itu karena
kitanya juga belum maksimal pembangunan disananya, kalo memang
semuanya sudah maksimal kan kita juga percaya diri semisal mau kerja
sama dengan travel dan hotel.
35. Bagaimana cara pengelola dalam mengetahui adanya kritik dan saran
mengenai wisata alam gunung pinang?
Jawab: di facebook dan instagram ada aja komentar atau pun masukan dari
pengunjung, nah nanti ditampung aja sebanyak-banyaknya setelah itu kita
kaji bersama. Kita review dan evaluasi Jadi kritik dan saran itu kan
sebenernya yang sangat kita butuhkan untuk pembangunan dan pengelolaan
yang lebih baik.
36. Bagaimana pengelola memberikan penanggulangan atas respon kritik
negatif dan positif dari konsumen ?
Jawab: dengan cara ya kita tampung terlebih dahulu, setelah itu kita kaji
lebih dalam, kalo ada kekurangan selama kita bisa perbaiki kita langsung
perbaiki atau kita langsung buatkan. Tapi selain di tampung juga kalo ada
pertanyaan-pertanyaan atau keluhan pasti kita langsung jawab disitu. Tetapi
kita seolah-olah bukan pengelolanya gitu, ya menyamar lah di samarkan dan
seolah-olah dijawabnya sama pengunjung lain itu strateginya seperti itu.
Terus dari kritik dan saran pengunjung di facebook atau instagram misalnya
ada 50 komentar kita kan bisa liat juga dari situ lebih banyak yang puas atau
yang tidak puas. Kalo 20 dari 50 yang menyatakan ga puas tapi 30 lainnya
11
bilang puas ya berarti masih fine fine aja. Tapi langsung kita sikapi juga, ga
semerta-merta kita diemin aja, kita jelaskan disitu. Berbeda kalo
kejadiannya langsung dilapangan, keluhan kritik atau sarannya bisa
langsung ditangani, kan disana ada staff juga yang jaga, ada pak endang
disana yang memonitoring lapangan. Ada 5 orang disana, ada 3 orang staff
dan 2 orang yang bukan karyawan yang kita pekerjakan jadi petugas
kebersihan disamping LMDH itu.
12
Informan I
Nama Informan: Afi Marzuki
Jabatan: Supervisor Wisata, Aset dan Pemasaran Komunikasi Perusahaan
Hari/Tanggal: 6 Juni 2018
Waktu: 15.00 WIB
Lokasi: Kantor Perhutani KPH Banten
1. Media iklan apa yang digunakan dalam mengiklankan wisata Gunung
Pinang?
Jawab: kita pake media massa online, itu udah lama banget malah. Jadi kita
kerjasama juga dengan radar banten, fajar banten, dan banten post buat
ngiklan dan promosiin wisata gunung pinang ini apalagi pas awal-awal
dibuka kita bener-bener promosiin dari media online selain media social.
Terus kita juga pake media televisi juga seperti satubanten tv dan sultan tv,
antara tv Alhamdulillah hampir semua tv local pernah. Kalo media cetaknya
kita pake brosur, dimana isinya ya seputar informasi mengenai gunung
pinang, harga tiket masuknya berapa dan tersedia wahana apa saja nah
brosur itu kita bagiin nya ke pengunjung yang datang aja apalagi kalo ada
event diatas pasti kita bagikan brosur. Cuma kelemahannya brosur ini mahal
neng tapi efeknya ga begitu besar, jadi ga efektif aja gitu. Biaya buatnya
13
mahal tapi ga ngaruh sama pengunjung yang datang bertambah atau
tidaknya.
2. Apa tujuan dari periklanan wisata gunung pinang?
Jawab: tujuan nya ya agar dikenal banyak orang, agar masyarakat banten
dan luar banten khususnya bisa mengetahui kalo di banten terutama di
gunung pinang sekarang sudah menjadi objek wisata. Selain dekat juga kan
murah meriah gitu terjangkau.
3. Bentuk pemasaan langsung apa yang digunakan?
Jawab: pemasaran langsungnya kita pake media social seperti facebook dan
instagram, kebetulan perhutani sudah punya media social resmi jadi semua
wisata kita iklanin dan promosiin disitu, sejauh ini sih kita belum punya
facebok dan instagram gunung pinang sendiri, kita masih pake satu akun
pusat saja. Tapi kita Alhamdulillah sudah kerja sama dengan akun instagram
explore serang. Jadi akun explore serang juga ikut ngiklanin dan promosiin
wisata gunung pinang. Kenapa kita kerja sama dengan akun itu ya karena
otomatis pengunjung banten atau luar banten kalo mencari tujuan wisata
yang ada di banten pasti mampir ke akun itu jd bisa lebih mudah gitu sarana
informasi tentang wisata gunung pinangnya.
4. Apakah wisata gunung pinang menggunakan website sebagai media
pemasaran langsung?
Jawab: kalo website khusus wisata gunung pinang kita ga ada, kita cuma
make satu website yang dari pusat yaitu website perhutani. Yaitu
perhutani.co.id disitu ada informasi mengenai wisata gunung pinang.
5. Hambatan apa yang dihadapi dalam beriklan dan mempromosikan
wisata gunung pinang?
Jawab: kalo hambatan sih Alhamdulillah ga ada ya, lancar-lancar aja.
Terkecuali waktu belum menjadi wisata, itu susah banget. Tapi sejak jadi
objek wisata mah lancar-lancar aja.
6. Menurut anda lebih efektif media periklanan atau pemasaran langsung
dalam memperkenalkan dan mempromosikan wisata gunung pinang?
14
Jawab: menurut saya semuanya juga efektif, media online efektif karena
sekarang kan udah gampang ya kita buka smartphone juga udah banyak tuh
berita-berita, jaman sekarang mah orang juga udah jarang yang nonton tv
apalagi media cetak. tapi yang paling efektif dan paling cepat itu di facebook
dan instagram, karena kebanyakan pengunjung mengetahui wisata gunung
pinang dari instagram, kan seperti yang saya bilang tadi, selain kita promo
dan iklan di instagram perhutani sendiri kita juga kerja sama dengan explore
serang, dan explore serang ini amat sangat membantu kita.
7. Bentuk promosi seperti apa yang dilakukan agar calon wisatawan
tertarik?
Jawab: sebetulnya kalo promo sih kita lebih ke diskon ya, setiap pengunjung
yang berjumlah 100orang atau lebih kita kasih diskon 20% tapi kalo promo
seperti doorprize atau promo lainnya sih kita belum lakukan ya masih
seperti biasa aja. Tapi kalo kedepannya pengunjung ada penurunan ya kita
bakal adakan promo menarik seperti misalnya 3x mengunjungi gunung
pinang bisa dapat gratis 1x saat kedatangan selanjutnya gitu kan ya.
8. Bagaimana pengelola gunung pinang dalam menjalin hubungan baik
kepada masyarakat?
Jawab: dengan cara kerja sama dengan LMDH (lembaga masyarakat desa
hutan), disitukan kita ada sharing sama anggotanya. Nah anggotanya
LMDH ini adalah masyarakat setempat. Jadi pada intinya ya wisata gunung
pinang ini punya legalitas dari masyarakat setempat juga punya kesepakatan
yang saling menguntungkan. Jadi ga ada kesalahpahaman antara warga
sekitar dengan pengelola.
15
Informan 2
Nama Informan: Endang Kosasih Kaur
Jabatan: Staff Lapangan TU BKPH Wisata Gunung Pinang Serang
Hari/Tanggal: 1 Juli 2018
Waktu: 13.30 WIB
Lokasi: Wisata Gunung Pinang
1. Apa saja wahana baru yang tersedia?
Jawab: wahana yang paling baru disini ada sepeda gantung, baru buka 2 hari
kemaren. Namun wahana ini masih dalam tahap uji coba, nanti rencana nya
mau diadakan ceremonial peresmian wahana baru. Nanti juga mau
ngundang ibu bupati. Tapi wahana ini dipastikan dan dijamin safety untuk
para pengunjung. Sepeda gantung ini dibuat oleh BUMDES, artinya dia
memanfaatkan uang Negara untuk dijadikan usaha disini bekerja sama
dengan Perhutani. Yang kedua ada juga spot selfie baru agak naik ke atas
sedikit.
2. Darimana pengelola mendapat ide untuk membangun wahana atau
spot selfie baru?
Jawab: nah kalo ide sih kita dapet referensi dari youtube neng dan dari yang
sudah ada sebenernya neng, istilahnya mah mengadaptasi dari wisata alam
seperti di bandung atau jogja, jadi pengunjung atau masyarakat banten ga
perlu jauh-jauh untuk menikmati suasana seperti di bandung atau jogja
karena di banten juga ada khususnya di wisata Gunung Pinang ini neng.
Lalu kita diskusikan kira-kira bisa ga di pasang di sini, setelah diskusi baru
16
deh kita panggil ahlinya yang bisa rakit segala macem, karena kita juga
mengutamakan safety ya neng terutama wahana baru nih sepeda gantung.
3. Apakah pengunjung meningkat setelah ada wahana baru?
Jawab: sejauh ini belum terlihat yang neng karena kan baru dibuka 2 hari,
dan belum dipublikasikan juga sama kepala desa dan pasukan BUMDES
nya, nanti kan di publikasikan lewat facebook dan lain-lain, terus belum ada
undangan ke sekolah-sekolah juga sebagai perwakilan peresmiannya.
Maksudnya adalah biar tau lah kalo di gunung pinang ini ada wahana baru.
4. Apa saja fasilitas penunjang yang tersedia di wisata Gunung Pinang?
Jawab: Alhamdulillah sih kita sudah ada toilet umumya neng,kita juga lagi
nambah lagi itu toiletnya 2 pintu lagi, terus musholla juga ada, gazebo,
papan informasi sejarah gunung pinang juga sudah ada, kan itu juga untuk
edukasi juga ya neng, papan himbauan juga kami sudah pasang banyak
sepanjang jalan dari gerbang sampe ke atas neng. Supaya pengunjung bisa
lebih hati-hati.
5. Selain wahana, apa saja fasilitas baru yang tersedia?
Jawab: nah saat ini kita udah nyediain lahan parkir untuk kendaraan roda
dua dan empat yang lebih rapih, terus kita nambah gazebo juga, lalu ada
lahan kios untuk warga setempat yang ingin berjualan disini, biar ga acak-
acakan gitu neng. Kita sediakan biar keliatan rapih kaya kantin. Tapi kios-
kios ini kita sewakan. Udah ada 18 kios yang tersedia. Selain kios kita juga
sekarang sudah ada aula neng bisa digunain untuk acara, family gathering,
pertemuan dll. Kita juga udah nyediain paket nya neng untuk aula nya itu,
ada macem-macem mulai dari 1 juta sampe 2 juta neng. Harga nya beda
sesuai sama fasilitasnya juga.
6. Hal yang paling diunggulkan yang menjadi favorit pengunjung untuk
datang ke Gunung Pinang?
Jawab: suasana alam nya sih neng yang kita unggulkan, kebetulan kami kan
ada di tengah kota, cilegon-serang kan panas banget tuh neng, nah Gunung
Pinang ini adalah satu-satunya gunung yang berada di tengah kota. Artinya
pengunjung itu ga jauh-jauh kalo mau cari suasana yang adem dan asri di
17
tengah kota itu neng. Selain itu juga spot selfie juga menjadi unggulan neng,
banyak banget pengunjung yang datang untuk foto-foto disini. Murah
meriah juga neng.
7. Apa hambatan dan kendala yang dihadapi?
Jawab: kelemahan nya sih jalan ya neng, jalan dari gerbang ke atas itu jelek,
aspal nya ga mulus. Jadi kadang kejadian tuh pengunjung yang jatoh karena
jalannya licin dan ga mulus. Karena dana nya pun ga ada ya neng jadi susah
juga.
8. Upaya apa yang dilakukan dalam menghadapi hambatan dan kendala?
Jawab: kita sih sudah sering mengusulkan ya ke direksi melalui KPH
Banten, selain itu juga kita mengusulkan dan mengajukan untuk
pembangunan jalan ke Dinas Pariwisata Provinsi neng.
9. Darimana saja pengunjung yang datang?
Jawab: ga cuma dari cilegon serang banten doang neng, dari luar kota juga
banyak. Dari bandung, lampung, Jakarta, tangerang, bekasi. Malahan waktu
itu ada juga orang korea, tiongkok sama orang india yang kesini.
10. Bagaimana pengunjung bisa mengetahui adanya wisata gunung
pinang?
Jawab: dari social media sih neng, dari facebook, instagram, berita online.
Youtube.
11. berapa rata-rata usia pengunjung yang datang?
Jawab: remaja neng banyaknya, anak SMP, SMA, Kuliah juga banyak. Tapi
orang dewasa juga banyak. sekeluarga tuh biasanya. Pada nyari suasana
adem nya neng selain mau selfie. Waktu lebaran itu pengunjung nyampe
1000orang neng yang datang seharinya.
12. Apakah pengelola mempunyai program khusus untuk anak sekolah?
Jawab: ya mungkin kedepan nya insyaAllah neng cuma saat ini kita sedang
mengarahkan ke arah sana baik administrasinya karena kan itu menyangkut
uang Negara itu.
13. Apakah pengelola bekerjasama dengan travel agensi?
18
Jawab: belum sih neng. Karena memang pengunjung pada datang kesini ya
taunya dari media social, google dan youtube.
14. Apakah pengelola bekerjasama dengan investor?
Jawab: kalo investor kita ada kerjasama neng, Alhamdulillah sih udah ada
3 investor yaitu Bumdes, Ibu Fanny, dan orang pandeglang neng bapak lupa
namina hehehe.
15. Bagaimana cara investor bisa bekerjasama dengan pengelola?
Jawab: kan kami membuka seluas-luasnya kepada masyarakat siapa yang
punya modal bisa bekerja sama dengan perhutani, karena perhutani sendiri
ditugaskannya untuk mencari peluang-peluang usaha mulai dari hasil hutan,
wisata dan lain sebagainya dengan syarat tidak merusak hutannya. Dengan
cara ya sharing aja neng 40:60 misalnya
16. Bagaimana pengelola menampung kritikan dan keluhan pengunjung?
Jawab: biasanyasih kalo ada keluhan langsung ke staff yang jaga disini
neng, nanti staff disini lapor ke saya, setelah ditampung saya lapor ke atasan
neng biar ditindaklanjuti.
17. Apa permasalahan dan keluhan yang sering pengunjung keluhkan?
Jawab: Jalan aja sih neng.
18. Darimana dana yang didapat untuk membangun sarana dan
prasarana?
Jawab: kalo dana sih kita dapat dari perhutani pusat neng, kami mah selaku
orang lapangan tau beres aja. Terkecuali kalo yang masalah jalan itu yang
kita ajukan ke provinsi, kalo emang dikasih ya berarti dari situ juga.
19. Apa dukungan yang diberikan oleh pemerintah untuk wisata Gunung
Pinang?
Jawab: sejauh ini sih perizinan ya neng, nah dari perizininan itu kan harus
dilegalkan. Jadi kami itu didukung oleh pemerintah yaitu Dinas Pariwisata.
Kan kalo illegal dan masyarakat ga setuju mah ditutup neng, artinya kan
pemerintah dan masyarakat juga sudah menyetujui makanya adanya LMDH
19
(Lembaga Masyarakat Desa Hutan) yang tanggung jawabnya juga persis
dengan kita. Dan LMDH ini adalah masyarakat setempat itu sendiri neng,
kalo kita ga kerjasama ya kita juga ga di dukung dengan tokoh masyarakat,
sekolah, pesantren, RT RW, DKM. Karang Taruna yang termasuk di
LMDH itu neng.
20. Selain dengan pemerintah, investor dan LMDH, dengan siapa lagi
pengelola bekerja sama?
Jawab: untuk kemanannya kita juga bekerja sama dengan POLDA,
POLRES.
20
Informan Pendukung
Nama Informan: Ryan
Jabatan: Pengunjung wisata Gunung Pinang
Hari/Tanggal: 1 Juli 2018
Waktu: 16.00 WIB
Lokasi: Wisata Gunung Pinang
1. Punten dengan mas siapa?
Jawab: Ryan
2. Mas dari mana?
3. Jawab: serdang GSI
4. Mas kemari dengan siapa?
Jawab: sendiri mbak cuma mau nyantai aja
5. apa yang membuat mas tertarik untuk datang ke wisata gunung
pinang?
Jawab: selfie decknya bagus langsung ke arah pemandangan laut jawa sama
kota, saya sudah beberapa kali kesini untuk foto di selfie decknya selain
untuk santai hehe
6. kenapa lebih memilih wisata gunung pinang selain wisata lain di
banten?
21
Jawab: wisata yang murmer tapi udah bisa refreshing sama dapet
pemandangan dan suasana asri ademnya gitu mbak. Plus nya sih bisa foto
foto. Sekarang susah banget ya dapetin suasana kaya begini di cilegon
serang yang puanas banget minta ampun. Jadi ya saya kalo lagi pengen
refresh pikiran sejenak karena kerjaan ya kepikiran nya langsung kesini aja
deket kota dibanding sama tempat-tempat wisata lain di banten.
7. mas tau wisata gunung pinang ini darimana?
Jawab: dari instagram mbak. @explore_serang. Karena saya follow akun
itu, dan sering banget akun itu ngeposting foto-foto bagus di gunung pinang
jd saya tertarik.
8. Gimana menurut mas mengenai harga tiket masuk dan harga yang
ditetapkan untuk wahana lainnya?
Jawab: menurut saya sih lumayan murah ya mbak dibanding saya mesti ke
bandung atau jogja dulu hehe Cuma ya tegantung ke masing-masing orang
sih kalo emang doyan selfie mah gapapa kali, Cuma kalo saya yang ga
begitu suka dan sesekali doing mah agak mahal ya kalo 5000 per 15 menit,
flying fox sih 20000 masih masuk akal. Sepeda gantung juga ya not bad lah.
9. Menurut mas ryan kurangnya dari wisata gunung pinang ini apa sih
mas?
Jawab: jalan mbak aduh licin bahaya, apalagi pas turun licin banget.
10. Kira-kira mas ryan akan kembali ke wisata Gunung Pinang ini?
Jawab: sepertinya sih lumayan untuk menghilangkan penat, ngadem sambil
ngopi hehe
22
HASIL STUDI DOKUMEN DAN OBSERVASI WISATA GUNUNG
PINANG
1. Informan
Wawancara dengan key informan yaitu bapak Djamin selaku Staff Divisi
Pelaksanaan Pengelola Bidang Wisata dan Aset Perhutani KPH Banten
Wawancara dengan informan I yaitu bapak Afi Marzuki selaku Supervisor
Wisata, Aset dan Pemasaran Komunikasi Perusahaan
23
Wawancara dengan informan II yaitu bapak Endang Kosasih Kaur selaku
Staff Lapangan TU BKPH Wisata Gunung Pinang Serang
Wawancara dengan informan pendukung yaitu Ryan selaku wisatawan
Gunung Pinang
24
2. Panorama alam dan beberapa wahana selfie yang menjadi daya tarik
wisata Gunung Pinang
Panorama yang ditawarkan dari atas puncak Gunung Pinang yang menghadap ke
arah laut
25
Selfi deck berbentuk Love dengan keindahan panorama dari puncak Gunung
Pinang
26
Selfie Spot rumah hobbit
27
Wahana pemacu adrenalin seperti sepeda gantung dan downhill
28
3. Infrastruktur jalan dan berbagai fasilitas di wisata Gunung Pinang
Kondisi jalan dari gerbang masuk hingga puncak Gunung Pinang
29
Fasilitas gazebo dan toilet umum bagi wisatawan Gunung Pinang yang tidak
dipungut biaya.
30
Fasilitas mushola dan aula bagi wisatawan Gunung Pinang.
31
Lahan kios untuk pedagang sekaligus kantin bagi wisatawan Gunung Pinang
Lahan parkir yang luas untuk wisatawan Gunung Pinang yang berkendara
menggunakan kendaraan roda empat ataupun roda dua.
32
Papan himbauan dan peringatan yang tersebar diseluruh kawasan wisata
Gunung Pinang.
33
4. Media pemasaran dan periklanan wisata Gunung Pinang melalui brosur
34
5. Media pemasaran dan periklanan wisata Gunung Pinang melalui website
Perhutani.co.id
6. Media pemasaran dan periklanan wisata Gunung Pinang melalui media
online Kabar Banten dan Radar Banten
35
7. Media pemasaran dan periklanan wisata Gunung Pinang melalui media
televisi yaitu Sultan TV, Antara TV dan Satu Banten TV
36
8. Media pemasaran dan periklanan wisata Gunung Pinang melalui Instagram
dan Facebook
37
9. Hubungan masyarakat serta kerjasama dan keterkaitan dengan masyarakat,
investor dan pemerintah
38
Staff Perhutani KPH Banten bersama dengan masyarakat yang membentuk
organisasi yaitu LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan).
Staff Perhutani KPH Banten bersama dengan investor Gunung Pinang yaitu
ibu Fany yang mengelola Green Pinang.
Staff Perhutani KPH Banten bersama dengan pemerintah yaitu Dinas
Pariwisata Banten yang ikut mendukung pengelolaan dan melegalkan wisata
Gunung Pinang.
39
40
41
BIODATA PENULIS
NAMA : SUCIATI FARHANAS
TTL : CILEGON, 16 AGUSTUS 1996
AGAMA : ISLAM
ALAMAT : LINK. KETILENG TIMUR BLOK SAEN RT 03 RW 01 NO 80
CILEGON – BANTEN.
NO HP : (+62) 812 1280 2553
EMAIL : [email protected]
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
2002 - 2008 SDN KETILENG 1
2008 - 2011 SMPN 5 CILEGON
2011 - 2014 SMAN 1 CILEGON
2014 – 2018 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
PENGALAMAN ORGANISASI
Anggota Lab Multimedia & Fotografi FISIP UNTIRTA