KOLON - REKTUM ( Kuliah Klasikal )

110
KOLON - REKTUM dan ANUS SUDJATMIKO Laboratorium Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

description

kolon

Transcript of KOLON - REKTUM ( Kuliah Klasikal )

KOLON - REKTUM dan ANUS

SUDJATMIKOLaboratorium Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga

Anatomi

Usus besar dimulai dari ileo-caecal junction sampai anus.

Terbagi atas– Sekum– Kolon asenden– Kolon transversum– Kolon desenden– Sigmoid– Rektum– Anus

Panjang rata-rata usus besar 135-150 cmDiameter terbesar sekum ( 8,5 cm )Diameter terkecil sigmoid ( 2,5 cm )

Tanda Kolon

Tenia yang merupakan lapisan otot longitudinal

Haustra ( sakulasi ) Apendiks epiploika.

Fisiologi

Fungsi Usus Besar1. Menyerap air, vitamin, mineral

2. Ekskresi mukus

3. Menyimpan feses

4. Mendorong feses

Pemeriksaan dan Diagnosis

Anamnesis• Pola defeksi• Frekuensi• Konsistensi• Kaliber• Hematokesia• Tenesmus• Konstipasi

Pemeriksaan dan Diagnosis

Pemeriksaan Laboratorium• Hemoglobin• Test darah tersamar

• Kolon albumin• Carcino embryonik antigen ( CEA )

Pemeriksaan dan Diagnosis

Pemeriksaan Radiologik

• Foto polos abdomen

• Foto kontras barium

• Foto barium kontras ganda

Pemeriksaan dan Diagnosis

Pemeriksaan endoskopi

• ProktoskopiDeteksi kelainan 8 – 10 cm dari anus

• RektosigmoidoskopiDeteksi kelainan 20 – 25 cm dari anus

• KolonoskopiDapat mencapai seluruh kolon

Pemeriksaan dan Diagnosis

Manfaat Kolonoskopi1. Diagnostik

2. Biopsi untuk kofirmasi

3. Ekstirpasi polip

4. Mengelola perdarahan

5. Follow up kelainan kolon

6. Deteksi dini kanker atau skrening proses lain

7. Dilatasi anastomose

8. Mengambil benda asing

Pemeriksaan dan Diagnosis

Pemeriksaan Lain ( bila diperlukan )

Intra Venous Pyelography ( IVP ) Ultrasonography ( USG ) Computerized Tomography Scanning ( CTScan ) Magnetic Resonance Imaging ( MRI )

Tujuan Menilai infiltrasi dan metastase tumor Menilai resektabilitas tumor

Divertikel Kolon

Definisi

• Protrusi dinding kolon• Berbentuk kantong

dengan leher sempit• Besarnya beberapa

milimeter sampai dua sentimeter

• Divertikel sejati ( true diverticle )

Kantong terdiri dari semua / seluruh lapisan dinding kolon• Divertikel palsu ( false diverticle )

Kantong hanya terdiri dari lapisan mukosa dan submukosa

Patogenesis

Sering ditemukan dikolon, terutama sigmoid

Divertikel sigmoid disebut divertikel pulsi

Penyebab• Tekanan intra luminal yang tinggi• Defek dinding kolon pada tempat keluarnya

arteri ke appendiks epiploika• Tekanan intra lumen tergantung kepadatan

feses

Gambaran Klinik

• 80 % tanpa gejala• Keluhan :

• Nyeri• Obstipasi• Diare• Gangguan motilitas usus

• Gejala jelas bila ada komplikasi• Pemeriksaan foto barium dapat membantu

diagnosa• Pemeriksaan endoskopi untuk diagnosa

Divertikulitis

• Radang akut dari divertikel• Disebabkan retensi feses• Gejala klinik :

• Nyeri lokal• Serangan akut• Konstipasi• Diare

• Pemeriksaan foto barium dan endoskopi dilakukan setelah proses akut reda

Divertikulitis Peridivertikulitis Abses Perforasi Peritonitis Fistula entero-kolo -vesikal Perdarahan Obstruksi karena fibrosis pasca radang

Komplikasi Divertikel Kolon

Terapi

1. Tanpa keluhan tidak perlu terapi

2. Fase akut– Puasa– Cairan parenteral– Pemasangan pipa lambung– Antibiotika sistemik– Analgetika

3. Fase tenang– Reseksi kolon– Reseksi sigmoid metode Hartmann

Terapi

4. Terapi bedah diperlukan bila timbul komplikasi :• Perforasi• Perdarahan hebat• Fistula• Obstruksi

Inflammatory Bowel Diseases

Dua penyakit yang sering dijumpai :• Penyakit Crohn• Kolitis ulserativa

Kedua penyakit ini banyak dijumpai dinegara Eropa

dan Amerika. Saat ini insiden penyakit ini menunjukpeningkatan di Indonesia

Inflammatory Bowel Diseases

Penyakit Crohn

Penyakit Crohn (Regional Enteritis)

• Penyakit radang granulomatik gastrointestinal

• Bersifat kronik progresif

• Terutama orang muda

Etiologi

• Belum jelas.• Pendapat akhir merupakan kelainan genetik dengan

faktor eksternal sebagai antigen• Terjadi reaksi inflamasi menyebabkan kerusakan

mukosa sampai seluruh tebal dinding usus disertai penebalan mesenterium.

• Mengenai ileum distal (75%) usus besar dan gastrointestinal yang lain.

• Staduium lanjut mukosa berbenjol karena jaringan granulasi diselingi mukosa yang normanl (cobble stone appearance)

• Dinding usus menebal dengan lumen yang menyempit.

Gejala

• Diare (90%), jarang disertai darah. Perdarahan vang terjadi bila mengenai usus besar.

• Nyeri dengan kolik yang berulang (eksaserbasi akut)• Malnutrisi, anemia, penurunan berat badan.• Kelainan anorektal seperti fisura, fistula dan abses

perirektal.• Masa abdomen kanan bawah.

Pemeriksaan Penunjang

• Laboratorium :

Tidak spesifik.

• Radiologik :

Penebalan dinding usus (Entero clysis), striktur , cobble stone.

• Endoskopi :

Aphtae dengan tukak longitudinal.

Indikasi Operasi

• Obstruksi• Perforasi• Fistula

Terapi

• Steroid : • Prednison 0,25 – 0,75 mg/Hari ,• Prednisolon.

• Sulfasalazine : 1 g/15kg/Hari.• Immunosuppresive :

• Azothioprine, • Mercaptopurine• Cyclosporine.

• Elementary Diet : • Pada serangan akut.

Surveilan

• Kolonoskopi tiap 1 – 2 tahun• Kecurigaan bila timbul displasia epitel• Angka kekambuhan tinggi, terutama pada

usia muda

Kolitis Ulseratif

Kolitis Ulseratif

• Penyakit radang granulomatik terutama usus besar

• Penyakit genetik dengan manifestasi berbeda

• Mengenai usia muda 15-30 tahun dan usia tua 60 sampai 80 tahun

• Mengenai seluruh kolon (pan kolitis), terutama rektum

• Radang menjalar secara horisontal pada submukosa dan membentuk tukak.

Gejala Klinis

• Gejala utama perdarahan (80%) disertai• Diare (50%) dapat disertai pus• Nyeri, kolik• Dapat mengalami perforasi

peritonitis

Pemeriksaan Penunjang

Radiologik : • Hilangnya haustra (Stiff pipe)• Gambaran pseudo polyp

Sigmoidoskopi • Mukosa rektum granulasi dan mudah berdarah.

Terapi

• Sulfasalazin : 2 – 8 g/hari/p.o.• Serangan hebat :

• Hydrocortisone 100-300 mg/hari • Prednisolon 20-80 mg/hari

• Diet tinggi serat• Prebiotik bakteri asam laktat

Indikasi Bedah

• Fase akut atau perforasi• Kasus kronis dan resisten terhadap steriod• Tindakan bedah yang dilakukan proktokolektomi

dengan ileo-anal anastomosis• Perlu surveilan karena resiko keganasan bila terjadi

displasia epitel

Differential Diagnosis antara Kolitis Ulceratif dengan Penyakit Crohn

Pemerikasaan Penyakit Crohn Kolitis Ulseratif

Bloody Stool Rare Common

Abdominal Pain Common Rare

Involvement Of Rectum Rare (20%) Always

Perianal Lesion Common Rare

Fistulae Common Rare

Toxic Dilatation Rare Rare

Recurrent After Curative Surgery Common No

Endoscopy:

•Aphtha Common No

•Longitudinal Involvement Common No

•Continuous Involvement Rare Regular

•Involvement Of Terminal Ileum Common (80%) No

•Epithelial Cell Granulomas Present (40%) No

Polip

Polip

• Merupakan neoplasma jinak yang berasal dari epitel mukosa

• Terbanyak dikolon dan rektum• Berupa bentukan bertangkai maupun tidak

bertangkai (sesile)• Ada yang berpotensi ganas

Gejala Klinik

• Sering tanpa gejala• Perdarahan dan anemia• Perubahan pola defikasi• Komplikasi obstruksi

Diagnosis

• Colok dubur• Foto barium kontras ganda • Endoskopi

• Proktoskopi• Sigmoidoskopi• Kolonoskopi

Polip Juvenilis

Insiden pada anak usia sekitar 5 tahun Ditemukan pada seluruh bagian kolon Biasanya dapat regresi spontan Gejala klinik

• Perdarahan spontan• Kadang disertai lendir

Selalu bertangkai, sering menonjol keluar Terapi tidak perlu agresif

Polipoid Skirus Ulseratif

Makroskopis

Polip Adenomatosa

• Insiden didapatkan pada usia > 20 tahun• Insiden meningkat dengan meningkatnya usia• Letak 70 % pada sigmoid dan rektum• Sifat premaligna• Harus dilakukan operasi

Poliposis Kolon (Familial Poliposis)

Herediter Polip majemuk Tersebar pada seluruh kolon Potensial ganas ( 60 % kasus ) Insiden pria = wanita Diagnosa ditegakkan

berdasarkan• Riwayat polip pada keluarga• Foto barium • Endoskopi

Pencegahan :• Pemeriksaan berkala pada

keluarga yang beresiko

Poliposis Kolon

Sindroma Gardner• Heriditer• Polip majemuk• Osteoma mandibula, calvaria• Tumor jaringan lunak• Potensial maligna

Karsinoma Kolon dan Rektum

Epidemiologi

• Keganasan peringkat ke-3 di USA• Di Indonesia (BKKI)

– Karsinoma kolon peringkat ke-7– Karsinoma rektum peringkat ke-10– Karsinoma kolo rektal peringkat ke-6

• Insiden pria sama dengan wanita• Insiden cenderung pada usia lebih muda

Mikroskopis

1. Adeno Karsinoma– Diferensiasi baik– Diferensiasi sedang– Diferensiasi jelek

2. Leiomiosarkoma3. Limfoma maligma

Etiologi

Belum diketahui pasti Faktor prediposisi

• Polip adenomatosa• Poliposis• Radang kolon kronis

Faktor diet• Kaya lemak• Rendah serat

Faktor genetik

Karsinogenik

Asam Empedu Sekunder

Diet Lemak

LemakKolesterolAsam Empedu

Sterol (pada kolon)

Bakteri AnaerobSintesa

Hepar

Distribusi

Terbanyak pada rektum

Kecenderungan Karsinoma rektum Karsinoma kolon asenden

Diagnosis

ANAMNESA Perubahan pola defikasi Frekuensi Konsistensi tinja Konstipasi Kaliber Berak lendir dan hematokesia Tenesmus Nyeri perut

• kolik• menetap

Diagnosis

PEMERIKSAAN FISIK Anemia Massa dirongga abdomen Tanda obstruksi Darah dan lendir pada colok dubur Penurunan berat badan

PEMERIKSAAN LABORATORIUM Test darah tersamar Test kolon albumin Carcino embryonic antigen (CEA)

Diagnosis

Pemeriksaan Penunjang Foto Kolon

• Barium enema dan kontras ganda

Ultra Sonogafi• Identifikasi metastase• Menilai reseklabilitas

Intra Venous Pyelography (IVP)• Menilai infiltrasi ke sistem urinari

Thoraks Foto• Metastase paru

Pemeriksaan Penunjang

Endoskopi Proktoskopi

• Deteksi kelainan 8-10 cm dari anus• Polip rekti• Hemorhoid• Karsinoma rektum

Sigmoidoskopi• Mencapai 20 – 25 cm dari anus• Diagnostik• Kauterisasi

Kolonoskopi• Dapat mencapai sekum

Karsinoma Kolon Kanan

Nyeri tumpul Teraba massa pada 1/3 kasus Anemia Sering diare Sifat tumor

• Fungating• Besar ulserasi rapuh

Karsinoma Kolon Kiri

Keluhan yang sering konstipasi Kadang dapat juga diare

Keluhan kaliber feses megecil Keluhan obstruksi Sifat tumor

• Tumbuh anuler dan konstrikting sehingga menyebabkan obstruksi

Karsinoma Rektum

Berak darah dan lendir Tenesmus Sering didiagnosa sebagai

hemorhoid Sifat tumor

• Ulseratif• Vegetatif• Infiltratif

Diagnosa• Colok dubur• Proktoskopi• Sigmodoskopi

Stadium

DUKES (1932) menciptakan stadium patologi berdasar: Kedalaman invasi dinding kolon Adanya metastase kelenjar

Stadium menurut DUKES populer karena : Mudah dilakukan Mudah diingat Mudah dimengerti Praktis

Stadium Menurut Dukes (Modifikasi)

Dukes A : Mukosa dan muskularis mukosa Kelenjar negatip

Dukes B : Seluruh dinding kolon Kelenjar negatip

Dukes C1 : Seluruh dinding kolon Kelenjar sekitar kolon positip

Dukes C2 : Kelenjar pangkal pembuluh darah positip

Dukes D : Metastase ke organ yang berdekatan Metastase jauh (hepar, paru)

Stage Grouping (TNM)(IUCC – International Union Against Cancer)

T N M Dukes

Stage 0 Tis N0 M0

Stage I T1 N0 M0 A

T2 N0 M0

Stage II T3 N0 M0 B

T4 N0 M0

Stage III Any T N1 M0 C

Any T N2, N3 M0

Stage IV Any T Any N M1 D

Penyebaran

1. Penyebaran langsung ke organ sekitar tumor2. Hematogen : sistem porta hepar sistemik paru3. Limfogen:

kelenjar para kolonkelenjar meso kolonkelenjar para aorta

4. Trans peritoneumrongga peritoneum disebut abdominal karsinomatosis

5. Intra lumenJarang terjadi pada mukosa yang utuh

Pembedahan

Kolon Kanan : Hemikolektomi kanan Ileo -

Transverostomi

Kolon Kiri : Hemikolektomi kiri Kolo -

Sigmoidostomi

Kolon Transversum : Kolotransvesectomi Kolo

Kolostomi

Kolon Sigmoid : Reseksi Anterior Kolo -

Rektostomi

Rektum Letak Tinggi Reseksi Anterior Kolo -

Rektostomi

Rektum Letak Rendah Reseksi Abdomino Perineal Dengan

Permanen Kolostomi (Operasi Miles)

Pembedahan Paliatif

Reseksi tumor dan anastomosis By pass (pintas usus) Kolostomi diversi

Tindakan operasi paliatif bertujuan mengatasi

keluhan tetapi tidak merubah jalannya penyakit

Pengobatan Penunjang (Adjuvant)

1. Radiasi Pra bedah Pasca bedah Kombinasi ( sandwich )

2. Kemoterapi Obat tunggal : 5 fluorouracil Obat kombinasi :

5 fluorouracil Levamizol Calcium leucovorin Irinotecan

3. Kombinasi : Kemo - Radiasi

Prognosa

Tergantung pada1. Stadium penyakit

2. Diferensiasi patologi

3. Komplikasi yang ditimbulkan

4. Penyakit sekunder yang menyertai

Ketahanan Hidup 5 Tahun

Dukes 5 YSR

A 97-100%

B 80%

C1 60%

C2 35%

D <5%

Deteksi Dini

Dilakukan dengan skrining pada golongan resiko tinggi1. Penderita dengan familial adenomatous polip

- skrining dimulai pada usia pubertas2. Penderita dengan hereditary non poliposis colorectal

cancer (HNPCC)- skrining dimulai pada usia 21 tahun

3. Penderita dengan penyakit infeksi usus (ulcerative colitis)- skrining 7-8 tahun setelah diagnosa

4. Ada riwayat keluarga yang menderita kanker atau kondisi pre maligna yang lain- skrining dimulai pada usia 30 tahun

Follow Up

Kekambuhan sering pada 2 tahun pertama Perlu follow up

1. Ba inloop tiap 3 bulan2. Kolonoskopi tiap tahun3. Thoraks foto4. Darah lengkap dan fungsi hati tiap 6 bulan5. CEA –-> 2 tahun pertama tiap 2 bulan dan 2 tahun berikut

tiap 4 bulanCEA kekambuhan imaging

kondisi lain

Penyakit pre–Maligna pada Kolon dan Rektum

1. Adenoma diameter diatas 1 cm kemungkinan maligna

2. Familial adenomatous poliposis

3. Non poliposis hereditary colon cancer (HNPCC)

4. Inflamatory bowel diseases

5. Irradiation proctocolitis

Hemoroid

Pelebaran vena pleksus hemoroidalis

• Hemoroid Interna Pelebaran pleksus v. hemoroidalis

superior Diliputi mukosa Posisi kanan depan, kanan belakang dan

kiri lateral (jam 3 – 7 – 11)

Drenase ke vena hemoroidalis superior selanjutnya ke vena porta

• Hemoroid Eksterna Pelebaran pleksus vena hemoroidalis

inferior Dibawah garis muko kutan Diliputi epitel anus Drenase kevena sistemik selanjutnya ke

vena cava

Hemoroid

Etiologi

Simptomatik Tekanan perut meningkat vena melebar,berkelok-

kelok menonjol

Faktor Penyebab : Mengejan Konstipasi Kehamilan Obesitas

Gejala

Perdarahan saat defikasi Darah merah segar, tidak bercampur feses Anemia Prolap saat defikasi Iritasi perianal pruritus ani Nyeri timbul bila terjadi :

• Trombus• Edema• Radang

Pemeriksaan

• Hemoroid Interna• Tampak saat prolap• Anus diregang dan penderita mengejan• Anoskop dilakukan bila tidak prolap

• Untuk menetukan letak• Ukuran• Derajad

• Hemoroid Eksterna• Tampak pada inspeksi

ProktosigmoidoskopiUntuk menyingkirkan proses keradangan dan keganasan

Derajat Hemoroid

Derajat I :• Perdarahan per anus• Prolap (–)• Mikroskopis pelebaran pleksus

Derajat II :• Prolap Bisa reduksi spontan

Derajat III :• Prolap Perlu reduksi manual

Derajat IV :• Prolap dan tidak dapat direduksi

Diagnosa Banding

1. Perdarahan- karsinoma kolo rektal- divertikel- polip- kolitis ulserosa

2. Benjolan yang keluar - prolap rektum3. Tumor anorektal

- kondiloma- fissura anus

Komplikasi

1. Perdarahan

2. Prolap yang tidak dapat direduksi

3. Tombosis infark mukosa

4. Septik emboli abses hepar

Terapi

Tujuan terapi bukan menghilangkan pleksus

hemoroidalis tetapi menghilangkan keluhan

1. Konservatif Derajat I dan II Diet tinggi serat Supositoria dan salep anus

– Efek anestetik

– Astringen

Bila prolap– Reposisi

– Kompres lokal

– Rendam duduk cairan hangat

Atasi penyakit radang kolon yang mendasari

Terapi

Terapi

2. Skleroterapi - Fenol oli 5% - Submukosa untuk menimbulkan radang

steril - Komplikasi :

- infeksi- prostatitis- hipersensitivitas

- Dikombinasikan dengan nasehat diet kaya serat

Terapi

3. LIGASI GELANG KARET

- Tehnik Barron

- Iskaemia nekrosis fibrosis

- Interval 2 – 4 minggu

- Nyeri

- Sering perdarahan pada hari ke 7 - 10

Terapi

4. Hemoroidektomi

Indikasi :- Derajat III dan IV- Perdarahan berulang dan anemia- Derajat IV dengan trombosis- Terapi biasa gagal

Terapi

5. Bedah Beku

- Memakai gas CO2 atau N2O

- Nekrosis mukosa sulit dikontrol

- Penyembuhan lambat

6. Lain-lain• Dilatasi (LORD)• Infra red koagulasi (IRC)• Diatermi

Hemoroid Eksterna

Manifes bila terjadi trombosis

Klinis Nyeri Kulit tegang Benjolan kebiruan Terjadi pada tekanan perut yang tiba-tiba meningkat

Terapi Analgetika Rendam air hangat Eksisi trombus

Fisura Anus

Fisura Anus

Luka epitel pada anal kanal Fisura biasanya tunggal pada posterior mid-line Edema papila pada anal kanal hipertropik papil Edema pada fisura kulit sentinel tag Trias fisura anus

• Ulkus• Hipertropik papil• Sentinel tag

Faktor Penyebab

Sering tak jelas Iritasi akibat diare Penggunaan laksan yang kronik Cedera partus Iatrogenik

Fisura anus

Anamnesa Konstipasi karena takut b.a.b Feses keras Nyeri defikasi Darah segar Riwayat remisi dan eksaserbasi

Pemeriksaan

– Sentinel tag– Eversi anus ulkus– Anoskop hipertropik papil– Spasme sfingter

Diagnosa Banding

• Tuberkulosa• Sifilis• Proktitis• AIDS ( Acquired Immun Deficiency Syndrome )

1. Konservatif - diet kaya serat - obat pelunak feses - rendam air hangat - topikal anestetik

2. Bedah - bila konservatif gagal - dilatasi sfingter - lateral internal sfingterotomi

Terapi

Abses Anorectal

Abses Anorektal

Merupakan radang peri rektum akibat infeksi kuman usus

Infeksi berasal dari kripta rektum

Abses diberi nama menurut letaknya

• Pelvio-rektal

• Iskio-rektal

• Intersfingter

• Perianal ( paling sering)

Klinis

Abses superficial (peri anal)• Nyeri• Bengkak• Hiperemi• Indurasi –fluktuasi

Abses dalam• Nyeri perut bawah• Perlu pemeriksaan colok dubur dan vagina

Sistemik Demam

• Lekositosis• Toksik

Komplikasi

Meluas keruang lain• Kearah pelvis

Kearah ischio rektal

Perforasi :• Kearah anorektal• Peri anal

Terapi

Insisi dan drenase yang adekuat Rendam duduk air hangat Luka dirawat terbuka Fistel yang terbentuk perlu tindakan bedah

Fistel Perianal

Fistel Perianal

Diakibatkan drenase abses anorektum Umumnya berasal dari satu muara dikripta

anorektum Klasifikasi PARK:

• Intersfingter• Transfingter• Suprasfingter• Ekstrasfingter

Bentuk :• Tunggal• Majemuk• Letak terhadap garis

tranversal anus Di depan

• Di belakang Penyebab tersering kuman pyogen

• Jarang :• Tuberkulosa• Radang granulomatous

Fistel Perianal

Hukum Goodsall

• Fistel dengan lubang kripta disebelah anterior umumnya berbentuk lurus

Fistel dengan lubang kripta disebelah posterior berbentuk bengkok kedepan dan membentuk lubang perforasi satu atau lebih

Salmon Goodsal

Gambaran Klinis

Riwayat :• Abses yang kambuh• Mengeluarkan pus dan feses

Bimanual palpasi teraba sebagai tali Sonde dapat menunjukkan arah asal fistel Fistel kronik dapat mengalami degenerasi maligna

Pemeriksaan

Proktoskopi Menentukan penyakit rektum

• Karsinoma• Proktitis tuberkulosa• Amuba• Penyakit Crohn

Fistulografi Perlu untuk deteksi fistel yang kompleks

Diagnosa Banding

1. Hidradenitis supurativa• Fistel yang multiple• Tidak meluas pada struktur yang lebih dalam

2. Sinus pilonidalis• Pada daerah sakrokoksigeal

3. Fistel proktitis

Pada morbus Crohn• Tuberkulosa• Amubiasis• Divertikulitis

Terapi

1. FISTULOTOMI• Lubang kripta dicari• Dinding fistel dibuka dan dibersihkan• Rawat terbuka• Luka sembuh per sekundam intentionem

2. OPERASI 2 TAHAP• Untuk menghindari terpotongnya sfingter

Perawatan Luka

Cegah bridging jaringan luka (mencegah kekambuhan)

Prognosa

Tejadi kekambuhan bila : Lubang kripta (internal opening) tidak ditemukan Ada cabang fistel yang tidak terdeteksi Operasi tidak bersih Perawatan pasca bedah Salah diagnosa

Prolaps Rectum(Procidentia)

PROLAPS REKTUM (PROCIDENTIA)

Seluruh bagian rektum turun melalui anus

Penyebab :• Kelemahan otot dasar

panggul• Tekanan abdomen yang

meningkat

Gejala Klinik

Terjadi prolap pada saat tekanan abdomen meningkat

Sfingter ani dilatasi dan lemah Inkonentia alvi Mukosa rektum lecet, mudah berdarah,

mengeluarkan sekret mukous Perlu tindakan manual untuk reposisi

Komplikasi

1. Mukosa rektum Rapuh Edema Ulserasi

2. Dinding rektum Gangren Perforasi

Terapi

Terapi

1. Medika Mentosa Obat-obat pelunak feses

2. PEMBEDAHAN Menyempitkan lubang anus Reseksi rektum Memasang penyangga dan fiksasi rektum