kolelitiasis
-
Upload
angkawinata -
Category
Documents
-
view
16 -
download
6
Transcript of kolelitiasis
Penyakit Batu Empedu pada Perempuan usia 50 tahun
Fera Susanti/102011310
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061, [email protected]
I. Pendahuluan
Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara
Barat sedangkan di Indonesia baru mendapatkan perhatian di klinis, sementara publikasi
penelitian batu empedu masih terbatas.
Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan. Risiko
penyandang batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi realtif kecil. Walaupun
demikian, sekali batu empedu mulai menimbulkan serangan nyeri kolik yang spesifik maka
risiko untuk mengalami masalah dan penyulit akan terus meningkat. Batu empedu umumnya
ditemukan di dalam kandung empedu, tetapi batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus
sistikus ke dalam saluran empedu menjadi batu saluran empedu dan disebut sebagai batu
saluran empedu sekunder.
Di negara Barat 10-15% dengan batu empedu juga disertai batu saluran empedu. Pada
beberapa keadaan, batu saluran empedu dapat terbentuk primer di dalam saluran empedu
intrahepatik atau ekstrahepatik tanpa melibatkan kandung empedu. Batu saluran empedu
primer lebih banyak ditemukan pada pasien di wilayah Asia dibandingkan dengan pasien di
negara Barat.
Perjalanan batu saluran empedu sekunder belum jelas benar, tetapi komplikasi akan
lebih sering dan berat dibandingkan batu kandung empedu asimtomatik.
II. Kasus
Seorang wanita berusia 50 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri hebat yang hilang
timbul secara mendadak pada perut kanan atasnya dan menjalar hingga ke punggung kanan
sejak 6 jam yang lalu. Selain itu, sejak 5 hari yang lalu, pasien mengeluh demam tinggi,
tubuhnya bewarna kekuningan dan tinjanya berwarna pucat seperti dempul.
1
III. Anamnesis
Adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien
( Auto anamnese ) atau pada orang tua atau sumber lain ( Allo anamnese ). 80% untuk
menegakkan diagnosa didapatkan dari anamnese.
Tujuan Anamnesis
1. Untuk mendapatkan keterangan sebanyak-banyaknya mengenai penyakit pasien.
2. Membantu menegakkan diagnosa sementara. Ada beberapa penyakit yang sudah dapat
ditegaskan dengan anamnesis saja.
3. Menetapkan diagnosa banding.
4. Membantu menentukan penatalaksanaan selanjutnya.
Didalam kasus ini biasanya keluhan utamanya adalah sakit perut bagian kanan atas (kolik),
berlangsung lebih dari 30 menit dan kurang dari 12 jam, pasien demam tinggi, jaundice dan
tinjanya berwarna pucat seperti dempul. Selain itu dilihat juga factor risiko yang bisa
menyebabkan koledokolitiasis yaitu Female, Fat, Forty dan Fertile.
IV. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda vital: suhu , memeriksa tekanan darah, berat badan, tinggi badan,
frekuensi pernafasan, frekuensi nadi.
Inspeksi: melihat keadaan fisik pasien adakah terdapat tanda-tanda abnormal seperti
Pasien kelihatan sakit yang amat sangat dengan memegang perut menandakan
adanya kholik abdomen
Kulit kelihatan kekuningan mengindikasikan adanya ikterus.
Palpasi: meraba dibagian abdomen
Adakah pasien mempunyai rasa nyeri tekan menyeluruh ataupun hanya di suatu
tempat saja.
Jika sakit dibagian kuadran kanan atas, indikasikan penyakit yang berhubungan
dengan hepatobilier.
Suhu badan yang terasa panas, menunjukkan pasien demam yang berkemungki-
nan peradangan dibagian yang sakit.
Untuk memastikan lakukanlah muphy sign, jika positif mengindikasikan pasien
sakit dibagian empedu atau saluran empedu.
V. Pemeriksaan Penunjang
2
- Pemeriksaan Laboratorium
Hasil studi laboratorium normal pada pasien tanpa gejala dan pasien dengan kolik
bilier yang tidak disertai komplikasi. Pemeriksaan laboratorium umumnya tidak diperlukan
dalam keadaan terdapatnya batu empedu kecuali diduga terdapatnya kolesistitis. Pasien
dengan kolangitis dan pankreatitis memiliki nilai tes laboratorium yang abnormal. Satu nilai
laboratorium abnormal tidak memastikan diagnosis pada koledokolitiasis, kolangitis, atau
pankreatitis, melainkan, satu set hasil studi laboratorium mengarah ke diagnosis yang benar.1
1. Peningkatan hitung sel darah putih menimbulkan kecurigaan terhadap adannya
peradangan atau infeksi, tetapi temuan tersebut tidak merupakan hasil yang spesifik.
2. Peningkatan serum bilirubin menunjukkan terdapatnya gangguan pada duktus
koledokus; semakin tinggi kadar bilirubin, semakin mendukung prediksi. Batu pada
duktus koledokus hadir di sekitar 60% dari pasien dengan kadar bilirubin serum lebih
dari 3 mg / dL.
3. Peningkatan kadar lipase dan amilase serum mengarah kepada terdapatnya pankreatitis
akut sebagai komplikasi dari koledokolitiasis.
4. Enzim transaminase (serum glutamic-piruvat transaminase dan serum glutamic
transaminase-oksaloasetat) meningkat pada pasien yang terdapat koledokolitiasis
disertai komplikasi kolangitis, pankreatitis, atau keduanya.
5. Alkali fosfatase dan gamma-glutamil transpeptidase meningkat pada pasien dengan
koledokolitiasis obstruktif. Hasil kedua tes tersebut memiliki nilai prediksi yang baik
terhadap kehadirannya batu pada duktud koledokus.
- Pemeriksaan Radiologi
- Cholescintigraphy (HIDA scan): Ini adalah tes di mana sebuah solusi disuntikkan ke
infus di lengan pasien. Cairan diserap oleh hati, kemudian diteruskan dan disimpan dalam
kandung empedu (seperti empedu). Solusi ini berisi penanda radioaktif yang tidak berbahaya,
yang terlihat oleh kamera khusus. Jika kandung empedu meradang atau diblokir oleh batu
empedu, penanda tersebut tidak terlihat dalam kantong empedu.1
3
- CT scan: Tes ini mirip dengan sinar-X, namun lebih rinci. Ini menunjukkan kandung
empedu dan saluran empedu dan dapat mendeteksi batu empedu, penyumbatan, dan
komplikasi lain.1
- Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP): Sebuah endoskopi yang
tipis dan fleksibel digunakan untuk melihat bagian-bagian dari sistem empedu pasien. Pasien
dibius, dan tabung masuk melalui mulut, melewati perut dan ke usus kecil. Alat tersebut
kemudian menyuntikkan pewarna sementara ke dalam saluran empedu. Pewarna tersebut
memudahkan untuk melihat batu dalam saluran ketika foto sinar-X diambil. Pada keadaan
tertentu batu dapat dihilangkan selama prosedur ini. 1
- USG
Ultrasonografi (USG) merupakan uji terbaik dalam mendeteksi adanya batu empedu.
Ultrasonography adalah teknik radiologi yang menggunakan gelombang suara frekuensi
tinggi untuk menghasilkan gambar organ dan struktur tubuh. Gelombang suara yang
dipancarkan dari sebuah alat yang disebut transducer dan dikirim melalui jaringan tubuh.
Gelombang suara yang dipantulkan oleh permukaan dan bagian interior organ internal dan
struktur tubuh sebagai "gema." Gema tersebut menggemakan kembali ke transducer dan
ditransmisikan secara elektrik ke tampilan monitor. Dari monitor, sosok organ dan struktur
dapat ditentukan serta konsistensi organ, misalnya, cair atau padat. Ada dua jenis
ultrasonografi yang dapat digunakan untuk mendiagnosis batu empedu, 1) ultrasonografi
transabdominal dan 2) ultrasonografi endoskopik.1
Transabdominal ultrasonografi
Untuk ultrasonografi transabdominal transduser ditempatkan langsung pada kulit perut
yang telah diolesi gel. Gelombang suara menjalar melalui kulit dan kemudian ke organ perut..
Ultrasonografi transabdominal tidak menimbulkan rasa sakit, murah, dan tidak disertai risiko
bagi pasien. Selain mengidentifikasi 97% batu empedu di kandung empedu, ultrasonografi
abdomen dapat mengidentifikasi kelainan lainnya yang berhubungan dengan batu empedu.
Hal ini dapat mengidentifikasi: 1) penebalan dinding dari kandung empedu bila ada
kolesistitis, 2) pembesaran kandung dan saluran empedu karena gangguan pada saluran oleh
batu empedu, 3) pankreatitis, dan 4) lumpur. 1
Endoskopi ultrasonografi
4
Untuk endoskopik ultrasonografi, tabung fleksibel dan panjang (endoskopi) ditelan oleh
pasien setelah dia telah dibius dengan obat intravena. Ujung endoskopi dilengkapi dengan
transduser USG. Transduser ini maju ke dalam duodenum tempat gambar ultrasonografi
diperoleh. 1
Endoskopi ultrasonografi dapat mengidentifikasi batu empedu dan kelainan sama
seperti ultrasonografi transabdominal, namun, karena transduser jauh lebih dekat ke struktur
yang perlu dilihat (empedu, saluran empedu, dan pankreas), gambar yang diperoleh lebih
baik hasilnya dibandingkan dengan ultrasonografi transabdominal. Jadi, endoskopi
ultrasonografi memungkinkan untuk memvisualisasikan batu empedu yang lebih kecil
dibandingkan dengan menggunakan endoskopi transabdominal. Endoskopi ultrasonografi
juga lebih baik untuk mengidentifikasi batu empedu dalam saluran empedu umum (duktus
koledokus). 1
Meskipun endoskopik ultrasonografi lebih baik dalam banyak hal dibandingkan dengan
ultrasonografi transabdominal, cara tersebut mahal, tidak tersedia di semua tempat, dan
membawa risiko kecil sedasi intravena dan perforasi usus oleh endoskopi. Untungnya,
ultrasonografi transabdominal biasanya memberikan semua informasi yang diperlukan, dan
endoskopik ultrasonografi jarang diperlukan. Endoskopi ultrasonografi juga merupakan cara
yang lebih baik daripada USG transabdominal untuk mengevaluasi pankreas. 1
VI. Etiologi
Batu empedu umumnya ditemukan dalam kandung empedu, dan dikenal sebagai
kolelitiasis, tetapi batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran
empedu menjadi koledokolitiasis. Umumny pasien dengan kandung empedu jarang
mempunyai keluhan. Namun sekali batu empedu mulai menimbulkan serangan kolik yang
spesifik maka risiko untuk mengalami komplikasi akan terus meningkat.2
Batu empedu lebih banyak ditemukan pada wanita dan faktor resikonya adalah : usia
lanjut, kegemukan (obesitas), diet tinggi lemak dan faktor keturunan. Komponen utama dari
batu empedu adalah kolesterol, sebagian kecil lainnya terbentuk dari garam kalsium. Cairan
empedu mengandung sejumlah besar kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika
cairan empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan
membentuk endapan diluar empedu. 1
5
Sebagian besar batu empedu terbentuk di dalam kandung empedu dan sebagian besar
batu di dalam saluran empedu berasal dari kandung empedu. Batu empedu bisa terbentuk di
dalam saluran empedu jika empedu mengalami aliran balik karena adanya penyempitan
saluran atau setelah dilakukan pengangkatan kandung empedu. 1
Batu empedu di dalam saluran empedu bisa mengakibatkan infeksi hebat saluran
empedu (kolangitis), infeksi pankreas (pankreatitis) atau infeksi hati. Jika saluran empedu
tersumbat, maka bakteri akan tumbuh dan dengan segera menimbulkan infeksi di dalam
saluran. Bakteri bisa menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di bagian tubuh
lainnya. 1
VII. Epidemiologi
Di masyarakat Barat komposisi utama batu empedu adalah kolesterol, sedangkan
penelitian di Jakarta pada 51 pasien didapatkan batu pigmen pada 73% pasien dan batu
kolesterol pada 27% pasien.1 Koledokolitiasis atau kolangitis akut lebih rentan terjadi pada
kelompok 4F : female (wanita), fertile (subur)-khususnya selama kehamilan, fat (gemuk), dan
forty (empat puluh tahun).
Koledokolitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko. Namun, semakin banyak
faktor resiko, semakin besar pula kemungkinan untuk terjadinya koledokolitiasis. Faktor
resiko tersebut antara lain: 1
1. Genetik : lebih sering ditemukaan pada orang kulit putih dibandingkan kulit hitam, lebih
sering ditemukan di negara lain selain USA, Chili dan Swedia. Di negara Barat, hampir
semua batu berasal dari kandung empedu. Di Asia, insidensi pembentukan batu, biasanya
berpigmen di duktus primer dan intrahati jauh lebih tinggi. 1
2. Umur : rata-rata pada 40-50 tahun. Semakin berkurang pada usia umada dan semakin
bertambahnya usia semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan batu empedu,
sehingga pada usia 90 tahun kemungkinannya adalah satu dari tiga orang. 1
3. Jenis Kelamin : lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki dengan perbandingan 4
: 1. Di USA 10- 20 % laki-laki dewasa menderita batu empedu, sementara di Italia 20 %
wanita dan 14 % laki-laki. Di Indonesia jumlah penderita wanita lebih banyak dari pada
laki-laki.
6
4. Faktor-faktor lain : obesitas, makanan, riwayat keluarga, aktifitas fisik, dan nutrisi jangka
vena yang lama. 1
VIII. Patofisiologi
Merupakan gangguan yang paling sering terjadi pada sistem biliaris. Kebanyakan
dengan Cholecystitis (inflamasi kantung empedu) dan koledokolitiasis disebabkan oleh
sumbatan batu empedu yang terbentuk di saluran kantung empedu. Secara normal, empedu
yang dihasilkan oleh organ hati ditampung sementara oleh kantung empedu (gallbladder)
sebelum digunakan untuk mengemulsi lemak di saat ada makanan berlemak yang datang di
duodenum agar lebih mudah dicerna. Cairan empedu yang dihasilkan oleh hati ini terdiri atas
biliubin,air, garam empedu, lendir/musin, asam lemak, kolesterol, lecithin, dan garam
anorganik.3
Di dalam kantung empedu terjadi proses pemekatan cairan empedu dengan cara
menyerap air yang terkandung dalam cairan empedu. Penyebab pasti dari batu empedu belum
dapat dipahami dengan pasti, namun faktor-faktor yang mempengaruhi sudah dapat diketahui
seperti, infeksi saluran empedu, kadar kolesterol dalam darah, perubahan konsentrasi cairan
empedu, penurunan frekuensi pengosongan kantung empedu, dan cairan yang mengalami
stasis di dalam kantung empedu, malnutrisi dan factor diet. 3
1. Infeksi saluran empedu:
Pathogenesis batu pigmen
melibatkan melibatkan in-
feksi saluran empedu, stasis
empedu. Kelebihan aktivitas
enzim β-glukoronidase bak-
teri dan yang endogen tubuh
manusia memegang peranan
kunci dalam pathogenesis
batu pigmen pada penduduk
timur. Hidrolisis bilirubin
oleh anzim tersebut akan
menghasilkan bilirubin
7
Gambar 1. Batu empedu pada kantung empedu. 4
indirek yang akan mengendap sebagai calcium bilirubinate.Enzim β-glukoronidase bak-
teri berasal dari E. coli dan kuman lain yang terdapat dalam saluran empedu.Enzim dapat
dihambat oleh glucarolaktone yang konsentrasinya meningkat pada orang yang diet ren-
dah protein dan rendah lemak.
2. Adanya pigmen dalam batu kolesterol adalah akibat daripada pembentukan lumpur kan-
dung empedu pada stadium awal pembentukan batu empedu.
3. Kolelitiasis(batu kantung empedu): batu yang sudah sedia ada terdapat dalam kantung
empedu ini kadang kala tidak memberikan symptom. Namun pada suatu saat kantung
empedu berkontraksi kuat terutama selepas makan makanan yang mengandung lemak
yang tinggi, kantung empedu berkontraksi untuk mengeluarkan sejumlah cairan empedu
yang kemungkinan batu empedu keluar kearah saluran empedu dan menyumbat duktus
cystikus atau duktus koledokus. Batu empedu yang bersaiz besar mungkin menyekat per-
jalanan cairan empedu untuk masuk kedalam duodenum disebut sebagai koledokolitia-
sis.
4. Migrasi keduktus sistikus akan menyebabkan obstruksi yang dapat menimbulkan iritasi
zat kimia dan infeksi. Tergantung beratnya efek yang timbul,akan memberikan gambaran
klinis kolesistitis akut atau kronik. Batu yang bermigrasi ke duktus koledokus dapat
lewat ke doudenum atau tetap tinggal diduktus yang dapat menimbulkan ikterus obstruk-
tif
5. Hal ini terjadi karena lemak tersebut memicu hormon merangsang kantung empedu
berkontraksi sehingga memaksa empedu yang tersimpan masuk ke dalam duodenum
yaitu jalan keluar menuju usus kecil, jika batu menghambat aliran empedu maka akan
timbul gejala seperti sakit yang akut pada sebelah kanan atas perut dan mengarah ke
punggung, antara bahu dan ke dada depan.
6. Kontraksi yang kuat dengan upaya supaya cairan dapat terus mengalir mengakibatkan
nyeri abdomen atau kholik abdomen.
7. Gejala lainnya yaitu kolik, sendawa, gas dalam perut, gangguan pencernaan, berkeringat,
mual, muntah, kedinginan, suhu tubuh agak tinggi, penyakit kuning (bila batu empedu
menghalangi saluran empedu), dan feses berwarna coklat.
8. Sumbatan ini pada permulaannya adalah sumbatan daripada batu empedu yang steril dan
batu pada tahap kemudian terjadi superinfeksi.
8
IX. Manifestasi Klinis
Penderita batu kandung empedu baru memberi keluhan bila batu tersebut
bermigrasi menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus, sehingga gambaran klinis-
nya bervariasi dari yang tanpa gejala (asimptomatik), ringan sampai berat karena adanya
komplikasi.5
Dijumpai syndrome Trias Charcot yaitu nyeri di daerah hipokondrium kanan,
yang kadang-kadang disertai kolik bilier yang timbul menetap/konstan, ikterus
disertai dengan panas atau menggigil. Rasa nyeri kadang-kadang dijalarkan sam-
pai di daerah subkapula disertai nausea, vomitus dan dyspepsia, flatulen dan lain-
lain. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan hipokondrium kanan, dapat
teraba pembesaran kandung empedu dan tanda Murphy positif.
Kolik bilier merupakan keluhan utama pada sebagian besar pasien. Nyeri viseral
ini berasal dari spasmetonik akibat obstruksi transient duktus sistikus oleh batu.
Ini biasanya timbul malam hari atau dini hari, berlangsung lama antara 30 – 60
menit, menetap, dan nyeri terutama timbul di daerah epigastrium.
Diagnosis dan pengelolaan yang baik dan tepat dapat mencegah terjadinya komp-
likasi yang berat. Komplikasi dari batu kandung empedu antara lain kolesistitis
akut, kolesistitis kronis, koledokolitiasis, pankreatitis, kolangitis, sirosis bilier
sekunder, ileus batu empedu, abses hepatik dan peritonitis karena perforasi kan-
dung empedu. Komplikasi tersebut akan mempersulit penanganannya dan dapat
berakibat fatal.
Batu kandung empedu dapat migrasi masuk ke duktus koledokus melalui duktus
sistikus (koledokolitiasis sekunder) atau batu empedu dapat juga terbentuk di
dalam saluran empedu (koledokolitiasis primer). Batu saluran empedu (BSE) ke-
cil dapat masuk ke duodenum spontan tanpa menimbulkan gejala atau menye-
babkan obstruksi temporer di ampula vateri sehingga timbul pankreatitis akut dan
lalu masuk ke duodenum (gallstone pancreatitis). Gambaran klinis koledokolitia-
sis didominasi penyulitnya seperti ikterus obstruktif, kolangitis dan pancreatitis.
Ikterus obstruksi, pengaliran getah empedu ke dalam dudodenum akan menim-
bulkan gejala yang khas, yaitu: getah empedu yang tidak lagi dibawa kedalam
duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit
9
dan membran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejal
gatal-gatal pada kulit (pruritus).
Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan
membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pig-
men empedu atau tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “Clay-col-
ored ” (dempul).
Defisiensi vitamin Obstruksi aliran empedu juga akan mengganggu absorbsi vi-
tamin A,D,E,K yang larut lemak. Karena itu pasien dapat memperlihatkan gejala
defisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier berlangsung lama. Defisiensi
vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal.
X. Working Diagnogsis
Berdasarkan gejala-gejala yang terdapat pada pasien tersebut, dapat dikemukakan
working diagnosis adalah koledokolitiasis yang disertai komplikasi kolangitis. Working
diagnosis tersebut adalah berdasarkan hal berikut:
1. Nyeri pada perut bagian kanan atas (keadaan umum kesakitan)
2. Ikterus
3. Demam tinggi
4. Warna feses seperti dempul
XI. Differential Diagnosis
Kolelitiasis
Kolelitiasis adalah keadaan dimana terdapat batu empedu di dalam kandung
empedu yang memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis
lebih sering dijumpai pada 4F yaitu wanita (Female), usia di atas 40 tahun (Forty),
obese (Fat) dan Fertile. 5 Keluhan timbul bila batu bermigrasi menyumbat duktus
sistikus atau duktus koledokus. Gejala klinik dapat berupa kolik bilier, mual,
muntah dan lain-lain. Nyeri visceral ini akibat obstruksi transien duktus sistikus
10
oleh batu, sehingga menyebabkan peningkatan intralumen dan distensi kandung
empedu. 5
Kolik biasanya timbul pada malam atau dini hari setelah makan berat atau
makanan berlemak pada malam hari. Nyeri meningkat tajam dalam 15 menit dan
menetap selama 3-5 jam. Timbul di kuadran kanan atasatau epigastrium, dapat
menjalar ke punggung kanan, atau bahu kanan. Episode kolik sering disertai mual
dan muntah. 5
Diagnosis 5
1. Anamnesis: keluhan dyspepsia, nyeri, pruritus
2. Pem. Fisik: ikterus, nyeri epigastrium (kanan atas), tanda Murphy positif
3. Laboratorium: leukositosis (infeksi), kolestasis (bilirubin direk meningkat,
gamma glomerulus transferase meningkat, alkali phosphatase meningkat)
4. Penunjang
USG, ERCP, EUS (endoskopik ultrasonographi), MRCP (magnetic resonance
cholangio pancreatography).
Kolesistitis
Kolesistitis adalah peradangan pada kandung empedu. Jenis kolesistitis
- Akut: reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyer
perut kanan atas, nyeri tekan dan demam
- Kronik: berkait dengan litiasis dan timbul perlahan
Gejala Klinis
Nyeri perut kanan atas. Nyeri menjalar ke bahu kanan
Mual muntah
Demam ringan- tinggi
Faktor:
11
Stasis cairan empedu
Infeksi kuman
Iskemia dinding kandung empedu
- Penyebab utama 90%: batu kandung empedu di duktus sitikus -> stasis cairan
empedu-> hydrops cairan empedu-> penambahan volume kandung empedu->
iskemia->nekrosis-> perforasi.
Diagnosis
Akut
1. Anamnesis: khas; kolik abdomen kanan atas atau epigastrium, nyeri menjalar ke pun-
dak atau skapula kanan
2. Pem. Fisik: ikterus, demam menggigil, tanda Murphy +
3. Laboratorium: leukositosis
4. Penunjang: USG, kolesistografi oral (obstruksi)
Kronik
1. Anamnesis: gejala minimal seperti dyspepsia, rasa penuh di epigastrium, mual selepas
makan makanan berlemak, umumnya ada riwayat keluarga.
2. Pem. Fisik: nyeri loka di kandung empedu, tanda Murphy +, Ikterus ringan
3. Penunjang: USG, kolesistografi oral, kolangiografi, ERCP
Pankreatitis
Jenis pancreatitis:
- Akut: radang pancreatitis akut, terjadi perbaikan ke fungsi normal pancreas
- Kronis: radang pancreatitis akut berulang, terjadi gangguan fungsi pancreas
yang menetap, nyeri dan malabsorpsi
Gejala Klinis
- Nyeri hebat di perut kanan atas bagian tenga, di bawah tulang sternum. Nyeri
menjalar ke tulang punggung. Nyer biasanya imbul tiba- tiba
- Mual muntah
- Berkeringat, denyut nadi meningkat, pernapasan cepat dan dangkal
- Ikterus pada sclera, asites, demam
12
- Pembengkakan pada perut bagian tas karena terhentinya pergerakan isi lam-
bung dan usus
Diagnosis
1. Anamnesi: tanda akut hebat, nyeri epigastrium, punggung, retrosternal, mual
muntah
2. Pem. Fisik: demam, ikterus ringan, perut buncit, tanda Murphy +, ekimosis ping-
gang (Grey Turner), ekimosis sekitar pusat (Cullen), eksudat pleura
3. Laboratorium: leukositosis, glukosa meningkat, amylase meningkat (3-5 hari), li-
pase meningkat, Ca menurun perlahan
4. Penunjang: rontgen (diafragma kiri tinggi), CT scan, USG
Abses Hepar
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi
bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari
sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai komplikasi
dari peradangan akut saluran empedu.
Infeksi melalui:
Kandung kemih yang terinfeksi
Luka tusuk
Infeksi dalam perut
Infeksi dari bagian tubuh lain melalui aliran darah
Abses hepar dibagi:
1. Abses hati amebik (AHA): E. Histolitika
2. Abses hati piogenik (AHP): enterobacteracea, Microaerophilic
streptococcus, Klebsiella pneumoniae
AHA lebih sering terjadi di negara berkembang dari AHP. AHP banyak terjadi akibat
komplikasi dari sistem biliaris
Diagnosis
13
1. Abses Hepar Piogenik:
- Anamnesis: klinis berat, demam tinggi, jalan membungkuk ke depan, syok,
berat badan menurun, mual muntah, ikterus, lemah, BAB warna seperti kapur,
BAK warna gelap
- Pem. Fisik: demam ringan- tinggi, hepatomegali, nyeri tekan, ikterus
- Laboratorium: leukositosis tinggi, anemia, LED meninggi, alkali fosfatase
meningkat, bilirubin dan transaminase meningkat, albumin menurun
- Tes serologis
- Kultur darah
- Pununjang: foto thoraks, USG, CT Scan, biopsi hati
2. Abses Hepar Amebik
- Anamnesis: nyeri khas perut kanan atas, jalan membungkuk ke depan, demam
- Pem. Fisik: demam tinggi intermitten atau remitten, nyeri tekan di iga 8-9-10
- Laboratorium: leukositosis
Kista Saluran Empedu
Kista saluran empedu terutama terjadi pada dukus koledokus. Kista ini adalah
dilatasi kistik dari saluran empedu baik intrahepatik maupun ekstrahepatik. Etiloginya
masih belum dapat dikenal pasti, duduga penyebabnya kongenital atau didapat.
Gejala Klinis
- Ikterus
- Nyeri perut yang hilang timbul
- Massa tumor pada perut kanan atas
Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang:
1. Laboratorium: bilirubin, transaminase, alkali phosphate, gamma glutamil
transpeptidase, kadar amilase meningkat
2. Penunjang: USG (gambaran massa tumor yang berbats tegas di daerah kanan
atas), kolangiografi (diagnosis pasti)
Kalsifikasi:
14
Kalsifikasi kista koledokus berdasarkan kelainan anatomi:
- Tipe I: tipe kistik dan fusiform/ dilatasi segmental dari duktus biliaris ekstra-
hepatik. Jenis ini paling sering ditemukan
- Tipe II: dilatasi sakulat tunggal/ divertikulum dari duktus biliaris ekstrahepatik
- Tipe III: dilatasi intraduodenal/koledokus dari duktus biliaris
- Tipe IV A: kombinasi dilatasi intra dan ekstrahepatik
- Tipe IV B: dilatasi multiple dari duktus biliaris ektrahepatik
- Tipe V: dilatasi difus duktus biliaris intrahepatik (peny. Caroli)
XII. Komplikasi
Batu empedu di dalam saluran empedu bisa mengakibatkan infeksi hebat salu-
ran empedu (kolangitis), infeksi pankreas (pankreatitis) atau infeksi hati. Jika saluran
empedu tersumbat, maka bakteri akan tumbuh dan dengan segera menimbulkan infeksi
di dalam saluran. Bakteri bisa menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi
di bagian tubuh lainnya.2
Kolangitis akut: didasarkan apabila gejala trias charcot atau penta Reynlds di-
jumpai. Trias Charcot adalah nyeri abdomen bagian kanan atas, ikterus dan demam. Jika
adanya kolangitis supuratif akut gejala trias Charcot disertai dengan penta Reynalds yaitu
hipotensi dan gangguan kesedaran.6
Pancreatitis bilier akut: impaksi di papilla vateri yang menyebabkan obstruksi
di duktus pankreatikus dan menyebabkan pancreatitis. Regurgitasi cairan empedu yang
naik ke atas secara retrograde menyebabkan sebagian cairan empedu masuk ke dalam
duktus pankreatikus yang menyebabkan peradangan. 2
Serosis bilier sekunder yang terjadi akibat obstruksi dalam jangka masa yang
lama pada duktus koledokus, terjadi gangguan sekresi cairan empedu yang menyebabkan
kerusakan parenkim hati. Akibatnya fibrosis yang progresif dan serosis. Gejala lanjut
adalah tanda kegagalan hati seperti ensefalopati, hipertensi portal dan asites.2
XIII. Penatalaksanaan
Batu saluran empedu selalu menyebabkan masalah yang serius karena itu
harus dikeluarkan baik melalui operasi terbuka maupun melalui sebuah prosedur yang
disebut Endoscopy Retrogade Cholangiopancreotography (ERCP). Pada ERCP suatu en-
doskopi dimasukan melalui mulut, kerongkongan, lambung dan duodenum. Zat kontras
15
radioopak masuk ke dalam saluran empedu melalui sebuah selang di dalam Sfrinter
Oddi. Pada Sfringteretomi, otot sfringter dibuka agak lebar sehingga batu empedu yang
menyumbat saluran akan pindah ke usus halus dan dikeluarkan melalui tinja. 1 ERCP dan
sfringteretomi telah berhasil dilakukan pada 90% kasus. Kurang dari 4 dari setiap 1000
penderita yang meninggal dan 3-7% mengalami komplikasi, sehingga prosedur ini lebih
aman dilakukan daripada operasi terbuka. Komplikasi yang mungkin sekali terjadi
adalah pendarahan, pankreatitis akut dan perforasi atau infeksi pada saluran
empedu. Pada 206 % penderita, saluran dapat menciut kembali dan batu empedu dapat
timbul lagi.
Pada tatalaksana batu saluran empedu yang sempit dan sulit, diperlukan beber-
apa prosedur endoskopik tambahan sesudah sfringterotomi seperti pemecahan batu den-
gan littrotipsi mekanik, litrotipsi laser, electri-hydaulic-shockwave lothritipsy, atau
ESWL. Bila pemecahan batu dengan cara di atas gagal, maka dapat dilakukan pemasan-
gan stent nilier perendoskopik di sepanjang batu yang terjepit. Stent bilier dapat di-
pasang di dalam saluran empedu sepanjang batu yang besar atau terjepit yang sulit di-
hancurkan dengan drainase empedu. 1
Preventif
Diet dapat berperan dalam kasus batu empedu. Faktor makanan spesifik dapat meliputi:
- Lemak. Meskipun lemak (khususnya lemak jenuh ditemukan dalam daging, mentega,
dan produk binatang lainnya) telah dikaitkan dengan serangan batu empedu, beberapa
studi telah menemukan resiko yang lebih rendah untuk batu empedu pada orang yang
mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tak jenuh tunggal (ditemukan dalam
minyak zaitun dan minyak canola) atau asam lemak omega-3 (ditemukan di kanola, biji
rami, dan minyak ikan). Minyak ikan dapat bermanfaat terutama pada pasien dengan
kadar trigliserida tinggi, karena meningkatkan tindakan pengosongan kantong empedu. 5
- Serat. Asupan serat tinggi telah dikaitkan dengan resiko lebih rendah untuk terjadinya
batu empedu. 5
- Kacang. Studi menunjukkan bahwa orang mungkin dapat mengurangi risiko batu
empedu dengan makan kacang lebih (kacang tanah dan kacang pohon, seperti walnut dan
almond). 5
16
- Buah dan Sayuran. Orang-orang yang makan banyak buah-buahan dan sayuran
mungkin memiliki risiko lebih rendah terkena batu empedu simtomatik yang
membutuhkan pengangkatan kandung empedu. 5
- Gula. Asupan gula tinggi telah dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk batu empedu.
Diet yang tinggi karbohidrat (seperti pasta dan roti) juga dapat meningkatkan risiko,
karena karbohidrat diubah menjadi gula dalam tubuh. 5
- Alkohol. Beberapa penelitian telah melaporkan resiko yang lebih rendah untuk batu
empedu dengan konsumsi alkohol. Bahkan jumlah kecil (1 ons per hari) telah ditemukan
untuk mengurangi risiko batu empedu pada wanita sebesar 20%. Asupan sedang
(didefinisikan sebagai 1-2 gelas sehari) juga muncul untuk melindungi jantung. Perlu
dicatat, bahwa bahkan asupan alkohol meningkatkan risiko untuk kanker payudara pada
wanita. Wanita hamil, orang-orang yang tidak dapat minum di moderasi, dan orang-
orang dengan penyakit hati tidak boleh minum sama sekali. 5
- Kopi. Penelitian menunjukkan bahwa minum kopi setiap hari dapat menurunkan resiko
batu empedu. Kafein dalam kopi diperkirakan untuk merangsang kontraksi kandung
empedu dan kadar kolesterol dalam empedu. Namun minuma berkafein lainnya seperti
soda dan teh, tampaknya tidak memiliki manfaat yang sama. 5
XIV. Prognosis
Koledokolitiasis sering menyebabkan masalah yang sangat serius karena
komplikasi mekanik seperti sirosis bilier sekunder dan infeksi berat yang terjadi
berupa kolangitis akut.
XV. Kesimpulan
Batu saluran empedu sudah menjadi salah satu penyakit yang sering
ditemukan dalam duania medis. Berdasarkan kasus yang di dapat, serta gejala-gejala
klinis yang timbul pada pasien, dapat disimpulkan bahwa diagnosis pasien mengarah
kepada koledokolitiasis, yaitu batu empedu yang terdapat pada duktus koledokus, diserta
komplikasi ikterus dan kolangitis. Diagnosis kerja koledokolitiasis, dapat didukung oleh
17
terdapatnya kulit yang ikterus pada pasie, serta komplikasi kolangitis dapat dilihat dari
meningkatnya suhu tubuh. Diagnosis tersebut tidak dapat dipastikan sampai melakukan
pemeriksaan lebih lanjut, sepertu pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang
yang lainnya.
Penyakit kandung empedu dapat dihidapi oleh semua orang terutamanya
wanita diusia setengah abad dan disertai dengan factor risiko. Merupakan gangguan yang
paling sering terjadi pada sistem biliaris. Lebih dari 90% klien dengan Cholecystitis
(inflamasi kantung empedu) disebabkan oleh sumbatan batu empedu yang terbentuk di
saluran kantung empedu. Frekuensi terjadinya cholelithiasis meningkat pada diabetes
mellitus, kehamilan, anemia hemolitik, dan anemia perniciosa (ketidakmampuan sum-
sum tulang menghasilkan eritrosit) yang menyebabkan komplikasi koledokolitiasis dan
kolangitis.
Daftar Pustaka
1. Lesmana LA. Penyakit batu empedu. In:Sudoyo AW, Setiyohadi B, et al editors. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed, 1st vol. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK
UI;2010hp.479-81, 721-6.
2. Ndraha, S. Buku Ajar Gasteroenterohepatologi. Biro Publikasi Fakultas Kedokteran
Ukrida;2013.h. 187-202.
3. Dray X, Joy F, Reijasse D, et al. Incidence, risk factors, and complications of
cholelithiasis in patients with home parenteral nutrition. J Am Coll Surg; 2007.h.13-21.
4. Gambar diunduh dari:
http://obatdarikulitmanggis.com/wp-content/uploads/2013/03/Pengobatan-Penyakit-
Batu-Empedu.jpg , 16 Juni 2013.
5. Nurman A. Batu empedu. Dalam: Sulaiman HA, Akbar NA, Lesmana LA, Noer HMS.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Jakarta: Jayaabadi; 2007.h.161-78.
18