Klasifikasi Bahan Pakan Dan Pencernaan

download Klasifikasi Bahan Pakan Dan Pencernaan

of 63

Transcript of Klasifikasi Bahan Pakan Dan Pencernaan

BAB I

PAGE 55

BAB I

PENDAHULUAN

Ternak memerlukan pakan dengan kandungan zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Pakan berperan penting dalam membentuk struktur dan jaringan tubuh. Kebutuhan zat-zat makanan untuk ternak mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi atau kualitas produksi.

Pakan atau ransum yang diberikan pada ternak harus sesuai dengan karakteristik dan fungsi dari sistem pencernaan ternak itu, berdasarkan umur, bangsa, jenis kelamin, kondisi, dan tujuan pemeliharaanya. Sistem pencernaan merupakan suatu sistem yang terdiri dari saluran pencernaan yang dilengkapi beberapa organ yang bertanggung jawab atas pengambilan, penerimaan, pencernaan dan absorbsi zat makanan mulai dari mulut ke anus.Tujuan dari praktikum Ilmu Nutrisi Ternak ini adalah agar praktikan dapat mengetahui berbagai jenis bahan pakan, mengetahui kandungan zat pakan yang terdapat dalam bahan pakan dan mengetahui secara langsung organ-organ saluran pencernaan hewan ruminansia, non ruminansia dan pseudoruminansia.Manfaat dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengelompokkan bahan pakan sesuai dengan klasifikasi internasional, sehingga dapat menyusun ransum pakan bagi ternak sesuai kebutuhan gizi yang diperlukan dan saluran pencernaan ternak tersebut mengetahui perbedaan-perbedaan organ saluran pencernaan yang ada pada ternak ruminansia, non ruminansia dan pseudoruminansia.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Bahan Pakan Internasional

Pakan ternak mengandung zat gizi untuk keperluan kebutuhan energi, akan tetapi kandungan zat gizi tersebut pada masing-masing bahan pakan ternak berbeda-beda. Secara internasional makanan ternak dibagi atas delapan kelas, yaitu :1) hijauan kering dan jerami; 2) pastura atau hijauan segar; 3) silase; 4) sumber energi; 5) sumber protein; 6) sumber mineral; 7) sumber vitamin dan 8) zat adiktif (Tillman et al., 1998). Penyusunan ransum untuk berbagai ternak perlu melihat tabel-tabel yang memperlihatkan hasil analisis berbagai bahan makanan. Nilai analisis tersebut perlu untuk menyusun formula seimbang bagi jenis dan umur berbagai aneka ternak untuk dipelihara (Anggorodi, 1985).

2.1.1.Hijauan Kering dan Jerami

Merupakan rumput dan daun-daun leguminosa yang sengaja dikeringkan agar disimpan dalam waktu lama dan digunakan sebagai cadangan bahan pakan ternak pada musim kekurangan pakan. Kelas ini mengikutsertakan semua hijauan dan jerami yang dipotong dan dirawat serta produk lain dengan kandungan serat kasar lebih dari 10% dan kandungan dinding sel lebih dari 35% (Lubis, 1992). Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua hay (hijauan kering), jerami kering dan semua bahan makanan kering (Tillman et al., 1998).

2.1.2.Pastura

Bahan pakan yang termasuk pastura adalah semua tanaman termasuk tanaman padangan yang dipotong atau tidak serta diberikan secara segar sebagai hijauan atau hijauan segar. Dan juga merupakan bahan pakan bentuk daun-daunan dan terkadang masih campur dengan bunga dan ranting kadar airnya 70-80% dan sisanya bahan kering (Hartadi et al., 1993). Contohnya adalah rumput gajah, rumput raja, rumput lapangan dan tanaman rumput sejenisnya (Tillman et al., 1998).2.1.3.Silase

Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua makanan atau bahan pakan yang berasal dari hijauan segar yang telah mengalami proses fermentasi di dalam silo secara anaerob dengan tujuan diberikan kepada ternak untuk pertumbuhan dan perkembangan ternak pada saat musim paceklik. Silase mengandung bahan kering sebesar 20-35% (Hartadi et al., 1993). Yang biasamya diolah menjadi silase adalah hijauan tetapi tidak silase ikan, biji-bijian, akar-akaran, dan umbi-umbian (Tillman et al., 1998).2.1.4.Sumber Energi

Energi bagi ternak didunakan untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan tubuh. Apabila ada kelebihan, baru dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan produksi (Mutidjo, 1987). Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua biji-bijan, hasil ikutannya, buah-buahan, umbi-umbian. Jenis umbi-umbian yang sering digunakan sebagai pakan untuk campuran pakan ternak adalah singkong. Biji-bijan dalam kelas ini mengandung protein sebesar kurang dari 20% dan 18% serat kasar (Tillman et al., 1998).2.1.5.Sumber Protein

Kandungan protein dalam pakan ternak sangat penting bagi kehidupan karena zat tersebut merupakan protoplasma aktif dalam sel hidup. Dengan memperoleh protein dari pakan yang dikonsumsi, ternak mampu memperbaiki jaringan baru, metabolisme untuk energi, metabolism ke dalam zat vital dalam fungsi tubuh, enzim-enzim yang esensial bagi fungsi tubuh normal, dan hormon-hormon tertentu (Mutidjo, 1987). Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua makanan yang mempunyai kandungan protein 20% atau lebih dan dapat berasal dari tanaman, hewan, ikan, dan susu. Pemberian pakan ini pada umumnya dalam bentuk tepung hal ini dilakukan karena untuk mempermudahkan pencernaan pada ternak.(Tillman et al., 1998).2.1.6.Sumber Mineral

Bahan pakan yang termasuk sumber mineral adalah semua makanan yang mengandung cukup banyak mineral. Contoh dari bahan pakan yang merupakan sumber mineral antara lain: tepung cangkang telur, tepung kulit kerang, mineral mix dan tepung tulang (Hartadi at al., 1993). Menurut pendapat Anggorodi (1985), mineral merupakan komponen dari persenyawaan organik jaringan tubuh dan pensenyawaan kimiawi lainnyayang berperan dalam proses metabolisme.

2.1.7.Sumber Vitamin

Vitamin mempunyai peran penting dalam reaksi spesifik metabolisme tubuh dan proses pertumbuhan, produksi, serta kehidupan normal. Bahan pakan yang termasuk sumber vitamin adalah semua makanan yang mengandung cukup banyak vitamin (Anggorodi, 1985). Jagung kuning dan jagung merah memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan jagung putih karena jagung kuning dan merah memiliki karoten dan provitamin A yang cukup tinggi (Murtidjo, 1987).2.1.8. Zat Adiktif

Kualitas pakan yang sempurna, ekonomis dan memenuhi syarat memang sulit karena pada umumnya bahan baku pakan yang digunakan memiliki kandungan gizi yang bervariasi. Oleh karena itu, untuk menutup kekurangan itu digunakan bahan aditif dengan ukuran perbandingan tertentu menurut jenis atau tipe ternak yang akan diberikan (Mutidjo, 1987). Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah zat-zat tertentu yang biasanya ditambahkan dalam ransum dalam jumlah sedikit dengan tujuan tertentu, seperti antibiotika, zat-zat warna, hormon dan obat-obatan lainnya (Tillman et al.,1998).

2.2. Saluran Pencernaan

2.2.1. Ruminansia

Saluran pencernaan ruminansia dimulai dari mulut, esophagus, lambung, usus halus, sekum, usus besar, rectum dan anus (Budi, 1996). Hewan ruminansia memiliki perbedaan pada perutnya, perut ruminansia dibagi menjadi dua bagian yaitu perut depan yang terdiri dari rumen, reticulum dan omasum dan pertu belakang yaitu abomasum atau perut sejati (Frandson, 1996).

2.2.1.1. Mulut. Makanan yang masuk kedalam mulut ruminansia yang masih berbentuk kasar akan dipecah menjadi partikel-partikel kecil dengan cara pengunyahan dan pembasahan oleh saliva lalu ransum masuk ke rumen untuk disimpan sementara melalui esophagus (Budi, 1996). Faring merupakan saluran umum, baik untuk lewatnya makanan ataupun udara, dilapisi oleh membran mukosa dan dikelilingi oleh otot-otot. Saluran yang menuju faring adalah mulut, dua lubang hidung, dua saluran eustasian (Frandson, 1997).

2.2.1.2.`Esofagus. Esofagus merupakan bagian alat pencernaan yang menghubungkan kerongkongan dan lambung dan berukuran panjang kurang lebih 125 cm. Letak esophagus adalah dibagian kiri dari leher, masuk kerongga dada dan menembus sekat rongga dada. Untuk selanjutnya saluran pakan memasuki lambung (Budi, 1996). Esofagus terdiri atas dua lapis yang saling melintas miring, kemudian spiral dan akhirnya membentuk suatu lapisan muskuler dalam (Frandson, 1997).

2.2.1.3. Rumen. Rumen merupakan suatu kantung muskular yang besar yang terentang dari diafragma menuju ke pelvis dan hamper menempati sisi kiri dari rongga abdominal. Rumen berfungsi sebagai tempat penampungan makanan yang dikonsumsi untuk sementara waktu. Didalam rumen terdapat mikroorganisme seperti bakteri dan protozoa yang menghancurkan bahan-bahan berserat dan mencernanya untuk kepentingan mikroba itu sendiri (Frandson, 1996). Rumen merupakan bagian perut terbesar yang berukuran sekitar 80% dari seluruh perut, omasum 8%, abomasum 7%, dan retikulum 5% (Budi, 1996).

2.2.1.4. Retikulum. Retikulum adalah bagian perut (kompartemen) yang paling kranial, kompartemen ini bagian dalamnya diseliputi oleh membrane mukosa yang mengandung insecting ridge yang membagi permukaan itu menjadi permukaan yang menyerupai sarang lebah (Frandson, 1996). Letak retikulum dibelakang diafragma dan didalam retikulum makanan mengalami fermentasi, di dalam retikulum terdapat papila berbentuk sarang lebah yang berguna untuk menyaring partikel pakan sebelum masuk ke omasum (Budi, 1996).

2.2.1.5. Omasum. Omasum merupakan suatu organ seferis yang terisi oleh lamina muskuler yang turun dari bagian dorsum atau bagian atap. Membran mukosa yang menutupi lamina, ditebari dengan papile yang pendek dan tumpul yang akan menggiling hijauan sebelum masuk ke abomasum (Frandson, 1996). Omasum letaknya disebelah kan rumen dan retikulum persis pada posisi kaudal hati, omasum berfungsi sebagai penggiling makan yang melewatinya dan berperan menyerap sebagian air (Budi, 1996).

2.2.1.6. Abomasum. Abomasum atau perut sejati merupakan suatu bagian glandula yang pertama dari saluran pencernaan ruminansia, terletak ventral dari omasum dan terentang caudal pada sisi kanan dari rumen (Frandson, 1996). Didalam abomasum terdapat terdapat unsur-unsur berbagai nutrient yang dihasilkan melalui proses kerja cairan lambung terhadap bakteri dan protozoa, serta diserap melalui dinding usus halus (Budi, 1996)

2.2.1.7. Usus Halus. Secara keseluruhan usus halus mempunya panjang 16 meter, secara anatomi usus halus dibagi menjadi tiga bagian yaitu deudenum, jejenum dan ileum (Budi, 1996). Duodenum merupakan bagian yang pertama dari usus halus dan menghubungkan usus halus dengan lambung, sedangkan jejenum dan ileum itu bersambung dan tidak ada batas yang jelas diantaranya (Frandson, 1996).

2.2.1.8. Usus Besar. Usus besar terdiri atas sekum dan kolon, sekum merupakan suatu kantung buntu dan kolon yang terdiri atas bagian yang naik, mendatar dan turun. Bagian yang turun akan berakhir di rectum dan anus (Frandson, 1996). Sekum dan kolon mempunyai fungsi seperti pada ruminan yaitu tempat fermentasi serat kasar dan karbohidrat oleh mikroorganisme, sintesis asam-asam amino atau protein dan vitamin B dan K oleh mikroorganisme (Budi, 1996).

2.2.1.9. Anus. Anus merupakan tempat keluarnya hasil pencernaan yang tidak berguna bagi tubuh sebagai hasil pencernaan di usus besar atau yang disebut sebagai feses (Budi, 1996). Anus mempunyai fungsi sebagai tempat keluarnya feses hasil pencernaan di usus besar. Anus merupakan pertautan antara bagian terminal dan saluran pencernaan dan dikontrol oleh otot-otot spinter dan serang lintang (Frandson, 1996).

2.2.2.

Pseudoruminan

2.2.2.1. Mulut. Rongga mulut pada ternak pseudoruminansia terdapat tiga alat pencernaan yaitu gigi, lidah dan saliva. Di dalam mulut terjadi proses pencernaan secara mekanik yaitu dengan cara pemamahan dan pengunyahan yang dibantu denagn air liur (ludah) yang dikeluarkan oleh kelenjar empedu (Frandson, 1996). Ternak pseudoruminansia terjadi mostilasi yaitu mengambil pakan, mengunyah dan mencampurnya dengan air liur atau saliva (Blakely dan Bade, 1998).

2.2.2.2. Esofagus. Esofagus berperan sebagai penyalur bolus makanan dari mulut ke lambung, esophagus merupakan pipa musculus yang sempit yang menembus diafragma masuk ke dalam abdomen (Frandson, 1996). Esofagus merupakan organ yang menghubungkan faring dengan lambung. Bolus pakan yang dibentuk dalam rongga mulut dapat berjalan melalui esofagus karena adanya gerakan peristaltik esofagus (Blakely dan Bade, 1998).

2.2.2.3. Lambung. Lambung kelinci disebut juga dengan ventrikulus yang terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal (kardia), bagian tengah (fundus) dan bagian akhir (pilorus). Lambung berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan dan tempat terjadinya proses pencernaan dimana dinding lambung mensekresikan getah lambung yang terdiri dari air, garam anorganik, mucus, HCl, pepsinogen dan faktor intrinsik (Kartadisastra, 1997). Pada hewan pseudoruminan tertentu memiliki lambung sederhana, intestinum dan usus belakang yang membesar, Cairan lambung terdiri dari air, garam-garam anorganik dan pepsinogen yang dapat merangsang produksi pepsin. Konsentrasi garam dalam cairan lambung menurunkan pH sampai 4,0 (Frandson, 1996).

2.2.2.4. Usus Halus. Usus halus pada pseudoruminan atau kelinci terdiri dari deudenum, jejenum dan illeum. Kelenjar submukosa menghasilkan getah duodenum dan disekresikan ke dalam duodenum melalui vili-vili dan getah ini bersifat basa. Getah pankreas yang dihasilkan disekresikan ke dalam duodenum melalui ductus pancreaticus (Frandson, 1996). Jejenum merupakan kelanjutan dari duodenum dan illeum di sebelah kaudal ventrikulus dan berfungsi sebagai tempat absorbsi makanan (Kartadisastra, 1997).

2.2.2.5. Usus Besar. Usus besar pada kelinci dibagi menjadi dua bagian yaitu sekum dan kolon. Sekum pada kelinci berbentuk seperti kantung berwarna hijau tua keabu-abuan. Dalam coecum makanan disimpan dalam waktu sementara. Pencernaan selulosa dilakuakan oleh bakteri yang menghasilkan asam asetat, propionat dan butirat (Fradson, 1996). Kolon besar mempunyai panjang kurang lebih 3 m, diameter rata-ratanya 225 cm dan kapasitasnya kurang lebih dua kali sekum. Kolon kecil memiliki panjang sekitar 3,5 m dan mempunyai diameter sekitar 7,5-10 cm (Blakely dan Bade, 1998).

2.2.2.6. Rektum. Rektum merupakan kelanjutan dari kolon dan membentuk feses. Rektum adalah bagian usus besar yang relatif lurus terletak pada rongga pelvis panjangnya sekitar 30 cm (Kartadisastra, 1997). Rektum siap mengembang guna menampung kotoran. Pertautan bagian terminal dari saluran pencernaan dan kulit disebut anus. Anus dikontrol oleh otototot spinter halus yang tertata serang lintang (Frandson, 1997).

2.2.2.7. Anus. Anus merupakan pertautan bagian terminal dari saluran pencernaan dan kulit disebut anus. Anus dikontrol oleh otototot spinter halus yang tertata serang lintang (Frandson, 1997). Feses yang keluar lewat anus mengandung air. Feses merupakan sisa makanan yang tidak tercerna. Cairan dari saluran pencernaan, sel-sel epitel usus, mikroorganisme, garam organik, stearol dan hasil dekomposisi dari bakteri keluar melalui anus (Kartadisastra, 1997).

2.2.3. Non Ruminansia

Hewan non ruminansia juga disebut makhluk atau hewan yang mempunyai lambung sederhana dan contohnya adalah manusia, tikus, kucing, babi dan lain-lain.Didalam saluran pencernaan non ruminansia terjadi proses perubahan bahan makanan dari bentuk yang kompleks menjadi bentuk yang sederhana, masing-masing saluran pencernaan terjadi proses yang berbeda-beda. (Frandson, 1996).

2.2.3.1. Ayam Broiler

2.2.3.1.1. Paruh. Ayam tidak memiliki gigi, sehingga pada ayam tidak terjadi proses pengunyahan. Lidah membantu pada waktu makan karena ada bagian bercabang pada daerah belakang yang mendorong pakan turun kedalam kerongkongan. Saliva dalam jumlah sedikit dikeluarkan dalam mulut untuk membantu pada proses penelanan (Blakely dan Bade, 1998). Ayam mempunyai lidah yang bentuknya runcing dan berperan dalam mendorong makanan ke dalam oesophagus (Rizal, 2006).

2.2.3.1.2. Esofagus. Esofagus adalah saluran yang menuju ke tembolok dan yang terus berlanjut ke proventrikulus. Bagian ini memiliki kemampuan yang besar untuk mengembang (Blakely dan Bade, 1998). Panjang esofagus dari faring ke tembolok pada ayam dewasa adalah sekitar 20 cm dan dari tembolok ke proventrikulus sekitar 16 cm (Rizal, 2006).

2.2.3.1.3. Tembolok. Tembolok merupakan tempat penyimpan pakan untuk sementara, didalam tembolok terjadi proses pelunakan dan pencernaan pendahuluan yang dibantu oleh kerja enzim (Blakely dan Bade, 1998). Panjang dari tembolok ke proventriculus kurang lebih 16 cm (Rizal, 2006).

2.2.3.1.4. Lambung Kelenjar (Proventrikulus). Perut kelenjar mengeluarkan asam lambung dan pepsin yang berfungsi dalam melakukan pemecahan protein menjadi asam amino (Blakely dan Bade, 1998). Proventriculus terletak pada akhir saluran esophagus, berbatasan dengan tembolok, berukuran lebih kecil dan lebih lunak dari tembolok (Frandson, 1996).

2.2.3.1.5. Lambung Otot (Ventrikulus). Lambung otot tersusun dari suatu struktur bertanduk yang berotot tebal. Kerja penggilingan yang terjadi secara tidak sadar oleh otot empedal memiliki kecenderungan untuk menghancurkan pakan seperti yang dilakukan oleh gigi (Blakely dan Bade, 1998). Lambung otot sering kali juga disebut muscular stomach (perut otot). Lokasinya berada di antara ventrikulus dan bagian atas usus halus. Lambung otot memiliki dua pasang otot yang sangat kuat sehingga ayam mampu menggunakan tenaga yang kuat, gizzard mengandung material yang bersifat menggiling, seperti grit, karang dan batu kerikil (Rizal, 2006).

2.2.3.1.6. Usus Halus. Sebagian besar pencernaan terjadi didalam usus halus. Cairan usus halus adalah enzim-enzim yang disekresikan untuk memecah gula dan zat-zat pakan lainnya menjadi bentuk yang lebih sederhana, diamana hasil tersebut disalurkan kedalam aliran darah. Pada unggas aliran pakan dalam sistem pencernaan sangat cepat, karena bakteri dalam jumlah sedikit letaknya ada didalam seka, pakan berserat hanya sedikit yang dapat dicerna (Blakely dan Bade, 1998). Panjang usus halus ayam dewasa sekitar 140 cm. Permukaan bagian dalam usus halus merupakan jaringan mukosa yang berlipat-lipat (Rizal, 2006).

2.2.3.1.7. Seka. Diantara usus halus dan usus besar, terdapat dua kantong yang disebut sebagai seka (usus buntu). Panjang setiap seka kurang lebih sekitar 6 inci atau 15 cm (Rizal, 2006). Pada unggas dewasa yang sehat, seka berisi pakan lembut yang keluar-masuk. Akan tetapi, tidak ada bukti mengenai peran serta dalam pencernaan. Hanya sedikit air terserap, sedikit karbohidrat dan protein dicerna berkat bantuan beberapa bakteri (Blakely dan Bade, 1998).

2.2.3.1.8. Usus Besar. Usus besar memiliki panjang sekitar 10 cm dan diameternya dua kali usus halus (Rizal, 2006). Usus besar berfungsi mengatur kadar air sisa makanan. Didalam usus besar terdapat bakteri yang dapat membusukan sisa-sisa makanan menjadi feses. Pembusukan menyebabkan feses lunak dan mudah di keluarkan. Bagian akhir usus besar (rektum) tidak terjadi lagi penyerapan air. Rektum dapat berkontraksi sehingga menimbulkan terjadinya defekasi yaitu pengeluaran zat-zat sisa makanan melalui anus (Frandson, 1996).

2.2.3.1.9. Kloaka. Kloaka merupakan pertemuan atau muara bagi saluran pengeluaran sistem pencernaan, urinari, dan genital (Blakely dan Bade, 1998). Bagian akhir dari proses pencernaan adalah usus besar dan anus yang berfungsi sebagai buangan dan air seni (Rizal, 2006).2.2.3.2. Itik

2.2.3.2.1. Paruh. Paruk itik lebih besar dan panjang dibandingkan dengan paruh ayam, Itik tidak memiliki gigi atau pinggiran paruh yang bergerigi, sehingga pada itik tidak terjadi proses pengunyahan. Lidah membantu pada waktu makan karena ada bagian bercabang pada daerah belakang yang mendorong pakan turun kedalam kerongkongan. Saliva dalam jumlah sedikit dikeluarkan dalam mulut untuk membantu pada proses penelanan (Blakely dan Bade, 1998). Itik mempunyai lidah yang bentuknya runcing dan berperan dalam mendorong makanan ke dalam esofagus (Rizal, 2006).

2.2.3.2.2. Esofagus. Esofagus adalah saluran yang menuju ke tembolok dan yang terus berlanjut ke proventrikulus. Bagian ini memiliki kemampuan yang besar untuk mengembang (Blakely dan Bade, 1998). Panjang esofagus dari faring ke tembolok pada itik dewasa adalah sekitar 20 cm dan dari tembolok ke proventriculus sekitar 16 cm (Rizal, 2006).

2.2.3.2.3. Tembolok. Tembolok merupakan tempat penyimpan pakan untuk sementara, didalam tembolok terjadi proses pelunakan dan pencernaan pendahuluan yang dibantu oleh kerja enzim (Blakely dan Bade, 1998). Tembolok itik lebih kecil dari tembolok ayam namun bentuknya memanjang, panjang dari tembolok ke proventriculus kurang lebih 16 cm (Rizal, 2006).

2.2.3.2.4. Lambung Kelenjar (Proventrikulus). Perut kelenjar mengeluarkan asam lambung dan pepsin yang berfungsi dalam melakukan pemecahan protein menjadi asam amino (Blakely dan Bade, 1998). Proventriculus terletak pada akhir saluran esophagus, berbatasan dengan tembolok, berukuran lebih kecil dan lebih lunak dari tembolok (Frandson, 1996)

2.2.3.2.5. Lambung Otot (Ventrikulus). Lambung otot tersusun dari suatu struktur bertanduk yang berotot tebal. Kerja penggilingan yang terjadi secara tidak sadar oleh otot empedal memiliki kecenderungan untuk menghancurkan pakan seperti yang dilakukan oleh gigi (Blakely dan Bade, 1998). Lambung otot sering kali juga disebut muscular stomach (perut otot). Lokasinya berada di antara ventrikulus dan bagian atas usus halus. Lambung otot mengandung material yang bersifat menggiling, seperti grit, karang dan batu kerikil (Rizal, 2006).

2.2.3.2.6. Usus Halus. Sebagian besar pencernaan terjadi didalam usus halus. Cairan usus halus adalah enzim-enzim yang disekresikan untuk memecah gula dan zat-zat pakan lainnya menjadi bentuk yang lebih sederhana, diamana hasil tersebut disalurkan kedalam aliran darah. Pada unggas aliran pakan dalam sistem pencernaan sangat cepat, karena bakteri dalam jumlah sedikit letaknya ada didalan ceca, pakan berserat hanya sedikit yang dapat dicerna (Blakely dan Bade, 1998). Panjang usus halus itik dewasa sekitar 140 cm. Permukaan bagian dalam usus halus merupakan jaringan mukosa yang berlipat-lipat (Rizal, 2006).

2.2.3.2.7. Seka. Diantara usus halus dan usus besar, terdapat dua kantong yang disebut sebagai ceca (usus buntu). Panjang setiap seka kurang lebih sekitar 6 inci atau 15 cm (Rizal, 2006). Pada unggas dewasa yang sehat, seka berisi pakan lembut yang keluar-masuk. Akan tetapi, tidak ada bukti mengenai peran serta dalam pencernaan. Hanya sedikit air terserap, sedikit karbohidrat dan protein dicerna berkat bantuan beberapa bakteri (Blakely dan Bade, 1998).

2.2.3.2.8. Usus Besar. Usus besar memiliki panjang sekitar 10 cm dan diameternya dua kali usus halus (Rizal, 2006). Usus besar berfungsi mengatur kadar air sisa makanan. Didalam usus besar terdapat bakteri yang dapat membusukan sisa-sisa makanan menjadi feses. Pembusukan menyebabkan feses lunak dan mudah di keluarkan. Bagian akhir usus besar (rektum) tidak terjadi lagi penyerapan air. Rektum dapat berkontraksi sehingga menimbulkan terjadinya defekasi yaitu pengeluaran zat-zat sisa makanan melalui anus (Frandson, 1996).

2.2.3.2.9. Kloaka. Kloaka merupakan pertemuan atau muara bagi saluran pengeluaran sistem pencernaan, urinari, dan genital (Blakely dan Bade, 1998). Bagian akhir dari proses pencernaan adalah usus besar dan anus yang berfungsi sebagai buangan dan air seni (Rizal, 2006).BAB III

MATERI DAN METODEPraktikum Ilmu Nutrisi Ternak dengan materi Identifikasi Klasifikasi Bahan Pakan Secara Internasional dan Saluran Pencernaan dilaksanakan pada hari Jumat, 25 Mei 2012 pukul 10.00-11.30 WIB dan tanggal 2 Juni 2012 pukul 07.00-09.00 WIB di Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.3.1. MateriBahan yang digunakan dalam praktikum Pengenalan Bahan Pakan adalah hay rumput gajah, ampas teh, kulit kopi, jerami kacang tanah, tumpi jagung, jerami kedelai, jerami daun ketela, kulit kacang hijau, rumput raja, rumput lapangan, daun gamal, daun lamtoro, alang-alang, rumput gajah, puero, sentro, kalopo, daun nangka, silase jerami, biji kapuk, tepung dun sentro, jewawut, pollard, jagung giling, BR/ complete feed, millet merah, tetes tebu, dedak, tepung daun pepaya, ampas tahu, Meat Bone Meal (MBM), soybean meal, tepung daun turi, tepung bulu, tepung ikan, tepung daun lamtoro, tepung daun waru, tepung kepala dan kulit udang, tepung kulit kerang, NaCl, tepung tulang, CaCO3, mineral mix, tepung cangkang telur, vitastress, tepung temulawak, jamu ternak, pewarna makanan, cuka, ampas jamu, starbio, urea. Alat yang digunakan adalah tempat bahan pakan, kertas dan balpoint untuk mencatat hasil pengamatan.

Alat yang digunakan dalam praktikum Identifikasi Saluran Pencernaan adalah pisau, gunting, silet untuk mengiris dan memotong ternak yang akan di identifikasi saluran pencernaannya, alat ukur atau meteran untuk mengukur panjang organ pencernaan, pH indikator untuk mengukur pH masing-masing organ pencernaan ternak. Sterofoam sebagai tempat untuk meletakkan saluran pencernaan dan plastik untuk melapisi sterofoam. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah saluran pencernaan pada kambing, ternak berupa ayam, itik dan kelinci3.2. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum Identifikasi Klasifikasi Bahan Pakan Secara Internasional adalah mengamati secara seksama setiap jenis bahan pakan mengenai tekstur, bentuk, warna dan bau, kemudian menentukan kelas bahan pakan tersebut berdasarkan klasifikasi internasional.

Metode yang dilakukan dalam praktikum identifikasi saluran Pencernaan adalah memotong atau menyembelih ternak yang akan diamati saluran pencernaannya, setelah ternak mati maka membuka dan mengeluarkan organ-organ saluran pencernaannya. Mengamati bentuk, mengurutkan dan membedakan saluran pencernaan. Menghitung pH pada tiap-tiap organ, mengukur panjang organ dan mengamati bentuk partikel dari masing-masing organ yang berupa isi makanan maupun sisa-sisa makanan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Klasifikasi Bahan Pakan Internasional Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak ini mengamati berbagai macam jenis bahan pakan yang tersedia. Parameter yang amati diantaranya adalah warna, aroma, tekstur, bentuk dan menggolongnya dalam sumber energi, sumber protein atau yang lain sesuai dengan penggolongan bahan pakan internasional.

Tabel 1. Klasifikasi Bahan Pakan Secara InternasionalNo.Nama BahanKelasWarnaBauRasaTeksturBentuk

1.Hay rumput gajah1Kuning kecoklatanKhasHambarKasarJerami

2.Ampas teh1Coklat kehitamanKhas jeramiHambarKasarSerbuk kasar

3.Kulit kopi1CoklatApekHambarAgak kasarSerbuk kasar

4.Jerami kacang tanah1HijauKhas jeramiHambarKasarJerami

5.Tumpi jagung1CoklatKhas JeramiHambarHalusHelaian tipis

6.Jerami kedelai1Coklat kehitamanKhas jeramiHambarKasarDedaunan kering

7.Jerami daun ketela1CoklatKhas jeramiHambarKasarDedaunan kering

8.Kulit kacang hijau1CoklatKhas jeramiHambarKasarDedaunan kering

9.Rumput raja2HijauKhas rumputHambarKasarDaun

10.Rumput lapangan2HijauKhas rumputHambarKasarDaun

11.Daun gamal2HijauKhas rumputHambarHalusDaun

12.Daun lamtoro2HijauKhas rumputHambarHalusDaun

13.Alang-alang2HijauKhas rumputTidak berasaAgak kasarDaun

14.Rumput gajah2HijauKhas rumputTidak berasaKasarDaun

15.Puero2HijauKhas daunHambarBerbulu/ kasapDaun

16.Sentro2HijauKhas daunHambarBerbulu/ kasapDaun

17.Kalopo2HijauKhas daunHambarBerbulu/ kasapDaun

18.Daun nangka2HijauKhas daunHambarHalusDaun

19.Silase jerami3CoklatBusukAsamKasarJerami

20.Biji kapuk4Coklat kehitamanKhas kapukHambarKasarBiji-bijian

21.Tepung daun sentro4HijauApekPahitHalusTepung

22.Jewawut4OranyeKhasHambarHalusBuliran

23.Pollard4Putih keabuanKhasPahitHalusTepung

24.Jagung giling4Putih keoranyeanJagungHambarKasarButiran kasar

25.BR/ Complete feed4Kuning kecoklatanSeperti purHambarKasarCrumble

26.Millet merah4OranyeKhasHambarHalusBuliran

27.Tetes tebu4Hitam kecoklatanSeperti kecapManisCairCair

28.Dedak4Coklat mudaKhasHambarHalusTepung

29.Tepung daun pepaya5HijauApekPahit HalusTepung

30.Ampas tahu5Coklat mudaKhas tahuHambarKasarSerbuk kasar

31.Meat Bone Meal5PutihSeperti obatHambarHalusTepung

32.Soybean meal5Kuning kecoklatanKhasHambarKasarButiran kasar

33.Tepung daun turi5HijauKhas daunPahitHalusTepung

34.Tepung bulu5Putih pucatKhas buluTidak berasaHalusBulu

35.Tepung ikan5CoklatAmisAsinKasarTepung

36.Tepung daun lamtoro5HijauKhas daunHambarHalusTepung

37.Tepung kulit udang5Coklat keoranyeanAmisHambarHalusTepung

38.Bungkil kedelai5CoklatMirip terasiHambarKasarKedelai

39.Tepung kulit kerang6Abu-abuPasirHambarKasarButiran

40.NaCl6PutihTidak berbauAsinHalusSerbuk

41.Tepung tulang6PutihTidak berbauTidak berasaHalus Tepung

42.CaCO36PutihTidak berbauTidak berasaHalus Tepung

43.Mineral mix6KremSperti obatHambarHalusTepung

44.Tepung cangkang telur6PutihSeperti keramikHambarAgak kasarSerbuk kasar

45.Vitastress7KuningKhasAsinHalusSerbuk

46.Tepung temulawak8Kuning khasKhasPahitHalusSerbuk

47.Jamu ternak8Coklat kehitamanTengikPahit Halus Serbuk

48.Pewarna makanan8MerahTidak berbauTidak berasaCairCair

49.Cuka8BeningAsamAsamCairCair

50.Ampas jamu8HijauPahitPahitKasarSerbuk kasar

51.Starbio8CoklatKhasHambarHalusTepung

52.Urea8PinkKhasHambarKasarButiran

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak, 20124.1.1. Hijauan kering dan Jerami4.1.1.1. Hay Rumput Gajah, Hay rumput gajah termasuk dalam klasifikasi hijauan kering yaitu kelas pertama klasifikasi internasional dengan tekstur kasar, bentuk seperti jerami, warna kuning kecoklatan dan berbau khas jerami. Hay rumput gajah dibuat dari rumput gajah segar yang dikeringkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) bahwa hay berasal dari rumput gajah yang dikeringkan, di mana kandungan airnya telah dikurangi sesuai dengan yang kita inginkan dengan tujuan agar hijauan tersebut dapat lebih awet. Hay rumput gajah mengandung 15,9% abu; 29,3% serat kasar; 40,1% BETN; 1,5% protein kasar; 5,2% TDN (Tillman et al., 1998). 4.1.1.2. Ampas Teh, Ampas teh termasuk dalam klasifikasi hijauan kering yaitu kelas pertama klasifikasi internasional dengan bentuk serbuk kasar dan berwarna coklat kehitaman, bertekstur kasar dan berbau khas jerami. Ampas teh berasal dari sisa teh yang telah diseduh dan diambil sarinya. Ampas teh mengandung serat kasar yang tinggi, sehingga dapat dipergunakan sebagai pakan ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994), yang menyatakan bahwa ampas teh kandungan airnya telah dikurangi sesuai dengan yang kita inginkan dengan tujuan agar hijauan tersebut dapat lebih awet. Menurut Soelistiyono (1976), salah satu kandungan nutrisi yang terdapat pada ampas teh yaitu tanin.4.1.1.3. Kulit Kopi. Berdasarkan hasil pengamatan, kulit kopi berwarna coklat tua dengan tekstur kasar dan berbau kopi. Menurut Parakkasi (1986), kulit kopi merupakan bahan pakan yang berasal dari hasil ikutan industri yang tidak lagi banyak bermanfaat namun masih banyak dapat digunakan. Kulit kopi setelah mengalami proses lebih lanjut akan berbentuk tumbukan kasar berwarna hitam serta tekstur yang kasar. Menurut Anggorodi (1985) kulit kopi merupakan salah satu bahan pakan untuk ternak, yang mempunyai tekstur kasar, berwarna coklat kehitaman, sedikit mengeluarkan aroma asam. Dan juga kulit kopi jarang digunakan pada ternak karena digunakan untuk pemupukan perkebunan agar gembur, beraroma seperti kopi.4.1.1.4. Jerami Kacang Tanah. Jerami kacang tanah termasuk dalam klasifikasi hijauan kering dan jerami yaitu kelas pertama klasifikasi internasional dengan warna hijau, berbau khas jerami, rasanya hambar, dengan tekstur kasar dan bentuknya jerami. Jerami kacang tanah berasal dari tanaman kacang tanah yang telah dipanen kacangnya dan dikeringkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa jerami kacang tanah itu kandungan airnya telah dikurangi sesuai dengan yang kita inginkan dengan tujuan agar hijauan tersebut dapat lebih awet. Kandungan nutrisi dari jerami kacang tanah adalah abu (12,3 %), Ekstrak Eter (2,7 %), serat kasar (30 %), BETN (40,3 %), protein kasar (14,7 %) (Hartadi et al., 1993). 4.1.1.5. Tumpi Jagung. Tumpi jagung termasuk dalam klasifikasi hijauan kering dan jerami yaitu kelas pertama klasifikasi internasional dengan warna coklat, berbau khas jerami, rasanya hambar, dengan tekstur yang halus dan bentuk helaian tipis. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahju (1992) yang menyatakan bahwa tumpi jagung berasal dari kulit ari jagung yang berwarna coklat muda dan bentuknya tipis sekali. Kandungan nutrisi tumpi jagung adalah abu (8,8 %), Ekstrak Eter (1,7 %), serat kasar (33,8 %), BETN (48,6 %), protein kasar (7,0 %) (Hartadi et al., 1993)4.1.1.6. Jerami Kedelai. Jerami kedelai termasuk dalam klasifikasi hijauan kering dan jerami yaitu kelas pertama klasifikasi internasional dengan tekstur kasar, bentuk dedaunan kering, warna coklat kehitaman dan berbau khas jerami. Jerami kedelai berasal dari tanaman kacang kedelai yang telah dipanen kedelainya lalu dikeringkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) bahwa jerami kedelai yang dikeringkan, di mana kandungan airnya telah dikurangi sesuai dengan yang kita inginkan dengan tujuan agar hijauan tersebut dapat lebih awet. Jerami kedelai mengandung abu (9,4%), EE (6,2%), serat kasar (28,8%), BETN (39,0%), protein kasar (16,6%) (Hartadi et al., 1993). 4.1.1.7. Jerami Daun Ketela. Jerami daun ketela termasuk dalam klasifikasi hijauan kering dan jerami yaitu kelas pertama klasifikasi internasional dengan tekstur kasar, bentuk dedaunan kering, warna coklat dan berbau khas jerami. Jerami daun ketela berasal dari tanaman ketela yang diambil daunnya lalu dikeringkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) bahwa jerami daun ketela yang dikeringkan, di mana kandungan airnya telah dikurangi sesuai dengan yang kita inginkan dengan tujuan agar hijauan tersebut dapat lebih awet. Jerami daun ketela mengandung abu (3,7%), EE (4,6%), serat kasar (3,7%), BETN (83,4%), protein kasar (4,6%) (Hartadi et al., 1993). 4.1.1.8. Kulit Kacang Hijau. Kulit kacang hijau termasuk dalam klasifikasi hijauan kering dan jerami yaitu kelas pertama klasifikasi internasional dengan tekstur kasar, bentuk dedaunan kering, warna coklat dan berbau khas jerami. Kulit kacang hijau berasal dari tanaman kacang hijau yang diambil kacang hijau yang telah dipanen kulit luarnya lalu dikeringkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) bahwa kulit kacang hijau yang dikeringkan, di mana kandungan airnya telah dikurangi sesuai dengan yang kita inginkan dengan tujuan agar hijauan tersebut dapat lebih awet. Kulit kacang hijau mengandung abu (7,1%), EE (2,7%), serat kasar (31,4%), BETN (42,6%), protein kasar (16,3%) (Hartadi et al., 1993). 4.1.2. Pastura 4.1.2.1. Rumput Raja. Berdasarkan praktikum rumput raja memiliki karakteristik tumbuh tinggi, sedikit berbulu sehingga lebih disukai oleh ternak, bau khas hijauan, warna hijau dan termasuk ke dalam kelas pastura. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman et all, (1998) yang menyatakan bahwa rumput raja termasuk ke dalam kelas pastura karena dapat diartikan dalam bentuk segar. Kandungan nutrisi dari rumput raja antara lain: protein kasar (13,5%), lemak (3,5%), abu (18,6%), Ca(0,37%), P (0,35%) (Hartadi et al., 1993). Sedangkan zat anti nutrisi dari rumput raja adalah asam phytat dan asam oksalat.4.1.2.2. Rumput Lapangan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rumput lapangan memiliki warna hijau, tekstur kasar, berbau wangi dan berbentuk lembaran. Rumput lapangan dalam klasifikasi internasional termasuk dalam kelas dua yaitu hijauan segar. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman et all, (1998) yang menyatakan bahwa rumput raja termasuk ke dalam kelas pastura karena dapat diartikan dalam bentuk segar. Kandungan serat kasar rumput lapangan sangat tinggi sehingga sangat baik untuk grassing ternak ruminansia yaitu mengandung bahan kering sebanyak 24,4%; protein 8,20%; lemak 1,14% dan serat kasar 31,7% (Hartadi et al., 1993).4.1.2.3. Daun Gamal. Daun gamal atau nama latinnya Gliricidia sepium termasuk dalam klasifikasi pastura yaitu kelas kedua klasifikasi internasional dengan warna hijau, berbau khas daun, rasanya hambar, dengan tekstur halus dan bentuknya dedaunan. Menurut Kartadisastra (1977), daun gamal merupakan jenis pakan yang sangat disukai oleh ternak ruminansia, khususnya kambing. Kandungan nutrisi dari daun gamal segar adalah abu (9,7%), Ekstrak Eter (3.0%), serat kasar (18,0%), BETN (50,2%), protein kasar (19,1%) (Hartadi et al., 1993). Sedangkan zat anti nutrisi dari daun gamal adalah asam sianida.4.1.2.4. Daun Lamtoro. Daun lamtoro termasuk dalam klasifikasi pastura yaitu kelas kedua klasifikasi internasional dengan warna hijau, berbau khas daun, rasanya hambar, dengan tekstur halus dan bentuknya dedaunan kecil. Kandungan nutrisi dari daun lamtoro segar adalah abu (8,4%), Ekstrak Eter (4,1%), serat kasar (20,9%), BETN (40,5%), protein kasar (26,0%) (Hartadi et al., 1993). Menurut Murtidjo (1987), zat anti nutrisi dari daun lamtoro adalah mimosin. Mimosin merupakan zat yang dapat menyebabkan kerontokan bulu unggas.4.1.2.5. Alang-alang. Alang-alang atau nama latinnya Imperata cylindrica termasuk dalam klasifikasi pastura yaitu kelas kedua klasifikasi internasional dengan warna hijau, berbau khas daun, rasanya hambar, dengan tekstur kasar dan bentuknya dedaunan kecil memanjang. Kandungan nutrisi dari alang-alang adalah abu (7,7%), Ekstrak Eter (1,9%), serat kasar (37,3%), BETN (46,5%), protein kasar (6,5%) (Hartadi et al., 1993). Sedangkan zat anti nutrisi dari alang-alang adalah asam sianida (Tillman et al., 1998).4.1.2.6. Rumput Gajah. Rumput gajah atau nama latinnya Pennisetum purpureum merupakan hijauan segar yang berwarna hijau, daunnya berbulu dan tidak berbau dan sangat disukai ternak, hal ini sesuai dengan pendapat Lubis (1992) yang menyatakan rumput gajah sangat disukai ternak, tahan kering dan tergolong rumput yang berproduksi tinggi dengan produksi di daerah lembah atau dengan irigasi dapat mencapai lebih dari 290 ton rumput segar/ha/th. Kandungan nutrisi dari rumput gajah adalah abu (15,9%), ekstrak eter (3,2%), serat kasar (129,3%), BETN (40,1%) dan protein kasar (11,5%) (Hartadi et al., 1993).4.1.2.7. Puero (Pueraria phaseoloides) Puero merupakan jenis leguminosa yang memiliki warna hijau, daun berbulu dan tidak berbau yang berasal dari India Timur. Siklus hidupnya perenial. Ciri-cirinya tumbuh merambat, membelit dan memanjat (Kartadisastra, 1977). Sifat perakarannya dalam. Daun muda tertutup bulu berwarna coklat. Bunganya berwarna ungu kebiruan (Lubis, 1992). Pueraria phaseoloides mempunyai kandungan nutrisi antara lain: abu (7,6%), ekstrak eter (2,7%), serat kasar (30,7%), BETN (41,7%) dan protein kasar (17,4%) (Hartadi et al., 1993). Puero tumbuh didaerah tropika yang curah hujannya lebih dari 1270 mm/tahun. Hidup pada ketinggian 0-1000 m dan suhu sedang sampai tinggi tetapi tidak tahan suhu rendah, tetapi tahan musim kemarau panjang dan tahan genangan. Puero bersifat responsif terhadap pupuk P dan merupakan legum pioner (Anggorodi, 1985).4.1.2.8. Sentro (Centrosema pubescens). Berdasarkan hasil pengamatan mengenai tanaman sentro diperoleh warna hijau dan daun berbulu serta tidak berbau. Sentro termasuk dalam jenis leguminosa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Parakkasi (1986) menyatakan bahwa sentro dengan nama latin Centrosema pubescens telah digunakan sebagai pupuk hijau dan penutup tanah perkebunan. Sentro mempunyai kandungan nutrisi antara lain: abu (8,8%), Ekstrk Eter (3,6%), serat kasar (31,2%), BETN (34,4%) dan protein kasar (22,0%) (Hartadi et al., 1993).4.1.2.9. Kalopo (Calopogonium mucuniodes). Kalopo memiliki ciri-ciri berdaun hijau dan berbulu, batang dan daun yang masih muda berwarna cokelat, daun bulat trifoliat dan merupakan termasuk legum rambat. Tanaman ini termasuk kelas kedua karena dapat diberikan dalam bentuk segar (Tillman et al., 1998). Kandungan nutrisi dari kalopo antara lain: abu (8,5%), Ekstrk Eter (2,0%), serat kasar (32,1%), BETN (41,3%) dan protein kasar (16,0%) (Hartadi et al., 1993).4.1.2.10. Daun Nangka. Daun nangka atau nama latinnya Artocarpus heterophyllus termasuk dalam klasifikasi pastura yaitu kelas kedua klasifikasi internasional dengan warna hijau, berbau khas daun, rasanya hambar, dengan tekstur halus dan bentuknya daun, dengan tulang daun menyirip. Kandungan nutrisi dari daun nangka adalah abu (25%), Ekstrak Eter (4,4%), serat kasar (20,0%), BETN (38,1%), protein kasar (12,5%) (Hartadi et al., 1993). Daun nangka efektif diberikan untuk ternak karena kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi (Lubis, 1992).4.1.3. Silase4.1.3.1. Silase Jerami. Silase jerami masuk dalam kelas ketiga klasifikasi internasional dengan ciri-ciri berwarna berwarna coklat, baunya busuk, rasanya asam, bertekstur kasar dan bentuknya seperti jerami akan tetapi tidak kering. Silase adalah bahan pakan yang mengalami fermentasi dan sudah dipotong-potong bentuknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahju (1992) yang menyatakan bahwa silase merupakan hijauan segar yang diawetkan dan disimpan dalam silo dengan tujuan diberikan ke ternak untuk pertumbuhan dan perkembangan ternak saat musim paceklik. Cara membuat silase adalah dengan menyimpan bahan pakan segar untuk difermentasi dan dimasukka dalam silo (Anggorodi, 1985)4.1.4. Sumber Energi

4.1.4.1. Biji Kapuk. Biji kapuk berwarna coklat kehitaman dan berbentuk biji yang kasar dan tidak berbau. Biji kapuk dapat dipergunakan sebagai bahan baku penyusunan pakan ternak unggas. Kadar energinya tinggi tetapi punya kelemahan karena adanya zat racun gasipol yang dapat menghambat pertumbuhan dan kualitas produksi telur (Soelistiyono, 1976). Dijelaskan lebih lanjut oleh Murtidjo (1987) bahwa penggunakan bahan baku biji kapuk diharapkan kurang dari 5% dari seluruh komposisi pakan ternak unggas. Kandungan nutrisi yang terkandung dalam biji kapuk antara lain: abu (9,6%), Ekstrak Eter (2,0%), serat kasar (39,6%), BETN (32,4%) dan protein kasar (16,4%) (Hartadi et al., 1993).4.1.4.2. Tepung Daun Sentro. Tepung daun sentro masuk dalam kelas keempat dalam klasifikasi internasional dengan ciri-ciri berwarna hijau, berbau apek, rasanya hambar, teksturnya halus dan bentuknya tepung. Tepung daun sentro dibuat dari daun sentro yang dikeringkan lalu dihaluskan dengan menggunakan blender sampai menjadi tepung (Anggorodi, 1985). Kandungan nutrisi yang terkandung dalam tepung daun sentro antara lain: abu (9,6%), Ekstrak Eter (2,0%), serat kasar (39,6%), BETN (32,4%) dan protein kasar (16,4%) (Hartadi et al., 1993).4.1.4.3. Jewawut. Jewawut (Penicum vivide) merupakan pakan utama bagi parkit. Jewawut mempunyai ciri-ciri: berwarna oranye, baunya seperti pakan burung, rasanya hambar, teksturnya halus dan bentuknta buliran halus. Jewawut menurut Lubis (1992) mengandung unsur-unsur gizi yang tidak jauh berbeda dengan beras atau tepung tengiri. Tiap satu unit biji Jewawut diperkirakan mengandung 9,8 % protein, 4,2 % lemak, 75 % karbohidarat dan sisanya berupa mineral. Kandungan nutrisi jewawut adalah 12,51 % air; 13,30 % protein kasar; 3,11 % lemak kasar; 4,44 % serat kasar; 63,43 % BETN dan abu dengan kadar 3,21 % (Hartadi et al., 1993). Selanjutnya dinyatakan bahwa tekstur yang ada pada jewawut sedikit lebih besar dibandingkan dengan millet.4.1.4.4. Pollard. Pollard masuk dalam kelas keempat klasifikasi internasional dengan ciri-ciri berwarna putih keabuan, baunya khas, rasanya pahit, bertekstur halus, dan bentuknya tepung. Pollard merupakan limbah dari pengolahan gandum. Kandungan nutrisinya cukup baik, energi metabolisme 1140 kkal/kg, protein 11,8%; serat 11,2% dan lemak 3,0% (Hartadi et al., 1993). Menurut Wahju (1992), bahan baku utamanya memang didatangkan dari luar negeri tetapi limbahnya dapat diperoleh dari pabrik pengolahan gandum menjadi tepung terigu. 4.1.4.5. Jagung Giling. Jagung giling berwarna putih agak oranye yang memiliki tekstur kasar berbentuk tepung. Jagung mempunyai nilai energi metabolis tertinggi (Anggorodi, 1985). Selain itu jagung kuning memiliki provitamin A yang tinggi (Murtidjo, 1987). Jagung mempunyai keuntungan yaitu kandungan energi tinggi, sumber pigmen xantofil yang menimbulkan warna kuning pada kaki dan kulit ayam serta kuning telur, mengandung sekitar protein kasar (9,7%), BETN (61,8 %), lemak (4%), serta 50% dari jumlah lemak tersebut adalah asam linoleat, yang merupakan sumber asam lemak esensial dalam ransum unggas (Anggorodi, 1985).4.1.4.6. BR/ Complete Feed. Berdasarkan hasil pengamatan, complete feed memiliki tekstur kasar, bentuk pellet, warna coklat dan bau agak tengik. BR tidak dapat digolongkan dalam kelas internasional karena merupakan complete feed. Keuntungan pemakaian pakan jenis ini adalah meningkatkan konsumsi pakan dan meningkatkan kadar energi metabolisme pakan seperti komposisi pakan yang mengandung energi metabolisme rendah dan pakan yang memiliki serat kasar tinggi dan mengurangai jumlan pakan yang terbuang. Segi ekonomis pemakaian jenis pakan ini adalah memperpanjang nilai penyimpanan dan menjamin keseimbangan zat-zat nutrisi yang terkandung dalam komposisi pakan (Anggorodi, 1995).4.1.4.7. Millet Merah. Berdasarkan hasil pengamatan, millet merah berbentuk halus dan butiran, berwarna oranye, baunya khas, rasanya hambar, teksturnya halus dan berbentuk biji. Ditambahkan D. A. Lubis (1963), bagian biji millet merah merupakan penyedia pakan ternak yang kandungan protein nabati terutama asam amino sistein dapat mencapai kadar 56,8%, namun penambahan millet yang melebihi 5% dari konsumsi pakan dapat menyebabkan keracunan. Kandungan zat nutrisi dalam millet adalah air (12,4%), protein kasar (11,12%), lemak ( 3,99%), serat kasar (8,11%), karbohidrat (61,18% ) dan abu (3,24%) (Murtidjo, 1987)4.1.4.8. Tetes Tebu. Tetes tebu atau nama latinnya Saccharum officinarum. Merupakan bahan pakan yang masuk dalam sumber energi. Tetes tebu berwarna hitam kecoklatan, baunya seperti aroma kecap, rasanya manis, bentuknya cair dan tidak terlalu pekat/kental seperti kecap. Perlu digarisbawahi, hanya aromanya saja yang mirip dengan kecap (Parakkasi, 1986). Tetes tebu mengandung abu (10,4%), Ekstrak Eter (0,3%), serat kasar (10,0%), BETN (74,0%), dan protein kasar (5,4%) (Hartadi et al., 1993).4.1.4.9. Dedak. Dedak memiliki warna coklat dan bentuknya tepung yang memiliki bau tengik. Dedak merupakan hasil ikutan beras yang telah mengalami proses penggilingan (Murtidjo, 1987). Dedak merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung bagian luar beras yang tidak terbawa, tetapi bercampur pula dengan bagian penutup beras itu. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya kandungan serat kasar dedak. Berdasarkan mutu dedak padi, dapat dibagi dalam tiga kelas yaitu dedak kasar, dedak lunteh (halus) dan bekatul (Anggorodi, 1985). Dedak disebut sebagai bahan baku sumber energi, tetapi serat kasarnya relatif tinggi. Maka dalam praktek penggunaan dedak dalam ransum hanya dipakai 10% - 30% (Rasyaf, 1994). Bila dedak atau lunteh dipergunakan dalam ransum unggas, harus dicegah terhadap kemungkinan terjadinya ketengikan autooksidatif. Kalau ketengikan ini terjadi dapat timbul penyakit encephalomacia pada anak ayam. Pemakaian dedak dalam jumlah banyak dalam ransum, akan terjadi isoleusin dan treonin yang gejala-gejalanya sama dengan kekurangan lisin (Lubis, 1992).4.1.5. Sumber Protein

4.1.5.1. Tepung Daun Pepaya. Tepung daun pepaya termasuk dalam kelas kelima dalam klasifikasi internasional. Tepung daun pepaya berwarna hijau, berbau apek, rasanya pahit, teksturnya halus dan bentuknya tepung. Tepung daun pepaya mempunyai zat anti nutrisi, yaitu mimosin (Lubis, 1992). Tepung daun pepaya berasal dari daun pepaya segar yang dikeringkan lalu diblender sampai menjadi tepung. Tepung daun pepaya mengandung abu (7,4%), Ekstrak Eter (1,1%), serat kasar (8,4%), BETN (76,8%), dan protein kasar (6,3%) (Hartadi et al., 1993).4.1.5.2. Ampas Tahu. Ampas tahu merupakan hasil sampingan dari industri pengolahan kedelai dan merupakan pakan alternatif bagi ternak khususnya ternak ruminansia. Ampas tahu berwarna coklat muda, berbau seperti tahu, rasanya hambar, teksturnya kasar, bentuknya seperti bongkahan. Ampas tahu mempunyai kandungan protein sejumlah 24,9% dan 24,3% lemak serat mengandung sedikit mengandung Ca dan phosphor (William, 1993). Ampas tahu bisa dijadikan sebagai pakan kombinasi dalam jumlah yang tinggi yaitu sampai 25% pakan ternak (Soelistiyono, 1976).4.1.5.3. Meat Bone Meal (MBM). Berdasarkan hasil pengamatan, MBM berwarna putih, baunya seperti obat-obatan, rasanya khas, teksturnya halus, bentuknya tepung. MBM terbuat dari tepung daging dan tepung tulang. Tepung daging didapatkan dari sisa-sisa daging yang tidak boleh dimakan manusia misal daging-daging tersebut diambil dari rumah pemotongan hewan (Soelistiyono, 1976). Tepung daging sukar didapat di Indonesia. MBM merupakan campuran dari tulang dan sisa-sisa daging yang melekat. Bahan pakan ini dapat digunakan antara 2,5%-10% dalam penyusunan ransum dan lebih bersifat sebagai pendamping tepung ikan (Wahyu, 1992).

4.1.5.4. Soybean Meal. Soybean meal merupakan bahan pakan yang masuk dalam sumber protein dalam klasifikasi internasional. Soybean meal berwarna kuning kecoklatan, baunya khas, rasanya hambar, teksturnya kasar, dan bentuknya butiran kasar. Sumber protein yang ada dalam soybean meal adalah protein nabati (Parakkasi, 1986). Soybean meal mempunyai kandungan nutrisi antara lain: abu (6,7%), Ekstrak Eter (1,3%), serat kasar (5,1%), BETN (35,0%) dan protein kasar (51,9%) (Hartadi et al., 1993).4.1.5.5. Tepung Daun Turi. Tepung daun turi termasuk dalam kelas kelima dalam klasifikasi internasional. Tepung daun turi berwarna hijau, berbau apek, rasanya pahit, teksturnya halus dan bentuknya tepung. Tepung daun turi berasal dari daun turi segar yang dikeringkan lalu diblender sampai menjadi tepung (Rasyaf, 1994). Tepung daun turi mengandung BK (86%), abu (7,7%), EE (3,4%) dan serat kasar (17,2%) (Hartadi et al., 1993).4.1.5.6. Tepung Bulu. Tepung bulu yang digunakan adalah bulu ayam. Tepung ini memiliki warna putih dan berbentuk serabut. Tepung bulu yang memiliki kandungan protein cukup tinggi yaitu 86,1 % adalah tepung bulu yang sudah terhidrolisa, yaitu tepung bulu yang telah diberi uap panas dengan tekanan 3,2 atmosfer, karena tepung bulu ini memiliki daya cerna yang lebih baik dan nilai biologis yang lebih tinggi (Rasyaf, 1992). Tepung bulu mempunyai kandungan nutrisi antara lain: abu (4,1%), Ekstrak Eter (3,3%), serat kasar (0,7%), BETN (0,3%) dan protein kasar (89,5%) (Hartadi et al., 1993).4.1.5.7. Tepung Ikan. Berdasarkan hasil pengamatan, tepung ikan memiliki warna coklat dan tekstur tepung halus dengan bau amis. Tepung ikan adalah sumber protein yang sangat baik untuk unggas, karena mengandung asam-asam amino esensial yang cukup untuk kebutuhan ayam dan sumber utama dari lisin dan metionin. Tepung ikan yang tidak rusak karena pengolahan mengandung energi metabolis yang tinggi, dibandingkan dengan bahan-bahan makanan berproduksi tinggi lainnya yang digunakan dalam ransum unggas (Wahju, 1992). Penggunaan dalam komposisi pakan ternak unggas mencapai 15% sampai 20% (Murtidjo, 1987).

Wahju (1992) menyatakan bahwa kualitas tepung ikan bervariasi tergantung kepada kondisi pengolahan dalam pabrik. Kandungan nutrisi tepung ikan terdiri dari 12% air; 53,3% protein; 4,3% BETN; 1% serat kasar; 8,4% lemak; 20,9% abu kadar protein dapat dicerna 43,2% dan patinya 61% (Sulistyono, 1976).4.1.5.8. Tepung Daun Lamtoro. Berdasarkan hasil pengamatan, tepung daun lamtoro memiliki warna hijau agak kasar, dan berbau seperti daun serta merupakan olahan dari tanaman atau daun yang dihaluskan. Tepung daun lamtoro mempunyai imbangan asam-asam cukup baik, karoten, vitamin, dan mineral terutama kalsium yang cukup tinggi (Soelistyono,1976). Tepung daun lamtoro mempunyai kandungan protein kasar sebesar 24 %, lemak kasar 3,25 %, serat kasar 14 %, dan mineral sebesar 9 % (Wahju, 1992).Tepung daun lamtoro dapat digunakan sebagai campuran ransum untuk menaikkan kualitas ransum. Ditinjau dari segi produksi dan nilai gizinya, hijauan lamtoro cukup potensial, tetapi ada faktor penghambat penggunaanya sebagai pakan karena adanya racun mimosin yang merupakan senyawa asam amino dengan gugus alkaloid (Murtidjo, 1987).4.1.5.9. Tepung Daun Waru. Tepung daun waru termasuk dalam kelas kelima klasifikasi intenasional. Berdasarkan hasil pengamatan, tepung daun waru memiliki ciri-ciri berwarna hijau, berbau khas, daun rasanya hambar, teksturnya halus, bentuknya serbuk kasar. Tepung daun waru berasal dari daun waru segar yang kemudian dikeringkan lalu dihaluskan (Rasyaf, 1992). Tepung daun waru dapat digunakan sebagai campuran ransum untuk menaikkan kualitas ransum (Murtido, 1987).4.1.5.10. Tepung Kepala dan Kulit Udang. Hasil praktikum menunjukkan hasil bahwa tepung udang bertekstur halus, berbentuk tepung, berbau amis dan warna coklat tua. Tepung kepala dan kulit udang merupakan bahan pakan hasil samping dari industri pengolahan udang, biasanya diambil dari bagian kepala dan kulitnya (Anggorodi, 1985).Tepung udang termasuk sumber energi dalam klasifikasi internasional kelas lima.Tepung udang mengandung protein kasar antara 35% - 45% dan berkualitas baik. Pemberian pada ayam petelur sebaiknya dibawah 7% agar tidak mengganggu palatabilitasnya, sedangkan ayam pedaging dan unggas lainnya diberi antara 8%-14%.(Hartadi et al., 1993).4.1.5.11. Bungkil Kedelai. Berdasarkan hasil pengamatan, bungkil kedelai, berbentuk serpihan, teksturnya kasar, dengan warna kuning, berbau khas kedelai, dan pakan sumber protein. Bungkil kedelai di sukai oleh ternak unggas, karena mempunyai kandungan protein 39,91% dan energi metabolismenya mencapai 3925 kkal/kg, kadar asam amino sangat menonjol bila secara terpadu digunakan bersama dengan campuran jagung (Murtidjo, 1987). Wahyu (1992), menyatakan bungkil kedelai termasuk sumber protein yang terbuat dari ampas kedelai yang telah diambil minyaknya mempunyai tekstur kasar, bentuk potongan kecil dan berwarna kuning. Bungkil kedelai mengandung protein antara 42% hingga 50%. Berdasarkan nilai tersebut bungkil kedelai dikelompokkan sebagai sumber protein dan masuk dalam kelas kelima dalam klasifikasi bahan pakan secara internasional dan penggunaan bungkil kedelai dalam ransum berkisar antara 10%-30% (Rasyaf, 1994).4.1.6. Sumber Mineral

4.1.6.1. Tepung Kulit Kerang. Tepung kerang memiliki tekstur tepung kasar berwarna putih dan berbau amis. Tepung kerang dibuat untuk memenuhi kebutuhan kalsium, dengan kandungan 38 % calsium (Rasyaf, 1994). Tepung kerang merupakan bahan pakan sumber mineral, termasuk dalam kelas enam dalam klasifikasi bahan pakan secara internasional yang mengandung 1,2 % Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen, 43,4 % PK dan 86% BK. Tepung kerang terbuat dari kerang yang digiling halus (Hartadi et al., 1993).4.1.6.2. NaCl. NaCl masuk dalam kelas keenam klasifikasi internasional dengan ciri-ciri berwarna putih, tidak berbau, rasanya asin, bentuknya serbuk, teksturnya halus. NaCl berbentuk serbuk yang mengandung yodium sekitar 30-100 ppm. NaCl sering digunakan sebagai tambahan untuk mencukupi kebutuhan kedua mineral yang dikandungnya (Kartadisastra, 1977). Penggunaannya dibatasi sampai 0,25% saja. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahju (1992) yang menyatakan bahwa pemberian NaCl yang berlebihan akan menyebabkan proses ekskresi atau pengeluaran cairan meningkat. 4.1.6.3. Tepung Tulang. Berdasarkan hasil pengamatan, tepung tulang memiliki tekstur tepung kasar berwarna putih dan berbau amis. Tepung tulang sebagai bahan pakan ternak unggas, merupakan bahan baku yang diperlukan dalam pabrik pakan unggas. Tepung tulang sangat dominan sebagai sumber mineral (Ca) dan fosfat (P), selain terkandung protein kasar dalam jumlah yang sangat sedikit (Anggorodi, 1985). Menurut Rasyaf (1994), tepung tulang mengandung 24-28 % kalsium dan 12-15 % phosphor. Tepung tulang dibuat dari tulang ternak sapi, kerbau, kambing dan babi. Penggunaan tepung tulang dalam pakan ternak unggas relatif sedikit berkisar antara 1% sampai dengan 2% (Murtidjo, 1987). 4.1.6.4. CaCO3 (Kalsium Karbonat). CaCO3 atau kalsium karbonat masuk dalam kelas keenam dalam klasifikasi internasional dengan ciri-ciri berwarna putih, berbau khas, rasanya hambar, teksturnya halus, bentuknay serbuk halus. Kalsium karbonat dapat diperoleh di toko bahan kimia, tersedia dengan berbagai kualitas (Anggorodi, 1985). Bahan ini dikenal juga dengan nama heavy. Kandungan kalsiumnya sebesar 38% dan harganya relatif murah (Wahju, 1992).4.1.6.5. Mineral Mix. Mineral mix merupakan zat yang terdiri dari gabungan unsur-unsur kimia yang mempunyai berat atom rendah yaitu H, C, N, O2. Unsur mineral yang essensial terdiri atas dua yaitu unsur makro mineral yang jumlahnya banyak dibutuhkan, misalnya Na, Cl, Ca, P, K, S, Mg, sedangkan unsur mikro mineral yang jumlahnya sedikit dibutuhkan, misalnya Fe, Zn, Cu, Mn, I, Co, Mo, Se, Cr (Murtidjo, 1987). Menurut pendapat Soelistiyono (1976), mineral merupakan komponen dari persenyawaan organik jaringan tubuh dan pensenyawaan kimiawi lainnyayang berperan dalam proses metabolisme. Lebih dari 100 unsur kimia yang dikenal, minimal ada 20 unsur yang menjadi penyusun zat-zat makanan yang disebut essensial, unsur yang dimaksud adalah : C, H, O, P, K, I, N, S, Ca, Fe, Mg, Na, Cl, Co, Cu, F, Mn, Zn, Mo, dan Se, 20 elemen yang berfungsi dalam nutrisi (Parakkasi, 1986). Dijelaskan lebih lanjut bahwa C, H, O, dan N adalah elemen nonmineral dan selebihnya disebut mineral mix.4.1.6.6. Tepung Cangkang Telur. Berdasarkan hasil pengamatan, tepung cangkang telur yang memiliki tekstur halus, berwarna putih dan berbau apek. Tepung cangkang telur merupakan limbah dari industri penetasan. Telur yang tidak menetas atau anak ayam afkir dan mati setelah menetas diolah menjadi bahan pakan sumber protein (Rasyaf, 1992). Tepung cangkang telur termasuk kedalam kelas keenam. Menurut pendapat Hartadi (1994), bahwa kelas keenam merupakan bahan pakan sumber mineral. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tepung cangkang telur memiliki BK (86%), abu (2,2%), BETN (5,3%), protein kasar (43,9%), lemak kasar (34,7%).4.1.7. Sumber Vitamin

4.1.7.1. Vitastress. Vitastress termasuk dalam kelas ketujuh klasifikasi intenasional dengan ciri-ciri berwarna kuning, bernau seperti obat, rasanya asin, teksturnya halus, bentuknya serbuk. Biasanya hanya diproduksi di pabrik. Vitastress diberikan sebagai vaksin bagi anak ayam yang baru menetas agar tidak stress (Parakkasi, 1986). 4.1.8. Zat Adiktif

4.1.8.1. Tepung Temulawak. Tepung temulawak termasuk dalam kelas kedelapan klasifikasi intenasional dengan ciri-ciri berwarna kuning khas, berbau khas temulawak, rasanya pahit, teksturnya halus, bentuknya serbuk. Kandungan nutrisi dalam tepung temulawak adalah kandungan beta karoten. Zat anti-nutrisi yang tekandung dalam tepung temulawak adalah mimosin (Murtodjo, 1987).4.1.8.2. Jamu Ternak. Jamu ternak termasuk dalam kelas kedelapan klasifikasi intenasional dengan ciri-ciri berwarna coklat kehitaman, baunya tengik rasanya pahit, teksturmya hlus, bentuknya serbuk. Manfaat dari jamu ternak adalah menjaga stamina ternak agar tetap sehat (Soelistiyono, 1976). 4.1.8.3. Pewarna Makanan. Pewarna makanan termasuk dalam kelas kedelapan klasifikasi intenasional. Pewarna makanan yang digunakan sebagai sampel dalam praktikum adalah berwarna merah, tidak berbau, tidak berasa, bentuknya cair. Pemberian pewarna makanan pada bahan pakan bertujuan untuk membuat bahan pakan menjadi lebih menarik, akan tetapi perlu dingat bahwa penggunaannya harus digunakan sesuai kebutuhan (Anggorodi, 1985). 4.1.8.4. Cuka. Cuka termasuk dalam kelas kedelapan klasifikasi intenasional dengan ciri-ciri bening tidak berwarna, rasanya asam, bentuknya cair. Tujuan penggunaan cuka dalam bahan pakan adalah menyesuaikan tingkat keasaman suatu bahan pakan (Lubis, 1992).4.1.8.5. Ampas Jamu. Ampas jamu termasuk dalam kelas kedelapan klasifikasi intenasional dengan ciri-ciri berwarna hijau, berbau apek, rasanya pahit, teksturnya kasar, bentuknya serbuk kasar. Kandungan nutrisinya BK (19,51%) dan abu (6,93%) (William, 1993).4.1.8.6. Starbio. Starbio termasuk dalam kelas kedelapan klasifikasi bahan pakan intenasional dengan ciri-ciri berwarna coklat, baunya khas, rasanya hambar, teksturnya halus, bentuknya tepung, mempunyai kandungan lemak (2,82%). Starbio dapat juga digunakan untuk penghilang bau kotoran ternak (Rasyaf, 1994).4.1.8.7.Urea. Berdasarkan hasil pengamatan, urea yang memiliki tekstur berbentuk butiran, berwarna putih dan berbau amoniak. Menurut pendapat Parakkasi (1986), bahwa urea mengandung bahan kering sebesar 90%, protein kasar sebesar 288%, dan tidak terdapat kandungan lemak, serat kasar, dan abu. Penggunaan urea sebagai bahan pakan tidak boleh lebih dari 0,5% dari jumlah bahan kering. Penggunaan urea harus diimbangi dengan penggunaan bahan baku konsentrat, seperti bekatul, tetes untuk ransum sapi potong (Murtidjo,1987)4.2. Saluran Pencernaan

4.2.1. Ruminansia

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan mengenai pengamatan terhadap saluran pencernaan pada kambing maka dapat digambarkan sebagai berikut:

1

2

34

5

6 7 8 9 10 11

Ilustrasi 1. Saluran Pencernaan Kambing

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak, 2012

Sumber: biology-nheyla.blogspot.comKeterangan :

1. Esofagus

2. Rumen

3. Retikulum

4. Omasum

5. Abomasum

6. Duodenum

7. Jejenum

8. Ileum

9. Sekum

10. Usus besar

11. Anus

4.2.1.1. Mulut. Mulut merupakan tempat masuknya makanan atau ransum yang akan dicerna menjadi partikel-partikel yang lebih sederhana. Hal ini sesuai dengan pendapat Budi (1996) yang menyatakan bahwa didalam mulut ruminansia makanan yang masih berbentuk kasar akan dipecah menjadi partikel-partikel kecil dengan cara pengunyahan dan pembasahan oleh saliva lalu ransum masuk ke rumen untuk disimpan sementara melalui esofagus.

4.2.1.2. Esofagus. Berdasarkan hasil pengamatan esofagus merupakan saluran yang menghubungkan antara mulut dan lambung dan mempunyai pH 7. Hal ini sesuai dengan pendapat Budi (1996) yang menyatakan bahwa letak esofagus adalah dibagian kiri dari leher, masuk kerongga dada dan menembus sekat rongga dada, untuk selanjutnya saluran pakan memasuki lambung.4.2.1.3. Rumen. Berdasarkan hasil pengamatan rumen pada kambing memiliki pH 7, partikel didalamnya berbentuk kasar dan lembab serta berstektur bintik-bintik seperti handuk. Rumen merupakan organ terbesar diantara lambung ruminansia yang lainnya hal ini sesuai dengan pendapat Budi (1996) yang menyatakan bahwa rumen merupakan bagian perut terbesar yang berukuran sekitar 80% dari seluruh perut, Frandson (1996) menambahkan bahwa makanan yang telah dipecah menjadi parikel-partikel kecil didalam mulut akan masuk kedalam rumen untuk disimpan sementara waktu sebelum masuk kedalam retikulum.4.2.1.4. Retikulum. Berdasarkan hasil pengamatan retikulum mempunyai pH 7. Hal ini sesuai dengan pendapat Budi (1996) yang menyatakan bahwa pH normal pada retikulum adalah 7 (suasana netral). Partikel didalamnya berbentuk kasar dan berair dan berstektur seperti sarang lebah Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1996) yang menyatakan bahwa retikulum adalah bagian perut (kompartemen) yang paling cranial, yang didalamnya diselimuti oleh membran mukosa yang mengandung insecting ridge yang membagi permukaan yang menyerupai sarang lebah.4.2.1.5. Omasum. Berdasarkan hasil penamatan omasum mempunyai pH 7, partikel didalamnya halus, padat, dan agak berair, berstekstur licin dan berukuran 20,5 cm. Omasum berfungsi sebagai tempat penyerapan air dan menggiling makanan, hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1996) yang menyatakan bahwa didalam omasum terjadi proses menggiling hijauan atau serat-serat sebelum masuk ke abomasum, Budi (1996) menambahakan bahwa omasum berfungsi sebagai penggiling makan yang melewatinya dan berperan menyerap sebagian air.4.2.1.6. Abomasum. Berdasarkan hasil pengamatan abomasum mempunyai pH 4, partikel didalamnya lembut dan banyak air, berstekstur licin dan berukuran 16,5 cm. Abomasum merupakan tempat pencernaan kimiawi oleh karena itu abomasum disebut lambung sejati, Frandson (1996) menambahkan bahwa abomasum atau perut sejati merupakan suatu bagian glandula yang pertama dari sistem pencernaan pada ruminansia. Ini terletak ventral dari omasum dan terlentang kaudal pada sisi kanan dari rumen.4.2.1.7. Usus Halus. Berdasarkan hasil pengamatan usus halus mempunyai pH 6, bentuk partikel didalamnya halus serta cair, dindingnya pun juga halus. Usus halus dibagi menjadi tiga bagian yaitu deudenum, jejenum dan ileum. Hal ini sesuai dengan pendapat Budi (1996) yang menyatakan bahwa usus halus dibagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum, berdasarkan pada perbedaan-perbedaan stuktural histologis atau mikroskopis. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Frandson (1996) yang menyatakan bahwa duodenum merupakan bagian yang pertama dari usus halus dan menghubungkan usus halus dengan lambung, sedangkan jejenum dan ileum itu bersambung dan tidak ada batas yang jelas diantaranya.4.2.1.8. Usus Besar. Berdasarkan hasil pengamatan usus besar pada kambing memiliki panjang 2,06 m dengan pH 7. Partikel di dalamnya berbentuk padat. Hal ini sesuai dengan pendapat Budi (1996) yang menyatakan bahwa partikel didalam usus besar berbentuk padat karena sudah terjadi penyerapan air secara banyak. Dinding usus bsar pada kambing kasar dan elastis menyesuaikan bentuk kotoran pada kambing yang berbentuk butiran. Hal ini sesuai pendapat Frandson (1996) yang menyatakan bahwa pada ruminansia, usus besar terdiri atas sekum, kolon dan rektum. Ujung buntu dari sekum menjulur kearah kaudal sekum berlanjut ke kolon. Pertautan itu ditandai dengan masuknya ileum pada orifisium ileal atau Ujung dibawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang.

4.2.1.9. Anus. Berdasarkan hasil pengamatan anus pada kambing terletak dibagian paling ujung dari saluran pencernaan dan bentuknya kecil, pendek serta terletak dibelakang rektum (bagian dari usus besar) dan mempunyai pH 7. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1996) bahwa bagian terakhir dari kolon yang naik yaitu ansa distalis, menghubungkan ansa spinalis dengan kolon tranversal. Kolon tranversal menyilang dari kiri dan berlanjut terus ke arah kaudal menuju ke rektum dan anus, bagian terminal dari salurn pencernaan. Blakely dan Bade (1994) menambahkan bahwa saluran pencernaan ruminansia yang paling akhir yaitu anus. Bahan-bahan yang tidak tercerna di dalam usus besar akan disekresikan sebagai feses melalui anus.

4.2.2. Pseudoruminan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan mengenai pengamatan terhadap saluran pencernaan pseudoruminan maka didapatkan hasil sebagai berikut:

1 5

3 6

8

7

2 4

Ilustrasi 2. Saluran Pencernaan Kelinci

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak, 2012. Sumber: Sumber: biology-nheyla.blogspot.comKeterangan :

1 Esofagus

2 Lambung

3 Duodenum

4 Jejenum

5 Ileum

6 Sekum

7 Kolon

8 Anus

4.2.2.1. Esofagus. Berdasarkan hasil pengamatan saluran pencernaan kelinci, esofagus mempunyai pH 6, partikel dan tekstur didalamnya kasar serta memiliki ukuran 5,3 cm. Esofagus merupakan saluran makanan dari mulut yang akan menuju kelambung, hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1996) yang menyatakan bahwa esofagus berperan sebagai penyalur bolus makanan dari mulut ke lambung, esofagus merupakan pipa musculus yang sempit yang menembus diafragma masuk ke dalam abdomen. Hal ini juga didukung oleh pendapat Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa esofagus merupakan organ yang menghubungkan faring dengan lambung. Bolus pakan yang dibentuk dalam rongga mulut dapat berjalan melalui esofagus karena adanya gerakan peristaltik esofagus.

4.2.2.2. Lambung. Berdasarkan hasil pengamatan saluran pencernaan kelinci, lambung mempunyai pH 2, partikel didalamnya kasar serta berstektur halus, dan berukuran 10,5 cm, hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1996) yang menyatakan bahwa pH lambung sangat asam sekitar 1-2 khususnya untuk kelinci dewasa sehingga sangat efektif dalam membunuh mikroorganisme patogen. Lambung merupakan ruangan yang berfungsi sebagai tempat pencernaan dan penyimpanan pakan dan makanan akan mengalami proses fermentasi dan enzimatik didalam lambung, hal ini sesuai dengan pendapat Kartadisastra (1997) yang menyatakan bahwa lambung berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan dan tempat terjadinya proses pencernaan dimana dinding lambung mensekresikan getah lambung yang terdiri dari air, garam anorganik, HCl, pepsinogen dan faktor intrinsik yang penting untuk efisiensi absorbsi vitamin B12.

4.2.2.3. Usus Halus. Berdasarkan hasil pengamatan saluran pencernaan kelinci, usus halus mempunyai pH 7, partikel dan tekstur didalamnya halus, dan berukuran 84,5 cm. Usus halus pada pseudoruminan atau kelinci terdiri dari duodenum, jejenum dan ileum, hal ini sesuai dengan pendapat Kartadisastra (1997) yang menyatakan bahwa usus halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum, berdasarkan pada perbedaan-perbedaan struktural histologis atau mikroskopis. Usus halus terdapat tempat sekresi cairan yaitu cairan duodenum, empedu, cairan pankreas, dan cairan usus, hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1996) yang menyatakan bahwa kelenjar branner menghasilkan getah duodenum dan disekresikan ke dalam duodenum melalui vili-vili dan getah ini bersifat basa. Getah pankreas yang dihasilkan dan disekresikan ke dalam duodenum melalui saluran pancreas.

4.2.2.4. Usus Besar. Berdasarkan hasil pengamatan saluran pencernaan kelinci, usus besar mempunyai pH 6, partikel dan tekstur didalamnya kasar, dan berukuran 37 cm. Usus besar merupakan tempat penyerapan air utama. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kartadisastra (1997) yang menyatakan bahwa kelinci mempunyai duodenum yaitu kolon besar yang kapasitas utamanya kurang lebih dua kali sekum kolon kecil. Kolon merupakan tempat penyerapan air utama.

4.2.2.5. Anus. Berdasarkan hasil pengamatan saluran pencernaan kelinci, Anus mempunyai pH 6, partikel dan tekstur didalamnya halus, dan berukuran 0.3 cm. Anus meruupakan saluran pencernaan terakhir dan merupakan tempat keluaranya feses. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartadisastra (1997) yang menatakan bahwa feses yang keluar lewat anus mengandung air. Feses merupakan sisa makanan yang tidak tercerna. Cairan dari saluran pencernaan, sel-sel epitel usus, mikroorganisme, garam organik, stearol dan hasil dekomposisi dari bakteri keluar melalui anus. Blakely dan Bade (1994) menambahkan bahwa saluran pencernaan ruminansia yang paling akhir yaitu anus. Bahan-bahan yang tidak tercerna di dalam usus besar akan disekresikan sebagai feses melalui anus4.2.3.

Non Ruminansia

4.2.3.1. Ayam Broiler

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan mengenai pengamatan terhadap saluran pencernaan ayam broiler maka didapatkan hasil sebagai berikut:

1

2

3

10 9 8 7 6 5 4

Ilustrasi 3. Saluran Pencernaan Ayam

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak, 2012. Sumber: biology-nheyla.blogspot.comKeterangan :

1. Esophagus

2. Tembolok

3. Proventrikulus

4. Gizard

5. Duodenum

6. Jejenum

7. Ileum

8. Seka

9. Usus besar

10. Kloaka4.2.3.1.1. Paruh. Paruh merupakan tempat masuknya makanan yang langsung akan didorong oleh lidah untuk masuk kedalam kerongkongan. Hal ini sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa lidah membantu pada waktu makan karena ada bagian bercabang pada daerah belakang yang mendorong pakan turun kedalam kerongkongan. Saliva dalam jumlah sedikit dikeluarkan dalam mulut untuk membantu pada proses penelanan. Hal ini juga didukung oleh pendapat Rizal (2006) yang menyatakan bahwa ayam mempunyai lidah yang bentuknya runcing dan berperan dalam mendorong makanan ke dalam esofagus.

4.2.3.1.2. Esofagus. Berdasarkan hasil pengamatan esofagus mempunyai pH 7, partikel didalam esophagus halus serta berstekstur lembut, dan berukuran 3,5 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan bahwa bagian dalam dari dinding esofagus dilapisi oleh selaput lendir yang tekturnya lembut, dan berguna untuk melicinkan jalannya makanan masuk ke dalam tembolok. Esofagus merupakan saluran makanan yang menuju ke tembolok, hal ini sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa esofagus atau kerongkongan adalah saluran yang menuju ke tembolok dan yang terus berlanjut ke proventrikulus.

4.2.3.1.3. Tembolok. Berdasarkan hasil pengamatan tembolok mempunyai pH 6, partikel didalamnya cair serta berstekstur lembut, dan berukuran 3,6 cm. Tembolok pada ayam terlihat besar karena merupakan tempat penyimpanan makanan sementara sebelum masuk ke proventriculus. Hal ini sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa tembolok merupakan tempat penyimpan pakan untuk sementara didalam tembolok terjadi proses pelunakan dan pencernaan pendahuluan yang dibantu oleh kerja enzim. Rizal (2006) menambahkan bahwa tembolok merupakan alat pencernaan pertama sebelum masuk ke proses berikutnya.

4.2.3.1.4. Proventrikulus. Berdasarkan hasil pengamatan proventrikulus mempunyai pH 5, partikel didalamnya cair serta berstekstur lembut, dan berukuran 5,5 cm. Proventrikulus berfungsi sebagai tempat pemecahan protein menjadi asam amino, hal ini sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa proventrikulus mengeluarkan asam lambung dan pepsin yang berfungsi dalam melakukan pemecahan protein menjadi asam amino. Proventrikulus berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan tembolok, hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1996) yang menyatakan bahwa proventrikulus terletak pada akhir saluran esofagus, berbatasan dengan tembolok, berukuran lebih kecil dan lebih lunak dari tembolok.

4.2.3.1.5. Ventrikulus. Berdasarkan hasil pengamatan ventrikulus ayam mempunyai pH 5, partikel didalamnya cair serta berstekstur lembut, dan berukuran 5,7 cm Ventrikulus adalah sebuah organ yang memiliki dinding dalam tebal kasar dan bergelombang untuk mempermudah pencernaan. Hal ini sesuai pendapat Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa ventrikulus adalah suatu organ berotot berisi grit untuk menghancurkan dan melumat makanan

4.2.3.1.6. Usus Halus. Berdasarkan hasil pengamatan saluran pencernaan ayam broiler, usus halus mempunyai pH 6, partikel didalamnya cair serta berstekstur lembut, dan berukuran 130 cm, hal ini sesua dengan pendapat Rizal (2006) yang menyatakan bahwa panjang usus halus ayam dewasa sekitar 140 cm. Permukaan bagian dalam usus halus merupakan jaringan mukosa yang berlipat-lipat. Didalam usus halus terjadi proses sekresi zat pakan oleh enzim-enzim, hal ini sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa cairan usus halus adalah enzim-enzim yang disekresikan untuk memecah gula dan zat-zat pakan lainnya menjadi bentuk yang lebih sederhana, diamana hasil tersebut disalurkan kedalam aliran darah.

4.2.3.1.7. Seka. Berdasarkan hasil pengamatan seka mempunyai pH 5, partikel didalamnya lembek serta berstekstur lembut, dan berukuran 15 cm, hal ini sesuai dengan pendapat Rizal (2006) yang menyatakan bahwa dalam keadaan normal, panjang setiap seka cekitar 6 inci atau 15 cm. Blakely dan Bade (1998) menambahkan bahwa didalam seka bersuasana asam atau pH dibawah 7.

4.2.3.1.8. Usus Besar. Berdasarkan hasil pengamatan usus besar mempunyai pH 7, partikel didalamnya lembek serta berstekstur lembut, dan berukuran 9 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Rizal (2006) yang menyatakan bahwa usus besar memiliki panjang sekitar 10 cm dan diameternya dua kali usus halus. Frandson (1996) menambahkan bahwa didalam usus besar terdapat bakteri yang membusukan sisa-sisa makanan menjadi feses. Pembusukan menyebabkan feses lunak dan mudah di keluarkan.

4.2.3.1.9. Kloaka. Berdasarkan hasil pengamatan kloaka mempunyai pH 6, partikel didalamnya lembek serta teksturnya lembut, dan berukuran 3,8 cm. Kloaka merupakan muara tiga saluran yaitu reproduksi, defekasi, dan ekskresi, hal ini sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa kloaka merupakan pertemuan atau muara bagi saluran pengeluaran sistem pencernaan, urinari, dan genital.

4.2.3.2. Itik

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan mengenai pengamatan terhadap saluran pencernaan ayam broiler maka didapatkan hasil sebagai berikut:

8

9

1 2 3 4 10

5 6 7

Ilustrasi 4. Saluran Pencernaan Itik

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak, 2012. Sumber: biology-nheyla.blogspot.comKeterangan :

1. Esophagus

2. Tembolok

3. Proventrikulus

4. Gizard

5. Duodenum

6. Jejenum

7. Ileum

8. Seka

9. Usus besar

10. Kloaka

4.2.3.1.1. Paruh. Paruh merupakan tempat masuknya makanan yang langsung akan didorong oleh lidah untuk masuk kedalam kerongkongan. Hal ini sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa lidah membantu pada waktu makan karena ada bagian bercabang pada daerah belakang yang mendorong pakan turun kedalam kerongkongan. Saliva dalam jumlah sedikit dikeluarkan dalam mulut untuk membantu pada proses penelanan. Hal ini juga didukung oleh pendapat Rizal (2006) yang menyatakan bahwa ayam mempunyai lidah yang bentuknya runcing dan berperan dalam mendorong makanan ke dalam esofagus.

4.2.3.1.2. Esofagus. Berdasarkan hasil pengamatan esofagus mempunyai pH 5, partikel didalam esofagus cair serta berstekstur lembut, dan berukuran 6,5 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan bahwa bagian dalam dari dinding esofagus dilapisi oleh selaput lendir yang tekturnya lembut, dan berguna untuk melicinkan jalannya makanan masuk ke dalam tembolok. Esofagus merupakan saluran makanan yang menuju ke tembolok, hal ini sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa esofagus atau kerongkongan adalah saluran yang menuju ke tembolok dan yang terus berlanjut ke proventrikulus.

4.2.3.1.3. Tembolok. Berdasarkan hasil pengamatan tembolok mempunyai pH 5, partikel didalamnya cair serta berstekstur lembut, dan berukuran 14.8 cm. Tembolok pada itik terlihat besar karena merupakan tempat penyimpanan makanan sementara sebelum masuk ke proventrikulus. Hal ini sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa tembolok merupakan tempat penyimpan pakan untuk sementara didalam tembolok terjadi proses pelunakan atau pelumatan dan pencernaan pendahuluan yang dibantu oleh kerja enzim. Rizal (2006) menambahkan bahwa tembolok merupakan alat pencernaan pertama sebelum masuk ke proses berikutnya.

4.2.3.1.4. Proventrikulus. Berdasarkan hasil pengamatan proventrikulus mempunyai pH 4, partikel didalamnya cair serta berstekstur lembut, dan berukuran 7,6 cm. Proventrikulus berfungsi sebagai gtempat pemecahan protein menjadi asam amino, hal ini sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa proventrikulus mengeluarkan asam lambung dan pepsin yang berfungsi dalam melakukan pemecahan protein menjadi asam amino. Proventrikulus berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan tembolok, hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1996) yang menyatakan bahwa proventrikulus terletak pada akhir saluran esofagus, berbatasan dengan tembolok, berukuran lebih kecil dan lebih lunak dari tembolok.

4.2.3.1.5. Ventrikulus. Berdasarkan hasil pengamatan ventrikulus itik mempunyai pH 4, partikel didalamnya cair serta berstekstur lembut, dan berukuran 7,4 cm Ventrikulus adalah sebuah organ yang memiliki dinding dalam tebal kasar dan bergelombang untuk mempermudah pencernaan. Hal ini sesuai pendapat Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa ventrikulus adalah suatu organ berotot berisi grit untuk menghancurkan dan melumat makanan.

4.2.3.1.6. Usus Halus. Berdasarkan hasil pengamatan saluran pencernaan ayam broiler, usus halus mempunyai pH 6, partikel didalamnya cair serta berstekstur lembut, dan berukuran 130 cm, hal ini sesua dengan pendapat Rizal (2006) yang menyatakan bahwa panjang usus halus ayam dewasa sekitar 140 cm. Permukaan bagian dalam usus halus merupakan jaringan mukosa yang berlipat-lipat. Didalam usus halus terjadi proses sekresi zat pakan oleh enzim-enzim, hal ini sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa cairan usus halus adalah enzim-enzim yang disekresikan untuk memecah gula dan zat-zat pakan lainnya menjadi bentuk yang lebih sederhana, diamana hasil tersebut disalurkan kedalam aliran darah.

4.2.3.1.7. Seka. Berdasarkan hasil pengamatan seka mempunyai pH 6, partikel didalamnya lembek serta berstekstur lembut, dan berukuran 15 cm, hal ini sesuai dengan pendapat Rizal (2006) yang menyatakan bahwa dalam keadaan normal, panjang setiap seka cekitar 6 inci atau 15 cm. Blakely dan Bade (1998) menambahkan bahwa didalam seka bersuasana asam atau pH dibawah 7.

4.2.3.1.8. Usus Besar. Berdasarkan hasil pengamatan usus besar mempunyai pH 6, partikel didalamnya lembek serta berstekstur lembut, dan berukuran 10 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Rizal (2006) yang menyatakan bahwa usus besar memiliki panjang kurang lebih 10 cm dan diameternya dua kali usus halus. Frandson (1996) menambahkan bahwa didalam usus besar terdapat bakteri yang membusukan sisa-sisa makanan menjadi feses. Pembusukan menyebabkan feses lunak dan mudah di keluarkan.

4.2.3.1.9. Kloaka. Berdasarkan hasil pengamatan kloaka mempunyai pH 6, partikel didalamnya lembek serta teksturnya lembut, dan berukuran 4 cm. Kloaka merupakan muara tiga saluran yaitu reproduksi, defekasi, dan ekskresi, hal ini sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa kloaka merupakan pertemuan atau muara bagi saluran pengeluaran sistem pencernaan, urinari, dan genitalBAB V

KESIMPULAN DAN SARAN5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa bahan pakan memiliki ciri khas tersendiri mulai dari bau, warna, tekstur dan bentuk sampai pada kandungan nutrisinya sehingga setiap bahan pakan dapat dikelompokkan ke dalam klasifikasinya secara internasional. Bahan pakan yang tergolong sebagai hijauan kering dan jerami adalah hay rumput gajah, kulit biji kopi; yang tergolong sebagai hijauan segar adalah rumput gajah, puero dan sentro; yang tergolong dalam sumber energi adalah biji kapuk millet merah, dedak, jewawut, jagung giling; yang tergolong dalam sumber protein adalah tepung udang, tepung daun lamtoro, tepung bulu dan tepung ikan; yang tergolong dalam sumber mineral adalah tepung kerang, tepung tulang, mineral mix dan tepung cangkang telur; yang tergolong sebagai zat aditif adalah urea.

Ciri khas dari masing-masing bahan pakan tersebut dapat dijadikan dasar untuk penyusunan ransum dimana dalam penyusunannya disesuaikan dengan karakteristik serta fisiologi dari sistem pencernaan masing-masing ternakBerdasarkan hasil praktikum mengenai saluran pencernaan, dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara ternak ruminansia, non ruminansia dan pseudoruminansia terdapat pada lambung dan sekum. Pada hewan ruminansia mempunyai empat lambung, yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Hewan non ruminansia dan pseudoruminansia berlambung sejati atau tunggal. sekum ternak ruminansia dan non ruminansia tidak berkembang, sedangkan ternak pseudoruminansia sekumnya berkembang.5.2.Saran

Pelaksanaan praktikum Ilmu Nutrisi Ternak dengan materi Identifikasi Bahan Pakan Internasional dan Identifikasi Saluran Pencernaan berlangsung cukup lancar. Pada Identifikasi Bahan Pakan Internasional bahan-bahan pakan yang ada tidak lengkap tertera keterangannya. Terutama kandungan nutrisinya dan zat anti nutrisinya. Sebaiknya, bagi masing-masing kelompok dapat mencantumkan keterangan pada masing-masing bahan secara lengkap, baik nama ilmiah, kandungan nutrisi dan kandungan zat anti nutrisinya. Pada Identifikasi Saluran Pencernaan praktikum berlangsung cukup baik, asisten mendampingi praktikannya dengan serius, hampir tidak ada kekurangan dalam praktikum ini.DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B.T. 1996. Kesehatan Sapi Panduan Petugas Teknik. Mahasiswa

Penyuluh dan Peternak. Kanisius. Yogyakarta

Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Unggas. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Blakely, dan Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta

Frandson, R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta (diterjemahkan oleh: Srigandono dan Praseno).

Hartadi et. al. 1993. Daftar Komposisi Bahan Makanan Ternak di Indonesia. PT. Gramedia, Jakarta.Lubis, D. A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan, Jakarta.Kartadisastra, H. R. 1997. Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta.Murtidjo, Bambang Agus. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius, Yogyakarta.Parakkasi, A. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Rasyaf, M. 1994. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Kanisius, Yogyakarta.Rizal, Y, 2006. Ilmu Nutrisi Ternak Unggas. Andalas University Press, Padang

Scott, K. L. M. C. Nesheim and R.J.Young. 1976. Nutrytion of The Chicken. 3-rd ed. M.L. Scott and Associates, Ithaca. New York.

Soelistyono, H.S. 1976. Ilmu Bahan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro, Semarang.

Tillman, A. D. H. Hartadi, S. Prawirokusumo, S. Reksodiprojo dan S. Lebdo Sokojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yoyakarta.

Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Williamson, G. and Payne, W. J. A. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Prof. Dr. S. G. N. Djiwa Darmadja)

.