Kista Endometriosis

33
LAPORAN KASUS KISTA ENDOMETRIOSIS STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI Disusun Oleh : Yessy Paramita (2011730116) Pembimbing : Dr. Hendrawan D, Sp.OG KEPANITRAAN KLINIK STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKARWANGI FAKULTAS KESEHATAN DAN KEDOKTERAN

description

asdnc,dnv

Transcript of Kista Endometriosis

Page 1: Kista Endometriosis

LAPORAN KASUS

KISTA ENDOMETRIOSIS

STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

Disusun Oleh :

Yessy Paramita (2011730116)

Pembimbing :

Dr. Hendrawan D, Sp.OG

KEPANITRAAN KLINIK STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKARWANGI

FAKULTAS KESEHATAN DAN KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2015

Page 2: Kista Endometriosis

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.R Nama suami : R

Umur : 36 tahun Umur : 43 tahun

Pendidikan : SMP Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Sunda Suku : Sunda

Alamat : Cibadak

II. ANAMNESIS (dilakukan tanggal 6 Mei 2015 pukul 07.00 WIB secara autoanamnesis)

Seorang pasien masuk melalui Poliklinik Kebidanan RSUD dan dirawat di ruang CND pada

tanggal 6 Mei 2015, pukul 17.00 WIB dengan diagnosis kista endometriosis dan direncanakan

operasi keesokan harinya.

Keluhan Utama :

Benjolan di perut bagian bawah

Riwayat Penyakit Sekarang:

Sejak 10 bulan yang lalu pasien mengeluhkan nyeri haid yang hebat, seperti ditusuk-

tusuk, terus menerus selama haid, haid berlangsung selama 7 hari, ganti pembalut tiga kali

perhari, pasien tidak mampu beraktifitas seperti biasa, nyeri saat bersenggama tidak ada, riwayat

perdarahan di luar haid tidak ada, tidak ada teraba benjolan, tidak ada demam, mual muntah tidak

ada, tidak ada perubahan pada pola BAB dan BAK.

5 bulan yang lalu pasien mengeluhkan teraba benjolan pada perut bagian bawah sebesar

telur puyuh, lunak, tidak dapat digerakkan, licin, tidak nyeri, semakin lama benjolan semakin

membesar hingga sekarang sebesar telur ayam. Pasien berobat ke Poli dan dilakukan

pemeriksaan USG dengan diagnosis kista endometriosis dengan ukuran 9 x 7,4 cm. Pasien

kemudian direncanakan operasi tanggal 7 Mei 2015

Page 3: Kista Endometriosis

Riwayat Haid:

Menarche usia 14 tahun.

Siklus haid teratur 28 haid, lama 7 hari, ganti duk 3x/ hari, dismenorhea (+) sejak 1,5

tahun yang lalu.

Perdarahan di luar siklus haid tidak ada.

HPHT: 26-04-2015

Riwayat Perkawinan:

Menikah 1 kali usia 18 tahun.

Riwayat Kehamilan/ Persalinan/ Abortus:

P2A1H2

Riwayat Pemakaian Kontrasepsi:

Memakai KB suntik setelah kelahiran anak pertama selama 3 bulan.

Sejak 3 tahun yang lalu, pasien tidak ada menggunakan kontrasepsi.

Riwayat Penyakit Dahulu:

DM (-), hipertensi (-), asma (-),

Riwayat tumor di tempat lain (-).

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada anggota keluarga yang menderita tumor.

Riwayat Operasi Sebelumnya

Riwayat kuretase atas indikasi abortus 3 tahun yang lalu.

Page 4: Kista Endometriosis

III.PEMERIKSAAN FISIK (6 Juni 2009 Pukul 07.00 WIB)

Keadaan umum : Baik Edema : (-)

Kesadaran : Komposmentis Anemis: (-)

Tekanan Darah : 120/70 mmHg Sianosis: (-)

Nadi : 80x/ menit Gizi : Baik

Suhu : 36,5°C TB : 156 cm

Nafas : 20x/ menit BB : 48 kg

Supraklavikula : KGB tidak teraba

Dada : Paru dan jantung dalam batas normal

Abdomen : Status Ginekologi

Genitalia : Status Ginekologi

Inguinal : KGB tidak teraba

Ekstremitas : Edema tungkai (-)

IV. STATUS GINEKOLOGIS

Abdomen :

Inspeksi : Perut datar, tidak tampak benjolan, striae (-)

Palpasi : Teraba massa di regio suprapubis sebesar telur ayam, dengan konsistensi kistik,

permukaan licin, batas tegas, terfiksir, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)

Perkusi : Pekak daerah massa, shifting dullness (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Genitalia :

Inspeksi : Vulva dan uretra tenang

Inspekulo : Vulva dan vagina tenang

Portio kenyal, permukaan licin, OUE tertutup, fluksus (-), erosi (-), laserasi

(-), polip (-), massa (-), fluor albus (-)

Pemeriksaan Dalam/Bimanual:

- Vagina tenang

Page 5: Kista Endometriosis

- Portio kenyal, permukaan licin, OUE tertutup

- Korpus uteri tidak teraba

- Teraba massa kistik di parametrium sinistra

- Kavum Douglass: menonjol

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium darah (5 Juni 2009):

Hb : 11,3 gr%

Leukosit : 7.600/ mm3

Trombosit : 250.000/ mm3

Hematokrit : 34 vol%

BT : 2’

CT : 4’

Hasil USG

Kesan: Kista endometriosis (kista coklat) dengan ukuran 9 x 7,4 cm

DD/: Kista dermoid

VI. DIAGNOSIS KERJA

Kista endometriosis

VII. PENATALAKSANAAN

Rencana laparatomi

Page 6: Kista Endometriosis

IX. PROGNOSIS

Dubia ad bonam

Pada pukul 10.45 WIB dilakukan laparatomi pada pasien ini. Berikut ini adalah laporan

operasinya:

Diagnosis pre-operatif: Kista ovarium

Diagnosis post-operatif: Post Salphingo-Ooforektomi Sinistra + Adhesiolisis a/i Kista

Endometrium Sinistra + Perlengketan hebat ileum et kolon

Jaringan yang dieksisi/insisi : Kista ovarium sinistra

Macam operasi: SOS (Salphingo-Ooforektomi Sinistra)

Temuan operasi: tampak perlengketan hebat antara tuba fallopi dan ovarium sinistra

(massa berwarna putih keabu-abuan) dengan ileum dan kolon. Dilakukan adhesiolisis

untuk membebaskan perlengketan. Kista pecah berwarna merah kecoklatan, kesan: kista

coklat. Jaringan tumor dilakukan pemeriksaan PA.

Terapi :

-IVFD D5% : RL = 2 : 1 28 gtt/i

-Cefotaxim 2 x 1 gr

-Transfusi bila Hb < 10 gr%

X. FOLLOW UP

8 Mei 2015

Keluhan: nyeri di tempat bekas operasi (+), mual muntah (-), mobilisasi (-)

Pemeriksaan Fisik :

TD : 120/70 mmHg, Nadi : 80x/menit, nafas : 20x/menit, suhu : 37 °C

Konjungtiva tidak anemis

Abdomen :

Inspeksi : tampak verban bekas operasi pada linea mediana, tidak tampak darah dan cairan

merembes pada verban.

Palpasi : nyeri tekan di sekitar luka operasi

Perkusi : timpani

Page 7: Kista Endometriosis

Auskultasi : BU (+) normal

Diuresis : 50 cc/jam

Laboratorium darah rutin (tanggal 7 Mei 2015):

Hb : 11,5 gr%

Leukosit : 14.300/ mm3

Trombosit : 212.000/ mm3

Hematokrit : 34 vol%

Diagnosis :

Post Salphingo-Ooforektomi Sinistra + Adhesiolisis a/i Kista Endometriosis Sinistra +

Perlengketan hebat ileum et kolon hari I

Terapi :

- IVFD D5% : RL = 2 : 1 28 gtt/i

- Cefotaxim 2 x 1 gr

9 Mei 2015

Keluhan: nyeri di tempat bekas operasi (+), mual muntah (-), mobilisasi (+)

Pemeriksaan Fisik :

TD : 110/70 mmHg, Nadi : 84x/menit, nafas : 20x/menit, suhu : 37 °C

Konjungtiva tidak anemis

Abdomen :

Inspeksi : tampak verban bekas operasi pada linea mediana, tidak tampak darah dan cairan

merembes pada verban.

Palpasi : nyeri tekan di sekitar luka operasi

Perkusi : timpani

Auskultasi : BU (+) normal

Diagnosis :

Post Salphingo-Ooforektomi Sinistra + Adhesiolisis a/i Kista Endometriosis Sinistra +

Perlengketan hebat ileum et kolon hari I

Terapi :

- Folley katheter aff

- IVFD aff

Page 8: Kista Endometriosis

- Metronidazol 3x500mg

- Ketorolac 3x1

- Ciprofloxazin 2x500mg

TINJAUAN PUSTAKA

Page 9: Kista Endometriosis

Definisi

Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi

terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma.4 Kista

endometriosis adalah suatu jenis kista yang berasal dari jaringan endometrium. Ukuran kista bisa

bervariasi antara 0.4-4 inchi. Jika kista mengalami ruptur, isi dari kista akan mengisi ovarium

dan rongga pelvis.5

Gambar 1. Kista endometriosis

Etiologi

Teori tentang terjadinya endometriosis adalah sebagai berikut:

1. Teori retrograde menstruasi

Teori pertama yaitu teori retrograde menstruasi, juga dikenal sebagai teori implantasi

jaringan endometrium yang viable (hidup) dari Sampson. Teori ini didasari atas 3 asumsi:

1. Terdapat darah haid berbalik melewati tuba falopii

2. Sel-sel endometrium yang mengalami refluks tersebut hidup dalam rongga peritoneum

3. Sel-sel endometrium yang mengalami refluks tersebut dapat menempel ke peritoneum

dengan melakukan invasi, implantasi dan proliferasi.6,7

Teori diatas berdasarkan penemuan:

1. Penelitian terkini dengan memakai laparoskopi saat pasien sedang haid, ditemukan darah

haid berbalik dalam cairan peritoneum pada 75-90% wanita dengan tuba falopii paten.

Page 10: Kista Endometriosis

2. Sel-sel endometrium dari darah haid berbalik tersebut diambil dari cairan peritoneum dan

dilakukan kultur sel ternyata ditemukan hidup dan dapat melekat serta menembus

permukaan mesotelial dari peritoneum.

3. Endometriosis lebih sering timbul pada wanita dengan sumbatan kelainan mulerian

daripada perempuan dengan malformasi yang tidak menyumbat saluran keluar dari darah

haid.

4. Insiden endometriosis meningkat pada wanita dengan permulaan menars, siklus haid

yang pendek atau menoragia.6,7

2. Teori metaplasia soelomik

Teori ini pertama kali diperkenalkan pada abad ke-20 oleh Meyer. Teori ini menyatakan

bahwa endometriosis berasal dari perubahan metaplasia spontan dalam sel-sel mesotelial yang

berasal dari epitel soelom (terletak dalam peritoneum dan pleura). Perubahan metaplasia ini

dirangsang sebelumnya oleh beberapa faktor seperti infeksi, hormonal dan rangsangan induksi

lainnya. Teori ini dapat menerangkan endometriosis yang ditemukan pada laki-laki, sebelum

pubertas dan gadis remaja, pada wanita yang tidak pernah menstruasi, serta yang terdapat di

tempat yang tidak biasanya seperti di pelvik, rongga toraks, saluran kencing dan saluran

pencernaan, kanalis inguinalis, umbilikus, dimana faktor lain juga berperan seperti transpor

vaskular dan limfatik dari sel endometrium.6,7

3. Teori transplantasi langsung

Transplantasi langsung jaringan endometrium pada saat tindakan yang kurang hati-hati

seperti saat seksio sesaria, operasi bedah lain, atau perbaikan episiotomi, dapat mengakibatkan

timbulnya jaringan endometriosis pada bekas parut operasi dan pada perineum bekas perbaikan

episiotomi tersebut.5

4. Teori genetik dan imun

Semua teori diatas tidak dapat menjawab kenapa tidak semua wanita yang mengalami

haid menderita endometriosis, kenapa pada wanita tertentu penyakitnya berat, wanita lain tidak,

Page 11: Kista Endometriosis

dan juga tidak dapat menerangkan beberapa tampilan dari lesi. Penelitian tentang genetik dan

fungsi imun wanita dengan endometriosis dan lingkungannya dapat menjawab pertanyaan

diatas.6,7

Endometriosis 6-7 kali lebih sering ditemukan pada hubungan keluarga ibu dan anak

dibandingkan populasi umum, karena endometriosis mempunyai suatu dasar genetik. Matriks

metaloproteinase (MMP) merupakan enzim yang menghancurkan matriks ekstraseluler dan

membantu lepasnya endometrium normal dan pertumbuhan endometrium baru yang dirangsang

oleh estrogen. Tampilan MMP meningkat pada awal siklus haid dan biasanya ditekan oleh

progesteron selama fase sekresi. Tampilan abnormal dari MMP dikaitkan dengan penyakit-

penyakit invasif dan destruktif. Pada wanita yang menderita endometriosis, MMP yang disekresi

oleh endometri-um luar biasa resisten (kebal) terhadap penekanan progesteron. Tampilan MMP

yang menetap didalam sel-sel endometrium yang terkelupas dapat mengakibatkan suatu potensi

invasif terhadap endometrium yang berbalik arah sehingga menyebabkan invasi dari permukaan

peritoneum dan selanjutnya terjadi proliferasi sel.6,7

Pada penderita endometriosis terdapat gangguan respon imun yang menyebabkan

pembuangan debris pada darah haid yang membalik tidak efektif. Makrofag merupakan bahan

kunci untuk respon imun alami, bagian sistem imun yang tidak antigen-spesifik dan tidak

mencakup memori imunologik. Makrofag mempertahankan tuan rumah melalui pengenalan,

fagositosis, dan penghancuran mikroorganisme yang jahat dan juga bertindak sebagai pemakan,

membantu untuk membersihkan sel apoptosis dan sel-sel debris. Makrofag mensekresi berbagai

macam sitokin, faktor pertumbuhan, enzim dan prostaglandin dan membantu fungsi-fungsi faktor

diatas disamping merangsang pertumbuhan dan proliferasi tipe sel yang lain. Makrofag terdapat

dalam cairan peritoneum normal dan jumlah serta aktifitasnya meningkat pada wanita dengan

endometriosis. Pada penderita endometriosis, makrofag yang terdapat di peritoneum dan monosit

yang beredar teraktivasi sehingga penyakitnya berkembang melalui sekresi faktor pertumbuhan

dan sitokin yang merangsang proliferasi dari endometrium ektopik dan menghambat fungsi

pemakannya. Natural killer juga merupakan komponen lain yang penting dalam proses

terjadinya endometriosis, aktifitas sitotoksik menurun dan lebih jelas terlihat pada wanita dengan

stadium endometriosis yang lanjut.6,7

5. Faktor endokrin

Page 12: Kista Endometriosis

Perkembangan dan pertumbuhan endometriosis tergantung kepada estrogen (estrogen-

dependent disorder). Penyimpangan sintesa dan metabolisme estrogen telah diimplikasikan daam

patogenesa endometriosis. Aromatase, suatu enzim yang merubah androgen, androstenedion dan

testosteron menjadi estron dan estradiol. Aromatase ini ditemukan dalam banyak sel manusia

seperti sel granulosa ovarium, sinsisiotrofoblas di plasenta, sel lemak dan fibroblas kulit.6,7 Lihat

gambar 2.

Gambar 2. Biosintesa estrogen wanita usia reproduksi

Kista endometriosis dan susukan endometriosis diluar ovarium menampilkan kadar

aromatase yang tinggi sehingga dihasilkan estrogen yang tinggi pula. Dengan kata lain, wanita

dengan endometriosis mempunyai kelainan genetik dan membantu perkembangan produksi

estrogen endometrium lokal. Disamping itu, estrogen juga dapat merangsang aktifitas

siklooksigenase tipe-2 lokal (COX-2) yang membuat prostaglandin (PG)E2, suatu perangsang

poten terhadap aromatase dalam sel stroma yang berasal dari endometriosis, sehingga produksi

estrogen berlangsung terus secara lokal. 6,7 Lihat gambar 3.

Page 13: Kista Endometriosis

Gambar 3. Sintesis estrogen pada susukan endometriosis

Estron dan estradiol saling dirubah oleh kerja 17β-hidroksisteroid dehidrogenase

(17βHSD), yang terdiri dari 2 tipe: tipe-1 merubah estron menjadi estradiol (bentuk estrogen

yang lebih poten) dan tipe-2 merubah estradiol menjadi estron. Dalam endometrium eutopik

normal, progesteron merangsang aktifitas tipe-2 dalam kelenjar epitelium, enzim tipe-2 ini

sangat banyak ditemukan pada kelenjar endometrium fase sekresi. Dalam jaringan

endometriotik, tipe-1 ditemukan secara normal, tetapi tipe-2 secara bersamaan tidak ditemukan.

Progesteron tidak merangsang aktiftas tipe-2 dalam susukan endometriotik karena tampilan

reseptor progesteron juga abnormal. Reseptor progesteron terdiri dari 2 tipe: PR-A dan PR-B,

keduanya ini ditemukan pada endometrium eutopik normal, sedangkan pada jaringan

endometriotik hanya PR-A saja yang ditemukan.6,7

Klasifikasi

Endometriosis dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori berdasarkan lokasi dan tipe lesi,

yaitu:8

1. Peritoneal endometriosis

Pada awalnya lesi di peritoneum akan banyak tumbuh vaskularisasi sehingga

menimbulkan perdarahan saat menstruasi. Lesi yang aktif akan menyebabkan timbulnya

perdarahan kronik rekuren dan reaksi inflamasi sehingga tumbuh jaringan fibrosis dan sembuh.

Lesi berwarna merah dapat berubah menjadi lesi hitam tipikal dan setelah itu lesi akan berubah

menjadi lesi putih yang miskin vaskularisasi dan ditemukan debris glandular.

2. Ovarian Endometrial Cysts (Endometrioma)

Page 14: Kista Endometriosis

Ovarian endometrioma diduga terbentuk akibat invaginasi dari korteks ovarium setelah

penimbunan debris menstruasi dari perdarahan jaringan endometriosis. Kista endometrium bisa

besar (>3cm) dan multilokus, dan bisa tampak seperti kista coklat karena penimbunan darah dan

debris ke dalam rongga kista.

3. Deep Nodular Endometriosis

Pada endometriosis jenis ini, jaringan ektopik menginfiltrasi septum rektovaginal atau

struktur fibromuskuler pelvis seperti uterosakral dan ligamentum utero-ovarium. Nodul-nodul

dibentuk oleh hiperplasia otot polos dan jaringan fibrosis di sekitar jaringan yang menginfiltrasi.

Jaringan endometriosis akan tertutup sebagai nodul, dan tidak ada perdarahan secara klinis

yangberhubungan dengan endomeriosis nodular dalam. 

Ada banyak klasifikasi stadium yang digunakan untuk mengelompokkan endometriosis

dari ringan hingga berat, dan yang paling sering digunakan adalah sistem American Fertility

Society (AFS) yang telah direvisi (Tabel 1). Klasifikasi ini menjelaskan tentang lokasi dan

kedalaman penyakit berikut jenis dan perluasan adhesi yang dibuat dalam sistem skor. Berikut

adalah skor yang digunakan untuk mengklasifikasikan stadium:9

- Skor 1-5: Stadium I (penyakit minimal)

- Skor 6-15: Stadium II (penyakit sedang)

- Skor 16-40: Stadium III (penyakit berat)

- Skor >40: Stadium IV (penyakit sangat berat)

Martin pada tahun 2006 mengusulkan sistem kalsifikasi stadium untuk mengetahui

tingkat kepercayaan dari tindakan laparaskopi diagnostik terhadap endometriosis. Tingkat

kepercayaan laparaskopi terdiri atas 4 tingkatan:10

Tingkat 1: Mungkin endometriosis – Vesikel peritoneal, polip merah, polip kuning,

hipervaskularisasi, jaringan parut, adhesi

Tingkat 2: Diduga endometriosis – Kista coklat dengan aliran bebas dari cairan coklat.

Page 15: Kista Endometriosis

Tingkat 3: Pasti endometriosis – Lesi jaringan parut gelap, lesi merah dengan latar belakang

jaringan ikat sebagai jaringan parut, kista coklat dengan area mottle merah dan gelap dengan

latar belakang putih.

Tingkat 4: Endometriosis – Lesi gelap dan jaringan parut pada pembedahan pertama.

Gambar 4. Adhesi akibat endometriosis

Histogenesis

Teori histogenesis dari endometriosis yang paling banyak dianut adalah teori dari

Sampson. Menurut teori ini, endometriosis terjadi karena darah haid mengalir kembali

(regurgitasi) melalui tuba ke dalam rongga pelvis. Sudah dibuktikan bahwa dalam darah haid

didapati sel-sel endometrium yang masih hidup. Sel-sel endometrium yang masih hidup ini

kemudian dapat mengadakan implantasi di pelvis. 4

Teori lain dikemukakan oleh Robert Meyer bahwa endometriosis terjadi karena

rangsangan pada sel-sel epitel berasal dari selom yang dapat mempertahankan hidupnya di

daerah pelvis. Rangsangan ini akan menyebabkan metaplasia dari sel-sel epitel itu sehingga

terbentuk jaringan endometrium. 4

Teori hormonal bermula dari kenyataan bahwa kehamilan dapat menyembuhkan

endometriosis. Rendahnya kadar FSH, LH dan E2 dapat menghilangkan endometriosis.

Pemberian steroid seks dapat menekan sekresi FSH, LH dan E2. Pendapat yang sudah lama

dianut ini mengemukakan bahwa pertumbuhan endometriosis sangat tergantung dari kadar

estrogen dalam tubuh. Pendapat ini mulai diragukan karena pada tahun 1989 Baziad dan Jacoeb

menemukan kadar E2 yang cukup tinggi pada kasus-kasus endometriosis. Jacoeb pada tahun

Page 16: Kista Endometriosis

1990 pun menemukan kadar E2 serum pada setiap kelompok derajat endometriosis hampir

semuanya tinggi. Keadaan ini juga tidak bergantung pada beratnya derajat endometriosis. Kalau

memang dianggap perkembangan endometriosis bergantung pada kadar estrogen dalam tubuh,

seharusnya terdapat hubungan bermakna antara beratnya derajat endometriosis dengan kadar E2

di lain pihak, apabila kadar E2 dalam tubuh maka senyawa ini akan diubah kembali menjadi

androgen melalui proses aromatisasi. Akibatnya, kadar testosterone pun akan meninggi. Tetapi

kenyataannya pada penelitian ini, kadar T tidak berubah secara bermakna menurut beratnya

penyakit. 11

Sedangkan teori terakhir, endometriosis dikaitkan dengan aktivitas imun. Teori

imunologis menerangkan bahwa secara embriologis, sel epitel yang membungkus peritoneum

parietal dan permukaan ovarium memiliki asal yang sama, oleh karena itu sel-sel endometriosis

akan sejenis dengan mesotel. Telah diketahui bahwa CA-125 merupakan suatu antigen

permukaan sel yang semula diduga khas untuk ovarium. Karena endometriosis merupakan proses

proliferasi sel yang bersifat destruktif, maka lesi ini tentu akan meningkatkan kadar CA-125.

Banyak yang berpendapat bahwa endometriosis adalah suatu penyakit autoimun karena memiliki

kriteria yang cenderung lebih banyak pada wanita, bersifat familiar, menimbulkan gejala klinik,

melibatkan multiorgan dan menunjukkan aktivitas sel B-poliklonal.11

Patologi

Gambaran mikroskopik dari endometrium sangat variabel. Lokasi yang sering terdapat

ialah pada ovarium dan biasanya bilateral. Pada ovarium tampak kista-kista biru kecil sampai

besar berisi darah tua menyerupai coklat. Darah tua dapat keluar sedikit-sedikit karena luka pada

dinding kista dan dapat menyebabkan perlekatan antara permukaan ovarium dengan uterus,

sigmoid dan dinding pelvis. Kista coklat kadang-kadang dapat mengalir dalam jumlah banyak ke

dalam rongga peritoneum karena robekan dinding kista dan menyebabkan akut abdomen. Tuba

pada endometriosis biasanya normal.4

Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan ciri-ciri khas bagi endometriosis yakni

kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium dan perdarahan bekas dan baru berupa eritrosit,

pigmen hemosiderin dan sel-sel makrofag berisi hemosiderin. Disekitarnya tampak sel-sel

Page 17: Kista Endometriosis

radang dan jaringan ikat sebagai reaksi dari jaringan normal disekelilingnya. Jaringan

endometriosis seperti juga jaringan endometrium di dalam uterus dapat dipengaruhi oleh

estrogen dan progesteron. Sebagai akibat dari pengaruh hormon-hormon tersebut, sebagian besar

sarang endometriosis berdarah secara periodik yang menyebabkan reaksi jaringan sekelilingnya

berupa radang dan perlekatan.4

Pada kehamilan dapat ditemukan reaksi desidual jaringan endometriosis. Apabila

kehamilannya berakhir, reaksi desidual menghilang disertai dengan regresi sarang endometriosis.

Pengaruh baik dari kehamilan kini menjadi dasar pengobatan endometriosis dengan hormon

untuk mengadakan apa yang dinamakan kehamilan semu (pseudopregnancy).4

Gejala Klinis

Gejala-gejala yang sering ditemukan pada kista endometriosis adalah:1,4

Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid

(dismenore). Sebab dari dismenore ini tidak diketahui tetapi mungkin ada hubungannya

dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu sebelum

dan semasa haid. Nyeri tidak selalu didapatkan pada endometriosis walaupun kelainan

sudah luas sebaliknya kelainan ringan dapat menimbulkan gejala nyeri yang hebat. Nyeri

yang hebat dapat menyebabkan mual, mntah, dan diare. Dismenore primer terjadi selama

tahun-tahun awal mestruasi, dan semakin meningkat dengan usia saat melahirkan anak,

dan biasanya hal ini tidak berhubungan dengan endometriosis. Dismenore sekunder

terjadi lebih lambat dan akan semakin meningkat dengan pertambahan usia. Hal ini bisa

menjadi tanda peringatan akan terjadinya endometriosis, walaupun beberapa wanita

dengan endometriosis tidak terlalu merasakannya.

Dispareunia merupakan gejala yang sering dijumpai disebabkan oleh karena adanya

endometriosis di kavum Douglasi.

Nyeri waktu defekasi, terjadi karena adanya endometriosis pada dinding rekstosigmoid.

Kadang-kadang bisa terjadi stenosis dari lumen usus besar tersebut.

Page 18: Kista Endometriosis

Poli dan hipermenorea, dapat terjadi pada endometriosis apabila kelainan pada ovarium

sangat luas sehingga fungsi ovarium terganggu.

Infertilitas, hal ini disebabkan apabila motilitas tuba terganggu karena fibrosis dan

perlekatan jaringan disekitarnya. Sekitar 30-40% wanita dengan endometriosis menderita

infertilitas.

Diagnosis

Tidak ada pemeiksaan yang sederhana untuk mendiagnosis endometriosis. Dalam

kenyataannya, satu-satunya cara untuk mendiagnosis pasti endometriosis adalah dengan

melakukan laparoskopi dan melakukan biopsi jaringan. Pemeriksaan ini merupakan standar emas

dalam mendiagnosis endometriosis.12

Endometriosis dicurigai bila ditemukan adanya gejala nyeri di daerah pelvis dan adanya

penemuan-penemuan yang bermakna selama pemeriksaan fisik. Melalui pemeriksaan

rektovaginal (satu jari di dalam vagina dan satu jari lagi di dalam rectum) akan teraba nodul

(jaringan endometrium) di belakang uterus dan di sepanjang ligamentum yang menyerang

dinding pelvis. Suatu saat bisa saja nodul tidak teraba, tetapi pemeriksaan ini sendiri dapat

menyebabkan rasa nyeri dan tidak nyaman.13

Penatalaksanaan

Endometriosis bisa diterapi dengan medikamentosa dan/atau pembedahan. Pengobatan

endometriosis juga bertujuan untuk menghilangkan nyeri dan/atau memperbaiki fertilitas.6,13,14

Endometriosis dan subfertilitas

o Adhesi peritubal and periovarian dapat menginterferensi dengan transportasi

ovum secara mekanik dan berperan dalam menyebabkan subfertilitas.

Endometriosis peritoneal telah terbukti berperan dalam menyebabkan subfertilitas

dengan cara berinterferensi dengan motilitas tuba, follikulogenesis, dan fungsi

Page 19: Kista Endometriosis

korpus luteum. Aromatase dipercaya dapat meningkatkan kadar prostaglandin E

melalui peningkatan ekspresi COX-2. Endometriosis juga dapat menyebabkan

subfertilitas melalui peningkatan jumlah sperma yang terikat ke epitel ampulla

sehingga mempengaruhi interaksi sperm-endosalpingeal.

o Pemberian medikamentosa pada endometriosis minimal atau sedang tidak terbukti

meningkatkan angka kehamilan. Endometriosis sedang sampai berat harus

dioperasi.

o Pilihan lainnya untuk mendapatkan kehamilan ialah inseminasi intrauterin,

superovulasi, dan fertilisasi invitro. Pada suatu penelitian case-contol, rata-rata

kehamilan dengan injeksi sperma intrasitoplasmik tidak dipengaruih oleh

kehadiran endometriosis. Lebih jauh, analisi lainnya menunjukkan peningkatan

kejadian kehamilan akibat fertilisasi in vitro dengan preterapi endometriosis

tingkat 3 dan 4 dengan agonis gonadotropin-releasing hormone (GnRH).

Terapi interval

o Beberapa peneliti percaya bahwa endometriosis dapat ditekan dengan pemberian

profilaksis berupa kontrasepsi oral kombinasi berkesinambungan, analog GnRH,

medroksiprogesteron, atau danazol sebagai upaya untuk meregresi penyakit yang

asimtomastik dan mengatasi fertilitas subsekuen.

o Ablasi melalui pembedahan untk endometriosis simptomatik juga dapat

meningkatkan kesuburan dalam 3 tahun setelah follow-up.

Tidak ada hubungan antara endometriosis dengan abortus rekuren dan tidak ada

penelitian yang menunjukkan bahwa terapi medikamentosa atau pembedahan dapat

mengurangi angka kejadian abortus.

Terapi medis: pil kontrasepsi oral kombinasi, danazol, agen progestational, dan analog

GnRH. Semua obat ini memiliki efek yang sama dalam mengurangi nyeri dan durasinya.

o Pil kontrasepsioral kombinasi berperan dalam supresi ovarium dan

memperpanjang efek progestin.

Page 20: Kista Endometriosis

o Semua agen progesteron berperan dalam desidualisasi dan atrofi endometrium.

Medroksiprogesteron asetat berperan dalam mengurangi nyeri.

Megestrol asetat juga memiliki efek yang sama

The levonorgestrel intrauterine system (LNG-IUS) berguna dalam

mengurangi nyeri akibat endometriosis.

o Analog GnRH berguna untuk menurunkan gejala nyeri, namun tidak berefek

dalam meningkatkan angka fertilitas. Terapi dengan GnRH menurunkan gejala

nyeri pada 85-100% wanita dengan endometriosis.

o Danazol berperan untuk menghambat siklus follicle-stimulating hormone (FSH)

and luteinizing hormone (LH) dan mencegah steroidogenesis di korpus luteum.

Terapi Bedah

Terapi bedah bisa diklasifikasikan menjadi terapi bedah konservatif jika fungsi reproduksi

berusaha dipertahankan, semikonservatif jika kemampuan reproduksi dikurangi tetapi fungsi

ovarium masih ada, dan radikal jika uterus dan ovarium diangkat secara keseluruhan. Usia,

keinginan untuk memperoleh anak lagi, perubahan kualitas hidup, adalah hal-hal yang menajdi

pertimbangan ketika memutuskan suatu jenis tindakan operasi.6, 13,14

Pembedahan konservatif

o Tujuannya adalah merusak jaringan endometriosis dan melepaskan perlengketan

perituba dan periovarian yang menjadi sebab timbulnya gejala nyeri dan

mengganggu transportasi ovum. Pendekatan laparoskopi adalah metode pilihan

untuk mengobati endometriosis secara konservatif. Ablasi bisa dilakukan dengan

dengan laser atau elektrodiatermi. Secara keseluruhan, angka rekurensi adalah

19%. Pembedahan ablasi laparoskopi dengan diatermi bipolar atau laser efktif

dalam menghilangkan gejala nyeri pada 87%. Kista endometriosis dapat diterapi

dengan drainase atau kistektomi. Kistektomi laparoskopi mengobati keluhan nyeri

lebih baik daripada tindakan drainase. Terapi medis dengan agonis GnRH

mengurangi ukuran kista tetapi tidak berhubungan dengan hilangnya gejala nyeri.

Page 21: Kista Endometriosis

o Flushing tuba dengan media larut minyak dapat meningkatkan angka kehamilan

pada kasus infertilitas yang berhubungan dengan endometriosis.

o Untuk dismenorhea yang hebat dapat dilakukan neurektomi presakral. Bundel

saraf yang dilakukan transeksi adalah pada vertebra sakral III, dan bagian

distalnya diligasi.

o Laparoscopic Uterine Nerve Ablation (LUNA) berguna untuk mengurangi gejala

dispareunia dan nyeri punggung bawah.

o Untuk pasien dengan endometriosis sedang, pengobatan hormonal adjuvant

postoperative efektif untuk mengurangi nyeri tetapi tidak ada berefek pada

fertilitas. Analog GnRH, danazol, dan medroksiprogesteron berguna untuk hal ini.

Pembedahan semikonservatif

o Indikasi pembedahan jenis ini adalah wanita yang telah melahirkan anak dengan

lengkap, dan terlalu muda untuk menjalani pembedahan radikal, dan merasa

terganggu oleh gejala-gejala endometriosis. Pembedahan yang dimaksud adalah

histerektomi dan sitoreduksi dari jaringan endometriosis pelvis. Kista

endometriosis bisa diangkat karena sepersepuluh dari jaringan ovarium yang

berfungsi diperlukan untuk memproduksi hormon. Pasien yang dilakukan

histerektomi dengan tetap mempertahankan ovarium memiliki risiko enam kali

lipat lebih besar untuk mengalami rekurensi dibandingkan dengan wanita yang

dilakukan histerektomi dan ooforektomi.

o Terapi medis pada wanita yang telah memiliki cukup anak yang juga memiliki

efek dalam mereduksi gejala.

Pembedahan radikal

o Histerektomi total dengan ooforektomi bilateral dan sitoreduksi dari endometrium

yang terlihat. Adhesiolisis ditujukan untuk memungkinkan mobilitas dan

menormalkan kembali hubungan antara organ-organ di dalam rongga pelvis.

Page 22: Kista Endometriosis

o Obstruksi ureter memerlukan tindakan bedah untuk mengeksisi begian yang

mengalami kerusakan. Pada endometriosis dengan obstruksi usus dilakukan

reseksi anastomosis jika obstruksi berada di rektosigmoid anterior.

Prognosis

Endometriosis dapat mengalami rekurensi kecuali telah dilakukan dengan histerektomi

dan ooforektomi bilateral. Angka kejadian rekurensi endometriosis setelah dilakukan terapi

pembedahan adalah 20% dalam waktu 5 tahun. Ablasi komplit dari endometriosis efektif

dalam menurunkan gejala nyeri sebanyak 90% kasus. Beberapa ahli mengatakan eksisi lesi

adalah metode yang baik untuk menurunkan angka kejadian rekurensi dari gejala-gejala

endometriosis.

Pada kasus infertilitas, keberhasilan tindakan bedah berhubungan dengan tingkat berat

ringannya penyakit. Pasien dengan endometriasis sedang memiliki peluang untuk hamil

sebanyak 60%, sedangkan pada kasus-kasus endometriosis yang berat keberhasilannya hanya

35%.8  

Page 23: Kista Endometriosis

DAFTAR PUSTAKA

1. American Society. Endometriosis a guide for patient

http://www.asrm.org/Patients/patientbooklets/endometriosis.pdf

2. Oepomo TD. Concentration of TNF-α in the peritoneal fluid and serum of

endometrioticpatients. http://www.unsjournals.com/DD0703D070302.pdf

3. NHS Evidence, Annual Evidence Update on Endometriosis – Epidemiology and

aetiology. http://www.library.nhs.uk/womenshealth/ViewResource.aspx?

resID=258981&tabID=290&catID=11472

4. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP, 2002. p.314-36

5. Lee BM, The Endometriosis cyst. http://ezinearticles.com/?Cyst-Endometriosis---Cyst-

in-the-Walls-of-the-Womb&id=1794678

6. Wellbery C. Diagnosis and Treatment of Endometriosis 1999;

http://www.aafp.org/afp/991015ap/contentshtml

7. Overton C, Davis C, McMillanL, Shaw R. An Atlas Of Endometriosis, 3 rd ed. London:

Informa Healthcare, 2007. p.2-3, 36

8. Sud S, Tulandi T. Endometriosis

http://www.obgyn.net/medical.asp?page=/english/pubs/features/mcgill-student-projects/

endometriosis. london.1999

9. Kandeel M, Endometriosis: An update

http://www.gfmer.ch/GFMER_members/pdf/Endometriosis_Kandeel_2008.pdf

10. Martin DC. Endometriosis staging. http://www.memfert.com/endostage.htm

11. Farid. Endometriosis di Sekitar Kita.

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=201

Page 24: Kista Endometriosis

12. Endometriosis Research Foundation. Diagnosing endometriosis,.

http://www.endometriosis.org/endometriosis.html