KINERJA REPRODUKSI IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA ... · Akademik, Dr. Widanarni dan Dadang...
Transcript of KINERJA REPRODUKSI IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA ... · Akademik, Dr. Widanarni dan Dadang...
i
KINERJA REPRODUKSI IKAN NILA
Oreochromis niloticus PADA MEDIA BIOFLOK
DIAN UTAMI PUTRI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ii
ABSTRAK
DIAN UTAMI PUTRI. Kinerja Reproduksi Ikan Nila Oreochromis niloticus
pada Media Bioflok. Dibimbing oleh MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR dan
JULIE EKASARI.
Teknologi bioflok telah berhasil diterapkan untuk meningkatkan
pertumbuhan ikan nila, tetapi sedikit yang diketahui tentang kontribusi bioflok
pada kinerja reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh
penerapan teknologi bioflok terhadap kinerja reproduksi ikan nila Oreochromis
niloticus. Pada penelitian ini digunakan ikan nila dengan ukuran panjang dan
bobot awal rata-rata masing-masing 16,59 + 0,48 cm dan 84,56 + 4,81 g.
Penelitian ini terdiri dari dua perlakuan yaitu kontrol dan BFT (Biofloc
Technology) dengan empat kali ulangan. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
bahwa bioflok mempengaruhi nilai indeks gonad somatik (P<0,05) pada hari ke-
84, indeks hepar somatik pada hari ke-56 (P<0,05). Perlakuan bioflok juga
menghasilkan fekunditas ikan dan jumlah larva lebih tinggi daripada kontrol
(P<0,05). Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa
bioflok mampu meningkatkan kinerja reproduksi ikan nila Oreochromis niloticus.
Kata kunci: bioflok, reproduksi, ikan nila.
----------------------
ABSTRACT
DIAN UTAMI PUTRI. Reproductive Performance of Oreochromis niloticus on
Biofloc System. Supervised by MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR and JULIE
EKASARI.
Biofloc technology system (BFT) has been successfully applied for nile
tilapia growth, but yet for contribution on reproductive performance. This study
aimed to evaluate the effect of the application of BFT on reproductive
performance of Oreochromis niloticus. This study used tilapia with an average
body weight of 84.56 + 4.81 g. Analysis of variance showed that gonadal somatic
index (P <0.05) on day 84, liver somatic index at day 56 (P <0.05), fecundity and
larvae production from biofloc treatment is higher than controls. But in egg
diameter and survival rate have no effect significantly from BFT application
(P<0,05).
Key words: biofloc, reproductive, nile tilapia.
iii
KINERJA REPRODUKSI IKAN NILA
Oreochromis niloticus PADA MEDIA BIOFLOK
DIAN UTAMI PUTRI
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya
Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
KINERJA REPRODUKSI IKAN NILA Oreochromis niloticus
PADA MEDIA BIOFLOK
Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun
pada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir Skripsi ini.
Bogor, September 2012
Dian Utami Putri
C14080077
v
Judul : Kinerja Reproduksi Ikan Nila Oreochromis niloticus pada Media
Bioflok
Nama : Dian Utami Putri
NIM : C14080077
Departemen : Budidaya Perairan
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Muhammad Zairin Junior Julie Ekasari, M.Sc.
NIP. 19590218 198601 1 001 NIP. 19770725 200501 2 002
Diketahui,
Ketua Departemen Budidaya Perairan
Dr. Sukenda
NIP. 19671013 199302 1 001
Tanggal Lulus :
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Januari 2012 sampai
dengan Agustus 2012 adalah reproduksi ikan, dengan judul “Kinerja Reproduksi
Ikan Nila Oreochromis niloticus pada Media Bioflok”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. M. Zairin Junior dan Julie Ekasari, M.Sc. selaku dosen
pembimbing atas semua arahan dan pengetahuan yang diberikan dalam
penelitian serta penulisan skripsi ini. Dr. Dedi Jusadi selaku Pembimbing
Akademik, Dr. Widanarni dan Dadang Shafruddin, M.S selaku dosen
penguji tamu.
2. Ayahanda Belly Phan al Koko Wardana, Ibunda Cicih Susiati serta adik
Novita, Kurniawan, dan Angga yang selalu memberikan doa, dukungan
moral maupun material.
3. Bapak Ranta, Bapak Wasjan, Bapak Henda, Bapak Aam, Ibu Retno dan
Ibu Ida yang telah membantu dalam penelitian ini serta Bapak Agus yang
telah mengizinkan menggunakan bak penelitian dan Ibu Lina yang telah
mengizinkan menggunakan peralatan laboratorium.
4. Nora Putri Sari atas kerjasamanya dalam penelitian ini. Teman-teman
lingkungan: Ulfa, Diska, Rosita, Kak Yayan yang selalu ada saat senang
maupun duka, serta Desil, Ai, Titi, Nurlita, Jeanni, Dendi, Wahyu, Eko,
Asep, Abror, Eriza, Widi, Putri, Aqil, Taqin, Burhan, Brilian, Bayu,
Kurnia, Arin, dan teman-teman PATMO lainnya atas bantuan dan
dukungannya dalam penelitian ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Bogor, September 2012
Dian Utami Putri
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 9 Juli 1990 di kota Jambi. Penulis
merupakan anak pertama dari pasangan Belly Phan alias Koko Wardana dan Cicih
Susiati.
Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah TK Nasional Sariputra, SD
Nasional Sariputra, SMP Al Chasanah Tanjung Duren, serta SMA Negeri 33
Cengkareng dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima
sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan penulis memasuki Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2009.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan
Himpunan Mahasiswa Akuakultur periode 2009-2010. Penulis juga aktif menjadi
Asisten Praktikum pada beberapa mata kuliah yaitu Fisiologi Reproduksi Ikan
(2012), dan Industri Pembenihan Organisme Akuatik (2012). Selain itu, untuk
meningkatkan pengetahuan di bidang perikanan budidaya, penulis pernah
mengikuti magang liburan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi (2009), Stasiun Lapang Kegiatan Budidaya Ikan Gurame
PT Semata Tasikmalaya (2010), dan Praktik Lapangan Akuakultur pembenihan
patin siam di Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Subang (2011).
Selama di IPB penulis mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi
Akademik (PPA) periode 2011-2012. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi
diselesaikan penulis dengan menulis skripsi berjudul ”Kinerja Reproduksi Ikan
Nila Oreochromis niloticus pada Media Bioflok”.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
II. BAHAN DAN METODE ................................................................................ 3
2.1 Rancangan Penelitian ............................................................................... 3
2.2 Metode Pemeliharaan ............................................................................... 3
2.3 Prosedur Penambahan Karbon ................................................................. 4
2.4 Parameter Penelitian ................................................................................. 4
2.5 Analisis Data ............................................................................................ 6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 7
3.1 Hasil .......................................................................................................... 7
3.1.1 Indeks Gonad Somatik (IGS) ............................................................. 7
3.1.2 Indeks Hepar Somatik (IHS) ............................................................. 7
3.1.3 Fekunditas ......................................................................................... 8
3.1.4 Diameter Telur .................................................................................. 9
3.1.5 Jumlah Larva ..................................................................................... 9
3.1.6 Sintasan ........................................................................................... 10
3.2 Pembahasan ............................................................................................ 10
IV. KESIMPULAN .............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
LAMPIRAN .......................................................................................................... 20
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kandungan nutrisi pelet komersial nila Oreochromis niloticus dalam bobot
kering .................................................................................................................. 3
2. Kisaran parameter kualitas air pada media pemeliharaan ................................... 6
3. Nilai IGS untuk masing-masing TKG (Azwar 1997) ....................................... 11
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Indeks gonad somatik (IGS) induk ikan nila Oreochromis sp. betina yang
dipelihara pada sistem BFT dan kontrol selama 84 hari masa pemeliharaan .... 7
2. Indeks hepar somatik (IHS) induk ikan nila Oreochromis sp. betina yang
dipelihara pada sistem BFT dan kontrol selama 84 hari masa pemeliharaan .... 8
3. Fekunditas induk ikan nila Oreochromis sp. betina yang dipelihara pada sistem
BFT dan kontrol selama 84 hari masa pemeliharaan ......................................... 8
4. Diameter telur ikan nila Oreochromis sp. betina yang dipelihara pada sistem
BFT dan kontrol selama 84 hari masa pemeliharaan ......................................... 9
5. Jumlah total larva ikan nila Oreochromis sp. betina yang dipelihara pada sistem
BFT dan kontrol selama masa pemeliharaan ..................................................... 9
6. Tingkat kelangsungan hidup induk ikan nila ikan nila Oreochromis sp. betina
yang dipelihara pada sistem BFT dan kontrol selama 84 hari masa
pemeliharaan .................................................................................................... 10
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Perhitungan jumlah molase ............................................................................... 21
2. Analisis ragam indeks gonad somatik (IGS) nila pada hari ke-14, 28, 42, 56,
70, 84 ................................................................................................................ 22
3. Analisis ragam indeks hepar somatik (IHS) nila pada hari ke-14, 28, 42, 56, 70,
84 ...................................................................................................................... 23
4. Analisis ragam fekunditas nila pada hari ke-14, 28, 42, 56, 70, 84 .................. 24
5. Analisis ragam diameter telur nila pada hari ke-14, 28, 42, 56, 70, 84 ............ 25
6. Analisis ragam jumlah larva nila hingga akhir pemeliharaan ........................... 26
7. Analisis ragam sintasan nila hingga akhir pemeliharaan .................................. 27
8. Hasil analisis kualitas air ................................................................................... 28
1
I. PENDAHULUAN
Teknologi bioflok merupakan teknologi budidaya yang didasarkan kepada
prinsip asimilasi nitrogen anorganik (amonia, nitrit, dan nitrat) oleh komunitas
mikroba (bakteri heterotrof) dalam media budidaya sebagai sumber makanan (De
Schryver et al. 2008). Avnimelech (2012) mengemukakan bahwa tujuan
dikembangkannya teknologi bioflok ini adalah untuk memperbaiki dan
mengontrol kualitas air budidaya, biosekuriti, membatasi penggunaan air, serta
efisiensi penggunaan pakan. Bioflok merupakan suspensi yang terdapat di dalam
air yang berupa fitoplankton, bakteri, agregat hidup, bahan organik dan pemakan
bakteri (Avnimelech 2007).
Penelitian mengenai penerapan teknologi bioflok terhadap kualitas air, telah
dilakukan Avnimelech (1999) yaitu dengan pemberian karbohidrat berupa glukosa
dan tepung tapioka dalam bak pemeliharaan ikan nila dengan kepadatan
80ekor/m3 dapat menurunkan konsentrasi TAN secara nyata. Selain dapat
memperbaiki kualitas air, penerapan teknologi bioflok juga dapat meningkatkan
pertumbuhan ikan nila (Maryam 2010). Sementara penelitian mengenai kontribusi
bioflok pada kinerja reproduksi telah dilakukan pada udang Litopenaeus
stylirostris (Emerenciano et al. 2011). Pada penelitian tersebut dilaporkan bahwa
kinerja pemijahan L. stylirostris pada kondisi flok lebih baik daripada dalam
kontrol (Emerenciano et al. 2011).
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang sangat potensial
dikembangkan di Indonesia. Ikan ini memiliki laju pertumbuhan yang cepat,
mudah bereproduksi, berdaging tebal, dan mudah dibudidayakan (Molina et al.
2009). Selain itu, ikan nila juga merupakan salah satu ikan konsumsi dari 10 jenis
ikan yang menjadi target peningkatan produksi yang dicanangkan KKP pada 2014
(KKP 2010). Menurut Moriarty (1997) tilapia mampu memanfaatkan mikroba
berupa bakteri sebagai pakan. Dengan demikian penerapan konsep teknologi
bioflok selain dapat menurunkan amonia air juga dapat menyediakan single cell
protein sebagai sumber pakan ikan nila selain pakan buatan. Avnimelech (1999)
menyatakan bahwa dengan adanya penambahan bahan berkarbon, bakteri akan
menggunakan nitrogen yang terdapat dalam kolam budidaya untuk memproduksi
2
protein mikroba yang dapat dimanfaatkan oleh ikan sehingga terbukti mampu
mengurang nitrogen anorganik dan menggantikan protein pakan. Sementara
penelitian Emerenciano et al. (2011) melaporkan bahwa kinerja reproduksi udang
L. stylirostris yang dipelihara pada media bioflok lebih baik karena adanya
kontribusi bioflok sebagai “native protein”. Dengan latar belakang tersebut maka
penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penerapan teknologi bioflok
terhadap kinerja reproduksi ikan nila Oreochromis niloticus.
3
II. BAHAN DAN METODE
2.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) yang terdiri dari dua perlakuan yaitu perlakuan kontrol dan perlakuan BFT
(Bioflocs Technology) dengan empat kali ulangan.
2.2 Metode Pemeliharaan
Ikan nila yang digunakan berasal dari Balai Pengembangan Benih Ikan Air
Tawar (BPBIAT) Wanayasa, berumur 125 hari dengan ukuran panjang 16,59 +
0,48 cm dan bobot 84,56 + 4,81 g. Ikan uji ditebar pada masing-masing bak
pemeliharaan dengan kepadatan 60 ekor/bak dengan rasio jantan dan betina 1:4.
Wadah pemeliharaan ikan yang digunakan berupa kolam beton berukuran 3m x
2m x 0,7m sebanyak 8 unit. Pakan yang diberikan berupa pelet tenggelam
komersial dengan kandungan protein 30% (Tabel 1).
Tabel 1. Kandungan nutrisi pelet komersial nila Oreochromis niloticus dalam
bobot kering
No. Komposisi proksimat Kandungan (%)
1. Kadar abu 16,04
2. Protein 33,00
3. Lemak 7,04
4. Serat kasar 7,13
5. BETN 36,79
*) Sesuai dengan analisis proksimat pakan
Prosedur penelitian meliputi masa persiapan dan masa pemeliharaan. Pada
masa persiapan, semua bak disikat dan dibersihkan dari lumut dan kotoran lain
yang menempel, diikuti dengan pengeringan selama 1 hari. Selanjutnya dilakukan
pemasangan instalasi aerasi dengan 12 titik aerasi per bak. Pada hari berikutnya
air ditambahkan sebanyak 3 m3 dan dibiarkan tergenang selama 3 hari sebelum
ikan ditebar. Sebelum diberi perlakuan, ikan diadaptasikan terlebih dahulu dalam
bak pemeliharaan selama 3 hari.
Masa pemeliharaan terdiri dari pemberian pakan, penambahan molase,
sampling induk, serta pengukuran kualitas air. Masa pemeliharaan berlangsung
selama 84 hari. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pukul 09.00,
dan 16.00 WIB dengan tingkat pemberian pakan awal 3% bobot biomassa per
hari. Pemberian jumlah pakan selanjutnya dilakukan secara at satiation
4
disesuaikan dengan respon makan ikan secara visual. Penambahan molase
dilakukan setiap 2 kali sehari setengah jam setelah pemberian pakan. Sampling
dilakukan setiap 14 hari sekali dengan mengambil contoh 5 ekor induk betina per
bak (20 ekor per perlakuan). Pengukuran kualitas air berupa suhu dilakukan setiap
hari, sedangkan pengukuran DO, pH, dan TAN dilakukan setiap seminggu sekali.
Larva dan benih ikan yang dihasilkan pada masing-masing bak pemeliharaan
dikumpulkan dan dihitung setiap hari.
2.3 Prosedur Penambahan Karbon
Sumber karbon organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah molase
dengan konsentrasi C sebesar 40%. Penambahan molase pada media budidaya
dilakukan dengan mengadaptasi perhitungan yang dilakukan oleh Avnimelech
(1999). Berdasarkan perhitungan tersebut (Lampiran 1) maka didapatkan jumlah
molase yang ditambahkan ke dalam media budidaya adalah sebanyak 1,11 kali
jumlah pakan yang diberikan. Penambahan molase dilakukan setiap 2 kali sehari
setengah jam setelah pemberian pakan.
2.4 Parameter Penelitian
Data yang dikumpulkan selama penelitian meliputi bobot tubuh, indeks
gonad somatik (IGS), indeks hepar somatik (IHS), jumlah telur, diameter telur,
jumlah anakan, dan tingkat kelangsungan hidup.
Untuk mengetahui perubahan yang terjadi di gonad secara kuantitatif
dilakukan pengukuran indeks gonad somatik (IGS). IGS ditentukan dengan rumus
yang dikemukakan oleh Effendie (2002), yaitu:
Keterangan:
IGS = indeks gonad somatik (%)
Wg = bobot gonad (g)
W = bobot tubuh ikan (g)
Indeks hepar somatik (IHS) adalah rasio bobot hati terhadap bobot tubuh
(Ishibashi et al. 1994). IHS dapat diketahui dengan menggunakan rumus (Sulistyo
et al. 2000):
G Wg
W
5
Fekunditas menurut Bagenal (1978) adalah jumlah telur matang yang ada
dalam ovarium sebelum dikeluarkan dalam pemijahan. Perhitungan fekunditas
dilakukan berdasarkan rumus Bagenal (1978):
Wg
W
Keterangan:
Wg = bobot gonad (g)
Ws = bobot sub sampel (g)
N = Jumlah telur dalam sub sampel
Telur ikan yang digunakan untuk pengukuran parameter ini berasal dari
induk betina yang disampling. Dari masing-masing induk tersebut, 100 butir telur
per gonad diukur diameternya dengan mengukur jarak panjang (a) dan lebar (b)
telur yang kemudian dirata-ratakan, selanjutnya diukur menggunakan mikroskop
dengan perbesaran 40 yang dilengkapi dengan micrometer yang kemudian
dikonversi menjadi mm.
(
)
Jumlah larva dihitung secara manual satu per satu kemudian diletakkan di
hapa pemeliharaan larva. Sintasan atau tingkat kelangsungan hidup adalah
persentase ikan yang hidup dari jumlah seluruh ikan yang dipelihara dalam suatu
wadah setelah masa pemeliharaan. Ikan yang diambil sebagai sampel setiap dua
minggu dihitung ikan hidup. Tingkat kelangsungan hidup ikan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus (Effendie, 2002):
Keterangan:
No = Jumlah ikan awal
Nt = Jumlah ikan akhir
Pengukuran parameter kualitas air dilakukan di awal perlakuan dan setiap 7
hari selama perlakuan di bak. Hasil analisis kualitas air menunjukkan bahwa
kisaran parameter kualitas air yang diamati pada penelitian ini berada pada kisaran
yang optimum bagi pemeliharaan ikan nila (Tabel 2) (Lampiran 8).
6
Tabel 2. Kisaran parameter kualitas air pada media pemeliharaan
Perlakuan
Parameter Kualitas Air
Suhu
(oC)
DO
(mg/l) pH
TAN
(mg/l)
Kontrol 27,8-32,0 4,7-6,6 7,28-8,29 0,166-1
Bioflok 27,8-32,2 3,6-6,5 7,39-8,13 0,146-0,847
Optimal
25,0-32,0
Hepher dan
Pruginin (1981)
>3,0
Henley
(2005)
6,0-9,0
Popma dan
Masser (1999)
0,5-1,0
Boyd (1990)
2.5 Analisis Data
Parameter yang diuji secara statistik adalah IGS, IHS, fekunditas, diameter
telur, jumlah larva, tingkat kelangsungan hidup ikan nila. Data yang diperoleh
diolah pada Microsoft Excel 2010 dan dianalisis ragam ANOVA (P<0,05)
program SAS 9.1.3.
7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Indeks Gonad Somatik (IGS)
Hasil pengamatan nilai IGS secara keseluruhan berkisar antara 0,89-3,50%
(Gambar 1). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa bioflok
mempengaruhi nilai IGS secara signifikan (P<0,05) (Lampiran 2) terutama pada
hari ke-84. Nilai IGS tertinggi diperoleh ikan yang diberi bioflok sebesar 3,50%
pada hari ke-56 sedangkan nilai indeks gonad somatik tertinggi pada ikan yang
tanpa diberi bioflok sebesar 2,94% (Gambar 1).
Gambar 1. Indeks gonad somatik (IGS) induk ikan nila Oreochromis sp. betina
yang dipelihara pada sistem BFT dan kontrol selama 84 hari masa
pemeliharaan
3.1.2 Indeks Hepar Somatik (IHS)
Nilai IHS pada perlakuan kontrol berkisar antara 1,03-2,46%, sedangkan
nilai IHS pada perlakuan bioflok berkisar antara 1,03-2,28%. Hasil analisis sidik
ragam menunjukkan bahwa pada perlakuan bioflok dapat mempengaruhi indeks
hepar somatik pada hari ke-56 (P<0,05). (Lampiran 3). Pada hari ke-56, nilai IHS
pada perlakuan kontrol sebesar 1,71% dan pada perlakuan bioflok sebesar 2,08%.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
0 14 28 42 56 70 84
IGS
(%
)
Hari ke-
kontrol
BFT
8
Gambar 2. Indeks hepar somatik (IHS) induk ikan nila Oreochromis sp. betina
yang dipelihara pada sistem BFT dan kontrol selama 84 hari masa
pemeliharaan
3.1.3 Fekunditas
Fekunditas tertinggi ditemukan pada ikan dengan perlakuan bioflok yaitu
sebesar 1.317 butir telur sedangkan fekunditas ikan pada perlakuan tanpa bioflok
yang tertinggi yaitu sebesar 1.067 butir telur (Gambar 3). Hasil analisis sidik
ragam menunjukkan bahwa pada perlakuan bioflok dapat mempengaruhi
fekunditas (P<0,05) (Lampiran 4).
Gambar 3. Fekunditas induk ikan nila Oreochromis sp. yang dipelihara pada
sistem BFT dan kontrol selama 84 hari masa pemeliharaan
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
0 14 28 42 56 70 84
IHS
(%
)
Hari ke-
kontrol
BFT
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
0 14 28 42 56 70 84
Fek
un
dit
as
(bu
tir
telu
r)
Hari ke-
kontrol
BFT
9
3.1.4 Diameter Telur
Hasil pengamatan ukuran diameter telur menunjukkan bahwa ikan nila
memiliki pola reproduksi tipe asinkronis. Analisis statistik menunjukkan bahwa
perlakuan bioflok tidak mempengaruhi diameter telur (P>0,05) (Lampiran 5).
Diameter telur tertinggi pada perlakuan bioflok sebesar 1,66 mm sedangkan pada
perlakuan tanpa bioflok, diameter telur tertinggi sebesar 1,55 mm (Gambar 4).
Gambar 4. Diameter telur pada induk ikan nila Oreochromis sp. yang dipelihara
pada sistem BFT dan kontrol selama 84 hari masa pemeliharaan
3.1.5 Jumlah Larva
Jumlah kumulatif larva selama 84 hari masa pemeliharaan menunjukkan
bahwa perlakuan bioflok menghasilkan anakan yang lebih tinggi secara signifikan
(P<0,05) (Lampiran 6) yaitu sebanyak 8.491 ekor, sedangkan pada kontrol
sebanyak 5.154 ekor (Gambar 5).
Gambar 5. Jumlah total larva yang dihasilkan oleh induk ikan nila Oreochromis
sp. yang dipelihara pada sistem BFT dan kontrol selama 84 hari masa
pemeliharaan
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
0 14 28 42 56 70 84
Dia
met
er t
elu
r (m
m)
Hari ke-
kontrol
BFT
5154
8491
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
kontrol BFT
Ju
mla
h l
arv
a (
eko
r)
Perlakuan
b
a
10
3.1.6 Sintasan
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada perlakuan bioflok tidak
memberikan pengaruh terhadap sintasan atau tingkat kelangsungan hidup ikan
nila (P>0,05) (Lampiran 7) dengan rata-rata untuk masing-masing perlakuan
adalah 99,17% untuk kontrol dan 97,50% untuk BFT.
Gambar 6. Tingkat kelangsungan hidup induk ikan nila ikan nila Oreochromis sp.
yang dipelihara pada sistem BFT dan kontrol selama 84 hari masa
pemeliharaan
3.2 Pembahasan
Reproduksi merupakan suatu proses biologi mulai dari diferensiasi seksual
hingga dihasilkannya individu baru (larva) yang melibatkan kinerja dari beberapa
jenis hormon (Bernier et al. 2009). Kegiatan reproduksi terjadi sesudah ikan
mencapai masa dewasa, dan diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin serta hormon-
hormon yang dihasilkannya. Perkembangan gonad ikan nila dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti hormon, makanan, dan faktor lingkungan. Stickney (1979)
mengemukakan bahwa ikan nila pada kondisi budidaya lebih cepat matang gonad
dibandingkan dengan ikan nila yang hidup di perairan alami. Karena pada kondisi
budidaya, pakan yang diberikan berdasarkan kebutuhan ikan tersebut.
Menurut Lagler et al. (1977) ada dua faktor yang memengaruhi kematangan
gonad yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam meliputi perbedaan spesies,
umur, ukuran, serta sifat fisiologi ikan itu sedangkan faktor luar adalah makanan,
suhu, dan arus. Selama perkembangan gonad, sebagian besar hasil metabolisme
ditujukan untuk perkembangan gonad. Hal ini menyebabkan terjadi perubahan-
perubahan dalam gonad. Pengetahuan tentang tahap kematangan gonad
diperlukan untuk mengetahui waktu pemijahan, ukuran pertama kali matang
99,17 97,50
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
kontrol BFT
SR
(%
)
Perlakuan
a a
11
gonad, hubungannya dengan pertumbuhan ikan dan faktor lingkungan yang
memengaruhinya (Effendie 2002).
Pengamatan kematangan gonad dapat dilakukan dengan dua cara, yang
pertama cara histologi dilakukan di laboratorium, yang kedua cara pengamatan
morfologi yang dapat dilakukan di laboratorium dan dapat pula dilakukan di
lapangan. Pada penelitian ini, pengamatan kematangan gonad dilakukan melalui
pengamatan morfologi. Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat
kematangan gonad dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran panjang dan berat,
warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat seperti diameter telur
(Effendie 2002).
Ukuran tingkat perkembangan ovarium dapat dinyatakan dalam satuan
indeks dari persentase bobot gonad per bobot tubuh dan dinyatakan sebagai satuan
IGS. Nilai IGS untuk masing-masing TKG menurut Azwar (1997) disajikan pada
Tabel 3.
Nilai IGS untuk masing-masing TKG menurut Azwar (1997) sebagai
berikut:
Tabel 3. Nilai IGS untuk masing-masing TKG (Azwar 1997)
TKG Nilai IGS
(%)
Ciri-ciri
I <0,20 ovarium berwarna putih, transparan, oosit dan oogonia
hanya dapat terlihat dengan menggunakan mikroskop.
Sel telur terdiri dari oosit stadum 1 (oosit awal) dengan
inti besar di tengah.
II 0,21-0,80
terbanyak
pada kisaran
0,21-0,60
ovarium berwarna kuning terang, butiran oosit mulai
terlihat dengan mata, secara mikroskopis terlihat adanya
oosit stadium 2, namun oosit belum terisi kuning telur
(previtelogenesis), ovarium terdiri dari oosit stadium 1
dan 2, sebagian besar oosit masih stadium 1.
III 0,61-2,20
Terbanyak
pada kisaran
0,61-1,80
ovarium berwarna kuning tua, terdiri dari oosit stadium
1, 2, dan 3 (oost vitelogenesis), oosit terbanyak masih
pada fase previtelogenesis. Oosit mudah dipisahkan.
IV 2,21-4,20
terbanyak
pada kisaran
2,41-4,20
ovarium berwarna coklat gelap, butiran terlihat jelas
dan mudah dipisahkan. Sebagian besar oosit pada
stadium 3 dan 4 dapat mencapai 64,92%.
V 1,01-2,40 ovarium putih kekuningan, ukurannya berkurang
menyerupai TKG I dan II. Ovarium terdiri dari oosit
stadium 1, 2, dan hanya sedikit ditemui oosit stadium 3.
12
Pada Gambar 1, nilai IGS menunjukkan pola yang meningkat terutama
untuk perlakuan bioflok. Pada hari ke-14, ke-28, dan ke-42 induk ikan mencapai
fase persiapan dari tahap siklus reproduksi. Selanjutnya pada hari ke-56 sebagian
besar induk ikan mencapai tingkat kematangan gonad (TKG IV). Kemudian pada
hari ke-70 dan hari ke-84 mulai terlihat penurunan pada semua perlakuan. Hasil
ini menunjukkan bahwa induk ikan nila telah selesai melakukan ovulasi atau
pelepasan telur pada tahap pertama proses reproduksinya (Darwisito 2006). Pada
perlakuan bioflok hari ke-84, nilai IGS terlihat masih stabil sedangkan pada
perlakuan kontrol nilai IGS terlihat terus menurun (Gambar 1). Hal ini diduga
karena performa ikan nila pada perlakuan bioflok, masih baik untuk melakukan
ovulasi lagi.
Hati mempunyai peranan dalam sintesis material yang akan diakumulasikan
pada ovarium saat siklus reproduksi, oleh karena itu pada masa reproduksi terjadi
peningkatan aktivitas hati yang dicirikan dengan meningkatnya bobot hati. Rasio
bobot hati terhadap tubuh (IHS) pada induk ikan akan meningkat menjelang
vitelogenesis, dan rasio akan menurun menjelang ovulasi (Ishibashi et al. 1994).
Pola perubahan IHS berlawanan dengan pola perubahan IGS, pada saat IHS
menurun terjadi peningkatan IGS yang menunjukkan adanya mobilisasi material
dari hati ke ovarium.
Menurut Jensen (1979) peningkatan bobot hati menjelang perkembangan
ovarium disebabkan oleh peningkatan fraksi lipid. Selama proses perkembangan
ovarium, fraksi lipid akan ditransfer dari cadangan lipid tubuh dan lipid hati ke
ovarium. Terjadinya mobilisasi lipid ke ovarium dapat diperlihatkan dari fluktuasi
kandungan lipid plasma selama siklus reproduksi. Gambar 2 menunjukkan bahwa
nilai IHS pada semua perlakuan meningkat pada hari ke-14, hal ini diduga bahwa
pada hari ke-14 merupakan waktu dimana terjadi proses sintesis vitelogenesis
tertinggi.
Nilai fekunditas dari suatu spesies ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain oleh pakan, ukuran ikan, diameter telur, dan faktor lingkungan. Selain
itu, fekunditas merupakan suatu subjek yang dapat menyesuaikan dengan
bermacam-macam kondisi terutama respon terhadap pakan (Effendie 2002).
Fekunditas ikan yang baru pertama kali memijah cenderung masih rendah dan ini
13
berpengaruh terhadap rekrutmennya. Sedangkan induk ikan yang telah berkali-
kali memijah fekunditasnya cenderung meningkat dengan ukuran telur dan larva
yang lebih besar. Kondisi ini akan menurun sejalan dengan mulai menurunnya
kondisi ikan yang memengaruhi kualitas dan kuantitas telur yang dihasilkan
(Bagenal 1957).
Secara alami ikan nila dapat memijah sepanjang tahun di daerah tropis. Pada
umumnya pemijahan ikan nila terjadi 6-7 kali/tahun dengan kisaran fekunditas
antara 300-3.000 butir telur per pemijahan (Kordi 2000; Stickney 1979). Gambar
3 menunjukkan bahwa induk ikan nila pada perlakuan bioflok secara signifikan
memiliki fekunditas yang lebih tinggi (P<0.05) (Lampiran 4) yaitu sebesar 1.317
butir telur daripada fekunditas ikan pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 1.067
butir telur. Jumlah larva ikan yang dihasilkan juga lebih tinggi (P<0,05) pada ikan
nila dengan perlakuan bioflok yaitu sebanyak 8.491 ekor, sedangkan pada kontrol
sebanyak 5.154 ekor. Perkembangan gonad dan fekunditas dipengaruhi oleh
nutrien pakan penting tertentu (Izquierdo et al. 2001). Bioflok termasuk
komunitas mikroba heterotrof dalam media budidaya yang dapat digunakan
sebagai sumber makanan (De Schryver dan Verstraete 2009). De Schryver et al.
(2008) menyatakan bahwa bioflok mengandung protein, asam lemak tak jenuh,
dan lipid yang tinggi sehingga cocok digunakan sebagai pakan untuk ikan.
Dengan demikian, nutrien yang terkandung dalam bioflok tersebut diduga mampu
meningkatkan fekunditas ikan nila.
Dalam satu tingkat kematangan gonad (TKG), diameter telur yang
dikandung tidak homogen. Uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan bioflok
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap diameter telur ikan nila (P>0,05)
(Lam piran 5). Pada periode awal perkembangan ovarium, ukuran oosit ikan nila
masih beragam, kemudian berkembang terdiri dari berbagai ukuran, dan setiap
ukuran mempunyai ciri-ciri sendiri sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Keanekaragaman ukuran oosit ini menunjukkan bahwa ikan nila memiliki pola
reproduksi asinkronis. Kondisi oosit tampak tidak seragam karena ikan nila
termasuk partial spawner, yaitu mengeluarkan telur tidak sekaligus melainkan
secara bertahap (Efendie 2002; Darwisito 2006)
14
Tingkat kelangsungan hidup merupakan peluang hidup suatu individu dalam
waktu tertentu (Effendie 2002). Tingkat kelangsungan hidup ikan nila antar
perlakuan tidak berbeda nyata (Lampiran 7). Namun pada perlakuan bioflok,
tingkat kelangsungan hidup ikan nila lebih rendah dibandingkan pada perlakuan
kontrol. Hal ini diduga disebabkan karena pada masa pemeliharaan, pernah terjadi
penurunan DO atau oksigen terlarut dalam air yang menyebabkan kematian pada
ikan pada media perlakuan bioflok yang padat oleh bakteri pembentuk flok yang
juga membutuhkan oksigen terlarut yang cukup tinggi.
Berbagai parameter yang diamati pada penelitian menunjukkan bahwa
perlakuan BFT berpengaruh pada kinerja reproduksi ikan nila. Emerenciano et al.
(2011) menyatakan bahwa pada media bioflok, respon udang lebih cepat untuk
ablasi dengan tingkat pemijahan lebih tinggi yang diduga akibat konsumsi
biomassa bakteri yang dapat menyebabkan kinerja reproduksi yang lebih baik
pada kondisi flok. Pakan merupakan komponen penting dalam proses pematangan
gonad khususnya ovarium, karena proses vitelogenesis pada dasarnya merupakan
proses akumulasi nutrien dalam kuning telur. Pada dasarnya kualitas telur sangat
ditentukan oleh kualitas pakan yang diberikan. Defisiensi nutrien terutama asam
amino, vitamin, dan mineral dapat menyebabkan perkembangan telur terhambat
dan akhirnya terjadi kegagalan ovulasi dan pemijahan (Ediwarman 2006).
Perkembangan gonad terjadi apabila terdapat kelebihan energi untuk
pemeliharaan tubuh, sedangkan kekurangan gizi dapat menyebabkan telur
mengalami atresia (Mayunar 2000). Dari beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pematangan gonad, kualitas pakan mempunyai kaitan yang sangat
erat dengan kualitas telur yang dihasilkan (Watanabe et al. 1984; Mokoginta
1992). Pengaruh pakan terhadap perkembangan gonad dilaporkan oleh Lovell
(1988) bahwa kematangan gonad ikan channel catfish sangat berhubungan dengan
keseimbangan komposisi nutrisi pakan terutama komposisi protein yang sangat
dibutuhkan untuk perkembangan gonad.
Setiap spesies ikan membutuhkan zat gizi yang baik, yang terdiri dari
protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral serta energi untuk aktivitas
hidupnya. Menurut NRC (1993), energi sangat diperlukan oleh ikan untuk proses
metabolisme, perawatan tubuh, aktivitas fisik, pertumbuhan dan reproduksi.
15
Besarnya energi yang dikonsumsi oleh ikan dipengaruhi oleh ketersediaan energi
di dalam pakan, kondisi fisik ikan, dan kondisi perairan (suhu dan oksigen
terlarut). Disamping itu, keseimbangan energi protein dan asam lemak sangat
berpengaruh terhadap tingkat perkembangan gonad dan kualitas telur yang
dihasilkan. Hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh Sari (2012) terhadap
kandungan nutrisi bioflok yang tumbuh pada air media pemeliharaan ikan pada
perlakuan bioflok yaitu protein sebesar 37,37% dan lemak sebesar 11,88%,
sedangkan pada perlakuan kontrol yaitu protein sebesar 34,31% dan lemak
sebesar 11,02%.
Protein merupakan komponen esensial yang dibutuhkan untuk reproduksi.
Protein merupakan komponen dominan kuning telur, sedangkan jumlah dan
komposisi kuning telur menentukan besar kecilnya ukuran telur, dan ukuran telur
merupakan indikator kualitas telur (Kamler 1992). Lipid adalah komponen kedua
setelah protein. Lipid sangat penting sebagai sumber energi dan asam lemak
esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan normal, serta memegang peranan
penting dalam proses reproduktif terutama fase awal perkembangan larva ikan
(Wilson 1995).
Menurut Watanabe et al. (1984), pakan induk yang kekurangan asam lemak
esensial menghasilkan laju pematangan gonad yang rendah, sedangkan proporsi
lipid yang lebih rendah dengan omega-3 HUFA tinggi dapat meningkatkan
kematangan gonad. Selain itu, flok adalah sumber asam amino bebas (Ju et al.
2008), dan asam lemak esensial (Ekasari et al. 2010). Komposisi lipid dan asam
lemak pakan induk telah diketahui sebagai faktor utama yang menentukan
keberhasilan reproduksi dan kelangsungan hidup benih (Izquierdo et al. 2001).
16
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa bioflok
mampu meningkatkan kinerja reproduksi ikan nila Oreochromis niloticus yang
ditunjukkan oleh nilai IGS, fekunditas, dan jumlah larva yang lebih tinggi
daripada kontrol.
17
DAFTAR PUSTAKA
Avnimelech Y. 1999. Carbon/nitrogen ratio as a control element in aquaculture
systems. Aquaculture 176:227-235.
___________. 2007. Feeding with microbial flocs by tilapia in minimal discharge
bioflocs technology ponds. Aquaculture Engineering 34:172-178.
___________. 2012. Biofloc technology- a practical guide book, 2nd
edition.
United States: The World Aquaculture Society.
Azwar ZI. 1997. Pengaruh askorbil fosfat magnesium sebagai sumber vitamin C
terhadap perkembangan ovarium dan penampilan larva ikan nila
(Oreochromis sp.). [Sekolah Pascasarjana]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Bagenal TB. 1957. Annual variations in fish fecundity. Journal of the Marine
Biological Association of the United Kingdom. 36:377-382.
Bagenal TB. 1978. Aspects of fish fecundity. Ecology of Fresh water Fish
Production. Black Well Scientific Publications, Oxfoad. 75-101 p.
Bernier JN, Kraak GVD, Farerell AP, Brauner CJ. 2009. Fish endocrinology.
Elsevier Academic Press. Amsterdam, Netherlands.
Boyd CE. 1990. Water quality in ponds for aquaculture. Auburn University.
Alabama: Birmingham Publishing Co.
Darwisito S. 2006. Kinerja reproduksi ikan nila Oreochromis niloticus yang
mendapat tambahan minyak ikan dan vitamin E dalam pakan yang
dipelihara pada salinitas media berbeda. [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
De Schryver P, Crab R, Defoirdt T, Boon N, Verstraete W. 2008. The basics of
bio-flocs technology: The added value for aquaculture. Aquaculture 277:
125-137.
De Schryver P, Verstraete W. 2009. Nitrogen removal from aquaculture pond
water by heterotrophic nitrogen assimilation in lab-scale sequencing batch
reactors. Bioresource Technology 100:1162-1167.
Ediwarman. 2006. Pengaruh tepung ikan lokal dalam pakan induk terhadap
pematangan gonad dan kualitas telur ikan baung (Hemibagrus nemurus
Blkr.). [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Effendie MI. 2002. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta.
Ekasari J, Crab R, Verstraete W. 2010. Primary nutritional content of bio-flocs
cultured with different organic carbon sources and salinity. Hayati Journal of
Biosciences 17: 125-130.
18
Emerenciano M, Cuzon G, Goguenheim J, Gaxiola G. 2011. Floc contribution on
spawning performance of blue shrimp Litopenaeus stylirostris. Aquaculture
Research. 1-11.
Henley F. 2005. A Guide to the farming of tilapia. Jamaica: Jamaica Broilers
Groups.
Hepher B, Pruginin Y. 1981. Commercial fish farming: with special reference to
fish culture in Israel. New York.
Izquierdo MS, Fernandez-Palacios H, Tacon AGJ. 2001. Effect of broodstock
nutrition on reproductive performance of fish. Aquaculture 197 : 25-42.
Jensen AJ. 1979. Energy content analysis from weight and liver index
measurements of mature pollock (Pollachius virens). Journal of the
Fisheries Research Board of Canada 36:1207-1213.
Ju ZY, Foster I, Conquest L, Dominy W, Kuo WC, Horgen FD. 2008.
Determination of microbial comunity structures of shrimp floc cultures by
biomarkers and analysis of floc amino acid profiles. Aquaculture Research
39: 118-133.
Kamler E. 1992. Early life history of fish. An energetics approach. London:
Chapman and Hall. 267 pp.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2010. Rencana strategis kementrian
kelautan dan perikanan 2010-2014. Jakarta.
Kordi GMH. 2000. Budidaya ikan nila di tambak sistem monosex kultur. Effhar
dan Dahara Prize. Semarang.
Lagler KF, Bardach JE, Miller RH, Passino DM. 1977. Ichthyology. John Willey
&Sons Inc. Toronto. Canada. 556 p.
Lovell RT. 1984. Ascorbic acid metabolism in fish Proc. Ascorbic acid in
Domestic Animal: The Royal Danish Agricultural Soc, Copenhagen: 206-
212.
Maryam S. 2010. Budidaya super intensif ikan nila merah Oreochromis sp.
dengan teknologi bioflok: profil kualitas air, kelangsungan hidup dan
pertumbuhan. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Mayunar. 2000. Aplikasi hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) pada
pemijahan ikan kakap putih Lates calcarifer. Prosiding Seminar Nasional
Perikanan Penangkapan dan Budidaya Perairan. Hal. 124-133.
Mokoginta I. 1992. Essential fatty acid requirements of catfish (Clarias batracus
Linn.) for broodstock development. [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
19
Molina JPA, Apolinar SM, Antonio LG, Sergio EMD, Maurilia RC. 2009. Effect
of potential probiotic bacteria on growth and survival of Tilapia
Oreochromis niloticus L., Cultures In Laboratory Under High Density and
Suboptimum Temperature. Aquaculture Research 40:887-894.
Moriarty DJW. 1997. The role of microorganisms in aquaculture ponds.
Aquaculture 15:333-349.
NRC (National Research Council). 1993. Nutrien requirement of fish. National
Academy of Science, Washington D.C. 115 pp.
Popma T, Masser M. 1999. Tilapia life history and biology. Southern Regional
Aquaculture Center Publication No. 283.
Sari NP. 2012. Komposisi mikroorganisme penyusun dan kandungan nutrisi
bioflok dalam media pemeliharaan induk ikan nila Oreochromis niloticus
dengan aplikasi teknologi bioflok (BFT). [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Stickney RR. 1979. Principles of warm water aquaculture. John Willey and Sons,
New York. Chichester, Brisbane, Toronto. 375 p.
Sulistyo I, Fontaine P, Rincarh J, Gardeur JN, Migaud H, Capdeville B,
Kestemont P. 2000. Reproductive cycle and plasma level of steroid in male
eurasian perch Perca fluviatilis. Aquatic Living Resources 13(2):99-106.
Watanabe T, Arakawa I, Kitajima C, Fujita S. 1984. Effect of nutritional
composition of diets on chemical components of red sea bream broodstock
and eggs produced. Nippon Suisan Gakkaishi 50: 1207-1215.
Wilson RP. 1995. Lipid nutrition of fish. P 74-81. In Lim, C, D.J. Sessa (ed).
Nutrition and Utilization Technology in Aquaculture. USA: Champaign
illinois, AOCS Press.
20
LAMPIRAN
21
Lampiran 1. Perhitungan jumlah molase
Penambahan molase pada media budidaya dilakukan dengan mengadaptasi
perhitungan yang dilakukan oleh Avnimelech (1999). Asumsi-asumsi yang
digunakan dalam penelitian antar lain:
1. Kadar protein pakan 33%
2. C dalam pakan 15%
3. Kadar nitrogen dalam protein 16%
4. Kadar nitrogen yang terbuang ke media budidaya 75%
5. C/N rasio target 15
6. Kadar karbon dalam molase (%C) 40%
Misalkan ∑ pakan : A
∑ C : A x 0,15 = 0,15A
∑ protein pakan : 33% x A = 0,33A kg
∑ N : 0,33A x 0,16 = 0,0528A
∑ N yang dibuang : 0,0528A x 0,75 = 0,0396A
∑ C yang ditambah : 0,0396A x 15 = 0,594A
C dari molase : 0,594A – 0,15A = 0,444A
∑ molase : 0,444A x (100/40) = 1,11 A
Berdasarkan perhitungan di atas, maka banyaknya molase yang
ditambahkan ke dalam media budidaya adalah sebanyak 1,11 kali jumlah pakan
yang diberikan.
22
Lampiran 2. Analisis ragam indeks gonad somatik (IGS) nila pada hari ke-14, 28,
42, 56, 70, 84
Hari ke- Sumber
Keragaman db JK KT F-hit Pr>F
14
Perlakuan 1 2,1206 2,1206 1,30 0,2609
Galat 38 61,8597 1,6278
Umum 39 63,9803
28
Perlakuan 1 9,6924 9,6924 4,05 0,0513
Galat 38 90,9030 2,3921
Umum 39 100,5954
42
Perlakuan 1 1,0048 1,0048 0,43 0,5137
Galat 38 87,8534 2,3119
Umum 39 88,8583
56
Perlakuan 1 3,1231 3,1231 1,51 0,2274
Galat 37 76,6958 2,0728
Umum 38 79,8189
70
Perlakuan 1 2,3136 2,3136 1,07 0,3078
Galat 38 82,2850 2,1653
Umum 39 84,5986
Perlakuan 1 10,0870 10,0870 7,22* 0,0111
84 Galat 34 47,4819 1,3965
Umum 35 57,5690 Keterangan : * berbeda nyata antara perlakuan pada selang kepercayaan 95%
Tukey
Grouping Mean N Perlakuan
Uji Tukey IGS
hari ke-14 A
A
1,2130
1,7525
20
20
K
BFT
Uji Tukey IGS
hari ke-28 A
A
2,7810
1,7965
20
20
K
BFT
Uji Tukey IGS
hari ke-42 A
A
2,5455
2,8625
20
20
K
BFT
Uji Tukey IGS
hari ke-56 A
A
2,9368
3,5030
19
20
K
BFT
Uji Tukey IGS
hari ke-70 A
A
2,7215
3,2025
20
20
K
BFT
Uji Tukey IGS
hari ke-84 B
A
2,1371
3,1974
17
19
K
BFT
23
Lampiran 3. Analisis ragam indeks hepar somatik (IHS) nila pada hari ke-14, 28,
42, 56, 70, 84
Hari ke- Sumber
Keragaman db JK KT F-hit Pr>F
14
Perlakuan 1 0,3078 0,3078 0,63 0,4318
Galat 37 18,0352 0,4874
Umum 38 18,3431
28
Perlakuan 1 0,4115 0,4115 0,87 0,3574
Galat 38 18,0193 0,4741
Umum 39 18,4308
42
Perlakuan 1 0,5130 0,5130 1,02 0,3189
Galat 38 19,1137 0,5029
Umum 39 19,6267
56
Perlakuan 1 1,1617 1,1617 4,96* 0,0328
Galat 33 7,7236 0,2340
Umum 34 8,8854
70
Perlakuan 1 0,0000 0,0000 0,00 1,000
Galat 38 21,8791 0,5757
Umum 39 21,8791
Perlakuan 1 0,0275 0,0275 0,10 0,7502
84 Galat 38 10,1853 0,2680
Umum 39 10,2128 Keterangan : * berbeda nyata antara perlakuan pada selang kepercayaan 95%
Tukey
Grouping Mean N Perlakuan
Uji Tukey IHS
hari ke-14 A
A
2,4590
2,2813
20
19
K
BFT
Uji Tukey IHS
hari ke-28 A
A
1,9468
2,1497
20
20
K
BFT
Uji Tukey IHS
hari ke-42 A
A
1,6795
1,9060
20
20
K
BFT
Uji Tukey IHS
hari ke-56 B
A
1,7094
2,0751
16
19
K
BFT
Uji Tukey IHS
hari ke-70 A
A
1,9010
1,9010
20
20
K
BFT
Uji Tukey IHS
hari ke-84 A
A
1,8955
1,8430
20
20
K
BFT
24
Lampiran 4. Analisis ragam fekunditas nila pada hari ke-14, 28, 42, 56, 70, 84
Hari ke- Sumber
Keragaman db JK KT F-hit Pr>F
14
Perlakuan 1 305401 305401 4,59* 0,0395
Galat 34 2263502 66573
Umum 35 2568904
28
Perlakuan 1 27559 27559 0,18 0,6771
Galat 31 4833548 155920
Umum 32 4861107
42
Perlakuan 1 1355261 1355261 8,35* 0,0066
Galat 35 5682300 162351.
Umum 36 7037561
56
Perlakuan 1 1108224 1108224 6,77* 0,0132
Galat 38 6224581 163804
Umum 39 7332805
70
Perlakuan 1 805,921 805,921 0,01 0, 9137
Galat 36 2434106 67614
Umum 37 2434912
Perlakuan 1 470407 470407 5,66* 0, 0245
84 Galat 28 2329065 83180
Umum 29 2799472 Keterangan : * berbeda nyata antara perlakuan pada selang kepercayaan 95%
Tukey
Grouping Mean N Perlakuan
Uji Tukey
fekunditas
hari ke-14
B
A
747,21
931,71
19
17
K
BFT
Uji Tukey
fekunditas
hari ke-28
A
A
887,8
830,0
17
16
K
BFT
Uji Tukey
fekunditas
hari ke-42
B
A
778,7
1161,6
18
19
K
BFT
Uji Tukey
fekunditas
hari ke-56
B
A
745,0
1077,9
20
20
K
BFT
Uji Tukey
fekunditas
hari ke-70
A
A
848,74
839,53
19
19
K
BFT
Uji Tukey
fekunditas
hari ke-84
B
A
1066,5
1317,5
14
16
K
BFT
25
Lampiran 5. Analisis ragam diameter telur nila pada hari ke-14, 28, 42, 56, 70, 84
Hari ke- Sumber
Keragaman db JK KT F-hit Pr>F
14
Perlakuan 1 0,6011 0,6011 5,67* 0,0236
Galat 31 3,2863 0,1060
Umum 32 3,8874
28
Perlakuan 1 0,2000 0,2000 1,49 0,2309
Galat 34 4,5712 0,1344
Umum 35 4,7712
42
Perlakuan 1 0,0355 0,0355 0,32 0,5732
Galat 33 3,6183 0,1096
Umum 34 3,6538
56
Perlakuan 1 0,0180 0,0180 0,13 0,7158
Galat 38 5,1011 0,1342
Umum 39 5,1191
70
Perlakuan 1 0,1056 0,1056 1,42 0,2424
Galat 34 2,5374 0,0746
Umum 35 2,6430
Perlakuan 1 0,1504 0,1504 1,74 0,1959
84 Galat 33 2,8490 0,0863
Umum 34 2,9994 Keterangan : * berbeda nyata antara perlakuan pada selang kepercayaan 95%
Tukey
Grouping Mean N Perlakuan
Uji Tukey
diameter telur
hari ke-14
A
A
1,1826
1,2557
19
14
K
BFT
Uji Tukey
diameter telur
hari ke-28
A
A
1,4035
1,2542
17
19
K
BFT
Uji Tukey
diameter telur
hari ke-42
A
A
1,4471
1,3833
17
18
K
BFT
Uji Tukey
diameter telur
hari ke-56
A
A
1,5040
1,4615
20
20
K
BFT
Uji Tukey
diameter telur
hari ke-70
A
A
1,5511
1,6594
18
18
K
BFT
Uji Tukey
diameter telur
hari ke-84
A
A
1,4131
1,5447
16
19
K
BFT
26
Lampiran 6. Analisis ragam jumlah larva nila hingga akhir pemeliharaan
Hari ke- Sumber
Keragaman db JK KT F-hit Pr>F
0-84
Perlakuan 1 22271138 22271138 11,29* 0,0152
Galat 6 11840164 1973360
Umum 7 34111302 Keterangan : * berbeda nyata antara perlakuan pada selang kepercayaan 95%
Tukey
Grouping Mean N Perlakuan
Uji Tukey
jumlah larva
hari ke-0-84
B
A
5154
8491
4
4
K
BFT
27
Lampiran 7. Analisis ragam sintasan nila hingga akhir pemeliharaan
Hari ke- Sumber
Keragaman db JK KT F-hit Pr>F
0-84
Perlakuan 1 13,8611 3,4652 3,75 0,1531
Galat 6 2,7722 0,9240
Umum 7 16,6333 Keterangan : * berbeda nyata antara perlakuan pada selang kepercayaan 95%
Tukey
Grouping Mean N Perlakuan
Uji Tukey
sintasan
hari ke-0-84
A
A
99,16
97,50
4
4
K
BFT
28
Lampiran 8. Hasil analisis kualitas air
Nilai rata-rata suhu (oC) pada air media pemeliharaan ikan nila pada perlakuan
kontrol dan bioflok.
Masa pemeliharaan
(Minggu)
Pagi Sore
Kontrol Bioflok Kontrol Bioflok
1 28 28,0 30,0 30,0
2 28,1 28,2 29,6 29,7
3 29,0 29,0 30,7 30,7
4 29,2 29,3 31,1 31,1
5 29,2 29,3 32,0 32,1
6 28,7 28,8 31,2 31,2
7 29,0 29,0 31,1 31,3
8 29,2 29,3 31,9 32,0
9 29,0 29,0 32,0 32,2
10 28,2 28,2 31,1 31,2
11 27,8 27,8 30,0 30,1
12 28,1 28,1 30,3 30,3
13 28,6 28,9 30,3 30,4
Nilai DO (mg/l) pada air media pemeliharaan ikan nila pada perlakuan kontrol dan
bioflok.
Masa
pemeliharaan
(Minggu)
Kontrol Bioflok
1 4.7 4.4
2 5.1 4.8
3 5.3 4.9
4 5.4 5.1
5 5.3 5.1
6 6.5 5.8
7 6.0 5.3
8 6.5 6.5
9 6.5 5.3
10 6.2 4.6
11 6.3 4.9
12 6.6 5.1
13 5.3 3.6
29
Nilai pH pada air media pemeliharaan ikan nila pada perlakuan kontrol dan
bioflok.
Masa
pemeliharaan
(Minggu)
Kontrol Bioflok
1 7.28 7.39
2 8.05 8.07
3 7.58 7.43
4 7.77 7.79
5 7.63 8.13
6 7.71 7.81
7 7.96 7.93
8 8.29 8.12
9 7.61 7.71
10 8.25 8
11 8.18 7.98
12 7.39 7.53
13 7.62 7.52
Nilai TAN (mg/l) pada air media pemeliharaan ikan nila pada perlakuan kontrol
dan bioflok
Masa
pemeliharaan
(Minggu)
Kontrol Bioflok
1 0.523 0.535
2 0.48 0.27
3 0.403 0.313
4 0.427 0.182
5 0.272 0.525
6 0.289 0.453
7 0.219 0.288
8 0.255 0.455
9 0.169 0.546
10 0.384 0.516
11 0.644 0.847
12 0.325 0.401
13 0.286 0.146