KINERJA PRODUKSI BENIH IKAN NILA Oreochromis niloticus ... · sistem intensif. Intensifikasi ......
Transcript of KINERJA PRODUKSI BENIH IKAN NILA Oreochromis niloticus ... · sistem intensif. Intensifikasi ......
KINERJA PRODUKSI BENIH IKAN NILA Oreochromis niloticus
UKURAN 4-5 CM DENGAN Hydrilla verticillata SEBAGAI
FITOREMEDIATOR
ZULSUSYANTO
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kinerja Produksi Benih
Ikan Nila Oreochromis niloticus ukuran 4-5 cm dengan Hydrilla verticillata sebagai
Fitoremediator” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Zulsusyanto
NIM C14110090
ABSTRAK
ZULSUSYANTO. Kinerja Produksi Benih Ikan Nila Oreochromis niloticus ukuran
4-5 cm dengan Hydrilla verticillata sebagai Fitoremediator. Dibimbing oleh
KUKUH NIRMALA dan DANIEL DJOKOSETIYANTO.
Peningkatan produksi ikan nila (Oreochromis niloticus) dilakukan dengan
sistem intensif. Intensifikasi budidaya melalui peningkatan padat penebaran dan laju
pemberian pakan yang tinggi berakibat pada menurunnya kualitas air, menghambat
pertumbuhan ikan, dan membahayakan kelangsungan hidup ikan. Salah satu upaya
untuk menanggulangi masalah tersebut melalui sistem fitoremediasi dengan
menggunakan tanaman Hydrilla verticillata. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan bobot Hydrilla verticillata yang optimal terhadap kinerja produksi benih
ikan nila. Benih ikan nila berukuran panjang rata-rata 4,64±0,1 cm dan bobot rata-
rata 1,73±0,06 g dengan padat tebar 3 ekor/L. Ikan nila dipelihara selama 30 hari di
dalam akuarium berukuran 493230 cm yang diisi air sebanyak 30 L dengan
perlakuan pemberian Hydrilla verticillata sebanyak 25 g, 50 g, dan 75 g serta kontrol
(Hydrilla verticillata 0 g). Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan Hydrilla
verticillata 75 g memberi hasil yang terbaik terhadap tingkat kelangsungan hidup,
laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan panjang mutlak, dan konversi pakan
dibandingkan dengan perlakuan lainya.
Kata kunci: Fitoremediasi, Hydrilla verticillata, Oreochromis niloticus
ABSTRACT
ZULSUSYANTO. Performance of Production Tilapia Fry Oreochromis niloticus
Size 4-5 cm By Hydrilla verticillata as Phytoremediation. Supervised by KUKUH
NIRMALA and DANIEL DJOKOSETIYANTO.
Production improvement of tilapia (Oreochromis niloticus) by use intensive
systems. Intensification of aquaculture with high stocking density and high rate of
feeding that impacted to decrease of water quality, inhibit growth of fish, and
harmful to survival of fish. One of efforts to overcome the problem is
phytoremediation by Hydrilla verticillata. This study aim to determine optimum
weight ratio Hydrilla verticillata on production performance of tilapia fry. Tilapia
fry have size of length body 4.64±0.1 cm and mean weight 1.73±0.06 g with stock
density 3 fish per litre. Tilapia was reared for 30 days in the aquarium 493230
centimetre that filled of water 30 L with treatment Hydrilla verticillata of 25 gram,
50 gram, 75 gram, and control (Hydrilla verticillata 0 gram). Results of the study
showed the treatment of Hydrilla verticillata 75 g have the best result on survival
rate, specific growth rate, absolute length of the growth, and feed conversion ratio.
Key Words: Hydrilla verticillata, Oreochromis niloticus, phytoremediation
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
KINERJA PRODUKSI BENIH IKAN NILA Oreochromis niloticus
UKURAN 4-5 CM DENGAN Hydrilla verticillata SEBAGAI
FITOREMEDIATOR
ZULSUSYANTO
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini adalah “Kinerja Produksi Benih Ikan Nila Oreochromis
niloticus ukuran 4-5 cm dengan Hydrilla verticillata sebagai Fitoremediator”.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015 di Laboratorium
Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Halimatussadiah dan Khaidir atas doa, kasih sayang,
dukungan, dan motivasinya;
2. Bapak Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc dan Bapak Prof Dr Ir Daniel Djokosetiyanto
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, dan
nasehat;
3. Ibu Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi MSi dan Bapak Dr Ir Eddy Supriyono,
MSc selaku dosen penguji tamu dan komisi pendidikan departemen atas saran
bagi perbaikan skripsi;
4. Dr Ir Sukenda, MSc selaku ketua departemen Budidaya Perairan;
5. Bapak Jajang, Kang Abe, Dessy, Nurul, Rini dan teman teman Malingers atas
dukungan, bantuan dan kerjasamanya;
6. Keluarga besar BDP 48 atas bantuan dan kerjasamanya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang
membutuhkannya.
Bogor, September 2015
Zulsusyanto
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL………………………………………………………………... viii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….. viii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………... viii
PENDAHULUAN……………………………………………………………….. 1
Latar Belakang………………………………………………………………… 1
Tujuan…………………………………………………………………………. 2
METODE………………………………………………………………………… 2
Rancangan Penelitian………………………………………………………….. 2
Prosedur Penelitian…………………………………………………………….. 2
Persiapan Wadah……………………………………………………………..2
Ikan Uji……………………………………………………………………… 2
Sampling…………………………………………………………………….. 3
Pengelolaan Kualitas Air……………………………………………………. 3
Parameter Uji…………………………………………………………………...3
Tingkat Kelangsungan Hidup……………………………………………….. 3
Laju Pertumbuhan Harian…………………………………………………… 4
Pertumbuhan Panjang Mutlak………………………………………………. 4
Konversi Pakan……………………………………………………………… 4
Keuntungan Usaha………………………………………………………….. 4
Analisis Data………………………………………………………………....... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………….. 5
Hasil…………………………………………………………………………… 5
Pembahasan……………………………………………………………………. 9
KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………….. 13
Kesimpulan……………………………………………………………………. 13
Saran…………………………………………………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 13
DAFTAR TABEL
1 Alat dan metode pengukuran parameter kualitas air. ............................. 3 2 Laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang mutlak, dan
konversi pakan ikan nila selama penelitian ............................................ 6
3 Hasil pengamatan kualitas air media pemeliharaan ikan nila
selama penelitian .................................................................................... 7 4 Analisis usaha pendederan ikan nila dalam satu siklus produksi ........... 9
DAFTAR GAMBAR
1 Kelangsungan hidup ikan nila selama penelitian ................................... 5 2 Bobot rata-rata ikan nila selama penelitian dengan perlakuan
penambahan bobot Hydrilla verticillata yang berbeda. ......................... 6 3 Panjang rata-rata ikan nila selama penelitian dengan perlakuan
penambahan bobot Hydrilla verticillata yang berbeda. ......................... 7 4 Pengamatan parameter kualitas air ikan nila selama penelitian dengan
perlakuan penambahan bobot Hydrilla verticillata yang berbeda. ........ 9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Desain wadah pemeliharaan ikan nila menggunakan fitoremediasi
tanaman Hydrilla verticillata selama penelitian .................................. 15 2 Anova dan hasil uji Duncan kelangsungan hidup ................................ 16
3 Anova dan hasil uji Duncan laju pertumbuhan harian ......................... 16 4 Anova dan hasil uji Duncan pertumbuhan panjang mutlak ................. 16 5 Anova dan hasil uji Duncan konversi pakan ........................................ 17
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas
budidaya air tawar yang bernilai ekonomis dan banyak dikembangkan di Indonesia.
Ikan nila menjadi komoditas unggulan dikarenakan cepat berkembangbiak, mudah
dibudidayakan, tahan terhadap perubahan lingkungan, mampu mencerna makanan
secara efisien, memiliki pertumbuhan yang cepat, dan tahan terhadap serangan
penyakit (Suyanto 2010). Produksi ikan nila mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2014), produksi ikan nila
pada tahun 2011 sebanyak 567.078 ton, pada tahun 2012 sebanyak 695.063 ton, dan
903.016 ton pada tahun 2013. Peningkatan produksi ikan nila dapat dicapai melalui
aplikasi sistem budidaya secara intensif. Intensifikasi budidaya melalui peningkatan
padat penebaran dan laju pemberian pakan yang tinggi kepada ikan dapat
mengakibatkan penumpukan bahan organik dalam wadah baik dari sisa
metabolisme ikan maupun sisa pakan yang terbuang (Djokosetiyanto et al. 2006).
Akumulasi bahan organik dapat menyebabkan terjadinya pembentukan senyawa-
senyawa yang beracun bagi ikan, sehingga mempercepat penurunan kualitas air
seperti berkurangnya oksigen terlarut dan konsentrasi amonia semakin meningkat.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat atau bahkan
mengakibatkan kematian. Salah satu solusi untuk mengatasi penurunan kualitas air
adalah dengan menerapkan teknologi fitoremediasi.
Fitoremediasi merupakan salah satu pemanfaatan tumbuhan, dimana
tumbuhan tersebut bekerjasama dengan mikroorganisme dalam media untuk
mengubah, menstabilkan, atau menghancurkan zat kontaminan menjadi berkurang
atau tidak berbahaya sama sekali, bahkan menjadi bahan yang berguna secara
ekonomi (Artiyani 2011). Keuntungan teknologi fitoremediasi yaitu prosesnya
masih alami yaitu adanya sinergi antara tanaman, mikroorganisme, dan habitat
hidupnya serta biaya yang relatif murah untuk memperbaiki kualitas air di media
budidaya (Purwaningsih 2009). Salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan
sebagai fitoremediator adalah tanaman Hydrilla verticillata. Penelitian Hydrilla
verticillata sebagai fitoremediator telah dilakukan oleh beberapa peneliti
diantaranya Artiyani (2011), Sumiyati et al (2009), dan Yusuf (2008). Menurut
Artiyani (2011) Hydrilla verticillata dapat menurunkan kosentrasi N Total sebesar
75,39% dan P Total sebesar 85,29% pada limbah cairan tahu. Selanjutnya Sumiyati
et al. (2009) Hydrilla verticillata dapat menurunkan kadar Cu sebesar 84% pada
limbah kerajinan perak. Yusuf (2008), menyatakan bahwa Hydrilla verticillata
yang dikombinasikan dengan mendong (Iris sibirica), teratai (Nymphaea firecrest),
dan kiambang (Spirodella polyrrhiza) dapat memperbaiki kualitas air meliputi
kualitas fisik, kimia, dan biologi limbah rumah tangga yang memenuhi syarat untuk
dilepaskan ke lingkungan. Beberapa penelitian tentang penggunaan Hydrilla
verticillata sebagai fitoremediator, belum banyak yang mengkaji berapa banyak
kapasitas Hydrilla verticillata yang digunakan dalam budidaya intensif ikan nila.
Oleh karena itu, penelitian tentang penggunaan Hydrilla verticillata dengan bobot
berbeda terhadap tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan kualitas air ikan
nila (Oreochromis niloticus) dalam sistem terkontrol perlu dilakukan.
2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pemanfaatan Hydrilla verticillata
sebagai fitoremediator terhadap kinerja produksi benih ikan nila (Oreochromis
niloticus) ukuran 4-5 cm dengan kepadatan 3 ekor/L.
METODE
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL),
yang terdiri atas empat perlakuan dan masing-masing perlakuan terdiri atas tiga
ulangan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbedaan bobot
Hydrilla verticillata pada media air bervolume 30 liter. Perlakuan tersebut adalah:
Kontrol : Tanpa penambahan Hydrilla verticillata
Perlakuan A : Penambahan Hydrilla verticillata sebesar 25 g bobot basah
Perlakuan B : Penambahan Hydrilla verticillata sebesar 50 g bobot basah
Perlakuan C : Penambahan Hydrilla verticillata sebesar 75 g bobot basah
Prosedur Penelitian
Persiapan Wadah
Wadah pemeliharaan berupa akuarium berukuran 493230 cm sebanyak
12 unit. Akuarium dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran yang
menempel dan didesinfeksi dengan cara direndam menggunakan kalium
permanganat (KMnO4). Setelah 24 jam, akuarium dibilas menggunakan air bersih
dan dikeringkan. Setelah kering, akuarium diisi air sampai ketinggian 20 cm atau
hingga volume 30 L. Selanjutnya dilakukan pemasangan aerasi dan top filter di
setiap akuarium (Lampiran 1). Filter yang digunakan adalah kapas sebagai filter
fisik dan zeolit 500 g sebagai filter kimia dan biologi.
Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah ikan nila
(Oreochromis niloticus) yang berasal dari pembudidaya ikan di daerah Laladon.
Ikan nila terlebih dahulu diaklimatisasi selama 7 hari. Setelah masa aklimatisasi
selesai, ikan uji dipuasakan selama 24 jam dengan tujuan menghilangkan sisa pakan
dalam tubuh ikan. Selanjutnya dilakukan pengukuran panjang dan penimbangan
bobot awal pada ikan nila. Ikan nila yang digunakan memiliki panjang total rata-
rata 4,64±0,1 cm/ekor dan bobot rata-rata 2,33±0,04 g/ekor. Selanjutnya ikan uji
ditebar ke dalam akuarium penelitian dengan kepadatan 3 ekor/L. Selanjutnya
tanaman Hydrilla verticillata yang diperoleh dari pembudidaya tanaman di daerah
Gunung Bunder ditempatkan ke dalam akuarium sesuai perlakuan yang diberikan.
Pemeliharaan ikan nila berlangsung selama 30 hari.
3
Pemberian Pakan
Selama 30 hari pemeliharaan, ikan nila diberi pakan berupa pakan komersil
dengan kandungan protein 37–38%. Pakan diberikan dengan feeding rate 5% dari
biomassa ikan setiap akuarium. Pemberian pakan dilakukan setiap tiga kali sehari
yaitu pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 WIB.
Sampling
Kegiatan sampling panjang dan bobot dilakukan setiap tujuh hari sekali
dengan jumlah sampel ikan sebanyak 30 ekor setiap akuarium. Alat yang digunakan
dalam sampling panjang yaitu penggaris dengan ketelitian 0,1 cm dan alat yang
digunakan dalam sampling bobot yaitu timbangan digital dengan ketelitian 0,01 g.
Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air selama pemeliharaan dilakukan dengan cara
penyiponan kotoran dan pergantian air setiap satu minggu sekali setelah
pengukuran kualitas air. Pergantian air dilakukan sebanyak 30% dari volume awal.
Serta dilakukan pembersihan kotoran yang menempel pada tanaman setiap
seminggu sekali agar proses fitoremediasi tanaman Hydrilla verticillata berjalan
dengan baik. Pengamatan parameter kualitas air dilakukan setiap seminggu sekali
sebelum pergantian air. Parameter kualitas air yang diamati selama penelitian
meliputi suhu, pH, oksigen terlarut, amonia, nitrit, nitrat, fosfat, bahan organik total,
dan kekeruhan. Alat dan metode yang digunakan untuk mengukur kualitas air
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Alat dan metode pengukuran parameter kualitas air.
Parameter Satuan Metode/alat ukur
Suhu oC Termometer digital
Oksigen terlarut mg/L DO-meter
pH Unit pH-meter
Amonia mg/L Spektrofotometer
Nitrit mg/L Spektrofotometer
Nitrat mg/L Spektrofotometer
Fosfat mg/L Spektrofotometer
Bahan organik total mg/L Titrimetri
Kekeruhan NTU Turbidimeter
Parameter Uji
Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup (TKH) merupakan persentase jumlah ikan
hidup pada akhir pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal
pemeliharaan. TKH dihitung berdasarkan persamaan (Effendie 1979).
TKH (%) = ∑ total ikan akhir (ekor)
∑ total ikan awal (ekor) 100
4
Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian (LPH) merupakan persentase dari selisih berat
akhir dan berat awal ikan dibagi dengan lamanya waktu pemeliharaan (Handajani
dan Widodo 2010).
LPH(%) = In Wt − In Wo
t x 100
Keterangan:
LPH = Laju pertumbuhan harian (%/hari)
Wt = Bobot rata-rata ikan pada waktu ke-t pemeliharaan (g/ekor)
Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (g/ekor)
t = Waktu pemeliharaan (hari)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak merupakan perubahan panjang rata-rata
individu pada tiap perlakuan dari awal hingga akhir pemeliharaan. Pengukuran
panjang mutlak menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Effendi (1979) yaitu.
Pm = Lt − Lo Keterangan:
Pm = Pertumbuhan mutlak ikan (cm)
Ĺt = Panjang rata-rata akhir ikan (cm)
Ĺ0 = Panjang rata-rata awal ikan (cm)
Konversi Pakan
Nilai konversi pakan (KP) merupakan jumlah pakan yang diberikan selama
masa pemeliharaan untuk menghasilkan satu kg daging. KP dihitung dengan
menggunakan rumus (Handajani dan Widodo 2010).
KP = [F
(Bt + Bm) − Bo]x 100
Keterangan:
F =Jumlah pakan (g)
Bt =Biomassa ikan pada waktu ke-t pemeliharaan (g)
Bm =Biomassa ikan mati (g)
Bo =Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g)
Keuntungan Usaha
Keuntungan usaha diperoleh berdasarkan selisih antara total penerimaan
dengan total biaya yang dikeluarkan selama masa pemeliharaan. Total penerimaan
bergantung pada jumlah ikan dan harga produk yang dijual. Total penerimaan dapat
dihitung menggunakan rumus (Nurmalina et al. 2010):
TR = Q x P Keterangan:
TR = Total penerimaan (Rp)
Q = Jumlah ikan yang dijual (Ekor)
P = Harga (Rp/ekor)
Keuntungan didapat dari hasil pengurangan total penerimaan dengan biaya
pengeluaran. Berikut ini merupakan rumus keuntungan (Nurmalina et al. 2010):
5
π = TR − TC Keterangan:
π = Keuntungan (Rp)
TR = Total penerimaan (Rp)
TC = Total pengeluaran (Rp)
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2013 dan SPSS
versi 20. Uji lanjut yang digunakan untuk melihat perbedaan pada tiap perlakuan
adalah uji Duncan. Parameter yang dianalisis secara statistik kuantitatif adalah
tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang mutlak,
dan konversi pakan. Parameter uji yang dianalisis secara deskriptif adalah
parameter kualitas air dan perhitungan keuntungan usaha.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil pengamatan kelangsungan hidup ikan nila menunjukkan hasil yang
berbeda nyata. Nilai kelangsungan hidup ikan nila pada perlakuan bobot Hydrilla
verticillata 25 g, 50 g, dan 75 g serta kontrol berturut-turut adalah 71,5±7,56%,
68,5±2,3%, 78,1±3,9%, dan 57,8±5,77% tersaji pada Gambar 1.
Keterangan : Nilai yang tertera pada ujung grafik merupakan rata-rata± standar deviasi dan huruf di
belakang standar deviasi yang berbeda menunjukan perbedaan nyata (P<0,05) (Lampiran 2)
Gambar 1 Kelangsungan hidup ikan nila selama penelitian
Kinerja pertumbuhan ikan nila terdiri atas laju pertumbuhan harian,
pertumbuhan panjang mutlak, dan konversi pakan selama 30 hari masa
pemeliharaan dicantumkan pada Tabel 2. Pengamatan laju pertumbuhan harian
menunjukkan hasil yang berbeda nyata antara perlakuan penambahan Hydrilla
57,8±5,77b
71,5±7,56a
68,5±2,3a
78,1±3,9a
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 25 50 75
Kel
angsu
ngan
Hid
up
(%
)
Bobot Hydrilla verticillata (g)
6
verticillata sebanyak 75 g dan kontrol. Pertumbuhan panjang mutlak tidak berbeda
nyata antara perlakuan namun pada perlakuan penambahan Hydrilla verticillata
sebanyak 75 g lebih baik dari perlakuan lainnya. Nilai konsumsi pakan tertinggi
terdapat pada perlakuan kontrol sebesar 2,34±0,23 dan berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya.
Tabel 2 Laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang mutlak, dan konversi
pakan ikan nila selama penelitian
Parameter Perlakuan penambahan bobot Hydrilla verticillata (g)
0 25 50 75
LPH1) (%) 2,42±0,20b 2,75±0,12ab 2,82±0,32ab 3,08±0,18a
PM2) (cm) 1,76±0,44a 2,13±0,16a 2,29±0,24a 2,30±0,14a
KP3) 2,34±0,23b 1,59±0,12a 1,64±0,22a 1,29±0,15a Keterangan: Nilai yang tertera merupakan rata-rata ± standar deviasi dan huruf standar deviasi yang
berbeda dalam baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) (Lampiran 3,4,dan 5). 1)Laju pertumbuhan harian (LPH), 2)Pertumbuhan panjang mutlak (PM), 3)Konversi pakan (KP)
Gambar 2 menunjukkan pertambahan bobot rata-rata ikan nila yang
dipelihara selama 30 hari. Pada akhir penelitian nilai rata-rata bobot tubuh ikan
berkisar antara 4,63–5,59 g.
Gambar 2 Bobot rata-rata ikan nila selama penelitian dengan perlakuan
penambahan bobot Hydrilla verticillata yang berbeda.
Gambar 3 menunjukkan pertambahan panjang rata-rata ikan nila yang
dipelihara selama 30 hari. Pada akhir penelitian nilai rata-rata panjang tubuh ikan
berkisar antara 6,54–6,93 cm.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
0 8 1 5 2 2 2 9
Bo
bo
t ra
ta-r
ata
ikan
(g)
Pengukuran hari ke-
0 g 25 g 50 g 75 g
7
Gambar 3 Panjang rata-rata ikan nila selama penelitian dengan perlakuan
penambahan bobot Hydrilla verticillata yang berbeda.
Kualitas Air
Hasil pengamatan parameter kualitas air pada media pemeliharaan ikan nila
selama penelitian disajikan pada Tabel 3. Parameter kualitas air yang diamati
meliputi suhu, oksigen terlarut (DO), pH, amonia, nitrit, nitrat, fosfat, bahan
organik total (BOT), dan kekeruhan.
Tabel 3 Hasil pengamatan kualitas air media pemeliharaan ikan nila selama
penelitian
Parameter
Perlakuan Bobot Hydrilla verticillata (g)
0 25 50 75
Suhu (oC) 26,8–27,2 26,8–27,2 26,7–27,1 26,7–27,4
Kekeruhan (NTU) 2,3–18 4,3–20,4 3,7–30,7 4,7–28,7
DO (mg/L) 3,6–5,8 3,7–6,0 3,7–6.1 4,3–6.1
pH (unit) 5,46–7,78 5,74–7,82 5,58–7,82 5,91–7,78
Amonia (mg/L) 0,0005–0,0354 0,0006–0,0533 0,0003–0,0691 0,0009–0,0788
Nitrit (mg/L) 0,72–1,78 0,48–1,75 0,45–1,77 0,46–1,44
Nitrat (mg/L) 0,80–1,99 0,48–2,12 0,44–1,88 0,55–1,55
Fosfat (mg/L) 0,46–2,09 0,52–1,75 0,40–2,07 0,48–1,26
BOT (mg/L) 32,44–120,9 24,40–109,55 23,55–133,56 31,18–140,30
Parameter suhu selama penelitian cenderung stabil berkisar antara 26,7–
27,4oC. Nilai kekeruhan berkisar antara 2,3–30,7 NTU dan cenderung meningkat
hingga hari ke-22 pemeliharaan. Nilai oksigen terlarut selama penelitian berkisar
antara 3,6 – 6,1 mg/L dan cenderung menurun hingga akhir penelitian. Nilai pH
diakhir penelitian berada diluar kisaran optimal untuk pemeliharaan ikan nila
mencapai titik 5,46. Konsentrasi amonia selama penelitian berada dalam kisaran
optimal, yaitu 0,0003–0,0788 mg/L. Konsentrasi nitrit berada diluar kisaran optimal,
yaitu 0,45–1,78 mg/L. Konsentrasi nitrat selama penelitian berkisar antara 0,44–
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
0 8 1 5 2 2 2 9
Pan
jang r
ata-
rata
(cm
)
Pengukuran hari ke-
0 g 25 g 50 g 75 g
8
2,12 mg/L. Konsentrasi fosfat berkisar antara 0,40–2,09 mg/L dan cenderung
meningkat hingga pengukuran hari ke-22. Konsentrasi bahan organik total berkisar
antara 23,55–140,3 mg/L dan cenderung meningkat sampai akhir penelitian.
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g)
(h)
0
5
10
15
20
25
30
0 1 8 1 5 2 2 2 9
Suhu a
ir (
OC
)
Pengukuran hari ke-
0
2
4
6
8
0 1 8 1 5 2 2 2 9
Oksi
gen
ter
laru
t d
i
air
(mg/L
)
Pengukuran hari ke-
0
50
100
150
0 1 8 1 5 2 2 2 9
BO
T a
ir (
mg/L
)
Pengukuran hari ke-
0.00
0.02
0.04
0.06
0.08
0.10
0 1 8 1 5 2 2 2 9
Am
onia
(m
g/L
)
Pengukuran hari ke-
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
0 1 8 1 5 2 2 2 9
Nit
rit
(mg/L
)
Pengukuran hari ke-
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
0 1 8 1 5 2 2 2 9
Fo
sfat
air
(m
g/L
)
Pengukuran hari ke-
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
0 1 8 1 5 2 2 2 9
Nit
rat
(mg/L
)
Pengukuran hari ke-
0
2
4
6
8
10
0 1 8 1 5 2 2 2 9
pH
ai
r
Pengukuran hari ke-
9
(i)
─○─ 0 g ─□─ 25 g ─Δ─ 50 g ─◊─ 75 g
Gambar 4 Pengamatan parameter kualitas air ikan nila selama penelitian dengan
perlakuan penambahan bobot Hydrilla verticillata yang berbeda. (a)
suhu, (b) oksigen terlarut, (c) bahan organik total, (d) amonia, (e) nitrit,
(f) fosfat, (g) nitrat, (h) pH, (i) kekeruhan.
Keuntungan Usaha
Keuntungan usaha dihitung menggunakan asumsi jumlah akuarium 100 unit,
tiap akuarium berisi 90 ekor benih, harga benih ukuran 3–5 cm Rp 150,00 dan
harga jual saat panen Rp. 300,00 serta harga pakan Rp. 8.000/kg. Tabel 3
menunjukkan hasil perhitungan analisis usaha pendederan ikan nila. Keuntungan
tertinggi didapat pada perlakuan tanaman Hydrilla verticillata 75 g sebesar Rp
613.102,-.
Tabel 4 Analisis usaha pendederan ikan nila dalam satu siklus produksi
parameter
satuan
Perlakuan bobot Hydrilla verticillata (g)
0 25 50 75
Jumlah total tebar Ekor 9.000 9.000 9.000 9.000
SR % 58 72 69 78
Jumlah pakan Kg 15.5 17.3 17.2 17.9
Total produksi Ekor 5.220 6.480 6.210 7.020
Pengeluaran
Biaya benih Rp 1.350.000 1.350.000 1.350.000 1.350.000
Biaya pakan Rp 123.869 138.414 137.222 142.897
Total Pemasukan Rp 1.566.000 1.944.000 1.863.000 2.106.000
Total pengeluaran Rp 1.473.869 1.488.414 1.487.222 1.492.897
Keuntungan Rp 92.130 455.585 375.777 613.102
Selisih Rp 363.455 283.647 520.972
Pembahasan
Pemanfaatan tanaman Hydrilla verticillata sebagai fitoremediator untuk
memperbaiki kualitas air pada media budidaya berpengaruh terhadap kinerja
produksi ikan nila selama penelitian. Kelangsungan hidup ikan pada akhir
penelitian dengan perlakuan penambahan bobot Hydrilla verticillata berkisar antara
0
5
10
15
20
25
30
35
0 1 8 15 22 29
Kek
eruhan
air
(N
TU
)Pengukuran hari ke-
10
68,52 – 78,15%, sedangkan pada perlakuan kontrol sebesar 57,78%. Hal ini
menunjukkan tanaman Hydrilla verticillata berpengaruh dalam meningkatkan
kelangsungan hidup ikan nila. Nilai kelangsungan hidup ikan nila selama penelitian
lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Abdel dan Tawwab (2012)
dengan padat penebaran 0,3 ekor/L yaitu berkisar antara 93,3–96,7%. Menurut
Nugroho (2013), kepadatan yang tinggi mengakibatkan naiknya konsentrasi amonia
dan menurunkan kualitas air. Penurunan kualitas air merupakan tekanan lingkungan
yang menyebabkan ikan stres, daya tahan tubuh ikan menurun, dan menyebabkan
kematian.
Penyebab kematian ikan selama penelitian diduga akibat penurunan kualitas
air seperti konsentrasi nitrit yang tinggi selama penelitian. Menurut Boyd (1990),
ketika nitrit diserap dan masuk ke dalam pembuluh darah ikan, nitrit dapat bereaksi
dengan hemoglobin membentuk methemoglobin yang dapat menyebabkan brown
blood disease. Methemoglobin tidak efektif sebagai pembawa oksigen dan nitrit
terus menerus masuk ke dalam pembuluh darah ikan, sehingga dapat menimbulkan
hypoxia dan cyanosis pada ikan.
Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran baik bobot maupun panjang
dalam satuan waktu (Effendi 1997). Pemanfaatan tanaman Hydrilla verticillata
sebagai fitoremediator diakhir penelitian menghasilkan laju pertumbuhan bobot
harian dan panjang mutlak lebih baik dibandingkan kontrol. Perlakuan Hydrilla
verticillata 75 g menghasilkan laju pertumbuhan bobot harian dan pertumbuhan
panjang mutlak yang terbaik sebesar 3,08% dan 2,3 cm. Perlakuan kontrol
menghasilkan laju pertumbuhan harian dan pertumbuhan panjang mutlak ikan nila
sebesar 2,42% dan 1,76 cm. Laju pertumbuhan ikan nila pada perlakuan Hydrilla
verticiillata lebih tinggi dibandingkan kontrol menandakan bahwa ikan nafsu
makan dan dapat memanfaatkan makanan dengan baik. Salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah makanan. Pemberian makanan yang
maksimum dapat meningkatkan pertumbuhan ikan (Handajani dan Widodo 2010).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio konversi pakan dengan nilai
terbaik pada perlakuan Hydrilla verticillata 75 g sebesar 1,29% dan pada kontrol
sebesar 2,34%. Konversi pakan pada perlakuan kontrol menunjukkan makanan
yang diberikan kurang efisien sehingga pertumbuhan ikan lambat. Hal ini diduga
karena perbedaan kualitas air antara perlakuan Hydrilla verticillata dan kontrol
selama penelitian. Tanaman Hydrilla verticillata dapat memanfaatkan limbah
budidaya yang berasal dari hasil metabolisme atau sisa pakan sehingga dapat
memperbaiki kualitas air. Menurut Effendi (1979), beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah jumlah ikan, sumber makanan yang
tersedia, dan kualitas air. Penurunan kualitas air dapat mempengaruhi nafsu makan
ikan (Effendi et al. 2008). Saat nafsu makan berkurang, ikan tidak dapat
memanfaatkan pakan yang diberikan dengan baik. Sehingga nutrisi yang terdapat
pada pakan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh ikan. Hal ini akan
berdampak pada meningkatnya nilai konversi pakan dan menurunkan laju
pertumbuhan.
Penggunaan tanaman Hydrilla verticillata sebagai fitoremediator secara
tidak langsung dapat meningkatkan kinerja produksi ikan nila selama penelitian.
Peningkatan kinerja produksi memberi manfaat secara ekonomis berupa
keuntungan. Perbedaan kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan konversi pakan
yang diperoleh pada penelitian ini mempengaruhi pendapatan dan keuntungan yang
11
didapatkan. Tabel 4 menunjukkan bahwa penambahan Hydrilla verticillata
sebanyak 75 g menghasilkan keuntungan sebesar Rp 613.102,-./siklus, sedangkan
pada perlakuan tanpa penambahan Hydrilla verticillata sebesar Rp 92.130,-./siklus.
Hal ini menunjukkan bahwa media pemeliharaan dengan Hydrilla verticillata
memberi keuntungan terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Aspek penting dalam pemanfaatan Hydrilla verticillata di media budidaya
ikan adalah perbaikan kualitas air. Bahan organik dan anorganik yang berasal dari
metabolisme ikan dan sisa pakan yang tidak termakan menyebabkan pembentukan
senyawa-senyawa beracun bagi ikan seperti amonia dan nitrit. Pemanfaatan
Hydrilla verticillata sebagai filter biologis dapat merubah bentuk nitrogen
anorganik yang berbahaya bagi ikan (amonia dan nitrit) menjadi bentuk yang tidak
berbahaya bagi ikan (nitrat). Tanaman Hydrilla verticillata menjadi substrat
sebagai tempat penempelan bakteri sehingga proses nitrifikasi berjalan dengan baik.
Bakteri nitrifikasi memanfaatkan amonia dan nitrit sebagai bahan makanannya
yang menghasilkan produk akhir berupa nitrat (Djokosetiyanto et al. 2006).
Selanjutnya nitrat dimanfaatkan tanaman akuatik berupa Hydrilla verticillata
sebagai sumber hara untuk pertumbuhannya. Penyerapan unsur-unsur hara oleh
Hydrilla verticillata diduga dilakukan oleh bulu-bulu akar yang membentuk lapisan
biofilm dan bagian tubuh lainnya seperti daun. Penelitian Sumiyati et al. (2009),
menyatakan bahwa akar tanamanan Hydrilla verticillata efektif menyerapkan
logam Cu. Mikroorganisme yang terdapat pada bagian akar dapat berperan
penyediaan unsur hara bagi tanaman.
Hasil pengamatan kualitas air diperoleh bahwa suhu pada saat
pemeliharaan cenderung stabil yaitu berkisar antara 26,7–27,40C. Hal ini
menunjukkan bahwa suhu selama pemeliharaan berada dikisaran optimal
pemeliharaan ikan nila karena masih dikisaran 23–300C (BSN 2009).
Kandungan oksigen terlarut pada awal penelitian relatif cukup tinggi untuk
semua perlakuan berkisar antara 5,77–6,13 mg/L dan cenderung menurun hingga
akhir penelitian berkisar antara 3,63–4,33 mg/L. Nilai ini dikatakan kurang layak
untuk pemeliharaan ikan nila karena masih dibawah 5,0 mg/L (BSN 2009). Rata-
rata kandungan oksigen terlarut di media pemeliharaan ikan nila pada perlakuan
tanaman Hydrilla verticillata lebih tinggi dibandingkan kontrol. Hal ini diduga
tanaman Hydrilla verticillata efektif meningkatkan konsentrasi oksigen dalam air
melalui proses fotosintesis. Hydrilla verticillata termasuk tanaman yang seluruh
bagian tubuhnya tenggelam dalam air. Hasil fotosintesis tanaman ini yang berupa
oksigen dilepaskan langsung ke dalam perairan, sehingga konsentrasi oksigen
terlarut meningkat. Menurut Puspitaningrum et al. (2012), Hydrilla verticillata
dapat memproduksi oksigen 0,26 mg/L dalam waktu satu jam.
Nilai pH pada awal pemeliharaan berkisar antara 7,76–7,83 dan cenderung
menurun hingga akhir penelitian berkisar antara 5,46–6,02. Menurut Badan Standar
Nasional (2009), ikan nila tumbuh dengan baik pada kisaran pH 6,5–8,5. Nilai pH
selama penelitian dikatakan kurang optimum untuk pemeliharaan ikan nila, karena
nilai pH diakhir pemeliharaan cenderung menurun dibawah kisaran optimal untuk
pemeliharaan ikan nila. Nilai pH memegang peran penting dalam budidaya ikan
karena berhubungan dengan kemampuan untuk hidup, tumbuh, dan reproduksi.
Nilai pH berpengaruh terhadap konsentrasi amonia di perairan. Menurut Boyd
(1990), amonia yang tidak terionisasi (NH3) berada dalam kesetimbangan ion
amonium (NH4) dipengaruhi oleh nilai pH dan suhu perairan. Semakin rendah nilai
12
pH, konsentrasi amonia semakin menurun sedangkan konsentrasi amonium
semakin meningkat. Reaksi kesetimbangan antara NH3 dan NH4 sebagai berikut:
NH3 + H2O ↔ NH4+ + OH –
Konsentrasi amonia pada awal penelitian berkisar antara 0,0354–0,0788
mg/L dan cenderung menurun hingga akhir penelitian berkisar antara 0,0006–
0,0053 mg/L. Hal ini diduga pada awal penelitian proses nitrifikasi belum
berlangsung secara optimal sehingga menyebabkan konsentrasi amonia meningkat.
Secara umum pada semua perlakuan konsentrasi amonia yang terukur cenderung
menurun setiap minggunya. Menurut Putra (2010), pemberian zeolit sebagai
medium filter pada pemeliharaan ikan nila dalam sistem resirkulasi dapat
menurunkan konsentrasi amonia. Hal ini dikarenakan zeolit mempunyai
kemampuan cukup besar dalam mengikat amonia yang mengakibatkan konsentrasi
amonia pada media pemeliharaan berkurang.
Hasil pengamatan konsentrasi nitrit dalam media budidaya cenderung
meningkat pada semua perlakuan khusus pada pemeliharaan hari ke-8. Peningkatan
nilai nitrit selama penelitian menunjukkan adanya aktivitas bakteri nitrifikasi
namun proses nitrifikasi terjadi secara lambat. Hal ini diduga menurunnya
kandungan oksigen terlarut selama penelitian. Oksigen terlarut di media penelitian
cukup untuk mengubah amonia menjadi nitrit tapi relatif kurang untuk mengubah
nitrit menjadi nitrat sehingga terjadi peningkatan nitrit. Konsentrasi nitrit pada
perlakuan Hydrilla verticillata cenderung lebih rendah dibandingkan kontrol. Hal
ini diduga tanaman Hydrilla verticillata menjadi substrat biofilter tempat
penempelan bakteri sehingga proses nitrifikasi berjalan dengan baik. Menurut
Joseph et al. (1993), konsentrasi nitrit yang baik untuk budidaya harus kurang dari
0,1 mg/L. Nilai nitrit selama penelitian dikatakan kurang optimum untuk
pemeliharaan ikan nila, karena nilai nitrit selama penelitian cenderung diatas
kisaran optimal untuk pemeliharaan ikan nila. Nilai nitrit yang tinggi selama
penelitian berpengaruh negatif terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan
selama penelitian.
Konsentrasi nitrat selama penelitian berkisar antara 0,44–2,12 mg/L.
Menurut Tatanggidatu (2013), nilai nitrat yang didapat masih dalam kisaran optimal
untuk pemeliharaan ikan air tawar. Secara keseluruhan, nilai nitrat pada perlakuan
Hydrilla verticillata lebih rendah dibandingkan kontrol. Pada awal penelitian,
Hydrilla verticillata lebih banyak memanfaatkan nitrat sehingga nilai nitrat yang
didapat cenderung menurun hingga pemeliharaan hari ke-22. Hal ini diduga
tanaman Hydrilla verticillata memanfaatkan nitrat dari wadah pemeliharaan
sebagai nutrisi untuk mendukung pertumbuhannya.
Konsentrasi fosfat selama penelitian berkisar antara 0,40–2,09 mg/L.
Menurut UNESCO (1992), nilai fosfat yang didapat berada diluar kisaran kadar
fosfat di perairan alami. Nilai fosfat yang didapat cenderung meningkat hingga
pemeliharaan hari ke-22. Pada akhir penelitian nilai fosfat yang didapat pada
perlakuan Hydrilla verticillata mengalami penurunan karena fosfat dimanfaatkan
oleh Hydrilla verticillata sebagai sumber nutrien untuk pertumbuhannya. Fosfat
merupakan salah satu nutrisi penting bagi tanaman yang berperan untuk
pertumbuhan benih, akar, bunga, dan buah (Purwaningsih 2009)..
Konsentrasi bahan organik total (BOT) pada awal penelitian berkisar antara
13
23,55–32,44 mg/L dan cenderung meningkat hingga akhir penelitian berkisar antara
109,55–140,30 mg/L. Peningkatan konsentrasi BOT mempengaruhi nilai
kekeruhan. Nilai kekeruhan selama pemeliharaan berkisar antara 2,3–30,7 NTU.
Menurut Lloyd (1985), nilai rata-rata kekeruhan optimal untuk pemeliharaan ikan
nila dibawah 25 NTU.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penambahan Hydrilla verticillata dengan bobot 75 g memberi hasil yang
terbaik terhadap peningkatan kinerja produksi benih ikan nila dibanding dengan
perlakuan yang lain dan kontrol.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan menggunakan fitoremediator tanaman
Hydrilla verticillata yang dikombinasi dengan tanaman lainya yang memiliki
perakaran yang banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Abdel M, Tawwab. 2012. Effects of diatary protein level and rearing density on
growth performance and stress response of Nile tilapia, (Oreochromis niloticus).
International Aquatic Research 4:1-13.
Artiyani A. 2011. Penurunan kadar N-Total dan P-Total pada limbah cairan tahu
dengan metode fitoremediasi aliran Batch dan kontinyu menggunakan tanaman
Hydrilla verticillata. Jurnal Spectra 9: 9-14.
[BSN] Badan Standar Nasional. 2009. Produksi induk ikan nila (Oreochromis
niloticus). Kelas induk pokok. Jakarta (ID): BSN.
Boyd CE. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama (US): Auburn
University Agriculture Eksperiment Station.
Djokosetiyanto D, Sunarman A, Widanarni. 2006. Perubahan ammonia (NH3-N),
nitrit (NO2-N), dan nitrat (NO3-N) pada media pemeliharaan ikan nila merah
Oreochromis sp. di dalam sistem resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia 5: 13-
20.
Effendi I, Ratih TD, Kadarini T. 2008. Pengaruh padat penebaran terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan balakshark (Balantiocheilus
melanopterus Blkr) di dalam sistem resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia 7:
189-197.
Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri.
Effendie MI.1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka
Nusatama.
14
Handajani H, Widodo W. 2010. Nutrisi Ikan. Malang: UMM Press.
Joseph K, Richard W, Daniel E. 1993. An introduction to water chemistry in
freshwater aquacuture. Northeastern Regional Aquaculture center. Dartmouth
(US): Universitas Massachusetts.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Kelautan dan Perikanan dalam
Angka Tahun 2014. Jakarta (ID): KKP.
Lloyd DS. 1985. Turbidity in Freshwater Habitats of Alaska. A Review of
Published and Unpublished Literature Relevant to the use of Turbidity as a water
Quality Standard. Juneau, Alaska: Alaska Departement of Fish and Game
Habitat Division.hlm 3-4.
Nugroho A, Arini E, Eifitasari T. 2013. Pengaruh kepadatan yang berbeda terhadap
kelulusan hidupan dan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) pada
sistem resirkulasi dengan filter arang. Journal of Aquaculture Management and
Technology 2: 95-100.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): IPB
Press.
Purwaningsih, IS. 2009. Pengaruh penambahan nutrisi terhadap efektivitas
fitoremediasi menggunakan tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes)
terhadap limbah orto-klorofenol. Jurnal Rekayasa Proses 3: 5-9.
Puspitaningrum M, Izzati M, Haryanti S. 2012. Produksi dan konsumsi oksigen
terlarut oleh beberapa tumbuhan air. Buletin Anatomi dan Fisiologi 20: 47-55.
Putra I. 2010. Efektifitas penyerapan nitrogen dengan medium filter berbeda pada
pemeliharaan ikan nila Oreochromis niloticus dalam sistem resirkulasi. [tesis].
Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Sumiyati S, Handayani DS, Hartanto W. 2009. Pemanfaatan hydrilla (Hydrilla
verticillata) untuk menurunkan logam tembaga (Cu) dalam limbah
elektroplating studi kasus: industri kerajinan perak Kelurahan Citran, Kotagede.
Jurnal Presipitasi 7: 23-26.
Suyanto R. 2010. Pembenihan dan Pembesaran Nila. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Tatangidatu F, Kalesaren O, Rompas R. Studi parameter fisika kimia air pada areal
budidaya ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa.
Budidaya Perairan 1: 8-19
UNESCO. 1992. Water Quality Assesment. Edited by Chapman, D. Chapman and
Hall Ltd. London (GB): hlm 92-97.
Yusuf G. 2008. Bioremediasi limbah rumah tangga dengan sistem simulasi tanaman
air. Jurnal Bumi Lestari 8: 136-144.
15
Lampiran 1 Desain wadah pemeliharaan ikan nila menggunakan fitoremediasi
tanaman Hydrilla verticillata selama penelitian
Keterangan:
16
Lampiran 2 Anova dan hasil uji Duncan kelangsungan hidup
Anova
Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat
Bebas
Kuadrat
Tengah Nilai F Nilai P
Perlakuan 648,286 3 216,095 7,782 0,009
Sisa 222,156 8 27,769
Total 870,442 11
Uji Duncan
Perlakuan N α = 0,05
a b
0 g 3 57,7733
25 g 3 71,4833
50 g 3 68,5200
75 g 3 78,1467
Sig, 0,064 1,000
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan.
Lampiran 3 Anova dan hasil uji Duncan laju pertumbuhan harian
Anova
Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat
Bebas
Kuadrat
Tengah Nilai F Nilai P
Perlakuan 0,659 3 0,220 4,696 0,036
Sisa 0,374 8 0,047
Total 1,032 11
Uji Duncan
Perlakuan N α = 0,05
a b
0 g 3 2,4233
25 g 3 2,7500 2,7500
50 g 3 2,8233 2,8233
75 g 3 3,0800
Sig, 0,111 0,111
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan.
Lampiran 4 Anova dan hasil uji Duncan pertumbuhan panjang mutlak
Anova
Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat
Bebas
Kuadrat
Tengah Nilai F Nilai P
Perlakuan 0,580 3 0,193 2,643 0,121
Sisa 0,585 8 0,073
Total 1,166 11
17
Lampiran 5 Anova dan hasil uji Duncan konversi pakan
Anova
Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat
Bebas
Kuadrat
Tengah Nilai F Nilai P
Perlakuan 1,786 3 0,595 17,022 0,001
Sisa 0,280 8 0,035
Total 2,065 11
Uji Duncan
Perlakuan N α = 0,05
a b
0 g 3 2,3440
25 g 3 1,5836
50 g 3 1,6353
75 g 3 1,2947
Sig, 0,065 1,000
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan.
18
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Riau pada tanggal 25 Mei 1993, merupakan anak ke-6
dari enam bersaudara ( Arifai, Arjab, Azumar, Jefri Lianda, dan Nanang Erizon)
dari keluarga Bapak Khaidir dan Ibu Halimatussadiah. Pendidikan formal yang
pernah dilalui penulis yaitu SD Negeri 1 Siak Kecil, SMP Negeri 1 Siak Kecil, dan
SMA Negeri 1 Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis, Riau. Pada tahun 2011, penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Undangan Daerah
(BUD) pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya,
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama menjalani masa kuliah, penulis pernah menjadi asisten Manajemen
Kualitas Air pada tahun ajaran 2014/2015 dan Fisika Kimia Perairan pada tahun
ajaran 2014/2015. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan Praktikum Lapang
Akuakultur (PLA) di Balai Perikanan Budidaya Laut Batam dengan komoditas
bawal bintang (Trachinotus blochii). Penulis juga aktif dalam kepengurusan
Rumpun Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Bengkalis (RKPMB) pada tahun
2012/2013 sebagai ketua. Tugas akhir dalam pendidikan perguruan tinggi
diselesaikan dengan menulis skripsi berjudul “ Kinerja Produksi Benih Ikan Nila
Oreochromis niloticus ukuran 4-5 cm dengan Memanfaatkan Hydrilla verticilata
sebagai Fitoremediator” dibawah bimbingan Bapak Dr Ir Kukuh Nirmala, Msc dan
Bapak Prof Dr Ir Daniel Djokosetiyanto.