48 Respon Fisiologi Ikan Nila, Oreochromis Niloticus Yang Distimulasi Dengan Daur Pemuasaan Dan...

8
SB/O/BF/07 RESPON FISIOLOGI IKAN NILA, Oreochromis niloticus, YANG DISTIMULASI DENGAN DAUR PEMUASAAN DAN PEMBERIAN PAKAN KEMBALI Farida Nur Rachmawati; Untung Susilo dan Yulia Sistina 1) 1) Laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas Biologi Unsoed; [email protected] ABSTRAK Penelitian tentang respon fisiologi ikan Nila, Oreochromis niloticus, yang distimulasi dengan daur pemuasaan dan pemberian pakan kembali telah dilakukan secara eksperimental menggunakan rancangan dasar rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Perlakuan yang dicobakan yaitu : ikan diberi pakan setiap hari (P0/kontrol); ikan dipuasakan selama 4 hari (P1); ikan dipuasakan selama 8 hari (P2); ikan dipuasakan 4 hari dan diberi pakan 4 hari (P3) dan ikan dipuasakan 8 hari dan diberi pakan 8 hari (P4). Hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar Hb ikan yang dipuasakan dan diberi pakan kembali tidak berbeda nyata (P>0,05) , sedangkan kadar glukosa darah , nilai hematokrit dan nilai osmolaritas plasma menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (P<0,05). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ikan Nila yang dipuasakan dan diberi pakan kembali akan mengalami perubahan profil darah yang meliputi, kadar glukosa darah, nilai osmolalitas plasma dan hematokrit sebagi respon fisiologi ikan dalam menjaga kondisi homeostasis tubuhnya.. Kata kunci : respon fisiologi, profil darah, pemuasaan, Oreochromis niloticus PENDAHULUAN Ikan nila (Oreochromis nilaticus) merupakan salah satu jenis ikan komersial penting yang menyokong kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Ikan ini mudah dibudidayakan, akan tetapi tingginya harga pakan dari waktu ke waktu berdampak pada meningkatnya biaya produksi. Oleh karena itu perlu dilakukan alternatif dengan membatasi pemberian pakan pada usaha budidaya ikan nila, sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya. Pembatasan pakan baik secara tunggal maupun periodik mampu meningkatkan kecepatan pertumbuhan ikan (compensatory growth), yang merupakan fase percepatan pertumbuhan yang diperoleh setelah ikan diberi pakan kembali. Pemuasaan pada ikan merupakan salah satu faktor lingkungan yang memicu perubahan fisologis pada ikan. Dalam kondisi puasa ikan pada umunya mengalami stres, sehingga berpengaruh terhadap aktifitas fisiologi hewan. Stres merupakan respon bertahan pada hewan terhadap penyebab stres (stressor). Berbagai sumber stres baik berupa faktor lingkungan (suhu, cahaya, pemeliharaan, Seminar Nasional Biologi 2010 Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 492

Transcript of 48 Respon Fisiologi Ikan Nila, Oreochromis Niloticus Yang Distimulasi Dengan Daur Pemuasaan Dan...

Page 1: 48 Respon Fisiologi Ikan Nila, Oreochromis Niloticus Yang Distimulasi Dengan Daur Pemuasaan Dan Pemberian Pakan Kembali

SB/O/BF/07

RESPON FISIOLOGI IKAN NILA, Oreochromis niloticus, YANG DISTIMULASI DENGAN DAUR PEMUASAAN

DAN PEMBERIAN PAKAN KEMBALI

Farida Nur Rachmawati; Untung Susilo dan Yulia Sistina 1) 1)Laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas Biologi Unsoed; [email protected]

ABSTRAK

Penelitian tentang respon fisiologi ikan Nila, Oreochromis niloticus, yang distimulasi dengan daur pemuasaan dan pemberian pakan kembali telah dilakukan secara eksperimental menggunakan rancangan dasar rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Perlakuan yang dicobakan yaitu : ikan diberi pakan setiap hari (P0/kontrol); ikan dipuasakan selama 4 hari (P1); ikan dipuasakan selama 8 hari (P2); ikan dipuasakan 4 hari dan diberi pakan 4 hari (P3) dan ikan dipuasakan 8 hari dan diberi pakan 8 hari (P4). Hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar Hb ikan yang dipuasakan dan diberi pakan kembali tidak berbeda nyata (P>0,05) , sedangkan kadar glukosa darah , nilai hematokrit dan nilai osmolaritas plasma menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (P<0,05). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ikan Nila yang dipuasakan dan diberi pakan kembali akan mengalami perubahan profil darah yang meliputi, kadar glukosa darah, nilai osmolalitas plasma dan hematokrit sebagi respon fisiologi ikan dalam menjaga kondisi homeostasis tubuhnya..

Kata kunci : respon fisiologi, profil darah, pemuasaan, Oreochromis niloticus

PENDAHULUAN

Ikan nila (Oreochromis nilaticus)

merupakan salah satu jenis ikan komersial

penting yang menyokong kebutuhan

protein hewani bagi masyarakat. Ikan ini

mudah dibudidayakan, akan tetapi

tingginya harga pakan dari waktu ke waktu

berdampak pada meningkatnya biaya

produksi. Oleh karena itu perlu dilakukan

alternatif dengan membatasi pemberian

pakan pada usaha budidaya ikan nila,

sehingga dapat meningkatkan

produktivitasnya.

Pembatasan pakan baik secara

tunggal maupun periodik mampu

meningkatkan kecepatan pertumbuhan

ikan (compensatory growth), yang

merupakan fase percepatan pertumbuhan

yang diperoleh setelah ikan diberi pakan

kembali.

Pemuasaan pada ikan merupakan

salah satu faktor lingkungan yang memicu

perubahan fisologis pada ikan. Dalam

kondisi puasa ikan pada umunya

mengalami stres, sehingga berpengaruh

terhadap aktifitas fisiologi hewan. Stres

merupakan respon bertahan pada hewan

terhadap penyebab stres (stressor).

Berbagai sumber stres baik berupa faktor

lingkungan (suhu, cahaya, pemeliharaan,

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010492

Page 2: 48 Respon Fisiologi Ikan Nila, Oreochromis Niloticus Yang Distimulasi Dengan Daur Pemuasaan Dan Pemberian Pakan Kembali

penangkapan dan transport) maupun

faktor biotik seperti infeksi

mikroorganisme akan mempunyai dampak

negatif terhadap perubahan fisiologis tubuh

hewan. Perubahan tersebut meliputi ,

gangguan pertumbuhan, produktivitas dan

semua aktivitas yang merupakan akibat

dari mekanisme homeostasis dalam tubuh

yang terganggu.

Karakteristik darah dapat digunakan

untuk mengevaluasi respon fisiologi pada

ikan [1]. Respon stres pada hewan dapat

dilihat dari perubahan kadar hormon

kortisol, glukosa darah, Hemoglobin, dan

hematokrit. Dalam kondisi stres terjadi

penurunan jumlah eritrosit, , nilai

hematokrit dan kadar hemoglobin,

sedangkan jumlah leukosit cenderung

meningkat [2].

Didalam budidaya perikananan

masalah penangkapan, transport benih dan

pemeliharaan merupakan aktivitas yang

dapat menimbulkan stres pada ikan baik

teleostei [3] dan elasmobranchii [4].

Berkaitan dengan hal tersebut, ikan akan

mengalami hiperaktivitas yang merupakan

respon bertahan terhadap stres, dan jika

berlebihan maka ikan akan mati [5].

Timbulnya respon stres tersebut

menunjukkan terjadinya adaptasi terhadap

perubahan yang tidak terduga dan untuk

mengembalikan pada kondisi homeostasis.

Pemuasaan pada ikan juga dapat

memicu timbulnya stres pada hewan. Pada

kondisi stres, terjadi perubahan yang nyata

terhadap parameter hematologi. Pada

Scyliorhinus canicula, perlakuan stres

menurunkan jumlah eritrosit, nilai

hematokrit dan kadar hemoglobin serta

meningkatkan kadar glukosa darah [2].

Jumlah eritrosit muda dalam darah

perifer ikan traira, Hoplias malabaricus

menurun secara signifikan selama 30 hari

pertama pemuasaan yang menunjukkan

bahwa proses senescence terjadi pada

eritrosit yang telah ada dan bahwa sel

darah tidak diganti selama ikan tersebut

tidak diberi pakan. Selama periode

pemberian pakan kembali, jumlah leukosit

dan trombosit pulih, namun jumlah

eritrosit tetap menurun [6]. Pada ikan

kerapu bebek, Cromileptes altivelis yang

tidak diberi pakan selama 1 hari kemudian

diberi pakan selama 2 atau 3 hari

menunjukkan peningkatan jumlah leukosit

sebagai indikasi peningkatan sistem

kekebalan [7]. Peningkatan kekebalan

tubuh yang berkaitan dengan pertumbuhan

cepat akan sangat bermanfaat dalam

budidaya ikan nila.

Studi profil darah ini menunjukan

bahwa pembatasan pakan dapat

menghasilkan perubahan kapasitas sistem

kekebalan dan mobilisasi simpanan energi

tubuh untuk menopang aktivitas selama

periode pembatasan pakan. Namun

demikian, respon fisiologi ikan nila pada

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 493

Page 3: 48 Respon Fisiologi Ikan Nila, Oreochromis Niloticus Yang Distimulasi Dengan Daur Pemuasaan Dan Pemberian Pakan Kembali

kondisi puasa dan diberi pakan kembali

belum dilaporkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah

mengamati respon fisiologi ikan Nila

yang meliputi nilai hematokrit,

osmolalitas plasma, kadar glukosa darah

dan Hb pada kondisi puasa dan pemberian

pakan kembali.

BAHAN DAN CARA KERJA

Penelitian dilakukan pada skala

laboratorium di laboratorium Fisiologi

Hewan Fakultas Biologi Unsoed,

Purwokerto.

Materi penelitian yang digunakan

terdiri atas ikan nila berukuran 10 – 15

gram, akuarium, osmometer, “ Blood

Glucose Test Meter “ GlucoDr”

(Allmedicus), senfrifugasi mikro-

hematokrit , pakan ikan, dan peralatan

pemeliharan ikan.

Penelitian dilakukan secara

eksperimental menggunakan rancangan

dasar berupa rancangan acak lengkap

(RAL) dengan 5 perlakuan yang diulang

sebanyak 5 kali. Perlakuan yang dicobakan

adalah sebagai berikut :

1. ikan diberi pakan setiap hari

(kontrol)

2. ikan dipuasakan selama 4 hari

3. ikan dipuasakan selama 8 hari

4. ikan dipuasakan selama 4 hari dan

diberi pakan kembali selama 4 hari

5. ikan dipuasakan selama 8 hari dan

diberi pakan kembali selama 8 hari.

Ikan nila yang digunakan dalam

penelitian ini diperoleh dari petani ikan

desa Bobosan, kecamatan Purwokerto

Utara. Ikan diaklimasi di laboratorium

selama 5 hari. Pada hari terakhir aklimasi

ikan dipuasakan selama 24 jam dan

ditimbang bobotnya, selanjutnya ikan

ditempatkan pada akuarium percobaan.

Akuarium yang digunakan

berukuran 60 x 40 x 70 cm sebagai unit

percobaan dengan padat penebaran 10

ekor. Sistem pemeliharaan menggunakan

sistem air statis dengan tinggi air ± 40 cm.

Parameter yang diukur dalam

penelitian adalah kadar hb, glukosa darah,

nilai hematokrit dan nilai osmolalitas

plasma.

Sampel darah untuk keperluan

pengamatan profil darah diambil dari

pembuluh darah kaudal menggunakan

spuit 1ml yang telah dibilas dengan EDTA.

Darah lalu ditampung dalam tabung

ependorf yang telah diisi larutan EDTA 5

µl untuk 0,5 ml darah. Nilai hematokrit

ditentukan setelah sampel darah dalam

kapiler gelas disentrifugasi selama 5 menit

dengan kecepatan 3000 rpm menggunakan

senfrifugasi mikro-hematokrit, hasil

sentrifugasi kemudian dibaca dengan

mikro-hematrokrit reader ([8]. Nilai

osmotik plasma darah diukur dengan

menggunakan vapour osmometer Wescor

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010494

Page 4: 48 Respon Fisiologi Ikan Nila, Oreochromis Niloticus Yang Distimulasi Dengan Daur Pemuasaan Dan Pemberian Pakan Kembali

dan nilai osmolalitas plasma akan

dinyatakan dalam unit mOsm/kg. Kadar

glukosa darah diukur menggunakan kit

Gluko Dr, dan nilai glukosa darah akan

diperoleh dalam unit mgr/dl.

Data yang diperoleh berupa kadar

glukosa darah, Hb, nilai hematokrit dan

nilai osmotik plasma selanjutnya dianalisa

dengan program SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Respon fisiologi ikan nila yang

dipuasakan dan diberi pakan kembali dapat

diamati dengan melihat profil darah yang

meliputi nilai hematokrit, osmolalitas

plasma, kadar Hb dan glukosa darah

(Gambar1, 2, 3 dan 4)

Kadar Hb ikan nila pada penelitian

ini berkisar antara 2,98 – 5,20 g/dl,

masing-masing yaitu pada perlakuan

kontrol 3,94 g/dl, ikan yang dipuasakan

selama 4 hari sebesar 2,98 g/dl, ikan yang

dipuasakan selama 8 hari sebesar 3,91 g/dl,

ikan yang diberi pakan kembali selama 4

hari sebesar 3,6 g/dl dan pada ikan yang

diberi pakan kembali selama 8 hari sebesar

5,2 g/dl.

Hasil analisis ragam menunjukkan

bahwa nilai rata-rata Hb masing-masing

perlakuan tidak berbeda nyata (P>0.05).

Hal ini menunjukkan bahwa kadar Hb

selama pemuasaan tidak mengalami

perubahan, demikian juga pada saat ikan

diberi pakan kembali.

Kadar Hb ikan nila pada

penelitian ini sangat rendah yaitu berkisar

antara 2,98 – 5,20 g/dl. Hal ini diduga

perlakuan pemuasaan yang diberikan

pada penelitian ini secara terus menerus (4

hari dan 5 hari), menurunkan status

kesehatan ikan yang tercermin pada

penurunan kadar Hb. Sementara kadar Hb

yang rendah pada kontrol, disebabkan

ikan masih dalam masa aklimasi.

Hasil yang sama juga dijumpai

pada ikan sidat, Anguilla anguilla, yang

diberi perlakuan pemuasaan antara 47

hingga 96 hari [9], dan pada ikan traira,

Hoplias malabaricus yang dipuasakan

selama 240 hari kemudian diberi pakan

kembali selama 30 hari [6] kadar Hb

mengalami penurunan.

Berbeda dengan hasil penelitian pada

ikan lele dumbo yang dipuasakan secara

periodik (2/3 dan 2/5) selama 4 minggu

pemeliharaan, kadar Hb lebih tinggi

berkisar antara 6,47 – 7,67 g/dl [10].

0

1

2

3

4

5

6

7

Kontrol puasa ke4 puasa ke8 refeed ke4 refeed ke8

Perlakuan

hem

oglo

bin

(m

g/d

l)

Gambar 1. Nilai rata-rata kadar Hb ikan nila

yang dipuasakan dan diberi pakan kembali

Hasil yang berbeda ditunjukkan pada

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 495

Page 5: 48 Respon Fisiologi Ikan Nila, Oreochromis Niloticus Yang Distimulasi Dengan Daur Pemuasaan Dan Pemberian Pakan Kembali

nilai osmolalitas plasma ikan Nila yang

berbeda nyata antar perlakuan (P<.0,05).

Nilai osmolalitas plasma ikan Nila selama

penelitian masing-masing adalah 4,63

mosm/kg (kontrol), 4,732 mosm/kg (puasa

selama 4 hari), 4,165 mosm/kg (puasa

selama 8 hari), 4,623 mosm/kg (pemberian

pakan kembali selama 4 hari) dan 1,787

mosm/kg (pemberian pakan kembali

selama 8 hari).

0

100

200

300

400

500

600

700

800

kontrol puasa ke4 puasa ke8 refeed ke4 refeed ke8

perlakuan

Osm

ola

litas

(m

Os/

kg)

Gambar 2. Rata-rata nilai osmolalitas plasma

darah ikan nila yang dipuasakan dan diberi pakan kembali

Pada saat ikan dipuasakan selama 4

hari terjadi peningkatan nilai osmolalitas

plasma yang menunjukkan adanya respon

fisiologi ikan dalam mengatur konsentrasi

osmotik tubuhnya, kemudian mengalami

penurunan pada saat ikan dipuasakan

selama 8 hari (Gambar 2). Yang menarik

dalam penelitian ini adalah pada saat ikan

diberi pakan kembali setelah dipuasakan

selama 8 hari terjadi penurunan nilai

osmolalitas plasma hampir 50%. Diduga

hal ini terjadi karena periode pemuasaan

yang terlalu lama (8 hari) mempengaruhi

konsentrasi osmotik plasma ikan,

sehingga pemberian pakan kembali

selama 8 hari berikutnya belum mapu

memperbaiki konsentrasi osmotik tubuh

ikan.

Perubahan nilai osmolalitas plasma

pada ikan dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain : suhu, salinitas dan

status nutrisi. Pada saat ikan dipuasakan

maka status nutrisi ikan mengalami

penurunan yang selanjutnya berpengaruh

terhadap konsentrasi osmotik tubuhnya

yang tercermin dalam nilai osmolalitas

plasma.

0

20

40

60

80

100

120

140

kontrol puasa ke4 puasa ke8 refeed ke4 refeed ke8

Perlakuan

Kad

ar g

luko

sa (

mg

/dl)

Gambar 3. Nilai rata-rata glukosa darah ikan

nila yang dipuasakan dan diberi pakan kembali.

Fenomena yang sama juga diamati

pada kadar glukosa darah ikan Nila yang

diberi perlakuan puasa dan pemberian

pakan kembali menunjukkan hasil yang

berbeda nyata antar perlakuan (P <0.05).

Kadar terendah dijumpai pada

perlakuan puasa selama 8 hari yaitu

sebesar 68 mg/dl, kemudian mengalami

peningkatan berturut-turut pada perlakuan

kontrol sebesar 79,07 mg/dl, pemberian

pakan kembali selama 4 hari sebesar 82.63

mg/dl, pemberian pakan kembali selama 8

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010496

Page 6: 48 Respon Fisiologi Ikan Nila, Oreochromis Niloticus Yang Distimulasi Dengan Daur Pemuasaan Dan Pemberian Pakan Kembali

hari sebesar 94,29 mg/dl dan tertinggi

dijumpai pada perlakuan puasa selama 4

hari yaitu sebesar 102.1 mg/dl (gambar 3.)

Kadar glukosa mencerminkan

ketersediaan energi pada ikan. Perlakuan

pemuasaan selama 8 hari berturut-turut

menurunkan kadar glukosa darah ikan

karena selama puasa ikan akan

menggunakan cadangan glikogen untuk

menyediakan energi. Sehingga kondisi

tersebut akan mengakibatkan kadar

glukosa darah menurun.

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa ikan yang dipuasakan selama 4 hari

terjadi peningkatan kadar glukosa darah,

kemudian menurun pada pemuasaan

selama 8 hari. Penurunan ini terjadi karena

ikan berusaha memobilisasi glukosa dari

cadangan glikogen. Fenomena yang sama

juga terjadi pada channel catfish, Ictalurus

punctatus (Rafinesque), glukosa darah dan

glikogen hati lebih rendah pada ikan yang

tidak diberi pakan pada minggu ke 2 dan 4.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemuasaan

menyebabkan penurunan glukosa darah

ikan [11]. Hasil yang sama juga dijumpai

pada ikan sidat, Anguilla anguilla yang

dipuasakan selama 47 hari, kadar gkukosa

mengalami peningkatan akan tetapi

kemudian menurun setelah dipuasakan

selama 164 hari [12].

Peningkatan kadar glukosa darah

merupakan efek sekunder dari stres yang

diperantarai oleh pelepasan kortikosteroid

dan katekolamin. Dalam keadaan stres

terjadi peningkatan glukokortikoid yang

berakibat pada peningkatan kadar glukosa

darah untuk mengatasi kebutuhan energi

yang tinggi pada saat stres. [13].

Perubahan metabolisme karbohidrat

pada ikan gilthead sea bream, Sparus

aurata, yang tercermin sebagai

peningkatan kapasitas transport juga

teramati bila ikan dipaparkan pada

pemuasaan selama dua minggu [14]. Ikan

catfish, Rhamdia hilarii (ikan omnivora)

yang tidak diberi pakan juga

menunjukkan penurunan level kadar gula

darah secara progresif hingga 50 %

setelah hari ke 30, dibandingkan dengan

ikan yang diberi pakan [15].

Dengan demikian dapat dijelaskan

bahwa ikan yang diberi pakan kembali

setelah dipuasakan dalam waktu tertentu

akan mengembalikan kondisi homeostasis

tubuhnya dengan meningkatkan kadar

glukosa yang mengalami penurunan pada

saat dipuasakan.

Sejalan dengan kadar glukosa darah

ikan Nila, perlakuan pemuasaan dan

pemberian pakan kembali mengakibatkan

terjadinya perbedaan yang nyata nilai

hematokrit antar perlakuan (P<0,05).

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 497

Page 7: 48 Respon Fisiologi Ikan Nila, Oreochromis Niloticus Yang Distimulasi Dengan Daur Pemuasaan Dan Pemberian Pakan Kembali

0

10

20

30

40

50

60

kontrol puasa ke4 puasa ke8 refeed ke4 refeed ke8

Perlakuan

Nila

i hem

ato

krit

(%)

Gambar 4. Rata-rata nilai hematokrit ikan

Nila yang dipuasakan dan diberi pakan kembali

Kadar terendah dijumpai pada

perlakuan puasa selama 4 hari yaitu

sebesar 31,87%, kemudian mengalami

peningkatan berturut-turut pada perlakuan

kontrol sebesar 34,64%, pemberian pakan

kembali selama 4 hari sebesar 37,77%,

pemberian pakan kembali selama 8 hari

sebesar 37,84% dan tertinggi dijumpai

pada perlakuan puasa selama 8 hari yaitu

sebesar 102.1 mg/dl (gambar 4.)

Fenomena yang sama juga dijumpai

pada ikan sidat yang dipuasakan selama 47

hari , kadar hematokrit mengalami

peningkatan [9], sedangkan penelitian

terhadap ikan traira, Hoplias malabaricus

yang dipuasakan selama 240 hari

kemudian diberi pakan kembali selama 30

hari mengalami penurunan [6]..

Periode pemuasaan yang panjang

akan mempengaruhi status nutrisi ikan

yang selanjutnya berpengaruh terhadap

nilai hematokrit ikan. Pada saat ikan

dipuasakan terjedi penurunan jumlah sel

darah merah, yang berpengaruh terhadap

nilai heamtokrit. Dengan demikian pada

saat ikan diberi pakan kembali, ikan

mengalami fase pemulihan yang tercermin

dari peningkatan nilai hematokrit

Dari hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa ikan Nila yang

dipuasakan dan diberi pakan kembali akan

mengalami perubahan profil darah yang

meliputi, kadar glukosa darah, nilai

osmolalitas plasma dan hematokrit sebagi

respon fisiologi ikan dalam menjaga

kondisi homeostasis tubuhnya.

DAFTAR PUSTAKA

Jenkins, J.A. 2003. Palid Sturgeon in The Lower Missisipi Region : Hematology and Genome Information. USGS Open File Report 03-406, 32 p.

Torres, P., L. Tort. J. Planas and R. Flos. 1986.

Effects of Confinement Stress and Additional Zinc Treatment on Some Blood Parameters in The Dogfish Scyliorhinus canicula. Comp. Biochem. Physiol. 83 C. 1 : 89 – 92.

Swift, D.J. 1983. Blood Componenet Value

Changes in The Atlantic Mackerel (Scomber scombrus L.) Subejected to Capture, Handling and Confinement. Comp Biochem. Physiol. 76A : 795 – 802

Clift, G. and G.D. Thurman. 1984. Pathological

and Physiological effects of Stress During Capture and Transport in The Juvenile dusky shark, Carcharhinus obscurus. Comp. Biochem. Physiol. 78A : 167 – 173.

Black, E.C. (1958). Hyperactivity as a lethal factor

in fish. J. Fish. Res. Bd. Can. 15 : 573 – 586.

Riosa, F.S., Oba, E.T., Fernandes, M.N., Kalinin, A.L. and F.T. Rantin, 2005. Erythrocyte Senescence and Haematological Changes Induced by Starvation in the Neotropical Fish Traira, Hoplias malabaricus (characiformes, Erythrinidae). Comparative Biochemistry and Physiology, Part A. 140 : 181 -187

Simanjuntak, S.B.I. & Yuwono, E., 2006, Pengaruh restriksi pakan terhadap hematologi dan

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010498

Page 8: 48 Respon Fisiologi Ikan Nila, Oreochromis Niloticus Yang Distimulasi Dengan Daur Pemuasaan Dan Pemberian Pakan Kembali

histologi hati ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis. Ichtyos, Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Perikanan dan Kelautan, 5, 1: 33-36.

Kang, J.C., S.G Kim and S.W. Jang. 2005. Growth and Hematological Changes of Rockfish, Sebastes schegeli (Hilgendorf) Exposed to dietary Cu and Cd. Jornal of the World Aquaculture Society 36 (2) : 188 -195

Sjobeck, M.L.J., G. Dave., A.Larsson., K. Leander and U.Lidman. 1975. Metabolic and Hematological effects of Starvation in The European eel, Anguilla anguilla L ---II. Hematology. Comparative Biochemistry and Physiology Part A : Physiology 52(3) : 431 - 434

Fatmawati, W.2010. Laju Metabolisme dan Profil Darah Ikan Lele Dumbo, Clarias gariepinus, yang Diinduksi dengan Pemuasaan secara Periodik. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto.

Shoemaker, C.A., Klesius, P.H., L im, C., and M. Yildirim, 2003. Feed Deprivation of Channel Catfish, Ictalurus punctatus (Rafineque), Influences Organosomatic Indices, Chemical Composition and Susceptibility to Flavobacterium columnare. J.Fish Dis. 26 (9) : 553 – 561

Dave, G., M.L J. Sjobeck., A. Larsson., K. Leander

and U.Lidman. 1975. Metabolic and Hematological effects of Starvation in The European eel, Anguilla anguilla L ---I. Carbohydrate, Lipid,Protein and Inorganik ion Metabolism. Comparative Biochemistry and Physiology Part A : Physiology 52(3) : 423 430.

Li, P., B. Ray and D.M. 2009. Gatlin. Effect of Handling and Transport On Cortisol Response And Nutrient Mobilization Of Golden Shiner, Notemigonus crysoleucas. Journal of the World Aquaculture Society 40 (6) : 803 -809.

Sangiao-Alvarellos, S., J.M. Guzman, R. Laiz-

Carrion, J.M. Miguez, M.P. Martin del Rio, J.M. Mancera and J.L. Soengas, 2005. Interactive Effects of high Stocking Density anf Food deprivation on Carbohydrate Metabolism in several Tissue of Gilthead Sea Bream, Sparus aurata. J. Exp. Biol. 303 (A) : 761 – 775

Machado, C.R., Garafalo, M.A., Roselino, J.E., Kettelhut, I.C. and R.H. Migliorini, 1988. Effects of Starvation, Refeeding and Insulin on Energy-linked Metabolic Processes in Catfish (Rhamdia hilarii)

Adapted to a Carbohydrate-rich Diet. Gen. Comp. Endocrinol. 71 (3) : 429 – 437

.

.

.

Seminar Nasional Biologi 2010

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 499