kimia kontekstual
-
Upload
meryana-utari -
Category
Documents
-
view
252 -
download
0
description
Transcript of kimia kontekstual
5.11 Protecting Our Drinking Water: Federal Legislation
US EPA (Environmental Protection Agency) atau Badan Perlindungan Lingkungan
Amerika Serikat adalah sebuah lembaga pemerintah federal Amerika Serikat yang bertugas
melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dengan merumuskan dan menerapkan
peraturan berdasarkan undang-undang yang disahkan oleh Kongres. EPA telah memiliki
peraturan untuk air minum lebih dari 90 kontaminan. SDWA (Safe Drinking Water Act)
mencakup proses yang harus EPA ikuti untuk mengidentifikasi daftar-daftar kontaminan
yang mungkin diperlukan untuk pengaturan air minum nasional di masa depan.
MCL (Maximum Contaminant Level) atau Tingkat Pencemaran Maksimum adalah
standar yang ditetapkan oleh US EPA untuk kualitas air minum. MCL adalah konsentrasi
maksimum zat kimia yang diperbolehkan dalam sistem air minum publik. Selain zat kimia,
MCL juga meliputi kekeruhan dan bakteri koliform. Bakteri koliform ini termasuk grup
bakteri gram negatif yang berasal dari sistem pencernaan manusia maupun hewan, dan
terdapat juga pada tinja. Bakteri ini juga dapat ditularkan melalui air yang tercemar.
Kelompok bakteri ini biasa digunakan sebagai indikator untuk menentukan kualitas/mutu dari
lingkungan air, tanah, atau makanan. Berdasarkan penelitian, bakteri koliform ini
menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker. Contoh bakteri koliform adalah
Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Keberadaan bakteri di dalam air minum itu
menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Jadi semakin sedikit kandungan koliform artinya
kualitas air semakin baik (Pracoyo, 2006).
Untuk menetapkan MCL, hal pertama yang dilakukan EPA adalah menentukan
berapa banyak dari kontaminan yang masuk tanpa adanya efek yang merugikan kesehatan,
sehingga EPA menetapkan MCLG (Maximum Contaminant Level Goal), yaitu tingkat
maksimum kontaminan dalam air minum dimana tidak ada efek buruk yang terjadi pada
kesehatan orang. MCLG hanya mempertimbangkan kesehatan masyarakat bukan batas
deteksi, kadang-kadang ditetapkan pada tingkat dimana sistem air tidak dapat memenuhi
tingkatan tersebut.
Kontaminan mikroba : untuk kontaminan mikroba yang dapat menimbulkan resiko
kesehatan masyarakat, MCLG ditetapkan pada nol karena menelan satu protozoa, virus,
atau bakteri dapat menyebabkan efek kesehatan yang merugikan.
Kontaminan zat kimia (karsinogen) : Jika ada bukti bahwa bahan kimia tertentu yang
dapat menyebabkan kanker dan tidak ada dosis yang dianggap aman, MCLG ditetapkan
pada nol. Jika suatu bahan kimia karsinogenik dan dosis yang aman dapat ditentukan,
MCLG diatur pada tingkat di atas nol yang aman.
1
Non-Karsinogen (tidak termasuk kontaminan mikroba) : Untuk bahan kimia yang dapat
menimbulkan efek kesehatan non-kanker yang merugikan, MCLG didasarkan pada dosis
referensi. Dosis referensi (RFD) adalah perkiraan jumlah bahan kimia yang seseorang
dapat terkena setiap hari yang tidak diantisipasi untuk menimbulkan efek kesehatan yang
merugikan selama seumur hidup seseorang.
Setelah MCLG ditetapkan, EPA menetapkan standar yang berlaku yaitu MCL
(Maximum Contaminant Level) yang merupakan tingkat maksimum yang diizinkan
kontaminan dalam air yang dikirim ke setiap pengguna dari sistem air publik. MCLG dan
MCL biasanya dinyatakan dalam konsentrasi ppm (milligram per liter air) atau ppb
(mikrogram per liter air). MCLG dan MCL dalam air minum yang ditetapkan oleh EPA dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.10 MCLGs and MCLs (in ppm) for Drinking Water
Pollutant MCLG MCLCadmium (Cd2+)Chromium (Cr3+ , CrO4
2-)Lead (Pb2+) Mercury (Hg2+)Nitrate (NO3
-)Benzene (C6H6)Trihalomethanes (CHCl3 , etc)
0.0050.100.002
1000
0.0050.10.0150.002
100.0050.080
CWA (Clean Water Act) juga mengontrol polusi terhadap air di permukaan seperti
danau, sungai dan area pesisir pantai. Perbaikan kualitas air di permukaan memiliki dua efek
yang menguntungkan yaitu mengurangi tindakan pembersihan yang diperlukan oleh pasokan
air minum masyarakat dan menghasilkan lingkungan alam yang lebih sehat bagi organisme
akuatik. Selain itu ekosistem perairan yang lebih sehat memiliki banyak manfaat bagi
manusia secara tidak langsung untuk menuju program “Green Chemistry”. Industri juga
berusaha menemukan cara untuk mengkonversi bahan limbahnya menjadi produk yang
bermanfaat, serta merancang proses sehingga tidak menggunakan atau menghasilkan zat yang
menurunkan kualitas air.
5.12 Treatment of Municipal Drinking Water
2
Pengolahan air minum terdiri dari 3 unit yaitu unit penampungan awal (intake), unit
pengolahan (water treatment), dan unit penampungan akhir (reservoir). Unit penampungan
awal berfungsi sebagai tempat penampungan air dari sumber airnya. Selanjutnya air melewati
screens yang berfungsi sebagai penyaring awal dari benda-benda besar yang ikut tergenang
dalam air seperti sampah daun, kayu, dan lainnya.
Unit pengolahan terdiri dari 4 tahap yaitu tahap koagulasi, flokulasi, pengendapan,
dan penyaringan. Pada tahap koagulasi (coagulation) air yang berasal dari penampungan
awal diproses dengan menambahkan zat kimia tawas (Al2(SO4)3) dan Ca(OH)2 dengan
menggunakan sistem pengadukan cepat. Air yang kotor atau keruh umumnya karena
mengandung berbagai partikel koloid yang tidak terpengaruh gaya gravitasi sehingga tidak
bisa mengendap dengan sendirinya. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghancurkan
partikel koloid yang menyebabkan air keruh sehingga terbentuk partikel-partikel kecil namun
masih sulit untuk mengendap dengan sendirinya. Tahap flokulasi (flocculation) adalah proses
penyisihan kekeruhan air dengan cara penggumpalan partikel-partikel kecil untuk dijadikan
partikel yang lebih besar (partikel flok) sehingga dapat mengendap dengan sendirinya karena
gravitasi. Di proses flokulasi ini dilakukan dengan cara pengadukan lambat. Selanjutnya pada
tahap pengendapan (sedimentation) partikel-patikel flok tersebut mengendap secara alami di
dasar penampungan karena massa jenisnya lebih besar dari air. Kemudian air dialirkan masuk
ke tahap penyaringan.
Tahap terakhir yaitu penyaringan (filtration). Pada tahap ini air disaring melewati
media penyaring yang disusun dari bahan-bahan biasanya berupa pasir dan kerikil silika.
Proses ini ditujukan untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut dan tak terlarut.
Namun untuk meningkatkan kualitas air diperlukan proses tambahan, seperti:
a. Proses Pertukaran Ion (Ion Exchange)
Proses pertukaran ion bertujuan untuk menghilangkan zat pencemar anorganik yang tidak
dapat dihilangkan oleh proses filtrasi atau sedimentasi. Proses pertukaran ion juga
digunakan untuk menghilangkan arsenik, kromium, fluorida, nitrat, radium, dan uranium.
b. Proses Penyerapan (Absorption)
Proses ini bertujuan untuk menyerap/menghilangkan zar pencemar organik, senyawa
penyebab rasa, bau dan warna. Biasanya dengan membubuhkan bubuk karbon aktif.
c. Proses Disinfeksi (Disinfection)
Proses ini menambahkan bahan kimia klorin yang bertujuan untuk membunuh bakteri
atau mikroorganisme berbahaya yang terkandung di dalam air tersebut.
3
Setelah melalui semua proses pengolahan, air langsung masuk ke unit penampungan
akhir dan sudah siap untuk didistribusikan ke masyarakat. Skema secara keseluruhan proses
pengolahan air minum kota sebagai berikut:
5.15 International Needs for Safe Drinking Water
Kebutuhan internasional akan air minum bersih sangatlah penting, namun untuk
daerah kering seperti Timur Tengah, air tawar sangat langka. Walaupun air laut sudah
tersedia disana, namun tingginya konsentrasi garam membuatnya tidak layak untuk
dikonsumsi, sehingga diperlukan suatu proses penyisihan kandungan garam dan pengotor
lainnya yang secara alami terdapat pada air laut. Proses tersebut dinamakan desalinasi. Proses
produksi air bersih dengan metode desalinasi dilakukan melalui beberapa tahapan, meliputi:
pengambilan air laut, pengolahan awal air laut, proses pemisahan garam, dan pengolahan
akhir.
Pengambilan Air Laut
Tahapan paling awal dalam proses desalinasi adalah pengambilan air laut sebagai
bahan baku proses. Metode yang umum dilakukan adalah dengan pemasangan pipa ke arah
laut hingga jarak beberapa kilometer dari pantai. Hal ini dilakukan untuk memperoleh air laut
dengan kualitas baik yang terhindar dari pergerakan sedimen permukaan yang umumnya
terjadi pada laut kedalaman dangkal. Laju alir pengambilan air laut dilakukan secara lambat
untuk mencegah masuknya biota laut ke dalam pipa.
4
Intake pipe Screens Coagulation Flocculation
SedimentationFiltrationIon ExchangeAbsorption
Disinfection Storage
Gambar 1. Metode Pengambilan Air Laut Dengan Pipa
Metode diatas menjadi pilihan utama karena kemudahan pemasangan sistem. Namun,
dalam hal kinerja, teknik tersebut sangat sensitif dengan perubahan kondisi air laut yang
terjadi seiring dengan perubahan musim dan iklim. Pencegahan biota laut untuk masuk ke
dalam sistem juga tidak seefektif yang diharapkan.
Metode alternatif selain dengan pipa adalah dengan memanfaatkan kondisi geologi
lokal pantai untuk menyaring air laut dengan sistem sumur (beach wells). Dengan metode ini,
air laut diekstraksi dari lapisan bawah permukaan (subsurface) pantai. Selain itu, teknologi
yang sedang dikembangkan adalah tipe gallery dengan struktur menyerupai penyaringan
pasir yang dipasang di permukaan bawah laut (seabed) untuk mendapatkan bahan baku
dengan kualitas tinggi.
Gambar 2. Pengambilan Air Laut Dengan Beach Well
5
Gambar 3. Pengambilan Air Laut Dengan Gallery
Pengolahan Awal
Pengolahan awal bertujuan untuk mengkondisikan bahan baku, dalam hal kandungan
pengotor, agar ramah bagi proses utama desalinasi. Pengotor yang biasa terkandung dalam air
laut mencakup makromolekul (pasir dan biota laut termasuk ikan, alga dll.) dan
mikromolekul (unsur penyebab sedimentasi, kristalisasi dan fouling). Teknik yang dilakukan
pada umumnya mencakup koagulasi-flokulasi-sedimentasi (coagulation-flocculation-
sedimentation), membrane tekanan rendah (low pressure membrane), penyaringan dengan
media (media filter) dan catridge filter.
Gambar 4. Rangkaian Proses Pengolahan Awal
Proses pengolahan awal menjadi kunci penting lancarnya proses desalinasi karena
menentukan stabilitas dan kinerja proses dengan semakin tingginya kualitas air umpan. Dari
segi ekonomi, proses pengolahan awal terhitung hampir mencapai 30% dari keseluruhan
biaya proses. Penghematan biaya dalam proses pengolahan awal sangat mungkin dilakukan
dengan aplikasi alternatif pengambilan air laut seperti yang dijelaskan sebelumnya. Dengan
bahan baku yang kualitasnya lebih baik, saat proses pengolahan awal akan lebih ringan
sehingga mengurangi konsumsi bahan kimia, proses serta mengurangi jumlah peralatan
6
proses dan pada akhirnya menurunan biaya operasional serta meningkatkan performa dan
stabilitas proses.
Proses Inti
Pada tahapan ini, bahan baku yang telah mengalami pengolahan awal akan mengalami
proses penyisihan garam sehingga menghasilkan air bersih. Berdasarkan teknik pemisahan
garamnya, proses desalinasi dikategorikan menjadi dua: berbasis panas dan berbasis
membran.
a. Destilasi (Proses berbasis panas)
Pada proses berbasis panas, bahan baku dikondisikan mendidih pada tekanan rendah
sehingga menghasilkan uap air pada temperatur rendah. Pada proses ini, hanya air saja yang
mengalami penguapan, sehingga setelah pengumpulan dan pengkondensasian uap, akan
dihasilkan air bersih tanpa garam dan pengotor. Multistage flash distillation dan multi effect
distillation adalah contoh teknologi desalinasi dengan berbasis panas.
Gambar 5. Skema Pemisahan Air Laut Berbasis Panas
b. Osmosis Balik (Proses berbasis membran)
Berbeda halnya pada proses diatas yang menggunakan energi panas untuk pemisahan
garam dari air laut, teknologi membran menggunakan energi tekanan. Membran adalah istilah
umum untuk saringan tipis yang memfasilitasi pemisahan secara selektif – hanya bahan-
bahan tertentu yang dapat dilewatkan dan ditahan oleh membran ini. Tipe membran yang
digunakan sangat bergantung pada aplikasi. Khusus untuk desalinasi, digunakan reverse
osmosis (RO) membran dengan karakter tak berpori yang mampu melakukan pemisahaan
pada level ion, termasuk garam dengan komposisi utama ion natrium dan klorida.
7
Gambar 6. proses pemisahan dengan berbagai tipe membran
Penyaringan dengan membran RO dilakukan dengan cara menekan bahan baku air
laut pada permukaan membran sehingga melewatkan air murni pada sisi produk, sementara
menahan kandungan garam dan pengotor lainnya ke aliran buangan. Produk air yang
dihasilkan sangat murni dengan konsentrasi ion yang sangat rendah.
Pengolahan Akhir
Kondisi air murni dengan konsentrasi ion rendah dalam produk desalinasi perlu
disesuaikan agar nyaman saat dikonsumsi dan tidak merusak pipa distribusi. Untuk konsumsi,
air murni tidak berasa, perlu adanya penambahan mineral supaya rasanya sesuai dengan
kualitas air minum. Kandungan ion yang minimal dapat memicu proses korosi pada pipa
distribusi karena kecenderungan pengikatan ion-ion metal pipa agar keseimbangan kimia air
tercapai. Pada tahapan akhir penambahan mineral dilakukan pada aliran produk sehingga
dihasilkan produk air bersih dengan kualitas air minum.
Proses desalinasi air laut hingga saat ini terus berkembang di seluruh dunia untuk
memenuhi kebutuhan air bersih dan mengentaskan permasalahan krisis air. Kegiatan
penelitian sangat intensif dilakukan dan menyeluruh pada setiap tahapan proses untuk
menjadikan proses ini lebih ramah lingkungan, hemat energi dan murah. Proses ini juga
cocok untuk diimplementasikan di Indonesia yang merupakan negara maritim dengan garis
pantai yang panjang. Studi mengenai energi yang berujung pada kelayakan ekonomi perlu di
lakukan lebih lanjut pada implementasi proses ini.
8
DAFTAR PUSTAKA
http://www.intechopen.com/books/water-treatment
http://www.roplant.org/contents.asp?Depth1=5&Depth2=2
http://www.scwd2desal.org/Page-EIR_Docs.php
Pracoyo, NE. 2006. Penelitian Bakteriologi Air Minum Isi Ulang di Daerah Jabotabek 2003-
Maret 2004. Cermin Kedokteran. http://www.kalbefarma.com/cdk. Diakses pada
tanggal 30 Oktober 2015
Rachman, Rinaldi Medali. 2013. DESALINASI AIR LAUT: dari air garam menjadi air bersih
layak minum. http://ppmijeddah.wordpress.com/2013/02/24/desalinasi-air-laut-dari-
air-garam-menjadi-air-bersih-layak-minum/. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2015.
9