Ketuban Pecah Dini
-
Upload
oppiiee-wilbione -
Category
Documents
-
view
101 -
download
3
Transcript of Ketuban Pecah Dini
Ketuban Pecah Dini (KPD)
BAB I
PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi pada umur kehamilan diatas 37
minggu, sedangkan pada umur kehamilan kurang 36 minggu tidak terlalu banyak.
Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversial obstetric dalam kaitannya
dengan penyebabnya. Pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya menyebabkan
kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas yang akan meningkatkan
kesakitan dan kematian ibu maupun janinnya (Manuaba, 2008).
Penelitian mengenai kematian ibu dan kematian bayi cukup tinggi terutama
kematian perinatal, yang disebabkan karena kematian akibat kurang bulan
(prematur), dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus
lama, dan partus buatan pada kasus Ketuban Pecah Dini terutama pada
penanganan konservatif.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2008, memperkirakan
angka kematian Ibu lebih dari 300-400/100.000 kelahiran hidup, yang disebabkan
oleh perdarahan 28%, eklampsia 12%, abortus 13%, sepsis 15%, partus lama 18%,
dan penyebab lainnya 2%
Angka kematian Ibu di Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN, yaitu
230/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Negara-negara lain seperti Vietnam
130/100.000 kelahiran hidup, Filipina 200/100.000 kelahiran hidup, Malaysia
41/100.000 kelahiran hidup, Singapura 15/100.000 kelahiran hidup
(http://www.kabarindonesiaonlineupdate, 4 Juni 2011).
Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasa dijumpai pada kehamilan
multipel, trauma, hidroamnion, dan gemelli. Oleh sebab itu persalinan dengan
ketuban pecah dini memerlukan pengawasan dan perhatian serta secara teratur dan
diharapkan kerjasama antara keluarga ibu dan penolong persalinan (bidan atau
dokter). Dengan demikian akan menurunkan atau memperkecil resiko kematian ibu
dan bayinya.
Berdasarkan besarnya angka kejadian Ketuban Pecah Dini maka penulis tertarik
untuk mengkaji permasalahan dengan memaparkan lewat presentasi kasus dengan
judul ” Asuhan Keperawatan Pada Ny. “H” Dengan Ketuban Pecah Dini Gestasi 36-
37 Minggu di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak kota Bandung tanggal 26 s/d 28
September 2012”, Sebagai wujud perhatian dan tanggung jawab penulis dalam
memberikan kontribusi pemikiran yang berkompoten dengan masalah tersebut guna
mencari solusi terbaik atas permasalahan diatas.
1.1 Definisi
KPD ( Ketuban Pecah Dini ) adalah pecah nya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan mulai dan di tunggu satu jam belum terjadi inpartu sebagian besar KPD
adalah hamil aterm di atas 27 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu
banyak ( Ida Bagus, 2001 ).
KPD ( Ketuban Pecah Dini ) adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi
pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai ( Mansjoer Arif, 2000 :
310 ).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan satu jam
atau lebih sebelum terjadi tanda-tanda persalinan. Jumlah normal air ketuban sekitar
500cc (Arief Mansjoer, 1999 : 310).
Fungsi Air Ketuban
1. Untuk proteksi janin.
2. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
3. Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
4. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
5. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin
6. Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban
pecah.
7. Peredaran air ketuban dengan darah cukup lancar dan perputarannya cepat,
kira-kira 350-500 cc.
1.2 Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui dan tidak dapat
ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebabkan faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor-faktor mana yang lebih
berperan sulit diketahui. Adapun yang menjadi faktor resiko adalah :
a. Infeksi : Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini.
b. Serviks yang inkopeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan
pada serviks uteri (akibat persalinan, curettage).
c. Ketegangan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramion, gameli.
d. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amniosintesis menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini karena biasanya disertai
infeksi.
e. Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul serta dapat menghalangi tekanan terhadap membran
bagian bawah.
f. Keadaan sosial ekonomi.
1.3 Tanda & Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di
bawah biasanya "mengganjal" atau "menyumbat" kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
a. keluar ketuban warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak.
b. Dapat di sertai demam bila sudah ada infeksi.
c. janin mudah teraba.
d. pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada , air ketuban sudah kering.
e. inspeksikula, tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban ketuban sudah kering ( Arief Mansjoer, dkk,2001 : 310 ).
1.4 Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu
adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.
Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD
prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis
(radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali
pusar dapat terjadi pada KPD. Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada
KPD preterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD
preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
Komplikasi yang biasa terjadi pada Ketuban Pecah Dini, antara lain:
a. Infeksi intrauterin
b. Partus premature
c. Tali pusat menumbung
d. Distosia (Partus kering)
1.5 Patofisiologi
Banyak teori, mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi.Pada
sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%).High
virulence : bacteroides. Low virulence : lactobacillus.Kolagen terdapat pada lapisan
kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas.Sintesis maupun
degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1
(IL-1) dan prostaglandin.Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas
IL-1 dan prostaglandin,menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi
depolimerisasi kolagen padaselaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban
tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
Patofisiology Terjadinya Ketuban Pecah Dini
Kurangnya personal hygine
Kadar kelembaban pada area perineum meningkat
Penumpukan bakteri dan jamur pada daerah perineum
Keseringan melakukan perikasa dala dapda kehamilan dengan tanpa menggunakan teknik steril
Invasi bakteri atau jamur de bagian dalam organ reproduksi
Menginfeksi bagian dalam organ reproduksi
Infeksi metastase ke selaput yang melindungi cairan ketuban
Penipisan selaput ketuban
Ketuban pecah
1.6 Tes Diagnostic
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat dilakukan
dengan kertas nitrazine, kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH normal dari vagina
adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat
memiliki hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan rikomonas, darah,
semen, lendir leher rahim, dan air seni. Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG)
dapat digunakan untuk mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam
rahim.
1.7 Penatalaksanaan Medis
Penanganan Ketuban Pecah di Rumah
1. Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina, segera hubungi dokter
atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah Sakit
2. Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air yang keluar
3. Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah infeksi, jangan
berhubungan seksual atau mandi berendam
4. Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk menghindari infeksi dari
dubur
5. Jangan coba melakukan pemeriksaan dalam sendiri
Terapi
Apabila terjadi pecah ketuban, maka segeralah pergi ke rumah sakit. Dokter
kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan dilakukan, dan hal
tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
Risiko kelahiran bayi prematur adalah risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat
ketuban pecah dini. Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya
dilakukan terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu. Hasil akhir dari kemampuan
janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil. Kontraksi akan
terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah apabila kehamilan sudah
memasuki fase akhir. Semakin dini ketuban pecah terjadi maka semakin lama jarak
antara ketuban pecah dengan kontraksi. Jika tanggal persalinan sebenarnya belum
tiba, dokter biasanya akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin
(perangsang kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban.Tetapi jika
memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu selama itu
untuk memberi induksi pada ibu, karena menunda induksi bisa meningkatkan resiko
infeksi. Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah kejadian
KPD, maka istirahat danpenundaan kelahiran (bila belum waktunya melahirkan)
menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik. Apabila paru janin sudah matang
atau terdapat infeksi setelah kejadian KPD, maka induksi untuk melahirkan mungkin
diperlukan. Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan
kontroversi dalam KPD. Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta tidak
adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan janin. Steroid berguna
untuk mematangkan paru janin, mengurangi risiko sindrom distress pernapasan
pada janin, serta perdarahan pada otak. Penggunaan antibiotik pada kasus KPD
memiliki 2 alasan. Yang pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah
infeksi setelah kejadian KPD preterm. Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis
bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm dapat
menyebabkan infeksi.Keuntungan didapatkan pada wanita hamil dengan KPD yang
mendapatkan antibiotik yaitu, proses kelahiran diperlambat hingga 7 hari,
berkurangnya kejadian korioamnionitis serta sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru
lahir).
1.8 Fokus Pengkajian (Riwayat & Pemeriksaan Fisik)
1. Biodata pasien
Biodata pasien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku,
Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2. Keluhan utama
keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak,
pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering,
inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudahkering
3. Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus
4. Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan sah atau
tidak, atau tidak direstui dengan orang tua ?
5. Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah, urine,
keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya
mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh
6. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang
dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita
sampai saat ini atau kambuh berulang – ulang
7. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic
seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit menular,
kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga
8. Kebiasaan sehari –hari
1. Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan nafsu
makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan
2. Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah pinggang
sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah terganggu dengan
suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum)
3. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia
(hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi
blass atau tidak atau retensi urine karena rasa takut luka episiotomi, apakah perlu
bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka
perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
4. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut
dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah.
5. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan KPD di
anjurkan untuk bedresh total.
6. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang
membuat fresh dan relaks.
9. pemeriksaan fisik
kesadaran klie, BB / TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu
10. Head To Toe
1. Rambut : warna rambut, jenis rambut, bau nya, apakah ada luka lesi / lecet
2. Mata : sklera nya apakah ihterik / tdk, konjungtiva anemis / tidak, apakah
palpebra oedema / tidak,bagaimana fungsi penglihatan nya baik / tidak, apakah klien
menggunakan alat bantu penglihatan / tidak. Pada umu nya ibu hamil konjungtiva
anemis
3. Telinga : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat serumen / tidak,
apakah klien menggunakan alt bantu pendengaran / tidak, bagaimana fungsi
pendengaran klien baik / tidak
4. Hidung : apakah klien bernafas dengan cuping hidung / tidak, apakah terdapat
serumen / tidak, apakah fungsi penciuman klien baik / tidak
5. Mulut dan gigi : bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab atau
kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan pendarahan, apakah ada
karies gigi / tidak, keadaan lidah klien bersih / tidak, apakah keadaan mulut klien
berbau / tidak. Pada ibu hamil pada umum nya berkaries gigi, hal itu disebabkan
karena ibu hamil mengalami penurunan kalsium
6. Leher : apakah klien mengalami pembengkakan tyroid
7. Paru – paru
warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan kanan, apakah
ada terdapat luka memar / lecet, frekuensi pernafasan nya apakah ada teraba
massa / tidak , apakah ada teraba pembengkakan / tidak, getaran dinding dada
apakah simetris / tidak antara kiri dan kanan
bunyi Paru: suara nafas
8. Jantung
warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus cordis apakah terlihat / tidak
frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada ICS% Midclavikula bunyi
jantung apakah ada suara tambahan / tidak pada jantung klien
9. Abdomen
keadaan perut, warna nya, apakah ada / tidak luka lesi dan lecet tinggi fundus
klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah masuk PAP / belum
bunyi abdomen
bising usu klien, DJJ janin apakah masih terdengar / tidak
10. Payudara
Puting susu klien apakah menonjol / tidak,warna aerola, kondisi mamae, kondisi
ASI klien, apakah sudah mengeluarkan ASI /belum
11. Ekstremitas
warna kulit, apakah ada luka lesi / memar, apakah ada oedema / tidak , apakah
ada luka memar / tidak , apakah oedema / tidak
12. Genitalia
Apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema / tidak pada daerah
genitalia klien
Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik / tidak.
BAB II
LAPORAN KASUS
Pada bab ini akan dibahas tentang pengkajian, tes diagnostic, dan diagnose
keperawatan.
2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas Istri/ Suami
Nama : Ny. “H”/ Tn. “A”
Umur : 38 thn/40 thn
Nikah/lamanya : 1 kali / ± 17 thn
Suku : Makassar / Bugis
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : Sma / Sma
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat : Jl. Padjajaran
HPHT : tanggal 01 – 01 – 2012
Tafsiran partus : tanggal 08 – 10 – 2012
Diagnosa Medis : G5P3A1 dengan Ketuban Pecah Dini, Gestasi 36-37 minggu
2.1.2 Riwayat Keperawatan
1. Riwayat kesehatan yang sekarang dan lalu
2. Tidak ada riwayat penyakit jantung, asma, hipertensi, dan DM.
3. Tidak ada riwayat sakit kepala, kejang
4. Tidak ada riwayat penyakit keturunan baik suami maupun istri.
2. Riwayat sosial ekonomi
1. Riwayat KB ada. Menggunakan pil andalan
2. Menikah 1 kali dengan suami sekarang dan sudah ± 17 tahun lamanya.
3. Ibu dan keluarga merencanakan kehamilannya.
4. Pengambil keputusan dalam keluarga adalah ayah atau suami.
3. Riwayat spiritual
1. Ibu menganggap kehamilannya ini merupakan anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa.
2. Dalam kehidupan sehari-hari, ibu rajin melakukan sholat 5 waktu.
4. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar
1. Kebutuhan Nutrisi
Selama inpartu :
Makanan cukup mengandung protein dan vitamin (Nasi,Ikan,tahu,tempe,
Sayuran,buah pisang, mangga) nafsu makan pasien agak menurun, hidrasi ± 500 cc
(air putih dan susu).
2. Kebutuhan Eliminasi
Kebiasaan BAK :
Frekuensi 4 - 5 kali sehari, warna kuning, bau amoniak. Perubahan selama inpartu
BAK 5-7kali, warna kuning, bau amoniak.
5. Kebutuhan kebersihan diri
1. Klien mandi 2 kali sehari yakni pagi dan sore
2. Mencuci rambut 2 kali seminggu menggunakan samphoo.
3. Gosok gigi 2 kali sehari menggunakan pasta gigi
4. Ganti baju dan pakaian dalam setiap selesai mandi
6. Kebutuhan istirahat dan tidur
Kebiasaan : Tidur siang tidak teratur, tidur malam ± 6-8 jam, pekerjaan rumah
tangga dilakukan sendiri.
Selama inpartu : Ibu kadang terbangun tengah malam
2.1.3 Pemeriksaan Fisik (26/9-2012)
Tinggi Badan : 165 cm
Berat Badan : sebelum hamil 55kg, setelah hamil 65kg
Tanda Vital : Temperatur : 36,6°C
Nadi 82X/menit
Pernapasan 20X/menit
Tekanan Darah 120/80 mmHg
Kepala : Rambut tampak rontok, warna hitam, tidak ada benjolan,kulit Kepala bersih, tidak
ada memar,tidak ada nyeri tekan, kepala tampak simetris.
Mata : Bentuk kedua mata simetris, lapang pandang
normal, fungsi penglihatan normal, warna konjungtiva merah muda, sklera
berwarna putih.
Wajah : tampak ada chloasma gravidarum, tidak ada odem.
Telinga : Kedua telinga tampak simetris,tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembengkakan,fungsi pendengaran baik.
Hidung :Bentuk simetris, tidak ada mucus,tidak ada sinusitis,tidak ada kemerahan.
Mulut dan gigi : Bibir tampak lembab, 2 gigi karies
Leher :Tidak ada pembengkakan pada kelenjar thyroid dan
kelenjar getah bening, tidak ada peningkatan tekanan
vena jugularis.
Payudara :Bentuk payudara simetris, tidak ada pembengkakan,
puting susu menonjol,tidak teraba massa, hiperpigmentasi pada areola mammae,
kolostrum ada bila dipencet.
Paru-paru : Bunyi pernafasan vesikuler, taktil fremitus (+), Ronchi (-),
wheezing (-).
Jantung :Frekwensi denyut jantung 112x/menit dan irama
regular,bunyi jantung murni, tidak ada suara tambahan.
Abdomen :Tampak striae gravidarum, linea alba (+), tonus otot kendor.
Leopold 1 :Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah proc. Xyphoideus dan bagian yang ada pada
fundus adalah kepala.
Leopold 2 :Letak punggung bayi disebelah kiri sedangkan bagian kecil terdapat disebelah
kanan.
Leopold 3 : Dibawah panggul terdapat kepala dan dan bagian terbawah janin belum masuk
pintu atas panggul.
Lingkar Perut : 97 cm
Ukuran tinggi9 fundus : 32 cm
DJJ : 132 X/menit
Genitalia` : Pada vulva tidak ada tanda chadwick (warna selaput lendir vulva dan vagina ungu),
tidak ada pembengkakan pada vulva, tampak pengeluaran lendir dan darah.
Ekstremitas : Simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema pada tungkai, tidak ada varices, adanya
refleks pattella kiri dan kanan
2.1.4 Tes Diagnostic
Tanggal 26/09-2012
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 13 g/dl P:12-14 L: 14-15
Leukosit 14.000 mm³ 4.000-10.000
Trombosit 215.000 mm³ 150.000-450.000
Hematokrit 46 % L: 40-50 P: 35-47
2.2 Diagnosis Keperawatan
No
.
Data Etiologi Problem
1. DS : “Nyeri perut
tembus ke
belakang disertai
pengeluaran
cairan”
DO: Ku pasien
lemah, kontraksi
3 x 10 menit
durasi 35-40
detik,
pembukaan 3-
4cm, skala nyeri
8 (0-10), ada
pelepasan lendir
dan cairan
Leopold IV
Kepala bayi memasuki
PAP
Produksi Hormon
oxyticin meningkat
Terjadi kontraksi
uterus
Rangsangan Nyeri
Nyeri perut
2. DS : “.......“
DO : Ku pasien
lemah,
T=36,6ºC, P=
82x m, R=20 x/m
BP=120/80
mmhg, tampak
Janin Belum cukup
bulan
Kantong
amnion(membantu
mekanisme
pencegahan bakteri)
Infeksi jalan lahir
pengeluaran
lendir dan darah
+/- 200cc,
Leukosit
=14.000mm³
belum utuh
Masuknya bakteri di
selaput ketuban
Infeksi
Kalor, Rubor, tumor,
Dolor, Functiolaesa
3. DS : “Bruder
bagaimana
keadaan bayi
saya? “
DO :- pt tampak
bertanya-tanya
tentang penyakit
nya.
-pt tampak
gelisah.
-pt tampak
mengerutkan
kening.
Kurangnya informasi
terhadap gangguan
kehamilan
Kurangnya
pemahaman
sehubungan penyakit
Ansietas
Ansietas
2.3 Perencanaan
2.3.1 Prioritas Masalah
1. Gangguan rasa nyaman :nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot
rahim
2. Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: pecah ketuban
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau informasi tentang
penyakit
2.4 – 2.5 Terlampir
2.6 Penkes Terlampir
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan
kasus pada pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan pada Ny.”H” dengan
ketuban pecah dini di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak kota Bandung tanggal 26-
28 september 2012. Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis akan
menguraikan sebagai berikut :
A. Pengkajian dan Analisa Data Dasar
Pengumpulan data dasar merupakan proses manajemen asuhan
keperawatan yang ditujukan untuk pengumpulan informasi mengenai kesehatan baik
berupa kesehatan fisik, psikososial maupun spiritual. Pengumpulan data dilakukan
melalui anamnese, pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi serta pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium.
Pada tahap ini penulis tidak menemukan suatu hambatan yang dapat
mengganggu pengumpulan data yang kami lakukan karena respon ibu dalam
memberikan informasi sangat membantu begitu pula dengan keluarganya, bidan dan
dokter yang merawat sehingga penulis dengan mudah memperoleh data yang
diinginkan. Data diperoleh secara terfokus pada masalah klien sehingga
intervensinya juga lebih terfokus sesuai keadaan Pasien.
Menurut teori yang ada, ketuban pecah dini merupakan suatu keadaan
dimana terjadi keluarnya cairan ketuban sebelum memasuki masa persalinan.
Ketuban pecah dini lebih banyak yang ditangani melalui induksi atas pertimbangan
untuk mempercepat persalinan dengan maksud menghindari terjadinya infeksi dan
persalinan prematur.
Berdasarkan studi kasus pada Ny.”H” dengan ketuban pecah dini atas
indikasi pengeluaran cairan dari jalan lahir, maka dilakukan induksi persalinan untuk
mempercepat terjadinya persalinan agar tidak terjadi infeksi,sehingga apa yang
dijelaskan di tinjauan pustaka dengan studi kasus tampaknya tidak ada kesenjangan
antara teori dan studi kasus.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda
persalinan dengan umur kehamilan > 20 minggu.
2. Faktor yang menyebabkan ketuban pecah dini adalah trauma, kehamilan ganda,
hidroamnion, penumbungan, kelainan letak dan presentase janin, serta faktor lain
yang belum di ketahui.
3. Ketuban pecah dini berpotensi untuk menyebabkan infeksi.
4. Dengan terjadinya ketuban pecah dini, berarti selaput ketuban yang melindungi bayi
dari dunia luar menjadi terbuka. Ini berpotensi menimbulkan penularan bakteri dari
vagina dan infeksi rahim. Ini tentu berbahaya terhadap keselamatan bayi.
5. Pada persalinan dengan ketuban pecah dini tidak selamanya di tangani dengan
induksi tetapi dapat dilahirkan secara normal atas pertimbangan dari ibu tidak
ditemukan kelainan sedangkan pada bayi apabila tafsiran janin tidak prematur.
6. Pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.”H” mulai dari pengkajian sampai
tahap akhir tidak ditemukan adanya hambatan oleh adanya kerjasama antara pasien
dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan baik.
7. Pendokumentasian sangat penting dilaksanakan pada setiap tahap dari proses
manajemen keperawatan, karena hal ini merupakan bukti pertanggungjawaban
bidan terhadap asuhan kebidanan yang telah diberikan terhadap pasien.
6.2: Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa saran :
1. Saran Untuk Perawat
a. Diharapkan seorang perawat agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan dan
ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat mendeteksi dini kasus-kasus yang patologi
khususnya dalam kasus ketuban pecah dini agar tidak terjadi komplikasi yang dapat
membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.
b. Diharapkan seorang perawat harus lebih terampil dan selalu siap dalam
memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam mendiagnosis suatu masalah
yang di hadapi pasiennya agar tindakan dan pengobatan cepat dan tepat sesuai
kebutuhan pasien.
c. Diharapkan seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya di perlukan adanya
kerjasama antar tim dan diperlukan ketersediaan dana dan prasarana yang
memadai dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan pada pasien.
d. Penulis mengharapkan agar manajemen asuhan keperawatan dapat diterapkan
pada setiap tempat pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
kota Bandung, Klinik bersalin, Puskesmas rawat inap dan lain sebagainya dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
e. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan tindakan pendokumentasian harus selalu
digunakan mengingat hal tersebut bermanfaat untuk mengantisipasi hal-hal yang
tidak diinginkan di kemudian hari.
2. Saran Untuk Rumah Sakit
Sebaiknya pihak Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak kota Bandung menempatkan
perawat atau bidan tetap yang bertugas di ruang bersalin, nifas / perawatan
ginekologi dan ruang bayi agar setiap pasien mendapatkan kualitas pelayanan yang
profesional sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki petugasnya.
3. Saran Untuk Istitusi
Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, penerapan asuhan kebidanan dalam
pemecahan masalah harus lebih ditingkatkan dan dikembangkan mengingat proses
tersebut sangat bermanfaat dalam membina tenaga bidan dan menciptakan sumber
daya manusia yang berpotensi dan profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011, Ketuban Pecah Dini, (http://www.kabarindonesia), diakses tanggal 4
juni 2011.
Anonim, 2011. Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN,
(http://www.kabarindonesia), diakses tanggal 4 juni 2011.
Depkes R.I.,2008. Profil kesehatan Indonesia, Jakarta.
Manuaba I.B.G. 2008 Gawat Darurat, Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi
Sosial untuk Profesi Bidan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Nugroho, Taufan. 2010, Kasus Emergency Kebidanan, Penerbit Buku K
ompas, Jakarta.
Prawirohardjo E.J. 2005, Ilmu Kebidanan, Penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Prawirohardjo E.J. 2007, Ilmu Kebidanan, Penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Prawirohardjo E.J. 2008, Ilmu Kebidanan, Penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Saifuddin, dkk, 2006 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Simatupang E.J. 2006, Penerapan Unsur-Unsur Manajemen, Penerbit Buku Awan
Indah, Jakarta.
Sudraji, Sumapraja. 2005, Persalinan Normal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka,
Jakarta.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal,
Penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Wiknjosastro, Hanifa. 2008, Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal, Penerbit
Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.