Kepemimpinan Dalam Islam Berdasarkan Alquran Dan Hadist
-
Upload
arifa-nurhudayanti -
Category
Documents
-
view
89 -
download
0
description
Transcript of Kepemimpinan Dalam Islam Berdasarkan Alquran Dan Hadist
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat selalu membutuhkan adanya pemimpin. Di
dalam kehidupan rumah tangga diperlukan adanya pemimpin atau kepala keluarga, begitu
pula halnya di masjid sehingga shalat berjamaah bisa dilaksanakan dengan adanya orang
yang bertindak sebagai imam. Ini semua menunjukkan betapa penting kedudukan
pemimpin dalam suatu masyarakat, baik dalam skala yang kecil apalagi skala yang besar.
Untuk tujuan memperbaiki kehidupan yang lebih baik, seorang muslim tidak boleh
mengelak dari tugas kepemimpinan.
Di dalam Islam, pemimpin kadangkala disebut imam tapi juga khalifah. Dalam shalat
berjamaah, imam berarti orang yang didepan. Secara harfiyah, imam berasal dari kata
amma, ya'ummu yang artinya menuju, menumpu dan meneladani. Ini berarti seorang
imam atau pemimpin harus selalu didepan guna memberi keteladanan atau kepeloporan
dalam segala bentuk kebaikan. Disamping itu, pemimpin disebut juga dengan khalifah
yang berasal dari kata khalafa yang berarti di belakang, karenanya khalifah dinyatakan
sebagai pengganti karena memang pengganti itu dibelakang atau datang sesudah yang
digantikan. Kalau pemimpin itu disebut khalifah, itu artinya ia harus bisa berada di
belakang untuk menjadi pendorong diri dan orang yang dipimpinnya untuk maju dalam
menjalani kehidupan yang baik dan benar sekaligus mengikuti kehendak dan
arah yang dituju oleh orang yang dipimpinnya kearah kebenaran.
Dari pengantar di atas, terasa dan terbayang sekali betapa dalam pandangan Islam,
pemimpin memiliki kedudukan yang sangat penting, karenanya siapa saja yang menjadi
pemimpin tidak boleh dan jangan sampai menyalahgunakan kepemimpinannya untuk hal-
hal yang tidak benar. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil
keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
I.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis
dapatkan. Permasalahan tsb antara lain :
Apa hakikat dari kepemimpinan?
1
Apa tujuan dari kepemimpinan?
Apa saja syarat menjadi pemimpin?
Apa saja tugas dari pemimpin?
Bagaimana pandangan Alquran dan hadist terhadap kepemimpinan?
I.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah agar mahasiswa lebih memahami dan
mendalami pokok bahasan khususnya tentang kepemimpinan berdasarkan Alquran dan
hadist.
2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Hakikat Kepemimpinan
Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan
sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan
lainnya.
Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :
Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari
pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang
formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang
bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan
perusahaan.
Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang
mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas
utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya
menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat
berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang
diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki
sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang
lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan
3
kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa
yang diinginkan pihak lainnya.1
Oleh karenanya, kepemimpinan mestinya tidak dilihat sebagai fasilitas untuk
menguasai, tetapi dimaknai sebagai sebuah pengorbanan dan amanah yang harus diemban
dengan sebaik-baiknya. Kepemimpinan juga bukan kesewenang-wenangan untuk bertindak,
tetapi kewenangan untuk melayani dan mengayomi dan berbuat dengan seadil-adilnya.
kepemimpinan adalah sebuah keteladanan dan kepeloporan dalam bertindak. Kepemimpinan
semacam ini akan muncul jika dilandasi dengan semangat amanah, keikhlasan dan nilai-nilai
keadilan.2
II.2 Tujuan Kepemimpinan
Pemimpin yang ideal merupakan dambaan bagi setiap orang, sebab pemimpin itulah
yang akan membawa maju-mundurnya suatu organisasi, lembaga, Negara dan bangsa. Oleh
karenanya, pemimpin mutlak dibutuhkan demi tercapainya kemaslahatan umat. Tidaklah
mengherankan jika ada seorang pemimpin yang kurang mampu, kurang ideal misalnya cacat
mental dan fisik, maka cenderung akan mengundang kontroversi, apakah tetap akan
dipertahankan atau di non aktifkan.
Imam Al-mawardi dalam Al-ahkam Al sulthoniyah menyinggung mengenai hukum
dan tujuan menegakkan kepemimpinan, beliau mengatakan bahwa menegakkan
kepemimpinan dalam pandangan Islam adalah sebuah keharusan dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa keberadaan
pemimpin (imamah) sangat penting, artinya, antara lain karena imamah mempunyai dua
tujuan: pertama: Likhilafati an-Nubuwwah fi-Harosati ad-Din, yakni sebagai pengganti misi
kenabian untuk menjaga agama. Dan kedua: Wa sissati ad-Dunnya, untuk memimpin atau
mengatur urusan dunia. Dengan kata lain bahwa tujuan suatu kepemimpinan adalah untuk
menciptakan rasa aman, keadilan, kemasylahatan, menegakkan amar ma'ruf nahi munkar,
1 L Black Heart, “Makalah Tentang Kepemimpinan”, diakses dari
http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/, pada tanggal 1
Agustus 2011.
2 Mahmud Sutarwan Waffa, “Konsep Kepemimpinan Islam”, diakses dari
http://www.ppalanwar.com/news/177/13/KONSEP-KEPEMIMPINAN-ISLAM/d,detail_news_mawai
dl.html, pada tanggal 1 Agustus 2011
4
mengayomi rakyat, mengatur dan menyelesaikan problem-problem yang dihadapi
masyarakat.
Dari sinilah para ulama' berpendapat bahwa menegakkan suatu kepemimpinan
(Imamah) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah suatu keniscayaan (kewajiban).
Sebab imamah merupakan syarat bagi terciptanya suatu masyarakat yang adil dalam
kemakmuran dan makmur dalam keadilan serta terhindar dari kehancuran dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu, tampilnya seorang pemimpin yang ideal yang menjadi
harapan komponen masyarakat menjadi sangat urgen.3
II.3 Syarat Menjadi Pemimpin
1. Beriman dan beramal saleh
Ini sudah pasti tentunya. Kita harus memilih pemimpin orang yang beriman,
bertaqwa, selalu menjalankan perintah Allah dan rasulnya. Karena ini merupakan
jalan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang damai, tentram, dan bahagia
dunia maupun akherat. Disamping itu juga harus yang mengamalkan keimanannya itu
yaitu dalam bentuk amal soleh.
2. Berilmu
Para pemimpin harus mempunyai ilmu baik ilmu dunia maupun ilmu akherat. Karena
dengan ilmu ini maka akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik dalam
bentuk pembangunan fisik maupun spiritual, baik pemabanugnan infrastruktur
maupun pembangunan manusianya itu sendiri. Ilmu di dapat tidak harus melalui
sekolah yang formal, tapi bisa di dapat dari mana saja yang penting bisa
mengamalkan ilmunya itu dan nampak hasilnya ditengah-tengah masyarakat.
3. Jujur
Apa yang disampaikan kepada masyarakat tentunya harus dilaksanakan, dan apa yang
dikatakannya harus sesuai dengan perbuatannya.
4. Tegas
Merupakan sikap seorang pemimpin yang selalu di idam-idamkan oleh rakyatnya.
Tegas bukan berarti otoriter, tapi tegas maksudnya adalah yang benar katakan benar
dan yang salah katakan salah serta melaksanakan aturan hukum yang sesuai dengan
Allah, SWT dan rasulnya.
5. Amanah
3 Ibid
5
Maksudnya adalah melaksanakan aturan-turan yang ada dengan sebaik-baiknya dan
bertanggungjawab terhadap peraturan yang telah dibuat. Dan tentunya peraturan yang
dibuat itu yang berpihak kepada rakyat.4
6. Adil
7. Sehat panca indranya seperti pendengaran, penglihatan dan lisannya. Sehingga
seorang pemimpin bisa secara langsung mengetahui persoalan-persoalan secara
langsung bukan dari informasi atau laporan orang lain yang belum tentu dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
8. Sehat anggota badan dari kekurangan. Sehingga memungkinkan seorang
pemimpin untuk bergerak lebih lincah dan cepat dalam menghadapi berbagai
persoalan ditengah-tengah masyarakat.
9. Seorang pemimpin harus mempunyai misi dan visi yang jelas. Bagaimana
memimpin dan memanage suatu negara secara berstruktur, sehingga ada perioritas
tertentu, mana yang perlu ditangani terlebih dahulu dan mana yang dapat ditunda
sementara.5
II.4 Tugas Pemimpin
a. Fungsi path-finding, mencarikan jalan keluar yang benar. Yaitu, menyediakan
berbagai hal yang dibutuhkan rakyat yang dipimpinnya, sehingga rakyatnya
menjadi makmur dan sejahtera.
b. Fungsi directing. Yaitu, mengarahkan rakyat yang dipimpinnya agar berada di jalan
yang lurus.
c. Fungsi controlling. Yaitu, mengawasi rakyat yang dipimpinnya agar tidak
terjerumus ke dalam kehidupan yang membahayakan.
d. Fungsi protecting atau melindungi.
e. Melakukan refleksi, perenungan, dan berpikir secara jernih dan jujur untuk
menemukan cara-cara yang efektif dan efisien dalam melaksanakan fungsi-
4 NN, “Syarat-Syarat Pemimpin Menurut Islam”, diakses dari
http://masprim.wordpress.com/2009/02/28/syarat-syarat-pemimpin-menurut-islam.html,
pada tanggal 1 Agustus 2011)
5 Mahmud Sutarwan Waffa, op. cit.
6
fungsinya sebagaimana tersebut di atasInilah tugas-tugas pemimpin yang
seharusnya dipahami, dihayati, dan diamalkan.6
II.5 Pandangan Alquran dan Hadist Terhadap Kepemimpinan
1. Menggunakan Hukum Allah
Dalam berbagai aspek dan lingkup kepemimpinan, ia senantiasa menggunakan
hukum yang telah di tetapkan oleh Allah, hal ini sebagaimana ayat :
واطيعواالرسول هللايآيهاالذينامنوآاطيعوا
االمرمنك م�واو ىل
والرسول ءفردوها ىلهللافانتنازعتمفي يش
واليوم االخ انكنتمتومنونب هللا
۞ذلكخيرواحسنتأويال"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya". (Qs : An-Nisa: 59)
Melalui ayat di atas ta'at kepada pemimpin adalah satu hal yang wajib dipenuhi,
tetapi dengan catatan, para pemimpin yang di ta'ati, harus menggunakan hukum
Allah, hal ini sebagaimana di nyatakan dalam ayat-Nya yang lain :
اتبعوامآ انزل
ء�اليكممنربكموالتتبعوامندونهاوليآ
۞قليالماتذكرون
6 NN, diakses dari http://mimbarjumat.com/archives/1032.html, pada tanggal 1 Agustus 2011
7
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil
pelajaran (daripadanya)". (Qs: Al-A’raf: 3)
فاولىكهمالكفرون هللاومنلميحكمبمآانزل ۞"..Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang yang kafir". (Qs: Al-Ma’idah: 44)
فاولىكهمالظلمون هللاومنلميحكمبمآانزل ۞"..Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang yang zalim". (Qs: Al-Ma’idah: 45)
فاولىكهمالفسقون هللاومنلميحكمبمآانزل ۞"..Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang yang fasik”. (Qs: Al-Ma’idah: 47)
ن�افحكمالجاهليةيبغو
حكمالقوميوقنون هللاومناحسنمن ۞" Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih
baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?". (Qs: Al-Ma’idah: 50)
Dan bagi kaum muslimin Allah telah dengan jelas melarang untuk mengambil
pemimpin sebagaimana ayat:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi
sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". (Qs: Al-Ma’idah: 51)
2. Tidak meminta jabatan atau menginginkan jabatan tertentu.
"Sesungguhnya kami tidak akan memberikan jabatan ini kepada seseorang yang
memintanya, tidak pula kepada orang yang sangat berambisi untuk mendapatkannya"
(HR.Muslim).
"Sesungguhnya engkau ini lemah (ketika abu dzar meminta jabatan dijawab demikian
oleh Rasulullah), sementara jabatan adalah amanah, di hari kiamat dia akan
8
mendatangkan penyesalan dan kerugian, kecuali bagi mereka yang menunaikannya
dengan baik dan melaksanakan apa yang menjadi kewajiban atas dirinya".
(HR.Muslim).
3. Kuat dan amanah
ايابت استأجر ه�قالتاحد مه
۞انخيرمناستأجرت القوياالمينSalah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang
yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu
ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." (Qs: Al-
Qasas: 26)
4. Profesional
“Sesungguhnya Allah sangat senang pada pekerjaan salah seorang di antara kalian
jika dilakukan dengan profesional" (HR : Baihaqi)
5. Tidak aji mumpung karena KKN
Rasulullah SAW, "Barang siapa yang menempatkan seseorang karena hubungan
kerabat, sedangkan masih ada orang yang lebih Allah ridhoi, maka sesungguhnya dia
telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya dan orang mukmin". (HR Al Hakim).
Umar bin Khatab; "Siapa yang menempatkan seseorang pada jabatan tertentu, karena
rasa cinta atau karena hubungan kekerabatan, dia melakukannya hanya atas
pertimbangan itu, maka seseungguhnya dia telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya dan
kaum mukminin".
6. Menempatkan orang yang paling cocok
Rasulullah menjawab: “jika sebuah perkara telah diberikan kepada orang yang tidak
semestinya (bukan ahlinya), maka tunggulah kiamat (kehancurannya)". (HR Bukhari)7
7 NN, “Pemimpin dalam Islam”, diakses dari http://new.drisalah.com/index.php/inspirasi/25-
pemimpin-dalam-islam.html, pada tanggal 1 Agustus 2011
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang
lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari
kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Tugas sebagai pemimpin antara lain mencarikan jalan keluar yang benar,
mengarahkan rakyat yang dipimpinnya agar berada di jalan yang lurus, mengawasi rakyat
yang dipimpinnya agar tidak terjerumus ke dalam kehidupan yang membahayakan, dan
melindungi.
Pandangan Alquran dan hadist terhadap kepemimpinan adalah pemimpin yang dapat
menegakkan hukum Allah, tidak menginginkan jabatan tertentu, kuat dan amanah,
profesional, dan lain lain.
10
Daftar Pustaka
Deva, Emperor. “Makalah Tentang Kepemimpinan”. http://emperordeva.wordpress.com/
(diakses tanggal 1 Agustus 2011)
Mahmud Sutarwan Waffa. “Konsep Kepemimpinan Islam”. http://www.ppalanwar.com/
(diakses tanggal 1 Agustus 2011)
NN. “Syarat-Syarat Pemimpin Menurut Islam”. http://masprim.wordpress.com/ (diakses
tanggal 1 Agustus 2011)
NN. “Pemimpin dalam Islam”. http://www.drisalah.com/ (diakses tanggal 1 Agustus 2011)
NN. http://mimbarjumat.com/ (diakses tanggal 1 Agustus 2011)
11