kelarutan02.doc
-
Upload
ibnu-sultan -
Category
Documents
-
view
32 -
download
6
Transcript of kelarutan02.doc
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pengetahuan mengenai kelarutan ini penting untuk ahli farmasi, sebab
dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang baik untuk obat atau
kombinasi obat, membantu dalam mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang
timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetika dan lebih jauh lagi, dapat
bertindak sebagai standar atau uji kemurnian.
Dalam bidang farmasi bentuk-bentuk sediaan obat bervariasi, yaitu
dalam sediaan padat misalnya serbuk, tablet, kapsul dll, dalam bentuk semipadat
misalnya emulsi, salep, dan dalam bentuk cair misalnya sirup.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penentuan kelarutan suatu zat
padat dalam cairan pelarut pada berbagai suhu.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Menentukan kelarutan asam benzoat dan asam borat dalam pelarut
air pada suhu kamar, 450 C dan 600 C.
I.3 Prinsip Percobaan
Penentuan kelarutan suatu zat padat asam borat dan asam benzoat pada suhu
kamar, 450 C, dan 600 C, dengan cara melarutkan, menyaring, mengeringkan dan
menimbang residu yang larut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Kelarutan suatu zat adalah jumlah zat yang terdapat dalam larutan
sedemikian sehingga berada dalam keseimbangan antara zat larut dan yang
masih berbentuk padatan (1).
Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat atau 1ml
zat cair dalam sejumlah ml pelarut. Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui
dengan pasti, kelarutannya dapat ditunjukkan dengan istilah (2).
Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000
Kelarutan obat dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Menurut USP
Pharmacopeia dan NF, definisi kelarutan obat adalah jumlah pelarut dimana akan
larut 1 g zat terlarut. Sebagai contoh, kelarutan asam borat dalam U.S Pharmacopeia
dikatakan sebagai 1 gram asam borat larut dalam 18 mL air, dalam 18 mL alkohol,
dan 4 mL gliserin. Kelarutan secara kuantitatif juga dinyatakan dalam molalitas,
molaritas dan persentase(3).
Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah
(1;16) :
- Temperatur
- pH
- Jenis pelarut
- Bentuk dan ukuran partikel zat
- Konstanta dielektroik pelarut
- Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion
sejenis dan lain-lain.
II.2 Uraian Bahan
1. Asam Benzoat (2;49)
Nama resmi : Acidum Benzoicum
Sinonim : Asam benzoat
RM/BM : C7H6O2 / 122,12
Pemerian : Hablur halus dan ringan, tidak berwarna dan tidak
berbau
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih
kurang 3 bagian etanol (95 %) P, dalam 8 bagian
kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.
Penyimnpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Antiseptikum ekstern, antijamur
Kegunaan : Sebagai sampel/zat uji
2. Asam Borat (3;49)
Nama resmi : Acidum Boricum
Sinonim : Asam borat
RM/BM : H3BO3 / 61,82
Pemerian : Hablur, serbuik hablur putih atau sisik mengkilap
tidak berwarna, kasar, tidak berbau, rasa asamdan
pahit kemudian manis.
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air mendidih, dalam 16
bagian etanol (95 %) P dan dalam 5 bagian gliserol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Antiseptikum ekstern
Kegunaan : Sebagai sample / zat uji
3. Aquades (3;96)
Nama resmi : Aqua destillata
Sinonim : Air suling
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
BAB III
METODE KERJA
III.1 ALat dan Bahan
III.1.1 Alat-alat yang digunakan
- Batang pengaduk
- Buret
- Corong pisah
- Erlenmeyer 250 ml
- Gelas ukur 100 ml
- Gelas kimia 100 ml
- Lap kasar dan lap halus
- Timbangan analitik
III.1.2 Bahan-bahan yang digunakan
- Aquades
- Asam borat
- Asam benzoate
- Tissue
- Kertas timbang
- Aluminium foil
III.2 Cara Kerja
- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Ditimbang 6 buah kertas saring dan kertas timbang
- Ditimbang asam borat 2 gram sebanyak tiga kali dan asam benzoat
0,5 gram sebanyak tiga kali.
- Masing-masing bahan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang telah
diisi aquades. Untuk asam benzoat memakai 175 ml aquades dan untuk
asam borat memakai 50 ml aquades.
- Larutan diaduk
- Untuk asam benzoat dilakuklan perlakuan untuk mengetahui kelarutan
pada suhu kamar, suhu 450 C dan 600 C.
- Pada suhu kamar larutan tetap diaduk hingga semua larut
- Untuk perlakuan suhu 450 C dan 600 C dipanaskan dahulu sambil
diaduk-aduk, dan setelah termometer menunjukkan suhu tersebut (450C
dan 60 0C) larutan diangkat.
- Setelah agak dingin larutan disaring dengan kertas saring yang telah
diketahui bobot kertas saringnya.
- Residu dikeringkan dalam oven pada suhu lebih kurang 1000 C.
- Setelah kering kertas saring yang berisi residu ditimbang.
- Dihitung bobot akhir yang sisa dengan mengurangi bobot kertas saring
yang dikurangi dengan bobot kertas saring.
- Metode yang sama dilakukan pada asam borat.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
NO Sampel Suhu (0C)
Berat sample
(g)
Jumlah pelarut
(ml)
BKS kosong
(g)
BKS residu (g)
Berat residu (g)
1. As. benzoat kamar 0,5 180 0,928 0,929 0,001
2. As. benzoat 45 0,5 180 0,892 0,939 0,047
3. As. benzoat 60 0,5 180 0,896 0,922 0,026
4. As. Borat Kamar 2 50 0,933 0,940 0,07
5. As. Borat 45 2 50 0,866 0,934 0,068
6. As. borat 60 2 50 0,931 1,030 0,099
IV.2 Perhitungan
a. Bobot sampel yang terlarut
- Asam benzoat
X = berat sampel – berat residu
X1 = 0,5 g – 0,001g = 0,499 g (pada suhu kamar)
X2 = 0,5 g – 0,047g = 0,0453 g (pada suhu 45o C)
X3 = 0,5 g – 0,026g = 0,474 g (pada suhu 60o C)
- Asam borat
X1 = 2 g – 0,07 g = 1,63 g (pada suhu kamar)
X2 = 2 g – 0,068g = 1,932 g (pada suhu 45o C)
X3 = 2 g – 0,099g = 1,901g (pada suhu 60o C)
b. Kelarutan
- Asam benzoat
0,499 g Y = = 2,772 x 10-3 g/ml (pada suhu
kamar) 180 ml
0,0453 g Y = = 2,516 x 10-4 g/ml (pada suhu
40o C) 180 ml
0,474 g Y = = 2,633 x 10-3 g/ml (pada suhu
60 o C) 180 ml- Asam borat
1,63 g Y = = 3,26 x 10-2 g/ml (pada suhu
kamar) 50 ml
1,932 g Y = = 3,86 x 10-2 g/ml (pada suhu
40o C)50 ml
1,901 g Y = = 3,80 x 10-2 g/ml (pada suhu
60 o C)50 ml
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini akan dilihat bagaimana pengaruh suhu terhadap
kelarutan asam benzoat dan asam borat. Menurut teori semakin tinggi temperatur
semakin tinggi pula kelarutan suatu zat. Variasi suhu yang digunakan adalah suhu
kamar, 45oC, dan 60oC.
Diakukan pemanasan dengan tujuan mempercepat kelarutan. Faktor suhu
akan mempengaruhi kelarutan suatu zat. Semakin tinggi suhu maka kelarutan akan
meningkat sebab energi kinetiknya bertambah besar (pergerakan molekul bertambah).
Selain itu suhu juga dapat mempengaruhi viskositas dari larutan tersebut.
Pada percobaan ini dilakukan juga pengadukan dengan maksud
memberikan kecepatan dalam proses kelarutannya, sebab dengan adanya pengadukan
, maka energi kinetik dari larutan tersebut akan bertambah dan gesekan antar
molekulnya akan semakin besar sehingga akan mempermudah kelarutan molekul dari
zat terlarut.
Menurut literatur ( Farmakope Indonesia Edisi III), asam borat termasuk
kategori larut yakni larut dalam 20 bagian pelarut yang digunakan dalam melarutkan
1 gram zat asam borat, sedangkan asam benzoat termasuk kategori sukar larut yakni
larut dalam 350 bagian pelarut yang digunakan dalam melarutkan 1 gram zat asam
benzoat.
BAB VI
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :
- Kelarutan asam borat pada suhu kamar adalah 3,26x 10-2 g/ml, dan kelarutan
asam benzoat pada suhu kamar adalah 2,772x 10-3 g/ml.
- Kelarutan asam borat pada suhu 450 C adalah 3,86 x 10-2 g/ml, dan kelarutan
asam benzoat pada suhu 450 C adalah 2,516 x 10-4 g/ml.
- Kelarutan asam borat pada suhu 600 C adalah 3,80 x 10-2 g/ml, dan kelarutan
asam benzoat pada suhu 600 C adalah 2,633 x 10-3 g/ml.
V.2 Saran
Hendaknya pada percobaan berikutnya zat yang akan diuji kelarutannya
diganti dengan sampel lain
DAFTAR PUSTAKA
1. Effendi, I., (2003), “Penuntun Praktikum Farmasi Fisika I”, Jurusan Farmasi,
Universitas Hasanuddin,
2. Ditjen POM., (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta, 96, 175, 587
3. Martin,A., (1988),”Farmasi Fisika”, Edisi III,Jilid I,Universitas Indonesia
Press,Jakarta,560
Selain itu sifat kelarutan bahan aktif juga dapat digunakan dalam cara
pembuatan suatu sediaan. Bila pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat
terlarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh.
Konsentrasi maksimum yang mungkin dipersiapkan oleh seorang ahli farmasi untuk
membuat suatu larutan sangat beragam dan sebagian tergantung pada keadaan kimia
dari zat terlarut. Melalui seleksi terhadap bahan yang berbeda cara melarutnya atau
berbeda bentuk garam kimia dari bahan obatnya, mengubah pH larutan, mengganti
sebagian pelarut atau seluruhnya, dalam contoh-contoh tertentu seorang ahli farmasi
mungkin akan dapat melarutkan jumlah yang lebih besar dari zat terlarut daripada
dengan cara lain. Sebagai contoh granul yodium akan larut dalam air hanya sampai
tingkat 1 gram dalam kira-kira 3.000 ml air. Dengan menggunakan hanya dua macam
bahan ini, konsentrasi maksimum yang mungkin adalah kira-kira 0,03 % yodium
dalam larutan air. Bagaimanapun dengan penggunaan larutan air dari kalium iodida
atau natrium iodida sebagai pelarut, jumlah yodium yang jauh lebih besar dapat
dilarutkan karena terbentuknya suatu kompleks yang larut dalam air dengan garam
iodida. Reaksi ini membawa keuntungan, misalnya pada larutan Topikal Yodium,
USP yang dibuat mengandung kira-kira 2 % yodium dan 2,4 % natrium iodida.