KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal...

23
KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM PENATAAN DAN PENGELOLAAN AREA PERDAGANGAN ARAFIAH NURMITA Prodi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang Email: [email protected] Abstrak: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti menafsirkan fenomena perbedaan antara pedagang Wisata Belanja Tugu yang menggunakan tenda dan mempunyai kartu tanda anggota sehingga dikatakan sebagai “pedagang resmi” yang terorganisir dalam Ikatan Pedagang Wisata Belanja Tugu (IPWBT) dan pedagang yang berjualan di trotoar sebelah barat Jalan Semeru Malang dianggap sebagai “pedagang tidak resmi” karena tidak memiliki kartu anggota yang terorganisir dalam Paguyuban Pedagang Kreatif Semeru Barat (PPKSB). Dalam penelitian ini data diperoleh dari Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kota Malang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, Dinas Perhubungan Kota Malang, Satpol PP Kota Malang, dan pengurus organisasi pedagang bernama Ikatan Pedagang Wisata Belanja Tugu (IPWBT). Prosedur pengumpulan data menggunakan teknik observasi,wawancara, dan studi dokument. Berdasarkan hasil penelitian diketahui kondisi keberadaan area perdagangan Wisata Belanja Tugu adalah: (1) panjang lokasi Wisata Belanja Tugu sekitar 600 meter; (2) jumlah anggota adalah 459 orang; (3) terdapat pedagang resmi dan tidak resmi. Kebijakan Pemerintah Kota Malang disusun dengan alasan; (1) sebagai landasan hukum operasional Wisata Belanja Tugu di Kota Malang; (2) menambah lapangan pekerjaan di bidang perdagangan; (3) Wisata Belanja Tugu menjadi ikon objek wisata Kota Malang. Kata kunci: Kebijakan Pemerintah Kota Malang, Penataan dan Pengelolaan Area Perdagangan.

Transcript of KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal...

Page 1: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG

DALAM PENATAAN DAN PENGELOLAAN AREA PERDAGANGAN

ARAFIAH NURMITA

Prodi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Malang

Jl. Semarang 5 Malang

Email: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti

menafsirkan fenomena perbedaan antara pedagang Wisata Belanja Tugu yang

menggunakan tenda dan mempunyai kartu tanda anggota sehingga dikatakan

sebagai “pedagang resmi” yang terorganisir dalam Ikatan Pedagang Wisata

Belanja Tugu (IPWBT) dan pedagang yang berjualan di trotoar sebelah barat

Jalan Semeru Malang dianggap sebagai “pedagang tidak resmi” karena tidak

memiliki kartu anggota yang terorganisir dalam Paguyuban Pedagang Kreatif

Semeru Barat (PPKSB). Dalam penelitian ini data diperoleh dari Bagian Hukum

Sekretariat Daerah Kota Malang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang,

Dinas Perhubungan Kota Malang, Satpol PP Kota Malang, dan pengurus

organisasi pedagang bernama Ikatan Pedagang Wisata Belanja Tugu (IPWBT).

Prosedur pengumpulan data menggunakan teknik observasi,wawancara, dan studi

dokument. Berdasarkan hasil penelitian diketahui kondisi keberadaan area

perdagangan Wisata Belanja Tugu adalah: (1) panjang lokasi Wisata Belanja

Tugu sekitar 600 meter; (2) jumlah anggota adalah 459 orang; (3) terdapat

pedagang resmi dan tidak resmi. Kebijakan Pemerintah Kota Malang disusun

dengan alasan; (1) sebagai landasan hukum operasional Wisata Belanja Tugu di

Kota Malang; (2) menambah lapangan pekerjaan di bidang perdagangan; (3)

Wisata Belanja Tugu menjadi ikon objek wisata Kota Malang.

Kata kunci: Kebijakan Pemerintah Kota Malang, Penataan dan Pengelolaan Area

Perdagangan.

Page 2: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini khusus menelaah fenomena mengenai penyediaan dan

penataan area perdagangan Wisata Belanja Tugu yang para pedagangnya

tergabung dalam Ikatan Pedagang Wisata Belanja Tugu (IPWBT) di Jalan Semeru

Malang. Berdasarkan penjelasan Machmudi selaku ketua pengurus IPWBT,

pedagang resmi adalah mereka yang sebelum memulai usahanya harus memenuhi

beberapa syarat yang tercantum dalam Surat Keputusan Walikota Malang No.193

Tahun 2003 Tentang Penataan dan Pengelolaan Wisata Belanja Tugu antara lain

mendaftarkan diri di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang

sebagai pihak penyelenggara dan pengelola Wisata Belanja Tugu agar bisa

mendapatkan kartu tanda anggota dan membeli fasilitas berupa tenda pada

pengurus IPWBT. Pedagang tidak resmi yaitu pedagang yang tidak mendaftarkan

dirinya di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang dan tidak

mendapatkan ijin resmi sehingga mereka berjualan di trotoar sebelah barat Jalan

Semeru Malang serta di depan Perpustakaan Kota Malang. (Wawancara, 27 Mei

2012).

B. Landasan Teori

Menurut Widodo (2011:14), analisis kebijakan publik dibuat dalam rangka

untuk memecahkan masalah publik yang tumbuh dan berkembang di masyarakat,

mencapai tujuan, dan sasaran tertentu yang diinginkan sehingga kebijakan publik

ini berkaitan dengan apa yang senyatanya dilakukan oleh pemerintah dan bukan

hanya apa yang ingin dilakukan oleh pemerintah. Menurut Agustino (2008:12),

teori-teori pengambilan keputusan adalah teori rasional-komprehensif, teori

inkremental, dan mixed-scanning theory. Menurut Widodo (2011:16), faktor-

faktor pengambilan keputusan dalam proses kebijakan publik adalah identifikasi

masalah, penyusunan agenda, perumusan, pengesahan, implementasi, dan evaluasi

kebijakan.

Eksistensi pasar sebagai area perdagangan di perkotaan termasuk dalam

sektor informal yang dipandang sebagai arus modernisasi. Modernisasi adalah

proses perubahan yang diintervensi oleh negara kepada individu dan masyarakat

beserta seluruh kelembagaan dengan mengacu pada proses perubahan yang telah

terjadi di negara sedang berkembang dan negara maju (Mustafa, 2008:131).

Page 3: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

Konsep penyediaan dan penataan area perdagangan di daerah perkotaan menurut

Widyaningrum (2009:24) antara lain, relokasi, selter knock down, tenda, gerobak,

dan penertiban.

C. Permasalahan Penelitian

1. Kondisi keberadaan area perdagangan Wisata Belanja Tugu di Jalan Semeru

Malang.

2. Kebijakan Pemerintah Kota Malang dalam penataan dan pengelolaan area

perdagangan Wisata Belanja Tugu.

3. Implementasi kebijakan oleh Pemerintah Kota Malang dalam penataan dan

pengelolaan area perdagangan Wisata Belanja Tugu.

4. Respon para pedagang Wisata Belanja Tugu terhadap kebijakan Pemerintah

Kota Malang.

D. Harapan Hasil Penelitian

1. Bagi Pemerintah Kota Malang: memberikan gambaran kondisi keberadaan area

perdagangan Wisata Belanja Tugu Malang dan alternatif kebijakan dalam

menerapkan aturan mengenai penataan dan pengelolaan area perdagangan

2. Bagi Peneliti: menambah pengetahuan mengenai kebijakan Pemerintah Kota

Malang dalam penataan dan pengelolaan area perdagangan Wisata Belanja

Tugu di Jalan Semeru Malang dan respon dari para pedagang terhadap

kebijakan tersebut.

3. Bagi Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan: menambah informasi dan menjadi

referensi bagi mahasiswa-mahasiswi jurusan Hukum dan Kewarganegaraan

dalam bidang pemerintahan dan kebijakan publik.

METODE

Penelitian yang membahas Kebijakan Pemerintah Kota Malang Dalam

Penataan dan Pengelolaan Area Perdagangan Wisata Belanja Tugu di Jalan

Semeru Malang menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini

menafsirkan fenomena yang terjadi dalam lingkungan masyarakat dengan

menggunakan berbagai metode yaitu observasi, wawancara, dan studi dokument.

Fenomena yang dimaksud adalah perbedaan antara para pedagang Wisata Belanja

Tugu yang menggunakan tenda dan mempunyai kartu tanda anggota pedagang

Page 4: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

sehingga dikatakan sebagai “pedagang resmi” oleh Bapak Machmudi selaku

Ketua Ikatan Pedagang Wisata Belanja Tugu (IPWBT) dengan pedagang yang

berjualan di trotoar sebelah barat Jalan Semeru Malang yang dianggap sebagai

“pedagang tidak resmi” oleh Satpol PP Kota Malang karena tidak memiliki kartu

anggota. Selain itu, prosedur penelitian menghasilkan data berupa kata-kata

tertulis atau lisan berdasarkan wawancara pada orang-orang dan prilaku yang

diamati yaitu para pedagang resmi dan tidak resmi, pihak penanggungjawab

organisasi pedagang, dan Satpol PP Kota Malang.

Menurut Moleong (2007:248), analisis data kualitatif adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-

milah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan sesuatu

yang penting untuk dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain. Tahap analisis data yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan

fokus hasil penelitian di lapangan melalui observasi dengan melakukan

wawancara dan dokumentasi, maka pada tahap ini peneliti telah menemukan

karakteristik, kontras-kontras/perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta

menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain. Kategori-

kategori tersebut adalah karakteristik dari perbedaan dan kesamaan antara

pedagang resmi dan tidak resmi Wisata Belanja Tugu, misalnya pedagang resmi

dalam melakukan kegiatan jual-beli menggunakan fasilitas berupa tenda dan

memperoleh tempat yang permanen atau tetap sedangkan pedagang tidak resmi

berjualan di trotoar sebelah barat Jalan Semeru Malang tanpa tenda dan

menggunakan fasilitas seadanya seperti tikar dan meja. Kemudian hubungan

antara kategori adalah hubungan antara Satpol PP Kota Malang yang selalu

menjaga keamanan dan ketertiban area perdagangan Wisata Belanja Tugu serta

pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang sebagai pihak

penyelenggara dan pengelola Wisata Belanja Tugu berdasarkan Surat Keputusan

Walikota Malang dan Dinas Perhubungan sebagai pihak yang berperan dalam

pengaturan parkir dan pengalihan arus lalu lintas di Jalan Semeru Malang.

Pengecekan keabsahan temuan antara lain, ketekunan/keajegan pengamatan

bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasai yang sangat

Page 5: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan

diri pada hal-hal tersebut secara rinci (Moleong, 2007:329).

Ketekunan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti adalah setiap hari

Minggu peneliti mendatangi area perdagangan Wisata Belanja Tugu di Jalan

Semeru Malang untuk melihat kondisi keberadaan dan daya tampung pedagang

Wisata Belanja Tugu. Tahap-tahap penelitian secara umum terbagi atas tahap pra-

lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data (Moleong, 2007:127)

antara lain, peneliti menyusun rancangan penelitian berupa lokasi dan waktu yang

akan digunakan serta rumusan masalah dalam penelitian kualitatif yang

membahas kebijakan Pemerintah Kota Malang dalam penataan dan pengelolaan

area perdagangan Wisata Belanja Tugu di Jalan Semeru Malang. Peneliti memilih

lapangan penelitian yaitu area perdagangan Wisata Belanja Tugu di Jalan Semeru

Malang, mengurus perizinan berupa surat izin penelitian dari pihak Universitas

Negeri Malang yang akan ditujukan kepada pihak Walikota Malang, Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata, dan Satpol PP Kota Malang, menjajaki dan menilai

lapangan. Peneliti memilih dan memanfaatkan informan yaitu para pedagang

beserta ketua organisasi pedagang sebagai pihak penanggungjawab dalam

penarikan uang kebersihan dan retribusi terhadap para pedagang Wisata Belanja

Tugu, Walikota Malang yang mengeluarkan aturan berupa Surat Keputusan

mengenai penataan dan pengelolaan area perdagangan Wisata Belanja Tugu,

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang sebagai penyelenggara

diadakannya Wisata Belanja Tugu, pihak Satpol PP Kota Malang sebagai

penanggungjawab keamanan dan ketertiban area perdagangan Wisata Belanja

Tugu, dan pihak Dinas Perhubungan Kota Malang yang bertugas dalam

pengelolaan parkir dan arus lalu lintas di Jalan Semeru Malang. Peneliti

menyiapkan perlengkapan penelitian antara lain kamera dan telepon genggam

sebagai alat untuk merekam hasil observasi dan wawancara dalam bentuk foto dan

suara. Tahap pekerjaan lapangan dilakukan peneliti dengan memasuki lapangan

atau lokasi penelitian yaitu mendatangi area perdagangan Wisata Belanja Tugu di

Jalan Semeru Malang pada hari Minggu tanggal 23 Oktober dan 20 November

2011, 20 Mei 2012, tanggal 3, 10, 17 Juni 2012, tanggal 15 dan 29 Juli 2012,

tanggal 16, 23, 30 September 2012, dan tanggal 14 Oktober 2012.

Page 6: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

HASIL

Kondisi Keberadaan Area Perdagangan Wisata Belanja Tugu Di Jalan

Semeru Malang

Wisata Belanja Tugu merupakan salah satu obyek wisata belanja di Kota

Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner, kerajinan dan souvenir,

segala macam kebutuhan rumah tangga, dan produk unggulan Kota Malang

seperti batik dan jajanan khas Malang setiap hari Minggu sejak pukul 06.00

sampai 11.00 WIB di Jalan Semeru Malang. Panjang lokasi Wisata Belanja Tugu

sekitar 600 meter. Organisasi pedagang Wisata Belanja Tugu bernama Ikatan

Pedagang Wisata Belanja Tugu (IPWBT) berakte notaris: Eko Cahyono, SH

Nomor 26 tanggal 15 Juli 2004 diketuai oleh Dimyati Suheru, SH, M.Hum. Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata ditunjuk oleh Pemerintah Kota Malang untuk

mengelola dan membina dikarenakan area perdagangan Wisata Belanja Tugu.  

Aturan bagi pedagang agar dapat berjualan di area perdagangan Wisata

Belanja Tugu sehingga dapat menjadi pedagang resmi adalah mendaftarkan diri di

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang dengan membawa foto kopi KTP

yang berdomisili di Kota Malang, menyerahkan foto ukuran 3 x 4 cm sebanyak

dua lembar, dan melampirkan jenis barang yang diperdagangkan agar

memperoleh Kartu Tanda Anggota (KTA). Selain itu, para pedagang harus

membeli tenda berbentuk tugu yang disediakan oleh IPWBT seharga

Rp1.500.000,00 sebagai fasilitas saat berjualan. Seluruh pedagang juga harus

membayar biaya retribusi Rp4.700,00 dan iuran kebersihan Rp2.500,00. Pedagang

Wisata Belanja Tugu dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan warna tenda

yang disebut blok warna guna memudahkan pengawasan dan koordinasi. Blok

warna tersebut antara lain, hijau putih, hijau merah, orange hitam, biru putih, biru

tua merah, merah kuning, ungu kuning, dan ungu putih.

Page 7: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

Gambar 1 Kondisi keberadaan area perdagangan Wisata Belanja Tugu.

Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjumlah sekitar 53 orang terorganisir

dalam Paguyuban Pedagang Kreatif Semeru Barat (PPKSB) berjualan di trotoar

sebelah barat Jalan Semeru Malang tanpa menggunakan tenda, hanya

menggunakan peralatan seadanya seperti tikar menyebabkan kondisi area

perdagangan Wisata Belanja Tugu terlihat semrawut karena mereka menggelar

dagangannya mulai dari depan gapura Wisata Belanja Tugu sampai di depan

Perpustakaan Kota Malang. Seluruh pedagang PPKSB tidak memiliki Kartu

Tanda Anggota (KTA), izin dan tempat yang legal dalam berjualan sehingga oleh

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan Satpol PP Kota Malang mereka dikatakan

sebagai pedagang tidak resmi yang tidak wajib membayar biaya retribusi dan

iuran kebersihan. Hal tersebut berdasarkan penjelasan Muntiari selaku Komandan

Pleton I Seksi Ketertiban Bidang Trantib Satpol PP Kota Malang yang

menyatakan bahwa:

Pedagang di trotar Jalan Semeru Malang itu adalah Pedagang Kaki Lima

(PKL) yang tidak masuk dalam daftar pedagang Wisata Belanja Tugu. Jadi

Mereka tidak harus membayar biaya retribusi dan iuran kebersihan kepada

pihak Pemerintah Kota Malang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Para

PKL ini membentuk paguyuban bernama Paguyuban Pedagang Kreatif

Semeru Barat (PPKSB). Jumlah mereka sangat banyak sehingga terkesan

Page 8: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

tidak beraturan karena selain berjualan di trotoar mereka juga

menggunakan sedikit badan jalan. (Wawancara, 23 Oktober 2011).

Gambar 2 Keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Jalan Semeru Malang.

Kebijakan Pemerintah Kota Malang Dalam Penataan Dan Pengelolaan Area

Perdagangan Bagi Para Pedagang Wisata Belanja Tugu Di Jalan Semeru

Malang

H. Suyitno selaku Walikota Malang pada tahun 2003 mengeluarkan Surat

Keputusan Nomor 193 Tentang Penataan Dan Pengelolaan Wisata Belanja Tugu.

Rasionalitas atau alasan yang menjadi identifikasi masalah dalam penyusunan

Surat Keputusan Walikota Malang tersebut antara lain:

a. Sebagai landasan hukum atau legalitas operasional.

b. Menambah lapangan pekerjaan dan menampung Pelaku Usaha Kecil Menengah

(UKM).

c. Wisata Belanja Tugu sebagai ikon wisata belnaj Kota Malang.

d. Penetapan Jumlah Pedagang dan Lokasi.

e. Pemberlakuan Aturan Bagi Pedagang Wisata Belanja Tugu.

f. Mengatur Hak dan Kewajiban Pedagang

Page 9: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

Implementasi Kebijakan Penataan Dan Pengelolaan Area Perdagangan

Wisata Belanja Tugu Di Jalan Semeru Malang Oleh Pemerintah Kota

Malang

Implementasi kebijakan penataan dan pengelolaan area perdagangan

Wisata Belanja Tugu di Jalan Semeru Malang oleh Pemerintah Kota Malang

dilakukan dengan kerjasama antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKDP) dan

pengurus organisasi pedagang bernama Ikatan Pedagang Wisata Belanja Tugu

(IPWBT) melalui beberapa cara antara lain:

a. Kerjasama Pemerintah Kota Malang Dengan Organisasi Pedagang

Implementasi kebijakan penataan dan pengelolaan area perdagangan

Wisata Belanja Tugu di Jalan Semeru Malang yang tercantum dalam Surat

Keputusan Walikota Malang Nomor 193 Tahun 2003 dilakukan oleh Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang bekerjasama dengan Organisasi Ikatan

Pedagang Wisata Belanja Tugu (IPWBT) antara lain pengadaan fasilitas berupa

tenda, mengurus pendaftaran anggota pedagang Wisata Belanja Tugu, pengadaan

Kartu Tanda Anggota (KTA) dan seragam saat berjualan bagi para pedagang

resmi yang berjualan menggunakan tenda, penarikan biaya retribusi sebesar Rp

4.700,00 dan iuran kebersihan Rp 2.500,00, pembuatan dan pemasangan gapura

bertuliskan Wisata Belanja Tugu, dan pengadaaan stand jaga bagi Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang serta stand promosi bagi masyarakat

ataupun pabrik yang ingin memasarkan produknya setiap hari Minggu.

Gambar 3 Pengadaan Gapura dan Kartu Tanda Anggota (KTA).

Page 10: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

b. Kerjasama Antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Implementasi kebijakan yang tercantum dalam Surat Keputusan Walikota

Malang Nomor 193 Tahun 2003 Tentang Penataan Dan Pengelolaan Wisata

Belanja Tugu dilakukan melalui kerjasama antar Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKDP) yaitu Bagian Hukum Kota Malang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kota Malang, Walikota Malang, dan Sekretaris Daerah Kota Malang sebagai

pihak yang berwenang merumuskan, mengesahkan, dan mengundangkan Surat

Keputusan Walikota Malang tersebut.

Kerjasama antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tercantum dalam

Pasal 15 Surat Keputusan Walikota Malang Nomor 193 Tahun 2003 Tentang

Penataan Dan Pengelolaan Wisata Belanja Tugu yang berisi sebagai berikut:

1) Menunjuk Kepala Dinas Pariwisata sebagai pengelola Wisata Belanja Tugu;

2) Menunjuk Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja sebagai

penanggungjawab keamanan dan ketertiban serta penyidikan terhadap

pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3) Menunjuk Kepala Dinas Perhubungan sebagai penanggungjawab parkir akibat

dari pelaksanaan Wisata Belanja Tugu.

c. Relokasi Pedagang

Area perdagangan Wisata Belanja Tugu mengalami beberapa kali proses

relokasi pedagang yaitu relokasi pertama di lapangan bola Stadion Gajayana

Malang pada tahun 2007 selama satu tahun, pertengahan tahun 2008 sampai akhir

tahun 2009 para pedagang Wisata Belanja Tugu bertempat di lingkungan Hutan

Kota Malabar Jalan Simpang Balapan dan Jalan Merbabu kurang lebih 18 bulan,

pada tahun 2009 Wisata Belanja Tugu ditempatkan di kawasan militer Lapangan

Rampal selama satu bulan, dan terkahir berdasarkan Peraturan Walikota tahun

2009 yang sedang dalam proses penyusunan maka Wisata Belanja Tugu

direlokasi ke sepanjang Jalan Semeru Malang.

d. Penataan Lokasi Perdagangan

Bagian Hukum Kota Malang dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Malang bekerjasama dengan Organisasi Ikatan Pedagang Wisata Belanja Tugu

(IPWBT) dalam penataan dan pembenahan letak tenda atau stand pedagang yang

Page 11: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

diatur berdasarkan jenis barang dagangan, misalnya tenda makanan disejajarkan

dalam satu blok sehingga tidak berada dekat dengan tenda pakaian,

e. Menjaga Keamanan dan Ketertiban

Pemerintah Kota Malang berupaya menjaga kenyamanan pedagang dan

pengunjung dalam melakukan kegiatan jual-beli di area Wisata Belanja Tugu

dengan menunjuk Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Malang setiap

hari Minggu untuk melakukan kontrol dan penjagaan keamanan dan ketertiban

yang disebabkan oleh keramaian pengunjung sehingga adanya orang-orang tidak

berkepentingan ikut masuk dalam area perdagangan Wisata Belanja Tugu seperti

pengemis dan pengamen.

f. Pengaturan Jalan dan Parkir

Pemerintah Kota Malang berupaya melakukan pengaturan parkir dan

pengalihan arus lalu lintas di Jalan Semeru Malang setiap hari Minggu dengan

menugaskan Dinas Perhubungan Kota Malang untuk mengatasi permasalahan

tersebut agar pelaksanaan kegiatan Wisata Belanja Tugu berjalan lancar dan tertib.

Evaluasi kebijakan merupakan langkah akhir setelah implementasi

kebijakan dilakukan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang,

Dinas Perhubungan Kota Malang, Satpol PP Kota Malang, dan pengurus

organisasi pedagang bernama Ikatan Pedagang Wisata Belanja Tugu (IPWBT)

dengan melakukan rapat koordinasi membahas penetapan fasilitas, jumlah

pedagang, kekurangan dan kelebihan saat melaksanakan koordinasi kerja antara

pihak-pihak terkait di lokasi Wisata Belanja Tugu serta megajukan kepada Bagian

Hukum Kota Malang agar segera menyusun dan menerbitkan Peraturan Walikota

yang mengatur Wisata Belanja Tugu di Jalan Semeru Malang karena sampai saat

ini penyelenggaraan Wisata Belanja Tugu masih berpedoman pada peraturan

dalam Surat Keputusan Walikota saat lokasi kegiatan Wisata Belanja Tugu masih

di areal parkir Stadion Gajayana Malang.

Page 12: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

Respon Pedagang Wisata Belanja Tugu Terhadap Kebijakan Pemerintah

Kota Malang Mengenai Penataan Dan Pengelolaan Area Perdagangan

Wisata Belanja Tugu Di Jalan Semeru Malang

Area perdagangan Wisata Belanja Tugu merupakan salah satu tempat yang

disediakan oleh Pemerintah Kota Malang bagi masyarakat yang ingin membuka

usaha di bidang perdagangan. Syarat-syarat untuk dapat berjualan dan menjadi

anggota Ikatan Pedagang Wisata Belanja Tugu (IPWBT) dan memiliki Kartu

Tanda Anggota (KTA) tercantum dalam Pasal 8 Surat Keputusan Walikota

Malang Nomor 193 Tahun 2003 Tentang Penataan Dan Pengelolaan Wisata

Belanja Tugu antara lain foto kopi KTP yang berdomisili di Kota Malang,

menyerahkan foto ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar, melampirkan jenis

barang yang diperdagangkan kepada pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kota Malang, membeli tenda seharga seharga Rp 1.500.000,00. Setiap hari

Minggu pedagang yang menggunakan tenda harus membayar iuran kebersihan

sebesar Rp 2.500,00 dan retribusi Rp 4.700,00 sehingga dapat tergolong sebagai

pedagang resmi Wisata Belanja Tugu.

Permasalah muncul ketika jumlah tenda atau stand yang disediakan oleh

pengurus organisasi Ikatan Pedagang Wisata Belanja Tugu (IPWBT) terbatas

sedangkan permintaan untuk menfasilitasi para pedagang dengan tenda tersebut

selalu meningkat, sehingga pedagang yang tidak mendapatkan tenda berjualan di

trotoar sebelah barat Jalan Semeru sampai depan Perpustakaan Kota Malang.

Tidak ada syarat khusus bagi para pedagang yang berjualan di trotoar sebelah

barat Jalan Semeru Malang yang terorganisir dalam Paguyuban Pedagang Kreatif

Semeru Barat (PPKSB) agar dapat berjualan di sekitar area Wisata Belanja Tugu.

Mereka hanya mengumpulkan iuran kebersihan sebesar Rp5000,00 kepada

Nurhadi selaku ketua PPKSB yang digunakan untuk membeli sapu dan tempat

sampah. Respon para pedagang tidak resmi (PPKSB) dan pedagang resmi

(IPWBT) terhadap kebijakan Pemerintah Kota Malang dan pengurus organisasi

pedagang Wisata Belanja Tugu yang tercantum dalam Surat Keputusan Walikota

Malang Nomor 193 Tahun 2003 Tentang Penataan Dan Pengelolaan Wisata

Belanja Tugu sebagai berikut:

Page 13: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

A. Respon pedagang tidak resmi (PPKSB) terhadap kebijakan Pemerintah Kota

Malang

1) Kebijakan pemerintah kota malang tidak adil

2) Diskriminasi pemberian fasilitas

3) Pedagang PPKSB berharap memperoleh fasilitas dan tempat berjualan tetap

4) Melakukan protes terhadap kebijakan ke kantor dprd kota malang

5) Pedagang di trotoar sebelah barat jalan semeru malang mendirikan oganisasi

paguyuban pedagang kreatif semeru barat (PPKSB).

B. Respon pedagang tidak resmi (PPKSB) terhadap pedagang resmi Wisata

Belanja Tugu (IPWBT)

Pedagang tidak resmi (PPKSB) menginginkan adanya pergantian pedagang

resmi (IPWBT) yang lama dengan para pedagang baru (PPKSB).

Reaksi atau respon negatif para pedagang PPKSB tersebut ditanggapi oleh

pihak Komisi B DPRD Kota Malang, Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kota

Malang, dan Satpol PP Kota Malang. Mereka mendapatkan solusi yaitu para

pedagang PPKSB tidak dilarang menggelar dagangannya di trotoar sebelah barat

Jalan Semeru Malang setiap hari Minggu selama kegiatan Wisata Belanja Tugu

dilaksanakan namun jangan sampai mengganggu ketertiban lalu lintas dan tetap

menjaga kebersihan.

C. Respon pedagang resmi wisata belanja tugu (IPWBT) terhadap kebijakan

pemerintah kota malang

1) Pedagang IPWBT menyetujui dan mengeluhkan kebijakan pemeritah kota

malang

2) Pedagang IPWBT mengeluhkan pelaksanaan kebijakan oleh pemeritah kota

malang

D. Respon pedagang resmi wisata belanja tugu (IPWBT) terhadap pedagang tidak

resmi (PPKSB)

1) Pedagang IPWBT menganggap keberadaan pedagang PPKSB tidak enak

dipandang.

2) Pedagang IPWBT menganggap keberadaan pedagang PPKSB mengganggu lalu

lintas.

Page 14: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

PEMBAHASAN

Kondisi Keberadaan Area Perdagangan Wisata Belanja Tugu Di Jalan

Semeru Malang

Area perdagangan Wisata Belanja Tugu merupakan suatu aktifitas sektor

informal yang dibentuk dari hasil kerjasama antara Pemerintah Kota Malang dan

pengurus organisasi pedagang bernama Ikatan Pedagang Wisata Belanja Tugu

(IPWBT) yang berakte notaris : Eko Cahyono, SH Nomor 26 tanggal 15 Juli 2004

diketuai oleh Dimyati Suheru, SH, M.Hum dengan jumlah anggota pedagang 459

orang. Kondisi keberadaan Wisata Belanja Tugu berdasarkan pada konsep

penyediaan dan penataan area perdagangan di daerah perkotaan menurut

Widyaningrum (2009:24) secara garis besar antara lain:

1. Relokasi

Kegiatan relokasi dilakukan apabila tidak tersedia lahan di lokasi awal dan

jumlah pedagang sangat banyak. Area perdagangan Wisata Belanja Tugu

mengalami beberapa kali proses relokasi, antara lain areal parkir Stadion

Gajayana, lingkungan Hutan Kota Malabar Jalan Simpang Balapan dan Jalan

Merbabu kurang lebih 18 bulan antara pertengahan tahun 2008 sampai akhir tahun

2009, Lapangan Rampal selama satu bulan, dan terakhir di sepanjang Jalan

Semeru Malang.

2. Tenda

Tenda diberlakukan pada wilayah yang lahannya tersedia. Pemerintah

Kota Malang bekerja sama dengan pengurus organisasi pedagang Wisata Belanja

Tugu bernama Ikatan Pedagang Wisata Belanja Tugu (IPWBT) dalam urusan

penyediaan tenda sebagai fasilitas yang harus digunakan saat berjualan. Tenda

atau stand dengan lebar 2 x 3 m dan luas lokasi penggunaan tenda 500/m² dijual

kepada pedagang seharga Rp1.500.000,00.

3. Penertiban

Penertiban sebagai langkah terakhir jika pedagang tetap membandel tidak

mau mengikuti program penataan oleh pemerintah kota. Penertiban dilakukan

oleh pihak Satpol PP Kota Malang terhadap para pedagang di trotoar sebelah barat

Jalan Semeru Malang yang terorganisir dalam Paguyuban Pedagang Kreatif

Semeru Barat (PPKSB) karena mereka tetap tidak mau pindah atau berhenti

Page 15: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

berjualan di trotoar sebelah barat Jalan Semeru Malang. Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Malang kemudian bekerjasama dengan pihak Satpol PP Kota

Malang untuk menggusur mereka secara paksa dan melarang para pedagang

PPKSB ini berjualan di trotoar Jalan Semeru Malang dengan alasan untuk

menjaga ketertiban lalu lintas.

Selain pedagang resmi terdapat Pedagang Kaki Lima (PKL) yang

berjualan di trotoar sebelah barat Jalan Semeru Malang tanpa menggunakan tenda.

Keberadaan PKL berjumlah sekitar 53 orang yang terorganisir dalam Paguyuban

Pedagang Kreatif Semeru Barat (PPKSB) tersebut tidak tertata rapi. Seluruh

pedagang PPKSB tidak memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA), izin dan tempat

yang legal dalam berjualan sehingga oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan

Satpol PP Kota Malang mereka dikatakan sebagai pedagang tidak resmi yang

tidak wajib membayar biaya retribusi dan iuran kebersihan kepada Pemerintah

Kota Malang.

Akibat yang timbul dari adanya Pedagang Kaki Lima (PKL) di wilayah

perkotaan salah satunya adalah kemacetan dan ketidaktertiban lalu lintas sehingga

keadaan jalan nampak seperti ”pasar tumpah”. Istilah pasar tumpah dipakai untuk

menyebut para PKL yang berdagang hingga ke badan jalan raya. Umumnya lokasi

pasar tumpah dekat dengan pasar tradisional (Permadi, 2007:18).

Kebijakan Pemerintah Kota Malang Dalam Penataan Dan Pengelolaan Area

Perdagangan Bagi Para Pedagang Wisata Belanja Tugu Di Jalan Semeru

Malang

Kebikjakan yang tercantum dalam penyusunan Surat Keputusan Walikota

Nomor 193 Tahun 2003 Tentang Penataan Dan Pengelolaan Wisata Belanja Tugu

disusun dengan alas an sebagai landasan hukum atas izin operasional kegiatan

Wisata Belanja Tugu di Kota Malang agar terselenggara secara legal dan

menambah pekerjaan khususnya di bidang perdagangan. Tindakan legalitas

kegiatan Wisata Belanja Tugu melalui jalur hukum berkaitan dengan program

Pemerintah Kota Malang dan organisasi pedagang bernama Ikatan Pedagang

Wisata Belanja Tugu (IPWBT) dalam upaya formalisasi Pedagang Kaki Lima

(PKL) dan pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang biasanya berjualan di

Page 16: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

trotoar jalan dan taman. Menurut Sarjono (2005:200), pemerintah kota memahami

formalisasi sebagai berikut:

1. Kondisi tertib.

2. Diperolehnya pajak, artinya dengan formalisasi ini pemerintah kota dapat

menarik pajak yang berarti akan memperoleh Pendapatan Asli Daerah (PAD)

yang lebih besar..

3. Keadilan Sosial, artinya dengan formalisasi pemerintah kota dapat

menghilangkan rasa kecemburuan sosial dan opini negatif Pedagang Kaki

Lima (PKL) yang menganggap pemerintah kota hanya memihak kepada

pengusaha toko swalayan dalam hal tempat usaha yang strategis.

Alasan lain dasar penyusunan Surat Keputusan Walikota Nomor 193

Tahun 2003 Tentang Penataan Dan Pengelolaan Wisata Belanja Tugu adalah

penataan dan pengelolaan area perdagangan Wisata Belanja Tugu dianggap

penting oleh Pemerintah Kota Malang khususnya Walikota Malang, Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, dan pengurus organisasi pedagang

bernama Ikatan Pedagang Wisata Belanja Tugu (IPWBT) karena Wisata Belanja

Tugu telah menjadi ikon dalam pengembangan kepariwisataan yaitu objek wisata

minat khusus sebagai salah satu daya tarik wisata belanja yang ramai dikunjungi

oleh masyarakat dari dalam dan luar Kota Malang. Pernyataan tersebut

berdasarkan penjelasan Mustafa (2008:131) bahwa eksistensi pasar sebagai area

perdagangan di perkotaan termasuk dalam sektor informal yang dipandang

sebagai arus modernisasi dan dikarenakan masyarakat modern yang tinggal di

wilayah perkotaan memusatkan perhatian pada pasar dalam kegiatan produksi,

distribusi, dan promosi serta terutama pada uang sebagai alat tukar.

Pihak-pihak yang merumuskan aturan dalam surat keputusan tersebut

adalah Bagian Hukum Sekretariat Daerah dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kota Malang. Proses penyusunan Surat Keputusan Walikota Malang Nomor 193

Tahun 2003 Tentang Penataan Dan Pengelolaan Wisata Belanja Tugu

menghabiskan waktu sekitar dua bulan kemudian disahkan di Kota Malang pada

tanggal 24 Juli 2003 oleh Walikota Malang, H. Suyitno dan diundangkan oleh

Sekretaris Daerah Kota Malang, Muhammad Nur, SH, M.Si pada tanggal 26 Juli

2003. Pernyatan ini sesuai dengan pendapat Widodo (2011:16) mengenai faktor-

Page 17: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam proses kebijakan

publik meliputi beberapa hal berikut:

1. Identifikasi Masalah Kebijakan (identification of policy problem)

Identifikasi masalah kebijakan dapat dilakukan melalui identifikasi apa yang

menjadi tuntutan masyarakat atas tindakan pemerintah. Identifikasi masalah

dalam penyusunan Surat Keputusan Walikota Malang Nomor 193 Tahun 2003

Tentang Penataan Dan Pengelolaan Wisata Belanja Tugu adalah sebagai

landasan hukum agar Wisata Belanja Tugu terselenggara secara legal dan

memeratakan kesempatan berusaha serta lapangan kerja untuk meningkatkan

kesejahteraan msayarakat.

2. Penyusunan Agenda (agenda setting)

Penyusunan agenda merupakan aktivitas dalam memfokuskan perhatian pada

pejabat publik dan media masa atas keputusan apa yang akan diputuskan

terhadap masalah publik tertentu. Penyusunan agenda kebijakan Pemerintah

Kota Malang dalam Surat Keputusan Walikota Nomor 193 Tahun 2003

Tentang Penataan Dan Pengelolaan Wisata Belanja Tugu terfokus pada

kegiatan perdagangan berbentuk pasar yang memiliki peranan penting dalam

pertumbuhan ekonomi khususnya di sektor informal.

3. Perumusan Kebijakan (policy formulation)

Perumusan kebijakan merupakan tahapan pengusulan rumusan kebijakan

melalaui inisiasi dan penyusunan usulan kebijakan melalui organisasi

perencanaan kebijakan, kelompok kepentingan, birokrasi pemerintah, presiden,

dan lembaga legislatif. Perumusan kebijakan dalam penyusunan Surat

Keputusan Walikota Malang Nomor 193 Tahun 2003 Tentang Penataan Dan

Pengelolaan Wisata Belanja Tugu pada bulan Mei tahun 2003 diawali dengan

rapat terbuka antara Sekretaris Daerah Kota Malang, pegawai Bagian Hukum

Kota Malang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, Dinas

Perhubungan Kota Malang, dan Satpol PP Kota Malang pada bulan Mei tahun

2003yang menghabiskan waktu sekitar dua bulan tanpa melibatkan oknum

pedagang.

Page 18: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

4. Pengesahan Kebijakan (legitimating of policy)

Pengesahan kebijakan melalui tindakan politik oleh partai politik, kelompok

penekan, presiden, dan kongres. Pengesahan kebijakan dalam Surat Keputusan

Walikota Malang Nomor 193 Tahun 2003 Tentang Penataan Dan Pengelolaan

Wisata Belanja Tugu dilaksanakan di Kota Malang pada tanggal 24 Juli 2003

oleh Walikota Malang, Bapak H. Suyitno dan diundangkan oleh Sekretaris

Daerah Kota Malang, Bapak Muhammad Nur, SH, MS.i pada tanggal 26 Juli

2003.

Implementasi Kebijakan Penataan Dan Pengelolaan Area Perdagangan

Wisata Belanja Tugu Di Jalan Semeru Malang Oleh Pemerintah Kota

Malang

Implementasi kebijakan dalam Surat Keputusan Walikota Malang Nomor

193 Tahun 2003 Tentang Penataan dan Pengelolaan Wisata Belanja Tugu yang

dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang bekerjasama dengan pengurus organisasi

pedagang bernama Ikatan Pedagang Wisata Belanja Tugu (IPWBT) adalah

penataan dan pembenahan letak tenda atau stand pedagang berdasarkan jenis

barang dagangan, misalnya tenda makanan disejajarkan dalam satu deretan dan

tidak berada dekat dengan tenda pakaian. Evaluasi kebijakan dilakukan oleh pihak

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang bersama pengurus organisasi

pedagang bernama Ikatan Pedagang Wisata Belanja Tugu (IPWBT) dengan

melakukan rapat koordinasi membahas penetapan fasilitas, jumlah pedagang, dan

pengadaan seragam saat berjualan bagi seluruh pedagang Wisata Belanja Tugu

serta megajukan kepada pihak Walikota Malang agar segera menyusun dan

menerbitkan Peraturan Walikota yang mengatur Wisata Belanja Tugu di Jalan

Semeru Malang. Pernyatan ini berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhi

pengambilan keputusan dalam proses kebijakan publik menurut Widodo

(2011:16) sebagai berikut:

1. Implementasi Kebijakan (policy implementation)

Implementasi kebijakan dilakukan melalui birokrasi, anggaran publik, dan

aktivitas agen eksekutif yang terorganisasi. Implementasi kebijakan publik yang

tercantum dalam Surat Keputusan Walikota Malang Nomor 193 Tahun 2003

Page 19: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

Tentang Penataan dan Pengelolaan Wisata Belanja Tugu dilaksanakan oleh pihak-

pihak yang terkait dengan eksistensi Wisata Belanja Tugu antara lain Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, Dinas Perhubungan Kota Malang,

Satpol PP Kota Malang, dan pengurus organisasi pedagang bernama Ikatan

Pedagang Wisata Belanja Tugu (IPWBT) dengan melakukan kerjasama seperti

pengaturan letak tenda atau stand berdasarkan jenis barang dagangan, menjaga

kebersihan melalui pengadaan beberapa tong sampah di sekitar blok warna tenda

pedagang, dan pengadaan stand informasi bagi pengunjung yang kehilangan

barang berharga di area Wisata Belanja Tugu, menyediakan lokasi parkir yang

luas serta penugasan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Malang untuk

menjaga keamanan dan ketertiban dalam area perdagangan Wisata Belanja Tugu.

2. Evaluasi Kebijakan (policy evaluation)

Evaluasi kebijakan dilakukan oleh lembaga pemerintah sendiri, konsultan

di luar pemerintah, pers, dan masyarakat (publik). Evaluasi setelah melakukan

penerapan kebijakan publik yang tercantum dalam Surat Keputusan Walikota

Malang Nomor 193 Tahun 2003 Tentang Penataan dan Pengelolaan Wisata

Belanja Tugu dengan melakukan rapat terbuka antara Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Malang, Dinas Perhubungan Kota Malang, Satpol PP Kota

Malang dengan pengurus organisasi Ikatan Pedagang Wisata Belanja Tugu

(IPWBT) membahas penetapan fasilitas berupa tenda, jumlah pedagang, dan

pengadaan seragam saat berjualan bagi pedagang resmi Wisata Belanja Tugu.

Respon Para Pedagang Wisata Belanja Tugu Terhadap Kebijakan

Pemerintah Kota Malang Mengenai Penataan Dan Pengelolaan Area

Perdagangan Di Jalan Semeru Malang

Pedagang di sepanjang trotoar sebelah barat Jalan Semeru Malang yang

terorganisir dalam Paguyuban Pedagang Kreatif Semeru Barat (PPKSB)

menganggap kebijakan Pemerintah Kota Malang dan pengurus organisasi

pedagang Wisata Belanja Tugu tersebut tidak adil karena pemerintah tidak

memberikan fasilitas dan lokasi bagi mereka untuk berjualan sehingga para

pedagang PPKSB tersebut terpaksa menggelar dagangannya di trotoar sebelah

barat Jalan Semeru Malang dengan peralatan seadanya seperti tikar dan meja.

Page 20: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

Selain itu para pedagang PPKSB pernah disuruh pindah dan berhenti berdagang

oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan Satpol PP Kota Malang. Para

pedagang PPKSB kemudian mengadukan nasib mereka ke Komisi B DPRD Kota

Malang meminta agar mereka diberikan fasilitas berupa tenda atau stand untuk

bisa ikut berdagang di Wisata Belanja Tugu Malang. Tidak ada syarat khusus bagi

para pedagang PPKSB agar dapat berjualan di sekitar area Wisata Belanja Tugu.

Mereka hanya mengumpulkan iuran kebersihan sebesar Rp 5000,00 kepada ketua

paguyuban PPKSB bernama Nurhadi yang digunakan untuk membeli sapu dan

tempat sampah. Harapan seluruh pedagang PPKSB kedepannya adalah ingin tetap

diperbolehkan berjualan di trotoar Jalan Semeru Malang hanya satu minggu sekali

saja dan tidak satu hari penuh cuma sampai pukul 11.00 WIB.

Salah satu pedagang PPKSB menyesalkan kebijakan Pemerintah Kota

Malang tersebut karena penduduk Kota Malang tidak hanya berjumlah 459 orang

tetapi tidak dipilih pedagang-pedagang yang benar-benar dapat masuk ke dalam

menjadi pedagang resmi Wisata Belanja Tugu dan menginginkan adanya seleksi

yang dilakukan Pemerintah Kota Malang yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kota Malang bekerjasama dan para pengurus organisasi Ikatan Pedagang Wisata

Belanja Tugu (IPWBT) untuk mengganti pedagang lama dengan pedagang baru

yang ingin masuk ke dalam menjadi pedagang resmi Wisata Belanja Tugu.

Harapan mereka selanjutnya adalah ingin diberi fasilitas berupa tenda untuk

berjualan.

Respon para pedagang PPKSB di atas bertentangan dengan definisi

Indiahono (2009:55) mengenai kebijakan publik yang merupakan ranah tempat

bergantung banyak pihak untuk peyelesaian masalah publik secara rasional dan

dapat diterima oleh berbagai kelompok kepentingan yang terlibat. Kebijakan

publik yang dikeluarkan dan ditetapkan oleh Pemerintah Kota Malang tidak

disetujui oleh beberapa kelompok kepentingan seperti para pedagang yang

terorganisir dalam Paguyuban Pedagang Kreatif Semeru Barat (PPKSB) yang

juga ingin mendapatkan tempat dan fasilitas yang sama saat berjualan di sekitar

area perdagangan Wisata Belanja Tugu di Jalan Semeru Malang.

Kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Malang yaitu Bagian

Hukum Sekretariat Daerah Kota Malang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Page 21: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

Malang bekerjasama dengan para pengurus organisasi IPWBT berkaitan dengan

aturan dalam penyediaan area perdagangan dan fasilitas berupa tenda atau stand

juga mendapatkan respon positif dari para pedagang Wisata Belanja Tugu.

Pedagang Wisata Belanja Tugu yang tergolong sebagai pedagang resmi karena

telah memiliki kartu tanda anggota, tenda, membayar biaya retribusi, dan iuran

kebersihan menganggap bahwa aturan Pemerintah Kota Malang demi kebaikan

bersama dan berjualan mengguanakan tenda bertuliskan Wisata Belanja Tugu

merupakan ikon wisata belanja Kota Malang yang harus seragam untuk keserasian

sehingga area perdagangan Wisata Belanja Tugu terlihat lebih bagus dan semakin

enak dipandang oleh pengunjung.

Namun para pedagang resmi juga mengeluhkan penerapan kebijakan

Pemerintah Kota Malang karena Wisata Belanja Tugu dilaksanakan hanya pada

hari Minggu dan waktunya sangat singkat yaitu pada pukul 06.00-11.00 WIB.

Pedagang resmi kemudian mengeluhkan kerja para Satpol PP dan Dinas

Perhubungan Kota Malang yang kurang tegas dalam menangani pengemis dan

pengamen yang bebas keluar masuk Wisata Belanja Tugu dan membiarkan para

Pedagang Kaki Lima (PKL) berjualan di trotoar Jalan Semeru Malang dan area

parkir di depan gapura Wisata Belanja Tugu. Para pedagang resmi Wisata Belanja

Tugu (IPWBT) menjelaskan bahwa para pedagang di trotoar Jalan Semeru

Malang yang biasa disebut Pedagang Kaki Lima (PKL) merusak pemandangan

dan mengganggu ketertiban lalu lintas dan parkir karena mereka berjualan di

trotoar dan sedikit menggunakan badan jalan sebagai tempat parkir.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Area perdagangan Wisata Belanja Tugu merupakan aktifitas sektor

informal yang dibentuk oleh Pemerintah Kota Malang dan pengurus organisasi

pedagang bernama Ikatan Pedagang Wisata Belanja Tugu (IPWBT) yang berakte

notaris : Eko Cahyono, SH Nomor 26 tanggal 15 Juli 2004. Jumlah anggota

pedagang 459 orang diketuai oleh Dimyati Suheru, SH, M.Hum. Wisata Belanja

Tugu beroperasi setiap hari Minggu sejak pukul 06.00 sampai 11.00 WIB di Jalan

Semeru Malang dengan panjang lokasi sekitar 600 meter.

Page 22: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

Aturan bagi pedagang Wisata Belanja Tugu antara lain mendaftarkan diri

di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang dengan membawa foto kopi

KTP yang berdomisili di Kota Malang, foto ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua

lembar, dan melampirkan jenis barang dagangan agar memperoleh Kartu Tanda

Anggota (KTA). Selain itu, para pedagang harus membeli tenda disediakan oleh

pengurus Ikatan Pedagang Wisata Belanja Tugu (IPWBT) seharga Rp

1.500.000,00, membayar biaya retribusi Rp 4.700,00 dan iuran kebersihan Rp

2.500,00.

Penyusunan Surat Keputusan Walikota Nomor 193 Tahun 2003 Tentang

Penataan Dan Pengelolaan Wisata Belanja Tugu disusn dengan alasan sebagai

landasan hukum dalam penyelenggaraan Wisata Belanja Tugu, menambah

lapangan pekerjaan baru khususnya di bidang perdagangan bagi masyarakat Kota

Malang, dan Wisata Belanja Tugu telah menjadi ikon dalam pengembangan

kepariwisataan di Kota Malang.

Saran

1. Pemerintah Kota Malang diharapkan dapat memperluas area perdagangan

Wisata Belanja Tugu dan menampung para pedagang di trotoar sebelah barat

Jalan Semeru Malang.

2. Dalam merumuskan kebijakan mengenai penataan dan pengelolaan area

perdagangan Wisata Belanja Tugu hendaknya Pemerintah Kota Malang

melibatkan pengurus organisasi Ikatan Pedagang Wisata Belanja Tugu

(IPWBT).

3. Setelah melakukan implementasi dan evaluai kebijakan, diharapkan Pemerintah

Kota Malang dapat bertindak tegas terhadap para pengemis, pengamen, dan

para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berada di sekitar lokasi Wisata Belanja

Tugu.

4. Pemerintah Kota Malang diharapkan kedepannya dapat menambah waktu

pelaksanaan kegiatan Wisata Belanja Tugu dan memfasilitasi para pedagang di

sepanjang trotoar sebelah barat Jalan Semeru Malang yang terorganisir dalam

Paguyuban Pedagang Kreatif Semeru Barat (PPKSB) dengan menyediakan

lokasi dan tenda atau stand untuk berjualan.

Page 23: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29104CC976B9373E29187F2... · Malang yang menyediakan berbagai jenis wisata kuliner,

Daftar Rujukan

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik: Berbasis Dynamic Policy Analysis. Yogyakarta: Gava media.

Moleong, J. Lexi. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya. Mustafa, A. Ali. 2008. Model Transformasi Sosial: Sejarah, Teori Dan Praksis

Pedagang Kaki Lima. Malang: Inspire Indonesia. Permadi, Gilang. 2007. Pedagang Kaki Lima: Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini.

Jakarta: Yudhistira. Sarjono, Yetty. 2005. Pergulatan Pedagang Kakilima Di Perkotaan: Pendekatan

Kualitatif. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Syafardi, A.Astri. 2012. Penata Kelolaan Pedagang Kaki Lima (PKL) Buah Kota

Padang. Artikel, (Online): 22-23, (www.google.com), diakses 5 Juni 2012.

Widodo, Joko. 2011. Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi Analisis

Proses Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia. Widyaningrum, Nurul, dkk. 2009. Jurnal Analisis Sosial Vol 14 No.1 Juni 2009:

Memahami Isu di Balik Ekonomi Informal Perkotaan. Bandung: Kebun Angan.

Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang:

Kementrian Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang.