PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA...

13
1 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA DISTRAKTOR BERMAKNA UNTUK MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KONSEPSI FISIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MALANG Anita Puspita Handayani 1 , Muhardjito 2 , Sumarjono 3 , Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang 1 Mahasiswa Fisika Universitas Negeri Malang 2 Dosen Fisika Universitas Negeri Malang 3 Dosen Fisika Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan (1) mengembangkan produk instrumen tes pilihan ganda distraktor bermakna untuk mengidentifikasi karakteristik konsepsi fisika siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada materi getaran serta (2) mendeskripsikan kelayakan instrumen tersebut. Prosedur penelitian mengikuti langkah-langkah penelitian dan pengembangan Borg and Gall, yang telah diadopsi dan dimodifikasi oleh Sukmadinata. Penelitian ini dilakukan hingga uji coba lapangan awal (uji coba terbatas). Secara garis besar, terdapat lima tahap dalam pelaksanaan penelitian, yaitu: (1) studi pendahuluan, (2) perancangan draf instrumen, (3) pengembangan draf instrumen, (4) uji coba terbatas, dan (5) revisi produk hasil pengembangan. Pengumpulan data menggunakan instrumen: angket, instrumen wawancara, tes uraian, dan tes pilihan ganda distraktor bermakna. Berdasarkan data angket validasi oleh tim ahli, diketahui bahwa instrumen tes pilihan ganda distraktor bermakna yang dikembangkan dinyatakan layak dalam ranah materi, konstruksi, dan bahasa. Setelah uji coba terbatas, data dianalisis untuk mengidentifikasi karakteristik konsepsi siswa, meliputi: analisis tiap indikator soal, analisis level tiap butir soal, analisis profil siswa, dan analisis profil kelas. Secara keseluruhan, analisis profil kelas menunjukkan bahwa siswa yang memahami konsep dengan benar pada materi getaran masih tergolong rendah, yaitu 29,68 %, sedangkan 70,32 % mengalami miskonsepsi. Kata kunci: instrumen tes, pilihan ganda distraktor bermakna, konsepsi, getaran Penilaian merupakan satu kesatuan penting dalam pembelajaran. Dalam Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 dinyatakan bahwa Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk dapat memenuhi kriteria tersebut, siswa diharuskan menguasai konsep serta mampu mengintegrasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berpikir (Berg (Ed.), 1991: 8). Umumnya konsep berjenjang dan saling berhubungan antara konsep yang lainnya, sehingga konsep sederhana menunjang pemahaman terhadap konsep yang lebih

Transcript of PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA...

Page 1: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4A12C3D2FC605F3C92B60E... · konsepsi fisika siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada materi

1

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA DISTRAKTOR

BERMAKNA UNTUK MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK

KONSEPSI FISIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MALANG

Anita Puspita Handayani1, Muhardjito

2, Sumarjono

3,

Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang 1Mahasiswa Fisika Universitas Negeri Malang

2Dosen Fisika Universitas Negeri Malang

3Dosen Fisika Universitas Negeri Malang

E-mail: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan (1) mengembangkan produk instrumen tes

pilihan ganda distraktor bermakna untuk mengidentifikasi karakteristik

konsepsi fisika siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada materi getaran

serta (2) mendeskripsikan kelayakan instrumen tersebut. Prosedur penelitian

mengikuti langkah-langkah penelitian dan pengembangan Borg and Gall,

yang telah diadopsi dan dimodifikasi oleh Sukmadinata. Penelitian ini

dilakukan hingga uji coba lapangan awal (uji coba terbatas). Secara garis

besar, terdapat lima tahap dalam pelaksanaan penelitian, yaitu: (1) studi

pendahuluan, (2) perancangan draf instrumen, (3) pengembangan draf

instrumen, (4) uji coba terbatas, dan (5) revisi produk hasil pengembangan.

Pengumpulan data menggunakan instrumen: angket, instrumen wawancara,

tes uraian, dan tes pilihan ganda distraktor bermakna. Berdasarkan data

angket validasi oleh tim ahli, diketahui bahwa instrumen tes pilihan ganda

distraktor bermakna yang dikembangkan dinyatakan layak dalam ranah

materi, konstruksi, dan bahasa. Setelah uji coba terbatas, data dianalisis untuk

mengidentifikasi karakteristik konsepsi siswa, meliputi: analisis tiap indikator

soal, analisis level tiap butir soal, analisis profil siswa, dan analisis profil

kelas. Secara keseluruhan, analisis profil kelas menunjukkan bahwa siswa

yang memahami konsep dengan benar pada materi getaran masih tergolong

rendah, yaitu 29,68 %, sedangkan 70,32 % mengalami miskonsepsi.

Kata kunci: instrumen tes, pilihan ganda distraktor bermakna, konsepsi,

getaran

Penilaian merupakan satu kesatuan penting dalam pembelajaran. Dalam

Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 dinyatakan

bahwa Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi

kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk

dapat memenuhi kriteria tersebut, siswa diharuskan menguasai konsep serta

mampu mengintegrasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep

merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara

manusia dan yang memungkinkan manusia berpikir (Berg (Ed.), 1991: 8).

Umumnya konsep berjenjang dan saling berhubungan antara konsep yang lainnya,

sehingga konsep sederhana menunjang pemahaman terhadap konsep yang lebih

Page 2: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4A12C3D2FC605F3C92B60E... · konsepsi fisika siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada materi

2

kompleks. Penguasaan konsep adalah kemampuan yang memungkinkan seseorang

dapat berbuat sesuatu (Ibrahim, 2012: 9).

Dalam pembelajaran fisika, seringkali terjadi kesalahan dalam memahami

konsep fisika yang disebut miskonsepsi. Ibrahim (2012: 13) berpendapat

miskonsepsi adalah ide atau pandangan yang salah tentang suatu konsep yang

dimiliki seseorang yang berbeda dengan konsep yang disepakati dan dianggap

benar oleh para ahli, serta pandangan yang berbeda ini bersifat penghambat.

Miskonsepsi ini semakin parah ketika guru menganggap proses belajar adalah

transfer ilmu dari guru ke siswa, padahal siswa sudah memiliki pengetahuan awal

yang membentuk konsepsinya (Wahyuningsih, 2013: 113). Dengan mengetahui

konsepsi siswa, pembelajaran yang berlangsung dapat bermakna dan mengatasi

kesulitan belajar bagi siswa.

Penelitian terdahulu yang diilakukan oleh Nur Arifiadi (2013) yaitu

menggunakan tes diagnostik berbentuk pilihan ganda materi getaran yang terdiri

dari tiga alternatif jawaban disertai alasan untuk mengetahui miskonsepsi siswa.

Hasil penelitian diketahui bahwa miskonsepsi pada materi getaran tergolong

tinggi dengan rata-rata persentase sebesar 89,56%. Hal ini menunjukkan bahwa

tidak dipungkiri siswa SMA mengalami miskonsepsi pada materi Getaran. Ketika

dilakukan wawancara pada subjek penelitian, siswa SMA Negeri 2 Malang kelas

XI, diketahui bahwa sebesar 66,67% mengutarakan tidak memahami konsep

getaran. Berlanjut hasil wawancara dengan guru fisika, diketahui bahwa siswa

belum pernah diberi tes yang bertujuan mengetahui miskonsepsi.

Untuk menelusuri kesulitan belajar siswa dalam menguasai mata pelajaran

dapat menggunakan tes diagnostik (Wijaya dkk, 2013: 22). Tes diagnostik adalah

tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga

berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan

yang tepat (Arikunto, 2009: 34). Hal ini sejalan dengan pendapat Wahyuningsih,

dkk (2013: 114) yang menyatakan: “tes diagnostik sengaja dirancang sebagai alat

untuk menemukan kesulitan belajar yang sedang dihadapi siswa. Hasil tes

diagnostik dapat digunakan sebagai dasar penyelenggaraan pengajaran yang lebih

sesuai dengan kemampuan siswa sebenarnya, termasuk kesulitan-kesulitan

belajarnya”. Berbagai tes telah dikembangkan untuk mengidentifikasi

Page 3: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4A12C3D2FC605F3C92B60E... · konsepsi fisika siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada materi

3

miskonsepsi, diantaranya tes uraian dan wawancara. Akan tetapi, tes tersebut tidak

efektif dilakukan, mengingat rata-rata setiap kelas diisi 35-45 siswa. Selain itu,

hasil dari tes tersebut tidak memberikan balikan kepada siswa untuk mengetahui

kesulitan belajarnya.

Upaya untuk mengidentifikasi karakteristik siswa dan memberi balikan

pada siswa adalah pemberian tes diagnostik berupa soal pilihan ganda distraktor

bermakna. Tujuan dari penelitian yang dilakukan, yaitu: (1) mengembangkan

produk instrumen tes pilihan ganda distraktor bermakna untuk mengidentifikasi

karakteristik konsepsi fisika siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada materi

getaran dan (2) mendeskripsikan kelayakan instrumen tersebut.

METODE

Penelitian ini mengikuti langkah-langkah penelitian dan pengembangan

dari Gall dan Borg, yang telah diadaptasi dan dimodifikasi oleh Sukmadinata

(Sukmadinata, 2012: 170). Pada penelitian ini dilakukan hingga uji coba lapangan

awal. Secara garis besar terdapat lima tahap penelitian, yaitu: (1) studi

pendahuluan, (2) perancangan draf instrumen, (3) pengembangan draf instrumen,

(4) uji coba terbatas, dan (5) revisi produk hasil pengembangan. Pada tahap studi

pendahuluan mencakup studi pustaka dan studi lapangan. Tahap berikutnya adalah

perancangan draf instrumen, meliputi: mengumpulkan bentuk miskonsepsi pada

materi getaran, menyusun indikator, menyusun butir soal uraian sesuai indikator,

validasi soal uraian, dan uji coba soal uraian. Selanjutnya adalah tahap

pengembangan draf instrumen, yaitu: menganalisis jawaban siswa dari soal

uraian, menyusun butir soal pilihan ganda, validasi tes pilihan ganda distraktor

bermakna, dan revisi. Setelah tes pilihan ganda distraktor bermakna direvisi, maka

menuju tahap uji coba terbatas dan tahap terakhir adalah revisi produk hasil

pengembangan.

Produk yang dihasilkan berupa seperangkat instrumen dengan materi

Getaran dalam bentuk tes pilihan ganda distraktor bermakna. Produk tersebut

bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik konsepsi siswa pada materi

getaran. Alternatif pilihan jawaban dikembangkan berdasarkan deskripsi level-

level yang diperoleh dari jawaban siswa pada tes uraian. Masing-masing indikator

Page 4: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4A12C3D2FC605F3C92B60E... · konsepsi fisika siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada materi

4

dikembangkan menjadi tiga butir soal yang setara dan sama agar dapat

mengetahui konsistensi jawaban responden.

Uji coba pada penelitian ini adalah uji coba kelompok kecil (uji coba

terbatas). Uji coba kelompok kecil merupakan uji coba terbatas kepada siswa

SMA Negeri 2 Malang kelas XI. Hasil uji coba kelompok kecil digunakan untuk

analisis butir soal dan analisis identifikasi karakteristik konsepsi siswa.

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah instrumen

wawancara, angket, tes uraian, dan tes pilihan ganda distraktor bermakna. Data

dari hasil wawancara digunakan untuk mendukung perlunya mengangkat

permasalahan. Data dari angket digunakan untuk mengevaluasi produk instrumen

yang dihasilkan. Angket yang digunakan menggunakan penilaian skala Likert

dengan nilai 1 sampai 4. Data dari tes uraian yang diberikan berupa jawaban-

jawaban siswa yang digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan produk

instrumen tes pilihan ganda distraktor bermakna.

Data hasil angket validasi dianalisis dengan perhitungan rata-rata sebagai

berikut (Sungkowo, 2010: 9).

𝑋 = 𝑥

𝑛

Keterangan: 𝑋 = Nilai rata-rata

𝑥 = Jumlah skor jawaban penilaian

𝑛 = Jumlah penelaah

Acuan kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat kelayakan disajikan dalam

Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Kelayakan

Rata-rata Kategori Kelayakan

3,26 - 4,00 Layak

2,51 – 3,25 Cukup layak

1,76 – 2,50 Kurang layak

1,00 – 1,75 Tidak layak

(Data diolah dari Sugiyono, 2010: 137)

Data uji coba terbatas tes pilihan ganda distraktor bermakna berupa

jawaban siswa, dilakukan analisis butir soal dan analisis indentifikasi karakteristik

konsepsi siswa. Analisis butir soal meliputi: validitas, reliabilitas, tingkat

kesukaran, daya pembeda, dan kualitas pengecoh.

Page 5: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4A12C3D2FC605F3C92B60E... · konsepsi fisika siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada materi

5

Validitas butir soal adalah ukuran sebuah butir soal dikatakan valid apabila

mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Rumus untuk menghitung

validitas butir soal menggunakan korelasi point biseral sebagai berikut (Arikunto,

2009:78).

𝑟𝑝𝑏𝑖 =𝑀𝑝 −𝑀𝑡

𝑆𝑡 𝑝

𝑞

Keterangan:

rpbi = koefisien korelasi biseral,

Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari

validitasnya,

Mt = rerata skor total,

St = simpangan baku skor total,

p = proporsi siswa yang menjawab benar,

q = proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 - p)

Berikutnya adalah membandingkan harga rpbi dengan harga korelasi point biseral

(rtab) dengan taraf signifikansi 5%. Jika rpbi > rtab , maka dikatakan butir soal

tersebut valid dan dikatakan tidak valid jika berlaku kebalikannya.

Reliabilitas adalah ukuran suatu alat ukur dapat memberikan gambaran

yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang. Persamaan

reliabilitas yang digunakan adalah rumus K-R. 20 yang ditemukan oleh Kuder dan

Richardson sebagai berikut (Arikunto, 2009:100).

𝑟11 = 𝑛

𝑛 − 1

𝑆2 − 𝑝𝑞

𝑆2

Keterangan:

11r = reliabilitas tes secara keseluruhan,

n = jumlah soal,

S = standar deviasi dari tes,

p = proporsi subjek yang menjawab butir soal dengan benar,

q = proporsi subjek yang menjawab butir soal dengan salah (q = 1 - p)

Page 6: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4A12C3D2FC605F3C92B60E... · konsepsi fisika siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada materi

6

Kriteria reliabilitas soal dibagi menjadi lima kriteria, seperti pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Kriteria Reliabilitas Soal

Nilai Kategori

0,800 < r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,600 < r11 ≤ 0,800 Tinggi

0,400 < r11 ≤ 0,600 Sedang

0,200 < r11 ≤ 0,400 Rendah

0,000 < r11 ≤ 0,200 Sangat rendah

(Arikunto, 2009: 75)

Tingkat kesukaran berhubungan dengan proporsi siswa yang menjawab

benar suatu butir soal. Tingkat kesukaran dapat dihitung menggunakan persamaan

berikut (Arikunto, 2009:208).

𝑃 =𝐵

𝐽𝑆

Keterangan:

P = tingkat kesukaran,

B = jumlah siswa yang menjawab benar,

JS = jumlah seluruh siswa

Kriteria analisis tingkat kesukaran butir soal dibagi menjadi tiga kriteria, seperti

pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal

Nilai p Tingkat kesukaran

0,00 < p ≤ 0,30 Sukar

0,30 < p ≤ 0,70 Sedang

0,70 < p ≤ 1,00 Mudah

(Arikunto, 2009: 210)

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan

antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Menurut

Arikunto (2009: 213), daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan

rumus berikut.

𝐷 =𝐵𝐴𝐽𝐴

−𝐵𝐵𝐽𝐵

Keterangan:

D = daya pembeda butir soal,

JA = banyaknya peserta kelompok atas,

JB = banyaknya peserta kelompok bawah,

Page 7: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4A12C3D2FC605F3C92B60E... · konsepsi fisika siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada materi

7

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab butir soal dengan benar,

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab butir soal dengan

benar

Kriteria analisis daya pembeda butir soal dibagi menjadi empat kriteria, seperti

pada Tabel 3.4 berikut.

Tabel 4. Klasifikasi Daya Pembeda

Nilai D Keterangan

0,00 – 0,2 Jelek

0,21 – 0,4 Cukup

0,41 – 0,7 Baik

0,71 – 1,0 Sangat Baik

(Arikunto, 2009: 218)

Kualitas pengecoh merupakan ukuran baik tidaknya pengecoh yang

digunakan pada setiap butir soal pilihan ganda yang diberikan. Kriteria untuk

menentukan pengecoh (distraktor) berfungsi baik apabila paling sedikit dipilih

oleh 5% pengikut tes (Arikunto, 2009:220).

Analisis identifikasi karakteristik konsepsi siswa meliputi: analisis tiap

indikator, analisis profil siswa, analisis level butir soal, dan analisis profil kelas.

Untuk mempermudah analisis dapat menggunakan program AAFF (Analisis

Asesmen Formatif Fisika). Pada penelitian ini dilakukan analisis menggunakan

bantuan Microsoft Excel, yang rumus perhitungan berdasarkan program AAFF.

Analisis tiap indikator menunjukkan analisis respon keseluruhan siswa

untuk setiap indikator. Hasil dari analisis tiap indikator berupa grafik yang

menggambarkan persentase level tiap indikator, yang merupakan analisa

miskonsepsi yang terjadi pada setiap indikator. Rumus yang digunakan sebagai

berikut.

𝑃 = 𝑥𝑖 𝑥𝑛

× 100%

Keterangan:

P = persentase level tiap indikator

𝑥𝑖 = jumlah siswa yang menjawab level tertentu tiap indikator

𝑥𝑛 = jumlah siswa keseluruhan

Analisis profil siswa memberikan umpan balik pada setiap siswa berupa

saran mengenai konsepsinya pada setiap indikator. Siswa dikatakan memahami

Page 8: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4A12C3D2FC605F3C92B60E... · konsepsi fisika siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada materi

8

konsep pada indikator adalah siswa yang menjawab level 4 minimal dua soal

indikator tersebut. Siswa dikatakan mengalami miskonsepsi level 1, atau level 2,

atau level 3 pada indikator adalah siswa yang menjawab level tertentu dan sama,

minimal dua soal indikator tersebut. Siswa dikatakan tidak paham konsep pada

indikator adalah siswa yang menjawab level berbeda-beda pada tiga soal indikator

tersebut, artinya jawaban siswa tidak konsisten.

Analisis level butir soal dimaksudkan untuk mengetahui analisis respon

seluruh siswa terhadap butir soal tertentu. Hasil analisis level butir soal berupa

grafik yang menggambarkan persentase jawaban pada tiap level dalam setiap butir

soal yang dianalisis. Perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut.

𝑃 = 𝑥𝑖 𝑥𝑛

× 100%

Keterangan:

P = persentase level pada butir tertentu

𝑥𝑖 = jumlah siswa yang menjawab level tertentu pada tiap butir tertentu

𝑥𝑛 = jumlah siswa keseluruhan

Analisis profil kelas menunjukkan gambaran pencapaian seluruh siswa

pada tes yang telah dilaksanankan. Hasil analisis profil kelas berupa grafik yang

menggambarkan persentase jawaban yang diberikan oleh seluruh siswa pada

setiap level untuk semua butir soal. Perhitungan menggunakan rumus sebagai

berikut.

𝑃 = 𝑥𝑖 𝑥𝑛

× 100%

Keterangan:

P = persentase level untuk semua butir soal oleh seluruh siswa

𝑥𝑖 = jumlah seluruh siswa yang menjawab level tertentu untuk semua butir

soal

𝑥𝑛 = jumlah seluruh siswa x jumlah semua butir soal

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis data angket validasi meliputi ranah materi, konstruksi, dan

bahasa, sebagian butir soal dinyatakan valid oleh tim ahli. Hanya butir soal nomor

4, 5, 6 yang dinyatakan cukup layak untuk ranah konstruksi dan bahasa.

Page 9: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4A12C3D2FC605F3C92B60E... · konsepsi fisika siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada materi

9

Setelah instrumen tes pilihan ganda distraktor bermakna diujicobakan pada

21 siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang, setiap butir soal dianalisis melalui

validitas butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan kualitas

pengecoh. Hasil validitas butir soal telah diperoleh 16 butir soal yang valid, diuji

dengan nilai r(21;0.05) adalah 0,433. Butir soal yang dinyatakan tidak valid, tetap

digunakan, karena butir soal tersebut sebetulnya telah dinyatakan layak oleh tim

ahli dan dapat mendeteksi konsepsi siswa. Hanya saja, butir soal tersebut perlu

diperbaiki struktur kalimat dan bahasa sesuai saran tim ahli.

Hasil uji reliabilitas untuk 16 butir soal valid dari instrumen tes pilihan

ganda distraktor bermakna memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi, sebesar

0,931. Hasil uji tingkat kesukaran, diketahui bahwa untuk kategori sukar sejumlah

18 butir soal, kategori sedang sejumlah 10 butir soal, dan kategori mudah

sejumlah 2 butir soal. Untuk daya pembeda termasuk dalam kategori sangat baik

sejumlah 1 butir soal, kategori baik sejumlah 2 butir soal, kategori cukup baik

sejumlah 11 butir soal, kategori jelek sejumlah 13 butir soal, dan kategori tidak

baik sejumlah 3 butir soal. Daya pembeda dalam kategori jelek dan tidak baik

menyebabkan jawaban siswa dapat dilakukan dengan cara menebak. Akan tetapi,

hal ini sudah ditangani dengan mengembangkan satu indikator menjadi 3 butir

soal yang setara dan sama, sehingga siswa yang menjawab menebak dapat

diketahui dengan pasti. Dalam segi kualitas pengecoh, dapat diketahui bahwa

sebagian besar butir soal sudah memiliki pengecoh baik.

Analisis tiap indikator menghasilkan diagram yang menunjukkan

persentase jawaban reponden untuk level 1, 2, 3, 4, dan Non Consistence (NC).

Gambar 1 berikut menunjukkan hasil analisis tiap indikator untuk indikator 1.

52,38%

19,05%

0%4,76%

23,81%

Level 4 Level 3 Level 2 Level 1 NC

Persentase Tiap Indikator

Indikator 1

Level 4 Level 3 Level 2 Level 1 NC

Gambar 1. Diagram Persentase Tiap Level pada Indikator 1

Page 10: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4A12C3D2FC605F3C92B60E... · konsepsi fisika siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada materi

10

Berdasarkan diagram Gambar 1, dapat diketahui persentase kondisi siswa yang

memahami konsep dengan benar, mengalami miskonsepsi, dan tidak memahami

konsep. Siswa yang konsisten menjawab level 4 memiliki persentase 52,38% atau

sekitar 11 siswa, hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut telah memahami

konsep dengan benar untuk indikator 1. Persentase siswa yang konsisten

menjawab level 3 sebesar 19,05%, hal ini menunjukkan 4 siswa mengalami

miskonsepsi pada level 3. Persentase siswa yang konsisten menjawab level 2

adalah 0%, dan untuk siswa yang konsisten menjawab pada level 1 sebesar

4,76%. Sedangkan siswa yang menjawab tidak konsisten pada tiga butir soal

setara adalah sebesar 23,81% atau 5 siswa, hal ini menunjukkan bahwa siswa

tersebut tidak memahami konsep sehingga dalam menjawab soal kemungkinan

dengan cara menebak.

Untuk analisis level tiap butir soal untuk butir soal nomor 1 ditunjukkan

pada Gambar 2 berikut.

Berdasarkan diagram pada Gambar 2 , butir soal nomor 1 terdapat persentase

sebesar 47,62% siswa menjawab level 4; 38,10% siswa menjawab level 3; 9,52%

siswa menjawab level 2; dan 4,76% siswa menjawab level 1. Analisis tiap

indikator merupakan pendekatan yang dapat menunjukkan konsistensi jawaban

siswa pada indikator tertentu. Sedangkan analisis level tiap butir menampilkan

respon siswa yang sesungguhnya. Guru dapat mengamati butir-butir yang

menunjukkan potensi masalah, yakni butir soal dengan persentase rendah pada

level 4.

47,62%38,10%

9,52%4,76%

Level 4 Level 3 Level 2 Level 1

Persentase Level Butir 1

Level 4 Level 3 Level 2 Level 1

Gambar 2. Diagram Persentase Tiap Level pada Butir Soal Nomor 1

Page 11: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4A12C3D2FC605F3C92B60E... · konsepsi fisika siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada materi

11

Analsis profil siswa dapat memberikan umpan balik pada siswa untuk

memperbaiki cara belajar siswa berdasarkan kesulitan yang dialami. Berikut

disajikan hasil analisis salah satu responden.

Tabel 6. Ringkasan Profil Siswa untuk Responden 1

Responden 1: Taufiq Alif H

Anda perlu meluangkan waktu untuk mempelajari lagi materi ini dan

berdiskusi lebih lanjut dengan Guru. Untuk lebih jelasnya, perhatikan

catatan di bawah.

Indikator 1: Siswa berpikir bahwa jarak total dalam satu getaran penuh

sama dengan simpangan getaran pada saat tertentu

Indikator 3: Siswa berpikir bahwa frekuensi sudut lebih besar

ditunjukkan pada grafik yang memiliki jumlah gelombang yang lebih

rapat

Indikator 4: Siswa berpikir bahwa periode percobaan 1 lebih besar

daripada percobaan 2 karena pada percobaan 2 diberikan kecepatan

awal

Indikator 5: Jawaban tidak konsisten pada Indikator ini, perlu

dipelajari lagi

Indikator 13: Siswa berpikir bahwa energi kinetik benda di posisi

simpangan maksimum bernilai maksimum sedangkan bernilai nol di

posisi setimbang

Indikator 11: Siswa berpikir bahwa ketika dua sistem pegas-massa

yang bermassa berbeda berada di posisi yang sama, benda yang

bermassa lebih kecil memiliki energi total lebih besar daripada benda

yang bermassa lebih besar

Indikator 14: Siswa berpikir bahwa sudut awal simpangan yang lebih

besar mengakibatkan jarak tempuh semakin besar sehingga periode

semakin besar

Analisis profil kelas menunjukkan kondisi secara keseluruhan antara siswa

yang memahami konsep dan mengalami miskonsepsi. Gambar 3 berikut

menyajikan hasil analisis profil kelas.

29,68% 29,05%

15,56%

25,71%

Level 4: Level 3: Level 2: Level 1:

Persentase Level Seluruh Butir

Level 4: Level 3: Level 2: Level 1:

Gambar 3. Diagram Profil Kelas

Page 12: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4A12C3D2FC605F3C92B60E... · konsepsi fisika siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada materi

12

Berdasarkan Gambar 3, diketahui bahwa siswa yang menjawab level 4 sebesar

29,68% ; level 3 sebesar 29,05% ; level 2 sebesar 15,56% ; dan level 1 sebesar

25,71%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengalami

miskonsepsi baik level 1, 2, ataupun 3.

KESIMPULAN

Produk yang dikembangkan berupa instrumen tes pilihan ganda distraktor

bermakna untuk mengidentifikasi karakteristik konsepsi fisika siswa kelas XI

SMA Negeri 2 Malang pada materi getaran. Jumlah soal pada instrumen tes yang

dikembangkan adalah 30 butir soal, yang dikembangkan dari 10 indikator. Setiap

indikator disusun menjadi 3 butir soal pilihan ganda yang setara dan sama.

Masing-masing butir juga terdiri dari 4 alternatif pilihan jawaban, yaitu 1 jawaban

benar dan 3 jawaban salah (distraktor).

Hasil analisis validasi oleh tim ahli, diketahui bahwa sebagian besar butir

soal tes pilihan ganda yang dikembangkan dinyatakan layak dari segi materi,

konstruksi, dan bahasa. Hasil validitas butir soal terdapat soal-soal yang tidak

valid, sehingga perlu dilakukan revisi dan dihasilkan produk akhir. Hasil uji

reliabilitas untuk 16 butir soal valid memiliki reliabilitas sebesar 0,931 sehingga

tergolong dalam kategori reliabilitas sangat tinggi.

Produk telah mampu mengidentifikasi karakteristik konsepsi siswa serta

dapat membedakan siswa yang memahami konsep dengan benar; mengalami

miskonsepsi beserta miskonsepsi yang dialami; dan tidak memahami konsep.

Selain itu, dari hasil analisis, produk yang dikembangkan dapat memberikan

balikan untuk siswa dalam memperbaiki cara belajar dan mempermudah guru

untuk memberikan remidiasi. Secara keseluruhan, analisis profil kelas

menunjukkan bahwa siswa yang memahami konsep dengan benar pada materi

getaran masih tergolong rendah, yaitu 29,68 %; sedangkan 70,32 % mengalami

miskonsepsi.

DAFTAR RUJUKAN

Arifiadi, Nur. 2013. Penggunaan Metode Demonstrasi Berbantuan Flip Chart

untuk Meremediasi Miskonsepsi Siswa Tentang Getaran di SMP. Jurnal

Page 13: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4A12C3D2FC605F3C92B60E... · konsepsi fisika siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada materi

13

Pendidikan dan Pembelajaran, 2 (11). (Online), (http://

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/3790/3795.html),

diakses 08 Desember 2013.

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi

Aksara.

Berg, dkk. 1991. Miskonsepsi fisika dan Remidiasi.Salatiga: Universitas Satya

Wacana.

Ibrahim, Muslimin. 2012. Seri Pembelajaran Inovatif Konsep, Miskonsepsi, dan

Cara Pembelajarannya. Surabaya: Unesa University Press.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang

Standar Kompetensi Lulusan. 2013. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan RI.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfaberta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT

Remaja Rosdakarya.

Sungkowo, Bambang T. 2010. Statistika Sebagai Alat Analisis Data Penelitian.

Malang: UM Press.

Wahyuningsih, Tri., Trustho Raharjo, dan Dyah Fitriana Masithoh. 2013.

Pembuatan Instrumen Tes Diagnostik Fisika SMA Kelas XI. Jurnal

Pendidikan Fisika, 1 (1): 111-117.

Wijaya, Mujiman Hendri,. Suratno, dan Aminuddin HP. 2013. Pengembangan Tes

diagnostik Mata Pelajaran IPA SMP. Jurnal Penelitian dan Evaluasi

Pendidikan, 17 (1): 19-36.