jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5B3D9CFE70C5C... · Web...

16
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAMS GAMES TOURNAMENT DIPADU DENGAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X.10 SMA NEGERI 1 BATU Ganang Fajar Ersanto 1 , Sri Endah Indriwati 2 , Susriyati Mahanal 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email: [email protected] Abstrak: Pembelajaran Biologi di sekolah selama ini hanya menggunakan metode diskusi-presentasi di setiap pertemuan. Permasalahan yang dialami oleh siswa di sekolah disebabkan oleh kurangnya variasi pembelajaran yang dilakukan, sehingga motivasi dan hasil belajar siswa kelas X.10 SMA Negeri 1 Batu rendah dan perlu ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament dipadu dengan inkuiri terbimbing melalui Lesson Study dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan desain PTK yang dilaksanakan melalui Lesson Study. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament dipadu dengan inkuiri terbimbing melalui Lesson Study dapat: 1) meningkatkan motivasi belajar siswa berdasarkan angket sebesar 13% dan berdasarkan lembar observasi sebesar 20%; 2) meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan meningkatnya ketuntasan klasikal siswa sebesar 50%. Kata Kunci: Teams Games Tournament, Inkuiri Terbimbing, Lesson Study, Motivasi, Hasil Belajar. Salah satu prinsip pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi siswa untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Siswa harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006). Pembelajaran Biologi yang dilakukan di sekolah selama ini masih kurang bervariasi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas X.10 SMA Negeri 1 Batu selama bulan Juli sampai dengan Oktober 2012 pada Kompetensi Dasar 1.1 sampai dengan 2.2, diketahui bahwa guru selalu menggunakan metode pembelajaran yang sama di 1

Transcript of jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5B3D9CFE70C5C... · Web...

Page 1: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5B3D9CFE70C5C... · Web viewSedangkan inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang melibatkan peran siswa untuk

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAMS GAMES TOURNAMENT DIPADU DENGAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR SISWA KELAS X.10 SMA NEGERI 1 BATU

Ganang Fajar Ersanto1, Sri Endah Indriwati2, Susriyati Mahanal3

Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 MalangEmail: [email protected]

Abstrak: Pembelajaran Biologi di sekolah selama ini hanya menggunakan metode diskusi-presentasi di setiap pertemuan. Permasalahan yang dialami oleh siswa di sekolah disebabkan oleh kurangnya variasi pembelajaran yang dilakukan, sehingga motivasi dan hasil belajar siswa kelas X.10 SMA Negeri 1 Batu rendah dan perlu ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament dipadu dengan inkuiri terbimbing melalui Lesson Study dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan desain PTK yang dilaksanakan melalui Lesson Study. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament dipadu dengan inkuiri terbimbing melalui Lesson Study dapat: 1) meningkatkan motivasi belajar siswa berdasarkan angket sebesar 13% dan berdasarkan lembar observasi sebesar 20%; 2) meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan meningkatnya ketuntasan klasikal siswa sebesar 50%.

Kata Kunci: Teams Games Tournament, Inkuiri Terbimbing, Lesson Study, Motivasi, Hasil Belajar.

Salah satu prinsip pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah pe-laksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi siswa untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Siswa harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan diri-nya secara bebas, dinamis dan menyenangkan (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006). Pembelajaran Biologi yang dilakukan di sekolah selama ini masih kurang bervariasi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas X.10 SMA Negeri 1 Batu selama bulan Juli sampai dengan Oktober 2012 pada Kompetensi Dasar 1.1 sampai dengan 2.2, diketahui bahwa guru selalu menggunakan metode pembelajaran yang sama di tiap pertemuan, yaitu metode diskusi-presentasi. Kurangnya variasi pem-belajaran yang dilakukan oleh guru mengakibatkan motivasi belajar siswa menjadi rendah, sehingga hasil belajarnya juga rendah.

Salah satu alternatif pemecahan dari permasalahan tersebut adalah dengan cara melakukan variasi pembelajaran. Salah satu variasi pembelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan memadukan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament dengan inkuiri terbimbing yang dilaksanakan melalui Lesson Study. Pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament dipadu dengan inkuiri terbimbing bertujuan untuk mening-katkan motivasi belajar siswa. Dengan meningkatnya motivasi belajar siswa diharapkan hasil belajar siswa juga ikut meningkat.

Pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament merupakan pembelajaran yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan penguatan. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping

1

Page 2: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5B3D9CFE70C5C... · Web viewSedangkan inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang melibatkan peran siswa untuk

2

menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar (Slavin, 2005). Tahap-tahap dalam pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament adalah penyajian kelas, Teams, Games, dan Tournament. Sedangkan inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang melibatkan peran siswa untuk membangun pengetahuan-nya sendiri, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator (Sanjaya, 2008). Lang-kah-langkah inkuiri terbimbing adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. Perpaduan kedua pembelajaran tersebut dilaksanakan melalui Lesson Study. Lesson Study merupakan suatu kegiatan pengkajian pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seke-lompok guru guna meningkatkan kualitas pembelajarannya (Ibrohim, 2011). Langkah-langkah Lesson Study adalah plan, do, dan see.

METODEJenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian Tindakan Kelas ini dila-kukan dalam 2 siklus, dimana dalam setiap siklus terdapat 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dalam setiap open class dilakukan Lesson Study yang meliputi tahapan plan, do, dan see. Dalam penelitian ini dilakukan 8 kali Lesson Study. Data yang diperoleh dalam penelitian adalah data keterlaksanaan Lesson Study yang bersumber dari anggota Lesson Study. Data ini diukur menggunakan lembar mo-nitoring kegiatan plan, do, dan see. Data kedua adalah data keterlaksanaan pembelajaran yang bersumber dari guru model. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Data ketiga adalah data motivasi belajar siswa yang ber-sumber dari siswa. Instrumen yang digunakan adalah angket motivasi dan lembar ob-servasi motivasi belajar siswa. Data keempat adalah data hasil belajar siswa yang ber-sumber dari siswa. Data ini didapatkan dari hasil tes tulis hasil belajar kognitif yang dilakukan di akhir tiap siklus.

HASIL1. Keterlaksanaan Tahapan Lesson Study

Keterlaksanaan Lesson Study diperoleh dari lembar monitoring keterlaksanaan Lesson Study yang diisi oleh observer. Analisis dilakukan dengan cara membagi skor yang diperoleh dengan skor maksimal kemudian dikalikan dengan 100%. Hasil monito-ring keterlaksanaan Lesson Study dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil Monitoring Keterlaksanaan Lesson Study Lesson Study ke-

Skor Keterlaksanaan Tahap Lesson study

Plan (%) Kriteria Do (%) Kriteria See (%) Kriteria

1 87,5Sangat

terlaksana72,6 Terlaksana 93,8

Sangat terlaksana

2 93,8Sangat

terlaksana80,4

Sangat terlaksana

100Sangat

terlaksana

3 93,8Sangat

terlaksana80,4

Sangat terlaksana

100Sangat

terlaksana

4 95,9Sangat

terlaksana96,1

Sangat terlaksana

100Sangat

terlaksana

5 95,9 Sangat terlaksana 88,2 Sangat

terlaksana 100 Sangat terlaksana

Page 3: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5B3D9CFE70C5C... · Web viewSedangkan inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang melibatkan peran siswa untuk

3

Lesson Study ke-

Skor Keterlaksanaan Tahap Lesson studyPlan (%) Kriteria Do (%) Kriteria See (%) Kriteria

6 100 Sangat terlaksana 98 Sangat

terlaksana 100 Sangat terlaksana

7 95,9 Sangat terlaksana 94,1 Sangat

terlaksana 100 Sangat terlaksana

8 100 Sangat terlaksana 96,1 Sangat

terlaksana 100 Sangat terlaksana

Rata-rata 95,4 Sangat

terlaksana 88,2 Sangat terlaksana 99,2 Sangat

terlaksana

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa semua tahapan Lesson Study sudah terlaksana dengan baik. Rata-rata keterlaksanaan tahap plan adalah 95,4% yang terma-suk ke dalam kriteria sangat terlaksana. Rata-rata keterlaksanaan tahap do adalah 88,2% yang termasuk ke dalam kriteria sangat terlaksana. Rata-rata keterlaksanaan tahap see adalah 99,2% yang termasuk ke dalam kriteria sangat terlaksana.

2. Keterlaksanaan PembelajaranKeterlaksanaan pembelajaran diperoleh dari lembar monitoring keterlaksanaan

pembelajaran yang diisi oleh observer. Analisis dilakukan dengan cara membagi skor yang diperoleh dengan skor maksimal kemudian dikalikan dengan 100%. Hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan oleh siswa kemudian dirata-rata. Hasil mo-nitoring keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil Monitoring Keterlaksanaan Pembelajaran

Siklus

Keterlaksanaan Pembelajaran Pertemuan

1

Keterlaksanaan Pembelajaran Pertemuan 2

Rata-rata Kriteria

Persentase Kriteria Persentase Kriteria

I 78,1% Terlaksana 87,8% Sangat terlaksana 83% Sangat

terlaksana

II 95,2% Sangat terlaksana 96,4% Sangat

terlaksana 95,8% Sangat terlaksana

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa keterlaksanaan pembelajaran meng-alami peningkatan sebesar 12,8%. Grafik peningkatan keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Grafik Peningkatan Keterlaksanaan Pembelajaran3. Motivasi Belajar Siswa

Page 4: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5B3D9CFE70C5C... · Web viewSedangkan inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang melibatkan peran siswa untuk

4

Data motivasi belajar siswa diperoleh dari angket motivasi belajar siswa dan lembar observasi belajar siswa. Data yang diperoleh dari masing-masing instrumen dijabarkan sebagai berikut.a. Angket Motivasi Belajar Siswa

Angket motivasi belajar siswa dibagikan kepada siswa sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan. Pernyataan-pernyataan yang terdapat pada angket dikelompokkan ke dalam aspek attention, relevance, confidence, dan satis-faction. Analisis data dilakukan dengan cara membagi skor yang diperoleh tiap aspek dengan skor maksimal tiap aspek kemudian dikalikan dengan 100%. Persentase yang diperoleh tiap aspek beserta kriterianya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Persentase dan Kriteria Tiap Aspek pada Angket Motivasi Belajar Siswa

AspekSebelum Tindakan Setelah Tindakan

Persentase (%) Kriteria Persentase (%) KriteriaAttention 60 Cukup 72 BaikRelevance 64 Cukup 78 BaikConfidence 62 Cukup 73 BaikSatisfaction 63 Cukup 78 BaikMotivasi klasikal 62 Cukup 75 Baik

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa berdasarkan angket motivasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 13%. Grafik peningkatan motivasi belajar siswa berdasarkan angket motivasi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Angket Motivasi Belajar Siswa

b. Lembar Observasi Motivasi Belajar SiswaLembar observasi motivasi belajar siswa diisi oleh observer setiap dilakukannya

open class. Analisis data dilakukan dengan cara membagi skor yang didapatkan dengan skor maksimal kemudian dikalikan dengan 100%. Persentase yang diperoleh tiap aspek beserta kriterianya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Persentase dan Kriteria Tiap Aspek pada Lembar Observasi Motivasi Siswa

Page 5: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5B3D9CFE70C5C... · Web viewSedangkan inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang melibatkan peran siswa untuk

5

Siklus PTK

Lesson Study ke-

Aspek Motivasi Motivasi Klasikal

(%)KriteriaAttention

(%)Relevance

(%)Confidence

(%)Satisfaction

(%)

I

1 70 60 50 40 60 Cukup2 75 53 50 67 65 Cukup3 80 67 73 87 77 Baik4 83 80 63 87 78 Baik

Rata-rata 77 65 59 70 68 Baik

II

5 80 73 67 100 78 Baik6 92 80 73 100 87 Sangat baik7 93 87 83 100 91 Sangat baik8 95 93 90 100 94 Sangat baik

Rata-rata 90 83 78 100 88 Sangat baik

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa berdasarkan lembar observasi motivasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 20%. Grafik peningkatan motivasi belajar siswa berdasarkan lembar observasi motivasi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa

Sedangkan grafik perbandingan peningkatan motivasi belajar siswa berdasarkan angket motivasi dan lembar observasi motivasi dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Grafik perbandingan peningkatan motivasi belajar siswa berdasarkan angket motivasi dan lembar observasi motivasi

Page 6: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5B3D9CFE70C5C... · Web viewSedangkan inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang melibatkan peran siswa untuk

6

4. Hasil Belajar SiswaData hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes akhir siklus I dan tes akhir siklus

II. Ketuntasan klasikal siswa dihitung dengan cara membagi jumlah siswa yang tuntas dengan jumlah seluruh siswa kemudian dikalikan dengan 100%. Data ketuntasan belajar klasikal siswa pada tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Data Ketuntasan Belajar Klasikal SiswaKetuntasan Belajar Siswa Siklus I Siklus IIJumlah siswa yang tuntas 12 25Jumlah siswa yang tidak tuntas 14 1Ketuntasan klasikal 46,2% 96,2%

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar klasikal siswa mengalami peningkatan sebesar 50%. Grafik peningkatan ketuntasan belajar klasikal siswa dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Grafik Peningkatan Ketuntasan Belajar Klasikal Siswa

PEMBAHASANa. Motivasi Belajar Siswa

Motivasi merupakan daya penggerak yang timbul dari dalam diri siswa untuk melangsungkan kegiatan pembelajaran. Selain itu Dimyati dan Mudjiono (2009) juga menyatakan bahwa motivasi merupakan dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku siswa. Dorongan mental dapat berupa keinginan, perhatian, ke-mauan atau cita-cita yang diraih. Berdasarkan hal tersebut, dengan adanya motivasi dalam diri siswa menyebabkan rasa semangat siswa untuk belajar menjadi lebih tinggi. Motivasi belajar yang diamati dalam penelitian ini meliputi aspek attention, relevance, confidence, dan satisfaction.

Aspek attention berdasarkan angket motivasi belajar siswa mengalami pening-katan sebesar 12%. Sedangkan berdasarkan hasil observasi motivasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 13%. Peningkatan aspek attention terjadi karena di se-tiap awal pembelajaran guru model selalu memberikan apersepsi dengan cara menun-jukkan sesuatu yang sering dilihat oleh siswa, sehingga siswa tertarik untuk mempela-jarinya. Selain itu dengan adanya permainan dapat membuat siswa lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran.

Lie (2004) dalam Handayani (2010) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif antar siswa dalam kelompok yang saling bergantung untuk mencapai peng-

Page 7: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5B3D9CFE70C5C... · Web viewSedangkan inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang melibatkan peran siswa untuk

7

hargaan bersama. Hal ini akan menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa untuk me-ningkatkan perhatiannya pada pelajaran karena dirinya bertanggung jawab terhadap ke-berhasilan kelompoknya. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif juga terdapat unsur persaingan. Dengan adanya persaingan siswa akan lebih termotivasi untuk belajar. Sanjaya (2008) menyatakan bahwa melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik.

Peningkatan aspek attention juga dikarenakan digunakannya variasi pembela-jaran oleh guru model yang berupa pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament dipadu dengan inkuiri terbimbing. Keller (2010) menyatakan bahwa untuk memperta-hankan perhatian siswa dapat digunakan suatu variasi. Variasi di sini salah satunya adalah variasi metode pembelajaran. Perhatian siswa meningkat setelah digunakan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament dipadu dengan inkuiri terbimbing karena sebelumnya siswa hanya melakukan diskusi-presentasi tanpa adanya suatu variasi.

Aspek relevance berdasarkan angket motivasi belajar siswa mengalami pening-katan sebesar 14%. Sedangkan berdasarkan hasil observasi motivasi belajar siswa me-ngalami peningkatan sebesar 18%.

Peningkatan aspek relevance terjadi karena materi pembelajaran yang dipelajari oleh siswa pada siklus II lebih mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari siswa se-hingga siswa merasa materi tersebut berhubungan dengan kehidupan sehari-harinya. Selain itu LKS yang disusun oleh guru model juga disesuaikan dengan realita kehidupan sehingga siswa termotivasi untuk mempelajarinya karena siswa merasa materi ini penting untuk dirinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Jhonson & Jhonson (1991) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam aktivitas pembelajaran dan membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Selain itu Keller (2010) menyatakan bahwa bila siswa menyadari pentingnya suatu hal, siswa tersebut akan termotivasi untuk mempelajarinya.

Aspek confidence berdasarkan angket motivasi belajar siswa mengalami pening-katan sebesar 11%. Sedangkan berdasarkan hasil observasi motivasi belajar siswa me-ngalami peningkatan sebesar 19%.

Peningkatan aspek confidence terjadi karena dalam setiap pertemuan guru model selalu meminta siswa untuk berdiskusi sehingga siswa selalu belajar untuk berani meng-ungkapkan pertanyaan maupun pendapat saat berdiskusi kelompok. Selain itu saat dis-kusi kelas guru model juga memprioritaskan siswa yang pada pertemuan sebelumnya kurang aktif untuk menjawab soal LKS sehingga siswa lama kelamaan menjadi lebih percaya diri untuk mengungkapkan pendapatnya. Tahap game tournament juga dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa karena siswa harus menjawab pertanyaan pada kartu soal agar kelompoknya dapat memenangi game tournament. Lie (2004) dalam Handayani (2010) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif antar siswa dalam kelompok yang saling bergantung untuk mencapai penghargaan bersama. Saling keter-gantungan antar anggota kelompok dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa karena siswa merasa dirinya memiliki kemampuan yang sama dengan teman sekelompoknya.

Selain itu pada inkuiri terbimbing siswa juga dituntut untuk menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya sehingga akan melatih kepercayaan diri siswa. Sanjaya (2008) menyatakan bahwa dalam inkuiri terbimbing seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri yang sifatnya

Page 8: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5B3D9CFE70C5C... · Web viewSedangkan inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang melibatkan peran siswa untuk

8

sudah pasti dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).

Aspek satisfaction berdasarkan angket motivasi belajar siswa mengalami pe-ningkatan sebesar 15%. Sedangkan berdasarkan hasil observasi motivasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 30%.

Peningkatan aspek satisfaction terjadi karena guru model selalu memberikan pujian dan juga penguatan terhadap jawaban siswa. Dengan diberikannya pujian dan penguatan terhadap jawaban siswa, akan membuat kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran meningkat karena siswa merasa dihargai. Hal ini sesuai dengan pernya-taan Setyo (2005) dalam Kusuma (2011) bahwa salah satu cara untuk meningkatkan motivasi siswa adalah dengan cara memberikan satisfaction (kepuasan) kepada siswa. Salah satu caranya adalah dengan memberi-kan pujian kepada siswa atau kelompok yang bersedia menjawab pertanyaan ataupun menyampaikan pertanyaan. Sanjaya (2008) juga menyatakan bahwa penguatan sangat penting artinya untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Melalui penguatan siswa akan merespon ulang setiap kali muncul stimulus.

Selain itu adanya penghargaan bagi pemenang game tournament juga dapat meningkatkan kepuasan siswa. Hal ini didukung dengan pernyataan Sanjaya (2008) yang menyatakan bahwa imbalan (penghargaan) yang diberikan akan mempengaruhi kepuasan belajar, dan setiap kepuasan yang ditimbulkan dari imbalan (penghargaan) akan berpengaruh kepada besar kecilnya motivasi.

Motivasi siswa pada tiap aspek memiliki persentase yang berbeda ketika diukur menggunakan angket motivasi dan lembar observasi motivasi. Hal ini dikarenakan angket motivasi dan lembar observasi yang digunakan belum divalidasi sehingga ke-validan kedua instrumen tersebut masih belum diketahui. Apabila kedua instrumen ter-sebut diuji validitasnya terlebih dahulu kemungkinan data yang didapatkan akan lebih valid dan persentase motivasi siswa akan lebih merata.

Pelaksanaan Lesson Study terdiri dari tahap plan, do, dan see. Tahapan Lesson Study tersebut berperan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran guru model. Pada tahap plan terjadi kolaborasi ide untuk menghasilkan RPP yang berkualitas. Selain itu pemberian saran dan masukan dari observer serta hasil dari tahap see pada Lesson Study sebelumnya juga menjadi pertimbangan dalam pembuatan RPP. Pada saat tahap see juga didapatkan masukan-masukan bagi guru model untuk meningkatkan pembelajaran-nya. Adanya RPP yang berkualitas dan guru model yang lebih siap untuk melakukan pembelajaran, dapat membuat siswa lebih aktif dan lebih termotivasi saat belajar di dalam kelas.

b. Hasil Belajar SiswaHasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil proses belajar

mengajar. Selain itu Dimyati dan Mudjiono (2009) juga menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu tindakan belajar dan tindakan mengajar mengenai kognitif, afektif, dan psikomotor. Akan tetapi dalam penelitian ini hasil belajar yang diukur hanya hasil belajar kognitif saja.

Pada akhir siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 46,2% dengan jumlah siswa yang tuntas 12 siswa dan siswa yang tidak tuntas 14 siswa. Rendahnya ketuntasan kla-sikal siswa ini dikarenakan sebelum dilaksanakannya tes akhir siklus, ada pembagian hasil ulangan harian matapelajaran Kimia. Hal ini menyebabkan mental siswa yang mendapatkan nilai rendah menjadi down sehingga siswa tersebut tidak dapat berkonsen-

Page 9: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5B3D9CFE70C5C... · Web viewSedangkan inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang melibatkan peran siswa untuk

9

trasi saat mengerjakan soal-soal tes akhir siklus I sehingga nilai untuk tes akhir siklus I juga rendah. Penyebab yang lain adalah materi untuk tes akhir siklus I tergolong sulit untuk ditemui di kehidupan sehari-hari siswa, khususnya materi Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, dan Nemathelminthes, sehingga siswa masih kesulitan untuk memahami materi yang dipelajari.

Pada akhir siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 96,2% dengan jumlah siswa yang tuntas 25 siswa dan siswa yang tidak tuntas 1 siswa. Peningkatan ini dikarenakan materi yang dipelajari pada siklus II tergolong lebih mudah ditemui di kehidupan sehari-hari, sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang dipelajari. Pada siklus II siswa juga terlihat lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran karena siswa lebih mudah dalam mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-harinya. Sebab yang lain adalah siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament dipadu dengan inkuiri terbimbing. Siswa sudah terbiasa untuk me-nemukan sendiri konsep yang dipelajari sehingga siswa lebih memahami materi yang dipelajari. Selain itu siswa juga lebih bertanggung jawab untuk memenangkan game tournament sehingga semua anggota kelompok berusaha untuk memahami materi pem-belajaran agar dapat menyumbangkan poin bagi timnya dalam game tournament.

Selain itu peningkatan hasil belajar siswa juga dikarenakan meningkatnya moti-vasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sanjaya (2008) yang menyatakan bahwa keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan oleh motivasi belajar yang dimiliki-nya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung memiliki prestasi yang tinggi, sebaliknya siswa yang motivasi belajarnya rendah, prestasi belajarnya juga akan rendah.

KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Penerapan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament dipadu dengan inkuiri terbimbing melalui Lesson Study dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari hasil angket motivasi belajar siswa yang menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa sebelum diberikan tindakan sebesar 62% meningkat menjadi 75% setelah diberikan tindakan. Selain itu berdasarkan hasil observasi motivasi belajar siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 68% menjadi 88% pada siklus II. Peningkatan ini dikarenakan dalam penerapan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament dipadu dengan inkuiri terbimbing melalui Lesson Study terdapat unsur permainan dan penguatan sehingga meningkatkan semangat belajar siswa. Selain itu kegiatan siswa untuk menemukan sendiri konsep materi yang dipelajari dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa. Dengan adanya Lesson Study dapat menghasilkan RPP yang berkualitas sehingga guru model yang lebih siap untuk melakukan pembelajaran dan dapat membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar.

2. Penerapan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament dipadu dengan inkuiri terbimbing melalui Lesson Study dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari ketuntasan belajar klasikal siswa pada siklus I sebesar 53,8% meningkat menjadi 96,2% pada siklus II. Peningkatan ini dikarenakan penerapan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament dipadu dengan inkuiri terbim-bing melalui Lesson Study dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang dipelajari.

Page 10: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5B3D9CFE70C5C... · Web viewSedangkan inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang melibatkan peran siswa untuk

10

SARANBerdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan adalah

lebih baik dilakukan uji validitas terhadap instrumen yang digunakan. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan data yang lebih valid.

DAFTAR RUJUKANBadan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi. Jakarta: Menteri Pendidikan

Nasional.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Handayani, F. 2010. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Purwodadi Kabupaten Pasuruan pada Materi Keragaman Bentuk Muka Bumi. Jurnal Penelitian Pendidikan, (Online), 20 (2): 167-176, (http://lemlit.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/07/76.pdf), diakses tanggal 12 Desember 2012.

Ibrohim. 2011. PPL Berbasis Lesson Study: Sebagai Pola Alternatif untuk Meningkat-kan Efektivitas Praktik Pengalaman Mengajar Mahasiswa Calon Guru. Makalah disajikan dalam Workshop Lesson Study untuk Mahasiswa, Guru, dan Dosen, FMIPA UM, Malang, Juli.

Jhonson, B. & Jhonson. 1991. Learning Together an Alone: Cooperatif, Competitive and Individualistic Learning 3rd, Boston: Allyn Acon.

Keller, John M. 2010. Motivational Design for Learning and Performance. New York: Springer.

Kusuma, A. S. H. M. 2011. Implementasi Pembelajaan Berbasis Lesson study untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 5 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM.

Sanjaya, W. 2008a. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Sanjaya, W. 2008b. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.