jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4D845C047909F...  · Web...

14
STUDI KARAKTER MORFOLOGI, POLA DISTRIBUSI, DAN PREFERENSI MIKROHABITAT KATAK POHON EMAS (Philautus aurifasciatus) DI TAMAN HUTAN RAYA RADEN SOERJO Hana Putra Wicesa 1 , Ibrohim 2 , dan Sofia Ery Rahayu 2 1 Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang 2 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang e-mail: 1 [email protected] ABSTRAK: Taman Hutan Raya Raden Soerjo merupakan kawasan konservasi di Provinsi Jawa Timur yang memiliki beranekaragam biota, salah satunya katak pohon emas (Philautus aurifasciatus). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakter morfologi, pola distribusi, dan preferensi mikrohabitat katak pohon emas. Pengambilan spesimen dilakukan mulai pukul 19.00-24.00 WIB di dua tempat, yaitu Hutan Cangar dan Hutan Lemahbang dengan metode Visual Encountering Surveys (VES) pada Sampling Kuadrat dalam Transek. Karakter morfologi menunjukkan lima variasi corak warna, pola distribusi populasinya cenderung mengelompok, dan preferensi mikrohabitat dengan vegetasi Paku, Pandan, dan Palem. Kata kunci: Morfologi, Distribusi, Mikrohabitat, Katak Pohon Emas, Taman Hutan Raya Raden Soerjo PENDAHULUAN Taman Hutan Raya Raden Soerjo (Tahura R. Soerjo) merupakan salah satu kawasan konservasi Indonesia yang terletak di Provinsi Jawa Timur dan menjadi taman hutan raya terbesar di Pulau Jawa selain Taman Hutan Raya Ir. Juanda di Lembang, Jawa Barat. Tahura R. Soerjo meliputi wilayah Kota Batu, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Jombang. Tahura R. Soerjo memiliki 163 mata air dan beberapa Obyek Wisata Alam (OWA), namun dari jumlah tersebut beberapa kawasan yang mudah untuk diakses adalah OWA Cangar, Watu Ondo, dan hutan lindung Lemahbang (UPT Tahura R. Soerjo, 2010). 1

Transcript of jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4D845C047909F...  · Web...

Page 1: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4D845C047909F...  · Web view2014-02-05 · Jumlah katak pohon emas atau kelimpahan individu yang diperoleh di daerah

STUDI KARAKTER MORFOLOGI, POLA DISTRIBUSI, DAN PREFERENSI MIKROHABITAT KATAK POHON EMAS (Philautus

aurifasciatus) DI TAMAN HUTAN RAYA RADEN SOERJO

Hana Putra Wicesa1, Ibrohim2, dan Sofia Ery Rahayu2

1 Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang2 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang

e-mail: [email protected]

ABSTRAK: Taman Hutan Raya Raden Soerjo merupakan kawasan konservasi di Provinsi Jawa Timur yang memiliki beranekaragam biota, salah satunya katak pohon emas (Philautus aurifasciatus). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakter morfologi, pola distribusi, dan preferensi mikrohabitat katak pohon emas. Pengambilan spesimen dilakukan mulai pukul 19.00-24.00 WIB di dua tempat, yaitu Hutan Cangar dan Hutan Lemahbang dengan metode Visual Encountering Surveys (VES) pada Sampling Kuadrat dalam Transek. Karakter morfologi menunjukkan lima variasi corak warna, pola distribusi populasinya cenderung mengelompok, dan preferensi mikrohabitat dengan vegetasi Paku, Pandan, dan Palem.

Kata kunci: Morfologi, Distribusi, Mikrohabitat, Katak Pohon Emas, Taman Hutan Raya Raden Soerjo

PENDAHULUAN

Taman Hutan Raya Raden Soerjo (Tahura R. Soerjo) merupakan salah satu kawasan konservasi Indonesia yang terletak di Provinsi Jawa Timur dan menjadi taman hutan raya terbesar di Pulau Jawa selain Taman Hutan Raya Ir. Juanda di Lembang, Jawa Barat. Tahura R. Soerjo meliputi wilayah Kota Batu, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Jombang. Tahura R. Soerjo memiliki 163 mata air dan beberapa Obyek Wisata Alam (OWA), namun dari jumlah tersebut beberapa kawasan yang mudah untuk diakses adalah OWA Cangar, Watu Ondo, dan hutan lindung Lemahbang (UPT Tahura R. Soerjo, 2010).

Tahura R. Soerjo pernah menjadi tempat penelitian untuk mengkaji keanekaragaman hayatinya pada tahun 2012 oleh Organisasi Foto Biodiversitas Indonesia (FOBI). Penelitian yang dilakukan selama seminggu ini masih terpusat di kawasan Cangar dan Watu Ondo. Hasil penelitian ini diantaranya dari kelas Amfibi yang menemukan katak serasah (Leptobrachium haseltii), katak bertanduk (Megophrys montana), kongkang jeram (Huia masonii), katak pohon emas (Philautus aurifasciatus), dan katak pohon bergaris (Polypedates leucomystax), tetapi hanya katak pohon emas yang ditemukan di dua kawasan, yaitu Cangar dan Watu Ondo (Taufiqurrahman, 2012).

Katak pohon emas (Philautus aurifasciatus) merupakan salah satu spesies dari genus Philautus (Famili Rhacophoridae) yang merupakan jenis umum di Pulau Jawa. Genus Philautus merupakan salah satu jenis katak pohon yang berukuran kecil dibandingkan genus lainnya (Iskandar, 1998). Habitat katak

1

Page 2: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4D845C047909F...  · Web view2014-02-05 · Jumlah katak pohon emas atau kelimpahan individu yang diperoleh di daerah

2

pohon emas menurut Iskandar dan Mumpuni (2004), yaitu tumbuhan bawah dan beberapa pohon dengan medan yang cukup landai.

Populasi katak pohon emas yang berada di hutan sepanjang aliran sungai Kromong di Cangar dan Lemahbang tentunya memilih mikrohabitat yang mendukung daya adaptasi untuk tetap eksis dengan peran ekologisnya. Merujuk dari hasil penelitian sebelumnya di Tahura R. Soerjo sehingga dianggap perlu untuk mengetahui karakter morfologi, pola distribusi, preferensi mikrohabitat serta pengaruh faktor abiotik terhadap kelimpahan katak pohon emas agar dapat dijadikan sebagai rujukan dalam menentukan perannya dalam penilaian tingkat status konservasi di kawasan Tahura R. Soerjo.

METODE

Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif bertujuan untuk mengungkapkan karakter morfologi, pola distribusi, dan preferensi mikrohabitat katak pohon emas di Tahura R. Soerjo. Penelitian ini akan dilaksanakan selama bulan Maret-Mei 2013 di hutan sekitar sungai Kromong yang berada di Cangar dan Lemahbang, Tahura R. Soerjo. Obyek penelitian ini adalah seluruh individu katak pohon emas yang teramati dan diambil di hutan sekitar sungai Kromong yang berada di Cangar dan Lemahbang, Tahura R. Soerjo.

Penentuan lokasi berdasarkan hasil penelitian oleh FOBI tahun 2012 dan informasi dari petugas setempat yang berada di hutan dengan vegetasi yang masih alami, yaitu hutan sekitar sungai Kromong di kawasan Cangar dan Lemahbang. Penentuan titik sampling dimodifikasi dari penjelasan Kusrini (2009) bahwa metode sampling kuadrat dalam transek ini biasa digunakan untuk mempelajari amfibi yang berada di lantai hutan atau dekat badan sungai. Panjang transek yaitu 100 m dengan lima plot berukuran 20 x 20 m. Plot diletakkan dari tepi sungai menuju hutan secara tegak lurus tanpa adanya jarak antara setiap plot (belt transect). Transek yang diletakkan di Cangar dan Lemahbang menunjukkan gradien lingkungan, yaitu dari tepi sungai menuju daerah hutan.

Pengambilan data dengan menggunakan metode Visual Encounter Surveys (VES) pada 5 plot selama 6 hari di setiap lokasi. Pada malam hari pertama menjelajahi semua titik yang sudah ditentukan kemudian menangkap sampel yang terlihat menggunakan tangan, kemudian memasukkan sampel ke dalam kotak berisi air untuk disimpan. Data pendukung diambil dengan mengukur ketinggian titik ditemukannya sampel dari tanah, jarak titik dari badan sungai terdekat, suhu udara, pH tanah, suhu tanah, dan mengidentifikasi vegetasi ditemukannya sampel. Pengukuran morfometri berdasarkan parameter yang sudah ditentukan serta pendeskripsian morfologi melalui pengamatan langsung yang dicocokkan dengan deskripsi dari literatur dan mengawetkannya.

Data kelimpahan katak pohon emas untuk menentukan korelasi perbedaan tempat terhadap karakter morfologi katak pohon emas dianalisis menggunakan uji statistik Anava Tunggal. Pola distribusi dianalisis menggunakan rumus indeks dispersi Morisita (Brower dalam Ridho dkk., 2012) sebagai berikut.

Id =

Page 3: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4D845C047909F...  · Web view2014-02-05 · Jumlah katak pohon emas atau kelimpahan individu yang diperoleh di daerah

3

Id = Indeks distribusi MorisitaN = Jumlah seluruh individu dalam total nn = Jumlah seluruh plot pengambilan sampel∑xi2 = Kuadrat jumlah katak pohon emas per plot untuk total n plot

Nilai indeks Morisita yang diperoleh diinterpretasikan sebagai berikut.Id < 1, pemencaran individu cenderung acakId = 1, pemencaran individu bersifat seragamId > 1, pemencaran individu cenderung berkelompok

Preferensi mikrohabitat dan korelasi parameter abiotik terhadap kelimpahan katak pohon emas dianalisis menggunakan uji statistik Regresi Linier. Pengaruh tempat yang berbeda terhadap kelimpahan individu katak pohon emas dianalisis menggunakan uji statistik, yaitu Uji Beda. Semua uji statistik yang digunakan dalam analisis data dilakukan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows.

HASIL PENELITIAN1. Karakter Morfologi Katak Pohon Emas

Katak pohon emas yang ditemukan di daerah Cangar memiliki ukuran kepala besar dengan moncong yang pendek, jari tangannya hanya berselaput di bagian dasar sedangkan jari kaki berselaput setengahnya saja. Kulit bagian dorsal memiliki sedikit tuberkel kecil dan granular pada sisi tenggorokan, perut, serta sisi bawah paha, jarak lubang hidung sejauh jarak kedua matanya, dan tumit mencapai ujung moncong. Corak warna tubuhnya cokelat kekuningan, cokelat, hijau, dan merah gelap, sedangkan di daerah Lemahbang memiliki corak berwarna cokelat kehitaman dan kehijauan. Hasil pengukuran morfometri pada setiap sampel yang diperoleh di daerah Cangar dan Lemahbang disajikan pada Tabel 1 sedangkan variasi corak warna pada sampel disajikan pada Tabel 2 dan 3 sebagai berikut.

Tabel 1 Rerata Morfometri Sampel yang Diperoleh dari Cangar dan Lemahbang

No Parameter Cangar Lemahbang(1) (2) (3) (4)1 SVL (Panjang Tubuh) 2,10 cm 1,63 cm2 NN (Jarak Lubang Hidung) 0,26 cm 0,20 cm3 IO (Jarak Terdekat Mata) 0,47 cm 0,33 cm4 EW (Jarak Terjauh Mata) 0,77 cm 0,56 cm5 HW (Lebar Kepala) 0,81 cm 0,64 cm6 THL (Panjang Paha) 1,13 cm 0,93 cm7 TFL (Panjang Tibia-Fibula) 1,14 cm 0,90 cm8 ED (Diameter Mata) 0,24 cm 0,19 cm9 SL (Panjang Moncong) 0,38 cm 0,26 cm10 TD (Diameter Membran Timphani) 0,14 cm 0,11 cm11 HND (Panjang Tangan) 0,60 cm 0,45 cm12 WD (Lebar Piringan Kaki) 0,19 cm 0,08 cm13 FOT (Panjang Kaki) 0,84 cm 0,57 cm

Page 4: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4D845C047909F...  · Web view2014-02-05 · Jumlah katak pohon emas atau kelimpahan individu yang diperoleh di daerah

4

Tabel 2 Deskripsi Morfologi Katak Pohon Emas di Cangar

No. Gambar Deskripsi(1) (2) (3)1 Corak warna kulit bagian dorsal

cokelat keabu-abuan.

2 Corak warna kulit bagian dorsal cokelat tua bergaris kuning kehijauan.

3 Corak warna kulit bagian dorsal kuning kehijauan bergaris cokelat.

4 Corak warna kulit bagian dorsal cokelat muda dengan sisi lateral bercak kuning.

5 Corak warna kulit bagian dorsal cokelat kemerahan bergaris kuning kehijauan.

6 Corak warna kulit bagian dorsal hijau terang bergaris hitam.

Page 5: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4D845C047909F...  · Web view2014-02-05 · Jumlah katak pohon emas atau kelimpahan individu yang diperoleh di daerah

5

Tabel 3 Deskripsi Katak Pohon Emas di Lemahbang

No. Gambar Deskripsi(1) (2) (3)7 Corak warna kulit bagian dorsal merah

bergaris kuning pada ekstremitas belakang.

8 Corak warna kulit bagian dorsal hijau gelap bergaris cokelat.

9 Corak warna kulit bagian dorsal hijau pudar bergaris keabu-abuan.

10 Corak warna kulit bagian dorsal cokelat gelap bergaris keabu-abuan pada ekstremitas belakang.

2. Pola Distribusi Katak Pohon EmasJumlah katak pohon emas atau kelimpahan individu yang diperoleh di

daerah Cangar selama penelitian sebanyak 13 individu, sedangkan di daerah Lemahbang sebanyak 10 individu. Hasil analisis pola distribusi dari daerah Cangar dan Lemahbang pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4 Pola Distribusi Katak Pohon Emas Berdasarkan Indeks Dispersi Morisita di Daerah Cangar dan Lemahbang

Lokasi Id Mu Mc Standarisasi Indeks Morisita Ip Pola Sebaran

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Cangar 1,68 0,71 1,79 Mc > Id > 1,0 0,43 Mengelompok

Lemahbang 1,44 0,61 1,79 Mc > Id > 1,0 0,28 Mengelompok

Keterangan: Id = Indeks dispersi Morisita Mu = Indeks keseragaman Ip = Standarisasi indeks dispersi Morisita Mc = Indeks pengelompokan

Page 6: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4D845C047909F...  · Web view2014-02-05 · Jumlah katak pohon emas atau kelimpahan individu yang diperoleh di daerah

6

3. Preferensi MikrohabitatPreferensi mikrohabitat yang dilakukan katak pohon emas di daerah

Cangar dan Lemahbang wilayah Tahura R. Soerjo diketahui melalui pengukuran parameter abiotik dan vegetasi. Rerata parameter di daerah Cangar, yaitu jarak individu terhadap sungai sebesar 4,38 m, ketinggian individu saat melekat pada vegetasi terhadap permukaan tanah sebesar 0,44 m, suhu udara sebesar 19,03oC, kelembaban udara sebesar 75,68%, suhu tanah sebesar 14,26oC, dan pH tanah sebesar 6,97. Rerata parameter di daerah Lemahbang, yaitu jarak individu terhadap sungai sebesar 9,79 m, ketinggian individu saat melekat pada vegetasi terhadap permukaan tanah sebesar 0,45 m, suhu udara sebesar 18,66oC, kelembaban udara sebesar 69,06%, suhu tanah sebesar 14,59oC, dan pH tanah sebesar 6,95. Vegetasi yang dominan digunakan katak pohon emas di kedua daerah adalah tumbuhan Paku dan Pandan.

PEMBAHASANKarakter morfologi katak pohon emas berupa tekstur kulit, corak warna

kulit, bentuk kepala, dan bentuk tubuh yang diperoleh dari daerah Cangar dan Lemahbang menunjukkan hasil yang tidak berbeda secara signifikan. Hasil penelitian tentang karakter morfologi katak pohon emas yang telah dilakukan di Cangar dan Lemahbang ini didukung dengan penelitian terdahulu pada genus Philautus, yaitu pernyataan Dehling (2010) bahwa karakter kelompok Philautus aurifasciatus memiliki bentuk moncong bulat jika dilihat dari dorsal, bantalan nuptial (terlihat saat masa kawin) yang lembut, corak warna bagian dorsal kuning kecokelatan dengan garis samar saat malam hari dan saat siang hari berwarna cokelat muda dengan tanda berwarna gelap, terdapat corak kuning cerah di sisi anterolateral paha, pangkal paha, dan panggul, serta iris berwarna cokelat keemasan saat hidup.

Hasil pengukuran parameter morfometri pada setiap sampel katak pohon emas di daerah Cangar dan Lemahbang menunjukkan bahwa parameter SVL memiliki perbedaan secara signifikan dan parameter TD menunjukkan tidak ada perbedaan secara nyata berdasarkan uji Anova Univarian (Anava Tunggal). Ukuran SVL dari daerah Cangar sebesar 2,10 cm dan daerah Lemahbang sebesar 1,63 cm menunjukkan perbedaan dengan signifikasi sebesar 0,000. Ukuran TD dari daerah Cangar sebesar 0,14 cm dan daerah Lemahbang sebesar 0,11 cm menunjukkan tidak berbeda nyata. Dehling (2010) menyatakan bahwa holotype Philautus juliandringi di daerah Taman Nasional Gunung Mulu, Serawak, Malaysia memiliki ukuran SVL sebesar 0,33 mm sedangkan pada paratype di daerah yang sama memiliki ukuran SVL sebesar 19,7 mm. Lebih lanjut Dehling menjelaskan bahwa spesies yang termasuk dalam kelompok Philautus aurifasciatus (kekerabatan genetiknya dekat) ukuran SVL jantan dewasa berkisar kurang dari 20,1 mm. Meegaskumbura dan Manamendra-Arachci (2005) menyatakan bahwa jantan dewasa Philautus frankenbergi di Taman Nasional Horton Plains, Sri Lanka, memiliki ukuran SVL berkisar 26,7-29,3 mm, sedangkan Philautus mittermeieri di hutan Beraliya, Sri Lanka, pada jantan memiliki ukuran SVL berkisar 16,3-18,4 mm.

Page 7: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4D845C047909F...  · Web view2014-02-05 · Jumlah katak pohon emas atau kelimpahan individu yang diperoleh di daerah

7

Kelimpahan mempengaruhi pola distribusi populasi katak pohon emas di kedua daerah seperti yang dijelaskan oleh Krebs dalam Basiri, dkk. (2011) bahwa pola distribusi diketahui melalui perhitungan indeks terhadap kelimpahannya. Pola distribusi katak pohon emas di daerah Cangar dengan nilai Id sebesar 1,68 dan Ip sebesar 0,43 sedangkan di daerah Lemahbang dengan nilai Id 1,44 sebesar dan Ip sebesar 0,28. Nilai indeks dispersi Morisita dari kedua daerah yang tidak berbeda secara signifikan menunjukkan kecenderungan untuk mengelompok. Kecenderungan ini diduga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti jenis vegetasi, suhu udara, kelembaban udara, suhu tanah, pH tanah dan lokasi pengambilan sampel (jarak terhadap sungai berair panas atau dingin). Hasil penelitian pola distribusi di daerah Cangar dan Lemahbang diasumsikan sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Heyer (1998) menyatakan bahwa spesies Amfibi di hutan Boraceia memiliki distribusi yang terbatas dibandingkan spesies di luar hutan (kawasan terbuka) yang distribusinya lebih luas, selain itu usia relatif setiap individu dan variasi geografis menimbulkan fluktuasi pada populasinya. Johnson dalam Graeter (2005) menjelaskan bahwa intuisi pergerakan yang dilakukan individu merupakan reaksi terhadap kondisi bentang alam habitatnya. Effendie dalam Martanti (2001) menyatakan bahwa pola distribusi merupakan ekspresi dari perilaku individu-individu (penyusun kelimpahan) di dalam populasi terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Lebih lanjut kondisi lingkungan, seperti suhu udara, kelembaban udara, suhu tanah, dan pH tanah berfluktuasi akan membuat populasi tersebut mengelompok.

Preferensi mikrohabitat katak pohon emas terhadap jenis vegetasi di daerah Cangar, menunjukkan bahwa pada Dypsis lutescens menjadi vegetasi dengan frekuensi kemunculan katak terbanyak, yaitu sebanyak lima kali perjumpaan disusul Pandanus furcatus dan Psychotria viridis yang masing-masing sebanyak dua kali perjumpaan. Preferensi mikrohabitat katak pohon emas terhadap jenis vegetasi di daerah Lemahbang, menunjukkan bahwa pada Pteris sp.2, Pteris excelsa, dan Pandanus furcatus menjadi vegetasi dengan frekuensi kemunculan katak yang sama, yaitu sebanyak dua kali perjumpaan. Bawa, dkk. (2007) menyatakan bahwa hutan daerah Sahyadri-Konkan di Sri Lanka yang terdapat spesies Philautus merupakan hutan lembab dan evergren dengan tingkat fragmentasi habitat yang cukup tinggi. Alcala, dkk. dalam Bahir, dkk. (2005) menyatakan bahwa anggota genus Philautus yang ada di Sri Lanka menggunakan daun dari vegetasi jenis Pandanus sp., Asplenium sp., dan Musa sp sebagai sarang. Hasil penelitian yang dilakukan Bawa, dkk. (2007) dan Alcala, dkk. dalam Bahir dkk. (2005) menunjukkan kemiripan dengan hasil penelitian di Cangar dan Lemahbang. Kemiripan ini diduga karena kondisi lingkungan yang sesuai untuk hidup katak genus Philautus memiliki vegetasi penyusun dengan karateristik berdaun agak tebal dan licin tidak memiliki trikoma.

Hubungan antara parameter abiotik terhadap kelimpahan katak pohon emas di daerah Cangar dan Lemahbang dikaji melalui parameter suhu udara, kelembaban udara, suhu tanah, dan pH tanah. Semua parameter abiotik di kedua daerah menunjukkan pengaruh secara tidak signifikan terhadap kelimpahan katak pohon emas berdasarkan uji analisis Regresi. Pengaruh yang tidak signifikan ini berarti semua parameter abiotik yang diukur hanya memberikan sumbangan sedikit sekali dalam menentukan nilai kelimpahan katak pohon emas yang diperoleh di Cangar maupun Lemahbang. Touchon dan Warkentin (2011)

Page 8: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4D845C047909F...  · Web view2014-02-05 · Jumlah katak pohon emas atau kelimpahan individu yang diperoleh di daerah

8

menjelaskan bahwa perkembangan ekologis dan plastisitas fenotipik Katak Pohon Neotropis (Dendropsophus ebraccatus) dipengaruhi secara kompleks oleh variasi lingkungan (faktor abiotik dan biotik) dalam pengaturan metabolismenya. Jones, dkk. (2006) menyatakan bahwa salah satu spesies Amfibi, yaitu Aschapus montanus di Pegunungan Rocky, Amerika habitatnya berada di sekitar DAS namun karakteristik habitat fisik inherennya (parameter abiotik dan kimia) berbeda. Jones selanjutnya menjelaskan bahwa perbedaan karakteristik ini dapat membatasi distribusi dan kelimpahan berudu yang berhubungan dengan fluktuasi ketersediaan makanan. Morey (1990) menjelaskan bahwa adanya variasi morfologi dari spesies yang sama menjadi alasan dalam melakukan pemilihan terhadap mikrohabitat tertentu.

KESIMPULANKarakter morfologi yaitu corak warna kulit bagian dorsal katak pohon

emas dari daerah Cangar dan Lemahbang berwarna hijau, cokelat, merah tua, dan kekuningan. Parameter SVL memiliki perbedaan secara signifikan dan parameter TD menunjukkan tidak ada perbedaan secara nyata. Pola distribusi populasi katak pohon emas di daerah Cangar dan Lemahbang berdasarkan nilai Id (indeks dispersi Morisita) dan Ip (standarisasi indeks dispersi Morisita) cenderung untuk mengelompok. Preferensi mikrohabitat katak pohon emas berdasarkan jenis vegetasi di daerah Cangar adalah Dypsis lutescens, Pandanus furcatus, dan genus Psychotria, sedangkan di daerah Lemahbang adalah Pteris sp., Pandanus furcatus, genus Ficus, dan famili Rubiaceae. Setiap parameter abiotik memberikan sumbangan yang kecil terhadap kelimpahan. Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap kelimpahan Katak Pohon Emas di Taman Hutan Raya Raden Soerjo adalah iklim.

SARANPada penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan uji biologi

molekuler untuk menentukan keabsahan klasifikasi taksonomi katak pohon emas di Tahura R. Soerjo. Mengupayakan juga untuk melakukan penelitian serupa di lokasi lain dalam wilayah Tahura R. Soerjo.

DAFTAR RUJUKANBahir, Mohomed M.; Meegaskumbura, Madhava; Manamendra-Arachchi, Kelum;

Schneider, Christopher J.; Pethiyagoda, Rohan. 2005. Reproduction and Terrestrial Direct Development in Sri Lankan Shrub Frogs (Ranidae: Rhacophorinae: Philautus). The Raffles Bulletin of Zoology No. 12: 339-350.

Basiri, Reza; Tabatabaee, Seyyed Abdolhosein; dan Bina, Hamid. 2011. Satiacal Analysis of Spatial Distribution Pattern for Five Trees Species in Kurdestan Region. World Journal of Science and Technology 2011, 1(5): 36-42.

Bawa, Kamal S; Das, Arundhati; Krishnaswamy, Jagdish; Karanth, K. Ullas; Kumar, N. Samba; dan Rao, Manu. 2007. Ecosystem Profile: Western Ghats and Sri Lanka Biodiversity Hotspot, Western Ghats Region.

Page 9: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4D845C047909F...  · Web view2014-02-05 · Jumlah katak pohon emas atau kelimpahan individu yang diperoleh di daerah

9

Arlington: Critical Ecosystem Partnership Fund-Conservation International.

Dehling, Jonas Maximilian. 2010. A new bush frog (Anura: Rhacophoridae: Philautus) from Gunung Mulu National Park, East Malaysia (Borneo). Salamandra 46(2): 63-72.

Graeter, Gabrielle Joy. 2005. Habitat Selection and Movement Patterns of Amphibians in Alteres Forest Habitats. Tesis tidak diterbitkan. Athens: The University of Georgia.

Heyer, William Ronald. 1998. On Frog Distribution Patterns East of The Andes. Proceedings of a Workshop on Neotropical Distribution Patterns. Rio de Janeiro: Academia Brasileira de Ciencias.

Iskandar, Djoko Tjahjono dan Mumpuni. 2004. Philautus aurifasciatus. IUCN 2012. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.2. (Online), (www.iucnredlist.org), diakses 22 Januari 2013.

Iskandar, Djoko Tjahjono. 1998. Amfibi Jawa dan Bali. Bogor: Puslitbang Biologi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Jones, Jason L.; Peterson, Charles R.; dan Baxter, Colden V. 2005. Factors Influencing Rocky Mountain Tailed Frog (Ascaphus montanus) Distribution and Abundance. Pocatello: Idaho State University.

Kusrini, Mirza Dikari. 2009. Pedoman Penelitian dan Survei Amfibi di Alam. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Martanti, Dini. 2001. Pola Distribusi dan Struktur Populasi Keong Macan (Babylonia spirata L.) di Teluk Pelabuhan Ratu Pada Musim Timur. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Meegaskumbura, Madhava dan Manamendra-Arachchi, Kelum. 2005. Description of Eight New Species of Shrub Frogs (Ranidae: Rhacophorinae: Philautus) from Sri Lanka. The Raffles Bulletin of Zoology No. 12: 305-338.

Morey, Steven R. 1990. Microhabitat Selection and Predation in The Pacific Treefrog, Pseudacris regilla. Journal of Herpetology, Vol. 24, No. 3. Pp. 292-296.

Ridho, Afdhal; Siregar, Yusni Ikhwan; dan Nasution, Syafruddin. 2012. Habitat dan Sebaran Populasi Kerang Darah (A. granosa) di Muara Sungai Indragiri Kabupaten Indragiri Hilir.Pekanbaru: Universitas Riau.

Taufiqurrahman, Imam. 2012. Terlalu Banyak Flora dan Fauna. Biodiversitas Indonesia, Vol. 02.

Touchon, Justin Charles dan Warkentin, Karen Michelle. 2011. Thermally Contingent Plasticity: Temperature Alters Expression of Predator-Induced Colour and Morphology in a Neotropical Treefrog Tadpole. Journal of Animal Ecology Vol. 80: 79-88.

UPT Taman Hutan Raya Raden Soerjo. 2010. Profil Taman Hutan Raya R. Soerjo. Malang: Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Dinas Kehutanan.