PERILAKU HARIAN BURUNG SALMON-CRESTED...
Embed Size (px)
Transcript of PERILAKU HARIAN BURUNG SALMON-CRESTED...

PERILAKU HARIAN BURUNG SALMON-CRESTED COCKATOO (Cacatua
moluccensis) DI PENANGKARAN ECO GREEN PARK KOTA BATU
PROPINSI JAWA TIMUR
Dini Mei Anggraini , Sofia Ery Rahayu , Susilowati
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jurusan Biologi, Fakultas Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang, Jl Semarang No.5, Malang, Indonesia
ABSTRAK : Burung Salmon-Crested Cockatoo (famili Cacatuidae) yang
tersebar di wilayah Indonesia hanya ditemukan di daerah pulau Seram, Saparua,
Haruku, dan Ambon propinsi Maluku dan merupakan satwa langka. Upaya yang
dapat dilakukan untuk melestarikan burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua
moluccensis) adalah melalui usaha konservasi eksitu, yaitu dengan kegiatan
penangkaran. Eco Green Park merupakan penangkaran yang berupaya untuk
menangkarkan jenis burung paruh bengkok. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui, persentase, frekuensi dan perilaku harian burung Salmon-Crested
Cockatoo di Eco Green Park. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
eksploratif. Data yang diperoleh berupa jenis perilaku harian dan persentase serta
frekuensinya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari- Maret 2016. Hasil
penelitian ditemukan 9 jenis perilaku harian burung burung Salmon-Crested
Cockatoo. Persentase perilaku harian tertinggi adalah perilaku bertengger sedangkan
terendah adalah perilaku defekasi. Frekuensi perilaku harian tertinggi adalah
perilaku pindah tempat sedangkan terendah adalah saling mendekati.
Kata kunci: Perilaku harian burung, Salmon-Crested Cockatoo, Eco Green Park
Kota Batu.
ABSTRACT : Salmon-Crested Cockatoo bird (family Cacatuidae) that spreadly
live in Indonesia is only found in the island of Seram, Saparua, Haruku, and Ambon
(Maluku province) and already known asan endangered species. Efforts that can
bemade for conserving Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) is to
provide ex-situ conservation called breeding. Eco Green Park is a place in an
attempt to breed many types of parrots. This research aims to determine percentage,
frequency and daily behavior of Salmon-Crested Cockatoo in Eco Green Park,
withdescriptive exploratory analysis. Data obtained in the form of daily behavior,
percentage and frequency. This research used a pair of Salmon-Crested Cockatoo
bird. Research was conducted in February-March 2016. The research found nine
types of daily behavior of Salmon-Crested Cockatoo birds. The highest percentage
of daily behavior is perch behavior while the lowest is defecation behavior. The
highest frequency of daily behavior is moved around activitywhile the lowest are
approaching each other.
Keywords : Daily Behavior bird , Salmon - Crested Cockatoo , Eco Green Park
Batu .

PENDAHULUAN
Burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) (famili
Cacatuidae) merupakan jenis burung paruh bengkok. Burung ini memiliki
karakteristik yaitu warna bulu merah muda dan pada bagian sayap dan ekor berwarna
oranye pucat atau jingga kekuningan serta warna jambul merah jambu atau salmon
pink. Penyebaran burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) terbatas
yaitu didaerah pulau Seram, Saparua, Haruku, dan Ambon propinsi Maluku (Field,
2005).
Menurut Birdlife International, 2013 telah mengidentifikasi 218 Daerah
Burung Endemik (DBE) berdasarkan pola-pola endemisitas spesies dan
penyebarannya yang terbatas. Lebih dari 10% DBE terdapat di Indonesia dengan
proporsi tertinggi berada di Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi (BirdLife
International, 2013). Keanekaragaman hayati seperti burung Kakatua Maluku
mengalami kepunahan akibat kegiatan-kegiatan yang sifatnya merusak seperti
kerusakan habitat dan perburuan tanpa batas (Djuwantoko, 2000). Hal ini terbukti
akibat dari perburuan dan penangkapan yang masih terus berlangsung, bahkan
dilaporkan dari bulan Desember 2003 – Mei 2004 terdapat 240 ekor Kakatua Maluku
yang ditangkap dan diperdagangkan ke Jakarta dari Pulau Seram (Kompas,2010).
Dilaporkan juga informasi dari media cetak Kompas yang terbit pada tanggal 1 bulan
oktober tahun 2010 menyatakan bahwa burung Kakatua di Indonesia yang tersebar di
kawasan Wallacea terancam punah. Tiga dari tujuh jenis Kakatua yang endemik
(hanya ada di Indonesia) adalah kakatua maluku (Cacatua moluccensis), kakatua
putih (Cacatua alba), dan kakatua tanimbar (Cacatua goffiniana).
Dalam daftar IUCN, Burung Salmon-Crested Cockatoo ditetapkan dalam
status vulnerable (rentan). Jika populasinya terus menyusut, maka statusnya akan
bertambah gawat menjadi endangered (terancam punah), atau bahkan langsung
menjadi critical (kritis), oleh karena itu, upaya pelestarian mutlak diperlukan, dan
penangkaran bisa menjadi salah satu solusinya. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk melestarikan burung Salmon-Crested Cockatoo baik untuk tujuan
konservasi maupun komersial melalui kegiatan penangkaran atau upaya
pengembangbiakan di luar habitat alaminya dalam strategi makro konservasi eksitu
(ex situ conservation strategy) seperti Eco Green Park.
Eco Green Park memiliki serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
habitat, perilaku, pakan dan pengelolaan penangkaran berbagai jenis burung. Salah
satu contoh burung yang dilestarikan adalah burung Salmon-Crested Cockatoo
(Cacatua moluccensis). Untuk merumuskan langkah pengelolaan yang tepat di
penangkaran, maka salah satu aspek pengetahuan penting yang perlu diketahui
adalah terkait dengan perilaku harian burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua
moluccensis) di penangkaran Eco Green Park. Pengamatan perilaku harian burung
Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) di Eco Green Park belum pernah
dilaporkan, selain itu jumlah burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua
moluccensis) yang ditangkarkan di Indonesia khususnya di daerah Jawa Timur
jumlahnya sedikit . Hasil dari pengamatan perilaku harian burung Salmon-Crested
Cockatoo (Cacatua moluccensis) di Eco Green Park yang selanjutnya dapat

dijadikan data dasar untuk meningkatkan upaya pengembangbiakan di luar habitat
alaminya melalui kegiatan penangkaran atau konservasi exsitu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, persentase, frekuensi dan perilaku harian
burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) di Eco Green Park.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskrpsi eksploratif. Pengambilan data
dilakukan pada bulan Februari- Maret 2016. Lokasi pengamatan di kandang
penangkaran burung Salmon-Crested Cockatoo di Eco Green Park. Pengamatan
dilaksanakan pagi hari pada pukul 07.00-09.00 WIB dan sore hari pukul 15.00-17.00
WIB. Pengamatan dilaksanakan selama 12 hari. Pengamatan dilakukan selama 30
menit pada tiap pengamatan. Data yang diperoleh berupa jenis dan persentase serta
frekuensinya perilaku harian burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua
moluccensis). selain itu dilakukan pengukuran faktor abiotik yang meliputi keadaan
cuaca, suhu, kelembapan dan intensitas cahaya. Data tentang persentase jenis
perilaku harian burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) dianalisis
menggunakan rumus dari Gitta (2012) yaitu sebagai berikut.
Perhitungan persentase suatu jenis perilaku menggunakan rumus :
Persentase suatu perilaku (%) =
x 100 %
Keterangan:
A = waktu yang digunakan suatu perilaku dalam satu hari
pengamatan
B = total waktu pengamatan dalam satu hari (180 menit).
Data frekuensi perilaku harian burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua
moluccensis) diperoleh dari menghitung banyaknya jumlah suatu perilaku yang
dilakukan oleh burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) dalam
satuan waktu pengamatan yaitu pada pagi dan sore hari.
HASIL
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat 9 jenis perilaku
harian burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) meliputi makan,
terbang, pindah tempat, mematuk benda, bertengger, preening (membersikan badan),
defecation (membuang kotoran), saling mendekati dan saling menelisik. Deskripsi
jenis perilaku harian burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) pada
tabel diatas telah ditunjukan pada individu jantan maupun betina menunjukkan
perilaku yang sama.
Berikut tabel hasil observasi berupa deskripsi perilaku harian burung
Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) secara keseluruhan disajikan pada
Tabel 1.

Tabel 1 Deskripsi Perilaku Harian Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis)
No Perilaku Harian Deskripsi Perilaku Harian yang muncul
(1) (2) (3)
1 Makan Burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis)
menunjukkan perilaku ini dengan menggunakan paruh dan
kakinya untuk memperoleh makanan. Burung Salmon-Crested
Cockatoo (Cacatua moluccensis) memakan makanannya
dengan memilih makanan yang disukai yaitu berupa biji-bijian
seperti kuwaci atau kacang. Makanan tersebut diambil
menggunakan paruhnya lalu dicengkram oleh burung Salmon-
Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis), kemudian biji
dicengkram tersebut diarahkan ke paruhnya untuk dipecah
sehingga terkelupas dari kulitnya seperti meremuk, memotong
atau mengirisnya dengan bantuan sisi paruh yang tajam.
Perilaku ini muncul setelah Keeper meletakkan pakan di
tempat pakannya atau pada tempat pakannya terdapat pakan.
2 Terbang Perilaku ini ditunjukkan oleh burung Salmon-Crested
Cockatoo (Cacatua moluccensis) dengan menggunakan kedua
sayap dan kakinya untuk terbang, biasanya perilaku terbang
pada burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua
moluccensis) terlihat seperti memantau teritorial untuk
mencari makan, bereaksi terhadap gangguan sebagai bentuk
pertahanan diri dengan terbang berpindah tempat dari satu sisi
kandang ke sisi lainnya.
3 Pindah tempat Burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis)
menunjukkan perilaku ini dengan bergeser dari satu tempat ke
tempat lain menggunakan kedua kaki, perpindahan ini terjadi
setiap waktu seperti pada saat makan atau saat burung merasa
teganggu ketika Keeper memasuki kandang untuk meletakkan
pakan atau pada saat membersihkan kandang. Pergerakan ini
ditujukkan dengan terbang dari salah satu sisi kandang ke sisi
kandang lainnya ke tempat yang aman atau terlindungi dari
bahaya.
Burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis)
biasanya melakukan perilaku pindah tempat diiringi dengan
bersuara.
4 Mematuk benda Perilaku ini ditunjukkan oleh burung Salmon-Crested
Cockatoo (Cacatua moluccensis) dengan bantuan paruhnya
untuk mematuk benda yang ada di dalam kandang seperti
memperlebar lubang pada tempat untuk bersarang atau benda
lainnya seperti ranting buatan yang biasanya digunakan
sebagai tempat bertengger.
5 Bertengger Burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis)
menunjukkan perilaku ini yaitu berdiri dengan satu atau dua
kaki dan mata terbuka.

Lanjutan Tabel 2
(1) (2) (3)
6.
Membersihkan badan
(Preening)
Burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis)
menunjukkan perilaku ini dengan mengarahkan paruhnya ke
tubuhnya seperti menelisik, paruh digerakkan atau digigit-
gigit hingga ke ujung beberapa bagian tubuhnya misalnya
sayap, ekor, dada dan perut. Biasanya untuk membersihkan
bagian kepala yang tidak tersentuh oleh paruh, burung
menelisik menggunakan salah satu kakinya. Burung Salmon-
Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) biasanya menelisik
bulu memulai dari bagian yang ingin dibersihkan misalnya
bagian sayap, ekor, dada, punggung dan perut.
7.
Membuang kotoran Burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis)
menunjukkan perilaku ini seperti feses yang terbentuk atau
setengah padat (pasta) yang berasal dari sistem pencernaan
melalui anus. Burung dapat membuang feses besar beberapa
kali dalam satu hari.
8.
Saling mendekati Burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis)
menunjukkan perilaku ini yaitu burung jantan Salmon-Crested
Cockatoo (Cacatua moluccensis) mendekati burung betina
Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis), biasanya
perilaku ini dilakukan di satu ranting yang sama, apabila
burung betina menjauh dari burung jantan, maka burung
jantan berusaha mendekatinya dengan bergeser pada ranting
tersebut sampai dekat dengan burung betinanya.
9.
Saling menelisik Perilaku ini ditunjukkan oleh burung jantan dan betina
Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) burung
jantan yang menilisik bagian tubuh betina atau burung betina
menelisik burung jantan . Hal ini dilakukan sebagai interaksi
sosial yang muncul pada 1 pasang burung jantan dan betina
Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis).
Dari hasil pengamatan selama 12 hari pengamatan dengan 180 menit waktu
pengamatan dalam satu hari masing-masing individu memiliki rerata persentase
perilaku harian dengan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Rerata Persentase Perilaku Harian Burung Jantan dan Betina Salmon-Crested Cockatoo
(Cacatua moluccensis)
No Jenis perilaku Persentase berdasarkan Jenis Kelamin (%)
♂ ♀
(1) (2) (3) (4)
1 Makan 3.2 4.0
2 Terbang 2.0 1.2
3 Pindah tempat 9.4 8.1
4 Mematuk benda 12.1 6.4
5 Bertengger 50.2 56.7
6 Preening (membersihkan badan) 9.7 8.1

Lanjutan Tabel 2
(1) (2) (3) (4)
7 Defekasi 0.3 0.3
8 Saling mendekati 6.2 7.9
9 Saling menelisik 5.9 7.2
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa perilaku bertengger merupakan perilaku
yang memiliki persentase tertinggi pada burung jantan dan betina sebesar 50,2% dan
56,7% sedangkan persentase terendah adalah perilaku defekasi sebesar 0,3%.
Berdasarkan data pada Tabel 2 kemudian dibuat diagram persentase yang disajikan
pada Gambar 2.
Gambar 2 Diagram Persentase Perilaku Harian Burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua
moluccensis)
Keterangan : a. Persentase Perilaku Harian Burung Jantan Salmon-Crested Cockatoo
(Cacatua moluccensis), b. Persentase Perilaku Harian Burung Betina Salmon-Crested
Cockatoo (Cacatua moluccensis).
Perilaku bertengger di ranting buatan yang ada di dalam kandang
penangkaran Eco Green Park merupakan perilaku yang paling dominan yang
dilakukan burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis). Burung
Kakatua lebih lama melakukan perilaku bertengger. Pada saat pengamatan burung
Kakatua Jantan lebih menguasai sebagian besar wilayah yang ada di dalam kandang
sehingga ruang yang dimiliki oleh burung Kakatua betina lebih sedikit. Hal ini
berdampak terhadap perilaku dari burung Kakatua betina yang menjadi lebih
terbatas. Selama pengamatan, burung Kakatua betina terlihat lebih banyak
menghindari burung Kakatua jantan dengan berdiam diri di satu tempat yang
berjauhan dari burung Kakatua jantan dalam waktu yang cukup lama. Pada Gambar 2
terlihat antara burung Kakatua jantan dan betina memiliki persentase yang berbeda
pada jenis perilaku betengger. Burung Kakatua betina memiliki persentase lebih
besar daripada burung Kakatua jantan. Pada perilaku defekasi merupakan persentase
terendah, hal ini dikarenakan selama pengamatan burung Salmon-Crested Cockatoo
(Cacatua moluccensis) melakukan perilaku defekasi hanya membutuhkan waktu
yang singkat.
Dari hasil perhitungan didapatkan rerata frekuensi jenis perilaku harian
burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis). Rerata frekuensi perilaku
a b

harian burung jantan dan betina Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis)
disajikan pada Tabel.3.
Tabel 3 Rerata Frekuensi Perilaku Harian Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis)
No Jenis perilaku Pagi Sore
♂ ♀ ♂ ♀
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Makan 9 10 5 5
2 Terbang 5 2 2 1
3 Pindah tempat 50 57 17 22
4 Mematuk benda 26 24 8 8
5 Bertengger 4 5 2 2
6 Preening (membersihkan badan) 4 3 1 2
7 Defekasi 6 5 3 3
8 Saling mendekati 3 3 1 1
9 Saling menelisik 5 3 1 1
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa perilaku pindah tempat merupakan
perilaku yang memiliki frekuensi tertinggi pada burung jantan dan betina di pagi dan
sore hari sedangkan frekuensi terendah memiliki yaitu perilaku saling mendekati.
Berdasarkan data pada Tabel 3 kemudian dibuat diagram frekuensi yang disajikan
pada Gambar 3. Diagram frekuensi perilaku harian burung Salmon-Crested Cockatoo
(Cacatua moluccensis) menunjukan bahwa frekuensi perilaku harian yang dominan
adalah pindah tempat. Perilaku pindah tempat oleh burung Salmon-Crested Cockatoo
(Cacatua moluccensis) diiringi dengan perilaku mematuk benda yang ada didalam
kandang penangkaran. Burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis)
mematuk benda seperti ranting pohon, kawat kandang dan tempat bersarang. Dari
hasil pengamatan burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) pada
pagi hari lebih aktif dibandingkan sore hari.
Gambar 3 Diagram Frekuensi Perilaku Harian Burung Salmon-Crested Cockatoo
(Cacatua moluccensis)
Keterangan : a. Frekuensi Perilaku Harian Burung Jantan Salmon-Crested Cockatoo
(Cacatua moluccensis) pada pagi hari, b. Frekuensi Perilaku Harian Burung Jantan
Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) pada sore hari.
a b

Pada perhitungan rerata frekuensi juga didapatkan data faktor abiotik yang
disajikan pada Tabel 4. Hasil pengukuran faktor abiotik untuk mengetahui suhu,
kelembapan, dan intensitas cahaya di kandang penangkaran Eco Green Park.
Tabel 4 Faktor Abiotik di Tempat Penangkaran Burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua
moluccensis)
No Faktor abiotik Pukul 07.00-09.00 WIB Pukul 15.00-17.00 WIB
1 Suhu 22oC 24
oC
2 Kelembapan 74% 65%
3 Intensitas cahaya 336 Lux 135 Lux
Hasil pengukuran faktor abiotik pada pagi dan sore hari berbeda. Pada
pengamatan pagi hari kondisi cuaca cerah, sedangkan pengamatan pada sore hari
kondisi cuaca cenderung mendung dan hujan. Pada pagi hari dengan suhu 22°C,
burung Kakatua terlihat lebih aktif. Untuk sore hari dengan suhu yang mulai
meningkat menjadi 24°C, burung Kakatua kembali aktif melakukan perilakunya
namun cenderung melakukan perilaku bertengger.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian kedua individu burung jantan dan betina
Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) memiliki persentase alokasi
perilaku harian yang lebih lama untuk melakukan waktu beraktivitasnya yaitu
perilaku bertengger. Perilaku bertengger juga merupakan perilaku istirahat yang
dilakukan oleh burung. Menurut Purnama (2006), perilaku bertengger merupakan
perilaku istirahat burung yang tidak melakukan aktivitas dan untuk memulihkan
energi setelah melakukan aktivitas. Di dalam kandang penangkaran Eco Green Park ,
burung jantan Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) terlihat lebih aktif
daripada burung betina Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) yang lebih
banyak menghabiskan waktu dengan berdiam diri.
Selama pengamatan, burung betina Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua
moluccensis) terlihat lebih banyak menghindari burung jantan Salmon-Crested
Cockatoo (Cacatua moluccensis) dengan berdiam diri di satu tempat yang berjauhan
dari burung jantan Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) dalam waktu
yang cukup lama. Tingginya persentase perilaku bertengger burung Salmon-Crested
Cockatoo (Cacatua moluccensis) dikarenakan luasnya kandang dapat berpengaruh
terhadap keleluaasaan pergerakan dari burung tersebut sehingga memungkinkan
burung akan lebih diam, waspada dan selalu memperhatikan keadaan sekitar jika
sewaktu-waktu ada ancaman atau gangguan. Terbatasnya luasan dari kandang akan
membuat burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) beradaptasi pada
kondisi tersebut.
Di kandang penangkaran Eco Green Park burung Salmon-Crested Cockatoo
(Cacatua moluccensis) segala kebutuhan seperti makan, minum tempat bersarang
sudah tersedia dan memiliki ukuran kandang yang luasnya 300 cm x 200 cm x 200

cm. Hal ini yang menyebabkan tingginya persentase perilaku bertengger oleh burung
Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) di kandang penangkaran Eco
Green Park.
Menurut Maturbongs (1994) mengungkapkan bahwa burung-burung di
habitat alami akan terbang dengan wilayah jelajah sekitar 2 km2 untuk mencari
makan maupun pasangan. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2011) juga
menjelaskan bahwa pada burung cenderawasih kuning besar burung lebih aktif
bergerak pada kandang yang lebih luas dibandingkan dengan kandang yang lebih
sempit.
Perilaku bertengger dilakukan oleh burung setelah melakukan pergerakan
terbang bolak-balik atau pada saat burung hendak melakukan membersihkan badan
(preening). Perilaku membersihkan badan (preening) merupakan perilaku yang
dilakukan burung dalam merawat tubuh agar bulu tetap sehat, segar dan mengkilat.
Bulu merupakan bagian utama yang perlu dibersihkan karena berperan penting bagi
kehidupan burung, yakni sebagai isolator panas, berguna juga untuk terbang mencari
makan, sebagai penghangat pada saat mengerami telur dan mengasuh anak
(Takandjadji dan Mite 2008). Menurut Rekapermana (2006), bahwa pada umumnya
satwa jantan lebih agresif dibandingkan dengan satwa betina, baik dalam hubungan
interspesies maupun intraspesies. Persentase perilaku harian burung Salmon-Crested
Cockatoo (Cacatua moluccensis) yang terendah adalah perilaku defekasi, hal ini
dikarenakan selama pengamatan burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua
moluccensis) melakukan perilaku defekasi hanya membutuhkan waktu yang singkat.
Frekuensi tertinggi perilaku harian burung Salmon-Crested Cockatoo
(Cacatua moluccensis) pada pagi dan sore hari adalah perilaku pindah tempat.
Selama pengamatan perilaku pindah tempat yang dilakukan burung Salmon-Crested
Cockatoo (Cacatua moluccensis) diiringi dengan perilaku mematuk benda. Menurut
Keren (2009) burung Kakatua merupakan spesies burung paruh bengkok. Burung
Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) mempunyai paruh yang kuat.
Paruhnya yang tajam biasa digunakan untuk mematuk benda. Kegiatan ini biasa
dilakukan oleh burung Kakatua untuk membersihkan paruh dan juga untuk
mempertajam paruhnya.
Berdasarkan pengamatan burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua
moluccensis) sering mematuk benda yang ada di dalam kandang penangkaran seperti
mematuk tempat bersarang , ranting pohon selain itu juga mematuk kawat kandang
penangkaran. Perilaku mematuk benda yang dilakukan oleh burung Salmon-Crested
Cockatoo (Cacatua moluccensis) dapat merusak paruhnya. Hal ini menyebabkan
pentingnya pengelolaan penangkaran yang lebih baik untuk segala aspek, baik pada
aspek perkandangan dan reproduksi agar kedepannya burung Salmon-Crested
Cockatoo (Cacatua moluccensis) yang sesuai dengan prinsip Animal Welfare dan
terciptanya keberhasilan dalam penangkaran burung Salmon-Crested Cockatoo
(Cacatua moluccensis) yang ditandai dengan adanya perkembangbiakan.
Berdasarkan pengamatan, stainless yang digunakan sebagai bahan untuk
membuat tempat sarang sering dipatuk-patuk oleh burung Kakatua sehingga dapat
merusak paruh dan bentuk dari tempat sarang tersebut. Di habitat alami perilaku

burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) terhadap tempat bersarang
di pohon yang telah dilubangi menggunakan bantuan paruhnya untuk mematuk dan
membentuk lubang sebagai tempat persembunyian. Hal ini menyebabkan pentingnya
tempat bersarang yang disediakan oleh pihak pengelola agar disesuaikan pada habitat
alaminya yaitu tempat bersarang yang terbuat dari batang pohon serta menyediakan
ranting pohon buatan.
Di habitat alami burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis)
memiliki kebiasaan perilaku saat makan maupun mencari makan seperti
menggantung pada ujung dahan dengan satu kaki, sedangkan kaki lainnya digunakan
untuk memegang buah sambil paruhnya mematahkan tangkai buah. Burung Kakatua
cenderung memilih bentuk makanan yang mudah digenggam dengan kaki dengan
paruh, makanan itu akan diiris dan dipotong hingga menjadi potongan-potongan
kecil (Soemadi,1995). Di alam, biasanya burung Kakatua tidak membuat sarang,
melainkan menggunakan lubang bekas cabang yang mati dan lapuk atau bekas
sarang burung lain. Menurut Prahara (1999), di habitat aslinya burung Kakatua
mempunyai kebiasaan berbiak di dalam lubang-lubang pohon.
Frekuensi perilaku terendah burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua
moluccensis) adalah perilaku saling mendekati. Di habitat alami burung Salmon-
Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) memiliki kebiasaan berpasangan,
berkelompok serta bertengger bersama-sama. Pada pengamatan didalam kandang
penangkaran Eco Green Park hanya terdapat sepasang burung Salmon-Crested
Cockatoo (Cacatua moluccensis) sehingga frekuensi perilaku harian Salmon-Crested
Cockatoo (Cacatua moluccensis) yang terendah adalah perilaku saling mendekati.
Selama pengamatan, pada perilaku saling mendekati akan sering dilakukan pada saat
burung beristirahat atau bertengger pada siang hari. Pada saat pengamatan tidak
merekam data pada siang hari, hal ini yang juga yang menjadikan rendahnya
frekuensi perilaku saling mendekati oleh burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua
moluccensis) tersebut.
Berdasarkan informasi dari pihak pengelola bahwa burung Salmon-Crested
Cockatoo (Cacatua moluccensis) berada di Eco Green Park sekitar 4 bulan selain itu
burung tersebut baru dipindahkan ke kandang yang berbeda sehingga memungkinkan
belum berdaptasi dengan lingkungan yang baru. Menurut Prahara (1999) rendahnya
frekuensi perilaku yang dilakukan burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua
moluccensis) di kandang penangkaran disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
burung belum beradaptasi dengan lingkungan, lamanya perjalanan yang ditempuh,
sempitnya sangkar yang digunakan selama dalam perjalanan, ramainya orang selama
dalam perjalanan dan di lokasi penangkaran, serta tingginya suhu udara di lokasi
penangkaran. Hal ini dapat mempengaruhi kuantitas suatu perilaku yang dilakukan.
Berdasarkan pengamatan kondisi cuaca pada pagi hari cerah, dan pada
pengamatan sore hari kondisi cuaca cenderung mendung dan hujan. Berdasarkan
pengukuran faktor abiotik pada pagi dan sore hari telah menunjukkan bahwa pada
pagi hari dengan suhu 22°C, burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua
moluccensis) terlihat lebih aktif daripada sore hari. Untuk sore hari dengan suhu yang
mulai meningkat menjadi 24°C, perilaku burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua
moluccensis) kembali aktif melakukan perilakunya namun cenderung melakukan

perilaku bertengger. Menurut Guyton (1987) burung termasuk hewan endotermis
atau berdarah panas. Hewan berdarah panas dapat mengatur suhu internal, dan
memiliki bulu untuk membantu menjaga suhu tubuh tetap hangat. Hewan
mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai
contoh, pada suhu dingin, burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan
perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan
produksi panas. Kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas melalui
mekanisme metabolisme ini dikarenakan hewan–hewan endoterm memiliki organ
sebagai pusat pengaturnya, yakni otak khususnya hipotalamus sebagai thermostat
atau pusat pengatur suhu tubuh. Pengaturan suhu tubuh adalah suatu mekanisme
makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal agar berada didalam kisaran
yang dapat ditolelir. Mekanisme termoregulasi terjadi dengan mengatur
keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas. Hal ini yang
mengakibatkan burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) lebih
meningkatkan aktivitas yaitu pindah tempat pada pagi hari, suhunya lebih rendah
yaitu 22°C dibandingkan pada sore hari yang meningkat mencapai 24°C. Menurut
Krebs (2013) aktivitas burung dipengaruhi oleh faktor waktu yaitu pagi hari suhunya
lebih rendah daripada siang hari, lebih banyak melakukan aktivitas. Hal ini
merupakan efek setelah lama melakukan istirahat pada malam hari sedangkan sore
hari merupakan aktivitas mengumpulkan sejumlah energi untuk persiapan menjelang
istirahat.
Berdasarkan pengamatan burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua
moluccensis) lebih banyak melakukan perilaku makan pada pagi daripada sore hari.
Hal ini dikarenakan pada pagi hari suhu di kandang penangkaran lebih rendah
daripada sore hari. Menurut Warsono (2002), bahwa suhu sangat berpengaruh
terhadap konsumsi makanan dari spesies hewan tertentu. Ada kecenderungan bahwa
dengan meningkatnya suhu maka konsumsi makanan akan menurun. Selain itu juga
berkaitan dengan daya pengatur suhu tubuh itu memerlukan energi yang relatif tinggi
sehingga persyaratan masukan makanan untuk energinya relatif tinggi. Hal ini yang
mengakibatkan burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) lebih
meningkatkan konsumsi makan pada suhu yang rendah yaitu pada pagi hari. Bagi
burung di penangkaran tidak ada pilihan dalam hal pakan karena semua tergantung
pada petugas. Oleh karena itu, petugas harus menyiapkan pakan yang sesuai dengan
kebutuhannya, baik kualitas maupun kuantitasnya dan mempunyai nilai gizi yang
tinggi. Burung akan mengkonsumsi pakan yang secara alamiah biasa dimakan,
dibandingkan dengan pakan yang terbuat dari produk sampingan yang bernilai gizi
tinggi atau pakan suplemen. Tingkat konsumsi pada burung akan lebih tinggi apabila
dalam keadaan lapar karena makan merupakan kebutuhan paling penting dalam
perkembangbiakan makhluk hidup. Menurut Handoko (2015), hubungan antara suhu
rata-rata harian pada bulan Januari, Februari dan Maret dengan berbagai ketinggian
tempat di Indonesia, antara lain pada ketinggian 0-500 mdpl suhu rata-rata harian
mencapai 24,5°C hingga 27°C, pada ketinggian 500-1000 mdpl suhu rata-rata harian
mencapai 21,5°C hingga 24,5°C, dan pada ketinggian 1000-1500 mdpl suhu rata-rata
harian mencapai 20°C hingga 21,5°C. Suhu rata-rata harian di dalam kandang
penangkaran yang bisa mencapai 24°C masih mendukung kehidupan burung

Kakatua. Dengan suhu tersebut, secara garis besar berpengaruh terhadap perilaku
dari burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis).
Pada penelitian ini ditemukan 9 jenis perilaku harian burung Salmon-
Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) meliputi makan, terbang, pindah tempat,
mematuk benda, bertengger, preening (membersikan badan), defecation (membuang
kotoran), saling mendekati dan saling menelisik. Pada penelitian Gitta (2012)
ditemukan 12 perilaku harian burung Kakatua Kecil Jambul Kuning di penangkaran
burung Mega Bird and Orchid Far Bogor Jawa Barat. Perilaku harian burung
Kakatua Kecil Jambul Kuning antara lain perilaku berjalan, mematuk benda, diam,
geser, siaga, mengangkat kaki, menelisik bulu, makan, Bersuara, minum, buang
kotoran, dan perilaku lain. Perilaku lain yang dilakukan oleh burung Kakatua jantan
adalah perilaku bermain, memeriksa keadaan, mengibaskan sayap, menggantung dan
berputar, dan bersembunyi. Sedangkan perilaku lain yang dilakukan oleh Kakatua
betina adalah perilaku mengembangkan sebelah sayap dan membersihkan kaki.
Adanya perbedaan temuan jenis perilaku harian antara burung Salmon-
Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) dan Kakatua Kecil Jambul Kuning
dikarenakan pada penelitian Gitta (2012) menggunakan 2 pasang burung dan posisi
letak kandang penangkaran burung Kakatua Kecil Jambul Kuning berdekatan
sedangkan pada penelitian ini menggunakan 1 pasang burung Salmon-Crested
Cockatoo (Cacatua moluccensis). Di habitat alami burung Kakatua memiliki
kebiasaan berpasangan, berkelompok serta bertengger bersama-sama sehingga jenis
perilaku yang dimunculkan oleh burung Kakatua Kecil Jambul Kuning lebih banyak
daripada burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis).
Perilaku makan burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis)
secara umum tidak terdapat perbedaan perilaku antara burung Kakatua yang terdapat
di alam dan burung Kakatua yang terdapat di penangkaran. Di dalam kandang,
burung Kakatua juga menggunakan satu kakinya untuk mencengkeram dahan
sedangkan satu kaki lagi untuk memegang makanan. Untuk biji bunga matahari,
burung Kakatua melakukan perilaku makan dengan cara menggenggam dengan kaki
dan juga dengan cara langsung memakannya dari dalam tempat makan aluminium
stainless yang telah disediakan oleh pengelola dengan cara merundukkan kepala
sementara paruhnya mematuk makanan sama seperti pada kacang tanah, sebelum
makan kulit dari biji bunga matahari dikupas terlebih dahulu dengan menggunakan
paruhnya, lalu setelah kulitnya terlepas burung Kakatua memakan biji bunga
matahari tersebut. Pada jagung muda, burung Kakatua juga memegang tongkol
jagung muda dengan menggunakan sebelah kakinya. Dengan menggunakan
paruhnya, sebelum makan burung Kakatua terlebih dahulu melepas kulit ari dari
jagung muda. Burung kakatua, nuri, parkit dan bayan menyukai tongkol jagung
muda, tetapi burung-burung tersebut hanya memakan sebagian kecil dari biji, sisanya
dibuang (Soemadi, 1995).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Jenis perilaku harian burung
Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) yang ditemukan di penangkaran
Eco Green Park berjumlah 9 perilaku, yaitu perilaku makan, terbang, pindah tempat,
mematuk benda, bertengger, preening (membersihkan badan), defekasi (membuang
kotoran), saling mendekati dan saling menelisik. Dalam hal deskripsi perilaku, tidak
ada perbedaan perilaku antara burung kakatua jantan dan burung kakatua betina. Persentase tertinggi perilaku harian burung jantan dan betina Salmon-Crested
Cockatoo (Cacatua moluccensis) adalah persentase perilaku bertengger. Perilaku
bertengger memiliki persentase sebesar 50,2% untuk burung jantan sedangkan 56,7%
untuk burung betina. Persentase terendah yaitu perilaku defekasi keduanya memiliki
persentase sebesar 0,3%. Frekuensi tertinggi perilaku harian burung jantan dan betina
Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) di pagi dan sore hari adalah
perilaku pindah tempat. Frekuensi terendah yaitu perilaku mendekati.
Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang perilaku harian burung Salmon-
Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) terhadap siklus reproduksi untuk
mendukung upaya meningkatkan pelestarian burung Salmon-Crested Cockatoo
(Cacatua moluccensis) dan penelitian tentang hubungan jumlah individu tehadap
tingkat keberhasilan kawin agar dapat mengetahui perilaku kawin burung Salmon-
Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis) yang dapat dijadikan sebagai data dasar
upaya meningkatkan pelestarian burung Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua
moluccensis).
DAFTAR RUJUKAN
Birdlife Internasional. 2013. Threatened Birds of Asia. the Birdlife Internasional Red
Data Book. Birdlife Internasional. Cambridge, UK.
BirdLife International 2013. "Cacatua moluccensis". IUCN Red List of Threatened
Species. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal
16 November 2015.
Djuwantoko, 2000. Satwaliar sebagai Objek Ekowisata. Makalah pada Kursus
Pengusahaan Ekowisata dalam Kawasan Hutan Angkatan II. Yogyakarta.
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Field, D. A. 2005. A review of the Salmon-Crested Cockatoo (Cacatua moluccensis)
European Endangered Species Programme (EEP). International Zoo
Yearbook 37 : 232-237.
Gitta, Anindya. 2012. Aktivitas Harian dan Perilaku Makan Burung Kakatua-Kecil
Jambul Kuning (Cacatua Sulphurea Sulphurea Gmelin, 1788) di
Penangkaran. Jurnal Konservasi Alam . Vol 17 : 23-26.

Guyton, D.C. 1987. Fisiologi Hewan, edisi 2. EGC. Jakarta.
Handoko. 2015. Klimatologi Dasar Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan
Unsur-unsur Iklim. Pustaka Jaya. Bogor.
IUCN.2013. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.1. (Online),
(www.iucnredlist.org) , diakses 18 November 2015.
Keren. 2009. Cacatua moluccensis A Bird Lived over Hundred Years in Captivity.
Jurnal Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.Vol 31(3) : 45.
Kompas. 2010. Kakatua terancam punah. (Online), (http://sains.kompas.com),
diakses 11 Desember 2015.
Krebs, C.J. 2013. An Introduction to Behavioral Ecology. Blackwell Scientifik
Publications. London.
Maturbogs, J., K. 1994. Studi habitat dan populasi Burung Cendrawasih di Barawai,
Kawasan Penyangga Cagar Alam Yapen Tengah , Irian Jaya. Jurnal
Penelitian Kehutanan dan Konservasi Alam. Vol 6 : 22-23.
Prahara W. 1999. Pemeliharaan, Penangkaran, dan Penjinakan Kakatua. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Purnama EH. 2006. Perbandingan Perilaku Harian Pasangan Burung Tekukur
(Streptopelia chinensis) dan Puter (Streptopelia bitorquata) di
Penangkaran dengan dan Tanpa Penambahan Cahaya pada Malam Hari.
Jurnal Kehutanan. Vol 8: 23-25.
Rekapermana M, Thohari M, Masy’ud B. 2006. Pendugaan Jenis Kelamin
Menggunakan Ciri-Ciri Morfologi dan Perilaku Harian pada Gelatik
Jawa (Padda oryzivora Linn, 1758) di Penangkaran. Jurnal Media
Konservasi.11(3): 89- 97.
Soemadi W dan Mutholib A. 1995. Pakan Burung. Penebar Swadaya. Jakarta
Takandjandji M dan Mite M. 2008. Perilaku Burung Beo Alor di Penangkaran
Oilsonbai, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Penelitian Kehutanan dan
Konservasi Alam . 14(1):43-48.
Wahyuni, P. E. 2011. Perilaku Harian Burung Cendrawasih Kuning Besar
(Paradisaea apoda) di Bali Bird Park Gianyar. Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana. Jurnal
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. 1 (3): 41-46.