jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel92CA1E421AC7F... · Web viewSetiap...

19
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SPESIES KAPANG KONTAMINAN DALAM BUAH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS RATNA DAN VARIETAS ARTHALOKA DI BEBERAPA PASAR KOTA MALANG Otavia Dewi Kartikasari 1 , Utami Sri Hastuti 2 , dan Agung Witjoro 2 1 Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang 2 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Email: [email protected] Abstrak: Buah tomat merupakan buah yang mempunyai banyak kegunaan. Buah tomat mudah busuk kerena memiliki kulit yang tipis sehingga mudah terinfeksi kapang kontaminan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengisolasi dan mengi-dentifikasi semua spesies kapang kontaminan dalam buah tomat varietas Ratna, 2) Mengisolasi dan mengidentifikasi semua spesies kapang kontaminan dalam buah tomat varietas Arthaloka, 3) Menentukan spesies kapang kontaminan dominan dalam buah tomat varietas Ratna, 4) Menentukan spesies kapang kontaminan dominan dalam buah tomat varietas Arthaloka, 5) Mengkaji peranan masing-masing spesies kapang kontaminan dalam buah tomat varietas Ratna dan varietas Arthaloka bagi kehidupan manusia. Sampel buah tomat yang digunakan ialah buah tomat varietas Ratna dan Arthaloka yang mulai membusuk, masing-masing 25 g yang diperoleh dari lima pasar di kota Malang, dilarutkan dalam 225 ml larutan air pepton, lalu diencerkan sampai tingkat pengenceran 10 -6 . Inokulasi pada medium lempeng Czapek Agar, masing-masing 0,1 ml. Penghitungan koloni dilakukan dengan metode hitungan cawan. Koloni kapang diisolasi kemudian diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri mor-fologi dan mikroskopis. Spesies kapang kontaminan dominan ditentukan dengan mengurutkan jumlah koloni kapang dari nilai tertinggi hingga terendah. Pengkajian peranan masing-masing spesies kapang kontaminan dilakukan melalui studi kepus-takaan. Hasil penelitian yaitu: 1) pada buah tomat varietas Ratna ditemukan 8 spesies kapang kontaminan; 2) pada buah tomat varietas Arthaloka ditemukan 15 spesies kapang kontaminan; 3) Spesies kapang kontaminan dominan dalam buah tomat varietas Ratna yaitu Penicillium corylophilum Dierckx dengan jumlah 6,67 x 10 6 cfu/g; 4) Spesies kapang kontaminan dominan dalam buah tomat varietas Arthaloka yaitu Cladosporium herbarum (Pers.) Link dengan jumlah 1,24 x 10 6 cfu/g; 5) Berdasarkan studi kepustakaan, ada 1

Transcript of jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel92CA1E421AC7F... · Web viewSetiap...

Page 1: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel92CA1E421AC7F... · Web viewSetiap 100 gram tomat masak mengan-dung air 94 g, protein 1 g, lemak 0,30 g, karbohidrat

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SPESIES KAPANG KONTAMINAN DALAM BUAH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS RATNA DAN VARIETAS ARTHALOKA

DI BEBERAPA PASAR KOTA MALANG

Otavia Dewi Kartikasari1, Utami Sri Hastuti2, dan Agung Witjoro2

1Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang2Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang

Email: [email protected]

Abstrak: Buah tomat merupakan buah yang mempunyai banyak kegunaan. Buah tomat mudah busuk kerena memiliki kulit yang tipis sehingga mudah terinfeksi kapang kontaminan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengisolasi dan mengi-dentifikasi semua spesies kapang kontaminan dalam buah tomat varietas Ratna, 2) Mengisolasi dan mengidentifikasi semua spesies kapang kontaminan dalam buah tomat varietas Arthaloka, 3) Menentukan spesies kapang kontaminan dominan dalam buah tomat varietas Ratna, 4) Menentukan spesies kapang kontaminan dominan dalam buah tomat varietas Arthaloka, 5) Mengkaji peranan masing-masing spesies kapang kontaminan dalam buah tomat varietas Ratna dan varietas Arthaloka bagi kehidupan manusia.

Sampel buah tomat yang digunakan ialah buah tomat varietas Ratna dan Arthaloka yang mulai membusuk, masing-masing 25 g yang diperoleh dari lima pasar di kota Malang, dilarutkan dalam 225 ml larutan air pepton, lalu diencerkan sampai tingkat pengenceran 10-6. Inokulasi pada medium lempeng Czapek Agar, masing-masing 0,1 ml. Penghitungan koloni dilakukan dengan metode hitungan cawan. Koloni kapang diisolasi kemudian diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri mor-fologi dan mikroskopis. Spesies kapang kontaminan dominan ditentukan dengan mengurutkan jumlah koloni kapang dari nilai tertinggi hingga terendah. Pengkajian peranan masing-masing spesies kapang kontaminan dilakukan melalui studi kepus-takaan.

Hasil penelitian yaitu: 1) pada buah tomat varietas Ratna ditemukan 8 spesies kapang kontaminan; 2) pada buah tomat varietas Arthaloka ditemukan 15 spesies kapang kontaminan; 3) Spesies kapang kontaminan dominan dalam buah tomat varietas Ratna yaitu Penicillium corylophilum Dierckx dengan jumlah 6,67 x 106

cfu/g; 4) Spesies kapang kontaminan dominan dalam buah tomat varietas Arthaloka yaitu Cladosporium herbarum (Pers.) Link dengan jumlah 1,24 x 106 cfu/g; 5) Berdasarkan studi kepustakaan, ada beberapa spesies kapang yang berperan positif yaitu P. corylophilum Dierckx., G. candidum Link., Papulospora sp., dan A. niger van Tieghem, sedangkan beberapa spesies kapang yang berperan negatif yaitu F. solani (Mart.) Sacc., F. sporotrichioides Sherb., C. herbarum (Pers.) Link, C. macrocarpum Preuss, A. ochraceus Wilhelm, B. dermatitidis, C. sphaerospermum Penzig, M. suaveolens (Lindner) v. Arx, P. variabile Sopp, dan Aspergillus niger van Tieghem.

Kata Kunci: Buah Tomat, Spesies Kapang Kontaminan, Kapang Dominan

Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas horti-kultura yang bernilai ekonomi tinggi dan mempunyai banyak kegunaan. Buah tomat dapat dikonsumsi secara langsung sebagai buah, pelengkap masakan, bahan kosmetik, obat-obatan, dan bahan dasar industri makanan dan minuman. Buah tomat memiliki komposisi zat gizi yang baik dan cukup lengkap. Setiap 100 gram tomat masak mengan-dung air 94 g, protein 1 g, lemak 0,30 g, karbohidrat 4,2 g, kalsium 5 mg, fosfat 27 mg, besi 0,50 mg, vitamin A 1500 IU, vitamin B1 0,06 mg, vitamin C 40 mg (Lokasari, 2011). Kandungan vitamin C yang tinggi menyebabkan pH buah relatif rendah (≤4.0).

1

Page 2: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel92CA1E421AC7F... · Web viewSetiap 100 gram tomat masak mengan-dung air 94 g, protein 1 g, lemak 0,30 g, karbohidrat

2

Kandungan karbohidrat yang tinggi dengan kondisi pH rendah menyebabkan kapang kontaminan pada buah tomat dapat tumbuh dengan baik. Kapang mempunyai pH opti-mum 5 – 7, tetapi kapang masih dapat hidup pada pH 3 – 8,5 (Fardiaz, 1992).

Buah tomat merupakan buah yang tidak tahan lama (mudah busuk) karena memiliki kulit yang tipis sehingga mudah terinfeksi kapang kontaminan. Infeksi kapang dapat terjadi karena adanya kerusakan fisik misalnya memar akibat benturan atau jatuh selama transportasi, perlakuan mekanis, dan serangan serangga selama penanganan pas-capanen. Pertumbuhan kapang pada buah dapat menurunkan kualitas buah maupun kenampakan estetis karena terlihat jelas di permukaan buah. Selain itu banyak jenis kapang yang dapat menghasilkan mikotoksin (Jawetz, dkk., 1986). Hastuti (2010) me-nambahkan bahwa kapang kontaminan yang menghasilkan mikotoksin menyebabkan buah menjadi tidak layak dikonsumsi dan dapat membahayakan kesehatan konsumen berupa keracunan makanan.

Berbagai macam buah yang dijual di pasar tidak semua berkualitas baik dan aman untuk dikonsumsi. Berdasarkan hasil survey penulis pada tanggal 27 Januari 2013 di beberapa pasar Kota Malang menunjukkan bahwa hampir 30% buah tomat yang dijual memiliki kualitas yang kurang baik misalnya kulit keriput dan kusam, buah me-mar karena benturan, dan banyak dikerumuni oleh lalat buah sehingga rentan terkon-taminasi oleh kapang kontaminan. Buah tomat yang memiliki kualitas yang kurang baik tersebut ada yang ditempatkan terpisah dengan buah tomat yang berkualitas baik dan masih dijual dengan harga yang lebih murah, namun ada juga yang dicampur dengan buah yang masih baik sehingga tidak terlihat jika ada buah yang kualitasnya kurang baik. Masyarakat yang memiliki ekonomi menengah ke bawah cenderung memilih buah yang harganya lebih murah dan kurang memperhatikan kaulitas buah, sehingga apabila buah tomat yang memiliki kualitas kurang baik tersebut terkontaminasi oleh kapang kontaminan, terutama yang dapat menghasilkan mikotoksin, maka dapat membahaya-kan kesehatan konsumen.

Berdasarkan hasil observasi, buah tomat yang mudah mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya lendir dan koloni kapang pada permukaan buah tomat dan masih dijual ialah varietas Ratna dan varietas Arthaloka, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan tomat varietas Ratna dan varietas Arthaloka yang memiliki kualitas kurang baik atau mulai membusuk dengan pertimbangan buah yang mulai membusuk rentan terkontaminasi oleh kapang kontaminan.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengisolasi dan mengidentifikasi semua spe-sies kapang kontaminan dalam buah tomat varietas Ratna, 2) Mengisolasi dan mengi-dentifikasi semua spesies kapang kontaminan dalam buah tomat varietas Arthaloka, 3) Menentukan spesies kapang kontaminan dominan dalam buah tomat varietas Ratna, 4) Menentukan spesies kapang kontaminan dominan dalam buah tomat varietas Arthaloka, 5) Mengkaji peranan masing-masing spesies kapang kontaminan dalam buah tomat varietas Ratna dan varietas Arthaloka bagi kehidupan manusia.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1) menambah koleksi isolat spesies kapang di Laboratorium Mikrobiologi; 2) Sebagai dasar untuk penelitian lanjutan tentang pemanfaatan spesies kapang kontaminan dalam buah tomat yang memiliki peran positif untuk pembuatan makanan dan minuman olahan; 3) Memberi informasi untuk para pedagang tomat, konsumen dan peneliti bahwa terdapat beberapa spesies kapang kontaminan, yang di antaranya dapat membahayakan kesehatan, dalam buah tomat yang sudah mulai membusuk.

Page 3: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel92CA1E421AC7F... · Web viewSetiap 100 gram tomat masak mengan-dung air 94 g, protein 1 g, lemak 0,30 g, karbohidrat

3

METODE PENELITIANJenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dan studi kepustakaan

(studi literatur). Penelitian deskriptif eksploratif mengungkapkan spesies-spesies ka-pang kontaminan, jumlah masing-masing spesies kapang per gram sampel, dan penen-tuan spesies kapang dominan pada buah tomat varietas Ratna dan varietas Arthaloka. Peranan masing-masing spesies kapang kontaminan dalam buah tomat varietas Ratna dan varietas Arthaloka dilakukan dengan metode studi kepustakaan (studi literatur). Penelitian dilakukan pada bulan April – Juni 2013 di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang.

Prosedur PenelitianPengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel pasar

yang dipilih merupakan pasar yang terdapat penjual tomat varietas Ratna dan Arthaloka, yaitu Pasar Merjosari, Pasar Besar,Pasar Blimbing, Pasar Gadang, dan Pasar Kedung-kandang. Sampel pedagang tomat yang dipilih yaitu penjual tomat yang menjual tomat dari kedua varietas tersebut. Sampel buah tomat ditentukan dengan cara memilih buah tomat dengan kriteria buah telah mulai lunak, kulit keriput, dan bila buah dipijat mudah mengeluarkan air.

Sampel buah tomat varietas Ratna dan varietas Arthaloka dicuci, kemudian dibilas dengan aquades steril untuk membersihkan kotoran yang berada di permukaan buah tomat. Masing-masing sampel buah tomat varietas Ratna dan varietas Arthaloka dari masing-masing pasar diiris secara aseptik dan diambil sebanyak 5 g, kemudian sampel buah tomat dari kelima pasar dicampur sehingga jumlah keseluruhan sampel buah tomat masing-masing varietas berjumlah 25 g. Sampel buah tomat dari kedua varietas, masing-masing dimasukkan dalam 225 ml larutan pepton 0,1% sehingga diperoleh suspensi tingkat pengenceran 10-1. Pengenceran dilanjutkan pada tingkat pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, dan 10-6. Suspensi pada tiap tingkat pengenceran diambil 0,1 ml lalu diinokulasikan pada permukaan medium lempeng Czapek Agar dan diinkubasi pada suhu 25oC selama 5-7 x 24 jam.

Tiap macam koloni kapang yang tumbuh pada media lempeng dihitung jumlah koloninya. Jumlah koloni tiap jenis kapang dihitung dengan rumus seperti yang ditulis Fardiaz (1993) sebagai berikut:

Faktor pengenceran = Tingkat pengenceran x jumlah suspensi yang ditumbuhkan

= Jumlah koloni pada media lempeng x

Masing-masing jenis koloni kapang yang tumbuh diisolasi dengan cara menginokulasi miselium kapang dalam medium miring CA lalu diinkubasi pada suhu 25oC selama 5-7 x 24 jam, kemudian diamati ciri-ciri morfologinya. Masing-masing jenis koloni kapang selanjutnya dideskripsi berdasarkan ciri morfologi dan mikroskopis. Morfologi koloni yang diamati meliputi warna koloni, diameter koloni, sifat koloni, dan ada atau tidaknya warna dasar koloni.

Pengamatan mikroskopis dilakukan pada preparat kapang yang dibuat dengan metode slide culture. Pengamatan mikroskopis kapang meliputi: hifa (warna, sifat dinding, diameter), konidiofor (warna, diameter, panjang, sifat dinding, dan ada tidak-

Jumlah koloni Kapang per g sampel

Page 4: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel92CA1E421AC7F... · Web viewSetiap 100 gram tomat masak mengan-dung air 94 g, protein 1 g, lemak 0,30 g, karbohidrat

4

nya cabang), vesikula (bentuk dan diameter), metula (ada tidaknya, warna, sifat dinding, panjang, diameter), kedudukan fialida terhadap vesikula, fialida (ada tidaknya, warna, sifat dinding, panjang, diameter, dan bentuk), konidia atau spora (warna, bentuk, diameter, sifat dinding), tipe pertumbuhan konidia (radiata atau kolumnar).

Masing-masing kapang kontaminan yang tumbuh pada medium lempeng diidentifikasi sampai tingkat spesies. Data hasil pengamatan ciri-ciri morfologi koloni dan mikroskopis dirujukkan pada buku identifikasi berjudul “Introduction to Food-Born Fungi” (Samson, 1984), “Fungi and Food Spoilage” (Pitt dan Hocking, 1985), dan “Illustrated Genera of Imperfect Fungi” (Barnett and Hunter, 1972). Kajian peranan spesies-spesies kapang kontaminan dilakukan dengan metode studi kepustakaan (studi literatur) yaitu mengkaji informasi mengenai peranan masing-masing spesies kapang dari berbagai bahan pustaka.

HASIL PENELITIAN Data Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara Tempat Pengambilan Sampel

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa suhu dan kelembaban udara tempat pengambilan sampel di kelima pasar bervariasi. Rerata suhu tempat pengambilan sampel buah tomat varietas Ratna yaitu 30°C, sedangkan suhu tempat pengambilan sampel buah tomat varietas Arthaloka yaitu 30,5°C. Rerata kelembaban udara tempat pengambilan sampel buah tomat varietas Ratna yaitu 61,2%, sedangkan kelembaban udara tempat pengambilan sampel buah tomat varietas Arthaloka yaitu 60,0%.

Spesies-spesies Kapang Kontaminan yang terdapat dalam Sampel Buah Tomat varietas Ratna dan Varietas Arthaloka yang dijual di Beberapa Pasar Kota Malang

Berdasarkan hasil isolasi dan hasil deskripsi koloni kapang melalui pemeriksaan morfologi koloni dan mikroskopis terhadap kapang kontaminan yang berasal dari buah tomat varietas Ratna dan varietas Arthaloka, ditemukan 16 isolat kapang yang masing-masing diberi kode A, B, C, D, E, G, I, L, M, N, P, Q, S T, V, dan W.

Berdasarkan hasil identifikasi kapang yang dirujukkan pada buku “Introduction to Food-Born Fungi” (Samson, 1984), “Fungi and Food Spoilage” (Pitt dan Hocking, 1985), dan “Illustrated Genera of Imperfect Fungi” (Barnett dan Hunter, 1972), spesies kapang kontaminan dalam buah tomat varietas Ratna dan varietas Arhhaloka yaitu Fusarium solani (Mart.) Sacc., Fusarium sporotrichioides Sherb., Cladosporium herbarum (Pers.) Link, Penicillium corylophilum Dierckx, Mycelia sterilia 1, Aspergillus ochraceus Wilhelm., Geotrichum candidum Link, Blastomyces dermatitidis, Cladosporium sphaerospermum Penzig, Cladosporium macrocarpum Preuss, Moniliella suaveolens (Lindner) v. Arx, Penicillium variabile Sopp, Papulospora sp., Mycelia sterilia 2, Mycelia sterilia 3, dan Aspergillus niger van Tieghem.

Sebaran Spesies Kapang Kontaminandalam Buah Tomat Varietas Ratna dan Varietas Arthaloka

Spesies kapang kontaminan yang terdapat dalam buah tomat varietas Ratna dan variatas Arthaloka tidak sama. Pada buah tomat varietas Ratna terdapat 8 spesies kapang kontaminan, sedangkan pada buah tomat varietas Arthaloka terdapat 15 spesies

Page 5: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel92CA1E421AC7F... · Web viewSetiap 100 gram tomat masak mengan-dung air 94 g, protein 1 g, lemak 0,30 g, karbohidrat

5

kapang kontaminan. Sebaran spesies kapang pada dua varietas buah tomat disajikan dalam tabel 1 berikut.

Tabel 1. Sebaran Spesies Kapang Kontaminan pada Buah Tomat Varietas Ratna dan Varietas Arthaloka

No. Kode Nama Spesies Varietas Ratna

Varietas Arthaloka

1. A Fusarium solani (Mart.) Sacc. + +2. B Fusarium sporotrichioides Sherb. + +3. C Cladosporium herbarum (Pers.) Link + +4. D Penicillium corylophilum Dierckx + +5. E Mycelia sterilia 1 - +6. G Aspergillus ochraceus Wilhelm. - +7. I Geotrichum candidum Link + +8. L Blastomyces dermatitidis + -9. M Cladosporium sphaerospermum Penzig + +10. N Cladosporium macrocarpum Preuss + +11. P Moniliella suaveolens (Lindner) v. Arx - +12. Q Penicillium variabile Sopp - +13. S Papulospora sp. - +14. T Mycelia sterilia 2 - +15. V Mycelia sterilia 3 - +16. W Aspergillus niger van Tieghem - +

Keterangan: (+) = ditemukan; (-) = tidak ditemukan

Spesies Kapang Kontaminan Dominan dalam Buah Tomat Varietas Ratna dan Varietas Arthaloka

Spesies kapang kontaminan dominan pada masing-masing varietas Ratna dan varietas Arthaloka tidak sama. Penentuan spesies kapang dominan dilakukan dengan mengurutkan nilai rerata jumlah koloni tiap spesies kapang dari nilai yang tertinggi hingga terendah. Tabel 2 dan Tabel 3 berikut menunjukkan nilai rerata jumlah koloni tiap spesies kapang dari nilai tertinggi hingga terendah.

Kedua tabel tersebut menunjukkan bahwa spesies kapang kontaminan dominan dalam buah tomat varietas Ratna dan varietas Arthaloka tidak sama, begitupula jumlah koloni tiap spesies kapang dominan juga berbeda. Tabel 2 menunjukkan bahwa spesies kapang kontaminan dominan pada buah tomat varietas Ratna yaitu Penicillium corylophilum Dierckx karena memiliki nilai rerata tertinggi diantara spesies-spesies lain yang ditemukan pada varietas Ratna, yaitu 6,67 x 106 cfu/g.

Tabel 3 menunjukkan bahwa spesies kapang kontaminan dominan pada buah tomat varietas Arthaloka yaitu Cladosporium herbarum (Pers.) Link yang memiliki nilai rerata tertinggi diantara spesies-spesies lain yang ditemukan pada varietas Arthaloka, yaitu 1,24 x 106 cfu/g.

Tabel 2. Jumlah Koloni dari setiap Spesies Kapang Kontaminan pada Buah Tomat Varietas Ratna

No. Kode Nama SpesiesAngka Rerata

Koloni Kapang per gram Sampel (cfu/g)

1. D Penicillium corylophilum Dierckx 6,67 x 106

2. A Fusarium solani (Mart.) Sacc. 3,14 x 106

3. C Cladosporium herbarum (Pers.) Link 2,22 x 106

Page 6: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel92CA1E421AC7F... · Web viewSetiap 100 gram tomat masak mengan-dung air 94 g, protein 1 g, lemak 0,30 g, karbohidrat

6

4. M Cladosporium sphaerospermum Penzig 2,22 x 106

5. N Cladosporium macrocarpum Preuss 1,67 x 106

6. L Blastomyces dermatitidis 1,18 x 106

7. I Geotrichum candidum Link 5,00 x 106

8. B Fusarium sporotrichioides Sherb. 3,12 x 105

Tabel 3. Jumlah Koloni dari setiap Spesies Kapang Kontaminan pada Buah Tomat Varietas Arthaloka

No. Kode Nama SpesiesAngka Rerata

Koloni Kapang per gram Sampel (cfu/g)

1. C Cladosporium herbarum (Pers.) Link 1,24 x 106

2. S Papulospora sp. 1,12 x 106

3. I Geotrichum candidum Link 1,11 x 106

4. T Mycelia sterilia 2 5,56 x 105

5. V Mycelia sterilia 3 5,56 x 105

6. W Aspergillus niger van Tieghem 5,56 x 105

7. D Penicillium corylophilum Dierckx 7,83 x 104

8. A Fusarium solani (Mart.) Sacc. 7,34 x 104

9. G Aspergillus ochraceus Wilhelm. 5,56 x 104

10. B Fusarium sporotrichioides Sherb. 1,39 x 104

11. N Cladosporium macrocarpum Preuss 1,11 x 104

12. M Cladosporium sphaerospermum Penzig 1,67 x 103

13. Q Penicillium variabile Sopp 5,56 x 101

14. E Mycelia sterilia 1 5,60 15. P Moniliella suaveolens (Lindner) v. Arx 5,60

Peranan Spesies-spesies Kapang Kontaminan yang ditemukan pada Buah TomatBerdasarkan hasil studi kepustakaan dari bahan pustaka, diketahui bahwa bebe-

rapa spesies kapang kontaminan pada buah tomat ada yang berperan positif atau ber-manfaat dalam industri makanan dan farmasi, namun ada juga yang memiliki peran ne-gatif karena dapat menghasilkan mikotoksin dan menyebabkan penyakit pada tanaman, hewan percobaan, dan manusia.

Beberapa spesies kapang yang berperan positif yaitu P. corylophilum Dierckx., G. candidum Link., Papulospora sp., dan A. niger van Tieghem, sedangkan beberapa spesies kapang yang berperan negatif yaitu F. solani (Mart.) Sacc., F. sporotrichioides Sherb., C. herbarum (Pers.) Link, C. macrocarpum Preuss, A. ochraceus Wilhelm, Blastomyces dermatitidis, C. sphaerospermum Penzig, Moniliella suaveolens (Lindner) v. Arx, P. variabile Sopp, dan A. niger van Tieghem.

PEMBAHASANKeanekaragaman Spesies Kapang Kontaminan dalam Buah Tomat Varietas Ratna dan Arthaloka

Buah tomat merupakan buah yang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Selain bermanfaat bagi manusia, nutrisi tersebut juga bermanfaat bagi kapang kontam-inan. Kapang kontaminan yang terdapat dalam buah tomat memanfaatkan nutrisi terse-but untuk tumbuh dan berkembangbiak. Pertumbuhan kapang kontaminan juga dipenga-ruhi oleh beberapa faktor abiotik, antara lain yaitu suhu dan kelembaban udara tempat penyimpanan buah tomat. Menurut Fardiaz (1992), suhu optimum untuk pertumbuhan

Page 7: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel92CA1E421AC7F... · Web viewSetiap 100 gram tomat masak mengan-dung air 94 g, protein 1 g, lemak 0,30 g, karbohidrat

7

kapang ialah sekitar 25-30°C, tetapi beberapa spesies dapat tumbuh pada suhu 35-37°C atau lebih tinggi. Hasil pengukuran suhu tempat penjualan buah tomat menunjukkan nilai rerata 30°C untuk tempat penjualan buah tomat varietas Ratna dan 30,5°C untuk tempat penjualan buah tomat varietas Arthaloka. Suhu tersebut berada dalam rentang suhu optimum untuk pertumbuhan kapang. Hasil pengukuran kelembaban udara menunjukkan nilai rerata yang cukup rendah yaitu 61,2% untuk varietas Ratna dan 60% untuk varietas Arthaloka. Menurut Suriawiria (1985), kelembaban udara optimum untuk pertumbuhan kapang yaitu 60% - 88%, sehingga kelembaban udara di beberapa pasar tempat pengambilan sampel masih berada dalam rentangan kelembaban udara optimum untuk pertumbuhan kapang. Nutrisi dalam buah tomat dan faktor abiotik berupa suhu dan kelembaban udara di pasar tempat pengambilan sampel buah tomat dapat mendu-kung pertumbuhan kapang pada umumnya.

Sebaran spesies kapang kontaminan pada buah tomat varietas Ratna dan Arthaloka ternyata menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapang kontaminan yang ditemukan pada sampel buah tomat varietas Ratna dan varietas Arthaloka berjumlah 16 spesies yang terdiri atas 8 genus dan 3 ordo khusus Mycelia sterilia. Pada buah tomat varietas Ratna terdapat 8 spesies kapang yaitu F. solani (Mart.) Sacc., F. sporotrichioides Sherb., C. herbarum (Pers.) Link, P. corylophilum Dierckx, G. candidum Link, B. dermatitidis, C. sphaerospermum Penzig, dan C. macrocarpum Preuss. Pada buah tomat varietas Arthaloka terdapat 15 spesies kapang yaitu F. solani (Mart.) Sacc., F. sporotrichioides Sherb., C. herbarum (Pers.) Link, P. corylophilum Dierckx, Mycelia sterilia 1, A. ochraceus Wilhelm., G. candidum Link, C. sphaerospermum Penzig, C. macrocarpum Preuss, M. suaveolens (Lindner) v. Arx, P. variabile Sopp, Papulospora sp., Mycelia sterilia 2, Mycelia sterilia 3, dan A. niger van Tieghem. Gambar 1, 2, 3 dan 4 berikut ini menunjukkan contoh spesies kapang yang ditemukan dalam buah tomat.

Gambar 1P. corylophilum Dierckx dengan pewarnaan lactophenol cotton blue (perbesaran 400x)

Gambar 2G. candidum Link dengan pewarnaan lactophenol cotton blue (Perbesaran 100x)

Gambar 3C. macrocarpum Preuss., dengan pewarnaan lactophenol cotton blue (Perbesaran 100x)

Gambar 4A. niger van Tieghem dengan pewarnaan lactophenol (Perbesaran 400x)

Perbedaan jumlah spesies kapang kontaminan yang ditemukan pada buah tomat varietas Ratna dan varietas Arthaloka ini mungkin disebabkan buah tomat varietas Arthaloka lebih rentan terkontaminasi oleh kapang kontaminan dan adanya faktor kemampuan adaptasi dari spesies-spesies kapang kontaminan pada buah tomat tersebut.

Page 8: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel92CA1E421AC7F... · Web viewSetiap 100 gram tomat masak mengan-dung air 94 g, protein 1 g, lemak 0,30 g, karbohidrat

8

Berdasarkan ketebalan kulitnya, buah tomat varietas Arthaloka memiliki kulit buah yang lebih tipis daripada buah tomat varietas Ratna, sehingga kulit buah lebih mudah rusak dan buah mudah terinfeksi oleh kapang kontaminan. Berdasarkan rasanya, buah tomat varietas Arthaloka memiliki rasa yang lebih manis daripada varietas Ratna, hal ini berarti bahwa kandungan gula dalam buah tomat varietas Arthaloka lebih tinggi daripada varietas Ratna sehingga lebih banyak spesies kapang kontaminan yang tumbuh pada buah tomat varietas Arthaloka. Rasa masam pada buah tomat varietas Ratna menunjukkan pH buah tomat bersifat asam, sehingga tidak semua spesies kapang kontaminan yang ditemukan pada buah tomat varietas Arthaloka dapat tumbuh pada buah tomat varietas Ratna.

Sumber kontaminasi kapang kontaminan pada buah tomat dapat berasal dari berbagai macam cara. Buah tomat dapat terkontaminansi oleh spesies kapang F. solani (Mart.) Sacc., dan F. sporotrichioides Sherb. ketika buah masih dalam masa pertum-buhan di lahan pertanian, yang terserang oleh penyakit layu fusarium, busuk akar, busuk batang, dan busuk pangkal batang. Kapang C. herbarum (Pers.) Link, C. sphaerospermum Penzig, C. macrocarpum Preuss., G. candidum Link, Papulospora sp., P. corylophilum Dierckx, A. ochraceus Wilhelm., M. suaveolens (Lindner) v. Arx, P. variabile Sopp, dan A. niger van Tieghem merupakan kapang yang banyak mengkon-taminasi makanan dan bahan makanan termasuk buah tomat. Spesies-spesies kapang tersebut dapat mengkontaminasi buah tomat karena adanya lalat buah yang sering mengerumuni buah tomat. Lalat buah memiliki tipe mulut menggigit menjilat dan ketika lalat menghisap nutrisi dalam buah tomat, menyebabkan kulit buah tomat rusak sehing-ga rentan terkontaminasi kapang kontaminan. Selain itu, kontaminasi kapang juga dapat terjadi ketika buah tomat yang mulai membusuk dicampur dengan buah yang kualitas buahnya masih baik sehingga terjadi kontak langsung antara kulit buah tomat dan menyebabkan kapang yang terdapat pada buah tomat yang mulai membusuk dapat mengkontaminasi buah yang masih segar. Kontaminasi kapang B. dermatitidis dapat terjadi ketika terdapat pembeli yang memiliki penyakit kulit yang disebabkan oleh kapang B. dermatitidis memilih buah tomat yang akan dibeli. Spora kapang tersebut dapat berpindah dari tangan pembeli ke kulit buah tomat, dan jika kondisi lingkungan mendukung, kapang tersebut dapat tumbuh pada buah tomat.

Spesies Kapang Kontaminan Dominan dalam Buah Tomat Varietas Ratna dan Arthaloka

Kapang kontaminan dominan yang ditentukan berdasarkan jumlah kapang yang paling banyak ditemukan pada masing-masing varietas merupakan spesies yang berbeda. Kapang kontaminan dominan pada buah tomat varietas Ratna ialah P. corylophilum Dierckx yang ditemukan sebanyak 6,67 x 106cfu/g. Kapang tersebut merupakan spesies kapang xerofilik yang banyak mengkontaminasi bahan makanan seperti tepung, kacang, produk daging, dan buah (Pit dan Hocking, 1985).

Kapang kontaminan dominan pada buah tomat varietas Arthaloka yaitu C. herbarum (Pers.) Link yang ditemukan dengan jumlah 1,24 x 106cfu/g. C. herbarum (Pers.) Link merupakan kapang kontaminan yang dapat merusak bahan makanan seperti telur, daging, biji-bijian, sayuran segar dan buah-buahan (Pit dan Hocking, 1985).

Peranan Masing-masing Spesies Kapang Kontaminan yang ditemukan dalam Buah Tomat Varietas Ratna dan Arthaloka

Page 9: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel92CA1E421AC7F... · Web viewSetiap 100 gram tomat masak mengan-dung air 94 g, protein 1 g, lemak 0,30 g, karbohidrat

9

Kapang memiliki peran yang berbeda-beda. Ada kapang yang dapat memberikan manfaat bagi manusia maupun merugikan manusia. Beberapa contoh spesies kapang yang bermanfaat bagi manusia misalnya digunakan dalam bidang industri makanan dan minuman, pertanian, dan farmasi, sedangkan kapang yang merugikan manusia dapat menyebabkan kerusakan pada buah dan menghasilkan mikotoksin yang dapat memba-hayakan kesehatan manusia.

F. solani (Mart.) Sacc. merupakan kapang patogen yang umum menyerang ta-naman pertanian. Kapang ini dapat menyebabkan penyakit busuk akar, penyakit layu, dan anthracnose (Bashir dan Tahira, 2012). Selain sebagai patogen pada tanaman, ternyata juga diketahui sebagai patogen pada manusia dan hewan mamalia. Pada manusia dan hewan, kapang ini merupakan spesies kapang opportunistik yang dapat menyebabkan penyakit pada jaringan superfisial seperti kornea, kulit dan kuku (Mehl dan Epstein, 2007). Kapang F. solani (Mart.) Sacc. dapat menghasilkan mikotoksin neosolaniol toksin-T2 yang dapat menyebabkan muntah pada anak itik (Makfoeld, 1993:170).

Kapang F. sporotrichioides Sherb. diketahui sebagai patogen pada tanaman dan patogen opportunistik pada manusia. Pada tanaman, kapang ini menyebabkan penyakit busuk akar, busuk batang, busuk pangkal batang, penyakit Fusarium Seedling Blight (FSB), dan penyakit Fusarium head blight (FHB) (Wiśniewska, dkk., 2011). Kapang ini juga dapat menyebabkan penyakit pada manusia apabila sistem kekebalan tubuh menurun, yaitu seperti penyakit konjungtivitis, keratitis, endophthalmia, infeksi sinus maksilar, osteomyelitis, arthritis septik, dermatitis dan onichomicosis (Özyurt, dkk., 2008). Asano, dkk., (2012) melaporkan bahwa kapang ini menghasilkan mikotoksin trikotesenatipe A. Trikotesena bersifat sitotoksik pada tikus percobaan. Selain itu juga dapat menimbulkan kanker pada tikus percobaan yang diberi makan dengan kandungan mikotoksin tersebut (Makfoeld, 1993:170).

Kapang C. herbarum (Pers.) Link dapat menyebabkan busuk pada ubi jalar, kerusakan “black spot” pada daging, dan mengkontaminasi beberapa bahan makanan lainnya seperti produk daging, telur, kacang, biji-bijian, sayuran segar dan buah (Pitt dan Hocking, 1985). Kapang P. corylophilum Dierckx dapat menghasilkan metabolit sekunder yang bersifat sebagai antimikroba, yaitu fumiquinazoline F. Senyawa ini ber-potensial sebagai antibiotik karena terbukti mampu menghambat pertumbuhan beberapa bakteri Gram positif dan Gram Negatif (Silva, dkk., 2004).

A. ochraceus Wilhelm diketahui menghasilkan okratoksin A (OTA), okratoksin B (OTB), dan okratoksin C (OTC) (Hashimoto, dkk., 2012). Okratoksin ini bersifat nefrotoksik, teratogenik, dan karsinogenik. Organ target yang mengalami kerusakan akibat okratoksin ini antara lain hati, ginjal, dan limfa pada hewan percobaan misalnya itik, tikus, ayam, dan anjung (Makfoeld, 1993: 97 – 99). Kapang G. candidum Link diketahui berperan dalam biodegradasi dan depolusi. Kapang ini mampu menghidrolisis selulosa, pektin, dan residu pestisida (Hudecová , dkk., 2009). B. dermatitidis merupa-kan agen penyebab penyakit blastomikosis yaitu infeksi kronis pada kulit atau organ internal manusia. Infeksi ini terjadi apabila konidia menempel pada kulit atau terhirup melalui pernapasan (Mc Cullough dkk., 2000).

C. sphaerospermum Penzig dilaporkan dapat menyebabkan bisul pada kornea mata manusia, luka pada kulit dan infeksi pada kuku. Selain itu, spora dari kapang ini dapat menyebabkan alergi pada saluran pernapasan apabila sistem kekebalan tubuh me-nurun (Manisha dan Panwar, 2012). M. suaveolens (Lindner) v. Arx merupakan kapang yang sering mengkontaminasi keju, margarin, mentega, tanah, dan kulit manusia. Pada

Page 10: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel92CA1E421AC7F... · Web viewSetiap 100 gram tomat masak mengan-dung air 94 g, protein 1 g, lemak 0,30 g, karbohidrat

10

kulit manusia, kapang ini bersifat patogen karena dapat menyebabkan infeksi sistemik antara lain infeksi subkutan, pneumonia, keratitis, skleritis, dan maringitis (Samerpitak, 2007).

P. variabile Sopp dapat menghasilkan aflatoksin yang bersifat toksigenik, teratogenik, dan karsinogenik dengan organ target antara lain hati, saluran pencernaan, ginjal, limfa, organ endokrin, sistem saraf, jantung, dan paru-paru (Makfoeld, 1993:97 – 99). Selain itu Vernaite dan Raudoniene (2005) melaporkan bahwa kapang ini juga menghasilkan patulin dan penitrem. Patulin ini bersifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, hepatotoksik, dan neorotoksik terhadap manusia dan hewan yaitu anak ayam dan tikus (Makfoeld, 1993:149). Penitrem merupakan mikotoksin yang dapat menye-babkan kerusakan ginjal pada hewan percobaan misalnya ayam, kelinci, marmut, tikus, dan mencit (Makfoeld, 1993:93). Papulospora sp. merupakan kapang saprofit yang biasa ditemukan pada tanah pertanian. Kapang ini memiliki potensi menghasilkan senyawa kimia antibakteri dan antifungi yaitu senyawa diketopiperazine (Trigos dan Sandoval, 2002).

A. niger van Tieghem diketahui dapat menghasilkan beberapa jenis enzim seper-ti a-amylase, selulase, lactase, pectinase, protease, infertase, dan amyloglucosidase. Selain enzim, kapang ini juga mampu memproduksi asam organik seperti asam sitrat dan asam glukonat (Ul Haq, dkk., 2003). Enzim dan asam sitrat yang dihasilkan A. niger van Tieghem dapat dimanfaatkan dalam industri makanan dan minuman olahan. A. niger van Tieghem juga mempunyai peranan negatif, karena dapat menghasilkan asam kojat. Asam kojat dalam jumlah banyak dapat menimbulkan keracunan dan bahkan kematian pada mencit. Asam kojat bersifat konvulsant, yaitu senyawa yang dapat menyebabkan gejala pusing, mual, dan tidak enak badan (Makfoeld, 1993:185). Gonza´lez-Salgado,dkk.(2005) menyebutkan bahwa A. niger van Tieghem juga dike-tahui memproduksi ochratoxin A (OTA), yang bersifat nephrotoksik dan karsinogenik bagi hewan percobaan, antara lain itik, tikus, ayam, dan anjing.

Hasil penelitian ini telah mengungkapkan bahwa buah tomat varietas Ratna dan varietas Arthaloka, khususnya yang telah mulai membusuk dapat terkontaminasi oleh beberapa spesies kapang. Di antara spesies-spesies kapang kontaminan yang berhasil diidentifikasi ternyata ada yang berperan negatif, antara lain dapat menghasilkan mikotoksin dan menyebabkan penyakit baik pada tanaman, hewan percobaan maupun manusia. Berdasarkan hal tersebut maka pemilihan buah tomat untuk dikonsumsi sebaiknya memperhatikan kondisi buah, yaitu memilih buah tomat yang masih segar agar tidak membahayakan kesehatan. Di samping ditemukan spesies-spesies kapang yang berperan negatif, ternyata ada pula spesies-spesies kapang yang berperan positif, antara lain dapat dimanfaatkan dalam industri makanan, minuman, dan farmasi serta bioremediasi.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan penelitian ini ialah sebagai berikut: 1) Spesies kapang yang berhasil

diisolasi dari sampel buah tomat varietas Ratna berjumlah 8 isolat, yaitu Fusarium solani (Mart.) Sacc., Fusarium sporotrichioides Sherb., Cladosporium herbarum (Pers.) Link., Penicillium corylophilum Dierckx., Geotrichum candidum Link., Blastomyces dermatitidis, Cladosporium sphaerospermum Penzig, dan Cladosporium macrocarpum Preuss.; 2) Spesies kapang yang berhasil diisolasi dari sampel buah tomat varietas Arthaloka berjumlah 15 isolat, yaitu Fusarium solani (Mart.) Sacc., Fusarium sporotrichioides Sherb., Cladosporium herbarum (Pers.) Link., Penicillium

Page 11: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel92CA1E421AC7F... · Web viewSetiap 100 gram tomat masak mengan-dung air 94 g, protein 1 g, lemak 0,30 g, karbohidrat

11

corylophilum Dierckx., Mycelia sterilia 1, Aspergillus ochraceus Wilhelm., Geotrichum candidum Link., Cladosporium sphaerospermum Penzig, Cladosporium macrocarpum Preuss., Moniliella suaveolens (Lindner) v. Arx, Penicillium variabile Sopp, Papulospora sp., Mycelia sterilia 2, Mycelia sterilia 3, dan Aspergillus niger van Tieghem; 3) Spesies kapang kontaminan dominan dalam buah tomat varietas Ratna yaitu Penicillium corylophilum Dierckx dengan nilai rerata koloni kapang per gram sampel yaitu 6,67 x 106 cfu/g; 4) Spesies kapang kontaminan dominan dalam buah tomat varietas Arthaloka yaitu Cladosporium herbarum (Pers.) Link dengan nilai rerata koloni kapang per gram sampel yaitu 1,24 x 106cfu/g; 5) Berdasarkan studi kepustakaan, beberapa spesies kapang yang berperan positif yaitu P. corylophilum Dierckx., G. candidum Link., Papulospora sp., dan A. niger van Tieghem, yang diantaranya dapat dimanfaatkan dalam industri makanan, minuman, farmasi dan bioremediasi, sedangkan beberapa spesies kapang yang berperan negatif yaitu F. solani (Mart.) Sacc., F. sporotrichioides Sherb., C. herbarum (Pers.) Link, C. macrocarpum Preuss, A. ochraceus Wilhelm, Blastomyces dermatitidis, C. sphaerospermum Penzig, Moniliella suaveolens (Lindner) v. Arx, P. variabile Sopp, dan A. niger van Tieghem, yang diantaranya dapat menghasilkan mikotoksin dan menyebabkan penyakit baik pada tanaman, hewan percobaan, maupun manusia.

Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: 1) Perlu dilakukan penelitian keanekaragaman spesies kapang kontaminan dari buah tomat varietas selain varietas Ratna dan varietas Arthaloka; 2) Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menggunakan buah lain yang rentan membusuk, misalnya buah strawberi, jambu air, jambu biji, sirsak dll; 3) Perlu dilakukan penelitian tentang pemanfaatan spesies-spesies kapang kontaminan pada tomat yang berperan positif untuk produksi makanan dan minuman olahan.

DAFTAR RUJUKANAsano, T., M. Kimura, dan T. Nishiuchi. 2012. The Defense response in Arabidopsis

thaliana Against Fusarium sporotrichioides. Proteome Science, 10:61.Bashir, U. dan J. Tahira. 2012. Evaluation of Eucalyptus camaldulensis against.

Fusarium solani. International Journal of Agriculture & Biology, 14: 675–677.Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka UtamaGonza´lez-Salgado, A., Bele ´n Patin˜o, Covadonga Va ´zquez, dan M.T. Gonza´lez-

Jae ´n. 2005. Discrimination of Aspergillus niger and other Aspergillus species belonging to section Nigriby PCR assays. FEMS Microbiology Letters, 245: 353–361.

Hashimoto, K., Y. Kawakami, K. Asano, dan Y. Onji. 2012. Mycotoxin Production of Some Aspergillus ochraceus and Aspergillus fumigatus Isolated from the air. Mycotoxins, 62 (1).

Hastuti, U.S. 2010. Pencemaran Bahan Makanan dan Makanan Hasil Olahan oleh Berbagai Spesies Kapang Kontaminan serta Dampaknya Bagi Kesehatan. Makalah disajikan dalam Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Mikrobiologi FMIPA Universitas Negeri Malang, Malang, 16 Desember 2010, (Online),(http://library.um.ac.id), diakses pada tanggal 12 Januari 2013.

Hudecova, A., L. Valik dan D. Liptakova. 2009. Quantification of Geotrichum candidum Growth in Co-Culture with Lactic Acid Bacteria. Czech J. Food Sci, Vol. 27, Special Issue 2: S2-18–S2-27.

Page 12: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel92CA1E421AC7F... · Web viewSetiap 100 gram tomat masak mengan-dung air 94 g, protein 1 g, lemak 0,30 g, karbohidrat

12

Jawetz, J., L. Melnick dan E.A Adelberg. 1986. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Lokasari, K.N. 2011. Pengkajian Kemasan Dalam dan Pengisi terhadap Mutu Buah Tomat ( Lycopersicon esculentum Mill.) pada Kemasan Peti Kayu selama Transportasi. Skripsi diterbitkan. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Makfoeld, D. 1993. Mikotoksin Pangan. Yogyakarta: Penerbit KanisiusManisha, K. dan N. Panwar. 2012.Morpho-Pathological Effects of Isolated Fungal

Species on Human Population. Open Access Scientific Reports. Vol.1:1-6.McCullough, M.J., A. F. DiSalvo, K. V. Clemons, P. Park, dan D. A. Stevens. 2000.

Molecular Epidemiology of Blastomyces dermatitidis. Clinical Infectious Diseases, 30:328–35.

Mehl, H. L. dan L. Epstein. 2007. Sewage and Community Shower Drains are Environmental Reservoirs of Fusarium solani Species Complex Group 1, a Human and Plant Pathogen. Environmental Microbiology, 9(9): 2189–2199.

Özyurt, M., N. Ardic, K. Turan, S. Yildiz, O. Özyaral, U. Demirpek, T. Haznedaroğlu, dan T. Yurdun. 2008. The Isolation of Fusarium Sporotrichioides from a Diabetic Foot Wound Sample and Identification. Marmara Medical Journal, 21(1): 068-072.

Pitt, J. I., dan Hocking, A. D. 1985. Fungi and Food Spoilage. New York: Springer Science Business Media.

Samerpitak, K. 2007. Black Yeast and Related fungi : General Characters and Medical Importance (Part II). Srinagarind Medical Journal, 22(4).

Silva, M.G., N.A.J.C. Furtado, M.T. Pupo, M.J.V. Fonseca, S. Said, A.S.S. Filho, dan J.K. Bastos. 2004. Antibacterial Activity fromPenicillium corylophilum Dierckx.Microbiological Research, 159: 317—322.

Suriawiria, U. 1986. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa.Trigos, A. dan F. Sandoval. 2002. Diketopiperazines from Cultures of the Fungus

Papulospora immersa. Micologia Aplicada International, 14(1): 7-10.Ul Haq, I., S. Ali, M.A. Qadeer, dan J. Iqbal. 2003. Control of Aspergillus niger

Morphology to Enhance Citric Acid Production under Liquid Culture. Pakistan Journal Botany, 35(4): 533 – 539.

Varnaite, R. dan V. Raudoniene. 2005. Chromatographic Characteristics of Secobdary Metabolites of Micromycetes Detected on Grain. Botanica Lithuanica, 7: 77–82.

Wiśniewska, H., T. Basiński, J. Chełkowski, dan J. Perkowski. 2011.Fusarium sporotrichioides Sherb. Toxins Evaluated in Cereal Grain with Trichoderma harzianum. Journal of Plant Protection Research, 51(2).