jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel3379BD5236CF... · Web view......

18
KAJIAN KERAGAMAN SPESIES BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA RADEN SOERJO PROPINSI JAWA TIMUR Winda Afafa 1 , Sofia Ery Rahayu 2 ,Susilowati 3 1) Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 2) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang, Jl Semarang No.5, Malang, Indonesia [email protected] ABSTRAK: Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo merupakan salah satu kawasan konservasi di Propinsi Jawa Timur yang penting karena merupakan kawasan yang didapati jenis burung terancam punah dan burung dengan sebaran terbatas (Rombang dan Rudyanto, 1999). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies burung, kelimpahandan status tiap spesies burung diTahura R. Soerjo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif. Metode pengambilan data menggunakan metode point count method. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember 2011. Keragaman spesies burung ditentukan dengan menghitung nilai Indeks Kelimpahan Relatif (IKR). Status spesies burung ditentukan berdasarkan pada Peraturan Pemerintah PP no.7 Tahun 1999.Hasil penelitian ditemukan 88 spesies burung dari 28 famili. Pengamatan pagi ditemukan 79 spesies dan pengamatan sore ditemukan 59 spesies. Nilai IKR tertinggi ditemukan pada spesies Walet Linci, sebesar 30,7%. Spesies burung yang dilindungi sebanyak 14 spesies, yaitu Sikep Madu Asia, Elang Ular Bido, Elang Alap Cina, Elang Hitam, Elang Jawa, Alap alap Macan, Cekakak Jawa, Cekakak Sungai, Julang Emas, Burung Madu Gunung, Burung Madu Jawa, Takur Tulungtumpuk, Tepus Pipi Perak, dan Kipasan Bukit. Kata kunci: keragaman, spesies burung,Taman Hutan Raya Raden Soerjo. Burung telah lama digunakan sebagai spesies indikator dalam mengidentifikasi kawasan konservasi karena burung dapat hidup di seluruh habitat di seluruh dunia, relatif mudah diidentifikasi, peka terhadap perubahan lingkungan, data penyebarannya relatif telah 1

Transcript of jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel3379BD5236CF... · Web view......

Page 1: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel3379BD5236CF... · Web view... bahkan ada yang endemik pulau, yaitu Elang Jawa.Jenis ini hanya ditemukan secara alami

KAJIAN KERAGAMAN SPESIES BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA RADEN SOERJO PROPINSI JAWA TIMUR

Winda Afafa1, Sofia Ery Rahayu2,Susilowati3

1) Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam2) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Negeri Malang, Jl Semarang No.5, Malang, Indonesia

[email protected]

ABSTRAK: Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo merupakan salah satu kawasan konservasi di Propinsi Jawa Timur yang penting karena merupakan kawasan yang didapati jenis burung terancam punah dan burung dengan sebaran terbatas (Rombang dan Rudyanto, 1999). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies burung, kelimpahandan status tiap spesies burung diTahura R. Soerjo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif. Metode pengambilan data menggunakan metode point count method. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember 2011. Keragaman spesies burung ditentukan dengan menghitung nilai Indeks Kelimpahan Relatif (IKR). Status spesies burung ditentukan berdasarkan pada Peraturan Pemerintah PP no.7 Tahun 1999.Hasil penelitian ditemukan 88 spesies burung dari 28 famili. Pengamatan pagi ditemukan 79 spesies dan pengamatan sore ditemukan 59 spesies. Nilai IKR tertinggi ditemukan pada spesies Walet Linci, sebesar 30,7%. Spesies burung yang dilindungi sebanyak 14 spesies, yaitu Sikep Madu Asia, Elang Ular Bido, Elang Alap Cina, Elang Hitam, Elang Jawa, Alap alap Macan, Cekakak Jawa, Cekakak Sungai, Julang Emas, Burung Madu Gunung, Burung Madu Jawa, Takur Tulungtumpuk, Tepus Pipi Perak, dan Kipasan Bukit.

Kata kunci: keragaman, spesies burung,Taman Hutan Raya Raden Soerjo.

Burung telah lama digunakan sebagai spesies indikator dalam mengidentifikasi kawasan konservasi karena burung dapat hidup di seluruh habitat di seluruh dunia, relatif mudah diidentifikasi, peka terhadap perubahan lingkungan, data penyebarannya relatif telah diketahui dan terdokumentasi dengan baik. Di dalam suatu kawasan, habitat merupakan bagian penting bagi distribusi dan jumlah burung. Pertumbuhan populasi manusia dengan berbagai aktivitasnya telah menyebabkan penurunan populasi burung bahkan banyak diantaranya yang terancam punah.

Menurut Partasasmita (2002) dan Anonim1 (2010), manfaat burung terdiri atas dua kategori yaitu manfaatnya di alam (fungsi ekologis burung) dan manfaatnya dalam kehidupan manusia (fungsi ekonomis burung). Fungsi ekologis burung meliputi: (1) sebagai penyeimbang rantai makanan dalam ekosistem, yaitu sebagai predator yang mengontrol populasi hama seperti tikus dan serangga, karena seekor burung pemakan serangga tiap harinya dapat memakan serangga lebih kurang sepertiga berat badannya, (2) indikator stabilitas ekosistem,(3) membantu penyerbukan bunga dan penyebar biji, karena burung dapat membantu proses regenerasi tanaman ataupun hutan.Manfaat burung dalam kehidupan manusia (fungsi ekonomis burung) yaitu sebagai bahan penelitian, pendidikan lingkungan, objek wisata (ekoturism)serta bernilai bagi perekonomian dan kebudayaan.

Mac Kinnon dkk. (2000) menyebutkan bahwa di pulau Jawa terdapat 494 spesies dengan 16 spesies diantaranya merupakan spesies burung endemik

1

Page 2: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel3379BD5236CF... · Web view... bahkan ada yang endemik pulau, yaitu Elang Jawa.Jenis ini hanya ditemukan secara alami

2

Jawa.Saat ini juga terdaftar 122 jenis burung yang terancam punah di Indonesiadan masuk dalam daftar IUCN Red List. Sebanyak 18 jenis berstatus kritis, 31 jenis genting, sementara 73 jenis tergolong rentan. Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang burungnya paling banyak terancam punah.Sebanyak 122 jenis yang terancam punah, 12 jenis di antaranya juga merupakan suku Collumbidae. Jenis-jenis merpati hutan (Columba sp.), uncal (Macropygia sp.), delimukan (Chalcopaps sp. dan Gallicolumba sp.), pergam (Ducula sp.), dan walik (Ptilinopus sp.) merupakan keluarga merpati yang memiliki ketergantungan sangat tinggi dengan habitat hutan (Purwati, 2011).Sekitar 214 jenis lain tadinya umum dijumpai menjadi berkurang jumlahnya dengan cepat dan akan menambah panjang daftar burung terancam punah apabila tidak segera dilakukan aksi konservasi.

Jawa Timur memiliki 15 Important Bird Area (IBA) atau Daerah Penting bagi Burung (DPB), salah satunya adalah Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo. Tahura R. Soerjo merupakan salah satu kawasan konservasi yang penting karena merupakan kawasan yang didapati jenis burung terancam punah dan burung dengan sebaran terbatas (Rombang dan Rudyanto, 1999). Pengkajian keragaman jenis burung di Tahura R. Soerjo secara berkala danberkesinambungan akan menunjukkan keberadaan burung berstatus terancam punah dan burung dengan sebaran terbatas.Informasi mengenai komunitas burung yang terdapat di kawasan Tahura Raden Suryo dapat membantu pengelola Taman Hutan Raya Raden Suryo dalam menyusun rencana pengelolaan kawasan yang lebih baik.

METODEPengambilan data dilakukan pada bulan Oktober - Desember 2011. Lokasi

pengamatan dimulai dari tempat pemandian air panas Cangar hingga pos Gajah Mungkur dengan jumlah titik sebanyak 22 titik. Pengamatan dilaksanakan pagi hari pada pukul 07.00-10.00 WIB dan sore hari pada pukul 14.00-17.00 WIB. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dengan rentang waktu satu minggu.Pengamat berjalan dari titik 1 ke titik berikutnya secara berurutan. Pengamatandilakukan selama 10 menit pada tiap titik pengamatan. Identifikasi burung dilakukan dengan menggunakan ciri morfologi dan suara. Data ekologis yang diambil meliputi keadaan cuaca, kecepatan angin, intensitas cahaya, suhu, dan kelembapan, serta ketinggian tempatpada masing-masing titik pengamatan. Perhitungan frekuensi kedapatan (Fi) menggunakan persamaan:

Fi =

Perhitungan Indeks Kelimpahan Relatif (dalam %) dengan persamaan:

IKR =

Nilai indeks kelimpahan relatif digolongkan dalam tiga kategori yaitu tinggi (> 20%), sedang (15%-20%), dan rendah (< 15%). Kriteria perjumpaannya digolongkan dalam tiga kategori: (1) jarangdijumpai: perjumpaan dibawah 20%

Page 3: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel3379BD5236CF... · Web view... bahkan ada yang endemik pulau, yaitu Elang Jawa.Jenis ini hanya ditemukan secara alami

3

dari 22 titik pengamatan, (2): mudah dijumpai: perjumpaan antara 20%-70% dari 22 titik pengamatan, dan (3) seringdijumpai: perjumpaan diatas 70% dari 22 titik pengamatan (Wahyudi, 2011). Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1 Lokasi penelitian di Tahura R. Soerjo (Anonim2, 2012)

HASIL DAN PEMBAHASANHasil pengamatan di Tahura R. Soerjo ditemukan 88 spesies burung yang

terdiri dari 28 famili. Famili dari burung yang ditemukan yaitu: famili accipitridae, famili falconidae, famili columbidae, famili cuculidae, familistrigiformes, familiapodidae, familihemiprocnidae, familialcedinidae, familibucerotidae, familicapitonidae, familipicidae, familihirundinidae, familicampephagidae, familichloropseidae, familipycnonotidae, familidicruridae, familiparidae, familisittidae, familitimaliidaae, familiturdidae, familisilviidae, familimuscicapidae, familimotacillidae, famililaniidae, familinectariniidae, familidicaeidae, familizosteropidae, dan familiploceidae. Pada pengamatan burung pagi di Tahura R. Soerjo dijumpai 79 spesies, sedangkan pada pengamatan burung sore dijumpai 59 spesies. Jenis, Indeks Kelimpahan Relatif, Frekuensi Relatif dan Status Burung di Tahura R. Soerjo disajikan pada Tabel 1.

Lokasi Penelitian

Page 4: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel3379BD5236CF... · Web view... bahkan ada yang endemik pulau, yaitu Elang Jawa.Jenis ini hanya ditemukan secara alami

4

Pada pagi hari intensitas cahaya berkisar antara 28x100 – 457x100 Lux, suhu berkisar antara 18-24oC, kecepatan angin 0,31-1,46 m/s, kelembapan 71-94%. Pada sore hari intensitas cahaya berkisar antara 12x100 – 178x100 Lux, suhu berkisar antara 17-20oC, kecepatan angin 0,04 – 6,22 m/s, kelembapan 40-81%. Ketinggian lokasi penelitian terletak antara 1261-1654 m dpl.

Tabel 1 Jenis, Indeks Kelimpahan Relatif, Frekuensi Relatif dan Status Burung di Tahura R. Soerjo

No. Spesies

Waktu Pengamatan ∑ Total

IKR Total (%)

Pagi Sore

∑ Fr (%) IKR (%) ∑ Fr (%) IKR

(%)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)1 Collocalia esculenta

linchi282 59,1 (md) 30,8 (t) 198 45,5 (md) 30,6

(t)480 30,7

2 Pericrocotus miniatus 93 45,5 (md) 10,2 (r) 62 31,8 (md) 9,6 (r) 155 9,93 Zosterps montanus 60 50,0 (md) 6,6 (r) 63 40,9 (md) 9,7 (r) 123 7,94 Brachypteryx

leucophrys43 63,6 (md) 4,7 (r) 19 31,8 (md) 2,9 (r) 62 4,0

5 Sitta azurea 26 22,7 (md) 2,8 (r) 23 22,7 (md) 3,6 (r) 49 3,16 Pycnonotus aurigaster 21 18,2 (jd) 2,3 (r) 27 13,6 (jd) 4,2 (r) 48 3,17 Phylloscopus trivirgatus 36 40,9 (md) 3,9 (r) 8 18,2 (jd) 1,2 (r) 44 2,88 Lophozosterops

javanicus16 22,7 (md) 1,8 (r) 25 27,3 (md) 3,9 (r) 41 2,6

9 Ficedula westermanni 14 40,9 (md) 1,5 (r) 17 22,7 (md) 2,6 (r) 31 2.010 Megalaima armillaris 20 45,5 (md) 2,2 (r) 10 22,7 (md) 1,5 (r) 30 1,911 Eumyias indigo 16 36,4 (md) 1,8 (r) 10 27,3 (md) 1,5 (r) 26 1,712 Cettia vulcanica 14 31,8 (md) 1,5 (r) 11 27,3 (md) 1,7 (r) 25 1,613 Iole virescens 17 27,3 (md) 1,9 (r) 6 18,2 (md) 0,9 (r) 23 1,514 Seicercus grammiceps 8 18,2 (jd) 0,9 (r) 11 22,7 (md) 1,7 (r) 19 1,215 Ficedula hyperythra 11 27,3 (md) 1,2 (r) 8 18,2 (jd) 1,2 (r) 19 1,216 Aethopyga eximia 7 13,7 (jd) 0,8 (r) 11 18,2 (jd) 1,7 (r) 18 1,217 Streptopelia chinensis 4 18,2 (jd) 0,4 (r) 11 13,6 (jd) 1,7 (r) 15 1,018 Myiophoneus caeruleus 8 27,3 (md) 0,9 (r) 6 18,2 (jd) 0,9 (r) 14 0,919 Coracina larvata 5 13,6 (jd) 0,6 (r) 9 9,1 (jd) 1,4 (r) 14 0,920 Cyornis unicolor 14 13,6 (jd) 1,5 (r) 0 0,0 (jd) 0,0 (r) 14 0,921 Pernis ptilorhynchus 13 13,6 (jd) 1,4 (r) 0 0,0 (jd) 0,0 (r) 13 0,822 Ptilinopus porphyreus 5 9,1 (jd) 0,6 (r) 8 13,6 (jd) 1,2 (r) 13 0,823 Pteruthius flaviscapis 7 13,6 (jd) 0,8 (r) 5 13,6 (jd) 0,8 (r) 12 0,824 Megalaima australis 9 22,7 (md) 1,0 (r) 3 4,5 (jd) 0,5 (r) 12 0,825 Spilornis cheela 11 22,7 (md) 1,2 (r) 0 0,0 (jd) 0,0 (r) 11 0,726 Malacocincla

sepiarium9 27,3 (md) 1,0 (r) 2 4,5 (jd) 0,3 (r) 11 0,7

27 Enicurus leschenaulti 8 27,3 (md) 0,9 (r) 2 9,1 (jd) 0,3 (r) 10 0,628 Sitta frontalis 3 9,1 (jd) 0,3 (r) 7 18,2 (jd) 1,1 (r) 10 0,629 Collocalia vulcanorum 1 4,5(jd) 0,1 (r) 9 9,1 (jd) 1,4(r) 10 0,630 Myiophoneus

glaucinus7 22,7(md) 0,8 (r) 2 9,1 (jd) 0,3(r) 9 0,6

31 Parus major 2 4,5(jd) 0,2 (r) 7 9,1 (jd) 1,1(r) 9 0,632 Culicicapa ceylonensis 7 18,2 ((jd) 0,8 (r) 2 9,1 (jd) 0,3(r) 9 0,633 Glaucidium

castanopterum6 22,7(md) 0,7 (r) 2 9,1 (jd) 0,3(r) 8 0,5

34 Dendrocopos macei 1 4,5(jd) 0,1 (r) 7 13,6(jd) 1,1 (r) 8 0,535 Pamotorhinus

montanus6 9,1(jd) 0,7 (r) 2 4,5(jd) 0.31(r

)8 0,5

36 Rhipidura euryura 8 9,1 (jd) 0,9 (r) 0 0.0 (jd) 0,0 (r) 8 0,5

Page 5: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel3379BD5236CF... · Web view... bahkan ada yang endemik pulau, yaitu Elang Jawa.Jenis ini hanya ditemukan secara alami

5

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)37 Stachyris

melanothorax5 18,2 (jd) 0,6 (r) 3 9,1 (jd) 0,5 (r) 8 0,5

Lanjutan Tabel 1

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)38 Chloropsis

cochinchinensis7 13,6(jd) 0,8 (r) 0 0,0(jd) 0,0 (r) 7 0,5

39 Dicrurus leucophaeus 5 18,2(jd) 0,6 (r) 2 4,5(jd) 0,3 (r) 7 0,540 Zoothera dauma 3 9,1(jd) 0,3 (r) 3 9,1(jd) 0,5 (r) 6 0,441 Lonchura

leucogastroides5 4,5(jd) 0,6 (r) 1 4,5(jd) 0,2 (r) 6 0,4

42 Pycnonotus bimaculatus

5 13,6(jd) 0,6 (r) 1 4,5(jd) 0,2 (r) 6 0,4

43 Cuculus saturatus 4 13,6 (jd) 0,4 (r) 2 9,1(jd) 0,3 (r) 6 0,444 Lalage sueurii 3 4,5(jd) 0,3(r) 3 4,5 (jd) 0,5 (r) 6 0,445 Orthotomus sepium 2 9,1(jd) 0,2 (r) 3 9,1(jd) 0,5 (r) 5 0,346 Lanius schah 2 9,1(jd) 0,2 (r) 2 4,5 (jd) 0,3 (r) 4 0,347 Abroscopus

superciliaris4 9,1(jd) 0,4 (r) 0 0,0 (jd) 0,0 (r) 4 0,3

48 orthotomus ruficeps 2 9,1(jd) 0,2 (r) 2 4,5 (jd) 0,3 (r) 4 0,349 Coracina javensis 0 0,0(jd) 0,0 (r) 4 4,5 (jd) 0,6 (r) 4 0,350 Phodilus badius 1 4,5(jd) 0,1 (r) 3 4,5 (jd) 0,5 (r) 4 0,351 Cyornis banyumas 0 0,0(jd) 0,0 (r) 4 9,1(jd) 0,6 (r) 4 0,352 Macropygia unchall 2 4,5(jd) 0,2 (r) 2 4,5 (jd) 0,3 (r) 4 0,353 Halcyon cyanoventris 3 13,6 (jd) 0,3 (r) 0 0,0 (jd) 0,0 (r) 3 0,254 Accipiter soloensis 3 4,5 (jd) 0,3 (r) 0 0,0 (jd) 0,0 (r) 3 0,255 Hirundo rustica 3 4,5 (jd) 0,3 (r) 0 0,0 (jd) 0,0 (r) 3 0,256 Pycnonotus goiavier 3 13,6 (jd) 0,3(r) 0 0,0 (jd) 0,0 (r) 3 0,257 Picus puniceus 1 4,5(jd) 0,1(r) 2 4,5 (jd) 0,3 (r) 3 0,258 Dicrurus macrocercus 2 9,1(jd) 0,2(r) 1 4,5 (jd) 0,2 (r) 3 0,259 Megalaima Javensis 3 13,6 (jd) 0,3 (r) 0 0,0 (jd) 0,0 (r) 3 0,260 Megalaima

haemacephala1 4,5 (jd) 0,1(r) 2 9,1(jd) 0,3 (r) 3 0,2

61 Lonchura punctulata 2 4,5 (jd) 0,2(r) 0 0,0(jd) 0,0 (r) 2 0,162 Aethopyga mystacalis 2 4,5 (jd) 0,2 (r) 0 0,0 (jd) 0,0 (r) 2 0,163 Todirhamphus chloris 0 0,0 (jd) 0,0 (r) 2 4,5 (jd) 0,3 (r) 2 0,164 Aegithina tiphia 2 4,5 (jd) 0,2(r) 0 0,0 (jd) 0,0(r) 2 0,165 Pteruthius aenobarbus 2 4,5 (jd) 0,2(r) 0 0,0 (jd) 0,0(r) 2 0,166 Hemipus

hirundinaceus2 4,5 (jd) 0,2(r) 0 0,0 (jd) 0,0(r) 2 0,1

67 Phaenicophaeus javanicus

1 4,5 (jd) 0,1(r) 1 4,5 (jd) 0,2 (r) 2 0,1

68 Harpactes oreskios 2 4,5 (jd) 0,2(r) 0 0,0 (jd) 0,0(r) 2 0,169 Dinopium javanense 0 0,0 (jd) 0,0(r) 2 45 (jd) 0,3(r) 2 0,170 Picus mentalis 0 0,0 (jd) 0,0(r) 2 4,5 (jd) 0,3(r) 2 0,171 Cyanoptila

cyanomelana1 4,5 (jd) 0,1(r) 1 4,5 (jd) 0,2 (r) 2 0,1

72 Stachyris thoracica 0 0,0 (jd) 0,0(r) 2 4,5 (jd) 0,3 (r) 2 0,173 Eudynamys scolopacea 0 0,0 (jd) 0,0(r) 2 4,5 (jd) 0,3(r) 2 0,174 Macropygia ruficeps 2 9,1(jd) 0,2(r) 0 0,0 (jd) 0,0(r) 2 0,175 Cuculus sepulcaris 1 4,5 (jd) 0,1(r) 1 4,5 (jd) 0,2 (r) 2 0,176 Falco severus 1 4,5 (jd) 0,1 (r) 0 0,0 (jd) 0,0 (r) 1 0,177 Dicaeum 1 4,5 (jd) 0,1(r) 0 0,0 (jd) 0,0(r) 1 0,1

Page 6: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel3379BD5236CF... · Web view... bahkan ada yang endemik pulau, yaitu Elang Jawa.Jenis ini hanya ditemukan secara alami

6

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)sanguinolentum

78 Orthothomus cuculatus 1 4,5 (jd) 0,1(r) 0 0,0 (jd) 0,0(r) 1 0,179 Orthothomus sutorius 1 4,5 (jd) 0,1(r) 0 0,0 (jd) 0,0(r) 1 0,180 Ictinaetus malayensis 1 4,5 (jd) 0,1 (r) 0 0,0 (jd) 0,0 (r) 1 0,181 Nizaetus bartelsi 1 4,5 (jd) 0,1 (r) 0 0,0 (jd) 0,0 (r) 1 0,182 Alophoixus bres 1 4,5 (jd) 0,1(r) 0 0,0 (jd) 0,0(r) 1 0,1

Lanjutan Tabel 1

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)83 Aceros undulatus 0 0,0 (jd) 0,0 (r) 1 4,5 (jd) 0,2 (r) 1 0,184 Zosterops palpebrosus 1 4,5 (jd) 0,1(r) 0 0,0 (jd) 0,0(r) 1 0,185 Motacilla cinerea 0 0,0 (jd) 0,0(r) 1 4,5 (jd) 0,2 (r) 1 0,186 Prinia familiaris 1 4,5 (jd) 0,1(r) 0 0,0 (jd) 0,0(r) 1 0,187 Muscicapa dauurica 1 4,5 (jd) 0,1(r) 0 0,0 (jd) 0,0(r) 1 0,188 Macropygia emiliana 1 4,5 (jd) 0,1(r) 0 0,0 (jd) 0,0(r) 1 0,1

Jumlah 916 100 100 648 100 100 1564 100

Keterangan sd : sering dijumpai t : kriteria tinggi : dilindungi PP RI No.7 tahun 1999md : mudah dijumpai r : kriteria rendahjd : jarang dijumpai s : kriteria sedang

Pada waktu pagi hari spesies burung Walet Linci (Collocalia esculenta linchi) merupakan burung yang memiliki nilaiindeks kelimpahan relatif paling tinggi yaitu 30,8% kemudian diikuti oleh spesies burung Sepah Gunung (Pericrocotus miniatus)yang memiliki nilaiindeks kelimpahan relatif 10,2 %, sedangkan spesies burung lainnya memiliki nilai indeks kelimpahan relatif di bawah 10%. Pada waktu sore hari spesies burung Walet Linci (Collocalia esculenta linchi) juga memiliki nilaiindeks kelimpahan relatif paling tinggi yaitu 30,6%, sedangkan spesies burung lainnya memiliki nilai indeks kelimpahan relatif di bawah 10%.

Nilai indeks kelimpahan relatif total setiap spesies burung baik pada waktu pagi maupun sore hari di Tahura R. Soerjo spesies burung Walet Linci (Collocalia esculenta linchi)memiliki nilai indeks kelimpahan relatif yang paling tinggi dibandingkan dengan spesies-spesies burung yang lainnya yaitu 30,7%. Sedangkan spesies burung lainnya memiliki nilai indeks kelimpahan relatif di bawah 10%.

Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan 14 spesies yang dinyatakan dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Spesies Tumbuhan dan Satwa. Spesies burung yang dilindungi tersebut dari Famili Accipitridae yaitu Sikep Madu Asia (Pernis ptilorhynchus), Elang Ular Bido (Spilornis cheela), Elang Alap Cina (Accipiter soloensis), Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), Elang Jawa (Nizaetus bartelsi), Famili Falconidae yaitu Alap alap Macan (Falco severus), Famili Alcedinidae yaitu Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris), Cekakak Sungai (Todirhamphus chloris), FamiliBucerotidae yaitu Julang Emas (Aceros undulatus), FamiliNectariniidae yaitu Burung Madu Gunung (Aethopyga eximia), Burung Madu Jawa (Aethopyga mystacalis), FamiliCapitonidae yaitu Takur Tulungtumpuk (Megalaima Javensis), FamiliTimaliidaae yaitu, dan Tepus Pipi Perak (Stachyris melanothorax), FamiliMuscicapidae yaitu Kipasan Bukit (Rhipidura euryura).

Page 7: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel3379BD5236CF... · Web view... bahkan ada yang endemik pulau, yaitu Elang Jawa.Jenis ini hanya ditemukan secara alami

7

Berdasarkan IUCN (International Union for the Conservation of Nature) Red List (2010), terdapat 1 spesies burung yang berstatus Endangered (genting) yaitu Elang Jawa (Nizaetus bartelsi), 1 spesies burung berstatus Vulnerable (rentan) yaitu Walet Gunung (Collocalia vulcanorum), 1 spesies burung berstatus Near Treatened (mendekati terancam punah) yaitu Takur Tulungtumpuk (Megalaima Javensis), dan 85 spesies burung lainnya berstatus Least Concern (resiko rendah).

PEMBAHASANKeragaman spesies burung di kawasan Tahura R. Soerjo yang relatif tinggi

disebabkan oleh vegetasi pembentuk habitat hutan yang bervariasi. Berdasarkan hasil observasi jenis tumbuhan yang menyusun vegetasi hutan Tahura R. Soerjo yaitu Akasia Gunung, Saren, Burang, Rasamala (Buah Merah), Gondang, Bambu, Kaliandra, Pinus, Cemara, dan berbagai jenis tumbuhan. Beragamnya vegetasi yang ada di kawasan Tahura R. Soerjo juga dikarenakan kawasan ini merupakan hutan konservasi, sehingga terdapat larangan untuk penebangan pohon maupun larangan pengambilan tumbuhan di kawasan ini. Semakin beragam spesies tumbuhan penyusun habitat maka spesies burung yang menempati habitat tersebut juga semakin banyak karena sumber makanan dan tempat bersarang bagi burung tersedia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Howed, dkk (2003) yang menyatakan bahwa kehadiran spesies burung tertentu, pada umumnya disesuaikan dengan kesukaannya terhadap habitat tertentu. Menurut MacKinnon (2010) burung (kecuali burung malam) atau burung diurnal adalah satwa yang paling aktif pada pagi hari, oleh karena itu kelimpahan burung di pagi hari sangat tinggi dibandingkan siang maupun sore hari.

Struktur vegetasi penyusun suatu habitat sangat berpengaruh terhadap keberadaan suatu spesies burung pada habitat tersebut. Alikodra (1990) dalam Sujatnika dkk. (1995) menyatakan bahwa suatu habitat harus mampu menyediakan kebutuhan dasar populasi hewan, meliputi makanan, air, udara bersih, garam mineral, tempat berlindung, berkembang biak, maupun tempat untuk mengasuh anaknya. Perubahan sedikit pada kondisi habitat yang menyebabkan ketidakseimbangan komponennya, akan berakibat populasi burung di habitat menurun dan akhirnya menghilang. Hal tersebut dikarenakan burung memiliki kepekaan tinggi terhadap perubahan lingkungan (Sujatnika, dkk, 1995).Keberadaan spesies burung di kawasan Tahura R. Soerjo cukup banyak, mengindikasikan bahwa kawasan hutan tersebut masih mampu menyediakan kebutuhan dasar populasi burung.

Perbedaan kelimpahan spesies pagi dan sore hari disebabkan oleh perbedaan kondisi cuaca pada pagi dan sore hari. Pada pengamatan pagi hari kondisi cuaca cerah, dan pada pengamatan sore hari kondisi cuaca cenderung mendung dan hujan. Selain itu faktor fisiko kimia pada pagi dan sore hari juga berbeda. Menurut Krebs dan Davis (1978) dalam Karimullah (2011), ketidakhadiran suatu jenis burung di suatu tempat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu ketidakcocokan habitat, perilaku (seleksi habitat), kehadiran jenis hewan lain (predator, parasit dan pesaing), dan faktor kimiafisika lingkungan yang berada di luar kisaran toleransi jenis burung yang bersangkutan. Blake dan Hoppes (1986) dalam Karimullah (2011) menyatakan bahwa burung

Page 8: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel3379BD5236CF... · Web view... bahkan ada yang endemik pulau, yaitu Elang Jawa.Jenis ini hanya ditemukan secara alami

8

memilih habitat berdasarkan pada vegetasi, kelimpahan sumber makanan dan materi penyusun sarang.

Kelimpahan spesies burung Walet Linci (Collocalia esculenta linchi)yang tinggi berkaitan dengan perilaku dan kemampuan burung dalam memanfaatkan habitat. Bila dilihat dari ketersediaan sumber pakannya, burung walet memiliki sumber pakan yang melimpah pada lokasi penelitian, yaitu berupa serangga. Ruang terbuka di atas tajuk pohon serta adanya pergerakan serangga terbang merupakan kondisi yang disenangi oleh jenis walet untuk berburu mangsa dengan cara menyambar serangga yang sedang terbang. Menurut Beeton (1999) dalam Ajie (2009) burung walet sering terbang di atas kanopi hutan bahkan terbang di bawah tajuk hutan untuk menangkap serangga penerbang untuk dimakan.

Kelimpahan burung yang rendah dapat disebabkan oleh ketersediaan pakan burung pada habitat tersebut sedikit, adanya persaingan antar spesies dalam mencari makan dan adanya persaingan dalam mempertahankan daerah teritorialnya. Selain aktivitas manusia, gangguan terhadap habitat seperti suara bising yang ditimbulkan oleh kendaraan juga dapat mempengaruhi keragaman jenis burung di lokasi penelitian, karena lokasi penelitian terletak disepanjang jalan yang menghubungkan Kota Batu dengan Kabupaten Mojokerto. Terganggunya suatu habitat dapat menyebabkan keberadaan burung juga ikut terganggu.

Tahura R. Soeryo merupakan hutan heterogen yang berbatasan dengan daerah perbukitan dan gunung. Kawasan ini digunakan sebagai tempat tinggal beberapa jenis raptor antara lain Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), Elang Jawa (Nizaetus bartelsi), Elang Ular Bido (Spilornis cheela), Alap-alap macan (Falco severus), dan Serak Bukit (Phodilus badius). Pada saat pengamatan juga dapat ditemui raptor migran yang melintasi Tahura R. Soerjo yaitu Sikep Madu Asia (Pernis ptilorhynchus), dan Elang Alap Cina (Accipiter soloensis).

Burung migran yang dijumpai di Tahura R. Soerjo yaitu Kangkok Ranting(Cuculus saturatus), Layang-layang Api(Hirundo rustica), Sikatan Bubik (Muscicapa dauurica), Sikatan Biru Putih(Cyanoptila cyanomelana), dan Kicuit Batu(Motacilla cinerea). Keberadaan burung migrasi di kawasan ini perlu dilindungi agar burung tetap dapat melanjutkan migrasinya dan kembali ke habitat asalnya sehingga burung tersebut tetap lestari.

Hampir semua spesies burung yang memiliki status dilindungi termasuk spesies burung yang jarang ditemui di Tahura R. Soerjo.Spesies burung yang jarang ditemukan disebabkan oleh jumlah populasinya di alam liar rendah. Penurunan populasi burung dapat disebabkan oleh adanya perburuan liar, hilangnya sumber pakan burung, adanya predator dan terganggunya habitat oleh aktivitas manusia.

Keberadaan burung pemangsa (raptor) dalam suatu ekosistem sangat penting, karena posisinya sebagai pemangsa puncak dalam piramida makanan. Semua jenis raptor diurnal dilindungi peraturan negara. Terdapat 15 jenis raptor diurnal yang endemik di Indonesia, bahkan ada yang endemik pulau, yaitu Elang Jawa.Jenis ini hanya ditemukan secara alami di pulau Jawa. Sebagai jenis yang endemik dan sangat tergantung kepada keberadaan hutan alami di pulau Jawa, elang ini menghadapi risiko kepunahan karena berkurangnya habitat dan maraknya perdagangan liar. Spesies burung ini masih dapat dijumpai di blok -blok hutan yang masih tersisa di daerah pegunungan. Adanya raptor dalam suatu

Page 9: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel3379BD5236CF... · Web view... bahkan ada yang endemik pulau, yaitu Elang Jawa.Jenis ini hanya ditemukan secara alami

9

kawasan mengindikasikan sehatnya suatu habitat dan ekosistem hutan sertamengindikasikan adanya nilai penting keanekaragaman hayati di dalamnya(Suaka Elang, 2009). Elang Jawa juga masuk daftar Appendik II CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), yang berarti larangan untuk diperdagangkan secara lokal maupun internasional tanpa adanya ijin khusus. Selain Elang Jawa, spesies burung lain yang masuk daftar Appendik II CITES adalah Elang Hitam.

Elang Jawa (Nizaetus bartelsi) adalah satu-satunya spesies burung di Tahura R. Soerjo yang berstatus Endangered (genting). Suatu spesies dikatakan berstatus genting apabila terjadi penurunan populasi >50% selama 10 tahun, dengan wilayah yang ditempati <500 km2, dan tingkat populasinya <250 individu (IUCN, 1994 dalam Bibby, 2000). Elang Jawa termasuk burung endemik yang menyukai hutan primer. Elang Jawa memiliki tingkat reproduksi yang rendah. Selain itu telur dari Elang Jawa juga sering dimakan oleh satwa lain seperti monyet. Pemantauan yang berkelanjutan bagi spesies ini sangat penting agar diketahui populasinya di Tahura R. Soerjo.

Keberadaan spesies burung yang dilindungi di Tahura R. Soerjo menunjukkan bahwa semua lokasi penelitian memiliki nilai konservasi yang tinggi bagi keberadaan burung tersebut.Menurut Rombang dan Rudyanto (1999) Tahura R. Soerjo termasuk Daerah Penting bagi Burung (DPB) dan merupakan kawasan pelestarian keanekaragaman hayati karena memiliki dua kriteria. Kriteria pertama: di dalam suatu kawasan, secara tetap atau berkala, terdapat spesies burung yang secara global terancam punah dengan spesies indikator Elang Jawa (Nizaetus bartelsi) kategori genting, dan Walet Gunung (Collocalia vulcanorum) kategori rentan. Kriteria kedua: di dalam suatu kawasan, secara tetap terdapat spesies burung yang memiliki sebaran terbatas (BST) dengan spesies indikator Walet Gunung (Collocalia vulcanorum), Walik Kepala Ungu (Ptilinopus porphyreus), Takur Tohtor (Megalaima armillaris), Sepah Gunung (Pericrocotus miniatus), Cucak Gunung (Pycnonotus bimaculatus), Brinji Gunung (Iole virescens), Tepus Leher Putih (Stachyris thoracica), Tepus Pipi Perak (Stachyris melanothorax), Cikrak Muda (Seicercus grammiceps). Kipasan Bukit (Rhipidura euryura), Burung Madu Gunung (Aethopyga eximia), dan Opior Jawa (Lophozosterops javanicus).

Jenis-jenis endemik dan dilindungi memiliki tingkat yang penting untuk dijaga keberadaannya mengingat jenis-jenis tersebut sangat tergantung pada keberlangsungan habitat aslinya. Spesies burung di Tahura R. Soerjo yang termasuk endemik yaitu Elang Jawa(Nizaetus bartelsi), Walik Kepala Ungu(Ptilinopus porphyreus), Beluk Watu Jawa(Glaucidium castanopterum), Cekakak Jawa(Halcyon cyanoventris), Takur Tulungtumpuk(Megalaima Javensis), Takur Tohtor(Megalaima armillaris), Kepudang Sungu Gunung (Coracina larvata), Brinji Gunung (Iole virescens), Cucak Gunung (Pycnonotus bimaculatus), Tepus Leher Putih (Stachyris thoracica), Tepus Pipi Perak (Stachyris melanothorax), Ciung Batu Kecil (Myiophoneus glaucinus), Cikrak Muda (Seicercus grammiceps), Cinenen Jawa (Orthotomus sepium), Perenjak Jawa (Prinia familiaris), Sikatan Ninon (Eumyias indigo), Kipasan Bukit (Rhipidura euryura), Burung Madu Gunung (Aethopyga eximia), Burung Madu Jawa (Aethopyga mystacalis), dan Opior Jawa (Lophozosterops javanicus).

Page 10: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel3379BD5236CF... · Web view... bahkan ada yang endemik pulau, yaitu Elang Jawa.Jenis ini hanya ditemukan secara alami

10

Data pada penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar dalam monitoring spesies burung selanjutnya di Tahura dengan lokasi penelitian yang sama. Diperlukan perhatian khusus dan sanksi yang tegas terhadap penangkapan spesies burung agar spesies burung dapat hidup dan berkembang biak secara optimal sehingga sisa populasi yang ada dapat terhindar dari ancaman kepunahan. Selain perburuan liar, tekanan utama yang dihadapi oleh Tahura R. Soerjo adalah pembakaran hutan, penebangan hutan, serta pencurian tanaman-tanaman yang mungkin merupakan sumber makanan bagi burung dan satwa yang lain.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.1. Spesies burung di Tahura R. Soerjo terdapat 88 spesies yang terdiri dari 28

famili, diantaranya Walet Linci (Collocalia esculenta linchi), Sepah Gunung (Pericrocotus miniatus), Kacamata Gunung (Zosterps montanus), Elang Jawa (Nizaetus bartelsi), Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), Elang Ular Bido (Spilornis cheela), Tepus Pipi Perak (Stachyris melanothorax), dan Walik Kepala Ungu (Ptilinopus porphyreus).

2. Spesies burung Walet Linci (Collocalia esculenta linchi) memiliki nilai indeks kelimpahan relatif total yang paling tinggi yaitu sebesar 30,7%, sedangkan spesies lainnya memilikinilai indeks kelimpahan relatif di bawah 10%.

3. Spesies burung yang teramati di Tahura R. Soerjo dengan status dilindungi oleh PP RI No.7 tahun 1999sebanyak 14 spesies. Sedangkan spesies yang tidak dilindungi sebanyak 74 spesies.

SaranPerlu diadakan penelitian lebih lanjutuntukmemonitoring spesies burung

yang terancam punah dan dilindungi. Perlu dilakukan penelitian di lokasi pengamatan yang berbeda sehingga dapat diketahui spesies burung di seluruh kawasan Tahura R. Soerjo.

DAFTAR RUJUKAN

Ajie, H. B. 2009. Burung-burung di Kawasan Pegunungan Arjuna-Welirang Taman Hutan Raya Raden Suryo, Jawa Timur Indonesia. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : Fakultas MIPA ITS.

Anonim1. 2010. Manfaat Burung. (Online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Burung.html, diakses tanggal 12 Oktober 2010).

Anonim2. 2012. Taman Hutan Raya R.Soeryo (Peta Tahura R. Soerjo). (Online), (http://www.jawatimur.wordpress.com, diakses tanggal 15 Juli 2013).

Bibby, C.,Martin Jones dan Stuart Marsden. 2000. Teknik-teknik Ekspedisi Lapangan Survei Burung. Bogor: SMKG Mardi Yuana.

Howed, John., Rusilanoor, Yus., Backewell, D. 2003. Panduan Studi Burung Air. Bogor: Wetland International-Indonesian Program.

Karimullah, L.S. 2011. Studi Keanekaragaman dan Kelimpahan Spesies Burung di Area Pohon Jati Petak 72a-1 RPH Mlandingan BKPH Panarukan KPH Bondowoso. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM.

Page 11: jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel3379BD5236CF... · Web view... bahkan ada yang endemik pulau, yaitu Elang Jawa.Jenis ini hanya ditemukan secara alami

11

Mackinnon J, Phillips K and B. van Balen. 2000. Burung – burung di Sumatera, Jawa,Bali, dan Kalimantan. Puslitbang Biologi – LIPI/BirdLife Indonesia.

Mackinnon J, Phillips K and B. van Balen. 2010. Burung – burung di Sumatera, Jawa,Bali, dan Kalimantan. Puslitbang Biologi – LIPI/BirdLife Indonesia.

Partasasmita, Ruhyat. 2002. Ekologi Burung Pemakan Buah dan Peranannya sebagai Penyebar Biji, (Online), (http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/05123/ruhyat_partasamita.htm, diakses tanggal 12 April 2010).

Peraturan Pemerintah Nomor 7. 1999. Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Jakarta : Departemen Kehutanan, (Online), (http://www.scribd.com/peraturan_pemerintah), diakses tanggal 12 April 2010).

Purwati, Ani. 2011. Burung di Indonesia Paling Terancam Punah di Dunia. (Online), (http://www.beritabumi.or.id/?g=beritadtl&newsID=B0363&ikey=1, diakses tanggal 30 Juli 2013).

Rombang, W.M. dan Rudyanto. 1999. Daerah Penting bagi Burung Jawa dan Bali. PKA/BirdLife International-Indonesia Programme, Bogor.

Suaka Elang. 2009. Annual Report Suaka Elang 2009. (Online), (http://suakaelang.org/wp-content/uploads/2010/02/Annual-Report-SE-2009-1.pdf, diakses tanggal 1 Juli 2013).

Sujatnika., Jepson, P., Soehartono, T.R., Crosby, M. J., dan Mardiastuti, A. 1995. Melestarikan Keanekaragaman Hayati Indonesia: Pendekatan Daerah Burung Endemik. Jakarta: PHPA/ Birdlife International- Indonesia Programme.

Wahyudi, A.S. 2011. Kajian Keragaman Spesies Burung pada Tiga Perguruan Tinggi Negeri di Kota Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM.