jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel2F37ADF97ECC0... · Web...

31
PENGEMBANGAN MOBILE LEARNING SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA MATERI DAUR BIOGEOKIMIA Ikhwanul Azmi Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang E-mail: [email protected] Pembimbing: (II) Endang Suarsini (I) Mimien Henie Irawati Abstrak: Hasil wawancara dengan guru dan siswa SMA Negeri 2 Batu menyatakan materi Daur Biogeokimia termasuk materi yang sulit. Penyebab munculnya permasalahan pada materi daur Biogeokimia bersumber dari media pembelajaran, metode pembelajaran, dan karakter dari siswa SMA Negeri 2 Batu. Berdasarkan uraian tersebut maka diperlukanlah pengembangan mobile Learning sebagai media pembelajaran untuk materi daur Biogeokimia. Pengembangan mobile learning pada penelitian ini menggunakan model 4D dari Thiagarajan (1974). Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa data hasil validasi oleh tim ahli dan data hasil uji coba kelompok kecil menunjukkan mobile learning ini layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran pada materi daur Biogeokimia. Kata Kunci: pengembangan, mobile learning, daur Biogeokimia Abstract: The result of interview with some teachers and students of SMA Negeri 2 Batu shows that biogeochemical cycle is a difficult material. The causes of that problem in biogeochemical material are learning media, learning method, and students character. Based on the description above, then we need to develop mobile learning as a learning media for biogeochemical material. 1

Transcript of jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel2F37ADF97ECC0... · Web...

PENGEMBANGAN MOBILE LEARNING SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA MATERI DAUR

BIOGEOKIMIA

Ikhwanul Azmi Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang

E-mail: [email protected]: (II) Endang Suarsini (I) Mimien Henie Irawati

Abstrak: Hasil wawancara dengan guru dan siswa SMA Negeri 2 Batu menyatakan materi Daur Biogeokimia termasuk materi yang sulit. Penyebab munculnya permasalahan pada materi daur Biogeokimia bersumber dari media pembelajaran, metode pembelajaran, dan karakter dari siswa SMA Negeri 2 Batu. Berdasarkan uraian tersebut maka diperlukanlah pengembangan mobile Learning sebagai media pembelajaran untuk materi daur Biogeokimia. Pengembangan mobile learning pada penelitian ini menggunakan model 4D dari Thiagarajan (1974). Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa data hasil validasi oleh tim ahli dan data hasil uji coba kelompok kecil menunjukkan mobile learning ini layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran pada materi daur Biogeokimia.

Kata Kunci: pengembangan, mobile learning, daur Biogeokimia

Abstract: The result of interview with some teachers and students of SMA Negeri 2 Batu shows that biogeochemical cycle is a difficult material. The causes of that problem in biogeochemical material are learning media, learn-ing method, and students character. Based on the description above, then we need to develop mobile learning as a learning media for biogeochemical ma-terial. Development model that used is 4D model from Thiagarajan (1974). Based on data analysis, validation result data from the experts and test result data from small group show that this mobile learning can be used as a learn-ing media on biogeochemical cycle material.

Keywords: development, mobile learning, Biogeochemical Cycle

Daur Biogeokimia adalah salah satu materi yang terdapat dalam mata pelajaran

Biologi. Sebagian siswa menganggap materi ini merupakan materi yang abstrak,

karena siswa merasa kesulitan saat memahami proses kimia yang terjadi pada

daur-daur tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Vita (2008) yang meny-

atakan bahwa daur Biogeokimia merupakan daur materi yang melalui

makhluk hidup, tanah dan reaksi kimia yang kejadiannya sulit untuk diamati

secara langsung oleh manusia. Berdasarkan observasi awal berupa hasil awan-

1

cara baik dengan guru maupun siswa yang dilakukan di SMA Negeri 2 Batu, ma-

teri daur Biogeokimia terbilang materi yang menyulitkan.

Hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 9 September 2012 dengan

guru Biologi kelas X SMA Negeri 2 Batu terungkap bahwa materi daur Bio-

geokimia termasuk materi yang sulit. Materi tersebut dikatakan sulit karena saat

pembelajaran, siswa tidak dapat mengamati secara langsung proses yang terjadi

baik itu pada daur Air, daur Nitrogen, daur Karbon, daur Sulfur, dan daun Fosfor.

Siswa hanya dapat mengamati gejala dari beberapa daur, semisal daur Air. Ketika

mempelajari daur Air, guru menggunakan outdoor learning. Siswa diperintahkan

untuk mengamati lingkungan sekitar kemudian mendeskripsikan gejala apa saja

yang terjadi pada daur Air. Banyak sekali siswa yang tidak dapat menemukan ge-

jala yang terjadi pada daur Air, padahal mereka sudah didampingi dan diberikan

gambar mengenai daur Air oleh guru. Hal ini memperlihatkan bahwa materi daur

Biogeokimia tidak mudah dipahami. Bukti lain yang menunjukkan bahwa materi

daur Biogeokimia adalah materi yang sulit dapat dilihat dari hasil tes tulisnya.

Jumlah siswa yang lulus untuk materi daur Biogeokimia dalam satu kelas hanya

berkisar 40-60 %.

Menurut penuturan guru, dari kelima daur yang ada pada materi daur

Biogeokimia, daur Nitrogen adalah daur yang paling sulit untuk dipelajari karena

pada daur ini melibatkan banyak sekali komponen baik abiotik maupun biotik.

Hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 9 September 2012 dengan siswa

kelas XI IA SMA Negeri 2 menunjukan bahwa daur Air dan daur Karbon dapat

dipahami siswa melalui pengamatan gambar yang diberikan oleh guru. Namun,

untuk daur Nitrogen, daur Fosfor dan daur Sulfur merupakan daur yang sulit un-

tuk dipelajari dan dipahami.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 9 September

2012 dengan siswa dan guru, penyebab munculnya permasalahan pada materi

daur Biogeokimia bersumber dari media pembelajaran di SMA Negeri 2 Batu,

metode pembelajaran, dan karakter dari siswa SMA Negeri 2 Batu itu sendiri.

Ketiga hal tersebut dapat dikatakan berada dalam satu sistem, artinya baik media,

metode dan karakter siswa akan mendukung satu sama lain dan bekerja secara

bersamaan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirancang oleh guru.

2

Sumber penyebab permasalahan yang pertama adalah media pembe-

lajaran. Berdasarkan penuturan dari guru Biologi kelas X SMA Negeri 2 Batu me-

dia pembelajaran yang digunakan selama ini hanyalah gambar. Di SMA Negeri 2

Batu terdapat gambar semua daur baik itu daur Air, daur Karbon, daur Sulfur ,

daur Nitrogen, dan daur Fosfor. Jumlah dari gambar tersebut hanya 5, sehingga

dalam proses pembelajaran dikelas guru hanya memperlihatkan gambar tersebut

di depan kelas saja kemudian seluruh siswa mengamati gambar tersebut. Menurut

guru Biologi kelas X SMA Negeri 2 Batu dari kelima gambar daur yang digu-

nakan sebagai media pembelajaran tersebut, hanya gambar daur Nitrogen yang

terlihat rumit sedangkan daur Air, Fosfor, Karbon, dan fosfat tidak begitu rumit.

Hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 9 September 2012 dengan

siswa kelas XI SMA Negeri 2 Batu dari segi media pembelajaran yang selama ini

digunakan guru berupa gambar mempengaruhi pemahaman siswa tentang materi

daur Biogeokimia. Siswa merasa kesulitan dalam memahami materi ini karena

media gambar yang digunakan guru sifatnya kaku, proses kimia yang terjadi pada

setiap daur tersebut tidak begitu jelas pada gambar. Selain itu juga jumlah gambar

yang hanya satu setiap daur walaupun ukurannya besar namun bagi siswa dalam

mengamatinya tidak begitu jelas. Siswa juga menuturkan media gambar yang

diberikan oleh guru terutama gambar daur Sulfur, daur Fosfor, dan daur Nitrogen

kurang menarik karena pada gambar tersebut terlihat proses kimia yang rumit.

Penyebab permasalahan yang kedua adalah dari segi metode pembe-

lajaran yang diterapkan. Penuturan guru Biologi kelas X SMA Negeri 2 Batu se-

lama ini metode yang digunakan dalam mengajarkan ekosistem khususnya daur

Biogeokimia tidak terlalu banyak variasinya hanya menggunakan ceramah,

diskusi, dan presentasi. Namun untuk menambah motivasi siswa dalam mengikuti

pelajaran guru sering melakukan outdoor learning di sekitar lingkungan sekolah.

Penggunaan metode pembelajaran yang hanya berupa ceramah, diskusi, dan pre-

sentasi kemungkinan kurang bagus juga karena dapat menimbulkan kejenuhan

dan kurangnya rasa tertarik siswa dalam belajar terutama mempelajari materi yang

terkesan abstrak seperti daur Biogeokimia.

Hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 9 September 2012 dengan

3

siswa kelas XI SMA Negeri 2 Batu memperlihatkan adanya kurang ketertarikan

siswa dengan metode yang digunakan oleh guru, siswa menginginkan adanya

penggunaan metode yang lebih menarik lagi, misalkan menggunakan game. Siswa

merasa lebih tertarik apabila guru menggunakan game. Alasan siswa lebih

memilih game sebagai metode pembelajaran adalah karena dengan game siswa

merasa tidak terbebani dalam belajar, seru, dan juga pemenangnya pasti mendap-

atkan penghargaan dari guru baik itu berupa nilai atau yang lain.

Penyebab munculnya permasalahan pada materi daur Biogeokimia yang

ketiga adalah dari karakter siswa SMA Negeri 2 Batu sendiri. Penuturan guru Bi-

ologi kelas X SMA Negeri 2 Batu karakter yang dimiliki oleh siswa-siswa SMA

Negeri 2 Batu terbilang tidak begitu baik. Hal ini disebabkan input siswa yang di-

dapat setiap tahun ajaran baru itu memiliki nilai yang tidak bagus. Berawal dari

input yang kurang baik inilah sehingga dalam proses belajar mengajar sering

sekali guru mengalami hambatan dari siswa itu sendiri. Misalnya, banyak siswa

yang sering bolos sekolah, ada juga siswa yang malas mempersiapkan diri ketika

akan menghadapi pelajaran, tidak berniat mempunyai buku atau meminjam buku

paket, enggan untuk foto kopi LKS atau buku paket, dan sebagainya.

Sebenarnya banyak usaha yang telah dilakukan oleh guru dalam menan-

gani masalah-masalah yang diuraikan sebelumnya namun hasilnya belum maksi-

mal. Usaha yang pertama adalah penerapan out door learning. Tujuan dari

penerapan out dor learning yang pertama adalah agar siswa merasa tidak bosan

dalam belajar. Belajar di kelas dengan metode yang monoton dapat menim-

bulkan kejenuhan dari siswa akibatnya muncul rasa kurang tertariknya siswa

dalam belajar materi daur Biogeokimia. Tujuan yang kedua adalah dengan belajar

di lingkungan sekolah siswa dapat merasakan gejala daur Biogeokimia yang ter-

jadi, misalkan pada daur Air. Namun penerapan outdoor learning ini kurang me-

nunjukkan hasil yang maksimal karena media dan metode pembelajaran yang di-

gunakan ketika belajar dikelas dan outdoor learning sama.

Usaha yang kedua adalan penggunaan media berupa gambar atau charta

masing-masing daur. Tujuan dari penggunaan media gambar ini adalah untuk

menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar, namun usaha ini kurang maksimal.

Menurut pengakuan siswa SMA Negeri 2 Batu mempelajari daur Biogeokimia

4

tidak cukup hanya menggunakan gambar saja karena pada gambar proses kimia

yang terjadi tidak begitu jelas. Selain itu juga siswa SMA Negeri 2 Batu

menginginkan media pembelajaran berupa animasi atau video. Selama ini guru

Biologi kelas X SMA Negeri 2 Batu hanya menggunakan gambar atau charta saja

sebagai media pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut maka diperlukanlah pengembangan mobile

learning sebagai media pembelajaran untuk materi daur Biogeokimia. Osman

(2010) menyatakan mobile learning adalah konsep pembelajaran mobile dengan

menempatkan penekanan pada mobilitas pelajar dan mobilitas pembelajaran serta

mengutamakan pengalaman peserta didik ketika belajar dengan perangkat mobile.

Media pembelajaran berupa mobile learning adalah suatu media pembe-

lajaran yang memanfaatkan penggunaan handphone. Handphone adalah alat elek-

tronik yang mengalami perkembangan paling pesat, tidak hanya dari segi yang

menggunakannya saja tapi juga dari segi kualitasnya semakin lama semakin cang-

gih. Selain itu juga handphone penggunaannya relatif mudah, fleksibel, dan har-

ganya lumayan terjangkau dibandingkan barang elektronik lainnya seperti kom-

puter. Oleh karena itu handphone sangat cocok untuk dijadikan sebagai media

pembelajaran.

Pengguna handphone sudah sangat banyak terutama pada kalangan siswa

SMA. Penggunaan media pembelajaran berupa mobile learning yang

memanfaatkan handphone ini bisa dikatakan sebagai langkah yang ditempuh agar

penggunaan handphone oleh siswa lebih terarah. Mobile learning jika dikemas

dengan bagus dapat menciptakan suasana yang baru bagi siswa dalam proses pem-

belajaran. Siswa akan merasa tidak monoton dan secara langsung akan menambah

motivasi siswa sendiri dan diharapkan akan berdampak pada hasil belajarnya.

Kelebihan mobile learning dibandingkan dengan pembelajaran lain

adalah dapat digunakan di mana pun pada waktu kapan pun, ukuran perangkat

yang kecil dan ringan dari pada PC desktop, diperkirakan dapat mengikutsertakan

lebih banyak pembelajar karena mobile learning memanfaatkan teknologi yang

biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari Tamimuddin (2007).

Kelebihan mobile learning juga dapat dilihat dari dari pemanfaatan hand-

phone itu sendiri. Semua orang sudah mengetahui bahwa handphone merupakan

5

alat elektronik yang dimiliki oleh semua kalangan terutamanya di Indonesia.

Handphone yang beredar di Indonesia rata-rata sudah memiliki fitur yang canggih

sehingga sangat berpotensi sekali untuk digunakan dalam mendukung dan mem-

bantu siswa untuk mendapatkan ilmu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Shroff

(2010) yaitu ponsel memiliki potensi untuk meningkatkan pendidikan  di negara

berkembang. Indonesia adalah salah satu dari beberapa negara di dunia yang ter-

golong negara berkembang.

Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah menyusun mobile learn-

ing sebagai media pembelajaran biologi siswa kelas X pada materi daur Bio-

geokimia, dan menilai tingkat kelayakan mobile learning sebagai media pembe-

lajaran Biologi siswa kelas X pada materi daur Biogeokimia.

METODE

Pengembangan perangkat lunak mobile learning pada penelitian ini

menggunakan model dari Thiagarajan (1974) yang disebut dengan model 4D.

Tahapan dari model Thiagarajan ini adalah Define, Design, Develop dan Dissemi-

nate. Pada penelitian ini tidak sampai pada tahap keempat yaitu Dessiminate

karena adanya keterbatasan waktu, biaya dan ruang. Alasan pemilihan model Thi-

agarajan ini adalah karena pada model Thiagarajan ini setiap tahapnya tersebut

dapat mencakup secara keseluruhan kebutuhan-kebutuhan yang akan digunakan

untuk mengembangkan mobile learning ini.

Prosedur pengembangan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

Define

Tujuan dari tahap define adalah untuk menetapkan dan menentukan

persyaratan instruksional. Kegiatan yang dilakukan pada tahap define untuk

penelitian ini yaitu menganalisis kebutuhan intruksional yang digunakan sebagai

acuan untuk pengembangan mobile learning. Kebutuhan intruksional dalam

penelitian ini adalah kebutuhan pembelajaran. Kebutuhan pembelajaran yang di-

maksud adalah pemilihan materi daur Biogeokimia.

Langkah dari define yang pertama adalah front-end analysis. Pada

langkah ini kegiatannya adalah menganalisis permasalahan yang terjadi pada

guru Biologi kelas X SMA Negeri 2 Batu ketika mengajarkan materi daur Bio-

6

geokimia. Analisis ini dilakukan dengan cara wawancara. Langkah yang kedua

adalah Learned analysis. Kegiatan yang dilakukan pada learned analysis adalah

menganalisis permasalahan yang dialami siswa pada saat mempelajari materi. Se-

cara umum ada dua hal yang dipelajari pada kegiatan learned analysis ini, yaitu

menganalisis permasalahan yang dialami siswa SMA Negeri 2 Batu pada saat

mempelajari materi daur Bio geokimia dan menganalisis pemanfaatan handphone

oleh siswa SMA Negeri 2 Batu.

Langkah dari define yang ketiga adalah Task analysis yang kegiatan

didalamnya adalah mengidentifikasi SK, KD, tujuan pembelajaran, dan indikator

dari materi daur Biogeokimia. Daur Biogeokimia terdapat pada Standar Kompe-

tensi 4 yaitu menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan ma-

teri dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem dengan

Kompetensi Dasar 4.1 yaitu mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam

aliran energi dan daur Biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi

kehidupan. Langkah yang keempat adalah Concept analysis. Kegiatan yang

dilakukan adalah mengidentifikasi konsep utama dari materi yang akan di-

jabarkan. Pada penelitian ini kegiatan concept analysis adalah mengidentifikasi

konsep apa yang ada pada materi daur Biogeokimia.

Langkah yang kelima adalah Specifying instructional objectives. Pada

Specifying instructional objectives kegiatan yang dilakukan adalah memband-

ingkan antara tujuan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru dengan keadaan

siswa. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis tujuan

pembelajaran yang telah dibuat oleh guru Biologi kelas X SMA Negeri 2.

Analisis ini dimaksud untuk mengetahui tujuan pembelajaran yang telah dibuat

oleh guru sudah tercapai pada siswa atau belum. Analisis ini dilakukan dengan

cara mempelajari KKM dari materi daur Biogeokimia di SMA Negeri 2 Batu.

Pada tahun pelajaran 2010/2011 KKM materi daur Biogeokimia adalah 70.

Kemudian pada tahun pelajaran 2011/2012 KKM materi daur Bigeokimia tetap

70. Tahun pelajaran 2012/2013 KKM materi daur Biogeokimia naik yaitu 75.

Design

Tujuan dari tahap ini adalah merancang produk atau membuat desain

produk berdasarkan materi instruksional yang telah disebutkan pada tahap define.

7

Langkah dari tahap design yang pertama adalah Constructing criterion-refer-

enced test. Langkah ini merupakan lanjutan dari define. Kegiatan yang dilakuka

adalah membuat kerangka mobile learning sebagai media pembelajaran. Kerangka

mobile learning digunakan untuk menyusun lembar validasi.

Langkah kedua dari tahap design adalah Media selection. Kegiatan yang

dilakukan pada tahap media selection adalah menentukan karakter dari produk

yang dibuat. Karakter yang ada pada mobile learning antara lain pemilihan sistem

oprasi dari handphone yang digunakan. Handphone yang digunakan pada

penelitian ini adalah handphone yang memiliki sistem oprasi android. Android

adalah sistem operasi mobile next-gen baru yang berjalan pada Linux Kernel. An-

droi Mobile Application pengembangannya didasarkan pada program java. Holla

(2012). Sedangkan menurut Fauzi (2012) android adalah sebuah sistem operasi

untuk perangkat mobile berbasis linux yang mencakup sistem operasi, middleware

dan aplikasi. Android menyediakan platform terbuka bagi para pengembang

untuk menciptakan aplikasi. Versi dari android yang digunakan pada penelitian

ini adalah android gingerbread. Selain pemilihan sistem oprasi handphone, pada

tahap ini juga menentukan software yang digunakan dalam merancang mobile

learning, menu, dan bentuk dari media tersebut.

Langkah yang ketiga adalah Format selection. Langkah ini merupakan

lanjutan dari media selection. Pada format selection kegiatannya adalah memperli-

hatkan desain awal produk mobile learning. Langkah dari tahap design yang

terakhir adalah Initial design yang merupakan produk yang telah dirancang sudah

selesai. Produk mobile learning sudah dalam bentuk draf sehingga sudah dapat di-

validasi.

DevelopTahap develop dikatakan sebagai tahap penyempurnaan dari tahap-tahap

sebelumnya. Langkah dari tahap develop yang pertama adalah expert appraisal.

Kegiatan yang dilakukan adalah teknik validasi untuk produk yang telah dikem-

bangkan. Pada penelitian ini kegiatan yang dilakukan adalah memberikan lembar

validasi kepada validator yang terdiri atas ahli materi, ahli media, dan praktisi la-

pangan. Langkah yang kedua adalah developmental testing. Developmental testing

adalah tahap uji coba produk pada subjek uji coba yang sesungguhnya. Pada

8

penelitian ini sebagai subjek uji coba adalah kelompok kecil yaitu siswa kelas XI

Alam SMA Negeri 2 Batu dengan jumlah 10 sampai 20 orang.

Jenis data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan

data kuantitatif. Data kualitatif berupa komentar dari ahli materi, ahli media,

praktisi lapangan, dan siswa terhadap media pembelajaran ini. Sedangkan data

kuantitatif didapatkan dari skor hasil angket yang disebarkan kepada ahli materi,

ahli media, praktisi lapangan, dan siswa.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

ini berupa angket. Angket yang digunakan dalam penelitian ini telah disediakan

komentar dan kolom penskoran sehingga selain dapat menilai, validator juga da-

pat berkomentar. Pada kolom penskoran juga sudah tertera skala antara 1-4 yang

nantinya responden memberikan tanda centang (√) pada kolom yang dianggap

paling sesuai

Data kualitatif dianalisis dengan cara mengumpulkan komentar-

komentar yang didapat untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan

revisi terhadap produk. Data kuantitatif didapat dari penskoran pada angket oleh

para ahli dan siswa sebagai kelompok kecil. Data kuantitatif ini dianalisis dengan

menggunakan rumus persentase sebagai berikut.

Keterangan:

P = Persentase Kevalidan ΣX = jumlah skor keseluruhan jawaban per item ΣXi = jumlah total skor maksimal per item100% = konstanta

Berikut disajikan kriteria kevalidan data hasil penilaian validator.

Tabel 1. Kriteria Kevalidan Data Hasil Penilaian Validator

9

Skala nilai (%) Keterangan85,94-100 Sangat valid

67,19-85,93 Valid48,44-67,18 Kurang valid

25-48,43 Sangat kurang valid(Diadaptasi dari Suryabrata dalam Agustina, 2011)

HASIL

Penyajian Data Kuantitatif

Data kuantitatif pada penelitian ini diperoleh dari pemberian skor pada

angket dengan skala Likert oleh tim ahli dan kelompok kecil. Tim ahli terdiri atas

ahli media, ahli materi, dan praktisi lapangan, sedangkan kelompok kecil adalah

siswa kelas XI IA. Data kuantitatif hasil validasi dan uji coba kelompok kecil

adalah sebagai berikut.

Ahli media

Ahli media yang memvalidasi produk pengembangan mobile learning

adalah Dr. Munzil M., S.Pd. M.Si. Angket yang diberikan kepada ahli media

teridi terdiri atas 7 aspek, yaitu tampilan depan dari mobile learning, tampilan

menu, menu about, menu materi, menu soal latihan, menu pengaturan, dan keselu-

ruhan menu yang ada pada mobile learning. Rekapitulasi data hasil validasi oleh

ahli media dapat dilihat pada Tabel 2.

Beradasarkan hasil perhitungan yang telah tercantum pada Tabel 2 diper-

oleh hasil validasi produk oleh ahli media dengan nilai 83,92%. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa produk pengembangan mobile learning termasuk dalam

kriteria valid.

Ahli Materi

Ahli materi yang memvalidasi produk pengembangan mobile learning

adalah Dr. Facthur Rohman, M.Si. Angket yang diberikan kepada materi terdiri

atas 8 aspek, yaitu menu materi pada materi daur Air, menu materi pada materi

daur Karbon, menu materi pada materi daur Nitrogen, menu materi pada materi

daur Sulfur, menu materi pada materi daur Oksigen, menu materi pada materi

daur Fosfor, menu soal latihan, keseluruhan menu yang ada pada mobile learning.

Rekapitulasi data hasil validasi oleh ahli materi dapat dilihat pada Tabel 3.

10

Tabel 2. Rekapitulasi Data Hasil Validasi oleh Ahli Media

No. Aspek yang dinilai ƩX ƩXi % Keterangan

1. Tampilan depan dari mobile learn-ing 30,00 36,00 83,33 Valid

2. Tampilan menu 27,00 32,00 84,37 Valid

3. Menu about 35,00 40,00 87,51 Sangat valid

4 Menu materi 45,00 52,00 86,53 Sangat valid

5 Menu soal latihan 49,00 60,00 81,66 Valid

6 Menu pengaturan 41,00 48,00 85,41 Valid

7 Keseluruhan menu yang ada pada mobile learning. 8,00 12,00 66,66 Kurang Valid

Jumlah 235,00 280,00 83,92 Valid

Tabel 3. Rekapitulasi Data Hasil Validasi oleh Ahli Materi

No. Aspek yang dinilai ƩX ƩXi % Keterangan

1. Menu materi pada materi daur Air 38,00 40,00 95,00 Sangat valid

2. Menu materi pada materi daur Karbon 39,00 40,00 97,51 Sangat valid

3 Menu materi pada materi daur Nitrogen 38,00 40,00 95,00 Sangat valid

4 Menu materi pada materi daur Sulfur 38,00 40,00 95,00 Sangat valid

5 Menu materi pada materi daur Oksigen 38,00 40,00 95,00 Sangat valid

6. Menu materi pada materi daur Fosfor, 38,00 40,00 95,00 Sangat valid

7 Menu soal latihan 8,00 8,00 100,00 Sangat valid

8. Keseluruhan menu yang ada pada mobile learning 8,00 8,00 100,00 Sangat valid

Jumlah 245,00 256,00 95,71 Sangat valid

Beradasarkan hasil perhitungan yang tercantum pada Tabel 3 diperoleh

hasil validasi produk oleh ahli materi dengan nilai 95,71%. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa produk pengembangan mobile learning termasuk dalam

kriteria sangat valid.

Praktisi lapangan

Praktisi lapangan yang memvalidasi produk pengembangan mobile

learning adalah guru Biologi kelas X SMA Negeri 2 Batu. Angket yang diberikan

kepada praktisi lapangan terdiri atas 4 aspek, yaitu materi pada mobile learning,

bahasa yang digunakan pada daur Biogeokimia, soal yang ada pada mobile

learning, dan keseluruhan menu yang ada pada mobile learning. Rekapitulasi

data hasil validasi oleh praktisi lapangan dapat dilihat pada Tabel 4.

11

Tabel 4. Rekapitulasi Data Hasil Validasi oleh Praktisi Lapangan.

No. Aspek yang dinilai ƩX ƩXi % Keterangan

1. Materi pada mobile learning 29,00 32,00 90,62 Sangat valid

2. Bahasa yang digunakan pada daur Bio-geokimia 13,00 16,00 81,25 Valid

3. Soal yang ada pada mobile learning 19,00 20,00 95,00 Sangat valid

4. Keseluruhan menu yang ada pada mobile learning 21,00 24,00 87,51 Sangat valid

Jumlah 82,00 92,00 89,13 Sangat valid

Berdasarkan perhitungan yang telah tercantum pada Tabel 4 diperoleh

hasil validasi produk oleh praktisi lapangan dengan nilai 89,13%. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa produk pengembangan mobile learning termasuk dalam

kriteria sangat valid.

Uji Kelompok Kecil

Kelompok kecil yang menjadi kelompok uji adalah kelas XI IA 2 yang

berjumlah 22 siswa. Angket yang diberikan kepada siswa terdiri atas 3 aspek yaitu

materi pada mobile learning, bahasa yang digunakan pada daur Biogeokimia, dan

keseluruhan menu yang ada pada mobile learning. Rekapitulasi data hasil uji

coba kelompok kecil dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rekapitulasi Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil

No. Aspek yang dinilai ƩX ƩXi % Keterangan

1. Materi pada mobile learning 206,00 264,00 78,03 Valid

2. Bahasa yang digunakan pada daur Biogeokimia 213,00 265,00 80,68 Valid

3. Keseluruhan menu yang ada pada mobile learning 440,00 528,00 83,33 Valid

Jumlah 859,00 1056,00 81,34 Valid

Berdasarkan perhitungan yang telah tercantum pada Tabel 5 diperoleh

hasil uji coba kelompok kecil dengan nilai 81,34%. Nilai tersebut menunjukkan

bahwa produk pengembangan mobile learning termasuk dalam kriteria valid.

Data Kualitatif

Data kualitatif untuk produk mobile learning ini diperoleh dari komentar

dari tim ahli dan kelompok kecil. Data kualitatif digunakan sebagai bahan

12

pertimbangan dalam merevisi produk mobile learning. Penyajian data kualitatif

yang diperoleh dari ahli media, ahli materi, dan praktisi lapangan, serta kelompok

kecil dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rekapitulasi Data Kualitatif oleh Tim Ahli dan Kelompok Kecil

No. Validator Hasil Komentar

1. Ahli media 83,92%

a) ditambahkan tombol berhenti atau kembali pada setiap animasi

b) loading pada animasi dan menu-menu lainnya lebih dipercepat lagi

c) Materi yang disajikan terlalu minim sehingga kurang banyak yang bisa dipelajari siswa

d) Ditambahkan Link ke sumber belajar lain agardapat memperkaya wawasan siswa

e) Ditambahkan glosarium

2. Ahli materi 95,71%.

a) Pada indikator dan tujuan pembelajaran ditambahkan peran biotik dan abiotik pada setiap daur biogeokimia.

b) Ditambahkan daur oksigen pada materid daur biogeokimia

c) Penguapan yang terjadi pada tumbuhan disebut evapotranspirasi

d) Kesesuaian gambar harus di tingkatkan, misalnya pada daur karbon, awan tidak hanya mengandung karbon saja namun juga beberapa unsur kimia lain

3 Praktisi lapangan 89,13%.

a) Waktu dalam mengerjakan soal harus ditambah dari 8 menit menjadi 17 menit

b) Kalimat pengantar pada setiap animasi daur biogeokimia masih terlalu sederahana sehingga perlu ditambahkan lagi agar siswa dapat lebih memahami animasi.

c) Soal yang digunakan tidak boleh menggunakan kata “pernyataan yang benar.....”

4 Kelompok kecil

81,34%. a) Kejelasan teks mudah dipahamib) Huruf sudah jelas namun terlalu besarc) Mobile learning ini membuat lebih bersemangat

belajar karena pembelajaran jarang yang menggunakan aplikasi lebih banyak power point

d) Media pembelajaran sangat flekibel karena dapat dilihat diluar pembelajaran kelas

e) Animasi menarikf) Suara musik kurang jelas terdengarg) Suara sangat merduh) Animasi tergolong jelas namun bisa dibuat lebih

kreatifi) Musik yang digunakan sebaiknya lebih variatifj) Sangat menarik karena media pembelajaran dilakukan

dalam teknologi jaman sekarangk) Musik membuat ngantukl) Musiknya sangat menarik dapat membuat lebih

bersemangat belajar karena musiknya menggunakan lagu relaksasi.

m) Animasi menarik karena menggunakan gambar kartun. n) Ada media ini membuat lebih mengerti tentang daur

13

Lanjutan Tabel 6

No. Validator Hasil Komentar

Biogeokimiao) Bahasa yang digunakan mudah dipahami karena

menggunakan bahasa yang baik dan benarp) Tayangan materi daur Biogeokimia membuat

semangat karena media pembelajaran ini baru.q) Mudah sekali dalam mengoperasikan mobile learning

ini. r) Akan lebih menarik apabila pada mobile learning ini

ada gamenya.

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data kuantitatif dari lembar validasi ahli media

produk mobile learning ini termasuk dalam kriteria valid dengan nilai 83,92%.

Hasil analisis data kuantitatif dari ahli materi adalah mobile learning yang telah

dikembangkan ini termasuk dalam kriteria sangat valid dengan nilai 95,71%.

Hasil analisis data kuantitatif dari praktisi lapangan memberikan adalah mobile

learning ini mendapatkan nilai 89,13% dengan kriteria sangat valid. Berdasarkan

hasil uji coba kelompok kecil yang telah dianalisis produk mobile learning ini

termasuk dalam kriteria valid dengan nilai 81,34%.

Hasil pengembangan media mobile learning ini memiliki 4 menu utama

yaitu menu about, menu materi, menu soal dan pengaturan. Pada menu about

berisi tentang nama pengembang, materi yang disajikan beserta SK dan KD, dan

juga penjelasan tentang mobile learning ini berjalan dengan baik pada handphone

tablet yang memiliki sistem oprasi android gingerbread. Menu materi berisi

tentang macam-macam daur Biogeokimia dan menu tambahan pada menu materi

yaitu, link ke sumber belajar lain, dan Glosarium. Daur Biogeokimia terdiri atas

daur Air, daur Karbon, daur Nitrogen, daur Sulfur, daur Oksigen dan daur Fosfor.

Pada setiap daur terdapat animasi tentang proses daur Biogeokimia. Tujuan

pemberian animasi pada produk mobile learning ini adalah agar memudahkan

siswa dalam memahami materi dan sekaligus memberikan ketertarikan bagi siswa

ketika menggunakan mobile learning ini.

Mobile learning sebagai media pembelajaran memang memiliki fungsi

utama yaitu membantu siswa dalam mempermudah memahami materi yang

bersifat abstrak. Hal ini sesuai dengan pernyataaan Supriatna (2009) yaitu, peng-

gunaan media dalam pembelajaran dapat membantu anak dalam memberikan pen-

14

galaman yang bermakna bagi siswa. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat

mempermudah siswa dalam memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih

konkrit.

Menu selanjutnya adalah menu soal. Soal yang ada pada mobile learning

ini terdiri atas 15 soal dengan tipe pilihan ganda bebas. Waktu mengerjakan soal

dibatasi 17 menit. Soal ini memang tidak disusun secara acak mengingat

keterbatasan memori yang digunakan pada handphone. Menu soal terdiri atas 4

bagian. Bagian yang pertama adalah petunjuk dalam mengerjakan soal. Bagian

yang kedua kotak untuk mengisi identitas. Bagian yang ketiga adalah tampilan

soal. Bagian yang keempat adalah tampilan hasil dari menjawab soal. Pada bagian

yang terakhir ini ditampilkan nama yang mengerjakan soal, nomer soal yang

benar, nomer soal yang salah, skor yang diperoleh, dan nasihat.

Mobile learning ini termasuk dalam model multimedia drills karena

terdapat menu soal sehingga siswa dapat mengerjakan soal untuk mengukur

tingkat pemahamannya mengenai materi daur Biogeokimia. Menurut Waryanto

(2008) model drills merupakan salah satu bentuk model pembelajaran interaktif

berbasis komputer (CBI) yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang

lebih kongkret melalui penyediaan latihan-latihan soal untuk menguji pemahaman

siswa melalui kecepatan menyelesaikan latihan soal yang diberikan program.

Menu yang terakhir adalah menu pengaturan. Pada menu pengaturan ini

terdapat fasilitas untuk mengaktifkan atau menonaktifkan musik. Tujuan

pemberian musik disini adalah untuk lebih memotivasi siswa dalam belajar daur

Biogeokimia. Selain itu musik pada mobile learning ini dapat memberikan nuansa

santai dan nyaman ketika belajar. Berdasarkan komentar dari hasil ujicoba

kelompok kecil yang terdiri atas 22 siswa sebagian besar menyatakan musik yang

ada pada mobile learning ini merdu dan menarik.

Mobile learning yang telah dikembangkan dapat dikatakan sudah

mencakup multimedia interaktif karena pada mobile learning ini sudah terdapat

teks, suara, dan animasi. Selain itu juga siswa dapat berinteraksi langsung dengan

mobile learning ini terutama dalam menjawab soal yang ada pada menu materi.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Chuang (2001) yang mengatakan multimedia

pembelajaran adalah Penggunaan gabungan kata-kata tertulis, gambar, suara,

15

video, animasi, dan interaktif percakapan untuk mengirimkan informasi kepada

peserta didik. Pernyataan Chuang juga didukung oleh Tapilouw (2008) yang

menyatakan bahwa Multimedia juga diartikan sebagai suatu sistem komputer

yang terdiri dari hardware dan software yang memberikan kemudahan untuk

menggabungkan gambar, video, fotografi, grafik dan animasi dengan suara, teks,

data yang dikendalikan dengan program komputer.

Keunggulan media pembelajaran mobile learning ini antara lain : (1)

Mobile learning ini tidak memerlukan biaya untuk mengaksesnya karena sifatnya

offline. Namun jika ingin membuka Link menuju sumber belajar lain maka

handphone yang dimiliki perlu dihubungkan dengan internet; (2) Mobile learning

ini tidak memerlukan koneksi internet untuk menggunakannya, sehingga peng-

guna tidak direpotkan ketika terjadi ketidakstabilan signal pada provider yang di-

gunakan; (3) Mobile learning ini menyajikan materi daur Biogeokimia yang sudah

dilengkapi dengan animasi; (4) Mobile learning ini dikemas dengan memadukan

unsur multimedia (teks, gambar, suara) sehingga dapat membuat siswa lebih ter-

tarik; (5) Mobile learning ini menyediakan menu soal sehingga siswa dapat

mengukur tingkat pemahamannya terhadap materi daur Biogeokimia. Pada menu

materi memiliki feedback ke siswa mengenai jawaban benar atau salah, skor yang

diperoleh dan nasihat; (6) Mobile learning ini bersifat fleksibel yang berarti dapat

digunakan di mana pun dan kapan pun pengguna berada.

Kelemahan media pembelajaran mobile learning ini antara lain: (1)

Mobile learning ini hanya dapat berjalan dengan baik pada handphone tablet yang

memiliki sistem oprasional android gingerbread dengan ukuran layar minimal 4

inci. Jika digunakan pada layar lebih kecil maka tampilannya dapat berubah (ku-

rang sesuai); (2) Mobile learning ini memiliki animasi yang masih terbilang kasar

dari segi resolusinya. Pemberian animasi flash pada handphone tablet android

gingerbread sulit dilakukan karena terkait dengan virtual memori dari andrioid

gingerbread yang masih terbilang rendah; (3) Mobile learning ini berukuran 33,50

Mb. Artinya handphone yang digunakan harus memiliki ram dan virtual memori

yang cukup besar. Ukuran mobile learning yang besar secara tidak langsung akan

berpengaruh pula terhadap kapasitas memori yang digunakan pada masing-masing

handphone dan load time media pembelajaran.

16

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil validasi oleh tim ahli dan uji coba kelompok kecil

dapat disimpulkan mobile learning ini layak untuk digunakan sebagai media

pembelajaran pada materi daur Biogeokimia beberapa revisi. Revisi dilakukan

berdasarkan data kualitatif sehingga meningkatkan kualitas dari produk mobile

learning sebagai media pembelajaran pada materi daur Biogeokimia.

Saran

Saran yang diberikan terdiri atas saran pemanfaatan, saran diseminasi dan

saran pengembangan produk lebih lanjut. Saran pemanfaatan produk antara lain :

(1) Mobile learning ini dapat berjalan optimal pada handphone tablet android

gingerbread dengan ukuran layar minimal 4 inci; (2) Mobile learning ini hanya

berfungsi sebagai pendamping buku atau suplemen sehingga dalam

penggunaannya sebaiknya tidak terlepas dari penggunaan buku paket.

Saran diseminasi produk antara lain : (1) Penggunaan mobile learning

pada skala yang lebih luas perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah

sebagai berikut; (2) Mobile learning yang dikembangkan ini dilakukan sebagai al-

ternatif pemecahan masalahyang terjadi di SMA Negeri 2 Batu. Agar dapat diter-

apkan pada skala yang lebih luas, maka perlu memperhatikan permasalahan yang

dialami oleh guru dan siswa ketika mempelajarai daur Biogeokimia, banyak atau

sedikitnya pengguna handphone android di kalangan siswa SMA, dan memper-

hatikan karakteristik siswanya SMA; (3) Jenis-jenis handphone android yang

beredar di pasaran saat ini memiliki spesifikasi layar yang berbeda-beda dan ten-

tunya pembuatan satu model mobile learning saja tidak cukup. Sebaiknya

pengembang dapat membuat berbagai model mobile learning pada jenis android

yang lain seperti android ICS dan android jellybean sehingga penggunaan media

tidak terbatas pada handphone android gingerbread saja.

Saran Pengembangan Lebih Lanjut antara lain : (1) Mobile learning ini

diharapkan kedepannya dapat menjadi inspirasi bagi guru tidak hanya

matapelajaran Biologi tetapi juga guru mata pelajaran lain untuk mengembangkan

multimedia interaktif lainnya; (2) Mobile learning ini hasil pengembangannya

17

masih memiliki beberapa keterbatasan terutama materi yang disajikan. Materi

yang disajikan pada mobile learning ini hanya terbatas pada daur Biogeokimia.

Pada KD 4.1 masih banyak materi yang bisa disajikan dalam mobile learning pada

khususnya dan multimedia interaktif yang lain pada umumnya. Mobile learning

yang telah dikembangkan ini juga dapat digunakan sebagai masukan bagi peneliti

selanjutnya yang ingin melakukan penelitian tindakan kelas atau eksperimen se-

hingga media pembelajaran ini dapat menjadi variasi dalam kegiatan pembela-

jaran biologi di SMA.

DAFTAR RUJUKAN

Chuang, Li-Yeh, Cheng-Huei Yang, Cheng-Hong Yang. 2001. Development and Evaluation of a Life Sciences Multimedia Learning System. International Journal of The Computer, (Online), 9 : 1-12 (http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:LCXGgRlrqN0J:www.ijcim.th.org/past_editions/2001V09N1/article_3.pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&client=firefox-beta), diakses pada tanggal 3 Agustus 2012.

Fauzi, Fahreza Putra1, Juni Nurma Sari, dan Rahmat Suhatman. 2012. Aplikasi Pembelajaran Metamorfosis Berbasis Android Augmented Reality. Jurnal Teknik Informatika, (Online), 1: 1-8 (http:/ /journal. pcr.ac.id/ijournal/page/page.php?kod=sub_kat&action=1&kode=45), diakses pada tanggal 30 Januari 2013.

Holla, Suhas, Mahima M Katti. 2012. Android Based Mobile Application Development and its Security. International Journal of Computer Trends and Technology, (Online)3:489-490, (http://webcache. googleuser content.com/search?q=cache:iPadVJP_vBgJ:www.ijcttjourna.org/volume-3/issue-3/IJCTT-V3I3P130.pdf+&cd=1&hl=id&ct= clnk& client = firefox- beta), diakses pada tanggal 30 Januari 2013.

Osman , Mohamed, M. El-Hussein, Johannes C. Cronje. 2010. Defining Mobile Learning in the Higher Education Landscape. Journal of Educational Technology & Society, (Online), 13 : 12-21 ( http :// webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Kl1eudXsuHcJ:www.ifets.info/journals/ 13_3/3.pdf+&cd = 1&hl=id&ct=clnk&client=firefox-beta),diakses pada tanggal 26 Nopember 2012.

Shroff , Geeta, Anuj Kumar, Anuj Tewari, Deepti Chittamuru, Matthew Kam & John Canny. 2010. An Exploratory Study Of Unsupervised Mobile Learning In Rural India. Association for Computing Machin-

18

ery Journal, (Online), 10: 743-752 (www.cs.cmu.edu/~Anujk1/ Chi2010.pdf), diakses pada tanggal 29 April 2012. 

Supriatna, Dadang. 2009. Pengenalan Media Pembelajaran). (Online),(izaskia. files.wordpress.com/pengenalan-media-pembelajaran.pdf), diakses pada tanggal 3 Mei 2012.

Tamimuddin, Muh. 2007. Pemrograman Berorientasi Objek dengan Java 2 Platform Micro Edition (J2ME). Bandung: Java Competency Center- Institut Teknologi Bandung.

Thiagarajan, S., Semmel, DS. 1974. Instructional Development For Trining Teacher of Exeptional Children. Indiana : Indiana University.

Tapilouw, Fransisca, Wawan Setiawan. 2008. Meningkatkan Pemahaman dan Retensi Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Teknologi Multimedia Interaktif (Studi Empirik pada Konsep Sistem Saraf). Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Online), 1 : 19-26 (http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:UJGULpcAlFQJ:file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPUTER/196601011991031AWAN_SETIAWAN/10._Peningkatan_Pemahaman_danRetensi.pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&client=firefox-beta), diakses pada tanggal 6 Mei 2013.

Waryanto, Hadi.2008. Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran. (Online), (staff.uny.ac.id//Multimedia%20Interaktif%20Dalam%20Pembelajaran), diakses pada tanggal 1 Mei 2012.

Yuanita, Vita. 2008. Pengembangan multimedia CD interaktif berbasis komputer pada pembelajaran biologi materi daur biogeokimia untuk siswa SMA kelas X. Skripsi tidak diterbitkan: FMIPA Universitas Negeri Malang.

19