KATA PENGANTAR -...

137
i LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau- pulau Kecil (Ditjen KP3K) Tahun 2014 disusun sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas Ditjen KP3K dalam melaksanakan berbagai kewajiban pembangunannya, serta sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi. Laporan Kinerja Ditjen KP3K Tahun 2014 ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja yang telah dicapai, baik makro maupun mikro serta langkah-langkah pelaksanaan kebijakan dan program pembangunan yang telah dilaksanakan di bidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil. Sangat disadari bahwa laporan ini belum secara sempurna menyajikan prinsip transparansi dan akuntabilitas seperti yang diharapkan, namun setidaknya masyarakat dan berbagai pihak yang berkepentingan dapat memperoleh gambaran tentang hasil pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal KP3K. Capaian Pembangunan Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ini menjadi modal dasar untuk lebih mengembangkan pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil di masa datang, khususnya untuk menyongsong RPJMN 2015-2019 sehingga sumber daya yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Harapan kami kiranya laporan ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan feed back terhadap penyelenggaraan program Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan sekaligus sebagai bahan masukan bagi penyusunan kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Akhirnya atas perhatian dan bantuan semua pihak terhadap terselenggaranya program dan kegiatan Ditjen KP3K Tahun 2014 diucapkan terima kasih. Jakarta, Februari 2015 Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Sudirman Saad

Transcript of KATA PENGANTAR -...

i

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-

pulau Kecil (Ditjen KP3K) Tahun 2014 disusun sebagai wujud

transparansi dan akuntabilitas Ditjen KP3K dalam melaksanakan

berbagai kewajiban pembangunannya, serta sebagai bentuk

pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan fungsi

organisasi.

Laporan Kinerja Ditjen KP3K Tahun 2014 ini diharapkan dapat

memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja yang

telah dicapai, baik makro maupun mikro serta langkah-langkah

pelaksanaan kebijakan dan program pembangunan yang telah

dilaksanakan di bidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil.

Sangat disadari bahwa laporan ini belum secara sempurna menyajikan prinsip transparansi

dan akuntabilitas seperti yang diharapkan, namun setidaknya masyarakat dan berbagai

pihak yang berkepentingan dapat memperoleh gambaran tentang hasil pembangunan

kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal KP3K.

Capaian Pembangunan Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ini menjadi modal dasar

untuk lebih mengembangkan pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil di masa

datang, khususnya untuk menyongsong RPJMN 2015-2019 sehingga sumber daya yang

dimiliki dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.

Harapan kami kiranya laporan ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan feed back terhadap

penyelenggaraan program Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan

sekaligus sebagai bahan masukan bagi penyusunan kebijakan Kementerian Kelautan dan

Perikanan.

Akhirnya atas perhatian dan bantuan semua pihak terhadap terselenggaranya program dan

kegiatan Ditjen KP3K Tahun 2014 diucapkan terima kasih.

Jakarta, Februari 2015

Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Sudirman Saad

ii

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF

Selama Tahun 2014, yang merupakan tahun terakhir masa RPJMN 2010-2014, Direktorat

Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) melakukan evaluasi target dengan

menyesuaikan reviu Renstra KKP Tahun 2010-2014 yang menggunakan pendekatan

Balanced Score Card (BSC). Dari target tersebut, Direktorat Jenderal KP3K telah berhasil

melaksanakan misi yang diemban dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan. Dengan rujukan hasil penilaian kinerja dengan menggunakan metode BSC, Nilai

Pengukuran Sasaran Strategis (NPSS) Direktorat Jenderal KP3K tahun 2014 adalah sebesar

112,38% sebagaimana Dashboard di bawah ini:

Gambar 1. Dashboard Capaian Kinerja Ditjen KP3K 2014

Capaian tersebut diperoleh dari:

Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective) capaian kinerja 117,79%;

Perspektif Masyarakat KP (Costumer Perspective) capaian kinerja 116,20%;

Perspektif Internal (Internal Process Perspective) capaian kinerja 107,87%; dan

iii

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective) capaian

kinerja 110,48%.

Capaian kinerja pada perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective) Ditjen

KP3K Tahun 2014 sebesar 117,79%. Capaian ini berasal dari Sasaran Strategis Meningkatnya

Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan dengan capaian 105,29%.

Capaian Perspektif Masyarakat KP (Costumer Perspective) capaian kinerja 116.20% ini

berasal dari capaian 4 (empat) sasaran strategis yaitu:

1) Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah

dengan capaian 100,05%;

2) Meningkatnya kemandirian masyarakat KP3K dengan capaian 110,65%;

3) Meningkatnya Pengelolaan SDKP yang berkelanjutan dengan capaian 110,77%; dan

4) Meluasnya kesiapan masyarakat untuk usaha dan kesempatan kerja di bidang KP

dengan capaian 120%.

Pada Perspektif Internal (Internal Process Perspective) dengan bobot 30%, Ditjen KP3K telah

mencapainya dengan melebihi target, capaian kinerja 107,87%, yang meliputi capaian dari

sasaran strategis:

1) Tersedianya kebutuhan inovasi teknologi hasil litbang untuk modernisasi sistem

produksi garam dengan capaian 100%;

2) Tersedianya kebijakan di bidang KP3K sesuai kebutuhan dengan capaian 105%

3) Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan

berkelanjutan dengan capaaian 115%;

4) Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk

KP yang optimal dan bermutu dengan capaian 77,60%;

5) Meningkatnya pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara

terpadu dan berkelanjutan dengan capaian 102,66%; dan

6) Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan

di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan capaian 100%.

Capaian kinerja pada Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth

Perspective) dengan bobot 30%, telah tercapai sebesar 110,48%. Capaian ini berasal dari

capaian sasaran strategis:

1) Tersedianya SDM lingkup Ditjen KP3K yang kompeten dan profesional dengan capaian

120%;

2) Tersedianya informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah diakses dengan

capaian 117,53%;

3) Terwujudnya good governance & clean government di bidang KP3K dengan capaian

103,98%; dan

4) Terkelolanya anggaran Ditjen KP3K secara optimal tercapai 98,34%.

iv

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL ................................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ xi

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Organisasi Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ............. 1

1.2 Tugas Pokok Dan Fungsi ....................................................................................... 2

1.3 Permasalahan Utama Yang Dihadapi .................................................................... 3

1. Keberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pulau-pulau Kecil .................................. 4

2. Konflik Penggunaan Ruang ............................................................................... 4

3. Penurunan Kualitas Lingkungan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ....................... 5

4. Potensi Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil Belum Dimanfaatkan Secara

Optimal............................................................................................................... 5

5. Penanganan Pulau-Pulau kecil di Perbatasan ..................................................... 5

6. Pengelolaan Konservasi Sumberdaya Ikan dan Kawasan Belum Optimal ........ 6

7. Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Belum Optimal .......................................... 6

8. Bencana dan Dampak Perubahan Iklim Global di Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil .............................................................................................. 7

9. Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat ................................................................. 7

1.4 Sistematika Penyajian ............................................................................................ 8

BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA.............................................. 10

2.1 Rencana Strategis 2010 - 2014 ............................................................................ 10

2.2 Visi ..................................................................................................................... 10

2.3 Misi ...................................................................................................................... 10

2.4 Tujuan .................................................................................................................. 11

2.5 Rencana Kinerja Tahun 2014 .............................................................................. 13

Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective) ........................... 13

Perspektif Masyarakat Kelautan dan Perikanan (Costumer Perspective) ........... 13

Perspektif Internal (Internal Process Perspective) .............................................. 14

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective) 15

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................................. 18

SS.1. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan Dan Perikanan ..................... 20

IK 1. Rata-Rata Pendapatan Petambak Garam .................................................... 21

IK 2. Pertumbuhan PDB Perikanan ..................................................................... 25

SS.2. Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan Dan Perikanan Yang Bernilai

Tambah ................................................................................................................ 26

IK 3. Jumlah Produksi Garam Rakyat (Juta Ton) ............................................... 27

IK 4. Ragam Produk Kelautan Non Garam Yang Terfasilitasi

Pengembangannya ...................................................................................... 30

IK 5. Jumlah BMKT Yang Dikelola ................................................................... 33

SS.3. Meningkatnya Kemandirian Masyarakat KP3K ................................................... 35

IK 6. Jumlah Pelaku Usaha Mikro Yang Mandiri Di Kawasan Pesisir Dan

Pulau-Pulau Kecil .................................................................................... 36

IK 7. Jumlah Sarana Usaha Mikro Yang Beroperasi Di Kawasan Pesisir Dan

Pulau-Pulau Kecil .................................................................................... 39

v

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

IK 8. Jumlah Kelompok Yang Menerima Pemberdayaan Usaha Garam

Rakyat/PUGAR (Kelompok) ................................................................... 40

SS.4. Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan ....................................... 44

IK 9. Jumlah Jenis Ikan Yang Dikonservasi Secara Berkelanjutan................... 45

IK 10. Jumlah Pulau-Pulau Kecil Termasuk Pulau Kecil Terluar Yang

Dikelola .................................................................................................... 53

IK 11. Luas Kawasan Konservasi Perairan Yang Dikelola Secara

Berkelanjutan ........................................................................................... 56

IK 12. Jumlah Kawasan Pesisir Yang Terfasilitasi Ketahanannya Terhadap

Ancaman Kerusakan ................................................................................ 62

SS.5 Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan ........................................ 68

IK 13. Jumlah Tenaga Kerja (Baru) Di Bidang Pergaraman (Orang) Pada

PUGAR .................................................................................................... 68

SS6. Tersedianya Kebutuhan Inovasi Teknologi Hasil Litbang Untuk Modernisasi

Sistem Produksi Garam ...................................................................................... 70

IK 14. Jumlah Rekomendasi Inovasi Teknologi Yang Dibutuhkan Untuk

Modernisasi Sistem Produksi Garam ....................................................... 70

SS 7. Tersedianya Kebijakan Di Bidang KP3K Sesuai Kebutuhan ................................ 72

IK 15. Jumlah Kebijakan Publik Bidang KP3K .................................................. 72

IK 16. Jumlah Draft Peraturan Perundang-Undangan Bidang KP3K ................. 74

SS 8. Terkelolanya Wilayah Laut, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Secara Terpadu Dan

Berkelanjutan ....................................................................................................... 75

IK 17. Jumlah Luasan Kawasan Di Wilayah Pesisir Rusak Yang Direhabilitasi

(Ha) .......................................................................................................... 76

IK 18. Jumlah Lokasi Laut, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Yang Memiliki

Perencanaan Pengelolaan ......................................................................... 82

IK 19. Jumlah Penambahan Kawasan Konservasi Perairan (Ha) ........................ 83

IK 20. Jumlah Pulau-Pulau Kecil Yang Dikelola Melalui Kerjasama (Pulau) ... 85

SS 9. Terselenggaranya Modernisasi Sistem Produksi KP, Pengolahan Dan

Pemasaran Produk KP Yang Optimal dan Bermutu ............................................ 88

IK 21. Persentase Jumlah Produksi Garam Rakyat Kualitas Produksi (KP1)

Dibandingkan Total Produksi .................................................................. 88

SS 10. Meningkatnya Pemanfaatan Ekonomi, Wilayah Laut, Pesisir Dan Pulau-

Pulau Kecil Secara Terpadu Dan Berkelanjutan ................................................. 91

IK 22. Luasan Tambak Garam Yang Dikelola (Ha) ............................................ 91

IK 23. Persentase Luas Lahan Yang Menggunakan Inovasi Teknologi

Dibanding Total Lahan Pugar .................................................................. 94

SS 11. Terselenggaranya Pengendalian Dan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan Dan

Perikanan Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil ........................................ 97

IK 24. Jumlah Rekomendasi Izin Pemanfaatan Perairan di WP3K .................... 97

IK 25. Jumlah Fasilitasi Izin Lokasi Reklamasi .................................................. 98

SS 12. Tersedianya SDM Lingkup Ditjen KP3K Yang Kompeten Dan Profesional .... 102

IK 26. Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DJ KP3K..... 103

IK 27. Service Level Agreement DJKP3K ........................................................ 104

SS 13. Tersedianya Informasi Bidang KP3K Yang Valid, Handal dan Mudah

Diakses ............................................................................................................... 105

IK 28. Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses Informasi di Ditjen KP3K 106

IK 29. Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal

Pemerintah (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total

Rekomendasi di DJKP3K (%) ............................................................... 107

vi

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

SS 14. Terwujudnya Good Governance & Clean Government di Bidang KP3K ......... 109

IK 30. Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja DJKP3K .................................. 109

IK 31. Nilai Integritas DJKP3K ........................................................................ 111

IK 32. Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K .................................................... 112

IK 33. Nilai Penerapan RB DJKP3K ................................................................. 113

SS 15. Terkelolanya Anggaran KP3K Secara Optimal ................................................. 114

IK 34. Persentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K .......................................... 114

Akuntabilitas Keuangan .................................................................................... 117

BAB IV. PENUTUP ............................................................................................................. 121

4.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 121

4.2. Saran ........................................................................................................................ 123

TIM PENYUSUN ......................................................................................................... 125

LAMPIRAN

vii

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Target Kinerja Direktorat Jenderal KP3K Tahun 2010 - 2014 ................................. 12 Tabel 2. Target dan Realisasi Indikator Kinerja KP3K Tahun 2014 ...................................... 18 Tabel 3. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat

Kelautan Dan Perikanan ........................................................................................... 21 Tabel 4. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Rata-rata pendapatan petambak garam ....... 21 Tabel 5. Data Produksi Garam ................................................................................................ 23 Tabel 6. Data Perbandingan Rerata Pendapatan Petambak Garam ........................................ 24 Tabel 7. Target dan Realisasi Indikator Pertumbuhan PDB Perikanan .................................. 25

Tabel 8. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Ketersediaan Produk

Kelautan Dan Perikanan Yang Bernilai Tambah ................................................. 27

Tabel 9. Produksi Garam Rakyat ............................................................................................ 27 Tabel 10. Per provinsi jumlah produksi garam rakyat di tahun 2014 ....................................... 28 Tabel 11. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun

lalu dan beberapa tahun terakhir atau dengan renstra jangka menengah ............... 28 Tabel 12. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Jumlah ragam produk kelautan non garam

yang terfasilitasi pengembangannya ........................................................................ 30 Tabel 13. 2 (dua) produk kelautan non garam .......................................................................... 31 Tabel 14. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun

lalu dan beberapa tahun terakhir; ............................................................................. 31

Tabel 15. Perbandingan target 2010-2014 ................................................................................ 32 Tabel 16. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Utama Jumlah BMKT yang dikelola .......... 33

Tabel 17. Perbandingan target dan realisasi Jumlah BMKT yang dikelola selama 5 tahun ..... 33

Tabel 18. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Kemandirian Masyarakat

KP3K ........................................................................................................................ 35 Tabel 19. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Utama Jumlah pelaku usaha mikro yang

mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang) ...................... 36

Tabel 20. Jumlah Pelaku Usaha Mikro yang Beroperasi di Kawasan Pesisir 2014 ................. 37 Tabel 21. Perbandingan antara target kinerja Jumlah Pelaku usaha mikro yang mandiri di

kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil serta capaian kinerja lima tahun terakhir

(2010-2014) .............................................................................................................. 38 Tabel 22. Target dan Realisasi Indikator Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di

kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit) .......................................................... 39

Tabel 23. Target Indikator Jumlah sarana mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan

pulau-pulau kecil ...................................................................................................... 39

Tabel 24. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Jumlah kelompok yang menerima

pemberdayaan usaha garam rakyat/PUGAR (kelompok) ........................................ 40 Tabel 25. Realisasi Jumlah Kelompok dan Penyaluran BLM .................................................. 41 Tabel 26. Keragaan PUGAR 2011-2014 .................................................................................. 43 Tabel 27. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang

Berkelanjutan............................................................................................................ 45 Tabel 28. Target dan Realisasi Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan

(jenis) ........................................................................................................................ 45 Tabel 29. Perbandingan Capaian Konservasi Jenis Ikan 2010 - 2014 ...................................... 46 Tabel 30. Capaian Pengelolaan Konservasi Jenis Ikan Tahun 2014 ........................................ 47

Tabel 31. Target dan Realisasi Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang

dikelola ..................................................................................................................... 53

Tabel 32. Nama Pulau Lokasi penyediaan air bersih siap minum di 30 Pulau ......................... 54

viii

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Tabel 33. Capaian Fasilitasi Sarana dan Prasarana di PPK Tahun 2010-2014 ......................... 55 Tabel 34. Capaian Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan

(juta Ha) .................................................................................................................... 56 Tabel 35. Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta ha)

Efektivitas Pengelolaan Kawasan Tahun 2014 berdasarkan E-KKP3K .................. 57 Tabel 36. Capaian pengelolan berkelanjutan kawasan konservasi perairan tahun 2010-

2014 (juta Ha) ........................................................................................................... 60

Tabel 37. Capaian Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap

ancaman kerusakan................................................................................................... 62 Tabel 38. Capaian Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap

ancaman kerusakan................................................................................................... 62 Tabel 39. Target dan Realisasi IKU Jumlah Kawasan Pesisir yang Terfasilitasi

Ketahanannya Terhadap Ancaman Kerusakan Tahun 2010-2014 ........................... 63 Tabel 40. Tabel Pemanfaatan BLM PDPT TA 2014 ................................................................ 65 Tabel 41. Target dan Realisasi Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang)

pada PUGAR ............................................................................................................ 68 Tabel 42. Target dan Realisasi Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang)

pada PUGAR ............................................................................................................ 69

Tabel 43. Target dan Realisasi Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan

untuk modernisasi sistem produksi garam ............................................................... 70 Tabel 44. Perbandingan capaian Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan

untuk modernisasi sistem produksi garam ............................................................... 71 Tabel 45. Tabel Target dan Realisasi Sasaran Strategis Tersedianya kebijakan di bidang

KP3K sesuai kebutuhan........................................................................................... 72

Tabel 46. Tabel Target dan Realisasi Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen) ..... 72

Tabel 47. Rincian peraturan perundangan kebijakan publik bidang KP3K.............................. 72 Tabel 48. Tabel Target dan Realisasi Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen) ..... 74

Tabel 49. Tabel draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K (dokumen) ................... 75 Tabel 50. Target dan Realisasi Sasaran Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau

kecil secara terpadu dan berkelanjutan ..................................................................... 75

Tabel 51. Target dan Realisasi Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang

direhabilitasi (Ha) ..................................................................................................... 76

Tabel 52. Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha) ............... 76 Tabel 53. Rincian wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha) ............................................ 77 Tabel 54. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di Wilayah Pesisir Rusak

yang Direhabilitasi (ha) Tahun 2010-2014 ............................................................ 80

Tabel 55. Target dan Realisasi Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang

memiliki perencanaan pengelolaan .......................................................................... 82

Tabel 56. Target dan Realisasi Sasaran Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau

kecil secara terpadu dan berkelanjutan. .................................................................... 83 Tabel 57. Lokasi Penambahan Luas Kawasan Tahun 2014 ..................................................... 84 Tabel 58. Realisasi penambahan luas kawasan konservasi perairan tahun 2010-2014 ............ 85 Tabel 59. Luas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Indonesia

Tahun 2014 ............................................................................................................... 85 Tabel 60. Target dan Realisasi Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melaluikerjasama

(pulau) ...................................................................................................................... 85 Tabel 61. Target dan Realisasi lJumlah Pulau-pulau Kecil yang Dikelola Melalui

Kerjasama ................................................................................................................. 86

Tabel 62. Perbandingan Capaian Adopsi Pulau 2010 - 2014 ................................................... 86 Tabel 63. Target dan Realisasi Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP,

ix

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu ......................... 88 Tabel 64. Rincian Produk Garam KP1 ..................................................................................... 88

Tabel 65. Target dan Realisasi Meningkatnya pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir

dan pulau- pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan ........................................ 91 Tabel 66. Target dan Realisasi Luasan tambak garam yang dikelola (Ha) .............................. 91 Tabel 67. Rincian Luas Lahan Garam ...................................................................................... 92 Tabel 68. Target dan Realisasi Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi

teknologi dibanding total lahan pugar % .................................................................. 94 Tabel 69. Data Luas Lahan yang Menggunakan Inovasi Teknologi ........................................ 95 Tabel 70. Target dan Realisasi Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan

sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil ........ 97 Tabel 71. Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K 2013-2014 ..................... 97

Tabel 72. Target dan Realisasi Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi..................................... 98 Tabel 73. Tersedianya SDM lingkup DItjen KP3K yang kompeten dan profesional ............ 102 Tabel 74. Capaian Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V KKP (%) ....... 103

Tabel 75. Perbandingan Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DJ

KP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka

Menengah (2014) ................................................................................................... 103

Tabel 76. Service Level Agreement DJKP3K ........................................................................ 104 Tabel 77. Realisasi Service Level Agreement (SLA) per-triwulan Tahun 2014 .................... 104 Tabel 78. Perbandingan Service Level Agreement DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012

dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) .................................. 105 Tabel 79. Sasaran Tersedianya informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah

diakses .................................................................................................................... 105

Tabel 80. Capaian Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V KKP (%) ....... 106

Tabel 81. Perbandingan Service Level Agreement DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012

dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) .................................. 107

Tabel 82. Target dan Realisasi IKU 2014 Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal

Dan Eksternal (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi

Ditjen KP3K (%) .................................................................................................... 108

Tabel 83. Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal (APIEP) Yang

Ditindaklanjuti Ditjen KP3K Tahun 2014.............................................................. 108

Tabel 84. Perbandingan Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal

(APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi Ditjen KP3K (%)

Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka

Menengah (2014) ................................................................................................... 108

Tabel 85. Terwujudnya good governance & clean government di bidang KP3K .................. 109 Tabel 86. Target dan Realisasi IKU Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K .. 110

Tabel 87. Perbandingan Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K Terhadap

Realisasi Tahun 2012 dan 2013, berdasarkan Komponen penilaian AKIP ........... 110 Tabel 88. Target dan Realisasi IKU Nilai Integritas DJKP3K Tahun 2014 ........................... 111 Tabel 89. Perbandingan Nilai Integritas DJKP3K Tahun 2014 Terhadap Realisasi Tahun

2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) ......................... 112

Tabel 90. Perbandingan Nilai Integritas DJKP3K Tahun 2014 Terhadap Realisasi Tahun

2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) ......................... 113 Tabel 91. Perbandingan Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun

2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) ......................... 113 Tabel 92. Target dan Realisasi IKU Nilai Penerapan RB Ditjen KP3K ................................. 113

Tabel 93. Perbandingan Nilai Penerapan RB Ditjen KP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012

dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) .................................. 114

x

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Tabel 94. Terkelolanya anggaran KP3K secara optimal ....................................................... 114 Tabel 95. Target dan Realisasi IKU Presentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K ................. 114

Tabel 96. Alokasi anggaran dan Realisasi Anggaran Kegiatan Direktorat Jenderal KP3K

tahun 2014 per 20 Januari 2015 .......................................................................... 115 Tabel 97. Perbandingan Presentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K Terhadap Realisasi

Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) ........... 116

xi

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Dashboard Capaian Kinerja Ditjen KP3K 2014 ...................................................... ii Gambar 2. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal KP3K ........................................................ 1 Gambar 3. Lima Pilar Pembangunan Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau kecil ....................... 11

Gambar 4. PETA STRATEGI (STRATEGY MAP) DITJEN KP3K...................................... 17 Gambar 5. Grafik Target dan Realisasi Pendapatan Petambak Garam ................................... 25 Gambar 6. Grafik Perbandingan Produksi Garam ................................................................... 29 Gambar 7. Penanganan Mamalia Laut Terdampar di Wilayah Kerja BPSPL Denpasar ......... 49 Gambar 8. Target dan Realisasi Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya

terhadap ancaman kerusakan Tahun 2010 – 2014 ................................................ 63 Gambar 9. Ilustrasi capaian PDPT Tahun Anggaran 2014 ...................................................... 64

Gambar 10. Tangga evakuasi sekaligus sebagai akses jalan bagi masyarakat desa di

Kotawaringin Barat ................................................................................................ 65 Gambar 11. Model Sebaran Pencemaran Berdasarkan Pengaruh Kontur ................................. 66 Gambar 12. Skoring Pencemaran di Kabupaten Cirebon .......................................................... 66 Gambar 13. Mangrove yang telah ditanam di pesisir Kecamatan Muara Gembong,

Kabupaten Bekasi .................................................................................................. 80 Gambar 14. Penanaman Mangrove di Ladong, Aceh Besar ...................................................... 80 Gambar 15. Grafik Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di Wilayah

Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) Tahun 2010-2014 ..................................... 81

Gambar 16. Grafik Jumlah Lokasi Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang Memiliki

Perencanaan Pengelolaan tahun 2010-2014 .......................................................... 83

Gambar 17. Peta Lokasi Adopsi Pulau ...................................................................................... 87

Gambar 18. Grafik Capaian Prosentase Produksi Garam Kualitas KP1 pada Tahun 2013

dan 2014 ................................................................................................................ 90 Gambar 19. Grafik Jumlah Luasan Tambak Garam (Ha) pada Tahun 2012-2014 .................... 94 Gambar 20. Grafik Persentase Luas Lahan yang Menggunakan Inovasi Teknologi

Dibanding Total Lahan PUGAR ........................................................................... 96 Gambar 21. Kondisi eksisting Teluk Benoa (tahun 2013) ......................................................... 99

Gambar 22. Kondisi eksisting daerah lokasi reklamasi Tanjung Carat ................................... 102 Gambar 23. Grafik Hasil Polling Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses Tahun 2013 ... 107 Gambar 24. Grafik Penyerapan Anggaran Ditjen KP3K Tahun 2014..................................... 115 Gambar 25. Dashboard Capaian Kinerja Ditjen KP3K 2014.................................................. 122

1

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Organisasi Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau

Kecil

Berdasarkan Permen KP Nomor PER.15/MEN/2010 Tentang Organisasi Dan Tata

Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan sekaligus juga dalam rangka

mengemban amanah Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan PP 60 Tahun 2007 tentang

Konservasi Sumberdaya Ikan, maka struktur organisasi Direktorat Jenderal

Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah:

Gambar 2. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal KP3K

Direktorat Tata

Ruang Laut

Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil

Direktorat

Pendayagunaan

Pulau-Pulau Kecil

Direktorat Pesisir

dan Lautan

Direktorat

Konservasi

Kawasan dan

Jenis Ikan

SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL

DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN,

PESISIR, DAN PULAU-PULAU KECIL

Unit Pelaksana

Teknis

Direktorat

Pemberdayaan

Masyarakat Pesisir

dan Pengembangan

Usaha

1. Bagian Program

2. Bagian Kepegawaian, Keuangan dan Umum

3. Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan

Masyarakat

4. Bagian Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

5. Kelompok Pejabat Fungsional

1. Sub Direktorat

Rencana Tata

Ruang Laut

Nasional dan

perairan Yurisdiksi; 2. Sub Direktorat

Rencana Tata

Ruang dan Zonasi

Wilayah I; 3. Sub Direktorat

Rencana Tata

Ruang dan Zonasi

Wilayah II; 4. Sub Direktorat

Informasi dan

Evaluasi Spasial;

dan Subbagian Tata

Usaha

1. Sub Direktorat

Mitigasi bencana

lingkungan; 2. Sub Direktorat

Pendayagunaan

Sumber Daya

Kelautan; 3. Sub Direktorat

Penanggulangan

pencemaran

Sumberdaya

pesisir dan

lautan; 4. Sub Direktorat

Rehabilitasi dan

reklamasi; dan 5. Subbagian Tata

Usaha.

1. Sub Direktorat

Identifikasi

Pulau-pulau

Kecil; 2. Sub Direktorat

Sarana dan

Prasarana Pulau-

pulau Kecil; 3. Sub Direktorat

Pengelolaan

Ekosistem Pulau-

pulau Kecil; 4. Sub Direktorat

Investasi dan

promosi pulau-

pulau kecil; dan 5. Subbagian Tata

Usaha..

1. Sub Direktorat

Jejaring, Data

dan Informasi

Konservasi;

2. Sub Direktorat

Konservasi

Kawasan;

3. Sub Direktorat

Konservasi

Jenis Ikan ;

4. Sub Direktorat

Pemanfaatan

Kawasan dan

Jenis Ikan; dan

5. Subbagian

Tata Usaha

1. Balai Pengelolaan

Sumberdaya

Pesisir dan Laut

(BPSPL) Padang,

2. Balai Kawasan

Konservasi Perairan

Nasional (BKKPN)

Kupang,

3. BPSPL Denpasar,

4. BPSPL Pontianak,

5. BPSPL Makassar,

6. Loka Pengelolaan

Sumberdaya Pesisir

dan Laut (LPSPL)

Sorong,

7. Loka Kawasan

Konservasi Perairan

Nasional (LKKPN)

Pekanbaru, dan

8. Loka Pengelolaan

Sumberdaya Pesisir

dan Laut (LPSPL)

Serang.

1. Sub Direktorat

Akses

Permodalan;

2. Sub Direktorat

Akses Ilmu

Pengetahuan

dan Teknologi;

3. Sub Direktorat

Sosial Budaya

Masyarakat;

4. Sub Direktorat

Pengembangan

Usaha; dan (v)

Subbagian Tata

Usaha

2

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Selain organisasi di Pusat, Direktorat Jenderal KP3K juga memiliki Unit Pelaksana Teknis

(UPT) di daerah. Sampai dengan tahun 2009 telah membentuk 8 (Delapan) UPT yaitu:

1. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang;

2. Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang;

3. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar;

4. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak;

5. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar;

6. Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong;

7. Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru;

8. Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Serang.

1.2 Tugas Pokok Dan Fungsi

Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Direktorat Jenderal

KP3K), sesuai dengan tugas dan fungsinya, secara bertahap melakukan upaya

dalam pengelolaan sumberdaya kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil melalui

kegiatan-kegiatan: Pengelolaan dan pengembangan konservasi kawasan dan

jenis, Penataan ruang dan perencanaan pengelolaan wilayah laut, pesisir, dan

pulau-pulau kecil, Pendayagunaan pesisir dan lautan, Pendayagunaan pulau-

pulau kecil, Pemberdayaan masyarakat pesisir dan pengembangan usaha, serta

peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya

Direktorat Jenderal KP3K.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.15/MEN/2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kelautan

dan Perikanan, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

adalah unsur pelaksana yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada

Menteri Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan

kebijakan dan standarisasi teknis di bidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau

kecil. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Direktorat

Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan dibidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria dibidang kelautan, pesisir

dan pulau-pulau kecil;

3

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kelautan, pesisir dan

pulau-pulau kecil;

5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-

pulau Kecil.

1.3 Permasalahan Utama Yang Dihadapi

Pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai bagian integral

dari pembangunan kelautan dan perikanan, saat ini mendapat perhatian

dengan skala prioritas yang tinggi dan menjadi bagian dari orientasi kebijakan

perencanaan pembangunan nasional ke depan. Hal ini mengingat di wilayah

pesisir, laut dan pulau-pulau kecil disamping merupakan tempat sebagian

penduduk (60% penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir), juga memiliki

potensi kekayaan sumberdaya alam yang besar karena didukung oleh adanya

sumberdaya hayati dan non-hayati yang bernilai tinggi seperti terumbu karang,

ekosistem mangrove, estuaria, padang lamun, mineral, minyak bumi, harta

karun, dan lain sebagainya. Sumberdaya alam tersebut telah memberikan

kontribusi pendapatan bagi masyarakat terutama dari sektor perikanan,

pertambangan dan jasa-jasa lingkungan kelautan dan sumberdaya kelautan non

konvensional (pariwisata bahari, BMKT, Pasir laut dan lain-lain) dalam

menunjang pembangunan ekonomi bangsa ke depan.

Meskipun dekat dengan sumberdaya pesisir dan laut yang melimpah, namun

masyarakat yang hidup terdekat dengan sumberdaya tersebut, masih jauh dari

unsur kesejahteraan. Masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang terdiri dari

nelayan, pembudidaya, pemasar ikan dan pengolah hasil laut, serta masyarakat

pesisir lainnya yang kehidupannya bersumber dari sumberdaya kelautan dan

perikanan, bermukim di 10.666 desa pesisir (BPS, 2008). Sementara itu,

kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan kawasan yang secara hayati

sangat produktif. Keadaan paradoks ini terutama disebabkan oleh rendahnya

kualitas SDM, terbatasnya akses terhadap sumber modal, teknologi, informasi

dan pasar serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan

keputusan alokasi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Para nelayan kecil

sangat rentan terhadap eksternalitas sektor ekonomi seperti penurunan

produktivitas sumberdaya ikan akibat eksploitasi berlebihan atau kerusakan

ekosistem. Perilaku konsumtif dari sebagian nelayan juga mempersulit upaya

pengentasan kemiskinan.

Kemiskinan dan ketertinggalan penduduk pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut

cenderung mendorong peningkatan kerusakan sumberdaya laut, pesisir dan

pulau-pulau kecil guna pemenuhan kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, upaya

pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil perlu dilakukan secara

komprehensif, meliputi pemberdayaan sosial, budaya dan ekonomi, yang

4

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

berbasis kemitraan, berorientasi peningkatan kesejahteraan, holistik, dan

berkelanjutan. Proses pemberdayaan masyarakat hendaknya disusun dalam

bingkai pendekatan yang harmonis dengan memperhatikan sistem nilai dan

kelembagaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat setempat

(kearifan lokal), potensi kemitraan dan unit usaha masyarakat. Upaya

peningkatan partisipasi masyarakat dalam berbagai tahapan pemberdayaan

masyarakat hendaknya menjadi fokus utama sehingga akan menjamin

kesinambungan peningkatan pendapatan masyarakat dan pelestarian

sumberdaya tersebut secara terintegrasi. Permasalahan di atas dipengaruhi

oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Keberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang terdiri dari nelayan,

pembudidaya, pemasar ikan dan pengolah hasil laut, serta masyarakat pesisir

lainnya yang kehidupannya bersumber dari sumberdaya kelautan dan

perikanan, berjumlah sekitar 16.420.000 jiwa dan hidup di 10.666 desa pesisir.

Sementara itu, kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan kawasan yang

secara hayati sangat produktif. Keadaan paradoks ini terutama disebabkan oleh

rendahnya kualitas SDM, terbatasnya akses terhadap sumber modal, teknologi,

informasi dan pasar serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan

keputusan alokasi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Para nelayan kecil

sangat rentan terhadap eksternalitas sektor ekonomi seperti penurunan

produktivitas sumberdaya ikan akibat eksploitasi berlebihan atau kerusakan

ekosistem. Perilaku konsumtif dari sebagian nelayan juga mempersulit upaya

pengentasan kemiskinan.

2. Konflik Penggunaan Ruang

Belum adanya pengaturan pemanfaatan dan ketidakpaduan antar kegiatan

berpotensi menjadi sumber terjadinya konflik penggunaan ruang wilayah pesisir,

laut dan pulau-pulau kecil. Berbagai konflik di lapangan sering terjadi, misalnya

antara kegiatan nelayan tradisional dengan nelayan modern, perikanan budidaya

laut dengan pelayaran, kepentingan konservasi dengan pembangunan

permukiman, dan masih banyak yang lainnya.

Untuk mengurangi dampak dari konflik penggunaan ruang, maka diperlukan

penataan ruang wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang disepakati oleh

para pemangku kepentingan dan diperkuat dengan kerangka hukum. Namun

baik nasional maupun daerah masih belum memiliki rencana tata ruang wilayah.

Hal ini disebabkan tata ruang tersebut masih perlu dipersiapkan baik

menyangkut perencanaan, monitoring dan evaluasi, perangkat peraturan

perundang-undangan, sumber daya manusia, maupun kelembagaannya.

5

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Implikasi lebih lanjut, Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak mempunyai

dasar dalam mengarahkan kegiatan pemanfaatan ruang, baik yang dilakukan

oleh Pemerintah, Pemda, masyarakat maupun swasta. Bagi pelaku investasi,

keberlangsungan usahanya tidak mempunyai kepastian hukum, karena sewaktu-

waktu struktur dan peruntukan ruang dapat dialih fungsikan.

3. Penurunan Kualitas Lingkungan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Sejak tahun 1990-an, laju kerusakan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil

telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Kerusakan ekosistem pesisir dan

pulau-pulau kecil tersebut berdampak langsung terhadap penurunan kualitas

habitat ikan dan mengurangi produktivitas perikanan untuk berkembang serta

mengurangi fungsi lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil. Penurunan kualitas

lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil antara lain diakibatkan oleh faktor alam,

seperti gempa bumi, tsunami, dampak perubahan iklim (global warming), banjir

rob, gangguan atmosferik (El Nino), dan bencana biologis, seperti munculnya

satwa asing (invasive species). Penurunan kualitas ekosistem pesisir yang lebih

cepat terjadi karena kegiatan manusia yang bersifat destruktif, seperti

pemanfaatan berlebihan, praktek-praktek penangkapan ikan yang destruktif,

penambangan terumbu karang yang merusak, perluasan daratan oleh reklamasi

pantai yang tidak mengindahkan aturan, penebangan hutan bakau, pencemaran

perairan oleh lumpur, penambatan jangkar perahu, pencemaran limbah, dan

tumpahan minyak, dan lain-lain.

4. Potensi Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil Belum Dimanfaatkan Secara

Optimal

Pemanfaatan potensi pulau-pulau kecil masih dihadapkan pada berbagai masalah

antara lain letaknya yang menyebar dan terpencil (remote), terbatasnya sarana,

prasarana dan sumberdaya manusia. Di samping itu di dalam pemanfaatannya

perlu memperhatikan daya dukung pulau mengingat sifatnya yang rentan

terhadap perubahan lingkungan. Optimasi pemanfaatan sumber daya pulau-

pulau kecil harus dilakukan secara terencana dan terintegrasi dengan melibatkan

peranserta masyarakat setempat, sehingga dapat mewujudkan pemanfaatan

potensi sumberdaya pulau-pulau kecil yang berkelanjutan dan berbasis

masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, maka pengelolaan kawasan pulau-pulau

kecil sudah menjadi kebutuhan yang sangat mendesak.

5. Penanganan Pulau-Pulau kecil di Perbatasan

Kedaulatan negara Republik Indonesia dapat ditunjukkan dengan jelasnya batas -

batas negara baik di darat maupun di laut. Indonesia berbatasan dengan 3 (tiga)

negara lain di darat, dan 10 negara di wilayah laut. Wilayah perbatasan

6

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

merupakan daerah terdepan yang secara langsung berinteraksi dengan negara

lain, sehingga sedikit banyak berpengaruh terhadap perkembangan wilayah

tersebut. Pulau-pulau kecil terluar yang memiliki titik dasar/titik referensi (TD/TR)

sebanyak 92 pulau, maka dibutuhkan suatu kebijakan khusus dalam

pemanfaatan, pengelolaan pulau-pulau tersebut melalui kegiatan perlindungan,

pengawasan dan pemantauan secara terus menerus agar keberadaannya dapat

dipertahankan. Mengingat masih ada beberapa bagian wilayah Indonesia yang

belum disepakati batasnya dengan negara tetangga, maka pulau-pulau terluar

yang bertitik dasar ini penting artinya dalam penentuan garis pangkal yang

digunakan sebagai dasar penarikan garis batas dengan negara tetangga. Dengan

penetapan batas negara yang jelas, maka akan memudahkan kita dalam menjaga

keutuhan NKRI.

6. Pengelolaan Konservasi Sumberdaya Ikan dan Kawasan Belum

Optimal

Sampai saat ini pengembangan dan pengelolaan Konservasi Sumberdaya Ikan dan

kawasan masih belum optimal. Hal ini disebabkan antara lain:

(i) orientasi pengelolaan kawasan konservasi sumberdaya ikan dan

lingkungannya selama ini lebih banyak dititikberatkan pada manajemen

terestrial dan kurang memperhatikan pengelolaan konservasi di bidang

kelautan yang memiliki karakteristik konektivitas, keterwakilan, resistensi

dan resiliensi;

(ii) pengelolaan kawasan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungnnya selama

ini masih bersifat pencadangan lokasi yang belum banyak kearah

pengelolaan yang efektif;

(iii) terjadinya tumpang tindih pemanfaatan ruang dan benturan kepentingan

antara berbagai pihak khususnya yang menyangkut pemanfaatan kawasan

konservasi laut dan potensinya;

(iv) data dasar potensi sumberdaya ikan masih sangat terbatas;

(v) masih banyak pelanggaran yang terjadi dikawasan konservasi perairan,

seperti penangkapan biota laut dengan menggunakan bahan peledak,

penambangan karang secara liar, pembuangan limbah dari darat maupun

laut serta perdagangan ilegal biota perairan yang dilindungi sebagai akibat

dari penegakan hukum yang belum optimal;

(vi) masih banyaknya pemikiran pemerintah daerah bahwa kegiatan konservasi

tidak mendukung PAD bagi daerah tersebut.

7. Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Belum Optimal

Sejauh ini perhatian terhadap sumberdaya kelautan baru, seperti energi kelautan,

jasa-jasa lingkungan seperti pariwisata bahari atau ekowisata, industri

7

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

bioteknologi dan deep sea water masih sangat kurang. Padahal masa depan

perkembangan bangsa ini akan lebih banyak bergantung kepada sumberdaya

kelautan akibat menurunnya daya dukung sumberdaya daratan. Sebagai negara

kepulauan dengan wilayah perairan meliputi 70% dari luas negara, namun

industri maritim dan jasa-jasa kelautannya belum memberikan kontribusi yang

memadai. Terdapat beberapa sumberdaya kelautan yang identifikasi dapat

menjadi produk kelautan yang besar yang akan menjadi unggulan negara kita

karena tidak dimilki oleh negara lain, yaitu Benda berharga asal Muatan Kapal

yang Tenggelam (BMKT), Deep Sea Water dan Garam serta energi pesisir/energi

alternatif.

8. Bencana dan Dampak Perubahan Iklim Global di Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil

Indonesia secara geografis memiliki letak yang menguntungkan karena berada di

jalur pelayaran dan transportasi perdagangan dunia. Namun di balik hal tersebut,

Indonesia terletak di pertemuan lempeng dunia, yang membawa konsekuensi

tidak hanya pada pembentukan topographi Indonesia yang memiliki banyak

gunung berapi sehingga tanahnya subur. Akan tetapi, adanya pertemuan lempeng

tersebut membawa dampak rentannya wilayah Indonesia terhadap bencana

alam, khususnya gempa bumi dan tsunami.

Tidak hanya bencana gempa bumi dan tsunami yang perlu diperhatikan, dampak

perubahan iklim global juga harus masuk ke dalam isu utama dalam program

pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil. Dampak akibat dari

perubahan iklim global tidak dapat dirasa dalam jangka waktu yang pendek,

namun dalam jangka waktu panjang dan efeknya meluas dan merata di hampir

seluruh wilayah Indonesia. Dampak perubahan iklim global dalam dekade

belakangan ini semakin dirasakan cukup signifikan, seperti adanya perubahan

suhu udara serta curah hujan yang semakin meningkat.

Dampak Perubahan iklim global juga dirasakan di wilayah pesisir, dari adanya

degradasi perubahan lingkungan perairan, memutihnya terumbu karang hingga

naiknya paras muka air laut, mempengaruhi perekonomian masyarakat pesisir.

Tidak hanya itu, naiknya paras muka air laut dapat berakibat tenggelamnya pulau-

pulau kecil, lebih jauh lagi dapat berpengaruh terhadap kedaulatan wilayah

negara Indonesia, bila pulau kecil yang tenggela tersebut merupakan titik pangkal

batas wilayah negara.

9. Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat

Garam sebagai kebutuhan strategis bagi manusia, bukan hanya sebagai penyedap

makanan tetapi garam sangat dibutuhkan bagi berbagai kebutuhan. Bahkan

8

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

sangat pentingnya garam dalam hidup manusia, muncul istilah “bagai sayur tanpa

garam”. Sungguh ironis bangsa yang memiliki potensi garam, dengan luas laut 2/3

nya dengan panjang garis pantai 104.000 km, masih melakukan importasi

garam.

Sebelum adanya kegiatan PUGAR tahun 2011, nasib industri garam rakyat di

Indonesia masih memprihatinkan, tidak seperti industri-industri lainnya seperti

gula, terigu, atau beras yang memperoleh bantuan dan perhatian pemerintah.

Garam bahkan tidak pernah dikelompokkan ke dalam komoditas strategis kendati

kebutuhan nasional sangat besar dan keberadaannya sangat vital dalam

mencukupi kebutuhan konsumsi maupun bahan baku industri.

Suatu permasalahan yang memprihatinkan bukan pada saat petambak harus

bekerja di ladang garam di tengah terik sinar matahari yang menyengat.

Permasalahan justru terjadi ketika musim panen tiba: harga garam ‘terjun bebas’.

Pada musim penghujan, harga garam Kualitas 1 bisa mencapai Rp 700,- per

kilogram, sedangkan pada musim panen bisa turun mencapai Rp 250,- per

kilogram. Depresiasi harga ini adalah persoalan klasik, yaitu terjadinya

peningkatan supply yang sangat tajam, sementara demand terhadap garam

konsumsi dalam kondisi stagnan.

Memang tidak dipungkiri bahwa tingkat produktivitas lahan pergaraman di

Indonesia cukup rendah, rata-rata 60-70 ton/ha/tahun, bila dibandingkan dengan

Australia atau India yang dapat mencapai produktivitas diatas 200 ton/ha/tahun.

Kualitas garam yang dihasilkan umumnya juga masih rendah, yang mayoritas

Kualitas Produksi 2 (KP2) dengan kualitas NaCl 80-90%. Kondisi inilah yang harus

diupayakan pemerintah memperbaiki kondisi pergaraman di Indonesia.

1.4. Sistematika Penyajian

Penyusunan Laporan Kinerja Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Tahun 2014

merupakan wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi suatu unit

organisasi yang transparan,dan sebagai alat kendali serta pemacu peningkatan

kinerja setiap unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir

dan Pulau-pulau Kecil selam kurun waktu 1 tahun yaitu pada Tahun 2014.

Adapun kaitan dari sistematika penyajian Laporan Kinerja Direktorat Jenderal

KP3K Tahun 2014 sebagai berikut:

1. Ringkasan Eksekutif

Pada bagian ini disajikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana

strategis serta sejauh mana instansi pemerintah mencapai tujuan dan sasaran

utama tersebut serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pencapaiannya.

Disebutkan juga langkah-langkah atau upaya apa yang telah dilakukan untuk

9

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

mengatasi kendala tersebut dan langkah antisipatif untuk menanggulangi kendala

yang mungkin akan terjadi pada tahun mendatang.

2. Bab I Pendahuluan

Pada bagian ini disajikan informasi umum tentang Laporan Kinerja yang menjadi

tanggung jawab sebuah instansi pemerintah, penjelasan secara umu suatu

organisasi serta bagan organisasi dan informasi tentang alur capaian kinerja yang

meliputi dari perencanaan, pengukuran kinerja, pelaporan, evaluasi kinerja dan

capaian kinerja selama kurun waktu 1 tahun.

3. Bab II Rencana Kinerja dan Perjanjian Kinerja

Pada bagian ini disajikan gambaran singkat mengenai visi, misi dan rencana hasil

yang akan dicapai (tujuan dan sasaran strategis, indikator kinerja dan targetnya)

dalam Rencana Jangka Menengah (RPJM/Renstra), Rencana Kinerja Tahunan

(RKT/Renja) dan Penetapan Kinerja (PK)

4. Bab III Akuntabilitas Kinerja

Pada bab ini disajikan secara singkat capaian kinerja organisasi untuk setiap sasaran

dan indikator kinerja organisasi berdasarkan dokumen Penetapan Kinerja (PK)

Direktorat Jenderal KP3K sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi, yang

terdiri dari:

A. Capaian Kinerja organisasi Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja.

B. Realisasi Anggaran. Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.

5. Bab IV Penutup

Pada bagian ini dikemukakan kesimpulan secara umum tentang

keberhasilan/kegagalan pencapaian sasaran strategis, permasalahan dan kendala

utama yang berkaitan dengan pencapaian sasaran strategis serta strategi

pemecahan masalah.

6. Lampiran

Isi dari pada lampiran merupakan kumpulan dari Penetapan Kinerja, Pengukuran

Kinerja yang telah di tandatangani oleh Direktur Jenderal KP3K dan Menteri

Kelautan dan Perikanan serta Penetapan Kinerja antara Direktur Jenderal dengan

para Direktur lingkup Direktorat Jenderal KP3K.

10

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

2.1 Rencana Strategis 2010 - 2014

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

(Direktorat Jenderal KP3K) Tahun 2010-2014 disusun untuk mendukung visi dan

misi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yaitu Visi: Indonesia penghasil

produk kelautan dan perikanan terbesar Tahun 2015, dan Misi:

Mensejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan. Selain itu, arah

kebijakan Direktorat Jenderal KP3K juga merespon salah satu arah

Pembangunan Jangka Panjang 20 tahun (UU No 17/2007), yaitu mewujudkan

Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan

kepentingan nasional, serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2010-2014. Dalam dokumen Renstra Direktorat Jenderal KP3K Tahun

2010 – 2014, termuat garis besar visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis yang

akan dicapai organisasi. Adapun visi dan misi Direktorat Jenderal KP3K Tahun

2010 – 2014 adalah sebagai berikut:

2.2 Visi

Visi merupakan gambaran masa depan yang hendak diwujudkan Direktorat

Jenderal KP3K. Visi harus bersifat praktis, realistis untuk dicapai, dan

memberikan tantangan serta menumbuhkan motivasi yang kuat bagi pegawai

KP3K untuk mewujudkannya. Visi Direktorat Jenderal KP3K adalah:

“Sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil tertata, aman, bersih,

produktif, berkelanjutan dan mensejahterakan”

Visi tersebut mengandung pengertian yang mendalam dan menunjukkan tekad

kuat dari Direktorat Jenderal KP3K untuk dapat mengelola sumberdaya laut,

pesisir dan pulau-pulau kecil guna mensejahterakan masyarakat.

2.3 Misi

Misi merupakan jalan pilihan untuk menuju masa depan. Sesuai dengan bidang

tugas dan kewenangan Direktorat Jenderal KP3K, misi Direktorat Jenderal KP3K

adalah:

“Meningkatnya penataan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan, pesisir dan

pulau-pulau kecil secara berkelanjutan dan mensejahterakan masyarakat”

11

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

2.4 Tujuan

Tujuan pelaksananaan pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil

adalah:

1. Meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan hayati

dan non-hayati;

2. Meningkatkan kualitas ekosistem laut, pesisir dan pulau-pulau kecil;

3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil

secara berkelanjutan.

Dalam mewujudkan visi dan misi tersebut, Direktorat Jenderal KP3K

berpedoman pada 5 (lima) pilar pembangunan KP3K yang saling sinergis, saling

mendukung dan melengkapi satu sama lainnya, dan 3 (tiga) landasan kebijakan.

Gambar 3. Lima Pilar Pembangunan Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau kecil

Mengacu visi, misi dan tujuannya, Direktorat Jenderal KP3K menjalankan

program Pengelolaan Sumberdaya Laut, Pesisir dan Pulau-pulau kecil yang

bertujuan untuk mewujudkan tertatanya dan pemanfaatan wilayah laut, pesisir

dan pulau-pulau kecil secara lestari.

Dari program tersebut, sasaran strategis yang ingin dicapai Direktorat Jenderal

KP3K adalah meningkatnya penataan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan,

pesisir, dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan dan mensejahterakan

masyarakat.

Dalam Indikator Kinerja Direktorat Jenderal KP3K di atas, terdapat 3 (tiga)

Indikator Kinerja Utama Kementerian Kelautan dan Perikanan (IKU-KKP) yang

menjadi tanggung jawab dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat

Jenderal KP3K dalam pencapaian sasarannya, yaitu luas kawasan konservasi laut

Konservasi

yang efektif

dan

mendorong

pemanfaatan

sumberdaya

pesisir dan

kelautan

secara

Pengelolaan

Pesisir yang

mampu

mengantisipasi

Tekanan alam

maupun

manusia secara

efektif

Pulau-pulau

kecil yang

produktif dan

menjadi

perisai

ketahanan

negara

Pemberdayaan

Masyarakat

yang mendorong

kemandirian dan

peningkatan

produktifitas

Penataan

Ruang yang

mengharmonis

kan kebutuhan

pemanfaatan

wilayah secara

efektif, adil,

dan transparan

12

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

dan perairan, jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang

dikelola dan Jumlah produksi garam rakyat.

Secara lengkap, target kinerja Direktorat Jenderal KP3K Tahun 2010 – 2014

sebagai berikut:

Tabel 1. Target Kinerja Direktorat Jenderal KP3K Tahun 2010 - 2014

INDIKATOR KINERJA KELUARAN (TARGET) / TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014

SASARAN : Meningkatnya penataan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan, pesisir, dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan dan

mensejahterakan masyarakat Jumlah lokasi laut, pesisir

dan pulau-pulau kecil

yang memiliki

perencanaan

pengelolaan

35

lokasi

45

lokasi

50

lokasi

60

lokasi

60

lokasi

Jumlah kawasan pesisir

yang terfasillitasi

ketahanannya terhadap

ancaman kerusakan

10

kawasan

10

kawasan

16

kawasan

17

kawasan

18

kawasan

Jumlah ragam produk

kelautan yang

terfasilitasi

pengembangannya

2

kapal

1

kapal

2

produk

3

produk

3

produk

Luas kawasan konservasi

perairan yang dikelola

secara berkelanjutan

900.000

ha

2.542.300

ha

3.225.100

ha

3.647.500

ha

4.500.000

ha

Jumlah pulau-pulau kecil

termasuk pulau kecil

terluar yang dikelola

20

pulau

30

pulau

60

pulau

60

pulau

30

pulau

Jumlah pelaku usaha

mikro yang mandiri serta

jumlah usaha mikro di

kawasan pesisir dan

pulau-pulau kecil

3.380

kelompok

5.690

kelompok

6.027

kelompok

4.108

orang

7.097

kelompok

5.608

orang

11.140

kelompok

7.108

orang

25 unit 68 unit 110 unit 150 unit 190 unit

Jumlah produksi garam

rakyat

50.000

ton

220.000

ton

1.320.000

ton

500.000

ton

3.300.000

ton Sumber data: Bagian Monevpel, Sekretariat Ditjen KP3K

13

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

2.5 Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2014

Mulai tahun 2013, sesuai dengan dinamika organisasi yang berkembang ada

upaya perbaikan pengelolaan kinerja organisasi pada Kementerian Kelautan dan

Perikanan, yaitu berupa penggunaan metode Balanced ScoreCard (BSC).

Sehubungan dengan hal tersebut, penetapan kinerja 2013 dan 2014

menggunakan penekanan pada empat perspektif yang saling berimbang dan di

“cascading” (diturunkan) sampai level staf/individu (pegawai). Dengan

metode/pendekatan dan strategi BSC dilakukan restrukturisasi SAKIP

Kementerian Kelautan Perikanan dimulai dari level Renstra Kementerian sampai

dengan level monitoring dan pengukuran kinerja. Rencana Kinerja merupakan

penjabaran dari arah dan kebijakan pimpinan untuk pelaksanaan kegiatan

Direktorat Jenderal KP3K tahun 2014 yang tertuang dalam dokumen Rencana

Kinerja Tahunan (RKT) 2014. Dokumen RKT 2014 tersebut kemudian

diimplementasikan dalam Penetapan Kinerja (TAPJA) Tahun 2014. Pada periode

Triwulan III Tahun 2014, sesuai dengan kebijakan pemerintahan Kabinet Kerja

Presiden RI Joko Widodo, anggaran Ditjen KP3K mengalami pemotongan dari

Rp. 710.635.308.000,- menjadi Rp. 613.114.106.000,- atau sebear 14%.

Sehubungan dengan hal tersebut, penetapan kinerja 2014 mengalami

perubahan dan penyesuaian atau revisi.

Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective)

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

AWAL TARGET REVISI

STAKEHOLDER PERSPECTIVE

1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan

1.

Rata-rata pendapatan petambak garam rakyat perKK/bulan (per musim) (Rp.)

2.000.000 2.000.000

2. Pertumbuhan PDB Perikanan (%)*

7,25 7

*)mengikuti target KKP

Perspektif Masyarakat Kelautan dan Perikanan (Costumer Perspective)

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

AWAL TARGET REVISI

CUSTOMER PERSPECTIVE

2. Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah

3. Jumlah produksi garam rakyat (jt ton)

3,3 2,5

4.

Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya (produk)

3 2

5. Jumlah BMKT yang dikelola 3 2

3. Meningkatnya kemandirian

6. Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan

3.210/ 7,108

3.340/ 7.760

14

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

AWAL TARGET REVISI

masyarakat KP3K

pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang)

7.

Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit)

123 115

8.

Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/PUGAR (kelompok)

3.500 3.500

4. Meningkatnya pengelolaan SDKP yang berkelanjutan

9.

Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secaraberkelanjutan (jenis)

15 15

10. Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola (pulau)

30 20

11.

Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta Ha)

4,5 4,5

12. Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan (kawasan)

27 26

5. Meluasnya kesiapan masyarakat untuk usaha dan kesempatan kerja di bidang KP

13.

Jumlah tenaga kerja baru di bidang pergaraman pada PUGAR (orang)

14.244 8.000

Perspektif Internal (Internal Process Perspective)

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

AWAL TARGET REVISI

INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE

6. Tersedianya kebutuhan inovasi teknologi hasil litbang untuk modernisasi sistem produksi garam

14.

Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam (rekomendasi)

5 3

7. Tersedianya kebijakan di bidang KP3K sesuai kebutuhan

15. Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (kebijakan)

20 20

16. Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K (draft)

3 3

8. Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara

17.

Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha)

120 110

15

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

AWAL TARGET REVISI

terpadu dan berkelanjutan

18. Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan (lokasi)

65 60

19. Jumlah penambahan kawasan konservasi perairan (Ha)

300.000 300.000

20. Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melalui kerjasama (pulau)

9 9

9. Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu

21.

Persentase jumlah produksi garam rakyat Kualitas Produksi (KP1) dibandingkan total produksi (%)

40%:60% 40%:60%

10. Meningkatnya pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan

22. Luasantambak garam yang dikelola (Ha)

26.975 26.975

23.

Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi dibanding total lahan pugar (%)

30 30

11. Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

24.

Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K

1 1

25. Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi

2 2

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective)

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

AWAL TARGET REVISI

LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE

12. Tersedianya SDM lingkup DItjen KP3K yang kompeten dan profesional

26. Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV, dan V KKP (%)

50 50

27.

Service Level Agreement DJKP3K (%)

75 75

13. Tersedianya informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah diakses

28.

Persepsi user terhadap kemudahan akses (skala likert 1-5)DJKP3K

4,25 4,25

29.

Jumlah rekomendasi aparat pengawas internal dan eksternal yang ditindaklanjuti dibanding totalrekomendasi DJKP3K (%)

100 100

14. Terwujudnya good 30. Tingkat Kualitas Akuntabilitas Nilai AKIP Nilai AKIP

16

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

AWAL TARGET REVISI

governance & clean government di bidang KP3K

Kinerja DJKP3K A A

31. Nilai Integritas DJKP3K 6,75 6,75

32. Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K 7,75 7,75

33. Nilai Penerapan RB DJKP3K

80 80

34.

Persentase penyerapan DIPA DJKP3K (%)

>95% >95%

17

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

PETA STRATEGI (STRATEGY MAP) DITJEN KP3K

Sumber data : Bagian Program KP3K

Gambar 4. PETA STRATEGI (STRATEGY MAP) DITJEN KP3K

18

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Pengukuran capaian kinerja Ditjen KP3K tahun 2014 dilakukan dengan cara

membandingkan antara target (rencana) dan realisasi indikator kinerja utama (Key

Perfomance Indicator, disingkat KPI) pada masing-masing perspektif. Pencatatan dan

pengukuran kinerja dilakukan dengan bantuan perangkat lunak berbasis Balanced

Score Card (BSC) dari Kementerian Kelautan Perikanan, yaitu pada

http://kinerjaku.com/kkp. (Seperti telah diuraikan pada Executive Sumary)

Secara rinci, capaian masing-masing sasaran strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU)

Direktorat Jenderal KP3K Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Target dan Realisasi Indikator Kinerja KP3K Tahun 2014

No IKU

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

Sasaran Strategis 1. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan Dan Perikanan

1 Rata-rata pendapatan petambak garam per KK/bulan (rupiah)

2.000.000 2.900000 145

2 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7 6,48 92,57

Sasaran Strategis 2. Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan Dan Perikanan Yang Bernilai Tambah

3 Jumlah produksi garam rakyat (jt ton) 2,5 2,5 100,11

4 Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya (produk)

2 2 100

5 Jumlah BMKT yang dikelola 2 2 100

Sasaran Strategis 3 Meningkatnya Kemandirian Masyarakat KP3K

6 Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang)

3.340 3.542 106,05

7.760 8.903 114,73

7 Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit)

115 128 111,30

8 Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/PUGAR (kelompok)

3500 4011 165,60

Sasaran Strategis 4 Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan

9 Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan (jenis)

15 15 100

10 Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola (pulau)

20 30 150

19

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

No IKU

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

11 Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta ha)

4,5 7,8 173,33

12 Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan (kawasan)

26 26 100

Sasaran Strategis 5 Meluasnya Kesiapan Masyarakat Untuk Usaha Dan Kesempatan Kerja Di Bidang KP

13 Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR

8.000 15.876 198,45

Sasaran Strategis 6 Tersedianya kebutuhan inovasi teknologi hasil litbang untuk modernisasi sistem produksi garam

14 Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam

3 3 100

Sasaran Strategis 7 Tersedianya kebijakan di bidang KP3K sesuai kebutuhan

15 Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen)

20 22 110

16 Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang (dokumen) KP3K

3 3 100

Sasaran Strategis 8 Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan 17 Jumlah luasan kawasan di wilayah

pesisir rusak yang direhabilitasi (ha) 110 135,03 122,75

18 Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan (lokasi)

60 60 100

19 Jumlah penambahan kawasan konservasi perairan (ha)

300.000 875.492 291,83

20 Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melalui kerjasama (pulau)

9 12 133,33

Sasaran Strategis 9 Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu

21 Persentase jumlah produksi garam rakyat Kualitas Produksi (KP1) dibandingkan total produksi

40% 31,04% 77,60

Sasaran Strategis 10 Meningkatnya pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan

22 Luasan tambak garam yang dikelola (Ha)

26.975 27.897 103,42

23 Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi

30% 30,57% 101,90

20

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

No IKU

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

dibanding total lahan pugar (%)

Sasaran Strategis 11 Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

24 Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K

1 1 100,00

25 Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi 2 2 100,00

Sasaran Strategis 12 Tersedianya SDM lingkup DItjen KP3K yang kompeten dan professional

26 Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DJ KP3K

50 13,73 364.17

27 Service Level Agreement DJKP3K 75 93,13 124,17

Sasaran Strategis 13 Tersedianya informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah diakses

28 Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi di DJKP3K (skala likert 1-5)

4,25 4,89 115,06

29 Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di DJKP3K (%)

100 92,66 92,66

Sasaran Strategis 14 Terwujudnya good governance & clean government di bidang KP3K

30 Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja DJKP3K

Nilai AKIP A

80,59 (A) 100,00

31 Nilai Integritas DJKP3K 6,75 7,46 110,52

32 Nilai Inisiatif anti korupsi di DJKP3K 7,75 7,9 101,94

33 Nilai Penerapan RB di DJKP3K 80 84,23 105,29

Sasaran Strategis 15 Terkelolanya anggaran KP3K secara optimal

34 Persentase penyerapan DIPA di DJKP3K (%)

95% 92,97% 97,69

SS.1. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan Dan Perikanan

Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Kelautan dan Perikanan, Ditjen KP3K menjabarkannya dalam 2 (dua) Indikator kinerja,

yaitu Rata-rata pendapatan petambak garam per KK/bulan (rupiah) dan Pertumbuhan

PDB Perikanan %. Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator

kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2014 ini dijelaskan pada

tabel berikut:

21

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Tabel 3. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan Dan Perikanan

No Indikator Kinerja Target Realisasi Akhir

Capaian (%)

1 Rata-rata pendapatan petambak garam per KK/bulan (rupiah)

2.000.000 2.900.000 145

2 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7 6,9 98,57

Penjelasan tentang capaian masing-masing indikator tersebut di atas adalah sebagai

berikut:

IK 1. Rata-Rata Pendapatan Petambak Garam

Tabel 4. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Rata-rata pendapatan petambak garam

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi Akhir

Capaian (%)

1 Rata-rata pendapatan petambak garam per KK/bulan (rupiah)

2.000.000 2.900.000* 120

*Angka dibulatkan

Rata-rata Pendapatan Petambak Garam per-Kepala Keluarga/bulan dihitung dari

jumlah pendapatan petambak garam penerima Program Pemberdayaan Usaha Garam

Rakyat (PUGAR) atau biasa disebut Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) per-Kepala

Keluarga selama musim panen dibagi lama bulan produksi.

Dari laporan 43 Kabupaten/Kota penerima PUGAR 2014, diketahui bahwa lama masa produksi rata – rata secara nasional sekitar 5 bulan, termasuk masa persiapan, masa evaporasi dan pemanenan, dan pemulihan lahan. Daerah–daerah tertentu yang menggunakan sistem perebusan memiliki masa produksi yang lebih variatif dan lama, misalnya Aceh Utara yang mulai memproses sejak pertengahan Januari hingga Desember 2014. Perhitungan pendapatan menggunakan beberapa variabel, yakni:

Luas lahan PUGAR;

Produksi Nasional;

Produktifitas PUGAR per hektar per musim;

Penjualan garam (estimasi nilai produksi);

dan lama bulan dalam satu kali periode produksi (musim).

Harga garam bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya, dan setelah

pengolahan data diketahui bahwa per hektar lahan mampu menghasilkan pendapatan

secara rata-rata sebesar Rp. 2.900.000,-. Dengan luasan lahan 27.897,30 Ha dan jumlah

total petambak sebanyak 58.007 orang.

Hasil perhitungan pendapatan rata-rata petambak garam secara nasional diperoleh

sebesar Rp. 2.900.000,-. per bulan selama musim panen. Dari nilai rerata nasional,

terdapat peningkatan pendapatan petambak garam, walaupun ada beberapa daerah

22

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

yang mengalami penurunan bila dibandingkan pendapatan sebelumnya. Tingkat

pendapatan sangat dipengaruhi oleh lamanya masa produksi dan harga jual garam.

Pada tahun 2014 lama masa produksi garam lebih baik dibanding pada tahun 2013.

Sementara pada tahun 2013 terjadi anomali cuaca, lama masa produksi rata-rata

selama hanya 1,5 bulan.

Program atau kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian pernyataan kinerja ini

adalah produksi garam dan harga jual garam per kilonya. Jumlah produksi sangat

dipengaruhi oleh lama musim kemarau atau musim kering, khususnya di wilayah yang

menggunakan metode tambak sebagai metoda produksi. Sementara harga jual

dipengaruhi oleh kualitas garam dan suplai garam pada saat yang bersamaan. Secara

teori maka harga berbanding lurus dengan kualitas garam, maka terlihat seperti di

daerah-daerah (Aceh, Karangasem, dan Lombok Barat) yang kualitas garamnya tinggi

mempunyai harga yang tinggi pula. Pada umumnya harga tinggi di lokasi-lokasi metode

perebusan yang menghasilkan garam halus. Akan tetapi adapula terjadi di daerah-

daerah tertentu yang menggunakan metode tambak dengan system TUF dan

Geomembran, dimana sebaik apapun kualitas garam, tidak berpengaruh secara

signifikan kepada harga, hal ini karena tengkulak masih beroperasi di daerah tersebut.

Di daerah tertentu, seperti Madura dan Pantai Utara Jawa, peran tengkulak sangat

penting dalam penentuan harga beli.

Upaya perbaikan yang dilakukan Ditjen KP3K adalah dengan pengembangan teknologi

TUF dan Geomembran, serta memperbaiki tata niaga garam sehingga harga di tingkat

petambak berbanding lurus dengan kualitas garam. Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa

pedapatan meningkat setiap tahun, pendapatan rata-rata petambak garam meningkat

dari tahun 2012 Sebesar 2,3 juta rupiah, menjadi 2,8 juta rupiah di tahun 2013, dan

naik kembali menjadi 2,9 juta rupiah di tahun 2014.

Hal-hal yang mempengaruhi kinerja ini adalah;

1. Harga garam yang masih naik turun di pasaran sangat mempengaruhi pendapatan

petani garam, masalah yang utama adalah belum adanya penetapan harga garam di

pasar oleh pemerintah. Dalam hal ini adalah kewenangan Kementerian

Perdagangan.

2. Disamping itu pengenalan kepada petani garam pada teknologi produksi garam

seperti teknologi ulir filter, geomembran, dan proses pasca produksi seperti

pengolahan pemutihan dan penghalusan garam, mendorong petani untuk

menghasilkan garam dengan kualitas yang lebih baik, sehingga dapat menaikkan

harga jual garam.

23

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Tabel 5. Data Produksi Garam

NO KAB/KOTA

JUMLAH PETAMBAK GARAM (Orang)

HARGA (Rp/Kg)

JML PRODUKSI (Kg)

PENDAPATAN PER-MUSIM (Rp)

MASA PRODUKSI (Bulan)*

PENDAPATAN PER-BULAN

(Rp)

1 Aceh Utara 267 3.250 2.970.000 36.151.685 8,0 4.518.960,7

2 Aceh Timur 247 3.250 661.170 8.699.605 6,0 1.449.934,2

3 Aceh Besar 262 4.000 442.480 6.755.420 6,0 1.125.903,3

4 Pidie 235 2.650 4.020.250 45.334.734 8,0 5.666.841,8

5 Cirebon 7.897 500 314.480.000 19.911.359 5,0 3.982.271,7

6 Indramayu 3.820 500 311.187.400 40.731.335 5,0 8.146.267,0

7 Karawang 217 400 3.735.780 6.886.230 5,0 1.377.246,1

8 Brebes 766 400 25.461.300 13.295.718 4,5 2.954.604,0

9 Jepara 582 339 72.871.700 42.445.887 5,0 8.489.177,4

10 Demak 1.339 440 105.587.000 34.696.251 5,0 6.939.250,2

11 Rembang 4.210 465 141.943.130 15.677.804 4,0 3.919.451,0

12 Pati 6.781 500 287.997.000 21.235.585 5,0 4.247.116,9

13 Tuban 396 500 24.952.380 31.505.530 5,0 6.301.106,1

14 Lamongan 295 350 32.810.000 38.927.119 5,0 7.785.423,7

15 Pasuruan 221 350 16.086.950 25.477.070 4,0 6.369.267,5

16 Gresik 97 425 8.664.750 37.964.111 5,0 7.592.822,2

17 Probolinggo 538 488 25.148.820 22.788.197 4,0 5.697.049,1

18 Kota Surabaya 824 375 156.220.760 71.095.613 5,0 14.219.122,6

19 Pamekasan 3.027 413 89.282.500 12.166.842 5,0 2.433.368,4

20 Sampang 3.013 287 256.540.100 24.436.445 5,0 4.887.289,0

21 Sumenep 9.313 396 292.051.540 12.418.384 5,0 2.483.676,8

22 Kota Pasuruan 121 550 10.760.000 48.909.091 4,5 10.868.686,9

23 Bangkalan 223 475 8.641.620 18.407.038 4,0 4.601.759,5

24 Karangasem 338 3.250 1.430.510 13.754.904 6,0 2.292.484,0

25 Buleleng 200 708 6.243.600 22.086.735 5,0 4.417.347,0

26 Bima 3.064 250 156.339.000 12.756.119 5,0 2.551.223,9

27 Sumbawa 228 780 4.559.000 15.596.579 4,0 3.899.144,7

28 Kota Bima 298 315 3.016.400 3.188.477 5,0 637.695,3

29 Lombok Timur 1.237 1.025 22.881.100 18.959.683 5,0 3.791.936,5

30 Lombok Barat 608 1.750 9.313.230 26.806.172 8,0 3.350.771,5

31 Lombok Tengah 196 830 2.101.440 8.898.955 4,0 2.224.738,8

32 Nagekeo 775 900 1.865.730 2.166.654 4,0 541.663,5

33 Ende 333 1.000 720.400 2.163.363 5,0 432.672,7

34 TTU 358 875 260.450 636.575 5,0 127.314,9

35 Kupang 172 500 3.146.450 9.146.657 5,0 1.829.331,4

36 Alor 170 3.000 261.100 4.607.647 5,0 921.529,4

37 Sumba Timur 604 650 622.380 669.780 5,0 133.956,0

38 Manggarai 115 450 329.200 1.288.174 5,0 257.634,8

24

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

NO KAB/KOTA

JUMLAH PETAMBAK GARAM (Orang)

HARGA (Rp/Kg)

JML PRODUKSI (Kg)

PENDAPATAN PER-MUSIM (Rp)

MASA PRODUKSI (Bulan)*

PENDAPATAN PER-BULAN

(Rp)

39 Kota Palu 160 1.000 1.123.580 7.022.375 8,0 877.796,9

40 Jeneponto 2.988 400 24.547.950 3.286.205 4,0 821.551,2

41 Pangkep 1.218 600 54.893.990 27.041.374 4,0 6.760.343,6

42 Takalar 159 300 15.957.050 30.107.642 4,0 7.526.910,4

43 Selayar 95 1.000 762.000 8.021.053 4,0 2.005.263,2

Total 58.007 951 2.502.891.190 19.863.306 5,1 3.987.393,2

Rata-rata Pendapatan Akhir (0,75**x Rp. 3.987.393,2) 2.990.544,9

Keterangan :

1. *) Masa produksi dihitung dari rata-rata masa persiapan lahan dan masa panen selama

Tahun 2014

2. **)Faktor pengali 0,75 diperoleh dari perhitungan rata-rata luas lahan yang dimiki setiap

petambak garam, yaitu 0,75 Ha per petambak

3. Rata-rata untuk persiapan lahan dan masa panen 2014 adalah 5 bulan (2 bulan persiapan

dan 3 bulan masa produksi/panen) sehingga didapat pendapatan rata-rata sebesar Rp.

3.917.991,63 (didapatkan dari pendapatan total dibagi jumlah bulan Rp. 19.863.306,- / 5)

4. Kepemilikan Luas Lahan Rata-rata masing-masing petambak adalah 0,75 Ha sehingga

pendapatan rata-rata petambak dengan luas lahan 0,75 Ha perbulan adalah

Rp.2.938.493,72 ( didapatkan dari pendapatan rata-rata per lama produksi dikali 0,75 atau

Rp. 3.917.991,63 x 0,75)

5. Angka Rp.2.938.493,72 dibulatkan menjadi Rp. 2.900.000,- (dua juta sembilan ratus

rupiah)

Tabel 6. Data Perbandingan Rerata Pendapatan Petambak Garam

No Kabupaten/Kota Pendapatan Rerata (Rp)

2012 2013 2014

Pendapatan 2.330.530,00 2.819.540 2.900.000

Masa Produksi 5 bulan 1,5 bulan 5 bulan

Harga rata-rat/kg 651,- 500-1000/kg Rp. 951,-

Sumber data: Tim Pokja PUGAR Dit PMPPU

25

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Gambar 5. Grafik Target dan Realisasi Pendapatan Petambak Garam

IK 2. Pertumbuhan PDB Perikanan

Tabel 7. Target dan Realisasi Indikator Pertumbuhan PDB Perikanan

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

2 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7 7 100

Sumber data : Sekjen KKP , Pusdatin

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kelautan dan perikanan adalah

meningkatnya nilai PDB Perikanan. Pertumbuhan PDB Perikanan dari tahun ke tahun

selalu meningkat, hal tersebut menggambarkan bahwa kemampuan sumberdaya

perikanan sebagai andalan dalam perekonomian nasional. Indikator ini merupakan

salah satu dukungan Direktorat Jenderal KP3K terhadap indikator kinerja utama

Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dalam hal ini, Ditjen KP3K tidak terkait langsung

dengan indikator pertumbuhan PDB Perikanan karena sifat tugas dan fungsi Direktorat

Jenderal KP3K yang lebih ke arah fungsi lingkungan hidup, penataan ruang,

pemberdayaan masyarakat pesisir dan ketahanan terhadap bencana dan perubahan

iklim. PDB perikanan diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa

perikanan yang diproduksi dalam jangka waktu tertentu (per tahun). Adapun angka

persentase pertumbuhan PDB Perikanan diperoleh dengan membandingkan nilai PDB

Perikanan (berdasarkan harga konstan) tahun 2014 dibandingkan dengan nilai PDB

Perikanan tahun 2014. Capaian Pertumbuhan PDB Perikanan adalah 6,9 % dari target

tahun 2014 sebesar 7 %, jadi capaiannya adalah 98,57%

Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu

dan beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan PDB perikanan tahun 2013 ditargetkan

mencapai 7%. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pertumbuhan PDB

0

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

3000000

3500000

2012 2013 2014

Target

Realisasi

26

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

perikanan berdasarkan harga konstan tahun 2000 dalam kurun waktu setahun terakhir

meningkat sebesar 6,86 %, yakni Rp. 57.702,6 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp.

61.661,2 miliar pada tahun 2013, atau tercapai 98,00% dari target yang telah

ditetapkan. Sama halnya dengan pertumbuhan pada periode tahun 2013 dengan tahun

sebelumnya, selama kurun waktu 2009-2013, pertumbuhan PDB perikanan meningkat

rata-rata sebesar 14,83% per tahun dan merupakan rata-rata tertinggi dalam kelompok

pertanian secara umum. Dalam dua tahun terakhir PDB perikanan tumbuh di atas rata-

rata nasional dan dalam 4 tahun terakhir memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi

dalam sektor pertanian secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa perikanan

memegang peranan strategis dalam mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok

pertanian secara umum, maupun pada PDB Nasional.

Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka

menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi; Apabila

pencapaian indikator kinerja pertumbuhan PDB perikanan sebesar 6,86% di tahun 2013

ini dibandingkan dengan target jangka menengah sebagaimana tercantum pada

Renstra 2010-2014, maka pencapaian pada indikator kinerja ini telah mencapai 94,63 %

dibandingkan dengan target sampai dengan tahun 2014 sebesar 7 %.

Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan

pencapaian pernyataan kinerja. Pencapaian Sasaran Strategis 1, yaitu meningkatnya

kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan, salah satunya didukung oleh

kegiatan antara lain:

1) Pengembangan usaha pengolahan hasil perikanan;

2) Pengembangan usaha pasca panen nonkonsumsi hasil kelautan dan perikanan;

3) Peningkatan serapan pasar domestik hasil perikanan;

4) Peningkatan dan perluasan akses pasar ekspor hasil kelautan dan perikanan;

5) Peningkatan investasi pengolahan dan pemasaran hasil perikanan; dan

6) Pengembangan uji terap ragam produk dan alat pasca panen dan pemasaran hasil

kelautan dan perikanan.

Dengan melihat faktor pendukung 1 sampai 6 di atas, maka terlihat bahwa Ditjen KP3K

tidak terkait langsung dengan indikator kinerja Pertumbuhan PDB Perikanan ini.

SS.2. Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan Dan Perikanan Yang Bernilai Tambah

Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya Ketersediaan Produk

Kelautan Dan Perikanan Yang Bernilai Tambah, Ditjen KP3K menjabarkannya dalam

3 (tiga) Indikator kinerja, yaitu Jumlah produksi garam rakyat (jt ton), Jumlah ragam

produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya (produk) dan

Jumlah BMKT yang dikelola. Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

27

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

indikator kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2014 ini

dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 8. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan dan Perikanan Yang Bernilai Tambah

No IKU

Indikator Kinerja Target Realisasi Akhir

Capaian (%)

3 Jumlah produksi garam rakyat (jt ton) 2,5 2,502891 100,12

4 Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya (produk)

2 2 100

5 Jumlah BMKT yang dikelola 2 2 100

Penjelasan tentang capaian masing-masing indikator tersebut di atas adalah sebagai

berikut:

IK 3. Jumlah Produksi Garam Rakyat (Juta Ton)

Indikator Jumlah Produksi Garam Rakyat Yang Dihasilkan dihitung dari jumlah produksi

garam yang dihasilkan Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) yang menerima

Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat

(PUGAR) Tahun 2014.

Target awal jumlah produksi garam rakyat yang dihasilkan berdasarkan Dokumen

Penetapan Kinerja Tahun 2014 adalah sebesar 3,3 juta ton. Namun, dikarenakan

adanya pemotongan anggaran maka target juga dikoreksi menjadi 2,5 juta ton. Hingga

akhir masa tanam 2014 mampu berproduksi sebesar 2,5 juta ton (tercapai 100% dari

target).

Tabel 9. Produksi Garam Rakyat

No IKU

Indikator Kinerja Target Realisasi Akhir

Capaian (%)

3 Produksi Olahan (juta ton) 2,5 2,5 100

distribusi Jumlah produksi garam rakyat di setiap provinsi terlihat bervariasi daerah

dengan tingkat produksi cukup tinggi di atas 200.000 ton diantaranya Cirebon,

Indramayu, Pati, Sampang, dan Sumenep. Hasil pemetaan ini menunjukan sentra

produksi garam rakyat di Jawa-Madura, sedangkan luas lahannya sudah semakin

sempit.

28

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Tabel 10. Per provinsi jumlah produksi garam rakyat di tahun 2014 No. KAB./

KOTA Produksi

(Ton) No. KAB./

KOTA Produksi

(Ton)

1 Aceh Utara 2,970.00 23 Bangkalan 8,641.62

2 Aceh Timur 661.17 24 Karangasem 1,430.51

3 Aceh Besar 442.48 25 Buleleng 6,243.60

4 Pidie 4,020.25 26 Bima 156,339.00

5 Cirebon 314,480.00 27 Sumbawa 4,559.00

6 Indramayu 311,187.40 28 Kota Bima 3,016.40

7 Karawang 3,735.78 29 Lombok Timur 22,881.10

8 Brebes 25,461.30 30 Lombok Barat 9,313.23

9 Jepara 72,871.70 31 Lombok Tengah 2,101.44

10 Demak 105,587.00 32 Nagekeo 1,865.73

11 Rembang 141,943.13 33 Ende 720.40

12 Pati 287,997.00 34 TTU 260.45

13 Tuban 24,952.38 35 Kupang 3,146.45

14 Lamongan 32,810.00 36 Alor 261.10

15 Pasuruan 16,086.95 37 Sumba Timur 622.38

16 Gresik 8,664.75 38 Manggarai 329.20

17 Probolinggo 25,148.82 39 Kota Palu 1,123.58

18 Kota Surabaya 156,220.76 40 Jeneponto 24,547.95

19 Pamekasan 89,282.50 41 Pangkep 54,893.99

20 Sampang 256,540.10 42 Takalar 15,957.05

21 Sumenep 292,051.54 43 Selayar 762.00

22 Kota Pasuruan 10,760.00 Total 2,502,891

Perbandingan antara realisasi kinerja beberapa tahun terakhir atau seperti tabel

berikut.

Tabel 11. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir atau dengan renstra jangka menengah

Jumlah produksi garam rakyat (jt ton)

Target 2011

Realisasi 2011

Target 2012

Realisasi 2012

Target 2013

Realisasi Akhir 2013

Target 2014 Realisasi Akhir 2014

0,349 0,856 1,326 2,020 0,545 1,041 2,5 2,5

29

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Gambar 6. Grafik Perbandingan Produksi Garam

Tabel di atas menggambarkan target dan realisasi mulai tahun 2011 hingga tahun 2014,

dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 selalu terjadi kenaikan target, dan pencapaian

produksi garam selalu dapat memenuhi target tersebut. Seiring dengan berjalannya

program PUGAR, keberhasilan PUGAR dapat dilihat dari capaian produksi pada awal

pelaksanaan PUGAR tahun 2011 dengan produksi sebesar 856.356 Ton dari target

sebesar 349.200 ton. Capaian produksi PUGAR tahun 2012 adalah sebesar 2.020.109,70

ton dari yang ditargetkan 1.326.000 ton. Dengan produksi PUGAR 2012 tersebut,

peningkatan produktivitas yang tadinya rata-rata hanya menghasilkan sekitar 60 ton

per hektar menjadi 80-100 ton per hektar. Pada tahun 2012, dengan estimasi

kebutuhan garam konsumsi nasional sebesar 1.440.000 ton/tahun telah terjadi surplus

garam konsumsi, karena produksi tahun 2012 sebesar 1.538.616 ton. Dengan demikian,

melalui dukungan PUGAR, Indonesia telah berhasil memenuhi terget swasembada

garam konsumsi dimana PUGAR telah menyumbang produksi sebesar 2 juta ton.

Dengan keberhasilan ini, Pemerintah pada tahun 2012, telah menyatakan bahwa

bangsa ini telah mencapai Swasembada Garam Konsumsi, dan Impor Garam Konsumsi

dinyatakan distop.

Kenaikan atau penurunan produksi garam sangat dipengaruhi cuaca. Cuaca adalah

faktor utama yang mempengaruhi besar tidaknya produksi garam rakyat, karena

sebagian besar daerah-daerah penghasil garam bergantung pada musim kemarau

sebagai musim produksi garam, apabila dalam setahun, musim kemarau pendek seperti

tahun 2013, maka produksi garam akan menurun.

0

0,5

1

1,5

2

2,5

2011 2012 2013 2014

Target

Realisasi

30

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Hal-hal yang sangat mendukung capaian produksi garam adalah PUGAR. Disamping

dana BLM yang digunakan untuk perbaikan dan penambahan sarana produksi garam,

tenaga pendamping PUGAR juga berperan penting. Tenaga pendamping yang sudah

mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang cukup, serta sudah mengenal wilayah

kerjanya karena merupakan TPD tahun sebelumnya, sangat membantu keberhasilan

capaian program PUGAR. Rasio tenaga pendamping terhadap jumlah kelompok saat ini

masih rendah sebesar 1 : 3 dengan rincian jumlah tenaga pendamping sebanyak 129

orang dan jumlah kelompok sebanyak 3521 kelompok, jumlah TPD belumlah memadai

dari rasio ideal 1 : 10. Penganggaran penyediaan TPD dari anggaran APBD dianggap

perlu dilakukan dalam rangka mendukung proses penetapan kelompok.

Produksi garam PUGAR pada tahun 2013 PUGAR mengalami hanya menghasilkan

produksi garam sebesar 1.041.472, 55 ton, hal ini disebabkan adanya anomali cuaca

dimana masa produksi hanya berlangsung 1–1,5 bulan. Kenyataan tersebut

membuktikan bahwa kondisi pergaraman kita memang masih sangat tergantung pada

cuaca sehingga kondisi inilah yang harus menjadi perhatian untuk mengupayakan

peningkatan produktivitas dengan teknologi produksi tepat guna dan diterima oleh

petambak.

Solusi dalam menghadapi kondisi cuaca adalah diperkenalkannya kepada masyarakat

teknologi geomembran, TUF, dan geofilter. Teknologi-teknologi tersebut dapat

meningkatkan produksi garam disaat musim tanam.

IK 4. Ragam Produk Kelautan Non Garam Yang Terfasilitasi Pengembangannya

Indikator Jumlah Ragam Produk Kelautan Non Garam yang Terfasilitasi

Pengembangannya dihitung dari jumlah ragam produk kelautan selain dari garam yang

berhasil difasilitasi pengembangannya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Tahun

2014. Indikator kinerja ini mempunyai 2 (dua) produk sebagai targetnya . Produk

kelautan non garam yang difasilitasi pengembangannya oleh Ditjen KP3K pada tahun

2014 ini adalah Bioteknologi dan Wisata Bahari.

Tabel 12. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

4 Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya (produk)

2 2 100

31

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Tabel 13. 2 (dua) produk kelautan non garam

Pengembangan Bioteknologi Kelautan ini merupakan tahap awal Blue Economy

Kelautan dengan memanfaatkan limbah perikanan dilaksanakan di Batam dan Demak.

Di Batam, dilakukan 2 (dua) tema pelatihan, yaitu pelatihan membuat kerajinan dari

limbah kulit kerang dan pelatihan membuat mie tulang ikan. Sedangkan di Kab. Demak

diadakan Pelatihan Pengembangan Produk Pengolahan Mangrove untuk Bahan

Makanan dan Pewarna alam.

Pada tahun 2014, wisata bahari yang dikembangkan adalah model berbasis pantai dan

laut, berupa wisata selam kapal tenggelam, yang pada 2014 ini telah disusun

perencanaan pengelolaan wisata bahari kapal tenggelam di Manado (Prov. Sulawesi

Utara)

Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2014. Target awal jumlah

Jumlah Ragam Produk Kelautan Non Garam yang terfasilitasi Pengembangannya adalah

3 produk, karena efisiensi anggaran maka targetnya turun menjadi 2 produk saja.

Produk yang difasilitasi pengembangannya adalah bioteknologi dan wisata bahari.

Kedua produk ini telah difasilitasi pengembangannya menggunakan tahun anggaran

2014, sehingga target IKU ini telah tercapai 100 %.

Tabel 14. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;

No Indikator Kinerja

2012 2013 2014

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

1 Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya (produk)

2 2 3 3 2 2

Jenis produk - Air Bersih

- BMKT

- Air Bersih

- BMKT

- Sarana air bersih,

- Bioteknologi

- BMKT

- Sarana air bersih,

- Bioteknologi

- BMKT

- Bioteknologi

- Wisata Bahari

Bioteknolo-gi

- Wisata Bahari

No Produk

Lokasi

1 Bioteknologi Bioteknologi: telah dilakukan pendampingan dan meningkatan kapasitas kelompok masyarakat dalam mengelola produk kelautan di Batam dan Demak

2 Wisata Bahari Wisata Bahari: telah disusun perencanaan pengelolaan wisata bahari kapal tenggelam di Manado

32

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Tahun 2013 mempunyai target 3 produk yaitu fasilitasi sarana air bersih, bioteknologi

dan pengelolaan Barang Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT). Pada TA

2011 telah dibangun 72 unit Sarana Air Bersih dan tahun 2012 telah membangun 60

unit fasilitas sarana air bersih melalui desalinasi air laut sebagai keberlanjutan

kegiatannya. Pada Tahun 2013, dilakukan pembinaan terhadap pengelolaan sarana

yang telah dibangun, melalui: monitoring berkala, diskusi teknis, serta kunjungan

lapangan untuk mengetahui operasionalisasi alat dan pemanfaatannya oleh

masyarakat.

Selain itu juga dilakukan pelatihan produk olahan mangrove untuk makanan dan

pewarna batik di Kedonganan, Kab.Badung dan sosialisasi pengembangan produk

gelatin dan kolagen di Kabupaten Brebes dan Cirebon serta jasa kelautan berupa

pengembangan Diving Site.

Tabel 15. Perbandingan target 2010-2014

` KELUARAN (TARGET)

2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah ragam produk kelautan yang terfasilitasi pengembangannya

2 kapal 50.000 ton

1 kapal 220.000

ton

2 produk 3 produk 3 produk

Bioteknologi dan Wisata bahari adalah pekerjaan yang melibatkan banyak stakeholder

dan hampir semua lapisan masyarakat sebagai pendukungnya. Disamping masyarakat

pesisir sebagai pelaku utamanya. Diperlukan kerjasama dan kesatuan visi dari semua

pihak agar kedua produk ini tidak hanya sukses di tataran output kegiatan Ditjen KP3K,

tetapi dapat menghasilkan outcome yang dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat pesisir, dengan kata lain keberhasilan kinerja ternyata dipengaruhi oleh

kerjasama antar pihak terkait.

Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan

pencapaian kinerja. Salah satu tujuan utama wisata bahari adalah mengembangkan

dan meningkatkan produk kelautan non garam adalah upaya memanfaatkan

lingkungan alam, memberikan gambaran mengenai pengelolaan wisata bahari secara

tepat dan profesional dengan mengikutsertakan peran serta masyarakat dalam

kerangka peningkatan kesejahteraan, dan mengkoordinasikan peran pihak-pihak yang

berminat mengembangkan kawasan wisata bahari. Dengan output: sarana dan

prasarana pengembangan wisata bahari di kawasan pesisir dan outcome:

meningkatnya kesejahteraan masyarakat pesisir setempat sekaligus melestarikan

ekosistem pesisir. Pengembangan wisata bahari bukanlah hal yang mudah, diperlukan

beberapa tahapan yang harus dilakukan, antara lain; Menyusun perencanaan meliputi:

Survei dan identifikasi, detail desain, RAB, gambar dan animasi perencanaan serta

33

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

dokumen pengadaan barang dan jasa, Melakukan sosialisasi dan koordinasi,

Melaksanakan pembangunan fasilitas infrastruktur pengembangan wisata bahari sesuai

dengan spesifikasi teknis meliputi keramba jaring apung, ponton, kapal wisata bawah

air (bottom glass), pusat rehabilitasi dan perlindungan mangrove (PRPM), koperasi

pengelola wisata selam/snorkeling, water slide dan sarana pendukung. Melakukan

pembentukan kelompok-kelompok masyarakat yang akan menjadi pengelola wisata

bahari di lokasi terpilih. Melaksanakan pelatihan, pembinaan dan pemberdayaan

kelompok masyarakat yang akan mengelola aktivitas wisata bahari yang akan

dikembangkan di lokasi terpilih.

IK 5. Jumlah BMKT Yang Dikelola

Tabel 16. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Utama Jumlah BMKT yang dikelola

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

5 Jumlah BMKT yang dikelola 2 2 100

Indikator Jumlah Barang Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) dihitung dari

jumlah kegiatan pengangkatan Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) yang dikelola

pada tahun 2014. Pada tahun 2014, ditargetkan pengelolaan BMKT untuk dua lokasi

pengangkatan dan telah terealisasi 2 lokasi yaitu BMKT yang berasal dari lokasi

Heliputan dan Teluk Sumpit. Kegiatan yang dilakukan berupa pemindahan BMKT

tersebut dari gudag swasta ke Gudang Cileungsi, lalu dilaksanakan proses perendaman,

dan saat ini sedang dilakukan proses penghitungan ulang. Dokumentasi sejarah telah

disusun dalam buku berjudul “Keramik Heliputan dan Teluk Sumpat” yang

ditandatangani oleh Bapak Dirjen KP3K. Sehingga, dapat disimpulkan dari target 2

BMKT, telah tercapai 2 BMKT (100%).

Tabel 17. Perbandingan target dan realisasi Jumlah BMKT yang dikelola selama 5 tahun

2010 2011 2012 2013 2014

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target

Realisasi

2

1

1 1 1 0 2

2

2

2

Target pengelolaan BMKT tahun 2013 tidak berbeda dengan tahun 2014, adalah

banyaknya BMKT hasil pengangkatan yang dikelola di gudang penyimpanan, yang

pengelolaannya meliputi kegiatan inventarisasi, dokumentasi, penyimpanan dan

pembuatan katalog, yang pada tahun 2013 ditargetkan dikelola BMKT dari 2 lokasi

pengelolaan, dan di tahun 2013 telah dilakukan pengelolaan di BMKT Kab. Cirebon dan

Kab. Jepara.

34

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Kegagalan pencapaian indikator kinerja tahun 2010 dan 2012 disebabkan pada tahun

2010 terjadi gagal lelang pada BMKT Cirebon, pada tahun 2012 kegagalan pengelolaan

BMKT timbul sejak terbitnya UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, ada

beberapa isu pengelolaan yang bersinggungan antara Cagar Budaya dan BMKT, salah

satunya adalah pada pasal 26 ayat 3 menyebutkan larangan atas pencarian benda cagar

budaya atau benda yang diduga cagar budaya selain untuk kepentingan penelitian dan

pasal 68 mengenai ketentuan membawa Cagar Budaya ke luar negeri. Untuk menjamin

kepastian hukum atas pengelolaan BMKT ke depan, tahun 2011 anggota PANNAS BMKT

memutuskan moratorium kegiatan survei dan pengangkatan BMKT hingga terbitnya

peraturan pelaksana dari Undang-undang tersebut. Dengan status moratorium

pengangkatan BMKT maka target dari indikator kinerja tahun 2011-2012 berupa

jumlah pengangkatan BMKT tidak pernah tercapai (0%). Kemudian dengan

mempertimbangkan banyaknya BMKT yang sudah diangkat dan belum terkelola

dengan baik maka dilakukan revisi terhadap indikator kinerja yang semula berupa

jumlah BMKT yang diangkat menjadi jumlah BMKT yang dikelola. Pengertian BMKT

yang dikelola meliputi pemindahan BMKT dari gudang swasta ke warehouse PANNAS

BMKT, pemeliharaan dan penanganan, pemilihan koleksi negara, dokumentasi dan

reinventarisasi, penyusunan buku sejarah BMKT dan koordinasi antar instansi

pengawas terus berlanjut untuk menjamin keamanan dan mempertahankan kualitas

BMKT serta mendukung fungsi BMKT sebagai salah satu sumber sejarah dan ilmu

pengetahuan.

Program yang mendukung Pengelolaan BMKT adalah Pembentukan Panitia Nasional

BMKT (PANNAS BMKT) yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun

2007 tentang Panitia Nasional BMKT jo. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2009,

dengan tugas dan tanggung jawab mengkoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan

pelaksanaan pengelolaan BMKT, yang mencakup kegiatan survei, pengangkatan,

penanganan, penilaian dari aspek sejarah, kebudayaan dan ekonomi, serta

pemasaran/pelelangan. Namun pada tahun 2013 ini pengelolaan BMKT didefinisikan

sebagai banyaknya BMKT hasil pengangkatan yang dikelola di gudang penyimpanan,

yang pengelolaannya meliputi kegiatan inventarisasi, dokumentasi, penyimpanan dan

pembuatan katalog. Pengelolaan BMKT mencakup kegiatan survei, pengangkatan dan

pemanfaatan BMKT. Dalam pengelolaan BMKT tersebut pelestarian nilai-nilai sejarah,

ilmu pengetahuan dan kebudayaan menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan

survei, pengangkatan dan pemanfaatan yang sesuai dengan kaidah ilmiah/arkeologis.

Terhadap BMKT yang telah diangkat, sebelum dilakukan penjualan/pelelangan terlebih

dilakukan pemilihan BMKT tertentu untuk ditetapkan sebagai milik negara dan

disimpan sesuai dengan peraturan perundangan.

Rencana tahun 2014 meliputi: penyusunan buku sejarah BMKT hasil pengangkatan

Belitung Timur dan Kawarang, pemindahan BMKT Karang Heluputan dan Teluk Sumpat

35

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

dari Bintan Kepulauan Riau ke Warehouse BMKT di Cileungsi, renovasi warehouse dan

koordinasi lanjutan dengan instansi pengawas.

Permasalahan pengelolaan BMKT yang ditemui selama ini terkait dengan tugas dan

fungsi PANNAS yang melibatkan berbagai instansi seperti lamanya proses pemilihan

BMKT yang akan dijadikan koleksi Negara oleh Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Solusi yang dapat dilakukan adlah menggiatkan koordinasi antar lembaga dan

Kementrian yang terkait dengan BMKT, harapan besar disandarkan pada Kementrian

Koordiator Kemaritiman agar dapat membantu kelancaran koordinasi antar K/L ini.

SS.3. Meningkatnya Kemandirian Masyarakat KP3K

Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya Kemandirian Masyarakat,

Ditjen KP3K menjabarkannya dalam 3 (tiga) Indikator kinerja, yaitu Jumlah pelaku

usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang),

Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil

(unit) dan Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam

rakyat/PUGAR (kelompok). Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

indikator kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2014 ini

dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 18. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Kemandirian Masyarakat KP3K

No IKU

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

6 Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang)

3.340 3.542 106,05

7.760 8.903 117,73

7 Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit)

115 128 111,30

8 Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/PUGAR (kelompok)

3500 4.011 114,60

Penjelasan tentang capaian masing-masing indikator tersebut di atas adalah sebagai

berikut:

36

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

IK 6. Jumlah Pelaku Usaha Mikro Yang Mandiri Di Kawasan Pesisir Dan Pulau- Pulau Kecil

Tabel 19. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Utama Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang)

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

6 Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang)

Kelompok 3.340 3.542 106,05

Orang 7.760 8.903 117,73

Hasil penetapan target kinerja pada tahun 2014 terhadap satuan kelompok adalah

3.340 kelompok usaha dan 7.760 orang yang mandiri di kawasan pesisir pulau–pulau

kecil. Penetapan target kinerja dihitung selama tahun anggaran berjalan dan kumulatif

dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan pada tahun 2014 terjadi perubahan

berupa pemotongan jumlah anggaran yang berimplikasi pada revisi penetapan

indikator kinerja yang harus sesuai dengan target Balanced Score Card (BSC). Target

pelaksanaan kegiatan sebelum tahun 2014 diperoleh dari penjumlahan kelompok dari

kegiatan regenerasi nelayan, kelompok teknologi tepat guna (TTG), kelompok IFAD,

kelompok pengelola SDPN, kelompok Pengembangan Usaha, kelompok pengelola

kedai pesisir, kelompok Grameen pesisir, kelompok koperasi LEPP-M3, kelompok dari

LPDB dan Non LPDB, kelompok PNPM Mandiri (tahun 2010), kelompok usaha garam

rakyat (tahun 2011 dan 2012), dan kelompok perempuan pesisir. Sementara pada

tahun 2014 sesuai dengan Manual IKU, maka pelaku usaha hanya dihitung dari 5

komponen saja, yaitu: SPDN, Kedai Pesisir, Perempuan Pesisir, LKM pesisir dan

Regenerasi Nelayan.

Pada perkembangannya, akibat revisi anggaran berupa penghematan, maka kegiatan

regernerasi nelayan tidak dilanjutkan, walaupun telah melalui lebih dari 50% kegiatan.

Akibatnya dari penghentian tahapan akhir kegiatan, maka sasaran regenerasi nelayan

tidak bisa dicapai.

Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun ini: Hasil penetapan target

kinerja pada tahun 2014 terhadap satuan orang adalah 7.760 orang pelaku usaha yang

mandiri di kawasan pesisir pulau–pulau kecil. Dari hasil pelaksanaan kegiatan

diperoleh capaian jumlah orang/nasabah sampai saat ini sebanyak 8.903 orang, atau

meningkat sebanyak 3.295 (tahun 2013 sebanyak 5.608 orang). Jumlah penambahan

itu dihitung dari penjumlahan nasabah kelompok LKM 2.500 orang, anggota

perempuan pesisir 240 orang, SPDN 425 orang dan Kedai Pesisir 130 orang. Capaian

realisasi target pelaku usaha ini adalah 117,73% dari target yang telah ditetapkan.

Sementara hasil penetapan target kinerja pada tahun 2014 terhadap satuan

kelompok/unit adalah 3.340 kelompook usaha yang mandiri di kawasan pesisir pulau–

37

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

pulau kecil, atau bertambah 200 (tahun 2013 sebanyak 3.140 kelompok/unit). Hasil

tersebut meningkat Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel berikut:

Tabel 20. Jumlah Pelaku Usaha Mikro yang Beroperasi di Kawasan Pesisir 2014

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

Jumlah usaha mikro yang mandiri di

kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil

3.340 kelompok/

7.760 orang

3.542 kelompok/ 8.903

orang

106

115

1. SPDN 85 kelompok

425 orang

85 kelompok/

425 orang

2. Kedai Pesisir 10 kelompok

30 orang

43 kelompok/

130 orang

3. Perempuan Pesisir 17 kelompok

170 orang

24 kelompok

240 orang

4. LKM 100 kelompok

1000 orang

250 kelompok

2500 orang

Dari tabel diatas jika target tersebut diakumulasikan bahwa target jumlah pelaku

usaha mikro yang beroperasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil telah tercapai,

bahkan telah melebihi dari target yang ditetapkan, yakni sebesar 106,05% untuk

jumlah kelompok dan 117,73% untuk jumlah anggota. Hal ini mengindikasikan bahwa

masyarakat pesisir sangat antusias terhadap program-program yang diadakan oleh

pemerintah pusat, salah satunya terlihat dari jumlah nasabah dari koperasi LEPP-M3

dan Grameen Bank yang cukup tinggi, serta SPDN yang sangat dibutuhkan nelayan.

Sementara kelompok penerima PNPM mandiri tidak ada penambahan, karena tidak

ada lagi program kegiatannya.

Apabila dibandingkan dengan persentase capaian IKU ini dengan tahun sebelumnya,

maka memang mengalami penurunan. Pada tahun 2013, capaian pelaku usaha adalah

268% untuk jumlah kelompok dan 592% untuk jumlah anggota/orang. Penurunan

persentase capaian ini terjadi karena beberapa hal, yaitu:

1. Pemangkasan anggaran pada lewat tengah tahun, yang mengakibatkan tidak

tuntasnya tahapan kegiatan yang berimplikasi pada capaian target.

2. Pembangunan SPDN yang sesuai standar Pertamina dan persyaratan lainnya serta

bernilai ekonomis bagi pengelolanya telah mendekati titik jenuh, sehingga

penambahan unit baru menjadi lebih lambat.

3. Kelompok/koperasi LKM yang belum mandiri pada awal 2014, adalah

kelompok/koperasi LKM yang mempuyai kemampuan dasar manajerial dan

sumberdaya lainnya lebih sedikit dibanding keadaan pada tahun 2013.

Rendahnya kemampuan dasar tersebut berdampak pada kemudahan untuk

memfasilitasinya menjadi kelompok yang mandiri.

38

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Capaian target pada tahun ini ditolong dengan fasilitasi kegiatan yang berasal dari

Proyek CCDP-IFAD. Pada tahun ini kegiatan pada proyek ini masih dalam tahap awal,

sehingga belum bisa mencapai hasil yang maksimal. Diharapkan pada tahun 2015,

capaian dari jumlah pelaku usaha akan meningkat tajam. Capaian selama RPJM 2010-

2014 terlihat pada tabel berikut

Tabel 21. Perbandingan antara target kinerja Jumlah Pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil serta capaian kinerja lima tahun terakhir (2010-2014)

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

Indikator T R T R T R T R T R

Kelompok 800.000 18.276 5.690 6.892 6.027 6.473 3.140 3.140 3.340 3.542

Orang - - - - 4.108 46.046 5.608 5.610 7.760 8.903

%

Dari tabel di atas terlihat pada target restra 2010-2014 tercapai melebihi target, yaitu

dari target 3.340 kelompok, tercapai 3.542 kelompok, dan jumlah orang dari 7760

tercapao 8903 orang.

Penyebab keberhasilan pencapaian di indikator kinerja ini adalah koordinasi yang baik

antara pusat, dinas kelautan dan perikanan kabupaten, serta pihak –pihak lain yaitu: PT

Pertamina, PT AKR Corporindo, Bank Indonesia, LPDB, Kementerian/Dinas

Pemberdayaan Perempuan, Kementerian Sosial, Kementerian/Dinas Koperasi dan

UMKM, serta Perbankan (BRI, Bank Mandiri, Bukopin, dan Bank Pembangunan Daerah).

Semua kelompok sasaran adalah rekomendasi dari dinas kabupaten, sehingga

pembinaan tidak lepas dari peran dinas kabupaten yang besar. Pihak di luar lingkup

kelautan dan perikanan juga berperan dalam memberikan pelatihan, informasi,

maupun bantuan pendanaan.

Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan

pencapaian pernyataan kinerja:

1. Pembinaan dan pemberian dana bantuan berupa BLM, atau pinjaman lunak seperti

Grameen/KUR, berandil besar dalam pembinaan kelompok mikro mandiri.

2. Kesungguhan kelompok sasaran dalam menjalankan usahanya untuk mencapai hal

yang maksimal, seperti dalam hal pengurusan pembangunan dan perijinan SPDN,

tanpa usaha keras dan berkelanjutan, akan susah untuk berhasil dikarenakan

banyaknya proses persyaratan dan perijinan yang diperlukan

3. Kemudahan proses perijinan (untuk kasus pembangunan SPDN), karena jika

diberlakukan normal, maka akan sulit dilengkapi, seperti banyaknya lokasi strategis

untuk pembangunan SPDN tidak memiliki surat kepemilikan tanah yang sah.

Akibatnya calon pengelola tidak bisa mengurus IMB, Ijin lingkungan, dan ijin

lainnya.

39

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

IK 7. Jumlah Sarana Usaha Mikro Yang Beroperasi Di Kawasan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil

Tabel 22. Target dan Realisasi Indikator Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit)

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

7 Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit)

115 128 111,30

Indikator jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-

pulau kecil dihitung dari jumlah sarana usaha yang dibentuk/dibangun untuk

mendukung keberdayaan dan kemandirian pelaku usaha di kawasan pesisir dan pulau-

pulau kecil. Sarana usaha mikro yang dimaksud adalah Lembaga Keuangan Mikro yang

beroperasi dan mampu melayani pelaku usaha yang membutuhkan pinjaman

pembiayaan untuk pengembangan usahanya, yang terdiri dari Solar Packed Dealer dan

kedai pesisir. Target kinerja untuk indikator ii adalah 85 unit, namun realisasinya

mencapai 128 unit (111,30%)

Tabel 23.Target Indikator Jumlah sarana mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

- SPDN 75 unit 85 unit 113

- Kedai Pesisir 10 unit 43 unit 430

Jumlah 85 unit 128 unit 111,3

Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun

lalu dan beberapa tahun terakhir tidak dapat dilakuka, karena mempunyai target yang

berbeda. Kedai Pesisir tidak ditargetkan pada tahun sebelumnya, karena tidak

dianggarkan. Sedangkan pada tahun 2014 ditargetkan karena ada dana

pembangunannya yang berasal dari Proyek CCDP IFAD.

Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan tahun sebelumnya maupun Renstra

tidak dapat dijelaskan secara spesifik, karena dalam Renstra tidak disebutkan jumlah

target untuk Kedai Pesisir. Sedangkan target SPDN juga adalah target terbangunnya

SPDN, bukan SPDN yang mandiri.

Beberapa faktor penting dalam pencapaian target jumlah sarana usaha mikro yang

mandiri pada tahun ini adalah:

1. Pembinaan dan fasilitasi pendirian SPDN

2. Bantuan pemberian dana (Kedai Pesisir) dari dana IFAD.

40

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

3. Kesungguhan kelompok sasaran dalam menjalankan usahanya untuk mencapai hal

yang maksimal, seperti dalam hal pengurusan pembangunan dan perijinan SPDN,

tanpa usaha keras dan berkelanjutan, akan susah untuk berhasil dikarenakan

banyaknya proses persyaratan dan perijinan yang diperlukan

4. Kemudahan proses perijinan (untuk kasus pembangunan SPDN), karena jika

diberlakukan normal, maka akan sulit dilengkapi, seperti banyaknya lokasi strategis

untuk pembangunan SPDN tidak memiliki surat kepemilikan tanah yang sah.

Akibatnya calon pengelola tidak bisa mengurus IMB, Ijin lingkungan, dan ijin

lainnya.

Terdapat beberapa hal penting dalam pencapaian target IKU ini penggunaan sumber

daya yang ada dapat efisien, yaitu;

1. Anggaran pemerintah yang digunakan dalam pencapaian target ini cukup kecil

(terutama SPDN yang rerata adalah dana swasta) jika dibandingkan dengan biaya

pembangunan-pendirian secara keseluruhan. Sebagian besar pendanaan untuk

mewujudkan sarana usaha yang mandiri adalah dari masyarakat/kelompok.

2. Setiap pembangunan sarana usaha ini akan dapat melayani kebutuhan banyak

orang disekitar. Sebagai contoh, satu unit SPDN dapat memenuhi kebutuhan

sampai 500 perahu/kapal yang diawaki lebih dari 3-30 orang.

3. Dalam realisasinya, sumber daya alam yang digunakan atau terkena imbasnya

cukup kecil dan tidak terlalu merusak. Cukuip sepadan jika dinilai dari manfaat

yang ada dari pendiriannya

Dalam pelaksanaan kegiatannya, beberapa hal yang berpengaruh dalam pencapaian

target tersebut adalah:

1. Menyempurnakan & meningkatkan efektivitas pelaksanaan kegiatan

2. Pemilihan lokasi dan penerima sasaran kegiatan

3. Fasilitasi yang terus menerus dan intensif baik dari pusat maupun instansi daerah

4. Meningkatkan harmonisasi antar pelaku & para pihak agar efektif dalam

pelaksanaannya.

IK 8. Jumlah Kelompok Yang Menerima Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat / PUGAR (Kelompok)

Tabel 24. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/PUGAR (kelompok)

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

8 Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/PUGAR (kelompok)

3500 4.011 114,60

Target kinerja pada terhadap jumlah kelompok yang menerima bantuan pemberdayaan

usaha garam rakyat (PUGAR) tahun 2014 adalah sebesar 4011 kelompok. Capaian

41

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

jumlah kelompok tahun ini adalah 4011 kelompok, terdiri dari kelompok baru penerima

PUGAR tahun 2014 sebanyak 483 kelompok dan 3528 kelompok yang merupakan

kelompok lama penerima BLM Pugar tahun 2014 serta kelompok yang menerima BLM

tahun 2013 dan hanya mendapat pembinaan saja di tahun 2014. Target kinerja tahun

ini tercapai 114,60%.

Tingginya capaian kinerja tahun ini disebabkan karena dana BLM dicairkan dalam 2

tahap, akibat kebijakan pemotongan anggaran yang dibatalkan. BLM tahap II sebesar

50% oleh dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota diberikan kepada kelompok

baru, sehigga jumlah kelompok menjadi melebihi target. Khusus kabupaten Cirebon

karena desakan masyarakat, BLM diberikan kepada 687 kelompok dari 48 kelompok

yang dtargetkan.

Tabel 25. Realisasi Jumlah Kelompok dan Penyaluran BLM

NO KABUPATEN/

KOTA

Target Tahun 2014

REALISASI S,D 31 DESEMBER 2014

Kelompok Penerima BLM BLM

Jumlah

kelompok

BLM

(Rp,)

Jumlah Jumlah

Tersalurkan

(Rp,)

% dari

Target KUGAR

% dari

Target Petambak

1 Aceh Utara 12

240.000.000

31 258 267 240.000.000 100

2 Aceh Timur 12

240.000.000

19 158 178 240.000.000 100

3 Aceh Besar 23

452.500.000

27 119 205 452.500.000 100

4 Pidie 33

650.000.000

28 86 159 650.000.000 100

5 Cirebon 48

2.400.000.000

687 1431 6.252 2.400.000.000 100

6 Indramayu 40

2.000.000.000

58 145 572 2.000.000.000 100

7 Karawang 10

500.000.000

31 310 217 496.000.000 99,20

8 Brebes 17

842.500.000

17 101 119 842.500.000 100

9 Jepara 16

805.000.000

63 391 541 805.000.000 100

10 Demak 16

782.500.000

16 102 144 782.500.000 100

11 Rembang 40

2.000.000.000

56 140 505 2.000.000.000 100

12 Pati 36 38 106 321 1.800.000.000 100

42

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

NO KABUPATEN/

KOTA

Target Tahun 2014

REALISASI S,D 31 DESEMBER 2014

Kelompok Penerima BLM BLM

Jumlah

kelompok

BLM

(Rp,)

Jumlah Jumlah

Tersalurkan

(Rp,)

% dari

Target KUGAR

% dari

Target Petambak

1.800.000.000

13 Tuban 4

200.000.000

7 175 66 200.000.000 100

14 Lamongan 13

627.500.000

38 303 295 627.500.000 100

15 Pasuruan 5 252.500.000 6 119 42 252.500.000 100

16 Gresik 5

240.000.000

6 125 45 240.000.000 100

17 Probolinggo 15

755.000.000

20 132 182 377.500.000 50

18 Kota Surabaya 13 642.500.000 14 109 108 618.044.000 96,19

19 Pamekasan 40

2.000.000.000

95 238 809 2.000.000.000 100

20 Sampang 40

2.000.000.000

88 220 388 2.000.000.000 100

21 Sumenep 60

3.000.000.000

136 227 1.252 3.000.000.000 100

22 Kota Pasuruan 4

200.000.000

10 250 100 200.000.000 100

23 Bangkalan 8

387.500.000

11 142 85 387.500.000 100

24 Karangasem 25

500.000.000

38 152 338 500.000.000 100

25 Buleleng 15

300.000.000

6 40 193 300.000.000 100

26 Bima 46

2.300.000.000

142 309 1.175 2.300.000.000 100

27 Sumbawa 7

350.000.000

23 329 228 350.000.000 100,

28 Kota Bima 6

300.000.000

17 283 121 299.800.000 99,93

29 Lombok Timur 12

600.000.000

36 300 263 600.000.000 100

30 Lombok Barat 30

600.000.000

33 110 310 600.000.000 100

31 Lombok Tengah 12

600.000.000

20 167 169 430.000.000 71,67

32 Nagekeo 25 15 60 162 210.000.000 42

43

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

NO KABUPATEN/

KOTA

Target Tahun 2014

REALISASI S,D 31 DESEMBER 2014

Kelompok Penerima BLM BLM

Jumlah

kelompok

BLM

(Rp,)

Jumlah Jumlah

Tersalurkan

(Rp,)

% dari

Target KUGAR

% dari

Target Petambak

500.000.000

33 Ende 7

327.500.000

28 427 267 327.500.000 100

34 Timur Tengah

Utara

20

400.000.000

15 75 106 400.000.000 100

35 Kupang 7

327.500.000

22 336 162 327.500.000 100

36 Alor 10

200.000.000

17 170 170 200.000.000 100

37 Sumba Timur 17

340.000.000

17 100 147 340.000.000 100

38 Manggarai 15

300.000.000

16 107 115 300.000.000 100

39 Kota Palu 10

200.000.000

16 160 160 200.000.000 100

40 Jeneponto 46

2.300.000.000

115 250 749 2.300.000.000 100

41 Pangkep 40

2.000.000.000

72 180 2.000.000.000 100

42 Takalar 30

1.500.000.000

107 357 1.020 1.500.000.000 100

43 Selayar 12

230.000.000

11 96 95 230.000.100 100

Total 898 37.192.500.000 2.268 252 18.802 36.326.344.10

0 97,67

Sumber data: Tim Pokja PUGAR Dit PMPPU

Tabel 26. Keragaan PUGAR 2011-2014 No

Rincian 2011 2012 2013 2014

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

1 Jumlah kab/ kota

40 40 40 40 42 42 43 43

2 Jumlah kelompok

750 1.728 3.035 3.473 3.347 3.521 3.500* 4011

3 Jumlah BLM (Rp. 000)

72.000.000 69.021.870 84.736.300 84.952.400 54.592.400 54.394.803 37.192.500 36.326.344

3 Jumlah petambak

14.400 16.399 29.746 32.610 22.422 31.432 6.286 18.802

4 Luas lahan produksi

4.365 10.972,73 16.569 20.870 22.043 24.207 26.975 27.897

44

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

(Ha)

5 Produksi garam (Ton)

349.200 856.356 1.326.017 2.020.109 1.845.000 1.041.472**

2.500.000***

2.502.891

*Alokasi dana BLM turun secara signifikan

**Anomali cuaca dengan masa produksi rata-rata 1,5 bulan (BMKG, 2013).

*** Asumsi cuaca normal dengan masa produksi rata-rata 5-6 bulan.

Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka

menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi; Capaian

realiasi target jumlah kelompok penerima dana PUGAR, maka jika disandingkan

dengan target jangka menengah yang telah disusun dapat disimpulkan telah

melampaui ekspektasi yang ada. Pada renstra, jumlah akumulasi penerima BLM PUGAR

adalah 3.500 kelompok atau sekira 24.500 sampai 35.000 orang. Sementara realisasi

yang tercapai adalah sebanyak 4011kelompok atau 58.007 orang.

Keberhasilan pencapaian jumlah kelompok ini disebabkan karena kebijakan daerah

setempat untuk menyalurkan BLM disesuaikan jumlah kelompok yang ada, karena

memakai azas pemerataan untuk menghindari gejolak sosial. Contohnya, sesuai

pedoman tenkis satu kelompok memperoleh Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah),

akan tetapi di lapangan ada kelompok yag menerima 20-30 juta rupiah.

Semua kelompok sasaran adalah rekomendasi dari dinas KP kabupaten/kota, sehingga

penunujukan dan pembinaan kelompok sasaran tidak lepas dari peran dinas kabupaten

yang besar. Jika Dinas KP kabupaten/kota salah mengidentifikasi kelompok sasaran,

maka capaian produksi akan terganggu. Saat ini banyak pihak yang mengusulkan dan

mengaku sebagai pihak yang layak menerima bantuan dari PUGAR.

Beberapa faktor yang berperan dalam pencapaian target jumlah penerima BLM PUGAR

pada tahun ini adalah:

1. Identifikasi dan verifikasi petambak dan kelompok sasaran yang tepat dan

tidaak terlalu banyak intervensi pihak luar

2. Pembinaan dan pemberian dana bantuan berupa BLM.

3. Kesungguhan kelompok sasaran dalam menjalankan usahanya untuk mencapai

hal yang maksimal.

SS.4. Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan

Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang

Berkelanjutan, Ditjen KP3K menjabarkannya dalam 4 (empat) Indikator kinerja, Jumlah

jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan, Jumlah pulau-pulau kecil termasuk

pulau kecil terluar yang dikelola, Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara

berkelanjutan, dan Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap

45

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

ancaman kerusakan. Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator

kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2014 ini dijelaskan pada

tabel berikut:

Tabel 27. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

9 Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan (jenis)

15 15 100

10 Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola (pulau)

20 30 150

11 Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta ha)

4,5 7,7 171,11

12 Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan (kawasan)

26 26 100

Penjelasan tentang capaian masing-masing indikator tersebut di atas adalah sebagai

berikut:

IK 9. Jumlah Jenis Ikan Yang Dikonservasi Secara Berkelanjutan

Tabel 28. Target dan Realisasi Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan (jenis)

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

9 Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan (jenis)

15 15 100

Dalam rangka mencapai tujuan konservasi jenis ikan, Ditjen KP3K pada tahun 2014

telah melakukan upaya perlindungan dan pelestarian terhadap beberapa jenis ikan

terancam punah, khususnya terhadap 15 spesies yang menjadi taget prioritas dalam

pengelolaan. Ke – 15 spesies tersebut meliputi : dugong, penyu, terubuk, Napoleon,

BCF, Karang hias, hiu, arwana, labi – labi, paus, kuda laut, bambu laut, pari manta,

sidat, hiu (koboy dan martil). Indikator ini dihitung dari jumlah jenis ikan yang

terancam punah, langka, endemik yang dilakukan upaya perlindungan, pelestarian dan

pemanfaatan guna menjamin ketersediaannya di masa sekarang dan masa yang akan

datang pada tahun 2014 yaitu dari target 15 jenis, telah tercapai 15 jenis (100%).

Capaian 15 jenis ini adalah kumulatif capaian dari tahun 2010 – 2014. Sebagai

perbandingan pada tahun 2013, Jumlah jenis ikan yang telah dikonservasi secara

berkelanjutan adalah 12 jenis ikan (kumulatif). Sehingga pada tahun 2014 jumlah jenis

ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan telah mengalami penambahan 3 (tiga)

jenis ikan.

46

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Tabel 29. Perbandingan Capaian Konservasi Jenis Ikan 2010 - 2014

2010 2011 2012 2013 2014

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

3

Jenis

3

Jenis

6

Jenis

6

Jenis

9

Jenis

9

Jenis

12

Jenis

12

Jenis

15

Jenis

15

Jenis

Tabel di atas merupakan perbandingan antara pecapaian tahun ini dengan renstra atau

RPJM, dapat dilihat target selalu tercapai, dan target dan capaian tahun 2014

merupakan akumulasi dari tahun-tahun sebelumnya.

Pada tahun 2014 ini ada sejumlah 10 jenis ikan yang dilakukan pengelolaan secara

berkelanjutan yaitu : Napoleon (Cheilinus undulatus), Penyu, Terubuk (Tenualosa

macrura), Sidat (Anguilla spp), Hiu Appendiks II CITES (hiu koboy dan martil), Hiu Paus

(Rhincodon typus); BambuLaut (Isis hippuris), Paus (Cetacean), Dugong, dan Pari Manta

(Manta spp).

Konservasi jenis ikan adalah upaya melindungi, melestarikan dan memanfaatkan

sumberdaya ikan untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan jenis

ikan bagi generasi sekarang maupun yang akan datang. Dalam pasal 22 PP No. 60

Tahun 2007 disebutkan bahwa “Konservasi Jenis Ikan dilakukan melalui :

(a) penggolongan jenis ikan;

(b) penetapan status perlindungan jenis ikan;

(c) pemeliharaan;

(d) pengembangbiakan; dan

(e) penelitian.

Tahapan pengelolaan yang dilakukan meliputi : Penguatan data dan Informasi,

Penyusunan Rencana Pengelolaan, Penetapan Status Perlindungan Jenis Ikan,

Pelestarian, dan Pemanfaatan Berkelanjutan.

Pepenyebab keberhasilan dalam pencapaian indikator kinerja ini antara lain adalah

adanya koordinasi yang baik antara pihak pusat, kantor pelaksana teknis (UPT), dan

dinas kelautan dan perikanan daerah. Sebagai contoh dalam kegiatan penanganan

konsumsi telur penyu di Sumatera Barat, dan penangaan mamalia terdampar, sangat

besar peran komunikasi dengan pihak dinas daerah dan masyarakat sekitar.

Permasalahan yang dihadapi dalam melakukan konservasi jenis adalah, apabila jenis

ikan yang dilindungi memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Pendekatan yang paling tepat

adalah sosialisasi-sosialisasi tentang status ikan yang dilindungi dan keuntungan apabila

47

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

spesies tersebut lestari. Pendekatan hukum adalah alternative terakhir dalam

melindungi jenis ikan tertentu. Indikator kinerja ini sangat didukung oleh kegiatan

kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh semua pihak yang berwenang untuk

melakukannya.

Tabel 30. Capaian Pengelolaan Konservasi Jenis Ikan Tahun 2014

No. Target Jenis Satker Capaian/Kegiatan

1 NAPOLEON Pusat Draft Strategi dan Rencana Aksi Pengelolaan Konservasi Napoleon

WEB SIG Napoleon

BPSPL MAKASSAR

Kajian Status Populasi dan Pemanfaatan Ikan Napoleon di Sulawesi Selatan

Survey Identifikasi Potensi dan Status Pemanfaatan Napoleon di Kabupaten Buton

BPSPL PONTIANAK

Identifikasi Potensi Jenis Ikan yang dilindungi dan terancam punah di Kalimantan Timur (Napoleon);

LPSPL SORONG

Monitoring Populasi Napoleon (Cheilinus undulatus)di Halmahera Selatan

2 PENYU Pusat Review Pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu

WEB SIG Penyu Draft Pedoman Pemanfaatan Non Ekstratif Penyu

BPSPL PADANG Penguatan kelembagaan pelestarian jenis ikan yangdilindungi/tidak dilindungi/appendikcites (penyu dan terubuk)

Identifikasi potensi dan pemanfaatan jenis ikan dilindungi/tidak dilindungi di 7 kawasan konservasi perairan (Nias Utara, Kep. Mentawai, Pesisir Selatan, Batam, Lingga, Kep. Anambas, dan Natuna)

BPSPL PONTIANAK

Pembinaan pemanfaatan dan peredaran jenis ikan dilindungi (Penyu);

LPSPL SORONG

Fasilitasi Pengembangbiakan Penyu Berbasis Masyarakat di Kabupaten Kepulauan Yapen dan Kabupaten Tambrauw

3 DUGONG Pusat Perancangan Program Perlindungan dan Konservasi Dugong (GEF Project)

WEB SIG Dugong

4 TERUBUK Pusat Pengembangan Kelembagaan Pengelola Suaka Perikanan Terubuk

WEB SIG Terubuk

BPSPL PADANG

Penguatan kelembagaan pelestarian jenis ikan yangdilindungi/tidak dilindungi/appendikcites (penyu dan terubuk)

5 KARANG HIAS Pusat Sosialisasi Regulasi dan Program Konservasi

48

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

No. Target Jenis Satker Capaian/Kegiatan

6 LABI-LABI Pusat Sosialisasi Regulasi dan Program Konservasi

Dekon Sosialisasi Regulasi dan Program Konservasi

PONTIANAK

Identifikasi Potensi Jenis Ikan yang dilindungi dan terancam punah di Kalimantan Selatan (Labi-labi);

7 ARWANA Pusat Sosialisasi Regulasi dan Program Konservasi

8 CAPUNGAN BANGGAI

Pusat Sosialisasi Regulasi dan Program Konservasi di Banggai Kep. - Sulteng

9 BAMBU LAUT Pusat Kepmen KP 46 Tahun 2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Terbatas Bambu Laut

Draft Strategi dan Rencana Aksi Pengelolaan Konservasi Bambu Laut

WEB SIG Bambu Laut

BPSPL MAKASSAR

Survey Populasi dan Pemanfaatan Bambu Laut di Wilayah Banggai Kepulauan

LPSPL SORONG

Dukungan COREMAP dalam Rangka Monitoring Bambu Laut

10 Hiu Paus Pusat Perancangan Model Pemanfaatan Hiu Paus Untuk Kegiatan Wisata Bahari

Draft Pedoman Umum Monitoring Populasi Hiu Paus

WEB SIG Hiu Paus

BPSPL DENPASAR Penanganan mamalia laut dan hiu paus yang terdampar selama tahun 2014 didominasi oleh spesies Rhincodon typus atau dikenal dengan hiu paus sebanyak 40 %.

11 Kuda Laut Pusat Sosialisasi Regulasi dan Program Konservasi

BPSPL MAKASSAR

Survey Identifikasi Jenis, Populasi dan Status Pemanfaatan Kima dan Kuda Laut di Kabupaten Pangkep

12 Hiu Martil & Hiu Koboi

Pusat Pedoman Pengenalan dan Identifikasi Sirip Hiu Appendiks II CITES

Formulasi kuota hiu appendiks II CITES

Dokumen NDF (Non-Detrimental Findings) Hiu Appendiks II CITES

Bimtek Identifikasi dan Pengenalan Sirip Hiu Appendiks II CITES

Perancangan Permen KP Larangan Ekspor Hiu Appendiks II CITES Sinkronisasi Peredaran

Permen KP 59 tahun 2014 tentang larangan ekspor hiu koboy dan martil

BPSPL Denpasar

Survei Monitoring Jenis Ikan Yang Terancam Punah(Hiu)

49

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

No. Target Jenis Satker Capaian/Kegiatan

LPSPL SERANG

Monitoring jenis ikan hiu di wilayah kerja Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Serang Banten”.

Monitoring jenis ikan hiu di wilayah kerja Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Serang Banten”

BPSPL PADANG Pendataan ikan hiu dan upaya perlindungannya di Sibolga – Sumatera Utara

PONTIANAK Identifikasi Potensi Jenis Ikan yang dilindungi dan terancam punah di Kalimantan Timur (Hiu Paus).

13 Paus Pusat Koordinasi Penanganan Paus Terdampar

WEB SIG Paus Terdampar

Koordinasi Penanganan Paus Terdampar, WEB SIG Paus Terdampar Jakarta, Lembata - NTT, Kulonprogo – DIY

BPSPL Denpasar

Survey Monitoring Jenis Ikan (Pari Manta), Melakukan monitoring terhadap spesies Pari Manta, dengan tujuan Tersedianya data yang akurat mengenai populasi pari manta

15 Sidat Pusat Draft Strategi dan Rencana Aksi Pengelolaan Konservasi Sidat

BPSPL MAKASSAR

Survey Populasi dan Pemanfaatan Sidat di Wilayah Perairan Poso

Sumber data : Dit. KKJI

Gambar 7. Penanganan Mamalia Laut Terdampar di Wilayah Kerja BPSPL Denpasar

50

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Beberapa Kegiatan Penting Berkaitan dengan Konservasi Jenis

Kepmen KP 04 Tahun 2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Pari

Manta (Manta spp)

Pari manta merupakan spesies yang khas dengan nilai yang sangat tinggi bagi industri

pariwisata, Berdasarkan data yang dikumpulkan dari empat lokasi – Bali, Komodo, Raja

Ampat dan Sangalaki, total pendapatan pariwisata parimanta diperkirakan mencapai

145,6 milyar rupiah (US$15 juta) per tahun. Namun, keberadaan pari manta di

Indonesia sangat terancam oleh meningkatnya tekanan terhadap perikanan tangkap

yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan tapis insang manta (gill plates).

Populasi pari manta di Indonesia berdasarkan data dari berbagai sumber sudah

menunjukkan penurunan yang sangat signifikan, di perairan Cilacap data pari manta

yang didaratkan telah mengalami penurunan sekitar 31% pada periode tahun 2006 –

tahun 2011, sedangkan di wilayah NTB dan NTT laju penurunan hasil tangkapan sudah

mencapai 57% selama periode 10 tahun terakhir. Melihat kondisi tersebut, untuk

menghindari laju penurunan yang lebih tajam maka diperlukan regulasi yang cukup

ekstrim, diantaranya dengan menetapkannya sebagai ikan yang dilindungi.

Kepmen KP 46 Tahun 2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Terbatas Bambu

Laut (Isis spp)

Bambu laut, merupakan biota penyusun terumbu karang kedua sesudah karang

batu.Tingginya permintaan pasar mengakibatkan bambu laut banyak diburu dan

diperdagangkan oleh masyarakat. Eksploitasi bambu laut di beberapa tempat sudah

berlebihan dan sudah membahayakan ekosistem.Disebut merusak karena metode

pengambilannya mencungkil untuk mengambil koloninya sehingga merusak karang

keras di bawahnya. Hasil kajian dan survey status populasi bambu laut yang dilakukan

Peneliti UNHAS dan BPSPL Makassar menunjukan bahwa populasinya sudah jarang

ditemukan di perairan Sulawesi. Gubernur Sulawesi pun telah menindaklanjuti hasil

kajian dari UNHAS dengan mengeluarkan SK Pelarangan Pemanfaatan Bambu Laut

pada Tahun 2009.

Mencegah terjadinya eksploitasi yang berlebihan dan meluasnya kerusakan ekosistem

terumbu karang, KKP setelah mendapat rekomendasi ilmiah dari LIPI dan bedasarkan

hasil analisis kebijakan akhirnya menetapkan spesies ini menjadi jenis yang dilindungi

secara terbatas waktu, menutup sementara pemanfaatan bambu laut selama kurun

waktu 5 tahun. Penutupan bertujuan untuk pemulihan dan perbaikan tata kelola (tata

niaga) bambu laut. Sehingga diharapkan pasca 5 tahun pemanfaatan bambu laut dapat

berkelanjutan dan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibanding saat ini

Selain Kepmen KP diatas, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mengeluarkan

Peraturan Menteri Nomor 59 Tahun 2014 tentang Larangan Pengeluaran Ikan Hiu

Koboi (Charcharinus longimanus) dan Hiu Martil (Spyrna spp.) dari Wilayah Negara

Republik Indonesia Ke Luar Wilayah Negara Republik Indonesia. Saat ini juga tengah

51

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

dilakukan upaya inisiasi perlindungan jenis lobster (Panulirus spp.)dan kepiting (Scylla

spp.).

Pelestarian Jenis ikan

Upaya pelestarian adalah serangkaian kegiatan konservasi yang dilakukan dengan

tujuan untuk menambah atau meningkatkan jumlah individu baru dalam populasi suatu

jenis dan juga upaya untuk mempertahankan jumlah individu dalam suatu populasi.

Berbagai upaya pelestarian jenis ikan yang telah dilakukan pada tahun 2014, sebagai

berikut :

Perancangan Program Konservasi Dugong dan Lamun (Pilot Project di Bintan).

Proyek ini mendapat mendapat dukungan dan hibah dari Global Environmental Facility

yang dikordinasikan oleh United Nations Environment Program.Proyek yang sekiranya

akan diimplementasikan pada tahun ini belum bisa dipastikan pelaksanaannya, saat ini

sedang proses persiapan project antara UNEP dengan The Mohamed bin Zayed Species

Conservation Fund (MbZSCF) selaku Executing Agency.

Penyusunan Dokumen NDF (Non-Detrimental Findings) Hiu Appendiks II CITES

Dokumen Non Detriment Findings (NDF) merupakan salah satu pertimbangan bagi

Scientific Authority dalam memberikan rekomendasi kebijakan bagi Otoritas Pengelola

(Management Authority) sebagai dasar pertimbangan dalam pengelolaan perikanan hiu

berkelanjutan yang lebih baik. Dokumen Non Detriment Findings (NDF) hiu ini berisikan

informasi terkini mengenai kondisi perikanan hiu di Indonesia, mulai dari aspek

bioekologis, aspek perikanan, aspek pemanfaatan, upaya-upaya pengelolaan dan

rekomendasi yang didasarkan pada data-data terkini terkait perikanan hiu. Data-data

yang disajikan di dalam dokumen ini bersumber dari berbagai literatur, data tangkapan

dan data hasil penelitian yang telah dilakukan di Indonesia. Pengumpulan data ini

dilakukan oleh pemerintah pusatdan daerah, lembaga penelitian dalam dan luar negeri,

perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat yang terkait.

Formulasi Kuota Hiu Appendiks II CITES

Spesies yang masuk dalam lampiran Appendik II CITES pada dasarnya belum terancam

punah, namun apabila tidak dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang baik maka

dikhawatirkan dapat mengalami ancaman kepunahan. Penangkapan / pengambilan

spesies Appendik II dari habitat alam untuk tujuan perdagangan internasional masih

diperbolehkan selama negara penangkap menerapkan prinsip-prinsip NDF (Non-

Detrimental Findings), yaitu keyakinan yang didasarkan pada bukti ilmiah bahwa

jumlah spesies yang ditangkap tidak akan menyebabkan kepunahan spesies tersebut di

habitatnya.Hiu umumnya tertangkap secara tidak sengaja (by-catch) pada

pengoperasian berbagai alat tangkap, seperti gillnet, pancing, pukat dan lain-lain.

Menyikapi permasalahan tersebut salah satu opsi yang mungkin untuk dilakukan pada

saat ini untuk membatasi jumlah penangkapan ikan hiu yang ditujukan bagi

52

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

perdagangan internasional adalah dengan menerapkan pembatasan jumlah ekspor

melalui penetapan kuota. Dokumen formulasi penetapan kuota ini pada dasarnya

merupakan pertimbangan bagi pengambil kebijakan dalam melakukan pengontrolan

perdagangan internasional hiu, terutama Sirip Hiu.

Penanganan Mamalia Laut Terdampar

Untuk kegiatan Bimtek penanganan mamalia laut terdampar yang sekiranya pada

tahun 2014 akan dilaksanakan di sorong tidak jadi dilaksanakan karena adanya

efesiensi anggaran. Sehingga kegiatan penangan mamalia laut terdampar hanya

difokuskan pada koordinas penanganan terhadap kejadian mamalia laut terdampar.

Bimbingan Teknis Identifikasi dan Pengenalan Sirip Hiu App. II CITES dan Pari Suku

Mobulida

Dalam rangka meningkatkan upaya pengelolaan dan implementasi ketentuan CITES,

khususnya dalam pendataan, pemantauan, dan pengawasan peredaran perdagangan

hiu dan pari yang masuk dalam Appendiks CITES, SDM pengelola baik di pusat dan

daerah perlu memahami dan mengenal jenis – jenis hiu dan pari yang masuk Appendiks

CITES dan mekanisme pemanfaatannya. Berkaitan dengan hal tersebut, Direktorat

Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan pada tahun 2014 ini mengadakan kegiatan

Bimbingan Teknis Identifikasi dan Pengenalan Sirip Hiu App. II CITES dan Pari Suku

Mobulida. Bimtek yang diadakan di Lombok, NTB ini dihadiri oleh peserta dari UPT

B/LPSPL Ditjen KP3K, Karantina Ikan, PSDKP, Bea Cukai dan DKP Lombok Timur.

Monitoring Populasi Pari Manta

Pasca ditetapkannya status perlindungan pari manta, agar regulasi perlindungan dapat

berjalan secara efektif di tingkat lapangan, Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis

Ikan bekerjasama dengan CI Indonesia telah melakukan monitoring populasi di 2 lokasi

habitat manta. Monitoring diilakukan dengan melakukan pemasangan tagging satellite

pada pari manta yang terdapat di perairan Nusa Penida, Bali dan Raja Ampat.

Penyusunan Pedoman Pengenalan dan Identifikasi Sirip Hiu Appendiks II CITES

Buku panduan ini disusun sebagai acuan bagi pihak-pihak terkait dalam melakukan

identifikasi sirip hiu di lapangan. Metode identifikasi ataupengenalan sirip hiu yang

digunakan dalam buku panduan ini dititikberatkan pada pengenalan bagian sirip

punggung pertama dalam kondisi kering dan belum mengalami proses pengolahan

lebih lanjut. Secara umum bentuk, ukuran dan warna tubuh antar spesies hiu lebih

mudah untuk dibedakan dari pada membandingkan spesies hiu hanya berdasarkan

siripnya. Buku pedoman pengenalan sirip hiu ini hanya memuat 4 spesies hiu yang

masuk dalam daftar Appendiks II CITES yaitu: 3 spesies hiu martil (Sphyrna lewini,

Sphyrna mokarran, Sphyrna zygaena) dan hiu koboi (Carcharhinus longimanus),

termasuk sirip dari jenis hiu/pari yang mempunyai kesamaan bentuk dengan sirip hiu

Appendik II CITES.

53

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Penyusunan Pedoman Pengenalan dan Identifikasi Pari Manta

Pemerintah Indonesia telah menetapkan Pari Manta sebagai jenis ikan yang dilindungi

penuh berdasarkan Keputusan Menteri Kelautandan Perikanan Nomor 4 Tahun 2014

tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Pari Manta. Implikasi dari adanya

Kepmen tersebut yaitusegala jenis kegiatan yang berhubungan dengan ekploitasi

sumberdaya ikan danperdagangan pari manta menjadi kegiatan yang dilarang.Dalam

rangka pengawalan kebijakan tersebut di tingkat lapangan dan untukmenghindari

kesalahan dalam aspek pengawasan dan penegakan hukum makadiperlukan pedoman

pelaksanaannya. Hal ini mengingat Pari manta mempunyai kemiripan denganbeberapa

spesies pari jenis mobula atau pari setan, sehingga keberadaan buku “Panduan

Lapangan Identifikasi dan Pengenalan Pari Manta di Lapangan” dipandang perlu,

karena kurangnya pemahaman dalam melakukan identifikasi jenis Pari Manta di

lapangan oleh pihak-pihak terkait dan masyarakat umum. Oleh karena itu pada tahun

2014, Dit. KKJI telah menyusun Pedoman Pengenalan dan Identifikasi Pari Manta.

IK 10. Jumlah Pulau-Pulau Kecil Termasuk Pulau Kecil Terluar Yang Dikelola

Tabel 31. Target dan Realisasi Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

10 Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola (pulau)

20 30 120

Indikator jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola dihitung

dari jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola pada tahun

2014. Adapun jenis pengelolaan pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar adalah:

1. Identifikasi potensi dan pemetaan pulau-pulau kecil;

2. Fasilitasi penyediaan sarana dan prasarana pulau-pulau kecil;

3. Fasilitasi perbaikan Lingkungan, Mitigasi dan Adaptasi Bencana di pulau-pulau

Kecil;

4. Fasilitasi Kegiatan investasi di pulau-pulau kecil

Indikator jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang dikelola.

Kriteria dikelola adalah Pulau-Pulau Kecil yang telah dilakukan salah satu atau lebih dari

hal berikut: diidentifikasi & dipetakan potensinya, terfasilitasi penyediaan infrastruktur,

terfasilitasi perbaikan lingkungan dan adaptasi berbasis mitigas, dan difasilitasi

pengelolaan pulau-pulau kecil melalui investasi oleh pihak swasta. Teknik menghitung

menginventarisir data pulau-pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang

dipetakan potensinya, Menginventarisir data pulau-pulau kecil termasuk pulau-pulau

kecil terluar yang terfasilitasi penyediaan infrastruktur, Menginventarisir data pulau-

54

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang terfasilitasi perbaikan lingkungan

dan adaptasi berbasis mitigasi, Menginventarisir data pulau-pulau kecil termasuk

pulau-pulau kecil terluar yang difasilitasi kegiatan investasi, Menginventarisir pulau-

pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang telah dilakukan salah satu atau

lebih dari hal berikut: diidentifikasi dan dipetakan potensinya, terfasilitasi penyediaan

infrastruktur, terfasilitasi perbaikan lingkungan dan adaptasi berbasis mitigasi.

Kegiatan yang dihitung dalam indikator kinerja ini adalah kegiatan pemberian bantuan

infrastruktur dasar pada suatu pulau. Infrastruktur dasar tersebut adalah Transportasi,

Air Minum, Listrik/Penerangan dan Telekomunikasi. Inilah dasar pemikiran sehingga

pemberian bantuan desalinasi air laut (penyediaan air bersih) sebagai capaian dalam

indikator kinerja ini. Kegiatan tersebut adalah fasilitasi penyediaan sarana dan

prasarana dasar di Pulau-pulau kecil, termasuk di Pulau-pulau kecil terluar (PPKT).

Untuk tahun 2014, penyediaan sarpras difokuskan pada penyediaan air berih siap

minum di 30 Pulau.

Tabel 32. Nama Pulau Lokasi penyediaan air bersih siap minum di 30 Pulau No Nama Pulau Kabupaten/Kota Provinsi

1 Giliyang Sumenep Jawa Timur

2 Mare Kota Tidore Kepulauan Maluku Utara

3 Molana Maluku Tengah Maluku

4 Nusalaut Maluku Tengah Maluku

5 Karas Kota Batam Kepulauan Riau

6 MenjanganBesar Jepara Jawa Timur

7 Segara Pangkajene Kepulauan Sulawesi Selatan

8 Serudung Kotabaru Kalimantan Selatan

9 Ambo Mamuju Sulawesi Barat

10 Bawa Nias Barat Sumatera Utara

11 Duyung Lingga Kepulauan Riau

12 Karoniki Kepulauan Mentawai Sumatera Barat

13 Kayuadi Selayar Kepulauan Riau

14 Romang Maluku Tenggara Barat Maluku

15 Talaga Buton Sulawesi Tenggara

16 Tuangku Aceh Singkil Aceh

17 Weh Kota Sabang Aceh

18 Subi Kecil Natuna Kepulauan Riau

19 Tenggel Bintan Kepulauan Riau

20 Seliuk Belitung Bangka Belitung

21 Maya Kayong Utara Kalimantan Barat

22 Giligede Lombok Barat Nusa Tenggara Barat

23 Medang Sumbawa Nusa Tenggara Barat

24 Ujung Betok Lombok Timur Nusa Tenggara Barat

25 Kanalo Sinjai Sulawesi Selatan

26 Marputi Donggala Sulawesi Tengah

27 Labengki Kecil Konawe Utara Sulawesi Tenggara

28 Matutuang Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara

29 Letti Maluku Barat Daya Maluku

30 Tayando Kota Tual Maluku Sumber data: Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil - Ditjen KP3K

55

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Selama tahun 2011 hingga 2014 telah diupayakan pengembangan desalinasi air laut di

117 pulau. Pengembangan desalinasi air laut mampu merubah air payau atau air laut

menjadi air yang langsung bisa dikonsumsi dengan tingkat kemurnian mencapai 98,

kualitas air yang dihasilkan memenuhi standar kualitas air bersih yang dikeluarkan oleh

United Nation World Health Organization (UN-WHO) yaitu Organisasi Kesehatan

International dari PBB, tingkat efisiensinya cukup tinggi karena menggunakan energy

recovery, cost effective, mengingat biaya operasional yang dikeluarkan cukup murah,

ukuran dari mesih RO cukup mudah untuk dipindahkan (mobilisasi), membutuhkan

perawatan yang cukup mudah, hemat energi. Daya listrik yang dibutuhkan hanya

sekitar 900–1.100 watt bahkan bisa menggunakan generator kecil, panel surya atau

turbin angin, air minum yang dihasilkan bisa mencapai 9.000 liter/hari.

Secara ekonomi pengembangan desalinasi air laut sangat ekonomis untuk peningkatan

kesejahteraan masyarakat, melalui alat desalinasi dalam satu hari mampu

menghasilkan 9.000 liter atau setara dengan 470 galon. Maka dapat dikatakan bahwa

air bersih yang dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan 470 keluarga. Dengan

pengelolaan dan pemasaran yang baik diharapkan dalam 1 (satu) hari dapat menjual

100 galon air, sehingga dalam 1 tahun dapat menjual 36.500 galon. Apabila harga

ditingkat konsumen sebesar Rp.5.000,-/galon, maka nilai penjualan sebesar Rp.

182.500.000,-. Biaya yang dikeluarkan untuk menggaji karyawan dan biaya

pemeliharaan diperkirakan Rp. 6.000.000,-/bulan, sehingga dalam satu tahun biaya

operasional pemeliharaan sebesar Rp. 72.000.000,-. Sementara itu biaya riil penjualan

air di pulau-pulau kecil per galon diperkirakan Rp. 12.000,-, sehingga subsidi yang

diberikan pemerintah sebesar Rp. 12.000, - Rp. 5.000,- = Rp. 7.000,-. Apabila

dijumlahkan dalam 1 tahun subsidi yang diberikan pemerintah terhadap harga air

bersih sebesar Rp. 225.500.000,-. Dengan demikian keuntungan bersih penjualan air

minum dalam satu tahun adalah : Rp. 366.000.000,-.

Selama tahun 2010-2014 banyak dilakukan kegiatan penyediaan sarana dan prasarana

di pulau-pulau kecil sebagaimana yang telah dituangkan dalam Indikator Kinerja Utama

(IKU) khusus untuk pembangunan fasilitas air bersih dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 33. Capaian Fasilitasi Sarana dan Prasarana di PPK Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

AIR BERSIH - 21 pulau - 66 pulau 30 pulau

Sumber data: Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil - Ditjen KP3K

Keberhasilan Ditjen KP3K dalam memenuhi target kinerja antara lain disebabkan

adanya pendanaan yang cukup besar dari APBNP, sehingga dapat menambah jumlah

pulau yang diberi bantuan, dari 20 pulau menjadi 30 puluh pulau. Proses lelang yang

lancar tanpa menemui kendala yang berarti juga merupakan penyebab keberhasilan.

TAHUN KEGIATAN

56

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Hal-hal yang menghambat penyerahan bantuan adalah kondisi alam, terutama kondisi

laut dari daratan utama menuju pulau tujuan. Apabila cuaca tidak mendukung dapat

menghambat proses pengiriman dari bantuan, atau menghambat teknisi yang akan

melakukan proses instalasi di sana.

Keadaan alam merupakan force major yang sulit diatasi, Ditjen KP3K hanya dapat

melakukan antisipasi guna memperkecil kerugian yang dialami. Antisipasi tersebut

adalah perencanaan yang matang dengan memperkirakan waktu-waktu yang kondusif

untuk melakukan pengiriman bantuan. Disamping itu koordinasi yang baik antara pihak

Ditjen KP3K dan Dinas Kelautan Kabupaten penerima bantuan adalah hal yang penting

untuk memperlancar pemberian bantuan ke lokasi yang dituju.

Program yang mendukung pencapaian indikator ini adalah identifikasi pulau yang

dilakukan baik oleh pihak Ditjen KP3K sendiri atau dari Kementerian atau Lembaga lain

yang memberikan informasi tentang kodisi suatu pulau, apakah pulau tersebut layak

diberi bantuan air bersih atau tidak.

IK 11. Luas Kawasan Konservasi Perairan Yang Dikelola Secara Berkelanjutan

Tabel 34. Capaian Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta Ha)

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

11 Luas kawasan konservasi perairan (LKKP) yang dikelola secara berkelanjutan (juta Ha)

4,5 7,8 120

Dua indikator keberhasilan pencapaian target ini adalah luas kawasan dan hasil

evaluasi perangkat E-KKP3K. Pertama, dalam konteks luas kawasan yang dikelola,

secara kumulatif hampir 7,8 juta hektar kawasan telah terkelola efektif hingga akhir

tahun 2014. Angka ini jauh melampaui target pengelolaan efektif yang telah

ditentukan pada periode awal renstra 2010-2014 seluas 4,5 juta hektar antara lain

karena implementasi kebijakan blue economy di tiga lokasi kawasan konservasi yakni

di Taman Wisata Perairan (TWP) Anambas, TWP Nusa Penida Klungkung dan TWP

Lombok Timur. Tiga lokasi ini menyumbang hampir 1,3 juta luas kawasan pengelolaan

efektif tambahan selama periode RPJM 2010-2014 dan menggenapkan jumlah fokus

lokasi pengelolaan efektif pada periode tersebut menjadi 24 lokasi. Selain itu, sejumlah

kawasan juga telah mengubah (menambah dan mengurangi) area konservasinya

seperti yang terjadi di Taman Pesisir (TP) Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang, TP

Pangumbahan Sukabumi dan TWP Kepulauan Raja Ampat. Kedua, dalam konteks hasil

evaluasi E-KKP3K, seluruh kawasan konservasi yang masuk dalam fokus pengelolaan

efektif telah meningkat level pengelolaannya.

57

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Tabel 35. Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta ha) Efektivitas Pengelolaan Kawasan Tahun 2014 berdasarkan E-KKP3K

No Nama

KKP/Lokasi

Luas

terkini

(Ha)

Status

Kawasa

n

(KKPN/

KKPD)

STATUS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN (berdasarkan EKKP3K)

TARGET

YANG INGIN

DICAPAI

PADA TAHUN

2014

KET. 2014

MERAH KUNING HIJAU BIRU

EMA

S

STATUS

AKHIR

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1

0

1

1

1

2

1

3

1

4

1

5

1

6

1

7

1 KKPD

Indramay

u

720 KKPD

Merah 100

Kuning 55

Merah 100

Kuning 50

2 KKPD

Alor

400,008 KKPD

Merah 100

Kuning 91

Hijau 76

Biru 48

Merah 100

Kuning 50

3 KKPD

Berau

285,000 KKPD

Merah 100

Kuning 91

Hijau 29

Merah 100

Kuning 75

Hijau 25

4 KKPD

Batang

4,015 KKPD

Merah 100

Kuning

100

Hijau 38

Biru 18

Merah 100

Kuning 100

Hijau 35

Biru 15

5 KKPD

Bone

Bolango

2,460 KKPD

Merah 100

Kuning 82

Merah 100

Kuning 75

6 KKPD

Raja

Ampat

1,026,540 KKPD

Merah 100

Kuning

100

Hijau 81

Biru 75

Merah 100

Kuning 100

Hijau 25

7 KKPD

Bintan

472,905 KKPD

Merah 100

Kuning

100

Merah 100

Kuning 100

8 KKPD

Batam

66,867 KKPD

Merah 100

Kuning

100

Merah 100

Kuning 100

58

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

No Nama

KKP/Lokasi

Luas

terkini

(Ha)

Status

Kawasa

n

(KKPN/

KKPD)

STATUS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN (berdasarkan EKKP3K)

TARGET

YANG INGIN

DICAPAI

PADA TAHUN

2014

KET. 2014

MERAH KUNING HIJAU BIRU

EMA

S

STATUS

AKHIR

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1

0

1

1

1

2

1

3

1

4

1

5

1

6

1

7

9 KKPD

Natuna

142,997 KKPD

Merah 100

Kuning 82

Merah 100

Kuning 75

1

0

TP

Ngambur

Lampung

Barat

14,866.00 KKPD

Merah 100

Kuning 55

Merah 100

Kuning 50

1

1

TP

Pangumb

ahan

Sukabumi

2,660 KKPD

Merah 100

Kuning

100

Hijau 52

Biru 15

Merah 100

Kuning 100

Hijau 50

Biru 15

1

2

KKP

Daerah

Pesisir

Selatan

733 KKPD

Merah 100

Kuning 82

Merah 100

Kuning 75

1

3

TNP Laut

Sawu

3,355,352 KKPN

Merah 100

Kuning

100

Hijau 86

Biru 39

Merah 100

Kuning 100

Hijau 25

1

4

SAP Raja

Ampat

60,000 KKPN

Merah 100

Kuning

100

Merah 100

Kuning 100

1

5

SAP

Waigeo

Barat

271,630 KKPN

Merah 100

Kuning

100

Hijau 38

Merah 100

Kuning 100

Hijau 35

1

6

SAP Aru

Tenggara

114,000 KKPN

Merah 100

Kuning 91

Hijau 57

Biru 16

Merah 100

Kuning 75

1

7

TWP

Pulau

Pieh

39,900 KKPN

Merah 100

Kuning

100

Hijau 57

Biru 18

Merah 100

Kuning 100

Hijau 35

59

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

No Nama

KKP/Lokasi

Luas

terkini

(Ha)

Status

Kawasa

n

(KKPN/

KKPD)

STATUS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN (berdasarkan EKKP3K)

TARGET

YANG INGIN

DICAPAI

PADA TAHUN

2014

KET. 2014

MERAH KUNING HIJAU BIRU

EMA

S

STATUS

AKHIR

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1

0

1

1

1

2

1

3

1

4

1

5

1

6

1

7

1

8

TWP

Kapoposa

ng

50,000 KKPN

Merah 100

Kuning

100

Hijau 38

Merah 100

Kuning 100

Hijau 35

1

9

TWP Laut

Banda

2,500 KKPN

Merah 100

Kuning

100

Hijau 38

Biru 20

Merah 100

Kuning 100

Hijau 25

2

0

TWP Gili

Matra

2,954 KKPN

Merah 100

Kuning

100

Hijau 38

Merah 100

Kuning 100

Hijau 35

2

1

TWP

Padaido

183,000 KKPN

Merah 100

Kuning

100

Hijau 29

Merah 100

Kuning 100

Hijau 25

2

2

TWP

Anambas

1,262,686 KKPN

Merah 100

Kuning

100

Hijau 62

Biru 5

Merah 100

Kuning 50

2

3

KKPD

Lombok

Timur

(blue

economy)

9,162 KKPD

Merah 100

Kuning 73

Hijau 19

Merah 100

Kuning 50

Hijau 15

Blue

Econ

omy

2

4

KKPD

Klungkun

g (blue

economy)

20,057 KKPD

"Merah

100

Kuning

100

Hijau 80

Biru 71

Emas 33

Merah 100

Kuning 75

Hijau 25 Blue

Econ

omy

TOTAL 7,791,013

Sumber data: Direktorat KKJI - Ditjen KP3K

Sembilan dari 24 kawasan konservasi yang menjadi fokus pengelolaan menunjukan

level pengelolaan yang sangat menggembirakan karena telah berhasil menapaki level

biru (lihat tabel di atas). Kawasan konservasi tersebut yakni: KKPD Alor, KKPD Batang,

KKPD Raja Ampat, KKPD Sukabumi, KKPN Laut Sawu, KKPN Pulau Pieh, KKPN Laut

60

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Banda, KKPN Aru Tenggara dan KKPN Anambas. Sementara itu, meski pembenahan

pengelolaan masih perlu terus dilakukan, KKPD Klungkung selangkah lebih maju

ketimbang lokasi lain lantaran telah berhasil menapaki level E-KKP3K tertinggi yakni

level emas yang berarti bahwa upaya pokok pengelolaan telah mulai terasa

manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat. Perbandingan capaian tahun ini dengan

tahun-tahun sebelumnya seperti berikut;

Tabel 36. Capaian pengelolan berkelanjutan kawasan konservasi perairan tahun 2010-2014 (juta Ha)

Target

2010

Realisasi

2010

Target

2011

Realisasi

2011

Target

2012

Realisasi

2012

Target

2013

Realisasi

2013

Target

2014

Realisasi

2014

0,9 1,2 2,54 2,54 3,22 3,22 3,64 3.64 4,5 7,8

Pada tahun 2014 antara lain adalah telah disahkannya 10 dokumen rencana

pengelolaan dan zonasi seluruh kawasan konservasi perairan nasional (KKPN) yang

dikelola Kementerian Kelautan dan Perikanan yakni Taman Wisata Perairan (TWP)

Pulau Pieh, TWP Anambas, TWP Padaido, TWP Laut Banda, TWP Gili Matra, TWP

Kapoposang, Suaka Alam Perairan (SAP) Raja Ampat, SAP Waigeo Barat, SAP Aru

Tenggara dan Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu.

Dua KKPN yakni TWP Anambas dan TNP Laut Sawu telah ditetapkan oleh Menteri

Kelautan dan Perikanan. Dua kawasan konservasi perairan daerah (KKPD), yakni TWP

Nusa Penida Kabupaten Klungkung dan TWP Kepulauan Raja Ampat juga telah

ditetapkan melalui keputusan menteri. Penetapan oleh Menteri merupakan langkah

signifikan dalam pengelolaan efektif sebuah kawasan konservasi untuk menjamin

masa depan pengelolaan sumberdaya ikan di Indonesia.

Upaya inisiasi penataan batas kawasan juga telah dilakukan pada tahun 2014 di TP

Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang, TWP Nusa Penida Kabupaten Klungkung dan

TWP Pulau Pieh. Fokus kegiatan penataan batas ini terutama menyangkut konsolidasi

panitia tata batas pusat-daerah.

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam mendukung konservasi perairan meliputi:

1. Pelatihan E-KKP3K yang telah dilaksanakan di Batam dan Makassar pada tahun

2014 menjadi langkah penting menuju tercapainya sasaran tersebut, pelatihan

tersebut dilakukan di beberapa kesempatan pada World Parks Congress,

November lalu di Sydney Australia, Economic Tool For Conservation di Palau, MPA

Management and Networks -BOBLME di Penang dan Sustainable Fisheries di

Rhode Island.

2. pilot project perlindungan dan pelestarian kawasan di beberapa lokasi seperti

revitalisasi fungsi kawasan di TWP Gili Matra (font box), turtle watching dan

61

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

program adopsi penyu di TP Pangumbahan-Sukabumi disertai dialog peran para

pihak dalam pengelolaan efektif kawasan konservasi juga telah dilakukan pada

tahun 2014. Tabel berikut ini memperlihatkan upaya pengelolaan yang telah

dilakukan oleh sejak tahun 2010-2014

3. disahkannya 10 dokumen rencana pengelolaan dan zonasi seluruh kawasan

konservasi perairan nasional (KKPN) yang dikelola Kementerian Kelautan dan

Perikanan yakni Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Pieh, TWP Anambas, TWP

Padaido, TWP Laut Banda, TWP Gili Matra, TWP Kapoposang, Suaka Alam Perairan

(SAP) Raja Ampat, SAP Waigeo Barat, SAP Aru Tenggara dan Taman Nasional

Perairan (TNP) Laut Sawu.

4. Dua KKPN yakni TWP Anambas dan TNP Laut Sawu telah ditetapkan oleh Menteri

Kelautan dan Perikanan. Kedua kawasan yang dikelola KKP ini mencakup berturut-

turut perairan seluas 1,2 juta hektar dan 3,3 juta hektar.

5. Dua kawasan konservasi perairan daerah (KKPD), yakni TWP Nusa Penida

Kabupaten Klungkung dan TWP Kepulauan Raja Ampat juga telah ditetapkan

melalui keputusan menteri. TWP Nusa Penida meliputi wilayah perairan

Kabupaten Klungkung seluas lebih kurang 20 ribu hektar sementara TWP

Kepulauan Raja Ampat memiliki luas keseluruhan 1.026.540 Ha yang terdiri atas

lima area yakni Perairan Kepulauan Ayau-Asia seluas lebih kurang 101.440 Ha,

Teluk Mayalibit seluas lebih kurang 53.100 Ha, Selat Dampier seluas lebih kurang

336.000 Ha, Perairan Kepulauan Misool seluas lebih kurang 366.000 Ha dan

Perairan Kepulauan Kofiau dan Boo seluas lebih kurang 170.000 Ha.

6. Penetapan oleh Menteri merupakan langkah signifikan dalam pengelolaan efektif

sebuah kawasan konservasi untuk menjamin masa depan pengelolaan

sumberdaya ikan di Indonesia.

7. Upaya inisiasi penataan batas kawasan juga telah dilakukan pada tahun 2014 di TP

Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang, TWP Nusa Penida Kabupaten Klungkung

dan TWP Pulau Pieh.Fokus kegiatan penataan batas ini terutama menyangkut

konsolidasi panitia tata batas pusat-daerah. Untuk mendukung efektifitas

implementasi perangkat E-KKP3K, pada tahun yang sama Direktorat KKJI juga telah

mengembangkan Sembilan Suplemen Pedoman E-KKP3K meliputi : Panduan

Penetapan Kawasan, Panduan Sarana dan Prasarana, Panduan Rencana

Pengelolaan dan Zonasi, Panduan Sosial Ekonomi, Panduan Identifikasi, Panduan

Kelembagaan, panduan Pendanaan Berkelanjutan, Panduan Biofisik dan Panduan

Penataan Batas Kawasan.

8. Lahirnya Undang-undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang

Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

merupakan bagian penting dari upaya pokok pengelolaan kawasan konservasi di

62

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Indonesia. Undang-Undang yang mengamanatkan harmonisasi pengelolaan

kawasan konservasi pada pasal 78A ini telah ditindaklanjuti dengan penerbitan

Keputusan Menteri Nomor 75/KEPMEN-KP/SJ/2014 tentang Tim Persiapan

Pelimpahan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Dan Kawasan Konservasi

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dari Kementerian Kehutanan kepada Kementerian

Kelautan dan Perikanan.Tindak lanjut peraturan ini juga telah disusun rancangan

peraturan menteri tentang tata cara perubahan zona inti kawasan konservasi.

Juga, penerbitan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2014 tentang Kelautan turut

mendukung pengelolaan efektif kawasan konservasi lantaran memberikan payung

hukum baru yang jelas bagi substansi upaya konservasi di laut lepas.

IK 12. Jumlah Kawasan Pesisir Yang Terfasilitasi Ketahanannya Terhadap Ancaman Kerusakan

Tabel 37. Capaian Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

12 Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan (kawasan)

26 26 100

Indikator jumlah kawasan di wilayah pesisir yang terfasilitasi peningkatan

ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim dihitung dari berapa banyak

jumlah kawasan pesisir yang memperoleh fasilitasi kegiatan fisik dan non fisik terkait

dengan mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim. Teknik menghitungnya yakni

dengan metode scoring empat parameter ketahanan terhadap bencana, perubahan

iklim meliputi kelembagaan, sosial budaya, lingkungan dan infrastruktur yang terlihat

dari 5 bina yang dikembangkan pada program PDPT. Realisasi Tahun 2014 adalah

sejumlah 26 kawasan yaitu 22 kawasan Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT)

dan 4 kawasan kawasan di wilayah pesisir dan laut yang terfasilitasi penanggulangan

pencemarannya. Capaian terealisasi sebesar 100% capaian.

Tabel 38. Capaian Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan

No Indikator

Lokasi Keterangan

1 Jumlah kawasan di wilayah pesisir yang terfasilitasi peningkatan ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim (kawasan)

22 22 Lokasi PDPT Asahan, Pesisir Selatan, Kaur, Tangerang, Sukabumi, Kendal, Kulon Progo, Pacitan, Pontianak (Mempawah), Kotawaringin Barat, Banjar, Parigi Moutong, Pinrang, Baubau, Seram Bagian Barat, Teluk Wondama, Lebak, Cirebon, Malang, Demak, Tanggamus, Sikka,

63

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

No Indikator

Lokasi Keterangan

Jumlah kawasan di wilayah pesisir dan laut yang terfasilitasi penanggulangan pencemarannya (kawasan)

4 1. Lokasi Cirebon, identifikasi kerusakan pesisir dan laut akibat kerusakan, output berupa album peta kerusakan akibat pencemaran

2. Peraturan Walikota Batam tentang Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya Akibat Aktivitas Wisata dan Usaha Kuliner

3. Peraturan Walikota Manado tentang Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya Akibat Aktivitas Wisata dan Usaha Kuliner

4. Pembangunan drainase di Kabupaten Pati,Jateng

Apabila dibandingkan dengan target selama periode RPJMN 2010 – 2014, dapat dilihat

pada tabel dan grafik berikut:

Tabel 39. Target dan Realisasi IKU Jumlah Kawasan Pesisir yang Terfasilitasi Ketahanannya Terhadap Ancaman Kerusakan Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

10 15 10 13 16 22 25 35 26 26

Gambar 8. Target dan Realisasi Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya

terhadap ancaman kerusakan Tahun 2010 – 2014

Pada tahun 2013 capaian yang diperolah jauh melebihi target yang ditetapkan, hal ini

dikarenakan ada penambahan anggaran BA-99 yang direalisasikan menjadi kegiatan

greenbelt untuk mitigasi tsunami menunjang indikator jumlah kawasan di wilayah

0

5

10

15

20

25

30

35

2010 2011 2012 2013 2014

10 10

16

25 26

15 13

22

35

26

Target

Realisasi

64

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

pesisir yang terfasilitasi peningkatan ketahanannya terhadap bencana dan perubahan

iklim atau bila dicascadingkan ke lebel customer perspective, menunjang capaian

indikator jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman

kerusakan.

Penyebab keberhasilan pencapaian indikator kinerja ini adalah adanya koordinasi yang

baik antara Ditjen KP3K, Dinas Kelautan Kabupaten, dan Desa penerima bantuan.

Perencanaan yang bersifat bottom up atau dari masyarakat sendiri, adalah faktor

penting yang dapat membangkitkan rasa bertanggung jawab dan ikut memiliki dari

masyarakat desa penerima bantuan, sehingga mereka ikut berperan serta aktif dalam

kegiatan ini. Tenaga pendamping yang berkomitmen tinggi dalam membina masyarakat

adalah faktor lain yang memperlancar kegiatan

Program kegiatan yang mendukung pelaksanaan indikator kinerja ini adalah proses

legalisasi melalui penetapan rencana Pengembangan Desa Pesisir yang ditetapkan

dengan peraturan desa atau peraturan kelurahan

PDPT

Pencapaian kegiatan PDPT pada tahun 2014 didukung antara lain oleh:

(i) Proses perencanaan partisipatif,

(ii) Rencana jangka menengah berupa 66 dokumen Rencana Pengembangan Desa

Pesisir (RPDP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Desa (PerDes) atau

Peraturan Kelurahan (PerKel),

(iii) Tumbuhnya semangat kegotongroyongan dan swadaya masyarakat,

(iv) Terbentuknya Kelompok Masyarakat Pesisir (KMP),

(v) Sinergi antar sektor, provinsi dan pusat di lokasi PDPT dan

(vi) Tersalurkannya Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) melalui pencairan ke

rekening setiap KMP di 22 Kabupaten/Kota dengan total nilai Rp.

19.939.312.494,-

Gambar 9. Ilustrasi capaian PDPT Tahun Anggaran 2014

19.939.312.494

total dana BLM (dalam Rupiah) tersalurkan kepada masyarakat melalui

KMP

66 Dokumen Rencana Pengembangan

Desa Pesisir/RPDP (Ditetapkan dengan Per Desa/Per Kelurahan)

403 Kelompok Masyarakat Pesisir (KMP)

3.665 orang Laki-laki: 2.885 + Perempuan: 780

65

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Adapun pemanfaatan BLM PDPT Tahun Anggaran 2014 diwujudkan dengan

terbangunnya prasarana dan sarana ekonomi, sosial, dan/atau lingkungan pada tingkat

desa seperti tabel berikut:

Tabel 40. Tabel Pemanfaatan BLM PDPT TA 2014 No. Pekerjaan Volume

1 Pembuatan dan/atau peningkatan Jalan 19.979 meter

2 Sarana Air Bersih 12 Unit pompa, 7 titik bor, Pipa distribusi 2.792 meter

3 MCK 188 unit

4 Rehab Rumah 17 unit

5 Penanaman vegetasi pantai dan mangrove

67.731 pohon

6 Pengelolaan Sampah Tong sampah 38 unit, Motor pengangkut 9 unit

7 Shelter penampungan 18 Unit

8 Pembuatan Bronjong/pelindung pantai Panjang 5.107 meter

9 Pondok Informasi Pesisir dan Pos Siaga Bencana

8 unit

10 Usaha dan pelatihan kewirausahaan 708 unit/kegiatan

Gambar 10. Tangga evakuasi sekaligus sebagai akses jalan bagi masyarakat desa di Kotawaringin Barat

Pengembangan Sarana Pengendalian Pencemaran Di Kawasan Pesisir di Kabupaten

Pati, Jawa Tengah.

Dalam rangka meningkatkan sarana prasarana penanggulangan pencemaran di pesisir,

inisiasi pembangunan drainase dilakukan di Desa Tlogo Harum, Kab. Pati, Provinsi Jawa

Tengah dengan tujuan menurunnya pencemaran akibat pengolahan hasil perikanan di

kawasan tersebut. Kegiatan Pengembangan Sarana Penanggulangan Pencemaran di

Kawasan Pesisir di Desa Tlogoharum, Kecamatan Wedarijaksa, Kabupaten Pati adalah

berupa pembangunan saluran drainase sepanjang ± 763 meter yang dibangun di

kawasan pemukiman penduduk yang merupakan daerah pengolahan garam dan hasil

perikanan

66

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Identifikasi Kerusakan Wilayah Pesisir Dan Laut Akibat Pencemaran di Kabupaten

Cirebon.

Kegiatan ini bertujuan untuk menyusun peta kerusakan wilayah pesisir dan laut akibat

pencemaran yang meliputi penentuan sepuluh titik sebagai basis pemindaian

kerusakan kawasan pesisir dan pantai Kab. Cirebon, pemodelan sebaran arus dan

gelombang, analisa potensi dan sumber pencemaran pesisir dan laut, analisa

pencemaran terhadap kerusakan wilayah pesisir dan laut serta strategi pengendalian

pencemarannya. Selain itu dilakukan penyusunan basis data spasial oseanografi,

ekosisitem pesisir, dan pencemaran pesisir dan laut melalui pendekatan Sistem

Informasi geographic (SIG) yang tertuang dalam peta kerusakan wilayah pesisir dan laut

akibat pencemaran skala 1:25.000.

Gambar 11. Model Sebaran Pencemaran Berdasarkan Pengaruh Kontur

Gambar 12. Skoring Pencemaran di Kabupaten Cirebon

Hasil dari kegiatan ini adalah peta kerusakan wilayah pesisir dan laut akibat

pencemaran, dengan terlebih dahulu melalui tahapan perencanaan, proses lelang,

pelaksanaan, dan pembahasan dengan prosentase yang baik. Hasil peta tersebut juga

dilengkapi rekomendasi terkait penanggulangan pencemaran dan ruang lingkupnya

diantaranya:

1) Menyusun standar pengendalian Kualitas Lingkungan Laut (marine

environmental quality controls) daerah;

2) Memperbaiki manajemen pengelolaan DAS, yang lebih terintegrasi dengan

dampaknya di pesisir;

3) Memperketat aturan dan pengawasan terhadap kajian AMDAL yang sudah ada

dan akan disusun;

4) Memberdayakan pemuda dan kelompok masyarakat untuk mendukung

program sadar kebersihan lingkungan;

5) Menyiapkan prasarana sarana pengelolaan limbah sesuai daya tampung dan

proyeksi tingkat pencemaran;

67

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

6) Mensosialisasikan program Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu.

Pengelolaan Limbah Di Kawasan Wisata Kuliner Pantai Di Kota Batam dan Kota

Manado

Kegiatan dimaksud bertujuan untuk membantu Pemerintah Daerah dalam menata

kawasan wisata kuliner pantai yang bersih, sehat, indah, menarik dan ramah

lingkungan serta melakukan pembinaan terhadap pelaku usaha wisata dan usaha

kuliner pantai. Rangkaian kegiatan Pengelolaan Limbah di Kawasan Wisata Kuliner

Pantai di Kota Batam dan Manado pada tahun 2013 adalah melakukan kajian

pengelolaan limbah dan pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) yang bertujuan

untuk menyusun isu pengelolaan limbah di kawasan wisata kuliner pantai sekaligus

penyusunan rencana aksi.

Output dari kegiatan ini adalah:

1) peraturan Walikota Batam Nomor 42 tahun 2014 tentang Pencegahan

Pencemaran dan/atau Kerusakan Sumberdaya Ikan dan lingkungannya Akibat

Aktivitas Wisata dan Usaha Kuliner;

2) peraturan Walikota Manado nomor tahun 2014 tentang Pencegahan Pencemaran

Dan Kerusakan Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya Akibat Aktivitas Usaha

Wisata Kuliner Pantai.

Secara garis besar peraturan walikota tersebut mengatur tentang:

(i) upaya pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan sumberdaya ikan dan

lingkungannya akibat aktivitas wisata dan usaha kuliner oleh pelaku usaha wisata

dan usaha kuliner baik skala besar, menengah, kecil maupun skala mikro

termasuk PKL, pelaku wisata dan pemerintah;

(ii) Pengawasan / monitoring dan;

(iii) Sertifikasi dan labeling yaitu pengklasifikasian usaha kuliner menjadi 3 kelas (A,B

dan C) dengan beberapa kriteria tertentu serta pemberian labeling.

Pada tahun ini pula diberikan bantuan stimulant pengolah limbah di kedua kota

tersebut yang selanjutnya akan diberikan kepada pengusaha kuliner yang mau

berkomitmen untuk menjaga lingkungan. Stimulant tersebut berupa perangkap lemak.

Perangkap lemak tersebut ditujukan untuk menangkap lemak/minyak sisa makanan

dari proses kuliner dengan kemampuan mereduksi lemak ±80 dengan harapan

pencegahan lemak masuk ke perairan bisa dilakukan. Selanjutnya dengan adanya

pemberian stimulant pengolah limbah dan fasilitasi penyusunan peraturan walikota di

kedua lokasi tersebut, diharapkan akan menjadi acuan bagi usaha wisata dan usaha

kuliner dalam pengelolaan limbah wisata kuliner pantai dengan mempertimbangkan

aspek ekologi, ekonomi dan sosial kemasyarakatan, sehingga dapat mewujudkan

kawasan wisata kuliner pantai yang bersih, sehat, menarik dan berkontribusi pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

68

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Sebagai rekomendasi untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah sbb:

1. perlu dilakukan tindaklanjut dari implementasi perwako;

2. menetapkan lokasi wisata kuliner sebagai lokasi binaan;

3. perlu pembentukan kelompok usaha kuliner dan pendampingnya di lokasi

binaan tersebut; dan

4. perlu dilakukan inisiasi Pengelolaan Limbah di Kawasan Wisata Kuliner Pantai ke

lokasi lain.

SS. 5 Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan

Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang

Berkelanjutan, Ditjen KP3K menjabarkannya dalam 1 (satu) Indikator kinerja, Jumlah

tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR Target yang ditetapkan

untuk mengukur keberhasilan indikator kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi

pada tahun 2014 ini dijelaskan pada sebagai berikut:

IK 13. Jumlah Tenaga Kerja (Baru) Di Bidang Pergaraman (Orang) Pada PUGAR

Tabel 41. Target dan Realisasi Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

13 Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR

8.000 15.876 198,45

Jumlah tenaga kerja baru (orang) di bidang pergaraman pada PUGAR tahun 2014

ditargetkan sebanyak 8.000 orang, jumlah ini menurun dari target awal sebesar 14.244

orang. Pada tahun 2014 ini, jumlah tenaga kerja baru bidang pergaram tersebut

dihitung tidak lagi 8-10 orang, namun 7 orang perkelompok PUGAR, sedangkan jumlah

kelompok penerima BLM PUGAR 2014 adalah 2.268 kelompok. Tenaga kerja baru

tersebut terdiri dari kuli tambak produksi, kuli angkut, dan pengepul. Sehingga capaian

IKU ini adalah sebesar 2.268 x 7 = 15.876 orang. Jadi capaian IKU ini adalah sebesar

198,45% dari target.

Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan beberapa

tahun terakhir tidak dapat ditampilkan karena IKU ini baru mulai ditetapkan pada tahun

2013. Hasil penetapan target kinerja pada tahun 2013 terhadap tenaga kerja baru di

bidang pergaraman adalah 16.400 orang. Namun, hingga tahun anggaran berjalan

ternyata jumlah tenaga kerja di bidang pergaraman mengalami peningkatan yang

cukup signifikan yakni sebesar 32.447 orang, dimana setiap kelompok PUGAR terdiri

dari 8-10 orang. Nilai tahun 2013 lebih besar dari tahun 2014, hal ini karena ada revisi

metode penghitungan. Jika pada tahun 2013, babis data adalah seluruh kelompok

69

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

penerima BLM dari tahun 2011, sedangkan pada tahun 2014 basis perhitungannya

adalah penerima BLM pada tahun 2014 saja serta asumsi setiap kelompok PUGAR

hanya mempekerjakan 7 orang. Penurunan nilai asumsi tenaga kerja baru ini karena

semakin modernnya parasaraana yang ada, sehingga membutuhkan tenaga kerja yang

lebih sedikit.

Tabel 42. Target dan Realisasi Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR

2010 2011 2012 2013 2014

0 0 0 0 0 0 16.400 35.210

8.000

15.876

Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka

menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi dapat

dijelaskan sebagai berikut; Dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Usaha Garam

Rakyat (PUGAR), dampak ikutan yang diharapkan dari pemberian dana BLM adalah

adanya tambahan tenaga kerja baru yang direkrut karena ada program ini. Tenaga yang

diharapakan adalah pendukung produksi dan distribusi garam dari lokasi ke pemasar.

Melalui komponen Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) sesuai dengan

Renstra maka dampak dari target ini merupakan hasil nyata dari peningkatan kapasitas

Sumber Daya Manusia (SDM) Petambak Garam Rakyat dan Kemitraan dalam Usaha

Garam Rakyat. Seperti dijelaskan pada awal, dalam renstra awal, IKU ini tidak

dimasukan dalam target, dan baru ditetapkan pada tahun 2013, yang pada

kenyataannya berhasil melampaui target.

Analisis penyebab keberhasilan dan kegagalan atau peningkatan kinerja serta

alternatif solusi yang telah dilakukan. Penyebab keberhasilan pencapaian di indikator

kinerja ini adalah koordinasi yang baik antara pusat, dinas kelautan dan perikanan

kabupaten, serta pihak–pihak lain yaitu Kementerian Perindustrian, BMKG,

Kementerian PU, dan Bakosurtanal . Kementerian Perindustrian pun berperan dalam

membantu menjaga pemberian ijin suplai impor garam. Kementerian PU berkontribusi

dalam membangun jalan produksi dan saluran air di pertambakan. Sementara BMKG

sangat membantu dalam memberikan data prakiraaan cuaca dan musim bagi

petaambak garam. Sedangkan Bakosurtanal berkontribusi dalam memberikan peta

lahan yang berpotensi untuk dibuat tambak garam.

Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya; Dari realisasi anggaran PUGAR yang

hanya mencapai 92,23% untuk anggaran TP di daerah-daerah dan 90,43% di pusat,

maka kegiatan PUGAR ini bisa dikatakan sangat efisien dalam merealisasikan target

jumlah penerima bantuan, karena selain memberikan bantuan yang dapat

meningktkan pendapatan penerima bantuan, juga bisa memberikan damapak ikutan

70

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

berupa tenaga kerja baru . Walaupun masih ada dana sisa namun sudah melewati

target capaian. Tentu saja jika realisasi anggaran bisa dimaksimalkan, maka hasil yang

didapat bisa dan sangat mungkin akan lebih baik.

Sedangkan dalam hal efisiensi sumber daya, maka hasil ini sudah maksimal, karena

keberhasilan realisasi IKU ini sangat bergantung pada kondisi cuaca yang pada tahun ini

agak kurang bersahabat. Sementara untuk efisiensi sumber daya manusia masih dapat

ditingkatkan lagi, jika petambak lebih serius untuk mengusahakan produksi garam

dengan sistim ulir filtrasi.

Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian

pernyataan kinerja: Beberapa faktor yang berperan dalam pencapaian target jumlah tenaga

kerja baru bidang pergaraman pada tahun ini adalah:

1. Identifikasi dan verifikasi petambak dan kelompok sasaran yang tepat

2. Pembinaan dan pemberian dana bantuan berupa BLM.

3. Kesungguhan kelompok sasaran dalam menjalankan usahanya untuk mencapai hal

yang maksimal.

SS6. Tersedianya Kebutuhan Inovasi Teknologi Hasil Litbang Untuk Modernisasi Sistem Produksi Garam

Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Tersedianya kebutuhan inovasi teknologi

hasil litbang untuk modernisasi sistem produksi garam, Ditjen KP3K menjabarkannya

dalam 1 (satu) Indikator kinerja, Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang

dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam. Target yang ditetapkan untuk

mengukur keberhasilan indikator kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada

tahun 2014 ini dijelaskan sebagai berikut:

IK 14. Jumlah Rekomendasi Inovasi Teknologi Yang Dibutuhkan Untuk Modernisasi Sistem Produksi Garam

Tabel 43. Target dan Realisasi Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

14 Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam

3 3 100

Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem

produksi garam pada tahun 2014 berjumlah 3 jenis Teknologi yaitu :

1. Teknologi Ulir Filter untuk peningkatan produksi garam;

71

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

2. Penerapan Biofilter untuk peningkatan mutu garam dan diversifikasi usaha

budidaya artemia; serta

3. Penggunaan Geomembran/Geo Isolator untuk peningkatan kualitas garam.

Ketiga rekomendasi teknologi tersebut dapat direalisasikan penggunaannya

sehingga target kinerja pada Dokumen Penetapan Kinerja pada tahun 2014

tercapai 100.

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran tersedianya

kebutuhan inovasi teknologi hasil penelitian dan pengembangan untuk modernisasi

sistem produksi garam terdiri atas indikator kinerja “Jumlah rekomendasi inovasi

teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam”. Indikator ini

dihitung dari jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk

meningkatkan produksi dan kualitas garam.

Terobosan PUGAR dengan teknologi yang dipilih diharapkan mampu meningkatkan

produktivitas garam rakyat dengan dengan hasil garam yang lebih bersih, putih dan

kandungan NaCl mencapai 97,4% .

Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem

produksi garam pada tahun 2014 meskipun berjumlah 3 jenis teknologi, namun

berbeda jenis teknologi yang diterapkan. Pada tahun 2013 jenis teknologi yang

digunakan berupa TUF (Teknologi Ulir Filter), UPG (Unit Pengolah Garam) dan

Packaging. Penggunaan teknologi yang berbeda, diharapkan dapat memproduksi garam

dengan kualitas bagus dengan cara yang lebih efektif dan efisien.

Tabel 44. Perbandingan capaian Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam

Indikator Kinerja Target 2013

Realisasi 2013

Target 2014

Realisasi 2014

Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam

3 2 3 3

Indikator Kinerja Utama yang tertuang dalam renstra Ditjen KP3K dapat dicapai sesuai

target jangka menengah yang telah direncanakan, meskipun mengalami kendala pada

tahun sebelumnya dalam penerapan teknologi yang baru bagi petambak garam.

Pencapaian Indikator Utama ini dapat dicapai apabila teknologi yang diterapkan dapat

meningkatkan harga garam yang diproduksi dengan teknologi yang digunakan.

Program kerjasama dengan Balitbang KP atau bahan riset lain, atau praktisi dalam

rangka mencari teknologi yang tepat dalam pengolahan garam sangat membantu

dalam mendapatkan teknologi baru yang dapat diterapkan

72

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

SS 7. Tersedianya Kebijakan Di Bidang KP3K Sesuai Kebutuhan

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Tersedianya

kebijakan di bidang KP3K sesuai kebutuhanterdiri atas dua indikator kinerja, dengan

capaian kinerja sebagai berikut:

Tabel 45. Tabel Target dan Realisasi Sasaran Strategis Tersedianya kebijakan di bidang KP3K sesuai kebutuhan

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

15 Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen)

20 22 110

16 Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang (dokumen) KP3K

3 3 100

IK 15. Jumlah Kebijakan Publik Bidang KP3K

Tabel 46. Tabel Target dan Realisasi Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen)

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

15 Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen)

20 22 110

Indikator jumlah kebijakan publik bidang KP3K ini dihitung dari jumlah Kebijakan publik

merupakan kebijakan di bidang KP3K yang dihasilkan berupa undang-undang,

peraturan presiden, keputusan presiden, peraturan dan keputusan Menteri Kelautan

dan Perikanan, peraturan dan keputusan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-

pulau Kecil yang melalui proses tahapan dalam penyusunannya.

Dari target 20 kebijakan, telah tercapai 22 kebijakan (110%). Adapun rincian 22

kebijakan tersebut terdiri atas (i) 1 Undang-undang; (ii) 3 Peraturan Menteri KP; dan

(iii) 18 Keputusan Menteri KP dengan rincian terlampir dalam data dukungnya.

Pencapaian indikator kinerja pada tahun 2014 ini tidak lepas dari adanya pendelegasian

kewenangan untuk membuat keputusan menteri KP tentang penghapusan BMN

lingkup Eselon 1 yang dilimpahkan dari Sekretariat Jenderal ke masing-masing Eselon I

sehingga dengan banyaknya satker terutama tugas pembantuan lingkup Ditjen KP3K

menyebabkan terlampauinya capaian kinerja untuk indikator ini.

Tabel 47. Rincian peraturan perundangan kebijakan publik bidang KP3K PERATURAN

PUU

JUDUL NOMOR

Undang-Undang

1 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang PWP3K

1 Tahun 2014 Telah ditetapkan dan diundangkan pada tanggal

15 Januari 2014

Peraturan Menteri

2 Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Nomor 34/PERMEN-

Telah ditetapkan pada tanggal 14 Agustus 2014

73

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

PERATURAN PUU

JUDUL NOMOR

KP/2014

3 Peran Serta dan PemberdayaaMasyarakat Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Nomor 40/PERMEN-

KP/2014

Telah ditetapkan pada tanggal 17 September

2014

4 Jejaring Kawasan Konservasi Perairan

Nomor 13/PERMEN-

KP/2014

Telah ditetapkan pada tanggal 19 Maret 2014

Keputusan Menteri

5 KKPN Laut Sawu dan Sekitarnya di Provinsi NTT

05/KEPMEN-KP/2014

Telah ditetapkan 27

Januari 2014

6 Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida Kabupaten Klungkung di Provinsi Bali

24/KEPMEN-KP/2014

Telah ditetapkan 21 Maret

2014

7 Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Raja Ampat Kabupaten Raja Ampat di Provinsi Papua Barat

36/KEPMEN-KP/2014

Telah ditetapkan

15 Juli 2014

8 KKPN Kepulauan Anambas dan Laut Sekitarnya di Provinsi Kepulauan Riau

37/KEPMEN-KP/2014

Telah ditetapkan

15 Juli 2014

9 Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Nasional Perairan Laut Sawu dan Sekitarnya di Provinsi NTT Tahun 2014-2034

06/KEPMEN-KP/2014

Telah ditetapkan

27 Januari 2014

10 Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Pieh dan Laut Sekitarnya di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014-2034

38/KEPMEN-KP/2014

Telah ditetapkan 15 Juli

2014

11 Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Kepulauan Anambas dan laut sekitarnya di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014-2034

53/KEPMEN-KP/2014

Telah ditetapkan 2 Oktober 2014

12 Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan di Provinsi NTB Tahun 2014-2034

57/KEPMEN-KP/2014

Telah ditetapkan 6 Oktober 2014

13 Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Laut Banda di Provinsi Maluku Tahun 2014-2034

58/KEPMEN-KP/2014

Telah ditetapkan 6 Oktober 2014

14 Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014-2034

59/KEPMEN-KP/2014

Telah ditetapkan 6 Oktober 2014

15 Rencana Pengelolaan dan Zonasi Suaka Alam Perairan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan Laut Sekitarnya di Provinsi Papua Barat Tahun 2014-2034

60/KEPMEN-KP/2014

Telah ditetapkan 6 Oktober 2014

16 Sekretariat Regional Interim Coral Triangle Initiative on Coral Reef, Fisheries and Food Security (CTI-CFF)

2/KEPMEN-KP/2014

Telah ditetapkan 10 Januari 2014

17 Perubahan kedua atas Keputusan MenKP Nomor KEP.31/MEN/2012

3/KEPMEN-KP/2014

Telah ditetapkan 10 Januari 2014

74

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

PERATURAN PUU

JUDUL NOMOR

tentang Sekretariat Nasional Coral Triangle Initiative on Coral Reef, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) Indonesia

18 Dewan Pengarah, Komite Teknis dan Pengelola Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang – Inisiatif Segitiga Karang

(Coral Reef Rehabilitation and Management Program - Coral Triangle Initiative Project)

30/KEPMEN-KP/2014

Telah ditetapkan 26 Juni 2014

19 Panitia Antar Kementerian Penyusun Rancangan Peraturan Presiden tentang Komite Nasional Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) Indonesia

38/KEPMEN-KP/2014

Telah ditetapkan ....

20 Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Pari Manta

04/KEPMEN-KP/2014

Telah ditetapkan 27 Januari 2014

21 Penetapan Status Perlindungan Terbatas Bambu Laut (Isis spp.)

46/KEPMEN-KP/2014

Telah ditetapkan 27 Agustus 2014

22 Organisasi Pengelola (Project Management Office) Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir Tahun 2014

16/KEPMEN-KP/2014

Telah ditetapkan 28 Februari 2014

Sumber data: Bagian Hukum Ditjen KP3K

IK 16. Jumlah Draft Peraturan Perundang-Undangan Bidang KP3K

Tabel 48. Tabel Target dan Realisasi Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen)

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi Akhir

Capaian (%)

15 Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K (dokumen)

3 3 100

Indikator jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K dihitung dari

jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K yang dihasilkan berupa

undang-undang, peraturan presiden, keputusan presiden, peraturan dan keputusan

Menteri Kelautan dan Perikanan, peraturan dan keputusan Direktur Jenderal Kelautan,

Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

Dari target pada tahun 2014 sebanyak 3 draft, telah tercapai 3 draft. Pencapaian

kinerja ini tidak lepas dari peran direktorat teknis lingkup Ditjen KP3K yang turut aktif

dalam mengajukan draft peraturan perundangan berdasarkan program legislasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 13/KepMen-KP/2014 tentang Program

Legislasi Kementerian Kelautan dan Perikanan sehingga lebih banyak draft peraturan

perundangan yang diselesaikan.

75

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Tabel 49. Tabel draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K (dokumen)

Peraturan PUU

Judul Status Keterangan

Undang-Undang

1. Kelautan 1 Setneg

Menunggu paraf klarifikasi dari DPR yang disampaikan oleh Setneg

Peraturan Pemerintah

1. Izin Lokasi dan Izin Pengelolaan Pemanfaatan Sumber Daya Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil

2 Dit.PL

Substansi teknis masih dirumuskan Direktorat

Pesisir dan Lautan

1. Prolegkem 2014; 2. Amanat Pasal 19 ayat (3)

dan Pasal 22 (c) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

2. Sanksi

Administratif Pemanfaatan Sumber Daya Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

3 Dit.PL

Substansi teknis masih dirumuskan Direktorat Pesisir dan Lautan

1. Prolegkem 2014;

2. Amanat Pasal 71 ayat (5) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

SS 8. Terkelolanya Wilayah Laut, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Secara Terpadu Dan Berkelanjutan

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaranTerkelolanya

wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutanterdiri atas

empat indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

Tabel 50. Target dan Realisasi Sasaran Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan

No

IK

Indikator kinerja Target Realisasi Capaian

(%)

17 Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha)

110

135,03 122,75

18 Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan

60 60 100

19 Jumlah penambahan kawasan konservasi perairan(Ha)

300.000 875.492,00 291,83

20 Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melaluikerjasama (pulau)

9 12 133,33

76

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

IK 17. Jumlah Luasan Kawasan Di Wilayah Pesisir Rusak Yang Direhabilitasi (Ha)

Tabel 51. Target dan Realisasi Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha)

No IK

Indikator kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

17 Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha)

110

135,03 122,75

Indikator Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi dihitung

dari jumlah luas wilayah yang direhabilitasi akibat kerusakan ekosistem pesisir. Dari

target seluas 110 ha, telah tercapai 135,03 ha. Target ini dicapai dari kegiatan

penanaman mangrove dan vegetasi pantai di sejumlah kabupaten/kota dengan

pelaksana pusat dan melalui dana dekonsentrasi provinsi oleh daerah. Dengan

demikian prosentase capaian diperoleh sebesar 122,75. Hasil penanaman mangrove

dan vegetasi pantai pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 52. Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha)

No Pelaksana Lokasi Jumlah Tanaman (batang)

Luas (ha)

1 Pusat Aceh Besar, Pandeglang, Serang, Jakarta Utara, Bekasi, Indramayu, Karawang, Sukabumi, Brebes, Cilacap, Demak, Kalimantan Timur, Kutai Kartanegara

• Mangrove 265.800 batang (24,08 ha)

• Vegetasi pantai 3.000 batang (5 ha)

± 29,08 ha

2. Dekonsentrasi Klungkung, Serang, Gunung Kidul, Kepulauan Seribu, Pahuwato, Tanjung Jabung Timur, Bekasi, Cirebon, Indramayu, Sukabumi, Brebes, Demak, Pati, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Mempawah, Singkawang, Tanah Bumbu, Kutai Kartanegara, Bontang, Lombok Timur, Belu, Luwu, Kolaka Utara, Manado

• Mangrove 748.167 batang (94,95 ha);

• Vegetasi 6.000 batang (6 ha);

• Terumbu karang 4.280 unit (5 ha)

± 105,95 ha

Total 135,03 ha

77

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Tabel 53. Rincian wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha)

NO

Kegiatan Jumlah Bibit

Mangrove (btg)

Luas Tanam

Mangrove (ha)

Jumlah Vegetasi

(btg)

Luas Tanam

Vegetasi (ha)

Jumlah Terumbu

Karang (unit)

Luas Rehabilitasi

Terumbu Karang (ha)

Keterangan

I DEKONSENTRASI 748.167 94,95 6.000 6 4.280 5

Bali, Kabupaten Klungkung

500 1

2 unit terumbu karang buatan, masing-masing berupa 5 gentong bersusun (1 unit @ 250 bibit). Bibit karang yang digunakan adalah 350 bibit acropora dan 150 bibit montipora

Banten, Kabupaten Serang

31.250 3,10

DI Yogyakarta, Kabupaten Gunung Kidul

6.000 6

DKI Jakarta Kabupaten Kepulauan Seribu

1.380 1 345 base beton @ 4 bibit, total jumlah bibit karang adalah 1380

Gorontalo Kabupaten Pohuwato

100.000 20

Jambi

Kabupaten Tanjung Jabung Timur

38.000 18

Jawa Barat

Kabupaten Bekasi

26.000 2,60

Kabupaten Cirebon

26.000 2,60

Kabupaten Indramayu

26.000 2,60

Kabupaten Sukabumi

26.000 2,60

78

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

NO

Kegiatan Jumlah Bibit

Mangrove (btg)

Luas Tanam

Mangrove (ha)

Jumlah Vegetasi

(btg)

Luas Tanam

Vegetasi (ha)

Jumlah Terumbu

Karang (unit)

Luas Rehabilitasi

Terumbu Karang (ha)

Keterangan

Jawa Tengah

Kabupaten Brebes

53.750 1,25

Kabupaten Demak

53.750 1,25

Kabupaten Pati

53.750 1,25

Jawa Timur 60.000 6

Kabupaten Pasuruan

20.000 2

Kabupaten Probolinggo

20.000 2

Kabupaten Situbondo

20.000 2

Kalimantan Barat

Kabupaten Mempawah

32.000 3,20

Kota Singkawang

15.000 1,50

Kalimantan Selatan Kabupaten Tanah Bumbu

30.000 3

Kalimantan Timur

Kabupaten Kutai Kertanegara

40.667 10

Kota Bontang 1.000 1

Nusa Tenggara Barat Kabupaten Lombok Timur

2.100 1

Nusa Tenggara Timur Kabupaten Belu

100.000 10

Sulawesi Selatan Kabupaten Luwu

35.000 5

Sulawesi Tenggara Kabupaten Kolaka Utara

300 1 meja substrat transplantasi

79

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

NO

Kegiatan Jumlah Bibit

Mangrove (btg)

Luas Tanam

Mangrove (ha)

Jumlah Vegetasi

(btg)

Luas Tanam

Vegetasi (ha)

Jumlah Terumbu

Karang (unit)

Luas Rehabilitasi

Terumbu Karang (ha)

Keterangan

Sulawesi Utara Kota Manado

4 1 2 unit terumbu karang buatan (rangkaian besi) dan 2 unit terumbu karang buatan beton

II PUSAT 265.800 24,08 3.000 5

Aceh -

Kabupaten Aceh Besar

15.000 1,50 -

Banten

Kabupaten Pandeglang

10.000 1 3.000 5

Kabupaten Serang

15.000 1,50 -

DKI Jakarta

Kota Jakarta Utara

55.000 3 -

Jawa Barat

Kabupaten Bekasi

18.000 1,80 -

Kabupaten Indramayu

45.000 4,50 -

Kabupaten Karawang

48.000 4,80 -

Kabupaten Sukabumi

3.000 0,30 -

Jawa Tengah

Kabupaten Brebes

25.000 2,50 -

Kabupaten Cilacap

15.000 1,50 -

Kabupaten Demak

11.800 1,18 -

Kalimantan Timur

5.000 0,50 -

Kutai Kartanegara

5.000 0,50 -

Total 1.013.967 119,03 9.000 11 4.280 5

Luas Total Rehabilitasi Pesisir

135,03 ha

80

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Beberapa dokumentasi penanaman mangrove:

Gambar 13. Mangrove yang telah ditanam di pesisir Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Gambar 14. Penanaman Mangrove di Ladong, Aceh Besar

Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, perolehan target dan realisasi

untuk indikator jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (ha)

terlihat pada tabel dan grafik berikut.

Tabel 54. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di Wilayah Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) Tahun 2010-2014

81

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

NAMA IKU 2010 2011 2012 2013 2014

T R T R T R T R T R

Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (ha)

60 68,2 90 90 100 183 110 150 110 135,03

Gambar 15. Grafik Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di Wilayah Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) Tahun 2010-2014

Beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja rehabilitasi antara lain:

(i) Dukungan pemerintah daerah;

(ii) Kerjasama dengan para stakeholder diantaranya dengan dunia usaha melalui

program CSR dan dengan perguruan tinggi;

(iii) Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya ekosistem pesisir

sehingga meningkatkan partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

2010 2011 2012 2013 2014

60

90 100

110 110

68,2

90

183

150,55

135,03

Target

Realisasi

82

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

IK 18. Jumlah Lokasi Laut, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Yang Memiliki Perencanaan Pengelolaan

Tabel 55. Target dan Realisasi Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki

perencanaan pengelolaan

No

IK

Indikator kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

18 Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan

60 60 100

Indikator jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan

pengelolaan dihitung dari jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki

perencanaan pengelolaan berupa dokumen rencana strategis, rencana zonasi, rencana

zonasi rinci kawasan dan rencana zonasi rinci kawasan yang telah diinisiasi legalitasnya.

Dari target 60 lokasi/dokumen pada tahun 2014, telah tercapai 60 dokumen RZWP-3-K

di 60 lokasi (100).

Penataan ruang yang menerapkan prinsip-prinsip transparansi dan partisipasi publik

merupakan salah satu instrumen dalam implementasi pembangunan berkelanjutan.

Kawasan pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil merupakan kawasan yang rentan terhadap

dampak aktivitas manusia. Kondisi ini semakin diperparah dengan pergeseran aktivitas

ekonomi yang sebelumnya berpusat di darat ke arah laut, maka penataan ruang laut,

pesisir, dan pulau-pulau kecil, seperti amanat UU 27/2007, menjadi penting sebagai

acuan dan referensi tata ruang serta sumberdaya yang ada untuk dimanfaatkan secara

berkelanjutan serta optimal dalam mensejahterahkan masyarakat.

Kegiatan penyusunan RZWP-3-K dilakukan dalam rangka:

1. Mengakselerasi pengelolaan WP-3-K secara terpadu dan berkelanjutan sesuai

amanah UU 27/2007 Jo.UU 1/2014;

2. Menyiapkan dasar pemberian izin pemanfaatan ruang WP-3-K;

3. Mendukung kegiatan prioritas nasional (MP3EI, PPKT, KSN/KSNT), kegiatan

prioritas KKP (Blue Economy, Industrialisasi Perikanan/Minapolitan dan PUGAR).

Dalam kurun waktu Renstra 2010 – 2014, capaian kinerja indikator utama ini dapat

dicapai bahkan selama tahun 2011-2013 capaian kinerjanya telah melampaui target

yang telah ditetapkan, hal ini tidak lepas dari perencanaan pembagian tugas

penyusunan dokumen pada kegiatan baik Pusat, UPT maupun Dekonsentrasi.

Rincian capaian kinerja untuk indikator dalam kurun waktu 2010-2014 dapat dilihat

pada gambar berikut:

83

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Gambar 16. Grafik Jumlah Lokasi Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang Memiliki Perencanaan Pengelolaan tahun 2010-2014

Rencana Zonasi WP3K di 29 Provinsi dimana 4 (empat) Provinsi telah melegalkan

dokumen tersebut dalam bentuk Peraturan Daerah, yaitu; Sumatera Barat, Jawa Timur,

D.I Yogyakarta, dan Kalimantan Barat. Kabupaten/Kota yang telah dilegalkan menjadi

Perda sebanyak 10 Kabupaten/Kota, yaitu; Kab. Sinjai, Kab. Pekalongan, Kab. Serang,

Kota Pekalongan, Kota Ternate, Kab. Gresik, Kab. Berau, Kota Sorong, Kab. Serang, dan

Kab. Pasaman Barat.

Program atau kegiatan yang mendukung kegiatan tersebut, diselenggarakan pula

kegiatan-kegiatan lainnya seperti bimbingan teknis penyusunan RZWP-3-K, rapat

koordinasi RZWP-3-K, penyusunan NSPK RZWP-3K dan terlibat aktif dalam forum

BKPRN.

Hal-hal yang membantu keberhasilan capaian indikator kinerja ini adalah adanya

Undang-Undang Nomor : 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka telah

berimplikasi terhadap upaya Pemerintah untuk mengakselerasi Pemerintah Provinsi

agar segera menyelesaikan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(RZWP-3-K) sebagai acuan penerbitan ijin kegiatan pembangunan di perairan laut yang

telah diberikan kewenangan pengelolaannya kepada Pemerintah Provinsi. Sehingga

perlu dilaksanakan revisi Norma Standar Prosedur dan Kriteria terkait dengan

Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

IK 19. Jumlah Penambahan Kawasan Konservasi Perairan (Ha)

Tabel 56. Target dan Realisasi Sasaran Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan.

No IK

Indikator kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

19 Jumlah penambahan kawasan konservasi perairan(Ha)

300.000 875.492,00 291,83

35

45 50

60 60

35

73 73 71

60

0

10

20

30

40

50

60

70

80

2010 2011 2012 2013 2014

Jum

lah

Lo

kasi

Tahun

Target

Realisasi

84

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Pada tahun 2014, penambahan luas kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-

pulau kecil ditargetkan seluas 300 ribu hektar. Realisasi penambahan luas kawasan

konservasi sebesar 875.492,47 ha, yang artinya realisasi capaiannya mencapai 291,83

ha dari target yang telah ditetapkan.

Hal-hal yang mendukung pencapaian indikator ini adalah pelibatan pemerintah daerah

disejumlah lokasi potensial yang memiliki komitmen untuk mencadangkan sebagian

wilayah perairannya sebagai kawasan konservasi. Lokasi penambahan luas kawasan

pada Tahun 2014 terdapat di 14 kabupaten. Faktor penting tercapainya target

penambahan kawasan konservasi ini adalah tambahan signifikan di Kabupaten Belitung

sebesar 662,984 Ha.

Tabel 57. Lokasi Penambahan Luas Kawasan Tahun 2014

No Provinsi Kabupaten Luas

1 Jawa Tengah Kab. Jepara 180.13

2 Bali Kab. Jembrana 3,532.52

3 NTB Kab. Dompu 2,240.00

4 Sulawesi Utara Kota Bitung 9,647.00

5 DI Yogyakarta Bantul 182.00

6 Bangka Belitung Belitung 662,984.00

7 Bangka Belitung Bangka Selatan 186.00

8 Sulawesi Tengah Toli-toli 74,060.37

9 Jawa Timur Sidoarjo 3,005.00

10 Sulawesi Tenggara Kota Kendari , Kab. Konawe dan Kab. Konawe Selatan

10,371.78

11 Sulawesi Selatan Barru 605.94

12 Sulawesi Utara Minahasa Utara 32,217.00

13 JAWA TENGAH Pekalongan 66.40

14 LAMPUNG Tanggamus 76,214.33

TOTAL 875.492,47

Jika membandingkan antara realisasi penambahan luas kawasan konservasi tahun 2014

dengan realisasi tahun sebelumnya, maka pada Tabel berikut ini dapat dilihat bahwa

realisasi penambahan luas kawasan pada tahun 2014 melebihi realisasi penambahan

luas kawasan pada tahun 2013. Pada tahun 2014 realisasi capaian penambahan luas

kawasan sebesar 875.492,47 ha, sedangkan pada tahun 2013 realisasinya mencapai

689.945 ha dan 2012 sebesar 698.397 ha. Namun demikian realisasi capaian pada

tahun 2014 ini masih kurang luas jika dibandingkan dengan realisasi capaian

penambahan luas kawasan tahun 2011. Pada tahun 2011 realisasi capaian

penambahan luasnya mencapai 1.319.649 ha. Jika target utama renstra sebesar

2000.000 Ha maka target ini sudah tercapai di tahun 2014

85

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Tabel 58. Realisasi penambahan luas kawasan konservasi perairan tahun 2010-2014 No Realisasi

Target 2011

Realisasi 2011

Capaian %

1 2011 700.000 ha 1.319.649 ha 189

2 2012 500.000 ha 698.397 ha 140

3 2013 500.000 ha 689.945 ha 138

4 2014 300.000 ha 875.492 ha 292

2.000.000 3.583.483 179

Selanjutnya apabila dihitung sejak kawasan konservasi dikelola oleh Kementrian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maka hingga tahun 2014 luas kawasan sudah

mencapai 16,451,076.96 Ha untuk menuju target 20 juta hektar pada tahun 2019

sebagaimana yang dicanangkan presiden, lebih detil dapat dilihat di tabel berikut.

Tabel 59. Luas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Indonesia Tahun 2014

No Kawasan Konservasi Jumlah Kawasan Luas (Ha)

A Dikelola Kemenhut 32 4,694,947.55

Taman Nasional Laut 7 4,043,541.30

Taman Wisata Alam Laut 14 491,248.00

Suaka Margasatwa Laut 5 5,678.25

Cagar Alam Laut 6 154,480.00

B Dikelola KKP dan Pemda 113 11,756,129.41

Taman Nasional Perairan 1 3,355,352.82

Suaka Alam Perairan 3 445,630.00

Taman Wisata Perairan 6 1,541,040.20

Kawasan Konservasi Perairan Daerah 103 6,414,106.39

Jumlah Total 145 16,451,076.96

IK 20. Jumlah Pulau-Pulau Kecil Yang Dikelola Melalui Kerjasama (Pulau)

Tabel 60. Target dan Realisasi Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melaluikerjasama (pulau)

No IK

Indikator kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

20 Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melaluikerjasama (pulau)

9 12 133,33

Indikator jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melalui kerjasama ini dihitung dari

jumlah pulau kecil yang dikelola melalui kerjasama yang dihasilkan. Target adopsi pulau

pada tahun 2014 adalah sebanyak 9 pulau kecil namun kerjasama pengelolaan pulau

yang telah dihasilkan adalah sebanyak 12 pulau kecil atau telah melebihi target sebesar

133,33.

86

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Tabel 61. Target dan Realisasi lJumlah Pulau-pulau Kecil yang Dikelola Melalui Kerjasama

No Nama Pulau Kab/Kota, Provinsi Kerjasama

1 Pulau Sebatik Kab. Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara)

DJKP3K dengan UNHAS

2 Pulau Nusakambangan

Kab. Cilacap, Jawa Tengah DJKP3K dengan IPB

3 Pulau Subi Kecil Kab. Natuna, Kepri DJKP3K dengan IPB

4 Pulau Larat Kab. Maluku Tenggara Barat (MTB), Maluku

DJKP3K dengan UI

5 Pulau Alor Kab. Alor, NTT DJKP3K dengan UGM

6 Pulau Batu Kecil Kab. Lampung Barat, Lampung

DJKP3K dengan Yayasan Kalpatma dan Kodam II Sriwijaya

7 Pulau Maratua Kab. Berau, Kaltim DJKP3K dengan ITS

8 Pulau Poteran Kab. Sumenep, Jawa Timur DJKP3K dengan ITS

9 Pulau Karimun Kecil

Kab. Karimun, Kepulauan Riau (Kepri)

DJKP3K dengan UNDIP

10 Pulau Mega Kab. Bengkulu Utara, Bengkulu

DJKP3K dengan Universitas Bengkulu (UNIB)

11 Pulau Enggano Kab. Bengkulu Utara, Bengkulu

DJKP3K dengan Universitas Bengkulu (UNIB)

12 Pulau Lingian Kab. Tolitoli, Sulawesi Tengah

DJKP3K dengan Universitas Halu Oleo

Sumber data: Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil - Ditjen KP3K

Adopsi Pulau diprioritaskan pada Pulau-pulau Kecil Terluar dengan pertimbangan

bahwa PPKT memiliki nilai strategis terkait kedaulatan NKRI serta upaya percepatan

pembangunan PPKT yang umumnya tertinggal. Selain itu Undang-Undang memberikan

mandat untuk pengelolaan PPKT melalui Peraturan Presiden No. 78 Tahun 2005

tentang Pengelolaan PPKT dan melalui UU No.27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil beserta produk turunannya, yaitu Peraturan

Pemerintah No.62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan PPKT.

Tabel 62. Perbandingan Capaian Adopsi Pulau 2010 - 2014

2010 2011 2012 2013 2014

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

9

Jenis

9

Jenis

9

Jenis

9

Jenis

9

Jenis

12

Jenis

Sejak Tahun 2012 terjalin 9 (sembilan) kemitraan kerjasama pengelolaan pulau-pulau

kecil, termasuk PPKT antara Direktorat Jenderal KP3K-KKP dengan 8 (delapan)

Perguruan Tinggi dan 1 (satu) Lembaga Masyarakat. Melalui program adopsi pulau ini,

87

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

pihak perguruan tinggi dan Lembaga Masyarakat sebagai mitra kerjasama,

berkesempatan langsung untuk mendiseminasikan dan mempraktekan ilmu dan

teknologi yang dimilikinya sebagai wujud pengejawantahan tridharma perguruan

tinggi. Masuknya keunggulan teknologi dan kompetensi perguruan tinggi, diharapkan

dapat mengakselerasi pengembangan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan, yang

diharapkan berdampak pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat

pulau-pulau kecil.

Gambar 17 Peta Lokasi Adopsi Pulau

88

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

SS 9. Terselenggaranya Modernisasi Sistem Produksi KP, Pengolahan dan Pemasaran Produk KP Yang Optimal dan Bermutu

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran

Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk

KP yang optimal dan bermutu terdiri atas satu indikator kinerja, dengan capaian kinerja

sebagai berikut:

IK 21. Persentase Jumlah Produksi Garam Rakyat Kualitas Produksi (KP1) Dibandingkan Total Produksi

Tabel 63. Target dan Realisasi Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu

NO IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

21 Persentase jumlah produksi garam rakyat Kualitas Produksi (KP1) dibandingkan total produksi (%)

40 31,04 77,06

Indikator Persentase jumlah produksi garam rakyat Kualitas Produksi (KP1)

dibandingkan total produksi dihitung dari Perbandingan Kualitas Produksi 1 (KP1) dan

Kualitas Produksi 2 (KP2) garam rakyat yang dihasilkan dengan total produksi garam

rakyat. Hasil penetapan target kinerja pada tahun 2014 untuk persentase jumlah

produksi garam rakyat kualitas produksi (KP1) dibanding total produksi adalah 40% :

60%. Pada pelaksanaannya hingga akhir tahun 2014 baru tercapai sebesar 31,04% :

68,96% dengan rincian seperti terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 64. Rincian Produk Garam KP1

No Kab/Kota Luas Lahan (Ha)

Produksi Persentase KP1 Data Validasi (ton)

TOTAL KP 1

1 Aceh Utara 15,55 2.970,00 2.970,00 100,00

2 Aceh Timur 27,79 661,17 661,17 100,00

3 Aceh Besar 68,00 442,48 442,48 100,00

4 Pidie 28,30 4.020,25 4.020,25 100,00

5 Cirebon 3.858,00 314.480,00 56.606,40 18,00

6 Indramayu 2.714,46 311.187,40 90.244,35 29,00

7 Karawang 171,90 3.735,78 523,01 14,00

8 Brebes 307,80 25.461,30 4.583,03 18,00

9 Jepara 732,51 72.871,70 11.659,47 16,00

10 Demak 1.172,94 105.587,00 67.047,00 63,50

11 Rembang 1.543,22 141.943,13 48.260,66 34,00

12 Pati 2.828,90 287.997,00 66.239,31 23,00

13 Tuban 267,16 24.952,38 3.538,76 14,18

14 Lamongan 371,50 32.810,00 9.710,00 29,59

89

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

No Kab/Kota Luas Lahan (Ha)

Produksi Persentase KP1 Data Validasi (ton)

TOTAL KP 1

15 Pasuruan 272,77 16.086,95 2.622,17 16,30

16 Gresik 112,04 8.664,75 1.559,66 18,00

17 Probolinggo 382,24 25.148,82 5.281,25 21,00

18 Kota Surabaya 1.470,25 156.220,76 65.612,72 42,00

19 Pamekasan 1.000,00 89.282,50 35.726,60 40,02

20 Sampang 3.208,20 256.540,10 59.004,22 23,00

21 Sumenep 2.386,00 292.051,54 149.395,54 51,15

22 Kota Pasuruan 127,00 10.760,00 5.057,20 47,00

23 Bangkalan 159,80 8.641,62 1.356,73 15,70

24 Karangasem 10,42 1.430,51 1.430,51 100,00

25 Buleleng 173,91 6.243,60 2.872,06 46,00

26 Bima 1.733,00 156.339,00 37.521,36 24,00

27 Sumbawa 355,00 4.559,00 Belum menerapkan

teknologi

28 Kota Bima 40,00 3.016,40 476,59 15,80

29 Lombok Timur 244,30 22.881,10 4.324,53 18,90

30 Lombok Barat 131,70 9.313,23 8.413,65 90,34

31 Lombok Tengah 58,04 2.101,44 210,14 10,00

32 Nagekeo 96,10 1.865,73 186,57 10,00

33 Ende 28,00 720,40 Belum menerapkan

teknologi

34 TTU 43,50 260,45 44,25 16,99

35 Kupang 53,78 3.146,45 345,30 10,97

36 Alor 17,00 261,10 15,30 5,86

37 Sumba Timur 70,00 622,38 131,49 21,13

38 Manggarai 15,32 329,20 16,46 5,00

39 Kota Palu 18,00 1.123,58 Belum menerapkan

teknologi

40 Jeneponto 810,00 24.547,95 2.454,80 10,00

41 Pangkep 580,00 54.893,99 21.957,60 40,00

42 Takalar 181,19 15.957,05 4.308,40 27,00

43 Selayar 12,00 762,00 36,58 4,80

Total 27.897,59 2.502.891,19 776.867,56 31,04

Sumber data: Direktorat PMPPU - Ditjen KP3K

Pencapaian kinerja jika dibandingkan dengan tahun lalu lebih rendah karena tidak

tercapainya target realisasi pada tahun 2014, yaitu hanya sekitar 31,04 dari target

sebesar 40 produksi garam dengan kualitas KP1 atau mencapai 77,6 dari target seperti

terlihat pada Gambar dibawah ini:

90

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Gambar 18. Grafik Capaian Prosentase Produksi Garam Kualitas KP1 pada Tahun 2013 dan 2014

Hasil penetapan target kinerja pada tahun 2013 untuk persentase jumlah produksi

garam rakyat kualitas produksi (KP1) dibanding total produksi adalah 30%:70%.

Sedangkan pada pelaksanaannya hingga akhir tahun 2013 telah tercapai sebesar

32%:68%.

Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka

menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi tidak dapat

dilakukan karena IKU ini adalah IKU capaian kinerja Direktorat PMPPU yang tidak

masuk dalam Renstra, dana baru ditargetkan pada tahun 2013. Berdasarkan target,

maka IKU ini tidak mencapai reaalisasi capaian yang diinginkan. Dari target 40 %

kualitas garam KP1 baru tercapai 31,04 % atau 77,60% dari target.

Beberapa penyebab kegagalan mencapai target produksi KP1 adalah:

a. Perbedaan harga KP1 dan KP2 yang tidak signifikan, sementara untuk memproduksi

KP1, petambak garam perlu lebih banyak waktu (hari) penjemuran (evaporasi) dan

perlakuan yang memerlukan tenaga dan biaya lebih.

b. Penurunan nilai anggaran yang berdampak pada besaran BLM yang diterima

masyarakat. Penurunan BLM ini berdampak pada biaya yang dibutuhkan petambak

untuk menerapkan teknologi yang dapat meningkatkan produksi garam

c. Musim kering yang singkat menyebabkan petambak berupaya memproduksi garam

sebesar mungkin mengejar waktu yang tersedia, serta riskannya menunggu lebih

lama untuk menjemur air tua karena takut hujan.

d. Di beberapa daerah seperti di Kabupaten Pamekasan belum banyaknya petambak

garam yang mau mengadopsi TUF dengan alasan antara lain mahalnya biaya

produksi dan sedikitnya garam yang dihasilkan namun keuntungan yang diperoleh

sama saja dari segi jumlah pendapatan meskipun dengan biaya dan usaha yang lebih

untuk menggunakan TUF;

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

Target Realisasi

30% 32%

40%

31%

Pro

sen

tase

KP

1

Indikator Kinerja Utama - Produksi Garam Kualitas KP1

2013

2014

91

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

e. Rencana adopsi TUF melalui BLM PUGAR tidak berjalan karena nilai BLM terbatas

dan menjadi lebih kecil disebabkan bertambahnya jumlah kelompok PUGAR,

sehingga biaya awal yang direncakan tidak cukup membiayai lahan yang mengadopsi

TUF.

Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya; Dengan capaian IKU sebesar 77,6%

maka anggaran yang ada belum cukup efisien. Pembengkakan jumlah penerima

sasaran BLM yang menyebabkan jumlah nilai bantuan ke setiap penerima menjadi

kecil. Akibat dari hal tersebut adalah penerima bantuan tidak mempunyai cukup dana

untuk mengaplikasikan teknologi yang dapat memproduksi garam dengan kualitas yang

diharapakan (KP1). Selain hal itu, fluktuasi harga garam yang belum memggembirakan

dan dapat memotifasi petambak garam untuk memproduksi garam dengan kualitas

KP1.

Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan

pencapaian pernyataan kinerja. Program atau kegiatan yang menunjang pencapaian

IKU ini adalah: Perbaikan saluran tambak oleh Kementerian PU, penetapan jumlah

impor garam, penetapan harga jual garam,

SS 10. Meningkatnya Pemanfaatan Ekonomi, Wilayah Laut, Pesisir Dan Pulau- Pulau Kecil Secara Terpadu Dan Berkelanjutan

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Meningkatnya

pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan

berkelanjutanterdiri atas dua indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

Tabel 65. Target dan Realisasi Meningkatnya pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau- pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

22.

Luasan tambak garam yang dikelola (Ha) 26.975 27.897 103.42

23.

Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi dibanding total lahan pugar %

30 30,57 101,90

IK 22. Luasan Tambak Garam Yang Dikelola (Ha)

Tabel 66. Target dan Realisasi Luasan tambak garam yang dikelola (Ha)

No IK

Indikator kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

22. Luasan tambak garam yang dikelola (Ha) 26.975 27.897 103.42

92

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Indikator luasan tambak garam yang dikelola (Ha) dihitung dari luas lahan tambak

garam yang difasilitasi oleh PUGAR. Dari target luasan tambak garam seluas 26.975 Ha

pada tahun 2014, telah tercapai luasan tambak garam seluas 27.897,59 Ha atau

mencapai 103,42 dari 43 kabupaten/Kota penerima bantuan PUGAR. Luasan tambak

garam yang dikelola pada Tahun 2014 secara rinci dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 67. Rincian Luas Lahan Garam

No Kab/Kota Target Produksi 2014

Lahan Potensi (Ha)

Produksi Produkti-vitas (Ton/Ha)

Luas Lahan (Ha)

Data Validasi (ton)

1 Aceh Utara 806,92 177,00 15,55 2.970,00 191.00

2 Aceh Timur 374,81 33,13 27,79 661,17 23,79

3 Aceh Besar 1,283,45 430,00 68,00 442,48 6,51

4 Pidie 2,090,18 2,00 28,30 4.020,25 142,06

5 Cirebon 391.379.79 4.000,00 3.858,00 314.480,00 81,51

6 Indramayu 285.926,53 3.664,30 2.714,46 311.187,40 114,64

7 Karawang 13.403,57 670,00 171,90 3,735,78 21,73

8 Brebes 60,912,04 703,00 307,80 25.461,30 82,72

9 Jepara 66.238,88 1.168,66 732,51 72.871,70 99,48

10 Demak 77.961,92 1.834,67 1.172,94 105.587,00 90,02

11 Rembang 165.454,72 1.998,30 1.543,22 141.943,13 91,98

12 Pati 273.812,46 3.382,80 2.828,90 287.997,00 101,81

13 Tuban 21.643,58 393,35 267,16 24.952,38 93,40

14 Lamongan 32.795,48 371,50 371,50 32.810,00 88,32

15 Pasuruan 18.598,21 803,54 272,77 16.086,95 58,98

16 Gresik 9.418,80 0,00 112,04 8.664,75 77,34

17 Probolinggo 32.666,20 750,00 382,24 25.148,82 65,79

18 Kota Surabaya

95.455,39 1.470,25 1.470,25 156.220,76 106,25

19 Pamekasan 170.206,61 2.096,50 1.000,00 89.282,50 89,28

20 Sampang 281.935,16 4.200,00 3.208,20 256.540,10 79,96

21 Sumenep 208.866,99 982,20 2.386,00 292.051,54 122,40

22 Kota Pasuruan

13.420,93 150,00 127,00 10.760,00 84,72

23 Bangkalan 6,696,99 742,50 159,80 8.641,62 54,08

24 Karangasem 1.226,10 10,42 10,42 1.430,51 137,29

25 Buleleng 3,587,11 276,00 173,91 6.243,60 35,90

26 Bima 135.059,33 4.068,00 1.733,00 156.339,00 90,21

27 Sumbawa 7.153,56 3.500,00 355,00 4.559,00 12,84

28 Kota Bima 4.687,11 55,00 40,00 3.016,40 75,41

93

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

No Kab/Kota Target Produksi 2014

Lahan Potensi (Ha)

Produksi Produkti-vitas (Ton/Ha)

Luas Lahan (Ha)

Data Validasi (ton)

29 Lombok Timur

12.972,29 1.383,13 244,30 22.881,10 93,66

30 Lombok Barat

10.350,00 354,19 131,70 9.313,23 70,72

31 Lombok Tengah

3.950,49 369,40 58,04 2.101,44 36,21

32 Nagekeo 3.363,59 2.443,00 96,10 1.865,73 19,41

33 Ende 918,51 1.120,00 28,00 720,40 25,73

34 Timur Tengah Utara

4.265,78 1.097,00 43,50 260,45 5,99

35 Kupang 1.271,94 7.300,00 53,78 3.146,45 58,51

36 Alor 124,98 35,00 17,00 261,10 15,36

37 Sumba Timur

837,57 1.111,00 70,00 622,38 8,89

38 Manggarai 727,10 - 15,32 329,20 21,49

39 Kota Palu 1.417,50 - 18,00 1.123,58 62,42

40 Jeneponto 48.948,32 979,10 810,00 24.547,95 30,31

41 Pangkep 19.819,46 672,00 580,00 54.893,99 94,64

42 Takalar 10.353,96 388,36 181,19 15.957,05 88,07

43 Selayar 1.155,06 22,00 12,00 762,00 63,50

Total 2.503.539,36 55.207,31 27.897,59 2.502.891,19 89,72

Sumber data: Direktorat PMPPU - Ditjen KP3K

Apabila dibandingkan luasan tambak garam yang dikelola dari tahun 2012 dan 2014,

terjadi peningkatan luasan tambak garam yang dikelola sebagaimana dapat dilihat pada

Gambar berikut:

94

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Gambar 19. Grafik Jumlah Luasan Tambak Garam (Ha) pada Tahun 2012-2014

IKU ini terkait dengan IKU 8 yaitu jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan

usaha garam rakyat/KUGAR. Pada IKU 8 tersebut telah dijelaskan mengenai

keberhasilan penyaluran bantuan langsung masyarakat kepada kelompok usaha garam

rakyat (KUGAR) sebanyak 5.796 kelompok.

IK 23. Persentase Luas Lahan Yang Menggunakan Inovasi Teknologi Dibanding Total Lahan Pugar

Tabel 68. Target dan Realisasi Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi dibanding total lahan pugar %

No IK

Indikator kinerja Target Realisasi Capaian (%)

23. Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi dibanding total lahan pugar %

30 30,57 101,90

Indikator persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi dibanding total

lahan pugar dihitung dari peningkatan luas lahan yang menerapkan ketiga rekomendasi

teknologi seperti pada IKU 14. Capaian kinerja luas lahan yang menggunakan inovasi

teknologi pada tahun 2014 mencapai 105,23 dengan jumlah luasan sebesar 8.589,94

Ha atau 31,57 dari target pada tahun 2014 sebanyak 30 dari total luas lahan PUGAR.

Luasan lahan tersebut berada pada 19 Kabupaten/kota dengan rincian dapat dilihat

pada Tabel berikut:

20870

24207

27897

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

2012 2103 2014

Luas

an T

amb

ak G

aram

(H

a)

Tahun

95

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Tabel 69. Data Luas Lahan yang Menggunakan Inovasi Teknologi

No Kab/Kota Luas Lahan

(Ha)

Luas Lahan yang Menggunakan

Teknologi (Ha)

1 Aceh Utara 15,55 Teknologi Perebusan

2 Aceh Timur 27,79 Teknologi Perebusan

3 Aceh Besar 68,00 Teknologi Perebusan

4 Pidie 28,30 Teknologi Perebusan

5 Cirebon 3.858,00 2.231,11

6 Indramayu 2.714,46 459,90

7 Karawang 171,90 171,90

8 Brebes 307,80 110,55

9 Jepara 732,51 618,09

10 Demak 1.172,94 606,71

11 Rembang 1.543,22 463,06

12 Pati 2.828,90 363,30

13 Tuban 267,16 39,32

14 Lamongan 371,50 281,90

15 Pasuruan 272,77 53,80

16 Gresik 112,04 45,00

17 Probolinggo 382,24 65,56

18 Kota Surabaya 1.470,25 298,58

19 Pamekasan 1.000,00 524,18

20 Sampang 3.208,20 669,89

21 Sumenep 2.386,00 782,39

22 Kota Pasuruan 127,00 25,20

23 Bangkalan 159,80 35,90

24 Karangasem 10,42 10,42

25 Buleleng 173,91 33,49

26 Bima 1.733,00 243,18

27 Sumbawa 355,00 Belum memanfaatkan

28 Kota Bima 40,00 27,80

29 Lombok Timur 244,30 225,76

30 Lombok Barat 131,70 52,30

31 Lombok Tengah 58,04 55,36

32 Nagekeo 96,10 15,00

33 Ende 28,00 Belum memanfaatkan

34 Timur Tengah

Utara 43,50 7,50

35 Kupang 53,78 35,00

96

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

No Kab/Kota Luas Lahan

(Ha)

Luas Lahan yang Menggunakan

Teknologi (Ha) 36 Alor 17,00 17,00

37 Sumba Timur 70,00 28,00

38 Manggarai 15,32 15,32

39 Kota Palu 18,00 Belum memanfaatkan

40 Jeneponto 810,00 97,90

41 Pangkep 580,00 32,00

42 Takalar 181,19 53,50

43 Selayar 12,00 12,00

Total 27.897,59 8.807,88

Sumber data: Direktorat PMPPU - Ditjen KP3K

Keterangan: Persentase lahan yang menggunaan linovasi teknologi:

8.807,88 x 100 = 31,57

27.897,59

Pada tahun 2014 capaian kinerja ini dapat dicapai bahkan melampaui target yang

direncanakan, jika dibandingkan dengan tahun lalu maka capaian ini lebih baik. hal ini

dikarenakan cuaca yang tidak mendukung untuk pemanfaatan teknologi yang

direkomendasikan. Sehingga banyak petambak yang tidak berani menggunakaan

teknologi yang telah direkomendasikan untuk peningkatan produksi garam di lokasi

tambaknya, dan tetap memilih menggunakan teknologi yang masih tradisional.

Gambar 20. Grafik Persentase Luas Lahan yang Menggunakan Inovasi Teknologi Dibanding Total Lahan PUGAR

20%

30%

0%

31,57%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

2013 2014

Tahun

Target

Realisasi

97

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Tidak seluruh kabupaten/kota penerima program PUGAR mangadopsi salah satu

rekomendasi teknologi yang disarankan antara lain disebabkan oleh : (i) harga garam di

petambak tidak membedakan kualitas atau tidak signifikan, sehingga petambak enggan

memproduksi garam KP1; (ii) Di beberapa daerah seperti di Kabupaten Pamekasan

belum banyaknya petambak garam yang mau mengadopsi TUF dengan alasan antara

lain mahalnya biaya produksi dan sedikitnya garam yang dihasilkan namun keuntungan

yang diperoleh sama saja dari segi jumlah pendapatan meskipun dengan biaya dan

usaha yang lebih untuk menggunakan TUF; (iii) Rencana adopsi TUF melalui BLM

PUGAR tidak berjalan karena nilai BLM menjadi lebih kecil disebabkan bertambahnya

jumlah kelompok PUGAR, sehingga biaya awal yang direncakan tidak cukup membiayai

lahan yang mengadopsi TUF.

SS 11. Terselenggaranya Pengendalian Dan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran

Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan

di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecilterdiri atas dua indikator kinerja, dengan

capaian kinerja sebagai berikut:

Tabel 70. Target dan Realisasi Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

NO IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

24 Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K

1 1 100

25 Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi 2 2 100

IK 24. Jumlah Rekomendasi Izin Pemanfaatan Perairan di WP3K

Indikator rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K dihitung dari Penerbitan

rekomendasi izin pemanfaatan perairan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dari

target 1 rekomendasi, telah tercapai 1 rekomendasi (100,00). Pada Tahun 2014, telah

dikeluarkan 1 rekomendasi izin pemanfaatan perairan dengan fasilitasi Penyusunan

Rencana Zonasi WP3K di Kabupaten Batubara.

Tabel 71. Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K 2013-2014

Indikator Kinerja Target 2013

Realisasi 2013

Target 2014

Realisasi 2014

Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K

2 2 1 3

98

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Pada Tahun 2013, telah disusun Detail Engineering Design Ekstensifikasi Lahan Garam

dan Perencanaan Sarana Tambak Garam dalam rangka ekstensifikasi berbasis potensi

untuk konsep pengembangan usaha garam rakyat menuju industrialisasi dan

Perencanaan Sarana Tambak Garam dalam rangka ekstensifikasi berbasis potensi,

tujuan dan sasaran utamanya adalah untuk menghitung kebutuhan kapasitas dan

jumlah gudang dan Unit Pengolah Garam (UPG) dalam mendukung ekstensifikasi lahan

garam di lokasi terpilih Kabupaten Sampang, Sumenep, Bangkalan dan Pamekasan.

Salah satu pendorong dalam pencapaian target ini adalah ketersediaan data yang

diperluka dalam melakukan perencanaan

IK 25. Jumlah Fasilitasi Izin Lokasi Reklamasi

Tabel 72. Target dan Realisasi Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi

No Ik

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

25 Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi 2 2 100

Indikator jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi dihitung dari Jumlah kawasan pesisir

yang difasilitasi dalam melakukan kegiatan reklamasi dan penerbitan izin lokasi

reklamasi agar memperhatikan kelestarian lingkungan serta keberlanjutan kehidupan

dan penghidupan masyarakat.

Dari target 2 izin, telah tercapai 100, yaitu izin lokasi reklamasi di Tanjung Benoa, Bali

dan fasilitasi izin lokasi reklamasi di Tanjung Carat, Sumatera Selatan. Sebagai

penjabaran Pasal 34 UU 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-

pulau Kecil, setelah diterbitkan PERPRES 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah

Pesisir dan Pulau – pulau Kecil yang mengatur tentang perencanaan dan pelaksanaan

reklamasi, dan PERMEN KP No. 17 tahun 2013 tentang Perizinan Reklamasi di Wilayah

Pesisir dan Pulau – pulau Kecil yang mengatur secara rinci persyaratan dan mekanisme

perizinan reklamasi di WP3K.

Seiring dengan telah diterbitkannya PERPRES 122 tahun 2012, dan PERMEN KP No. 17

tahun 2013, tentunya terdapat wilayah – wilayah yang mengajukan izin reklamasi di

WP3K.

Sebagai upaya pemeriksaan kualitas dan substansi dokumen – dokumen yang diajukan

oleh pemrakarsa reklamasi di WP3K dan kondisi eksisting di lapangan (termasuk

seluruh aspek yang terkait), maka perlu dilakukan verifikasi dokumen – dokumen

reklamasi tersebut.

99

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai

fasilitator dan motivator pengelolaan reklamasi wilayah pesisir dan laut, dipandang

perlu untuk berperan aktif dalam kegiatan reklamasi di WP3K. Pengamatan terhadap

kondisi beberapa daerah rencana reklamasi maupun daerah reklamasi yang sudah

selesai dibangun ialah munculnya manfaat sekaligus permasalahan. Beberapa issue

mengenai kegiatan reklamasi diantaranya mengenai AMDAL, degradasi lingkungan, dan

perubahan morfologi pantai, disamping manfaat utama yang diharapkan yaitu

peningkatan nilai ekonomi pada wilayah reklamasi yang baru. Mengingat kompleksitas

permasalahan di wilayah reklamasi, maka pada tahun 2014 Direktorat Pesisir dan

Lautan - Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil melaksanakan kegiatan

“Verifikasi dan Fasilitasi Kegiatan Reklamasi Pesisir”.

A. Izin Lokasi Reklamasi Teluk Benoa

Latar belakang rencana reklamasi Teluk Benoa ialah terjadinya pendangkalan yang

meluas sehingga menyebabkan degradasi ekosistem pesisir dan terbentuknya lahan

yang tidak produktif. Kondisi tersebut menyebabkan perlunya penanganan kawasan

Teluk Benoa secara komprehensif dan terpadu. Potret kondisi eksisting Teluk Benoa

dapat ditampilkan pada gambar-gambar berikut :

Gambar 21 Kondisi eksisting Teluk Benoa (tahun 2013)

Surat permohonan izin lokasi reklamasi dari pemrakarsa PT. Tirta Wahana Bali

Internasional (TWBI) disampaikan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan pada

tanggal 11 Juni 2014. Rencana lokasi reklamasi Teluk Benoa sesuai dengan proposal

yang diajukan dengan luas 810 ha, dan yang disetujui seluas 700 Ha sesuai dengan

telaahan dan evaluasi terhadap domumen dan lokasi rencana reklamasi.

Sesuai dengan PERMEN KP No. 17 tahun 2013, persyaratan untuk memperoleh izin

lokasi yang harus dipenuhi pemrakarsa yaitu : (a). Surat permohonan Menteri Kelautan

dan Perikanan, (b). Bukti kesesuaian lokasi reklamasi dengan RZWP3K dan/atau RTRW

dari instansi yang berwenang, (c). Peta lokasi reklamasi dan lokasi sumber material

dengan skala 1:1.000 dengan sistem koordinat lintang (longitute) dan bujur (latitute)

pada lembar peta, dan (d). Proposal perencanaan reklamasi.

100

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Menteri memberikan izin lokasi sesuai dengan PerMenKP No. 17 tahun 2013

berdasarkan pada kesesuaian lokasi dengan RZWP-3-K atau RTRW provinsi,

kabupaten/kota yang sudah mengalokasikan ruang untuk reklamasi; kondisi ekosistem

pesisir; akses publik; dan keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Berdasarkan aspek hukum, proposal yang disampaikan, dan hasil verifikasi lapangan,

dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Lokasi reklamasi sudah sesuai arahan pemanfaatan ruang dalam PERPRES 51 tahun

2014 sesuai dengan alokasi ruang;

b. Ekosistem pesisir di daerah rencana reklamasi didominasi oleh ekosistem

mangrove dengan kondisi baik dengan jenis beragam. Apabila reklamasi dilakukan

di lokasi tersebut, ekosistem mangrove tidak akan terganggu karena reklamasi

akan dilakukan dengan reklamasi berbentuk pulau-pulau buatan;

c. Pemrakarsa tetap mempertahankan akses nelayan dan pembudidaya ikan;

d. Mempersiapkan beberapa alternatif seperti kompensasi atau pemindahan lokasi

penangkapan ke tempat yang lain terdekat untuk keberlanjutan kehidupan dan

penghidupan masyarakat.

Sesuai hasil evaluasi, dalam pemberian Izin Lokasi tersebut direkomendasikan

beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti oleh Pemohon Izin Lokasi sebagai berikut:

a. Lokasi reklamasi agar berbentuk pulau – pulau buatan yang dipisahkan oleh kanal-

kanal dengan jarak minimal 300 meter dari garis pantai agar tidak mengganggu

keseimbangan dan keberadaan ekosistem pesisir (mangrove) di sekitar lokasi

reklamasi dan keberadaan taman hutan rakyat;

b. Rencana sumber pengambilan material untuk keperluan reklamasi agar

memperhatikan aspek lingkungan;

c. Memperhatikan mata pencaharian nelayan sekitar lokasi reklamasi;

d. Tetap memberikan akses kepada masyarakat/nelayan untuk memanfaatkan

wilayah pesisir di sekitar lokasi reklamasi.

B. Rekomendasi Izin Lokasi Tanjung Carat

Rencana lokasi reklamasi Tanjung Carat, Kabupaten Banyuasin merupakan satu

kesatuan dengan Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-api dengan

rencana luas reklamasi ± 3.000 Ha. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk

memperoleh Rekomendasi Izin Lokasi sesuai dengan PerMenKP No. 17 tahun 2013

adalah sebagai berikut : Surat keterangan lokasi reklamasi dan lokasi sumber material

dari gubernur, bupati/walikota; Peta lokasi reklamasi dan lokasi sumber material

dengan skala 1 : 1.000 dengan sistem koordinat lintang (longitute) dan bujur (latitute)

pada lembar peta, Proposal perencanaan reklamasi

Menteri memberikan rekomendasi izin lokasi sesuai dengan PerMenKP No. 17 tahun

2013 berdasarkan pada kesesuaian lokasi dengan RZWP-3-K atau RTRW provinsi,

101

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

kabupaten/kota yang sudah mengalokasikan ruang untuk reklamasi; Kondisi ekosistem

pesisir; Akses publik; dan Keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat

Berdasarkan proposal yang disampaikan dan hasil verifikasi lapangan, dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Berdasarkan pola ruang pada Pasal 33 poin b Perda Kabupaten Banyuasin No. 28

Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 – 2032, calon lokasi

reklamasi telah sesuai dengan alokasi ruang pada pola ruang;

b. Terdapat ekosistem mangrove dengan kondisi baik dan jenis beragam, antara lain:

Api-Api (Avicennia sp), Bakau-bakau (Rhizophora sp), Bruguiera sp, Kandelia sp dan

Ceriops sp. Apabila reklamasi dilakukan di lokasi tersebut, ekosistem mangrove

tidak akan terganggu karena reklamasi akan dilakukan dengan jarak minimal 300

meter dari daratan dan dipisahkan dengan kanal. Apabila dilaksanakan reklamasi,

maka kemungkinan akan mengganggu akses nelayan dan pembudidaya ikan dalam

kegiatan perikanan serta akses pelayaran rakyat. Akan tetapi hal ini sudah

diantisipasi dalam proposal;

c. Apabila kegiatan reklamasi dilaksanakan akan mengganggu wilayah penangkapan

nelayan, dan telah ada perencanaan pada proposal dengan melakukan beberapa

alternatif seperti kompensasi atau memindahkan lokasi penangkapan ke tempat

yang lain terdekat sesuai dengan kesepakatan.

Beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti oleh Pemohon Izin Lokasi sebagai berikut:

a. Lokasi reklamasi agar berbentuk pulau yang dipisahkan oleh kanal dengan jarak

minimal 300 meter dari garis pantai agar tidak mengganggu keseimbangan dan

keberadaan ekosistem pesisir (mangrove) di sekitar lokasi reklamasi dan

keberadaan hutan lindung;

b. Agar memperhatikan rencana pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung

Api-api;

c. Rencana sumber pengambilan material untuk keperluan reklamasi agar

memperhatikan aspek lingkungan;

d. Memperhatikan mata pencaharian nelayan sekitar lokasi reklamasi;

e. Tetap memberikan akses kepada masyarakat/nelayan untuk memanfaatkan

wilayah pesisir di sekitar lokasi reklamasi.

102

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Gambar 22. Kondisi eksisting daerah lokasi reklamasi Tanjung Carat

Indikator jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi (izin) merupakan indikator yang baru

ditetapkan menjadi indikator kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan pada tahun 2013 dan

2014 (seiring diterapkannya sistem Balanced Score Card di Kementerian Kelautan dan

Perikanan). Pada tahun 2013 target untuk indikator ini adalah sebanyak 1 izin yang

terfasilitasi dengan capaian 1 izin, sedangkan tahun 2014 memiliki target 2 izin

reklamasi yang terfasilitasi dengan capaian 2 izin yang terfasilitasi. Target indikator ini

bersifat kumulatif, dengan capaian 100 untuk tahun 2013 dan 2014.

SS 12. Tersedianya SDM Lingkup Ditjen KP3K Yang Kompeten Dan Profesional

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Tersedianya

SDM lingkup DItjen KP3K yang kompeten dan profesional terdiri atas dua indikator

kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

Tabel 73. Tersedianya SDM lingkup DItjen KP3K yang kompeten dan profesional

Lokasi RencanaReklamasi

No Ik

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

26 Indeks kesenjangan kompetensi eselon II, III, IV dan V DJ KP3K (%)

50% 13,73% 120

27 Service Level Agreement DJKP3K 75% 93,13% 120

103

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

IK 26. Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DJ KP3K

Indikator Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV, dan V KP3K dihitung dari

perbandingan antara kompetensi yang dibutuhkan untuk satu jabatan tertentu dan

kompetensi yang dimiliki oleh pejabat tersebut.

Pada Tahun 2014, target indeks kesenjangan kompetensi Eselon II hingga IV sebesar

50%. Dari target tersebut, telah dicapai 13,73% atau tercapai 120% sebagaimana tersaji

pada tabel di bawah ini.

Tabel 74. Capaian Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V KKP (%)

Sumber data: Biro Perencanaan KKP

Data capaian pada tabel di atas hasil dari assessment terhadap pejabat eselon II dan III

pada satu Unit Eselon I sebagai sample. Dari hasil kegiatan ini dapat diketahui

kesenjangan kompetensi (competency gap) pada setiap pejabat eselon II dan III.

Kompetensi merupakan kombinasi keterampilan, pengetahuan dan sikap yang

kompleks yang ditunjukkan oleh seorang anggota organisasi yang sangat penting bagi

terselenggaranya fungsi organisasi secara efektif dan efisien. Kombinasi keterampilan,

pengetahuan, perilaku dan atribut personal yang terobservasi dan mampu memberikan

kontribusi dalam meningkatkan kinerja seorang pegawai dan kesuksesan organisasi.

Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 75. Perbandingan Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DJ KP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)

INDIKATOR KINERJA REALISASI 2012*

REALISASI 2013

REALISASI 2014

% REALISASI 2014 thdp TARGET JANGKA

MENENGAH

Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DITJEN KP3K

- 56,68% 13,73% 120

*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada

Salah satu penyebab keberhasilan pencapaian target ini adalah dengan adanya

program pendidikan dan pelatihan pegawai yang dilaksanakan oleh Badan SDMKP.

NO IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

26 Indeks kesenjangan kompetensi eselon II, III, IV dan V DJ KP3K (%)

50% 13,73% 120

104

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

IK 27. Service Level Agreement DJKP3K

Service Level Agreement (SLA) adalah tingkat layanan yang diberikan oleh penyedia

layanan terhadap pengguna layanan dalam hal akses informasi dengan sasaran

tersedianya informasi kelautan dan perikanan yang valid, handal dan mudah diakses.

Pada Ditjen KP3K, SLA dihitung dari jumlah waktu layanan (hari) terhadap akses

informasi pada website Ditjen KP3K.

Pada tahun 2014, tingkat SLA ditargetkan sebesar 75 % dan terealisasi sebesar 93,13%,

atau mencapai 120% dari target yang diproyeksikan, sebagaimana tersaji dalam tabel

berikut:

Tabel 76. Service Level Agreement DJKP3K

Sumber data: Bagian Hukum, Organisasi dan Humas

Nilai tersebut diperoleh berdasarkan rumus :

Jumlah waktu Layanan yang diberikan Tingkat Layanan = ----------------------------------------------------------- X 100 % Jumlah waktu layanan dalam setahun

233 Tingkat Layanan = ----------- X 100 = 93,17 % 250

Tabel 77. Realisasi Service Level Agreement (SLA) per-triwulan Tahun 2014 Periode Nilai

Triwulan I

Jumlah Hari Akses Pelayanan 52 85,25

Jumlah Hari Kerja 61

Triwulan II

Jumlah Hari Akses Pelayanan 58 95,08

Jumlah Hari Kerja 61

Triwulan III

Jumlah Hari Akses Pelayanan 62 96,88

Jumlah Hari Kerja 64

Triwulan IV

Jumlah Hari Akses Pelayanan 61 95,31

Jumlah Hari Kerja 64

Rata-rata 93,13

Sumber data : Bagian Hukum, Organisasi dan Humas

NO IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

27 Service Level Agreement DJKP3K 75% 93,13% 120

105

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Apabila dibandingkan terhadap capaian tingkat SLA pada Tahun 2013 yaitu sebesar

99,24%, capaian SLA Tahun 2014 masih tercapai di atas 100%, sebagaimana terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 78. Perbandingan Service Level Agreement DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)

INDIKATOR KINERJA REALISASI 2012*

REALISASI 2013

REALISASI 2014

% REALISASI 2014 thdp TARGET JANGKA

MENENGAH

Service Level Agreement DJKP3K

- 99,24 93,13 120

*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada

Capaian kinerja di atas 100% ini didasarkan atas adanya pembangunan dan

pengembangan Sistem Informasi KKP (SI-KKP) yang jaringan infrastrukturnya telah

mulai terintegrasi baik di pusat maupun di daerah dengan sistem koneksi berbasis

internet yang kontinyu yang pada akhirnya akan dimanfaatkan untuk memperoleh dan

menyampaikan data dan informasi secara cepat. Untuk menjalankan infrastruktur

jaringan SI-KKP yang optimal memerlukan kapasitas dan kualitas bandwidth internet

yang memadai sehingga jalur komunikasi data menjadi lancar dan tidak terhambat.

Dengan kapasitas bandwidth yang lebih besar dan infrastruktur yang memadai akan

berdampak kepada koneksi internet yang optimal, sehingga layanan akses untuk

mendapatkan data dan informasi kelautan dan perikanan yang valid, handal dan

mudah diakses semakin meningkat.

SS 13. Tersedianya Informasi Bidang KP3K Yang Valid, Handal dan Mudah Diakses

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Tersedianya

informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah diakses, dengan capaian kinerja

sebagai berikut:

Tabel 79. Sasaran Tersedianya informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah diakses

No IK

Indikator kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

28 Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi di DJKP3K (skala likert 1-5)

4,25 4,89 115,06

29 Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di DJKP3K (%)

100 92,66 92,66

106

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

IK 28. Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses Informasi di Ditjen KP3K

Indikator Persepsi user terhadap kemudahan akses (skala likert 1-5) DJKP3K dihitung

dari tingkat kepuasan user terhadap pelayanan terhadap kemudahan aksesibilitas yang

disepakati bersama di lingkup Ditjen KP3K. Indikator ini dihitung menggunakan angket

yang terdiri dari 5 skala (sangat memuaskan, memuaskan, cukup memuaskan, kurang

memuaskan, tidak memuaskan). Angket tersebut dilampirkan pada website KP3K

dengan alamat www.kp3k.kkp.go.id dan diharapkan setiap pengguna/user website

KP3K memberikan penilaian.

Pada Tahun 2014, angket kepuasaan publik terhadap Website KP3K disampling dari

unit kerja internal Ditjen KP3K yang melibatkan 5 direktorat dan 8 unit pelaksana teknis

(UPT) dengan jumlah responden yang terlipat sebanyak 200 orang.

Adapun daftar pertanyaan yang diberikan meliputi:

1. Pengalaman menggunankan Website KP3K :

2. Frekuensi menggunakan Website KP3K ;

3. Angket kepuasan meliputi pertanyaan:

4. Apakah saudara puas dengan tampilan/design Website KP3K

5. Apakah anda puas dengan koneksi internet pada web KP3K

6. Apakah anda puas dengan konten/isi dari web KP3K

7. Apakah anda puas dengan timbal balik pada konten pengaduan di Web KP3K

8. Apakah anda puas dengan tampilan foto/video pada web KP3K

9. Apakah isi konten web KP3K sudah relevan dengan TUPOKSI Ditjen KP3K

10. Apakah isi konten web KP3K menyediakan info terkini/update

11. Apakah isi konten web KP3K mudah difahami/dimengerti

Dari hasil polling tersebut, didapat nilai 4,63 dari target nilai 4,25. Capaian tersebut

sebagaimana tersaji pada tabel berikut ini.

Tabel 80. Capaian Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V KKP (%)

Sumber data: Bagian Hukum, Organisasi dan Humas

Indikator kinerja Target Realisasi %

Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi di DJKP3K

4,25 4,63 109

107

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Secara lengkap, nilai dari masing-masing kuisioner adalah sebagai berikut:

Gambar 23 Grafik Hasil Polling Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses Tahun 2013

Apabila dibandingkan dengan target dan realisasi pada Tahun 2013, dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut:

Tabel 81. Perbandingan Service Level Agreement DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)

INDIKATOR KINERJA REALISASI 2012*

REALISASI 2013

REALISASI 2014 % REALISASI 2014 thdp

TARGET JANGKA

MENENGAH

Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi di DJKP3K

- 4,01 4,63 109

*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada

Prestasi ini dicapai karena telah dibentuk tim kehumasan lingkup Ditjen KP3K pada

Tahun 2014.

IK 29. Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal Pemerintah (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi di DJKP3K (%)

Indikator IKU Jumlah rekomendasi aparat pengawas internal dan eksternal yang

ditindaklanjuti dibanding totalrekomendasi Ditjen KP3K dihitung dari persentase saran

atau perbaikan yang ditindaklanjuti berdasarkan laporan hasil pengawasan Aparat

Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah selama Tahun 2014. Dari target nilai

100%, tercapai 85,87%. Dari 191 saran dan rekomendasi sudah ditindaklanjuto dan

dinyatakan tuntas 137, dan yang masih dalam proses sebanyak 54 saran dan

rekomendasi. Capaian tersebut sebagaimana tersaji pada tabel dibawah ini.

3,84

4,24,44,64,8

5Hasil Polling Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses Tahun 2014

108

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Tabel 82. Target dan Realisasi IKU 2014 Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi Ditjen KP3K (%)

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Jumlah rekomendasi aparat pengawas internal dan eksternal (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi Ditjen KP3K (%)

100 85,87 85,87

Sumber data: Inspektorat Jenderal KKP

Secara rinci, temuan keuangan dari APIEP yang telah tuntas ditindaklanjuti (100%)

selama Tahun 2014, namun masih terdapat temuan administrasi 71%, sebagaimana

tersaji pada tabel berikut:

Tabel 83. Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Ditjen KP3K Tahun 2014

No APIEP Keuangan Administrasi

Temuan (Rp.) Tindak Lanjut

(Rp.) % Temuan Tindak Lanjut %

1 BPK-RI 86.549.594 86.549.594 100 6 6 100

2 BPKP 317.564.731 317.564.731 100 26 26 100

3 ITJEN KKP 4.193.441.270 4.193.441.270 100 223 151 67,71

Total 4.597.555.595 4.597.555.595 100 255 183 71,73

Rata-rata Keuangan dan Administrasi 85,87

Sumber data : Itjen KKP (Februari, 2015)

Tabel 84. Perbandingan Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi Ditjen KP3K (%) Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)

INDIKATOR KINERJA REALISASI 2012*

REALISASI 2013

REALISASI 2014

% REALISASI 2014 thdp

TARGET JANGKA

MENENGAH

Jumlah rekomendasi aparat pengawas internal dan eksternal

(APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi

Ditjen KP3K (%)

- 88,36 85,87 85,87

*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada

Beberapa hal yang menjadi kendala dalam penyelesaian rekomendasi adalah:

Ketiadaan kewenangan penangung jawab satker untuk melakukan intervensi

kebijakan pada masyarakat (contoh terhadap koperasi),

Pihak ketiga yang sulit untuk ditelusuri keberadaannya,

Pihak ketiga yang sudah tidak aktif atau telah pailit, dan

Penanggung jawab mutasi/pensiun.

109

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Adapun rencana percepatan penyelesaian sisa temuan diatas dilakukan melalui

koordinasi dengan direktorat teknis terkait, Inspektorat Jenderal KKP, BPKP Perwakilan

setempat, dan dengan dinas/badan pelaksana proyek KP3K di tingkat provinsi/

kabupaten/kota.

SS 14. Terwujudnya Good Governance & Clean Government di Bidang KP3K

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Terwujudnya

good governance & clean government di bidang KP3K, dengan capaian kinerja sebagai

berikut:

Tabel 85. Terwujudnya good governance & clean government di bidang KP3K

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Akhir Capaian

(%)

1 Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja DJKP3K Nilai AKIP A 80,57 (A) 100,00

2 Nilai Integritas DJKP3K 6,75 7,46 110,52

3 Nilai Inisiatif anti korupsi di DJKP3K 7,75 7,9 101,94

4 Nilai Penerapan RB di DJKP3K 80 84,23 105,29

IK 30. Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja DJKP3K

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan integrasi dari

sistem perencanaan, sistem penganggaran dan sistem pelaporan kinerja, yang selaras

dengan pelaksanaan sistem akuntabilitas keuangan. Dalam hal ini, setiap organisasi

diwajibkan mencatat dan melaporkan setiap penggunaan keuangan negara serta

kesesuaiannya dengan ketentuan yang berlaku.

Akuntabilias kinerja yaitu perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan

yang telah di amanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi

organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui

laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik. Indikator Tingkat

Kualitas Akuntabilitas Kinerja DJKP3K dihitung dari pedoman Penilaian AKIP instansi

dari KemenPAN atas akuntabilitas kinerja Ditjen KP3K. Yang melakukan penilaian AKIP

Ditjen KP3K pada Tahun 2014 adalah Inspektorat III sebagai mitra kerja Ditjen KP3K

dengan indikator-indikator sebagai berikut:

a. Perencanaan Kinerja dengan bobot 35%;

b. Pengukuran Kinerja dengan bobot 20%;

c. Pelaporan Kinerja dengan bobot 15%;

d. Evaluasi kinerja dengan bobot 10%;

e. Pencapaian Kinerja dengan bobot 20%.

110

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Tahun 2014 dari target nilai A, Ditjen KP3K telah tercapai A (80,59), sebagaimana tersaji

pada tabel berikut:

Tabel 86. Target dan Realisasi IKU Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi

Ahir Capaian

(%)

30 Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K

Nilai AKIP A (75)

Nilai AKIP A (80,59)

104,86

Sumber data : Ijten KKP (Juni,2014)

Perkembangan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP) Ditjen KP3K dari tahun

ke tahun mengalami peningkatan cukup signifikan. Tahun 2012, nilai Ditjen KP3K

adalah 77,73 (kategori A), tahun 2013 bertambah menjadi 78,52 (A) dan pada Tahun

2014 naik menjadi 80,59 (A), sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Tabel 87. Perbandingan Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, berdasarkan Komponen penilaian AKIP

NO KOMPONEN NILAI

2012

NILAI

2013

NILAI

2014

A. Perencanaan Kinerja (35%) 32,19 30,53 33,03

1. Perencanaan Strategis (12,5%) 10,83 10,31 11,38

2. Perencanaan Kinerja Tahunan (22,5%) 21,36 20,21 21,65

B. Pengukuran Kinerja (20%) 16,10 16,70 17,70

1. Pemenuhan Pengukuran (4%) 4,00 3,50 3,00

2. Kualitas Pengukuran (10%) 9,29 9,82 9,82

3. Implementasi Pengukuran (6%) 2,81 3,38 4,88

C Pelaporan Kinerja (15%) 13,96 13,46 9,50

1. Pemenuhan Pelaporan (3%) 3,00 3,00 2,29

2. Penyajian Informasi Kinerja (8%) 7,71 7,71 5,71

3. Pemanfaatan Ingormasi Kinerja (4%) 3,25 2,75 1,50

D. Evaluasi Internal (10%) - - 3,98

1. Pemenuhan Evaluasi (2%) - - 1,75

2. Kualitas Evaluasi (5%) - - 2,23

3. Pemanfaatan Evaluasi (3%) - - 0,00

E Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi

(20%)

15,48 17,83 16,38

1. Kinerja Yang Dilaporkan (Output) (5%) 4,30 5,25 4,00

2. Kinerja Yang Dilaporkan (Outcome) (5%) 3,94 4,31 8,88

3. Kinerja Tahun Berjalan (5%) 4,03 4,38 -

4. Kinerja Dari Penilaian Itjen KKP (5%) 3,21 3,90 -

Total Nilai 77,73 78,52 80,59 Sumber data: Ijten KKP (Juni,2014)

111

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Salah satu hal yang mendorong kenaikan nilai AKIP Ditjen KP3K pada Tahun 2014

adalah dengan mulai dibangunnya sistem monitoring kinerja yang berbasis teknologi

informasi yaitu Sistem Informasi Manajemen Kinerja Ditjen KP3K (Satker 07) yang

disingkat SIMANJA-07. Sistem ini melibatkan seluruh satker di lingkungan Ditjen KP3K,

mulai dari satker pusat, satker Unit Pelaksana Teknis (UPT), hingga satker

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan di daerah. Selain itu, dalam pengelolaan sistem

akuntabilitas kinerja di lingkungan Ditjen KP3K, telah dibentuk suatu tim SAKIP dan

LAKIP dan tim pengelola SIMANJA-07.

Program lain yang mendorong meningkatnya nilai akuntabilitas kinerja Ditjen KP3K ini

adalah adanya aplikasi kinerja di lingkungan KKP yaitu aplikasi kinerjaku.kkp.go.id dan

aplikasi Sistem Penilaian Kinerja Individu (Sipkindu) di lingkungan KKP.

IK 31. Nilai Integritas DJKP3K

Indikator Nilai Integritas Ditjen KP3K mengacu pada nila integritas Kementerian

Kelautan dan Perikanan (KKP). Indikator Nilai Integritas dihitung dari :

1. Survei dilakukan terhadap unit layanan dengan melibatkan jumlah responden

pengguna layanan. Seluruh responden merupakan pengguna langsung dari

layanan publik yang disurvei dalam satu tahun terakhir.

2. Penilaian survei dilakukan dengan menggabungkan dua unsur, yakni

pengalaman integritas: yang merefleksikan pengalaman responden terhadap

tingkat korupsi yang dialaminya; dan potensi integritas yang merefleksikan

faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan terjadinya korupsi dipersepsikan

oleh responden

3. Dari kedua unsur tersebut, kemudian dijabarkan menjadi variable, indikator,

dan sub-sub indikator.

4. Besarnya bobot dari setiap variabel, inidikator, dan sub-indikator ditentukan

oleh para pakar yang memiliki keilmuan terkait dengan pemberantasan dan

pencegahan korupsi seperti sosiologi, psikologi, hukum, administrasi negara,

ekonomi, dan disiplin ilmu lainnya

Penilaian indikator ini dilakukan oleh KPK, dengan tujuan untuk mewujudkan

pemerintahan yang good governance dan clean government. Pada tahun 2014

dilakukan penilaian atas layanan: 1) Izin Penangkapan Ikan; dan 2) Pengadaan Barang

dan Jasa dengan hasil nilai 7,46 dari target 6,75 (tercapai 110,52%) sebagaimana pada

tabel berikut:

Tabel 88. Target dan Realisasi IKU Nilai Integritas DJKP3K Tahun 2014

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Nilai Integritas DJKP3K 6,75 7,46 110,52 Sumber data: Biro Perencanaan, KKP

112

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Jika dibandingkan dengan nilai integritas KKP tahun 2012 mendapat nilai 6,89, tahun

2013 naik sebesar 10,23 dan nilai integritas KKP 2014 menjadi 7,46.

Tabel 89. Perbandingan Nilai Integritas DJKP3K Tahun 2014 Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)

INDIKATOR KINERJA REALISASI 2012*

REALISASI 2013

REALISASI 2014

% REALISASI 2014 thdp

TARGET JANGKA

MENENGAH

Nilai Integritas DJKP3K 6,89 10,23 7,46 110,52

Program yang mendukung capaian indikator ini adalah dengan dibentuknya Unit

Layanan Pengadaan (ULP) di setiap unit Eselon I yang terintegrasi dan dengan

menggunakan sistem online.

IK 32. Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K

Indikator Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K dihitung dari penilaian Itjen terhadap

inisiatif anti korupsi yang dilakukan oleh masing-masing unit Eselon II Ditjen KP3K

dengan kuesioner.

Berdasarkan Intruksi Presiden RI Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan

Pemberantasan Korupsi, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(Ditjen KP3K) memberikan dukungan maksimal terhadap upaya-upaya penindakan

korupsi untuk terciptanya sebuah “good and clean governance” (tata kelola

pemerintah baik dan bersih) di Indonesia dengan pilar utama transparansi, partisipasi

dan akuntabilitas. Ditjen KP3K juga melakukan peningkatan upaya pengawasan dan

pembinaan aparatur untuk meniadakan perilaku koruptif di lingkungan Ditjen KP3K.

Penilaian Inisatif Anti Korupsi (PIAK) adalah alat ukur dalam menilai kemajuan suatu

instansi dalam mengembangkan upaya pemberantasan korupsi di instansinya. Tujuan

dari PIAK ini adalah untuk mengukur apakah suatu instansi telah menerapkan sistem

dan mekanisme yang efektif untuk mencegah dan mengurangi korupsi di

lingkungannya. Indikator yang digunakan untuk mengukur yaitu:

Indikator Utama

o Kode etik khusus

o Peningkatan transparansi dalam manajemen sdm

o Peningkatan transparansi dalam pengadaan

o Peningkatan transparansi penyelenggaraan negara

o Peningkatan akses publik dalam memperoleh informasi

o Pelaksanaan saran perbaikan yang diberikan oleh KPK/BPK/APIP

o Kegiatan promosi anti korupsi

Indikator Inovasi

113

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

o Laporan kualitatif

Pada tahun 2014 Nilai Inisiatif Anti Korupsi Ditjen KP3K telah ditargetkan yaitu 7,75.

Hingga akhir tahun 2014 capain untuk Indikator Kinerja ini telah tercapai sebesar 7,9.

Capaian tersebut sebagaimana tersaji pada tabel dibawah ini.

Tabel 90. Perbandingan Nilai Integritas DJKP3K Tahun 2014 Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K 7,75 7,9 101,94 Sumber data : Itjen KKP

Capaian nilai pada Tahun 2014 ini jika dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya

dan dibandingkan dengan target jangka menengah adalah sebagai berikut:

Tabel 91. Perbandingan Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan

2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)

INDIKATOR KINERJA REALISASI 2012*

REALISASI 2013

REALISASI 2014

% REALISASI 2014 thdp

TARGET JANGKA

MENENGAH

Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K

- 7,8 7,9 101,94

*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada

Program/kegiatan yang mendukung capaian indikator ini adalah dengan adanya

sosialisasi dan promosi anti korupsi di lingkungan Ditjen KP3K baik di tingkat pusat

maupun di daerah yang terus menerus di setiap kesempatan, baik melalui media cetak

dan elektronik.

IK 33. Nilai Penerapan RB DJKP3K

Indikator Nilai Penerapan RB DJKP3K secara mandiri dihitung berdasarkan Pedoman

Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi melalui Peraturan MenPAN Nomor

1 Tahun 2012. Instansi yang menilai RB pada Ditjen KP3K adalah Inspektorat Jenderal.

Nilai RB Ditjen KP3K Tahun 2014 adalah 83,89. Nilai ini merupakan nilai sementara yang

dihitung oleh tim RB Ditjen KP3K. Angka final nial RB akan diperoleh dari hasil reviu dari

Tim RB Inspektorat Jenderal KKP yang keluar pada awal Februari 2014. Capaian nialai

83,89 ini dikategorikan pada level 4 yaitu termasuk kategori instansi yang telah

melakukan langkah penyesuaian/perbaikan terkait pelaksanaan RB dan hasilnya telah

menunjukkkan perkembangan yang substansial dan semua target yang relevan

terpenuhi.

Tabel 92. . Target dan Realisasi IKU Nilai Penerapan RB Ditjen KP3K

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Nilai Penerapan RB DJKP3K 80 84,23 105,23 Sumber data: Bagian Hukum, Organisasi dan Humas

114

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Capaian nilai pada Tahun 2014 ini jika dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya

dan dibandingkan dengan target jangka menengah adalah sebagai berikut:

Tabel 93. Perbandingan Nilai Penerapan RB Ditjen KP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)

INDIKATOR KINERJA REALISASI 2012*

REALISASI 2013

REALISASI 2014

% REALISASI 2014 thdp

TARGET JANGKA

MENENGAH

Nilai Penerapan RB DJKP3K - 70,86 84,23 105,23

*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada

Program/kegiatan yang mendukung capaian indikator ini adalah dengan dibentuknya

Tim PMP-RB di lingkungan Ditjen KP3K serta dukungan dari seluruh unsur pada Ditjen

KP3K dalam memperbaiki kekurangan pada program reformasi birokrasi di lingkungan

Ditjen KP3K.

SS 15. Terkelolanya Anggaran KP3K Secara Optimal

Tabel 94. Terkelolanya anggaran KP3K secara optimal

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Terwujudnya

good governance & clean government di bidang KP3K, dengan capaian kinerja sebagai

berikut:

IK 34. Persentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Terkelolanya

anggaran Ditjen KP3K secara optimal adalah Indikator Persentase penyerapan DIPA

DJKP3K. Indikator ini dihitung dari persentase pelaksanaan anggaran dibanding dengan

alokasi anggaranatas satu indikator kinerja.Dari target penyerapan DIPA TA 2014>

tercapai 92,97% per 20 Januari 2015.

Tabel 95. Target dan Realisasi IKU Presentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Presentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K

>95 92,97 97,86

Sumber data : Bagian Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

No IK

Indikator kinerja Target Realisasi Akhir

Capaian (%)

34 Persentase penyerapan DIPA di DJKP3K (%)

95% 92,97% 97,69

115

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Gambar 24. Grafik Penyerapan Anggaran Ditjen KP3K Tahun 2014

Alokasi anggaran yang dikelola oleh Direktorat Jenderal KP3K TA.2014, dilaksanakan

dalam rangka menunjangvisi dan misi program/kegiatan Kementerian Kelautan dan

Perikanan. Direktorat Jenderal KP3K melaksanakan 1 (satu) program dari semua

program Kementerian Kelautan dan Perikanan yang terdiri dari 5 (lima) Kegiatan.

Keenam program tersebut dijabarkan ke dalam 139 Satuan Kerja (satker), yaitu 8

(tujuh) satker yang terdapat di pusat, 8 (delapan) satker di UPT/Kantor Daerah, 33

Satker Dekonsentrasi dan 86 Satker Tugas Pembantuan yang terdapat di daerah.

Gambaran alokasi Total anggaran kegiatan Direktorat Jenderal KP3K tahun 2014

dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 96. Alokasi anggaran dan Realisasi Anggaran Kegiatan Direktorat Jenderal KP3K tahun 2014 per 20 Januari 2015

No.

NAMA SATKER PAGU AWAL

(Rp 1000)

PAGU REVISI

(Rp1000)

REALISASI

(Rp 1.000) %

1 2 3 3 7 8

A. KANTOR PUSAT (8 Satker)

1. DIREKTORAT TRLP3K 26.225.000 21.737.972 21.660.980 99,65

2 DIREKTORAT KKJI 19.285.700 16.960.084 16.377.875 96,57

3 DIREKTORAT PESISIR DAN LAUTAN 77.800.000 34.001.809 33.774.539 99,33

4 DIREKTORAT PPPK 169.850.000 133.350.000 126.428.052 94,81

5 DIREKTORAT PMPPU 21.250.000 14.154.685 11.409.376 80,60

6 CCD-IFAD 21.747.825 21.547.825 14.997.629 69,60

116

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

No.

NAMA SATKER PAGU AWAL

(Rp 1000)

PAGU REVISI

(Rp1000)

REALISASI

(Rp 1.000) %

1 2 3 3 7 8

7 COREMAP - CTI 13.014.300 12.854.300 10.903.413 84,82

8 SEKRETARIAT DITJEN KP3K 74.372.827 90.628.925 84.902.302 93,68

T O T A L (I) 423.545.652 345.235.600 320.454.166 92,82

B. UPT/KANTOR DAERAH (8 Satker)

1 BPSPL Padang 8.456.205 8.456.205 8.038.745 95,06

2 BPSPL Pontianak 6.329.361 6.329.361 6.038.442 95,40

3 BPSPL Makassar 7.139.976 7.139.976 6.737.401 94,36

4 BPSPL Denpasar 7.301.682 7.301.682 6.647.845 91,05

5 BKKPN Kupang 15.466.082 15.466.082 12.542.740 81,10

6 LPSPL Serang 6.998.794 6.998.794 6.800.378 97,16

7 LPSPL Sorong 6.496.649 6.496.649 6.244.140 96,11

8 LKKPN Pekanbaru 9.428.732 9 428.732 9.022.230 95,69

T O T A L (II) 67.617.481 67.617.481 62.071.921 91,80

C DAERAH (33 Satker)

1 Satker Dekonsentrasi/PKP ( 33 Provinsi )

48.840.000 48.840.000 45.662.383 93,49

D Satker Tugas Pembantuan (86 Satker)

1 Kegiatan PUGAR (43 Kab/Kota ) 65.000.000 65.000.000 61.248.919 94,23

2 Kegiatan PDPT ( 22 Kab/Kota ) 21.000.000 21.000.000 20.914.339 99,59

3 Kegiatan CCD-IFAD (13 Kab/Kota) 70.632.175 70.632.175 66.383.136 93,98

4 Kegiatan COREMAP-CTI (14 Kab/Kota)

14.000.000 14.000.000 11.128.106 79,49

T O T A L (III) 219.472.175 219.472.175 205.336.883 93,56

T O T A L (I + II + III) 710.635.308 632.325.256 587.862.970 92,97

Sumber data : Bagian Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan (20 Januari 2015)

Capaian indikator kinerja ini jika dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya dan

dibandingkan dengan target jangka menengah adalah sebagai berikut:

Tabel 97. Perbandingan Presentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K Terhadap Realisasi Tahun

2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)

INDIKATOR KINERJA REALISASI 2012

REALISASI 2013

REALISASI 2014 % REALISASI

2014 thdp TARGET JANGKA

MENENGAH

Presentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K

95,78 70,86 92,97 97,86

Penurunan realisasi anggaran ini disebabkan karena dari anggaran yang diterima oleh

Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pada tahun anggaran 2014

117

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

sebesar Rp. 710.635.308.000,- terjadi pemotongan untuk subsidi BBM dan Tunjangan

Kinerja serta penambahan anggaran untuk APBNP dan BA-999. DIPA Revisi yang

dikelola Ditjen KP3K menjadi sebesar Rp. 632.325.256.000,-. Anggaran tersebut

didistribusikan dengan rincian :

Pagu Anggaran Satker Pusat Rp.345.235.600.000-

Pagu Anggaran Satker Unit Pelaksana Teknis Rp. 67.617.481.000,-

Pagu Anggaran Satker Dekonsentrasi Rp 48.840.000,000,-

Pagu Anggaran Satker Tugas Pembantuan Rp. 170.632.175.000,-

Dengan dikeluarkannya Surat edaran dari Kementerian PAN dan RB mengenai

penghematan anggaran dan karena adanya permasalahan pencairan anggaran di

daerah terutama pada Belanja Sosial (Bansos) maka penyerapan anggaran Ditjen KP3K

pada Tahun 2014 tidak mencapai 100%.

Akuntabilitas Keuangan

Apabila ditinjau dari target dan realisasi anggaran pada tiap indikator kinerja Tahun

2014, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 98. Presentase Realisasi Anggaran pada Masing-masing Indikator Kinerja (IKU) Ditjen KP3K Tahun 2014

N

O KEGIATAN/INDIKATOR KINERJA PAGU REALISASI %

1. Pengelolaan dan Pengembangan

Konservasi Kawasan dan Jenis,

meliputi:

68.709.198 59.974.364 87,29%

IKU 9. Jumlah jenis ikan yang

dikonservasi secara

berkelanjutan

IKU 11. Luas kawasan konservasi

perairan yang dikelola secara

berkelanjutan

IKU 19. Jumlah penambahan

kawasan konservasi perairan

2. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

dan Pengembangan Usaha,

meliputi:

171.334.685 154.039.060 89,91% IKU 1. "Rata-rata pendapatan

petambak garam per

KK/bulan (permusim)”

IKU 2. Pertumbuhan PDB Perikanan

IKU 3. Jumlah produksi garam rakyat

118

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

N

O KEGIATAN/INDIKATOR KINERJA PAGU REALISASI %

IKU 6. Jumlah pelaku usaha mikro

yang mandiri di kawasan

pesisir dan pulau-pulau kecil

IKU 7. Jumlah sarana usaha mikro

yang beroperasi di kawasan

pesisir dan pulau-pulau kecil

(unit)

IKU 8. Jumlah kelompok yang

menerima pemberdayaan

usaha garam rakyat/PUGAR

(kelompok)

IKU 13. Jumlah tenaga kerja (baru) di

bidang pergaraman (orang)

pada PUGAR

IKU 14. Jumlah rekomendasi inovasi

teknologi yang dibutuhkan

untuk modernisasi sistem

produksi garam

IKU 21. Persentase jumlah produksi

garam rakyat Kualitas

Produksi (KP1) dibandingkan

total produksi

IKU 22. Luasan tambak garam yang

dikelola

IKU 23. Persentase luas lahan yang

menggunakan inovasi

teknologi dibanding total

lahan pugar

3. Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil

154.147.125

146.120.415

94,79% IKU 10. Jumlah pulau-pulau kecil

termasuk pulau kecil terluar

yang dikelola

IKU 20. Jumlah pulau-pulau kecil

yang dikelola melalui

kerjasama

4. Pendayagunaan Pesisir dan Lautan

103.841.809 100.351.261 96,64% IKU 4.Jumlah ragam produk kelautan

non garam yang terfasilitasi

pengembangannya (produk)

119

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

N

O KEGIATAN/INDIKATOR KINERJA PAGU REALISASI %

IKU 12. Jumlah kawasan pesisir yang

terfasilitasi ketahanannya

terhadap ancaman kerusakan

IKU 5. Jumlah BMKT yang dikelola

IKU 17. Jumlah luasan kawasan di

wilayah pesisir rusak yang

direhabilitasi

Iku 25. Jumlah fasilitasi izin lokasi

reklamasi

5. Penataan Ruang dan Perencanaan

Pengelolaan Wilayah Laut. Pesisir

dan Pulau-Pulau Kecil

43.663.514 42.475.568 97,28%

IKU 18. Jumlah lokasi laut, pesisir

dan pulau-pulau kecil yang

memiliki perencanaan

pengelolaan

IKU 24. Jumlah rekomendasi izin

pemanfaatan perairan di

WP3K

6. Peningkatan Dukungan Manajemen

dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya Ditjen KP3K

90.628.925 84.902.302 93,68

IKU 15. Jumlah kebijakan publik

bidang KP3K

IKU 16. Jumlah draft peraturan

perundang-undangan bidang

KP3K

IKU 26. Indeks Kesenjangan

Kompetensi Eselon II, III, IV

dan V DJ KP3K

IKU 27. Service Level Agreement

DJKP3K

IKU 28. Persepsi user terhadap

kemudahan akses informasi

di DJKP3K (skala likert 1-5)

IKU 29. Jumlah rekomendasi Aparat

Pengawas Internal dan

Eksternal Pemerintah (APIEP)

yang ditindaklanjuti

120

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

N

O KEGIATAN/INDIKATOR KINERJA PAGU REALISASI %

dibanding total rekomendasi

di DJKP3K (%)

IKU 30. Tingkat kualitas akuntabilitas

kinerja DJKP3K

IKU 31. Nilai Integritas DJKP3K

IKU 32. Nilai Inisiatif anti korupsi di

DJKP3K

IKU 33. Nilai Penerapan RB di DJKP3K

IKU 34. Persentase penyerapan DIPA

di DJKP3K (%)

TOTAL 632.325.256 587.862.970 92,97

121

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

BAB IV. PENUTUP

Berbagai hasil pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah dicapai

selama Tahun 2014, telah dikemukakan di atas. Upaya pembangunan perlu terus

ditingkatkan dan perbaikan kualitas pelayanan harus dilaksanakan lebih konsisten dan

secara terus menerus oleh semua jajaran aparatur pada semua tingkatan, sehingga

pelayanan selalu dapat diberikan secara tepat, cepat dan mudah dilaksanakan serta

tidak diskriminatif.

Sangat disadari bahwa keberhasilan pelaksanaan pembangunan kelautan, pesisir dan

pulau-pulau kecil masih memerlukan perbaikan dan kerja keras oleh seluruh jajaran

Ditjen KP3K. Selain itu, sangat diperlukan dukungan lintas sektor dan lembaga terkait

lainnya, serta para stakeholderskelautan dan perikanan dalam rangka mewujudkan

tujuan dan sasaran pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil terutama

dalam meningkatkan perekonomian nasional.

Pelaksanaan pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil sepanjang Tahun

2014 ini mudah-mudahan dapat memenuhi harapan masyarakat serta

menyumbangkan gagasan dan pemikiran tentang arah dan strategi pembangunan

kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil ke depan secara lebih kompleks.

Tugas membangun sektor kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil ke depan, bukanlah

merupakan tugas pemerintah semata. Dibutuhkan partisipasi aktif pihak lain dan juga

masyarakat luas dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai negara kepulauan yang

mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional.

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi kinerja dan analisis pencapaian akuntabilitas kinerja

tahun 2014, Direktorat Jenderal KP3K telah melaksanakan kegiatannya

berdasarkan pada program untuk mencapai sasaran, sesuai dengan pengukuran

kinerja terlihat bahwa target-target dari sasaran yang ingin dicapai, secara

umum tercapai (rata-rata capaian 112,38%), sebagaimana tersaji pada

dashboard kinerjaku.kkp.go.id sebagai berikut:

122

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

Gambar 25. Dashboard Capaian Kinerja Ditjen KP3K 2014

Hal ini tercapai karena dari 34 Indikator Kinerja Direktorat Jenderal KP3K, terdapat

30 Indikator Kinerja yang mencapai target 100% yakni:

IK 1 Rata-rata pendapatan petambak garam per KK/bulan (permusim)

IK 3 Jumlah produksi garam rakyat

IK 4 Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi

pengembangannya (produk)

IK 5 Jumlah BMKT yang dikelola

IK 6 Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-

pulau kecil

IK 7 Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-

pulau kecil (unit)

IK 8 Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam

rakyat/PUGAR (kelompok)

IK 9 Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan

IK10 Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola

IK11 Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan

123

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

IK12 Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap

ancaman kerusakan

IK13 Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR

IK14 Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk

modernisasi sistem produksi garam

IK15 Jumlah kebijakan publik bidang KP3K

IK16 Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K

IK17 Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi

IK18 Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki

perencanaan pengelolaan

IK19 Jumlah penambahan kawasan konservasi perairan

IK20 Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melalui kerjasama

IK22 Luasan tambak garam yang dikelola

IK23 Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi dibanding

total lahan pugar

IK24 Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K

IK25 Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi

IK26 Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DJ KP3K

IK27 Service Level Agreement DJKP3K

IK28 Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi di DJKP3K

IK30 Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja DJKP3K

IK31 Nilai Integritas DJKP3K

IK32 Nilai Inisiatif anti korupsi di DJKP3K

IK33 Nilai Penerapan RB di DJKP3K

Namun demikian, masih terdapat 4 indikator kinerja yang belum mencapai target,

yaitu:

IK2 Pertumbuhan PDB Perikanan, tercapai 92,57% dari yang ditargetkan;

IK21 Persentase jumlah produksi garam rakyat Kualitas Produksi (KP1)

dibandingkan total produksi, tercapai 77,60% dari yang ditargetkan;

IK29 Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal

Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di

DJKP3K, tercapai 85,87% dari yang ditargetkan; dan

IK34 Persentase penyerapan DIPA di DJKP3K, tercapai 97,69 dari yang

ditargetkan

4.2. Saran

Berkenaan dengan capaian indikator kinerja Ditjen KP3K Tahun 2014, hal-hal

yang perlu ditindaklanjuti di tahun 2015, antara lain berupa:

124

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

1) Untuk mencapai target (IK2) Pertumbuhan PDB Perikanan, perlu dilakukan

langkah strategis dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, terutama

Eselon I yang terkait langsung dengan indikator kinerja ini;

2) Untuk mencapai target (IK21) Persentase jumlah produksi garam rakyat

Kualitas Produksi (KP1) dibandingkan total produksi, beberapa saran yang

perlu dilakukan untuk perbaikan pencapaian kinerja ke depan antara lain:

(i) Perlunya duduk bersama dengan instansi terkait dan membahas tata

niaga garam terutama untuk produk yang berkualitas (KP1) guna

memberikan jaminan kepastian pasar dan harga; (ii) Pemilihan teknologi

pengolahan dan revitalisasi Unit Pengolah Garam yang ada sehingga dapat

memproduksi KP1;

3) Untuk mencapai target (IK29) Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas

Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding

total rekomendasi di DJKP3K, diperlukan langkah : penerapan Sistem

Pengendalian Intenal Instanti Pemerintah (SPIP) dan Manajemen Risiko

(MR) secara menyeluruh di lingkungan Ditjen KP3K serta perlu

meningkatkan koordinasi dengan direktorat teknis terkait, Inspektorat

Jenderal KKP, BPKP Perwakilan setempat, dan dengan dinas/badan

pelaksana proyek KP3K di tingkat provinsi/kabupaten/kota;

4) Untuk mencapai target (IK34) Persentase penyerapan DIPA di Ditjen KP3K,

diperlukan langkah antara lain : penguatan sistem monitoring dan evaluasi,

Sistem Pengendalian Intenal, dan Manajemen Risiko (MR) secara

menyeluruh di lingkungan Ditjen KP3K.

125

LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K

TAHUN 2014

TIM PENYUSUN

PENGARAH Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

PENANGGUNG JAWAB

1. Sekretaris Direktorat Jenderal KP3K

2. Direktur Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

3. Direktur Pesisir dan Lautan.

4. Direktur Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

5. Direktur Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha.

6. Direktur Kawasan Konservasi dan Jenis Ikan

7. Direktur Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil

KETUA TIM PENYUSUN

Kepala Bagian Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan Setditjen KP3K

TIM PENYUSUN

1. Asri Nurhayati

2. Achmad Murman

3. Endratno

4. Ugeng Wijanarko

5. Nikki Yunio

TIM DATA DAN INFORMASI/KONTRIBUTOR

1. Sekretariat Direktorat Jenderal KP3K

2. Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

3. Direktorat Pesisir dan Lautan.

4. Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

5. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha.

6. Direktorat Kawasan Konservasi dan Jenis Ikan

7. Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil

Diterbitkan oleh :

Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Republik Indonesia

Gedung Mina Bahari 3 Lantai 11 , Jl. Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat 10110

Telp. 021-3513268, Fax. 021-3520357

www.kp3k.kkp.go.id

dipersilahkan mengutip sebahagian atau keseluruhan isi buku ini dengan menyebutkan sumber sitasi.