KATA PENGANTAR - kkp.go.idkkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/djprl... · Tabel...

111
i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya hingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2014 Direktorat Pesisir dan Lautan ini dapat diselesaikan. LAKIP Direktorat Pesisir dan Lautan ini disusun dalam rangka memberikan informasi tentang pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Pesisir dan Lautan selama tahun 2014 melalui hasil pelaksanaan program dan kegiatan serta hambatan dan permasalahan yang dihadapi dalam kurun waktu tahun 2014. Sebagai landasan penyusunan laporan ini adalah Rencana Strategis Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2010-2014 dan Target Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 berikut realisasinya. Pengelolaan manajemen kinerja di Direktorat Pesisir dan Lautan dilaksanakan dari tingkat organisasi (korporat) sampai dengan tingkat terkecil, dengan dibantu perangkat lunak berbasis balanced scorecard (BSC). Secara umum, selama tahun 2014 sebagian besar target sasaran strategis dan kinerja yang ditetapkan telah berhasil dicapai. Harapan kami kiranya laporan ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan feed back terhadap penyelenggaraan kegiatan Direktorat Pesisir dan Lautan dan sekaligus sebagai bahan masukan bagi penyusunan kebijakan Ditjen KP3K dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Disadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya oleh karena itu saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhirnya atas perhatian dan bantuan semua pihak terhadap terselenggaranya program dan kegiatan Direktorat Pesisir dan Lautan diucapkan terima kasih. Jakarta, Januari 2015 Direktur Pesisir dan Lautan M. Eko Rudianto

Transcript of KATA PENGANTAR - kkp.go.idkkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/djprl... · Tabel...

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya hingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) Tahun 2014 Direktorat Pesisir dan Lautan ini dapat

diselesaikan.

LAKIP Direktorat Pesisir dan Lautan ini disusun dalam rangka memberikan

informasi tentang pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Pesisir

dan Lautan selama tahun 2014 melalui hasil pelaksanaan program dan kegiatan

serta hambatan dan permasalahan yang dihadapi dalam kurun waktu tahun 2014.

Sebagai landasan penyusunan laporan ini adalah Rencana Strategis Direktorat

Pesisir dan Lautan Tahun 2010-2014 dan Target Kinerja Direktorat Pesisir dan

Lautan Tahun 2014 berikut realisasinya. Pengelolaan manajemen kinerja di

Direktorat Pesisir dan Lautan dilaksanakan dari tingkat organisasi (korporat)

sampai dengan tingkat terkecil, dengan dibantu perangkat lunak berbasis balanced

scorecard (BSC). Secara umum, selama tahun 2014 sebagian besar target sasaran

strategis dan kinerja yang ditetapkan telah berhasil dicapai.

Harapan kami kiranya laporan ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan feed

back terhadap penyelenggaraan kegiatan Direktorat Pesisir dan Lautan dan

sekaligus sebagai bahan masukan bagi penyusunan kebijakan Ditjen KP3K dan

Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Disadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya oleh karena itu

saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhirnya atas perhatian dan

bantuan semua pihak terhadap terselenggaranya program dan kegiatan Direktorat

Pesisir dan Lautan diucapkan terima kasih.

Jakarta, Januari 2015

Direktur Pesisir dan Lautan

M. Eko Rudianto

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Selama Tahun 2014, yang merupakan tahun terakhir masa RPJMN 2010-

2014, Direktorat Pesisir dan Lautan melakukan evaluasi target dengan

menyesuaikan reviu Renstra KP3K Tahun 2010-2014 yang menggunakan

pendekatan Balanced ScoreCard (BSC). Dari target tersebut, Direktorat

Pesisir dan Lautan telah berhasil melaksanakan misi yang diemban dalam

rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dengan rujukan

hasil penilaian kinerja dengan menggunakan metode BSC, Nilai Pengukuran

Sasaran Strategis (NPSS) Direktorat Pesisir dan Lautan tahun 2014 adalah

sebesar 106,25% sebagaimana Dashboard di bawah ini:

iii

Capaian tersebut diperoleh dari:

Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective) capaian

kinerja 99,57%;

Perspektif Masyarakat KP (Costumer Perspective) capaian kinerja 100%;

Perspektif Internal (Internal Process Perspective) capaian kinerja

109,19%; dan

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth

Perspective) capaian kinerja 111,98%.

Capaian kinerja pada perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder

Perspective) Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 sebesar 99,57%.

Capaian ini berasal dari Sasaran Strategis Meningkatnya Kesejahteraan

Masyarakat Kelautan dan Perikanan dengan capaian 99,57%.

Capaian Perspektif Masyarakat KP (Costumer Perspective)capaian kinerja

100% ini berasal dari capaian 2 (dua) sasaran strategis yaitu:

1) Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai

tambah dengan capaian 100%; dan

2) Meningkatnya Pengelolaan SDKP yang berkelanjutan dengan capaian 100%;

Pada Perspektif Internal (Internal Process Perspective) dengan bobot 30%,

Direktorat Pesisir dan Lautan telah mencapainya dengan melebihi target,

capaian kinerja 109,19%, yang meliputi capaian dari sasaran strategis:

1) Tersedianya kebijakan di bidang Pesisir dan Lautan sesuai kebutuhan

dengan capaian 120%

2) Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara

terpadu dan berkelanjutan dengan capaaian 106,67%;

3) Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan

perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan capaian

100%.

iv

Capaian kinerja pada Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning

and Growth Perspective) dengan bobot 30%, telah tercapai sebesar 111,98%.

Capaian ini berasal dari capaian sasaran strategis:

1) Tersedianya SDM lingkup Direktorat Pesisir dan Lautan yang kompeten

dan profesional dengan capaian 120%;

2) Tersedianya informasi di Direktorat Pesisir dan Lautan yang valid,

handal dan mudah diakses dengan capaian 120%;

3) Terwujudnya good governance & clean government di bidang Pesisir dan

Lautan dengan capaian 103,38%;dan

4) Terkelolanya anggaran Direktorat Pesisir dan Lautan secara optimal

tercapai 104,56%.

v

DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................ ii

DAFTAR ISI.................................................................. v

DAFTAR TABEL.............................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................... x

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................. 1

1.2. Tugas Pokok Dan Fungsi .......................................... 2

1.3. Organisasi ...................................................... 2

1.4. Kepegawaian ..................................................... 8

1.5. Dasar Hukum dan Sistematika Penyajian LAKIP .................... 12

BAB II. PERENCANAAN KINERJA ................................................. 15

2.1. Rencana Strategis 2010 - 2014 .................................. 15

2.2. Visi ........................................................... 15

2.3. Misi ........................................................... 16

2.4. Tujuan ......................................................... 16

2.5. Rencana Kinerja Tahun 2014 ..................................... 17

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA .............................................. 23

A. Capaian Kinerja Organisasi ..................................... 23

3.1 Capaian Kinerja Pada Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder

Perspective) ................................................... 25

SS.1. MENINGKATNYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN ... 25

IK 1. Pertumbuhan PDB Perikanan ...................................... 26

vi

3.2 Capaian Kinerja Pada Perspektif Masyarakat KP (Customer

Perspective) ................................................... 27

SS.2. MENINGKATNYA KETERSEDIAAN PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG

BERNILAI TAMBAH ................................................ 27

IK 2. Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi

pengembangannya ................................................ 28

IK 3. Jumlah BMKT yang dikelola ...................................... 41

SS.3. MENINGKATNYA PENGELOLAAN SDKP YANG BERKELANJUTAN ............... 49

IK 4. Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap

ancaman kerusakan .............................................. 50

3.3 Capaian Kinerja Pada Perspektif Internal (Internal Process

Perspective) ................................................... 52

SS.4. TERSEDIANYA KEBIJAKAN DI BIDANG PESISIR DAN LAUTAN SESUAI

KEBUTUHAN ...................................................... 52

IK 5. Jumlah kebijakan publik bidang Pesisir dan Lautan .............. 52

SS.5. TERKELOLANYA WILAYAH LAUT, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SECARA

TERPADU DAN BERKELANJUTAN ...................................... 54

IK 6. Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi

(ha) ........................................................... 54

IK 7. Jumlah kawasan di wilayah pesisir yang terfasilitasi peningkatan

ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim .............. 58

IK 8. Jumlah kawasan di wilayah pesisir dan laut yang terfasilitasi

penanggulangan pencemarannya ................................... 68

SS.6. TERSELENGGARANYA PENGENDALIAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN

PERIKANAN DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL ............. 75

IK 9. Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi ........................ 75

3.4 Capaian Kinerja Pada Perspektif Pembelajaran Dan Pertumbuhan

(Learning and Growth Prespective) .............................. 82

SS.7. TERSEDIANYA SDM LINGKUP DIREKTORAT PESISIR DAN LAUTAN YANG

KOMPETEN DAN PROFESIONAL ....................................... 82

vii

IK 10. Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon III dan IV Direktorat Pesisir

dan Lautan(%) .................................................. 83

SS.8. TERSEDIANYA INFORMASI BIDANG PESISIR DAN LAUTAN YANG VALID, HANDAL

DAN MUDAH DIAKSES .............................................. 84

IK 11. Service Level Agreement Direktorat Pesisir dan Lautan (%) ...... 84

SS.9. TERWUJUDNYA GOOD GOVERNANCE DAN CLEAN GOVERNMENT DI BIDANG PESISIR

DAN LAUTAN ..................................................... 86

IK 12. Jumlah rekomendasi aparat pengawas internal dan eksternal yang

ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi Direktorat Pesisir dan

Lautan ......................................................... 86

IK 13. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja Direktorat Pesisir dan

Lautan ......................................................... 88

IK 14. Indeks kepuasan masyarakat Direktorat Pesisir dan Lautan ....... 90

IK 15. Nilai inisiatif anti korupsi Direktorat Pesisir dan Lautan ..... 91

IK 16. Nilai penerapan RB Direktorat Pesisir dan Lautan ............... 93

SS.10. TERKELOLANYA ANGGARAN DIREKTORAT PESISIR DAN LAUTAN SECARA OPTIMAL

............................................................... 95

IK 17. Persentase penyerapan DIPA Direktorat Pesisir dan Lautan ....... 95

3.5 Akuntabilitas Keuangan ......................................... 96

BAB IV. PENUTUP ............................................................. 97

4.1 Kesimpulan ..................................................... 98

4.2 Saran .......................................................... 99

LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Nama Pegawai Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 ......... 8

Tabel 2. Target Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2010 - 2014 ...... 17

Tabel 3. Perubahan-perubahan Target 2014 Pada Penetapan Kinerja 2014 ......... 20

Tabel 4. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 ........... 23

Tabel 5. Capaian Kinerja Direktorat PL Pada Customer Perspective ............. 28

Tabel 6. Daftar Lokasi dan Kelompok Penerima Sarana Wisata Bahari ............ 36

Tabel 7. Perbandingan Target dan Capaian IK Jumlah Ragam Produk Kelautan ..... 40

Tabel 8. Perubahan Indikator Kinerja terkait BMKT ............................ 49

Tabel 9. Capaian Kinerja Dit. PL Pada Customer Perspective (Lanjutan) ........ 50

Tabel 10.Target dan Realisasi IK Jumlah Kawasan Pesisir yang Terfasilitasi

Ketahanannya Terhadap Ancaman Kerusakan Tahun 2010-2014 .............. 51

Tabel 11.Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan pada Internal Process

Perspective .......................................................... 52

Tabel 12.Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Pada Internal Process

Perspective .......................................................... 54

Tabel 13.Penanaman Mangrove, Vegetasi Pantai dan Terumbu Karang Tahun 2014 ... 55

Tabel 14.Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di Wilayah

Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) tahun 2010-2014 ............... 57

Tabel 15.Pemanfaatan BLM PDPT TA 2014 ........................................ 60

Tabel 16.Hasil Capaian Kegiatan BLM Program PDPT Tahun Anggaran 2014 ......... 62

Tabel 17.Keberhasilan Nilai Ketangguhan ...................................... 68

Tabel 18.Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Pada Internal Process

Perspective (Lanjutan) ............................................... 75

Tabel 19.Capaian Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V KKP .. 82

Tabel 20.Perbandingan Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V

Ditjen KP3K .......................................................... 83

Tabel 21.Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Pada Learning and

Growth Perspective ................................................... 84

ix

Tabel 22.Realisasi Service Level Agreement (SLA) per-triwulan tahun 2014 ..... 85

Tabel 23.Perbandingan SLA Terhadap Realisasi 2012 dan 2013 serta 2014 ........ 85

Tabel 24.Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan pada Learning and

Growth Perspective (Lanjutan) ........................................ 86

Tabel 25.Target dan Realisasi Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan

Eksternal (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi ... 87

Tabel 26.Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal (APIEP)

yang ditindaklanjuti Ditjen KP3K Tahun 2014 .......................... 87

Tabel 27.Perbandingan Jumlah Rekomendasi APIEP yang ditindaklanjuti dibanding

total rekomendasi Ditjen KP3K terhadap realisasi tahun 2012, 2013 dan

2014 ................................................................. 87

Tabel 28.Target dan Realisasi IK Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja

Ditjen KP3K .................................................... 89

Tabel 29.Perbandingan Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K

Terhadap Realisasi Tahun 2012, 2013 berdasarkan komponen penilaian

AKIP ................................................................. 89

Tabel 30.Target dan Realisasi Indeks Kepuasan Masyarakat Direktorat Pesisir

dan Lautan Tahun 2014 ................................................ 91

Tabel 31.Perbandingan Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat Tahun 2014 terhadap

Realisasi tahun 2012 dan 2013 ........................................ 91

Tabel 32.Perbandingan Target dan Realisasi Nilai Inisiatif Anti Korupsi

DJKP3K Tahun 2014 .................................................... 93

Tabel 33.Perbandingan Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K Terhadap Realisasi

Tahun 2012, 2013 dan Target Jangka Menengah 2014 ..................... 93

Tabel 34.Target dan Realisasi Nilai Penerapan RB Ditjen KP3K Tahun 2014 .... 94

Tabel 35.Perbandingan Nilai Penerapan RB DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun

2012, 2013 dan Jangka Menengah 2014 .................................. 94

Tabel 36.Persentase Penyerapan DIPA Direktorat Pesisir dan Lautan TA 2014 .... 95

Tabel 37.Alokasi dan Realisasi Anggaran Per Indikator Kinerja Tahun 2014

Direktorat Pesisir dan Lautan ........................................ 96

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Organisasi Direktorat Pesisir dan Lautan ...................... 3

Gambar 2. Peta Strategi (Strategy Map) Direktorat Pesisir dan Lautan ......... 18

Gambar 3. Mengaduk Adonan .................................................... 29

Gambar 4. Melukis dengan Pewarna Mangrove .................................... 29

Gambar 5. Modul Pelatihan ............................................... 29

Gambar 6. Brownies Mangrove .................................................. 29

Gambar 7. Membuat Sirup Mangrove ............................................. 30

Gambar 8. Pelatihan Kerajinan Kerang ..................................... 30

Gambar 9. Hasil Kerajinan Kerang ............................................. 31

Gambar 10. Pembuatan Mie Tulang Ikan ......................................... 31

Gambar 11. Pembuatan Mie Tulang Ikan ......................................... 32

Gambar 12. Sosialisasi Blue Economy Lombok Timur ............................. 34

Gambar 13. Sosialisasi Blue Economy Lombok Tengah ............................ 34

Gambar 14. Sosialisasi Blue Economy Lombok Tengah ............................ 34

Gambar 15. Pelatihan Blue Economy Lombok Tengah .............................. 34

Gambar 16. Pelatihan Blue Economy Lombok Timur ............................... 35

Gambar 17. Pelatihan Blue Economy Lombok Tengah .............................. 35

Gambar 18. Sosialisasi Penyerahan Sarana Wisata Bahari ....................... 38

Gambar 19. Penurunan Katamaran ............................................... 38

Gambar 20. Pemasangan Katamaran .............................................. 39

Gambar 21. Uji Katamaran ..................................................... 39

Gambar 22. Penurunan Katamaran ............................................... 39

Gambar 23. Katamaran ......................................................... 39

Gambar 24. Ponton dan Kelengkapannya ......................................... 39

Gambar 25. Keramba Jaring Apung .............................................. 40

Gambar 26. Grafik Capaian Jumlah Ragam Produk Kelautan Tahun 2010-2014 ....... 41

Gambar 27. Grafik Capaian Jumlah BMKT yang dikelola Tahun 2010-2014 .......... 49

Gambar 28. Grafik Target dan Realisasi Jumlah Kawasan Pesisir yang

Terfasilitasi Ketahanannya terhadap Ancaman Kerusakan 2010-2014 .... 51

xi

Gambar 29.Penanaman Mangrove oleh Masyarakat Secara Serempak di Kecamatan

Muara Gembong, Kabupaten Bekasi .................................... 56

Gambar 30.Mangrove yang telah ditanam di pesisir Kecamatan Muara Gembong,

Kabupaten Bekasi ................................................... 56

Gambar 31.Penanaman Mangrove di Ladong, Aceh Besar ........................... 57

Gambar 32.Grafik Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di

Wilayah Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) Tahun 2010-2014 ..... 58

Gambar 33.Ilustrasi Capaian PDPT Tahun Anggaran 2014 ......................... 60

Gambar 34.Bimbingan Teknis dan Pembekalan Teknis Penamping PDPT .............. 61

Gambar 35.Tangga Evakuasi sekaligus sebagai Akses Jalan bagi Masyarakat desa

di Kotawaringin Barat .............................................. 61

Gambar 36.Sinergitas Kegiatan PDPT dengan TNI dan SKPD terkait di Pacitan .... 61

Gambar 37.Model Sebaran Pencemaran Berdasarkan Pengaruh Kontur ............... 71

Gambar 38.Skoring Pencemaran di Kabupaten Cirebon ............................ 71

Gambar 39.Pembukaan Pertemuan oleh Wakil Walikota Manado ..................... 74

Gambar 40.Pertemuan di Batam ................................................. 74

Gambar 41.Kondisi Eksisting Teluk Benoa (Tahun 2013) ......................... 77

Gambar 42.Kondisi Eksisting Daerah Lokasi Reklamasi Tanjung Carat ............ 80

xii

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan

laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, ke arah darat mencakup

wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 mil laut diukur dari

garis pantai. Disamping terkandung sumberdaya alam non hayati tak terbaharui,

energi dan jasa lingkungan, yang tidak kalah pentingnya lagi adalah kandungan

sumberdaya dapat diperbaharui (renewable resources) yang merupakan kekayaan

keanekaragaman hayati laut Indonesia seperti ikan, udang, moluska, kerang

mutiara, kepiting, rumput laut, mangrove, karang, lamun, penyu dan biota

lainnya.

Isu dan permasalahan di wilayah pesisir antara lain: konflik pemanfaatan

ruang dan kewenangan di wilayah pesisir; mayoritas masyarakat pesisir tergolong

miskin, dengan tingkat pendidikan rendah, dan pertumbuhan penduduk tinggi;

degradasi ekosistem: terumbu karang berada dalam kondisi sangat buruk dan

deforestasi mangrove; pencemaran wilayah pesisir dan laut; penurunan populasi

ikan dan punahnya beberapa spesies perikanan serta isu bencana di wilayah

pesisir termasuk tsunami.

Berdasarkan isu dan permasalahan serta kondisi wilayah pesisir dan lautan

seperti tersebut di atas, pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan secara

optimal dan berkesinambungan dapat terwujud apabila pengelolaannya dilakukan

secara terpadu dengan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Oleh

karena itu, Direktorat Pesisir dan Lautan, sesuai dengan tugas dan fungsinya,

secara bertahap melakukan upaya:

1. Pengembangan strategi mitigasi bencana lingkungan di wilayah pesisir dan

lautan;

2. Pengelolaan dan pendayagunaan sumberdaya kelautan;

xiii

3. Pengembangan strategi penanggulangan pencemaran sumberdaya pesisir dan laut

4. Rehabilitasi dan reklamasi kawasan pesisir dan lautan.

1.2 Tugas Pokok dan Fungsi

Direktorat Pesisir dan Lautan, sesuai dengan tugas dan fungsinya, secara

bertahap melakukan upaya dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut melalui

kegiatan-kegiatan mitigasi bencana lingkungan, rehabilitasi dan reklamasi

pesisir, penanggulangan pencemaran pesisir dan laut serta pendayagunaan

sumberdaya kelautan termasuk penyiapan peraturan perundangan beserta turunannya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.

15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan

bahwa Direktorat Pesisir dan Lautan berada di bawah Direktorat Jenderal

Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

pesisir dan lautan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas,

Direktorat Pesisir dan Lautan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pesisir dan lautan

2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pesisir dan lautan

3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pesisir dan lautan

4. Pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pesisir dan lautan

5. Pelaksanaan evaluasi di bidang pesisir dan lautan; dan

6. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga direktorat

1.3 Organisasi

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi Direktorat Pesisir dan Lautan telah

dibentuk unit organisasi sebagai berikut:

1. Subdirektorat Mitigasi Bencana Lingkungan

2. Subdirektorat Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan

3. Subdirektorat Penanggulangan Pencemaran Sumberdaya Pesisir dan Laut

xiv

4. Subdirektorat Rehabilitasi dan Reklamasi; dan

5. Subbagian Tata Usaha;

Gambar 1. Bagan Organisasi Direktorat Pesisir dan Lautan

Adapun tugas dan fungsi dari masing-masing subdirektorat dan subbagian

tata usaha tersebut adalah sebagai berikut.

1.3.1 Subdirektorat Mitigasi Bencana Lingkungan

Subdirektorat Mitigasi Bencana Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang mitigasi

bencana lingkungan.

DIREKTORAT PESISIR

DAN LAUTAN

SUBDIREKTORAT

MITIGASI

BENCANA

LINGKUNGAN

SUBDIREKTORAT

PENDAYAGUNAAN

SUMBER DAYA

KELAUTAN

SUBDIREKTORAT

PENANGGULANGAN

PENCEMARAN

SUMBERDAYA PESISIR

DAN LAUT

SUBDIREKTORAT

REHABILITASI DAN

REKLAMASI

SUBBAGIAN TATA USAHA

SEKSI

MITIGASI

BENCANA

PESISIR DAN

LAUTAN

SEKSI

ADAPTASI

DAMPAK

PERUBAHAN

IKLIM

SEKSI

JASA

KELAUTAN

SEKSI

BENDA

MUATAN

KAPAL

TENGGELAM

SEKSI

PENANGGULANGAN

PENCEMARAN

SUMBERDAYA PESISIR

SEKSI

PENANGGULANGAN

PENCEMARAN

SUMBERDAYA LAUT

SEKSI

REHABILITASI

SEKSI

REKLAMASI

xv

Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Mitigasi Bencana Lingkungan

menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang mitigasi bencana lingkungan

b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang mitigasi bencana lingkungan

c. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

mitigasi bencana lingkungan

d. Penyiapan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang mitigasi bencana

lingkungan; dan

e. Penyiapan bahan pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan di bidang

mitigasi bencana lingkungan

Subdirektorat Mitigasi Bencana Lingkungan terdiri atas:

a. Seksi Mitigasi Bencana Pesisir dan Lautan; dan

b. Seksi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim

Seksi Mitigasi Bencana Pesisir dan Lautan mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta bimbingan teknis, evaluasi dan laporan di bidang mitigasi

bencana pesisir dan lautan.

Seksi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta bimbingan teknis, evaluasi dan laporan di bidang adaptasi dampak

perubahan iklim.

1.3.2 Subdirektorat Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan

Subdirektorat Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, evaluasi dan laporan di bidang

pendayagunaan sumber daya kelautan.

xvi

Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan

menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pendayagunaan sumber daya

kelautan

b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang pendayagunaan sumber daya

kelautan

c. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pendayagunaan sumber daya kelautan

d. Penyiapan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pendayagunaan sumber

daya kelautan; dan

e. Penyiapan bahan pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan di bidang

pendayagunaan sumber daya kelautan

Subdirektorat Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan terdiri atas:

a. Seksi Benda Muatan Kapal Tenggelam; dan

b. Seksi Jasa Kelautan

Seksi Benda Muatan Kapal Tenggelam mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta bimbingan teknis, evaluasi dan laporan di bidang benda muatan

kapal tenggelam.

Seksi Jasa Kelautan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta

bimbingan teknis, evaluasi dan laporan di bidang jasa kelautan.

1.3.3 Subdirektorat Penanggulangan Pencemaran Sumberdaya Pesisir dan Laut

Subdirektorat Penanggulangan Pencemaran Sumber Daya Pesisir dan Laut mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

xvi

i

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, evaluasi dan

laporan di bidang penanggulangan pencemaran sumber daya pesisir dan laut.

Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Penanggulangan Pencemaran Sumber Daya

Pesisir dan Laut menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang penanggulangan pencemaran

sumber daya pesisir dan laut

b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan pencemaran

sumber daya pesisir dan laut

c. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

penanggulangan pencemaran sumber daya pesisir dan laut

d. Penyiapan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang penanggulangan

pencemaran sumber daya pesisir dan laut; dan

e. Penyiapan bahan pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan di bidang

penanggulangan pencemaran sumber daya pesisir dan laut

Subdirektorat Penanggulangan Pencemaran Sumber Daya Pesisir dan Laut terdiri

dari:

a. Seksi Penanggulangan Pencemaran Sumber Daya Pesisir; dan

b. Seksi Penanggulangan Pencemaran Sumber Daya Laut

Seksi Penanggulangan Pencemaran Sumber Daya Pesisir mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis, evaluasi dan laporan di bidang

penanggulangan pencemaran sumber daya pesisir.

Seksi Penanggulangan Pencemaran Sumber Daya Laut mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis, evaluasi dan laporan di bidang

penanggulangan pencemaran sumber daya laut.

xvi

ii

1.3.4 Subdirektorat Rehabilitasi dan Reklamasi

Subdirektorat Rehabilitasi dan Reklamasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang rehabilitasi

dan reklamasi.

Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Rehabilitasi dan Reklamasi

menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi dan reklamasi

b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi dan reklamasi

c. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

rehabilitasi dan reklamasi

d. Penyiapan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang rehabilitasi dan

reklamasi; dan

e. Penyiapan bahan pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan di bidang

rehabilitasi dan reklamasi

Subdirektorat Rehabilitasi dan Reklamasi terdiri dari:

a. Seksi Rehabilitasi; dan

b. Seksi Reklamasi

Seksi Rehabilitasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta

bimbingan teknis, evaluasi dan laporan di bidang rehabilitasi.

Seksi Reklamasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta

bimbingan teknis, evaluasi dan laporan di bidang reklamasi.

xix

1.3.5 Subbagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan,

rumah tangga, perlengkapan, surat menyurat, dokumentasi dan kearsipan

direktorat.

Subbagian Tata Usaha dalam melaksanakan tugasnya secara administratif dibina

oleh Kepala Subdirektorat Mitigasi Bencana Lingkungan.

1.4 Kepegawaian

Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Pesisir dan Lautan tahun 2014 adalah

sebanyak 60 orang yang terdiri dari 1 orang pejabat eselon II, 4 orang pejabat

eselon III (4 orang Kasubdit) dan 9 orang pejabat eselon IV (8 orang Kasie dan 1

orang Kepala Subbag Tata Usaha) serta 46 orang pelaksana. Sementara berdasarkan

tingkat pendidikan, yaitu 1 orang strata III (Doktor), 27 orang Strata II

(Magister), 25 orang Strata I (Sarjana dan Diploma 4), 2 orang Diploma 3, dan 4

orang SLTA serta 1 orang SLTP.

Tabel 1. Daftar Nama Pegawai Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014

No Nama NIP Gol Pendidikan Jabatan

1 Ir. Matheus Eko

Rudianto, M. Bus.

IT.

19600921

198503 1 003

IV/d S2 Master Science

in Information

System

Direktur Pesisir

dan Lautan

2 Ir. Abdul Haris

Lain, M.Si.

19660309

200112 1 003

III/d S2 Pengelolaan

Sumberdaya Pesisir

dan Lautan

Kasubbag Tata Usaha

3 Dr. Hendra Yusran

Siry, S.Pi.,

M.Sc.

19730614

199703 1 001

IV/b S3 Resource

Management and

Environmental

Science

Kasubdit Mitigasi

Bencana Lingkungan

4 Drs. Rusman

Hariyanto, MT.

19640405

199603 1 001

IV/a S2 MPKD Perencanaan

Kota dan Daerah

Kasubdit

Pendayagunaan

Sumber Daya

Kelautan

5 Ir. R. Moh.

Ismail, MP.

19640228

199203 1 004

IV/b S2 Ilmu Ekonomi

Pertanian

Kasubdit

Penanggulangan

Pencemaran

Sumberdaya Pesisir

dan Laut

xx

6 Ir. Elfita Nezon,

MM.

19590103

198410 2 001

IV/b S2 Pemasaran Kasubdit

Rehabilitasi dan

Reklamasi

7 Enggar Sadtopo,

ST. MT.

19740208

200312 1 002

III/d S2 Teknik Sipil Kepala Seksi

Mitigasi Bencana

Pesisir

8 Fegi Nurhabni,

S.T., M.T., M.Sc.

19790222

200212 2 001

III/c S2 Environmental

and Infrastructure

Planning

Kepala Seksi

Adaptasi Dampak

Perubahan Iklim

9 Muhammad Subhan

Wattiheluw, S.Pi.

19710609

200003 1 002

III/d S1 Perikanan Kepala Seksi Benda

Muatan Kapal

Tenggelam

10 Khusnul Khotimah,

S.Si., MT.

19770112

200502 2 002

III/d S2 Teknik

Lingkungan

Kepala Seksi Jasa

Kelautan

11 Asmuil, S.Pi. 19670710

200003 1 001

III/d S1 Budidaya

Perairan

Kepala Seksi

Penanggulangan

Sumberdaya

Pencemaran Pesisir

12 Drs. Hendi

Koeshendoko, MM.

19630602

200112 1 001

III/d S2 Magister

Manajemen

Agribisnis

Kepala Seksi

Penanggulangan

Pencemaran Laut

13 Frista Yorhanita,

S.Si., M.Si.

19741206

200212 2 001

IV/a S2 Ilmu Lingkungan Kepala Seksi

Rehabilitasi

14 Ir. Aris Wibowo,

MM.

19580524

198603 1 004

IV/a S2 Manajemen

Sumberdaya Manusia

Kepala Seksi

Reklamasi

15 Amril Rachman,

SE. MP.

19810914

200502 1 001

III/c S2 Magister

Industri Kecil

Menengah

Pelaksana Subbag TU

16 Gantini Surya,

S.Pi.

19750908

200502 2 003

III/c S1 Manajemen

Sumberdaya Perairan

Pelaksana Subbag TU

17 Titus Pramono,

S.Pi.

19780519

200502 1 001

III/c S1 Manajemen

Sumberdaya Perairan

Pelaksana Subbag TU

18 Manan, S.AP. 19790916

200312 1 002

III/a S1 Administrasi

Negara

Pelaksana Subbag TU

19 Mohammad Asep

Syaefudin

19721003

199203 1 002

III/a SMEA Pelaksana Subbag TU

20 Etika Wakhidatul

Hidayah, A.Md.

19840524

200801 2 010

II/d D3 Teknologi

Pengolahan Hasil

Perikanan

Pelaksana Subbag TU

21 Nurhayati DS.,

A.Md.

19800617

200912 2 001

II/d D3 P3D Akuntansi Pelaksana Subbag TU

22 Umbar Sari 19660912

198703 2 001

III/b SMA Pelaksana Subbag TU

23 Mi’ih Pupung 19780307

200701 1 002

I/d SMP Pelaksana Subbag TU

24 Yono Haryono 19780128

201212 1 001

II/a STM

Pelaksana Subbag TU

25 Etik Sukesti,

S.St.Pi.

19830413

200701 2 002

III/b D4 Teknologi

Pengolahan Hasil

Perikanan

Pelaksana Seksi

Mitigasi Bencana

Pesisir

xxi

26 Prita Dwi

Wahyuni, S.Si.

MT.

19800425

200312 2 001

III/c S2 Teknologi

Kelautan

Pelaksana Seksi

Mitigasi Bencana

Pesisir

27 Abdul Muhari,

S.Si.

19790103

200502 1 004

III/c S1 Ilmu Kelautan Pelaksana Seksi

Mitigasi Bencana

Pesisir

28 Erva Kurniawan,

ST., M.Eng.

19781028

200502 1 001

III/c S2 Teknik Elektro

dan Teknologi

Informasi

Pelaksana Seksi

Mitigasi Bencana

Pesisir

29 Giri Wilisandy,

S.T.

19820502

200901 1 009

III/b S1 Teknik Sipil

Perencanaan

Pelaksana Seksi

Mitigasi Bencana

Pesisir

30 Deky Rahma

Sukarno, S.Kel.

19811210

201403 1 001

III/a S1 Kelautan Pelaksana Seksi

Mitigasi Bencana

Pesisir

31 Indah Setya

Murtiharti, ST.,

MT.

19680221

200502 2 001

III/c S2 Teknik Sipil Pelaksana Seksi

Adaptasi Dampak

Perubahan Iklim

32 Irwan, S.Pi.,

M.Si.

19781223

200502 1 001

III/c S2 Pengelolaan

Sumberdaya Pesisir

dan Lautan

Pelaksana Seksi

Adaptasi Dampak

Perubahan Iklim

33 Barnard Ceisaro

Purba, S.St.Pi.

19810103

200502 1 001

III/c D4 Teknologi

Pengelolaan

Sumberdaya Perairan

Pelaksana Seksi

Adaptasi Dampak

Perubahan Iklim

34 David, S.St.Pi.,

M.EMD.

19791018

200502 1 001

III/c S2 Environmental

Management and

Developmant

Pelaksana Seksi

Adaptasi Dampak

Perubahan Iklim

35 Suryo Prasojo,

ST., M.Si.

19780207

200502 1 003

III/c S2 Pengelolaan

Sumberdaya Pesisir

dan Lautan

Pelaksana Seksi

Adaptasi Dampak

Perubahan Iklim

36 Riyanto 19580917

198203 1 005

III/b SMA/SMU Pelaksana Seksi

Benda Muatan Kapal

Tenggelam

37 Imam Fauzi, S.S. 19750830

200502 1 001

III/c S1 Ilmu Arkeologi Pelaksana Seksi

Benda Muatan Kapal

Tenggelam

38 Zainab, S.S.M.Sc. 19770212

200502 2 001

III/c S2 Environmental

Science

Pelaksana Seksi

Benda Muatan Kapal

Tenggelam

39 Adria Yuky

Kristiana, S.S.

19811211

200801 2 008

III/b S1 Ilmu Arkeologi Pelaksana Seksi

Benda Muatan Kapal

Tenggelam

40 Teguh Budiarto,

S.T.

19751207

200912 1 001

III/b S1 Teknik Kelautan Pelaksana Seksi

Benda Muatan Kapal

Tenggelam

41 Milka

Primatianti,

S.T.P., M.Si.

19770211

200212 2 002

III/

c

S2 Pengelolaan

Sumberdaya Pesisir

dan Lautan

Pelaksana Seksi

Jasa Kelautan

42 Dikor Jupantara,

S.T.

19781014

200502 1 001

III/c S1 Teknologi

Kelautan

Pelaksana Seksi

Jasa Kelautan

xxi

i

43 Tri Danny

Anggoro, S.Pi.,

M.T.

19780815

200502 1 001

III/c S2 Perencanaan

Wilayah dan Kota

Pelaksana Seksi

Jasa Kelautan

44 Uli Safriani,

S.Kel.

19831126

200912 2 003

III/b S1 Oseanografi Pelaksana Seksi

Jasa Kelautan

45 Reni Indrawati,

S.T.

19781018

200312 2 002

III/c S1 Teknik Sipil Pelaksana Seksi

Penanggulangan

Pencemaran

Sumberdaya Pesisir

46 Dian Prihati

Sahono, S.St.Pi.,

M.Nat.Res.St.

19800101

200312 2 003

III/c S2 Natural

Resources Studies

Pelaksana Seksi

Penanggulangan

Pencemaran

Sumberdaya Pesisir

47 Untung, S.St.Pi.,

M.Si.

19791011

200502 1 002

III/c S2 Ilmu Kelautan Pelaksana Seksi

Penanggulangan

Pencemaran

Sumberdaya Pesisir

48 Agus Sapari, ST. 19750806

200701 1 002

III/b S1 Teknik Sipil

Bangunan

Pelaksana Seksi

Penanggulangan

Pencemaran

Sumberdaya Pesisir

49 Adhi Nugroho,

S.Kel.

19840806

201012 1 002

III/b S1 Ilmu Kelautan Pelaksana Seksi

Penanggulangan

Pencemaran

Sumberdaya Pesisir

50

Zuleha Ernas,

S.Si.

19790214

200312 2 002

III/c S1 Geofisika dan

Meteorologi

Pelaksana Seksi

Penanggulangan

Pencemaran

Sumberdaya Laut

51 Firman Ibnusina,

ST., M.Sc.

19751103

200901 1 004

III/c S2 Pengelolaan

Pesisir dan Laut

Terpadu

Pelaksana Seksi

Penanggulangan

Pencemaran

Sumberdaya Laut

52 Sarifah, S.T.,

M.T.

19760620

201012 2 001

III/b S2 Teknik

Lingkungan

Pelaksana Seksi

Penanggulangan

Pencemaran

Sumberdaya Laut

53 Fitri Arumndani,

S.Pi.

19830711

200912 2 001

III/b S1 Sosial Ekonomi

Perikanan

Pelaksana Seksi

Penanggulangan

Pencemaran

Sumberdaya Laut

54 Akhmad Muharram,

S.Pi., M.Si.

19811120

200502 1 001

III/c S2 Pengelolaan

Sumberdaya Pesisir

dan Laut

Pelaksanan Seksi

Rehabilitasi

55 Widya Pravita

Sari, S.St.Pi.

19810721

200502 2 001

III/c D4 Teknologi

Pengelolaan

Sumberdaya Perairan

Pelaksana Seksi

Rehabilitasi

56 Rommy Martdianto,

S.T., M.T.

19800319

201012 1 001

III/b S2 Teknik Sipil Pelaksana Seksi

Reklamasi

57 Weka Mahardi, 19800425 III/b S1 Ilmu Kelautan Pelaksana Seksi

xxi

ii

S.T. 200701 1 001 Reklamasi

58 Yanelis Prasenja,

S.Si.

19830626

200912 1 002

III/b S1 Geografi Manusia Pelaksana Seksi

Reklamasi

59 Fajar Renita

Sitinjak, S.Pi.

19870324

200912 2 002

III/b S1 Manajemen

Sumberdaya Perairan

Pelaksana Seksi

Rehabilitasi

60 Siti Mumtazia

Lestari, ST., MM.

19800129

200312 2 003

III/c S2 Magister

Manajemen

Pelaksana Seksi

Reklamasi

1.5 Dasar Hukum dan Sistematika Penyajian LAKIP

Laporan Akuntabiltas Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014

disusun berdasarkan dasar hukum sebagai berikut:

a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5);

b. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan

Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4616);

c. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

d. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi

Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);

e. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Akuntabiltas Kinerja ini bertujuan menginformasikan capaian

kinerja selama Tahun 2014. Capaian Kinerja (Performance Results) 2014 tersebut

dibandingkan dengan Penetapan Kinerja (Performance Plan) Direktorat Pesisir dan

Lautan Tahun 2014 sebagai tolak ukur keberhasilan tahunan organisasi. Adapun

sistematika penyajian laporan sebagai berikut:

1. Kata Pengantar;

2. Daftar Isi;

3. Daftar Gambar;

4. Daftar Tabel;

xxi

v

5. Ringkasan Eksekutif, pada bagian ini berisi ringkasan dari laporan ini,

antara lain berisi uraian singkat tentang tujuan, sasaran, capain

kinerja dan kendala selama tahun 2014

6. Bab 1 Pendahuluan, pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi,

dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan

utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi

7. Bab 2 Perencanaan, pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian

kinerja tahun yang bersangkutan

8. Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

A. Capaian Kinerja Organisasi

Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap

pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil

pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran

strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja sebagai berikut:

1. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini;

2. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun

ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;

3. Membandingkan antara realisasi kinerja sampai dengan tahun ini

dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen

perencanaan strategis organisasi;

4. Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional

(jika ada);

5. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan

kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan;

6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;

7. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan maupun

kegagalan pencapaian pernyataan kinerja

B. Realisasi Anggaran

Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang

telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan

dokumen Perjanjian Kinerja

xx

v

9. Bab 4 Penutup pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja

organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan

organisasi untuk meningkatkan kinerjanya

Lampiran:

1) Perjanjian Kinerja

2) Lain-lain yang dianggap perlu

xx

vi

BAB 2

PERENCANAAN KINERJA

2.1. Rencana Strategis 2010 – 2014

Rencana Strategis Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2010-2014 disusun

untuk mendukung visi dan misi Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-

pulau Kecil yaitu Visi Ditjen KP3K: “Sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau

kecil tertata, aman, bersih, produktif, berkelanjutan dan mensejahterakan” dan

Misi Ditjen KP3K: “Meningkatkan penataan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan,

pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan dan mensejahterakan

masyarakat” serta mendukung visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan

(KKP) yaitu Visi KKP: “Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang berdaya saing

dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat”, dan Misi KKP:

1. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan

2. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kelautan dan perikanan

3. Memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan sumber daya kelautan dan

perikanan

Selain itu, arah kebijakan Direktorat Pesisir dan Lautan juga merespon

salah satu arah Pembangunan Jangka Panjang 20 tahun (UU No 17/2007), yaitu

mewujudkan Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan

berbasiskan kepentingan nasional, serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) 2010-2014.

2.2. Visi

Dalam dokumen Renstra Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2010-2014,

termuat garis besar visi, misi, tujuan dan sasaran strategis yang akan dicapai

organisasi. Visi merupakan gambaran masa depan yang hendak diwujudkan Direktorat

Pesisir dan Lautan. Visi ini harus bersifat praktis, realistis untuk dicapai,

dan memberikan tantangan serta menumbuhkan motivasi yang kuat bagi pegawai

xx

vii

Direktorat Pesisir dan Lautan untuk mewujudkannya. Visi Direktorat Pesisir dan

Lautan adalah: “Pesisir dan Laut yang Produktif, Bersih, Sehat dan Tangguh”

Visi ini mendukung visi Direktorat Jenderal KP3K yang menunjukkan peranan

Direktorat Pesisir dan Lautan untuk dapat mewujudkan pesisir dan laut yang

produktif, bersih, sehat dan tangguh.

2.3 Misi

Misi merupakan jalan pilihan untuk menuju masa depan. Sesuai dengan

bidang dan tugas kewenangan Direktorat Pesisir dan Lautan, misi Direktorat

Pesisir dan Lautan adalah:

1. Memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan sumberdaya pesisir dan lautan

terhadap ancaman bencana dan dampak perubahan iklim

2. Memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan sumber daya kelautan dan

perikanan terhadap pencemaran

3. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan

4. Mengembangkan kapasitas kelembagaan dan masyarakat

2.4 Tujuan

Tujuan pelaksanaan pembangunan pesisir dan laut adalah;

1. Meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut baik

hayati dan non-hayati;

2. Meningkatkan kualitas ekosistem pesisir dan laut;

3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dan laut secara berkelanjutan.

Dalam mewujudkan visi dan misi tersebut, serta dalam mendukung pilar

pembangunan Direktorat Jenderal KP3K dalam pengelolaan pesisir yang mampu

mengantisipasi tekanan alam maupun manusia secara efektif, Direktorat Pesisir

dan Lautan memiliki sasaran strategis meningkatnya ketahanan kawasan pesisir dan

terfasilitasinya produk kelautan. Sasaran strategis ini dijabarkan ke dalam 3

(tiga) target indikator yaitu:

1. Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi

xx

viii

2. Jumlah kawasan di wilayah pesisir yang terfasilitasi peningkatan

ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim

3. Jumlah ragam produk kelautan yang terfasilitasi pengembangannya

Secara lengkap, target kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2010-2014

sebagai berikut:

Tabel 2. Target Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2010 - 2014

KELUARAN (TARGET)

2010 2011 2012 2013 2014

SASARAN STRATEGIS: Meningkatnya ketahanan kawasan pesisir dan terfasilitasinya produk

kelautan

Jumlah luasan kawasan di

wilayah pesisir rusak yang

direhabilitasi

60 ha 90 ha 100 ha 110 ha 110 ha

Jumlah kawasan pesisir yang

terfasillitasi peningkatan

ketahanannya terhadap

bencana dan perubahan iklim

10

kawasan

10

kawasan

16

kawasan

25

kawasan

26

kawasan

Jumlah ragam produk

kelautan yang terfasilitasi

pengembangannya

- BMKT 2 kapal 1 kapal - - -

- Garam 50rb ton - - - -

- DSW 200.000

liter 1 lokasi - - -

- Produk kelautan - - 2 produk 3 produk 2 produk

2.5. Rencana Kinerja Tahun 2014

Rencana Kinerja merupakan penjabaran dari arah dan kebijakan pimpinan

untuk pelaksanaan kegiatan Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 yang

tertuang dalam dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2014. Dokumen RKT 2014

tersebut kemudian diimplementasikan dalam Penetapan Kinerja (Tapja) Tahun 2014.

Pada periode pertengahan tahun 2013, sesuai dengan dinamika organisasi

yang berkembang ada upaya perbaikan pengelolaan kinerja organisasi pada

Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu berupa penggunaan metode balanced

xxi

x

scorecard (BSC). Dengan metode/pendekatan dan strategi BSC dilakukan

restrukturisasi SAKIP KKP dimulai dari level Renstra kementerian sampai dengan

level monitoring dan pengukuran kinerja. Sehubungan dengan hal tersebut, mulai

tahun 2013 dan selanjutanya di tahun 2014, dalam mengelola kinerja

organisasinya, Direktorat Pesisir dan Lautan berpedoman pada Peta Strategis

Direktorat Pesisir dan Lautan yang memiliki 10 Sasaran Strategis. Peta Strategis

Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 dapat terlihat pada gambar 2 berikut.

PETA STRATEGI (STRATEGY MAP) DIREKTORAT PESISIR DAN LAUTAN

Gambar 2. Peta Strategi (Strategy Map) Direktorat Pesisir dan Lautan

xx

x

Target Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 dikelompokan ke

dalam 4 (empat) perspektif Balanced Scorecard (BSC), yakni:

a. Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective);

b. Perspektif Masyarakat (Customer Perspective)

c. Perspektif Internal (Internal Process Perspective); dan

d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learn and Growth

Perspective)

Pada Tahun 2014 sesuai dengan 4 perspektif di atas, Direktorat Pesisir

dan Lautan mempunyai 10 Sasaran Strategis (SS) dan 17 Indikator Kinerja Utama

(IKU). Kinerja organisasi tergambar dan akan diukur sesuai dengan indikator

kinerja utama yang dimiliki Direktorat Pesisir dan Lautan tersebut. Indikator

Kinerja Utama Direktorat Pesisir dan Lautan merupakan penurunan atau

“cascading” dari Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal KP3K. Indikator

Kinerja Utama ini mengalami perubahan dan penyesuaian dengan penekanan pada

empat perspektif yang saling berimbang dan di “cascading” (diturunkan) sampai

level staf/individu (pegawai) dalam organisasi Direktorat Pesisir dan Lautan.

Untuk selanjutnya, Indikator Kinerja Utama tadi ditetapkan dalam Dokumen

Penetapan Kinerja antara Direktur Pesisir dan Lautan dengan Direktur Jenderal

KP3K pada awal tahun 2014. Namun dalam perjalanannya selama tahun 2014, Dokumen

Penetapan Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan mengalami dua kali perubahan

atau revisi tapja. Hal ini terjadi sehubungan dengan adanya efisiensi anggaran

pada tahun 2014. Berikut adalah dinamika perubahan Penetapan Kinerja Direktorat

Pesisir dan Lautan selama tahun 2014.

xx

xi

Tabel 3. Perubahan-perubahan Target 2014 Pada Penetapan Kinerja 2014

Direktorat Pesisir dan Lautan

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET TAHUN 2014

SEMULA REVISI 1 REVISI 2

STAKEHOLDER PERSPECTIVE

1. Meningkatnya

kesejahteraan

masyarakat KP

1. Pertumbuhan PDB

Perikanan (%) 7,25 7,25 7,00

CUSTOMER PERSPECTIVE

2. Meningkatnya

ketersediaan produk KP

yang bernilai tambah

2. Jumlah ragam produk

kelautan non garam

yang terfasilitasi

pengembangannya

(produk)

3 2 2

3. Jumlah BMKT yang

dikelola (lokasi)

3 2 2

3. Meningkatnya

pengelolaan SDKP yang

berkelanjutan

4. Jumlah kawasan pesisir

yang terfasilitasi

ketahanannya terhadap

ancaman kerusakan

(kawasan)

27 18 26

INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE

4. Tersedianya kebijakan

di bidang Pesisir dan

Lautan sesuai

kebutuhan

5. Jumlah kebijakan

publik bidang pesisir

dan lautan (dokumen)

9 6 6

5. Terkelolanya wilayah

laut, pesisir dan

pulau-pulau kecil

secara terpadu dan

berkelanjutan

6. Jumlah luasan kawasan

di wilayah pesisir

rusak yang

direhabilitasi (ha)

120 80 110

7. Jumlah kawasan di

wilayah pesisir yang

terfasilitasi

peningkatan

ketahanannya terhadap

bencana dan perubahan

iklim (kawasan)

22 15 22

8. Jumlah kawasan di

wilayah pesisir yang

terfasilitasi

penanggulangan

pencemarannnya

(kawasan)

5 3 4

xx

xii

Selanjutnya, capaian kinerja organisasi akan diukur atau dibandingkan

dengan Revisi ke-2 Tapja Direktur Pesisir dan Lautan Tahun 2014 yang

ditandatangani oleh Direktur Pesisir dan Lautan dengan Direktur Jenderal

6. Terselenggaranya

pengendalian

pemanfaatan sumberdaya

kelautan perikanan di

WP3K

9. Jumlah fasilitasi izin

lokasi reklamasi

(izin)

2 1 2

LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE

7. Tersedianya SDM

Pesisir dan Lautan

yang kompeten dan

profesional

10. Indeks Kesenjangan

Kompetensi Eselon III

dan IV Direktorat

Pesisir dan Lautan (%)

50 50 50

8. Tersedianya informasi

bidang Pesisir dan

Lautan yang valid,

handal dan mudah

diakses

11. Service Level Agreement di Direktorat Pesisir dan

Lautan (%)

75 75 75

9. Terwujudnya good governance & clean government di bidang Pesisir dan Lautan

12. Jumlah rekomendasi

aparat pengawas

internal dan eksternal

(APIEP) yang

ditindaklanjuti

dibanding total

rekomendasi di

Direktorat Pesisir dan

Lautan (%)

100 100 100

13.

Tingkat kualitas

akuntabilitas kinerja

Direktorat Pesisir dan

Lautan

Nilai

AKIP A

Nilai

AKIP A

Nilai

AKIP A

14. Indeks Kepuasan

Masyarakat Direktorat

Pesisir dan Lautan

6,75 6,75 6,75

15. Nilai Inisiatif Anti

Korupsi Dit.PL

7,75 7,75 7,75

16. Nilai Penerapan RB

Dit.PL

80 80 80

10. Terkelolanya anggaran

Direktorat Pesisir dan

Lautan secara optimal

17. Persentase penyerapan

DIPA Direktorat

Pesisir dan Lautan (%)

>95 >95 >95

xx

xiii

Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil pada bulan September 2014 (dokumen

penetapan kinerja dimaksud terlampir).

xx

xiv

BAB 3

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi

Pengukuran capaian kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan tahun 2014

dilakukan dengan cara membandingkan antara target (rencana) dan realisasi

indikator kinerja utama (key perfomance indicator, disingkat KPI) pada masing-

masing perspektif.

Secara rinci, capaian masing-masing sasaran strategis dan indikator

kinerja utama Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 Berdasarkan

Balanced Score Card (BSC)

KODE NAMA SASARAN STRATEGIS (SS) DAN

INDIKATOR KINERJA (IK) TARGET CAPAIAN % CAPAIAN

STAKEHOLDER PERSPECTIVE

SS1 Meningkatnya kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan

IK1 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7,0% 6,97%

99,57%

CUSTOMER PERSPECTIVE

SS2 Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah

IK2 Jumlah ragam produk kelautan non

garam yang terfasilitasi

pengembangannya (produk)

2 produk 2 produk 100%

IK3 Jumlah BMKT yang dikelola (lokasi)

2 lokasi 2 lokasi

100%

SS3 Meningkatnya pengelolaan SDKP yang berkelanjutan

IK4 Jumlah kawasan pesisir yang

terfasilitasi ketahanannya terhadap

ancaman kerusakan (kawasan)

26 kawasan 26 kawasan 100%

INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE

SS4 Tersedianya kebijakan di bidang pesisir dan lautan sesuai kebutuhan

IK5 Jumlah kebijakan publik bidang

Pesisir dan Lautan (dokumen)

6 dokumen 11 dokumen

120%

xx

xv

KODE NAMA SASARAN STRATEGIS (SS) DAN

INDIKATOR KINERJA (IK) TARGET CAPAIAN % CAPAIAN

SS5 Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang terpadu dan

berkelanjutan

IK6 Jumlah luasan kawasan di wilayah

pesisir rusak yang direhabilitasi

(ha)

110 ha 135,03 ha 120%

IK7 Jumlah kawasan di wilayah pesisir

yang terfasilitasi peningkatan

ketahanannya terhadap bencana dan

perubahan iklim (kawasan)

22 kawasan 22 kawasan 100%

IK8 Jumlah kawasan di wilayah pesisir dan

laut yang terfasilitasi

penanggulangan pencemarannya

(kawasan)

4 kawasan 4 kawasan 100%

SS6 Terselenggaranya pengendalian pemanfaatan sumberdaya kelautan di Wilayah Pesisir

dan Pulau-pulau Kecil

IK9 Jumlah fasilitasi izin lokasi

reklamasi (izin)

2 izin 2 izin 100%

LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE

SS7 Tersedianya SDM Direktorat Pesisir dan Lautan yang kompeten dan profesional

IK10 Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon

III dan IV Direktorat Pesisir dan

Lautan (%)

50% 13,37% 120%

SS8 Tersedianya informasi Direktorat Pesisir dan Lautan yang valid, handal dan mudah

diakses

IK11 Service Level Agreement Direktorat

Pesisir dan Lautan (%)

75% 93,13% 120%

SS9 Terwujudnya good governance dan clean goverment di Direktorat Pesisir dan Lautan

IK12 Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas

Internal dan Eksternal Pemerintah

(APIEP) yang ditindaklanjuti

dibanding total rekomendasi di Dit.PL

(%)

100% 85,87% 85,87%

IK13 Tingkat kualitas akuntabilitas

kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan

75 80,59

107,45%

xx

xvi

KODE NAMA SASARAN STRATEGIS (SS) DAN

INDIKATOR KINERJA (IK) TARGET CAPAIAN % CAPAIAN

IK14 Indeks Kepuasan Masyarakat Dit.PL

6,75

7,46 110,52%

IK15 Nilai Inisiatif anti korupsi di

Dit.PL

7,75

7,90 101,94%

IK16 Nilai Penerapan RB di Dit.PL

80 84,23 105,29

SS10 Terkelolanya anggaran yang optimal di Direktorat Pesisir dan Lautan

IK17 Persentase penyerapan DIPA di Dit.PL

(%)

>95% 99,33% 104,56%

3.1 Capaian Kinerja Pada Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder

Perspective)

Capaian kinerja pada perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder

Perspective) Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 sebesar 99,57% merupakan

capaian dari Sasaran Strategis Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan

dan Perikanan.

SSSS..11.. MMEENNIINNGGKKAATTNNYYAA KKEESSEEJJAAHHTTEERRAAAANN MMAASSYYAARRAAKKAATT KKEELLAAUUTTAANN DDAANN PPEERRIIKKAANNAANN

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran ini

terdiri atas satu indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

Tabel 5. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 Pada

Stakeholder Perspective

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Capaian

1. Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7,0% 6,97% 99,57%

Rata-rata 99,57%

Penjelasan tentang capaian indikator tersebut di atas adalah sebagai

berikut:

xx

xvi

i

IK 1. Pertumbuhan PDB Perikanan

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kelautan dan perikanan,

adalah pertumbuhan PDB perikanan. Pertumbuhan PDB Perikanan dari tahun ke tahun

selalu meningkat, hal tersebut menggambarkan kemampuan sumberdaya perikanan

sebagai andalan dalam perekonomian nasional. PDB perikanan diartikan sebagai

nilai keseluruhan semua barang dan jasa perikanan yang diproduksi dalam jangka

waktu tertentu. Adapun angka persentase pertumbuhan PDB Perikanan diperoleh

dengan membandingkan nilai PDB Perikanan (berdasarkan harga konstan) tahun 2014

dibandingkan dengan nilai PDB Perikanan tahun 2013.

Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan

tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

Pertumbuhan PDB perikanan tahun 2013 ditargetkan mencapai 7%. Berdasarkan

data dari Badan Pusat Statistik, pertumbuhan PDB perikanan berdasarkan harga

konstan tahun 2000 dalam kurun waktu setahun terakhir meningkat sebesar 6,86%,

yakni Rp57.702,6 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp 61.661,2 miliar pada tahun

2013, atau tercapai 98,00% dari target yang telah ditetapkan. Sama halnya dengan

pertumbuhan pada periode tahun 2013 dengan tahun sebelumnya, selama kurun waktu

2009-2013, pertumbuhan PDB perikanan meningkat rata-rata sebesar 14,83% per

tahun dan merupakan rata-rata tertinggi dalam kelompok pertanian secara umum.

Dalam dua tahun terakhir PDB perikanan tumbuh di atas rata-rata nasional dan

dalam 4 tahun terakhir memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi dalam sektor

pertanian secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa perikanan memegang peranan

strategis dalam mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok pertanian secara umum,

maupun pada PDB Nasional.

Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka

menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi;

Apabila pencapaian indikator kinerja pertumbuhan PDB perikanan sebesar

6,86% di tahun 2013 ini dibandingkan dengan target jangka menengah sebagaimana

tercantum pada Renstra 2010-2014, maka pencapaian pada indikator kinerja ini

xx

xvi

ii

telah mencapai 94,63% dibandingkan dengan target sampai dengan tahun 2014

sebesar 7,25%.

Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan

pencapaian pernyataan kinerja.

Pencapaian Sasaran Strategis 1, yaitu meningkatnya kesejahteraan

masyarakat kelautan dan perikanan, salah satunya didukung oleh kegiatan antara

lain: (1) Pengembangan usaha pengolahan hasil perikanan; (2) Pengembangan usaha

pasca panen nonkonsumsi hasil kelautan dan perikanan; (3) Peningkatan serapan

pasar domestik hasil perikanan; (4) Peningkatan dan perluasan akses pasar ekspor

hasil kelautan dan perikanan; (5) Peningkatan investasi pengolahan dan pemasaran

hasil perikanan; dan (6) Pengembangan uji terap ragam produk dan alat pasca

panen dan pemasaran hasil kelautan dan perikanan.

3.2 Capaian Kinerja Pada Perspektif Masyarakat KP (Customer Perspective)

Capaian kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan pada Perspektif Masyarakat

Kelautan dan Perikanan (Customer Perspective) dengan capaian sebesar 100%

berasal dari 2 (dua) Sasaran Strategis berikut:

a. Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah

dengan capaian 100%; dan

b. Meningkatnya Pengelolaan SDKP yang berkelanjutan dengan capaian 100%;

Penjelasan tentang capaian masing-masing sasaran tersebut di atas adalah

sebagai berikut:

SSSS..22.. MMEENNIINNGGKKAATTNNYYAA KKEETTEERRSSEEDDIIAAAANN PPRROODDUUKK KKEELLAAUUTTAANN DDAANN PPEERRIIKKAANNAANN YYAANNGG BBEERRNNIILLAAII TTAAMMBBAAHH

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran

Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah

terdiri atas dua indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

xx

xix

Tabel 5. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Pada Customer

Perspective

No Indikator kinerja Target Realisasi %

Capaian

2. Jumlah ragam produk kelautan non

garam yang terfasilitasi

pengembangannya (produk)

2 produk 2 produk 100%

3. Jumlah BMKT yang dikelola (lokasi) 2 lokasi 2 lokasi 100%

Rata-rata 100%

IK 2. Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya

Indikator Jumlah Ragam Produk Kelautan Non Garam yang Terfasilitasi

Pengembangannya dihitung dari jumlah ragam produk kelautan selain dari garam

yang berhasil difasilitasi pengembangannya di wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil Tahun 2014.

Indikator kinerja ini mempunyai target 2 produk yaitu fasilitasi

pengembangan bioteknologi dan fasilitasi pengembangan wisata bahari.

A. Fasilitasi Pengembangan Bioteknologi

Kegiatan Pengembangan Bioteknologi Kelautan dimaksudkan untuk

memfasilitasi pengembangan produk kelautan melalui proses bioteknologi, yang

bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat pesisir dalam memanfaatkan

potensi sumberdaya kelautan menjadi produk kelautan bernilai tinggi melalui

pemanfaatan bioteknologi dan mengembangkan program peningkatan kesejahteraan

nelayan melalui pengembangan alternatif mata pencaharian.

Kegiatan yang dilakukan antara lain identifikasi dan Koordinasi di Kab.

Cirebon–Jawa Barat, Desa Kedonganan Kab. Badung-Bali, Kota Batam, Kab.Demak–

Jawa Tengah, Kota Manado–Sulawesi Utara, sosialisasi dan pelatihan di Kota Batam

dan Kab. Demak-Jawa Tengah.

Pelatihan Pengembangan Bioteknologi Kelautan dilaksanakan Kota Batam

pada tanggal 7 Mei 2014, yaitu membuat kerajinan dari limbah kulit kerang dan

pelatihan membuat mie tulang ikan dengan instruktur pelatihan berasal dari Kota

xl

Batam yang merupakan pelaku usaha pembuat kerajinan kerang, yaitu Ibu Suryanti

dan untuk mie tulang ikan, yaitu Ibu Ina.

Pelatihan Aplikasi Pengolahan Mangrove untuk Bahan Makanan dan Pewarna

Alami di Kab. Demak dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2014, dengan

pemateri/pelatih adalah Dr. Delianis Pringgenies dari Universitas Diponegoro

dibantu oleh Ibu Sururi (Pengolah Mangrove Desa Mangkang–Kota Semarang).

v

Gambar 3. Mengaduk adonan Gambar 4. Melukis dengan pewarna mangrove

Gambar 5. Modul Pelatihan Gambar 6. Brownies Mangrove

xli

Gambar 7. Membuat sirup mangrove

Gambar 8. Pelatihan Kerajinan Kerang

xlii

Gambar 9. Hasil Kerajinan Kerang

Gambar 10. Pembuatan Mie Tulang Ikan

xlii

i

Selain memfasilitasi pengembangan bioteknologi produk kelautan di atas,

Direktorat Pesisir dan Lautan juga turut mengembangkan rencana aksi implementasi

blue economy yang telah diadopsi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak

tahun 2012 lalu. Konsep pengembangan dan rencana aksi implementasi blue economy

telah dilakukan oleh Direktorat Pesisir dan Lautan pada tahun 2013 yang

dilanjutkan pada tahun 2014, diantaranya di Lombok Timur, Banggai Kepulauan -

Palu, Raja Ampat – Papua Barat dan Nusa Penida – Bali.

Tujuan dari kegiatan ini adalah mengimplementasikan rencana aksi konsep

blue economy yang telah disusun pada Tahun 2013. Implementasi Blue Economy di

Lombok Tengah dan Lombok Timur dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:

koordinasi, identifikasi, sosialisasi dan pelatihan.

Kegiatan Koordinasi dan Identifikasi telah dilakukan secara bersamaan di

kedua lokasi pada tanggal 19 – 22 Maret 2014 dan kegiatan Sosialiasi dan

Pelatihan pengembangan Blue Economy dilaksanakan pada tanggal 20 - 21 Mei 2014

dengan hasil sebagai berikut:

Kabupaten Lombok Timur

a. Sosialisasi dan Pelatihan di Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur,

Provinsi NTB pada tanggal 20 Mei 2014. Acara dibuka oleh Kepala Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur dan dihadiri sekitar 50

orang peserta yang berasal dari perwakilan dinas Kelautan dan Perikanan,

kelompok budidaya perikanan, budidaya rumput laut, pengelolaan hasil

Gambar 11. Pembuatan Mie Tulang Ikan

xli

v

kelautan dan perikanan serta masyarakat yang berminat dalam pengembangan

produk kelautan

b. Acara pertama berupa penyampaian materi mengenai konsep Blue Economy

serta contoh-contoh implementasi Blue Economy dengan pemanfaatan sisa

/limbah hasil kegiatan yang belum termanfaatkan menjadi lebih

bermanfaat/bernilai. Pengembangan/bimbingan yang diberikan berupa ; (i)

pemanfaatan bibit rumput laut menjadi produk sabun alami, (ii) metode

pengolahan cangkang rajungan menjadi tepung kulit rajungan selanjutnya

menjadi krupuk kalsium kulit rajungan, serta (iii) pembuatan body scrub

dari sisa pembuatan sabun alami dengan cangkang rajungan.

c. Disampaikan oleh masyarakat pengolah rajungan, sisa cangkang kepiting per

minggu mencapai kurang lebih 2 ton dan belum termanfaatkan. Dari diskusi

pada saat bimbingan teknis dimaksud, disarankan untuk mengolah cangkang

tersebut menjadi tepung kalsium, yang selanjutnya dapat diolah menjadi

kerupuk atau biscuit kalsium.

d. Setelah penyampaian materi, selanjutnya dilakukan praktek bersama dengan

bimbingan narasumber dari Balitbang Kementerian Kelautan Perikanan.

Masyarakat perlu mendapat bimbingan lebih lanjut terkait pemasaran hasil

produk yang telah dihasilkan. Harapan dinas Kelautan dan Perikanan agar

masyarakat segera menindaklanjuti dan siap membimbing masyarakat dalam

pembuatan produk serta membantu peralatan yang diperlukan.

Kabupaten Lombok Tengah

Kegiatan Sosialisasi dan Pelatihan Pengembangan Blue Economy, telah

dilaksanakan di Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi NTB pada tanggal 21 Mei 2014.

Acara dibuka oleh Kepala Bidang Pesisir, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Lombok Tengah dan dihadiri sekitar 35 peserta yang berasal dari perwakilan Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Tengah, Dharma wanita, penyuluh,

kelompok pengolah hasil kelautan dan perikanan serta masyarakat yang berminat

dalam pengembangan produk kelautan.

Pengembangan/bimbingan yang diberikan berupa: (i) pemanfaatan limbah

bibit rumput laut menjadi produk sabun alami, (ii) metode pengolahan cangkang

xlv

rajungan menjadi tepung kulit rajungan selanjutnya menjadi krupuk kalsium kulit

rajungan, serta (iii) pembuatan body scrub dari sisa pembuatan sabun alami

dengan cangkang rajungan. Setelah penyampaian materi, selanjutnya dilakukan

praktek bersama dengan bimbingan narasumber dari Balitbang Kementerian Kelautan

dan Perikanan. Dalam praktek tersebut masyarakat terlibat langsung untuk

mempraktekkan pengolahan produk.

Diakhir pertemuan, diserahkan 1 (satu) unit peralatan pengolahan produk

sesuai materi yang telah disampaikan agar masyarakat dapat mencoba membuat

produk dimaksud. Harapan Dinas Kelautan dan Perikanan agar masyarakat segera

menindaklanjuti dan siap membimbing masyarakat dalam pembuatan produk serta

membantu peralatan yang diperlukan.

Gambar 12. Sosialisasi Blue Economy

Lombok Timur

Gambar 13. Sosialisasi Blue

Economy Lombok Tengah

Gambar 14. Sosialisasi Blue Economy

Lombok Tengah

Gambar 15. Pelatihan Blue Economy

Lombok Tengah

xlv

i

B. Fasilitasi Pengembangan Wisata Bahari

Target fasilitasi pengembangan produk kelautan non garam yang berikutnya

adalah fasilitasi pengembangan wisata bahari. Dalam rangkat meningkatkan kinerja

pariwisata bahari, ketersediaan sarana dan prasarana menjadi kebutuhan yang

mutlak. Selain itu, pengembangan pariwisata bahari juga diperlukan keterpaduan

antara objek pariwisata bahari (attractions), transportasi, pelayanan, promosi,

dan informasi. Dukungan kebijakan politik-ekonomi (keuangan, ketenagakerjaan,

infrastruktur, keamanan dan kenyamanan, dan kebijakan pemerintah lainnya) yang

kondusif akan mempercepat kinerja pariwisata bahari.

Sarana dan prasarana dimaksud adalah kelengkapan yang harus tersedia

agar pemanfaatan jasa kelautan melalui kegiatan wisata bahari dapat

dikembangkan. Secara umum, kegiatan pariwisata mutlak membutuhkan sarana dan

prasarana agar pengguna dapat melakukan aktivitas wisata seperti jalan, listrik,

air bersih, telekomunikasi, terminal, jembatan, dermaga dan lain sebagainya.

Secara khusus wisata bahari juga membutuhkan sarana dan prasarana seperti

dermaga apung, rumah apung, tongkang/ponton, dan sarana transportasi wisata.

Tujuan dari kegiatan ini adalah menyediakan sarana dan prasarana dalam

rangka pengembangan pemanfaatan jasa kelautan khususnya dalam sub bidang wisata

bahari sekaligus melakukan pembinaan terhadap pengelolaannya secara tepat dan

professional, mengembangkan dan meningkatkan upaya pemanfaatan potensi jasa

kelautan sebagai sumberdaya ekonomis untuk kesejahteraan masyarakat pesisir.

Gambar 16. Pelatihan Blue Economy

Lombok Timur

Gambar 17. Pelatihan Blue Economy

Lombok Tengah

xlv

ii

Kegiatan Pengembangan Infrakstruktur Sarana dan Prasarana Jasa Kelautan

meliputi (i) Survei dan identifikasi, (ii) Sosialisasi, (ii) Bimbingan teknis,

(iv) Penyerahan bantuan, (v)Penyusunan profil penerima bantuan, buku panduan

pengelolaan dan buku panduan Monev. Adapun lokasi kegiatan adalah Kab. Asahan,

Kab. Tanggamus, Kab. Pesisir Selatan, Kota Tangerang, Kab. Indramayu, Kab.

Pekalongan, Kab. Cilacap, Kab. Pasuruan, Kota Probolinggo, Kab. Banyuwangi,

Kab. Badung, Kota Balikpapan serta Kota Makassar.

Survey lokasi telah dilaksanakan di 13 titik yang akan diberikan bantuan

Pengembangan Infrastruktur Sarana dan Prasaran Jasa Kelautan yang memiliki

potensi wisata bahari. Survey dilaksanakan sejak tahun 2013. Dari hasil survey

dan identifikasi didapat lokasi wisata bahari yang berpotensi dikembangkan

sebagai berikut:

Tabel 6. Daftar Lokasi dan Kelompok Penerima Sarana dan Prasarana Wisata Bahari

Tahun 2014

NO PROVINSI KAB/KOTA LOKASI NAMA KELOMPOK

NAMA KETUA

KELOMPOK

1 Jawa Timur Pasuruan Mangrove Center

KT. Sumber Jaya H. Ismail

Probolinggo Beejay Bakau Resort

Mayangan

Amanah Robi Bambang

Suhadi

Beejay Bakau Resort

Mangunharjo

Mina Harapan Arifin

Banyuwangi Desa Bangsring Samudera Bakti H. Ikhwan Arief

2 Jawa Tengah Cilacap Desa Ujung Gagak Kamla Ecotourism Eko Riswanto

Nusa Wungu Mina Usaha Saiman

Syaifulloh

Pekalongan Mangrove Center Muara Rezeki Miftahudin

3 Jawa Barat Indramayu

Karangsong Pantai Lestari Ali Sodikin

4 Bali Badung Pantai Serangan Yaya Segara

Bengiat

I Ketut Koder

xlv

iii

5 Sulawesi

Selatan

Makassar Lakkang Bahari Daeng RI Jamaluddin

Anjungan Losari Arti Buana Bahari H.M. Arsyad

6 Sumatera

Utara

Asahan Pematang Sei Baru KU. Wisata Bahari Hasyim Sambas

Silo Baru Karang Jaya Rustam Efendi

7 Sumatera

Barat

Pesisir

Selatan

Painan Selatan

Painan

Elang Laut Maizal

Painan Selatan

Painan

Naga Laut Nursal

8 Lampung Tanggamus Teluk Kiluan Sadar Wisata

Penggawa

Riko Stefanus

9 Banten Tangerang Teluk Naga Mulya Kencana Heri Ogong

Mauk Tabur Mangrove M. Guntur

10 Kaltim Balikpapan Graha Indah Sonneratia Agus Bei

Manggar Manggar Mangrove

Lestari

Abdul Basit

Para penerima fasilitasi pengembangan jasa kelautan berupa infrastruktur

pengembangan wisata bahari diberikan bimbingan teknis yang dilaksanakan pada

tanggal 18 November 2014 di Hotel Inna Simpang Surabaya yang dibuka oleh

Kasubdit Pendayagunaan Sumberdaya Kelautan dan dihadiri oleh perwakilan Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota (Asahan, Indramayu, Pekalongan, Cilacap,

Probolinggo, Pasuruan, Balikpapan, Pesisir Selatan, Tangerang, Tanggamus,

Badung) dan Kelompok Penerima Bantuan Infrastruktur (Sarana dan Prasarana) Jasa

Kelautan di Kab/Kota terkait.

Adapun materi yang disampaikan dalam kegiatan ini adalah:

1. Arahan Kebijakan Pengembangan Infrastruktur (Sarana Prasarana) Jasa Kelautan

oleh Direktur Pesisir dan Lautan.

2. Pengalaman Pengelolaan Wisata Mangrove di Probolinggo – Benjamin Mangintung

(PT. Beejay Sarana Hiburan)

3. Pengembangan Wisata Bahari di Indonesia – Prof. Dietriech G. Bengen (IPB).

Hal-hal yang berkembang dalam diskusi dapat diketahui sebagai

berikut:

xli

x

1) Bantuan Infrastruktur Sarana dan Prasarana Jasa Kelautan bukan tugas

pembantuan yang diberikan ke masyarakat. Tetapi Pekerjaan Pusat yang

diserahkan ke Dinas.

2) Perizinan akan disusun di Pusat. Disesuaikan dengan rencana zonasi yang

disusun untuk lokasi wisata.

3) Retribusi dihitung sesuai kemampuan wisata di masing-masing lokasi

kabupaten/kota. Harga ditentukan dengan kelompok.

4) Dapat memasukan minawisata bahari sebagai salah satu paket wisata bahari.

5) Perlu menghitung daya dukung agar tidak merusak alam karena membludaknya

pengunjung, selain itu perlu mengatur jadwal atau jam kunjungan dan ciptakan

objek yang terbuka.

Untuk selanjutnya, masing-masing sarana wisata bahari tersebut

diserahterimakan pada bulan November 2014 ke 13 titik lokasi sesuai survey dan

identifikasi. Penyerahan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Kegiatan Pengembangan

Infrastrukur Jasa Kelautan (Kapal Katamaran) sebanyak 2 (dua) unit di 11 lokasi

yaitu Kab. Asahan, Kab. Tanggamus, Kab. Pesisir Selatan, Kota Tangerang, Kab.

Indramayu, Kab. Pekalongan, Kab. Cilacap, Kab. Pasuruan, Kota Probolinggo, Kab.

Badung, Kota Balikpapan. Infrastruktur pengembangan Jasa Kelautan yang

didistribusikan ke Kota Makassar dan Kab. Banyuwangi adalah: 1 (satu) unit

dermaga apung wisata, 4 (empat) unit jukung, 2 (dua) unit Katamaran.

Gambar 18. Sosialisasi Penyerahan

Sarana Wisata Bahari

Gambar 19. Penurunan Katamaran

l

Gambar 20. Pemasangan Katamaran

Gambar 21. Uji Katamaran

Gambar 22. Penurunan Katamaran

Gambar 23. Katamaran

Gambar 24. Ponton dan kelengkapannya

li

Dari penjelasan di atas tentang fasilitasi pengembangan produk kelautan

non garam dengan target 2 produk pada tahun 2014, dapat disimpulkan bahwa

Direktorat Pesisir dan Lautan telah mencapai target yang ditetapkan sehingga

prosentase capaian dari indikator ini adalah 100%.

Bila dibandingkan dengan target dan capaian tahun lalu, diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 7. Perbandingan Target dan Capaian IK Jumlah Ragam Produk Kelautan

Non Garam Yang Terfasilitasi Pengembangannya

NAMA IKU 2010 2011 2012 2013 2014

T R T R T R T R T R

Jumlah ragam

produk kelautan

non garam yang

terfasilitasi

pengembangannya

- BMKT 2

kapal

1

kapal

1

kapal

½

kapal - - -

- Garam 50rb

ton

23rb

ton - - - - - - - -

- DSW 200rb

liter

100rb

liter

1

lokasi

1

lokasi - - - - - -

- Produk

kelautan - -

2

produk

1

produk

3

produk

3

produk

2

produk

2

produk

Ket: T (target); R (realisasi)

Gambar 25. Keramba Jaring Apung

lii

Gambar 26. Grafik Capaian jumlah ragam produk kelautan non garam yang

terfasilitasi pengembangannya tahun 2010-2014

IK Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi

pengembangannya ini mengalami beberapa perubahan selama kurun waktu renstra

2010-2014 seperti terlihat pada tabel di atas. Untuk membandingkannya, target

dan capaian yang tergolong pada IK ini di tahun 2010 dan 2011 adalah BMKT

(satuan kapal) dengan target dan capaian seperti tergambar pada tabel dan grafik

di atas. Sedangkan pada tahun 2012, 2013 dan tahun 2014 ini, satuannya berubah

menjadi produk dengan target dan capaian seperti tergambar pada tabel dan grafik

di atas.

IK 3. Jumlah BMKT yang dikelola

Pengelolaan BMKT dilaksanakan melalui pembentukan Panitia Nasional BMKT

(PANNAS BMKT) yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2007

tentang Panitia Nasional BMKT jo. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2009, dengan

tugas dan tanggung jawab mengkoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan

pelaksanaan pengelolaan BMKT, yang mencakup kegiatan survei, pengangkatan,

penanganan, penilaian dari aspek sejarah, kebudayaan dan ekonomi, serta

pemasaran/pelelangan. Namun sesuai dengan hasil evaluasi LAKIP sebelumnya yakni

pada tahun 2013 dan 2014 ini terdapat perbaikan pada perencanaan penetapan

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

2010 2011 2012 2013 2014

2

1

2

3

2

1

0.5

1

3

2

Target

Realisasi

liii

target pengelolaan BMKT dengan tidak melakukan pengangkatan maupun pelelangan

sehubungan dengan beberapa kendala peraturan yang ada terkait moratorium. Oleh

karena itu maka pengelolaan BMKT didefinisikan sebagai banyaknya BMKT hasil

pengangkatan yang dikelola di gudang penyimpanan, yang pengelolaannya meliputi

kegiatan inventarisasi, dokumentasi, penyimpanan dan pembuatan katalog.

Adapaun Sekretariat PANNAS BMKT berfungsi mengkoordinasikan kegiatan

terkait BMKT termasuk menyediakan anggaran operasional sekretariat melalui

Satker Direktorat Pesisir dan Lautan. Beberapa kegiatan Operasional Sekretariat

PANNAS BMKT ini adalah untuk melakukan optimalisasi dan tindak lanjut yang

dianggap perlu dalam rangka pengelolaan BMKT. Pembiayaan rutin dilaksanakan

antara lain pembayaran biaya listrik, telepon, air, dan operasional lainnya

seperti honor penjaga gudang, tenaga ahli profesional, tenaga teknis profesional

dan tenaga penunjang.Beberapa kegiatan lain yang termasuk dalam operasional

sekretariat Pannas BMKT antara lain: (i)pertemuan antar instansi mengenai

pengawasan lokasi BMKT, (ii) tindaklanjut penjarahan BMKT, (iii) penanganan

(inventarisasi, dokumentasi dan desalinasi) BMKT di gudang swasta dan Warehouse,

(iv) rapat teknis.

Beberapa kegiatan yang telah diselenggarakan terkait Operasional PANNAS

BMKT meliputi:

1. Rapat Teknis Kegiatan BMKT dengan tema Pengangkatan BMKT Secara Ilegal di

Tanjung Pinang tanggal 30 Januari 2014. Rapat di ini diselenggarakan oleh

Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan;

2. Rapat Pleno PANNAS BMKT dilaksanakan tanggal 1 Juli 2014 bertempat di Ruang

Rapat Dirjen KP3K dipimpin oleh Dirjen KP3K selaku Sekretaris I PANNAS BMKT,

dan dihadiri oleh perwakilan anggota PANNAS BMKT, perwakilan Ditjen KP3K–

KKP; Ditjen PSDKP–KKP, Staf Khusus MKP, Ditjen PUM–Kemendagri, Ditjen

Kebudayaan–Kemendikbud, Ditjen Strahan–Kemhan, Sops. POLRI, Asops. KASAL,

Sekretariat Kabinet, Ditjen Hubla–Kemenhub, Ditjen Kekayaan Negara–Kemenkeu,

Ditjen HPI–Kemlu, Ditjen IUBTT– Kemenperin, membahas pengelolaan BMKT dalam

liv

UU No. 1 tahun 2014, kebijakan moratorium perizinan survey dan pengangkatan

BMKT, peningkatan kegiatan ilegal BMKT pasca moratorium.

Adapun hasil kesepakatan rapat sebagai berikut:

- Untuk mengurangi kegiatan ilegal, moratorium perizinan survei dan

pengangkatan BMKT dicabut, dengan ketentuan tidak dilakukan penjualan

sebelum status BMKT jelas sesuai dengan aturan perundang-undangan yang

berlaku.

- BMKT hasil pengangkatan sebelum UU No. 11/2010 berlaku, tetap

diberlakukan aturan sesuai dengan Kepres No. 12 tahun 2009, dan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan perlu segera melakukan pemilihan

koleksi negara.

- Diusulkan agar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan

deklasifikasi tentang BMKT sebagai bukan Cagar Budaya, dengan memasukkan

dalam Rancangan Peraturan Pemerintah turunan UU No. 11 tahun 2010.

- Diusulkan agar Pemerintah Daerah mendapatkan bagi hasil penjualan BMKT

sesuai dengan lokasi pengangkatannya dengan cara merevisi Kepres No. 25

tahun 1992.

3. Melakukan Pemantauan dan Pengawasan pada kegiatan perawatan BMKT – Pulau

Buaya dan Pengawasan Pemasangan CCTV dan Istalasinya guna mendukung keamanan

BMKT di Warehouse BMKT Cileungsi pada tanggal 3 – 7 Maret 2014.

Terkait pengelolaan BMKT sendiri pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2013

telah dilakukan pengelolaan BMKT dari dua lokasi yaitu BMKT Cirebon dan Jepara.

Dan pada tahun 2014 BMKT yang dikelola adalah lokasi Teluk Heliputan dan Tanjung

Pinang Provinsi Kepulauan Riau. Selengkapnya tentang pengelolaan BMKT di tahun

2014 ini dijelaskan sebagai berikut.

Kegiatan Pengelolaan BMKT meliputi pemindahan BMKT dari Gudang Tanjung

Pinang dan Gudang Jepara ke Warehouse Cileungsi untuk memudahkan dalam kegiatan

pengawasan dan pengelolaan BMKT, memproses perizinan BMKT, penyimpanan dan

lv

perawatan, inventarisasi, persiapan pemindahan dan pengepakan BMKT, pemindahan

BMKT melalui jalur laut, desalinasi dan penataan barang-barang BMKT, menyusun

katalog.

Kegiatan Pengelolaan BMKT yang telah dilaksanakan:

1. Inventarisasi dan Pemanfaatan BMKT – Pulau BUAYA di Warehouse BMKT Cileungsi

Kab. Bogor pada tanggal 3 – 7 Maret 2014

BMKT hasil pengangkatan Perairan Pulau Buaya yang tersimpan di Warehouse

PANNAS BMKT yang beralamat di Jalan Raya Narogong Km. 25,9, Dusun Pasar Meong,

Desa Dayeuh, Bogor – Jawa Barat merupakan bagian pemerintah. Kondisi sementara

pernah dilakukan perendaman (desalinasi) pada tahun 2009 dan terakhir permukaan

BMKT kotor akibat disimpan di ruangan terbuka. Masing-masing box telah

terkelompok dalam tipe terdiri dari mangkok, pasu, buli, periuk, guci dan

logam. Berdasarkan cek ulang keseluruhan BMKT – Pulau Buaya dan dilakukan

pencucian ulang untuk menghilangkan debu dengan jumlah total 14.232 pieces.

(data terlampir). Seluruh BMKT Pulau Buaya diberi label box berikut jumlahnya

dan disimpan dalam ruangan tertutup.

2. Pemindahan Benda Berharga Asal muatan kapal Tenggelam (BMKT), Di Kota Kijang,

Provinsi Kepulauan Riau, Tanggal 5-10 Juni 2014

Pemindahan BMKT dibagi atas 3 tahap, pertama persiapan yang meliputi

koordinasi dengan instansi pengawas yang akan mengawasi dan mengawal jalannya

penyiapan pemindahan, dari TNI AL, POLAIR, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

dan Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan; tahap kedua adalah

pengepakan BMKT di Gudang Kijang Jl. KP. Sukamaju No. 16, Kampung Keke, Kota

Kijang; ketiga, pemindahan BMKT dari Kijang ke Warehouse BMKT di Cileungsi,

Jl. Raya Narongong Desa Dayeuh, Kabupaten Bogor. Hasil kegiatan sebagai berikut:

- Instansi pengawas menunjuk masing-masing perwakilannya di daerah:

a. TNI AL menugaskan Lantamal IV, Tanjung Pinang yang diwakili oleh

Letda. (Laut) Juli Prabowo.

lvi

b. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan diwakili oleh BPCB Batusangkar,

Emy Rosman, S.H.

c. Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan mendisposisikan ke

Satker PSDK di Kota Kijang, diwakili oleh Asep Ruhiyat, M.Si.

d. Sedangkan POLAIR tidak mengirimkan wakilnya dalam kegiatan tersebut.

- Pengepakan dilaksanakan bersama oleh Tim dari Subdit Pendayagunaan

Sumberdaya Kelautan Direktorat Pesisir dan Lautan Ditjen KP3K dan PT.

Adikencana Salvage, dibantu oleh tenaga lokal.

- Metode pengepakan yang digunakan adalah:

a. BMKT yang sejenis dikelompokkan untuk kemudian dikemas dalam

keranjang plastik atau kardus yang diberi pengaman palet kayu. Untuk

meminimalkan kerusakan karena benturan, BMKT yang berbahan keramik

dibungkus dengan koran. BMKT yang sifatnya fragmen tidak dihitung

satuannya tapi dikemas dalam keranjang plastik dan dihitung

berdasarkan jumlah keranjang.

b. Setiap keranjang dan kardus diberi nomor dan label yang

menginformasikan nomor dan kode barang, serta jumlah dan jenis BMKT

di dalamnya.

c. Untuk alasan teknis pengepakan, dalam perkembangannya ada beberapa

keranjang diisi dengan jenis-jenis BMKT yang berbeda. Hal ini juga

tercatat dan terekam pada label dengan jelas.

- Keseluruhan BMKT yang dikemas adalah dalam 198 keranjang/kardus

(termasuk diantaranya 69 keranjang pecahan). Adapun jumlah yang

teridentifikasi sebanyak 25,010 keping (Berita Acara dan daftar BMKT

terlampir).

- BMKT Karang Heliputan dan Teluk Sumpat ditempatkan dalam 2 (dua)

kontainer yang tersegel dengan kode PMLU 204771 6 22G1 dan GLDU 298469 9

22G1, kemudian dikirim menggunakan jasa pengiriman barang PT.

Indoexpress Logistic dari Kijang pada tanggal 12 Juni 2014. Tiba di

Pelabuhan Sunda Kelapa pada hari Minggu 15 Juni 2014 dan selanjutnya

lvii

dibawa ke Warehouse Cileungsi hari Senin 16 Juni 2014 dibawah pengawasan

Tim Pengawas BMKT.

- Dengan demikian, BMKT hasil pengangkatan PT. Adikencana Salvage dari

Perairan Karang Heliputan dan Teluk Sumpat saat ini telah berada di

Warehouse PANNAS BMKT, Cileungsi, Jl. Raya Narongong Desa Dayeuh,

Kabupaten Bogor untuk penanganan lebih lanjut.

- Tindak lanjut selanjutnya adalah pengawasan pengangkutan BMKT dari

Pelabuhan Sunda Kelapa ke Warehouse Cileungsi.

3. Pengawasan Pemindahan BMKT Karang Heluputan dan Teluk Sumpat serta

Inventarisasi dan Pemanfaatannya, Dari Pelabuhan Sunda Kelapa ke Warehouse

BMKT Cileungsi, tanggal 16-17 Juni 2014

- BMKT hasil pengangkatan Perairan Karang Heliputan dan Teluk Sumpat yang

tersimpan di Gudang PT. Adikencana Salvage mulai dipindahkan ke

Warehouse PANNAS BMKT yang beralamat di Jalan Raya Narogong Km. 25,9,

Dusun Pasar Meong, Desa Dayeuh, Bogor – Jawa Barat. Pemindahan

melibatkan unsur pengawas dari:

a. TNI AL – Tim Intel Lantamal III KAIROPS (Agus Handoyo, Kpt Laut (S)

b. Direktorat POLAIR – Baharkam POLRI (IPTU Stevanus Y.W.)

c. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kemendikbud (Eko

Priyatno)

d. DJBC KPPMP Pabean A Marunda (Ali Tauchid)

e. Direktorat Pengawasan SDK, KKP (Minaliansah, A.Md.).

- BMKT Karang Heliputan dan Teluk Sumpat disimpan dalam 2 (dua) kontainer

dengan kode PMLU 204771 6 22G1 dan GLDU 298469 9 22 G1 dibawa dari

Pelabuhan Sunda Kelapa menggunakan truk bernomor polisi B 9533 BEH dan B

9219 UEK.

- Dilakukan cek ulang keseluruhan BMKT – Karang Heliputan dan Teluk Sumpat

berdasarkan ”Lampiran Berita Acara Pemindahan BMKT Hasil Pengangkatan

PT. Adikencana Salvage di Kepulauan Riau” oleh semua pengawas dan

Sekretariat PANNAS BMKT.

lvii

i

- Total BMKT Karang Heliputan sebanyak 64 keranjang dan BMKT Teluk Sumpat

sebanyak 104 keranjang; pecahan sebanyak 69 keranjang.

- Seluruh BMKT Karang Heliputan dan BMKT Teluk Sumpat disimpan di ruang

tertutup bersama dengan BMKT Pulau Buaya sedangkan pecahan disimpan di

ruang terbuka.

- Adapun rencana penanganannya antara lain:

a. Desalinasi.

b. Re-inventarisasi dan dokumentasi.

c. Pengepakan kembali.

d. Kegiatan penanganan lanjutan ini dijadwalkan dimulai akhir Juni

2014.

4. Inventarisasi dan Pemanfaatan BMKT, di Cileungsi, Kabupaten Bogor, Provinsi

Jawa Barat, Tanggal 11 - 12 Agustus 2014

Kegiatan Inventarisasi dan Pemanfaatan BMKT mencakup upaya mendata,

memindahkan, memberi perlakuan terhadap barang yang berada di gudang,

mengkategorisasi. Menurut data awal, BMKT – Karang Heliputan dan Teluk Sumpat

Hasil Pengangkatan PT. Adikencana Salvage di Kepulauan Riau yang telah

dipindahkan ke Warehouse Cileungsi pada tanggal 16 – 17 Juni 2014 sebanyak 64

keranjang (BMKT Karang Heliputan) dan 104 keranjang (BMKT Teluk Sumpat) serta

pecahan sebanyak 69 keranjang. Selanjutnya BMKT hasil pengangkatan Perairan

Karang Heliputan dan Teluk Sumpat yang disimpan di ruangan dihitung kembali dan

didesalinasi di bak perendaman.

Desalinasi dilaksanakan selama 2 (dua) minggu dengan melakukan kontrol

air dan penggantian air untuk mengurangi kadar garam dan menghindari tumbuhnya

lumut. Material BMKT Karang Heliputan dan Teluk Sumpat yang didesalinasi adalah

berbahan keramik dengan total 92 (sembilan puluh dua) keranjang, sedangkan

material logam, tulang dan kayu akan didesalinasi kemudian. Jenis BMKT yang

didesalinasi antara lain mangkok, piring, cepuk, tutup cepuk, teko, pedupaan,

lix

wadah, sloki, buli-buli, mug, sendok, patung, vas, cangkir, gelas, jambangan,

tempayan dan botol.

Masih tersisa beberapa box berpalet kayu yang masih belum dibuka dan

akan didesalinasi setelah desalinasi terhadap 92 keranjang BMKT Karang Heliputan

dan Teluk Sumpat selesai dilakukan.

Salah satu hasil inventarisasi tersebut adalah penyusunan dan pencetakan

katalog BMKT. Pada tahun 2014 terdapat 2 katalog yaitu Katalog BMKT Hasil

Pengangkatan Karang Heliputan dan Katalog BMKT Hasil Pengangkatan Teluk Sumpat.

Dengan tersusunnya dua katalog BMKT dari dua lokasi hasil pengangkatan ini, maka

indikator jumlah BMKT yang dikelola dengan target 2 lokasi pada tahun 2014 telah

tercapai dengan prosentase capaian 100%.

IK Jumlah BMKT yang dikelola adalah IK Direktorat Pesisir dan Lautan

yang ditetapkan mulai tahun 2013 dan tetap dilanjutkan pada tahun 2014 ini. Pada

tahun sebelumnya yakni 2010, 2011 dan 2012, pengelolaan BMKT ditetapkan

mendukung IK Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi

pengembangannya dan mengalami perubahan pada satuan targetnya (pada tahun 2010

dan 2011 menggunakan satuan kapal dengan target penjualan dan pengangkatan).

Target pengangkatan berlaku sampai tahun 2012 (satuannya berubah menjadi produk

dengan target BMKT tetap pengangkatan). Namun target ini tidak tercapai

sehubungan adanya moratorium BMKT. Oleh karena itu, indikator kinerjanya berubah

menjadi Jumlah BMKT yang dikelola dengan definisi banyaknya BMKT hasil

pengangkatan yang dikelola di gudang penyimpanan, yang pengelolaannya meliputi

kegiatan inventarisasi, dokumentasi, penyimpanan dan pembuatan katalog. Definisi

ini digunakan pada 2 tahun terakhir yakni tahun 2013 dan 2014 dengan capaian

masing-masing 2 lokasi yaitu BMKT hasil pengangkatan Jepara dan Cirebon untuk

tahun 2013 dan BMKT hasil pengangkatan Heliputan dan Teluk Sumpat untuk tahun

2014.

lx

Tabel 8. Perubahan Indikator Kinerja terkait BMKT

NAMA IKU 2010 2011 2012 2013 2014

T R T R T R T R T R

Jumlah ragam

produk kelautan

non garam yang

terfasilitasi

pengembangannya

- BMKT 2

kapal

1

kapal

1

kapal

½

kapal

1

kapal

0

kapal - - - -

Jumlah BMKT yang

dikelola (lokasi

pengangkatan)

- - - - - - 2

lokasi

2

lokasi

2

lokasi

2

lokasi

Gambar 27. Grafik Capaian jumlah BMKT yang dikelola Tahun 2010-2014

SSSS..33.. MMEENNIINNGGKKAATTNNYYAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN SSDDKKPP YYAANNGG BBEERRKKEELLAANNJJUUTTAANN

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran

Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan terdiri atas satu indikator

kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2

2010 2011 2012 2013 2014

2

1 1

2 2

1

0.5

0

2 2

Target

Realisasi

lxi

Tabel 9. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Pada Customer Perspective

(Lanjutan)

No Indikator kinerja Target Realisasi %

4. Jumlah kawasan pesisir yang

terfasilitasi ketahanannya terhadap

ancaman kerusakan (kawasan)

26 kawasan 26 kawasan 100,00%

Rata-rata 100,00%

IK 4. Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman

kerusakan

Indikator jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya

terhadap ancaman kerusakan dihitung dari kawasan pesisir yang memperoleh

fasilitasi kegiatan peningkatan ketahanan akibat aktivitas manusia, bencana,

perubahan iklim, dan pencemaran atau jumlah kawasan pesisir yang memperoleh

fasilitasi fisik atau non fisik terkait dengan bencana dan dampak perubahan

iklim serta pencemaran di wilayah pesisir Tahun 2014. Realisasi Tahun 2014

adalah sejumlah 26 kawasan yang terdiri dari 22 kawasan Pengembangan Desa

Pesisir Tangguh (PDPT) dan 4 kawasan penanggulangan pencemaran.

Indikator jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya

terhadap ancaman kerusakan atau IK 4 ini merupakan indikator yang berada pada

level customer perspective yang dicascadingkan ke dalam level internal process

perspective menjadi tiga indikator yaitu IK 6 jumlah luasan kawasan di wilayah

pesisir rusak yang direhabilitasi, IK 7 jumlah kawasan di wilayah pesisir yang

terfasilitasi peningkatan ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim

serta IK 8 jumlah kawasan di wilayah pesisir dan laut yang terfasilitasi

penanggulangan pencemarannya. Dengan demikian penjelasan capaian IK 4 secara

lebih rinci bisa dilihat dalam penjelasan capaian IK 6, 7 dan 8 berikutnya.

Namun dari pencapaian jumlah kawasan PDPT sebanyak 22 kawasan dan kawasan

penanggulangan pencemaran sebanyak 4 kawasan dapat disimpulkan bahwa target 26

kawasan pada IKU jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap

ancaman kerusakan telah terealisasi sebesar 100%.

lxii

Apabila dibandingkan dengan target selama periode RPJMN 2010 – 2014,

dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:

Tabel 10. Target dan Realisasi IK Jumlah Kawasan Pesisir yang

Terfasilitasi Ketahanannya Terhadap Ancaman Kerusakan Tahun 2010-2014

NAMA IKU 2010 2011 2012 2013 2014

T R T R T R T R T R

Jumlah kawasan

pesisir yang

terfasilitasi

ketahanannya

terhadap ancaman

kerusakan

(kawasan)

10 15 10 13 16 22 25 35 26 26

Gambar 28. Grafik Target dan Realisasi Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi

ketahanannya terhadap ancaman kerusakan Tahun 2010 – 2014

Pada tahun 2013 capaian yang diperolah jauh melebihi target yang

ditetapkan, hal ini dikarenakan ada penambahan anggaran BA-99 yang

direalisasikan menjadi kegiatan greenbelt untuk mitigasi tsunami menunjang

indikator jumlah kawasan di wilayah pesisir yang terfasilitasi peningkatan

ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim atau bila dicascadingkan ke

level customer perspective, menunjang capaian indikator jumlah kawasan pesisir

yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan.

0

5

10

15

20

25

30

35

2010 2011 2012 2013 2014

10 10

16

2526

1513

22

35

26

Target

Realisasi

lxii

i

3.3 Capaian Kinerja Pada Perspektif Internal (Internal Process Perspective)

Capaian kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan pada Perspektif Internal

(Internal Process Perspective) berasal dari tiga Sasaran Strategis berikut:

a. Tersedianya kebijakan publik di bidang Pesisir dan Lautan sesuai kebutuhan

dengan capaian 120%;

b. Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan

berkelanjutan dengan capaian 106,67%;

c. Terselenggaranya pengendalian pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan

di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan capaian 100%;

Penjelasan tentang capaian masing-masing sasaran tersebut di atas adalah

sebagai berikut:

SSSS..44.. TTEERRSSEEDDIIAANNYYAA KKEEBBIIJJAAKKAANN DDII BBIIDDAANNGG PPEESSIISSIIRR DDAANN LLAAUUTTAANN SSEESSUUAAII KKEEBBUUTTUUHHAANN

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran

Tersedianya kebijakan di bidang Pesisir dan Lautan sesuai kebutuhan terdiri atas

satu indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

Tabel 11. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Pada Internal

Process Perspective

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

5. Jumlah kebijakan publik bidang pesisir

dan lautan

6 11 120%

Rata-rata 120%

Ket: 120% adalah capaian maksimum berdasarkan perhitungan sesuai pada aplikasi

kinerjaku.kkp.go.id

IK 5. Jumlah kebijakan publik bidang Pesisir dan Lautan

Indikator jumlah kebijakan publik bidang pesisir dan lautan ini dihitung

dari jumlah penyiapan rancangan yang terkait dengan kebijakan publik di wilayah

pesisir dan lautan. Rancangan kebijakan di bidang pesisir dan lautan yang

dihasilkan berupa turunan undang-undang, peraturan presiden, keputusan presiden,

lxi

v

peraturan dan keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan, peraturan dan keputusan

Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang melalui proses

tahapan dalam penyusunannya.

Dari target 6 kebijakan, telah tercapai 11 kebijakan dan/atau draft

kebijakan (prosentase capaian 120%). Adapun 11 kebijakan dan/atau draft

kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Keputusan Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil Nomor

04A/KEP/DJKP3K/2014 tentang Pedoman Penyusunan Proposal Reklamasi,

Rencana Induk, Studi Kelayakan dan Rencana Detail Reklamasi.

2. Keputusan Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Nomor 37/KEP-

DJKP3K/2014 tentang Pedoman Umum Relokasi dan Kompensasi Kegiatan

Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

3. Perdirjen KP3K No.6/PER-DJKP3K/2014 tentang Pedoman Teknis PDPT Tahun

2014.

4. Rancangan Pedoman Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanggulangan

Dampak Pencemaran Minyak Terhadap Sumber Daya.

5. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengendalian Pencemaran

dan Kerusakan Sumber Daya Ikan dan Lingkungannya.

6. Rancangan Pedoman Kajian Lingkungan Hidup Startegis Sektor Kelautan dan

Perikanan (KLHSSKP).

7. Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Izin Lokasi dan Izin Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

8. Rancangan Peraturan Menteri tentang Tata Cara Rehabilitasi.

9. Buku 1 Penilaian Tingkat Kerentanan Desa

10. Buku 2 Penyusunan Rencana Aksi Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan

Iklim

11. Buku 3 Penyusunan Rencana Pemantauan dan Evaluasi

lxv

SSSS..55.. TTEERRKKEELLOOLLAANNYYAA WWIILLAAYYAAHH LLAAUUTT,, PPEESSIISSIIRR DDAANN PPUULLAAUU--PPUULLAAUU KKEECCIILL SSEECCAARRAA TTEERRPPAADDUU DDAANN

BBEERRKKEELLAANNJJUUTTAANN

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran

Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan

berkelanjutan terdiri atas tiga indikator kinerja, dengan capaian kinerja

sebagai berikut:

Tabel 12. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Pada Internal

Process Perspective

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

6. Jumlah luasan kawasan di wilayah

pesisir rusak yang direhabilitasi (ha)

110

135,03 120%

7. Jumlah kawasan di wilayah pesisir yang

terfasilitasi peningkatan ketahanannya

terhadap bencana dan perubahan iklim

(kawasan)

22 22 100%

8. Jumlah kawasan di wilayah pesisir dan

laut yang terfasilitasi penanggulangan

pencemarannya (kawasan)

4 4 100%

Rata-rata 106,67%

IK 6. Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (ha)

Indikator Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang

direhabilitasi dihitung dari jumlah luas wilayah yang direhabilitasi akibat

kerusakan ekosistem pesisir.

Dari target seluas 110 ha, telah tercapai 135,03 ha. Target ini dicapai

dari kegiatan penanaman mangrove dan vegetasi pantai di sejumlah kabupaten/kota

dengan pelaksana pusat dan melalui dana dekonsentrasi provinsi oleh daerah.

Dengan demikian prosentase capaian diperoleh sebesar 122,75%. Namun sesuai

ketentuan pada aplikasi kinerjaku.kkp.go.id pencapaian maksimum dibulatkan

menjadi 120%.

Hasil penanaman mangrove dan vegetasi pantai pada Tahun 2014 adalah

sebagai berikut:

lxv

i

Tabel 13. Penanaman Mangrove, Vegetasi Pantai dan Terumbu Karang Tahun 2014

No Pelaksana Lokasi Jumlah Tanaman

(batang)

Luas (ha)

1 Pusat Aceh Besar, Pandeglang,

Serang, Jakarta Utara,

Bekasi, Indramayu,

Karawang, Sukabumi,

Brebes, Cilacap, Demak,

Kalimantan Timur, Kutai

Kartanegara

• Mangrove 265.800

batang (24,08 ha)

• Vegetasi pantai

3.000 batang (5 ha)

± 29,08 ha

2. Dekonsentrasi Klungkung, Serang, Gunung

Kidul, Kepulauan Seribu,

Pahuwato, Tanjung Jabung

Timur, Bekasi, Cirebon,

Indramayu, Sukabumi,

Brebes, Demak, Pati,

Pasuruan, Probolinggo,

Situbondo, Mempawah,

Singkawang, Tanah Bumbu,

Kutai Kartanegara,

Bontang, Lombok Timur,

Belu, Luwu, Kolaka Utara,

Manado

• Mangrove 748.167

batang (94,95 ha);

• Vegetasi 6.000

batang (6 ha);

• Terumbu karang

4.280 unit (5 ha)

± 105,95

ha

Total 135,03 ha

Tabel lebih rinci terlampir dalam laporan ini.

lxv

ii

Beberapa dokumentasi penanaman mangrove:

Gambar 29. Penanaman mangrove oleh masyarakat secara serempak

Di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Gambar 30. Mangrove yang telah ditanam di pesisir Kecamatan Muara

Gembong, Kabupaten Bekasi

lxv

iii

Gambar 31. Penanaman Mangrove di Ladong, Aceh Besar

Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, perolehan target dan

realisasi untuk indikator jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang

direhabilitasi (ha) terlihat pada tabel dan grafik berikut.

Tabel 14. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di Wilayah

Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) Tahun 2010-2014

NAMA IKU 2010 2011 2012 2013 2014

T R T R T R T R T R

Jumlah luasan

kawasan di

wilayah pesisir

rusak yang

direhabilitasi

(ha)

60 68,2 90 90 100 183 110 150 110 135,03

lxi

x

Gambar 32. Grafik Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di

Wilayah Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) Tahun 2010-2014

IK 7. Jumlah kawasan di wilayah pesisir yang terfasilitasi peningkatan

ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim (kawasan)

Indikator jumlah kawasan di wilayah pesisir yang terfasilitasi

peningkatan ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim dihitung dari

berapa banyak jumlah kawasan pesisir yang memperoleh fasilitasi kegiatan fisik

dan non fisik terkait dengan mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim.

Teknik menghitungnya yakni dengan metode scoring empat parameter ketahanan

terhadap bencana, perubahan iklim meliputi kelembagaan, sosial budaya,

lingkungan dan infrastruktur yang terlihat dari 5 bina yang dikembangkan pada

program PDPT. Realisasi Tahun 2014 adalah sejumlah 22 kawasan yaitu 22 kawasan

Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT). Dengan demikian terealisasi sebesar

100% capaian.

Pada tahun 2014 Direktorat Jenderal KP3K melaksanakan kegiatan yang

membangun ketangguhan desa, khususnya dalam menghadapi bencana dan dampak

perubahan iklim. Kegiatan ini dinamakan Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT)

yang diimplementasikan di 22 kabupaten/kota dengan jumlah total desa sebanyak 66

desa (1 kabupaten/kota terdiri dari 3 desa/kelurahan/nagari).

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

2010 2011 2012 2013 2014

60

90100

110 110

68.2

90

183

150.55

135.03

Target

Realisasi

lxx

PDPT merupakan kegiatan yang berorientasi pada pengembangan manusia,

sumber daya pesisir, infrastruktur/lingkungan, usaha dan kesiapsiagaan terhadap

bencana dan perubahan iklim. Kegiatan ini bertujuan: (i) Meningkatkan

kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana dan perubahan iklim di desa pesisir

dan pulau-pulau kecil, (ii) Meningkatkan kualitas lingkungan hidup di desa

pesisir dan pulau-pulau kecil, (iii) Meningkatkan kapasitas kelembagaan

masyarakat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipatif di desa

pesisir dan pulau-pulau kecil, dan (iv) Memfasilitasi kegiatan pembangunan

dan/atau pengembangan sarana dan/atau prasarana sosial ekonomi di desa pesisir

dan pulau-pulau kecil.

PDPT sebagai bagian PNPM Mandiri KP berpedoman pada prinsip pemberdayaan

masyarakat. Masyarakat sebagai aktor utama diharapkan dapat melaksanakan

pembangunan di desa secara utuh. Oleh karena itu PDPT melibatkan masyarakat

sejak penyusunan perencanaan sampai implementasi kegiatannya. Dalam rangka

mendampingi masyarakat, maka peran Tenaga Pendamping menjadi salah satu faktor

keberhasilan kegiatan ini. Untuk mempersiapkan para Tenaga Pendamping maka

dilakukan peningkatan kapasitas melalui kegiatan Pembekalan Pendamping PDPT

tanggal 6 – 8 Maret 2014 di Savoy Homann Hotel, Kota Bandung-Jawa Barat dan

Bimbingan Teknis tanggal 19-20 Juni di Hotel Grage, Kota Cirebon–Jawa Barat bagi

para pengelola program PDPT.

Pencapaian kegiatan PDPT pada tahun 2014 antara lain: (i) proses

perencanaan partisipatif, (ii) Rencana jangka menengah berupa 66 dokumen Rencana

Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Desa

(PerDes) atau Peraturan Kelurahan (PerKel), (iii) tumbuhnya semangat

kegotongroyongan dan swadaya masyarakat, (iv) terbentuknya Kelompok Masyarakat

Pesisir (KMP), (v) sinergi antar sektor, provinsi dan pusat di lokasi PDPT dan

(vi) tersalurkannya Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) melalui pencairan ke

rekening setiap KMP di 22 Kabupaten/Kota dengan total nilai Rp. 19.939.312.494,-

lxx

i

Gambar 33. Ilustrasi capaian PDPT Tahun Anggaran 2014

Adapun pemanfaatan BLM PDPT Tahun Anggaran 2014 diwujudkan dengan terbangunnya

prasarana dan sarana ekonomi, sosial, dan/atau lingkungan pada tingkat desa

seperti tabel berikut:

Tabel 15. Pemanfaatan BLM PDPT TA 2014

No. Pekerjaan Volume

1 Pembuatan dan/atau peningkatan

Jalan

19.979 meter

2 Sarana Air Bersih 12 Unit pompa, 7 titik bor, Pipa distribusi

2.792 meter

3 MCK 188 unit

4 Rehab Rumah 17 unit

5 Penanaman vegetasi pantai dan

mangrove

67.731 pohon

6 Pengelolaan Sampah Tong sampah 38 unit, Motor pengangkut 9 unit

7 Shelter penampungan 18 Unit

8 Pembuatan Bronjong/pelindung

pantai

Panjang 5.107 meter

9 Pondok Informasi Pesisir dan Pos

Siaga Bencana

8 unit

10 Usaha dan pelatihan kewirausahaan 708 unit/kegiatan

19.939.312.494

total dana BLM (dalam Rupiah) tersalurkan kepada masyarakat melalui

KMP

66 Dokumen Rencana Pengembangan

Desa Pesisir/RPDP (Ditetapkan dengan Per Desa/Per Kelurahan)

403 Kelompok Masyarakat Pesisir (KMP)

3.665 orang Laki-laki: 2.885 + Perempuan: 780

lxx

ii

Gambar 34. Bimbingan Teknis dan Pembekalan Teknis Pendamping PDPT

Gambar 35. Tangga evakuasi sekaligus sebagai akses jalan bagi masyarakat desa di

Kotawaringin Barat

Gambar 36. Sinergitas kegiatan PDPT dengan TNI dan SKPD terkait di Pacitan

lxx

iii

Rincian lebih lengkap tentang capaian PDPT 2014 di tiap kabupaten adalah sebagai

berikut.

Tabel 16. Hasil Pencapaian Kegiatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Program

Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) TA 2014

No Kabupaten/Kota Jenis Kegiatan Hasil Capaian

1 Asahan

1 Jalan/Jalur evakuasi 680 meter

2 listrik/tiang dan genset 1 unit

3 Drainase 3.670 meter

4 Rambu evakuasi 8 unit

5 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 276 meter

6 Vegetasi Pantai 5.620 pohon

2 Pesisir

Selatan

1 Jalan/Jalur evakuasi 3.736 meter

2 Jembatan 3,5 meter

3 Drainase 353 meter

4 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 56 meter

5 Usaha Wisata (pengadaan perahu wisata) 3 Unit

6 Usaha Makanan/Minuman (pengadaan sembako) 1 Paket

3 Kaur

1 Jalan/Jalur evakuasi 410 meter

2 MCK 13 unit

3 Drainase 306 meter

4 Pembangunan Pos Siaga Bencana 1 unit

5 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 65 meter

4 Tangerang

1 Jalan/Jalur evakuasi 525 meter

2 Sarana Air Bersih 2 unit

3 MCK 2 unit

4 Drainase 519 meter

5 Pengolahan Sampah 1 unit

6 Sarana Prasarana Bencana (Pengadaan Perahu

Karet Evakuasi) 2 unit

7 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 540 meter

8 Vegetasi Pantai 1.000 pohon

9 Usaha Wisata (pengadaan perahu wisata) 1 unit

5 Sukabumi

1 Jalan/Jalur evakuasi 6.342 meter

2 MCK 1 unit

3 Jembatan 4 meter

4 Sarana Air Bersih 5 unit

5 Vegetasi Pantai 1.400 pohon

6 Sarana Prasarana Antisipasi Bencana (Pengadaan

Alat Tabung Pemadam)

6 Unit

lxx

iv

No Kabupaten/Kota Jenis Kegiatan Hasil Capaian

6 Kendal

1 Jalan/Jalur evakuasi 760 meter

2 MCK 1 unit

3 Jembatan 4 meter

5 Vegetasi Pantai 9.165 pohon

6 Drainase 200 meter

7 Usaha Perikanan (Pengadaan Sarana Alat Tangkap) 2 paket

8 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 900 meter

9 Usaha Makanan/Minuman (Pengadaan Alat Penunjang

Usaha) 10 paket

7 Kulon Progo

1 Jalan/Jalur evakuasi 2.805 meter

2 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 391 meter

3 Drainase 160 meter

4 Vegetasi Pantai 13.660 pohon

5 Pengadaan Sarana Mitigasi Bencana 1 paket

6 Usaha Perikanan (Pengadaan Sarana Alat Tangkap) 1 paket

8 Pacitan

1 Drainase 130 meter

2 Jalan/jalur evakuasi 947 meter

3 Listrik 16 unit

4 Pembangunan Gapura 3 unit

5 Usaha Perikanan (Pengadaan Sarana pengolahan

ikan) 5 unit

6 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 390 meter

9 Pontianak

(Mempawah)

1 Jalan/jalur evakuasi 879 meter

2 Jembatan 62 meter

3 Drainase 879 meter

10 Kotawaringin

Barat

1 Jalan/Jalur evakuasi 714 meter

2 MCK 1 unit

3 Renovasi Tempat Ibadah 3 unit

4 Sarana PAUD 12 paket

5 Drainase 210 meter

6 Vegetasi Pantai 14.300 pohon

7 Usaha Perikanan (Pengadaan alat tangkap) 147 unit

11 Banjar

1 Pembangunan/Perbaikan Jalan Rabat Beton/Aspal 1.053 meter

2 Pembangunan/Perbaikan MCK 5 Unit

3 Pembangunan/Perbaikan Jembatan 45 Meter

4 Pembangunan/Perbaikan Sarana dan Prasarana

Sampah 1 Unit

5 Sarana Pendukung Siaga Bencana 2 Paket

6

Penyiringan Jalur Evakuasi

250 meter

7 Vegetasi Penanaman Bibit Nipah dan MangrovE

2.950 Pohon

lxx

v

No Kabupaten/Kota Jenis Kegiatan Hasil Capaian

12 Parigi Moutong

1 Pembangunan/Perbaikan MCK 2 Unit

2 Pembangunan/Perbaikan Jalan Rabat Beton/Aspal 3.620 meter

3 Sarana Radio Komunikasi 1 Paket

4

Pembangunan Bronjong

460 meter

5 Pengadaan Sarana Waserda 3 Unit

13 Pinrang

1 Pembuatan Proteksi Jalan 494 meter

2 Pembangunan/Perbaikan MCK 108 Unit

3 Pembangunan/Perbaikan Jembatan 18.25 meter

4 Pembangunan Drainase 726 meter

5 Pembuatan Rumpon Permukaan 11 Titik

14 Baubau

1 Sarana Air Bersih 5 unit

2 Rehab Rumah Layak Huni 11 unit

3 Jalan/jalur evakuasi 332 meter

4 Listrik 7 unit

5 Pengelolaan Sampah 3 unit

6 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 361 meter

7 Drainase 192 meter

15 Seram Bagian

Barat 1 Jalan/jalur evakuasi 1.200 meter

16 Teluk Wondama

1 Jalan/Jalur evakuasi 90 meter

2 listrik/pengadaan genset 1 unit

3 Pembangunan Gapura 4 unit

4 Rehab Tempat Ibadah 4 unit

5 Pengadaan prasarana ibadah/kursi plastik 86 unit

6 Pembangunan Sarana Olah Raga/lapangan 2 unit

17 Lebak

1 Jalan/Jalur evakuasi 60 meter

2 MCK 3 unit

3 Sarana Air Bersih 2 unit

4 Pembangunan Saran Olahraga 1 unit

5 Pembangunan Posko Siaga Bencana 1unit

6 Pembuatan Rambu Evakuasi 24 unit

7 Drainase 430 meter

8 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 120 meter

9

Pembangunan pondok wisata 3 unit

10

Pengadaan becak motor 1 unit

11

Pengadaan galon isi ulang 700 buah

lxx

vi

No Kabupaten/Kota Jenis Kegiatan Hasil Capaian

18 Cirebon

1 Jalan/jalur evakuasi 728 meter

2 Sarana Air Bersih 3 unit

3 MCK 40 unit

4 Rehab Rumah Layak Huni 6 unit

5 Drainase 136,5 meter

6 Vegetasi Pantai 4.000 pohon

19 Malang

1 Jalan/Jalur Evakuasi 1.052 meter

2 MCK 10 unit

3 Jembatan 130 meter

4 Drainase 50 meter

5 Pengelolaan Sampah 3unit

6 Sarana Air Bersih 3 unit

7 Listrik 13 unit

8 Pembangunan Sarana Bermain PAUD 45 unit

9 Pembuatan rambu evakuasi 7 Unit

10 Pengadaan Radio Komunitas 1 Paket

11 Vegetasi Pantai 15.926 Pohon

12 Pengadaan Alat Wisata 31 unit

13 Pengadaan Alat Selam 4 unit

14 Pengadaan Perahu Wisata 5 unit

15 Pengadaan Mesin Daur Ulang 1 unit

20 Demak

1 Jalan/Jalur Evakuasi 1.040 meter

2 Pengelolaan sampah 6 unit

3 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 1.152 meter

4 Pengadaan motor roda 2 2 unit

21 Tanggamus

1 Jalan/Jalur evakuasi 1.338 meter

2 Jembatan 3.350 meter

3 Shelter Penampungan 17 unit

4 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 360 meter

22 Sikka

1 Jalan/Jalur evakuasi 60 meter

2 Sarana air bersih 7 unit

3 Drainase 160 meter

4 Pengelolaan Sampah 9 unit

5 Sarana PAUD 5 unit

6 Pelatihan penanganan ikan 1 paket

7 Vegetasi Pantai 12.273 pohon

8 Pengadaan perahu wisata 2 unit

lxx

vii

No Kabupaten/Kota Jenis Kegiatan Hasil Capaian

9 Pengadaan sampan pariwisata 6 unit

10 Pengadaan sarana alat tangkap nelayan 21 unit

11 Pengadaan tempat penjemuran ikan 3 unit

12 Pengadaan alat usaha perikanan 35 unit

13 Bantuan usaha modal 88 paket

14 Usaha tenun 2 paket

Program PDPT (Pengembangan Desa Pesisir Tangguh) sebagai realisasi

untuk pencapaian IK jumlah kawasan di wilayah pesisir yang terfasilitasi

peningkatan ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim (kawasan) adalah

bertujuan untuk mengukur meningkat tidaknya ketahanan atau ketangguhan desa

pesisir lokasi PDPT terhadap bencana dan perubahan iklim setalah dijalankannya

program ini. Upaya pengukuran ketangguhan ini dilakukan dengan metode sebagai

berikut (penjelasan berikut adalah salah satu contoh untuk satu desa pesisir

lokasi PDPT). Secara detail, penilaian ketangguhan ini telah dilaksanakan untuk

semua desa yang termasuk dalam kawasan atau lokasi dimana program PDPT ini

dilaksanakan.

PENILAIAN KETANGGUHAN DESA

Penilaian kondisi ketangguhan desa pesisir PDPT mencakup lima aspek yang menjadi

kriteria, meliputi (1) aspek manusia; (2) aspek sumberdaya pesisir; (3) aspek

usaha; (4) aspek lingkungan / infrastruktur; dan (5) aspek kesiapsiagaan

terhadap bencana / perubahan iklim dengan 25 (dua puluh lima) variabel

penilaian. Sumber data dan informasi yang digunakan adalah sampling dengan

kuesioner, penggalian informasi dengan Focus Group Discussion (FGD), pengamatan

visual di desa, dan penggunaan data sekunder dari desa.

lxx

viii

Output penilaian ketangguhan desa pesisir PDPT ini adalah gambaran kondisi desa

berdasarkan kriteria ketangguhan desa dalam bentuk tabel nilai dan grafik jaring

laba-laba.

Sebagai contoh pada grafik nilai ketangguhan Desa Silo Baru, Kecamatan Silau

Laut, Kabupaten Asahan , kondisi ketangguhan masing-masing aspek dapat dilihat

pada panjang jari-jari jaring laba-laba dengan melihat skala nilai, dan dapat

dihitung Nilai Ketangguhan reratanya.

T-0 (Nilai Ketangguhan Rerata 19,5) Perubahan Nilai 44,3% T-1 (Nilai

Ketangguhan Rerata 35)

T-1 (Nilai Ketangguhan Rerata 35) Perubahan Nilai 16,7% T-2 (Nilai

Ketangguhan Rerata 42)

T-2 (Nilai Ketangguhan Rerata 42) Perubahan Nilai 1,2% T-3 (Nilai

Ketangguhan Rerata 42,5)

lxx

ix

T-0 (Nilai Ketangguhan Rerata 19,5) Perubahan Nilai 54,1% T-3 (Nilai

Ketangguhan Rerata 42,5)

Tabel 17. Keberhasilan Nilai Ketangguhan

Kriteria Prosentase perubahan skor

ketangguhan

Sangat berhasil 35<

Berhasil 10<x<35

Cukup berhasil 5<x<10

Kurang berhasil 0<x<5

Berdasarkan tabel prosentase perubahan skor ketangguhan, intervensi PDPT pada

tahun T-0 ke T-1 Sangat Berhasil, T-1 ke T-2 Berhasil dan T-2 ke T-3 Kurang

Berhasil. Sedangkan secara keseluruhan pelaksanaan PDPT di Desa Silo Baru,

Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan dari T-0 ke T-3 dengan perubahan skor

54,1% (Sangat Berhasil)

IK 8. Jumlah kawasan di wilayah pesisir dan laut yang terfasilitasi

penanggulangan pencemarannya (kawasan)

Indikator jumlah kawasan di wilayah pesisir dan laut yang terfasilitasi

penanggulangan pencemarannya yaitu kawasan pesisir dan laut yang memperoleh

fasilitasi kegiatan fisik dan non fisik terkait dengan pengendalian pencemaran.

Teknik menghitungnya yaitu dengan penjumlahan kawasan pesisir dan laut yang

terfasilitasi ketahanannya terhadap pencemaran melalui penyadaran, pengembangan

sarana penanggulangan pencemaran, identifikasi kerusakan wilayah pesisir akibat

pencemaran, dan kerentanan akibat pencemaran minyak. Indikator ini pun adalah

lxx

x

merupakan cascading dari indikator pada level customer perspective yakni jumlah

kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan

sehingga capaiannya mendukung pencapaian jumlah kawasan pada indikator tersebut.

Target pada indikator ini adalah sebanyak 4 kawasan. Pada tahun 2014 ini

tercapai 4 kawasan yakni di Kabupaten Pati, Kabupaten Cirebon, Kota Manado dan

Kota Batam dengan rincian sebagai berikut.

PENGEMBANGAN SARANA PENGENDALIAN PENCEMARAN DI KAWASAN PESISIR

(Kabupaten Pati)

Kehidupan pesisir pantai tidak lepas dari aktivitas terkait laut seperti

penangkapan ikan, pengolahan hasil ikan dan pengelolaan wilayah pesisir yang

mampu menyediakan wadah bagi para nelayan dalam beraktivitas. Pada tingkat

kawasan yang lebih luas, kawasan pesisir tidak lepas dari begitu banyak

aktivitas industri, jasa layanan hingga transportasi tingkat nasional. Pada

skala kecil, kawasan pesisir dan laut perlu mendapatkan fasilitasi infrastruktur

yang mendukung kelancaran aktivitas terkait nelayan. Untuk itu, dalam rangka

meningkatkan sarana prasarana penanggulangan pencemaran di pesisir, inisiasi

pembangunan drainase dilakukan di Desa Tlogo Harum, Kab. Pati, Provinsi Jawa

Tengah dengan tujuan menurunnya pencemaran akibat pengolahan hasil perikanan di

kawasan tersebut. Kegiatan

Pengembangan Sarana

Penanggulangan Pencemaran di

Kawasan Pesisir di Desa

Tlogoharum, Kecamatan

Wedarijaksa, Kabupaten Pati

adalah berupa pembangunan

saluran drainase sepanjang ±

763 meter yang dibangun di

kawasan pemukiman penduduk yang merupakan daerah pengolahan garam dan hasil

perikanan. Sebagai pelaksana pekerjaan tersebut di atas adalah CV. Multi Karya

dengan nilai kontrak sebesar Rp.242.490.000,- yang mulai bekerja berdasarkan SPK

sejak tanggal 18 Agustus sampai dengan tanggal 15 Nopember 2014. Adapun

Drainase di Desa Tlogo Harum

lxx

xi

konsultan pengawas dalam pekerjaan ini adalah CV. Arwindo Konsultan dengan

alamat Jl. Raya Pati-Tayu km 4, Kedungsari,Tayu, yang mulai bekerja sesuai

tanggal kontrak tersebut di atas. Berdasarakan hasil pengamatan lapangan,

pekerjaan telah selesai dilaksanakan 100% (seratus persen) dan untuk kelancaran

pekerjaan pihak CV. Multi Karya telah menyerahkan Jaminan Pemeliharan senilai

12.124.500,- dengan jangka waktu pemeliharaan selama 194 hari yaitu sejak 14

Nopember 2014 sampai 26 Mei 2015. Untuk kegiatan ini telah dilakukan serah

terima pekerjaan antara Direktorat Pesisir dan Lautan dengan Dinas Kelautan dan

Perikanan Kab. Pati dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pati dengan Pemerintah

Desa Tlogo Harum.

IDENTIFIKASI KERUSAKAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT AKIBAT PENCEMARAN

(Kabupaten Cirebon)

Dalam rangka mendukung penyediaan data sebagai dasar pengambilan

kebijakan maka pada tahun 2014 dilaksanakan identifikasi kerusakan wilayah

pesisir di Kab. Cirebon. Kegiatan ini bertujuan untuk menyusun peta kerusakan

wilayah pesisir dan laut akibat pencemaran yang meliputi penentuan sepuluh titik

sebagai basis pemindaian kerusakan kawasan pesisir dan pantai Kab. Cirebon,

pemodelan sebaran arus dan gelombang, analisa potensi dan sumber pencemaran

pesisir dan laut, analisa pencemaran terhadap kerusakan wilayah pesisir dan laut

serta strategi pengendalian pencemarannya. Selain itu dilakukan penyusunan basis

data spasial oseanografi, ekosisitem pesisir, dan pencemaran pesisir dan laut

melalui pendekatan Sistem Informasi geographic (SIG) yang tertuang dalam peta

kerusakan wilayah pesisir dan laut akibat pencemaran skala 1:25.000.

lxx

xii

Gambar 37. Model Sebaran Pencemaran

Berdasarkan Pengaruh Kontur

Gambar 38. Skoring Pencemaran di

Kabupaten Cirebon

Hasil dari kegiatan ini adalah peta kerusakan wilayah pesisir dan laut

akibat pencemaran, dengan terlebih dahulu melalui tahapan perencanaan, proses

lelang, pelaksanaan, dan pembahasan dengan prosentase yang baik. Hasil peta

tersebut juga dilengkapi rekomendasi terkait penanggulangan pencemaran dan ruang

lingkupnya diantaranya: 1) Menyusun standar pengendalian Kualitas Lingkungan

Laut (marine environmental quality controls) daerah; 2) Memperbaiki manajemen

pengelolaan DAS, yang lebih terintegrasi dengan dampaknya di pesisir; 3)

Memperketat aturan dan pengawasan terhadap kajian AMDAL yang sudah ada dan akan

disusun; 4) Memberdayakan pemuda dan kelompok masyarakat untuk mendukung program

sadar kebersihan lingkungan; 5) Menyiapkan prasarana sarana pengelolaan limbah

sesuai daya tampung dan proyeksi tingkat pencemaran; 6) Mensosialisasikan

program Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu.

Meski secara umum dapat disebutkan bahwa kegiatan telah dapat

diselesaikan, perlu kiranya diperhatikan dan diperlukan evaluasi untuk

pelaksanaan kegiatan – kegiatan selanjutnya. Hasil yang lebih baik akan dapat

tercapai manakala partisipasi aktif seluruh pihak dimulai dari perencanaan suatu

kegiatan. Mengingat pentingnya data-data kondisi kerusakan wilayah pesisir dan

laut akibat pencemaran sebagai rona kondisi pencemaran, diperlukan kegiatan

identifikasi pencemaran untuk wilayah yang lainnya, terutama pada kabupaten/kota

yang menjadi sentra produksi perikanan atau kawasan strategis lainnya. Terkait

lxx

xiii

hasil kegiatan Identifikasi Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut di Kabupaten

Cirebon dapat ditindaklanjuti melalui kegiatan yang berkesinambungan. Data dan

informasi yang baik adalah data yang akurat berdasarkan analisa yang tepat,

sehingga dapat menghasilkan rekomendasi yang menjadi solusi untuk mengatasi

permasalahan.

PENGELOLAAN LIMBAH DI KAWASAN WISATA KULINER PANTAI (LANJUTAN)

Di Kota Batam dan Kota Manado

Direktorat Pesisir dan Lautan pada tahun 2013 dan tahun 2014 telah

menyusun upaya Pengelolaan Limbah di Kawasan Wisata Kuliner Pantai di Kota Batam

dan Manado. Kegiatan dimaksud bertujuan untuk membantu Pemerintah Daerah dalam

menata kawasan wisata kuliner pantai yang bersih, sehat, indah, menarik dan

ramah lingkungan serta melakukan pembinaan terhadap pelaku usaha wisata dan

usaha kuliner pantai. Rangkaian kegiatan Pengelolaan Limbah di Kawasan Wisata

Kuliner Pantai di Kota Batam dan Manado pada tahun 2013 adalah melakukan kajian

pengelolaan limbah dan pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) yang bertujuan

untuk menyusun isu pengelolaan limbah di kawasan wisata kuliner pantai sekaligus

penyusunan rencana aksi. Selanjutnya hasil kajian dan penyusunan isu tersebut

dijadikan masukan untuk penyusunan pedoman pengelolaan limbah di kawasan wisata

kuliner pantai sehingga dapat diimplementasikan di wilayah pesisir lainnya.

Terkait hasil penyusunan rencana aksi adalah penyusunan aspek peraturan dan

penegakan hukum serta aspek lingkungan. Menindaklanjuti hal tersebut, pada tahun

2014, terkait aspek peraturan, Direktorat Pesisir dan Lautan membantu

memfasilitasi penyusunan peraturan di Kota Batam dan Manado berupa penyusunan

Draft Peraturan Walikota (Perwako) tentang Pencegahan Pencemaran dan/atau

Kerusakan Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya Akibat Aktivitas Wisata dan Usaha

Kuliner Pantai.

Rangkaian kegiatan pengelolaan limbah di kawasan wisata kuliner pantai

di Kota Batam dan Manado pada tahun 2014 ini meliputi koordinasi, pembahasan

draft di pusat dan pertemuan di daerah. Adapun koordinasi dilaksanakan tanggal

3-5 April 2014 di Kota Batam dan 24-26 Maret 2014 di Kota Manado, sedangkan

lxx

xiv

rapat pembahasan di pusat dilaksanakan tanggal 14 April 2014 bertempat di

Institut Pertanian Bogor. Pertemuan I di Batam dilaksanakan tanggal 18 April

2013, pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2014 dan pertemuan III

dilaksanakan tanggal 17 September 2014; sedangkan pertemuan I di Kota Manado

dilaksanakan tanggal 23 Juni 2014, Pertemuan II dilaksanakan tanggal 23 Oktober

2014 dan pertemuan III dilaksanakan tanggal 19 Desember 2014. Sebagai peserta

kegiatan adalah perwakilan dari Bagian Hukum Setdako, Dinas Pariwisata, Bapedal,

Dinas Kebersihan, Dinas PU, Dinas Kesehatan, Staf Ahli, Dinas Kelautan dan

Perikanan dan stakeholder terkait dari kedua kota tersebut.

Sesuai dengan tujuannya yaitu menyusun draft peraturan Walikota maka

output dari kegiatan ini adalah 1) peraturan Walikota Batam Nomor 42 tahun 2014

tentang Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Sumberdaya Ikan dan

lingkungannya Akibat Aktivitas Wisata dan Usaha Kuliner; 2) peraturan Walikota

Manado nomor 57 tahun 2014 tentang Pencegahan Pencemaran Dan Kerusakan

Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya Akibat Aktivitas Usaha Wisata Kuliner Pantai.

Secara garis besar peraturan walikota tersebut mengatur tentang (i) upaya

pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan sumberdaya ikan dan lingkungannya

akibat aktivitas wisata dan usaha kuliner oleh pelaku usaha wisata dan usaha

kuliner baik skala besar, menengah, kecil maupun skala mikro termasuk PKL,

pelaku wisata dan pemerintah; (ii) Pengawasan / monitoring dan; (iii)

Sertifikasi dan labeling yaitu pengklasifikasian usaha kuliner menjadi 3 kelas

(A,B dan C) dengan beberapa kriteria tertentu serta pemberian labeling.

Pada tahun ini pula diberikan bantuan stimulant pengolah limbah di kedua

kota tersebut yang selanjutnya akan diberikan kepada pengusaha kuliner yang mau

berkomitmen untuk menjaga lingkungan. Stimulant tersebut berupa perangkap lemak.

Perangkap lemak tersebut ditujukan untuk menangkap lemak/minyak sisa makanan

dari proses kuliner dengan kemampuan mereduksi lemak ±80% dengan harapan

pencegahan lemak masuk ke perairan bisa dilakukan. Selanjutnya dengan adanya

pemberian stimulant pengolah limbah dan fasilitasi penyusunan peraturan walikota

di kedua lokasi tersebut, diharapkan akan menjadi acuan bagi usaha wisata dan

usaha kuliner dalam pengelolaan limbah wisata kuliner pantai dengan

lxx

xv

mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial kemasyarakatan, sehingga

dapat mewujudkan kawasan wisata kuliner pantai yang bersih, sehat, menarik dan

berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sebagai rekomendasi untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah 1) perlu

dilakukan tindaklanjut dari implementasi perwako; 2) menetapkan lokasi wisata

kuliner sebagai lokasi binaan; 3) perlu pembentukan kelompok usaha kuliner dan

pendampingnya di lokasi binaan tersebut; dan 4) perlu dilakukan inisiasi

Pengelolaan Limbah di Kawasan Wisata Kuliner Pantai ke lokasi lain.

Dengan dilaksanakannya kegiatan untuk fasilitasi penanggulangan

pencemaran kawasan pesisir dan laut di 4 kawasan tersebut, telah terealisasi

prosentase capaian sebesar 100% dari target 4 kawasan yang telah ditetapkan.

Gambar 39. Pembukaan pertemuan oleh

Wakil Walikota Manado Gambar 40. Pertemuan di Batam

lxx

xvi

SSSS..66.. TTEERRSSEELLEENNGGGGAARRAANNYYAA PPEENNGGEENNDDAALLIIAANN PPEEMMAANNFFAAAATTAANN SSUUMMBBEERRDDAAYYAA KKEELLAAUUTTAANN DDAANN PPEERRIIKKAANNAANN DDII

WWIILLAAYYAAHH PPEESSIISSIIRR DDAANN PPUULLAAUU--PPUULLAAUU KKEECCIILL

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran

Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan

di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri atas satu indikator kinerja,

dengan capaian kinerja sebagai berikut:

Tabel 18. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan

Pada Internal Process Perspective (Lanjutan)

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Capaian

9. Jumlah fasilitasi izin lokasi

reklamasi

2 2 100,00%

Rata-rata 100,00%

IK 9. Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi

Indikator jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi dihitung dari Jumlah

kawasan pesisir yang difasilitasi dalam melakukan kegiatan reklamasi dan

penerbitan izin lokasi reklamasi agar memperhatikan kelestarian lingkungan serta

keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Dari target 2 izin, telah tercapai 100%, yaitu izin lokasi reklamasi di

Tanjung Benoa, Bali dan fasilitasi izin lokasi reklamasi di Tanjung Carat,

Sumatera Selatan.

Sebagai penjabaran Pasal 34 UU 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, etelah diterbitkan PERPRES 122 Tahun 2012 tentang

Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil yang mengatur tentang

perencanaan dan pelaksanaan reklamasi, dan PERMEN KP No. 17 tahun 2013 tentang

Perizinan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil yang mengatur

secara rinci persyaratan dan mekanisme perizinan reklamasi di WP3K.

Seiring dengan telah diterbitkannya PERPRES 122 tahun 2012, dan PERMEN KP

No. 17 tahun 2013, tentunya terdapat wilayah – wilayah yang mengajukan izin

reklamasi di WP3K. Sebagai upaya pemeriksaan kualitas dan substansi dokumen –

lxx

xvi

i

dokumen yang diajukan oleh pemrakarsa reklamasi di WP3K dan kondisi eksisting di

lapangan (termasuk seluruh aspek yang terkait), maka perlu dilakukan verifikasi

dokumen – dokumen reklamasi tersebut.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Kelautan dan Perikanan

sebagai fasilitator dan motivator pengelolaan reklamasi wilayah pesisir dan

laut, dipandang perlu untuk berperan aktif dalam kegiatan reklamasi di WP3K.

Pengamatan terhadap kondisi beberapa daerah rencana reklamasi maupun daerah

reklamasi yang sudah selesai dibangun ialah munculnya manfaat sekaligus

permasalahan. Beberapa issue mengenai kegiatan reklamasi diantaranya mengenai

AMDAL, degradasi lingkungan, dan perubahan morfologi pantai, disamping manfaat

utama yang diharapkan yaitu peningkatan nilai ekonomi pada wilayah reklamasi

yang baru.

Mengingat kompleksitas permasalahan di wilayah reklamasi, maka pada tahun

2014 Direktorat Pesisir dan Lautan Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau

Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan melaksanakan kegiatan “Verifikasi dan

Fasilitasi Kegiatan Reklamasi Pesisir”.

A. Izin Lokasi Reklamasi Teluk Benoa

Latar belakang rencana reklamasi Teluk Benoa ialah terjadinya

pendangkalan yang meluas sehingga menyebabkan degradasi ekosistem pesisir dan

terbentuknya lahan yang tidak produktif. Kondisi tersebut menyebabkan perlunya

penanganan kawasan Teluk Benoa secara komprehensif dan terpadu. Potret kondisi

eksisting Teluk Benoa dapat ditampilkan pada gambar-gambar berikut:

lxx

xvi

ii

2.8.1. Rekomendasi Izin Lokasi Tanjung Carat

2.8.2. Izin Lokasi Reklamasi Tanjung Merah

Surat permohonan izin lokasi reklamasi dari pemrakarsa PT. Tirta Wahana

Bali Internasional (TWBI) disampaikan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan pada

tanggal 11 Juni 2014. Rencana lokasi reklamasi Teluk Benoa sesuai dengan

proposal yang diajukan dengan luas 810 ha, dan yang disetujui seluas 700 Ha

sesuai dengan telaahan dan evaluasi terhadap domumen dan lokasi rencana

reklamasi.

Sesuai dengan PERMEN KP No. 17 tahun 2013, persyaratan untuk memperoleh

izin lokasi yang harus dipenuhi pemrakarsa yaitu : (a). Surat permohonan Menteri

Kelautan dan Perikanan, (b). Bukti kesesuaian lokasi reklamasi dengan RZWP3K

dan/atau RTRW dari instansi yang berwenang, (c). Peta lokasi reklamasi dan

lokasi sumber material dengan skala 1:1.000 dengan sistem koordinat lintang

(longitute) dan bujur (latitute) pada lembar peta, dan (d). Proposal perencanaan

reklamasi.

Menteri memberikan izin lokasi sesuai dengan PerMenKP No. 17 tahun 2013

berdasarkan pada kesesuaian lokasi dengan RZWP-3-K atau RTRW provinsi,

kabupaten/kota yang sudah mengalokasikan ruang untuk reklamasi; kondisi

Gambar 41. Kondisi eksisting Teluk Benoa (tahun 2013)

lxx

xix

ekosistem pesisir; akses publik; dan keberlanjutan kehidupan dan penghidupan

masyarakat.

Berdasarkan aspek hukum, proposal yang disampaikan, dan hasil verifikasi

lapangan, dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Lokasi reklamasi sudah sesuai arahan pemanfaatan ruang dalam PERPRES 51

tahun 2014 sesuai dengan alokasi ruang.

b. Ekosistem pesisir di daerah rencana reklamasi didominasi oleh ekosistem

mangrove dengan kondisi baik dengan jenis beragam. Apabila reklamasi

dilakukan di lokasi tersebut, ekosistem mangrove tidak akan terganggu karena

reklamasi akan dilakukan dengan reklamasi berbentuk pulau-pulau buatan.

c. Pemrakarsa tetap mempertahankan akses nelayan dan pembudidaya ikan.

d. Mempersiapkan beberapa alternatif seperti kompensasi atau pemindahan lokasi

penangkapan ke tempat yang lain terdekat untuk keberlanjutan kehidupan dan

penghidupan masyarakat

Sesuai hasil evaluasi, dalam pemberian Izin Lokasi tersebut

direkomendasikan beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti oleh Pemohon Izin

Lokasi sebagai berikut:

a. Lokasi reklamasi agar berbentuk pulau – pulau buatan yang dipisahkan oleh

kanal-kanal dengan jarak minimal 300 meter dari garis pantai agar tidak

mengganggu keseimbangan dan keberadaan ekosistem pesisir (mangrove) di

sekitar lokasi reklamasi dan keberadaan taman hutan rakyat.

b. Rencana sumber pengambilan material untuk keperluan reklamasi agar

memperhatikan aspek lingkungan.

c. Memperhatikan mata pencaharian nelayan sekitar lokasi reklamasi.

d. Tetap memberikan akses kepada masyarakat/nelayan untuk memanfaatkan wilayah

pesisir di sekitar lokasi reklamasi.

B. Rekomendasi Izin Lokasi Reklamasi Tanjung Carat

Rencana lokasi reklamasi Tanjung Carat, Kabupaten Banyuasin merupakan

satu kesatuan dengan Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-api dengan

rencana luas reklamasi ± 3.000 Ha. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk

xc

memperoleh Rekomendasi Izin Lokasi sesuai dengan PerMenKP No. 17 tahun 2013

adalah sebagai berikut : Surat keterangan lokasi reklamasi dan lokasi sumber

material dari gubernur, bupati/walikota; Peta lokasi reklamasi dan lokasi

sumber material dengan skala 1 : 1.000 dengan sistem koordinat lintang

(longitute) dan bujur (latitute) pada lembar peta, Proposal perencanaan

reklamasi

Menteri memberikan rekomendasi izin lokasi sesuai dengan PerMenKP No. 17

tahun 2013 berdasarkan pada kesesuaian lokasi dengan RZWP-3-K atau RTRW

provinsi, kabupaten/kota yang sudah mengalokasikan ruang untuk reklamasi;

Kondisi ekosistem pesisir; Akses publik; dan Keberlanjutan kehidupan dan

penghidupan masyarakat

Berdasarkan proposal yang disampaikan dan hasil verifikasi lapangan,

dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Berdasarkan pola ruang pada Pasal 33 poin b Perda Kabupaten Banyuasin No. 28

Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 – 2032, calon lokasi

reklamasi telah sesuai dengan alokasi ruang pada pola ruang.

b. Terdapat ekosistem mangrove dengan kondisi baik dan jenis beragam, antara

lain: Api-Api (Avicennia sp), Bakau-bakau (Rhizophora sp), Bruguiera sp,

Kandelia sp dan Ceriops sp. Apabila reklamasi dilakukan di lokasi tersebut,

ekosistem mangrove tidak akan terganggu karena reklamasi akan dilakukan

dengan jarak minimal 300 meter dari daratan dan dipisahkan dengan kanal.

Apabila dilaksanakan reklamasi, maka kemungkinan akan mengganggu akses

nelayan dan pembudidaya ikan dalam kegiatan perikanan serta akses pelayaran

rakyat. Akan tetapi hal ini sudah diantisipasi dalam proposal.

c. Apabila kegiatan reklamasi dilaksanakan akan mengganggu wilayah penangkapan

nelayan, dan telah ada perencanaan pada proposal dengan melakukan beberapa

alternatif seperti kompensasi atau memindahkan lokasi penangkapan ke tempat

yang lain terdekat sesuai dengan kesepakatan.

Beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti oleh Pemohon Izin Lokasi sebagai

berikut:

xci

a. Lokasi reklamasi agar berbentuk pulau yang dipisahkan oleh kanal dengan

jarak minimal 300 meter dari garis pantai agar tidak mengganggu

keseimbangan dan keberadaan ekosistem pesisir (mangrove) di sekitar lokasi

reklamasi dan keberadaan hutan lindung.

b. Agar memperhatikan rencana pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-

api.

c. Rencana sumber pengambilan material untuk keperluan reklamasi agar

memperhatikan aspek lingkungan.

d. Memperhatikan mata pencaharian nelayan sekitar lokasi reklamasi.

e. Tetap memberikan akses kepada masyarakat/nelayan untuk memanfaatkan wilayah

pesisir di sekitar lokasi reklamasi.

Lokasi RencanaReklamasi

Gambar 42. Kondisi eksisting daerah lokasi reklamasi Tanjung Carat

xci

i

Indikator jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi (izin) merupakan

indikator yang baru ditetapkan menjadi indikator kinerja Direktorat Pesisir dan

Lautan pada tahun 2013 dan 2014 (seiring diterapkannya program Balanced Score

Card di Kementerian Kelautan dan Perikanan). Pada tahun 2013 target untuk

indikator ini adalah sebanyak 1 izin yang terfasilitasi dengan capaian 1 izin,

sedangkan tahun 2014 memiliki target 2 izin reklamasi yang terfasilitasi dengan

capaian 2 izin yang terfasilitasi. Target indikator ini bersifat kumulatif,

dengan capaian 100% untuk tahun 2013 dan 2014.

xci

ii

3.4 Capaian Kinerja Pada Perspektif Pembelajaran Dan Pertumbuhan (Learning and

Growth Prespective)

Capaian kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan pada Perspektif

Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learn and Growth Perspective) sebesar 111,98 %

berasal dari empat Sasaran Strategis berikut:

a. Tersedianya SDM lingkup Direktorat Pesisir dan Lautan yang kompeten dan

profesional dengan capaian 120,00%;

b. Tersedianya informasi bidang Pesisir dan Lautan yang valid, handal dan mudah

diakses dengan capaian 120%;

c. Terwujudnya good governance & clean government di bidang Pesisir dan Lautan

dengan capaian 103,38%; dan

d. Terkelolanya anggaran Direktorat Pesisir dan Lautan secara optimal tercapai

104,56%;

Penjelasan tentang capaian masing-masing sasaran tersebut di atas adalah

sebagai berikut:

SSSS..77.. TTEERRSSEEDDIIAANNYYAA SSDDMM LLIINNGGKKUUPP DDIIRREEKKTTOORRAATT PPEESSIISSIIRR DDAANN LLAAUUTTAANN YYAANNGG KKOOMMPPEETTEENN DDAANN

PPRROOFFEESSIIOONNAALL

Indikator Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV, dan V KP3K

dihitung dari perbandingan antara kompetensi yang dibutuhkan untuk satu jabatan

tertentu dan kompetensi yang dimiliki oleh pejabat tersebut.

Pada Tahun 2014, target indeks kesenjangan kompetensi Eselon II hingga IV

sebesar 50%. Dari target tersebut, telah dicapai 13,73% atau tercapai 120%

sebagaimana tersaji pada tabel di bawah ini.

Tabel 19. Capaian Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V

KKP (%)

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

10. Indeks kesenjangan kompetensi

eselon II, III, IV dan V DJ KP3K

(%)

50% 13,73% 120,00%

Rata-rata 120,00%

Sumber data: Biro Perencanaan KKP

xci

v

IK 10. Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon III dan IV Direktorat Pesisir dan

Lautan (%)

Data capaian pada tabel di atas hasil dari assessment terhadap pejabat

eselon II dan III pada satu Unit Eselon I sebagai sample. Dari hasil kegiatan

ini dapat diketahui kesenjangan kompetensi (competency gap) pada setiap pejabat

eselon II dan III. Kompetensi merupakan kombinasi keterampilan, pengetahuan dan

sikap yang kompleks yang ditunjukkan oleh seorang anggota organisasi yang sangat

penting bagi terselenggaranya fungsi organisasi secara efektif dan efisien.

Kombinasi keterampilan, pengetahuan, perilaku dan atribut personal yang

terobservasi dan mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan kinerja seorang

pegawai dan kesuksesan organisasi. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya,

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 20. Perbandingan Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DJ

KP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target

Jangka Menengah (2014)

INDIKATOR KINERJA REALISASI

2012*

REALISASI

2013

REALISASI

2014

% REALISASI

2014 thdp

TARGET JANGKA

MENENGAH

IndeksKesenjangan Kompetensi

Eselon II, III, IV dan V

DITJEN KP3K

- 56,68% 13,73% 120

*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada

Salah satu penyebab keberhasilan pencapaian target ini adalah dengan adanya

program pendidikan dan pelatihan pegawai yang dilaksanakan oleh Badan SDMKP.

xcv

SSSS..88.. TTEERRSSEEDDIIAANNYYAA IINNFFOORRMMAASSII BBIIDDAANNGG PPEESSIISSIIRR DDAANN LLAAUUTTAANN YYAANNGG VVAALLIIDD,, HHAANNDDAALL DDAANN MMUUDDAAHH

DDIIAAKKSSEESS

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran

Tersedianya informasi bidang Pesisir dan Lautan yang valid, handal dan mudah

diakses terdiri atas satu indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai

berikut:

Tabel 21. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Pada Learning and

Growth Perspective

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

11. Service Level Agreement Dit.PL (%) 75% 93,13% 120%

Rata-rata 120%

Sumber data: Bagian Hukum, Organisasi dan Humas

IK 11. Service Level Agreement Direktorat Pesisir dan Lautan (%)

Service Level Agreement (SLA) adalah tingkat layanan yang diberikan oleh

penyedia layanan terhadap pengguna layanan dalam hal akses informasi dengan

sasaran tersedianya informasi kelautan dan perikanan yang valid, handal dan

mudah diakses. Pada Ditjen KP3K, SLA dihitung dari jumlah waktu layanan (hari)

terhadap akses informasi pada website Ditjen KP3K.

Pada tahun 2014, tingkat SLA ditargetkan sebesar 75 % dan

terealisasi sebesar 93,13%, atau mencapai 120% dari target yang

diproyeksikan.

Nilai tersebut diperoleh berdasarkan rumus :

Jumlah waktu Layanan yang diberikan

Tingkat Layanan = ------------------------------------ X 100 %

Jumlah waktu layanan dalam setahun

233

Tingkat Layanan = ----- X 100 = 93,17 %

250

xcv

i

Tabel 22. Realisasi Service Level Agreement (SLA) per-triwulan Tahun 2014

Periode Nilai

Triwulan I

Jumlah Hari Akses Pelayanan 52 85,25

Jumlah Hari Kerja 61

Triwulan II

Jumlah Hari Akses Pelayanan 58 95,08

Jumlah Hari Kerja 61

Triwulan III

Jumlah Hari Akses Pelayanan 62 96,88

Jumlah Hari Kerja 64

Triwulan IV

Jumlah Hari Akses Pelayanan 61 95,31

Jumlah Hari Kerja 64

Rata-rata 93,13

Sumber data : Bagian Hukum, Organisasi dan Humas

Apabila dibandingkan terhadap capaian tingkat SLA pada Tahun 2013 yaitu sebesar

99,24%, capaian SLA Tahun 2014 masih tercapai di atas 100%, sebagaimana terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 23. Perbandingan Service Level Agreement DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun

2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)

INDIKATOR KINERJA REALISASI

2012*

REALISASI

2013

REALISASI

2014

% REALISASI

2014 thdp

TARGET JANGKA

MENENGAH

Service Level Agreement DJKP3K

- 99,24 93,13 120

*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada

Capaian kinerja di atas 100% ini didasarkan atas adanya pembangunan dan

pengembangan Sistem Informasi KKP (SI-KKP) yang jaringan infrastrukturnya telah

mulai terintegrasi baik di pusat maupun di daerah dengan sistem koneksi berbasis

internet yang kontinyu yang pada akhirnya akan dimanfaatkan untuk memperoleh dan

menyampaikan data dan informasi secara cepat. Untuk menjalankan infrastruktur

jaringan SI-KKP yang optimal memerlukan kapasitas dan kualitas bandwidth

internet yang memadai sehingga jalur komunikasi data menjadi lancar dan tidak

xcv

ii

terhambat. Dengan kapasitas bandwidth yang lebih besar dan infrastruktur yang

memadai akan berdampak kepada koneksi internet yang optimal, sehingga layanan

akses untuk mendapatkan data dan informasi kelautan dan perikanan yang valid,

handal dan mudah diakses semakin meningkat.

SSSS..99.. TTEERRWWUUJJUUDDNNYYAA GGOOOODD GGOOVVEERRNNAANNCCEE DDAANN CCLLEEAANN GGOOVVEERRNNMMEENNTT DDII BBIIDDAANNGG PPEESSIISSIIRR DDAANN LLAAUUTTAANN

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran

strategis Terwujudnya good governance dan clean government di bidang pesisir dan

lautan terdiri atas lima indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai

berikut:

Tabel 24. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan

Pada Learning and Growth Perspective (Lanjutan)

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

12. Jumlah rekomendasi aparat pengawasan

internal dan eksternal pemerintah

(APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding

total rekomendasi di Dit.PL (%)

100

85,87 85,87%

13. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja

Dit.PL

Nilai AKIP A

(75)

80,59 107,45%

14. Indeks kepuasan masyarakat Dit.PL 6,5 7,46 110,52%

15. Nilai inisiatif anti korupsi Dit.PL 7,5 7,9 101,94%

16. Nilai penerapan RB Dit.PL 80 84,23 105,29%

Rata-rata 103,38%

IK 12. Jumlah rekomendasi aparat pengawas internal dan eksternal yang

ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi Direktorat Pesisir dan

Lautan (%)

Indikator IKU Jumlah rekomendasi aparat pengawas internal dan eksternal

yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi Ditjen KP3K dihitung dari

persentase saran atau perbaikan yang ditindaklanjuti berdasarkan laporan hasil

pengawasan Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah selama Tahun 2014.

Dari target nilai 100%, tercapai 85,87%. Dari 191 saran dan rekomendasi sudah

ditindaklanjuti dan dinyatakan tuntas 137, dan yang masih dalam proses sebanyak

xcv

iii

54 saran dan rekomendasi. Capaian tersebut sebagaimana tersaji pada tabel

dibawah ini.

Tabel 25. Target dan Realisasi IK Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal

(APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi Ditjen KP3K (%)

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Jumlah rekomendasi aparat pengawas

internal dan eksternal (APIEP) yang

ditindaklanjuti dibanding total

rekomendasi Ditjen KP3K (%)

100 85,87 85,87

Sumber data: Inspektorat Jenderal KKP

Secara rinci, temuan keuangan dari APIEP yang telah tuntas ditindaklanjuti

(100%) selama Tahun 2014, namun masih terdapat temuan administrasi 71%,

sebagaimana tersaji pada tabel berikut:

Tabel 26. Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal (APIEP) Yang

Ditindaklanjuti Ditjen KP3K Tahun 2014

No APIEP Keuangan Administrasi

Temuan (Rp.) Tindak Lanjut

(Rp.) % Temuan Tindak

Lanjut %

1 BPK-RI 86.549.594 86.549.594 100 6 6 100

2 BPKP 317.564.731 317.564.731 100 26 26 100

3 ITJEN KKP 4.193.441.270 4.193.441.270 100 223 151 67,71

Total 4.597.555.595 4.597.555.595 100 255 183 71,73

Rata-rata Keuangan dan

Administrasi 85,87

Sumber data : Itjen KKP (Februari, 2015) Tabel 27. Perbandingan Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal (APIEP) Yang

Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi Ditjen KP3K (%) Terhadap Realisasi Tahun

2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)

INDIKATOR KINERJA REALISASI

2012*

REALISASI

2013

REALISASI

2014

% REALISASI

2014 thdp

TARGET JANGKA

MENENGAH

Jumlah rekomendasi aparat pengawas

internal dan eksternal (APIEP)

yang ditindaklanjuti dibanding

total rekomendasi Ditjen KP3K (%)

- 88,36 85,87 85,87

*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada

Beberapa hal yang menjadi kendala dalam penyelesaian rekomendasi adalah:

Ketiadaan kewenangan penangung jawab satker untuk melakukan intervensi

kebijakan pada masyarakat (contoh terhadap koperasi),

xci

x

Pihak ketiga yang sulit untuk ditelusuri keberadaannya,

Pihak ketiga yang sudah tidak aktif atau telah pailit, dan

Penanggung jawab mutasi/pensiun.

Adapun rencana percepatan penyelesaian sisa temuan diatas dilakukan

melalui koordinasi dengan direktorat teknis terkait, Inspektorat Jenderal KKP,

BPKP Perwakilan setempat, dan dengan dinas/badan pelaksana proyek KP3K di

tingkat provinsi/kabupaten/kota.

IK 13. Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan

integrasi dari sistem perencanaan, sistem penganggaran dan sistem pelaporan

kinerja, yang selaras dengan pelaksanaan sistem akuntabilitas keuangan. Dalam

hal ini, setiap organisasi diwajibkan mencatat dan melaporkan setiap penggunaan

keuangan negara serta kesesuaiannya dengan ketentuan yang berlaku.

Akuntabilias kinerja yaitu perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah

untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan

kegiatan yang telah di amanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai

misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah

ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara

periodik. Indikator Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja DJKP3K dihitung dari

pedoman Penilaian AKIP instansi dari KemenPAN atas akuntabilitas kinerja Ditjen

KP3K. Yang melakukan penilaian AKIP Ditjen KP3K pada Tahun 2014 adalah

Inspektorat III sebagai mitra kerja Ditjen KP3K dengan indikator-indikator

sebagai berikut:

a. Perencanaan Kinerja dengan bobot 35%;

b. Pengukuran Kinerja dengan bobot 20%;

c. Pelaporan Kinerja dengan bobot 15%;

d. Evaluasi kinerja dengan bobot 10%;

e. Pencapaian Kinerja dengan bobot 20%.

c

Tahun 2014 dari target nilai A, Ditjen KP3K telah tercapai A (80,59),

sebagaimana tersaji pada tabel berikut:

Tabel 28. Target dan Realisasi IK Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K

No

IKU Indikator Kinerja Target

Realisasi

Ahir

Capaian

(%)

30 Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja

Ditjen KP3K

Nilai AKIP

A (75)

Nilai AKIP

A (80,59)

107,45

Sumber data : Ijten KKP (Juni,2014)

Perkembangan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP) Ditjen KP3K dari

tahun ke tahun mengalami peningkatan cukup signifikan. Tahun 2012, nilai Ditjen

KP3K adalah 77,73 (kategori A), tahun 2013 bertambah menjadi 78,52 (A) dan pada

Tahun 2014 naik menjadi 80,59 (A), sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Tabel 29. Perbandingan Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K Terhadap Realisasi Tahun

2012 dan 2013, berdasarkan Komponen penilaian AKIP

NO KOMPONEN NILAI 2012 NILAI 2013 NILAI 2014

A. Perencanaan Kinerja (35%) 32,19 30,53 33,03

1. Perencanaan Strategis (12,5%) 10,83 10,31 11,38

2. Perencanaan Kinerja Tahunan (22,5%) 21,36 20,21 21,65

B. Pengukuran Kinerja (20%) 16,10 16,70 17,70

1. Pemenuhan Pengukuran (4%) 4,00 3,50 3,00

2. Kualitas Pengukuran (10%) 9,29 9,82 9,82

3. Implementasi Pengukuran (6%) 2,81 3,38 4,88

C Pelaporan Kinerja (15%) 13,96 13,46 9,50

1. Pemenuhan Pelaporan (3%) 3,00 3,00 2,29

2. Penyajian Informasi Kinerja (8%) 7,71 7,71 5,71

3. Pemanfaatan Ingormasi Kinerja (4%) 3,25 2,75 1,50

D. Evaluasi Internal (10%) - - 3,98

1. Pemenuhan Evaluasi (2%) - - 1,75

2. Kualitas Evaluasi (5%) - - 2,23

3. Pemanfaatan Evaluasi (3%) - - 0,00

E Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi (20%) 15,48 17,83 16,38

1. Kinerja Yang Dilaporkan (Output) (5%) 4,30 5,25 4,00

2. Kinerja Yang Dilaporkan (Outcome) (5%) 3,94 4,31 8,88

3. Kinerja Tahun Berjalan (5%) 4,03 4,38 -

4. Kinerja Dari Penilaian Itjen KKP (5%) 3,21 3,90 -

Total Nilai 77,73 78,52 80,59

Sumber data: Ijten KKP (Juni,2014)

Salah satu hal yang mendorong kenaikan nilai AKIP Ditjen KP3K pada Tahun

2014 adalah dengan mulai dibangunnya sistem monitoring kinerja yang berbasis

teknologi informasi yaitu Sistem Informasi Manajemen Kinerja Ditjen KP3K (Satker

ci

07) yang disingkat SIMANJA-07. Sistem ini melibatkan seluruh satker di

lingkungan Ditjen KP3K, mulai dari satker pusat, satker Unit Pelaksana Teknis

(UPT), hingga satker Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan di daerah. Selain itu,

dalam pengelolaan sistem akuntabilitas kinerja di lingkungan Ditjen KP3K, telah

dibentuk suatu tim SAKIP dan LAKIP dan tim pengelola SIMANJA-07.

Program lain yang mendorong meningkatnya nilai akuntabilitas kinerja

Ditjen KP3K ini adalah adanya aplikasi kinerja di lingkungan KKP yaitu aplikasi

kinerjaku.kkp.go.id dan aplikasi Sistem Penilaian Kinerja Individu (Sipkindu) di

lingkungan KKP.

IK 14. Indeks Kepuasan Masyarakat Direktorat Pesisir dan Lautan

Indikator Indeks Kepuasan Masyarakat Direktorat Pesisir dan Lautan

mengacu pada Indikator Nilai Integritas Ditjen KP3K yang mengacu kembali pada

nila integritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Indikator Nilai

Integritas dihitung dari:

1. Survei dilakukan terhadap unit layanan dengan melibatkan jumlah responden

pengguna layanan. Seluruh responden merupakan pengguna langsung dari

layanan publik yang disurvei dalam satu tahun terakhir.

2. Penilaian survei dilakukan dengan menggabungkan dua unsur, yakni

pengalaman integritas: yang merefleksikan pengalaman responden terhadap

tingkat korupsi yang dialaminya; dan potensi integritas yang

merefleksikan faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan terjadinya

korupsi dipersepsikan oleh responden

3. Dari kedua unsur tersebut, kemudian dijabarkan menjadi variable,

indikator, dan sub-sub indikator.

4. Besarnya bobot dari setiap variabel, inidikator, dan sub-indikator

ditentukan oleh para pakar yang memiliki keilmuan terkait dengan

pemberantasan dan pencegahan korupsi seperti sosiologi, psikologi, hukum,

administrasi negara, ekonomi, dan disiplin ilmu lainnya

cii

Penilaian indikator ini dilakukan oleh KPK, dengan tujuan untuk

mewujudkan pemerintahan yang good governancedanclean government. Pada tahun 2014

dilakukan penilaian atas layanan: 1) Izin Penangkapan Ikan; dan 2) Pengadaan

Barang dan Jasa dengan hasil nilai 7,46 dari target 6,75 (tercapai 110,52%)

sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel 30. Target dan Realisasi IK Indeks Kepuasan Masyarakat Direktorat Pesisir

dan Lautan Tahun 2014

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Indeks Kepuasan Masyarakat Direktorat

Pesisir dan Lautan

6,75 7,46 110,52

Sumber data: Biro Perencanaan, KKP

Jika dibandingkan dengan nilai indeks kepuasan masyarakat tahun 2012

mendapat nilai 6,89, tahun 2013 naik sebesar 10,23 dan nilai indeks kepuasan

masyarakat tahun 2014 menjadi 7,46.

Tabel 31. Perbandingan Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat Dit.PL Tahun 2014

Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka

Menengah (2014)

INDIKATOR KINERJA REALISASI

2012*

REALISASI

2013

REALISASI

2014

% REALISASI

2014 thdp

TARGET

JANGKA

MENENGAH

Nilai Indeks Kepuasan

Masyarakat

6,89 10,23 7,46 110,52

Program yang mendukung capaian indikator ini adalah dengan dibentuknya

Unit Layanan Pengadaan (ULP) di setiap unit Eselon I yang terintegrasi dan

dengan menggunakan sistem online.

IK 15. Nilai Inisiatif Anti Korupsi Direktorat Pesisir dan Lautan

Indikator Nilai Inisiatif Anti Korupsi Direktorat Pesisir dan Lautan

mengacu pada nilai inisiatif anti korupsi DJKP3K, yang dihitung dari penilaian

Itjen terhadap inisiatif anti korupsi yang dilakukan oleh masing-masing unit

Eselon II Ditjen KP3K dengan kuesioner.

ciii

Berdasarkan Intruksi Presiden RI Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan

Pemberantasan Korupsi, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil (Ditjen KP3K) memberikan dukungan maksimal terhadap upaya-upaya penindakan

korupsi untuk terciptanya sebuah “good and clean governance” (tata kelola

pemerintah baik dan bersih) di Indonesia dengan pilar utama transparansi,

partisipasi dan akuntabilitas. Ditjen KP3K juga melakukan peningkatan upaya

pengawasan dan pembinaan aparatur untuk meniadakan perilaku koruptif di

lingkungan Ditjen KP3K.

Penilaian Inisatif Anti Korupsi (PIAK) adalah alat ukur dalam menilai

kemajuan suatu instansi dalam mengembangkan upaya pemberantasan korupsi di

instansinya. Tujuan dari PIAK ini adalah untuk mengukur apakah suatu instansi

telah menerapkan sistem dan mekanisme yang efektif untuk mencegah dan mengurangi

korupsi di lingkungannya. Indikator yang digunakan untuk mengukur yaitu:

Indikator Utama

o Kode etik khusus

o Peningkatan transparansi dalam manajemen sdm

o Peningkatan transparansi dalam pengadaan

o Peningkatan transparansi penyelenggaraan negara

o Peningkatan akses publik dalam memperoleh informasi

o Pelaksanaan saran perbaikan yang diberikan oleh KPK/BPK/APIP

o Kegiatan promosi anti korupsi

Indikator Inovasi

o Laporan kualitatif

Pada tahun 2014 Nilai Inisiatif Anti Korupsi Ditjen KP3K telah

ditargetkan yaitu 7,75. Hingga akhir tahun 2014 capain untuk Indikator Kinerja

ini telah tercapai sebesar 7,9. Capaian tersebut sebagaimana tersaji pada tabel

dibawah ini.

civ

Tabel 32. Perbandingan Nilai Integritas DJKP3K Tahun 2014 Terhadap Realisasi

Tahun 2014

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K 7,75 7,9 101,94 Sumber data : Itjen KKP

Capaian nilai pada Tahun 2014 ini jika dibandingkan dengan nilai tahun

sebelumnya dan dibandingkan dengan target jangka menengah adalah sebagai

berikut:

Tabel 33. Perbandingan Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K Terhadap Realisasi

Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)

INDIKATOR KINERJA REALISASI

2012*

REALISASI

2013

REALISASI

2014

% REALISASI

2014 thdp

TARGET JANGKA

MENENGAH

Nilai Inisiatif Anti

Korupsi DJKP3K

- 7,8 7,9 101,94

*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada

Program/kegiatan yang mendukung capaian indikator ini adalah dengan

adanya sosialisasi dan promosi anti korupsi di lingkungan Ditjen KP3K

baik di tingkat pusat maupun di daerah yang terus menerus di setiap

kesempatan, baik melalui media cetak dan elektronik.

IK 16. Nilai Penerapan RB Direktorat Pesisir dan Lautan

Indikator Nilai Penerapan RB Direktorat Pesisir dan Lautan mengacu pada

Nilai Penerapan RB DJKP3K yang secara mandiri dihitung berdasarkan

Pedoman Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi melalui

Peraturan MenPAN Nomor 1 Tahun 2012. Instansi yang menilai RB pada Ditjen

KP3K adalah Inspektorat Jenderal.

Nilai RB Ditjen KP3K Tahun 2014 adalah 84,23. Nilai ini merupakan nilai

sementara yang dihitung oleh tim RB Ditjen KP3K. Angka final nial RB akan

cv

diperoleh dari hasil reviu dari Tim RB Inspektorat Jenderal KKP yang

keluar pada awal Februari 2014. Capaian nialai 84,23 ini dikategorikan

pada level 4 yaitu termasuk kategori instansi yang telah melakukan

langkah penyesuaian/perbaikan terkait pelaksanaan RB dan hasilnya telah

menunjukkkan perkembangan yang substansial dan semua target yang relevan

terpenuhi.

Tabel 341. Target dan Realisasi IK Nilai Penerapan RB Ditjen KP3K

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Nilai Penerapan RB DJKP3K 80 84,23 105,29 Sumber data: Bagian Hukum, Organisasi dan Humas

Capaian nilai pada Tahun 2014 ini jika dibandingkan dengan nilai tahun

sebelumnya dan dibandingkan dengan target jangka menengah adalah sebagai

berikut:

Tabel 25. Perbandingan Nilai Penerapan RB Ditjen KP3K Terhadap Realisasi Tahun

2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)

INDIKATOR KINERJA REALISASI

2012*

REALISASI

2013

REALISASI

2014

% REALISASI

2014 thdp

TARGET JANGKA

MENENGAH

Nilai Penerapan RB

DJKP3K

- 70,86 84,23 105,23

*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada

Program/kegiatan yang mendukung capaian indikator ini adalah dengan

dibentuknya Tim PMP-RB di lingkungan Ditjen KP3K serta dukungan dari

seluruh unsur pada Ditjen KP3K dalam memperbaiki kekurangan pada program

reformasi birokrasi di lingkungan Ditjen KP3K.

cvi

SSSS1100.. TTEERRKKEELLOOLLAANNYYAA AANNGGGGAARRAANN DDIIRREEKKTTOORRAATT PPEESSIISSIIRR DDAANN LLAAUUTTAANN SSEECCAARRAA OOPPTTIIMMAALL

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran

Terkelolanya anggaran Direktorat Pesisir dan Lautan secara optimal adalah

Indikator Persentase penyerapan DIPA Direktorat Pesisir dan Lautan dengan

capaian kinerja sebagai berikut:

Tabel 36. Persentase Penyerapan DIPA Direktorat Pesisir dan Lautan

Tahun 2014

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

11. Persentase penyerapan DIPA Dit.PL (%) >95% 99,33% 104,56%

Rata-rata 104,56%

IK 17. Persentase penyerapan DIPA Direktorat Pesisir dan Lautan

Indikator ini dihitung dari persentase pelaksanaan anggaran dibanding

dengan alokasi anggaran Direktorat Pesisir dan Lautan. Dari target penyerapan

DIPA TA 2014 sebesar >95%, tercapai 99.33% (104,56%). Alokasi anggaran yang

dikelola oleh Direktorat Pesisir dan Lautan dilaksanakan dalam rangka menunjang

visi dan misi program/kegiatan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-

pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan.

cvi

i

3.5 Akuntabilitas Keuangan

Apabila ditinjau dari target dan realisasi anggaran pada tiap indikator

kinerja Tahun 2014, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 37. Alokasi dan Realisasi Anggaran Per Indikator Kinerja Tahun 2014

Direktorat Pesisir dan Lautan

No Indikator Kinerja Pagu Anggaran

Realisasi

%

1. Jumlah luasan kawasan di

wilayah pesisir rusak

yang direhabilitasi

5.040.415.000 5.038.553.725 99,96%

2. Jumlah kawasan di

wilayah pesisir yang

terfasilitasi

peningkatan ketahanannya

terhadap bencana dan

perubahan iklim

3.648.211.000 3.638.080.771 99,72%

3. Jumlah kawasan di

wilayah pesisir dan laut

yang terfasilitasi

penanggulangan

pencemarannya

3.272.463.000 3.238.045.850 98,95%

4. Jumlah ragam produk

kelautan yang

terfasilitasi

pengembangannya

17.590.720.000 17.410.195.292 98,97%

5. Dukungan Manajemen dan

Administrasi

4.450.000.000 4.449.663.613 99,99%

Jumlah 34.001.809.000 33.774.539.251 99,33%

Total Anggaran yang diterima oleh Direktorat Pesisir dan Lautan pada

tahun anggaran 2014 ini adalah sebesar Rp. 34.001.809.000,- yang terealisasi

sebesar 99,33% atau Rp. 33.774.539.251,- dengan realisasi untuk masing-masing

indikator bisa dilihat pada tabel di atas.

cvi

ii

BAB IV PENUTUP

Berbagai hasil pembangunan Direktorat Pesisir dan Lautan untuk

menunjang program pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil

yang telah dicapai selama Tahun 2014, telah dikemukakan di atas. Upaya

pembangunan perlu terus ditingkatkan dan perbaikan kualitas pelayanan

harus dilaksanakan lebih konsisten dan secara terus menerus oleh semua

jajaran aparatur pada semua tingkatan, sehingga pelayanan selalu dapat

diberikan secara tepat, cepat dan mudah dilaksanakan serta tidak

diskriminatif.

Sangat disadari bahwa keberhasilan pelaksanaan kegiatan Direktorat

Pesisir dan Lautan ini masih memerlukan perbaikan dan kerja keras oleh

seluruh jajaran Direktorat Pesisir dan Lautan. Selain itu, sangat

diperlukan dukungan lintas sektor dan lembaga terkait lainnya, serta para

stakeholders kelautan dan perikanan dalam rangka mewujudkan tujuan dan

sasaran pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil terutama

dalam meningkatkan perekonomian nasional.

Pelaksanaan pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil

sepanjang Tahun 2014 ini mudah-mudahan dapat memenuhi harapan masyarakat

serta menyumbangkan gagasan dan pemikiran tentang arah dan strategi

pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil ke depan secara lebih

kompleks.

Tugas membangun sektor kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil ke

depan, bukanlah merupakan tugas pemerintah semata. Dibutuhkan partisipasi

aktif pihak lain dan juga masyarakat luas dalam rangka mewujudkan

Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan

berbasiskan kepentingan nasional.

cix

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi kinerja dan analisis pencapaian

akuntabilitas kinerja tahun 2014, Direktorat Pesisir dan Lautan telah

melaksanakan kegiatannya berdasarkan pada program untuk mencapai sasaran,

sesuai dengan pengukuran kinerja terlihat bahwa target-target dari

sasaran yang ingin dicapai, secara umum tercapai (rata-rata capaian

106,52%), sebagaimana tersaji pada dashboard kinerjaku.kkp.go.id sebagai

berikut:

Hal ini tercapai karena dari 17 Indikator Kinerja Direktorat

Pesiisr dan Lautan, terdapat 6 Indikator Kinerja yang mencapai target

100%, dan 9 indikator kinerja dengan capaian lebih dari 100%, serta 2

indikator kinerja dengan capaian kurang dari 100% sesuai yang tertera

pada rincian pencapaian indikator kinerja pada aplikasi

kinerjaku.kkp.go.id seperti berikut ini:

cx

4.2. Saran

Berkenaan dengan capaian indikator kinerja Direktorat Pesisir dan

Lautan Tahun 2014, hal-hal yang perlu ditindaklanjuti di tahun 2015,

antara lain berupa:

cxi

1) Untuk mencapai target (IK1) Pertumbuhan PDB Perikanan, perlu dilakukan

langkah strategis dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, terutama

Eselon I yang terkait langsung dengan indikator kinerja ini;

2) Untuk mencapai target (IK12) Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas

Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti

dibanding total rekomendasi di Direktorat Pesisir dan Lautan

diperlukan langkah: penerapan Sistem Pengendalian Intenal Instanti

Pemerintah (SPIP) dan Manajemen Risiko (MR) secara menyeluruh di

lingkungan Direktorat Pesisir dan Lautan serta perlu meningkatkan

koordinasi dengan direktorat teknis terkait, Inspektorat Jenderal KKP,

BPKP Perwakilan setempat, dan dengan dinas/badan pelaksana proyek

Direktorat Pesisir dan Lautan di tingkat provinsi/kabupaten/kota.