KATA PENGANTAR - kkp.go.idkkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/djprl... · Tabel...
Transcript of KATA PENGANTAR - kkp.go.idkkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/djprl... · Tabel...
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya hingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) Tahun 2014 Direktorat Pesisir dan Lautan ini dapat
diselesaikan.
LAKIP Direktorat Pesisir dan Lautan ini disusun dalam rangka memberikan
informasi tentang pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Pesisir
dan Lautan selama tahun 2014 melalui hasil pelaksanaan program dan kegiatan
serta hambatan dan permasalahan yang dihadapi dalam kurun waktu tahun 2014.
Sebagai landasan penyusunan laporan ini adalah Rencana Strategis Direktorat
Pesisir dan Lautan Tahun 2010-2014 dan Target Kinerja Direktorat Pesisir dan
Lautan Tahun 2014 berikut realisasinya. Pengelolaan manajemen kinerja di
Direktorat Pesisir dan Lautan dilaksanakan dari tingkat organisasi (korporat)
sampai dengan tingkat terkecil, dengan dibantu perangkat lunak berbasis balanced
scorecard (BSC). Secara umum, selama tahun 2014 sebagian besar target sasaran
strategis dan kinerja yang ditetapkan telah berhasil dicapai.
Harapan kami kiranya laporan ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan feed
back terhadap penyelenggaraan kegiatan Direktorat Pesisir dan Lautan dan
sekaligus sebagai bahan masukan bagi penyusunan kebijakan Ditjen KP3K dan
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Disadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya oleh karena itu
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhirnya atas perhatian dan
bantuan semua pihak terhadap terselenggaranya program dan kegiatan Direktorat
Pesisir dan Lautan diucapkan terima kasih.
Jakarta, Januari 2015
Direktur Pesisir dan Lautan
M. Eko Rudianto
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Selama Tahun 2014, yang merupakan tahun terakhir masa RPJMN 2010-
2014, Direktorat Pesisir dan Lautan melakukan evaluasi target dengan
menyesuaikan reviu Renstra KP3K Tahun 2010-2014 yang menggunakan
pendekatan Balanced ScoreCard (BSC). Dari target tersebut, Direktorat
Pesisir dan Lautan telah berhasil melaksanakan misi yang diemban dalam
rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dengan rujukan
hasil penilaian kinerja dengan menggunakan metode BSC, Nilai Pengukuran
Sasaran Strategis (NPSS) Direktorat Pesisir dan Lautan tahun 2014 adalah
sebesar 106,25% sebagaimana Dashboard di bawah ini:
iii
Capaian tersebut diperoleh dari:
Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective) capaian
kinerja 99,57%;
Perspektif Masyarakat KP (Costumer Perspective) capaian kinerja 100%;
Perspektif Internal (Internal Process Perspective) capaian kinerja
109,19%; dan
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth
Perspective) capaian kinerja 111,98%.
Capaian kinerja pada perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder
Perspective) Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 sebesar 99,57%.
Capaian ini berasal dari Sasaran Strategis Meningkatnya Kesejahteraan
Masyarakat Kelautan dan Perikanan dengan capaian 99,57%.
Capaian Perspektif Masyarakat KP (Costumer Perspective)capaian kinerja
100% ini berasal dari capaian 2 (dua) sasaran strategis yaitu:
1) Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai
tambah dengan capaian 100%; dan
2) Meningkatnya Pengelolaan SDKP yang berkelanjutan dengan capaian 100%;
Pada Perspektif Internal (Internal Process Perspective) dengan bobot 30%,
Direktorat Pesisir dan Lautan telah mencapainya dengan melebihi target,
capaian kinerja 109,19%, yang meliputi capaian dari sasaran strategis:
1) Tersedianya kebijakan di bidang Pesisir dan Lautan sesuai kebutuhan
dengan capaian 120%
2) Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara
terpadu dan berkelanjutan dengan capaaian 106,67%;
3) Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan
perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan capaian
100%.
iv
Capaian kinerja pada Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning
and Growth Perspective) dengan bobot 30%, telah tercapai sebesar 111,98%.
Capaian ini berasal dari capaian sasaran strategis:
1) Tersedianya SDM lingkup Direktorat Pesisir dan Lautan yang kompeten
dan profesional dengan capaian 120%;
2) Tersedianya informasi di Direktorat Pesisir dan Lautan yang valid,
handal dan mudah diakses dengan capaian 120%;
3) Terwujudnya good governance & clean government di bidang Pesisir dan
Lautan dengan capaian 103,38%;dan
4) Terkelolanya anggaran Direktorat Pesisir dan Lautan secara optimal
tercapai 104,56%.
v
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................ ii
DAFTAR ISI.................................................................. v
DAFTAR TABEL.............................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................. 1
1.2. Tugas Pokok Dan Fungsi .......................................... 2
1.3. Organisasi ...................................................... 2
1.4. Kepegawaian ..................................................... 8
1.5. Dasar Hukum dan Sistematika Penyajian LAKIP .................... 12
BAB II. PERENCANAAN KINERJA ................................................. 15
2.1. Rencana Strategis 2010 - 2014 .................................. 15
2.2. Visi ........................................................... 15
2.3. Misi ........................................................... 16
2.4. Tujuan ......................................................... 16
2.5. Rencana Kinerja Tahun 2014 ..................................... 17
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA .............................................. 23
A. Capaian Kinerja Organisasi ..................................... 23
3.1 Capaian Kinerja Pada Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder
Perspective) ................................................... 25
SS.1. MENINGKATNYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN ... 25
IK 1. Pertumbuhan PDB Perikanan ...................................... 26
vi
3.2 Capaian Kinerja Pada Perspektif Masyarakat KP (Customer
Perspective) ................................................... 27
SS.2. MENINGKATNYA KETERSEDIAAN PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG
BERNILAI TAMBAH ................................................ 27
IK 2. Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi
pengembangannya ................................................ 28
IK 3. Jumlah BMKT yang dikelola ...................................... 41
SS.3. MENINGKATNYA PENGELOLAAN SDKP YANG BERKELANJUTAN ............... 49
IK 4. Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap
ancaman kerusakan .............................................. 50
3.3 Capaian Kinerja Pada Perspektif Internal (Internal Process
Perspective) ................................................... 52
SS.4. TERSEDIANYA KEBIJAKAN DI BIDANG PESISIR DAN LAUTAN SESUAI
KEBUTUHAN ...................................................... 52
IK 5. Jumlah kebijakan publik bidang Pesisir dan Lautan .............. 52
SS.5. TERKELOLANYA WILAYAH LAUT, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SECARA
TERPADU DAN BERKELANJUTAN ...................................... 54
IK 6. Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi
(ha) ........................................................... 54
IK 7. Jumlah kawasan di wilayah pesisir yang terfasilitasi peningkatan
ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim .............. 58
IK 8. Jumlah kawasan di wilayah pesisir dan laut yang terfasilitasi
penanggulangan pencemarannya ................................... 68
SS.6. TERSELENGGARANYA PENGENDALIAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN
PERIKANAN DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL ............. 75
IK 9. Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi ........................ 75
3.4 Capaian Kinerja Pada Perspektif Pembelajaran Dan Pertumbuhan
(Learning and Growth Prespective) .............................. 82
SS.7. TERSEDIANYA SDM LINGKUP DIREKTORAT PESISIR DAN LAUTAN YANG
KOMPETEN DAN PROFESIONAL ....................................... 82
vii
IK 10. Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon III dan IV Direktorat Pesisir
dan Lautan(%) .................................................. 83
SS.8. TERSEDIANYA INFORMASI BIDANG PESISIR DAN LAUTAN YANG VALID, HANDAL
DAN MUDAH DIAKSES .............................................. 84
IK 11. Service Level Agreement Direktorat Pesisir dan Lautan (%) ...... 84
SS.9. TERWUJUDNYA GOOD GOVERNANCE DAN CLEAN GOVERNMENT DI BIDANG PESISIR
DAN LAUTAN ..................................................... 86
IK 12. Jumlah rekomendasi aparat pengawas internal dan eksternal yang
ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi Direktorat Pesisir dan
Lautan ......................................................... 86
IK 13. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja Direktorat Pesisir dan
Lautan ......................................................... 88
IK 14. Indeks kepuasan masyarakat Direktorat Pesisir dan Lautan ....... 90
IK 15. Nilai inisiatif anti korupsi Direktorat Pesisir dan Lautan ..... 91
IK 16. Nilai penerapan RB Direktorat Pesisir dan Lautan ............... 93
SS.10. TERKELOLANYA ANGGARAN DIREKTORAT PESISIR DAN LAUTAN SECARA OPTIMAL
............................................................... 95
IK 17. Persentase penyerapan DIPA Direktorat Pesisir dan Lautan ....... 95
3.5 Akuntabilitas Keuangan ......................................... 96
BAB IV. PENUTUP ............................................................. 97
4.1 Kesimpulan ..................................................... 98
4.2 Saran .......................................................... 99
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Nama Pegawai Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 ......... 8
Tabel 2. Target Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2010 - 2014 ...... 17
Tabel 3. Perubahan-perubahan Target 2014 Pada Penetapan Kinerja 2014 ......... 20
Tabel 4. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 ........... 23
Tabel 5. Capaian Kinerja Direktorat PL Pada Customer Perspective ............. 28
Tabel 6. Daftar Lokasi dan Kelompok Penerima Sarana Wisata Bahari ............ 36
Tabel 7. Perbandingan Target dan Capaian IK Jumlah Ragam Produk Kelautan ..... 40
Tabel 8. Perubahan Indikator Kinerja terkait BMKT ............................ 49
Tabel 9. Capaian Kinerja Dit. PL Pada Customer Perspective (Lanjutan) ........ 50
Tabel 10.Target dan Realisasi IK Jumlah Kawasan Pesisir yang Terfasilitasi
Ketahanannya Terhadap Ancaman Kerusakan Tahun 2010-2014 .............. 51
Tabel 11.Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan pada Internal Process
Perspective .......................................................... 52
Tabel 12.Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Pada Internal Process
Perspective .......................................................... 54
Tabel 13.Penanaman Mangrove, Vegetasi Pantai dan Terumbu Karang Tahun 2014 ... 55
Tabel 14.Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di Wilayah
Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) tahun 2010-2014 ............... 57
Tabel 15.Pemanfaatan BLM PDPT TA 2014 ........................................ 60
Tabel 16.Hasil Capaian Kegiatan BLM Program PDPT Tahun Anggaran 2014 ......... 62
Tabel 17.Keberhasilan Nilai Ketangguhan ...................................... 68
Tabel 18.Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Pada Internal Process
Perspective (Lanjutan) ............................................... 75
Tabel 19.Capaian Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V KKP .. 82
Tabel 20.Perbandingan Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V
Ditjen KP3K .......................................................... 83
Tabel 21.Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Pada Learning and
Growth Perspective ................................................... 84
ix
Tabel 22.Realisasi Service Level Agreement (SLA) per-triwulan tahun 2014 ..... 85
Tabel 23.Perbandingan SLA Terhadap Realisasi 2012 dan 2013 serta 2014 ........ 85
Tabel 24.Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan pada Learning and
Growth Perspective (Lanjutan) ........................................ 86
Tabel 25.Target dan Realisasi Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan
Eksternal (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi ... 87
Tabel 26.Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal (APIEP)
yang ditindaklanjuti Ditjen KP3K Tahun 2014 .......................... 87
Tabel 27.Perbandingan Jumlah Rekomendasi APIEP yang ditindaklanjuti dibanding
total rekomendasi Ditjen KP3K terhadap realisasi tahun 2012, 2013 dan
2014 ................................................................. 87
Tabel 28.Target dan Realisasi IK Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja
Ditjen KP3K .................................................... 89
Tabel 29.Perbandingan Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K
Terhadap Realisasi Tahun 2012, 2013 berdasarkan komponen penilaian
AKIP ................................................................. 89
Tabel 30.Target dan Realisasi Indeks Kepuasan Masyarakat Direktorat Pesisir
dan Lautan Tahun 2014 ................................................ 91
Tabel 31.Perbandingan Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat Tahun 2014 terhadap
Realisasi tahun 2012 dan 2013 ........................................ 91
Tabel 32.Perbandingan Target dan Realisasi Nilai Inisiatif Anti Korupsi
DJKP3K Tahun 2014 .................................................... 93
Tabel 33.Perbandingan Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K Terhadap Realisasi
Tahun 2012, 2013 dan Target Jangka Menengah 2014 ..................... 93
Tabel 34.Target dan Realisasi Nilai Penerapan RB Ditjen KP3K Tahun 2014 .... 94
Tabel 35.Perbandingan Nilai Penerapan RB DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun
2012, 2013 dan Jangka Menengah 2014 .................................. 94
Tabel 36.Persentase Penyerapan DIPA Direktorat Pesisir dan Lautan TA 2014 .... 95
Tabel 37.Alokasi dan Realisasi Anggaran Per Indikator Kinerja Tahun 2014
Direktorat Pesisir dan Lautan ........................................ 96
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Organisasi Direktorat Pesisir dan Lautan ...................... 3
Gambar 2. Peta Strategi (Strategy Map) Direktorat Pesisir dan Lautan ......... 18
Gambar 3. Mengaduk Adonan .................................................... 29
Gambar 4. Melukis dengan Pewarna Mangrove .................................... 29
Gambar 5. Modul Pelatihan ............................................... 29
Gambar 6. Brownies Mangrove .................................................. 29
Gambar 7. Membuat Sirup Mangrove ............................................. 30
Gambar 8. Pelatihan Kerajinan Kerang ..................................... 30
Gambar 9. Hasil Kerajinan Kerang ............................................. 31
Gambar 10. Pembuatan Mie Tulang Ikan ......................................... 31
Gambar 11. Pembuatan Mie Tulang Ikan ......................................... 32
Gambar 12. Sosialisasi Blue Economy Lombok Timur ............................. 34
Gambar 13. Sosialisasi Blue Economy Lombok Tengah ............................ 34
Gambar 14. Sosialisasi Blue Economy Lombok Tengah ............................ 34
Gambar 15. Pelatihan Blue Economy Lombok Tengah .............................. 34
Gambar 16. Pelatihan Blue Economy Lombok Timur ............................... 35
Gambar 17. Pelatihan Blue Economy Lombok Tengah .............................. 35
Gambar 18. Sosialisasi Penyerahan Sarana Wisata Bahari ....................... 38
Gambar 19. Penurunan Katamaran ............................................... 38
Gambar 20. Pemasangan Katamaran .............................................. 39
Gambar 21. Uji Katamaran ..................................................... 39
Gambar 22. Penurunan Katamaran ............................................... 39
Gambar 23. Katamaran ......................................................... 39
Gambar 24. Ponton dan Kelengkapannya ......................................... 39
Gambar 25. Keramba Jaring Apung .............................................. 40
Gambar 26. Grafik Capaian Jumlah Ragam Produk Kelautan Tahun 2010-2014 ....... 41
Gambar 27. Grafik Capaian Jumlah BMKT yang dikelola Tahun 2010-2014 .......... 49
Gambar 28. Grafik Target dan Realisasi Jumlah Kawasan Pesisir yang
Terfasilitasi Ketahanannya terhadap Ancaman Kerusakan 2010-2014 .... 51
xi
Gambar 29.Penanaman Mangrove oleh Masyarakat Secara Serempak di Kecamatan
Muara Gembong, Kabupaten Bekasi .................................... 56
Gambar 30.Mangrove yang telah ditanam di pesisir Kecamatan Muara Gembong,
Kabupaten Bekasi ................................................... 56
Gambar 31.Penanaman Mangrove di Ladong, Aceh Besar ........................... 57
Gambar 32.Grafik Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di
Wilayah Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) Tahun 2010-2014 ..... 58
Gambar 33.Ilustrasi Capaian PDPT Tahun Anggaran 2014 ......................... 60
Gambar 34.Bimbingan Teknis dan Pembekalan Teknis Penamping PDPT .............. 61
Gambar 35.Tangga Evakuasi sekaligus sebagai Akses Jalan bagi Masyarakat desa
di Kotawaringin Barat .............................................. 61
Gambar 36.Sinergitas Kegiatan PDPT dengan TNI dan SKPD terkait di Pacitan .... 61
Gambar 37.Model Sebaran Pencemaran Berdasarkan Pengaruh Kontur ............... 71
Gambar 38.Skoring Pencemaran di Kabupaten Cirebon ............................ 71
Gambar 39.Pembukaan Pertemuan oleh Wakil Walikota Manado ..................... 74
Gambar 40.Pertemuan di Batam ................................................. 74
Gambar 41.Kondisi Eksisting Teluk Benoa (Tahun 2013) ......................... 77
Gambar 42.Kondisi Eksisting Daerah Lokasi Reklamasi Tanjung Carat ............ 80
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan
laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, ke arah darat mencakup
wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 mil laut diukur dari
garis pantai. Disamping terkandung sumberdaya alam non hayati tak terbaharui,
energi dan jasa lingkungan, yang tidak kalah pentingnya lagi adalah kandungan
sumberdaya dapat diperbaharui (renewable resources) yang merupakan kekayaan
keanekaragaman hayati laut Indonesia seperti ikan, udang, moluska, kerang
mutiara, kepiting, rumput laut, mangrove, karang, lamun, penyu dan biota
lainnya.
Isu dan permasalahan di wilayah pesisir antara lain: konflik pemanfaatan
ruang dan kewenangan di wilayah pesisir; mayoritas masyarakat pesisir tergolong
miskin, dengan tingkat pendidikan rendah, dan pertumbuhan penduduk tinggi;
degradasi ekosistem: terumbu karang berada dalam kondisi sangat buruk dan
deforestasi mangrove; pencemaran wilayah pesisir dan laut; penurunan populasi
ikan dan punahnya beberapa spesies perikanan serta isu bencana di wilayah
pesisir termasuk tsunami.
Berdasarkan isu dan permasalahan serta kondisi wilayah pesisir dan lautan
seperti tersebut di atas, pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan secara
optimal dan berkesinambungan dapat terwujud apabila pengelolaannya dilakukan
secara terpadu dengan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Oleh
karena itu, Direktorat Pesisir dan Lautan, sesuai dengan tugas dan fungsinya,
secara bertahap melakukan upaya:
1. Pengembangan strategi mitigasi bencana lingkungan di wilayah pesisir dan
lautan;
2. Pengelolaan dan pendayagunaan sumberdaya kelautan;
xiii
3. Pengembangan strategi penanggulangan pencemaran sumberdaya pesisir dan laut
4. Rehabilitasi dan reklamasi kawasan pesisir dan lautan.
1.2 Tugas Pokok dan Fungsi
Direktorat Pesisir dan Lautan, sesuai dengan tugas dan fungsinya, secara
bertahap melakukan upaya dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut melalui
kegiatan-kegiatan mitigasi bencana lingkungan, rehabilitasi dan reklamasi
pesisir, penanggulangan pencemaran pesisir dan laut serta pendayagunaan
sumberdaya kelautan termasuk penyiapan peraturan perundangan beserta turunannya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.
15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan
bahwa Direktorat Pesisir dan Lautan berada di bawah Direktorat Jenderal
Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pesisir dan lautan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas,
Direktorat Pesisir dan Lautan menyelenggarakan fungsi :
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pesisir dan lautan
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pesisir dan lautan
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pesisir dan lautan
4. Pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pesisir dan lautan
5. Pelaksanaan evaluasi di bidang pesisir dan lautan; dan
6. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga direktorat
1.3 Organisasi
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi Direktorat Pesisir dan Lautan telah
dibentuk unit organisasi sebagai berikut:
1. Subdirektorat Mitigasi Bencana Lingkungan
2. Subdirektorat Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan
3. Subdirektorat Penanggulangan Pencemaran Sumberdaya Pesisir dan Laut
xiv
4. Subdirektorat Rehabilitasi dan Reklamasi; dan
5. Subbagian Tata Usaha;
Gambar 1. Bagan Organisasi Direktorat Pesisir dan Lautan
Adapun tugas dan fungsi dari masing-masing subdirektorat dan subbagian
tata usaha tersebut adalah sebagai berikut.
1.3.1 Subdirektorat Mitigasi Bencana Lingkungan
Subdirektorat Mitigasi Bencana Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang mitigasi
bencana lingkungan.
DIREKTORAT PESISIR
DAN LAUTAN
SUBDIREKTORAT
MITIGASI
BENCANA
LINGKUNGAN
SUBDIREKTORAT
PENDAYAGUNAAN
SUMBER DAYA
KELAUTAN
SUBDIREKTORAT
PENANGGULANGAN
PENCEMARAN
SUMBERDAYA PESISIR
DAN LAUT
SUBDIREKTORAT
REHABILITASI DAN
REKLAMASI
SUBBAGIAN TATA USAHA
SEKSI
MITIGASI
BENCANA
PESISIR DAN
LAUTAN
SEKSI
ADAPTASI
DAMPAK
PERUBAHAN
IKLIM
SEKSI
JASA
KELAUTAN
SEKSI
BENDA
MUATAN
KAPAL
TENGGELAM
SEKSI
PENANGGULANGAN
PENCEMARAN
SUMBERDAYA PESISIR
SEKSI
PENANGGULANGAN
PENCEMARAN
SUMBERDAYA LAUT
SEKSI
REHABILITASI
SEKSI
REKLAMASI
xv
Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Mitigasi Bencana Lingkungan
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang mitigasi bencana lingkungan
b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang mitigasi bencana lingkungan
c. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
mitigasi bencana lingkungan
d. Penyiapan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang mitigasi bencana
lingkungan; dan
e. Penyiapan bahan pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan di bidang
mitigasi bencana lingkungan
Subdirektorat Mitigasi Bencana Lingkungan terdiri atas:
a. Seksi Mitigasi Bencana Pesisir dan Lautan; dan
b. Seksi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim
Seksi Mitigasi Bencana Pesisir dan Lautan mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta bimbingan teknis, evaluasi dan laporan di bidang mitigasi
bencana pesisir dan lautan.
Seksi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta bimbingan teknis, evaluasi dan laporan di bidang adaptasi dampak
perubahan iklim.
1.3.2 Subdirektorat Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan
Subdirektorat Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, evaluasi dan laporan di bidang
pendayagunaan sumber daya kelautan.
xvi
Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pendayagunaan sumber daya
kelautan
b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang pendayagunaan sumber daya
kelautan
c. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pendayagunaan sumber daya kelautan
d. Penyiapan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pendayagunaan sumber
daya kelautan; dan
e. Penyiapan bahan pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan di bidang
pendayagunaan sumber daya kelautan
Subdirektorat Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan terdiri atas:
a. Seksi Benda Muatan Kapal Tenggelam; dan
b. Seksi Jasa Kelautan
Seksi Benda Muatan Kapal Tenggelam mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta bimbingan teknis, evaluasi dan laporan di bidang benda muatan
kapal tenggelam.
Seksi Jasa Kelautan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta
bimbingan teknis, evaluasi dan laporan di bidang jasa kelautan.
1.3.3 Subdirektorat Penanggulangan Pencemaran Sumberdaya Pesisir dan Laut
Subdirektorat Penanggulangan Pencemaran Sumber Daya Pesisir dan Laut mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
xvi
i
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, evaluasi dan
laporan di bidang penanggulangan pencemaran sumber daya pesisir dan laut.
Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Penanggulangan Pencemaran Sumber Daya
Pesisir dan Laut menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang penanggulangan pencemaran
sumber daya pesisir dan laut
b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan pencemaran
sumber daya pesisir dan laut
c. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penanggulangan pencemaran sumber daya pesisir dan laut
d. Penyiapan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang penanggulangan
pencemaran sumber daya pesisir dan laut; dan
e. Penyiapan bahan pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan di bidang
penanggulangan pencemaran sumber daya pesisir dan laut
Subdirektorat Penanggulangan Pencemaran Sumber Daya Pesisir dan Laut terdiri
dari:
a. Seksi Penanggulangan Pencemaran Sumber Daya Pesisir; dan
b. Seksi Penanggulangan Pencemaran Sumber Daya Laut
Seksi Penanggulangan Pencemaran Sumber Daya Pesisir mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis, evaluasi dan laporan di bidang
penanggulangan pencemaran sumber daya pesisir.
Seksi Penanggulangan Pencemaran Sumber Daya Laut mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis, evaluasi dan laporan di bidang
penanggulangan pencemaran sumber daya laut.
xvi
ii
1.3.4 Subdirektorat Rehabilitasi dan Reklamasi
Subdirektorat Rehabilitasi dan Reklamasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang rehabilitasi
dan reklamasi.
Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Rehabilitasi dan Reklamasi
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi dan reklamasi
b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi dan reklamasi
c. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
rehabilitasi dan reklamasi
d. Penyiapan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang rehabilitasi dan
reklamasi; dan
e. Penyiapan bahan pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan di bidang
rehabilitasi dan reklamasi
Subdirektorat Rehabilitasi dan Reklamasi terdiri dari:
a. Seksi Rehabilitasi; dan
b. Seksi Reklamasi
Seksi Rehabilitasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta
bimbingan teknis, evaluasi dan laporan di bidang rehabilitasi.
Seksi Reklamasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta
bimbingan teknis, evaluasi dan laporan di bidang reklamasi.
xix
1.3.5 Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan,
rumah tangga, perlengkapan, surat menyurat, dokumentasi dan kearsipan
direktorat.
Subbagian Tata Usaha dalam melaksanakan tugasnya secara administratif dibina
oleh Kepala Subdirektorat Mitigasi Bencana Lingkungan.
1.4 Kepegawaian
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Pesisir dan Lautan tahun 2014 adalah
sebanyak 60 orang yang terdiri dari 1 orang pejabat eselon II, 4 orang pejabat
eselon III (4 orang Kasubdit) dan 9 orang pejabat eselon IV (8 orang Kasie dan 1
orang Kepala Subbag Tata Usaha) serta 46 orang pelaksana. Sementara berdasarkan
tingkat pendidikan, yaitu 1 orang strata III (Doktor), 27 orang Strata II
(Magister), 25 orang Strata I (Sarjana dan Diploma 4), 2 orang Diploma 3, dan 4
orang SLTA serta 1 orang SLTP.
Tabel 1. Daftar Nama Pegawai Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014
No Nama NIP Gol Pendidikan Jabatan
1 Ir. Matheus Eko
Rudianto, M. Bus.
IT.
19600921
198503 1 003
IV/d S2 Master Science
in Information
System
Direktur Pesisir
dan Lautan
2 Ir. Abdul Haris
Lain, M.Si.
19660309
200112 1 003
III/d S2 Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir
dan Lautan
Kasubbag Tata Usaha
3 Dr. Hendra Yusran
Siry, S.Pi.,
M.Sc.
19730614
199703 1 001
IV/b S3 Resource
Management and
Environmental
Science
Kasubdit Mitigasi
Bencana Lingkungan
4 Drs. Rusman
Hariyanto, MT.
19640405
199603 1 001
IV/a S2 MPKD Perencanaan
Kota dan Daerah
Kasubdit
Pendayagunaan
Sumber Daya
Kelautan
5 Ir. R. Moh.
Ismail, MP.
19640228
199203 1 004
IV/b S2 Ilmu Ekonomi
Pertanian
Kasubdit
Penanggulangan
Pencemaran
Sumberdaya Pesisir
dan Laut
xx
6 Ir. Elfita Nezon,
MM.
19590103
198410 2 001
IV/b S2 Pemasaran Kasubdit
Rehabilitasi dan
Reklamasi
7 Enggar Sadtopo,
ST. MT.
19740208
200312 1 002
III/d S2 Teknik Sipil Kepala Seksi
Mitigasi Bencana
Pesisir
8 Fegi Nurhabni,
S.T., M.T., M.Sc.
19790222
200212 2 001
III/c S2 Environmental
and Infrastructure
Planning
Kepala Seksi
Adaptasi Dampak
Perubahan Iklim
9 Muhammad Subhan
Wattiheluw, S.Pi.
19710609
200003 1 002
III/d S1 Perikanan Kepala Seksi Benda
Muatan Kapal
Tenggelam
10 Khusnul Khotimah,
S.Si., MT.
19770112
200502 2 002
III/d S2 Teknik
Lingkungan
Kepala Seksi Jasa
Kelautan
11 Asmuil, S.Pi. 19670710
200003 1 001
III/d S1 Budidaya
Perairan
Kepala Seksi
Penanggulangan
Sumberdaya
Pencemaran Pesisir
12 Drs. Hendi
Koeshendoko, MM.
19630602
200112 1 001
III/d S2 Magister
Manajemen
Agribisnis
Kepala Seksi
Penanggulangan
Pencemaran Laut
13 Frista Yorhanita,
S.Si., M.Si.
19741206
200212 2 001
IV/a S2 Ilmu Lingkungan Kepala Seksi
Rehabilitasi
14 Ir. Aris Wibowo,
MM.
19580524
198603 1 004
IV/a S2 Manajemen
Sumberdaya Manusia
Kepala Seksi
Reklamasi
15 Amril Rachman,
SE. MP.
19810914
200502 1 001
III/c S2 Magister
Industri Kecil
Menengah
Pelaksana Subbag TU
16 Gantini Surya,
S.Pi.
19750908
200502 2 003
III/c S1 Manajemen
Sumberdaya Perairan
Pelaksana Subbag TU
17 Titus Pramono,
S.Pi.
19780519
200502 1 001
III/c S1 Manajemen
Sumberdaya Perairan
Pelaksana Subbag TU
18 Manan, S.AP. 19790916
200312 1 002
III/a S1 Administrasi
Negara
Pelaksana Subbag TU
19 Mohammad Asep
Syaefudin
19721003
199203 1 002
III/a SMEA Pelaksana Subbag TU
20 Etika Wakhidatul
Hidayah, A.Md.
19840524
200801 2 010
II/d D3 Teknologi
Pengolahan Hasil
Perikanan
Pelaksana Subbag TU
21 Nurhayati DS.,
A.Md.
19800617
200912 2 001
II/d D3 P3D Akuntansi Pelaksana Subbag TU
22 Umbar Sari 19660912
198703 2 001
III/b SMA Pelaksana Subbag TU
23 Mi’ih Pupung 19780307
200701 1 002
I/d SMP Pelaksana Subbag TU
24 Yono Haryono 19780128
201212 1 001
II/a STM
Pelaksana Subbag TU
25 Etik Sukesti,
S.St.Pi.
19830413
200701 2 002
III/b D4 Teknologi
Pengolahan Hasil
Perikanan
Pelaksana Seksi
Mitigasi Bencana
Pesisir
xxi
26 Prita Dwi
Wahyuni, S.Si.
MT.
19800425
200312 2 001
III/c S2 Teknologi
Kelautan
Pelaksana Seksi
Mitigasi Bencana
Pesisir
27 Abdul Muhari,
S.Si.
19790103
200502 1 004
III/c S1 Ilmu Kelautan Pelaksana Seksi
Mitigasi Bencana
Pesisir
28 Erva Kurniawan,
ST., M.Eng.
19781028
200502 1 001
III/c S2 Teknik Elektro
dan Teknologi
Informasi
Pelaksana Seksi
Mitigasi Bencana
Pesisir
29 Giri Wilisandy,
S.T.
19820502
200901 1 009
III/b S1 Teknik Sipil
Perencanaan
Pelaksana Seksi
Mitigasi Bencana
Pesisir
30 Deky Rahma
Sukarno, S.Kel.
19811210
201403 1 001
III/a S1 Kelautan Pelaksana Seksi
Mitigasi Bencana
Pesisir
31 Indah Setya
Murtiharti, ST.,
MT.
19680221
200502 2 001
III/c S2 Teknik Sipil Pelaksana Seksi
Adaptasi Dampak
Perubahan Iklim
32 Irwan, S.Pi.,
M.Si.
19781223
200502 1 001
III/c S2 Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir
dan Lautan
Pelaksana Seksi
Adaptasi Dampak
Perubahan Iklim
33 Barnard Ceisaro
Purba, S.St.Pi.
19810103
200502 1 001
III/c D4 Teknologi
Pengelolaan
Sumberdaya Perairan
Pelaksana Seksi
Adaptasi Dampak
Perubahan Iklim
34 David, S.St.Pi.,
M.EMD.
19791018
200502 1 001
III/c S2 Environmental
Management and
Developmant
Pelaksana Seksi
Adaptasi Dampak
Perubahan Iklim
35 Suryo Prasojo,
ST., M.Si.
19780207
200502 1 003
III/c S2 Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir
dan Lautan
Pelaksana Seksi
Adaptasi Dampak
Perubahan Iklim
36 Riyanto 19580917
198203 1 005
III/b SMA/SMU Pelaksana Seksi
Benda Muatan Kapal
Tenggelam
37 Imam Fauzi, S.S. 19750830
200502 1 001
III/c S1 Ilmu Arkeologi Pelaksana Seksi
Benda Muatan Kapal
Tenggelam
38 Zainab, S.S.M.Sc. 19770212
200502 2 001
III/c S2 Environmental
Science
Pelaksana Seksi
Benda Muatan Kapal
Tenggelam
39 Adria Yuky
Kristiana, S.S.
19811211
200801 2 008
III/b S1 Ilmu Arkeologi Pelaksana Seksi
Benda Muatan Kapal
Tenggelam
40 Teguh Budiarto,
S.T.
19751207
200912 1 001
III/b S1 Teknik Kelautan Pelaksana Seksi
Benda Muatan Kapal
Tenggelam
41 Milka
Primatianti,
S.T.P., M.Si.
19770211
200212 2 002
III/
c
S2 Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir
dan Lautan
Pelaksana Seksi
Jasa Kelautan
42 Dikor Jupantara,
S.T.
19781014
200502 1 001
III/c S1 Teknologi
Kelautan
Pelaksana Seksi
Jasa Kelautan
xxi
i
43 Tri Danny
Anggoro, S.Pi.,
M.T.
19780815
200502 1 001
III/c S2 Perencanaan
Wilayah dan Kota
Pelaksana Seksi
Jasa Kelautan
44 Uli Safriani,
S.Kel.
19831126
200912 2 003
III/b S1 Oseanografi Pelaksana Seksi
Jasa Kelautan
45 Reni Indrawati,
S.T.
19781018
200312 2 002
III/c S1 Teknik Sipil Pelaksana Seksi
Penanggulangan
Pencemaran
Sumberdaya Pesisir
46 Dian Prihati
Sahono, S.St.Pi.,
M.Nat.Res.St.
19800101
200312 2 003
III/c S2 Natural
Resources Studies
Pelaksana Seksi
Penanggulangan
Pencemaran
Sumberdaya Pesisir
47 Untung, S.St.Pi.,
M.Si.
19791011
200502 1 002
III/c S2 Ilmu Kelautan Pelaksana Seksi
Penanggulangan
Pencemaran
Sumberdaya Pesisir
48 Agus Sapari, ST. 19750806
200701 1 002
III/b S1 Teknik Sipil
Bangunan
Pelaksana Seksi
Penanggulangan
Pencemaran
Sumberdaya Pesisir
49 Adhi Nugroho,
S.Kel.
19840806
201012 1 002
III/b S1 Ilmu Kelautan Pelaksana Seksi
Penanggulangan
Pencemaran
Sumberdaya Pesisir
50
Zuleha Ernas,
S.Si.
19790214
200312 2 002
III/c S1 Geofisika dan
Meteorologi
Pelaksana Seksi
Penanggulangan
Pencemaran
Sumberdaya Laut
51 Firman Ibnusina,
ST., M.Sc.
19751103
200901 1 004
III/c S2 Pengelolaan
Pesisir dan Laut
Terpadu
Pelaksana Seksi
Penanggulangan
Pencemaran
Sumberdaya Laut
52 Sarifah, S.T.,
M.T.
19760620
201012 2 001
III/b S2 Teknik
Lingkungan
Pelaksana Seksi
Penanggulangan
Pencemaran
Sumberdaya Laut
53 Fitri Arumndani,
S.Pi.
19830711
200912 2 001
III/b S1 Sosial Ekonomi
Perikanan
Pelaksana Seksi
Penanggulangan
Pencemaran
Sumberdaya Laut
54 Akhmad Muharram,
S.Pi., M.Si.
19811120
200502 1 001
III/c S2 Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir
dan Laut
Pelaksanan Seksi
Rehabilitasi
55 Widya Pravita
Sari, S.St.Pi.
19810721
200502 2 001
III/c D4 Teknologi
Pengelolaan
Sumberdaya Perairan
Pelaksana Seksi
Rehabilitasi
56 Rommy Martdianto,
S.T., M.T.
19800319
201012 1 001
III/b S2 Teknik Sipil Pelaksana Seksi
Reklamasi
57 Weka Mahardi, 19800425 III/b S1 Ilmu Kelautan Pelaksana Seksi
xxi
ii
S.T. 200701 1 001 Reklamasi
58 Yanelis Prasenja,
S.Si.
19830626
200912 1 002
III/b S1 Geografi Manusia Pelaksana Seksi
Reklamasi
59 Fajar Renita
Sitinjak, S.Pi.
19870324
200912 2 002
III/b S1 Manajemen
Sumberdaya Perairan
Pelaksana Seksi
Rehabilitasi
60 Siti Mumtazia
Lestari, ST., MM.
19800129
200312 2 003
III/c S2 Magister
Manajemen
Pelaksana Seksi
Reklamasi
1.5 Dasar Hukum dan Sistematika Penyajian LAKIP
Laporan Akuntabiltas Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014
disusun berdasarkan dasar hukum sebagai berikut:
a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5);
b. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4616);
c. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
d. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi
Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);
e. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Akuntabiltas Kinerja ini bertujuan menginformasikan capaian
kinerja selama Tahun 2014. Capaian Kinerja (Performance Results) 2014 tersebut
dibandingkan dengan Penetapan Kinerja (Performance Plan) Direktorat Pesisir dan
Lautan Tahun 2014 sebagai tolak ukur keberhasilan tahunan organisasi. Adapun
sistematika penyajian laporan sebagai berikut:
1. Kata Pengantar;
2. Daftar Isi;
3. Daftar Gambar;
4. Daftar Tabel;
xxi
v
5. Ringkasan Eksekutif, pada bagian ini berisi ringkasan dari laporan ini,
antara lain berisi uraian singkat tentang tujuan, sasaran, capain
kinerja dan kendala selama tahun 2014
6. Bab 1 Pendahuluan, pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi,
dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan
utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi
7. Bab 2 Perencanaan, pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian
kinerja tahun yang bersangkutan
8. Bab 3 Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap
pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran
strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja sebagai berikut:
1. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini;
2. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun
ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;
3. Membandingkan antara realisasi kinerja sampai dengan tahun ini
dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis organisasi;
4. Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional
(jika ada);
5. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan
kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan;
6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;
7. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan maupun
kegagalan pencapaian pernyataan kinerja
B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang
telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan
dokumen Perjanjian Kinerja
xx
v
9. Bab 4 Penutup pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja
organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan
organisasi untuk meningkatkan kinerjanya
Lampiran:
1) Perjanjian Kinerja
2) Lain-lain yang dianggap perlu
xx
vi
BAB 2
PERENCANAAN KINERJA
2.1. Rencana Strategis 2010 – 2014
Rencana Strategis Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2010-2014 disusun
untuk mendukung visi dan misi Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil yaitu Visi Ditjen KP3K: “Sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau
kecil tertata, aman, bersih, produktif, berkelanjutan dan mensejahterakan” dan
Misi Ditjen KP3K: “Meningkatkan penataan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan,
pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan dan mensejahterakan
masyarakat” serta mendukung visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP) yaitu Visi KKP: “Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang berdaya saing
dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat”, dan Misi KKP:
1. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan
2. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kelautan dan perikanan
3. Memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan sumber daya kelautan dan
perikanan
Selain itu, arah kebijakan Direktorat Pesisir dan Lautan juga merespon
salah satu arah Pembangunan Jangka Panjang 20 tahun (UU No 17/2007), yaitu
mewujudkan Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional, serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2010-2014.
2.2. Visi
Dalam dokumen Renstra Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2010-2014,
termuat garis besar visi, misi, tujuan dan sasaran strategis yang akan dicapai
organisasi. Visi merupakan gambaran masa depan yang hendak diwujudkan Direktorat
Pesisir dan Lautan. Visi ini harus bersifat praktis, realistis untuk dicapai,
dan memberikan tantangan serta menumbuhkan motivasi yang kuat bagi pegawai
xx
vii
Direktorat Pesisir dan Lautan untuk mewujudkannya. Visi Direktorat Pesisir dan
Lautan adalah: “Pesisir dan Laut yang Produktif, Bersih, Sehat dan Tangguh”
Visi ini mendukung visi Direktorat Jenderal KP3K yang menunjukkan peranan
Direktorat Pesisir dan Lautan untuk dapat mewujudkan pesisir dan laut yang
produktif, bersih, sehat dan tangguh.
2.3 Misi
Misi merupakan jalan pilihan untuk menuju masa depan. Sesuai dengan
bidang dan tugas kewenangan Direktorat Pesisir dan Lautan, misi Direktorat
Pesisir dan Lautan adalah:
1. Memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan sumberdaya pesisir dan lautan
terhadap ancaman bencana dan dampak perubahan iklim
2. Memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan sumber daya kelautan dan
perikanan terhadap pencemaran
3. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan
4. Mengembangkan kapasitas kelembagaan dan masyarakat
2.4 Tujuan
Tujuan pelaksanaan pembangunan pesisir dan laut adalah;
1. Meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut baik
hayati dan non-hayati;
2. Meningkatkan kualitas ekosistem pesisir dan laut;
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dan laut secara berkelanjutan.
Dalam mewujudkan visi dan misi tersebut, serta dalam mendukung pilar
pembangunan Direktorat Jenderal KP3K dalam pengelolaan pesisir yang mampu
mengantisipasi tekanan alam maupun manusia secara efektif, Direktorat Pesisir
dan Lautan memiliki sasaran strategis meningkatnya ketahanan kawasan pesisir dan
terfasilitasinya produk kelautan. Sasaran strategis ini dijabarkan ke dalam 3
(tiga) target indikator yaitu:
1. Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi
xx
viii
2. Jumlah kawasan di wilayah pesisir yang terfasilitasi peningkatan
ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim
3. Jumlah ragam produk kelautan yang terfasilitasi pengembangannya
Secara lengkap, target kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2010-2014
sebagai berikut:
Tabel 2. Target Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2010 - 2014
KELUARAN (TARGET)
2010 2011 2012 2013 2014
SASARAN STRATEGIS: Meningkatnya ketahanan kawasan pesisir dan terfasilitasinya produk
kelautan
Jumlah luasan kawasan di
wilayah pesisir rusak yang
direhabilitasi
60 ha 90 ha 100 ha 110 ha 110 ha
Jumlah kawasan pesisir yang
terfasillitasi peningkatan
ketahanannya terhadap
bencana dan perubahan iklim
10
kawasan
10
kawasan
16
kawasan
25
kawasan
26
kawasan
Jumlah ragam produk
kelautan yang terfasilitasi
pengembangannya
- BMKT 2 kapal 1 kapal - - -
- Garam 50rb ton - - - -
- DSW 200.000
liter 1 lokasi - - -
- Produk kelautan - - 2 produk 3 produk 2 produk
2.5. Rencana Kinerja Tahun 2014
Rencana Kinerja merupakan penjabaran dari arah dan kebijakan pimpinan
untuk pelaksanaan kegiatan Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 yang
tertuang dalam dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2014. Dokumen RKT 2014
tersebut kemudian diimplementasikan dalam Penetapan Kinerja (Tapja) Tahun 2014.
Pada periode pertengahan tahun 2013, sesuai dengan dinamika organisasi
yang berkembang ada upaya perbaikan pengelolaan kinerja organisasi pada
Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu berupa penggunaan metode balanced
xxi
x
scorecard (BSC). Dengan metode/pendekatan dan strategi BSC dilakukan
restrukturisasi SAKIP KKP dimulai dari level Renstra kementerian sampai dengan
level monitoring dan pengukuran kinerja. Sehubungan dengan hal tersebut, mulai
tahun 2013 dan selanjutanya di tahun 2014, dalam mengelola kinerja
organisasinya, Direktorat Pesisir dan Lautan berpedoman pada Peta Strategis
Direktorat Pesisir dan Lautan yang memiliki 10 Sasaran Strategis. Peta Strategis
Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 dapat terlihat pada gambar 2 berikut.
PETA STRATEGI (STRATEGY MAP) DIREKTORAT PESISIR DAN LAUTAN
Gambar 2. Peta Strategi (Strategy Map) Direktorat Pesisir dan Lautan
xx
x
Target Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 dikelompokan ke
dalam 4 (empat) perspektif Balanced Scorecard (BSC), yakni:
a. Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective);
b. Perspektif Masyarakat (Customer Perspective)
c. Perspektif Internal (Internal Process Perspective); dan
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learn and Growth
Perspective)
Pada Tahun 2014 sesuai dengan 4 perspektif di atas, Direktorat Pesisir
dan Lautan mempunyai 10 Sasaran Strategis (SS) dan 17 Indikator Kinerja Utama
(IKU). Kinerja organisasi tergambar dan akan diukur sesuai dengan indikator
kinerja utama yang dimiliki Direktorat Pesisir dan Lautan tersebut. Indikator
Kinerja Utama Direktorat Pesisir dan Lautan merupakan penurunan atau
“cascading” dari Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal KP3K. Indikator
Kinerja Utama ini mengalami perubahan dan penyesuaian dengan penekanan pada
empat perspektif yang saling berimbang dan di “cascading” (diturunkan) sampai
level staf/individu (pegawai) dalam organisasi Direktorat Pesisir dan Lautan.
Untuk selanjutnya, Indikator Kinerja Utama tadi ditetapkan dalam Dokumen
Penetapan Kinerja antara Direktur Pesisir dan Lautan dengan Direktur Jenderal
KP3K pada awal tahun 2014. Namun dalam perjalanannya selama tahun 2014, Dokumen
Penetapan Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan mengalami dua kali perubahan
atau revisi tapja. Hal ini terjadi sehubungan dengan adanya efisiensi anggaran
pada tahun 2014. Berikut adalah dinamika perubahan Penetapan Kinerja Direktorat
Pesisir dan Lautan selama tahun 2014.
xx
xi
Tabel 3. Perubahan-perubahan Target 2014 Pada Penetapan Kinerja 2014
Direktorat Pesisir dan Lautan
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET TAHUN 2014
SEMULA REVISI 1 REVISI 2
STAKEHOLDER PERSPECTIVE
1. Meningkatnya
kesejahteraan
masyarakat KP
1. Pertumbuhan PDB
Perikanan (%) 7,25 7,25 7,00
CUSTOMER PERSPECTIVE
2. Meningkatnya
ketersediaan produk KP
yang bernilai tambah
2. Jumlah ragam produk
kelautan non garam
yang terfasilitasi
pengembangannya
(produk)
3 2 2
3. Jumlah BMKT yang
dikelola (lokasi)
3 2 2
3. Meningkatnya
pengelolaan SDKP yang
berkelanjutan
4. Jumlah kawasan pesisir
yang terfasilitasi
ketahanannya terhadap
ancaman kerusakan
(kawasan)
27 18 26
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE
4. Tersedianya kebijakan
di bidang Pesisir dan
Lautan sesuai
kebutuhan
5. Jumlah kebijakan
publik bidang pesisir
dan lautan (dokumen)
9 6 6
5. Terkelolanya wilayah
laut, pesisir dan
pulau-pulau kecil
secara terpadu dan
berkelanjutan
6. Jumlah luasan kawasan
di wilayah pesisir
rusak yang
direhabilitasi (ha)
120 80 110
7. Jumlah kawasan di
wilayah pesisir yang
terfasilitasi
peningkatan
ketahanannya terhadap
bencana dan perubahan
iklim (kawasan)
22 15 22
8. Jumlah kawasan di
wilayah pesisir yang
terfasilitasi
penanggulangan
pencemarannnya
(kawasan)
5 3 4
xx
xii
Selanjutnya, capaian kinerja organisasi akan diukur atau dibandingkan
dengan Revisi ke-2 Tapja Direktur Pesisir dan Lautan Tahun 2014 yang
ditandatangani oleh Direktur Pesisir dan Lautan dengan Direktur Jenderal
6. Terselenggaranya
pengendalian
pemanfaatan sumberdaya
kelautan perikanan di
WP3K
9. Jumlah fasilitasi izin
lokasi reklamasi
(izin)
2 1 2
LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE
7. Tersedianya SDM
Pesisir dan Lautan
yang kompeten dan
profesional
10. Indeks Kesenjangan
Kompetensi Eselon III
dan IV Direktorat
Pesisir dan Lautan (%)
50 50 50
8. Tersedianya informasi
bidang Pesisir dan
Lautan yang valid,
handal dan mudah
diakses
11. Service Level Agreement di Direktorat Pesisir dan
Lautan (%)
75 75 75
9. Terwujudnya good governance & clean government di bidang Pesisir dan Lautan
12. Jumlah rekomendasi
aparat pengawas
internal dan eksternal
(APIEP) yang
ditindaklanjuti
dibanding total
rekomendasi di
Direktorat Pesisir dan
Lautan (%)
100 100 100
13.
Tingkat kualitas
akuntabilitas kinerja
Direktorat Pesisir dan
Lautan
Nilai
AKIP A
Nilai
AKIP A
Nilai
AKIP A
14. Indeks Kepuasan
Masyarakat Direktorat
Pesisir dan Lautan
6,75 6,75 6,75
15. Nilai Inisiatif Anti
Korupsi Dit.PL
7,75 7,75 7,75
16. Nilai Penerapan RB
Dit.PL
80 80 80
10. Terkelolanya anggaran
Direktorat Pesisir dan
Lautan secara optimal
17. Persentase penyerapan
DIPA Direktorat
Pesisir dan Lautan (%)
>95 >95 >95
xx
xiii
Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil pada bulan September 2014 (dokumen
penetapan kinerja dimaksud terlampir).
xx
xiv
BAB 3
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi
Pengukuran capaian kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan tahun 2014
dilakukan dengan cara membandingkan antara target (rencana) dan realisasi
indikator kinerja utama (key perfomance indicator, disingkat KPI) pada masing-
masing perspektif.
Secara rinci, capaian masing-masing sasaran strategis dan indikator
kinerja utama Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 Berdasarkan
Balanced Score Card (BSC)
KODE NAMA SASARAN STRATEGIS (SS) DAN
INDIKATOR KINERJA (IK) TARGET CAPAIAN % CAPAIAN
STAKEHOLDER PERSPECTIVE
SS1 Meningkatnya kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan
IK1 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7,0% 6,97%
99,57%
CUSTOMER PERSPECTIVE
SS2 Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah
IK2 Jumlah ragam produk kelautan non
garam yang terfasilitasi
pengembangannya (produk)
2 produk 2 produk 100%
IK3 Jumlah BMKT yang dikelola (lokasi)
2 lokasi 2 lokasi
100%
SS3 Meningkatnya pengelolaan SDKP yang berkelanjutan
IK4 Jumlah kawasan pesisir yang
terfasilitasi ketahanannya terhadap
ancaman kerusakan (kawasan)
26 kawasan 26 kawasan 100%
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE
SS4 Tersedianya kebijakan di bidang pesisir dan lautan sesuai kebutuhan
IK5 Jumlah kebijakan publik bidang
Pesisir dan Lautan (dokumen)
6 dokumen 11 dokumen
120%
xx
xv
KODE NAMA SASARAN STRATEGIS (SS) DAN
INDIKATOR KINERJA (IK) TARGET CAPAIAN % CAPAIAN
SS5 Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang terpadu dan
berkelanjutan
IK6 Jumlah luasan kawasan di wilayah
pesisir rusak yang direhabilitasi
(ha)
110 ha 135,03 ha 120%
IK7 Jumlah kawasan di wilayah pesisir
yang terfasilitasi peningkatan
ketahanannya terhadap bencana dan
perubahan iklim (kawasan)
22 kawasan 22 kawasan 100%
IK8 Jumlah kawasan di wilayah pesisir dan
laut yang terfasilitasi
penanggulangan pencemarannya
(kawasan)
4 kawasan 4 kawasan 100%
SS6 Terselenggaranya pengendalian pemanfaatan sumberdaya kelautan di Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil
IK9 Jumlah fasilitasi izin lokasi
reklamasi (izin)
2 izin 2 izin 100%
LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE
SS7 Tersedianya SDM Direktorat Pesisir dan Lautan yang kompeten dan profesional
IK10 Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon
III dan IV Direktorat Pesisir dan
Lautan (%)
50% 13,37% 120%
SS8 Tersedianya informasi Direktorat Pesisir dan Lautan yang valid, handal dan mudah
diakses
IK11 Service Level Agreement Direktorat
Pesisir dan Lautan (%)
75% 93,13% 120%
SS9 Terwujudnya good governance dan clean goverment di Direktorat Pesisir dan Lautan
IK12 Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas
Internal dan Eksternal Pemerintah
(APIEP) yang ditindaklanjuti
dibanding total rekomendasi di Dit.PL
(%)
100% 85,87% 85,87%
IK13 Tingkat kualitas akuntabilitas
kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan
75 80,59
107,45%
xx
xvi
KODE NAMA SASARAN STRATEGIS (SS) DAN
INDIKATOR KINERJA (IK) TARGET CAPAIAN % CAPAIAN
IK14 Indeks Kepuasan Masyarakat Dit.PL
6,75
7,46 110,52%
IK15 Nilai Inisiatif anti korupsi di
Dit.PL
7,75
7,90 101,94%
IK16 Nilai Penerapan RB di Dit.PL
80 84,23 105,29
SS10 Terkelolanya anggaran yang optimal di Direktorat Pesisir dan Lautan
IK17 Persentase penyerapan DIPA di Dit.PL
(%)
>95% 99,33% 104,56%
3.1 Capaian Kinerja Pada Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder
Perspective)
Capaian kinerja pada perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder
Perspective) Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 sebesar 99,57% merupakan
capaian dari Sasaran Strategis Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan
dan Perikanan.
SSSS..11.. MMEENNIINNGGKKAATTNNYYAA KKEESSEEJJAAHHTTEERRAAAANN MMAASSYYAARRAAKKAATT KKEELLAAUUTTAANN DDAANN PPEERRIIKKAANNAANN
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran ini
terdiri atas satu indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 5. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Tahun 2014 Pada
Stakeholder Perspective
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Capaian
1. Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7,0% 6,97% 99,57%
Rata-rata 99,57%
Penjelasan tentang capaian indikator tersebut di atas adalah sebagai
berikut:
xx
xvi
i
IK 1. Pertumbuhan PDB Perikanan
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kelautan dan perikanan,
adalah pertumbuhan PDB perikanan. Pertumbuhan PDB Perikanan dari tahun ke tahun
selalu meningkat, hal tersebut menggambarkan kemampuan sumberdaya perikanan
sebagai andalan dalam perekonomian nasional. PDB perikanan diartikan sebagai
nilai keseluruhan semua barang dan jasa perikanan yang diproduksi dalam jangka
waktu tertentu. Adapun angka persentase pertumbuhan PDB Perikanan diperoleh
dengan membandingkan nilai PDB Perikanan (berdasarkan harga konstan) tahun 2014
dibandingkan dengan nilai PDB Perikanan tahun 2013.
Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan
tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
Pertumbuhan PDB perikanan tahun 2013 ditargetkan mencapai 7%. Berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistik, pertumbuhan PDB perikanan berdasarkan harga
konstan tahun 2000 dalam kurun waktu setahun terakhir meningkat sebesar 6,86%,
yakni Rp57.702,6 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp 61.661,2 miliar pada tahun
2013, atau tercapai 98,00% dari target yang telah ditetapkan. Sama halnya dengan
pertumbuhan pada periode tahun 2013 dengan tahun sebelumnya, selama kurun waktu
2009-2013, pertumbuhan PDB perikanan meningkat rata-rata sebesar 14,83% per
tahun dan merupakan rata-rata tertinggi dalam kelompok pertanian secara umum.
Dalam dua tahun terakhir PDB perikanan tumbuh di atas rata-rata nasional dan
dalam 4 tahun terakhir memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi dalam sektor
pertanian secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa perikanan memegang peranan
strategis dalam mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok pertanian secara umum,
maupun pada PDB Nasional.
Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi;
Apabila pencapaian indikator kinerja pertumbuhan PDB perikanan sebesar
6,86% di tahun 2013 ini dibandingkan dengan target jangka menengah sebagaimana
tercantum pada Renstra 2010-2014, maka pencapaian pada indikator kinerja ini
xx
xvi
ii
telah mencapai 94,63% dibandingkan dengan target sampai dengan tahun 2014
sebesar 7,25%.
Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian pernyataan kinerja.
Pencapaian Sasaran Strategis 1, yaitu meningkatnya kesejahteraan
masyarakat kelautan dan perikanan, salah satunya didukung oleh kegiatan antara
lain: (1) Pengembangan usaha pengolahan hasil perikanan; (2) Pengembangan usaha
pasca panen nonkonsumsi hasil kelautan dan perikanan; (3) Peningkatan serapan
pasar domestik hasil perikanan; (4) Peningkatan dan perluasan akses pasar ekspor
hasil kelautan dan perikanan; (5) Peningkatan investasi pengolahan dan pemasaran
hasil perikanan; dan (6) Pengembangan uji terap ragam produk dan alat pasca
panen dan pemasaran hasil kelautan dan perikanan.
3.2 Capaian Kinerja Pada Perspektif Masyarakat KP (Customer Perspective)
Capaian kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan pada Perspektif Masyarakat
Kelautan dan Perikanan (Customer Perspective) dengan capaian sebesar 100%
berasal dari 2 (dua) Sasaran Strategis berikut:
a. Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah
dengan capaian 100%; dan
b. Meningkatnya Pengelolaan SDKP yang berkelanjutan dengan capaian 100%;
Penjelasan tentang capaian masing-masing sasaran tersebut di atas adalah
sebagai berikut:
SSSS..22.. MMEENNIINNGGKKAATTNNYYAA KKEETTEERRSSEEDDIIAAAANN PPRROODDUUKK KKEELLAAUUTTAANN DDAANN PPEERRIIKKAANNAANN YYAANNGG BBEERRNNIILLAAII TTAAMMBBAAHH
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah
terdiri atas dua indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:
xx
xix
Tabel 5. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Pada Customer
Perspective
No Indikator kinerja Target Realisasi %
Capaian
2. Jumlah ragam produk kelautan non
garam yang terfasilitasi
pengembangannya (produk)
2 produk 2 produk 100%
3. Jumlah BMKT yang dikelola (lokasi) 2 lokasi 2 lokasi 100%
Rata-rata 100%
IK 2. Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya
Indikator Jumlah Ragam Produk Kelautan Non Garam yang Terfasilitasi
Pengembangannya dihitung dari jumlah ragam produk kelautan selain dari garam
yang berhasil difasilitasi pengembangannya di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil Tahun 2014.
Indikator kinerja ini mempunyai target 2 produk yaitu fasilitasi
pengembangan bioteknologi dan fasilitasi pengembangan wisata bahari.
A. Fasilitasi Pengembangan Bioteknologi
Kegiatan Pengembangan Bioteknologi Kelautan dimaksudkan untuk
memfasilitasi pengembangan produk kelautan melalui proses bioteknologi, yang
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat pesisir dalam memanfaatkan
potensi sumberdaya kelautan menjadi produk kelautan bernilai tinggi melalui
pemanfaatan bioteknologi dan mengembangkan program peningkatan kesejahteraan
nelayan melalui pengembangan alternatif mata pencaharian.
Kegiatan yang dilakukan antara lain identifikasi dan Koordinasi di Kab.
Cirebon–Jawa Barat, Desa Kedonganan Kab. Badung-Bali, Kota Batam, Kab.Demak–
Jawa Tengah, Kota Manado–Sulawesi Utara, sosialisasi dan pelatihan di Kota Batam
dan Kab. Demak-Jawa Tengah.
Pelatihan Pengembangan Bioteknologi Kelautan dilaksanakan Kota Batam
pada tanggal 7 Mei 2014, yaitu membuat kerajinan dari limbah kulit kerang dan
pelatihan membuat mie tulang ikan dengan instruktur pelatihan berasal dari Kota
xl
Batam yang merupakan pelaku usaha pembuat kerajinan kerang, yaitu Ibu Suryanti
dan untuk mie tulang ikan, yaitu Ibu Ina.
Pelatihan Aplikasi Pengolahan Mangrove untuk Bahan Makanan dan Pewarna
Alami di Kab. Demak dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2014, dengan
pemateri/pelatih adalah Dr. Delianis Pringgenies dari Universitas Diponegoro
dibantu oleh Ibu Sururi (Pengolah Mangrove Desa Mangkang–Kota Semarang).
v
Gambar 3. Mengaduk adonan Gambar 4. Melukis dengan pewarna mangrove
Gambar 5. Modul Pelatihan Gambar 6. Brownies Mangrove
xlii
i
Selain memfasilitasi pengembangan bioteknologi produk kelautan di atas,
Direktorat Pesisir dan Lautan juga turut mengembangkan rencana aksi implementasi
blue economy yang telah diadopsi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak
tahun 2012 lalu. Konsep pengembangan dan rencana aksi implementasi blue economy
telah dilakukan oleh Direktorat Pesisir dan Lautan pada tahun 2013 yang
dilanjutkan pada tahun 2014, diantaranya di Lombok Timur, Banggai Kepulauan -
Palu, Raja Ampat – Papua Barat dan Nusa Penida – Bali.
Tujuan dari kegiatan ini adalah mengimplementasikan rencana aksi konsep
blue economy yang telah disusun pada Tahun 2013. Implementasi Blue Economy di
Lombok Tengah dan Lombok Timur dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:
koordinasi, identifikasi, sosialisasi dan pelatihan.
Kegiatan Koordinasi dan Identifikasi telah dilakukan secara bersamaan di
kedua lokasi pada tanggal 19 – 22 Maret 2014 dan kegiatan Sosialiasi dan
Pelatihan pengembangan Blue Economy dilaksanakan pada tanggal 20 - 21 Mei 2014
dengan hasil sebagai berikut:
Kabupaten Lombok Timur
a. Sosialisasi dan Pelatihan di Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur,
Provinsi NTB pada tanggal 20 Mei 2014. Acara dibuka oleh Kepala Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur dan dihadiri sekitar 50
orang peserta yang berasal dari perwakilan dinas Kelautan dan Perikanan,
kelompok budidaya perikanan, budidaya rumput laut, pengelolaan hasil
Gambar 11. Pembuatan Mie Tulang Ikan
xli
v
kelautan dan perikanan serta masyarakat yang berminat dalam pengembangan
produk kelautan
b. Acara pertama berupa penyampaian materi mengenai konsep Blue Economy
serta contoh-contoh implementasi Blue Economy dengan pemanfaatan sisa
/limbah hasil kegiatan yang belum termanfaatkan menjadi lebih
bermanfaat/bernilai. Pengembangan/bimbingan yang diberikan berupa ; (i)
pemanfaatan bibit rumput laut menjadi produk sabun alami, (ii) metode
pengolahan cangkang rajungan menjadi tepung kulit rajungan selanjutnya
menjadi krupuk kalsium kulit rajungan, serta (iii) pembuatan body scrub
dari sisa pembuatan sabun alami dengan cangkang rajungan.
c. Disampaikan oleh masyarakat pengolah rajungan, sisa cangkang kepiting per
minggu mencapai kurang lebih 2 ton dan belum termanfaatkan. Dari diskusi
pada saat bimbingan teknis dimaksud, disarankan untuk mengolah cangkang
tersebut menjadi tepung kalsium, yang selanjutnya dapat diolah menjadi
kerupuk atau biscuit kalsium.
d. Setelah penyampaian materi, selanjutnya dilakukan praktek bersama dengan
bimbingan narasumber dari Balitbang Kementerian Kelautan Perikanan.
Masyarakat perlu mendapat bimbingan lebih lanjut terkait pemasaran hasil
produk yang telah dihasilkan. Harapan dinas Kelautan dan Perikanan agar
masyarakat segera menindaklanjuti dan siap membimbing masyarakat dalam
pembuatan produk serta membantu peralatan yang diperlukan.
Kabupaten Lombok Tengah
Kegiatan Sosialisasi dan Pelatihan Pengembangan Blue Economy, telah
dilaksanakan di Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi NTB pada tanggal 21 Mei 2014.
Acara dibuka oleh Kepala Bidang Pesisir, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Lombok Tengah dan dihadiri sekitar 35 peserta yang berasal dari perwakilan Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Tengah, Dharma wanita, penyuluh,
kelompok pengolah hasil kelautan dan perikanan serta masyarakat yang berminat
dalam pengembangan produk kelautan.
Pengembangan/bimbingan yang diberikan berupa: (i) pemanfaatan limbah
bibit rumput laut menjadi produk sabun alami, (ii) metode pengolahan cangkang
xlv
rajungan menjadi tepung kulit rajungan selanjutnya menjadi krupuk kalsium kulit
rajungan, serta (iii) pembuatan body scrub dari sisa pembuatan sabun alami
dengan cangkang rajungan. Setelah penyampaian materi, selanjutnya dilakukan
praktek bersama dengan bimbingan narasumber dari Balitbang Kementerian Kelautan
dan Perikanan. Dalam praktek tersebut masyarakat terlibat langsung untuk
mempraktekkan pengolahan produk.
Diakhir pertemuan, diserahkan 1 (satu) unit peralatan pengolahan produk
sesuai materi yang telah disampaikan agar masyarakat dapat mencoba membuat
produk dimaksud. Harapan Dinas Kelautan dan Perikanan agar masyarakat segera
menindaklanjuti dan siap membimbing masyarakat dalam pembuatan produk serta
membantu peralatan yang diperlukan.
Gambar 12. Sosialisasi Blue Economy
Lombok Timur
Gambar 13. Sosialisasi Blue
Economy Lombok Tengah
Gambar 14. Sosialisasi Blue Economy
Lombok Tengah
Gambar 15. Pelatihan Blue Economy
Lombok Tengah
xlv
i
B. Fasilitasi Pengembangan Wisata Bahari
Target fasilitasi pengembangan produk kelautan non garam yang berikutnya
adalah fasilitasi pengembangan wisata bahari. Dalam rangkat meningkatkan kinerja
pariwisata bahari, ketersediaan sarana dan prasarana menjadi kebutuhan yang
mutlak. Selain itu, pengembangan pariwisata bahari juga diperlukan keterpaduan
antara objek pariwisata bahari (attractions), transportasi, pelayanan, promosi,
dan informasi. Dukungan kebijakan politik-ekonomi (keuangan, ketenagakerjaan,
infrastruktur, keamanan dan kenyamanan, dan kebijakan pemerintah lainnya) yang
kondusif akan mempercepat kinerja pariwisata bahari.
Sarana dan prasarana dimaksud adalah kelengkapan yang harus tersedia
agar pemanfaatan jasa kelautan melalui kegiatan wisata bahari dapat
dikembangkan. Secara umum, kegiatan pariwisata mutlak membutuhkan sarana dan
prasarana agar pengguna dapat melakukan aktivitas wisata seperti jalan, listrik,
air bersih, telekomunikasi, terminal, jembatan, dermaga dan lain sebagainya.
Secara khusus wisata bahari juga membutuhkan sarana dan prasarana seperti
dermaga apung, rumah apung, tongkang/ponton, dan sarana transportasi wisata.
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyediakan sarana dan prasarana dalam
rangka pengembangan pemanfaatan jasa kelautan khususnya dalam sub bidang wisata
bahari sekaligus melakukan pembinaan terhadap pengelolaannya secara tepat dan
professional, mengembangkan dan meningkatkan upaya pemanfaatan potensi jasa
kelautan sebagai sumberdaya ekonomis untuk kesejahteraan masyarakat pesisir.
Gambar 16. Pelatihan Blue Economy
Lombok Timur
Gambar 17. Pelatihan Blue Economy
Lombok Tengah
xlv
ii
Kegiatan Pengembangan Infrakstruktur Sarana dan Prasarana Jasa Kelautan
meliputi (i) Survei dan identifikasi, (ii) Sosialisasi, (ii) Bimbingan teknis,
(iv) Penyerahan bantuan, (v)Penyusunan profil penerima bantuan, buku panduan
pengelolaan dan buku panduan Monev. Adapun lokasi kegiatan adalah Kab. Asahan,
Kab. Tanggamus, Kab. Pesisir Selatan, Kota Tangerang, Kab. Indramayu, Kab.
Pekalongan, Kab. Cilacap, Kab. Pasuruan, Kota Probolinggo, Kab. Banyuwangi,
Kab. Badung, Kota Balikpapan serta Kota Makassar.
Survey lokasi telah dilaksanakan di 13 titik yang akan diberikan bantuan
Pengembangan Infrastruktur Sarana dan Prasaran Jasa Kelautan yang memiliki
potensi wisata bahari. Survey dilaksanakan sejak tahun 2013. Dari hasil survey
dan identifikasi didapat lokasi wisata bahari yang berpotensi dikembangkan
sebagai berikut:
Tabel 6. Daftar Lokasi dan Kelompok Penerima Sarana dan Prasarana Wisata Bahari
Tahun 2014
NO PROVINSI KAB/KOTA LOKASI NAMA KELOMPOK
NAMA KETUA
KELOMPOK
1 Jawa Timur Pasuruan Mangrove Center
KT. Sumber Jaya H. Ismail
Probolinggo Beejay Bakau Resort
Mayangan
Amanah Robi Bambang
Suhadi
Beejay Bakau Resort
Mangunharjo
Mina Harapan Arifin
Banyuwangi Desa Bangsring Samudera Bakti H. Ikhwan Arief
2 Jawa Tengah Cilacap Desa Ujung Gagak Kamla Ecotourism Eko Riswanto
Nusa Wungu Mina Usaha Saiman
Syaifulloh
Pekalongan Mangrove Center Muara Rezeki Miftahudin
3 Jawa Barat Indramayu
Karangsong Pantai Lestari Ali Sodikin
4 Bali Badung Pantai Serangan Yaya Segara
Bengiat
I Ketut Koder
xlv
iii
5 Sulawesi
Selatan
Makassar Lakkang Bahari Daeng RI Jamaluddin
Anjungan Losari Arti Buana Bahari H.M. Arsyad
6 Sumatera
Utara
Asahan Pematang Sei Baru KU. Wisata Bahari Hasyim Sambas
Silo Baru Karang Jaya Rustam Efendi
7 Sumatera
Barat
Pesisir
Selatan
Painan Selatan
Painan
Elang Laut Maizal
Painan Selatan
Painan
Naga Laut Nursal
8 Lampung Tanggamus Teluk Kiluan Sadar Wisata
Penggawa
Riko Stefanus
9 Banten Tangerang Teluk Naga Mulya Kencana Heri Ogong
Mauk Tabur Mangrove M. Guntur
10 Kaltim Balikpapan Graha Indah Sonneratia Agus Bei
Manggar Manggar Mangrove
Lestari
Abdul Basit
Para penerima fasilitasi pengembangan jasa kelautan berupa infrastruktur
pengembangan wisata bahari diberikan bimbingan teknis yang dilaksanakan pada
tanggal 18 November 2014 di Hotel Inna Simpang Surabaya yang dibuka oleh
Kasubdit Pendayagunaan Sumberdaya Kelautan dan dihadiri oleh perwakilan Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota (Asahan, Indramayu, Pekalongan, Cilacap,
Probolinggo, Pasuruan, Balikpapan, Pesisir Selatan, Tangerang, Tanggamus,
Badung) dan Kelompok Penerima Bantuan Infrastruktur (Sarana dan Prasarana) Jasa
Kelautan di Kab/Kota terkait.
Adapun materi yang disampaikan dalam kegiatan ini adalah:
1. Arahan Kebijakan Pengembangan Infrastruktur (Sarana Prasarana) Jasa Kelautan
oleh Direktur Pesisir dan Lautan.
2. Pengalaman Pengelolaan Wisata Mangrove di Probolinggo – Benjamin Mangintung
(PT. Beejay Sarana Hiburan)
3. Pengembangan Wisata Bahari di Indonesia – Prof. Dietriech G. Bengen (IPB).
Hal-hal yang berkembang dalam diskusi dapat diketahui sebagai
berikut:
xli
x
1) Bantuan Infrastruktur Sarana dan Prasarana Jasa Kelautan bukan tugas
pembantuan yang diberikan ke masyarakat. Tetapi Pekerjaan Pusat yang
diserahkan ke Dinas.
2) Perizinan akan disusun di Pusat. Disesuaikan dengan rencana zonasi yang
disusun untuk lokasi wisata.
3) Retribusi dihitung sesuai kemampuan wisata di masing-masing lokasi
kabupaten/kota. Harga ditentukan dengan kelompok.
4) Dapat memasukan minawisata bahari sebagai salah satu paket wisata bahari.
5) Perlu menghitung daya dukung agar tidak merusak alam karena membludaknya
pengunjung, selain itu perlu mengatur jadwal atau jam kunjungan dan ciptakan
objek yang terbuka.
Untuk selanjutnya, masing-masing sarana wisata bahari tersebut
diserahterimakan pada bulan November 2014 ke 13 titik lokasi sesuai survey dan
identifikasi. Penyerahan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Kegiatan Pengembangan
Infrastrukur Jasa Kelautan (Kapal Katamaran) sebanyak 2 (dua) unit di 11 lokasi
yaitu Kab. Asahan, Kab. Tanggamus, Kab. Pesisir Selatan, Kota Tangerang, Kab.
Indramayu, Kab. Pekalongan, Kab. Cilacap, Kab. Pasuruan, Kota Probolinggo, Kab.
Badung, Kota Balikpapan. Infrastruktur pengembangan Jasa Kelautan yang
didistribusikan ke Kota Makassar dan Kab. Banyuwangi adalah: 1 (satu) unit
dermaga apung wisata, 4 (empat) unit jukung, 2 (dua) unit Katamaran.
Gambar 18. Sosialisasi Penyerahan
Sarana Wisata Bahari
Gambar 19. Penurunan Katamaran
l
Gambar 20. Pemasangan Katamaran
Gambar 21. Uji Katamaran
Gambar 22. Penurunan Katamaran
Gambar 23. Katamaran
Gambar 24. Ponton dan kelengkapannya
li
Dari penjelasan di atas tentang fasilitasi pengembangan produk kelautan
non garam dengan target 2 produk pada tahun 2014, dapat disimpulkan bahwa
Direktorat Pesisir dan Lautan telah mencapai target yang ditetapkan sehingga
prosentase capaian dari indikator ini adalah 100%.
Bila dibandingkan dengan target dan capaian tahun lalu, diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 7. Perbandingan Target dan Capaian IK Jumlah Ragam Produk Kelautan
Non Garam Yang Terfasilitasi Pengembangannya
NAMA IKU 2010 2011 2012 2013 2014
T R T R T R T R T R
Jumlah ragam
produk kelautan
non garam yang
terfasilitasi
pengembangannya
- BMKT 2
kapal
1
kapal
1
kapal
½
kapal - - -
- Garam 50rb
ton
23rb
ton - - - - - - - -
- DSW 200rb
liter
100rb
liter
1
lokasi
1
lokasi - - - - - -
- Produk
kelautan - -
2
produk
1
produk
3
produk
3
produk
2
produk
2
produk
Ket: T (target); R (realisasi)
Gambar 25. Keramba Jaring Apung
lii
Gambar 26. Grafik Capaian jumlah ragam produk kelautan non garam yang
terfasilitasi pengembangannya tahun 2010-2014
IK Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi
pengembangannya ini mengalami beberapa perubahan selama kurun waktu renstra
2010-2014 seperti terlihat pada tabel di atas. Untuk membandingkannya, target
dan capaian yang tergolong pada IK ini di tahun 2010 dan 2011 adalah BMKT
(satuan kapal) dengan target dan capaian seperti tergambar pada tabel dan grafik
di atas. Sedangkan pada tahun 2012, 2013 dan tahun 2014 ini, satuannya berubah
menjadi produk dengan target dan capaian seperti tergambar pada tabel dan grafik
di atas.
IK 3. Jumlah BMKT yang dikelola
Pengelolaan BMKT dilaksanakan melalui pembentukan Panitia Nasional BMKT
(PANNAS BMKT) yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2007
tentang Panitia Nasional BMKT jo. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2009, dengan
tugas dan tanggung jawab mengkoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan
pelaksanaan pengelolaan BMKT, yang mencakup kegiatan survei, pengangkatan,
penanganan, penilaian dari aspek sejarah, kebudayaan dan ekonomi, serta
pemasaran/pelelangan. Namun sesuai dengan hasil evaluasi LAKIP sebelumnya yakni
pada tahun 2013 dan 2014 ini terdapat perbaikan pada perencanaan penetapan
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
2010 2011 2012 2013 2014
2
1
2
3
2
1
0.5
1
3
2
Target
Realisasi
liii
target pengelolaan BMKT dengan tidak melakukan pengangkatan maupun pelelangan
sehubungan dengan beberapa kendala peraturan yang ada terkait moratorium. Oleh
karena itu maka pengelolaan BMKT didefinisikan sebagai banyaknya BMKT hasil
pengangkatan yang dikelola di gudang penyimpanan, yang pengelolaannya meliputi
kegiatan inventarisasi, dokumentasi, penyimpanan dan pembuatan katalog.
Adapaun Sekretariat PANNAS BMKT berfungsi mengkoordinasikan kegiatan
terkait BMKT termasuk menyediakan anggaran operasional sekretariat melalui
Satker Direktorat Pesisir dan Lautan. Beberapa kegiatan Operasional Sekretariat
PANNAS BMKT ini adalah untuk melakukan optimalisasi dan tindak lanjut yang
dianggap perlu dalam rangka pengelolaan BMKT. Pembiayaan rutin dilaksanakan
antara lain pembayaran biaya listrik, telepon, air, dan operasional lainnya
seperti honor penjaga gudang, tenaga ahli profesional, tenaga teknis profesional
dan tenaga penunjang.Beberapa kegiatan lain yang termasuk dalam operasional
sekretariat Pannas BMKT antara lain: (i)pertemuan antar instansi mengenai
pengawasan lokasi BMKT, (ii) tindaklanjut penjarahan BMKT, (iii) penanganan
(inventarisasi, dokumentasi dan desalinasi) BMKT di gudang swasta dan Warehouse,
(iv) rapat teknis.
Beberapa kegiatan yang telah diselenggarakan terkait Operasional PANNAS
BMKT meliputi:
1. Rapat Teknis Kegiatan BMKT dengan tema Pengangkatan BMKT Secara Ilegal di
Tanjung Pinang tanggal 30 Januari 2014. Rapat di ini diselenggarakan oleh
Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan;
2. Rapat Pleno PANNAS BMKT dilaksanakan tanggal 1 Juli 2014 bertempat di Ruang
Rapat Dirjen KP3K dipimpin oleh Dirjen KP3K selaku Sekretaris I PANNAS BMKT,
dan dihadiri oleh perwakilan anggota PANNAS BMKT, perwakilan Ditjen KP3K–
KKP; Ditjen PSDKP–KKP, Staf Khusus MKP, Ditjen PUM–Kemendagri, Ditjen
Kebudayaan–Kemendikbud, Ditjen Strahan–Kemhan, Sops. POLRI, Asops. KASAL,
Sekretariat Kabinet, Ditjen Hubla–Kemenhub, Ditjen Kekayaan Negara–Kemenkeu,
Ditjen HPI–Kemlu, Ditjen IUBTT– Kemenperin, membahas pengelolaan BMKT dalam
liv
UU No. 1 tahun 2014, kebijakan moratorium perizinan survey dan pengangkatan
BMKT, peningkatan kegiatan ilegal BMKT pasca moratorium.
Adapun hasil kesepakatan rapat sebagai berikut:
- Untuk mengurangi kegiatan ilegal, moratorium perizinan survei dan
pengangkatan BMKT dicabut, dengan ketentuan tidak dilakukan penjualan
sebelum status BMKT jelas sesuai dengan aturan perundang-undangan yang
berlaku.
- BMKT hasil pengangkatan sebelum UU No. 11/2010 berlaku, tetap
diberlakukan aturan sesuai dengan Kepres No. 12 tahun 2009, dan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan perlu segera melakukan pemilihan
koleksi negara.
- Diusulkan agar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan
deklasifikasi tentang BMKT sebagai bukan Cagar Budaya, dengan memasukkan
dalam Rancangan Peraturan Pemerintah turunan UU No. 11 tahun 2010.
- Diusulkan agar Pemerintah Daerah mendapatkan bagi hasil penjualan BMKT
sesuai dengan lokasi pengangkatannya dengan cara merevisi Kepres No. 25
tahun 1992.
3. Melakukan Pemantauan dan Pengawasan pada kegiatan perawatan BMKT – Pulau
Buaya dan Pengawasan Pemasangan CCTV dan Istalasinya guna mendukung keamanan
BMKT di Warehouse BMKT Cileungsi pada tanggal 3 – 7 Maret 2014.
Terkait pengelolaan BMKT sendiri pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2013
telah dilakukan pengelolaan BMKT dari dua lokasi yaitu BMKT Cirebon dan Jepara.
Dan pada tahun 2014 BMKT yang dikelola adalah lokasi Teluk Heliputan dan Tanjung
Pinang Provinsi Kepulauan Riau. Selengkapnya tentang pengelolaan BMKT di tahun
2014 ini dijelaskan sebagai berikut.
Kegiatan Pengelolaan BMKT meliputi pemindahan BMKT dari Gudang Tanjung
Pinang dan Gudang Jepara ke Warehouse Cileungsi untuk memudahkan dalam kegiatan
pengawasan dan pengelolaan BMKT, memproses perizinan BMKT, penyimpanan dan
lv
perawatan, inventarisasi, persiapan pemindahan dan pengepakan BMKT, pemindahan
BMKT melalui jalur laut, desalinasi dan penataan barang-barang BMKT, menyusun
katalog.
Kegiatan Pengelolaan BMKT yang telah dilaksanakan:
1. Inventarisasi dan Pemanfaatan BMKT – Pulau BUAYA di Warehouse BMKT Cileungsi
Kab. Bogor pada tanggal 3 – 7 Maret 2014
BMKT hasil pengangkatan Perairan Pulau Buaya yang tersimpan di Warehouse
PANNAS BMKT yang beralamat di Jalan Raya Narogong Km. 25,9, Dusun Pasar Meong,
Desa Dayeuh, Bogor – Jawa Barat merupakan bagian pemerintah. Kondisi sementara
pernah dilakukan perendaman (desalinasi) pada tahun 2009 dan terakhir permukaan
BMKT kotor akibat disimpan di ruangan terbuka. Masing-masing box telah
terkelompok dalam tipe terdiri dari mangkok, pasu, buli, periuk, guci dan
logam. Berdasarkan cek ulang keseluruhan BMKT – Pulau Buaya dan dilakukan
pencucian ulang untuk menghilangkan debu dengan jumlah total 14.232 pieces.
(data terlampir). Seluruh BMKT Pulau Buaya diberi label box berikut jumlahnya
dan disimpan dalam ruangan tertutup.
2. Pemindahan Benda Berharga Asal muatan kapal Tenggelam (BMKT), Di Kota Kijang,
Provinsi Kepulauan Riau, Tanggal 5-10 Juni 2014
Pemindahan BMKT dibagi atas 3 tahap, pertama persiapan yang meliputi
koordinasi dengan instansi pengawas yang akan mengawasi dan mengawal jalannya
penyiapan pemindahan, dari TNI AL, POLAIR, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dan Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan; tahap kedua adalah
pengepakan BMKT di Gudang Kijang Jl. KP. Sukamaju No. 16, Kampung Keke, Kota
Kijang; ketiga, pemindahan BMKT dari Kijang ke Warehouse BMKT di Cileungsi,
Jl. Raya Narongong Desa Dayeuh, Kabupaten Bogor. Hasil kegiatan sebagai berikut:
- Instansi pengawas menunjuk masing-masing perwakilannya di daerah:
a. TNI AL menugaskan Lantamal IV, Tanjung Pinang yang diwakili oleh
Letda. (Laut) Juli Prabowo.
lvi
b. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan diwakili oleh BPCB Batusangkar,
Emy Rosman, S.H.
c. Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan mendisposisikan ke
Satker PSDK di Kota Kijang, diwakili oleh Asep Ruhiyat, M.Si.
d. Sedangkan POLAIR tidak mengirimkan wakilnya dalam kegiatan tersebut.
- Pengepakan dilaksanakan bersama oleh Tim dari Subdit Pendayagunaan
Sumberdaya Kelautan Direktorat Pesisir dan Lautan Ditjen KP3K dan PT.
Adikencana Salvage, dibantu oleh tenaga lokal.
- Metode pengepakan yang digunakan adalah:
a. BMKT yang sejenis dikelompokkan untuk kemudian dikemas dalam
keranjang plastik atau kardus yang diberi pengaman palet kayu. Untuk
meminimalkan kerusakan karena benturan, BMKT yang berbahan keramik
dibungkus dengan koran. BMKT yang sifatnya fragmen tidak dihitung
satuannya tapi dikemas dalam keranjang plastik dan dihitung
berdasarkan jumlah keranjang.
b. Setiap keranjang dan kardus diberi nomor dan label yang
menginformasikan nomor dan kode barang, serta jumlah dan jenis BMKT
di dalamnya.
c. Untuk alasan teknis pengepakan, dalam perkembangannya ada beberapa
keranjang diisi dengan jenis-jenis BMKT yang berbeda. Hal ini juga
tercatat dan terekam pada label dengan jelas.
- Keseluruhan BMKT yang dikemas adalah dalam 198 keranjang/kardus
(termasuk diantaranya 69 keranjang pecahan). Adapun jumlah yang
teridentifikasi sebanyak 25,010 keping (Berita Acara dan daftar BMKT
terlampir).
- BMKT Karang Heliputan dan Teluk Sumpat ditempatkan dalam 2 (dua)
kontainer yang tersegel dengan kode PMLU 204771 6 22G1 dan GLDU 298469 9
22G1, kemudian dikirim menggunakan jasa pengiriman barang PT.
Indoexpress Logistic dari Kijang pada tanggal 12 Juni 2014. Tiba di
Pelabuhan Sunda Kelapa pada hari Minggu 15 Juni 2014 dan selanjutnya
lvii
dibawa ke Warehouse Cileungsi hari Senin 16 Juni 2014 dibawah pengawasan
Tim Pengawas BMKT.
- Dengan demikian, BMKT hasil pengangkatan PT. Adikencana Salvage dari
Perairan Karang Heliputan dan Teluk Sumpat saat ini telah berada di
Warehouse PANNAS BMKT, Cileungsi, Jl. Raya Narongong Desa Dayeuh,
Kabupaten Bogor untuk penanganan lebih lanjut.
- Tindak lanjut selanjutnya adalah pengawasan pengangkutan BMKT dari
Pelabuhan Sunda Kelapa ke Warehouse Cileungsi.
3. Pengawasan Pemindahan BMKT Karang Heluputan dan Teluk Sumpat serta
Inventarisasi dan Pemanfaatannya, Dari Pelabuhan Sunda Kelapa ke Warehouse
BMKT Cileungsi, tanggal 16-17 Juni 2014
- BMKT hasil pengangkatan Perairan Karang Heliputan dan Teluk Sumpat yang
tersimpan di Gudang PT. Adikencana Salvage mulai dipindahkan ke
Warehouse PANNAS BMKT yang beralamat di Jalan Raya Narogong Km. 25,9,
Dusun Pasar Meong, Desa Dayeuh, Bogor – Jawa Barat. Pemindahan
melibatkan unsur pengawas dari:
a. TNI AL – Tim Intel Lantamal III KAIROPS (Agus Handoyo, Kpt Laut (S)
b. Direktorat POLAIR – Baharkam POLRI (IPTU Stevanus Y.W.)
c. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kemendikbud (Eko
Priyatno)
d. DJBC KPPMP Pabean A Marunda (Ali Tauchid)
e. Direktorat Pengawasan SDK, KKP (Minaliansah, A.Md.).
- BMKT Karang Heliputan dan Teluk Sumpat disimpan dalam 2 (dua) kontainer
dengan kode PMLU 204771 6 22G1 dan GLDU 298469 9 22 G1 dibawa dari
Pelabuhan Sunda Kelapa menggunakan truk bernomor polisi B 9533 BEH dan B
9219 UEK.
- Dilakukan cek ulang keseluruhan BMKT – Karang Heliputan dan Teluk Sumpat
berdasarkan ”Lampiran Berita Acara Pemindahan BMKT Hasil Pengangkatan
PT. Adikencana Salvage di Kepulauan Riau” oleh semua pengawas dan
Sekretariat PANNAS BMKT.
lvii
i
- Total BMKT Karang Heliputan sebanyak 64 keranjang dan BMKT Teluk Sumpat
sebanyak 104 keranjang; pecahan sebanyak 69 keranjang.
- Seluruh BMKT Karang Heliputan dan BMKT Teluk Sumpat disimpan di ruang
tertutup bersama dengan BMKT Pulau Buaya sedangkan pecahan disimpan di
ruang terbuka.
- Adapun rencana penanganannya antara lain:
a. Desalinasi.
b. Re-inventarisasi dan dokumentasi.
c. Pengepakan kembali.
d. Kegiatan penanganan lanjutan ini dijadwalkan dimulai akhir Juni
2014.
4. Inventarisasi dan Pemanfaatan BMKT, di Cileungsi, Kabupaten Bogor, Provinsi
Jawa Barat, Tanggal 11 - 12 Agustus 2014
Kegiatan Inventarisasi dan Pemanfaatan BMKT mencakup upaya mendata,
memindahkan, memberi perlakuan terhadap barang yang berada di gudang,
mengkategorisasi. Menurut data awal, BMKT – Karang Heliputan dan Teluk Sumpat
Hasil Pengangkatan PT. Adikencana Salvage di Kepulauan Riau yang telah
dipindahkan ke Warehouse Cileungsi pada tanggal 16 – 17 Juni 2014 sebanyak 64
keranjang (BMKT Karang Heliputan) dan 104 keranjang (BMKT Teluk Sumpat) serta
pecahan sebanyak 69 keranjang. Selanjutnya BMKT hasil pengangkatan Perairan
Karang Heliputan dan Teluk Sumpat yang disimpan di ruangan dihitung kembali dan
didesalinasi di bak perendaman.
Desalinasi dilaksanakan selama 2 (dua) minggu dengan melakukan kontrol
air dan penggantian air untuk mengurangi kadar garam dan menghindari tumbuhnya
lumut. Material BMKT Karang Heliputan dan Teluk Sumpat yang didesalinasi adalah
berbahan keramik dengan total 92 (sembilan puluh dua) keranjang, sedangkan
material logam, tulang dan kayu akan didesalinasi kemudian. Jenis BMKT yang
didesalinasi antara lain mangkok, piring, cepuk, tutup cepuk, teko, pedupaan,
lix
wadah, sloki, buli-buli, mug, sendok, patung, vas, cangkir, gelas, jambangan,
tempayan dan botol.
Masih tersisa beberapa box berpalet kayu yang masih belum dibuka dan
akan didesalinasi setelah desalinasi terhadap 92 keranjang BMKT Karang Heliputan
dan Teluk Sumpat selesai dilakukan.
Salah satu hasil inventarisasi tersebut adalah penyusunan dan pencetakan
katalog BMKT. Pada tahun 2014 terdapat 2 katalog yaitu Katalog BMKT Hasil
Pengangkatan Karang Heliputan dan Katalog BMKT Hasil Pengangkatan Teluk Sumpat.
Dengan tersusunnya dua katalog BMKT dari dua lokasi hasil pengangkatan ini, maka
indikator jumlah BMKT yang dikelola dengan target 2 lokasi pada tahun 2014 telah
tercapai dengan prosentase capaian 100%.
IK Jumlah BMKT yang dikelola adalah IK Direktorat Pesisir dan Lautan
yang ditetapkan mulai tahun 2013 dan tetap dilanjutkan pada tahun 2014 ini. Pada
tahun sebelumnya yakni 2010, 2011 dan 2012, pengelolaan BMKT ditetapkan
mendukung IK Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi
pengembangannya dan mengalami perubahan pada satuan targetnya (pada tahun 2010
dan 2011 menggunakan satuan kapal dengan target penjualan dan pengangkatan).
Target pengangkatan berlaku sampai tahun 2012 (satuannya berubah menjadi produk
dengan target BMKT tetap pengangkatan). Namun target ini tidak tercapai
sehubungan adanya moratorium BMKT. Oleh karena itu, indikator kinerjanya berubah
menjadi Jumlah BMKT yang dikelola dengan definisi banyaknya BMKT hasil
pengangkatan yang dikelola di gudang penyimpanan, yang pengelolaannya meliputi
kegiatan inventarisasi, dokumentasi, penyimpanan dan pembuatan katalog. Definisi
ini digunakan pada 2 tahun terakhir yakni tahun 2013 dan 2014 dengan capaian
masing-masing 2 lokasi yaitu BMKT hasil pengangkatan Jepara dan Cirebon untuk
tahun 2013 dan BMKT hasil pengangkatan Heliputan dan Teluk Sumpat untuk tahun
2014.
lx
Tabel 8. Perubahan Indikator Kinerja terkait BMKT
NAMA IKU 2010 2011 2012 2013 2014
T R T R T R T R T R
Jumlah ragam
produk kelautan
non garam yang
terfasilitasi
pengembangannya
- BMKT 2
kapal
1
kapal
1
kapal
½
kapal
1
kapal
0
kapal - - - -
Jumlah BMKT yang
dikelola (lokasi
pengangkatan)
- - - - - - 2
lokasi
2
lokasi
2
lokasi
2
lokasi
Gambar 27. Grafik Capaian jumlah BMKT yang dikelola Tahun 2010-2014
SSSS..33.. MMEENNIINNGGKKAATTNNYYAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN SSDDKKPP YYAANNGG BBEERRKKEELLAANNJJUUTTAANN
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan terdiri atas satu indikator
kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
2010 2011 2012 2013 2014
2
1 1
2 2
1
0.5
0
2 2
Target
Realisasi
lxi
Tabel 9. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Pada Customer Perspective
(Lanjutan)
No Indikator kinerja Target Realisasi %
4. Jumlah kawasan pesisir yang
terfasilitasi ketahanannya terhadap
ancaman kerusakan (kawasan)
26 kawasan 26 kawasan 100,00%
Rata-rata 100,00%
IK 4. Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman
kerusakan
Indikator jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya
terhadap ancaman kerusakan dihitung dari kawasan pesisir yang memperoleh
fasilitasi kegiatan peningkatan ketahanan akibat aktivitas manusia, bencana,
perubahan iklim, dan pencemaran atau jumlah kawasan pesisir yang memperoleh
fasilitasi fisik atau non fisik terkait dengan bencana dan dampak perubahan
iklim serta pencemaran di wilayah pesisir Tahun 2014. Realisasi Tahun 2014
adalah sejumlah 26 kawasan yang terdiri dari 22 kawasan Pengembangan Desa
Pesisir Tangguh (PDPT) dan 4 kawasan penanggulangan pencemaran.
Indikator jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya
terhadap ancaman kerusakan atau IK 4 ini merupakan indikator yang berada pada
level customer perspective yang dicascadingkan ke dalam level internal process
perspective menjadi tiga indikator yaitu IK 6 jumlah luasan kawasan di wilayah
pesisir rusak yang direhabilitasi, IK 7 jumlah kawasan di wilayah pesisir yang
terfasilitasi peningkatan ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim
serta IK 8 jumlah kawasan di wilayah pesisir dan laut yang terfasilitasi
penanggulangan pencemarannya. Dengan demikian penjelasan capaian IK 4 secara
lebih rinci bisa dilihat dalam penjelasan capaian IK 6, 7 dan 8 berikutnya.
Namun dari pencapaian jumlah kawasan PDPT sebanyak 22 kawasan dan kawasan
penanggulangan pencemaran sebanyak 4 kawasan dapat disimpulkan bahwa target 26
kawasan pada IKU jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap
ancaman kerusakan telah terealisasi sebesar 100%.
lxii
Apabila dibandingkan dengan target selama periode RPJMN 2010 – 2014,
dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:
Tabel 10. Target dan Realisasi IK Jumlah Kawasan Pesisir yang
Terfasilitasi Ketahanannya Terhadap Ancaman Kerusakan Tahun 2010-2014
NAMA IKU 2010 2011 2012 2013 2014
T R T R T R T R T R
Jumlah kawasan
pesisir yang
terfasilitasi
ketahanannya
terhadap ancaman
kerusakan
(kawasan)
10 15 10 13 16 22 25 35 26 26
Gambar 28. Grafik Target dan Realisasi Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi
ketahanannya terhadap ancaman kerusakan Tahun 2010 – 2014
Pada tahun 2013 capaian yang diperolah jauh melebihi target yang
ditetapkan, hal ini dikarenakan ada penambahan anggaran BA-99 yang
direalisasikan menjadi kegiatan greenbelt untuk mitigasi tsunami menunjang
indikator jumlah kawasan di wilayah pesisir yang terfasilitasi peningkatan
ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim atau bila dicascadingkan ke
level customer perspective, menunjang capaian indikator jumlah kawasan pesisir
yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan.
0
5
10
15
20
25
30
35
2010 2011 2012 2013 2014
10 10
16
2526
1513
22
35
26
Target
Realisasi
lxii
i
3.3 Capaian Kinerja Pada Perspektif Internal (Internal Process Perspective)
Capaian kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan pada Perspektif Internal
(Internal Process Perspective) berasal dari tiga Sasaran Strategis berikut:
a. Tersedianya kebijakan publik di bidang Pesisir dan Lautan sesuai kebutuhan
dengan capaian 120%;
b. Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan
berkelanjutan dengan capaian 106,67%;
c. Terselenggaranya pengendalian pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan capaian 100%;
Penjelasan tentang capaian masing-masing sasaran tersebut di atas adalah
sebagai berikut:
SSSS..44.. TTEERRSSEEDDIIAANNYYAA KKEEBBIIJJAAKKAANN DDII BBIIDDAANNGG PPEESSIISSIIRR DDAANN LLAAUUTTAANN SSEESSUUAAII KKEEBBUUTTUUHHAANN
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
Tersedianya kebijakan di bidang Pesisir dan Lautan sesuai kebutuhan terdiri atas
satu indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 11. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Pada Internal
Process Perspective
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
5. Jumlah kebijakan publik bidang pesisir
dan lautan
6 11 120%
Rata-rata 120%
Ket: 120% adalah capaian maksimum berdasarkan perhitungan sesuai pada aplikasi
kinerjaku.kkp.go.id
IK 5. Jumlah kebijakan publik bidang Pesisir dan Lautan
Indikator jumlah kebijakan publik bidang pesisir dan lautan ini dihitung
dari jumlah penyiapan rancangan yang terkait dengan kebijakan publik di wilayah
pesisir dan lautan. Rancangan kebijakan di bidang pesisir dan lautan yang
dihasilkan berupa turunan undang-undang, peraturan presiden, keputusan presiden,
lxi
v
peraturan dan keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan, peraturan dan keputusan
Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang melalui proses
tahapan dalam penyusunannya.
Dari target 6 kebijakan, telah tercapai 11 kebijakan dan/atau draft
kebijakan (prosentase capaian 120%). Adapun 11 kebijakan dan/atau draft
kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keputusan Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil Nomor
04A/KEP/DJKP3K/2014 tentang Pedoman Penyusunan Proposal Reklamasi,
Rencana Induk, Studi Kelayakan dan Rencana Detail Reklamasi.
2. Keputusan Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Nomor 37/KEP-
DJKP3K/2014 tentang Pedoman Umum Relokasi dan Kompensasi Kegiatan
Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
3. Perdirjen KP3K No.6/PER-DJKP3K/2014 tentang Pedoman Teknis PDPT Tahun
2014.
4. Rancangan Pedoman Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanggulangan
Dampak Pencemaran Minyak Terhadap Sumber Daya.
5. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengendalian Pencemaran
dan Kerusakan Sumber Daya Ikan dan Lingkungannya.
6. Rancangan Pedoman Kajian Lingkungan Hidup Startegis Sektor Kelautan dan
Perikanan (KLHSSKP).
7. Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Izin Lokasi dan Izin Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
8. Rancangan Peraturan Menteri tentang Tata Cara Rehabilitasi.
9. Buku 1 Penilaian Tingkat Kerentanan Desa
10. Buku 2 Penyusunan Rencana Aksi Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan
Iklim
11. Buku 3 Penyusunan Rencana Pemantauan dan Evaluasi
lxv
SSSS..55.. TTEERRKKEELLOOLLAANNYYAA WWIILLAAYYAAHH LLAAUUTT,, PPEESSIISSIIRR DDAANN PPUULLAAUU--PPUULLAAUU KKEECCIILL SSEECCAARRAA TTEERRPPAADDUU DDAANN
BBEERRKKEELLAANNJJUUTTAANN
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan
berkelanjutan terdiri atas tiga indikator kinerja, dengan capaian kinerja
sebagai berikut:
Tabel 12. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Pada Internal
Process Perspective
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
6. Jumlah luasan kawasan di wilayah
pesisir rusak yang direhabilitasi (ha)
110
135,03 120%
7. Jumlah kawasan di wilayah pesisir yang
terfasilitasi peningkatan ketahanannya
terhadap bencana dan perubahan iklim
(kawasan)
22 22 100%
8. Jumlah kawasan di wilayah pesisir dan
laut yang terfasilitasi penanggulangan
pencemarannya (kawasan)
4 4 100%
Rata-rata 106,67%
IK 6. Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (ha)
Indikator Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang
direhabilitasi dihitung dari jumlah luas wilayah yang direhabilitasi akibat
kerusakan ekosistem pesisir.
Dari target seluas 110 ha, telah tercapai 135,03 ha. Target ini dicapai
dari kegiatan penanaman mangrove dan vegetasi pantai di sejumlah kabupaten/kota
dengan pelaksana pusat dan melalui dana dekonsentrasi provinsi oleh daerah.
Dengan demikian prosentase capaian diperoleh sebesar 122,75%. Namun sesuai
ketentuan pada aplikasi kinerjaku.kkp.go.id pencapaian maksimum dibulatkan
menjadi 120%.
Hasil penanaman mangrove dan vegetasi pantai pada Tahun 2014 adalah
sebagai berikut:
lxv
i
Tabel 13. Penanaman Mangrove, Vegetasi Pantai dan Terumbu Karang Tahun 2014
No Pelaksana Lokasi Jumlah Tanaman
(batang)
Luas (ha)
1 Pusat Aceh Besar, Pandeglang,
Serang, Jakarta Utara,
Bekasi, Indramayu,
Karawang, Sukabumi,
Brebes, Cilacap, Demak,
Kalimantan Timur, Kutai
Kartanegara
• Mangrove 265.800
batang (24,08 ha)
• Vegetasi pantai
3.000 batang (5 ha)
± 29,08 ha
2. Dekonsentrasi Klungkung, Serang, Gunung
Kidul, Kepulauan Seribu,
Pahuwato, Tanjung Jabung
Timur, Bekasi, Cirebon,
Indramayu, Sukabumi,
Brebes, Demak, Pati,
Pasuruan, Probolinggo,
Situbondo, Mempawah,
Singkawang, Tanah Bumbu,
Kutai Kartanegara,
Bontang, Lombok Timur,
Belu, Luwu, Kolaka Utara,
Manado
• Mangrove 748.167
batang (94,95 ha);
• Vegetasi 6.000
batang (6 ha);
• Terumbu karang
4.280 unit (5 ha)
± 105,95
ha
Total 135,03 ha
Tabel lebih rinci terlampir dalam laporan ini.
lxv
ii
Beberapa dokumentasi penanaman mangrove:
Gambar 29. Penanaman mangrove oleh masyarakat secara serempak
Di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi
Gambar 30. Mangrove yang telah ditanam di pesisir Kecamatan Muara
Gembong, Kabupaten Bekasi
lxv
iii
Gambar 31. Penanaman Mangrove di Ladong, Aceh Besar
Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, perolehan target dan
realisasi untuk indikator jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang
direhabilitasi (ha) terlihat pada tabel dan grafik berikut.
Tabel 14. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di Wilayah
Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) Tahun 2010-2014
NAMA IKU 2010 2011 2012 2013 2014
T R T R T R T R T R
Jumlah luasan
kawasan di
wilayah pesisir
rusak yang
direhabilitasi
(ha)
60 68,2 90 90 100 183 110 150 110 135,03
lxi
x
Gambar 32. Grafik Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di
Wilayah Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) Tahun 2010-2014
IK 7. Jumlah kawasan di wilayah pesisir yang terfasilitasi peningkatan
ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim (kawasan)
Indikator jumlah kawasan di wilayah pesisir yang terfasilitasi
peningkatan ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim dihitung dari
berapa banyak jumlah kawasan pesisir yang memperoleh fasilitasi kegiatan fisik
dan non fisik terkait dengan mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim.
Teknik menghitungnya yakni dengan metode scoring empat parameter ketahanan
terhadap bencana, perubahan iklim meliputi kelembagaan, sosial budaya,
lingkungan dan infrastruktur yang terlihat dari 5 bina yang dikembangkan pada
program PDPT. Realisasi Tahun 2014 adalah sejumlah 22 kawasan yaitu 22 kawasan
Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT). Dengan demikian terealisasi sebesar
100% capaian.
Pada tahun 2014 Direktorat Jenderal KP3K melaksanakan kegiatan yang
membangun ketangguhan desa, khususnya dalam menghadapi bencana dan dampak
perubahan iklim. Kegiatan ini dinamakan Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT)
yang diimplementasikan di 22 kabupaten/kota dengan jumlah total desa sebanyak 66
desa (1 kabupaten/kota terdiri dari 3 desa/kelurahan/nagari).
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
2010 2011 2012 2013 2014
60
90100
110 110
68.2
90
183
150.55
135.03
Target
Realisasi
lxx
PDPT merupakan kegiatan yang berorientasi pada pengembangan manusia,
sumber daya pesisir, infrastruktur/lingkungan, usaha dan kesiapsiagaan terhadap
bencana dan perubahan iklim. Kegiatan ini bertujuan: (i) Meningkatkan
kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana dan perubahan iklim di desa pesisir
dan pulau-pulau kecil, (ii) Meningkatkan kualitas lingkungan hidup di desa
pesisir dan pulau-pulau kecil, (iii) Meningkatkan kapasitas kelembagaan
masyarakat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipatif di desa
pesisir dan pulau-pulau kecil, dan (iv) Memfasilitasi kegiatan pembangunan
dan/atau pengembangan sarana dan/atau prasarana sosial ekonomi di desa pesisir
dan pulau-pulau kecil.
PDPT sebagai bagian PNPM Mandiri KP berpedoman pada prinsip pemberdayaan
masyarakat. Masyarakat sebagai aktor utama diharapkan dapat melaksanakan
pembangunan di desa secara utuh. Oleh karena itu PDPT melibatkan masyarakat
sejak penyusunan perencanaan sampai implementasi kegiatannya. Dalam rangka
mendampingi masyarakat, maka peran Tenaga Pendamping menjadi salah satu faktor
keberhasilan kegiatan ini. Untuk mempersiapkan para Tenaga Pendamping maka
dilakukan peningkatan kapasitas melalui kegiatan Pembekalan Pendamping PDPT
tanggal 6 – 8 Maret 2014 di Savoy Homann Hotel, Kota Bandung-Jawa Barat dan
Bimbingan Teknis tanggal 19-20 Juni di Hotel Grage, Kota Cirebon–Jawa Barat bagi
para pengelola program PDPT.
Pencapaian kegiatan PDPT pada tahun 2014 antara lain: (i) proses
perencanaan partisipatif, (ii) Rencana jangka menengah berupa 66 dokumen Rencana
Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Desa
(PerDes) atau Peraturan Kelurahan (PerKel), (iii) tumbuhnya semangat
kegotongroyongan dan swadaya masyarakat, (iv) terbentuknya Kelompok Masyarakat
Pesisir (KMP), (v) sinergi antar sektor, provinsi dan pusat di lokasi PDPT dan
(vi) tersalurkannya Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) melalui pencairan ke
rekening setiap KMP di 22 Kabupaten/Kota dengan total nilai Rp. 19.939.312.494,-
lxx
i
Gambar 33. Ilustrasi capaian PDPT Tahun Anggaran 2014
Adapun pemanfaatan BLM PDPT Tahun Anggaran 2014 diwujudkan dengan terbangunnya
prasarana dan sarana ekonomi, sosial, dan/atau lingkungan pada tingkat desa
seperti tabel berikut:
Tabel 15. Pemanfaatan BLM PDPT TA 2014
No. Pekerjaan Volume
1 Pembuatan dan/atau peningkatan
Jalan
19.979 meter
2 Sarana Air Bersih 12 Unit pompa, 7 titik bor, Pipa distribusi
2.792 meter
3 MCK 188 unit
4 Rehab Rumah 17 unit
5 Penanaman vegetasi pantai dan
mangrove
67.731 pohon
6 Pengelolaan Sampah Tong sampah 38 unit, Motor pengangkut 9 unit
7 Shelter penampungan 18 Unit
8 Pembuatan Bronjong/pelindung
pantai
Panjang 5.107 meter
9 Pondok Informasi Pesisir dan Pos
Siaga Bencana
8 unit
10 Usaha dan pelatihan kewirausahaan 708 unit/kegiatan
19.939.312.494
total dana BLM (dalam Rupiah) tersalurkan kepada masyarakat melalui
KMP
66 Dokumen Rencana Pengembangan
Desa Pesisir/RPDP (Ditetapkan dengan Per Desa/Per Kelurahan)
403 Kelompok Masyarakat Pesisir (KMP)
3.665 orang Laki-laki: 2.885 + Perempuan: 780
lxx
ii
Gambar 34. Bimbingan Teknis dan Pembekalan Teknis Pendamping PDPT
Gambar 35. Tangga evakuasi sekaligus sebagai akses jalan bagi masyarakat desa di
Kotawaringin Barat
Gambar 36. Sinergitas kegiatan PDPT dengan TNI dan SKPD terkait di Pacitan
lxx
iii
Rincian lebih lengkap tentang capaian PDPT 2014 di tiap kabupaten adalah sebagai
berikut.
Tabel 16. Hasil Pencapaian Kegiatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Program
Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) TA 2014
No Kabupaten/Kota Jenis Kegiatan Hasil Capaian
1 Asahan
1 Jalan/Jalur evakuasi 680 meter
2 listrik/tiang dan genset 1 unit
3 Drainase 3.670 meter
4 Rambu evakuasi 8 unit
5 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 276 meter
6 Vegetasi Pantai 5.620 pohon
2 Pesisir
Selatan
1 Jalan/Jalur evakuasi 3.736 meter
2 Jembatan 3,5 meter
3 Drainase 353 meter
4 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 56 meter
5 Usaha Wisata (pengadaan perahu wisata) 3 Unit
6 Usaha Makanan/Minuman (pengadaan sembako) 1 Paket
3 Kaur
1 Jalan/Jalur evakuasi 410 meter
2 MCK 13 unit
3 Drainase 306 meter
4 Pembangunan Pos Siaga Bencana 1 unit
5 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 65 meter
4 Tangerang
1 Jalan/Jalur evakuasi 525 meter
2 Sarana Air Bersih 2 unit
3 MCK 2 unit
4 Drainase 519 meter
5 Pengolahan Sampah 1 unit
6 Sarana Prasarana Bencana (Pengadaan Perahu
Karet Evakuasi) 2 unit
7 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 540 meter
8 Vegetasi Pantai 1.000 pohon
9 Usaha Wisata (pengadaan perahu wisata) 1 unit
5 Sukabumi
1 Jalan/Jalur evakuasi 6.342 meter
2 MCK 1 unit
3 Jembatan 4 meter
4 Sarana Air Bersih 5 unit
5 Vegetasi Pantai 1.400 pohon
6 Sarana Prasarana Antisipasi Bencana (Pengadaan
Alat Tabung Pemadam)
6 Unit
lxx
iv
No Kabupaten/Kota Jenis Kegiatan Hasil Capaian
6 Kendal
1 Jalan/Jalur evakuasi 760 meter
2 MCK 1 unit
3 Jembatan 4 meter
5 Vegetasi Pantai 9.165 pohon
6 Drainase 200 meter
7 Usaha Perikanan (Pengadaan Sarana Alat Tangkap) 2 paket
8 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 900 meter
9 Usaha Makanan/Minuman (Pengadaan Alat Penunjang
Usaha) 10 paket
7 Kulon Progo
1 Jalan/Jalur evakuasi 2.805 meter
2 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 391 meter
3 Drainase 160 meter
4 Vegetasi Pantai 13.660 pohon
5 Pengadaan Sarana Mitigasi Bencana 1 paket
6 Usaha Perikanan (Pengadaan Sarana Alat Tangkap) 1 paket
8 Pacitan
1 Drainase 130 meter
2 Jalan/jalur evakuasi 947 meter
3 Listrik 16 unit
4 Pembangunan Gapura 3 unit
5 Usaha Perikanan (Pengadaan Sarana pengolahan
ikan) 5 unit
6 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 390 meter
9 Pontianak
(Mempawah)
1 Jalan/jalur evakuasi 879 meter
2 Jembatan 62 meter
3 Drainase 879 meter
10 Kotawaringin
Barat
1 Jalan/Jalur evakuasi 714 meter
2 MCK 1 unit
3 Renovasi Tempat Ibadah 3 unit
4 Sarana PAUD 12 paket
5 Drainase 210 meter
6 Vegetasi Pantai 14.300 pohon
7 Usaha Perikanan (Pengadaan alat tangkap) 147 unit
11 Banjar
1 Pembangunan/Perbaikan Jalan Rabat Beton/Aspal 1.053 meter
2 Pembangunan/Perbaikan MCK 5 Unit
3 Pembangunan/Perbaikan Jembatan 45 Meter
4 Pembangunan/Perbaikan Sarana dan Prasarana
Sampah 1 Unit
5 Sarana Pendukung Siaga Bencana 2 Paket
6
Penyiringan Jalur Evakuasi
250 meter
7 Vegetasi Penanaman Bibit Nipah dan MangrovE
2.950 Pohon
lxx
v
No Kabupaten/Kota Jenis Kegiatan Hasil Capaian
12 Parigi Moutong
1 Pembangunan/Perbaikan MCK 2 Unit
2 Pembangunan/Perbaikan Jalan Rabat Beton/Aspal 3.620 meter
3 Sarana Radio Komunikasi 1 Paket
4
Pembangunan Bronjong
460 meter
5 Pengadaan Sarana Waserda 3 Unit
13 Pinrang
1 Pembuatan Proteksi Jalan 494 meter
2 Pembangunan/Perbaikan MCK 108 Unit
3 Pembangunan/Perbaikan Jembatan 18.25 meter
4 Pembangunan Drainase 726 meter
5 Pembuatan Rumpon Permukaan 11 Titik
14 Baubau
1 Sarana Air Bersih 5 unit
2 Rehab Rumah Layak Huni 11 unit
3 Jalan/jalur evakuasi 332 meter
4 Listrik 7 unit
5 Pengelolaan Sampah 3 unit
6 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 361 meter
7 Drainase 192 meter
15 Seram Bagian
Barat 1 Jalan/jalur evakuasi 1.200 meter
16 Teluk Wondama
1 Jalan/Jalur evakuasi 90 meter
2 listrik/pengadaan genset 1 unit
3 Pembangunan Gapura 4 unit
4 Rehab Tempat Ibadah 4 unit
5 Pengadaan prasarana ibadah/kursi plastik 86 unit
6 Pembangunan Sarana Olah Raga/lapangan 2 unit
17 Lebak
1 Jalan/Jalur evakuasi 60 meter
2 MCK 3 unit
3 Sarana Air Bersih 2 unit
4 Pembangunan Saran Olahraga 1 unit
5 Pembangunan Posko Siaga Bencana 1unit
6 Pembuatan Rambu Evakuasi 24 unit
7 Drainase 430 meter
8 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 120 meter
9
Pembangunan pondok wisata 3 unit
10
Pengadaan becak motor 1 unit
11
Pengadaan galon isi ulang 700 buah
lxx
vi
No Kabupaten/Kota Jenis Kegiatan Hasil Capaian
18 Cirebon
1 Jalan/jalur evakuasi 728 meter
2 Sarana Air Bersih 3 unit
3 MCK 40 unit
4 Rehab Rumah Layak Huni 6 unit
5 Drainase 136,5 meter
6 Vegetasi Pantai 4.000 pohon
19 Malang
1 Jalan/Jalur Evakuasi 1.052 meter
2 MCK 10 unit
3 Jembatan 130 meter
4 Drainase 50 meter
5 Pengelolaan Sampah 3unit
6 Sarana Air Bersih 3 unit
7 Listrik 13 unit
8 Pembangunan Sarana Bermain PAUD 45 unit
9 Pembuatan rambu evakuasi 7 Unit
10 Pengadaan Radio Komunitas 1 Paket
11 Vegetasi Pantai 15.926 Pohon
12 Pengadaan Alat Wisata 31 unit
13 Pengadaan Alat Selam 4 unit
14 Pengadaan Perahu Wisata 5 unit
15 Pengadaan Mesin Daur Ulang 1 unit
20 Demak
1 Jalan/Jalur Evakuasi 1.040 meter
2 Pengelolaan sampah 6 unit
3 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 1.152 meter
4 Pengadaan motor roda 2 2 unit
21 Tanggamus
1 Jalan/Jalur evakuasi 1.338 meter
2 Jembatan 3.350 meter
3 Shelter Penampungan 17 unit
4 Bronjong/Tanggul (Pelindung Pantai) 360 meter
22 Sikka
1 Jalan/Jalur evakuasi 60 meter
2 Sarana air bersih 7 unit
3 Drainase 160 meter
4 Pengelolaan Sampah 9 unit
5 Sarana PAUD 5 unit
6 Pelatihan penanganan ikan 1 paket
7 Vegetasi Pantai 12.273 pohon
8 Pengadaan perahu wisata 2 unit
lxx
vii
No Kabupaten/Kota Jenis Kegiatan Hasil Capaian
9 Pengadaan sampan pariwisata 6 unit
10 Pengadaan sarana alat tangkap nelayan 21 unit
11 Pengadaan tempat penjemuran ikan 3 unit
12 Pengadaan alat usaha perikanan 35 unit
13 Bantuan usaha modal 88 paket
14 Usaha tenun 2 paket
Program PDPT (Pengembangan Desa Pesisir Tangguh) sebagai realisasi
untuk pencapaian IK jumlah kawasan di wilayah pesisir yang terfasilitasi
peningkatan ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim (kawasan) adalah
bertujuan untuk mengukur meningkat tidaknya ketahanan atau ketangguhan desa
pesisir lokasi PDPT terhadap bencana dan perubahan iklim setalah dijalankannya
program ini. Upaya pengukuran ketangguhan ini dilakukan dengan metode sebagai
berikut (penjelasan berikut adalah salah satu contoh untuk satu desa pesisir
lokasi PDPT). Secara detail, penilaian ketangguhan ini telah dilaksanakan untuk
semua desa yang termasuk dalam kawasan atau lokasi dimana program PDPT ini
dilaksanakan.
PENILAIAN KETANGGUHAN DESA
Penilaian kondisi ketangguhan desa pesisir PDPT mencakup lima aspek yang menjadi
kriteria, meliputi (1) aspek manusia; (2) aspek sumberdaya pesisir; (3) aspek
usaha; (4) aspek lingkungan / infrastruktur; dan (5) aspek kesiapsiagaan
terhadap bencana / perubahan iklim dengan 25 (dua puluh lima) variabel
penilaian. Sumber data dan informasi yang digunakan adalah sampling dengan
kuesioner, penggalian informasi dengan Focus Group Discussion (FGD), pengamatan
visual di desa, dan penggunaan data sekunder dari desa.
lxx
viii
Output penilaian ketangguhan desa pesisir PDPT ini adalah gambaran kondisi desa
berdasarkan kriteria ketangguhan desa dalam bentuk tabel nilai dan grafik jaring
laba-laba.
Sebagai contoh pada grafik nilai ketangguhan Desa Silo Baru, Kecamatan Silau
Laut, Kabupaten Asahan , kondisi ketangguhan masing-masing aspek dapat dilihat
pada panjang jari-jari jaring laba-laba dengan melihat skala nilai, dan dapat
dihitung Nilai Ketangguhan reratanya.
T-0 (Nilai Ketangguhan Rerata 19,5) Perubahan Nilai 44,3% T-1 (Nilai
Ketangguhan Rerata 35)
T-1 (Nilai Ketangguhan Rerata 35) Perubahan Nilai 16,7% T-2 (Nilai
Ketangguhan Rerata 42)
T-2 (Nilai Ketangguhan Rerata 42) Perubahan Nilai 1,2% T-3 (Nilai
Ketangguhan Rerata 42,5)
lxx
ix
T-0 (Nilai Ketangguhan Rerata 19,5) Perubahan Nilai 54,1% T-3 (Nilai
Ketangguhan Rerata 42,5)
Tabel 17. Keberhasilan Nilai Ketangguhan
Kriteria Prosentase perubahan skor
ketangguhan
Sangat berhasil 35<
Berhasil 10<x<35
Cukup berhasil 5<x<10
Kurang berhasil 0<x<5
Berdasarkan tabel prosentase perubahan skor ketangguhan, intervensi PDPT pada
tahun T-0 ke T-1 Sangat Berhasil, T-1 ke T-2 Berhasil dan T-2 ke T-3 Kurang
Berhasil. Sedangkan secara keseluruhan pelaksanaan PDPT di Desa Silo Baru,
Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan dari T-0 ke T-3 dengan perubahan skor
54,1% (Sangat Berhasil)
IK 8. Jumlah kawasan di wilayah pesisir dan laut yang terfasilitasi
penanggulangan pencemarannya (kawasan)
Indikator jumlah kawasan di wilayah pesisir dan laut yang terfasilitasi
penanggulangan pencemarannya yaitu kawasan pesisir dan laut yang memperoleh
fasilitasi kegiatan fisik dan non fisik terkait dengan pengendalian pencemaran.
Teknik menghitungnya yaitu dengan penjumlahan kawasan pesisir dan laut yang
terfasilitasi ketahanannya terhadap pencemaran melalui penyadaran, pengembangan
sarana penanggulangan pencemaran, identifikasi kerusakan wilayah pesisir akibat
pencemaran, dan kerentanan akibat pencemaran minyak. Indikator ini pun adalah
lxx
x
merupakan cascading dari indikator pada level customer perspective yakni jumlah
kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan
sehingga capaiannya mendukung pencapaian jumlah kawasan pada indikator tersebut.
Target pada indikator ini adalah sebanyak 4 kawasan. Pada tahun 2014 ini
tercapai 4 kawasan yakni di Kabupaten Pati, Kabupaten Cirebon, Kota Manado dan
Kota Batam dengan rincian sebagai berikut.
PENGEMBANGAN SARANA PENGENDALIAN PENCEMARAN DI KAWASAN PESISIR
(Kabupaten Pati)
Kehidupan pesisir pantai tidak lepas dari aktivitas terkait laut seperti
penangkapan ikan, pengolahan hasil ikan dan pengelolaan wilayah pesisir yang
mampu menyediakan wadah bagi para nelayan dalam beraktivitas. Pada tingkat
kawasan yang lebih luas, kawasan pesisir tidak lepas dari begitu banyak
aktivitas industri, jasa layanan hingga transportasi tingkat nasional. Pada
skala kecil, kawasan pesisir dan laut perlu mendapatkan fasilitasi infrastruktur
yang mendukung kelancaran aktivitas terkait nelayan. Untuk itu, dalam rangka
meningkatkan sarana prasarana penanggulangan pencemaran di pesisir, inisiasi
pembangunan drainase dilakukan di Desa Tlogo Harum, Kab. Pati, Provinsi Jawa
Tengah dengan tujuan menurunnya pencemaran akibat pengolahan hasil perikanan di
kawasan tersebut. Kegiatan
Pengembangan Sarana
Penanggulangan Pencemaran di
Kawasan Pesisir di Desa
Tlogoharum, Kecamatan
Wedarijaksa, Kabupaten Pati
adalah berupa pembangunan
saluran drainase sepanjang ±
763 meter yang dibangun di
kawasan pemukiman penduduk yang merupakan daerah pengolahan garam dan hasil
perikanan. Sebagai pelaksana pekerjaan tersebut di atas adalah CV. Multi Karya
dengan nilai kontrak sebesar Rp.242.490.000,- yang mulai bekerja berdasarkan SPK
sejak tanggal 18 Agustus sampai dengan tanggal 15 Nopember 2014. Adapun
Drainase di Desa Tlogo Harum
lxx
xi
konsultan pengawas dalam pekerjaan ini adalah CV. Arwindo Konsultan dengan
alamat Jl. Raya Pati-Tayu km 4, Kedungsari,Tayu, yang mulai bekerja sesuai
tanggal kontrak tersebut di atas. Berdasarakan hasil pengamatan lapangan,
pekerjaan telah selesai dilaksanakan 100% (seratus persen) dan untuk kelancaran
pekerjaan pihak CV. Multi Karya telah menyerahkan Jaminan Pemeliharan senilai
12.124.500,- dengan jangka waktu pemeliharaan selama 194 hari yaitu sejak 14
Nopember 2014 sampai 26 Mei 2015. Untuk kegiatan ini telah dilakukan serah
terima pekerjaan antara Direktorat Pesisir dan Lautan dengan Dinas Kelautan dan
Perikanan Kab. Pati dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pati dengan Pemerintah
Desa Tlogo Harum.
IDENTIFIKASI KERUSAKAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT AKIBAT PENCEMARAN
(Kabupaten Cirebon)
Dalam rangka mendukung penyediaan data sebagai dasar pengambilan
kebijakan maka pada tahun 2014 dilaksanakan identifikasi kerusakan wilayah
pesisir di Kab. Cirebon. Kegiatan ini bertujuan untuk menyusun peta kerusakan
wilayah pesisir dan laut akibat pencemaran yang meliputi penentuan sepuluh titik
sebagai basis pemindaian kerusakan kawasan pesisir dan pantai Kab. Cirebon,
pemodelan sebaran arus dan gelombang, analisa potensi dan sumber pencemaran
pesisir dan laut, analisa pencemaran terhadap kerusakan wilayah pesisir dan laut
serta strategi pengendalian pencemarannya. Selain itu dilakukan penyusunan basis
data spasial oseanografi, ekosisitem pesisir, dan pencemaran pesisir dan laut
melalui pendekatan Sistem Informasi geographic (SIG) yang tertuang dalam peta
kerusakan wilayah pesisir dan laut akibat pencemaran skala 1:25.000.
lxx
xii
Gambar 37. Model Sebaran Pencemaran
Berdasarkan Pengaruh Kontur
Gambar 38. Skoring Pencemaran di
Kabupaten Cirebon
Hasil dari kegiatan ini adalah peta kerusakan wilayah pesisir dan laut
akibat pencemaran, dengan terlebih dahulu melalui tahapan perencanaan, proses
lelang, pelaksanaan, dan pembahasan dengan prosentase yang baik. Hasil peta
tersebut juga dilengkapi rekomendasi terkait penanggulangan pencemaran dan ruang
lingkupnya diantaranya: 1) Menyusun standar pengendalian Kualitas Lingkungan
Laut (marine environmental quality controls) daerah; 2) Memperbaiki manajemen
pengelolaan DAS, yang lebih terintegrasi dengan dampaknya di pesisir; 3)
Memperketat aturan dan pengawasan terhadap kajian AMDAL yang sudah ada dan akan
disusun; 4) Memberdayakan pemuda dan kelompok masyarakat untuk mendukung program
sadar kebersihan lingkungan; 5) Menyiapkan prasarana sarana pengelolaan limbah
sesuai daya tampung dan proyeksi tingkat pencemaran; 6) Mensosialisasikan
program Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu.
Meski secara umum dapat disebutkan bahwa kegiatan telah dapat
diselesaikan, perlu kiranya diperhatikan dan diperlukan evaluasi untuk
pelaksanaan kegiatan – kegiatan selanjutnya. Hasil yang lebih baik akan dapat
tercapai manakala partisipasi aktif seluruh pihak dimulai dari perencanaan suatu
kegiatan. Mengingat pentingnya data-data kondisi kerusakan wilayah pesisir dan
laut akibat pencemaran sebagai rona kondisi pencemaran, diperlukan kegiatan
identifikasi pencemaran untuk wilayah yang lainnya, terutama pada kabupaten/kota
yang menjadi sentra produksi perikanan atau kawasan strategis lainnya. Terkait
lxx
xiii
hasil kegiatan Identifikasi Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut di Kabupaten
Cirebon dapat ditindaklanjuti melalui kegiatan yang berkesinambungan. Data dan
informasi yang baik adalah data yang akurat berdasarkan analisa yang tepat,
sehingga dapat menghasilkan rekomendasi yang menjadi solusi untuk mengatasi
permasalahan.
PENGELOLAAN LIMBAH DI KAWASAN WISATA KULINER PANTAI (LANJUTAN)
Di Kota Batam dan Kota Manado
Direktorat Pesisir dan Lautan pada tahun 2013 dan tahun 2014 telah
menyusun upaya Pengelolaan Limbah di Kawasan Wisata Kuliner Pantai di Kota Batam
dan Manado. Kegiatan dimaksud bertujuan untuk membantu Pemerintah Daerah dalam
menata kawasan wisata kuliner pantai yang bersih, sehat, indah, menarik dan
ramah lingkungan serta melakukan pembinaan terhadap pelaku usaha wisata dan
usaha kuliner pantai. Rangkaian kegiatan Pengelolaan Limbah di Kawasan Wisata
Kuliner Pantai di Kota Batam dan Manado pada tahun 2013 adalah melakukan kajian
pengelolaan limbah dan pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) yang bertujuan
untuk menyusun isu pengelolaan limbah di kawasan wisata kuliner pantai sekaligus
penyusunan rencana aksi. Selanjutnya hasil kajian dan penyusunan isu tersebut
dijadikan masukan untuk penyusunan pedoman pengelolaan limbah di kawasan wisata
kuliner pantai sehingga dapat diimplementasikan di wilayah pesisir lainnya.
Terkait hasil penyusunan rencana aksi adalah penyusunan aspek peraturan dan
penegakan hukum serta aspek lingkungan. Menindaklanjuti hal tersebut, pada tahun
2014, terkait aspek peraturan, Direktorat Pesisir dan Lautan membantu
memfasilitasi penyusunan peraturan di Kota Batam dan Manado berupa penyusunan
Draft Peraturan Walikota (Perwako) tentang Pencegahan Pencemaran dan/atau
Kerusakan Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya Akibat Aktivitas Wisata dan Usaha
Kuliner Pantai.
Rangkaian kegiatan pengelolaan limbah di kawasan wisata kuliner pantai
di Kota Batam dan Manado pada tahun 2014 ini meliputi koordinasi, pembahasan
draft di pusat dan pertemuan di daerah. Adapun koordinasi dilaksanakan tanggal
3-5 April 2014 di Kota Batam dan 24-26 Maret 2014 di Kota Manado, sedangkan
lxx
xiv
rapat pembahasan di pusat dilaksanakan tanggal 14 April 2014 bertempat di
Institut Pertanian Bogor. Pertemuan I di Batam dilaksanakan tanggal 18 April
2013, pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2014 dan pertemuan III
dilaksanakan tanggal 17 September 2014; sedangkan pertemuan I di Kota Manado
dilaksanakan tanggal 23 Juni 2014, Pertemuan II dilaksanakan tanggal 23 Oktober
2014 dan pertemuan III dilaksanakan tanggal 19 Desember 2014. Sebagai peserta
kegiatan adalah perwakilan dari Bagian Hukum Setdako, Dinas Pariwisata, Bapedal,
Dinas Kebersihan, Dinas PU, Dinas Kesehatan, Staf Ahli, Dinas Kelautan dan
Perikanan dan stakeholder terkait dari kedua kota tersebut.
Sesuai dengan tujuannya yaitu menyusun draft peraturan Walikota maka
output dari kegiatan ini adalah 1) peraturan Walikota Batam Nomor 42 tahun 2014
tentang Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Sumberdaya Ikan dan
lingkungannya Akibat Aktivitas Wisata dan Usaha Kuliner; 2) peraturan Walikota
Manado nomor 57 tahun 2014 tentang Pencegahan Pencemaran Dan Kerusakan
Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya Akibat Aktivitas Usaha Wisata Kuliner Pantai.
Secara garis besar peraturan walikota tersebut mengatur tentang (i) upaya
pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan sumberdaya ikan dan lingkungannya
akibat aktivitas wisata dan usaha kuliner oleh pelaku usaha wisata dan usaha
kuliner baik skala besar, menengah, kecil maupun skala mikro termasuk PKL,
pelaku wisata dan pemerintah; (ii) Pengawasan / monitoring dan; (iii)
Sertifikasi dan labeling yaitu pengklasifikasian usaha kuliner menjadi 3 kelas
(A,B dan C) dengan beberapa kriteria tertentu serta pemberian labeling.
Pada tahun ini pula diberikan bantuan stimulant pengolah limbah di kedua
kota tersebut yang selanjutnya akan diberikan kepada pengusaha kuliner yang mau
berkomitmen untuk menjaga lingkungan. Stimulant tersebut berupa perangkap lemak.
Perangkap lemak tersebut ditujukan untuk menangkap lemak/minyak sisa makanan
dari proses kuliner dengan kemampuan mereduksi lemak ±80% dengan harapan
pencegahan lemak masuk ke perairan bisa dilakukan. Selanjutnya dengan adanya
pemberian stimulant pengolah limbah dan fasilitasi penyusunan peraturan walikota
di kedua lokasi tersebut, diharapkan akan menjadi acuan bagi usaha wisata dan
usaha kuliner dalam pengelolaan limbah wisata kuliner pantai dengan
lxx
xv
mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial kemasyarakatan, sehingga
dapat mewujudkan kawasan wisata kuliner pantai yang bersih, sehat, menarik dan
berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai rekomendasi untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah 1) perlu
dilakukan tindaklanjut dari implementasi perwako; 2) menetapkan lokasi wisata
kuliner sebagai lokasi binaan; 3) perlu pembentukan kelompok usaha kuliner dan
pendampingnya di lokasi binaan tersebut; dan 4) perlu dilakukan inisiasi
Pengelolaan Limbah di Kawasan Wisata Kuliner Pantai ke lokasi lain.
Dengan dilaksanakannya kegiatan untuk fasilitasi penanggulangan
pencemaran kawasan pesisir dan laut di 4 kawasan tersebut, telah terealisasi
prosentase capaian sebesar 100% dari target 4 kawasan yang telah ditetapkan.
Gambar 39. Pembukaan pertemuan oleh
Wakil Walikota Manado Gambar 40. Pertemuan di Batam
lxx
xvi
SSSS..66.. TTEERRSSEELLEENNGGGGAARRAANNYYAA PPEENNGGEENNDDAALLIIAANN PPEEMMAANNFFAAAATTAANN SSUUMMBBEERRDDAAYYAA KKEELLAAUUTTAANN DDAANN PPEERRIIKKAANNAANN DDII
WWIILLAAYYAAHH PPEESSIISSIIRR DDAANN PPUULLAAUU--PPUULLAAUU KKEECCIILL
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri atas satu indikator kinerja,
dengan capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 18. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan
Pada Internal Process Perspective (Lanjutan)
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Capaian
9. Jumlah fasilitasi izin lokasi
reklamasi
2 2 100,00%
Rata-rata 100,00%
IK 9. Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi
Indikator jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi dihitung dari Jumlah
kawasan pesisir yang difasilitasi dalam melakukan kegiatan reklamasi dan
penerbitan izin lokasi reklamasi agar memperhatikan kelestarian lingkungan serta
keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Dari target 2 izin, telah tercapai 100%, yaitu izin lokasi reklamasi di
Tanjung Benoa, Bali dan fasilitasi izin lokasi reklamasi di Tanjung Carat,
Sumatera Selatan.
Sebagai penjabaran Pasal 34 UU 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, etelah diterbitkan PERPRES 122 Tahun 2012 tentang
Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil yang mengatur tentang
perencanaan dan pelaksanaan reklamasi, dan PERMEN KP No. 17 tahun 2013 tentang
Perizinan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil yang mengatur
secara rinci persyaratan dan mekanisme perizinan reklamasi di WP3K.
Seiring dengan telah diterbitkannya PERPRES 122 tahun 2012, dan PERMEN KP
No. 17 tahun 2013, tentunya terdapat wilayah – wilayah yang mengajukan izin
reklamasi di WP3K. Sebagai upaya pemeriksaan kualitas dan substansi dokumen –
lxx
xvi
i
dokumen yang diajukan oleh pemrakarsa reklamasi di WP3K dan kondisi eksisting di
lapangan (termasuk seluruh aspek yang terkait), maka perlu dilakukan verifikasi
dokumen – dokumen reklamasi tersebut.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Kelautan dan Perikanan
sebagai fasilitator dan motivator pengelolaan reklamasi wilayah pesisir dan
laut, dipandang perlu untuk berperan aktif dalam kegiatan reklamasi di WP3K.
Pengamatan terhadap kondisi beberapa daerah rencana reklamasi maupun daerah
reklamasi yang sudah selesai dibangun ialah munculnya manfaat sekaligus
permasalahan. Beberapa issue mengenai kegiatan reklamasi diantaranya mengenai
AMDAL, degradasi lingkungan, dan perubahan morfologi pantai, disamping manfaat
utama yang diharapkan yaitu peningkatan nilai ekonomi pada wilayah reklamasi
yang baru.
Mengingat kompleksitas permasalahan di wilayah reklamasi, maka pada tahun
2014 Direktorat Pesisir dan Lautan Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau
Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan melaksanakan kegiatan “Verifikasi dan
Fasilitasi Kegiatan Reklamasi Pesisir”.
A. Izin Lokasi Reklamasi Teluk Benoa
Latar belakang rencana reklamasi Teluk Benoa ialah terjadinya
pendangkalan yang meluas sehingga menyebabkan degradasi ekosistem pesisir dan
terbentuknya lahan yang tidak produktif. Kondisi tersebut menyebabkan perlunya
penanganan kawasan Teluk Benoa secara komprehensif dan terpadu. Potret kondisi
eksisting Teluk Benoa dapat ditampilkan pada gambar-gambar berikut:
lxx
xvi
ii
2.8.1. Rekomendasi Izin Lokasi Tanjung Carat
2.8.2. Izin Lokasi Reklamasi Tanjung Merah
Surat permohonan izin lokasi reklamasi dari pemrakarsa PT. Tirta Wahana
Bali Internasional (TWBI) disampaikan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan pada
tanggal 11 Juni 2014. Rencana lokasi reklamasi Teluk Benoa sesuai dengan
proposal yang diajukan dengan luas 810 ha, dan yang disetujui seluas 700 Ha
sesuai dengan telaahan dan evaluasi terhadap domumen dan lokasi rencana
reklamasi.
Sesuai dengan PERMEN KP No. 17 tahun 2013, persyaratan untuk memperoleh
izin lokasi yang harus dipenuhi pemrakarsa yaitu : (a). Surat permohonan Menteri
Kelautan dan Perikanan, (b). Bukti kesesuaian lokasi reklamasi dengan RZWP3K
dan/atau RTRW dari instansi yang berwenang, (c). Peta lokasi reklamasi dan
lokasi sumber material dengan skala 1:1.000 dengan sistem koordinat lintang
(longitute) dan bujur (latitute) pada lembar peta, dan (d). Proposal perencanaan
reklamasi.
Menteri memberikan izin lokasi sesuai dengan PerMenKP No. 17 tahun 2013
berdasarkan pada kesesuaian lokasi dengan RZWP-3-K atau RTRW provinsi,
kabupaten/kota yang sudah mengalokasikan ruang untuk reklamasi; kondisi
Gambar 41. Kondisi eksisting Teluk Benoa (tahun 2013)
lxx
xix
ekosistem pesisir; akses publik; dan keberlanjutan kehidupan dan penghidupan
masyarakat.
Berdasarkan aspek hukum, proposal yang disampaikan, dan hasil verifikasi
lapangan, dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Lokasi reklamasi sudah sesuai arahan pemanfaatan ruang dalam PERPRES 51
tahun 2014 sesuai dengan alokasi ruang.
b. Ekosistem pesisir di daerah rencana reklamasi didominasi oleh ekosistem
mangrove dengan kondisi baik dengan jenis beragam. Apabila reklamasi
dilakukan di lokasi tersebut, ekosistem mangrove tidak akan terganggu karena
reklamasi akan dilakukan dengan reklamasi berbentuk pulau-pulau buatan.
c. Pemrakarsa tetap mempertahankan akses nelayan dan pembudidaya ikan.
d. Mempersiapkan beberapa alternatif seperti kompensasi atau pemindahan lokasi
penangkapan ke tempat yang lain terdekat untuk keberlanjutan kehidupan dan
penghidupan masyarakat
Sesuai hasil evaluasi, dalam pemberian Izin Lokasi tersebut
direkomendasikan beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti oleh Pemohon Izin
Lokasi sebagai berikut:
a. Lokasi reklamasi agar berbentuk pulau – pulau buatan yang dipisahkan oleh
kanal-kanal dengan jarak minimal 300 meter dari garis pantai agar tidak
mengganggu keseimbangan dan keberadaan ekosistem pesisir (mangrove) di
sekitar lokasi reklamasi dan keberadaan taman hutan rakyat.
b. Rencana sumber pengambilan material untuk keperluan reklamasi agar
memperhatikan aspek lingkungan.
c. Memperhatikan mata pencaharian nelayan sekitar lokasi reklamasi.
d. Tetap memberikan akses kepada masyarakat/nelayan untuk memanfaatkan wilayah
pesisir di sekitar lokasi reklamasi.
B. Rekomendasi Izin Lokasi Reklamasi Tanjung Carat
Rencana lokasi reklamasi Tanjung Carat, Kabupaten Banyuasin merupakan
satu kesatuan dengan Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-api dengan
rencana luas reklamasi ± 3.000 Ha. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk
xc
memperoleh Rekomendasi Izin Lokasi sesuai dengan PerMenKP No. 17 tahun 2013
adalah sebagai berikut : Surat keterangan lokasi reklamasi dan lokasi sumber
material dari gubernur, bupati/walikota; Peta lokasi reklamasi dan lokasi
sumber material dengan skala 1 : 1.000 dengan sistem koordinat lintang
(longitute) dan bujur (latitute) pada lembar peta, Proposal perencanaan
reklamasi
Menteri memberikan rekomendasi izin lokasi sesuai dengan PerMenKP No. 17
tahun 2013 berdasarkan pada kesesuaian lokasi dengan RZWP-3-K atau RTRW
provinsi, kabupaten/kota yang sudah mengalokasikan ruang untuk reklamasi;
Kondisi ekosistem pesisir; Akses publik; dan Keberlanjutan kehidupan dan
penghidupan masyarakat
Berdasarkan proposal yang disampaikan dan hasil verifikasi lapangan,
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Berdasarkan pola ruang pada Pasal 33 poin b Perda Kabupaten Banyuasin No. 28
Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 – 2032, calon lokasi
reklamasi telah sesuai dengan alokasi ruang pada pola ruang.
b. Terdapat ekosistem mangrove dengan kondisi baik dan jenis beragam, antara
lain: Api-Api (Avicennia sp), Bakau-bakau (Rhizophora sp), Bruguiera sp,
Kandelia sp dan Ceriops sp. Apabila reklamasi dilakukan di lokasi tersebut,
ekosistem mangrove tidak akan terganggu karena reklamasi akan dilakukan
dengan jarak minimal 300 meter dari daratan dan dipisahkan dengan kanal.
Apabila dilaksanakan reklamasi, maka kemungkinan akan mengganggu akses
nelayan dan pembudidaya ikan dalam kegiatan perikanan serta akses pelayaran
rakyat. Akan tetapi hal ini sudah diantisipasi dalam proposal.
c. Apabila kegiatan reklamasi dilaksanakan akan mengganggu wilayah penangkapan
nelayan, dan telah ada perencanaan pada proposal dengan melakukan beberapa
alternatif seperti kompensasi atau memindahkan lokasi penangkapan ke tempat
yang lain terdekat sesuai dengan kesepakatan.
Beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti oleh Pemohon Izin Lokasi sebagai
berikut:
xci
a. Lokasi reklamasi agar berbentuk pulau yang dipisahkan oleh kanal dengan
jarak minimal 300 meter dari garis pantai agar tidak mengganggu
keseimbangan dan keberadaan ekosistem pesisir (mangrove) di sekitar lokasi
reklamasi dan keberadaan hutan lindung.
b. Agar memperhatikan rencana pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-
api.
c. Rencana sumber pengambilan material untuk keperluan reklamasi agar
memperhatikan aspek lingkungan.
d. Memperhatikan mata pencaharian nelayan sekitar lokasi reklamasi.
e. Tetap memberikan akses kepada masyarakat/nelayan untuk memanfaatkan wilayah
pesisir di sekitar lokasi reklamasi.
Lokasi RencanaReklamasi
Gambar 42. Kondisi eksisting daerah lokasi reklamasi Tanjung Carat
xci
i
Indikator jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi (izin) merupakan
indikator yang baru ditetapkan menjadi indikator kinerja Direktorat Pesisir dan
Lautan pada tahun 2013 dan 2014 (seiring diterapkannya program Balanced Score
Card di Kementerian Kelautan dan Perikanan). Pada tahun 2013 target untuk
indikator ini adalah sebanyak 1 izin yang terfasilitasi dengan capaian 1 izin,
sedangkan tahun 2014 memiliki target 2 izin reklamasi yang terfasilitasi dengan
capaian 2 izin yang terfasilitasi. Target indikator ini bersifat kumulatif,
dengan capaian 100% untuk tahun 2013 dan 2014.
xci
ii
3.4 Capaian Kinerja Pada Perspektif Pembelajaran Dan Pertumbuhan (Learning and
Growth Prespective)
Capaian kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan pada Perspektif
Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learn and Growth Perspective) sebesar 111,98 %
berasal dari empat Sasaran Strategis berikut:
a. Tersedianya SDM lingkup Direktorat Pesisir dan Lautan yang kompeten dan
profesional dengan capaian 120,00%;
b. Tersedianya informasi bidang Pesisir dan Lautan yang valid, handal dan mudah
diakses dengan capaian 120%;
c. Terwujudnya good governance & clean government di bidang Pesisir dan Lautan
dengan capaian 103,38%; dan
d. Terkelolanya anggaran Direktorat Pesisir dan Lautan secara optimal tercapai
104,56%;
Penjelasan tentang capaian masing-masing sasaran tersebut di atas adalah
sebagai berikut:
SSSS..77.. TTEERRSSEEDDIIAANNYYAA SSDDMM LLIINNGGKKUUPP DDIIRREEKKTTOORRAATT PPEESSIISSIIRR DDAANN LLAAUUTTAANN YYAANNGG KKOOMMPPEETTEENN DDAANN
PPRROOFFEESSIIOONNAALL
Indikator Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV, dan V KP3K
dihitung dari perbandingan antara kompetensi yang dibutuhkan untuk satu jabatan
tertentu dan kompetensi yang dimiliki oleh pejabat tersebut.
Pada Tahun 2014, target indeks kesenjangan kompetensi Eselon II hingga IV
sebesar 50%. Dari target tersebut, telah dicapai 13,73% atau tercapai 120%
sebagaimana tersaji pada tabel di bawah ini.
Tabel 19. Capaian Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V
KKP (%)
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
10. Indeks kesenjangan kompetensi
eselon II, III, IV dan V DJ KP3K
(%)
50% 13,73% 120,00%
Rata-rata 120,00%
Sumber data: Biro Perencanaan KKP
xci
v
IK 10. Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon III dan IV Direktorat Pesisir dan
Lautan (%)
Data capaian pada tabel di atas hasil dari assessment terhadap pejabat
eselon II dan III pada satu Unit Eselon I sebagai sample. Dari hasil kegiatan
ini dapat diketahui kesenjangan kompetensi (competency gap) pada setiap pejabat
eselon II dan III. Kompetensi merupakan kombinasi keterampilan, pengetahuan dan
sikap yang kompleks yang ditunjukkan oleh seorang anggota organisasi yang sangat
penting bagi terselenggaranya fungsi organisasi secara efektif dan efisien.
Kombinasi keterampilan, pengetahuan, perilaku dan atribut personal yang
terobservasi dan mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan kinerja seorang
pegawai dan kesuksesan organisasi. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 20. Perbandingan Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DJ
KP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target
Jangka Menengah (2014)
INDIKATOR KINERJA REALISASI
2012*
REALISASI
2013
REALISASI
2014
% REALISASI
2014 thdp
TARGET JANGKA
MENENGAH
IndeksKesenjangan Kompetensi
Eselon II, III, IV dan V
DITJEN KP3K
- 56,68% 13,73% 120
*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada
Salah satu penyebab keberhasilan pencapaian target ini adalah dengan adanya
program pendidikan dan pelatihan pegawai yang dilaksanakan oleh Badan SDMKP.
xcv
SSSS..88.. TTEERRSSEEDDIIAANNYYAA IINNFFOORRMMAASSII BBIIDDAANNGG PPEESSIISSIIRR DDAANN LLAAUUTTAANN YYAANNGG VVAALLIIDD,, HHAANNDDAALL DDAANN MMUUDDAAHH
DDIIAAKKSSEESS
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
Tersedianya informasi bidang Pesisir dan Lautan yang valid, handal dan mudah
diakses terdiri atas satu indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai
berikut:
Tabel 21. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan Pada Learning and
Growth Perspective
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
11. Service Level Agreement Dit.PL (%) 75% 93,13% 120%
Rata-rata 120%
Sumber data: Bagian Hukum, Organisasi dan Humas
IK 11. Service Level Agreement Direktorat Pesisir dan Lautan (%)
Service Level Agreement (SLA) adalah tingkat layanan yang diberikan oleh
penyedia layanan terhadap pengguna layanan dalam hal akses informasi dengan
sasaran tersedianya informasi kelautan dan perikanan yang valid, handal dan
mudah diakses. Pada Ditjen KP3K, SLA dihitung dari jumlah waktu layanan (hari)
terhadap akses informasi pada website Ditjen KP3K.
Pada tahun 2014, tingkat SLA ditargetkan sebesar 75 % dan
terealisasi sebesar 93,13%, atau mencapai 120% dari target yang
diproyeksikan.
Nilai tersebut diperoleh berdasarkan rumus :
Jumlah waktu Layanan yang diberikan
Tingkat Layanan = ------------------------------------ X 100 %
Jumlah waktu layanan dalam setahun
233
Tingkat Layanan = ----- X 100 = 93,17 %
250
xcv
i
Tabel 22. Realisasi Service Level Agreement (SLA) per-triwulan Tahun 2014
Periode Nilai
Triwulan I
Jumlah Hari Akses Pelayanan 52 85,25
Jumlah Hari Kerja 61
Triwulan II
Jumlah Hari Akses Pelayanan 58 95,08
Jumlah Hari Kerja 61
Triwulan III
Jumlah Hari Akses Pelayanan 62 96,88
Jumlah Hari Kerja 64
Triwulan IV
Jumlah Hari Akses Pelayanan 61 95,31
Jumlah Hari Kerja 64
Rata-rata 93,13
Sumber data : Bagian Hukum, Organisasi dan Humas
Apabila dibandingkan terhadap capaian tingkat SLA pada Tahun 2013 yaitu sebesar
99,24%, capaian SLA Tahun 2014 masih tercapai di atas 100%, sebagaimana terlihat
pada tabel berikut:
Tabel 23. Perbandingan Service Level Agreement DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun
2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)
INDIKATOR KINERJA REALISASI
2012*
REALISASI
2013
REALISASI
2014
% REALISASI
2014 thdp
TARGET JANGKA
MENENGAH
Service Level Agreement DJKP3K
- 99,24 93,13 120
*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada
Capaian kinerja di atas 100% ini didasarkan atas adanya pembangunan dan
pengembangan Sistem Informasi KKP (SI-KKP) yang jaringan infrastrukturnya telah
mulai terintegrasi baik di pusat maupun di daerah dengan sistem koneksi berbasis
internet yang kontinyu yang pada akhirnya akan dimanfaatkan untuk memperoleh dan
menyampaikan data dan informasi secara cepat. Untuk menjalankan infrastruktur
jaringan SI-KKP yang optimal memerlukan kapasitas dan kualitas bandwidth
internet yang memadai sehingga jalur komunikasi data menjadi lancar dan tidak
xcv
ii
terhambat. Dengan kapasitas bandwidth yang lebih besar dan infrastruktur yang
memadai akan berdampak kepada koneksi internet yang optimal, sehingga layanan
akses untuk mendapatkan data dan informasi kelautan dan perikanan yang valid,
handal dan mudah diakses semakin meningkat.
SSSS..99.. TTEERRWWUUJJUUDDNNYYAA GGOOOODD GGOOVVEERRNNAANNCCEE DDAANN CCLLEEAANN GGOOVVEERRNNMMEENNTT DDII BBIIDDAANNGG PPEESSIISSIIRR DDAANN LLAAUUTTAANN
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
strategis Terwujudnya good governance dan clean government di bidang pesisir dan
lautan terdiri atas lima indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai
berikut:
Tabel 24. Capaian Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan
Pada Learning and Growth Perspective (Lanjutan)
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
12. Jumlah rekomendasi aparat pengawasan
internal dan eksternal pemerintah
(APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding
total rekomendasi di Dit.PL (%)
100
85,87 85,87%
13. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja
Dit.PL
Nilai AKIP A
(75)
80,59 107,45%
14. Indeks kepuasan masyarakat Dit.PL 6,5 7,46 110,52%
15. Nilai inisiatif anti korupsi Dit.PL 7,5 7,9 101,94%
16. Nilai penerapan RB Dit.PL 80 84,23 105,29%
Rata-rata 103,38%
IK 12. Jumlah rekomendasi aparat pengawas internal dan eksternal yang
ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi Direktorat Pesisir dan
Lautan (%)
Indikator IKU Jumlah rekomendasi aparat pengawas internal dan eksternal
yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi Ditjen KP3K dihitung dari
persentase saran atau perbaikan yang ditindaklanjuti berdasarkan laporan hasil
pengawasan Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah selama Tahun 2014.
Dari target nilai 100%, tercapai 85,87%. Dari 191 saran dan rekomendasi sudah
ditindaklanjuti dan dinyatakan tuntas 137, dan yang masih dalam proses sebanyak
xcv
iii
54 saran dan rekomendasi. Capaian tersebut sebagaimana tersaji pada tabel
dibawah ini.
Tabel 25. Target dan Realisasi IK Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal
(APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi Ditjen KP3K (%)
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
Jumlah rekomendasi aparat pengawas
internal dan eksternal (APIEP) yang
ditindaklanjuti dibanding total
rekomendasi Ditjen KP3K (%)
100 85,87 85,87
Sumber data: Inspektorat Jenderal KKP
Secara rinci, temuan keuangan dari APIEP yang telah tuntas ditindaklanjuti
(100%) selama Tahun 2014, namun masih terdapat temuan administrasi 71%,
sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 26. Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal (APIEP) Yang
Ditindaklanjuti Ditjen KP3K Tahun 2014
No APIEP Keuangan Administrasi
Temuan (Rp.) Tindak Lanjut
(Rp.) % Temuan Tindak
Lanjut %
1 BPK-RI 86.549.594 86.549.594 100 6 6 100
2 BPKP 317.564.731 317.564.731 100 26 26 100
3 ITJEN KKP 4.193.441.270 4.193.441.270 100 223 151 67,71
Total 4.597.555.595 4.597.555.595 100 255 183 71,73
Rata-rata Keuangan dan
Administrasi 85,87
Sumber data : Itjen KKP (Februari, 2015) Tabel 27. Perbandingan Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal (APIEP) Yang
Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi Ditjen KP3K (%) Terhadap Realisasi Tahun
2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)
INDIKATOR KINERJA REALISASI
2012*
REALISASI
2013
REALISASI
2014
% REALISASI
2014 thdp
TARGET JANGKA
MENENGAH
Jumlah rekomendasi aparat pengawas
internal dan eksternal (APIEP)
yang ditindaklanjuti dibanding
total rekomendasi Ditjen KP3K (%)
- 88,36 85,87 85,87
*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada
Beberapa hal yang menjadi kendala dalam penyelesaian rekomendasi adalah:
Ketiadaan kewenangan penangung jawab satker untuk melakukan intervensi
kebijakan pada masyarakat (contoh terhadap koperasi),
xci
x
Pihak ketiga yang sulit untuk ditelusuri keberadaannya,
Pihak ketiga yang sudah tidak aktif atau telah pailit, dan
Penanggung jawab mutasi/pensiun.
Adapun rencana percepatan penyelesaian sisa temuan diatas dilakukan
melalui koordinasi dengan direktorat teknis terkait, Inspektorat Jenderal KKP,
BPKP Perwakilan setempat, dan dengan dinas/badan pelaksana proyek KP3K di
tingkat provinsi/kabupaten/kota.
IK 13. Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan
integrasi dari sistem perencanaan, sistem penganggaran dan sistem pelaporan
kinerja, yang selaras dengan pelaksanaan sistem akuntabilitas keuangan. Dalam
hal ini, setiap organisasi diwajibkan mencatat dan melaporkan setiap penggunaan
keuangan negara serta kesesuaiannya dengan ketentuan yang berlaku.
Akuntabilias kinerja yaitu perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah
untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan
kegiatan yang telah di amanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai
misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah
ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara
periodik. Indikator Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja DJKP3K dihitung dari
pedoman Penilaian AKIP instansi dari KemenPAN atas akuntabilitas kinerja Ditjen
KP3K. Yang melakukan penilaian AKIP Ditjen KP3K pada Tahun 2014 adalah
Inspektorat III sebagai mitra kerja Ditjen KP3K dengan indikator-indikator
sebagai berikut:
a. Perencanaan Kinerja dengan bobot 35%;
b. Pengukuran Kinerja dengan bobot 20%;
c. Pelaporan Kinerja dengan bobot 15%;
d. Evaluasi kinerja dengan bobot 10%;
e. Pencapaian Kinerja dengan bobot 20%.
c
Tahun 2014 dari target nilai A, Ditjen KP3K telah tercapai A (80,59),
sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 28. Target dan Realisasi IK Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K
No
IKU Indikator Kinerja Target
Realisasi
Ahir
Capaian
(%)
30 Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja
Ditjen KP3K
Nilai AKIP
A (75)
Nilai AKIP
A (80,59)
107,45
Sumber data : Ijten KKP (Juni,2014)
Perkembangan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP) Ditjen KP3K dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan cukup signifikan. Tahun 2012, nilai Ditjen
KP3K adalah 77,73 (kategori A), tahun 2013 bertambah menjadi 78,52 (A) dan pada
Tahun 2014 naik menjadi 80,59 (A), sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Tabel 29. Perbandingan Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K Terhadap Realisasi Tahun
2012 dan 2013, berdasarkan Komponen penilaian AKIP
NO KOMPONEN NILAI 2012 NILAI 2013 NILAI 2014
A. Perencanaan Kinerja (35%) 32,19 30,53 33,03
1. Perencanaan Strategis (12,5%) 10,83 10,31 11,38
2. Perencanaan Kinerja Tahunan (22,5%) 21,36 20,21 21,65
B. Pengukuran Kinerja (20%) 16,10 16,70 17,70
1. Pemenuhan Pengukuran (4%) 4,00 3,50 3,00
2. Kualitas Pengukuran (10%) 9,29 9,82 9,82
3. Implementasi Pengukuran (6%) 2,81 3,38 4,88
C Pelaporan Kinerja (15%) 13,96 13,46 9,50
1. Pemenuhan Pelaporan (3%) 3,00 3,00 2,29
2. Penyajian Informasi Kinerja (8%) 7,71 7,71 5,71
3. Pemanfaatan Ingormasi Kinerja (4%) 3,25 2,75 1,50
D. Evaluasi Internal (10%) - - 3,98
1. Pemenuhan Evaluasi (2%) - - 1,75
2. Kualitas Evaluasi (5%) - - 2,23
3. Pemanfaatan Evaluasi (3%) - - 0,00
E Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi (20%) 15,48 17,83 16,38
1. Kinerja Yang Dilaporkan (Output) (5%) 4,30 5,25 4,00
2. Kinerja Yang Dilaporkan (Outcome) (5%) 3,94 4,31 8,88
3. Kinerja Tahun Berjalan (5%) 4,03 4,38 -
4. Kinerja Dari Penilaian Itjen KKP (5%) 3,21 3,90 -
Total Nilai 77,73 78,52 80,59
Sumber data: Ijten KKP (Juni,2014)
Salah satu hal yang mendorong kenaikan nilai AKIP Ditjen KP3K pada Tahun
2014 adalah dengan mulai dibangunnya sistem monitoring kinerja yang berbasis
teknologi informasi yaitu Sistem Informasi Manajemen Kinerja Ditjen KP3K (Satker
ci
07) yang disingkat SIMANJA-07. Sistem ini melibatkan seluruh satker di
lingkungan Ditjen KP3K, mulai dari satker pusat, satker Unit Pelaksana Teknis
(UPT), hingga satker Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan di daerah. Selain itu,
dalam pengelolaan sistem akuntabilitas kinerja di lingkungan Ditjen KP3K, telah
dibentuk suatu tim SAKIP dan LAKIP dan tim pengelola SIMANJA-07.
Program lain yang mendorong meningkatnya nilai akuntabilitas kinerja
Ditjen KP3K ini adalah adanya aplikasi kinerja di lingkungan KKP yaitu aplikasi
kinerjaku.kkp.go.id dan aplikasi Sistem Penilaian Kinerja Individu (Sipkindu) di
lingkungan KKP.
IK 14. Indeks Kepuasan Masyarakat Direktorat Pesisir dan Lautan
Indikator Indeks Kepuasan Masyarakat Direktorat Pesisir dan Lautan
mengacu pada Indikator Nilai Integritas Ditjen KP3K yang mengacu kembali pada
nila integritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Indikator Nilai
Integritas dihitung dari:
1. Survei dilakukan terhadap unit layanan dengan melibatkan jumlah responden
pengguna layanan. Seluruh responden merupakan pengguna langsung dari
layanan publik yang disurvei dalam satu tahun terakhir.
2. Penilaian survei dilakukan dengan menggabungkan dua unsur, yakni
pengalaman integritas: yang merefleksikan pengalaman responden terhadap
tingkat korupsi yang dialaminya; dan potensi integritas yang
merefleksikan faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan terjadinya
korupsi dipersepsikan oleh responden
3. Dari kedua unsur tersebut, kemudian dijabarkan menjadi variable,
indikator, dan sub-sub indikator.
4. Besarnya bobot dari setiap variabel, inidikator, dan sub-indikator
ditentukan oleh para pakar yang memiliki keilmuan terkait dengan
pemberantasan dan pencegahan korupsi seperti sosiologi, psikologi, hukum,
administrasi negara, ekonomi, dan disiplin ilmu lainnya
cii
Penilaian indikator ini dilakukan oleh KPK, dengan tujuan untuk
mewujudkan pemerintahan yang good governancedanclean government. Pada tahun 2014
dilakukan penilaian atas layanan: 1) Izin Penangkapan Ikan; dan 2) Pengadaan
Barang dan Jasa dengan hasil nilai 7,46 dari target 6,75 (tercapai 110,52%)
sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 30. Target dan Realisasi IK Indeks Kepuasan Masyarakat Direktorat Pesisir
dan Lautan Tahun 2014
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
Indeks Kepuasan Masyarakat Direktorat
Pesisir dan Lautan
6,75 7,46 110,52
Sumber data: Biro Perencanaan, KKP
Jika dibandingkan dengan nilai indeks kepuasan masyarakat tahun 2012
mendapat nilai 6,89, tahun 2013 naik sebesar 10,23 dan nilai indeks kepuasan
masyarakat tahun 2014 menjadi 7,46.
Tabel 31. Perbandingan Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat Dit.PL Tahun 2014
Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka
Menengah (2014)
INDIKATOR KINERJA REALISASI
2012*
REALISASI
2013
REALISASI
2014
% REALISASI
2014 thdp
TARGET
JANGKA
MENENGAH
Nilai Indeks Kepuasan
Masyarakat
6,89 10,23 7,46 110,52
Program yang mendukung capaian indikator ini adalah dengan dibentuknya
Unit Layanan Pengadaan (ULP) di setiap unit Eselon I yang terintegrasi dan
dengan menggunakan sistem online.
IK 15. Nilai Inisiatif Anti Korupsi Direktorat Pesisir dan Lautan
Indikator Nilai Inisiatif Anti Korupsi Direktorat Pesisir dan Lautan
mengacu pada nilai inisiatif anti korupsi DJKP3K, yang dihitung dari penilaian
Itjen terhadap inisiatif anti korupsi yang dilakukan oleh masing-masing unit
Eselon II Ditjen KP3K dengan kuesioner.
ciii
Berdasarkan Intruksi Presiden RI Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (Ditjen KP3K) memberikan dukungan maksimal terhadap upaya-upaya penindakan
korupsi untuk terciptanya sebuah “good and clean governance” (tata kelola
pemerintah baik dan bersih) di Indonesia dengan pilar utama transparansi,
partisipasi dan akuntabilitas. Ditjen KP3K juga melakukan peningkatan upaya
pengawasan dan pembinaan aparatur untuk meniadakan perilaku koruptif di
lingkungan Ditjen KP3K.
Penilaian Inisatif Anti Korupsi (PIAK) adalah alat ukur dalam menilai
kemajuan suatu instansi dalam mengembangkan upaya pemberantasan korupsi di
instansinya. Tujuan dari PIAK ini adalah untuk mengukur apakah suatu instansi
telah menerapkan sistem dan mekanisme yang efektif untuk mencegah dan mengurangi
korupsi di lingkungannya. Indikator yang digunakan untuk mengukur yaitu:
Indikator Utama
o Kode etik khusus
o Peningkatan transparansi dalam manajemen sdm
o Peningkatan transparansi dalam pengadaan
o Peningkatan transparansi penyelenggaraan negara
o Peningkatan akses publik dalam memperoleh informasi
o Pelaksanaan saran perbaikan yang diberikan oleh KPK/BPK/APIP
o Kegiatan promosi anti korupsi
Indikator Inovasi
o Laporan kualitatif
Pada tahun 2014 Nilai Inisiatif Anti Korupsi Ditjen KP3K telah
ditargetkan yaitu 7,75. Hingga akhir tahun 2014 capain untuk Indikator Kinerja
ini telah tercapai sebesar 7,9. Capaian tersebut sebagaimana tersaji pada tabel
dibawah ini.
civ
Tabel 32. Perbandingan Nilai Integritas DJKP3K Tahun 2014 Terhadap Realisasi
Tahun 2014
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K 7,75 7,9 101,94 Sumber data : Itjen KKP
Capaian nilai pada Tahun 2014 ini jika dibandingkan dengan nilai tahun
sebelumnya dan dibandingkan dengan target jangka menengah adalah sebagai
berikut:
Tabel 33. Perbandingan Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K Terhadap Realisasi
Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)
INDIKATOR KINERJA REALISASI
2012*
REALISASI
2013
REALISASI
2014
% REALISASI
2014 thdp
TARGET JANGKA
MENENGAH
Nilai Inisiatif Anti
Korupsi DJKP3K
- 7,8 7,9 101,94
*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada
Program/kegiatan yang mendukung capaian indikator ini adalah dengan
adanya sosialisasi dan promosi anti korupsi di lingkungan Ditjen KP3K
baik di tingkat pusat maupun di daerah yang terus menerus di setiap
kesempatan, baik melalui media cetak dan elektronik.
IK 16. Nilai Penerapan RB Direktorat Pesisir dan Lautan
Indikator Nilai Penerapan RB Direktorat Pesisir dan Lautan mengacu pada
Nilai Penerapan RB DJKP3K yang secara mandiri dihitung berdasarkan
Pedoman Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi melalui
Peraturan MenPAN Nomor 1 Tahun 2012. Instansi yang menilai RB pada Ditjen
KP3K adalah Inspektorat Jenderal.
Nilai RB Ditjen KP3K Tahun 2014 adalah 84,23. Nilai ini merupakan nilai
sementara yang dihitung oleh tim RB Ditjen KP3K. Angka final nial RB akan
cv
diperoleh dari hasil reviu dari Tim RB Inspektorat Jenderal KKP yang
keluar pada awal Februari 2014. Capaian nialai 84,23 ini dikategorikan
pada level 4 yaitu termasuk kategori instansi yang telah melakukan
langkah penyesuaian/perbaikan terkait pelaksanaan RB dan hasilnya telah
menunjukkkan perkembangan yang substansial dan semua target yang relevan
terpenuhi.
Tabel 341. Target dan Realisasi IK Nilai Penerapan RB Ditjen KP3K
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
Nilai Penerapan RB DJKP3K 80 84,23 105,29 Sumber data: Bagian Hukum, Organisasi dan Humas
Capaian nilai pada Tahun 2014 ini jika dibandingkan dengan nilai tahun
sebelumnya dan dibandingkan dengan target jangka menengah adalah sebagai
berikut:
Tabel 25. Perbandingan Nilai Penerapan RB Ditjen KP3K Terhadap Realisasi Tahun
2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014)
INDIKATOR KINERJA REALISASI
2012*
REALISASI
2013
REALISASI
2014
% REALISASI
2014 thdp
TARGET JANGKA
MENENGAH
Nilai Penerapan RB
DJKP3K
- 70,86 84,23 105,23
*) pada Tahun 2012 IKU ini belum ada
Program/kegiatan yang mendukung capaian indikator ini adalah dengan
dibentuknya Tim PMP-RB di lingkungan Ditjen KP3K serta dukungan dari
seluruh unsur pada Ditjen KP3K dalam memperbaiki kekurangan pada program
reformasi birokrasi di lingkungan Ditjen KP3K.
cvi
SSSS1100.. TTEERRKKEELLOOLLAANNYYAA AANNGGGGAARRAANN DDIIRREEKKTTOORRAATT PPEESSIISSIIRR DDAANN LLAAUUTTAANN SSEECCAARRAA OOPPTTIIMMAALL
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
Terkelolanya anggaran Direktorat Pesisir dan Lautan secara optimal adalah
Indikator Persentase penyerapan DIPA Direktorat Pesisir dan Lautan dengan
capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 36. Persentase Penyerapan DIPA Direktorat Pesisir dan Lautan
Tahun 2014
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
11. Persentase penyerapan DIPA Dit.PL (%) >95% 99,33% 104,56%
Rata-rata 104,56%
IK 17. Persentase penyerapan DIPA Direktorat Pesisir dan Lautan
Indikator ini dihitung dari persentase pelaksanaan anggaran dibanding
dengan alokasi anggaran Direktorat Pesisir dan Lautan. Dari target penyerapan
DIPA TA 2014 sebesar >95%, tercapai 99.33% (104,56%). Alokasi anggaran yang
dikelola oleh Direktorat Pesisir dan Lautan dilaksanakan dalam rangka menunjang
visi dan misi program/kegiatan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan.
cvi
i
3.5 Akuntabilitas Keuangan
Apabila ditinjau dari target dan realisasi anggaran pada tiap indikator
kinerja Tahun 2014, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 37. Alokasi dan Realisasi Anggaran Per Indikator Kinerja Tahun 2014
Direktorat Pesisir dan Lautan
No Indikator Kinerja Pagu Anggaran
Realisasi
%
1. Jumlah luasan kawasan di
wilayah pesisir rusak
yang direhabilitasi
5.040.415.000 5.038.553.725 99,96%
2. Jumlah kawasan di
wilayah pesisir yang
terfasilitasi
peningkatan ketahanannya
terhadap bencana dan
perubahan iklim
3.648.211.000 3.638.080.771 99,72%
3. Jumlah kawasan di
wilayah pesisir dan laut
yang terfasilitasi
penanggulangan
pencemarannya
3.272.463.000 3.238.045.850 98,95%
4. Jumlah ragam produk
kelautan yang
terfasilitasi
pengembangannya
17.590.720.000 17.410.195.292 98,97%
5. Dukungan Manajemen dan
Administrasi
4.450.000.000 4.449.663.613 99,99%
Jumlah 34.001.809.000 33.774.539.251 99,33%
Total Anggaran yang diterima oleh Direktorat Pesisir dan Lautan pada
tahun anggaran 2014 ini adalah sebesar Rp. 34.001.809.000,- yang terealisasi
sebesar 99,33% atau Rp. 33.774.539.251,- dengan realisasi untuk masing-masing
indikator bisa dilihat pada tabel di atas.
cvi
ii
BAB IV PENUTUP
Berbagai hasil pembangunan Direktorat Pesisir dan Lautan untuk
menunjang program pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil
yang telah dicapai selama Tahun 2014, telah dikemukakan di atas. Upaya
pembangunan perlu terus ditingkatkan dan perbaikan kualitas pelayanan
harus dilaksanakan lebih konsisten dan secara terus menerus oleh semua
jajaran aparatur pada semua tingkatan, sehingga pelayanan selalu dapat
diberikan secara tepat, cepat dan mudah dilaksanakan serta tidak
diskriminatif.
Sangat disadari bahwa keberhasilan pelaksanaan kegiatan Direktorat
Pesisir dan Lautan ini masih memerlukan perbaikan dan kerja keras oleh
seluruh jajaran Direktorat Pesisir dan Lautan. Selain itu, sangat
diperlukan dukungan lintas sektor dan lembaga terkait lainnya, serta para
stakeholders kelautan dan perikanan dalam rangka mewujudkan tujuan dan
sasaran pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil terutama
dalam meningkatkan perekonomian nasional.
Pelaksanaan pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil
sepanjang Tahun 2014 ini mudah-mudahan dapat memenuhi harapan masyarakat
serta menyumbangkan gagasan dan pemikiran tentang arah dan strategi
pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil ke depan secara lebih
kompleks.
Tugas membangun sektor kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil ke
depan, bukanlah merupakan tugas pemerintah semata. Dibutuhkan partisipasi
aktif pihak lain dan juga masyarakat luas dalam rangka mewujudkan
Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional.
cix
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi kinerja dan analisis pencapaian
akuntabilitas kinerja tahun 2014, Direktorat Pesisir dan Lautan telah
melaksanakan kegiatannya berdasarkan pada program untuk mencapai sasaran,
sesuai dengan pengukuran kinerja terlihat bahwa target-target dari
sasaran yang ingin dicapai, secara umum tercapai (rata-rata capaian
106,52%), sebagaimana tersaji pada dashboard kinerjaku.kkp.go.id sebagai
berikut:
Hal ini tercapai karena dari 17 Indikator Kinerja Direktorat
Pesiisr dan Lautan, terdapat 6 Indikator Kinerja yang mencapai target
100%, dan 9 indikator kinerja dengan capaian lebih dari 100%, serta 2
indikator kinerja dengan capaian kurang dari 100% sesuai yang tertera
pada rincian pencapaian indikator kinerja pada aplikasi
kinerjaku.kkp.go.id seperti berikut ini:
cx
4.2. Saran
Berkenaan dengan capaian indikator kinerja Direktorat Pesisir dan
Lautan Tahun 2014, hal-hal yang perlu ditindaklanjuti di tahun 2015,
antara lain berupa:
cxi
1) Untuk mencapai target (IK1) Pertumbuhan PDB Perikanan, perlu dilakukan
langkah strategis dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, terutama
Eselon I yang terkait langsung dengan indikator kinerja ini;
2) Untuk mencapai target (IK12) Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas
Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti
dibanding total rekomendasi di Direktorat Pesisir dan Lautan
diperlukan langkah: penerapan Sistem Pengendalian Intenal Instanti
Pemerintah (SPIP) dan Manajemen Risiko (MR) secara menyeluruh di
lingkungan Direktorat Pesisir dan Lautan serta perlu meningkatkan
koordinasi dengan direktorat teknis terkait, Inspektorat Jenderal KKP,
BPKP Perwakilan setempat, dan dengan dinas/badan pelaksana proyek
Direktorat Pesisir dan Lautan di tingkat provinsi/kabupaten/kota.