Kata Pengantar Dss

12
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat petunjuk, karunia, dan rahmat-Nya sehingga tugas laporan kasus yang berjudul “Dengue shock Syndrome” ini dapat selesai tepat waktu. Penulisan laporan kasus ini dibuat guna melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Anak RSOB . Dalam penulisan laporan kasus akan sulit terselesaikan tanpa dukungan berbagai pihak. Untuk itu dengan segenap ketulusan hati, penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada : 1. dr. Meidy, Sp.A selaku pembimbing dalam penyusunan tugas laporan kasus ini. 2. dr. Indra Yanti, Sp.A , dr. Rudi , Sp.A selaku dokter pembimbing dan konsulen Anak 3. Teman-teman yang mengikuti Kepaniteraan Ilmu Penyakit Anak RSOB atas dukungan dan bantuan dalam penyusunan tugas laporan kasus ini. Semoga semua pihak yang telah disebutkan tadi mendapat anugerah yang berlimpah dari Tuhan YME atas segala kebaikan yang diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa hasil laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun serta bermanfaat untuk perkembangan ilmu penyakit anak .

description

hs

Transcript of Kata Pengantar Dss

Page 1: Kata Pengantar Dss

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

petunjuk, karunia, dan rahmat-Nya sehingga tugas laporan kasus yang berjudul “Dengue

shock Syndrome” ini dapat selesai tepat waktu.

Penulisan laporan kasus ini dibuat guna melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian

Ilmu Penyakit Anak RSOB . Dalam penulisan laporan kasus akan sulit terselesaikan tanpa

dukungan berbagai pihak. Untuk itu dengan segenap ketulusan hati, penulis menghaturkan

terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Meidy, Sp.A selaku pembimbing dalam penyusunan tugas laporan kasus ini.

2. dr. Indra Yanti, Sp.A , dr. Rudi , Sp.A selaku dokter pembimbing dan konsulen

Anak

3. Teman-teman yang mengikuti Kepaniteraan Ilmu Penyakit Anak RSOB atas

dukungan dan bantuan dalam penyusunan tugas laporan kasus ini.

Semoga semua pihak yang telah disebutkan tadi mendapat anugerah yang berlimpah

dari Tuhan YME atas segala kebaikan yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa hasil laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,

sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun serta bermanfaat

untuk perkembangan ilmu penyakit anak .

Batam, Maret 2015

Penulis

Page 2: Kata Pengantar Dss

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah

penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini

terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat

ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.

Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau

tipus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan

DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak

RSCM menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek,

muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut

dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tipus.

Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit

infeksi virus dengue, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan

pemeriksaan klinis yang baik dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan

penunjang (laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang

memadai.

Infeksi sekunder dengan serotipe virus Dengue yang berbeda dari

sebelumnya merupakan faktor resiko terjadinya manifestasi Deman Berdarah

Dengue yang berat atau Dengue Shock Syndrome (DSS). Namun sampai saat

ini mekanisme respons imun pada infeksi oleh virus dengue masih belum

jelas, banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Demam Berdarah

Dengue antara lain faktor host, lingkugan (environment) dan faktor virusnya

sendiri. Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan respon imun. Faktor

lingkungan (environment) yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan

laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim); Kondisi demografi (kepadatan,

mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk). Jenis nyamuk

sebagai vektor penular penyakit juga ikut berpengaruh.

Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun

1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak 

itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun

1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor-Timur telah terjangkit

penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan

Page 3: Kata Pengantar Dss

kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang

terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun.

KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) =

35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun

tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung

meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun

2002); dan 23,87 (tahun 2003).

Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, 

disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya

pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan

sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah

air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.

Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam

mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah

memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi

diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat

penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut

sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang memuaskan. (1)

Page 4: Kata Pengantar Dss

Tinjauan pustaka

DEFENISIDengue shock syndrome (DSS) adalah sindrom syok yang terjadi pada penderita Dengue Hemorhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue.Dengue Shock Syndrome bukan saja merupakan suatu permasalahan kesehatan masyarakat yang menyebar dengan luas dan tiba-tiba, tetapi juga merupakan suatu permasalahan klinis, karena 30-50% penderita demam berdarah dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan kematian terutama bila tidak ditangani sevara dini dan adekuat.(2)

ETIOLOGIDemam dengue dan DHF disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus yang berbeda antigen.Virus ini adalah kelompok Flavivirus dan serotipenya adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini akan memberikan kekebalan seumur hidup tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang lain. Sehingga seseorang yang hidup di daerah endemis DHF dapat mengalami infeksi sebanyak 4 kali seumur hidupnya. Dengue adalah penyakit daerah tropis dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang

Page 5: Kata Pengantar Dss

hari. Faktor resiko penting pada DHF adalah serotipe virus, dan faktor penderita seperti umur, status imunitas, dan predisposisi genetis. (3)INSIDENSuat penelitian di Jakarta oleh Sumarmo (1973-1978) mendapatkan bahwa penderita DSS terutama pada golongan umur 1-4 tahun (46,5%), sedang wong (1973) dari singapura melaporkan pada umur 5-10 tahun dan di Manadoterutama dijumpai pada umur 6-8 tahun kemudian pada tahun 1983 didapatkan terbanyak pada umur 4-6 tahun.Tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin tetapi kematian lebih banyak ditemukan pada anak perempuan daripada anak laki-laki.Jumlah penderita DBD/DHF yang mengalami renjatan berkisar antara 26-65%, dimana Sumarmo dkk. (1985) mendapatkan 63%, Kho dkk. (1979) melaporkan 50%, Rampengan (1986) melaporkan 59,4% sedangkan WHO (1973) melaporkan 65,45% dari seluruh penderita demam berdarah dengue yang dirawat. (2)

PATOFISIOLOGI Patofisiologi yang terutama pada Dengue Shock Syndrom ialah tejadinya peninggian permeabilitas dinding pembuluh darah yang mendadak dengan akibat terjadinya perembesan plasma dan elekrolit melalui endotel dinding pembuluh darah dan masuk kedalam ruang interstitial, sehingga menyebabkan hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia dan efusi cairan ke rongga serosa.Pada penderita dengan renjatan berat maka volume plasma dapat berkurang sampai kurang lebih 30 % dan berlangsung selama 24-48 jam. Renjatan hipovolemi ini bila tidak segera diatasi maka dapat mengakibatkan anoksia jaringan, asidosis metabolik, sehingga terjadi pergeseran ion kalium intraseluler ke ekstraseluler. Mekanisme ini diikuti pula dengan penurunan kontraksi otot jantung dan venous pooling, sehingga lebi lanjut akan memperberat renjatan.Sebab lain kematian penderita DSS ialah perdarahan hebat saluran pencernaan yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak diatasi adekuat.Terjadinya perdarahan ini disebabkan oleh :a. Trombositopenia hebat, dimana trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada masa renjatan.

Page 6: Kata Pengantar Dss

b. Gangguan fungsi trombositc. Kelainan system koagulasi, masa tromboplastin partial, masa protrombin memanjang sedangkan sebagian besar penderita didapatkan masa thrombin norma. Beberapa factor pembekuan menurun, termasuk factor II, V, VII, IX, X dan fibrinogen.d. Pembekuan intravaskuler yang meluas (Disseminated Intravascular Coagulation DIC). (2)MANIFESTASI KLINIS Dengue Shock Syndrome (DSS) menurut klasifikasi WHO (1975) merupakan demam berdarah dengue derajat III dan IV atau demam berdarah dengue dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai tingkat renjatan. (3,4,5,6)Renjatan :Terjadinya renjatan pada DBD biasanya terjadinya pada saat atau setelah demam menurun yaitu siantara hari ke-3 dan ke-7, bahkan renjatan dapat terjadi pada hari ke-10.Manifestasi klinik renjatan pada anak terdiri atas :a. Kulit pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan dan hidung.b. Anak semula rewel, cengeng dan gelisah lambat-laun ksadaran menurun menjadi apati, spoor dan koma.c. Peubahan nadi baik frekuensi maupun amplitudonya.d. Tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang.e. Tekanan sistolik menurun menjadi 80 mmHg atau kurang.f. Oligouri sampai anuria. (infeksi tropic)Berdasarkan gangguan sirkulasi di atas, maka sebaian ahli membagi renjatan atas:a. Renjatan berat (profound shock) ialah renjatan yang ditandai oleh tekanan darah yang tidak dapat diukur dan nadi ta dapat diraba.b. Renjatan sedang ialah tekanan nadi menurun 20 mmHg atau lebih dan atau tekanan darah sistolik kuranh atau sama dengan 80 mmHg.Panas :Merupakan salah satu manifestasi klinik yang selalu ditemukan, kebanyakan peneliti melaporkan 100% penderita DSS didahului oleh panas.Sumarno (1983) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa suhu penderita DSS terendah ialah 36,2 derajat celcius dan tertinggi 40,8 derajat celcius dan ternyata DSS banyak dijumpai pada suhu sekitar 37 derajat celcius.Panas mempunyai nilai prognostic pada penderita DSS ; bila renjatan terjadi pada suhu tubuh lebih dari 39 derajat celcius, maka tingkat prognose jelek.Hepatomegali :Dilaporkan dari berbagai tempat dengan angka bervarisi. Di Indonesia (Jakarta) dilaporkan 89%, semarang 65,9% dan Cuba 62 %.Terdapat korelasi antara persentase hepatomegali dengan derajat berat penyakit tetapi pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit, dengan kata lain, pembesaran hati pada penderita DBD derajat IV tidak selalu lebih besardari penderita DBD derajat II. (2)

Page 7: Kata Pengantar Dss

DIAGNOSIS Hingga kini diagnosis DBD/DSS masih berdasarkan atas patokan yang telah dirumuskan oleh WHO pada tahun 1975 yang terdiri dari 4 kriteria klinik dan 2 kriteria laboratorik dengan syarat bila criteria laboratorik terpenuhi ditambah minimal 2 kriteria klinik (satu diantaranya ialah panas) seperti yang telah diuraikan diatas.Derajat I dan II disebut DHF/DBD tanpa renjatan sedang derajat III dan IV disebut DHF/DBD dengan renjatan atau DSS. (3,4,5,6)Wong dkk. (1973) juga mengemkakan beberapa tanda dan gejala yang perlu diperhatikan dalam diagnosis klinim penderita dengue shock syndrome, yaitu :1. Clouding of sensorium2. Tanda-tanda hipovolemia, seperti akral dingin, tekanan darah menurun.3. Nyeri perut4. Tanda-tanda perdarahan diluar kulit, dalam hal ini seperti epistaksis, hematemesis, melena, hematuri, dan hemoptisis.5. Trombositopenia berat6. Adanya pleural efosion pada toraks foto7. Tanda-tanda miokarditis pada EKG. (2)PENATALAKSANAANPada dasarnya bersifat suportif,yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DB dapat berobat jalan,sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa, tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif. Fase kritis pada umunya terjadi pada hari ke-3.Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi,anoreksia dan muntah. Pasien perlu diberi minum banyak,50ml/kgBB dalam 4-6 jam pertama berupa air teh dengan gula,sirup,susu,sari buah atau oralit. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi,berikan cairan rumatan 80-100ml/kgBB dalam 24 jam berikutnya. Hipererksi dapat diatasi dengan antipiretik,dan bila perlu surface cooling dengan kompres es dan alkohol 70%.Parasetanol direkomendasikan untuk mengatasi demam dengan dosis 10-15mg/kgBB/kali.Penanganan SyokDalam keadaan renjatan berat diberikan cairan ringer laktat secara cepat selama 30 menit,apabila tidak teratasi dapat diganti dengan koloid 10-20ml/kgBB/jam,dengan jumlah maksimal 30 ml/kgBB,akan tetapi bila masih belum berhasil diduga telah terjadi perdarahan,maka dianjurkan pemberian tranfusi darah segar.Apabila kadar Ht tetap >40 vol%,berikan darah sebanyak 10ml/kgBB/jam,tapi bila perdarahan masif berikan 20ml/kgBB. Bila renjatan tidak berat,maka berikan cairan dengan kecepatan 20ml/kgBB/jam.Bila renjatan sudah diatasi,nadi sudah teraba,amplitudo nadi cukup besar,tekanan sistolik 80mmHg atau lebih,maka kecepatan tetesan dikurangi

Page 8: Kata Pengantar Dss

menjadi 10ml/kgBB/jam.Kecepatan pemberian cairan selanjutnya disesuaikan dengan gejala klinik dan nilai hematokrit yang diperiksa periodik.Evaluasi klinis,nadi,tekanan darah,pernafasan,suhu dan pengeluaran urin dilakukan lebih sering. Penyulit-penyulit1. Perdarahan massif2. Kegagalan pernapasan akibat udema parau atau kolaps paru3. Ensefalopati dengue4. Kegagalan jantung.Kriteria Memulangkan Pasien :1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik2. Nafsu makan membaik3. Tampak perbaikan secara klinis4. Hematokrit stabil5. Tiga hari setelah syok teratasi6. Jumlah trombosit >50.000/ml7. Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis).

PENCEGAHAN Pengembangan vaksin untuk dengue sangat sulit karena keempat jenis serotipe virus bisa mengakibatkan penyakit. Perlindungan terhadap satu atau dua jenis serotipe ternyata meningkatkan resiko terjadinya penyakit yang serius.Saat ini sedang dicoba dikembangkan vaksin terhadap keempat serotipe sekaligus. sampai sekarang satu-satunya usaha pencegahan atau pengendalian dengue dan dhf adalah dengan memerangi nyamuk yang mengakibatkan penularan. a. aegypti berkembang biak terutama di tempat-tempat buatan manusia, seperti wadah plastik, ban mobil bekas dan tempat-tempat lain yang menampung air hujan. nyamuk ini menggigit pada siang hari, beristirahat di dalam rumah dan meletakkan telurnya pada tempat-tempat air bersih tergenang. 

Pencegahan dilakukan dengan langkah 3m : 1. menguras bak air 2. menutup tempat-tempat yang mungkin menjadi tempat berkembang biak nyamuk 3. mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air.Di tempat penampungan air seperti bak mandi diberikan insektisida yang membunuh larva nyamuk seperti abate. Hal ini bisa mencegah perkembangbiakan nyamuk selama beberapa minggu, tapi pemberiannya harus diulang setiap beberapa waktu tertentu. di tempat yang sudah terjangkit dhf dilakukan penyemprotan insektisida secara fogging, tapi efeknya hanya bersifat sesaat dan sangat tergantung pada jenis insektisida

Page 9: Kata Pengantar Dss

yang dipakai. Di Samping itu partikel obat ini tidak dapat masuk ke dalam rumah tempat ditemukannya nyamuk dewasa. Untuk perlindungan yang lebih intensif, orang-orang yang tidur di siang hari sebaiknya menggunakan kelambu, memasang kasa nyamuk di pintu dan jendela, menggunakan semprotan nyamuk di dalam rumah dan obat-obat nyamuk yang dioleskan. (3)PROGNOSAPrognosa penderita tergantung dari beberapa factor :1. Sangat erat kaitannya dengan lama dan beratnya renjatan, waktu, metode, adekuat tidaknya penanganan.2. Ada tidaknya rekuren syok yang terutama terjadi dalam 6 jam pertama pemberian infuse dimulai.3. Panas selama renjatan4. Tanda-tanda serebral. (2)

DAFTAR PUSTAKA1. Wahono TD., dkk., Demam Berdarah Dengue. Available at ; http://www.dkk-bpp.com2. Rampengan T.H., Laurentz I.R., Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit

Page 10: Kata Pengantar Dss

Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997. p.136-1573. Demam Berdarah Dengue. Available at ; www.medicastore.com4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universia Indonesia. Jakarta. 1985. p.607-21. 5. Behrman RE., et.al. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition.Saunders, Philadelphia.20046. Diktat Penyakit Infeksi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar. 2003. p. 39-57