KAK Pedoman Penyusunan RTH

10
KERANGKA ACUAN KERJA PENYUSUNAN PEDOMAN PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KAWASAN PERKOTAAN I. LATAR BELAKANG Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan yang tipikal, yaitu tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat arus urbanisasi sehingga menyebabkan pengelolaan ruang kota makin berat. Jumlah penduduk perkotaan yang tinggi dan terus meningkat dari waktu ke waktu tersebut akan memberikan implikasi pada tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota, sehingga penataan ruang kawasan perkotaan perlu mendapat perhatian yang khusus, terutama yang terkait dengan penyediaan kawasan hunian, fasilitas umum dan sosial serta ruang-ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan. Kualitas ruang terbuka publik, terutama ruang terbuka hijau (RTH) pada 30 tahun terakhir, mengalami penurunan yang sangat signifikan. Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik tersebut, baik berupa Ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang terbuka non-hijau, telah mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan perkotaan seperti seringnya terjadi banjir di perkotaan, tingginya polusi udara, dan meningkatnya kerawanan sosial (kriminalitas, tawuran antar warga), serta menurunnya produktivitas masyarakat akibat stress karena terbatasnya ruang yang tersedia untuk interaksi sosial. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah 1

description

Kerangka Acuan Kerja Pedoman Penyusunan Ruang Terbuka Hijau

Transcript of KAK Pedoman Penyusunan RTH

  • KERANGKA ACUAN KERJA

    PENYUSUNAN

    PEDOMAN PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)

    DI KAWASAN PERKOTAAN

    I. LATAR BELAKANG

    Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan yang

    tipikal, yaitu tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat arus

    urbanisasi sehingga menyebabkan pengelolaan ruang kota makin berat. Jumlah

    penduduk perkotaan yang tinggi dan terus meningkat dari waktu ke waktu

    tersebut akan memberikan implikasi pada tingginya tekanan terhadap

    pemanfaatan ruang kota, sehingga penataan ruang kawasan perkotaan perlu

    mendapat perhatian yang khusus, terutama yang terkait dengan penyediaan

    kawasan hunian, fasilitas umum dan sosial serta ruang-ruang terbuka publik

    (open spaces) di perkotaan.

    Kualitas ruang terbuka publik, terutama ruang terbuka hijau (RTH) pada 30

    tahun terakhir, mengalami penurunan yang sangat signifikan. Menurunnya

    kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik tersebut, baik berupa Ruang terbuka

    hijau (RTH) dan ruang terbuka non-hijau, telah mengakibatkan menurunnya

    kualitas lingkungan perkotaan seperti seringnya terjadi banjir di perkotaan,

    tingginya polusi udara, dan meningkatnya kerawanan sosial (kriminalitas,

    tawuran antar warga), serta menurunnya produktivitas masyarakat akibat stress

    karena terbatasnya ruang yang tersedia untuk interaksi sosial.

    Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang

    terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

    perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah

    1

  • perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik maupun

    introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial-budaya dan arsitektural

    yang dapat memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya

    (Lokakarya RTH, 30 November 2005). Sementara itu ruang terbuka non-hijau

    dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru

    (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang

    diperuntukkan sebagai kolam-kolam retensi.

    Dalam upaya mewujudkan ruang kota yang nyaman, produktif dan

    berkelanjutan, maka sudah saatnya kita memberikan perhatian yang cukup

    terhadap keberadaan ruang terbuka publik, khususnya RTH di perkotaan.

    II. MAKSUD

    Kegiatan penyusunan pedoman pembangunan ruang terbuka hijau (RTH) di

    kawasan perkotaan dimaksudkan sebagai panduan praktis dalam mewujudkan

    ruang kota yang nyaman dan berkelanjutan yang selaras dengan visi dan misi

    penataan ruang .

    III. TUJUAN

    Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyelesaikan buku mengenai RTH dan

    penyusunan pedoman bagi pembangunan ruang terbuka hijau di kawasan

    perkotaan, melalui proses kajian pustaka dipadukan dengan pengalaman empiris

    di lapangan, sehingga buku dan pedoman yang dihasilkan dapat digunakan

    sebagai referensi atau acuan bersama bagi pemerintah dan masyarakat dalam

    pembangunan RTH di kawasan perkotaan.

    2

  • IV. SASARAN

    Adapun sasaran yang hendak dicapai melalui pelaksanaan pekerjaan ini adalah:

    - Terselenggaranya kajian pustaka mengenai tipe-tipe RTH, pembangunan dan

    cara pengelolaannya di berbagai kota dunia maupun Indonesia.

    - Teridentifikasinya kondisi eksisting RTH di beberapa kota di luar negeri dan di

    Indonesia.

    - Terselenggaranya proses sintesa antara teori dan fakta di lapangan, sebagai

    masukan untuk merumuskan pedoman pembangunan dan pemeliharaan RTH

    di kawasan perkotaan.

    - Terselesaikannya/finalisasi buku mengenai RTH yang bersifat semipopuler.

    - Tersusunnya pedoman pembangunan dan pemeliharaan RTH di kawasan

    perkotaan.

    V. MANFAAT

    Pelaksanaan pekerjaan ini diharapkan akan menghasilkan buku dan pedoman

    yang dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

    - Sebagai refensi untuk memudahkan pemangku kepentingan RTH baik

    pemerintah kota, perencana maupun pihak-pihak terkait, dalam

    merencanakan dan membangun ruang terbuka hijau (RTH).

    - Memberikan panduan praktis bagi pemangku kepentingan RTH baik

    pemerintah kota, perencana maupun pihak-pihak terkait, dalam tatacara

    pembangunan dan tata cara pemeliharaan RTH.

    - Memberikan bahan untuk kampanye publik mengenai arti pentingnya RTH

    bagi kehidupan masyarakat perkotaan.

    - Memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat dan pihak-

    pihak terkait untuk penyadaran perlunya RTH sebagai pembentuk ruang yang

    nyaman untuk beraktivitas dan bertempat tinggal.

    3

  • VI. LUARAN (OUTPUT)

    Pada akhir pelaksanaan pekerjaan ini diharapkan dapat dihasilkan:

    1. Buku yang bersifat semipopuler mengenai RTH yang antara lain berisi:

    perlunya kota taman, anatomi kota taman, membangun dan mengelola kota

    taman, dimana sasaran dari buku ini adalah untuk umum.

    2. Pedoman, yaitu: Pedoman Pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di

    Kawasan Perkotaan dan sasarannya adalah pemerintah daerah untuk

    dioperasionalkan. Adapun pedoman ini berisi intisari dari buku mengenai RTH

    di atas, yang sekurang-kurangnya berisi:

    - Konsepsi RTH, antara lain mencakup: definisi, struktur dan isi.

    - Kajian lansekap kota, antara lain menyangkut: tipe-tipe RTH yang ada,

    baik yang berada di luar negeri maupun dalam negeri.

    - Kriteria teknis pembanguan RTH di Indonesia, termasuk fungsi yang

    diemban RTH.

    - Pilihan jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk mengisi RTH di negara

    tropis untuk berbagai tipologi kota dan wilayah di Indonesia.

    - Teknis pengelolaan RTH (antara lain: kelembagaannya, tata cara

    menghitung pembiayaannya: komponen pembiayaan utama dll).

    - Contoh aplikasi pedoman serta materi untuk kampanye publik pentingnya

    RTH bagi masyarakat.

    VII. RUANG LINGKUP KEGIATAN

    Untuk menyelesaikan pekerjaan ini, diperlukan serangkaian kegiatan dengan

    lingkup sebagai berikut:

    - Tahap persiapan, meliputi : pembentukan tim, kajian terhadap kerangka

    acuan kerja dan menyiapkan konsep serta rencana kerja.

    - Melakukan kajian pustaka mengenai RTH baik yang di luar maupun di dalam

    negeri. Kajian ini antara lain mencakup : tipe/jenis RTH, fungsi RTH, nilai

    4

  • pebandingan luasan RTH terhadap luas kota atau jumlah penduduk, kajian

    lansekap (estetika), dan lain-lain.

    - Melakukan observasi lapangan di beberapa kota yang mewakili kondisi RTH :

    Bogor, Bukittinggi, Palu, DKI Jakarta.

    - Melakukan sintesa antara hasil kajian teoritik dengan hasil observasi di

    lapangan.

    - Merumuskan pedoman pembangunan RTH di kawasan perkotaan dan

    menyiapkan materi kampanye publik mengenai RTH.

    - Finalisasi buku RTH.

    - Melakukan konsultasi/ pembahasan mengenai hasil pekerjaannya.

    VIII. MEKANISME PELAKSANAAN PEKERJAAN

    Pelaksanaan pekerjaan ini mengikuti mekanisme sebagai berikut:

    - Melakukan kajian pustaka dan hasil studi yang telah ada.

    - Melakukan survai atau observasi lapangan di beberapa kota terpilih.

    - Melakukan sintesa hasil kajian literatur dan hasil survai/observasi lapangan.

    - Merumuskan pedoman pembangunan ruang terbuka hijau di kawasan

    perkotaan di Indonesia.

    - Finalisasi buku RTH.

    - Menyiapkan materi kampanye publik mengenai RTH kepada para pemangku

    kepentingan, termasuk kepada masyarakat.

    IX. TENAGA AHLI YANG DIPERLUKAN

    Dalam rangka pelaksanaan kegiatan ini, diperlukan tenaga ahli dengan perincian

    sebagai berikut:

    1. Tenaga Ahli Perencanaan Kota sebanyak 1 (satu) orang dengan kualifikasi

    pendidikan sekurang-kurangnya S-2 bidang perencanaan wilayah dan kota

    dengan konsentrasi pengembangan wilayah. Tenaga ahli ini sekaligus

    5

  • bertindak sebagai Team Leader, dengan tugas: 1) mengkoordinasikan

    pelaksanaan dan pendelegasian pekerjaan kepada anggota tim yang lain, 2)

    melakukan analisis kondisi Ruang Terbuka Hijau di lapangan, 3) melakukan

    perumusan pedoman pembangunan Ruang Terbuka Hijau. Tenaga ahli ini

    bertugas selama 8 bulan (8 MM).

    2. Tenaga Ahli Lansekap Perkotaan (Urban Landscaper) sebanyak 1 (satu)

    orang dengan kualifikasi pendidikan sekurang-kurangnya S-1 bidang

    pertanian dengan konsentrasi lansekap perkotaan. Tenaga ahli ini bertugas:

    1) melakukan analisis kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di perkotaan, 2)

    melakukan analisis kondisi Ruang Terbuka Hijau di lapangan, 3) melakukan

    perumusan pedoman pembangunan Ruang Terbuka Hijau. Tenaga ahli ini

    bertugas selama 7 bulan (7 MM).

    3. Tenaga Ahli Perencanaan Wilayah (Regional Planner) sebanyak 1 (satu)

    orang dengan kualifikasi pendidikan sekurang-kurangnya S-1 bidang

    perencanaan wilayah dan kota dengan konsentrasi perencanaan wilayah.

    Tenaga ahli ini bertugas: 1) melakukan analisis kebutuhan Ruang Terbuka

    Hijau sebagai greenbelt yang membatasi perkotaan dalam metropolitan, 2)

    melakukan perumusan pedoman pembangunan Ruang Terbuka Hijau.

    Tenaga ahli ini bertugas selama 6 bulan (6 MM).

    4. Tenaga Ahli Pertanian/Kehutanan sebanyak 1 (satu) orang dengan kualifikasi

    pendidikan sekurang-kurangnya S-1 bidang pertanian/kehutanan. Tenaga ahli

    ini bertugas: 1) melakukan analisis kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di

    perkotaan, 2) menyusun tipologi Ruang Terbuka Hijau yang diperlukan di

    perkotaan, 3) melakukan perumusan pedoman pembangunan Ruang Terbuka

    Hijau. Tenaga ahli ini bertugas selama 6 bulan (6 MM).

    5. Tenaga Ahli Sosial-Budaya sebanyak 1 (satu) orang dengan kualifikasi

    pendidikan sekurang-kurangnya S-1 bidang sosial. Tenaga ahli ini bertugas:

    1) melakukan analisis dampak sosial-budaya penerapan Ruang Terbuka Hijau

    di perkotaan, 2) melakukan perumusan pedoman pembangunan Ruang

    Terbuka Hijau. Tenaga ahli ini bertugas selama 5 bulan (5 MM).

    6

  • 6. Tenaga Ahli Transportasi sebanyak 1 (satu) orang dengan kualifikasi

    pendidikan sekurang-kurangnya S-1 bidang Teknik Sipil. Tenaga ahli ini

    bertugas: 1) melakukan analisis dampak kegiatan transportasi terhadap

    kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di perkotaan, 2) melakukan perumusan

    pedoman pembangunan Ruang Terbuka Hijau. Tenaga ahli ini bertugas

    selama 5 bulan (5 MM).

    7. Tenaga Ahli Ekonomi sebanyak 1 (satu) orang dengan kualifikasi pendidikan

    sekurang-kurangnya S-1 bidang ekonomi. Tenaga ahli ini bertugas: 1)

    melakukan analisis dampak penerapan Ruang Terbuka Hijau di perkotaan, 2)

    melakukan analisis aspek pembiayaan akibat penerapan Ruang Terbuka Hijau

    di perkotaan, 3) melakukan perumusan pedoman pembangunan Ruang

    Terbuka Hijau. Tenaga ahli ini bertugas selama 5 bulan (5 MM).

    8. Tenaga Ahli Arsitektur sebanyak 1 (satu) orang dengan kualifikasi pendidikan

    sekurang-kurangnya S-1 bidang arsitektur. Tenaga ahli ini bertugas: 1)

    menyusun desain penerapan Ruang Terbuka Hijau di perkotaan, 2)

    melakukan perumusan pedoman pembangunan Ruang Terbuka Hijau.

    Tenaga ahli ini bertugas selama 5 bulan (5 MM).

    Tabel 1 Jadwal Mobilisasi Tenaga Ahli

    BULAN NO. TENAGA AHLI MM 1 2 3 4 5 6 7 8

    1. Ahli Perencanaan Kota (TL) 8 2. Ahli Lansekap Perkotaan 7 3. Ahli Perencanaan Wilayah 6 4. Ahli Pertanian/Kehutanan 6 5. Ahli Sosial-Budaya 5 6. Ahli Transportasi 5 7. Ahli Ekonomi 5 8. Ahli Arsitektur 5

    7

  • X. JADWAL PELAKSANAAN

    Kegiatan ini dilakukan melalui konstruksi pihak ketiga yang bertugas membantu

    pekerjaan sub-direktorat. Kegiatan ini diselenggarakan dalam waktu 8 (delapan)

    bulan setelah Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) diterbitkan jadwal

    pelaksanaan kegiatan sebagaimana jadwal terlampir.

    Tabel 2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

    BULAN NO. URAIAN KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8

    KET.

    1. Persiapan a. Penyempurnaan acuan

    kerja

    b. Identifikasi materi c. Perumusan metodologi 2. Pengumpulan Data dan

    Analisis

    a. Pengumpulan peraturan perundang-an yang terkait

    b. Inventarisasi studi c. Kajian materi buku

    RTH

    d. Pengamatan daerah studi

    e. Analisis dan kajian daerah studi

    f. Perumusan pedoman 3. Finalisasi Buku RTH dan

    Pedoman Pembangunan RTH di Perkotaan

    4. Pembahasan Laporan a. Laporan Pendahuluan b. Laporan Antara c. Laporan Akhir

    8

  • XI. BIAYA

    Dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan Penyusunan Pedoman

    Pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan ini sebesar

    Rp. 650.000.000,00 (enam ratus lima puluh juta rupiah).

    XII. PELAPORAN

    Pelaksanaan kegiatan Penyusunan Pedoman Pembangunan Ruang Terbuka

    Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan ini akan dilaporkan melalui laporan-laporan

    berikut:

    Laporan Pendahuluan

    Laporan ini berisikan metoda atau cara pelaksanaan kegiatan, jadwal rinci

    pelaksanaan kegiatan, dan personil yang akan terlibat dalam pelaksanaan

    kegiatan ini. Laporan pendahuluan ini akan disampaikan pada awal bulan kedua

    setelah surat perintah kerja ditetapkan.

    Laporan Antara

    Laporan ini akan berisikan informasi dan data serta draft awal dari pedoman

    teknis. Laporan ini akan diserahkan pada bulan ke 5 setelah surat perintah kerja

    dikeluarkan.

    Laporan Akhir

    Laporan akhir ini akan berisikan hasilhasil diskusi dengan Tim Ditjen Penataan

    Ruang, aparat pemerintah daerah dan tokoh masyarakat setempat, dan staf

    Balitbang Dep. PU, Laporan ini diserahkan ke-8 setelah surat perintah kerja

    dikeluarkan.

    9

  • Pedoman

    Pedoman dicetak sebanyak 150 buku.

    Executive Summary

    Ringkasan laporan ini dicetak sebanyak 50 exemplar

    XIII. KETENTUAN LAINNYA

    Softcopy dari seluruh naskah laporan yang dibuat oleh Konsultan harus

    diserahkan kepada pemberi kerja dalam bentuk media elektromagnetis berupa

    Disk atau Compact Disc (CD) yang digandakan sebanyak 100 keping dan

    menjadi salah satu bagian dari dokumen yang dimiliki oleh pemberi kerja.

    Penyalinan (peng-copy-an) dan penggunaan data/informasi yang terkait dengan

    pekerjaan ini harus mendapat ijin terlebih dahulu dari pemberi

    pekerjaan. Selain itu hasil pekerjaan ini juga akan dikemas dalam bentuk leaflet

    yang diperbanyak sebanyak 100 eksemplar.

    10

    PENYUSUNAN I. LATAR BELAKANGII. MAKSUDIII. TUJUAN

    Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyelesaikan buku mengenai RTH dan penyusunan pedoman bagi pembangunan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan, melalui proses kajian pustaka dipadukan dengan pengalaman empiris di lapangan, sehingga buku dan pedoman yang dihasilkan dapat digunakan sebagai referensi atau acuan bersama bagi pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan RTH di kawasan perkotaan. IV. SASARANV. MANFAAT VI. LUARAN (OUTPUT) VII. RUANG LINGKUP KEGIATANVIII. MEKANISME PELAKSANAAN PEKERJAANIX. TENAGA AHLI YANG DIPERLUKAN X. JADWAL PELAKSANAANXI. BIAYAXII. PELAPORANLaporan PendahuluanLaporan AntaraPedomanExecutive Summary

    Ringkasan laporan ini dicetak sebanyak 50 exemplar

    XIII. KETENTUAN LAINNYA