KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di...

72
KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI REGIONAL 2012

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di...

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

2012

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

VISI BANK INDONESIA :

nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai

strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

MISI BANK INDONESIA :

pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas

sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang

NILAI-NILAI STRATEGIS ORGANISASI BANK INDONESIA :

-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen, dan

pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas

Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas, dan

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kata Pengantar

iii

BUKU Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Riau ini merupakan terbitan rutin

triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi

Riau. Terbitan kali ini memberikan gambaran perkembangan ekonomi dan

perbankan di Provinsi Riau pada triwulan I-2012 dengan penekanan kajian pada

kondisi ekonomi makro regional (PDRB dan Keuangan Daerah), Inflasi, Moneter

dan Perbankan, Sistem Pembayaran, Kesejahteraan dan Prakiraan Perkembangan

Ekonomi Daerah pada triwulan II-2012. Analisis dilakukan berdasarkan data

laporan bulanan bank umum dan BPR, data ekspor-impor yang diolah oleh Kantor

Pusat Bank Indonesia, data PDRB dan inflasi yang diterbitkan Badan Pusat Statistik

(BPS) Provinsi Riau, serta data dari instansi/lembaga terkait lainnya.

Tujuan dari penyusunan buku KER ini adalah untuk memberikan informasi kepada

stakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau,

dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

referensi bagi para pemangku kebijakan, akademisi, masyarakat, dan pihak-pihak

lain yang membutuhkan.

Kami menyadari masih banyak hal yang harus dilakukan untuk menyempurnakan

buku ini. Oleh karena itu kritik, saran, dukungan penyediaan data dan informasi

sangat diharapkan.

Pekanbaru, 9 Mei 2012

BANK INDONESIA PEKANBARU

ttd

Hari Utomo Pemimpin

KATA PENGANTAR

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

xi

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Indeks Harga Konsumen :

- Kota Pekanbaru 124,95 124,57 127,44 129,35 130,20

- Kota Dumai 129,64 129,24 132,55 133,98 133,20

Laju Inflasi Tahunan (yoy, %) :

- Kota Pekanbaru 7,76 5,61 6,10 5,09 4,20

- Kota Dumai 8,49 5,42 5,78 3,10 2,75

PDRB - harga konstan (Rp juta)

- Pertanian 4.168.691 4.276.631 4.429.704 4.432.205 4.288.270

- Pertambangan & Pengganlian 11.816.362 11.853.094 11.953.407 12.264.091 12.129.017

- Industri Pengolahan 2.825.420 2.888.736 3.044.214 3.110.746 2.965.843

- Listrik, gas dan Air Besih 55.540 57.505 59.567 58.434 58.578

- Bangunan 914.781 968.361 1.012.891 1.062.482 1.028.031

- Perdagangan, Hotel, dan restoran 2.316.010 2.417.986 2.553.129 2.622.699 2.614.065

- Pengangkutan dan Komunikasi 794.651 815.252 857.051 879.473 884.446

- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 361.050 368.153 385.894 407.477 399.972

- Jasa 1.336.220 1.354.947 1.435.874 1.467.774 1.458.485

Pertumbuhan PDRB (yoy %, dengan migas) 4,04 3,44 3,93 4,63 5,02

Pertumbuhan PDRB (yoy %, tanpa migas) 7,51 7,54 7,64 7,40 7,36

INDIKATOR

(dalam Rp juta) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Bank Umum

Total Aset 54.448.513 58.275.407 59.370.445 59.752.476 66.463.817

DPK 40.058.712 42.396.619 43.980.255 44.920.105 48.480.274

- Giro 10.461.440 11.252.402 11.567.327 10.837.130 13.012.413

- Tabungan 18.358.629 19.361.097 20.142.350 22.342.860 21.588.604

- Deposito 11.238.643 11.783.121 12.270.578 11.740.115 13.879.258

Kredit - berdasarkan lokasi proyek 45.657.311 47.521.153 50.011.231 51.090.943 51.475.647

LDR - Lokasi Proyek (%) 113,98 112,09 113,71 113,74 106,18

Kredit 30.105.869 32.170.427 33.623.173 36.082.932 37.414.869

- Modal Kerja 10.700.169 11.445.668 11.939.534 12.729.875 12.804.704

- Investasi 8.294.291 8.838.182 9.199.610 10.207.813 10.676.704

- Konsumsi 11.111.409 11.886.578 12.484.028 13.145.244 13.933.462

- LDR (%) 75,15 75,88 76,45 80,33 77,18

- NPL (%) 2,20% 2,16% 2,39% 1,95% 2,22%

Kredit UMKM

- Mikro 2.495.251 2.687.024 2.901.705 3.112.386 3.313.469

- Kecil 5.181.340 5.542.752 5.018.411 5.548.251 5.778.343

- Menengah 3.287.614 3.676.323 4.440.529 4.868.783 4.817.800

NPL MKM (%) 3,14% 3,03% 3,13% 2,40% 3,06%

BPR

Total Aset 809.851 824.011 848.125 920.404 972.275

DPK 592.750 609.595 624.634 642.785 685.220

Kredit - berdasarkan lokasi proyek 539.622 581.244 601.015 617.548 655.469

Rasio NPL 8,46% 7,95% 8,75% 8,22% 10,51%

LDR 91,04% 95,35% 96,22% 96,07% 91,04%

*) SBH 2007

2012

2012

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

2011

A. INFLASI DAN PDRB

INDIKATOR2011

B. PERBANKAN

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

xii

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

C. SISTEM PEMBAYARAN

Posisi Kas Gabungan (Rp juta) 1.021.156 2.564.466 2.500.522 1.075.807 488.445

Inflow (Rp juta) 478.627 457.389 1.270.188 1.002.685 1.084.657

Outflow (Rp juta) 1.499.783 3.021.855 3.770.710 2.078.492 1.573.102

Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) 303.806 406.483 390.321 306.454 476.657

Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 62.093 62.234 65.315 76.774 53.909

Volume Transaksi RTGS (lembar) 55.608 55.387 55.387 27.151 62.391

Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 1.002 1.020 1.071 1.200 856

Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 897 908 908 424 990

Nominal Tolakan Cek/BG Kosong 129.679 131.245 131.245 146.297 138.024

Volume Tolakan Cek/BG Kosong 4.571 4.946 4.946 5.615 5.042

Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong 2.092 2.152 2.152 2.286 2.191

Rata-rata Harian Cek/BG Kosong 74 81 81 88 80

2012

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR2011

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

1

I. GAMBARAN UMUM

Ditengah masih tingginya risiko pelemahan ekonomi global, kinerja ekonomi Riau

pada triwulan laporan mencatat percepatan pertumbuhan dan tumbuh diatas

perkiraan sebelumnya. Lebih lanjut, terjadinya percepatan pertumbuhan ekonomi

juga turut didukung dengan sumber pertumbuhan yang semakin berimbang.

Beberapa faktor yang menjadi motor penggerak perekonomian diantaranya adalah

terjaganya daya beli masyarakat, masih kuatnya ekspor, pesatnya pembangunan

infrastruktur serta membaiknya kinerja sektor migas.

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan ekonomi Riau mengalami percepatan pertumbuhan

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

2

II. ASSESMEN MAKROEKONOMI REGIONAL

Kondisi perekonomian Riau pada triwulan I-2012 menunjukkan hal yang

menggembirakan. Dengan memasukkan unsur migas, secara tahunan

(year-on-year/yoy), pertumbuhan ekonomi Riau tercatat sebesar 5,02%

meningkat dari 4,63% pada akhir tahun 2011. Namun demikian

pertumbuhan Riau masih relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan

pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,30%.

Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, pertumbuhan ekonomi

Riau tumbuh relatif stabil sebesar 7,36% dan berada diatas pertumbuhan

ekonomi non migas nasional yang mencapai sebesar 6,70%.

Dari sisi penggunaan, roda penggerak perekonomian utamanya bersumber

dari peningkatan ekspor dan konsumsi rumah tangga. Meningkatnya

ekspor tidak terlepas dari membaiknya produksi sektor migas serta trend

peningkatan harga komoditas ekspor unggulan di pasar internasional

terutama CPO. Sementara itu, kuatnya konsumsi disebabkan faktor daya

beli yang membaik seiring dengan rendahnya inflasi, optimisme terhadap

ekonomi serta kenaikan pendapatan pada golongan menengah

berdasarkan survei yang dilakukan.

Sementara itu, dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi Riau secara umum

didorong oleh meningkatnya sektor pertambangan terutama sektor minyak

dan gas bumi. Kondisi ini tercermin dari nilai volume lifting minyak bumi 9

Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang mencapai

339,13 ribu barel/hari atau tumbuh 1,72% (yoy). Sektor lain yang turut

memberikan andil cukup signifikan dalam mendorong perekonomian Riau

pada triwulan laporan adalah sektor perdagangan. Kondisi ini diindikasikan

erat kaitannya dengan menguatnya konsumsi dan masih kondusifnya

kegiatan ekspor-impor.

Kinerja perekonomian Riau pada triwulan I-2012 semakin solid, ditopang oleh membaiknya kinerja sektor migas serta kuatnya

konsumsi

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

3

III. ASSESMEN INFLASI

Dinamika perkembangan harga di Provinsi Riau pada triwulan I-2012 secara

umum masih terus menunjukkan trend yang menurun. Kondisi ini tercatat

cukup menggembirakan ditengah-tengah isu rencana kenaikan BBM yang

kemudian tidak terealisir dalam triwulan laporan.

Tekanan inflasi Riau pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 3,94% (yoy),

menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai

4,72% (yoy), bahkan mengalami penurunan yang berarti dibandingkan

dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai

7,90% (yoy). Meskipun mencatat angka yang rendah, inflasi Riau sedikit

lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi Sumatera yang tercatat

sebesar 3,75% (yoy).

Ditinjau dari kota-kota yang menjadi basis perhitungan inflasi di Riau, inflasi

Kota Pekanbaru pada triwulan laporan tercatat relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan inflasi Kota Dumai. Inflasi Kota Pekanbaru tercatat

sebesar 4,20% sementara inflasi Kota Dumai sebesar 2,75%. Relatif lebih

rendahnya tingkat inflasi yang terjadi di Kota Dumai bersumber dari

penurunan harga (-1,09%) pada kelompok bahan makanan di Kota Dumai

sementara kelompok bahan makanan di Kota Pekanbaru masih tetap

mengalami inflasi sebesar1,82%. Penurunan harga utamanya terjadi pada

cabe merah dan minyak goreng (yoy).

IV. ASSESMEN KEUANGAN

Kegiatan usaha perbankan di Provinsi Riau pada triwulan I-2012

menunjukkan perkembangan yang menggembirakan sejalan dengan

percepatan perekonomian. Sejumlah indikator utama seperti aset,

penghimpunan dana, kredit dan jaringan kantor juga terus menunjukkan

peningkatan, diikuti dengan risiko kredit bermasalah yang relatif terjaga.

Aset perbankan Riau pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp67,43 triliun

atau meningkat 11,15% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp60,67 triliun. Kenaikan aset ini secara tidak langsung

Tekanan inflasi Provinsi Riau pada triwulan I-2012 menunjukkan trend yang menurun dan

relatif terkendali

Kegiatan usaha perbankan Riau pada triwulan I-2012 menunjukkan hal yang

menggembirakan

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

4

berasal dari peningkatan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang pada

triwulan laporan mencapai Rp49,16 triliun. Di sisi intermediasi, kredit yang

disalurkan oleh perbankan Riau pada triwulan laporan mencapai

Rp38,07 triliun atau meningkat 3,73% dibandingkan triwulan IV-2011 yang

tercatat sebesar Rp36,70 triliun. Dengan kondisi tersebut maka Loan to

Deposit Ratio (LDR) perbankan Riau triwulan laporan mencapai 77,43%.

Risiko kredit bermasalah (NPL gross) perbankan Riau pada triwulan laporan

berada pada tingkat yang aman yakni sebesar 2,36%, meskipun sedikit

meningkat dibandingkan dengan triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar

2,05%.

Penyerapan anggaran pendapatan APBD Provinsi Riau sampai dengan

Maret 2012 mencapai Rp675,72 miliar atau mencapai 12,31%. Di sisi lain,

realisasi anggaran belanja sampai dengan Maret 2012 tercatat sebesar

Rp384,94 miliar atau sekitar 6,05% dari rencana anggaran belanja tahun

2012. Secara umum, baik realisasi pendapatan maupun belanja daerah

Provinsi Riau relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi pada

periode yang sama tahun sebelumnya.

V. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan II-2012 diperkirakan akan relatif

stabil. Secara tahunan, dengan memasukkan unsur migas, pertumbuhan

ekonomi Riau pada triwulan II-2012 diperkirakan tumbuh relatif stabil pada

kisaran 5,0%-5,40% (yoy). Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur

migas pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tumbuh pada kisaran

7,30%-7,50% (yoy). Dengan memperhatikan faktor-faktor pendorong

ekonomi pertumbuhan ekonomi triwulan II-2012 diperkirakan akan

mengarah pada batas atas dari kisaran proyeksi tersebut.

Kondisi ini diindikasikan akan dipengaruhi oleh stabilnya permintaan

domestik terutama investasi dan produksi pada sektor primer terutama sub

sektor tanaman perkebunan sejalan dengan mulai masuknya siklus panen

puncak yang akan berlangsung pada triwulan mendatang.

Realisasi pendapatan dan belanja APBD Riau triwulan I-2012 masing-masing tercatat sebesar 12,31% dan 6,05%

Perekonomian Riau pada triwulan II-2012 diproyeksikan tumbuh stabil dengan kecenderungan membaik

NPL Perbankan Riau mengalami kenaikan namun masih berada pada tingkat yang

aman

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

5

Dari sisi penggunaan, daya beli masyarakat diperkirakan masih akan relatif

terjaga. Sebagaimana diketahui, permasalahan politik yang timbul di

negara maju telah mengakibatkan spekulasi meningkatnya harga energi

khususnya minyak dunia. Kondisi ini diperkirakan akan mengakibatkan

harga energi subtitusi nabati seperti minyak sawit mentah (CPO) akan

meningkat dan berimbas pada kenaikan pendapatan secara umum.

Sementara, dari sisi sektoral, sektor perdagangan diindikasikan masih akan

menjadi motor penggerak perekonomian pada triwulan mendatang sejalan

dengan meningkatnya aktivitas perekonomian baik yang berasal dari

perdagangan domestik (pemanfaatan momentum PON ke-18) maupun

perdagangan internasional (ekspor dan impor).

Beberapa hal yang berpotensi membawa pertumbuhan ekonomi Riau

mencapai batas bawah (downside risks) antara lain diantaranya adalah

meningkatnya bea keluar ekspor CPO dan kemungkinan peningkatan

inflasi yang dapat menggerus daya beli masyarakat secara umum

khususnya masyarakat golongan miskin dan berpenghasilan tetap.

Di sisi harga, Perkembangan inflasi Kota Pekanbaru pada triwulan

mendatang diproyeksikan berada pada kisaran 4,80%- 5,20% (yoy).

Sedangkan secara triwulanan, inflasi diperkirakan berkisar 0,40% - 0,80%

(qtq). Kondisi ini utamanya disebabkan oleh kemungkinan adanya

penyesuaian ongkos angkut di Riau serta meningkatnya ekspektasi inflasi

terkait belum jelasnya kebijakan pemerintah dibidang harga BBM bersubsidi

terutama di tingkat pelaku usaha. Berdasarkan hasil pertemuan TPID Riau,

diketahui bahwa ORGANDA Riau akan tetap melakukan penyesuaian tarif

angkut dengan kisaran 30%-35% dan 20%-25% (jika rencana kenaikan

BBM bersubsidi batal direalisasikan).

Beberapa faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi tekanan inflasi

pada triwulan mendatang antara lain (i) masih kuatnya permintaan

domestik sejalan dengan masih berlangsungnya percepatan pembangunan

infrastruktur pendukung PON yang akan berlangsung pada bulan

September 2012 mendatang, (ii) risiko gangguan distribusi pasokan terkait

Tekanan inflasi pada triwulan II-2012 diperkirakan relatif meningkat yakni berkisar 4,80%-5,20%

(yoy)

Sumber pertumbuhan diperkirakan berasal dari sektor sekunder dan tersier khususnya sektor

perdagangan

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

6

dengan belum membaiknya kualitas infrastruktur jalan di Provinsi Riau, (iii)

trend penguatan harga emas dunia yang berpotensi memberikan tekanan

inflasi inti, dan (iv) meningkatnya ekspektasi inflasi di tingkat pedagang

akibat gangguan produksi bahan pangan strategis pada sentra produksi

utama.

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

7

1. KONDISI UMUM

Mengawali tahun 2012, ditengah masih tingginya risiko pelemahan ekonomi global

akibat lesunya ekonomi Eropa, perekonomian Riau menunjukkan kondisi yang

menggembirakan dimana tumbuh diatas perkiraan semula serta mengalami

percepatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan dua triwulan terakhir pada

tahun 2011. Membaiknya kinerja sektor migas, terjaganya daya beli konsumen

serta pesatnya pembangunan berbagai infrastruktur diperkirakan menjadi beberapa

faktor penggerak utama perekonomian Riau dalam triwulan I-2012.

Bab 1 KONDISI EKONOMI

MAKRO REGIONAL

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

8

Dengan memasukkan unsur migas, secara tahunan (year-on-year/yoy),

pertumbuhan ekonomi Riau tercatat sebesar 5,02% meningkat dari 4,63% pada

akhir tahun 2011. Namun demikian pertumbuhan Riau masih relatif lebih rendah

jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,30%.

Sementara, dengan mengeluarkan unsur migas, pertumbuhan ekonomi Riau

tumbuh relatif stabil sebesar 7,36% dan berada diatas pertumbuhan ekonomi non

migas nasional yang mencapai sebesar 6,70%.

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Nasional (yoy,%)

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

2. PDRB SISI PENGGUNAAN

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada konsumsi rumah tangga yang diikuti dengan

ekspor. Sementara investasi dan impor meskipun tumbuh tinggi namun lebih

rendah dibanding triwulan IV-2011. Tingginya pertumbuhan konsumsi dan ekspor

telah memberikan konstribusi atau andil terhadap meningkatnya pertumbuhan

ekonomi triwulan laporan. Di sisi lain, terjaganya daya beli konsumen dan masih

kuatnya permintaan dunia atas komoditas ekspor unggulan juga menjadi faktor

pendorong meningkatnya perekonomian Riau.

I II III IV I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011 2012

Riau 5,17 2,18 1,60 3,03 2,90 3,77 4,76 5,22 4,04 3,44 3,93 4,63 5,02

Nasional 4,53 4,08 4,16 5,43 5,69 6,19 5,82 6,90 6,50 6,50 6,50 6,50 6,30

Riau (Tanpa Migas) 6,67 6,55 5,70 7,33 6,01 6,75 7,95 7,84 7,51 7,54 7,64 7,40 7,36

Nasional (Tanpa Migas) 4,93 4,46 4,51 5,85 6,20 6,59 6,24 7,40 6,90 7,01 6,90 6,90 6,70

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

yoy

(%)

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

9

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan (yoy)

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan Tanpa Migas (yoy)

2.1. Konsumsi

Dalam triwulan I-2012, pertumbuhan konsumsi Riau tercatat tumbuh meningkat

menjadi 7,25% (yoy). Peningkatan ini utamanya bersumber dari meningkatnya

konsumsi rumah tangga Riau yakni dari 5,65% pada triwulan IV-2011 menjadi

7,45% pada triwulan laporan. Meningkatnya konsumsi tersebut disebabkan faktor

menguatnya optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian, membaiknya

pendapatan dan rendahnya laju inflasi. Menguatnya optimisme masyarakat

dicerminkan dari hasil survei konsumen yang menunjukkan adanya peningkatan

ekspektasi pendapatan terutama pada sebagian responden.

Salah satu faktor yang diperkirakan menyebabkan membaiknya pendapatan adalah

trend kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) dunia yang berimbas simetris terhadap

peningkatan harga CPO lokal. Selama triwulan I-2012, harga tertimbang CPO di

Riau yang ditentukan berdasarkan mekanisme kesepakatan dengan pelaku usaha

mencapai Rp1.538/Kg atau naik 17,0% dibandingkan dengan akhir tahun 2011.

Kenaikan tersebut utamanya dipengaruhi oleh keyakinan pelaku usaha atas masih

tingginya permintaan CPO Indonesia di dunia terlebih setelah adanya gangguan

produksi di negara pesaing akibat bencana alam.

2012***

I II III IV I II III IV I

Konsumsi 7,22 7,21 7,53 7,30 6,90 6,31 5,68 5,83 7,25 2,88

8,91 8,98 8,27 7,58 7,74 8,79 8,85 8,12 6,27 1,79

Ekspor 2,93 3,10 3,79 5,18 -0,16 0,77 1,17 4,71 5,91 5,19

Impor 14,57 6,84 5,35 8,84 2,94 5,48 3,46 8,16 7,27 2,23

2,90 3,77 4,76 5,22 4,04 3,44 3,93 4,63 5,02 5,02Sumber : BPS Provinsi RiauKet : ***) Data Sangat Sementara, **) data sementara

Andil

Pembentukan Modal Tetap Bruto

Total

Komponen2011***2010**

2012***

I II III IV I II III IV I

Konsumsi 7,22 7,21 7,53 7,30 6,90 6,31 5,68 5,83 7,25 6,16

18,91 15,02 12,22 11,24 8,28 10,38 8,85 10,22 10,44 3,01

Ekspor Non Migas 7,66 2,01 3,46 3,29 6,28 10,88 12,02 6,20 -0,04 -0,02

Impor Non Migas 15,65 6,09 5,06 7,73 2,60 6,17 4,35 9,65 4,51 2,66

6,01 6,75 7,95 7,84 7,51 7,54 7,64 7,40 7,36 7,36Sumber : BPS Provinsi RiauKet : ***) Data Sangat Sementara, **) data sementara

Andil

Pembentukan Modal Tetap Bruto

Komponen2011***

Total Tanpa Migas

2010**

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

10

Sementara rendahnya inflasi yang terjadi sepanjang triwulan I-2012, meskipun

muncul tekanan akibat isu kenaikan BBM, turut pula mempengaruhi pada

membaiknya daya beli masyarakat Riau berpenghasilan menengah1. Secara spesifik,

hal ini tercermin dari pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)2 Riau yang

pada triwulan laporan menunjukkan kenaikan atau berada pada titik tertinggi

selama kurun waktu 6 tahun terakhir (2006-2011).

Tabel 1.2. Pertumbuhan Konsumsi Riau Tahun 2010-2012

Keterangan : **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Grafik 1.2. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen Riau

Grafik 1.3. Perkembangan Trend Harga CPO Lokal dan Dunia

Sumber : Survei Konsumen BI Sumber : Disbun Riau dan Bloomberg Sejalan dengan kondisi diatas, kredit konsumsi yang merupakan cerminan

konsumsi yang dibiayai dari dana perbankan juga menunjukkan pertumbuhan yang

lebih tinggi3. Pada triwulan laporan, pertumbuhan kredit konsumsi riil mengalami

peningkatan dari 17,80% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 20,50% (yoy).

Beberapa indikator yang menunjukkan penguatan konsumsi diantaranya adalah

pertumbuhan pembelian kendaraan bermotor sebagaimana terlihat dari

pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Provinsi Riau. Pada triwulan

1 Data BPS Riau menunjukkan bahwa lebih dari 40% penduduk di Riau bekerja di sektor pertanian 2 Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Pekanbaru triwulan I-2012 3 Pertumbuhan kredit riil dibobot dengan menggunakan IHK Kota Pekanbaru

2012***

I II III IV I II III IV I

- MigasRumah Tangga 7,52 8,06 8,51 9,08 7,85 6,93 6,39 5,65 7,45

- MigasSwasta Nirlaba -4,95 -5,20 0,65 4,55 8,16 6,30 6,15 5,23 6,75

- MigasPemerintah 5,96 2,55 1,82 -2,52 0,56 2,23 0,94 6,95 5,85

7,22 7,21 7,53 7,30 6,90 6,31 5,68 5,83 7,25

Komponen Konsumsi2011***2010**

Total

50

70

90

110

130

150

170

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Jan Feb Mar

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Indeks Ekspektasi Konsumen Baseline

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.000

1.100

1.200

1.300

1.400

1.500

1.600

1.700

1.800

1.900

Jan-1

0Fe

b-1

0M

ar-

10

Apr-

10

May-

10

Jun-1

0Ju

l-10

Aug-1

0Sep-1

0O

ct-1

0N

ov-

10

Dec-

10

Jan-1

1Fe

b-1

1M

ar-

11

Apr-

11

May-

11

Jun-1

1Ju

l-11

Aug-1

1Sep-1

1O

ct-1

1N

ov-

11

Dec-

11

Jan-1

2Fe

b-1

2M

ar-

12

Apr-

12

USD

/MT

Rp

/Kg

TBS Domestik (kiri) CPO Dunia (kanan)

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

11

laporan, jumlah pembayaran PKB di Riau mencapai 325.595 unit atau tumbuh

meningkat dari 1,64% (yoy) pada akhir tahun menjadi 6,15% (yoy).

Grafik 1.4. Perkembangan Kredit Konsumsi di Riau

Grafik 1.5. Perkembangan Penjualan Kendaraan Bermotor di Riau

Sumber : Dispenda Provinsi Riau

2.2. Investasi

Kinerja investasi di Riau sebagaimana dicerminkan dari PMTB Riau pada triwulan

laporan tercatat tumbuh melambat dari 8,12% (yoy) pada akhir tahun 2011

menjadi 6,27% (yoy). Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, PMTB

Riau tercatat tumbuh meningkat menjadi 10,44% (yoy) atau sedikit lebih tinggi bila

dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 10,22 (yoy).

Meningkatnya pertumbuhan PMTB non migas diperkirakan tidak terlepas dari

faktor percepatan pembangunan infrastruktur PON ke-18 (seperti jalan layang,

stadion, tempat penginapan dan bandara udara SSK II) yang akan diselenggarakan

pada tahun ini. Kondisi tersebut tercermin dari masih tingginya tumbuhnya

konsumsi semen Riau yang pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 367 ribu ton atau

tumbuh sebesar 18,22% secara tahunan. Meskipun mengalami pertumbuhan yang

relatif melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2011 namun tingkat konsumsi

semen Riau pada triwulan laporan masih relatif lebih tinggi bila dibandingkan

dengan rata-rata konsumsi semen tahun 2011 yang mencapai 300 ribu ton.

Disamping didorong oleh pesatnya pembangunan infrastruktur PON,

meningkatnya PMTB non migas Riau pada triwulan laporan juga erat kaitannya

dengan sejumlah investasi mesin dan pembangunan pabrik CPO di beberapa

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011 2012

%

Rp

tri

liu

n

K. Konsumsi (kiri) yoy (kanan)

(10,00)

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

-

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

yo

y,%

un

it

Jumlah (kiri) Pertumbuhan (kanan)

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

12

daerah. Berdasarkan informasi dari contact liaison di sektor industri pengolahan

CPO, pada tahun 2012 beberapa pelaku tengah melakukan pembelian mesin baru

senilai Rp100 miliar di Kabupaten Kampar untuk meningkatkan produksi turunan

CPO (refinery) yakni Oleochemical. Dengan adanya investasi tersebut, diharapkan

dapat meningkatkan kapasitas produksi sekitar 15%-20% per bulannya.

Sejalan dengan bertumbuhnya investasi, jumlah investasi yang dibiayai melalui

kredit juga menunjukkan peningkatan. Pada triwulan laporan, kredit investasi

tercatat sebesar Rp10,68 triliun secara riil tumbuh meningkat menjadi

23,50% (yoy). Sebagian besar kredit yang disalurkan utamanya ditujukan ke sektor

konstruksi sejalan dengan momentum PON ke-18 yang akan berlangsung di Riau

pada tahun ini.

Grafik 1.6. Perkembangan Penjualan Semen di Riau

Grafik1.7. Perkembangan Kredit Investasi di Riau

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

2.3. Ekspor Impor

Total ekspor Provinsi Riau pada triwulan laporan mencatat perkembangan yang

cukup menggembirakan dimana tumbuh meningkat dari 4,71% (yoy) pada

triwulan IV-2011 menjadi 5,91% (yoy). Di sisi lain, impor Riau pada triwulan

laporan mengalami perlambatan yakni dari dari 8,16% (yoy) pada triwulan IV-2011

menjadi 7,27% pada triwulan I-2012. Meningkatnya pertumbuhan ekspor Riau

pada triwulan laporan utamanya didorong oleh peningkatan ekspor minyak

khususnya minyak mentah.

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

I II III IV I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011 2012

%Ton

Konsumsi Semen g.yoy (kanan)

(5,00)

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011 2012

%

Rp

tri

liu

n

K. Investasi yoy (kanan)

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

13

Grafik 1.8. Perkembangan Ekspor Migas Provinsi Riau

Grafik 1.9. Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Riau

Sumber : BPS Provinsi RIau Sumber : BPS Provinsi Riau

Namun, apabila mengeluarkan unsur migas, kinerja perdagangan eksternal Riau

menurun bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekspor non migas

Riau pada triwulan I-2012 mengalami kontraksi sebesar 0,04% (yoy). Sementara

impor non migas tumbuh melambat dari 9,65% (yoy) pada triwulan IV-2011

menjadi 4,51% (yoy). Menurunnya kinerja ekspor non migas Riau pada triwulan

laporan utamanya disebabkan oleh menurunnya ekspor batubara ke negara mitra

dagang utama. Sebagaimana diketahui, pangsa volume ekspor batubara Riau

terhadap ekspor non migas tercatat menurun dari 13,34% pada triwulan IV-2011

menjadi 6,63% pada triwulan I-2012. Berdasarkan hasil survei kepada produsen

batubara di Riau, diketahui bahwa faktor rendahnya ekspor disebabkan oleh

menurunnya produksi batubara akibat tingginya curah hujan serta kondisi tambang

yang sudah relatif dalam.

Meskipun ekspor non migas Riau secara umum mengalami kontraksi, namun

pertumbuhan ekspor beberapa komoditas unggulan seperti CPO dan karet olahan

mencatat kenaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Volume ekspor

CPO Riau pada triwulan I-2012 (Januari-Februari) tercatat sebesar 1.307,4 ton atau

tumbuh sebesar 25,81% (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan

volume ekspor triwulan IV-2011 yang mengalami kontraksi sebesar 2,10% (yoy).

Sementara itu, volume ekspor karet olahan Riau pada triwulan I-2012 juga

mencatat fenomena yang serupa dimana tumbuh sebesar 22,10% (yoy) atau lebih

tinggi dibandingkan dengan triwulan IV-2011 yang mengalami kontraksi sebesar

35,6

-

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

-200 400 600 800

1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 2.000

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

yoy,

%

USD

mili

ar

Nilai (kiri) Pertumbuhan (kanan)

(24,5)(40,0)

(20,0)

-

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

yoy,

%

USD

mili

ar

Nilai (kiri) Pertumbuhan (kanan)

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

14

48,20% (yoy). Dari hasil survei kepada beberapa pelaku usaha, meningkatnya

pertumbuhan ekspor CPO utamanya dipengaruhi oleh terbatasnya pasokan CPO

dunia menyusul adanya gangguan pasokan CPO pada negara pesaing serta

meningkatnya harga minyak dunia yang berimbas pada kenaikan harga subtitusi

energi dunia.

Grafik 1.10. Perkembangan Volume Ekspor CPO Riau

Grafik 1.11. Perkembangan Ekspor Pulp and Paper Riau

Grafik 1.12. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Riau

Grafik 1.13. Perkembangan Volume Ekspor Karet Olahan Riau

3. PDRB SEKTORAL

Kinerja ekonomi sektoral Riau pada triwulan laporan secara umum menunjukkan

hal yang menggembirakan dimana seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif.

Pada sektor tradables, motor penggerak perekonomian Riau utamanya berasal dari

(100,0)

(50,0)

-

50,0

100,0

150,0

200,0

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009 2010 20112012

%

USD

juta

Vol (kiri) yoy (kanan)

(80,0)

(60,0)

(40,0)

(20,0)

-

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

-

100,0

200,0

300,0

400,0

500,0

600,0

700,0

800,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009 2010 20112012

%

USD

ju

ta

Vol (kiri) yoy (kanan)

(200,0)

(100,0)

-

100,0

200,0

300,0

400,0

500,0

600,0

700,0

-

200,0

400,0

600,0

800,0

1.000,0

1.200,0

1.400,0

1.600,0

I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I

2006 2007 2008 2009 2010 20112012

%

USD

ju

ta

Vol (kiri) yoy (kanan)

(500,0)

-

500,0

1.000,0

1.500,0

2.000,0

2.500,0

-

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

10,0

I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I

2006 2007 2008 2009 2010 20112012

%

USD

ju

ta

Vol (kiri) yoy (kanan)

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

15

sektor pertambangan khususnya sektor migas. Sementara, pada sektor non

tradables, sektor perdagangan masih tetap menjadi roda penggerak utama

perekonomian sejalan dengan meningkatnya berbagai aktivitas kegiatan dunia

selama triwulan laporan.

Pertumbuhan tertinggi secara sektoral terjadi pada sektor perdagangan yakni

sebesar 12,89% (yoy), meningkat jika dibandingkan dengan pertumbuhan

triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar 12,38% (yoy). Relatif tingginya

pertumbuhan pada sektor perdagangan didorong oleh menguatnya konsumsi dan

aktivitas ekspor.

Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral (yoy)

Keterangan : **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

3.1. Sektor Pertanian

Pertumbuhan sektor pertanian Riau pada triwulan I-2012 tercatat sebesar

2,88% (yoy), meningkat jika dibandingkan dengan triwulan IV-2011 yang

mencapai 2,41% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan

tidak terlepas dari adanya kenaikan produksi pada sub sektor tanaman perkebunan

yang memiliki pangsa sekitar 40% terhadap sektor pertanian Riau.

Berdasarkan informasi dari pelaku usaha, diketahui bahwa produksi Tandan Buah

Segar (TBS) kelapa sawit Riau relatif meningkat yang bersumber dari adanya

kenaikan dari produksi Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) kelapa sawit sekitar

15%. Di sisi lain, dari hasil survei juga diketahui bahwa produksi tanaman karet

relatif terbatas sejalan dengan tingginya curah hujan yang mengakibatkan hasil

sadapan karet banyak mengandung air (berkualitas rendah).

I II III IV I II III IV I

Pertanian 2,90 3,03 4,73 4,86 4,55 3,94 3,58 2,41 2,88Pertambangan 0,08 -1,98 -1,39 2,66 0,89 -0,37 0,27 1,97 2,65 - Migas -0,08 -2,19 -1,62 2,54 0,65 -0,65 -0,01 1,75 2,54 - Non Migas 9,60 9,64 11,06 8,66 12,89 13,94 13,65 12,62 7,62Ind. Pengolahan 4,94 5,86 7,78 7,92 7,42 7,42 7,66 5,19 4,97 - Migas 0,89 1,43 4,36 4,98 2,28 1,79 3,81 2,60 5,04 - Non Migas 6,18 7,24 8,78 8,73 8,91 9,09 8,74 5,88 4,95Listrik, Gas & Air 3,71 4,89 8,78 4,62 5,46 7,56 9,21 6,73 5,47Bangunan 9,02 9,34 9,02 7,77 9,99 12,38 13,25 14,04 12,38Perdagangan 7,97 9,52 10,36 12,22 9,10 9,13 9,61 12,38 12,89Pengangkutan 7,80 9,30 11,22 8,97 8,91 9,02 9,59 11,12 11,30Keuangan 8,82 10,15 10,07 9,03 9,58 9,37 9,46 10,22 10,78Jasa-jasa 7,89 8,75 9,15 7,89 8,04 8,07 8,82 8,92 9,15

2,90 3,77 4,76 5,22 4,04 3,44 3,93 4,63 5,026,01 6,75 7,95 7,84 7,51 7,54 7,64 7,40 7,36

2011

PDRB (Tanpa Migas)

2010

PDRB

2012Indikator

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

16

3.2. Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan Riau pada triwulan laporan tercatat tumbuh meningkat dari

1,97% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 2,65% (yoy) pada triwulan I-2012.

Kondisi ini diperkirakan sejalan dengan membaiknya volume lifting minyak salah

satu produsen minyak tersebar di Riau yang merupakan penyumbang lifting

terbesar bagi produksi minyak Riau. Berdasarkan data yang dihimpun dari

9 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang beroperasi di Riau, volume lifting

minyak pada bulan Februari mencapai 339,13 ribu barel/hari atau tumbuh

1,72% (yoy). Pertumbuhan tersebut tercatat lebih tinggi bila dibandingkan dengan

pertumbuhan akhir tahun 2011 yang menunjukkan kontraksi sebesar 3,83% (yoy).

Grafik.1.14. Perkembangan Volume Lifting Minyak Bumi Provinsi Riau

Sumber : Departmen ESDM

Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, laju pertumbuhan sektor

pertambangan tercatat sebesar 7,62% (yoy) melambat jika dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar 12,62% (yoy). Berdasarkan

hasil survei kepada pelaku usaha, diketahui bahwa kondisi ini utamanya disebabkan

oleh terbatasnya produksi batubara sejalan dengan faktor lokasi tambang yang

sudah dalam serta relatif tingginya curah hujan yang mengakibatkan produksi

tidak optimal.

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

300,00

320,00

340,00

360,00

380,00

400,00

420,00

440,00

460,00

480,00

500,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2

2010 2011 2012

yoy,

%

rib

ub

are

l/h

ari

Volume (kiri) yoy (kanan)

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

17

3.3. Industri Pengolahan

Pertumbuhan sektor industri pengolahan Riau pada triwulan laporan tercatat

menunjukkan perlambatan yakni dari 5,19% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi

4,97% (yoy). Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, pertumbuhan

sektor industri pengolahan mencapai 4,95% atau mengalami perlambatan jika

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2011 yang mencapai 5,88% (yoy).

Perlambatan yang terjadi pada sektor industri dalam triwulan laporan diperkirakan

dipengaruhi oleh terbatasnya produksi pada industri karet olahan. Berdasarkan

hasil survei kepada pelaku usaha, diketahui bahwa kondisi ini disebabkan oleh

kondisi mesin yang sudah tua sehingga mengakibatkan penurunan kapasitas

terpasang dan kapasitas terpakai masing-masing sebesar 16,17% dan 5,62%

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selain dipengaruhi oleh kondisi tersebut,

relatif tingginya curah hujan yang terjadi selama triwulan I-2012 juga turut

menyebabkan terbatasnya pasokan karet mentah ke pabrik.

Meskipun demikian, turunnya produksi pada industri pengolahan karet tidak

menjalar ke industri lainnya. Hasil survei menunjukkan bahwa produksi komoditas

unggulan seperti CPO dan pulp and paper tercatat meningkat dibandingkan

dengan triwulan IV-2011. Beberapa industri usaha mengkonfirmasi kenaikan

produksi sekitar 82% (yoy) sejalan dengan stabilnya produksi TBS dari petani

plasma dan petani inti. Meningkatnya produksi CPO tersebut juga tercermin dari

meningkatnya volume penjualan yang pada bulan Februari 2012 menunjukkan

kenaikan sebesar 65% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV-2012.

3.4. Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor PHR Riau pada triwulan laporan tumbuh meningkat dari 12,38% pada

triwulan IV-2011 menjadi 12,89% (yoy) sejalan dengan relatif tingginya daya beli

konsumen dan aktivitas ekspor yang membaik kondisi ini mengakibatkan aktivitas

perdagangan domestik dan eksternal semakin membaik. Kondisi ini mengakibatkan

aktivitas perdagangan domestik dan eksternal semakin membaik. Beberapa

indikator yang mendukung kenaikan pertumbuhan di sektor perdagangan adalah

pembelian barang tahan lama (durable goods) seperti kendaraan bermotor roda 2.

Pada triwulan laporan, pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor roda 2

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

18

tercatat sebesar 6,15% (yoy) atau meningkat bila dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang mengalami kontraksi.

Grafik.1.15. Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Bintang 3,4,5 Riau

Grafik.1.16. Perkembangan Penjualan Kendaraan Bermotor Roda 2 Riau

Sumber : Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Sumber : Dispenda Provinsi Riau

3.5. Pengangkutan dan Komunikasi

Secara umum perkembangan sektor pengangkutan dalam triwulan laporan

menunjukkan perkembangan yang relatif stabil. Pertumbuhan sektor

pengangkutan dan komunikasi di Riau mencapai 11,30% (yoy), meningkat baik

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2011 (11,12 %) maupun periode

yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 8,91% (yoy).

Salah satu indikator yang mendukung kondisi tersebut adalah relatif tingginya arus

kedatangan dan keberangkatan penumpang dan pesawat di Bandara Sultan Syarif

Kasim (SSK) II dalam triwulan III-2011. Pada triwulan I-2012, arus kedatangan

penumpang di Bandara SSK II mencapai 327.649 jiwa, meningkat 8,87% (yoy) dan

lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan triwulan IV-2011 yang mencapai

0,51% (yoy). Di sisi lain, jumlah penumpang yang berangkat dari Bandara SSK II

juga relatif tinggi yakni mencapai 329.938 jiwa atau naik 9,94% (yoy) dan relatif

lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan triwulan IV-2011 yang mencapai

6,92% (yoy).

46,7%

54,4%

48,1%

56,1%

45,9%

51,3%

44,4%

53,8%51,2%

20,0%

25,0%

30,0%

35,0%

40,0%

45,0%

50,0%

55,0%

60,0%

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

(10,00)-10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00

-

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

yo

y,%

un

it

Jumlah (kiri) Pertumbuhan (kanan)

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

19

150000

170000

190000

210000

230000

250000

270000

290000

310000

330000

350000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011 2012

datang berangkat

2000

2200

2400

2600

2800

3000

3200

3400

I II III IV I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011 2012

datang berangkat

Grafik 1.16. Arus Kedatangan dan Keberangkatan Penumpang di

Bandara SSK II

Sumber : PT. Angkasa Pura II

Grafik 1.17. Arus Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat di Bandara

SSK II

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

BOKS 1. Indeks Keyakinan Konsumen Meningkat 19,30 Poin

Berdasarkan Survei Ekspektasi Konsumen yang dilakukan KBI Pekanbaru terhadap 150 responden

rumah tangga di Kota Pekanbaru pada Tariwulan I-2012, tingkat keyakinan konsumen terhadap

kondisi perekonomian Riau masih berada pada level optimis dengan Indeks Keyakinan Konsumen

(IKK) sebesar 139,40 atau meningkat sebesar 19,30 poin dibandingkan dengan triwulan IV-2011

yang sebesar 120,10. Peningkatan tersebut didorong oleh meningkatnya 2 indeks pembentuknya

yakni Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang masing-

masing meningkat sebesar 20,90 dan 17,70 poin.

Grafik A. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini berada pada level optimis yang sebesar 130,60. Optimisme ini

didorong oleh persepsi konsumen bahwa kondisi saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu untuk

beberapa indikator seperti penghasilan, ketersediaan lapangan kerja dan rencana pembelian

barang-barang tahan lama mengalami peningkatan..

Demikian halnya dengan Indeks Ekpektasi Konsumen, juga berada pada level optimis yang sebesar

148,20. Optimisme ini dibentuk oleh oleh ekspektasi konsumen dimana pada 6 bulan bulan yang

akan datang penghasilan mereka akan meningkat karena akan adanya tambahan perolehan

pendapatan di luar gaji. Ketersediaan lapangan kerja juga akan meningkat seiring dengan

membaiknya kondisi perekonomian dan meningkatnya minat berwiraswasta, serta meningkatnya

proyek pemerintah/swasta dan adanya rencana pembelian barang-barang tahan lama.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Tw-I

Tw-II

Tw-II

I

Tw-IV

Tw-I

Tw-II

Tw-II

I

Tw-IV

Tw-I

Tw-II

Tw-II

I

Tw-IV

Tw-I

Tw-II

Tw-II

I

Tw-IV

Tw-I

Tw-II

Tw-II

I

Tw-IV

Tw-I

2007 2008 2009 2010 2011

IKK IKE IEK

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Evaluasi Perkembangan Inflasi Daerah

20

1. Kondisi Umum

Dinamika perkembangan harga di Provinsi Riau pada triwulan I-2012 secara

umum masih terus menunjukkan trend yang menurun. Kondisi ini tercatat

cukup menggembirakan ditengah-tengah isu rencana kenaikan BBM yang

kemudian tidak terealisir dalam triwulan laporan. Terjaganya kecukupan pangan

strategis cukup dapat menekan ekspektasi negatif dari masyarakat sehingga

inflasi pada kelompok bahan pangan bergejolak (volatile foods) tercatat relatif

stabil. Kondisi ini tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan oleh Tim

Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Riau dan Kota Dumai.

PERKEMBANGAN

INFLASI DAERAH

Bab 2

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Evaluasi Perkembangan Inflasi Daerah

21

2. Perkembangan Inflasi Tahunan (YOY)

Tekanan inflasi Riau pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 3,94% (yoy),

menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai

4,72% (yoy), bahkan mengalami penurunan yang berarti dibandingkan dengan

triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 7,90% (yoy). Meskipun

mencatat angka yang rendah, inflasi Riau sedikit lebih tinggi bila dibandingkan

dengan inflasi Sumatera yang tercatat sebesar 3,75% (yoy).

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Nasional, Sumatera dan Riau

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Ditinjau dari kota-kota yang menjadi basis perhitungan inflasi di Riau, inflasi

Kota Pekanbaru pada triwulan laporan tercatat relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan inflasi Kota Dumai. Inflasi Kota Pekanbaru tercatat sebesar 4,20%

sementara inflasi Kota Dumai sebesar 2,75%. Relatif lebih rendahnya tingkat

inflasi yang terjadi di Kota Dumai disebabkan karena penurunan harga (-1,09%)

secara umum pada kelompok bahan makanan di Kota Dumai sementara

kelompok bahan makanan di Kota Pekanbaru masih tetap mengalami inflasi

sebesar1,82%. Penurunan utamanya terjadi pada cabe merah dan minyak

goreng (yoy).

Berdasarkan hasil disagregasi inflasi1, terlihat bahwa tekanan inflasi non inti2 di

kedua kota, khususnya inflasi volatile foods (VF) menunjukkan penurunan

1Penghitungan inflasi inti dan non inti dilakukan berdasarkan pendekatan sub kelompok dengan mengacu kepada Nilai Konsumsi SBH 2007=100

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2009 2010 2011 2012

P.baru 6,99 3,68 2,20 1,94 2,26 4,58 4,72 7,00 7,76 5,61 6,10 5,09 4,20

Dumai 10,16 2,74 3,22 0,80 1,81 5,27 3,94 9,05 8,49 5,42 5,78 3,10 2,75

Nasional 7,92 3,65 2,83 2,78 3,43 5,05 5,80 6,96 6,65 5,54 4,61 3,79 3,97

Riau 7,67 3,50 2,39 1,73 2,18 4,71 4,57 7,37 7,90 5,57 6,04 4,72 3,94

Sumatera 11,37 3,03 3,36 2,44 3,40 5,96 5,25 7,83 7,47 5,48 6,12 3,98 3,75

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Evaluasi Perkembangan Inflasi Daerah

22

terutama bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tingkat inflasi VF di

kota Pekanbaru mengalami perlambatan menjadi sebesar 1,64% (yoy),

sedangkan inflasi VF di Kota Dumai pada triwulan laporan mengalami deflasi

yaitu sebesar 1,52% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan awal tahun

2011 yang berada pada kisaran 17,00% (yoy) di kedua kota tersebut. Secara

umum, kondisi ini bersumber dari menurunnya inflasi bahan makanan

khususnya subkelompok bumbu-bumbuan dan subkelompok lemak & minyak

yaitu cabe merah dan minyak goreng.

Selanjutnya, inflasi non inti lainnya yaitu kelompok Administered Price (AP) juga

tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

maupun triwulan yang sama tahhun sebelumnya. Kondisi ini terkait dengan

minimnya kebijakan pemerintah terhadap tingkat harga yang diatur oleh

pemerintah pada triwulan laporan.

2Inflasi non inti terdiri dari inflasi Volatile Foods dan Administered Price.

Grafik 2.2. Disagregasi Inflasi Pekanbaru Grafik 2.3. Andil Inflasi Pekanbaru

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2008 2009 2010 2011 2012

Core VF AP

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2008 2009 2010 2011 2012

AP VF Core

Grafik 2.4. Disagregasi Inflasi Dumai Grafik 2.5. Andil Inflasi Dumai

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

(10,00)

(5,00)

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2008 2009 2010 2011 2012

Core VF AP

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

18,00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2008 2009 2010 2011 2012

AP VF Core

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Evaluasi Perkembangan Inflasi Daerah

23

Seiring kuatnya konsumsi mendorong adanya tekanan pada inflasi inti (core

inflation). Tekanan juga terjadi pada 2 (dua) bulan pertama triwulan I-2012

pada saat pemerintah belum memastikan kebijakan BBM yang akan dibatasi

pemakaiannya atau dinaikkan harganya.

Ditinjau dari kelompok penyumbang inflasi, sebagaimana terlihat pada Tabel

2.1, inflasi kelompok bahan makanan di Provinsi Riau tercatat mengalami inflasi

terendah yaitu menjadi 1,28% (yoy). Berdasarkan kota yang disurvei maka

kelompok bahan makanan di Kota Dumai tercatat mengalami deflasi

(penurunan harga) sebesar 1,09%, sementara di Kota Pekanbaru masih

mengalami inflasi sebesar 1,82%.

Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Pekanbaru dan Dumai Menurut Kelompok (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Sementara itu,

kelompok IHK lain

yang tercatat

mengalami inflasi

tahunan cukup tinggi

adalah kelompok

sandang baik di Kota

Pekanbaru maupun

Dumai. Relatif

tingginya inflasi

kelompok sandang

tidak terlepas dari meningkatnya harga jual emas dunia. Hal ini terjadi seiring

dengan faktor krisis keuangan global sehingga mengakibatkan permintaan

emas relatif tinggi (safe haven asset). Harga emas dunia pada triwulan laporan

masih berada pada tingkat yang relatif tinggi yakni sebesar US$1.681,21/Oz

atau naik 18,15% (yoy).

0,00

200,00

400,00

600,00

800,00

1.000,00

1.200,00

1.400,00

1.600,00

1.800,00

2.000,00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 N 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Grafik 2.6. Perkembangan Harga Rerata Emas di Pasar Dunia (US$/Oz

Sumber : Bloomberg

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Evaluasi Perkembangan Inflasi Daerah

24

3. Perkembangan Inflasi Triwulanan (QTQ)

Perkembangan inflasi triwulanan kota-kota di Provinsi Riau pada triwulan

laporan secara umum berada dibawah tingkat inflasi Nasional. Inflasi triwulanan

Kota Pekanbaru dan Dumai pada triwulan laporan masing-masing mencapai

0,66% (qtq) dan -0,58% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan periode

sebelumnya dan juga periode yang sama tahun sebelumnya. Inflasi (qtq) pada

triwulan laporan utamanya disebabkan oleh relatif terjaganya pasokan bahan

pangan di kedua kota tersebut.

Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Pekanbaru, Dumai dan Nasional

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Inflasi triwulanan menurut kelompok di Kota Pekanbaru dan Kota Dumai

selengkapnya disajikan pada Tabel 2.2. Berdasarkan tabel tersebut terlihat

bahwa inflasi terjadi hampir diseluruh kelompok IHK baik di Kota Pekanbaru

maupun Kota Dumai, kecuali kelompok bahan makanan yang tercatat

mengalami deflasi. Deflasi pada kelompok bahan makanan tertinggi terjadi

pada Kota Dumai yaitu mencapai 3,96%, sementara pada Kota Pekanbaru

tercatat mengalami deflasi sebesar 0,96%. Penurunan harga subkelompok

bumbu-bumbuan terutama cabe merah pada triwulan laporan menjadi

pendorong utama terjadinya deflasi pada kedua kota tersebut. Subkelompok

bumbu-bumbuan di Kota Pekanbaru mengalami deflasi sebesar 21,57% (qtq)

dan di Kota Dumai sebesar 26,04% (qtq). Di sisi lain, inflasi tertinggi terjadi

pada kelompok makanan jadi, baik di Kota Pekanbaru maupun di Kota Dumai.

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2009 2010 2011 2012

P.baru 0,48 -0,54 1,70 0,30 0,79 1,72 1,83 2,48 1,51 -0,30 2,30 1,50 0,66

Dumai -0,74 -0,77 3,52 -1,14 0,26 2,60 2,21 3,71 -0,25 -0,31 2,56 1,08 -0,58

Nasional 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89 0,79 0,88

Riau 0,25 -0,58 2,04 0,03 0,69 1,89 1,90 2,71 1,18 -0,31 2,35 1,43 0,43

Sumatera -0,49 2,80 0,16 0,91 1,97 2,12 2,62 0,58 0,09 2,74 0,55 0,35

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Evaluasi Perkembangan Inflasi Daerah

25

Tabel 2.2. Inflasi (qtq) Menurut Kelompok Barang & Jasa di Kota Pekanbaru dan

Dumai 2010-2012

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Grafik 2.8. Inflasi (qtq) Menurut Sub Kelompok Bahan Makanan di Kota Pekanbaru

dan Dumai Triwulan I-2012

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Beberapa komoditas yang secara spesifik memberikan sumbangan cukup tinggi

terhadap perubahan harga (inflasi/deflasi) di Kota Pekanbaru dalam triwulan

laporan dirangkum pada Tabel 2.3. Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa

komoditas cabe merah dan beras memberikan kontribusi yang signifikan

terhadap menurunnya tingkat inflasi pada triwulan I-2012 sebagaimana terlihat

dari kontribusi terhadap penurunan harga kedua komoditas tersebut pada bulan

Februari dan Maret 2012.

-30,00 -25,00 -20,00 -15,00 -10,00 -5,00 0,00 5,00 10,00

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya

Daging dan Hasil-hasilnya

Ikan Segar

Ikan Diawetkan

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya

Sayur-sayuran

Kacang - kacangan

Buah - buahan

Bumbu - bumbuan

Lemak dan Minyak

Bahan Makanan Lainnya

Riau

Pekanbaru

Dumai

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Evaluasi Perkembangan Inflasi Daerah

26

Tabel 2.3. Lima (5) Komoditas yang Memberikan Sumbangan Tertinggi Terhadap Inflasi di Kota Pekanbaru Dalam Triwulan I-2012

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Menurunnya harga beras selama triwulan laporan didorong oleh relatif

amannya stok beras Bulog yang diimpor dari India, Vietnam dan Thailand yang

pada akhir triwulan laporan mencapai 15 ribu ton. Selain itu, kepastian dari

Bulog untuk tidak menaikkan harga beras dari harga Rp6.800/kg telah

menimbulkan ekspektasi yang positif dimasyarakat. Kondisi ini juga tidak

terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi (TPID)

Provinsi Riau maupun Kota Dumai dalam menjaga kecukupan stok bahan

pangan strategis bersama dengan instansi terkait.

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

27

1. Kondisi Umum

Kegiatan usaha perbankan di Provinsi Riau pada triwulan I-2012 secara umum

menunjukkan perkembangan yang menggembirakan seiring dengan percepatan

perekonomian Riau. Sejumlah indikator utama seperti jaringan kantor, aset,

penghimpunan dan kredit. Sementara itu, risiko kredit bermasalah juga masih

relatif terjaga meskipun pada triwulan laporan cenderung meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Bab 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN

DAN SISTEM PEMBAYARAN

DAERAH

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

28

2. Perkembangan Perbankan Riau

Perkembangan kondisi perbankan di Provinsi Riau memasuki awal tahun 2012

menunjukkan hal yang menggembirakan. Total aset perbankan Riau pada

triwulan laporan mencapai Rp67,43 triliun atau tumbuh sebesar 11,15% (qtq).

Kenaikan aset perbankan tersebut utamanya berasal dari meningkatnya jumlah

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun yakni dari Rp45,56 triliun

menjadi Rp49,16 triliun atau naik 7,91% (qtq).

Sejalan dengan meningkatnya penghimpunan DPK, jumlah kredit yang

disalurkan oleh perbankan Riau juga menunjukkan kenaikan, yakni dari

Rp36,70 triliun menjadi Rp38,07 triliun atau naik 3,73% (qtq). Lebih tingginya

peningkatan DPK dibandingkan kredit mendorong Loan to Deposit Ratio (LDR)

perbankan Riau per Maret 2012 relatif menurun yakni dari 80,55% menjadi

77,43%. Sementara, jika dilihat berdasarkan lokasi proyek kredit perbankan Riau

telah mencapai Rp49,16 triliun, sehingga LDR perbankan Riau tercatat lebih

tinggi yaitu sebesar 104,70%. Di sisi lain, rasio kredit bermasalah (NPL gross)

perbankan Riau pada triwulan laporan masih relatif terjaga yakni sebesar 2,36%.

Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan Riau (dalam Rp Juta)

2012

I II III IV I

Jumlah Bank 73 73 75 75 75

- Bank Umum 43 43 44 44 44

- BPR 30 30 31 31 31

- Jaringan Kantor 558 577 601 619 624

Aset 55.258.364 59.099.418 60.218.570 60.672.880 67.436.092

Kredit 30.645.491 32.734.813 34.207.620 36.700.480 38.070.338

Kredit Lokasi Proyek 45.657.311 47.521.153 50.011.231 51.090.943 51.475.647

Kredit Usaha Rakyat 1.201.474 1.350.395 1.758.759 1.963.716 2.255.137

Dana Pihak Ketiga 40.651.462 43.006.214 44.604.889 45.562.890 49.165.494

LDR 75,39% 76,12% 76,69% 80,55% 77,43%

LDR (lokasi proyek) 112,31% 110,50% 112,12% 112,13% 104,70%

NPL 2,31% 2,26% 2,50% 2,05% 2,36%

Indikator2011

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

29

3. Perkembangan Bank Umum

3.1. Perkembangan Jaringan Kantor

Jumlah jaringan kantor bank umum di Riau per Maret 2012 tercatat

mengalami kenaikan sebanyak 5 kantor sehingga menjadi 624 kantor.

Penambahan jaringan kantor tersebut terjadi pada jumlah kantor cabang

(1 unit), kantor cabang pembantu (2 unit) dan kantor kas (2 unit).

Tabel 3.2. Perkembangan Jaringan Kantor Bank Umum di Riau Triwulan I-2012

Sementara itu, penyebaran jaringan kantor bank umum menurut

Kabupaten/Kota masih terpusat di Kota Pekanbaru (231 jaringan kantor) diikuti

oleh Kabupaten Bengkalis dan Siak. Perbankan juga sudah mulai melihat

potensi pada Kabupaten/Kota lain di Provinsi Riau sebagaimana tercermin dari

banyaknya jumlah kantor bank di wilayah lain. Namun guna lebih

meningkatkan layanan kepada masyarakat kepada perbankan diharapkan

untuk dapat memperluas jaringan kantornya pada daerah-daerah yang kurang

tersentuh layanan perbankan (Tabel 3.3).

Tw IV-2011 Tw 1-2012

1. Jumlah Bank 44 44

- Pemerintah 6 6

- Swasta 29 29

- Asing 0 0

- Syariah 5 5

- Unit Usaha Syariah 4 4

2. Kantor Pusat 1 1

3. Kantor Cabang 83 84

- Pemerintah 43 43

- Swasta 40 41

- Asing 0 0

4. Kantor Cab.Pembantu 384 386

5. Kantor Kas 56 58

6. Lainnya *) 95 95

Jumlah 619 624

*) Kantor Wilayah, Payment point , Kantor Fungsional, Kantor Layanan Syariah, Gerai, Kas Mobil

KeteranganPeriode

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

30

Tabel 3.3. Perkembangan Jaringan Kantor Bank Umum Menurut Kab./Kota di Riau

Triwulan I-2012

3.2. Perkembangan Aset

Aset bank umum di Riau pada triwulan I-2012 tercatat sebesar Rp66,46 triliun

atau meningkat sebesar 11,23% dibandingkan dengan triwulan IV-2011.

Secara tahunan, pertumbuhan aset bank umum Riau juga tetap menunjukkan

perkembangan yang positif dimana tumbuh sebesar 22,07% atau lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan akhir tahun 2011 yang mencapai 19,92%.

Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum

Grafik 3.2. Pangsa Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank

Berdasarkan kelompoknya, komposisi aset bank umum di Riau tidak

mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan periode-periode

sebelumnya. Aset bank milik pemerintah masih memiliki pangsa terbesar

KP Kanwil KC KCP KK Lainnya Total

1 Pekanbaru 1 1 48 115 25 41 231

2 Bengkalis - - 5 40 4 10 59

3 Dumai - - 8 21 2 10 41

4 Indragiri Hulu - - 4 26 5 5 40

5 Indragiri Hilir - - 4 21 2 4 31

6 Kampar - - 2 35 3 3 43

7 Kuantan Singingi - - 2 22 3 3 30

8 Pelalawan - - 2 28 4 4 38

9 Rokan Hulu - - 2 20 3 2 27

10 Rokan Hilir - - 2 22 2 2 28

11 Siak - - 2 30 4 8 44

12 Meranti - - 3 6 1 2 12

1 1 84 386 58 94 624

Jumlah Kantor Bank Umum di Kabupaten/Kota

Total

No. Kab./Kota

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011 2012

yo

y, %

Rp

tri

liun

Aset (kiri) Pertumbuhan (kanan)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011

Pemerintah Swasta

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

31

dengan angka mencapai Rp48,32 triliun atau sekitar 70% terhadap total aset

bank umum di Riau.

3.3. Kredit

3.3.1. Perkembangan Penyaluran Kredit

Semakin menggeliatnya aktivitas ekonomi Riau diperkirakan menjadi magnet

tersendiri bagi perbankan untuk terus menopang berbagai kegiatan melalui

pemberian kredit. Pada triwulan I-2012, kredit yang disalurkan oleh bank

umum mencapai Rp37,41 triliun, atau meningkat sebesar 3,69% (qtq). Secara

tahunan, pertumbuhan kredit tercatat sebesar 24,28% atau lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar 23,59%.

Berdasarkan kelompok bank, komposisi penyaluran kredit bank umum di Riau

tidak mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan dengan periode-

periode sebelumnya. Sebagian besar kredit yang disalurkan masih didominasi

oleh kelompok bank milik pemerintah dengan nilai mencapai Rp24,08 triliun,

sedangkan pada kelompok bank milik swasta nilainya mencapai Rp13,34

triliun. Sementara itu, dari sisi jenis valuta, lebih dari 90% kredit yang

disalurkan oleh bank umum di Riau utamanya berupa mata uang Rupiah

dengan nilai nominal sebesar Rp35,97 triliun (Tabel 3.4).

Tabel 3.4. Posisi Kredit Bank Umum Di Provinsi Riau (dalam Rp juta)

3.3.2. Konsentrasi Kredit

Menurut jenis penggunaan, penyaluran kredit produktif yang terdiri dari Kredit

Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI) masih tetap mendominasi. Adapun

pangsa total kredit tersebut mencapai 62,87% dari total kredit yang

disalurkan. Kredit Modal Kerja (KMK) yang disalurkan bank umum

2012

I II III IV I

A. Kelompok Bank 1. Bank Pemerintah 19,597,715 20,855,994 21,700,994 23,295,168 24,077,457 2. Bank Swasta 10,508,154 11,314,434 11,922,179 12,787,764 13,337,413

B. V a l u t a 1. Rupiah 28,895,662 31,034,189 32,370,192 34,748,115 35,966,424 2. Valas 1,210,207 1,136,238 1,252,981 1,334,816 1,448,445

T o t a l 30,105,869 32,170,427 33,623,173 36,082,931 37,414,869

2011Keterangan

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

32

triwulan I-2012 tercatat sebesar Rp12,80 triliun, tumbuh sebesar 19,67% (yoy)

dan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2011 yang

mencapai 18,93% (yoy).

Sementara itu, KI yang disalurkan bank umum di Riau pada triwulan I-2012

mencapai Rp10,67 triliun atau tumbuh sebesar 28,72% (yoy). Pertumbuhan KI

tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan KK

dan KMK. Hal tersebut diperkirakan tidak terlepas dari pesatnya kegiatan

pembangunan dan aktivitas perdagangan di Riau terutama menjelang

pelaksanaan PON ke-18 pada tahun ini yang diperkirakan akan menjadi daya

tarik tersendiri bagi para pelaku usaha dari berbagai daerah.

Di sisi lain, penyaluran kredit konsumsi (KK) oleh bank umum pada triwulan

laporan mencapai Rp13,93 triliun. Secara tahunan, KK mencatat pertumbuhan

sebesar 25,40% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV-2011

yang tercatat sebesar 23,78%.

Grafik 3.3. Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan

Grafik 3.4. Pertumbuhan (yoy,%) Kredit Menurut Jenis Penggunaan

Berdasarkan sektor usaha yang dibiayai, konsentrasi penyaluran kredit juga

relatif tidak berubah dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya. Kredit yang

disalurkan oleh bank umum di Riau pada triwulan laporan sebagian besar

masih ditujukan ke sektor perdagangan dengan pangsa mencapai 21,21%,

diikuti oleh sektor pertanian dan jasa-jasa dengan pangsa masing-masing

sebesar 18,54% dan 8,21% pada triwulan laporan. Kredit yang disalurkan

pada sektor perdagangan utamanya masih ditujukan ke sub sektor

perdagangan eceran keliling. Sementara pada sektor pertanian, sebagian besar

34,2%

28,5%

37,2%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Modal Kerja Investasi Konsumsi

-

5

10

15

20

25

30

35

40

II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

yoy,

%

Pertumb. MK Pertumb. Inv

Pertumb. Kons Total

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

33

kredit diserap oleh sub sektor kelapa sawit seiring dengan peran kelapa sawit

sebagai komoditas primadona di Provinsi Riau.

Tabel 3.5. Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Riau (Rp juta)

Pada triwulan laporan, kredit yang disalurkan ke sektor transportasi,

pergudangan dan komunikasi mengalami pertumbuhan tertinggi yakni sebesar

69,35% dengan nilai nominal mencapai Rp1,19 triliun. Relatif tingginya

pertumbuhan pada kredit ke sektor tersebut utamanya didorong oleh

peningkatan penyaluran kredit ke sub sektor angkutan jalan untuk barang

yang tercatat meningkat sebesar 138,76% (yoy). Fenomena tersebut

diindikasikan dipengaruhi pesatnya aktivitas perdagangan lintas batas yang

terjadi di Provinsi Riau seperti keperluan bahan pangan strategis dan bahan

bangunan mengingat kondisi Riau yang bukan merupakan produsen.

Tabel 3.6. Distribusi Penyaluran Kredit Lokasi Proyek Per Dati II di Provinsi Riau (Rp juta)

Dari aspek spasial, pada triwulan laporan, kredit lokasi proyek yang diserap di

Provinsi Riau sebagian besar masih terkonsentrasi di Kota Pekanbaru dengan

2012

I II III IV I

1 Pertanian 5,129,220 5,200,799 5,207,971 6,662,578 6,936,742

2 Pertambangan 176,001 236,673 344,126 355,058 244,627

3 Perindustrian 1,573,092 1,623,518 1,654,884 1,763,623 1,758,769

4 Listrik, Gas dan Air 62,997 70,069 77,061 103,376 107,313

5 Konstruksi 953,155 984,813 1,076,537 983,619 895,840

6 Perdag., Resto. & Hotel 6,207,599 6,600,950 6,924,963 7,798,914 7,935,746

7 Pengangkutan, Pergud. 703,845 913,131 1,110,787 1,109,161 1,191,996

8 Jasa-jasa 2,612,464 2,807,117 2,863,246 3,065,079 3,070,879

9 Lain-lain 12,687,496 13,733,357 14,363,596 14,241,524 15,272,958

30,105,869 32,170,427 33,623,173 36,082,932 37,414,869 Jumlah

No. Sektor Ekonomi2011

2012

I II III IV I

1 Pekanbaru 18,611,610 19,892,910 21,041,768 21,666,041 22,011,832

2 Bengkalis 3,065,804 3,185,970 3,447,018 3,395,686 3,219,482

3 Dumai 6,464,333 6,811,808 6,681,126 4,719,193 4,734,703

4 Indragiri Hilir 1,822,435 1,885,997 2,114,061 2,258,084 2,180,437

5 Indragiri Hulu 3,046,743 3,170,940 3,432,272 3,606,247 3,576,043

6 Lainnya 12,646,388 12,573,528 13,294,986 15,445,692 15,753,150

45,657,313 47,521,153 50,011,231 51,090,943 51,475,647 Jumlah

No Kab./Kota2011

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

34

nilai mencapai Rp.22,01 triliun diikuti oleh Kota Dumai dan Kabupaten

Indragiri Hulu yang masing-masing tercatat sebesar Rp4,73 triliun dan Rp.3,57

triliun.

3.3.3. Penyaluran Kredit UMKM

Pada triwulan laporan, penyaluran kredit kepada Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) oleh bank umum di Riau mencapai Rp13,91 triliun atau pangsanya

sebesar 37,18% dari total kredit bank umum di Riau. Kredit kepada sektor

UMKM di Provinsi Riau sebagian besar diserap oleh skala usaha kecil dengan

nilai kredit sebesar Rp5,64 triliun, diikuti oleh skala menengah dan mikro

masing-masing sebesar Rp4,96 triliun dan Rp3,13 triliun.

Menurut jenis penggunaan, seluruh penyaluran kredit kepada sektor UMKM

digunakan untuk hal produktif (kredit modal kerja dan investasi). Hal ini

memberikan indikasi positif bagi pengembangan beberapa sektor ekonomi

yang banyak dilakukan oleh UMKM seperti perdagangan dan pertanian.

Grafik 3.5. Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Riau

Tabel 3.7. Perkembangan Kredit UMKM (KUMKM) di Provinsi Riau (Rp juta)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I

2010 2011 2012

Investasi

Modal kerja

2012

I II III IV I

Mikro 2.495.251 2.687.024 2.901.705 3.112.386 3.313.469

Kecil 5.181.340 5.542.752 5.018.411 5.548.251 5.778.343

Menengah 3.287.614 3.676.323 4.440.529 4.868.783 4.817.800

Total Kredit UMKM 10.964.205 11.906.100 12.360.645 13.529.420 13.909.612NPL UMKM 3,14% 3,03% 2,98% 2,40% 3,06%

Total Kredit 30.105.869 32.170.427 33.623.173 36.082.932 37.414.869

(% terhadap Total Kredit) 36,42% 37,01% 36,76% 37,50% 37,18%

Skala Usaha2011

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

35

Ket : Kriteria KUMKM mengikuti UU No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Secara sektoral, kredit UMKM yang disalurkan oleh bank umum di Riau

utamanya diserap ke sektor perdagangan dan pertanian (Tabel 3.8). Pada

sektor perdagangan, penyaluran kredit UMKM utamanya diserap oleh sub

sektor perdagangan eceran keliling dan perdagangan yang didominasi oleh

makanan, minuman dan tembakau masing-masing sebesar Rp1,17 triliun dan

Rp.851,48miliar. Sedangkan pada sektor pertanian, kredit UMKM sebagian

besar (83,4%) digunakan untuk sub sektor kelapa sawit seiring dengan

tingginya propek sektor ini.

Tabel 3.8. Sebaran Kredit UMKM menurut Sektor Ekonomi (Rp juta)

3.3.4. Kelonggaran Tarik

Jumlah kredit yang belum dicairkan (undisbursed loan) pada triwulan laporan

tercatat sebesar Rp3,89 triliun atau sekitar 10,40% dari total kredit bank

umum di Provinsi Riau. Jumlah kredit yang belum dicairkan tersebut meningkat

sebesar 1,60% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jumlah kredit yang

belum dicairkan tersebut sebagian besar terdapat pada kelompok bank milik

swasta yakni sebesar Rp2,01 triliun atau naik 0,37% (qtq), sedangkan jumlah

kredit yang belum dicairkan pada kelompok bank milik pemerintah tercatat

naik lebih tinggi yakni sebesar 2,95% (qtq).

Menurut jenis penggunaan, kredit yang belum dicairkan pada triwulan laporan

sebagian besar merupakan kredit modal kerja dengan nilai mencapai

Rp2,93 triliun diikuti oleh kredit investasi yakni sebesar Rp876,61 miliar.

Sementara itu, Jika dilihat menurut sektor ekonomi, jumlah kredit yang belum

dicairkan terbesar utamanya terdapat pada sektor perdagangan, hotel dan

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Pertanian 2.622.326 22,0% 2.605.155 21,2% 3.559.782 26,5% 3.693.996 26,6%

2 Pertambangan 29.723 0,2% 28.452 0,2% 40.231 0,3% 44.578 0,3%

3 Perindustrian 351.448 3,0% 359.897 2,9% 415.450 3,1% 417.929 3,0%

4 Listrik, Gas dan Air 2.921 0,0% 4.738 0,0% 7.964 0,1% 6.786 0,0%

5 Konstruksi 426.440 3,6% 449.226 3,7% 475.643 3,5% 463.482 3,3%

6 Perdag., Resto. & Hotel 4.983.952 41,9% 5.258.761 42,9% 6.025.879 44,9% 6.093.857 43,8%

7 Pengangkutan, Pergud. 446.814 3,8% 519.750 4,2% 512.506 3,8% 519.095 3,7%

8 Jasa-jasa 1.098.119 9,2% 1.158.431 9,4% 1.296.335 9,7% 1.330.393 9,6%

9 Lain-lain 1.944.357 16,3% 1.879.175 15,3% 1.096.280 8,2% 1.339.496 9,6%

11.906.100 100% 12.263.585 100% 13.430.070 100% 13.909.612 100%Jumlah

No. Sektor EkonomiTw III 11 Tw IV 11 Tw I 12Tw II 11

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

36

restoran yaitu sebesar Rp1,45 triliun diikuti oleh sektor pertanian dan real

estate masing-masing sebesar Rp569,23 miliar dan Rp366,55 miliar. Adanya

peningkatan jumlah kredit yang belum dicairkan tersebut diperkirakan secara

umum dipengaruhi oleh aktivitas pelaku usaha yang bersifat wait and see

terhadap kondisi ekonomi kedepan.

Grafik 3.6. Jumlah Kredit yang Belum Dicairkan Bank Umum di Riau

3.3.5. Risiko Kredit

Risiko kredit bermasalah (Non Performing Loans/NPL1) yang terdapat di bank

umum di Riau masih relatif terjaga. Pada triwulan laporan, NPL bank umum di

Riau tercatat sebesar 2,22% sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang mencapai 1,95% namun masih berada dibawah batas

kewajaran yang ditetapkan Bank Indonesia yakni sebesar 5%.

Grafik 3.7. Perkembangan NPL Gross di Provinsi Riau

1 NPL Gross

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

Tw I 11 Tw II 11 Tw III 11 Tw IV 11 Tw I 12

Pemerintah 1,72 1,50 1,57 1,83 1,88

Swasta 1,65 1,97 2,19 2,00 2,01

Total 3,36 3,47 3,77 3,83 3,89

Rp T

riliu

n

2,20 2,16 2,39

1,95

2,22

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

0

100

200

300

400

500

600

Tw I 11 Tw II 11 Tw III 11 Tw IV 11 Tw I 12

%Rp miliar

Kurang Lancar Diragukan Macet NPLs (kanan)

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

37

Dalam triwulan laporan, sektor konstruksi masih mengalami NPL tertinggi

dibandingkan sektor-sektor lainnya yaitu sebesar 6,78% diikuti oleh sektor jasa

sosial masyarakat dan sektor perdagangan yakni masing-masing sebesar

4,51% dan 4,11%.

Tabel 3.9. NPLs Per Sektor Ekonomi Di Provinsi Riau

Berdasarkan Kabupaten/Kota, dari 5 kota yang menyerap kredit terbesar risiko

kredit bermasalah tertinggi terdapat di Kabupaten Bengkalis, yaitu sebesar

2,91% sedangkan NPL terendah terdapat di Kabupaten Indragiri Hulu yaitu

sebesar 1,11%. Relatif tingginya risiko kredit bermasalah di Kabupaten

Bengkalis utamanya berasal dari sektor konstruksi yang diperkirakan sejalan

dengan pesatnya pembangunan infrastruktur.

Tabel 3.10. NPL Berdasarkan Kota/Kabupaten di Provinsi Riau

2012

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

1 Pertanian 1.17% 1.27% 1.37% 1.11% 1.50%

2 Pertambangan 0.67% 0.46% 0.24% 0.15% 0.45%

3 Perindustrian 1.64% 1.46% 1.41% 1.24% 1.33%

4 Listrik 0.20% 0.28% 0.13% 0.18% 0.09%

5 Konstruksi 6.13% 6.80% 6.34% 6.82% 6.78%

6 Perdagangan 4.17% 3.84% 4.68% 3.80% 4.11%

7 Pengangkutan 1.78% 0.77% 0.57% 0.39% 0.17%

8 Jasa Dunia Usaha 0.99% 1.26% 1.53% 1.07% 1.35%

9 Jasa Sosial Masy. 1.32% 1.71% 1.93% 1.39% 4.51%

10 Lain-lain 1.71% 1.73% 1.82% 1.42% 1.60%

2.20% 2.16% 2.39% 1.95% 2.22%

2011

Total

No. Sektor Ekonomi

2012

I II III IV I1 Pekanbaru 2.36% 2.31% 2.57% 2.10% 2.34%

2 Dumai 1.58% 1.39% 1.60% 1.58% 2.18%

3 Bengkalis 1.51% 1.81% 2.13% 1.89% 2.91%

4 Indragiri Hulu 1.16% 1.32% 1.44% 1.09% 1.11%

5 Indragiri Hilir 1.85% 1.34% 1.56% 1.29% 1.76%

6 Lainnya 2.28% 2.29% 2.36% 1.78% 1.98%

2011No. Kab./Kota

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

38

3.4. Kondisi Likuiditas

3.4.1. Dana Pihak Ketiga

Penghimpunan DPK oleh bank umum di Riau pada triwulan laporan mencapai

Rp48,48triliun atau naik 7,93% (qtq). Kenaikan ini utamanya bersumber dari

peningkatan jumlah tabungan dan deposito s.d 3 bulan. Relatif tingginya

sumbangan kedua jenis komponen tersebut mengimplikasikan bahwa struktur

dana di Provinsi Riau relatif didominasi oleh dana jangka pendek.

Tabel 3.11. Perkembangan DPK di Provinsi Riau (Rp miliar)

Berdasarkan kepemilikannya, DPK bank umum di Provinsi Riau sebagian besar

masih didominasi oleh dana milik perorangan dengan nilai mencapai

Rp30,07 triliun dan dana milik pemerintah daerah yang mencapai Rp11,49

triliun. Sementara itu, kenaikan total DPK bank umum di Riau utamanya

didorong oleh kenaikan dana milik Pemerintah Daerah. Kondisi ini diperkirakan

sejalan dengan siklus awal tahun yang umumnya merupakan periode transfer

dana anggaran dari pusat ke daerah.

Tabel 3.12. Perkembangan DPK di Provinsi Riau Menurut Kepemilikan (Rp juta)

2012

I II III IV I

1 Giro 10,461 11,252 11,567 10,837 13,012

2 Tabungan 18,359 19,361 20,142 22,343 21,589

3 Deposito 11,239 11,783 12,271 11,740 13,879

a. s.d 3 bln 9,162 9,579 10,137 9,446 11,566

b. > 3-6 bln 1,236 1,252 1,227 1,238 1,304

c. > 6-12 bln 585 698 652 818 788

d. > 12 bln 256 255 255 238 221

40,059 42,397 43,980 44,920 48,480

2011

Total DPK

No Komponen DPK

2012

I II III IV I

8,470,216 10,124,673 10,614,233 7,354,226 12,437,605

1 Pemerintah Pusat 190,677 212,392 230,183 209,282 221,268

2 Pemerintah Daerah 5,924,026 9,181,928 9,694,791 6,484,913 11,488,233

3 Badan/ Lembaga Pemerintah 83,443 85,508 99,833 80,958 191,992

4 Badan Usaha Milik Negara 545,511 489,415 515,325 485,786 492,845

5 Badan Usaha Milik Daerah 1,726,559 155,370 74,101 93,287 43,267

5,580,482 5,006,127 5,055,840 6,354,088 5,976,678

6 Perusahaan Asuransi 43,561 56,414 57,926 74,236 81,437

7 Perusahaan Swasta 5,056,826 4,338,702 4,362,892 5,565,121 5,255,431

8 Yayasan dan Badan Sosial 328,060 447,239 499,537 564,985 485,323

9 Koperasi 134,762 144,689 124,545 134,565 140,598

10 Lainnya 17,274 19,083 10,940 15,181 13,890

26,008,014 27,265,819 28,310,181 31,211,791 30,065,991

40,058,712 42,396,619 43,980,255 44,920,105 48,480,274 Jumlah

Sektor Swasta

Sektor Pemerintah

Perorangan

2011No Kepemilikan

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

39

Penghimpunan DPK menurut Kabupaten/Kota dalam triwulan laporan relatif

tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan triwulan-triwulan

sebelumnya. Kota Pekanbaru masih memberikan kontribusi terbesar dengan

jumlah DPK sebesar mencapai Rp28,91 triliun atau sekitar 59,65% dari total

DPK, diikuti oleh Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai masing-masing sebesar

9,80% dan 7,55% (Tabel 3.14).

Tabel 3.13. Penghimpunan DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten di Provinsi Riau

3.4.2. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR)

Posisi LDR bank umum di Riau pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 77,18%

atau menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai

80,33%. Kondisi ini didorong oleh lebih tingginya laju pertumbuhan DPK

dibandingkan dengan kredit. Pada triwulan laporan, pertumbuhan kredit bank

umum mencapai 3,69% (qtq), sedangkan pertumbuhan DPK tercatat sebesar

7,93% (qtq).

Sementara itu, dengan memperhitungkan kredit berdasarkan lokasi proyek2,

LDR perbankan Riau dalam triwulan laporan mencapai 106,18%, namun

mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

mencapai 113,74% namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan LDR

nasional3 yang tercatat 79,71%.

2data posisi Februari 2012 3 data posisi Februari 2012

% % % % Rp Juta %

1 Pekanbaru 63.27 61.64 59.86 61.77 28,916,758 59.65

2 Bengkalis 10.01 10.83 11.17 10.52 4,748,899 9.80

3 Dumai 7.93 7.51 7.67 8.07 3,658,386 7.55

4 Indragiri Hilir 3.60 3.63 3.55 3.76 1,828,706 3.77

5 Indragiri Hulu 4.04 4.30 4.28 4.31 1,872,710 3.86

6 Lainnya 11.15 12.09 13.47 11.57 7,454,815 15.38

100 100 100 100 48,480,274 100

Tw III 11 Tw IV 11 Tw I 12Tw II 11

Jumlah

No. Kab./KotaTw I 11

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

40

Grafik 3.8. Perkembangan LDR Di Provinsi Riau

Ket : LDR 1 = LDR berdasarkan kredit lokasi proyek

3.5. Profitabilitas

3.5.1. Spread Bunga

Pergerakan suku bunga rata-rata tertimbang bank umum di Riau pada

triwulan I-2012 menunjukkan penurunan baik suku bunga dana (deposito 3

bulan) maupun suku bunga pinjaman (kredit). Suku bunga pinjaman

tertimbang bank umum periode triwulan I-2012 tercatat menurun sebesar

9 bps menjadi 12,59%. Sementara, suku bunga dana tertimbang mencatat

penurunan sebesar 47 bps menjadi 6,20%. Kondisi ini mendorong naiknya

margin yang diterima bank umum sebesar 38 bps hingga menjadi 6,39%.

Meskipun margin yang diterima oleh bank umum pada triwulan laporan relatif

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, namun masih relatif lebih

rendah jika dibandingkan dengan triwulan I 2011 yang tercatat sebesar

7,20%.

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

120,00%

Tw I 11 Tw II 11 Tw III 11 Tw IV 11 Tw I 12

LDR 75,15% 75,88% 76,45% 80,33% 77,18%

LDR1 113,98% 112,09% 113,71% 113,74% 106,18%

Nasional 77,18% 80,01% 81,70% 79,00% 79,71%

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

41

Grafik 3.9. Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito 3 bulan

Dalam upaya meningkatkan good governance dan mendorong persaingan

yang sehat dalam industri perbankan, Bank Indonesia secara resmi telah

mengeluarkan kebijakan pemberlakuan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit4.

Kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan disiplin pasar yang lebih baik

melalui terbentuknya informasi yang simetris baik di tingkat pelaku usaha

maupun perbankan.

3.5.2. Pendapatan dan Beban Bunga

Jumlah pendapatan bunga yang diperoleh bank umum di Provinsi Riau pada

triwulan I-2012 mencapai Rp1,39 triliun atau turun Rp93,03 miliar (6,25%)

dibandingkan dengan triwulan IV-2011. Penurunan pendapatan bunga

bersumber dari menurunnya pendapatan bunga kredit yang diperkirakan

sejalan dengan penurunan tingkat bunga pinjaman. Pada triwulan laporan,

pendapatan bunga kredit bank umum tercatat mencapai Rp1,24 miliar atau

turun 1,14% dibandingkan triwulan IV-2011.

4 Sebagaimana diatur dalam SE Ekstern No.13/5/DPNP tanggal 08 Februari 2011 tentang Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

18,00

20,00

%

MarginKreditDeposito 3 bulanBI rate

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

42

Grafik 3.10. Komposisi Pendapatan Bunga

Di sisi lain, beban bunga yang ditanggung oleh bank umum di Riau pada

triwulan laporan juga mengalami perubahan yakni dari Rp558,27 miliar per

Desember 2011 menjadi Rp505,73 miliar atau turun 9,41%. Kondisi

diperkirakan dipengaruhi oleh penurunan suku bunga dana tertimbang

mencapai 47 bps. Sejalan dengan penurunan yang terjadi baik pada

komponen beban bunga maupun pendapatan bunga, nilai pendapatan bunga

bersih (net interest income) bank umum di Riau per Maret 2012 mengalami

penurunan dibandingkan dengan Desember 2011. Adapun nilai pendapatan

bersih bank umum saat ini mencapai Rp889,26 miliar, lebih rendah

dibandingkan dengan posisi Desember 2011 yang tercatat sebesar

Rp929,74 miliar.

Grafik 3.11. Komposisi Beban Bunga

Tw I 11 Tw II 11 Tw III 11 Tw IV 11 Tw I 12

Lainnya 100.380 103.331 110.297 140.351 89.815

Antar Bank 28.009 40.561 43.497 34.926 21.331

Kredit 1.103.789 1.115.177 1.223.160 1.257.669 1.243.295

SBI dan surat berharga 36.141 42.674 50.359 55.070 40.550

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Tw I 11 Tw II 11 Tw III 11 Tw IV 11 Tw I 12

Lainnya 113.116 110.305 114.083 125.602 101.939

Antar Bank 23.514 16.623 23.254 11.794 7.039

Tabungan 125.090 128.970 133.592 129.016 124.369

Deposito 157.174 193.294 211.719 222.595 206.026

Giro 61.654 63.197 68.200 69.173 66.355

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

43

3.5.3. Perkembangan Laba Rugi

Kondisi laba bank umum Provinsi Riau dalam triwulan laporan mengalami

penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini utamanya

bersumber dari menurunnya pendapatan operasional khususnya pendapatan

bungan. Pendapatan operasional bank umum di Riau per Maret 2012 tercatat

sebesar Rp1,81 triliun, turun Rp1,81 triliun (50,01%) dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Di sisi lain, beban operasional yang ditanggung

mencapai Rp1,23 triliun, atau turun sebesar Rp1,12 triliun (47,8%).

Lebih tingginya penurunan pendapatan operasional dibandingkan dengan

beban operasional triwulan laporan mendorong rasio BOPO bank umum di

Riau meningkat yakni dari 65,26% menjadi 68,15%. Dengan kondisi tersebut,

laba bank umum di Riau mencapai Rp578,64 miliar atau lebih rendah

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai Rp663,72 miliar.

Sementara dengan memperhitungkan transfer dan pajak, maka jumlah

perolehan laba bersih bank umum Riau mencatat angka yang lebih tinggi yakni

sebesar Rp579,56 miliar.

Grafik 3.12. Perkembangan Laba Rugi

80,0977,51

64,45

77,29

65,2668,15

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

(100.000)

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

Tw IV 10 Tw I 11 Tw II 11 Tw III 11 Tw IV 11 Tw I 12

%

Rp

ju

ta

L/R (sblm transfer & pajak) L/R (net) Rasio BOPO

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

44

4. Perbankan Syariah

Kinerja perbankan syariah pada triwulan laporan menunjukkan perkembangan

yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan syariah Riau

pada triwulan I-2012 mencapai Rp4,36 triliun atau meningkat sebesar

34,13% secara triwulanan. Peningkatan aset perbankan syariah utamanya

didorong oleh meningkatnya penghimpunan dana yaitu dari Rp2,34 triliun

menjadi Rp2,74 triliun atau naik 17,17% (qtq). Dengan demikian, pangsa aset

Perbankan syariah terhadap total perbankan di Provinsi Riau saat ini telah

mencapai 6,46% dan diperkirakan akan mengalami peningkatan sejalan dengan

tingginya animo perbankan nasional untuk dalam melakukan penetrasi ke

provinsi Riau terutama di bidang perbankan syariah.

Sementara itu, selama triwulan I-2012, pembiayaan yang disalurkan oleh

Perbankan syariah di Riau pada triwulan laporan mencapai Rp2,37 triliun atau

meningkat sebesar 3,62% (qtq). Lebih tingginya kenaikan DPK dibandingkan

dengan kenaikan pembiayaan mengakibatkan FDR Perbankan syariah di Riau

relatif menurun yaitu dari 97,82% pada triwulan IV-2011 menjadi 86,51%.

Di sisi lain, risiko pembiayaan bermasalah yang dialami berada pada tingkat

relatif terjaga yakni sebesar 2,91% (Tabel 3.14).

Tabel 3.14. Indikator Kinerja Utama Perbankan Syariah di Provinsi Riau (Rp juta)

Sebagian pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum di Provinsi Riau

utamanya diserap dalam bentuk pembiayaan konsumsi yang mencapai 40,93%

terhadap total pembiayaan, diikuti pembiayaan modal kerja dan investasi

masing-masing sebesar 29,95% dan 29,11%. Pembiayaan konsumsi tercatat

meningkat sebesar 21,65% (qtq), sedangkan pembiayaan investasi dan modal

kerja masing-masing meningkat sebesar 6,93% (qtq) dan 7,58% (qtq).

I II III IV I yoy qtq

1 Jumlah Bank 11 11 11 11 11

2 Aset 2,456,607 2,733,467 3,012,003 3,256,336 4,367,740 77.80 34.13

3 DPK 1,747,795 2,003,249 2,153,377 2,341,312 2,743,362 56.96 17.17

- Giro 229,345 318,899 331,289 328,209 416,494 81.60 26.90

- Tabungan 911,458 985,013 1,065,587 1,175,950 1,420,873 55.89 20.83

- Deposito 606,992 699,337 756,501 837,153 905,995 49.26 8.22

4 Pembiayaan 1,775,067 1,959,222 2,207,900 2,290,267 2,373,195 33.70 3.62

5 NPF 2.64% 3.04% 3.04% 2.58% 2.91%

6 FDR 101.56% 97.80% 102.53% 97.82% 86.51%

2012No. Keterangan

2011 Perubahan

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

45

Sementara itu, secara sektoral, pembiayaan perbankan syariah utamanya

ditujukan ke sektor lain-lain serta jasa dunia usaha dengan pangsa masing-

masing mencapai 40,94% dan 21,86%. Pembiayaan sektor lain yang juga relatif

besar salurkan ke sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan kelapa

sawit.

5. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR/S)

Secara umum kegiatan usaha BPR/S dalam triwulan laporan menunjukkan

perkembangan yang relatif membaik dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kondisi ini terlihat dari meningkatnya aset BPR/S, DPK dan kredit yang

disalurkan. Aset BPR/S Riau per Maret 2012 mencapai Rp972,28 miliar atau

meningkat 5,64% dibandingkan dengan triwulan IV-2011. Peningkatan ini

didorong oleh penghimpunan DPK dan kredit dimana pada triwulan laporan

masing-masing mengalami kenaikan sebesar 6,60% dan 6,14%.

Tabel 3.15. Indikator Kinerja Utama BPR/S di Provinsi Riau (dalam Rp juta)

Sementara itu, di sisi risiko, terjadi kenaikan risiko kredit bermasalah yakni dari

8,22% menjadi 10,51%. Hal ini utamanya disebabkan oleh belum optimalnya

kinerja debitur BPR mengingat sebagian besar segmen kreditnya berada pada

sektor informal. Tingkat NPLs ini sepatutnya menjadi perhatian bagi BPR/S di

Riau karena dapat mengakibatkan tingkat Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

memburuk yang pada akhirnya berpotensi menurunkan tingkat kesehatan

bank dan mengganggu fungsi intermediasi bank.

6. Perkembangan Penyaluran KUR

Kredit Usaha Rakyat yang disalurkan oleh 6 (enam) bank pelaksanaan KUR di

Riau hingga triwulan I-2012 telah mencapai Rp2,26 triliun, naik 15,30% (qtq)

2012

I II III IV I

1. Jumlah BPR/S 30 30 31 33 33

2. Asset 809,851 844,510 868,416 920,404 972,275

3. DPK 592,750 609,595 624,634 642,785 685,220

- Tabungan 284,186 299,335 296,773 302,472 317,379

- Deposito 308,564 322,723 327,861 340,313 367,841

4. Kredit 539,622 581,244 601,015 617,548 655,469

5. LDR 91.04% 95.35% 96.22% 96.07% 95.66%

6. NPLs 8.46% 7.95% 8.75% 8.22% 10.51%

Keterangan2011

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

46

atau berada pada urutan ke-7 di tingkat nasional dan ke-2 di Sumatera. KUR

yang disalurkan di Riau mencakup sekitar 3,23% dari total penyaluran KUR

secara nasional yang tercatat sebesar Rp69,92 triliun. Adapun jumlah debitur

penerima KUR di Provinsi Riau s.d triwulan I-2012 tercatat sebesar 101.284

jiwa. Dengan demikian, rata-rata KUR yang disalurkan meningkat 6,86%

dibandingkan dengan per Desember 2011 menjadi Rp22,27 juta/jiwa.

Tabel 3.16. Perkembangan Penyaluran KUR di Riau

Sumber: Kantor Menko Perekonomian

7. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai

7.1. Aliran Uang Masuk dan Keluar (Inflow Outflow)

Peredaran uang kartal sebagai terlihat dari uang masuk (inflow)5 dan uang

keluar (outflow) di Riau pada triwulan laporan secara umum relatif menurun

bila dibandingkan dengan triwulan IV-2011. Permintaan uang kartal di Riau

sebagaimana tercermin dari nilai outflow tercatat sebesar Rp1,57 triliun atau

turun 24,32% dibandingkan triwulan sebelumnya.

Meskipun menurun secara triwulanan, jumlah outflow di Riau pada triwulan

laporan menunjukkan kenaikan yang signifikan jika dibandingkan dengan

triwulan I-2011 yang tercatat sebesar Rp478,62 miliar. Hal ini diperkirakan

sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian sehingga berbanding

lurus dengan tingkat outflow di Riau.

Sementara, nilai inflow tercatat sebesar Rp1,08 triliun atau naik 47,39%

dibandingkan triwulan sebelumnya. Dengan demikian, pada triwulan laporan,

transaksi pembayaran tunai di Provinsi Riau masih menunjukkan net outflow

dengan nilai mencapai Rp488,44 miliar.

5 Inflow-outflow adalah uang tunai yang diterima dan dikeluarkan melalui Bank Indonesia Pekanbaru.

2012

I II III IV I

Kredit Usaha Rakyat 1,201,474 1,350,395 1,758,759 1,963,716 2,255,137

- Jumlah Debitur 66,212 72,446 81,187 94,246 101,284

- Rata-rata (Rp juta/jiwa) 18.15 18.64 21.66 20.84 22.27

Indikator2011

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

47

Grafik 3.13. Perkembangan Inflow dan Outflow

7.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Sejalan dengan upaya pemenuhan jumlah nominal yang cukup menurut jenis

pecahan dan dalam kondisi layak edar (Clean Money Policy) di tingkat

masyarakat, Bank Indonesia secara rutin melakukan kegiatan pemusnahan

uang yang sudah tidak layak edar (UTLE) baik yang berasal dari setoran bank

maupun penukaran uang dari masyarakat, serta menggantinya dengan uang

yang layak edar (fit for circulation). Dalam triwulan laporan, jumlah Pemberian

Tanda Tidak Berharga (PTTB) di Provinsi Riau mencapai Rp477 miliar atau

menurun sebesar Rp170 miliar dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Grafik 3.14. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) di Bank

Indonesia Pekanbaru (Rp miliar)

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012

Rp

mili

ar

Inflow Ouflow Net outflow

477

-

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Rp

milia

r

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

48

7.3. Uang Palsu

Jumlah dan nilai nominal uang palsu yang ditemukan di Bank Indonesia

Pekanbaru pada triwulan laporan tercatat mengalami kenaikan bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2012, jumlah uang

palsu yang ditemukan tercatat sebanyak 84 lembar dengan nilai nominal

sebesar Rp5,43 juta.

Uang palsu yang masuk dalam triwulan laporan terdiri dari pecahan

Rp100.000 sebanyak 27 lembar, Rp50.000 sebanyak 53 lembar dan sisanya

sebanyak 4 lembar merupakan pecahan Rp20.000. Penemuan uang palsu

tersebut berdasarkan permintaan klarifikasi dari perbankan dan masyarakat

kepada Bank Indonesia Pekanbaru dan sebagian dari hasil setoran perbankan

ke Bank Indonesia.

Grafik 3.15. Perkembangan Peredaran Uang Palsu di Riau

Dalam upaya meningkatkan awareness masyarakat dalam mengidentifikasi

keaslian uang rupiah, Bank Indonesia Pekanbaru secara rutin melakukan

sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada setiap lapisan

masyarakat termasuk kalangan perbankan melalui penerapan prinsip 3D

(Dilihat, Diraba, Diterawang). Bank Indonesia juga melakukan sosialisasi

bagaimana cara memperlakukan uang secara baik guna memperpanjang usia

manfaat fisik dari uang dengan memperkenalkan prinsip 3D Plus (Didapat,

Disimpan, Disayang).

84

5,43

-10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

-

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Rp

juta

Lembar (kanan) Nominal (kiri)

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

49

8. PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI

8.1. Transaksi Kliring

Transaksi pembayaran non tunai melalui kliring dalam triwulan laporan

mengalami penurunan dari sisi nilai nominal, sedangkan jumlah warkat yang

digunakan mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan

triwulan IV-2011. Transaksi nominal kliring pada triwulan I-2012 tercatat

sebesar Rp7,29 triliun, atau turun 4,62% dibandingkan dengan triwulan IV-

2011. Meskipun demikian, nominal transaksi kliring yang tercatat di Provinsi

Riau selama triwulan I-2012 lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai pada

triwulan yang sama tahun sebelumnya (Rp6,83 triliun). Sementara itu, jumlah

warkat yang digunakan pada triwulan laporan mencapai 286.147 lembar atau

meningkat sebesar 7,56% secara triwulanan.

Grafik 3.16. Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Riau

8.1. Real Time Gross Settlement (RTGS)

Transaksi non tunai melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

(BI-RTGS) pada triwulan I-2012 di Riau secara umum relatif menurun. Dari sisi

nominal, nilai transaksi BI-RTGS di Provinsi Riau pada triwulan laporan

mencapai Rp53,91 triliun atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Sementara itu, dari sisi volume, jumlah warkat transaksi BI-RTGS

di Riau pada triwulan laporan mencapai 62.391 warkat atau lebih tinggi

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009 2010 2011 2012

nominal (kiri) warkat (kanan)

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

50

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara umum, berdasarkan

wilayahnya, sebagian transaksi BI-RTGS di Riau utamanya masih terkonsentrasi

di Kota Pekanbaru sejalan dengan tingginya geliat aktivitas kegiatan usaha di

kota tersebut.

Tabel 3.17. Perkembangan Nilai Transaksi BI-RTGS di Riau Triwulan I-2012

(dalam Rp miliar)

Tabel 3.18. Perkembangan Volume Warkat BI-RTGS di Riau Triwulan I-2012

From To From - To Kumulatif From To From - To KumulatifBengkalis 631 1,127 251 1,758 294 730 142 1,023 Dumai 2,277 1,666 360 3,943 1,998 1,559 305 3,558 Indragiri Hulu - 1 - 1 0 17 0 17 Indragiri Hilir 0 20 - 20 1 4 - 5 Kampar 8 421 1 429 14 345 0 359 Kuantan Singingi - 0 - 0 - 1 - 1 Pekanbaru 41,040 28,673 11,502 69,713 25,874 22,543 6,157 48,417 Pelalawan 2 7 1 9 1 9 - 10 Rokan Hulu - 2 - 2 - 3 - 3 Rokan Hilir 30 3 - 32 39 2 - 40 Siak 228 639 19 867 93 382 4 475

RIAU 43,136 31,652 11,945 76,774 28,313 25,595 6,610 53,909

I-2012IV-2011Jumlah Nominal

Kab/Kota

From To From - To Kumulatif From To From - To KumulatifBengkalis 1,508 626 233 2,134 1,010 471 121 1,481 Dumai 1,441 1,114 995 2,555 3,087 2,638 667 5,725 Indragiri Hulu - 4 - 4 66 23 1 89 Indragiri Hilir 3 13 - 16 74 5 - 79 Kampar 471 156 18 627 458 144 9 602 Kuantan Singingi - 3 - 3 - 5 - 5 Pekanbaru 8,381 11,375 2,750 19,756 21,095 31,500 7,619 52,595 Pelalawan 3 45 1 48 14 52 - 66 Rokan Hulu - 20 - 20 - 18 - 18 Rokan Hilir 927 51 - 978 872 59 - 931 Siak 636 374 20 1,010 475 325 23 800

RIAU 13,370 13,781 4,017 27,151 27,151 35,240 8,440 62,391

I-2012IV-2011Jumlah Warkat

Kab/Kota

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Keuangan Daerah

51

1. Kondisi Umum

Penyerapan anggaran pendapatan pemerintah provinsi Riau sampai dengan

Maret 2012 mencapai Rp675,72 miliar atau mencapai 12,31%. Di sisi lain,

realisasi anggaran belanja pemerintah provinsi Riau sampai dengan

Maret 2012 tercatat sebesar Rp384,94 miliar atau sekitar 6,05% dari rencana

anggaran belanja tahun 2012. Secara umum, baik realisasi pendapatan

maupun belanja daerah Provinsi Riau relatif lebih rendah jika dibandingkan

dengan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Bab 4 KONDISI KEUANGAN

DAERAH

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Keuangan Daerah

52

2. Realisasi APBD

Realisasi pendapatan Provinsi Riau sampai dengan triwulan I-2012 tercatat

sebesar Rp675,73 miliar atau mencapai 12,31% dari target yang ditentukan

sebesar Rp5,49 triliun. Sementara itu, jumlah anggaran belanja yang telah

direalisasikan sampai dengan triwulan I-2012 telah mencapai Rp384,95 miliar

atau mencakup sekitar 6,05% terhadap alokasi anggaran belanja tahun 2012

yang mencapai Rp6,37 triliun. Realisasi anggaran belanja pada triwulan I-2012

ini relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi anggaran pada

triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 8,21%.

Tabel 4.1. Ringkasan Realisasi APBD Provinsi Riau Triwulan I-2012 (Rp miliar)

Sumber : Biro Perekonomian Provinsi Riau

Jumlah realisasi pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan belanja

mendorong anggaran Provinsi Riau pada triwulan I-2012 tercatat mengalami

surplus sebesar Rp290,78 miliar. Sementara, mengingat masih belum adanya

realisasi pembiayaan maka sampai dengan triwulan I-2012 Sisa Lebih

Pembiayaan Anggaran (SILPA) Provinsi Riau berada pada level yang positif

yakni sebesar Rp290,78 miliar.

2.1. Realisasi Pendapatan

Porsi realisasi anggaran pendapatan Provinsi Riau sampai dengan

triwulan I-2012 sebagian besar berasal dari pendapatan asli daerah yaitu

sebesar Rp382,08 miliar, diikuti oleh pendapatan yang sah dan dana

perimbangan sebesar masing-masing sebesar Rp152,78 miliar dan

Rp140,87 miliar. Realisasi pendapatan asli daerah Riau pada triwulan I-2012

2011

Alokasi

Anggaran

Nilai

Realisasi

Realisasi

Tw I (%)

Realisasi

Tw I (%)Pendapatan 5.487,78 675,73 12,31 25,49Belanja 6.366,66 384,95 6,05 8,21

Surplus / Defisit (878,88) 290,78 6,27

Pembiayaan - Penerimaan Daerah 953,88 0,00 0,00 142,15 - Pengeluaran Daerah 75,00 0,00 0,00 21,43Pembiayaan Netto 878,88 0,00 0,00 186,08

SILPA - 290,78 - -

Uraian

2012

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Keuangan Daerah

53

tercatat relatif lebih rendah jika dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya.

Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan Provinsi Riau Triwulan I-2012 (Rp miliar)

Sumber : Biro Perekonomian Provinsi Riau

Sebagian besar (82,16%) dari realisasi pendapatan asli daerah utamanya

berasal dari pendapatan pajak daerah yang mencapai mencapai Rp382,08

miliar atau sekitar 20,94% dari target yang ditentukan. Sementara, dari dana

perimbangan, sebagian besar realisasinya berasal dari dana alokasi umum

yang tercatat sebesar Rp122,29 miliar serta dana bagi hasil pajak/bukan pajak

(sumber daya alam) yaitu sebesar Rp18,58 miliar.

2.2. Realisasi Belanja

Realisasi anggaran belanja Provinsi Riau sampai dengan triwulan I-2012

tercatat sebesar Rp384,94 miliar atau sekitar 6,05% dari rencana anggaran

belanja tahun 2012. Realisasi anggaran belanja pada triwulan I-2012 ini relatif

lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi anggaran pada triwulan yang

sama tahun sebelumnya yakni sebesar 8,21%.

Tabel 4.3. Realisasi Pendapatan Provinsi Riau Triwulan I-2012 (Rp miliar)

Sumber : Biro Perekonomian Provinsi Riau

Realisasi anggaran belanja tidak langsung pada triwulan laporan telah

mencapai 9,17% atau lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi anggaran

pada periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi anggaran belanja tidak

langsung Pemerintah Provinsi Riau sebagian besar diserap dalam bentuk

2011

Alokasi

Anggaran

Nilai

Realisasi

Realisasi

Tw I (%)

Realisasi

Tw I (%)Pendapatan Asli Daerah 1.824,50 382,08 20,94 25,26

Dana Perimbangan 2.999,00 140,87 4,70 26,47

Lain-Lain Pendapatan Yang Sah 664,27 152,78 23,00 0,00

Pendapatan 5.487,78 675,73 12,31 25,49

Uraian

2012

2011

Alokasi

Anggaran

Nilai

Realisasi

Realisasi

Tw I (%)

Realisasi

Tw I (%)

Belanja Tidak Langsung 3.221,36 295,25 9,17 7,81Belanja Langsung 3.145,29 89,70 2,85 8,49

Belanja 6.366,66 384,95 6,05 8,21

Uraian

2012

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Kondisi Keuangan Daerah

54

belanja pegawai dan belanja hibah yaitu masing-masing sebesar

Rp136,72 miliar dan Rp158,24 miliar. Sementara itu, pada komponen belanja

langsung, realisasi tersebut utamanya diserap dalam bentuk belanja barang

dan jasa dengan realisasi sebesar Rp38,91 miliar pada triwulan I-2012.

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Daerah

55

1. Kondisi Umum

Perkembangan ketenagakerjaan di Provinsi Riau pada triwulan laporan

menunjukkan hal yang menggembirakan. Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) Riau pada awal tahun 2012 tercatat sebesar 5,17% atau merupakan

yang terendah selama kurun waktu 6 tahun terakhir. Pesatnya kegiatan

aktivitas dunia usaha di Riau diperkirakan menjadi salah satu faktor

pendorong menurunnya kondisi tersebut. Di sisi lain, tingkat kesejahteraan

daerah sebagaimana tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) juga menunjukkan

kenaikan yang dipicu oleh trend peningkatan harga komoditas unggulan serta

inflasi yang relatif terkendali.

Bab 5

PERKEMBANGAN

KETENAGAKERJAAN DAERAH

MONETER, PERBANKAN

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Daerah

56

2. Ketenagakerjaan

Tingkat pengangguran di Provinsi Riau dalam triwulan laporan menunjukkan

perkembangan yang menggembirakan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Riau pada tahun 20121 tercatat sebesar 5,17% mengalami penurunan yang

cukup signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya

yang mencapai 7,15% atau merupakan yang terendah selama 6 tahun

terakhir (2007-2012). Jika dilihat dari sisi jumlah pengangguran juga

mengalami penurunan yakni dari 185.909 jiwa pada tahun sebelumnya

menjadi 135.639 jiwa.

Di sisi lain, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Riau per Februari 2012

tercatat sebesar 66,91% atau relatif lebih rendah dibandingkan dengan tahun

2011 lalu yang mencapai 68,36% namun masih lebih tinggi bila dibandingkan

rata-rata TPAK 2007-2010 yang mencapai 63,20%. Relatif tingginya TPAK

yang disertai dengan menurunnya TPT dalam triwulan laporan diindikasikan

erat kaitannya dengan momentum penyelenggaran PON ke-18. Sebagaimana

diketahui hingga saat ini masih berlangsung pembangunan berbagai proyek

infrastruktur seperti jalan, bangunan, dan gedung olahraga yang diperkirakan

membutuhkan banyak tenaga kerja.

Grafik 5.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran (%)

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

1 Februari

Aug-07 Feb-08 Feb-09 Feb-10 Feb-11 Feb-12

TPAK (kanan) 62,55 62,48 64,02 63,74 68,36 66,91

TPT (kiri) 9,79 9,35 8,96 7,21 7,17 5,17

59,00

60,00

61,00

62,00

63,00

64,00

65,00

66,00

67,00

68,00

69,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

10,00

11,00

%

%

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Daerah

57

Meningkatnya perekonomian Riau telah memberikan daya tarik ekonomi yang

cukup kuat bagi para pekerja baik yang berasal dari dalam maupun luar

Provinsi Riau. Kondisi tersebut diperkirakan telah memicu migrasi pekerja dari

lintas provinsi sehingga secara tidak langsung mendorong peningkatan jumlah

penduduk usia produktif di Provinsi Riau2. Pada triwulan laporan, jumlah

penduduk tersebut tercatat sebesar 3,92 juta jiwa atau naik 125.880 jiwa dari

tahun sebelumnya. Dengan meningkatnya jumlah penduduk usia produktif,

maka total angkatan kerja Riau per Februari 2012 tercatat sebesar 2,62 juta

jiwa atau meningkat 1,13% dibandingkan tahun sebelumnya.

Tabel 5.1. Penduduk Usia Kerja Menurut Kegiatan Utama (Jiwa)

Sumber : BPS Provinsi Riau

Jika dilihat berdasarkan lapangan usahanya, maka jumlah penduduk usia kerja

terbesar utamanya terkonsentrasi pada sektor pertanian dengan porsi

mencapai 44,80% atau meningkat dibandingkan dengan periode

sebelumnya. Hal tersebut tentunya sejalan dengan cerahnya perkembangan di

sektor pertanian terutama sub sektor tanaman perkebunan.

Sektor lain yang juga menyerap jumlah tenaga kerja dari penduduk usia kerja

adalah sektor perdagangan. Hal ini juga didukung oleh tingginya

pertumbuhan sektor ini terutama semakin membaiknya kinerja ekspor Riau.

Kondisi ini juga ditunjukkan dengan semakin meningkatnya pangsa jumlah

penduduk usia kerja yang bekerja di sektor ini yaitu dari 21,21% menjadi

21,51%.

2 Penduduk berusia 15 tahun keatas yang merupakan angkatan kerja dan telah bekerja

Feb-08 Feb-09 Feb-10 Feb-11 Feb-12

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas (Jiwa) 3.575.840 3.599.336 3.682.863 3.794.782 3.920.662

Bekerja 2.025.384 2.097.955 2.178.403 2.408.204 2.487.857

Pengangguran 208.931 206.471 169.164 185.909 135.639

Total Angkatan Kerja 2.234.315 2.304.426 2.347.567 2.594.113 2.623.496

Total Bekerja Tidak Penuh 623.810 775.175 795.884 882.404 1.001.104

Bukan Angkatan Kerja 1.341.525 1.294.910 1.355.296 1.200.669 1.297.166

62,48 64,02 63,74 68,36 66,91

9,35 8,96 7,21 7,17 5,17

TPAK (%)

TPT (%)

Kegiatan Utama

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Daerah

58

Grafik 5.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2011-2012

Sumber : BPS Provinsi Riau

Berdasarkan status pekerjaannya, sebagian besar penduduk usia kerja di

provinsi Riau bekerja sebagai buruh/karyawan. Pangsanya juga mengalami

peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu dari 37,39%

menjadi 37,80%, diikuti oleh penduduk usia kerja yang berusaha sendiri yaitu

mencapai 20,72%. Namun pangsanya mengalami penurunan dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang mencapai 22,11%.

Tabel 5.3. Penduduk Usia Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama (%)

Sumber : BPS Provinsi Riau

3. Kesejahteraan

Salah satu indikator yang digunakan dalam mengukur tingkat kesejahteraan

petani adalah NTP3. Indikator ini dibangun dengan mengukur kemampuan

3 NTP adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani dan dinyatakan dalam bentuk persentase

Pertanian PerdaganganJasa

KemasyarakatanIndustri

Angkutan & Perdagangan

lainnya

2011 43,65 21,21 16,77 6,14 4,41 7,82

2012 44,80 21,51 15,80 5,99 3,98 7,93

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

45,00

50,00

%

Berusaha Sendiri

Berusaha Dibantu

Buruh Tdk Tetap

Berusaha Dibantu

Buruh Tetap

Buruh/Karyawan

Pekerja Bebas Pertanian

Pekerja bebas Non Petani

Pekerja Tdk Dibayar

2011 22,11 13,94 5,07 37,39 5,03 1,43 15,03

2012 20,72 14,17 5,85 37,8 3,91 2,4 15,15

0

5

10

15

20

25

30

35

40

%

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Daerah

59

tukar dari produk yang dihasilkan oleh petani dengan produk yang

dibutuhkan oleh petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi

rumah tangga petani. Semakin tinggi NTP mengindikasikan semakin

meningkatnya daya tukar (term of trade) petani sehingga tingkat kehidupan

petani juga akan mengalami peningkatan.

Indeks NTP di Provinsi Riau pada triwulan I-2012 cenderung mengalami

peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini

mengindikasikan semakin meningkatnya daya tukar petani dari produk yang

dihasilkan terhadap produk yang dibutuhkan. Peningkatan ini utamanya

terjadi karena lebih kecilnya biaya yang harus dibayar petani dibandingkan

dengan hasil yang diterimanya. Kondisi ini telah memberikan dampak yang

cukup signifikan pada peningkatan kesejahteraan petani.

Grafik 5.4. Perkembangan NTP Riau Triwulan I-2012

Grafik 5.5. Pertumbuhan NTP (yoy) Riau Triwulan I-2012

Sumber : BPS Provinsi Riau Sumber : BPS Provinsi Riau

Lebih lanjut, NTP Riau secara tahunan pada triwulan laporan tercatat tumbuh

sebesar 0,78 (yoy) atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan akhir tahun

2011 yang mengalami kontraksi sebesar 0,66%. Kondisi tersebut diperkirakan

didukung oleh trend peningkatan harga komoditas unggulan Riau khususnya

CPO disertai dengan terjaganya tingkat inflasi di pedesaan.4

4 Indikator ini dilihat dari inflasi pedesaan Riau pada bulan Maret mencapai 1,98% (yoy) atau menurun jika dibandingkan dengan inflasi pedesaan akhir tahun yang mencapai 3,14% (yoy.)

80,00

90,00

100,00

110,00

120,00

130,00

140,00

IT

IB

NTP

(2,00)

(1,00)

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

%%

yoy.IT

yoy.IB

yoy.NTP (kanan)

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

60

1. PROSPEK MAKRO REGIONAL

Perkembangan ekonomi Riau pada triwulan II-2012 diperkirakan akan relatif

stabil. Kondisi ini diindikasikan akan dipengaruhi oleh stabilnya permintaan

domestik terutama investasi dan produksi sektor primer terutama pada sub sektor

tanaman perkebunan sejalan dengan mulai masuknya siklus panen puncak yang

akan berlangsung pada triwulan mendatang. Secara tahunan, dengan

memasukkan unsur migas, pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan II-2012

diperkirakan tumbuh relatif stabil pada kisaran 5,0%-5,40% (yoy). Sementara itu,

dengan mengeluarkan unsur migas pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan

tumbuh pada kisaran 7,3%-7,5% (yoy).

PROSPEK PEREKONOMIAN

DAERAH

Bab 6

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

61

Tabel 6.1. Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II-2012

Sumber : BPS Provinsi Riau Keterangan :***) Angka Sangat Sementara, p) Perkiraan Bank Indonesia

Dari sisi penggunaan, daya beli masyarakat diperkirakan masih akan relatif terjaga.

Sebagaimana diketahui, permasalahan politik yang timbul di negara maju telah

mengakibatkan spekulasi meningkatnya harga energi khususnya minyak dunia.

Kondisi ini diperkirakan akan mengakibatkan harga energi subtitusi nabati seperti

minyak sawit mentah (CPO) akan meningkat. Dengan meningkatnya harga CPO

dunia maka diperkirakan pendapatan eksportir CPO dari Riau juga relatif

meningkat mengingat kebutuhan CPO di beberapa negara konsumen terbesar

diperkirakan akan mengalami kenaikan (Grafik 6.2).

Selain ditopang oleh terjaganya daya beli, kinerja investasi yang masih stabil juga

diperkirakan menjadi salah satu motor penggerak Riau sejalan dengan perhelatan

momentum PON ke-18 yang akan berlangsung pada triwulan III-2012. Hingga saat

ini, masih berlangsung pembangunan berbagai proyek infrastruktur bangunan

seperti gedung olahraga, bandara udara, jalan layang serta penginapan.

Grafik 6.1. Perkembangan Curah Hujan di Provinsi Riau

Grafik 6.2. Perkembangan Konsumsi Negara Konsumen CPO Terbesar

Sumber : United States Department of Agriculture (USDA) Sumber : United States Department of Agriculture (USDA)

Sementara, dari sisi sektoral, sektor perdagangan diindikasikan masih akan menjadi

motor penggerak perekonomian pada triwulan mendatang sejalan dengan

meningkatnya aktivitas perekonomian baik yang berasal dari perdagangan

I II III IV I II III IV I II)p

Total 2,90 3,77 4,76 5,22 4,04 3,44 3,93 4,63 5,02 5,0 - 5,4

Tanpa Migas 6,01 6,75 7,95 7,84 7,51 7,54 7,64 7,40 7,36 7,3 - 7,5

20122011***2010***Pertumbuhan

41.000

42.000

43.000

44.000

45.000

46.000

47.000

48.000

49.000

50.000

51.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

De

c-0

9

Feb

-10

Ap

r-1

0

Jun

-10

Au

g-1

0

Oct

-10

De

c-1

0

Feb

-11

Ap

r-1

1

Jun

-11

Au

g-1

1

Oct

-11

De

c-1

1

Feb

-12

Ap

r-1

2

MT

MT

India ChinaEU-27 IndonesiaTotal (kanan)

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

62

domestik (pemanfaatan momentum PON ke-18) maupun perdagangan

internasional (ekspor dan impor).

Beberapa hal yang berpotensi membawa pertumbuhan ekonomi Riau mencapai

batas bawah (downside risks) antara lain diantaranya adalah meningkatnya bea

keluar ekspor CPO dan kemungkinan peningkatan inflasi yang dapat menggerus

daya beli masyarakat secara umum khususnya masyarakat golongan miskin dan

berpenghasilan tetap. 1

2. PERKIRAAN INFLASI

Perkembangan inflasi Kota Pekanbaru pada triwulan mendatang diproyeksikan

berada pada kisaran 4,8% - 5,20% (yoy). Sedangkan secara triwulanan, inflasi

diperkirakan berkisar 0,4% - 0,80% (qtq). Kondisi ini utamanya disebabkan oleh

kemungkinan adanya penyesuaian ongkos angkut di Riau serta meningkatnya

ekspektasi inflasi terkait rencana kenaikan BBM bersubsidi terutama di tingkat

pelaku usaha. Berdasarkan hasil pertemuan TPID Riau, diketahui bahwa ORGANDA

Riau akan tetap melakukan penyesuaian tarif angkut dengan kisaran 30%-35%

dan 20%-25% (jika rencana kenaikan BBM bersubsidi batal direalisasikan).

Tabel 6.2. Perkembangan Inflasi Aktual dan Prakiraan Inflasi Triwulan II-2012

Sumber : BPS Provinsi Riau, Keterangan : p) Proyeksi Bank Indonesia

Beberapa faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi tekanan inflasi pada

triwulan mendatang antara lain (i) masih kuatnya permintaan domestik sejalan

dengan masih berlangsungnya percepatan pembangunan infrastruktur pendukung

PON, (ii) risiko gangguan distribusi pasokan terkait dengan belum membaiknya

kualitas infrastruktur jalan di Provinsi Riau, (iii) trend penguatan harga emas dunia

yang berpotensi memberikan tekanan inflasi inti, dan (iv) meningkatknya ekspektasi

inflasi di tingkat pedagang akibat gangguan produksi bahan pangan strategis pada

sentra produksi utama.

1 Melalui Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 16/M-DAG/Per/3/2012 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor atas Barang Ekspor yang dikenakan Bea Keluar ditetapkan bahwa bea keluar ekspor CPO bulan April 2012 naik menjadi 18% dibandingkan periode dua periode sebelumnya yang tercatat sebesar 16,5%.

I II III IV I II III IV I II)p

yoy,% 2,26 4,58 4,72 7,00 7,76 5,61 6,10 5,09 3,97 4,8 - 5,2

qtq,% 0,79 1,72 1,83 2,48 1,51 -0,30 2,30 1,50 0,66 0,4 - 0,8

20122011***2010***Inflasi

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Daftar Istilah

xv

Aktiva Produktif

Adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan

menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit,

penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan

surat-surat berharga lainnya.

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Adalah pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari

masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot

risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot

yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan.

Kualitas Kredit

Adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan

kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas

yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Adalah rasio antara modal (modal inti dan modal pelengkap) terhadap Aktiva

Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Adalah dana yang diterima perbankan dari masyarakat, yang berupa giro,

tabungan atau deposito.

DAFTAR ISTILAH

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Daftar Istilah

xvi

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Adalah rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana

yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum

konvensional.

Inflasi

Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent).

Inflasi Administered Price

Inflasi yang terjadi pergerakan harga barang-barang yang termasuk dalam

kelompok barang yang harganya diatur oleh pemerintah (misalnya bahan bakar).

Inflasi Inti

Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat and permintaan

agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga barang impor dan ekspektasi

masyarakat.

Inflasi Volatile Food

Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga barang-barang yang termasuk dalam

kelompok barang yang harganya bergerak sangat volatile (misalnya beras).

Kliring

Adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta

kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang

perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

Kliring Debet

Adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan

penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada

penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang

memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan

hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja

yang menangani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara

nasional.

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Daftar Istilah

xvii

Kliring Kredit

Adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang dikirim langsung oleh

bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank Indonesia tanpa menyampaikan

fisik warkat (paperless).

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan terhadap dana yang diterima

(giro, tabungan dan deposito).

Net Interest Income (NII)

Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga.

Non Core Deposit (NCD)

Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga. Dalam

laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari 30% giro, 30% tabungan dan 10%

deposito berjangka waktu 1-3 bulan.

Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls)

Adalah kredit/pembiayaan yang termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan

dan Macet

Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Adalah suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul

dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan

dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang

dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15%

dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk

kredit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari total kredit macet

(setelah dikurangi agunan).

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)

Adalah rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total

kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross. Semakin

rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb.

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filestakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Daftar Istilah

xviii

Rasio Non Performing Loans (NPLs) Net

Adalah rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan

Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit

Sistem Bank Indonesia Real Time Settlement (BI RTGS)

Adalah proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika

(real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat

bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)

Adalah sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit

yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.