PROMO !! 0853-9728-0808 (TSEL), Jasa Fotografer Makassar, Jasa Fotografi Makassar
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id Ekonomi... · Fotografer : Imran Iswadi...
Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id Ekonomi... · Fotografer : Imran Iswadi...
KAJIAN EKONOMI DAN
KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kajian Triwulanan – Periode Mei 2017
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Mei 2017
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Penerbit :
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Jl. Pejanggik No.2 Mataram
Nusa Tenggara Barat
Telp. : 0370-623600
Fax : 0370-631793
E-mail : [email protected]
Fotografer : Imran Iswadi ([email protected])
Hanif Galih ([email protected])
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB
Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-
nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
Misi Bank Indonesia
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber
pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian
nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap
perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan
aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi
nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang
berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia
Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau
berperilaku yaitu trust and integrity, professionalism, excellence, public interest, coordination
dan team work.
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan
peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem
pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemerintah Daerah dan
lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenaan Nya buku
Keuangan Daerah (KEKDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat edisi Mei 2017
Buku ini menyajikan asesmen perkembangan dan prospek perekonomian Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB) triwulan I 2017. Asesmen mencakup ekonomi makro regional, inflasi,
stabilitas sistem keuangan, sistem pembayaran, keuangan pemerintah, kesejahteraan, serta
prospek perekonomian dan inflasi.
Secara ringkas, ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada triwulan I 2017 terkontraksi
sebesar -4,18% (yoy), menurun dibandingkan triwulan I 2016 yang mencatat pertumbuhan
sebesar 8,36% (yoy). Dari sisi permintaan, kontraksi ekonomi disumbang oleh kontraksi ekspor
luar negeri dan investasi. Dari sisi sektoral, kontraksi pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB
triwulan I 2017 disumbang oleh sektor pertambangan. Adapun asesmen lengkap dapat dilihat
dalam buku ini
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi
atas terbitnya publikasi ini. Kami berharap agar KEKDA ini dapat bermanfaat bagi para
pengambil kebijakan, pemerhati ekonomi, dan masyarakat yang membutuhkan. Kami terbuka
untuk menerima segala masukan dan saran agar penyusunan KEKR ini dapat lebih baik lagi.
Mataram, Mei 2017 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Ttd
Prijono Deputi Direktur
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB
ii
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Indeks Harga Konsumen 151.81 152.52 156.22 157.13 110.34 111.85 114.21 118.04 118.25 118.60 120.75 122.07 123.37 123.80 123.93 125.25
-Kota Mataram 151.89 152.62 156.44 157.17 111.12 111.03 113.23 117.47 117.87 118.21 120.10 121.29 122.43 122.64 122.64 124.29
-Kota Bima 151.54 177.48 155.38 156.99 113.35 115.10 118.15 120.28 119.74 120.15 123.33 125.22 127.14 128.43 129.12 129.11
Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 3.39 5.48 6.37 7.02 7.03 6.75 4.91 7.23 5.99 6.03 5.42 3.41 4.33 4.38 2.93 2.61
-Kota Mataram 4.92 5.44 6.41 6.92 6.71 6.20 4.61 7.18 6.07 6.47 5.93 3.25 3.87 3.75 2.24 2.47
-Kota Bima 3.66 5.62 6.19 7.39 8.28 8.94 6.08 7.37 5.64 4.39 3.43 4.11 6.18 6.89 5.66 3.11
PDRB-harga berlaku (miliar Rp) 17,069 18,435 19,401 18,714 18,811 19,730 20,795 22,284 23,754 25,280 28,557 26,275 27,395 28,753 31,141
- Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan4,311 4,553 4,638 4,037 4,887 4,867 5,205 4,509 5,460 5,808 6,105 5,059 5,998 6,592 6,711 5,495
- Pertambangan dan Penggalian 2,303 2,732 2,444 2,357 1,937 2,238 1,364 3,692 4,584 5,236 6,590 5,515 5,841 6,049 7,041 6,443
- Industri Pengolahan661 734 1,264 942 704 756 1,375 983 751 809 1,429 1,075 851 912 1,557 1,188
- Pengadaan Listrik, Gas 9 9 9 10 11 13 13 15 14 14 14 18 17 18 19 20
- Pengadaan Air 18 18 19 18 20 21 21 21 21 22 23 23 24 24 25 25
- Konstruksi 1,536 1,663 1,746 1,830 1,793 1,840 1,975 2,096 2,069 2,070 2,290 2,420 2,359 2,461 2,518 2,554
- Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor 2,347 2,510 2,615 2,563 2,680 2,905 3,106 2,881 3,017 3,266 3,415 3,190 3,418 3,700 3,798 3,508
- Transportasi dan Pergudangan 1,287 1,374 1,521 1,623 1,532 1,594 1,774 1,900 1,740 1,837 2,121 2,166 2,031 2,134 2,317 2,347
- Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum330 393 422 443 406 476 522 541 491 523 594 599 573 613 672 668
- Informasi dan Komunikasi377 380 390 411 421 430 440 441 445 458 475 483 493 506 518 528
- Jasa Keuangan 585 609 634 649 655 694 709 749 771 784 798 834 873 896 912 1,023
- Real Estate572 596 636 669 688 708 745 734 755 791 829 823 843 868 893 903
- Jasa Perusahaan31 32 34 36 37 39 40 40 41 42 45 46 46 47 49 51
- Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib 1,135 1,225 1,272 1,290 1,305 1,382 1,545 1,668 1,575 1,623 1,656 1,769 1,693 1,708 1,698 1,872
- Jasa Pendidikan848 867 964 1,031 954 947 1,072 1,093 1,108 1,058 1,172 1,270 1,276 1,222 1,254 1,368
- Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 337 341 386 401 373 385 435 448 437 445 473 480 486 495 506 511
- Jasa lainnya383 399 407 403 408 436 454 472 474 494 529 505 529 547 570 541
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 38.53 105 110 148 25.10 3.43 46.90 238.90 252.14 376.45 571.21 279.37 373.99 397.09 455.70 357.24
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 22.07 60.06 18.08 97.70 21.39 2.80 35.03 144.77 133.43 177.79 350.99 161.18 209.69 207.00 218.51 174.30
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 53.67 43.24 49.89 43.11 42.81 20.54 17.47 22.47 28.51 40.49 36.20 50.70 44.75 32.23 70.24 11.83
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 23.22 18.71 22.83 15.02 37.18 14.60 24.13 29.80 28.17 20.03 15.57 11.12 10.64 16.36 24.81 3.72
PERBANKAN
Total Aset (Rp triliun) 21.21 22.27 23.29 24.01 25.52 26.97 27.66 27.86 28.88 29.93 30.69 30.89 31.44 32.31 32.19 37.90
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 13.34 13.76 14.33 14.68 14.61 16.13 16.75 17.17 17.98 18.91 19.93 20.19 20.01 20.85 20.79 21.25
Kredit Lokasi Bank (Rp triliun) 16.38 17.44 18.17 19.08 19.65 20.51 21.10 22.06 22.63 23.39 23.77 24.88 24.77 25.81 26.27 31.40
Loan to Deposit Ratio 122.79 126.74 126.80 129.97 134.50 127.17 125.97 128.50 125.84 123.69 119.27 123.24 123.77 123.77 126.39 147.81
NPL gross (%) 1.55 1.55 1.58 1.41 1.63 1.74 1.84 1.74 2.33 2.49 2.53 2.21 2.15 2.07 2.04 1.58
Bank Umum :
Total Aset (Rp triliun) 19.91 20.95 21.91 22.74 24.02 25.46 26.64 26.76 27.76 28.84 29.52 29.65 31.44 32.31 32.19 37.90
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 12.75 13.38 14.32 14.44 14.45 15.94 16.56 16.80 17.28 18.24 19.19 19.37 20.01 20.85 20.79 21.25
-Tabungan (%) 54.64 56.09 56.07 63.71 55.05 52.24 53.31 58.55 49.37 48.12 48.89 58.91 48.96 50.64 51.56 57.63
-Giro (%) 19.00 16.69 18.21 11.47 16.50 19.10 18.39 12.71 17.98 20.21 19.29 14.73 19.13 18.35 17.16 16.17
-Deposito (%) 26.37 27.22 25.72 24.82 28.44 28.66 28.29 28.73 32.65 31.67 30.81 26.36 31.91 31.01 31.28 26.20
Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 16.04 17.06 17.76 18.41 18.95 19.77 20.34 21.26 21.78 22.53 22.90 23.99 24.77 25.81 26.27 31.40
-Modal Kerja 5.07 5.29 5.51 5.78 5.97 6.32 6.46 6.79 6.88 7.12 6.89 7.25 7.58 8.04 8.16 8.87
-Investasi 1.95 2.27 2.38 2.41 2.47 2.32 2.28 2.38 2.47 2.58 2.58 2.81 2.90 2.97 3.04 6.92
-Konsumsi 9.01 9.49 9.87 10.21 10.50 11.14 11.61 12.09 12.42 12.80 13.41 13.92 14.29 14.79 15.07 15.61
Total Kredit UMKM (Rp triliun) 5.49 5.97 6.18 6.39 6.62 7.18 7.21 7.40 7.56 7.69 7.47 7.94 8.26 8.88 9.03 9.70
Loan to Deposit Ratio 125.78 127.53 124.06 127.42 131.10 124.05 122.85 126.57 126.08 123.52 119.29 123.91 123.77 123.77 126.39 147.81
NPL (%) 1.55 1.55 1.58 1.40 1.63 1.74 1.84 1.74 2.07 2.21 2.22 1.99 2.15 2.07 2.04 1.58
2013 2015 2016INDIKATOR
2014
INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER Provinsi Nusa Tenggara Barat
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB
iii
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Bank Perkreditan Rakyat :
Total Aset (Rp triliun) 0.86 0.85 0.88 0.95 0.97 0.96 1.03 1.10 1.11 1.09 1.17 1.24 1.27 1.24 1.28 1.34
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 0.60 0.42 0.44 0.54 0.60 0.59 0.63 0.69 0.71 0.67 0.74 0.82 0.84 0.79 0.83 0.89
-Tabungan (%) 55.97 40.72 42.69 56.50 56.52 53.71 52.88 53.91 51.07 50.30 51.60 53.39 51.80 51.89 52.60 55.04
-Giro (%)
-Deposito (%) 44.03 59.91 58.75 43.50 43.52 46.29 47.12 46.09 48.93 49.70 48.39 46.60 48.14 48.10 47.39 44.96
Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 0.66 0.68 0.69 0.71 0.74 0.76 0.78 0.82 0.85 0.86 0.87 0.89 0.93 0.95 0.94 0.98
-Modal Kerja 0.40 0.41 0.42 0.42 0.44 0.46 0.47 0.50 0.52 0.52 0.52 0.54 0.58 0.59 0.59 0.63
-Investasi 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.07 0.07 0.06 0.06 0.06
-Konsumsi 0.23 0.23 0.23 0.24 0.24 0.25 0.25 0.26 0.27 0.28 0.29 0.28 0.29 0.29 0.29 0.29
Loan to Deposit Ratio 121.62 176.10 173.72 129.92 122.67 130.51 123.65 118.94 120.18 129.30 118.62 109.21 111.63 120.60 113.22 110.64
NPL (%) 13.13 10.17 10.41 9.72 10.46 10.03 9.41 8.04 9.10 9.90 9.65 8.14 8.92 9.59 10.25 10.51
SISTEM PEMBAYARAN
Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 2,349.65 2,523.18 3,282.81 2,826.89 2,920.51 2,929.35 4,082.01 3,367.63 3,209.81 3,384.76 4,849.47 3,770.06 3,915.95 4,699.04 3,836.85 4,172.71
Volume Transaksi RTGS (lembar) 2,560 2,774 2,762 2745 2645 2572 2760 2956 2752 2605 2585 2439 1823 1591 1138 1092
Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 39.16 39.42 54.71 45.59 48.68 48.02 66.92 53.45 51.77 55.49 80.82 62.83 64.20 74.59 59.95 65.20
Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 42.67 43.34 46.03 44.27 44.08 42.16 45.25 46.92 44.39 42.70 43.08 40.65 29.89 25.25 17.78 17.06
Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 1,807.88 1,791.32 1,974.74 2,119.23 2,004.63 1,981.79 1,957.28 2,196.04 1,962.35 2,605.00 2,465.43 3,755.90 4,316.23 4,697.54 4,228.45 4,543.32
Volume Kliring Kredit (lembar) 50,843 47,006 52,185 51,760 51,138 52,922 53,412 60,170 51,643 38,074 65,661 87,398 91,197 102,363 100,167 109,803
Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 30.13 27.99 32.91 34.18 33.41 32.49 32.09 34.86 31.65 42.70 41.09 62.60 70.76 74.56 66.07 70.99
Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) 847.38 734.47 869.75 834.84 852.30 867.58 875.61 955.08 832.95 624.16 1,094.35 1,456.63 1,495.03 1,624.81 1,565.11 1,715.67
20142013INDIKATOR
20162015
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................................... i
Indikator Ekonomi dan Moneter .........................................................................................................ii
Daftar Isi ............................................................................................................................................ iv
Daftar Grafik ..................................................................................................................................... vi
Daftar Tabel........................................................................................................................................x
Ringkasan Eksekutif ........................................................................................................................... xi
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah ................................................................................... 1
1.1. Kondisi Umum ..................................................................................................................... 1
1.2. Sisi Permintaan .................................................................................................................... 2
1.2.1. Konsumsi ......................................................................................................................... 3
1.2.2. Investasi ............................................................................................................................ 5
1.2.3. Ekspor Impor ................................................................................................................... 7
1.3. Sisi Sektoral ......................................................................................................................... 8
1.3.1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ............................................................................ 10
1.3.2. Pertambangan dan Penggalian........................................................................................ 11
1.3.3. Perdagangan Besar, Eceran, dan Reparasi Mobil dan Motor ............................................ 12
1.4. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2017 ................................................................. 14
Boks 1 Quick Win Diversifikasi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi NTB: Halal Tourism ...................... 18
Bab 2 Keuangan Pemerintah ........................................................................................................... 22
2.1. Perkembangan Keuangan Pemerintah ................................................................................ 22
2.2. Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Provinsi NTB ................. 25
2.2.1. Risiko Fiskal dari Pendapatan Pemerintah Daerah ........................................................... 26
2.2.1.1 Rasio Efektivitas ........................................................................................................... 27
2.2.1.2 Rasio Kemandirian ....................................................................................................... 28
2.3. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Provinsi NTB ......................... 29
2.3.1. Risiko Fiskal dari Belanja Pemerintah Daerah .................................................................. 30
2.3.1.1 Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja ................................................................. 31
2.3.1.2 Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja .............................................................. 32
2.3.1.3 Rasio Belanja Pegawai Terhadap PAD ........................................................................... 32
2.4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2017 Provinsi NTB ................................. 33
Bab 3 Perkembangan Inflasi Daerah ................................................................................................ 35
3.1. Kondisi Umum ................................................................................................................... 35
3.2. Inflasi Berdasarkan Komoditas ........................................................................................... 38
3.2.1. Bahan Makanan ............................................................................................................. 39
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
v
3.2.2. Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau ........................................................................ 40
3.2.3. Perumahan, Listrik, Air dan Gas ..................................................................................... 41
3.2.4. Sandang ........................................................................................................................ 42
3.2.5. Kesehatan ...................................................................................................................... 43
3.2.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga .............................................................................. 43
3.2.7. Transport, Komunikasi dan Jasa ..................................................................................... 44
3.3. Inflasi Periodikal ................................................................................................................. 44
3.3.1. Inflasi Triwulanan ........................................................................................................... 44
3.3.2. Inflasi Tahunan .............................................................................................................. 45
3.4 Disagregasi Inflasi. ............................................................................................................ 46
3.4.1. Provinsi Nusa Tenggara Barat .......................................................................................... 46
3.4.2. Kota Mataram ............................................................................................................... 46
3.4.3. Kota Bima ...................................................................................................................... 47
3.5 Pengendalian Inflasi Daerah ................................................................................................ 48
3.6 Prospek Inflasi Triwulan I 2017 ............................................................................................ 49
Bab 4 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM ........................... 54
4.1. Asesmen Ketahanan Korporasi ........................................................................................... 54
4.2. Asesmen Ketahanan Rumah Tangga .................................................................................. 56
4.2.1 Perkembangan Kondisi Rumah Tangga ............................................................................ 56
4.2.2 Ketahanan Sektor Tangga ................................................................................................ 58
4.3. Asesmen Lembaga Keuangan ............................................................................................. 61
4.3.1 Perkembangan Bank Umum ............................................................................................. 61
4.3.2 Intermediasi Bank Umum ................................................................................................. 63
4.3.3 Intermediasi Bank Umum Syariah ..................................................................................... 65
4.3.4 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat .......................................................................... 66
4.4. Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM ..................................................................... 67
4.4.1 Kredit UMKM................................................................................................................... 67
4.4.2 Program Pengembangan Klaster ...................................................................................... 68
Bab 5 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaam Uang Rupiah .................................... 71
5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran ..................................................................................... 71
5.1.1. Transaksi Pembayaran Tunai ........................................................................................... 71
5.1.2. Transaksi Pembayaran Non Tunai .................................................................................... 74
Bab 6 Kesejahteraan ........................................................................................................................ 77
6.1. Umum ................................................................................................................................ 77
6.2. Nilai Tukar Petani ................................................................................................................ 77
6.3. Indikator Survei Konsumen ................................................................................................. 79
6.4. Ketenagakerjaan ................................................................................................................ 80
Bab 7 Prospek Perekonomian Daerah .............................................................................................. 82
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
vi
7.1. Prospek Perekonomian Provinsi NTB ................................................................................... 82
7.2. Perkiraan Inflasi Provinsi NTB .............................................................................................. 83
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
vi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB Tahunan (yoy) Provinsi NTB dan Nasional Tahunan .................... 2
Grafik 1.2 Indikator Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB ................................................... 2
Grafik 1.3 Realisasi Belanja Pemerintah di Provinsi NTB ............................................................ 4
Grafik 1.4 Konsumsi Energi di Provinsi NTB ............................................................................ 4
Grafik 1.5 Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum di Provinsi NTB ................................... 4
Grafik 1.6 Pertumbuhan Sub-Komponen Konsumsi Rumah Tangga ......................................... 4
Grafik 1.7 Penjualan Kendaraan Bermotor di Provinsi NTB ....................................................... 5
Grafik 1.8 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen di Provinsi NTB .................................... 5
Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi NTB ................................................... 6
Grafik 1.10 Realisasi Belanja Modal Pemerintah di Provinsi NTB ................................................ 6
Grafik 1.11 Realisasi Konsumsi Semen di Provinsi NTB ............................................................. 6
Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi Bank Umum di Provinsi NTB ......................................... 6
Grafik 1.13 Arus Komoditas Pangan Masuk dan Keluar Provinsi NTB ........................................ 7
Grafik 1.14 Perbandingan Nilai Penjualan Konsentrat Tembaga dibanding Ekspor Prov. NTB ..... 7
Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Impor di Provinsi NTB .................................................. 8
Grafik 1.16 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Lembar Berdasarkan Estimasi Nilai ...................... 8
Grafik 1.17 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB Sektoral ........................................ 9
Grafik 1.18 Pertumbuhan Sektor Utama Ekonomi Provinsi NTB ................................................ 9
Grafik 1.19 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertanian .................................................................... 10
Grafik 1.20 Produksi Tanaman Padi, Jagung, dan Kedelai di Provinsi NTB ............................... 10
Grafik 1.21 Share Kredit Lokasi Proyek Triwulan IV 2016 Bank Umum di Provinsi NTB ............ 11
Grafik 1.22 Nilai dan Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian Bank Umum di Provinsi NTB ......... 11
Grafik 1.23 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertambangan dan Penggalian .................................... 11
Grafik 1.24 Perbandingan Nilai Produksi Konsentrat Tembaga dibanding PDRB Pertambangan 11
Grafik 1.25 Harga Kosentrat dan Komoditas Internasional Emas, Perak dan Tembaga ............ 12
Grafik 1.26 Penyaluran Kredit Bank Umum ke Sektor Pertambangan ..................................... 12
Grafik 1.27 PDRB Provinsi NTB Sektor Perdagangan Besar, Eceran dan Reparasi Mobil ............ 12
Grafik 1.28 Grafik Penjualan Kendaraan Bermotor ................................................................ 12
Grafik 1.29 Perkembangan Kedatangan Penumpang Pesawat ke Provinsi NTB ....................... 13
Grafik 1.30 Perkembangan Tamu Hotel Bintang Provinsi NTB ................................................. 13
Grafik 1.31 PDRB Provinsi NTB Sektor Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum .................. 14
Grafik 1.32 Realisasi Survei Kegiatan Dunia Usaha Provinsi NTB Sektor PHR ............................ 14
Grafik 1.33 Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB ............................................................. 14
Grafik 1.34 Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB non-Tambang ....................................... 14
Grafik 1.35 PDRB Provinsi NTB Sektor Industri Pengolahan ..................................................... 15
Grafik 1.36 PDRB Provinsi NTB Sektor Pengadaan Listrik, Gas................................................. 15
Grafik 1.37 PDRB Provinsi NTB Sektor Pengadaan Air ............................................................ 15
Grafik 1.38 PDRB Provinsi NTB Sektor Konstruksi ................................................................... 15
Grafik 1.39 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Lainnya ................................................................ 15
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
vii
Grafik 1.40 PDRB Provinsi NTB Sektor Transportasi dan Pergudangan ..................................... 15
Grafik 1.41 PDRB Provinsi NTB Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum .................. 16
Grafik 1.42 PDRB Provinsi NTB Sektor Informasi dan Komunikasi ........................................... 16
Grafik 1.43 PDRB PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Perusahaan ................................................. 16
Grafik 1.44 PDRB Provinsi NTB Sektor Administrasi Pemerintahan .......................................... 16
Grafik 1.45 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Pendidikan ........................................................... 16
Grafik 1.46 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial ............................. 16
Grafik 1.47 PDRB Provinsi NTB Sektor Real Estate ..................................................................... 17
Grafik 1.48 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Keuangan ............................................................ 17
Grafik 2.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah di Provinsi NTB ................................. 24
Grafik 2.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Seluruh Kota/Kab di Provinsi NTB ....................... 24
Grafik 2.3 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB ........................ 24
Grafik 2.4 Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah di Provinsi NTB ........................ 26
Grafik 2.5 Realisasi Pendapatan Kota/Kab di Provinsi NTB Tw IV 2016 .................................... 26
Grafik 2.6 Rasio Efektivitas Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Tw IV 2016 ................................. 27
Grafik 2.7 Rasio Kemandirian Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Tw IV 2016 ............................. 27
Grafik 2.8 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah di Provinsi NTB ............................... 30
Grafik 2.9 Realisasi Belanja Kota/Kab di Provinsi NTB Tw IV 2016 ........................................... 30
Grafik 2.10 Realisasi Belanja Modal Kota/Kabupaten dan Provinsi NTB Tw IV 2016 ................ 31
Grafik 2.11 Realisasi Belanja Pegawai Kota/Kab di Prov. NTB Tw IV 2016 ............................... 31
Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB dan Nasional ..................................... 36
Grafik 3.2 Perkembangan Inflasi Bulanan Provinsi NTB dan Nasional ...................................... 36
Grafik 3.3 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Provinsi NTB dan Nasional ........................... 38
Grafik 3.4 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB dan Nasional .................................. 38
Grafik 3.5 Perkembangan Harga Beras .................................................................................. 38
Grafik 3.6 Perkembangan Harga Aneka Cabai ....................................................................... 38
Grafik 3.7 Perkembangan Harga BBM ................................................................................... 39
Grafik 3.8 Perkembangan Harga Tiket Pesawat ..................................................................... 39
Grafik 3.9 Perkembangan Inflasi Komoditas Bahan Makanan ................................................. 40
Grafik 3.10 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Kom. Bahan Makanan ...... 40
Grafik 3.11 Perkembangan Inflasi Komoditas Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau ........... 41
Grafik 3.12 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Makanan
Jadi, Minuman dan Tembakau .............................................................................. 41
Grafik 3.13 Perkembangan Inflasi Komoditas Perumahan, Listrik, Air dan Gas ........................ 42
Grafik 3.14 Perkembangan Harga Gas Elpiji .......................................................................... 42
Grafik 3.15 Perkembangan Inflasi Komoditas Sandang .......................................................... 42
Grafik 3.16 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Sandang ......... 42
Grafik 3.17 Perkembangan Inflasi Komoditas Kesehatan ........................................................ 43
Grafik 3.18 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Kesehatan ....... 43
Grafik 3.19 Perkembangan Inflasi Komoditas Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga .................. 43
Grafik 3.20 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas
Pendidikan, Rekerasi dan Olahraga .................................................................... 43
Grafik 3.21 Perkembangan Inflasi Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa .................... 44
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
viii
Grafik 3.22 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Komoditas Transportasi,
Komunikasi dan Jasa .......................................................................................... 44
Grafik 3.23 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB .................................................... 45
Grafik 3.24 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas ................ 45
Grafik 3.25 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas ................... 45
Grafik 3.26 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi NTB .............................................................. 46
Grafik 3.27 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi NTB ............................................................ 46
Grafik 3.28 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Mataram ........................................................... 47
Grafik 3.29 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Mataram .......................................................... 47
Grafik 3.30 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Bima ................................................................. 47
Grafik 3.31 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Bima ................................................................ 47
Grafik 3.32 Prospek Inflasi Triwulan I 2017 ............................................................................ 49
Grafik 3.33 Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia ........................................................... 49
Grafik Boks 2.1 Pola Produksi Bawang Merah NTB ................................................................ 51
Grafik Boks 2.2 Pola Produksi Cabai Rawit NTB ..................................................................... 51
Grafik Boks 2.3 Pergerakan Harga Bawang Merah ................................................................. 52
Grafik Boks 2.4 Pergerakan Harga Cabai Rawit ..................................................................... 52
Grafik Boks 2.5 Mekanisme Penentuan Harga Jual Bawang Merah ........................................ 53
Grafik Boks 2.6 Mekanisme Penentuan Harga Jual Cabai Rawit ............................................. 53
Grafik 4.1 Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga .............................................................. 56
Grafik 4.2 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ......................................................... 56
Grafik 4.3 Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi Saat Ini ............................................... 57
Grafik 4.4 Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi 6 Bulan Mendatang ............................ 57
Grafik 4.5 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Triwulan III 2016 ....................................... 58
Grafik 4.6 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Triwulan IV 2016 ...................................... 58
Grafik 4.7 Perkembangan Kredit Konsumsi ........................................................................... 60
Grafik 4.8 Rasio NPL Kredit Konsumsi ................................................................................... 60
Grafik 4.9 Perkembangan KPR .............................................................................................. 60
Grafik 4.10 Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor ......................................................... 60
Grafik 4.11 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Bank Umum di Prov. NTB ........................... 62
Grafik 4.12 Pertumbuhan Aset, DPK dan Kredit Bank Umum di Prov. NTB .............................. 62
Grafik 4.13 Perkembangan Kredit, DPK, dan LDR Bank Umum di Prov. NTB ........................... 64
Grafik 4.14 Pertumbuhan Kredit Bank Umum di Prov. NTB .................................................... 64
Grafik 4.15 Kredit Jenis Penggunaan ..................................................................................... 65
Grafik 4.16 Kredit Sektor Ekonomi ........................................................................................ 65
Grafik 4.17 Perkembangan Kredit Bank Umum Syariah ......................................................... 65
Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Syariah ............................................................ 65
Grafik 4.19 Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat.................................................... 67
Grafik 4.20 Perkembangan Kredit UMKM ............................................................................ 68
Grafik 4.21 Kredit UMKM berdasarkan Jenis Penggunaan .................................................... 68
Grafik 5.1 Perkembangan Nominal Infow, Outflow, Net Flow ................................................ 72
Grafik 5.2 Perkembangan Pengedaran Uang di Provinsi NTB .................................................. 72
Grafik 5.3 Perkembangan Transaksi Non Tunai ...................................................................... 75
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
ix
Grafik 5.4 Perkembangan Transaksi RTGS ............................................................................. 76
Grafik 5.5 Perkembangan Transaksi Kliring ............................................................................ 76
Grafik 6.1 Nilai Tukar Petani Provinsi NTB .............................................................................. 78
Grafik 6.2 Perbandingan Laju NTP dan Inflasi Provinsi NTB ..................................................... 78
Grafik 6.3 Pertumbuhan Laju NTP dan Komponennya ........................................................... 78
Grafik 6.4 Perkembangan Indeks El Nino ............................................................................... 78
Grafik 6.5 Perkembangan Harga Aneka Cabai ....................................................................... 79
Grafik 6.6 Pertumbuhan NTP Hortikultura ............................................................................. 79
Grafik 6.7 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi NTB ................................................... 80
Grafik 6.8 Persentase Distribusi Penduduk Miskin .................................................................. 80
Grafik 6.9 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ......................................................... 81
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB ........................................................ 82
Grafik 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Kategori Utama ................................................................. 82
Grafik 7.3 Proyeksi Inflasi Tahunan Triwulan II 2017 .............................................................. 83
Grafik 7.4 Survei Konsumen Bank Indonesia .......................................................................... 83
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 PDRB Provinsi NTB Sisi Permintaan ........................................................................... 3
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB Sisi Penawaran ................................................. 9
Tabel Boks 1.1 SWOT Analysis Muslim Friendly Tourism ......................................................... 19
Tabel Boks 1.2 Kunjungan Wisatawan ke NTB ....................................................................... 19
Tabel 2.1 Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota di Provinsi NTB
Triwulan IV 2016 ................................................................................................... 25
Tabel 2.2 Belanja Daerah Provinsi NTB dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTB
Triwulan IV 2016 ................................................................................................... 29
Tabel 2.3 Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi NTB Tahun 2017 ...................... 33
Tabel 2.4 Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi NTB Tahun 2017.............................. 34
Tabel 3.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Provinsi NTB Triwulan IV 2016 .................. 37
Tabel 3.2 Ringkasan Perkembangan Inflasi Provinsi NTB ......................................................... 39
Tabel 3.3 Langkah Pengendalian Inflasi Provinsi NTB .............................................................. 48
Tabel 4.1 Perkembangan NPL Bank Umum di Provinsi NTB ..................................................... 55
Tabel 4.2 Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi ................................................ 55
Tabel 4.3 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan ............................ 58
Tabel 4.4 Dana RT untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Pendapatan ....... 59
Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Bank dan Jaringan Kantor di NTB ........................................ 61
Tabel 4.6 Perkembangan Indikator Bank Umum di Provinsi NTB ............................................. 62
Tabel 4.7 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi NTB ........................... 66
Tabel 5.1 Inflow, Outflow, dan Net Inflow Uang Per Pecahan ................................................ 73
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB
xi
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
triwulan I 2017 terkontraksi sebesar -4,18% (yoy), menurun
dibandingkan triwulan I 2016 yang tercatat tumbuh 8,36%
(yoy). Dari sisi permintaan, kontraksi tersebut terkait ekspor luar
negeri dan investasi yang menurun. Dari sisi sektoral, kontraksi
ekonomi Provinsi NTB triwulan I 2017 disebabkan oleh penurunan
kinerja sektor pertambangan karena tertundanya permberian izin
ekspor konsentrat tembaga. Kontraksi ekonomi Provinsi NTB pada
triwulan I 2017 berkebalikan dengan ekonomi nasional yang
mampu tumbuh sebesar 5,01% (yoy).
Di luar sektor pertambangan, ekonomi Provinsi NTB triwulan
I 2017 tumbuh sebesar 4,59% (yoy), lebih rendah
dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 6,47% (yoy).
Melambatnya ekonomi non tambang disebabkan melambatnya
sebagian besar sektor ekonomi utama di Provinsi NTB.
Pada triwulan II 2017 pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB
diperkirakan meningkat. Peningkatan tersebut ditopang oleh
membaiknya kinerja sektor pertambangan dan perdagangan yang
didorong peningkatan konsumsi rumah tangga seiring dengan
masuknya bulan Ramadhan pada bulan Juni 2017.
Keuangan Pemerintah
Realisasi belanja pemerintah daerah pada triwulan I 2017
menurun dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan tersebut menyebabkan pertumbuhan konsumsi
pemerintah pada PDRB Provinsi NTB pada triwulan I 2017 tumbuh
terbatas. Realisasi pendapatan pemerintah daerah juga
menunjukkan penurunan dibanding triwulan sebelumnya
Pertumbuhan ekonomi
Provinsi NTB triwulan I
2017 terkontraksi cukup
dalam sebesar -4,18% (yoy)
Pertumbuhan ekonomi-non
tambang Provinsi NTB
triwulan I 2017 sebesar
4,59% (yoy).
Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB triwulan II
2017 diperkirakan meningkat seiring
meningkatnya kinerja sektor utama.
Realisasi belanja pemerintah menurun,
menyebabkan konsumsi pemerintah tumbuh
terbatas.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB
xii
Perkembangan Inflasi Daerah
Tekanan inflasi tahunan Provinsi NTB menurun di triwulan I
2017 sebesar 2,58% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi tahunan
pada triwulan I 2017 terjadi terutama disebabkan oleh
menurunnya tekanan inflasi pada komoditas volatile food.
Dimulainya masa panen sejak bulan Februari 2017 dan berlanjut
dengan puncak panen raya pada bulan Maret 2017 meningkatkan
pasokan bahan makanan di pasar sehingga menurunkan tekanan
harga.
Stabilitas Keuangan Daerah dan Pengembangan
Akses Keuangan dan UMKM
Stabilitas keuangan daerah Provinsi NTB pada triwulan I
2017 masih relatif terjaga. Ketahanan sektor korporasi dan
rumah tangga masih berada pada level aman, meski ada sedikit
penurunan ketahanan yang tampak pada indikator Non
Performing Loan (NPL). Pada sisi risiko kredit ke depan mengalami
peningkatan, berdasarkan indikator Debt Service Ratio (DSR) >
30% yang meningkat. Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi rumah
tangga pada PDRB Provinsi NTB yang melambat juga tampak dari
sisi optimisme rumah tangga yang juga melambat dan juga kredit
konsumsi yang sedikit melambat.
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan
Pengelolaan Uang Rupiah
Pada triwulan I 2017 terjadi penurunan kebutuhan uang
tunai di Provinsi NTB. Hal ini tampak dari net inflow pengedaran
uang yang terjadi, dimana jumlah uang tunai yang masuk (cash
inflow) lebih banyak dari jumlah uang tunai yang keluar (cash
outflow). Penurunan ini sejalan dengan perlambatan aktivitas
ekonomi di Provinsi NTB, terutama dari sisi konsumsi yang
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan
Di triwulan I 2017 inflasi
tercatat sebesar 2,58% (yoy)
lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya.
Stabilitas keuangan daerah
Provinsi NTB pada triwulan I
2017 masih relatif terjaga.
Pada triwulan I tahun 2017
terjadi penurunan kebutuhan
uang tunai di Provinsi NTB
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB
xiii
penurunan transaksi tunai, transaksi non tunai juga mengalami
penurunan secara tahunan, baik transaksi RTGS maupun kliring.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Indikator kesejahteraan Provinsi NTB menunjukkan
penurunan sejalan dengan kondisi ekonomi yang menurun
pada triwulan I 2017. Penurunan tingkat kesejahteraan tersebut
terlihat dari indikator Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang
menurun dan Nilai Tukar Petani (NTP) yang lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain itu, tingginya tenaga
kerja setengah menganggur perlu diwaspadai sebagai risiko
peningkatan tingkat pengangguran di masa mendatang.
Prospek Perekonomian Daerah
Pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan III 2017
diperkirakan tumbuh melambat, terkait base effect
pertumbuhan sektor pertambangan yang diperkirakan tidak
setinggi triwulan yang sama tahun sebelumnya. Sementara
itu, pertumbuhan ekonomi non tambang triwulan III 2017
diperkirakan terakselerasi ditopang oleh kinerja sektor pertanian
yang diperkirakan memasuki masa panen, dan juga sektor
perdagangan serta konstruksi. Tekanan inflasi tahunan pada
triwulan III 2017 diperkirakan juga meningkat, namun masih di
dalam kisaran sasaran inflasi nasional sebesar 4 ± 1%.
Indikator ketenagakerjaan
dan kesejahteraan
menunjukan tren
penurunan sejalan dengan
penurunan kondisi ekonomi
Pertumbuhan ekonomi
Provinsi NTB pada triwulan
III 2017 diperkirakan
melambat, namun ekonomi
non tambang diperkirakan
terakselerasi
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 1
BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami kontraksi pada triwulan I
2017. Dari sisi permintaan, terkontraksinya pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB pada triwulan I
2017 disebabkan oleh menurunnya ekspor luar negeri dan pembentukan modal tetap bruto. Dari
sisi sektoral, kontraksi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2017 tersebut terutama disebabkan oleh
penurunan kinerja sektor pertambangan sebagai akibat dari tertundanya pemberian izin ekspor
konsentrat tembaga.
1.1 KONDISI UMUM
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada triwulan I 2017
mengalami kontraksi cukup dalam sebesar -4,18% (yoy), setelah pada triwulan
sebelumnya tumbuh sebesar 3,77% (yoy). Penurunan yang cukup dalam tersebut terutama
disebabkan oleh tertundanya pemberian izin ekspor konsentrat tembaga sehingga perusahaan
tambang utama di Provinsi NTB tidak dapat melakukan ekspor pada bulan Februari 2017.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB tersebut lebih rendah dibanding ekonomi nasional yang pada
triwulan I 2017 tumbuh sebesar 5,01% (yoy).
Ekonomi non-tambang Provinsi NTB triwulan I 207 menunjukkan perlambatan
pertumbuhan, sebesar 4,59% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya ya
sebesar 5,05% (yoy). Ekonomi non-tambang tersebut juga lebih rendah dari triwulan yang sama
pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,47% (yoy). Angka pertumbuhan pada triwulan I
2017 tersebut ditopang oleh sektor perdagangan (0,67%), sektor pertanian (0,47%), dan
transportasi (0,39%).
Secara umum, hampir seluruh sektor ekonomi utama di NTB mengalami perlambatan. Tercatat
hanya sektor Pertanian yang tumbuh cukup tinggi dan menjadi kontributor utama pertumbuhan
ekonomi Provinsi NTB. Akselerasi pertumbuhan sektor pertanian setelah sebelumnya menunjukan
tren perlambatan terjadi karena tingkat produksi yang cukup tinggi pada masa panen raya yang
terjadi pada bulan Maret 2017 yang didukung oleh kondisi cuaca di awal tahun yang cukup baik.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 2
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB Tahunan (yoy) Provinsi NTB dan
Nasional Tahunan
Grafik 1.2 Indikator Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi
NTB
Realisasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTB dengan perhitungan atas
dasar harga berlaku pada triwulan I 2017 mencapai Rp27,96 triliun. Dengan pencapaian
realisasi tersebut, Provinsi NTB menyumbang 0,87% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
Nasional.
1.2 SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, terkontraksinya pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB pada triwulan I
2017 disebabkan oleh menurunnya Ekspor Luar Negeri dan Pembentukan Modal Tetap
Bruto. Penurunan kinerja ekspor luar negeri yang terkontraksi tersebut terkait dengan tertundanya
izin ekspor barang tambang. Di sisi lain, tingkat realisasi investasi di awal tahun 2017 ini tidak
sebesar tahun sebelumnya. Lebih lanjut, perkembangan konsumsi rumah tangga pada triwulan I
2017 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya paska perayaan Maulid Nabi, Natal, dan
menjelang tahun baru di triwulan IV 2016. Namun bila dibandingkan dengan periode yang sama
pada tahun sebelumnya, tingkat konsumsi rumah tangga pada awal tahun 2017 lebih tinggi.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2017 sesuai dengan pola historisnya, yaitu
tingkat konsumsi pada triwulan I lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.
4.82 4.74 4.77 5.17 4.92 5.18 5.01 4.94 5.01
-4.18
4.59
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
Tw I'15 Tw II'15 Tw III'15Tw IV'15 Tw I'16 Tw II'16 Tw III'16Tw IV'16 Tw I'17
gNasional (yoy) gNTB (yoy) gNTB Tanpa Tambang (yoy)
2.50
-10.0
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
Gro
wth
(%
yo
y)
Aktual PDRB Nowcast Bridge
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 3
Tabel 1.1 PDRB Provinsi NTB Sisi Permintaan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
1.2.1 Konsumsi
Konsumsi rumah tangga Provinsi NTB pada triwulan I 2017 tumbuh melambat, sedangkan
konsumsi LNPRT dan konsumsi pemerintah mencatat peningkatan pertumbuhan jika
dibandingkan triwulan sebelumnya. Konsumsi Rumah Tangga mengalami sedikit perlambatan
dibandingkan triwulan IV 2016, dari 2,49% (yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi 2,12% (yoy) pada
triwulan I 2017. Perlambatan konsumsi tersebut terkait dengan kembali normalnya pola konsumsi
paska perayaan Maulid Nabi, Natal, dan menjelang tahun baru di triwulan IV 2016. Namun
demikian, perlambatan tidak terjadi lebih dalam karena diperkirakan terkait kinerja sektor
pertanian yang meningkat pada triwulan I 2017. Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi
padat karya, sehingga peningkatan kinerja sektor tersebut tersebut dapat meningkatkan konsumsi
rumah tangga.
Pada konsumsi pemerintah mulai meningkat setelah pada triwulan sebelumnya konsumsi
pemerintah mengalami kontraksi karena melambatnya belanja pemerintah dan pengaruh
ditundanya penyaluran Dana Alokasi Umum (DAU). Konsumsi pemerintah meningkat sebesar
2,87% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang turun 6,40% (yoy). Namun
peningkatan konsumsi pemerintah tersebut masih lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama
tahun sebelumnya, yang sebesar 4,67% (yoy).
2014 2015 2016 TW I 2017
Kontribus i
per Kategori
Tw I 2017
(%)
Pertumbuha
n Tw III 2016
(% yoy)
Pertumbuha
n Tw IV 2016
(% yoy)
Pertumbuha
n Tw I 2017
(% yoy)
1 P engeluaran Konsums i R umah Tangga 62,018 65,940 70,961 18,607 72.97 1.49 2.49 2.12
2 P engeluaran Konsums i LNP R T 1,386 1,512 1,644 432 1.69 4.67 -0.52 4.07
3 P engeluaran Konsums i P emerintah 15,388 16,968 18,253 4,596 18.02 0.81 -6.40 2.87
4 P MTB 31,846 36,058 41,750 10,769 42.23 8.97 7.49 -0.52
5 P erubahan Inventori 874 700 1,107 275 1.08 67.27 66.06 33.35
6 E kspor Barang dan J asa 4,947 20,979 22,303 3,405 13.35 -18.35 45.72 -35.73
7 Impor Barang dan J asa 2,817 3,934 3,744 942 3.70 -0.71 -24.45 -5.31
8 Net E kspor Antar Daerah (32,022) (34,359) (36,026) (9,179) -35.99 -27.48 37.15 -3.94
81, 621 103, 865 116, 247 25, 500 100. 00 3. 43 3. 77 2. 73
Komponen (ADHB, Rp Miliar)
NTB
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 4
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. NTB, Badan
Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Prov. NTB, diolah
Sumber: PT Pertamina(Persero) dan PT PLN (Persero), diolah
Grafik 1.3 Realisasi Belanja Pemerintah di Provinsi NTB
Grafik 1.4 Konsumsi Energi di Provinsi NTB
Konsumsi rumah tangga yang melambat terlihat dari beberapa indikator yaitu konsumsi
energy, jumlah kendaraan bermotor dan Indeks Keyakinan Konsumen. Secara umum,
konsumsi energi pada triwulan I 2017, mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya.
Hal yang sama juga terjadi pada jumlah kendaraan bermotor yang juga mengalami penurunan.
Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.5 Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum
di Provinsi NTB
Grafik 1.6 Pertumbuhan Sub-Komponen Konsumsi
Rumah Tangga
Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia menunjukan arah yang selaras dengan konsumsi rumah
tangga yang melambat pada triwulan I 2017. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dihasilkan
oleh Survei Kosumen pada triwulan I 2017 menurun menjadi sebesar 105,8, lebih rendah
dibandingkan triwulan IV 2016 sebesar 117,3. Indeks pembentuk IKK yang terdiri dari Indeks
Kondisi Ekonomin Saat ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) juga menurun dibanding
triwulan sebelumnya. IKE dan IEK triwulan I 2017 masing-masing sebesar 99,2 dan 112,3, lebih
rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 106,0 dan 128,5.
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I
2014 2015 2016 2017
Rp Triliun
Realisasi Belanja Pemerintah
903.02
95.48
294.57
938.86
99.42
302.02
978.38
106.20
316.80
1,009.56
109.10
329.32
758.07
96.09
337.69
-
200
400
600
800
1,000
1,200
BBM Gas Listrik
Rp Miliar
Tw I'16 Tw II'16 Tw III'16 Tw IV'16 Tw I'17
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
2014 2015 2016 2017
Kredit Konsumsi (Rp Miliar) - Kiri
Growth (%yoy) - Kanan
(2.00)
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
I II III IV I II III IV I II III IV I
2014 2015 2016 2017
Konsumsi Rumah Tangga
Makanan dan Minuman, Selain Restoran
Perumahan dan PerlengkapanRumahtanggaTransportasi dan Komunikasi
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 5
Sumber: Bappenda Provinsi NTB, diolah
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.7 Penjualan Kendaraan Bermotor di Provinsi NTB
Grafik 1.8 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen di
Provinsi NTB
1.2.2 Investasi
Kontraksi investasi yang terjadi pada triwulan I 2017 disebabkan oleh penurunan
investasi bangunan yang cukup dalam. Kontraksi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
pada triwulan I 2017 tercatat sebesar -0,67% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2016
yang sebesar 10,26% (yoy) dan triwulan I 2016 yang tercatat 9,78% (yoy). Investasi bangunan
mengalami penurunan mencapai -0,67% (yoy), sementara itu investasi non-bangunan mengalami
penurunan sebesar -0,20% (yoy).
Sumber: BKPM-PT Prov. NTB, diolah
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. NTB, Biro Keuangan Prov. NTB, diolah
Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi NTB
Grafik 1.10 Realisasi Belanja Modal Pemerintah di Provinsi NTB
Menurut data BKPM PT Provinsi NTB, pada triwulan I 2017 tercatat jumlah investasi yang
ditanamkan melalui Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai Rp.
406 Miliar, sedangkan melalui Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp. 2,2 Triliun.
Secara spasial mayoritas realisasi penanaman modal dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa Barat,
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
-
200
400
600
800
1,000
1,200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Mili
ar
Total Motor Mobil growth total (%,yoy)-kanan
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
90.00
100.00
110.00
120.00
130.00
140.00
150.00
160.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) g Konsumsi Rumah Tangga - Kanan
-60.00
-10.00
40.00
90.00
140.00
190.00
240.00
290.00
-
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
3,500.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2013 2014 2015 2016 2017
%, Y
oy
Rp
Mil
lia
r
Total Investasi gYoy (Kanan)
0.01.02.03.04.05.06.07.0
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2014 2015 2016 2017
Rp Triliun
Belanja Modal
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 6
terkait langsung dengan ekspansi bisnis perusahaan tambang yang berlokasi di Kabupaten
tersebut. Penanaman modal di Sumbawa Barat tersebut mayoritas melalui PMDN dan memiliki
pangsa sekitar 64% dari total PMDN yang direalisasikan di NTB pada triwulan I 2017.
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah
Grafik 1.11 Realisasi Konsumsi Semen di Provinsi NTB
Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi Bank Umum
di Provinsi NTB
1.2.3 Ekspor Impor
Ekspor luar negeri Provinsi NTB pada triwulan I 2017 terkontraksi 35,73% (yoy). Penurunan
yang sangat signifikan pada ekspor luar negeri terjadi karena turut terkontraksinya sektor
pertambangan. Tertundanya pemberiaan izin ekspor konsentrat tembaga menyebabkan
penurunan kinerja yang cukup dalam. Sekitar 99% barang dari Provinsi NTB yang diekspor ke luar
negeri merupakan komoditas pertambangan.
Sumber: BKP Provinsi NTB, diolah
Sumber : Perusahaan Pertambangan di Provinsi NTB dan BPS, diolah
Grafik 1.13 Arus Komoditas Pangan Masuk dan Keluar Provinsi
NTB
Grafik 1.14 Perbandingan Nilai Penjualan Konsentrat Tembaga
dibanding Ekspor Provinsi NTB
Impor luar negeri Provinsi NTB pada triwulan I 2017 mengalami kontraksi, namun tidak
sedalam triwulan sebelumnya. Kebutuhan impor luar negeri Provinsi NTB mayoritas adalah
(30) (20) (10) - 10 20 30 40 50
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Volume Penjualan Semen (ton)
Pertumbuhan semen (%,yoy)-Kanan
Pertumbuhan Investasi - Kanan
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
2014 2015 2016 2017
Kredit Investasi (Rp Miliar) - Kiri
Growth (%yoy) - Kanan
535 919
598 924
320 730 577 594
281
4,624
1,217 789
281 742 607
842
33
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2013 2014 2015 2016 2017
Mil
yar
(Rp
)
Keluar Masuk Net Ekspor
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2014 2015 2016 2017
Rp
Mil
lia
r
ADHB Ekspor Sales Tambang
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 7
untuk kebutuhan produksi tambang. Meski kinerja ekspor menurun karena tertundanya pemberian
izin ekspor, impor barang dari luar negeri untuk kebutuhan ekspansi usaha perusahaan tambang
tetap dilakukan. Barang-barang dari besi dan baja serta pesawat mekanis untuk kebutuhan
produksi dan eksplorasi tambang masih menjadi komditas impor utama di Provinsi NTB.
Sumber: PT Pelindo III (Persero) Cabang Lembar, diolah
Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Impor
di Provinsi NTB
Grafik 1. 16 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Lembar
Berdasarkan Estimasi Nilai
Meski pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB mengalami perlambatan, ekspor dan impor
daerah pada triwulan I 2017 mengalami peningkatan. Ekspor antar daerah tumbuh tinggi,
yaitu sebesar 59,17% (yoy), sedangkan impor antar daerah tumbuh sebesar 14,01% (yoy). Meski
masih mengalami defisit transaksi pada triwulan I 2017, angka tersebut lebih kecil dibandingkan
triwulan sebelumnya. Peningkatan ekspor antar daerah diperkirakan disumbang oleh perdagangan
tanaman pangan, seiring dengan masa panen raya pada triwulan I 2017.
1.3 SISI SEKTORAL
Dari sisi sektoral, perlambatan ekonomi NTB pada triwulan I 2017 terjadi hampir di semua
sektor ekonomi utama. Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB dari sisi sektoral pada triwulan I
2017 disumbang oleh sektor perdagangan (0,67%), sektor pertanian (0,47%), dan transportasi
(0,39%).
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
Trw I Trw II Trw IIITrw IV Trw I Trw II Trw IIITrw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I
2014 2015 2016 2017
Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2013 2014 2015 2016
Miliar
Total Ekspor Total Impor
(431)
(595)(624)
(528)
(641)
(507)
(685)
(580)
(732)
(502)(528)
(810)
(640)(596)
(565)
(716)
Total Net Ekspor
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 8
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.17 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral
Provinsi NTB
Grafik 1.18 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Utama
Provinsi NTB
Terkontraksinya pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan I 2017 terutama disebabkan oleh
menurunnya sektor tambang. Di luar sektor pertambangan, perekonomain Provinsi NTB melambat,
terutama disebabkan melambatnya pertumbuhan di sektor konstruksi dan perdagangan.
Melambatnya sektor konstruksi sejalan dengan menurunnya realisasi investasi pada triwulan I
2017. Sementara itu, melambatnya sektor perdagangan sejalan dengan melambatnya konsumsi
rumah tangga pada triwulan I 2017.
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB Sisi Penawaran
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 19,468 22,432 24,797 6,363 22.76 3.08 2.01 2.26
Pertambangan dan Penggalian 9,231 21,925 25,373 4,829 17.27 -0.88 0.71 -28.25
Industri Pengolahan 3,818 4,064 4,508 926 3.31 3.31 4.92 5.67
Pengadaan Listrik, Gas 53 60 74 21 0.07 15.16 -1.33 2.85
Pengadaan Air 83 90 98 26 0.09 5.22 3.72 4.62
Konstruksi 7,704 8,849 9,893 2,486 8.89 7.35 3.39 3.53
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor11,573 12,887 14,423 3,739 13.37 7.07 6.48 5.77
Transportasi dan Pergudangan 6,799 7,864 8,829 2,178 7.79 5.13 6.57 6.24
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,945 2,207 2,526 610 2.18 10.43 7.77 2.51
Informasi dan Komunikasi 1,732 1,861 2,045 547 1.96 8.05 8.81 8.91
Jasa Keuangan 2,807 3,186 3,704 1,019 3.64 10.87 17.61 11.34
Real Estate 2,875 3,198 3,506 911 3.26 5.64 5.89 4.98
Jasa Perusahaan 157 173 193 51 0.18 5.52 6.42 6.35
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 5,900 6,623 6,972 1,778
6.36 0.73 2.54 3.09
Jasa Pendidikan 4,065 4,609 5,120 1,385 4.95 5.47 4.44 5.28
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,641 1,836 1,997 516 1.84 4.59 3.74 3.98
Jasa lainnya 1,770 2,001 2,188 578 2.07 5.07 5.52 5.47
NTB (Rp Miliar) 81,621 103,865 116,247 27,963 100.00 3.43 3.77 -4.18
NTB tanpa Tambang (Rp Miliar) 74,858 86,280 93,906 23,955 85.67 5.99 5.05 4.59
Pertumbuhan
Tw III 2016
(yoy)
Pertumbuhan
Tw IV 2016
(yoy)
Pertumbuhan
Tw I 2017
(yoy)
Kategori (ADHB, Rp Miliar) 2014 2015 2016 TW I 2017
Kontribusi per
Kategori Tw I
2017 (%)
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 9
1.3.1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pertumbuhan sektor Pertanian pada triwulan I 2017 terakselerasi setelah sebelumnya
menunjukan tren penurunan. Sektor pertanian tumbuh sebesar 2,26% (yoy) pada triwulan I
2017, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,01% (yoy), maupun
dibandingkan triwulan I 2016 yang terkontraksi 0,74% (yoy). Perbedaan tingkat pertumbuhan
yang cukup signifikan jika membandingkan pertumbuhan sektor pertanian pada awal tahun 2017
didukung membaiknya kondisi cuaca pada awal tahun 2017 yang secara langsung mempengaruhi
tingkat produksi pertanian.
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber : Dinas Pertanian Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.19 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertanian
Grafik 1.20 Produksi Tanaman Pangan Padi, Jagung dan
Kedelai di Provinsi NTB
Meningkatnya kinerja sektor pertanian terlihat dari statistik produksi tanaman pangan, dimana
produksi tanaman pangan utama seperti padi dan jagung pada awal tahun 2017 lebih tinggi
dibandingkan dengan awal tahun 2016. Selain itu, penyaluran kredit lokasi proyek di Provinsi NTB
untuk sektor pertanian menunjukan peningkatan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 180,24%
(yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan penyaluran kredit pada triwulan I 2016 yang tumbuh sebesar
51,6% (yoy).
Pada tahun 2017, musim kemarau diprediksi oleh BMKG Provinsi NTB akan dimulai sejak bulan
April. Lebih lanjut, BMKG Provinsi NTB akan mencermati kemungkinan risiko terjadinya fenomena
El Nino pada akhir bulan Mei 2017. Risiko kekeringan patut diwaspadai di Provinsi NTB pada tahun
2017, karena berpotensi mempengaruhi produksi pertanian terutama tanaman pangan.
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
Tw I2017
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
(2.00)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Rp Tri l iun
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
753 739
499
125
669
851
634
149
357
1,062
497
160
538
262
362
98 64
341 388
94 72
185
775
179
112
536
31 13 19 34 22 21 34 51 27 20 29 34 6
-
200
400
600
800
1,000
1,200
I II III IV I II III IV I II III IV I
2014 2015 2016 2017
Rib
u t
on
Padi Jagung Kedelai
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 10
Grafik 1.21 Share Kredit Lokasi Proyek Triwulan I 2017
Bank Umum di Provinsi NTB
Grafik 1.22 Nilai dan Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian
Bank Umum di Provinsi NTB
1.3.2 Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan terkontraksi pada triwulan I 2017. Sektor pertambangan tercatat
menurun sebesar -28,25% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 0,71%
(yoy). Pada triwulan IV 2016, sektor pertambangan masih tumbuh meskipun kontrak karya
perusahaan tambang berakhir pada November 2016. Hal ini terjadi karena pemerintah
memberikan perpanjangan izin ekspor tambang jangka pendek selama 3 bulan, yaitu bulan
November 2016, Desember 2016, dan Januari 2017. Perpanjangan sementara tersebut diberikan
sebagai kuota peralihan menunggu diubahnya skema kontrak karya perusahaan tambang menjadi
Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Namun setelah bulan Januari 2017, pasca proses
peralihan tersebut, izin ekspor baru diberikan pada tanggal 17 Februari 2017 untuk periode satu
tahun (Februari 2017 Februari 2018) dengan jumlah kuota sebesar 675.000 WMT (Web Metric
Ton). Perusahaan tambang baru memulai kembali aktivitas ekspor pada bulan Maret 2017.
Terhentinya aktivitas ekspor tambang pada bulan Februari 2017 membuat kinerja sektor
pertambangan mengalami penurunan.
PERTANIAN, 4.58
PHR, 27.89 LAIN-LAIN
(KONSUMSI), 52.52
PERTANIAN
PERTAMBANGAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK, GAS DAN AIR
KONSTRUKSI
PERDAGANGAN, HOTEL, &RESTORAN
ANGKUTAN & KOMUNIKASI
KEUANGAN, PERSEWAAN, &JASA PERUSAHAAN
JASA-JASA
LAIN-LAIN (KONSUMSI)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
2014 2015 2016 2017
Pertanian % YOY
Rp Miliar
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 11
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.23 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertambangan
dan Penggalian
Sumber: Perusahaan Pertambangan di Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.24 Perbandingan Nilai Produksi Konsentrat Tembaga
dibanding PDRB Pertambangan
Ke depan, produksi sektor pertambangan diperkirakan lebih stabil sehubungan dengan
diberikannya ekspor dengan jangka yang lebih panjang, yaitu dalam 1 (satu) tahun dibandingkan
skema tahun lalu dimana kuota diberikan dalam jangka waktu 6 bulan. Realisasi ekspor pada bulan
Maret dan April 2017 tercatat stabil dengan rata-rata besaran ekspor mencapai kurang lebih
85.000 WMT. Selain itu, faktor yang diperkirakan dapat mendorong sektor tambang adalah
membaiknya harga komoditas konsentrat tembaga pada awal tahun 2017. Perkiraan stabilnya
keberlangsungan bisnis tambang ke depan dipengaruhi oleh skema IUPK yang mengharuskan
perusahaan untuk menyalurkan investasi pembangunan fasilitas pemurnian barang tambang atau
smelter yang saat ini sudah dalam tahap feasibility study. Perkiraan nilai investasi kurang lebih
sekitar US$ 1,5 Miliar. Selain itu, perusahaan tambang saat ini sedang dalam tahap eksplorasi
lokasi tambang yang baru. Bila proses eksplorasi tersebut berhasil, tingkat pertumbuhan sektor
tambang diharapkan dapat terjaga dan tumbuh lebih lanjut.
Sumber: Perusahaan Pertambangan di NTB dan Bloomberg, diolah
Grafik 1.25 Harga Konsentrat dan Komoditas Internasional Emas,
Perak dan Tembaga
Grafik 1.26 Penyaluran Kredit Bank Umum
ke Sektor Pertambangan
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
Tw I2017
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
Rp Tri l iun
Pertambangan dan Penggalian - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2014 2015 2016 2017
Rp
Mil
lia
r
ADHB tambang Sales Tambang
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
700
1200
1700
2200
2700
3200
3700
1 2 3 4 5 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4
2013 2014 2015 2016 2017
Konsentrat (US/ton) Emas (US/Onz)Perak US sen/Onz) Tembaga (US/ton) RHS
(5,000.00)
-
5,000.00
10,000.00
15,000.00
20,000.00
25,000.00
30,000.00
35,000.00
40,000.00
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
2014 2015 2016 2017
Pertambangan % YOY
Rp Miliar
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 12
1.3.3 Perdagangan Besar, Eceran, dan Reparasi Mobil dan Motor
Sektor Perdagangan Besar, Eceran, dan Reparasi Mobil (PBER) mengalami perlambatan
pada triwulan I 2017. Pada triwulan I 2017, sektor PBER tumbuh sebesar 5,77% (yoy) lebih kecil
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,48% (yoy) maupun tahun sebelumnya sebesar
8,67% (yoy). Menurunnya kunjungan wisatawan secara akumulatif pada triwulan I 2017 seiring
dengan masuknya periode low season, diperkirakan mempengaruhi menurunnya sektor
pertambangan.
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: Bappenda Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.27 PDRB Provinsi NTB Sektor Perdagangan Besar, Eceran
dan Reparasi Mobil
Grafik 1.28 Grafik Penjualan Kendaraan Bermotor
Menurunnya kunjungan wisatawan ke Provinsi NTB terlihat dalam statistik perkembangan
kedatangan penumpang pesawat dan statistik perkembangan tamu hotel bintang yang dirilis oleh
Badan Pusat Statistik (BPS). Kedua data statistik kedatangan penumpang pesawat dan statistik
perkembangan tamu hotel bintang tersebut menunjukan penurunan. Jika dibagi dari sisi asal
wisatawan, kunjungan wisatawan domestik menurun, sebaliknya kunjungan wisatawan
mancanegara mengalami peningkatan.
Indikator lainnya yang mencerminkan kinerja sektor perdagangan adalah statistik penjualan
kendaraan bermotor yang mengalami penurunan cukup dalam sebesar 20,91% (yoy). Penurunan
tersebut terutama terjadi pada penjualan kendaraan roda dua, sebaliknya kendaraan roda empat
mengalami peningkatan jumlah.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 13
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.29 Perkembangan Kedatangan Penumpang Pesawat ke
Provinsi NTB
Grafik 1.30 Perkembangan Tamu Hotel Bintang Provinsi NTB
Ke depan, faktor yang dapat mendorong pertumbuhan sektor PBER adalah potensi peningkatan
kunjungan wisatawan ke Provinsi NTB. Sektor pariwisata yang tercermin dari pertumbuhan sektor
akomodasi & makan minum (PAMM) mengalami peningkatan yang tinggi sepanjang tahun 2016
sebesar 10,44% (yoy). Meningkatnya awareness mengenai potensi pariwisata sebagai penggerak
ekonomi utama yang baru diperkirakan mampu menjaga kinerja sektor pariwisata sepanjang tahun
2017. Diversifikasi pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB pada sektor pariwisata dibahas secara
terpisah dalam Boks 1. Quick Win Diversifikasi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi NTB: Halal
Tourism.
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.31 PDRB Provinsi NTB Sektor Penyediaan Akomodasi
Makan dan Minum
Grafik 1.32 Realisasi Usaha - Survei Kegiatan Dunia Usaha
Provinsi NTB Sektor PHR
1.4 Prospek Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2017
Pada triwulan II 2017 pertumbuhan ekonomi NTB diperkirakan tumbuh positif. Terdapat
beberapa faktor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan II 2017. Kinerja
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
-
200
400
600
800
1,000
1,200
I II III IV I II III IV I II III IV I
2014 2015 2016 2017
Rib
u
Total Domestik Internasional Growth (% yoy, kanan)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV I
2014 2015 2016 2017
% (
yo
y)
Rib
u O
ran
g
Total DN LN Gwoth Yoy - Kanan
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
Tw I2017
-
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00Rp Tri l iun
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 14
sektor tambang yang relatif stabil pada awal triwulan II 2017 menjadi dasar pertumbuhan ekonomi
yang baik bagi Provinsi NTB. Selanjutnya, penyaluran kredit investasi yang tinggi pada triwulan I
2017 sebagian diantaranya diperkirakan akan direalisasikan pada triwulan II 2017 yang kemudian
akan mendorong Pembentukan Modal Tetap Bruto dan kinerja sektor konstruksi. Selain itu, sektor
perdagangan diperkirakan juga akan menopang pertumbuhan ekonomi triwiulan II 2017 terkait
konsumsi rumah tangga yang diperkirakan meningkat seiring dengan masuknya bulan Ramadhan
di bulan Juni 2017.
B dan PT s
Grafik 1.33 Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB aPuraI
(Persero), diolah
ber: BPS Provi
diolah
Grafik 1.34 Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB non-Tambang
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.35 PDRB Provinsi NTB Sektor Industri Pengolahan
Grafik 1.36 PDRB Provinsi NTB Sektor Pengadaan Listrik, Gas
4.0
-10.0
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
Gro
wth
(%
yo
y)
Aktual PDRB Nowcast DLM
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
Gro
wth
(%
yo
y)Aktual PDRB-NT Nowcast
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
Tw I2017
-
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
1.80
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00Rp Tril iun
Industri Pengolahan- Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
Tw I2017
-
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Rp Tril iun
Pengadaan Listrik, Gas - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 15
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.37 PDRB Provinsi NTB Sektor Pengadaan Air
Grafik 1.38 PDRB Provinsi NTB Sektor Konstruksi
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.39 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Lainnya
Grafik 1.40 PDRB Provinsi NTB Sektor Transportasi
dan Pergudangan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.41 PDRB Provinsi NTB Sektor Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum
Grafik 1.42 PDRB Provinsi NTB Sektor Informasi dan Komunikasi
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
Tw I2017
-
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
Rp Tri l iun
Pengadaan Air - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
Tw I2017
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
Rp Tri l iun
Konstruksi - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw I
2015
Tw II
2015
Tw III
2015
Tw IV
2015
Tw I
2016
Tw II
2016
Tw III
2016
Tw IV
2016
Tw I
2017
-
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00Rp Tri l iun
Jasa lainnya - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
Tw I2017
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
Rp Tri l iun
Transportasi dan Pergudangan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
Tw I2017
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
Rp Tri l iun
Transportasi dan Pergudangan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
Tw I2017
-
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
7.00
7.50
8.00
8.50
9.00
9.50
Rp Tri l iun
Informasi dan Komunikasi - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 16
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.43 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Perusahaan
Grafik 1.44 PDRB Provinsi NTB Sektor Administrasi Pemerintahan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.45 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Pendidikan
Grafik 1.46 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.47 PDRB Provinsi NTB Sektor Real Estate
Grafik 1.48 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Keuangan
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
Tw I2017
-
0.010
0.020
0.030
0.040
0.050
0.060
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Rp Tril iun
Jasa Perusahaan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
Tw I2017
1.00
1.50
2.00
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
Rp Tri l iun
Administrasi Pemerintahan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
Tw I2017
-
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Rp Tri l iun
Jasa Pendidikan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
Tw I2017
0.30
0.40
0.50
0.60
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
Rp Tri l iun
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
Tw I2017
-
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00Rp Tri l iun
Real Estate - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Tw I2015
Tw II2015
Tw III2015
Tw IV2015
Tw I2016
Tw II2016
Tw III2016
Tw IV2016
Tw I2017
-
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
Rp Tri l iun
Jasa Keuangan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
BOKS 1: Quick Win Diversifikasi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi NTB: Halal Tourism 18
BOKS 1: Quick Win Diversifikasi Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi NTB: Halal Tourism
Berdasarkan hasil riset Growth Diagnostic Provinsi NTB pada tahun 2015 lalu, diperoleh hasil
hambatan utama pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTB yaitu sumber daya manusia;
infrastruktur listrik; market failure, terkait inovasi produk dan keragaman ekspor. Berdasarkan
simulasi kebijakan,kebijakan yang memberikan dampak paling besar adalah permasalahan
market failure. Jadi prioritas utama untuk mendorong perekonomian NTB yaitu melakukan
inovasi produk dan mengurangi ketergantungan kepada tambang konsentrat tembaga yang
kinerjanya fluktuatif dan rentan terhadap regulasi dan kondisi operasional tambang. Dalam riset
tersebut juga dilakukan simulasi pada kebijakan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara
yang hasilnya memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan
penyerapan tenaga kerja.
Sektor prioritas pembangunan nasional pada tahun 2017 salah satunya adalah pariwisata,
selain sektor pangan, energi, maritim, kawasan industri dan Kawasan Ekonomi Khusus.
Pariwisata Indonesia memiliki banyak keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memproyeksikan tahun 2019 Industri Pariwisata
akan menjadi penghasil devisa terbesar di Indonesia yaitu sebesar US$ 24 Miliar, melampaui
sektor Migas, Batubara dan Minyak Kelapa Sawit. Pada tahun 2019, sektor pariwisata di
Indonesia ditargetkan menjadi yang terbaik di kawasan regional. Country branding Wonderful
Indonesia yang semula tidak masuk ranking branding di dunia, pada tahun 2015 meningkat
lebih dari 100 peringkat menjadi ranking 47, mengalahkan country branding Truly Asia
Malaysia (ranking 96) dan country branding Amazing Thailand (ranking 83). Country branding
Wonderful Indonesia mencerminkan positioning dan differentiating bagi pariwisata Indonesia.
Halal tourism sangat berpotensi dalam kontribusi pencapaian target pariwisata nasional 20 juta
wisman (2019) dengan menjaring wisatawan muslim global. Laporan Global Muslim Travel
Index (GMTI) 2016 menyebutkan pasar wisata halal dunia tumbuh sangat cepat. GMTI
menyebutkan pada 2015 terdapat 117 juta wisatawan muslim. Jumlah wisatawan muslim
diproyeksikan mencapai 168 juta orang pada 2020 dengan total belanja wisata mencapai
US$200 miliar.
GMTI menempatkan Indonesia pada posisi keempat sebagai negara tujuan favorit wisatawan
asal negara anggota Organisation of Islamic Cooperation (OIC) atau Organisasi Kerja Sama
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
BOKS 1: Quick Win Diversifikasi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi NTB: Halal Tourism 19
Islam (OKI). Posisi Indonesia itu meningkat dari tahun lalu yang berada pada posisi keenam.
Posisi puncak masih ditempati oleh Negeri Jiran, Malaysia.
Berikut ini adalah SWOT Analysis Indonesia terkait Muslim Friendly Tourism:
Halal Tourism di Provinsi NTB
Perkembangan pariwisata di Provinsi NTB cukup pesat, dalam 3 (tiga) tahun terakhir
pertumbuhan wisatawan mancanegara dan wisatawan tumbuh di atas 20% (yoy). Pada tahun
2019, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ditargetkan mencapai 4 juta orang dan
jumlah kunjungan wisatawan nusantara ditargetkan mencapai 5 juta orang.
Potensi halal tourism yang dimiliki oleh Provinsi NTB sangat besar. Provinsi NTB merupakan
salah satu model wisata halal di Indonesia. Pengembangan halal tourism di Provinsi NTB terus
dilakukan melalui upaya-upaya seperti Peraturan Daerah Pariwisata Halal yang merupakan
pertama di Indonesia yaitu Peraturan Daerah Provinsi NTB No. 2 Tahun 2016 tentang Pariwisata
Halal.
SWOT Analysis of Indonesia - Muslim Friendly Tourism
Strength Weakness
Berpengalaman dalam pengediaan tempat ibadah sholat di Tanda halal di restoran masih kurang
area publik
Atraksi untuk wisatawan berkembang dengan baik dan Promosi Indonesia sebagai tempat tujuan wisata halal masih
pilihan hiburan yang menawarkan belanja dan aktivitas luar kurang
ruangan banyak tersedia di Indonesia
Hotel Syariah tersedia untuk melayani kebutuhan wisatawan
muslim
Tempat wisata yang "value for money" ditawarkan kepada
wisatawan muslim
Opportunities Threats
Branding dan positioning Indonesia pada Islamic tourism Kompetisi dengan negara Islam lainnya sepeti Malaysia yang
juga telah menyediakan infrastruktur untuk wisatawan muslim
Dukungan berita di media untuk meningkatkan awareness Konektivitas penerbangan dengan negara-negara di dunia
mengenai Muslim Friendly Tourism masih rendah
Pengembangan infrastruktur untuk Muslim Friendly Tourism Low Cost Carrier tidak banyak tersedia untuk kota-kota utama
yang bekerjasama dengan organisasi multinasional dan di dunia
negara lain
Iklan untuk keluarga muslim yang tematik Menggunakan kata "Shariah" tampak "menakutkan"
karena konotasinya, dan dapat membuat pertumbuhan
muslim friendly tourism turun
Pengembangan wisata budaya dan heritage
Sumber: Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation of the Organization of Islamic Cooperation (COMCEC)
Wisatawan 2011 2012 2013 2014 2015 2016*
Wisatawan Mancanegara 364,196 752,306 565,944 752,306 1,061,292 1,500,000
Wisatawan Nusantara 522,684 876,816 791,658 876,816 1,149,235 1,600,000
Total Wisatawan 886,880 1,629,122 1,357,602 1,629,122 2,210,527 3,100,000
Sumber: BPS dan Dinas Pariwisata Prov NTB, 2016
* Angka sementara per Desember 2016; Dinas Pariwisata Prov NTB
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
BOKS 1: Quick Win Diversifikasi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi NTB: Halal Tourism 20
Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terdapat sejumlah peluang dan
tantangan dalam pengembangan halal tourism di Indonesia dan juga di Provinsi NTB. Peluang
dalam halal tourism salah satunya adalah daya tarik pariwisata yang beragam dan sudah
berkembang, dimana terdapat berbagai produk/destinasi halal tourism yaitu wisata budaya
(culture), wisata alam (nature) dan wisata buatan (man-made). Peluang yang lain adalah
amenitas, yaitu muslim-friendly amenities (hotel, kafe, restoran), masjid dan mushola sudah
tersedia. Selain itu peluang kerjasama dengan lembaga/organisasi multinasional untuk
mengembangkan infrastruktur pariwisata halal sangat terbuka.
Namun di sisi lain masih menghadapi tantangan, dimana destinasi halal cukup banyak namun
masih kurang dalam sertifikasi muslim friendly amenitas. Selain itu, diperlukan penguatan
branding dan promosi sebagai muslim friendly destination. Pengembangan produk halal di
Provinsi NTB dan juga di Indonesia masih pada tahap sertifikasi dan pemberian produk halal,
sehingga perlu diarahkan untuk sertifikasi logistik halal dalam sistem rantai pasok secara
menyeluruh guna mendukung halal tourism. Pada aspek aksesibilitas dari dan ke kota-kota
besar mancanegara (direct flight) menuju destinasi halal perlu diperluas.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 21
BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH 4 5 6 7
Realisasi belanja pemerintah daerah pada triwulan I 2017 menurun dibanding triwulan yang sama
tahun sebelumnya. Penurunan tersebut menyebabkan pertumbuhan konsumsi pemerintah pada
PDRB Provinsi NTB pada triwulan I 2017 tumbuh terbatas. Realisasi pendapatan pemerintah
daerah juga menunjukkan penurunan dibanding triwulan sebelumnya.
2.1 PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH
Kinerja keuangan pemerintah (pemerintah daerah dan pemerintah pusat di Provinsi
NTB) dari sisi realisasi pendapatan menunjukkan penurunan dibandingkan capaian
triwulan sebelumnya. Secara total pencapaian realisasi pendapatan tersebut (pemerintah
daerah dan pemerintah pusat di Provinsi NTB) mencapai Rp4,98 triliun, turun 3,46% (yoy).
Sedangkan realisasi pendapatan daerah Provinsi NTB dan kota/kabupaten sebesar Rp4,2 triliun,
menurun sebesar 2,77% (yoy) setelah triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan tahunan
sebesar 18,87% (yoy). Penurunan tersebut disebabkan oleh berkurangnya pendapatan transfer
dari pemerintah pusat ke kota/kabupaten yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya dan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Dari sisi persentase realisasi pendapatan daerah (Provinsi NTB dan kota/kabupaten)
triwulan I 2017 dibandingkan anggaran pendapatan 2017 mencapai 22,29%. Persentase
tersebut lebih rendah dibanding persentase realisasi triwulan I 2016 yang sebesar 24,88% dari
anggaran pendapatan. Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi NTB sebesar Rp1,11 triliun atau
23,12% dari anggaran pendapatan 2017, sedangkan pemerintah kota/kabupaten sebesar
Rp3,09 triliun atau 22,01% dari anggaran pendapatan 2017.
Selain realisasi pendapatan daerah Provinsi NTB dan kota/kabupaten, juga terdapat realisasi
pendapatan pemerintah pusat di Provinsi NTB yang berupa pendapatan pajak dan non pajak.
Sebagian besar realisasi pendapatan pemerintah pusat di Provinsi NTB didominasi oleh
pendapatan pajak. Pada triwulan I 2017, pendapatan pemerintah pusat tersebut mencapai
Rp0,78 triliun, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan capaian triwulan yang sama tahun 2016
yang sebesar Rp0,84 triliun. Hal tersebut disebabkan penurunan realisasi pendapatan baik dari
pajak maupun bukan pajak pada triwulan I 2016 lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2017.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 22
Dari sisi penyerapan belanja pemerintah daerah (Provinsi NTB dan kota/kabupaten) juga
mencatat penurunan sebesar 2,26% (yoy). Realisasi belanja pemerintah daerah Provinsi NTB
dan seluruh Kota/Kabupaten di Provinsi NTB sampai dengan triwulan I 2017 mencapai Rp1,83
triliun, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan capaian triwulan yang sama tahun 2016 yang
sebesar Rp1,88 triliun. Penurunan tersebut terkait dengan penurunan belanja modal, dan belanja
bantuan sosial. Sedangkan belanja pegawai dan belanja barang menunjukkan pertumbuhan
meskipun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya.
Persentase penyerapan belanja pemerintah daerah sampai dengan triwulan I 2017
terhadap anggaran belanja 2017 sebesar 9,44%. Persentase tersebut sedikit lebih rendah
dibanding realisasi belanja daerah periode yang sama tahun 2016 yang sebesar 10,64% dari
anggaran belanja 2016. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi NTB mencapai Rp0,54 triliun atau
10,75% dari anggaran belanja 2017. Pemerintah Kota/Kabupaten di Provinsi NTB merealisasikan
belanja daerah sebesar Rp1,3 triliun atau 8,98% dari anggaran belanja 2017.
Realisasi belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB yang seluruhnya merupakan belanja operasi,
sampai dengan triwulan I 2017 mengalami penurunan secara tahunan sebesar 8,38% (yoy).
Belanja operasi tersebut terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan belanja
bantuan sosial. Belanja bantuan sosial menunjukkan percepatan pertumbuhan secara tahunan
disbanding triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan negatif. Belanja pegawai
menunjukkan perlambatan pertumbuhan secara tahunan dibanding triwulan sebelumnya.
Sedangkan belanja barang dan belanja modal menunjukkan penurunan secara tahunan
dibanding triwulan sebelumnya. Penyerapan anggaran belanja tersebut sebesar 12,56% dari
anggaran tahun 2017, sedikit lebih tinggi dibanding triwulan yang sama tahun 2016 yang sebesar
12,54%.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 23
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Grafik 2.1
Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi NTB
Grafik 2.2
Realisasi Pendapatan dan Belanja Seluruh Kota/Kabupaten di Provinsi NTB
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTB, diolah
Grafik 2.3
Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2015 2016 2017
Rp Triliun
Realisasi Pendapatan Realisasi Belanja
2451
69
98
24 5167
104
23
16 3751
92
1540
66
95
11
% Pendapatan % Belanja
0.0
4.0
8.0
12.0
16.0
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2015 2016 2017
Rp Triliun
Realisasi Pendapatan Realisasi Belanja
2350
7396
2548
7098
22
1131
52
90
1034
56
90
9
% Pendapatan % Belanja
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2015 2016 2017
Rp Triliun
Realisasi Pendapatan Realisasi Belanja
21 48 83
130 258
580
973
1,318
8 25 46 9213
4162 91
13
% Pendapatan % Belanja
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 24
2.2 REALISASI PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH
DAERAH DI PROVINSI NTB
Tabel 2.1 Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Triwulan I 2017
Rp Juta
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Realisasi pendapatan pemerintah daerah pada triwulan I 2017 mencapai Rp4,2 triliun,
yang terdiri dari Rp1,11 triliun realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi NTB, dan Rp3,09
triliun realisasi pendapatan pemerintah kota/kabupaten di Provinsi NTB. Sebagian besar
realisasi pendapatan daerah tersebut merupakan pendapatan transfer dari pemerintah pusat
yang sebesar 87,76%, sedangkan pendapatan daerah sebesar 11,23% dan lain-lain pendapatan
yang sah sebesar 1,02%. Secara proporsi pendapatan asli daerah terhadap total pendapatan
meningkat dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 9,19%.
Realisasi pendapatan pemerintah daerah pada triwulan I 2017 menurun 2,77% (yoy) setelah pada
triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 18,87% (yoy). Penurunan pendapatan transfer dari
pemerintah pusat pada triwulan I 2017 menyebabkan penurunan pendapatan daerah. Penurunan
pendapatan transfer terjadi pada pendapatan transfer dari dana alokasi umum, dana alokasi
khusus, dana otonomi khusus dan penyesuaian. Sedangkan pendapatan transfer dan bagi hasil
pajak dan bukan pajak mengalami peningkatan.
Kota/Kab Prov Total Kota/Kab Prov Total
I. PENDAPATAN
1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 1,522,781 1,501,611 3,024,392 220,021 251,217 471,238 14.45 16.73
1.1.1 Pajak Daerah 500,606 1,122,139 1,622,745 100,122 233,725 333,847 20.00 20.83
1.1.2 Retribusi Daerah 198,237 18,459 216,696 26,005 4,936 30,940 13.12 26.74
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan 98,844 92,558 191,402 5,222 - 5,222 5.28
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 725,094 268,454 993,548 88,672 12,557 101,229 12.23 4.68
1.2 PENDAPATAN TRANSFER 11,987,318 3,275,916 15,445,632 2,827,045 856,407 3,683,452 23.58 26.14
1.2.1Transfer Pemerintah Pusat Dana
Perimbangan10,707,541 3,222,521 14,112,460 2,631,098 829,709 3,460,808 24.57 25.75
1.2.1.1 Bagi Hasil Pajak 471,282 185,190 656,472 114,379 58,789 173,168 24.27 31.75
1.2.1.2 Bagi Hasil Bukan Pajak 488,085 167,935 656,020 194,006 61,991 255,997 39.75 36.91
1.2.1.3 Dana Alokasi Umum 7,232,566 1,496,973 8,729,539 2,116,512 472,008 2,588,519 29.26 31.53
1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus 2,515,609 1,372,423 3,888,032 206,201 236,922 443,123 8.20 17.26
1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 761,778 53,394 815,172 82,806 26,697 109,504 10.87 50.00
1.3LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG
SAH347,079 13,871 360,950 42,685 0 42,685 12.30 0.00
JUMLAH PENDAPATAN 13,857,178 4,791,397 18,830,974 3,089,751 1,107,624 4,197,375 22.30 23.12
UraianNo
REALISASI APBD %
Realisasi
APBD
Kota/Kab
% Realisasi
APBD Prov
APBD
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 25
Berbeda dengan Provinsi NTB dan kota/kabupaten, realisasi pendapatan pemerintah pusat di
Provinsi NTB menunjukkan penurunan secara tahunan. Pendapatan pajak pemerintah pusat di
Provinsi NTB mencapai Rp0,73 triliun atau 93% dari total pendapatan. Pendapatan pajak tersebut
menurun 0,07% (yoy). Pendapatan bukan pajak pemerintah pusat di Provinsi NTB mencapai Rp52
miliar atau 7% dari total pendapatan, dan pendapatan bukan pajak tersebut turun 53% (yoy).
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. NTB, diolah
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Grafik 2.4 Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah
di Provinsi NTB
Grafik 2.5 Realisasi Pendapatan Kota/Kabupaten
di Provinsi NTB Tw I 2017
Secara spasial, kota/kabupaten yang memiliki realisasi pendapatan daerah terbesar sampai
dengan triwulan I 2017 adalah Kabupaten Lombok Timur dengan jumlah sebesar Rp609,5 miliar,
sedangkan yang terkecil adalah Kota Bima dengan jumlah sebesar Rp135,5 miliar. Jika
berdasarkan persentase realisasi pendapatan terhadap anggaran pendapatan, kota/kabupaten
yang memiliki persentase realisasi pendapatan terbesar adalah Kabupaten Sumbawa Barat
sebesar 27,90% dan kota/kabupaten yang memiliki persentase terkecil adalah Kabupaten
Sumbawa sebesar 15,97%.
2.2.1 RISIKO FISKAL DARI SUMBER PENDAPATAN
Berdasarkan sudut pandang risiko, APBD yang baik adalah APBD yang mempunyai ketahanan
fiskal yang baik. Hal ini tercipta jika pendapatan daerah tersebut tidak terlalu bergantung pada
transfer dari Pemerintah Pusat. Daerah yang pendapatannya sebagian besar berasal dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan rasio efektivitas minimal 100% dan rasio kemandirian yang
besar (>50%) akan memiliki ketahanan fiskal yang lebih baik. Kemampuan pemerintah daerah
dalam menghasilkan pendapatan yang bersumber dari daerahnya sendiri terutama dari pajak
11
34
12
3 4
11
22 3
12
2
4
1
36
9
12
3
7
10
14
3
02468
101214
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2015 2016 2017
Rp Triliun
Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kota/Kab
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
Ko
ta M
ata
ram
Lom
bok B
ara
t
Lom
bok T
en
gah
Lom
bok T
imur
Lom
bok U
tara
Sum
baw
a B
ara
t
Sum
baw
a
Do
mp
u
Kab.
Bim
a
Ko
ta B
ima
Pro
vin
si N
TB
Rp Triliun
Anggaran Pendapatan Realisasi Pendapatan
% Realisasi Pendapatan
26 24
16
26
25
28
16 17
24
17
23
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 26
daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain
pendapatan asli daerah dapat dilihat dari rasio kemandirian. Rasio kemandirian dapat
memperhitungkan Dana Bagi Hasil (DBH) yang merupakan salah satu pendapatan daerah yang
bersumber dari daerah sendiri1.
Pendapatan daerah di Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB tersebut terdiri dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan Transfer, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah.
Sebagian besar pendapatan daerah Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB merupakan
Pendapatan Transfer. Kota/Kabupaten yang memiliki PAD terbesar secara nominal pada triwulan
I 2017 adalah Kota Mataram yaitu sebesar Rp68,58 miliar. Sedangkan kota/kabupaten yang
memiliki PAD terkecil secara nominal adalah Kabupaten Dompu, yaitu sebesar Rp339 juta. Potensi
daerah dan skala ekonomi suatu wilayah diperkirakan mempengaruhi kota/kabupaten dalam
memperoleh PAD sehingga terdapat disparitas PAD antar kota/kabupaten di Provinsi NTB.
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Grafik 2.6 Rasio Efektivitas Kota/Kabupaten
di Provinsi NTB Tw I 2017
Grafik 2.7 Rasio Kemandirian Kota/Kabupaten
di Provinsi NTB Tw I 2017
RASIO EFEKTIVITAS
Pada triwulan I 2017 rasio efektivitas Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB secara
keseluruhan mencapai 15,58%. Pemerintah Provinsi NTB memiliki rasio efektivitas yang lebih
tinggi sebesar 16,73% dibanding seluruh kota/kabupaten di Provinsi NTB yang sebesar 14,45%.
Rasio efektivitas Provinsi NTB yang lebih tinggi dibanding kota/kabupaten secara keseluruhan
1 Ika (2013). Rasio Efektivitas merupakan perbandingan antara Realisasi PAD dan Target PAD. Rasio Kemandirian adalah perbandingan antara Realisasi PAD dan Realisasi Total Pendapatan. Rasio kemandirian yang semakin tinggi menunjukkan bahwa daerah tersebut semakin mandiri dan tidak bergantung kepada bantuan eksternal (Pemerintah Pusat dan atau provinsi). Rasio kemandirian yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah yang ditunjukkan dengan semakin tingginya partisipasi dalam membayar pajak dan retribusi daerah.
2312 12 21 15 20
7 0 6 417
Ko
ta M
atar
am
Lom
bok
Bar
at
Lom
bok
Ten
gah
Lom
bok
Tim
ur
Lom
bok
Uta
ra
Sum
baw
a Bar
at
Sum
baw
a
Do
mp
u
Kab
. Bim
a
Ko
ta B
ima
Pro
vin
si N
TB
% Rasio Efektivitas (Realisasi PAD / Target PAD)
20
7 7 9 9 3 40 2 1
23
32
13 12 1416
47
129 7
1
34K
ota
Mata
ram
Lom
bok B
ara
t
Lom
bok T
en
gah
Lom
bok T
imur
Lom
bok U
tara
Sum
baw
a B
ara
t
Sum
baw
a
Do
mp
u
Kab.
Bim
a
Ko
ta B
ima
Pro
vin
si N
TB
% Rasio Kemandirian (Realisasi PAD / Realisasi Total Pendapatan)
% Rasio Kemandirian ((Realisasi PAD + DBH) / Realisasi Total Pendapatan)
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 27
tersebut menandakan kinerja dalam realisasi PAD Provinsi NTB lebih baik dibanding
kota/kabupaten di Provinsi NTB secara keseluruhan. Secara spasial, kota/kabupaten yang memiliki
rasio efektivitas tertinggi adalah Kota Mataram sebesar 22,86%, dan yang terendah adalah
Kabupaten Dompu sebesar 0,45%
RASIO KEMANDIRIAN
Rasio kemandirian Provinsi NTB dan kota/kabupaten di Provinsi NTB pada triwulan I 2017 secara
keseluruhan sebesar 11,23%. Secara terpisah, Provinsi NTB memiliki rasio kemandirian sebesar
22,68%, lebih tinggi dibanding kota/kabupaten di Provinsi NTB yang hanya sebesar 7,12%.
Secara spasial rasio kemandirian kota/kabupaten di Provinsi NTB yang tertinggi adalah Kota
Mataram, yaitu sebesar 20,50%. Hal ini menandakan Kota Mataram memiliki kemampuan yang
lebih kuat dalam menghasilkan pendapatan yang bersumber dari daerahnya sendiri dibandingkan
Kota/Kabupaten lainnya. Kota Mataram berhasil membukukan PAD sebesar Rp68,58 miliar pada
triwulan I 2017. PAD tersebut merupakan terbesar di antara Kota/Kabupaten lainnya di Provinsi
NTB. Jika rasio kemandirian memperhitungkan Dana Bagi Hasil (DBH), kota/kabupaten di Provinsi
NTB yang tertinggi adalah Kabupaten Sumbawa Barat dengan rasio sebesar 47,12%. Tingginya
rasio tersebut terutama ditopang oleh Dana Bagi Hasil Bukan Pajak yang cukup besar
dibandingkan kota/kabupaten lain.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 28
2.3 REALISASI BELANJA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH
DI PROVINSI NTB
Tabel 2.2 Belanja Daerah Pemerintah Provinsi NTB dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTB Triwulan I 2017
Rp Juta
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Realisasi belanja Pemerintah Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB pada
triwulan I 2017 sebesar Rp1,83 triliun, yang terdiri dari Rp0,54 triliun yang merupakan
realisasi belanja Provinsi NTB dan Rp 1,29 triliun yang merupakan realisasi belanja
Kota/Kabupaten di Provinsi NTB. Sebagian besar (90,12%) realisasi belanja tersebut
merupakan belanja operasi, yaitu sebesar Rp1,65 triliun, sedangkan selebihnya merupakan
belanja modal Rp54,2 miliar (2,95%), serta belanja tak terduga dan belanja transfer bagi hasil
kota/kabupaten/desa sebesar Rp127 miliar (6,93%).
Pertumbuhan belanja daerah pada triwulan I 2017 secara year on year menurun dibanding
triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2017, realisasi belanja daerah menurun sebesar 2,26% (yoy)
setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 16,74% (yoy). Penurunan ini terkait dengan
belanja modal dan belanja bantuan sosial yang mengalami penurunan. Belanja modal pada
triwulan I 2107 menurun sebesar 37,55% (yoy) dan belanja bantuan sosial menurun sebesar
23,87% (yoy). Pada triwulan sebelumnya, belanja modal dan belanja bantuan sosial masing-
masing tumbuh sebesar 17,66% (yoy) dan 52,79% (yoy). Sedangkan belanja pegawai dan
belanja barang mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kota/Kab Prov Total Kota/Kab Prov Total
II. BELANJA
2.1 BELANJA OPERASI 11,178,156 3,482,322 14,660,478 1,246,229 406,653 1,652,881 11.15 11.68
2.1.1 Belanja Pegawai 6,363,819 1,383,301 7,747,119 946,537 224,104 1,170,641 14.87 16.20
2.1.2 Belanja Barang 2,720,560 784,212 3,504,772 213,126 52,440 265,567 7.83 6.69
2.1.3 Belanja Bunga 4,076 - 4,076 462 - 462 11.33
2.1.4 Belanja Subsidi - - - 5,115 0.00 5,115
2.1.5 Belanja Hibah 467,801 1,262,358 1,730,159 16,785 130,064 146,849 3.59 10.30
2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 117,236 48,739 165,975 10,126 44 10,170 8.64 0.09
2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan 1,504,666 3,711 1,508,377 54,077 - 54,077 3.59
2.2 BELANJA MODAL 3,044,059 990,737 3,824,711 45,840 8,356 54,196 1.51 0.84
2.3 BELANJA TAK TERDUGA 30,681 4,000 34,681 1,287 - 1,287 4.20
2.3.1 Belanja Tidak Terduga 30,681 4,000 34,681 1,287 - 1,287 4.20
2.4 TRANSFER - 531,939 578,816 2,149 123,613 125,762 23.24
2.4.1 Transfer Bagi Hasil ke
Kab/Kota/Desa
46,877 531,939 578,816 2,149 123,613 125,762 4.58 23.24
2.4.1.1 Bagi Hasil Pajak 44,509 531,939 576,448 2,149 123,613 125,762 4.83 23.24
2.4.1.2 Bagi Hasil Retribusi 2,368 - 2,368 - - -
2.4.1.3 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - - - - - -
JUMLAH BELANJA 14,425,081 5,008,997 19,434,078 1,295,504 538,622 1,834,126 8.98 10.75
SURPLUS/DEFISIT (567,903) (217,600) (785,502) 1,794,247 569,002 2,363,249
UraianNo
APBD REALISASI ANGGARAN %
Realisasi
APBD
Kota/Kab
% Realisasi
APBD Prov
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 29
Belanja pegawai dan belanja barang masing-masing tumbuh sebesar 0,23% (yoy) dan 25,47%
(yoy) pada triwulan I 2017, melambat dibandingkan triwulan IV 2016 yang masing-masing
tumbuh sebesar 6,03% (yoy) dan 34,29% (yoy).
Realisasi belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB juga menunjukkan penurunan secara year on
year (tahunan), namun penurunan tersebut tidak sebesar penurunan pada triwulan sebelumnya.
Realisasi belanja daerah Pemerintah Pusat pada triwulan I 2017 sebesar Rp0,92 triliun, menurun
8,38% (yoy). Hal ini terutama disebabkan penurunan pertumbuhan tahunan pada belanja barng
dan belanja modal, serta perlambatan pertumbuhan pada belanja pegawai. Realisasi belanja
pegawai dan belanja barang merupakan komponen belanja terbesar, dengan proporsi masing-
masing sebesar 56,19% dan 25,33%.
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Grafik 2.8 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah
di Provinsi NTB
Grafik 2.9 Realisasi Belanja Kota/Kabupaten
di Provinsi NTB Tw I 2017
Persentase realisasi belanja terhadap anggaran belanja Kota/Kabupaten di Provinsi NTB secara
keseluruhan pada triwulan I 2017 mencapai 8,98%. Realisasi belanja tertinggi adalah Kota
Mataram yang sebesar 11,76%, sedangkan kota/kabupaten yang memiliki persentase terkecil
adalah Kabupaten Sumbawa Barat sebesar 6,46%.
2.3.1 RISIKO FISKAL DARI BELANJA
Sama seperti halnya pendapatan, belanja juga merupakan sumber risiko fiskal. Pertumbuhan
belanja yang semakin tinggi tanpa adanya dukungan pendapatan akan menjadi sumber risiko
bagi daerah. Pemerintah daerah akan memperoleh manfaat yang berkelanjutan apabila belanja
diarahkan pada jenis belanja modal. Dengan naiknya belanja modal maka multiplier yang tercipta
akan lebih panjang dan berdampak pada sektor-sektor yang lebih luas. Namun di sisi lain,
1 2
4
8
13
5
7
10 1
2
3
11
2
4
1
1
4
7
11
1
5
8
13
1
0
2
4
6
8
10
12
14
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2015 2016 2017
Rp Triliun
Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kota/Kab
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Ko
ta M
ata
ram
Lom
bok B
ara
t
Lom
bok T
en
ga
h
Lom
bok T
imur
Lom
bok U
tara
Su
mb
aw
a B
ara
t
Su
mb
aw
a
Dom
pu
Ka
b.
Bim
a
Ko
ta B
ima
Pro
vin
si N
TB
Rp Triliun
Belanja Daerah Realisasi Belanja
12 10 9 97 6
9 7 9 911
% Realisasi Belanja
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 30
pemerintah daerah selain mengalokasikan belanja untuk kepentingan publik dalam bentuk
belanja modal juga membiayai operasional pemerintahan (Ika, 2013).
Total realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB pada
triwulan I 2017 mencapai Rp49,71 miliar, yang terdiri dari Rp8,35 miliar belanja modal
Pemerintah Provinsi NTB, dan Rp41,36 miliar belanja modal pemerintah Kota/Kabupaten di
Provinsi NTB. Sementara itu, realisasi belanja pegawai Pemerintah Provinsi NTB dan
Kota/Kabupaten di Provinsi NTB pada triwulan I 2017 mencapai Rp1,17 triliun yang terdiri dari
Rp224,1 miliar belanja pegawai Pemerintah Provinsi NTB, dan Rp946,54 miliar belanja pegawai
pemerintah kota/kabupaten di Provinsi NTB .
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah
Grafik 2.10
Realisasi Belanja Modal Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Tw I 2017
Grafik 2.11
Realisasi Belanja Pegawai Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Tw I 2017
RASIO BELANJA MODAL TERHADAP TOTAL BELANJA
Pada triwulan I 2017 rasio realisasi belanja modal terhadap realisasi total belanja Pemerintah
Provinsi NTB dan kota/kabupaten di Provinsi NTB secara keseluruhan sebesar 2,95%2, sedangkan
rasio realisasi belanja modal terhadap total belanja belanja Pemerintah Provinsi NTB dan
kota/kabupaten di Provinsi NTB secara terpisah masing-masing sebesar 1,55% dan 3,54%. Rasio
realisasi belanja modal terhadap total belanja Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB
tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 18,52%
2 Ika (2013). Rasio realisasi belanja modal terhadap realisasi total belanja digunakan untuk mengukur seberapa besar pemerintah daerah mengalokasikan porsi total belanjanya untuk belanja modal.
-
5
10
15
20
Ko
ta M
ata
ram
Lom
bok B
ara
t
Lom
bok T
en
ga
h
Lom
bok T
imur
Lom
bok U
tara
Su
mb
aw
a B
ara
t
Su
mb
aw
a
Do
mpu
Ka
b.
Bim
a
Ko
ta B
ima
Pro
vin
si N
TB
Rp Miliar
Belanja Modal
4 4 0 24
19
36
1 2 2
Rasio Realisasi Belanja Modal thd Realisasi Total Belanja (%)
-
50
100
150
200
250
300
Kota
Ma
tara
m
Lom
bok B
ara
t
Lom
bok T
enga
h
Lom
bok T
imur
Lom
bok U
tara
Sum
ba
wa B
ara
t
Sum
ba
wa
Dom
pu
Kab.
Bim
a
Kota
Bim
a
Pro
vin
si N
TB
Rp Miliar
Belanja Pegawai
63 65
8475
6659
72
88 8074
42
Rasio Realisasi Belanja Pegawai thd Realisasi Total Belanja (%)
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 31
dan 22,40%. Realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan mendominasi realisasi belanja modal di
kota/kabupaten di Provinsi NTB, sedangkan di Provinsi NTB didominasi oleh realisasi belanja
peralatan dan mesin.
Kabupaten Sumbawa Barat pada triwulan I 2017 merealisasikan belanja modal tertinggi di antara
kota/kabupaten lain di Provinsi NTB, yaitu sebesar Rp14,65 miliar, dan Kabupaten Lombok
Tengah merealisasikan belanja modal terendah di antara kota/kabupaten lain di Provinsi NTB,
yaitu sebesar Rp416,74 juta. Dari sisi rasio realisasi belanja modal terhadap realisasi total belanja,
Kabupaten Sumbawa Barat merupakan tertinggi di antara kota/kabupaten lain di Provinsi NTB
dengan rasio sebesar 19,28%, dan Kabupaten Lombok Tengah merupakan terendah di antara
kota/kabupaten lain di Provinsi NTB dengan rasio sebesar 0,26%.
RASIO BELANJA PEGAWAI TERHADAP TOTAL BELANJA
Pada triwulan I 2017 rasio realisasi belanja pegawai terhadap realisasi total belanja Pemerintah
Provinsi NTB dan pemerintah kota/kabupaten di Provinsi NTB secara keseluruhan sebesar 63,83%,
sedangkan secara terpisah Pemerintah Provinsi NTB dan pemerintah Kota/Kabupaten di Provinsi
NTB masing-masing memiliki rasio sebesar 41,61% dan 73,06%. Rasio realisasi belanja pegawai
terhadap realisasi total belanja Provinsi NTB dan kota/kabupaten di Provinsi NTB tersebut lebih
tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 15,55% dan 48,59%.
Kota/kabupaten yang memiliki realisasi belanja pegawai tertinggi adalah adalah Kabupaten
Lombok Timur dengan nilai sebesar Rp163,25 miliar, sedangkan kota/kabupaten yang memiliki
realisasi belanja pegawai terendah adalah Kabupaten Lombok Utara dengan nilai sebesar
Rp40,75 miliar. Dari sisi rasio realisasi belanja pegawai terhadap realisasi total belanja, Kota
Dompu merupakan yang tertinggi dengan angka rasio sebesar 87,73%, sedangkan Kabupaten
Sumbawa Barat merupakan kota/kabupaten yang terendah dalam rasio belanja pegawai
terhadap realisasi total belanja yaitu sebesar 58,55%.
RASIO BELANJA PEGAWAI TERHADAP PAD
Pada triwulan I 2017, Provinsi NTB memiliki PAD yang cukup untuk belanja pegawai, namun PAD
kota/kabupaten di Provinsi NTB belum mencukupi untuk membiayai belanja pegawainya. Hal ini
tampak dari rasio realisasi belanja pegawai terhadap PAD3 Provinsi NTB sebesar 89,21%,
sedangkan sedangkan kota/kabupaten di Provinsi NTB secara gabungan sebesar 430,20%. Rasio
realisasi belanja pegawai terhadap PAD masing-masing kota/kabupaten juga di atas 100%.
Persentase rasio yang di atas 100% tersebut menandakan bahwa seluruh Kota/Kabupaten di
3 Ika (2013). Rasio realisasi belanja pegawai terhadap realisasi PAD menggambarkan berapa banyak PAD yang digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai pegawainya. Jika lebih dari 100% berarti pemerintah daerah mengambil sebagian dana transfer dari pusat atau provinsi untuk belanja pegawai.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Keuangan Pemerintah 32
Provinsi NTB masih belum mampu membiayai belanja pegawai hanya dari PAD. Pemerintah
Kota/Kabupaten di Provinsi NTB menggunakan dana transfer baik dari Pemerintah Pusat maupun
Provinsi NTB sebagai tambahan untuk membiayai belanja pegawai.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 23
BAB 3 INFLASI 1
Tekanan inflasi tahunan Provinsi NTB pada triwulan I 2017 menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya maupun di triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Menurunnya tekanan inflasi
tahunan pada triwulan I 2017 terjadi terutama disebabkan oleh menurunnya tekanan inflasi pada
komoditas volatile food seiring dengan masuknya masa panen.
3.1 KONDISI UMUM
Tekanan inflasi tahunan NTB pada triwulan I 2017 secara umum menurun. Tekanan inflasi
pada akhir triwulan I 2017 (Maret 2017) sebesar 2,58% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi
triwulan sebelumnya sebesar 2,61% (yoy) maupun inflasi pada triwulan yang sama di tahun lalu
sebelumnya sebesar 4,33% (yoy). Angka inflasi NTB tersebut juga lebih rendah dibandingkan
inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,61% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi tahunan pada
triwulan I 2017 terjadi terutama disebabkan oleh menurunnya tekanan inflasi pada komoditas
volatile food1 sehubungan dengan momen panen raya yang terjadi pada triwulan I 2017.
Komoditas kelompok volatile food secara tahunan mengalami deflasi pada triwulan I
2017, sementara itu tekanan inflasi pada kelompok inti dan administered price
mengalami peningkatan. Deflasi kelompok volatile food disumbang oleh beberapa komoditas
utama, diantaranya tomat sayur, beras, apel, telur ayam ras dan daging ayam ras. Sementara itu,
inflasi dari komoditas inti disumbang oleh tukang bukan mandor, sedangkan biaya perpanjangan
STNK, tarif listrik, dan rokok kretek filter menjadi kontributor utama dari komoditas administered
price.
1 Disagregasi Inflasi dibagi kedalam 3 kelompok besar, yaitu:
- Administered Price : Kelompok komoditas yang pergerakan harganya diatur oleh regulasi pemerintah, seperti bensin, tarif listrik - Volatile food : Kelompok komoditas yang harganya cenderung bergejolak, sebagian besar adalah kelompok bahan makanan. - Inti / Core : Kelompok komoditas yang harganya relatif stabil.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 24
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
jan
feb
mar
apr
may jun jul
aug
sep
oct
no
v
de
c
jan
feb
mar
apr
may jun jul
aug
sep
oct
no
v
de
c
jan
feb
mar
2015 2016 2017
Nasional NTB
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
jan
feb
mar
apr
may jun jul
aug
sep
oct
no
v
de
c
jan
feb
mar
apr
may jun jul
aug
sep
oct
no
v
de
c
jan
feb
mar
2015 2016 2017
NASIONAL NTB
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.1
Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB dan Nasional
Grafik 3.2
Perkembangan Inflasi Bulanan Provinsi NTB dan Nasional
Dillihat secara bulanan, perkembangan inflasi bulanan NTB pada triwulan I 2017
menunjukan tren penurunan. Tekanan inflasi bulanan pada bulan Januari 2017 tercatat sebesar
1,49% (mtm2), lebih besar dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,63%
(mtm). Peningkatan tekanan inflasi tersebut terutama disumbang oleh penyesuaian harga
beberapa komoditas administered price oleh pemerintah, antara lain biaya perpanjangan STNK,
tarif listrik, dan rokok kretek filter. Penyesuaian biaya perpanjangan STNK dan harga pita cukai
rokok dilaksanakan pada awal tahun 2017, sedangkan penyesuaian tarif listrik dilaksanakan untuk
pelanggan 900VA dalam beberapa termin, dimana pada triwulan I 2017 penyesuaian
dillaksanakan pada bulan Januari dan Maret. Pada bulan Februari 2017, tekanan inflasi mulai
menurun dengan angka inflasi sebesar 0,24% (mtm). Penurunan tekanan inflasi bulanan terjadi
karena dimulainya masa panen beberapa komoditas pangan yang menyebabkan turunnya harga,
antara lain tomat sayur, jeruk, beras dan bawang merah.
Penurunan harga terdalam pada triwulan I 2017 terjadi pada bulan Maret dimana tercatat deflasi
sebesar 0,68% (mtm). Angka deflasi tersebut tercatat lebih dalam dibandingkan angka deflasi
nasional sebesar 0,02% (mtm). Deflasi tersebut mayoritas disumbang oleh komoditas volatile food
sehubungan dengan masuknya masa panen raya dan meningkatnya pasokan beberapa komoditas
pangan, seperti beras, tomat sayur, daging ayam ras, cabai rawit dan ikan tongkol.
2 yoy : Year on Year, dimana inflasi dihitung berdasarkan perbandingan IHK bulan tertentu dengan bulan yang sama tahun sebelumnya.
qtq : Quartal to Quartal, dimana inflasi dihitung berdasarkan perbandingan IHK bulan tertentu di akhir kuartal dengan bulan di akhir kuartal sebelumnya.
mtm : Month to Month, dimana inflasi dihitung berdasarkan perbandingan bulan tertentu dengan IHK bulan sebelumnya ytd : Year to Date, dimana inflasi dihitung berdasarkan perbandingan IHK bulan tertentu dengan IHK akhir tahun sebelumnya
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 25
Tabel 3.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Provinsi NTB pada Triwulan I 2017
No Mataram Bima
Umum Volatile Food Umum Volatile Food
1 Tukang Bukan Mandor Minyak Goreng Beras Beras
2
Biaya Perpanjangan
STNK Tongkol/Ambu-ambu Tarip Listrik Jeruk
3 Tarip Listrik Cabai Rawit Batu Bata/Batu Tela Bawang Putih
4 Rokok Kretek Filter Wortel Rokok Kretek Filter Tongkol/Ambu-ambu
5 Tarip Air Minum PAM Tempe
Biaya Perpanjangan
STNK Kelapa
6 Sewa Rumah Tenggiri Rokok Kretek Teri
7 Mie Bawang Putih Jeruk Daging Sapi
8 Sate Teri Bawang Putih Kakap Merah
9 Minyak Goreng Anggur Tongkol/Ambu-ambu Selar/Tude
10 Rokok Kretek Tongkol Pindang Rokok Putih Mie Kering Instant
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Meski terdapat beberapa risiko tekanan harga ke depan, inflasi NTB pada tahun 2017
diperkirakan terkendali dan masih berada dalam sasaran target inflasi. Tekanan inflasi
pada bulan April 2017 kembali meningkat namun masih terkendali dalam rentang target 4+1% di
angka 3,05% (yoy). Terdapat beberapa risiko inflasi yang diperkirakan dapat meningkatkan
tekanan harga dan perlu mendapatkan perhatian agar capaian inflasi Provinsi NTB sepanjang
tahun 2017 berada dalam kisaran target. Risiko cuaca masih menjadi salah satu risiko utama yang
perlu dicermati. Kondisi cuaca sejak triwulan I 2017 mulai berangsur normal. Keadaan ini
tercermin dari kinerja produksi pertanian yang mengalami peningkatan. Meski begitu, BMKG
memperkirakan musim kemarau dengan kondisi curah hujan yang mulai berkurang akan dimulai
pada bulan Mei 2017, dimana momen tersebut terjadi bersamaan dengan fase tanam selepas
masa panen raya di bulan Maret 2017. Kekeringan lahan karena kemarau berisiko mempengaruhi
tingkat produksi pertanian. Peningkatan konsumsi masyarakat didorong meningkatnya kunjungan
wisatawan ke Provinsi NTB, baik domestik maupun mancanegara sepanjang tahun 2017 juga
perlu dicermati. Selain itu, potensi risiko penyesuaian harga beberapa komoditas administered
price di tahun 2017 oleh pemerintah, seperti bahan bakar minyak, menjadi salah satu faktor
penyumbang inflasi yang perlu diwaspadai.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 26
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00ja
n
feb
ma
r
ap
r
ma
y
jun
jul
au
g
sep
oct
no
v
de
c
jan
feb
ma
r
ap
r
ma
y
jun
jul
au
g
sep
oct
no
v
de
c
jan
feb
ma
r
2015 2016 2017
Nasional NTB
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
jan
feb
mar
apr
may jun jul
aug
sep
oct
no
v
de
c
jan
feb
mar
apr
may jun jul
aug
sep
oct
no
v
de
c
jan
feb
mar
2015 2016 2017
UMUM NTB
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.3
Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Provinsi NTB dan Nasional
Grafik 3.4
Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB dan Nasional
3.2 INFLASI BERDASARKAN KOMODITAS
Menurunnya tekanan inflasi tahunan NTB pada triwulan I 2017 disebabkan oleh
menurunnya inflasi dari kelompok bahan makanan. Tekanan harga kelompok bahan
makanan tertahan oleh koreksi harga pada komoditas beras, sayur-sayuran, buah-buahan, serta
daging dan hasilnya. Sementara itu inflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa tertahan
oleh koreksi harga tiket pesawat dan bensin.
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
12,000
M I
M I
IM
III
M I
VM
V MI
M I
IM
III
M I
VM
V MI
M I
IM
III
M I
VM
VM
IM
IIM
III
MIV
MV
M I
MII
MII
IM
IVM
IM
IIM
III
MIV
M I
MII
MII
IM
IM
II
201610201611201612201701201702201703201704201705
Harga Beras (Rp/Kg)
Medium I Medium II Super I Super II
Sumber: Survei Pemantauan Harga BI
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
M III M I M IV M III M II M V M III M II M V M IVM IIM VM IIIMIM IVMIIMVMIIIMIIM IM I
201604 201605 201607 201608 201610201611201612201701201702201703201704201705
Harga Cabai Merah & Rawit (Rp/Kg)Cabe Merah Besar
Cabe Merah Keriting
Cabe Rawit Hijau
Cabe Rawit Merah
Sumber: Survei Pemantauan Harga BI
Grafik 3.5 Perkembangan Harga Beras
Grafik 3.6 Perkembangan Harga Aneka Cabai
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 27
Sumber: PT. Pertamina (Persero)
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
II II I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
MIII
MII
M IIIM IVMVM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM V201701201702201
703
201509201510201511201512201601 201602 201604 201605 201607 201608 201610
Harga Tiket Pesawat (Rp)
Sumber: Survei Pemantauan Harga BI
Grafik 3.7 Perkembangan Harga BBM
Grafik 3.8 Perkembangan Harga Tiket Pesawat
Tabel 3.2 Ringkasan Perkembangan Inflasi Provinsi NTB
Jan Feb Mar Jan Feb Mar Qtq Ytd Yoy
Nasional 127.94 128.24 128.22 0.97 0.23 -0.02 1.19 1.19 3.61
Umum 127.12 127.42 126.55 1.49 0.24 -0.68 1.04 1.04 2.58
Bahan Makanan 135.56 134.83 129.90 1.86 -0.54 -3.66 -2.39 -2.39 -1.72
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 128.18 128.43 128.56 0.93 0.20 0.10 1.23 1.23 5.44
Perumahan, Listrik, Air, dan Gas 124.38 125.59 126.22 1.08 0.97 0.50 2.58 2.58 4.83
Sandang 116.97 118.17 118.27 1.12 1.03 0.08 2.24 2.24 5.49
Kesehatan 119.11 120.00 119.76 0.74 0.75 -0.20 1.29 1.29 4.18
Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 121.76 121.72 121.77 -0.14 -0.03 0.04 -0.13 -0.13 1.77
Transportasi, Komunikasi, dan Jasa 126.29 126.28 126.34 3.27 -0.01 0.05 3.31 3.31 0.68
IHK 2017 MTM 2017 Tw I 2017Inflasi Komoditas
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
3.2.1 Bahan Makanan
Kelompok komoditas bahan makanan pada triwulan I 2017 mengalami deflasi sebesar
1,72% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode triwulan IV 2016 yang mengalami inflasi
sebesar 4,27% (yoy). Faktor utama yang mempengaruhi menurunnya harga bahan makanan
pada triwulan I 2017 secara tahunan adalah karena dimulainya masa panen pada bulan Februari
2017 dilanjutkan pada masa panen raya yang terjadi pada bulan Maret 2017. Tingginya pasokan
komoditas pangan utama dari tingkat produsen dapat mengendalikan harga di tingkat pasar.
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
12,000
jan
feb
mar
apr
may jun jul
aug
sep
oct
nov
dec
jan
feb
mar
apr
may jun jul
aug
sep
oct
nov
dec
jan
feb
mar
2015 2016 2017
Harga BBM (Rp/Liter)
Pertamax Premium PSO Solar PSO
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 28
jan feb mar apr mei jun jul agu sep okt nov des jan feb mar
2016 2017
mtm 4.04 -0.2 -0.2 -1.1 -1.7 3.13 2.09 -0.9 -1.7 -1.9 0.80 2.45 1.86 -0.5 -3.6
yoy - kanan 5.43 7.44 6.89 7.78 5.26 8.78 9.24 8.41 6.51 4.64 5.12 4.27 2.09 1.77 -1.7
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
-5.00
-4.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00Bahan Makanan
mtm yoy - kanan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
2016 Apr
2016 May
2016 Jun
2016 Jul
2016 Aug
2016 Sep
2016 Oct
2016 Nov
2016 Dec
2017 Jan
2017 Feb
2017 Mar
BAHAN MAKANAN
Padi-padian, Umbi-umbian danHasilnya
Daging dan Hasil-hasilnya
Ikan Segar
Ikan Diawetkan
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya
Sayur-sayuran
Kacang - kacangan
Buah - buahan
Bumbu - bumbuan
Lemak dan Minyak
Bahan Makanan Lainnya
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.9
Perkembangan Inflasi Komoditas Bahan Makanan
Grafik 3.10
Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Bahan Makanan
Jika dilihat per jenis komoditas, komoditas sayur-sayuran menjadi penyumbang utama deflasi,
disusul padi-padian. Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia menunjukan secara
umum pergerakan harga beberapa komoditas pangan utama yang cenderung stabil selama
triwulan I 2017. Namun, beberapa kenaikan harga beberapa komoditas pangan pada triwulan I
2017 tetap perlu menjadi perhatian ke depan, yaitu kenaikan signifikan harga cabai rawit merah
hingga 460% dalam perbandingan antara harga terendah yang terjadi pada periode bulan
Desember 2016 sebesar Rp28.000 per kilogram dengan harga tertinggi yang terjadi pada periode
bulan Februari 2017 sebesar Rp158.750 per kilogram. Kenaikan harga cabai rawit perlu
mendapatkan perhatian tersendiri mengingat Provinsi NTB sebagai salah satu daerah penghasil
cabai rawit yang diperdagangkan di dalam Provinsi NTB dan di kota-kota lain di luar Provinsi NTB.
Kenaikan harga cabai rawit pada periode tersebut tidak hanya terjadi di Provinsi NTB, tetapi juga
kota-kota lain di Indonesia, sehingga selain aspek produksi cabai rawit, aspek distribusi antar kota
dan antar provinsi menjadi penting dalam pengendalian harga komoditas cabai rawit.
3.2.2 Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau
Kelompok komoditas makanan jadi, minuman, dan tembakau pada triwulan I 2017
mengalami inflasi 5,44% (yoy). Inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi pada
triwulan IV 2016 sebesar 4,75% (yoy). Inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman dan
tembakau mayoritas disumbang oleh sub-komoditas makanan jadi, serta tembakau dan minuman
beralkohol. Meningkatnya tekanan inflasi pada sub-komoditas makanan jadi sejalan dengan mulai
meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan pada bulan Februari dan Maret 2017. Hal tersebut
tercermin dari statistik kunjungan hotel bintang yang dirilis Badan Pusat Statistik pada bulan Maret
2017 yang menunjukan peningkatan hingga 50% seiring dengan beberapa momen libur panjang.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 29
Sementara itu, sub-komoditas tembakau mengalami peningkatan selaras dengan dilaksanakannya
penyesuaian tarif pita cukai rokok pada awal tahun 2017. Bobot inflasi rokok dan tembakau yang
cukup besar mencapai 4,45% di Mataram dan 6,17% di Bima, menyebabkan sumbangan
terhadap tekanan harga yang cukup signifikan. Statistik kemiskinan menunjukan bahwa rokok
termasuk dalam salah satu komoditas makanan yang menjadi kontributor pada pembentukan
garis kemiskinan. Padahal rokok tidak memiliki kandungan kalori yang dapat diubah menjadi
energi, sebagaimana komditas makanan lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan langkah terobosan
untuk mendorong masyarakat perokok beralih mengkonsumsi komoditas produktif. Langkah
tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan kesehatan maupun pendekatan ekonomi.
jan feb mar apr mei jun jul agu sep okt nov des jan feb mar
2016 2017
mtm 0.19 0.20 0.18 0.32 0.38 1.08 0.17 0.20 0.31 0.74 0.28 0.60 0.93 0.20 0.10
yoy - kanan 3.80 3.49 3.61 3.62 3.81 4.58 4.44 4.22 4.38 4.43 4.57 4.75 5.52 5.52 5.44
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20 Inflasi Makanan Jadi, Minuman, Rokok, Tembakau
mtm yoy - kanan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar
2016 2017
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU Makanan Jadi
Minuman yang Tidak Beralkohol Tembakau dan Minuman Beralkohol
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.11 Perkembangan Inflasi Komoditas Makanan Jadi,
Minuman dan Tembakau
Grafik 3.12 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau
3.2.3 Perumahan, Listrik, Air dan Gas
Kelompok komoditas perumahan, listrik, air dan gas pada triwulan I 2017 mengalami
inflasi 4,83% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2016 sebesar 2,39% (yoy).
Meningkatnya tekanan harga komoditas tersebut terutama disumbang oleh sub-komoditas biaya
bahan bakar, penerangan dan air. Peningkatan harga sub-komoditas tersebut tidak terlepas dari
dilaksanakannya penyusaian skema subsidi tarif listrik oleh pemerintah, dimana subsidi untuk
pelanggan listrik daya 900 VA dikurangi secara bertahap hingga sepenuhnya tidak disubsidi. Pada
triwulan I 2017, penyesuaian tersebut dilaksanakan pada bulan Januari dan Maret 2017, masing-
masing sebesar 31%. Selanjutnya, penyesuaian tersebut dilanjutkan pada bulan Mei 2017.
Sementara itu, harga gas elpiji cenderung stabil sejak awal tahun 2017. Ke depan, risiko yang
perlu mendapatkan perhatian adalah perkembangan harga minyak dunia yang fluktuatif yang
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 30
dapat berpengaruh pada penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Harga minyak dunia
tersebut secara langsung dipengaruhi situasi geo politik dunia yang saat ini sedang tidak menentu.
jan feb mar apr mei jun jul agu sep okt nov des jan feb mar
2016 2017
mtm 1.03 -0.4 -0.3 -0.1 0.14 0.13 0.15 0.21 -0.0 1.76 -0.0 0.02 1.08 0.97 0.50
yoy - kanan 2.75 2.16 1.52 0.90 0.91 1.12 1.50 1.91 1.06 2.82 2.55 2.39 2.44 3.94 4.83
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00Inflasi Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar
mtm yoy - kanan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.13 Perkembangan Inflasi Komoditas Perumahan, Listrik,
Air dan Gas
Grafik 3.14 Perkembangan Harga Gas Elpiji
3.2.4 Sandang
Kelompok komoditas sandang dalam triwulan I 2017 mengalami inflasi 5,49% (yoy).
Tekanan inflasi tersebut mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
4,97% (yoy). Kelompok komoditas sandang termasuk kedalam kelompok inflasi inti, sehingga
pergerakan inflasinya cenderung tidak terlalu bergejolak dan lebih dominan dipengaruhi oleh naik-
turunnya permintaan dan daya beli masyarakat. Pada triwulan I 2017, puncak peningkatan harga
sandang terjadi pada bulan Februari 2017. Hal tersebut terjadi diperkirakan karena meningkatnya
daya beli masyarakat yang kemudian meningkatkan permintaan komditas inti, salah satunya
sandang. Pada perkembangan selanjutnya di bulan Maret 2017, inflasi tahunan komoditas
sandang mengalami penurunan. Inflasi komoditas inti seperti sandang diperkirakan akan
meningkat dalam beberapa bulan ke depan, menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 31
jan feb mar apr mei jun jul agu sep okt nov des jan feb mar
2016 2017
mtm 0.29 0.74 0.70 0.19 0.39 0.79 1.60 0.45 0.97 -0.0 -0.0 -1.0 1.12 1.03 0.08
yoy - kanan 2.96 3.64 4.19 4.36 4.44 5.13 6.15 6.66 6.12 5.99 6.09 4.97 5.84 6.13 5.49
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
-1.50
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00 Inflasi Sandang
mtm yoy - kanan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-5.00
-4.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar
2016 2017
SANDANG Sandang Laki-laki Sandang Wanita
Sandang Anak-anak Barang Pribadi dan Sandang Lain
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.15
Perkembangan Inflasi Komoditas Komoditas Sandang
Grafik 3.16
Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Sandang
3.2.5 Kesehatan
Kelompok komoditas kesehatan pada triwulan I 2017 mengalami inflasi 4,18% (yoy).
Inflasi pada kelompok komoditas tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
4,63% (yoy). Penurunan tekanan inflasi kelompok komoditas kesehatan terutama didorong oleh
penurunan harga obat-obatan.
jan feb mar apr mei jun jul agu sep okt nov des jan feb mar
2016 2017
mtm 0.98 0.19 0.55 0.07 0.02 0.57 0.54 0.20 0.18 0.38 0.28 0.58 0.74 0.75 -0.20
yoy - kanan 5.03 5.08 5.52 5.14 5.05 5.62 5.64 5.45 5.07 5.02 4.96 4.63 4.38 4.96 4.18
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
-0.40
-0.20
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20 Inflasi Kesehatan
mtm yoy - kanan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar
2016 2017
KESEHATAN Jasa Kesehatan Obat-obatan
Jasa Perawatan Jasmani Perawatan Jasmani dan Kosmetika
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.17 Perkembangan Inflasi Komoditas Kesehatan
Grafik 3.18 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok
Komoditas Kesehatan
3.2.6 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
Kelompok komoditas pendidikan, rekreasi, dan olah raga dalam triwulan I 2017
mengalami inflasi 1,77% (yoy). Tekanan inflasi tersebut menurun dibandingkan triwulan
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 32
sebelumnya, yang mengalami inflasi 2,40% (yoy). Menurunnya laju inflasi tersebut masih
disebabkan oleh menurunnya biaya Pendidikan sejak akhir tahun lalu.
jan feb mar apr mei jun jul agu sep okt nov des jan feb mar
2016 2017
mtm 0.00 0.24 0.25 0.00 0.10 0.03 1.10 0.31 0.00 0.26 0.07 0.02 -0.1 -0.0 0.04
yoy - kanan 8.72 8.72 8.93 8.92 8.71 8.75 9.64 2.71 2.46 2.31 2.39 2.40 2.26 1.99 1.77
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
-0.40
-0.20
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20 Inflasi Pendidikan, Rekreasi, Olahraga
mtm yoy - kanan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-1.00-0.500.000.501.001.502.002.503.002016 Apr
2016 May
2016 Jun
2016 Jul
2016 Aug
2016 Sep
2016 Oct
2016 Nov
2016 Dec
2017 Jan
2017 Feb
2017 Mar PENDIDIKAN, REKREASIDAN OLAH RAGAPendidikan
Kursus-kursus / Pelatihan
Perlengkapan / PeralatanPendidikanRekreasi
Olahraga
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.19
Perkembangan Inflasi Komoditas Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
Grafik 3.20
Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Pendidikan,
Rekreasi dan Olah Raga
3.2.7 Transport, Komunikasi dan Jasa
Tekanan inflasi kelompok komoditas transport, komunikasi, dan jasa pada triwulan I
2017 sebesar 0,68% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar
3% (yoy). Tekanan inflasi tersebut masih cenderung rendah, karena komponen transport sebagai
komponen utama mengalami deflasi pada triwulan I 2017, sedangkan komponen sarana dan
penunjang transport menjadi kontributor utama peningkatan inflasi.
jan feb mar apr mei jun jul agu sep okt nov des jan feb mar
2016 2017
mtm -0.8 0.46 -0.0 -1.3 -0.0 0.19 2.31 -1.5 -1.8 0.14 -0.2 -0.0 3.27 -0.0 0.05
yoy - kanan 3.30 5.40 4.40 1.25 0.99 1.43 2.24 0.75 -1.6 -2.4 -2.8 -3.0 1.06 0.59 0.68
-4.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00Inflasi Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan
mtm yoy - kanan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
-4.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar
2016 2017
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Transpor
Komunikasi Dan Pengiriman Jasa Keuangan
Sarana dan Penunjang Transpor (Kanan)
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.21
Perkembangan Inflasi Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa
Grafik 3.22
Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Transportasi,
Komunikasi dan Jasa
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 33
3.3 INFLASI PERIODIKAL
3.3.1 INFLASI TRIWULANAN
Inflasi triwulanan NTB dalam triwulan I 2017 lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya. Inflasi triwulanan NTB pada triwulan I 2017 sebesar 1,04% (qtq), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,07% (qtq). Menurunnya inflasi pada triwulan I 2017
disebabkan karena menurunnya tekanan harga komoditas bahan makanan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Pada triwulan IV 2016, harga bahan makanan cenderung mengalami peningkatan
terkait dengan meningkatnya permintaan pada masa high season pariwisata, sedangkan pada
triwulan I 2017 harga bahan makanan cenderung menurun meski terdapat sedikit peningkatan
permintaan pada bulan Februari dan Maret 2017 karena beberapa momen libur panjang. Hal ini
dikarenakan meningkatnya pasokan dari tingkat produsen pada masa panen raya.
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I
2013 2014 2015 2016 2017
Nasional NTB
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-3.00-2.00-1.000.001.002.003.004.00
UMUM
BAHAN MAKANAN
MAKANAN JADI,MINUMAN,…
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB
SANDANG
KESEHATAN
PENDIDIKAN,REKREASI DAN…
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
Inflasi Triwulanan NTB Tw I 2017 Per Kelompok Komoditas
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.23
Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB
Grafik 3.24
Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas
3.3.2 Inflasi Tahunan
Secara tahunan inflasi Provinsi NTB pada akhir triwulan I 2017 sebesar 2,58% (yoy), lebih
rendah dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnnya sebesar 4,33% (yoy).
Capaian inflasi tersebut berada dibawah koridor target inflasi Bank Indonesia sebesar 4+1% (yoy).
Tren inflasi tahunan NTB menunjukan arah yang cenderung menurun dalam setahun terakhir.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 34
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
jan
feb
ma
r
ap
r
ma
y
jun
jul
au
g
sep
oct
no
v
de
c
jan
feb
ma
r
ap
r
ma
y
jun
jul
au
g
sep
oct
no
v
de
c
jan
feb
ma
r
2015 2016 2017
UMUM BAHAN MAKANAN
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB
SANDANG KESEHATAN
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.25
Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas
3.4 DISAGREGASI INFLASI
3.4.1 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Berdasarkan disagregasi inflasi, menurunnya tekanan inflasi pada triwulan I 2017
disebabkan oleh inflasi pada kelompok volatile food yang menurun hingga mengalami
deflasi sebesar 2,09% (yoy). Kelompok volatile food atau kelompok makanan bergejolak,
mengalami deflasi yang cukup dalam dibandingkan kelompok lainnya (kelompok inti dan
administered price) yang justru mengalami inflasi. Deflasi tersebut disebabkan karena tren
penurunan harga komoditas pangan pada awal tahun 2017, dimana pada bulan Februari dan
Maret 2017 masuk masa panen.
Kelompok inti mengalami inflasi 3,75% (yoy), sedangkan kelompok administered price atau
komoditas yang harganya diatur pemerintah mengalami inflasi 4,45% (yoy). Laju inflasi
administered price mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode
yang sama tahun sebelumnya. Beberapa komoditas yang mengalami penyesuaian tarif dan harga
oleh pemerintah mendorong meningkatnya inflasi pada komoditas tersebut, diantaranya biaya
perpanjangan STNK, penyesuaian tarif listrik, dan tarif cukai rokok.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 35
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar
2015 2016 2017
% Y
oy
Umum Core VF AP
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar
2015 2016 2017
% Y
oy
Umum Core VF AP
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.26 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi NTB
Grafik 3.27 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi NTB
3.4.2 Kota Mataram
Inflasi Kota Mataram pada triwulan I 2017 sebesar 2,83% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,47% (yoy). Meningkatnya inflasi pada triwulan
I 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama disumbang oleh meningkatnya harga
komoditas administered price, yaitu penyesuaian tarif dasar listrik untuk pengguna daya 900 VA.
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar
2015 2016 2017
% M
TM
Umum Core VF AP
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar
2015 2016 2017
% Y
oy
Umum Core VF AP
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.28
Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Mataram
Grafik 3.29
Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Mataram
3.4.3 Kota Bima
Laju inflasi Kota Bima pada triwulan I 2017 mengalami penurunan. Inflasi Kota Bima di
triwulan I 2017 tercatat sebesar 1,63% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 3,11% (yoy). Meski mengalami peningkatan harga pada komoditas administered price
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 36
yang secara umum terjadi secara nasional, terjadinya deflasi pada komoditas volatile food dan
menurunnya tekanan harga pada komoditas inti di Kota Bima turut berkontribusi pada penurunan
tekanan inflasi secara umum di Kota Bima.
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar
2015 2016 2017
% M
TM
Umum Core VF AP
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar
2015 2016 2017%
Yo
y
Umum Core VF AP
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 3.30
Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Bima
Grafik 3.31
Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Bima
3.5 PENGENDALIAN INFLASI DAERAH
Meski tekanan inflasi hingga triwulan I 2017 terhitung relatif rendah dan terkendali, Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTB tetap waspada terhadap berbagai risiko
tekanan harga di masa yang akan datang. Koordinasi dan konsolidasi TPID diperkuat melalui
Rapat Koordinasi Wilayah TPID Provinsi NTB dan perwakilan TPID dari seluruh Kabupaten/Kota di
Provinsi NTB. Diperkuatnya koordinasi dan konsolidasi ini terutama berkaitan dengan perencanaan
aktivitas pengendalian inflasi menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 37
Tabel 3.3 Langkah Pengendalian Inflasi di Bulan Ramadhan
Aspek Langkah Pengendalian Inflasi
Pengendalian Ekspektasi
Masyarakat
- Sosialisasi kepada masyarakat mengenai bijak dalam konsumsi
melalui jalur dakwah dan iklan layanan masyarakat
- Mengeluarkan himbauan kepada Pegawai Negeri Sipil untuk tidak
menggunakan gas elpiji 3 Kg
Kerjasama Intra/Antar Daerah - Pemenuhan pasokan pangan secara bersama-sama antara daerah
Lombok dan Sumbawa
- Penyelenggaraan pasar murah terintegrasi dengan berbagai pihak
(Pemerintah Daerah, Swasta, BUMN, BUMD, Badan Amil Zakat
Nasional)
Produksi/
Distribusi/
Konektivitas
- Penjadwalan masa tanam komoditas antar periode
- Meningkatkan promosi Rumah Pangan Kita (RPK) dan Toko Tani
Indonesia kepada masyarakat disertai peningkatan kualitas
pelayanan dan cakupan komoditas yang dijual
- Program Sapi Indukan Wajib Bunting
- Program Rantai Dingin, membagikan fasilitas pendingin untuk
menjaga ketersediaan pasokan ikan
Kelembagaan - Koordinasi anggota TPID setiap bulan
- Kerjasama dengan Satgas Pangan yang bekerjasama dengan pihak
Kepolisian
Selain beberapa langkah tersebut, TPID Provinsi NTB terus mendorong dilaksanakannya beberapa
langkah strategis berikut:
1. Penyusunan neraca beberapa komoditas strategis yang akurat dengan series data bulanan
2. Pengaturan tata niaga yang efektif dan terstruktur
3. Perluasan akses informasi harga pangan di masyarakat.
3.6 PROSPEK INFLASI TRIWULAN I 2017
Tekanan inflasi pada triwulan II 2017 diperkirakan meningkat. Meningkatnya tekanan inflasi
terlihat pada realisasi inflasi bulan April 2017 sebesar 0,03% (mtm) atau 3,05% (yoy). Beberapa
faktor diperkirakan mempengaruhi tekanan harga pada triwulan II 2017, yaitu: pada saat bulan
Ramadhan yang diperkirakan meningkatkan konsumsi dan permintaan masyarakat, produksi
tanaman pangan yang terbatas sehubungan dengan masuknya masa tanam, dan penyesuaian
tarif dasar listrik tahap akhir untuk pengguna daya 900 VA di bulan Mei 2017. Namun demikian,
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Inflasi 38
inflasi triwulan II 2017 secara umum diperkirakan terkendali, berada dalam rentang target inflasi
4+1% (yoy).
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2014 2015 2016 2017
% Y
OY
Sumber: BPS Provinsi NTB dan Proyeksi Bank Indonesia, diolah
-4.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May
2016 2017
Perkiraan inflasi SPH Inflasi NTB (MtM)
Grafik 3.32 Prospek Inflasi Tahunan Triwulan II 2017
Grafik 3.33 Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 53
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
Stabilitas keuangan daerah Provinsi NTB pada triwulan I 2017 masih relatif terjaga. Ketahanan
sektor korporasi dan rumah tangga masih berada pada level aman, meski ada sedikit
penurunan ketahanan yang tampak pada indikator Non Performing Loan (NPL). Pada sisi risiko
kredit ke depan mengalami peningkatan, berdasarkan indikator Debt Service Ratio (DSR) > 30%
yang meningkat. Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada PDRB Provinsi NTB
yang melambat juga tampak dari sisi optimisme rumah tangga yang juga melambat dan juga
kredit konsumsi yang sedikit melambat.
4.1 ASESMEN KETAHANAN KORPORASI
Ketahanan sektor korporasi pada triwulan I-2017 masih berada pada level aman, meski
ada sedikit penurunan ketahanan yang tampak pada indikator rasio Non Performing
Loan (NPL). Rasio Non Performing Loan (NPL) sektor korporasi masih terjaga di bawah ambang
batas, meski sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 1,58% menjadi sebesar
1,79%. Secara sektoral, NPL yang perlu dicermati adalah sektor lain-lain dan industri
pengolahan relatif tinggi dan di atas ambang batas.
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
2014 2015 2016 2017
Pertumbuhan Total Kredit (%, yoy) Pertumbuhan Kredit Produktif (%,yoy)
NPL Total Kredit (%) - sisi kanan NPL Kredit Produktif (%) - sisi kanan
Grafik 4.1 Pertumbuhan Kredit dan Rasio NPL Bank Umum di Provinsi NTB
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 54
Pada triwulan I 2017, penyaluran kredit perbankan Provinsi NTB kepada sektor korporasi
produktif masih tumbuh tinggi sebesar 46,28% (yoy). Namun sedikit lebih rendah jika
dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 56,85% (yoy). Pertumbuhan yang tinggi tersebut
ditopang oleh penyaluran kredit investasi kepada sektor pertambangan dan penggalian sejak
triwulan IV 2016. Kredit investasi tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan jenis penggunaan
modal kerja pada triwulan I 2017. Berdasarkan sektor ekonomi utama di Provinsi NTB, yakni
pertanian, perdagangan, dan pertambangan, kredit bank umum paling besar disalurkan kepada
sektor perdagangan dengan porsi sebesar 51,66% dari total kredit produktif atau 25,27% dari
total keseluruhan kredit. Kredit yang disalurkan kepada sektor perdagangan tersebut tumbuh
15,49% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,16%
(yoy). Kredit sektoral yang mencatat pertumbuhan paling tinggi di antara sektor yang lain pada
triwulan I 2017 adalah kredit pertambangan dan penggalian, serta sektor listrik, gas, dan air;
dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 37.588,89% (yoy) dan 114,29% (yoy)
Tabel 4.1 Perkembangan NPL Bank Umum Berdasarkan Lapangan Usaha di Provinsi NTB
NPL Berdasarkan Lapangan Usaha 2017
(%) TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
Total Kredit 1.74 1.99 2.15 2.07 2.04 1.58 1.79
Kredit Produktif 2.54 3.09 3.30 3.22 3.20 2.14 2.53
Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan 1.55 1.62 1.45 1.17 1.73 1.25 1.72
Perikanan 5.62 2.56 2.92 2.26 1.77 1.48 1.11
Pertambangan dan Penggalian 43.08 35.07 18.18 24.43 19.77 0.05 0.06
Industri Pengolahan 4.35 3.93 5.03 5.37 5.05 4.22 5.44
Listrik, Gas, dan Air - 1.76 1.31 0.83 0.54 0.38 0.01
Konstruksi 3.19 2.39 2.79 2.93 2.84 2.46 2.86
Perdagangan Besar dan Eceran 2.74 3.52 3.67 3.68 3.69 3.34 3.73
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.41 3.09 2.89 0.93 0.90 0.62 0.91
Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi 0.85 1.99 2.57 1.91 2.05 1.50 1.74
Perantara Keuangan 2.04 1.49 1.37 6.84 1.82 1.92 1.27
Real Estate dan Jasa Perusahaan 1.05 0.87 1.76 2.12 1.98 1.69 2.93
Administrasi Pemerintahan 1.23 1.72 4.45 16.88 - - -
Jasa Pendidikan 1.55 0.98 0.61 1.47 0.58 1.23 1.40
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.26 0.16 0.18 0.25 0.14 0.08 0.07
Jasa Kemasyarakatan 1.45 2.17 2.94 2.55 3.28 2.74 2.75
Jasa Rumah Tangga 0.92 2.14 2.51 2.20 2.69 4.62 4.76
Jasa Lainnya - - - - - - -
Lain-lain - 22.39 24.99 13.59 13.17 6.73 7.03
Bukan Lapangan Usaha 1.13 1.19 1.31 1.22 1.19 1.01 1.08
201620152014
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 55
Tabel 4.2
Perkembangan Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi di Provinsi NTB Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Sektor
Ekonomi dan Lokasi Bank2014 2015 2017
(%) TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
Total Kredit 15.52 12.88 13.74 14.53 14.72 30.85 26.50
Kredit Produktif 11.04 10.97 12.02 13.47 18.09 56.85 46.28
Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan 9.72 36.19 55.84 79.64 102.75 71.56 60.52
Perikanan (3.58) 37.90 19.80 44.74 47.50 43.48 56.52
Pertambangan dan Penggalian 91.41 (18.14) (29.29) (38.46) (25.00) 31,292 37,589
Industri Pengolahan 25.67 24.88 21.28 26.77 23.79 14.14 10.19
Listrik, Gas, dan Air 54.43 16.88 2.21 26.67 33.33 86.67 114.29
Konstruksi (28.69) 35.50 37.78 30.79 23.90 20.03 11.07
Perdagangan Besar dan Eceran 10.62 5.43 8.83 14.34 17.01 19.16 15.49
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 29.94 20.55 24.55 21.00 21.52 17.11 9.21
Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi 8.79 1.59 3.69 10.76 13.38 15.82 17.28
Perantara Keuangan 25.77 (37.87) (39.65) (51.18) (39.33) (36.25) (1.41)
Real Estate dan Jasa Perusahaan 19.18 81.59 48.16 6.36 2.13 0.68 (36.12)
Administrasi Pemerintahan 72.32 (68.83) (62.22) (50.00) (50.00) (100.00) -
Jasa Pendidikan 112.82 10.15 7.88 15.38 7.69 (13.33) (12.50)
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.37 2.01 1.25 1.44 0.70 8.33 -
Jasa Kemasyarakatan 74.85 (35.12) (43.95) (42.99) 19.44 36.99 64.59
Jasa Rumah Tangga 45.77 24.47 (3.73) (17.24) (31.25) (32.26) (22.22)
Jasa Lainnya - - - - - - -
Lain-lain - - (55.24) (54.17) (42.11) 43.75 46.67
Kredit Bukan Lapangan Usaha 18.39 15.20 15.04 15.35 12.35 12.05 12.01
2016
4.2 ASESMEN KETAHANAN RUMAH TANGGA
4.2.1 Perkembangan Kondisi Rumah Tangga
Konsumsi rumah tangga dalam PDRB Provinsi NTB melambat pada triwulan I 2017.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2017 sebesar 2,12% (yoy), melambat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,49% (yoy). Perlambatan
pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut tidak menurunkan pangsa konsumsi rumah
tangga terhadap PDRB Provinsi NTB, terkait dengan penurunan pangsa ekspor yang lebih
dalam. Pangsa konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2017 mencapai 63,28%, relatif sama
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 63,24%.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 56
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017
Porsi Konsumsi Rumah Tangga
Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga - sisi kanan (yoy)
Sumber: BPS, diolah
80
90
100
110
120
130
140
150
160
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Sep
Oct
No
v
De
c
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Sep
Oct
No
v
De
c
Jan
Feb
Ma
r
2015 2016 2017
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Sumber: Survei Konsumen, diolah
Grafik 4.2
Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga dalam Produk Domestik Regional Bruto Provinsi NTB
Grafik 4.3
Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
Kegiatan konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh keyakinan rumah tangga terhadap
perekonomian. Ketika rumah tangga yang optimis terhadap kondisi perekonomian, mereka
akan meningkatkan kegiatan konsumsi dan begitu pula sebaliknya. Tingkat optimisme tersebut
dapat dilihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dihasilkan oleh Survei Konsumen.
Perlambatan konsumsi rumah tangga pada PDRB Provinsi NTB triwulan I 2017 tersebut juga
terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen yang juga menunjukkan terjadinya perlambatan pada
triwulan I 2017. Indeks Keyakinan Konsumen yang dihasilkan oleh Survei Konsumen Bank
Indonesia pada triwulan I 2017 sebesar 105,8, melambat dibanding triwulan sebelumnya yang
sebesar 117,3. Perlambatan IKK tersebut juga terjadi pada masing-masing indeks pembentuk
IKK, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK).
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 57
128.5
86.5
103.0
125.5
101.5 101.5 105.5
118.0
90.0
101.5 99.0 97.0
Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama
Ketersediaan Lapangan Kerja
Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17
Sumber: Survei Konsumen, diolah
123.0
131.0 131.5 138.0
127.5 127.5 134.0
116.5
96.5
116.5
111.0 109.5
Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Usaha Ekspektasi Lapangan Kerja
Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17
Sumber: Survei Konsumen, diolah
Grafik 4.4 Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi Saat Ini
Grafik 4.5 Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi
6 (Enam) Bulan Mendatang
Rumah tangga di Provinsi NTB masih memiliki optimisme terhadap kondisi penghasilan saat ini
(triwulan I 2017), meskipun tingkat optimisme tersebut melambat dibanding triwulan
sebelumnya. Namun untuk pembelian barang tahan lama dan ketersediaan lapangan kerja
rumah tangga cenderung lebih pesimis. Untuk 6 (enam) bulan ke depan, rumah tangga lebih
optimis dibanding saat ini. Hal ini ditandai dengan adanya ekspektasi penghasilan, usaha, dan
lapangan kerja dengan indeks di atas 100.
Pengeluaran rumah tangga lebih banyak digunakan untuk konsumsi dengan porsi sebesar
64,4% pada triwulan I 2017, diikuti dengan cicilan pinjaman sebesar 19,0% dan tabungan
sebesar 16,6%. Porsi konsumsi pada triwulan I 2017 juga mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 54,7% menjadi 64,4%. Dengan peningkatan
porsi konsumsi, porsi dana yang digunakan untuk menabung berkurang dari 17,4% pada
triwulan IV 2016 menjadi 16,6% pada triwulan I 2017. Dengan bertambahnya porsi konsumsi,
dana yang disisihkan untuk membayar cicilan pinjaman berkurang, yaitu dari 29,7% menjadi
27,9%.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 58
54.7%
27.9%
17.4%
TW IV-2016
Konsumsi Cicilan/Pinjaman Tabungan
Sumber: Survei Konsumen, diolah
64.4%
19.0%
16.6%
TW I-2017
Konsumsi Cicilan/Pinjaman Tabungan
Sumber: Survei Konsumen, diolah
Grafik 4.6
Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Triwulan IV 2016
Grafik 4.7
Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Triwulan I 2017
Berdasarkan pengeluran, tingkat pengeluaran konsumsi yang tertinggi dilakukan oleh kelompok
rumah tangga berpengeluaran Rp7,1-8 juta dan Rp1 2 juta. Dari sisi tingkat pembayaran
cicilan pinjaman, yang tertinggi (30%) dilakukan kelompok rumah tangga dengan pengeluaran
tinggi (> Rp8 Juta). Hal tersebut menyebabkan potensi tabungan yang semakin rendah dari
kelompok rumah tangga berpengeluaran tinggi.
Tabel 4.3 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan pada Triwulan I 2017
Rp1 - 2 jt Rp2,1 - 3 jt Rp3,1 - 4 jt Rp4,1 - 5 jt Rp5,1 - 6 jt Rp6,1 - 7 jt Rp7,1 - 8 jt >Rp8 jt Rata-rata
Konsumsi 69.1% 63.3% 64.4% 59.6% 65.5% 62.4% 72.0% 53.3% 64.4%
Cicilan/Pinjaman 16.4% 18.0% 20.1% 22.7% 17.9% 18.3% 16.0% 30.0% 19.0%
Tabungan 14.5% 18.7% 15.6% 17.7% 16.7% 19.3% 12.0% 16.7% 16.6%
Total 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
PenggunaanPengeluaran/bulan
4.2.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga
Pada triwulan I 2017 terjadi sedikit peningkatan risiko dari sisi kredit karena secara
agregat terjadi sedikit peningkatan jumlah rumah tangga yang memiliki debt service
ratio lebih dari 30% pendapatannya (DSR > 30%). Jumlah rumah tangga dengan DSR >
30% pada triwulan IV 2016 naik sebesar 4,7% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Rumah tangga dengan DSR > 30% memiliki risiko kredit lebih tinggi dibanding kelompok
rumah tangga dengan DSR < 30%, dan dapat menjadi penyebab kredit bermasalah.
Peningkatan DSR > 30% terutama terjadi pada kelompok rumah tangga dengan pendapatan
Sumber: Survei Konsumen, diolah
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 59
Rp4,1 5 Juta dengan peningkatan sebesar 66,7%, sementara itu penurunan DSR > 30%
tertinggi terjadi pada kelompok rumah tangga dengan pendapatan Rp2,1 3 Juta.
Tabel 4.4 Dana Rumah Tangga untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Pendapatan
0-1
0%
10%
-20%
20%
-30%
>30%
1-1
0%
10%
-20%
20%
-30%
>30%
TBM*
Rp1 - 2 jt 21.5% 6.2% 11.7% 6.2% Rp1 - 2 jt 0.0% 0.7% 1.2% 43.5% 0.2%
Rp2,1 - 3 jt 11.2% 5.2% 9.3% 3.5% Rp2,1 - 3 jt 0.2% 0.0% 1.3% 27.7% 0.0%
Rp3,1 - 4 jt 6.5% 0.8% 4.3% 3.3% Rp3,1 - 4 jt 0.0% 0.3% 0.7% 14.0% 0.0%
Rp4,1 - 5 jt 1.2% 1.5% 0.8% 0.8% Rp4,1 - 5 jt 0.0% 0.0% 0.3% 4.0% 0.0%
Rp5,1 - 6 jt 1.5% 0.7% 0.7% 0.7% Rp5,1 - 6 jt 0.0% 0.0% 0.2% 3.3% 0.0%
Rp6,1 - 7 jt 0.3% 0.5% 0.2% 0.2% Rp6,1 - 7 jt 0.0% 0.0% 0.0% 1.2% 0.0%
Rp7,1 - 8 jt 0.5% 0.2% 0.0% 0.2% Rp7,1 - 8 jt 0.0% 0.0% 0.0% 0.8% 0.0%
>Rp8 jt 0.2% 0.2% 0.0% 0.2% >Rp8 jt 0.0% 0.0% 0.2% 0.3% 0.0%
Total 42.8% 15.2% 27.0% 15.0% Total 0.2% 1.0% 3.8% 94.8% 0.2%
*TBM = Tidak Bisa Menabung
0-1
0%
10%
-20%
20%
-30%
>30%
0-1
0%
10%
-20%
20%
-30%
>30%
TBM
Rp1 - 2 jt -45.11% -5.13% 42.86% -2.63% Rp1 - 2 jt (1.00) (0.94) (0.79) 25.10 (1.00)
Rp2,1 - 3 jt -8.2% -18.4% 133.3% -22.2% Rp2,1 - 3 jt (0.96) (1.00) (0.64) 15.60 (1.00)
Rp3,1 - 4 jt 62.5% 0.0% 188.9% 33.3% Rp3,1 - 4 jt (1.00) (0.78) 0.33 20.00 (1.00)
Rp4,1 - 5 jt 250.0% 0 150.0% 66.7% Rp4,1 - 5 jt (1.00) - 1.00 - -
>Rp5 jt -10.0% 100.0% 100.0% 33.3% >Rp5 jt (1.00) (1.00) - 4.00 -
Total -25.3% 8.3% 88.4% 4.7% Total (0.99) (0.95) (0.62) 19.32 (1.00)
*Perubahan tw I 2017 dibandingkan tw IV 2016 *Perubahan tw I 2017 dibandingkan tw IV 2016
Pengeluaran/
bulan
Perubahan Debt Service Ratio (DSR)*
Pengeluaran/
bulan
Perubahan Tabungan*
Pengeluaran/
bulan
Triwulan I 2017
Pengeluaran/
bulan
Triwulan I 2017
Debt Service Ratio (DSR) Tabungan
Sumber : Survei Konsumen, diolah
Meskipun risiko kedepan dari sisi kredit sedikit meningkat, ketahanan sektor rumah tangga
pada triwulan I 2017 masih terjaga. Hal ini tercermin pada rasio NPL kredit konsumsi yang
sebesar 1,08%, relatif sama dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,01%. Rasio tersebut
masih berada di bawah ambang batas maksimal sebesar 5%.
Sementara itu, outstanding kredit konsumsi yang disalurkan bank umum di Provinsi NTB pada
triwulan I 2017 sebesar Rp16,01 Triliun, tumbuh sebesar 12,01% (yoy). Pertumbuhan tersebut
relatif sama dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,05% (yoy).
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 60
-
5.00
10.00
15.00
20.00
-
4,000
8,000
12,000
16,000
20,000
TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
2014 2015 2016 2017
Kredit Konsumsi (Lokasi Bank di Prov. NTB)Kredit Konsumsi (Lokasi Proyek di Prov. NTB)Pertumbuhan Kredit Konsumsi (Lokasi Bank di Prov. NTB)Pertumbuhan Kredit Konsumsi (Lokasi Proyek di Prov. NTB)
Rp Miliar %
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
2014 2016 2017
NPL Kredit Konsumsi NPL KPR s.d Tipe 70NPL KPR di atas Tipe 70 NPL Ruko atau RukanNPL Kendaraan Bermotor NPL Konsumsi LainnyaKPR s.d. Tipe 70 KPR di atas Tipe 70NPL Konsumsi Lainnya
%
Grafik 4.8 Perkembangan Kredit Konsumsi
Grafik 4.9 Rasio NPL Kredit Konsumsi
Rasio NPL kredit konsumsi terbesar adalah Kredit Ruko atau Rukan yaitu sebesar 3,61%. Rasio
NPL kredit konsumsi terbesar berikutnya secara berurutan adalah rasio NPL Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) sampai dengan tipe 70, kredit kendaraan bermotor, KPR di atas tipe 70, dan kredit
konsumsi lainnya, yang masing-masing sebesar 2,39%, 1,46%, 0,9%, dan 0,73%. Rasio NPL
kredit tersebut masih di bawah ambang batas maksimal yaitu sebesar 5%.
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
2014 2015 2016 2017
KPR s.d. Tipe 70
KPR di atas Tipe 70
Pertumbuhan KPR s.d. Tipe 70 ( %, yoy)
Pertumbuhan KPR di atas Tipe 70 (%, yoy)
%Rp Milyar
-20.00
-
20.00
40.00
60.00
210
220
230
240
250
TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
2014 2015 2016 2017
Kredit Kendaraan Bermotor
Pertumbuhan Kredit Kendaraan Bermotor (yoy)
Rp Milyar
Grafik 4.10 Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Grafik 4.11 Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor
Disamping memiliki rasio NPL terbesar di antara penyaluran kredit konsumsi lainnya, kredit ruko
atau rukan juga mengalami penurunan outstanding jika dibandingkan triwulan yang sama
tahun sebelumnya, yaitu sebesar 2,52% (yoy). Penurunan kredit ruko atau rukan tersebut
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 61
berdasarkan hasil survei kepada pelaku usaha diperkirakan karena supply ruko atau rukan lebih
dari permintaan. Selain itu, terdapat alternatif tempat usaha lain di pusat perbelanjaan modern
yang masih memiliki kapasitas yang cukup untuk memenuhi permintaan pelaku usaha.
Perlambatan pertumbuhan dialami oleh penyaluran KPR sampai dengan tipe 70 dan KPR di atas
tipe 70 dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 6,96% (yoy) dan 4,18% (yoy), lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 8,34% (yoy) dan
5,32% (yoy).
4.3 ASESMEN LEMBAGA KEUANGAN
4.3.1 Perkembangan Bank Umum
Jumlah bank umum dan BPR/S di NTB pada triwulan I 2017 masing-masing sebanyak 32 bank
umum dan 29 BPR/S. Jumlah kantor BPR/S sebanyak 115 kantor, sedangkan jumlah kantor bank
umum mengalami penurunan dari 413 kantor pada triwulan IV 2016 menjadi 373 kantor pada
triwulan I 2017.
Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Bank dan Jaringan Kantor di Provinsi NTB
2017
I II III IV I
Bank Umum 28 30 32 32 32 32 32
Konvensional 22 24 25 25 25 25 25
Unit Usaha Syariah 12 12 17 2 2 4 4
Syariah 6 6 7 7 7 7 7
Jumlah Kantor Bank Umum 212 215 453 426 426 413 373
BPR/S 32 32 32 32 32 32 29
Jumlah Kantor BPR/S 123 123 123 123 123 123 115
Total Kantor Bank 335 338 576 549 549 536 488
201620152014Kategori
Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA), diolah
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 62
Tabel 4.6
Perkembangan Indikator Bank Umum di Provinsi NTB
Indikator Bank Umum 2014 2015 2017
(RP Milyar) Tw 4 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1
Aset 26,762 29,655 31,439 32,309 32,190 37,903 37,929
Kredit - Berdasarkan Lokasi Bank 21,261 23,999 24,773 25,812 26,272 31,402 31,339
- Kredit Modal Kerja 6,789 7,258 7,581 8,044 8,157 8,875 9,017
- Kredit Investasi 2,382 2,813 2,900 2,974 3,041 6,921 6,312
- Kredit Konsumsi 12,090 13,928 14,293 14,795 15,075 15,606 16,010
Kredit UMKM 7,399 7,941 8,264 8,880 9,034 9,695 9,931
Dana Pihak Ketiga 16,798 19,368 20,015 20,855 20,787 21,245 22,282
- Giro 2,136 2,853 3,829 3,826 3,567 3,435 4,502
- Tabungan 9,836 11,409 9,799 10,560 10,718 12,244 10,905
- Deposito 4,826 5,106 6,387 6,468 6,502 5,567 6,875
NPL (%) 1.74 1.99 2.15 2.07 2.04 1.58 1.79
LDR (%) 126.57 123.91 123.77 123.77 126.39 147.81 140.65
Kredit - Berdasarkan Lokasi Proyek 25,866 27,659 28,285 28,882 28,633 31,536 31,939
- Kredit Modal Kerja 9,392 9,121 9,299 9,236 8,669 9,403 9,582
- Kredit Investasi 3,268 3,829 3,935 4,092 4,082 5,750 5,599
- Kredit Konsumsi 13,206 14,709 15,051 15,554 15,882 16,384 16,758
2016
-
10,000
20,000
30,000
40,000
Tw 4 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1
2014 2015 2016 2017
Aset Dana Pihak Ketiga Kredit
Rp Milyar
-
5
10
15
20
25
30
35
Tw 4 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1
2014 2015 2016 2017
Pertumbuhan Aset (yoy)Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy)Pertumbuhan Kredit (yoy)
(%)
Grafik 4.12 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit
Bank Umum di Provinsi NTB
Grafik 4.13 Pertumbuhan Aset, DPK dan Kredit Bank Umum
di Provinsi NTB
Secara umum, kinerja bank umum (konvensional dan syariah) pada triwulan I 2017
mengalami perlambatan. Total aset bank umum di Provinsi NTB pada triwulan I 2017
mencapai Rp37,93 Triliun atau tumbuh sebesar 20,64% (yoy). Meski masih mencatat
pertumbuhan yang cukup tinggi, namun pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 27,82% (yoy). Perlambatan aset bank umum sejalan dengan
penyaluran kredit yang juga melambat. Namun di sisi lain, penghimpunan Dana Pihak Ketiga
(DPK) mencatat sedikit peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 63
Sebagian besar aset bank umum di NTB merupakan aset pada kelompok bank pemerintah
dengan porsi sebesar 77,35%, sementara kelompok bank swasta nasional dan bank asing
campuran masing-masing sebesar 24,47% dan 0,18%. Jika dilihat berdasarkan tingkat
pertumbuhan tahunan, aset bank pemerintah dan bank swasta mengalami peningkatan
pertumbuhan masing-masing sebesar 25,86% (yoy) dan 5,83% (yoy) pada triwulan I 2017.
Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan triwulan IV 2016 dimana masing-masing
tumbuh sebesar 34,63% (yoy) dan 11,26% (yoy). Sedangkan aset bank asing dan campuran
mengalami penurunan sebesar 8,93% (yoy).
Penghimpunan DPK pada triwulan I 2017 mencatan peningkatan pertumbuhan tahunan.
Jumlah nominal DPK bank umum pada triwulan I 2017 sebesar Rp22,28 Triliun dengan tingkat
pertumbuhan sebesar 11,33% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan IV 2016 sebesar 9,69% (yoy). DPK bank umum di Provinsi NTB
didominasi oleh tabungan dengan porsi sebesar 48,94% dari total DPK yang dihimpun, diikuti
dengan deposito dengan porsi sebesar 30,86% dan giro dengan porsi sebesar 20,20% dari
total DPK. Dilihat dari sisi pertumbuhan, hanya tabungan yang meningkat pertumbuhannya,
sedangkan giro dan deposito mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Penyaluran kredit bank umum masih mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi meski jika
dibandingkan triwulan sebelumnya melambat. Pada triwulan I 2017, kredit meningkat 26,51%
(yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan sebelumya sebesar 30,85% (yoy). Penyaluran
kredit bank umum pada triwulan I 2017 mencapai Rp31,34 Triliun. Peningkatan pertumbuhan
penyaluran kredit tersebut terutama pada kredit korporasi yang digunakan sebagai investasi.
4.3.2 Intermediasi Bank Umum
Intermediasi bank umum yang ditunjukkan dengan indikator Loan to Deposit Ratio
(LDR) menunjukkan angka yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, yaitu sebesar 140,65% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
147,81%. Hal tersebut terkait penyaluran kredit yang melambat dan diiringi dengan
peningkatan pertumbuhan penghimpunan DPK. Rasio LDR yang mencapai di atas 100%
menandakan bahwa bank umum menggunakan sumber dana dari selain dari penghimpunan
DPK. Bank umum di Provinsi NTB melakukan transaksi antar kantor maupun antar bank untuk
memenuhi likuiditas yang digunakan untuk menyalurkan kredit, selain pemenuhan likuiditas
yang berasal dari penghimpunan DPK.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 64
100
110
120
130
140
150
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
2014 2015 2016 2017
Total Kredit (Lokasi Bank di Prov. NTB) DPK LDR (%)
Rp Miliar %
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
2014 2015 2016 2017
Total Kredit (Lokasi Bank di Prov. NTB)Total Kredit (Lokasi Proyek di Prov. NTB)Pertumbuhan Kredit (Lokasi Bank di Prov. NTB)Pertumbuhan Kredit (Lokasi Proyek di Prov. NTB)
Rp Miliar
Grafik 4.14 Perkembangan Kredit, DPK, dan LDR
Bank Umum di Prov. NTB
Grafik 4.15 Pertumbuhan Kredit Bank Umum
di Prov. NTB
Penyaluran kredit bank umum di Provinsi NTB pada triwulan I 2017 sebesar Rp31,34 Triliun.
Jika memperhitungkan kantor cabang bank umum dari luar Provinsi NTB yang menyalurkan
kredit di Provinsi NTB (kredit berdasarkan lokasi proyek), kredit pada triwulan I 2017 mencapai
Rp31,40 Triliun. Sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit berdasarkan lokasi bank yang
melambat, pertumbuhan penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek juga mengalami
perlambatan. Pertumbuhan kredit berdasarkan lokasi proyek pada triwulan I 2017 sebesar
12,92% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV 2016 yang sebesar
14,02% (yoy).
Berdasarkan jenis penggunaan, kredit yang disalurkan oleh bank umum di Provinsi NTB di
dominasi oleh kredit konsumsi yaitu sebesar 51,09% dari total kredit, sedangkan porsi kredit
produktif yaitu kredit modal kerja dan investasi masing-masing sebesar 28,77% dan 20,14%.
Berdasarkan sektor ekonomi, sebagian besar kredit dalam bentuk kredit produktif bank umum
di Provinsi NTB disalurkan kepada sektor perdagangan yang merupakan salah satu sektor
utama dalam PDRB Provinsi NTB. Porsi kredit perdagangan (tidak termasuk hotel dan restoran)
sebesar 25,27% dari total kredit atau 51,66% dari total kredit di sektor ekonomi produktif.
Jika berdasarkan lokasi proyek dimana kantor bank umum di luar Provinsi NTB yang
menyalurkan kredit di Provinsi NTB juga diperhitungkan, porsi kredit perdagangan sebesar
24,65% dari total kredit atau 51,86% dari total kredit sektor ekonomi produktif.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 65
29%
20%
51%
30%
18%
52%Modal Kerja Investasi Konsumsi
* Lingkaran di dalam: Kredit Berdasarkan Lokasi Bank di Prov. NTB
* Lingkaran di luar: Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek di Prov. NTB
5%
22%
4%52%
5%
9%
10%3%
3%
5%
52%
7%
5%
PertanianPerikananPertambanganIndustriLGAKonstruksiPerdagangan AkomodasiTransportasiPerantara KeuanganReal EstateAdm PemerintahanJasa PendidikanJasa Kesehatan SosialJasa KemasyarakatanJasa Rumah TanggaJasa lainnyaLain-lain* Lingkaran di dalam: Kredit Berdasarkan Lokasi Bank
* Lingkaran di luar: Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek
Grafik 4.16 Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Grafik 4.17 Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Sementara itu, kredit sektor pertanian dan perikanan yang juga merupakan kategori utama
dalam PDRB Provinsi NTB, porsi kreditnya sebesar 5,23% (berdasarkan lokasi bank) dan 9,16%
(berdasarkan lokasi proyek) dari total kredit produktif. Pelaku usaha sektor pertanian dan
perikanan di Provinsi NTB pada umumnya merupakan pelaku usaha individual yang
memanfaatkan pembiayaan dari modal sendiri atau pihak lain di luar perbankan.
4.3.3 Intermediasi Bank Umum Syariah
Pembiayaan bank umum berbasis syariah merupakan salah satu pilihan pembiayaan bagi
masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Barat, baik untuk konsumsi maupun usaha produktif.
Peranan perbankan syariah dalam intermediasi menunjukan perkembangan yang positif di
Provinsi NTB dan melengkapi layanan perbankan konvensional yang telah ada.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 66
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
2014 2016 2017
Kredit Lokasi Bank Syariah Kredit Lokasi Proyek Syariah
Rp Miliar
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
2014 2015 2016 2017
Pertumbuhan Kredit Syariah Lokasi Bank (yoy)
Pertumbuhan Kredit Syariah Lokasi Proyek (yoy)
Grafik 4.18 Perkembangan Kredit Bank Umum Syariah
Grafik 4.19 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Syariah
Pada triwulan I 2017, pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum syariah di
Provinsi NTB mencapai Rp2,36 Triliun, tumbuh sebesar 19,47% (yoy). Berbeda dengan
perlambatan pertumbuhan kredit pada bank umum secara keseluruhan, pembiayaan yang
disalurkan oleh bank umum syariah mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,87% (yoy). Penyaluran pembiayaan
syariah di Provinsi NTB selain dilakukan oleh bank umum syariah yang berlokasi di Provinsi NTB
juga dilakukan kantor bank umum syariah di luar Provinsi NTB. Jika dihitung berdasarkan lokasi
proyek, pembiayaan bank umum syariah pada triwulan I 2017 mencapai Rp2,58 Triliun atau
tumbuh sebesar 14,56% (yoy). Pertumbuhan tersebut meningkat dari triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 11,17% (yoy).
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 67
4.3.4 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
Tabel 4.7 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi NTB
Indikator BPR 2014 2017
(Rp Ribu) TW 4 TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
Aset 952,859 1,096,219 1,240,182 1,279,275 1,242,226 1,283,363 1,343,045 1,341,357
DPK 600,928 689,598 824,030 840,082 791,495 836,195 888,126 875,869
Tabungan 338,441 371,749 440,009 435,661 410,716 439,888 488,863 470,908
Deposito 262,487 317,849 384,021 404,421 380,779 396,308 399,263 404,962
Kredit 708,744 820,194 899,951 937,745 954,530 946,727 982,647 1,013,560
Modal Kerja 422,105 496,610 548,441 582,126 598,851 594,493 629,303 646,294
Investasi 46,930 60,851 65,992 65,257 61,701 60,967 59,868 66,038
Konsumsi 239,710 262,733 285,518 290,362 293,977 291,267 293,477 301,228
% NPL 9.72% 8.04% 8.14% 8.92% 9.59% 10.25% 10.51% 12.26%
% LDR 117.94% 118.94% 109.21% 111.63% 120.60% 113.22% 110.64% 115.72%
2013 2015 2016
Sejalan dengan perbankan umum, aset Bank Perkreditan Rakyat (BPR) juga mengalami
perlambatan pertumbuhan pada triwulan I 2017. Aset BPR pada triwulan I 2017 mencapai
Rp1,34 Triliun atau tumbuh sebesar 4,85% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,29% (yoy). Penghimpunan DPK dan
penyaluran kredit BPR pada triwulan I 2017 juga mengalami perlambatan. Total penghimpunan
DPK BPR pada triwulan I 2017 mencapai Rp875,87 Miliar atau tumbuh sebesar 4,26% (yoy),
melambat dibandingkan triwulan IV 2016 yang tumbuh sebesar 7,78% (yoy). Sementara itu,
penyaluran kredit BPR pada triwulan I 2017 mencapai Rp1,01 Triliun tumbuh sebesar 8,08%
(yoy). Pertumbuhan kredit tersebut melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 9,19% (yoy).
Rasio NPL mengalami peningkatan, yaitu dari 10,51% pada triwulan IV 2016 menjadi 12,26%
pada triwulan I 2017. Sedangkan rasio LDR BPR mencapai 115,72%, menunjukkan
peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 110,64%. Rasio NPL BPR yang
masih tinggi di atas bank umum dan adanya peningkatan menunjukkan risiko kredit bagi BPR
yang semakin meningkat. Ke depan, selain meningkatkan fungsi intermediasinya, BPR juga
diharapkan dapat meningkatkan prinsip kehati-hatiannya dalam penyaluran kredit guna
menekan rasio NPL BPR yang masih cukup tinggi tersebut.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 68
0
5
10
15
20
0
200
400
600
800
1,000
1,200
TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
2014 2015 2016 2017
Kredit Pertumbuhan Kredit BPR (yoy)
%Rp Juta
Grafik 4.20 Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat
4.4 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
4.4.1 Kredit UMKM
Kredit UMKM yang disalurkan oleh bank umum di Provinsi NTB pada triwulan I 2017
mencapai Rp9,93 Triliun, tumbuh sebesar 20,18% (yoy). Tingkat pertumbuhan kredit
UMKM tersebut melambat dibandingkan triwulan IV 2016 yang sebesar 22,09% (yoy).
Sebagian besar kredit UMKM yang disalurkan oleh bank umum merupakan kredit modal kerja,
yaitu sebesar 76,68%, dan selebihnya merupakan kredit investasi sebesar 23,32%.
-
10
20
30
40
-
10,000
20,000
30,000
40,000
TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1
2014 2015 2016 2017
Total KreditKredit UMKMPertumbuhan Kredit ( yoy) - sisi kananPertumbuhan Kredit UMKM (yoy) - sisi kanan
Rp Miliar %
77%
23%
Modal Kerja Investasi
Grafik 4.21 Perkembangan Kredit UMKM
Grafik 4.22 Kredit UMKM berdasarkan Jenis Penggunaan
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 69
4.4.2 PROGRAM PENGEMBANGAN KLASTER
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB telah mengembangkan program klaster
ketahanan pangan sejak tahun 2011. Sampai dengan tahun 2016 program pengembangan
klaster yang telah di kembangkan sejumlah 6 (enam) klaster antara lain:
1. Klaster Usaha Ternak Sapi di Sumbawa Barat (Tahun 2011 s.d 2014)
2. Klaster Usaha Penangkaran Benih Kedelai di Kabupaten Bima (2014 s.d 2016)
3. Klaster Usaha Ternak Sapi di Kabupaten Sumbawa (2015 s.d 2017)
4. Klaster Cabai di Kabupaten Lombok Timur (2015 s.d 2017)
5. Klaster Usaha Ternak Sapi di Kabupaten Lombok Utara (2016 s.d 2018)
6. Klaster Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Lombok Timur (2016 s.d 2018)
Progres pengembangan klaster eksisting sampai dengan triwulan IV 2016 meliputi:
1. Klaster Usaha Penangkaran Benih Kedelai di Kabupaten Bima
Pengembangan benih kedelai telah dilakukan di 3 kecamatan di Kabupaten Bima, yaitu di
Kecamatan Bolo, Sosarita, dan Madapangga dengan anggota klaster sebanyak 5 kelompok,
yaitu Kelompok Kancoa Rida, Ndano Nonu, Mbanggu, Sosarita, dan Sola Melo. Luas areal
pengembangan benih kedelai di kelompok mencapai 51 Ha dan total benih yang telah
diproduksi pada triwulan III 2016 mencapai 61.600 kg. Sebagai wadah kelompok yang ada,
telah dibentuk KUB Ndano Rida. Beberapa anggota kelompok juga telah memperoleh
sertfikat melalui program PRONA seluas 6,30 Ha (ladang). Pada triwulan IV 2016, klaster
telah memasuki masa phasing out dimana pembinaan Bank Indonesia telah dilakukan
sudah mencapai 3 tahun. Setalah memasuki masa phasing out, pengembangan klaster
diserahkan sepenuhnya pada kelompok dan dinas terkait.
2. Klaster Usaha Ternak Sapi di Kabupaten Sumbawa
Pengembangan Klaster Usaha Ternak Sapi berlokasi di Desa Batu Tering, Kecamatan Moyo
Hulu, Kabupaten Sumbawa dengan anggota klaster sebanyak 1 kelompok, yaitu Kelompok
Leang Bukal. Saat ini, kelompok telah memperoleh sertifikat program PRONA 70 persil (70
ha) lahan pertanian/ladang. Pemberian Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) berupa
kandang kolektif dengan kapasitas 50 ekor telah diselesaikan secara swadaya oleh
kelompok dan diresmikan pada bulan Oktober 2016. Selama triwulan IV-2016, jumlah sapi
yang terjual sebanyak 18 ekor. Jumlah ternak tersedia yang dikandangkan saat ini sebanyak
69 ekor, 50 ekor diantaranya berada di kandang kolektif dan 19 ekor sisanya dipelihara
secara intensif di sekitaran kandang komunal. Pemasaran kelompok saat ini masih di pasar
lokal. Terkait akses keuangan, dari total anggota kelompok yang berjumlah 27 orang,
sebanyak 25 orang telah mendapatkan pinjaman KUR yang digunakan untuk pembelian
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 70
ternak sapi (bakalan) dan sebagian digunakan untuk usaha pertanian (pembelian pupuk,
bibit padi/jagung, dll).
3. Klaster Cabai di Kabupaten Lombok Timur
Pengembangan Klaster Cabai berlokasi di Desa Lendang Nangka, Kabupaten Lombok Timur
dengan anggota klaster sebanyak 181 orang petani terdiri dari Kelompok Tetu-Tetu 20
orang, Kelompok Mele Maju 15 orang, Kelompok Tojang Maju 13 orang, Kelompok Pade
Girang 15 orang, Kelompok Patuh Kene 13 orang, Kelompok Lebak Makmur 45 orang dan
Tunas Muda 65 orang. Jumlah lahan kelompok klaster secara keseluruhan di Desa Lendang
Nangka dan Kerongkong adalah 44,20 Ha. Terdapat penambahan kelompok seluas 5 Ha
(Kelompok Patuh Kene 3 Ha dan Pade Girang 2 Ha) dan penambahan 10 Are screenhouse
di Kelompok Tetu-tetu. Pada triwulan I 2017 Pada TW I, belum ada produksi cabai, karena
baru dilakukan penanaman pada awal bulan Maret 2017.
Pada triwulan sebelumnya telah dilakukan panen dengan hasil sebanyak 3,6 ton.
Pemasaran telah dilakukan baik di pasar lokal maupun ke luar daerah, meliputi Batam,
Pekan Baru, dan Palembang. Di pasar lokal, pemasaran telah dilakukan baik di pasar
tradisional maupun modern (supermarket) di Kab. Lombok Timur.
Pada triwulan I 2017, telah dilakukan pemantapan pelatihan pembuatan pupuk padat dan
cair dengan pemanfaatan MA 11 (Alpafah) kepada kelompok klaster. Pelatihan
dilaksanakan di Kelompok Tetu-Tetu di Desa Lendang Nangka, dengan pengembangan
demplot seluas 10 Are yang dijadikan sebagai pusat belajar integrated farming total
organik.
4. Klaster Usaha Ternak Sapi di Kabupaten Lombok Utara
Pengembangan Klaster Usaha Ternak Sapi berlokasi di Desa Genggelang, Kecamatan
Gangga, Kabupaten Lombok Utara dengan anggota klaster sebanyak 1 kelompok, yaitu
Kelompok Ngiring Datu. Saat ini, Kelompok Ngiring Datu sudah memiliki kemampuan
dalam mengembangkan pupuk organik dan pakan menggunakan Microbacter Alfaafa-11
(MA-11). Pengolahan produk turunan (kotoran hewan/Kohe) dengan pemanfaatan MA-11
telah digunakan oleh internal kelompok. Jumlah ternak yang dikandangkan secara kolektif
per 31 Maret 2017 sebanyak 241 ekor.
5. Klaster Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Lombok Timur
Pengembangan Klaster Ekonomi Kreatif di Desa Pringgasela, Kecamatan Pringgasela,
Kabupaten Lombok Timur dengan anggota klaster sebanyak 5 kelompok, yaitu Kelompok
Sundawa Makmur, Seleman Adil, Pesiraman, Aman Maksan, dan Santosa Sasak Tenun.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 71
Penandatanganan MoU Klaster telah dilaksanakan pada Bulan Desember 2016. Kegiatan
yang telah dilakukan antara lain Pelatihan Capacity Building (pengembangan motif tenun)
dan studi banding ke Denpasar, Bali.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 71
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Pada triwulan I 2017 terjadi penurunan kebutuhan uang tunai di Provinsi NTB. Hal ini tampak
dari net inflow pengedaran uang yang terjadi, dimana jumlah uang tunai yang masuk (cash
inflow) lebih banyak dari jumlah uang tunai yang keluar (cash outflow). Penurunan ini sejalan
dengan perlambatan aktivitas ekonomi NTB, terutama dari sisi konsumsi yang melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan penurunan transaksi tunai, transaksi non
tunai juga mengalami penurunan secara tahunan, baik transaksi RTGS maupun kliring.
5.1 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
5.1.1 Transaksi Pembayaran Tunai
Permintaan terhadap uang kartal triwulan I 2017 menurun dibanding triwulan
sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pola historis triwulan dan juga perlambatan aktivitas
ekonomi di Provinsi NTB, terutama dari sisi konsumsi rumah tangga, yang tumbuh sebesar
2,12% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,49% (yoy).
Perlambatan konsumsi di triwulan I 2017 tersebut terkait dengan konsumsi rumah tangga yang
mulai normal setelah mengalami peningkatan kegiatan konsumsi karena perayaan beberapa
event pada triwulan IV 2016, yaitu Maulid Nabi Muhammad SAW, Natal, dan libur panjang
akhir tahun.
Permintaan uang kartal masyarakat tampak dari indikator net inflow atau uang tunai yang
masuk lebih besar dibandingkan uang tunai yang keluar melalui pengedaran Bank Indonesia.
Selama triwulan I tahun 2017, transaksi pembayaran secara tunai menunjukkan uang tunai
yang masuk bersih (net inflow) sebesar Rp1,26 Triliun. Uang tunai yang masuk selama triwulan I
2017 sebanyak Rp2,56 Triliun, sedikit meningkat sebesar 0,33% (yoy). Sedangkan uang tunai
yang keluar pada triwulan I 2017 sebesar Rp1,3 Triliun, meningkat sebesar 24,88% (yoy). Hal
tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan uang tunai selama triwulan I tahun 2017 di
masyarakat menurun dibanding triwulan sebelumnya. Faktor yang dominan menentukan tren
permintaan uang tunai adalah belanja rumah tangga mengalami penurunan setelah pada
triwulan sebelumnya terdapat beberapa perayaan event besar, seperti Maulid Nabi, Natal, dan
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 72
libur panjang akhir tahun yang meningkatkan konsumsi rumah tangga. Selain itu, konsumsi
pemerintah daerah pada triwulan I 2017 masih belum optimal.
(3,000)
(2,000)
(1,000)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2014 2015 2016 2017
Rp. Miliar
Inflow Outflow Net Inflow
-7,500
-6,000
-4,500
-3,000
-1,500
0
1,500
3,000
4,500
6,000
7,500
100,0
00
50,0
00
20,0
00
10,0
00
5,0
00
2,0
00
1,0
00
1,0
00
500
200
100
Ribu Lembar
Tw I-'16 Tw II-'16 TW III-16 TW IV-'16 TW I-17
Grafik 5.1 Perkembangan Nominal Inflow, Outflow,
dan Net Inflow di Provinsi NTB
Grafik 5.2 Perkembangan Pengedaran Uang
di Provinsi NTB
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 73
Tabel 5.1 Inflow, Outflow, dan Net Inflow Uang Per Pecahan (ribu lembar)
Jumlah
100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000 1,000 500 200 100 50 UK+UL
Inflow 12,703 12,638 1,384 2,685 3,601 4,707 1,397 51 794 25 29 2 40,015
Outflow 3,390 9,749 1,685 2,781 4,045 4,454 323 212 209 275 241 1 27,364
Net Flow 9,313 2,889 (301) (95) (443) 253 1,074 (162) 585 (250) (212) 1 12,652
Inflow 5,869 9,196 1,191 2,224 2,995 3,860 1,471 31 688 11 9 - 27,544
Outflow 11,013 14,374 2,358 4,372 6,744 6,613 88 513 1 235 309 - 46,620
Net Flow (5,145) (5,177) (1,167) (2,148) (3,749) (2,753) 1,383 (483) 688 (224) (300) - (19,076)
Inflow 11,294 13,288 2,370 4,103 6,301 6,217 1,395 41 326 16 42 - 45,391
Outflow 12,187 18,066 2,226 4,042 6,817 6,722 76 499 53 240 365 0 51,294
Net Flow (893) (4,778) 144 61 (516) (505) 1,318 (459) 273 (224) (323) (0) (5,902)
Inflow 6,462 10,248 1,652 2,791 4,329 5,704 1,323 27 303 9 20 - 32,868
Outflow 8,467 13,670 1,201 2,100 2,879 3,074 30 540 122 306 382 0 32,771
Net Flow (2,006) (3,422) 451 692 1,450 2,630 1,293 (514) 182 (298) (362) (0) 97
Inflow 36,328 45,370 6,597 11,804 17,226 20,488 5,586 148 2,110 60 100 2 145,819
Outflow 35,058 55,858 7,469 13,294 20,485 20,863 518 1,766 384 1,056 1,297 2 158,048
Net Flow 1,269 (10,488) (872) (1,490) (3,258) (375) 5,068 (1,617) 1,727 (996) (1,197) 0 (12,229)
Inflow 15,481 18,180 1,722 3,063 4,278 4,749 1,638 35 125 13 5 0 49,289
Outflow 4,836 9,449 1,577 2,635 3,607 3,980 17 706 235 385 519 0 27,945
Net Flow 10,645 8,732 145 428 672 769 1,621 (671) (110) (373) (515) 0 21,344
Inflow 8,204 13,112 1,469 2,459 3,871 4,808 829 2 129 17 24 0 34,922
Outflow 19,654 21,860 3,950 8,074 12,615 13,422 36 1,279 758 807 869 0 83,325
Net Flow (11,450) (8,748) (2,481) (5,616) (8,745) (8,614) 792 (1,277) (629) (790) (845) 0 (48,403)
Inflow 16,396 19,537 2,961 5,390 6,357 6,845 1,317 40 136 8 11 0 58,999
Outflow 9,528 15,558 1,186 1,913 2,990 2,326 19 399 363 362 694 0 35,339
Net Flow 6,868 3,979 1,775 3,477 3,367 4,519 1,297 (358) (227) (355) (683) 0 23,660
Inflow 10,813 15,237 1,767 3,040 6,613 6,911 736 11 98 43 86 0 45,356
Outflow 10,900 16,744 1,335 2,552 3,110 4,108 60 712 690 447 464 0 41,123
Net Flow (87) (1,507) 431 489 3,503 2,802 676 (701) (592) (404) (378) 0 4,232
Inflow 50,894 66,067 7,919 13,953 21,119 23,313 4,519 89 488 80 126 0 188,566
Outflow 44,917 63,611 8,049 15,174 22,322 23,836 133 3,097 2,046 2,002 2,547 0 187,733
Net Flow 5,977 2,456 (129) (1,222) (1,203) (523) 4,386 (3,008) (1,558) (1,922) (2,421) 0 833
Inflow 15,342 18,196 2,100 3,711 5,213 6,391 1,047 32 225 17 41 1 52,316
Outflow 6,167 11,713 1,839 3,090 4,053 4,125 449 559 493 323 456 0 33,266
Net Flow 9,176 6,483 261 621 1,160 2,266 597 (527) (268) (305) (414) 1 19,050
I2017
I
II
III
IV
Total
2016
(ribu lembar)
Uang LogamFlowTriwulanTahun
III
IV
Total
2015
I
Uang Kertas
II
Berdasarkan pecahan uang, baik cash inflow maupun cash outflow didominasi oleh
pecahan besar yakni Rp50.000,- dan Rp100.000,- sebesar 57,74% dari total lembar cash
inflow dan 71,23% dari total lembar cash outflow pada triwulan I 2017. Demikian pula
pada triwulan sebelumnya, pecahan besar juga mendominasi baik cash inflow ataupun cash
outflow. Hal ini menunjukkan pilihan masyarakat saat ini lebih cenderung untuk menggunakan
pecahan besar dibandingkan pecahan kecil untuk melakukan transaksi. Kecenderungan tersebut
antara lain juga dipengaruhi pembayaran gaji di beberapa instansi yang masih menggunakan
uang tunai dan sebagian besar pecahan besar. Selain itu juga dipengaruhi pecahan yang
digunakan di mesin ATM merupakan uang pecahan besar. Namun demikian, Bank Indonesia
tetap berupaya untuk menyediakan uang kartal baik dalam pecahan besar maupun pecahan
kecil secara optimal sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan pemenuhan permintaan uang Rupiah dengan pecahan
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB
telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pelayanan Kas Keliling sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas uang di masyarakat baik
di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, layanan Kas Keliling akan terus diperluas ke pulau-
pulau terpencil di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada triwulan I 2017 Kantor
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 74
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB telah melakukan kegiatan kas keliling sebanyak 22
kali di wilayah kerja di Provinsi NTB. Frekuensi kas keliling tersebut lebih tinggi dibanding
triwulan yang sama tahun lalu sebanyak 12 kali.
b. Untuk meningkatkan efisiensi perbankan dan optimalisasi pengelolaan uang, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB mendorong Transaksi Uang Kartal Antar Bank
(TUKAB). Selain itu, kerja sama dengan perbankan dalam rangka memberikan pelayanan
penukaran uang juga akan terus ditingkatkan. Untuk keterjangkauan pelayanan perkasan di
Pulau Sumbawa, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB telah melakukan kerjasama
Kas Titipan dengan bank umum di Kota Bima dan juga penambahan kerjasama Kas Titipan
dengan bank umum di Kabupaten Sumbawa pada triwulan I 2017.
c. Sosialisasi 3D (Didapat, Disayang, Disimpan) kepada semua lapisan masyarakat agar kualitas
uang yang beredar tetap terjaga.
d. Sebagai upaya peningkatan kualitas uang, pada tahun 2017 akan dilakukan survei untuk
mengetahui soil level uang yang beredar di masyarakat sebagaimana yang dilaksanakan pada
tahun 2016. Survei ini sebagai bagian dari strategi kedepan dalam upaya peningkatan
kualitas uang.
5.1.2 Transaksi Pembayaran Non Tunai
Seperti halnya transaksi tunai, transaksi non tunai pada triwulan I 2017 juga
menunjukkan penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut
diperkirakan terkait dengan perlambatan aktivitas ekonomi di Provinsi NTB, terutama dari sisi
konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah yang belum optimal. Dalam rangka untuk
terus meningkatkan transaksi non tunai, Bank Indonesia bersama berbagai pihak terus
mendorong pemanfaatan uang elektronik melalui GNNT. GNNT ini ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai yang dapat
mendukung sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar. Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi NTB, dalam berbagai kesempatan baik di lingkungan pemerintahan, pelaku
usaha, akademisi, maupun kepada masyarakat umum terus melakukan sosialisasi GNNT.
Transaksi non tunai baik RTGS maupun kliring secara keseluruhan pada triwulan I 2017
secara nominal mencapai Rp7,65 Triliun, turun 7,05% (yoy). Sedangkan jumlah warkat
secara keseluruhan mencapai 91,3 ribu lembar, turun 1,85% (yoy). Jumlah nominal transaksi
RTGS pada triwulan I 2017 lebih tinggi dibandingkan dengan transaksi kliring.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 75
0
20
40
60
80
100
120
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2014 2015 2016 2017
Rp Milliar
RTGS (Rp Miliar) Kiri Kliring (Rp Miliar) Kiri
Warkat RTGS (Ribu) Kanan Warkat Kliring (Ribu) Kanan
Grafik 5.3 Perkembangan Transaksi Non Tunai
Pada triwulan I 2017, nilai transaksi dan warkat RTGS mengalami penurunan secara tahunan.
Nilai transaksi RTGS mencapai Rp3,83 Triliun atau turun 2,19% (yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 10,68% (yoy). Sedangkan jumlah warkat
RTGS pada triwulan I 2017 mencapai 0,93 ribu lembar, turun 48,77% (yoy).
Transaksi kliring triwulan I 2017 mencapai Rp3,82 Triliun, turun sebesar 11,47% (yoy), lebih
rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 25,64% (yoy). Sejalan
dengan perlambatan pertumbuhan nominal transaksi kliring, jumlah warkat kliring juga turun
sebesar 0,91% (yoy).
0
200
400
600
800
1000
1200
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2014 2015 2016 2017
RTGS (Rp Miliar) Kiri Warkat RTGS (Ribu) Kanan
0
10
20
30
40
50
-
300
600
900
1,200
1,500
1,800
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2014 2015 2016 2017
Kliring (Rp Miliar) Kiri Warkat Kliring (Ribu) Kanan
Grafik 5.4 Perkembangan Transaksi RTGS
di Provinsi NTB
Grafik 5.5 Perkembangan Transaksi Kliring
di Provinsi NTB
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 76
6
6
6
6
6
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Indikator kesejahteraan Provinsi NTB secara umum menunjukkan penurunan, sejalan dengan
kondisi perekonomian yang menurun di triwulan I 2017. Penurunan tingkat kesejahteraan
tersebut terlihat dari indikator Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menurun dan Nilai Tukar
Petani (NTP) yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain itu, tingginya tenaga
kerja setengah menganggur perlu diwaspadai sebagai risiko peningkatan tingkat pengangguran
di masa mendatang.
6.1 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Terkontraksinya perekonomian NTB pada triwulan I 2017, berdampak pada menurunnya
beberapa indikator kesejahteraan masyarakat. Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia
menunjukan optimisme konsumen dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menurun,
terutama disebabkan oleh menurunnya penghasilan masyarakat. Indikator Nilai Tukar Petani
(NTP) juga menunjukan penurunan. Di sisi lainnya, indikator ketenagakerjaan yaitu tingkat
pengangguran menunjukkan tren menurun. Meski begitu, tingkat pekerja setengah menganggur
di tengah kondisi ekonomi yang terindikasi menurun perlu diwaspadai sebagai potensi risiko
dalam menambah jumlah tingkat pengangguran terbuka.
6.2 INDIKATOR SURVEI KONSUMEN
Optimisme masyarakat terhadap perekonomian NTB triwulan I 2017 mengalami
penurunan. Hal tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan I 2017
sebesar 105,8 atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 117,3.
Menurunnya keyakinan konsumen tersebut disebabkan karena berkurangnya penghasilan saat
ini dibandingkan 6 bulan yang lalu. Meski begitu, pengeluaran konsumen untuk membeli barang
tahan lama meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
Perkiraan konsumen terhadap kondisi perekonomian 6 bulan yang akan datang tercermin dari
Indeks Ekspektasi Konsumen yang dijabarkan dalam 3 faktor, antara lain ekspektasi penghasilan,
kondisi ekonomi Indonesia, dan ketersediaan lapangan kerja. Secara umum, seluruh indikator
ekspektasi konsumen tersebut mengalami penurunan.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 77
Optimisme masyarakat terhadap perekonomian tidak terlepas dari persepsi masyarakat terhadap
aktivitas ekonomi saat ini yang digunakan dalam memperkirakan kondisi ekonomi ke depan.
Menurunnya angka indikator ekspektasi tersebut di atas perlu diwaspadai oleh pelaku ekonomi
dan juga pemerintah daerah dalam upaya menjaga dan meningkatkan kinerja perekonomian di
masa mendatang.
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
Grafik 6.1
Indikator Survei Konsumen
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
Grafik 6.2
Ekspektasi Inflasi Masyarakat
6.3 NILAI TUKAR PETANI
Pertumbuhan Nilai Tukar Petani Provinsi NTB masih terbatas. Hingga bulan April 2017,
Indeks NTP Provinsi NTB mencatatkan angka 104,02, atau tumbuh 0,42% (yoy). Angka indeks
tersebut lebih rendah dibandingkan angka indeks pada akhir tahun 2016 yang tercatat sebesat
106,56. Secara umum pertumbuhan NTP terus menunjukan tren perlambatan. Penurunan NTP
yang paling dalam terjadi pada NTP Padi Palawija diikuti NTP Perkebunan dan NTP Hortikultura,
sedangkan NTP Ternak dan NTP Nelayan menunjukan pertumbuhan positif. Jika dilihat per sub
komponen, Indeks yang Diterima petani mengalami penurunan, sebaliknya Indeks yang Dibayar
petani mengalami peningkatan sebagai indikasi meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat dan
harga barang.
80
90
100
110
120
130
140
150
160
Jan
Ma
r
Ma
y
Jul
Se
p
No
v
Jan
Ma
r
Ma
y
Jul
Se
p
No
v
Jan
Ma
r
Ma
y
Jul
Se
p
No
v
Jan
Ma
r
2014 2015 2016 2017
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Linear (Indeks Keyakinan Konsumen (IKK))
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
Jan
Mar
May Ju
l
Sep
Nov Ja
n
Mar
May Ju
l
Sep
Nov Ja
n
Mar
May Ju
l
Sep
Nov Ja
n
Mar
2014 2015 2016 2017
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu
Ekspektasi penghasilan 6 bulan y.a.d.
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 78
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 6.3 Nilai Tukar Petani Provinsi NTB
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 6.4 Pertumbuhan NTP dan Komponen Pembentuknya
Terbatasnya pertumbuhan NTP perlu mencapat perhatian, terutama untuk mencapai
target penurunan kemiskinan. Pergerakan nilai tukar petani berkorelasi cukup kuat dengan
penduduk miskin, karena sebagian besar penduduk miskin bekerja di sektor pertanian. Upaya
untuk meningkatkan pendapatan petani dan menjaga harga komoditas tetap terjangkau akan
berdampak positif dalam hal meningkatkan NTP, yang pada akhirnya akan membantu
menurunkan angka kemiskinan di Provinsi NTB.
6.4 TENAGA KERJA
Persentase tingkat pengangguran di Provinsi NTB posisi Februari 2017 sebesar 3,86%,
sedikit menurun dibandingkan Agustus 2016 yang tercatat 3,94%. Penurunan jumlah
tenaga kerja menganggur masih terbatas, sejalan dengan Indeks Keyakinan Konsumen yang
cenderung menurun pada triwulan I 2017. Meski menunjukan tren penurunan, risiko kenaikan
tingkat pengangguran di masa depan perlu diwaspadai sejalan dengan ekspektasi masyarakat
terhadap ekonomi dan lapangan kerja yang menurun.
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2014 2015 2016 2017
Nilai Tukar Petani NTPP (Padi & Plwj) NTPH (Horti)
NTPR (Kebun) NTPT (Ternak) NTN (Nelayan)
-4.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4
2014 2015 2016 2017
% (
yoy)
% (
yoy)
Axis TitleGrowth Nilai Tukar Petani (RHS) gIndeks Yang Diterima (yoy)
gIndeks Yang Di Bayar (yoy)
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 79
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 6.5
Tingkat Pengangguran Provinsi NTB
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 6.6
Distribusi Tenaga Kerja per Sektor
Dari sisi sektoral, dari total angkatan kerja yang bekerja di Provinsi NTB, sebanyak 42% bekerja
di sektor pertanian, 22% bekerja di sektor perdagangan, dan 16% bekerja di sektor jasa. Pangsa
tenaga kerja di sektor pertanian mengalami peningkatan dibandingkan periode perhitungan
sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi pada sektor perdagangan. Meningkatnya jumlah pekerja
di sektor pertanian pada triwulan I 2017 adalah pola yang berkebalikan dibandingkan
perkembangan sebelumnya dimana para pekerja di sektor pertanian cenderung beralih ke sektor
lainnya, seperti sektor jasa. Peningkatan pangsa tenaga kerja sektor pertanian diperkirakan seiring
dengan peningkatan kinerja sektor pertanian pada triwulan I 2017 dimana masa panen terjadi
mulai bulan Maret 2017. Kinerja sektor pertanian yang terakselerasi sejalan dengan produktivitas
tenaga kerja di sektor tersebut yang mengalami peningkatan. Produktivitas tenaga kerja sektor
pertanian di bulan Februari 2017 adalah yang tertinggi sejak 2014, yaitu sebesar Rp. 6,2 Juta per
kapita.
124 128 120 128
87 97 97
5.30 5.75
4.98
5.69
3.66 3.94 3.86
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
-
20
40
60
80
100
120
140
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari
2014 2015 2016 2017
Rib
u
b. Pengangguran 5. Pengangguran Terbuka (%) - kanan
42%
7%6%
22%
4%
16%
Pertanian
Industri Pengolahan
Bangunan
Perdagangan
Angkutan, Pergudangandan Komunikasi
Keuangan
Jasa–jasa
Lainnya
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 80
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 6.7 Produktivitas Tenaga Kerja per Sektor
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 6.8 Perkembangan Pangsa Tenaga Kerja per Sektor
Jumlah penduduk yang termasuk kedalam pekerja tidak penuh (setengah menganggur dan
pekerja paruh waktu) masih cukup tinggi, yaitu sebesar 37,5% dari total angkatan kerja yang
bekerja di Provinsi NTB. Pekerja yang termasuk kategori tersebut, rentan untuk termasuk dalam
kategori pengangguran absolut karena sifat pekerjaan yang tidak tetap. Kondisi tersebut dapat
diperbaiki melalui peningkatan kompetensi pekerja di NTB yang saat ini masih didominasi oleh
pekerja dengan tingkat pendidikan SMP kebawah (66,2%).
6.22 5.25
18.55
7.08
28.85
35.83
14.98
96.57
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
Pertanian IndustriPengolahan
Bangunan Perdagangan Angkutan,Pergudangan
danKomunikasi
Keuangan Jasa–jasa Lainnya(TermasukTambang)
Rp
Ju
ta /
Ora
ng
-
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
100.0
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari
2013 2014 2015 2016 2017
Pertanian Perdagangan Jasa - Jasa Lainnya *)
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Prospek Perekonomian Daerah 82
BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
Pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan III 2017 diperkirakan tumbuh melambat, terkait base
effect pertumbuhan sektor pertambangan yang diperkirakan tidak setinggi triwulan yang sama
tahun sebelumnya. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi non tambang triwulan III 2017
diperkirakan terakselerasi ditopang oleh kinerja sektor pertanian yang diperkirakan memasuki
masa panen, dan juga sektor perdagangan serta konstruksi. Tekanan inflasi tahunan pada
triwulan III 2017 diperkirakan juga meningkat, namun masih di dalam kisaran sasaran inflasi
nasional sebesar 4 ± 1%.
7.1 PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI NTB
Pada triwulan III 2017, pertumbuhan ekonomi tahunan diperkirakan melambat
dibandingkan triwulan II 2017, yaitu sebesar 1,6 - 2,1% (yoy). Melambatnya pertumbuhan
tersebut karena faktor base effect pertumbuhan sektor pertambangan yang diperkirakan tidak
setinggi triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dengan rata-rata bulanan kuota ekspor yang
telah diberikan pada tahun 2017, tingkat pertumbuhan ekspor tambang pada triwulan III 2017
diperkirakan tidak setinggi tahun lalu.
Perekonomian tanpa memperhitungkan sektor tambang pada triwulan III 2017
diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan II 2017, yaitu sebesar 6,1 6,6% (yoy).
Pertumbuhan tersebut diperkirakan disumbang oleh sektor sektor pertanian. Terakselerasinya
pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan I 2017 menumbuhkan optimisme terkait kondisi
cuaca yang mendukung sektor pertanian. Pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan III
diperkirakan kembali meningkat dengan perkiraan mulai masuknya masa panen. Sektor lain yang
menopang pertumbuhan ekonomi non tambang triwulan III-2017 adalah perdagangan dan
konstruksi. Kinerja sektor perdagangan diperkirakan meningkat seiring dengan perkiraan
meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Provinsi NTB pada triwulan III 2017, sedangkan
sektor konstruksi diperkirakan mencapai puncak pada triwulan III 2017 sebagaimana pola
historisnya.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi NTB untuk keseluruhan tahun 2017 diperkirakan tumbuh
melambat. Terkontraksinya kinerja sektor tambang pada triwulan I 2017 turut menjadi
penyumbang melambatnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan
tahun 2017 diperkirakan sebesar 2.0 3.0% (yoy) atau pertumbuhan ekonomi tanpa tambang
sebesar 4,5 5,5% (yoy).
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Prospek Perekonomian Daerah 83
Sumber : BPS Provinsi NTB dan Proyeksi Bank Indonesia, diolah
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB
Sumber : BPS Provinsi NTB dan Proyeksi Bank Indonesia, diolah
Grafik 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Kategori Utama
7.2 PERKIRAAN INFLASI PROVINSI NTB
Tekanan inflasi pada triwulan III 2017 diperkirakan meningkat. Inflasi NTB di triwulan III
2017 diperkirakan sebesar 4,0 4,5% (yoy). Meningkatnya laju inflasi secara tahunan tersebut
disebabkan oleh meningkatnya harga komoditas administered price sejak awal tahun 2017.
Selain itu, perkiraan meningkatnya konsumsi masyarakat pada triwulan III 2017 turut mendorong
tekanan inflasi.
Sumber : BPS Prov. NTB dan Proyeksi Bank Indonesia, diolah
Grafik 7.5 Proyeksi Inflasi Tahunan
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
Grafik 7.6 Survei Konsumen Bank Indonesia
Pada tahun 2017, terdapat sejumlah risiko yang terkait dengan kelompok komoditas
administered price dan volatile food. Dari sisi kelompok volatile food, risiko terjadinya
kekeringan akibat dari musim kemarau yang disebabkan fenomena El Nino perlu dicermati. Selain
itu, tingkat kunjungan wisatawan yang diperkirakan cukup tinggi di tahun 2017 berisiko
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
2015 Tw IV 2016 Tw I 2016 Tw II 2016 Tw III 2016 Tw IV 2017 Tw I 2017 Tw II 2017 Tw III
NTB non-tambang NTB - kanan
6.6
6,0
2,1
1,5
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
(2.00)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
2015 TwIV
2016 TwI
2016 TwII
2016 TwIII
2016 TwIV
2017 TwI
2017 TwII
2017 TwIII
Pertanian Perdagangan
Pertambangan (kanan) Industri Pengolahan
4.50
4.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017
% Y
OY
140.0
150.0
160.0
170.0
180.0
190.0
200.0
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Sep Oct
No
v
De
c
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Sep Oct
No
v
De
c
Jan
Feb
Ma
r
2015 2016 2017
Ekspektasi Inflasi
Perubahan harga umum 3 bulan yad
Perubahan harga umum 6 bulan yad
Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB
Prospek Perekonomian Daerah 84
meningkatkan permintaan masyarakat, sehingga perlu didukung oleh ketersediaan pasokan
pangan yang cukup. Sementara itu, perlu dicermati risiko administered price terkait dengan
perkembangan harga minyak dunia yang fluktuatif dapat mempengaruhi harga Bahan Bakar
Minyak (BBM).