KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah...

61
i KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi / Deputi Direktur A.Yusnang : Kepala Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur Gunawan : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur Lukman Hakim : Kepala Tim PUR dan Operasional SP / Asisten Direktur Zulham Effendi : Analis / Manajer Rivo Mandey : Analis / Asisten Manajer Iona Rombot : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Manado 95117 T: 0431 868102 / 868103 F: 0431 866933 Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/Sulawesi Utara/ atau Silahkan mengirimkan email ke: [email protected] dengan subyek “Publikasi KEKR Sulawesi Utara” serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

i

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI UTARA

NOVEMBER 2017

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur

Buwono Budisantoso : Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi / Deputi Direktur

A.Yusnang : Kepala Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur

Gunawan : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur

Lukman Hakim : Kepala Tim PUR dan Operasional SP / Asisten Direktur

Zulham Effendi : Analis / Manajer

Rivo Mandey : Analis / Asisten Manajer

Iona Rombot : Analis / Asisten Manajer

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Jl. 17 Agustus No. 56

Manado 95117

T: 0431 868102 / 868103

F: 0431 866933

Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat:

http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/Sulawesi Utara/

atau

Silahkan mengirimkan email ke:

[email protected] dengan subyek “Publikasi KEKR Sulawesi Utara”

serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

ii

Visi, Misi & Nilai Strategis Bank Indonesia

VISI

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai

strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

MISI

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian

nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap

perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan

aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi

nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang

berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

NILAI-NILAI STRATEGIS

Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and Teamwork

Visi & Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara

VISI

Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang kontributif terhadap perekonomian Sulawesi Utara

yang maju dan penting bagi Indonesia, dengan semangat kerja cerdas, ikhlas, dan tuntas.

MISI

1. Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi

kebijakan.

2. Memberikan informasi mengenai perekonomian daerah dan respon kebijakan Bank

Indonesia.

3. Menjalankan fungsi advisory dengan baik.

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

iii

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Utara Periode November 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank

Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik

setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara

terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu

referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.

Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai

pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku

usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang

tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat

ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun

terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritikan

dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi

semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.

Manado, November 2017

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI UTARA

ttd

Soekowardojo

Direktur

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

iv

Daftar Isi

VISI DAN MISI BANK INDONESIA ii KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv DAFTAR GRAFIK v

DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR viii

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI SULAWESI UTARA ix RINGKASAN EKSEKUTIF 1

BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 4 PDRB – Jenis Penggunaan 5

Konsumsi 5 Investasi (PMTB) 6

Ekspor-Impor 7 PDRB –Lapangan Usaha 9

Pertanian, Kehutanan Dan Perikanan 9 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil Dan Sepeda Motor 10

Konstruksi 10 Transportasi 11

Industri Pengolahan 12 Box I. Overview Kondisi Perikanan Sulawesi Utara 13

BAB II - KEUANGAN PEMERINTAH 15 Pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Utara 15

Belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara 16 Alokasi Belanja APBN Di Sulawesi Utara 17

BAB III - PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 19 Evaluasi Realisasi Inflasi 19

Arah Perkembangan Inflasi 23 Program Pengendalian Dan Tantangan Yang Dihadapi 24

BAB IV - STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 26 Gambaran Umum Perbankan 26 Akses Keuangan Dan UMKM 32

Ketahanan Korporasi 34 Ketahanan Rumah Tangga 36

BAB V - PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 39 Penyelenggaraan Layanan Sistem Pembayaran Nontunai 39

Pengelolaan Uang Tunai 40 BAB VI - KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 42

Ketenagakerjaan 42 Kesejahteraan 44

BAB VII - PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 48 Pertumbuhan Ekonomi 48

Inflasi 49 DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 50

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

v

Daftar Grafik

Grafik 1.1. Tren Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi Triwulan III 2017 Grafik 1.3. Pertumbuhan Konsumsi Grafik 1.4. Impor Barang Konsumsi Grafik 1.5. Pengadaan Semen Grafik 1.6. Harga Internasional CNO Grafik 1.7. Impor Barang Modal Grafik 1.8. Survei Konsumen – Indeks Pembelian Barang Tahan Lama Grafik 1.9. Jumlah Wisman yang Berkunjung ke Sulut melalui Bandara Sam Ratulangi Manado Grafik 2.1. Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulawesi Utara Grafik 2.2. Perkembangan Anggaran Belanja Modal Grafik 3.1. Inflasi Tahunan dan Andil Disagregasi Grafik 3.2. Inflasi Bulanan Grafik 3.3. Inflasi dan Andil Juli 2017 Berdasarkan Disagregasi Grafik 3.4. Inflasi dan Andil Agustus 2017 Berdasarkan Disagregasi Grafik 3.5. Inflasi dan Andil September 2017 Berdasarkan Disagregasi Grafik 4.1. Perkembangan Aset Perbankan Umum di Sulawesi Utara Grafik 4.2. Perkembangan Kredit Perbankan Umum di Sulawesi Utara Grafik 4.3. Perkembangan DPK Perbankan Umum di Sulawesi Utara Grafik 4.4. Perkembangan Jenis DPK Perbankan Umum di Sulawesi Utara Grafik 4.5. Komposisi DPK Perbankan Umum di Sulawesi Utara Grafik 4.6. Perkembangan Giro Perbankan Umum di Sulawesi Utara Grafik 4.7. Perkembangan Tabungan Perbankan Umum di Sulawesi Utara Grafik 4.8. Perkembangan Deposito Perbankan Umum di Sulawesi Utara Grafik 4.9. Komposisi Kredit Perbankan Umum di Sulawesi Utara Grafik 4.10. Perkembangan KMK Perbankan Umum di Sulawesi Utara Grafik 4.11. Perkembangan KI Pebankan Umum di Sulawesi Utara Grafik 4.12. Perkembangan KK Perbankan Umum di Sulawesi Utara Grafik 4.13. Komposisi Undisbursement Loan Perbankan Umum di Sulawesi Utara Grafik 4.14. Perkembangan LDR se-Kawasan Indonesia Timur Grafik 4.15. Perkembangan LDR secara Spasial Sulawesi Utara Grafik 4.16. NPL Bank Umum per Kelompok di Sulawesi Utara Grafik 4.17. NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan di Sulawesi Utara Grafik 4.18. NPL Bank Umum per Kab/Kota di Sulawesi Utara Grafik 4.19. Perkembangan NPL Bank Umum di Kawasan Indonesia Timur Grafik 4.20. Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum di Sulawesi Utara Grafik 4.21. Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Wilayah di Sulawesi Utara Grafik 4.22. Rasio Jumlah Rekening DPK terhadap Penduduk Angkatan Kerja Grafik 4.23. Rasio Jumlah Rekening Kredit terhadap Penduduk Angkatan Kerja Grafik 4.24. Komposisi Ekspor Sulawesi Utara Grafik 4.25. Perkembangan Harga Minyak dan Ekspor Minyak Nabati Sulut Grafik 4.26. Likert Scale Kegiatan Usaha Grafik 4.27. Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Grafik 4.28. Pertumbuhan Kredit Korporasi Grafik 4.29. Indeks Keyakinan Konsumen Rumah Tangga Sulawesi Utara Grafik 4.30. Persepsi Rumah Tangga Sulawesi Utara terhadap Ekonomi Saat Ini Grafik 4.31. Persepsi Rumah Tangga Sulawesi Utara terhadap Harga 6 Bulan Kedepan

4 4 5 6 7 8 8 10 11 15 16 19 20 20 21 22 26 26 27 28 28 28 28 28 30 30 30 30 30 31 31 32 32 32 32 33 33 33 34 35 35 35 36 36 36 36 37

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

vi

Grafik 4.32. Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Utara Grafik 4.33. Pertumbuhan DPK Perseorangan Tiap Jenis Penempatan Grafik 4.33. Komposisi Kredit Konsumsi Grafik 4.34. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Menurut Jenis Penggunaan Grafik 5.1. Perkembangan Transaksi Kliring SKNBI Grafik 5.2. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Rp triliun) Grafik 5.3. Perkembangan Temuan Uang Palsu (Lembar) Grafik 6.1. Tingkat Pengangguran Terbuka Periode Agustus (%) Grafik 6.2. Perkembangan Pengangguran Terbuka se-Kawasan Indonesia Timur Grafik 6.3. Perbandingan Tingkat Kemiskinan di Wilayah Sulawesi Grafik 6.4. Perkembangan NTP Sulut Grafik 6.5. NTP Sulut per Subsektor Triwulan III 2017 Grafik 6.6. Perkembangan NTP di Pulau Sulawesi pada Triwulan III 2017

37 37 38 38 39 40 41 42 44 45 46 46 47

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

vii

Daftar Tabel

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Penggunaan Tabel 1.2. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Penggunaan Tabel 1.3. Pangsa Jenis Penggunaan Tabel 1.4. Realisasi Belanja Non Modal APBD Prov Sulawesi Utara Tabel 1.5. Komponen Konsumsi Rumah Tangga dalam PDRB (% yoy) Tabel 1.6. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha (% yoy) Tabel 1.7. Pangsa Lapangan Usaha Tabel Box 1.1. Profil Tol Manado-Bitung Tabel 2.1. Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulawesi Utara Tabel 2.2. Realisasi Anggaran Pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Utara Tabel 2.3. Perkembangan Anggaran Belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara Tabel 2.4. Realisasi Belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara Tabel 2.5. Postur Alokasi Belanja APBN di Sulawesi Utara Tabel 2.6. Realisasi Belanja APBN di Sulawesi Utara Triwulan III 2017 Tabel 3.1. Inflasi Oktober 2017 Tabel 6.1. Keadaan Ketenagakerjaan (Ribu Jiwa) Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Tabel 6.4. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Tabel 6.5. TPT Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi (%) Tabel 6.6. Indikator Keadaaan Kesejahteraan

5 5 5 5 6 9 9 13 18 19 19 20 21 21 23 42 43 43 43 43 45

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

viii

Daftar Gambar

Gambar 1.1. Prakiraan Curah Hujan di Sulut Gambar Box 1.1. Lokasi Fokus Investasi Inisiatif OBOR di Indonesia Gambar Box 1.2. Dampak Makroekonomi

10 13 13

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

ix

Indikator Ekonomi dan Perbankan

Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

INDIKATORI. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III

A PDB Nasional (yoy) 4.71 4.67 4.73 5.04 4.79 4.92 5.18 5.02 4.94 5.02 5.01 5.01 5.06

B Inflasi Nasional (yoy) 6.38 7.26 6.83 3.35 3.35 4.45 3.45 3.07 3.02 3.02 3.61 4.37 3.72

II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III

A 1. Laju Inflasi (ytd) % (0.40) 2.14 2.23 5.56 5.56 (1.02) (0.71) (0.93) 0.35 0.35 2.51 2.49 2.09 2. Laju Inflasi (yoy) % 7.99 8.73 9.34 5.56 5.56 4.91 3.67 2.28 0.35 0.35 3.93 3.59 3.42 3. Laju Inflasi (mtm) % 0.50 0.49 0.62 1.74 1.74 (0.03) 1.06 (0.68) (1.52) (1.52) 0.23 1.15 (1.04) 4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % 0.59 1.21 2.37 5.93 5.93 (2.51) 3.62 (3.56) 1.69 1.69 0.62 2.29 (4.08) 5. Inflasi Makanan Jadi (mtm) % 0.07 0.07 0.67 0.79 0.79 0.11 0.47 0.09 0.46 0.46 (0.19) 0.23 0.39 6. Inflasi Perumahan (mtm) % 0.44 0.05 0.08 0.40 0.40 (0.18) 0.42 0.17 0.96 0.96 0.36 0.75 0.02 7. Inflasi Sandang (mtm) % (0.12) 0.36 0.07 0.38 0.38 0.14 0.32 0.03 0.52 0.52 0.20 0.39 0.13 8. Inflasi Kesehatan (mtm) % 0.27 0.17 0.13 0.30 0.30 - 0.41 0.26 0.21 0.21 0.92 1.31 0.32 9. Inflasi Pendidikan (mtm) % 0.31 0.27 - 0.35 0.35 0.05 0.03 0.05 0.14 0.14 0.06 0.17 - 10. Inflasi Transportasi (mtm) % 1.28 0.94 (0.28) 0.29 0.29 (1.50) (0.18) 0.57 1.91 1.91 (0.29) 1.70 (0.86)

B PDRB Penggunaan 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96 6.14 6.01 6.49 6.17 6.43 5.80 6.49 - Konsumsi Rumah Tangga 6.26 6.06 6.72 6.69 6.44 6.82 6.93 5.84 5.52 6.27 4.28 5.03 4.47 - Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (11.86) (1.55) 5.65 9.75 0.25 5.57 5.45 5.60 2.67 4.76 6.24 7.41 5.18 - Konsumsi Pemerintah 7.19 7.80 10.96 13.00 9.94 8.94 11.37 (1.50) (6.55) 2.32 2.72 (0.30) 9.98 - Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.56 6.61 12.86 12.37 9.08 9.96 9.86 6.34 1.62 6.29 4.61 6.20 9.33 - Perubahan Persediaan (72.36) (77.23) (62.90) 22.94 (63.28) (136.10) (35.44) (34.43) (34.79) (55.37) (266.04) (24.08) (35.98) - Ekspor Luar Negeri (3.15) (13.86) (9.52) (21.34) (11.70) (20.07) (12.86) (2.80) 53.37 0.14 16.83 (3.86) 7.91 - Impor Luar Negeri 1.64 (25.08) 3.54 16.45 (0.88) 16.01 126.75 18.79 (14.15) 28.53 (32.19) (16.91) 98.81 - Net Ekspor Antardaerah (8.21) (9.23) 8.49 7.27 (1.38) (9.44) (16.26) (11.50) 12.41 (7.48) 11.85 (4.17) (6.15)

C PDRB Sektoral 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96 6.14 6.01 6.49 6.17 6.43 5.80 6.49

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.27 4.43 2.83 0.66 2.95 0.90 2.11 4.08 5.72 3.67 5.38 4.66 4.21

Pertambangan dan Penggalian 12.40 8.35 7.48 5.30 8.17 3.56 0.81 0.81 3.85 4.42 9.45 9.81 10.71

Industri Pengolahan 4.57 3.67 0.83 1.80 2.65 2.68 (1.23) 1.82 1.45 1.11 6.53 7.17 8.11

Pengadaan Listrik dan Gas 31.93 4.35 2.99 (5.05) 6.76 8.10 30.18 27.07 2.43 17.52 2.22 1.07 5.11

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8.15 8.29 (0.87) (4.90) 2.42 0.17 1.44 6.31 4.47 3.07 1.82 0.88 (1.41)

Konstruksi 7.12 7.53 11.25 11.48 9.49 9.88 9.86 6.23 5.76 6.89 5.45 6.35 8.94

Perdagangan Besar dan Eceran 6.09 5.49 5.44 6.65 5.93 6.53 7.91 7.23 4.76 6.05 5.41 4.73 5.64

Transportasi dan Pergudangan 8.78 7.99 7.06 5.47 7.25 7.83 8.47 9.94 10.14 9.24 7.61 6.04 4.45

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.62 7.50 9.10 11.35 8.52 11.56 8.49 17.80 13.69 12.69 5.94 12.31 2.59

Informasi dan Komunikasi 8.20 9.23 8.75 9.52 8.95 8.24 8.94 9.86 9.03 9.20 9.40 9.35 4.32

Jasa Keuangan dan Asuransi 6.79 2.58 10.26 (3.32) 3.91 12.41 21.09 14.82 28.36 19.16 7.67 7.62 6.83

Real Estate 7.56 7.14 7.21 7.76 7.42 7.00 6.90 7.31 7.03 7.08 8.87 7.09 7.00

Jasa Perusahaan 8.14 8.26 8.40 6.29 7.73 6.36 6.36 6.86 9.16 6.87 8.34 7.54 9.68

Adm.i Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 8.37 9.24 8.74 9.47 8.99 8.07 8.76 1.47 2.03 4.72 3.89 (1.92) 9.71

Jasa Pendidikan 2.62 5.81 9.69 9.98 7.08 7.98 7.48 1.34 7.87 6.21 5.80 3.78 7.05

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.46 9.35 9.16 8.36 7.88 7.10 6.82 9.89 8.80 8.02 8.71 8.37 6.49

Jasa lainnya 6.17 7.42 8.77 7.75 7.56 7.34 7.87 9.94 9.23 8.64 9.12 7.25 7.33

II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III

Policy Rate (%)* 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 6.75 6.50 4.75 4.75 4.75 4.75 4.75 4.25

Kurs (Rp/USD - posisi akhir) 13,084 13,313 13,854 13,726 13,494 13,527 13,317 12,998 13,436 13,320 13,348 13,309 13,492

III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III

1. Ekspor (ribu USD) 217,525 237,181 185,865 169,770 810,342 206,702 248,194 181,715 212,142 848,753 228,415 230,185 226,993

2. Impor (ribu USD) 17,027 10,714 8,916 26,115 62,772 36,186 49,050 11,057 27,976 124,269 37,411 48,758 84,153

IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW II

A. Jumlah Bank 46 46 46 46 46 46 47 48 48 48 48 48 49

1. Bank Umum 24 24 24 24 24 28 29 30 30 30 30 30 31

1.1. Bank Pemerintah 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

1.2. Bank Swasta (non Syariah) 18 18 18 18 18 18 19 20 20 20 20 20 21

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18

3. Bank Syariah 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) 347 350 345 342 342 340 340 342 348 348 349 348 306

1. Bank Umum 292 295 290 289 289 285 285 287 293 293 294 292 299

1.1. Konvensional 276 279 275 275 275 272 273 274 280 280 281 279 286

1.2. Syariah 16 16 15 14 14 13 12 13 13 13 13 13 13

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 56 56

2.1. Konvensional 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 56 56

2.2. Syariah - - - - - - - - - - - - -

C. Total Asset (Rp miliar) 35,839 37,037 38,383 37,196 37,195 39,637 40,521 40,593 40,095 40,095 41,820 42,974 49,097

1. Bank Umum (non syariah) 34,381 35,566 36,932 35,721 35,721 38,135 39,033 39,085 38,561 38,561 40,253 41,396 47,480

2. BPR 973 977 983 1,004 1,004 1,069 1,058 1,100 1,100 1,100 1,131 1,122 1,152

3. Bank Syariah 485 494 468 470 470 433 430 408 434 434 437 456 465

Keterangan :

* Menggunakan BI-7 day (Reverse) Repo Rate sejak 19 Agustus 2016

** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor

20162015 2017

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

x

Indikator Ekonomi dan Perbankan

Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

INDIKATOR

IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW II

D. Indikator Kinerja Bank Umum

1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) 20,368 21,096 21,848 21,482 21,482 21,537 21,860 21,229 21,215 21,215 21,508 22,436 23,102

1.1. Giro 3,855 4,292 4,485 4,436 4,436 5,017 4,049 4,017 3,147 3,147 4,083 4,231 4,057

1.2. Deposito 7,752 8,022 8,242 6,485 6,485 7,071 7,352 7,011 6,879 6,879 7,283 7,579 7,892

1.3. Tabungan 8,762 8,782 9,121 10,562 10,562 9,448 10,458 10,201 11,189 11,189 10,142 10,627 11,153

2. Kredit (Rp miliar) 27,079 28,652 30,036 30,273 30,273 29,630 30,714 30,824 31,440 31,440 32,020 32,831

2.1. Berdasarkan Jenis Penggunaan

- Modal Kerja 7,309 7,538 7,546 7,564 7,564 7,704 8,156 8,111 8,090 8,090 8,192 8,627 8,915

- Investasi 3,022 3,743 4,542 4,265 4,265 4,143 4,380 4,342 4,383 4,383 4,590 4,346 4,498

- Konsumsi 16,067 16,209 17,248 17,739 17,739 17,782 18,178 18,371 18,967 18,967 19,238 19,858 20,592

2.2. Berdasarkan Sektor Ekonomi

Pertanian, Kehutanan & Perikanan 480 506 510 545 545 539 569 561 609 609 611 649 526

Pertambangan & Penggalian 38 733 1,594 1,317 1,317 1,222 1,360 1,280 1,247 1,247 1,515 1,543 1,493

Industri Pengolahan 763 795 720 733 733 714 717 701 720 720 726 642 634

Pengadaan Listrik, Gas & Produksi Es 2 4 9 12 12 17 19 22 45 45 47 49 99

Pengelolaan Air, Sampah, Limbah & Daur Ulang 5 5 5 5 5 5 7 8 7 7 7 7 4

Konstruksi 724 839 900 807 807 751 975 1,086 954 954 978 1,147 1,279

Perdagangan Besar & Eceran 6,075 6,230 6,228 6,549 6,549 6,708 6,956 6,937 6,948 6,948 6,952 7,011 7,141

Transportasi & Pergudangan 303 329 279 350 350 346 342 345 444 444 456 351 370

Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 417 457 473 430 430 448 544 560 579 579 572 616 625

Informasi & Komunikasi 4 6 5 4 4 4 4 1 1 1 9 9 9

Jasa Keuangan & Asuransi 78 85 74 57 57 53 42 38 34 34 25 24 21

Real Estate 340 342 345 355 355 356 340 330 319 319 298 300 305

Jasa Perusahaan 235 228 223 225 225 276 275 206 171 171 168 154 159

Adm.i Pemerintah, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Jasa Pendidikan 42 39 37 35 35 39 36 33 36 36 37 48 51

Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 35 37 35 39 39 37 36 35 35 35 34 34 36

Jasa Lainnya 579 643 463 420 420 330 311 306 317 317 341 381 462

Lain-lain 15,808 16,209 16,988 18,386 18,386 17,782 18,178 18,373 18,970 18,970 19,242 19,864 20,788

2.3. Kredit untuk Debitur UMKM 7,472 7,446 7,228 7,430 7,430 7,612 7,828 8,079 8,262 8,262 8,151 8,417 8,930

2.4. Loan to Deposit Ratio (LDR) % 128.12 131.00 132.73 135.73 135.73 137.57 140.50 145.20 148.20 148.20 148.88 146.33 147.20

2.5. Non Performing Loan (NPL)

- Nominal (Rp miliar) 894 988 996 984 984 1,072 1,142 1,186 1,070 1,070 1,222 1,305 1,256

- Rasio (%) 3.39 3.45 3.32 3.33 3.33 3.62 3.72 3.85 3.40 3.40 3.82 3.97 3.69

V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III

1. Kas (Rp miliar)

- Inflow 2,323 1,094 1,820 1,100 6,337 2,504 1,035 2,476 1,289 7,305 2,403 970 2,511

- Outflow 692 1,407 2,380 2,772 7,251 710 2,469 1,810 2,790 7,779 766 2,954 1,398

2. Kliring

- Volume Kliring (Lembar) 90,235 92,390 94,408 99,206 376,239 85,025 88,256 82,903 84,940 341,124 73,286 57,762 60,542

- Nominal Kliring (Rp Miliar) 2,668 2,362 2,494 2,785 10,310 2,410 2,261 2,274 2,429 9,374 2,042 1,527 1,774

- Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) 1,455 1,515 1,523 1,600 1,523 1,518 1,401 1,382 1,348 1,412 1,182 1,050 976

- Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) 43.0 38.7 40.2 44.9 41.7 43.0 35.9 37.9 38.6 38.8 32.9 27.8 28.6

- Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) 3.16 2.83 2.53 2.71 2.81 3.90 2.85 2.74 2.67 3.04 2.81 2.39 3.22

- Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) 2.92 2.88 2.56 3.19 2.89 4.04 3.33 2.85 4.22 3.61 3.30 2.35 2.78

Keterangan :

** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor

20162015 2017

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

1

Ringkasan Eksekutif Kinerja perekonomian Provinsi Sulawesi Utara tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya... Pada triwulan III 2017, realisasi anggaran pendapatan Sulawesi Utara cukup baik... Inflasi tahunan Sulawesi Utara pada triwulan III 2017 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya...

Perkembangan Ekonomi Makro Perekonomian Sulawesi Utara triwulan III 2017 tumbuh meningkat dibandingkan triwulan II 2017 dari 5,80% (yoy) menjadi 6,49% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi bila baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 yang tumbuh sebesar 6,02% (yoy) maupun rata-rata pertumbuhan triwulan III selama 5 tahun terakhir (2012-2016) yakni sebesar 6,27% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Sulut tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5,06% (yoy) pada triwulan III 2017. Memasuki triwulan IV 2017, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan masih kuat, meskipun sedikit melambat dalam kisaran 6,1 – 6,5% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017. Berdasarkan jenis penggunaannya, perlambatan pertumbuhan triwulan IV 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya diperkirakan disebabkan oleh peningkatan impor yang cukup signifikan seiring dengan pembangunan infrastruktur di Sulawesi Utara. Dari sisi lapangan usaha, perlambatan pertumbuhan disebabkan oleh pertumbuhan sektor konstruksi yang tidak setinggi triwulan sebelumnya. Sepanjang tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh meningkat dalam kisaran 6,1%-6,5% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,17% (yoy).

Keuangan Pemerintah Pada triwulan III 2017, realisasi anggaran pendapatan Sulawesi Utara cukup baik yakni sebesar 74,13%, lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan II 2017. Pada triwulan III 2016 realisasi anggaran pendapatan sebesar 70,44%. Adapun nominal realisasi pendapatan pada triwulan III 2017 sebesar Rp2,76 trilyun. Pencapaian realisasi tersebut didorong oleh realisasi seluruh sumber pendapatan terutama pendapatan transfer dan pendapatan PAD. Disisi lain, realisasi anggaran belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara triwulan III 2017 (53,6%) lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III 2016 (63,4%) maupun dibandingkan triwulan III 2015 (54,8%). Adapun realisasi belanja triwulan III 2017 tercatat sebesar Rp2,06 trilyun. Berdasarkan posnya, belanja non-modal (termasuk transfer) terealisasi sebesar 59,1%, lebih rendah dari triwulan II 2016 sebesar 65,6%. Adapun penyerapan alokasi anggaran APBN di Sulawesi Utara tercatat sebesar 57,13%, lebih rendah dibandingkan triwulan III 2016 yang tercatat sebesar 57,2%. Rendahnya pencapaian tersebut disebabkan oleh belanja modal dan belanja pegawai yang realisasinya lebih rendah dibandingkan triwulan III 2016.

Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi Sulawesi Utara pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 3,42% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya (3,59%). Inflasi Sulawesi Utara triwulan III 2017 berada dalam rentang target inflasi tahun 2017 yakni 4%±1% (yoy). Berdasarkan disagregasinya, inflasi tahunan pada triwulan III 2017 disumbang oleh inflasi kelompok AP sebesar 1,62%, kelompok core sebesar 1,20%, dan kelompok VF sebesar 0,61%. Memasuki awal triwulan IV 2017, IHK bulan Oktober 2017 tercatat deflasi sebesar -0,06% (mtm) dan secara tahunan tercatat sebesar 3,35% (yoy). Capaian tahunan Oktober tersebut lebih rendah dibandingkan bulan September 2017 (3,42% yoy). Inflasi tersebut tetap berada dalam rentang target inflasi tahun 2017 yakni 4±1% (yoy). Koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi perlu terus diperkuat terutama dalam menghadapi risiko kenaikan harga volatile food menjelang Lebaran dan Natal serta Tahun Baru. Ke depan, Pemerintah Daerah dan

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

2

Kondisi stabilitas keuangan daerah di Sulawesi Utara pada triwulan III 2017 relatif masih terjaga... Tansaksi kliring di Sulawesi Utara dan Provinsi Gorontalo pada triwulan III 2017 tercatat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya…

Bank Indonesia berkomitmen untuk terus memperkuat upaya pengendalian inflasi di tahun 2017. Pada paruh kedua tahun 2017, upaya pengendalian inflasi difokuskan pada pengendalian harga komoditas strategis seperti Tomat Sayur dan Cabai Rawit. Program pengendalian inflasi tersebut telah dilakukan melalui “Gerakan Barito – Batanang Rica dan Tomat” tahap ke 2 dengan penyaluran sekitar 35 ribu bibit kepada Kelompok-Kelompok PKK di wilayah Kota Manado dan sekitarnya, sebagai antisipasi lonjakan harga komoditas tersebut di akhir tahun.

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Sulawesi Utara pada triwulan III 2017 relatif terjaga. Ketahanan sektor korporasi dan rumah tangga masih relatif baik seiring dengan berkurangnya tekanan dan potensi risiko pada kedua sektor tersebut. Ketahanan sektor korporasi ditopang oleh permintaan Negara mitra dagang yang relatif stabil meskipun mengalami perlambatan dibanding periode sebelumnya, di sisi lain potensi kerentanan yang bersumber dari penurunan harga CNO sejalan dengan arah kinerja ekspor minyak nabati Sulut yang didominasi oleh CNO yang juga tercatat mengalami penurunan, perlu diwaspadai. Optimisme Rumah tangga juga masih menunjukkan peningkatan yang tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada pada level 128 yang masih berada diatas titik optimis (100) serta lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 126. Di sisi perkembangan indikator utama perbankan juga menunjukan perbaikan. DPK terus tumbuh membaik, disertai pertumbuhan kredit yang lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan DPK pada triwulan III 2017 tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 2,64% (yoy). Dari sisi pembiayaan, Kredit tumbuh 10,3% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,9% (yoy). Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan peningkatan pada triwulan III 2017 menjadi 147,2% dari 146,3% pada triwulan sebelumnya. Rasio NPL menunjukkan perbaikan menjadi 3,69% pada periode laporan dari sebelumnya 3,97%. Sejalan dengan peningkatan kredit secara agregat, penyaluran kredit UMKM juga mengalami peningkatan. Kredit UMKM di Sulawesi utara tumbuh sebesar 11% (yoy) dari yang semula tumbuh sebesar 7,53% (yoy).

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah di Sulawesi Utara Nominal transaksi kliring melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di Sulawesi Utara pada triwulan III 2017 tercatat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan peningkatan perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2017. Secara pertumbuhan, transaksi kliring masih mengalami penurunan yaitu sebesar 22% (yoy) pada triwulan III 2017, namun penurunan tersebut tidak sedalam penurunan yang terjadu pada triwulan II 2017 yang tercatat menurun sebesar 32% (yoy). Dalam rangka mendukung upaya Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT), Bank Indonesia berupaya memperluas implementasi LKD dan mendorong elektronifikasi transaksi keuangan pemerintah melalui KASDA Online. Sampai dengan Juni 2017, agen LKD di Sulawesi Utara tercatat sejumlah 1.953 agen, serta pemberlakuan KASDA Online telah dilakukan diseluruh Kab/Kota di Prov. Sulut. Dari sisi pengelolaan uang rupiah, pergerakan aliran masuk uang kartal dari masyarakat ke kas Bank Indonesia pada triwulan III 2017 masih mengikuti pola historisnya yaitu menunjukkan adanya peningkatan net-inflow. Permintaan

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

3

Kondisi ketenagakerjaan di Sulut mengalami penurunan, sementara itu kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara meningkat... Pertumbuhan ekonomi baik pada triwulan I 2018 maupun tahun 2018 diperkirakan meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sementara itu inflasi diperkirakan mengalami peningkatan...

masyarakat akan uang kartal mulai mereda sejalan dengan berakhirnya momentum hari raya dan periode libur. Hal ini tercermin dari aktivitas setoran-bayaran uang tunai yang tercatat net-inflow sebesar Rp 1,1 triliun. Seiring dengan kebijakan clean money policy, kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE) terus dilakukan oleh Bank Indonesia. Pada triwulan III 2017, sejalan dengan lebih banyaknya aliran uang kartal yang keluar dari kas Bank Indonesia dibandingkan uang kartal yang masuk ke kas Bank Indonesia, jumlah UTLE yang dimusnahkan secara nominal mengalami peningkatan, namun secara rasio terhadap inflow mengalami penurunan.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Ketenagakerjaan di Sulawesi Utara mengalami penurunan pada periode November 2017. Penurunan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tersebut tercermin dari tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada periode Agustus 2017 yang sebesar 7,18%, meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di level 6,18%. Jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 mengalami kontraksi sebesar -6,3% (yoy) dibandingkan periode Agustus 2016 yang tercatat meningkat 11,1% (yoy). Hal ini mengakibatkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sulawesi utara juga mengalami perlambatan yaitu sebesar 60,85%, menurun dari tahun sebelumnya yang berada di level 65,11%. Berdasarkan lapangan usahanya, peningkatan tingkat pengangguran disebabkan oleh penurunan penyerapan tenaga kerja pada lapangan usaha pertanian. Ditengah perlambatan keadaan ketenagakerjaan, kondisi kesejahteraan di Sulawesi Utara secara umum mengalami peningkatan yang tercermin penurunan tingkat kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Utara pada periode Maret 2017 sebesar 8,10%, turun dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2016 yang sebesar 8,34%. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan masyarakat yang menyebabkan tingkat kemiskinan menurun. Sejalan dengan Tingkat Kemiskinan yang menurun, Garis Kemiskinan naik sebesar 5% yaitu dari Rp. 317.478 per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp333.510 per kapita per bulan pada Maret 2017.

Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan perkiraan pertumbuhan triwulan IV 2017. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan berada pada kisaran 6,2-6,6% (yoy) di triwulan I 2018, lebih tinggi dibandingkan perkiraan triwulan IV 2017 yaitu 6,1-6,5% (yoy). Sementara itu, sepanjang keseluruhan tahun 2018, perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan tahun 2017. Ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,4-6,8% (yoy). Pada triwulan I 2018, tekanan inflasi Sulawesi Utara diperkirakan menurun dibandingkan perkiraan inflasi triwulan IV 2017, dan berada dalam rentang target inflasi tahun 2018 4±1%. Inflasi triwulan I 2018 secara tahunan diperkirakan sebesar 2,0-2,4% (yoy). Sepanjang tahun 2018, inflasi diperkirakan berada pada kisaran 3,5%±1% (yoy), namun perlu dicermati karena terdapat beberapa faktor risiko inflasi yang harus diwaspadai.

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

4

Bab I.

Perkembangan Ekonomi Makro

Perekonomian Sulawesi Utara triwulan III

2017 tumbuh meningkat dibandingkan

triwulan II 2017 dari 5,80% (yoy) menjadi

6,49% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih

tinggi bila baik dibandingkan dengan periode

yang sama tahun 2016 yang tumbuh sebesar

6,02% (yoy) maupun rata-rata pertumbuhan

triwulan III selama 5 tahun terakhir (2012-

2016) yakni sebesar 6,27% (yoy). Pertumbuhan

ekonomi Sulut tersebut juga lebih tinggi

dibandingkan dengan ekonomi nasional yang

tumbuh sebesar 5,06% (yoy) pada triwulan III

2017.

Namun demikian, apabila dibandingkan

dengan pertumbuhan ekonomi Pulau Sulawesi

dan seluruh provinsi di Pulau Sulawesi,

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara relatif

rendah. Hanya Provinsi Sulawesi Selatan dan

Gorontalo saja yang pertumbuhan

ekonominya berada di bawah pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III 2017,

sedangkan provinsi lain mencatat

pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Grafik 1.1. Tren Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara

Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi Triwulan III 2017

Memasuki triwulan IV 2017, pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan masih

kuat, meskipun sedikit melambat dalam

kisaran 6,1 – 6,5% (yoy) dibandingkan

triwulan III 2017. Berdasarkan jenis

penggunaannya, perlambatan pertumbuhan

triwulan IV 2017 dibandingkan triwulan

sebelumnya diperkirakan disebabkan oleh

peningkatan impor yang cukup signifikan

seiring dengan pembangunan infrastruktur di

Sulawesi Utara. Dari sisi lapangan usaha,

perlambatan pertumbuhan disebabkan oleh

pertumbuhan sektor konstruksi yang tidak

setinggi triwulan sebelumnya.

Sepanjang tahun 2017, pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh

meningkat dalam kisaran 6,1%-6,5% (yoy)

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar

6,17% (yoy). Berdasarkan jenis

penggunaannya, peningkatan pertumbuhan

tahun 2017 dibandingkan tahun sebelumnya

diperkirakan didorong oleh konsumsi

pemerintah, investasi dan ekspor. Dari sisi

lapangan usaha, peningkatan pertumbuhan

didorong oleh sektor pertanian, konstruksi dan

industri pengolahan.

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015 2016 2017

% yoy

Sumber: BPS

8.68

6.94 6.69 6.54 6.49 6.25

5.29 5.06

SulawesiTengah

SulawesiBarat

PulauSulawesi

SulawesiTenggara

SulawesiUtara

SulawesiSelatan

Gorontalo Nasional

% yoy

Sumber: BPS

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

5

1.1. PDRB - JENIS PENGGUNAAN

Berdasarkan jenis penggunaannya,

peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Utara pada triwulan III 2017 didorong oleh

peningkatan kinerja pada komponen

konsumsi pemerintah, investasi serta ekspor.

Peningkatan ekonomi lebih tinggi ditahan oleh

lemahnya pertumbuhan konsumsi rumah

tangga. Pertumbuhan ekonomi triwulan III

2017 terutama disumbang oleh konsumsi RT

dan investasi. Dari sisi pangsa, struktur

ekonomi Sulawesi Utara tetap didominasi oleh

konsumsi RT dan investasi.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Penggunaan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 1.2. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Penggunaan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 1.3. Pangsa Jenis Penggunaan

Sumber: Badan Pusat Statistik

1.1.1. Konsumsi

Total konsumsi tumbuh meningkat pada

triwulan III 2017 dibandingkan triwulan

sebelumnya, terutama didorong oleh

peningkatan konsumsi pemerintah. Konsumsi

secara keseluruhan Sulawesi Utara pada

triwulan III 2017 tumbuh sebesar 5,88% (yoy),

meningkat dibanding triwulan sebelumnya

(3,75%). Pertumbuhan tersebut relatif sama

dengan rata-rata pertumbuhan total konsumsi

pada triwulan III selama 5 tahun terakhir

(2012-2016).

Grafik 1.3. Pertumbuhan Konsumsi

Peningkatan pertumbuhan konsumsi

pemerintah sejalan dengan peningkatan

pertumbuhan realisasi belanja non modal

(belanja operasi, transfer dan tidak terduga)

pada triwulan III 2017 dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan III 2017, belanja

non modal terealisasi sebesar Rp605,92 milyar,

atau naik 18% (yoy), di mana lebih tinggi

dibandingkan kenaikan realisasi triwulan

sebelumnya sebesar 15% (yoy). Kenaikan

pertumbuhan realisasi belanja non modal

terutama disebabkan oleh bergesernya

penyaluran gaji ke-13 kepada ASN ke bulan Juli,

sementara pada tahun 2016 disalurkan di

bulan Juni. Sebagai informasi, secara

kumulatif, realisasi belanja non modal APBD

Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III 2017

terhadap pagunya tercatat sebesar 59,1%,

meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar

40,61%.

Tabel 1.4. Realisasi Belanja Non Modal APBD Provinsi Sulawesi Utara

(Operasi, Transfer, dan Tidak Terduga)

Sumber: BPKBMD Provinsi Sulut

2015

Total III Total II III

Konsumsi Rumah Tangga 6.37 5.96 6.27 5.03 4.47

Konsumsi LNPRT 0.25 5.60 4.76 7.41 5.18

Konsumsi Pemerintah 9.94 (1.50) 2.32 (0.30) 9.98

Investasi (PMTB) 9.52 5.86 6.29 6.20 9.33

Perubahan Inventori (63.28) (34.43) (55.37) (24.08) (35.98)

Ekspor (11.70) (2.80) 0.14 (3.86) 7.91

Impor (0.88) 18.79 28.53 (16.91) 98.81

Net Ekspor Antarprovinsi (0.74) (12.10) (7.48) (4.17) (6.15)

Total 6.12 6.02 6.17 5.80 6.49

Jenis Penggunaan (% yoy)2016 2017

2015

Total III Total II III

Konsumsi Rumah Tangga 3.05 3.28 3.00 2.42 2.12

Konsumsi LNPRT 0.01 0.11 0.10 0.15 0.10

Konsumsi Pemerintah 1.79 1.94 0.40 (0.02) 1.67

Investasi (PMTB) 3.52 3.41 2.33 2.21 3.45

Perubahan Inventori (0.02) (0.01) (0.01) (0.00) (0.01)

Ekspor (1.82) (2.35) 0.02 (0.02) 1.13

Impor (0.03) 3.38 1.16 (1.06) 2.86

Net Ekspor Antarprovinsi 0.13 3.15 1.11 (0.00) 0.89

Total 6.12 6.02 6.17 5.80 6.49

Jenis Penggunaan (%)2016 2017

2015

Total III Total II III

Konsumsi Rumah Tangga 45.80 44.94 45.33 45.37 44.86

Konsumsi LNPRT 1.96 1.99 2.00 2.09 2.02

Konsumsi Pemerintah 17.79 16.66 17.32 17.08 17.71

Investasi (PMTB) 34.03 34.00 34.16 34.25 35.57

Perubahan Inventori 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01

Ekspor 14.56 14.26 14.40 15.15 14.31

Impor 3.07 2.74 3.68 4.57 5.63

Net Ekspor Antarprovinsi (11.09) (9.13) (9.54) (9.38) (8.85)

Jenis Penggunaan (%)2016 2017

(15)

(10)

(5)

-

5

10

15

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II II

2013 2014 2015 2016 2017

% yoy

Sumber: BPS

Total Konsumsi Konsumsi RT

Konsumsi Lembaga Nonprofit RT Konsumsi Pemerintah

I II III IV I II III

Kumulatif Realisasi 2,152,997 2,152,997 2,152,997 2,152,997 2,875,278 2,875,278 3,001,213

Realisasi per Triwulan 396,233 501,890 513,108 644,016 588,299 579,445 605,930

% Realisasi 48.47% 15.45% 18.09%

2016 2017Komponen (Rp Juta)

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

6

Di sisi lain, konsumsi rumah tangga tumbuh

melambat sebesar 4,47% (yoy) dibanding

triwulan sebelumnya sebesar 5,03% (yoy).

Perlambatan tersebut disebabkan oleh

perayaan hari raya Idul Fitri yang bergeser ke

triwulan II pada tahun 2017, dimana pada

tahun lalu jatuh pada triwulan III. Pergeseran

tersebut menyebabkan jumlah pengeluaran

masyarakat pada triwulan III 2017 tidak

setinggi triwulan sebelumnya, sehingga

pertumbuhan konsumsi rumah tangga

melambat. Hal itu tercermin juga dari

perlambatan pertumbuhan komponen-

komponen konsumsi rumah tangga. Selain itu,

perlambatan konsumsi rumah tangga juga

tercermin dari indikator impor barang

konsumsi yang tumbuh melambat pada

triwulan III 2017 sebesar 5,37% (yoy) dibanding

triwulan sebelumnya sebesar 181,84% (yoy).

Tabel 1.5. Komponen Konsumsi Rumah Tangga dalam PDRB (% yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 1.4. Impor Barang Konsumsi

Memasuki triwulan IV 2017, pengeluaran

konsumsi diperkirakan mengalami

peningkatan pertumbuhan yang didorong

oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga

dan konsumsi pemerintah. Konsumsi rumah

tangga meningkat seiring dengan perayaan

hari raya Natal dan Tahun Baru. Sementara itu,

konsumsi pemerintah juga diperkirakan

meningkat sesuai dengan siklusnya yang

meningkat tinggi pada akhir tahun. Adapun

sepanjang tahun 2017, kinerja konsumsi

rumah tangga diperkirakan tumbuh melambat

yang terutama disebabkan oleh kenaikan UMP

tahun 2017 tidak setinggi kenaikan UMP tahun

sebelumnya.

1.1.2. Investasi (PMTB)

Investasi atau PMTB pada triwulan III 2017

tumbuh meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya, baik investasi bangunan

maupun non bangunan. Investasi tumbuh

sebesar 9,33% (yoy), lebih tinggi dari 5,96%

(yoy) pada triwulan II 2017. Investasi bangunan

tumbuh sebesar 9,65% (yoy) dari 6,53% (yoy).

Investasi non bangunan tumbuh sebesar 5,28%

(yoy) dari 2,21% (yoy). Sebagai informasi,

investasi Sulawesi Utara didominasi oleh

investasi bangunan dengan pangsa sebesar

94,6%, dibandingkan investasi non bangunan

yang hanya 5,4%.

Peningkatan investasi di triwulan III 2017

ditopang oleh investasi swasta dan

pemerintah. Investasi swasta tumbuh tinggi

seiring dengan berlanjutnya pembangunan

beberapa pusat hiburan dan perbelanjaan di

Manado, pembangunan hotel dan perkantoran

di beberapa kabupaten/kota serta

pembangunan gedung swasta lainnya.

Pembangunan swasta juga didorong oleh

pembangunan perumahan baik vertikal

maupun horizontal yang tercermin dari

peningkatan pertumbuhan KPR sebagai

dampak positif dari pelonggaran aturan LTV

pada Agustus 2016. Hal tersebut terkonfirmasi

juga dari hasil Survei Harga Properti

Residensial di Pasar Primer (SHPR) yang

dilakukan Bank Indonesia di mana

pertumbuhan harga properti residensial di

Manado pada triwulan III 2017 tumbuh

meningkat sebesar 2,34% (yoy), naik dari

1,89% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Dari sisi pemerintah, peningkatan

pertumbuhan investasi tidak terlepas dari

peran Pemerintah Pusat dan Daerah dalam

mendorong upaya perbaikan iklim investasi

melalui perbaikan regulasi dan perizinan serta

Komponen Konsumsi Rumah Tangga

dalam PDRBTw II 2017 Tw III 2017 Arah

Makanan dan Minuman, Selain Restoran 4.14 4.14 Stagnan

Pakaian dan Alas Kaki 10.52 2.75 Melambat

Perumahan dan Perlengkapan Rumah Tangga 9.94 9.16 Melambat

Kesehatan dan Pendidikan 5.24 4.07 Melambat

Transportasi dan Komunikasi 4.93 3.75 Melambat

Restoran dan Hotel 2.24 3.07 Meningkat

Konsumsi Lainnya 7.90 7.02 Melambat

-500

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

% yoy

Sumber: Dirjen Bea Cukai

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

7

mendorong dan mengembangkan sektor-

sektor potensial di Sulawesi Utara. Pada

triwulan III 2017, pertumbuhan realisasi

belanja modal APBD Provinsi Sulawesi Utara

membaik dibandingkan triwulan sebelumnya.

Adapun peningkatan investasi terkonfirmasi

dari pengadaan semen di Sulawesi Utara yang

meningkat pertumbuhannya pada triwulan III

2017 yakni sebesar 22,42% (yoy),

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar -13,62% (yoy).

Grafik 1.5. Pengadaan Semen

Memasuki triwulan IV 2017, investasi

diperkirakan kembali tumbuh meningkat.

Peningkatan tersebut ditopang oleh upaya

perbaikan iklim investasi yang terus dilakukan

oleh Pemerintah melalui Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP), layanan investasi 3 jam, dan

Kemudahan Layanan Investasi Langsung

Konstruksi (KLIK) serta berbagai kebijakan atau

paket ekonomi Pemerintah dalam

memperbaiki iklim investasi. Peran

pemerintah dalam mendorong dan

mengembangkan sektor-sektor potensial di

Sulawesi Utara juga turut menopang investasi.

Berdasarkan sektornya, peningkatan investasi

diperkirakan didorong oleh sektor swasta

maupun pemerintah. Dari sektor swasta,

berlanjutnya pembangunan gedung-gedung

pusat perbelanjaan, hotel, perkantoran dan

gedung lainnya akan mendorong naiknya

investasi. Selain itu, hasil SHPR memperkirakan

harga properti pada triwulan IV 2017 tumbuh

meningkat dibanding triwulan sebelumnya.

Dari sektor pemerintah, investasi akan

didorong oleh berlanjutnya pembangunan

proyek infrastruktur seiring dengan semakin

tingginya realisasi belanja modal Pemerintah

Daerah mendekati akhir tahun. Adapun

sepanjang tahun 2017, investasi diperkirakan

tumbuh meningkat dibandingkan tahun

sebelumnya yang didorong oleh maraknya

pembangunan proyek swasta dan infrastruktur

pemerintah pada tahun 2017 dibandingkan

tahun sebelumnya. Relaksasi LTV juga menjadi

salah satu pendorong pembangunan hunian

baik vertikal maupun horizontal.

1.1.3. Ekspor-Impor Luar Negeri

Kinerja ekspor Sulawesi Utara pada triwulan

III 2017 tumbuh meningkat sebesar 7,91%

(yoy), dibanding triwulan sebelumnya

tercatat kontraksi (-0,11% yoy). Peningkatan

pertumbuhan ekspor didorong oleh ekspor

barang, sedangkan ekspor jasa tumbuh

melambat. Ekspor barang tumbuh meningkat

sebesar 9,59% (yoy), dibanding triwulan

sebelumnya yang terkontraksi sebesar 18,90%

(yoy). Di sisi lain, ekspor jasa tumbuh

melambat sebesar 0,27% (yoy) dibanding

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

472,63% (yoy). Sebagai informasi, ekspor

barang mendominasi sebesar 80,61% terhadap

total ekspor.

Peningkatan ekspor barang terutama

didorong oleh peningkatan volume ekspor

Sulawesi Utara, sementara itu harga Coconut

Oil (CNO) cenderung tumbuh melambat.

Peningkatan volume ekspor Sulut didorong

oleh komoditas CNO serta ikan dan olahannya

yang merupakan komoditas ekspor utama

Sulut seiring dengan membaiknya pasokan

bahan baku kelapa dan ikan. Volume ikan dan

olahannya meningkat sebagai dampak

relaksasi aturan transhipment. Sementara itu,

CNO merupakan produk utama ekspor

Sulawesi Utara yang memiliki pangsa sebesar

65% terhadap total ekspor Sulawesi Utara.

Di sisi lain, harga CNO mengalami perlambatan

pertumbuhan sehingga menahan laju

peningkatan pertumbuhan ekspor yang lebih

tinggi. Rata-rata harga CNO tercatat sebesar

1.573 USD/MT pada triwulan III 2017, tumbuh

sebesar 2,79% (yoy), lebih rendah

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Kemenperin & Kemendag

% yoyTon Pengadaan Semen g Pengadaan Semen

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

8

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang harganya tumbuh 7,70% (yoy).

Grafik 1.6. Harga Internasional CNO

Di sisi lain, perlambatan pertumbuhan ekspor

jasa menahan laju peningkatan pertumbuhan

ekspor yang lebih tinggi. Perlambatan

tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor base

effect di mana kenaikan jumlah wisatawan

mancanegara yang datang ke Sulut dimulai

sejak triwulan III 2016 sehingga pertumbuhan

triwulan II 2017 tercatat sangat tinggi,

sedangkan pertumbuhan triwulan III 2017

relatif kecil. Meskipun, secara level jumlah

wisman yang datang ke Sulut mengalami

kenaikan. Jumlah wisman pada triwulan III

2017 tercatat sebanyak 22.497 orang, lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

sebanyak 16.158 orang dan lebih tinggi dari

triwulan III 2016 sebanyak 21.546 orang.

Adapun, pertumbuhan wisman pada triwulan

III 2017 sebesar 4,41% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

332,03% (yoy). Sebagai informasi, jumlah

wisman yang datang ke Sulawesi Utara

didominasi oleh wisman yang berasal dari

Tiongkok seiring dengan dibukanya

penerbangan langsung dari beberapa kota di

Tiongkok ke Manado menggunakan reguler

charter flight selama 3 tahun ke depan.

Dari sisi impor, kinerja impor Sulawesi Utara

pada triwulan III 2017 meningkat signifikan.

Impor tumbuh meningkat sebesar 98,81%

(yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang

terkontraksi sebesar 18,52% (yoy).

Peningkatan impor terutama didorong oleh

impor barang modal yang tumbuh hingga

3.770% (yoy) yang berupa impor mesin/alat

kelistrikan dan mesin/alat pelabuhan. Hal

tersebut sejalan dengan pembangunan

infrastruktur strategis di Sulut khususnya

pembangkit tenaga listrik dan pengembangan

pelabuhan Bitung sebagai international hub

port. Sementara itu, impor intermediate goods

juga tumbuh meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Di sisi lain, impor barang

konsumsi tumbuh melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Grafik 1.7. Impor Barang Modal

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja ekspor

dan impor Sulawesi Utara diperkirakan

kembali tumbuh positif. Ekspor pada triwulan

IV 2017 diperkirakan mengalami peningkatan

seiring dengan meningkatnya pasokan bahan

baku industri pengolahan dari sub sektor

perikanan dan perkebunan serta juga

meningkatnya permintaan seiring dengan

membaiknya perekonomian dunia. Selain

ekspor barang, ekspor jasa juga diperkirakan

mengalami peningkatan seiring dengan

naiknya jumlah wisman khususnya dari

Tiongkok. Sementara itu, impor juga

diperkirakan meningkat sebagai dampak

pembangunan infrastruktur di Sulut dan

peningkatan aktivitas ekspor. Adapun

sepanjang tahun 2017, kinerja ekspor dan

impor Sulut diperkirakan tumbuh meningkat.

Peningkatan ekspor didorong oleh perbaikan

ekonomi dunia, perbaikan pasokan bahan

baku komoditas ekspor serta peningkatan

jumlah wisatawan yang berkunjung ke

Sulawesi Utara. Sementara itu, kinerja impor

meningkat seiring dengan meningkatnya

pembangunan proyek-proyek di Sulawesi

Utara yang membutuhkan mesin/alat dari luar

negeri. Di samping itu, meningkatnya produksi

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

% yoyUSD/MT

Sumber: World Bank

-500

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

% yoy

Sumber: Dirjen Bea Cukai

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

9

industri pengolahan turut serta mendorong

kenaikan impor intermediate goods sebagai

bahan penolong produksi.

1.2. PDRB - LAPANGAN USAHA

Berdasarkan lapangan usahanya,

peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Utara triwulan III 2017 dibanding triwulan

sebelumnya didorong oleh peningkatan

kinerja sektor perdagangan, konstruksi serta

industri pengolahan. Sementara itu, sektor

pertanian relatif stabil dan di sisi lain sektor

transportasi tumbuh melambat. Melihat

kontribusinya, sektor pertanian merupakan

penopang utama perekonomian Sulawesi

Utara, dengan pangsa mencapai 22,05%.

Setelah pertanian, sektor perdagangan

menjadi penopang ekonomi Sulawesi Utara

dengan pangsa 12,02%. Kemudian, ada sektor

konstruksi dan transportasi dengan pangsa

masing-masing sebesar 11,55% dan 10,69%

terhadap perekonomian Sulawesi Utara.

Sementara itu, sektor industri pengolahan

memiliki pangsa sebesar 9,13%.

Tabel 1.6. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha (% yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 1.7. Pangsa Lapangan Usaha

Sumber: Badan Pusat Statistik

1.2.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Kinerja sektor pertanian pada triwulan III

2017 relatif stabil dibandingkan triwulan

sebelumnya. Sektor pertanian tumbuh

sebesar 4,21% (yoy), relatif stabil dibanding

triwulan sebelumnya sebesar 4,22% (yoy).

Sebagai informasi, sektor pertanian

merupakan sektor terbesar di Sulawesi Utara

dengan pangsa sebesar 22,05% dari total

perekonomian. Selain itu, sebagian besar

tenaga kerja di Sulawesi Utara

menggantungkan hidupnya pada sektor

pertanian. Berdasarkan subsektornya, sektor

pertanian didominasi oleh sub sektor

perikanan dengan pangsa 30%, sub sektor

perkebunan tahunan dengan pangsa 23% dan

sub sektor pertanian tanaman pangan dengan

pangsa 16%. Beberapa tantangan yang

dihadapi sektor pertanian yaitu alih fungsi

lahan yang meningkat, tanaman kelapa yang

sudah tua dan kurangnya peremajaan, serta

aturan di bidang perikanan.

Memasuki triwulan IV 2017, sektor pertanian

diperkirakan relatif stabil dibandingkan

triwulan sebelumnya. Berdasarkan perkiraan

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

(BMKG) Sulawesi Utara, curah hujan pada

triwulan IV 2017 berada pada normal hingga

atas normal, sehingga relatif terbatas dalam

memberikan dampak positif pada kinerja

sektor pertanian. Adapun sepanjang tahun

2017, sektor pertanian diperkirakan tumbuh

meningkat dibandingkan tahun sebelumnya

yang didorong oleh perbaikan cuaca dan

2015

Total III Total II III

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.55 4.29 3.67 4.22 4.21

Pertambangan dan Penggalian 8.41 4.71 4.42 9.81 10.71

Industri Pengolahan 2.69 1.80 1.11 7.17 8.11

Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 15.87 28.56 17.52 1.07 5.11

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah 2.42 6.31 3.07 0.88 -1.41

Konstruksi 9.84 5.61 6.89 6.78 8.94

Perdagangan Besar dan Eceran 6.00 6.07 6.05 5.19 5.64

Transportasi dan Pergudangan 7.38 10.11 9.24 5.99 4.45

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8.38 16.83 12.69 12.31 2.59

Informasi dan Komunikasi 8.99 9.80 9.20 8.92 4.32

Jasa Keuangan dan Asuransi 3.93 14.75 19.16 7.62 6.83

Real Estate 7.58 7.37 7.08 7.09 7.00

Jasa Perusahaan 8.11 6.86 6.87 7.54 9.68

Administrasi Pemerintahan 8.99 1.73 4.72 -1.92 9.71

Jasa Pendidikan 7.08 2.01 6.21 3.78 7.05

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7.88 9.23 8.02 8.37 6.49

Jasa lainnya 7.56 9.94 8.64 7.25 7.33

TOTAL 6.13 6.02 6.17 5.80 6.49

2017Lapangan Usaha (% yoy)

2016

2015

Total III Total II III

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 21.72 22.17 21.71 21.88 22.05

Pertambangan dan Penggalian 4.75 4.86 4.82 4.90 4.87

Industri Pengolahan 9.45 8.82 8.99 9.26 9.13

Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 0.08 0.09 0.09 0.10 0.10

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah 0.13 0.13 0.13 0.13 0.12

Konstruksi 11.53 11.29 11.39 11.35 11.55

Perdagangan Besar dan Eceran 12.36 11.91 12.11 12.15 12.02

Transportasi dan Pergudangan 10.62 11.17 11.03 10.93 10.69

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2.15 2.35 2.25 2.23 2.23

Informasi dan Komunikasi 3.82 3.90 3.87 4.00 3.83

Jasa Keuangan dan Asuransi 3.56 3.87 3.97 4.07 3.92

Real Estate 3.51 3.45 3.47 3.47 3.41

Jasa Perusahaan 0.09 0.09 0.09 0.09 0.10

Administrasi Pemerintahan 8.40 8.07 8.26 7.52 8.24

Jasa Pendidikan 2.86 2.85 2.81 2.80 2.82

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.47 3.45 3.49 3.57 3.39

Jasa lainnya 1.50 1.53 1.53 1.57 1.54

TOTAL 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Lapangan Usaha (%)2016 2017

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

10

semakin baiknya penyesuaian pelaku usaha

terhadap relaksasi aturan transhipment di

sektor perikanan.

Gambar 1.1. Prakiraan Curah Hujan di Sulut

1.2.2. Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Kinerja sektor perdagangan pada triwulan III

2017 tumbuh meningkat sebesar 5,64% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

5,19% (yoy) terutama didorong oleh

peningkatan perdagangan mobil.

Meningkatnya perdagangan mobil di Sulawesi

Utara terutama didorong oleh maraknya

transportasi online yang mulai masuk di

Manado sejak triwulan II 2017. Perdagangan

mobil yang meningkat terkonfirmasi dari

penjualan mobil salah satu pelaku usaha di

Sulawesi Utara yang penjualannya meningkat

tinggi pada triwulan III 2017 sebesar 50% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya

tumbuh 5% (yoy). Fenomena itu juga sesuai

dengan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia

yang menunjukkan bahwa pembelian barang

tahan lama oleh masyarakat mengalami

peningkatan.

Lebih tingginya peningkatan pertumbuhan

sektor perdagangan tertahan oleh

perlambatan kinerja perdagangan eceran

sejalan dengan melambatnya konsumsi RT

dampak bergesernya perayaan hari raya Idul

Fitri (Lihat Sub Bab 1.1.1. Konsumsi).

Grafik 1.8. Survei Konsumen – Indeks Pembelian Barang Tahan Lama

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja sektor

perdagangan diperkirakan tumbuh

meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Peningkatan tersebut didorong

oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga

pada akhir tahun dalam rangka perayaan hari

raya keagamaan yakni Natal dan Tahun Baru.

Selain itu, perdagangan mobil juga akan terus

meningkat seiring dengan semakin maraknya

transportasi online di Sulawesi Utara. Adapun

sepanjang tahun 2017, sektor perdagangan

diperkirakan tumbuh melambat seiring dengan

melambatnya konsumsi rumah tangga.

1.2.3. Konstruksi

Kinerja sektor konstruksi pada triwulan III

2017 tumbuh meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut

seiring dengan berlanjutnya pembangunan

beberapa pusat hiburan dan perbelanjaan di

Manado, pembangunan hotel dan perkantoran

di beberapa kabupaten/kota serta

pembangunan gedung lainnya oleh swasta.

Pembangunan swasta juga didorong oleh

pembangunan perumahan baik vertikal

maupun horizontal yang tercermin dari

peningkatan pertumbuhan KPR sebagai

dampak positif dari pelonggaran aturan LTV

pada Agustus 2016. Di samping itu,

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

95

100

105

110

115

120

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

yoyIndeks

Sumber: Bank Indonesia

Indeks Pembelian Barang Tahan Lama Pertumbuhan Indeks

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

11

pembangunan dan pengembangan

infrastruktur strategis oleh pemerintah terus

berlanjut sehingga mendorong pertumbuhan

sektor konstruksi. Peningkatan sektor

konstruksi terkonfirmasi dari sisi penggunaan

PDRB dimana investasi bangunan mengalami

peningkatan pertumbuhan pada triwulan III

2017 dibandingkan triwulan sebelumnya.

Memasuki triwulan IV 2017, sektor konstruksi

diperkirakan masih tumbuh tinggi, namun

sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat cukup tinggi

pertumbuhannya. Adapun sepanjang tahun

2017, sektor konstruksi diperkirakan tumbuh

meningkat yang didorong oleh maraknya

pembangunan proyek swasta dan infrastruktur

oleh pemerintah. (Lihat Sub Bab 1.1.2.

Investasi)

1.2.4. Transportasi

Kinerja sektor transportasi pada triwulan III

2017 tumbuh melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang disebabkan oleh

perlambatan sub sektor transportasi darat

dan udara. Perlambatan transportasi darat

seiring dengan melambatnya konsumsi rumah

tangga khususnya konsumsi transportasi

sebagai dampak pergeseran perayaan hari raya

Idul Fitri. Sementara itu, perlambatan

transportasi udara sejalan dengan

perlambatan pertumbuhan jumlah wisman di

Sulawesi Utara.

Melambatnya pertumbuhan jumlah wisman

lebih dipengaruhi oleh faktor base effect di

mana kenaikan jumlah wisatawan

mancanegara yang datang ke Sulut dimulai

sejak triwulan III 2016 sehingga pertumbuhan

triwulan II 2017 tercatat sangat tinggi,

sedangkan pertumbuhan triwulan III 2017

relatif kecil. Meskipun, secara level jumlah

wisman yang datang ke Sulut mengalami

kenaikan. Jumlah wisman pada triwulan III

2017 tercatat sebanyak 22.497 orang, lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

sebanyak 16.158 orang dan lebih tinggi dari

triwulan III 2016 sebanyak 21.546 orang.

Adapun, pertumbuhan wisman pada triwulan

III 2017 sebesar 4,41% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

332,03% (yoy). Sebagai informasi, tingginya

wisman khususnya yang berasal dari Tiongkok

yang berkunjung ke Sulut dikarenakan

program Pemerintah Daerah yang

bekerjasama dengan pelaku usaha dalam

mendorong kunjungan wisman melalui

pembukaan direct charter flight dari Tiongkok

ke Manado selama 3 tahun ke depan sejak 4

Juli 2016. Di sisi lain, perlambatan

pertumbuhan sektor transportasi yang lebih

dalam ditahan oleh pertumbuhan sub sektor

transportasi laut yang meningkat seiring

dengan peningkatan ekspor.

Grafik 1.9. Jumlah Wisman yang Berkunjung ke Sulut melalui Bandara Internasional Sam

Ratulangi Manado

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja kategori

transportasi diperkirakan tumbuh meningkat

yang didorong oleh transportasi darat, laut

dan udara. Meningkatnya kinerja transportasi

darat seiring dengan peningkatan mobilitas

masyarakat dalam rangka perayaan hari raya

Natal dan Tahun Baru pada akhir tahun. Kinerja

transportasi laut yang meningkat didorong

oleh kinerja perdagangan Sulawesi Utara

khususnya peningkatan ekspor dan impor.

Sementara itu, peningkatan transportasi udara

merupakan dampak positif dari jumlah wisman

yang bertambah jumlahnya pada akhir tahun

2017. Adapun sepanjang tahun 2017, sektor

transportasi diperkirakan tumbuh melambat

yang dipengaruhi oleh base effect tingginya

pertumbuhan pada tahun 2016 dampak

dimulainya kunjungan wisman Tiongkok yang

signifikan sejak tahun 2016.

(100)

0

100

200

300

400

500

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

% yoyOrang

Sumber: Badan Pusat Statistik

Wisman Pertumbuhan (rhs)

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

12

1.2.5. Industri Pengolahan

Pada triwulan III 2017, kinerja industri

pengolahan tumbuh meningkat sebesar

8,11% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 7,17% (yoy). Peningkatan

tersebut didorong oleh meningkatnya pasokan

bahan baku kelapa dan rempah serta ikan bagi

industri pengolahan di Sulawesi Utara. Hal

tersebut terkonfirmasi dari hasil liaison yang

dilakukan kepada salah satu pelaku usaha di

industri pengolahan kelapa yang menyatakan

bahwa supply bahan baku komoditas

perkebunan mengalami perbaikan sehingga

mendorong peningkatan kapasitas utilisasi

perusahaan. Di samping itu, pada perusahaan

industri pengolahan ikan diperoleh informasi

bahwa relaksasi kebijakan transhipment juga

mendorong kinerja industri pengolahan ikan

tumbuh membaik meski masih belum

mencapai titik balik ke kondisi normalnya

(sebelum pemberlakuan aturan transhipment).

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja industri

pengolahan diperkirakan kembali mengalami

peningkatan. Peningkatan tersebut ditopang

oleh berlanjutnya perbaikan pasokan bahan

baku kelapa dan ikan. Untuk terus menjaga

ketersediaan pasokan, pemerintah terus

berupaya melalui peremajaan kelapa dan

cengkih. Untuk tahun 2017 pemerintah telah

menyiapkan 532.500 bibit untuk komoditas

perkebunan dengan total anggaran senilai

Rp5,24 miliar berasal dari APBD dan APBN. Di

samping itu, ekspansi pasar dunia juga terus

diupayakan pemerintah melalui keikutsertaan

dalam berbagai event berskala internasional

serta inisiasi Bank Indonesia atas

pembentukan unit khusus lintas instansi untuk

mendorong investasi yang telah berpayung

hukum Surat Keputusan Gubernur No. 145

Tahun 2017 tentang Regional Investor Relation

Unit (RIRU). Pada bulan Agustus 2017, Bank

Indonesia dan Pemerintah Daerah Sulawesi

Utara turut ambil bagian dalam promosi

investasi di Toronto Investment Festival.

Adapun sepanjang tahun 2017, sektor industri

pengolahan diperkirakan tumbuh meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya yang

didorong oleh perbaikan pasokan bahan baku

kelapa, rempah dan ikan seiring dengan

penyesuaian yang semakin baik terhadap

relaksasi aturan transhipment.

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

13

Box I.

Inisiatif One Belt One Road di Sulawesi Utara

Kebijakan OBOR China diinisiasi pada tahun 2013, yang didalamnya termasuk miliaran dollar dana

investasi yang diperuntukkan untuk pembangunan proyek pada negara-negara yang masuk dalam

“Jalur Sutera lama”. Dalam 1 tahun, China telah berinvestasi sekitar USD 150 miliar pada 68 Negara

melalui skema pembiayaan OBOR tersebut. Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) One Belt One Road

(OBOR) atau KTT Jalur Sutera yang digelar di Beijing, China, pada 14-15 Mei 2017, China menyiapkan

investasi sekitar 3 triliun dolar AS untuk berinvestasi di mancanegara. Dimana pada pertemuan

tersebut, pemerintah Indonesia menawarkan proyek infrastruktur yang berada di Sulawesi Utara,

Sumatera Utara dan Kalimantan Utara, yaitu 3 (tiga) provinsi yang berbatasan dengan Laut China

Selatan.

Gambar Box 1.1. Lokasi Fokus Investasi Inisiatif OBOR di Indonesia

Sumber: BKPM, diolah

Untuk Sulawesi Utara, ditawarkan proyek infrastruktur di Kota Bitung dan pengembangan Pariwisata

di Kab. Minahasa Utara. Untuk Kota Bitung, proyek yang ditawarkan meliputi jalan kereta api Bitung

Manado-Gorontalo, pengembangan Bandara Internasional Sam Ratulangi, pengembangan pelabuhan

Bitung sebagai International Hub Port, proyek IPP untuk Energi Listrik serta pengembangan sektor

properti. Untuk Kab. Minahasa Utara, diarahkan pada proyek pengembangan kawasan pariwisata

Likupang. Kondisi eksisting saat ini, China telah berinvestasi di proyek toll Manado-Bitung melalui

skema Viability Gap Fund (VGF), yaitu skema pinjaman infrastruktur untuk memenuhi sisa kebutuhan

proyek infrastruktur yang tidak dapat dibiayai penuh oleh pemerintah.

Tabel Box 1.1. Profil Tol Manado-Bitung

Sumber: Sekretariat KEK Bitung, diolah

Jika proyek-proyek yang digagas pemerintah dalam implementasi OBOR di Sulawesi Utara tersebut dapat

terealisasi, maka secara akumulatif dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan penyerapan

tenaga kerja dan peningkatan ekspor Sulawesi Utara yang lebih tinggi, yaitu potensi pertumbuhan ekonomi

sebesar 1,12%, potensi penambahan tenaga kerja sebesar 0,7% dan potensi peningkatan ekspor sebesar

2,6% (berdasarkan hasil riset growth diagnostic).

Panjang Jumlah Seksi Groundbreaking Perkiraan Selesai Biaya Investasi Sumber Pendanaan

39 KmSeksi 1 : 13,5 Km

Seksi 2 : 12,9 Km)Oktober 2014 2019 Rp4,16triliun

Pemerintah : US$80 juta

Pinjaman ke China : US$85 juta

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

14

Gambar Box 1.2. Dampak Makroekonomi

Sumber: Bank Indonesia

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

15

Bab II.

Keuangan Pemerintah

2.1. PENDAPATAN APBD PROVINSI

SULAWESI UTARA

Anggaran pendapatan Provinsi Sulawesi

Utara tahun 2017 meningkat dibanding tahun

sebelumnya. Anggaran pendapatan Sulawesi

Utara tahun 2017 ditargetkan sebesar Rp3,72

triliun, naik 28,06% (yoy) atau sebesar Rp815

miliar dari Rp2,91 triliun pada tahun 2016.

Kenaikan tersebut lebih tinggi dari kenaikan

tahun 2016 yang hanya sebesar 10,12% (yoy).

Kenaikan APBD tersebut didorong oleh

peningkatan pendapatan transfer sebesar

32,72% (yoy) menjadi Rp2,55 triliun dan

peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)

sebesar 11,74% (yoy) menjadi Rp1,09 triliun.

Peningkatan pendapatan Sulut lebih tinggi

dibandingkan peningkatan pendapatan

Sulawesi (20,4% yoy) dan Kawasan Timur

Indonesia (KTI) (14,7% yoy).

Tabel 2.1. Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulawesi Utara

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Provinsi

Sulawesi Utara

Meskipun anggaran pendapatan meningkat,

namun rasio kemandirian pendapatan

Sulawesi Utara tahun 2017 tercatat cukup

rendah yaitu sebesar 29,39% menurun

dibandingkan tahun 2016 (33,68%) dan tahun

2015 (41,25%). Porsi PAD Sulawesi Utara tahun

2017 hanya sebesar 30% dari total anggaran

pendapatan, menurun dari 34% pada tahun

2016 dan 41% pada tahun 2015. Sedangkan

pendapatan transfer atau dana perimbangan

berada di level 68,56%, naik dari 66,15% pada

tahun 2016 dan 58,75% pada tahun 2015.

Rasio tersebut menunjukkan bahwa tingkat

kemandirian fiskal Sulawesi Utara masih

rendah atau masih bergantung pada dana

transfer pemerintah pusat. Meskipun

demikian, rasio kemandirian Sulawesi Utara

masih relatif sama dibandingkan dengan rasio

kemandirian Sulawesi (30,14%) dan bahkan

lebih tinggi dibandingkan dengan KTI (29,10%).

Grafik 2.1. Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulawesi Utara

Pada triwulan III 2017, realisasi anggaran

pendapatan Sulawesi Utara cukup baik yakni

sebesar 74,13%, lebih tinggi dibandingkan

realisasi triwulan III 2016. Pada triwulan III

2016 realisasi anggaran pendapatan sebesar

70,44%. Adapun nominal realisasi pendapatan

pada triwulan III 2017 sebesar Rp2,76 trilyun.

Pencapaian realisasi tersebut didorong oleh

realisasi seluruh sumber pendapatan terutama

pendapatan transfer dan pendapatan PAD.

Realisasi pendapatan transfer pada triwulan III

2017 meningkat sebesar 44,02% (qtq),

sedangkan realisasi pendapatan PAD

meningkat sebesar 54,46% (qtq). Pos yang

mencatat realisasi tertinggi yaitu dana bagi

hasil bukan pajak (SDA) sebesar 103,6% dan

PAD lain-lain yang sah sebesar 90,8%. Cukup

baiknya realisasi dana bagi hasil bukan pajak

salah satunya didorong oleh membaiknya

jumlah produksi lapangan usaha perikanan

seiring dengan adaptasi atau penyesuaian

terhadap relaksasi aturan transhipment.

Realisasi pendapatan Sulut tercatat lebih baik

2015 2016 2017 2016 2017

Pendapatan 2.640.630 2.907.882 3.723.698 10,12% 28,06%

Pendapatan Asli Daerah 1.089.288 979.354 1.094.319 -10,09% 11,74%

Pendapatan Transfer 1.209.463 1.923.528 2.552.893 59,04% 32,72%

Lain-lain Pendapatan yang Sah 341.879 5.000 76.485 -98,54% 1429,70%

Anggaran (Rp juta)Uraian

Growth

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

3.500.000

4.000.000

2013 2014 2015 2016 2017

%Rp Juta

Sumber: BPKAD Provinsi Sulawesi Utara

Anggaran Pendapatan Anggaran PAD Rasio Kemandirian (rhs)

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

16

dibandingkan Sulawesi (67,7%) dan KTI

(69,91%).

Tabel 2.2. Realisasi Anggaran Pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Provinsi

Sulawesi Utara

Ke depan, pemerintah daerah perlu

meningkatkan tingkat kemandirian

pendapatan Sulawesi Utara. Upaya awal yang

dapat dilakukan yaitu meningkatkan realisasi

pada pos-pos PAD khususnya yang belum

terealisasi dengan optimal. Upaya berikutnya

yaitu optimalisasi PAD melalui pajak dengan

melakukan upaya law enforcement terhadap

wajib pajak. Selain itu, pelonggaran pajak

dalam rangka menarik investor di sektor riil

juga menjadi alternatif untuk meningkatkan

PAD.

2.2. BELANJA APBD PROVINSI SULAWESI

UTARA

Anggaran belanja APBD Sulawesi Utara tahun

2017 mengalami peningkatan dibandingkan

tahun 2016. Anggaran belanja tumbuh 29,14%

(yoy) pada tahun 2017 sehingga total anggaran

belanja mencapai Rp3,85 triliun, lebih tinggi

Rp869 miliar dari Rp2,98 triliun pada tahun

2016. Peningkatan tersebut didorong oleh

peningkatan belanja operasional yang tumbuh

19,09% (yoy), sedangkan peningkatan belanja

modal tahun 2017 sebesar 2,55% (yoy) lebih

rendah dibandingkan peningkatan belanja

modal tahun 2016 sebesar 5,17% (yoy).

Tabel 2.3. Perkembangan Anggaran Belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Provinsi

Sulawesi Utara

Berdasarkan postur belanjanya, anggaran

belanja non-modal tahun 2017 mencapai 78%

dan anggaran belanja modal hanya sebesar

22%. Postur tersebut cenderung lebih baik

dibandingkan tahun 2016 dimana postur

belanja non-modal mencapai 72% dan belanja

modal sebesar 28%. Adanya kecenderungan

anggaran belanja modal yang jauh lebih

rendah dibandingkan belanja non-modal ini

juga terjadi di seluruh wilayah Sulawesi dan

KTI. Anggaran belanja modal Sulawesi Utara

tahun 2017 tercatat lebih tinggi dibandingkan

porsi anggaran belanja modal di Sulawesi

(16,64%) dan KTI (18,12%). Dari postur

tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat

ruang peningkatan lebih baik dalam rangka

pembangunan infrastruktur di Sulawesi Utara.

Adapun anggaran belanja non-modal tahun

2017 sebesar Rp2,56 triliun dan belanja modal

sebesar Rp851 miliar. Dalam postur belanja

modal, anggaran belanja dialokasikan pada

belanja jalan, irigasi dan jaringan sebesar

49,8%, belanja bangunan dan gedung sebesar

33,6%, belanja peralatan dan mesin 29,3%,

belanja tanah 0% dan belanja aset tetap

lainnya 0,9%. Perubahan yang cukup signifikan

terjadi pada pos belanja jalan, irigasi dan

jaringan yang menurun dari tahun lalu sebesar

56% terhadap total belanja modal. Adapun

apabila dibandingkan dengan Sulawesi dan KTI,

postur belanja modal Sulut lebih baik.

Grafik 2.2. Perkembangan Anggaran Belanja Modal

Pada triwulan III 2017, realisasi anggaran

belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara tercatat

sebesar 53,6%. Realisasi tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan II 2016 (63,4%)

Anggaran 2017 Realisasi % Realisasi

Pendapatan 3.723.698 2.760.358 74%

Pendapatan Asli Daerah 1.094.319 829.550 76%

Pendapatan Pajak Daerah 939.711 704.622 75%

Pendapatan Retribusi Daerah 78.918 53.427 68%

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yg Dipisahkan31.235 31.235 100%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 44.456 40.267 91%

Pendapatan Transfer 2.552.893 1.861.322 73%

Transfer Pemerintah Pusat 2.552.893 1.861.322 73%

Dana Bagi Hasil Pajak 91.681 75.745 83%

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 17.819 18.469 104%

Dana Alokasi Umum 1.390.273 1.133.601 82%

Dana Alokasi Khusus 1.053.120 633.507 60%

Lain-lain Pendapatan yang Sah 76.485 69.485 91%

Pendapatan Hibah 61.485 61.485 100%

Pendapatan Lainnya 15.000 8.000 53%

Anggaran APBD Provinsi Sulawesi UtaraTriwulan II 2017 (Rp Juta)

2015 2016 2017 2016 2017

Belanja 2.906.338 2.983.466 3.852.822 2,65% 29,14%

Belanja Operasional 2.116.122 2.150.997 2.561.531 1,65% 19,09%

Belanja Modal 789.641 830.468 851.609 5,17% 2,55%

Belanja Tidak Terduga 575 2.000 2.500 247,83% 25,00%

Anggaran (Rp juta) GrowthUraian

0

5

10

15

20

25

30

0

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

3.500.000

4.000.000

4.500.000

2013 2014 2015 2016 2017

%Rp juta

Sumber: BPKAD Provinsi Sulawesi Utara

Total Belanja Belanja Modal Postur Belanja Modal (rhs)

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

17

namun lebih baik dibandingkan triwulan II

2015 (54,8%). Adapun realisasi belanja

triwulan III 2017 tercatat sebesar Rp2,06

trilyun. Berdasarkan posnya, belanja non-

modal (termasuk transfer) terealisasi sebesar

59,1%, lebih rendah dari triwulan II 2016

sebesar 65,6%. Sementara itu, belanja modal

pada triwulan III 2017 hanya terealisasi sebesar

34,4% lebih rendah dibanding triwulan III 2016

yang tercatat sebesar 57,9%. Penurunan ini

terutama didorong oleh rendahnya realisasi

belanja tanah dan belanja bangunan dan

gedung. Realisasi belanja tanah pada triwulan

III 2017 masih tercatat 0% atau belum ada

realisasi. Hal tersebut dikarenakan adanya

permasalahan dalam pembangunan proyek di

Sulawesi Utara yaitu masalah pembebasan

lahan. Adapun realisasi belanja Sulut lebih baik

dibandingkan dari Sulawesi (52,41%) dan KTI

(52,29%).

Tabel 2.4. Realisasi Belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Provinsi

Sulawesi Utara

Pemerintah perlu memperkuat strategi untuk

mendorong realisasi belanja modal pada

tahun 2017. Strategi tersebut cukup penting

mengingat belanja negara pada APBN 2017

diarahkan pada peningkatan belanja

infrastruktur dimana pembangunan

infrastruktur merupakan prioritas Pemerintah

dalam menurunkan tingkat kemiskinan dan

kesenjangan antarwilayah. Berbagai

infrastruktur strategis yang sementara dan

akan dibangun di Sulawesi Utara yaitu jalan tol

Manado-Bitung, Kawasan Ekonomi Khusus

Bitung, bendungan multifungsi Kuwil-Minut,

pengembangan pelabuhan Bitung sebagai hub

Port, jalan ringroad tiga, pengembangan Lanud

TNI AU Samratulangi, dan infrastruktur

lainnya. Percepatan pelaksanaan lelang proyek

dan monitoring pencapaian target realisasi

dapat menjadi pendorong peningkatan

realisasi belanja modal. Selain itu, masalah

pembebasan lahan perlu diselesaikan antar

lembaga sehingga proses pembangunan

infrastruktur dapat berjalan dengan lancar.

Bagi pemerintah kabupaten kota, diperlukan

strategi agar penyaluran anggaran DAK tidak

terkendala karena pada tahun 2017

penyaluran DAK akan berdasarkan tingkat

realisasi anggaran yang dibagi ke beberapa

kelas.

2.3. ALOKASI BELANJA APBN DI SULAWESI

UTARA

Pada triwulan III 2017, alokasi APBN di

Sulawesi Utara tercatat sebesar Rp9,04

trilyun meningkat sebesar 5,91% (yoy).

Peningkatan tersebut didorong oleh kenaikan

belanja pegawaI, belanja modal, dan belanja

barang. Sedangkan pos belanja bantuan sosial

mengalami penurunan. Belanja pegawai

mengalami kenaikan sebesar 9,45% (yoy),

sehingga posturnya naik menjadi 28,45% dari

tahun sebelumnya 28,10%. Sementara itu,

belanja modal naik sebesar 13,22% (yoy),

sehingga posturnya naik menjadi 33,96% dari

tahun sebelumnya 32,43%. Di sisi lain, postur

belanja barang turun menjadi 37,45% dari

39,29% dan postur belanja bantuan sosial

0,14% dari 0,18%. Kenaikan porsi belanja

modal sesuai dengan fokus pemerintah

terhadap pembangunan infrastruktur Sulawesi

Utara dalam rangka mempersiapkan Sulawesi

Utara sebagai pintu gerbang Indonesia di

kawasan Asia Pasifik.

Tabel 2.5. Postur Alokasi Belanja APBN di Sulawesi Utara

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara, Provinsi Sulawesi Utara

Anggaran Realisasi Tw III Tw III %

Belanja 3.852.822.285 2.066.349.440 53,63%

Belanja Operasi 2.561.531.022 1.513.033.717 59,07%

Belanja Pegawai 1.202.638.053 828.969.927 68,93%

Belanja Barang 886.585.505 369.976.629 41,73%

Belanja Subsidi 1.300.000 1.299.441 99,96%

Belanja Hibah 420.895.700 305.287.720 72,53%

Belanja Bantuan Sosial 500.000 - 0,00%

Belanja Bantuan Keuangan 49.611.763 7.500.000 15,12%

Belanja Modal 851.608.929 292.675.426 34,37%

Belanja Tanah 115.098.466 - 0,00%

Belanja Peralatan dan Mesin 177.685.695 52.156.454 29,35%

Belanja Bangunan dan Gedung 189.710.934 63.834.323 33,65%

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 354.496.900 176.542.796 49,80%

Belanja Aset Tetap Lainnya 14.616.933 141.853 0,97%

Belanja Tidak Terduga 2.500.000 1.000.000 40,00%

Belanja Tidak Terduga 2.500.000 1.000.000 40,00%

Transfer 437.182.334 259.640.298 59,39%

Transfer Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa 437.182.334 259.640.298 59,39%

Anggaran Belanja APBD

Provinsi Sulawesi Utara

2017 (Rp Ribu)

Jenis Belanja

Pagu Tahun

2016

(Rp juta)

Pagu Tahun 2017

(Rp juta)

Postur

2016

Postur

2017

Belanja Pegawai 2.351.792 2.573.933 28,10% 28,45%

Belanja Barang 3.288.678 3.388.797 39,29% 37,45%

Belanja Modal 2.714.035 3.072.815 32,43% 33,96%

Belanja Bantuan Sosial 14.718 12.796 0,18% 0,14%

Total 8.369.223 9.048.341 100% 100%

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

18

Pada triwulan III 2017, penyerapan alokasi

anggaran APBN di Sulawesi Utara tercatat

sebesar 57,13%, lebih rendah dibandingkan

triwulan III 2016 yang tercatat sebesar 57,2%.

Rendahnya pencapaian tersebut disebabkan

oleh belanja modal dan belanja pegawai yang

realisasinya lebih rendah dibandingkan

triwulan III 2016. Realisasi belanja modal pada

triwulan III 2017 tercatat sebesar 42,39%, lebih

tinggi dibandingkan triwulan III 2016 43,8%.

Realisasi belanja modal yang cukup tinggi

tersebut sejalan dengan fokus Pemerintah

dalam membangun infrastruktur di daerah.

Disisi lain, realisasi belanja non-modal tercatat

sebesar 64,7%, lebih tinggi dari 63,5% pada

triwulan III 2016. Hal tersebut disebabkan oleh

realisasi belanja barang dan belanja bansos

yang lebih tinggi dibandingkan peirode

trowulan III tahun 2016. Namun demikian,

realisasi belanja pegawai pada triwulan III 2017

tercatat sebesar 71,96%, sedangkan pada

triwulan III 2016 tercatat sebesar 73,3%.

Tabel 2.6. Realisasi Belanja APBN di Sulawesi Utara Triwulan III 2017

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara, Provinsi Sulawesi Utara

Jenis Belanja

Pagu Tahun

2017

(Rp juta)

Realisasi Tw II

2017

(Rp juta)

% Realisasi

Tw II 2017

Belanja Pegawai 2.573.933 1.852.295 71,96%

Belanja Barang 3.388.797 2.008.270 59,26%

Belanja Modal 3.072.815 1.302.628 42,39%

Belanja Bantuan Sosial 12.796 6.064 47,39%

Total 9.048.341 5.169.257 57,13%

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

19

Bab III.

Perkembangan Inflasi Daerah

3.1. EVALUASI REALISASI INFLASI

TRIWULAN III 2017

3.1.1. Inflasi Tahunan (yoy)

Inflasi Sulawesi Utara pada triwulan III 2017

tercatat sebesar 3,42% (yoy), lebih rendah

dari triwulan sebelumnya (3,59%). Inflasi

Sulawesi Utara triwulan III 2017 berada dalam

rentang target inflasi tahun 2017 yakni 4%±1%

(yoy). Berdasarkan disagregasinya, inflasi

tahunan pada triwulan III 2017 disumbang oleh

inflasi kelompok AP sebesar 1,62%, kelompok

core sebesar 1,20%, dan kelompok VF sebesar

0,61%.

Grafik 3.1. Inflasi Tahunan dan Andil Disagregasi

Inflasi kelompok AP tercatat sebesar 7,87%

(yoy), lebih rendah dari 10,75% pada triwulan

sebelumnya. Berdasarkan sub kelompoknya,

peningkatan tekanan inflasi tahunan kelompok

AP disebabkan baik oleh sub kelompok AP

energi maupun non-energi. Sub kelompok AP

energi mencatat inflasi sebesar 11,92% (yoy)

dengan sumbangan sebesar 1,06% terhadap

total inflasi AP. Komoditas yang menjadi

penyumbang inflasi yaitu tarif listrik yang

tercatat inflasi sebesar 26,89% (yoy) sebagai

dampak penyesuaian subsidi tarif tenaga listrik

900 VA bagi pelanggan mampu. Sementara itu,

sub kelompok AP non energi mencatat inflasi

1 Glencore dan Nyrstar

sebesar 4,79% (yoy) dengan sumbangan

sebesar 0,56% terhadap inflasi AP. Adapun

komoditas atau jasa yang menyebabkan inflasi

pada sub kelompok tersebut yaitu angkutan

udara. Tingginya mobilitas pengguna

transportasi udara sebagai dampak

meningkatnya jumlah wisman dan

penyelenggaraan acara/kegiatan di Sulut

sehingga mendorong inflasi pada angkutan

udara sebesar 25,29% (yoy). Kenaikan biaya

perpanjangan STNK pada awal tahun 2017 juga

turut memberikan andil inflasi terbesar kedua

(111,99% yoy).

Sementara itu, kelompok core pada triwulan

III 2017 mencatat inflasi yang relatif rendah

yakni sebesar 2,00% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya (2,18%).

Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi core

disebabkan oleh inflasi core traded yang

tercatat inflasi sebesar 2,95% (yoy) dengan

sumbangan terhadap inflasi core sebesar

0,75%. Komoditas utama penyumbang inflasi

pada sub kelompok core traded yaitu seng dan

jeruk nipis. Inflasi seng sejalan dengan tren

positif harga seng dunia akibat kondisi defisit

pasar seng dunia dimana terjadi penutupan

tambang-tambang besar1 seng dunia dan

pertambangan yang terbengkalai di China.

Sementara itu, inflasi jeruk nipis sejalan

dengan pasokan yang berkurang. Di sisi sub

kelompok core non-traded, inflasi tercatat

sebesar 1,33% (yoy) dengan sumbangan

sebesar 0,45% terhadap total inflasi kelompok

core. Mie dan tarif pulsa ponsel merupakan

komoditas utama penyumbang inflasi pada sub

kelompok core non-traded. Naiknya tarif pulsa

ponsel disebabkan oleh operator jasa

telekomunikasi bermaksud menutup biaya

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2014 2015 2016 2017

yoy

Sumber BPS & Bank Indonesia

Andil Core Andil Administered Prices Andil Volatile Food Inflasi Total

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

20

investasi setelah adanya kompetisi harga pada

periode sebelumnya.

Kelompok VF tercatat mengalami inflasi

sebesar 2,00% (yoy), meningkat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya (0,65%). Inflasi

kelompok VF terutama bersumber dari

komoditas tomat sayur yang memberikan andil

terhadap inflasi sebesar 1,06%. Inflasi tomat

secara tahunan tercatat sebesar 90,62% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 23,26%. Tingginya inflasi tomat sayur

disebabkan oleh curah hujan yang cukup tinggi

yang mengganggu produksi tomat di

Kabupaten Minahasa di tengah permintaan

yang meningkat pada perayaan Pengucapan

Syukur.

3.1.2. Inflasi Bulanan (mtm)

Secara bulanan, angka Indeks Harga

Konsumen (IHK) pada bulan Juli mencatat

inflasi sebesar 0,86% (mtm), kemudian pada

bulan Agustus dan September mencatat deflasi

sebesar -0,21% (mtm) dan -1,04% (mtm).

Grafik 3.2. Inflasi Bulanan

Juli 2017

Pada Juli 2017, (IHK) Sulawesi Utara mencatat

inflasi sebesar 0,86% (mtm), lebih rendah

dibandingkan bulan sebelumnya yang

tercatat inflasi sebesar 1,15%. Berdasarkan

disagregasinya, inflasi tersebut disumbang

oleh inflasi pada kelompok volatile food2 (VF)

sebesar 1,10% dan core3 sebesar 0,04%. Di sisi

2 Kelompok volatile food (VF) merupakan kelompok barang dan jasa yang harganya cenderung berfluktuatif. 3 Kelompok core merupakan kelompok barang dan jasa selain kelompok administered prices dan volatile food.

lain, kelompok administered prices4 (AP)

menyumbang deflasi sebesar -0,27%.

Grafik 3.3. Inflasi dan Andil Juli 2017 Berdasarkan Disagregasi

Kelompok volatile food (VF) mencatat inflasi

pada Juli 2017. IHK kelompok VF tercatat

sebesar 5,50% (mtm), lebih tinggi

dibandingkan bulan sebelumnya (2,83%)

maupun pola historisnya (2,79%). Inflasi

kelompok VF terutama bersumber dari

komoditas strategis Sulawesi Utara yakni

tomat dengan andil sebesar 1,03%. Setelah

tercatat inflasi pada bulan sebelumnya, tomat

kembali mencatat inflasi pada bulan Juli

dengan harga mencapai hingga Rp40.000/kg.

Penyebab naiknya harga tomat disebabkan

oleh meningkatnya permintaan pada perayaan

hari Pengucapan di tengah curah hujan yang

cukup tinggi pada bulan Juli yang mengganggu

produksi. Komoditas strategis lainnya yang

mengalami kenaikan harga yaitu bawang

merah dan beras, namun tidak setinggi

kenaikan harga tomat. Khusus komoditas

beras, kenaikan harga disebabkan oleh

berkurangnya stok karena masa panen baru

akan berlangsung pada akhir Agustus atau

awal September. Di sisi lain, laju inflasi ditahan

oleh cabai rawit dan bawang putih serta

komoditas buah-buahan yang mencatat deflasi

pada bulan Juli.

4 Kelompok administered prices (AP) merupakan kelompok barang dan jasa yang tarifnya diatur oleh Pemerintah.

-3%

-2%

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2014 2015 2016 2017

mtmmtm

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Total Volatile Food Administered Prices (rhs) Core (rhs)

5.50%

-1.27%

0.07%

0.86%

-2.0% -1.0% 0.0% 1.0% 2.0% 3.0% 4.0% 5.0% 6.0%

Volatile Food

Administered Prices

Core

Total

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Inflasi (mtm) Andil

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

21

IHK kelompok core pada bulan Juli 2017

mencatat inflasi dengan level yang terbatas.

Inflasi kelompok core bulan Juli 2017 sebesar

0,07% (mtm), lebih rendah dari bulan

sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar

0,19% (mtm) maupun pola historisnya yang

tercatat inflasi sebesar 0,50%. Berdasarkan sub

kelompoknya, inflasi kelompok core didorong

oleh inflasi sub kelompok core nontraded,

sedangkan kelompok core traded mengalami

deflasi. Inflasi sub kelompok core nontraded

memberikan andil sebesar 0,05%, sementara

itu sub kelompok core traded yang tercatat

deflasi memberikan andil sebesar 0,01%.

Inflasi sub kelompok core nontraded pada Juli

2017 tercatat sebesar 0,14% (mtm) dengan

komoditas penyumbang inflasi sub kelompok

ini yaitu seragam sekolah anak dan ikan

tindarung. Naiknya harga seragam sekolah

anak seiring dengan masuknya tahun ajaran

baru. Sementara itu, sub kelompok core traded

menjadi penahan laju inflasi. Sub kelompok ini

mencatat deflasi sebesar 0,04% (mtm).

Komoditas penyumbang utama deflasi core

traded adalah emas dan barang kebutuhan

rumah tangga (pasta gigi dsb).

Kelompok AP pada bulan Juli 2017 menjadi

penahan laju inflasi dengan mencatat deflasi

sebesar 1,27% (mtm). Realisasi tersebut jauh

lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya

yang tercatat inflasi (2,28%) maupun pola

historisnya yang juga tercatat inflasi (2,30%).

Berdasarkan sub kelompoknya, deflasi

kelompok AP didorong oleh penurunan indeks

harga pada kelompok AP non-energi,

sementara itu kelompok AP energi relatif

stabil. Andil kelompok AP non-energi sebesar -

0,27% dan kelompok AP energi relatif stabil

(0%). Sub kelompok AP non energi mencatat

deflasi 2,28% (mtm) dengan andil tertinggi

disumbang oleh tarif angkutan udara sebesar -

0,30%. Turunnya mobilitas masyarakat

menggunakan angkutan udara pasca

berakhirnya lebaran dan berakhirnya masa

liburan mendorong penurunan pada harga

tiket angkutan udara. Sementara itu, sub

kelompok AP energi relatif stabil (0% mtm).

Stabilnya kelompok AP energi salah satunya

dipengaruhi oleh tarif listrik yang telah selesai

periode penyesuaiannya (900 VA bagi

pelanggan nonsubsidi) pada bulan Juni.

• Agustus 2017

IHK Sulut bulan Agustus 2017 mencatat

deflasi sebesar 0,21% (mtm), yang terutama

bersumber dari deflasi kelompok VF.

Sementara itu, kelompok AP dan core

mencatat inflasi. Kelompok VF memberikan

andil terbesar yakni sebesar -0,57% terhadap

deflasi bulanan Agustus 2017, sementara itu

kelompok AP memberikan andil inflasi sebesar

0,27% dan kelompok AP memberikan andil

inflasi sebesar 0,08%.

Grafik 3.4. Inflasi dan Andil Agustus 2017 Berdasarkan Disagregasi

Kelompok VF mencatat deflasi pada Agustus

2017, setelah sepanjang 2 bulan sebelumnya

mencatat inflasi. Deflasi kelompok VF tercatat

sebesar 2,71% (mtm), lebih rendah

dibandingkan bulan sebelumnya (5,50% mtm)

maupun pola historisnya (0,96% mtm). Inflasi

kelompok VF terutama bersumber dari

komoditas strategis Sulawesi Utara yakni

barito (bawang merah, cabai rawit dan tomat)

yang mengalami penurunan harga, khususnya

tomat yang tercatat paling tinggi

sumbangannya terhadap deflasi Sulut (harga

tomat pada akhir Agustus tercatat turun

hingga Rp5.000-Rp6.000/kg). Komoditas

lainnya yang mengalami penurunan harga

yaitu bawang putih dan cabai merah. Turunnya

harga-harga komoditas merupakan cerminan

kembali normalnya harga-harga seiring dengan

tingkat permintaan yang kembali normal di

tengah pasokan yang memadai. Di sisi lain, laju

deflasi lebih dalam ditahan oleh komoditas

-2.71%

1.28%

0.14%

-0.21%

-3.0% -2.5% -2.0% -1.5% -1.0% -0.5% 0.0% 0.5% 1.0% 1.5%

Volatile Food

Administered Prices

Core

Total

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Inflasi (mtm) Andil

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

22

beras yang mencatat inflasi seiring dengan

masih berlangsungnya masa tanam padi dan

tingginya curah hujan di beberapa daerah

produksi beras di Sulut. Selain itu, komoditas

lain yang mencatat inflasi yaitu mujair dan

buah-buahan.

Kelompok AP pada bulan Agustus 2017

menjadi penahan laju deflasi Sulut lebih

dalam, dengan mencatat inflasi sebesar 1,28%

(mtm). Realisasi tersebut lebih tinggi

dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat

deflasi (1,27% mtm) maupun pola historisnya

yang tercatat inflasi (0,84% mtm). Berdasarkan

sub kelompoknya, inflasi kelompok AP

didorong oleh naiknya indeks harga pada

kelompok AP non-energi, sementara itu

kelompok AP energi relatif stabil. Andil

kelompok AP non-energi sebesar 0,27% dan

kelompok AP energi relatif stabil (0%). Sub

kelompok AP non energi mencatat inflasi

2,33% (mtm) dengan andil tertinggi disumbang

oleh tarif angkutan udara sebesar 0,27%.

Naiknya tarif angkutan udara didorong oleh

kunjungan dari luar dalam rangka perayaan

Tomohon International Flower Festival (TIFF)

dan mobilitas masyarakat pada hari libur Hari

Kemerdekaan RI ke-72 serta mobilitas jelang

perayaan Idul Adha. Sementara itu, sub

kelompok AP energi relatif stabil (0% mtm).

Stabilnya kelompok AP energi salah satunya

dipengaruhi oleh tarif listrik yang telah selesai

periode penyesuaiannya (900 VA bagi

pelanggan nonsubsidi) pada bulan Juni.

Tekanan harga pada kelompok core pada

bulan Agustus 2017 mengalami peningkatan.

Inflasi kelompok core bulan Agustus 2017

sebesar 0,14% (mtm), lebih tinggi dari bulan

sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar

0,07% (mtm), namun lebih rendah dari pola

historisnya yang tercatat inflasi sebesar 0,40%.

Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi

kelompok core didorong oleh inflasi kedua sub

kelompok baik traded maupun nontraded. Sub

kelompok core traded memberikan andil

sebesar 0,06%, sementara itu sub kelompok

core nontraded memberikan andil sebesar

0,03%. Inflasi sub kelompok core traded pada

Agustus 2017 tercatat sebesar 0,23% (mtm)

dengan komoditas penyumbang inflasi sub

kelompok ini yaitu emas perhiasan, jeruk nipis

dan baju kaos tanpa kerah. Sementara itu, sub

kelompok core nontraded tercatat inflasi

sebesar 0,08% (mtm) dengan komoditas

penyumbang inflasi sub kelompok ini yaitu

rujak, mie dan tindarung.

• September 2017

IHK Sulut bulan September 2017 mencatat

deflasi sebesar 1,04% (mtm), yang terutama

bersumber dari deflasi kelompok VF dan

kelompok AP. Sementara itu, kelompok core

mencatat inflasi. Kelompok VF memberikan

andil terbesar yakni sebesar -1,12% terhadap

deflasi bulanan September 2017, sementara

itu kelompok AP memberikan andil deflasi

sebesar -0,14%. Di sisi lain, kelompok core

memberikan andil inflasi sebesar 0,22%.

Grafik 3.5. Inflasi dan Andil September 2017 Berdasarkan Disagregasi

Kelompok VF mencatat deflasi pada

September 2017, melanjutkan bulan

sebelumnya yang tercatat deflasi. Deflasi

kelompok VF tercatat sebesar 5,50% (mtm),

lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya

(-2,71% mtm) maupun pola historisnya (-2,96%

mtm). Inflasi kelompok VF terutama

bersumber dari komoditas strategis Sulawesi

Utara yakni barito (bawang merah, cabai rawit

dan tomat) yang mengalami penurunan harga,

khususnya tomat yang tercatat paling tinggi

sumbangannya terhadap deflasi Sulut.

Komoditas lainnya yang mengalami penurunan

harga yaitu bawang putih. Turunnya harga-

harga komoditas merupakan cerminan

kembali normalnya harga-harga seiring dengan

tingkat permintaan yang kembali normal di

-5.50%

-0.65%

0.37%

-1.04%

-6.0% -5.0% -4.0% -3.0% -2.0% -1.0% 0.0% 1.0%

Volatile Food

Administered Prices

Core

Total

Sumber: B PS & Bank Indonesia

Inflasi (mtm) Andil

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

23

tengah pasokan yang memadai. Di sisi lain, laju

deflasi lebih dalam ditahan oleh komoditas

beras yang kembali mencatat inflasi yang

disebabkan oleh curah hujan yang tinggi pada

lokasi-lokasi daerah produsen beras sehingga

mengganggu masa panen. Selain itu,

komoditas lain yang mencatat inflasi yaitu

aneka buah-buahan.

Kelompok AP pada bulan September 2017

juga mencatat deflasi yakni sebesar 0,65%

(mtm), dibandingkan bulan sebelumnya yang

mencatat inflasi sebesar 1,28% (mtm).

Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan

pola historisnya yang tercatat inflasi (1,42%

mtm). Berdasarkan sub kelompoknya, deflasi

kelompok AP didorong oleh turunnya indeks

harga pada kedua sub kelompoknya yaitu AP

energi dan AP non-energi. Andil kelompok AP

energi pada inflasi bulanan September yaitu

sebesar 0,00% dan andil AP non-energi yaitu

sebesar -0,14%. Sub kelompok AP non energi

mencatat deflasi 1,16% (mtm) dengan andil

tertinggi disumbang oleh tarif angkutan udara

sebesar -0,14%. Turunnya tarif angkutan udara

didorong oleh kembali normalnya mobilitas

masyarakat setelah meningkat tinggi pada

bulan sebelumnya dampak penyelenggaraan

Manado Fantastic Festival. Sementara itu, sub

kelompok AP energi relatif stabil (0% mtm).

Stabilnya kelompok AP energi salah satunya

dipengaruhi oleh tarif listrik yang telah selesai

periode penyesuaiannya (900 VA bagi

pelanggan nonsubsidi) pada bulan Juni.

Tekanan harga pada kelompok core pada

bulan September 2017 mengalami

peningkatan. Inflasi kelompok core bulan

September 2017 sebesar 0,37% (mtm), lebih

tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat

inflasi sebesar 0,14% (mtm) maupun pola

historisnya yang tercatat inflasi sebesar 0,17%.

Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi

kelompok core didorong oleh inflasi kedua sub

kelompok baik traded maupun nontraded. Sub

kelompok core traded memberikan andil

sebesar 0,13%, sementara itu sub kelompok

core nontraded memberikan andil sebesar

0,08%. Inflasi sub kelompok core traded pada

September 2017 tercatat sebesar 0,54% (mtm)

dengan komoditas penyumbang inflasi sub

kelompok ini yaitu jeruk nipis dan juice buah

serta vitamin. Sementara itu, sub kelompok

core nontraded tercatat inflasi sebesar 0,25%

(mtm) dengan komoditas penyumbang inflasi

sub kelompok ini yaitu tindarung dan sate.

3.2. ARAH PERKEMBANGAN INFLASI

TRIWULAN IV 2017

Memasuki awal triwulan IV 2017, IHK bulan

Oktober 2017 tercatat deflasi sebesar -0,06%

(mtm) dan secara tahunan tercatat sebesar

3,35% (yoy). Capaian tahunan Oktober

tersebut lebih rendah dibandingkan bulan

September 2017 (3,42% yoy). Inflasi tersebut

tetap berada dalam rentang target inflasi

tahun 2017 yakni 4±1% (yoy).

Tabel 3.1. Inflasi Oktober 2017

Sumber: BPS & Bank Indonesia

IHK Sulut bulan Oktober 2017 mencatat

deflasi sebesar 0,06% (mtm), yang terutama

bersumber dari deflasi kelompok VF.

Sementara itu, kelompok AP dan core

mencatat inflasi. Kelompok VF memberikan

andil terbesar yakni sebesar -0,45% terhadap

deflasi bulanan Oktober 2017. Sebaliknya,

kelompok AP dan core masing-masing

memberikan andil inflasi sebesar 0,19%.

Kelompok VF mencatat deflasi pada Oktober

2017, melanjutkan bulan sebelumnya yang

tercatat deflasi. Deflasi kelompok VF tercatat

sebesar 2,34% (mtm), lebih rendah

dibandingkan bulan sebelumnya (-5,50% mtm)

maupun pola historisnya (0,72% mtm). Deflasi

kelompok VF terutama bersumber dari

komoditas strategis Sulawesi Utara yakni

barito (bawang merah, cabai rawit dan tomat)

yang mengalami penurunan harga, khususnya

tomat yang tercatat paling tinggi

Inflasi Andil Inflasi Andil

Total -0.06% -0.06% 3.35% 3.35%

Volatile Food -2.34% -0.45% 1.52% 0.29%

Administered Prices 0.91% 0.19% 8.18% 1.69%

Core 0.33% 0.19% 2.26% 1.36%

Core Traded 0.48% 0.12% 3.20% 0.81%

Core Non-Traded 0.21% 0.07% 1.58% 0.55%

AP Energi 0.00% 0.00% 10.81% 0.97%

AP Non-Energi 1.65% 0.19% 6.17% 0.72%

Indikatormtm yoy

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

24

sumbangannya terhadap deflasi Sulut.

Komoditas lainnya yang mengalami penurunan

harga yaitu bawang putih. Turunnya harga-

harga komoditas merupakan cerminan

kembali normalnya harga-harga seiring dengan

tingkat permintaan yang kembali normal di

tengah pasokan yang memadai. Di sisi lain, laju

deflasi lebih dalam tertahan oleh komoditas

telur ayam ras, daun bawang, cabai merah dan

aneka buah-buahan.

Sementara itu, kelompok AP pada bulan

Oktober 2017 mencatat inflasi yakni sebesar

0,91% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan

sebelumnya (0,65% mtm). Realisasi tersebut

lebih rendah dibandingkan pola historisnya

yang tercatat inflasi (1,15% mtm). Berdasarkan

sub kelompoknya, inflasi kelompok AP

didorong oleh kenaikan indeks harga pada sub

kelompok AP non-energi, sementara itu

kelompok AP energi relatif stabil. Andil

kelompok AP non-energi pada inflasi bulanan

Oktober yaitu sebesar 0,19%. Sub kelompok AP

non energi mencatat inflasi 11,94% (mtm)

dengan andil tertinggi disumbang oleh tarif

angkutan udara sebesar 0,19%. Kenaikan tarif

angkutan udara dipengaruhi oleh tingginya

jumlah wisman yang datang ke Sulawesi Utara

seiring penyelenggaran event internasional

yakni salah satunya Indonesia Open X-Sport

Championship dan beberapa festival di

kab/kota di Sulut. Sementara itu, sub

kelompok AP energi relatif stabil (0% mtm).

Stabilnya kelompok AP energi salah satunya

dipengaruhi oleh tarif listrik yang telah selesai

periode penyesuaiannya (900 VA bagi

pelanggan nonsubsidi) pada bulan Juni.

Tekanan harga pada kelompok core pada

bulan Oktober 2017 sedikit mereda

dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi

kelompok core bulan Oktober 2017 sebesar

0,33% (mtm), lebih rendah dari bulan

sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar

0,37% (mtm), namun lebih tinggi dari pola

historisnya yang tercatat inflasi sebesar 0,22%.

Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi

kelompok core didorong oleh inflasi kedua sub

kelompok baik traded maupun nontraded. Sub

kelompok core traded memberikan andil

sebesar 0,12%, sementara itu sub kelompok

core nontraded memberikan andil sebesar

0,07%. Inflasi sub kelompok core traded pada

Oktober 2017 tercatat sebesar 0,48% (mtm)

dengan komoditas penyumbang inflasi sub

kelompok ini yaitu lemon. Sementara itu, sub

kelompok core nontraded tercatat inflasi

sebesar 0,21% (mtm) dengan komoditas

penyumbang inflasi sub kelompok ini yaitu

aneka makanan jadi seperti rujak dan nasi

dengan lauk.

Melihat realisasi inflasi bulan Oktober dan

perkiraan inflasi pada November dan

Desember, Bank Indonesia memperkirakan

inflasi pada triwulan IV 2017 sebesar 3,50-

3,90% (yoy). Perkiraan tersebut lebih tinggi

dibandingkan realisasi inflasi pada triwulan

sebelumnya (3,42% yoy). Naiknya inflasi

tersebut diperkirakan disebabkan oleh

permintaan yang meningkat jelang akhir tahun

yang tidak diimbangi dengan pasokan bumbu-

bumbuan yang mencukupi. Selain itu, kondisi

cuaca di mana curah hujan meningkat juga

menyebabkan pasokan komoditas bumbu-

bumbuan menurun. Adapun sepanjang tahun

2017, inflasi disebabkan oleh komoditas

bumbu-bumbuan khususnya tomat, tarif

listrik, angkutan udara, dan biaya

perpanjangan STNK.

3.3. PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI

DAN TANTANGAN YANG DIHADAPI

Koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank

Indonesia dalam pengendalian inflasi perlu

terus diperkuat terutama dalam menghadapi

risiko kenaikan harga volatile food menjelang

Lebaran dan Natal serta Tahun Baru. Ke

depan, Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia

berkomitmen untuk terus memperkuat upaya

pengendalian inflasi di tahun 2017. Pada paruh

kedua tahun 2017, upaya pengendalian inflasi

difokuskan pada pengendalian harga

komoditas strategis seperti Tomat Sayur dan

Cabai Rawit. Program pengendalian inflasi

tersebut telah dilakukan melalui “Gerakan

Barito – Batanang Rica dan Tomat” tahap ke 2

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

25

dengan penyaluran sekitar 35 ribu bibit kepada

Kelompok-Kelompok PKK di wilayah Kota

Manado dan sekitarnya, sebagai antisipasi

lonjakan harga komoditas tersebut di akhir

tahun. Upaya lainnya yaitu melalui kerjasama

antar daerah dan program komunikasi

ekspektasi akan terus dilakukan sepanjang

tahun 2017. Selanjutnya, TPID baik tingkat

Provinsi maupun Kab/Kota di Sulawesi Utara

telah terlibat aktif didalam rangkaian kegiatan

Rakornas Pengendalian Inflasi Tahun 2017.

Berdasarkan hasil Rakornas tersebut, TPID di

wilayah Sulawesi Utara berkomitmen untuk

melakukan percepatan pembenahan efisiensi

tata niaga pangan melalui penguatan

infrastruktur dan pemanfaatan teknologi

digital, sesuai dengan arahan Presiden

Republik Indonesia. Upaya lain yang akan

dilakukan penguatan kelembagaan TPID di

wilayah Sulawesi Utara menyusul terbitnya

Keputusan Presiden RI No.23 Tahun 2017

tentang Tim Pengendalian Inflasi Nasional.

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

26

Bab IV.

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan

Akses Keuangan dan UMKM

4.1. GAMBARAN UMUM PERBANKAN

4.1.1. Kondisi Umum

Kinerja Perbankan Sulawesi Utara pada

triwulan III 2017 relatif baik. Hal ini tercermin

dari peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan

pertumbuhan kredit yang juga mendorong

pertumbuhan aset. Kredit Perbankan Sulawesi

Utara pada triwulan III 2017 mencapai Rp34

triliun atau tumbuh 10,3% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

6,9% (yoy). Pertumbuhan kredit tersebut

mendorong pertumbuhan aset sebesar

Rp47,94 triliun atau tumbuh 14,6% (yoy),

didorong oleh tumbuhnya komponen

Penempatan pada Bank lain, kredit yang

diberikan, dan aset yang diambil alih.

Disisi lain, penghimpunan dana terus tumbuh

membaik pada periode laporan sebesar

8,82% (yoy). Pertumbuhan DPK pada triwulan

III tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh

2,64% (yoy).

Berdasarkan kelompok bank, peningkatan

kredit yang cukup signifikan terjadi pada

kelompok bank BUKU I, BUKU II, dan BUKU IV.

Sementara penyaluran kredit bank BUKU III

menjadi Rp6.648 triliun atau 1,5% lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 0,9%. Perlambatan pertumbuhan

pada BUKU III bersumber dari penyaluran

Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi.

Perlambatan pertumbuhan kredit disertai

dengan penutupan 2 (dua) kantor cabang

bank pada kelompok BUKU III turut

mempengaruhi kinerja aset BUKU III sehingga

mengalami pertumbuhan negatif, sementara

kinerja aset BUKU I, II dan IV tercatat tumbuh

signifikan.

Grafik 4.1. Perkembangan Aset Perbankan Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.2. Perkembangan Kredit Perbankan

Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.3. Perkembangan DPK Perbankan

Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

27

4.1.2. Dana Pihak Ketiga (DPK)

DPK perbankan Sulawesi Utara pada Triwulan

III 2017 mengalami pertumbuhan yang

signifikan sebesar 8,82% (yoy), setelah pada

triwulan II 2017 mengalami pertumbuhan

dalam level yang terbatas sebesar 2,64% (yoy)

dan bahkan terkontraksi sebesar -0,14% (yoy)

pada triwulan I 2017. Sumber utama

pertumbuhan DPK Sulawesi Utara pada

Triwulan III 2017 adalah dari kelompok BUKU

IV yang tercatat sebesar Rp13,3 triliyun atau

meningkat 12,8% (yoy) dibandingkan tahun

sebelumnya yang hanya tumbuh 1,4% (yoy).

Berdasarkan kelompok bank, peningkatan

pertumbuhan DPK khususnya pada BUKU I

didorong peningkatan deposito pemerintah

sebesar 20,98% (yoy), BUKU III didorong oleh

deposito perseorangan sebesar 10,53% (yoy),

dan BUKU IV didorong oleh giro pemerintah

sebesar 26,74% (yoy). Sebaliknya,

perlambatan DPK terjadi pada BUKU II serta

BUKU III yang didorong oleh perlambatan giro

sebesar -20,18% (yoy) dan deposito sebesar -

8,94% (yoy). Peningkatan giro perbankan pada

periode laporan hanya terjadi pada BUKU IV.

Sedangkan pada BUKU I, BUKU II, dan BUKU III

giro mengalami kontraksi masing-masing

sebesar -13% (yoy), -20% (yoy), dan -2,34%

(yoy). Mulai dikeluarkannya anggaran

pemerintah menjelang akhir tahun untuk

pembangunan infrastruktur dan belanja

lainnya diperkirakan menjadi penyebab utama

perlambatan giro pada BUKU I, mengingat

kontribusi giro pemerintah pada kelompok

BUKU I terhadap total giro di Sulawesi Utara

adalah sebesar 42,5%. Sementara itu,

perlambatan giro pada BUKU II disebabkan

oleh penurunan giro sebesar 24% (yoy) pada

sektor swasta dan perlambatan giro pada

BUKU III dipengaruhi oleh penurunan pada

sektor korporasi (sebesar 3,4% yoy). Ditengah

perlambatan giro, simpanan masyarakat dalam

bentuk deposito mengalami peningkatan

sebesar 10,53% (yoy) pada BUKU III dan

20,98% (yoy) pada BUKU I, yang menahan laju

perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga

secara umum.

Komponen tabungan masih mendominasi

komposisi DPK Sulut dengan share 48,3%,

diikuti komponen Deposito sebesar 34,2%

dan Giro sebesar 17,6%. Berdasarkan

kelompok bank, DPK BUKU IV dan III

didominasi oleh Tabungan sejalan dengan

komposisi dana perseorangan yang lebih tinggi

dibanding kelompok lainnya, sementara BUKU

II didominasi oleh Deposito perseorangan

sejalan dengan suku Bunga deposito yang lebih

tinggi dibandingkan kelompok lain, adapun

BUKU I didominasi oleh Giro dan Deposito

pemerintah.

Peningkatan pertumbuhan DPK Sulawesi

Utara pada triwulan III 2017 didorong oleh

pertumbuhan komponen tabungan dan

deposito yang masing-masing tumbuh 9,33%

(yoy) dan 12,57% (yoy) dimana pada triwulan

sebelumnya hanya meningkat masing-masing

1,62% (yoy) dan 3,08% (yoy). Sementara giro

tercatat tumbuh dalam level yang terbatas

sebesar 1,01% (yoy), menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 4,48% (yoy).

Sektor rumah tangga masih mendominasi DPK

terutama tabungan dan deposito sejalan

dengan komponen kepemilikan dana Sulawesi

Utara yang didominasi oleh Rumah Tangga

sebesar 73,64%. Pangsa tabungan dan

deposito Rumah Tangga pada triwulan III 2017

mencapai 45,17% dan 24,68% dari total DPK.

Meningkatnya komponen tabungan pada

periode laporan disebabkan oleh peningkatan

simpanan dana masyarakat seiring dengan

penerimaan Gaji ke-13 dan adanya tendensi

penurunan kinerja konsumsi masyarakat

sehingga cenderung memilih instrumen dana

yang mudah dicairkan. Kondisi ini

terkonfirmasi dengan peningkatan jumlah

rekening tabungan sebesar 6,4% (qtq). Adapun

peningkatan yang terjadi pada komponen

deposito didorong oleh peningkatan suku

bunga deposito oleh beberapa bank.

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

28

Grafik 4.4. Perkembangan Jenis DPK

Perbankan Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.5. Komposisi DPK Perbankan Umum

di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.6. Perkembangan Giro Perbankan

Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.7. Perkembangan Tabungan

Perbankan Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.8. Perkembangan Deposito

Perbankan Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

4.1.3. Kredit

Penyaluran kredit perbankan Sulawesi Utara

didominasi Kredit Konsumsi (KK) sebesar

60,55%, disusul Modal Kerja (KMK) 26,22%,

dan kredit investasi (KI) 13,23%. Sejalan

dengan kondisi tersebut, penyaluran kredit

seluruh kelompok bank di Sulawesi Utara

didominasi KK, kecuali BUKU II. Kredit KK ketiga

kelompok bank tersebut mayoritas disalurkan

untuk jenis kredit Multiguna. Peningkatan

pertumbuhan kredit perbankan Sulawesi Utara

terjadi pada semua jenis kredit terutama KK

yang memiliki pangsa terbesar. Pada periode

laporan, penyaluran KK tercatat tumbuh

sebesar 12,1% (yoy), KMK tumbuh 9,9% (yoy),

dan KI tumbuh 3,6% (yoy) setelah pada

triwulan sebelumnya sempat mengalami

kontraksi sebesar -0,8% (yoy).

Peningkatan KK khususnya terjadi pada jenis

kredit Kredit Multiguna (tumbuh 12,7% yoy

dari 9,1% yoy pada triwulan sebelumnya), KPR

(tumbuh 10,7% yoy dari 9,8% yoy pada

triwulan sebelumnya, dan Kredit Peralatan

(tumbuh namun melambat sebesar 28,8% yoy

dari 29,2% yoy pada triwulan sebelumnya). Di

sisi lain Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) pada

periode laporan mengalami kontraksi lebih

dalam sebesar -9% yoy dari -3,5% yoy pada

triwulan sebelumnya. Peningkatan KPR sejalan

dengan hasil SHPR yang menunjukkan

tumbuhnya tingkat penjualan properti Sulut

sebesar 2,33% (yoy) khususnya untuk

penjualan tipe kecil. Hal ini sejalan dengan

semakin gencarnya penjualan KPR oleh

perbankan khususnya untuk tipe 36 dengan

fasilitas bunga murah dan angsuran rendah,

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

29

sebagai respon program sejuta rumah yang

dijalankan oleh pemerintah.

Disisi lain, KMK mengalami peningkatan

sebesar 9,9% (yoy) setelah sempat tumbuh

melambat sebesar 5,8% (yoy) pada triwulan

sebelumnya. Perbaikan pertumbuhan yang

signifikan pada KMK BUKU I (dari sebelumnya

tumbuh 27% yoy, kini tumbuh 74,1% yoy) dan

juga naiknya pertumbuhan KMK BUKU 4 (dari

sebelumnya 10,5% yoy menjadi 12% yoy) telah

berhasil mendorong peningkatan

pertumbuhan KMK Perbankan Sulut secara

keseluruhan ditengah kontraksi KMK BUKU II

dan III yang tumbuh negatif sejak satu tahun

terakhir. Peningkatan kinerja KMK juga

terkonfirmasi melalui peningkatan realisasi

kegiatan usaha berdasarkan SKDU yakni dari

sebelumnya terkontraksi sebesar 3,46% pada

triwulan II 2017 menjadi 13,21% pada triwulan

III 2017 yang disebabkan oleh peningkatan di

sektor Pertanian dan Perdagangan. Sektor

Pertanian meningkat sebagai dampak dari

musim panen. Berdasarkan liaison,

peningkatan KMK sektor perdagangan juga

terkonfirmasi melalui peningkatan likert scale

penjualan domestik. Pertumbuhan pada

penjualan domestik terutama didorong oleh

peningkatan penjualan di sektor Konstruksi

dan Pengangkutan. Relaksasi kebijakan LTV

mendorong permintaan disektor property,

sehingga mendorong peningkatan realisasi

KMK sektor konstruksi. Sementara itu,

Berkembangnya fenomena taxi online juga

turut mendorong meningkatnya permintaan

sehingga meningkatkan KMK penjualan mobil.

Mengacu pada hasil liason, terjadi lonjakan

pertumbuhan penjualan domestik untuk

kendaraan bermotor hingga mencapai 100%

(yoy). Hal ini terkonfirmasi dengan

meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di

Sulawesi Utara sebanyak 1.085.987 unit

(terdiri dari 77% kendarana roda 2 dan 23%

kendaraan roda empat) atau rata-rata per

bulan meningkat sebesar 0,6%. Sementara

posisi NPL KMK tertinggi tercatat pada BUKU

III (12,13%) dan BUKU II (11,69%), secara

sektoral NPL KMK tertinggi tercatat pada

sektor konstruksi 12,4% dan subsektor

perikanan 9,5%.

Adapun pertumbuhan positif KI pada triwulan

III 2017 disebabkan oleh peningkatan yang

signifikan dari KI BUKU I ditengah kontraksi

pada KI BUKU II. Peningkatan yang signifikan

pada KI BUKU I (dari sebelumnya 55,3% yoy

menjadi 116,4% yoy) ditengah kontraksi yang

cukup dalam pada KI BUKU II (dari sebelumnya

46,4% yoy menjadi -25,4% yoy) menyebabkan

KI tumbuh positif setelah terkontraksi pada

triwulan sebelumnya. Penurunan NPL pada KI

pada level 4,2% (sebelumnya 4,7%)

diperkirakan turut mempengaruhi kondisi

peningkatan penyaluran KI. Berdasarkan

liaison, peningkatan KI juga terkonfirmasi

melalui peningkatan likert scale investasi.

Meskipun demikian, pangsa KI masih relatif

kecil dibandingkan dengan KMK dan KK. Hal ini

disebabkan suku bunga KI yang berada

dikisaran 10% sd 11% dianggap masih cukup

tinggi oleh pelaku usaha sehingga pelaku usaha

lebih memilih menggunakan dana simpanan

(giro maupun deposito) jika ingin melakukan

kegiatan investasi.

Penyaluran kredit perbankan Sulawesi Utara

pada triwulan III 2017 didominasi sektor

utama penopang perekonomian Sulawesi

Utara yakni sektor perdagangan besar dan

eceran, serta sektor pertambangan, sektor

konstruksi, sektor pertanian, dan industri

pengolahan. Secara keseluruhan industri

perbankan, sektor utama penerima

pembiayaan rata-rata tercatat tumbuh positif

dan meningkat jika dibandingkan periode

sebelumnya, hanya kredit sektor industri

pengolahan yang masih terkontraksi sebesar -

10% (yoy) meskipun tidak sedalam pada

triwulan sebelumnya yang terkontraksi

sebesar -10,4% (yoy). Dengan pangsa sebesar

21% dari total penyaluran kredit di Sulawesi

Utara, sektor perdagangan masih mencatatkan

pertumbuhan yang melambat disebabkan oleh

base effect pasca pertumbuhan yang cukup

tinggi di bulan Juni tahun 2016 sebagai dampak

dari pembukaan charter flight Tiongkok-

Manado yang mendorong menjamurnya

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

30

berbagai usaha baru utamanya subsektor

perdagangan eceran dominasi barang

makanan dan bukan makanan kategori UMKM.

Pertumbuhan kredit yang meningkat pada

triwulan III 2017 tidak diikuti dengan

peningkatan realisasi pencairan kredit yang

tercermin melalui peningkatan undisbursed

loan dari 14,84% (yoy) menjadi 22,76% (yoy).

Hal tersebut diikuti dengan share undisbursed

loan terhadap total kredit yang juga meningkat

sebesar 4,8% dibanding triwulan sebelumnya

yang hanya tercatat sebesar 4,7%. Peningkatan

share undisbursed loan terhadap total kredit

terutama terjadi pada BUKU I dan BUKU III.

Grafik 4.9. Komposisi Kredit Perbankan Umum

di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.10. Perkembangan KMK Perbankan

Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.11. Perkembangan KI Perbankan

Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.12. Perkembangan KK Perbankan

Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.13. Komposisi Undisbursed Loan

Perbankan Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

4.1.4. Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non

Performing Loan (NPL)

Fungsi intermediasi perbankan yang

tercermin dari indikator LDR menunjukkan

peningkatan pada triwulan III 2017 menjadi

147,2% dari 146,3% pada triwulan

sebelumnya yang disebabkan oleh

peningkatan kredit yang lebih tinggi

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

31

dibandingkan pertumbuhan DPK. Secara

spasial, tingkat LDR hampir seluruh

kabupaten/Kota di Sulawesi Utara berada di

atas 100%, kecuali Tomohon yang tercatat

LDRnya sebesar 88%. Meskipun demikian,

pencapaian LDR diatas 100% ini masih

didominasi oleh kredit konsumsi sebesar

62,7% dari total kredit, terutama peralatan

(28,8%) dan multiguna (12,7%). Adapun jika

dibandingkan dengan seluruh provinsi di

Kawasan Indonesia Timur, tingkat LDR

Sulawesi Utara menduduki peringkat tiga

tertinggi. Adapun LDR tertinggi dicapai oleh

Gorontalo sebesar 196%, sedangkan LDR

terendah yaitu Papua sebesar 60%.

Grafik 4.14.Perkembangan LDR se-Kawasan

Indonesia Timur

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.15. Perkembangan LDR secara Spasial

Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Pertumbuhan penyaluran pembiayaan pada

triwulan III 2017 diikuti oleh perbaikan

kualitas kredit. Hal ini tercermin dari indikator

rasio NPL menunjukkan perbaikan menjadi

3,69% pada periode laporan dari sebelumnya

3,97%. Penurunan NPL disebabkan oleh

penurunan NPL sektor perikanan dan

perdagangan.

Rasio NPL tertinggi seluruh kelompok bank di

triwulan III 2017 terjadi pada kelompok bank

BUKU II sebesar 12,55%, didorong oleh NPL

kredit Investasi yang meningkat sebesar

39,2% (sebelumnya 29,8%) dan KMK yang

meningkat sebesar 11,69% (sebelumnya

10,11%). Realisasi NPL pada BUKU II tersebut

sedikit membaik dibanding triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 13%. Secara

spasial NPL tertinggi tercatat di Kab. Minahasa

Tenggara sebesar 6,13% (sebelumnya 9,41%),

didorong oleh tingginya NPL KK.

Secara sektoral NPL tertinggi yaitu sektor

perikanan sebesar 16,86%, sektor industri

pengolahan sebesar 12,08%, dan sektor

konstruksi sebesar 9,73%. NPL sektor

perikanan tertinggi terjadi di BUKU III yang

mencapai 67,92%. Meskipun NPL sektor

perikanan adalah yang tertinggi, namun

realisasi NPL tersebut mengalami penurunan

jika dibandingkan dengan realisasi NPL pada

triwulan sebelumnya. NPL sektor perikanan

pada periode laporan tercatat sebesar 16,86%

(sebelumnya 18,94%). Penurunan NPL pada

sektor perikanan lebih disebabkan akibat

peningkatan portofolio kredit pada sektor

tersebut. Penyaluran kredit sektor perikanan

pada periode laporan meningkat 6,59%

dibandingkan triwulan sebelumnya. Adapun

NPL sektor Industri Pengolahan tertinggi

terjadi di BUKU II yang mencapai 74,13%.

Tingginya NPL industri pengolahan BUKU II

lebih disebabkan oleh menurunnya penyaluran

kredit di sektor perikanan sebesar Rp633

milyar (sebelumnya Rp645 milyar). Pada sektor

Konstruksi, meskipun tercatat memiliki NPL

yang tinggi yaitu 9,78%, namun realisasi ini

lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 10 ,88%.

Jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di

Kawasan Indonesia Timur, Tingkat NPL

Sulawesi Utara pada periode laporan masih

relatif cukup tinggi (peringkat kelima tertinggi).

NPL terendah yaitu Kalimantan Tengah sebesar

1,35%, sedangkan NPL tertinggi yaitu

Kalimantan Timur yang tercatat sebesar 8,06%.

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

32

Jika dianalisis dari sisi Loan At Risk, kelompok

bank yang memiliki risiko tertinggi pada

periode laporan yaitu Kelompok Buku IV

sebesar 7,80% atau Rp2,65 triliun. Angka ini

meningkat 14,3% (yoy) dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan

loan at risk ini lebih disebabkan adanya

portofolio kredit yang juga mengalami

peningkatan. Adapun berdasarkan sektor

ekonomi, risiko tertinggi dari sisi loan at risk

yaitu sektor real State dan jasa perusahaan

sebesar 50,6% (sebelumnya pada tahun 2016

tercatat sebesar 10,3%) dan sektor perikanan

sebesar 37% (sebelumnya pada tahun 2016

tercatat sebesar 29,8%). Peningkatan loan at

risk yang cukup signifikan di sektor real estate

disebabkan meningkatnya portofolio pinjaman

yang direstrukturisasi yaitu sebesar Rp193,3

milyar atau tumbuh 14x lipat dibandingkan

periode yang sama tahun 2016 yang hanya

sebesar Rp12,2 milyar. Sedangkan jika

dibandingkan dengan seluruh provinsi di

Kawasan Indonesia Timur, risiko loan at risk

Sulawesi Utara pada periode laporan berada

pada peringkat kelima tertinggi yaitu sebesar

12,6%. Loan at risk tertinggi yaitu Provinsi

Kalimantan Timur sebesar 23,1%.

Grafik 4.16. NPL Bank Umum Per Kelompok di

Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.17. NPL Bank Umum Per Jenis

Penggunaan di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.18. NPL Bank Umum Per Kab/Kota di

Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.19. Perkembangan NPL Bank Umum

Per di kawasan Indonesia Timur

Sumber: Bank Indonesia

4.2. AKSES KEUANGAN DAN UMKM

4.2.1. Perkembangan Pembiayaan UMKM

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

memiliki peran penting dalam perekonomian

Sulawesi Utara tercermin dari pangsa unit

usaha yang dominan terhadap total unit usaha,

serta sebagai sektor yang juga turut

berkontribusi terhadap penyerapan tenaga

kerja. Namun demikian, sebagai salah satu

aktor yang cukup penting dalam

perekonomian domestik maupun nasional,

UMKM sering kali masih terkendala dalam

memperoleh pembiayaan.

Pada triwulan III 2017, laju pertumbuhan

kredit UMKM di Sulawesi Utara meningkat

sejalan dengan peningkatan penyaluran

kredit secara total. Kredit UMKM di Sulawesi

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

33

utara tumbuh sebesar 11% (yoy) dari yang

semula tumbuh sebesar 7,53% (yoy).

Pertumbuhan kredit di sektor UMKM disertai

dengan perbaikan kualitas kredit yang

tercermin dari turunnya rasio NPL kredit

UMKM meskipun masih berada di atas

threshold yaitu 5%. Pada triwulan III 2017, NPL

Kredit UMKM tercatat sebesar 5,43%,

dibanding periode sebelumnya 6,34%.

Grafik 4.20. Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Sejalan dengan pertumbuhan kredit UMKM,

pangsa kredit UMKM terhadap total kredit

yang disalurkan di Sulawesi Utara pada

triwulan III 2017 turut mengalami

peningkatan. Pangsa kredit UMKM Sulut pada

periode laporan sebesar 26,26% dari

sebelumnya 25,64%. Berdasarkan kelompok

bank, seluruh kelompok bank telah memenuhi

threshold penyaluran minimum kredit UMKM

kecuali kelompok BUKU I yang baru mencapai

9% pada periode laporan, sedangkan BUKU II

tercatat sebesar 31,7%, BUKU III sebesar

23,5%, dan BUKU IV sebesar 34,1%.

Berdasarkan wilayahnya, konsentrasi

penyaluran kredit UMKM terbesar berada di

Kota Manado sebesar 57,4% diikuti Kota Bitung

sebesar 11,61% dan Kota Kotamobagu sebesar

11,06%. Sedangkan dari sisi kerentanan

terhadap risiko kredit bermasalah, Kab.

Bolaang Mongondow Timur mencatatkan NPL

tertinggi dibandingkan 15 kab/kota lainnya

untuk kategori kredit UMKM yaitu mencapai

15,01% pada periode laporan yang bersumber

dari sektor perdagangan subsektor

perdagangan eceran yang didominasi

makanan dan minuman. Meskipun demikian,

realisasi NPL tersebut telah mengalami

penurunan yang signifikan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

29,79%. Adapun Kota Manado sebagai daerah

dengan realisasi kredit UMKM terbesar, rasio

NPL kredit UMKMnya juga menurun sebesar

6,84% dibandingkan triwulan sebelumnya

(7,97%) meskipun masih melewati threshold

yang ditetapkan yaitu 5%.

Grafik 4.21. Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Wilayah di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

4.2.2. Akses Keuangan Penduduk

Indikator akses keuangan Sulawesi Utara

terutama dari sisi penghimpunan dana dan

penyaluran pembiayaan mengalami

peningkatan. Rasio jumlah rekening DPK

terhadap penduduk angkatan kerja di Sulawesi

Utara pada periode laporan masih

menunjukkan peningkatan dibandingkan

periode Agustus 2016 (157,09%), dimana pada

data terakhir yaitu periode Agustus 2017 rasio

tersebut tercatat sebesar 174,40%. Rasio yang

telah melampaui angka 100% mengindikasikan

setengah dari jumlah angkatan kerja memiliki

lebih dari satu rekening (dengan asumsi

seluruh angkatan kerja masing-masing

memiliki 1 rekening tabungan).

Grafik 4.22. Rasio Jumlah Rekening DPK terhadap Penduduk Angkatan Kerja

Sumber: Bank Indonesia

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

34

Sementara itu, rasio jumlah rekening kredit

terhadap jumlah penduduk angkatan kerja di

Sulawesi Utara juga menunjukkan

peningkatan dibandingkan periode Februari

2017 sebesar 23,22% menjadi 23,25% di bulan

Agustus 2017 meskipun secara komposisi

masih cukup rendah dibandingkan rasio

jumlah rekening DPK terhadap jumlah

penduduk angkatan kerja. Masih cukup

rendahnya rasio rekening kredit menunjukkan

bahwa fasilitas pembiayaan belum banyak

dimanfaatkan oleh masyarakat Sulawesi Utara,

baik karena alasan belum membutuhkan

maupun secara administratif dan non-

administratif belum dapat melengkapi

persyaratan yang diperlukan untuk dapat

memanfaatkan fasilitas pembiayaan. Masih

minimnya rasio tersebut juga menunjukkan

masih terdapat ruang untuk meningkatkan

penyaluran kredit di masa mendatang.

Grafik 4.23. Rasio Jumlah Rekening Kredit terhadap Penduduk Angkatan Kerja

Sumber: Bank Indonesia

4.2.3. Upaya Peningkatan Akses Keuangan

dan Pengembangan UMKM

Untuk mendorong peningkatan akses

masyarakat Sulawesi Utara terhadap layanan

jasa keuangan guna mendorong

pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,

Bank Indonesia telah melakukan berbagai

bentuk langkah dan upaya, diantaranya adalah

sebagai berikut:

Memperluas implementasi LKD melalui

dorongan kepada Bank penyelenggara LKD

di Sulawesi Utara, untuk memperbanyak

agen LKD di tiap-tiap daerah serta

melakukan sosialisasi dan edukasi GNNT

pada berbagai kesempatan dan kepada

beragam stakeholders.

Melaksanakan Pelatihan kepada Wanita

Kaum Ibu (WKI) GMIM terkait Pengolahan

Ikan Kayu dan ikan asin rendah kadar garam

di Minahasa Utara dengan bekerjasama

dengan dinas terkait pada Bulan September

2017.

Menyelenggarakan Kegiatan Sulut

Entrepreneur Day di Manado dalam rangka

meningkatkan kontribusi UMKM dalam

mendukung perekonomia Sulawesi Utara.

Keikutsertaan dalam Karya Kreatif

Indonesia (KKI) di Jakarta sebagai media

untuk memperkenalkan dan memasarkan

produk inovatif hasil karya UMKM Sulawesi

Utara.

Menyelenggarakan Seminar

Pengembangan UMKM &

Entrepereneurship dengan melibatkan

Dinas Koperasi & UMKM serta berbagai

UMKM se-Kota Manado. Kegiatan ini

dilakukan untuk mendorong munculnya

start up business baru, mendorong UMKM

yang sudah ada untuk bisa lebih

berkembang dalam meningkatkan

kapasitas usaha melalui peningkatan akses

layanan perbankan.

4.3. KETAHANAN KORPORASI

4.3.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

Salah satu sumber kerentanan sektor

korporasi khususnya Industri Pengolahan di

Sulawesi Utara adalah melemahnya

permintaan global/Negara mitra dagang.

Pada triwulan III 2017, Amerika Serikat (AS)

masih menjadi Negara tujuan utama ekspor

Sulawesi Utara (pangsa 28,9%) sehingga

perkembangan kinerja perekonomian AS dapat

menjadi sumber kerentanan sektor korporasi

Sulawesi Utara. Pada triwulan laporan kinerja

ekonomi AS tercatat tetap tumbuh sebesar 3%

(lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya)

mesipun sedikit lebih rendah dari triwulan

sebelumnya yaitu 3,1%.

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

35

Grafik 4.24. Komposisi Ekspor Sulawesi

Utara

Sumber: SITC, diolah

Pergerakan harga minyak dunia juga

menjadi sumber kerentanan korporasi

dikarenakan komoditas Lemak/Minyak

nabati memiliki pangsa cukup dominan

dalam komposisi ekspor Sulawesi Utara.

Pada triwulan III 2017 rata-rata harga

Crude Coconut Oil (CNO) menunjukkan

penurunan sejalan dengan arah kinerja

ekspor minyak nabati Sulut yang

didominasi oleh CNO yang juga tercatat

mengalami penurunan dari 80,9% per

Agustus 2016 menjadi 77,8% per Agustus

2017.

Grafik 4.25. Perkembangan Harga Minyak dan Ekspor Minyak Nabati Sulut

Sumber: World Bank

4.3.2. Kinerja Korporasi

Kegiatan Usaha

Kinerja korporasi berdasarkan hasil liaison

Bank Indonesia dengan perusahaan pada

lapangan usaha utama di Sulawesi Utara,

mengindikasikan adanya peningkatan

kegiatan usaha pada triwulan III 2017 jika

dibandingkan triwulan sebelumnya. Perbaikan

cuaca menyebabkan kinerja sektor pertanian

meningkat akibat hasil panen yang baik dan

pengurangan hama tanaman. Sejalan dengan

hal tersebut, rata-rata kapasitas produksi pada

sektor pertanian dan industri pengolahan serta

penyerapan tenaga kerja juga meningkat.

Grafik 4.26. Lickert Scale Kegiatan Usaha

Sumber: Liaison, Bank Indonesia

Kedepan, prospek kinerja korporasi yang

tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.

Sulawesi Utara masih menjanjikan, dimana

kegiatan usaha pada triwulan mendatang

diperkirakan masih tercatat tumbuh dengan

SBT sebesar 11,82%. Pertumbuhan tersebut

diperkirakan akan disumbangkan oleh

peningkatan kinerja lapangan usaha

Perdagangan, Hotel dan Restoran dan Jasa-jasa

menjelang perayaan Hari Natal dan Libur

Tahun Baru yang dimulai pada periode

Desember.

4.3.3. Eksposure Perbankan Pada Sektor

Korporasi

Eksposur kredit perbankan pada sektor

korporasi menurun dari 16,6% pada triwulan II

2017 menjadi 15,9% pada triwulan III 2017.

Meski tidak sebesar kredit Rumah Tangga,

kerentanan yang terjadi pada sektor ini perlu

untuk diwaspadai agar stabilitas sistem

keuangan secara keseluruhan tetap terjaga

mengingat eratnya keterkaitan antar sektor.

Keterkaitan sektor korporasi terhadap sektor

rumah tangga dalam hal penyerapan tenaga

kerja yang kemudian berpengaruh terhadap

penghasilan.

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

36

Grafik 4.27. Pangsa Penggunaan Kredit

Korporasi

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.28. Pertumbuhan Kredit Korporasi

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Kredit perbankan pada sektor korporasi di

Sulawesi Utara pada triwulan III 2017

mencapai Rp 5,39 Trilliun, tumbuh 1,3% (yoy)

tumbuh melambat dibandingkan bulan

sebelumnya. Perlambatan tersebut didorong

oleh melambatnya KI yang mendominasi

penyaluran kredit korporasi Sulawesi Utara.

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit

korporasi terutama disalurkan dalam bentuk KI

(50,08%) dan investasi (49,45%), dan hanya

sebagian kecil dipergunakan untuk konsumsi

(0,47%).

4.4. KETAHANAN RUMAH TANGGA

4.4.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi

Sektor Rumah Tangga

Sebagai penyedia dana dan sebagai penerima

pendanaan dari institusi keuangan, sektor

Rumah Tangga memiliki peran yang penting

dalam Sistem Keuangan. Beberapa faktor yang

memengaruhi kondisi rumah tangga adalah

tingkat pendapatan, tingkat pengangguran,

tingkat konsumsi dan kondisi

pembiayaan/kredit rumah tangga.

Konsumsi rumah tangga terhadap

perekonomian Sulawesi Utara tercatat

melambat ditengah meningkatnya

perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan

laporan.

Grafik 4.29. Indeks Keyakinan Konsumen

Rumah Tangga Sulawesi Utara

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Rumah tangga dalam melakukan kegiatan

konsumsi menunjukkan peningkatan

optimisme. Hal ini tercermin dari Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK) selama triwulan III

2017 yang berada pada level 128 yang masih

berada diatas titik optimis (100) serta lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 126.

Grafik 4.30. Persepsi Rumah Tangga Sulawesi

Utara terhadap Ekonomi saat ini

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

37

Grafik 4.31. Persepsi Rumah Tangga Sulawesi

Utara terhadap Harga 6 bulan kedepan

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Optimisme Rumah tangga juga masih

menunjukkan peningkatan baik terhadap

kondisi penghasilan, pembelian barang tahan

lama dan ketersediaan lapangan kerja. Hal ini

tercermin dari indeks pembentuk Indeks

Ekonomi Saat Ini (IKE), sepanjang periode Juli-

September 2017 masih berada diatas titik

optimis (>100). Sejalan dengan hal tersebut,

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja juga

menunjukkan peningkatan pada triwulan

laporan.

Optimisme tersebut diperkirakan akan terus

bertahan pada pada waktu mendatang,

tercermin dari rata-rata ekspektasi rumah

tangga terhadap lapangan pekerjaan 6 bulan

mendatang yang tetap berada dilevel optimis

(137,5,0) meski menurun dibandingkan

periode sebelumnya (171). Ke depan, risiko

yang berasal dari kenaikan harga pada sektor

RT diperkirakan akan mereda. Hal ini

terindikasi dari penurunan Indeks Ekspektasi

Harga 6 bulan mendatang.

4.4.2. Dana Pihak Ketiga Perseorangan di

Perbankan

Pada triwulan III 2017 pertumbuhan dana

pihak ketiga (DPK) perseorangan mengalami

kontraksi sebesar -3,88% (yoy), melambat

dibandingkan periode sebelumnya yang

tercatat meningkat 2,05% (yoy). Dilihat dari

porsinya, sektor rumah tangga masih

mendominasi DPK perbankan Sulawesi Utara,

dengan pangsa yang mencapai 73,64% dari

keseluruhan DPK di Sulawesi Utara. Porsi DPK

perseorangan tersebut relatif meningkat jika

dibandingkan triwulan sebelumnya (73%),

namun menurun jika dibandingkan dengan

periode yang sama di 2016 sebesar 76,61%.

Grafik 4.32. Komposisi DPK Perseorangan di

Sulawesi Utara

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Preferensi rumah tangga pada triwulan III 2017

dalam melakukan penempatan dana masih

didominasi pada produk tabungan (45,17%)

dan deposito (24%).

Grafik 4.33. Pertumbuhan DPK Perseorangan

Tiap Jenis Penempatan

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

4.4.3. Kredit Perbankan Sektor Rumah

Tangga

Kredit rumah tangga (konsumsi) pada

triwulan III 2017 mencapai Rp19,8 triliun,

tumbuh 9,2% (yoy) melambat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 12% (yoy). Sementara itu pangsa

kredit rumah tangga terhadap total kredit yang

disalurkan masih dominan yaitu 60%.

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

38

Grafik 4.34. Komposisi Kredit Konsumsi

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Dari sisi penggunaan, pangsa kredit rumah

tangga masih didominasi oleh Kredit Multiguna

(76,45%), diikuti Kredit Pemilikan Rumah - KPR

(21,7%), Kredit Kendaraan Bermotor - KKB

(1,02%) dan Kredit Perlengkapan (0,83%).

Kredit RT jenis multiguna sebagai jenis kredit

terbesar tercatat tumbuh sebesar 12,7% (yoy)

meningkat dibandingkan bulan sebelumnya

9,1% (yoy). Gencarnya Program Sejuta Rumah

yang dicanangkan oleh Pemerintah serta

Relaksasi ketentuan mengenai LTV pada tahun

2016 mulai berdampak pada penyaluran KPR,

dimana pada periode ini KPR tumbuh 10,7%

(yoy). Sementara itu, penurunan terjadi pada

KKB yang terkontraksi lebih dalam menjadi 9%

(yoy) dimana pada bulan sebelumnya

terkontraksi 3,48% (yoy). Disisi lain,

perlambatan pertumbuhan terjadi pada Kredit

Perlengkapan yang tumbuh 28,8% (yoy) pada

periode laporan dari 29,2% (yoy) di triwulan

sebelumnya.

Grafik 4.35. Pertumbuhan Kredit Konsumsi

Menurut Jenis Penggunaan

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Dari sisi risiko kredit, kualitas kredit rumah

tangga pada triwulan laporan menunjukkan

perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya

sebagaimana tercermin dari peningkatan rasio.

Rasio NPL periode sebelumnya 2,56% turun

menjadi 2,49% pada triwulan laporan. Adapun

nominal NPL tercatat meningkat dari Rp507

Milyar menjadi Rp511 Milyar. Penurunan rasio

NPL terjadi pada seluruh jenis kredit Rumah

Tangga kecuali KPR yang justru meningkat dari

6,31% menjadi 6,54% pada periode laporan.

Peningkatan NPL KPR disebabkan peningkatan

portofolio KPR seiring dengan masih

berlangsungnya Program Sejuta Rumah oleh

Pemerintah yang kemudian direspon positif

oleh industri dengan makin gencarnya

program promosi dan subsidi uang muka.

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

39

Bab V.

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan

Pengelolaan Uang Rupiah

5.1. PENYELENGGARAAN LAYANAN

SISTEM PEMBAYARAN NONTUNAI

Pada triwulan III 2017, transaksi kliring

melalui Sistem Kliring Nasional Bank

Indonesia (SKNBI) di Sulawesi Utara tercatat

sebesar Rp 1,77 triliun meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp 1,52 triliun sejalan

dengan peningkatan perekonomian Sulawesi

Utara pada triwulan III 2017. Secara

pertumbuhan, transaksi kliring masih

mengalami penurunan yaitu sebesar 22% (yoy)

pada triwulan III 2017, namun penurunan

tersebut tidak sedalam penurunan yang terjadi

pada triwulan II 2017 yang tercatat menurun

sebesar 32% (yoy). Penurunan transaksi kliring

salah satunya masih disebabkan oleh dampak

lanjutan dari pemberlakuan ketentuan atas

pembatasan nominal transfer paling banyak

Rp500 juta per transaksi sehingga terdapat

base year effect yang menyebabkan

pertumbuhan triwulan ini rendah. Penurunan

juga terjadi pada volume transaksi sebesar

26,9% (yoy) dari sebelumnya 82.903 pada

triwulan III 2016 lembar menjadi 60.542

lembar pada periode laporan.

Grafik 5.1. Perkembangan Transaksi SKNBI

Bank Indonesia terus melakukan upaya

menjaga kelancaran transaksi pembayaran

nontunai. Upaya yang dilakukan antara lain

melalui implementasi SKNBI Generasi II sejak 5

Juni 2015, mendorong Gerakan Nasional Non

Tunai (GNNT) melalui Layanan Keuangan

Digital (LKD) dan elektronifikasi berbagai jenis

transaksi baik G to P, P to G dan P to P serta

melakukan pemantauan pada Koordinator

Pertukaran Warkat Debit (KPWD).

Guna meningkatkan penggunaan LKD di

Sulawesi Utara, Bank Indonesia berupaya

memperluas implementasi LKD melalui

dorongan kepada bank penyelenggara LKD di

Sulawesi Utara, untuk melakukan ekspansi

agen LKD di tiap-tiap daerah. Sampai dengan

Juni 2017, agen LKD di Sulawesi Utara tercatat

sejumlah 1.953 agen.

Dalam rangka mendorong elektronifikasi,

Bank Indonesia telah menyusun Roadmap

Elektronifikasi untuk tahun 2017-2019 yang

menjadi panduan dalam implementasi

elektronifikasi transaksi keuangan di wilayah

Sulawesi Utara. Keberhasilan utama

elektronifikasi di Sulawesi Utara merupakan

terlaksananya pembayaran gaji Aparatur Sipil

Negara (ASN) di 15 Kab/Kota se-Sulawesi Utara

berkat keseriusan dan koordinasi yang intens

antara Bank Indonesia, Pemerintah daerah dan

serta kesiapan infrastruktur perbankan.

Berbagai sosialisasi dan edukasi GNNT juga

terus dilakukan oleh Bank Indonesia pada

berbagai kesempatan untuk mendorong

terwujudnya lesh cass society di Sulawesi

Utara.

Dalam upaya mendukung kelancaran sistem

kliring, Bank Indonesia melakukan

pemantauan kepatuhan KPWD melalui

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

40

analisis laporan berkala setiap bulan secara

off-site serta pemeriksaan on-site. Pada

triwulan III 2017 pemantauan langsung

dilakukan di KPWD Kotamobagu, Bitung dan

Gorontalo. Di Sulawesi Utara, terdapat 5

penyelenggara kliring yaitu Bank Indonesia di

Manado, dan 3 KPWD yang terdiri dari BNI di

Kotamobagu, Bank Mandiri di Kep. Sangihe,

dan BNI di Bitung.

Aktivitas Kegiatan Usaha Penukaran Valuta

Asing Bukan Bank (KUPVA BB) pada triwulan

III 2017 menunjukkan peningkatan sejalan

dengan tumbuhnya pariwisata Sulawesi

Utara. Transaksi penjualan valuta asing pada

KUPVA BB tercatat sebesar Rp6,3 Miliar

tumbuh 72% (yoy), dan meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar Rp4,7 Miliar. Peningkatan aktivitas

KUPVA BB disisi lain perlu disertai dengan

pengawasan untuk mencegah risiko

pemanfaatan KUPVA BB bagi kegiatan

pencucian uang, pendanaan terorisme, judi

on-line, dan kejahatan lainnya. Oleh

karenanya, Bank Indonesia telah menerbitkan

PBI No.18/20/PBI/2016 tanggal 3 Oktober

2016. Dalam PBI tersebut diatur bahwa setiap

penyelenggara KUPVA BB yang tidak

memperoleh wajib memperoleh izin dari Bank

Indonesia. Terhadap penyelenggara KUPVA BB

yang belum memperoleh izin Bank Indonesia

diwajibkan untuk menutup kegiatan usaha dan

mengajukan izin kepada Bank Indonesia.

Terkait hal tersebut, sepanjang triwulan III

2017 telah dilakukan beberapa sosialisasi

kepada KC KUPVA BB yang berkantor pusat

diluar Sulawesi Utara, Perhimpunan Hotel dan

Restoran Indonesia (PHRI) Sulut, Asosiasi Tour

dan Travel Indonesia (ASITA) Sulut, serta

koordinasi dengan Kepolisian Daerah, Badan

Narkotika Nasional (BNN) dan Dinas Pariwisata

untuk perumusan strategi penertiban.

Berdasarkan hasil market intelegence dan

koordinasi dengan instansi / pihak terkait,

hingga saat ini belum ditemukan adanya

KUPVA BB yang tidak berizin di Sulawesi Utara.

5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI

Pergerakan aliran masuk uang kartal dari

masyarakat ke kas Bank Indonesia pada

triwulan III 2017 masih mengikuti pola

historisnya yaitu menunjukkan adanya

peningkatan net-inflow. Permintaan

masyarakat akan uang kartal mulai mereda

sejalan dengan berakhirnya momentum hari

raya dan periode libur. Hal ini tercermin dari

aktivitas setoran-bayaran uang tunai yang

tercatat net-inflow sebesar Rp 1,1 triliun,

berkebalikan dengan dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat net outflow (lebih

besar uang kartal yang keluar dari Bank

Indonesia) Rp 1,9 triliun. Net inflow pada

triwulan III 2017 tercatat lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya dikarenakan adanya pergeseran

hari raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan II

pada tahun ini. Berbeda dengan tahun

sebelumnya hari raya Idul Fitri jatuh pada

triwulan III sehingga permintaan aliran uang

kartal yang besar oleh masyarakat menjadi

faktor penahan peningkatan inflow.

Grafik 5.2. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Rp triliun)

Seiring dengan kebijakan clean money policy,

kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar

(UTLE) terus dilakukan oleh Bank Indonesia.

Pada triwulan III 2017, sejalan dengan lebih

banyaknya aliran uang kartal yang keluar dari

kas Bank Indonesia dibandingkan uang kartal

yang masuk ke kas Bank Indonesia, jumlah

UTLE yang dimusnahkan secara nominal

mengalami peningkatan, namun secara rasio

terhadap inflow mengalami penurunan.

Pemusnahan pada triwulan III 2017 sebesar

(3)

(2)

(1)

-

1

2

3

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Sumber: Bank Indonesia

Inflow Outflow Netflow

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

41

Rp550 Miliar dengan rasio terhadap inflow

sebesar 22%. Jumlah pemusnahan pada

triwulan sebelumnya sebesar Rp 509 Miliar

dengan rasio terhadap inflow 53%.

Bank Indonesia juga menyelenggarakan

pelayanan jasa kas titipan dalam rangka

penyediaan kebutuhan uang kartal. Pada

triwulan III 2017, dilakukan sebanyak 8 kali

dropping kas titipan, yang terdiri dari 2 kali di

Kab. Kep. Sangihe (Bank Mandiri), 4 kali di

Provinsi Gorontalo (Bank Mandiri Kota

Gorontalo dan Bank SulutGo Cab Pohuwato), 2

kali di Kotamobagu (Bank SulutGo). Sementara

itu, penarikan kas titipan dilakukan juga

sebanyak 7 kali yang terdiri dari 2 kali di Kab.

Kep. Sangihe,2 kali di Kota Kotamobagu dan

3kali di Kota Gorontalo. Total dropping kas

titipan pada triwulan II 2017 sebesar Rp 373

miliar.

Selain melalui kas titipan, Bank Indonesia juga

telah mengoptimalkan layanan kas keliling,

yang tidak hanya menjangkau pusat bisnis

modern, namun juga hingga ke pasar

tradisional di tingkat Kecamatan di setiap

Kab/Kota di Sulawesi Utara. Sepanjang

triwulan III 2017, telah menyelenggarakan 52

kegiatan kas keliling yang terdiri dari kegiatan

kas keliling dalam kota Manado, kas keliling

luar kota dan kas keliling BI Jangkau pada Kota

Bitung, Kab. Minahasa Tenggara, Minahasa

Utara, Kep. Talaud dan Kep. Sitaro. Kegiatan

tersebut juga dirangkaikan dengan edukasi

mengenai ciri keaslian Uang Rupiah kepada

masyarakat, untuk memitigasi risiko peredaran

Uang palsu di Sulawesi Utara.

Temuan uang palsu di Sulawesi Utara dan

Provinsi Gorontalo pada triwulan III 2017

sebanyak 211 lembar, meningkat dari

triwulan II 2017 yang tercatat hanya sebanyak

121lembar. Berdasarkan pecahannya, temuan

pada triwulan III 2017 terdiri dari 174 lembar

pecahan Rp 100 ribu, 36 lembar pecahan Rp 50

ribu dan 1 lembar pecahan Rp 5 ribu.

Pemberantasan uang palsu terus dilakukan

Bank Indonesia antara lain melalui penguatan

koordinasi bersama aparat penegak hukum

yang didasarkan pada Pokok-Pokok

Kesepahaman dalam rangka Mendukung

Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia dengan

Kepolisian Daerah Sulawesi Utara yang telah

disepakati sejak tanggal 23 Juni 2015. Bank

Indonesia selalu melakukan klarifikasi Uang

Palsu melalui data dan fisik bilyet setiap bulan

yang kemudian dilaporkan kepada Kepolisian

Daerah Sulawesi Utara untuk ditindaklanjuti

sesuai kewenangannya sebagai penegak

hukum.

Grafik 5.3. Perkembangan Temuan Uang Palsu (Lembar)

69 64

34

67

149

124

219 214

7967 58

84

228

18

95

23

103121

211

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Bank Indonesia

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

42

Bab VI.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

6.1. KETENAGAKERJAAN

Ketenagakerjaan di Sulawesi Utara

mengalami penurunan ditengah peningkatan

kinerja ekonomi Sulawesi Utara sampai

dengan periode September 2017. Perbaikan

ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tersebut

tercermin dari tingkat pengangguran terbuka

(TPT) pada periode Agustus 2017 yang sebesar

7,18%, meningkat dari periode yang sama

tahun sebelumnya yang berada di level 6,18%.

Sementara itu, kinerja ekonomi Sulawesi Utara

pada triwulan III 2017 tercatat meningkat

dengan pertumbuhan sebesar 6,49% (yoy),

lebih tinggi dibanding periode yang sama

tahun 2016 (6,02% yoy).

Jumlah angkatan kerja Sulawesi Utara pada

periode laporan tercatat mengalami

penurunan, sementara jumlah penduduk usia

kerja (usia 15 tahun ke atas) mengalami

peningkatan. Meskipun jumlah penduduk usia

kerja meningkat 1,32% (yoy), namun hal ini

tidak diikuti dengan peningkatan jumlah

angkatan kerja. Realisasi angkatan kerja pada

periode laporan tercatat sebanyak 1,12 juta

atau turun sebesar -5,2% dibandingkan

periode tahun sebelumnya (1,18 juta). Hal ini

disebabkan penduduk usia kerja banyak yang

melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA,

terkonfirmasi dengan peningkatan jumlah

penduduk usia kerja yang menyelesaikan

pendidikan SMA sebesar 7,6%. Tren

penurunan jumlah angkatan kerja juga diikuti

dengan penurunan jumlah penduduk yang

bekerja dan peningkatan jumlah

pengangguran. Jumlah penduduk yang bekerja

pada Agustus 2017 mengalami kontraksi

sebesar -6,3% (yoy) dibandingkan periode

Agustus 2016 yang tercatat meningkat 11,1%

(yoy). Hal ini mengakibatkan Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) Sulawesi utara juga

mengalami perlambatan yaitu sebesar 60,85%,

menurun dari tahun sebelumnya yang berada

di level 65,11%.

Kondisi tersebut menyebabkan jumlah

pengangguran meningkat sebanyak 7 (tujuh)

ribu orang dan mendorong TPT mengalami

peningkatan yang lebih dalam.

Tabel 6.1. Keadaan Ketenagakerjaan (ribu jiwa)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 6.1. Tingkat Pengangguran Terbuka Periode Agustus (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik

TPT di perkotaan cenderung lebih tinggi

dibandingkan TPT di pedesaan. Pada periode

laporan, TPT di perkotaan sebesar 8,16%,

sedangkan TPT di pedesaan tercatat sebesar

6,17%. Hal ini disebabkan penyerapan tenaga

kerja yang lebih tinggi di tingkat pedesaan,

terutama di subsektor pertanian. Berdasarkan

porsinya, penyerapan jumlah tenaga kerja di

subsektor pertanian yaitu sebanyak 264,7 ribu

orang (25,4%), subsektor perdagangan

sebanyak 231 ribu orang (22,2%), dan

subsektor jasa sebanyak 225,7 ribu orang

(21,68%). Kondisi ini sesuai dengan struktur

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

43

ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III 2017

yang didominasi oleh subsektor pertanian

sebesar 22,05% dari total PDRB dan subsektor

perdagangan sebesar 12,02% dari total PDRB.

Berdasarkan lapangan usahanya,

peningkatan tingkat pengangguran

disebabkan oleh penurunan penyerapan

tenaga kerja pada lapangan usaha pertanian.

Penyerapan tenaga kerja dari subsektor

pertanian terkontraksi sebesar 10,40% (yoy)

ditengah kondisi lapangan usaha pertanian

yang meningkat kinerjanya dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya seiring dengan

perbaikan cuaca yang terkonfirmasi dari

penurunan indeks El Nino (data BMKG), serta

dukungan program pemerintah melalui

penyaluran bibit/benih. Tingkat penyerapan

tenaga kerja di subsektor pertanian

diproyeksikan akan mulai meningkat seiring

dengan perhatian Pemerintah dalam hal

perluasan lahan pertanian dan penyediaan

bibit. Di sisi lain, penyerapan tenaga kerja pada

lapangan usaha perdagangan dan jasa

kemasyarakatan tercatat meningkat

kinerjanya masing-masing sebesar 2,19% (yoy)

dan 1,62% (yoy) sebagai dampak peningkatan

permintaan wisatawan mancanegara yang

tumbuh sebesar 29% (mtm) pada bulan

September 2017. Selain itu, strategi

pemerintah dalam menjalin kerja sama dengan

China dalam kerangka One Belt and One Road

(OBOR) di tiga area prioritas investasi yakni

Sumatra Utara, Kalimantan Utara, dan

Sulawesi Utara, akan semakin meningkatkan

penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Utara.

Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan

Utama (ribu orang)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sejalan dengan penurunan tenaga kerja di

lapangan usaha pertanian, pekerjaan

informal menunjukkan penurunan jumlah

tenaga kerja secara signifikan tetapi masih

mendominasi jenis lapangan pekerjaan di

Sulawesi Utara. Penurunan jumlah tenaga

kerja di sektor informal sejalan dengan

perlambatan kinerja dan jumlah tenaga kerja di

lapangan usaha pertanian yang merupakan

sektor informal. Hal ini terkonfirmasi dengan

jumlah pekerja setengah menganggur yang

merupakan karakteristik lapangan usaha

pertanian yang juga naik presentasenya dari

7,91% pada Agustus 2016 menjadi 9,24% pada

periode laporan.

Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan

Utama (ribu orang)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 6.4. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan (ribu orang)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 6.5. Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT untuk

Level SMA paling tinggi dibandingkan tingkat

pendidikan lainnya yaitu 25,83% (lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun 2016

yang sebesar 21,17%). Hal ini mengindikasikan

jumlah penawaran pekerjaan di level

pendidikan SMA lebih sedikit dibanding tenaga

kerja tersedia. Tingginya TPT dengan Level

SMA selama 3 tahun terakhir (di atas 15%)

salah satunya diindikasikan sebagai akibat dari

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

44

kebijakan moratorium transhipment yang

berimbas pada surat ijin melaut yang sulit

dikeluarkan bagi perusahaan akibatnya banyak

karyawan perusahaan perikanan yang

dirumahkan. Hal ini terkonfirmasi dengan

menurunnya jumlah tenaga kerja di subsektor

perikanan dari sebelumnya 14 ribu orang

menjadi 6 ribu orang.

Di tengah TPT yang meningkat, jumlah

penduduk Sulawesi Utara pada Bulan Agustus

2017 yang berprofesi mengurus Rumah

Tangga juga mengalami kenaikan yang

signifikan yaitu meningkat 31,6% (qtq) atau

19,9% (yoy). Mayoritas penduduk yang

berprofesi mengurus Rumah Tangga ini belum

memiliki kegiatan produktif yang

menghasilkan pendapatan tambahan. Jika

dilihat berdasarkan jenis kelamin, TPAK

Sulawesi Utara lebih dekonsentrasi pada

tenaga kerja laki-laki dibanding tenaga kerja

perempuan. TPAK laki-laki tercatat sebesar

79,28% sementara TPAK perempuan hanya

41,7%. Artinya banyak penduduk perempuan

yang belum ikut andil dalam kegiatan

produktif.

Secara spasial, TPT tertinggi di Sulawesi Utara

diduduki oleh Kota Bitung (9,85%), Kab.

Minahasa Utara (9,48%), dan Kota Manado

(9,35 Berdasarkan jumlah pengangguran,

Kota Manado menempati peringkat pertama

dengan jumlah terbanyak yaitu 18,2 ribu atau

sebesar 23% dari total pengangguran di

Sulawesi Utara yang berjumlah 80,483 orang.

Sedangkan peringkat TPAK tertinggi di

Sulawesi Utara yaitu Kab. Kepulauan Talaud

(68,32%), Kab. Bolaang Mangondow (64,10%),

dan Kab. Minahasa Selatan (62,42%).

Dibandingkan dengan provinsi lain di KTI, TPT

Sulawesi Utara menduduki peringkat tertinggi

kedua setelah Maluku. Tingkat Pengangguran

tersebut lebih tinggi dibandingkan tingkat

pengangguran selama 5 tahun terakhir.

Tabel 6.6. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka se-Kawasan

Indonesia Timur

6.2. KESEJAHTERAAN

Kondisi kesejahteraan di Sulawesi Utara

secara umum mengalami peningkatan seiring

dengan perbaikan indikator-indikator

kesejahteraan. Indikator-indikator tersebut

antara lain upah, tingkat kemiskinan, Nilai

Tukar Petani dan Indeks Kebahagiaan

Penduduk.

Pada tahun 2017, upah minimum provinsi

(UMP) meningkat sehingga mendorong

kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara.

Upah Minimum Provinsi Sulawesi Utara tahun

2017 ditetapkan pemerintah daerah sebesar

Rp 2.598.000,00 meningkat sebesar 8,25%

(yoy) dari UMP tahun 2016 yakni Rp

2.400.000,00. Berdasarkan spasialnya, UMP

Provinsi Sulawesi Utara merupakan UMP

tertinggi ketiga secara Nasional (di bawah

Jakarta dan Papua). Di sisi lain, Upah Minimum

Kota (UMK) Manado tahun 2017 ditetapkan

lebih tinggi dari UMP Sulawesi Utara yaitu

sebesar Rp 2.650.000,00. Dengan adanya

peningkatan UMK ini, diharapkan dapat

membantu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Kota Manado.

Pada periode Maret 2017, kesejahteraan

masyarakat Sulawesi Utara tercatat

mengalami kenaikan, tercermin dari tingkat

kemiskinan yang menurun. Jumlah penduduk

miskin di Provinsi Sulawesi Utara pada

periode Maret 2017 sebanyak 198,88 ribu jiwa

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

45

(atau sebesar 8,10%), turun dibandingkan

dengan penduduk miskin pada Maret 2016

yang berjumlah sekitar 202,82 ribu jiwa (atau

sebesar 8,34%). Angka ini masih di bawah

tingkat kemiskinan nasional yang tercatat

mencapai 10,64% pada periode Maret 2017.

Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan

masyarakat yang menyebabkan tingkat

kemiskinan menurun. Sejalan dengan Tingkat

Kemiskinan yang menurun, Garis Kemiskinan

naik sebesar 5% yaitu dari Rp. 317.478 per

kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp.

333.510 per kapita per bulan pada Maret 2017.

Berdasarkan komponen Garis Kemiskinan (GK)

yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan

(GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan

(GKNM), peranan komoditas makanan

(sebesar 77,21%) jauh lebih besar

dibandingkan peranan komoditas bukan

makanan.

Perbaikan garis kemiskinan ini diikuti dengan

penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan5

yang tercatat menurun dari 1,534 pada Maret

2016 menjadi 1,368 pada Maret 2017. Kondisi

ini mengindikasikan adanya kenaikan daya beli

masyarakat yang semakin mendekati garis

kemiskinan. Pada Maret 2017, indeks

kedalaman kemiskinan di perdesaan (1,885)

lebih tinggi dari perkotaan (0,794), artinya

diperlukan subsidi yang lebih tinggi untuk

mengentaskan penduduk miskin di daerah

pedesaan dibandingkan perkotaan agar daya

beli masyarakat semakin mendekati garis

kemiskinan.

Sedangkan dari sisi keparahan kemiskinan,

Indeks Keparahan Kemiskinan6 juga tercatat

menurun dari 0,456 pada Maret 2016 menjadi

0,351 pada Maret 2017. Hal ini

mengindikasikan ketimpangan pengeluaran

diantara penduduk miskin semakin kecil.

Indeks keparahan kemiskinan di pedesaan

5 Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan ukuran rata-

rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk

miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai

indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk

dari garis kemiskinan.

tercatat sebesar 0,490, lebih besar

dibandingkan di perkotaan yang tercatat

sebesar 0,197. Penduduk miskin di pedesaan

cenderung memiliki variasi pengeluaran

konsumsi antar penduduk miskin yang lebih

tinggi dibandingkan di perkotaan. Adapun

tingkat ketimpangan antara penduduk kaya

dan miskin di Sulawesi Utara yang tercermin

dari Gini Ratio tercatat meningkat sebesar

0,396 (dari sebelumnya 0,379 pada Maret

2016) dimana angka tersebut dikategorikan ke

dalam kelompok ketimpangan sedang.

Tabel 6.6. Perbandingan Tingkat Kemiskinan di Wilayah Sulawesi

Apabila dibandingkan dengan nasional dan

provinsi lain di Kawasan Sulawesi, tingkat

kemiskinan Sulawesi Utara merupakan yang

paling rendah, di bawah Sulawesi Selatan

(9,38%) dan nasional (10,64%), sedangkan

tingkat kemiskinan tertinggi tercatat di

Provinsi Gorontalo dengan tingkat 17,65%.

Tabel 6.7. Indikator Keadaan Kesejahteraan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Kesejahteraan petani di Sulawesi Utara masih

relatif rendah yang tercermin dari Nilai Tukar

Petani (NTP) yang masih berada di bawah

level sejahtera (100). Rata-rata NTP Sulawesi

6 Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

Indikator Mar-16 Mar-17

Tingkat Kemiskinan (%) 8.34 8.10

Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) 202.82 198.88

Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bulan) 317.48 333.510

Indeks Kedalaman Kemiskinan 1.534 1.368

Indeks Keparahan Kemiskinan 0.456 0.351

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

46

Utara pada triwulan III 2017 tercatat sebesar

92,52, membaik (-4,2% yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya (-4,7% yoy). Perbaikan

NTP mengindikasikan peningkatan

kesejahteraan petani dengan meningkatnya

daya beli masyarakat di kawasan pedesaan.

Membaiknya NTP disebabkan oleh dua hal,

yakni kenaikan harga komoditi yang dihasilkan

petani dan penurunan harga barang konsumsi

rumah tangga. Harga hasil tanaman pangan

pada periode laporan mengalami peningkatan,

diantaranya harga jual gabah dan jagung

disertai dengan peningkatan harga Produksi

perkebunan yaitu biji pala. Disisi lain,

pengeluaran konsumsi rumah tangga petani

menurun menjadi 130,09 dibandingkan bulan

sebelumnya 131,6. Hal ini sejalan dengan

penurunan harga-harga komoditas pangan

yang tercermin dari Indeks Harga Konsumen

Sulut pada periode laporan yang mencatatkan

deflasi sebesar 0,06% (mtm). Namun demikian,

angka NTP Sulut pada periode laporan masih

berada di bawah batas kesejahteraan. Hal

tersebut disebabkan oleh Indeks Dibayar

Petani yang cenderung meningkat

dibandingkan Indeks Diterima Petani yang

cenderung rendah. Faktor utama yang

memengaruhi hal tersebut yaitu kenaikan

komponen konsumsi rumah tangga

subkelompok bahan makanan. Hal ini sejalan

dengan tekanan harga terhadap bahan pokok

utamanya komoditas bumbu-bumbuan

(bawang, cabai rawit dan tomat) jelang hari

raya Idul Fitri dan Perayaan Pengucapan di

wilayah Minahasa.

Grafik 6.2. Perkembangan NTP Sulut

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Berdasarkan subsektor, petani pada subsektor

perikanan merupakan yang paling sejahtera,

hal ini terlihat dari angka NTP yang lebih besar

dibandingkan dengan subsektor lainnya yaitu

103,72. Peningkatan kesejahteraan kelompok

nelayan salah satunya disebabkan oleh

relaksasi kebijakan moratorium dan

transhipment. Dengan menggunakan ukuran

yang sama, petani di subsektor tanaman

pangan dan hortikultura masih berada di

bawah batas sejahtera dengan NTP masing-

masing 90,22, dan 95,53. Kondisi curah hujan

yang berfluktuasi pada triwulan III 2017

mengakibatkan jadwal panen serta kualitas

hasil pertanian terganggu sehingga berdampak

pada kualitas maupun kuantitas produksi hasil

pertanian. Di sisi lain, kesejahteraan petani di

subsektor perkebunan yang nilai NTP nya

paling rendah diantara subsektor lain perlu

menjadi perhatian. Rendahnya produktivitas

tanaman kelapa, minimnya pasokan bahan

baku kelapa untuk diolah menjadi produk

olahan yang disebabkan petani kelapa di

beberapa tempat lebih suka menjual

kelapanya langsung kepada pembeli di luar

negeri, serta penurunan harga coconut oil dari

USD1,627/MT menjadi USD1,575/MT menjadi

salah satu penyebab penurunan NTP subsektor

perkebunan.

Grafik 6.3. NTP Sulut per Subsektor Triwulan II

2017

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di

Sulawesi, penguatan NTP terjadi di seluruh

Provinsi. NTP Sulawesi Utara masih menempati

posisi terendah jika dibandingkan dengan

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

47

provinsi lainnya di Sulawesi, sementara NTP

tertinggi tercatat di Sulawesi Barat.

Grafik 6.4. Perkembangan NTP di Pulau

Sulawesi pada Triwulan III 2017

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara Tahun

2017 meningkat dan merupakan tiga provinsi

yang memiliki Indeks Kebahagiaan tertinggi di

Indonesia. Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara

tahun 2017 berdasarkan Survei Pengukuran

Tingkat Kebahagiaan (SPTK) sebesar 73,69

pada skala 1-100. Nilai ini berada di atas angka

nasional yang hanya sebesar 70,69. Indeks

Kebahagiaan merupakan indeks komposit yang

disusun oleh tiga dimensi, yaitu Kepuasan

Hidup (Life Satisfaction), Perasaan (Affect), dan

Makna Hidup (Eudaimonia). Besarnya indeks

masing-masing dimensi penyusun Indeks

Kebahagiaan yaitu Indeks Dimensi Kepuasan

Hidup sebesar 74,27, Indeks Dimensi Perasaan

sebesar 69,29 dan Indeks Dimensi Makna

Hidup sebesar 77,11. Adapun kontribusi

masing-masing dimensi terhadap Indeks

Kebahagiaan Sulawesi Utara adalah Kepuasan

Hidup (34,80%), Perasaan (31,18%) dan Makna

Hidup (34,02%). Secara nasional, Indeks

Kebahagiaan Sulut berada di peringkat ketiga

tertinggi setelah Maluku Utara (75,68) dan

Maluku (73,77). Secara spasial, Indeks

Kebahagiaan penduduk yang tinggal di wilayah

perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding

penduduk yang tinggal di perdesaan. Nilai

Indeks Kebahagiaan di perkotaan sebesar

75,38, sedangkan di perdesaan sebesar 71,92.

Hal ini menunjukan bahwa penduduk Sulawesi

Utara pada umumnya telah merasa optimis

dengan masa depannya.

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

48

Bab VII.

Prospek Perekonomian Daerah

7.1. PERTUMBUHAN EKONOMI

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I

2018 diperkirakan tumbuh meningkat

dibandingkan perkiraan pertumbuhan

triwulan IV 2017. Pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Utara diperkirakan berada pada

kisaran 6,2-6,6% (yoy) di triwulan I 2018, lebih

tinggi dibandingkan perkiraan triwulan IV 2017

yaitu 6,1-6,5% (yoy).

Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi

akan didorong oleh peningkatan seluruh

komponen utama sisi penggunaan yakni

konsumsi, investasi dan ekspor. Peningkatan

konsumsi akan ditopang oleh meningkatnya

konsumi rumah tangga dan konsumsi

pemerintah. Konsumsi rumah tangga

meningkat didorong oleh UMP tahun 2018

yang mulai diterapkan sejak awal tahun 2018.

Pada tahun 2018, UMP Sulut tercatat sebesar

Rp2.825.000, naik 8,71% (yoy) dibandingkan

tahun 2017 sebesar Rp2.598.000. Sementara

itu, konsumsi pemerintah diperkirakan

meningkat seiring dengan meningkatnya

target pendapatan APBD Provinsi Sulut dan

semakin baiknya pemerintah dalam alokasi

dan realisasi anggaran belanja. Senada dengan

itu, investasi juga diperkirakan meningkat

didukung oleh investasi swasta berupa

pembangunan gedung perbelanjaan dan hotel

serta realisasi belanja modal pemerintah untuk

pembangunan infrastruktur strategis. Di sisi

perdagangan luar negeri, ekspor barang

diperkirakan tumbuh meningkat seiring

dengan membaiknya pasokan komoditas

pertanian sebagai bahan baku dan ditopang

juga oleh perbaikan ekonomi dunia. Ekspor

jasa juga diperkirakan meningkat seiring

dengan bertambahnya jumlah wisman yang

berkunjung ke Sulut dan dibukanya beberapa

rute penerbangan baru ke Sulawesi Utara pada

tahun 2017.

Dari sisi lapangan usaha, faktor pendorong

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara

terutama bersumber dari sektor

perdagangan. Sektor perdagangan

diperkirakan tumbuh meningkat seiring

dengan meningkatnya konsumsi rumah tangga

sebagai dampak kenaikan UMP pada tahun

2018. Sektor perdagangan juga akan didorong

oleh penjualan mobil yang terus meningkat

dampak dari maraknya transportasi online.

Sementara itu, sepanjang keseluruhan tahun

2018, perekonomian Sulawesi Utara

diperkirakan tumbuh meningkat

dibandingkan tahun 2017. Ekonomi Sulawesi

Utara diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,4-

6,8% (yoy). Konsumsi rumah tangga tumbuh

kuat seiring dengan meningkatnya daya beli

dampak peningkatan UMP dan peningkatan

penghasilan dari perbaikan sektor pertanian.

Konsumsi pemerintah juga diperkirakan

tumbuh meningkat seiring dengan

meningkatnya target pendapatan dan

anggaran belanja. Di samping itu, pada tahun

2018 diperkirakan tidak ada lagi pemotongan

anggaran dari pemerintah pusat. Senada

dengan itu, investasi juga diperkirakan

meningkat terindikasi dari berbagai

pembangunan gedung perbelanjaan dan hotel

serta hunian baik vertikal maupun horizontal.

Dari sisi pemerintah, berlanjutnya

pembangunan infrastruktur strategis turut

mendorong peningkatan investasi di tahun

2017. Peningkatan investasi juga tidak terlepas

dari upaya Pemerintah dalam menciptakan

iklim investasi yang baik khususnya dalam hal

perizinan dan pembangunan serta promosi

sektor-sektor potensial ke luar daerah. Bank

Indonesia juga turut mendorong investasi

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

49

melalui pengembangan Regional Investor

Relation Unit (RIRU) yang merupakan alat

promosi potensi investasi di Sulawesi Utara.

Sementara itu, kinerja ekspor akan meningkat

sebagai dampak peningkatan permintaan

negara mitra dagang seiring membaiknya

ekonomi dunia dan membaiknya pasokan

bahan baku industri serta dukungan

perkembangan harga komoditas internasional

yang diperkirakan tetap tinggi pada tahun

2018. Di samping itu, peningkatan wisatawan

mancanegara khususnya dari Tiongkok juga

menjadi faktor pendorong pertumbuhan

ekonomi tahun 2018.

Di tengah proyeksi peningkatan tersebut,

beberapa faktor risiko baik dari sisi eksternal

maupun internal tetap perlu mendapat

perhatian. Dari sisi eksternal yaitu pengetatan

kebijakan moneter negara maju, risiko

memanasnya geopolitik, serta gejala

proteksionisme yang dapat berpengaruh pada

jumlah Foreign Direct Investment yang masuk

ke Indonesia, termasuk Sulawesi Utara. Dari

sisi internal, berlanjutnya proses konsolidasi

korporasi dan perbankan, serta masalah

pembebasan lahan yang sering terjadi pada

lokasi pembangunan infrastruktur dapat

menghambat pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Utara. Risiko dari sisi intermediary juga

berpotensi terjadi yakni terbatasnya

pertumbuhan kredit seiring dengan

peningkatan kehati-hatian perbankan dalam

penyaluran kredit ke debitur baru di tengah

NPL yang cenderung meningkat.

7.2. INFLASI

Pada triwulan I 2018, tekanan inflasi Sulawesi

Utara diperkirakan menurun dibandingkan

perkiraan inflasi triwulan IV 2017, dan berada

dalam rentang target inflasi tahun 2018

3,5±1%. Inflasi triwulan I 2018 secara tahunan

diperkirakan sebesar 2,0-2,4% (yoy).

Secara bulanan, inflasi terjadi di bulan Januari

dan Maret 2018, dan tercatat deflasi pada

bulan Februari 2018. Meskipun demikian,

namun tingkat inflasi bulanan pada awal tahun

2018 tidak setinggi inflasi pada akhir tahun

2017. Lebih rendahnya inflasi pada awal tahun

2018 merupakan dampak dari normalisasi

harga yang naik tinggi pada akhir tahun 2017,

seiring dengan kembali normalnya permintaan

masyarakat. Hal tersebut menyebabkan harga

bumbu-bumbuan khususnya barito (bawang

merah, cabai rawit dan tomat) berangsur

normal. Namun demikian, perlu dicermati

inflasi angkutan udara pada awal tahun yang

diperkirakan cukup tinggi seiring dengan

mobilitas pengguna angkutan udara pasca

perayaan hari raya Natal, Tahun Baru serta

masa liburan.

Sepanjang tahun 2018, inflasi diperkirakan

berada pada kisaran 3,5%±1% (yoy), namun

perlu dicermati karena terdapat beberapa

faktor risiko inflasi yang harus diwaspadai

antara lain: (i) rencana kenaikan harga LPG dan

BBM; dan (iii) potensi tekanan imported

inflation seiring meningkatnya ketidakpastian

global yang memberi pengaruh pada

pergerakan kurs.

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

50

Daftar Istilah dan Singkatan

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu

mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya.

qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.

Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Administered Price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.

M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi ... DAFTAR GAMBAR viii INDIKATOR EKONOMI

51

M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indikator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang Rupiah maupun asing).

Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank sentral.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam Rupiah pada sistem moneter.

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.

NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibilitas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.

Restrukturisasi kredit

Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 juta s/d Rp5 miliar.

UYD

Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow dan inflow.

PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.