KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

124
KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN I - 2010 BANK INDONESIA SURABAYA

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

� �

TRIWULAN I - 2010 �

BANK INDONESIA SURABAYA

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 129/128 Fax : 031-3554178 Email : [email protected]

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Visi, Misi dan Nilai Strategis

Bank Indonesia

Visi dan Misi

Kantor Bank Indonesia Surabaya

Misi Bank Indonesia :

“ Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan

kestabilan moneter dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan

nasional yang berkesinambungan “

Visi Bank Indonesia :

Menjadi bank sentral yang kredibel secara nasional maupun internasional

melalui penguatan nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi yang rendah dan

stabil.

Nilai – Nilai Strategis :

Kompetensi – Intergritas – Transparansi – Akuntabilitas – Kebersamaan.

Misi Kantor Bank Indonesia Surabaya :

“Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter,

perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta

memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam

rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.

Visi Kantor Bank Indonesia Surabaya :

“Menjadi kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui

peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang

diberikan.”

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

i

KATA PENGANTAR

� Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang

Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa

Timur Triwulan I-2010 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan

ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun

internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem

pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan.

Kajian ini menguraikan berbagai perkembangan penting dalam perekonomian

daerah Jawa Timur serta berbagai faktor yang mempengaruhinya selama periode laporan.

Perkembangan ekonomi yang dimaksud mencakup kondisi ekonomi makro (PDRB), laju

inflasi, perkembangan perbankan, sistem pembayaran serta pertumbuhan ekonomi dan

perkembangan harga.

Dalam penyusunan kajian ini kami banyak memperoleh bantuan berupa penyediaan

data dan informasi dari berbagai pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan

pemerintah daerah, BUMN maupun swasta sehingga kajian ini menjadi lebih informatif.

Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang

sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih

ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dan saran

untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang

optimal.

Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan

kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Surabaya, 4 Mei 2010

BANK INDONESIA SURABAYA

Mohamad Ishak Pemimpin

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN x

RINGKASAN EKSEKUTIF xi

INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR xvii

INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR xviii

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1 KONDISI UMUM 1

1.2 SISI PERMINTAAN 2

a. Konsumsi 2

b. Investasi 5

c. Ekspor Impor 6

1.3 SISI PENAWARAN 11

a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 12

b. Sektor Industri Pengolahan 14

c. Pertanian 15

d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 17

e. Bangunan 19

f. Transportasi dan Komunikasi 20

Boks 1 PERANAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI DALAM PEMBANGUNAN

DI JAWA TIMUR 23

Boks 2 DAMPAK ACFTA TERHADAP INDUSTRI MAKANAN-MINUMAN

DI JAWA TIMUR 26

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TIMUR

2.1 UMUM 30

2.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq) 31

2.3 INFLASI TAHUNAN (yoy) 34

2.4 INFLASI MENURUT KOTA 36

2.5 INFLASI INTI DAN NON INTI 37

Boks 2 PERKIRAAN DAMPAK KENAIKAN TARIF DASAR LISTRIK (TDL)

TERHADAP INFLASI DI JAWA TIMUR 40

ii

DAFTAR ISI

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN 42

3.1 INTERMEDIASI BANK UMUM 42

3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF 43

3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) 44

3.1.3. KREDIT 48

3.1.4. KREDIT MIKRO KECIL MENENGAH (MKM) 49

3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 52

3.2.1. RISIKO KREDIT 52

3.2.2. RISIKO LIKUIDITAS 53

3.3 PERBANKAN SYARIAH 54

3.4 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 56

3.5 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 59

Boks 4

62

Boks 5

64

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

4.1 UMUM 66

4.2 APBD PROV DAN KAB/KOTA DI WILAYAH JAWA TIMUR 67

4.3 APBD PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010 67

4.4 REALISASI PENDAPATAN DAERAH 68

4.5 REALISASI BELANJA DAERAH 70

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN 73

5.1 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI 73

a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) 73

b. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal 75

5.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI 76

a. Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement) 77

b. Transaksi Kliring 78

5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR 79

iii

PENCANANGAN GERAKAN GEMAR MENABUNG DAN

UPAYA PERBANKAN DALAM MENDORONG PEREKONOMIAN JAWA

TIMUR

PELAKSANAAN PROGRAM TABUNGANKU DI JAWA TIMUR

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

BAB 6 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 81

6.1 UMUM 81

6.2 KETENAGAKERJAAN 81

6.2.1. SKDU 82

6.2.2. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 83

6.2.3. Upah Minimum Kab/Kota (UMK) 83

6.2.4. Perkembangan TKI di Jawa Timur 84

6.2.5. Upaya Pemerintah dan Dinas Terkait 85

6.3 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN 86

6.3.1. Kesejahteraan Petani 86

6.3 6.3.2. Kesejahteraan Nelayan 87

BAB 7 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA 89

7.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR 89

7.2 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR 90

LAMPIRAN 92

iv

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Tabel 1.1 Produksi dan Target Produksi Pertanian Jawa Timur 16

Tabel 2.1 Inflasi Kumulatif (ytd) 7 Kota di Jawa Timur 31

Tabel 2.2 Inflasi Jawa Timur (yoy) 34

Tabel 2.3 Sumbangan Inflasi Jawa Timur (yoy) 34

Tabel 2.4 Inflasi Kuartalan (qtq) dan Tahunan (yoy) 7 kota di Jawa Timur 35

Tabel 2.5 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang Triwulan IV 2009 (yoy) 37

Tabel 2.6 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang Triwulan IV-

2009 (yoy)37

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan di Jawa Timur 42

Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Sektoral 48

Tabel 3.3 Perkembangan NPL per Kelompok Bank 52

Tabel 3.4 NPL Kredit per Sektor 53

Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya 59

Tabel 4.1 Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun 2008-2009 66

Tabel 4.2 APBD Prov. Jawa Timur Tahun 2009 - 2010 68

Tabel 4.3 Realisasi APBD Prov. Jawa Timur Tahun 2010 69

Tabel 4.4 Sumber PAD (PKB Baru) Jawa Timur tahun 2006 -2010 69

Tabel 4.5 Realisasi Pendapatan APBD Prov. Jawa Timur Tahun 2005 - 2010 70

Tabel 4.6 Realisasi Anggaran APBD Prov. Jawa Timur tahun 2010 71

Tabel 4.7 Realisasi Anggaran APBD Prov. Jawa Timur tahun 2006-2010 72

Tabel 5.1 Perkembangan Arus Uang Tunai (inflow-Outflow) KBI 74

Tabel 5.2 Perputaran Kliring dan tolakan Cek,Bilyet Giro di Jawa Timur 78

Tabel 6.1 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja (SBT) di Jawa Timur 82

Tabel 6.2 Data UMK Wilayah Jawa Timur 84

Tabel 6.3 Penempatan TKI Jawa Timur Berdasarkan Negara Tujuan 85

v

DAFTAR TABEL

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Gambar 1.1 Indeks Penjualan Makanan Minuman 3

Gambar 1.2 Perkembangan Dana Perorangan di Perbankan 3

Gambar 1.3 Penjualan Mobil Baru di Jawa Timur 4

Gambar 1.4 Penjualan Motor Baru di Jawa Timur 4

Gambar 1.5 Indeks Penghasilan Saat ini dan Ekspektasi Penghasilan 4

Gambar 1.6 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 4

Gambar 1.7 Perkembangan Volume Penjualan Semen 6

Gambar 1.8 Perkembangan Penjualan Truk 6

Gambar 1.9 Perkembangan Impor Barang Modal 6

Gambar 1.10 Perkembangan PMTB 6

Gambar 1.11 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor 7

Gambar 1.12 Perkembangan Volume Ekspor dan Impor 7

Gambar 1.13 Pertumbuhan Nilai Ekspor dan Impor 8

Gambar 1.14 Pertumbuhan Volume Ekspor dan Impor 8

Gambar 1.15 Neraca Perdagangan Luar Negeri 8

Gambar 1.16 Neraca Perdagangan Kumulatif 8

Gambar 1.17 Statistik Kontainer di Tanjung Perak 8

Gambar 1.18 Jumlah Ship Calls 8

Gambar 1.19 Statistik Kontainer International 9

Gambar 1.20 Statistik Kontainer Domestik 9

Gambar 1.21 Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur 2009 10

Gambar 1.22 Perkembangan Ekspor menurut Tujuan 10

Gambar 1.23 Komoditas Ekspor ke Amerika Serikat 2009 - 2010 10

Gambar 1.24 Perkembangan Ekspor Jatim ke Amerika Serikat 10

Gambar 1.25 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi 11

Gambar 1.26 Struktur Perekonomian Jawa Timur 11

Gambar 1.27 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Andalan 11

Gambar 1.28 Jumlah Kapal Singgah di Pel. Tanjung Perak 12

Gambar 1.29 Kontainer Load dan Unload di Tanjung Perak 12

Gambar 1.30 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jawa Timur 13

Gambar 1.31 Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jawa Timur 13

Gambar 1.32 Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda 13

Gambar 1.33 Perkembangan Impor Intermediate Goods 14

Gambar 1.34 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur 16

Gambar 1.35 Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur 16

Gambar 1.36 Luas Lahan Puso di Jawa Timur 17

Gambar 1.37 Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur 18

Gambar 1.38 Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur 18

Gambar 1.39 Perkembangan Fee Based Income 18

Gambar 1.40 Perkembangan Interest Based Income 18

Gambar 1.41 Volume Penjualan Semen di Jawa Timur 19

vi

DAFTAR GAMBAR

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Gambar 1.42 Arus Penumpang di Tanjung Perak 20

Gambar 1.43 Arus Barang di Tanjung Perak 20

Gambar 1.44 Penumpang Domestik di Bandara Juanda 22

Gambar 1.45 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 22

Gambar 2.1 Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) 25

Gambar 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur 25

Gambar 2.3 Inflasi (qtq) Triwulanan Jawa Timur 26

Gambar 2.4 Sumbangan Inflasi (qtq) Jawa Timur & Nasional 26

Gambar 2.5Pergerakan Harga Emas Dunia November 2009 - Maret

2010 27

Gambar 2.6 Pergerakan Harga Mingguan Komoditas Emas Perhiasan 27

Gambar 2.7 Perkembangan Harga Mingguan Gula Pasir 27

Gambar 2.8 Perkembangan Harga Bulanan Gula Pasir di dunia 27

Gambar 2.9 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan 28

Gambar 2.10 Perkembangan Harga Mingguan Komoditas Sayur-Sayuran 28

Gambar 2.11 Perkembangan Harga Mingguan Daging Ayam & Daging Sapi 28

Gambar 2.12 Perkembangan Harga Mingguan Telur Ayam Ras 28

Gambar 2.13Persentase Sumbangan per-Kelompok terhadap Inflasi di

Jawa Timur Triwulan I-2010 29

Gambar 2.14Pergerakan Inflasi padaTiga Komoditas Penyumbang Inflasi

(yoy) tertinggi di Jawa Timur 30

Gambar 2.15 Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia 30

Gambar 2.16 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Dunia 30

Gambar 2.17 Perkembangan Harga Gandum di Pasar Dunia 30

Gambar 2.18 Perkembangan Harga Minyak Mentah di Pasar Dunia 30

Gambar 2.19 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur (yoy) 31

Gambar 2.20 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Triwulan I-2010 (qtq & yoy) 31

Gambar 2.21 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur ( qtq) 31

Gambar 2.22 Laju Inflasi Jatim Per Komponen (mtm) 32

Gambar 2.23 Laju Inflasi Jatim Per Komponen 32

Gambar 2.24 Perkembangan Inflasi Volatile Food 32

Gambar 2.25 Perkembangan Inflasi Administered Price 32

Gambar 2.26 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 33

Gambar 2.27 Perkembangan Capacity Utilization 33

Gambar 2.28 Ekspetasi Harga 3 Bulan ke Depan 34

Gambar 2.29 Ekspetasi Harga 6 Bulan ke Depan 34

Gambar 3.1 Pertumbuhan Indikator Perbankan (yoy) 38

Gambar 3.2 Pertumbuhan Indikator Perbankan (qtq) 38

Gambar 3.3 Perkembangan LDR 38

Gambar 3.4 Perkembangan LDR per kelompok Bank 38

Gambar 3.5Perbandingan Proporsi Aktiva Produktif Tw IV 2009 dan Tw I

2010 39

Gambar 3.6 Proporsi Aktiva Produktif 39

vii

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Gambar 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq) 40

Gambar 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) 40

Gambar 3.9 Komposisi DPK Bank Umum 40

Gambar 3.10 Komposisi DPK Bank Umum (%) 40

Gambar 3.11 Perkembangan Suku Bunga DPK 41

Gambar 3.12 Spread Rata-rata Suku Bunga Deposito 14 Bank dengan BI

Rate 42

Gambar 3.13Spread Rata-rata Suku Bunga Deposito Perbankan di Jawa

Timur dengan BI Rate 42

Gambar 3.14 Suku Bunga Kredit dan BI Rate 43

Gambar 3.15 Pertumbuhan Kredit (yoy) 43

Gambar 3.16 Proporsi Kredit Sektoral 44

Gambar 3.17 Perkembanngan Kredit Sektoral 44

Gambar 3.18 Perkembangan Kredit MKM terhadap Total Kredit 45

Gambar 3.19 Perkembangan Kredit MKM dan Kredit Umum 45

Gambar 3.20 Perkembangan Kredit MKM dan KUK 45

Gambar 3.21 Perkembangan Kredit Usaha Kecil (KUK) 45

Gambar 3.22 Pertumbuhan (yoy) kredit UMKM per jenis bank 46

Gambar 3.23 Tingkat NPL Kredit UMKM & Kredit Total 46

Gambar 3.24 Lima Besar Provinsi Penyalur KUR 46

Gambar 3.25 Perkembangan Penyaluran KUR di Jawa Timur 46

Gambar 3.26 Perkembangan NPL Per Kelompok Bank 47

Gambar 3.27 Perkembangan Non Performing Loans 47

Gambar 3.28 Perkembangan NPL Per Jenis Penggunaan Kredit 47

Gambar 3.29 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq) 49

Gambar 3.30 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy) 49

Gambar 3.31 Proporsi Perbankan Syari'ah di Jawa Timur 49

Gambar 3.32 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah Per Jenis Simpanan 49

Gambar 3.33 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaaan 50

Gambar 3.34 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaaan 50

Gambar 3.35Non Performance Financing (NPF) Perbankan Syariah Jatim 50

Gambar 3.36 Finance to Deposit Ratio (NPF) Perbankan Syariah Jatim 50

Gambar 3.37 Perkembangan Indikator BPR (yoy) 51

Gambar 3.38 Perkembangan Indikator BPR (qtq) 51

Gambar 3.39 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga 52

Gambar 3.40 Proporsi per Jenis Dana Pihak Ketiga BPR 52

Gambar 3.41 Pertumbuhan Kredit BPR Per Jenis Penggunaan 52

Gambar 3.42 Proporsi Lreit BPR per Jenis Penggunaan 52

Gambar 3.43 Proporsi Kredit Sektoral BPR 53

Gambar 3.44 Perkembangan LDR dan NPL BPR 53

Gambar 3.45 Perkembangan Indikator Bank ber-KP (qtq) 55

Gambar 3.46 Perkembangan Indikator Bank ber-KP (yoy) 55

viii

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Gambar 3.47Proporsi DPK per Jenis Simpanan pada Bank Ber-KP di

Surabaya 56

Gambar 3.48 Proporsi Kredit per Jenis Penggunaan Bank Ber-KP di

Surabaya 56

Gambar 3.49 Perkembangan LDR Bank Berkantor Pusat di Surabaya 56

Gambar 3.50 Proporsi Kredit Sektoral Bank Ber-KP di Surabaya 56

Gambar 4.1 APBD Prov dan Kab/Kota Jawa Timur 67

Gambar 4.2 APBD Prov dan Kab/Kota Jatim, Jabar dan Jateng 67

Gambar 4.3 Dana Pemerintah Provinsi/Kab/Kota Jawa Timur di Perbankan 71

Gambar 5.1 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow Outflow) 75

Gambar 5.2 Perkembangan Net Inflow 75

Gambar 5.3 Inflow Outflow dan Netflow Gabungan 75

Gambar 5.4 Pemusnahan uang Tidak Layak Edar (PTTB) 75

Gambar 5.5 Perkembangan Transaksi Non Tunai di Jawa Timur 76

Gambar 5.6 Perkembangan Transaksi RTGS 77

Gambar 5.7 Transaksi Outgoing RTGS 77

Gambar 5.8 Transaksi Incoming RTGS 77

Gambar 5.9 Perkembangan Transaksi Kliring di Jawa Timur 78

Gambar 5.10 Tolakan Transaksi Kliring di Jawa Timur 78

Gambar 5.11 Rasio Tolakan dalam Perputaran Kliring di Jawa Timur 79

Gambar 5.12 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan 79

Gambar 5.13 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan (lembar) 80

Gambar 5.13 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan (nilai nominal) 80

Gambar 6.1 Penyerapan Tenaga Kerja 82

Gambar 6.2 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral 82

Gambar 6.3 Nilai remitansi TKI di Jawa Timur 85

Gambar 6.4 NTP Nasional dan Jawa Timur 87

Gambar 6.5 NTP dan Pertumbuhan Nasional dan Jawa Timur 87

Gambar 6.6 It dan Pertumbuhan Nasional dan Jawa Timur 87

Gambar 6.7 Ib dan Pertumbuhan Nasional dan Jawa Timur 87

Gambar 6.8 NTN Nasional dan Jawa Timur 88

Gambar 6.9 NTN dan Pertumbuhan Nasional dan Jawa Timur 88

Gambar 7.1 Estimasi Realisasi Usaha Tw I -2010 90

Gambar 7.2 Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspetasi Penghasilan 90

ix

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Lampiran 1.1 PDRB Sektoral Jawa Timur Berdasar Harga Berlaku (juta) 93

Lampiran 1.2 PDRB Sektoral Jawa Timur Berdasar Harga Konstan 94

Lampiran 1.3 Pertumbuhan PDRB Sektoral Jatim (yoy) 95

Lampiran 2.1 Perkembangan Inflasi Jawa Timur (mtm) 96

Lampiran 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur 2008-2009 (qtq) 97

Lampiran 2.3 Perkembangan Inflasi Jawa Timur 2009 (yoy) 98

Lampiran 2.4 Perkembangan Inflasi 7 Kab/Kota di Jawa Timur 2009 99

Lampiran 3.1 Perkembangan Bank Umum Jawa Timur 100

Lampiran 3.2 Perkembangan Bank Berkantor Pusat di Surabaya 101

Lampiran 3.3 Perkembangan Bank Syariah Jawa Timur 102

Lampiran 3.4 Perkembangan Bank Perkreditan di Jawa Timur 103

x

DAFTAR LAMPIRAN

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 xii

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

TRIWULAN I-2010 �

Ekonomi Makro Regional

Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan I-2010

diperkirakan pada batas atas kisaran perkiraan awal 5,0%-5,5%, lebih

tinggi dibanding triwulan IV-2009 yang tercatat sebesar 5,16%.

Dari sisi permintaan, pendorong pertumbuhan ekonomi Jawa

Timur adalah investasi dan ekspor-impor. Sedangkan konsumsi tetap

meningkat namun tidak signifikan. Sementara anggaran pemerintah

pada triwulan I-2010 masih rendah sebagaimana pola pada tahun-

tahun sebelumnya. Peningkatan investasi Peningkatan investasi di

triwulan ini diduga masih terkait dengan tingginya pertumbuhan

impor barang modal di tahun 2009. Barang-barang inilah yang

kemudian menjadi realisasi investasi pada triwulan I-2010 serta

keyakinan produsen akan prospek ekonomi pasca krisis. Seiring

perbaikan ekonomi global perdagangan luar negeri (ekspor-impor)

Jawa Timur menunjukkan kinerja yang membaik sehingga

perdagangan luar negeri Jawa Timur mengalami surplus.

Dari sisi penawaran, pendorong utama pertumbuhan ekonomi

Jawa Timur pada triwulan ini adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan

Restauran (PHR) dan Sektor Industri Pengolahan. Sedangkan sektor

Pertanian melambat. Meningkatnya Sektor PHR disebabkan

permintaan yang tinggi pada triwulan ini yang berasal dari

meningkatnya arus perdagangan dan tingkat hunian hotel.

Sementara membaiknya Sektor Industri disebabkan pulihnya

permintaan di pasar domestik maupun luar negeri. Impor bahan baku

yang meningkat tajam merupakan indikasi menguatnya aktivitas

industri di Jawa Timur. Sementara itu, Sektor Pertanian tumbuh

melambat pada triwulan ini akibat penundaan masa tanam di

triwulan lalu sebagai bentuk kekhawatiran petani akan kondisi

kurang air.

Pertumbuahan ekonomi

Jawa Timur pada triwulan I-

2010 lebih tinggi dibanding

triwulan sebelumnya

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 xiii

Inflasi

Tren perlambatan inflasi Jawa Timur terus berlanjut. Pada

triwulan I-2010, inflasi IHK 7 kota di Jawa Timur sebesar 3,01% (yoy),

lebih rendah dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang

mencapai 3,40% maupun dengan inflasi nasional yang mencapai

3,56%. Secara umum, tren penurunan inflasi tersebut terutama

dipengaruhi oleh terkendalinya harga bahan makanan (sebagai

kelompok yang memiliki bobot terbesar kedua di Jawa Timur) karena

kecukupan jumlah pasokan/supply bahan makanan (terutama beras).

Faktor lain yang mendukung adalah cukup lancarnya jalur distribusi,

ketegasan Pemerintah Provinsi dalam pengendalian harga komoditas

strategis (terutama gula pasir), serta didukung oleh ekspektasi

masyarakat yang terjaga.

Dilihat dari komponennya, inflasi selama triwulan laporan

banyak dipengaruhi oleh komponen volatile foods (bahan makanan

yang harganya fluktuatif) dan administered price (barang/ jasa yang

secara umum harganya diatur Pemerintah). Sementara, inflasi inti

pada triwulan laporan tidak terdapat tekanan yang berarti. Nilai

rupiah terhadap dolar cenderung menguat dibandingkan triwulan IV-

2009, sehingga tidak terdapat tekanan yang berarti dari sisi imported

inflation

Berdasarkan kota, laju inflasi tertinggi di Jawa Timur terjadi di

probolinggo, diikuti oleh Kediri dan Madiun. Sedangkan bila dilihat

rata-rata inflasi bulanan, kota Malang memiliki nilai inflasi tertinggi

(0,33%) sedangkan kota Jember memiliki inflasi terendah (0,00%).

Intermediasi Dan Stabilitas Sistem Perbankan

Secara umum perkembangan perbankan di Jawa Timur pada

triwulan I-2010 (baik konvensional maupun syariah) cukup baik.

Indikator utama perbankan berupa total asset dan Dana Pihak Ketiga

(DPK) di bank umum tumbuh lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya. Namun demikian, kinerja

penyaluran kedit/ pembiayaan menunjukkan tren pertumbuhan yang

Tren perlambatan inflasi

Jawa Timur Timur terus

berlanjut pada triwulan

I-2010 yang tercatat

sebesar 3,01%.

Kinerja perbankan

cukup baik, terutama

penyaluran kredit yang

berada dalam tren

meningkat...

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 xiv

semakin meningkat. Kondisi ini mendorong perbaikan fungsi

intermediasi perbankan di Jawa Timur, yang juga tercermin dari

peningkatan Loan to Deposits Ration (LDR) pada periode ini.

Secara umum, stabilitas sistem perbankan di Jawa Timur pada

triwulan I-2010 cukup stabil. Hal ini khususnya didukung oleh

perbaikan kualitas kredit yang disalurkan serta cukup terjaganya

kondisi likuiditas perbankan. Sementara itu risiko perbankan lainnya

seperti risiko pasar dan risiko operasional tidak mengalami gangguan

yang cukup berarti

Sementara itu, ditengah isu persaingan perbankan di sektor

mikro, perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mampu

mencatat kinerja yang cukup signifikan pada semua indikator

utamanya.

Keuangan Daerah

Kondisi keuangan daerah (APBD) baik provinsi maupun

kabupaten/kota di wilayah Jawa Timur pada tahun 2010 cenderung

meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Untuk APBD Provinsi Jawa Timur hingga triwulan I-2010, dari

sisi pendapatan telah melampaui target realisasi dan dari sisi belanja

masih dibawah target. Nilai realisasi belanja yang dibawah target

tersebut salah satunya disebabkan oleh terlambatnya pengesahan

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2010. Penyebab

rendahnya realisasi belanja di beberapa kabupaten/kota juga sama

dengan kondisi di provinsi. Bahkan beberapa kabupaten/kota

diantaranya terancam tidak mendapat Dana Alokasi Umum (DAU)

dari Pemerintah Pusat, seperti Kab. Situbondo, Tuban dan

Banyuwangi. Fenomena ini merupakan akibat dari pemberlakuan

sanksi bagi daerah yang belum melakukan tertib administrasi APBD.

Selain itu, pada tahun 2010, Jawa Timur memperoleh kucuran

dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau alokasi

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebesar Rp. 48,9 triliun atau

meningkat 1,27% dibandingkan tahun 2009 yang mencapai Rp. 48,35

triliun (sebelum adanya revisi DIPA).

Realisasi penerimaan

melampaui target,

realisasi belanja masih

di bawah target.

Realisasi penerimaan

daerah Jatim telah

melampaui target

sedangkan realisasi

belanja masih di

bawah target

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 xv

Sistem Pembayaran

Perkembangan kegiatan sistem pembayaran pada triwulan I-

2010 relatif berjalan normal, meskipun di awal tahun 2010 terjadi

sedikit gangguan pembobolan rekening nasabah melalui ATM di

beberapa wilayah diluar Jawa Timur. Namun dengan adanya respon

yang cepat dari Bank Indonesia, perbankan dan kepolisian

permasalahan tersebut dapat teratasi.

Kegiatan transaksi tunai di Bank Indonesia tercermin dari

aliran uang keluar dan masuk dari perbankan ke Kas Bank Indonesia

(outflow dan inflow). Pada triwulan ini mengalami net inflow yang

lebih rendah dibandingkan net inflow periode yang sama tahun

sebelumnya. Hal ini mengindikasikan peningkatan kegiatan ekonomi

di Jawa Timur. Sementara itu, jumlah uang tidak layak edar (yang

selanjutnya dimusnahkan) di wilayah Jawa Timur meningkat seiring

peningkatan inflow.

Perkembangan transaksi non tunai yang tercermin dari

aktivitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan BI-Real

Time Gross Settlement (RTGS) baik volume transaksi maupun nilai

nominal menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, Namun

meningkat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

sebelumnya. Sementara itu, Jumlah uang palsu yang ditemukan

perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat umum di Jawa

Timur pada triwulan ini relatif menurun.

Kesejahteraan

Kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang tercermin

pada kondisi ketenagakerjaan menunjukkan perbaikan, sedangkan

kesejahteraan masyarakat pedesaan menunjukkan kondisi menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Indikator ketegakerjaan dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) Triwulan I-2010 di Jawa Timur masih positif. Sementara itu,

Jumlah PHK di Jawa Timur pada triwulan I-2010 masih relatif kecil,

seiring membaiknya perekonomian Jawa Timur di awal tahun

2010.Adanya kenaikan rata-rata UMK pada tahun 2010 di

Ketenagakerjaan

menunjukkan

arah perbaikan,

namun

kesejahteraan

masyarakat desa

menurun...

Transaksi pembayaran

berjalan lancar

meskipun terdapat

gangguan pembobolan

ATM di Awal tahun.

Transaksi tunai

maupun non tunai

meningkat sejalan

pertumbuhan ekonomi.

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 xvi

Kabupaten/Kota Jawa Timur sebesar 7,28% diharapkan dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jatim, seiring dengan relatif

stabilnya tekanan inflasi pada tahun ini. Perbaikan kualitas TKI Jatim

dengan mengirimkan tenaga kerja berkeahlian khusus di sektor

formal, diharapkan dapat berdampak positif pada upaya menekan

angka pengangguran di Jatim.

Kondisi kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jatim yang

tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN)

pada triwulan I-2010, relatif turun dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Terlambatnya musim panen pada triwulan I-2010

mengakibatkan NTP Jatim sedikit menurun dibandingkan triwulan IV-

2009. Di sisi lain, NTN Jatim relatif tetap karena hasil tangkapan yang

relatif stabil dengan harga yang juga tetap, sedangkan biaya produksi

juga tidak mengalami peningkatan.

Prospek Ekonomi dan Inflasi Triwulan II-2010

Pada triwulan II-2009, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur

diproyeksikan akan kembali tumbuh lebih tinggi dan berada di

kisaran 5,40 – 5,90%. Pendorong pertumbuhan tersebut adalah

Konsumsi diperkiran meningkat signifikan serta didukung oleh

peningkatan investasi dan ekspor-impor seiring berlanjutnya

pemulihan ekonomi global dan membaiknya permintaan dari negara

partner dagang. Faktor lain yang patut diperhitungkan dampaknya

terhadap ekonomi pada triwulan II-2010 adalah rencana kenaikan

harga pupuk hingga 80%.

Inflasi Jawa Timur pada triwulan II-2010 diperkirakan sedikit

meningkat dan berada di kisaran 4,0% - 4,5% (yoy). Pendorong

peningkatan inflasi tersebut yaitu Tekanan inflasi dari kelompok

administered price diperkirakan sedikit mengalami peningkatan

akibat rencana kenaikan tarif dasar listrik yang dapat memberikan

dampak langsung maupun tidak langsung meskipun tidak terlalu

signifikan.

Tekanan inflasi dari kelompok volatile foods diyakini masih

relatif stabil dan tidak terdapat tekanan yang signifikan. Dari sisi lain,

Ekonomi diproyeksi

terus membaik di

triwulan mendatang

dengan tingkat inflasi

yang relatif terjaga

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 xvii

pergerakan inflasi inti (core inflation) selama triwulan II-2010

diperkirakan juga masih stabil. Hal ini setidaknya tercermin dari

ekspektasi inflasi masyarakat untuk jangka waktu 3 bulan yang akan

datang relatif terjaga serta nilai tukar rupiah yang stabil.

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

2010

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK)

JAWA TIMUR 109.21 112.18 112.29 113.46 113.22 115.26 116.11 116.87

- Kota Surabaya 108.39 111.16 111.33 112.51 112.03 114.25 115.09 115.81

- Kota Malang 109.53 112.74 113.17 114.63 114.80 116.38 116.99 118.15

- Kota Kediri 109.21 112.60 112.21 113.22 113.23 115.54 116.24 116.96

- Kota Jember 112.02 115.12 114.35 115.53 115.61 116.96 118.54 118.52

- Kota Probolinggo 111.51 115.80 115.80 116.50 116.58 118.72 119.91 120.77

- Kota Madiun 114.87 117.48 117.10 118.29 118.30 120.10 121.10 122.11

- Kota Sumenep 106.98 110.01 111.16 111.45 111.61 113.72 114.19 114.79

LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y)

JAWA TIMUR 10.20 11.06 9.47 7.52 3.67 2.75 3.40 3.01

- Kota Surabaya 9.19 10.08 8.74 7.15 3.36 2.78 3.38 2.94

- Kota Malang 10.66 11.48 10.49 7.98 4.81 3.23 3.38 3.08

- Kota Kediri 10.49 12.18 8.78 7.12 3.68 2.61 3.59 3.30

- Kota Jember 13.37 14.00 10.63 8.06 3.21 1.60 3.67 2.60

- Kota Probolinggo 13.77 13.11 10.89 8.55 4.54 2.52 3.55 3.67

- Kota Madiun 15.97 16.02 13.28 9.26 2.98 2.23 3.41 3.23

- Kota Sumenep 7.72 10.08 10.20 8.24 4.33 3.37 2.73 3.00

PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) 75,969,668 77,471,376 76,658,134 78,524,040 79,740,411 81,333,305 80,612,792 82,630,847

- Pertanian 11,921,592 12,590,647 9,835,994 16,106,855 12,370,244 12,919,761 10,022,647

- Pertambangan dan Penggalian 1,679,706 1,735,880 1,769,722 1,490,356 1,783,790 1,872,894 1,906,964

- Industri Pengolahan 19,411,814 20,315,753 20,452,081 19,702,963 19,948,923 20,863,613 21,051,160

- Listrik, gas, dan air bersih 1,280,358 1,375,621 1,348,485 1,308,339 1,335,787 1,426,856 1,380,979

- Bangunan 2,381,496 2,454,832 2,452,232 2,183,222 2,482,767 2,556,767 2,563,865

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 24,647,913 23,625,654 25,542,973 23,160,402 26,026,935 25,047,051 27,057,978

- Pengangkutan dan komunikasi 4,444,801 4,666,769 4,661,842 4,795,244 4,965,894 5,267,369 5,282,305

- Keuangan, persewaan, dan jasa 4,113,840 4,244,044 4,051,843 3,731,061 4,333,775 4,480,945 4,312,016

- Jasa 6,088,148 6,462,176 6,542,962 6,045,598 6,492,296 6,898,051 7,034,879

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 6.27 6.17 5.35 4.48 4.63 4.98 5.16 5.23

Nilai Ekspor Non migas (USD Juta) 2,806 2,867 2,206 2,104 2,267 2,538 3,093 3,203 Volume Ekspor Non migas (ribu ton) 1,717,992 1,761,677 1,482,557 1,390,589 1,570,852 1,715,033 2,026,493 1,764,351 Nilai Impor Non migas (USD juta) 3,067 3,153 2,792 1,848 2,204 2,522 2,752 2,953 Volume Impor Non Migas (ribu ton) 3,884,763 4,023,145 3,021,067 2,345,657 3,242,891 3,411,802 3,946,361 4,344,097 Catatan: PDRB Tw I-2010 merupakan angka prediksi KBI Surabaya

2008INDIKATOR

2009

LAMPIRAN

INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR

xvii

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

A. Perbankan2010

Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Bank Umum :

Total Asset (Rp. Triliun) 187,821,858 197,202,706 199,800,967 208,523,061 215,230,203 223,738,664 222,889,874

DPK (Rp. Triliun) 155,232,459 171,577,547 177,393,369 182,400,362 186,080,538 194,192,579 193,347,650

- Tabungan (Rp. Triliun) 56,477,084 61,790,243 62,475,934 65,321,081 68,207,789 76,093,005 72,224,198

- Giro (Rp. Triliun) 30,156,384 31,566,040 33,832,020 36,031,858 36,729,747 35,253,108 36,197,311

- Deposito (Rp. Triliun) 68,598,991 78,221,264 81,085,415 81,047,423 81,143,002 82,846,466 84,926,141

Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor 112,312,978 115,862,986 115,538,224 119,123,355 122,927,131 129004070 132,545,850

- Modal Kerja 74,020,667 76,154,572 75,376,367 76,866,149 79,457,149 81,958,525 81,248,863

- Investasi 12,698,422 13,483,965 13,684,633 14,426,021 15,011,976 16,347,905 16,885,608

- Konsumsi 25,593,889 26,224,449 26,477,224 27,831,185 28,458,006 30,697,640 34,411,379

Non Performing Loan (NPL-Gross) 2.96% 2.39% 3.26% 3.34% 3.15% 3.15% 3.01%

Loan to Deposit Ratio - LDR (%) 72.35 67.53 65.13 65.31% 66.06% 66.43% 68.55%

Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor 57,349,876 58,400,391 58,131,019 60,609,387 62,216,963 62,216,963 76,910,959

NPL MKM Gross (%) 3.74 3.29 3.89 3.81% 3.90% 3.34% 2.83%

7 Bank Berkantor Pusat di Surabaya

Total Asset (Rp. Triliun) 23,890,518 20,315,115 23,843,734 23,168,619 24,360,204 22,297,233 24,235,582

DPK (Rp. Triliun) 18,195,777 15,685,417 18,982,478 19,030,077 19,743,419 16,672,770 18,872,411

- Tabungan (Rp. Triliun) 3,267,821 3,928,307 3,368,645 3,479,496 3,858,879 4,700,170 3,835,575

- Giro (Rp. Triliun) 9,051,073 6,598,349 9,585,115 9,439,089 9,639,127 7,106,968 9,178,241

- Deposito (Rp. Triliun) 5,876,883 5,158,761 6,028,718 6,111,492 6,245,413 4,865,632 5,858,595

Kredit (Rp. Triliun) 8,646,381 8,629,863 9,051,829 9,758,121 10,750,990 10,832,548 11,260,975

- Kredit Modal Kerja 5,331,748 5,233,194 5,423,709 5,837,774 6,426,224 6,268,528 6,240,615

- Kredit Investasi 2,385,389 2,460,026 2,548,645 2,785,901 3,078,143 3,115,704 3,036,009

- Kredit Konsumsi 929,244 936,643 1,079,475 1,134,446 1,246,623 1,448,316 1,984,351

Non Performing Loan (NPL-Gross) 1.03% 0.84% 0.88% 0.87% 0.83% 0.66% 0.77%

Loan to Deposit Ratio - LDR (%) 47.52% 55.02% 47.69% 51.28% 54.45% 64.97% 59.67%

BPR :

Total Asset (Rp. Triliun) 4,038,983 4,182,731 4,291,911 4,467,000 4,619,643 4,818,651 4,994,426

DPK (Rp. Triliun) 2,385,076 2,459,616 2,549,169 2,663,000 2,852,683 2,963,922 3,090,311

- Tabungan (Rp. Triliun) 794,150 853,321 860,918 875,000 901,839 953,661 981,071

- Deposito (Rp. Triliun) 1,590,926 1,606,294 1,688,251 1,788,000 1,950,845 2,010,261 2,109,240

Kredit (Rp. Triliun) 3,022,278 2,917,170 3,141,015 3,251,000 3,540,416 3,564,262 3,732,676

- Modal Kerja 2,143,480 2,017,564 2,170,763 2,252,000 2,454,650 2,460,805 2,616,557

- Investasi 108,082 106,716 112,501 898,000 111,318 113,678 113,595

- Konsumsi 770,716 792,890 857,751 101,000 974,448 989,779 1,036,964

Non Performing Loan (NPL-Gross) 6.52% 5.16% 5.58% 5.14% 5.31% 4.36% 4.50%

Loan to Deposit Ratio - (LDR) % 126.72% 118.60% 123.22% 122.05% 124.11% 120.25% 120.79%

SYARIAH :

Total Asset (Rp. Triliun) 3,014,199 3,271,828 3,613,656 4,278,696 4,369,523 5,022,870 5,162,907

DPK (Rp. Triliun) 2,115,819 2,527,041 2,959,175 3,507,543 3,558,948 4,105,107 4,189,425

- Tabungan (Rp. Triliun) 956,342 1,043,935 1,154,762 1,210,835 1,248,871 1,447,541 1,491,103

- Giro (Rp. Triliun) 239,431 269,164 303,998 573,778 255,041 319,018 347,838

- Deposito (Rp. Triliun) 920,046 1,213,942 1,500,415 1,722,930 2,055,036 2,338,548 2,350,484

Pembiayaan (Rp. Triliun) 2,497,399 2,549,316 2,516,204 2,909,754 3,151,113 3,487,578 3,853,463

- Modal Kerja 1,176,759 1,067,224 947,447 1,119,938 1,228,292 1,266,419 1,342,435

- Investasi 303,363 313,971 327,589 344,810 369,503 451,506 533,164

- Konsumsi 1,017,277 1,168,121 1,241,168 1,445,006 1,553,318 1,769,653 1,977,864

Non Performance Financing (NPF) % 3.16 2.78 3.09 2.86 1.54 1.15 1.09

Financing to Deposit Ratio (FDR) % 118.03 100.88 85.03 82.96 88.54 84.96% 91.98%

B. SISTEM PEMBAYARAN2010

Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Posisi Kas Gabungan (Rp. Triliun) 6.08 14.89 24.44 25.05 21.30 26.02 31.65

Inflow (Rp. Triliun) 3.94 9.02 7.43 4.19 3.88 8.29 7.67

Outflow (Rp. Triliun) 9.60 5.17 1.76 5.14 7.83 5.14 2.72

Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) 3.16 2.57 1.11 1.34 3.24 5.20 5.31

Nominal Transaksi RTGS 90 113.32 97.48 113.50 94.82 119.51 107.51

Volume Transaksi RTGS 125,159 126,246 119,498 131,083 126,132 135,943 131,114

Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) 44.68 38.59 37.64 34.80 39.07 38.47 35.96

Volume Kliring Kredit (juta lembar) 1.55 1.34 1.38 1.38 1.39 1.38 1.31

Tolakan Kliring (Rp. Juta) 658,008 658,541 554,034 596,256 641,871 ��������������������� �����������������

Tolakan Kliring (lembar) ������������������������� ������������������������� ������������������������� �������������������������� �������������������������� ���������������������� ���������������������

INDIKATOR2008

2009

2009

INDIKATOR2008

���������������������������������������������������������

!"""

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

1

�� �����������������������

������ 1.1. KONDISI UMUM

Ekonomi Jawa Timur pada triwulan I-2010 diprediksi tumbuh di

kisaran 5,00 - 5,50% (yoy), sesuai dengan perkiraan semula. Kegiatan

konsumsi privat, yang merupakan penggerak utama ekonomi, masih tumbuh

cukup tinggi didukung oleh daya beli masyarakat dan ekspektasi konsumen yang

terjaga. Pasca krisis, sentimen konsumen terus membaik seperti tampak hasil

Survei Konsumen dan Survei Penjualan Eceran. Adanya pertumbuhan aktivitas

konsumsi pada triwulan ini dikonfirmasi oleh melambatnya pertumbuhan

simpanan perorangan di perbankan yang diduga menjadi sumber pembiayaan

konsumsi. Kegiatan investasi swasta masih tetap tumbuh sebagaimana

ditunjukkan oleh volume penjualan semen dan truk yang terus meningkat.

Sementar itu, seperti pola-pola sebelumnya, realisasi anggaran pemerintah pada

triwulan I ini masih relatif rendah dan diperkirakan akan meningkat di

pertengahan hingga akhir tahun nanti. Pertumbuhan Ekspor terus berada dalam

tren perbaikan sehingga neraca perdagangan luar negeri tercatat surplus. Impor

juga terus membaik seiring kembali maraknya aktivitas industri di Jawa Timur

(sebagian besar impor adalah untuk bahan baku Sektor Industri).

Dari sisi penawaran, sektor-sektor utama masih mampu tumbuh

tinggi meskipun Sektor Pertanian menunjukkan perlambatan. Sektor PHR

mendapat permintaan yang lebih tinggi pada triwulan ini yang berasal dari

meningkatnya arus perdagangan dan tingkat hunian hotel. Sektor Industri juga

terus membaik sebagai respon pulihnya permintaan di pasar domestik maupun

luar negeri. Impor bahan baku yang meningkat tajam merupakan indikasi

menguatnya aktivitas industri di Jawa Timur. Sementara itu, Sektor Pertanian

tumbuh melambat pada triwulan ini akibat penundaan masa tanam di triwulan

lalu sebagai bentuk kekhawatiran petani akan kondisi kurang air. Panen padi

pada awal tahun ini terlambat dan dilakukan dalam jumlah yang lebih sedikit.

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

2

Namun demikian, penurunan ini tidak akan berdampak signifikan karena telah

dilakukan berbagai upaya antisipasi oleh Dinas Pertanian sejak triwulan IV-2009.

Selain itu, penurunan produksi padi akan terkompensasi oleh produksi kedelai dan

jagung yang lebih tinggi karena dilakukan penanaman yang lebih banyak

daripada yang direncanakan.

1.2. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang lebih tinggi

pada triwulan I-2010 ini terutama disebabkan oleh peningkatan pada aktivitas

Investasi dan Ekspor-Impor. Di sisi lain, Konsumsi juga membaik namun tidak

meningkat signifikan bila dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi ini ditopang oleh adanya pembiayaan dari berbagai

sumber. Secara umum, sumber pembiayaan ekonomi Jawa Timur dapat

dikategorikan menjadi sumber dari dalam dan luar negeri, baik dari pemerintah,

perbankan, maupun swasta. Dalam perkembangannya, ditengah terbatasnya

pertumbuhan kredit/ pembiayaan produktif dari dalam negeri, peranan

pembiayaan dari luar negeri yang cenderung bersifat lebih produktif memegang

peranan cukup penting dalam pembangunan ekonomi Jawa Timur (lihat Boks 1:

Peranan Pembiayaan Luar Negeri dalam Pembangunan di Jawa Timur).

a. Konsumsi

Aktivitas konsumsi pada triwulan ini terus menunjukkan arah perbaikan

meskipun tidak meningkat secara signifikan bila dibandingkan triwulan

sebelumnya. Perbaikan konsumsi ini masih didukung oleh menguatnya

keyakinan konsumen setelah melihat bahwa krisis global ternyata tidak

berdampak serius terhadap perekonomian. Selain itu, peningkatan aktivitas

konsumsi juga didorong oleh adanya sejumlah hari libur nasional dan cuti

bersama di triwulan I ini. Masyarakat umumnya memanfaatkan kesempatan

hari libur seperti ini untuk rekreasi yang kemudian berimplikasi pada

meningkatnya konsumsi rumah tangga mereka.

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

3

Pemantauan terhadap berbagai indikator konsumsi menunjukkan adanya

tren perbaikan ini. Indeks Omzet Riil dari hasil Survei Penjualan Eceran

menunjukkan angka yang masih tinggi dan relatif stabil dibanding triwulan

sebelumnya. Indikator konsumsi yang paling jelas menampakkan perbaikan

adalah penjualan mobil dan motor baru di Jawa Timur. Penjualan mobil dan

motor merupakan cermin keyakinan konsumen jangka panjang karena sifat

barangnya yang relatif mahal (big ticket items) dan tahan lama (durable

goods).

Untuk membiayai aktivitas konsumsi tersebut, masyarakat menggunakan

simpanannya sehingga tampak adanya perlambatan pada indikator simpanan

perorangan di perbankan. Setelah sentimen negatif krisis global berlalu,

masyarakat lebih memilih untuk membelanjakan uangnya daripada

menyimpan di bank. Ketika kecemasan akan dampak krisis masih tinggi,

seperti terjadi di triwulan III-2008 hingga triwulan II-2009, masyarakat

cenderung menahan konsumsi dan menyimpan uangnya (motif berjaga-jaga).

Tingkat pertumbuhan dana perorangan di bank bahkan kini mencapai titik

yang lebih rendah daripada sebelum krisis.

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Indeks Omzet Riil

Peralatan RT

Pakaian

Mamin & Tembakau

Gambar 1.1

Indeks Penjualan Makanan Minuman

Sumber: Survei Penjualan Eceran BI Surabaya

Gambar 1.2

Perkembangan Dana Perorangan di Perbankan

Sumber: Laporan bulanan bank, diolah

(0,20)

(0,10)

-

0,10

0,20

0,30

0,40

0,50

0,60

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

gDPK Perorangan

gGiro Perorangan

gTab Perorangan

gDep Perorangan

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

4

Selain simpanannya, masyarakat juga memanfaatkan kredit konsumsi

sebagai pembiayaan. Meskipun suku bunga kredit konsumsi relatif tinggi,

masyarakat ternyata tetap antusias untuk memenuhi kebutuhannya dengan

pembiayaan perbankan.

Hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Bank Indonesia Surabaya menunjukkan

optimisme masyarakat yang berlanjut terhadap kondisi ekonomi secara umum.

Meskipun nilai Indeks Ekspektasi Konsumen tampak menurun, namun nilainya

masih di atas 100 yang mencerminkan optimisme (Nilai indeks yang di atas 100

berarti lebih banyak reponden yang meresa optimis daripada pesimis terhadap

kondisi ekonomi saat ini).

Sumber: Dipenda Jatim, diolah Sumber: Dipenda Jatim,, diolah

Gambar 1.4

Penjualan Motor Baru di Jawa Timur Gambar 1.3

Penjualan Mobil Baru di Jawa Timur

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%Penjualan Mobil

gPenjualan Mobil

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%Penjualan Motor

gPenjualan Motor

Gambar 1.5 Indeks Penghasilan Saat ini dan Ekspektasi Penghasilan

Gambar 1.6

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Indeks Penghasilan Saat Ini

Ekspektasi Penghasilan

0

20

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Indeks Ekspektasi

Konsumen

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

5

Persepsi masyarakat terhadap penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan

lalu juga masih optimis. Demikian pula ekspektasi masyarakat akan

penghasilan mereka di masa mendatang. Optimisme ini diyakini akan dapat

mendorong aktivitas konsumsi masyarakat di periode-periode mendatang.

b. Investasi

Secara umum, kegiatan investasi pada triwulan ini juga mengalami

perbaikan. Penjualan semen, yang merupakan indikator investasi

pembangunan fisik, terus menunjukkan pertumbuhan yang tinggi hingga

triwulan I-2010. Sebelumnya, pertumbuhan penjualan semen di Jawa Timur

berada di kisaran 0% selama beberapa triwulan terutama sejak merebaknya

sentimen krisis global. Penjualan truk, yang merupakan indikator investasi

bisnis, juga menunjukkan angka pertumbuhan yang lebih tinggi di triwulan I-

2010. Peningkatan investasi di triwulan ini diduga masih terkait dengan

tingginya pertumbuhan impor barang modal di tahun 2009. Barang-barang

inilah yang kemudian menjadi realisasi investasi pada triwulan I-2010.

Faktor utama pendorong investasi pada triwulan ini adalah keyakinan

produsen akan prospek ekonomi pasca krisis. Dari kegiatan Liaison Kantor

Bank Indonesia kepada beberapa perusahaan besar di Jawa Timur diketahui

bahwa sejumlah industri di Jatim berencana melakukan investasi pada tahun

2010 untuk berbagai alasan, antara lain:

• mengantisipasi permintaan di tahun 2010 yang diperkirakan kembali ke

kondisi normal dan bahkan lebih tinggi lagi

• menambah kapasitas produksi yang selama ini utilisasinya memang sudah

lebih dari 100%

• merelokasi mesin dari pabrik milik parent company di luar negeri

• merehabilitasi fasilitas produksi untuk menyesuaikan dengan standar

kemanan dan kesehatan yang berlaku

• meremajakan mesin yang telah berumur

• melakukan vertical integration untuk mengamankan suplai bahan baku

• meningkatkan daya tampung bahan baku/persediaan

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

6

c. Ekspor-Impor

Sejalan dengan tren pemulihan ekonomi dunia, aktivitas ekspor luar

negeri terus menunjukkan perbaikan pada triwulan ini, baik secara nilai maupun

volume. Secara nilai, ekspor luar negeri Jawa Timur pada bulan Maret 2010 telah

melampau kondisi sebelum krisis global. Selain karena volume yang bertambah,

peningkatan nilai ekspor yang signifikan ini didukung pula oleh membaiknya

harga komoditas ekspor Jawa Timur di pasar internasional, seperti tembaga dan

karet.

Di sisi lain, impor Jawa Timur juga menunjukkan fenomena yang serupa

dan bahkan angka pertumbuhan yang dicapai lebih tinggi daripada ekspor.

Kondisi ini merupakan berita baik karena mengindikasikan adanya aktivitas

Gambar 1.7

Perkembangan Volume Penjualan Semen

ia

Sumber: Dipenda Jatim

Gambar 1.8

Perkembangan Penjualan Truk

Gambar 1.9

Perkembangan Impor Barang Modal

Sumber: BI

0

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1

2

3

2007 2008 2009 2010

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%Vol Penjualan Semen

gPenjualan Semen

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000

1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3

2007 2008 2009 2010

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%Penjualan Truk

gPenjualan Truk

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200Import Capital G

g Import Capital G

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2007 2008 2009 2010

gPMTB

Gambar 1.10

Perkembangan PMTB

Sumber: BPS, Prediksi BI

Sumber: Dipenda Jatim

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

7

sektor industri yang tinggi. Sebagian besar impor Jawa Timur adalah untuk

bahan baku proses produksi bagi perusahaan manufaktur.

Dengan perkembangan ekspor dan impor tersebut, neraca perdagangan

luar negeri (trade balance) Jawa Timur mencatat keseimbangan meskipun masih

cenderung surplus. Secara kumulatif untuk tahun 2010, neraca perdagangan luar

negeri diharapkan akan surplus seperti kondisi tahun 2007 sebelum krisis global.

Surplus ekspor merupakan prestasi ekonomi karena membawa pendapatan

devisa bagi negara sekaligus memperkuat struktur ekonomi menuju arah yang

lebih sehat.

Berlanjutnya perbaikan kinerja ekspor-impor Jawa Timur juga tercermin

pada statistik jumlah kontainer maupun jumlah ship calls yang dilayani oleh

sebuah perusahaan petikemas di Pelabuhan Tanjung Perak. Kedua indikator ini

menunjukkan adanya peningkatan aktivitas perdagangan di triwulan I-2010,

baik perdagangan domestik maupun internasional. Khusus untuk perdagangan

domestik (antar pulau), indikator yang sama bahkan menunjukkan peningkatan

yang signifikan. Jumlah kontainer dan ship calls yang terjadi telah melampaui

kondisi normal. Kenyataan ini menyiratkan bahwa potensi Jawa Timur sebagai

jalur perdagangan antar pulau masih terbuka lebar. Goncangan eksternal di

masa mendatang dapat diredam bila perdagangan antar daerah dapat terus

diperkuat.

Gambar 1.11

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Gambar 1.12

Perkembangan Volume Ekspor dan Impor

Sumber: BI Sumber: BI

-

100

200

300

400

500

600

700

800

1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3

2007 2008 2009 2010

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

Volume Ekspor

Volume Impor (RHS)

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3

2007 2008 2009 2010

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

Nilai Ekspor

Nilai Impor (RHS)

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

8

(1.500)

(1.000)

(500)

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Cumulative Net Ekspor

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3

2007 2008 2009 2010

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%Total kontainer (TEUS)

gTotal Kontrainer

Gambar 1.15

Neraca Perdagangan Luar Negeri

Gambar 1.16

Neraca Perdagangan Kumulatif

Sumber: BI

Gambar 1.13

Pertumbuhan Nilai Ekspor dan Impor Gambar 1.14

Pertumbuhan Volume Ekspor dan Impor

Sumber: BI Sumber: BI

Gambar 1.17

Statistik Kontainer di Tanjung Perak

Gambar 1.18

Jumlah Ship Calls

Sumber: PT X, Tanjung Perak

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Jumlah Ship Calls

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

gNilai Ekspor

gNilai Impor

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

gVolume Impor

gVolume Ekspor

(400)

(300)

(200)

(100)

-

100

200

300

400

500

1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Net Ekspor

Sumber: PT X, Tanjung Perak

Sumber: BI

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

9

Persoalan yang masih mengemuka terkait aktivitas ekspor-impor di Jawa

Timur adalah dampak pemasangan pipa gas Kodeco di Alur Pelayaran Barat

Surabaya (APBS). Pipa ini memasok gas dari Pulau Madura ke industri di Jawa

Timur namun memotong alur pelayaran kapal. Untuk mengindari bahaya, kapal

barang cenderung mengurangi muatan agar bisa mematuhi batas kedalaman

kapal yang diijinkan. Kondisi ini menyebabkan eksportir dan importir

menanggung biaya tambahan sebesar 20-30%.

Solusi yang akan ditempuh oleh Pemerintah adalah merelokasi jaringan

pipa gas tersebut di tahun 2011. Relokasi semula direncanakan pada bulan Juni

2010, dengan memakan biaya sebesar Rp380 miliar, namun kemudian diundur 6

bulan atas permintaan Kodeco. Solusi lain yang juga dipertimbangkan adalah

“menenggelamkan” pipa tersebut sedalam 16 meter.

Persoalan di seputar APBS Tanjung Perak ini kemudian memunculkan

kembali wacana tentang perlunya pembangunan dan pemberdayaan pelabuhan

alternatif di Banyuwangi (Tanjung Wangi), Lamongan (Teluk Lamong), dan

Bangkalan (Tanjung Bulu Pandan). Kondisi pelabuhan Tanjung Perak dirasakan

tidak lagi memadai untuk mengakomodasi lalu lintas barang keluar dan masuk

Jawa Timur. Selain gangguan dari pipa gas Kodeco, lalu lintas di Tanjung Perak

juga terkendala oleh tingkat sedimentasi yang tinggi dan keterbatasan lahan.

Berdasarkan negara tujuan, ekspor luar negeri Jawa Timur masih

didominasi oleh lima negara, yaitu Jepang, Amerika Serikat, Malaysia, China, dan

Thailand. Ekspor ke lima negara ini mencapai hampir 50% total nilai ekspor Jawa

Sumber: PT X, Tanjung Perak

Gambar 1.19

Statistik Kontainer Internasional

Gambar 1.20

Statistik Kontainer Domestik

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

100.000

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Import

Export

Total

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Discharged

Load

Total

Sumber: PT X, Tanjung Perak

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

10

Timur di triwulan I-2010. Setelah sempat menurun akibat krisis global, nilai

ekspor Jawa Timur ke negara-negara partner dagang utama ini terus meningkat.

Ekspor ke Jepang dan Malaysia dapat dikatakan telah pulih karena nilainya telah

kembali ke kondisi sebelum krisis. Sementara itu, ekspor ke Amerika Serikat,

yang merupakan epicentrum krisis, juga tampak terus meningkat meskipun

belum kembali ke kondisi normal.

Ekspor Jawa Timur ke Amerika Serikat sendiri didominasi oleh furnitur,

produk perikanan, alumunium, kertas, dan plastik. Ekspor produk-produk

andalan tersebut terus menunjukkan perbaikan di triwulan I-2010, khususnya

produk furnitur yang nilainya telah menyamai kondisi sebelum krisis. Seiring tren

perbaikan ekonomi di Amerika Serikat, ekspor produk-produk Jawa Timur ini

diharapkan akan kembali normal atau bahkan lebih tinggi lagi.

Gambar 1.21

Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur 2010

Gambar 1.22

Perkembangan Ekspor menurut Tujuan

Gambar 1.23 Komoditas Ekspor ke Amerika Serikat 2009-

2010

Gambar 1.24

Perkembangan Ekspor Jatim ke Amerika Serikat

Sumber: BI

Japan

15%

USA

12%

Malaysia

10%

China

6%

Others

43%

Thailand

5%Spore

5%

S Korea

4%

Sumber: BI

Sumber: BI Sumber: BI

24%

18%

10%8%

7%

6%

27%

Furniture,bedding,lamps illum.signs

Fish,crustaceans,moluscs,oth.invert

Prep. of meat,fish,crust., molluscs

Alumunium and articles thereof

Paper and paperboard

Plastics and articles thereof

Others

0

50.000.000

100.000.000

150.000.000

200.000.000

250.000.000

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Japan USA

Malaysia China

Thailand Spore

(4.000.000)

1.000.000

6.000.000

11.000.000

16.000.000

21.000.000

26.000.000

31.000.000

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

11

1.3. SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan I-

2010 ini masih serupa dengan periode-periode sebelumnya, yaitu didominasi oleh

tiga sektor utama: Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR), Industri Pengolahan, dan

Pertanian (kombinasi ketiganya memberi sumbangan hingga sekitar 75%

terhadap PDRB Jawa Timur triwulan I-2010).

Perekonomian Jawa Timur pada triwulan I-2010 diprediksi tumbuh di batas

atas kisaran yang diprediksikan (5,00% - 5,50%), lebih tinggi dibandingkan

triwulan IV-2009 yang sebesar 5,16%.

Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di triwulan ini adalah respon

terhadap meningkatnya permintaan yang berasal dari pasar domestik maupun

internasional. Di pasar domestik, faktor pendorong permintaan adalah

meningkatnya konsumsi masyarakat sedangkan di pasar internasional

permintaan datang seiring dengan tren perbaikan ekonomi dunia. Eksportir

secara umum melaporkan terus pulihnya permintaan akan barang-barang

produksi Jawa Timur.

Gambar 1.25

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi

Gambar 1.26

Struktur Perekonomian Jawa Timur

Sumber: BPS Jawa Timur, Prediksi BI

Gambar 1.27

Perkembangan Pertumbuhan Sektor Andalan

Sumber: BPS Jawa Timur

Sumber: BPS Jawa Timur, Prediksi BI

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009 2010

gPDRB gPHR gIndustri gPertanian

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009 2010

9. Listrik Gas Air Bersih

8. Tambang

7. Bangunan

6. Keuangan

5. Angkut & Kom

4. Jasa

3. Pertanian

2. Industri

1. PHR

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Jawa Timur

Indonesia

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

12

Sumber pertumbuhan adalah Sektor PHR dan Sektor Industri yang

tumbuh lebih tinggi pada triwulan ini dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sementara itu, Sektor Pertanian tercatat tumbuh sedikit melambat meskipun

secara umum masih tergolong tinggi dibanding kinerja di triwulan-triwulan

sebelumnya.

a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran

Pada triwulan I-2010, Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran tumbuh lebih

tinggi dibanding triwulan sebelumnya, seiring dengan meningkatnya arus

perdagangan dan tingkat hunian hotel. Prompt indicator jumlah kontainer di

Pelabuhan Tanjung Perak menunjukkan lalu lintas perdagangan yang lebih

tinggi daripada triwulan sebelumnya. Jumlah kapal yang singgah (ship calls)

juga meningkat. Data ini merupakan konfirmasi bahwa semakin banyak

barang diperdagangkan melalui Jawa Timur. Arus perdagangan domestik

maupun internasional terus pulih seiring perbaikan ekonomi.

Sementara itu, Subsektor Hotel pada triwulan ini tetap mendapat permintaan

yang tinggi meskipun tidak terdapat faktor khusus seperti hari raya

keagamaan dan liburan sekolah. Di sepanjang Januari-Maret 2010 hanya

terdapat dua kali momen cuti bersama yang dapat dijadikan ajang berwisata.

Hal ini merupakan indikasi positif karena aktivitas perhotelan ternyata tidak

Gambar 1.28

Jumlah Kapal Singgah di Pel Tanjung Perak

Sumber: PT X, Tanjung Perak Sumber: PT X, Tanjung Perak

Gambar 1.29

Kontainer Load dan Unload di Tanjung Perak

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Jml kontainer unload (TEUs)

Jml kontainer load (TEUs)

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Jumlah Ship Calls

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

13

tergantung pada musim liburan saja. Mobilitas masyarakat makin tinggi

sehingga kebutuhan akan penginapan/hotel meningkat.

Indikator tingkat hunian (occupancy rate) hotel berbintang di Jawa Timur

menunjukkan sedikit peningkatan pada triwulan I-2010. Lama tinggal tamu

juga turut meningkat, dari 1,55 hari di bulan Desember 2009 menjadi 1,77 hari

di bulan Maret 2010. Peningkatan waktu tinggal ini khususnya terjadi untuk

tamu asing yang sempat mencapai 3,08 hari pada bulan Januari. Biasanya,

waktu tinggal tamu asing berada di kisaran 2,5 hari saja. Kondisi ini sejalan

dengan peningkatan jumlah wisatawan asing yang datang melalui Bandara

Juanda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara kuantitas maupun

kualitas, kunjungan wisatawan asing di Jawa Timur mengalami peningkatan

yang berujung pada membaiknya kinerja Subsektor Hotel.

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

20.000

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Jml Wisman melalui

Juanda

Gambar 1.30

Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim Gambar 1.31

Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim

Gambar 1.32

Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda

Sumber: BPS Sumber: BPS

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Occupancy Rate

0

1

2

3

4

5

6

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Asing

Indonesia

TOTAL

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

14

b. Sektor Industri Pengolahan

Sektor Industri Pengolahan juga mengalami perbaikan kinerja pada

triwulan ini. Selain karena meningkatnya permintaan domestik, situasi ini juga

terkait dengan terus pulihnya demand dari pasar luar negeri. Perbaikan ini

tercermin dengan jelas pada arah pertumbuhan impor bahan baku

(intermediate goods) yang melonjak tajam pada triwulan ini. Angka

pertumbuhannya bahkan hampir menyamai kondisi sebelum krisis.

Peningkatan impor bahan baku ini merupakan bukti adanya aktivitas produksi

manufaktur yang signifikan pada triwulan I-2010.

Industri utama di Jawa Timur, yaitu makanan minuman dan tembakau,

masih mencatat kinerja operasional yang terus meningkat. Meskipun

mendapat tantangan dari kenaikan cukai maupun hambatan berpromosi,

diprediksi bahwa perusahaan rokok besar di Jawa Timur tetap mampu

membukukan laba yang tinggi. Industri makanan minuman dan tembakau

umumnya menggunakan bahan baku domestik dan memiliki demand yang

stabil karena merupakan kebutuhan dasar manusia.

Dari hasil survei dan Focus Group Discussion di Kantor Bank Indonesia

Surabaya yang membahas kondisi Sektor Industri Pengolahan sebagai dampak

implementasi ASEAN-China Free Trade Agreement (secara resmi berlaku mulai

1 Januari 2010) terungkap bahwa ekonomi Jawa Timur berpotensi mengalami

Tabel 1.33

Perkembangan Impor Intermediate Goods

Sumber: BI

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3

2006 2007 2008 2009 2010

g Capital G

g Intermediate G

g Consumption G

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

15

dampak positif maupun negatif dari implementasi ACFTA ini. Khusus untuk

produk makanan minuman dan tembakau, secara umum industri di Jawa

Timur diprediksi tidak akan banyak terpengaruh karena karakteristik produk

makanan minuman dan tembakau yang khas, kecuali beberapa jenis industri

berskala kecil dan menengah yang memiliki kesamaan dengan barang sejenis

dari China (lihat juga Boks 2: Dampak Implementasi ACFTA terhadap Industri

Makanan-Minuman di Jawa Timur).

c. Pertanian

Dari ketiga sektor utama di Jawa Timur, Sektor Pertanian menunjukkan

kinerja yang paling rendah. Khusus untuk triwulan I-2010, Sektor Pertanian

juga tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya. Luas lahan yang

dipanen pada triwulan ini menurun akibat penundaan masa tanam di triwulan

lalu sebagai bentuk kekhawatiran petani akan kondisi kurang air.

Untuk menghindari kekurangan air, petani merubah pola tanamnya di

triwulan IV-2009 dengan mengurangi menanam padi dan memperbanyak

menanam jagung dan kedelai. Akibatnya, baru 76% lahan padi yang ditanam

hingga Desember 2009. Di sisi lain, lahan yang ditanam kedelai sudah

mencapai 116% dari target sasaran.

Namun demikian, penurunan ini tidak signifikan karena telah dilakukan

berbagai upaya antisipasi oleh Dinas Pertanian, antara lain melalui penyediaan

benih padi berusia pendek (Impari), persemaian di luar sawah yang dapat

menghemat proses produksi hingga 21 hari, dan program replanting dini.

Selain itu, penurunan produksi padi akan terkompensasi oleh produksi kedelai

dan jagung yang lebih tinggi karena dilakukan penanaman yang lebih banyak

daripada yang direncanakan.

Produksi padi Jatim untuk tahun 2010 ini diprediksi akan mencapai 11,32

juta ton gabah kering giling (GKG). Jika dibanding produksi pada tahun 2009,

jumlah ini mengalami kenaikan 0,06 juta ton atau 0,50 persen. Peningkatan ini

disebabkan peningkatan produktivitas 2,37 kuintal per hektare atau 4,01

persen. Kenaikan produksi padi pada tahun ini diprediksi akan terjadi pada

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

16

musim panen bulan Mei hingga Agustus, dengan kenaikan sebesar 0,16 juta

ton (4,32%) dan bulan September-Desember sebesar 0,02 juta ton (1,59%).

Secara geografis, daerah penghasil padi di Jatim dengan luas panen yang

dominan pada tahun 2009 adalah Kabupaten Jember (8%), Bojonegoro

(7,07%), Lamongan (7,04%), Banyuwangi (6,06%), dan kabupaten Ngawi

(5,74%).

Komoditas Produksi

Tahun 2008 (ATAP) Produksi

Tahun 2009 (ASEM) Angka Ramalan I

Tahun 2010

Padi 10,48 juta ton GKG 11,26 juta ton GKG 11,32 juta ton GKG

Jagung 5,06 juta ton 5,27 juta ton 5,23 juta ton

Kedelai 277,28 ribu ton 355,26 ribu ton 354,99 ribu ton

Dinas Pertanian Jatim mencatat bahwa hujan yang melanda Jatim Januari

hingga Februari lalu telah menyebabkan sekitar 3.646 hektare (Ha) tanaman

padi terendam banjir. Akibatnya, sebanyak 1.232 hektar tanaman padi

mengalami puso atau gagal panen. Banjir selama musim hujan ini merendam

areal padi di 11 kabupaten/kota di Jatim. Puso padi paling parah terjadi di tiga

kabupaten, yaitu Kabupaten Pasuruan (982 hektar), Kabupaten Tuban (198

hektar), dan Kabupaten Lamongan (50 hektar).

Gambar 1.34

Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur

Gambar 1.35

Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur

Sumber: Dinas Pertanian Jawa Timur Sumber: Dinas Pertanian Jawa Timur

Tabel 1.1

Produksi dan Target Produksi Pertanian Jatim

Sumber: Dinas Pertanian Jawa Timur

-

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

450.000

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1

2

3

2007 2008 2009 2010

Luas Panen Jagung Luas Tanam Jagung

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1

1

12

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1

0

11

1

2

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1

1

12

1

2

3

2007 2008 2009 2010

Luas Panen Padi Luas Tanam Padi

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

17

Namun demikian, luas lahan yang puso di triwulan I-2010 masih

tergolong kecil sehingga tidak berdampak serius pada kinerja sektor pertanian.

Perlambatan Sektor Pertanian disebabkan utamanya oleh pergeseran musim

tanam. Pada triwulan ini juga tidak terdapat gangguan hama yang serius,

sementara distribusi pupuk bersubsidi relatif lancar.

d. Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa, diprediksi mengalami perbaikan

pada triwulan ini, terutama didukung oleh pertumbuhan di subsektor

perbankan, Laju penyaluran kredit mulai membaik dan berada di kisaran 15%

(yoy) pada triwulan I-2010. Angka pertumbuhan ini menunjukkan arah

pembalikan setelah selama beberapa triwulan berada dalam tren perlambatan.

Perbankan tampak kembali giat mengucurkan kreditnya.

Di sisi lain, perlambatan tampak pada laju pengumpulan dana pihak

ketiga (DPK). Menurunnya suku bunga deposito membuat menyimpan di bank

menjadi pilihan yang kurang menarik. Masyarakat lebih memilih untuk

berkonsumsi dan mengurangi simpanannya. Maraknya produk investasi

alternatif, seperti ORI, Reksadana, dan Sukuk Ritel, juga menjadi pesaing

tersendiri bagi bank dalam upaya menghimpun DPK. Namun demikian, tidak

terdapat persoalan keketatan likuiditas seperti saat awal krisis global. Hingga

triwulan I-2010 ini, perbankan masih memiliki likuidiatas yang memadai untuk

melakukan ekspansi kredit.

Gambar 1.36

Luas Lahan Puso di Jawa Timur

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1

2

3

2007 2008 2009 2010

Luas Puso Padi Luas Puso Jagung

Sumber: Dinas Pertanian Jawa Timur

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

18

Perbaikan kinerja perbankan Jawa Timur di triwulan ini juga tercermin

pada indikator keuangan mereka. Indikator net interest margin, fee based

income, maupun interest-based income menunjukkan lonjakan dan

pertumbuhan yang positif dan meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Hal

ini utamanya disebabkan oleh spread suku bunga yang lebih lebar sehingga

perbankan dapat meraih pendapatan bunga yang lebih besar. Suku bunga

kredit memang telah turun namun belum proporsional dengan penurunan

suku bunga simpanan.

Gambar 1.37

Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur

Gambar 1.38

Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur

Gambar 1.39

Perkembangan Fee-Based Income

Gambar 1.40

Perkembangan Interest-Based Income

Sumber: Laporan Bulanan perbankan Sumber: Laporan Bulanan perbankan

Sumber: Laporan Bulanan perbankan Sumber: Laporan Bulanan perbankan

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3

2007 2008 2009 2010

gDPK

gKredit

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3

2006 2007 2008 2009 2010

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%Fee Based Income

gFee Based Income

-

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3

2006 2007 2008 2009 2010

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%Interest Based Income

gInterest Based Income

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

1.400.000

1.600.000

1.800.000

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%Net Interest Margin

gNet Interest Margin

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

19

e. Bangunan

Sektor Bangunan kembali menunjukkan kinerja yang meningkat pada

triwulan I-2010 ini. Setelah relatif stagnan selama beberapa waktu, Sektor

Bangunan menunjukkan perbaikan sejak triwulan IV-2009 dan terus berlanjut

hingga kini. Volume penjualan semen di Jawa Timur, yang merupakan

indikator kinerja Sektor Bangunan, tumbuh melonjak hingga 20% (yoy) pada

bulan Desember 2009 dan bahkan mencapai 30% (yoy) pada bulan Maret

2010.

Perbaikan kinerja ini utamanya didukung oleh sentimen positif pasca

krisis global sehingga konsumen maupun produsen yakin untuk membeli

maupun menjual produk properti. Produk properti umumnya tergolong

barang bernilai tinggi sehingga membutuhkan keyakinan akan kondisi

ekonomi jangka panjang sebelum membeli maupun memproduksi.

Selain itu, terus melandainya suku bunga kredit perumahan juga turut

mendukung ekspansi usaha di sektor properti. Suku bunga kredit perbankan

merupakan faktor penting dalam penjualan properti di Jawa Timur karena

sekitar 60% rumah dibeli dengan memanfaatkan kredit perbankan. Suku

bunga yang menurun secara bertahap telah meningkatkan gairah masyarakat

untuk membeli produk properti

Secara nasional, pasar konstruksi tahun 2010 ini diprediksi naik hingga 5

persen dari tahun 2009, yaitu dari Rp 171,52 triliun menjadi Rp 180 triliun.

Gabungan Pelaksana Konstruksi Seluruh Indonesia (Gapensi) memperkirakan

bahwa dari Rp 180 triliun tersebut, porsi proyek pemerintah mencapai 52 (Rp

93,6 triliun) sedangkan Rp 86,4 triliun sisanya akan diperoleh dari proyek-

proyek swasta.

Sumber: BPS

Gambar 1.41

Volume Penjualan Semen di Jawa Timur

0

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1

2

3

2007 2008 2009 2010

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%Vol Penjualan Semen

gPenjualan Semen

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

20

f. Transportasi dan Komunikasi

Sektor transportasi dan komunikasi meningkat cukup tinggi pada triwulan

ini dan bahkan diprediksi menjadi sektor ekonomi Jawa Timur dengan

pertumbuhan tertinggi. Meskipun tidak terdapat faktor pendorong khusus

seperti hari raya dan libur sekolah, arus penumpang dan barang di Pelabuhan

Tanjung Perak tampak tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kondisi ini memperkuat indikasi bahwa aktivitas ekonomi memang sedang

meningkat sehingga masyarakat pun semakin mobile.

Sementara itu, kinerja angkutan udara dalam perekonomian Jawa Timur

cenderung stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, kinerja

pada triwulan ini jauh lebih baik dibandingkan pada triwulan I-2009. Pada

bulan Maret 2010, pertumbuhan jumlah penumpang domestik mencapai 40%

(yoy).

Selama dua tahun terakhir memang terjadi lonjakan pengguna jasa

transportasi udara di Jawa Timur. Pada tahun 2008, jumlah penumpang di

Bandara Juanda tercatat hanya 8 juta, lalu meningkat menjadi 10 juta pada

tahun 2009, dan tahun 2010 ini diprediksi dapat mencapai 12-13 juta atau

meningkat 15 persen. Tingginya jumlah pengguna membuat pelayanan di

Bandara Juanda kurang maksimal karena bandara tersebut sebenarnya

didesain untuk melayani kapasitas tujuh juta penumpang per tahun.

Gambar 1.42

Arus Penumpang di Tanjung Perak

Gambar 1.43

Arus Barang di Tanjung Perak

� Sumber: BPS

-10

10

30

50

70

90

110

130

150

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%Jml Penumpang gJml Penumpang

-100

100

300

500

700

900

1100

1300

1500

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%Jml Barang gJml Barang

� Sumber: BPS

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

21

Dalam tiga bulan terakhir, maskapai penerbangan di Bandara Juanda

melaporkan rata-rata load factor pesawat yang cukup tinggi, yaitu di atas

80%. Pada Sabtu dan Minggu, load factor pesawat bisa mencapai 90% atau

bahkan terisi penuh. Kondisi ini khususnya terjadi untuk penerbangan rute

’gemuk’, seperti ke Jakarta dan Denpasar.

Hasil survei PT Angkasa Pura I menunjukkan bahwa 90 persen

penumpang di Bandara Juanda adalah penumpang domestik dan sisanya (10

persen) adalah penumpang internasional. Dalam tiga bulan pertama tahun

2010, volume penumpang domestik berbagai jurusan baik kedatangan

maupun pemberangkatan mencapai sekitar 800 ribu, sedangkan rute

internasional mencapai 75 ribu penumpang. Sebagian besar penumpang

melakukan perjalanan karena bisnis (50%) dan perjalanan dinas (40%),

sedangkan sisanya adalah wisatawan dan lain-lain. Fenomena menarik yang

diungkap oleh hasil survei adalah adanya tren lonjakan arus penumpang setiap

bulannya di luar musim liburan.

Arus penumpang internasional di Bandara Juanda juga mengalami

peningkatan pada triwulan ini, meskipun tidak setinggi penumpang domestik.

Hasil ini konsisten dengan meningkatnya lama tinggal tamu asing di hotel-

hotel berbintang Jawa Timur pada triwulan I-2010.

Selama ini Bandara Juanda memang belum menjadi pintu utama

kedatangan wisatawan asing. Mereka sebagian besar datang melalui Bandara

Soekarno-Hatta Jakarta atau Ngurah Rai Denpasar. Namun demikian, dalam

waktu dekat diharapkan Bandara Juanda dapat menjadi gerbang masuk

utama wisatawan Asia dan Eropa seiring dengan semakin populernya Jawa

Timur sebagai tujuan wisata.

Peluang sebagai bandara pintu masuk wisatawan manca negara masih

terbuka lebar. Saat ini sudah ada 12 maspakai penerbangan yang melayani

rute internasional di Bandara Juanda dan akan disusul oleh sejumlah maskapai

lain. Mandala Airlines diketahui sedang menjajaki untuk membuka rute

Surabaya-Singapura, sedangkan Garuda Indonesia berencana menghidupkan

kembali rute Surabaya-Hongkong setelah melihat tingginya permintaan di

jalur tersebut.

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

22

Gambar 1.44

Penumpang Domestik di Bandara Juanda

Gambar 1.45

Penumpang Internasional di Bandara Juanda

Sumber: BPS

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%Jml Penumpang Domestik

gPenumpang Domestik

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%Jml Penumpang Intl

gPenumpang Intl

Sumber: BPS

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

23

Boks 1

Peranan Pembiayaan Luar Negeri dalam Pembangunan di Jawa Timur

Pembangunan ekonomi di Jawa Timur dalam beberapa waktu terakhir cukup

menggembirakan di tengah krisis ekonomi yang melanda dunia. Pembangunan ini tentunya

memerlukan pendanaan yang cukup besar dari berbagai sumber pembiayaan. Secara umum,

sumber pembiayaan ekonomi Jawa Timur dapat berasal dari dalam negeri maupun dari luar

negeri. Sumber pembiayaan dari dalam negeri antara lain berasal pengeluaran Pemerintah

(APBD dan APBN), Lembaga Keuangan Bank, Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB) dan

sumber lainnya (modal sendiri dll.). Sedangkan sumber pembiayaan dari luar negeri antara

lain berasal dari Lembaga Bank dan Non Bank maupun dari dana pengiriman TKI di luar

negeri (Dana Remitansi TKI) dan sumber lainnya.

�������� ������� ����������

���������� ������������������������� !"#$��������

������%��&���'��������������� (!")*��������

������%��&���'������������������� +$"#*

'��������� ������%��&���'������������������ ,(",!��������

� ����-����.�����������������&���������-� !"!,�����������

����� ����������

�������/� 0�����-�1����� "����������

������/� ��������2�������-��34������"�&�&���2

���-���'���������5����������.�&���-�"�&�&���2

���-���'���������-2�������%��������.�&���-�"�&�&���2

����-������-��������-��64���������&�&���2

����&�����4�������%���&�&���2

���-���'�����'���'��-�����-�������.�&���-�"�&�&���2

����������� ����-����.�������.�&���-�"�&�&���2

��������-�����%

�����-2�������%�"������-���'������������

7����"����&���&����

� � ��������� ��� ����������������������������� ������������

Dari data/ informasi yang dapat dikumpulkan, sumber pembiayaan dalam negeri di

Jawa Timur masih didominasi oleh pengeluaran Pemerintah Daerah dan Pusat. Adapun

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

24

sumber pembiayaan utama lainnya berasal dari Lembaga Perbankan, dan disusul oleh

lembaga keuangan lainnya (seperti Perusahaan Pembiayaan, Koperasi dan Pegadaian dll.).

Di sisi lain, dengan semakin terbukanya perekonomian maka pembiayaan ekonomi

di Jawa timur yang berasal dari luar negeri juga memiliki peranan yang semakin penting.

Sumber pembiayaan luar negeri yang tercatat di Bank Indonesia terutama ditujukan kepada

kalangan Perusahaan bukan lembaga keuangan (selanjutnya disebut perusahaan), dan

disusul oleh dana remitansi TKI yang diterima para TKI/ keluarga TKI di Indonesia.

Sumber pembiayaan luar negeri bagi perusahaan umumnya merupakan sumber

pembiayaan yang produktif bagi kelancaran proses produksi. Semakin besar size dan

aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan pihak luar negeri, maka umumnya semakin

besar pula porsi pembiayaan luar negeri dalam perusahaan tersebut. Perusahaan yang

berstatus PMA (Penanaman Modal Asing), perusahaan yang memiliki kegiatan

ekspor/impor atau perusahaan yang memiliki fasilitas kredit dari lembaga keuangan di luar

negeri merupakan contoh perusahaan yang memiliki sumber pembiayaan dari luar negeri.

Dalam terminologi yang digunakan di Neraca Pembayaran Indonesia, sumber

pembiayaan dari luar negeri kepada perusahaan bisa dalam bentuk Direct Investment (DI),

Portfolio Investment (PI) maupun Other Investment (OI). Dari Sistem Pelaporan Lalu Lintas

Devisa (LLD) di Bank Indonesia, jenis pembiayaan luar negeri kepada perusahaan bisa

dalam bentuk trade credit (kredit dagang) dari partner dagang perusahaan di luar negeri,

pinjaman (loans) dari bank atau lembaga keuangan lainnya di luar negeri, penjualan surat

utang (baik jangka pendek atau panjang) kepada investor di luar negeri, serta dalam bentuk

suntikan modal (equity/ stock) dari pemilik perusahaan/ investor di luar negeri.

,$$8 ,$$# ,$$

��� ����� ,�,*8 ,�!8+ +�!*+

���6�� 3�����&�� (( )!* 8#,

3����6�� ) 8* !*

����5�� 8* 8* ++#

7�&����-��� )) )) (!

����� � !�� �" � #��

������/���-�����������'���'��-�����-��''���������.�&���-�"�&�&���2

���� ��� ���������$����%����& ' ���

� ��(�)����*�������������+*�����,����-�$�

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

25

Selama 3 tahun terakhir, sumber pembiayaan luar negeri kepada perusahaan di Jawa

Timur mengalami pasang surut mengikuti perkembangan ekonomi global. Perkembangan

Pembiayaan luar negeri di Jawa Timur mengalami puncaknya di tahun 2008 dan kemudian

menurun di tahun 2009 (seiring dengan terjadinya krisis global) dengan total pembiayaan

mencapai hampir USD 2,5 miliar atau sekitar Rp. 25 triliun.

Sementara itu, sumber pembiayaan dari luar negeri lainnya berupa dana remitansi

TKI yang diterima oleh TKI/ Keluarga TKI melalui jaringan perbankan dan kantor pos di

seluruh Jawa Timur selama tahun 2009 yang mencapai sekitar Rp. 4,42 triliun. Jumlah dana

remitansi TKI yang sebenarnya, diyakini lebih besar lagi jika digabung dengan data lainnya

yang tidak melalui perbankan dan kantor pos (seperti dana TKI yang dibawa langsung

secara cash oleh TKI atau orang/ pihak lain ke Jawa Timur). Adapun kota di Jawa Timur

yang paling banyak frekuensinya menerima transfer dana remitansi TKI melalui perbankan

adalah Sumenep, dengan jumlah transfer mencapai hampir 45 ribu kali transfer per tahun

atau sekitar 123 kali transfer setiap harinya.

&� .����� �'������

�&�����������(/ �����

+0��������

�����)�����(/ ��

+� �����

+ 7������������� *�+! �(((���������������� *)!�#+$����������������

, 7�������������- +�,8(�,,#���������������� !)#�!!8����������������

������ # #�# 1����������������� � �!1����������������

Sum b er : -Surv e i Rem itansi TKI, Kanto r B I Surabay a

-Kan to r Pos Surab ay a

$����0 �����(���23�*���������������)�������

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

26

&� %���(������

�&�����������(/ ��

+0��������

��������(/ ��

+� �����

+ ������� +8$�*,)������������������� !!� ((������������������

, ����-� ,!+�!+ ������������������� *#�)*8������������������

* 7��� , �$+,������������������� *8�)*!������������������

! ���������� +,)�!+$������������������� *+�,,!������������������

( 3����� +),�**!������������������� ,,�##)������������������

) ��%�4��� +)*�8+ ������������������� ,$�!)*������������������

8 ��&��� ++)�# +������������������� ,$�$$)������������������

# 7&��� + )�!$*������������������� + � ()������������������

9��-�� ,((�$+8������������������� +(� ,)������������������

+$ ����% 8!+�++#������������������� +(�8+ ������������������

++ '���% )8)� $#������������������� 8�!$!������������������

������ �#� !!!���������������� "# �������������������

Sum b er : Surve i Rem itansi TKI, Kan to r BI Surabay a

*���������������)�������

%���(�������� � �����$����0 �����(���23�

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

27

Boks 2

Dampak ACFTA Terhadap Industri Makanan-Minuman di Jawa Timur

Kondisi Saat Ini

• Sektor Industri Pengolahan adalah salah satu sektor utama di perekonomian Jawa

Timur dengan kontribusi hingga 27,9% dari PDRB Tahun 2009. Khusus untuk produk

makanan dan minuman (mamin), saat ini tercatat sejumlah 481.988 unit perusahaan

beroperasi di Jawa Timur dan menyerap 1.455.958 orang tenaga kerja. Jumlah ini

meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 473.605 unit

perusahaan dan menyerap 1.406.027 orang tenaga kerja.

• Industri mamin skala kecil selama ini sudah mengalami permasalahan struktural:

a. Kesulitan memperoleh bahan baku, khususnya yang berasal dari impor karena

membutuhkan modal dan jaringan yang kuat

b. Kekurangan modal kerja, sementara kredit perbankan sulit diakses karena

membutuhkan agunan dan mengenakan suku bunga yang tinggi

c. Banyaknya ijin yang harus didapatkan terkait produk mamin (label komposisi,

merek dagang, sertifikasi halal) yang juga sulit untuk diperoleh

d. Kurangnya pembinaan/pendampingan dari lembaga berwenang

e. Risiko tuntutan hukum (lawsuit) pasca konsumsi mengingat produk mamin

terkait erat dengan kesehatan tubuh manusia

• Akibat sulitnya situasi usaha tersebut, banyak industri mamin skala kecil yang

kemudian beralih dari produsen menjadi pedagang. Aktivitas mereka semata

membeli produk mamin jadi untuk kemudian dijual lagi.

Prospek Pasca Implementasi ACFTA

• Secara umum implementasi ACFTA diprediksi tidak berdampak signifikan terhadap

industri mamin di Jawa Timur, terutama untuk industri mamin skala menengah dan

besar. Hal ini dikonfirmasi oleh sejumlah perusahaan mamin responden Liaison yang

menganggap China bukanlah pesaing serius dalam hal industri mamin.

• Berdasarkan informasi dari asosiasi pengusaha mamin (GAPMMI), dampak negatif

ACFTA diprediksi akan terjadi pada industri mamin skala kecil. Industri mamin skala

menengah diperkirakan masih mampu bertahan dengan cara mengurangi profit

margin, sedangkan industri mamin skala besar relatif tidak terganggu bahkan

cenderung mampu meningkatkan omzetnya.

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

28

• Data Disperindag Jawa Timur menunjukkan bahwa daya saing industri di Indonesia

cukup tertinggal dibandingkan industri di China. Dalam banyak hal, perusahaan

manufaktur di China beroperasi dengan lebih efisien dan produktif.

No Indikator Indonesia China

1 Tenaga kerja /

buruh

Jam kerja: 40 jam / minggu Jam kerja: 44 – 48 jam / minggu Hari kerja per tahun: 337 hari

Hari kerja per tahun: 347 – 350 hari

Labor Cost: US$ 0,65 / jam Labor Cost: US$ 0,55 – 0,85 / jam

2 Energi listrik

Tarif: US$ 0,65 / jam Tarif: US$ 0,09 / jam Supply tidak kontinyu sehingga ada penambahan biaya (tidak ekonomis untuk perusahaan)

Supply stabil

3 Mesin dan

peralatan industri

<10 tahun dan telah melakukan peremajaan mesin sejak tahun 2000

4 Suku bunga

pinjaman 14 % 6 %

5 PPN

Restitusi 10% tanpa ada kepastian waktu

17% dengan waktu 25 hari

Penjualan ritel : produsen harus menggunakan faktur PPN lengkap

Penjualan ritel : lebih senang membeli produk dari impotir karena tidak menggunakan faktur lengkap

6 Potongan pajak

Kebijakan fasilitas insentif potongan pajak (tax rebate) hingga 15% kepada perusahaan produsen produk berorientasi ekspor

• Industri mamin (terutama berskala besar dan menengah) umumnya memiliki

karakteristik tersendiri yang membuatnya relatif sulit untuk ditembus oleh produk

China:

a. Setiap produk memiliki cita rasa (taste) khas yang disukai oleh konsumennya

dan membuat konsumen tidak mudah berpaling

b. Kualitas dan standar kesehatan produk adalah hal yang sangat penting bagi

konsumen produk mamin sehingga mereka cenderung setia pada produk

yang diyakininya aman dan menjadi tidak sensitif pada harga sepanjang

kualitas terjaga

c. Produk mamin umumnya diberi merek dan diiklankan secara intensif

sehingga memiliki loyalitas konsumen yang tinggi

d. Pemasaran produk mamin membutuhkan jaringan distribusi yang luas dan

andal

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab I – Makro Ekonomi Regional

________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

29

• Di sisi lain, industri mamin Jatim diperkirakan belum mampu memanfaatkan ACFTA

untuk memperluas pasar ekspornya ke China, karena:

a. Perbedaan spesifikasi antara produk mamin yang selama ini dibuat dengan

yang dibutuhkan oleh konsumen China (misalnya untuk produk udang

olahan)

b. Cita rata (taste) yang berbeda antara konsumen di Indonesia dengan China

sehingga perusahaan tidak serta merta bisa mengekspor ke China

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

30

-3.00

-1.00

1.00

3.00

5.00

7.00

9.00

11.00

13.00

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

yoy qtq mtm

2 PERKEMBANGAN INFLASI

2.1 UMUM

Pada triwulan I-2010, inflasi IHK 7 kota di Jawa Timur sebesar

3,01% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi triwulan

sebelumnya yang mencapai 3,40% maupun dengan inflasi nasional

yang mencapai 3,56%. Tingkat inflasi Jawa Timur hingga triwulan laporan

terus menunjukkan tren perlambatan. Kondisi ini secara umum dipengaruhi

oleh cukup terjaganya tekanan inflasi pada kelompok yang mendominasi

seperti kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok &

tembakau, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar.

Secara umum, tren penurunan inflasi tersebut terutama dipengaruhi

oleh terkendalinya harga bahan makanan (sebagai kelompok yang memiliki

bobot terbesar kedua di Jawa Timur). Meskipun sempat terjadi kenaikan harga

pada kelompok dimaksud pada bulan Januari dan Februari 2010, namun

deflasi yang terjadi pada bulan Maret 2010 mampu menekan inflasi

keseluruhan pada triwulan laporan. Hal ini juga dipengaruhi oleh kecukupan

jumlah pasokan/supply bahan makanan (terutama beras), cukup lancarnya jalur

distribusi, ketegasan Pemerintah Provinsi dalam pengendalian harga

komoditas strategis (terutama gula pasir), serta didukung oleh ekspektasi

masyarakat yang terjaga.

Gambar 2.1

Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy)

Sumber : BPS, data diolah

Sumber : BPS, data diolah

Gambar 2.2

Perkembangan Inflasi Jawa Timur

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00Nas Jatim

Nas 9.17 8.60 7.92 7.31 6.04 3.65 2.71 2.75 2.83 2.57 2.41 2.78 3.72 3.81 3.56

Jatim 7.87 8.07 7.52 6.76 5.74 3.67 2.64 2.47 2.75 2.45 2.60 3.40 4.06 3.55 3.01

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010

Sumber : BPS, data diolah

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

31

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

Jatim 2.87 6.46 9.36 9.47 1.04 0.83 2.64 3.40 0.65

Surabaya 2.56 5.87 8.58 8.74 1.06 0.64 2.63 3.38 0.63

Malang 3.63 6.93 10.07 10.49 1.29 1.44 2.82 3.38 0.99

Kediri 2.47 5.87 9.16 8.78 0.90 0.91 2.97 3.59 0.62

Jember 3.43 8.38 11.38 10.63 1.03 1.10 2.28 3.66 -0.01

Sumenep 2.07 6.06 9.06 10.20 0.26 0.41 2.31 2.73 0.52

Probolinggo 2.77 6.78 10.89 10.89 0.60 0.67 2.52 3.55 0.72

Madiun 4.72 11.11 13.64 13.28 1.01 1.02 2.56 3.41 0.83

20102009WILAYAH

2008

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010

bhn mknn mknn jadi

perumhn sandang

kesehatn pendidkn

transpor

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2008 2009 2010

bhn mknn mknn jadi

perumhn sandang

kesehatn pendidkn

transpor

Dari 7 (tujuh) kota penghitung inflasi di Jawa Timur, tingkat inflasi

terbesar selama triwulan I-2010 (ytd) terjadi di Malang (0,99%), sedangkan

inflasi terendah terjadi di Jember (-0,01%).

2.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)

Secara triwulanan, Jawa Timur mencatat inflasi sebesar 0,65%,

yang terutama didorong oleh inflasi pada kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau serta kelompok bahan makanan.

Dibandingkan triwulan sebelumnya, besarnya inflasi triwulanan pada triwulan

I-2010 relatif melambat, terutama akibat deflasi pada kelompok sandang dan

kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga. Meskipun demikian, terdapat

beberapa kelompok komoditas yang mengalami peningkatan meskipun tidak

signifikan, diantaranya kelompok bahan makanan (1,40%), kelompok

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,82%), kelompok kesehatan

(0,53%), dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (0,03%).

Berdasarkan komoditas, kenaikan harga umumnya terdapat pada komoditas

sayur-sayuran, ikan, kacang-kacangan dan buah-buahan.

Gambar 2.3

Inflasi (qtq) Triwulanan Jawa Timur

Gambar 2.4

Sumbangan Inflasi (qtq) Jawa Timur

Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah

Tabel 2.1

Inflasi Kumulatif (ytd) 7 Kota di Jawa Timur

Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah

Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

32

280,000

290,000

300,000

310,000

320,000

330,000

340,000

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M V M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M V M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

Aug 09 Sep 09 Oct 09 Nov 09 Dec 09 Jan 10 Feb 10 Mar 10

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

11,000

12,000

13,000

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M V M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M V M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

Aug 09 Sep 09 Oct 09 Nov 09 Dec 09 Jan 10 Feb 10 Mar 10

0

5

10

15

20

25

30

Jan

-08

Mar-

08

May-

08

Jul-

08

Sep

-08

No

v-0

8

Jan

-09

Mar-

09

May-

09

Jul-

09

Sep

-09

No

v-0

9

Jan

-10

Mar-

10

US

ce

nts

pe

r p

ou

nd

Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah Sumber: IMF

Kelompok sandang yang sempat mengalami inflasi cukup tinggi pada

triwulan lalu, saat ini mengalami deflasi sebesar -1,44%. Penurunan ini

terutama disebabkan oleh menurunnya harga emas perhiasan seiring dengan

pergerakan harga emas dunia. Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga

(SPH), diketahui bahwa komoditas emas perhiasan di beberapa kota Jawa

Timur yang cenderung meningkat sejak awal September mulai menurun

terutama sejak Februari 2010.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan

ini mengalami inflasi sebesar 1,41% (qtq) atau menyumbang inflasi sebesar

0,26% (qtq), sedikit lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang

menyumbang 0,38%. Berdasarkan sub kelompok komoditasnya, inflasi

tertinggi terjadi pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol (3,13%),

disusul oleh sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol (1,10%) dan

sub kelompok makanan jadi (0,95%).

Inflasi yang terjadi pada sub kelompok minuman tidak beralkohol

disebabkan oleh tingginya rata-rata harga gula pasir pada triwulan ini (Gambar

2.7). Namun demikian, harga gula pada akhir triwulan ini cenderung menurun

disebabkan masuknya gula impor di Jawa Timur pada pertengahan Februari

yang diikuti dengan ketegasan Pemerintah Provinsi untuk menerapkan Harga

Eceran Tertinggi (HET) di tingkat konsumen serta menurunnya harga gula

dunia.

Gambar 2.5 Pergerakan Harga Emas Dunia November 2009 - Maret 2010

Sumber : goldprice.org

Gambar 2.6 Pergerakan Harga Komoditas Emas

Perhiasan di Surabaya

Sumber : Survei Pemantauan Harga

Gambar 2.7

Perkembangan Harga Mingguan Gula pasir

Gambar 2.8

Perkembangan Harga Bulanan Gula pasir di Dunia

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

33

Gambar 2.9 Inflasi Triwulanan

Kelompok Bahan Makanan

-5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00

di-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya

Daging dan Hasil-hasilnya

Ikan Segar

Ikan Diawetkan

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya

Sayur-sayuran

Kacang - kacangan

Buah - buahan

Bumbu - bumbuan

Lemak dan Minyak

Bahan Makanan Lainnya

Tw.I 2010

Tw.I 2009

63,000

64,000

65,000

66,000

67,000

68,000

69,000

70,000

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M V

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M V

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

Aug 09 Sep 09 Oct 09 Nov 09 Dec 09 Jan 10 Feb 10 Mar 10

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

daging sapi (left axis)

daging ayam ras (right axis)

7,350

7,400

7,450

7,500

7,550

7,600

7,650

7,700

7,750

7,800

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M V

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M V

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

Aug 09 Sep 09 Oct 09 Nov 09 Dec 09 Jan 10 Feb 10 Mar 10

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

beras (left axis)

telur ayam ras (right axis)

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

11,000

12,000M

I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M V

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M V

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

Aug 09 Sep 09 Oct 09 Nov 09 Dec 09 Jan 10 Feb 10 Mar 10

tomat wortel

kentang kacang panjang

kangkung bayam

sawi hijau

Sementara itu, inflasi pada kelompok bahan makanan (yang merupakan

kelompok yang memiliki bobot relatif besar) pada triwulan I-2010 relatif

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan penurunan

harga terhadap triwulan lalu pada beberapa sub-kelompok, diantaranya padi-

padian, umbi-umbian dan hasilnya (-2,65%), telur, susu & hasil-hasilnya (-

0,16%), dan bumbu-bumbuan (-1,25%). Adapun sub-kelompok yang

mengalami peningkatan harga terdapat pada sub-kelompok ikan segar

(1,05%), sub-kelompok ikan diawetkan (0,76%), sub-kelompok sayur-sayuran

(12,56%), sub-kelompok kacang-kacangan (1,38%), serta sub-kelompok buah-

buahan (1,43%). Khusus sub-kelompok sayur-sayuran yang mengalami inflasi

tertinggi di kelompok ini, hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia

Surabaya menunjukkan terjadinya peningkatan harga pada beberapa

komoditas, diantaranya tomat, kangkung, bayam dan sawi hijau. (Gambar

2.10)

Sementara itu, penurunan harga pada sub-kelompok padi-padian, umbi-

umbian dan hasilnya terutama diakibatkan oleh komoditas beras. Berdasarkan

hasil SPH mingguan, tren penurunan harga beras terjadi sejak minggu ke-3

bulan Maret 2010. Di sisi lain, pergerakan harga produk daging dan telur ayam

ras cenderung menurun dibandingkan akhir tahun 2009 terutama pada bulan

Januari dan Februari, sedangkan memasuki Maret 2010 tingkat harga daging

dan telur kembali menunjukkan peningkatan (gambar 2.11 dan 2.12).

Gambar 2.12 Perkembangan Harga Mingguan

Telur Ayam Ras

Gambar 2.11 Perkembangan Harga Mingguan

Daging Ayam & Daging Sapi

Sumber : Badan Pusat Statistik, data diolah Sumber : Survei Pemantauan Harga

Gambar 2.10 Perkembangan Harga Mingguan

Komoditas Sayur-Sayuran

Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

34

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,G

AS & BB

12%

SANDANG

2%

KESEHATAN

3%

PENDIDIKAN, REKREASI

DAN OLAH RAGA

15%

TRANSPOR,KOMUNIKASI

DAN JASA K

7%BAHAN MAKANAN

20%

MAKANAN JADI,

MINUMAN, ROKOK &

TEMBAKAU

41%

2.3 INFLASI TAHUNAN (yoy)

Inflasi tahunan Jawa Timur sebesar 3,01% (yoy) didominasi oleh

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan

tingkat inflasi sebesar 6,99%, diikuti oleh kelompok pendidikan,

rekreasi dan olah raga (5,61%). Secara umum, pergerakan inflasi tahunan

kelompok komoditas pada triwulan I-2010 lebih rendah dibandingkan inflasi

tahunan pada triwulan IV-2009. Hal ini ditunjukkan oleh perlambatan inflasi

tahunan yang terjadi pada hampir seluruh kelompok komoditas kecuali

kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (1,80%) dan kelompok

transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (1,27%). Sementara itu, inflasi

tahunan terendah terdapat pada kelompok sandang (-1,21%).

Tabel 2.2 Inflasi Jawa Timur (yoy)

Sumber: BPS, data diolah

Tabel 2.3 Sumbangan Inflasi Jawa Timur (yoy)

Sumber : BPS Prov. Jawa Timur

Sumber: BPS, data diolah

Gambar 2.13 Persentase Sumbangan Per-Kelompok terhadap Inflasi di Jawa Timur

Triwulan I-2010

2010

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

UMUM 7.16 10.20 11.06 9.47 7.55 3.68 2.75 3.40 3.01

Bahan Makanan 15.91 20.07 22.13 14.36 11.07 5.11 2.36 4.66 3.11

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 6.45 9.20 10.70 12.58 10.24 7.97 7.58 7.42 6.99

Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 5.29 6.54 8.16 8.46 7.15 4.51 2.07 1.42 1.80

Sandang 13.97 12.51 8.77 9.59 9.17 6.69 7.96 6.11 -1.21

Kesehatan 5.91 6.16 6.30 6.86 5.43 3.31 2.69 2.12 1.80

Pendidikan, Rekreasi Dan Olah Raga 6.01 6.87 5.64 6.26 5.92 5.66 5.89 5.91 5.61

Transpor, Komunikasi Dan Jasa Keuangan 0.44 7.76 8.49 5.29 2.97 -3.97 -3.27 -0.97 1.27

2008 2009KOMODITI

2010

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

UMUM 7.16 10.20 11.06 9.47 7.55 3.68 2.75 3.40 3.01

Bahan Makanan 3.22 4.08 4.64 2.96 2.30 1.08 0.50 0.97 0.65

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.11 1.59 1.83 2.20 1.79 1.43 1.36 1.35 1.28

Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1.19 1.45 1.81 1.90 1.60 1.01 0.45 0.31 0.40

Sandang 0.91 0.78 0.53 0.61 0.60 0.43 0.51 0.40 -0.08

Kesehatan 0.30 0.31 0.31 0.34 0.27 0.16 0.13 0.10 0.09

Pendidikan, Rekreasi Dan Olah Raga 0.52 0.58 0.49 0.54 0.51 0.49 0.52 0.52 0.49

Transpor, Komunikasi Dan Jasa Keuangan 0.09 1.59 1.71 0.56 0.56 -0.76 -0.62 -0.18 0.24

KOMODITI2008 2009

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

35

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

Jan-0

9

Feb-0

9

Mar-09

Apr-09

May-0

9

Jun-0

9

Jul-09

Aug-0

9

Sep-0

9

Oct-09

Nov-0

9

Dec-0

9

Jan-1

0

Feb-1

0

Mar-10

Bhn Maknn

Mknn Jadi

Pendidikan

0

20

40

60

80

100

120

140

Jan-0

8

Mar-

08

May-

08

Jul-08

Sep-0

8

Nov-

08

Jan-0

9

Mar-

09

May-

09

Jul-09

Sep-0

9

Nov-

09

Jan-1

0

Mar-

10

US d

ollars

per

barr

ell

0

100

200

300

400

500

600

Jan

-08

Ma

r-0

8

Ma

y-0

8

Jul-

08

Se

p-0

8

No

v-0

8

Jan

-09

Ma

r-0

9

Ma

y-0

9

Jul-

09

Se

p-0

9

No

v-0

9

Jan

-10

Ma

r-1

0

US

do

llars

pe

r m

etr

ic t

on

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

Jan-0

8

Mar-

08

May-

08

Jul-08

Sep-0

8

Nov-

08

Jan-0

9

Mar-

09

May-

09

Jul-09

Sep-0

9

Nov-

09

Jan-1

0

Mar-

10

US

dolla

rs p

er

metr

ic t

on

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Jan

-08

Ma

r-0

8

Ma

y-0

8

Jul-

08

Se

p-0

8

No

v-0

8

Jan

-09

Ma

r-0

9

Ma

y-0

9

Jul-

09

Se

p-0

9

No

v-0

9

Jan

-10

Ma

r-1

0

US

do

llars

pe

r m

etr

ic t

on

Berdasarkan sumbangannya, porsi sumbangan terbesar masih didominasi

oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, yang disusul

dengan kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan

olah raga.

Perkembangan 3 (tiga) kelompok utama penyumbang inflasi terbesar di

Jawa Timur ini menunjukkan tren inflasi yang cenderung melambat (gambar

2.14), kecuali inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga yang

relatif stabil. Perlambatan inflasi pada kelompok bahan makanan terutama

disebabkan oleh pergerakan penurunan harga daging & hasil-hasilnya, ikan

diawetkan, telur, susu dan hasil-hasilnya serta bumbu-bumbuan. Hal ini seiring

dengan tren kestabilan harga beberapa komoditas dunia, seperti minyak bumi,

Crude Palm Oil (CPO), kedelai, dan gandum.

Sumber : BPS Prov. Jawa Timur (data diolah)

Gambar 2.14 Pergerakan Inflasi pada tiga komoditas penyumbang inflasi (yoy)

tertinggi di Jawa Timur.

Gambar 2.15 Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia

Gambar 2.17 Perkembangan Harga Gandum

di Pasar Dunia

Gambar 2.18 Perkembangan Harga Minyak Mentah

di Pasar Dunia

Sumber: IMF

Gambar 2.16

Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Dunia

Sumber: IMF

Sumber: IMF

Sumber: IMF

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

36

Tw.I-09 Tw.II-09 Tw.III-09 Tw.IV-09 Tw.I-10 Tw.I-09 Tw.II-09 Tw.III-09 Tw.IV-09 Tw.I-10

Jatim 1.04 -0.21 1.80 0.74 0.65 7.52 3.67 2.75 3.40 3.01

Surabaya 1.06 -0.42 1.98 0.73 0.63 7.15 3.36 2.78 3.38 2.94

Malang 1.29 0.15 1.37 0.54 0.99 7.98 4.81 3.21 3.38 3.08

Kediri 0.90 0.01 2.04 0.60 0.62 7.11 3.68 2.61 3.59 3.30

Jember 1.03 0.07 1.16 1.36 -0.01 8.06 3.20 1.59 3.66 2.60

Sumenep 0.26 0.15 1.89 0.42 0.52 8.24 4.33 3.37 2.73 3.00

Probolinggo 0.60 0.07 1.84 1.00 0.72 8.55 4.54 2.52 3.55 3.67

Madiun 1.01 0.01 1.53 0.83 0.83 9.26 2.98 2.23 3.41 3.23

Inflasi qtq Inflasi yoyWILAYAH

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010

Sby Malang Kediri Jember Sumenep Prob Madiun

-0.20

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00qtq (left axis)

yoy (right axis)

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010

Sby Malang Kediri Jember Sumenep Prob Madiun

2.4 INFLASI MENURUT KOTA

Inflasi tahunan (yoy) di 7 kota di Jawa Timur (Surabaya, Malang,

Kediri, Jember, Sumenep, Probolinggo dan Madiun) pada triwulan I-

2010 menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Berdasarkan inflasi tahunan (yoy), laju inflasi tertinggi di Jawa Timur terjadi di

probolinggo, diikuti oleh Kediri dan Madiun. Sedangkan bila dilihat rata-rata

inflasi bulanan, kota Malang memiliki nilai inflasi tertinggi (0,33%) sedangkan

kota Jember memiliki inflasi terendah (0,00%).

Berdasarkan kelompok barang, kelompok makanan jadi, minuman

dan tembakau sebagai penyumbang terbesar terhadap inflasi tahunan di

hampir seluruh Kab/Kota di Jawa Timur. Di sisi lain, deflasi yang terjadi pada

kelompok sandang terutama dipengaruhi oleh deflasi yang cukup besar di

Surabaya, Malang, Sumenep dan Madiun.

Sum

Gambar 2.21 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur (qtq)

Sumber : BPS, data diolah.

Tabel 2.4 Inflasi Kuartalan (qtq) dan Tahunan (yoy)

7 Kota di Jawa Timur

Sumber : BPS, data diolah.

Gambar 2.20 Inflasi 7 Kota

di Jawa Timur Triwulan I-2010 (qtq & yoy)

Gambar 2.19 Inflasi 7 Kota

di Jawa Timur (yoy)

Sumber : BPS, data diolah.

Sumber : BPS, data diolah.

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

37

Komoditi Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Prob Madiun

Umum 2.94 3.08 3.30 2.60 3.00 3.67 3.23

Bahan Makanan 3.00 3.62 3.06 3.03 3.34 3.12 2.71

Mknn Jadi, Minmn, Rokk & Tmbkau 7.32 6.55 6.67 7.10 6.20 7.01 5.00

Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 1.43 1.18 2.18 1.60 4.04 4.59 4.66

Sandang -1.80 -0.72 0.62 0.17 -1.98 0.60 -0.64

Kesehatan 1.60 1.82 2.80 1.43 2.39 2.99 1.90

Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 5.66 5.93 6.84 3.53 7.52 4.97 4.05

Transportasi, Komunikasi & Jasa Keu 1.52 1.33 1.48 0.35 -0.67 -0.08 1.32

Komoditi Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Prob Madiun

Umum 2.94 3.08 3.30 2.60 3.00 3.67 3.23

Bahan Makanan 0.59 0.82 0.71 0.76 0.97 0.78 0.79

Mknn Jadi, Minmn, Rokk & Tmbkau 1.34 1.29 1.20 1.14 1.00 1.28 0.80

Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0.31 0.26 0.50 0.35 0.82 1.08 0.95

Sandang -0.12 -0.04 0.03 0.01 -0.14 0.04 -0.05

Kesehatan 0.08 0.09 0.13 0.07 0.11 0.15 0.09

Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 0.53 0.52 0.52 0.26 0.44 0.32 0.24

Transportasi, Komunikasi & Jasa Keu 0.29 0.22 0.27 0.06 -0.11 -0.01 0.22

-2.50

-2.00

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2009 2010

umum

volatile food

adm price

core inflation

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

Jul

Aug

Sep Oct

Nov

Dec

Jan

Feb

Mar

2009 2010

umum

volatile food

adm price

core inflation

-3.00

-1.00

1.00

3.00

5.00

7.00

9.00

11.00

13.00

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2009 2010

volatile food mtm (left axis)

volatile food yoy (right axis)

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2009 2010

adm price mtm

adm price (yoy)

2.5 INFLASI INTI DAN NON-INTI

Dilihat dari komponennya, inflasi selama triwulan laporan banyak

dipengaruhi oleh komponen volatile foods (bahan makanan yang harganya

fluktuatif) dan administered price (barang/ jasa yang secara umum harganya

diatur Pemerintah).

Tabel 2.5 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang

Triwulan I-2010 (yoy)

Sumber : BPS, data diolah.

Sumber : BPS, data diolah.

Tabel 2.6 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang

Triwulan I-2010 (yoy)

Gambar 2.22

Laju Inflasi Jatim per Komponen (mtm) Gambar 2.23

Laju Inflasi Jatim per Komponen (yoy)

Gambar 2.24

Perkembangan Inflasi Volatile Food Gambar 2.25

Perkembangan Inflasi Adm. Price

Sumber : BPS, data diolah.

Sumber : BPS, data diolah.

Sumber : BPS, data diolah. Sumber : BPS, data diolah.

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

38

8,000

8,500

9,000

9,500

10,000

10,500

11,000

11,500

12,000

12,500

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2009 2010

Inflasi volatile food yang cenderung meningkat sejak Oktober 2009

hingga Januari 2010 mulai mengalami penurunan pada Februari dan Maret

2010. Hal ini sebagai dampak penurunan harga pangan terutama beras dan

bumbu-bumbuan yang pada triwulan lalu mengalami kenaikan yang cukup

signifikan. Penurunan harga pangan tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan

pasokan karena mulai memasuki musim panen serta kondisi cuaca yang

membaik.

Selanjutnya, analisis terhadap sumber-sumber penyebab inflasi inti

menunjukkan bahwa pada triwulan laporan tidak terdapat tekanan inflasi

yang berarti. Nilai rupiah terhadap dolar cenderung menguat dibandingkan

triwulan IV-2009, sehingga tidak terdapat tekanan yang berarti dari sisi

imported inflation (Gambar 2.26).

Relatif rendahnya tingkat inflasi pada periode ini juga disumbang oleh

perkembangan sisi supply yang relatif membaik. Tingkat penggunaan kapasitas

produksi (capacity utilization) di Jawa Timur pada triwulan laporan mengalami

sedikit peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya (Gambar 2.27). Survei

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan bahwa secara rata-rata kapasitas

terpakai industri di Jawa Timur pada triwulan laporan sebesar 69,49%, sedikit

meningkat dibandingkan triwulan IV-2009 yang sebesar 69,31%. Peningkatan

penggunaan kapasitas produksi ini mendorong penurunan output gap

(kesenjangan output, yang merupakan interaksi antara permintaan dan

penawaran) sehingga mendorong stabilisasi harga di tingkat konsumen.

Sementara itu, dorongan inflasi inti dari sisi ekspektasi masyarakat

cenderung mixed. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumsi (SK) dan Survei

Perdagangan Eceran (SPE) yang secara umum menunjukkan keyakinan

konsumen dan pedagang akan terjadi penurunan harga dalam 3 bulan

mendatang, namun relatif meningkat untuk 6 bulan yang akan datang

(Gambar 2.28 & Gambar 2.29).

Gambar 2.26

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

50.00

55.00

60.00

65.00

70.00

75.00

80.00

85.00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2008 2009 2010

Gambar 2.27

Perkembangan Capacity Utilization

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha,

Kantor Bank Indonesia Surabaya Sumber : Bank Indonesia Surabaya

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

___________________________________________________________________________________Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

39

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Kantor Bank

Indonesia Surabaya Sumber: Bank Indonesia

Sumber : Survei Konsumen & Survei Pedagang Eceran

Kantor Bank Indonesia Surabaya

Gambar 2.28

Ekspektasi Harga 3 Bulan ke Depan

Sumber: Survei Konsumen & Survei Pedagang Eceran

Kantor Bank Indonesia Surabaya

Gambar 2.29

Ekspektasi Harga 6 Bulan ke Depan

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 2 – Perkembangan Inflasi

_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

40

Tertinggi : 3869 MW

Tanggal : Jumat, 26-10-2007

Pkl : 13:30

Tahun ini : 3575 MW

Tanggal : Selasa, 27-4-2010

Pkl : 17:30

Bulan ini : 3575 MW

Tanggal : Selasa, 27-4-2010

Pkl : 17:30

Beban Puncak: 5615 18:00

Cadangan Operasi: 12922

Highlight Kondisi Sistem

Beban Puncak: 3206 18:30

Cadangan Operasi: 14832 MW

Prakiraan Sistem Besok:

Realisasi Kemarin:

Beban:

Boks 2

PERKIRAAN DAMPAK KENAIKAN TARIF DASAR LISTRIK (TDL)

TERHADAP INFLASI DI JAWA TIMUR

Sejalan dengan terus meningkatnya kegiatan ekonomi masyarakat serta dalam

upaya untuk lebih meningkatkan pelayanaan kepada masyarakat, Pemerintah

merencanakan untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL) sekitar 10% pada

pertengahan tahun ini. Kenaikan TDL ini di satu sisi diharapkan dapat mengurangi

beban subsidi Pemerintah kepada PT. PLN. Namun di sisi lain, kenaikan TDL juga

dapat berdampak pada meningkatnya inflasi daerah.

Berdasarkan data skala nasional, jumlah subsidi terbesar terdapat pada

kelompok pelanggan rumah tangga sangat kecil yang porsinya mencapai 26,16%.

Sementara itu, jumlah kebutuhan dana untuk menunjang pengadaan pasokan listrik

tahun 2010 khusus wilayah Jawa Timur diperkirakan mencapai Rp 20,6 triliun.

Dengan pendapatan PLN Distribusi Jatim tahun 2010 yang diperkirakan sebesar Rp

14,9 triliun, maka subsidi Pemerintah menjadi sekitar Rp 5,7 triliun.

Kelompok Pelanggan Gol Tarif Jumlah Subsidirumah tangga sangat kecil R1/450 13,14

industri besar I3/200K 10,92

rumah tangga sangat kecil R1/900 9,48

industri sangat besar I4/30 M 4,37

rumah tangga kecil R1/1.300 3,94

rumah tangga sedang R12.200 2,48

bisnis sangat besar B3/200 K 1,91

penerangan jalan P3 1,40

rumah tangga menengah R2/2,2-200 K 1,37

industri sedang I1/I4-200 K 1,22

sumber: PLN

Pengguna Subsidi Listrik Skala Nasional (Rp triliun)

Perkiraan dan Realisasi Beban Penggunaan Daya Listrik Daerah

Jawa TImur dan Bali

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 2 – Perkembangan Inflasi

_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

41

Sementara itu, rencana kenaikan TDL tersebut dapat berdampak

meningkatkan inflasi di Jawa Timur baik secara langsung (direct impact) maupun

tidak langsung (indirect impact), namun diperkirakan tidak terlalu signifikan. Dari

hasil kajian/ simulasi yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa kenaikan TDL

sebesar 10% diperkirakan akan memberikan dampak langsung (direct impact)

terhadap kenaikan inflasi sampai dengan 0,31% (mtm). Adapun dampak secara

tidak langsung (indirect impact) atas kenaikan TDL 10% tersebut terhadap kenaikan

inflasi Jawa Timur diperkirakan hanya mencapai dibawah 0,10% (mtm). Kecilnya

dampak kenaikan TDL tersebut antara lain dikarenakan relatif tidak terlalu

signifikannya bobot inflasi TDL serta relatif kecilnya porsi biaya listrik terhadap total

biaya produksi di industri secara umum.

Selanjutnya, berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan metode

variance decomposition dapat disimpulkan bahwa kebijakan peningkatan TDL

tersebut diperkirakan hanya akan memberikan dampak terhadap inflasi selama ±3

(tiga) bulan sejak kenaikan TDL tersebut diberlakukan.

-0.2

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of IHK to TDL

-0.2

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of IHK to EXCHANGE_RATE

Response to Cholesky One S.D. Innovations ± 2 S.E.

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 42

3 PERKEMBANGAN PERBANKAN

Secara umum perkembangan perbankan di Jawa Timur pada

triwulan I-2010 (baik konvensional maupun syariah) cukup baik. Indikator

utama perbankan berupa total asset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) di bank umum

tumbuh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Namun

demikian, kinerja penyaluran kedit/ pembiayaan menunjukkan tren pertumbuhan

yang semakin meningkat. Kondisi ini mendorong perbaikan fungsi intermediasi

perbankan di Jawa Timur, yang juga tercermin dari peningkatan Loan to Deposits

Ration (LDR) pada periode ini. Sementara itu, ditengah isu persaingan perbankan

di sektor mikro, perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mampu mencatat

kinerja yang cukup signifikan pada semua indikator utamanya.

3.1. INTERMEDIASI BANK UMUM

Fungsi intermediasi bank umum di Jawa Timur berjalan dengan baik,

khususnya dari sisi kredit yang disalurkan. Sementara itu, pertumbuhan DPK

masih relatif rendah yang kemungkinan disebabkan oleh tren penurunan suku

bunga, serta makin banyaknya produk simpanan non bank yang menjadi

alternatif/ menambah preferensi masyarakat dalam menyimpan dananya.

Pertumbuhan kredit yang cukup tinggi dan diiringi oleh penurunan

DPK pada periode mendorong peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR)

Sumber: Bank Indonesia, data diolah

2010

Tw I Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Totak Asset 166,386,598 199,800,967 208,523,061 215,230,203 223,738,664 222,889,874

Pertumbuhan (yoy-%) 13.45 20.08 17.69 14.59 13.46 11.56

Pertumbuhan (qtq-%) -0.65 1.32 4.37 3.22 3.95 -0.38

Dana Pihak Ketiga 142,926,240 177,393,369 182,400,362 186,080,538 194192579.00 193,347,650

Pertumbuhan (yoy-%) 11.13 24.12 21.42 19.87 13.18 8.99

Pertumbuhan (qtq-%) -0.43 3.39 2.82 2.02 4.36 -0.44

Kredit Umum 95,095,487 115,538,224 119,123,355 122,927,131 129,004,070 132,545,850

Pertumbuhan (yoy-%) 27.05 21.50 13.18 9.45 11.34 14.72

Pertumbuhan (qtq-%) 3.20 -0.28 3.10 3.19 4.94 2.75

Kredit UMKM 49,124,635 58,131,019 60,609,387 62,216,963 65,429,619 76,910,959

Pertumbuhan (yoy-%) 24.89 18.33 11.31 8.49 12.04 32.31

Pertumbuhan (qtq-%) 2.87 -0.46 4.26 2.65 5.16 17.55

LDR 66.53% 65.13% 65.31% 66.06% 66.43% 68.55%

NPL 3.40% 3.26% 3.34% 3.15% 3.15% 3.01%

2009INDIKATOR

2008

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan di Jawa Timur

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 43

perbankan di Jawa Timur ke level yang lebih tinggi. Tercatat nilai LDR

sampai dengan akhir triwulan I-2010 sebesar 68,55% meningkat dari

66,43% di triwulan sebelumnya. Berdasarkan kelompok bank, LDR tertinggi

masih dicapai oleh bank pemerintah (89,14%), disusul oleh bank asing

(59,30%) dan bank swasta (52,35%).

3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF

Total aset bank umum di Jawa Timur triwulan I-2010 cenderung

mengalami penurunan, selain didorong oleh penurunan DPK yang

yang sedang terjadi, hal ini juga merupakan siklus normal

perbankan setelah biasanya membukukan nilai asset yang cukup

tinggi di akhir tahun. Total aset bank umum di Jawa Timur pada periode

ini mengalami kontraksi sebesar -0,38% (qtq) atau tumbuh 11,56% (yoy)

menjadi senilai Rp. 222,88 triliun. Penurunan pertumbuhan total asset pada

triwulan laporan berasal dari kontraksi yang terjadi pada kelompok bank

Gambar 3.1 Pertumbuhan Indikator Perbankan

(yoy)

Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Gambar 3.2 Pertumbuhan Indikator Perbankan

(qtq)

������

������

�����

�����

����

����

������

������

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

��� ���� ��� ���� ����

������������

���������

�����������������

����

������

� ����

������

� ����

!�����

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

��� ���� ��� ���� ����

��������"�"�

�����"�"�

������������"�"�

Gambar 3.4

Perkembangan LDR per Kelompok Bank

Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Gambar 3.3

Perkembangan LDR

Sumber: Bank Indonesia, data diolah

����#

���#

����#

���#

�����#

� ���#

����

�����

������

����� ���

����

�����

������

�����

����

�����

������

����

����

� � � � � � � � � �

$��%������&�����'������#������#

����#

����#

�����#

����#

�����#

������#

� ��

� ���

� ����

� ���

(�%

)�*

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ��

� ��

���� ��� ��� ���� ����

$�'��+,-,� .�%/���,���%��0

.�%/�1 ���� .�%/����%2

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 44

swasta dan bank asing yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar -

0,93% dan -2,63% (qtq), sementara itu kelompok bank pemerintah mampu

membukukan pertumbuhan positif sebesar 0,62% (qtq).

Meskipun secara umum pada periode ini terjadi penurunan nilai total,

namun total aktiva produktif yang memegang porsi terbesar dari total asset

perbankan masih menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Tercatat

pada periode ini terjadi pertumbuhan aktiva produktif sebesar 4,55% (qtq),

dengan proporsi yang masih didominasi oleh Kredit dengan share mencapai

92,89%, diiikuti oleh Penempatan pada Bank Indonesia (4,30%), dan

Penempatan pada Bank lain (2,29%). Berdasarkan struktur aktiva produktif,

terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada komponen Penempatan

pada Bank Indonesia, dari Rp. 2,98 triliun menjadi Rp. 6,12 triliun atau

meningkat 105,64% dibandingkan posisi Tw IV-2009.

3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)

Setelah menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik pada

akhir tahun 2009, kinerja penghimpunan DPK oleh perbankan di

Jawa Timur di Tw – 2010 kembali menunjukkan perlambatan, dan

bahkan mencatat kontraksi. Pertumbuhan DPK pada periode ini

mengalami kontraksi sebesar -0,44% (qtq) atau tumbuh 9% (yoy) menjadi

senilai Rp. 193,34 triliun. Kondisi ini cenderung menurun dibandingkan

triwulan IV-2009 yang tumbuh sebesar 4,36% (qtq).

Gambar 3.6 Proporsi Aktiva Produktif

Sumber: Bank Indonesia, data diolah

��!�#����#

�� !#

����#

����������������

�����������������������

�������������

����

��! "

��!# "

�$! "

�$!# "

�%! "

�%!# "

�#! "

! "

!# "

�! "

�!# "

�! "

�!# "

$! "

$!# "

%! "

%!# "

#! "

�����&� � ����&� �

���������������� �����������������������

������������� �����'������ ����(

Gambar 3.5 Perbandingan Proporsi Aktiva Produktif

Tw IV 2009 dan Tw I-2010

Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 45

Berdasarkan jenisnya, penurunan DPK terbesar didorong oleh

penurunan pertumbuhan simpanan Tabungan yang mengalami kontraksi

sebesar 5,08% (qtq) sehingga menjadi senilai Rp. 72,2 triliun. Namun

demikian secara tahunan (yoy) simpanan ini masih mampu tumbuh lebih

tinggi diatas kedua jenis simpanan lainnya. Tercatat tabungan masyarakat

di perbankan Jawa Timur tumbuh 15,60% sementara simpanan deposito

dan giro masing-masing tumbuh 4,74% dan 6,99% (yoy).

Simpanan tabungan yang mampu tumbuh relatif lebih tinggi

dibandingkan kedua simpanan lainnya pada dasarnya masih berpotensi

untuk terus ditingkatkan. Upaya peningkatan simpanan tabungan, sebagai

sumber pembiayaan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, dapat

dilakukan dengan cara memperbaiki budaya masyarakat untuk menabung.

Untuk itu pemerintah bersama Bank Indonesia pada tanggal 20 Februari

Gambar 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y)

Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Gambar 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (q-t-q)

Gambar 3.9

Komposisi DPK Bank Umum

Gambar 3.10

Komposisi DPK Bank Umum (%)

Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah

�������

� ����

����

������

� ����

������

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

��� ���� ��� ���� ����

3��� ��*-%2�% ��&�����

&#) ) �� ) ) ��#) ) �� ) ) ��#) ) �$ ) ) �$#) ) �% ) ) �%#) ) �# ) ) �##) ) �* ) ) �*#) ) �� ) ) ��#) ) �� ) ) ��#) ) �

����

�����

������

����� ���

����

�����

������

�����

����

�����

������

����

����

� � � � � � � � � �

+�,-��,

��������

.��,

"

#"

� "

�#"

� "

�#"

$ "

$#"

% "

%#"

# "

+�,-��, �������� .��,

����&� � %#!��" $#!��" ��! �"

�����&� � %%!%$" $#!��" ��!�#"

������&� � %$!*�" $*!*#" ��!�%"

�����&� � %�!**" $�!��" ��!�#"

����&� � %$!�" $�!%" ��!�"

����&� �

�����&� �

������&� �

�����&� �

����&� �

�������

������

������

!�����

������

�����

�����

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ��

� ��

��� ���� ��� ���� ����

3�'4 ��.+53�5 �6�41��4

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 46

2010 mencanangkan Gerakan Indonesia Menabung dan peluncuran produk

“Tabunganku”, yang merupakan produk tabungan perorangan dengan

persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama oleh bank –

bank di Indonesia. (Lihat Boks 2 : Pelaksanaan Program

“Tabunganku”di Jawa Timur.)��

Simpanan giro yang sifatnya cenderung berfluktuatif, pada periode ini

tumbuh cukup tinggi. Fluktuasi rekening giro mencerminkan pergerakan

transaksi keuangan dunia usaha maupun pemerintah. Pada triwulan ini

tercatat pertumbuhan simpanan giro sebesar 2,68% (qtq), lebih tinggi

dibandingkan periode sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar

-4,02% (qtq). Secara triwulanan, peningkatan simpanan giro terbesar

terjadi pada kelompok bank pemerintah (5,27%), sementara kelompok

bank swasta dan bank asing masing-masing tumbuh 2,66% dan -11,78%.

Tingginya pertumbuhan giro pada kelompok bank pemerintah dapat

dikaitkan dengan masih tingginya giro milik pemerintah yang belum

direalisasikan untuk pengeluaran (siklus awal tahun).

Sementara itu simpanan deposito yang di sepanjang tahun 2009 lalu

cenderung tumbuh melambat, di triwulan awal 2010 ini mulai

menunjukkan perbaikan. Peningkatan ini mampu mendorong

meningkatnya share deposito yang selama tahun 2009 relatif tergerus oleh

peningkatan share simpanan tabungan (Gambar 3.7). Kembali menariknya

simpanan deposito bagi nasabah selain terkait dengan suku bunganya yang

relatif lebih tinggi, juga diyakini terkait dengan program promosi hadiah/

reward simpanan perbankan yang cukup gencar dilaksanakan perbankan.

Hal ini secara alamiah mendorong perilaku nasabah untuk menempatkan

Gambar 3.11 Perkembangan Suku Bunga DPK

Sumber: Bank Indonesia, data diolah

�����

�����

�����

����

����

!����

!����

!����

!���

!���

�����

�����

�� �

�� �

��� �

��� �

�� �

�� �

��� �

��� �

���� �

���� �

���� �

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

���� ��� ���� ����

��&�������1/��������� .��'�����1/��������� ��*-%2�%��1/������%�%�

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 47

simpananannya dengan mencari jenis simpanan yang memberikan return

lebih tinggi, baik return dalam bentuk bunga maupun non bunga.

Suku bunga acuan BI rate yang ditetapkan stabil di 6,5% sejak

triwulan III-2009 sampai dengan periode laporan, direspon perbankan

dengan menurunkan suku bunga simpanan pada level yang semakin

mendekati BI rate. Hal ini menunjukkan mulai berjalannya transmisi

kebijakan moneter melalui jalur suku bunga yang pada akhirnya

diharapkan dapat terus mendorong penurunan suku bunga kredit,

mengingat Penurunan suku bunga deposito berarti pula menurunnya cost

of fund perbankan dalam penetapan suku bunga kreditnya.

Kesepakatan 141 Bank besar dengan Bank Indonesia untuk

menetapkan suku bunga deposito 1 bulan tidak jauh dari kisaran BI rate

merupakan salah satu usaha untuk mendorong penurunan suku bunga

simpanan dalam skala industri perbankan. Sejak dilakukan kesepakatan

pada 20 Agustus 2009, suku bunga simpanan deposito 1 bulan pada 14

bank dan Bank Pembangunan Daerah (Bank Jatim) menunjukkan spread

yang semakin menurun. Hingga akhir triwulan I-2010 tercatat spread antara

BI rate dengan rata-rata suku bunga deposito 1 bulan ke 15 Bank tersebut

telah berada di bawah level BI rate (-50 bps). Sebagaimana yang

diharapkan, kesepakatan ini juga telah diikuti oleh penurunan suku bunga

deposito dalam skala industri perbankan, dimana spread antara BI rate

dengan rata-rata suku bunga deposito 1 bulan perbankan di Jawa Timur

1 Bank Mandiri, BRI, BNI, BCA, BTN, BII, Bank Danamon, Bank Permata, Bank Panin, Bank CIMB Niaga, Bank UOB Buana,

Bank OCBC NISP, Bank Bukopin, Bank Mega dan Bank Jatim (khusus BI Surabaya)

Gambar 3.12 Spread Rata-rata Suku Bunga Deposito 14

Bank dengan BI Rate

Gambar 3.13 Spread Rata-rata Suku Bunga Deposito

Perbankan di Jawa Timur dengan BI rate

&

�! �

%! �

*! �

�! �

� ! �

��! �

���

/��

0��

/�

���

���

0��-�

���

1��

2,3

+-

���

/��

� � � �

1&����

.��'���

1-/-�.-%2����&������.�%/�+,-,����(� ����,-�

'�! ('�! (

&�! ��! �$! �%! �#! �*! ��! ��! ��! �� ! �

���

/��

0��

/�

���

���

0��-�

���

1��

2,3

+-

���

/��

� � � �

1&����

.��'���

1-/-�.-%2����&���������.�%/�����������������,*�%2�

Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 48

pada periode laporan sebesar 40 bps, lebih rendah dibandingkan periode

sebelumnya yang mencapai 70 bps diatas BI Rate (Gambar 3.12 dan 3.13).

3.1.3. KREDIT

Perbaikan kinerja penyaluran kredit perbankan di Jawa Timur

yang mulai berlangsung pada triwulan IV-2009, pada triwulan ini

terus berlanjut yang diiringi dengan kualitas kredit yang membaik.

Pada triwulan I-2010, kredit perbankan yang disalurkan kepada masyarakat

dan dunia usaha di Jawa Timur tumbuh 2,75% (qtq) atau 14,72% (yoy)

dengan total outstanding kredit sebesar Rp. 132,54 triliun.

Kondisi perekonomian yang cukup kondusif serta suku bunga kredit

perbankan yang semakin menarik relatif mampu mendorong peningkatan

permintaan kredit masyarakat dan dunia usaha di Jawa Timur. Dari sisi

perbankan, komitmen pertumbuhan kredit sebesar 20% yang direncanakan

dicapai pada tahun 2010 sudah mulai direalisasikan sejak triwulan awal

tahun ini, sehingga pencapaian kinerja pada triwulan ini menjadi dasar

yang cukup baik untuk mencapai pertumbuhan yang direncanakan.

Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Sektoral

Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Gambar 3.14

Suku Bunga Kredit dan BI Rate

Gambar 3.15

Pertumbuhan Kredit (yoy)

Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah

�� �

�� �

��� �

��� �

�� �

�� �

��� �

��� �

������

��� ��

�!����

�!� ��

������

��� ��

� ����

� � ��

�����

�� ��

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

� � � � � � � �

�%7������ ��%�-,��

8�����/��9� .��'�����1/������%�%�

����

������

� ����

������

� ����

!�����

! ����

��:���:����

��:���:����

�:���:����

�:���:����

���:���:����

���:���:����

���:���:����

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

���� ��� ���� ����

�������5�,�%����1/���������

3�� �0�#�"�"��1/������%�%�

Tw IV-2009 Tw I-2010 Tw I-2009 Tw II-2009 Tw III-2009 Tw IV-2009 Tw I-2010

Pertanian 3.99% 3.30% 22.40 20.70 -1.32 2.77 -12.73 Melambat

Pertambangan 0.32% 0.36% 103.68 -8.59 -34.37 64.36 -24.71 Melambat

Industri 29.06% 28.25% 21.35 6.68 4.41 3.30 4.18 Meningkat

Listrik, Gas 0.36% 0.36% 82.45 60.63 55.83 25.22 39.44 Meningkat

Konstruksi 3.56% 2.87% 43.53 38.60 7.42 10.82 -9.80 Melambat

Perdagangan 29.62% 24.60% 19.14 12.14 13.21 16.45 0.54 Melambat

Angkutan/ Komunikasi 2.53% 2.61% 50.90 45.89 35.54 29.67 30.73 Meningkat

Js. Dunia Usaha 5.11% 4.30% 12.90 11.11 9.77 4.65 -3.55 Melambat

Js. Sosial 1.27% 1.75% 17.29 21.86 37.77 23.48 66.34 Meningkat

Lain lain 24.17% 31.61% 19.80 15.98 10.89 16.22 55.04 Meningkat

PangsaSektor Pertumbuhan

Pertumbuhan (yoy-%)

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 49

Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit perbankan di Jawa

Timur pada triwulan ini masih terkonsentrasi pada sektor lain-lain (kredit

konsumtif), sektor industri dan sektor perdagangan dengan share masing-

masing sebesar 31,61%, 29,60% dan 24,60%. Sementara itu penyaluran

kredit pada sektor-sektor lainnya relatif kecil, dengan share masing-masing

dibawah 5% dari total kredit.

Secara tahunan, penyaluran kredit pada sektor jasa dan sektor lain-

lain pada triwulan ini menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi.

Sementara itu kedua sektor dominan lainnya seperti sektor perdagangan

dan sektor industri cenderung tumbuh terbatas, dengan menunjukkan

pertumbuhan masing-masing sebesar 4,18% dan 0,54% (yoy).

3.1.4. Kredit Mikro Kecil Menengah (MKM)

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan kredit secara

umum, penyaluran kredit Mikro Kecil Menengah (MKM) oleh

perbankan di Jawa Timur pada triwulan I-2010 juga menunjukkan

pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Kredit MKM yang

disalurkan perbankan pada periode ini tumbuh 17,55% (qtq) atau 32,31%

(yoy) dengan baki debet sebesar Rp. 76,91 triliun, atau mencakup 58,03%

dari total kredit. Struktur kredit MKM didominasi oleh kredit menengah

(500 juta – 5 Milyar) yang nilainya mencapai Rp. 49,65 triliun atau 64,57%

dari total kredit MKM, disusul oleh kredit skala kecil (50 juta – 500 juta)

Gambar 3.16

Proporsi Kredit Sektoral

Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Gambar 3.17

Perkembangan Kredit Sektoral

$!$ "

!$*"

��!�#"

!$*"

�!��"

�%!* "

�!*�"

$�!**"

��������

�����������

����-���

4�-����).�-

,�-����-�

����������

0�����5 ,�����-�

��-��6����������'� ! (

'� ! (

&

� ! �

� ! �

$ ! �

% ! �

# ! �

* ! �

� ! �

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

� * � � � � � � � �

���,���78 ���,������-�������,�����

���,���������� 0�����5 ,�����-�

���,�� ,�-����-�

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 50

senilai Rp. 22,69 triliun (29,51%) dan kredit skala mikro (dibawah 50 juta)

dengan baki debet sebesar Rp. 4,55 triliun (5,92%).

Pertumbuhan kredit MKM yang lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan kredit secara umum pada periode ini menunjukkan komitmen

perbankan di Jawa Timur dalam mendorong sektor usaha mikro kecil dan

menengah. Secara lebih spesifik, penyaluran kredit MKM yang ditujukan

untuk kegiatan produktif (modal kerja dan investasi) melalui penyaluran

Kredit Usaha Kecil (KUK) juga menunjukkan perkembangan yang cukup

signifikan. Tercatat sampai dengan akhir triwulan I-2010 penyaluran KUK

meningkat 69,22% (qtq) atau 95,06% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp.

42,97 triliun.

Peningkatan penyaluran kredit MKM khususnya KUK di Jawa Timur

kepada sektor produktif diharapkan juga mampu menjangkau lebih banyak

pelaku UMKM yang selama ini masih belum sepenuhnya tersentuh

pembiayaan perbankan. Besarnya potensi pasar UMKM di Jawa Timur

ditunjukkan oleh karakter dunia usaha di Jawa Timur yang sekitar 98%

diantaranya masuk dalam kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM). Hal ini pulalah yang mendorong pemerintah provinsi Jawa Timur

secara intensif mengundang perbankan untuk menyalurkan kreditnya

kepada sektor ini, sehingga dapat turut serta dalam usaha peningkatan

kualitas pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

��:���:����

��:���:����

�:���:����

�:���:����

���:���:����

���:���:����

� ��

� ���

� ����

� ��� (�%

)�*

� ��

� ���

� ����

� ��� � ��

� ���

� ����

� ��

� ��

���� ��� ��� ���� ����

������������

�������8�8

��:���:����

��:���:����

!�:���:����

��:���:����

�:���:����

�:���:����

��:���:����

�:���:����

��:���:����

����

������

� ����

������

� ����

!�����

! ����

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ��

� ��

��� ���� ��� ���� ����

�������8�8�5�,�%����1/������%�%�

2�;�������+,-,���"�"�

2�;�������8�8��"�"�

&� ! �� ! �$ ! �% ! �# ! �* ! �� ! �� ! �� ! �� ! �

����

�����

������

����� ����

�����

������

����� ����

�����

������

����� ����

�����

������

����� ���

����

� * � � � � � � � �

�����/���,� 9���/������/ /

�����:-���� 9���' : (

&

#) ) �

� ) ) �

�#) ) �

� ) ) �

�#) ) �

$ ) ) �

$#) ) �

% ) ) �

%#) ) �

# ) ) �

&

� ! �

� ! �

$ ! �

% ! �

# ! �

* ! �

� ! �

� ! �

� ! �

� ! �

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

�����

������

����� ���

����

� * � � � � � � � �

: �'2,�����(

.�,���� : �'"�;,;(

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Gambar 3.18

Proporsi Kredit MKM terhadap Total Kredit

Gambar 3.21

Perkembangan Kredit Usaha Kecil (KUK) Gambar 3.20

Perkembangan Kredit MKM & KUK

Gambar 3.19

Pertumbuhan Kredit MKM & Kredit Umum

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 51

Terkait dengan peningkatan peran perbankan dalam memajukan

perekonomian Jawa Timur, dalam kegiatan “Coffee Morning” yang

merupakan salah satu forum komunikasi antara Pemda Jatim dengan

perbankan yang dimediai oleh Bank Indonesia Surabaya pada bulan

Februari 2010 yang lalu dihasilkan Komitmen Perbankan dalam Mendukung

Perekonomian Jawa Timur (lihat Boks :3 “Upaya Perbankan di Jawa

Timur dalam Mendorong Perekonomian Daerah” )

Penyaluran kredit kepada UMKM melalui Program Kredit Usaha Rakyat

(KUR) di Jawa Timur juga berjalan dengan cukup baik. Sejak awal

dilaksanakannya program ini pada awal tahun 2007, Jawa Timur merupakan

salah satu provinsi penyalur KUR dengan terbesar. Berdasarkan data dari

Kementrian Koordinator Perekonomian, sampai dengan bulan Februari

2010 total KUR yang disalurkan di wilayah Jawa Timur sebesar Rp. 2,52

triliun atau tumbuh 24,49% (yoy) dari periode yang sama tahun 2009.

Sementara itu jumlah jumlah debitur KUR hingga saat ini sebanyak 465.803

nasabah atau meningkat 30,84% (yoy).

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

�� ����

����

� ����

� ����

����

����

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ��

� ��

��� ���� ��� ���� ����

.�%/���,���%��0

.�%/�1 ����

.�%/����%2

! "

�! "

�! "

$! "

%! "

#! "

*! "

�! "

�! "

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

�����

������

����

����

� * � � � � � � � �

2�4� �����/ /

2�4� �����:���

Gambar 3.23

Tingkat NPL Kredit UMKM & Kredit Total Gambar 3.22

Pertumbuhan (yoy) Kredit UMKM per

Jenis Bank

&

� ) �

� ) �

$ ) �

% ) �

# ) �

* ) �

&

# ) �

�) ) �

�)# ) �

�) ) �

�)# ) �

$) ) �

���

/��

/�; ���

��

2,3

���

/��

/�; ���

��

2,3

���

� � � � � �

�������+������'-����� �����(

���<,�� :8

���!�#

�����#

����!#

�# ���#

�� �#

�0=0��>2.07

�0=0���/:8

�0=0��080�

�:/0�>80�:�080

�:40=>����>40�02

��,3��-��4���

Gambar 3.24

5 Besar Provinsi Penyalur KUR Gambar 3.25

Perkembangan Penyaluran KUR di Jawa Timur

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 52

3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Secara umum, stabilitas sistem perbankan di Jawa Timur pada

triwulan I-2010 cukup stabil. Hal ini khususnya didukung oleh

perbaikan kualitas kredit yang disalurkan serta cukup terjaganya

kondisi likuiditas perbankan. Sementara itu risiko perbankan lainnya

seperti risiko pasar dan risiko operasional tidak mengalami

gangguan yang cukup berarti.

3.2.1. RISIKO KREDIT

Ditengah tren peningkatan pertumbuhan kredit yang berlangsung

pada periode ini, risiko kredit perbankan secara umum yang tercermin dari

rasio Non Performing Loans (NPLs) atau rasio kredit bermasalah relatif

menunjukkan perbaikan. NPL pada akhir triwulan I-2010 tercatat sebesar

3,01%, lebih baik dibandingkan dengan triwulan IV-2009 maupun triwulan

yang sama pada tahun 2009.

Berdasarkan kelompok bank, perbaikan kualitas kredit terjadi pada

kelompok bank pemerintah, sedangkan kelompok bank swasta dan bank

asing cenderung mengalami peningkatan kredit bermasalah. Jika diamati,

peningkatan NPL yang terjadi pada kelompok bank swasta masih berada

dikisaran yang cukup rendah (2,69%), sementara itu tekanan risiko kredit

pada kelompok bank asing perlu diwaspadai, mengingat rasio NPL nya yang

cukup tinggi, yaitu sebesar 6,84% atau diatas level 5% sesuai toleransi Bank

Indonesia.

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

����#

����#

����#

!���#

����#

���#

���#

����#

���#

�:���:����

�:���:����

!:���:����

�:���:����

:���:����

:���:����

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

��� ���� ��� ���� ����

5�$�5�,�%���

5�$�3������'<1�

����#

����#

����#

!���#

����#

���#

���#

����#

���#

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ��

� ��

���� ��� ���� ����

8��������9� �%7������ ��%�-,��

2010

Tw I Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

NPL Bank Umum 3.40% 3.26% 3.34% 3.15% 3.15% 3.01%

Bank Pemerintah 4.07% 3.45% 3.41% 3.30% 3.33% 2.76%

Bank Swasta 2.69% 2.76% 2.79% 2.53% 2.42% 2.69%

Bank Asing 3.46% 4.59% 5.85% 5.59% 6.06% 6.84%

Kelompok Bank2008 2009

Tabel 3.3 Perkembangan NPL per-Kelompok Bank

Gambar 3.26

Perkembangan Non Performing Loans

Gambar 3.27 Perkembangan NPL per Jenis

Penggunaan Kredit

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 53

Berdasarkan jenis kredit, NPL tertinggi terjadi pada kredit modal

kerja (3,38%), disusul oleh kredit investasi dan konsumsi dengan NPL masing-

masing sebesar 3,17% dan 2,06%. Sementara itu secara sektoral, risiko kredit

terbesar terjadi pada sektor industri dan sektor perdagangan dengan NPL

masing – masing sebesar 4,32% dan 3,25%.

3.2.2. RISIKO LIKUIDITAS

Ditengah tren penurunan DPK sebagai sumber pendanaan perbankan

dalam melaksanakan fungsi intermediasinya, risiko likuiditas perbankan di

Jawa Timur sampai dengan akhir triwulan I-2010 relatif stabil. Cash Ratio

yang mencerminkan kemampuan perbankan untuk melunasi kewajiban –

kewajibannya yang bersifat jangka pendek pada peride ini tercatat sebesar

6,86% meningkat dibandingkan periode sebelumnya (6,27%). Sementara itu,

money position atau asset likuid yang dimiliki perbankan di Jawa Timur

hingga periode laporan mencapai Rp. 13,01 triliun, dengan komposisi

terbesar berupa kas senilai Rp. 5,42 triliun, disusul oleh penempatan pada

Bank Indonesia dan penempatan pada bank lain senilai masing – masing Rp.

6,12 triliun dan Rp. 1,45 triliun.

Tabel 3.4

NPL Kredit Per Sektor

2010

Tw I Tw II Tw III TwIV Tw I

Pertanian 2.26% 2.83% 4.34% 2.79% 2.44%

Pertambangan 0.65% 1.56% 2.29% 1.33% 0.27%

Industri 4.73% 4.62% 3.65% 4.45% 4.32%

Listrik,Gas 0.01% 0.08% 0.00% 0.00% 0.04%

Konstruksi 1.34% 1.59% 1.54% 1.39% 1.39%

Perdagangan 3.28% 3.77% 3.75% 3.37% 3.25%

Angkutan/Komnikasi 4.34% 4.86% 3.40% 3.96% 1.29%

SEKTOR2009

Sumber: Bank Indonesia

%�!��"

%�! �"

��!��"

�-

����������������

�������������������4���

Sumber: Bank Indonesia

Gambar 3.28

Money Position Perbankan di Jawa Timur

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 54

3.3. PERBANKAN SYARIAH

Perbankan syariah di Jawa Timur pada triwulan I-2010

menunjukkan kinerja yang cukup baik, terutama pembiayaan yang

mampu menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Hingga

saat ini di wilayah Jawa Timur tercatat sebanyak 6 Bank Umum Syariah

(BUS), 8 Unit Usaha Syariah (UUS) dengan sejumlah 146 jaringan kantor dan

diperkirakan masih terus akan bertambah seiring dengan perkembangan

perbankan syariah saat ini.

Sepanjang triwulan I-2010, total aset perbankan syariah di Jawa

Timur tumbuh 2,79% (qtq) atau 48,76% (yoy) menjadi senilai Rp. 5,16

triliun. Meskipun tumbuh relatif lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya, namun kondisi ini masih lebih baik jika dibandingkan

perkembangan total asset perbankan konvensional.

Pertumbuhan DPK yang dihimpun oleh perbankan syariah di Jawa

Timur sampai dengan akhir triwulan I-2010 DPK tumbuh melambat sebesar

2,05% (qtq) atau 41,57% (yoy) menjadi senilai Rp. 4,18 triliun.

�!�#

! � �# ���#

& .�81 & �0�:2.02 &+>�1���1

Sumber: Bank Indonesia

Gambar 3.29 Perkembangan Indikator Perbankan

Syariah (qtq)

������

������

!�����

������

�����

�����

������

�����

������

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

���� ��� ���� ����

�����������

���

��,*��"��%

'#! (

&

#! �

� ! �

�#! �

� ! �

�#! �

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

� � � � � � � �

�����;��� �,����0--� +���������� ����

Gambar 3.30 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah

(yoy)

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Gambar 3.31 Proporsi DPK Perbankan Syariah

di Jawa Timur

&

# ! �

� ! �

�# ! �

� ! �

�# ! �

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

� � � � � � � �

���������';,;�"(

+�,-��,�';,;�"(

.��,�';,;�&"(

Gambar 3.32 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah

Per jenis simpanan

Sumber: Bank Indonesia

Page 76: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 55

Berdasarkan jenisnya, perlambatan DPK terjadi pada ketiga jenis

simpanan (deposito, tabungan, giro). Meskipun melambat, simpanan

deposito yang memegang proporsi terbesar dalam DPK perbankan syariah

masih mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan kedua simpanan lainnya.

Pada periode ini deposito tumbuh 56,6% (yoy), disusul oleh tabungan dan

giro yang masing-masing tumbuh sebesar 29,13% dan 14,42% (yoy).

Sebagaimana yang terjadi pada bank konvensional, kinerja

penyaluran pembiayaan perbankan syariah pada periode ini juga

menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Penyaluran pembiayaan

tumbuh sebesar 10,49% (qtq) atau 53,15% (yoy) dengan outstanding

sebesar Rp. 3,85 triliun. Proporsi penyaluran pembiayaan paling tinggi

digunakan untuk kegiatan konsumsi dengan share sebesar 51,33% disusul

oleh pembiayaan modal kerja (34,84%) dan pembiayaan investasi (13,84%).

Pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan DPK pada periode ini mendorong peningkatan Financing to

Deposits Ratio (FDR) perbankan syariah dari 84,96% (Tw IV-2009) menjadi

91,98% pada periode ini. Disisi lain, peningkatan penyaluran pembiayaan

juga diiringi dengan perbaikan kualitas pembiayaan yang tercermin dari

penurunan rasio Non Performance Financing dari 1,15% pada triwulan IV-

2009 menjadi 1,09%.

Gambar 3.34 Pangsa Pembiayaan Syariah

Per Jenis Penggunaan

Sumber: Bank Indonesia

Gambar 3.33 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah

Per Jenis Penggunaan

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Gambar 3.35 Non Performance Financing (NPF)

Perbankan Syariah Jawa Timur

Gambar 3.36 Financing to Deposits Ratio (NPF)

Perbankan Syariah Jawa Timur

!���#

�!��#

��!!#

&/,���� �?� & ��3-��-� & ,�-��-�

�����

�����

!����

�����

����

����

�����

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

��� ���� ��� ���� ����

5�%����=��,�%2�)�%�%>�%2��5�)�

�����

����

������

� ����

�������

�� ����

�������

�� ����

�������

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

��� ���� ��� ���� ����

)�%%�%>�%2������&�����'������)�'�

'� ! (

&

� ! �

% ! �

* ! �

� ! �

� ! �

�� ! �

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

� � � � � � � �

& /,���� �?� & ,�-��-� & ��3-��-�

Sumber: Bank Indonesia

Page 77: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 56

3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Ditengah perlambatan yang terjadi pada kinerja Bank Umum

pada triwulan I-2010, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Jawa Timur

masih mampu mencatat pertumbuhan yang cukup stabil, baik

secara triwulanan maupun tahunan. Sampai dengan akhir triwulan I-

2010, terdapat 336 BPR konvensional dan 24 BPR Syariah dengan jaringan

kantor cabang di Jawa Timur sebanyak 504 dan dengan total asset senilai

Rp. 4,99 triliun. Total asset pada periode ini tumbuh 3,65% (qtq) atau

16,37% (yoy).

Sementara itu, kinerja penghimpunan DPK BPR di Jawa Timur pada

periode ini cukup stabil, dengan dominasi simpanan deposito sebesar

68,25% dari total DPK. DPK masyarakat yang dihimpun oleh BPR hingga

akhir triwulan I-2010 mencapai Rp. 3,09 triliun dengan pertumbuhan

sebesar 4,26% (qtq) atau 21,23% (yoy). Cukup baiknya pertumbuhan DPK

pada BPR ditengah tren penurunan yang terjadi pada Bank Umum

mengindikasikan cukup menariknya produk simpanan BPR dibandingkan

produk simpanan yang ditawarkan oleh bank umum bagi masyarakat.

Selain itu, kinerja BPR yang dapat terus meningkatkan DPK-nya dan tidak

hanya focus dalam menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat

setidaknya menunjukkan semakin baiknya fungsi intermediasi BPR serta

sebagai indikator peningkatan ekonomi masyarakat skala mikro kecil dan

menengah.

Berdasarkan jenisnya, simpanan Deposito mempunyai share terbesar

dalam komposisi DPK dan mencatat pertumbuan yang cukup signifikan

sebesar 4,92% (qtq) atau 24,95% (yoy). Suku bunga deposito BPR yang

Gambar 3.37

Perkembangan Indikator BPR (yoy)

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

����

������

� ����

������

� ����

!�����

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

��� ���� ��� ���� ����

�������������"�"�#�

��%����0�/�����2���"�"�#�

��������"�"�#�

Gambar 3.38

Perkembangan Indikator BPR (qtq)

'� ! (

'#! (

&

#! �

� ! �

�#! �

� ! �

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

� * � � � � � �

����������� ������ ��%����&/�

Page 78: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 57

cenderung lebih tinggi dibandingkan simpanan pada bank umum, serta

pelayanan BPR yang cenderung bersifat personal diyakini menjadi daya

tarik tersendiri bagi nasabah/ masyarakat untuk menyimpan dananya pada

BPR.

Penyaluran kredit oleh BPR di Jawa Timur pada triwulan I-2010

tumbuh 4,73% (qtq) atau 18,84% (yoy) dengan baki debet senilai Rp. 3,73

triliun. Berdasarkan jenisnya, penyaluran kredit oleh BPR didominasi oleh

kredit modal kerja dengan proporsi sebesar 70,10%, disusul oleh kredit

konsumsi sebesar 27,78%%, dan kredit investasi yang hanya sebesar 3,04%.

Tingginya porsi kredit modal kerja yang lebih bersifat produktif serta

diiringi dengan pertumbuhan yang cukup tinggi menjadi menjadi indikasi

bergeraknya usaha di sektor riil dan UMKM yang mendapatkan pembiayaan

dari BPR.

Gambar 3.41

Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan

Gambar 3.42

Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan

Gambar 3.40 Proporsi Per Jenis Dana Pihak Ketiga

Bank Perkreditan Rakyat

Gambar 3.39 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

����

������

� ����

������

� ����

!�����

! ����

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

��� ���� ��� ���� ����

��&�����

��*-%2�%

�� #

!��� #

� �6�41��4 � ��.+53�5

�����#

!���#

����#

&/,���� �?� & ��3-��-� & ,�-��-�

'% ! (

'� ! (

&

� ! �

% ! �

* ! �

� ! �

� ! �

�� ! �

�% ! �

&

#! �

� ! �

�#! �

� ! �

�#! �

$ ! �

$#! �

����

�����

������

����� ����

�����

������

����� ����

�����

������

����� ����

� � � � � � � �

/,���� �?� ,�-��-� ��3-��-�& 87�

Sumber: Bank Indonesia

Page 79: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 58

Peningkatan penyaluran kredit pada periode ini diyakini

menunjukkan makin gencarnya usaha BPR untuk meningkatkan pangsa

pasarnya, khususnya untuk melayani kebutuhan pembiayaan masyarakat

yang bergerak di sektor UMKM. Untuk mendukung peran BPR agar dapat

terus meningkatkan perannya dalam menyalurkan pembiayaan pada pasar

mikro di tengah keterbatasan sumber DPK, Kantor Bank Indonesia Surabaya

terus mendorong upaya peningkatan sumber dana dari Bank Umum (dalam

bentuk linkage Program) agar selanjutnya dapat disalurkan kepada sektor

mikro yang belum sepenuhnya tersentuh pembiayaan bank umum.

Selain itu, untuk terus mengembangkan UMKM di Jawa Timur,

Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama Kantor Bank Indonesia Surabaya

aktif mendorong agar perbankan (baik bank umum maupun BPR) dapat

berperan lebih banyak dalam meningkatkan pembiayaan pada sektor ini.

Untuk itu, pada tanggal 23 Maret 2010 dilakukan penandatanganan MOU

kerjasama penjaminan kredit antara PT. Jamkrida Jatim (Perusahaan

penjaminan kredit Daerah pertama yang berdiri di Indonesia setelah

keluarnya peraturan Menkeu yang baru) dengan Perbarindo DPD Jawa

Timur.

Secara sektoral, penyaluran kredit BPR paling besar diserap oleh

sektor perdagangan dengan share 38,88% dari total kredit, disusul oleh

sektor lain-lain (kegiatan konsumtif) sebesar 29,44% dan sektor pertanian

sebesar 19,24%. Tingginya penyaluran kredit kepada UMKM sektor

perdagangan sejalan dengan karakteristik keberadaan BPR yang relatif

dekat dengan pusat perdagangan di wilayah kerjanya. Hal inilah yang salah

Sumber: Bank Indonesia

Gambar 3.43

Proporsi Kredit Sektoral BPR

Gambar 3.44

Perkembangan LDR & NPL BPR

Sumber: Bank Indonesia

�����#

����#

!�#

����!#

�����#

���� ����-��� +�����

��!+���� 4���&����

$! "

$!# "

%! "

%!# "

#! "

#!# "

*! "

*!# "

�! "

�!# "

������#

�� ���#

������#

�� ���#

������#

�� ���#

�!����#

����

�����

������

����� ����

�����

������

����� ����

�����

������

����� ����

�����

������

����� ����

� * � � � � � � � �

4+8���8 2�4���8�'������ ����(

Page 80: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 59

satu keunggulan BPR, dengan lebih dapat menjalin kedekatan dengan

nasabahnya dengan melakukan adaptasi secara spesifik dengan kondisi

nasabah, misalnya dengan cara jemput bola dalam memasarkan produknya.

Fungsi intermediasi BPR yang tercermin dari nilai LDR pada periode

ini menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan DPK mendorong peningkatan LDR dari

120,25% menjadi 121,90% pada triwulan laporan. Disisi lain, ditengah tren

tingginya pertumbuhan kredit yang disalurkan, perlu diwaspadai tekanan

kredit bermasalah yang pada periode ini cenderung mengalami

peningkatan. Tercatat terjadi kenaikan NPL dari 4,36% di akhir tahun 2009

menjadi sekitar 4,5% pada periode laporan. Dalam rangka memperbaiki

kualitas kredit yang disalurkan, Bank Indonesia terus mengoptimalkan

kegiatan pengawasan BPR. Salah satunya dengan mewajibkan BPR

menyampaikan action plan penyelesaian rasio NPL-nya, dan selanjutnya

melakukan pemantauan secara intensif serta monitoring secara berkala

dalam pelaksanannya. Bank Indonesia di wilayah koordinator Jawa Timur

juga secara rutin melaksanakan pertemuan dengan seluruh jajaran

pengurus BPR untuk selalu meminta komitmen BPR dalam upaya

meningkatkan kredit yang disalurkan.

3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA

Pada triwulan I-2010, indikator perkembangan 6 bank berkantor

pusat di kota Surabaya menunjukkan kondisi yang cukup baik. Hal ini

tercermin dari indikator kinerja total asset, DPK, dan penyaluran

kredit yang tumbuh signifikan pada periode ini.

Sumber : Bank Indonesia

Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya

2010

Tw I Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Total Asset 20,968,328 23,843,734 23,168,619 24,360,204 22,297,233 24,235,582.00

Pertumbuhan (yoy) -0.82 13.71 7.77 1.97 9.76 1.64

Pertumbuhan (qtq) -9.70 17.37 -2.83 5.14 (8.47) 8.69

Dana Pihak Ketiga 16,872,353 18,982,478 19,030,077 19,743,419 16,672,770 18,872,411.00

Pertumbuhan (yoy) 4.25 12.51 10.07 8.51 6.29 (0.58)

Pertumbuhan (qtq) 0.23 21.02 0.25 3.75 (5.55) 13.19

Kredit Umum 7,472,330 9,051,829 9,758,121 10,750,990 10,832,548 11,260,975.00

Pertumbuhan (yoy) 6.11 21.14 21.95 24.34 25.52 24.41

Pertumbuhan (qtq) -6.39 4.89 7.80 10.17 0.76 3.95

LDR 44.29% 47.69% 51.28% 54.45% 64.97% 59.67%

NPL 1.17% 0.88% 0.87% 0.83% 0.66% 0.77%

2009INDIKATOR

2008

Page 81: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 60

Sampai dengan akhir triwulan I-2010, total aset 6 bank berkantor pusat

di Kota Surabaya senilai Rp. 24,23 triliun, atau tumbuh 8,69% (qtq)2

dibandingkan posisi akhir tahun 2009. Kondisi perbaikan juga tercermin dari

penghimpunan DPK yang tumbuh 13,19% atau menjadi senilai Rp. 18,87

triliun.

.

Berdasarkan jenisnya, simpanan DPK pada 6 bank berkantor pusat di

Surabaya paling besar didominasi oleh simpanan giro (48,63%), disusul oleh

deposito dan tabungan dengan share masing-masing sebesar 31,04% dan

20,32%. Besarnya proporsi simpanan giro terkait dengan profil nasabahnya

yang didominasi oleh nasabah korporasi dan Pemerintah Daerah (untuk Bank

Pembangunan Daerah).

Pertumbuhan DPK yang cukup tinggi pada periode ini paling besar

didorong oleh pertumbuhan simpanan giro yang mencapai 29,14% disusul

oleh deposito yang tumbuh 20,41%, sementara tabungan mengalami

kontraksi sebesar -18,39%. Tingginya pertumbuhan simpanan giro dan

deposito tidak lepas dari faktor siklus tahunan rekening pemerintah yang

masih banyak tersimpan di BPD dan belum direalisasikan untuk pengeluaran

belanja daerah.

2

Sejak bulan November 2009 dilaksanakan konversi Bank Harfa menjadi Bank Panin Syariah setelah

diakuisisi bank ini oleh PT. Panin Bank, dan selanjutnya dilakukan perpindahan kantor pusat dari Surabaya

ke Jakarta. Agar dapat dianalisis secara apple-to-apple, maka analisis perkembangan bank yang berkantor

pusat di Surabaya pada triwulan ini hanya akan menggunakan pendekatan secara triwulanan (qtq).

Gambar 3.45

Perkembangan Indikator Bank Ber-KP (qtq)

Sumber : Bank Indonesia

�������

�������

������

������

!�����

������

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

� ���

� ����

� ���

� ��

��� ���� ��� ���� ����

����������� ��%����0�/�����2� ������

Gambar 3.46 Perkembangan Indikator Bank Ber-KP (yoy)

'� ! (

'�#! (

'� ! (

'#! (

&

#! �

� ! �

�#! �

� ! �

�#! �

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

�����

������

�����

����

� � � � � � � �

�,����0--�

����

+���������� ����

Sumber : Bank Indonesia

Page 82: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Tw I - 2010 61

Kinerja penyaluran kredit pada 6 bank berkantor pusat di Surabaya

pada periode ini tumbuh sebesar 3,95% (qtq) dengan baki debet/ outstanding

kredit sebesar Rp. 11,26 triliun. Berdasarkan jenisnya, pertumbuhan tertinggi

disumbang oleh kredit konsumsi yang tumbuh 37,01%, sementara kredit

modal kerja dan investasi mengalami kontraksi sebesar -0,45% dan -2,56%.

Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit pada sektor perdagangan

mendominasi dengan share sebesar 41,52%, disusul oleh kredit sektor

konstruksi (12,40) dan sektor pertanian (5,61%). Pertumbuhan kredit yang

lebih rendah dibandingkan pertumbuhan DPK mendorong penurunan LDR

dari 64,97% (Tw IV-2009) menjadi 59,67%.

Dengan pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang

baik dalam penyaluran kreditnya, kualitas kredit yang disalurkan oleh 6 bank

berkantor pusat di Surabaya cukup baik dan terjaga. Hal ini ditunjukan oleh

rasio NPL yang selalu terjaga dibawah level 1%.

Gambar 3.49 Perkembangan LDR Bank Berkantor Pusat

di Surabaya

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Gambar 3.48 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan

Bank Ber KP di Surabaya

Gambar 3.50 Proporsi Kredit Sektoral

Bank Berkantor Pusat di Surabaya

##!%�"

�*!�*"

��!*�"

&/,���� �?� & ��3-��-� & ,�-��-�

������

��� �� ���!��!�

!����

,�-����-�

����������

��������

����-���

���,��4����;�

Sumber : Bank Indonesia

��!#

!����#

���!�#

& .�81 & +>�1���1 & �0�:2.02

Gambar 3.47 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan

Pada Bank Ber KP di Surabaya

!* "

!� "

�! "

�!� "

�!% "

�!* "

�!� "

% ! "

%#! "

# ! "

##! "

* ! "

*#! "

� ! "

����

�=���

������

����� ����

�����

������

����� ����

�����

������

����� ����

�����

������

����� ����

� * � � � � � � � �

4,����,�+�,-���8���,�'4+8(

2,����<,������4,��-�'2�4@-(&87�

Sumber : Bank Indonesia

Page 83: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010

62

BOKS 4

PENCANANGAN GERAKAN GEMAR MENABUNG & PELAKSANAN

PROGRAM “TABUNGANKU” DI JAWA TIMUR

Seperti diketahui, pada tanggal 20 Februari 2010, Bank Indonesia bersama

kalangan perbankan mencanangkan program bersama untuk kembali

menumbuhkan budaya gemar menabung di masyarakat. Program ini secara resmi

bernama “Gerakan Indonesia Menabung”, yang didasari oleh semangat untuk

meningkatkan akses masyarakat kecil kepada perbankan.

Bersamaan dengan dicanangkannya Gerakan Indonesia Menabung, Bank

Indonesia bersama dengan 70 Bank Umum dan 780 Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

di seluruh Indonesia berupaya untuk membuka akses yang lebih besar bagi

masyarakat kecil untuk menabung dengan memberikan alternatif produk

tabungan murah dengan persyaratan mudah dan ringan yaitu Produk

“Tabunganku”. Tujuan utama produk ini adalah sebagai sarana masyarakat untuk

menabung dan bukan untuk bertransaksi, sekaligus untuk membantu penabung

dengan jumlah simpanan kecil yang sering dihadapkan pada biaya administrasi

yang lebih tinggi dibandingkan bunga yang diperolehnya.

Untuk mendukung gerakan nasional tersebut, tercatat sebanyak 38 Bank

Umum dan 173 BPR di wilayah Jawa Timur yang mengikuti program ini. Selain

bermanfaat bagi masyarakat luas, Produk “Tabunganku” diharapkan juga dapat

menjadi sumber pendanaan bagi perbankan Jawa Timur untuk meningkatkan

peran intermediasinya kepada masyarakat dalam bentuk penyaluran kredit

dengan bunga rendah. Terkait dengan prospek pelaksanaan program ini, Bank

Indonesia Surabaya selama tahun 2010 menargetkan pembukaan rekening

“Tabunganku” di wilayah Jawa Timur sebanyak 500 ribu rekening baru dengan

target nominal sebanyak Rp. 2 triliun.

Sejak awal dicanangkannya program ini sampai dengan periode laporan

(Maret 2010), kegiatan ini direspon cukup baik oleh masyarakat Jawa Timur.

Tercatat sampai dengan periode laporan atau setelah berlangsung selama 1,5

bulan terdapat kurang lebih 50 ribu rekening baru senilai Rp. 30 Milyar. Jika

dibandingkan dengan porsi simpanan tabungan secara keseluruhan, nilai nominal

simpanan “Tabunganku” memang masih relatif rendah. Namun demikian,

Page 84: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010

63

perbankan Jawa Timur optimis program Tabungaknku akan mampu menarik

minat masyarakat, khususnya untuk segmen masyarakat yang selama ini belum

tersentuh pelayanan perbankan seperti pelajar, petani, buruh, atau kelompok

masyarakat berpendapatan rendah.

Berdasarkan Focus Group Discussion (FGD) dan quick survey yang

dilaksanakan oleh Bank Indonesia Surabaya, Malang, Kediri dan Jember kepada

bank peserta Program “Tabunganku” untuk mengetahui prospek maupun

kendala/ permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan, terungkap

bahwa pada dasarnya antusiasme masyarakat/ nasabah di Jawa Timur cukup besar

terhadap program ini, khususnya untuk segmen nasabah dengan nilai simpanan

kecil. Namun demikian, segmen nasabah dengan nilai simpanan besar cenderung

kurang tertarik dengan “Tabunganku” terkait dengan relatif rendahnya bunga

yang ditawarkan. Dalam pelaksanaanya, kondisi ini cukup menguntungkan bagi

Bank yang sudah bergerak pada segmen mikro, karena lebih mudah untuk

memasarkan produk ini. Sebaliknya untuk bank yang tidak banyak bergerak di

pasar mikro akan dihadapkan oleh keterbatasan simpanan “Tabunganku”.

Dalam menghadapi permasalahan dan kendala yang dihadapi, bank-bank

peserta program mengambil langkah promosi yang beragam. Misalnya, terdapat

sebagian bank yang memberikan fasilitas relatif sama dengan produk tabungan

biasa dengan memberikan kartu ATM untuk simpanan tersebut sehingga dalam

perkembangannya nasabah cukup tertarik untuk menyimpan dananya dalam jenis

tabungan ini.

Selanjutnya, dalam rangka menyukseskan Program Gemar Menabung

melalui produk “Tabunganku”, 4 Kantor Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur

juga secara rutin melaksanakan sosialisasi mengenai produk ini, khususnya pada

berbagai kalangan yang merupakan pasar potensial untuk simpanan ini.

Page 85: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

64

BOKS 5

UPAYA PERBANKAN JAWA TIMUR DALAM MENDORONG

PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

Dalam rangka mendukung perekonomian Jawa Timur, peranan perbankan

sebagai pendorong perekonomian Jawa Timur melalui fungsi intermediasi ke sektor

riil dirasakan sangat penting. Terkait dengan hal ini Gubernur Jawa Timur sangat

concern dalam upaya merangkul perbankan untuk turut serta meningkatkan

perannya dalam kegiatan permbangunan perekonomian di Jawa Timur. Terkait

dengan hal ini, pada tanggal 25 Maret 2010 di Bank Indonsia Surabaya dilaksanakan

pertemuan antara Gubernur Jawa Timur dengan Perbankan Jawa Timur yang diwakili

oleh Perbanas Jawa Timur, DPD Perbarindo Jawa Timur dan sejumlah pimpinan

perbankan di Surabaya. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan koordinasi serta

diharapkan sebagai titik tolak peningkatan komitmen perbankan Jawa Timur dalam

mendorong perekonomian Jawa Timur.

Dalam kegiatan tersebut perbankan juga menyampaikan hambatan atau

kendala yang dihadapi oleh perbankan dalam penyaluran kreditnya, serta praktek-

praktek tertentu yang dapat menyebabkan ketidakefisienan perbankan dalam

melaksanakan fungsi intermediasinya. Beberapa hal tersebut antara lain:

a. Biaya-biaya terkait dengan pengurusan legalisasi jaminan kredit yang tidak

mempunyai standar harga yang jelas/ pasti, baik untuk Jaminan Tanah /Bangunan

serta kendaraan bermotor.

b. Antisipasi Pemerintah Daerah atas pelaksanaan Asean-China Free Trade

Agreement Area (ACFTA) di Jawa Timur, terutama perlindungan bagi industri-

industri skala menengah kebawah yang menjadi debitur perbankan.

c. Komitmen dan kepedulian Walikota/Bupati di Jawa Timur dalam mendukung

kemudahan perijinan dan investasi serta mengurangi inefisiensi terhadap

intermediasi perbankan.

Disisi lain, perbankan perlu meningkatkan peran dan partisipasi dalam

mendukung pengembangan perekonomian Jawa Timur dalam beberapa hal sebagai

berikut :

1. Dalam rangka pengentasan kemiskinan dan meningkatan kesejahteraan

masyarakat Jawa Timur serta mendorong Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM) maka perbankan Jawa Timur akan melakukan :

Page 86: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 3 – Perkembangan Perbankan

_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

65

a. Penyaluran Corporate Social Responsibility (CSR) disesuaikan dengan program

Pemerintah Daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Untuk mewujudkan hal tersebut, akan dilakukan penguatan koordinasi

dengan Pemerintah Daerah.

b. Peningkatan linkage program dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam

upaya peningkatan pembiayaan ke UMKM. Untuk mewujudkan hal tersebut,

akan dilakukan koordinasi dengan Perbarindo Jawa Timur.

2. Guna peningkatan perekonomian Jawa Timur, perlu langkah nyata perbankan

yang lebih fokus, yaitu :

a. Pengembangan wilayah Madura sebagai pilot project

Dengan selesainya jembatan Suramadu maka perlu dioptimalkan manfaatnya

dalam mendorong perekonomian Madura khususnya dan Jawa Timur pada

umumnya. Untuk ini perbankan Jawa Timur akan melakukan :

� Klaster Sapi Potong yang bekerjasama dengan pengusaha.

� Mempromosikan/ menjual Madura dengan mendatangkan investor yang

selama ini telah bekerjasama dengan perbankan.

b. Program Resi Gudang

Program resi gudang yang selama ini sudah ada akan ditingkatkan dan

didukung oleh perbankan Jawa Timur.

c. Pasar Induk Agrobisnis (PIA)

Program yang akan dilakukan Perbankan Jatim yaitu membuat PIA yang

selama ini belum bankable terkait dengan permasalahan yang terjadi menjadi

bankable.

Selanjutnya, dalam rangka merealisasikan hal-hal tersebut maka perlu dibentuk Tim

yang beranggotakan Pemprov Jatim, BI, Perbanas Jatim, Himbara dan Perbarindo

yang bertanggung jawab kepada Gubernur Jawa Timur dan Pemimpin Bank Indonesia

Surabaya dimana secara berkala menyampaikan perkembangan komitmen tersebut di

atas.

Page 87: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 4 – Keuangan Daerah

________________________________________________________________________________________________

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 66

�� KEUANGAN DAERAH�

4.1. UMUM

Kondisi keuangan daerah (APBD) baik provinsi maupun

kabupaten/kota di wilayah Jawa Timur pada tahun 2010 cenderung

meningkat dibandingkan tahun sebelumnya Untuk APBD Provinsi Jawa Timur

hingga triwulan I-2010, dari sisi pendapatan telah melampaui target realisasi dan

dari sisi belanja masih dibawah target. Nilai realisasi belanja yang dibawah target

tersebut salah satunya disebabkan oleh terlambatnya pengesahan Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2010. Penyebab rendanhnya realisasi

belanja di beberapa kabupaten/kota juga sama dengan kondisi di provinsi. Bahkan

beberapa kabupaten/kota diantaranya terancam tidak mendapat Dana Alokasi

Umum (DAU) dari Pemerintah Pusat, seperti Kab. Situbondo, Tuban dan

Banyuwangi. Fenomena ini merupakan akibat dari pemberlakuan sanksi bagi

daerah yang belum melakukan tertib administrasi APBD.

Selain itu, pada tahun 2010, Jawa Timur memperoleh kucuran dana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau alokasi Daftar

Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebesar Rp. 48,9 triliun atau

meningkat 1,27% dibandingkan tahun 2009 yang mencapai Rp. 48,35

triliun (sebelum adanya revisi DIPA). Dana tersebut dibagi dalam 6 bidang,

yaitu Bidang Sektoral, Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan, Urusan Bersama, Dana

Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan rincian sebagaimana

ditunjukkan pada tabel di bawah 4.1.

TABEL 4.1

NILAI DIPA PROV/KAB/KOTA JAWA TIMUR TAHUN 2010

(Rp. Triliun)

Dana Dekonsentrasi 3.44

Tugas Pembantuan 1.5

Urusan Bersama 0.145

Dana Alokasi Umum (DAU) 21.29

Dana Alokasi Khusus (DAK) 1.9

Bidang Sektoral 20.69

Total DIPA 48.96

Sumber : BAPPEDA Prov. Jawa Timur

Page 88: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 4 – Keuangan Daerah

________________________________________________________________________________________________

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 67

4.2. APBD PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA DI WILAYAH JAWA TIMUR

Tren peningkatan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di wilayah

Jawa Timur masih terjadi pada tahun 2010, dengan catatan beberapa

daerah yang terancam tidak mendapat DAU, dapat segera menyelesaikan

permasalahan administratif pelaporan dana transfer ke daerah tahun

2009. Jika dibandingkan dengan besaran dana APBD wilayah Jawa Barat (Jabar)

dan Jawa Tengah (Jateng), Jatim cenderung berada di posisi kedua setelah Jabar.

Besarnya dana APBD Jabar tersebut banyak dipengaruhi oleh besarnya

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sementara untuk besaran nilai dana perimbangan

yang didominasi oleh DAU dan DAK relatif sama.

GAMBAR 4.1 GAMBAR 4.2 APBD PROV & KAB.KOTA .JAWA TIMUR APBD PROV & KAB.KOTA JABAR, JATIM & JATENG

��

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ����

�� ������ ��������������

���������

��

��

��

��

��

��

���� ���� ����

�� ������ �� ������ �� ���� �!

Sumber : Biro Keuangan Prov.Jatim Sumber : Biro Keuangan Prov.Jabar, Jatim & Jateng

4.3. APBD PROVINSI TAHUN 2010

APBD Provinsi Jawa Timur tahun 2010 mengalami peningkatan

sebesar 24%, yaitu dari Rp. 6,3 milyar menjadi Rp. 7,8 milyar. Peningkatan

ini terutama berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang meningkat sekitar

Rp. 1,3 milyar, diikuti oleh peningkatan Dana Perimbangan sekitar Rp. 350 milyar.

Adapun pos Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah mengalami penurunan.

Sementara itu, Belanja Daerah juga mengalami peningkatan, baik Belanja

Langsung maupun Belanja Tak langsung, sekitar Rp. 1,5 milyar.

Dilihat dari komposisinya, terdapat sedikit perubahan komposisi baik dari

sisi Pendapatan maupun Belanja Daerah di tahun 2010. Pada sisi pendapatan

daerah, porsi PAD mengalami peningkatan dari 65% menjadi hampir 70% dari

total Pendapatan Daerah. Sementara dari sisi Belanja Daerah, porsi Belanja

Page 89: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 4 – Keuangan Daerah

________________________________________________________________________________________________

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 68

langsung mengalami kenaikan dari sekitar 40% menjadi sekitar 42%. Kenaikan ini

seiring dengan upaya yang dilakukan Gubernur Jatim untuk meningkatkan porsi

belanja langsung, termasuk peningkatan alokasi belanja modal. Pemanfaatan

dana tersebut akan difokuskan pada pelaksanaan pembenahan infrastruktur Jawa

Timur, yaitu perbaikan Jalur Lintas Selatan (JLS), Tol Gempol Pasuruan,

pembenahan pelabuhan, air bersih dan kapasitas listrik dengan pemanfaatan

sumber daya geothermal atau panas bumi.

TABEL 4.2 APBD PROV.JAWA TIMUR

TAHUN 2009 & 2010

���� ���� ���� ����

4 PENDAPATAN DAERAH 5,950,571,845,514.00 7,397,413,565,397.00

4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 3,886,986,440,300.00 5,143,999,228,183.00 65.32 69.54

4.1.1 PAJAK DAERAH 3,267,125,000,000.00 4,282,150,000,000.00 54.90 57.89

4.1.2 RETRIBUSI DAERAH 55,390,193,000.00 50,428,197,600.00 0.93 0.68

4.1.3 HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN 218,093,650,000.00 239,267,670,239.00 3.67 3.23

4.1.4 LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH 346,377,597,300.00 572,153,360,344.00 5.82 7.73

4.2 DANA PERIMBANGAN 1,869,633,251,214.00 2,214,004,796,214.00 31.42 29.93

4.2.1 DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK 733,153,901,214.00 944,087,831,214.00 12.32 12.76

4.2.2 DANA ALOKASI UMUM 1,118,478,350,000.00 1,212,934,765,000.00 18.80 16.40

4.2.3 DANA ALOKASI KHUSUS 18,001,000,000.00 56,982,200,000.00 0.30 0.77

4.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 193,952,154,000.00 39,409,541,000.00 3.26 0.53

4.3.1 PENDAPATAN HIBAH 14,145,000,000.00 12,900,000,000.00 0.24 0.17

4.3.4 DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS 179,807,154,000.00 26,509,541,000.00 3.02 0.36

5 BELANJA DAERAH 6,314,055,748,418.00 7,826,709,587,519.00

5.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 3,762,038,157,522.00 4,514,699,783,876.00 59.58 57.68

5.1.1 BELANJA PEGAWAI 1,383,445,734,254.00 1,483,755,391,969.00 21.91 18.96

5.1.2 BELANJA BUNGA 0 768,950,921.00 0.00 0.01

5.1.4 BELANJA HIBAH 531,379,418,380.00 350,275,342,000.00 8.42 4.48

5.1.5 BELANJA BANTUAN SOSIAL 91,607,763,620.00 37,713,580,000.00 1.45 0.48

5.1.6BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA1,362,714,955,500.00 1,091,915,046,036.00 21.58 13.95

5.1.7BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/

KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA379,630,700,000.00 1,490,500,500,000.00 6.01 19.04

5.1.8 BELANJA TIDAK TERDUGA 13,259,585,768.00 59,770,972,950.00 0.21 0.76

5.2 BELANJA LANGSUNG 2,552,017,590,896.00 3,312,009,803,643.00 40.42 42.32

5.2.1 BELANJA PEGAWAI 447,872,240,089.00 545,548,559,836.00 7.09 6.97

5.2.2 BELANJA BARANG DAN JASA 1,662,440,140,956.00 2,016,419,113,983.00 26.33 25.76

5.2.3 BELANJA MODAL 441,705,209,851.00 750,042,129,824.00 7.00 9.58

�����

���� � �

���������������� � �

Sumber : Biro Keuangan Prov.Jatim

4.3.1. REALISASI PENDAPATAN DAERAH Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur hingga

triwulan I-2010 telah mencapai Rp 2,083 triliun (28,17%), telah melebihi

dari target yang ditetapkan sebesar Rp. 1,479 triliun (20%). Sumber

pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur yang terbesar berasal dari Pendapatan

Asli daerah (PAD).

Page 90: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 4 – Keuangan Daerah

________________________________________________________________________________________________

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 69

TABEL 4.3 REALISASI PENDAPATAN APBD PROP. JAWA TIMUR TAHUN 2010

���� � �

�������

����� � �

�� ��� �� �

4 PENDAPATAN DAERAH 7,397,413,565,397.00 2,083,582,683,835.22 28.17

4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 5,143,999,228,183.00 1,487,749,194,225.22 28.92

4.1.1 PAJAK DAERAH 4,282,150,000,000.00 1,313,996,867,262.00 30.69

4.1.2 RETRIBUSI DAERAH 50,428,197,600.00 15,495,141,576.00 30.73

4.1.3 HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN 239,267,670,239.00 - -

4.1.4 LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH 572,153,360,344.00 158,257,185,387.22 27.66

4.2 DANA PERIMBANGAN 2,214,004,796,214.00 565,990,263,704.00 25.56

4.2.1 DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK 944,087,831,214.00 144,584,015,704.00 15.31

4.2.2 DANA ALOKASI UMUM 1,212,934,765,000.00 404,311,588,000.00 33.33

4.2.3 DANA ALOKASI KHUSUS 56,982,200,000.00 17,094,660,000.00 30.00

4.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 39,409,541,000.00 29,843,225,906.00 75.73

4.3.1 PENDAPATAN HIBAH 12,900,000,000.00 3,333,684,906.00 25.84

4.3.4 DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS 26,509,541,000.00 26,509,541,000.00 100.00

�����

���� � �

���� �����

Sumber : Biro Keuangan Prov.Jatim

PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Sebagian besar PAD masih

berasal dari pajak daerah, terutama terkait dengan penjualan kendaraan

bermotor dan bangunan yang relatif besar setiap tahunnya.

TABEL 4.4

SUMBER PAD (PAJAK KENDARAAN BERMOTOR BARU) JAWA TIMUR TAHUN 2006 – 2010

2010

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

SEDAN DAN SEJENISNYA 903 3,011 2,245 3,050 528 1,319 1,119 1,175 893 1,326 268 1,292 985 314 275 442 526

JEEP DAN SEJENISNYA 649 1,346 1,431 1,337 478 948 746 730 2,125 1,784 512 2,223 1,145 435 534 662 792

STATION DAN SEJENISNYA 10,948 26,376 25,919 22,255 7,796 15,050 14,870 15,755 15,376 20,752 4,162 16,732 17,316 7,307 8,775 9,299 11,652

BUS DAN SEJENISNYA 222 527 566 513 142 270 313 374 287 394 26 337 286 152 202 232 182

TRUCK DAN SEJENISNYA 5,549 16,846 15,858 11,924 3,189 8,360 7,404 6,922 7,650 8,252 1,682 7,509 7,298 3,138 3,737 4,634 4,691

SEPEDA MOTOR 270,062 548,715 625,604 636,309 230,902 434,672 532,092 668,421 400,318 540,003 505,721 550,590 410,308 224,193 287,699 275,954 261,487

ALAT BERAT 1 6 6 14 2 16 24 26 - 6 7 10 1 - - 1 -

Total 288,334 596,827 671,629 675,402 243,037 460,635 556,568 693,403 426,649 572,517 512,378 578,693 437,339 235,539 301,222 291,224 279,330

JENIS KENDARAAN

2006 2007 2008 2009

Sumber : Dispenda Prov.Jatim

Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kinerja realisasi sisi

Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur, khususnya sisi PAD cenderung membaik.

Page 91: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 4 – Keuangan Daerah

________________________________________________________________________________________________

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 70

TABEL 4.5 REALISASI PENDAPATAN APBD PROV.JAWA TIMUR TAHUN 2005 - 2010

PAD LAINYA PAJAK RETRIBUSI

TW I 939,556,520,930.02 17.24% 200,639,110,050.00 21,927,986,277.48 671,133,829,787.00 45,771,953,204.39

TW II 1,101,921,249,793.27 20.21% 204,764,977,000.00 72,124,864,424.23 777,087,457,195.00 47,943,951,174.04

TW III 1,213,500,530,594.08 22.26% 242,864,152,372.00 34,396,864,926.17 845,075,665,730.00 61,320,934,660.69

TWIV 2,196,110,383,908.34 5,451,088,685,226 40.29% 261,598,415,684.00 34,914,999,833.38 795,834,934,081.00 57,046,581,630.09

TW I 2,337,579,583,488.55 36.91% 285,850,009,495.55 26,638,479,004.96 712,727,096,373.00 64,657,618,218.94

TW II 1,217,602,822,653.48 19.23% 292,655,686,120.00 78,578,794,937.74 766,549,006,227.00 66,847,458,146.59

TW III 1,383,531,129,613.66 21.85% 388,274,027,611.00 37,499,187,839.34 890,863,262,374.00 62,880,781,060.32

TWIV 1,394,069,743,476.20 6,332,783,279,232 22.01% 409,968,381,367.00 42,088,417,967.24 886,763,992,604.00 70,461,723,175.34

TW I 1,274,777,183,093.14 21.48% 379,557,276,379.00 40,638,389,637.26 800,375,606,129.00 49,868,520,988.88

TW II 1,497,799,356,316.17 25.24% 395,746,222,871.00 186,640,268,579.17 847,965,029,972.00 62,840,868,750.00

TW III 1,605,043,607,474.68 27.04% 514,045,179,871.00 49,850,638,355.68 981,956,081,423.00 53,191,621,089.00

TWIV 1,557,470,982,102.62 5,935,091,128,987 26.24% 466,547,347,040.00 51,134,441,176.73 944,589,524,256.00 95,199,669,629.89

TW I 3,084,380,805,758.88 35.05% 316,295,127,606.00 45,446,082,174.66 963,527,037,856.00 50,071,625,704.00

TW II 1,867,207,146,508.36 21.22% 432,932,045,414.00 242,462,877,916.70 1,096,657,923,405.05 63,889,437,498.00

TW III 2,014,499,363,652.98 22.89% 578,191,989,711.00 60,804,871,754.93 1,277,496,909,353.00 102,754,673,627.05

TWIV 1,832,940,141,784.52 8,799,027,457,705 20.83% 470,731,840,238.00 72,490,572,739.35 1,144,109,673,025.00 92,607,630,900,17

TW I 1,676,937,568,301.84 19.98% 445,844,355,824.00 131,847,491,221.84 1,079,982,475,256.00 16,266,949,313.00

TW II 3,706,291,340,000.00 44.15% 860,302,050,000.00 444,623,114,227.00 2,267,561,880,000.00 35,385,822,660.00

TW III 1,679,000,000,000.00 20.00%

TWIV 1,332,771,091,698.16 8,395,000,000,000 15.88%

2010 TW I 2,083,582,683,835.22 7,397,413,565,397 28.17% 565,990,263,704.00 158,257,185,387.22 1,313,996,867,262.00 15,495,141,576.00

2009

2008

2005

2006

2007

PENERIMAAN

TOTAL PENERIMAAN % DANA PERIMBANGANPENERIMAAN ASLI DAERAH

TAHUN

Sumber : Biro Keuangan Prov.Jatim

4.5. REALISASI BELANJA DAERAH

Realisasi belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada

triwulan I-2010 baru mencapai 7,18% atau setara dengan Rp. 562 milyar.

Nilai ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan target Pemprov Jatim

(20%), namun lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 (4,85% atau Rp.

368 milyar). Masih minimnya besaran realisasi APBD Prov. Jawa Timur juga

tercermin pada masih tingginya saldo dana pemerintah di perbankan pada

triwulan I-2010 (gambar 4.3).

Kecenderungan realisasi terbesar pada anggaran belanja pegawai masih

terjadi pada triwulan ini, yang disebabkan sifat anggaran yang merupakan

kebutuhan rutin, dengan nilai mencapai Rp. 282,5 milyar atau sekitar 14%.

Sementara itu, jumlah belanja barang dan jasa cenderung tinggi yaitu sebesar Rp.

173,4 milyar, walaupun persentase realisasinya masih belum cukup tinggi yaitu

baru mencapai 8,6%.

Page 92: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 4 – Keuangan Daerah

________________________________________________________________________________________________

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 71

TABEL 4.6 REALISASI ANGGARAN APBD PROV. JAWA TIMUR TAHUN 2010

���� � ��������

����� � ��� ��� �� �

5 BELANJA DAERAH 7,826,709,587,519.00 562,252,499,646.00 7.18

5.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 4,514,699,783,876.00 304,410,523,285.00 6.74

5.1.1 BELANJA PEGAWAI 1,483,755,391,969.00 206,958,406,767.00 13.95

5.1.2 BELANJA BUNGA 768,950,921.00 101,109,518.00 13.15

5.1.4 BELANJA HIBAH 350,275,342,000.00 80,134,007,000.00 22.88

5.1.5 BELANJA BANTUAN SOSIAL 37,713,580,000.00 1,469,000,000.00 3.90

5.1.6BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/

KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA 1,091,915,046,036.00 - -

5.1.7BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/

KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA 1,490,500,500,000.00 15,748,000,000.00 1.06

5.1.8 BELANJA TIDAK TERDUGA 59,770,972,950.00 - -

5.2 BELANJA LANGSUNG 3,312,009,803,643.00 257,841,976,361.00 7.79

5.2.1 BELANJA PEGAWAI 545,548,559,836.00 75,612,364,963.00 13.86

5.2.2 BELANJA BARANG DAN JASA 2,016,419,113,983.00 173,401,725,355.00 8.60

5.2.3 BELANJA MODAL 750,042,129,824.00 8,827,886,043.00 1.18

JUMLAH

BELANJA

7,826,709,587,519.00 562,252,499,646.00 7.18

�����

���� � �

���� �����

Sumber : Biro Keuangan Prov.Jatim

GAMBAR 4.3 DANA PEMERINTAH PROV/KAB/KOTA JAWA TIMUR DI PERBANKAN

-

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

16,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Tabungan

Deposito

Giro

Sumber : KBI Surabaya, diolah

Jika dibandingkan dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya, tingkat

realisasi triwulan pertama belanja APBD tahun 2010 relatif sama. Relatif

lambatnya realisasi pada triwulan ini disebabkan oleh terlambatnya pengesahan

APBD guna mengikuti ketentuan administratif dari Departemen Dalam Negeri.

Page 93: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 4 – Keuangan Daerah

________________________________________________________________________________________________

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010 72

TABEL 4.7 REALISASI ANGGARAN APBD PROV. JAWA TIMUR TAHUN 2006-2010

TW I 562,395,341,462 13.37% 2,175,017,728 0.39%

TW II 757,967,843,008 18.02% 36,291,249,375 4.79%

TW III 910,512,458,572 21.65% 85,864,017,716 9.43%

TWIV 1,975,168,037,005 4,206,043,680,047 46.96% 368,427,638,718 18.65%

TW I 731,553,790,347 13.34% 10,024,102,265 1.37%

TW II 1,120,932,348,574 20.43% 55,561,136,883 4.96%

TW III 1,154,593,833,989 21.05% 145,825,655,825 12.63%

TWIV 2,478,393,906,231 5,485,473,879,141 45.18% 406,921,818,019 16.42%

TW I 346,568,876,781 6.22% 974,878,305 0.28%

TW II 1,247,208,110,925 22.37% 52,422,587,139 4.20%

TW III 1,193,231,227,276 21.40% 151,573,186,998 12.70%

TWIV 2,789,249,528,127 5,576,257,743,109 50.02% 437,330,643,125 15.68%

TW I 864,623,249,203 12.83% 15,461,132,756 1.79%

TW II 1,930,204,461,628 28.65% 85,843,865,640 4.45%

TW III 1,367,089,348,958 20.29% 153,224,567,053 11.21%

TWIV 2,575,863,869,376 6,737,780,929,165 38.23% 293,980,117,503 11.41%

TW I 368,400,444,115 4.85% 752,849,600 0.20%

TW II 1,861,131,000,000 24.48% 422,796,423,037 22.72%

TW III 1,548,218,555,885 20.37%

TWIV 3,823,922,500,000 7,601,672,500,000 50.30%

2010 TW I 561,957,748,384 7,826,709,587,519 7.18% 8,827,886,043 1.57%

TAHUNPENGELUARAN

TOTAL BELANJA % %BELANJA MODAL

2005

2006

2007

2008

2009

Sumber : DJPK Dep.Keuangan & Biro Keuangan Prov.Jatim

Page 94: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I- 2010 72

5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, baik secara

tunai maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia

yang diamanatkan dalam Undang-undang No. 23 tahun 2009 tentang

Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang No.

3 Tahun 2004. Pada sistem pembayaran tunai, Bank Indonesia berupaya untuk

dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat dengan jumlah nominal

yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar

(clean money policy). Sementara itu, sistem pembayaran non tunai diarahkan

untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal.

Perkembangan kegiatan sistem pembayaran pada triwulan I-2010

relatif berjalan normal, meskipun di awal tahun 2010 terjadi sedikit

gangguan terkait pembobolan rekening nasabah melalui ATM di

beberapa wilayah diluar Jawa Timur. Dengan adanya respon yang cepat dari

Bank Indonesia bersama-sama dengan kalangan perbankan maka masalah

tersebut dapat segera di atasi sehingga tidak menimbulkan persepsi yang negatif

di masyarakat yang berpotensi menimbulkan ketidakpercayaan terhadap sistem

pembayaran non tunai.

4.1 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI

Kegiatan transaksi sistem pembayaran tunai di Bank Indonesia

tercermin dari aliran uang keluar dan masuk dari perbankan ke Kas

Bank Indonesia (outflow dan inflow) dan kegiatan pemusnahan

uang tidak layak edar atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB).

a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)

Jika dilihat pengalaman sepanjang tahun 2009, terlihat ada

kesamaan pola pergerakan inflow/ outflow di 4 Kantor Bank Indonesia di

Jawa Timur (KBI Surabaya, KBI Malang, KBI Kediri dan KBI Jember).

Untuk outflow, polanya seperti huruf “V” terbalik, dimana terjadi

peningkatan outflow dari triwulan I sampai mencapai puncaknya di

triwulan III dan kemudian menurun pada triwulan IV. Ini seiring dengan

Page 95: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I- 2010 73

intensitas kegiatan ekonomi yang banyak menggunakan uang tunai

yang masih rendah di awal tahun dan mencapai puncaknya di triwulan III

(bersamaan dengan masuknya bulan puasa/ Idul Fitri), dan kemudian

menurun menjelang akhir tahun. Sebaliknya pada inflow, polanya

seperti huruf “V”, dimana terjadi penurunan inflow dari triwulan I

sampai mencapai puncaknya di triwulan III dan kemudian meningkat

pada triwulan IV.

Jika pola tersebut konsisten di tahun 2010, maka terlihat indikasi

adanya peningkatan kegiatan ekonomi di triwulan I-2010 dimana

inflow/outflow pada triwulan ini lebih besar dibandingkan dengan

inflow/ outflow di triwulan yang sama pada tahun lalu.

A

l

iran uang kartal yang masuk (inflow) ke empat Kantor Bank Indonesia

di Jawa Timur (KBI Surabaya, KBI Malang, KBI Kediri dan KBI Jember)

pada triwulan I-2010 sebesar Rp. 7,67 triliun, sedikit menurun

dibandingkan inflow pada periode sebelumnya yang mencapai Rp. 8,29

triliun namun lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun

sebelumnya yang mencapai Rp. 7,4 triliun. Penurunan nilai juga terjadi

Tabel 4.1 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow)

Kantor Bank Indonesia

2010

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Outflow 891,251 2,931,395 4,163,578 2,882,366 2,018,266

Inflow 3,899,999 2,642,402 1,995,281 4,694,505 4,009,777

Net Flow 3,008,748 (288,993) (2,168,298) 1,812,139 1,991,511

Outflow 240,569 1,146,689 1,721,172 1,003,422 327,529

Inflow 841,484 176,015 433,059 1,087,897 949,725

Net Flow 600,915 (970,674) (1,288,113) 84,475 622,197

Outflow 253,235 434,288 1,174,634 758,217 166,699

Inflow 1,540,068 690,049 778,992 1,582,436 1,608,603

Net Flow 1,286,833 255,761 (395,642) 824,219 1,441,904

Outflow 370,630 623,929 770,004 497,408 209,972

Inflow 1,146,433 683,816 668,770 920,452 1,097,157

Net Flow 775,803 59,887 (101,234) 423,044 887,185

Outflow 1,755,685 5,136,301 7,829,388 5,141,413 2,722,466

Inflow 7,427,983 4,192,283 3,876,102 8,285,290 7,665,262

Net Flow 5,672,298 (944,018) (3,953,286) 3,143,877 4,942,797

Keterangan :

Net Flow (+) : Net Inflow

Net Flow (-) : Net outflow

KBI Jember

JAWA TIMUR

Tahun 2009Wilayah Transaksi

KBI Surabaya

KBI Kediri

KBI Malang

Page 96: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I- 2010 74

pada transaksi uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow)

dari Rp. 5,14 triliun di Triwulan IV-2009 menjadi Rp. 2,72 trilun. Namun

demikian, nilai outflow ini masih relatif tinggi dibandingkan dengan

periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp.

1,8 triliun. Penurunan aliran outflow yang lebih besar dibandingkan

aliran inflow pada periode ini menyebabkan terjadinya net inflow

sebesar Rp. 4,94 triliun.

b. Uang Kartal Tidak Layak Edar

Dalam rangka memelihara kualitas uang kartal yang beredar di

masyarakat, Bank Indonesia secara berkesinambungan melakukan

kegiatan pemusnahan uang kartal yang telah tidak layak edar

(lusuh/rusak) dengan sebelumnya melakukan Pemberian Tanda Tidak

Berharga (PTTB) untuk kemudian digantikan dengan uang layak edar.

Sumber : Bank Indonesia Surabaya

Gambar 4.1 Perkembangan Arus Uang Tunai

(Inflow –Outflow)

Gambar 4.2

Perkembangan Net Inflow

Sumber : Bank Indonesia Surabaya

Gambar 4.3 Inflow, Outflow dan Netflow Gabungan

Gambar 4.4 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)

Sumber : Bank Indonesia Surabaya

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

���

����

�����

���

���

����

�����

���

���

����

�����

���

���

����

�����

���

���

���� ���� ���� ���� ���

������������������� ��������������������

������

������

������

������

�����

�����

�����

�����

���

����

�����

���

���

����

�����

���

���

����

�����

���

���

����

�����

���

���

���� ���� ���� ���� ���

����������

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

2006 2007 2008 2009 2010

Ne

tflo

w (R

p t

riliu

n)

Infl

ow

, O

utf

low

(R

p t

riliu

n)

Inflow Outflow Netflow - Skala Kanan

0

20

40

60

80

100

120

0

1

2

3

4

5

6

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

2006 2007 2008 2009 2010

Pro

pors

i th

dp

inflo

w (%

)

Jum

lah

PT

TB

(R

p tr

iliu

n)

PTTB (Rp triliun)

Rasio PTTB thdp inflow (%)

Sumber : Bank Indonesia Surabaya

Page 97: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I- 2010 75

Sampai dengan akhir triwulan I-2010 jumlah uang tidak layak edar di

wilayah Jawa Timur yang dimusnahkan oleh Bank Indonesia sebesar Rp.

5,31 triliun, atau meningkat dari Rp. 5,20 triliun di triwulan sebelumnya.

Meningkatnya uang tidak layak edar pada periode ini seiring dengan

peningkatan net inflow (aliran uang masuk dari perbankan ke Bank

Indonesia) yang terjadi pada periode ini.

Selanjutnya, terkait pentingnya peningkatan kesadaran masyarakat

untuk lebih baik lagi dalam memperlakukan uang kartal dan

meningkatkan efisiensi biaya pencetakan uang baru, Bank Indonesia

secara berkesinambungan melakukan sosialisasi kepada masyarakat

mengenai cara perlakuan yang tepat terhadap uang kartal. Hal ini

bertujuan untuk memperpanjang masa edar/ usia uang kartal atau

mencegah agar tidak lekas rusak.

4.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI

Perkembangan transaksi sistem pembayaran non tunai

tercermin terutama dari aktivitas Sistem Kliring Nasional Bank

Indonesia (SKNBI) dan BI-Real Time Gross Settlement (RTGS) melalui

perbankan yang tercatat di Bank Indonesia. Pada triwulan I-2010, nilai

transaksi RTGS maupun kliring di Jawa Timur menunjukkan penurunan

dibandingkan triwulan IV-2009, namun masih relatif tinggi dibandingkan

dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.

Gambar 4.5

Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur

Sumber : Bank Indonesia Surabaya

��

��

���

��

���

!��

���

���

���

���

���

���

����

�����

���

���

����

�����

���

���

����

�����

���

���

����

�����

���

���

���� ���� ���� ���� ���

"#$����%" "#$���&�����'

������

�����

�����

!�����

������

������

�����

�����

!�����

������

���

����

�����

���

���

����

�����

���

���

����

�����

���

���

����

�����

���

���

���� ���� ���� ���� ���

�%"������������� &�����'�������������

Page 98: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I- 2010 76

a. Transaksi RTGS Real Time Gross Settlement)

Secara umum transaksi RTGS (outgoing) dari 30 kota di

Jawa Timur pada triwulan I-2010 penunjukkan penurunan baik

dari sisi volume transaksi maupun nilai nominalnya, namun

masih lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun

sebelumnya. Tercatat transaksi RTGS secara trwulanan mengalami

kontraksi sebesar -10,04% (qtq) namun secara tahunan mengalami

ekspansi sebesar 10,29% (yoy), dengan nilai transaksi di sepanjang

triwulan I-2010 sebesar Rp. 107,50 triliun dan volume transaksi sebanyak

131.114 transaksi.

Peningkatan transaksi maupun volume RTGS yang terjadi pada

triwulan ini dibandingkan triwulan yang sama pada tahun lalu

merupakan indikasi adanya peningkatan kegiatan ekonomi di

masyarakat sekaligus mencerminkan berkembangnya cashless society

atau masyarakat yang tidak menggunakan uang tunai.

Sumber : Bank Indonesia Surabaya

Gambar 4.6

Perkembangan Transaksi RTGS

Gambar 4.7 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing

RTGS Terbesar Tw I -2010

Sumber : Bank Indonesia Surabaya

Gambar 4.8 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming

RTGS Terbesar Tw I -2010

Sumber : Bank Indonesia Surabaya

��(�����!(������(�����!(������(�����!(�����(����!(������(�����!(���� �(���� !(������(����

������

������

������

������

������

������

���

�����

���

�����

)��

)����

���

�����

���

���� ���� ���� ���� ���

��*��$���$�+$,+���%"������������

���*���$�+$,+���%"��",$�$�&$�$��

������

�������

�������

�������

�������

�������

�������

������

������

�������

�������

������

������

�� ���������������� �������� �� �������������

�� !"!#!

$%�& &

'!(!�)

) %�&$

"!��

�&�*! �*

������

�������

�������

�������

�������

�������

�������

������

������

�������

�������

������

������

�� ���������������� �������� �� �������������

�� !"!#!

$%�& &

'!(!�)

) %�&$

"!��

�&�*! �*

Sumber : Bank Indonesia Surabaya

Page 99: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I- 2010 77

Berdasarkan asal kota pengirim maupun penerima transfer dana

melalui RTGS, transaksi outgoing mapun Incoming RTGS tertinggi terjadi

pada 6 wilayah di Jawa Timur, yaitu Kota Surabaya, Kediri, Malang,

Gresik, Batu dan Sidoarjo. Tingginya volume maupun nilai transaksi RTGS

pada keenam kota ini didorong oleh karakteristik masing-masing kota

yang sebagian besar merupakan wilayah industri dengan tingkat

transaksi kegiatan usaha yang cukup tinggi.

b. Transaksi Kliring

Kegiatan kliring di Jawa Timur diikuti oleh 385 kantor/bank

peserta yang tersebar pada 38 kabupaten/ kota di Jawa Timur.

Dalam pelaksanannya, kegiatan ini selain dilaksanakan di 4 (empat) Kantor

Bank Indonesia, juga dapat dilaksanakan pada bank umum yang telah

ditunjuk sebagai penyelenggara kliring lokal. Hingga saat ini terdapat 15

bank penyelenggara kliring lokal yang bertugas untuk menyelenggarakan

kliring di sekitar wilayahnya.

Gambar 4.9

Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur

Sumber : Bank Indonesia Surabaya

Gambar 4.10

Tolakan Transaksi Kliring Di Jawa Timur

Sumber : Bank Indonesia Surabaya

Jumlah

Kota Kantor

Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal

(satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp)

Surabaya 232 1,133,437 31,134,531 18,581 510,402 18,943 531,046 311 8,706

Malang 54 78,276 2,227,387 1,283 36,515 1,227 17,736 20 291

Kediri 70 69,856 1,902,764 1,145 31,193 1,149 23,812 19 390

Jember 35 29,332 695,086 481 11,395 896 13,363 15 219

Jatim 391 1,310,901 35,959,768 21,490 589,504 22,215 585,957 364 9,606

Kliring Sehari Dan Giro Kosong Dan BG Kosong Sehari

Perputaran Kliring Rata-2 Perputaran Jumlah Penolakan Cek Rata-2 Penolakan Cek

!(����

�(����

!(����

��(����

�!(����

�(����

!(����

��(����

��(����

���(����

��(����

���(����

!��(����

���(����

���(����

���(����

���(����

���

�����

���

�����

���

�����

���

�����

���

���� ���� ���� ���� ���

��$,$��&�����'�����-��$�

��$,$��&�����'��)$�,$����*.$���",$�$� &$�$�

� �������!���������������������������������� ���������!������������

!����

�����

!����

������

�!����

�����

!����

������

�!����

!�����

���

����

�����

���

���

����

�����

���

���

����

�����

���

���

����

�����

���

���

����

�����

���

���

���! ���� ���� ���� ���� ���

&�����'������������

)$�,$��&�����'��",$�$�&$�$��

Tabel 4.2

Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw I-2010

Sumber : Bank Indonesia Surabaya

Page 100: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I- 2010 78

Pada triwulan I-2010, kegiatan transaksi perputaran kliring di Jawa

Timur baik secara nominal maupun jumlah warkat relatif mengalami

penurunan. Tercatat pertumbuhan nilai transaksi kliring di Jawa Timur

mengalami kontraksi sebesar -6,52% (qtq) dengan nilai transaksi sebesar

Rp. 35,96 triliun dan rata-rata harian perputaran kliring sebesar Rp. 590

milyar. Sementara itu, berdasarkan jumlah warkat kliring yang diproses

oleh seluruh penyelenggara kliring di Jawa Timur, tercatat sebanyak 1,31

juta lembar warkat yang dikliringkan dengan rata-rata harian perputaran

warkat kliring sebesar 21.490 lembar.

4.3. PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR

Jumlah uang palsu yang ditemukan perbankan maupun

berdasarkan laporan masyarakat umum di Jawa Timur pada triwulan

ini relatif menurun. Terdapat sebanyak 3.042 lembar uang palsu dalam

berbagai pecahan dengan nilai nominal sejumlah Rp. 189.43 juta. Kondisi

ini membaik dibandingkan periode-periode sebelumnya sebelumnya, seperti

tunjukkan oleh Gambar 4.9. Berdasarkan nilai pecahan nominalnya, uang

palsu yang paling banyak ditemukan adalah dalam pecahan Rp. 50.000,-

dengan proporsi sebesar 45% dari total uang palsu yang ditemukan,

kemudian di susul oleh pecahan nominal Rp. 100.000.

Sumber : Bank Indonesia Surabaya

Gambar 4.9 Statistik Uang Palsu yang ditemukan

Gambar 4.11

Rasio Tolakan dalam Perputaran Kliring di Jawa Timur

Sumber : Bank Indonesia Surabaya

�����

��!��

����

�!��

�����

��!�����

����

�����

���

���

����

�����

���

���

����

�����

���

���

����

�����

���

���

����

�����

���

���

���! ���� ���� ���� ���� ���

�$+�����$,$��)$�,$��&�����'

(����

�(����

(����

�(����

!(����

�(����

�(����

�(����

�(����

���

����

�����

��� ���

����

�����

��� ���

����

�����

��� ���

����

�����

��� ���

���� ���� ���� ���� ���

/$�'�0$�+���1�*.$��

Page 101: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I- 2010 79

Dalam rangka menekan dan mencegah peredaran uang palsu di

masyarakat, Bank Indonesia terus melakukan sosialisasi ciri-ciri keasilan uang

rupiah yang dikenal dengan metode 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang)

kepada masyarakat umum. Kegiatan sosialisasi dilakukan melalui berbagai

media, baik melalui media massa, maupun pertemuan secara langsung

dengan stakeholder dan berbagai lapisan masyarakat seperti pelajar/

mahasiswa, pemerintah daerah, dan aparat penegak hukum. Diharapkan

dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai hal ini,

awareness masyarakat mengenai keberadaan uang palsu dapat terus

ditingkatkan.

Sumber : Bank Indonesia Surabaya

Gambar 4.9 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar)

Gambar 4.10 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai)

Sumber : Bank Indonesia Surabaya

�� �

�!����

�����

��!������

+,����,��� +,���,��� +,���,���

+,���,��� +,��,���

�-,-�.

�,��.

�,//.�,0�.

�,��.

���������� ����!�����

���������� ���������

����!����

Page 102: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 6 – Kesejahteraan Masyarakat

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010 81

6 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

6.1. UMUM

Kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang tercermin

pada kondisi ketenagakerjaan menunjukkan perbaikan, sedangkan

kesejahteraan masyarakat pedesaan menunjukkan kondisi menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya. Indikator ketegakerjaan dari hasil

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan I-2010 di Jawa Timur masih

positif. Sementara itu, Jumlah PHK di Jawa Timur pada triwulan I-2010 masih

relatif kecil, seiring membaiknya perekonomian Jawa Timur di awal tahun

2010. Adanya kenaikan rata-rata UMK pada tahun 2010 di Kabupaten/Kota

Jawa Timur sebesar 7,28% diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Jatim, seiring dengan relatif stabilnya tekanan inflasi pada

tahun ini. Perbaikan kualitas TKI Jatim dengan mengirimkan tenaga kerja

berkeahlian khusus di sektor formal, diharapkan juga dapat berdampak

positif pada upaya menekan angka pengangguran di Jatim.

Kondisi kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jatim yang tercermin

dari Nilai Tukar Petani (NTP), relatif turun dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Terlambatnya musim panen pada triwulan I-2010

mengakibatkan NTP Jatim sedikit menurun dibandingkan triwulan IV-2009.

Di sisi lain, Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada triwulan I-2010 Jatim relatif tetap

karena hasil tangkapan yang relatif stabil dengan harga yang juga tetap,

sedangkan biaya produksi juga tidak mengalami peningkatan.

6.2 . KETENAGAKERJAAN

Perbaikan perekonomian Jawa Timur yang masih terus

berlangsung di awal triwulan I-2010, memberikan dampak positif

pada kondisi ketenagakerjaan.

Page 103: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 6 – Kesejahteraan Masyarakat

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010 82

6.2.1. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

Indikator ketegagakerjaan hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) di Jawa Timur masih positif, tercermin dari nilai

Saldo bersih Tertimbang sebesar 2,44.

Ekspektasi pengusaha pada perkembangan

perekonomian di triwulan II-2010 diperkirakan terjadi

peningkatan penyerapan tenaga kerja, khususnya pada sektor

industri pengolahan dan PHR.

Tabel 6.1 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja

(SBT) Tahun 2008-2010

Sumber : SKDU, KBI Surabaya

Gambar 6.1 Gambar 6.2 Penyerapan Tenaga Kerja Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral

Sumber : SKDU, KBI Surabaya Sumber : SKDU, KBI Surabaya

I II III IV I II III IV I II*

REALISASI

1 0.59 -4.65 3.3 0.29 -3.06 -2.17 -1.39 3.13 2.92 2.89

2 PERTAMBANGAN 2.03 0.04 0.98 -0.66 0.1 0.98 0.00 1.97 -1.02 -0.04

3 INDUSTRI PENGOLAHAN -3.88 2.99 -1.37 -1.51 -2.52 0.35 -2.53 -1.13 -2.41 6.01

4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0.00 -0.07 1.39 -0.64 0.00 -1.39 1.24 -1.20 -0.04 -0.04

5 BANGUNAN -1.01 0.6 0.00 -0.55 -1.28 0.00 0.00 0.66 -0.39 0.77

6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN -2.65 -0.73 2 -2.71 -1.52 -0.61 5.02 -1.90 3.45 5.41

7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI -0.46 1.02 0.27 0.64 -1.95 2.79 0.14 0.00 1.13 1.56

8 KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 0.24 0.13 0.39 0.21 1.39 0.1 -0.92 0.00 -0.84 0.85

9 JASA - JASA 0.13 -2.43 0.00 4.81 4.93 -0.03 5.21 5.09 -0.37 1.85

TOTAL SELURUH SEKTOR -5.01 -3.1 6.97 -0.11 -2.68 0.04 6.77 6.61 2.44 19.26

2008 2009 2010

PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN,

No SEKTOR

!5.01

!3.1

6.97

!0.11

!2.68

0.04

6.77 6.61

2.44

19.26

!6

!2

2

6

10

14

18

I II III IV I II III IV I II*

2008 2009 2010

Saldo"bersih"%

!6

!4

!2

0

2

4

6

8

I II III IV I II III IV I II*

2008 2009 2010

PERTANIAN PERTAMBANGAN

INDUSTRI"PENGOLAHAN LISTRIK,"GAS"DAN"AIR"BERSIH

BANGUNAN PERDAGANGAN,"HOTEL"DAN"RESTORAN

PENGANGKUTAN"DAN"KOMUNIKASI KEUANGAN,"SEWA"&"JASA"PERSH

Page 104: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 6 – Kesejahteraan Masyarakat

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010 83

6.2.2. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan

Kependudukan (Disnakertransduk) tercatat 872 pekerja dari 29

perusahaan di Provinsi Jawa Timur yang mengalami Pemutusan

Hubungan Kerja (PHK) pada periode Januari-Februari 2010. Jumlah

PHK terbesar berasal sebuah perusahaan berskala besar besar di

jawa Timur yang telah mem-PHK sebanyak 513 karyawannya karena

permasalahan internal perusahaan.

Berdasarkan data penyebab PHK yang diajukan perusahaan

pada Disnakertransduk, ditengarai bahwa PHK ini bukan

merupakan dampak atas implementasi perjanjian perdagangan

bebas di Kawasan Asia Tenggara dan China (ACFTA), karena

pengajuan PHK telah dilakukan sejak Oktober 2009. Kondisi ini juga

dikonfirmasi oleh hasil liaison, Survei Kegiatan Dunia Usaha dan

quick survey Bank Indonesia Jember, Malang dan Kediri, yang

menunjukkan bahwa kondisi ketenagakerjaan di daerah masing-

masing cenderung tidak terpengaruh oleh dampak implementasi

ACFTA.

Khusus untuk wilayah Kab. Jember, terdapat indikasi adanya

pengurangan jumlah jam kerja sebagai akibat menurunnya

permintaan produk tujuan ekspor. Sementara itu, kasus proses

pengajuan PHK yang terjadi di beberapa perusahaan rokok di Kab.

Malang pada umumnya disebabkan oleh dampak kenaikan cukai.

6.2.3. Upah Minimum Kab/Kota se-Jawa Timur

Hingga triwulan I-2010, beberapa daerah telah

melaksanakan tarif UMK terbaru, walaupun beberapa perusahaan

rokok di Kab. Malang mengajukan penangguhan terkait naiknya

biaya perusahaan akibat kenaikan cukai rokok.

Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi (Depnakertrans), kenaikan UMK tertinggi wilayah

Jawa Timur terjadi di Kabupaten Pamekasan sebesar 20% (Rp.

750.000,- menjadi Rp. 900.000,-) dan terendah di Kabupaten

Magetan sebesar 0,78% (Rp. 645.000,- menjadi Rp. 650.000,-).

Page 105: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 6 – Kesejahteraan Masyarakat

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010 84

Sedangkan nilai tertinggi UMK terdapat di Kota Surabaya sebesar

Rp. 1.031.500,- dengan kenaikan sebesar 8,75% dibandingkan

tahun 2009.

6.2.3. Perkembangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Jawa Timur

Perkembangan TKI di wilayah Jawa Timur pada tahun 2010

diperkirakan terus meningkat, sesuai dengan target

Disnakertransduk yang akan mengirimkan 60.000 TKI ke berbagai

negara. Guna meminimalkan kasus TKI yang bermasalah,

Disnakertransduk telah berupaya untuk meningkatkan kualitas TKI

yang dikirim dengan mengarahkan pada sektor formal, seperti

perawat, pekerja pabrik dan tenaga konstruksi. Hingga akhir tahun

2009, data Disnakertransduk Jatim menunjukkan bahwa sebanyak

60% TKI masih bekerja di sektor informal sebagai Pembantu Rumah

Tangga (PRT).

Tabel 6.2 Data UMK Wilayah Jawa Timur Tahun 2009-2010

%

2009 2010 Kenaikan

Kota Surabaya 948,500.00 1,031,500.00 8.75%

Kab. Gresik 971,624.00 1,010,400.00 3.99%

Kab. Mojokerto 971,624.00 1,009,150.00 3.86%

Kota Malang 945,373.00 1,006,263.00 6.44%

Kab. Sidoarjo 955,000.00 1,005,000.00 5.24%

Kab. Pasuruan 955,000.00 1,005,000.00 5.24%

Kab. Malang 954,500.00 1,000,005.00 4.77%

Kota Batu 879,000.00 989,000.00 12.51%

Kota Kediri 856,000.00 906,000.00 5.84%

Kab. Pamekasan 750,000.00 900,000.00 20.00%

Kab. Lamongan 760,000.00 875,000.00 15.13%

Kab. Kediri 825,000.00 871,000.00 5.58%

Kab. Tuban 798,000.00 870,000.00 9.02%

Kota Pasuruan 805,000.00 865,000.00 7.45%

Kab. Jember 770,000.00 830,000.00 7.79%

Kab. Bojonegoro 740,000.00 825,000.00 11.49%

Kab. Banyuwangi 744,000.00 824,000.00 10.75%

Kota Mojokerto 760,000.00 805,000.00 5.92%

Kab. Jombang 752,500.00 790,000.00 4.98%

Kab. Bangkalan 715,000.00 775,000.00 8.39%

Kab. Probolinggo 682,500.00 744,000.00 9.01%

Kota Probolinggo 682,500.00 741,000.00 8.57%

Kab. Sumenep 690,000.00 730,000.00 5.80%

Kab. Sampang 650,000.00 690,000.00 6.15%

Kab. Lumajang 655,000.00 688,000.00 5.04%

Kota Madiun 645,000.00 685,000.00 6.20%

Kab. Bondowoso 620,000.00 668,000.00 7.74%

Kab. Ngawi 635,000.00 665,000.00 4.72%

Kota Blitar 572,500.00 663,000.00 15.81%

Kab. Madiun 620,000.00 660,000.00 6.45%

Kab. Situbondo 610,000.00 660,000.00 8.20%

Kab. Blitar 570,000.00 655,000.00 14.91%

Kab. Nganjuk 625,000.00 650,000.00 4.00%

Kab. Magetan 645,000.00 650,000.00 0.78%

PERIODE

KAB/KOTA

Sumber : Depnakertrans RI

Page 106: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 6 – Kesejahteraan Masyarakat

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010 85

Tabel 6.3 Penempatan TKI Jawa Timur Berdasarkan Negara Tujuan Tahun 2008 – 2009

Sumber : BNP2TKI Prov. Jawa Timur

Sementara itu, data transfer dana TKI ke Jawa Timur pada

triwulan I-2010 mengalami peningkatan dibandingkan periode

yang sama tahun 2009. Dengan demikian, meskipun cukup banyak

kasus TKI ilegal dari Jawa Timur (yang berdampak pada

pemulangan ribuan TKI dari Malaysia dan Timur Tengah), namun

seiring upaya perbaikan kualitas TKI yang dikirim, diharapkan dapat

menjadi salah satu solusi guna menekan angka pengangguran di

Jawa Timur.

Gambar 6.3 Nilai Remitansi TKI Jawa Timur per Triwulan

Sumber : Survei Remitansi TKI, KBI Surabaya

6.2.4. Upaya Pemerintah Daerah dan Dinas Terkait

Ancaman PHK pasca kenaikan cukai rokok di wilayah Jawa

Timur segera ditindaklanjuti oleh Disnakertransduk Jatim dengan

L P JML % L P JML %

1 Arab Saudi 403 0 403 0,68 53 2 55 0,12

2 Malaysia 16.444 10.302 26.746 44,93 8.96 5.376 14.336 30,88

3 Singapura 0 3.454 3.454 5,80 0 3.593 3.593 7,74

4 Hongkong 6 13.61 13.616 22,87 7 14.01 14.017 30,20

5 Taiw an 332 11.51 11.842 19,89 238 11.526 11.764 25,34

6 Brunei D. 1.749 1.149 2.898 4,87 1235 497 1732 3,73

7 Uni Emirat Arab 34 1 35 0,06 0 18 18 0,04

8 Qatar 125 0 125 0,21 290 19 309 0,67

9 Yordania 0 0 0 0,00 0 12 12 0,03

10 Abu Dhabi 66 0 66 0,11 248 7 255 0,55

11 Bahrain 27 0 27 0,05 102 0 102 0,22

12 Yaman 69 0 69 0,12 1 0 1 0,00

13 Macau 0 213 213 0,36 0 218 218 0,47

14 Rumania 5 0 5 0,01 0 0 0 0,00

15 Maldives 0 2 2 0,00 0 0 0 0,00

16 Belanda 0 1 1 0,00 0 0 0 0,00

17 New Zealand 9 0 9 0,02 0 0 0 0,00

18 Sychelles 14 0 14 0,02 6 0 6 0,01

19.283 40.242 59.525 100,00 11.14 35.278 46.418 100,00

TAHUN PENEMPATAN

JUMLAH

No Negara Tujuan

2008 2009

731.13

1,522.59

2,354.10

3,182.20

662.41

1,371.94

2,074.59

2,759.40

589.12

1,248.71

2,031.12

2,653.37

755.76

1,491.96

2,133.09

2,888.31

683.32

1,590.13

2,428.52

3,149.55

713.57

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2005 2006 2007 2008 2009 2010

(Rp

juta

)

Posisi Transfer Dana TKI Jawa Timur

Page 107: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 6 – Kesejahteraan Masyarakat

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010 86

melakukan pembinaan bagi para buruh perusahaan tembakau yang

terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dengan

memanfaatkan Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCT). Bentuk

pelatihan dan pembinaan tersebut diharapkan dapat memberikan

bekal keterampilan bagi para korban PHK untuk berwirausaha

sesuai dengan potensi yang terdapat di masing-masing daerah.

Selain itu, terkait upaya peningkatan kualitas TKI,

pemerintah provinsi Jawa Timur berupaya menjalin kerjasama

dengan beberapa negara (diantaranya Timur Tengah) guna

mengirimkan tenaga kerja berkeahlian khusus sesuai dengan

potensi tenaga ahli yang dapat dicetak di Jawa Timur.

6.3 .KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN

Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur

mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pola

yang mirip ini, cenderung diakibatkan oleh faktor cuaca yang

memasuki musim hujan di akhir tahun 2009. Perkembangan

kesejahteraan di sektor pertanian dan perikanan pada awal tahun ini

cenderung sama dengan tahun sebelumnya.

Secara keseluruhan kondisi kesejahteraan petani Jawa Timur di

triwulan I-2010 sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, yang

dimungkinkan disebabkan oleh beberapa faktor seperti meningkatnya biaya

produksi (harga pupuk, sewa tanah). Sementara itu, kondisi kesejahteraan

nelayan relatif stabil, yang menunjukkan adanya kestabilan biaya produksi

dan harga komoditas ikan.

6.3.1. Kesejahteraan Petani

Kesejahteraan Petani yang diindikasikan melalui perubahan

nilai tukar petani (NTP) pada triwulan I-2010 mengalami penurunan

jika dibandingkan dengan periode sebelumnya (lihat grafik 6.5).

Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang

diterima petani (It) lebih rendah daripada kenaikan indeks harga

yang dibayar petani (Ib).

Page 108: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 6 – Kesejahteraan Masyarakat

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010 87

Kondisi tersebut terjadi, karena di awal tahun 2010, sektor

pertanian masih berada pada musim tanam (sebagai akibat

pergeseran musim karena perubahan cuaca), sehingga

mengakibatkan menurunnya nilai imbal jasa petani dibandingkan

dengan biaya produksi dan konsumsi hidup yang tetap harus

dikeluarkan. Selain itu, relatif rendahnya harga Gabah Kering Giling

(GKG) serta beberapa komoditas pertanian lainnya pada saat musim

panen juga memberikan tekanan pada potensi kenaikan It.

Gambar 6.4 NTP Nasional & Gambar 6.5 NTP & Pertumbuhan Jawa Timur (Nasional & Jatim)

92

94

96

98

100

102

104

106

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2008 2009 2010

NTP"Nasional NTP"Jatim

!6

!5

!4

!3

!2

!1

0

1

2

3

4

92

94

96

98

100

102

104

I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010

Nasional Jatim g"NTP"Nasional g"NTP"Jatim

Sumber: BPS Jawa Timur Sumber : BPS Jawa Timur

Gambar 6.6 It & Pertumbuhan Gambar 6.7 Ib & Pertumbuhan

!6

!4

!2

0

2

4

6

8

10

95

100

105

110

115

120

125

130

I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010

It"Nasional It"Jatim g"It"Nasional g"It"Jatim

!1

0

1

2

3

4

5

6

95

100

105

110

115

120

125

130

I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010

Ib"Nasional Ib"Jatim g"Ib"Nasional g"Ib"Jatim

Sumber: BPS Jawa Timur Sumber : BPS Jawa Timur

6.3.2. Kesejahteraan Nelayan

Kondisi kesejahteraan nelayan yang dtercermin pada Nilai

Tukar Nelayan (NTN) Provinsi Jawa Timur pada triwulan I-2010,

relatif tetap dibandingkan triwulan sebelumnya (lihat gambar 6.9).

Hal ini disebabkan harga komoditas ikan dan biaya produksi masih

relatif tidak mengalami perubahan. Jika dibandingkan dengan

kondisi nasional, NTN Jawa Timur lebih baik, yang disebabkan oleh

Page 109: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 6 – Kesejahteraan Masyarakat

Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I - 2010 88

masih rendahnya biaya produksi dan harga barang konsumsi

dibandingkan dengan hasil tangkapan.

Gambar 6.8 NTN Nasional & Jawa Timur Gambar 6.9 NTN & Pertumbuhan (Nasional & Jatim)

90

100

110

120

130

140

150

160

I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010

NTN"Nasional NTN"Jatim

!8

!6

!4

!2

0

2

4

6

8

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010

Nasional Jatim g"NTN"Nasional g"NTN" Jatim

Sumber: BPS Jawa Timur Sumber : BPS Jawa Timur

Page 110: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 7 – Prospek Ekonomi dan Harga

_________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

8989

7 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA

7.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR

Pada triwulan II-2009, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur

diproyeksikan akan kembali tumbuh lebih tinggi dan berada di

kisaran 5,40 – 5,90%. Konsumsi masyarakat diperkirakan tetap kuat dan

terus meningkat seiring landainya suku bunga kredit perbankan. Dari hasil

liaison diketahui bahwa sejumlah perusahaan manufaktur di Jawa Timur

mengagendakan investasi di triwulan II meskipun nilainya bervariasi. Di

sektor publik, investasi berupa relokasi tol Porong-Gempol dan beberapa

proyek infrastruktur lainnya sedang dikerjakan hingga beberapa tahun ke

depan. Ekspor diprediksi terus membaik seiring berlanjutnya pemulihan

ekonomi global dan membaiknya permintaan dari negara partner dagang.

Sebagai konsekuensinya, Impor juga diperkirakan turut menguat. Rencana

kenaikan Tarif Dasar Listrik diprediksi tidak terlalu signifikan menganggu

inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Faktor lain yang patut diperhitungkan

dampaknya terhadap ekonomi pada triwulan II-2010 adalah rencana

kenaikan harga pupuk hingga 80%.

Secara umum, ekonomi Jawa Timur di tahun 2010 diprediksi akan

tumbuh di kisaran 5,5 – 6,0% atau hampir menyamai kondisi

sebelum terjadinya krisis global. Angka ini merupakan revisi naik dari

proyeksi sebelumnya yang hanya 5,0 – 5,5%. Sebanyak 18 Pilkada yang

diagendakan untuk berlangsung di tahun 2010 diharapkan akan

mendongkrak aktivitas konsumsi. Sebagian besar perusahaan responden

liaison optimis akan meraih kinerja yang jauh lebih baik di tahun 2010,

meskipun mungkin belum seperti saat-saat terbaik yang dialami pada tahun

2007. Sementara itu, perbankan Jawa Timur menargetkan pertumbuhan

kredit di 2010 sebesar 20% (yoy). Target sebesar ini memberi tambahan

keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi 6% dapat tercapai mengingat

kredit perbankan selama ini berperan signifikan dalam pembiayaan

ekonomi Jawa Timur. Namun demikian, semua prediksi ini hanya dapat

tercapai bila laju pemulihan ekonomi berlangsung sesuai harapan dan tidak

Page 111: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 7 – Prospek Ekonomi dan Harga

_________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

9090

terjadi goncangan terhadap stabilitas makroekonomi nasional (misalnya

dalam bentuk kenaikan harga BBM dan lain-lain). Faktor risiko lainnya di

tahun 2010 adalah “exit policy” dari negara-negara G-20 dalam menyerap

kembali likuiditas mereka yang sempat disalurkan untuk mengatasi krisis

global. Exit policy yang serentak dan dalam jumlah besar berpotensi

mengganggu proses pemulihan.

7.2 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR

Memasuki triwulan II-2010, inflasi diperkirakan sedikit

meningkat dan berada di kisaran 4,0% - 4,5% (yoy). Tekanan inflasi

dari kelompok volatile foods diyakini masih relatif stabil dan tidak terdapat

tekanan yang signifikan. Kecukupan pasokan akibat musim panen pada

periode Maret – Mei 2010 akan menahan peningkatan harga komoditas

bahan makanan. Meskipun musim/cuaca yang tidak stabil menyebabkan

realisasi hasil panen beberapa produk pertanian pada semester I-2010 lebih

rendah dibandingkan target yang ditetapkan, namun hal tersebut tidak

signifikan mempengaruhi harga komoditas pertanian.

Dari sisi lain, pergerakan inflasi inti (core inflation) selama triwulan II-

2010 diperkirakan juga masih stabil. Hal ini setidaknya tercermin dari

ekspektasi inflasi masyarakat untuk jangka waktu 3 bulan yang akan

datang relatif terjaga serta nilai tukar rupiah yang stabil. Disamping itu,

kesenjangan permintaan dan penawaran yang tercermin pada output gap

belum mengalami peningkatan yang berarti.

Sumber: Survei Konsumen KBI Surabaya

Gambar 7.2 Indeks Penghasilan Saat ini dan Ekspektasi Penghasilan

Gambar 7.1

Estimasi Realisasi Usaha TwII-2010

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

Tw

II*

2006 2007 2008 2009 2010

TOTAL Pertanian

Industri PHR

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Indeks Penghasilan Saat Ini

Ekspektasi Penghasilan

Sumber: SKDU KBI Surabaya

Page 112: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Bab 7 – Prospek Ekonomi dan Harga

_________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan I-2010

91

kesenjangan permintaan dan penawaran yang tercermin pada output gap

belum mengalami peningkatan yang berarti.

Tekanan inflasi dari kelompok administered price diperkirakan sedikit

mengalami peningkatan akibat rencana kenaikan tarif dasar listrik yang

dapat memberikan dampak langsung maupun tidak langsung meskipun

tidak terlalu signifikan.

Faktor lain yang perlu diperhatikan dan dapat mendorong inflasi pada

triwulan II-2010 adalah tren peningkatan harga komoditas di pasar dunia

yang pada akhirnya dapat membawa dampak pada peningkatan harga-

harga di dalam negeri.

Page 113: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

���

����������������

Page 114: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

���

Lampiran 1.1. PDRB SEKTORAL JAWA TIMUR Berdasarkan Harga Berlaku (Rp. Juta)

2008 TOTAL

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV** 2009

I. Pertanian 22,222,655.36 33,968,404.73 26,357,325.39 29,140,128.71 23,905,878.72 113,371,737.55

1.1. Tanaman Bahan Makanan 9,069,431.48 23,450,329.75 14,177,150.78 12,208,959.45 9,601,970.36 59,438,410.35

1.2. Tanaman Perkebunan 3,974,302.06 2,933,340.44 3,383,167.94 7,762,425.08 4,342,791.39 18,421,724.85

1.3. Peternakan 5,214,482.03 4,600,224.00 4,668,365.34 5,383,441.97 5,645,813.56 20,297,844.87

1.4. Kehutanan 283,411.17 621,428.48 764,731.13 344,242.98 304,020.26 2,034,422.85

1.5. Perikanan 3,681,028.62 2,363,082.05 3,363,910.20 3,441,059.23 4,011,283.15 13,179,334.620.00

II. Pertambangan Dan Penggalian 3,825,185.98 2,513,080.96 3,419,239.73 4,883,067.37 4,147,646.41 14,963,034.46

2.1. Pertambangan Migas 483,239.21 461,918.61 632,812.85 692,446.91 653,686.38 2,440,864.74

2.2. Pertambangan Non Migas 231,299.54 229,797.17 217,534.48 254,090.73 250,432.18 951,854.56

2.3. Penggalian 3,110,647.23 1,821,365.18 2,568,892.40 3,936,529.73 3,243,527.85 11,570,315.170.00

III. Industri Pengolahan 47,530,354.31 45,782,181.72 46,722,337.49 49,612,667.27 50,862,861.60 192,980,048.08

3.1. Makanan Minuman &Tembakau 25,864,978.03 24,992,326.65 25,667,264.99 26,498,227.33 27,745,827.51 104,903,646.48

3.2. Tekstil, Brng dr Kulit & Alas kaki 1,664,333.45 1,765,030.43 1,587,225.92 1,482,841.26 1,733,932.55 6,569,030.15

3.3. Brng dr Kayu & Hsl Hutan lain 1,948,483.64 1,384,340.37 1,395,796.05 1,725,696.38 2,061,401.78 6,567,234.58

3.4. Kertas dan Barang Cetakan 5,507,767.16 5,994,759.45 6,373,290.81 6,412,029.44 5,898,553.16 24,678,632.84

3.5. Pupuk, Kimia & Brng dr Karet 3,849,214.61 4,308,400.93 3,353,958.19 3,570,076.68 4,127,050.92 15,359,486.72

3.6. Semen & Brng Galian bkn Logam 1,588,504.17 1,393,393.40 1,507,595.12 1,790,115.54 1,652,867.18 6,343,971.24

3.7. Logam dasar besi dan baja 2,993,749.78 3,577,538.20 4,050,280.47 4,289,722.09 3,234,800.53 15,152,341.29

3.8. Alat Angk Mesin & Peralatanya 1,592,730.27 946,480.18 1,243,159.63 1,327,271.46 1,705,046.43 5,221,957.70

3.9. Barang lainnya 2,520,593.19 1,419,912.10 1,543,766.32 2,516,687.10 2,703,381.57 8,183,747.090.00

IV. Listrik, Gas dan Air Bersih 2,758,109.75 2,934,380.19 3,098,524.93 3,496,242.67 2,935,734.15 12,464,881.93

4.1. Listrik 1,700,010.31 2,108,197.27 2,064,234.94 2,160,788.39 1,736,478.59 8,069,699.19

4.2. Gas Kota 917,378.11 688,134.01 888,287.42 1,189,708.78 1,047,203.63 3,813,333.84

4.3. Air Bersih 140,721.33 138,048.91 146,002.57 145,745.50 152,051.93 581,848.900.00

V. Konstruksi 5,455,606.79 5,057,800.52 6,018,522.96 6,388,875.69 6,053,093.93 23,518,293.090.00

VI. Perdagangan , Hotel & Restoran 50,637,112.15 46,761,669.59 52,397,254.02 50,664,597.81 54,899,715.66 204,723,237.08

6.1. Perdagangan 41,764,646.89 38,558,870.68 42,482,310.93 40,779,079.70 45,085,688.08 166,905,949.39

6.2. H o t e l 1,071,505.40 605,452.90 1,191,783.95 1,228,186.30 1,189,926.03 4,215,349.18

6.3. Restoran 7,800,959.86 7,597,346.01 8,723,159.14 8,657,331.81 8,624,101.54 33,601,938.500.00

VII. Pengangkutan Dan Komunikasi 9,203,895.41 9,333,315.43 9,470,366.74 10,324,671.55 10,403,758.22 39,532,111.93

7.1. Angkutan 6,500,165.13 6,140,334.57 6,299,371.84 6,980,072.27 7,044,324.67 26,464,103.35

a. Angkutan Rel 101,830.50 81,291.42 86,821.64 127,652.16 107,107.15 402,872.37

b. Angkutan Jalan Raya 2,804,273.66 2,739,320.17 2,778,594.56 2,976,442.91 2,893,500.04 11,387,857.67

c. Angkutan Laut 669,065.01 389,541.07 545,275.48 644,745.55 728,732.22 2,308,294.33

d. Angkutan Penyebrangan 76,615.69 67,147.38 61,758.16 39,796.96 27,978.52 196,681.03

e. Angkutan Udara 898,151.37 922,382.41 861,492.24 1,187,155.19 1,131,652.76 4,102,682.60

f. Jasa Penunjang Angkutan 1,950,228.90 1,940,652.12 1,965,429.76 2,004,279.50 2,155,353.98 8,065,715.35

7.2. Komunikasi 2,703,730.28 3,192,980.86 3,170,994.90 3,344,599.28 3,359,433.54 13,068,008.580.00

VIII. Keuangan, Persewaan & Js Persh 7,589,631.64 7,470,386.98 8,452,468.67 8,829,481.45 8,418,709.85 33,171,046.95

8.1. B a n k 1,611,564.71 1,367,863.56 1,760,614.26 1,862,628.15 1,772,527.79 6,763,633.76

8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank 977,482.17 1,024,444.03 1,109,586.39 1,315,212.52 1,114,134.18 4,563,377.11

8.4. Sewa Bangunan 2,942,938.50 2,963,106.13 3,083,637.47 3,280,468.15 3,290,205.24 12,617,416.99

8.5. Jasa Perusahaan 2,057,646.26 2,114,973.26 2,498,630.55 2,371,172.64 2,241,842.64 9,226,619.090.00

IX. Jasa - Jasa 13,586,140.72 13,512,046.30 14,229,322.26 14,837,538.57 15,018,011.55 57,596,918.67

9.1. Pemerintahan Umum 6,467,043.95 5,470,121.87 6,216,867.07 6,973,028.51 7,172,714.85 25,832,732.29

9.2. Swasta 7,119,096.78 8,041,924.43 8,012,455.19 7,864,510.06 7,845,296.70 31,764,186.38

a. Jasa Sosial Kemasyarakatan 1,325,815.22 1,356,270.66 1,512,865.09 1,512,051.99 1,489,577.26 5,870,765.00

b. Jasa Hiburan Dan Kebudayaan 476,160.85 376,210.72 475,719.59 513,211.94 569,735.03 1,934,877.28

c. Jasa Perorangan Dan RT 5,317,120.71 6,309,443.05 6,023,870.51 5,839,246.13 5,785,984.41 23,958,544.110.00

Produk Domestik Regional Bruto 162,808,692.11 167,333,266.40 170,165,362.18 178,177,271.08 176,645,410.09 692,321,309.75

Sumber : BPS Jawa Timur

**) Data Triwulan IV-2009 adalah Angka Sementara

2009No. Sektor/Subsektor

Page 115: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

���

2008 TOTAL

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 2009

I. Pertanian 9,835,994.16 15,515,640.03 12,286,576.23 13,132,142.62 10,215,493.22 51,149,852.10

1.1. Tanaman Bahan Makanan 4,167,230.54 10,811,723.46 6,992,728.03 5,708,325.49 4,297,456.49 27,810,233.47

1.2. Tanaman Perkebunan 1,872,833.01 1,568,318.26 1,681,929.25 3,721,108.76 1,956,234.01 8,927,590.27

1.3. Peternakan 2,198,804.52 1,950,874.40 2,018,663.08 2,256,692.61 2,291,660.65 8,517,890.75

1.4. Kehutanan 90,903.01 198,618.25 247,143.86 98,923.46 89,762.17 634,447.75

1.5. Perikanan 1,506,223.08 986,105.65 1,346,112.01 1,347,092.30 1,580,379.90 5,259,689.860.00

II. Pertambangan Dan Penggalian 1,772,991.86 1,513,698.90 1,783,789.52 1,872,893.57 1,920,409.40 7,090,791.39

2.1. Pertambangan Migas 295,843.53 270,698.98 339,170.71 370,641.53 379,310.46 1,359,821.68

2.2. Pertambangan Non Migas 135,385.16 131,579.36 118,978.99 138,106.18 142,441.89 531,106.42

2.3. Penggalian 1,341,763.17 1,111,420.55 1,325,639.82 1,364,145.86 1,398,657.05 5,199,863.290.00

III. Industri Pengolahan 20,452,081.05 19,737,785.29 19,913,712.97 20,840,510.51 21,068,509.51 81,560,518.28

3.1. Makanan Minuman &Tembakau 10,786,343.53 10,398,456.36 10,656,030.66 10,787,725.84 11,132,800.89 42,975,013.74

3.2. Tekstil, Brng dr Kulit & Alas kaki 653,349.76 705,405.70 632,528.07 625,939.42 660,085.80 2,623,958.99

3.3. Brng dr Kayu & Hsl Hutan lain 669,851.93 480,963.20 464,770.83 554,620.46 670,059.80 2,170,414.29

3.4. Kertas dan Barang Cetakan 3,031,792.32 3,130,347.91 3,270,374.28 3,279,096.96 3,123,032.70 12,802,851.86

3.5. Pupuk, Kimia & Brng dr Karet 1,722,280.64 2,013,527.19 1,560,962.72 1,631,709.59 1,797,293.37 7,003,492.86

3.6. Semen & Brng Galian bkn Logam 781,332.47 609,989.47 648,973.09 772,224.11 786,874.40 2,818,061.06

3.7. Logam dasar besi dan baja 1,188,493.91 1,450,209.79 1,607,185.46 1,711,333.75 1,224,727.52 5,993,456.52

3.8. Alat Angk Mesin & Peralatanya 618,916.36 364,794.28 481,825.77 509,375.32 637,404.14 1,993,399.51

3.9. Barang lainnya 999,720.12 584,091.40 591,062.08 968,485.07 1,036,230.90 3,179,869.440.00

IV. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,348,484.57 1,308,339.00 1,327,449.80 1,426,855.88 1,385,866.69 5,448,511.37

4.1. Listrik 1,016,780.19 1,047,124.73 1,002,322.02 1,037,173.46 1,030,425.38 4,117,045.58

4.2. Gas Kota 264,738.82 196,295.24 256,814.73 320,675.77 286,508.30 1,060,294.04

4.3. Air Bersih 66,965.56 64,919.04 68,313.05 69,006.65 68,933.01 271,171.750.00

V. Konstruksi 2,452,231.73 2,183,221.91 2,478,894.96 2,556,766.72 2,563,619.45 9,782,503.040.00

VI. Perdagangan , Hotel & Restoran 25,541,193.82 23,226,069.93 25,897,061.32 24,984,651.78 27,018,944.36 101,126,727.39

6.1. Perdagangan 20,846,361.38 19,052,674.04 20,977,480.74 20,104,338.53 21,963,319.82 82,097,813.13

6.2. H o t e l 683,360.39 385,800.17 756,082.38 780,726.01 726,275.42 2,648,883.97

6.3. Restoran 4,011,472.05 3,787,595.72 4,163,498.21 4,099,587.25 4,329,349.12 16,380,030.300.00

VII. Pengangkutan Dan Komunikasi 4,661,842.35 4,866,477.27 4,974,188.32 5,270,659.50 5,207,419.84 20,318,744.93

7.1. Angkutan 3,091,463.37 3,023,373.98 3,075,547.03 3,284,502.74 3,292,685.01 12,676,108.75

a. Angkutan Rel 54,750.72 43,689.36 46,698.91 64,449.37 56,355.56 211,193.20

b. Angkutan Jalan Raya 1,168,438.13 1,140,240.31 1,141,062.28 1,224,219.55 1,201,446.51 4,706,968.64

c. Angkutan Laut 287,152.56 163,702.12 223,709.16 267,635.04 305,886.96 960,933.28

d. Angkutan Penyebrangan 31,037.32 27,310.94 24,839.11 16,369.50 11,128.70 79,648.24

e. Angkutan Udara 471,480.16 578,520.19 538,547.44 611,176.32 566,865.78 2,295,109.73

f. Jasa Penunjang Angkutan 1,078,604.49 1,069,911.07 1,100,690.13 1,100,652.97 1,151,001.50 4,422,255.67

7.2. Komunikasi 1,570,378.98 1,843,103.30 1,898,641.29 1,986,156.76 1,914,734.83 7,642,636.180.00

VIII. Keuangan, Persewaan & Js Persh 4,051,843.49 3,813,462.97 4,322,835.06 4,486,185.92 4,298,111.54 16,920,595.49

8.1. B a n k 1,069,293.14 780,871.53 1,092,043.27 1,104,864.26 1,132,153.26 4,109,932.33

8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank 457,716.18 483,946.06 526,288.90 597,264.52 498,703.08 2,106,202.55

8.4. Sewa Bangunan 1,507,445.33 1,506,928.81 1,516,701.69 1,619,459.65 1,601,382.29 6,244,472.43

8.5. Jasa Perusahaan 1,017,388.84 1,041,716.57 1,187,801.20 1,164,597.48 1,065,872.92 4,459,988.170.00

IX. Jasa - Jasa 6,542,821.30 6,055,597.24 6,499,034.74 6,877,662.27 6,979,682.03 26,411,976.27

9.1. Pemerintahan Umum 3,023,565.75 2,421,579.68 2,764,782.11 3,114,061.40 3,215,309.71 11,515,732.90

9.2. Swasta 3,519,255.55 3,634,017.55 3,734,252.63 3,763,600.87 3,764,372.32 14,896,243.37

a. Jasa Sosial Kemasyarakatan 549,950.52 558,592.60 606,717.95 607,756.11 595,163.05 2,368,229.71

b. Jasa Hiburan Dan Kebudayaan 226,736.61 173,420.05 222,896.80 244,649.38 256,269.76 897,235.99

c. Jasa Perorangan Dan RT 2,742,568.42 2,902,004.90 2,904,637.88 2,911,195.37 2,912,939.52 11,630,777.670.00

Produk Domestik Regional Bruto 76,659,484.32 78,220,292.55 79,483,542.93 81,448,328.77 80,658,056.03 319,810,220.28

Sumber : BPS Jawa Timur

**) Data Triwulan IV-2009 adalah Angka Sementara

2009No. Sektor/Subsektor

Lampiran 1.2. PDRB SEKTORAL JAWA TIMUR

Berdasarkan Harga Konstan (Rp. Juta)

Page 116: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

���

Lampiran 1.3. PERTUMBUHAN PDRB SEKTORAL JAWA TIMUR (YOY)

����� �������������������������

Kumulatif Kumulatif

Tw I Tw II Tw III Tw IV 2008 Tw I Tw II Tw III Tw IV** 2009**

I. Pertanian 3.68 3.77 2.45 2.34 3.12 2.83 3.06 4.30 3.86 3.46

1.1. Tanaman Bahan Makanan 3.28 3.11 3.02 0.23 2.70 3.08 2.34 2.03 3.13 2.68

1.2. Tanaman Perkebunan 0.19 3.66 -1.61 2.43 0.57 0.87 3.12 7.98 4.45 4.97

1.3. Peternakan 1.83 3.71 4.48 4.87 3.78 3.73 4.36 4.70 4.22 4.27

1.4. Kehutanan 84.46 20.41 29.20 -10.42 31.39 -11.81 9.08 -1.89 -1.26 -1.41

1.5. Perikanan 7.11 4.96 6.44 5.56 5.92 4.95 3.81 4.15 4.92 4.45

II. Pertambangan Dan Penggalian 7.70 8.81 10.00 10.62 9.36 7.85 6.20 7.89 8.31 7.57

2.1. Pertambangan Migas 14.99 18.96 23.53 22.34 20.22 22.65 23.41 26.44 28.21 25.39

2.2. Pertambangan Non Migas 2.15 4.65 8.17 11.87 6.78 5.98 8.96 4.34 5.21 5.99

2.3. Penggalian 6.97 7.22 7.55 8.21 7.52 4.99 2.31 4.10 4.24 3.86

III. Industri Pengolahan 5.46 4.63 5.09 2.40 4.36 2.24 2.59 2.58 3.01 2.61

3.1. Makanan Minuman &Tembakau 5.70 3.59 3.75 3.27 4.05 2.34 2.72 3.01 3.21 2.83

3.2. Tekstil, Brng dr Kulit & Alas kaki 3.45 -1.44 1.97 -21.00 -5.07 -9.65 -6.05 1.21 1.03 -3.74

3.3. Brng dr Kayu & Hsl Hutan lain 2.92 -1.13 -0.67 -4.05 -0.99 -9.45 -5.47 -2.46 0.03 -4.02

3.4. Kertas dan Barang Cetakan 6.24 8.16 10.30 5.08 7.46 10.87 5.14 3.61 3.01 5.54

3.5. Pupuk, Kimia & Brng dr Karet 4.78 4.66 5.35 4.92 4.92 2.68 5.98 2.54 4.36 3.79

3.6. Semen & Brng Galian bkn Logam 3.99 3.55 4.47 15.48 6.98 1.35 3.01 -3.08 0.71 0.29

3.7. Logam dasar besi dan baja 4.77 4.96 4.23 -1.34 3.40 -4.88 0.03 2.19 3.05 -0.02

3.8. Alat Angk Mesin & Peralatanya 9.78 23.85 21.68 0.46 12.35 3.17 1.55 4.01 2.99 2.93

3.9. Barang lainnya 5.67 4.56 3.61 2.22 3.70 2.65 2.12 3.11 3.65 3.02

IV. Listrik, Gas dan Air Bersih 3.87 5.11 4.31 -0.58 3.11 -0.15 3.68 3.72 2.77 2.52

4.1. Listrik 6.56 4.80 3.10 -0.83 3.36 -1.50 2.07 2.43 1.34 1.05

4.2. Gas Kota -9.16 6.29 7.95 -0.93 1.50 5.92 10.54 7.95 8.22 8.26

4.3. Air Bersih 3.56 5.70 7.33 4.77 5.35 4.93 3.48 4.53 2.94 3.95

V. Konstruksi 2.54 2.96 2.82 2.50 2.71 4.02 4.09 4.15 4.54 4.21

VI. Perdagangan , Hotel & Restoran 7.87 8.40 8.52 7.97 8.19 5.53 5.07 5.75 5.79 5.53

6.1. Perdagangan 8.15 8.64 8.76 8.17 8.43 5.45 4.86 5.37 5.36 5.25

6.2. H o t e l 3.94 4.24 5.67 5.45 4.94 4.98 5.13 6.55 6.28 5.84

6.3. Restoran 6.88 7.94 7.89 7.35 7.52 5.99 6.12 7.53 7.92 6.91

VII. Pengangkutan Dan Komunikasi 8.34 8.15 8.99 8.04 8.38 12.19 11.91 12.94 11.70 12.20

7.1. Angkutan 5.08 2.27 2.90 1.66 2.93 5.73 6.60 7.94 6.51 6.72

a. Angkutan Rel 8.33 7.73 15.67 14.32 11.98 9.04 4.53 2.93 2.93 5.28

b. Angkutan Jalan Raya 2.16 2.23 2.65 2.80 2.47 3.09 3.28 2.96 2.83 3.04

c. Angkutan Laut 0.39 -0.28 11.45 2.43 3.71 1.66 1.07 4.64 6.52 3.85

d. Angkutan Penyebrangan 6.26 10.77 16.38 17.02 13.34 16.03 -8.92 -65.24 -64.14 -38.23

e. Angkutan Udara 12.68 -5.82 -8.26 -8.92 -2.98 13.71 19.16 33.96 20.23 21.54

f. Jasa Penunjang Angkutan 5.44 6.45 5.59 4.53 5.49 4.88 6.35 6.63 6.71 6.15

7.2. Komunikasi 15.26 21.03 22.60 23.26 20.55 24.68 21.73 22.31 21.93 22.63

VIII. Keuangan, Persewaan & Js Persh 8.26 8.70 8.07 7.20 8.05 7.64 5.08 5.71 6.08 6.07

8.1. B a n k 8.72 7.14 7.65 6.56 7.41 6.69 6.02 6.96 5.88 6.36

8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank 6.62 8.96 11.56 9.87 9.34 7.65 7.04 8.66 8.95 8.09

8.4. Sewa Bangunan 9.79 11.83 8.73 7.77 9.48 7.93 5.19 5.75 6.23 6.25

8.5. Jasa Perusahaan 6.53 6.26 5.96 5.88 6.15 7.95 3.27 3.05 4.77 4.63

IX. Jasa - Jasa 5.15 6.17 6.20 7.64 6.32 5.75 6.75 6.43 6.68 6.42

9.1. Pemerintahan Umum 2.87 5.19 5.02 8.94 5.65 4.30 6.87 6.07 6.34 5.96

9.2. Swasta 6.76 6.91 7.19 6.54 6.85 6.74 6.66 6.73 6.97 6.78

a. Jasa Sosial Kemasyarakatan 7.96 7.92 6.88 6.29 7.25 8.23 8.23 8.11 8.22 8.20

b. Jasa Hiburan Dan Kebudayaan 5.72 12.46 15.76 10.69 11.40 7.42 9.73 12.14 13.03 10.84

c. Jasa Perorangan Dan RT 6.60 6.31 6.63 6.26 6.45 6.42 6.11 6.02 6.21 6.19

Produk Domestik Regional Bruto 5.99 6.27 6.17 5.35 5.94 4.54 4.63 5.14 5.22 4.88

Sumber : BPS Jawa Timur

**) Angka Sementara

2008 2009No. Sektor/Subsektor

Page 117: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

���

��� ������

������������������������������������

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

UMUM 0.33 0.30 1.05 0.52 -0.20

BAHAN MAKANAN 0.50 0.77 1.44 1.08 -1.03

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya -0.91 0.31 1.57 4.80 -4.72

Daging dan Hasil-hasilnya -0.69 -1.21 5.94 -1.08 0.02

Ikan Segar -0.23 -1.00 2.26 -0.76 -2.12

Ikan Diawetkan -1.39 1.77 0.72 -1.94 -0.02

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 1.91 0.53 -3.17 3.65 2.57

Sayur-sayuran -0.62 5.58 -1.63 0.29 4.06

Kacang - kacangan 0.52 -0.07 -0.01 0.39 0.06

Buah - buahan 3.80 1.19 3.91 -2.76 2.68

Bumbu - bumbuan 5.63 7.00 1.79 0.56 -5.05

Lemak dan Minyak -0.72 -0.86 0.25 1.16 -0.48

Bahan Makanan Lainnya 0.10 -0.01 0.65 0.00 0.42

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 0.47 0.33 1.02 0.81 0.20

Makanan Jadi 0.15 0.02 0.36 0.40 0.04

Minuman yang Tidak Beralkohol 1.65 1.32 3.91 1.97 -0.21

Tembakau dan Minuman Beralkohol 0.45 0.32 0.25 0.99 0.28

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 0.05 0.08 0.28 0.25 0.07

Biaya Tempat Tinggal 0.04 0.27 0.25 0.15 0.02

Bahan Bakar, Penerangan dan Air -0.55 -0.08 0.42 0.48 0.06

Perlengkapan Rumahtangga 0.55 0.14 0.41 0.35 0.16

Penyelenggaraan Rumahtangga 1.05 -0.31 0.07 0.12 0.22

SANDANG 0.63 0.40 1.49 1.04 0.04

Sandang Laki-laki 0.13 0.15 0.66 0.08 0.31

Sandang Wanita 0.16 -0.08 0.47 0.02 0.03

Sandang Anak-anak 0.12 -0.01 1.27 -0.03 -0.01

Barang Pribadi dan Sandang Lain 1.33 1.01 2.70 2.62 -0.13

KESEHATAN 0.37 0.13 0.46 0.08 0.12

Jasa Kesehatan 0.33 0.01 0.30 0.04 0.00

Obat-obatan 0.46 0.90 0.11 0.48 0.10

Jasa Perawatan Jasmani 0.00 0.00 2.88 0.00 0.00

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 0.47 -0.18 0.26 -0.09 0.27

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0.03 0.06 1.46 0.02 0.06

Pendidikan 0.00 0.00 2.70 0.00 0.00

Kursus-kursus / Pelatihan 0.08 0.14 0.00 0.00 0.02

Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 0.10 0.14 -0.01 0.04 0.02

Rekreasi 0.03 0.09 0.16 0.03 0.27

Olahraga 0.09 0.28 0.60 0.11 0.00

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 0.33 0.11 1.31 0.05 -0.04

Transpor 0.51 0.15 1.92 0.19 0.01

Komunikasi Dan Pengiriman 0.00 0.00 0.00 -0.41 -0.25

Sarana dan Penunjang Transpor 0.05 0.13 0.49 0.12 0.08

Jasa Keuangan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

2009 2010Kelompok Komoditi

Page 118: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

���

��� ������

��������������������������������������� � ��

Kelompok Komoditas Tw.I-2008 Tw.I-2009 Tw.II-2009 Tw.III-2009 Tw.IV-2009 Tw.I-2010

UMUM 2.87 1.04 -0.21 1.80 0.74 0.65

BAHAN MAKANAN 6.07 2.92 -1.94 3.14 0.55 1.40

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya -2.13 1.34 0.31 1.99 5.53 2.65

Daging dan Hasil-hasilnya 2.41 4.94 -5.63 6.62 -4.04 -1.92

Ikan Segar 5.74 -0.53 -2.34 2.59 -2.08 1.05

Ikan Diawetkan 12.75 6.45 -1.97 0.14 -2.76 0.76

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 7.94 0.50 -1.17 0.51 0.79 -0.16

Sayur-sayuran 5.21 8.14 -4.36 -0.84 -1.39 12.56

Kacang - kacangan 45.15 0.49 -0.30 2.71 0.41 1.38

Buah - buahan 0.89 2.15 2.85 9.05 -5.20 1.43

Bumbu - bumbuan 8.68 17.94 -7.60 8.48 10.02 -1.25

Lemak dan Minyak 9.29 -3.56 -0.77 -1.04 -1.38 -0.15

Bahan Makanan Lainnya 1.88 2.83 0.38 0.88 0.18 0.33

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 4.02 1.81 1.55 1.79 2.07 1.58

Makanan Jadi 5.54 0.93 1.03 0.80 1.88 0.95

Minuman yang Tidak Beralkohol 0.87 5.80 3.75 6.26 2.06 3.13

Tembakau dan Minuman Beralkohol 1.93 1.02 1.11 0.59 2.77 1.10

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 1.66 0.43 0.00 0.29 0.69 0.82

Biaya Tempat Tinggal 3.29 0.52 0.29 0.43 0.58 0.49

Bahan Bakar, Penerangan dan Air -2.07 -0.50 -0.92 0.69 1.08 1.10

Perlengkapan Rumahtangga 2.52 1.59 0.46 0.68 1.09 0.05

Penyelenggaraan Rumahtangga 3.63 1.43 0.59 -1.13 -0.10 1.69

SANDANG 6.37 5.86 -3.55 0.98 2.92 -1.44

Sandang Laki-laki 2.21 0.77 0.96 1.20 0.12 0.52

Sandang Wanita 2.65 0.45 0.15 0.77 0.02 0.07

Sandang Anak-anak 2.08 0.21 0.39 2.16 0.00 -0.02

Barang Pribadi dan Sandang Lain 11.92 15.04 -9.53 0.46 7.58 -4.07

KESEHATAN 2.23 0.84 0.19 0.63 0.43 0.53

Jasa Kesehatan 1.38 0.49 0.10 0.65 0.25 -0.16

Obat-obatan 2.11 1.96 1.27 0.20 0.73 0.73

Jasa Perawatan Jasmani 0.97 0.13 0.03 2.99 0.02 0.70

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 2.96 0.76 -0.34 0.33 0.55 0.44

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0.59 0.27 0.61 4.50 0.46 -0.02

Pendidikan -1.35 0.00 0.00 8.30 0.65 0.00

Kursus-kursus / Pelatihan 1.19 0.56 0.50 1.23 0.44 0.02

Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 1.91 0.42 0.57 0.83 -0.02 0.02

Rekreasi 2.85 0.72 1.87 0.14 0.33 -0.02

Olahraga 1.84 0.22 0.86 0.73 0.11 0.09

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 0.01 -2.18 0.50 1.46 -0.71 0.03

Page 119: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

���

��� ����!�

���������������������"��������������#$#��

2010

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

UMUM 7.52 3.67 2.75 3.40 3.01

BAHAN MAKANAN 10.96 5.11 2.36 4.66 3.11

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 11.19 3.03 4.73 9.42 10.83

Daging dan Hasil-hasilnya 22.61 10.60 0.60 1.32 -5.30

Ikan Segar 19.99 15.20 -0.41 -2.42 -0.87

Ikan Diawetkan 9.84 2.17 0.05 1.62 -3.81

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 8.84 5.88 -4.15 0.61 -0.05

Sayur-sayuran 20.15 13.27 10.62 1.14 5.27

Kacang - kacangan 2.99 2.27 2.11 3.33 4.25

Buah - buahan 17.06 15.06 15.62 8.61 7.85

Bumbu - bumbuan 0.25 -3.76 14.16 30.07 8.90

Lemak dan Minyak -5.75 -10.19 -13.34 -6.60 -3.30

Bahan Makanan Lainnya 7.18 6.39 4.29 4.32 1.79

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 10.18 7.95 7.58 7.42 7.17

Makanan Jadi 10.83 6.10 5.08 4.72 4.74

Minuman yang Tidak Beralkohol 10.37 12.23 18.09 19.05 16.04

Tembakau dan Minuman Beralkohol 8.22 7.59 5.97 5.58 5.66

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 7.16 4.51 2.07 1.42 1.80

Biaya Tempat Tinggal 8.46 4.38 2.43 1.83 1.79

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 5.22 4.61 0.98 0.35 1.95

Perlengkapan Rumahtangga 6.61 5.29 4.53 3.87 2.31

Penyelenggaraan Rumahtangga 6.99 4.27 1.74 0.77 1.04

SANDANG 9.06 6.68 7.96 6.11 -1.21

Sandang Laki-laki 3.09 3.28 3.30 3.07 2.82

Sandang Wanita 3.32 2.60 2.00 1.41 1.02

Sandang Anak-anak 3.93 3.68 3.10 2.77 2.54

Barang Pribadi dan Sandang Lain 18.75 13.16 17.89 12.47 -6.22

KESEHATAN 5.41 3.31 2.69 2.12 1.80

Jasa Kesehatan 1.96 1.22 1.45 1.49 0.84

Obat-obatan 8.71 7.43 4.18 4.22 2.96

Jasa Perawatan Jasmani 3.36 1.71 3.80 3.18 3.77

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 7.28 3.30 2.69 1.29 0.97

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 5.92 5.66 5.89 5.91 5.61

Pendidikan 8.09 8.09 8.52 9.01 9.01

Kursus-kursus / Pelatihan 2.58 2.06 2.42 2.76 2.21

Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 2.68 2.26 2.22 1.81 1.41

Rekreasi 5.11 4.54 4.07 3.08 2.33

Olahraga 2.51 2.40 2.01 1.93 1.80

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 2.99 -3.97 -3.27 -0.97 1.27

Transpor 6.67 -6.73 -5.22 -1.68 2.08

Komunikasi Dan Pengiriman -9.16 -0.24 -0.10 -0.47 -1.25

Sarana dan Penunjang Transpor 10.00 3.85 1.55 1.74 1.68

Jasa Keuangan 6.57 6.57 0.79 0.79 0.79

2009Kelompok Komoditi

Page 120: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

���

��� ����%�

���������������������&����'��$���"�������������

Tahunan (y-o-y)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

Jatim 7.87 8.07 7.52 6.76 5.74 3.67 2.64 2.47 2.75 2.45 2.60 3.40 4.06 3.55 3.01

Surabaya 7.27 7.63 7.15 6.43 5.20 3.36 2.62 2.34 2.78 2.53 2.54 3.38 4.08 3.35 2.94

Malang 8.48 8.66 7.98 7.76 7.37 4.81 3.54 3.52 3.21 2.86 2.81 3.38 3.90 3.88 3.08

Kediri 8.10 7.75 7.11 6.24 5.39 3.68 2.32 1.91 2.61 2.10 2.34 3.59 4.26 4.53 3.30

Jember 8.32 8.07 8.06 6.96 6.21 3.20 1.44 1.34 1.59 1.84 2.59 3.66 4.08 3.47 2.60

Sumenep 7.64 7.82 8.24 7.14 5.67 4.33 4.00 4.12 3.37 1.84 2.55 2.73 3.55 3.23 3.00

Probolinggo 10.26 10.23 8.55 6.47 5.94 4.54 1.51 1.79 2.52 2.31 3.09 3.55 4.12 4.03 3.67

Madiun 10.70 10.56 9.26 8.06 6.61 2.98 2.06 2.40 2.23 1.88 2.55 3.41 4.40 3.53 3.23

Bulanan (m-t-m)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

Jatim -0.06 0.76 0.33 -0.44 -0.07 0.30 0.26 0.48 1.05 0.17 0.06 0.52 0.58 0.27 -0.20

Surabaya -0.18 0.96 0.28 -0.44 -0.20 0.22 0.25 0.52 1.20 0.16 0.05 0.52 0.50 0.25 -0.12

Malang 0.28 0.39 0.61 -0.21 0.04 0.32 0.31 0.43 0.62 0.21 -0.15 0.48 0.79 0.37 -0.17

Kediri 0.12 0.31 0.47 -0.49 0.05 0.45 0.43 0.40 1.20 0.10 -0.13 0.63 0.77 0.57 -0.71

Jember -0.10 0.63 0.50 -0.87 0.41 0.54 0.02 0.15 0.99 0.52 0.14 0.69 0.30 0.04 -0.35

Sumenep -0.15 0.38 0.03 -0.60 0.42 0.33 0.40 0.73 0.75 -0.54 0.53 0.43 0.64 0.07 -0.19

Probolinggo 0.16 0.54 -0.10 -0.50 0.10 0.47 0.09 0.71 1.03 0.35 0.19 0.46 0.71 0.46 -0.45

Madiun -0.01 0.91 0.11 -0.47 -0.03 0.51 0.29 0.39 0.84 -0.02 0.60 0.25 0.94 0.07 -0.18

Triwulanan (q-t-q)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

Jatim -0.41 0.44 1.04 0.65 -0.18 -0.21 0.49 1.04 1.80 1.71 1.28 0.74 1.16 1.38 0.65Surabaya -0.43 0.48 1.06 0.80 -0.36 -0.42 0.27 0.99 1.98 1.89 1.41 0.73 1.07 1.28 0.63

Malang 0.10 0.60 1.29 0.79 0.44 0.15 0.67 1.06 1.37 1.26 0.68 0.54 1.12 1.65 0.99

Kediri -0.82 -0.15 0.90 0.29 0.03 0.01 0.93 1.29 2.04 1.71 1.17 0.60 1.27 1.98 0.62

Jember -1.05 0.17 1.03 0.25 0.03 0.07 0.97 0.71 1.16 1.67 1.66 1.36 1.13 1.03 -0.01

Sumenep -0.06 0.48 0.26 -0.19 -0.15 0.15 1.15 1.47 1.89 0.94 0.74 0.42 1.61 1.14 0.52

Probolinggo -0.40 0.72 0.60 -0.06 -0.50 0.07 0.66 1.27 1.84 2.10 1.58 1.00 1.37 1.64 0.72

Madiun -0.65 0.30 1.01 0.55 -0.39 0.01 0.77 1.19 1.53 1.21 1.42 0.83 1.80 1.26 0.83

Kumulatif (y-t-d)

1 2 Tw.I 4 5 Tw.II 7 8 Tw.III 10 11 Tw.IV 1 2 3

Jatim -0.06 0.71 1.04 0.59 0.53 0.83 1.08 1.57 2.64 2.81 2.87 3.40 0.58 0.86 0.65

Surabaya -0.18 0.78 1.06 0.62 0.41 0.64 0.89 1.41 2.63 2.79 2.84 3.38 0.50 0.75 0.63

Malang 0.28 0.67 1.29 1.07 1.11 1.44 1.75 2.19 2.82 3.04 2.88 3.38 0.79 1.16 0.99

Kediri 0.12 0.43 0.90 0.41 0.46 0.91 1.34 1.75 2.97 3.07 2.94 3.59 0.77 1.34 0.62

Jember -0.10 0.53 1.03 0.15 0.56 1.10 1.12 1.28 2.28 2.81 2.95 3.66 0.30 0.34 -0.01

Sumenep -0.15 0.23 0.26 -0.34 0.08 0.41 0.81 1.54 2.31 1.75 2.29 2.73 0.64 0.71 0.52

Probolinggo 0.16 0.70 0.60 0.10 0.20 0.67 0.76 1.47 2.52 2.88 3.07 3.55 0.71 1.17 0.72

Madiun -0.01 0.90 1.01 0.54 0.51 1.02 1.31 1.71 2.56 2.54 3.16 3.41 0.94 1.01 0.83

2010

2010

2010

2009

2009

WILAYAH

WILAYAH

2009

2009

2010

WILAYAH

WILAYAH

Page 121: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

����

��� ��!���

�����������������������"�������������

2010

Tw I Tw II Tw III TwIV Tw I

I.1 JATIM

A Jaringan Kantor

1 Jumlah Bank 73 72 74 74 74

2 Jaringan Kantor 2714 2,653 2,681 2,832 2,659

- - - -

B Kondisi Keuangan

1 Total Asset 199,800,967 208,523,061 215,230,203 223,738,664 222,889,874

a. Bank Pemerintah 87,630,905 93666631 96,692,161 99,813,845 100,430,917

b. Bank Swasta 95,290,637 97661743 101,218,116 105,680,546 104,694,811

c. Bank Asing 16,879,425 17194687 17,319,926 18,244,273 17,764,146

2 Kredit (Baki debet) 115,538,224 119,123,355 122,927,131 129,004,070 132,545,850

a. Bank Pemerintah 61,210,247 66547450 67,524,416 70,674,327 73,363,281

b. Bank Swasta 45,566,916 44676562 47,572,283 50,159,487 50,193,185

c. Bank Asing 8,761,061 7899343 7,830,432 8,170,256 8,989,384

Per jenis Penggunaan 115,538,224 119,123,355 122,927,131 129,004,070 132,545,850

Modal Kerja 75,376,367 76,866,149 79,457,149 81,958,525 81,248,863

Investasi 13,684,633 14,426,021 15,011,976 16,347,905 16,885,608

Konsumsi 26,477,224 27,831,185 28,458,006 30,697,640 34,411,379

Per Sektor 115,538,224 119,123,355 122,927,131 129,004,070 132,545,850

Pertanian 5,005,806 5,221,914 4,622,921 5,151,894 4,368,393

Pertambangan 625,957 320,883 262,277 413,285 471,310

Industri 35,937,969 35,803,324 37,718,060 37,482,166 37,439,592

Listrik,Gas 346,558 373,475 361,453 469,393 483,240

Konstruksi 4,213,652 4,567,933 4,470,477 4,593,124 3,800,823

Perdagangan 32,429,748 33,878,908 35,271,126 38,211,590 32,603,278

Angkut/Komnikasi 2,649,204 2,818,550 2,914,884 3,264,714 3,463,261

Jasa Dunia Usaha 5,912,797 6,314,313 6,549,507 6,594,936 5,702,703

Jasa Sosial 1,394,534 1,460,435 1,703,910 1,636,815 2,319,622

Lain-lain 27,021,999 28,363,620 29,052,516 31,186,153 41,893,628

3 Dana 177,393,369 182,400,362 186,080,538 194,192,579 193,347,650

a. Bank Pemerintah 73,097,546 78,488,777.00 80,515,136 83,733,175.00 82,300,518.00

b. Bank Swasta 89,306,714 89834173 91,786,086 96,575,416 95,887,051

c. Bank Asing 14,989,109 14077412 13,779,316 13,883,988 15,160,081

GIRO 33,832,020 36,031,858 36,729,747 35,253,108 36,197,311

a. Bank Pemerintah 17,324,290 18284857 18,339,845 17,138,800 18,041,293

b. Bank Swasta 14,050,372 15110998 15,704,923 15,066,479 15,467,322

c. Bank Asing 2,457,358 2636003 2,684,979 3,047,829 2,688,696

DEPOSITO 81,085,415 81,047,423 81,143,002 82,846,466 84,926,141

a. Bank Pemerintah 25,871,797 28866441 29,743,298 29,494,798 30,486,452

b. Bank Swasta 45,447,876 43440347 43,168,092 45,696,314 45,597,731

c. Bank Asing 9,765,742 8740635 8,231,612 7,655,354 8,841,958

TABUNGAN 62,475,934 65,321,081 68,207,789 76,093,005 72,224,198

a. Bank Pemerintah 29,901,459 31337479 32,431,993 37,099,577 33,772,773

b. Bank Swasta 29,808,466 31282828 32,913,071 35,812,623 34,821,998

c. Bank Asing 2,766,009 2700774 2,862,725 3,180,805 3,629,427

4 LDR (%) 65.13% 65.31% 66.06% 66.43% 68.55%

a. Bank Pemerintah 83.74% 84.79% 83.87% 84.40% 89.14%

b. Bank Swasta 51.02% 49.73% 51.83% 51.94% 52.35%

c. Bank Asing 58.45% 56.11% 56.83% 58.85% 59.30%

5 NPL Bank Umum (%) 3.26% 3.34% 3.15% 3.15% 3.01%

a. Bank Pemerintah 3.45% 3.41% 3.30% 3.33% 2.76%

b. Bank Swasta 2.76% 2.79% 2.53% 2.42% 2.69%

c. Bank Asing 4.59% 5.85% 5.59% 6.06% 6.84%

6 Kredit U K M 58,131,019 60,609,387 62,216,963 65,429,619 76,910,959

a. Bank Pemerintah 26,201,354 28,217,341 29,064,094 30,811,112 38,641,707

b. Bank Swasta 29,977,029 30,437,366 31,175,083 32,546,416 36,018,623

c. Bank Asing 1,952,636 1,954,680 1,977,786 2,072,090 2,250,629

7 NPL UKM (%) 3.89% 3.81% 3.90% 3.34% 2.83%

a. Bank Pemerintah 4.55% 4.41% 4.57% 3.77% 2.72%

b. Bank Swasta 3.18% 3.08% 3.03% 2.70% 2.68%

c. Bank Asing 6.01% 6.67% 7.72% 6.91% 7.28%

8 KUK 22,033,615 23,229,514 24,050,622 25,398,495 42,979,603

a. Bank Pemerintah 17,379,851 18481052 19,136,953 20,454,444 36,279,937

b. Bank Swasta 4,520,238 4566721 4,746,625 4,888,443 6,356,023

c. Bank Asing 133,526 181741 167,044 55,608 343,643

9 Kredit ekspor 5,545,866 5,062,437 4,649,181 5,033,637 3,428,859

a. Bank Pemerintah 2,270,682 2060982 2,036,893 2,057,906 1,068,177

b. Bank Swasta 565,902 452453 309,005 278,629 343,320

c. Bank Asing 2,709,282 2549002 2,303,283 2,697,102 2,017,362

N P L 367,123 279,584 373,455 337,683 173,311

a. Bank Pemerintah 185,873 35061 138,456 92,532 37,905

b. Bank Swasta 11,255 16833 15,182 14,567 9,761

c. Bank Asing 169,995 227690 219,817 230,584 125,645

10 Kredit Property 10,404,125 11,048,429 11,345,851 11,964,338 15,777,519

a. Bank Pemerintah 5,753,027 6271910 6,531,821 7,043,326 8,972,081

b. Bank Swasta 4,343,518 4498297 4,575,296 4,679,387 6,449,867

c. Bank Asing 307,580 278222 238,734 241,625 355,571

N P L 297,064 332,335 356,080 278,971 292,302

a. Bank Pemerintah 193,607 200262 210,412 168,543 143,194

b. Bank Swasta 98,301 126516 141,332 106,176 145,670

c. Bank Asing 5,156 5557 4,336 4,252 3,438

NPL (%) 2.86 3.01 3.14 2.33 1.85

Propety JPG

10 Property (MK) 677,605 767691 851,951 986,987 15,777,519

40 Property ( Investasi) 309,268 396079 339,332 331,419 3,781,852

71 kpa; kpr s.d type 70 4,377,707 4575386 4,708,222 4,983,008 2,085,682

72 di atas type 70 4,533,394 4810753 4,943,109 5,161,049 6,570,455

80 rukan & ruko 506,151 498520 503,237 501,875 3,097,308

11 N I M 1,853,387 3,906,371 5,443,778 8,715,123 2,611,120

BANK UMUM 2009

Page 122: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

����

��� ��!���

�������������������������$��������"��������#��

2010

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

BANK BER-KP DI JATIM

A Jaringan Kantor

1 Jumlah Bank 7 7 7 6 6

2 Jaringan Kantor di Jatim 301 338 275 331 331

B Kondisi Keuangan

1 Total Asset 23,843,734 23,168,619 24,360,204 22,297,233 24,235,582

2 Kredit

Per Jenis Penggunaan 9,051,829 9,758,121 10,750,990 10,832,548 11,260,975

- Modal Kerja 5,423,709 5,837,774 6,426,224 6,268,528 6,240,615

- Investasi 2,548,645 2,785,901 3,078,143 3,115,704 3,036,009

- Konsumsi 1,079,475 1,134,446 1,246,623 1,448,316 1,984,351

Per Sektor 9,051,829 9,758,121 10,750,990 10,832,548 11,260,975

Pertanian 498,104 431,544 527,264 519,607 631,418

Pertambangan 2,329 3,117 6,613 6,659 8,421

Industri 431,158 423,512 482,770 383,122 420,146

Listrik, Gas, Air 2,076 2,487 5,043 5,102 12,375

Konstruksi 1,377,843 1,696,188 1,837,786 1,419,536 1,396,567

Perdagangan 4,017,444 4,301,481 4,622,297 4,970,298 4,676,018

Angkutan 105,227 108,969 114,107 117,874 131,517

Jasa Dunia Usaha 923,657 1,073,468 1,226,004 1,369,497 625,192

Jasa Sosial 614,516 582,909 682,483 592,537 1,160,943

Lain-lain 1,079,475 1,134,446 1,246,623 1,448,316 2,198,378

3 NPL ( Krd Umum) % (bruto) 0.88% 0.87% 0.83% 0.66% 0.77%

nominal 79,479 85,364 89,444 71,525 86,688

ppap 53,314 61,454 71,145 53,669 6,305

4 Dana (dpk) 18,982,478 19,030,077 19,743,419 16,672,770 18,872,411

- GIRO 9,585,115 9,439,089 9,639,127 7,106,968 9,178,241

- DEPOSITO 6,028,718 6,111,492 6,245,413 4,865,632 5,858,595

- TABUNGAN 3,368,645 3,479,496 3,858,879 4,700,170 3,835,575

5 Penempatan di Bank lain 1,807,766 910,509 1,226,474 2,909,452 2,378,250

6 S B I 5,705,891 6,549,595 6,044,511 2,821,774 3,120,052

7 LDR 47.69% 51.28% 54.45% 64.97% 59.67%

9 NPL ( Krd UKM) 1.71% 1.80% 1.72% 1.39%

- Nominal 79,479 85,364 89,444 71,525

10 KUK 6,744,621 7,224,057 8,095,824 8,484,534 9,013,159

11 Kredit Ekspor 3,555 7,528 8,016 8,638 3,137

12 Kredit Property 171,745 277,829 227,110 234,137 2,415,752

10 Property (MK) 770 1,505 1,817 85 545,257

40 Property ( Investasi) 81,129 176,728 118,563 120,974 1,382,307

71 kpa; kpr s.d type 70 9,155 12,838 15,667 18,408 411,183

72 di atas type 70 75,541 82,123 85,945 89,748 71,093

80 rukan & ruko 5,150 4,635 5,118 4,922 5,912

13 NPL Kred Property 0.20% 0.22% 0.74% 0.83% 0.65%

Nominal 335 611 1,675 1,952 15,593

14 N I M 353,689 696,416 1,056,873 1,421,499 354,264

Pendapatan 566,308 1,123,694 1,703,502 2,262,690 533,206

Beban/biaya 212,619 427,278 646,629 841,191 178,942

2009U R A I A N

Page 123: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

����

��� ��!�!�

�������������������#������"�������������

2010

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

BANK SYARIAH DI JATIM

A Jaringan Kantor

1 Jumlah Bank 5 5 5 6 6

2 Jaringan Kantor di Jatim 82 82 85 128 146

B Kondisi Keuangan

1 Total Asset 3,470,631 4,278,696 4,369,523 5,022,870 5,162,907

2 Pembiayaan

Per Jenis Penggunaan 2,516,204 2,909,754 3,151,113 3,487,578 3,853,463

- Modal Kerja 947,447 1,119,938 1,228,292 1,266,419 1,342,435

- Investasi 327,589 344,810 369,503 451,506 533,164

- Konsumsi 1,241,168 1,445,006 1,553,318 1,769,653 1,977,864

Per Sektor 2,516,204 2,909,754 3,151,113 3,487,578 3,853,463

Tani 59,316 64,014 72,932 72,003 74,592

Tambang 11,367 11,275 17,695 16,192 14,766

Industri 110,431 107,429 117,756 126,680 131,612

Listrik, Gas, Air 15,326 14,855 16,287 15,704 15,901

Konstruksi 127,262 156,687 150,489 129,617 135,022

Dagang 186,910 191,828 206,648 227,421 230,288

Angkutan 7,772 9,358 4,475 7,675 36,822

Jasa Dunia 513,321 615,166 697,150 784,305 936,373

Jasa Sosial 243,331 294,136 314,363 338,328 300,223

Lain-lain 1,241,168 1,445,006 1,553,318 1,769,653 1,977,864

3 NPF ( Krd Umum) % (bruto) 3.09 2.86 1.54 1.15 1.09

nominal 77,810 83,345 48,406 39,989 41,858

4 Dana (dpk) 2,959,175 3,507,543 3,558,948 4,105,107 4,189,425

- GIRO 303,998 573,778 255,041 319,018 347,838

- TABUNGAN 1,154,762 1,210,835 1,248,871 1,447,541 1,491,103

- DEPOSITO 1,500,415 1,722,930 2,055,036 2,338,548 2,350,484

5 FDR (%) 85.03 82.96 88.54 84.96 91.98

5 Laba / Rugi 47,026 97,294 125,004 200,025 2,665

2009U R A I A N

Page 124: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

����

��� ��!�%�

�������������������������"��������#���"�������������

2010

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

BPR

A Jaringan Kantor

1 Jumlah Bank 339 335 339 339 360

2 Jaringan Kantor di Jatim 467 463 475 478 504

B Kondisi Keuangan

1 Total Asset 4,291,911 4,467,000 4,619,643 4,818,651 4,994,426

2 Kredit

Per Jenis Penggunaan 3,141,015 3,251,000 3,540,416 3,564,262 3,732,676

- Modal Kerja 2,170,763 2,252,000 2,454,650 2,460,805 2,616,557

- Investasi 112,501 101,000 111,318 113,678 113,595

- Konsumsi 857,751 898,000 974,448 989,779 1,036,964

Per Sektor 3,141,015 3,251,000 3,540,417 3,564,262 3,767,116

Tani 568,251 595,000 655,473 687,617 724,710

Industri 59,155 62,000 70,259 66,782 75,808

Dagang 1,272,077 1,287,000 1,409,066 1,380,426 1,464,532

JS.Dunia 315,998 334,000 360,886 371,052 392,921

Lain-lain 925,534 973,000 1,044,733 1,058,385 1,109,145

3 NPL ( Krd Umum) % (bruto) 5.58% 5.14% 5.31% 4.36% 4.54%

nominal 175,327 167,000 188,092 155,325 171,000

4 Dana (dpk) 2,549,169 2,663,000 2,852,683 2,963,922 3,090,311

- DEPOSITO 1,688,251 1,788,000 1,950,845 2,010,261 2,109,240

- TABUNGAN 860,918 875,000 901,839 953,661 981,071

5 LDR (%) 123.22% 122.08% 124.11% 120.25% 121.90%

2009U R A I A N