KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR - bi.go.id · pembayaran di Jawa Timur baik pada...
Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR - bi.go.id · pembayaran di Jawa Timur baik pada...
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR
TRIWULAN II - 2008
BANK INDONESIA SURABAYA
Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 129/128 Fax : 031-3554178 Email : [email protected]
Visi Bank Indonesia : “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil” Misi Bank Indonesia : “Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan” Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia : “Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan” Visi Kantor Bank Indonesia Surabaya : “Mewujudkan Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya melalui peningkatan perannya sebagai Economic Intelligence dan unit penelitian” Misi Kantor Bank Indonesia Surabaya : “Berperan secara aktif dalam pelaksanaan kebijakan Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran secara efektif dan efisien dan peningkatan kajian ekonomi regional serta koordinasi dengan pemerintah daerah dan lembaga terkait”
KATA PENGANTAR
Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional Propinsi Jawa
Timur Triwulan II-2008 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan
ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun
internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem
pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan.
Kajian ini menguraikan berbagai perkembangan penting dalam perekonomian
daerah Jawa Timur serta berbagai faktor yang mempengaruhinya selama periode laporan.
Perkembangan ekonomi yang dimaksud mencakup kondisi ekonomi makro (PDRB), laju
inflasi, perkembangan perbankan, sistem pembayaran serta pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan harga.
Dalam penyusunan kajian ini kami banyak memperoleh bantuan berupa penyediaan
data dan informasi dari berbagai pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan
pemerintah daerah, BUMN maupun swasta sehingga kajian ini menjadi lebih informatif.
Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang
sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih
ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dan saran
untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang
optimal.
Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan
kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Surabaya, Agustus 2008
BANK INDONESIA SURABAYA
Amril Arief
Pemimpin
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiDAFTAR TABEL ivDAFTAR GAMBAR vDAFTAR LAMPIRAN viiRINGKASAN EKSEKUTIF viii BAB 1 INDIKATOR KEGIATAN EKONOMI 1 1.1 KONDISI UMUM 1 1.2 SISI PERMINTAAN 2 a. Konsumsi 3 b. Investasi 8 c. Ekspor Impor 10 1.3 SISI PENAWARAN 14 a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 17 b. Industri Pengolahan 20 c. Pertanian 23 d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 25 e. Bangunan 27 f. Transportasi dan Komunikasi 30 1.4. KESEJAHTERAAN 32 a. Ketenagakerjaan 32 b. Kemiskinan 34 1.5 KEUANGAN DAERAH 37 Boks 1 Ketahanan Pangan di Jawa Timur 40Boks 2 Isu Strategis BLT 2008 43 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TIMUR 48 2.1 UMUM 48 2.2 INFLASI BULANAN (yoy) 48 2.3 INFLASI TAHUNAN (yoy) 51 Boks 3 Proyeksi Inflasi Jawa Timur Tw III-2008 dengan Metode VAR 54 BAB 3 STABILITAS DAN INTERMEDIASI PERBANKAN 57 3.1 INTERMEDIASI PERBANKAN 57 3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF 58 3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) 58 3.1.3. KREDIT 60 3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 64 3.2.1. RISIKO KREDIT 64 3.2.2. RISIKO LIKUIDITAS 66 3.2.3. RISIKO OPERASIONAL 67 3.3 PERBANKAN SYARIAH 68 3.4 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 69
Boks 4 Pembiayaan Perbankan kepada UMKM dan Koperasi melalui SKIM "KUR" 71
ii
Boks 5 Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 73 BAB 4 SISTEM PEMBAYARAN 74 4.1 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI 74 a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) 74 b. Perkembangan Aktivitas Penukaran Uang Pecahan Kecil 76 c. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal 77 4.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI 78 a. Transaksi Kliring 79 b. Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement) 80 4.3 PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR 82 BAB 5 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA 84 5.1 PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR 84 5.2 PROYEKSI INFLASI JAWA TIMUR 85 5.3 PROSPEK PERBANKAN TAHUN 2008 86 LAMPIRAN iii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 3Tabel 1.2 Data Ekspor dan Impor Jawa Timur 11Tabel 1.3 Nilai Ekspor Triwulan II-2008 12Tabel 1.4 Nilai Impor Triwulan II-2008 13Tabel 1.5 Pertumbuhan dan Sumbangan Sektoral 15Tabel 1.6 Utilisasi Kapasitas Produksi di Jawa Timur 16Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Sektor PHR 17Tabel 1.8 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri 21Tabel 1.9 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian 23Tabel 1.10 Perkembangan Tenaga Kerja Jawa Timur 32
Tabel 1.11 Perkembangan Tenaga Kerja Nasional Berdasarkan Lapangan Pekerjaan 32
Tabel 1.12 Perubahan UMK Propinsi Jawa Timur 34Tabel 1.13 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur 35Tabel 1.14 Perubahan Garis Kemiskinan di Jawa Timur 35Tabel 1.15 Realisasi PAD Provinsi Jawa Timur Semester I-2008 37Tabel 1.16 Realisasi APBD Provinsi Jawa Timur Semester I-2008 38Tabel 2.1 Inflasi Jawa Timur Per Kelompok Pengeluaran (mtm) 50Tabel 2.2 Sumbangan Inflasi Jawa Timur per Kelompok Pengeluaran (mtm) 50Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan di Jawa Timur 57 iv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Perkembangan Nilai Impor Barang Konsumsi 4Gambar 1.2 Perkembangan Volume Impor Barang Konsumsi 4Gambar 1.3 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 4Gambar 1.4 Indeks Penjualan Makanan dan Minuman 6Gambar 1.5 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 6Gambar 1.6 Volume Penjualan Semen di Jawa Timur 6Gambar 1.7 Volume Penjualan Motor 6Gambar 1.8 Volume Penjualan Mobil 6Gambar 1.9 Indeks Ketepatan Waktu Membeli Barang Tahan Lama (Durable Goods) 6Gambar 1.10 Indeks Penghasilan Saat ini dan Ekspektasi Penghasilan 8Gambar 1.11 Perkembangan Tabungan Perorangan 8Gambar 1.12 Perkembangan Deposito Perorangan 8Gambar 1.13 Perkembangan Kredit Konsumsi 8Gambar 1.14 Perkembangan Nilai Impor Capital Goods 9Gambar 1.15 Perkembangan Volume Impor Capital Goods 9Gambar 1.16 Perkembangan Kredit Investasi 10Gambar 1.17 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor 11Gambar 1.18 Perkembangan Volume Ekspor dan Impor 11Gambar 1.19 Neraca Perdagangan Luar Negeri 11Gambar 1.20 Neraca Perdagangan Kumulatif 11Gambar 1.21 Volume Barang di Tanjung Perak 12Gambar 1.22 Perkembangan Nilai Ekspor Produk Utama 12Gambar 1.23 Komponen Impor Jawa Timur 13Gambar 1.24 Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur 2007 13Gambar 1.25 Perkembangan Ekspor menurut Tujuan 13Gambar 1.26 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 14Gambar 1.27 Struktur Perekonomian Jawa Timur Tw.II-2008 14Gambar 1.28 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Jawa Timur Tw II-2008 14Gambar 1.29 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Andalan 15Gambar 1.30 Indeks Realisasi Usaha 17Gambar 1.31 Volume Barang di Pel Tanjung Perak 18Gambar 1.32 Indeks Realisasi Usaha Sektor PHR 18Gambar 1.33 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim 19Gambar 1.34 Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim 19Gambar 1.35 Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda 19Gambar 1.36 Kredit Sektor Perdagangan dan Hotel 20Gambar 1.37 Perkembangan Harga BBM Industri 22Gambar 1.38 Perkembangan Kredit Sektor Industri 22Gambar 1.39 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur 25Gambar 1.40 Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur 25Gambar 1.41 Luas Lahan Puso di Jawa Timur 25Gambar 1.42 Perkembangan Kredit Pertanian 25Gambar 1.43 Kondisi Operasional Perbankan Jawa Timur 27Gambar 1.44 Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur 27Gambar 1.45 Perkembangan Fee Based Income Perbankan Jawa Timur 27Gambar 1.46 Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur 27Gambar 1.47 Volume Penjualan Semen di Jawa Timur 28Gambar 1.48 Kredit Perbankan Sektor Properti 29Gambar 1.49 Kredit Sektor Properti Per Penggunaan 29 v
Gambar 1.50 NPL Kredit Properti 29Gambar 1.51 Arus Penumpang dan Barang di Tanjung Perak 30Gambar 1.52 Statistik Kontainer PT TPS di Tanjung Perak 30Gambar 1.53 Penumpang Domestik di Bandara Juanda 31Gambar 1.54 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 31Gambar 1.55 Perkembangan Inflasi Beras di Jawa Timur 36Gambar 1.56 Perkembangan Nilai Tukar Petani 36Gambar 1.57 Perkembangan Dana Pemerintah di Perbankan 39Gambar 2.1 Perbandingan Inflasi Nasional dan Jatim 48Gambar 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur 48Gambar 2.3 Inflasi Jawa Timur dan Nasional (mtm) 50Gambar 2.4 Inflasi Kelompok Bahan Makanan (mtm) 51Gambar 2.5 Sumbangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (mtm) 51Gambar 2.6 Perkembangan Harga Gandum di Pasar Dunia 52Gambar 2.7 Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia 52Gambar 2.8 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Dunia 52Gambar 2.9 Inflasi Kelompok Bahan Makanan (yoy) 52Gambar 2.10 Inflasi Jawa Timur (yoy) 53Gambar 2.11 Sumbangan Inflasi Jawa Timur (yoy) 53Gambar 3.1 Struktur Aktiva Produktif Bank Umum di Jawa Timur 58Gambar 3.2 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga 59Gambar 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga 59Gambar 3.4 Pertumbuhan Kredit dan BI Rate 60Gambar 3.5 Pertumbuhan Kredit (yoy) 60Gambar 3.6 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan 61Gambar 3.7 Pangsa Kredit Per Jenis Penggunaan 61Gambar 3.8 Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi (yoy) 62Gambar 3.9 Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi (ytd) 62Gambar 3.10 Pertumbuhan Kredit dan DPK (yoy) 62Gambar 3.11 Perkembangan LDR 62Gambar 3.12 Pertumbuhan Kredit UMKM dan pangsa-nya terhadap total kredit 63Gambar 3.13 Tingkat NPL Kredit UMKM & Kredit Total 64Gambar 3.14 Perkembangan Non Performing Loan 65Gambar 3.15 Perkembangan NPLs Kredit Properti 65Gambar 3.16 Perkembangan NPLs Kredit Ekspor 66Gambar 3.17 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah 69Gambar 4.1 Rata-rata Harian Arus Uang Tunai 75Gambar 4.2 Rata-rata Harian Net Inflow 75Gambar 4.3 Inflow, Outflow dan Netflow Gabungan 75Gambar 4.4 Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil 76Gambar 4.5 Jumlah Lembar Uang yang Ditukarkan Berdasarkan Nominal Pecahan 77Gambar 4.6 Nilai Uang yang Ditukarkan Berdasarkan Nominal Pecahan 77Gambar 4.7 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) 78Gambar 4.8 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 78Gambar 4.9 Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur 79Gambar 4.10 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 80Gambar 4.11 Volume Transaksi BI-RTGS 81Gambar 4.12 Nilai Transaksi BI-RTGS 81Gambar 4.13 Komposisi Transaksi Berdasarkan Jenis Pengguna 82Gambar 4.14 Uang Palsu Yang Ditemukan Oleh Perbankan di Jawa Timur 83Gambar 4.15 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar) 83Gambar 4.16 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai) 83Gambar 5.1 Estimasi Realisasi Usaha Tw III-2008 85Gambar 5.2 Ekspektasi Konsumen 6 bulan yad 85 vi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.1 PDRB Sektoral Jawa Timur Berdasarkan Harga Berlaku Lampiran 1.2 PDRB Sektoral Jawa Timur Berdasarkan Harga Konstan 2000 (Rp juta) Lampiran 1.3 Pertumbuhan PDRB Sektoral Jawa Timur (y-o-y) Berdasarkan Harga Konstan 2000 (%) Lampiran 1.4 Sumbangan PDRB Sektoral Jawa Timur Berdasarkan Harga Konstan 2000 (%) Lampiran 3.1 Perkembangan Bank Umum Jawa Timur Lampiran 3.2 Perkembangan Bank Syariah Jawa Timur vii
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II-2008
Pada triwulan II-2008, kondisi perekonomian Jawa Timur relatif belum
menunjukkan kinerja yang membaik bahkan melambat. Dari sisi kestabilan harga,
Jawa Timur mengalami tekanan akibat kebijakan pemerintah menaikkan harga
Bahan Bakar Minyak sehingga inflasi Jawa Timur menembus dua digit. Optimalisasi
kapasitas fiskal masih juga menjadi permasalahan penting yang harus mendapat
perhatian, seperti tercermin dari realisasi APBD yang rendah. Tingkat kesejahteraan
Jawa Timur pada Triwulan I-2008 menunjukan perbaikan, seperti tercermin dari
menurunnya tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan. Hal ini menandakan
terjadi peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Prospek
pertumbuhan ekonomi Jawa timur diperkirakan masih melambat dan inflasi
diperkirakan masih mengalami tekanan.
I. PERKEMBANGAN EKONOMI, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Asesmen Ekonomi
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur masih berlanjut pada
triwulan II-2008 yang tumbuh sebesar 5,16% di kisaran bawah perkiraan
sebelumnya (5,5 – 6%) . Perlambatan pertumbuhan tersebut disebabkan
perlambatan pertumbuhan konsumsi sebagai penggerak utama ekonomi Jawa
Timur dari sisi permintaan. Konsumsi bahan makanan mengalami penurunan yang
signifikan sedangkan konsumsi non makanan masih tumbuh. Hal ini disebabkan
oleh tindakan antisipasi konsumen menjelang naiknya harga BBM dengan cara
melakukan pembelian dini untuk menghindari harga yang lebih tinggi pasca
kenaikan BBM. Kegiatan investasi swasta masih tumbuh menggembirakan seperti
yang ditunjukkan oleh berbagai indikator yaitu kredit perbankan untuk tujuan
investasi, impor barang modal, dan volume penjualan semen. Aktivitas Ekspor
kembali melambat pada triwulan ini, dan bahkan nilainya sudah lebih kecil
daripada nilai Impor (defisit).
Dari sisi penawaran, perlambatan terjadi pada sektor-sektor utama, yaitu
PHR, Industri, dan Pertanian. Sektor PHR menghadapi persoalan dari
menurunnya aktivitas ekspor-impor dan melemahnya daya beli masyarakat.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 viii
Ringkasan Eksekutif
Subsektor Perhotelan melanjutkan tren pemulihan pada triwulan ini seiring
dengan meningkatnya occupancy rate dan kunjungan wisatawan asing. Sektor
Industri secara umum terus tertekan oleh biaya energi yang meningkat di satu sisi,
dan melemahnya daya beli di sisi lain. Sektor Pertanian tumbuh melambat karena
dampak lanjutan bencana banjir yang terjadi akhir tahun lalu. Luas lahan panen
di triwulan ini menurun setelah sejumlah lahan tanam terkena banjir. Subsektor
Perikanan masih tumbuh melambat akibat tingginya biaya bahan bakar yang
harus ditanggung nelayan.
Ukuran kesejahteraan masyarakat terkini menunjukkan adanya perbaikan
taraf ekonomi di Jawa Timur. Jumlah pengangguran Dalam kurun waktu
Februari 2007 – Februari 2008, terjadi penurunan tingkat pengangguran terbuka
di Jawa Timur dari 7,45% menjadi 6,24%. Sedangkan jumlah penduduk yang
hidup di bawah garis kemiskinan di Jawa Timur jumlah penduduk Jawa Timur
yang hidup di bawah garis kemiskinan mengalami penurunan dari 7,15 juta orang
menjadi 6,65 juta orang. Penurunan ini selanjutnya membuat persentase
penduduk miskin Jawa Timur juga menurun dari 19,98% menjadi 18,51%..
Pencapaian ini dimungkinkan oleh adanya pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
harga dalam kurun waktu tersebut.
Kondisi Keuangan Daerah masih menunjukkan kinerja yang belum
optimal terutama realisasi APBD. Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Timur
secara umum baru mencapai 46% dari target di sepanjang 2008 sebesar Rp6,09
triliun. Tingkat realisasi belanja yang tinggi umumnya terjadi pada pos-pos
belanja tidak langsung, khususnya Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, dan
Belanja Tidak Terduga. Tingkat realisasi pos-pos belanja langsung masih sangat
rendah dan berada di kisaran 30% hingga berakhirnya Semester I-2008. Pos
Belanja Modal bahkan baru terealisasi sebesar 20% saja. Kondisi ini tentu tidak
optimal bagi perekonomian daerah mengingat belanja modal pemerintah
berperan sebagai komponen investasi dan diharapkan dapat memberi multiplier
effect kepada pertumbuhan ekonomi daerah secara keseluruhan.
Asesmen Inflasi
Inflasi Jawa Timur pada triwulan II-2008 menembus level dua digit yaitu
sebesar 10,39% (y-o-y) sebagai dampak kenaikan harga BBM serta gejolak
harga pangan dunia. Tingkat inflasi Jawa Timur pada triwulan laporan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 ix
Ringkasan Eksekutif
mencapai 10,39% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar
11,03% (yoy). Tingkat inflasi tersebut disumbangkan oleh kelompok bahan
makanan dan kelompok transportasi & komunikasi, sebagai dampak tingginya
harga pangan dunia (kedelai, jagung, gandum) serta tingkat harga minyak
goreng dan emas perhiasan yang masih relatif tinggi, sejalan dengan masih
tingginya harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia.
Secara bulanan, kenaikan harga tertinggi pada triwulan II-2008 terdapat pada
kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (7,50%), diikuti oleh
kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar (1,66%). Secara tahunan,
inflasi Provinsi Jawa Timur pada triwulan II 2008 sebesar 10,39% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (5,30%). Dari sisi
sumbangannya, secara tahunan kelompok bahan makanan masih mendominasi,
yaitu sebesar 4,24% (yoy), serta kelompok transportasi & komunikasi (1,49%).
Meskipun berdasarkan perhitungan SBH tahun dasar 2007 (2007=100) bobot
kelompok makanan mengalami penurunan, namun hingga triwulan II-2008
sumbangannya (bobot x inflasi) terhadap inflasi Jawa Timur masih mendominasi.
Di sisi lain, peningkatan sumbangan yang signifikan pada kelompok transportasi
& komunikasi disebabkan adanya kenaikan harga BBM rata-rata 28,75% sejak 24
Mei 2008, serta adanya peningkatan bobot kelompok dimaksud terutama pada
sub kelompok komunikasi. Dampak dari kenaikan komoditas administered price
serta komoditas bahan makanan, baik di pasar lokal maupun pasar dunia,
menyebabkan tingkat inflasi Jawa Timur pada triwulan laporan lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun 2007.
Asesmen Stabilitas Sistem Keuangan Dan Intermediasi Perbankan
Intermediasi perbankan yang tercermin pada penyaluran kredit oleh
perbankan berjalan dengan baik, dan diimbangi oleh pertumbuhan DPK.
Pada triwulan II 2008, penyaluran kredit kepada masyarakat oleh bank umum di
Jawa Timur cenderung meningkat dan lebih tinggi dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit tahunan sebesar 33,33% lebih besar
dibandingkan pertumbuhan DPK yang sebesar 12,56% mampu mendorong LDR
bank umum hingga 70,06%. Peningkatan pertumbuhan kredit juga diikuti oleh
kualitas kredit tercermin dari NPL sebesar 3,09%.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 x
Ringkasan Eksekutif
Selama triwulan II 2008, stabilitas industri perbankan di Jawa Timur
relatif terjaga namun terdapat potensi timbulnya risiko kredit terutama
akibat proyeksi perlambatan pada kinerja struktur dunia usaha. Risiko
kredit perbankan di Jawa pada triwulan II 2008 relatif terkendali, tercermin dari
rasio Non Performing Loans (NPLs) yang terus menurun dan berada di bawah level
5%, yaitu sebesar 3,09%. Dari sisi kelompok bank, perbaikan kualitas kredit
disumbangkan oleh kelompok bank pemerintah dan swasta. Risiko likuiditas
perbankan pada triwulan II 2008 cenderung meningkat tercermin dari adanya
peningkatan tenor penempatan dana masyarakat pada perbankan yang bersifat
jangka pendek. Kondisi ini berpotensi menimbulkan mismatch antara sumber
dana dengan penggunaan dana oleh perbankan. Risiko operasional, beberapa
bank di Jawa Timur masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain
kompetensi dan profesionalisme SDM perbankan yang masih perlu ditingkatkan
sejalan dengan perkembangan yang semakin pesat dan persaingan yang semakin
ketat, kebijakan intern bank yang kurang mengakomodasi perubahan,
pemahaman dan pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan operasional
bank serta belum membuminya budaya pengendalian risiko. Selain itu, masih
ditemui kasus-kasus tindak pidana perbankan sebagai akibat belum baiknya
integritas SDM bank.
Asesmen Sistem Pembayaran
Sistem pembayaran di wilayah Jawa Timur pada triwulan II-2008
mengalami peningkatan transaksi pembayaran pada triwulan II-2008,
dibandingkan kondisi triwulan II-2007, baik pada transaksi tunai maupun
non-tunai. Selama triwulan II-2008 transaksi non tunai tercatat rata-rata harian
uang yang masuk ke Bank Indonesia tercatat sebesar Rp70,53 miliar, sedangkan
rata-rata harian uang yang keluar sebesar Rp83,73 miliar, sehingga terjadi net
outflow rata-rata harian sebesar Rp13,20 miliar.
Transakasi Non tunai dengan mengunakan sarana Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS) maupun kliring pada triwulan II-2008 menunjukkan
kecenderungan yang meningkat dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Transaksi keuangan secara non tunai masih didominasi oleh sistem
BI-RTGS. Selama triwulan II-2008, BI-RTGS berperan hingga 70% dari nilai
penyelesaian transaksi keuangan non-tunai di wilayah Jawa Timur.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 xi
Ringkasan Eksekutif
Transaksi keuangan melalui sistem kliring di wilayah Jawa Timur pada triwulan II-
2008 mencapai Rp41,49 triliun, secara tahunan meningkat signifikan sebesar
31,42% (yoy). Dilihat dari volumenya, jumlah warkat yang diproses pada triwulan
I-2008 tercatat sebanyak 1,52 juta lembar, relatif stabil dibandingkan triwulan
yang sama tahun sebelumnya.
II PROSPEK EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN III-2008
Prospek Ekonomi Triwulan III 2008
Pada triwulan III-2008, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diproyeksikan
berada di kisaran 5,5 - 6%1. Konsumsi masyarakat diperkirakan kembali
melambat mengingat tingkat inflasi yang masih tinggi ditambah risiko tekanan
harga yang berasal dari permintaan masyarakat menyambut Lebaran. Investasi
swasta diprediksi akan terus membaik melanjutkan tren sebelumnya, sementara
Investasi Pemerintah diperkirakan juga akan dipacu pada triwulan III ini untuk
mengkompensasi lambatnya realisasi pada periode sebelumnya. Ekspor
diproyeksikan masih akan melemah sebagai imbas resesi ekonomi yang dialami
negara-negara partner dagang seperti Amerika dan Jepang. Impor akan tetap
tinggi sehingga membuat defisit neraca perdagangan luar Jawa Timur makin
lebar.
Dari sisi sektoral, ketiga sektor ekonomi utama diprediksi berkontribusi
pada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Subsektor Perdagangan yang
mendominasi Sektor PHR masih mengalami tekanan dari lemahnya daya beli
domestik maupun eksternal. Sektor Industri menghadapi persoalan tingginya
biaya energi dan ketersediaan suplai listrik. Tingginya biaya operasi juga menjadi
tantangan di Sektor Pertanian, khususnya biaya pemupukan dan penyediaan air.
Musim kering 2008 diprediksi mundur sehingga berlangsung lebih lama dari
biasanya.
Pada triwulan III-2008, Inflasi Jawa Timur diperkirakan meningkat dan
berada di kisaran 10,5 ± 1%2. Hal ini masih disebabkan adanya peluang
tekanan pada inflasi volatile food termasuk faktor imported inflation, serta
1 Estimasi BI 2 Estimasi BI
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 xii
Ringkasan Eksekutif
tingkat ekspektasi masyarakat terhadap inflasi ke depan yang juga meningkat.
Pengaruh musiman berupa peningkatan kebutuhan konsumsi masyarakat
menjelang bulan puasa dan hari raya Idul Fitri menjadi faktor pendorong tingkat
inflasi, disamping tekanan lainnya dari sisi penawaran. Realisasi belanja
pemerintah yang cenderung meningkat memasuki semester II 2008 merupakan
salah satu sumber tekanan terhadap inflasi yang patut diwaspadai. Disisi lain,
persoalan sekitar distribusi dan tata niaga beberapa komoditas utama juga
diperkirakan masih menyisakan masalah untuk diselesaikan, termasuk masalah
infrastruktur yang belum memadai.
Prospek Perbankan Ekonomi Triwulan III 2008
Pada triwulan III-2008, industri perbankan memiliki peluang untuk
meningkatkan kinerjanya. Struktur dan pondasi sistem perbankan yang cukup
baik selama periode semester I 2008 diperkirakan dapat terus berlanjut, terutama
ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi oleh perbankan. Disamping itu,
optimisme terhadap efektivitas berbagai paket kebijakan perbankan diharapkan
dapat menjadi stimulus untuk pertumbuhan ekonomi dan dapat menjaga
kestabilan sistem keuangan. Dari sisi penyaluran kredit, potensi pertumbuhannya
pada triwulan III-2008 terus meningkat, seiring dengan pertumbuhan sektor
ekonomi produktif di Jawa Timur.
Faktor yang perlu menajdi perhatian dan berpotensi menyebabkan penurunan
kinerja perbankan yaitu dampak dari kenaikan harga BBM yang dapat
menyebabkan penurunan kinerja kredit. Kondisi ini pernah terjadi pada tahun
2005 ketika pemerintah menetapkan kebijakan kenaikan harga BBM.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 xiii
Bab I – Makro Ekonomi Regional
1 MAKRO EKONOMI REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan II-2008 kembali
mengalami tekanan sehingga berada di kisaran bawah perkiraan
sebelumnya (5,5 – 6%). Kegiatan konsumsi rumah tangga, yang merupakan
penggerak utama ekonomi, tumbuh melambat. Masyarakat secara bertahap
melakukan pengurangan konsumsi makanan seiring makin tingginya inflasi bahan
pangan. Di sisi lain, konsumsi non-makanan relatif lebih stabil. Penjualan
kendaraan bermotor bahkan menunjukkan hasil yang sangat berbeda dengan
tumbuh hingga dua kali lipat dibandingkan setahun sebelumnya. Hal ini
disebabkan oleh tindakan antisipasi konsumen menjelang naiknya harga BBM
dengan cara melakukan pembelian dini untuk menghindari harga yang lebih
tinggi pasca kenaikan BBM. Khusus untuk sepeda motor, peningkatan penjualan
juga didorong oleh makin mudahnya skim pembelian. Kegiatan investasi swasta
masih tumbuh menggembirakan seperti yang ditunjukkan oleh berbagai indikator
yaitu kredit perbankan untuk tujuan investasi, impor barang modal, dan volume
penjualan semen. Investasi pemerintah (APBD) melalui belanja barang modal
masih rendah hingga berakhirnya triwulan II-2008. Aktivitas Ekspor kembali
melambat pada triwulan ini, dan bahkan nilainya sudah lebih kecil daripada nilai
Impor (defisit). Kondisi ini dipicu oleh pelemahan ekonomi global yang
menyebabkan turunnya permintaan dari negara-negara partner dagang Jawa
Timur. Di sisi lain, aktivitas impor tetap terus bertumbuh seiring dengan laju
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang ditopangnya.
Dari sisi penawaran, perlambatan terjadi pada sektor-sektor utama,
yaitu PHR, Industri, dan Pertanian. Sektor PHR menghadapi persoalan dari
menurunnya aktivitas ekspor-impor dan melemahnya daya beli masyarakat.
Subsektor Perhotelan melanjutkan tren pemulihan pada triwulan ini seiring
dengan meningkatnya occupancy rate dan kunjungan wisatawan asing. Sektor
Industri secara umum terus tertekan oleh biaya energi yang meningkat di satu sisi,
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
1
Bab I – Makro Ekonomi Regional
dan melemahnya daya beli di sisi lain. Inflasi yang tinggi juga memicu berbagai
demonstrasi buruh/karyawan untuk menuntut perbaikan kesejahteraan yang
mengganggu produktivitas. Sektor Pertanian tumbuh melambat karena dampak
lanjutan bencana banjir yang terjadi akhir tahun lalu. Luas lahan panen di
triwulan ini menurun setelah sejumlah lahan tanam terkena banjir. Subsektor
Perikanan masih tumbuh melambat akibat tingginya biaya bahan bakar yang
harus ditanggung nelayan. Solar untuk kegiatan perikanan umumnya harus dibeli
pada harga keekonomian (non-subsidi). Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan ke
sektor-sektor andalan tetap dalam tren peningkatan kecuali kredit Sektor
Pertanian yang kinerjanya terus menurun.
Ukuran kesejahteraan masyarakat terkini menunjukkan adanya
perbaikan taraf ekonomi di Jawa Timur. Dalam kurun waktu Maret 2007 –
Maret 2008, tercatat adanya penurunan jumlah pengangguran dan jumlah
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan di Jawa Timur. Pencapaian ini
dimungkinkan oleh adanya pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga dalam
kurun waktu tersebut. Namun demikian, kondisi ini diprediksi akan mengalami
perubahan dalam kurun waktu satu tahun mendatang. Tingginya inflasi -
terutama pasca kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008, dan perlambatan
pertumbuhan ekonomi diyakini akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan
masyarakat di Jawa Timur.
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
2
Bab I – Makro Ekonomi Regional
1.2. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan II-
2008 diwarnai oleh perlambatan di komponen Konsumsi dan Ekspor-Impor.
Seperti halnya di triwulan I-2008, Konsumsi melambat akibat tingginya inflasi yang
melemahkan daya beli, sedangkan kinerja ekspor mengalami penurunan sebagai
dampak krisis ekonomi global. Di sisi lain, Komponen Investasi mampu untuk tetap
tumbuh lebih tinggi pada triwulan II-2008 ini.
Tabel 1.1
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur
2006 2007 2008 URAIAN Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Konsumsi Rumahtangga 7.65% 5.07% 6.83% 8.86% 4.29% 5.11% 6.85% 8.87% 3.70%
- Makanan 9.59% 11.94% 10.78% 7.97% 2.23% 1.76% 2.84% 5.39% 2.24%
- Non Makanan 4.98% -3.85% 1.77% 10.05% 7.28% 10.17% 12.43% 13.40% 5.71%
Konsumsi Lembaga Swasta Tidak 1.79% 7.73% 10.50% 6.21% 2.35% 5.86% 5.88% 5.51% 3.87%
Mencari Untung
Konsumsi Pemerintah 12.89% 6.70% 8.40% 7.75% 14.19% 8.07% 4.27% 7.86% 7.64%
Pembentukan Modal Tetap Bruto 11.07% 7.23% 5.07% 5.50% 1.96% 2.47% 5.48% 1.15% 4.75%
Perubahan Stok -
88.07% -
14.93% -
39.67% 224.31% 211.64% -0.81% 6.12% 212.06% 157.34%
Ekspor 3.02% 6.94% 14.03% 11.45% 5.86% 6.68% 7.14% 8.53% 3.68%
a. Antar Negara/Luar Negeri 0.18% 10.32% 17.75% 21.60% 7.85% 4.30% 1.74% 12.59% 5.27%
b. Antar Pulau Luar Provinsi 4.02% 8.00% 0.00% 5.59% 2.72% 1.10% 7.66% 4.07% 1.58%
c. Antar Provinsi Melalui Darat 6.24% 1.82% 20.53% 4.17% 5.82% 15.05% 14.24% 6.31% 3.22%
Impor 4.56% 3.98% 3.84% 12.47% 4.80% 3.27% 7.34% 3.00% 3.94%
a. Antar Negara/Luar Negeri 1.92% 1.48% 2.90% 2.95% 0.43% 2.85% 2.69% 3.44% 4.69%
b. Antar Pulau Luar Provinsi 6.76% 7.02% 7.26% 22.01% 5.06% 5.33% 5.99% 5.34% 2.65%
c. Antar Provinsi Melalui Darat 6.48% 5.17% 2.32% 20.27% 10.91% 2.13% 16.72% 0.90% 4.12%
Produk Domestik Regional Bruto 4.92% 5.97% 6.02% 6.28% 5.54% 6.21% 6.31% 6.35% 5.45%
Sumber: BPS Jawa Timur
a. Konsumsi
Secara umum, aktivitas konsumsi rumah tangga diprediksi kembali
tumbuh melambat pada triwulan II-2008 meskipun masih memberi andil
dominan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Indikasi perlambatan
ini tampak pada hasil Survei Konsumen BI yang merupakan cerminan
keyakinan masyarakat untuk melakukan konsumsi. Indeks Ekspektasi
Konsumen (IEK) tercatat terus menurun, bahkan mencapai level yang lebih
rendah dibandingkan kondisi tahun 2005 ketika terjadi kenaikan harga BBM
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
3
Bab I – Makro Ekonomi Regional
hingga 166% (Gambar 1.3). Perlambatan konsumsi juga diindikasikan oleh
tingkat impor barang konsumsi yang menurun baik secara nilai maupun
volume. Selama ini, aktivitas konsumsi perekonomian Jawa Timur ditopang
pula oleh barang-barang konsumsi yang diimpor dari luar negeri (Gambar 1.1
dan 1.2).
Kejadian penting pada triwulan II-2008 yang berpengaruh pada tingkat
konsumsi rumah tangga adalah kenaikan harga BBM pada tanggal 25 Mei
2008. Menyusul keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM, harga
sebagian besar barang dan jasa ikut melonjak sehingga menekan daya
beli/konsumsi masyarakat.
Gambar 1.1 Gambar 1.2 Perkembangan Nilai Impor Barang Konsumsi Perkembangan Volume Impor Barang Konsumsi
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2006 2007 2008
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%Volume Impor B KonsumsigVolume Impor B Konsumsi
0
50
100
150
200
250
300
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2006 2007 2008
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%Nilai Impor B Konsumsi
gNilai Impor B Konsumsi
Sumber: BI Sumber: BI
Gambar 1.3 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008
Indeks EkspektasiKonsumen
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
4
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Bila dianalisis lebih mendalam, perlambatan khususnya tampak pada
konsumsi makanan, sementara konsumsi non-makanan belum terlalu
terpengaruh hingga triwulan ini. Relatif stabilnya konsumsi non-makanan ini
tercermin pada berbagai indikator antara lain konsumsi listrik rumah tangga,
penjualan semen, penjualan mobil, dan penjualan motor. Sementara itu,
penjualan produk-produk makanan mengalami kembali mengalami penurunan
di triwulan II-2008 seperti yang ditunjukkan oleh hasil Survei Penjualan Eceran
BI Surabaya (Gambar 1.4).
Sebuah fenomena menarik tampak pada tingkat penjualan kendaraan
bermotor (mobil dan motor) yang justru meningkat tajam menjelang kenaikan
harga BBM dan bahkan mencapai puncaknya pada bulan Mei 2008 ketika
harga BBM benar-benar dinaikkan. Kondisi ini berlawanan dengan hasil Survei
Konsumen yang menunjukkan merosotnya keyakinan masyarakat untuk
membeli barang tahan lama/durable goods (Gambar 1.9).
Fenomena ini dapat dijelaskan sebagai tindakan antisipasi masyarakat
terhadap kemungkinan naiknya harga kendaraan bermotor pasca kenaikan
harga BBM sehingga mereka melakukan pembelian dini. Selain itu, kendaraan
bermotor umumnya dikonsumi oleh kelompok masyarakat dengan
pendapatan menengah ke atas yang lebih tahan terhadap gejolak harga dan
mampu mempertahankan daya beli-nya melalui berbagai sumber pendapatan
alternatif.
Khusus untuk tingkat penjualan motor, yang melonjak hingga 200% pada
bulan Mei 2008, dapat dipahami sebagai pilihan ekonomis konsumen untuk
memiliki motor sendiri dibandingkan menggunakan angkutan umum.
Masyarakat beranggapan bahwa akibat kenaikan harga BBM, menggunakan
angkutan umum akan membutuhkan biaya yang lebih tinggi daripada
mengoperasikan motor. Oleh karena itu, mereka berusaha membeli motor
sebagai alat transportasi sehari-hari meskipun untuk pembeliannya harus
dilakukan secara kredit. Maraknya pembiayaan kredit motor yang tersedia di
pasar berikut berbagai kemudahan skim kredit yang ditawarkannya turut
memberi andil pada tingginya konsumsi masyarakat ini.
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
5
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.4 Gambar 1.5 Indeks Penjualan Makanan Minuman Konsumsi Listrik Rumah Tangga
70
75
80
85
90
95
100
105
110
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008
0
100
200
300
400
500
600
700Konsumsi listrik RTKwH per pelanggan RT
405060708090
100110120130140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5* 6*
2005 2006 2007 2008
Makanan Minuman
Sumber: Survei Penjualan Eceran BI Surabaya Sumber: PLN Distribusi Jatim
Gambar 1.6 Gambar 1.7 Volume Penjualan Semen di Jawa Timur Volume Penjualan Motor
Penjualan Motor gPenjualan Motor
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%Vol Penjualan Semen gPenjualan Semen
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
0
10,00020,000
30,000
40,00050,000
60,000
70,00080,000
90,0001 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008
Gambar 1.9 Indeks Ketepatan Waktu Membeli
Barang Tahan Lama (Durable Goods)
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008
Indeks Ketepatan Waktu MembeliBarang Tahan Lama
Gambar 1.8 Volume Penjualan Mobil
Sumber: Dipenda Provinsi Jatim Sumber: Asosisasi Semen Indonesia
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%Penjualan Mobil gPenjualan Mobil
Sumber: Dipenda Provinsi Jatim
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
6
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Survei Bank Indonesia lainnya menunjukkan bahwa persepsi masyarakat
tentang kondisi penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan lalu cenderung
terus menurun. Hal serupa juga tampak pada ekspektasi masyarakat akan
penghasilan mereka di masa mendatang (Gambar 1.10). Kondisi ini
mengkonfirmasi prediksi perlambatan aktivitas konsumsi pada triwulan II-2008
ini.
Dari sisi pembiayaan, aktivitas konsumsi diduga dibiayai oleh simpanan
masyarakat di bank dan pinjaman dari bank. Laju pertumbuhan tabungan
milik perorangan di perbankan Jawa Timur tampak melambat pada triwulan
ini, meskipun masih mencatatkan tingkat pertumbuhan (yoy) yang tinggi di
kisaran 30%. Selain untuk membiayai aktivitas konsumsi yang makin mahal,
penurunan laju simpanan masyarakat dalam bentuk tabungan juga diduga
karena beralihnya simpanan tersebut menjadi bentuk deposito. Setelah selama
beberapa periode tumbuh negatif, pertumbuhan simpanan deposito milik
perorangan di perbankan Jawa Timur tercatat positif pada triwulan ini
(Gambar 1.11 dan Gambar 12).
Aktivitas konsumsi masyarakat pada triwulan ini diyakini juga dibiayai
oleh kredit perbankan, khususnya kredit konsumsi. Laju pertumbuhan kredit
konsumsi perbankan Jawa Timur terus menunjukkan perbaikan hingga
mencapai angka 17% (yoy) pada bulan Juni 2008. Selain kredit perbankan,
pembiayaan konsumsi masyarakat diperkirakan juga berasal dari berbagai
perusahaan pembiayaan yang marak tersedia di pasar. Pembiayaan jenis ini
umumnya ditujukan untuk pembelian produk-produk elektronik, otomotif,
dan produk ritel rumah tangga lainnya.
Sementara itu, konsumsi pemerintah daerah pada triwulan ini relatif
lancar, seperti yang diindikasikan oleh tingkat realisasi belanja rutin daerah
yang umumnya mencapai kisaran 50% (lihat juga Bagian 1.5 Keuangan
Daerah).
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
7
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.10 Gambar 1.11
Indeks Penghasilan Saat ini Perkembangan Tabungan Perorangan dan Ekspektasi Penghasilan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
b. Investasi
Kegiatan investasi kembali tumbuh tinggi dan bahkan lebih baik pada
triwulan ini, sebagaimana dikonfirmasi oleh data impor yang menunjukkan
adanya peningkatan laju impor barang modal (capital goods) dari luar negeri ke
Jawa Timur. Laju impor barang modal memang terus meningkat sejak tahun
2006 dan mencapai tingkat tertinggi pada triwulan II-2008 ini, baik dari segi nilai
maupun volume. Barang modal didefinisikan sebagai barang yang digunakan
dalam memproduksi barang atau jasa namun tidak menjadi bagian dari barang
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah
2005 2006 2007 2008
Indeks Penghasilan Saat IniEkspektasi Penghasilan
Gambar 1.12 Perkembangan Deposito Perorangan
0%5%
10%15%20%25%30%35%40%45%50%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008
10111213141516171819202122Nilai Kredit Konsumsi
gKredit Konsumsi
Gambar 1.13 Perkembangan Kredit Konsumsi
Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah
-
10
20
30
40
50
60
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6
Tabunganperorangan
-10%-5%0%5%10%15%20%25%30%35%
gTabunganperorangan
2006 2007 2008
40
41
42
43
44
45
46
47
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6
Depositoperorangan
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
gDepositoPerorangan
2006 2007 2008
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
8
Bab I – Makro Ekonomi Regional
atau jasa yang diproduksi tersebut. Contoh barang modal adalah peralatan
transportasi, mesin industri, dan alat perkantoran.
Gambar 1.14
Perkembangan Nilai Impor Capital Goods Gambar 1.15
Perkembangan Volume Impor Capital Goods
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
Di sisi lain, investasi pemerintah daerah hingga triwulan II-2008 ini masih
tergolong rendah, seperti yang diindikasikan oleh tingkat realisasi belanja
langsung yang umumnya baru mencapai kisaran 20% (lihat juga Bagian 1.5.
Keuangan Daerah). Belanja modal Pemerintah Provinsi Jawa Timur bahkan
baru mencapai 20% hingga berakhirnya triwulan II-2008.
Sementara itu, Departemen Pekerjaan Umum mengalokasikan dana
sejumlah Rp4,68 triliun untuk 59 proyek fisik di wilayah Jawa Timur di
sepanjang tahun 2008. Proyek-proyek ini umumnya berupa pembangunan
infrastruktur permukiman, jalan dan jembatan, serta pemeliharaannya.
Sejumlah besar dana tersebut dialokasikan untuk penyelesaian proyek
Jembatan Surabaya-Madura khususnya Bentang Tengah (Rp849 miliar), sisi
Surabaya (Rp151 miliar), dan sisi Madura (Rp266 miliar)1.
Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit perbankan untuk tujuan
investasi pada triwulan ini tercatat lebih baik daripada triwulan II-2007 dan
menunjukkan tren perbaikan. Selain kredit perbankan, sektor riil diperkirakan
juga menggunakan sumber pendanaan investasi lain seperti modal sendiri,
pinjaman, obligasi, dan saham, meskipun proporsinya masih relatif kecil.
1 Informasi proyek fisik di daerah dapat diakses di: https://eproc.pu.go.id/publik/new/kegiatan/default.asp
Sumber: BI Sumber: BI
0
50
100
150
200
250
300
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2006 2007 2008
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
0
10
20
30
40
50
60
70
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Nilai Impor Capital Goods Volume Impor Capital GoodsgNilai Impor Capital Goods gVolume Impor Capital Goods
2006 2007 2008
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
9
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.16 Perkembangan Kredit Investasi
c. Ekspor-Impor
Pelemahan aktivitas ekspor pada triwulan ini turut memberi andil pada
perlambatan ekonomi Jawa Timur. Laju ekspor tercatat menurun sebagai
dampak krisis ekonomi global yang berimbas pada berkurangnya permintaan
akan produk-produk Jawa Timur di luar negeri. Secara volume, ekspor Jawa
Timur ke luar negeri hanya tumbuh sebesar 3,07% (yoy), jauh lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2007 yang mencapai 12,18%. Dari
sisi nilai, ekspor Jawa Timur bahkan tumbuh negatif (-0,97%) yang merupakan
penurunan signifikan dibandingkan pencapaian pada triwulan II-2007 yang
tumbuh sebesar 44,17%. Penurunan ini juga dikonfirmasi oleh statistik jumlah
barang yang diangkut di Pelabuhan Tanjung Perak (Gambar 1.21).
Di sisi lain, impor Jawa Timur dari luar negeri terus meningkat pada
triwulan II-2008 ini, baik secara volume maupun nilai. Tetap tingginya impor ini
terkait dengan struktur ekonomi Jawa Timur yang masih banyak tergantung
pada pasokan dari luar negeri baik untuk barang konsumsi akhir maupun
barang setengah jadi. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tidak hanya dicukupi
oleh produksi maupun bahan baku yang berasal dari dalam negeri, melainkan
juga dari luar negeri dalam bentuk impor.
Dengan perkembangan ekspor dan impor tersebut, surplus neraca
perdagangan (trade balance) Jawa Timur tercatat defisit di sepanjang triwulan II-
2008 (April-Juni 2008). Kondisi ini sangat berbeda dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya yang mayoritas mencatat surplus.
Sumber: Laporan Bulanan perbankan, diolah
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Nilai Kredit Investasi
0
2
4
6
8
10
12
14gKredit Investasi
2005 2006 2007 2008
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
10
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.17 Gambar 1.18 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Perkembangan Volume Ekspor dan Impor
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2005 2006 2007 2008
Nilai Ekspor
Nilai Impor
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2005 2006 2007 2008
Volume Ekspor
Volume Impor
Sumber: BI Sumber: BI
Tabel 1.2 Data Ekspor dan Impor Jawa Timur
Deskripsi Tw II 06 Tw II 07 Tw II 08
Ekspor Nilai (US$) 1,298,630,876 1,872,262,634 1,854,019,988 Volume (ton) 1,031,669,230 1,157,296,668 1,200,239,674
Impor Nilai (US$) 994,002,197 1,233,682,809 2,024,615,975 Volume (ton) 1,706,742,314 1,905,188,645 2,434,650,833
Pertumb Ekspor Nilai 44.17% -0.97%Volume 12.18% 3.71%
Pertumb Impor Nilai 24.11% 64.11%Volume 11.63% 27.79%
Sumber: BI
Gambar 1.19 Gambar 1.20
Neraca Perdagangan Luar Negeri Neraca Perdagangan Kumulatif
(500)
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2005 2006 2007 2008
Cumulative Net Ekspor
(210)
(160)
(110)
(60)
(10)
40
90
140
190
240
290
340
390
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2005 2006 2007 2008
Net Ekspor
Sumber: BI Sumber: BI
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
11
Bab I – Makro Ekonomi Regional
h
96% dari total nilai ekspor. Komoditas ekspor produk manufaktur yang utama
tetap berupa produk barang dari logam, produk kimia dan bahan kimia, kertas
dan produk kertas, serta makanan dan minuman. Penurunan nilai ekspor tampak
jelas pada produk barang dari logam (basic metals), serta produk kimia dan
bahan kimia.
(intermediate goods) untuk mendukung kegiatan pro
industri yang mengandung komponen impor tinggi (
industri barang dari logam, industri alat a
Gambar 1.21 Volume Barang di Tanjung Perak
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 2 3 4 5 10 11 12 10 11 12 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Ekspor masih didominasi ole produk manufaktur dengan pangsa hingga
Sementara itu, impor Jawa Timur masih didominasi oleh bahan baku
duksi terutama pada
high import content) seperti
ngkutan, dan industri pupuk dan
Gambar 1.22 erkembangan Nilai Ekspor Produk Utama P
Sumber: BI
Tabel 1.3 Nilai Ekspor Triwulan II-2008
Sumber: BI
6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 92005 2006 2007 2008
Volume Barang
Sumber: BPS
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
300,000,000
12 1 2 3 4 51 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 2 3 4 5 6 7 8 9
2005 2006 2007 2008
Basic Metals DESKRIPSI NILAI EKSPORChemical products
Food Products TOTAL NILAI EKSPOR 1,854,019,988
Agriculture, Hunting & Fishing 97,865,401 Paper and paper products
Mining and Quarrying 4,051,689
Manufacturing 1,752,102,898 Basic Metals 348,637,239 Paper and paper products 262,268,593 Food products and beverages 234,889,111 Chemical and chemical produ 225,646,701 Furniture 145,454,579
cts
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
12
Bab I – Makro Ekonomi Regional
kimia2. Terdapat keterkaitan yang tinggi antara komoditas impor dengan
itas ekspor Jawa Timur (Tabel 1.4).
Singapura, dan Amerika Serikat. Kinerja ekspor Jawa
tergantung pada permintaan dari
terjadi di Jepang3 diyakini berdampak signifikan pada nilai
perdagangannya dengan Jawa Timur (Gambar 1.25).
komod
Gambar 1.23 Komponen Impor Jawa Timur
Tabel 1.4 Nilai Impor Triwulan II-2008
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Berdasarkan negara tujuan, ekspor Jawa Timur didominasi oleh Jepang,
Timur kemudian sangat
ketiga negara ini. Resesi ekonomi yang sedang
dan volume transaksi
2 Tabel Input-Output Jawa Timur (2000) 3 Bloomberg: Morgan Stanley Cuts Japan Growth Forecast on U.S. Spillover (August 1st, 2008)
Sumber: BI
DESKRIPSI NILAI IMPOR
TOTAL NILAI IMPOR 2,024,615,975
Agriculture, Hunting & Fishing 218,319,948
Mining and Quarrying 19,925,213
Manufacturing 1,786,370,814Chemical and chemical products 478,305,717Basic Metals 354,864,402Food products a 237,494,759Machinery and 200,660,361Furniture 130,005,666
nd beveragesEquipment
2005 2006 2007 2008
Capital Goods Int Goods Cons Goods
Sumber: BI
Gambar 1.24 Negara Tuju
Gambar 1.25
(dalam USD ribu) Perkembangan Ekspor menurut Tujuan an Ekspor Jawa Timur 2007
Japan26%
hers4%
Singapor16%
alaysia e
USA11%
Ot3
M4%
UK4% Hongkong
5%
Japan
200,000,000
250,000,000
300,000,000
350,000,000 SingaporeUSAHongkongUKMalaysia
0
50,000,000
100,000,000
150,000,000
Sumber: BI Sumber: BI
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
13
Bab I – Makro Ekonomi Regional
1.3. SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, struktur
2008 ini masih serupa
tiga sektor utama: Perdagangan, Hotel & Restoran,
Pertanian. Ketiga sektor ini memi
pada triwulan II-2008.
sebesar 5,16%4, lebih rendah diba
Perlambatan ini disumb
sektor utama Jawa Timur.
perekonomian Jawa Timur pada triwulan II-
dengan periode-periode sebelumnya, yaitu didominasi oleh
Industri Pengolahan, dan
liki pangsa hingga 73,70% dari PDRB Jawa Timur
Perekonomian Jawa Timur pada triwulan II-2008 tumbuh
ndingkan triwulan II-2007 yang sebesar 6,21%.
angkan oleh penurunan kinerja secara umum di sektor-
Gambar 1.26Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur
4.98
5.54
6.31
4.92
5.16
6.316.21
6.02
5.97
6.286.095.98
6.35
5.45
3
4
5
6
7
8
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*
2005 2006 2007 2008
Jawa Timur Nasional
Sumber: BPS Jawa Timur
Gambar 1.28 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Jawa Timur Tw II-2008
Gambar 1.27 Struktur Perekonomian Jawa Timur Tw II-2008
Industri, 25.62%
Tani, 15.55%
Jasa, 8.02%
Angkut dan Kom, 5.80%
PHR, 32.69%
Tambang, 2.06%
Listrik Gas Air, 1.73%
Keuangan, 5.32%
Bangunan, 3.20%
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Jasa-jasa
%
Sumbangan
Pertumbuhan
Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur
4 Angka sangat sementara
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
14
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb Sumb
Pertambangan & Penggalian 8.61 0.07 11.09 0.13 10.01 0.16 11.43 0.15 7.50 0.07 6.79 0.11
Industri Pengolahan 4.16 1.41 4.60 1.62 4.78 1.74 4.98 1.69 4.14 1.37 3.42 1.32
Listrik, Gas dan Air Bersih 11.72 0.10 11.95 0.11 16.21 0.11 7.81 0.12 3.87 0.10 7.15 0.09
Bangunan -0.08 0.16 1.97 0.20 1.93 0.22 0.76 0.19 2.54 0.16 2.02 0.17
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8.23 1.62 8.37 1.97 8.43 1.84 8.50 2.10 8.46 1.64 8.06 1.69
Pengangkutan dan Komunikasi 6.90 0.32 8.63 0.36 8.01 0.36 7.55 0.38 6.96 0.32 6.24 0.30
Jasa-jasa 5.65
Tw II-08Tw I-08Tw IV-07Tw III-07Tw II-07Tw I-07SEKTOR
Pertanian 2.83 1.15 2.79 1.00 3.61 1.04 3.40 0.85 2.16 1.10 1.86 0.80
Keuangan, Persewaan, dan Jasa 7.96 0.26 9.38 0.33 8.17 0.33 8.32 0.34 7.93 0.26 5.85 0.27
0.45 5.92 0.50 6.26 0.51 5.67 0.53 5.77 0.44 5.21 0.41
PDRB 5.54 5.54 6.21 31 6.35 6.35 5.45 5.45 5.16 5.166.21 6.31 6.
Ketiga sektor dominan ini menunjukkan kinerja yang relatif stabil,
meskipun melambat dengan tingkat perlambatan yang bervariasi. Persoalan
yang dihadapi sektor riil di triwulan ini masih serupa dengan triwulan lalu, yaitu
biaya produksi yang meningkat, daya beli masyarakat yang makin lemah,
ketersediaan suplai energi listrik, serta gangguan perubahan musim.
Tabel 1.5Pertumbuhan dan Sumbangan Sektoral
Sumber: BPS Jawa Timur
Gambar 1.25
an Pertumbuhan Sektor Andalan Perkembang
Sumber: BPS Jawa Timur
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
10%
12%
2005 2006 2007 2008
PHR Industri Tani
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
15
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini tercatat meningkatkan utilisasi
kapasitas produksi yang ada di Jawa Timur. Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) yang dila rabaya, diketahui bahwa
secara rata-rata terjadi peningkatan kapasitas produksi terpakai dari 63,32% di
triwulan II-2007 menjadi 75,13% di triwulan II-2008. Kondisi ini mengkonfirmasi
adanya pertumbuhan di perekonomian Jawa Timur. Tingkat utilisasi kapasitas
yang berada di level 75,13% menunjukkan bahwa masih terdapat ruang bagi
perekonomian Jawa Timur untuk melakukan ekspansi lebih tinggi lagi di masa
mendatang tanpa mengorbankan stabilitas harga karena masih terdapat
kelonggaran pada sisi penawaran.
Pertumbuhan dikonfirmasi oleh hasil
peningkatan realisasi 008 bila dibandingkan triwulan II-
2007. Semua hal tersebut memberikan kesimpulan bahwa ekonomi masih
tumbuh pada triwulan II-2008 meskipun melambat.
Tabel 1.6Utilisasi Kapasitas Produksi di Jawa Timur
kukan oleh Bank Indonesia Su
PERTANIAN 63.05 76.35
5. Kimia dan barang dari karet 70.00 71.90 6. Semen dan barang galian bukan logam 38.33 86.00 7. Logam dasar, besi dan baja 79.67 95.00 8. Alat angkutan, mesin da 56.67 67.08 9. B 68.75
B. Industri Mig1. Pengilangan minyak bumi2. Gas alam cair
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 60.00 88.93
TOTAL SELURUH SEKTOR 63.32 75.13
SEKTORAL Tw II-2007 Tw II-2008
A. Tanaman Pangan 65.00 75.29 B. Tanaman Perkebunan 43.75 75.00 C. Peternakan dan Hasil - hasilnya 86.40 80.43 D. KehutananE. Perikanan 75.00 69.82
PERTAMBANGAN 100.00 72.50
INDUSTRI PENGOLAHAN 64.52 74.34 A. Industri Non Migas
1. Makanan, minuman dan tembakau 61.00 75.45 2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 65.86 71.83 3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 69.10 69.20 4. Kertas dan barang cetakan 57.00 80.83
n peralatannya
arang Lainnya 70.18 as
ekonomi pada triwulan ini juga
survei SKDU terhadap pelaku usaha di Jawa Timur yang menunjukkan
usaha di triwulan II-2
Sumber: SKDU BI Surabaya
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
16
Bab I – Makro Ekonomi Regional
a. Sektor Perdagangan, Hotel
Pada & Restoran tetap
tampil seba Timur, dengan pangsa
uh tinggi sebesar 8,06%. Namun
demikian, rendah dibandingkan
triwulan ya
Gambar 1.23 Indeks Realisasi Usaha
& Restoran
triwulan II-2008, sektor Perdagangan, Hotel
gai sektor utama dalam perekonomian Jawa
sebesar 33,28% dari total PDRB, dan tumb
pertumbuhan sektor PHR ini masih lebih
ng sama tahun sebelumnya.
Tw II 2007 Tw II 2008 No. Sub Sektor Pertumbuhan
(%) Sumbangan
(%) Pertumbuhan
(%) Sumbangan
(%)
1. Perdagangan 8.87 1.60 8.57 1.37
2. Hotel 1.19 0.06 4.19 0.05
3. Restoran 7.34 0.32 6.21 0.26
Total 8.37 1.97 8.06 1.69
ena melemahnya ekonomi
global dan nasional yang berdampak pada aktivitas perdagangan di Jawa
Timur.
Tabel 1.7Pertumbuhan Ekonomi Sektor PHR
Subsektor perdagangan yang memiliki pangsa terbesar tumbuh
melambat pada triwulan II-2008 sebagaimana diindikasikan oleh prompt
indicator volume barang di Pelabuhan Tanjung Perak dan Indeks Realisasi
Usaha Sektor PHR. Hal ini tidak lepas dari fenom
Sumber: BPS Jawa Timur
Sumber: SKDU BI Surabaya -30
-20
-10
0
10
20
30
Tw I
-20.54
16.7
-27.23
7.05
22.1
-18.91
11.35
22.3225.86
21.6
-1.850.67 -0.45
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2005 2006 2007 2008
Indeks Realisasi Usaha
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
17
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Di sisi lain, Subsektor Hotel pada triwulan ini justru mencatat kinerja
l ini diyakini terkait juga dengan
meningkatnya jumlah wisata Timur. Statistik jumlah
wisatawan asing yan uanda terus menunjukkan tren
peningkatan (Gambar 1.35
Pasca kenaika e u di Jawa
Timur memilih strategi mempertahankan tarif kamar (published rate) namun
melakukan revisi kontrak terhadap pelanggan segmen tertentu seperti
ko poras instansi rintah. egi ini dipilih karena para pengusaha
natif untuk merevisi harga kontrak terhadap pelanggan tertentu
akan lebih efisien dilakukan daripada menaikkan published rate. Permintaan
akan jasa hotel dari pasar segemented selama ini memang lebih kuat sehingga
pengusaha berani untuk merevisi kontrak mereka.
Selain itu kalangan pengusaha hotel juga akan lebih memprioritaskan FIT
(Free Individual Traveler) dan paket MICE (Meeting, Incentive, Convention, and
Exhibition).
yang lebih baik dengan tumbuh sebesar 4,19% (yoy), lebih tinggi daripada
triwulan II-2007 yang tumbuh negatif 1,19%. Peningkatan kinerja ini tercermin
pada prompt indicators tingkat hunian (occupancy rate) hotel berbintang di
Jawa Timur dan lama tinggal tamu di hotel (Gambar 1.33 dan Gambar 1.34).
Perbaikan kinerja subsektor hote
Gambar 1.27 Volume Barang di Pel Tanjung Perak
Gambar 1.29 Indeks Realisasi Usaha Sektor PHR
-10.2
6.04
-8.89
-11.49
2.69
10.4
3.75
5.65
1.08
3.12
-9.55
-2.31
0.88
5
0
-5
0
5
10
15
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
wan asing ke Jawa
g melalui Bandar Udara J
).
n harga BBM di bulan M i 2008, peng saha hotel
r i dan peme Strat
menilai alter
Sumber: BPS Sumber: SKDU BI Surabaya
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008
Volume Barang
-1
-1
2005 2006 2007 2008
Indeks Realisasi Usaha
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
18
Bab I – Makro Ekonomi Regional
e-periode mendatang, bahkan dapat meningkat
bila d
Gambar 1.33 Gambar 1.34
Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim
0
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
Dilihat dari sisi pembiayaan, kredit perbankan ke sektor perdagangan
dan perhotelan terus mengalami tren perbaikan pada triwulan ini sesuai
dengan kinerja riil sektoral-nya. Pertumbuhan kredit di sektor ini diperkirakan
akan relatif stabil di period
idukung oleh kinerja sektor riil. Namun demikian, tingkat pertumbuhan
kredit ini diperkirakan masih belum akan menyamai pencapaian di tahun 2005
ketika tumbuh di atas 50%.
Gambar 1.35 Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda
Sumber: BPS
Sumber: BPS
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 52006 2007 2008
Occupancy Rate
2006 2007 2008
AsingIndonesiaTOTAL
Sumber: BPS
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008
Jml Wisman melaluiJuanda
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
19
Bab I – Makro Ekonomi Regional
b. Industri Pengolahan
Sektor industri tumbuh melambat pada triwulan ini (3,42%)
dibandingkan kinerja pada triwulan II-2008 yang sebesar 4,60%. Seperti yang
ditunjukkan oleh Tabel 1.8, kontributor utama pertumbuhan pada triwulan ini
tetap berasal dari subsektor makanan, minuman & tembakau, subsektor kertas
& barang cetakan, dan subsektor logam dasar besi dan baja.
Sektor Industri terus tertekan oleh biaya energi yang meningkat di satu
lemahnya daya beli di sisi lain. Permintaan barang dari luar negeri
juga menurun sejalan dengan melemahnya ekonomi global dan ekonomi
Dari sisi internal perusahaan, inflasi yang
tinggi memicu berbagai demonstrasi oleh buruh/karyawan untuk menuntut
perbaikan kesejahteraan sehingga mengganggu produktivitas.
Di penghujung triwulan II-2008, kalangan industri mendapat tantangan
baru berupa Surat Keputusan Bersama (SKB) Lima Menteri yang menetapkan
sejumlah industri untuk mengalihkan jam kerjanya ke hari Sabtu dan Minggu
untuk menjaga kelancaran pasokan listrik. Tercatat sejumlah 500 pelanggan
golongan industri di Jawa Timur yang harus melakukan pengalihan jam kerja
ini. Kebijakan pemerintah ini umumnya dikeluhkan kalangan pengusaha
a dapat berdampak pada tuntutan buruh untuk mendapat uang lembur.
Gambar 1.36 Kredit Sektor Perdagangan dan Hotel
sisi, dan me
negara-negara partner dagang,
karen
Sumber: Laporan Bulanan perbankan, diolah
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
50%
60%
70%Kredit PHRgKredit PHR
30%
40%
0%
10%
20%
12
2005 2006 2007 2008
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
20
Bab I – Makro Ekonomi Regional
PLN Distribusi Jawa Timur menargetkan penghematan listrik sebesar
150MW dari kebijakan pengalihan jam kerja industri. Namun demikian,
pengalihan jam kerja 500 pelanggan industri tersebut diperhitungkan hanya
mampu memberi penghematan sebesar 20MW saja sehingga pemadaman
bergilir di wilayah Jawa Timur diperkirakan akan terus berlangsung hingga
2009. Pemadaman bergilir selama ini sering menjadi keluhan para pengusaha
utamanya dari jenis usaha yang harus beroperasi penuh selama tujuh hari
seminggu.
Tw II 2007 Tw II 2008 No. Sub Sektor Pertumbuhan Sumbangan Pertumbuhan Sumbangan
(%) (%) (%) (%)
1. Makanan, minuman & tembakau 3.49 0.87 2.61 0.71
2. Tekstil, barang kulit & alas kaki 3.66 0.06 2.42 0.05
3. Barang kayu & hasil hutan lainnya 0.71 0.04 2.38 0.03
4. Kertas & barang cetakan 9.60 0.26 5.12 0.21
5. Kimia & barang dari karet 5.86 0.12 3.57 0.10
6. Semen & barang galian bukan logam -3.14 0.05 2.60 0.04
7. Logam dasar besi & baja 6.07 0.13 4.77 0.11
8. Alat angkutan, mesin & peralatannya 9.89 0.03 9.18 0.03
9. Barang lainnya 2.73 0.05 3.88 0.04
Total 4.60 1.62 3.42 1.32
Risiko terbesar yang dihadapi oleh Sektor Industri Pengolahan
sesungguhnya berasal dari tren peningkatan harga bahan bakar minyak.
Sesuai aturan pemerintah, harga bahan bakar yang dikonsumsi oleh industri
dipatok mengikuti harga yang terbentuk di pasar internasional. Kenaikan
harga yang persisten ini dipastik
Tabel 1.8Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri
Sumber: BPS Jawa Timur
an akan mendorong naik ongkos produksi
yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada kinerja sektor secara
keseluruhan. Hingga akhir Juni 2008, harga BBM industri telah naik rata-rata
100% dibandingkan posisi Juni 2007.
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
21
Bab I – Makro Ekonomi Regional
3% (yoy).
Gambar 1.37Perkembangan Harga BBM Industri
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan untuk sektor industri masih
tumbuh menggembirakan di tengah sulitnya kinerja sektor riil. Kredit Sektor
Industri mampu tumbuh konsisten sejak titik baliknya di akhir tahun 2006 dan
kini bahkan dapat melampaui kondisi sebelum gejolak kenaikan BBM di tahun
2005. Pertumbuhan kredit untuk sektor industri pada bulan Juni 2008
mencapai 5
Sumber: Pertamina
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008
M Solar Transp
M Diesel
M Solar Industri
Gambar 1.38 Perkembangan Kredit Sektor Industri
Sumber: Laporan Bulanan perbankan
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
60%Kredit Industri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 4 5 6
2005 2006 2007 2008
-10%
0%
10%
%
%
50%gKredit Industri
30
40%
20
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
22
Bab I – Makro Ekonomi Regional
c.
Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan ini mengalami perlambatan yang
signifikan, meskipun masih mampu tumbuh sebesar 1,86%. Perlambatan
terjadi di hampir semua subsektor, kecuali perkebunan dan kehutanan. Namun
demikian, subsektor yang paling memberi dampak perlambatan adalah
subsektor tanaman bahan makanan (tabama) yang memiliki porsi terbesar
dalam PDRB.
Tw II 2007 Tw II 2008 No. Sub Sektor Pertumbuhan Sumbangan Pertumbuhan Sumbangan
(%) (%) (%) (%)
1. Tanaman bahan makanan 1.18 0.57 0.03 0.45
2. Tanaman perkebunan 3.69 0.14 4.13 0.11
3. Peternakan & hasilnya 6.53 0.16 5.72 0.14
4. Kehutanan -7.85 0.02 0.18 0.01
5. Perikanan 6.94 0.11 3.23 0.09
Total 2.79 1.00 1.86 0.80
Aktivitas sektor pertanian pada triwulan ini diwarnai oleh awal musim
panen kedua bagi padi dan musim tanam bagi jagung (Gambar 1.39 dan
Gambar 1.40). Seperti pola di tahun-tahun sebelumnya, triwulan kedua adalah
masa panen kedua (gadu) bagi komoditas padi.
dampak bencana banjir yang melanda sebagian wilayah Jawa Timur pada akhir
tahun 2007. Saat itu, banjir mengakibatkan berkurangnya lahan tanam dan
meningkatnya lahan yang rusak (puso). Dampak banjir tersebut kini berlanjut
menjadi berkurangnya lahan yang dipanen. Sebagai contoh, pada periode
April – Juni 2008 tercatat sejumlah 600.000 hektar lahan padi yang dipanen di
Jawa Timur, menurun dibandingkan periode yang sama tahun 2007 ketika
sejumlah 786.000 hektar berhasil dipanen. Namun demikian, penurunan ini
tidak berpengaruh signifikan pada stok pangan dan harga pangan di Jawa
Timur (lihat juga Boks 1).
Tabel 1.9Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian
Sumber: BPS Jawa Timur
Pertumbuhan subsektor tabama pada triwulan ini masih terganggu oleh
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
23
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Untuk membantu para petani yang terkena bencana banjir, Dinas
Pertanian Jawa Timur dan Departemen Pertanian telah memberikan bantuan
penyediaan pupuk NPK dan benih hibrida. Bencana banjir di tahun ini
tergolong lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya karena tahun 2008
asah (La Nina). Di samping itu, bencana banjir tahun ini juga
disebabkan oleh terus berkurangnya daerah tangkapan air (catchment area)
dan kurang terpeliharanya irigasi dan bendungan.
Sementara itu, subsektor perikanan masih tumbuh melambat pada
triwulan ini utamanya akibat tingginya biaya operasi yang dibutuhkan untuk
melaut. Nelayan mengalami kesulitan untuk membeli solar sebagai bahan
a harga yang dikenakan kepada mereka adalah harga non-subsidi
(harga keekonomian). Harga solar pada triwulan II-2008 telah meningkat
sekitar 100% dibandingkan harga pada triwulan II-2007. Di sisi lain,
penghasilan dari melaut tidak selalu bisa diandalkan. Untuk menutupi biaya
operasi, mereka harus menjual hasil tangkapannya dengan harga yang lebih
tinggi yang sebenarnya menyulitkan penjualan di tengah lemahnya daya beli
masyarakat. Dengan kondisi seperti ini, banyak nelayan yang memilih beralih
profesi agar dapat mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya sehari-hari.
Perlambatan kinerja sektor pertanian pada triwulan ini juga tercermin
pada sisi pembiayaan, yaitu jumlah kredit perbankan yang disalurkan ke sektor
pertanian. Laju pertumbuhan kredit perbankan ke sektor pertanian kembali
menurun pada triwulan II-2008 ini (Gam .42). Pad lan Juni 8, kredit
pertanian hanya tumbuh sebesar 8% (yoy), bih rendah dibandingkan periode
Penuru kinerja sektor ri rtanian
tampaknya berdampak langsung pada kinerja kredit perbankan yang
merupakan salah satu unsur pendukung umbuhan
adalah musim b
bakar karen
bar 1 a bu 200
le
yang sama tahun sebelumnya. nan di il pe
pert .
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
24
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa mengalami perlambatan pada
triwulan ini, dengan mencatat pertumbuhan sebesar 5,85%, lebih rendah
dibanding triwulan II-2007 (9,38%). Penurunan kinerja ini terjadi di semua
subsektor termasuk subsektor perbankan.
Gambar 1.39 an Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur
Gambar 1.40 Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa TimurLuas Lah
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
1
2
3
4
5
D .
Keuangan, Persewaan dan Jasa
d.
Sumber: Dinas Pertanian Jawa Timur
Sumber: Dinas Pertanian Jawa Timur
Gambar 1.42 Perkembangan Kredit Pertanian
Sumber: Laporan Bulanan perbankan
Gambar 1.41 Luas Lahan Puso di Jawa Timur
Sumber: Dinas Pertanian Jawa Timur
2
2.5
3
3.5
4
4.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
5
2005 2006 2007 2008
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%Kredit PertaniangKredit Pertanian
6
7
8
9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
10
11
12
10
11
12
10
11
12 2
3
4
5
6
2005 2006 2007 2008
Luas Panen Padi Luas Tanam Padi
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
2005 2006 2007 2008
-
Luas Panen Jagung Luas Tanam Jagung
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
2005 2006 2007 2008
Luas Puso PadiLuas Puso Jagung
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
25
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Seperti halnya di triwulan I-2008, subsektor perbankan pada triwulan ini
kembali mengalami perlambatan dengan tumbuh sebesar 6,62%, lebih rendah
daripada triwulan II-2007 yang sebesar 8,42%. Perlambatan ini tercermin pada
kondisi berbagai indikator operasional perbankan Jawa Timur, seperti rasio
OPO, Net Interest Margin (pendapatan bunga), Fee Based Income
endapatan non-bunga), dan pertumbuhan kredit dan DPK.
Secara nominal, perbankan Jawa Timur masih membukukan pendapatan
ang lebih besar daripada biaya operasinya. Rasio efisiensi BOPO perbankan
wa Timur sebenarnya masih berada di posisi baik (nilai di bawah 1), namun
ergerakannya kembali menunjukkan indikasi pelemahan. Hal ini diduga
rjadi karena pertumbuhan pendapatan yang diperoleh perbankan mulai
menurun, seperti yang tercermin pada data pendapatan bunga (Gambar 1.44)
.45).
Seperti yang dialami pada triwulan I-2008, margin pendapatan
perbankan melalui kegiatan perkreditan diperkirakan kembali menurun pada
triwulan ini. Selain stabilnya suku bunga acuan pada tingkat yang rendah
(hingga bulan Mei 2008), kompetisi yang ketat untuk menyalurkan kredit
kepada debitur berkualitas makin mendorong suku bunga kredit untuk turun
sehingga berdampak pada pendapatan operasional bank. Di sisi lain,
pendapatan non bunga yang selama dua tahun terakhir tumbuh tinggi juga
kembali melandai.
Perbankan Jawa Timur sebenarnya melakukan ekspansi kredit yang
fikan di sepanjang triwulan II-2 ian, ekspansi ini
tampaknya tidak cukup mampu mendongkrak pendapatan. Tingginya
pertumb dit yang mencapai 32% (yoy) tidak dibarengi dengan
pertumbuhan DPK sehingga perbankan Jawa Timur diduga mengalihkan
dananya dari penempatan di berbagai aset keuangan (seperti SBI dan SUN)
menjadi penyaluran kredit.
B
(p
y
Ja
p
te
maupun non-bunga (Gambar 1
cukup signi 008. Namun demik
uhan kre
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
26
Bab I – Makro Ekonomi Regional
e.
Bangunan
Pada triwulan II-2008 ini, Sektor Bangunan kembali menunjukkan
perbaikan kinerja meskipun belum
Gambar 1.43 Kondisi Operasional Perbankan Jawa Timur
Gambar 1.44 Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur
0.6
0.8
0.9
1
1.1
1.2
1.3
signifikan. Sektor Bangunan mencatat
pertumbuhan sebesar 2,02% pada triwulan II-2008, sedikit lebih tinggi
daripada triwulan II-2007 yang tumbuh 1,97%. Perbaikan kinerja ini
dikonfirmasi oleh volume penjualan semen di Jawa Timur yang lebih tinggi
Gambar 1.45 ngan Fee Based Income Perbankan Jawa Timur Perkemba
Gambar 1.46 Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur
(800,000)
(600
(400 )
(200 )
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
9 12 3 6 9 12 3 6
Sumber: Laporan Bulanan perbankan Sumber: Laporan Bulanan perbankan
Sumber: Laporan Bulanan perbankan
,000)
,000
,000
-3 6 9 12 3 6
2005 2006 2007 2008
0.7
PO-BO
BO/PO
-
100,000
200,000
300,
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%Net Interest MargingNet Interest Margin
000
2006 2007 2008
Sumber: Laporan Bulanan perbankan
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6
2006 2007 2008
Fee Based Income
0%
5%
15%
20%
25%
30%
35%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
gFee Based Income
10%
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008
gDPK
gKredit
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
27
Bab I – Makro Ekonomi Regional
secara year-on-year, dan terus berada dalam tren positif setelah untuk
beberapa waktu sempat tumbuh negatif.
Perbaikan kine
rja sektor bangunan ini mendapat tantangan dari
a tercermin di perkembangan kredit
properti yang merupakan salah satu unsur pendukung pertumbuhan sektor
mbuh meskipun masih
lebih rendah dari kondisi yang pernah dicapai di tahun 2005. Pada triwulan II-
2008, kredit properti tumbuh pada kisaran 30% (yoy), membaik dibandingkan
triwulan II-2007 yang hanya sebesar 10% (yoy).
Kredit perbankan Jawa Timur di sektor properti masih didominasi oleh
Kredit Pemilikan Rumah (KPR), terutama untuk rumah bertipe lebih kecil dari
BI I-
2008 dan persaingan antar bank dalam mendapatkan debitur membuat suku
bunga KPR masih berada di tingkat yang cukup rendah sehingga berdampak
positif pada laju pemberian kredit. Namun demikian, kondisi ini diperkirakan
kenaikan berbagai harga bahan baku properti seperti besi, batu bata, dan
pasir, menyusul kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008. Pengusaha properti di
Jawa Timur dihadapkan pada pilihan sulit antara menaikkan harga jual atau
memotong margin keuntungan mereka. Namun demikian, sektor bangunan
ternyata masih mampu tumbuh di tengah berbagai tekanan ini.
Gambar 1.47 e Penjualan Semen di Jawa Timur Volum
Kondisi yang membaik ini jug
bangunan. Kredit untuk sektor properti terus bertu
70 m2. Tingkat suku bunga acuan -rate yang relatif stabil hingga triwulan I
Sumber: Asosisasi Semen Indonesia
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6
Vol Penjualan Semen gPenjualan Semen
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
2006 20082007
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
28
Bab I – Makro Ekonomi Regional
akan sedikit berubah pasca kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008 yang
kenaikan BI-rate. Perubahan diproyeksikan baru akan terjadi pada
diikuti oleh
triwulan III-2008 mengingat transmisi kenaikan harga dan kebijakan suku
bunga acuan umumnya membutuhkan waktu.
Dari sisi kualitas, tingkat non-performing loan (NPL) kredit properti
masih tergolong wajar (di bawah 5%) dan bahkan terus menunjukkan tren
menurun. Hal ini tentu akan memberi dorongan lebih kepada pihak perbankan
untuk makin gencar menyalurkan kredit properti.
Gambar 1.48
Kredit Perbankan Sektor Properti Gambar 1.49
Kredit Sektor Properti Per Penggunaan
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
Gambar 1.50 NPL Kredit Properti
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
8,000,000
9,000,000
10,000,000
1 2 3 4 5 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6
10%
20%
30%
40%
50%
60%
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000Kredit Properti
6 7
2005 2007 20082006
0%
gKredit Properti
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008
Modal Kerja Investasi< 70 > 70Rukan/Ruko
0.00
0.
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
1 2 3 4 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6
50
5 6
2005 2006 2007 2008
NPL Properti
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
29
Bab I – Makro Ekonomi Regional
f. T
g biasanya merupakan
salah satu puncak arus penumpang transportasi laut, pada tahun 2008 ini pun
tidak dapat menyamai pencapaian di tahun 2007.
Di sisi lain, kinerja angkutan
justru meng
ransportasi dan Komunikasi
Sektor transportasi dan komunikasi menunjukkan perlambatan pada
triwulan ini dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,24%, lebih rendah
daripada pencapaian pada triwulan II-2007 yang sebesar 8,63%.
Angkutan laut yang sempat menunjukkan perbaikan kinerja selama
beberapa periode terakhir, pada triwulan ini kembali mengalami perlambatan.
Perlambatan ini tercermin pada statistik jumlah barang yang melalui
Pelabuhan Tanjung Perak pada bulan April-Juni 2008 (Gambar 1.51), yang
tercatat menurun bila dibandingkan dengan kondisi satu tahun sebelumnya.
Statistik arus kontainer yang dilayani oleh PT Terminal Petikemas Surabaya
juga memberi indikasi yang sama (Gambar 1.52). Perlambatan ini diprediksi
terkait erat dengan menurunnya kinerja ekspor Jawa Timur. Sementara itu,
arus penumpang yang melalui Tanjung Perak juga tampak sedikit menurun
dibandingkan satu tahun sebelumnya. Bulan Juni yan
Gambar 1.51
Arus Penumpang dan Barang di Tanjung Perak Gambar 1.52
Statistik Kontainer PT TPS di Tanjung Perak
udara dalam perekonomian Jawa Timur
alami perkembangan yang menggembirakan. Pada triwulan II-
2008, pertumbuhan ekonomi subsektor angkutan udara tercatat sebesar
Sumber: PT Terminal Petikemas Surabaya Sumber: BPS
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2005 2006 2007 2008
Total kontainer (TEUS) gTotal Kontrainer
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
20
40
60
80
100
120
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
2005 2006 2007 2008
Jml Penumpang Volume Barang
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
30
Bab I – Makro Ekonomi Regional
4.97%, jauh lebih baik bila dibandingkan triwulan II-2007 yang sebesar 1,73%.
Perbaikan ini dikonfirmasi oleh pertumbuhan jumlah penumpang domestik di
lan II-2008. Jumlah
penumpang internasional di Bandar Udara Juanda juga menunjukkan tingkat
h baik daripada setahun sebelumnya.
menunjukkan bahwa industri jasa transportasi udara
ai tekanan yang pernah dialaminya seperti
perang harga tiket antar maskapai penerbangan dan reputasi keselamatan
yang kurang baik. Meskipun tidak lagi menawarkan “tiket murah” sebagai
daya tariknya, jasa transportasi udara tetap memperoleh permintaan yang
rmintaan ini menunjukkan bahwa transportasi
udara telah memiliki pasar tersendiri yang tetap loyal menggunakan jasanya di
dan kereta api). Peningkatan permintaan ini juga disebabkan oleh kemajuan
Bandar Udara Juanda yang cukup tinggi pada triwu
pertumbuhan yang lebi
Kondisi ini kembali
telah berhasil mengatasi berbag
tinggi di pasar. Peningkatan pe
tengah persaingan dengan moda transportasi lain (misalnya transportasi laut
ekonomi dan perubahan gaya hidup yang menuntut mobilitas tinggi dari
masyarakat.
Gambar 1.53 umpang Domestik di Bandara Juanda
Gambar 1.54 Penumpang Internasional di Bandara JuandaPen
Jml Penumpang IntlJml Penumpang Domestik
0
50
100
150
200
250
300
350
400
1 2 3
-20%-15%-10%-5%0%5%10%
20%
30%
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2006 2007 2007
15%
25%gPenumpang Domestik
0
10
20
30
40
50
70
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
60
2006 2007 2007
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%gPenumpang Intl
Sumber: BPS Sumber: BPS
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
31
Bab I – Makro Ekonomi Regional
1.4. KESEJAHTERAAN a. Ketenagakerjaan
Dalam kurun waktu Febr
tingkat pengangguran terbuka d
1.10). Meskipun dalam kurun waktu te
kerja sebanyak 600 ribu orang,
tetap lebih tinggi (800 ribu
p
besar provinsi lain di Indonesia. Hanya
p
T n paling banyak
terjadi di se
uari 2007 – Februari 2008, terjadi penurunan
i Jawa Timur dari 7,45% menjadi 6,24% (Tabel
rsebut terjadi penambahan angkatan
namun penyerapan tenaga kerja yang terjadi
orang) sehingga terjadi penurunan jumlah
enganggur sebanyak 200 ribu orang. Kondisi serupa juga terjadi di sebagian
tujuh provinsi yang mengalami
eningkatan jumlah penganggur dalam periode pencatatan tersebut.
Merujuk pada pola di tingkat nasional, penyerapan tenaga kerja di Jawa
imur dalam periode Februari 2007 – Februari 2008 diperkiraka
ktor Jasa Kemasyarakatan dan sektor Perdagangan (Tabel 1.11).
Feb-07 Feb-08 Feb-07 Feb-08 Feb-07 Feb-08 Feb-07 Feb-08 Timur 19,52 20,12 18,07 18,86 1 454,31 1 255,89 7,45 6,24nesia 108,13 111,48 97,58 102,05 10 547,92 9 427,59 9,75 8,46
Tk Pengangguran (%)Pengangguran (ribu)Bekerja (juta)Angkatan Kerja (juta)
JawaIndo
Tabel 1.10Perkembangan Tenaga Kerja Jawa Timur
Sumber: BPS
Tabel 1.11Perkembangan Tenaga Kerja Nasional
Berdasarkan Lapangan Pekerjaan
2008
Feb Agt Feb Agt Feb42,32 4
Industri 11,58 11,89 12,09 12,37 12,44Konstruksi 4,37 4,70 4,40 5,25 4,73Perdagangan 18,56 19,22 19,43 20,55 20,68Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 5,47 5,66 5,58 5,96 6,01Keuangan 1,15 1,35 1,25 1,40 1,44Jasa Kemasyarakatan 10,57 11,36 10,96 12,02 12,78Lainnya *) 1,15 1,15 1,27 1,17 1,27T o t a l 95,18 95,46 97,58 99,93 102,05
20072006jaan UtamaLapangan Peker
Pertanian 0,14 42,61 41,21 42,69
Sumber: BPS
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
32
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Sesuai Surat Keputusan (SK) Gubernur Jawa Timur No.
188/399/KPTS/013/200 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Timur
2008, mulai tanggal 1 Januari 2008 berlaku UMK yang baru di seluruh Jawa
Timur (Tabel 1.13). UMK 2008 ini umumnya mengalami peningkatan
dibandingkan UMK 2007 dengan tingkat perubahan yang bervariasi.
Peningkatan tertinggi terjadi di Kabupaten Sampang (28,42%) dan terendah di
Kabupaten Magetan (0%). Peningkatan UMK di sebagian besar daerah berada di
kisaran 6-12% yang berarti sudah lebih tinggi dibandingkan inflasi umum
(headline inflation) Jawa Timur tahun 2007 yang tercatat sebesar 6,29%.
Menyusul kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada bulan
Mei 2008, muncul tuntutan dari kalangan buruh dan serikat pekerja untuk
diadakan revisi terhadap besaran UMK 2008 di Jawa Timur. Tuntutan ini
memuncak pada tanggal 26 Mei 2008 ketika ribuan buruh berdemonstrasi di
Surabaya menuntut revisi UMK 2008 sebesar minimal 15%. Namun demikian,
Pemerintah Provinsi Jawa Timur berketetapan bahwa angka UMK 2008 akan
terus dipertahankan hingga akhir tahun nanti. Revisi UMK baru akan ditetapkan
untuk besaran UMK tahun 2009. Pada September 2008 akan diadakan survei
untuk mengetahui dampak inflasi terhadap kebutuhan pokok buruh/pekerja di
Jatim yang selanjutkan digunakan sebagai pertimbangan dalam menyusun
besaran UMK 2009 Jawa Timur.
Pemerintah Provinsi berpendapat bahwa kenaikan harga BBM pada bulan
Mei 2008 sudah diatasi oleh kompensasi dari para pengusaha. Masing-masing
pengusaha yang diantaranya tergabung dalam APINDO diyakini sudah
menambah tunjangan transportasi, sehingga tidak perlu ada revisi nilai UMK.
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
33
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Tabel 1.12Perubahan UMK Provinsi Jawa Timur
No KAB / KOTA UMP 2007 UMP 2008 Perubahan % Perubahan
12 Kab.Situbondo 492,500 530,000 37,500 7.61%
14 Kab.Pasuruan 740,000 802,000 62,000 8.38%
23 Kab.Tuban 606,500 660,000 53,500 8.82%24 Kab.Lamongan 600,000 650,000 50,000 8.33%25 Kab.Gresik 743,500 803,652 60,152 8.09%26 Kab.Bangkalan 586,000 36,000 6.14%27 Kab.Sampang 28.42%28 Kab.Pamekasa 11.61%29 Kab.Sumenep 545,000 000 45,000 8.26%30 Kota Kediri 645,000 717,000 72,000 11.16%31 Kota Blitar 448,500 506,500 58,000 12.93%32 Kota Malang 742,250 802,941 60,691 8.18%33 Kota Probolinggo 566,500 604,000 37,500 6.62%34 Kota Pasuruan 650,000 710,000 60,000 9.23%35 Kota Mojokerto 656,500 687,500 31,000 4.72%36 Kota Madiun 464,750 522,750 58,000 12.48%37 Kota Surabaya 746,000 805,500 59,500 7.98%38 Kota Batu 704,775 737,000 32,225 4.57%
1 Kab.Pacitan 450,000 500,000 50,000 11.11%2 Kab.Ponorogo 450,000 500,000 50,000 11.11%3 Kab.Trenggalek 460,000 510,000 50,000 10.87%4 Kab.Tulungagung 490,000 526,000 36,000 7.35%5 Kab.Blitar 450,000 501,750 51,750 11.50%6 Kab.Kediri 645,000 717,000 72,000 11.16%7 Kab.Malang 743,250 802,000 58,750 7.90%8 Kab.Lumajang 495,000 550,000 55,000 11.11%9 Kab.Jember 575,000 645,000 70,000 12.17%10 Kab.Banyuwangi 567,500 619,000 51,500 9.07%11 Kab.Bondowoso 495,000 550,000 55,000 11.11%
13 Kab.Probolinggo 566,500 604,000 37,500 6.62%
15 Kab.Sidoarjo 743,500 802,000 58,500 7.87%16 Kab.Mojokerto 740,000 803,652 63,652 8.60%17 Kab.Jombang 640,000 690,000 50,000 7.81%18 Kab.Nganjuk 455,000 510,000 55,000 12.09%19 Kab.Madiun 450,000 500,000 50,000 11.11%20 Kab.Magetan 596,000 596,000 - 0.00%21 Kab.Ngawi 450,000 510,000 60,000 13.33%22 Kab.Bojonegoro 550,000 630,000 80,000 14.55%
622,000 475,000 610,000 135,000
n 560,000 000 65,000 625, 590,
b. Kemiskinan
Dalam kurun waktu Maret 2007 – Maret 2008, jumlah penduduk Jawa
Timur yang hidup di bawah garis kemiskinan mengalami penurunan dari 7,15
juta orang menjadi 6,65 juta orang. Penurunan ini selanjutnya membuat
persentase penduduk miskin Jawa Timur juga menurun dari 19,98% menjadi
18,51%. Penurunan jumlah penduduk miskin ini sudah memperhitungkan
kenaikan garis kemiskinan sebesar 9,56%, yaitu dari Rp148.428,00 pada Maret
2007 menjadi Rp162.618,00 pada Maret 2008 (Tabel 1.13 dan 1.14).
Sumber: Apindo
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
34
Bab I – Makro Ekonomi Regional
sempat
me
Turunnya tingkat kemiskinan selama periode Maret 2007 - Maret 2008 ini
dapat dijelaskan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Laju inflasi umum yang relatif stabil dan terkendali selama periode Maret
2007 - Maret 2008. Laju inflasi Jawa Timur “year-on-year” (Maret 2008
terhadap Maret 2007) adalah sebesar 8,82%.
2. Stabilnya harga beras sebagai komoditi yang paling penting bagi penduduk
miskin. Tingkat inflasi beras di Jawa Timur selama periode Maret 2007 -
Maret 2008 tercatat terus menurun (disinflasi) dan bahkan
ngalami deflasi pada bulan Maret 2008 (Gambar 1.55).
3. Terjaganya daya beli petani di pedesaan yang merupakan penyusun 70
persen penduduk miskin Jawa Timur. Sebagai konsekuensi dari terjaganya
tingkat inflasi, daya beli petani di Jawa Timur tercatat stabil seperti yang
ditunjukkan oleh angka Nilai Tukar Petani (Gambar 1.56).
4. Berkurangnya jumlah penganggur di Jawa Timur dalam kurun waktu
Februari 2007 - Februari 2008. Tingkat Pengangguran terbuka Jawa Timur
turun dari 7,45% pada Februari 2007 menjadi 6,24% pada Februari 2008.
Turunnya pengangguran ini diyakini berdampak positif pada berkurangnya
jumlah penduduk miskin.
Tabel 1.13Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur
2007 2008 2007 2008 2007 2008 2007 2008 2007 2008 2007 2008a Timur 2 575,7 2 310,6 4 579,6 4 340,6 7 155,3 6 651,3 14,71 13,15 25,02 23,64 19,98 18,51
Jumlah Penduduk Miskin (000) % Penduduk Miskin
JawINDONESIA 3 12 768,5 23 609,0 22 194,8 37 168,3 34 963,3 12,52 11,65 20,37 18,93 16,58 15,42
Kota Desa K+D Kota Desa K+D
13 559,
Sumber: BPS
Tabel 1.14Perubahan Garis Kemiskinan di Jawa Timur
Kota Desa K+D Kota Desa K+DJawa Timur 166,546 140,322 148,428 182,468 153,736 162,618 INDONESIA 187,942 146,837 166,697 205,909 160,875 182,633
Garis Kemiskinan 2007 Garis Kemiskinan 2008
Sumber: BPS
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
35
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.56 Perkembangan Nilai Tukar Petani
Kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada bulan Mei 2008
mendapat sorotan luas karena berdampak langsung pada kesejahteraan
masyarakat, tak terkecuali di Jawa Timur. Untuk mengkompensasi kenaikan
harga BBM tersebut, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan cash transfer
yang diberikan pada kelompok sasaran tertentu. Kebijakan ini dikenal dengan
sebutan Bantuan Tunai Langsung (BLT) dan diharapkan dapat membantu
mempertahankan daya beli kelompok masyarakat miskin terhadap inflasi yang
secara riil menggerus daya beli masyarakat. Lihat juga Boks 2 untuk
pembahasan pelaksanaan BLT 2008 di Jawa Timur.
Gambar 1.55 Perkembangan Inflasi Beras di Jawa Timur
80
90
100
110
120
130
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008
Nasional
(10)
(5)
0
5
10
15
20
25
30
35
Jan-
07
Mar
-07
May
-07
Jul-0
7
Sep-
07
Nov
-07
Jan-
08
Mar
-08
May
-08
Infla
si (%
)
Jawa TimurInflasi Beras (yoy)
Sumber: BPS Sumber: BPS
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
36
Bab I – Makro Ekonomi Regional
1.5. KEUANGAN DAERAH
si Jawa Timur di triwulan II-
ing 56%, 81%, dan 57% pada
dib
dae
Um 50% (Tabel 1.16).
seb
di sepanjang 2008 yan
Di sisi lain, belanja Pemerintah Provinsi Jawa Timur secara umum baru
mencapai 46% dari target di sepanjang 2008 sebesar Rp6,09 triliun. Tingkat
realisasi belanja yang tinggi umumnya terjadi pada pos-pos belanja tidak
langsung, khususnya Belanja Hibah, B antuan Sosial, dan Belanja Tidak
Terduga. Tingkat realisasi pos-pos belanja langsung masih sangat rendah dan
berada di kisaran 30% hingga berakhirnya Semester I-2008. Pos Belanja Modal
bahkan baru terealisasi sebesar 20% saja. Kondisi ini tentu tidak optimal bagi
perekonomian daerah mengingat belanja modal pemerintah berperan sebagai
Realisasi Penerimaan Asli Daerah (PAD) Provin
2008 terus berlangsung lancar dan bahkan telah mencapai lebih dari 50% target
erimaan tahun 2008. Penerimaan pos-pos utama, yaitu PKB, BBNKB, dan
ak Bahan Bakar, telah mencapai masing-mas
pen
Paj
bulan Juni 2008 (Tabel 1.15). Tingkat realisasi ini juga sedikit lebih baik
andingkan pencapaian pada bulan Juni 2007. Sementara itu, pendapatan
rah yang berasal dari pusat berupa Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi
um (DAU) telah terealisasi masing-masing sebesar 33% dan
Pencapaian ini membuat sisi Pendapatan APBD telah mencatatkan penerimaan
esar Rp3,2 triliun hingga Semester I-2008 (yaitu 61% dari target penerimaan
g sebesar Rp5,3 triliun).
Tabel 1.15Realisasi PAD Provinsi Jawa Timur Semester I-2008
NO
1
2
3
4 16,000,000,000 1,058,443,280 8,377,171,350 52.36
5 Pajak Air Bawah Tanah 16,150,000,000 1,509,916,786 9,422,908,691 58.35
6 Retribusi Jasa Usaha 2,000,000,000 190,956,990 1,250,600,420 62.53
7 Pendapatan Denda Pajak - 5,225,028,395 31,493,511,525 -
8 Penerimaan Lain-lain (Kontribusi Parkir) 0 518,492,750 2,841,783,025 70.17
6 2,095,772,661,731 65.44JUMLAH
JENIS PEMUNGUTAN TARGET TH. ANGG. 2008 (Rp.)
BULAN JUNI 2008 (Rp.)
S/D BULAN INI JUNI (%)
Pajak Kendaraan Bermotor 1,409,500,000,000 136,885,462,541 788,082,727,465 55.91
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 1,005,000,000,000 148,866,573,515 820,494,155,825 81.64
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 750,000,000,000 86,062,458,729 433,809,803,430 57.84
Pajak Air Permukaan
4,050,000,00
3,202,700,000,000 380,317,332,98
Sumber: Dipenda Provinsi Jatim
elanja B
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
37
Bab I – Makro Ekonomi Regional
komponen investasi dan diharapkan dapat memberi multiplier effect kepada
secara keseluruha
Seperti yang diprediksi sebelumnya, alokasi belanja APBD Provinsi Jawa
Timur di tahun 2008 ini masih tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Anggaran yang diterima publik berkisar Rp500 miliar sementara belanja untuk
aparatur mencapai Rp1,2 triliun. Ini menunjukkan bahwa kekuatan APBD masih
tercurah kepada belanja aparatur pemerintahan, baik berupa belanja gaji,
administrasi umum, dan operasional pemeliharaan.
pertumb omi daerahuhan ekon n.
Tabel 1.16Realisasi APBD Provinsi Jawa Timur Semester I-2008
Anggaran Realisasi ( Rp ) %
1 2 3 4 5 (=4-3) 64 PENDAPATAN DAERAH 5,358,418,871,246 3,235,335,463,316 2,123,083,407,930 39.62%4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 3,584,133,471,300 2,462,054,984,554 1,122,078,486,746 31.31%4.14.4.14.4.
.1 Pajak Daerah 3,196,650,000,000 2,060,184,961,261 1,136,465,038,739 35.55%1.2 Retribusi Daerah 241,127,729,660 113,961,063,202 127,166,666,458 52.74%.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 72,860,990,000 187,387,157,169 -114,526,167,169 -157.18%
1.4 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 73,494,751,640 100,521,802,922 -27,027,051,282 -36.77%2 DANA PERIMBANGAN 1,760,140,399,946 749,227,173,020 1,010,913,226,926 57.43%
4.24.4.3
.1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 737,279,769,946 237,796,857,020 499,482,912,926 67.75%2.2 Dana Alokasi Umum 1,022,860,630,000 511,430,316,000 511,430,314,000 50.00%
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 14,145,000,000 24,053,305,742 -9,908,305,742 -70.05%4.4.
5
3.1 Pendapatan Hibah 14,145,000,000 10,398,819,642 3,746,180,358 26.48%3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 0 13,654,486,100 -13,654,486,100 0.00%
JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 5,358,418,871,246 3,235,335,463,316
BELANJA DAERAH 6,090,816,900,759 2,748,627,710,831 3,342,189,189,928 54.87%5.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 3,922,477,296,784 2,111,525,637,789 1,810,951,658,995 46.17%555.5. 313,249,394,500 213,328,751,153 40.51%5. 522,975,113,869 777,354,467,372 59.78%5.1.7 Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemda 5,757,000,000 2,449,228,212 3,307,771,788 57.46%5.1.8 Belanja Tidak Terduga 25,153,489,900 23,575,141,264 1,578,348,636 6.27%5.2 BELANJA LANGSUNG 2,168,339,603,975 637,102,073,042 1,531,237,530,933 70.62
.1.1 Belanja Pegawai 1,152,578,379,990 501,387,932,364 651,190,447,626 56.50%
.1.3 Belanja Subsidi 6,000,000,000 0 6,000,000,000 100.00%1.4 Belanja Hibah 852,080,700,000 747,888,827,580 104,191,872,420 12.23%1.5 Belanja Bantuan Sosial 526,578,145,6531.6 Belanja Bagi Hasil kepada Pemda 1,300,329,581,241
%5.2.1 Belanja Pegawai 450,940,905,609 159,103,997,350 291,836,908,259 64.72%5.2.2 Belanja Barang dan Jasa 1,212,178,985,673 375,078,220,331 837,100,765,342 69.06%5.2.3 Belanja Modal 505,219,712,693 102,919,855,361 402,299,857,332 79.63%
JUMLAH BELANJA DAERAH 6,090,816,900,759 2,748,627,710,831
-732,398,029,513 486,707,752,485
6 PEMBIAYAAN DAERAH 732,398,029,513 1,670,052,488,951 -937,654,459,4386.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 787,898,029,513 1,716,252,488,951 -928,354,459,4386.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya 362,898,029,513 1,277,420,224,987 -914,522,195,4746.1.2 Pencairan Dana Cadangan 425,000,000,000 437,292,346,385 -12,292,346,3856.1.8 Penerimaan Pembiayaan Daerah lain yang Sah 0 1,539,917,579 -1,539,917,579
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 787,898,029,513 1,716,252,488,951 -928,354,459,438
6.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 55,500,000,000 46,200,000,000 9,300,000,0006.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 55,500,000,000 46,200,000,000 9,300,000,000
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 55,500,000,000 46,200,000,000 9,300,000,000
PEMBIAYAAN NETO 732,398,029,513 1,670,052,488,951
SISA LEBIH (KURANG) PEMBIAYAAN ANGGARAN 0 2,156,760,241,436
No Uraian ) SelisihJumlah ( Rp
SURPLUS / ( DEFISIT )
Sumber: Bappeda Provinsi Jatim
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
38
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Secara umum, realisasi belanja Pemerintah Daerah di Jawa Timur (38
Pemkab/Pemkot dan 1 Pemprov) mengalami perbaikan dibandingkan tahun
sebe
lumnya. Hal ini tercermin dari posisi dana milik pemerintah yang disimpan di
perbankan Jawa Timur (Gambar 1.57). Meskipun saldo giro 39 Pemda tersebut
masih tergolong tinggi, namun telah menunjukkan penurunan di triwulan II-
2008 yang berarti telah terjadi realisasi belanja yang signifikan. Kondisi ini
merupakan perbaikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya ketika realisasi
belanja Pemda umumnya terjadi di triwulan IV. Namun demikian, tingginya
saldo giro dana Pemda di perbankan mengindikasikan bahwa masih banyak
peluang untuk mempercepat dan memperbaiki proses realisasi belanja anggaran
agar dapat bermanfaat maksimal bagi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.
Gambar 1.57 Perkembangan Dana Pemerintah di Perbankan
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6
Giro
Tabungan
Deposito
Juta
Rup
iah
2004 2005 2006 2007 2008
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan, diolah
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
39
Bab I - Makro Ekonomi Regional
Boks 1
KETAHANAN PANGAN DI JAWA TIMUR
Persyaratan pemenuhan ketahanan pangan minimal mengandung dua unsur pokok yaitu ketersediaan pangan dan aksessibilitas masyarakat terhadap pangan. Salah satu unsur tersebut tidak dipenuhi maka suatu daerah belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik. Walaupun pangan tersedia cukup ditingkat nasional dan regional, tetapi jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh. Akses terhadap pangan, ketersediaan pangan dan resiko terhadap akses dan ketersediaan pangan tersebut merupakan determinan yang esensial dalam ketahanan pangan. Melihat penjelasan tersebut diatas, dapat digambarkan mengenai gambaran ketahanan pangan di Jatim , sebagai berikut :
1. Bencana Banjir di awal tahun 2008 Bencana banjir telah melanda 17 Kabupaten di Jawa Timur, mengakibatkan 56.547 Ha lahan terrendam banjir namun yang mengalami lahan puso hanya mencapai 32.947 Ha. Untuk membantu para petani yang terkena bencana tersebut, Dinas Pertanian Jawa Timur melakukan upaya penyediaan dana benih hibrida untuk lahan seluas 6.600 hektar dan bantuan pupuk NPK sebanyak 400 ton. Apabila dibandingkan dengan luas lahan pertanian di Jatim yang mencapai 1,7 juta Ha maka lahan puso yang disebabkan banjir hanya mencapai 1,93% dari total areal pertanian di Jawa Timur, artinya lahan puso tidak terlalu menganggu kebutuhan stok beras di Jatim.
2. Cadangan Pangan (buffer stock) Komoditas Beras Gambaran stok beras di Jawa Timur sampai bulan Juni 2008 mencapai 598.570 ton yang berasal dari pengadaan tahun 2007-2008, serta hasil giling tahun 2007. Adapun rencana penyaluran stok tersebut di tahun 2008 diperuntukkan bagi raskin sebesar 48.551 ton (kebutuhan 10 bulan) dan golongan lain sebesar 3.328 ton. Berdasarkan perhitungan Bulog divisi regional Jawa Timur, kemampuan ketahanan stok beras mencapai 11,5 bulan yang berasal dari beras dalam negri, sisa impor dan gabah yang tersedia.
_____________________________________________________________________ 40Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I - Makro Ekonomi Regional
PENGELOLAAN STOK BERAS SAMPAI 20 JUNI 2008
Namun kemampuan ketersediaan stok beras ini akan dipengaruhi oleh trend harga beras internasional/domestik, semakin menarik harga beras akan memberikan dorongan kepada para pedagang untuk mengekspor/mengimpor beras. Pada Triwulan II tahun 2008 kenaikan harga beras internasional menunjukan trend yang terus meningkat, dimana harga beras internasional Thailand 15% dan Vietnam 15% mencapai harga Rp 8.500/kg pada bulan Juni 2008, sedangakan harga beras lokal IR-64 II Sby hanya Rp 5.300/kg.
1. Kemampuan Daya Beli Faktor yang sangat sensitive mempengaruhi ketahanan dan keamanan pangan di tingkat rumah tangga adalah daya beli atau keterjangkauan komoditi pangan. Gambaran Jumlah penduduk Jatim saat ini kurang lebih 38 juta orang, 17% dalam kondisi penduduk miskin atau sebesar 7,1 juta penduduk dalam tingkat kemiskinan. Pola konsumsi rumah tangga akan dibelanjakan berupa pangan dan non pangan. Dengan naiknya harga BBM, penduduk miskin akan mengurangi jumlah dan kualitas kebutuhan pangannya, kondisi ini yang menyebabkan terjadinya gizi buruk. Berkaitan dengan kebijakan pengurangan subsidi harga pada komoditas bahan bakar minyak (BBM) di bulan Mei 2008, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan cash transfer yang diberikan pada kelompok sasaran tertentu untuk mengkompensasi kenaikan harga BBM tersebut, dengan harapan dapat membantu mempertahankan daya beli kelompok masyarakat miskin terhadap inflasi yang secara riil menggerus daya beli masyarakat.
2. Kapasitas Produksi Pangan dan Tingkat Konsumsi Kebutuhan pangan di Jawa Timur, hampir dapat dipenuhi dari potensi domestik, kecuali untuk komoditas kedelai yang masih mengalami defisit 162.592 ton. Sedangkan untuk padi, jagung, kacang maupun ubi mengalami surplus. Surplus
_____________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
4
PENGELOLAAN STOK BERAS SAMPAI 20 JUNI 2008
STOK OPERASIONAL Stok dlm NO BERAS DN GBH EQ.BRS BERAS LN Perjalanan
SUB DIV HGL 2007 ADA ' 08 ADA ' 07 2007 2008 WFP BULOG - DN LN Jumlah
1 Sub.Utara - 34.213 - - 44 - 54.220 - 88.4772 Sub.Seltn - 31.879 - - 4.975 - - - 36.8543 Bojonegr 1.224 38.571 666 - 24.870 - - - 65.3304 Madiun 2.587 18.395 4.310 - 3.353 - - - 28.6445 Kediri 99 42.649 2.900 - 1.942 - - - 47.5906 Bondows 2.103 41.504 - - 2.301 - - - 45.9087 Malang - 46.060 - - 723 - - - 46.7838 Probolng 106 40.346 411 - 6.693 - - - 47.5569 Banyuwg 1.019 24.136 - - 18.895 - - - 44.050
10 Tulungag - 37.411 - - 2.278 - - - 39.68911 Jember 2.180 40.861 688 - 13.389 - - - 57.11812 Madura - 12.225 - - - - - - 12.22513 Ponorg 1.041 27.872 102 - 9.332 - - - 38.347
Jumlah 10.359 436.122 9.076 - 88.794 - 54.220 - 598.570
Sumber : Bulog Jawa Tiumur
1
Bab I - Makro Ekonomi Regional
pangan di Jawa Timur didukung oleh sumberdaya alam yang sesuai, potensi sumber daya manusia dan adanya dukungan infrastruktur ekonomi yang baik.
== oo0oo ===
Ton
No Komoditas Kapasitas Konsumsi Surplus/defisit1 Padi 6,732,182 3,563,066 3,169,116 2 Jagung 4,256,756 307,937 3,948,819 3 Kedelai 258,823 421,415 (162,592) 4 Kacang Tanah 188,580 30,191 158,389 5 Kacang Hijau 93,191 20,691 72,500 6 Ubi Kayu 3,497,885 808,391 2,689,494 7 Ubi Jalar 146,214 110,710 35,504
Jawa Timur Tahun 2008*)Kapasitas Produksi dan Tingkat Konsumsi
*) Sumbe Dinas Pertanian Prop Jatim
_____________________________________________________________________ 42Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Boks 2
ISU STRATEGIS BLT 2008
Menyusul keputusan untuk mengurangi subsidi bahan bakar minyak
(BBM) di bulan Mei 2008, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan cash
transfer yang diberikan pada kelompok sasaran tertentu untuk
mengkompensasi kenaikan harga BBM tersebut. Kebijakan ini dikenal dengan
sebutan Bantuan Tunai Langsung (BLT). BLT diharapkan dapat membantu
mempertahankan daya beli kelompok masyarakat miskin terhadap inflasi
yang secara riil menggerus daya beli masyarakat.
Kebijakan BLT di tahun 2008 ini mendapat banyak sorotan karena
menggunakan data tahun 2005 (hasil Pendataan Sosial Ekonomi 2005) sebagai
basis penyaluran dana. Banyak pihak yang menilai data tersebut kurang
akurat sehingga salah sasaran. Selain itu, dalam rentang waktu tiga tahun
diyakini data tersebut sudah tidak valid lagi.
Penetapan keluarga miskin dalam PSE 05 dilakukan dengan pendekatan
karakteristik rumah tangga dengan menggunakan 14 variabel kualitatif
penjelas kemiskinan. Keempatbelas variabel yang digunakan adalah luas
lantai per kapita, jenis lantai, jenis dinding, fasilitas tempat buang air besar,
sumber air minum, sumber penerangan, bahan bakar, membeli
daging/ayam/susu, frekuensi makan, membeli pakaian baru, kemampuan
berobat, lapangan usaha kepala rumah tangga, pendidikan kepala rumah
tangga, dan aset yang dimiliki rumah tangga1.
BLT tahun 2008 dilakukan dalam dua tahap penyaluran, tahap pertama
sebesar Rp300.000 (untuk 3 bulan penerimaan) dan tahap kedua sebesar
Rp400.000 (untuk 4 bulan penerimaan). Seperti halnya BPT 2005, PT Pos
Indonesia bertugas menyalurkan dana BLT kepada penerima.
1 Berita Resmi Statistik No. 47/IX/1 September 2006, BPS
43
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Pelaksanaan BLT 2008 di Jawa Timur
Di Jawa Timur sendiri, PSE 05 menyebutkan sejumlah 3,24 juta keluarga
digolongkan sebagai keluarga miskin yang berhak atas BLT (Lampiran 1).
Sebagian besar keluarga miskin tersebut berlokasi di daerah tapal kuda
(Jember, Situbondo, Banyuwangi, Bondowoso) dan Madura (Sumenep,
Sampang). Jumlah keluarga miskin yang kemudian menjadi target BLT 2008
sedikit berbeda dengan hasil PSE 05 karena beberapa penyesuaian terkait
status penerima (misalnya karena pindah domisili atau meninggal dunia).
Jumlah keluarga miskin target BLT 2008 dapat dilihat pada Lampiran 2.
Hingga 24 Juni 2008, alokasi BLT di Jawa Timur yang sebesar Rp46,19
miliar baru terserap sebesar 4,77%. Daerah-daerah yang sudah menyalurkan BLT
adalah Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Kediri, dan Kabupaten Malang.
Untuk Kota Surabaya, tingkat penyaluran tahap I telah mencapai 87%.
Sebanyak 13% lainnya diperkirakan belum mencairkan dananya namun akan
melakukannya dalam waktu dekat. Batas waktu pencairan BLT tahap I adalah
hingga Desember 2008, sehingga waktu yang tersedia masih cukup panjang.
Sejumlah ±5000 kartu diperkirakan tidak sampai pada sasaran. Terhadap
kartu-kartu ini, pihak PT Pos mengijinkan untuk dilakukan penyesuaian
(misalnya diganti dengan keluarga lain) atas persetujuan aparat daerah
setempat (RT, RT, dan Lurah). Namun demikian, kewenangan penggantian
tetap berada di BPS Pusat, sehingga data usulan penggantian ini kemudian
diteruskan oleh PT Pos di Jawa Timur kepada BPS Pusat.
Proses penyaluran BLT tahun 2008 ini relatif lebih lancar karena PT Pos
menyiagakan lebih banyak loket-loket penyaluran. PT Pos menargetkan
maksimal 800 penerima untuk setiap loket layanan. PT Pos juga menyediakan
layanan “antar ke rumah” bagi penerima yang kondisi fisiknya tidak
memungkinkan untuk datang ke kantor pos terdekat.
______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
44
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Efektivitas BLT 2008
Pertanyaan penting yang sering muncul terkait penyaluran BLT ini adalah
sejauh mana dana BLT ini dapat mempertahankan daya beli penerimanya
dalam menghadapi tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM. Merujuk pada
kajian-kajian terdahulu2, dana BLT diperkirakan tidak cukup untuk
mempertahankan daya beli di tengah tingginya tekanan inflasi. Sebagian
besar penerima BLT mengaku menggunakan dananya untuk keperluan jangka
pendek (seperti membayar utang, membeli obat, membeli makanan) sehingga
tidak mampu memberi daya tahan jangka panjang yang berkelanjutan
(sustainable). Nilai dana BLT tahap I yang sebesar Rp300.000 untuk masa 3
bulan umumnya bahkan hanya bertahan dalam jangka rata-rata 1 bulan saja.
______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
45
2 Kajian “Pemanfaatan SLT oleh Rumah Tangga Miskin” oleh Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Kajian Cepat “Pelaksanaan SLT 2005 di Indonesia: Studi Kasus Provinsi DKI Jakarta” oleh Lembaga Penelitian SMERU
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Lampiran Boks 2Jumlah Keluarga Miskin Hasil Validasi Data Gakin 2005
Jumlah Keluarga Miskin
No. Kabupaten / Kota PSE 05
( 1 ) ( 2 ) Kabupaten
1 Pacitan 54,270 2 Ponorogo 98,094 3 Trenggalek 73,009 4 Tulungagung 70,330 5 Blitar 78,245 6 Kediri 100,775 7 Malang 165,525 8 Lumajang 85,904 9 Jember 240,074
10 Banyuwangi 157,818 11 Bondowoso 159,973 12 Situbondo 106,092 13 Probolinggo 138,455 14 Pasuruan 127,922 15 Sidoarjo 53,056 16 Mojokerto 62,783 17 Jombang 78,172 18 Nganjuk 91,249 19 Madiun 62,131 20 Magetan 39,889 21 Ngawi 91,162 22 Bojonegoro 163,526 23 Tuban 102,412 24 Lamongan 112,354 25 Gresik 58,079 26 Bangkalan 93,401 27 Sampang 153,759 28 Pamekasan 95,118 29 Sumenep 128,793
Kota
30 Kediri 10,437 31 Blitar 4,733 32 Malang 24,445 33 Probolinggo 8,936 34 Pasuruan 7,759 35 Mojokerto 5,001 36 Madiun 6,332 37 Surabaya 121,447 38 Batu 6,015
Jumlah 3,243,475
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
46
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Lampiran Boks 2
REALISASI BAYAR PROVINSI JAWA TIMUR BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) 2008 TAHAP I
ALOKASI BLT
DISTRIBUSI KARTU
REALISASI BAYAR DAYA SERAP ALOKASI BLT NO. KOTA/KABUPATEN
(RTS) (RTS) (RTS) (RUPIAH) (%) 1. KAB. BANGKALAN 93.237 93.237 0 0 0,00 2. KAB. BANYUWANGI 156.719 156.719 0 0 0,00 3. KOTA BATU 6.005 6.005 0 0 0,00 4. KAB. BLITAR 78.181 78.181 0 0 0,00 5. KAB. BOJONEGORO 163.304 163.304 0 0 0,00 6. KAB. BONDOWOSO 159.243 159.243 0 0 0,00 7. KAB. GRESIK 57.861 57.861 0 0 0,00 8. KAB. JEMBER 237.413 237.413 0 0 0,00 9. KAB. JOMBANG 76.704 76.704 0 0 0,00 10. KAB. KAB. MALANG 163.910 163.910 19.662 5.898.600.000 12,00 11. KAB. KAB. PASURUAN 127.544 127.544 0 0 0,00 12. KAB. PROBOLINGGO 137.626 137.626 0 0 0,00 13. KOTA KEDIRI 10.375 10.375 9.576 2.872.800.000 92,30 14. KAB. KEDIRI 105.661 105.661 0 0 0,00 15. KOTA KOTA BLITAR 4.689 4.689 0 0 0,00 16. KOTA KOTA MADIUN 6.318 6.318 0 0 0,00 17. KOTA PROBOLINGGO 8.921 8.921 0 0 0,00 18. KAB. LAMONGAN 111.411 111.411 0 0 0,00 19. KAB. LUMAJANG 85.825 85.825 0 0 0,00 20. KAB. MADIUN 60.144 60.144 0 0 0,00 21. KAB. MAGETAN 39.737 39.737 0 0 0,00 22. KOTA MALANG 24.272 24.272 19.344 5.803.200.000 79,70 23. KAB. MOJOKERTO 62.471 62.471 0 0 0,00 24. KOTA MOJOKERTO 4.984 4.984 0 0 0,00 25. KAB. NGANJUK 91.175 91.175 0 0 0,00 26. KAB. NGAWI 90.416 90.416 0 0 0,00 27. KAB. PACITAN 54.252 54.252 0 0 0,00 28. KAB. PAMEKASAN 95.103 95.103 0 0 0,00 29. KOTA PASURUAN 7.749 7.749 0 0 0,00 30. KAB. PONOROGO 98.027 98.027 0 0 0,00 31. KAB. SAMPANG 153.015 153.015 0 0 0,00 32. KAB. SIDOARJO 52.872 52.872 0 0 0,00 33. KAB. SITUBONDO 105.077 105.077 0 0 0,00 34. KAB. SUMENEP 128.789 128.789 0 0 0,00 35. KOTA SURABAYA 121.145 121.145 105.385 31.615.500.000 86,99 36. KAB. TRENGGALEK 73.009 73.009 0 0 0,00 37. KAB. TUBAN 102.020 102.020 0 0 0,00 38. KAB. TULUNGAGUNG 69.697 69.697 0 0 0,00
JUMLAH 3.224.901 3.224.901 153.967 46.190.100.000 4,77
Sumber: www.kompensasi.info (diakses pada tanggal 24 Juni 2008, pukul 16.10)
______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
47
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
2 PERKEMBANGAN INFLASI
2.1. UMUM
Tekanan inflasi Jawa Timur pada triwulan II-2008 meningkat
dibandingkan triwulan II-2007, terutama akibat dampak kenaikan harga
BBM serta gejolak harga pangan dunia. Tingkat inflasi Jawa Timur pada
triwulan laporan mencapai 10,39% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi
nasional yang sebesar 11,03% (yoy). Tingkat inflasi tersebut disumbangkan oleh
kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi & komunikasi, sebagai
dampak tingginya harga pangan dunia (kedelai, jagung, gandum) serta tingkat
harga minyak goreng dan emas perhiasan yang masih relatif tinggi, sejalan
dengan masih tingginya harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia.
Gambar 2.2
Perkembangan Inflasi Jatim Gambar 2.1
Perbandingan Inflasi Nasional dan Jatim
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008
Nasional
Jatim
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008
y-o-y m-t-m
y-t-d
Sumber: BPS Jatim, diolah
Sumber: BPS Jatim, diolah
2.2.INFLASI BULANAN (mtm)
Secara bulanan, kenaikan harga tertinggi pada triwulan II 2008
terdapat pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan
(7,50%), diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan
bakar (1,66%). Inflasi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa
keuangan mengalami peningkatan yang signifikan pada bulan Juni 2008
sebagai dampak lanjutan kebijakan kenaikan harga BBM per-24 Juni 2008, yang
___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
48
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
rata-rata mencapai 28,75% (lihat juga Boks 3). Sementara itu, lonjakan harga
minyak tanah yang terjadi sejak Maret 2008 turut memberikan pengaruh pada
kenaikan harga kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar, meskipun
tren-nya menurun. Tekanan ini terkait dengan program konversi minyak tanah
ke elpiji yang masih berjalan, yang disertai dampaknya pada kelangkaan
pasokan di beberapa wilayah. Disamping itu, pasokan elpiji/gas yang belum
teratur dan lancar juga menjadi salah satu faktor penghambat. Untuk Provinsi
Jawa Timur, program ini telah dicanangkan pada bulan November 2007 dengan
target konversi sejumlah 1,65 juta kepala keluarga di sejumlah kota, dan
hingga Februari 2008 realisasi nya baru mencapai ±68%.
Inflasi Jawa Timur pada bulan Juni 2008 sebesar 2,24% (mtm),
merupakan tingkat inflasi tertinggi selama kurun waktu tahun 2008.
Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, pergerakan harga komoditas
bulanan di Jawa Timur pada bulan Mei dan Juni relatif lebih rendah dan
berada di bawah inflasi nasional. Pergerakan tingkat inflasi bulanan di Jawa
Timur selama tahun 2008 menunjukkan tren yang meningkat dan lebih besar
dibandingkan tahun 2007. Tekanan inflasi yang signifikan pada bulan Maret
2008 disebabkan kenaikan harga minyak tanah yang disertai kelangkaan
pasokan, turut memberikan dampak inflasi pada kelompok makanan jadi,
minuman, rokok & tembakau, serta kelompok perumahan. Seiring dengan
berkurangnya dampak shock tersebut, dan disertai dengan pemulihan pasokan
minyak tanah maka inflasi pada bulan Mei 2008 kembali pulih dan didukung
oleh ekspektasi inflasi di masyarakat yang membaik. Namun, wacana kebijakan
pemerintah untuk menaikkan harga BBM kembali meningkatkan ekspektasi
inflasi di masyarakat yang disertai adanya gap waktu yang cukup jauh antara
rencana kenaikan harga BBM dengan aplikasinya.
___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
49
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Gambar 2.3
Inflasi Jawa Timur dan Nasional (mtm)
Sumber: BPS
Sumber: BPS Sumber: BPS
Berdasarkan sumbangannya, pada bulan Juni, kelompok
transportasi, komunikasi & jasa keuangan memberikan sumbangan
terbesar terhadap inflasi Jawa Timur, yaitu sebesar 1,39%. Dari
kelompok tersebut, komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi
adalah bensin (0,91%), angkutan dalam kota (0,19%). Sementara itu, kelompok
lainnya yang memberikan sumbangan inflasi adalah kelompok perumahan, air,
listrik, gas & bahan bakar (0,37%). Komoditas yang memberikan sumbangan
inflasi dominan terhadap kelompok ini antara lain: bahan bakar rumah tangga
(0,09%), semen (0,07%).
Sumber: BPS Provinsi Jatim Sumber: BPS Provinsi Jatim
Inflasi kelompok bahan makanan pada bulan Juni 2008 mencapai
0,81% (mtm) dengan sumbangan mencapai 0,17% (mtm). Komoditi
beras yang termasuk dalam kelompok bahan makanan, berdasarkan hasil
Tabel 2.1 Inflasi Per-Kelompok Pengeluaran (mtm)
Tabel 2.2 Sumbangan per-Kelompok Pengeluaran (mtm)
Inflasi(%)
ahan Makanan 0.17akanan jadi, Minuman 0.23
3 Perumahan, air 0.374 Sandang 0.335 Kesehatan 0.326 Pendidikan, rekreasi 0.217 Transportasi, komunikasi 1.39
2.24Total
No Kelompok
1 B2 M
Inflasi(%)
1 BMahan Makanan 0.81
2 akanan jadi, Minuman 1.323 Perumahan, air 1.664 Sandang 0.525 Kesehatan 0.656 Pendidikan, rekreasi 0.257 Transportasi, komunikasi 7.50
2.24
No Kelompok
Total
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
2007 2008
Nasional
Jawa Timur
___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
50
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
survey pemantauan harga (SPH)1 di wilayah Surabaya, hingga bulan Juni 2008
pergerakan harga komoditi dimaksud relatif stabil. Hal ini seiring dengan
mulai masuknya masa panen, serta didukung pelaksanaan operasi pasar oleh
Bulog.
Sumber: BPS Sumber: BPS
Gambar 2.4 Inflasi Kelompok Bahan Makanan (mtm)
Gambar 2.5 Sumbangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (mtm)
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2007 2008-0.40
-0.20
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2007 2008
2.3 INFLASI TAHUNAN (yoy)
Secara tahunan, inflasi Provinsi Jawa Timur pada triwulan II 2008
sebesar 10,39% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya (5,30%). Namun demikian, inflasi Jawa Timur pada
triwulan II 2008 masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang
mencapai 11,03% (yoy).
Berdasarkan kelompok barang dan jasa, inflasi terbesar Jawa
Timur didominasi oleh kenaikan harga kelompok bahan makanan
(20,68%) dan kelompok sandang (11,55%). Tekanan tersebut sebagai
akibat kenaikan administered price serta tekanan eksternal akibat kenaikan
harga komoditas di pasar dunia, terutama minyak bumi, CPO, emas, kedelai,
jagung, gandum.
1 SPH merupakan kegiatan pencatatan harga jual/tarif beberapa komoditi terpilih secara periodikal dari para
penjual/pedagang baik di pasar tradisional maupun modern dan komoditas jasa.
___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
51
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Sumber: BPS Sumber: BPS
Sumber: BPS Sumber: BPS
Dari sisi sumbangannya, secara tahunan kelompok bahan makanan
masih mendominasi, yaitu sebesar 4,24% (yoy), serta kelompok
transportasi & komunikasi (1,49%). Meskipun berdasarkan perhitungan
SBH tahun dasar 2007 (2007=100) bobot kelompok makanan mengalami
penurunan, namun hingga triwulan II 2008 sumbangannya (bobot x inflasi)
terhadap inflasi Jawa Timur masih mendominasi. Di sisi lain, peningkatan
sumbangan yang signifikan pada kelompok transportasi & komunikasi
disebabkan adanya kenaikan harga BBM rata-rata 28,75% sejak 24 Mei 2008,
serta adanya peningkatan bobot kelompok dimaksud terutama pada sub
kelompok komunikasi. Dampak dari kenaikan komoditas administered price
serta komoditas bahan makanan, baik di pasar lokal maupun pasar dunia,
menyebabkan tingkat inflasi Jawa Timur pada triwulan laporan lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun 2007.
Gambar 2.6 Perkembangan Harga Gandum di Pasar Dunia
Gambar 2.7 Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Jan-
05
Apr
-05
Jul-0
5
Oct
-05
Jan-
06
Apr
-06
Jul-0
6
Oct
-06
Jan-
07
Apr
-07
Jul-0
7
Oct
-07
Jan-
08
Apr
-08
USD
/ton
CPO Price
0
2
4
6
8
10
12
14
Jan-
05
Apr
-05
Jul-0
5
Oct
-05
Jan-
06
Apr
-06
Jul-0
6
Oct
-06
Jan-
07
Apr
-07
Jul-0
7
Oct
-07
Jan-
08
Apr
-08
US
D/b
ushe
l
Wheat Price
Gambar 2.9 Inflasi Kelompok Bahan Makanan (yoy)
Gambar 2.8 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Dunia
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
01-0
5
04-0
5
07-0
5
10-0
5
01-0
6
04-0
6
07-0
6
10-0
6
01-0
7
04-0
7
07-0
7
10-0
7
01-0
8
04-0
8
US
D/b
ushe
l
Soybean Price
0
5
10
15
20
251 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2007 2008
___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
52
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Gambar 2.10Inflasi Jawa Timur (yoy)
0
5
10
15
20
25
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2007 2008
Bahan Makanan
Makanan jadi, Minuman
Perumahan, air
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, rekreasi
Transportasi, komunikasi
Gambar 2.11Sumbangan Inflasi Jawa Timur (yoy)
0
1
1
2
2
3
3
4
4
5
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2007 2008
Bahan Makanan
Makanan jadi, Minuman
Perumahan, air
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, rekreasi
Transportasi, komunikasi
___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
53
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
__________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
54
Boks 3
PROYEKSI INFLASI JAWA TIMUR TW.III-2008 Dengan Metode VAR
Model proyeksi inflasi jangka panjang di Jawa Timur dibangun dengan
menggunakan metode Vector Autoregressive Model (VAR) dengan persamaan
jangka panjang yang menggunakan pengembangan teori Phillips Curve
(Mankiw, 2003). Variabel yang digunakan dalam model proyeksi tersebut
adalah: variable ekspektasi inflasi, output gap dan supply shock. Untuk
variabel ekspektasi inflasi akan digunakan variabel proxy yaitu inflasi lag 1
bulan dengan asumsi masyarakat mengadopt ekspektasi inflasi saat ini
berdasarkan inflasi 1 bulan sebelumnya (teori adaptive inflation). Variabel
output gap merupakan selisih antara PDRB potensial dengan PDRB aktual,
dimana variabel PDRB potensial berupa trend PDRB. Variabel supply shock
akan diwakilkan oleh harga BBM dan/atau nilai tukar Rupiah terhadap US
dollar. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut :
( ) νβππ +Υ−Υ+= *e
Keterangan: = inflasi e = ekspektasi inflasi
Y = output aktual
Υ = output potensial υ = supply shock
Uji Akar Unit (Unit Root Test)
Berdasarkan hasil uji akar unit (unit root test), diperoleh hasil sbb:
IHK stasioner pada 1st difference
Output gap stasioner pada 1st difference
Harga BBM (diwakilkan premium) stasioner pada 1st difference
Nilai tukar stasioner pada 1st difference
Proyeksi Inflasi Jawa Timur Tw.III-2008
Perhitungan proyeksi inflasi Tw.III-2008 adalah dengan menggunakan
asumsi sbb: kurs sedikit menguat, o_gap meningkat (PDRB Potensial > PDRB
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
__________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
5
Aktual), dan harga BBM yang meningkat. Hasil estimasi model SVAR (dengan
asumsi variabel kurs sebagai variabel eksogen) diperoleh hasil sbb:
Berdasarkan hasil estimasi diatas, maka proyeksi inflasi Jawa Timur
pada Tw.III-2008 adalah sebesar 10,5%+/-1.
Impulse Response Test
The Impulse Response Test digunakan untuk melihat pengaruh
kontemporer (pada saat yang bersamaan) dari suatu variabel terhadap
variabel yang lain.
Tabel 1Perbandingan IHK actual & forecast
Grafik 1Perbandingan IHK actual & forecast
Tabel 2 Forecasting Inflasi
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3actual 144.05 145.13 148.05 151.32 156.75forecas t 146.22 148.73 151.63 154.70 157.72 160.87 165.22
2007P eriode
2008
60
80
100
120
140
160
180
99 00 01 02 03 04 05 06 07 08
IHK IHK (Baseline Mean)
mtm qtq yoy ytdF orecas t - 2.70 11.59 9.19
P eriodeTw.III-2008
5
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
__________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
56
Kali ini impulse response test digunakan untuk melihat pengaruh dari
shock BBM dan nilai tukar (kurs) terhadap IHK di Jawa Timur. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa adanya shock pada harga BBM akan
direspon searah oleh variabel IHK mulai t+1 sampai dengan t+2.
Sedangkan adanya shock pada variabel o_gap akan direspon searah
oleh IHK mulai t+1 sampai dengan t+4. Kondisi ini sejalan dengan teori.
Variance Decomposition
Menjelaskan kontribusi varians setiap variabel terhadap perubahan suatu
variabel tertentu. Hasil pengujian dari Variance Decomposition
menunjukkan bahwa peramalan IHK lebih dipengaruhi oleh variabel BBM
yang kontribusinya mencapai 25% hingga 10 periode kedepan.
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
3 STABILITAS DAN INTERMEDIASI PERBANKAN
Hingga triwulan II 2008, perkembangan indikator pada industri
perbankan di Jawa Timur menunjukkan tren yang positif. Dampak kenaikan
harga BBM belum menunjukkan adanya tekanan pada fungsi intermediasi, dan
di sisi lain kualitas kredit yang terjaga.. Di sisi lain, tekanan risiko yang
mempengaruhi stabilitas sistem perbankan relatif terkendali.
3.1. INTERMEDIASI PERBANKAN
Intermediasi perbankan yang tercermin pada penyaluran
kredit oleh perbankan berjalan dengan baik, dan diimbangi oleh
pertumbuhan DPK. Pada triwulan II 2008, penyaluran kredit kepada
masyarakat oleh bank umum di Jawa Timur cenderung meningkat dan
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan kredit tahunan yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan
DPK mampu mendorong LDR bank umum hingga 70,06%. Peningkatan
pertumbuhan kredit juga diikuti oleh kualitas kredit yang semakin
membaik hampir di seluruh sektor ekonomi.
Meskipun secara makro indikator perbankan berkembang dengan
baik, namun rendahnya spread margin yang diperoleh perbankan belum
mampu meningkatkan pendapatannya yang tercermin pada Net Interest
Margin (NIM) maupun fee based income.
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan di Jawa Timur
(miliar Rp)
Q 1 Q 2 Q 3 Q4 Q1 Q21 As et 146,667,121 153,836,677 159,989,412 167,474,291 166,386,598 177,178,874
yoy (%) 10.36 12.16 13.81 13.51 13.45 15.172 K redit 74,851,747 78,938,504 85,981,733 92,147,710 95,095,487 105,248,297
yoy (%) 13.05 16.85 21.38 23.82 27.05 33.333 D P K 128612237 133460353 137280908 143548428 142926240 150,226,452
yoy (%) 11.00 11.14 12.49 11.89 11.13 12.564 L D R 58.20% 59.15% 62.63% 64.19% 66.53% 70.06%5 N P L 6.26% 5.93% 4.95% 4.44% 3.40% 3.09%
20082007Indikator
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 57
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF
di Jawa Timur tumbuh lebih
besar
nk umum tumbuh sebesar
15,17
ara keseluruhan, total aktiva produktif bank umum masih
dido
Struktur Aktiva Prod um di Jawa Timur
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)
Pertumbuhan DPK bank umum pada triwulan II 2008
meningkat, dan bila ditinjau dari segi jangka waktu,
menunjukkan perbaikan, sehingga struktur DPK masih
didominasi na jangka panjang.
kit lebih tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 11,14% (yoy). Dilihat
dari sumber DPK perbankan, porsi terbesar masih berasal dari dana
yang relatif mahal, yaitu deposito, yang hingga akhir triwulan
Total aset bank umum
dibandingkan tahun sebelumnya, terutama disumbang
oleh peningkatan aktiva produktif.
Pada triwulan II 2008 total aset ba
% (yoy) hingga mencapai Rp.177,18 triliun. Pertumbuhan
tersebut masih didominasi oleh peningkatan total aset kelompok
bank asing yang mencapai 18,96%. Sedangkan dari sisi sumber
kenaikan, pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh pangsa aktiva
produktif bank umum yang meningkat terutama pada penyaluran
kredit.
Sec
minasi oleh kredit yang mencapai 87%, diikuti oleh
penempatan pada BI yang mencapai 8%.
Gambar 3.1
uktif Bank Um
pertumbuhan sumber dana jangka panjang terus
Pertumbuhan DPK mencapai 12,56% (yoy) sedi
oleh sumber da
penempatan pada BI
8%
kas3%
tagihan lainnya2%
kredit87%
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 58
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
laporan pangsanya mencapai 42,09%. Kondisi ini disebabkan tren
kenaikan suku bunga hingga akhir triwulan serta adanya
perlambatan kinerja bursa saham yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor.
2008 justru mengalami tekanan
s
berlangsung hingga triwulan
umum. Me
Gambar 3.2ertumbuhaP n Dana Pihak Ketiga
Gambar 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
DEPOSITO41%
GIROTABU
3821%NGAN
%
3
2007 2008
GIRO DEPOSITO TABUNGAN
Di sisi lain, pertumbuhan DPK dalam bentuk giro yang sempat
meningkat tajam pada triwulan I
yang signifikan hingga mencapai 5,87% (yoy). Hal ini
mengindikasikan menurunnya kebutuhan masyarakat terhadap
dana likuid untuk transaksi tunai oleh dunia usaha. Sementara itu,
tren kenaikan pertumbuhan tabungan yang berlangsung sejak
pertengahan tahun 2006 masih terus berlanjut meskipun sedikit
melambat. Peningkatan pertumbuhan DPK yang diiringi oleh
peningkatan suku bunga berpengaruh pada biaya/beban bunga
yang menjadi beban perbankan.
Strategi bank untuk memperbaiki kondisi operasional-nya
yaitu dengan mencari dana murah dari masyarakat masih teru
II 2008. Beberapa upaya yang
ditempuh antara lain: menawarkan paket-paket promo,
meningkatkan kualitas layanan, mengkombinasikan fasilitas
tabungan dengan market/pasar (mis: produk tabungan yang link
dengan reksadana), serta perluasan jaringan dan infrastruktur
termasuk kualitas IT (Information Technology) yang semakin baik.
Sementara itu, seiring dengan tren peningkatan suku bunga
menyebabkan adanya pergeseran alokasi aktiva produktif bank
skipun kredit masih mendominasi sekitar 91,94% total
aktiva produktif, namun terdapat penurunan pangsa simpanan
bank pada SBI yang dialihkan pada instrumen surat berharga.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 59
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
3.1.3.
Pertumbuhan kredit bank umum pada sektor produktif
enunjukkan peningkatan dan disertai dengan
perb ikan kualitas kredit
penyaluran kredit oleh industri
perb
Pertumbuhan kredit modal kerja yang sempat stagnan sejak
tahun 2005 terus menunjukkan perbaikan. Hal ini mengindikasikan
bahwa debitur menganggap tingkat suku bunga saat ini sudah
cuku
KREDIT
terus m
a
Meskipun hingga akhir triwulan laporan tren suku bunga terus
menunjukkan peningkatan, namun tidak memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap
ankan. Hal ini diindikasikan oleh pertumbuhan kredit yang
secara tahunan mencapai 33,33% (yoy) dan lebih tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 16,85% (yoy).
Gambar 3.5 Pertumbuhan Kredit (yoy)
Gambar 3.4 uhan Kredit dan BI Rate Pertumb
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
-
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
p rendah untuk mencairkan fasilitas kredit dan didukung oleh
iklim usaha yang cukup stabil. Porsi kelonggaran tarik (undisbursed
loan) kredit modal kerja pada triwulan II 2008 sebesar 18,26% dan
lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 22,23%.
Di sisi lain, kredit investasi mengalami perbaikan seiring
dengan mulai terealisasinya proyek-proyek pemerintah serta dunia
usaha menjelang akhir semester I 2008.
2007 2008
kredit (y oy )
B I Rate
2007 2008kredit (nominal)
kredit (y oy )
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 60
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Gambar 3.6
Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan Gambar 3.7
Pangsa Kredit Per Jenis Penggunaan
awal tahu
yang semakin meningkat. Preferensi bank untuk kembali 'bermain'
pad
di sinyal positif bagi
perkembangan dunia usaha, terutama akibat tekanan biaya
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Pertumbuhan kredit konsumsi yang sempat menurun hingga
n 2007 mulai menunjukkan perbaikan dengan pangsa
a pasar tersebut menunjukkan bahwa pangsa pasar yang besar
disertai pola konsumsi masyarakat Indonesia yang cenderung
konsumtif menjadi daya tarik kuat bagi industri perbankan. Akibat
kondisi tersebut, persaingan yang cukup tinggi di segmen yang
sama mendorong bank untuk mencari alternatif pembiayaan dan
fasilitas yang diharapkan mampu menarik minat masyarakat,
seperti: kemudahan masyarakat untuk memperoleh kartu kredit
disamping keuntungan dan fasilitas yang ditawarkan, program
Kredit Tanpa Agunan (KTA) yang terus berkembang, alternatif jenis
pembiayaan konsumtif yang bervariasi, serta didukung oleh
kemudahan dan proses pengajuan kredit yang relatif singkat.
Disamping itu, pola “perang tarif” dengan penawaran suku bunga
rendah menjadi strategi yang diambil oleh sebagian besar
perbankan di Indonesia selama triwulan I-2008. Akibat penerapan
pola tersebut, bank rela mengorbankan margin yang diperolehnya
agar tetap dapat menjaga dan meningkatkan “performance” nya
dimata masyarakat.
Sepanjang triwulan II 2008, kredit pada sebagian besar sektor
ekonomi mengalami pertumbuhan (yoy) yang lebih besar dibanding
tahun lalu. Hal ini diharapkan menja
produksi & operasional.
2006 2007 2008
modal kerja
Inv es tas i12%
Kons ums i
Modal Kerja65%
inv es tas i
kons ums i23%
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 61
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Gambar 3.8
(yoy) Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi
Gambar 3.9 Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi
) (ytd
(30.00) (20.00) (10.00) - 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00
Tani
Tambang
Industri
Listrik,Gas
Konstruksi
Dagang/Hotel
JS.Sosial
Lain-2
(20.00) - 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
Tani
Tambang
Industri
Listrik,Gas
Konstruksi
Dagang/Hotel
Angkut/Komnikasi
JS
JS.Sosial
Lain-2
Q1-2007 Q1-2008
/Komnikasi
JS.Dunia.Dunia
Q2-2007 Q2-2008Angkut
62
Sektor yang sempat mengalami penurunan yang cukup signifikan di
buhan kredit yang lebih besar dari pertumbuhan
Sementara itu, perkembangan kredit properti hingga triwulan
laporan terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.
awal tahun 2004 mulai kembali bergairah dimana hingga triwulan II
2008 tumbuh mencapai 30,81% (yoy). Salah satu faktor yang
mendorong peningkatan sektor properti tersebut adalah stigma
pemikiran di masyarakat yang masih meyakini bahwa properti
merupakan salah satu alternatif investasi, disamping jumlah
kebutuhan masyarakat terhadap properti yang terus meningkat. Hal
ini mendasari masyarakat untuk memilih perbankan sebagai sumber
pembiayaan pembelian properti. Disamping itu, berbagai macam
properti yang ditawarkan developer yang disertai pengembangan
dan variasi jenis & type rumah menjadi magnet yang cukup kuat
bagi masyarakat.
Loan to Deposit Ratio (LDR) relatif stabil dan sedikit
meningkat berkisar 70,06%. Peningkatan tersebut lebih didorong
oleh faktor pertum
DPK.
Gambar 3.10
Pertumbuhan Kredit dan DPK (yoy)
Gambar 3.11 Perkembangan LDR
75.00%
-
5.00
10.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
kredit
50.00%
55.00%
60.00%
65.00%
70.00%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
DPK
2006 2007 20082007 2008
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Meskipun trend rasio pinjaman terhadap DPK terus meningkat,
namun secara keseluruhan masih berada di bawah target yang
dite
nkan, meskipun relatif menurun
diban
Sampai dengan triwulan II 2008, perkembangan kredit usaha
dan menengah (UMKM) terus menunjukkan
penin
Potensi se besar
ditunjukkan oleh tingkat pertumbuhan kredit UMKM yang
cenderung selalu lebih tinggi dibandingkan kredit secara total.
Namun seringkali perbankan terbentur kendala-kendala,
tapkan yaitu sekitar 80%. Disamping itu, peningkatan LDR lebih
dipengaruhi pertumbuhan DPK yang cenderung melambat
dibandingkan pertumbuhan kredit.
Dari sisi ekses likuiditas, sampai dengan triwulan II 2008 masih
terdapat dana menganggur di perba
dingkan periode sebelumnya. Jumlah dana menganggur
tersebut ditunjukkan oleh berbagai indikator seperti tingginya
tingkat undisbursed loan yang berada di kisaran 14%, masih
banyaknya penempatan dana di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) oleh
perbankan Jawa Timur, serta tingkat loan to deposit ratio (LDR) yang
belum membaik secara signifikan.
Kredit UMKM
mikro kecil
gkatan. Dengan tingkat pertumbuhan kredit mencapai 29,19%
(yoy) mampu memperluas pangsa-nya terhadap total kredit hingga
sebesar 52,37%.
Gambar 3.12
Pertumbuhan kredit UMKM dan pangsa-nya terhadap total kredit
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
35.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q249.50%
50.00%
50.50%
51.00%
51.50%
52.00%
52.50%
54.00%
53.00%
53.50%y oy ( left ax is )
pangs a (right ax is )30.00
2006 2007 2008
ktor UMKM di Jawa Timur yang cukup
diantaranya kemampuan dan kompetensi yang berbeda-beda pada
SDM setiap bank. Sementara itu, paket kebijakan perbankan Januari
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 63
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
2006 dan kebijakan pemerintah untuk menyalurkan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) yang bertujuan memberikan insentif perluasan
pembiayaan UMKM belum memperlihatkan hasil yang signifikan.
Kualitas kredit UMKM pada triwulan II 2008 relatif membaik
meskipun masih berada diatas NPL secara keseluruhan.
Gambar 3.13Tingkat NPL Kredit UMKM & Kredit Total
UMKM, B
penyediaan program Bantuan Teknis Pelatihan kepada bank, BDSP
dan
3.2. STAB
Selama triwulan II 2008, stabilitas industri perbankan di Jawa Timur
i timbulnya risiko kredit terutama
akibat proyeksi perlambatan pada kinerja struktur dunia usaha.
3
08 relatif
terkendali, tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPLs) yang
an berada di bawah level 5%, yaitu sebesar 3,09%.
7.00%
8.00%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Dalam rangka mendorong pemberdayaan sektor riil dan
ank Indonesia melakukan beberapa upaya seperti
UMKM. Disamping itu, akan dilakukan kerjasama dan
koordinasi antara Bank Indonesia dan instansi terkait untuk
mendukung sektor UMKM, yaitu melalui penandatanganan
kesepakatan bersama (Memorandum of Understanding/MoU) dalam
hal pemberdayaan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB).
ILITAS SISTEM PERBANKAN
relatif terjaga namun terdapat potens
.2.1. RISIKO KREDIT
Risiko kredit perbankan di Jawa pada triwulan II 20
terus menurun d
Dari sisi kelompok bank, perbaikan kualitas kredit disumbangkan
oleh kelompok bank pemerintah dan swasta.
2006 2007 2008
NPL Total
NPL UMKM
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 64
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Gambar 3.14
Perkembangan Non Performing Loans
7.00%
8.00%NPL nominal
NPL (%)5,000,000
6,000,000
0.00%
1.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
-
1,000,000
2,0
3,000,000
4,000,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
00,0002.00%
2006 2007 2008
Berdasarkan jenis pe
didominasi oleh kredit modal kerja me
dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan tekanan
nggunaan, rasio NPL tertinggi masih
skipun relatif menurun
risiko kredit
terendah terjadi pada kredit investasi dengan trend rasio NPL yang
menurun.
Sementara itu, kredit properti menunjukkan kualitas yang
yang cenderung meningkat, rasio NPLs-nya (gross) hingga triwulan
esar 3,04%, relatif lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat 3,24%, serta terhadap tahun sebelumnya
yang mencapai 4,16%.
kredit ekspor.
Timur yang
diikuti oleh
penurunan kualitas kredit. Rasio NPLs yang sempat berada di
kisaran 3,95% pada triwulan I 2007 mengala
terus membaik. Seiring dengan trend pertumbuhan kredit dimaksud
laporan seb
Gambar 3.15 Perkembangan NPLs Kredit Properti
Namun tidak demikian halnya pada
Peningkatan mengesankan transaksi ekspor Jawa
didukung oleh pembiayaan dari perbankan justru
mi peningkatan hingga
mencapai 5,17% pada triwulan I 2008.
-
50,000
100,000
150,00
200,000
250,000
300,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
NPL Nominal
NPL (%)350,000
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
0
2006 2007 2008
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 65
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
an antar bank
lam hal memperoleh
dana namun juga berlanjut dalam memperebutkan debitur-debitur,
sehing
3.2.2.
erkurang tercermin dari adanya peningkatan tenor penempatan
da perbankan yang bersifat jangka pendek.
gka pendek. Dengan
komposisi DPK perbankan seperti ini, secara umum perbankan
Gambar 3.16 Perkembangan NPLs Kredit Ekspor
0.00%50%00%50%
2.00%2.50%3.00%3.50%4.00%4.50%5.00%
300,000
350,000
-
50,
100,
150,000
200,000
250,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
0.1.1.
000
000
Disamping kualitas kredit, kondisi persaing
yang semakin mengemuka tidak hanya da
ga turut berpotensi menimbulkan risiko kredit. Disamping
itu, penyaluran kredit perbankan juga rentan terhadap praktek-
praktek persaingan yang tidak sehat. Aksi saling 'membajak'
debitur antara bank yang satu dengan lainnya semakin
berkembang, dimana masing-masing bank berusaha untuk menarik
dan mempengaruhi debitur untuk pindah dengan berbagai iming-
iming dan penawaran seperti pemberian fasilitas kredit yang lebih
besar atau suku bunga yang lebih rendah. Hal tersebut bukan saja
merugikan bank-bank tersebut, namun juga berpotensi
mempengaruhi performance kredit perbankan secara keseluruhan
manakala bank-bank tersebut mengabaikan prinsip kehati-hatian
dalam pemberian kredit. Peningkatan kredit bank juga menjadi
cukup fluktuatif akibat aksi saling membajak debitur bank tersebut.
RISIKO LIKUIDITAS
Risiko likuiditas perbankan pada triwulan II 2008 cenderung
b
dana masyarakat pa
Kondisi ini berpotensi menimbulkan mismatch antara sumber dana
dengan penggunaan dana oleh perbankan.
Pendanaan perbankan yang masih didominasi oleh dana-
dana jangka pendek mengakibatkan penyaluran kredit dari bank
juga terkonsentrasi pada pembiayaan jan
2006 2007 2008NPL Nominal
NPL (%)
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 66
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
dihadapkan pada masalah tingginya tingkat volatilitas dana,
sehingga pada gilirannya akan menyulitkan perbankan untuk
menempatkan dananya pada pembiayaan investasi berjangka
panjang.
Meskipun demikian, risiko likuiditas perbankan di Jawa Timur
sampai saat ini masih cukup terjaga yang terlihat pada perilaku
bank yang cukup berhati-hati dalam mengelola aset. Komposisi
pendanaan bank yang cenderung didominasi oleh dana berjangka
3.2.3.
ntara lain kompetensi dan
profesionalisme SDM perbankan yang masih perlu ditingkatkan
angan yang semakin pesat dan persaingan
kecukupan pembentukan penyisihan
penghapusan kredit, dimana hingga triwulan I 2008 perbankan di
waktu pendek menyebabkan bank relatif berhati-hati dalam
meningkatkan aktiva berupa kredit, sehingga pertumbuhan kredit
investasi yang berjangka waktu panjang tumbuh masih terbatas.
Disamping itu, kehati-hatian bank juga tercermin pada rasio LDR
yang tumbuh relatif lambat, serta likuiditas bank dalam bentuk SBI
masih cukup tinggi meskipun tumbuh lebih rendah dibandingkan
tahun sebelumnya. Sampai dengan Maret 2008, dana bank umum
berkantor pusat di Jawa Timur yang ditempatkan di SBI sebesar
Rp.8,11 triliun atau tumbuh 1,33% (yoy).
RISIKO OPERASIONAL
Dari segi risiko operasional, beberapa bank di Jawa Timur
masih menghadapi berbagai tantangan, a
sejalan dengan perkemb
yang semakin ketat, kebijakan intern bank yang kurang
mengakomodasi perubahan, pemahaman dan pemanfaatan
teknologi informasi dalam kegiatan operasional bank serta belum
membuminya budaya pengendalian risiko. Selain itu, masih ditemui
kasus-kasus tindak pidana perbankan sebagai akibat belum baiknya
integritas SDM bank.
Dalam upaya mengatasi permasalahan perbankan terutama
dari sisi stabilitas sistem perbankan, dilakukan beberapa upaya
antara lain: untuk memitigasi risiko kredit, perbankan Jawa Timur
diminta menjaga
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 67
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Jawa Timur telah membentuk penyisihan penghapusan kredit
sebesar Rp.1,73 triliun. Upaya lain yang dilakukan yaitu: (i)
menerapkan manajemen risiko yang tepat dalam penyaluran kredit,
(ii) meningkatkan kemampuan analisis kredit dari loan officers, (iii)
mengurangi kesenjangan informasi (asymmetric information) dalam
pemberian kredit, antara lain dengan memanfaatkan data dan
informasi yang disediakan Pusat Informasi Kredit, (iv) meningkatkan
pemberian kredit melalui sindikasi atau risk sharing agreement, (v)
mengefektifkan penerapan Peraturan Pemerintah No.33/2006
tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara, terutama untuk
memperlancar restrukturisasi kredit pada bank-bank BUMN.
ANKAN SYARIAH
ai dengan triwulan II 2008, perkembangan industri perbankan
masih memiliki pangsa relatif kecil, namun secara umum perbankan
mencatatkan perkembangan yang cukup menggembirakan
3.3. PERB
Samp
syariah
syariah , yang
tercermin dari pertumbuhan jumlah aset, dana maupun pembiayaan. Hal
a potensi yang cukup besar bagi perbankan
tuk encapai target sebesar 5%.
ini mengindikasikan adany
yang berprinsip syariah untuk terus mengembangkan usahanya. Proses
sosialisasi dan pengenalan prinsip syariah yang terus dilakukan oleh pihak
perbankan dan pihak lainnya mampu meningkatkan apresiasi dan
awareness masyarakat terhadap segmen perbankan ini dari waktu ke
waktu. Saat ini terdapat 26 bank umum syariah yang tersebar di Surabaya,
Malang, Kediri, Jember dan Sidoarjo.
Pertumbuhan aset perbankan syariah di Jawa Timur pada triwulan II
2008 sebesar 50,75% sehingga menjadi Rp.2,65 triliun, jauh lebih besar bila
dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 23,16%
(yoy). Meskipun demikian, dengan pangsa sebesar 1,49% terhadap total
aset masih dirasakan cukup jauh un m
Sementara itu, pembiayaan tumbuh 46,64% (yoy) sehingga mencapai
Rp.2,18 triliun. Pertumbuhan pembiayaan tersebut didanai oleh
peningkatan dana pihak ketiga sebesar Rp.529 miliar (38,23%) yang secara
kumulatif meningkat menjadi Rp.1,91 triliun.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 68
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Gambar 3.17 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah
0.
45.00
00005.
10.0015.0020.0025.0030.00
45.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
35.0040.00
50.00
2006 2007 2008
0.005.0010.0015.0020.0025.0030.0035.0040.00
aset kredit DPK
Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan fungsi
intermediasi pada segmen perbankan syariah di Jawa Timur mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya hingga mencapai 114%,
relatif jauh berada di atas rasio bank umum konvensional. Meskipun
demikian, pangsa aset syariah yang relatif rendah terh dap seluruh total
Syariah (UUS). Dengan adanya ketentuan
ters
3.4.
ngan kinerja 8 bank umum yang berkantor pusat di
Surabaya hingga triwulan II-2008 menunjukkan adanya peningkatan yang
terindikasi pada pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Demikian pula dengan
asikan oleh peningkatan
LDR hingga mencapai 46,28% lebih tinggi dibandingkan tahun
seb
a
aset perbankan masih berada jauh di bawah target minimum yang
ditetapkan, yaitu sekitar 8%.
Dalam rangka pengembangan industri perbankan syariah, maka pada
tanggal 16 Juli 2008 telah disahkan Undang-Undang No.21 tahun 2008
tentang perbankan syariah, yang antara lain mengatur peran dan fungsi
perbankan syariah, serta ketentuan mengenai perolehan izin usaha bagi
bank syariah atau Unit Usaha
ebut diharapkan target pencapaian pangsa aset perbankan syariah
dapat tercapai.
BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA
Perkemba
fungsi intermediasi yang membaik dan diindik
elumnya yang mencapai 42,97%.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 69
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
ndukung industri perbankan yang
Penurunan indikator tersebut lebih disebabkan akibat adanya
penurunan jumlah bank yang beroperasi di wilayah Surabaya sebanyak 1
bank yaitu: PT. Bank Arta Niaga Kencana yang diakuisisi oleh PT. Bank
Commonwealth. Dalam rangka me
sehat, kuat dan efisien guna menciptakan stabilitas sistem keuangan, maka
dibutuhkan permodalan perbankan yang sehat dan kuat.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 70
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
71
Boks 4
Pembiayaan Perbankan kepada UMKM dan Koperasi melalui SKIM ”KUR”
Pemerintah mengeluarkan kebijakan pembiayaan perbankan kepada UMKM
dan Koperasi melalui SKIM Penjaminan ”Kredit Usaha Rakyat” yang dilandasi oleh
MoU pada bulan Oktober 2007 mengenai kesepakatan penjaminan KUR antara
Departemen Teknis, LPK dan 6 bank (BRI, Bank Mandiri, BNI, BTN, Bank Bukopin,
Bank Syariah Mandiri). Adapun tujuan KUR yaitu untuk meningkatkan akses
pembiayaan dan pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi dalam
rangka penanggulangan/pengetasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja.
Ketentuan umum yang berlaku bagi Skim “KUR” yakni kredit yang disalurkan
maksimal 500 juta, penetapan suku bunga maksimal 16% efektif per tahun,
pembagian resiko penjaminan yaitu LPK 70% dan Bank 30% serta imbal jasa
penjaminan/premi ditetapkan 1,5% per tahun dan menjadi beban APBN sedangkan
penjaminan dilaksanakan secara otomatis oleh LPK.
Perkembangan pelaksanaan KUR di Jawa Timur sampai bulan Mei 2008 telah
mencapai Rp 516 miliar dengan perincian kredit investasi sebesar Rp 26 miliar dan
kredit modal kerja Rp 490 miliar. Sedangkan jumlah masyarakat yang
mendapatkan skim KUR tersebut sebanyak 37.015 orang yang terdiri dari 36.488
debitur modal kerja dan 567 debitur kredit investasi.
Hasil dari forum grup diskusi dengan BPR dan Dinas Koperasi, ada beberapa hal
yang perlu menjadi perhatian dalam pelaksanaan Skim KUR adalah sebagai
berikut :
1. Terjadinya persaingan dengan BPR dalam memperebutkan pasar kredit mikro,
kecil dan menengah.
Dalam jangka pendek penyaluran KUR tidak terlalu menganggu kinerja kredit
BPR, namun dalam jangka panjang kebijakan SKIM KUR tersebut dapat
mempengaruhi pangsa pasar BPR dikarenakan dominasi KUR bisa dibawah Rp 5
juta rupiah. BPR mengusulkan agar BI dapat membuat suatu regulasi mengenai
tingkat kejenuhan pasar dan batasan jumlah kredit yang disalurkan Bank Umum
ditingkat Kecamatan/Desa.
2. Bunga 16% efektif per tahun bagi Skim KUR.
Penetapan maksimum bunga 16% efektif per tahun bagi UMKM masih dalam
batasan yang wajar dan tidak memberatkan pelaku usaha UMKM dengan melihat
kondisi perekonomian saat ini, dengan membandingkan tingkat bunga yang
diberikan oleh BPR dengan besaran rata-rata 2%-2,5% sebulan.
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
3. Kebijakan skim penjaminan KUR diperuntukkan bagi BPR.
Pada saat ini skim KUR masih diperuntukkan bagi 6 bank umum, namun untuk
pemeretaan kelembagaan dan memperluas pangsa pasar UMKM perlu
memperluas KUR melalui BPR. Namun ada beberapa hal yang perlu menjadi
perhatian apabila Skim KUR diperuntukkan bagi BPR yaitu :
- Kondisi hambatan skim KUR bagi BPR yaitu penetapan tingkat suku bunga
dengan maksimum 16% efektif. Apabila melihat kondisi BPR dengan cost of
fund dan over head cost yang tinggi rasanya sangat sulit memberikan tingkat
suku bunga KUR sebesar 16% bagi BPR.
- Berdasarkan tingkat suku bunga yang diberikan oleh BPR dalam kisaran 25%
dan skim KUR mengunakan dana perbankan yang berasal dari pihak ketiga.
Melihat hal tersebut terasa sulit apabila kredit KUR diperuntukkan bagi BPR
kecuali dengan mengunakan sistem chaneling
- Disisi lain sistem chaneling KUR dapat menjadi beban langsung bagi dana
pemerintah dan bisa menjadi moral hazard bagi perbankan.
Dalam rangka memperluas jangkaun Skim KUR melalui BPR masih diperlukan
kajian yang mendalam mengingat keterbatasan BPR dalam hal dana dan pengenaan
bunga yang cukup tinggi.
=== oo0oo===
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
72
Bab 5 – Prospek Ekonomi dan Harga
Boks 5
UNDANG-UNDANG No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Upaya pengembangan dan peningkatan peran industri perbankan
syariah di Indonesia diharapkan dapat didukung dengan terbitnya Undang-
Undang No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Bank syariah telah
berdiri di Indonesia sejak tahun 1992, dimana hingga tahun 1998 hanya
terdapat 1 bank syariah yang beroperasi. Hal ini disebabkan sistem
perundangan di Indonesia belum mengenal adanya sistem perbankan
syariah, dan hanya mengenal sistem bagi hasil dalam usaha perbankan.
Dengan terbitnya UU tersebut, perkembangan bank syariah ke depan
akan memiliki peluang usaha yang besar, karena:
(i) Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat tidak dapat dikonversi
menjadi Bank Konvensional, sedangkan Bank Konvensional dapat
dikonversi menjadi Bank Syariah (pasal 5 ayat 7),
(ii) kemungkinan yang lebih luas bagi warga negara asing dan/atau badan
hukum asing yang tergabung secara kemitraan dalam badan hukum
Indonesia untuk mendirikan dan/atau memiliki Bank Umum Syariah
(Pasal 9 ayat 1 butir b)
(iii) penggabungan (merger) atau peleburan (akuisisi) antara Bank Syariah
dan Bank Non Syariah wajib menjadi Bank Syariah (pasal 17 ayat 2), (iii)
Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) harus
melakukan pemisahan (spin off) apabila UUS mencapai aset minimal 50%
dari total nilai aset bank induknya; atau 15 tahun sejak berlakunya UU
Perbankan Syariah (Pasal 68 ayat 1). Disamping itu, peluang aktivitas
usaha bagi bank syariah juga lebih banyak dan beragam dibandingkan
bank konvensional, dimana terdapat usaha-usaha yang bisa dilakukan
oleh sebuah bank umum syariah dan tidak dapat dilakukan oleh bank
konvensional (Pasal 19 s.d 21),
___________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
73
Bab 4 - Sistem Pembayaran
4 SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran di wilayah Jawa Timur pada triwulan II-2008
berjalan baik dan normal. Secara umum, terjadi peningkatan transaksi
pembayaran pada triwulan II-2008, dibandingkan kondisi triwulan II-2007, baik
pada transaksi tunai maupun non-tunai. Kegiatan lain di bidang sistem
pembayaran, seperti layanan penukaran uang pecahan kecil dan pemusnahan
(pemberian tanda tidak berharga) juga tercatat berjalan baik dan normal tanpa
deviasi yang berarti. Penemuan uang palsu masih terus terjadi dan kerjasama
dengan berbagai pihak untuk mengatasinya juga terus dilakukan secara intensif.
4.1 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI
Transaksi tunai antara perbankan di Jawa Timur dengan Kantor Bank
Indonesia di Jawa Timur (KBI Surabaya, KBI Malang, KBI Kediri, dan KBI
Jember) pada triwulan II-2008 tercatat meningkat dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya. Namun damikian, kondisi tahun 2008 ini
masih jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2006 ketika belum
diberlakukan ketentuan yang membatasi penyetoran uang kartal ke Bank
Indonesia hanya untuk uang yang tidak layak edar (UTLE) saja. Sejak 2007,
pihak perbankan didorong untuk melakukan optimalisasi cash management
di antara mereka melalui inisiatif focus group.
a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)
Pada triwulan II-2008, terjadi peningkatan pada rata-rata harian
transaksi inflow dan outflow dibandingkan triwulan II-2007. Selama
triwulan II-2008, rata-rata harian uang yang masuk ke Bank Indonesia
tercatat sebesar Rp70,53 miliar, sedangkan rata-rata harian uang yang
keluar sebesar Rp83,73 miliar, sehingga terjadi net outflow rata-rata
harian sebesar Rp13,20 miliar.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 74
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Gambar 4.1Rata-rata Harian Arus Uang Tunai
Gambar 4.2 Rata-rata Harian Net Inflow
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
200,000
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II
2006 2007 2008
Outflow
Inflow
(40,000)
(20,000)
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II
2006 2007 2008
Sumber : Bank Indonesia Surabaya Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.3
Inflow, Outflow dan Netflow Gabungan
0
2
4
6
8
10
12
14
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
2005 2006 2007 2008
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
Inflow Outf low Netflow - Skala Kanan
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Secara netto, empat Kantor Bank Indonesia di Provinsi Jawa Timur
pada triwulan II-2008 mengalami aliran uang kartal keluar atau net
outflow. Net outflow pada triwulan II-2008 mencapai Rp858 miliar,
meningkat dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang
mengalami net outlow sebesar Rp530 miliar.. Kondisi net outflow pada
triwulan II ini merupakan siklus yang rutin terjadi setelah sebelumnya
mengalami net inflow di awal tahun. Hal ini menunjukan peningkatan
kebutuhan uang kartal oleh perbankan dan masyarakat untuk
mendukung transaksi ekonomi dan keuangan. Pada umumnya, net
outflow terjadi hingga triwulan IV dan baru akan berbalik arah menjadi
net inflow di triwulan I.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 75
Bab 4 - Sistem Pembayaran
b. Perkembangan Aktivitas Penukaran Uang Pecahan Kecil
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat, maka Bank
Indonesia menjalin kerjasama dengan beberapa Perusahaan Penukaran
Uang Pecahan Kecil (PUPK) untuk menyediakan layanan penukaran
mata uang Rupiah pecahan kecil. Layanan ini bertujuan untuk
memudahkan masyarakat dalam mendapatkan uang pecahan sesuai
dengan jumlah dan jenis pecahan yang dibutuhkan.
Pada triwulan II-2008, secara nominal terlihat bahwa jumlah uang
pecahan yang kecil yang ditukarkan mencapai Rp113,35 miliar atau lebih
rendah menurun 10,06% dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Aktivitas penukaran uang kecil umumnya akan meningkat
menjelang hari raya Idul Fitri, yang tahun ini akan jatuh di triwulan III.
Secara umum, pecahan mata uang rupiah yang paling diminati
masyarakat adalah pecahan Rp1.000 sebanyak 13.170.000 lembar, diikuti
oleh pecahan logam Rp200 sebanyak 12.230.000 keping. Sementara itu,
pecahan uang besar yang diterima Bank Indonesia untuk ditukarkan
umumnya adalah pecahan Rp100.000 dan pecahan Rp50.000.
Gambar 4.4
Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
2005 2006 2007 2008
Rp
Mili
ar
Jumlah Uang KecilDitukar
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 76
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Gambar 4.5 Jumlah Lembar Uang yang Ditukarkan
Berdasarkan Nominal Pecahan
Gambar 4.6 Nilai Uang yang Ditukarkan Berdasarkan
Nominal Pecahan
Rp10.00056%Rp5.000
27%
Rp1.00012%
Rp5003%
Rp2002% Rp100
0% Rp10.00014%
Rp5.00013%
Rp1.00029%
Rp50017%
Rp20027%
Rp1000%
Sumber : Bank Indonesia Surabaya Sumber : Bank Indonesia Surabaya
c. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal
Jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan (PTTB) pada
triwulan II-2008 di Jawa Timur tercatat meningkat dibandingkan
triwulan II-2007. Namun demikian, peningkatan ini sebanding dengan
besarnya inflow uang kartal sehingg rasio PTTB terhadap inflow relatif
stabil.
Terkait aktivitas PTTB, Bank Indonesia saat ini menerapkan
kebijakan penyetoran uang kartal ke Bank Indonesia hanya untuk uang
yang tidak layak edar (UTLE). Sepanjang belum tergolong “tidak layak
edar”, maka uang kartal tersebut akan terus disirkulasikan di bank-bank
dan digunakan sebagai alat pembayaran di masyarakat. Selain itu, Bank
Indonesia juga terus menyosialisasikan pentingnya perlakuan yang baik
terhadap uang kartal. Hal ini bertujuan agar usia uang kartal dapat lebih
panjang (tidak lekas rusak) yang berdampak positif pada penghematan
biaya pencetakan uang.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 77
Bab 4 - Sistem Pembayaran
0
1
2
3
4
5
6
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
2005 2006 2007 2008
Jum
lah
PTTB
(Rp
triliu
n
-10
10
30
50
70
90
110
Prop
orsi
thdp
inflo
w (%
)
PTTB (Rp triliun)Rasio PTTB thdp inflow (%)
Gambar 4.7Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)
4.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI
Penyelesaian transaksi non tunai dengan mengunakan sarana Bank
Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) maupun kliring pada
triwulan II-2008 menunjukkan kecenderungan yang meningkat
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan
upaya Bank Indonesia untuk mengarahkan sistem pembayaran di Indonesia
menuju less cash society (LCS). Untuk mendukung upaya ini, Bank Indonesia
senantiasa meningkatkan kualitas dan kecepatan pelayanan transaksi non
tunai.
Transaksi keuangan secara non tunai masih didominasi oleh sistem BI-
RTGS. Selama triwulan II-2008, BI-RTGS berperan hingga 70% dari nilai
penyelesaian transaksi keuangan non-tunai di wilayah Jawa Timur.
0
25
50
75
100
125
150
175
200
Kliri
ng, R
TGS
(Rp
triliu
n)
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
2005 2006 2007 2008
Kliring (Rp triliun)RTGS (Rp triliun)
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.8Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 78
Bab 4 - Sistem Pembayaran
a. Transaksi Kliring
Penyelesaian transaksi non tunai dengan mengunakan sarana
kliring pada triwulan II-2008 kembali menunjukkan peningkatan
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Transaksi keuangan
melalui sistem kliring di wilayah Jawa Timur pada triwulan II-2008
mencapai Rp41,49 triliun, secara tahunan meningkat signifikan sebesar
31,42% (yoy). Dilihat dari volumenya, jumlah warkat yang diproses pada
triwulan I-2008 tercatat sebanyak 1,52 juta lembar, relatif stabil
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Hal ini berarti
bahwa nilai transaksi kliring per lembarnya mengalami peningkatan.
Peningkatan ini wajar terjadi di tengah pertumbuhan ekonomi daerah
yang relatif tinggi selama satu tahun terakhir. Laju perputaran uang
umumnya berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi.
Dalam periode triwulan II-2008, Cek/Bilyet Giro kliring yang
ditolak karena saldo tidak cukup, baik dari sisi jumlah warkat maupun nilai
transaksi, masih relatif rendah. Presentase jumlah nilai nominal dan
volume cek dan BG yang ditolak pada periode laporan masing-masing
adalah 1,31% dan 1,26%, dengan nominal sebesar Rp522 miliar dan
warket sejumlah 20.027 lembar. Untuk meningkatkan kualitas transaksi
kliring dan mengurangi kejadian penolakan, Bank Indonesia telah
memberlakukan penerbitan Daftar Hitam Nasional (DHN) yang berisi
identitas nasabah penarik cek dan atau bilyet giro kosong.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
2005 2006 2007 2008
Nom
inal
(Rp
triliu
n)
0
1
2
3
4
5
Jum
lah
War
kat (
lem
bar)
Nominal (Rp triliun)
Warkat (juta lembar)
Gambar 4.9Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 79
Bab 4 - Sistem Pembayaran
b. Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement)
Secara tahunan, transaksi RTGS (outgoing) dari 4 (empat) Kantor
Bank Indonesia di Jawa Timur mengalami peningkatan baik dari sisi
volume transaksi maupun nominal. Tren peningkatan transaksi ini
mengindikasikan makin tingginya kebutuhan masyarakat akan transfer
dana yang cepat serta kepercayaan mereka yang makin tinggi akan
keandalan sistem pembayaran melalui perbankan.
Gambar 4.10Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur
0
25
50
75
100
125
150
175
200
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
2005 2006 2007 2008
Nom
inal
(Rp
triliu
n)
0
25,000
50,000
75,000
100,000
125,000
150,000
Volu
me
(tran
saks
i)
Nominal (Rp triliun)Volume (transaksi)
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Bila dilihat lebih mendalam, sistem BI-RTGS umumnya digunakan
untuk transaksi bernilai besar (di atas Rp100 juta) dan hanya sebanyak
26% transaksi melalui BI-RTGS yang dilakukan untuk transaksi bernilai di
bawah Rp100 juta. Dari sisi nilai, 90% transaksi melalui RTGS dilakukan
untuk transaksi bernilai di atas Rp500 juta. Hal ini menunjukan bahwa
tujuan sistem BI-RTGS untuk transaksi bernilai besar (diatas Rp100 juta)
sudah tercapai.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 80
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Gambar 4.11
Volume transaksi BI-RTGS
100 Juta s.d Dibawah 200 Juta
25%
Dibawah 100 Juta 26%
Diatas 500 Juta22%
200 Juta s.d 500 Juta27%
Volume Transakasi
Gambar 4.12Nilai transaksi BI-RTGS
Diatas 500 Juta90%
100 Juta s.d Dibawah 200 Juta
3%200 Juta s.d 500
Juta6%
Dibawah 100 Juta 1%
Nilai Transakasi
Berdasarkan jenis pengguna, transaksi melalui RTGS lebih banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat dan dunia usaha. Nasabah perbankan
merupakan kelompok pengguna sistem BI-RTGS terbanyak (63%), disusul
oleh kelompok perbankan yang menggunakannya untuk transaksi pasar
uang antar bank (PUAB) sebesar 24%, dan kelompok pemerintah sebesar
13%.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 81
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Pe13%
merintahGambar 4.13
Komposisi Transaksi Berdasarkan Jenis Pengguna
Nasabah63%
PUAB24%
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
4.3. PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR
Jumlah uang palsu yang ditemukan di perbankan Jawa Timur pada
triwulan II-2008 kembali mengalami penurunan yang cukup signifikan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Uang palsu yang
ditemukan perbankan Jawa Timur pada triwulan II-2008 tercatat sebanyak
3.267 lembar, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II-2007 yang
tercatat sebanyak 5.177 lembar uang palsu. Dilihat dari jumlah lembarnya
maupun nilainya, pecahan yang paling banyak ditemukan adalah pecahan
Rp50 ribu.
Uang palsu yang dicatat oleh Bank Indonesia ini diperoleh melalui
laporan dari perbankan maupun masyarakat umum, yang kemudian
diteruskan kepada pihak Kepolisian untuk penanganan secara hukum. Uang
palsu ini umumnya diketahui ketika ditransaksikan di mekanisme
perbankan.
Dalam rangka menekan dan mencegah peredaran uang palsu di
masyarakat, Bank Indonesia terus mengupayakan sosialisasi ciri-ciri keaslian
uang yang dikenal dengan metode 3D (dilihat, diraba, diterawang).
Sosialisasi ini dilakukan melalui berbagai media, baik media massa maupun
pertemuan-pertemuan langsung dengan perbankan, siswa/mahasiswa, dan
masyarakat umum.
Pada bulan Mei 2008, Bank Indonesia Surabaya memberikan
penghargaan kepada jajaran Kepolisian Daerah Jawa Timur atas prestasi
pengungkapan kasus pemalsuan uang yang tergolong besar di Indonesia.
Kasus pemalsuan uang tersebut terbongkar pada akhir 2007 dan telah
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 82
Bab 4 - Sistem Pembayaran
berhasil mengedarkan uang palsu sebanyak Rp15,4 miliar selama tiga tahun
beroperasi di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Gambar 4.14Uang Palsu Yang Ditemukan Oleh Perbankan Di Jawa Timur
Lembar Upal
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
2005 2006 2007 2008
Jum
lah
upal
(lem
bar)
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.16 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai)
Gambar 4.15 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar)
Rp50.00068%
Rp100.00022%
Rp5.0000%
Rp10.0008%
Rp20.0002%
Rp20.0001%
Rp10.0001% Rp5.000
0%
Rp100.00038%
Rp50.00060%
Sumber : Bank Indonesia Surabaya Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 83
Bab 5 – Prospek Ekonomi dan Harga
5 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA
5.1 PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR
Pada triwulan III-2008, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
diproyeksikan berada di kisaran 5,5 - 6%1. Konsumsi masyarakat
diperkirakan kembali melambat mengingat tingkat inflasi yang masih tinggi
ditambah risiko tekanan harga yang berasal dari permintaan masyarakat
menyambut Lebaran. Investasi swasta diprediksi akan terus membaik
melanjutkan tren sebelumnya, sementara Investasi Pemerintah diperkirakan
juga akan dipacu pada triwulan III ini untuk mengkompensasi lambatnya
realisasi pada periode sebelumnya. Ekspor diproyeksikan masih akan
melemah sebagai imbas resesi ekonomi yang dialami negara-negara partner
dagang seperti Amerika dan Jepang. Impor akan tetap tinggi sehingga
membuat defisit neraca perdagangan luar Jawa Timur makin lebar.
Dari sisi sektoral, ketiga sektor ekonomi utama diprediksi
berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Subsektor
Perdagangan yang mendominasi Sektor PHR masih mengalami tekanan dari
lemahnya daya beli domestik maupun eksternal. Sektor Industri
menghadapi persoalan tingginya biaya energi dan ketersediaan suplai
listrik. Tingginya biaya operasi juga menjadi tantangan di Sektor Pertanian,
khususnya biaya pemupukan dan penyediaan air. Musim kering 2008
diprediksi mundur sehingga berlangsung lebih lama dari biasanya.
1 Estimasi BI
_________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
84
Bab 5 – Prospek Ekonomi dan Harga
Gambar 5.2 Ekspektasi Konsumen 6 bulan yad
Gambar 5.1 Estimasi Realisasi Usaha Tw III-2008
-30
-20
-10
0
10
20
30Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I*
2005 2006 2007 2008
Indeks RealisasiUsaha
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2008
Indeks Penghasilan Saat IniEkspektasi Penghasilan 6 bulan yad
Sumber: SK BI Surabaya Sumber: SKDU BI Surabaya
5.2 PROYEKSI INFLASI JAWA TIMUR
Pada triwulan III-2008, Inflasi Jawa Timur diperkirakan
meningkat dan berada di kisaran 10,5 ± 1%2. Hal ini masih disebabkan
adanya peluang tekanan pada inflasi volatile food termasuk faktor
imported inflation, serta tingkat ekspektasi masyarakat terhadap inflasi ke
depan yang juga meningkat.
Pengaruh musiman berupa peningkatan kebutuhan konsumsi
masyarakat menjelang bulan puasa dan hari raya Idul Fitri menjadi
faktor pendorong tingkat inflasi, disamping tekanan lainnya dari
sisi penawaran. Realisasi belanja pemerintah yang cenderung meningkat
memasuki semester II 2008 merupakan salah satu sumber tekanan terhadap
inflasi yang patut diwaspadai. Disisi lain, persoalan sekitar distribusi dan
tata niaga beberapa komoditas utama juga diperkirakan masih menyisakan
masalah untuk diselesaikan, termasuk masalah infrastruktur yang belum
memadai.
2 Estimasi BI
_________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
85
Bab 5 – Prospek Ekonomi dan Harga
5.3. PROSPEK PERBANKAN TAHUN 2008
Pada triwulan III-2008, industri perbankan memiliki peluang
untuk meningkatkan kinerjanya. Struktur dan pondasi sistem perbankan
yang cukup baik selama periode semester I 2008 diperkirakan dapat terus
berlanjut, terutama ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi oleh
perbankan. Disamping itu, optimisme terhadap efektivitas berbagai paket
kebijakan perbankan diharapkan dapat menjadi stimulus untuk
pertumbuhan ekonomi dan dapat menjaga kestabilan sistem keuangan.
Dari sisi penyaluran kredit, potensi pertumbuhannya pada
triwulan III-2008 terus meningkat, seiring dengan pertumbuhan
sektor ekonomi produktif di Jawa Timur. Meskipun tren suku bunga
menunjukkan peningkatan, namun perbaikan kualitas kredit pada triwulan
II-2008 mencerminkan adanya perbaikan repayment capacity debitur yang
didukung oleh sikap kehati-hatian perbankan dalam menilai calon
debiturnya. Sektor ekonomi produktif seperti sektor perdagangan, sektor
industri pengolahan dan sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan
bagi perbankan untuk dibiayai. Disamping itu, kredit konsumsi juga
diperkirakan akan terus meningkat.
_________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
86
L A M P I R A N
Lampiran 1.1
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*
1. PERTANIAN 25,556,877 21,039,615 23,352,797 19,492,373.66 28,452,869 23,546,619 a. Tanaman bahan makanan 17,646,011 11,655,341 10,268,596 8,082,250.82 19,400,342 12,622,055 b. Tanaman perkebunan 2,313,287 2,767,175 6,065,836 3,511,432.10 2,588,147 3,151,308 c. Peternakan dan hasil-hasilnya 3,608,521 3,638,610 4,136,306 4,487,634.66 4,150,449 4,250,552 d. Kehutanan 283,316 445,665 214,528 264,388.29 308,800 494,666 e. Perikanan 1,705,742 2,532,825 2,667,530 3,146,667.79 2,005,130 3,028,038
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1,556,509 2,635,278 3,759,114 3,354,529.87 1,764,448 3,115,277 a. Minyak dan gas bumi 296,888 370,096 393,087 492,207.23 349,669 465,499 b. Pertambangan tanpa migas 182,473 160,145 191,353 199,507.64 198,486 188,611 c. Penggalian 1,077,147 2,105,038 3,174,674 2,662,815.00 1,216,293 2,461,168
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 33,346,315 36,404,392 43,432,928 40,631,443.41 37,196,058 41,441,440 1) Makanan, minuman dan tembakau 17,398,897 19,981,111 24,637,088 22,515,211.83 19,307,869 22,772,832 2) Tekstil barang kulit dan alas kaki 1,466,033 1,367,857 1,239,341 1,776,581.42 1,612,369 1,518,073 3) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 1,086,157 1,248,856 1,474,882 1,793,328.45 1,190,990 1,419,348 4) Kertas dan barang cetakan 5,307,545 4,796,290 3,811,681 4,804,479.98 5,989,660 5,609,347 5) Kimia dan barang dari karet 2,212,434 2,601,547 4,808,021 2,372,274.76 2,498,236 2,911,599 6) Semen & barang galian bukan logam 1,154,889 1,167,643 1,430,126 1,261,200.05 1,285,990 1,300,191 7) Logam dasar besi dan baja 2,927,741 3,175,269 3,142,165 2,579,666.82 3,280,586 3,494,440 8) Alat angkutan, mesin & peralatannya 696,860 831,360 911,971 1,336,723.64 815,687 973,122 9) Barang lainnya 1,095,761 1,234,459 1,977,653 2,191,976.46 1,214,670 1,442,488
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 2,688,572 2,455,043 2,692,177 2,422,176.13 3,096,034 2,850,370 a. Listrik 1,951,482 1,835,828 1,981,867 1,660,218.20 2,098,854 1,979,974 b. Gas kota 623,778 509,608 602,618 641,657.77 873,612 744,292 c. Air bersih 113,312 109,606 107,691 120,300.16 123,569 126,103
5. BANGUNAN 3,836,669 4,695,235 5,137,851 4,309,594.65 4,289,082 5,248,887 6. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN REST 34,596,825 38,749,420 37,939,804 42,816,538.21 40,325,725 45,667,348
a. Perdagangan besar & eceran 28,438,912 31,406,364 30,617,108 35,298,641.70 33,259,819 37,044,371 b. Hotel 487,503 942,491 936,866 915,854.31 530,656 1,054,193 c. Restoran 5,670,411 6,400,565 6,385,831 6,602,042.20 6,535,250 7,568,783
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 6,968,719 7,240,316 7,503,873 7,985,052.67 7,772,886 8,371,735 a. Pengangkutan 4,819,077 5,100,512 5,183,333 5,573,401.77 5,303,984 5,999,724
1) Angkutan Rel 58,349 62,067 84,803 78,583.95 67,091 72,731 2) Angkutan jalan raya 2,294,112 2,306,970 2,177,952 2,352,223.37 2,450,524 2,694,956 3) Angkutan laut 316,372 467,420 435,694 548,782.79 365,467 563,325 4) Angkutan sungai, danau dan penyeberangan 44,559 48,782 80,984 54,615.56 50,241 55,002 5) Angkutan udara 612,859 697,479 883,374 830,237.91 705,890 845,205 6) Jasa penunjang angkutan 1,492,826 1,517,795 1,520,527 1,708,958.19 1,664,770 1,768,504
b. Komunikasi 2,149,642 2,139,804 2,320,540 2,411,650.90 2,468,903 2,372,011 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA 5,520,485 6,122,418 6,662,490 6,423,814.17 6,388,330 7,011,816
a. Bank 1,096,575 1,234,901 1,409,668 1,329,805.52 1,252,157 1,385,410 b. Lembaga keuangan tanpa bank 746,739 797,158 953,792 807,970.06 848,893 914,181 d. Sewa bangunan 2,117,315 2,215,759 2,504,036 2,511,468.25 2,494,197 2,632,322 e. Jasa perusahaan 1,559,856 1,874,601 1,794,994 1,774,570.35 1,793,083 2,079,903
9. JASA-JASA 10,211,022 10,536,553 11,314,752 11,527,760.75 11,568,341 12,214,955 a. Pemerintahan umum 4,249,939 4,685,028 5,370,506 5,480,926.60 4,757,883 5,432,374 b. Swasta 5,961,083 5,851,525 5,944,245 6,046,834.16 6,810,458 6,782,580
1) Sosial dan kemasyarakatan 974,632 1,079,730 1,117,246 1,120,232.41 1,121,332 1,246,567 2) Hiburan dan rekreasi 281,356 334,242 332,621 389,491.89 319,766 383,214 3) Perorangan dan rumah tangga 4,705,095 4,437,554 4,494,378 4,537,109.86 5,369,361 5,152,799
PDRB 124,281,993 129,878,270 141,795,786 138,963,284 140,853,773 149,468,447
Sumber: BPS Jawa Timur* Angka Sangat Sementara
S E K T O R 20082007
PDRB SEKTORAL JAWA TIMURBerdasarkan Harga Berlaku (Rp juta)
Lampiran 1.2
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*
1. PERTANIAN 14,553,592 11,488,825 12,289,304 9,611,252 14,867,854 11,702,985 a. Tanaman bahan makanan 10,155,697 6,626,601 5,430,802 4,157,678 10,252,192 6,628,721 b. Tanaman perkebunan 1,551,824 1,573,467 3,502,395 1,828,470 1,602,343 1,638,483 c. Peternakan dan hasil-hasilnya 1,846,807 1,865,127 2,062,940 2,096,789 1,949,036 1,971,872 d. Kehutanan 122,093 188,171 78,044 101,481 124,723 188,516 e. Perikanan 877,171 1,235,459 1,215,123 1,426,834 939,560 1,275,393
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 941,500 1,453,219 1,936,567 1,693,508 1,012,101 1,551,835 a. Minyak dan gas bumi 191,938 231,023 237,288 241,817 220,704 252,862 b. Pertambangan tanpa migas 121,540 104,343 122,370 121,018 124,643 107,706 c. Penggalian 628,022 1,117,853 1,576,909 1,330,673 666,754 1,191,266
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 17,776,943 18,639,554 20,662,429 19,084,993 18,512,615 19,277,066 1) Makanan, minuman dan tembakau 9,130,369 10,012,648 10,971,946 10,050,778 9,423,878 10,274,298 2) Tekstil barang kulit dan alas kaki 754,752 683,080 606,528 827,067 780,788 699,579 3) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 516,135 497,267 572,432 698,095 531,184 509,083 4) Kertas dan barang cetakan 3,240,247 2,963,316 2,264,026 2,820,292 3,434,071 3,115,068 5) Kimia dan barang dari karet 1,240,976 1,407,313 2,569,084 1,213,528 1,300,237 1,457,582 6) Semen & barang galian bukan logam 578,811 608,421 762,698 676,603 601,893 624,259 7) Logam dasar besi dan baja 1,455,099 1,530,849 1,606,726 1,204,583 1,524,539 1,603,870 8) Alat angkutan, mesin & peralatannya 322,114 383,111 402,480 616,068 353,601 418,288 9) Barang lainnya 538,441 553,549 906,509 977,978 562,424 575,038
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 1,261,406 1,218,060 1,318,767 1,356,401 1,310,262 1,305,162 a. Listrik 997,645 937,039 982,081 1,025,271 1,063,094 999,933 b. Gas kota 204,016 218,568 275,182 267,211 185,298 239,883 c. Air bersih 59,745 62,454 61,505 63,920 61,871 65,347
5. BANGUNAN 2,046,810 2,363,156 2,601,528 2,128,107 2,098,844 2,410,939 6. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 20,382,636 22,763,244 21,761,941 23,662,793 22,106,954 24,597,314
a. Perdagangan besar & eceran 16,685,683 18,438,496 17,535,048 19,277,787 18,165,929 20,017,833 b. Hotel 353,547 689,920 693,447 648,022 367,485 718,813 c. Restoran 3,343,406 3,634,828 3,533,446 3,736,983 3,573,541 3,860,668
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 4,003,839 4,109,790 4,281,724 4,314,861 4,282,629 4,366,098 a. Pengangkutan 2,721,254 2,821,021 2,957,158 3,040,857 2,820,685 2,928,525
1) Angkutan Rel 36,986 41,470 54,134 47,891 39,500 44,469 2) Angkutan jalan raya 1,082,668 1,080,787 1,158,221 1,136,594 1,108,182 1,093,259 3) Angkutan laut 160,398 221,960 229,496 280,337 161,024 231,895 4) Angkutan sungai, danau dan penyeberangan 22,152 24,622 40,467 26,522 23,095 25,767 5) Angkutan udara 451,490 479,886 497,309 517,673 468,561 503,746 6) Jasa penunjang angkutan 967,560 972,296 977,531 1,031,839 1,020,323 1,029,389
b. Komunikasi 1,282,585 1,288,769 1,324,566 1,274,005 1,461,944 1,437,573 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA 3,272,473 3,784,412 3,927,093 3,779,642 3,531,946 4,005,963
a. Bank 673,250 961,341 959,514 1,003,423 721,162 1,025,001 b. Lembaga keuangan tanpa bank 421,660 451,232 492,669 416,589 449,559 484,281 d. Sewa bangunan 1,271,772 1,289,356 1,408,372 1,398,707 1,396,248 1,387,764 e. Jasa perusahaan 905,791 1,082,482 1,066,538 960,923 964,976 1,108,916
9. JASA-JASA 5,647,828 5,739,122 5,993,484 5,963,380 5,973,954 6,038,057 a. Pemerintahan umum 2,256,883 2,459,304 2,795,618 2,775,359 2,344,329 2,568,232 b. Swasta 3,390,946 3,279,818 3,197,866 3,188,021 3,629,625 3,469,825
1) Sosial dan kemasyarakatan 478,077 519,443 525,946 517,424 516,116 554,692 2) Hiburan dan rekreasi 152,704 180,632 188,468 204,844 161,443 192,676 3) Perorangan dan rumah tangga 2,760,165 2,579,743 2,483,453 2,465,753 2,952,065 2,722,457
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 69,887,027 71,559,381 74,772,838 71,594,937 73,697,158 75,255,418
Sumber: BPS Jawa Timur* Angka Sangat Sementara
S E K T O R 20082007
PDRB SEKTORAL JAWA TIMURBerdasarkan Harga Konstan 2000 (Rp juta)
Lampiran 1.3
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*
1. PERTANIAN 2.83 2.79 3.61 3.40 2.16 1.86a. Tanaman bahan makanan 2.02 1.18 1.77 1.28 0.95 0.03b. Tanaman perkebunan 2.48 3.69 3.24 3.27 3.26 4.13c. Peternakan dan hasil-hasilnya 5.62 6.53 7.06 5.11 5.54 5.72d. Kehutanan 20.74 -7.85 2.55 5.88 2.15 0e. Perikanan 5.20 6.94 7.58 7.37 7.11 3.23
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 8.61 11.09 10.01 11.43 7.50 6.79a. Minyak dan gas bumi 15.41 34.12 35.29 41.86 14.99 9.45b. Pertambangan tanpa migas 2.66 5.12 10.88 3.44 2.55 3.22c. Penggalian 7.88 7.83 6.94 7.98 6.17 6.57
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.16 4.60 4.78 4.98 4.14 3.421) Makanan, minuman dan tembakau 2.95 3.49 3.26 3.39 3.21 2.612) Tekstil barang kulit dan alas kaki 2.01 3.66 2.25 2.76 3.45 2.423) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 4.27 0.71 -1.33 -1.17 2.92 2.384) Kertas dan barang cetakan 7.87 9.60 8.77 8.34 5.98 5.125) Kimia dan barang dari karet 5.12 5.86 5.87 5.22 4.78 3.576) Semen & barang galian bukan logam -1.43 -3.14 4.10 5.53 3.99 2.607) Logam dasar besi dan baja 5.55 6.07 5.76 5.72 4.77 4.778) Alat angkutan, mesin & peralatannya 3.40 9.89 40.55 32.13 9.78 9.189) Barang lainnya 7.45 2.73 3.56 3.63 4.45 3.88
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 11.72 11.95 16.21 7.81 3.87 7.15a. Listrik 7.30 5.82 5.75 4.31 6.56 6.71b. Gas kota 44.26 52.98 86.48 24.75 -9.17 9.75c. Air bersih 3.25 4.79 5.02 4.66 3.56 4.63
5. BANGUNAN -0.08 1.97 1.93 0.76 2.54 2.026. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 8.23 8.37 8.43 8.50 8.46 8.06
a. Perdagangan besar & eceran 8.88 8.87 8.98 9.01 8.87 8.57b. Hotel -0.55 1.19 0.98 1.36 3.94 4.19c. Restoran 6.10 7.34 7.28 7.23 6.88 6.21
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 6.90 8.63 8.01 7.55 6.96 6.24a. Pengangkutan 3.51 5.65 5.31 4.81 3.65 3.81
1) Angkutan Rel 1.95 3.27 12.12 9.92 6.80 7.232) Angkutan jalan raya 2.13 2.10 2.42 2.05 2.36 1.153) Angkutan laut 6.54 29.17 28.48 8.46 0.39 4.484) Angkutan sungai, danau dan penyeberangan 4.23 7.41 7.67 6.55 4.26 4.655) Angkutan udara 1.59 1.73 1.43 5.92 3.78 4.976) Jasa penunjang angkutan 5.60 7.45 5.98 6.16 5.45 5.87
b. Komunikasi 14.88 15.76 14.55 14.71 13.98 11.558. KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA 7.96 9.38 8.17 8.32 7.93 5.85
a. Bank 6.97 8.43 6.11 7.55 7.12 6.62b. Lembaga keuangan tanpa bank 6.55 7.91 11.34 11.09 6.62 7.32d. Sewa bangunan 9.34 10.78 10.37 9.91 9.79 7.63e. Jasa perusahaan 7.44 9.19 5.83 5.74 6.53 2.44
9. JASA-JASA 5.65 5.92 6.26 5.67 5.77 5a. Pemerintahan umum 3.97 4.39 5.01 4.72 3.87 4.43b. Swasta 6.80 7.09 7.37 6.51 7.04 5.79
1) Sosial dan kemasyarakatan 7.99 7.77 7.97 6.74 7.96 6.792) Hiburan dan rekreasi 6.46 8.11 11.97 8.81 5.72 6.673) Perorangan dan rumah tangga 6.62 6.88 6.91 6.27 6.95 5.53
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5.54 6.21 6.31 6.35 5.45 5.16
Sumber: BPS Jawa Timur* Angka Sangat Sementara
PERTUMBUHAN PDRB SEKTORAL JAWA TIMUR (y-o-y)Berdasarkan Harga Konstan 2000 (%)
20082007S E K T O R
.18
.21
Lampiran 1.4
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*
1. PERTANIAN 1.15 1.00 1.04 0.85 1.10 0.80a. Tanaman bahan makanan 0.81 0.57 0.46 0.37 0.76 0.45b. Tanaman perkebunan 0.12 0.14 0.30 0.16 0.12 0.11c. Peternakan dan hasil-hasilnya 0.15 0.16 0.17 0.19 0.14 0.14d. Kehutanan 0.01 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01e. Perikanan 0.07 0.11 0.10 0.13 0.07 0.09
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0.07 0.13 0.16 0.15 0.07 0.11a. Minyak dan gas bumi 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02b. Pertambangan tanpa migas 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01c. Penggalian 0.05 0.10 0.13 0.12 0.05 0.08
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1.41 1.62 1.74 1.69 1.37 1.321) Makanan, minuman dan tembakau 0.72 0.87 0.93 0.89 0.70 0.712) Tekstil barang kulit dan alas kaki 0.06 0.06 0.05 0.07 0.06 0.053) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 0.04 0.04 0.05 0.06 0.04 0.034) Kertas dan barang cetakan 0.26 0.26 0.19 0.25 0.25 0.215) Kimia dan barang dari karet 0.10 0.12 0.22 0.11 0.10 0.106) Semen & barang galian bukan logam 0.05 0.05 0.06 0.06 0.04 0.047) Logam dasar besi dan baja 0.12 0.13 0.14 0.11 0.11 0.118) Alat angkutan, mesin & peralatannya 0.03 0.03 0.03 0.05 0.03 0.039) Barang lainnya 0.04 0.05 0.08 0.09 0.04 0.04
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0.10 0.11 0.11 0.12 0.10 0.09a. Listrik 0.08 0.08 0.08 0.09 0.08 0.07b. Gas kota 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.02c. Air bersih 0.00 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00
5. BANGUNAN 0.16 0.20 0.22 0.19 0.16 0.176. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 1.62 1.97 1.84 2.10 1.64 1.69
a. Perdagangan besar & eceran 1.32 1.60 1.48 1.71 1.34 1.37b. Hotel 0.03 0.06 0.06 0.06 0.03 0.05c. Restoran 0.27 0.32 0.30 0.33 0.26 0.26
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 0.32 0.36 0.36 0.38 0.32 0.30a. Pengangkutan 0.22 0.24 0.25 0.27 0.21 0.20
1) Angkutan Rel 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.002) Angkutan jalan raya 0.09 0.09 0.10 0.10 0.08 0.083) Angkutan laut 0.01 0.02 0.02 0.02 0.01 0.024) Angkutan sungai, danau dan penyeberangan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.005) Angkutan udara 0.04 0.04 0.04 0.05 0.03 0.036) Jasa penunjang angkutan 0.08 0.08 0.08 0.09 0.08 0.07
b. Komunikasi 0.10 0.11 0.11 0.11 0.11 0.108. KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA 0.26 0.33 0.33 0.34 0.26 0.27
a. Bank 0.05 0.08 0.08 0.09 0.05 0.07b. Lembaga keuangan tanpa bank 0.03 0.04 0.04 0.04 0.03 0.03d. Sewa bangunan 0.10 0.11 0.12 0.12 0.10 0.10e. Jasa perusahaan 0.07 0.09 0.09 0.09 0.07 0.08
9. JASA-JASA 0.45 0.50 0.51 0.53 0.44 0.41a. Pemerintahan umum 0.18 0.21 0.24 0.25 0.17 0.18b. Swasta 0.27 0.28 0.27 0.28 0.27 0.24
1) Sosial dan kemasyarakatan 0.04 0.05 0.04 0.05 0.04 0.042) Hiburan dan rekreasi 0.01 0.02 0.02 0.02 0.01 0.013) Perorangan dan rumah tangga 0.22 0.22 0.21 0.22 0.22 0.19
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5.54 6.21 6.31 6.35 5.45 5.16
Sumber: BPS Jawa Timur* Angka Sangat Sementara
SUMBANGAN PDRB SEKTORAL JAWA TIMURBerdasarkan Harga Konstan 2000 (%)
20082007S E K T O R
Lampiran 3.1PERKEMBANGAN BANK UMUM JAWA TIMUR
Rp JutaBANK UMUM 2008
TW I TW II TW III TW IV TW I TW IIA Jaringan Kantor
1 Jumlah Bank 68 68 68 69 70 70 2 Jaringan Kantor 2,340 2,344 2,384 2,403 2,472 2,492 3 Jumlah BPR 335 335 337 337 337 337
B Kondisi Keuangan1 Total Asset 146,667,121 153,836,677 159,989,412 167,474,291 166,386,598 177,178,874
a. Bank Pemerintah 64,149,054 68,306,904 71,630,029 73,665,513 71,893,848 76,398,509 b. Bank Swasta 71,438,390 72,624,718 76,057,469 81,413,898 79,258,565 85,428,529 c. Bank Asing 11,079,677 12,905,055 12,301,914 12,394,880 15,234,185 15,351,836
2 Kredit (Baki debet) 74,851,747 78,938,504 85,981,733 92,147,710 95,095,487 105,248,297 a. Bank Pemerintah 37,270,784 40,226,422 41,893,444 43,221,411 44,307,038 50,382,032 b. Bank Swasta 30,869,356 32,846,812 36,990,254 40,728,820 41,583,650 45,037,651 c. Bank Asing 6,711,607 5,865,270 7,098,035 8,197,479 9,204,799 9,828,614 Per jenis Penggunaan 74,851,747 78,938,504 85,981,733 92,147,710 95,095,487 105,248,297
Modal Kerja 47,816,158 50,120,398 56,118,393 60,213,810 62,568,643 69,143,728 Investasi 9,117,693 10,146,708 9,711,924 10,571,595 10,370,697 12,141,174 Konsumsi 17,917,896 18,671,398 20,151,416 21,362,305 22,156,147 23,963,395
Per Sektor 74,851,747 78,938,504 85,981,733 92,147,710 95,095,487 105,248,297 Tani 3,450,083 4,079,071 4,439,123 3,963,616 4,089,860 4,326,218 Tambang 174,206 169,358 190,649 220,866 307,327 351,028 Industri 21,764,993 21,811,730 24,624,115 27,417,140 29,615,859 33,560,923 Listrik,Gas 106,500 124,477 125,582 174,535 189,946 232,502 Konstruksi 2,666,814 2,912,244 2,843,554 2,925,529 2,935,751 3,295,873 Dagang/Hotel 21,673,519 23,467,983 25,197,374 27,100,480 27,219,383 30,212,132 Angkut/Komnikasi 1,228,303 1,385,207 1,475,034 1,701,739 1,755,565 1,931,983 JS.Dunia 4,336,401 4,704,955 5,345,055 5,723,745 5,237,143 5,683,054 JS.Sosial 1,148,719 1,232,952 1,189,392 1,156,802 1,188,922 1,198,479 Lain-2 18,302,209 19,050,527 20,551,855 21,763,258 22,555,731 24,456,105
3 Dana 128,612,237 133,460,353 137,280,908 143,548,428 142,926,240 150,226,452 a. Bank Pemerintah 55,127,286 58,328,661 60,629,732 61,825,046 61,890,910 65,229,005 b. Bank Swasta 65,470,215 65,384,893 67,743,846 72,335,279 70,482,383 74,472,168 c. Bank Asing 8,014,736 9,746,799 8,907,330 9,388,103 10,552,947 10,525,279 GIRO 24,856,826 29,431,202 31,051,034 28,918,594 30,185,870 31,157,981 a. Bank Pemerintah 12,582,948 14,773,189 16,404,184 14,747,031 14,954,229 15,496,622 b. Bank Swasta 9,556,842 10,361,625 11,797,474 11,560,131 12,281,076 13,700,951 c. Bank Asing 2,717,036 4,296,388 2,849,376 2,611,432 2,950,565 1,960,408 DEPOSITO 61,442,097 59,282,631 59,123,667 61,071,467 60,162,259 62,579,372 a. Bank Pemerintah 21,311,809 21,163,733 20,832,295 19,791,072 20,198,945 20,897,055 b. Bank Swasta 35,421,432 33,463,487 33,099,650 35,425,886 33,435,999 35,181,784 c. Bank Asing 4,708,856 4,655,411 5,191,722 5,854,509 6,527,315 6,500,533 TABUNGAN 42,313,314 44,746,520 47,106,207 53,558,367 52,578,111 56,489,099 a. Bank Pemerintah 21,232,529 22,391,739 23,393,253 27,286,943 26,737,736 28,835,328 b. Bank Swasta 20,491,941 21,559,781 22,846,722 25,349,262 24,765,308 25,589,433 c. Bank Asing 588,844 795,000 866,232 922,162 1,075,067 2,064,338
4 LDR 58.20% 59.15% 62.63% 64.19% 66.53% 70.06%a. Bank Pemerintah 67.61% 68.97% 69.10% 69.91% 71.59% 77.24%b. Bank Swasta 47.15% 50.24% 54.60% 56.31% 59.00% 60.48%c. Bank Asing 83.74% 60.18% 79.69% 87.32% 87.22% 93.38%
5 NPL Bank Umum 6.26% 5.93% 4.95% 4.44% 3.40% 3.09%a. Bank Pemerintah 9.72% 8.28% 6.93% 6.21% 4.07% 3.62%b. Bank Swasta 3.03% 3.52% 3.17% 2.74% 2.69% 2.44%c. Bank Asing 1.88% 3.25% 2.50% 3.55% 3.46% 3.32%
6 kredit U K M 39,334,061 42,149,610 45,118,424 47,753,300 49,124,635 54,452,081 a. Bank Pemerintah 15,732,244 17,038,812 18,399,593 19,591,172 20,433,538 23,173,550 b. Bank Swasta 22,644,810 24,057,807 25,497,355 26,873,705 26,970,539 29,436,931 c. Bank Asing 957,008 1,052,991 1,221,476 1,288,423 1,720,558 1,841,600
7 NPL UKM 5.32% 5.66% 5.29% 4.90% 4.61% 4.18%a. Bank Pemerintah 8.23% 8.21% 7.50% 6.86% 6.07% 5.43%b. Bank Swasta 3.32% 3.89% 3.75% 3.35% 3.40% 3.09%c. Bank Asing 4.62% 4.70% 4.19% 7.36% 6.15% 5.97%
8 KUK 17,208,080 18,394,546 19,619,706 19,129,969 20,493,210 19,684,991 a. Bank Pemerintah 13,550,156 14,490,366 15,444,305 14,838,761 16,141,237 15,266,962 b. Bank Swasta 3,649,069 3,895,477 4,127,459 4,218,857 4,244,227 4,322,817 c. Bank Asing 8,855 8,703 47,942 72,351 107,746 95,212
9 Kredit ekspor 2,848,465 3,500,654 3,544,241 4,516,712 4,130,475 5,713,181 a. Bank Pemerintah 1,241,845 1,747,428 1,796,965 1,833,225 2,078,958 2,228,804 b. Bank Swasta 622,884 612,721 640,308 720,552 816,078 840,540 c. Bank Asing 983,736 1,140,505 1,106,968 1,962,935 1,235,439 2,643,837
N P L 112,524 207,165 205,323 167,012 213,666 207,804 a. Bank Pemerintah 80,030 102,024 100,637 49,708 85,331 85,072 b. Bank Swasta 3,391 63,538 62,599 64,464 59,806 63,818 c. Bank Asing 29,103 41,603 42,087 52,840 68,529 58,914
10 Kredit Property 6,979,742 7,314,677 7,823,097 8,264,841 8,856,162 9,568,587 a. Bank Pemerintah 3,477,695 3,637,497 3,901,789 4,018,119 4,536,825 4,934,154 b. Bank Swasta 3,415,891 3,581,599 3,825,876 4,085,939 4,070,421 4,363,821 c. Bank Asing 86,156 95,581 95,432 160,783 248,916 270,612
N P L 307,879 304,360 309,704 258,230 286,591 290,462 NPL % 4.41 4.16 3.96 3.12 3.24 3.04
6,979,742 7,314,677 7,823,097 8,264,841 8,856,162 9,568,587
2007
Lampiran 3.2PERKEMBANGAN BANK SYARIAH JAWA TIMUR
Rp Juta
TW I TW II TW III TW IV TW I TW IIA JARINGAN KANTOR
Jumlah bank 3 3 3 3 3 3Jumlah Kantor 47 49 51 54 54 55
A KONDISI KEUANGAN1 Asset 1,695,807 1,756,605 2,040,791 2,235,297 2,425,671 2,648,080
2 Pembiayaan 1,377,660 1,487,243 1,634,661 1,766,455 1,939,221 2,180,887
Jenis Penggunaan 1,377,660 1,487,243 1,634,661 1,766,455 1,939,221 2,180,887Modal Kerja 672,715 775,654 809,976 842,349 865,386 996,791Investasi 252,726 251,582 282,161 272,158 264,758 270,210Konsumsi 452,219 460,007 542,524 651,948 809,077 913,886
Per Sektor Usaha 1,377,660 1,487,243 1,634,661 1,766,455 1,939,221 2,180,887Pertanian 7,874 6,696 6,583 29,644 37,937 48,079Pertambangan 3,845 3,784 3,712 3,542 6,801 8,367Perindustrian 69,249 61,340 103,326 115,336 120,252 119,944Listrik, air dan Gas 0 0 0 870 2,206 4,764Konstruksi 94,093 101,008 108,076 60,720 46,549 48,625Perdagangan 160,334 194,073 137,621 152,859 147,377 190,123Angkutan 15,018 14,425 13,210 13,114 13,512 13,341Jasa Dunia 495,539 556,313 603,842 607,313 566,056 633,271Jasa Sosial 79,318 89,426 115,596 130,938 189,283 200,487Lain-lain 452,390 460,178 542,695 652,119 809,248 913,886
3 NPF (%) 3.24 6.50 3.82 2.60 2.38 2.10
4 Dana 1,348,842 1,383,914 1,552,211 1,678,632 1,846,234 1,912,999Giro 99,706 115,195 186,922 168,558 168,672 186,789Tabungan 577,598 598,495 674,480 778,565 912,142 937,289deposito 671,538 670,224 690,809 731,509 765,420 788,921
4 FDR (%) 102.14 107.47 105.31 105.23 105.04 114.00
URAIAN 2007 2008