KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · kajian ekonomi regional jawa timur triwulan iii -...
Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · kajian ekonomi regional jawa timur triwulan iii -...
KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR
TRIWULAN III - 2008
BANK INDONESIA SURABAYA
Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 129/128 Fax : 031-3554178 Email : [email protected]
Visi Bank Indonesia : “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil” Misi Bank Indonesia : “Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan” Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia : “Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan” Visi Kantor Bank Indonesia Surabaya : “Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan” Misi Kantor Bank Indonesia Surabaya : “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, dan pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya”.
KATA PENGANTAR
Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional Propinsi Jawa
Timur Triwulan III-2008 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan
ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun
internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem
pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan.
Kajian ini menguraikan berbagai perkembangan penting dalam perekonomian
daerah Jawa Timur serta berbagai faktor yang mempengaruhinya selama periode laporan.
Perkembangan ekonomi yang dimaksud mencakup kondisi ekonomi makro (PDRB), laju
inflasi, perkembangan perbankan, sistem pembayaran serta pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan harga.
Dalam penyusunan kajian ini kami banyak memperoleh bantuan berupa penyediaan
data dan informasi dari berbagai pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan
pemerintah daerah, BUMN maupun swasta sehingga kajian ini menjadi lebih informatif.
Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang
sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih
ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dan saran
untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang
optimal.
Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan
kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Surabaya, November 2008
BANK INDONESIA SURABAYA
Amril Arief
Pemimpin
i
KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiDAFTAR TABEL ivDAFTAR GAMBAR vDAFTAR LAMPIRAN viiRINGKASAN EKSEKUTIF viii
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL1.1 KONDISI UMUM 11.2 SISI PERMINTAAN 3
a. Konsumsi 3b. Investasi 6c. Ekspor Impor 8
1.3 SISI PENAWARAN 12a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 15b. Industri Pengolahan 18c. Pertanian 21d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 23e. Bangunan 24f. Transportasi dan Komunikasi 26
1.4. KESEJAHTERAAN 271.5 KEUANGAN DAERAH 29
Boks 1 Dampak Krisis Ekonomi Global Terhadap Kinerja Ekspor ImporPropinsi Jawa Timur 33
Boks 2 Survei Respon Dunia Industri terhadap Peraturan Bersama 5 MenteriTentang Pengoptimalan Beban Listrik melalui Pengalihan Jam Kerja Industri 37
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TIMUR 412.1 UMUM 412.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq) 412.3 INFLASI TAHUNAN (yoy) 452.4 INFLASI INTI DAN NON INTI 47
Boks 3 Survei Fluktuasi Harga Pangan & Model Inflasi Bahan Makanan(Volatile foods) di Jawa Timur 49
Boks 4 Perkembangan Konversi Minyak Tanah ke ELPIJI di Surabaya 52
BAB 3 STABILITAS DAN INTERMEDIASI PERBANKAN 543.1 INTERMEDIASI PERBANKAN 54
3.1.1. DANA PIHAK KETIGA (DPK) 553.1.2. KREDIT 56
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 613.2.1. RISIKO KREDIT 61
ii
DAFTAR ISI
3.2.2. RISIKO LIKUIDITAS 633.2.3. RISIKO PASAR 64
3.3 PERBANKAN SYARIAH 643.4 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 653.4 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 67
Boks 5 Perkembangan Likuiditas Perbankan di Jawa Timur 69
BAB 4 SISTEM PEMBAYARAN 724.1 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI 72
a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) 72b. Perkembangan Aktivitas Penukaran Uang
Pecahan Kecil 74c. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal 75
4.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI 76a. Transaksi Kliring 77b. Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement) 78
4.3 PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR 80
BAB 5 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA 835.1 PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR 835.2 PROYEKSI INFLASI JAWA TIMUR 855.3 PROSPEK PERBANKAN TAHUN 2008 85
LAMPIRAN
iii
Tabel 1.1 Data Ekspor dan Impor Jawa Timur 10Tabel 1.2 ertumbuhan dan Sumbangan Sektoral 13Tabel 1.3 Utilisasi Kapasitas Produksi di Jawa Timur 14Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Sektor PHR 15Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri 18Tabel 1.6 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian 21Tabel 1.7 Realisasi Bayar Bantuan Langsung Tunai di Jawa Timur 28Tabel 1.8 Realisasi PAD Provinsi Jawa Timur hingga Tw III-2008 29Tabel 1.9 Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Jawa Timur hingga Tw III-2008 29Tabel 1.10 Realisasi Belanja Pemerintah di Provinsi Jawa Timur 30Tabel 1.11 Jadwal Pemilihan Kepala Daerah di Jawa Timur 31Tabel 2.1 10 wilayah Produksi Daging Ayam Terbesar di Jawa Timur Tahun 2007 44Tabel 2.2 10 wilayah Produksi Daging Ayam Terbesar di Jawa Timur Tahun 2007 44Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan di Jawa Timur 55
iv
DAFTAR TABEL
Lampiran 1.1 PDRB Sektoral Jawa Timur Berdasarkan Harga Berlaku
Lampiran 1.2 PDRB Sektoral Jawa Timur Berdasarkan Harga Konstan 2000 (Rp juta)
Lampiran 1.3 Pertumbuhan PDRB Sektoral Jawa Timur (y-o-y)Berdasarkan Harga Konstan 2000 (%)
Lampiran 1.4 Sumbangan PDRB Sektoral Jawa TimurBerdasarkan Harga Konstan 2000 (%)
Lampiran 3.1 Perkembangan Bank Umum Jawa Timur
Lampiran 3.2 Perkembangan Bank Syariah Jawa Timur
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar 1.1 Indeks Ekspektasi Konsumen 3Gambar 1.2 Indeks Penjualan SPE 4Gambar 1.3 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 4Gambar 1.4 Perkembangan Indeks Omzet Riil 4Gambar 1.5 Volume Penjualan Motor 4Gambar 1.6 Volume Penjualan Mobil 5Gambar 1.7 Indeks Ketepatan Waktu Membeli Barang Tahan Lama (Durable Goods) 5Gambar 1.8 Indeks Penghasilan Saat ini dan Ekspektasi Penghasilan 6Gambar 1.9 Pekembangan Kredit Konsumsi 6Gambar 1.10 Perkembangan Tabungan Perorangan 6Gambar 1.11 Perkembangan Deposito 6Gambar 1.12 Perkembangan Nilai Impor Capital Goods 7Gambar 1.13 Perkembangan Volume Impor Capital Goods 7Gambar 1.14 Perkembangan Volume Penjualan Semen 7Gambar 1.15 Perkembangan Kredit Investasi 8Gambar 1.16 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor 9Gambar 1.17 Perkembangan Volume Ekspor dan Impor 9Gambar 1.18 Pertumbuhan Nilai Ekspor dan Impor 9Gambar 1.19 Pertumbuhan Volume Ekspor Impor 9Gambar 1.20 Neraca Perdagangan Luar Negeri 10Gambar 1.21 Neraca Perdagangan Kumulatif 10Gambar 1.22 Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur 11Gambar 1.23 Perkembangan Ekspor menurut Tujuan 11Gambar 1.24 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi 12Gambar 1.25 Struktur Perekonomian Jawa Timur 12Gambar 1.26 Pertumbuhan Ekonomi Tw III-2008 dan TW II-2008 12Gambar 1.27 Pertumbuhan dan Sumbangan Pertumbuhan TW III-2008 12Gambar 1.28 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Andalan 13Gambar 1.29 Indeks Realisasi Usaha 14Gambar 1.30 Volume Barang di Pel Tanjung Perak 15Gambar 1.31 Konsumsi Listrik Golongan 15Gambar 1.32 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim 16Gambar 1.33 Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim 16Gambar 1.34 Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda 17Gambar 1.35 Kredit Sektor Perdagangan dan Hotel 17Gambar 1.36 Perkembangan Sales Rokok PT Bentoel 19Gambar 1.37 Perkembangan Sales Rokok Sampoerna 19Gambar 1.38 Perkembangan Sales Rokok PT Gudang Gara, 19Gambar 1.39 Perkembangan Harga BBM Industri 20Gambar 1.40 Perkembangan Kredit Srktor Industri 21Gambar 1.41 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur 22Gambar 1.42 Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur 22Gambar 1.43 Luas Lahan Puso di Jawa Timur 23Gambar 1.44 Perkembangan Kredit Pertanian 23Gambar 1.45 Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur 24Gambar 1.46 Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur 24Gambar 1.47 Perkembangan Fee Based Income 24Gambar 1.48 Perkembangan Interest Based Income 24Gambar 1.49 Volume Penjualan Semen di Jawa Timur 25
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.50 Kredit Perbankan Sektor Properti 25Gambar 1.51 Kredit Dektor Properti per Penggunaan 25Gambar 1.52 NPL Kredit Properti 26Gambar 1.53 Arus Penumpang dan Barang di Tanjung Perak 27Gambar 1.54 Statistik Kontainer PT TPS di Tanjung Perak 27Gambar 1.55 Penumpang Domestik di Bandara Juanda 27Gambar 1.56 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 27Gambar 1.57 Perkembangan Dana Pemerintah di Perbankan 31Gambar 2.1 Inflasi Jawa Timur 42Gambar 2.2 Inflasi Jawa Timur & Nasional 42Gambar 2.3 Sumbangan Inflasi Jawa Timur & Nasional 43Gambar 2.4 Perkembangan Harga Mingguan beberapa komoditas di Surabaya 43Gambar 2.5 Perkembangan Harga Bulanan Beberapa Komoditas di Surabaya 43Gambar 2.6 Pergerakan Harga Beras Mingguan 44Gambar 2.7 Pergerakan Harga Beras Bulanan 44Gambar 2.8 Inflasi Nasional & Jawa Timur 45Gambar 2.9 Inflasi Jawa Timur 45Gambar 2.10 Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia 45Gambar 2.11 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Dunia 45Gambar 2.12 Perkembangan Harga Gandum di Pasar Dunia 46Gambar 2.13 Inflasi Berdasarkan Kelompok 46Gambar 2.14 Sumbangan Inflasi Berdasarkan Kelompok 46Gambar 2.15 Perkembangan Capacity Utilization 47Gambar 2.16 Perkembangan Nilai Tukar Rp-USD 47Gambar 2.17 Ekspektasi Harga 3 bulan ke depan 48Gambar 3.1 Pertumbuhan Indikator Perbankan (yoy) 54Gambar 3.2 Pertumbuhan NIM Perbankan (yoy) 54Gambar 3.3 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga 55Gambar 3.4 Perkembangan Suku Bunga DPK 55Gambar 3.5 Komposisi DPK Bank Umum 56Gambar 3.6 Komposisi DPK Golongan Perorangan 56Gambar 3.7 Suku Bunga Kredit dan BI Rate 57Gambar 3.8 Pertumbuhan Kredit (yoy) 57Gambar 3.9 Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan 57Gambar 3.10 Pangsa Kredit per Jenis Penggunaan 57Gambar 3.11 Pertumbuhan Kredir Modal Kerja 58Gambar 3.12 Pertumbuhan Kredit Investasi 58Gambar 3.13 Pertumbuhan Kredit Konsumsi 58Gambar 3.14 Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi (yoy) 59Gambar 3.15 Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi (yoy) 59Gambar 3.16 Perkembangan LDR 59Gambar 3.17 Perkembangan LDR Per kelompok Bank 59Gambar 3.18 Pangsa Kredit UMKM terhadap total kredit 60Gambar 3.19 Pertumbuhan Kredit UMKM 60Gambar 3.20 Tingkat NPL Kredit UMKM & Kredit Total 61Gambar 3.21 Tingkat NPL Kredit UMKM 61Gambar 3.22 Perkembang Non Performing Loans 62Gambar 3.23 Perkembangan NPL Kredit Investasi 62Gambar 3.24 Perkembangan NPL Kredit Modal Kerja 62Gambar 3.25 Perkembangan NPL Kredit Konsumsi 62Gambar 3.26 NPL per Sektor Unggulan 63Gambar 3.27 Perkembangan NPLs kredit Properti 63Gambar 3.28 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah 65Gambar 3.29 Perkembangan IndikatorBPR 65Gambar 3.30 Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan 66Gambar 3.31 Pertumbuhan DPK per Jenis Simpanan 66
Gambar 3.32 Perkembangan Indikator Bank ber KP (yoy) 67Gambar 3.33 Perkembangan Indikator bank ber KP (mtm) 67Gambar 3.34 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) 68Gambar 4.1 Rata-rata Harian Arus Uang 73Gambar 4.2 Rata-rata Harian Net Inflow 73Gambar 4.3 Inflow, Outflow dan Netinflow 73Gambar 4.4 Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil 74Gambar 4.5 Jumlah Lembar Uang yang Ditukarkan Berdasarkan Nominal 75Gambar 4.6 Nilai Uang yang Ditukarkan Berdasarkan Nominal Pecahan 75Gambar 4.7 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar 76Gambar 4.8 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 77Gambar 4.9 Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur 78Gambar 4.10 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 78Gambar 4.11 Transaksi BI-RTGS Tw III-2008 menurut Volume 79Gambar 4.12 Transaksi BI-RTGS Tw III-2008 menurut Nilai 79Gambar 4.13 Komposisi Jenis pengguna BI RTGS 80Gambar 4.14 Uang Palsu Yang Ditemukan Oleh Perbankan di Jawa Timur 81Gambar 4.15 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar) 82Gambar 4.16 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai) 82Gambar 5.1 Estimasi Realisasi Usaha Tw IV 2008 84Gambar 5.2 Ekspektasi Konsumen 6 bulan yad 84Gambar 5.3 Proyeksi Inflasi Jawa Timur tahun 2008 84Gambar 5.4 Ekspektasi Harga 3 bulan ke depan 84
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008 viii
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III-2008
I. PERKEMBANGAN EKONOMI, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Asesmen Ekonomi
Perekonomian Jawa Timur pada triwulan III-2008 tumbuh 6,02%, sedikit
lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya (5,5 – 6%). Kegiatan konsumsi rumah
tangga, yang merupakan penggerak utama ekonomi, masih mampu tumbuh dan
menjadi pendorong ekonomi di tengah tekanan inflasi yang meningkat pasca
kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008. Aktivitas konsumsi utamanya dilakukan
dalam rangka menyambut hari raya Lebaran. Penjualan barang durable goods
seperti kendaraan bermotor masih tumbuh seiring dengan membaiknya
keyakinan konsumen di triwulan ini. Untuk membiayai konsumsi, masyarakat
diyakini menggunakan tabungannya dan memanfaatkan pinjaman perbankan
(kredit konsumsi). Kegiatan investasi swasta masih tumbuh meskipun mulai
menunjukkan gejala perlambatan. Investasi pemerintah masih rendah, namun
terdapat pengeluaran APBD yang signifikan untuk biaya penyelenggaraan Pilkada
di berbagai daerah di Provinsi Jawa Timur. Pertumbuhan Ekspor masih dalam tren
melambat pada triwulan ini, sehingga neraca perdagangan luar negeri kembali
defisit karena di sisi lain impor masih tumbuh tinggi seiring permintaan domestik.
Perlambatan ekspor ini disebabkan oleh tren pelemahan ekonomi global yang
menyebabkan turunnya permintaan dari negara-negara partner dagang Jawa
Timur.
Dari sisi penawaran, sektor-sektor utama mampu tumbuh tinggi
khususnya sektor PHR yang merupakan sektor paling dominan. Sektor PHR,
baik subsektor perdagangan, hotel, maupun restoran, mendapat permintaan yang
tinggi pada triwulan ini seiring maraknya aktivitas konsumsi masyarakat. Sektor
Industri tumbuh tertolong oleh penurunan biaya energi meskipun di sisi lain
masih menghadapi persoalan daya beli relatif lemah dan gangguan suplai energi
listrik. Demonstrasi buruh/karyawan tidak lagi terdengar pada triwulan ini. Sektor
Pertanian tumbuh lebih tinggi pada triwulan ini seiring tibanya musim panen
kedua di bulan Juli-Agustus. Ketersediaan pupuk (khususnya pupuk bersubsidi)
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008 ix
masih menjadi keluhan utama di sektor pertanian. Dari sisi pembiayaan, kredit
perbankan ke sektor-sektor andalan mengalami tren penurunan meskipun tetap
berada pada tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi. Kondisi ini terkait dengan
kebijakan moneter ketat yang dicanangkan oleh bank sentral untuk mengerem
laju pertumbuhan kredit di tengah tingginya tekanan inflasi khususnya yang
berasal dari permintaan (demand-pull inflation).
Asesmen Inflasi
Inflasi Jawa Timur pada triwulan III 2008 mengalami perlambatan
meskipun masih pada level yang cukup tinggi, terutama akibat faktor
seasonal dan kenaikan harga bahan bakar. Inflasi pada triwulan III 2008
mencapai 2,96% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2008 yang mencapai
4,37%. Sementara itu, secara tahunan inflasi Jawa Timur sebesar 11,39% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan II 2008 yang sebesar 10,39%. Sumber
inflasi berasal dari kenaikan harga komoditas pada kelompok bahan makanan,
kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga, serta kelompok perumahan, air, listrik
& bahan bakar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan inflasi di
Jawa Timur antara lain: kenaikan permintaan masyarakat menjelang puasa dan
lebaran, peningkatan ekspektasi kenaikan harga oleh konsumen, tahun ajaran
baru, serta kenaikan harga bahan bakar rumah tangga yang disertai dengan pola
distribusi yang tidak lancar.
Meskipun masih tinggi, inflasi Jawa Timur secara tahunan lebih rendah
dibandingkan inflasi nasional. Secara tahunan, tingkat inflasi Jawa Timur
masih lebih rendah dibandingkan nasional (12,14%). Sedangkan secara
triwulanan, inflasi Jawa Timur sedikit lebih tinggi dibandingkan nasional (2,85%)
Asesmen Stabilitas Sistem Keuangan Dan Intermediasi Perbankan
Hingga triwulan III 2008, perkembangan indikator industri perbankan di
Jawa Timur menunjukkan trend yang melambat, baik bank umum
maupun BPR. Pertumbuhan kredit yang sempat mencapai 33,33% (yoy) mulai
menunjukkan perlambatan seiring dengan kenaikan suku bunga. Di sisi lain,
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008 x
pertumbuhan DPK mulai menunjukkan perbaikan meskipun masih dalam level
yang rendah dan berada di bawah pertumbuhan kredit. Tingkat LDR bank umum
masih berada dalam level yang cukup tinggi yaitu di kisaran 72,35% dengan rasio
NPL terjaga di bawah 3%. Dari sisi risiko yang dihadapi perbankan, hingga
triwulan III 2008 risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko pasar masih relatif terjaga.
Namun terdapat potensi tekanan kedepan, dipengaruhi oleh trend peningkatan
suku bunga, pengetatan likuiditas, serta pelemahan nilai tukar rupiah.
Bab I – Makro Ekonomi Regional
1 MAKRO EKONOMI REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM
Perekonomian Jawa Timur pada triwulan III-2008 tumbuh 6,02%,
sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya (5,5 – 6%). Kegiatan
konsumsi rumah tangga, yang merupakan penggerak utama ekonomi,
masih mampu tumbuh dan menjadi pendorong ekonomi di tengah
tekanan inflasi yang meningkat pasca kenaikan harga BBM di bulan Mei
2008. Aktivitas konsumsi utamanya dilakukan dalam rangka menyambut hari raya
Lebaran. Penjualan barang durable goods seperti kendaraan bermotor juga masih
tumbuh seiring dengan membaiknya keyakinan konsumen di triwulan ini. Untuk
membiayai konsumsi, masyarakat diyakini menggunakan tabungannya dan
memanfaatkan pinjaman perbankan (kredit konsumsi). Kegiatan investasi swasta
masih tumbuh meskipun mulai menunjukkan gejala perlambatan. Investasi
pemerintah masih rendah, namun terdapat pengeluaran APBD yang signifikan
untuk biaya penyelenggaraan Pilkada di berbagai daerah di Provinsi Jawa Timur.
Pertumbuhan Ekspor masih dalam tren melambat pada triwulan ini, sehingga
neraca perdagangan luar negeri kembali defisit karena di sisi lain impor masih
tumbuh tinggi seiring permintaan domestik. Perlambatan ekspor ini disebabkan
oleh tren pelemahan ekonomi global yang menyebabkan turunnya permintaan
dari negara-negara partner dagang Jawa Timur.
Dari sisi penawaran, sektor-sektor utama mampu tumbuh tinggi
khususnya sektor PHR yang merupakan sektor paling dominan. Sektor PHR,
baik subsektor perdagangan, hotel, maupun restoran, mendapat permintaan yang
tinggi pada triwulan ini seiring maraknya aktivitas konsumsi masyarakat. Sektor
Industri tumbuh tertolong oleh penurunan biaya energi meskipun di sisi lain masih
menghadapi persoalan daya beli relatif lemah dan gangguan suplai energi listrik.
Demonstrasi buruh/karyawan tidak lagi terdengar pada triwulan ini. Sektor
Pertanian tumbuh lebih tinggi pada triwulan ini seiring tibanya musim panen
kedua di bulan Juli-Agustus. Ketersediaan pupuk (khususnya pupuk bersubsidi)
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
1
Bab I – Makro Ekonomi Regional
masih menjadi keluhan utama di sektor pertanian. Dari sisi pembiayaan, kredit
perbankan ke sektor-sektor andalan mengalami tren penurunan meskipun tetap
berada pada tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi. Kondisi ini terkait dengan
kebijakan moneter ketat yang dicanangkan oleh bank sentral untuk mengerem
laju pertumbuhan kredit di tengah tingginya tekanan inflasi khususnya yang
berasal dari permintaan (demand-pull inflation).
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
2
Bab I – Makro Ekonomi Regional
1.2. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur didorong
utamanya oleh komponen Konsumsi yang pada triwulan III-2008 ini mampu
tumbuh lebih tinggi. Di sisi lain, komponen Investasi dan Ekspor-Impor tumbuh
melambat. Kinerja ekspor terus mengalami penurunan sebagai dampak krisis
ekonomi global.
a. Konsumsi
Secara umum, aktivitas konsumsi rumah tangga tumbuh lebih cepat pada
triwulan III-2008 ini. Indikasi percepatan ini tampak pada hasil Survei
Konsumen BI yang merupakan cerminan keyakinan masyarakat untuk
melakukan konsumsi. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) tercatat meningkat
setelah sempat menurun drastis pada triwulan II-2008 pasca keputusan
pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Meskipun secara riil daya beli
masyarakat menurun, namun tampaknya pada triwulan ini masyarakat sudah
mulai merasakan hal tersebut sebagai sesuatu yang normal sehingga
keyakinan untuk konsumsi meningkat. Selain itu, konsumsi pada triwulan ini
juga dimotivasi oleh persiapan menjelang Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada
tanggal 1 Oktober 2008.
Gambar 1.1 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2005 2006 2007 2008
Indeks EkspektasiKonsumen
baya
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
3
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Bila dianalisis lebih mendalam, peningkatan konsumsi ini tampak baik
pada konsumsi makanan maupun non-makanan seperti tercermin pada hasil
Survei Penjualan Eceran BI Surabaya (Gambar 1.2). Selain itu, berbagai
indikator konsumsi non-makanan lain seperti konsumsi listrik rumah tangga,
penjualan mobil, dan penjualan motor, juga menunjukkan adanya tingkat
konsumsi yang tinggi. Khusus untuk indikator pembelian motor dan mobil,
meskipun pertumbuhannya tampak menurun dibandingkan triwulan II-2008,
namun sesungguhnya tingkat pertumbuhan ini masih cukup tinggi (di kisaran
40% year-on-year). Tingginya konsumsi mobil dan motor sejalan dengan hasil
Survei Konsumen yang menunjukkan perbaikan keyakinan masyarakat untuk
membeli barang tahan lama/durable goods (Gambar 1.7).
Gambar 1.2 Gambar 1.3
Indeks Penjualan Makanan Minuman
Sumber: Survei Penjualan Eceran BI Surabaya
Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Sumber : Dipenda Propinsi Jatim
Sumber: Survei Penjualan Eceran BI Surabaya Sumber: Dipenda Provinsi Jatim
Gambar 1.5 Volume Penjualan Motor
Sumber: PLN Distribusi Jatim
Gambar 1.4 Perkembangan Indeks Omzet Riil
40240
440640840
1,0401,2401,440
1,6401,840
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2006 2007 2008
Peralatan RTPakaianMakanan Tembakau
70
80
90
100
110
120
130
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Konsumsi listrik RT
0
100
200
300
400
500
600
700
800
KwH per pelanggan RT
2006 2007 2008
02,0004,0006,0008,000
10,00012,00014,00016,00018,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2006 2007 2008
Indeks Omzet Riil
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Penjualan Motor
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
gPenjualan Motor
2006 2007 2008
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
4
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Survei Bank Indonesia lainnya menunjukkan bahwa persepsi masyarakat
ntang kondisi penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan lalu masih
enderung menurun. Belum tampak adanya perubahan persepsi yang
gnifikan dibandingkan kondisi pada triwulan sebelumnya. Namun demikian,
rdapat perbaikan ekspektasi masyarakat akan penghasilan mereka di masa
endatang (Gambar 1.8). Kondisi ini mendukung indikator kredit konsumsi
ang terus meningkat hingga mencapai pertumbuhan 24% (yoy) pada triwulan
III-20
o
milik perorangan di perbankan Jawa Timur tercatat kembali meningkat pada
triwulan ini (Gambar 1.11).
Gambar 1.6
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
Indeks Ketepatan WaktuMembeli Barang Tahan Lama
te
c
si
te
m
y
08. Keyakinan akan perbaikan penghasilan di masa mendatang
mendorong masyarakat untuk melakukan pinjaman (kredit konsumsi) dari
perbankan. Selain kredit perbankan, pembiayaan konsumsi masyarakat
diperkirakan diperoleh pula dari berbagai perusahaan pembiayaan yang marak
tersedia di pasar. Pembiayaan jenis ini umumnya ditujukan untuk pembelian
produk-produk elektronik, otomotif, dan produk ritel rumah tangga lainnya.
Aktivitas konsumsi diduga juga dibiayai oleh simpanan masyarakat di
bank. Pertumbuhan tabungan milik perorangan di perbankan Jawa Timur
tampak melambat secara signifikan pada triwulan ini, meskipun masih
mencatatkan tingkat pertumbuhan (yoy) yang tinggi di kisaran 20%. Selain
untuk membiayai aktivitas konsumsi yang makin mahal, penurunan laju
simpanan masyarakat dalam bentuk tabungan juga diduga karena beralihnya
simpanan tersebut menjadi bentuk deposito. Pertumbuhan simpanan deposit
0
50
100
150
200
250
3001 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
-100%
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%Penjualan Mobil
gPenjualan Mobil
Gambar 1.7 Volume Penjualan Mobil Indeks Ketepatan Waktu Membeli
Barang Tahan Lama (Durable Goods)
Sumber: Dipenda Provinsi Jatim Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
5
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Sementara itu, konsumsi pemerintah daerah pada triwulan ini relatif
lancar, yang umumnya berupa realisasi belanja tidak langsung seperti belanja
pegawai dan belanja bagi hasil.
b. Investasi
Kegiatan investasi diprediksi tumbuh
dikonfirmasi oleh data impor yang menunjukk
Gambar 1.8 Indeks Penghasilan Saat ini dan Ekspektasi Penghasilan
Gambar 1.9 Perkembangan Kredit Konsumsi
melambat pada triwulan ini, sebagaimana
an adanya penurunan laju volume
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah
Gambar 1.10 Perkembangan Tabungan Perorangan
Gambar 1.11 Perkembangan Deposito Perorangan
Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
Indeks Penghasilan Saat IniEkspektasi Penghasilan
-
10
20
30
40
50
60
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9
2006 2007 2008
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%Tabungan perorangangTabungan perorangan
3
40
42
44
46
48
50
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 98
2006 2007 2008
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%Deposito perorangan
gDeposito Perorangan
23
25Nilai Kredit Konsumsi
gKredit Konsumsi30%
35%
0%
5%
20%
25%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
13
20
15
18
10%
15%
2006 2007 2008
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
6
Bab I – Makro Ekonomi Regional
impor barang modal (capital goods
barang modal sempat
mencatatkan pertumbuhan volume hingga 140%
tersebut mengalami koreksi meskipun
) dari luar negeri ke Jawa Timur. Impor
mencapai tingkat tertinggi pada triwulan II-2008 dengan
(yoy). Pada triwulan ini, angka
kup tinggi di kisaran
60% (yoy). Berdasarkan nilainya, penurunan impor tersebut telah mencatat
pertumbuhan negatif karena pada saat u
komoditas yang diimpor Jawa Timur.
Barang modal didefinisikan se
masih tumbuh cu
yang sama juga terjadi penur nan harga
bagai barang yang digunakan dalam
memproduksi barang atau jasa namun tidak menjadi bagian dari barang atau
jasa yang diproduksi tersebut. Contoh barang modal adalah peralatan
transportasi, mesin industri, dan alat perkantoran.
Gambar 1.12 Perkembangan Nilai Impor Capital Goods
Gambar 1.13 Perkembangan Volume Impor Capital Goods
s
Sumber: BI Sumber: BI
Gambar 1.14 Perkembangan Volume Penjualan Semen
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%Vol Penjualan SemengPenjualan Semen
0
50
0
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
10
150
20
25
30
0
0
0
2006 2007 2008
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%Nilai Impor Capital GoodsgNilai Impor Capital Goods 120%
140%
160%
Volume Impor Capital Goods
gVolume Impor Capital Goods70
80
90
60%
80%
100%
0
10
20
40
30
50
60
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
2006 2007 2008
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
7
Bab I – Makro Ekonomi Regional
aerah hingga triwulan III-2008 ini masih
iindikasikan oleh tingkat realisasi anggaran
mencapai kisaran 55% (lihat juga Bagian 1.5.
Keuangan Daerah). Rencana investasi pemerintah umumnya baru akan
erbeda dengan realisasi investasi yang melambat, pertumbuhan kredit
perbankan untuk tujuan investasi pada triwulan ini justru tercatat lebih baik
lan II-2008. Fasilitas kredit investasi ini diduga baru akan
digunakan untuk aktivitas di triwulan mendatang.
wulan ini tercatat terus melemah sebagai dampak
mi global yang berimbas pada berkurangnya permintaan akan
mur di luar negeri. Secara volume, ekspor Jawa Timur ke
-2,86% (yoy),
sementara dari sisi nilai tercatat masih tumbuh sebesar 6,19%. Kondisi ini sedikit
lebih baik dibandingkan situasi triwulan II-2008.
Di sisi lain, impor Jawa Timur masih tumbuh tinggi meskipun juga
mengalami sedikit penurunan. Secara nilai, impor Jawa Timur masih tumbuh
Di sisi lain, investasi pemerintah d
tergolong rendah, seperti yang d
pemerintah yang umumnya baru
dikerjakan besar-besaran di triwulan IV.
B
daripada triwu
Gambar 1.15 Perkembangan Kredit Investasi
c. Ekspor-Impor
Aktivitas ekspor pada tri
krisis ekono
produk-produk Jawa Ti
luar negeri pada triwulan III-2008 sudah tumbuh negatif sebesar
Sumber: Laporan Bulan ah an perbankan, diol
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
10
14
12
Nilai Kredit Investasi
gKredit Investasi
0
2
4
6
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
20 2007 200806
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
8
Bab I – Makro Ekonomi Regional
tinggi sebesar 42,87% (yoy) pada triwulan III-2008. Tetap tingginya impor ini
por tersebut, surplus neraca
terkait dengan struktur ekonomi Jawa Timur yang masih banyak tergantung
pada pasokan dari luar negeri baik untuk barang konsumsi akhir maupun
barang setengah jadi. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tidak hanya dicukupi
oleh produksi maupun bahan baku yang berasal dari dalam negeri, melainkan
juga dari luar negeri dalam bentuk impor.
Dengan perkembangan ekspor dan im
perdagangan (trade balance) Jawa Timur kembali tercatat defisit hingga
triwulan III-2008 (Juli-September 2008). Kondisi ini sangat berbeda dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya yang umumnya mencatat surplus.
Gambar 1.16 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor
Gambar 1.17 Perkembangan Volume Ekspor dan Impor
Sumber: BI
Gambar 1.18 Pertumbuhan Nilai Ekspor dan Impor
Gambar 1.19 Sumber: BI
Pertumbuhan Volume Ekspor dan Impor
Sumber: BI Sumber: BI
-
0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
20
400
60
1,00
1,20
800
0
0
2006 2007 2008
Nilai EksporNilai Impor
1,400
1,600
1,800
-
200
400
600
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8
0
1,000
1,200
10 11 12 10 11 12
2006 2007 2008
Volume EksporVolume Impor
-20
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-30.00%
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2007 2008
gVolume ImporgVolume Ekspor
.00%2007 2008
gNilai Ekspor
gNilai Impor
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
9
Bab I – Makro Ekonomi Regional
lima negara, yaitu Jepang, Amer
Ekspor ke lima negara ini mencapai 50% total nilai ekspor Jawa Timur d
sepanjang Januari-September 2008. Dengan demikian, kinerja ekspor Jawa Tim
sangat tergantung pada permintaan dari
Sebagai contoh, resesi ekonomi
terakhir ini, berdampak pada menurunnya ekspor Jawa Timur ke Jepang.
Terkait krisis keuangan dan ekonomi global yang bermuara di Amerika
Serikat, kinerja ekspor Jawa Timur diprediksi juga akan ikut terpengaruh
mengingat Amerika Serikat adalah negara tujuan ekspor terbesar kedua Jawa
Timur. Meskipun demikian, hingga bulan Agustus 2008 belum tampak
penurunan nilai ekspor yang signifikan ke Amerika Serikat. Untuk lebih detilnya,
baca juga Boks 1: Dampak Krisis Ekonomi Global terhadap Kinerja Ekspor
dan Impor Jawa Timur.
Berdasarkan negara tujuan, ekspor Jawa Timur masih didominasi oleh
ika Serikat, Malaysia, China, dan Thailand.
i
ur
negara-negara partner dagang ini.
di Jepang yang terjadi dalam beberapa tahun
Gambar 1.20 Neraca Perdagangan Luar Negeri
Sumber: BI
Gambar 1.21 Neraca Perdagangan Kumulatif
Sumber: BI
Tabel 1.1Data Ekspor dan Impor Jawa Timur
Deskripsi Tw I 08 Tw II 08 Tw III 08
Ekspor Nilai (US$) 2,631,768,486 2,806,085,166 2,867,496,622 Volume (ton) 1,758,438,987 1,717,991,981 1,761,677,002
Impor Nilai (US$) 2,709,590,284 3,067,398,640 3,153,053,911 Volume (ton) 3,758,489,475 3,884,762,867 4,023,144,927
Pertumb Ekspor Nilai 10.42% -1.07% 6.19%(yoy) Volume 5.49% -5.56% -2.86%Pertumb Impor Nilai 64.74% 51.81% 42.87%(yoy) Volume 30.29% 7.37% 12.14%
(1,000)
(500)
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sumber: BI
(190)
(140)
(90)
(40)
10
60
110
160
210
260
310
360
1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 94
2006 20082007
N ksporet E
2006 2007 2008
Cumulative Net Ekspor
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
10
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.23 Perkembangan Ekspor menurut Tujuan
(dalam USD ribu)
Gambar 1.22 Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur 2008
250,000,000
Sumber: BI Sumber: BI
Japan14%
USA12%
Malaysia10%
China6%
Others42%
Thailand6%
Spore5%
S Korea5%
0
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2006 2007 2008
Japan USAMalaysia ChinaThailand Spore
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
11
Bab I – Makro Ekonomi Regional
1.3. SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan III-2008
ini masih serupa dengan periode-periode sebelumnya, yaitu didominasi oleh tiga
sektor utama: Perdagangan, Hotel & Restoran, Industri Pengolahan, dan
Pertanian (kombinasi ketiganya memberi sumbangan hingga 73,80% terhadap
PDRB Jawa Timur triwulan III-2008). Perekonomian Jawa Timur pada triwulan III-
2008 tumbuh sebesar 6,02%1, sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2008
yang sebesar 5,97%. Percepatan ini disumbangkan oleh peningkatan kinerja di
sektor-sektor ekonomi utama Jawa Timur.
Gambar 1.25 Struktur Perekonomian Jawa Timur
Gambar 1.24 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
4.98
5.80
6.355.98 6.09
6.28
5.97
6.02
6.216.31
5.97
4.92
6.31
5.54
6.02
3
4
5
6
7
8
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2005 2006 2007 2008
Jawa Timur Indonesia
0%
20%
40%
60%
80%
100%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Angka sangat sementara BPS
Gambar 1.26 Pertumbuhan Ekonomi Tw III-2008 dan TwII-2008
Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur
2006 2007 2008
Listrik Gas Air Bersih
Tambang
Bangunan
KeuanganAngkut & Kom
Jasa
Pertanian
Industri
PHR
Gambar 1.27 Pertumbuhan dan Sumbangan Pertumbuhan Tw III-2008
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan Hotel dan Rest
Angkutan dan Komunikasi
Keu, Sewa, dan Jasa
Jasa-jasa
Pertumbuhan (%)
10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan Hotel dan Rest
Angkutan dan Komunikasi
Keu, Sewa, dan Jasa
Jasa-jasa
%
Sumbangan
PertumbuhanTw II-08
Tw III-08
Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
12
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Tabel 1.2Pertumbuhan dan Sumbangan Sektoral
Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb Sumb
Pertanian 2.83 1.15 2.79 1.00 3.61 1.04 3.40 0.85 2.16 1.10 1.86 0.80
Pertambangan & Penggalian 8.61 0.07 11.09 0.13 10.01 0.16 11.43 0.15 7.50 0.07 6.79 0.11
Industri Pengolahan 4.16 1.41 4.60 1.62 4.78 1.74 4.98 1.69 4.14 1.37 3.42 1.32
Listrik, Gas dan Air Bersih 11.72 0.10 11.95 0.11 16.21 0.11 7.81 0.12 3.87 0.10 7.15 0.09
Bangunan -0.08 0.16 1.97 0.20 1.93 0.22 0.76 0.19 2.54 0.16 2.02 0.17
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8.23 1.62 8.37 1.97 8.43 1.84 8.50 2.10 8.46 1.64 8.06 1.69
Pengangkutan dan Komunikasi 6.90 0.32 8.63 0.36 8.01 0.36 7.55 0.38 6.96 0.32 6.24 0.30
Keuangan, Persewaan, dan Jasa 7.96 0.26 9.38 0.33 8.17 0.33 8.32 0.34 7.93 0.26 5.85 0.27
Jasa-jasa 5.65 0.45 5.92 0.50 6.26 0.51 5.67 0.53 5.77 0.44 5.21 0.41
PDRB 5.54 5.54 6.21 6.21 6.31 6.31 6.35 6.35 5.45 5.45 5.16 5.16
Tw II-08Tw I-08Tw IV-07Tw III-07Tw II-07Tw I-07SEKTOR
Sumber: BPS Jawa Timur
Ketiga sektor dominan ini terus menunjukkan kinerja yang stabil, dan
bahkan mampu tumbuh lebih cepat dibanding triwulan sebelumnya. Namun
demikian, sektor riil di Jawa Timur masih menghadapi berbagai persoalan
fundamental antara lain seperti meningkatnya biaya produksi, daya beli
masyarakat yang masih lemah, dan ketersediaan suplai energi listrik.
Gambar 1.28 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Andalan
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini tercatat meningkatkan utilisasi
kapasitas produksi yang ada di Jawa Timur. Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia Surabaya, diketahui bahwa
secara rata-rata terjadi peningkatan kapasitas produksi terpakai dari 75,13% di
Sumber: BPS Jawa Timur
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2006 2007 2008
gPDRBgPHRgIndustrigPertanian
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
13
Bab I – Makro Ekonomi Regional
triwulan II-2008 menjadi 80,12% di triwulan III-2008. Tingkat utilisasi ini
menunjukkan bahwa masih terdapat ruang bagi perekonomian Jawa Timur
untuk melakukan ekspansi lebih tinggi lagi di masa mendatang tanpa
mengorbankan stabilitas harga karena masih terdapat kelonggaran pada sisi
penawaran.
Tabel 1.3
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini juga dikonfirmasi oleh hasil survei
SKDU terhadap pelaku usaha di Jawa Timur yang menunjukkan peningkatan
realisasi usaha di triwulan III-2008 bila dibandingkan triwulan II-2008. Semua hal
tersebut mengkonfirmasi adanya pertumbuhan yang lebih tinggi di
perekonomian Jawa Timur.
Utilisasi Kapasitas Produksi di Jawa Timur
Sumber: SKDU BI Surabaya
PERTANIAN 81.57 76.35 A. Tanaman Pangan 83.33 75.29 B. Tanaman Perkebunan 80.89 75.00 C. Peternakan dan Hasil - hasilnya 87.44 80.43 D. Kehutanan 40.00 E. Perikanan 71.00 69.82
PERTAMBANGAN 85.33 72.50
INDUSTRI PENGOLAHAN 79.16 74.34 A. Industri Non Migas
1. Makanan, minuman dan tembakau 79.72 75.45 2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 77.80 71.83 3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 76.09 69.20 4. Kertas dan barang cetakan 90.33 80.83 5. Kimia dan barang dari karet 84.25 71.90 6. Semen dan barang galian bukan logam 87.67 86.00 7. Logam dasar, besi dan baja 88.50 95.00 8. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 72.50 67.08 9. Barang Lainnya 65.56 68.75
B. Industri Migas1. Pengilangan minyak bumi2. Gas alam cair
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 83.14 88.93
TOTAL SELURUH SEKTOR 80.12 75.13
SEKTORAL Tw III-2008 Tw II-2008
Gambar 1.29
Indeks Realisasi Usaha
-20.54
16.7
-27.23
-18.91
11.35
22.3225.86
21.623.29
7.05
22.1
-1.850.67 -0.45
-30
-20
-10
0
10
20
30
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
Sumber: SKDU BI Surabaya
2005 2006 2007 2008
Indeks Realisasi Usaha
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
14
Bab I – Makro Ekonomi Regional
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
Pada triwulan III-2008, sektor Perdagangan, Hotel & Restoran tetap tampil
sebagai sektor utama dalam perekonomian Jawa Timur, dengan pangsa
sebesar 33,28% dari total PDRB, dan tumbuh tinggi sebesar 8,73%.
Pertumbuhan sebesar ini tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Tabel 1.4Pertumbuhan Ekonomi Sektor PHR
Tw III 2008 Tw II 2008 No. Sub Sektor Pertumbuhan
(%) Sumbangan
(%) Pertumbuhan
(%) Sumbangan
(%)
1. Perdagangan 9.03 1.59 8.98 1.45
2. Hotel 5.67 0.06 4.24 0.06
3. Restoran 7.80 0.31 7.80 0.29
Total 8.73 1.95 8.65 1.80
Sumber: BPS Jawa Timur
Subsektor Perdagangan yang memiliki pangsa terbesar tumbuh lebih cepat
pada triwulan III-2008 sehingga menjadi motor penggerak perekonomian.
Prompt indicator volume barang di Pelabuhan Tanjung Perak dan konsumsi
listrik oleh pebisnis di Jawa Timur mengkonfimasi percepatan pertumbuhan
ini. Tingginya volume perdagangan pada triwulan ini terkait erat dengan
aktivitas masyarakat menyambut hari raya Idul Fitri.
Gambar 1.30 Gambar 1.31
Volume Barang di Pel Tanjung Perak Konsumsi Listrik Golongan Bisnis
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
80
100
120
140
160
180
200
220
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9Konsumsi Listrik Bisnis Pertumbuhan
Sumber: BPS Sumber: PT PLN Distribusi Jawa Timur
2006 2007 20082006 2007 2008
Volume Barang
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
15
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Subsektor Hotel pada triwulan ini juga mencatat kinerja yang lebih baik
dengan tumbuh sebesar 5,67% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan II-2008
yang tumbuh 4,24%. Peningkatan kinerja ini tercermin pada prompt indicators
tingkat hunian (occupancy rate) hotel berbintang di Jawa Timur dan lama
tinggal tamu di hotel (Gambar 1.32 dan Gambar 1.33).
Perbaikan kinerja subsektor hotel ini diyakini terkait juga dengan
meningkatnya jumlah wisatawan asing ke Jawa Timur. Statistik jumlah
wisatawan asing yang melalui Bandar Udara Juanda terus menunjukkan tren
peningkatan dan bahkan melonjak tinggi di masa liburan bulan Juli-Agustus
2008 (Gambar 1.34).
Strategi kalangan pengusaha hotel di Jawa Timur untuk
mempertahankan tarif kamar (published rate) di tengah meningkatnya biaya
produksi tampaknya berhasil menjaring minat konsumen di musim liburan
triwulan III-2008. Selain itu, pengusaha hotel juga menempuh strategi
menyasar konsumen FIT (Free Individual Traveler) dan paket MICE (Meeting,
Incentive, Convention, and Exhibition).
Gambar 1.32
Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim
Gambar 1.33 Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang
Jatim
0
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
Sumber: BPS Sumber: BPS
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
2006 2007 2008
Occupancy Rate
2006 2007 2008
AsingIndonesiaTOTAL
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
16
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.34
Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,0001 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2006 2007 2008
Jml Wisman melaluiJuanda
Sumber: BPS
Dilihat dari sisi pembiayaan, kredit perbankan ke sektor perdagangan dan
perhotelan mengalami tren penurunan pada triwulan ini meskipun masih
berada di tingkat yang cukup tinggi (tumbuh 25% yoy). Tren penurunan ini
terkait dengan kebijakan suku bunga tinggi yang ditetapkan oleh bank sentral
untuk mengerem laju pertumbuhan kredit. Sektor Perdagangan adalah sektor
penerima kredit perbankan terbesar kedua di Jawa Timur setelah sektor
Industri.
Gambar 1.35 Kredit Sektor Perdagangan dan Hotel
Sumber: Laporan Bulanan perbankan, diolah
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%Kredit PHR
gKredit PHR
2006 2007 2008
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
17
Bab I – Makro Ekonomi Regional
b. Industri Pengolahan
Sektor Industri Pengolahan juga tumbuh lebih cepat pada triwulan ini
(4,71%) dibandingkan kinerja pada triwulan II-2008 yang sebesar 4,32%.
Seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1.5, kontributor utama pertumbuhan
pada triwulan ini tetap berasal dari subsektor makanan, minuman &
tembakau, subsektor kimia & barang karet, serta subsektor kertas & barang
cetakan.
Tabel 1.5
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri
Tw III 2008 Tw II 2008 No. Sub Sektor Pertumbuhan
(%) Sumbangan
(%) Pertumbuhan
(%) Sumbangan
(%)
1. Makanan, minuman & tembakau 3.75 0.86 3.55 0.82
2. Tekstil, barang kulit & alas kaki 0.87 0.05 -1.44 0.06
3. Barang kayu & hasil hutan lainnya 0.45 0.04 -1.69 0.04
4. Kertas & barang cetakan 9.93 0.19 8.16 0.25
5. Kimia & barang dari karet 5.78 0.21 4.66 0.12
6. Semen & barang galian bukan logam 4.47 0.06 3.55 0.05
7. Logam dasar besi & baja 4.23 0.13 4.96 0.13
8. Alat angkutan, mesin & peralatannya 12.67 0.03 9.85 0.03
9. Barang lainnya 3.22 0.07 4.56 0.05
Total 4.71 1.64 4.32 1.53
Sumber: BPS Jawa Timur
Pemantauan terhadap kinerja perusahaan manufaktur rokok besar di
Jawa Timur menunjukkan pencapaian kinerja yang relatif stabil di triwulan III-
2008. Produk rokok memiliki porsi yang signifikan dalam struktur PDRB Sektor
Industri Pengolahan di Jawa Timur.
Tabel 1.37 Tabel 1.36 Perkembangan Sales Rokok Sampoerna Perkembangan Sales Rokok PT
Bentoel
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
18
Bab I – Makro Ekonomi Regional
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2006 2007 2008
Rp m
iliar
-
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80Sales Produk Rokok Bentoel
gSales (RHS)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,0006,000
7,000
8,000
9,000
10,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2006 2007 2008
Rp
mili
ar
-
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40Sales produk rokok Sampoerna
gSales (RHS)
Sumber: Laoran Keuangan publikasi Sumber: Laoran Keuangan publikasi
Tabel 1.38 Perkembangan Sales Rokok PT
Gudang Garam
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2006 2007 2008
Rp m
iliar
(0.10)
(0.05)
-
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
Sales produk rokok GGgSales (RHS)
Sumber: Laoran Keuangan publikasi
Pada triwulan ini, Sektor Industri masih menghadapi persoalan
melemahnya daya beli konsumen baik di dalam negeri maupun dari luar
negeri. Namun demikian, Sektor Industri mendapat sedikit keleluasaan dari
turunnya harga minyak dunia secara drastis di sepanjang triwulan ini. Sesuai
aturan pemerintah, harga bahan bakar yang dikonsumsi oleh industri dipatok
mengikuti harga yang terbentuk di pasar internasional. Penurunan harga ini
mampu mengurangi tekanan ongkos produksi yang cukup dipengaruhi oleh
biaya bahan bakar. Hingga akhir September 2008, harga BBM industri telah
turun hingga 30% dibandingkan posisi akhir Juni 2008. Beberapa perusahaan
manufaktur di Jawa Timur juga sedang merintis penggunaan energi alternatif
yang lebih murah seperti batu bara. Dari sisi internal perusahaan, demonstrasi
oleh buruh/karyawan untuk menuntut perbaikan kesejahteraan sudah tidak
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
19
Bab I – Makro Ekonomi Regional
lagi terdengar pada triwulan ini. Kenaikan UMK diprediksi baru akan terjadi di
tahun 2009.
Gambar 1.39Perkembangan Harga BBM Industri
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Di awal triwulan III-2008, kalangan industri mendapat tantangan baru
berupa munculnya Peraturan Bersama Lima Menteri yang mewajibkan
sejumlah industri untuk mengalihkan jam kerjanya ke hari Sabtu dan Minggu
untuk menjaga kelancaran pasokan listrik. Tercatat sejumlah 500 pelanggan
golongan industri di Jawa Timur yang harus melakukan pengalihan jam kerja
ini. Kalangan pengusaha industri umumnya mengkhawatirkan gangguan
terhadap jadual produksi dan timbulnya biaya ekstra akibat pengalihan jam
kerja. Untuk mengetahui respon dan pendapat dunia industri terhadap
kebijakan ini, Kantor Bank Indonesia Surabaya mengadakan survei kepada
pelanggan listrik industri Jawa Timur tersebut. Hasil Survei ini dapat dilihat
pada Boks 2: Survei Respon Dunia Industri terhadap Peraturan Bersama
Lima Menteri.
Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan untuk sektor industri masih
tumbuh tinggi di kisaran 50% meskipun mulai menunjukkan gejala
perlambatan menyusul pengetatan laju kredit yang dilakukan oleh perbankan.
Pertumbuhan kredit Sektor Industri yang demikian tinggi ini memberi
keyakinan adanya aktivitas yang signifikan di sektor riil. Gejolak di sektor
finansial diduga turut menyebabkan tingginya pertumbuhan kredit ini karena
para pengusaha merasa kesulitan untuk mendapatkan kucuran dana dari pasar
Sumber: Pertamina
2005 2006 2007 2008
M Solar Transp
M Diesel
M Solar Industri
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
20
Bab I – Makro Ekonomi Regional
modal maupun hutang dari institusi non-perbankan. Kredit bank kemudian
menjadi tumpuan harapan para pengusaha ini.
Perkembangan Kredit Sektor Industri
Gambar 1.40
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 92006 2007 2008
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%Kredit Industri
gKredit Industri
Sumber: Laporan Bulanan perbankan
c. Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan ini mengalami percepatan yang
signifikan, dengan tumbuh sebesar 2,40% (yoy). Percepatan ini terkait erat
dengan masih berlanjutnya musim panen kedua (gadu) di bulan Juli-Agustus
2008. Aktivitas sektor pertanian pada triwulan ini diwarnai oleh awal musim
panen kedua bagi padi dan musim tanam bagi jagung (Gambar 1.41 dan Gambar
1.42). Tabel 1.6
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian
Tw III 2008 Tw II 2008 No. Sub Sektor Pertumbuhan Sumbangan Pertumbuhan Sumbangan
(%) (%) (%) (%)
1. Tanaman bahan makanan 0.59 0.41 0.09 0.53
2. Tanaman perkebunan 2.64 0.27 2.37 0.13
3. Peternakan & hasilnya 4.48 0.16 2.36 0.16
4. Kehutanan 6.67 0.01 18.91 0.01
5. Perikanan 5.98 0.10 7.96 0.10
Total 2.40 0.96 1.93 0.93
Sumber: BPS Jawa Timur
Subsektor tanaman bahan makanan, yang merupakan subsektor andalan,
pada triwulan ini mampu tumbuh lebih tinggi tanpa gangguan yang berarti
meskipun sempat dibayangi oleh musim kemarau yang panjang. Seiring dengan
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
21
Bab I – Makro Ekonomi Regional
tibanya musim hujan di awal triwulan IV nanti, subsektor tabama diproyeksikan
akan dapat tumbuh lebih tinggi lagi.
Subsektor perikanan masih tumbuh melambat pada triwulan ini meskipun
harga solar non-subsidi sudah mulai menurun. Nelayan sempat mengalami
kesulitan untuk membeli solar sebagai bahan bakar karena harga yang
dikenakan kepada mereka adalah harga non-subsidi (harga keekonomian). Di sisi
lain, penghasilan dari melaut tidak selalu bisa diandalkan terutama di tengah
lemahnya daya beli masyarakat.
Percepatan kinerja sektor pertanian pada triwulan ini tidak tercermin pada
sisi pembiayaan, yaitu jumlah kredit perbankan yang disalurkan ke sektor
pertanian. Laju pertumbuhan kredit perbankan ke sektor pertanian kembali
menurun pada triwulan III-2008 ini hingga mendekati 0% (Gambar 1.44). Namun
demikian, diduga tidak terdapat keterkaitan erat antara kredit pertanian dari
perbankan dengan kinerja sektor riil-nya mengingat sebagian besar petani justru
tidak memiliki akses terhadap kredit perbankan. Dalam sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Surabaya2, terungkap bahwa sekitar 56%
petani yang menjadi responden menggunakan modal sendiri dalam usahanya.
Hal ini ditempuh karena karena kepemilikan lahan mereka yang relatif sempit
sehingga tidak membutuhkan alokasi dana yang besar untuk memulai usaha
produksinya. Mereka kemudian menyisihkan sebagian keuntungan dari masa
panen sebelumnya untuk membiayai musim tanam berikutnya.
Gambar 1.41 Gambar 1.42 Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
7
8
2006 2007 2008
Luas Panen Jagung
Luas Tanam Jagung
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
7
8
2006 2007 2008
Luas Panen Padi Luas Tanam Padi
Sumber: Dinas Pertanian Jawa Timur Sumber: Dinas Pertanian Jawa Timur
2 Penelitian Investasi Sektor Pertanian di Jawa Timur (Oktober 2008)
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
22
Bab I – Makro Ekonomi Regional
waan, dan Jasa
Persewaan
triwulan ini, dengan mencatat pe 7,91%, lebih rendah
dibanding triwulan II-2008 (8,65% Penurunan kinerja ini terjadi di semua
subsektor kecuali subsektor lembaga keuangan bukan bank.
bankan mengalami sedikit pe iwulan
ini dengan tumbuh sebesar 7,35%, lebih rendah daripada triwulan II-2008
ini tercermin pada laju pertumbuhan
Dari
h
Gambar 1.43 Luas Lahan Puso di Jawa Timur
Gambar 1.44 Perkembangan Kredit Pertanian
-
5,000
10,000
20,000
25,000 1
2
3
4
2
3
4
5
6
7
8
d. Keuangan, Perse
Sektor Keuangan, dan Jasa mengalami perlambatan pada
rtumbuhan sebesar
).
Subsektor per rlambatan pada tr
yang sebesar 7,96%. Perlambatan
kredit yang mulai melandai setelah selama dua tahun terakhir terus berada
dalam tren peningkatan. Ekspansi kredit yang terus-menerus tidak diimbangi
dengan pengumpulan Dana Pihak Ketiga (DPK) sehingga perbankan
mengalami keketatan likuiditas dan harus mengerem laju kreditnya.
aspek keuangan, perbankan Jawa Timur sebenarnya masih
mampu membukukan pendapatan bunga (interest-based income) dengan
pertumbuhan yang terus meningkat. Peningkatan ini merupakan dampak
dari melebarnya spread suku bunga yang ditawarkan oleh perbankan
merespon kebijakan suku bunga tinggi yang ditetapkan oleh bank sentral. Di
sisi lain, laju pendapatan non-bunga seperti fee-based income mengalami
penurunan. Namun demikian, secara nominal pendapatan non-bunga masi
relatif kecil (<10%) bila dibandingkan total pendapatan perbankan.
15,000
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2006 20082007
Luas Puso Padi
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Luas Puso Jagung Kredit Pertanian
gKredit Pertanian
2006 20082007
rtanian Jawa Timur Sumber: Laporan Bulanan perbankan
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
23
Bab I – Makro Ekonomi Regional
sebesar 2,09% pada triwulan III-20
2008 yang
penjualan semen di Jawa Timur yang pertumbuhannya menunj
ja sektor bangunan ini mendapat tantangan dari kenaikan
e. Ban e. Bangunan
Pada triwulan III-2008 ini,
Gambar 1.45 n Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur
Gambar 1.46 Perkembangan NIM Perbankan Jawa TimurPertumbuha
50%
100%
150%
200%
Sektor Bangunan menunjukkan perlambatan
kinerja meskipun tidak signifikan. Sektor Bangunan mencatat pertumbuhan
08, sedikit lebih rendah daripada triwulan II-
tumbuh 2,96%. Penurunan kinerja ini dikonfirmasi oleh volume
ukkan tren
menurun.
Kiner
berbagai harga bahan baku properti seperti besi, batu bata, dan pasir, dan
semen, menyusul kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008. Pengusaha properti
di Jawa Timur dihadapkan pada pilihan sulit antara menaikkan harga jual atau
memotong margin keuntungan mereka.
Gambar 1.47 Perkembangan Fee Based Income
Gambar 1.48 Perkembangan Interest Based Income
Sumber: Laporan Bulanan perbankan Sumber: Laporan Bulanan perbankan
Sumber: Laporan Bulanan perbankan
-
100,000
200,000
500,000
1 9
300,000
400,000
600,000
700,000
800,000
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2006 2007 2008
-100%
-50%
0%
Net Interest Margin
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
gNet Interest Margin
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
500,000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9
2006 20082007
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%Fee Based Income
gFee Based Income
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2006 2007 2008
gDPK
gKredit
Sumber: Laporan Bulanan perbankan
-3 6 9 12 3 6 9
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
4,500,000
12 3 6 9-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%Interest Based Income
gInterest Based Income
2006 7200 2008
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
24
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Sumber : Asosiasi Semen
Tekanan ju pakan salah satu
unsur pend t untuk sektor properti
an yang melandai setelah sempat tumbuh
tinggi di kisaran 30% (yoy) dalam beberapa triwulan terakhir. Seperti yang
telah diprediksi sebelumnya, peningkatan suku bunga acuan BI-rate mulai
berdampak pada laju penyaluran kredit properti di triwulan ini. Banyak bank
menerapkan prosedur pengucuran KPR yang lebih selektif di tengah kebijakan
moneter ketat ini. Laju KPR diperkirakan akan lebih ketat lagi di triwulan
mend
n Perban
mber: Laporan Bulanan Perbankan
Gambar 1.49Volume Penjualan Semen di Jawa Timur
Indonesia
ga muncul dari kredit properti yang meru
ukung pertumbuhan sektor bangunan. Kredi
mulai menunjukkan pertumbuh
atang seiring dengan fenomena keketatan likuditas di perbankan
nasional. Dari sisi kualitas, tingkat non-performing loan (NPL) kredit properti
masih tergolong wajar (di bawah 5%) dan bahkan terus menunjukkan tren
menurun.
Sumber: Laporan Bulana kan
Su
Gambar 1.50 Kredit Perbankan Sektor Properti
Gambar 1.51 Kredit Sektor Properti Per Penggunaan
Vol Penjualan Semen
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
01 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
-40%
-20%
80%
0%
20%
40%
60%
100%
gPenjualan Semen
0
2,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
8,000,000
9,000,000
10,000,000
11,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12
2006 2007 2008
0%
5%
10%15%
20%
25%
30%
35%
45%
40%
50%Kredit PropertigKredit Properti
4,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 20082007
Modal Kerja InvestasiT <70 T >70Rukan/Ruko
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
25
Bab I – Makro Ekonomi Regional
. Trans nikasi
komunikasi menunjukkan
triwulan ini dengan mencatatkan pertumb
daripada pencapaian pada triwulan II-2008 yang sebesar 7,66%.
tistik jumlah
Gambar 1.52 NPL Kredit Properti
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8
f portasi dan Komu
Sektor transportasi dan percepatan pada
uhan sebesar 8,21%, lebih tinggi
Angkutan laut yang sempat menunjukkan pertumbuhan rendah selama
beberapa triwulan terakhir, pada triwulan ini menunjukkan perbaikan dengan
tumbuh 11,45% (yoy). Percepatan ini tercermin pada sta
penumpang dan barang melalui Pelabuhan Tanjung Perak (Gambar 1.53), yang
tampak meningkat dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya.
Statistik arus kontainer yang dilayani oleh PT Terminal Petikemas Surabaya
juga memberi indikasi yang sama (Gambar 1.54). Peningkatan kinerja ini
terkait dengan puncak arus transportasi yang umumnya jatuh pada masa
liburan Juni-Juli.
9
2006 2007 2008
NPL Properti
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
26
Bab I – Makro Ekonomi Regional
stru mengalami penurunan. Pada triwulan III-2008, pertumbuhan jumlah
enumpang domestik di Bandar Udara Juanda menurun hingga mendekati 0%
(yoy)
Seperti yang telah direncanakan, program Bantuan Langsung Tunai (BLT)
tahun 2008 dilakukan dalam dua tahap penyaluran, yakni tahap pertama sebesar
Gambar 1.53 Arus Pen ng dan Barang di Tanjung Perak
Gambar 1.54 Statistik Kontainer PT TPS di Tanjung Perak umpa
Di sisi lain, kinerja angkutan udara dalam perekonomian Jawa Timur
ju
p
sementara penumpang internasional masih tumbuh di kisaran 10% (yoy).
Kondisi ini diprediksi terkait dengan meningkatnya harga tiket pesawat sejak
awal tahun 2008 yang mengikuti tren harga minyak dunia. Namun demikian,
situasi diperkirakan dapat berubah ketika harga minyak dunia menurun.
1.4. KESEJAHTERAAN
Sumber: PT Terminal Petikemas Surabaya
Gambar 1.55 umpang Domestik di Bandara Juanda Pen
Gambar 1.56 Penumpang Internasional di Bandara Juanda
Sumber: BPS Sumber: BPS
0
20
40
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
0
200
400
600
1,000
1,200
1,400
60
2006 2007 2008
800
Jml Penumpang Volume Barang
0
20,000
40,000
60,000
80,0
100,000
120,000
140,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Total kontainer (TEUS)
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
gTotal Kontrainer
00
2006 2007 2008
0
50
100
150
200
250
300
350
400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
Jml Penumpang Domestik 30%
-40%
-20%
0%
20%
40%
80%
100%80
2006 2007 2008
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%gPenumpang Domestik
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
Jml Penumpang Intl
2006 2007 2008
60%
gPenumpang Intl
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
27
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Rp300.000,00 (untuk 3 bulan penerimaan) dan tahap kedua sebesar
Rp400.000,00 (untuk 4 bulan penerimaan). Realisasi penyaluran BLT di Provinsi
Jawa
oso) dan Madura (Sumenep, Sampang).
Timur sendiri telah mencapai 94,22% (Tahap I) dan 88,54% (Tahap II)
hingga akhir triwulan III-2008. Setelah sempat sedikit terganggu pada awal
pelaksanaannya, penyaluran BLT Tahap II berlangsung lebih lancar dan tanpa
gejolak yang berarti.
Di seluruh Jawa Timur, terdapat sejumlah 3,22 juta keluarga yang
digolongkan sebagai keluarga miskin dan berhak atas BLT. Sebagian besar
keluarga miskin tersebut berlokasi di daerah tapal kuda (Jember, Situbondo,
Banyuwangi, Bondow
ALOKASI BLT
DISTRIBUSI KARTU
DAYA SERAP TAHAP I
DAYA SERAP TAHAP II
(RTS) (RTS) (%) (%)
NO. KOTA/KABUPATEN
1 KAB. BANGKALAN 93.23 93.1 99,74 99,522 KAB. BANYUWANGI 156.7 3 90,72 90,493 KOTA B 48,134 KAB. BLITAR 78.181 74.8 95,59 95,225 KAB. BOJONEGORO 163.304 151.2 95,86 95,72
719 142.
3265
ATU 6.005 4.796 78,529274
6 KAB. BONDOWOSO 159.243 154.42 99,90 99,817 KAB. GRESIK 57.861 43.927 95,04 94,818 KAB. JEMBER 237.413 214.598 99,20 98,829 KAB. JOMBANG 76.704 61.481 82,73 12,52
10 KAB. KAB. MALANG 163.91 137.193 83,22 24,9711 KAB. KAB. PASURUAN 127.544 115.134 90,13 89,7412 KAB. PROBOLINGGO 137.626 136.136 99,59 99,2413 KOTA KEDIRI 10.375 9.954 98,95 98,4214 KAB. KEDIRI 105.661 88.447 96,17 95,8615 KOTA KOTA BLITAR 4.689 4.47 93,86 93,4516 KOTA KOTA MADIUN 6.318 5.283 99,35 98,9717 KOTA PROBOLINGGO 8.921 8.376 97,98 95,7718 KAB. LAMONGAN 111.411 111.411 97,97 97,8019 KAB. LUMAJANG 85.825 71.139 81,92 79,3020 KAB. MADIUN 60.144 50.94 99,18 98,8921 KAB. MAGETAN 39.737 30.899 98,36 98,0322 KOTA MALANG 24.272 20.266 98,50 94,2623 KAB. MOJOKERTO 62.471 51.41 99,66 99,4424 KOTA MOJOKERTO 4.984 4.627 99,60 99,4625 KAB. NGANJUK 91.175 90.752 95,22 94,7626 KAB. NGAWI 90.416 87.584 96,96 96,7627 KAB. PACITAN 54.252 46.313 84,59 84,5928 KAB. PAMEKASAN 95.103 93.903 98,18 97,8129 KOTA PASURUAN 7.749 6.882 96,40 96,2430 KAB. PONOROGO 98.027 91.436 93,24 92,9631 KAB. SAMPANG 153.015 151.062 97,63 96,9832 KAB. SIDOARJO 52.872 49.902 97,84 97,5033 KAB. SITUBONDO 105.077 105.077 99,95 99,8334 KAB. SUMENEP 128.789 114.601 87,10 70,2135 KOTA SURABAYA 121.145 107.129 87,72 87,3636 KAB. TRENGGALEK 73.009 68.516 93,68 93,3937 KAB. TUBAN 102.02 100.991 96,67 97,6238 KAB. TULUNGAGUNG 69.697 61.193 87,65 87,07
3.224.901 2.961.911 94,22 88,54JUMLAH
Tabel 1.7Realisasi Bayar Bantuan Langsung Tunai di Jawa Timur
Sumber: www.kompensasi.info
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
28
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Namun demikian, dana BLT ini diyakini belum dapat memberi
peningkatan kesejahteraan dalam jangka panjang dan berkelanjutan
(sustainable). Penerima BLT umumnya menggunakan dananya untuk keperluan
jangka pendek seperti membayar utang, membeli obat, dan membeli makanan.
Nilai dana BLT tahap I yang sebesar Rp300.000,00 untuk masa 3 bulan bahkan
umumnya hanya bertahan dalam jangka waktu rata-rata 1 bulan saja.
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
29
Bab I – Makro Ekonomi Regional
1.5. KEUANGAN DAERAH
Realisasi Penerimaan Asli Daerah (PAD) Provinsi Jawa Timur di triwulan III-
2008 terus berlangsung lancar dan bahkan pada bulan Agustus 2008 telah
mencapai 91% target penerimaan tahun 2008. Penerimaan pos-pos utama, yaitu
PKB, BBNKB, dan Pajak Bahan Bakar, telah mencapai masing-masing 77%, 113%,
dan 83% pada bulan Agustus 2008 (Tabel 1.8). Pencapaian ini membuat pos PAD
pada sisi Penerimaan APBD telah mencatatkan penerimaan sebesar Rp2,9 triliun
hingga bulan Agustus 2008 (yaitu 82% dari target penerimaan di sepanjang 2008
yang sebesar Rp3,5 triliun).
Sementara itu, pendapatan daerah yang berasal dari Dana Perimbangan
berupa Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Umum (DAU) telah terealisasi
masing-masing sebesar 63% dan 75% (Tabel 1.9). Kondisi ini membuat pos Dana
Perimbangan pada sisi Penerimaan APBD telah mencatatkan penerimaan sebesar
Rp980 miliar (yaitu 73% dari pagu penerimaan tahun 2008 yang sebesar Rp1,34
triliun).
Tabel 1.8Realisas Timi PAD Provinsi Jawa ur hingga TwIII-2008 NO JENIS PEMUNGUTAN ARGET TH. ANGG. 2008
(Rp.)BULAN AGT 2008 (Rp.) /D BULAN INI AGT 2008 (%)
1 Pajak Kendaraan Bermotor 1,409,500,000,000 155,737,725,900 1,090,566,996,230 77.372 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 1,005,000,000,000 169,702,686,000 1,138,874,365,625 113.323 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 750,000,000,000 100,199,705,980 629,687,417,808 83.964 Pajak Air Permukaan 16,000,000,000 1,721,722,238 11,887,157,798 74.295 Pajak Air Bawah Tanah 16,150,000,000 1,509,695,885 12,496,208,165 77.386 Retribusi Jasa Usaha 2,000,000,000 186,860,065 1,635,995,045 81.87 Pendapatan Denda Pajak - 6,437,665,270 43,469,983,465 - 8 Penerimaan Lain-lain (Kontribusi Parkir) 4,050,000,000 586,061,875 3,981,687,425 98.31
JUMLAH 3,202,700,000,000 436,082,123,213 2,932,599,811,561 91.57
T S
Sumber: Dipenda Provinsi Jatim
Tabel 1.9 Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Jawa Timur hingga TwIII-2008
Juta Rp
Item Pagu Realisasi %DBH 279,780 176,160 63%
DAU 1,022,861 767,146 75%
DAK - - 0%
Dana Otsus - - 0%
D. Penyesuaian 40,801 36,933 91%
Total 1,343,442 980,239 73%
Sumber: DJPK Departemen Keuangan
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
30
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Di lain pihak, belanja Pemerintah Provinsi Jawa Timur secara umum baru
mencapai 60,3% hingga akhir triwulan III-2008. Tingkat realisasi belanja yang
tinggi umumnya terjadi pada pos-pos belanja tidak langsung, khususnya Belanja
Hibah, Belanja Bantuan Sosial, dan Belanja Tidak Terduga. Tingkat realisasi pos-
pos belanja langsung masih tergolong rendah, termasuk pos Belanja Modal.
Kondisi ini tentu tidak optimal bagi perekonomian daerah mengingat belanja
modal pemerintah berperan sebagai komponen investasi dan diharapkan dapat
memberi multiplier effect kepada pertumbuhan ekonomi daerah secara
keseluruhan. Situasi serupa juga dijumpai pada realisasi APBD Kabupaten/Kota
dan realisasi APBN di wilayah Provinsi Jawa Timur.
Tabel 1.10
Realisasi Belanja Pemerintah di Provinsi Jawa Timur
Sumber: Pemprov Jawa Timur
1 APBN 20,723 11,462 55.3%2 APBD Provinsi 7,314 4,410 60.3%3 APBD Kab./ Kota 31,946 18,482 57.9%
59,983 34,354 57.3%
% PenyerapanAlokasi 2008 (Rp triliun)
JUMLAH
No. Belanja Pemerintah di Jatim
Penyerapan s/d TwIII-08
Belum seimbangnya laju realisasi penerimaan dengan laju realisasi
penggunaan membuat dana Pemerintah Daerah yang tersimpan di perbankan
Jawa Timur terus meningkat (Gambar 1.57). Meskipun sekilas saldo dana ini
tampak lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, nilai nominalnya masih
cukup tinggi. Lebih rendahnya saldo dana pemerintah di tahun 2008 ini pun
diduga lebih disebabkan oleh banyaknya penyelenggaraan Pemilihan Kepala
Daerah (Pilkada) di wilayah Jawa Timur. Di sepanjang tahun 2008, tercatat
sejumlah 17 Pilkada berlangsung di tingkat Kabupaten/Kota maupun Provinsi
(Tabel 1.16). Biaya penyelenggaraan Pilkada umumnya menjadi beban anggaran
masing-masing daerah sehingga banyak menyerap dana APBD. Sebagai ilustrasi,
Pilkada Gubernur Jawa Timur yang berlangsung dua putaran akan
menghabiskan biaya sekitar Rp800 miliar, atau 15% dari total kekuatan APBD
Provinsi Jawa Timur tahun 2008 sebesar Rp5,3 triliun.
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
31
Bab I – Makro Ekonomi Regional
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9
2004 2005 2006 2007 2008
Juta
Rup
iah
TabunganDepositoGiro
Gambar 1.57 Perkembangan Dana Pemerintah di Perbankan
Sumber: Laporan bulanan perbankan, diolah
Tabel 1.11Jadual Pemilihan Kepala Daerah di Jawa Timur Tahun 2008
No Nama Daerah Tanggal Pilkada Ket
1 Kab. Tulungagung 9-Mar-08 2 Kab. Lumajang 23-Jul-08 3 Kab. Bondowoso 23-Jul-08 4 Kab. Probolinggo 10-Jan-08 5 Kab. Pasuruan 18-Mei-08 6 Kab. Jombang 23-Jul-08 7 Kab. Nganjuk 4-Mar-08 8 Kab. Madiun 18-Jun-08 9 Kab. Magetan 24-Jun-08 10 Kab. Bangkalan 23-Jan-08 11 Kab. Pamekasan 5-Mar-08 12 Kota Kediri 23-Oct-08 Putaran I
12-Dec-08 Putaran II13 Kota Malang 23-Jul-08 14 Kota Probolinggo 15 Kota Mojokerto 16 Kota Madiun 17 Provinsi Jatim 23-Jul-08 Putaran I
4-Nov-08 Putaran II
Sumber: Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat (www.jppr.or.id)
Menarik untuk diperhatikan adanya kecenderungan peningkatan porsi
deposito dalam komposisi dana pemerintah daerah yang tersimpan di
perbankan. Kondisi ini menunjukkan adanya potensi dana menganggur yang
cukup tinggi mengingat deposito adalah jenis simpanan berjangka yang tidak
memungkinkan pencairan dana sewaktu-sewaktu. Selain itu, hal ini juga
mengungkap adanya motivasi Pemda untuk mendapatkan imbal hasil finansial
(profit motive) dari dana milik mereka yang menganggur. Semua fakta ini
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
32
Bab I – Makro Ekonomi Regional
menunjukkan perlunya perbaikan dalam proses realisasi anggaran Pemda agar
dana-dana ini tidak menganggur dan dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi
pertumbuhan ekonomi daerah. Beberapa inisiatif di Provinsi Jawa Timur yang
feasible untuk dibiayai oleh dana Pemda antara lain adalah program subsidi
bunga kredit untuk UMKM, pembentukan Lembaga Penjamin Kredit Daerah
(LPKD), dan program kredit bergulir untuk mengentaskan pengangguran dan
kemiskinan.
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
33
Bab 1 – Makro Ekonomi Regional
Boks 1.
DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KINERJA EKSPOR-IMPOR PROVINSI JAWA TIMUR
Kasus gagal bayar subprime-mortgage di Amerika Serikat pada pertengahan
tahun 2007 telah ber-eskalasi menjadi krisis keuangan dan ekonomi yang bersifat
global. Ekonomi Amerika Serikat diyakini memasuki era resesi ditandai dengan
menurunnya pertumbuhan ekonomi, macetnya penyaluran kredit perbankan, dan
bangkrutnya berbagai institusi keuangan besar. Sebagai ekonomi terbesar di dunia,
kemunduran Amerika Serikat membawa dampak turunan ke ekonomi-ekonomi lain
di berbagai belahan bumi, tak terkecuali Indonesia.
Transmisi dampak krisis ekonomi global terhadap Indonesia berlangsung
utamanya melalui jalur sektor keuangan berupa pelemahan nilai tukar dan
keketatan likuiditas valas akibat aksi capital outflow yang masif. Pasar modal dan
pasar uang Indonesia mengalami saat-saat yang sulit pada triwulan III-2008 ini.
Selain itu, krisis juga berdampak ke sektor riil berupa menurunnya permintaan akan
produk-produk ekspor dari Indonesia.
Amerika Serikat memiliki posisi penting sebagai negara tujuan ekspor luar
negeri produk-produk Jawa Timur dan berada di posisi kedua setelah Jepang.
Namun demikian, peran Amerika Serikat yang cukup signifikan ini sebenarnya
sudah relatif berkurang selama delapan tahun terakhir. Porsi ekspor Jawa Timur ke
Amerika Serikat menurun dari 17,02% (tahun 2000) menjadi 12,49% (tahun 2008).
Hal serupa juga terjadi pada negara tujuan Jepang. Dalam periode yang sama, porsi
ekspor Jawa Timur meningkat ke negara-negara Asia seperti Malaysia, China,
Thailand, dan Korea Selatan.
Dengan porsi yang sudah berkurang ini, dampak resesi di Amerika Serikat
terhadap ekspor luar negeri Jawa Timur diprediksi relatif terbatas. Meskipun
demikian, tetap perlu diwaspadai dampak yang bersifat tidak langsung (indirect
effect) karena ada kemungkinan bahwa ekspor Jawa Timur ke negara lain seperti
China, pada akhirnya akan menjadi ekspor negara tersebut ke Amerika Serikat.
Produk asal Jawa Timur yang di-ekspor ke Amerika Serikat umumnya berupa
furnitur dan peralatan rumah tangga, makanan laut (seafood), makanan kaleng
(canned food), serta bahan baku seperti alumunium, kertas, dan plastik. Kategori
produk furnitur dan peralatan rumah tangga diprediksi akan merasakan dampak
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
33
Bab 1 – Makro Ekonomi Regional
yang signifikan karena krisis ekonomi di Amerika Serikat justru berawal dari kasus
gagal bayar subprime-mortgage (KPR). Kontraksi ekonomi di sektor properti
residensial diyakini akan berdampak langsung pada produk-produk pelengkap
perumahan seperti furnitur dan peralatan rumah tangga.
20%
14%
9%
9%6%
6%
36%
Furniture,bedding,lamps illum.signs
Fish,crustaceans,moluscs,oth.invert
Prep. of meat,fish,crust., molluscs
Alumunium and articles thereof
Paper and paperboard
Plastics and articles thereof
Others
Untuk mengantisipasi melemahnya ekspor ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur
telah mengintensifkan upaya diversifikasi produk dan negara tujuan ekspor antara
lain dengan merintis hubungan dagang dengan negara-negara di Timur Tengah.
Pemerintah Provinsi juga mewaspadai “beralihnya” ekspor negara-negara
berkembang lain, seperti China, Malaysia, dan Thailand, ke Indonesia sebagai
Gambar 2Ekspor Jawa Timur ke Amerika Serikat (2007-2008)
Sumber: BI
Tabel 1 Ekspor Jawa Timur menurut Negara Tujuan
(2000-2008)
Sumber: BI Sumber: BI
Japan
USA
Malaysia
ChinaThailand
SporeS Korea
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Gambar 1 Ekspor Jawa Timur menurut Negara Tujuan
(2000-2008)
2000 2004 2008
Japan 22.27% 22.01% 14.19%
USA 17.02% 15.58% 12.49%
Malaysia 5.35% 6.59% 10.16%
China 3.33% 5.03% 6.33%
Thailand 3.19% 3.61% 6.01%
Spore 4.60% 3.19% 4.76%
S Korea 2.04% 2.19% 4.70%
% terhadap total eksporNegara Tujuan
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
34
Bab 1 – Makro Ekonomi Regional
akibat perlambatan ekonomi Amerika Serikat. Pemerintah Provinsi menyerukan
upaya peningkatan konsumsi produk-produk dalam negeri dan pengamanan pasar
domestik dari serbuan produk impor ilegal. Terkait kinerja ekspor furnitur,
pengusaha furnitur di Jawa Timur telah berusaha mengalihkan pasarnya ke Eropa
dengan melakukan perubahan desain dan model produk mengingat demand
furnitur Amerika Serikat selama ini cenderung spesifik untuk kebutuhan luar ruang
(outdoor)1.
Dampak lain krisis keuangan dan ekonomi ini adalah gangguan pada transaksi
ekspor-impor yang dilakukan oleh pengusaha Jawa Timur, khususnya yang
menggunakan alat pembayaran Letter of Credit (L/C). Seiring dengan kekeringan
likuiditas perbankan (khususnya likuiditas valas) dan menurunnya kepercayaan
antar bank, kalangan perbankan meningkatkan kehati-hatian dalam penerbitan
dan pencairan L/C yang berdampak pada kecepatan transaksi dan kondisi cashflow
perusahaan eksportir/importir. Namun demikian, gangguan ini tidak signifikan
mempengaruhi kinerja ekspor karena penggunaan L/C sebagai alat pembayaran
ekspor relatif kecil. Di sepanjang tahun 2007-2008, penggunaan L/C hanya tercatat
sebesar 18% (ekspor) dan 22% (impor) terhadap total nilai ekspor dan impor Jawa
Timur.
Sumber: BI
1 Informasi diperoleh dari Focus Group Discussion di KBI Surabaya tanggal 3 November 2008
2%17%
16%61%
1%1%
2%
1 - Pembayaran dimuka
2 - Sight L/C
3 - Wesel Inkaso
4 - Perhitungan Kemudian
5 - Konsinyasi
6 - Usance L/C
7 - Lainnya
Gambar 3 Nilai Ekspor Jawa Timur menurut Cara Pembayaran (Jan – Agt 2008)
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
35
Bab 1 – Makro Ekonomi Regional
Gambar 4 Nilai Impor Jawa Timur menurut Cara Pembayaran
(Jan – Agt 2008)
78%
22%
0 - Non L/C1 - L/C
Sumber: BI
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
36
Bab 1 – Makro Ekonomi Regional
Boks 2.
SURVEI RESPON DUNIA INDUSTRI TERHADAP PERATURAN BERSAMA 5 MENTERI TENTANG PENGOPTIMALAN BEBAN LISTRIK MELALUI
PENGALIHAN JAM KERJA INDUSTRI
Pada tanggal 14 Juli 2008 telah ditandatangani Peraturan Bersama Menteri
Perindustrian, Menteri ESDM, Menakertrans, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri
Negara BUMN tentang “Pengoptimalan Beban Listrik melalui Pengalihan Waktu
Kerja pada Sektor Industri di Jawa Bali”. Peraturan Bersama ini diterbitkan
dengan pertimbangan bahwa saat ini kondisi kelistrikan di Jawa-Bali mengalami
defisit pasokan pada hari Senin-Jumat, sedangkan pada hari Sabtu-Minggu suplai
listrik masih tersedia dan belum dimanfaatkan secara optimal.
Peraturan Bersama ini mengatur bahwa setiap industri wajib mengalihkan
satu sampai dua hari waktu kerja pada hari Senin sampai Jumat ke hari Sabtu dan
Minggu setiap bulannya. Teknik implementasi pengalihan waktu kerja ini
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing daerah dan diatur oleh PLN di
daerah tersebut. Perusahaan industri wajib melaporkan pengalihan waktu kerja
ke dinas kabupaten/kota yang membidangi perindustrian dengan tembusan ke
Depperin, Departemen ESDM, Depnakertrans, Departemen Dalam Negeri,
Kementerian Negara BUMN. Aturan ini tidak berlaku bagi industri yang sudah
bekerja 24 jam sehari selama 7 hari seminggu. Dengan implementasi aturan ini,
diharapkan dapat dihindari pemadaman listrik di Jawa-Bali akibat kekurangan
pasokan1.
Pada hari Senin-Jumat, setiap harinya terdapat defisit hingga 600 MW di
kelistrikan Jawa-Bali. Aturan ini diharapkan dapat memindahkan defisit beban
600 MW tersebut ke hari Sabtu-Minggu. Provinsi Jawa Timur sendiri ditargetkan
dapat menyumbang pengalihan sebesar 150 MW2.
Di Provinsi Jawa Timur, Peraturan Bersama ini telah efektif dilakukan sejak
31 Juli 2008. Terdapat sejumlah 11.000 industri yang beroperasi di Jawa Timur.
Namun demikian, hanya sejumlah 509 perusahaan yang memenuhi syarat
(qualified) untuk pengalihan jam kerja, yaitu:
1. Menggunakan daya di atas 200 kVA (pelanggan PLN golongan I-3)
2. Beroperasi 5 atau 6 hari seminggu (sehingga memiliki peluang untuk
1 Sumber: Peraturan Bersama Lima Menteri tanggal 14 Juli 2008 2 Wawancara dengan Corporate Secretary PT PLN Distribusi Jawa Timur
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
37
Bab 1 – Makro Ekonomi Regional
digeser waktu kerjanya)
Kelimaratus sembilan perusahaan ini dibagi ke dalam 12 klaster yang
ditetapkan berdasarkan pertimbangan lokasi geografis dan keseimbangan daya
yang dapat dihemat pada setiap klasternya. Realisasi pengalihan jam kerja ini
dilakukan dengan persetujuan Bupati/Walikota setempat.
Klaster Wilayah Jml Perusahaan1 Surabaya Selatan, Gresik, Kediri, Jember 722 Surabaya Selatan, Surabaya Utara, Gresik 493 Surabaya Selatan, Surabaya Barat 584 Surabaya Barat 295 Surabaya Barat, Sidoarjo, Malang 506 Surabaya Barat 137 Sidoarjo 148 Surabaya Barat 209 Mojokerto 5710 Surabaya Barat 4211 Bojonegoro, Madiun, Pasuruan 5012 Bojonegoro, Madiun, Pasuruan 55
JUMLAH 509
Hingga bulan September 2008, implementasi Peraturan Bersama ini di
Jawa Timur dirasa belum efektif. Dari target penghematan 150 MW diperkirakan
baru tercapai sebesar 75%-nya saja. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya jumlah
perusahaan yang dapat mengalihkan jam kerja. Selain itu, pelaksanaan
pengalihan jam kerja diserahkan kepada kesediaan perusahaan masing-masing
(tidak dipaksakan). Pasal 7 Peraturan Bersama sebenarnya memungkinkan adanya
sanksi berupa pemutusan aliran Iistrik sementara bagi perusahaan yang tidak
melaksanakan ketentuan. Namun demikian, PT PLN Distribusi Jawa Timur
berketatapan untuk tidak mengenakan penalti tersebut dan memilih untuk
melakukan pendekatan persuasif. Dengan kondisi ini, pemadaman bergilir di
Jawa Timur dipastikan akan terus berlangsung hingga 2009 karena kuota
pemadaman tetap lebih tinggi daripada penghematan yang diperoleh dari
penggeseran jam kerja.
Untuk mengetahui persepsi dan ekspektasi sektor industri Jawa Timur
Tabel 1.Pembagian Klaster Pengalihan Jam Kerja di Jawa Timur
Sumber: PT PLN Distribusi Jawa Timur
3 Survei dilakukan dengan metode kuesioner terhadap 84 perusahaan industri yang qualified terkena ketentuan SKB tersebut (yaitu beroperasi selama 5-6 hari dalam seminggu dan menggunakan data di atas 200 kVA)
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
38
Bab 1 – Makro Ekonomi Regional
sehubungan dengan penerapan Peraturan Bersama tersebut, telah dilakukan
survei oleh KBI Surabaya terhadap sejumlah perusahaan terpilih3. Survei ini juga
bertujuan untuk mengukur kebutuhan akan layanan perbankan di hari Sabtu-
Minggu. Berikut ditampilkan ringkasan hasil survei tersebut:
• Sebagian besar responden merasa SKB ini belum efektif karena masih terjadi
pemadaman di hari kerja dan hanya merupakan solusi jangka pendek
• Beberapa hal yang dikeluhkan responden adalah terganggungnya kelancaran
produksi, sulitnya pengaturan jadual kerja, turunnya motivasi kerja pegawai,
hingga timbulnya biaya ekstra (umumnya terkait biaya tenaga kerja)
• Responden merasa bahwa belum dibutuhkan bagi perbankan untuk buka pada
hari Sabtu-Minggu karena kebutuhan akan layanan perbankan masih dapat
dilakukan pada hari kerja (Senin-Jumat)
• Sebagian besar responden berpendapat bahwa solusi terhadap persoalan ini
adalah penambahan kapasitas pembangkit PLN. Meskipun banyak responden
yang memiliki genset, biaya listrik PLN dianggap masih lebih murah
Secara umum, SKB ini tidak berpengaruh signifikan pada kinerja industri di
Jawa Timur karena terbatasnya jumlah perusahaan yang terdampak. Namun
demikian, kondisi ini memberi preseden buruk bagi dunia usaha dan iklim
investasi di Jawa Timur. Dewan Konseling Investasi Jawa Timur telah beberapa
kali menerima keluhan dari investor maupun calon investor terkait suplai listrik
ini.
Solusi terhadap persoalan ini membutuhkan penanganan strategis oleh
Pemerintah Pusat mengingat sifat sistem kelistrikan yang “interkoneksi”
(misalnya sistem kelistrikan Jawa Bali). Selain itu, UU Ketenagalistrikan
mengamanatkan bahwa PT PLN adalah pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan
di Indonesia.
Untuk mengimbangi pertumbuhan permintaan pasokan listrik, PT PLN
sebenarnya sedang berupaya melakukan pembangunan pembangkit-pembangkit
baru hingga tahun 2010. Khusus untuk sistem kelistrikan Jawa-Bali, sejumlah
proyek pembangunan pembangkitan saat ini sedang berlangsung:
• Paiton Suralaya (1 x 600 MW)
• Indramayu (3 x 300 MW)
• Rembang + Labuhan (2 x 300 mW)
• Pacitan (2 x 300 MW)
• Teluk Naga – Pelabuhan Ratu (3 x 300 MW)
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
39
Bab 1 – Makro Ekonomi Regional
• Tanjung Awar Awar (2 x 300 MW)
• Cilacap Ex Jepara (1 x 600 MW)
Beberapa di antaranya diharapkan sudah dapat beroperasi pada pertengahan
tahun 2009 sehingga dapat membantu mengatasi permasalahan defisit yang
sekarang terjadi.
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
40
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
2 PERKEMBANGAN INFLASI
2.1. UMUM
Inflasi Jawa Timur pada triwulan III 2008 mengalami perlambatan
meskipun masih pada level yang cukup tinggi, terutama akibat faktor
seasonal dan kenaikan harga bahan bakar. Inflasi pada triwulan III 2008
mencapai 2,96% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2008 yang
mencapai 4,37%. Sementara itu, secara tahunan inflasi Jawa Timur sebesar
11,39% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan II 2008 yang sebesar
10,39%. Sumber inflasi berasal dari kenaikan harga komoditas pada kelompok
bahan makanan, kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga, serta kelompok
perumahan, air, listrik & bahan bakar. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kenaikan inflasi di Jawa Timur antara lain: kenaikan permintaan
masyarakat menjelang puasa dan lebaran, peningkatan ekspektasi kenaikan
harga oleh konsumen, tahun ajaran baru, serta kenaikan harga bahan bakar
rumah tangga yang disertai dengan pola distribusi yang tidak lancar.
Meskipun masih tinggi, inflasi Jawa Timur secara tahunan lebih
rendah dibandingkan inflasi nasional. Secara tahunan, tingkat inflasi Jawa
Timur masih lebih rendah dibandingkan nasional (12,14%). Sedangkan secara
triwulanan, inflasi Jawa Timur sedikit lebih tinggi dibandingkan nasional
(2,85%)
2.2. INFLASI TRIWULANAN (qtq)
Secara triwulanan, kenaikan harga tertinggi terdapat pada
kelompok bahan makanan (5,64%), diikuti kelompok pendidikan,
rekreasi & olahraga (4,52%), dan kelompok perumahan, air, listrik, gas
& bahan bakar (3,11%). Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan III
2008 meningkat cukup tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan ini
dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi oleh masyarakat serta perilaku
produsen yang menaikkan harga cukup signifikan akibat bulan puasa pada
bulan September dan lebaran pada 1-2 Oktober. Pada kelompok pendidikan,
rekreasi & olahraga, inflasi yang terjadi merupakan hal yang rutin terjadi
___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
41
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
akibat tahun ajaran baru untuk dunia pendidikan, meskipun tidak sebesar
inflasi pada triwulan III 2007. Sementara itu, pada kelompok perumahan, air,
listrik, gas & bahan bakar, kenaikan harga terjadi pada bahan bakar rumah
tangga yaitu minyak tanah dan gas. Hal ini disebabkan kebijakan Pertamina
yang menaikkan harga jual LPG non-subsidi (tabung 12 kg), yang diperparah
dengan adanya kelangkaan pasokan LPG di pasaran. Disamping itu, program
konversi minyak tanah di Jawa Timur yang belum tuntas turut mendorong
harga jual minyak tanah.
Grafik 2.2
Inflasi Jawa Timur & NasionalGrafik 2.1
Inflasi Jawa Timur
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III
Berdasarkan sumbangannya, sumbangan inflasi terbesar berasal
dari kelompok bahan makanan (1,20%), diikuti kelompok perumahan,
air, listrik, gas & bahan bakar (0,69%). Selama kurun waktu Juli –
September, kontribusi kelompok bahan makanan hampir selalu mendominasi
inflasi Jawa Timur kecuali pada bulan September yang berada di bawah
kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar. Dilihat dari
komoditasnya, daging ayam ras memberikan sumbangan terbesar diikuti oleh
telur ayam ras, dan cabe rawit. Sementara itu, kelompok perumahan, air,
listrik, gas & bahan bakar memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap
inflasi Jawa Timur, meskipun trendnya cenderung menurun dibandingkan
triwulan I 2008. Sumbangan tersebut berasal dari komoditas bahan bakar
rumah tangga, terutama pada bulan Juli yang mencapai 0,34%.
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
2007 2008
Bahan Makanan Makanan jadi, MinumanPerumahan, air Sandang
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
Jawa Timur
Nasional
Kesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi
___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
42
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Grafik 2.3 Sumbangan Inflasi Jawa Timur
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III
Kenaikan harga komoditas daging ayam ras dan telur ayam mulai
meningkat sejak bulan Juli meskipun berfluktuasi. Pasokan daging ayam
ras di Jawa Timur sebagian besar berasal dari Kota Surabaya, Kab. Malang, dan
Kab. Jombang. Sedangkan pasokan telur ayam sebagian besar berasal dari
Blitar, Kediri dan Tulungagung. Berdasarkan hasil Survey Pemantauan Harga
(SPH), fluktuasi harga daging ayam ras dan telur ayam meningkat terutama
pada bulan Juli dan Agustus, baik secara mingguan dan bulanan. Hal ini
disebabkan permintaan masyarakat yang meningkat serta adanya kenaikan
harga pakan ternak. Dari sisi ketahanan pangan, persediaan stok daging ayam
dan telur ayam di Jawa Timur diperkirakan mencukupi, dimana jumlah stok
daging ayam di Jawa Timur sebesar 44.639 ton sedangkan kebutuhan
masyarakat sebesar 40.456 ton (surplus 4.183 ton), sedangkan stok telur ayam
broiler sebesar 21.193 ton dan kebutuhan masyarakat sebesar 18.428 ton
(surplus 2.765 ton).
2007 2008
Bahan Makanan Makanan jadi, MinumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi
Sumber: BPS, data diolah
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
I II III IVI II III IVI II III IV V I II III IVI II III IVI II III IV V I II III IVI II III IV
Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept
daging ayam ras daging sapitelur ayam ras
Grafik 2.5 Perkembangan Harga Bulanan
Beberapa Komoditas di Surabaya
Grafik 2.4 Perkembangan Harga Mingguan Beberapa Komoditas di Surabaya
-7.00
-5.00
-3.00
-1.00
1.00
3.00
5.00
7.00
9.00
11.00
II III IVI II III IVI II III IVI II III IV V I II III IVI II III IVI II III IV V I II III IVI II III IV
Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept
daging ayam ras daging sapi telur ayam
Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah
___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
43
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Ayam Buras Ayam Pedaging12
Kota Surabaya 2,171,430 65,815,414 67,986,844 Malang 5,382,000 19,323,137 24,705,137 Jombang 9,418,277 11,244,864 20,663,141 Kediri 3,562,994 5,710,246 9,273,240 Blitar 2,934,648 6,118,744 9,053,392
6 Bojonegoro 6,431,059 2,394,138 8,825,197 Gresik 1,083,250 4,096,919 5,180,169
8 Lumajang 1,198,462 3,936,908 5,135,370 Pasuruan 1,626,142 3,281,733 4,907,875 Jember 2,257,981 2,283,744 4,541,725 JAWA TIMUR 36,166,825 124,380,367 160,547,192
Daging Ayam (Kg) JumlahKabupaten/Kota
345
7
910
No
Tabel 3.2 10 Wilayah Produksi Daging Ayam Terbesar
di Jawa Timur Tahun 2007
Tabel 3.1 10 Wilayah Produksi Daging Ayam Terbesar
di Jawa Timur Tahun 2007
Ayam Buras Ayam Pedaging1 Blitar 1,860,780 133,846,494 135,707,274 2 Kediri 1,457,540 38,854,193 40,311,733 3 Tulungagung 833,168 30,612,173 31,445,341 4 Malang 1,998,897 28,751,852 30,750,749 5 Jombang 3,902,815 19,042,236 22,945,051 6 Magetan 398,379 18,134,719 18,533,098 7 Pasuruan 662,425 16,255,830 16,918,255 8 Banyuwangi 659,060 4,882,493 5,541,553 9 Mojokerto 636,870 4,870,567 5,507,437
10 Probolinggo 1,337,133 3,449,087 4,786,220 JAWA TIMUR 28,262,074 324,917,825 353,179,898
No Kabupaten/Kota Telur (Kg) Jumlah
Sumber: Dinas Peternakan Jawa Timur Sumber: Dinas Peternakan Jawa Timur
Pergerakan harga komoditas beras selama triwulan III 2008 cukup
stabil dengan tingkat fluktuasi yang rendah. Sebagai komoditas yang
memiliki bobot terbesar pada perhitungan inflasi kelompok bahan makanan,
pergerakan harga beras di Jawa Timur cukup stabil terutama periode Juli –
September. Hal ini dipengaruhi kecukupan pasokan seiring dengan musim
panen, serta faktor distribusi yang lancar. Berdasarkan data BULOG Divre Jawa
Timur, jumlah stok beras hingga September 2008 adalah 535.000 ton dan
diperkirakan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat hingga 11 bulan
mendatang. Sementara itu, terdapat 256.000 ton komoditas beras yang
dikirimkan BULOG Divre Jawa Timur ke beberapa daerah lain di luar pulau
Jawa, diantaranya: Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Sumatera Barat,
Sumatera Utara, Papua, Riau, Nangroe Aceh Darussalam, Kalimantan Selatan,
dan Bali.
-7.00
-6.00
-5.00
-4.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
II III IVI II III IVI II III IVI II III IV V I II III IVI II III IVI II III IV V I II III IVI II III IV
Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept
-10.00
-8.00
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
I II III IVI II III IVI II III IV V I II III IVI II III IVI II III IV V I II III IVI II III IV
Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept
Grafik 2.7 Pergerakan Harga Beras Bulanan
Grafik 2.6 Pergerakan Harga Beras Mingguan
Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah
___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
44
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
2.3 . INFLASI TAHUNAN (y-o-y)
Secara tahunan, inflasi Jawa Timur berada di bawah inflasi
nasional meskipun lebih tinggi dibandingkan inflasi Jawa Timur
triwulan sebelumnya. Trend peningkatan inflasi Jawa Timur sejak awal
tahun 2008 mulai menunjukkan perlambatan, meskipun masih berada diatas
10%. Hal ini terutama dipengaruhi penurunan inflasi dalam kurun waktu Juli
hingga September, baik secara bulanan maupun triwulanan. Berdasarkan
kelompok, kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan
(21,97%), diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau
(9,96%), dan kelompok sandang (9,23%).
Meskipun masih tinggi, namun inflasi pada kelompok bahan
makanan relatif melambat. Perlambatan ini antara lain dipengaruhi
ketersediaan pangan yang mencukupi, serta harga komoditas di pasar dunia
yang mulai mengalami penurunan, diantaranya: minyak bumi, Crude Palm Oil
(CPO), emas, kedelai, jagung, dan gandum.
Grafik 2.9 Inflasi Jawa Timur
Grafik 2.8 Inflasi Nasional & Jawa Timur
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2007 2008
%
Jatim
(2.00)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nasional
Sumber: BPS, data diolah Sumber: BPS, data diolah
0200
400600800
1000
12001400
Jan-
05A
pr-0
5Ju
l-05
Oct
-05
Jan-
06A
pr-0
6Ju
l-06
Oct
-06
Jan-
07A
pr-0
7Ju
l-07
Oct
-07
Jan-
08A
pr-0
8Ju
l-08
USD
/ton
CPO Price
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Jan-
05
Mar
-05
May
-05
Jul-0
5
Sep-
05
Nov
-05
Jan-
06
Mar
-06
May
-06
Jul-0
6
Sep-
06
Nov
-06
Jan-
07
Mar
-07
May
-07
Jul-0
7
Sep-
07
Nov
-07
Jan-
08
Mar
-08
May
-08
Jul-0
8
USD
/bus
hel
Soybean Price
2006 2007 2008
Jatim (yoy) LHS Jatim (mtm) RHS
Jatim (qtq) RHS
Grafik 2.11 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Dunia
Grafik 2.10 Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia
Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg
___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
45
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kenaikan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok &
tembakau terus meningkat. Tren peningkatan inflasi pada kelompok
dimaksud mulai tampak sejak awal tahun 2008 dan terus meningkat. Tekanan
ini diperkirakan akibat dampak lanjutan kenaikan harga BBM dan bahan bakar
rumah tangga khususnya pada kelompok makanan jadi. Di sisi lain, penerapan
Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) Nomor 134/PNK.4/2007 tentang
Kenaikan Tarif Cukai Rokok, yang diberlakukan mulai Januari 2008 dan
mengatur kenaikan cukai rokok hingga 1000%, sehingga berdampak pada
peningkatan biaya produksi. Disamping itu, kenaikan harga bahan baku rokok
seperti tembakau dan cengkeh turut mempengaruhi harga dan produksi rokok
dan tembakau di Jawa Timur.
Dari sisi sumbangannya, kelompok bahan makanan masih
mendominasi dengan trend yang meningkat. Besarnya kontribusi
kelompok bahan makanan terhadap inflasi Jawa Timur mencapai 4,67%,
diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar sebesar 2,05%,
dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau sebesar 1,69%.
Grafik 2.12 Perkembangan Harga Gandum di Pasar Dunia
0
2
4
6
8
10
12
14
Jan-
05
Apr
-05
Jul-0
5
Oct
-05
Jan-
06
Apr
-06
Jul-0
6
Oct
-06
Jan-
07
Apr
-07
Jul-0
7
Oct
-07
Jan-
08
Apr
-08
Jul-0
8
USD
/bus
hel
Wheat Price
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.13 Inflasi Berdasarkan Kelompok
Grafik 2.14 Sumbangan Inflasi Berdasarkan Kelompok
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2007 2008
Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman
0.000.501.001.502.002.503.003.504.004.505.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2007 2008
Bahan Makanan Makanan jadi, MinumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi
Perumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi
Sumber: BPS, data diolah Sumber: BPS, data diolah
___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
46
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
2.4 . INFLASI INTI DAN NON-INTI
Dilihat dari komponennya, Inflasi Jawa Timur pada triwulan III
2008 bersumber dari kenaikan inflasi non-inti dan inflasi inti.
Berdasarkan agregasi inflasi, kenaikan harga pada komponen volatile food dan
administered-price goods cukup tinggi, begitu pula dengan inflasi non-inti.
Berdasarkan analisis terhadap sumber-sumber penyebab inflasi inti, diketahui
bahwa terdapat potensi tekanan inflasi dari interaksi antara permintaan dan
penawaran, sebagaimana tercermin pada kesenjangan output (output gap)
yang terus meningkat, meskipun masih negatif. Meskipun tingkat penggunaan
kapasitas produksi (capacity utilization) di Jawa Timur pada tahun 2008
cenderung meningkat, namun masih berada dalam batas wajar yang tidak
akan mendorong inflasi (inflationary). Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
menunjukkan bahwa secara rata-rata kapasitas terpakai industri di Jawa Timur
pada triwulan III 2008 adalah sebesar 80,12% sedikit meningkat dibandingkan
triwulan II 2008 yang tercatat sebesar 75,13%. Di sisi lain, nilai tukar rupiah
selama triwulan III 2008 cenderung melemah, meskipun pada bulan September
sedikit mengalami penguatan. Sementara itu, faktor lain yang mempengaruhi
inflasi inti adalah tingginya ekspektasi inflasi. Ekspektasi konsumen untuk
harga pada tiga bulan yang akan datang juga cenderung meningkat.
Gambar 2.16 Perkembangan Nilai Tukar Rp-USD
40455055606570758085
Tw I
Tw II
Tw II
ITw
IVTw
ITw
IITw
III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
ITw
IVTw
ITw
IITw
III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
ITw
IVTw
ITw
IITw
III
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Gambar 2.15 Perkembangan Capacity Utilization
8800
8900
9000
9100
9200
9300
9400
9500
9600
1/1/
2008
2/1/
2008
3/1/
2008
4/1/
2008
5/1/
2008
6/1/
2008
7/1/
2008
8/1/
2008
9/1/
2008
Sumber: SKDU Sumber: Bank Indonesia
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Juli
Agt
Sep
Okt
Nop Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni Juli
Agt
Sept
2007 2008
Gambar 2.17 Ekspektasi Harga 3 Bulan ke Depan
___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
47Sumber: SPE
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Boks 3. SURVEI FLUKTUASI INFLASI HARGA PANGAN & MODEL INFLASI BAHAN
MAKANAN (VOLATILE FOODS) DI JAWA TIMUR
Trend inflasi Jawa Timur dalam kurun waktu 2003-2007 cukup berfluktuasi,
yang diikuti oleh peningkatan sumbangan inflasi volatile foods. Kompleksitas
sumber inflasi, khususnya inflasi volatile foods memerlukan analisa dan
identifikasi yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang menyebabkan
fluktuasi harga bahan makanan di Jawa Timur. Hal ini juga penting terkait proses
pengendalian inflasi dan efektivitas pembentukan Tim Pengendalian Inflasi
Daerah (TPID).
Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia Surabaya mengambil sample 5
(lima) komoditas bahan makanan (beras, daging ayam, telur ayam, cabe, dan
minyak goreng) dan meliputi 4 Kab/Kota di Jawa Timur, yaitu: Surabaya, Malang,
Kediri dan Jember.
Secara garis besar, terdapat 3 (tiga) bagian analisis, yaitu:
1. Analisis Model Structural Equation Model (SEM) mengenai Pola Pergerakan
Harga.
2. Perilaku Penyesuaian Harga.
3. Tata Niaga Bahan Pangan.
ANALISIS MODEL SEM MENGENAI POLA PERGERAKAN HARGA
Pola pergerakan harga bahan makanan dengan mekanisme model SEM,
menggunakan 2 model utama, yaitu: (i) pengujian model untuk menganalisis
keterkaitan antara mekanisme tata niaga terhadap fluktuasi harga volatile foods,
dan (ii) pengujian model untuk menganalisis keterkaitan langsung antara 4
variabel utama dalam mekanisme tata niaga, yaitu: kompetisi, biaya pemasaran,
kegagalan pasar, dan ekspektasi terhadap fluktuasi harga volatile foods.
Dari hasil estimasi diperoleh kesimpulan bahwa instabilitas pergerakan
harga komoditas bahan makanan memiliki keterkaitan yang erat dengan
mekanisme tata niaga komoditas bahan makanan. Di samping itu, hasil estimasi
dengan melihat keterkaitan langsung antara 4 (empat) variabel utama
menjelaskan bahwa tingkat kompetisi, biaya pemasaran dan ekspektasi harga
merupakan faktor dominan dalam menjelaskan pergerakan atau fluktuasi harga
volatile foods.
_______________________________________________________________________ 49Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
PERILAKU PENYESUAIAN HARGA
Dengan menggunakan model probit, hasil estimasi menunjukkan bahwa
kecepatan perubahan harga pada pedagang komoditas bahan makanan di 4
(empat) kota besar di Jawa Timur sangat ditentukan oleh tingkat kompetisi pasar
dan skala produksi. Sedangkan variabel penetrasi pasar tidak memberikan
pengaruh yang signifikan pada perilaku penyesuaian harga, mengingat sebagian
besar pedagang komoditas bahan makanan khususnya agen kecil dan pengecer
tidak memiliki kekuatan penuh untuk mengendalikan harga.
Hasil estimasi kecepatan penyesuaian harga untuk jangka waktu 1 minggu
dan 1 bulan menunjukkan bahwa signifikansi didominasi oleh 3 (tiga) jenis
komoditas bahan makanan yaitu: telur, cabe dan minyak goreng. Namun dalam
skala waktu yang berbeda terdapat perubahan penentu (determinan) variabel
bebas terhadap signifikansi model persamaan.
MEKANISME TATA NIAGA BAHAN PANGAN
MEKANISMA TATA NIAGA TELUR
MEKANISMA TATA NIAGA BERAS
Skala produksi pedagangBeras, ayam ras, cabe & minyak goreng3 bulan
Kompetisi pasar & penetrasi pasarTelur, cabe & minyak goreng1 bulan
Kompetisi pasar & skala produksiTelur, cabe & minyak goreng1 minggu
Signifikansi Variabel PenjelasSignifikansi KomoditasJangka Waktu
Skala produksi pedagangBeras, ayam ras, cabe & minyak goreng3 bulan
Kompetisi pasar & penetrasi pasarTelur, cabe & minyak goreng1 bulan
Kompetisi pasar & skala produksiTelur, cabe & minyak goreng1 minggu
Signifikansi Variabel PenjelasSignifikansi KomoditasJangka Waktu
_______________________________________________________________________ 50Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
_______________________________________________________________________ 51
Beberapa kendala yang dihadapi dalam tata niaga minyak goreng, antara lain:
Mayoritas perkebunan kelapa sawit & perusahaan minyak goreng adalah milik
swasta,
Industri kelapa sawit cenderung terintegrasi dan bersifat oligopoli,
Regulasi Pemerintah relatif terbatas dan lebih banyak di tingkat nasional,
Kurangnya campur tangan pemerintah, sehingga industri minyak goreng lebih
ditentukan oleh mekanisme pasar.
MEKANISME TATA NIAGA MINYAK GORENG
• > 95% produksi minyak goreng di Indonesia berasal dari bahan baku kelapa dan kelapa sawit
• Sejak tahun 1985 minyak goreng mayoritas diproduksi dari kelapa sawit
• Produksi kelapa sawit Indonesia & Malaysia mencapai 85% produksi dunia
• Output industri kelapa sawit menjadi sektor unggulan ekspor Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Other, 580,000 , 35,15%
belum realisasi, 233,100 , 40,19%
realisasi, 346,900 , 59,81%
target Jatim, 1,650,000 , 59%
Boks 4.
PERKEMBANGAN KONVERSI MINYAK TANAH KE ELPIJI DI SURABAYA
Program konversi minyak tanah (mitan) di Provinsi Jawa Timur mulai
dicanangkan pada bulan November 2007 yang meliputi 6 wilayah kota dengan
target awal sebanyak 1.650.000 kk. Setelah melewati pencacahan menjadi
1.321.127 kk dan 15.429 usaha mikro khusus kota Gresik.
Khusus wilayah Kota Surabaya, program konversi mitan ini digulirkan sejak
September 2007, dengan target 580.000 kk. Realisasi hingga saat ini sebanyak
346.900 kk yang telah menerima paket elpiji 3 kg, dan 17 kecamatan yang sudah
masuk kategori closed,1 yaitu: Sukomanunggal, Sawahan, Gayungan, Gunung
Anyar, Tenggilis Mejoyo, Pakal, Sambikerep, Wonocolo, Jambangan, Lakarsantri,
Tegalsari, Bubutan, Tambaksari, Rungkut, Benowo, Bulak, dan Karang Pilang.
Beberapa permasalahan yang dihadapi terkait belum tuntasnya konversi
mitan tersebut adalah:
- Pendistribusian yang belum merata
- Terdapat daerah yang belum closed, namun pasokan mitan telah ditarik
- Harga mitan dan elpiji di pasaran hampir sama tinggi
- Pertamina belum membayar Petrogas Jatim Utama (PJU) selaku BUMD yang
ditunjuk untuk melakukan konversi
Dengan segala kendala yang dihadapi, target konversi tetap harus berjalan
sesuai yang ditetapkan. Untuk itu, perlu dilakukan langkah-langkah mengatasi
dan mengantisipasi segala kendala yang ada, terutama mengingat sumbangan
Grafik 3. Realisasi Konversi Mitan di Surabaya
KONVERSI
1 Istilah yang dipakai untuk menyatakan bahwa pembagian elpiji sudah tuntas
_____________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
52
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
bahan bakar rumah tangga terhadap inflasi di Jawa Timur pada triwulan III 2008
cukup besar. Berdasarkan hal tersebut, terdapat beberapa usulan terkait
pelaksanaan konversi mitan di Surabaya, antara lain:
Peningkatan koordinasi dan transparansi antara Pertamina, PJU, dan
Pemerintah untuk menyelesaikan simpul proses konversi.
Transparansi dan pemberian informasi kepada masyarakat terkait program
konversi dan pembatasan/penarikan mitan di pasaran, untuk mengantisipasi
peningkatan ekspektasi di masyarakat.
Memperlancar distribusi elpiji dan menjaga ketersediaan pasokan di pasaran.
_____________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
53
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
_____________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
54
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
STABILITAS DAN INTERMEDIASI 3 PERBANKAN
Hingga triwulan III 2008, perkembangan indikator pada industri
perbankan di Jawa Timur menunjukkan trend yang melambat, baik bank umum
maupun BPR. Pertumbuhan kredit yang sempat mencapai 33,33% (yoy) mulai
menunjukkan perlambatan seiring dengan kenaikan suku bunga. Di sisi lain,
pertumbuhan DPK mulai menunjukkan perbaikan meskipun masih dalam level
yang rendah dan berada di bawah pertumbuhan kredit. Tingkat LDR bank
umum masih berada dalam level yang cukup tinggi yaitu di kisaran 72,35%
dengan rasio NPL terjaga di bawah 3%. Dari sisi risiko yang dihadapi perbankan,
hingga triwulan III 2008 risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko pasar masih
relatif terjaga. Namun terdapat potensi tekanan kedepan, dipengaruhi oleh
trend peningkatan suku bunga, pengetatan likuiditas, serta pelemahan nilai
tukar rupiah.
3.1. INTERMEDIASI PERBANKAN
Intermediasi perbankan yang tercermin pada penyaluran
kredit oleh perbankan berjalan dengan baik, dan diimbangi oleh
pertumbuhan DPK. Pada triwulan III 2008, penyaluran kredit kepada
masyarakat oleh bank umum di Jawa Timur cenderung mulai melambat
meskipun masih dalam level yang cukup tinggi. Di sisi lain, pertumbuhan
DPK dan aset bank umum di Jawa Timur pada triwulan III 2008 mengalami
peningkatan, yang sebelumnya sempat mengalami perlambatan. Hal ini
seiring dengan kenaikan suku bunga DPK dan kredit.
Gambar 3.1 Gambar 3.2 Pertumbuhan Indikator Perbankan Pertumbuhan NIM Perbankan (yoy) (yoy)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
1 2 3 4 5 6 7 8 910 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 910 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 910 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9
2005 2006 2007 2008
aset kredit D PK
(30.00)
(20.00)(10.00)
-10.00
20.00
30.0040.00
50.0060.00
70.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008 54
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Meskipun secara makro indikator perbankan berkembang dengan
baik, namun rendahnya spread margin yang diperoleh perbankan belum
mampu meningkatkan pendapatannya yang tercermin pada Net Interest
Margin (NIM) maupun fee based income yang cenderung menurun.
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan di Jawa Timur
(miliar Rp)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2005 2006 2007 2008
GIRO
DEPOSITO
TABUNGAN
c
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIIAset 146,667,121 153,836,677 159,989,412 167,474,291 166,386,598 177,178,874 187,821,858
Kre t
Pertumbuhan (yoy) 10.36 12.16 13.81 13.51 13.45 15.17 17.40 di 74,851,747 78,938,504 85,981,733 92,147,710 95,095,487 105,248,297 112,312,978
Pertumbuhan (yoy) 13.05 16.85 21.38 23.82 27.05 33.33 30.62 MKM 39,334,061 42,149,610 45,118,424 47,753,300 49,124,635 54,452,081 57,349,876
Pertumbuhan (yoy) 16.09 19.78 24.72 24.82 24.89 29.19 27.11 DPK 128,612,237 133,460,353 137,280,908 143,548,428 142,926,240 150,226,452 155,232,459 Pertumbuhan (yoy) 11.00 11.14 12.49 11.89 11.13 12.56 13.08 LDR 58.20% 59.15% 62.63% 64.19% 66.53% 70.06% 72.35%NPL 6.26% 5.93% 4.95% 4.44% 3.40% 3.09% 2.96%
INDIKATOR2007 2008
(miliar rupiah)
U
Sumber : Bank Indonesia
3.1.1. DANA PIHAK KETIGA (DPK)
Pertumbuhan DPK bank umum pada triwulan III 2008
meningkat, terutama didorong oleh pertumbuhan
deposito. Pertumbuhan DPK pada triwulan III 2008 sebesar
13,08% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2008
yang tumbuh sebesar 12,56%. Berdasarkan jenisnya, kenaikan
DPK tersebut karena peningkatan simpanan masyarakat dalam
bentuk deposito berjangka yang terus meningkat sejak triwulan II
2008, yaitu dari 5,56% (yoy) hingga mencapai 16,03% pada
triwulan III 2008. Sementara itu, pertumbuhan tabungan
mengalami perlambatan yaitu dari 26,24% (yoy) pada triwulan II
2008 menjadi 19,89% pada triwulan III 2008, sedangkan giro
pertumbuhan giro terus melambat hingga mencapai -2,88%.
Gambar 3.3 Gambar 3.4 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perkembangan Suku Bunga DPK
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
QI 2
006
QII
2006
QIII
200
6
QIV
200
6
Q1
2007
QII
2007
QIII
200
7
QIV
200
7
QI 2
008
QII
2008
QIII
200
8
0
2
4
6
8
10
12
14Tab Rate
Dep Rate
BI Rate
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008 55
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Trend kenaikan suku bunga mempengaruhi jumlah
penempatan dana masyarakat di perbankan. Peningkatan suku
bunga acuan – BI Rate hingga mencapai 9,25% (Sept 2008)
mendorong kenaikan suku bunga DPK yang ditawarkan oleh
perbankan, terutama pada deposito berjangka. Hal ini dipengaruhi
oleh isu kesulitan likuiditas yang dialami oleh industri perbankan,
dan juga ditunjukkan oleh pertumbuhan kenaikan suku bunga
deposito yang lebih besar dibandingkan kenaikan suku bunga
kredit.
Sumber: Bank Indonesia, dat adiolah Sumber: Bank Indonesia, dat adiolah
Pangsa tabungan pada struktur DPK bank umum di Jawa
Timur terus meningkat, meskipun secara keseluruhan
deposito berjangka masih mendominasi. Hingga September
2008, pangsa deposito berjangka pada bank umum mencapai
44,19%, tabungan mencapai 36,38% dan giro mencapai 19,43%.
giro
deposito
tabungan
-
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
140,000,000
160,000,000
180,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2005 2006 2007 2008
3.1.2. KREDIT
Pertumbuhan kredit bank umum pada triwulan III 2008
relatif melambat, terutama pada kredit konsumsi dan
kredit modal kerja. Seiring dengan kenaikan suku bunga kredit,
trend pertumbuhan kredit mulai menunjukkan perlambatan.
Kredit konsumsi yang sempat tumbuh cukup signifikan sejak
tahun 2007, pada triwulan III 2008 cenderung menurun dengan
tingkat pertumbuhan sebesar 27,01% (yoy). Demikian pula
giro
dep
tab
-
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
Mar
-05
Jun-
05
Sep-
05
Dec
-05
Mar
-06
Jun-
06
Sep-
06
Dec
-06
Mar
-07
Jun-
07
Sep-
07
Dec
-07
Mar
-08
Jun-
08
Sep-
08
Gambar 3.5 Gambar 3.6 Komposisi DPK Bank Umum Komposisi DPK Golongan Perorangan
Sumber: Bank Indonesia, dat adiolah Sumber: Bank Indonesia, dat adiolah
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008 56
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
dengan kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 31,09% (Tw.III
2008), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2008 yang tumbuh
sebesar 37,96%. Sementara itu, pertumbuhan kredit investasi
mencapai 30,75%, lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2008 yang
tercatat 19,66%.
Gambar 3.8 Gambar 3.7 Pertumbuhan Kredit (yoy) Suku Bunga Kredit dan BI Rate
-5.00
10.0015.0020.0025.0030.0035.0040.0045.0050.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2005 2006 2007 2008
kmk KI KK
cInvestasi
11%
Konsumsi23%
Modal Kerja66%
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
QI 2
006
QII
2006
QIII
2006
QIV
200
6
Q1
2007
QII
2007
QIII
2007
QIV
200
7
QI 2
008
QII
2008
QIII
2008
Secara umum, struktur kredit bank umum di Jawa Timur
masih didominasi oleh kredit modal kerja. Pangsa kredit modal
kerja pada triwulan laporan mencapai 65,91%, lebih besar
dibandingkan triwulan II 2008 yang mencapai 65,70%. Pangsa
kredit konsumsi sebesar 22,79%, sedikit lebih besar dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat 22,77%. Sementara itu, kredit
investasi memiliki pangsa terkecil yaitu sebesar 11,31%, menurun
dibandingkan triwulan II 2008 yang mencapai 11,54%. Dominasi
kredit modal kerja dengan nominal kredit modal kerja yang
mencapai Rp 74,02 triliun menunjukkan kebutuhan likuiditas yang
tinggi oleh masyarakat terutama oleh dunia usaha.
Gambar 3.9Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan
Gambar 3.10 Pangsa Kredit Per Jenis Penggunaan
Modal Kerja BI Rate Konsumsi Investasi
-
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2003 2004 2005 2006 2007 2008
-10.00-5.000.005.0010.0015.0020.0025.0030.0035.0040.00
kredit (nominal) mtmqtq yoy
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008 57
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Sumber: Bank Indonesia
-
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
70,000,000
80,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 92005 2006 2007 2008
nominal
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00%KMK (left axis)
yoy (right axis)
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2005 2006 2007 2008
nominal
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
%KI (left axis)
yoy (right axis)
-
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2005 2006 2007 2008
nominal
0.005.0010.0015.0020.0025.0030.0035.0040.0045.0050.00
%KK (left axis)
yoy (right axis)
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.12
Gambar 3.11
Pertumbuhan Kredit Investasi Pertumbuhan Kredit Modal Kerja
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.13Pertumbuhan Kredit Konsumsi
Sumber: Bank Indonesia
Secara sektoral, penyaluran kredit bank umum di Jawa
Timur kepada sektor-sektor dominan umumnya mengalami
perlambatan. Berdasarkan nominal kredit, sektor ekonomi
dominan yang memperoleh kredit perbankan di Jawa Timur antara
lain: sektor industri (32,16%), sektor perdagangan, hotel & restoran
(27,74%), sektor jasa dunia usaha (5,31%) dan sektor pertanian
(4,17%). Pertumbuhan kredit pada sektor tersebut umumnya
mengalami perlambatan, dengan tingkat pertumbuhan sebesar
46,71% untuk sektor industri, 23,65% untuk sektor PHR, 11,63%
untuk sektor jasa dunia usaha, dan 5,54% untuk sektor pertanian.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008 58
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Gambar 3.15
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2005 2006 2007 2008
% Industri PHRJasa Dunia Usaha Pertanian
(20.00) - 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
Tani
Tambang
Industri
Listrik,Gas
Konstruksi
Dagang/Hotel
Angkut/Komnikasi
JS.Dunia
JS.Sosial
Lain-2
QII-2008
QI-2008
50.00%
55.00%
60.00%
65.00%
70.00%
75.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2005 2006 2007 200840.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
110.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
Bank Umum Bank PemBank Sw asta Bank Asing
Gambar 3.14Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi
(yoy) (yoy)
Loan to Deposit Ratio (LDR)
masih relatif tinggi yaitu sebesar 72,35% terutama
disebabkan pertumbuhan kredit yang masih cukup tinggi.
Berdasarkan kelompok bank, tingkat LDR bank asing dan bank
pemerintah berada di atas LDR bank umum secara keseluruhan,
sedangkan bank swasta lebih rendah. Trend perkembangan LDR
masing-masing kelompok bank menunjukkan bahwa secara umum
mulai terjadi penurunan LDR terutama pada bank asing dan bank
swasta. Hal ini menunjukkan bahwa gap pertumbuhan kredit
yang sebelumnya jauh lebih tinggi dibandingkan penghimpunan
DPK mulai mengalami penurunan.
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.17
Gambar 3.16
Perkembangan LDR per-Kelompok Bank Perkembangan LDR
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008 59Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Dari sisi ekses likuiditas, sampai dengan triwulan III 2008
jumlah dana menganggur di perbankan mulai menunjukkan
perbaikan meskipun tingkat undisbursed loan masih berada di
kisaran 15,44%. Tingkat undisbursed loan bank umum di Jawa
Timur pada triwulan laporan sedikit lebih tinggi dibandingkan
triwulan II 2008 yang tercatat 14,13%. Namun, di sisi lain terjadi
penurunan jumlah penempatan dana di Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) oleh perbankan Jawa Timur, yang secara tahunan turun sebesar
-35,50%. Hal ini disebabkan kebutuhan likuiditas yang meningkat.
Kredit UMKM
Sampai dengan triwulan III 2008, perkembangan kredit usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM) mengalami perlambatan.
Dengan tingkat pertumbuhan kredit mencapai 27,11% (yoy), pangsa
kredit UMKM terhadap total kredit mencapai 51,06%.
total kredit
kredit UMKM
-
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
140,000,000
160,000,000
180,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2004 2005 2006 2007 2008
-
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
70,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2004 2005 2006 2007 2008
juta rp
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
%kredit UMKM g(yoy) total kreditg(yoy) kredit UMKM
Potensi sektor UMKM di Jawa Timur yang cukup besar
ditunjukkan oleh tingkat pertumbuhan kredit UMKM yang
cenderung selalu lebih tinggi dibandingkan kredit secara total.
Namun pada tahun 2008, pertumbuhan kredit UMKM justru lebih
rendah dibandingkan kredit secara total. Seringkali penyaluran
kredit UMKM oleh perbankan terbentur kendala-kendala,
diantaranya kemampuan dan kompetensi yang berbeda-beda pada
SDM setiap bank. Sementara itu, paket kebijakan perbankan Januari
Gambar 3.19 Gambar 3.18Pertumbuhan Kredit UMKM Pangsa Kredit UMKM terhadap total kredit
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008 60
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
2006 dan kebijakan pemerintah untuk menyalurkan kredit usaha
rakyat (KUR) yang bertujuan memberikan insentif perluasan
pembiayaan UMKM belum memperlihatkan hasil yang signifikan.
Kualitas kredit UMKM pada triwulan III 2008 relatif membaik
meskipun masih berada diatas NPL secara keseluruhan.
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2005 2006 2007 2008
NPL Total Kredit NPL UMKM
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2004 2005 2006 2007 2008
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000NPL nominal
NPL %
Gambar 3.20 Gambar 3.21 Tingkat NPL Kredit UMKM & Kredit Total Tingkat NPL Kredit UMKM
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Dalam rangka mendorong pemberdayaan sektor riil dan
UMKM, Bank Indonesia melakukan beberapa upaya seperti
penyediaan program Bantuan Teknis Pelatihan kepada bank, BDSP
dan UMKM. Disamping itu, akan dilakukan kerjasama dan
koordinasi antara Bank Indonesia dan instansi terkait untuk
mendukung sektor UMKM, yaitu melalui penandatanganan
kesepakatan bersama (Memorandum of Understanding/MoU) dalam
hal pemberdayaan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB).
3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Selama triwulan III 2008, stabilitas industri perbankan di Jawa Timur
relatif terjaga namun terdapat potensi timbulnya risiko kredit terutama
akibat proyeksi perlambatan pada kinerja struktur dunia usaha dan
peningkatan suku bunga.
3.2.1. RISIKO KREDIT
Risiko kredit perbankan di Jawa pada triwulan III 2008
relatif terkendali, tercermin dari rasio Non Performing Loans
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008 61
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
(NPLs) yang terus menurun dan berada di bawah level 5%, yaitu
sebesar 2,96%. Dari sisi kelompok bank, perbaikan kualitas kredit
disumbangkan oleh kelompok bank pemerintah dan swasta.
Disamping itu, kualitas kredit per-jenis penggunaannya juga
relatif membaik, terutama kredit konsumsi.
0.00%1.00%2.00%3.00%4.00%5.00%6.00%7.00%8.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2004 2005 2006 2007 2008
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000NPL nominal (right axis)
NPL % (lef t axis)
0.00%1.00%2.00%3.00%4.00%5.00%6.00%7.00%
Tw.I
Tw.II
Tw.II
ITw
.IV Tw.I
Tw.II
Tw.II
ITw
.IV Tw.I
Tw.II
Tw.II
ITw
.IV Tw.I
Tw.II
Tw.II
I
2005 2006 2007 2008
%
-10,000,00020,000,00030,000,00040,000,00050,000,00060,000,00070,000,00080,000,000
Juta rpKMK (nominal)
NPL KMK
0.00%
0.20%0.40%
0.60%0.80%
1.00%1.20%
1.40%
2005 2006 2007 2008
%
-
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000Juta rpKK (nominal)
NPL KK
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
Tw.I
Tw.II
Tw.II
ITw
.IV Tw.I
Tw.II
Tw.II
ITw
.IV Tw.I
Tw.II
Tw.II
ITw
.IV Tw.I
Tw.II
Tw.II
I
2005 2006 2007 2008
%
-2,000,0004,000,0006,000,0008,000,00010,000,00012,000,00014,000,000
Juta rpKI (nominal)
NPL KI
Gambar 3.22 Gambar 3.23 Perkembangan Non Performing Perkembangan NPL Kredit Investasi
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.25
Gambar 3.24 Perkembangan NPL Kredit KonsumsiPerkembangan NPL Kredit Modal
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Relatif terjaganya tingkat NPL kredit pada rasio yang
rendah juga tercermin pada NPL yang terjaga pada sektor
ekonomi dominan. Pada triwulan III 2008, tingkat NPL kredit pada
sektor industri dan jasa dunia usaha relatif membaik, sedangkan
terdapat sedikit peningkatan pada sektor PHR.
Gambar 3.26
NPL per Sektor Unggulan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008 62
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
0.00%
0.01%
0.02%
0.03%
0.04%
0.05%
0.06%
0.07%
Tw.I
Tw.II
Tw.II
I
Tw.IV Tw
.I
Tw.II
Tw.II
I
Tw.IV Tw
.I
Tw.II
Tw.II
I
Tw.IV Tw
.I
Tw.II
Tw.II
I
2005 2006 2007 2008
0.00%0.50%1.00%
1.50%2.00%2.50%3.00%
3.50%4.00%4.50%
jasa dunia (left axis) tani PHR (right axis) industri (left axis)
Sumber: Bank Indonesia
Sementara itu, kredit properti menunjukkan kualitas yang
terus membaik. Seiring dengan trend pertumbuhan kredit dimaksud
yang cenderung meningkat, rasio NPLs-nya (gross) hingga triwulan
laporan sebesar 2,66%, relatif lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat 3,04%, serta terhadap tahun sebelumnya
yang mencapai 3,96%.
Gambar 3.27 Perkembangan NPLs Kredit Properti
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2004 2005 2006 2007 2008
-0.501.001.502.002.503.003.504.004.505.00Kredit Properti
NPL (%)
Sumber: Bank Indonesia
3.2.2. RISIKO LIKUIDITAS
Risiko likuiditas perbankan pada triwulan III 2008 cenderung
berkurang tercermin dari adanya peningkatan tenor penempatan
dana masyarakat pada perbankan yang bersifat jangka panjang,
yaitu berupa peningkatan deposito berjangka, serta penurunan
jumlah DPK berbentuk giro, meskipun tenor penempatan yang
jangka pendek masih mendominasi. Kondisi ini mendorong
perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit investasi,
meskipun kredit modal kerja yang berjangka waktu pendek masih
mendominasi.
Meskipun demikian, risiko likuiditas perbankan di Jawa Timur
sampai saat ini masih cukup terjaga yang terlihat pada perilaku
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008 63
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
bank yang cukup berhati-hati dalam mengelola aset. Komposisi
pendanaan bank yang cenderung didominasi oleh dana berjangka
waktu pendek menyebabkan bank relatif berhati-hati dalam
meningkatkan aktiva berupa kredit, sehingga pertumbuhan kredit
investasi yang berjangka waktu panjang tumbuh masih terbatas.
Disamping itu, kehati-hatian bank juga tercermin pada rasio LDR
yang tumbuh relatif lambat.
3.2.3. RISIKO PASAR
Risiko pasar bagi bank tercermin pada suku bunga dan nilai
tukar. Dari sisi suku bunga, seiring dengan peningkatan suku bunga
acuan, terdapat kenaikan suku bunga DPK serta kredit selama
triwulan III 2008. Namun, peningkatan suku bunga DPK lebih tinggi
dibandingkan suku bunga kredit, sehingga spread bunga relatif
terjaga.
Kondisi yang dihadapi perbankan saat ini ketetatan likuiditas
yang relatif meningkat. Hal ini akan mendorong perbankan untuk
meningkatkan suku bunga baik dana maupun kredit, yang pada
akhirnya akan berdampak pada biaya yang menjadi beban
perbankan.
3.3. PERBANKAN SYARIAH
Sampai dengan triwulan III 2008, perkembangan industri perbankan
syariah masih memiliki pangsa relatif kecil, namun secara umum perbankan
syariah mencatatkan perkembangan yang cukup menggembirakan, yang
tercermin dari pertumbuhan jumlah aset, dana maupun pembiayaan. Hal
ini mengindikasikan adanya potensi yang cukup besar bagi perbankan
yang berprinsip syariah untuk terus mengembangkan usahanya.
Pertumbuhan aset perbankan syariah di Jawa Timur pada triwulan III
2008 sebesar 47,70% sehingga menjadi Rp 3,01 triliun, lebih besar bila
dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 33,86%
(yoy). Meskipun demikian, dengan pangsa sebesar 1,60% terhadap total
aset masih dirasakan cukup jauh untuk mencapai target sebesar 5%.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008 64
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Sementara itu, pembiayaan tumbuh 36,31% (yoy) sehingga mencapai
Rp.2,12 triliun.
Gambar 3.28
Perkembangan Indikator Perbankan Syariah
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
Jan-
05
Apr-
05
Jul-0
5
Oct
-05
Jan-
06
Apr-
06
Jul-0
6
Oct
-06
Jan-
07
Apr-
07
Jul-0
7
Oct
-07
Jan-
08
Apr-
08
Jul-0
8
aset kredit DPK
Sumber: Bank Indonesia
Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan fungsi
intermediasi pada segmen perbankan syariah di Jawa Timur mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya hingga mencapai 84,72%,
relatif berada di atas rasio bank umum konvensional.
3.3. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Perkembangan indikator BPR di wilayah kerja Bank Indonesia
Surabaya hingga triwulan III 2008 menunjukkan perlambatan
dibandingkan tahun 2007. Sampai dengan September 2008, terdapat
337 BPR dengan 450 kantor, serta 7 BPR yang bersegmen syariah.
Intermediasi BPR relatif melambat terutama pada pertumbuhan DPK,
meskipun secara tahunan pertumbuhan kredit cenderung meningkat.
Gambar 3.29
Perkembangan Indikator BPR
-
5.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
2006 2007 2008
aset kreditDPK
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008 65
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Sumber: Bank Indonesia
(40.00)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2007 2008
modal kerjainvestasikonsumsi
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
%depositotabungan
Total aset BPR di Jawa Timur saat ini sebesar Rp 4,04 triliun dan
portfolio kredit mencapai Rp 3,02 triliun. Perkembangan kredit
berdasarkan jenis penggunaan cukup stabil meskipun terjadi sedikit
perlambatan pada kredit investasi. Sementara itu, perlambatan
pertumbuhan DPK utamanya disebabkan penurunan jumlah deposito
yang signifikan, meskipun tabungan juga dalam trend penurunan.
Grafik 3.31 Grafik 3.30 Pertumbuhan DPK per-Jenis SimpananPertumbuhan Kredit per-Jenis Penggunaan
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Untuk meningkatkan kinerja industri BPR, maka telah ditempuh
beberapa upaya strategis, termasuk untuk meningkatkan kualitas SDM BPR,
serta memperkuat daya saing dan tingkat kepercayaan masyarakat kepada
BPR. Langkah yang ditempuh berupa pelaksanaan sertifikasi bagi pengurus
BPR, dimana hingga saat ini telah seluruh BPR yang ada di Jawa Timur telah
memiliki Direksi yang bersertifikasi. Dari sisi penguatan kelembagaan BPR,
sesuai dengan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) Pilar ke-5 yaitu
“Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan” maka diperlukan upaya
pengembangan sarana pendukung operasional perbankan yang diharapkan
dapat meningkatkan efisiensi operasional BPR di masa mendatang. Dalam
kaitan itu, pada akhir tahun 2007 telah dibentuk Lembaga APEX BPR
sebagai Pilot Project Nasional. Keberadaan lembaga ini diharapkan dapat
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008 66
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
berfungsi sebagai induk bagi BPR untuk mengatasi kondisi apabila BPR
menghadapi kesulitan likuiditas (mismatch) atau kekurangan modal kerja
dalam rangka meningkatkan fungsinya sebagai lembaga intermediasi
khususnya dalam menyalurkan kredit kepada sektor UMKM.
3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA
Perkembangan kinerja 8 bank umum yang berkantor pusat di
Surabaya hingga triwulan III 2008 menuunjukkan adanya peningkatan
yang terindikasi pada pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Berkurangnya
jumlah bank yang berkantor pusat di Surabaya sejak Januari 2008
sebanyak 1 bank menyebabkan trend pertumbuhan tahunan mengalami
penurunan. Namun bila dilihat dari pertumbuhan bulanan, dapat
disimpulkan bahwa kinerja 8 bank tersebut relatif stabil dan cenderung
meningkat khususnya pada penyaluran kredit. Demikian pula dengan
fungsi intermediasi yang membaik dan diindikasikan oleh peningkatan
LDR hingga mencapai 47,52% lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 46,97%.
Penurunan indikator tersebut lebih disebabkan akibat adanya
penurunan jumlah bank yang beroperasi di wilayah Surabaya sebanyak 1
bank yaitu: PT. Bank Arta Niaga Kencana yang diakuisisi oleh PT. Bank
Commonwealth. Dalam rangka mendukung industri perbankan yang
sehat, kuat dan efisien guna menciptakan stabilitas sistem keuangan, maka
dibutuhkan permodalan perbankan yang sehat dan kuat.
Grafik 3.32 Grafik 3.33
Perkembangan Indikator Bank Ber-KP Perkembangan Indikator Bank Ber-KP (yoy) (mtm)
(20.00)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
2007 2008
aset
kreditDPK
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2003 2004 2005 2006 2007 2008
aset kredit DPK
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008 67
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.34
Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR)
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008 68
Bab 3 –Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Boks 5
PERKEMBANGAN LIKUIDITAS PERBANKAN DI JAWA TIMUR
Ketetatan likuiditas perbankan mulai dirasakan sejak pertengahan tahun
2008, tercermin dari struktur DPK yang didominasi dana jangka pendek,
pertumbuhan kredit yang sangat tinggi namun tidak disertai dengan
pertumbuhan DPK, serta adanya perang suku bunga antar bank untuk
memperoleh sumber pendanaan dari nasabah. Kondisi ini juga di perparah
dengan terjadinya krisis global yang bersumber dari Subprime Mortgage Crisis di
US, sehingga berdampak pada sektor keuangan (penurunan nilai IHSG,
pengetatan likuiditas valas akibat capital outflow), serta sektor riil (penurunan
ekspor).
Berdasarkan kondisi tersebut, Bank Indonesia mengambil langkah-langkah
yang bertujuan untuk menjaga kecukupan likuiditas valuta asing dan rupiah di
dalam negeri. Langkah-langkah tersebut mencakup:
1. Perpanjangan tenor FX Swap dari paling lama 7 hari menjadi sampai 1 bulan
(berlaku sejak 15 Oktober 2008). Langkah ini untuk memenuhi permintaan
valuta USD yang sifatnya temporer sehingga memberi waktu penyesuaian yang
cukup bagi bank/pelaku pasar sebelum benar-benar melakukan penyesuaian
komposisi portfolio-nya.
2. Penyediaan pasokan valuta asing bagi perusahaan domestik melalui perbankan
(berlaku sejak 15 Oktober 2008), untuk meningkatkan kepastian pemenuhan
kebutuhan valuta asing perusahaan domestik.
3. Penurunan rasio GWM valuta asing untuk bank umum konvensional dan syariah
dari 3,0% menjadi 1,0% (berlaku sejak 13 Oktober 2008) untuk menambah
ketersediaan likuiditas valuta USD yang dapat digunakan bank dalam
bertransaksi dengan nasabahnya.
4. Pencabutan ketentuan pasal 4 PBI No. 7/1/PBI/2005 tentang batasan posisi saldo
harian Pinjaman Luar Negeri jangka pendek dengan meniadakan batasan posisi
saldo harian Pinjaman Luar Negeri jangka pendek (berlaku sejak 13 Oktober
2008). Langkah ini ditujukan untuk mengurangi tekanan pembelian USD karena
adanya pengalihan rekening rupiah ke valuta asing oleh nasabah asing.
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
69
Bab 3 –Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
10,000,000
12,000,000
2006 2007 2008
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2.00%
2.50%
3.00%
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
5. Penyederhanaan perhitungan GWM rupiah (berlaku sejak 24 Oktober 2008)
menjadi hanya dalam bentuk statutory reserves sebesar 7,5% dari DPK agar
likuiditas rupiah dalam sistem perbankan menjadi lebih memadai.
Sementara itu, kinerja 8 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya,
menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a. Dengan adanya penurunan rasio GWM menjadi 5% sejak tanggal 24
Oktober 2008, maka kondisi likuiditas bank-bank yang berkantor pusat di
Surabaya semakin baik. Sebelum adanya ketentuan GWM yang baru
tersebut, bank-bank berkantor pusat di Surabaya harus memelihara GWM
sekitar 7% s.d. 10% dari Dana Pihak Ketiga. Kelonggaran likuiditas bank
tercermin dari adanya peningkatan penempatan dana pada Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) dari Rp5,7 triliun pada akhir September 2008 menjadi Rp6,7
triliun pada akhir Oktober 2008.
b. Tidak terdapat penambahan jumlah kepemilikan surat berharga selain SBI
bank-bank berkantor pusat di Surabaya, yaitu tetap sebesar Rp268,9 Miliar
dan sebagian besar dalam kategori “Dimiliki Hingga jatuh Tempo (Held to
Maturity)”, sehingga tidak berdampak pada kinerja bank-bank tersebut.
c. Rasio kredit bermasalah (Non Perforning Loans) secara agregat masih dapat
dipertahankan di bawah 5%.
d. Secara umum kebijakan penyaluran kredit bank lebih berhati-hati dan
selektif, sehingga beberapa bulan terakhir cenderung mengurangi ekspansi
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3. Rasio NPLs
Grafik 3. Jumlah Penempatan di SBI
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
70
Bab 3 –Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
kredit. Outstanding kredit 8 bank umum berkantor pusat di Surabaya yang
pada posisi bulan September 2008 sebesar Rp10,30 triliun, pada posisi akhir
Oktober 2008 hanya meningkat Rp151 Miliar (1,46%), sehingga menjadi
Rp10,46 Triliun. Suku bunga kredit telah berkisar antara 15% s.d. 17%.
e. Dari sisi kebijakan penghimpunan dana, bank-bank berusaha
mempertahankan nasabah utamanya (prime customer), sehingga kepada
nasabah-nasabah tersebut diberikan suku bunga pendanaan sebesar 11%
s.d. 12%. Dalam jangka menengah hal ini berpotensi mempengaruhi Net
Iinterest Margin (NIM) bank.
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
71
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 72
4 SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran di wilayah Jawa Timur pada triwulan III-2008
berjalan baik dan normal. Secara umum, terjadi peningkatan transaksi
pembayaran pada triwulan III-2008, dibandingkan kondisi triwulan II-2008,
baik pada transaksi tunai maupun non-tunai. Kegiatan lain di bidang sistem
pembayaran, seperti layanan penukaran uang pecahan kecil dan
pemusnahan (pemberian tanda tidak berharga) juga tercatat berjalan baik
dan normal tanpa deviasi yang berarti. Penemuan uang palsu masih terus
terjadi dan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengatasinya juga
terus dilakukan secara intensif.
4.1 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI
Transaksi tunai antara perbankan di Jawa Timur dengan Kantor
Bank Indonesia di Jawa Timur (KBI Surabaya, KBI Malang, KBI Kediri,
dan KBI Jember) pada triwulan III-2008 tercatat meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini terkait dengan
kebutuhan transaksi yang meningkat menjelang hari raya Idul Fitri.
Namun demikian, kondisi tahun 2008 ini masih jauh lebih rendah
dibandingkan tahun 2006 ketika belum diimplementasikan inisiatif
focus group untuk optimalisasi cash management di antara bank-bank.
Dengan program ini, bank yang memiliki kelebihan likuditas (posisi
long) diarahkan untuk bertransaksi langsung dengan bank yang
membutuhkan likuiditas (posisi short) tanpa melalui kas Bank
Indonesia.
a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)
Pada triwulan III-2008, terjadi peningkatan pada rata-rata
harian transaksi inflow dan outflow dibandingkan triwulan II-2008.
Selama triwulan III-2008, rata-rata harian uang yang masuk ke Bank
Indonesia tercatat sebesar Rp88,73 miliar, sedangkan rata-rata
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 73
harian uang yang keluar sebesar Rp105,35 miliar, sehingga terjadi
net outflow rata-rata harian sebesar Rp16,61 miliar.
Secara netto, empat Kantor Bank Indonesia di Provinsi Jawa
Timur pada triwulan III-2008 mengalami aliran uang kartal keluar
atau net outflow. Net outflow pada triwulan III-2008 mencapai
Rp1,02 triliun, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang
mengalami net outlow sebesar Rp858 miliar. Berlanjutnya kondisi
net outflow pada triwulan III ini merupakan siklus yang rutin terjadi
di sistem pembayaran sejalan dengan siklus pertumbuhan ekonomi
yang juga meningkat. Pada umumnya, net outflow terjadi hingga
triwulan IV dan baru akan berbalik arah menjadi net inflow di
triwulan I.
0
2
4
6
8
10
12
14
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
2005 2006 2007 2008
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
Inflow Outflow Netflow - Skala Kanan
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.1 Rata-rata Harian Arus Uang Tunai
Gambar 4.2 Rata-rata Harian Net Inflow
Sumber : Bank Indonesia Surabaya Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.3Inflow, Outflow dan Netflow Gabungan
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
200,000
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III
2006 2007 2008
Outflow
Inflow
(40,000)
(20,000)
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III
2006 2007 2008
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 74
b. Perkembangan Aktivitas Penukaran Uang Pecahan Kecil
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat akan
uang pecahan kecil, Bank Indonesia Surabaya menjalin kerjasama
dengan lima Perusahaan Penukaran Uang Pecahan Kecil (PPUPK)
untuk menyediakan layanan penukaran mata uang Rupiah pecahan
kecil (Rp10.000 atau lebih kecil). Layanan ini bertujuan untuk
memudahkan masyarakat dalam mendapatkan uang pecahan
sesuai dengan jumlah dan jenis pecahan yang dibutuhkan.
Pada triwulan III-2008, secara nominal terlihat bahwa jumlah
uang pecahan yang kecil yang ditukarkan mencapai Rp111,57 miliar
atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar Rp113 miliar. Di luar angka ini, aktivitas penukaran uang
kecil pada triwulan ini juga diramaikan oleh penukaran oleh
masyarakat langsung ke Bank Indonesia khususnya menjelang hari
raya Idul Fitri. Kebutuhan masyarakat yang meningkat tajam
menjelang Idul Fitri ini merupakan bagian dari kultur yang
berkembang di masyarakat.
Secara umum, pecahan mata uang rupiah yang paling
diminati masyarakat adalah pecahan Rp5.000 sebanyak 12.332.200
lembar, diikuti oleh pecahan Rp1.000 sebanyak 8.042.000 lembar.
Sementara itu, pecahan uang besar yang diterima Bank Indonesia
untuk ditukarkan umumnya adalah pecahan Rp100.000 dan
pecahan Rp50.000.
Gambar 4.4 Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
2005 2006 2007 2008
Rp
Mili
ar
Jumlah Uang KecilDitukar
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 75
Kerjasama Bank Indonesia Surabaya dengan lima PPUPK ini
direncanakan berakhir pada triwulan IV mendatang. Di tahun 2009,
Bank Indonesia akan mengaktifkan kembali layanan kas keliling
untuk memberi jasa penukaran uang kecil kepada masyarakat
secara langsung.
c. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal
Jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan (PTTB) pada
triwulan III-2008 di Jawa Timur tercatat sedikit menurun
dibandingkan triwulan II-2008. Namun demikian, penurunan ini
sebanding dengan besarnya inflow uang kartal sehingga rasio PTTB
terhadap inflow relatif stabil.
Besarnya volume PTTB sangat terkait dengan perilaku
masyarakat dalam menggunakan uang kartal. Penggunaan yang
cermat dan tepat akan dapat memperpanjang usia edar uang kartal
dan menundanya untuk menjadi uang tidak layak edar (UTLE). Bank
Indonesia terus menyosialisasikan kepada masyarakat akan
pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal karena laju
pemusnahan uang kartal berdampak pada biaya pencetakan uang
baru untuk menggantikan uang yang dimusnahkan tersebut.
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.5 Jumlah Lembar Uang yang Ditukarkan
Berdasarkan Nominal Pecahan
Gambar 4.6 Nilai Uang yang Ditukarkan Berdasarkan
Nominal Pecahan
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Rp10.0009%
Rp5.00028%
Rp1.00019%
Rp50015%
Rp2000%
Rp10029%
Rp10.00034%
Rp5.00055%
Rp1.0007%
Rp5003%
Rp2000%
Rp1001%
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 76
4.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI
Penyelesaian transaksi non tunai dengan mengunakan sarana
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) maupun kliring
pada triwulan III-2008 menunjukkan kecenderungan yang meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan transaksi ekonomi yang mengiringi pertumbuhan
aktivitas ekonomi di Jawa Timur. Selain itu, hal ini juga sejalan dengan
upaya Bank Indonesia untuk mengarahkan sistem pembayaran di
Indonesia menuju less cash society (LCS) dengan meningkatkan
penggunaan alat transaksi non-tunai. Untuk mendukung upaya ini,
Bank Indonesia senantiasa meningkatkan kualitas dan kecepatan
pelayanan transaksi non tunai.
Transaksi keuangan secara non tunai di Jawa Timur masih
didominasi oleh sistem BI-RTGS. Selama triwulan III-2008, BI-RTGS
berperan hingga 70% dari nilai penyelesaian transaksi keuangan non-
tunai di wilayah Jawa Timur.
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.7Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)
0
1
2
3
4
5
6
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
2005 2006 2007 2008
Jum
lah
PTTB
(Rp
triliu
n-10
10
30
50
70
90
110
Prop
orsi
thdp
inflo
w (%
)
PTTB (Rp triliun)
Rasio PTTB thdp inflow
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 77
a. Transaksi Kliring
Penyelesaian transaksi non tunai dengan mengunakan sarana
kliring pada triwulan III-2008 kembali menunjukkan peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Transaksi keuangan melalui
sistem kliring di wilayah Jawa Timur pada triwulan III-2008 mencapai
Rp44,67 triliun, meningkat dari 41,49 triliun di triwulan II-2008.
Dilihat dari volumenya, jumlah warkat yang diproses pada triwulan
III-2008 tercatat sebanyak 1,54 juta lembar, relatif stabil
dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa nilai
transaksi kliring per lembarnya mengalami peningkatan. Peningkatan
ini wajar terjadi di tengah pertumbuhan ekonomi daerah yang relatif
stabil di kisaran 6% selama satu tahun terakhir. Laju perputaran uang
umumnya berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi yang
mendasarinya.
Dalam periode triwulan III-2008, Cek/Bilyet Giro (BG) kliring
yang ditolak karena saldo tidak cukup, baik dari sisi jumlah warkat
maupun nilai transaksi, masih relatif rendah. Presentase nilai nominal
dan volume cek dan BG yang ditolak di sepanjang triwulan III-2008
masing-masing adalah 1,47% dan 1,58%, dengan nominal sebesar
Rp658 miliar dan warkat sejumlah 24.405 lembar. Untuk
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.8Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur
0
25
50
75
100
125
150
175
200
Kliri
ng, R
TGS
(Rp
triliu
n)
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
2005 2006 2007 2008
Kliring (Rp triliun)RTGS (Rp triliun)
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 78
meningkatkan kualitas transaksi kliring dan mengurangi kejadian
penolakan, Bank Indonesia telah memberlakukan penerbitan Daftar
Hitam Nasional (DHN) yang berisi identitas nasabah penarik cek dan
atau bilyet giro kosong.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
2005 2006 2007 2008
Nom
inal
(Rp
triliu
n)
0
1
2
3
4
5
Jum
lah
War
kat (
lem
bar)
Nominal (Rp triliun)Warkat (juta lembar)
b. Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement)
Secara tahunan, transaksi RTGS (outgoing) dari 4 (empat)
Kantor Bank Indonesia di Jawa Timur mengalami peningkatan baik
dari sisi volume transaksi maupun nominal. Tren peningkatan
transaksi ini mengindikasikan makin tingginya kebutuhan
masyarakat akan transfer dana yang cepat serta kepercayaan
mereka yang makin tinggi akan keandalan sistem pembayaran
melalui perbankan.
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.9Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur
Gambar 4.10Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur
0
25
50
75
100
125
150
175
200
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
2005 2006 2007 2008
Nom
inal
(Rp
triliu
n)
0
25,000
50,000
75,000
100,000
125,000
150,000
Volu
me
(tran
saks
i)
Nominal (Rp triliun)Volume (transaksi)
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 79
Bila dianalisis, sistem BI-RTGS umumnya digunakan untuk transaksi
bernilai besar (di atas Rp100 juta) dan hanya sebanyak 26%
transaksi melalui BI-RTGS yang dilakukan untuk transaksi bernilai di
bawah Rp100 juta. Dari sisi nilai, 90% transaksi melalui RTGS
dilakukan untuk transaksi bernilai di atas Rp500 juta. Hal ini
menunjukkan bahwa tujuan sistem BI-RTGS untuk memproses
transaksi bernilai besar (diatas Rp100 juta) sudah tercapai. Di sisi
lain, sistem BI-RTGS juga diminati oleh masyarakat yang melakukan
transaksi bernilai ritel (di bawah Rp100 juta) meskipun biaya-nya
lebih mahal daripada kliring.
Gambar 4.11 Transaksi BI-RTGS TwIII-2008 menurut Volume
Gambar 4.12Transaksi BI-RTGS TwIII-2008 menurut Nilai
<100 juta26%
100-200 juta25%
200-500 juta27%
>500 juta22%
200-500 juta9%
<100 juta1%
>500 juta86%
100-200 juta4%
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 80
Berdasarkan jenis pengguna, transaksi melalui RTGS lebih
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dan dunia usaha. Nasabah
perbankan merupakan kelompok pengguna sistem BI-RTGS
terbanyak (63%), disusul oleh kelompok pemerintah sebesar 23%,
dan kelompok perbankan yang menggunakannya untuk transaksi
pasar uang antar bank (PUAB) sebesar 7%. Situasi ini sedikit
berbeda dengan triwulan sebelumnya ketika kelompok pemerintah
memiliki porsi terkecil. Hal ini terjadi sejalan dengan meningkatnya
transaksi dana pemerintah di triwulan ini dibanding triwulan
sebelumnya.
4.3. PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR
Jumlah uang palsu yang ditemukan di perbankan Jawa Timur
pada triwulan III-2008 mengalami sedikit peningkatan dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Uang palsu yang ditemukan
perbankan Jawa Timur pada triwulan III-2008 tercatat sebanyak 3.778
lembar, lebih tinggi dibandingkan pada triwulan II-2008 yang tercatat
sebanyak 3.267 lembar uang palsu. Dilihat dari jumlah lembarnya
maupun nilainya, pecahan yang paling banyak ditemukan adalah
pecahan Rp50 ribu.
Uang palsu yang dicatat oleh Bank Indonesia ini diperoleh melalui
laporan dari perbankan maupun masyarakat umum, yang kemudian
diteruskan kepada pihak Kepolisian untuk penanganan secara hukum.
Uang palsu ini umumnya diketahui ketika ditransaksikan di mekanisme
Nasabah70%
PUAB7%
Pemerintah23%
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.13Komposisi jenis pengguna BI-RTGS berdasarkan nilai
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 81
perbankan. Di luar yang tercatat ini, ada kemungkinan sejumlah uang
palsu yang belum diketahui dan masih beredar di masyarakat.
Dalam rangka menekan dan mencegah peredaran uang palsu di
masyarakat, Bank Indonesia terus mengupayakan sosialisasi ciri-ciri
keaslian uang yang dikenal dengan metode 3D (dilihat, diraba,
diterawang). Sosialisasi ini dilakukan melalui berbagai media, baik
media massa maupun pertemuan-pertemuan langsung dengan
perbankan, siswa/mahasiswa, dan masyarakat umum.
Di sepanjang triwulan III-2008, terjadi beberapa kali penemuan
dan pengungkapan kasus uang palsu oleh jajaran kepolisian di Jawa
Timur. Selain itu, terdapat pula beberapa kasus penemuan uang palsu
di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali, yang menunjukkan bahwa mata
rantai “perdagangan” uang palsu berawal dari Jawa Timur dan
distribusikan ke luar daerah. Hal ini menunjukkan bahwa tindak pidana
pemalsuan uang masih terus terjadi dengan beragam teknik cetak dan
dalam skala pemalsuan yang berbeda sehingga masyarakat harus selalu
waspada. Terlebih karena terdepat kecenderungan para pelaku untuk
menggunakan strategi memalsukan uang pecahan kecil (Rp 5.000)
yang umumnya lebih tidak disadari oleh masyarakat.
Lembar Upal
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
2005 2006 2007 2008
Jum
lah
upal
(lem
bar)
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.14 Uang Palsu Yang Ditemukan Oleh Perbankan Di Jawa Timur
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008 82
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.15Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar)
Pada triwulan I 2008 berdasarkan
Gambar 4.16 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai)
Pada triwulan I 2008 berdasarkan
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Rp50.00069%
Rp100.00026%
Rp5.0000%
Rp10.0003%
Rp20.0002%
Rp20.0001%
Rp10.0000% Rp5.000
0%
Rp100.00043%
Rp50.00056%
Bab 5 – Prospek Ekonomi dan Harga
5 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA
5.1 PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR
Pada triwulan IV-2008, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
diproyeksikan akan tumbuh lebih tinggi dan berada di kisaran 6 –
6,5% sehingga pertumbuhan ekonomi Jawa Timur 2008 akan berada
di kisaran 5,95 – 6,05%. Konsumsi masyarakat diperkirakan akan kembali
tumbuh tinggi pada triwulan ini, sejalan dengan perayaan beberapa hari
raya keagamaan yang jatuh di triwulan IV-2008 (Idul Fitri, Idul Adha, dan
Natal). Untuk mengimbangi daya beli yang menurun, masyarakat diyakini
akan tetap menggunakan dukungan pembiayaan dari lembaga keuangan
bank (kredit konsumsi) maupun non-bank (misalnya pegadaian) di samping
memanfaatkan dana tabungan mereka. Investasi diperkirakan akan
meningkat pada penghujung tahun khususnya yang dilakukan oleh
Pemerintah, sebagai kompensasi lambatnya realisasi belanja pada triwulan-
triwulan sebelumnya. Ekspor diprediksi sedikit melemah mengingat krisis
ekonomi di tingkat global masih terus berlangsung meskipun deversifikasi
dan pencarian negara baru tujuan ekspor sedang digalakkan. Impor
diperkirakan tetap tumbuh tinggi untuk memenuhi permintaan domestik.
Dari sisi sektoral, ketiga sektor ekonomi utama diprediksi
berkontribusi pada percepatan pertumbuhan ekonomi. Sektor PHR
akan mendapat permintaan yang tinggi di masa-masa liburan dan perayaan
hari raya keagamaan. Sektor Industri, khususnya Subsektor makanan,
minuman, dan tembakau, turut tumbuh tinggi seiring meningkatnya
aktivitas konsumsi masyarakat. Sektor Pertanian akan memasuki musim
tanam yang didukung oleh curah hujan yang meningkat di akhir tahun.
Faktor-faktor lain yang patut diperhitungkan dampaknya pada triwulan IV-
2008 adalah pencairan BLT 2008 tahap II dan aktivitas Pilkada Gubernur
Jawa Timur putaran kedua di bulan November 2008. Di sisi lain,
pertumbuhan kredit ke sektor-sektor ekonomi utama diproyeksi akan
_________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
83
Bab 5 – Prospek Ekonomi dan Harga
melambat seiring dengan kebijakan moneter ketat untuk mengendalikan
laju inflasi.
Gambar 5.2 Gambar 5.1 Ekspektasi Konsumen 6 bulan yad Estimasi Realisasi Usaha Tw IV-2008
-30
-20
-10
0
10
20
30
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
*
2006 2007 2008
TOTAL Pertanian
Industri PHR0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
Indeks Penghasilan Saat IniEkspektasi Penghasilan 6 bulan yad
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
Tw.I
Tw.II
Tw.II
I
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
Tw.II
I
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
Tw.II
I
Tw.IV
2006 2007 2008
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00qtq yoy yoy
Sumber: SK BI Surabaya Sumber: SKDU BI Surabaya
5.2 PROYEKSI INFLASI JAWA TIMUR
Pada triwulan IV-2008, Inflasi Jawa Timur diperkirakan
melambat dan berada di kisaran semula yaitu 10,5 ± 1%1. Perkiraan
inflasi triwulanan Jawa Timur pada akhir tahun 2008 sebesar 1,24% (qtq)
dan diperkirakan bisa lebih rendah. Hal ini dipengaruhi adanya peluang
penurunan tekanan pada inflasi volatile food termasuk faktor imported
inflation, serta pengawalan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi ke
depan agar senantiasa stabil.
Grafik 5.4 Grafik 5.3 Ekspektasi Harga 3 Bulan ke Depan Proyeksi Inflasi Jawa Timur Tahun 2008
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Juli
Agt
Sep
Okt
Nop Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni Juli
Agt
Sept
2007 2008
1 Estimasi BI
Sumber: Estimasi Bank Indonesia Sumber: SPE
_________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
84
Bab 5 – Prospek Ekonomi dan Harga
Pengaruh musiman berupa perayaan Natal serta tahun baru
ber
.3. PROSPEK PERBANKAN TAHUN 2008
industri perbankan memiliki
pel
triwulan
IV
Disamping itu, kredit konsumsi juga diperkirakan masih akan meningkat.
potensi meningkatkan kebutuhan konsumsi masyarakat,
meskipun tidak sebesar triwulan sebelumnya. Disamping perkiraan
adanya kenaikan dari sisi permintaan, perlu diwaspadai juga faktor
pendorong inflasi dari sisi penawaran. Realisasi belanja pemerintah yang
cenderung meningkat memasuki semester II 2008 merupakan salah satu
sumber tekanan terhadap inflasi yang patut diwaspadai. Di sisi lain,
persoalan sekitar distribusi dan tata niaga beberapa komoditas utama juga
diperkirakan masih menyisakan masalah untuk diselesaikan, termasuk
masalah infrastruktur yang belum memadai. Sementara itu, trend
pelemahan nilai tukar rupiah juga dapat mendorong inflasi inti.
5
Hingga akhir tahun 2008,
uang untuk meningkatkan kinerjanya, meskipun terdapat
tekanan dari beberapa faktor. Struktur dan pondasi sistem perbankan
yang cukup baik hingga triwulan III 2008 diperkirakan dapat terus
berlanjut, terutama ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi oleh
perbankan. Trend kenaikan suku bunga disertai isu likuiditas perbankan
yang semakin mengetat diperkirakan akan mulai membaik. Persaingan
antar bank untuk menarik nasabah melalui perang suku bunga mulai
mereda seiring dengan peningkatan penghimpunan DPK. Beberapa
kebijakan yang dikeluarkan untuk menjaga likuiditas perbankan.
Perlambatan pertumbuhan kredit oleh perbankan pada
2008 diperkirakan masih terus berlanjut, namun dalam trend
yang melambat. Upaya bank untuk mempersempit gap antara pendanaan
(DPK) dan pembiayaan (kredit) dilakukan untuk mengatasi pengetatan
likuiditas serta mengoptimalkan kinerja-nya. Sektor ekonomi produktif
seperti sektor perdagangan, sektor industri pengolahan dan sektor
pertanian masih menjadi sektor unggulan bagi perbankan untuk dibiayai.
_________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
85
Bab 5 – Prospek Ekonomi dan Harga
_________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
86
Lampiran 1.1
Tw I Tw II Tw III
1. PERTANIAN 28,571,253 23,760,918 26,419,637
a. Tanaman bahan makanan 19,400,342 12,738,609 11,325,664
b. Tanaman perkebunan 2,525,688 3,134,705 6,871,488
c. Peternakan dan hasil-hasilnya 4,078,279 4,255,962 4,838,101
d. Kehutanan 561,814 592,712 263,859
e. Perikanan 2,005,130 3,038,929 3,120,525
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1,764,448 3,185,714 4,547,070
a. Minyak dan gas bumi 349,669 518,793 511,713
b. Pertambangan tanpa migas 198,486 184,703 228,351
c. Penggalian 1,216,293 2,482,218 3,807,005
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 37,218,355 41,769,306 50,028,205
1) Makanan, minuman dan tembakau 19,307,869 22,797,884 28,233,409
2) Tekstil barang kulit dan alas kaki 1,612,369 1,481,141 1,384,118
3) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 1,194,720 1,394,371 1,646,733
4) Kertas dan barang cetakan 5,997,270 5,657,310 4,610,297
5) Kimia dan barang dari karet 2,498,236 3,015,661 5,573,362
6) Semen & barang galian bukan logam 1,285,990 1,311,868 1,615,353
7) Logam dasar besi dan baja 3,280,586 3,684,956 3,583,695
8) Alat angkutan, mesin & peralatannya 815,687 994,737 1,127,668
9) Barang lainnya 1,225,628 1,431,377 2,253,571
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 3,096,034 2,910,787 3,017,898
a. Listrik 2,098,854 1,995,487 2,148,281
b. Gas kota 873,612 785,663 742,245
c. Air bersih 123,569 129,637 127,372
5. BANGUNAN 4,289,082 5,347,868 5,903,387
6. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN REST 40,325,725 46,333,878 45,676,828
a. Perdagangan besar & eceran 33,259,819 37,672,499 37,031,943
b. Hotel 530,656 1,054,193 1,067,982
c. Restoran 6,535,250 7,607,187 7,576,903
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 7,787,924 8,354,181 8,738,608
a. Pengangkutan 5,308,274 5,968,060 6,150,946
1) Angkutan Rel 67,091 72,731 117,183
2) Angkutan jalan raya 2,450,524 2,697,263 2,589,977
3) Angkutan laut 365,467 563,325 546,874
4) Angkutan sungai, danau dan penyeberangan 50,241 55,002 96,170
5) Angkutan udara 710,180 817,306 1,035,137
6) Jasa penunjang angkutan 1,664,770 1,762,433 1,765,605
b. Komunikasi 2,479,651 2,386,121 2,587,662
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA 6,388,330 7,197,007 7,884,601
a. Bank 1,252,157 1,419,988 1,620,949
b. Lembaga keuangan tanpa bank 848,893 940,487 1,172,973
d. Sewa bangunan 2,494,197 2,662,899 3,009,350
e. Jasa perusahaan 1,793,083 2,173,633 2,081,328
9. JASA-JASA 11,568,341 12,195,751 13,161,130
a. Pemerintahan umum 4,757,883 5,380,839 6,173,494
b. Swasta 6,810,458 6,814,912 6,987,636
1) Sosial dan kemasyarakatan 1,121,332 1,262,763 1,306,639
2) Hiburan dan rekreasi 319,766 394,913 426,260
3) Perorangan dan rumah tangga 5,369,361 5,157,236 5,254,737
PDRB 141,009,492 151,055,410 165,377,364
Sumber: BPS Jawa Timur* Angka Sangat Sementara
PDRB SEKTORAL JAWA TIMURBerdasarkan Harga Berlaku (Rp juta)
2008S E K T O R
Lampiran 1.2
Tw I Tw II Tw III
1. PERTANIAN 14,971,804 11,710,270 12,584,221
a. Tanaman bahan makanan 10,371,618 6,632,851 5,462,971
b. Tanaman perkebunan 1,554,727 1,610,790 3,594,929
c. Peternakan dan hasil-hasilnya 1,880,687 1,909,143 2,155,332
d. Kehutanan 225,213 223,745 83,249
e. Perikanan 939,560 1,333,741 1,287,740
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1,012,101 1,590,454 2,109,162
a. Minyak dan gas bumi 220,704 274,828 264,465
b. Pertambangan tanpa migas 124,643 109,197 132,974
c. Penggalian 666,754 1,206,428 1,711,723
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 18,593,532 19,444,419 21,636,597
1) Makanan, minuman dan tembakau 9,489,863 10,367,809 11,382,882
2) Tekstil barang kulit dan alas kaki 780,788 673,245 611,778
3) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 531,184 488,869 575,027
4) Kertas dan barang cetakan 3,442,433 3,205,223 2,488,777
5) Kimia dan barang dari karet 1,300,237 1,472,854 2,717,489
6) Semen & barang galian bukan logam 601,893 629,996 796,753
7) Logam dasar besi dan baja 1,524,539 1,606,779 1,674,708
8) Alat angkutan, mesin & peralatannya 353,601 420,858 453,457
9) Barang lainnya 568,995 578,785 935,727
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 1,310,262 1,280,185 1,403,918
a. Listrik 1,063,094 982,019 1,033,399
b. Gas kota 185,298 232,153 304,503
c. Air bersih 61,871 66,013 66,016
5. BANGUNAN 2,098,844 2,433,181 2,655,830
6. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 22,127,313 24,731,192 23,661,122
a. Perdagangan besar & eceran 18,186,287 20,093,786 19,119,213
b. Hotel 367,485 719,158 732,732
c. Restoran 3,573,541 3,918,248 3,809,177
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 4,320,959 4,424,775 4,633,231
a. Pengangkutan 2,842,653 2,910,143 3,102,610
1) Angkutan Rel 40,066 44,676 62,614
2) Angkutan jalan raya 1,113,694 1,103,325 1,188,967
3) Angkutan laut 161,024 221,346 255,763
4) Angkutan sungai, danau dan penyeberangan 23,095 26,288 43,700
5) Angkutan udara 480,561 485,107 519,360
6) Jasa penunjang angkutan 1,024,214 1,029,401 1,032,207
b. Komunikasi 1,478,306 1,514,632 1,530,622
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA 3,531,946 4,111,861 4,237,876
a. Bank 721,162 1,037,707 1,029,992
b. Lembaga keuangan tanpa bank 449,559 487,169 549,643
d. Sewa bangunan 1,396,248 1,436,759 1,531,356
e. Jasa perusahaan 964,976 1,150,226 1,126,885
9. JASA-JASA 5,973,954 6,107,255 6,353,152
a. Pemerintahan umum 2,344,329 2,587,007 2,929,284
b. Swasta 3,629,625 3,520,248 3,423,868
1) Sosial dan kemasyarakatan 516,116 560,572 549,339
2) Hiburan dan rekreasi 161,443 203,138 218,049
3) Perorangan dan rumah tangga 2,952,065 2,756,538 2,656,480
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 73,940,714 75,833,592 79,275,109
Sumber: BPS Jawa Timur* Angka Sangat Sementara
PDRB SEKTORAL JAWA TIMURBerdasarkan Harga Konstan 2000 (Rp juta)
2008S E K T O R
Lampiran 1.3
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw II
1. PERTANIAN 2.83 2.79 3.61 3.40 2.87 1.93 2.40
a. Tanaman bahan makanan 2.02 1.18 1.77 1.28 2.13 0.09 0.59
b. Tanaman perkebunan 2.48 3.69 3.24 3.27 0.19 2.37 2.64
c. Peternakan dan hasil-hasilnya 5.62 6.53 7.06 5.11 1.83 2.36 4.48
d. Kehutanan 20.74 -7.85 2.55 5.88 84.46 18.91 6.67
e. Perikanan 5.20 6.94 7.58 7.37 7.11 7.96 5.98
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 8.61 11.09 10.01 11.43 7.50 9.44 8.91
a. Minyak dan gas bumi 15.41 34.12 35.29 41.86 14.99 18.96 11.45
b. Pertambangan tanpa migas 2.66 5.12 10.88 3.44 2.55 4.65 8.67
c. Penggalian 7.88 7.83 6.94 7.98 6.17 7.92 8.55
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.16 4.60 4.78 4.98 4.59 4.32 4.71
1) Makanan, minuman dan tembakau 2.95 3.49 3.26 3.39 3.94 3.55 3.75
2) Tekstil barang kulit dan alas kaki 2.01 3.66 2.25 2.76 3.45 -1.44 0.87
3) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 4.27 0.71 -1.33 -1.17 2.92 -1.69 0.45
4) Kertas dan barang cetakan 7.87 9.60 8.77 8.34 6.24 8.16 9.93
5) Kimia dan barang dari karet 5.12 5.86 5.87 5.22 4.78 4.66 5.78
6) Semen & barang galian bukan logam -1.43 -3.14 4.10 5.53 3.99 3.55 4.47
7) Logam dasar besi dan baja 5.55 6.07 5.76 5.72 4.77 4.96 4.23
8) Alat angkutan, mesin & peralatannya 3.40 9.89 40.55 32.13 9.78 9.85 12.67
9) Barang lainnya 7.45 2.73 3.56 3.63 5.67 4.56 3.22
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 11.72 11.95 16.21 7.81 3.87 5.10 6.46
a. Listrik 7.30 5.82 5.75 4.31 6.56 4.80 5.23
b. Gas kota 44.26 52.98 86.48 24.75 -9.17 6.22 10.66
c. Air bersih 3.25 4.79 5.02 4.66 3.56 5.70 7.33
5. BANGUNAN -0.08 1.97 1.93 0.76 2.54 2.96 2.09
6. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 8.23 8.37 8.43 8.50 8.56 8.65 8.73
a. Perdagangan besar & eceran 8.88 8.87 8.98 9.01 8.99 8.98 9.03
b. Hotel -0.55 1.19 0.98 1.36 3.94 4.24 5.67
c. Restoran 6.10 7.34 7.28 7.23 6.88 7.80 7.80
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 6.90 8.63 8.01 7.55 7.92 7.66 8.21
a. Pengangkutan 3.51 5.65 5.31 4.81 4.46 3.16 4.92
1) Angkutan Rel 1.95 3.27 12.12 9.92 8.33 7.73 15.67
2) Angkutan jalan raya 2.13 2.10 2.42 2.05 2.87 2.09 2.65
3) Angkutan laut 6.54 29.17 28.48 8.46 0.39 -0.28 11.45
4) Angkutan sungai, danau dan penyeberangan 4.23 7.41 7.67 6.55 4.26 6.77 7.99
5) Angkutan udara 1.59 1.73 1.43 5.92 6.44 1.09 4.43
6) Jasa penunjang angkutan 5.60 7.45 5.98 6.16 5.86 5.87 5.59
b. Komunikasi 14.88 15.76 14.55 14.71 15.26 17.53 15.56
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA 7.96 9.38 8.17 8.32 7.93 8.65 7.91
a. Bank 6.97 8.43 6.11 7.55 7.12 7.94 7.35
b. Lembaga keuangan tanpa bank 6.55 7.91 11.34 11.09 6.62 7.96 11.56
d. Sewa bangunan 9.34 10.78 10.37 9.91 9.79 11.43 8.73
e. Jasa perusahaan 7.44 9.19 5.83 5.74 6.53 6.26 5.66
9. JASA-JASA 5.65 5.92 6.26 5.67 5.77 6.41 6.00
a. Pemerintahan umum 3.97 4.39 5.01 4.72 3.87 5.19 4.78
b. Swasta 6.80 7.09 7.37 6.51 7.04 7.33 7.07
1) Sosial dan kemasyarakatan 7.99 7.77 7.97 6.74 7.96 7.92 4.45
2) Hiburan dan rekreasi 6.46 8.11 11.97 8.81 5.72 12.46 15.70
3) Perorangan dan rumah tangga 6.62 6.88 6.91 6.27 6.95 6.85 6.97
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5.54 6.21 6.31 6.35 5.80 5.97 6.02
Sumber: BPS Jawa Timur* Angka Sangat Sementara
2007S E K T O R 2008
PERTUMBUHAN PDRB SEKTORAL JAWA TIMUR (y-o-y)Berdasarkan Harga Konstan 2000 (%)
Lampiran 1.4
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
1. PERTANIAN 1.15 1.00 1.04 0.85 1.17 0.93 0.96
a. Tanaman bahan makanan 0.81 0.57 0.46 0.37 0.81 0.53 0.41
b. Tanaman perkebunan 0.12 0.14 0.30 0.16 0.13 0.13 0.27
c. Peternakan dan hasil-hasilnya 0.15 0.16 0.17 0.19 0.15 0.16 0.16
d. Kehutanan 0.01 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
e. Perikanan 0.07 0.11 0.10 0.13 0.07 0.10 0.10
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0.07 0.13 0.16 0.15 0.08 0.12 0.16
a. Minyak dan gas bumi 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02
b. Pertambangan tanpa migas 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
c. Penggalian 0.05 0.10 0.13 0.12 0.05 0.09 0.13
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1.41 1.62 1.74 1.69 1.46 1.53 1.64
1) Makanan, minuman dan tembakau 0.72 0.87 0.93 0.89 0.74 0.82 0.86
2) Tekstil barang kulit dan alas kaki 0.06 0.06 0.05 0.07 0.06 0.06 0.05
3) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 0.04 0.04 0.05 0.06 0.04 0.04 0.04
4) Kertas dan barang cetakan 0.26 0.26 0.19 0.25 0.27 0.25 0.19
5) Kimia dan barang dari karet 0.10 0.12 0.22 0.11 0.10 0.12 0.21
6) Semen & barang galian bukan logam 0.05 0.05 0.06 0.06 0.05 0.05 0.06
7) Logam dasar besi dan baja 0.12 0.13 0.14 0.11 0.12 0.13 0.13
8) Alat angkutan, mesin & peralatannya 0.03 0.03 0.03 0.05 0.03 0.03 0.03
9) Barang lainnya 0.04 0.05 0.08 0.09 0.04 0.05 0.07
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0.10 0.11 0.11 0.12 0.10 0.10 0.11
a. Listrik 0.08 0.08 0.08 0.09 0.08 0.08 0.08
b. Gas kota 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.02 0.02
c. Air bersih 0.00 0.01 0.01 0.01 0.00 0.01 0.01
5. BANGUNAN 0.16 0.20 0.22 0.19 0.17 0.19 0.20
6. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 1.62 1.97 1.84 2.10 1.74 1.95 1.80
a. Perdagangan besar & eceran 1.32 1.60 1.48 1.71 1.43 1.59 1.45
b. Hotel 0.03 0.06 0.06 0.06 0.03 0.06 0.06
c. Restoran 0.27 0.32 0.30 0.33 0.28 0.31 0.29
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 0.32 0.36 0.36 0.38 0.34 0.35 0.35
a. Pengangkutan 0.22 0.24 0.25 0.27 0.22 0.23 0.24
1) Angkutan Rel 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2) Angkutan jalan raya 0.09 0.09 0.10 0.10 0.09 0.09 0.09
3) Angkutan laut 0.01 0.02 0.02 0.02 0.01 0.02 0.02
4) Angkutan sungai, danau dan penyeberangan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
5) Angkutan udara 0.04 0.04 0.04 0.05 0.04 0.04 0.04
6) Jasa penunjang angkutan 0.08 0.08 0.08 0.09 0.08 0.08 0.08
b. Komunikasi 0.10 0.11 0.11 0.11 0.12 0.11 0.12
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA 0.26 0.33 0.33 0.34 0.28 0.32 0.32
a. Bank 0.05 0.08 0.08 0.09 0.06 0.08 0.08
b. Lembaga keuangan tanpa bank 0.03 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04
d. Sewa bangunan 0.10 0.11 0.12 0.12 0.11 0.11 0.12
e. Jasa perusahaan 0.07 0.09 0.09 0.09 0.08 0.09 0.09
9. JASA-JASA 0.45 0.50 0.51 0.53 0.47 0.48 0.48
a. Pemerintahan umum 0.18 0.21 0.24 0.25 0.18 0.20 0.22
b. Swasta 0.27 0.28 0.27 0.28 0.29 0.28 0.26
1) Sosial dan kemasyarakatan 0.04 0.05 0.04 0.05 0.04 0.04 0.04
2) Hiburan dan rekreasi 0.01 0.02 0.02 0.02 0.01 0.02 0.02
3) Perorangan dan rumah tangga 0.22 0.22 0.21 0.22 0.23 0.22 0.20
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5.54 6.21 6.31 6.35 5.80 5.97 6.02
Sumber: BPS Jawa Timur* Angka Sangat Sementara
2007S E K T O R 2008
SUMBANGAN PDRB SEKTORAL JAWA TIMURBerdasarkan Harga Konstan 2000 (%)
Lampiran 3.1
Tw,I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIII.1 JATIM
A Jaringan Kantor1 Jumlah Bank 68 68 68 69 70 70 70 2 Jaringan Kantor 2,340 2,344 2,384 2,403 2,472 2,492 2,587 3 Jumlah BPR 335 335 335 337 337 337 337
B Kondisi Keuangan1 Total Asset 146,667,121 153,836,677 159,989,412 167,474,291 166,386,598 177,178,874 187,821,858
a. Bank Pemerintah 64,149,054 68,306,904 71,630,029 73,665,513 71,893,848 76,398,509 80,073,741 b. Bank Swasta 71,438,390 72,624,718 76,057,469 81,413,898 79,258,565 85,428,529 91,145,317 c. Bank Asing 11,079,677 12,905,055 12,301,914 12,394,880 15,234,185 15,351,836 16,602,800
2 Kredit (Baki debet) 74,851,747 78,938,504 85,981,733 92,147,710 95,095,487 105,248,297 112,312,978 a. Bank Pemerintah 37,270,784 40,226,422 41,893,444 43,221,411 44,307,038 50,382,032 55,130,940 b. Bank Swasta 30,869,356 32,846,812 36,990,254 40,728,820 41,583,650 45,037,651 46,802,806 c. Bank Asing 6,711,607 5,865,270 7,098,035 8,197,479 9,204,799 9,828,614 10,379,232 Per jenis Penggunaan 74,851,747 78,938,504 85,981,733 92,147,710 95,095,487 105,248,297 112,312,978
Modal Kerja 47,816,158 50,120,398 56,118,393 60,213,810 62,568,643 69,143,728 74,020,667 Investasi 9,117,693 10,146,708 9,711,924 10,571,595 10,370,697 12,141,174 12,698,422 Konsumsi 17,917,896 18,671,398 20,151,416 21,362,305 22,156,147 23,963,395 25,593,889
Per Sektor 74,851,747 78,938,504 85,981,733 92,147,710 95,095,487 105,248,297 112,312,978 Tani 3,450,083 4,079,071 4,439,123 3,963,616 4,089,860 4,326,218 4,684,989 Tambang 174,206 169,358 190,649 220,866 307,327 351,028 399,628 Industri 21,764,993 21,811,730 24,624,115 27,417,140 29,615,859 33,560,923 36,125,007 Listrik,Gas 106,500 124,477 125,582 174,535 189,946 232,502 231,946 Konstruksi 2,666,814 2,912,244 2,843,554 2,925,529 2,935,751 3,295,873 4,161,844 Dagang/Hotel 21,673,519 23,467,983 25,197,374 27,100,480 27,219,383 30,212,132 31,155,828 Angkut/Komnikasi 1,228,303 1,385,207 1,475,034 1,701,739 1,755,565 1,931,983 2,150,546 JS.Dunia 4,336,401 4,704,955 5,345,055 5,723,745 5,237,143 5,683,054 5,966,817 JS.Sosial 1,148,719 1,232,952 1,189,392 1,156,802 1,188,922 1,198,479 1,236,737 Lain-2 18,302,209 19,050,527 20,551,855 21,763,258 22,555,731 24,456,105 26,199,636
3 Dana 128,612,237 133,460,353 137,280,908 143,548,428 142,926,240 150,226,452 155,232,459 a. Bank Pemerintah 55,127,286 58,328,661 60,629,732 61,825,046 61,890,910 65,229,005 65,055,739 b. Bank Swasta 65,470,215 65,384,893 67,743,846 72,335,279 70,482,383 74,472,168 78,859,103 c. Bank Asing 8,014,736 9,746,799 8,907,330 9,388,103 10,552,947 10,525,279 11,317,617 GIRO 24,856,826 29,431,202 31,051,034 28,918,594 30,185,870 31,157,981 30,156,384 a. Bank Pemerintah 12,582,948 14,773,189 16,404,184 14,747,031 14,954,229 15,496,622 15,829,782 b. Bank Swasta 9,556,842 10,361,625 11,797,474 11,560,131 12,281,076 13,700,951 12,264,144 c. Bank Asing 2,717,036 4,296,388 2,849,376 2,611,432 2,950,565 1,960,408 2,062,458 DEPOSITO 61,442,097 59,282,631 59,123,667 61,071,467 60,162,259 62,579,372 68,598,991 a. Bank Pemerintah 21,311,809 21,163,733 20,832,295 19,791,072 20,198,945 20,897,055 21,676,502 b. Bank Swasta 35,421,432 33,463,487 33,099,650 35,425,886 33,435,999 35,181,784 39,543,731 c. Bank Asing 4,708,856 4,655,411 5,191,722 5,854,509 6,527,315 6,500,533 7,378,758 TABUNGAN 42,313,314 44,746,520 47,106,207 53,558,367 52,578,111 56,489,099 56,477,084 a. Bank Pemerintah 21,232,529 22,391,739 23,393,253 27,286,943 26,737,736 28,835,328 27,549,455 b. Bank Swasta 20,491,941 21,559,781 22,846,722 25,349,262 24,765,308 25,589,433 27,051,228 c. Bank Asing 588,844 795,000 866,232 922,162 1,075,067 2,064,338 1,876,401
4 LDR 58.20% 59.15% 62.63% 64.19% 66.53% 70.06% 72.35%a. Bank Pemerintah 67.61% 68.97% 69.10% 69.91% 71.59% 77.24% 84.74%b. Bank Swasta 47.15% 50.24% 54.60% 56.31% 59.00% 60.48% 59.35%c. Bank Asing 83.74% 60.18% 79.69% 87.32% 87.22% 93.38% 91.71%
5 NPL Bank Umum 6.26% 5.93% 4.95% 4.44% 3.40% 3.09% 2.96%a. Bank Pemerintah 9.72% 8.28% 6.93% 6.21% 4.07% 3.62% 3.11%b. Bank Swasta 3.03% 3.52% 3.17% 2.74% 2.69% 2.44% 2.56%c. Bank Asing 1.88% 3.25% 2.50% 3.55% 3.46% 3.32% 4.00%
6 kredit U K M 39,334,061 42,149,610 45,118,424 47,753,300 49,124,635 54,452,081 57,349,876 a. Bank Pemerintah 15,732,244 17,038,812 18,399,593 19,591,172 20,433,538 23,173,550 25,130,110 b. Bank Swasta 22,644,810 24,057,807 25,497,355 26,873,705 26,970,539 29,436,931 30,213,806 c. Bank Asing 957,008 1,052,991 1,221,476 1,288,423 1,720,558 1,841,600 2,005,961
7 NPL UKM 5.32% 5.66% 5.29% 4.90% 4.61% 4.18% 3.74%a. Bank Pemerintah 8.23% 8.21% 7.50% 6.86% 6.07% 5.43% 4.60%b. Bank Swasta 3.32% 3.89% 3.75% 3.35% 3.40% 3.09% 2.86%c. Bank Asing 4.62% 4.70% 4.19% 7.36% 6.15% 5.97% 6.20%
8 KUK 17,208,080 18,394,546 19,619,706 19,129,969 20,493,210 19,684,991 21,045,921 a. Bank Pemerintah 13,550,156 14,490,366 15,444,305 14,838,761 16,141,237 15,266,962 16,548,849 b. Bank Swasta 3,649,069 3,895,477 4,127,459 4,218,857 4,244,227 4,322,817 4,399,318 c. Bank Asing 8,855 8,703 47,942 72,351 107,746 95,212 97,754
9 Kredit ekspor 2,848,465 3,500,654 3,544,241 4,516,712 4,130,475 5,713,181 5,736,414 a. Bank Pemerintah 1,241,845 1,747,428 1,796,965 1,833,225 2,078,958 2,228,804 2,071,998 b. Bank Swasta 622,884 612,721 640,308 720,552 816,078 840,540 704,343 c. Bank Asing 983,736 1,140,505 1,106,968 1,962,935 1,235,439 2,643,837 2,960,073
N P L 112,524 207,165 205,323 167,012 213,666 207,804 220,267 a. Bank Pemerintah 80,030 102,024 100,637 49,708 85,331 85,072 77,180 b. Bank Swasta 3,391 63,538 62,599 64,464 59,806 63,818 49,935 c. Bank Asing 29,103 41,603 42,087 52,840 68,529 58,914 93,152
10 Kredit Property 6,979,742 7,314,677 7,823,097 8,264,841 8,856,162 9,568,587 10,256,422 a. Bank Pemerintah 3,477,695 3,637,497 3,901,789 4,018,119 4,536,825 4,934,154 5,419,421 b. Bank Swasta 3,415,891 3,581,599 3,825,876 4,085,939 4,070,421 4,363,821 4,527,679 c. Bank Asing 86,156 95,581 95,432 160,783 248,916 270,612 309,322
NPL % 4.41 4.16 3.96 3.12 3.24 3.04 2.66
2007 2008
PERKEMBANGAN BANK UMUM
BANK UMUM
Lampiran 3.2
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III.2 BANK BER-KP DI JATIM
A Jaringan Kantor1 Jumlah Bank 9 9 9 9 8 8 8 2 Jaringan Kantor di Jatim 284 283 285 284 264 271 283
B Kondisi Keuangan1 Total Asset 21,140,844 23,156,386 24,630,173 23,221,866 20,968,328 21,497,595 23,890,518 2 Kredit
Per Jenis Penggunaan 7,042,315 7,501,951 8,021,388 7,982,503 7,472,330 8,001,719 8,646,381 - Modal Kerja 4,640,589 4,876,176 5,228,845 5,124,337 4,704,469 4,943,940 5,331,748 - Investasi 1,694,668 1,910,097 2,025,461 2,049,342 2,065,647 2,186,384 2,385,389 - Konsumsi 707,058 715,678 767,082 808,824 702,214 871,395 929,244
Per Sektor 7,042,315 7,501,951 8,021,388 7,982,503 7,472,330 8,001,719 8,646,381 Tani 309,403 330,942 362,221 328,742 341,125 370,670 428,640 Tambang 10,691 1,945 1,751 2,108 2,847 2,739 3,151 Industri 496,700 531,670 531,951 526,179 427,318 468,542 504,437 Listrik, Gas, Air 1,199 1,278 1,080 2,645 2,335 2,776 3,183 Konstruksi 810,073 1,016,597 1,241,900 1,170,103 1,013,458 989,606 1,342,306 Dagang 3,307,766 3,350,652 3,570,602 3,535,170 3,567,437 3,938,260 4,005,932 Angkutan 113,696 115,046 109,620 118,217 83,986 77,370 77,222 JS.Dunia 735,085 843,145 918,517 1,004,033 874,012 853,655 928,654 JS.Sos 545,850 590,194 513,500 483,321 454,296 426,680 423,599 Lain-lain 711,852 720,482 770,246 811,985 705,516 871,421 929,257
3 NPL ( Krd Umum) % (bruto) 1.16% 1.18% 1.15% 1.07% 1.17% 1.16% 1.03%nominal 81,365 88,675 92,492 85,298 87,130 92,980 89,170 ppap 22,123 22,644 25,360 30,534 41,154 50,180 49,355
4 Dana (dpk) 16,184,819 17,459,270 19,116,110 16,833,128 16,872,353 17,289,697 18,195,777 - GIRO 7,331,474 8,306,799 9,609,671 7,254,658 8,029,636 7,662,361 9,051,073 - DEPOSITO 2,796,586 6,356,136 6,473,763 5,652,232 5,885,454 6,465,590 5,876,883 - TABUNGAN 6,056,759 2,796,335 3,032,676 3,926,238 2,957,263 3,161,746 3,267,821
5 Penempatan di Bank lain 905226 689151 2,043,303 823,913 633,423 798323 1990261
6 S B I 8007227 6,111,587 8,782,113 5,435,297 8,113,987 7,230,012 5,664,102
7 LDR 43.51% 42.97% 41.96% 47.42% 44.29% 46.28% 47.52%
8 UKM (UMKM)Per Jenis Penggunaan 3,901,061 4,052,477 4,347,300 4,300,510 3,978,095 4,448,344 4,782,376
- Modal Kerja 2,593,633 2,688,552 2,897,975 2,843,224 2,523,247 2,810,034 2,976,039 - Investasi 485,003 885,554 946,564 942,809 1,023,112 1,165,998 1,272,641 - Konsumsi 822,425 478,371 502,761 514,476 431,735 472,311 533,696
Per Sektor 3,901,061 4,052,477 4,347,300 4,300,510 3,978,095 4,448,344 4,782,376 Tani 169,377 157,699 161,170 175,452 198,236 231,548 275,568 Tambang 2,214 1,945 1,751 2,108 2,847 2,739 3,151 Industri 425,652 408,997 415,477 449,201 366,793 405,612 407,540 Listrik, Gas, Air 1,199 1,278 1,080 2,645 2,335 2,776 3,183 Konstruksi 366,825 453,526 563,168 483,927 369,799 442,421 581,609 Dagang 1,757,508 1,807,126 1,928,679 1,892,201 1,857,020 2,107,600 2,117,305 Angkutan 93,778 95,721 84,919 88,959 76,436 77,370 77,222 JS.Dunia 418,647 444,013 443,088 460,130 444,619 466,949 538,056 JS.Sos 176,064 198,996 242,043 228,250 224,973 238,992 245,032 Lain-lain 489,797 483,175 505,925 517,637 435,037 472,337 533,709
9 NPL ( Krd UKM) 2.03% 2.13% 2.09% 1.93% 2.13% 2.04% 1.86%- Nominal 79,096 86,405 90,721 83,029 84,861 90,710 89,170
10 Kredit Property 220,110 220,054 238,425 233,912 136,322 142,992 150,269 11 NPL Kred Property 2.17% 2.05% 1.91% 2.02% 1.77% 3.46% 2.25%
2007 2008PERKEMBANGAN BANK BERKANTOR
U R A I A N
Lampiran 3.3
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIII.5 BANK SYARIAH DI JATIM
A Jaringan Kantor1 Jumlah Bank 3 3 3 3 3 3 3
2 Jaringan Kantor di Jatim 47 49 51 51 54 55 62
B Kondisi Keuangan1 Total Asset 1,695,807 1,756,605 2,040,791 2,235,297 2,425,671 2,648,080 3,014,199
2 KreditPer Jenis Penggunaan 1,377,660 1,487,243 1,634,661 1,766,455 1,939,221 2,180,887 2,497,399
- Modal Kerja 672,715 775,654 809,976 842,349 865,386 996,791 1,176,759
- Konsumsi 452,219 460,007 282,161 272,158 264,758 270,210 303,363
- Investasi 252,726 251,582 542,524 651,948 809,077 913,886 1,017,277
Per Sektor 1,377,660 1,487,243 1,634,661 1,766,455 1,939,221 2,180,887 2,497,399 Tani 7,874 6,696 6,583 29,644 37,937 48,079 68,578
Tambang 3,845 3,784 3,712 3,542 6,801 8,367 8,339
Industri 69,249 61,340 103,326 115,336 120,252 119,944 120,819
Listrik, Gas, Air - - - 870 2,206 4,764 6,749
Konstruksi 94,093 101,008 108,076 60,720 46,549 48,625 176,659
Dagang 160,334 194,073 137,621 152,859 147,377 190,123 212,205
Angkutan 15,018 14,425 13,210 13,114 13,512 13,341 15,781
JS.Dunia 495,539 556,313 603,842 607,313 566,056 633,271 652,870
JS.Sos 79,318 89,426 115,596 130,938 189,283 200,487 218,122
Lain-lain 452,390 460,178 542,695 652,119 809,248 913,886 1,017,277
3 NPL ( Krd Umum) % (bruto 3.24 6.50 3.82 2.60 2.38 2.10 3.16
nominal 44,632 96,628 62,447 45,888 46,217 45,819 78,908
4 Dana (dpk) 1,348,842 1,383,914 1,552,211 1,678,633 1,846,234 1,912,999 2,115,819 - GIRO 99,706 598,495 186,922 168,559 168,672 186,789 239,431
- TABUNGAN 577,598 670,224 674,480 778,565 912,142 937,289 956,342
- DEPOSITO 671,538 107 690,809 731,509 765,420 788,921 920,046
5 LDR (%) 102.14 107.47 105.31 105.23 105.04 114.00 118.03
2007 2008
PERKEMBANGAN BANK SYARIAH
U R A I A N