JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS...

87
SKRIPSI STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA DALAM RANGKA PENINGKATAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KABUPATEN KONAWE PROVINSI SULAWESI TENGGARA (Studi : Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra) Oleh : WA ODE MIRANA STB : B1A1 12 114 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017

Transcript of JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS...

SKRIPSI

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA DALAM RANGKA

PENINGKATAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

DI KABUPATEN KONAWE PROVINSI SULAWESI TENGGARA

(Studi : Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra)

Oleh :

WA ODE MIRANA

STB : B1A1 12 114

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR – BENAR

HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU

LEMBAGA MANAPUN. APABILA DIKEMUDIAN HARI TELAH TERBUKTI

ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL

JIBLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI

PERATURAN YANG BERLALU.

KENDARI, JANUARI 2017

WA ODE MIRANA B1A1 12 114

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis Panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Strategi

Pengelolaan Pariwisata Dalam Rangka Peningkatan Ekonomi Dam Sosial

Masyarakat Di kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara (studi kasus :

Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra)” dapat terselesaikan sebagaimana

mestinya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari

kesemprnaan, sehingga dengan keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan

memerlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi

ini.

Penyusun skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana ( S-I ) pada Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Halu Oleo.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna sebagai panduan dalam melakukan

penelitian.

Kendari, Desember 2017

Penulis

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunianya

sehingga skripsi dengan judul “Strategi Pengelolaan Pariwisata Dalam Rangka

Peningkatan Ekonomi Dam Sosial Masyarakat Di kabupaten Konawe Propinsi

Sulawesi Tenggara (studi kasus : Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra)”

dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT semata.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis

menyampaikan rasa hormat dan ungkapan terimah kasih.

Rasa terima kasih dengan penuh cinta dan sayang, penulis curahkan kepada

kedua orang tua tercinta Ayahanda La ode Wou dan Ibunda Wa Oda yang

senantiasa bersabar mengasuh, mendidik, memberi semangat dan selalu mendoakan

penulis agar selalu menjadi yang terbaik sehingga tak henti- hentinya dengan ikhlas

mengorbankan materi dan tenaga dalam memberikan kesempatan kepada penulis

sehingga mampu menyelesaikan studi dan tak lupa pula penulis ucapkan banyak

terimah kasih kepada Kakak kandung saya La Ode Dina dan La Ode Muhidin,

serta adik-adik saya Wa ode Nilangga dan Wa ode Sitti Suwarni, Om dan Tante

yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu yang selalu memberikan motivasi

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Studi.

vii

Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat

bimbingan dan arahan dari Bapak Prof. Dr. La Ode Muh. Harafah, SE., M.SI.

Selaku pembimbing 1 dan Ibu Dr. Irmawatty P. Tamburaka, SE., MP. Selaku

pembing II. Penulis mengucapkan banyak terima Kasih atas kesediaanya

membimbing, mengarahkan serta memotivasi penulis.

Ucapan terima kasih yang sama penulis sampaikan kepada :

1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari, Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse,

M.Si.,

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo, Ibu Dr. Hja. Rostin,

SE., M.Si.,

3. Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu

Oleo, Bapak Dr. La Ode Suriadi, SE., M.Si.,

4. Bapak dan Ibu dosen beserta staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

memberikan ilmu, pengalaman, fasilitas dan memudahkan dalam pengurusan

administrasi selama masa perkuliahan.

5. Kepada perpustakaan Universitas Halu Oleo dan Fakultas Ilmu Ekonomi dan

Bisnis yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi.

6. Saudara-saudara se-angkatan di Ekonomi Pembangunan 2012 : Wa ode

Fatmawati SE, Rahmawati Najamuddin SE, James Masora SE, Neneng Cahyani

SE, Anisa Saviera SE, Ni Ketut Lidyanti SE, Erna, Wa Ode Fatwati Manempa,

Desri Halisa, La Pemilu, Sriminda Sari, Indri, Mutmainah, Anggun Dwi Ningsih,

viii

Sugriono, Reski, Muh. Eki Prasetyo, Rosmania Oktavina, Valen Varansina,

Rahmat, Naiim, Irma Sangka, Astoni Ilmu, Agustina Purnama, Andi Ilsa Sulastri,

Riska dan semua sahabat IESP yang telah menjadi saudara, sahabat terbaik,

selalu ada disaat susah dan senang, serta telah banyak membantu penulis selama

menjalani studi.

7. Pimpinan TPL Bintang Samudra beserta karyawan yang tidak bisa saya sebutkan

namanya satu persatu telah membantu memberikan informasi dan data - data

dalam penelitian ini.

8. Sahabat – sahabat saya di Lambelu Diving Club Kendari , LSM Bintang

Samudra kendari, serta di Copi Center Kendari dan juga komunitas lain yang

tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu telah membantu memberikan

semangat dan motivasi dalam penelitian ini.

Akhir kata penulis ucapkan semoga Allah SWT membalas kebaikan semua

pihak yang telah membantu penulis dengan pahala yang setimpal dan semoga skripsi

ini bermanfaat bagi pihak yang memerlukan. Aamiin.

ABSTRAK

WA ODE MIRANA (B1A112114), Strategi Pengelolaan Pariwisata Dalam Rangka

Peningkatan Ekonomi dan Sosial Masyarakat di Kabupaten Konawe Provinsi

Sulawesi Tenggara (Studi: Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra).Skripsi SI

Jurusan Ekonomi, Fakultas ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo. Dibimbing

oleh : H. La Ode Muh. Harafah, (1) dan Irmawatty P. Tamburaka.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui strategi pengelolaan wisata

bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra. 2) Mengetahui dampak pengelolaan

wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra terhadap kondisi ekonomi

masyarakat Kabupaten Konawe. Penelitian akan dilakukan di Kabupaten Konawe

Propinsi Sulawesi Tenggara dengan melihat strategi pengelolaan pariwisata dalam

rangka peningkatan ekonomi dan sosial masyarakat. Adapun jenis penelitian ini

adalah deskriptif. Sampel penelitian ini sebanyak 41 kepala keluarga yang dipilih

dengan cara purposive sampling. Jenis dan sumber data terdiri dari data primer dan

data sekunder. Analisis data menggunakan analisis SWOT dan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: 1) Strategi yang dapat digunakan

dalam pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra adalah pertumbuhan agresif (SO)

yaitu menggunakan kekuatan berupa: Potensi daya tarik wisata berupa keindahan

alam (pantai, bukit dan hutan/kebun), terdapat disekitar obyek wisata Bintang

Samudra yaitu 421 jiwa atau 70 kepala keluarga, hanya sebagian kecil penduduk yang

mengambil manfaat dari keberadaan daya tarik wisata di Bintang Samudra. Melalui

kekuatan tersebut dapat memanfaatkan peluang berupa: Masyarakat setempat

memahami kebutuhan wisatawan dan menyadari pentingnya kehadiran wisatawan

serta mengetahui lapangan usaha dan lapangan kerja tercipta dari kedatangan

wisatawan, masyarakat mampu mengambil peluang untuk berusaha dan mengisi

lapangan di bidang pariwisata, sarana dan prasarana untuk kebutuhan wisatawan

memadai, wisatawan dapat menikmati berbagai macam kegiatan wisata sebagai

kebutuhannya, promosi desa wisata oleh masyarakat Lalano. 2) Adanya pengelolaan

obyek wisata Bintang Samudra memberikan dampak positif bagi perbaikan kondisi

ekonomi (pendapatan, konsumsi, tabungan) dan sosial masyarakat di Desa Lalano

Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe (perolehan mata pencaharian sampingan,

perbaikan kondisi perumahan dan kesehatan).

Kata Kunci : Strategi Pengelolaan Pariwisata, Ekonomi Dan Sosial Masyarakat.

ii

ABSTRACT

WA ODE Mirana (B1A1 12 114), Tourism Management Strategies in the Context

of the Economic and Social Improvement Society in Konawe Sulawesi Tenggara

(Study: Ocean Star Seafood Wildlife Education). Scription Departement in

Economic, Faculty of Economic and Business University Halu Oleo Guided by :

H. La Ode Muh. Harafah, (1) and Irmawatty P. Tamburaka.

This study aims to: 1) Determine the marine tourism management strategies

Education Park Ocean Star Seafood. 2) Examine the impact of the management of

marine tourism Ocean Star Seafood Wildlife Education to economic conditions

Konawe. Research will be conducted in Konawe Southeast Sulawesi province to see

tourism management strategies in order to improve the economic and social

community. The type of research is descriptive. The study sample as many as 41

heads of families chosen by purposive sampling. The types and sources of data

consist of primary data and secondary data. Data analysis using SWOT analysis and

descriptive analysis.

The study concluded that: 1) strategies that can be used in the management of a

tourist attraction Star of the Sea is the aggressive growth (SO) that uses the power of

the form: The potential tourist attraction in the form of natural beauty (beaches, hills

and woods / garden), there are around the sights Stars Samudra is 421 people or 70

head of the family, only a minority of the population who benefit from the presence

of a tourist attraction at Star of the Sea. Through the forces can take advantage of

opportunities such as: Local people understand the needs of travelers and realize the

importance of the presence of tourists and to know the field of business and

employment opportunities created by the arrival of tourists, people were able to take

the opportunity to try and fill the field in tourism, infrastructure and facilities to

travelers' needs adequately , tourists can enjoy a wide range of tourist activities as

needs, promotion of rural tourism by the community Lalano. 2) The management of

Star of the Sea tourism had a positive effect for the improvement of economic

conditions (income, consumption, savings) and social community in the village of the

District Lalano Soropia Konawe (acquisition livelihood sideline, improving housing

conditions and health).

Keywords: Tourism Management Strategies, Economic and Social community

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................ iv

KATA PENGANTAR.......................................................................................... v

UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................ vi

ABSTRAK ............................................................................................................. ix

ABSTRACT .......................................................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritik ......................................................................... 7

2.1.1. Konsep Strategi ............................................................... 7

2.1.2. Strategi Pengelolaan Pariwisata ...................................... 8

2.1.3. Konsep Pariwisata ............................................................ 12

2.1.4. Jenis-Jenis Pariwisata ...................................................... 15

2.1.5. Faktor Pendorong Dan Penarik ........................................ 16

2.1.6. Implikasi Pengelolaan Pariwisata Terhadap Peningkatan

Ekonomi Dan Sosial Masyarakat ..................................... 18

2.2. Kajian Empirik ............................................................................. 28

2.3. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 32

xii

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ...................................................... 35

3.2. Rancangan Penelitian .................................................................. 35

3.3. Populasi Dan Sampel .................................................................. 35

3.4. Jenis Dan Sumber Data ................................................................ 36

3.5. Variabel Dan Definisi Operasional Variabel .............................. 37

3.6. Analisis Data ............................................................................... 38

BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian ................................... 39

4.2. Hasil Penelitian ............................................................................ 40

4.2.1. Strategi Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang

Samudra............................................................................ 51

4.2.2. Dampak Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan

Laut Bintang Samudra...................................................... 51

4.3. Pembahasan................................................................................... 65

4.3.1. Strategi Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang

Samudra.............................................................................. 65

4.3.2. Dampak Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan

Laut Bintang Samudra ...................................................... 67

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ................................................................................. 70

5.2. Saran ............................................................................................ 71

DAFTAR PUSTAKA

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Jumlah Pengunjung Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra Tahun 2011 s/d

2015 ................................................................................................................... 3

4.1. Internal Strategy Factors Analysis Summary (IFAS) ........................................... 41 4.2. Eksternal Strategy Factors Analysis Summary (IFAS) ......................................... 44 4.3. Matriks Space Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang

Samudra ............................................................................................................. 45 4.4. Matrik SWOT Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang

Samudra ............................................................................................................ 48 4.5. Pendapatan Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah Adanya

Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra .............. 50 4.6. Tingkat Konsumsi Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah Adanya

Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra .............. 52 4.7. Tabungan Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah Adanya

Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra .............. 53 4.8. Mata Pencaharian Sampingan Responden di Desa Lalano, Sebelum dan

Setelah Adanya Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra 4.9. Mata Pencaharian Utama Responden di Desa Lalano, Sebelum Adanya

Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra ..................................... 56 4.10. Status Tempat Tinggal Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah

Adanya Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra ......................... 57 4.11. Cara Berobat Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah Adanya

Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra ..................................... 58 4.12. Sumber Air Minum Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah Adanya

Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra ..................................... 60 4.13. Pemilikan Jamban Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah Adanya

Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra ..................................... 61 4.14. Rekapitulasi Keadaan Ekonomi dan Sosial Masyarakat di Desa Lalano Sebelum

dan Setelah Pengelolaan Obyek Wisata Bintang Samudra ................................ 62

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Kerangka Pikir Strategi Pengelolaan Pariwisata Dalam Rangka Peningkatan

Ekonomi dan Sosial Masyarakat Di Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi

Tenggara (Studi Kasus: Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra) ........................ 34

4.1. Diagram Hasil Analisis SWOT Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan

Laut Bintang Samudra .......................................................................................... 47

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner (untuk masyarakat di sekitar Taman Pendidikan Laut Bintang

Samudra).

2. Pedoman Wawancara (Direktur Taman pendidikan laut Bintang Samudra).

3. Kondisi Penelitian Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra.

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komitmen pemerintah pusat dan daerah untuk menjadikan sub sektor pariwisata

sebagai andalan dalam mendukung perekonomian nasional makin ditegaskan posisi

dan perannya bahkan menjadi penggerak utama perekonomian bangsa. Dalam rangka

mengemban dan menjalankan misi pembangunan nasional tersebut, maka

pengembangan sub sektor pariwisata makin dikembangkan lagi perannya secara lebih

luas sampai kepada ekonomi wilayah pedesaan. Sektor pariwisata bukanlah sektor

yang berdiri sendiri, tetapi merupakan industri multi sektor. Karena itu dampak

ekonomi yang ditimbulkan pariwisata juga berdimensi multi sektor. Dampak ekonomi

tersebut dapat berupa pertumbuhan industri/usaha yang terkait dengan pariwisata,

peningkatan pendapatan penduduk, konsumsi dan tabungan. Dalam rangka

menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor pendorong pembangunan ekonomi, maka

diperlukan suatu strategi dalam pengelolaannya.

Strategi pengelolaan pariwisata Indonesia telah tercermin dalam strategi yang

dirumuskan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI, yakni:

(1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka kesempatan berusaha

dan lapangan kerja serta pemerataan pembangunan di bidang pariwisata;

(2) mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkesinambungan sehingga

memberikan manfaat sosial-budaya, sosial ekonomi bagi masyarakat dan daerah, serta

terpeliharanya mutu lingkungan hidup; (3) meningkatkan kepuasan wisatawan dan

2

memperluas pangsa pasar; dan (4) menciptakan iklim yang kondusif bagi

pembangunan pariwisata Indonesia sebagai berdayaguna, produktif dan transparan

untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat dalam institusi yang

merupakan amanah yang dipertanggungjawabkan/accountable (Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata, 2013).

Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengelolaan obyek wisata merupakan

salah satu bentuk pembangunan yang dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi

penduduk, sehingga perekonomian daerah dapat ditingkatkan. Hal tersebut telah

dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Konawe dengan mengelola beberapa obyek

wisata yang memiliki potensi dan daya tarik wisata. Salah satu obyek wisata

dimaksud adalah Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra yang terletak di

Kabupaten Konawe.

Potensi obyek dan daya tarik wisata pada Taman Pendidikan Laut Bintang

Samudra yang menonjol adalah potensi alam pantai dan karakteristik fisik wilayah

dengan kondisi pantai yang bersih dan jernih serta cukup teduh untuk tempat

peristirahatan serta pengembangan kegiatan/atraksi wisata pantai dan perairan

sehingga sangat menarik baik bagi wisatawan untuk berkunjung dan menikmati

suasana alam yang cukup indah. Dalam upaya meningkatkan daya tarik Taman

Pendidikan Laut Bintang Samudra, pada tahun 2005 telah dilakukan pengembangan

oleh pemerintah Kabupaten Konawe, selanjutnya pada tahun 2007 oleh pemerintah

Provinsi Sulawesi Tenggara melakukan pengembangan secara besar-besaran dengan

membangun berbagai fasilitas pelayanan di kawasan obyek wisata. Investasi dalam

pengembangan obyek wisata tersebut diharapkan dapat memberikan hasil yang

3

optimal baik bagi pengelola, pemerintah maupun masyarakat khususnya yang

berdiam di sekitar Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra.

Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra hingga kini terus dilakukan

pemeliharaan berbagai fasilitas obyek wisata. Investasi yang dilakukan dalam

pengembangan obyek wisata tersebut tentunya bertujuan untuk memberikan

pelayanan yang memadai dan meningkatkan daya tarik obyek wisata, sehingga dapat

menarik lebih banyak wisatawan. Dilihat dari aktivitas sehari-hari, masyarakat di

sekita Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra sebagian besar terdiri dari nelayan

dan petani dengan keadaan ekonomi yang relatif rendah dengan pekerjaan sampingan

sebagai pelayan jasa kepariwisataan bagi pengunjung obyek wisata.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, jumlah pengunjung yang datang di

Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra terlihat ramai pada hari libur. Hal ini

disebabkan karena kondisi obyek wisata tersebut telah dikembangkan sekalipun

belum sesuai yang diharapkan. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel berikut:

Tabel 1.1. Jumlah Pengunjung Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra Tahun

2011 s/d 2015

Tahun Jumlah Pengunjug

(Jiwa)

Persentase

Perkembangan

(%)

2011

2012

2013

2014

2015

480

576

720

816

768

-

20,00

25,00

13,33

-5,88

Sumber: Tamana Pendidikan Laut Bintang Samudra

4

Tabel 1.1 menunjukkan jumlah pengunjung Taman Pendidikan Laut Bintang

Samudra pada tahun 2011 sebanyak 480 jiwa dan pada tahun 2012 meningkat

menjadi 576 jiwa (20,00%). Pada tahun 2013 sebanyak 720 jiwa atau meningkat

(25,00%). Pada tahun 2014 jumlah pengunjung sebanyak 816 jiwa atau meningkat

(13,33%). Sedangkan tahun 2015 jumlah pengunjung mencapai 768 jiwa atau terjadi

penurunan (5,88%). Dengan demikian bila diperhitungkan secara keseluruhan sejak

tahun 2011-2015 maka, jumlah pengunjung Taman Pendidikan Laut Bintang

Samudra mengalami peningkatan pertahun rata-rata (13,11%).

Peningkatan pengunjung yang terjadi sejak tahun 2011-2015 relatif masih

sangat rendah, sehingga dibutuhkan upaya peningkatan pengunjung yang lebih besar

dengan melakukan pengelolaan obyek wisata. Dengan dilakukannya pengelolaan

obyek wisata tentunya diharapkan ekonomi masyarakat setempat semakin meningkat.

Berkaitan dengan pengelolaan obyek wisata membutuhkan strategi pengelolaan,

antara lain yang harus diidentifikasi adalah faktor-faktor yang menjadi kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi. Tujuan dilakukannya pengelolaan

obyek wisata pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan (perbaikan

ekonomi) segenap anggota masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar obyek wisata.

Keberadaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra telah memberikan

kontribusi terhadap penyediaan lapangan kerja, baik yang terserap secara langsung

sebagai karyawan dalam usaha pariwisata maupun aktivitas ekonomi lainnya oleh

masyarakat sekitar obyek wisata sehingga memperbaiki perekonomian masyarakat.

Pada survey awal diketahui bahwa keberadaan Taman Pendidikan Laut Bintang

Samudra memiliki keterkaitan dengan aktivitas ekonomi masyarakat. Dengan adanya

5

pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra dapat menambah lapangan

kerja yang diharapkan dapat memberikan sumber penghidupan yang layak bagi

masyarakat. Namun demikian, hingga kini belum teridentifikasi secara jelas tentang

penyerapan tenaga kerja dan jenis kegiatan yang terkait dengan Taman Pendidikan

Laut Bintang Samudra. Sehingga belum dapat memberikan gambaran apakah strategi

pengelolaan pariwisata berimplikasi positif terhadap kondisi ekonomi masyarakat di

Kabupaten Konawe atau tidak.

Berdasarkan latar belakang, perlu dilakukan penelitian dengan judul: Strategi

Pengelolaan Pariwisata Dalam Rangka Peningkatan Ekonomi dan Sosial Masyarakat Di

Kabupaten Konawe (Studi Pada Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana strategi pengelolaan wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang

Samudra.

2. Bagaimana dampak pengelolaan wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang

Samudra terhadap kondisi ekonomi dan sosial masyarakat.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui strategi pengelolaan wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang

Samudra.

6

2. Mengetahui dampak pengelolaan wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang

Samudra terhadap kondisi ekonomi masyarakat Kabupaten Konawe.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari aspek

pengembangan ilmu maupun secara praktis.

1. Manfaat Pengembangan Ilmu

a. Dapat memberikan sumbangan teoritik tentang ekonomi pariwisata dalam

kaitannya dengan peningkatan ekonomi masyarakat.

b. Dapat memberikan informasi ilmiah sebagai referensi bagi penelitian yang

relevan dengan hasil penelitian ini.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai masukan bagi

pemerintah Kabupaten Konawe dalam menentukan strategi pengelolaan Taman

Pendidikan Laut Bintang Samudra guna meningkatkan kondisi ekonomi

masyarakat.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dibatasi sesuai tujuan penelitian sebagai berikut:

(1) Strategi pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra dibatasi pada

exiting pengelolaan obyek wisata (SWOT). (2) Dampak pengelolaan Taman

Pendidikan Laut Bintang Samudra terhadap kondisi ekonomi dan sosial masyarakat

yaitu lapangan kerja dan pendapatan di Kabupaten Konawe.

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritik

2.1.1. Konsep Strategi

Menurut Webter’s New World Dictionary sebagaimana dikutip oleh Suyanto

(2010), definisi strategi ádalah ilmu perencanaan dan penentuan arah operasi-operasi

militer berskala besar. Strategi adalah bagaimana menggerakkan pasukan ke posisi

paling menguntungkan sebelum pertempuran aktual dengan musuh. Sedangkan Jack

Trout dalam bukunya Trout On Stategy, inti dari strategi adalah bertahan hidup,

persepsi, menjadi berbeda, persaingan, spesialisasi, kesederhanaan, kepemimpinan

dan realitas. Menggunakan strategi yang baik adalah bagaimana bertahan hidup

dalam dunia kompetitif.

Konsep strategi ini secara historis memang berasal dari militer, seperti yang

diungkapkan oleh Von Neumon dan Morgenstren (1953) dalam tulisannya Theory of

Games yang mengandung teori dan konsep strategi. Dari sinilah konsep tersebut

kemudian diaplikasikan kedalam dunia bisnis dan dunia kehidupan lainnya seperti

politik. Thomas Schelling mengembangkan studi dengan judul The Strategy of

Conflict yang mengungkapkan berbagai unsur strategi yang umum ditemui dalam

berbagai aspek kehidupan dalam situasi kompetitif. Unsur-unsur umum ini adalah

prinsip-prinsip dalam bargaining, threats, mutual distrusts, dan balance antara

kerjasama dan conflict. Dalam perkembangan selanjutnya terutama dalam era

globalisasi strategi merupakan management instrument yang ampuh dan tidak dapat

7

8

dihindari, tidak hanya untuk survival dan memenangkan persaingan tapi juga untuk

tumbuh dan berkembang (Portal Wirausaha Indonesia, 2013).

Menetapkan strategi yang tepat dicari melalui dua tahapan yaitu:

1) Mengembangkan strategi pemilihan produk, yang dalam hal ini akan menetapkan

apa yang akan dilakukan terhadap berbagai produk yang telah ada;

2) Mengembangkan strategi perluasan pasar dan produk, yang dalam hal ini akan

memutuskan produk baru apa dan fokus pasar mana yang perlu digarap di masa

mendatang (Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2013:16). Berdasarkan uraian

tersebut, tampak dengan jelas bahwa masalah pendanaan merupakan masalah yang

sering menjadi hambatan dalam pengembangan pariwisata.

2.1.2. Strategi Pengelolaan Pariwisata

Dewasa ini pariwisata sudah dianggap sebagai suatu komoditi atau produk

yang diperdagangkan di seluruh dunia dan oleh karena itu sektor pariwisata

merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki posisi strategis dalam

mendorong laju pembangunan suatu negara ataupun daerah. Winardi (2011:390)

mengemukakan bahwa produksi adalah proses untuk memperbesar kapasitas benda-

benda, memenuhi kebutuhan manusia, atau untuk menyelenggarakan jasa-jasa yang

dapat memenuhi keinginan manusia. Dalam pengembangan produk diperlukan

keputusan produk. Rewoldt, Scott dan Warshaw (2011:89) mengemukakan bahwa:

“Keputusan produk menyangkut perubahan produk atau bidang produk (atau

jasa-jasa) suatu perusahaan. Untuk ini, istilah produk dianggap meliputi semua

yang diterima konsumen pada waktu melakukan suatu pembelian. Produk itu

tidak hanya merupakan kesatuan fisik, tetapi juga suatu kompleks dari sifat-

sifat yang nyata dan tidak nyata, termasuk hal-hal seperti jaminan, pengepakan,

warna, disain, dan bahkan rangsangan psikis, di samping jasa-jasa. Kebijakan

9

produk meliputi penyesuaian kompleks berbagai variabel ini dengan kebutuhan

pasar di satu pihak, dan kemampuan perusahaan pada pihak lainnya, bersamaan

dengan kegiatan prosedur dan pengawasan yang mengikutinya”.

Berdasarkan uraian tersebut, produk tidak hanya kesatuan fisik yang nyata,

tetapi juga tidak nyata. Berkaitan dengan produk wisata, Suwantoro (2012:69)

mengemukakan bahwa :

“Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata. Produk ini merupakan suatu

rangkaian jasa yang tidak hanya mempunyai segi-segi yang bersifat ekonomis,

tetapi juga yang bersifat sosial, psikologis dan alam, walaupun produk wisata

itu sendiri sebagian besar dipengaruhi oleh tingkah laku ekonomi. Produk

wisata merupakan: a) jasa yang disediakan perusahaan antara lain jasa

angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour, dan sebagainya”.

Produk wisata memiliki ciri yang berbeda dengan produk pada umumnya,

oleh karena itu pengembangan produk wisata juga akan berbeda dengan

pengembangan produk pada umumnya. Tetapi yang jelas bahwa pengembangan

obyek wisata adalah untuk melakukan perubahan produk dalam rangka memenuhi

kepuasan konsumen (wisatawan) dalam melakukan aktivitas wisata. Perubahan yang

dimaksud di sini bersifat positif yaitu meningkatkan daya tarik wisata. Musanef

(2010:67) mengemukakan bahwa :

“Pengembangan pariwisata adalah segala kegiatan dan usaha yang

terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan semua prasarana dan

sarana, barang dan jasa fasilitas yang diperlukan, guna melayani kebutuhan

wisatawan. Segala kegiatan dan pengembangan pariwisata mencakup segi-segi

yang amat luas dan menyangkut berbagai segi kehidupan dalam masyarakat,

mulai dari kegiatan angkutan, akomodasi, atraksi wisata, makanan dan

minuman, cinderamata, pelayanan, suasana kenyamanan dan lain-lain”.

Suwantoro (2012:91) mengemukakan bahwa :

“Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang

menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Daya

tarik obyek wisata merupakan salah satu faktor yang menarik wisatawan untuk

berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata, sehingga pengembangan daya tarik

10

obyek wisata mutlak diperlukan dengan mengusahakan adanya pembangunan

daya tarik obyek wisata”.

Pengembangan obyek wisata menurut Suwantoro (2012:82) bahwa :

“Daya tarik suatu obyek wisata berdasar pada: 1) Adanya sumber daya yang

dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan bersih. 2) Adanya

aksebilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. 3) Adanya ciri

khusus/spesifikasi yang bersifat langka. 4) Adanya sarana/prasarana penunjang

untuk melayani para wisatawan yang hadir. 5) Obyek wisata alam mempunyai

daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir,

hutan, dan sebagainya. 6) Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi

karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara

adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada

masa lampau”.

Suwantoro (2012:83) lebih lanjut mengemukakan bahwa pengembangan suatu

obyek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik yang dimiliki

obyek tersebut dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi

berbagai kelayakan, yaitu :

“(1) Kelayakan finansial, yaitu perhitungan secara komersial yang menyangkut

untung rugi, dan tenggang waktu pengembalian modal, (2) Kelayakan sosial

ekonomi regional, yaitu apakah investasi yang ditanamkan akan memiliki

dampak sosial ekonomi secara regional, dapat menciptakan lapangan kerja,

dapat meningkatkan penerimaan devisa, dapat meningkatkan penerimaan sektor

lain, serta dampak yang lebih luas, (3) Layak teknis, yaitu harus dapat

dipertanggungjawabkan secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada,

(4) Layak lingkungan yaitu analisis dampak lingkungan menjadi acuan dalam

kegiatan pembangunan obyek wisata”.

Musanef (2010:185) mengemukakan kriteria lain sebagai syarat minimal yang

harus dipenuhi dalam pengembangan obyek wisata yaitu, kriteria umum dan kriteria

khusus. Adapun kriteria umum adalah sebagai berikut :

1. Kemudahan pencapaian (aksesibilitas), yaitu suatu kondisi tentang mudah tidaknya

2. suatu obyek wisata dicapai oleh wisatawan dari tempat asalnya.

11

3. Potensi pasar (pengunjung), yaitu apakah terdapat potensi pasar dilihat dari aspek

jumlah dan kepadatan penduduk sekitar obyek wisata, jarak obyek dengan

pelabuhan udara, pelabuhan laut, stasiun keretra api, dan terminal umum, dan

selera pasar (demand).

4. Kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan suatu obyek wisata pada dasarnya

bersifat timbal balik, artinya pengaruh lingkungan wisatawan terhadap lingkungan

obyek (lingkungan sosial budaya, lingkungan membudaya, yang hanya dapat

dilakukan melalui AMDAL. Pengaruh lingkungan terhadap wisatawan seperti

keamanan, kesehatan, keindahan, dan sebagainya.

5. Prasarana dasar, yaitu sarana jalan, ketersediaan listrik, air bersih, serta sarana pos

dan telekomunikasi.

6. Pengelolaan/pengusahaan, meliputi: organisasi pengelola, tingkat mutu pelayanan,

fasilitas bagi wisatawan dan pelaksanaan perawatan dari fasilitas yang ada.

7. Sarana wisata, yang meliputi sarana akomodasi dan jumlah kamar pada radius 75

km atau lebih, sarana restoran dan rumah makan.

8. Daya tarik pendukung, yaitu ada tidaknya atau jumlah obyek wisata lain dalam

radius 75 km atau lebih.

9. Kondisi iklim. Iklim yang baik akan lebih mengundang wisatawan dan kepuasan

wisatawan pada suatu obyek wisata budaya tertentu dan sebagai suatu gejala alam

di luar jangkauan manusia, yang meliputi: pengaruh iklim terhadap waktu

kunjungan, suhu udara pada musim kemarau, jumlah bulan kering per tahun,

jumlah bulan hujan per tahun.

12

Untuk kriteria khusus pengembangan didasarkan pada jenis obyek wisata,

yaitu: (1) Daya tarik obyek wisata peninggalan sejarah/purbakala harus memiliki

unsur-unsur, antara lain meliputi: keaslian, keunikan/langka/muskil, nilai

sejarah/arkeologi, keutuhan, variasi kegiatan/motivasi, keindahan kenyamanan,

kebersihan, dan luas kawasan obyek daya tarik wisata, (2) Daya tarik obyek wisata

alam bentuk pantai, harus memiliki unsur-unsur minimal antara lain meliputi:

keindahan, keselamatan laut, jenis pasir, variasi kegiatan, kebersihan air, kejernihan

air, lebar pantai dan kebersihan dan kenyamanan, (3) Daya tarik obyek wisata agro

bentuk perburuan, harus memiliki unsur-unsur minimal, antara lain: historis,

keindahan lokasi, cara-cara tradisional pola bertanam, pemeliharaan, pengelolaan,

memetik hasil (pada musim panen) dan proses lebih lanjut, tingkat teknik pengelolaan

yang ada, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

pengembangan obyek wisata adalah melakukan inovasi pengembangan produk

wisata, sehingga obyek wisata sebagai suatu produk memiliki nilai tambah yang

tinggi baik dari aspek ekonomi, di mana dalam pengembangan tersebut dibutuhkan

investasi untuk membangun berbagai prasarana dan sarana yang dibutuhkan dalam

kegiatan kepariwisataan.

2.1.3. Konsep Pariwisata

Istilah pariwisata berasal dari bahasa Sansakerta, yang terdiri dari dua suku

kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti berulang-ulang atau berkali-kali, sedangkan

wisata berarti perjalanan atau bepergian. Dengan demikian secara harfiah pariwisata

13

berarti perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang atau berkali-kali. Menurut

Yoeti (2013:103) kata pariwisata terdiri dari dua suku kata yang masing-masing kata

terdiri dari kata Pari dan Wisata. Kata pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-

putar, lengkap. Kata wisata berarti perjalanan, bepergian, yang mana kata tersebut

sesuai dengan kata travel dalam bahasa Inggris.

Pendit (2011:32) mengatakan bahwa pariwisata merupakan gejala zaman

sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan penggantian hawa,

penilaian yang sadar dan menumbuhkan cinta terhadap keindahan alam dan pada

khususnya disebabkan karena bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas

masyarakat sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industri, perdagangan dan

sarana transportasi. Selanjutnya menurut Musanef (2010:11) bahwa pariwisata adalah

suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari

suatu tempat ke tempat yang lain untuk menikmati perjalanan tersebut, guna

bertamasya dan rekreasi, melihat dan menyaksikan atraksi wisata di tempat lain untuk

memenuhi keinginan yang beraneka ragam, yaitu: a) keseluruhan fenomena alam

maupun buatan manusia yang dimanfaatkan untuk kepentingan wisatawan; b)

kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama

melakukan aktivitas perjalanan. Dengan memperhatikan faktor-faktor: (1) perjalanan

itu dilakukan untuk sementara waktu; (2) perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat

ke tempat lain; (3) perjalanan itu walaupun apa bentuknya harus selalu dikaitkan

dengan bertamasya dan rekreasi, melihat dan menyaksikan atraksi-atraksi wisata; (4)

orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat/daerah

14

yang dikunjungi dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut, dengan

mendapat pelayanan.

Suwantoro (2012:3) mengemukakan bahwa istilah pariwisata berhubungan

erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat

tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan

untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh

seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan

memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang

berhubungan dengan kegiatan olah raga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan dan

keperluan usaha yang lainnya.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat diketahui bahwa pada

hakikatnya pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dari suatu tempat ke tempat lain untuk sementara waktu dengan

tujuan utama untuk bertamasya dan rekreasi atau untuk mengetahui sesuatu, dan

bukan untuk mencari nafkah.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (2013:89) mengemukakan bahwa

wisata adalah kegiatan perjalanan dan sebagian dari kegiatan tersebut yang yang

dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya

tarik wisata. Sedangkan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang

terkait di bidang tersebut.

15

2.1.4. Jenis-Jensi Pariwisata

Yoeti (2013:111) menjelaskan bahwa jenis-jenis pariwisata sebagai berikut:

1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan

Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat

tinggal untuk berlibur, untuk memenuhi kehendak keingintahuannya mengenai

sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, ingin mengetahui hikayat rakyat

setempat, untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar kota atau

sebaliknya ingin menikmati liburan di kota-kota besar ataupun untuk ikut serta

dalam keramaian pusat-pusat wisatawan.

2. Pariwisata untuk rekreasi

Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki

pemanfaatan hari liburnya untuk istirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran

jasmani dan rohani, dan lain-lain. Biasanya mereka tinggal selama mungkin di

tempat-tempat yang dianggap benar-benar menjamin tujuan rekreasi.

3. Pariwisata untuk kebudayaan

Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi seperti keinginan untuk belajar

di pusat-pusat pengajaran riset, untuk mempelajari adat istiadat kelembagaan cara

hidup rakyat negara lain, monumen bersejarah, peninggalan peradaban masa lalu

atau sebaliknya penemuan-penemuan besar masa kini, pusat kesenian,

keagamaan dan lain-lain.

4. Pariwisata untuk berolahraga yaitu pariwisata bagi mereka yang ingin berlatih

dan mempraktekkan sendiri, seperti: mendaki gunung, memancing, berenang,

dan lain-lain.

16

5. Pariwisata untuk usaha bisnis tujuan maupun pilihan waktu perjalanan tetapi juga

mencakup semua kunjungan kepameran, kunjungan ke instansi teknis dan lain-

lain. Jenis ini dalam bentuk perjalanan profesional karena ada kaitannya dengan

perjalanan atau jabatan yang tidak memberikan pelakunya baik pilihan daerah.

6. Pariwisata untuk berkonferensi.

Jenis ini misalnya dalam mengikuti konferensi internasional pada berbagai

badan-badan atau organisasi internasional yang dihadiri oleh ribuan orang dan

biasanya tinggal beberapa hari di kota atau negara penyelenggara.

2.1.5. Faktor Pendorong dan Penarik

Menurut Richardson (2010:67) untuk melakukan perjalanan wisata, seseorang

dipengaruhi kuat oleh faktor-faktor pendorong (push factors) dan faktor-faktor

penarik (pull factors). Faktor pendorong dan penarik ini sesungguhnya merupakan

faktor internal dan eksternal yang memotivasi wisatawan dalam mengambil

keputusan untuk melakukan perjalanan. Faktor pendorong umumnya bersifat sosial-

psikologis atau merupakan person specific motivation, sedangkan faktor penarik

merupakan destination specific atributes.

a. Faktor Pendorong

Menurut Dann dalam Ross (2013) faktor pendorong utama seseorang

dalam melakukan perjalanan wisata adalah untuk melepaskan diri dari tekanan

psikis dalam kehidupan sehari-hari di negara industri, yang dijelaskan sebagai

berikut:

17

Dengan adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan

perjalanan wisata, tetapi belum jelas daerah mana yang akan dituju. Dengan

demikian berbagai faktor penarik yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata (DTW)

akan menyebabkan orang tersebut memilih DTW tertentu untuk memenuhi need

and wants-nya. Sejalan dengan hal dimaksud, Jackson (2009) juga telah

mengidentifikasi berbagai faktor pendorong. Menurutnya ada 8 faktor pendorong

yang dapat diidentifikasi, yaitu: (1) ego enhancement, (2) itual inversion, (3)

pilgrimage, (4) religion, (5) health, (6) education, (7) perceived authenticity, dan

(8) conventions /conferences.

Menurut Ryan (2011), dari kajian literaturnya menemukan berbagai faktor

pendorong bagi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata seperti:

(1) Escape, (2) Relaxation, (3) Play, (4) Strengthening family bonds, (5) Prestige,

(6) Social interaction, (7) Educational opportunity, (8) Self-fulfilment, dan

(9) Wish-fulfilmen.

b. Faktor Penarik

Menurut Jackson (2009) ada 11 faktor penarik seseorang melakukan

perjalanan wisata, yaitu: (1) location climate, (2) national promotion, (3) retail

advertising, (4) wholesale marketing, (5) special events, (6) incentive schemes,

(7) visiting friends, (8) visiting relatives, (9) tourist attractions, (10) culture, dan

(11) natural environment man-made environment.

18

2.1.6. Dampak Pengelolaan Pariwisata Terhadap Peningkatan Ekonomi dan

Sosial Masyarakat

Sektor pariwisata dapat dikatakan sebagai katalisator dalam pembangunan.

pariwisata sebagai suatu industri dapat menimbulkan dampak yang berdimensi multi

sektor, sehingga dapat mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dengan

menyediakan berbagai kebutuhan wisatawan di mana obyek wisata terletak. Dampak

yang ditimbulkan sektor pariwisata dapat dibagi menjadi tiga (Kementrian

Kebudayaan dan Pariwisata, 2013), yaitu dampak langsung (direct effect), dampak tak

langsung (indirect effect) dan dampak ikutan (induced effect). Pada dampak langsung,

dampak outputnya akan sama dengan nilai perubahan pada permintaan akhir.

Pentingnya pariwisata dalam mendorong aktivitas perekonomian dikemukakan

oleh Yoeti (2013) yang mengatakan bahwa pariwisata merupakan faktor penting

dalam pembangunan ekonomi suatu negara, karena mendorong perkembangan

beberapa sektor perekonomian nasional, misalnya:

a. Peningkatan kegiatan perekonomian sebagai akibat dibangunnya prasarana dan

sarana demi pengembangan pariwisata, sehingga memungkinkan orang-orang

melakukan aktivitas ekonominya dari suatu tempat ke tempat lainnya, baik dalam

suatu wilayah negara tertentu, maupun dalam kawasan internasional sekalipun.

b. Meningkatkan industri-industri baru yang erat kaitannya dengan pariwisata

seperti misalnya: transportation, accomodation (hotel, motel, holiday, village,

camping, sites, dll) yang juga akhirnya menciptakan permintaan baru seperti

tourist transportation, hotel equipment, (lift, escalator, china ware, linens,

furniturest, dll).

19

c. Meningkatkan hasil pertanian dan peternakan untuk kebutuhan hotel dan

restoran, seperti sayur, buah-buahan, bunga, telur, daging, dan lain-lain karena

semakin banyaknya orang yang melalukan perjalanan wisata.

d. Meningkatkan permintaan terhadap handicrafts, sovenir good, art painting, dan

lain-lain.

e. Memperluas barang-barang lokal untuk lebih dikenal oleh dunia internasional

termasuk makanan dan minuman.

f. Meningkatkan perolehan devisa negara, sehingga dapat mengurangi beban defisit

neraca pembayaran.

g. Memberikan kesempatan berusaha, kesempatan kerja, peningkatan penerimaan

pajak bagi pemerintah dan peningkatan pendapatan nasional.

h. Membantu membangun daerah-daerah terpencil yang selama ini tidak tersentuh

pembangunan.

i. Mempercepat perputaran perekonomian pada negara-negara penerima kunjungan

wisatawan (tourist receiving countries).

j. Dampak penggandaan yang ditimbulkan pengeluaran wisatawan, sehingga

memberi dampak positif bagi pertumbuhan daerah tujuan wisata yang dikunjungi

wisatawan.

Peran pariwisata dalam pembangunan juga dapat memberikan manfaat dalam

beberapa aspek (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2013) yaitu:

a. Manfaat ekonomi (kesejahteraan). Meningkatkan arus wisatawan baik nusantara

maupun mancanegara ke suatu daerah menuntut macam-macam pelayanan dan

fasilitas yang semakin meningkat jumlah dan ragamnya. Hal ini memberi manfaat

20

ekonomi bagi penduduk, pengusaha maupun pemerintah setempat seperti:

penerimaan devisa, kesempatan berusaha, terbukanya lapangan kerja dan

mendorong pembangunan daerah.

b. Manfaat sosial budaya. Pembangunan dan pengembangan pariwisata dapat

memberikan manfaat dalam bidang sosial budaya, seperti: pelestarian budaya dan

adat istiadat, meningkatkan kecerdasan masyarakat, meningkatkan kesehatan dan

kesegaran jasmani ataupun rohani serta mengurangi konflik sosial.

c. Manfaat berbangsa dan bernegara, yaitu: mempercepat persatuan dan kesatuan,

menumbuhkan rasa memiliki, keinginan untuk memelihara dan mempertahankan

negara yang ujungnya tumbuh rasa cinta terhadap tanah air serta memelihara

hubungan baik internasional dalam pengembangan wisata.

d. Manfaat bagi lingkungan, pembangunan dan pengembangan pariwisata diarahkan

agar dapat memenuhi keinginan wisatawan, seperti hidup tenang, bersih, jauh

dari polusi, santai, dapat mengembalikan kesehatan fisik dan mental. Dengan

demikian, pariwisata merupakan salah satu cara dalam upaya untuk melestarikan

lingkungan, di samping akan memperoleh nilai tambah atas pemanfaatan dari

lingkungan yang ada.

Peran pariwisata bagi pembangunan secara lebih luas dikemukakan oleh

Suwantoro (2012:26) yang menyatakan bahwa pariwisata dapat memberikan manfaat

dalam beberapa aspek sebagai berikut :

a. Bidang ideologi. Pariwisata sebagai wahana efektif untuk memupuk dan

menanamkan rasa cinta tanah air, semangat pembangunan yang didasari nilai-nilai

perjuangan 1945.

21

b. Pariwisata dalam negeri dengan kegiatan saling mengunjungi akan lebih

mengenalkan daerah satu dengan yang lain sebagai sarana membina dan

memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Sedangkan kunjungan wisatawan

mancanegara akan memupuk rasa cinta damai dan kerja sama antara negara di

dunia.

c. Bidang ekonomi

1. Meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha

2. Meningkatkan devisa. Hal ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya

kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Sebagai penghasil devisa

yang diandalkan, pembangunan pariwisata dapat mendukung kelanjutan

pembangunan nasional.

3. Meningkatkan penerimaan devisa, yaitu: (a) pajak langsung berupa pajak

penjualan dan penghasilan dari perusahaan pariwisata serta pajak wisatawan

yang menggunakan fasilitas umum; (b) pajak tak langsung, berupa bea masuk

dan bea cukai dari penghasilan barang dan jasa.

4. Meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat. Belanja wisatawan di

daerah tujuan wisata akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada

masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung melalui

dampak berganda (effect multiplier).

5. Meningkatkan ekspor. Dengan semakin banyaknya wisatawan mancanegara

yang berkunjung berarti akan ikut memperkenalkan barang-barang produksi

dalam negeri yang dinikmati wisatawan yang kemudian akan membuka

peluang untuk ekspor.

22

6. Menunjang pembangunan daerah. Pembangunan pariwisata cenderung untuk

tidak berpusat di kota, melainkan ke daerah pedalaman dan pantai yang bebas

dari kebisingan kota.

7. Bidang sosial budaya. Keanekaragaman kekayaan sosial budaya Indonesia

merupakan modal dasar bagi pengembangan pariwisata. Oleh sebab itu

pengembangan kepariwisataan harus mampu melestarikan dan

mengembangkan budaya yang ada.

8. Bidang Hankam. Pengembangan pariwisata di daerah akan mengekang arus

urbanisasi, sementara kondisi pertahanan daerah-daerah yang akan dikunjungi

oleh para wisatawan harus terjamin. Oleh karena itu dalam bidang Hankam,

sektor pariwisata berperan sebagai salah satu kondisi yang diperlukan bagi

pembinaan pertahanan dan keamanan.

9. Bidang lingkungan hidup. Pada dasarnya pengembangan pariwisata

memanfaatkan kondisi lingkungan yang menarik. Dalam pengembangan

wisata alam dan lingkungan senantiasa menghindari dampak kerusakan

lingkungan hidup, yaitu dengan perencanaan yang teratur dan terarah.

Dampak pengelolaan pariwisata dapat pula dilihat dari aspek pembangunan

wilayah. Pariwisata sebagai suatu industri dapat menjadi motor penggerak

pertumbuhan bagi suatu wilayah. Berdasarkan teori pertumbuhan regional jangka

pendek yang bersumber dari dalam (Glasson, 2010:70) yang menjelaskan model

multiplier regional dengan menekankan hubungan antara sektor-sektor yang terdapat

dalam perekonomian regional dan kekuatan-keuatan pendorong yang berasal dari

salah satu sektor ke semua sektor lainnya. Multiplier ini dilandaskan pada kenyataan

23

bahwa penginjeksian sejumlah tertentu uang ke dalam perekonomian regional akan

menaikkan pendapatan regional yang mengakibatkan bertambahnya pengeluaran

konsumen. Bagian pendapatan yang dibelanjakan ini akan menjadi pendapatan bagi

pihak lain yang selanjutnya membelanjakannya sebahagian, dan demikian seterusnya.

Berdasarkan teori pertumbuhan regional jangka panjang sebagai sumber

pertumbuhan dari luar (Glasson, 2010:91) mengemukakan bahwa teori basis ekspor

(export base theory) merupakan salah satu pendekatan dalam menjelaskan faktor

permintaan dari luar dalam pertumbuhan regional. Menurut teori ini, pertumbuhan

sesuatu daerah ditentukan oleh eksploitasi kemanfaatan alamiah dan pertumbuhan

basis ekspor daerah yang bersangkutan, hal mana selanjutnya dipengaruhi oleh

tingkat permintaan ekstern dari daerah-daerah dan negeri-negeri lain. Pendapatan

yang diperoleh dari penjualan ekspor akan mengakibatkan berkembangnya kegiatan-

kegiatan penduduk setempat, perpindahan modal dan tenaga kerja, keuntungan-

keuntungan eksternal dan pertumbuhan regional lebih lanjut. Jadi, teori ini

memandang tingkat permintaan luar terhadap produk dari industri-industri ekspor

suatu daerah sebagai penentu yang strategik bagi pertumbuhan regional.

Pada teori titik pertumbuhan yang secara implisit bersumber pada konsep basis

ekspor tetapi dengan memberi dimensi ruang (Richardson, 2010:86) bahwa industri

penggerak sebagai industri inti (key industry) merupakan industri yang melayani

pasar ekstra regional, sedangkan industri-industri pensuplay tenaga kerja, bahan-

bahan mentah dan pelayanan-pelayanan dependen dapat terpencar di seluruh daerah

pengaruh. Pendapatan yang diterima di daerah pengaruh berasal dari penerimaan

faktor, terutama upah yang diperoleh para pekerja yang tinggal di daerah pengaruh

24

tetapi bekerja di titik pertumbuhan. Jadi titik pertumbuhan merupakan pasar tenaga

kerja, sedangkan daerah pengaruhnya sebagai daerah sumber tenaga kerja.

Dampak positif pengelolaan pariwisata dikemukakan Adisasmita (2010:127)

bahwa kawasan diartikan sebagai suatu wilayah yang mempunyai fungsi atau aspek

fungsional tertentu. Pada kawasan yang akan dikembangkan itu memiliki sektor atau

lapangan usaha yang potensial dan strategis untuk menunjang pembangunan.

Kawasan yang dimaksud disebut sebagai kawasan andalan, dan sektornya adalah

sektor unggulan. Sektor unggulan yang dimaksud adalah: (1) sektor yang

menghasilkan produksi yang mempunyai kontribusi besar terhadap nilai produksi

bruto (PDRB), misalnya sektor pertanian; (2) sektor yang memberikan lapangan kerja

yang besar, dengan demikian menciptakan pendapatan bagi masyarakat; (3) sektor

yang mempunyai tingkat keterkaitan yang kuat terhadap pengembangan sektor-sektor

lainnya baik ke depan maupun ke belakang; (4) sektor yang berpotensi meningkatkan

ekspor non migas (menghasilkan devisa); (5) sektor yang pada saat sekarang

meskipun kontribusinya terhadap PDRB masih relatif kecil tetapi sektor tersebut

memiliki prospek pengembangan yang menjanjikan pada masa mendatang (misalnya

sektor pariwisata).

Sejalan yang dikemukakan oleh Mubyarto dalam Yoeti (2013:15) bahwa

pariwisata merupakan sektor ekonomi yang terbukti mampu mengentaskan

kemiskinan pada suatu daerah. Pembangunan industri pariwisata yang mampu

mengentaskan kemiskinan adalah industri pariwisata yang mempunyai trickle down

effect bagi masyarakat setempat. Pemilihan sektor pariwisata sebagai sektor ekonomi

alternatif dalam pengentasan kemiskinan cukup beralasan. Pariwisata bagaimanapun

25

juga, memiliki andil dan memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan

kesejahteraan rakyat kecil di pedesaan maupun di perkotaan di mana proyek

pariwisata dikembangkan.

Kegiatan pariwisata tidak hanya menimbulkan dampak positif, akan tetapi

dapat pula menimbulkan dampak negatif. Yoeti (2013:22) mengemukakan beberapa

dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata, antara lain misalnya

“1) Harga tanah menjadi mahal, pantai-pantai dikaveling, sehingga sering

terjadi spekulasi harga yang pada akhirnya meningkatkan harga tanah di

sekitarnya. 2) Di pusat-pusat konsentrasi kegiatan pariwisata harga-harga bahan

makanan menjadi mahal yang dapat meningkatkan inflasai tiap tahunnya. 3)

Sumber-sumber hayati menjadi rusak, yang menyebabkan Indonesia kehilangan

daya tariknya untuk jangka panjang. 4) Terjadi urbanisasi, pencari kerja dari

desa ke kota-kota besar. 5) Ramainya lalulintas wisatawan, ternyata ditumpangi

oleh penyelundupan obat bius dan narkotika”.

Kegiatan pariwitasa dapat berpotensi memberikan dampak negatif terhadap

lingkungan, baik terhadap lingkungan obyek wisata maupun terhadap lingkungan

sosial budaya setempat. Aryanto (2008:7) mengutip beberapa dampak negatif

pariwisata pada lingkungan budaya yang dibagi dalam 6 komponen lingkungan yang

akan rusak/berubah, yaitu :

“(1) nilai dan kepercayaan, (2) moral, (3) perilaku, (4) seni dan kerajinan, (5)

hukum dan ketertiban, dan (6) sejarah. Hartanto (1997), menambahkan daftar

dampak negatif lainnya yang akan terjadi pada Lingkungan Binaan dan

Lingkungan Alam, yaitu pada: (1) flora dan fauna, (2) polusi, (3) erosi, (4)

sumber daya alam, 5) pemandangan”.

Pengelolaan obyek wisata juga dapat memberikan implikasi bagi kondisi

ekonomi masyarakat. Sumaatmadja (2011:73) mengemukakan bahwa variabel-

variabel yang terkait dengan masalah ekonomi adalah mata pencaharian, pendapatan,

pengeluaran dan investasi (tabungan). Jadi jelaslah bahwa sumberdaya di permukaan

26

bumi tersebar tidak merata, bahkan di wilayah-wilayah tertentu sumberdaya tertentu

dapat dikatakan langka atau sama sekali tidak ada. Melalui pemanfaatan pranata-

pranata yang diciptakan manusia di dalam bentuk ilmu pengetahuan dan teknologi,

sumberdaya tadi diusahakan dapat memenuhi kebutuhan.

Istilah ekonomi yang dikemukakan oleh Winardi (2011:76) mempunyai makna

sebagai berikut : sebuah istilah yang digunakan untuk menunjukkan setiap tindakan

atau proses yang bersangkut paut penciptaan barang-barang atau jasa-jasa yang dibuat

untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Secara lebih spesifik istilah tersebut

digunakan untuk mendirikan produksi barang-barang serta jasa-jasa yang dihasilkan

dengan pengetahuan teknis yang berlaku. Di samping pengertian tersebut, oleh

Sukirno (2011:68) memberikan pengertian tentang istilah ekonomi sebagai berikut :

“Ekonomi bersumber dari dua kata yang dalam bahasa Yunani yaitu “oikos” dan

“nomos” yang berarti aturan-aturan dalam rumah tangga. Pada dasarnya ia

menerangkan tentang prinsip-prinsip di dalam menggunakan pendapatan rumah

tangga, sehingga menciptakan kepuasan maksimum kepada rumah tangga.

Todaro (2010:78) mendefinisikan ilmu ekonomi adalah ilmu sosial. Ia

berkepentingan dengan manusia dan sistem sosial dimana manusia

mengorganisasikan aktivitas-aktivitasnya dalam rangka pemuasan kebutuhan dasar

(makan, tempat tinggal dan pakaian) serta kebutuhan-kebutuhan non materil

(pendidikan, pengetahuan, keindahan, spritual dan sebagainya). Lebih lanjut Todaro

(2010:79) memberikan pengertian tentang ekonomi sebagai sistem ekonomi perlu

ditinjau secara lebih luas dalam konteks keseluruhan sistem sosial suatu negara atau

27

dengan perkataan lain adanya hubungan yang saling bergantung antara faktor-faktor

yang dinamakan ekonomi dan non ekonomi.

Adapun faktor ekonomi dan non ekonomi yang dimaksud di atas menurut

Todaro (2010:80) tidak lain adalah faktor ekonomi yang mempersoalkan pendapatan

atau income, harga dan alokasi sumberdaya, persyaratan produksi, taraf hidup dan

alternatif sistem ekonomi dimana di dalamnya terdapat variabel-variabel ekonomi

yang prinsipil. Sedangkan faktor non ekonomi meliputi : sikap terhadap kehidupan,

pekerjaan dan kesesuaian, struktur administrasi dan birokrasi pemerintah dan swasta,

pola pertalian agama dan keluarga, tradisi dan budaya masyarakat, sistem pemilikan

dan pengolahan tanah, kewenangan atau otoritas dan integrasi badan-badan

pemerintah, tingkat partisipasi di dalam aktivitas dan keputusan-keputusan mengenai

pembangunan serta fleksibilitas atau kelakuan stratifikasi sosial dan ekonomi.

Leiper (2010:228) mengemukakan bahwa pendapatan dari usaha atau bisnis

pariwisata, pengeluaran dari wisatawan secara langsung atau tidak langsung

merupakan sumber pendapatan dari beberapa perusahaan, organisasi atau masyarakat

perorongan yang melakukan usaha di sektor pariwisata. Jumlah wisatawan yang

banyak merupakan pasar bagi produk lokal. Masyarakat secara perorangan juga

mendapat penghasilan jika mereka bekerja dan mendapat upah dari pekerjaan

tersebut. Pekerjaan di pariwisata sangat beragam, seperti pengusaha pariwisata,

karyawan hotel dan restoran, karyawan agen perjalanan, penyedia jasa transportasi,

pemandu wisata, penyedia souvenir, atraksi wisata, dan seterusnya.

Faktor-faktor non ekonomi seperti sikap masyarakat menghadapi kebutuhan,

pekerjaan dan kekuasaan serta sistem-sistem pemakaian tanah/lahan secara langsung

28

akan mempengaruhi besarnya penghasilan masyarakat yang pada akhirnya akan

mempengaruhi pula tingkat kehidupan ekonomi dari masyarakat yang bersangkutan.

Kenyataan menunjukkan pula bahwa kemampuan seseorang dalam bidang ekonomi,

turut pula menentukan besar kecilnya orang tersebut di dalam pengambilan keputusan

pada suatu lembaga/perkumpulan.

Berdasarkan uraian tersebut nampaklah bahwa pembangunan nasional bangsa

Indonesia akan diarahkan pada pembangunan manusia Indonesia. Untuk mencapai hal

tersebut, maka pembangunan yang berhasil dilakukan oleh suatu negara tidak hanya

melibatkan fenomena ekonomi belaka tetapi harus mencakup semua aspek, baik

materi maupun finansial.

2.2. Kajian Empirik

Penelitian terdahulu yang dianggap relevan dan dijadikan sebagai pembanding

terhadap penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Kamaruddin (2012)

dengan judul: Strategi Pengembangan Obyek Wisata Toronipa Serta Implikasinya

Terhadap Ekonomi dan Sosial Masyarakat Wilayah Kelurahan Toronipa Kecamatan

Soropia Kabupaten Konawe. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Alternatif

strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan obyek wisata Toronipa adalah

pertumbuhan agresif (SO) yaitu menggunakan kekuatan berupa: Potensi daya tarik

wisata berupa keindahan alam (pantai, bukit dan hutan/kebun), terdapat disekitar

OWT yaitu 768 jiwa atau 192 kepala keluarga, hanya sebagian kecil penduduk yang

mengambil manfaat dari keberadaan daya tarik wisata di Toronipa.

29

Melalui kekuatan tersebut dapat memanfaatkan peluang berupa: Masyarakat

setempat memahami kebutuhan wisatawan dan menyadari pentingnya kehadiran

wisatawan serta mengetahui lapangan usaha dan lapangan kerja tercipta dari

kedatangan wisatawan, masyarakat mampu mengambil peluang untuk berusaha dan

mengisi lapangan di bidang pariwisata, sarana dan prasarana untuk kebutuhan

wisatawan memadai, wisatawan dapat menikmati berbagai macam kegiatan wisata

sebagai kebutuhannya, promosi desa wisata oleh masyarakat dan Disparda dan usaha

pariwisata, (2) Adanya pengembangan obyek wisata Toronipa memberikan implikasi

positif bagi perbaikan kondisi ekonomi (pendapatan, konsumsi, tabungan) dan sosial

masyarakat di Kelurahan Toronipa (perolehan mata pencaharian sampingan,

perbaikan kondisi perumahan dan kesehatan). Hal ini diperkuat melalui hasil uji

statistik dengan menggunakan uji tanda (Sign Test) yang menunjukkan bahwa nilai

Zhitung = 2,335> Ztabel yaitu 0,3289, (3) Faktor-faktor yang mempengaruhi wisatawan

berkunjung ke obyek wisata Toronipa Kelurahan Toronipa adalah faktor daya

dorong dengan nilai persentase rata-rata 76,47% yang meliputi kegiatan promosi,

kelancaran sarana transportasi dan jarak dari pusat Kota Kendari yang sangat dekat.

Sedangkan faktor daya tarik dengan nilai persentase rata-rata 63,40% yang meliputi

adanya penyediaan sarana prasarana, adanya perubahan obyek wisata dan

terjaminnya keamanan, (4) Prospek pengembangan obyek wisata Toronipa akan lebih

baik dimasa yang akan datang, hal ini didasarkan pada analisis trend yang

menunjukkan bahwa jumlah pengunjung obyek wisata Toronipa diprediksi akan

mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,49% rata-rata per tahun.

30

Muhammad Yamin (2008) dengan judul: Studi Pengembangan Wisata Alam

Pantai Toronipa Terhadap Peningkatan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarat Kelurahan

Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat mengalami peningkatan atau menjadi lebih

baik setelah pantai toronipa menjadi obyek wisata. Sedangkan, kondisi keamanan

biasa saja, atau tetap dalam kondisi aman walaupun OWT telah berkembang menjadi

daerah tujuan wisata. Pengembangan OWT belum mencapai tarap yang baik,

melainkan masih tarap kategori sedang. Hal ini dibuktikan dengan pemanfaatan lahan

hanya (0,22%), jalan dalam kawasan obyek wisata 75 persen masih merupakan jalan

tanah, penginapan yang ada hanya dapat menampung 24 orang wisatawan, kondisi

fasilitas mandi, cuci dan kakus yang ada masih berstatus darurat (76,19%), dan

ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana OWT masih terbatas atau berada pada

kategori sedang. Pengelolaan OWT menggunakan sistem partisipatif murni dari

masyarakat pemilik lahan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan Aryanto (2008) dengan judul

“Environmental Marketing Pada Ekowisata Pesisir: Menggerakkan Ekonomi Rakyat

Daerah Otonom (Studi di Kawasan Ujung Genteng Kabupaten Sukabumi), dengan

menggunakan analisis input-ouput menyimpulkan bahwa industri pariwisata

memberikan sumbangan yang signifikan pada perekonomian daerah dan dampak

ekonomi lainnya yang bersifat langsung maupun tak langsung, misalnya dengan

meningkatnya pendapatan masyarakat dan terbukanya kesempatan kerja. Model ini

telah memperlihatkan keseimbangan secara keseluruhan, bukan keseimbangan satu

proses produksi saja, di mana sebagian output suatu kegiatan digunakan sebagai input

31

bagi kegiatan lainnya. Hasil penelitian Pengembangan Pariwisata Kabupaten Sleman,

di simpulkan bahwa sebagai tindak lanjut atas investasi yang dilakukan dalam

pengembangan pariwisata Kabupaten Sleman adalah dibangunnya berbagai fasilitas

pelayanan sebagai produk wisata sehingga berdampak pada beberapa hal yaitu: 1)

pengembangan dengan konsep “Technopark” yang mengangkat tema kekayaan dan

keunikan geofisik, goekultur, sosial, budaya, lingkungan, ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK), rekreasi dan lain-lainnya. Kawasan ini merupakan fasilitas

pembelajaran bagi masyarakat secara edukatif dan informatif, atraktif, rekreatif dan

inovatif. 2) Pengembangan Water Park. Konsep pengembangan wisata Water Park

sangat sesuai dengan kondisi di Kabupaten Sleman, di mana sebagian besar wilayah

Sleman dipertahankan sebagai daerah pertanian dan tangkapan/resapan air untuk

menjaga keseimbangan alam, sehingga Kabupaten Sleman merupakan kota

penyangga Daerah Istimewa Yogyakarta yang sangat vital dan potensial dari berbagai

segi yang didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten dan Provinsi. 3) Kegiatan

ilmiah yang mampu mengundang terlaksananya pertemuan maupun seminar; adanya

pembukaan jaringan antar produsen dan pengusaha pameran nasional dan

internasional untuk melaksanakan pameran di Yogyakarta. 4) Pergeseran psikograpis

wisata dari mass tourism ke individual tourism memunculkan peluang untuk

menampilkan keunikan budaya dan kondisi-kondisi alami di pedesaan yang untuk

menikmatinya diperlukan sarana/fasilitas-fasilitas fisik untuk akomodasi bertaraf

internasional. 5) Peluang pengembangan obyek wisata minat khusus untuk : off road,

trakking, camping ground, pemancingan, volly pasir, Olah raga air. Dampak

32

selanjutnya dari berbagai kegiatan tersebut adalah semakin meluasnya lapangan kerja

sebagai sumber pendapatan masyarakat (Pemerintah Kabupaten Sleman, 2008).

Cairns dan Ross (2009) menemukan bahwa dari 30 jenis fasilitas masyarakat,

diketahui: Dampak negatif yang diderita adalah meningkatnya biaya beli tanah dan

rumah, sewa rumah, biaya hidup dan tingkat kejahatan. Dampak positif yang

diperoleh adalah: hotel dan restoran, fasilitas belanja, peluang usaha, taman, kebun,

dan fasilitas hiburan, sehingga meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan

masyarakat Hal-hal yang lebih netral adalah: keadaan jalan raya, keramahan

penduduk, pelayanan kesehatan, dan penampilan umum daerah tersebut yang relatif

lebih baik (Aryanto, 2008).

2.3. Kerangka Pemikiran

Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra merupakan salah satu obek wisata

yang perlu dikelola dengan baik. Strategi pengelolaan yang dilakukan perlu

mempertimbangkan adanya aspek-aspek internal berupa kekuatan dan kelemahan

serta aspek-aspek ekternal berupa peluang dan ancaman. Aspek kekuatan yang di

miliki adalah potensi daya tarik wisata berupa keindahan alam (pantai, bukit dan

hutan/kebun), adanya penduduk disekitar obek wisata, baru sebagian kecil penduduk

yang mengambil manfaat dari keberadaan daya tarik wisata di Taman Pendidikan

Laut Bintang Samudra. Aspek kelemahan adalah transportasi yang terbatas, makan

minum, akomodasi, atraksi wisata, kegiatan wisata, cenderamata juga masih sangat

terbatas, sarana wisata lainnya seperti: toilet, kamar bilas dan lain-lain belum

memadai.

33

Pada aktivitas pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra tentunya

diharapkan dapat memberikan dampak positif teradap sosial ekonomi masyarakat

yaitu diharapakan adanya peningkatan pendapatan masyarakat. Apabila keadaan

ekonomi masyarakat disekitar obyek wisata menjadi baik, maka diharapkan akan

semakin menciptakan daya tarik dan daya dorong bagi kunjungan wisatawan ke

Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra. Daya tarik dimaksud adalah akan dapat

menyediakan sarana dan prasarana wisata, menjaga keaslian obyek wisata serta

menjaga keamanan disekitar obyek wisata. Sedangkan daya dorong yaitu akan

melakukan promosi serta berupaya menyediakan sarana transportasi. Dengan adanya

daya tarik dan daya dorong tersebut maka diharapkan jumlah kunjungan wisatawan

akan semakin meningkat dan prospeknya akan lebih baik dimasa yang akan datang.

Kerangka pemikiran tersebut disajikan pada gambar 2.1 berikut.

34

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pimikiran Strategi Pengelolaan Pariwisata Dalam

Rangka Peningkatan Ekonomi dan Sosial Masyarakat Di Kabupaten

Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara (Studi Pada Taman Pendidikan

Laut Bintang Samudra)

Analisis:

1. SWOT

2. Deskriptif

Kesimpulan dan Saran

Pengelolaan Objek Wisata

Taman Pendidikan Laut

Bintang Samudra

Strategi Dampak Ekonomi dan

Sosial

1. Pendapatan

2. Konsumsi

3. Tabungan

4. Mata Pencaharian

5. Kondisi Perumahan

6. Kesehatan

Faktor Eksternal

Peluang :

1. Pemahaman Masyarakat

tentang kebutuhan wisatawan

2. Peluang untuk berusaha

dibidang pariwisata

3. Sarana dan prasarana

4. Wisatawan dapat menikmati

kegiatan wisata

5. Promosi atraksi wisata

Ancaman :

6. Pencemaran disekitar tempat

7. Berkurangnya nilai keaslian

obyek wisata

Faktor Internal

Kekuatan :

1. Keindahan Alam

2. Penduduk

Kelemahan :

3. Transportasi masih terbatass

4. Makan minum masih terbatas

5. Akomodasi

6. Atraksi wisata masih terbatas

7. Kegiatan wisata masih minim

Peningkatan ekonomi

dan sosial masyarakat

35

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara

dengan melihat strategi pengelolaan pariwisata dalam rangka peningkatan ekonomi

dan sosial masyarakat. Waktu penelitian akan dilaksanakan setelah proposal ini

diseminarkan.

3.2. Rancangan Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif. Yakni menganilisis potensi

eksternal dan potensi internal. Sehingga dapat memberikan penjelasan tentang

bagaiamana “bagaimana strategi pengelolaan pariwisata dalam rangka peningkatan

ekonomi dan sosial masyarakat.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh masyarakat yang tinggal di sekitar

obyek wisata Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra sebanyak 70 kepala keluarga.

Sedangkan sampel dalam penelitian ini dipilih dengan cara penunjukan langsung

(purposive sampling). Besaran sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Taro

Yamane dalam Riduwan (2013:249) pada tingkat presisi 10% dengan rumus sebagai

berikut:

2)(1 n

eN

N

35

36

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Presisi yang ditetapkan yaitu 0,10.

Berdasarkan rumus Taro Yamane dalam Riduwan (2013:249), maka jumlah

sampel yang bisa dianggap mewakili populasi adalah sebanyak :

keluarga kepala41

)10.0(701

70 n

2

3.4. Jenis dan sumber Data

3.4.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer adalah data yang diambil langsung dari objek penelitian atau pada

saat kita melakukan penelitian. Data primer ini didapat dari salah satu Pengurus

dan pengunjung wisata melalui wawancara langsung. Dengan melihat dua aspek

yaitu aspek eksternal dan aspek internal.

2. Data sekunder yaitu data yang berupa persepsi tentang strategi pengelolaan

pariwisata.

3.4.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari :

37

1. Data primer yaitu :

a. Data tentang kondisi internal (kekuatan dan kelemahan) serta kondisi

eksternal (peluang dan ancaman) pengelolaan wisata bahari Taman

Pendidikan Laut Bintang Samudra.

b. Data tentang keadaan ekonomi sebelum dan setelah pengelolaan Taman

Pendidikan Laut Bintang Samudra.

2. Data sekunder yaitu :

a. Pengelola Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra dalam bentuk data

pengunjung wisata kurun waktu tahun 2011-2015

b. Kantor Biro Pusat Statistik Konawe

c. Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan penjelasan operasional dari setiap variabel

yang diteliti disertai dengan indikator pengukurannya. Dengan demikian maka

definisi operasional masing-masing variabel sebagai berikut:

1. Strategi pengelolaan pariwisata adalah upaya mengelola obyek wisata Taman

Pendidikan Laut Bintang Samudra baik dari sisi internal (pendukung dan

penghambat) maupun eksternal guna meningkatkan ekonomi masyarakat.

2. Ekonomi masyarakat adalah perubahan yang mengarah kepada peningkatan

pendapatan, konsumsi dan tabungan masyarakat setelah adanya pengelolaan

obyek wisata Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra.

38

3.6. Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian, maka analisis yang

digunakan sebagai berikut :

1. Permasalahan dan tujuan penelitian pertama dianalisis dengan menggunakan

analisis SWOT, yaitu menganalisa kekuatan dan kelemahan (IFAS), peluang dan

ancaman (EFAS) pada pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra.

Pada konteks penganalisaaan strategi pengelolaan obyek wisata maka dapat

dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Rangkuti (2010:18)

mengemukakan bahwa analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang

(opportunities), Namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weakness), serta ancaman (threats), sehingga dapat dirumuskan strategi

pengelolaan pariwisata.

2. Permasalahan dan tujuan penelitian kedua dianalisis dengan menggunakan

analisis deskriptif, yaitu analisis yang diartikan sebagai prosedur pemecahan

masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan

subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain)

berdasarkan fakta – fakta yang tampak atau sebagaimana adanya ( Soejono dan

Abdurrahman, 1999:23). Dalam hal ini menjelaskan apa adanya perubahan yang

terjadi berkaitan dengan pendapatan, pengeluaran, konsumsi, tabungan serta

pekerjaan sampingan setelah adanya pengembangan. Penguatannya menggunakan

uji tanda (sign test).

39

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Lalano merupakan salah satu bagian dari wilayah kecamatan Soropia

Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara, Desa ini merupakan daerah pantai yang

berhadapan langsung dengan laut. Secara geografis perairan Sawapudo terletak

03055’49’’-03053’57’’ LS dan 122037’20’’-122035’55’’ BT. Secara administrasi Desa

Sawapudo berbatasan langsung dengan beberapa wilayah dengan batas- batas sebagai

berikut :

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Atowatu

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Soropia

- Sebelah Utara berbatasan denggan Desa Laut Banda

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kawasan Tahura Nipa Nipa

Secara administratif desa ini mempunyai luas wilayah ± 1000 Ha dengan luas

daratan 150 Ha. Desa ini berjarak ± 7 Km dari Kecamatan Soropia yang berkedudukan di

Toronipa dan 27 km dari Ibu Kota propinsi yang dapat ditempuh dengan menggunakan

traprotansi darat selamat ± 1 jam . Secara umum zona intertidal Desa Lalano tergolong

landai dengan tipe perairan pantai berpasir , berlumpur , berbatu dan terdapat pecahan

karang karang mati atau pecahan moluska.

40

4.2. Hasil penelitian

4.2.1 Strategi Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra

Strategi pengelolaan obyek wisata merupakan upaya dan cara yang dilakukan

oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Konawe untuk mengelola

wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra. Sehubungan dengan strategi

pengelolaan tersebut, maka perlu dianalisa kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman (SWOT). Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:

4.2.1. Kekuatan dan Kelemahan (IFAS)

Kekuatan yang dimiliki wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang

Samudra, yaitu :

1. Memiliki potensi daya tarik wisata berupa keindahan alam (pantai, bukit dan

hutan/kebun)

2. Penduduk sebanyak 421 jiwa atau 70 kepala keluarga

3. Baru sebagian kecil penduduk yang mengambil manfaat dari keberadaan daya

tarik wisata di Bintang Samudra.

Adapun kelemahan yang dimiliki wisata bahari Taman Pendidikan Laut

Bintang Samudra, yaitu :

1. Transportasi, masih sangat terbatas. Transportasi yang dimaksud dalam hal ini

adalah transportasi reguler dengan trayek dari Unaaha ke Desa Lalano pergi dan

pulang secara rutin.

39

41

2. Makan minum masih sangat terbatas, yang dimaksud dalam hal ini adalah

tersediaanya warung-warung makan, dengan berbagai jenis masakan yang dapat

dipilih oleh wisatawan sesuai selera.

3. Akomodasi, sangat terbatas.

4. Atraksi wisata, masih sangat terbatas. Hal ini karena pengelolaan obyek wisata

belum dikelola secara prefesional.

5. Cendera mata, belum ada.

6. Sarana wisata lainnya seperti: toilet, kamar bilas, dan lain-lain, belum memadai.

7. Lapangan usaha, lapangan kerja bidang pariwisata, masih sangat sedikit.

8. Promosi masih sangat terbatas, berupa pelaksanaan event-event yang bersifat

bahari dengan atraksi tradisional masyarakat setempat.

Berdasarkan deskripsi data kekuatan dan kelemahan maka dapat dibuatkan

matriks strategi internalnya dengan cara menyusun kedalam tabel Internal Strategic

Faktor Analysis Summary (IFAS). Berikut ini adalah cara-cara penentuannya.

1. Menyusun beberapa kekuatan dan kelemahan, pada kolom 1

2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut, mulai 1,0 (sangat penting) sampai

dengan 0,0 (tidak penting), dalam kolom 2

3. Menghitung rating pada kolom 3 masing-masing tersebut dengan memberikan

masalah untuk kekuatan mulai dari +4 = sangat baik, +3 = baik, +2 = sedang,

+1 = agak baik, sedangkan untuk kelemahan mulai dari - 4 = sangat buruk, -3 =

buruk, -2 = buruknya sedang, -1 = agak buruk.

4. Mengalikan bobot (pada kolom 2) dengan rating (pada kolom 3) untuk

memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4. Hasil-hasilnya berupa skor

42

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi dari 4,0

(outstanding) sampai 1,0 (poor)

5. Memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan

bagaimana skor pembobotannya dihitung, pada kolom 5

6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan.

Adapun matriks faktor strategi internal pengelolaan Taman Pendidikan Laut

Bintang Samudra ditampilkan melalui tabel berikut.

Tabel 4.1. Internal Strategy Factors Analysis Summary (IFAS)

Faktor-Faktor

Strategi Internal Bobot*) Rating

Bobot

Rating Komentar

1 2 3 4 5

Kekuatan

a. Memiliki potensi daya tarik

wisata berupa keindahan

alam (pantai, bukit dan

hutan/kebun)

b. Penduduk 421 jiwa atau 70

kepala keluarga

c. Baru sebagian kecil penduduk

yang mengambil manfaat dari

keberadaan daya tarik wisata

di Bintang Samudra.

0.15

0.12

0.1

4

4

3

0.6

0.48

0.3

Perlu dijaga kelestarian,

kebersihan, lingkungan

sekitar.

Perlu kerjasama dalam

mengelola obyek wisata

Bintang Samudra.

Perlunya pemberdayaan

penduduk.

Kelemahan :

a. Transportasi, masih sangat

terbatas

b. Makan minum, masih sangat

terbatas

c. Akomodasi, sangat terbatas

0.08

0.08

0.07

-1

-1

-2

-0.08

-0.08

-0.14

Perlunya adanya

kebijakan pemerintah

tentang rute kendaraan

umum

Perlunya ditambah

warung akan minum di

Sekitar obyek wisata

Bintang Samudra

Perlunya dibangun villa

tradisional

43

d. Atraksi wisata, masih sangat

terbatas

e. Kegiatan wisata, masih

sangat minim

f. Cenderamata, belum ada

g. Sarana wisata lainnya :

Toilet, kamar bilas, dll,

belum memadai

h. Lap. Usaha/Lap. Kerja

- Bid. Pariwisata, masih

sangat sedikit

- Promosi, masih sangat

Terbatas

0.06

0.05

0.05

0.07

0.08

0.09

-2

-3

-3

-2

-1

-1

-0.12

-0.15

-0.15

-0.14

-0.08

-0.09

Perlunya pelatihan bagi

pengelola obyek wisata

Perlunya penambahan

aktifitas wisata

Perlunya penyediaan

cederamata bagi

wisatawan

Perlunya penambahan

sarana wisata

Perlunya dibuka

lapangan kerja bidang

pariwisata

Perlunya promosi yang

kontinyu dan intensi

Total 1 -5 0.35

Sumber: Data primer, Tahun 2016.

Keterangan*) : Pemberian bobot didasarkan atas pertimbangan subjektif peneliti

menurut urutan pentingnya item-item yang diamati.

4.2.2. Peluang dan Ancaman (EFAS)

Peluang yang dimiliki wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra,

yaitu:

1. Masyarakat setempat memahami kebutuhan wisatawan dan menyadari

pentingnya kehadiran wisatawan serta mengetahui lapangan usaha dan lapangan

kerja tercipta dari kedatangan wisatawan.

2. Masyarakat mampu mengambil peluang untuk berusaha dan mengisi lapangan

kerja di bidang pariwisata.

3. Sarana dan prasarana untuk kebutuhan wisatawan memadai.

44

4. Wisatawan dapat menikmati berbagai macam kegiatan dan atraksi wisata sebagai

kebutuhannya.

5. Promosi desa wisata oleh masyarakat, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Konawe dan pengelola usaha jasa pariwisata.

6. Direncanakan akan diterbitkan sebuah buku sebagai hasil kajian dan telaahan

mengenai peningkatan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan desa wisata,

yang salah satu obyek telaahannya adalah Desa Lalano.

Adapun ancaman terhadap wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang

Samudra, yaitu:

1. Terjadinya pencemaran di sekitar pantai.

2. Berkurangnya nilai keaslian pada obyek wisata.

Berdasarkan deskripsi data peluang dan ancaman, maka dapat dibuatkan

matriks faktor eksternal. Berikut ini adalah cara-cara penentuan faktor strategi

eksternal:

1. Menyusun beberapa peluang dan ancaman, pada kolom 1

2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut, mulai dari 1,0 (sangat penting)

sampai dengan 0,0 (tidak penting) dalam kolom 2

3. Menghitung rating pada kolom 3 masing-masing tersebut dengan memberikan

masalah untuk peluang mulai dari +4 = sangat baik, +3 = baik, +2 = baiknya

sedang, +1 = agak baik sedangkan untuk ancaman mulai dari -4 = sangat buruk,

-3 = buruk, -2 = buruknya sedang, -1 = agak buruk

4. Mengalikan bobot (pada kolom 2) dengan rating (pada kolom 3) untuk faktor

pembobotan dalam kolom 4. Hasil-hasilnya berupa skor pembobotan untuk

45

masing-masing faktor yang dinilainya bervariasi dari 4,0 (outstanding) sampai

dengan 1,0 (poor)

5. Memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan

bagaimana skor pembobotannya dihitung pada kolom 5

6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana reaksi terhadap faktor-faktor

strategi eksternal. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel berikut:

Tabel 4.2. Eksternal Strategy Factors Analysis Summary (EFAS)

Faktor-Faktor

Strategi Eksternal Bobot*) Rating

Bobot

Rating Komentar

1 2 3 4 5

Peluang :

a. Masyarakat setempat

memahami kebutuhan

wisatawan dan menyadari

pentingnya kehadiran

wisatawan serta mengetahui

lapangan usaha dan lapangan

kerja tercipta dari kedatangan

wisatawan

b. Masyarakat mampu

mengambil peluang untuk

berusaha dan mengisi

lapangan di bidang

pariwisata

c. Sarana dan prasarana untuk

kebutuhan wisatawan

memadai

d. Wisatawan dapat menikmati

berbagai macam kegiatan

wisata sebagai kebutuhannya.

e. Promosi Desa Wisata oleh

masyarakat, Disparda dan

Usaha Pariwisata.

0.20

0.18

0.15

0.10

0.10

4

4

4

3

3

0.8

0.72

0.6

0.3

0.3

Pemahaman tentang

kebutuhan wisatawan

perlu dipertahankan

Perlunya memanfaatkan

peluang yang ada

Perlunya menjaga sarana

dan prasarana yang telah

ada.

Perlunya menambah

jenis atraksi wisata

Perlunya meningkatkan

kuantitas dan kualitas

promosi pariwisata

daerah

46

Faktor-Faktor

Strategi Eksternal Bobot*) Rating

Bobot

Rating Komentar

1 2 3 4 5

Ancaman :

a. Terjadinya pencemaran di

sekitar pantai

b. Berkurangnya nilai

keaslian pada obyek wisata

0.12

0.15

-2

-1

-0.24

-0.15

Bagi masyarakat

maupun wisatawan agar

tidak melakukan

pencemaran

Perlunya menjaga

keaslian obyek wisata

Total 1.00 15 2.33

Sumber: Data primer, Tahun 2016.

Keterangan*) : Pemberian bobot didasarkan atas pertimbangan subjektif peneliti

menurut urutan pentingnya item-item yang diamati.

Setelah seluruh informasi kekuatan dan kelemahan (IFAS) serta peluang dan

ancaman (EFAS) di ketahui, maka tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua

informasi tersebut ke dalam analisis SWOT dengan menggunakan pendekatan matriks

space seperti dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Matriks Space Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut

Bintang Samudra

No. Kondisi Internal Rating No. Kondisi Eksternal Rating

1 2 3 4 5 6

1

Kekuatan :

a. Memiliki potensi daya tarik

wisata berupa keindahan

alam (pantai, bukit dan

hutan/kebun).

b. Penduduk 421 jiwa 84

kepala keluarga

c. baru sebagian kecil

penduduk yang mengambil

manfaat dari keberadaan

daya tarik wisata di

Bintang Samudra.

4

4

3

1 Peluang :

a. Masyarakat setempat

memahami kebutuhan

wisatawan dan

menyadari pentingnya

kehadiran wisatawan

serta mengetahui

lapangan usaha dan

lapangan kerja tercipta

dari kedatangan

wisatawan.

b. Masyarakat mampu

mengambil peluang

untuk berusaha dan

mengisi lapangan di

bidang pariwisata

4

4

47

c. Sarana dan prasarana

untuk kebutuhan

wisatawan memadai

d. Wisatawan dapat

menikmati berbagai

macam kegiatan wisata

sebagai kebutuhannya.

e. Promosi desa wisata oleh

masyarakat, Disparda

dan Usaha Pariwisata.

4

3

3

Jumlah 11 Jumlah 18

2

Kelemahan :

a. Transportasi, masih

sangat terbatas

b. Makan minum, masih

sangat terbatas

c. Akomodasi, sangat

terbatas

d. Atraksi wisata, masih

sangat terbatas

e. Kegiatan wisata, masih

sangat minim

f. Cenderamata, belum ada

g. Sarana wisata lainnya :

Toilet, kamar bilas, dll,

belum memadai

h. Lap. Usaha/Lap. Kerja

- Bid. Pariwisata, masih

sangat sedikit

- Promosi, masih sangat

Terbatas

-1

-1

-2

-2

-3

-3

-2

-1

-1

2 Ancaman :

a. Terjadinya pencemaran

di sekitar pantai

b. Berkurangnya nilai

keaslian pada obyek

wisata

-2

-1

Jumlah -16 Jumlah -3

Kekuatan : 11/3 = 3,6

Kelemahan : -16/9 = -1,78

Peluang : 18/5 = 3,6

Ancaman : -3/2 = -1,5

Kekuatan + kelemahan = 3,6 + (-1,78) = 1,82

Peluang + ancaman = 3,6 + (-1,5) = 2,1

Sumber: Data primer, Tahun 2016.

Sesuai perhitungan tersebut, selanjutnya dibuatkan diagram SWOT

sebagaimana yang diperlihatkan pada gambar 4.1 berikut.

48

Gambar 4.1. Diagram Hasil Analisis SWOT Pengelolaan Wisata Bahari Taman

Pendidikan Laut Bintang Samudra

Berdasarkan diagram SWOT tersebut, dapat diketahui bahwa pengelolaan

wisata bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra berada dalam posisi kuadrat

I. Artinya bahwa dalam aktifitas pengelolaan obyek wisata, pembangunan fisik

maupun non fisik dapat dilakukan dengan menggunakan strategi agresif, yaitu

memanfaatkan segala kekuatan yang dimiliki berupa: Potensi daya tarik wisata,

keaslian dan keindahan alam (pantai, bukit dan hutan/kebun), jumlah penduduk 421

jiwa atau 70 kepala keluarga, dimana baru sebagian kecil penduduk yang dapat

mengambil manfaat dari keberadaan daya tarik wisata di Bintang Samudra. Melalui

(W) (S)

(O)

(T)

Peluang

Kelemahan Kekuatan

Ancaman

III. Stabilisasi

WO I. Strategi

Pertumbuhan

yang agresif

SO

IV. Defensif

WT

II. Difersifikasi ST

2

2,1

1 1,8 3 4 -1 -2 -3 -4

1

2

3

4

-1

-2

-3

-4

49

kekuatan tersebut dapat memanfaatkan peluang berupa: Dengan keberadaan

masyarakat setempat, diharapkan upaya dan kemampuan untuk dapat memahami

kebutuhan wisatawan selama berada di obyek wisata dan menyadari sepenuhnya

betapa pentingnya kehadiran wisatawan, serta mengetahui jenis dan macam usaha,

lapangan kerja yang dapat tercipta dari kedatangan wisatawan, masyarakat

diharapkan mampu mengambil peluang untuk berusaha, mengisi lapangan kerja di

bidang usaha pariwisata dengan mengelola usaha sarana dan prasarana untuk

kebutuhan wisatawan sehingga wisatawan dapat menikmati berbagai macam atraksi

wisata sebagai kebutuhannya, promosi desa wisata oleh masyarakat, Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Konawe serta pengelola usaha jasa pariwisata.

Untuk lebih jelasnya Matrik SWOT pengelolaan wisata bahari Taman Pendidikan

Laut Bintang Samudra ditampilkan melalui tabel berikut:

Tabel 4.4. Matrik SWOT Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut

Bintang Samudra

Kondisi Internal

Kondisi Eksternal

Kekuatan (S)

a. Memiliki potensi daya

tarik wisata berupa

keindahan alam (pantai,

bukit dan hutan/kebun)

b. Penduduk 421 jiwa 70

kepala keluarga

c. Baru sebagian kecil

penduduk yang

mengambil manfaat

dari keberadaan daya

tarik wisata di Bintang

Samudra

Kelemahan (W)

a. Transportasi, masih

sangat terbatas

b. Makan minum, masih

sangat terbatas

c. Akomodasi, sangat

terbatas

d. Atraksi wisata, masih

sangat terbatas

e. Kegiatan wisata, masih

sangat minim

f. Cenderamata, belum ada

g. Sarana wisata lainnya:

Toilet, kamar bilas, dll,

belum memadai

h. Lap. Usaha/Lap. Kerja

- Bid. Pariwisata, masih

sangat sedikit

- Promosi, masih sangat

terbatas

50

Peluang (O)

a. Masyarakat setempat

memahami kebutuhan

wisatawan dan

menyadari pentingnya

kehadiran wisatawan

serta mengetahui

lapangan usaha dan

lapangan kerja tercipta

dari kedatangan

wisatawan.

b. Masyarakat mampu

mengambil peluang

untuk berusaha dan

mengisi lapangan di

bidang pariwisata

c. Sarana dan pra sarana

untuk kebutuhan

wisatawan memadai

d. Wisatawan dapat

menikmati berbagai

macam kegiatan wisata

sebagai kebutuhannya.

e. Promosi Desa Wisata

oleh masyarakat,

Disparda dan Usaha Jasa

Pariwisata

Strategi SO

Gunakan kekuatan berupa:

keindahan alam pantai,

bukit dan hutan/kebun,

adanya penduduk setempat,

baru sebagian kecil yang

mengambil manfaat dari

keberadaan daya tarik

wisata di Bintang Samudra

untuk meraih peluang

berupa adanya pemahaman

kebutuhan wisatawan,

mengisi lapangan usaha,

tersedianya kegiatan wisata

serta adanya promosi Desa

Wisata oleh masyarakat,

Dinas Kebudayaan dan

pariwata Kabupaten

Konawe dan Usaha Jasa

Pariwisata.

Strategi WO

Atasi kelemahan berupa:

transportasi, makan minum,

akomodasi dan atraksi wisata

masih sangat terbatas,

kegiatan wisata masih sangat

minim, cenderamata belum

ada, sarana wisata lainnya

belum memadai guna meraih

peluang berupa adanya

pemahaman kebutuhan

wisatawan, mengisi lapangan

usaha, tersedianya kegiatan

wisata serta adanya promosi

Desa Wisata oleh

masyarakat, Dinas

Kebudayaan dan Pariwata

Kabupaten Konawe dan

Usaha Jasa Pariwisata.

Ancaman (T)

a. Terjadinya pencemaran

di sekitar pantai

b. Berkurangnya nilai

keaslian pada obyek

wisata

Strategi ST

Gunakan kekuatan berupa:

keaslian, keindahan alam

pantai, bukit dan

hutan/kebun, penduduk

setempat baru sebagian

kecil yang mengambil

manfaat dari keberadaan

daya tarik wisata Bintang

Samudra untuk mengatasi

tantangan berupa:

Terjadinya pencemaran di

sekitar pantai serta

berkurangnya nilai

keaslian dan keunikan pada

obyek wisata Bintang

Samudra.

Strategi WT

Atasi kelemahan berupa:

tansportasi, makan minum,

akomodasi dan atraksi wisata

masih sangat terbatas,

kegiatan wisata masih sangat

minim, cenderamata belum

ada, sarana wisata lainnya

belum memadai sekaligus

ancaman berupa terjadinya

pencemaran di sekitar pantai

serta berkurangnya nilai

keaslian dan keunikan pada

obyek wisata Bintang

Samudra.

Sumber: Data primer, Tahun 2016.

51

4.3. Dampak Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang

Samudra Terhadap Kondisi Ekonomi dan Sosial Masyarakat

Untuk mengetahui dampak pengelolaan wisata bahari Taman Pendidikan Laut

Bintang Samudra terhadap kondisi ekonomi dan sosial masyarakat, terlebih dahulu

dijelaskan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat sebelum dan setelah adanya

pengelolaan obyek wisata. Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:

4.3.1. Pendapatan

Sesuai dengan hasil penelitian lapangan yang telah dilakukan terhadap

responden yang mengelola usaha jasa pariwisata di Bintang Samudra dengan

responden sebanyak 41 orang, maka diperoleh temuan bahwa responden yang diteliti

memiliki tingkat pendapatan yang bervariasi, dimana dapat digolongkan kedalam 4

tingkatan, tingkatan pertama adalah besaran sampai dengan Rp.870.000,- kedua

adalah besaran sampai dengan Rp. 1.000.000,- ketiga, besaran sampai dengan

Rp. 1.250.000,- dan ke empat adalah besaran sampai dengan Rp.3.250.000,-. Untuk

lebih jelasnya data dimaksud ditampilkan melalui tabel berikut.

Tabel 4.5. Pendapatan Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah Adanya

Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra

No. Pendapatan Rata-Rata

(Rp/Bulan)

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase

(%)

Sebelum Setelah Sebelum Setelah

1

2

3

4

650.000

871.000

1.115.000

1.251.000

-

-

-

-

870.000

1.000.000

1.250.000

3.250.000

9

12

13

7

-

-

23

18

21,95

29,27

31,71

17,07

-

-

56,10

43,90

Jumlah 41 41 100,00 100,00

Sumber: Data primer, Tahun 2016.

52

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa keberadaan obyek wisata Bintang Samudra

memberikan dampak pada peningkatan pendapatan responden. Sebelum adanya

pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra sebanyak 13 responden (31,71%)

memiliki pendapatan rata-rata antara Rp 1.115.000 s/d Rp 1.250.000 per bulan.

Responden yang pendapatan rata-ratanya antara Rp 871.000 s/d Rp 1.000.000

perbulan terdapat 12 responden (29,27%). Sedangkan yang pendapatan rata-ratanya

antara Rp 1.251.000 s/d Rp 3.250.000 perbulan terdapat 7 responden (17,07%).

Setelah adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra responden yang memiliki

pendapatan rata-rata antara Rp 1.115.000 s/d Rp 1.250.000 per bulan meningkat

menjadi 23 responden (56,10%) dan responden yang pendapatan rata-ratanya antara

Rp 1.251.000 s/d Rp 3.250.000 perbulan meningkat menjadi 18 responden (43,90%).

Terjadinya pergeseran perubahan pendapatan disebabkan karena adanya pendapatan

sampingan dari aktifitas ekonomi di Bintang Samudra seperti penyedia jasa makanan

dan minuman, penyewaan gazebo, sewa tikar, penyewaan ban dalam untuk alat

renang dan penyedia jasa kamar bilas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

kondisi ekonomi responden menjadi lebih baik dan mengalami peningkatan setelah

adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra bila ditinjau dari aspek

pendapatan.

4.3.2. Konsumsi

Sesuai dengan hasil penelitian, diperoleh temuan bahwa mayoritas tingkat

konsumsi responden meningkat sehubungan dengan adanya pengelolaan obyek wisata

Bintang Samudra. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel 4.6 berikut:

53

Tabel 4.6. Tingkat Konsumsi Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah

Adanya Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang

Samudra

No. Konsumsi Rata-Rata

(Rp/Hari)

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase

(%)

Sebelum Setelah Sebelum Setelah

1

2

3

4

5

20.000 – 24.000

25.000 – 29.000

30.000 – 34.000

35.000 – 40.000

41.000 – 50.000

9

12

13

7

0

1

1

11

17

11

21,95

29,27

31,71

17,07

0

2,44

2,44

26,83

41,46

26,83

Jumlah 41 41 100,00 100,00

Sumber: Data primer, Tahun 2016.

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa setelah adanya pengelolaan obyek wisata

Bintang Samudra terlihat peningkatan jumlah besaran konsumsi tertinggi perhari

responden adalah sebesar Rp 41.000 s/d Rp 50.000 sebanyak 11 responden (26,83%)

dan besaran terbanyak pengeluaran konsumsi responden adalah pengeluaran sebesar

Rp 35.000 s/d Rp 40.000 per hari yaitu sebanyak 17 responden (41,46%).

Secara umum meningkatnya konsumsi responden setelah pengelolaan obyek

wisata Bintang Samudra menunjukkan adanya perbaikan kondisi ekonomi dan sosial

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan konsumtifnya, namun untuk responden yang

memiliki aktifitas ekonomi kepariwisataan di Bintang Samudra cenderung

mengurangi konsumsi keluarga dan dipergunakan untuk hal-hal yang penting seperti

menambah kualitas kegiatan kepariwisataan di Bintang Samudra dan sebagian untuk

pendidikan keluarga.

54

4.3.3. Tabungan

Sesuai dengan hasil penelitian diperoleh temuan bahwa mayoritas responden

telah dapat menabung karena adanya pengelolaan Bintang Samudra. Lebih jelasnya,

ditampilkan melalui tabel berikut.

Tabel 4.7. Tabungan Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah Adanya

Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra

No. Tabungan Rata-Rata

(Rp/Bulan)

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase

(%)

Sebelum Setelah Sebelum Setelah

1 Tidak menabung 25 6 60,98 14,63

2

3

4

5

50.000

101.000

151.000

201.000

-

-

-

-

100.000

150.000

200.000

500.000

12

4

-

-

14

12

7

2

29,27

9,76

-

-

34,15

29,27

17,07

4,88

Jumlah 41 41 100,00 100,00

Sumber: Data primer, Tahun 2016.

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebelum adanya pengelolaan obyek wisata

Bintang Samudra terdapat 25 responden (60,98%) yang tidak memiliki tabungan dan

12 responden (29,27%) memiliki tabungan antara Rp 50.000 s/d Rp 100.000

perbulan. Responden yang memiliki tabungan perbulan adalah responden yang

pekerjaannya sebagai pedagang, pengumpul hasil-hasil bumi dan hasil laut, nelayan

yang kemudian di jual kembali ke kota. Setelah adanya pengelolaan obyek wisata

Bintang Samudra, masyarakat memiliki peluang untuk memiliki pekerjaan sampingan

yang dapat meningkatkan pendapatan, sehingga bisa menabung.

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah

responden yang memiliki tabungan, responden yang memiliki tabungan adalah

mereka yang memiliki penghasilan sampingan dari aktifitas dan kegiatan ekonomi di

55

Bintang Samudra dan memiliki perencanaan untuk pendidikan anak-anaknya serta

memperbaiki kondisi perumahan, serta yang paling menonjol dengan adanya

pengelolaan obyek wisata dimaksud adalah bahwa sebanyak 85,37% responden telah

dapat menabung setiap bulannya dengan besaran terendah antara Rp 50.000 s/d

Rp 100.000 per bulannya dan besaran tertinggi antara Rp 201.000 s/d Rp 500.000

per bulannya. Setelah adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra, kondisi

ekonomi dan sosial masyarakat di Desa Lalano menjadi lebih baik.

4.3.4. Mata Pencaharian

Mata pencaharian utama responden di Desa Lalano tidak mengalami

perubahan, akan tetapi dengan adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra

ternyata seluruh responden memperoleh pekerjaan sampingan berupa kegiatan

berjualan makanan dan minuman, penyiapan jasa layanan air bersih dan fasilitas

mandi cuci kakus (MCK), menyewakan tikar, usaha ban dalam untuk alat renang,

penyewaan gazebo, penyewaan vila dan ada juga masyarakat lokal yang diangkat

sebagai pegawai honorer. Lebih jelasnya, ditampilkan melalui tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8. Mata Pencaharian Sampingan Responden di Desa Lalano, Sebelum dan

Setelah Adanya Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra

No. Mata Pencaharian

Sampingan

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase

(%)

Sebelum Setelah Sebelum Setelah

1

2

Jualan makanan dan

minuman

Pengelola jasa fasilitas

MCK dan air bersih

-

-

12

9

-

-

29,27

21,95

56

3

4

5

6

Usaha penyewaan

tikar dan ban dalam

untuk alat renang

Pengelola gazebo

Pengelola usaha vila

Tenaga honorer

-

-

-

-

6

7

2

5

-

-

-

-

14,63

17,07

4,88

12,20

Jumlah 41 41 100,00 100,00

Sumber: Data primer, Tahun 2016.

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebanyak 41 responden memperoleh pekerjaan

sampingan dengan adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra dan tentu hal

ini sangat menolong dan membantu masyarakat dalam rangka meningkatkan

pendapatan keluarga, karena dengan adanya aktifitas wisata masyarakat di Bintang

Samudra, responden memperoleh lapangan usaha atau kegiatan baru, selain pekerjaan

utama yang telah ada sebelumnya. Dengan dikelolanya Bintang Samudra sebagai

tempat rekreasi dimana setiap hari libur banyak dikunjungi oleh wisatawan nusantara

khususnya dari Kota Kendari, secara tidak langsung berperan serta dalam mendorong

aktifitas masyarakat yang pada gilirannya dapat merubah keadaan ekonomi

masyarakat yang berdomisili di sekitar Bintang Samudra khususnya. Lebih jelasnya,

jenis pekerjaan utama responden sebelum adanya pengelolaan obyek wisata Bintang

Samudra, ditampilkan melalui tabel 4.9 berikut.

57

Tabel 4.9. Mata Pencaharian Utama Responden di Desa Lalano, Sebelum Adanya

Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra

No.

Mata Pencaharian Utama Jumlah

Responden

(Orang)

Persentase

(%)

1

2

3

4

5

Pedagang hasil bumi dan laut

Pengelola kios campuran

Petani

Nelayan

Tukang kayu dan batu

6

8

7

9

11

14,63

19,51

17,07

21,95

26,83

Jumlah 41 100,00

Sumber: Data primer, Tahun 2016.

Tabel 4.9 menunjukkan sebanyak 11 responden (26,83%) memiliki jenis

pekerjaan utama sebagai tukang kayu dan batu. Responden yang jenis pekerjaan

utamanya adalah nelayan terdapat 9 responden (21,95%), sedangkan responden yang

pekerjaan utamanya adalah pedagang hasil bumi dan laut terdapat 6 responden

(14,63%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jenis pekerjaan utama responden

sebelum adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra bervariasi antara satu

dengan yang lain dan tidak ada yang dominan bila dilihat dari segi jumlah responden

yang menjadikannya sebagai pekerjaan utama.

4.3.5. Kondisi Perumahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah adanya pengelolaan obyek

wisata Bintang Samudra, responden yang tinggal di rumah sendiri mengalami

peningkatan. Lebih jelasnya data temuan penelitian tersebut ditampilkan melalui tabel

4.10 berikut.

58

Tabel 4.10. Status Tempat Tinggal Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah

Adanya Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra

No. Status

Tempat Tinggal

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase

(%)

Sebelum Setelah Sebelum Setelah

1

2

3

Rumah sendiri

Rumah orang tua/numpang

Rumah sewa

16

22

3

20

20

1

39,02

53,66

7,32

48,78

48,78

2,44

Jumlah 41 41 100,00 100,00

Sumber: Data primer, Tahun 2016.

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa responden yang tinggal di rumah sendiri

sebelum adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra sebanyak 16 responden

(39,02%) meningkat menjadi 20 responden (48,78%) setelah adanya pengelolaan

obyek wisata Bintang Samudra. Hal ini disebabkan karena tingkat pendapatan

responden semakin baik dan meningkat dengan adanya pekerjaan sampingan selain

pekerjaan utama. Pekerjaan sampingan responden adalah kegiatan dan aktifitas

ekonomi yang dilakukan setiap hari libur di obyek wisata Bintang Samudra, berupa

kegiatan menjual makanan dan minuman, mengelola usaha jasa fasilitas MCK, air

bersih, usaha penyewaan tikar, penyewaan ban dalam untuk alat renang, pengelolaan

usaha jasa gazebo, pengelolaan usaha jasa vila dan juga tenaga honorer Pada kantor

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Konawe, yang ditugaskan pada obyek

wisata Bintang Samudra.

Jumlah responden yang tinggal dirumah sendiri meningkat sebanyak 4 kepala

keluarga, jika dibandingkan dengan sebelum adanya pengelolaan obyek wisata

Bintang Samudra. Sedangkan responden yang tinggal di rumah orang tua atau

menumpang berkurang dari 22 menjadi 20 responden atau mengalami penurunanan

59

dari 53,66% menjadi 48,78%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kondisi

sosial responden mengalami peningkatan setelah adanya pengelolaan obyek wisata

Bintang Samudra bila ditinjau dari status tempat tinggal.

4.3.6. Kesehatan

Sesuai dengan hasil penelitian, kesehatan responden yang diteliti mengalami

peningkatan bila ditinjau dari cara berobat, sumber air minum yang digunakan dan

pemilikan jamban. Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut :

1. Penggunaan fasilitas kesehatan

Untuk penggunaan fasilitas kesehatan sebelum adanya pengelolaan obyek

wisata Bintang Samudra jumlah responden yang mampu berobat melalui dokter

praktek belum ada. Setelah adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra,

jumlah responden yang dapat berobat melalui dokter terdapat 4 responden. Lebih

jelasnya data temuan tersebut ditampilkan melalui tabel berikut.

Tabel 4.11. Cara Berobat Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah

Adanya Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra

No. Cara Berobat

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase

(%)

Sebelum Setelah Sebelum Setelah

1

2

3

4

Melalui dokter praktek

Melalui puskesmas

Beli obat di toko/kios

Melalui dukun

-

19

21

1

4

34

3

-

0,00

46,34

51,22

2,44

9,76

82,92

7,32

0,00

Jumlah 41 41 100,00 100,00

Sumber: Data primer, Tahun 2016.

Tabel 4.11menunjukkan bahwa setelah adanya pengelolaan obyek wisata

Bintang Samudra, jumlah responden yang berobat melalui dokter praktek bila

60

kesehatannya terganggu/sakit sebanyak 4 responden (9,76%). Sebelum adanya

pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra, responden bila kesehatannya

terganggu/sakit tidak ada yang melakukan pengobatan pada dokter praktek dan

umumnya responden hanya melakukan pengobatan pada pusat kesehatan

masyarakat (Puskesmas). Namun, setelah adanya pengelolaan obyek wisata

Bintang Samudra dengan presentase sebesar 46,34% meningkat menjadi 82,92%.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya pengelolaan obyek wisata Bintang

Samudra, kemampuan ekonomi responden mengalami peningkatan. Sedangkan

responden yang apabila keadaan kesehatannya terganggu (sakit), membeli obat di

kios/toko mengalami penurunan dari 51,22% berkurang menjadi 7,32%, hal ini

menunjukkan bahwa dengan adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra,

tingkat perbaikan ekonomi dan kesadaran responden tentang pentingnya

kesehatan dalam keluarga semakin meningkat. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa kondisi kesehatan responden mengalami peningkatan setelah

adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra.

2. Sumber air minum

Seperti halnya dengan pemanfaatan sarana kesehatan, hasil penelitian

menunjukkan bahwa jumlah responden yang memanfaatkan sumber air minum

melalui perusahaan daerah air minum (PDAM), semakin meningkat setelah

adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra.Lebih jelasnya ditampilkan

melalui tabel 4.12 berikut.

61

Tabel 4.12. Sumber Air Minum Responden di Desa Lalano, Sebelum dan

Setelah Adanya Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang

Samudra

No. Sumber Air Minum

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase

(%)

Sebelum Setelah Sebelum Setelah

1

2

3

PDAM

Sumur pompa

Sumur timba

10

9

22

33

2

6

24,39

21,95

53,66

80,49

4,88

14,63

Jumlah 41 41 100,00 100,00

Sumber: Data primer, Tahun 2016.

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa jumlah responden yang menggunakan air

bersih dari perusahaan daerah air minum (PDAM) setelah adanya pengelolaan

obyek wisata Bintang Samudra meningkat, dari 10 responden (24,39%) menjadi

33 responden atau (80,49%), peningkatan penggunaan PDAM ini dikarenakan

kualitas air PDAM adalah baik sehingga masyarakat cenderung untuk beralih

menggunakan air PDAM. Responden yang menggunakan air bersih dari sumur

pompa, mengalami peningkatan dengan berkurangnya jumlah responden dari

21,95% menjadi 4,88%. Demikian halnya dengan responden yang menggunakan

air bersih dari sumur timba mengalami peningkatan dengan berkurangnya

responden dari 53,66% menjadi 14,63%. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa kondisi kesehatan responden mengalami peningkatan kualitas dari sisi

kesehatan bila ditinjau dari sumber air minum yang digunakan.

3. Pemilikan jamban

Sesuai dengan hasil penelitian didapatkan informasi bahwa responden yang

menggunakan WC permanen meningkat jumlahnya setelah adanya pengelolaan

62

obyek wisata Bintang Samudra. Lebih jelasnya temuan penelitian tersebut

ditampilkan melalui tabel berikut.

Tabel 4.13. Pemilikan Jamban Responden di Desa Lalano, Sebelum dan Setelah

Adanya Pengelolaan Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra

No. Pemilikan Jamban

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase

(%)

Sebelum Setelah Sebelum Setelah

1

2

WC permanen

WC darurat

16

25

21

20

39,02

60,98

51,22

48,78

Jumlah 41 41 100,00 100,00

Sumber: Data primer, Tahun 2016.

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa dengan adanya pengelolaan obyek wisata

Bintang Samudra keadaan ekonomi dan sosial responden mengalami peningkatan

dalam hal pemahaman akan kebersihan dan kesehatan dalam lingkungan

kehidupan sehari-sehari. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang

menggunakan WC permanen mengalami peningkatan sebesar 12,20% dari

keadaan sebelumnya oleh karena meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang

hidup sehat dengan penyuluhan dan pertemuan yang diprakarsai oleh Puskesmas

Kecamatan Soropia, hal ini dukung pula dengan meningkatnya kemampuan

ekonomi responden dari sektor pekerjaan sampingan sehingga juga mendorong

kesadaran masyarakat untuk memperbaiki perumahan termasuk penggunaan

jamban yang permanen. Demikian pula dengan keadaan responden yang

menggunakan WC darurat mengalami perubahan dengan menurunnya jumlah

responden sebanyak 12,19%. Angka penurunan ini disebabkan karena sebagian

responden lebih mendahulukan kebutuhannya yang lebih penting terutama untuk

pengembangan investasi usaha di obyek wisata Bintang Samudra dan kebutuhan

63

pendidikan keluarga. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kondisi

kesehatan responden menjadi lebih baik setelah adanya pengelolaan obyek wisata

Bintang Samudra bila ditinjau dari aspek pemilikan jamban.

Berdasarkan kondisi ekonomi dan sosial responden baik sebelum maupun

setelah adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra, selanjutnya dianalisis

dengan menggunakan uji tanda (sign test) melalui bantuan tabel kerja sebagai berikut:

Tabel 4.14. Rekapitulasi Keadaan Ekonomi dan Sosial Masyarakat di Desa Lalano

Sebelum dan Setelah Pengelolaan Obyek Wisata Bintang Samudra

Variabel

Ekonomi

dan Sosial

Kondisi

Ekonomi dan Sosial

(Sebelum

Pengelolaan)

Kondisi

Ekonomi dan Sosial

(Setelah Pengelolaan)

Perbedaan

(Peningkatan) Sign

A. Ekonomi

1. Pendapatan Antara Rp 1.115.000

s/d Rp 1.250.000 per

bulan (19,51%)

Antara Rp 1.115.000 s/d

Rp. 1.250.000 per bulan

(56,10%), dan bahkan ada

18 responden yang

meningkat penghasilannya

dengan kisaran antara

Rp 1.251.000 s/d

Rp 3.250.000 per bulan

(43,90%)

Ada +

2. Pengeluaran Antara Rp 35.000 s/d

Rp 40.000 per hari

(17,07%)

Antara Rp 35.000 s/d

Rp 40.000 per hari

(41,46%) dan 11 responden

yg memiliki peningkatan

pengeluaran dengan

kisaran antara Rp 41.000

s/d Rp 50.000 per hari

(26,83%)

Ada +

3. Tabungan

Antara Rp 101.000

s/d Rp 150.000

per bulan (9,76%)

Antara Rp 100.000 s/d

Rp 150.000 per bulan

(29,27%) dan 7 responden

yang menabung dengan

kisaran Rp 151.000 s/d Rp

200.000 (17,07) serta 2

responden yang menabung

dengan kisaran Rp 201.000

s/d Rp 500.000 per bulan

(4,88%).

Ada +

64

Variabel

Ekonomi

dan Sosial

Kondisi

Ekonomi dan Sosial

(Sebelum

Pengelolaan)

Kondisi

Ekonomi dan Sosial

(Setelah Pengelolaan)

Perbedaan

(Peningkatan) Sign

B. Sosial

1. Mata

pencaharian

Utama

Pedagang hasil bumi

dan laut pengelola

kios campuran,

petani, nelayan,

tukang kayu dan batu

Tidak ada 0

2. Mata

pencaharian

sampingan

Tidak ada Ada pekerjaan sampingan

berupa (penyewaan

gezebo, tikar, fasilitas

mandi, cuci dan kakus,

ban dalam untuk alat

renang, dan adanya

masyarakat lokal yang

diangkat sebagai pegawai

honorer pada Dinas

Budpar Kabupaten

Konawe .

Ada +

3. Kondisi

perumahan

Rumah sendiri

(39,02%)

Rumah sendiri (48,78%) Ada +

C. Kesehatan

1. Cara

berobat

Melalui dokter

praktek ( - )

Melalui dokter praktek

( 9,76%)

Ada +

2. Sumber

Air minum PDAM (24,39%) PDAM (41,46%) Ada +

3. Pemilikan

Jamban

Jamban permanen

(39,02%)

Jamban permanen

(51,22%) Ada +

Sumber: Data primer, Tahun 2016.

Berdasarkan data pada 4.14 tersebut, diperoleh tanda positif sebanyak 8 dan

tanda nol sebanyak 1, maka nilai P dapat dihitung: .89,09

8P Dengan

diketahuinya nilai P, maka nilai Zhitung dapat dihitung sebagai berikut:

335,20,167

0,39

3,00

0,50

0,39

9

0,50

0,50-0,89

n

50

0,50-PZhitung

65

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai Zhitung=2,335 sedangkan

nilai Ztabel pada tingkat signifikansi 0,05 adalah sebesar 0,3289. Artinya bahwa

pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra memberikan impliksi positif bagi

perbaikan ekonomi dan sosial masyarakat apabila diamati dari indikator peningkatan

pendapatan, konsumsi, tabungan, mata pencaharian sampingan, kondisi perumahan

dan kesehatan.

4.3 Pembahasan.

4.3.1 Strategi Pengelolaan Pariwisata Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra

Taman Pendidikan Laut Bintang Samudra merupakan salah satu obek

wisata yang perlu dikelola dengan baik. Strategi pengelolaan yang dilakukan perlu

mempertimbangkan adanya aspek-aspek internal berupa kekuatan dan kelemahan

serta aspek-aspek ekternal berupa peluang dan ancaman. Aspek kekuatan yang di

miliki adalah potensi daya tarik wisata berupa keindahan alam (pantai, bukit dan

hutan/kebun), adanya penduduk disekitar obek wisata, baru sebagian kecil penduduk

yang mengambil manfaat dari keberadaan daya tarik wisata di Taman Pendidikan

Laut Bintang Samudra. Aspek kelemahan adalah transportasi yang terbatas, makan

minum, akomodasi, atraksi wisata, kegiatan wisata, cenderamata juga masih sangat

terbatas, sarana wisata lainnya seperti: toilet, kamar bilas dan lain-lain belum

memadai.

Dapat diketahui bahwa pengelolaan obyek wisata, pembangunan fisik

maupun non fisik dapat dilakukan dengan menggunakan strategi agresif, yaitu

memanfaatkan segala kekuatan yang dimiliki berupa: Potensi daya tarik wisata,

keaslian dan keindahan alam (pantai, bukit dan hutan/kebun), jumlah penduduk 421

66

jiwa atau 70 kepala keluarga, dimana baru sebagian kecil penduduk yang dapat

mengambil manfaat dari keberadaan daya tarik wisata di Bintang Samudra. Melalui

kekuatan tersebut dapat memanfaatkan peluang berupa: Dengan keberadaan

masyarakat setempat, diharapkan upaya dan kemampuan untuk dapat memahami

kebutuhan wisatawan selama berada di obyek wisata dan menyadari sepenuhnya

betapa pentingnya kehadiran wisatawan, serta mengetahui jenis dan macam usaha,

lapangan kerja yang dapat tercipta dari kedatangan wisatawan, masyarakat

diharapkan mampu mengambil peluang untuk berusaha, mengisi lapangan kerja di

bidang usaha pariwisata dengan mengelola usaha sarana dan prasarana untuk

kebutuhan wisatawan sehingga wisatawan dapat menikmati berbagai macam atraksi

wisata sebagai kebutuhannya, promosi desa wisata oleh masyarakat, Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Konawe serta pengelola usaha jasa

pariwisata.

4.3.2. Dampak Pengelolaan Wisata Bahari Taman Pendidikan Laut Bintang

Samudra Terhadap Kondisi Ekonomi Dan Sosial Masyarakat

1. Pendapatan

Berdasarkan presentase pada Tabel 4.5 menunjukan bahwa keberadaan obyek

wisata Bintang Samudra memberikan dampak pada peningkatan pendapatan

responden. Terjadinya pergeseran perubahan pendapatan disebabkan karena adanya

pendapatan sampingan dari aktifitas ekonomi di Bintang Samudra seperti penyedia

jasa makanan dan minuman, penyewaan gazebo, sewa tikar, penyewaan ban dalam

untuk alat renang dan penyedia jasa kamar bilas. Dengan demikian dapat dikatakan

67

bahwa kondisi ekonomi responden menjadi lebih baik dan mengalami peningkatan

setelah adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra bila ditinjau dari aspek

pendapatan.

2. Konsumsi

Berdasarkan presentase pada Tabel 4.6 menunjukan bahwa setelah adanya

pengelolaan obyek wisata Bintang samudra terlihat adanya peningkatan jumlah

besaran konsumsi. Secara umum meningkatnya konsumsi responden setelah

pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra menunjukkan adanya perbaikan kondisi

ekonomi dan sosial masyarakat untuk memenuhi kebutuhan konsumtifnya, namun

untuk responden yang memiliki aktifitas ekonomi kepariwisataan di Bintang Samudra

cenderung mengurangi konsumsi keluarga dan dipergunakan untuk hal-hal yang

penting seperti menambah kualitas kegiatan kepariwisataan di Bintang Samudra dan

sebagian untuk pendidikan keluarga.

3. Tabungan

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah responden yang

memiliki tabungan, responden yang memiliki tabungan adalah mereka yang memiliki

penghasilan sampingan dari aktifitas dan kegiatan ekonomi di Bintang Samudra dan memiliki

perencanaan untuk pendidikan anak-anaknya serta memperbaiki kondisi perumahan, serta

yang paling menonjol dengan adanya pengelolaan obyek wisata

4. Mata pencaharian

Mata pencaharian utama responden di Desa Lalano tidak mengalami perubahan, akan

tetapi dengan adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra ternyata seluruh responden

memperoleh pekerjaan sampingan berupa kegiatan berjualan makanan dan minuman,

penyiapan jasa layanan air bersih dan fasilitas mandi cuci kakus (MCK), menyewakan tikar,

usaha ban dalam untuk alat renang, penyewaan gazebo, penyewaan vila dan ada juga

masyarakat lokal yang diangkat sebagai pegawai honorer.

68

5. Kondisi perumahan

Pada presentase Tabel 4.10 menunjukkan bahwa responden yang tinggal di rumah

sendiri sebelum adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra sebanyak 16 responden

(39,02%) meningkat menjadi 20 responden (48,78%) setelah adanya pengelolaan obyek

wisata Bintang Samudra. Hal ini disebabkan karena tingkat pendapatan responden semakin

baik dan meningkat dengan adanya pekerjaan sampingan selain pekerjaan utama. Pekerjaan

sampingan responden adalah kegiatan dan aktifitas ekonomi yang dilakukan setiap hari libur

di obyek wisata Bintang Samudra, berupa kegiatan menjual makanan dan minuman,

mengelola usaha jasa fasilitas MCK, air bersih, usaha penyewaan tikar, penyewaan ban

dalam untuk alat renang, pengelolaan usaha jasa gazebo, pengelolaan usaha jasa vila dan

juga tenaga honorer Pada kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Konawe, yang

ditugaskan pada obyek wisata Bintang Samudra.

Jumlah responden yang tinggal dirumah sendiri meningkat sebanyak 4 kepala keluarga,

jika dibandingkan dengan sebelum adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra.

Sedangkan responden yang tinggal di rumah orang tua atau menumpang berkurang dari 22

menjadi 20 responden atau mengalami penurunanan dari 53,66% menjadi 48,78%. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa kondisi sosial responden mengalami peningkatan setelah

adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra bila ditinjau dari status tempat tinggal.

6. Kesehatan

Sesuai dengan hasil penelitian, kesehatan responden yang diteliti mengalami

peningkatan bila ditinjau dari cara berobat, sumber air minum yang digunakan dan pemilikan

jamban

69

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Strategi yang dapat digunakan dalam pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra

adalah pertumbuhan agresif (SO) yaitu menggunakan kekuatan berupa: Potensi

daya tarik wisata berupa keindahan alam (pantai, bukit dan hutan/kebun),

terdapat disekitar obyek wisata Bintang Samudra yaitu 421 jiwa atau 70 kepala

keluarga, hanya sebagian kecil penduduk yang mengambil manfaat dari

keberadaan daya tarik wisata di Bintang Samudra.

Melalui kekuatan tersebut dapat memanfaatkan peluang berupa:

Masyarakat setempat memahami kebutuhan wisatawan dan menyadari

pentingnya kehadiran wisatawan serta mengetahui lapangan usaha dan lapangan

kerja tercipta dari kedatangan wisatawan, masyarakat mampu mengambil

peluang untuk berusaha dan mengisi lapangan di bidang pariwisata, sarana dan

prasarana untuk kebutuhan wisatawan memadai, wisatawan dapat menikmati

berbagai macam kegiatan wisata sebagai kebutuhannya, promosi obyek Taman

PendidikanLaut Bintang Samudra perlu ditingkatkan baik melalui media

elektronik maupun media cetak.

2. Adanya pengelolaan obyek wisata Bintang Samudra memberikan dampak positif

bagi perbaikan kondisi ekonomi (pendapatan, konsumsi, tabungan) dan sosial

70

masyarakat di Desa Lalano Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe (perolehan

mata pencaharian sampingan, perbaikan kondisi perumahan dan kesehatan). Hal

ini diperkuat melalui hasil uji statistik dengan menggunakan uji tanda (Sign Test)

yang menunjukkan bahwa nilai Zhitung = 2,335> Ztabel yaitu 0,3289.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka disarankan agar kiranya pemerintah

daerah (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Konawe) dapat meningkatkan

upaya pengelolaan obyek Wisata Bintang Samudra di masa yang akan datang.

Disamping itu, kiranya masyarakat Desa Lalano dapat berpartisipasi secara aktif

dalam mendukung pengelolaan obyek wisata tersebut dengan cara menjaga,

memelihara kelestarian lingkungan serta sarana dan prasarana obyek wisata yang

telah dibangun. Bahkan bila keadaan memungkinkan keberadaan sarana dan

prasarana yang ada dapat ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya, dengan harapan

kunjungan wisatawan akan lebih banyak yang menginap.

71

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita. 2010. Pengembangan Pariwisata Suatu Pendekatan Praktis. Batara

Karya. Jakarta

Aryanto R. 2008. Environmental Marketing Pada Ekowisata: Menggerakkan

Ekonomi Rakyat Daerah Otonom (Studi di Kawasan Wisata Ujung Genteng

Kabupaten Sukabumi), (online), [email protected], diakses pada

tanggal 25 Mei 2016.

Cairns dan Ross. 2009. Dampak Pariwisata Terhadap Fasilitas Masyarakat, (online),

http//www.google.com, diakses pada tanggal 25 Mei 2016.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata R.I, 2013. Buku Pegangan Penatar dan

Penyuluh Kepariwisataan Indonesia. Jakarta.

Glasson J. 2010. Pengantar Perencanaan Regional (Penerjemah:Paul Sitohang).

LPFE-UI. Jakarta.

Jackson Ian. 2009. An Introduction to Tourism. Hospitality Press. Melbourne.

Kamaruddin. 2012. Strategi Pengembangan Obyek Wisata Toronipa Serta

Implikasinya Terhadap Ekonomi dan Sosial Masyarakat Wilayah Kelurahan

Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Tesis. Universitas Halu

Oleo Kendari.(Tidak Dipublikasikan).

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2013. Pengembangan Pemasaran

Pariwisata di Daerah. Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata R.I. Jakarta..

Muhammad Yamin. 2008. Studi Pengembangan Wisata Alam Pantai Toronipa

Terhadap Peningkatan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan

Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Tesis. Universitas Halu

Oleo Kendari.

Musanef. 2010. Manajemen Usaha Pariwisata di Indonesia. Gunung Agung. Jakarta

Pendit S, Nyoman. 2011. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. PT Pradya

Paramita. Jakarta.

Portal Wirausaha Indonesia. 2013. Konsep Strategi Bisnis, (online),

http://www.gacerindo.com, diakses pada tanggal 25 Mei 2016.

72

Rangkuti Freddy. 2010. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisinis. PT

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Riduwan. 2013. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Ross Glenn F. 2013. Psikologi Pariwisata (Terjemahan Marianto Samosir). Yayasan

Obor Indonesia. Jakarta.

Ryan Chris. 2011. Recreational Tourism: A Social Science Perspective. Routledge.

London.

Sudjana. 2010. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung.

Sukirno Sadono. 2011. Pengantar Teori Makro Ekonomi. LPFE-UI. Jakarta.

Sumaatmadja Nursid. 2011. Pengantar Studi Sosial. Alumni. Bandung.

Suwantoro G. 2012. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi.Yogyakarta.

Suyanto. 2010. Menciptakan Strategi, (online), http://msuyanto.com, diakses pada

tanggal 25 Mei 2016.

Todaro Michael P. 2010. Ilmu Ekonomi Bagi Negara-Negara Sedang Berkembang.

Akademika Presindo. Jakarta.

Winardi. 2011. Ilmu Ekonomi. Tarsito. Bandung.

Yoeti, O.A. 2013. Ekonomi Pariwisata. Kompas Media Nusantara. Jakarta.

67