jurnal translet

7
Integrasi masalah psikososial dalam praktis klinis Wynne (2003) menyatakan dalam dunia kesehatan, berpikir sistematis ;lebih diperlukan dibandingkan sebelumnya, tetapi tentunya akan meningkatkan kompleksitas tantangan baik bagi klinisi maupun peneliti untuk menjangkau sumber dayanya. Pengetahuan, sikap, kepercayaan, emosi, perilaku, hubungan, dan interaksi lingkungan soisal mempengaruhi pengalaman sakit ataupun sehat. Berdasarkan hal tersebut diperlukan kemampuan seorang dokter untuk melakukan promosi kesehatan dan menghilangkan keluhan pasien dengan cara membangun hubungna dan komunikasi yang efektif. Hal ini dapat tercipta bergantung pada kualitas hubungan, kecukupan data biopsikososial pasien, dan pengintegrasian data untuk melakukan intervensi. Tantangan yang paling sulit dihadapi seorang dokter adalah untuk menilai dan menempatkan masalah psikososial yang penting dalam waktu yang terbatas untuk setiap pasien. Dalam waktu 10-15 menit dokter harus mampu mengevaluasi secara detail faktor psikososial yang relevan sebagai tujuan akhir. Menggunakan pendekatan fragmatis, seorang dokter dapat mengatur kekhawatiran pasien yang berhubungan dengan psikososial dalam situasi ternteu. Seorang dokter mungkin tidak membutuhkan penilaian psikososial yang lebih detail pada setiap pasien dengan infeksi saluran pernapasan atas tetapi harus mengetahui bahwa pasien memiliki riwayat merokok sangatlah penting, karena dapat membantu dalam hal intervensi. Dengan pendekatan fragmatis, seorang dokter harus bekerjasama dengan pasien untuk mengidentifikasi prioritas masalah dan untuk menempatkan masalah-masalah yang berbeda. Contohnya, pada kasus kejahatan lokal hal penting yang diperlukan pasien adalah keselamatannya. Disfungsional tubuh ataupun stress bukanlah masalah yang utama dibandingkan keselamatan pasien. Begitu juga setiap dokter harus belajar menempatkan prioritas utama pada pasien dengan keluhan nyeri dada, dokter perlu menanyakan umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan CHD dan riwayat penyakit pasien. Dengan begitu seorang dokter harus mencari faktor-faktor psikososial, mengevaluasi stressor dan berhati-hati terhadap faktor yang mengantar pada kecemasan dan gangguan somatisasi. Faktor-faktor sekunder juga perlu dipikrikan oleh

description

p

Transcript of jurnal translet

Page 1: jurnal translet

Integrasi masalah psikososial dalam praktis klinis

Wynne (2003) menyatakan dalam dunia kesehatan, berpikir sistematis ;lebih diperlukan dibandingkan sebelumnya, tetapi tentunya akan meningkatkan kompleksitas tantangan baik bagi klinisi maupun peneliti untuk menjangkau sumber dayanya. Pengetahuan, sikap, kepercayaan, emosi, perilaku, hubungan, dan interaksi lingkungan soisal mempengaruhi pengalaman sakit ataupun sehat. Berdasarkan hal tersebut diperlukan kemampuan seorang dokter untuk melakukan promosi kesehatan dan menghilangkan keluhan pasien dengan cara membangun hubungna dan komunikasi yang efektif. Hal ini dapat tercipta bergantung pada kualitas hubungan, kecukupan data biopsikososial pasien, dan pengintegrasian data untuk melakukan intervensi.

Tantangan yang paling sulit dihadapi seorang dokter adalah untuk menilai dan menempatkan masalah psikososial yang penting dalam waktu yang terbatas untuk setiap pasien. Dalam waktu 10-15 menit dokter harus mampu mengevaluasi secara detail faktor psikososial yang relevan sebagai tujuan akhir. Menggunakan pendekatan fragmatis, seorang dokter dapat mengatur kekhawatiran pasien yang berhubungan dengan psikososial dalam situasi ternteu. Seorang dokter mungkin tidak membutuhkan penilaian psikososial yang lebih detail pada setiap pasien dengan infeksi saluran pernapasan atas tetapi harus mengetahui bahwa pasien memiliki riwayat merokok sangatlah penting, karena dapat membantu dalam hal intervensi.

Dengan pendekatan fragmatis, seorang dokter harus bekerjasama dengan pasien untuk mengidentifikasi prioritas masalah dan untuk menempatkan masalah-masalah yang berbeda. Contohnya, pada kasus kejahatan lokal hal penting yang diperlukan pasien adalah keselamatannya. Disfungsional tubuh ataupun stress bukanlah masalah yang utama dibandingkan keselamatan pasien. Begitu juga setiap dokter harus belajar menempatkan prioritas utama pada pasien dengan keluhan nyeri dada, dokter perlu menanyakan umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan CHD dan riwayat penyakit pasien. Dengan begitu seorang dokter harus mencari faktor-faktor psikososial, mengevaluasi stressor dan berhati-hati terhadap faktor yang mengantar pada kecemasan dan gangguan somatisasi. Faktor-faktor sekunder juga perlu dipikrikan oleh seorang dokter jika ia yakin bahwa keluhan dengna neyri ada tersebut tidak berhubungan dengan jantung.

Pengumpulan data psikososial

Dalam praktek dokter keluarga, pendekatan yang paling sering dilakukan adalah mengumpulkan data psikososial. Freud menyatakan bahwa keberhasilan utama dalam perkembangan kesehatan adalah kemampuan untuk bekerja dan mencintai dan hal ini merupakan awal yang baik, bahkan awal yang baik saat bertemu pertama kali dengan dokter. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat kita ajukan dapat berupa dimana pasien bekerja, dan apa yang ia rasakan dalam pekerjaannya, sekolah, apa yang ia rasakan mengenai tanggung jawab dalam sekolah dan rumah, siapa yang pasien anggap keluarga, dan apa gunanya keluarga tersebut, penting sekali pertanyaan-pertanyaan tersebut digali untuk mempererat hubungan dokter-pasien. Hal penting lainnya yang dibutuhkan adalah lingkungan social dan fisik pasien. Fakyor-faktor seperti kualitas kebersihan rumah, hubungan dengan tetangga, makanan dan sumber keuangan, semua hal tersebut berpengaruh pada kesehatan pasien, bagaimana pasien menggunakan

Page 2: jurnal translet

pelayanan kesehatan, stress dalam keluarga, dan kesehatan fisik. Mengetahui suku, agama dan budaya seorang pasien dan keluarganya juga penitng. Riwayat pribadi dan keluarga, biasanya digali secara bertahap dapat mengingatkan seorang dokter tentang pola koping, kekuatan dan kemampuan. Pengetahuan tentang beberapa pengobatan yang pernah dilakukan oleh pasien juga berguna untuk seorang dokter untuk mengantisipasi dan menatalaksana situasi yang berpotensi gawat darurat

Informasi yang didapatkan dari pasien dapat diukur dengan menggunakan kuesioner kesehatan, inventoris skrining, kuesioner mengenai stress, koping dan dukungan social. Instrument lain juga dapat digunakan ketika wawancara anggota lainnya seperti nilai apgar keluarga, konsultasi dengan multidisiplin ;lainnya (psikologis, terapis okupasi), observasi lingkungan pasien melalui kunjungan rumah dan konsultasi dengan informan atau penerjemah budaya jika dibutuhkan.

Intervensi menggunakan data psikososial

Mengkaji ulang intervensi secara keseluruhan membutuhkan penilaian aspek psikososial, diperlukan diskusi antara seorang dokter, petugas kesehatan, petugas social, perawat, terapi okupasi, dan kesehatan public. Bahkan dalam keadaan yang optimal kemampuan intervensi dibutuhkan kompetensi yang tinggi. Secara nyata dokter keluarga harus memiliki standar kompetensi untuk melakukan strategi intervensinal dan melakukan pelatihan sesuai kebutuhan praktis. Saat ini kita sedang berdiskusi tentang intervensi fragmatis untuk dokter praktek berdasarkan stress yang dirasakan pasien, kejadian dalam kehidupan pasien, mekanisme koping dan selanjutnya tentang kesehatan.

Karena kesehatan dipengaruhi oleh stress yang dialami, mekanisme koping, dan dukungan social maupun personal maka penatalaksanaan pada masing-masing masalah tersebut memiliki efek positif. Ketika terjadi peningkatan stress dibutuhkan dukungan dan mekanisme koping yang baik. Peningkatana stress dan penurunan dukungan social dapat menyebabkan penurunasn fungsional dan faktos-faktor yang lain dapat berkontribusi dalam pengeluaran stress lainnya. Contohnya, kasus dimana seorang pasien mengalami stress, dibutuhkan kasih saying dari pasangan ataupun keluarga untuk menghilangkan stress tersebut. Beberapa kejadian dalam kehiduoan seperti kematian pasangan hidup dapat menyebabkan stress. Berdasarkan hal tersebut, orang yang ditinggal mati memiliki resiko tinggi pada kesehatannya.

Intervensi perlu dilakukan oleh dokter keluarga dimana intervensi tersebut tidak merugikan, membantu, dan meningkatkan kemampuan. Secara spesifik seorang dokter keluarga dapat bekerja secara langsung terhadap pasien untuk menurunkan stress, untuk meningkatkan dukungan social dan untuk memperkuat kembali mekanisme koping. Pendekatan langsung untuk menurunkan stress membutuhkan intervensi pada lingkungan pasien. Dukungan social dapat dibangun langsung melalui kontak terhadap dokter dan secara tidak langsung melalui kontak pada keluarga ataupun teman. Seorang dokter keluarga dapat memberikan mekanisme koping yang positif melalui pemberian harapan, pengajaran untuk optimis dan menyemangati pasien untuk beradaptasi. Mengingatkan pasien tentang kekuatan dirinya sangatlah membantu. Seorang dokter keluarga juga dapat melakukan strategi ini dengan caramenanyakan ”apakah kamu mengingat bagaimana cara kamu membantu dirimu sendiri ketika kamu menghadapi kematian seorang teman?”. Jika perubahan perilaku dibutuhkan, maka selain memberikan

Page 3: jurnal translet

saran dibutuhkan juga kolaborasi dengan pasien. Pendekatan kolaborasi menunjukkan efikasi yang efektif.

Pada penyedia pelayanan kesehatan yang berbasis psikososial dan ilmu interdisipliner menunjukkan kerja yang lebih baik dibandingkan praktek klinik pribadi, dokter memiliki keuntungan positif lainnya yaitu dapat mempelajari kehidupan pasien, bediskusi dengan teman sejawat lainnya, dan melakukan konsultasi. Berdasarkan pelatihan pada dokter keluarga, ketertarikan dan waktu intervensi dapat dilakukan dalam jangkauan yang luas dari terapi keluarga sampai ke modifikasi perilaku.

Waktu yang penting untuk mengintervensi psikososial

Intervensi psikososial membutuhkan waktu yang tepat. Perubahan alami dalam siklus keluarga, seperti kelahiran anak dan kematian anggota keluarga, membutuhkan empati dari seorang dokter keluarga, penilaian system dukungan pasien, reaksi emosinal yang normal, dan menyediakan antisipasi untuk menenangkan pasien.

Ketika masalah gaya hidup berpengaruh pada kesehatan intervensi yang berfokus pada masalah biologis saja tidaklah efektif. Kasus-kasus seperti kekerasan, kemiskinan, penyiksaan membutuhkan fokus trehadap psikologikal dan lingkungan social.

Simtom perubahan dramatis pada pasien juga dapat mengindikasi faktor0-faktor psikososial. Krisis psikososial juga menyebabkan kondisi yang krinis,m manifestasi penyakit yang baru, simtom emosi/psikiatrik seperti kecemasan sebainya ditatalaksana dengan cara menurunkan stress degan simtom.

Diagnosis medis yang signifikan dapat berpengaruh terhadap stress emosi atau psikososial dan membutuhkan perhatian dokter pada kehidupan pasien. Intervensi dokter yang efektif melibatkan antisipasi dari anggota keluarga, dan dukungan keluarga.

Pasien yang hidup dengan penyakit kronis membutuhkan pelayanan psikososial yang sensitif. Dengan perehatian yang cukup pada masalah ini akan memudahkan tatalaksana dan keberhasilan terapi. Masalah ini membutuhkan hubungan dokter dan pasien yang efektif dan dukungan keluarga di sekitar. Pollin (1995) mengidentifikasi 8 perubahan emosional pada pasien-pasien dengan penyakit kronis yaitu pengendalian, gambaran diri, ketergantungan, stigma, merasa menjadi beban, marah, terisolasi, dan kematian. Dalam kasus-kasus tersebut seorang dokter harus mampu membantu pasien mengekspresikan perasaannya dan untuk mengidentifikasi pada keadaan mana pasien kehilangan kendali. Menormalkan kembali perasaan pasien dan rasa takut merupakan langkah pertama untuk mengatasi masalah pengendalian. Tujuan dari intervensi adalah untuk meningkatkan kembali kepercayaan diri pasien bahwa pasien masih dapat melakukan kebutuhannya meskipun dengan kondisi medis yang ia alami.

Praktek evidence base

Dibutuhkan data dengan kualitas tinggi untuk melakukan intervensi pada pelayanan kesehatan primer terutama dalam hal perubahan perilaku. Sebuah kajian sistematis yang dilakukan oleh Di blassi dkk,

Page 4: jurnal translet

(2002) menunjukkan bahwa dukungan emosinal dan informasi berkontribusi terhadap perbaikan kesehatan yang dialami oleh pasien. Karena mekanisme koping terhadap stress dan tatalaksana penyakit-penyakit kronis melibatkan perubahan perilaku, seorang dokter dapat menggunakan pendekatan wawancara dengan motivasi pada pasien tersebut.

Kebanyakan peneliti menunjukkan bahwa intervensi psikososial memiliki evikasi yang tinggi pada pasien-pasien dengan kanker, diabetes, dan penyakit kardiovaskuler. Penelitian tersebut dapat dilihat secara online.

Untuk dapat melakukan intervensi yang efektif seorag dokter harus sadar terhadap penyedia kesehatan dalm suatu komunitas. Penelitian menunjukkan bahwa intervenmsi perilaku yang efektif dalam masalah psikiatrik dan psikososial sebanding dengan masalah kesehatan. Penatalaksanaan yang memiliki efektivitas tinggi dapat tercapai jika seorang dokter pernah mendapatkan pelatihan profesional kesehatan mental dan obat psikotro[pik. Sayangnya meskipun tersedia banyak guideline memilih cara lain berdasarkan pengalaman klinisnya.

Pendekatan medis berpusat pada pasien dan masalah psikososial.

Beberapa pendapat menyatakan bahwa system penyedia kesehatan membutuhkan perubahan, tetapi consensus tetap berfokus pada penyedia layanan kesehatan primer dan menatalaksana penyakit kronis. Konsensus tersebut mengakumulasi peningkatan kualitas penyedia pelayanan kesehatan dengan biaya yang rendah sehingga pelayanan kesehatan primer dapat dimaksimalkan.

Konsep dari pendekatan yang berpusat pada pasien dapat memaksimalkan fungsi dari pelayanan primer. Seperti yang sudah didiskusikan sebelumnya bahwa pendekatan berpusat pada pasien termasuk didalamnya catatan kesehatan elektronik, proses penjadwalan, penggunaan EBM, dan pelayanan lainnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan, tetapi disisi lain banyak juga yang berargumentasi bahwa hal tersebut tidak efektif. Bagaimanapun juga pelayanan individu terhadap masing-masing pasien harus berdasarkan tujuan dan kebutuhan pasien, dimana dibutuhkan perhatian terhadap faktor psikososial yang berpengaruh terhadapat pencegahan maupun tatalaksana penyait kronis. Filosofi pendekatan berpusat pada pasien harus secara konsisten menjadi pendekatan dalam mengobati seluruh anggota keluarga. Idealnya seorang dokter keluarga harus mengetahui kebutuhan psikososial dari pasien.

Kesimpulan

Dalam praktek klinik yang mengutamakan integrasi psikososial, seorang dokter keluarga membutuhkan ilmu perilaku dan social. Pengetahuan umum tersebut akan berguna untuk pasien praktek dan komunitas. Dengan pengetahuan tersebut dapat dinilai bahwa seorang dokter memiliki pengetahuan dasar, kemampuan, dan etika yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan menyeluruh. Keterbatasan pengetahuan mengenai masalah psikososial di layanan kesehatan primer merupakan hal yang sering terjadi dan hal tersebut dapat ditangani dengan cara melakukan pelatihan dan berkolaborasi dengan sejawat professional lainnya. Tanggung jawa seorang dokter keluarga selain memiliki pengetahuan dan rasa empati juga memiliki jaringan kerja interdisiplin. Mengetahui bahwa seseorang mengidap penyait adalah lebih penting dari penyakit tersebut. Oleh karena itu seorang dokter keluarga

Page 5: jurnal translet

perlu mengetahui populasi termasuk didalamnya data demografi, sosioekonomi, budaya dan dimensi epidemiologi. Menempatkan masalah psikososial dalam praktek klinis sehari-hari perlu memikirkan keberagaman suku, keberagaman populasi dimana akan memberikan tantangan baru dalam hal menatalaksana pasien. Memahami praktis klinis mengenai system ekonomi kesehatan dan system terbaru pelayanan kesehatan dapat membantu kita dalam memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif.