Jurnal Reading Radio Br
-
Upload
aguz-muliartha -
Category
Documents
-
view
32 -
download
0
description
Transcript of Jurnal Reading Radio Br
Berhubungan dengan teknik pencitraan yang lebih maju
Radiografi abdomen umumnya dilakukan dalam situasi darurat, karena cepat dan secara
teknis mudah dilakukan. Dosis radiasinya adalah �� 0.1-1.0 mSv untuk sebuah foto abdomen. Ini
secara signifikan lebih tinggi dari rontgen thoraks standar (dosis khusus 0,02 mSv), dan hal ini
harus diperhitungkan ketika meminta pemeriksaan serial, terutama pada pasien muda. Dosis
radiasi dari CT abdomen 10-100 kali lebih besar dibandingkan dengan foto abdomen pada �10
mSv. Seperti dijelaskan dalam ulasan bergambar, radiografi abdomen dapat mengungkapkan
kelainan yang sangat sugestif dari diagnosis tertentu. Namun, memiliki akurasi diagnostik rendah
dalam evaluasi nyeri abdomen. Misalnya, radiografi polos hanya mendeteksi �50% kasus dari
obstruksi usus kecil. CT jauh lebih sensitif dan mengungkapkan penyebab obstruksi usus kecil
dalam 70-90% kasus. Data terbaru menunjukkan sensitivitas ini bahkan lebih tinggi dan jauh di
atas 90%, mungkin akibat penggunaan multidetector CT.
CT juga jauh lebih sensitif dalam diagnosis pneumoperitoneum daripada radiografi
konvensional. Rontgen thoraks tegak lebih baik daripada foto abdomen, tetapi tidak sensitif
terhadap lokulus gas kecil yang berukuran 1 mm dan hanya sekitar 33% sensitif terhadap
lokulus berukuran 1-13 mm. Keuntungan utama lainnya adalah bahwa lokasi tersebut sering
dapat diidentifikasi atau disimpulkan. Petunjuk meliputi konsentrasi gelembung gas
ekstraluminal, penebalan atau perubahan inflamasi, kebocoran kontras dan, pada kejadian,
cacat segmental di dinding usus dari lokasi lokulus udara, terkait perubahan inflamasi atau
kebocoran kontras. Secara umum, udara terlihat di sekitar hati menunjukkan sebuah perforasi
saluran cerna atas, sementara bila udara terlihat di pelvis, daerah inframesocolic atau
supramesocolic menunjukkan perforasi dari usus besar atau usus buntu. Akurasi multidetector
CT dalam menentukan lokasi perforasi disebutkan lebih dari 80% .
Foto polos juga telah terbukti menjadi nilai yang kecil dalam mendeteksi penyebab
umum lainnya dari nyeri abdomen seperti apendisitis, kolesistitis, dan pankreatitis akut, yang
mana mudah dideteksi oleh CT di lebih dari 95% kasus dan lebih dari 80% dengan USG, dengan
banyak studi lain yang menunjukkan akurasi diagnostic tinggi yang sama pada CT dalam
mendeteksi penyebab nyeri abdomen akut. Banyak penelitian sebelumnya telah menunjukkan
bahwa rontgen abdomen diminta dalam situasi yang tidak tepat dan membuat sedikit perbedaan
dalam manajemen pasien dan tidak digunakan sesuai dengan pedoman Royal College of
Radiologist.
USG memang memiliki peran dalam pencitraan dari abdomen akut. Penilaian klinis yang
akurat sangat penting untuk mengarahkan modalitas pencitraan yang paling tepat. USG sangat
baik dalam penilaian penyakit empedu, seperti kolesistitis, penyakit ginjal dan perut. Obstruksi
usus kecil dan bahkan udara bebas dapat dideteksi pada USG, sering diikuti oleh pencitraan lebih
lanjut dengan CT. Salah satu manfaat utama adalah kurangnya radiasi pengion. MRI memiliki
peran lama dalam diagnosis batu saluran empedu, tetapi juga telah menunjukkan hasil yang
menjanjikan dalam diagnosis apendisitis, terutama pada ibu hamil, dan telah terbukti lebih
unggul dari CT dalam diagnosis kolesistitis. Saat ini, bagaimanapun, terdapat tempat kecil dalam
penilaian abdomen akut di sebagian besar institusi.
Sebagai hasil dari akurasi yang tak tertandingi, CT dalam 10 tahun terakhir telah
merevolusi manajemen dari abdomen akut. Selain untuk menjawab dilema diagnostik, ia
menghindari laparotomi negatif dan mengarahkan ahli bedah ke area patologi, sehingga operasi
dapat direncanakan dengan benar.
SIMPULAN
Film abdomen memiliki memiliki tempat dalam penilaian abdomen akut meskipun
sensitivitasnya rendah. Pengenalan akurat dari pola gas digambarkan, bagaimanapun, adalah
penting untuk diagnosis segera dan mengarahkan pencitraan lebih lanjut, memungkinkan
manajemen definitive.
PERTANYAAN PILIHAN GANDA (BENAR (B) / SALAH (S); JAWABAN
SETELAH REFERENSI
Gas intraluminal
1. Gas di saluran empedu meluas ke perifer hati.
2. Fitur klasik udara dalam saluran empedu, suatu kalsifikasi batu empedu dan obstruksi usus
kecil terlihat di sekitar 80% orang dengan ileus batu empedu.
3. Volvulus sekum biasanya terjadi pada populasi yang lebih tua.
4. Obstruksi usus kecil yang paling sering disebabkan oleh hernia di dunia Barat.
5. Penyebab paling umum dari obstruksi usus besar adalah tumor kolon.
Gas ekstraluminal
1. Emphysematous kolesistitis biasanya terjadi pada penderita diabetes.
2. Gas ekstraluminal menggarisi limpa pada perforasi retroperitoneal.
3. Pneumatosis coli memerlukan intervensi bedah mendesak.
4. Tanda Rigler adalah ketika udara menggarisi ligamentum falciform.
5. ERCP merupakan penyebab perforasi retroperitoneal.
JAWABAN
Gas intraluminal
1. S-Gas dalam sistem empedu terlihat terpusat diatas hati. Gas di portal vena meluas ke perifer.
2. S-Trias klasik terlihat pada kurang dari 50% kasus.
3. S-Volvulus sekum cenderung terjadi pada orang dewasa paruh baya. Volvulus sigmoid
cenderung terjadi pada orang tua.
4. S-Adhesi adalah penyebab paling umum di negara Barat.
5. B.
Gas ekstraluminal
1. B-Hal ini biasanya disebabkan oleh organisme pembentuk gas.
2. S-Itu menggarisi struktur retroperitoneal seperti psoas atau ginjal.
3. S-Pneumatosis coli sering ditemukan secara kebetulan.
4. S-Tanda Rigler adalah udara di kedua sisi dinding usus.
5. B-Yang paling umum adalah perforasi duodenum atau sigmoid.
Gambar 15. Tanda-tanda pneumoperitonium II. (A) Rigler’s sign (panah) menunjukkan udara di
kedua sisi di dinding usus. (B) Radiografi left lateral decubitus menunjukkan jumlah kecil gas
bebas (panah) memastikan perforasi usus.
Gambar 16. Gas bebas retroperitoneal. (A) Radiografi abdomen menunjukkan udara
menguraikan otot psoas kiri (panah). (B) CT scan menunjukkan gas bebas (panah) di dalam
pelvis setelah sigmoidoscopy yang keras menyebabkan perforasi sigmoid. (C) Gas dari pelvis
berjalan melewati retroperitoneum ke sekitar ginjal kiri (panah).
Gambar 17 Gas intramural : usus. (A) Gas intramural yang bergaris-garis dalam colon ascenden
pada radiograf polos (lihat gambar diperbesar); laparotomy dikonfirmasi ischemic colitis. (B)
Udara intramural seperti gelembung pada studi barium enema rutin dan (C) pada CT di kolon
ascenden. Ini adalah penemuan incidental dan kemungkinan untuk menggambarkan pneumatosis
coli.
Gambar 18. Gas intramural: emphysematous pielonefritis. (A) Bintik-bintik gas (panah putih) di
panggul kanan pada radiograf polos bersama dengan kalkuli besar ginjal (panah hitam). (B, C)
CT scan menunjukkan gas di dalam ginjal karena emphysematous pielonefritis dalam konteks
penyakit batu ginjal.
Gambar 19 Kumpulan gas. (A,B) Beberapa lokulus gas dalam jaringan polos dan rongga perut. (C) Gas subkutan sekunder luas sampai fasciitis yang nekrosis. (D) CT berguna untuk mengkonfirmasikan luasnya penyebaran ke dinding anterior abdomen dan retroperitonium.
Gambar 20. Kumpulan intra-abdomen dalam. (A) Radiografi polos menunjukkan kuadran kiri
atas terisi kumpulan gas yang banyak (panah). (B) Radiografi tegak dengan kontras
menunjukkan kumpulan gas / cairan subphrenic kiri terkesan pada lambung (yang mengandung
kontras). (C) CT scan menunjukkan kumpulan subphrenic kiri yang besar.
Pertanyaan penelitian saat ini
< Apakah penggunaan awal foto polos dalam keadaan darurat sebenarnya merubah manajemen?
< Bagaimanakah lokasi dari kecurigaan obstruksi dibandingkan pada foto polos dan CT?
< Bagaimana keakuratan MRI melawan USG dalam mengevaluasi?
Poin-poin kunci belajar
< Radiografi abdomen dalam situasi abdomen akut umumnya berguna untuk kecurigaan
obstruksi usus dan kecurigaan
< Radiografi abdomen memiliki sensitivitas lebih rendah daripada USG dan CT.
< Pola gas yang tergambar dapat dibagi menjadi pola intraluminal dan ekstraluminal.
< Radiografi abdomen polos mungkin memberikan petunjuk yang harus diperiksa pada setiap
foto untuk mengarahkan manajemen selanjutnya.