Jurnal reading jiwa
description
Transcript of Jurnal reading jiwa
![Page 1: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/1.jpg)
Pedoman Klinikal Untuk Evaluasi dan Manejemen Insomnia
Kronis pada Dewasa
Abstrak
Insomnia adalah gangguan tidur dengan prevalensi yang cukup tinggi di masyarakat
umum, dan sering ditemukan didalam praktek kedokteran. Insomnia dipahami sebagai pesepsi
subjektif tentang kesulitan inisiasi, durasi, konsolidasi dan kualitas tidur yang muncul disetiap
terdapat kesempatan untuk tidur, dan berdampak sebagai sebuah gangguan aktivitas di siang hari.
Insomnia dapat hadir dengan berbagai variasi keluhan yang spesifik dan etiologi,
membuat evaluasi dan management dari insomnia kronis bergantung pada waktu klinisi. Tujuan
pembuatan petunjuk klinikal ialah untuk membantu klinisi dengan rangka kerja untuk mencapai
assement/diagnosis dan penanganan penyakit insomnia kronis pada dewasa, dengan
menggunakan data parameter praktek berbasis evidence terhadap insomnia yang ada, dan
menggunakan recomendasi berbasis consensus untuk menghubungkan area yang selama ini tidak
ada atau tidak diketahui. Terkecuali di sisi lain dinyatakan, insomnia merujuk pada insomnia
kronis, yang telah ada setidaknya sebulan, atau sebagai lawan dari insomnia akut atau transient.
Summary Recomendation
General
Insomnia adalah permasalah publik yang penting dan membutuhkan diagnosis akurat
serta penanganan yang efektif.
Sebuah diagnosis terhadap insomnia memerlukan adanya disfungsi asosasi pada siang
hari ditambah dengan adanya gejala insomnia.
Evaluasi
Insomnia umumnya didiagnosis berdasarkan evaluasi klinisi terhadap riwayat tidur secara
teliti, pengobatan spesifik, dan riwayat psikiatrik.
o Riwayat tidur harus melingkupi keluhan insomnia yang spesifik, kondisi sebelum
tidur, pola tidur bangun, gejala lain yang berhubungan dengan pola tidur, dan
pengaruhnya terhadap kegiatan siang hari.(Konsensus)
![Page 2: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/2.jpg)
o Riwayat pasien membantu untuk menetapkan jenis dan evolusi dari insomnia,
faktor menetap, dan identifikasi hubungan pengobatan, dan/atau kondisi kejiwaan
medis.(Konsensus)
Instrument yang membantu untuk evaluasi dan differential diagnosis dari insomnia
termasuk questioner, catatan tidur, checklist terhadap gejala, screening tes psikologikal,
dan wawancara terhadap pasangan tidur.(guideline)
o Minimal, pasien harus menyelesaikan: (1) kuesioner medis ataupun kejiwaan
umum untuk mengidentifikasi gangguan/penyakit komorbid (2) Skala mengantuk
Epworth atau penilaian kantuk lainnya untuk mengidentifikasi pasien mengantuk
dan komorbiditas gangguan kantuk (3) Catatan tidur selama dua minggu untuk
mengidentifikasi pola-pola umum tidur-bangun dan variabilitas sehari-hari.
(Konsensus)
o Data tidur harian/catatan tidur harus dikumpulkan sebelum dan selama
pengobatan aktif dan bertujuan misalnya terjadi kekambuhan atau untuk evaluasi
ulang dalam jangka panjang. (Konsensus)
o Instrumen penilaian tambahan yang dapat membantu dalam evaluasi awal dan
hasil tindak lanjut dari pasien dengan insomnia kronis mencakup ukuran kualitas
tidur subjektif, penilaian psikologis, fungsi siang hari, kualitas hidup, dan
disfungsi keyakinan serta sikap. (Konsensus)
Pemeriksaan terhadap status fisik dan mental dapat memberikan informasi penting
berhubungan dengan kondisi komorbid dan differential diagnosis.
Polysomnography dan multiple sleep latency test pada siang hari tidak menjadi indikasi
untuk evaluasi rutin insomnia kronis, termasuk penyakit neuropsychiatric.
o Polisomnografi diindikasikan bila ada kecurigaan klinis berupa sleep apneu atau
gangguan gerak, ketika diagnosis awal adalah tidak pasti, pengobatan gagal
(perilaku atau farmakologis), atau terjadi perubahan drastis dengan perilaku
kekerasan atau merugikan. (Guideline)
Actigraphy diindikasikan sebagai metode untuk mengkarakterisasi pola ritme sirkadian
atau gangguan tidur pada individu dengan insomnia, termasuk insomnia yang
berhubungan dengan depresi. (Option)
![Page 3: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/3.jpg)
Pengujian laboratorium lainnya (misalnya, darah, radiografi) tidak diindikasikan untuk
evaluasi rutin insomnia kronis kecuali ada kecurigaan untuk gangguan komorbid.
(Konsensus).
Differential Diagnosis
Adanya sebuah gangguan insomnia tidak mengecualikan terdapatnya gangguan lainnya,
sebagai penyakit primer maupun komorbid insomnia dapat berdampingan dengan
gangguan lainnya.
Tujuan / Hasil Pengobatan
Terlepas dari jenis terapi, tujuan pengobatan utama adalah: (1) untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas tidur dan (2) untuk memperbaiki gangguan di siang hari terkait
insomnia. (Konsensus)
Indikator hasil spesifik lainnya untuk tidur umumnya mencakup pengukuran dari waktu
bangun setelah onset tidur (WASO), onset tidur laten (SOL), jumlah terbangun, waktu
tidur atau efisiensi tidur, pembentukan asosiasi positif dan jelas antara tempat tidur dan
tidur, dan perbaikan tidur terkait tekanan psikologis. (Konsensus)
Data buku harian tidur harus dikumpulkan sebelum dan selama pengobatan aktif dan jika
terdapat kemungkinan kasus kambuh atau evaluasi ulang dalam jangka panjang (setiap 6
bulan). (Konsensus)
Sebagai tambahan penilaian ulang klinis, pemberian kuesioner dan instrumen survei
berulang mungkin berguna dalam menilai hasil dan membimbing upaya perawatan lebih
lanjut. (Konsensus)
Idealnya, terlepas dari jenis terapi, penilaian ulang klinis harus dilakukan setiap beberapa
minggu dan / atau bulanan sampai insomnia stabil atau tertangani, dan dilanjutkan setiap
6 bulan, karena tingkat kekambuhan untuk insomnia tinggi. (Konsensus)
Ketika pengobatan tunggal atau kombinasi sudah tidak efektif, terapi lain seperti terapi
perilaku, terapi farmakologis, terapi gabungan, atau evaluasi ulang untuk komorbiditas
gangguan lain harus dipertimbangkan. (Konsensus)
Terapi Psikologis dan Perilaku
Intervensi psikologis dan perilaku bermakna efektif dan direkomendasikan dalam
pengobatan insomnia kronis primer dan insomnia dengan komorbiditas (sekunder).
(Standard)
![Page 4: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/4.jpg)
o Pengobatan ini efektif untuk orang dewasa dari segala usia, termasuk orang
dewasa yang lebih tua, dan pengguna obat hypnotic kronis. (Standard)
o Perawatan ini harus dimanfaatkan sebagai intervensi awal saat yang tepat dan
ketika kondisi memungkinkan (Konsensus).
Pendekatan awal untuk pengobatan harus menyertakan setidaknya satu intervensi
perilaku seperti terapi kontrol stimulus atau terapi relaksasi, atau kombinasi dari terapi
kognitif, terapi kontrol stimulus, terapi pembatasan tidur dengan atau terapi tanpa
relaksasi atau dikenal sebagai terapi perilaku kognitif untuk insomnia ( CBT-I).
(Standard)
Terapi Multicomponent (tanpa terapi kognitif) efektif dan direkomendasikan dalam
pengobatan insomnia kronis. (Pedoman)
Terapi umum lainnya termasuk pembatasan tidur, paradox intentsion, dan terapi
biofeedback. (Pedoman)
Meskipun semua pasien dengan insomnia kronis harus mematuhi aturan kebersihan tidur
yang baik, tidak ada cukup bukti untuk menunjukkan bahwa kebersihan tidur saja sudah
efektif dalam pengobatan insomnia kronis. Ini harus digunakan dalam kombinasi dengan
terapi lain. (Konsensus)
Ketika pengobatan psikologis / perilaku awal sudah tidak efektif, terapi psikologis /
perilaku lainnya, kombinasi terapi CBT-I, pengobatan kombinasi lainnya (lihat di
bawah), atau gangguan komorbid lain mungkin selanjutnya dipertimbangkan.
(Konsensus)
Pengobatan Farmakologis
Pengobatan obat hipnotic jangka pendek harus dilengkapi dengan terapi perilaku dan
kognitif bila memungkinkan. (Konsensus)
Ketika farmakoterapi digunakan, pilihan kelas agen farmakologis tertentu, harus
ditentukan oleh: (1) pola gejala; (2) tujuan pengobatan; (3) respon pengobatan masa lalu;
(4) preferensi pasien; (5) biaya; (6) ketersediaan pengobatan lain; (7) kondisi
komorbiditas; (8) kontraindikasi; (9) interaksi obat bersamaan; dan (10) efek samping
(Konsensus)
Untuk pasien dengan insomnia primer (psychophysiologic, idiopatik atau paradoks
ICSD-2 subtipe), ketika pengobatan farmakologis digunakan sendiri atau dalam terapi
![Page 5: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/5.jpg)
kombinasi, urutan umum yang direkomendasikan berdasarkan uji coba obat adalah:
(Konsensus)
o Agonis reseptor benzodiazepine short-intermediate acting (BZD atau BzRAs lebih
baru) atau Ramelteon: contoh obat-obat ini termasuk zolpidem, eszopiclone,
zaleplon, dan temazepam
o Alternative BzRAs short-intermediate acting atau Ramelteon jika agen awal telah
gagal
o Antidepresan sedative, terutama digunakan bila bersama dengan pengobatan
komorbiditas depresi / kecemasan: contoh di antaranya trazodone, amitriptyline,
doxepin, dan mirtazapine
o Gabungan BzRA atau Ramelteon dan antidepresan sedative
o Agen penenang lain: termasuk obat anti-epilepsi (gabapentin, tiagabin) dan
antipsikotik atipikal (quetiapine dan olanzapine)
Obat-obat ini mungkin hanya cocok untuk pasien dengan komorbiditas
Insomnia yang dapat mengambil manfaat dari reaksi utama obat yang juga
berefek menenangkan
Dilain pihak antihistamin atau antihistamin / analgesik obat jenis (OTC "alat bantu tidur")
serta herbal dan zat nutrisi lainnya (misalnya, valerian dan melatonin) tidak dianjurkan
dalam pengobatan insomnia kronis karena kurangnya data efikasi dan keamanan.
(Konsensus)
Obat yang lebih tua yang disetujui untuk insomnia termasuk barbiturat, obat sejenis
barbiturat dan kloral hidrat tidak dianjurkan untuk pengobatan insomnia. (Konsensus)
Panduan berikut berlaku untuk semua resep obat dalam pengelolaan insomnia kronis:
(Konsensus)
o Pengobatan farmakologis harus disertai dengan edukasi pasien mengenai: (1)
tujuan pengobatan dan harapan; (2) masalah keamanan; (3) potensi efek samping
dan interaksi obat; (4) modalitas pengobatan lain (kognitif dan perilaku
perawatan); (5) potensi dosis eskalasi; (6) rebound insomnia.
o Pasien harus diikuti/follow up secara teratur, setiap beberapa minggu pada
periode awal pengobatan bila memungkinkan, untuk menilai efektivitas, efek
![Page 6: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/6.jpg)
samping yang mungkin, dan kebutuhan untuk pengobatan yang sedang
berlangsung.
o Upaya harus dilakukan untuk mempertahankan efektifitas dosis terendah untuk
pemeliharaan dan tapering off obat ketika kondisi memungkinkan.
Tapering off obat dan penghentian harus difasilitasi oleh CBT-I.
o Pengobatan dengan golongan hipnotic jangka panjang dapat diindikasikan untuk
mereka dengan insomnia parah atau refrakter atau dengan penyakit penyerta yang
kronis. Bila mungkin, pasien harus menerima pengobatan perilaku kognitif yang
memadai selama farmakoterapi jangka panjang.
Pengobatan jangka panjang harus disertai dengan follow up yang
konsisten, penilaian efektivitas yang berkelanjutan, monitoring untuk efek
samping, dan evaluasi gangguan komorbid dalam bentuk onset baru atau
eksaserbasi gangguan yang ada
Administrasi jangka panjang dapat dilakukan setiap malam, intermiten
(misalnya, tiga malam per minggu), atau sesuai kebutuhan.
Pengobatan Kombinasi :
Penggunaan terapi kombinasi (CBT-I ditambah obat-obatan) harus ditentukan oleh (1)
pola gejala; (2) tujuan pengobatan; (3) respon pengobatan masa lalu; (4) preferensi
pasien; (5) biaya; (6) ketersediaan pengobatan lain; (7) kondisi komorbiditas; (8)
kontraindikasi; (9) interaksi obat; dan (10) efek samping. (Konsensus)
Terapi kombinasi tidak menunjukkan keuntungan konsisten atau menunjukan kerugian
yang lebih dibandingkan hanya CBT-I. namun belum terdapat data pasti untuk
perbandingan terhadap hanya farmakoterapi jangka panjang. (Konsensus)
KATA PENGANTAR
Insomnia terjadi sekitar 33% hingga 50% dari populasi orang dewasa; diantaranya gejala
susah tidur disertai distress atau gangguan aktifitas (gangguan insomnia menyeluruh) mencapai
10% hingga 15%. Faktor risiko yang konsisten untuk terjadinya insomnia termasuk
bertambahnya usia, jenis kelamin terutama perempuan, gangguan penyerta (medis, kejiwaan,
tidur, dan penggunaan narkoba), shift kerja, dan mungkin pengangguran dan status sosial
ekonomi rendah. "Insomnia" telah banyak digunakan dalam konteks yang berbeda termasuk
![Page 7: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/7.jpg)
untuk merujuk ke salah satu gejala ataupun gangguan tertentu. Dalam pedoman ini, gangguan
insomnia didefinisikan sebagai laporan subjektif mengenai kesulitan inisiasi, durasi, konsolidasi,
atau kualitas tidur yang terjadi meskipun peluang untuk tidur cukup, dan mengakibatkan
beberapa bentuk gangguan pada aktivitas siang hari. Karena insomnia dapat hadir dengan
berbagai bentuk keluhan dan faktor tertentu, maka memerlukan waktu untuk evaluasi dan
pengelolaan insomnia kronis. Tujuan dari pedoman klinis ini adalah membantu dokter dengan
kerangka kerja untuk penilaian dan manajemen insomnia kronis pada pasien dewasa,
menggunakan parameter evidence based terhadap praktek insomnia yang telah ada, dan
consensus based recommendation untuk menghubungkan parameter yang belum ada.
METODE
Pedoman klinis ini didalamnya termasuk consensus based recommendations dan
evidence based. Pada bagian ringkasan pedoman rekomendasi, setiap rekomendasi atau
berdasarkan konsensus disertai dengan tingkat bukti: standar, pedoman, pilihan. Rekomendasi
"Standard," "pedoman," dan "pilihan" dimasukkan berdasarkan evidence based American
Academy of Sleep Medicine (AASM). "Konsensus" rekomendasi ini dikembangkan
menggunakan teknik pengelompokan nominal yang dimodifikasi. Perkembangan rekomendasi
ini dan penggunaan yang tepat dijelaskan seperti dibawah ini.
Parameter Evidence Based Practice
Dalam pengembangan pedoman ini, parameter praktek AASM yang telah ada dan relevan
untuk evaluasi dan pengelolaan insomnia kronis pada orang dewasa tidak mampu berkooperasi.2-
6 Parameter praktek ini, banyak yang ditujukan untuk topic insomnia spesifik yang terkait
daripada menyediakan pedoman praktek klinis yang komprehensif mengenai insomnia kronis
kepada dokter, yang sebelumnya dikembangkan melalui komputerisasi, pencarian sistematis
literatur ilmiah dan review penting, evaluasi, dan grading evidence terhadap semua studies.7
Terkait review diatas Komite Standar Praktek AASM mengembangkan parameter
praktek. Parameter praktek ditetapkan sebagai "Standard," "Pedoman," atau "Option"
berdasarkan pada kualitas dan jumlah bukti ilmiah yang tersedia (Tabel 1).
Istilah Definisi
![Page 8: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/8.jpg)
Standar Strategi perawatan pasien yang berlaku umum
mencerminkan tingkat kepastian klinis yang
tinggi. Istilah standar umumnya menyiratkan
penggunaan Evidence Level 1, yang secara
langsung membahas masalah klinis, atau
melampaui Evidence Level 2.
Pedoman Pedoman adalah strategi perawatan pasien
yang mencerminkan tingkat kepastian klinis
moderate. Pedoman menyiratkan penggunaan
Evidence Level 2 atau konsensus Evidence
Level 3.
Option Strategi perawatan pasien yang
mencerminkan penggunaan klinis yang tidak
pasti. Pilihan menyiratkan tidak cukup, tidak
meyakinkan, atau bertentangan terhadap bukti
atau pendapat ahli.
Tabel 1. Tingkat Rekomendasi AASM
Consensus Based Recomendation
Rekomendasi berdasarkan konsensus dikembangkan untuk membantu pedoman klinis
menangani bidang-bidang penting dari praktek klinis yang tidak menjadi subyek dari parameter
praktek AASM sebelumnya, atau jika data empiris yang tersedia terbatas atau tidak meyakinkan.
Rekomendasi berdasarkan konsensus mencerminkan penentuan bersama dari anggota komite dan
pengulas, berdasarkan literatur dan praktek klinis dari para ahli, dan dikembangkan dengan
menggunakan teknik modifikasi penglompokan nominal. Sebuah panel ahli Insomnia dibentuk
oleh AASM untuk menulis pedoman klinis ini. Selain menggunakan semua parameter praktek
AASM dan publikasi AASM Sleep sampai Juli 2007, panel para pakar menggunakan ulasan
artikel dari sumber lain yang relevan dari pencarian Medline 1999 sampai Oktober 2006; segala
usia dewasa termasuk lanjut usia; "Insomnia dan" kata-kata kunci lain yang berkaitan dengan
evaluasi, pengujian, dan perawatan. Menggunakan pertemuan tatap muka, voting survey, dan
diskusi teleconference, para ahli mengidentifikasi daerah konsensus dan rekomendasi yang tidak
![Page 9: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/9.jpg)
tercakup oleh parameter praktek AASM. Rekomendasi dihasilkan dan didiskusikan oleh semua
anggota panel. Untuk meminimalkan bias pendapat ahli secara individu, maka secara acak
kelompok memberi voting rekomendasi terhadap konsensus dari 1: sangat tidak setuju sampai 9:
sangat setuju. Konsensus diselesaikan ketika semua ahli memberi voting rekomendasi 8 atau 9.
Jika konsensus itu tidak jelas setelah pemilihan pertama, rekomendasi konsensus dibahas lagi,
diubah sebagaimana layaknya, dan dilakukan voting kedua secara acak. Jika konsensus itu tidak
jelas setelah suara kedua, proses diulang hingga konsensus tercapai untuk menyertakan atau
mengecualikan isi rekomendasi.
Penggunaan Praktek Parameter dan Pedoman Klinis
Parameter praktek AASM didasarkan pada review evidence based dan grading literatur,
terhadap penanganan topik tertentu. Pedoman klinis memberikan dokter gambaran evaluasi
penyakit atau gangguan dan manajemen. Pedoman ini mencakup parameter praktek dan juga
daerah dengan bukti terbatas untuk memberikan pedoman praktek yang komprehensif. Kedua
parameter praktek dan pedoman klinis mendefinisikan prinsip-prinsip praktik yang harus
memenuhi kebutuhan sebagian besar pasien. Mereka tidak harus termasuk semua metode
perawatan yang tersedia, atau metode perawatan eksklusif lain hanya cukup diharapkan untuk
mendapatkan hasil yang sama. Penentuan akhir tentang kesesuaian dari setiap terapi khusus
harus dilakukan oleh dokter dan pasien dalam keadaan perindividual yang disajikan oleh pasien,
alat diagnostik yang tersedia, mampu diaksesnya pilihan pengobatan, sumber daya yang tersedia,
dan faktor-faktor lain yang relevan. AASM mengharapkan pedoman klinis ini berdampak pada
perilaku profesional dan hasil pasien. Hal ini mencerminkan keadaan pengetahuan pada saat
publikasi dan akan ditinjau, diperbarui, dan direvisi menjadi informasi baru yang tersedia.
DEFINISI DAN EPIDEMIOLOGI INSOMNIA
Definisi Insomnia
"Insomnia" telah digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda untuk merujuk ke
salah satu gejala ataupun gangguan tertentu. Dalam pedoman ini, gangguan insomnia
didefinisikan sebagai laporan subjektif terhadap kesulitan inisiasi, durasi, konsolidasi, atau
kualitas tidur yang terjadi meskipun peluang untuk tidur cukup, dan hasilnya dalam beberapa
bentuk gangguan aktivitas siang hari (Tabel 2).
![Page 10: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/10.jpg)
Kecuali jika telah dinyatakan, kata "insomnia" mengacu pada gangguan insomnia pada
pedoman ini.
Gangguan insomnia telah dikategorikan dengan berbagai cara dalam sistem klasifikasi
gangguan tidur yang berbeda. Klasifikasi Internasional Gangguan Tidur, Edisi 2 (ICSD-2)
digunakan sebagai dasar untuk klasifikasi insomnia pada pedoman ini. ICSD-2 mengidentifikasi
insomnia sebagai salah satu dari delapan kategori utama dari gangguan tidur dan, dalam
kelompok ini, berisi dua belas gangguan insomnia yang spesifik (Tabel 3).
ICSD-2 melukiskan kedua kriteria diagnostik umum yang berlaku untuk semua gangguan
insomnia, serta kriteria yang lebih spesifik untuk setiap diagnosis. Keluhan Insomnia juga dapat
terjadi berhubungan dengan gangguan komorbiditas atau kategori gangguan tidur lainnya, seperti
gangguan tidur terkait pernafasan, gangguan ritme sirkadian tidur, dan gangguan tidur terkait
gerak.
A. Keluhan kesulitan memulai tidur, kesulitan mempertahankan tidur, atau bangun terlalu
awal, atau tidur yang tidak menyegarkan atau miskin dalam kualitas dalam jangka
waktu lama.
B. Kesulitan tidur diatas terjadi meskipun peluang dan keadaan untuk tidur cukup.
C. Terdapat setidaknya salah satu bentuk gangguan aktivitas pada siang hari terkait
kesulitan tidur malam hari yang dilaporkan oleh pasien:
1. Kelelahan atau malaise;
2. Gangguan perhatian, konsentrasi, atau memori;
3. Disfungsi sosial atau prestasi sekolah yang buruk;
4. Gangguan suasana hati atau lekas marah;
5. Mengantuk di siang hari;
6. Pengurangan motivasi, energi, atau inisiatif;
7. Peningkatan kesalahan / kecelakaan di tempat kerja atau saat mengemudi;
8. Ketegangan, sakit kepala, atau gejala gastrointestinal dalam menanggapi kurangnya
tidur;
9. Kekhawatiran tentang tidur.
Tabel 2. Kriteria Diagnosis Insomnia (ICSD-2)
![Page 11: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/11.jpg)
Tabel 3. Diagnosis Insomnia ICSD-2
Epidemiologi
Insomnia terjadi pada setiap individu dari segala usia dan ras, dan telah diamati di
berbagai budaya dan negara.8,9 Prevalensi insomnia sebenarnya bervariasi sesuai dengan definisi
yang digunakan. Gejala Insomnia terjadi pada sekitar 33% sampai 50% dari populasi orang
dewasa; gejala susah tidur dengan distress atau gangguan (yaitu, gangguan susah tidur
menyeluruh) berkisar 10% sampai 15%; dan gangguan insomnia yang spesifik berkisar 5%
sampai 10% .10 faktor risiko yang konsisten untuk insomnia termasuk bertambahnya usia, jenis
Kategori Gangguan Tidur ICSD-2 :
Insomnia
Gangguan Tidur Terkait Pernafasan
Hipersomnias
Gangguan Irama Sirkadian
Parasomnias
Gangguan Tidur Terkait Gerakan
Gejala Terisolir
Gangguan Tidur Lainnya
Insomnia (Gangguan Spesifik)
Penyesuaian (Akut) Insomnia
Perilaku Insomnia Dimasa Kanak
Insomnia Psikofisiologika
Insomnia Paradoks
Kebersihan Tidur yang Tidak Memadai
Insomnia Akibat Gangguan Jiwa
Insomnia Akibat Kondisi Medis
Insomnia Akibat Penggunaan Obat
Insomnia Tidak Karena Zat Atau Hal yang
Diketahui
Keadaan Fisiologis yang Tidak Sepesifik
Insomnia Fisiologis (Organik) yang Tidak
Spesifik
![Page 12: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/12.jpg)
kelamin terutama perempuan, gangguan komorbiditas/penyerta (medis, kejiwaan, tidur, dan
penggunaan narkoba), shift kerja, atau mungkin pengangguran dan status sosial ekonomi
rendah. Pasien dengan gangguan penyerta seperti kondisi medis dan psikiatris memiliki risiko
tinggi, pasien dengan gangguan kejiwaan dan nyeri kronis memiliki tingkat insomnia yang
setinggi 50% sampai 75% .11-13 Hubungan faktor resiko antara insomnia dan gangguan kejiwaan
memiliki dampak dua arah; beberapa penelitian juga telah menunjukkan peningkatan risiko
gangguan kejiwaan diantara individu dengan insomnia.13 Insomnia sering menjadi kronis, dan
penelitian menunjukkan 50% sampai 85% menjadi persisten dari satu sampai beberapa tahun.14
DIAGNOSIS INSOMNIA KRONIS
Evaluasi
Evaluasi insomnia kronis ditingkatkan dengan cara memahami model evolusi insomnia
kronis.15-18 Berbagai model dapat dianggap wajar dari neurobiologis, neurofisiologis, kognitif,
perspektif perilaku (dan lainnya). Meskipun rincian dari model saat ini berada di luar lingkup
pedoman praktek ini, konsep model umum sangat penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor
predisposisi biopsikososial (seperti hyperarousal, peningkatan reaktivitas tidur, atau
meningkatnya respon stres), faktor pencetus, dan faktor-faktor menetap seperti (1) gairah fisik
dan mental dan (2) perilaku tidur negatif dan distorsi kognitif. Secara khusus, identifikasi
perilaku negative yang menetap dan proses kognitif sering memberikan dokter informasi
berharga untuk membantu diagnosis serta untuk strategi pengobatan. Meskipun berkembangnya
model dan klasifikasi diagnostik untuk insomnia, prosedur untuk evaluasi klinis tetap relatif
stabil dari waktu ke waktu. Evaluasi menyeluruh terhadap riwayat pasien dengan cermat dan
pemeriksaan mengenai fungsi tidur dan bangun (Tabel 4), medis, kejiwaan, dan obat-obatan / zat
penyerta yang berhubungan dengan medis (Tabel 5, 6, dan 7). Evaluasi riwayat insomnia
meliputi :
I. Keluhan Utama: Pasien dengan insomnia mungkin mengeluhkan sulit tidur, sering
terbangun, kesulitan kembali tidur, bangun terlalu pagi, atau tidur tidak merasa tenang,
tidak menyegarkan, atau tidak memulihkan. Pasien mungkin mengeluh hanya dengan
satu jenis gejala, namun biasanya beberapa jenis gejala timbul bersama, dan bervariasi
dari waktu ke waktu. Komponen utama meliputi karakterisasi jenis keluhan, durasi
![Page 13: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/13.jpg)
(bulan, tahun, seumur hidup), frekuensi (malam per minggu atau beberapa kali per
malam), beratnya keluhan saat malam dan dikaitkan dengan gejala di siang hari, faktor
yang meningkatkan atau mengurangi gejala, dan identifikasi faktor presipitan masa lalu
dan saat ini , faktor menetap, pengobatan, dan hasilnya.
II. Kondisi Pre-Sleep: Pasien dengan insomnia dapat membentuk perilaku sebagai
konsekuensi yang timbul dari masalah tidur mereka. Perilaku ini timbul sebagai metode
awal untuk melawan masalah tidur, seperti menghabiskan lebih banyak waktu di tempat
tidur dalam upaya untuk "mengejar" rasa kantuk untuk tidur. Perilaku lain di tempat tidur
atau di kamar tidur yang tidak baik termasuk berbicara di telepon, menonton televisi,
menggunakan komputer, berolahraga, makan, merokok, atau "melihat jam." Pasien
dengan insomnia dapat menyadari sensasi menjadi lebih sadar terhadap lingkungan
daripada orang lain dan menjadi menyadari rasa waspada dan cemas saat waktu tidur.
Variasi lingkungan tidur (sofa / tempat tidur, terang / gelap, tenang / bising, suhu kamar,
sendiri mitra / tidur, TV on / off) serta pikiran pasien (mengantuk vs terjaga, santai vs
cemas ) sangat membantu dalam memahami faktor-faktor yang mungkin memfasilitasi
atau memperpanjang onset tidur atau terbangun setelah tidur.
III. Jadwal tidur dan bangun: Dalam mengevaluasi gejala terkait tidur, klinisi harus
mempertimbangkan tidak hanya gejala-gejala pada pasien, tetapi juga jarak antar
mereka, variabilitas sehari-hari, dan evolusi dari waktu ke waktu. Variabel tidur-bangun
tertentu seperti waktu untuk tertidur (tidur latency), jumlah terbangun, bangun saat
setelah onset tidur (Waso), durasi tidur, dan tidur siang dapat diukur secara retrospektif
selama penilaian klinis dan prospektif dengan log tidur-bangun. Meskipun tidak ada
parameter tidur kuantitatif spesifik mendefinisikan gangguan insomnia, keluhan umum
untuk pasien insomnia adalah suatu latensi tidur rata-rata> 30 menit, bangun setelah onset
tidur > 30 menit, efisiensi tidur <85%, dan / atau waktu tidur total <6,5 hours.19, 20
Variabelitas harian harus dipertimbangkan, serta variabilitas selama periodisitas yang
mungkin terjadi seperti siklus menstruasi atau musim. Pola tidur pada waktu yang tepat
dapat membantu dalam mengidentifikasi Gangguan Ritme Circadian seperti Advanced
Sleep Phase Type atau Delayed Sleep Phase Type. Menilai apakah bangun terjadi secara
spontan atau dengan alarm menambahkan wawasan mengenai kebutuhan tidur pasien.
Pada akhirnya, dokter harus memastikan apakah tidur dan gangguan pada siang hari
![Page 14: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/14.jpg)
seorang individu terjadi meskipun waktu yang tersedia untuk tidur cukup, untuk
membedakan Insomnia dari perilaku yang menyebabkan kurang tidur (behaviorally
induced insufficient sleep).
IV. Gejala nokturnal: Laporan pasien dan pasangan tidur juga dapat membantu untuk
mengidentifikasi tanda-tanda, gejala dan perilaku pada malam hari yang terkait dengan
gangguan tidur terkait pernapasan (mendengkur, terengah-engah, batuk), gangguan tidur
terkait gerakan (menendang, gelisah), parasomnia (perilaku atau vokalisasi) , dan /
gangguan medis neurologis penyerta (refluks, jantung berdebar, kejang, sakit kepala).
Sensasi fisik dan emosi lainnya yang terkait dengan kesadaran (seperti nyeri, gelisah,
cemas, frustrasi, kesedihan) dapat menyebabkan insomnia dan juga harus dievaluasi.
V. Kegiatan dan Fungsi Harian : kegiatan dan perilaku harian dapat memberikan petunjuk
potensial dan penyebab dari insomnia. Tidur siang (frekuensi / hari, kali, sukarela /
involuntary), kerja (waktu kerja, jenis pekerjaan seperti mengemudi atau dengan
konsekuensi yang berbahaya, resiko cacat, tanggung jawab penting lainnya), gaya hidup
(aktif, terisolir di rumah, paparan cahaya, olahraga), perjalanan ( terutama melintasi zona
waktu), disfungsi siang (kualitas hidup, suasana hati, disfungsi kognitif), dan eksaserbasi
gangguan komorbid harus dievaluasi secara mendalam. Konsekuensi gejala pada siang
hari termasuk :
Kelelahan dan kantuk. Perasaan lelah (kurang energi, kelelahan fisik, kelelahan)
lebih sering daripada gejala kantuk (kecenderungan untuk tertidur) pada pasien
dengan insomnia kronis. Kehadiran kantuk yang signifikan menunjukan harus
segera mencari penyebab gangguan tidur lainnya. Jumlah, durasi, dan waktu tidur
siang harus diselidiki secara menyeluruh, baik sebagai konsekuensi dari insomnia
dan faktor penyebab.
Gangguan mood dan kesulitan kognitif. Keluhan lekas marah, kehilangan minat,
depresi ringan dan kecemasan sering terjadi di antara pasien insomnia. Pasien
dengan insomnia kronis sering mengeluh inefisiensi mental, kesulitan mengingat,
kesulitan memusatkan perhatian, dan kesulitan dengan tugas-tugas mental yang
kompleks.
Kualitas hidup: Iritabilitas dan kelelahan yang berhubungan dengan insomnia
dapat menyebabkan kesulitan hubungan interpersonal pasien. Sebaliknya,
![Page 15: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/15.jpg)
kesulitan interpersonal mungkin menjadi kontributor penting yang mengakibatkan
insomnia pada beberapa individu. Masalah tidur dan terbangun dapat
menyebabkan pembatasan kegiatan siang hari, termasuk kegiatan sosial, olahraga,
atau bekerja. Kurangnya kegiatan siang hari reguler dan latihan akan
berkontribusi menjadi insomnia.
Eksaserbasi penyakit komorbiditas. Kondisi komorbiditas/penyerta dapat
menyebabkan atau meningkatkan kesulitan tidur. Demikian juga, tidur yang buruk
dapat memperburuk gejala-gejala dari kondisi komorbiditas. Keluhan tidur
mungkin menunjukan timbulnya gangguan mood atau eksaserbasi kondisi
komorbiditas.
VI. Riwayat lain: Riwayat kesulitan tidur yang lengkap termasuk didalamnya medis,
psikiatris, obat / zat, dan keluarga / sosial sejarah / pekerjaan. Berbagai kondisi medis
(Tabel 5) dan kejiwaan (Tabel 6) dapat penyerta insomnia. Demikian juga, efek langsung
dari obat/zat (Tabel 7) dapat berdampak terhadap tidur dan gejala siang hari . Kondisi
yang sering menjadi penyerta insomnia, seperti gangguan suasana hati dan kecemasan,
juga mungkin memiliki riwayat keluarga atau genetik. Sejarah sosial dan pekerjaan dapat
menunjukkan tidak hanya efek insomnia pada individu, tetapi juga kontribusi faktor
tertentu. Penilaian kerja harus secara khusus mencakup bekerja di sekitar mesin yang
berbahaya, tugas mengemudi, pergeseran-pekerjaan tetap atau tidak teratur dan
perjalanan transmeridian.
Keluhan Utama Insomnia :
Karakteristik komplain :
Kesulitan memulai tidur
Rasa sadar penuh
Tidur yang tidak menyegerkan atau menyenyakkan
Onset
Durasi
Frekuensi
Keparahan
Faktor yang menetap
![Page 16: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/16.jpg)
Pengobatan masa lalu dan sekarang beserta hasil
Keadaan Sebelum Tidur :
Kegiatan sebelum tidur
Lingkungan tempat tidur
Status fisik dan mental malam hari
Jadwal Bangun-Tidur (Rata-rata, Bervariasi) :
Waktu tidur :
Waktu untuk tertidur
Faktor yang memperpanjang onset
Faktor yang memperpendek onset
Terbangun
Jumlah, karakteristik, durasi
Gejala terasosiasi
Perilaku terasosiasi
Bangun akhir lawan watu keluar dari tempat tidur
Jumlah tidur yang ditemukan
Gejala Nokturnal :
Respiratory
Motor
Pengobatan lainnya
Perilaku dan psikologikal
Kegiatan dan Fungsi Siang Hari :
Identifikasi rasa mengantuk dan lelah
Beristirahat
Bekerja
Gaya hidup
Perjalanan
Konsekuensi di siang hari (Lihat Kriteria ICSD-2 Tabel 2)
Kualitas hidup
Gangguan mood
Disfungsi kognitif
![Page 17: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/17.jpg)
Eksaserbasi kondisi komorbid
Tabel 4. Evaluasi Insomnia
Gangguan Sistem Contoh Penyakit, Kondisi dan Gejala
Neurologi Stroke, demensia, penyakit Parkinson, gangguan kejang, gangguan sakit
kepala, trauma cedera otak, neuropati perifer, gangguan nyeri kronis,
gangguan neuromuskuler
Karidovaskular Angina, gagal jantung kongestif, dyspnea, disritmia
Pernafasan COPD, emfisema, asma, laringospasme
Pencernaan Reflux, penyakit ulkus peptikum, cholelithiasis, kolitis, sindrom iritabel usus (IBS)
Genitourinary Inkontinensia, hipertrofi prostat jinak, nokturia, enuresis, interstitial
sistitis
Endokrin Hypothyroidism, hipertiroidisme, diabetes mellitus
Muskuloskeletal Rheumatoid arthritis, osteoarthritis, fibromyalgia, sindrom Sjögren,
kyphosis
Reproduksi Kehamilan, menopause, variasi siklus menstruasi
Gangguan Tidur apnea obstruktif, sleep apnea, sindrom kaki gelisah, gangguan gerkan
tungkai periodic, gangguan irama sirkadian tidur, parasomnia
Lainnya Alergi, rhinitis, sinusitis, bruxism, menggunakan / ketergantungan /
alkohol dan substansi lainnya
Tabel 5. Gangguan Medis Komorbid Umum, Kondisi dan Gejalanya
Kategori Contoh
Gangguan Mood Gangguan depresi, gangguan mood bipolar,
dysthymia
Gangguan Cemas Gangguan cemas menyeluruh, gangguan panik,
gangguan stres pasca trauma, gangguan obsesif
kompulsif
![Page 18: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/18.jpg)
Gangguan Psikotik Skizofrenia, gangguan skizoafektif
Gangguan Amnestik Penyakit Alzheimer, demensia dan lainnya
Gangguan umunya pada masa
anak dan remaja
Gangguan defisit perhatian
Gangguan dan gejala lainnya Gejala Penyesuaian, gangguan kepribadian, keadaan
berkabung, stress
Tabel 6. Gangguan Psikiatrik Komorbid Umum dan Gejalanya
Kategori Contoh
Antidepresan SSRI (fluoxetine, paroxetine, sertraline, citalopram, escitalopram,
fluvoxamine), venlafaxine, duloxetine, monoamine oxidase inhibitor
Stimulan Kafein, methylphenidate, turunan amfetamin, efedrin dan turunannya,
kokain
Dekongestan Pseudoephedrine, phenylephrine, fenilpropanolamin
Analgesik Narkotik Oxycodone, kodein, propoxyphene
Kardiovaskuler β-blocker, agonis α-reseptor antagonis dan, diuretik, agen penurun
lipid
Pulmonary Theophylline, albuterol
Alkohol Alkohol
Tabel 7. Obat dan Substan Umum yang Berkonstribusi
Pemeriksaan Status Fisik dan Mental : Pada pemerikasaan status fisik atau mental
insomnia kronis tidak terkait dengan fitur khusus. Namun, pemeriksaan ini dapat memberikan
informasi penting tentang kondisi komorbiditas dan diagnosis diferensial. Pemeriksaan fisik
harus secara khusus mengevaluasi faktor risiko sleep apnea (obesitas, peningkatan lingkar leher,
pembatasan saluran napas bagian atas) dan kondisi medis penyerta yang termasuk tetapi tidak
terbatas pada gangguan paru, jantung, rematologi, neurologis, endokrin (seperti tiroid), dan
sistem pencernaan. Pemeriksaan status mental harus fokus pada suasana hati, kecemasan,
memori, konsentrasi, dan tingkat kewaspadaan atau kantuk.
Informasi Pendukung : Sementara riwayat klinis menyeluruh dan pemeriksaan
membentuk inti dari evaluasi, diagnosis lebih lanjut dibantu dengan penggunaan log tidur,
![Page 19: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/19.jpg)
kuesioner untuk kualitas tidur, rasa kantuk, penilaian psikologis dan kualitas hidup (Tabel 8), dan
dalam beberapa kasus, actigraphy.21-23 Untuk insomnias tertentu, tes psikologi, kualitas kuesioner
hidup, dan kuesioner lainnya yang berhubungan dan pengujian lainnya sangatlah berguna.
Pilihan alat penilaian harus didasarkan pada kemampuan menampilkan dari pasien dan keahlian
klinisi. Minimal, pasien harus menyelesaikan:
(1) Kuesioner umum medis / psikiatris / obat (untuk mengidentifikasi gangguan komorbid dan
penggunaan obat-obatan)
(2) Skala Kantuk Epworth atau penilaian kantuk lainnya (untuk mengidentifikasi pasien
mengantuk)24
(3) Log tidur selama dua minggu untuk mengidentifikasi jumlah tidur-bangun, pola umum, dan
variabilitas sehari-hari.
Bila memungkinkan, kuesioner dan log tidur dua minggu harus diselesaikan sebelum
kunjungan pertama untuk memulai memproses pasien dengan melihat pola tidur secara
menyeluruh, perbedaan dengan setiap malamnya, dan untuk meminta pasien dalam mengambil
peran aktif dalam pengobatan. Langkah-langkah dasar utama diperoleh dari log tidur meliputi:
Waktu tidur
Latensi tidur (SL: waktu tertidur berikut mengikuti waktu tidur)
Jumlah terbangun dan durasi setiap terbangun
Terbangun setelah onset tidur (Waso: jumlah waktu terbangun dari onset tidur hingga
bangun terakhir)
Waktu di tempat tidur (TIB: Waktu dari waktu tidur hingga keluar dari tempat tidur)
Total waktu tidur (TST: waktu di tempat tidur dikurangi SL dan dikurangi Waso)
Persentasi efisiensi tidur (SE setara dengan TST dibagi dengan TIB kali 100)
Jumlah istirahat (frekuensi, waktu, jangka waktu)
Log tidur juga dapat mencakup laporan dari kualitas tidur, gangguan siang hari, obat-
obatan, kafein, dan konsumsi alkohol untuk setiap periode 24 jam.
Alat penilaian obyektif : pengujian laboratorium, polisomnografi dan actigraphy tidak
secara rutin ditunjukkan dalam evaluasi insomnia, tetapi mungkin tepat pada individu dengan
gejala atau tanda-tanda gangguan medis atau tidur komorbiditas tertentu.
![Page 20: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/20.jpg)
Kuesioner Deskripsi
Skala Kantuk Epworth ESS adalah kuesioner laporan diri berisi 8-item yang
digunakan untuk menilai rasa kantuk subjektif (kisaran
nilai: 0-24; biasa <10).
Indeks Keparahan Insomnia ISI adalah peringkat dengan 7-item yang digunakan
untuk menilai persepsi pasien insomnia.
Indek Kualitas Tidur
Pittsburgh
PSQI adalah laporan diri berisi 24-item untuk
menentukan ukuran kualitas tidur (tidur yang buruk: skor
menyeluruh> 5).
Beck Depression Inventory BDI (atau BDI-II) adalah catatan laporan diri berisi 21-
item yang digunakan untuk mengukur depresi (minimal
atau tidak depresi: BDI <10; sedang sampai berat: BDI>
18).
State-Trait Anxiety Inventory-
Form Y Trait Scale
STAI adalah catatan laporan diri berisi 20-item yang
digunakan untuk mengukur kecemasan (kisaran skore:
20-80, kecemasan minimu T score <50; kecemasan yang
signifikan: T skor >70).
Skala Keparahan Rasa Lelah FSS adalah peringkat dengan 9-item dari kelelahan siang
hari pasien.
Short Dari Survey
Kesehatan (SF-36)
SF-36 adalah catatan laporan diri berisi 36-item yang
umum mengukur kualitas hidup untuk gangguan apapun
(berkisar dari 0 (miskin) ke 100 (kesejahteraan).
Disfungsi Kepercayaan
dan Atitude tentang
Kuesioner Tidur
DBA adalah peringkat-diri dari 28 pernyataan yang
digunakan untuk menilai kognisi negatif tentang tidur.
Tabel 8. Contoh Macam Kuesioner Insomnia yang Digunakan Sebagai Dasar dan
Pengobatan Hasil Assessment
Differensial Diagnosis
![Page 21: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/21.jpg)
Insomnia dan insomnia terkait gangguan tertentu yang tercantum dalam ICSD-2 dapat
dianggap konseptual dalam tiga kelompok utama:
Insomnia berhubungan dengan gangguan tidur lainnya yang paling umum termasuk
gangguan tidur terkait pernapasan (misalnya, apnea tidur tipe obstruktif), gangguan gerak
(misalnya, kaki gelisah atau gerakan anggota badan periodik selama tidur) atau gangguan
irama sirkadian tidur;
Insomnia karena gangguan medis atau kejiwaan atau obat / zat (insomnia komorbiditas);
dan
Insomnias primer termasuk psychophysiological, idiopatik, dan insomnias paradoks.
Tabel 9 menggambarkan fitur kunci dari gangguan ICSD-2 insomnia. Gambar 1
menyajikan algoritma diagnostik untuk insomnia kronis berdasarkan fitur yang dijelaskan dalam
Tabel 9. Perlu dicatat bahwa insomnias dengan komorbiditas dan beberapa diagnosis insomnia
dapat berdampingan dan memerlukan identifikasi dan perawatan yang terpisah.
![Page 22: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/22.jpg)
Gambar 1. Algoritma Diagnosis Insomnia Kronis
![Page 23: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/23.jpg)
Gangguan Deskripsi
Penyesuaian (akut) Insomnia Fitur penting dari gangguan ini adalah adanya insomnia
dalam hubungan dengan stressor teridentifikasi, seperti
gangguan psikososial, fisik, atau lingkungan. Gangguan
tidur dengan durasi yang relatif singkat (hari-minggu)
dan diharapkan untuk menghilang ketika stressor
diselesaikan.
Insomnia psikofisiologis Fitur penting dari gangguan ini meningkatnya
ketergangguan dan mencegah asosiasi tidur.
Ketergangguan mungkin dalam bentuk fisiologis,
kognitif, atau emosional, dan ditandai dengan ketegangan
otot, "pikiran berkejar," atau meningginya kesadaran
lingkungan. Individu biasanya telah menimbulkan
kekhawatiran tentang kesulitan tidur dan
konsekuensinya, yang mengarah ke "lingkaran setan"
dari ketergangguan, kurang tidur, dan frustrasi.
Insomnia paradoks Fitur penting dari gangguan ini adalah keluhan yang
parah atau hampir "total" insomnia yang sangat melebihi
bukti objektif dari gangguan tidur dan tidak sepadan
dengan tingkat dilaporkan defisit siang hari. Meskipun
insomnia paradoks yang terbaik didiagnosis dengan PSG
bersamaan dan laporan diri, dapat juga didiagnosis
berdasarkan gejala klinis saja. Untuk tambahan,
"mispersepsi" dari keparahan gangguan tidur dapat
mencirikan semua gangguan insomnia.
Insomnia idiopatik Fitur penting dari gangguan ini adalah keluhan persisten
insomnia dengan onset awal selama masa bayi atau anak
usia dini dan tidak ada atau sedikit perpanjangan masa
remisi berkelanjutan. Insomnia idiopatik tidak terkait
dengan faktor menetap tertentu.
Insomnia Karena Gangguan Fitur penting dari gangguan ini adalah terjadinya
![Page 24: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/24.jpg)
Mental insomnia yang terjadi secara eksklusif selama gangguan
mental, dan dinilai disebabkan oleh gangguan tersebut.
Insomnia memperparah keadaan dan cukup untuk
menyebabkan penderitaan dan memerlukan perawatan
yang terpisah. Diagnosis ini tidak digunakan untuk
menjelaskan insomnia yang timbul independen dari
gangguan mental terkait.
Hygiene Tidur tidak Memadai Fitur penting dari gangguan ini adalah insomnia yang
terkait dengan praktek tidur yang tidak disadari atau
kegiatan yang tidak sesuai dan menganggu kualitas tidur
yang baik dan kewaspadaan siang hari. Praktik-praktik
ini dan kegiatan biasanya menghasilkan peningkatan
ketergangguan atau mengganggu tidur secara langsung,
dan termasuk penjadwalan tidur tidak teratur,
penggunaan alkohol, kafein, atau nikotin, atau terlibat
dalam perilaku nonsleep di lingkungan tidur. Beberapa
unsur kebersihan tidur yang buruk dapat menjadi ciri
individu dengan gangguan insomnia.
Insomnia Karena Obat atau zat Fitur penting dari gangguan ini adalah gangguan tidur
karena penggunaan obat medikasi, obat rekreasi, kafein,
alkohol, makanan, atau racun dari lingkungan. Insomnia
dapat terjadi selama periode penggunaan / paparan, atau
selama penghentian. Jika substansi diidentifikasi
dihentikan, dan setelah efek penghentian mereda,
insomnia diharapkan untuk menghilang atau secara
substansial meningkatkan.
Insomnia Karena Kondisi Medis Fitur penting dari gangguan ini adalah insomnia
disebabkan oleh gangguan medis atau faktor fisiologis
lainnya. Meskipun insomnia sering dikaitkan dengan
banyak kondisi medis, diagnosis ini harus digunakan bila
insomnia menyebabkan penderitaan atau memerlukan
![Page 25: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/25.jpg)
perhatian tersendiri. Diagnosis ini tidak digunakan untuk
menjelaskan insomnia yang memiliki lapangan
independen dari gangguan kesehatan yang terkait.
Insomnia Tidak Karena Zat atau
Dikenal fisiologis Kondisi, Tidak
disebutkan; Fisiologis (Organik)
Insomnia, Tidak disebutkan
Kedua diagnosis ini digunakan untuk gangguan insomnia
yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain tetapi
diduga berkaitan dengan gangguan yang didasari mental,
faktor psikologis, perilaku, gangguan medis, status
fisiologis, atau penggunaan bahan atau paparan.
Diagnosa ini biasanya digunakan ketika evaluasi lebih
lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi kondisi terkait
tertentu, atau ketika pasien tidak memenuhi kriteria
untuk gangguan yang lebih spesifik.
Tabel 9. Insomnia Menurut ICSD-2
PENGOBATAN INSOMNIA KRONIS
Indikasi untuk Pengobatan
Pengobatan dianjurkan ketika insomnia kronis memiliki dampak negatif yang signifikan
terhadap kualitas tidur pasien tidur, kesehatan, kondisi komorbiditas, atau fungsi siang hari. Hal
ini penting untuk mengenali dan mengobati kondisi komorbiditas yang umumnya terjadi dengan
insomnia, dan untuk mengidentifikasi dan memodifikasi perilaku dan obat atau zat yang merusak
pola tidur.
Konseling Risiko
Beban Kesehatan Masyarakat dan Keselamatan Publik : Insomnia menyebabkan
kedua beban individu dan masyarakat. Menurut definisi, pasien dengan insomnia kronis
memiliki penurunan kognisi, suasana hati, atau kinerja pada siang hari yang berdampak pada
pasien dan berpotensi pada keluarga, teman, rekan kerja dan pengasuhan. Pasien insomnia kronis
lebih mungkin atau untuk menggunakan sumber daya kesehatan, mengunjungi dokter, absen atau
terlambat kerja, membuat kesalahan atau kecelakaan di tempat kerja, dan memiliki resiko
kecelakaan lalu lintas.25,26 Peningkatan risiko yang lebih serius untuk bunuh diri, penggunaan
![Page 26: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/26.jpg)
narkoba, dan disfungsi kekebalan tubuh mungkin telah dilaporkan.27 Kondisi penyerta,
khususnya depresi, kecemasan, dan penggunaan narkoba, umum terjadi. Ada peningkatan risiko
dua arah antara insomnia dan depresi. Kondisi lain medis, gaya hidup yang tidak sehat, merokok,
alkohol, dan ketergantungan kafein juga menjadi risiko untuk insomnia. Pengobatan sendiri
dengan alkohol, obat umum, dan obat medis menghabiskan untuk jutaan dolar per tahun.28
Dokter juga harus waspada terhadap kemungkinan resiko individu dan masyarakat selama
evaluasi.
Genetika : Dengan pengecualian insomnia familial fatal, gangguan langka, tidak ada
hubungan genetik tertentu telah diidentifikasi untuk insomnia. Sebuah kecenderungan familial
insomnia telah diamati, namun kontribusi relatif genetik kerentanan sifat dan perilaku maladaptif
tidak diketahui.
Pertimbangan Umum dan Tujuan Pengobatan
Hal ini penting untuk mengenali dan mengobati kondisi komorbiditas (misalnya, depresi
berat atau gangguan kesehatan seperti sakit kronis) yang umumnya terjadi dengan insomnia.29
Demikian juga, diperlukan identifikasi dan modifikasi penggunaan kafein yang tidak pantas,
alkohol, dan pengobatan sendiri. Waktu atau penyesuaian obat saat ini sesuai dengan
pertimbangan kebutuhan dan yang dapat meringankan gejala. Misalnya, mengubah ke
antidepresan peotensi ringan atau mengubah waktu obat dapat meningkatkan kualitas tidur atau
gejala siang hari.
Tujuan pengobatan insomnia (Tabel 10) termasuk pengurangan gejala tidur dan bangun,
perbaikan fungsi siang hari, dan pengurangan tekanan. Hasil pengobatan dapat dipantau secara
longitudinal dengan evaluasi klinis, kuesioner, dan log tidur.
Sebelum pertimbangan pilihan pengobatan, pasien dan dokter harus mendiskusikan
tujuan pengobatan primer dan sekunder berdasarkan keluhan utama dan dasar langkah-langkah
seperti latensi tidur, jumlah terbangun, Waso, frekuensi dan keparahan dari keluhan, distress
malam hari, dan gejala siang terkait (Tabel 10). Setelah membahas pilihan pengobatan
disesuaikan untuk mengatasi keluhan utama, rencana tindak lanjut spesifik dan kerangka waktu
harus diuraikan dengan pasien, terlepas dari pilihan pengobatan.
Mengukur kualitas tidur, fungsi siang hari, dan perbaikan kondisi komorbiditas
membutuhkan penilaian yang lebih terlibat, sering menggunakan kuesioner khusus untuk
![Page 27: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/27.jpg)
masalah susah tidur tertentu (Tabel 8). Jika dokter tidak familiar dengan tes, administrasi dan
pemantauan langkah-langkah ini mungkin memerlukan rujukan ke dokter spesialis perilaku tidur,
psikolog, atau pemeriksa professional lainnya, sebagai proses klinis yang tepat.
Intervensi psikologis dan perilaku dan agonis reseptor benzodiazepin (BzRAs) telah
menunjukkan kemanjuran dalam jangka pendek untuk pengobatan insomnia kronis. Intervensi
psikologis dan perilaku menunjukkan kemanjuran jangka pendek dan panjang dan dapat
digunakan untuk pengobatan baik insomnias primer dan dengan komorbiditas. Intervensi
psikologis dan perilaku dan intervensi farmakologis dapat digunakan sendiri atau dalam
kombinasi (Gambar 2). Terlepas dari pilihan pengobatan, penilaian hasil dan umpan balik pasien
merupakan komponen penting dari pengobatan. Selain itu, penilaian ulang klinis periodik setelah
selesainya pengobatan direkomendasikan karena tingkat kekambuhan untuk insomnia kronis
yang tinggi.
1. Tujuan Primer:
Perbaikan kualitas tidur dan / atau waktu.
Perbaikan aktivitas siang hari terkait insomnia seperti peningkatan energi, perhatian
atau kesulitan mengingat, disfungsi kognitif, kelelahan, atau gejala somatik.
2. Tujuan lain:
Perbaikan gejala insomnia (SOL, Waso, terbangun) seperti:
o SOL <30 menit dan / atau
o Waso <30 menit dan / atau
o Penurunan frekuensi terbangun atau keluhan tidur lainnya
o Efisiensi TST> 6 jam dan / atau tidur> 80% sampai 85%.
Pembentukan asosiasi positif dan jelas antara tempat tidur dan tidur
Perbaikan tekanan psikologis terkait masalah tidur
Tabel 10. Tujuan Terapi
![Page 28: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/28.jpg)
![Page 29: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/29.jpg)
![Page 30: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/30.jpg)
Gambar 2. Alogoritma Penatalaksanaan Insomnia Kronis
Terapi Psikologis dan Perilaku
Model-model terbaru menunjukkan bahwa hyperarousal fisiologis dan kognitif
berkontribusi pada evolusi dan kronisitas insomnia. Selain itu, pasien biasanya mengembangkan
perilaku bermasalah seperti ditempat tidur terjaga untuk jangka waktu yang lama, sering
mengakibatkan peningkatan upaya untuk tidur, meningkatnya frustrasi dan kecemasan tentang
tidak tidur, terjaga lebih lanjut dan pikirian negatif, dan keyakinan yang menyimpang dan sikap
mengenai gangguan dan konsekuensinya. Tanggapan negatif mungkin berkembang dan menjadi
faktor menetap dan menjadi kunci ditargetkan dengan terapi psikologis dan perilaku. Pengobatan
yang menangani komponen inti ini memainkan peran penting dalam pengelolaan primer dan
komorbiditas insomnia.29 Pengobatan ini efektif untuk orang dewasa dari segala usia, termasuk
orang dewasa yang lebih tua. Sementara sebagian besar penelitian telah difokuskan pada
khasiatnya terhadap pasien insomnia primer, data yang lebih baru menunjukkan hasil yang
sebanding pada pasien insomnia dengan komorbiditas kejiwaan atau medis.
Etiologi insomnia biasanya multifaktorial. Dalam insomnias komorbiditas, pengobatan
dimulai dengan mengatasi kondisi komorbiditas. Ini mungkin termasuk pengobatan gangguan
depresi mayor, pengelolaan yang optimal dari rasa sakit atau kondisi medis lainnya, penghapusan
mengaktifkan obat atau terapi dopaminergik untuk gangguan gerakan. Di masa lalu, itu secara
luas diasumsikan bahwa pengobatan gangguan komorbid ini akan menghilangkan insomnia.
Namun, hal itu telah menjadi semakin jelas bahwa selama gangguan ini, banyak faktor
psikologis dan perilaku yang berkembang dan jadi menetap pada masalah insomnia. Faktor-
faktor menetap umum meliputi khawatir tentang ketidakmampuan untuk tidur dan konsekuensi
tidur siang hari yang buruk, keyakinan dan sikap yang menyimpang tentang asal-usul dan makna
dari insomnia, upaya maladaptif untuk mengakomodasi kondisi (misalnya, jadwal atau
perubahan gaya hidup), dan menghabiskan terjaga di tempat tidur. Perilaku terakhir ini penting
khususnya dalam hal itu sering dikaitkan dengan "berusaha keras" untuk tertidur dan semakin
frustrasi dan ketegangan di wajah terjaga. Dengan demikian, tempat tidur menjadi terkait dengan
keadaan bangun sebagai paradigma pengkondisian ini berulang malam demi malam. Tujuan
implisit terapi psikologis dan perilaku adalah perubahan dalam sistem kepercayaan yang
menghasilkan suatu peningkatan pengertian pasien terhadap manajemen insomnia. Tujuan ini
dicapai dengan:
![Page 31: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/31.jpg)
I. Mengidentifikasi perilaku maladaptif dan kognisi yang mengabadikan insomnia
kronis;
II. Membawa distorsi kognitif yang melekat menjadi perhatian pasien dan bekerja
dengan pasien untuk merekonstrukturisasi kognisi ini lebih ke pikiran dan sikap
tidur yang kompatibel;
III. Memanfaatkan pendekatan perilaku tertentu yang memadamkan hubungan antara
upaya untuk tidur dan meningkat gairah dengan meminimalkan jumlah waktu
yang dihabiskan di tempat tidur terjaga, sementara secara bersamaan
mempromosikan asosiasi yang diinginkan dari tempat tidur dengan relaksasi dan
tidur;
IV. Membangun jadwal tidur-bangun yang teratur, kebiasaan tidur yang sehat dan
lingkungan yang kondusif untuk tidur yang baik; dan
V. Mempekerjakan teknik psikologis dan perilaku lain yang mengurangi gangguan
terhadap psychophysiological umum dan kecemasan tentang tidur.
Terapi psikologis dan perilaku untuk insomnia mencakup sejumlah modalitas tertentu
yang berbeda (Tabel 11). Data saat ini mendukung kemanjuran kontrol stimulus, pelatihan
relaksasi, dan terapi perilaku kognitif (CBT-1) (yaitu, pendekatan multimodal yang mencakup
baik unsur kognitif dan perilaku) dengan atau tanpa terapi relaksasi. Pengobatan ini
direkomendasikan sebagai standar perawatan untuk pengobatan insomnia kronis. Meskipun
modalitas lainnya yang umum dan berguna dengan efektivitas yang terbukti, tingkat bukti tidak
sekuat perawatan psikologis dan perilaku termasuk pembatasan tidur, niat paradoks, atau
biofeedback. Pendidikan sederhana mengenai kesehatan tidur saja tidak membuktika khasiatnya
untuk pengobatan insomnia kronis. Dalam prakteknya, terapi psikologis dan perilaku tertentu
yang paling sering dikombinasikan sebagai paket perawatan multi-modal disebut sebagai CBT-I.
CBT-I juga dapat mencakup penggunaan cahaya dan eksposur gelap, suhu, dan modifikasi kamar
tidur. Terapi nonfarmakologi lainnya seperti terapi cahaya dapat membantu untuk membangun
atau memperkuat jadwal tidur-bangun yang teratur dengan peningkatan kualitas tidur dan waktu.
Sebuah data base berkembang juga menunjukkan efikasi perawatan psikologis dan perilaku
jangka panjang. Ketika pengobatan psikologis / perilaku awal sudah tidak efektif, terapi lain
psikologis / perilaku, kombinasi terapi CBT-I, atau pengobatan dikombinasikan dengan terapi
farmakologi (lihat di bawah) dapat diterapkan. Selain itu, adanya gangguan komorbid okultisme
![Page 32: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/32.jpg)
harus dipertimbangkan. Psikolog dan dokter lain dengan lebih banyak pelatihan kognitif-perilaku
umum mungkin memiliki berbagai tingkat pengalaman dalam pengobatan perilaku tidur.
Pengobatan tersebut idealnya disampaikan oleh dokter yang secara khusus dilatih mengenai area
ini seperti spesialis perilaku tidur. American Academy of Sleep Medicine telah membentuk
proses standar untuk sertifikasi di Behavioral Sleep Medicine. 30,31 Namun, tingkat perawatan
mungkin tidak tersedia untuk semua pasien. Juga dari catatan, jenis administrasi (individu versus
kelompok) dan jadwal perawatan (seperti setiap satu atau dua minggu untuk beberapa sesi) dapat
bervariasi antara penyedia. Mengingat kekurangan pelatihan staf saat pelatihan terapi tidur,
metode alternatif pengobatan dan tindak lanjut, meskipun unvalidated, mungkin dapat menjadi
pilihan sementara untuk akses ke pengobatan untuk umum dan gangguan kronis ini.
Kontrol stimulus (Standard) dirancang untuk memadamkan hubungan negatif antara tidur
dan hasil yang tidak diinginkan seperti terjaga, frustrasi, dan khawatir. Negara-negara negatif
sering dikondisikan dalam menanggapi upaya untuk tidur sebagai akibat dari jangka waktu
yang lama di tempat tidur terjaga. Tujuan terapi kontrol stimulus adalah untuk pasien untuk
membentuk hubungan positif dan jelas antara tidur dan tidur dan untuk membuat jadwal tidur-
bangun yang stabil.
Petunjuk: Pergi ke tempat tidur hanya bila mengantuk; mempertahankan jadwal teratur;
menghindari tidur siang; menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur; jika tidak dapat tidur
(atau kembali tidur) dalam waktu 20 menit, menghapus diri sendiri jika terdapat aktivitas dari
tempat tidur-sampai mengantuk kemudian kembali ke tempat tidur santai-ulangi ini yang
diperlukan. Pasien harus dianjurkan untuk meninggalkan tempat tidur setelah mereka dianggap
tidak tidur dalam waktu kurang lebih 20 menit, selain itu clockwatching secara aktual harus
dihindari.
Pelatihan relaksasi (Standard) seperti relaksasi otot progresif, citra dipandu, atau pernapasan
perut, dirancang untuk menurunkan somatik dan negara gairah kognitif yang mengganggu
tidur. Pelatihan relaksasi dapat berguna pada pasien menampilkan peningkatan kadar gairah
dan sering dimanfaatkan dengan CBT.
Petunjuk: pelatihan relaksasi otot progresif melibatkan metode menegang kelompok otot
![Page 33: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/33.jpg)
tertentu yang berbeda dengan santai di seluruh tubuh. Teknik-teknik khusus yang banyak
tersedia dalam bentuk tertulis dan audio.
Cognitive Behavioral Therapy untuk Insomnia atau CBT-I (Standard) adalah kombinasi
terapi kognitif ditambah dengan perilaku perawatan (misalnya, kontrol stimulus, pembatasan
tidur) dengan atau tanpa terapi relaksasi. Terapi kognitif berusaha untuk mengubah pasien
keyakinan yang terlalu tinggi dan harapan yang tidak realistis tentang tidur. Terapi kognitif
menggunakan metode psikoterapi untuk merekonstruksi jalur kognitif dengan konsep positif
dan tepat tentang tidur dan dampaknya. Distorsi kognitif umum yang diidentifikasi dan
ditangani dalam pengobatan meliputi: "Saya tidak bisa tidur tanpa obat," "Saya memiliki
ketidakseimbangan kimia," "Jika saya tidak bisa tidur aku harus tinggal di tempat tidur dan
istirahat," "hidupku akan hancur jika saya tidak bisa tidur. "
Terapi multikomponen [tanpa terapi kognitif] (Pedoman) menggunakan berbagai
kombinasi dari perilaku (kontrol stimulus, relaksasi, pembatasan tidur) terapi, dan pendidikan
kesehatan tidur. Banyak terapis menggunakan beberapa bentuk pendekatan multimodal dalam
mengobati insomnia kronis.
Pembatasan tidur (Pedoman) awalnya membatasi waktu di tempat tidur dengan waktu tidur
total, karena berasal dari catatan tidur awal. Pendekatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan
kelangsungan tidur dengan menggunakan pembatasan tidur untuk meningkatkan dorongan
tidur. Sebagai meningkatnya dorongan tidur dan kesempatan untuk tidur tetap dibatasi dengan
tidur siang dilarang, tidur menjadi lebih konsolidasi. Ketika kontinuitas tidur secara
substansial meningkatkan, waktu di tempat tidur secara bertahap meningkat, untuk
memberikan waktu tidur yang cukup bagi pasien untuk merasa beristirahat siang hari, sambil
menjaga konsolidasi tidur baru diperoleh. Selain itu, pendekatan ini konsisten dengan tujuan
kontrol stimulus dalam hal itu meminimalkan jumlah waktu yang dihabiskan di tempat tidur
terjaga membantu memulihkan hubungan antara tidur dan tidur.
Instruksi (Catatan, bila menggunakan pembatasan tidur, pasien harus dipantau untuk dan
memperingatkan tentang kemungkinan kantuk):
Menjaga log tidur dan menentukan waktu tidur total rata-rata (TST) untuk periode awal
(misalnya, 1-2 minggu)
Mengatur waktu tidur dan waktu bangun untuk mendekati mean TST untuk mencapai
![Page 34: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/34.jpg)
efisiensi tidur> 85% (TST / TIB × 100%) lebih dari 7 hari; tujuannya adalah untuk
total waktu di tempat tidur (TIB) (tidak <5 jam) untuk mendekati TST.
Membuat penyesuaian mingguan: 1) untuk efisiensi tidur (TST / TIB × 100%)> 85%
sampai 90% lebih dari 7 hari, TIB dapat ditingkatkan dengan 15-20 menit; 2) untuk SE
<80%, TIB dapat lebih dikurangi dengan 15-20 menit.
Ulangi TIB penyesuaian setiap 7 hari.
Tujuan yang paradoks (Pedoman) adalah terapi kognitif tertentu di mana pasien dilatih
untuk menghadapi rasa takut tetap terjaga dan efek potensinya. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan kecemasan pasien tentang kinerja tidur
Terapi biofeedback (Pedoman) melatih pasien untuk mengontrol beberapa variabel fisiologis
melalui umpan balik visual atau pendengaran. Tujuannya adalah untuk mengurangi
ketergangguan somatik.
Terapi kesehatan tidur (ada rekomendasi) melibatkan pasien tentang praktik gaya hidup
sehat yang meningkatkan tidur. Ini harus digunakan dalam hubungannya dengan kontrol
stimulus, pelatihan relaksasi, pembatasan tidur atau terapi kognitif. Instruksi meliputi, tetapi
tidak terbatas pada, menjaga jadwal rutin, memiliki pola makan yang sehat dan olahraga siang
hari biasa, memiliki lingkungan tidur tenang, dan menghindari tidur siang, kafein, stimulan
lainnya, nikotin, alkohol, cairan yang berlebihan, atau merangsang aktivitas sebelum tidur .
Tabel 11. Terapi Kognitif dan Perilaku Umum untuk Insomnia Kronis
Terapi Farmakologis
Tujuan pengobatan farmakologis mirip dengan terapi perilaku: untuk meningkatkan
kualitas tidur dan kuantitas, untuk meningkatkan fungsi terkait siang hari, untuk mengurangi
latensi tidur dan terjaga setelah onset tidur, dan untuk meningkatkan waktu tidur total. Faktor-
faktor dalam memilih agen farmakologis harus diarahkan oleh: (1) pola gejala; (2) tujuan
pengobatan; (3) tanggapan pengobatan masa lalu; (4) preferensi pasien; (5) biaya; (6)
ketersediaan perawatan lain; (7) kondisi komorbiditas; (8) kontraindikasi; (9) interaksi obat
bersamaan; dan (10) efek samping. Sebuah gol tambahan pengobatan farmakologis adalah untuk
mencapai keseimbangan yang menguntungkan antara efek terapi dan potensi efek samping.
Perawatan farmakologis disetujui FDA saat ini untuk insomnia termasuk beberapa
BzRAs dan agonis reseptor melatonin (Tabel 12). BzRAs spesifik berbeda satu sama lain
![Page 35: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/35.jpg)
terutama dalam hal sifat farmakokinetik, meskipun beberapa agen relatif lebih selektif daripada
yang lain untuk asam (GABA) subtipe reseptor amino butyric-gamma spesifik. Khasiat jangka
pendek BzRAs telah dibuktikan dalam sejumlah besar percobaan terkontrol acak. Sejumlah kecil
dari uji coba terkontrol menunjukkan kemanjuran yang lebih dalam waktu cukup lama. Potensi
efek samping dari BzRAs termasuk sedasi residual, memori dan penurunan kinerja, jatuh,
perilaku yang tidak diinginkan selama tidur, gejala somatik, dan interaksi obat. Sejumlah besar
resep obat lain digunakan offlabel untuk mengobati insomnia, termasuk antidepresan dan obat
anti-epilepsi. Efikasi dan keamanan untuk penggunaan eksklusif dari obat ini untuk pengobatan
insomnia kronis tidak terdokumentasi dengan baik. Banyak obat non-resep dan agen naturopati
juga digunakan untuk mengobati insomnia, termasuk antihistamin, melatonin, dan valerian.
Bukti mengenai efikasi dan keamanan obat ini terbatas.
Rekomendasi berikut terutama berkaitan dengan pasien dengan diagnosa psikofisiologis,
idiopatik, dan paradoks Insomnia di ICSD-2, atau diagnosis Primer Insomnia di DSM-IV. Ketika
farmakoterapi digunakan, rekomendasi pengobatan disajikan secara berurutan.
I. BzRAs atau Ramelteon aktivitas pendek / menengah : * Contoh singkat / BzRAs
intermediate-acting termasuk zaleplon, zolpidem, eszopiclone, triazolam, dan temazepam. Tidak
ada agen tertentu dalam kelompok ini direkomendasikan sebagai lebih baik diantara yang lain
dalam pengertian umum; masing-masing telah terbukti memiliki efek positif pada latensi tidur,
TST, dan / atau Waso dalam uji plasebo terkontrol.32-37 Namun, tiap individu dapat merespon
secara berbeda terhadap obat yang berbeda dalam kelas ini. Faktor yang menentukan termasuk
pola gejala, respon masa lalu, biaya, dan keinginan pasien harus dipertimbangkan dalam memilih
agen tertentu. Misalnya, zaleplon dan Ramelteon memiliki sangat pendek paruh dan akibatnya
cenderung mengurangi latensi tidur, tetapi memiliki pengaruh yang kecil pada bangun setelah
onset tidur (Waso); mereka juga tidak menghasilkan sedasi sisa. Eszopiclone dan temazepam
memiliki relatif lebih lama paruh, lebih mungkin untuk meningkatkan pemeliharaan tidur, dan
lebih mungkin untuk menghasilkan sedasi sisa, meskipun aktivitas residual tersebut masih
terbatas pada sebagian kecil pasien. Triazolam telah dikaitkan dengan Rebound kecemasan dan
sebagai hasilnya, tidak dianggap sebagai baris pertama hipnotis. Pasien yang memilih untuk
tidak menggunakan obat-DEA dijadwalkan, dan pasien dengan riwayat gangguan penggunaan
zat mungkin menjadi kandidat yang tepat untuk Ramelteon, terutama jika keluhan adalah bahwa
kesulitan inisiasi tidur.
![Page 36: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/36.jpg)
II. BzRAs alternatif atau Ramelteon : Dalam hal pasien tidak merespon dengan baik
untuk agen awal, agen yang berbeda dalam kelas yang sama dapat digunakan. Pemilihan
alternative obat harus didasarkan pada respon pasien yang pertama. Misalnya, pasien yang terus
mengeluh Waso mungkin diresepkan obat dengan panjang paruh; seorang pasien yang mengeluh
sedasi sisa mungkin diresepkan obat acting yang lebih pendek-acting. Pemilihan BzRA tertentu
dapat mencakup hipnotik lagi-acting, seperti estazolam. Flurazepam jarang diresepkan karena
setengah hidup diperpanjang. Benzodiazepin tidak secara khusus disetujui untuk insomnia
(misalnya lorazepam, clonazepam) mungkin juga dipertimbangkan jika durasi tindakan sesuai
untuk presentasi pasien atau jika pasien memiliki kondisi komorbiditas yang mungkin manfaat
dari obat ini.
III. Antidepresan sedasi dosis rendah (AD) : Ketika disertai dengan komorbiditas
depresi atau dalam kasus kegagalan pengobatan lainnya, penenang antidepresan dosis rendah
mungkin berikutnya dipertimbangkan. Contoh obat ini termasuk trazodone, mirtazapine,
doxepin, amitriptyline, dan trimipramine. Bukti keberhasilan mereka ketika digunakan sendiri
relatif lemah38-42 dan tidak ada agen khusus dalam kelompok ini dianjurkan sebagai lebih baik
untuk yang lain dalam kelompok ini. Faktor-faktor seperti riwayat pengobatan, kondisi
komorbiditas (misalnya gangguan depresi mayor), profil sisi efek, biaya, dan profil
farmakokinetik dapat memandu pemilihan agen tertentu. Misalnya, trazodone memiliki aktivitas
sedikit atau tidak ada relatif antikolinergik untuk doxepin dan amitriptyline, dan mirtazapine
dikaitkan dengan penambahan berat badan. Perhatikan bahwa dosis rendah antidepresan sedatif
bukan merupakan perawatan yang memadai dari depresi besar bagi individu dengan insomnia
komorbiditas. Namun, khasiat dosis rendah trazodon sebagai bantuan tidur bersamaan dengan
obat lain antidepresant dosis penuh telah dinilai dalam sejumlah studi pasien dengan gangguan
depresi. Studi-studi ini, dari berbagai kualitas dan desain, menyarankan khasiat moderat untuk
trazodon dalam meningkatkan kualitas tidur dan / atau durasi. Tidak jelas sampai sejauh mana
temuan ini dapat digeneralisasi untuk presentasi lainnya insomnia.
IV. Kombinasi BzRA + AD : Tidak ada studi penelitian telah dilakukan untuk meneliti
secara khusus kombinasi seperti itu, tapi banyak pengalaman klinis dengan co-pemberian obat
ini sebuah menunjukkan keamanan umum dan kemanjuran kombinasi ini. Kombinasi obat dari
dua kelas yang berbeda dapat meningkatkan efikasi dengan menargetkan beberapa mekanisme
tidur-bangun dan meminimalkan toksisitas yang dapat terjadi dengan dosis yang lebih tinggi dari
![Page 37: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/37.jpg)
agen tunggal. Efek samping yang mungkin diminimalkan lebih lanjut dengan menggunakan
dosis rendah AD khas dalam pengobatan insomnia, namun potensi sedasi siang harus dipantau
secara seksama.
V. Obat resep lain : Contohnya termasuk gabapentin, tiagabine, quetiapine, olanzapine
dan. Bukti khasiat untuk obat ini untuk pengobatan insomnia primer kronis tidak cukup.
Penghindaran administrasi off-label obat ini dibenarkan mengingat tingkat lemah bukti yang
mendukung keberhasilan mereka untuk insomnia ketika digunakan sendiri dan potensi efek yang
signifikan samping (misalnya, kejang dengan tiagabin; efek samping neurologis, berat badan,
dan dysmetabolism dengan quetiapine dan olanzapine).
VI. Resep obat bius (Tidak direkomendasikan) : Meskipun kloral hidrat, barbiturat,
dan "non-barbiturat non-benzodiazepine" obat (seperti meprobamate) yang disetujui FDA untuk
insomnia, mereka tidak direkomendasikan untuk pengobatan insomnia, mengingat efek samping
yang signifikan mereka, indeks terapeutik rendah, dan kemungkinan toleransi dan
ketergantungan.
VII. Over-the-counter agen : Antihistamin dan kombinasi antihistamin-analgesik yang
banyak digunakan sendiri obat untuk insomnia. Bukti efikasi dan keamanan mereka sangat
terbatas, dengan sangat sedikit studi yang tersedia dari 10 tahun terakhir menggunakan desain
studi kontemporer dan outcomes.43 Antihistamin memiliki potensi efek samping yang serius
yang timbul dari sifat antikolinergik bersamaan mereka. Alkohol, kemungkinan yang paling
umum Insomnia pengobatan mandiri, tidak dianjurkan karena durasinya pendek tindakan, efek
buruk pada tidur, eksaserbasi apnea tidur obstruktif, dan potensi untuk penyalahgunaan dan
ketergantungan. Sangat sedikit pengobatan herbal atau alternatif telah sistematis dievaluasi untuk
pengobatan insomnia. Dari jumlah tersebut, jumlah terbesar dari bukti yang tersedia mengenai
ekstrak valerian dan melatonin.44-47 bukti yang ada menunjukkan bahwa valerian memiliki efek
kecil tapi konsisten pada latensi tidur, dengan efek yang tidak konsisten pada kelangsungan tidur,
durasi tidur, dan arsitektur tidur. Melatonin telah diuji di sejumlah besar uji klinis. Meta-analisis
telah menunjukkan bahwa melatonin memiliki efek kecil pada latensi tidur, dengan sedikit efek
pada Waso atau TST. Perlu dicatat bahwa beberapa uji coba yang diterbitkan melatonin telah
dievaluasi efektivitasnya sebagai chronobiotic (fase-pergeseran agen) bukan sebagai hipnotis.
Penggunaan jangka panjang non-resep (over-the-counter) perawatan tidak dianjurkan. Efikasi
dan keamanan data untuk obat-obat over-the-counter untul insomnia terbatas pada studi jangka
![Page 38: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/38.jpg)
pendek; keselamatan dan keberhasilan mereka dalam perawatan jangka panjang adalah tidak
diketahui.48 Pasien harus diedukasi mengenai risiko dan khasiat terbatas zat ini dan kemungkinan
interaksi dengan kondisi komorbiditas dan obat lain.
Obat Sediaan Dosis Anjuran Indikasi/Komentar
Spesifik
Benzodiazepine Receptor Agonistic Modulators (Schedule IV Controlled Substances)
Non-benzodiazepines
cyclopyrrolones
eszopiclone
1, 2, 3 mg tablets 2-3 hs mg 1 mg hs di
tua atau lemah; max 2
mg 1 mg hs di
gangguan hati berat;
max 2 mg
Terutama
digunakan untuk
tidur-onset dan
pemeliharaan
insomnia,
Akting Menengah
Tidak ada
pembatasan
penggunaan jangka
pendek
imidazopyridines
zolpidem
zolpidem (controlled
release)
5, 10 mg tablets
6.25, 12.5 mg tablets
10 hs mg; max 10 mg
5 hs mg pada usia
lanjut, lemah, atau
gangguan hati
12,5 mg hs 6,25 mg
hs pada usia lanjut,
lemah, atau gangguan
hati
Terutama
digunakan untuk
tidur-onset
insomnia yang
Short-sampai
menengah-acting
Terutama
digunakan untuk
tidur-onset dan
pemeliharaan
insomnia,
Rilis terkendali;
menelan seluruh,
tidak dibagi,
![Page 39: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/39.jpg)
dihancurkan atau
dikunyah
pyrazolopyrimidines
zaleplon
5, 10 mg capsules 10 hs mg; max 20 mg
5 hs mg pada usia
lanjut, lemah, ringan
sampai
gangguan hati
sedang, atau
bersamaan
cimetidine
Terutama
digunakan untuk
onset insomnia
yang tidur
Pemeliharaan
susah tidur selama
4 jam yang
tersedia untuk tidur
lebih
Short-acting
Benzodiazepin
estazolam 1, 2 mg tablets 1-2 mg hs
0,5 mg hs di orang
tua atau lemah
Akting pendek
hingga sedang
temazepam 7.5, 15, 30 mg
capsules
15-30 mg hs
7,5 mg hs di orang
tua atau lemah
Akting pendek
hingga sedang
triazolam 0.125, 0.25 mg
tablets
0.25 mg hs; maksimal
0.5 mg
0,125 mg hs di orang
tua atau lemah;
maksimal 0.25 mg
Acting pendek
flurazepam 15, 30 mg capsules 115-30 mg hs
15 mg hs di orang tua
atau lemah
Akting panjang
Resiko rasa
mengantuk sisa
siang hari
Melatonin Receptor Agonists (Non-Scheduled)
remelton 8 mg tablet 8 mg hs Terutama
digunakan untuk
![Page 40: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/40.jpg)
tidur-onset
insomnia yang
Short-acting
Tidak ada
pembatasan
penggunaan jangka
pendek
Tabel 12. Pilihan Terapi Farmakologis
Kegagalan Pengobatan Farmakologis
Meskipun obat dapat memainkan peran berharga dalam pengelolaan insomnia, sebagian
pasien insomnia kronis mungkin memiliki perbaikan sementara terbatas atau hanya dengan obat.
Seperti yang disarankan, percobaan atau kombinasi alternatif mungkin berguna; Namun, dokter
harus mencatat bahwa jika beberapa uji coba obat ini terbukti tidak efektif pada akhirnya,
pendekatan perilaku kognitif harus dikejar sebagai pengganti atau sebagai tambahan untuk uji
farmakologi lanjut. Selain itu, diagnosis komorbid atau insomnias lainnya harus dipertimbangkan
kembali. Perhatian dianjurkan terhadap polifarmasi, terutama pada pasien yang belum atau tidak
akan mengerjakan perawatan psikologis dan perilaku.
Modus Administrasi / Pengobatan
Frekuensi pemberian hipnotik tergantung pada presentasi klinis spesifik; Data empiris
mendukung setiap malam dan administrasi intermiten (2-5 kali per minggu).49-51 Banyak klinis
menyarankan dijadwalkan dosis non-malam menjelang tidur sebagai sarana untuk mencegah
toleransi, ketergantungan, dan penyalahgunaan, meskipun komplikasi ini mungkin kurang
mungkin dengan agen BzRA baru. Sebuah strategi akhir kadang-kadang digunakan dalam
praktek klinis benar "yang diperlukan" dosis ketika pasien terbangun dari tidur. Strategi ini
belum diteliti, dan umumnya tidak dianjurkan karena potensi carry-over sedasi keesokan harinya
dan potensi teoritis untuk mendorong kondisi mengantisipasi dosis obat.
Durasi pengobatan juga tergantung pada karakteristik klinis yang spesifik dan preferensi
pasien. FDA kelas pelabelan untuk hipnotik sebelum tahun 2005 secara implisit
direkomendasikan durasi pengobatan singkat; sejak tahun 2005, pelabelan hipnosis tidak
![Page 41: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/41.jpg)
membahas durasi pengobatan. Antidepresan dan obat lain yang biasa digunakan off-label untuk
pengobatan insomnia juga membawa ada pembatasan khusus berkenaan dengan durasi
penggunaan. Dalam praktek klinis, obat hipnosis sering digunakan lebih dari jangka waktu satu
sampai dua belas bulan tanpa dosis eskalasi, 52-55 tapi empiris data dasar untuk pengobatan jangka
panjang tetap kecil. Acak, studi terkontrol terbaru dari non-BZD-BzRAs (seperti eszopiclone
atau zolpidem) telah menunjukkan efikasi lanjutan tanpa komplikasi yang signifikan selama 6
bulan, dan dalam studi ekstensi openlabel selama 12 bulan atau lebih.
Bagi banyak pasien, periode pengobatan awal 2-4 minggu mungkin tepat, diikuti dengan
re-evaluasi lanjutan perlu pengobatan. Sebuah subset dari pasien dengan insomnia kronis yang
parah mungkin menjadi kandidat yang tepat untuk jangka panjang atau perawatan pemeliharaan
kronis, tetapi, seperti yang dinyatakan, karakteristik mendefinisikan spesifik pasien ini tidak
diketahui. Ada sedikit bukti empiris yang tersedia untuk memandu keputusan mengenai yang
obat untuk menggunakan jangka panjang, baik sendiri atau dalam kombinasi dengan perilaku
perawatan. Dengan demikian, pedoman untuk pengobatan farmakologis jangka panjang perlu
didasarkan terutama pada praktek klinis umum dan konsensus. Jika obat hipnotis digunakan
jangka panjang, kunjungan tindak lanjut rutin harus dijadwalkan setidaknya setiap enam bulan
untuk memantau keberhasilan, efek samping, toleransi, dan penyalahgunaan obat. Upaya
periodik untuk mengurangi frekuensi dan dosis untuk meminimalkan efek samping dan
menentukan dosis efektif terendah dapat diindikasikan.
Pada penghentian obat hipnotic setelah lebih dari penggunaan beberapa hari ',
berpotensi rebound insomnia (memburuknya gejala dengan pengurangan dosis, biasanya
berlangsung 1-3 hari), potensi fisik serta efek penarikan psikologis, dan kekambuhan insomnia
mungkin semua terjadi.56 Rebound insomnia dan penarikan dapat diminimalkan dengan secara
bertahap meruncing baik dosis dan frekuensi pemberian.57 Secara umum, dosis harus diturunkan
dengan kenaikan terkecil mungkin dalam langkah-langkah yang berurutan dari setidaknya durasi
beberapa hari '. Meruncing frekuensi administrasi (seperti setiap lain atau setiap malam ketiga)
juga telah ditunjukkan untuk meminimalkan efek rebound yang sukses mungkin memerlukan
beberapa minggu ke bulan. Seperti dicatat di tempat lain, lentik dan penghentian obat hipnotik
difasilitasi oleh aplikasi bersamaan terapi kognitif-perilaku, yang meningkatkan tingkat
keberhasilan penghentian dan durasi pantang.58,59
![Page 42: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/42.jpg)
Farmakoterapi untuk Populasi Tertentu
Pedoman yang disajikan umumnya sesuai untuk orang dewasa yang lebih tua serta orang
dewasa muda. Namun, dosis yang lebih rendah dari semua agen (dengan pengecualian
Ramelteon) mungkin diperlukan pada orang dewasa yang lebih tua, dan potensi efek samping
dan interaksi obat-obat harus dipertimbangkan dengan cermat. 60-62 Pedoman di atas cenderung
sesuai untuk remaja yang lebih tua juga, tetapi data empiris sangat sedikit tersedia untuk
mendukung setiap pendekatan pengobatan eksklusif di kelompok usia ini. Pengobatan insomnia
komorbiditas dengan gangguan depresi atau kecemasan harus mengikuti garis besar umum sama
disajikan di atas. Namun, pengobatan bersamaan dengan obat antidepresan pada dosis yang
dianjurkan, atau psikoterapi berkhasiat untuk kondisi komorbiditas, diperlukan. Kedua BzRAs
dan dosis rendah Iklan menenangkan telah dievaluasi sebagai agen ajuvan untuk antidepresan
dosis penuh lainnya untuk pengobatan insomnia komorbiditas pada pasien dengan depresi. 63,64
Jika obat antidepresan penenang digunakan sebagai monoterapi untuk pasien dengan
komorbiditas depresi dan insomnia, dosis harus yang direkomendasikan untuk pengobatan
depresi. Dalam banyak kasus, dosis ini akan lebih tinggi dari dosis yang biasa digunakan untuk
mengobati insomnia saja. Quetiapine atau olanzapine mungkin khusus berguna pada individu
dengan gangguan bipolar atau gangguan kecemasan yang parah. Dalam cara yang sama,
pengobatan insomnia komorbiditas dengan gangguan nyeri kronis harus mengikuti garis
pengobatan umum disajikan di atas. Dalam beberapa kasus, obat-obatan seperti gabapentin atau
pregabalin dapat tepat digunakan pada tahap awal. Pengobatan bersamaan dengan obat analgesik
lagi-acting dekat waktu tidur juga dapat berguna, meskipun analgesik narkotik dapat
mengganggu kontinuitas tidur pada beberapa pasien. Selanjutnya, pasien dengan insomnia
komorbiditas dapat mengambil manfaat dari perawatan perilaku dan psikologis atau terapi
gabungan, selain pengobatan kondisi terkait.
Terapi Gabungan untuk Insomnia
Obat hipnotik yang berkhasiat sebagai pengobatan jangka pendek untuk insomnia, dan
bukti lebih baru menunjukkan bahwa benzodiazepin dan BzRA hipnotik dapat menjaga
efektivitas dalam jangka panjang tanpa komplikasi yang signifikan. Fakta-fakta ini,
bagaimanapun, tidak memberikan dokter dengan set standar praktek, terutama ketika datang ke
urutan atau kombinasi terapi. Literatur yang telah meneliti masalah farmakoterapi individu atau
![Page 43: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/43.jpg)
pengobatan perilaku kognitif versus kombinasi pendekatan ini menunjukkan bahwa pengobatan
farmakologis jangka pendek saja efektif selama pengobatan untuk insomnia kronis tetapi tidak
memberikan berkelanjutan perbaikan penghentian berikut,65,66 sedangkan perawatan perilaku
kognitif menghasilkan peningkatan yang signifikan dari insomnia kronis dalam jangka pendek,
dan perbaikan ini muncul berkelanjutan di follow-up sampai dua tahun.67 Studi gabungan
pengobatan acara campuran dan tidak meyakinkan hasil. Secara keseluruhan, penyelidikan ini
tidak menunjukkan keuntungan yang jelas untuk gabungan pengobatan lebih pengobatan
perilaku kognitif saja.65,66,68-70
Pernyataan Terbuka
Ini bukan studi didukung industri. Dr Buysse telah berkonsultasi ke dan / atau berada di
dewan penasihat Actelion, Arena, cephalon, Eli Lilly, GlaxoSmithKline, Merck, Neurocrine,
Neurogen, Pfizer, Respironics, Sanofi-Aventis, Sepracor, Servier, Somnus Therapeutics, Stres
Eraser, Takeda, dan Transcept Farmasi. Para penulis lain telah mengindikasikan tidak ada
konflik kepentingan keuangan.
REFERENSI
1. American Academy of Sleep Medicine. International classification of sleep disorders, 2nd ed.:
diagnostic and coding manual. Westchester, IL: American Academy of Sleep Medicine, 2005.
2. Littner M, Hirshkowitz M, Kramer M; Standards of Practice Committee of the American
Academy of Sleep Medicine. Practice parameters for using polysomnography to evaluate
insomnia: an update for 2002. Sleep 2003;26:754-60.
3. Littner M, Kushida C, Wise M, et al. Standards of Practice Committee of the American
Academy of Sleep Medicine. Practice parameters for clinical use of the multiple sleep latency
test and the maintenance of wakefulness test. Sleep 2005;28:113-21.
4. Chesson AL Jr, Anderson WM, Littner M, et al. Practice parameters for the nonpharmacologic
treatment of chronic insomnia. An American Academy of Sleep Medicine report. Standards of
Practice Committee of the American Academy of Sleep Medicine. Sleep 1999;22:1128-33.
5. Morgenthaler T, Kramer M, Alessi C, et al. Practice parameters for the psychological and
behavioral treatment of insomnia: an update. An American Academy of Sleep Medicine report.
Sleep 2006;29:1415-9.
![Page 44: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/44.jpg)
6. Morgenthaler T, Alessi C, Friedman L, et al. Practice parameters for the use of actigraphy in
the assessment of sleep and sleep disorders: an update for 2007. Sleep 2007;30:519-29.
7. Sackett DL. Rules of evidence and clinical recommendations for the management of patients.
Can J Cardiol 1993;9:487-9.
8. Johnson E. Epidemiology of insomnia: from adolescence to old age. Sleep Med Clin
2006;1:305-17.
9. Kryger M. The burden of chronic insomnia on society: awakening insomnia management.
Presented at: 20th Anniversary Meeting of APSS, 2006, Salt Lake City, UT
10. Ancoli-Israel S, Roth T. Characteristics of insomnia in the United States: results of the 1991
National Sleep Foundation Survey. Sleep 1999;22:S347-53.
11.Taylor D, Mallory LJ, Lichstein KL, et al. Comorbidity of chronic insomnia with medical
problems. Sleep 2007;30:213-8.
12. Benca R, Ancoli-Israel S, Moldofsky H. Special considerations in insomnia diagnosis and
management: depressed, elderly, and chronic pain populations. J Clin Psychiatry 2004;65:S26-
S35.
13. Ohayon M. Epidemiology of insomnia: what we know and what we still need to learn. Sleep
Med Rev 2002;6:97-111.
14. Morin C, LeBlanc M, Daley M, Gregoire JP, Merette C. Epidemiology of insomnia:
prevalence, self-help treatments, consultations, and determinants of help-seeking behaviors.
Sleep Med 2006;7:123-30.
15. Perlis M, Smith MT, Pigeon WR. Etiology and pathophysiology of insomnia. In: Kryger
MH, Roth T, Dement WC, eds. Principles and practice of sleep medicine, 4th ed. Philadelphia:
Elsevier Saunders, 2005:714-25.
16. Perlis M, Giles DE, Mendelson WB, Bootzin RR, Wyatt JK. Psychophysiological insomnia:
the behavioural model and a neurocognitive perspective. J Sleep Res 1997;6:179-88.
17. Spielman A, Caruso L, Glovinsky P. A behavioral perspective on insomnia treatment.
Psychiatr Clinic North Am 1987;10:541-53.
18. Harvey A. A cognitive model of insomnia. Behav Res Ther 2002;40:869-93.
19. Lichstein K, Durrence HH, Taylor DJ, et al. Quantitative criteria for insomnia. Behav Res
Ther 2003;41:427-45.
![Page 45: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/45.jpg)
20. Edinger J, Bonnet MH, Bootzin RR, et al. Derivation of research diagnostic criteria for
insomnia: Report of an American Academy of Sleep Medicine Work Group. Sleep
2004;27:1567-96.
21. Sateia M, Doghramji K, Hauri PJ, et al. Evaluation of chronic insomnia. Sleep 2000;23:243-
308.
22. Spielman A, Yang CM, Glovinsky PG. Assessment techniques for insomnia. In: Kryger MH,
Roth T, Dement WC, eds. Principles and practice of sleep medicine, 4th ed. Philadelphia:
Elsevier Saunders, 2005.
23. Todd Arnedt J, Conroy D, Aloia M. Evaluation of insomnia patients. Sleep Med Clin
2006;1:319-32.
24. Hauri PJ. Consulting about insomnia: a method and some preliminary data. Sleep
1993;16:344-50.
25. Leger D, Guilleminault C, Bader G, Levy E, Paillard, M. Medical and socio-professional
impact of insomnia. Sleep 2002;25:625-9.
26. Léger D, Massuel MA, Metlaine A; SISYPHE Study Group. Professional correlates of
insomnia [see comment]. Sleep 2006;29:171-8.
27. Taylor D, Lichstein KL, Durrence HH. Insomnia as a health risk factor. Behav Sleep Med
2003;1:227-47.
28. National Institutes of Health. National Institutes of Health State of the Science Conference
statement on Manifestations and Management of Chronic Insomnia in Adults, June 13-15, 2005.
Sleep 2005;28:1049-57.
29. Lichstein KL, Wilson NM, Johnson CT. Psychological treatment of secondary insomnia.
Psychol Aging 2000;15:232-40.
30. American Academy of Sleep Medicine. Certified behavioral sleep medicine specialists.
http://www.aasmnet.org/BSMSpecialists. aspx. 2007.
31. American Academy of Sleep Medicine. Centers for Sleep Medicine.
http://www.sleepcenters.org/. 2007.
32. Holbrook AM, Crowther R, Lotter A, Cheng C, King D. Meta-analysis of benzodiazepine
use in the treatment of insomnia. CMAJ 2000;162:225-33.
![Page 46: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/46.jpg)
33. Holbrook A, Crowther R, Lotter A, Endeshaw Y. The role of benzodiazepines in the
treatment of insomnia: meta-analysis of benzodiazepine use in the treatment of insomnia. J Am
Geriatr Soc 2001;49:824-6.
34. Nowell P, Mazumdar S, Buysse DJ, et al. Benzodiazepines and zolpidem for chronic
insomnia: A meta-analysis of treatment efficacy. JAMA 1997;278:2170-7.
35. Erman M, Seiden D, Zammit G, Sainati S, Zhang J. An efficacy, safety, and dose-response
study of Ramelteon in patients with chronic primary insomnia. Sleep Med 2006;7:17-24.
36. Roth T, Stubbs C, Walsh JK, et al. Ramelteon (TAK-375), a selective MT1/MT2-receptor
agonist, reduces latency to persistent sleep in a model of transient insomnia related to a novel
sleep environment. Sleep 2005;28:303-7.
37. Barbera J, Shapiro C. Benefit-risk assessment of zaleplon in the treatment of insomnia. Drug
Saf 2005;28:301-18.
38. Hajak G, Rodenbeck A, Voderholzer U, et al. Doxepin in the treatment of primary insomnia:
a placebo-controlled, double-blind, polysomnographic study. J Clin Psychiatry 2001;62:453-63.
39. Riemann D, Voderholzer, U, Cohrs S, et al. Trimipramine in primary insomnia: results of a
polysomnographic double-blind controlled study. Pharmacopsychiatry 2002;35:165-74.
40. Mendelson W. A review of the evidence for the efficacy and safety of trazodone in insomnia.
J Clin Psychiatry 2005;66:469-76.
41. Walsh J, Erman M, Erwin CW, et al. Subjective hypnotic efficacy of trazodone and zolpidem
in DSMIII-R primary insomnia. Hum Psychopharmacol 1998;13:191-8.
42. Winokur A, DeMartinis NA 3rd, McNally DP, Gary EM, Cormier JL, Gary KA.
Comparative effects of mirtazapine and fluoxetine on sleep physiology measures with major
depression and insomnia. J Clin Psychiatry 2003;64:1224-9.
43. Morin CM, Koetter U, Bastien C, Ware JC, Wooten V. Valerian-hops combination and
diphenhydramine for treating insomnia: a randomized placebo-controlled clinical trial. Sleep
2005;28:1465-71.
44. Bent S, Padula A, Moore D, et al. Valerian for sleep: a systematic review and meta-analysis.
Am J Med 2006;119:1005-12.
45. Brzezinski A, Vangel MG, Wurtman RJ, et al. Effects of exogenous melatonin on sleep: a
meta-analysis. Sleep Med Rev 2005;6:41-50.
![Page 47: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/47.jpg)
46. Buscemi N, Vandermeer B, Hooton N, et al. The efficacy and safety of exogenous melatonin
for primary sleep disorders: a meta-analysis. J Gen Intern Med 2005;20:1151-8.
47. Wheatley D. Kava and valerian in the treatment of stress-induced insomnia. Phytother Res
2001;15:549-51.
48. Meoli A, Rosen C, Kristo D, et al. Oral nonprescription treatment for insomnia: an evaluation
of products with limited evidence. J Clin Sleep Med 2005;1:173-87.
49. Perlis ML, McCall WV, Krystal AD, Walsh JK. Long-term, non-nightly administration of
zolpidem in the treatment of patients with primary insomnia. J Clin Psychiatry 2004;65:1128-37.
50. Hajak G, Cluydts R, Declerck A, et al. Continuous versus non-nightly use of zolpidem in
chronic insomnia: results of a large-scale, double-blind, randomized, outpatient study. Int Clin
Psychopharmacol 2002;17:9-17.
51. Walsh J, Roth T, Randazzo A, et al. Eight weeks of non-nightly use of zolpidem for primary
insomnia. Sleep 2000;28:1087-96.
52. Krystal A, Walsh JK, Laska E et al. Sustained efficacy of eszopiclone over 6 months of
nightly treatment: results of a randomized, double-blind, placebo-controlled study in adults with
chronic insomnia. Sleep 2003;26:793-9.
53. Roth T, Walsh JK, Krystal A, Wessel T, Roehrs TA. An evaluation of the efficacy and safety
of eszopiclone over 12 months in patients with chronic primary insomnia. Sleep Med
2005;6:487-95.
54. Ancoli-Israel S, Richardson GS, Mangano RM, Jenkins L, Hall P, Jones WS. Long-term use
of sedative hypnotics in older patients with insomnia. Sleep Med 2005;6:107-13.
55. Ohayon M, Caulet M, Arbus L, et al. Are prescribed medications effective in the treatment of
insomnia complaints? J Psychosom Res 1999;47:359-68.
56. Merlotti L, Roehrs T, Zorick F, Roth T. Rebound insomnia: duration of use and individual
differences. J Clin Psychopharmacol 1991;11:368-73.
57. Roehrs T, Merlotti L, Zorick F, Roth T. Rebound insomnia in normals and patients with
insomnia after abrupt and tapered discontinuation. Psychopharmacology 1992;108:67-71.
58. Morgan K, Dixon S, Mathers N, Thompson J, Tomeny M. Psychological treatment for
insomnia in the management of long-term hypnotic drug use: a pragmatic randomized controlled
trial. Br J Gen Pract 2003;53:923-8.
![Page 48: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/48.jpg)
59. Morin CM, Bastien C, Guay B, Radouco-Thomas M, Leblanc J, Vallieres A. Randomized
clinical trial of supervised tapering and cognitive behavior therapy to facilitate benzodiazepine
discontinuation in older adults with chronic insomnia. Am J Psychiatry 2004;161:332-42.
60. Allain H, Bentué-Ferrer D, Polard E, Akwa Y, Patat A. Postural instability and consequent
falls and hip fractures associated with use of hypnotics in the elderly: a comparative review.
Drugs Aging 2005;22:749-65.
61. Glass J, Lanctot KL, Herrmann N, et al. Sedative hypnotics in older people with insomnia:
meta-analysis of risks and benefits. BMJ 2005;331:1169.
62. Avidan AY, Fries BE, James ML, Szafara KL, Wright GT, Chervin RD. Insomnia and
hypnotic use, recorded in the minimum data set, as predictors of falls and hip fractures in
Michigan nursing homes. J Am Geriatr Soc 2005;53:955-62.
63. Fava, M, McCall, WV, Krystal A, et al. Eszopiclone co-administered with fluoxetine in
patients with insomnia coexisitng with major depressive disorder. Biol Psychiatry 2006;59:1052-
60.
64. Nierenberg A, Adler LA, Peselow E, et al. Trazodone for antidepressant-associated insomnia
Am J Psychiatry 1994;151:1069-72.
65. Jacobs GD, Pace-Schott, EF, Stickgold, R, Otto MW. Cognitive behavior therapy and
pharmacotherapy for insomnia: a randomized controlled trial and direct comparison. Arch Intern
Med 2004;164:1888-96.
66. Morin CM, Colecchi C, Stone J, Sood R, Brink D. Behavioral and pharmacological therapies
for late-life insomnia: a randomized controlled trial. JAMA 1999;281:991-9.
67. Morin C, Bootzin R, Buysse D, Edinger J, Espie C, Lichstein K. Psychological and
behavioral treatment of insomnia: update of the recent evidence (1998-2004). Sleep
2006;29:1398-414.
68. Hajak G, Bandelow B, Zulley J, Pittrow D. “As needed” pharmacotherapy combined with
stimulus control treatment in chronic insomnia--assessment of a novel intervention strategy in a
primary care setting. Ann Clin Psychiatry 2002;14:1-7.
69. Hauri PJ. Can we mix behavioral therapy with hypnotics when treating insomniacs? Sleep
1997;20:1111-8.
![Page 49: Jurnal reading jiwa](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062305/563db965550346aa9a9cefd7/html5/thumbnails/49.jpg)
70. Morin CM, Hauri PJ, Espie CA, Spielman AJ, Buysse DJ, Bootzin RR. Nonpharmacologic
treatment of chronic insomnia. An American Academy of Sleep Medicine review. Sleep
1999;22:1134-56.