Makalah Task Reading Modul Jiwa

download Makalah Task Reading Modul Jiwa

of 19

description

xxx

Transcript of Makalah Task Reading Modul Jiwa

BAB IPENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANGRambut merupakan suatu struktur solid yang terdiri atas sel yang memiliki keratinisasi padat, berasal dari folikel epidermal yang tumbuh ke dalam dermis. Salah satu dari bentuk kelainan rambut adalah alopesia, yakni hilangnya rambut dari kulit.1,2Trichotillomania (trichotillosis) adalah suatu bentuk alopesia neurosis yang ditandai oleh dorongan abnormal untuk mencabut rambut. Bagian yang terlibat umumnya regio frontal kulit kepala, alis, bulu mata, dan jenggot. Area rambut yang hilang bisa berbentuk linier ataupun berupa bentuk yang aneh. Prevalensinya berkisar antara 0,5-3,5 % dengan onset usia rata-rata 10 sampai 13 tahun. Penyakit ini tujuh kali lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa dan anak perempuan 2,5 kali lebih sering daripada anak laki-laki. Penyakit ini biasanya dilatarbelakangi oleh stres psikososial baik dalam keluarga maupun lingkungannya.3,4Trikotilomania telah dikenal sejak hampir dua abad yang lalu dan istilah trikotilomania itu pertama kali oleh ahli kulit asal Prancis Franois Henri Hallopeau.5,6 Penyakit ini dapat dikategorikan berdasarkan onset menjadi: pra-sekolah, pra-remaja, dewasa muda, dewasa.7 Dari klasifikasi tersebut didapatkan perbedaan gejala dan respon terapi dimana pada pasien pra-sekolah dan dewasa muda memiliki kebiasaan menarik rambut otomatis dan tanpa disadari serta memiliki respon yang baik terhadap pengobatan konservatif. Pada pasien dewasa biasanya memiliki kecenderungan menarik rambut sebagai bentuk dari focus penderita terhadap kebiasaan tersebut, sebagai bagian rutinitas yang disadari termasuk dalam memilah jenis rambut tertentu untuk dicabuti misalnya yang memiliki ujung bulat dan pipih, yang kasar ataupun karena letaknya yang salah.6,7Jumlah pasien yang mengalami trikotilomania di masyarakat secara relatif masih sedikit yang diketahui. Secara klinis, mencabut-cabut rambut yang cocok dengan kriteria trikotilomania ditemukan pada 0.6%-3.9% mahasiswa yang disurvei. Penelitian lain menunjukkan perbedaan tingkat trikotilomania dalam pengobatan ditemukan 4.4% pada pasien psikiatri yang rawat inap dan 4.6% pada pasien gangguan obsesif-kompulsif.5Gangguan kejiwaan ini bisa dialami oleh siapa saja, baik pria maupun wanita. Namun wanita lebih mudah mengidap trikotilomania. Kemungkinan pria hanya 10 persen dari kasus trikotilomania yang ada. Dan pada kebanyakan kasus, trikotilomania menyerang para remaja.8Berdasarkan data epidemiologi didapatkan bahwa puncak onset trikotilomania ini berkisar antara usia 12-13 tahun.9 Pada anak-anak tidak ada perbandingan yang berarti antara populasi laki-laki atau pun perempuan yang terkena trikotilomania. Pada orang dewasa ditemukan adanya prevalensi sebesar 0.6-3.4% dengan kecenderungan lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki. Namun data ini masih dikacaukan dengan tipikal pencarian pertolongan yang cenderung dimiliki perempuan dibandingkan laki-laki.10Jumlah pasien yang mengalami trikotilomania di masyarakat secara relatif masih sedikit yang diketahui. Secara klinis, mencabut-cabut rambut yang cocok dengan kriteria trikotilomania ditemukan pada 0.6%-3.9% mahasiswa yang disurvei. Penelitian lain menunjukkan perbedaan tingkat trikotilomania dalam pengobatan ditemukan 4.4% pada pasien psikiatri yang rawat inap dan 4.6% pada pasien gangguan obsesif-kompulsif.5Prevalensi trichotillomania berkisar antara 0,5-3,5 % dengan onset usia rata-rata 10 sampai 13 tahun. Penyakit ini tujuh kali lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa dan anak perempuan 2,5 kali lebih sering daripada anak laki-laki.6

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 SIKLUS FOLIKEL RAMBUTRambut merupakan suatu struktur solid yang terdiri atas sel yang memiliki keratinisasi padat, berasal dari folikel epidermal yang tumbuh ke dalam dermis. Sejak pertama kali terbentuk, folikel rambut mengalami siklus pertumbuhan yang berulang. Siklus pertumbuhan rambut yang normal adalah :1,31. Fase AnagenSel-sel matriks membentuk sel-sel baru mendorong sel-sel yang lebih tua ke atas melalui mitosis. Aktivitas ini berlangsung 2-6 tahun.2. Fase KatagenMasa peralihan yang didahului oleh penebalan jaringan ikat di sekitar folikel rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit dan bagian di bawahnya melebar dan mengalami pertandukan sehingga terbentuk club. Masa peralihan berlangsung 2-3 minggu.3. Fase TelogenMasa istirahat dimulai dengan memendeknya sel epitel dan berbentuk tunas kecil yang membuat rambut baru sehingga rambut gada (club) terdorong keluar.

Gambar 1. Siklus rambut.1

2.1 DEFINISIFrancois Hallopeau, seorang dermatologist berkebangsaan Perancis, memperkenalkan pertama kali istilah trikotilomania pada tahun 1889 sebagai perilaku kompulsif, yang memacu seseorang untuk mencabut rambutnya sendiri berulang-ulang. Berdasarkan data internasional, sebanyak 5 % pasien dengan trikotilomania ditemukan pada pasien dengan alopesia areata. Trikotilomania terjadi 2 kali lebih sering pada wanita dibanding laki-laki dan lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Perilaku ini dilakukan setengah sadar oleh anak dan mungkin sebagai pengganti dari perilaku mengisap jempol. Beberapa studi psikiatrik berpendapat bahwa adanya kurangnya perhatian orang tua sebagai penyebab penting terjadinya perilaku ini. Onset terjadinya trikotilomania pada rentang usia 11-40 tahun, dengan puncaknya pada umur antara 11-17 tahun. Semakin muda di usia saat ditemukan semakin baik prognosisnya.Trokotilomania adalah gangguan jiwa kronis yang ditandai dengan penarikan rambut berulang, didorong oleh peningkatan ketegangan, dan menyebabkan rambut rontok yang biasanya tidak selalu terlihat oleh orang lain secara objektif (Maslim, 2003).Trikotilomania adalah salah satu bentuk gangguan kompulsif yang ditandai dengan kegiatan menarik-narik rambut berulang (di kepala, alis, bulu mata, ketiak, pubis) yang didahului dengan ketegangan kemudian diikuti dengan rasa puasa atau lega setelahnya. Kegiatan ini ditandai dengan adanya kerontokan rambut yang mencolok dan tidak disebabkan oleh kelainan kulit kepala atau rambut lain atau kegiatan stereotipi yang lain.1,2Trikotilomania adalah hilangnya rambut sebagai akibat dari dorongan yang kuat untuk menarik-narik rambut. Hilangnya rambut bisa membentuk suatu bercak bundar atau tersebar di kulit kepala. Trikotilomania merupakan suatu perilaku kompulsif, yang mungkin berasal dari adanya stres emosional maupun stres fisik. Paling sering ditemukan pada anak-anak, tetapi kebiasaan ini bisa menetap sepanjang hidup penderita.2Penyakit ini dapat dikategorikan berdasarkan onset menjadi: prasekolah, praremaja-dewasa muda, dewasa. Dari klasifikasi tersebut didapatkan perbedaan gejala dan responterapi dimana pada pasien prasekolah dan dewasa memiliki kebiasaan menarik rambut otomatis dan tanpa disadari serta memiliki respon yang baik terhadap pengobatan konservatif. Pada pasien dewasa biasanya memiliki kecendrungan menarik rambut sebagai bentuk dari fokus penderita terhadap kebiasaan tersebut, sebagai bagian rutinitas yang disadari termasuk dalam memilah jenis rambut tertentu untuk dicabuti misalnya yang memiliki ujung bulat dan pipih, yang kasar atau pun karena letaknya yang salah.Responterapi konservatif pada pasien dewasa biasanya lebih buruk mengingat kebiasaan menarik rambut ini dapat disertai gangguan psikis lain yang memerlukan tenaga spesialis dalam menanganinya.3

2.2 EPIDEMIOLOGIBerdasarkan data epidemiologi didapatkan bahwa puncak onset trikotilomania ini berkisar antara usia 12-13 tahun.9 Pada anak-anak tidak ada perbandingan yang berarti antara populasi laki-laki atau pun perempuan yang terkena trikotilomania. Pada orang dewasa ditemukan adanya prevalensi sebesar 0.6-3.4% dengan kecenderungan lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki. Namun data ini masih dikacaukan dengan tipikal pencarian pertolongan yang cenderung dimiliki perempuan dibandingkan laki-laki.8 Jumlah pasien yang mengalami trikotilomania di masyarakat secara relatif masih sedikit yang diketahui. Secara klinis, mencabut-cabut rambut yang cocok dengan kriteria trikotilomania ditemukan pada 0.6%-3.9% mahasiswa yang disurvei. Penelitian lain menunjukkan perbedaan tingkat trikotilomania dalam pengobatan ditemukan 4.4% pada pasien psikiatri yang rawat inap dan 4.6% pada pasien gangguan obsesif-kompulsif.5Prevalensi trichotillomania berkisar antara 0,5-3,5 % dengan onset usia rata-rata 10 sampai 13 tahun. Penyakit ini tujuh kali lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa dan anak perempuan 2,5 kali lebih sering daripada anak laki-laki.6Tidak ada informasi mengenai familial, tetapi satu studi melaporkan bahwa 5 dari 19 orang anak memiliki riwayat keluarga yang mengalami beberapa bentuk alopesia. Gangguan yang berhubungan adalah obsesif kompulsif, kepribadian ambang dan gangguan depresif.

2.3 ETIOLOGIPenyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli berpendapat bahwa faktor genetik memiliki peranan dalam timbulnya compulsive behavior yang menyebabkan trichotillomania. Dari suatu penelitian pada 44 keluarga yang didiagnosis trichotillomania, Zuchner dan koleganya mengidentifikasi adanya mutasi pada gen Slit and Trk like 1 (SLITRK1). Gen ini berhubungan dengan perkembangan dan pertumbuhan neuronal korteks. Hemmings melaporkan bukti adanya perbedaan dalam distribusi gen reseptor serotonin 2A antara pasien trichotillomania dan subjek perbandingan.7,8 Ketidakseimbangan neurotransmiter dalam otak juga diduga berpengaruh terhadap terjadinya perilaku kompulsif ini. Penyakit ini dihubungkan pada gangguan perilaku dan kebiasaan yang bisa didasari akibat stres, depresi, ataupun kecemasan. Situasi di lingkungan pun ikut mempengaruhi.2,3,4Meskipun dianggap ditentukan oleh banyak hal, onsetnya dihubungkan pada situasi yang penuh stress. Gangguan hubungan ibu dan anak, rasa takut ditinggal sendirian dan kehilangan objek yang belum lama seringkali dinyatakan sebagai faktor penting yang berperan dalam gangguan ini. Penyalahgunaan zat mungkin mendorong perkembangan gangguan.6Dinamik depresif sering dinyatakan sebagai faktor predisposisi tetapi tidak ada ciri atau gangguan kepribadian tertentu atau yang khas pada pasien trikotillomania. Beberapa ahli melihat stimulasi terhadap diri sendiri merupakan tujuan utama perilaku mencabut rambut.Trikotilomania semakin sering dipandang memiliki substrat yang ditentukan secara biologis yang dapat mencerminkan aktivitas motorik yang dikeluarkan dengan tidak tepat. Teori biologi juga mengacu pada perbedaan metabolik dalam sistem serotonin dan opioid. Anggota keluarga pasien dengan trikotilomania sering memiliki riwayat tic, gangguan pengendalian impuls, dan gangguan obsesif kompulsif, yang lebih menyokong lagi kemungkinan predisposisi genetik.

2.4 PATOFISIOLOGIHingga saat ini penyebab trikotilomania itu sendiri masih belum jelas. Menurut teori neuro-kognitif gangguan ini disebabkan oleh adanya kelainan pada basal ganglia pasien sebagaimana diketahui bahwa basal ganglia memiliki peran dalam membentuk kebiasaan. Kegagalan lobus frontal dalam menghambat kebiasaan tertentu juga diperkirakan bagian dari pathofisiologi gangguan ini.9Sebuah studi pencitraan menggunaan Magnetic Resonance Image (MRI) juga menyatakan bahwa substansi grasia (gray matter) pasien dengan trikotilomania lebih meningkat kapasitasnya dibandingkan yang tidak memiliki penyakit ini. Peranan genetik terhadap penyakit ini pun tidak luput dari perhatian peneliti. Pada suatu penelitian ditemukan adanya mutasi pada gen SLITRK1 sedangkan pada penelitian lainnya mendapatkan adanya perbedaan pada receptor gen serotonin 2A. Mutasi gen HOXB8 juga menunjukkan perubahan kebiasaan pada tikus dalam menarik-narik rambut. Pendekatan ilmiah terhadap gen ini merupakan fenomena baru namun masih belum dapat ditentukan apakah memang ada hubungan genetic dalam menyebabkan penyakit ini.6,9

Gambar . Geometric patch pada incomplete alopecia pada remaja laki-laki.

Gambar 3. Bizarre-patterned lesion yang tertutupi dengan rambut pendek pada anak perempuan berusia 11 tahun.

Gambar 4. Typical geometric shape trichotillomania pada anak laki-laki berusia 7 tahun. Tipe alopesia ini jarang terjadi pada usia ini.

Gambar 5. Pada gangguan trikotilomania yang terkena dibagian alis mata.

Gambar 6. Wanita dengan lesi kebotakan pada trikotilomania kronis

Trikotilomania juga biasa disebut trikotilosis atau TTM. Orang dengan trikotilomania memiliki dorongan yang sangat kuat untuk menarik rambut. Tidak hanya rambut di kepala, penderita trikotilomania juga kerap merasakan kepuasan dan kenikmatan setelah mencabut rambut di bagian tubuh yang lain, seperti rambut kemaluan, rambut ketiak dan sebagainya. Selain kecenderungan yang kuat untuk menarik rambut berulang-ulang, penderita sering kali merasakan peningkatan ketegangan sebelum mencabut rambut atau saat mencoba melawan keinginan mencabut rambut. Kesenangan, kepuasan atau lega tercipta ketika menarik keluar rambut (Davies, 2004).Bila diperhatikan, penderita trikotilomania kerap meninggalkan jejak buruk terutama pada bagian yang ditumbuhi rambut. Yang sangat jelas adalah kebotakan. Beberapa orang juga terlihat memiliki alis atau bulu mata yang tipis, bahkan tidak ada, karena terlalu sering dicabut. Rambut pada penderita trikotilomania tidak berkembang dengan baik. Sering kali ditemukan helai-helai rambut lama yang rusak ujungnya. Helai-helai rambut patah dengan ujung yang tak rata. Trikotilomania akan menyebabkan pertumbuhan rambut baru dengan ujung meruncing (Davies, 2004).

2.5 MANIFESTASI KLINISIndividu yang hadir dengan trikotilomania kronis di masa dewasa sering melaporkan onset masa remaja awal. Beberapa individu memiliki gejala terus menerus selama beberapa dekade. Bagi yang lain, gangguan tersebut dapat datang dan pergi untuk minggu, bulan atau tahunan. Tempat-tempat menarik rambut dapat bervariasi dari waktu ke waktu.8Banyak individu dengan trikotilomania mencabut rambut dari kepala mereka, bulu mata, alis, kaki, lengan, wajah, dan region kemaluan. Mereka menarik helai rambut dengan jumlah yang yang cukup banyak, menjadikan kerontokan rambut menjadi terlihat. Hal ini menyebabkan banyak ketidaknyamanan, terutama dalam situasi sosial, dimana mereka akan dapat diamati. Akibatnya, individu dengan masalah ini berusaha keras untuk menyembunyikan kehilangan rambut ini dengan memakai topi, wig, kemeja lengan panjang, atau dengan menutup area kebotakan dengan make up. Individu trikotilomania bahkan mungkin tidak menyadari bahwa mereka menarik rambut mereka dan kebanyakannya mengatakan bahwa mereka merasa bosan atau gugup sebelum mencabut rambut mereka, tapi setelah menariknya keluar, mereka merasa bersalah, sedih atau marah. Ada juga melaporkan bahwa mereka mencabut rambut mereka ketika sedang menonton televisi, membaca, berbicara di telepon atau membawa kendaraan.9

Gambar 7. Biasanya pada trichotilomania menunjukan kombinasi rambut yang baru tumbuh, rambut yang rusak, black dots, area yang kosong, dan panjang rambut yang tidak sama.

Gambar 8. Menggunakan Contrast card examination yang membantu menunjukkan kebotakan natural.

2.6 DIAGNOSISPedoman Diagnostik menurut PPDGJ-III F63.3 Trikotilomania. Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah : Kerontokan rambut kepala yang tampak jelas (noticeable) disebabkan oleh berulangkali gagal menahan diri terhadap impuls untuk mencabut rambut. Pencabutan rambut biasanya didahului oleh ketegangan yang meningkat dan setelahnya diikuti dengan rasa lega atau puas. Diagnosis ini jangan di buat apabila sebelumnya sudah ada peradangan kulit, atau apabila pencabutan rambut adalah respons terhadap waham atau halusinasi.Tidak termasuk : gangguan gerakan stereotipi dengan mencabuti rambut (F98.4).

Menurut The American Psychiatric AssociationsDiagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), trikotilomania termasuk dalam kategori gangguan obsesif kompulsif dan gangguan terkait. Gangguan ini ditandai dengan suatu tindakan khusus berupa kebiasaan menarik rambut. Kebiasaan ini terjadi baik dalam keadaan santai maupun keadaan yang penuh tekanan.Kriteria diagnosis menurut DSM V, antara lain: Mencabut rambut sendiri secara rekuren yang menyebabkan kebotakan yangjelas. Peningkatan perasaan tegang segera sebelum mencabut rambut atau jikaberusaha untuk menahan perilaku tersebut. Rasa senang, puas atau reda jika mencabut rambut. Gangguan tidur tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain dan bukan karena kondisi medis umum (misalnya, kondisi dermatologis). Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

Hasil anamnesis pasien menunjukkan adanya kebiasaan dia dalam memanipulasi rambutnya. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan beberapa tanda klinis seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Pemeriksaan dengan lampu wood dapat menyingkirkan diagnosis tinea capitis non inflamasi. Pada pemeriksaan histopatologi trichotillomania akan didapatkan gambaran berupa 1. Folikel rambut dalam ukuran normal.2. Jumlah total rambut baik rambut terminal maupun velus normal.3. Anatomi folikel tidak lengkap.4. Meningkatnya jumlah catagen terminal dan rambut telogen.5. Trichomalacia, yaitu suatu keadaan folikel rambut yang mengalami distorsi (terpuntir).6. Tidak ada inflamasi yang bermakna.

Gambar 9. Gambaran histopatologi trichomalacia.2

2.7 DIANGNOSIS BANDING1) Tinea KapitisTinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies dermatofita. Kelainan ini dapat di tandai dengan lesi bersisik kemerah-merahan, alopesia dan terjadi gambaran klinis yang lebih berat yang di sebut kerion.Pada tinea kapitis terdapat keabnormalan tekstur dari rambut yang terinfeksi serta ditemukannya skuama pada kulit kepala. Pemeriksaan dengan lampu wood maupun pemeriksaan dengan mikroskop pada sediaan langsung rambut yang rusak dengan menggunakan larutan KOH 20% mungkin dapat menjadi pilihan utama untuk menyingkirkan diagnosis banding tersebut.2) Alopesia AreolarisSelain itu trikotilomania juga dapat di diagnosis banding dengan alopesia areolaris. Pada sifilis stadium II dapat terjadi kerontokan rambut. Alopesia areolaris merupakan alopesia yang terjadi pada sifilis stadium II lanjut. Kerontokan terjadi setempat-setempat, tampak sebagai bercak-bercak yang ditumbuhi oleh rambut-rambut yang tipis, seolah-olah seperti digigit ngengat (moth eaten appearance). untuk menyingkirkan diagnosis banding ini dapat dilakukan pemeriksaan penunjang tes VDRL, yang akan menunjukkan hasil positif kuat pada pasien dengan sifilis stadium II.12

Gambar 10. alopesia areolaris pada pasien sifilis stadium II. Tampak gambaran moth eaten appearance

3) Alopesia AreataAlopesia areata merupakan jenis alopesia non sikatrikal yang ditandai bercak berbentuk bulat atau lonjong. Sisa rambut terlihat seperti tanda seru (exclamation mark hair), yaitu batang rambut yang ke arah pangkal makin halus, rambut sekitar tampak normal. Hasil pemeriksaan histopatologi akan menunjukkan degeneratif perubahan rambut normal, meningkatnya jumlah catagen terminal dan rambut telogen, serta peningkatan jumlah rambut miniatur.15Alopesia areata mungkin sulit dibedakan dengan trikotilomania pada pemeriksaan awal, namun penyebab terjadinya penyakit ini dapat membantu menentukan diagnosis yang benar. Pada alopesia areata dapat berhubungan dengan penyakit autoimun lainnya, misalnya penyakit tiroid, maka evaluasi laboratorium mungkin diperlukan. Pemeriksaan dermoskopi telah terbukti sangat berguna untuk membedakan kondisi trikotilomania dari alopesia areata. Adanya garis patahan rambut yang khas pada dermoskopi merupakan indikasi dari trikotilomania, sedangkan adanya sisa rambut seperti tanda seru (exclamation mark hair) mengindikasikan suatu alopesia areata. 13,14 Gambar 11. dermoskopi pada pasien dengan trikotilomania (kiri) dan alopesia areata (kanan)

2.8 KOMPLIKASI

1) Obstruksi usus jika mulut digunakan untuk menarik rambut dan tertelan.2) Kebotakan permanen karena kerusakan folikel rambut.3) Carpal tunnel syndrome dapat terjadi karena gerakan berulang menarik rambut.4) Gangguan emosi dan kecemasan sosial.(Davies, 2004).

2.9 PENATALAKSANAANMetode psikofarmakologi yang telah digunakan adalah steroid topical dan hydroxine hydrochloride, suatu ansiolitik dengan sifat antihistamin, antidepresan, obat serotonergik dan antipsikotik. Terapi perilaku yang berhasil, seperti biofeedback telah dilaporkan, tetapi sebagian besar laporan adalah kasus individual atau sejumlah kecil penelitian dengan periode follow up yang relative singkat (Maslim, 2003).Penelitian tentang pengobatan untuk gangguan kebiasaan dan impuls sebagian besar berfokus pada penggunaan terapi perilaku kognitif dan obat-obatan. Terapi perilaku kognitif (Cognitif Behaviour Therapy, CBT) menggabungkan unsur-unsur dari kedua terapi kognitif dan terapi perilaku. Terapi kognitif meneliti cara pikiran orang tentang diri mereka sendiri, orang lain dan dunia yang mempengaruhi kesehatan mental mereka. Terapi perilaku menyelidiki cara tindakan masyarakat mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan interaksi mereka dengan orang lain. Dengan menggabungkan kedua terapi tersebut, CBT meneliti cara orang agar dapat mengubah pikiran mereka dan perilaku dalam rangka meningkatkan kehidupan mereka. Terapi perilaku kognitif dapat membantu seseorang belajar untuk rileks, mengatasi stres, memerangi pikiran negatif dan mencegah perilaku merusak. Dalam penelitian kecil, jenis pengobatan ini telah terbukti efektif untuk kleptomania, judi patologis, trikotilomania dan isu-isu seksualitas kompulsif.7Terapi perilaku yang berhasil, seperti biofeedback, pengawasan diri sendiri, desensitisasi sendiri dan pembalikan kebiasaan telah dilaporkan, tetapi sebagian besar laporan adalah kasus individual atau sejumlah kecil penelitian dengan periode follow up yang relative singkat.2Trikotilomania kronis yang berhasil diterapi adalah dengan psikoterapi berorientasi pada tilikan. Hipnoterapi dan terapi perilaku telah dinyatakan berpotensi efektif dalam terapi gangguan dermatologis dengan keterlibatan faktor psikologis karena kulit telah terbukti rentan terhadap saran hipnotik.Berdasarkan saran Trichotillomania Impact Project, penggunaan farmakoterapi dengan SSRI merupakan terapi yang paling sering digunakan bahkan lebih dianjurkan penggunaannya dibandingkan Clomiperamine. Namun bila pasien dengan respon buruk dengan SSRI dapat membaik dengan tambahan pimozide (Orap), suatu antagonis reseptor dopamine. SSRI berperan sebagai antidepresan yang akan meningkatkan neurotransmisi serotonin dalam otak dengan cara menghambat reuptake serotonin oada membran presinaptik. 8Selain itu psikofarmakologi yang telah digunakan adalah steroid topikal dan hydroxinehydrochloride, suatu ansiolitik dengan sifat antihistamin, antidepresan, obat serotonergik dan antipsikotik.4 Bila terdapat depresi, agen anti depresan dapat memberikan perbaikan dermatologis. Antidepresan, seperti fluoxetine (Prozac), fluvoxamine (Luvox), sertraline (Zoloft) dan venlafaxine (Effexor), sering digunakan untuk mengobati trikotilomania, kleptomania dan judi patologis. Obat antipsikotik olanzapine, (Zyprexa) juga telah menunjukkan efektivitas dalam mengobati trikotilomania.7Selain itu, ada beberapa teknik perawatan yang terbukti ampuh. Perawatan dengan terapi perilaku pada banyak kasus bisa mengenali dorongan mencabut rambut sebelum nantinya dorongan tersebut sangat susah dilawan. Penderita bisa belajar untuk melawan dorongan tersebut seperti mengupayakan agar tangan selalu sibuk dengan aktivitas (meremas-remas, merajut sambil menonton televise dan sebagainya) pada saat dorongan untuk menarik rambut semakin kuat. Dengan demikian dorongan tersebut semakin melemah dan tidak tertutup kemungkinan hilang sama sekali (Videbeck, 2008).

2.10 PROGNOSISTrikotilomania merupakan penyakit kronik. Terapi farmakologi maupun pendekatan psikoterapi sampai saat ini belum menunjukkan bukti yang nyata, meskipun beberapa diantaranya menunjukkan perbaikan.3Onset rata-rata munculnya trikotillomania adalah pada masa remaja awal dan sering ditemukan pada usia sebelum 17 tahun namun onset pada usia lebih lanjut pun dapat terjadi. Perjalanan gangguan tidak diketahui dengan baik, bentuk kronis maupun remiten sama-sama dapat terjadi.Pada onset dini (kurang dari usia 6 tahun) cenderung lebih mudah sembuh, dan lebih berespons pada saran, dukungan, dan strategi perilaku. Onset lanjut (setelah usia 13 tahun) dikaitkan dengan meningkatnya kemungkinan terjadinya kekronisan dan prognosis yang lebih buruk daripada onset dini. Kurang lebih sepertiga orang yang datang untuk terapi melaporkan durasi selama 1 tahun atau kurang, sedangkan pada beberapa kasus gangguan ini berlangsung selama lebih dari dua dekade.

BAB IIIKESIMPULAN

Trikotilomania adalah salah satu bentuk gangguan kompulsif yang ditandai dengan kegiatan menarik-narik rambut berulang (di kepala, alis, bulumata, ketiak, pubis) yang didahului dengan ketegangan kemudian diikuti dengan rasa puasa tau lega setelahnya. Penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli berpendapat bahwa faktor genetik memiliki peranan dalam timbulnya compulsive behavior yang menyebabkan trichotillomania.Hingga saat ini penyebab trikotilomania itu sendiri masih belum jelas. Menurut teori neuro-kognitif gangguan ini disebabkan oleh adanya kelainan pada basal ganglia pasien sebagaimana diketahui bahwa basal ganglia memiliki peran dalam membentuk kebiasaan. Kegagalan lobus frontal dalam menghambat kebiasaan tertentu juga diperkirakan bagian dari pathofisiologi gangguan ini.Prognosisnya pada onset dini (kurang dari usia 6 tahun) cenderung lebih mudah sembuh, dan lebih berespons pada saran, dukungan, dan strategi perilaku. Onset lanjut (setelah usia 13 tahun) dikaitkan dengan meningkatnya kemungkinan terjadinya kekronisan dan prognosis yang lebih buruk daripada onset dini

DAFTAR PUSTAKA1. Millard LG, Cotterli JA. Psychocutaneous Disorders. In Burns T, Breathnach S, Cox, N, Griffiths C, editors. Rook's Textbook of Dermatology. 7th ed. Australia: Blackwell Publishing; 2004; p.611-6212. Wan C. Trichotillomania. Chonbuk National University. Korea. 2009. Available from http://emedicine.medscape.com/article/117365. Access : Aug 31, 20093. Sandoz A, Koenig T, Kusnir D, Tausk F. Psychocutaneous Diseases. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatricks Dermatology In General Medicine. 7th ed. USA: McGraw-Hill; 2008; p.914-915.4. James WD, Berger TG, Elston DM. Neurocutaneous Dermatoses. In: Andrews Diseases of The Skin Clinical Dermatology. 10th ed. Canada: Saunders Elsevier, 2006; p.62-63.5. Nejatisafa AA, Sharifi V. Cognitive Behavior Therapy for Trichotillomania: Report of Case Resistant to Pharmacological Treatment. Iran J Psychiatry. 2006; 1: 42-44.6. Sadock, James Benjamin, Sadock, Alcott Virgina. 2007. Kaplan & Sadocks Synopsis Of Pcyshiatry Behavioral Science/Clinical Psychiatry. Tenth edition. Lippincott Williams & Wilkins.7. First, Michael B. Tasman, Allan. Clinical Guide To The Diagnosis And Treatment of Mental Disorders. John Wiley & Sons, ISBN. 2010. 558.8. Maslim, Rusdi Dr. Pedoman Diagnostik dari PPDGJ III. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. 2003. Jakarta : PT. Nuh Jaya9. Ebert, H. Michael. Loosen, T. Peter. Nurcombe, Barry. 2008. Current Diagnosis & Treatment in Psychology. Lange Medical Books / McGraw-Hill.10. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders, Text Revision (DSM V-TR) Fifth Edition. American Psychiatric Association. 2013.11. Davies, T. and TKJ Craig. 2004. ABC Kesehatan Mental. EGC. Jakarta.12. Wolf K, Johnson RA. Fitzpatricks Color Atlas And Synopsis Of Clinical Dermatology Sixth Edition. Toronto: Mc Graw-Hill. 2009.13. Adhi Djuanda. Trikotilomania. Dalam Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. Edisi Kelima. Cetakan Ketiga. Editor: Prof.Dr.Adhi Juanda. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008. Hal 306.14. Shelleh, H. H., et al. A Case Report: Trichotillomania or Alopecia Areata. International Journal of Dermatology. 2006; 45: 1196-815. Sperling L. Allopecias. In Bolognia J, Jorizzo J, Rapini R, editors. Dermatology. 2nd. USA: Mosby Elsevier; 2008.5