Perbandingan Kandungan Etanol Pada Tape Ketan Dan Tape Singkong
Jurnal Produksi Tape
-
Upload
kasang-heru-cokro-febrianto -
Category
Documents
-
view
250 -
download
6
Transcript of Jurnal Produksi Tape
PEMBUATAN TAPE DENGAN MENGGUNAKAN KULTUR Saccharomyces cerevisiae YANG DIPEROLEH
DARI RAGI PASAR DAN RAGI BUATAN.
Kasang Heru Cokro F., Bagus Ananda, Badriatur Rohmah
Jurusan Teknologi HAsil PErtanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember,
Jalan Kalimantan No.37 Jember
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Tape adalah produk yang dihasilkan dari proses fermentasi dimana terjadi
suatu perombakan bahan – bahan yang tidak sederhana. Zat pati yang ada dalam
singkong dan ketan diubah menjadi bentuk yang sederhana yaitu gula dengan
bantuan suatu organisme yang disebut ragi atau khamir. Pada Penelitian kali ini
menggunakan 3 bahan tape yang berbeda, yaitu ketan hitam,ketan putih dan
singkong. Tujuan dari penelitian ini yaitu membuat kultur murni dan starter tape,
mengetahui cara pembuatan starter, mengetahui pengaruh lamanya fermentasi,
dan produksi tape. Metode yang digunakan untuk memperoleh data pada
penelitian kali ini yaitu menggunakan metode organoleptik, Dimana setian
kuisioner mencicipi tape dengan parameter yang digunakan adalah Rasa, Tekstur,
Aroma dan Kenampakan. Kemudian data yang telah diperoleh diolah menjadi
grafik batang dan kemudian dilakukan analisis dengan membangdingkan
literature. Dalam pembuatan tape, ragi (Saccharomyces cereviceae)
mengeluarkan enzim yang dapat memecah karbohidrat pada singkong menjadi
gula yang lebih sederhana. C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang
dilepaskan:118 kJ per mol) Dapat dijabarkan sebagai berikut, Gula (glukosa,
fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon dioksida + Energi (ATP) enzim
tersebut.
PENDAHULUAN
Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi.Tape
dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda dengan makanan-
makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama,
seperti tempe atau minuman alkohol, pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan mikroorganisme yang terdapat di dalam
ragi tape adalah kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp.; khamir
Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces
cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. Kedua kelompok
mikroorganisme tersebut bekerja sama dalam menghasilkan tape.
Mikroorganisme dari kelompok kapang akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik
yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana
(disakarida dan monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan sakarifikasi
(saccharification). Kemudian khamir akan merubah sebagian gula-gula sederhana tersebut
menjadi alkohol. Inilah yang menyebabkan aroma alkoholis pada tape. Semakin lama tape
tersebut dibuat, semakin kuat alkoholnya
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa
oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi,
terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam
lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi.Beberapa contoh hasil fermentasi adalah
etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan
dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum
digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman
beralkohol lainnya.Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang
tidak memiliki akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi.
ABSTRAK
Tape adalah produk yang dihasilkan dari proses fermentasi dimana terjadi suatu
perombakan bahan – bahan yang tidak sederhana. Zat pati yang ada dalam
singkong diubah menjadi bentuk yang sederhana yaitu gula engan bantuan suatu
organisme yang disebut ragi atau khamir. Pada Penelitian kali ini menggunakan 3
bahan tape yang berbeda, yaitu ketan hitam,ketan putih dan singkong. Pada
penilitian kali ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu membuat kultur murni dan
starter tape, mengetahui cara pembuatan starter, mengetahui pengaruh lamanya
fermentasi, dan produksi tape. Metode yang digunakan pada penelitian kali ini
yaitu menggunakan metode organoleptik, Dimana setian kuisioner mencicipi tape
dengan parameter yang digunakan adalah Rasa, Tekstur, Aroma dan
Kenampakan. Dalam pembuatan tape, ragi (Saccharomyces cereviceae)
mengeluarkan enzim yang dapat memecah karbohidrat pada singkong menjadi
gula yang lebih sederhana. C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang
dilepaskan:118 kJ per mol) Dapat dijabarkan sebagai berikut, Gula (glukosa,
fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon dioksida + Energi (ATP) enzim
tersebut.
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan :
Singkong, ragi pasar, ragi buatan
Alat :
Tabung reaksi, cawan petri, bunsen, korek, gelas ukur, labu ukur,pipet, mikroskop.
Proses Pembuatan Ragi Buatan Pada Tape
Pertama yaitu S.Cerevisiae ditambahkan dengan air aquadest sehingga akan menghasilkan 5 ml suspensi, kemudian siapkan 23,25 g tape ketan dan ditambahkan dengan 1,25 gram bubk dan diaduk hingga rata. Kemudian aduk keduanya hingga membentuk adonan dan rata (homogen). Kemudian bentuk bulat-bulat dan inkubasi selama 48 jam pada suhu ruang.
Proses Pembuatan Tape Singkong
Singkong dikupas kulitnya hingga bersih kemudian dicuci untuk menghilangkan kotoran yang masih menempel. Kemudian di potong-potong dan ditimbang sebanyak 300 gr. Kemudian kukus selama 30 menit. Lalu dinginkn pada suhu ruang, setelah dingin tambahkan ragi sebanyak 2,5 % dari berat singkong dan campur hingga rata. Kemudian di inkubasi selama 3 hari (3 x 24 jam) pada suhu ruang.
Proses Pembuatan Tape Ketan Hitam dan Ketan Putih
pertama yaitu ketan hitam dan ketan putih ditimbang, masing-masing sebanyak 300 gr.
Kemudian di kukus, pada ketan hitam membutuhkan waktu selama 10 menit, sedangkan ketan putih
membutuhkan waktu 5 menit. Setelah itu ketan hitam diaduk aduk dan di kukus kembali selama 10
menit, begitu juga pada ketan putih tetapi hanya membutuhkan waktu menit. Kemudian dinginkan
pada suhu ruang dan ditambahkan ragi sebanyak 2,5 % pada ketan hitam dan putih dari berat ketan,
dan campur hingga rata (homogen) dan inkubasi selama 3 hari (3 x 24 jam) pada suhu ruang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil praktikum yang diperoleh dari uji organoleptik pada masing-masing kelompok dapat dilihat pada grafik 1.
Singkong
Rasa Aroma Kenampakan Tekstur0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
Tape Singkong ( Ragi Pasar )
24 Jam48 Jam72 Jam
Rasa Aroma Kenampakan Tekstur0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Tape Singkong ( Ragi Buatan )
24 Jam48 Jam72 Jam
Rasa Aroma Kenampakan Tekstur0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Tape Singkong 2 ( Ragi Buatan )
24 Jam48 Jam72 Jam
Rasa Aroma Kenampakan Tekstur0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
Tape Singkong 2 ( Ragi Pasar )
Series1Series2Series3
Rasa Aroma Kenampakan Tekstur0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Tape Ketan Putih ( Ragi Buatan )
24 Jam48 Jam72 Jam
Rasa Aroma Kenampakan Tekstur0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
Tape Ketan Putih ( Ragi Pasar )
24 Jam48 Jam 72 Jam
Rasa Aroma Kenampakan Tekstur0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Tape Ketan Hitam ( Ragi Buatan )
24 Jam48 Jam 72 Jam
Rasa Aroma Kenampakan Tekstur0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Tape Ketan Hitam ( Ragi Pasar )
24 Jam48 Jam72 Jam
Pada praktikum acara tape, bahan yang digunakan yaitu singkong dan beras
ketan, pada singkong digunakan singkong putih dan singkong kuning, sedangkan pada
beras ketan digunakan beras ketan putih dan beras ketan hitam. Ragi yang digunakan
dalam pembuatan tape ini adalah ragi hasil dari buatan sendiri dan ragi dari pasar.
Dimana penggunaan ragi tersebut digunakan untuk memebedakan hasil antara ragi
pasar dan ragi buatan. Dan fermentasi tersebut dilakukakan pengamatan selama 24 ,
48, dan 72 jam. Pada pengamatan 24 jam , pada singkong putih dengan menggunakan
ragi buatan belum menghasilkan aroma khas tape dan rasanya masih belum manis.
Hal ini disebabkan karena bakteri yang digunakan dalam pembuatan tape belum
bereaksi dengan baik. Sehingga Saccharomyces cerevisaebelum dapat mengubah
glukosa menjadi alcohol, pada pengamatan 48 jam, aromanya sangat asam, tekstur
masih keras dan warnanya tidak khas tape. Pada pengamtan 72 jam singkong tersebut
berbau asam dan disekitar tape tersebut terdapat hifa. Hal tersebut kemungkinan
singkong yang difermentasi telah terkontaminasi oleh kapang sehingga pada sekitar
tape terdapat hifa.
Sedangkan tape singkong putih dengan menggunakan ragi pasar pada
pengamatan 24 jam mulai beraroma khas tape, tekstur sedikit lunak, warna sudah
mulai khas tape, dan rasanya mulai manis. Hal tersebut terjadi karena pada ragi
buatan mikroba yang dibuat stater mulai bereaksi dengan baik.singkong sudah dan
sudah mulai menghasilkan enzim amilase dimana enzim tersebut dapat mengubah pati
menjadi glukosa, dan glukosa tersebut akan di ubah oleh Saccharomyces
cerevisaemenjadi alcohol, sehingga warna, tekstur, aroma, dan rasanya sudah mulai
khas tape. Pada pengamatan 48 jam, singkong sudah beraroma khas tape, tekstur
lunak, warna sudah khas tape, dan rasanya bertambah manis. Hal tersebut terjadi
karena pada ragi pasar mikroba yang dibuat stater mulai bereaksi dengan baik. Pada
pengamatan 72 jam singkong sudah menjadi tape, warna, rasa, dan aromanya sudah
khas tape dan mengluarkan cairan, cairan tersebut merupakan etanol hasil dari
fermentasi karbohidrat oleh Saccharomyces cerevisae.
Pada pengamatan 24 jam, pada singkong kuning dengan menggunakan ragi
buatan belum menghasilkan aroma khas tape dan rasanya masih belum manis. Hal ini
disebabkan karena bakteri yang digunakan dalam pembuatan tape belum bereaksi
dengan baik. Sehingga Saccharomyces cerevisaebelum dapat mengubah glukosa
menjadi alcohol, pada pengamatan 48 jam, aromanya sangat asam, tekstur masih
keras dan warnanya tidak khas tape. Pada pengamtan 72 jam singkong tersebut berbau
asam dan disekitar tape tersebut terdapat hifa. Hal tersebut kemungkinan singkong
yang difermentasi telah terkontaminasi oleh kapang sehingga pada sekitar tape
terdapat hifa.
Sedangkan tape singkong kuning dengan menggunakan ragi pasar pada pengamatan
24 jam mulai beraroma khas tape, tekstur sedikit lunak, warna sudah mulai khas tape,
dan rasanya mulai manis. Hal tersebut terjadi karena pada ragi buatan mikroba yang
dibuat stater mulai bereaksi dengan baik.singkong sudah dan sudah mulai
menghasilkan enzim amilase dimana enzim tersebut dapat mengubah pati menjadi
glukosa, dan glukosa tersebut akan di ubah oleh Saccharomyces cerevisaemenjadi
alcohol, sehingga warna, tekstur, aroma, dan rasanya sudah mulai khas tape. Pada
pengamatan 48 jam, singkong sudah beraroma khas tape, tekstur lunak, warna sudah
khas tape, dan rasanya bertambah manis. Hal tersebut terjadi karena pada ragi pasar
mikroba yang dibuat stater mulai bereaksi dengan baik. Pada pengamatan 72 jam
singkong sudah menjadi tape, warna, rasa, dan aromanya sudah khas tape dan
mengluarkan cairan, cairan tersebut merupakan etanol hasil dari fermentasi
karbohidrat oleh Saccharomyces cerevisae.
2 Ketan
Pada pengamatan tape ketan dilakukan berbagai pengamatan yaitu
pengamatan warna, tekstur, rasa, dan aroma. Pada hari pertama pengamatan ketan
putih menggunakan ragi buatan untuk rasa, aroma, dan tekstur belum terlihat adanya
perubahan karena Saccharomyces cerevisaemasih berada pada fase adaptasi atau
mikroba belum menghasilkan yang dapat memecah pati menjadi glukosa sehinnga
Saccharomyces cerevisaebelum dapat memfermentasi glukosa menjadi etanol dan
pada pengamatan 48 jam terjadi sedikit perubahan seperti aroma, rasa, tekstur, dan
warna semakin menuju kekhas tape. Namun pada 72 jam rasa, aroma, tekstur, dan
warna semakin buruk disini terlihat bahwa terjadi penyimpangan pada hari ke tiga
karena Saccharomyces cerevisaesudah berada pada fase stasioner dan akan menuju
pada fase mati sehinnga semakin lama untuk ketan yang difermentasi maka hasilnya
akab menjadi buruk. Pada ketan putih menggunakan ragi pasar semakin lama
fermentasi maka akan menghasilkan produk yang semakin baik, dimana semakin
lama fermentasi aroma, tekstur, rasa, dan warna semakin khas tape hal tersebut sama
dengan literature semakin lama fermentasi,maka akan menghasilkan produk yang
baik. Karena Saccharomyces cerevisaeyang bekerja semakin lama akan semakin
optimal. Pada pengamatan ketan hitam dengan menggunakan ragi buatan sedikit
terjadi perubahan untuk aroma, tekstur, rasa dan warna hal tersebut dapat terjadi
karena mikroba yang digunakan sudah mulai memfermentasi media tersebut.pada hari
kedua menghasilkan aroma, warna, yang khas tape namun berbeda dengan tektur dan
rasa yang hasilnya bukan khas tape pada pengamatan 72 jam perubahan warna,
tekstur, aroma dan rasa semakin buruk hal tersebut dapat terjadi karena terlalu
lamanya inkubasi. Pada pengamatan ketan hitam menggunakan ragi pasar pada 24,48
dan 72 jam menghasilkan warna, aroma, rasa dan tekstur semakin khas tape hal
tersebut karena Saccharomyces cerevisaeyang digunakan semakin optimal dalam
memfermentasi dengan bertambahnya waktu fermentasi.
Dengan demikian, dari percobaan yang telah dilakukan hari pertama baik
dalam pembuatan tape singkong maupun tape ketan dengan menggunakan ragi pasar
menunjukkan belum mengalami perubahan yaitu masih sama dengan bahan awalnya,
hal ini disebabkan karena bakteri yang digunakan dalam pembuatan tape belum
bereaksi dengan baik. Pada hari ketiga baik pada pembuatan tape ketan maupun
singkong, keduanya telah mengalami perubahan baik dari segi bau, warna, tekstur
maupun rasa. Fermentasi tape ketan maupun tape singkong bereaksi dengan baik pada
hari ketiga. Semakin lama proses fermentasi semakin kuat alkoholnya. Terbukti pada
hari ketiga baik dalam pembuatan tape singkong maupun tape ketan baunya asam dan
beralkohol. Begitu juga pada warna dan rasa, semakin lama proses fermentasi maka
rasanya akan semakin manis dan warnanya semakin kuning pada tape ketan maupun
tape singkong. Tekstur pada hari pertamamasih keras sedangkan pada hari ketiga
mejadi lunak dan berair. Semakin lama proses fermentasi, semakin berubah bau, rasa,
warna dan tekstur tape.
Sedangkan Kegagalan dalam pembuatan tape dengan ragi buatan baik tape
dengan menggunakan beras ketan maupun singkong biasanya dikarenakan enzim
pada ragi Saccharomyces cerevisaetidak pecah apabila terdapat udara yang
mengganggu proses pemecahan enzim tersebut.
Proses Fermentasi
Secara singkat perubahan biokimia selama fermentasi tape dapat ditulis sebagai berikut
(Kuswanto dan Sudarmadji (1987) dalam Hambali (2001)):
Mula-mula pati dalam singkong akan diubah oleh enzim amilase yang dikeluarkan oleh mikroba tersebut menjadi maltosa. Maltosa dapat dirombak menjadi glukosa oleh enzim maltase. glukosa oleh enzim zimase dirombak menjadi alkohol. Alkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi tape singkong kemudian dianalisis dengan menggunakan metode kromatografi gas (GC). Pada fermentasi tape yang lebih lanjut alkohol oleh enzim alkoholase dapat diubah menjadi asam asetat, asam piruvat dan asam laktat. Terbentuknya asam asetat, asam piruvat dan asam laktat karena adanya bakteri Acetobacter yang sering terdapat dalam ragi yang bersifat oksidatif. Buckle et.all (1985), menyatakan bahwa asam piruvat adalah produk yang terbentuk pada hidrolisis glukosa menjadi etanol. Asam piruvat dapat diubah menjadi etanol dan asam laktat. Asam-asam organik dari alkohol membentuk ester aromatik sehingga tape memiliki cita rasa yang khas. Pada umumnya proses pembutan tape menggunakan proses fermentasi anaerob, yaitu setelah
bahan diragikan, dan dimasukkan kedalam kantong plastik atau dapat juga menggunakan daun
pisang kemudian disimpan ditempat tertutup selama ± 2-3 hari pada temperatur 26-28 0C. Tape
yang melalui fermentasi anaerob ini rasanya akan lebih manis dibandingkan dengan tape hasil
fermentasi aerob, mikroba-mikroba yang terkandung di dalam ragi ini tidak dapat melakukan
aktivitasnya dengan sempurna (Tarigan, 1988).
Pada proses fermentasi anaerob mula-mula glukosa dipecah menjadi asam piruvat yang melalui lintasan Embden Meyerhoff Pamas (EMP). Setelah itu terjadi dekarboksilasidehida asam piruvat menjadi asetaldehida. asetaldehida tereduksi menjadi etanol yaitu menerima elektron hasil oksidasi asam gliseraldehida 3-phosphat. Melalui proses fermentasi anaerob ini 90% glukosa akan dirubah menjadi etanol dan CO2 (Ansori, R., 1989).