Jurnal Produksi Tape Dengan Menggunakan Kultur Saccharomyces Cerevisiae
-
Upload
dzikri-kurnia -
Category
Documents
-
view
183 -
download
6
Transcript of Jurnal Produksi Tape Dengan Menggunakan Kultur Saccharomyces Cerevisiae
PRODUKSI TAPE DENGAN MENGGUNAKAN KULTUR Saccharomyces cerevisiae
Erna Setyowati, Niti Rahayu, Dwi Rischa Mufitasari, Dini Gerisa*, Diyana Dwi Cristiani, Erwanda Virgiawan, Dzikri Kurnia*, Hema
Paramasinta, Shofi Mar’atul Husna*
*) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember, Jl Kalimantan 1 No 37 Kampus Bumi Tegalboto
(kode pos), (telfon/fax) (alamat e-mail)Diberi alamat
AbstrakBSTRAK
Pengolahan pangan dengan cara fermentasi merupakan jenis pengolahan pangan yang cukup tua. Secara tradisional banyak dilakukan di tingkat rumah tangga. Indonesia sangat kaya akan produk-produk pangan hasil proses fermentasi. Salah satu contohnya tape.
Rancangan percobaan menggunakan beberapa perbandingan yaitu perbedaan bahan utama (singkong, beras, beras ketan putih dan beras ketan hitam), waktu fermentasi (24, 48, dan 72 jam) dan perbedaan ragi (ragi pasar dan buatan). Variabel pada faktor perbadaan bahan utama yaitu beras, singkong, beras keran putih dan beras ketan hitam, sedangkan variabel perbedaan ragi yaitu ragi pasar dan rai buatan. Analisis yang dilakukan meliputi: perbandingan aroma, rasa, tekstur, dan kenampakan.ditambahin hasil percobaanyya
Kata kunci/keywordskajian: tape, Saccharomyces cerevisiae, ketan hitam, ketan putih, singkongjenis bahan, jenis ragi dan waktu fermentasi.
PENDAHULUAN
Spasi 1,15 after and before 0
Peranan mikrobiologi akan memberi warna, wawasan dan cakrawala baru
bagi kehidupan bioteknologi modem. Bahan baku biomassa yang ada merupakan
"renewable frontier" dapat diolah oleh bioteknologi tradisional maupun modem
sehingga menjadi produk baru yang sangat berharga. Produk-produk bioteknologi
sangat erat dengan perkembangan bioteknologi pada jamannya.
Pengolahan pangan dengan cara fermentasi merupakan jenis pengolahan
pangan yang cukup tua. Secara tradisional banyak dilakukan di tingkat rumah
tangga. Indonesia sangat kaya akan produk-produk pangan hasil proses
fermentasi. Salah satu contohnya tape.
Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang
dilakukan oleh jamur Saccharomyces cerivisiae. Jamur ini memiliki kemampuan
dalam mengubah karbohidrat (fruktosa dan glukosa) menjadi alcohol dan
karbondioksida.Selain Saccharomyces cerivisiae, dalam proses pembuatan tape
ini terlibat pula mikrorganisme lainnya, yaitu Mucor
chlamidosporus dan eEndomycopsis fibuligera. Kedua mikroorganisme ini turut
membantu dalam mengubah pati menjadi gula sederhana (glukosa) (Anonim,
2011).
Mikroorganisme yang terdapat di dalam ragi tape adalah kapang
Amylomyces rouxii, Mucor sp, dan Rhizopus sp.; khamir Saccharomycopsis
fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces
cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp.
Kedua kelompok mikroorganisme tersebut bekerja sama dalam menghasilkan
tape. Mikroorganisme dari kelompok kapang akan menghasilkan enzim-enzim
amilolitik yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula
yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida). Proses tersebut sering
dinamakan sakarifikasi (saccharification). Kemudian khamir akan merubah
sebagian gula-gula sederhana tersebut menjadi alkohol. Inilah yang menyebabkan
aroma alkoholis pada tape. Semakin lama tape tersebut dibuat, semakin kuat
alkoholnya.
Singkong, ketan atau beras dapat disajikan dalam bentuk tape melalui
proses fermentasi, yaitu terjadinya perubahan bahan –bahan organik dari
senyawa–senyawa yang lebih sederhana dengan kerja enzim. Ciri–ciri tape yang
baik dan bermutu yaitu, harum,enak,legit,dan baunya tidak terlalu menyengat
yang karena kadar alkoholnya terlalu tinggi. Namun demikian jika disimpan
dalam tempat yang dingin maka akan dapat bertahan selama dua minggu. Hasil
dari fermentasi lanjut adalah produk yang asam beralkohol,yang tidak enak lagi
untuk dikonsumsi.
S.cerevisiae merupakan khamir sejati tergolong eukariot yang secara
morfologihanya membentuk blastospora berbentukbulat lonjong, silindris, oval
atau bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnya. Dapat berkembang biak dengan
membelah diri melalui "budding cell"(Nikon, 2004 ; Landecker, 1972 ; Lodder,
1970).
Saccharomyces Cerevisiae memiliki dinding sel yang mengandung a-D-
Glukan, kitin, dan manoprotein.Dinding selnya ini diketahui mempunyai 3
lapisan, yaitu lapisan dalam alkali in-soluble (30-35%), lapisan tengah alkali-
soluble a glukan (20-22%), serta lapisan luar adalah glikoprotein(30%) yaitu
suatu karbohidrat yang tersusun dari manan yang terfosforilasi. Saccahromyses c
Cerevisiae bersifat fakultatif anaerobik mengandung 68-83% air, nitrogen,
karbohidrat, lipid, vitamin, mineral dan 2,5-14% kadar N total.
Saccharomyces cerevisiae dapat tumbuh dalam media cair dan padat.
Pembelahan sel terjadi secara aseksual dengan pembentukan tunas, suatu proses
yang merupakan sifat khas dari khamir (Buckle dkk., 1985).
Pada umumnya kisaran suhu pertumbuhan untuk Saccharomyces
cCerevisiae adalah dengan suhu minimum sekaitar 25-30ᵒ C dan suhu maksimum
kira-kira35-47oC. Sementara itu pertumbuhan Saccharomyces cCerevisiae lebih
baik pada suasana asam dengan pH 4-4,5, dan tidak dapat tumbuh dengan baik
pada medium alkali, kecuali jika telah beradaptasi. Saccharomyces cCerevisiae
tumbuh pada kondisi anaerobik, tetapi yang bersifat fermentatif dapat tumbuh
secara aerobik meskipun lambat (Fardiaz, 1992).
Pada praktikum ini media yang digunakan yaitu MEA (Malt Extract Agar)
digunakan sebagai media pertumbuhan khamir. Dimana dalam pembuatannya
terlebih dahulu melarutkan MEA. Komposisi MEA yaitu malt ekstrak sebanyak
30 gr yang berfunsi sebagai sumber karbon, pepton 5gr berfungsi sebagai
nitrogen,agar 15 gr yang berfungsi ebagai pemadat serta aquades 1 liter yang
berfungsi sebagai zat pelarut yang melarutkan dari komposisi.
Medium malt extrat agar (MEA) 5% dibuat Sebanyak 20 g agar dan 50 g
malt extract di masukkan ke dalam labu erlenmeyer dan di tambahi aquades 1000
ml. Larutan dipanaskan dengan pemanas air hingga mendidih dan semua bahan
larut sempurna. Medium disterilkan menggunkan autoklaf dengan suhu 115 C dan
tekanan 2 atm selama 15 menit. Medim yang sudah steril di tambahi dgn
antibiotik tetrasiklin pada suhu 45 C kemudian tuang ke cawan petri masing2
sebanyak 15-20 ml (Yarrow, 1998).
Percbaannelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ragi pasar dan
ragi buatan sendiri pada produk tape dan juga untuk mengetahui bahan dan ragi
yang tepat dalam pegolahan tape agar menjadi tape yang baik untuk dikonsumsi
oleh masyarakat.
DIBERI PERMASALAHAN, LALU KEMUKAKAN SOLUSI
METODE PENELITIAN
Waktu dan tempat pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2014 bertempat di
labotarium Mikrobiologi, Fakultas Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Jember,
Jember.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi Tabung reaksi 4 buah,
Cawan petri 4 buah, Bunsen 1 buah, Korek api, Gelas ukur 10 ml, Gelas ukur 25
ml, Beaker glass 250 ml, Hor plate, Spatula, Kapas steril, Rak tabung reaksi,
Autoklaf, Inkubator, Jarum ose, Pipet, Neraca analitik, Baskom 2 buah,
Dandang, Sendok/ entong.
Bahan yang digunakan meliputi MEA 4,49 g, Aquades 100 mL, Tape 1 g,
Kultur murni Saccharomyces cerevisiae, kayu manis 1.25 g, singkong, beras,
beras ketan putih, dan beras ketan hitam.
Pelaksaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini meliputi: pembuatan media, isolasi
Saccharomyces Cerevisiae, Inokulasi mikroba Saccharomyces Cerevisiae,
Pembuatan Starter (ragi), dan produksi tape.
Pembuatan media
MEA ditimbang sesuai kebutuhan kemudian masukkan ke dalam beaker
glass, ditambah aquadest dipanaskan dan diaduk hingga homogen setelah itu
tuang ke dalam tabung reaksi dan di autoklaf 121 KC selama 15 menit.
Isolasi Saccharromyces cerevisiae
Media MEA dituang ke cawan petri dan diamkan hingga memadat. Ambil
1 ose sampel kemudian goreskan pada media kemudian inkubasi pada suhu 30 KC
selama 48 jam.
Inokulasi mikroba Saccharomyces cerevisiae
Mdia MEA dituangkan ke cawan petri dan didiamkan hingga memadat.
Ambil 1 ose mikroba hasil isolat digoreskan pada media dengan goresan kuadran.
Kemudian inkubasi pada suhu 30oC selama 48 jam.
Pembuatan starter
Campurkan 1,25 g kayu manis dengan 23,7g tepung dan disterilisasi
selama 15 menit setelah itu campurkan isolat saccharomyces yang sudah
ditambahkan 1 mL aquades steril hingga menjadi adonan pipih. Setelah itu
inkubasi selama 48 jam pada suhu ruang kemudian dijemur.
Produksi tape
Bahan direndam (beras/ketan 12 jam dan ubi kayu 6 jam) kemudian
dikukus samapai masak, dinginkan dan tambahkan 2,5 g starter (ragi pasar dan
ragi buatan) kemudian wadah ditutup dan inkubasi pada suhu ruang. Amati pada
waktu 24, 48, dan 72 jam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan
Hasil praktikum ini kita menguji dengan uji organoptik yang mliputi
aroma rasa tekstur dan kenampakan. Masing-masing perlakuann di uji oleh setiap
kelompok. Data yang diperoleh disajika pada bentuk diagram dibawah ini.
Dari data grafik diatas pada pengamatan 24 jam , pada singkong putih
dengan menggunakan ragi buatan belum menghasilkan aroma khas tape dan
rasanya masih belum manis. Hal ini disebabkan karena bakteri yang digunakan
dalam pembuatan tape belum bereaksi dengan baik. Sehingga Saccharomyces
cerevisaebelum dapat mengubah glukosa menjadi alcohol, pada pengamatan 48
jam, aromanya sangat asam, tekstur masih keras dan warnanya tidak khas tape.
Pada pengamtan 72 jam singkong tersebut berbau asam dan disekitar tape tersebut
terdapat hifa. Hal tersebut kemungkinan singkong yang difermentasi telah
terkontaminasi oleh kapang sehingga pada sekitar tape terdapat hifa.
Sedangkan tape singkong putih dengan menggunakan ragi pasar pada
pengamatan 24 jam mulai beraroma khas tape, tekstur sedikit lunak, warna sudah
mulai khas tape, dan rasanya mulai manis. Hal tersebut terjadi karena pada ragi
buatan mikroba yang dibuat stater mulai bereaksi dengan baik.singkong sudah dan
sudah mulai menghasilkan enzim amilase dimana enzim tersebut dapat mengubah
pati menjadi glukosa, dan glukosa tersebut akan di ubah oleh Saccharomyces
cerevisaemenjadi alcohol, sehingga warna, tekstur, aroma, dan rasanya sudah
mulai khas tape. Pada pengamatan 48 jam, singkong sudah beraroma khas tape,
tekstur lunak, warna sudah khas tape, dan rasanya bertambah manis. Hal tersebut
terjadi karena pada ragi pasar mikroba yang dibuat stater mulai bereaksi dengan
baik. Pada pengamatan 72 jam singkong sudah menjadi tape, warna, rasa, dan
aromanya sudah khas tape dan mengluarkan cairan, cairan tersebut merupakan
etanol hasil dari fermentasi karbohidrat oleh Saccharomyces cerevisae.
Dari grafik diatas pada pengamatan 24 jam, pada singkong kuning dengan
menggunakan ragi buatan belum menghasilkan aroma khas tape dan rasanya
masih belum manis. Hal ini disebabkan karena bakteri yang digunakan dalam
pembuatan tape belum bereaksi dengan baik. Sehingga Saccharomyces
cerevisaebelum dapat mengubah glukosa menjadi alcohol, pada pengamatan 48
jam, aromanya sangat asam, tekstur masih keras dan warnanya tidak khas tape.
Pada pengamtan 72 jam singkong tersebut berbau asam dan disekitar tape tersebut
terdapat hifa. Hal tersebut kemungkinan singkong yang difermentasi telah
terkontaminasi oleh kapang sehingga pada sekitar tape terdapat hifa.
Sedangkan tape singkong kuning dengan menggunakan ragi pasar pada
pengamatan 24 jam mulai beraroma khas tape, tekstur sedikit lunak, warna sudah
mulai khas tape, dan rasanya mulai manis. Hal tersebut terjadi karena pada ragi
buatan mikroba yang dibuat stater mulai bereaksi dengan baik.singkong sudah dan
sudah mulai menghasilkan enzim amilase dimana enzim tersebut dapat mengubah
pati menjadi glukosa, dan glukosa tersebut akan di ubah oleh Saccharomyces
cerevisaemenjadi alcohol, sehingga warna, tekstur, aroma, dan rasanya sudah
mulai khas tape. Pada pengamatan 48 jam, singkong sudah beraroma khas tape,
tekstur lunak, warna sudah khas tape, dan rasanya bertambah manis. Hal tersebut
terjadi karena pada ragi pasar mikroba yang dibuat stater mulai bereaksi dengan
baik. Pada pengamatan 72 jam singkong sudah menjadi tape, warna, rasa, dan
aromanya sudah khas tape dan mengluarkan cairan, cairan tersebut merupakan
etanol hasil dari fermentasi karbohidrat oleh Saccharomyces cerevisae.
Dari grafik diatas pada hari pertama pengamatan ketan putih menggunakan
ragi buatan untuk rasa, aroma, dan tekstur belum terlihat adanya perubahan karena
Saccharomyces cerevisaemasih berada pada fase adaptasi atau mikroba belum
menghasilkan yang dapat memecah pati menjadi glukosa sehinnga
Saccharomyces cerevisaebelum dapat memfermentasi glukosa menjadi etanol dan
pada pengamatan 48 jam terjadi sedikit perubahan seperti aroma, rasa, tekstur, dan
warna semakin menuju kekhas tape. Namun pada 72 jam rasa, aroma, tekstur, dan
warna semakin buruk disini terlihat bahwa terjadi penyimpangan pada hari ke tiga
karena Saccharomyces cerevisaesudah berada pada fase stasioner dan akan
menuju pada fase mati sehinnga semakin lama untuk ketan yang difermentasi
maka hasilnya akab menjadi buruk.
Pada ketan putih menggunakan ragi pasar semakin lama fermentasi maka
akan menghasilkan produk yang semakin baik, dimana semakin lama fermentasi
aroma, tekstur, rasa, dan warna semakin khas tape hal tersebut sama dengan
literature semakin lama fermentasi,maka akan menghasilkan produk yang baik.
Karena Saccharomyces cerevisaeyang bekerja semakin lama akan semakin
optimal.
Pada grafik diatas tape dengan ragi buatan, hari ke-1 sedikit manis, hari
ke-2 berkurang, dan hari k-3 tidak manis. Hal ini terjadi karena tape
terkontaminasi kapang dan miroba yang bekerja hanya saccharomyces cereviciae
sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memfermentasi. Dari segi
tekstur lebih keras hal ini dikarenakan ragi buatan membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk terfermentasi karena mirobanya hanya 1 yaitu khamir S.creviciae
serta adanya kontaminasi oleh kapang dengan terlihatnya hifa di permuk
Berdasarkan grafik di atas, untuk tape dengan ragi pasar rasanya manis
dari hari ke-1 dan hari selanjutnya. Hal ini terjadi karena mikroorganisme yang
terdapat di dalam ragi tape adalah kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp, dan
Rhizopus sp.; khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga,
Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri
Pediococcus sp. dan Bacillus sp. Kedua kelompok mikroorganisme tersebut
bekerja sama dalam menghasilkan tape. Mikroorganisme dari kelompok kapang
akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik yang akan memecahkan amilum pada
bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana (disakarida dan
monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan sakarifikasi (saccharification).
Bedasarkan grafik diatas tape dengan ragi buatan, hari ke-1 sedikit manis,
hari ke-2 berkurang, dan hari k-3 tidak manis. Hal ini terjadi karena tape
terkontaminasi kapang dan miroba yang bekerja hanya saccharomyces cereviciae
sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memfermentasi. Dari segi
tekstur lebih keras hal ini dikarenakan ragi buatan membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk terfermentasi karena mirobanya hanya 1 yaitu khamir S.creviciae
serta adanya kontaminasi oleh kapang dengan terlihatnya hifa di permukaan tape.
Bedasarka grafik diatas Pada beras menggunakan ragi pasar semakin lama
fermentasi maka akan menghasilkan produk yang semakin baik, dimana semakin
lama fermentasi aroma, tekstur, rasa, dan warna semakin khas tape hal tersebut
sama dengan literature semakin lama fermentasi, maka akan menghasilkan produk
yang baik. Karena Saccharomyces cerevisaeyang bekerja semakin lama akan
semakin optimal.
Dari Uji aroma dan rasa seharusnya semakin lama waktu fermentasi maka
rasanya semakin manis dan aromanya etanol. Hal ini terjadi karena khamir
Saccharomycs cerevisiae bekerja dengan baik, (1) molekul-molekul pati akan
dipecah menjadi dekstrin dan gula-gula sederhana, merupakan proses hidrolisis
enzimatik, (2) gula-gula yang terbentuk akan diubah menjadi alkohol, (3) alkohol
akan diubah menjadi asam-asam organik oleh bakteri Pediococcus dan
Acetobacter melalui proses oksidasi alkohol, (4) sebagian asam organik akan
bereaksi dengan alkohol membentuk citarasa tape yaitu ester (Hesseltine, 1979).
Untuk tape dengan ragi pasar hari ke-1 tidak beraroma, hari ke-2 sedikit
beraroma dan hari ke-3 tidak beraroma dikarenakan dari kontaminasi miroba lain
yaitu kapang.
Reaksi Fermentasi yang Terjadi
Reaksi dalam fermentasi tape ketan hitam adalah glukosa (C6H12O6) yang
merupakan gula paling sederhana, melalui fermentasi akan mnghasilkan etanol
(2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi dan digunakan pada
produksi makanan.
Persamaan Reaksi kimia :
C6H12O6 + 2C2H5OH + 2CO2+ 2 ATP
Penjabarannya:
Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) + alkohol (etanol) + karbondioksida +
energi.
KESIMPULAN
Berdasarkan dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa tiap-tiap perlakuan
pada tape memiliki pengaruh yang berbeda-beda, di antaranya:
a. Tape ragi pasar lebih baik daripada tape ragi buatan.
b. Aroma tape ragi pasar lebih khas tape dibandingkan aroma tape ragi
buatan.
c. Tape ragi pasar mempunyai rasa manis, sedangkan tape ragi buatan
mempunyai rasa yang tidak enak.
d. Tape ragi pasar memiliki warna khas tape sedangkan warna tape ragi
buatan memiliki warna yang kusam dan berkapang.
e. Fermentasi yang terjadi pada tape adalah fermentasi karbohidrat oleh ragi
tape. Hasil fermentasi karbohidrat berupa asam organik, alkohol dan gas.
f. Pada proses pembuatan tape, jamur ragi akan memakan glukosa yang ada
di dalam singkong sebagai makanan untuk pertumbuhannya, sehingga
singkong akan menjadi lunak, jamur tersebut akan merubah glukosa
menjadi alkohol.
g. Dalam pembuatan tape, ragi (Saccharomyces cereviceae) mengeluarkan
enzim yang dapat memecah karbohidrat pada singkong menjadi gula yang
lebih sederhana..
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011.Pembuatan Tape Ketan.http://www.Wikipedia Bahasa Indonesia,ensiklopedi bebas diakss pada tanggal 20 November 2012.
Fardiaz, S.1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : PT. Gramedia Utama Pustaka.
Hesseltine, C. W. 1979. Microorganisme Involves in Food Fermentation in Tropical Asia. Proc. Inter. Symp on Mic Aspects of Food Storage Process and Fermentation in Tropical Asia. Food Technology and Development Centre. 10-13 Desember 1979. Bogor.
Landecker, E.M. 1972 .Fundamental of the Fungi . PrenticeHall Inc .NewYork University.NewYork . USA.
Lodder, J .1970 .The Yeast : A Taxonomic Study Second Revised and Enlarged Edition . The Netherland, Northolland Publishing Co ., Amsterdam .
Nikon. 2004. Saccharomyeces Yeast Cells : Nikon Microscopy. Phase Contrast lmageGaIlery.http//www.microscopyu.com/galleries/pliasecontrast/saccharomvcessmall.html (17 April 2013).
Yarrow, D. 1998. Methods for the Isolation, Maintenance and Identification of Yeast. In Kurtzman, C.P. and J.W. Fell. The Yeast, a Taxonomic Study. 4th edition. Amsterdam : Elsevier.