jurnal inkontinensia Seorang wanita.docx

21
INKONTINENSIA STRES Seorang wanita, 45 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan kemih yang keluar saat batuk, tertawa, atau bersin sejak melahirkan bayi. Pasien tidak dapat mengurangi berat badan sebesar 25 lb (11 kg) yang telah diperolehnya saat hamil 6 tahun yang lalu. Pasien berkemih tiap 3 jam dan melaporkan tidak ada urgensi berkemih maupun nokturia. Inkontinensia yang dialaminya telah membuatnya enggan berpartisipasi dalam latihan untuk menurunkan berat badan, dan sering kali urin ikut tercecer ketika pasien melakukan hubungan seksual. Indeks massa tubuhnya (IMT, berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter) adalah 28, dan hasil pemeriksaan pelvis rutin terkesan normal. Bagaimana evaluasi dan penatalaksanaan yang harus diberikan pada pasien ini? MASALAH KLINIS Inkontinensia urin merupakan suatu masalah kesehatan yang cukup lazim ditemukan dan dapat menghabiskan banyak biaya. Sekitar 25% wanita premenopause dan 40% wanita post-menopause melaporkan pernah mengalami kececeran urin. Tidak semua kececeran urin, dapat mengganggu pasien; namun, 10% wanita paruh baya melaporkan

description

jurnal

Transcript of jurnal inkontinensia Seorang wanita.docx

Page 1: jurnal inkontinensia Seorang wanita.docx

INKONTINENSIA STRES

Seorang wanita, 45 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan kemih yang keluar

saat batuk, tertawa, atau bersin sejak melahirkan bayi. Pasien tidak dapat mengurangi

berat badan sebesar 25 lb (11 kg) yang telah diperolehnya saat hamil 6 tahun yang

lalu. Pasien berkemih tiap 3 jam dan melaporkan tidak ada urgensi berkemih maupun

nokturia. Inkontinensia yang dialaminya telah membuatnya enggan berpartisipasi

dalam latihan untuk menurunkan berat badan, dan sering kali urin ikut tercecer ketika

pasien melakukan hubungan seksual. Indeks massa tubuhnya (IMT, berat badan

dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter) adalah 28, dan

hasil pemeriksaan pelvis rutin terkesan normal. Bagaimana evaluasi dan

penatalaksanaan yang harus diberikan pada pasien ini?

MASALAH KLINIS

Inkontinensia urin merupakan suatu masalah kesehatan yang cukup lazim ditemukan

dan dapat menghabiskan banyak biaya. Sekitar 25% wanita premenopause dan 40%

wanita post-menopause melaporkan pernah mengalami kececeran urin. Tidak semua

kececeran urin, dapat mengganggu pasien; namun, 10% wanita paruh baya

melaporkan inkontinensia harian, dan sepertiganya melaporkan inkontinensia

mingguan. Inkontinensia dapat mengurangi kualitas hidup, termasuk kesehatan

seksual. Namun hingga saat ini kurang dari separuh populasi wanita tersebut yang

mencari pertolongan kesehatan akibat inkontinensia yang dialaminya, dan masih

banyak dokter primer yang merasa belum siap dalam memberikan penatalaksanaan

untuk kondisi tersebut.

Inkontinensia stres (stress incontinence) dan inkontinensia desakan (urge

incontinence) merupakan dua jenis inkontinensia urin yang paling sering ditemukan.

Inkontinensia stres – yang didefinisikan sebagai keluarnya urin secara tidak sengaja

ketika sedang bergiat, bersin, atau batuk – dapat terjadi ketika tekanan buli-buli

(vesika urinaria) yang berada dalam pengaruh peningkatan tekanan abdominal,

Page 2: jurnal inkontinensia Seorang wanita.docx

melebihi kemampuan resistensi (tahanan) urethral. Keseimbangan antara tekanan

urethral dan buli-buli dipengaruhi oleh faktor intrinsik (otot urethral, aliran darah, dan

innervasi/persarafan) dan faktor ekstrinsik (derajat dukungan urethral, berat badan

dan aktivitas fisik pasien). inkontinensia desakan – yang didefinisikan sebagai suatu

kebocoran urin yang diikuti atau didahului oleh desakan ingin berkemih/urgensi –

terjadi karena fungsi kontraksi otot detrusor yang tak terkontrol sehingga melebihi

kemampuan resistensi urethral. Pasien bisa saja mengalami kombinasi kedua jenis

inkontinensia tersebut; kita harus bisa membedakan dua jenis inkontinensi itu, karena

terapinya berbeda satu sama lain. Untuk pasien yang mengalami inkontinensia

campuran (mixed incontinence), terapi difokuskan pada gejala yang paling

mengganggu pasien. Tinjauan ini akan memfokuskan pembahasan pada inkontinensia

stres.

Puncak insidensi inkontinensia stres terjadi ketika berusia 45 hingga 49 tahun. Faktor

resiko yang diketahui berhubungan dengan inkontinensia antara lain ras kulit putih,

obesitas, kehamilan dan persalinan, terutama jika persalinan dilakukan secara

pervaginam. Wanita kulit putih non-hispanik memiliki tingkat inkontinensia stres

yang lebih tinggi dari wanita hispanik atau kulit hitam. Wanita obes/gemuk (IMT ≥

30) memiliki resiko sekitar 2 kali lipat lebih besar mengalami inkontinensia jika

dibandingkan dengan wanita kurus. Gejala inkontinensia stres dapat terjadi pada

sepertiga populasi wanita selama kehamilan, meskipun inkontinensia seringkali

sembuh sendiri setelah bersalin. Ada salah satu laporan penelitian mengenai wanita-

wanita yang mengalami inkontinensia stres persisten pada bulan ke-3 postparum,

92% dari semua wanita tersebut tetap mengalami inkontinensia stres pada tahun ke-5

postpartum.

Inkontinensia urin berhubungan dengan penurunan libido, kekeringan vagina, dan

dispareunia. Banyak wanita penderita inkontinensia yang melaporkan kebocoran urin

selama melakukan hubungan seksual pervaginam, yang dapat menimbulkan rasa

malu dan masalah lain dalam hubungan suami-istri.

Page 3: jurnal inkontinensia Seorang wanita.docx

STRATEGI DAN BUKTI

Evaluasi

Evaluasi untuk inkontinensia stres mencakup proses anamnesis dan pemeriksaan

fisik, melakukan pencatatan berkemih harian pasien (voiding diary), tes urin untuk

mengetahui adanya infeksi, dan tes sederhana lain yang dapat dilakukan di tempat

praktek dokter umum, seperti pemeriksaan volume residu urin pasca-berkemih dan uji

stres batuk. Karena banyak wanita yang enggan mendiskusikan inkontinensia, maka

skrining dapat dilakukan melalui kuisioner. Sebuah kuisioner singkat yang telah

tervalidasi, yang terdiri atas tiga pertanyaan (Three Incontinence Questions [3IQ]),

dapat digunakan untuk skrining inkontinensia (lihat pada gambar 1).

Gambar 1: Kuisioner Three Incontinence Questions (3IQ)

Page 4: jurnal inkontinensia Seorang wanita.docx

Dengan kuisioner itu, kita dapat membedakan inkontinensia stres dan inkontinensia

desakan (sensitivitas 75% dan spesifitas 77%). Penilaian mengenai derajat

ketergangguan gejala inkontinensia yang dialami oleh pasien dapat memandu kita

dalam memulai penatalaksanaan. Pasien harus ditanya juga mengenai inkontinensia

fecal dan prolaps organ pelvis, yang dapat menyertai inkontinensia urin.

Pada pemeriksaan pelvis, otot pelvis harus dinilai dengan cara meminta pasien

mengontraksikan otot pelvis di sekitar jari pemeriksa; kemampuan pasien dalam

mengontraksikan otot dasar panggul secara sadar/volunter dan kekuatan kontraksi

harus dicatat. Perhatikan juga mengenai prolaps organ pelvis yang melewati hymen

selama pasien melakukan manuver Valsava. “cough stress test/uji stres batuk” harus

dilakukan pada pasien; kita meminta pasien untuk batuk saat buli-bulinya sedang

penuh dan memperhatikan apakah telah terjadi kebocoran urethra. Adanya kebocoran

dapat mendukung diagnosis inkontinensia stres.

Semua pasien inkontinensia harus diminta untuk merampungkan diari/catatan harian

berkemih, dalam catatan itu, mereka mencatat volume dan jenis cairan yang

diminum, frekuensi berkemih, dan jumlah urin yang dikeluarkan (diukur dengan

menggunakan alat pengukur seperti botol atau “toilet hat”) serta rincian episode

inkontinensia dan pemicunya. Kisaran jumlah kemih yang normal adalah 200 hingga

400 ml tiap kali berkemih, dan frekuensi berkemih yang normal adalah 8 sampai 12

kali per hari, serta 1 kali berkemih tiap malam hari. Catatan harian selama tiga hari

dianggap sudah representatif sebagai catatan harian jangka panjang. Sebuah

percobaan acak telah menunjukkan bahwa catatan harian berkemih dapat mengurangi

jumlah intake cairan, membuat wanita yang sering berkemih menjadi lebih

memperpanjang jeda antar-berkemihnya, serta dapat mengidentifikasi masalah atau

pemicu episode inkontinensia.

Pemeriksaan harus mencakup urinalisis dan kultur. Infeksi traktus urinarius dapat

menyebabkan inkontinensia, namun jenis inkontinensia yang ditimbulkan lebih sering

Page 5: jurnal inkontinensia Seorang wanita.docx

bersifat inkontinensia desakan. Pengosongan buli-buli harus dinilai dengan cara

mengukur volume urin residual pasca-berkemih bauk dengan menggunakan

ultrasonografi atau kateterisasi, namun kateterisasi dianggap sebagai standar baku

pemeriksaan. Nilai ambang batas volume residual yang abnormal hingga saat ini

masih menjadi perdebatan; namun, volume yang melebihi 150 ml dalam dua kali

pemeriksaan merupakan salah satu indikasi telah terjadi retensi urin (yang dapat

mengakibatkan inkontinensia “overflow”) dan pasien seperti ini harus menjalani

pemeriksaan tambahan untuk memastikan adanya disfungsi berkemih.

Uji urodinamik untuk menilai fungsi urethral, kapasitas dan stabilitas buli-buli, serta

fungsi berkemih, tidak rutin dilakukan sebelum terapi untuk inkontinensia stres

dilakukan. Namun, pemeriksaan ini seringkali direkomendasikan sebelum melakukan

intervensi bedah untuk mendukung diagnosis kebocoran urin akibat stres yang tanpa

didahului kontraksi buli-buli dan untuk menilai fungsi berkemih.

PENATALAKSANAAN

Peralatan Absorptif

Produk absorptif seperti popok, memiliki peranan yang penting dalam perawatan

wanita yang mengalami inkontinensia urin. Karena harganya lebih murah dan dapat

mengurangi stigma,maka banyak wanita yang menggunakan kain bersih atau popok

mini sebagai pengganti popok inkontinensia; namun, sebetulnya popok inkontinensia

jauh lebih efektif untuk pasien inkontinensia. Dari percobaan acak yang

membandingkan berbagai produk inkontinensia, diketahui bahwa pasien lebih

memilih menggunakan popok inkontinensia jika dibandingkan dengan pembalut haid,

meskipun harga popok inkontinensia jauh lebih mahal dari pembalut haid. Untuk

wanita yang mengalami banyak kehilangan urin, produk sekali pakai dapat lebih

mengurangi masalah kulit jika dibandingkan dengan produk yang berkali-kali pakai.

Membersihkan area urogenitalia dengan menggunakan alat penyeka yang

berpelembab dapat membantu mengontrol bau; alat penyeka pada orang dewasa

Page 6: jurnal inkontinensia Seorang wanita.docx

berukuran lebih besar dan ada banyak merek yang mengandung berbagai jenis bahan

yang dapat mengurangi bau serta lebih aman untuk kulit.

Terapi fisik dan perilaku

Terapi lini pertama untuk inkontinensia stres antara lain latihan otot dasar panggul

dan beberapa modifikasi perilaku. Persepsi sembuh lebih sering ditemukan pada

wanita yang melakukan latihan dasar panggul jika dibandingkan dengan wanita yang

tidak melakukannya. Meskipun belum ada rekomendasi pasti mengenai jumlah

pengulangan kontraksi yang baik untuk terapi, namun khasiat sudah dapat terlihat jika

pengulangan dilakukan sebanyak 30 hingga 50 kali kontraksi. Dari percobaan acak

bersampel sedikit, diketahui bahwa wanita yang dilatih untuk melakukan kontraksi

dasar panggul agar mengantisipasi batuk, bersin, atau tertawa, mengalami lebih

sedikit kebocoran urin jika dibandingkan dengan wanita yang tidak melakukannya.

Tidak semua wanita dapat melakukan latihan dasar panggul secara benar saat

diberikan melalui instruksi oral. Wanita dapat dilatih untuk menjalankan latihan dasar

panggul sambil melakukan pemeriksaan pelvis bimanual. Wanita yang tidak dapat

mengidentifikasi otot dasar panggulnya dapat memperoleh bantuan dengan cara

menemui seorang terapis fisik yang sudah terlatih dalam memberikan terapi dasar

panggul. Latihan otot dasar panggul tidak dianjurkan dilakukan saat sedang

berkemih, karena interupsi yang terus-menerus saat berkemih dapat menyebabkan

disfungsi berkemih. Selain itu, kemampuan untuk menghentikan aliran urin secara

intermiten tidak dapat mengkonfirmasi bahwa latihan tersebut telah dilakukan secara

benar. Untuk wanita gemuk atau berat badan berlebih, penurunan berat badan dapat

memperbaiki fungsi kontinensia. Dari sebuah percobaan kecil, diketahui bahwa

wanita gemuk yang secara acak dipilih untuk menjalani penurunan berat badan

melalui diet cairan, ternyata mengalami pengurangan inkontinensia yang lebih

signifikan jika dibandingkan dengan pasien yang tidak melakukannya. Penurunan

sebesar 5 hingga 10% dari berat badan awal dapat mengurangi frekuensi

inkontinensia hingga 50%. Modifikasi lain terhadap diet dan kebiasaan, seperti

Page 7: jurnal inkontinensia Seorang wanita.docx

penghentian merokok dan pengurangan intake caffeine, belum terbukti berkhasiat

dalam mengatasi inkontinensia, meskipun hal ini sering direkomendasikan.

Medikasi

Duloxetine hydrochloride, suatu jenis serotonin-reuptake inhibitor (penghambat

ambilan kembali serotonin) yang digunakan dalam terapi depresi, memiliki sejumlah

khasiat dalam penatalaksanaan inkontinensia stres, meskipun saat ini obat tersebut

belum setujui sebagai terapi resmi inkontinensia di Amerika Serikat. Sebuah meta-

analisis beberapa percobaan acak terbaru telah menyimpulkan bahwa duloxetine

secara signifikan dapat menurunkan frekuensi episoden inkontinensia stres dan

meningkatkan kualitas hidup. Efek sampingnya, terutama mual, cukup lazim

ditemukan namun pada umumnya bersifat ringan. Agonist α, seperti clonidine, telah

digunakan secara empirik untuk penatalaksanaan inkontinensia stres, namun

aplikasinya belum didukung oleh beberapa penelitian, dan khasiatnya dalam praktek

klinis cenderung terbatas. Penatalaksanaan estrogen postmenopause pernah dipercaya

dapat mengurangi gejala inkontinensia stres. Namun, data dari Heart and

Estrogen/Progestin Replacement Study menunjukkan bahwa resiko inkontinensia

stres dan desakan justru secara signifikan lebih tinggi pada wanita yang mendapatkan

estrogen tunggal atau estrogen dan progesterone jika dibandingkan dengan wanita

yang hanya mendapatkan plasebo. Berdasarkan hasil ini, maka pemberian terapi

hormon tidak diindikasikan untuk inkontinensia stres.

Peralatan Bantu

Peralatan bantu yang dapat mengatasi inkontinensia antara lain tampon dan pesarium

(spiral). Pesarium merupakan suatu alat intravaginal yang dapat mendukung organ

pelvis (gambar 2).

Page 8: jurnal inkontinensia Seorang wanita.docx

Gambar 2: Pesarium untuk mengatasi inkontinensia stres

Pesarium inkontinensia memiliki knop yang terletak di bawah urethra sehingga dapat

meningkatkan dukungan pada urethral. Pesarium harus dirawat dengan baik dan perlu

dilepas dan dibersihkan secara reguler; resiko yang berhubungan dengan alat ini

sangat sedikit kecuali erosi pada jaringan vagina dan sekret vagina. Karena pesarium

memiliki banyak variasi bentuk dan ukuran, maka pesarium harus dicocokkan untuk

pasien memperoleh kenyamanan dan dapat mengoptimalisasi fungsinya dalam

mengatasi gejala. Sekitar separuh populasi wanita merasa cocok dengan penggunaan

pesarium selama 1 hingga 2 tahun. Sebuah percobaan acak terkontrol yang

membandingkan penggunaan tampon super dan penggunaan pesarium dengan yang

tanpa alat bantu pada pasien wanita yang mengalami inkontinensia ketika sedang

Page 9: jurnal inkontinensia Seorang wanita.docx

bergiat, berhasil menunjukkan bahwa tampon dan pesarium memiliki efektivitas yang

sama dalam mengurangi frekuensi inkontinensia stres.

Pembedahan

Jumlah prosedur pembedahan untuk inkontinensia stres pada wanita di Amerika

Serikat mengalami peningkatan dari 0.32 per 1000 jiwa pada tahun 1979, menjadi

0.60 per 1000 jiwa pada tahun 1997. Meskipun sudah ada lebih dari 100 prosedur

pembedahan yang telah dijelaskan sebagai terapi inkontinensia stres, prosedur standar

baku untuk tindakan ini adalah Burch colposuspension dan fascial sling (gambar 3)

Gambar 3: Prosedur pembedahan untuk mengatasi inkontinensia stres

Kedua metode tersebut dirancang untuk meningkatkan dukungan urethral. Sebuah

percobaan acak terbaru terhadap 655 wanita berhasil menemukan angka kesembuhan

Page 10: jurnal inkontinensia Seorang wanita.docx

yang lebih baik (yang dinilai berdasarkan kombinasi luaran objektif dan subyektif)

untuk tindakan fascial sling jika dibandingkan dengan Burch colposupension di tahun

kedua pasca operasi (47% vs 38%, p=0.01); namun, sling mengakibatkan lebih

banyak efek samping, seperti infeksi traktus urinarius, disfungsi berkemih, dan gejala

buli-buli over-reactive (reaksi berlebihan).

Prosedur sling yang minimal invasif hanya dengan menggunakan anestesia lokal,

dapat mempercepat masa pemulihan dan mengurangi durasi ketergangtungan pada

kateter. Tension-free vaginal tape (gambar 3), yang sekarang ini digunakan secara

luas, merupakan prosedur sling minimal invasif urethral-media pertama yang telah

diuji oleh banyak percobaan acak. Angka kesuksesan prosedur dalam 2 tahun untuk

tension-free vaginal tape hampir sama dengan angka kesuksesan Burch

colposuspension. Pasien yang menjalani prosedur tension-free vaginal tape memiliki

durasi operasi yang lebih singkat dan komplikasi pasca-operasi seperti hernia

abdominal yang lebih sedikit (0% vs 2% untuk Burch colposuspension) namun

komplikasi intraoperatif-nya lebih tinggi seperti cedera buli-buli (9% vs 2%). Sebuah

teknik yang lebih baru (menggunakan transobturator tape) yang melibatkan

penggunaan mesh polypropylene melalui foramen obturator, bukannya melalui

cavum retropubik, hingga saat ini masih memiliki sedikit pembuktian lewat penelitian

acak terkontrol. Sebuah percobaan tunggal yang membandingkan penggunaan

transobturator tape dan Burch colposuspension telah menemukan bahwa angka

kesuksesan antara kedua prosedur tersebut tidak jauh berbeda. Semua prosedur

operasi untuk inkontinensia stres memiliki resiko tertentu – termasuk timbulnya

gejala buli-buli over-reactive, disfungsi berkemih (yang bisa saja bersifat permanen),

peningkatan resiko infeksi traktus urinarius, dan kegagalan mengontrol gejala

inkontinensia stres secara adekuat. Mayoritas wanita yang menjalani pembedahan

untuk inkontinensia stres melaporkan bahwa mereka puas dengan hasil pembedahan

dan mengalami peningkatan kualitas kehidupan, termasuk perbaikan fungsi seksual.

Page 11: jurnal inkontinensia Seorang wanita.docx

AREA KETIDAKPASTIAN

Definisi Penyembuhan

Tingkat penyembuhan yang dilaporkan berhubungan dengan penatalaksaan bedah

inkontonensia stres untuk tindakan Burch colposuspension, suburethral sling, tension-

free vaginal tape, atau transobturator tape, memiliki nilai yang bervariasi, mulai dari

30% hingga 100%. Variasi yang luas ini berhubungan erat dengan perbedaan definisi

sembuh. Secara tradisional, penyembuhan inkontinensia stres didefinisikan sebagai

ketiadaan kebocoran urin saat diuji dengan tes urodinamik atau tes popok dan hal ini

hanya dapat ditentukan oleh klinisi. Namun, pemeriksaan obyektif tidak selalu

menjadi indikasi persepsi sembuh untuk pasien, sehingga saat ini telah berkembang

suatu penilaian yang berhubungan dengan pemeriksaan subyektif. Meskipun saat ini

sudah ada kuisioner tervalidasi yang dapat mengukur luaran subyektif, namun

penggunaannya secara klinis masih terbatas. Diskusi yang jujur dengan pasien

mengenai keluhan, sekaligus ekspektasi dan tujuan operasi, dapat membantu proses

pemilihan jenis terapi. Meskipun banyak laporan yang menyebutkan rasa puas pasien

dan peningkatan kualitas hidup, hanya beberapa wanita yang dapat mengalami

ketiadaan kebocoran secara absolut. Hal ini memiliki implikasi yang penting dalam

konseling pembedahan, karena deskripsi realistis mengenai luaran hasil operasi yang

diharapakan merupakan hal utama dalam informed consent.

Pencegahan

Berdasarkan data observasional yang mengindikasikan bahwa peningkatan

inkontinensia stres pada wanita yang telah menjalani persalinan pervaginam jauh

lebih besar jika dibandingkan dengan persalinan caesar, maka persalinan caesar

merupakan salah satu strategi yang dianjurkan untuk mencegah inkontinensia stres.

Namun strategi kontroversial ini telah didukung oleh sebuah percobaan tunggal yang

membandingkan proses persalinan caesar versus persalinan pervaginam untuk kasus

letak bokong, yang menunjukkan bahwa persalinan caesar dapat menurunkan angka

Page 12: jurnal inkontinensia Seorang wanita.docx

inkontinensia stres pada 3 bulan pertama postpartum (relative risk, 0.62; 95%

confidence interval, 0.41 to 0.93) namun tidak ada perbedaan yang signifikan antara

kedua kelompok yang diteliti untuk tahun ke-2 postparum. Dari penelitian

epidemiologi, diketahui bahwa insidensi inkontinensia stres cenderung lebih tinggi

pada wanita yang telah menjalani persalinan cesar jika dibandingkan dengan wanita

nullipara, hal ini mengimplikasikan bahwa peningkat resiko inkontinensia pasca-

persalinan kemungkinan terjadi karena proses persalinan itu sendiri atau karena faktor

lain yang tidak berhubungan dengan jenis persalinan.

Prosedur Pembedahan Terbaru

Banyak sling miduretrhal dan alat bantu ang telah disetujui penggunaannya oleh Food

and Drug Administration (FDA). Namun, persetujuan ini disertai dengan FDA’s

510(k) atau suatu pemberitahuan pra-pemasaran, yang membuat pengesahan

peralatan tersebut tidak harus melewati proses pengujian tingkat keamanan dan

khasiat secara menyeluruh, namun cukup membutuhkan bukti bahwa alat yang serupa

dengan alat baru, sudah pernah disetujui sebelumnya. Resiko potensial yang

berhubungan dengan proses ini pernah terjadi pada sling ProteGen, yang telah

terimplantasi secara meluas pada banyak wanita sebelum dilakukan percobaan klinis.

Beberapa laporan selanjutnya menyebutkan bahwa erosi sling pada jaringan vagina

mengalami peningkatan hingga 30% pada wanita, setelah menggunakannya selama 5

bulan, sehingga sling ProteGen ditarik dari pasar. Selain itu pengesahan alat melalui

metode 510(k) melibatkan proses pelaporan efek samping dan komplikasi yang

bersifat sukarela, sehingga kemungkinan besar hal ini tidak bersifat representatif.

Hingga terdapat data komparatif yang telah ditinjau oleh banyak rekan sejawat, maka

kewaspadaan sangat dianjurkan pada semua penggunaan alat bantu jenis baru, dan

pasien harus sudah diinformasikan bahwa data-data yang mendukung penggunaan

alat baru tersebut dan tekniknya hingga saat ini masih terbatas.

Page 13: jurnal inkontinensia Seorang wanita.docx

PANDUAN

International Continence Society, the American Urogynecologic Society, dan the

Society of Gynecological Surgeons telah mengeluarkan sebuah pernyataan untuk

menstandarisasi terminologi yang berkaitan dengan kelainan dasar panggul, termasuk

istilah inkontinensia urin, dan ringkasan mengenai jenis pemeriksaan yang

direkomendasikan; tinjauan yang kami berikan pada artikel ini secara umum sudah

sesuai dengan rekomendasi dari kedua organisasi tersebut. The American College of

Obstetricians and Gynecologists telah mempublikasikan beberapa panduan praktis

untuk penanganan pasien wanita yang mengalami inkontinensia urin, meskipun tidak

disebutkan secara spesifik mengenai inkontinensia stres. Pada tahun 1997, American

Urological Association mempublikasikan beberapa rekomendasi untuk

penatalaksanaan bedah pada inkontinensia stres, namun rekomendasi tersebut masih

menggunakan hasil percobaan mengenai intervensi pembedahan yang sudah

ketinggalan zaman.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kebocoran urin yang terjadi saat batuk, bersin, atau bergiat, seperti yang dilaporkan

oleh pasien dalam vinyet ini, merupakan salah satu ciri khas inkontinensia stres.

Untuk itu pasien tersebut perlu menjalani pemeriksaan fisik, berupa uji cough stress,

dan urinalisis serta pemeriksaan volume urin residual pasca-berkemih. Jika hasil

urinalisis dan volume residual normal, maka pasien tersebut harus menjalani terapi

perilaku dan latihan otot dasarpanggul. Secara spesifik, pasien harus merampungkan

catatan harian berkemih, yang dapat menilai jumlah cairan yang diminum pasien dan

mengevaluasi kebiasaan berkemihnya. Selama pemeriksaan fisik, kita harus

memastikan bahwa pasien sudah melakukan latihan otot dasar panggul secara tepat

dan pasien mengulanginya sebanyak 30 hingga 50 kali latihan per hari. Penurunan

berat badan dapat mengurangi gejala pasien dan hal ini harus dianjurkan pada pasien.

Jika pasien ingin melakukan aktivitas fisik yang aktif, maka pasien dapat

Page 14: jurnal inkontinensia Seorang wanita.docx

menggunakan popok. Kita dapat mempertimbangkan terapi pembedahan sebagai

alternatif terhadap terapi perilaku dan alat bantu. Kita harus menjelaskan pada pasien

bahwa terapi pembedahan kemungkinan besar dapat meningkatkan kualitas

kehidupan dan fungsi seksual, sekaligus mengurangi gejala inkontinensia, namun

tidak secara komplit mengatasi semua gejalanya.