JURNAL Gambaran klinis sinusitis dan radiologi waters

22
GAMBARAN KLINIS RHINOSINUSITIS DAN RADIOLOGI WATERS DI POLIKLINIK THT-KL DAN INSTALASI RADIOLOGI RSUD.Dr.H.ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG PERIODE OKTOBER - DESEMBER 2013 Jurnal Oleh : MEILISKA AULYANISSA NPM. 10310230 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

description

gambaran klinisis sinusitis dan radiologi waters

Transcript of JURNAL Gambaran klinis sinusitis dan radiologi waters

Page 1: JURNAL Gambaran klinis sinusitis dan radiologi waters

GAMBARAN KLINIS RHINOSINUSITIS DAN RADIOLOGI WATERS DI POLIKLINIK THT-KL DAN INSTALASI RADIOLOGI RSUD.Dr.H.ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

PERIODE OKTOBER - DESEMBER 2013

Jurnal

Oleh :

MEILISKA AULYANISSA

NPM. 10310230

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI

TAHUN 2014

Page 2: JURNAL Gambaran klinis sinusitis dan radiologi waters

ABSTRAK

Latar Belakang : Sinusitis merupakan suatu peradangan membran mukosa sinus paranasal. sinus paling sering terkena yaitu sinus maksilaris. Ada berbagai pemeriksaan klinik untuk mendiagnosis rhinosinusitis seperti anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi. Radiologi Waters merupakan pemeriksaan yang paling baik untuk mengevaluasi sinus maksilaris dengan sensitifitas dan spesifitasnya yaitu 85 % dan 80 %. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian antara diagnosis rhinosinusitis di poliklinik THT-KL dengan Radiologi Waters di Instalasi Radiologi.

Metode : Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan study cross sectional dan diolah dalam bentuk univariat. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik THT-KL dan Instalasi Radiologi pada bulan Maret. Data berupa Rekam medik dan lembaran jawaban Foto Waters. Jumlah sampel yang dapat diteliti yakni sebanyak 310 kasus di poliklinik THT-KL dan sebanyak 125 Kasus di Instalasi Radiologi.

Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penderita rhinosinusitis terbanyak pada rhinosinusitis maksilaris sebanyak 99,0 % kasus, untuk onset penyakit terbanyak adalah rhinosinusitis kronik sebanyak 68,7 % kasus, untuk umur terbanyak adalah pada kelompok umur 45 - 64 tahun sebanyak 34,8 %, untuk jenis kelamin terbanyak adalah pada perempuan sebanyak 61,9 %, untuk keluhan terbanyak adalah hidung tersumbat sebanyak 57,4 %, untuk radiologi Waters terbanyak adalah sinusitis maksilaris sebanyak 69,6 %, rhinosinusitis yang paling sering terjadi yaitu unilateral sebanyak 49,6 % kasus.

Kata kunci : Rhinosinusitis, Gejala Klinis, Radiologi Waters.

ABSTRACT

Background : Sinusitis is one of paranasal sinus mucosa membrane inflamations. The most common sinusitis happening is maxillary sinus. There are some investigations to diagnose a rhinosinusitis, they are anamnesis, physical examination and radiological examinations. Waters radiology is the best examination to evaluate maxillary sinus with 85 % and 80 % sensitivity and spesification. The objective of study is to define the diagnosis appropriateness between rhinosinusitis at ENT-HNS Clinic and Waters Radiology at Radiology Installation.

Method : This study was a descriptive with cross sectional approach and analyze was univariat form. The data was done at ENT-HNS Clinic and Radiology Installation in March. The data was a medical record and answer form of photo Waters. The samples were 310 cases at ENT-HNS Clinic and 125 cases in Radiological Installation.

Result : The Result of the study showed that the patient of rhinosinusitis was dominated by maxillary rhinosinusitis amounting to 99,0% cases, the most prominent onset was chronic rhinosinusitis amounting to 68,7 % cases, the dominant age suffering the disease was 45 – 64 year amounting to 34,8 %, women patient dominated the proportion with 61,9 %, the most complaints was clogged nose amounting to 57,4 %, the most common Waters radiology was maxillary sinuses amounting to 69,6 % cases, rhinosinusitis frequently occured on unilateral amounting to 49,6 % cases.

Keyword : Rhinosinusitis, Clinical Symptom, Waters Radiology.

Page 3: JURNAL Gambaran klinis sinusitis dan radiologi waters
Page 4: JURNAL Gambaran klinis sinusitis dan radiologi waters

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sinusitis merupakan suatu peradangan membran mukosa atau sinus paranasal yang umumnya terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur. Rhinosinusitis yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maksilaris dan sinusitis etmoidalis, sedangkan sinusitis frontalis lebih jarang dan sinusitis sfenoid lebih jarang lagi. 5

Data dari DEPKES RI (2003) menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari pola 50 penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Data dari divisi Rinologi Departemen THT-KL RSCM Januari - Agustus 2005 menyebutkan jumlah pasien rinologi pada kurun waktu tersebut sebanyak 435 pasien, dan 69 % pasien adalah sinusitis. Dari data tersebut 30 % mempunyai indikasi operasi BSEF (Bedah Sinus Endoskopik Fungsional). 6

Anamnesis dan pemeriksaan fisik sudah dapat menyimpulkan diagnosis sinusitis, akan tetapi diperlukan pemeriksaan penunjang yang penting untuk menegakkan diagnosis pasti sinusitis, yaitu radiologi sinus paranasalis dengan posisi Waters, anterior-posterior (AP atau posisi Caldwell), dan lateral. 10

Posisi Waters merupakan pemeriksaan yang paling baik untuk mengevaluasi sinus maksilaris. Sensitifitas dan spesifitasnya yaitu 85 % dan 80 %. Pemeriksaan ini dari sudut biaya cukup ekonomis dan pasien hanya mendapat radiasi yang minimal. Gambaran radiologi dapat menilai kondisi sinus yang

memperlihatkan peselubungan, batas udara-cairan (air-fluid level) dan penebalan mukosa. 10

1.2 Rumusan Masalah “Bagaimanakah kesesuaian antara Gambaran Klinis Rhinosinusitis dan Radiologi Waters di Poliklinik THT-KL dan Instalasi Radiologi RSUD.Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung Periode Oktober - Desember 2013?”

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui gambaran klinis rhinosinusitis

2. Untuk mengetahui gambaran radiologi Waters

3. Untuk mengetahui kesesuaian antara gambaran klinis rhinosinusitis dengan gambaran radiologi Waters

1.3.2 Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui prevalensi

penderita rhinosinusitis 2. Untuk mengetahui distribusi

penderita rhinosinusitis berdasarkan tipe rhinosinusitis

3. Untuk mengetahui distribusi penderita rhinosinusitis berdasarkan onset penyakit

4. Untuk mengetahui gambaran radiologi Waters pada sinusitis frontalis dan sinusitis maksilaris

5. Untuk mengetahui distribusi penderita rhinosinusitis berdasarkan umur

6. Untuk mengetahui distribusi penderita rhinosinusitis berdasarkan jenis kelamin

7. Untuk mengetahui gambaran klinis rhinosinusitis berdasarkan gejala mayor dan gejala minor

8. posisi sinus yang terkena (unilateral/bilateral)

Page 5: JURNAL Gambaran klinis sinusitis dan radiologi waters

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang sinusitis secara klinis dan gambaran radiologi Waters serta dapat melengkapi ilmu yang telah didapat selama perkuliahan.

1.4.2 Bagi Institusi Kesehatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi pihak RSUD.Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung dalam mengambil kebijakan dalam menentukan langkah-langkah yang perlu diambil dalam menghadapi penderita sinusitis, guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Lampung.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Digunakan sebagai sumber informasi, wacana kepustakaan atau sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya

1.4.4 Bagi Peneliti SelanjutnyaDapat menjadi bahan referensi serta pertimbangan bagi penelitian yang memiliki ruang lingkup yang sama.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Hidung 2.1.1 Anatomi Hidung Luar 11

Hidung luar menonjol pada garis tengah wajah di antara pipi dengan bibir atas; Struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian: yang paling atas: kubah tulang yang tidak dapat digerakkan; di bawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan; dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan.

2.1.2 Anatomi Hidung Dalam 11

Hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os internum di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Septum nasi merupakan struktur tulang di garis tengah, secara anatomi membagi organ menjadi dua hidung. Dinding lateral hidung terdapat konka dengan rongga udara yang tidak teratur di antaranya meatus superior, media, dan inferior.

Kerangka tulang menentukan diameter dari rongga udara, struktur jaringan lunak yang menutupi hidung dalam cenderung bervariasi tebalnya, juga mengubah resistensi, dan akibatnya tekanan dan volume aliran udara inspirasi dan ekspirasi. Diameter yang berbeda-beda disebabkan oleh kongesti dan dekongesti mukosa, perubahan badan vaskular yang dapat mengembang pada konka dan septum atas, dan dari krusta dan deposit atau sekret mukosa.

2.1.3 Sinus Paranasalis 13

Sinus Paranasalis adalah perluasan bagian respiratorik cavitas nasi yang berisi udara, ke dalam ossa cranii berikut: os frontale, os ethmoidale, os sphenoidale, dan os maxilla. Nama sinus-sinus ini adalah sesuai dengan nama tulang yang ditempatinya..

2.2. Fisiologi 2.2.1 Fisiologi Hidung 5,11,14

Fungsi fisiologis hidung adalah sebagai fungsi pernafasan, alat pengatur konduksi udara (air conditioning), penyaring udara, sebagai indra penghidu, resonansi

Page 6: JURNAL Gambaran klinis sinusitis dan radiologi waters

udara, turut membantu proses bicara dan refleks nasal.

1. Fungsi Pernafasan 2. Pengaturan Kondisi Udara

(Air Conditioning)3. Penyaring Udara4. Fungsi Penghidu 5. Resonansi Suara 6. Proses Bicara 7. Refleks Nasal

2.3 Sinusitis

2.3.1 Definisi

Sinusitis adalah radang pada sinus paranasalis, dimana dapat disebabkan oleh infeksi maupun bukan infeksi, dari bakteri, jamur, virus, alergi maupun sebab autoimun. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. 5

2.3.2 Klasifikasi

Konsensus Internasional yang merupakan hasil International Conference on Sinus Disease: Terminology, Staging and Therapy tahun 2004 membagi sinusitis menjadi sinusitis akut, subakut dan kronis dengan kriteria sebagai berikut: 5

a) Sinusitis akut dengan batas sampai 4 minggu.

b) Sinusitis subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan.

c) Sinusitis kronik jika lebih dari 3 bulan.

2.3.3 Epidemiologi

Data dari DEPKES RI (2003) menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari pola 50 penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di

rumah sakit. Data dari divisi Rinologi Departemen THT-KL RSCM Januari - Agustus 2005 menyebutkan jumlah pasien rinologi pada kurun waktu tersebut sebanyak 435 pasien, dan 69 % pasien adalah sinusitis. Dari data tersebut 30 % mempunyai indikasi operasi BSEF (Bedah Sinus Endoskopik Fungsional).6

2.3.4 Etiologi

Beberapa faktor etiologi dan predisposisi anatara lain ISPA akibat virus, bermacam rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum, atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti sindrom Kartagener dan penyakit fibrosis kistik. 5

2.3.5 Patofisiologi Kesehatan sinus paranasal

dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clereance) di dalam KOM (kompleks ostio-meatal). Mukus yang mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan. 5

Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang saling berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya tekanan negatif di dalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini bisa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan

Page 7: JURNAL Gambaran klinis sinusitis dan radiologi waters

biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. 5

2.3.6 Gejala Klinis 5

Keluhan utama sinusitis akut ialah hidung tersumbat disertai nyeri/rasa tekanan pada muka dan ingus purulen, yang sering kali turun ke tenggorok (post nasal drip). Dapat juga disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu.

2.3.7 Pemeriksaan Sinus Paranasal2.3.7.1 Pemeriksaan Fisik 5

Untuk mengetahui adanya kelainan pada sinus paranasal dilakukan inspeksi, palpasi, rinoskopi anterior, rinoskopi posterior, dan transiluminasi.

2.3.7.2 Pemeriksaan Radiologi Sinus

Paranasalis 10

Foto Waters dilakukan dengan posisi dimana kepala menghadap film, garis orbito-meatus membentuk sudut 37° dengan film. Sentrasi sinar kira-kira di bawah garis interorbital. Pada foto Waters, secara ideal piramid tulang petrosum diproyeksikan pada dasar sinus maksilaris dapat dievaluasi seluruhnya.

Foto Waters umumnya dilakukan pada keadaan mulut tertutup. Pada posisi mulut terbuka akan dapat menilai daerah dinding posterior sinus sfenoidalis dengan baik.

a)

b)

Gambar 2.8: (a) Proyeksi Posisi Waters 16 (b) Foto waters dengan mulut terbuka 10

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis PenelitianJenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang kuantitatif dengan tujuan untuk mendeskripsikan variabel-variabel utama subjek studi, misalnya keadaan, kondisi, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. 19

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian3.2.1 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret tahun 2014 sampai dengan selesai.

3.2.2 Tempat penelitianPenelitian dilakukan di Poliklinik THT-KL, Instalasi Radiologi dan Divisi Rekam Medis RSUD.Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

3.3 Rancangan PenelitianRancangan penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan cross sectional study.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis

Page 8: JURNAL Gambaran klinis sinusitis dan radiologi waters

klinis sinusitis di Poliklinik THT-KL dan pasien yang melakukan pemeriksaan Radiologi Waters di Instalasi Radiologi RSUD.Dr.H.Abdul Moeloek Lampung Periode Oktober - Desember yang berjumlah 423 pasien.

3.4.2 SampelSampel adalah objek yang

diteliti dan dianggap mewakil seluruh populasi.19 Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling, yaitu seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel. Sampel yang dapat diteliti memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah 310 pasien

Kriteria inklusi :1. Rekam medik yang bernomor

registrasi dengan diagnosis sinusitis dan pasien sinusitis yang melakukan pemeriksaan Radiologi Waters.

2. Penderita tanpa batasan umur dan jenis kelamin.

3. Data Rekam medik periode Oktober – Desember 2013.

Kriteria eksklusi :1. Pemeriksaan radiologi foto

kepala selain menggunakan posisi Waters, seperti posisi Lateral, Caldwell (Anterior-posterior), dsb.

. 3.5 Analisa Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan komputer. Analisa data menggunakan analisa univariat statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan menggunakan program sofware statistik versi 20.0 pada komputer.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Gambaran Umum RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Rumah sakit ini beralamat di jalan Dr.Rivai No.6, Penengahan, Bandar Lampung, Propinsi Lampung. RSUD Dr.H.Abdul Moeloek merupakan rumah sakit kelas B sesuai dengan SK Menkes RI No.HK.03.05/I/2603/08, dan juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah Propinsi Lampung. Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Abdul Moeloek (RSUDAM) mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan penatalaksanaan kebijakan daerah di bidang layanan rumah sakit, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah Gubernur serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Perda Propinsi Lampung No.12 Tahun 2009 pasal 29 ayat 1).

4.2 Distribusi Frekuensi Penderita Rhinosinusitis di Poliklinik THT-KL RSUD.Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penderita Rhinosinusitis di

NoTipe Rhinosinusitis

F %

1. Maksilaris 307 99,02. Frontalis 3 1,0

Jumlah 310 100

Tabel 4.1 menunjukkan distribusi frekuensi penderita rhinosinusitis yang paling banyak adalah rhinosinusitis maksilaris

Page 9: JURNAL Gambaran klinis sinusitis dan radiologi waters

sebanyak 307 kasus (99,0 %), kemudian rhinosinusitis frontalis sebanyak 3 kasus (1,0 %).

4.3 Distribusi Frekuensi Penderita Rhinosinusitis Berdasarkan Onset Penyakit di Poliklinik THT-KL RSUD.Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penderita Rhinosinusitis Berdasarkan Onset Penyakit

No Onset Penyakit

F %

1 Akut 97 31,32 Kronis 213 68,7

Jumlah 310 100

Tabel 4.2 menunjukkan distribusi frekuensi onset penyakit rhinosinusitis yang paling banyak adalah rhinosinusitis kronik sebanyak 213 kasus (68,7 %), kemudian rhinosinusitis akut sebanyak 97 kasus (31,3 %).

4.4 Distribusi Frekuensi Penderita Rhinosinusitis Berdasarkan Umur di Poliklinik THT-KL RSUD.Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Penderita Rhinosinusitis Berdasarkan Umur

No.Umur (Tahun)

F %

1. 0 - 4 3 1,0

2. 5 - 14 23 7,4

3. 15 - 24 68 21,9

4. 25 - 44 87 28,1

5. 45 - 64 108 34,8

6. > 65 21 6,8

Jumlah 310 100

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi penderita sinusitis terbanyak berdasarkan umur dijumpai pada kelompok umur 45 - 64 tahun sebanyak 108 kasus (34,8 %), kemudian pada kelompok umur 25 - 44 tahun sebanyak 87 kasus (28,1 %), pada kelompok umur 15 - 24 tahun sebanyak 68 kasus (21,9 %), pada kelompok umur 5 – 14 tahun sebanyak 23 kasus (7,4 %), pada kelompok umur > 65 tahun sebanyak 21 kasus (6,8 %), dan pada kelompok umur 0 – 4 tahun sebanyak 3 kasus (1,0 %).

4.5 Distribusi Frekuensi Penderita Sinusitis Berdasarkan Jenis Kelamin di Poliklinik THT-KL RSUD.Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Penderita Rhinosinusitis Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin

F %

1. Laki-laki 118 38,1

2. Perempuan 192 61,9

Jumlah 310 100

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi penderita sinusitis terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah pada perempuan, yaitu sebanyak 192 kasus (61,9 %), sedangkan pada laki-laki sebanyak 118 kasus (38,1 %).

Page 10: JURNAL Gambaran klinis sinusitis dan radiologi waters

4.6 Distribusi Frekuensi Penderita Rhinosinusitis Berdasarkan Keluhan di Poliklinik THT-KL RSUD.Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Penderita Rhinosinusitis Berdasarkan Keluhan

No. Keluhan F %

1.

2.

3. 4.

5. 6

Gejala MayorNyeri atau rasa tertekan pada mukaKebal atau rasa penuh pada mukaHidung tersumbatSekret hidung purulen, post nasl drip Hiposmia/anosmiaDemam (rhinosinusitis akut)

36

8

15337

1410

11,6

2,6

49,411,9

4,53,2

78.

9.10.11.12.13.

14.15.16.17.

Gejala MinorSakit kepalaDemam (rhinosinusitis kronik)Halitosis KelelahanSakit gigi BatukNyeri atau rasa tertekan atau rasa penuh di telinga

Gejala LainIngus berbauHidung gatalBersin Epitaksis

809

11076619

11835213

25,82,9

3,50

2,321,36,1

38,111,36,81,0

Tabel 4.5 menunjukkan keluhan yang paling banyak diderita pada pasien rhinosinusitis adalah hidung tersumbat sebanyak 153 kasus (49,4 %), kemudian ingus berbau sebanyak 118 kasus (38,1 %), sakit kepala sebanyak 80 kasus (25,8 %), batuk sebanyak 66 kasus (21,3 %), sekret hidung purulen (post nasal drip) sebanyak 37 kasus (11,9 %), nyeri atau rasa tertekan pada muka sebanyak 36 kasus (11,6 %), hidung gatal sebanyak 35 kasus (11,3 %), bersin sebanyak 21 kasus (6,8 %), nyeri atau rasa tertekan atau rasa penuh di telinga sebanyak 19 kasus (6,1 %), hiposmia / anosmia sebanyak 14 kasus (4,5 %), halitosis sebanyak 11 kasus (3,5 %), demam (pada rhinosinusitis kronik) sebanyak 9 kasus (2,9 %), sakit gigi sebanyak 7 kasus (2,3 %), epitaksis sebanyak 3 kasus (1,0 %), dan kelelahan tidak ditemukan.

4.7 Distribusi Frekuensi Radiologi Waters pada penderita Sinusitis di Instalasi Radiologi RSUD.Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Radiologi Waters pada Penderita Sinusitis

No

Radiologi Waters

F %

1 Sinusitis maksilaris

87 69,6

2 Sinusitis frontalis

3 2,4

3 Sinus normolusen

35 28,0

Jumlah 125 100

Terdapat perbedaan jumlah kasus penderita rhinosinusitis di poliklinik THT-KL yang berjumlah 310 kasus dengan radiologi Waters di Instalasi Radiologi yang berjumlah 125 kasus. Hal ini disebabkan oleh

Page 11: JURNAL Gambaran klinis sinusitis dan radiologi waters

karena tidak semua yang menderita rhinosinusitis dilakukan pemeriksaan radiologi Waters.

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi sinusitis terbanyak berdasarkan radiologi Waters adalah sinusitis maksilaris, yaitu sebanyak 87 kasus (69,6 %), kemudian sinusitis frontalis sebanyak 3 kasus (2,4 %), dan sebanyak 35 kasus (28,0 %) disimpulkan sinus

Peneliti mendapatkan fakta bahwa tidak semua yang di diagnosis rhinosinusitis di poliklinik THT-KL memperoleh hasil yang sama dengan radiologi Waters di Instalasi Radiologi, hal ini terbukti sebanyak 35 kasus (28,0 %) disimpulkan sinus normolusen. Hal ini kemungkinan karena interpretasi foto Waters kadang sulit, dan kelainan radiologis sinus paranasalis dapat dikacaukan dengan beberapa keadaan tertentu seperti tulang muka yang asimetris dan pembengkakan jaringan lunak.

4.8 Distribusi Frekuensi Radiologi Waters pada Penderita Rhinosinusitis Berdasarkan Sisi Sinus yang Terkena di Instalasi Radiologi RSUD.Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Radiologi Waters pada Penderita Rhinosinusitis Berdasarkan Sisi Sinus yang Terkena

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa kejadian sinusitis yang paling sering terjadi adalah unilateral, yaitu sebanyak 62 kasus (49,6 %), kemudian sinusitis bilateral sebanyak 28 kasus (22,4 %), dan

sebanyak 35 kasus (28,0 %) disimpulkan sinus normolusen.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Bedasarkan hasil dan

pembahasan dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proporsi penderita

rhinosinusitis berdasarkan tipe rhinosinusitis di poliklinik THT-KL RSUD.Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung periode Oktober – Desember 2013 adalah rhinosinusitis maksilaris sebanyak 307 kasus (99,0 %), kemudian rhinosinusitis frontalis sebanyak 3 kasus (1,0 %).

2. Proporsi penderita rhinosinusitis berdasarkan onset penyakit di poliklinik THT-KL RSUD.Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung periode Oktober – Desember 2013 adalah rhinosinusitis kronik sebanyak 213 (68,7 %), kemudian rhinosinusitis akut sebanyak 97 (31,3 %).

3. Proporsi penderita rhinosinusitis berdasarkan umur di poliklinik THT-KL RSUD.Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung periode Oktober - Desember 2013 adalah pada kelompok umur 45 - 64 tahun sebanyak 108 kasus (34,8 %), kemudian pada kelompok umur 25 - 44 tahun sebanyak 87 kasus (28,1 %),

No.

Sisi Sinus yang Terkena

F %

1.2.

UnilateralBilateral

6228

49,622,4

3. Sinus normolusen

35 28,0

Jumlah 125 100

Page 12: JURNAL Gambaran klinis sinusitis dan radiologi waters

pada kelompok umur 15 - 24 tahun sebanyak 68 kasus (21,9 %), pada kelompok umur 5 – 14 tahun sebanyak 23 kasus (7,4 %), pada kelompok umur > 65 tahun sebanyak 21 kasus (6,8 %), dan pada kelompok umur 0 – 4 tahun sebanyak 3 kasus (1,0 %).

4. Proporsi penderita rhinosinusitis berdasarkan jenis kelamin adalah pada perempuan, yaitu sebanyak 192 kasus (61,9 %), sedangkan pada laki-laki sebanyak 118 kasus (38,1 %).

5. Proporsi penderita rhinosinusitis berdasarkan Keluhan di poliklinik THT-KL RSUD.Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung periode Oktober – Desember 2013 adalah hidung tersumbat sebanyak 153 kasus (49,4 %), kemudian ingus berbau sebanyak 118 kasus (38,1 %), sakit kepala sebanyak 80 kasus (25,8 %), batuk sebanyak 66 kasus (21,3 %), sekret hidung purulen (post nasal drip) sebanyak 37 kasus (11,9 %), nyeri atau rasa tertekan pada muka sebanyak 36 kasus (11,6 %), hidung gatal sebanyak 35 kasus (11,3 %), bersin sebanyak 21 kasus (6,8 %), nyeri atau rasa tertekan atau rasa penuh di telinga sebanyak 19 kasus (6,1 %), hiposmia / anosmia sebanyak 14 kasus (4,5 %), halitosis sebanyak 11 kasus (3,5 %), demam (pada rhinosinusitis kronik) sebanyak 9 kasus (2,9 %), sakit gigi sebanyak 7 kasus (2,3 %), epitaksis sebanyak 3 kasus (1,0 %), dan kelelahan tidak ditemukan.

6. Proporsi Radiologi Waters pada penderita rhinosinusitis di

Instalasi Radiologi RSUD.Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung periode Oktober – Desember 2013 adalah sinusitis maksilaris sebanyak 87 kasus (69,6 %), kemudian sinusitis frontalis sebanyak 3 kasus (2,4 %), dan sebanyak 35 kasus (28,0 %) disimpulkan sinus normolusen.

7. Proporsi Radiologi Waters pada penderita rhinosinusitis berdasarkan sisi sinus yang terkena di Instalasi Radiologi RSUD.Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung periode Oktober – Desember 2013 adalah unilateral sebanyak 62 kasus (49,6 %), kemudian sinusitis bilateral sebanyak 28 kasus (22,4 %), dan sebanyak 35 kasus (28,0 %) disimpulkan sinus normolusen.

5.2 Saran 1. Bagi Peneliti

Sebaiknya menggunakan penelitian jenis analitik untuk mengetahui hubungan gejala klinis dengan radiologi Waters pada penderita rhinosinusitis, namun terdapat keterbatasan sehingga tidak bisa dilakukan penelitian jenis analitik.

2. Bagi MasyarakatDisarankan untuk mengadakan penyuluhan kepada masyarakat mengenai gejala klinis rhinosinusitis, mengingat banyaknya penderita rhinosinusitis di Provinsi Lampung, sehingga penderita dapat berobat lebih awal.

3. Bagi Institusi Kesehatan Disarankan di Bagian Instalasi Radiologi untuk mencantumkan diagnosis informasi lebih lengkap mengenai kelainan-kelainan spesifik yang terdapat pada radiologi Waters, seperti;

Page 13: JURNAL Gambaran klinis sinusitis dan radiologi waters

perselubungan, penebalan mukosa, dan air fluid-level sehingga berguna untuk penelitian yang akan datang.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut mengenai klinis rhinosinutis dan radiologi Waters, menggunakan penelitian jenis analitik sehingga dapat diperoleh hubungan gambaran klinis dan radiologi Waters yang lebih signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ditjen PP & PL. Rencana Pembangunan Jakarta Menengah Nasional Tahun 2004 – 2009. 2005.Tersedia dari : http://ppmlp.depkes.go.id diakses 4 januari 2014.

2. Depkes RI. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia

Sehat 2010. Depkes RI. Jakarta. 1999.

3. Definisi ISPA, Klasifikasi ISPA. Tersedia dari : www.digilib.unismus.ac.id diakses 4 Januari 2014.

4. Rinaldi, Lubis HM, Daulay MR, Panggabean G. Sinusitis Pada Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2006.

5. Mangunkusumo E, dan Soetjipto D. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Bahiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta: FKUI, 2007 ; Hal 145-153.

6. Depkes RI. Pola Penyakit 50 Peringkat Utama Menurut DTD Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Indonesia Tahun 2003. Depkes RI. Jakarta. 2003; Hal 1.

7. Darmawan BS, Nastiti K, Retno W. Gambaran Klinis Pasien Sinusitis di Departemen IKA FKUI RSCM 1998 - 2004. MMI. 2005;40(3):114.

8. Posumah AH. Gambaran Foto Waters pada Penderita Dengan Dugaan Klinis Sinusitis Maksilaris di Bagian Radiologi FK UNSRAT/SMF Radiologi BLU RSUP PROF. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 1 Januari 2011 - 31 Desember 2011. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. 2011.

9. Pletcher SD. Golderg, A.N. The Diagnosis and Treatment of

Page 14: JURNAL Gambaran klinis sinusitis dan radiologi waters

Sinusitis. Advanced Studies in Medicine. 2003;9: Hal 495 – 505.

10. Rachman MD. Sinus Paranasal. Dalam: Rasad S, editor. Radiologi Diagnostik. Edisi 2. Jakarta: FKUI-RSCM, 2005; Hal 413 – 8.

11. Higler PA. In Adam GL. Boeis LR. Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta : EGC, 1997 ; Hal 240 – 260.

12. Putz RV, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia SOBOTTA Kepala, Leher Ekstremitas Atas Jilid I. Edisi 21. Editor: Suyono YJ. Jakarta; 2000. Hal 89.

13. Moore KL, Anne MR. Anatomi klinis dasar. Jakarta : Hipokrates. 2002 ; Hal 397 - 401.

14. Guyton AC. Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC. 2007; Hal 505.

15. Pracy R, Siegler Y. Sinusitis Akut dan Sinusitis Kronis. Editor Roezin, F. Soejak, S. Pelajaran Ringkas THT. Cetakan 4. Jakarta. Gramedia. 1993; Hal 81 – 91.

16. Alford BR. Core Curriculum Syllabus: Nose and Paranasal Sinuses. Available from: http://www.Bcm.Edu. Diakses 5 Desember 2013.

17. Noyek MA. itterick, J.I. Fliss, M.D. Kassel, E.E. Diagnostic Imaging in Head and Surgery-Otolaryngology. Second Edition. Edited by Byron J. Lippincott-Raven Publishers. Philadelphia. 1998; Hal 81 – 92.

18. Sukgi S. Choi. Kenneth M.  Grundfast. Complication in sinus diseases. Diseases of sinuses diagnosis and management. 2001; Hal 169 – 176.

19. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. 2010.

20. Arivalagan P. Gambaran Rinosinusitis kronis di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2011. Universitas Sumatera Utara. Tersedia dari : www.jurnal.usu.ac.id, di akses pada tanggal 12 Maret 2014.

21. Septiawati M. Hubungan Infeksi Gigi Rahang Atas Dengan Kejadian Rhinosinusitis Maksilaris di RSUD Raden Mattaher Jambi 2013. [Skripsi]. Universitas Jambi. Tersedia dari www.online-journal.unja.ac.id, di akses pada tanggal 14 Maret 2014.

22. Dalimunthe SA. Gambaran Penderita Rinosinusitis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010. [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Tersedia dari : www.repository.usu.ac.id, di akses pada tanggal 11 Maret 2014.

23. Prasetyo JS. Karakteristik Penderita Rinosinusitis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji adam Malik Medan Tahun 2011. Universitas Sumatera Utara. Tersedia dari www.repository.usu.ac.id , di akses pada tanggal 5 Mei 2014.

24. Frisdiana Y. Karakteristik penderita rinosinusitis kronik rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Page 15: JURNAL Gambaran klinis sinusitis dan radiologi waters

Medan pada tahun 2006 - 2010. Universitas Sumatera Utara. Tersedia dari : www.repository.usu.ac.id, di akses pada tanggal 11 Maret 2014.

25. Thariq AK. Karakteristik Penderita Sinusitis di RSUP.H.Adam Malik Medan pada Tahun 2011. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Tersedia dari : www.repository.usu.ac.id, di akses pada tanggal 11 Maret 2014.

26. Wardani IAKN. Hubungan Gambaran Foto Waters dan Gejala Klinik Pada Penderita Dengan Dugaan Sinusitis Maksilaris di RSUP Prof.Dr.R.D Kandou Manado Periode 1 Oktober 2012 – 30 September 2013. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. 2013.

27. Multazar A. Karakteristik Penderita Rinosinusitis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008. Universitas Sumatera Utara. Tersedia dari: www.repository.usu.ac.id, di akses pada tanggal 11 Maret 2014.

28. Dewanti DAK, Hawala S, Istiningsih C, Indrawati LPL. Pola Epidemiologi Rhinosinusitis Kronis di Bagian THT-KL RS Sardjito Tahun 2006 - 2007. Dalam Kumpulan Abstrak PIT-PERHATI. Bandung. 2008.

29. Paramita AD. Hubungan antara Rinitis Kronis dan Gambaran Sinusitis pada Foto Waters di RSUD Dr. Moerwadi Surakata Tahun 2008. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Sebelas Maret. Tersedia dari:

www.jurnal.usu.ac.id, di akses pada tanggal 12 Maret 2014.