JURNAL Dr Riza

9
Gambar 4. Pedoman berdasarkan pada bukti yang terbatas. Fototerapi intensif harus digunakan ketika kadar serum bilirubin total (bukan total dikurangi direct) jatuh diatas garis kelompok beresiko yang sesuai pada bayi dengan usia tertentu. Faktor resiko termasuk penyakit hemolitik isoimun, defisiensi enzim G6PD, asfiksia, letargi, instabilitas temperatur, sepsis, asidosis dan kadar albumin yang lebih rendah dari 3.0 g/dl. Untuk fototerapi konvensional di rumah sakit atau fototerapi rumahan, kadar serum bilirubin total adalah dibawah 2-3 mg/dl (34-51 umol/liter) yang menunjukan harus digunakan fototerapi. Fototerapi rumahan tidak boleh dilakukan pada bayi dengan faktor resiko. Diadaptasi dari The American Academy of Pediatric Ketika diposisikan 20 cm diatas bayi, alat fototerapi konvensional atau fototerapi cahaya standar harus mengeluarkan radiasi spektral (dihitung pada level terhadap bayi) sekitar 8-10 uW/cm 2 /nm pada ikatan 430-490 nm, sedangkan lampu

description

Pediatri

Transcript of JURNAL Dr Riza

Page 1: JURNAL Dr Riza

Gambar 4. Pedoman berdasarkan pada bukti yang terbatas. Fototerapi intensif harus

digunakan ketika kadar serum bilirubin total (bukan total dikurangi direct) jatuh diatas garis

kelompok beresiko yang sesuai pada bayi dengan usia tertentu. Faktor resiko termasuk

penyakit hemolitik isoimun, defisiensi enzim G6PD, asfiksia, letargi, instabilitas temperatur,

sepsis, asidosis dan kadar albumin yang lebih rendah dari 3.0 g/dl. Untuk fototerapi

konvensional di rumah sakit atau fototerapi rumahan, kadar serum bilirubin total adalah

dibawah 2-3 mg/dl (34-51 umol/liter) yang menunjukan harus digunakan fototerapi.

Fototerapi rumahan tidak boleh dilakukan pada bayi dengan faktor resiko. Diadaptasi dari

The American Academy of Pediatric

Ketika diposisikan 20 cm diatas bayi, alat fototerapi konvensional atau fototerapi cahaya

standar harus mengeluarkan radiasi spektral (dihitung pada level terhadap bayi) sekitar 8-10

uW/cm2/nm pada ikatan 430-490 nm, sedangkan lampu fluoresen biru khusus akan

menghasilkan 30-40 uW/cm2/nm. The American Academy of Pediatric menetapkan fototerapi

intensif sama dengan spektrum radiasi pada sekurang-kurangnya 30 uW/cm2/nm atas jarak

gelombang ikatan cahaya yang sama diberikan pada area permukana tubuh bayi yang

mungkin. Hal ini mungkin diterima dengan menggunakan sumber cahaya yang ditempatkan

diatas dan dibawah bayi. Terdapat hubungan langsung antara penggunaan radiasi dengan laju

penurunan kadar serum bilirubin total. Pedoman baku merekomendasikan fototerapi standar

untuk kadar serum total bilirubin sekitar 2-3 mg/dl (34-51 umol/liter) dibawah jarak

fototerapi intensif yang direkomendasikan.

Page 2: JURNAL Dr Riza

Dosis fototerapi harus diperiksa dengan menggunakan radiometri yang diciptakan untuk

tujuan tersebut. Namun, tidak adanya metode standar yang pasti yang digunakan secara

umum untuk menilai dosis fototerapi pada literatur klinis menyebabkan sulit untuk

membandingkan penelitian yang telah dipublikasikan, dan perbedaan radiometer sering

menghasilkan hasil yang berbeda ketika radiasi diukur dari sistem fototerapi yang sama.

Karena itu, klinisi harus menggunkan radiometer yang direkomendasikan oleh produsen yang

menghasilkan produk sumber cahaya. Menggunakan pengukur cahaya fotometrik atau

kolorimetri atau dengan mengandalkan pada perkiraan visual dari tingkat terangnya cahaya

tidak tepat dilakukan. Karena variasi yang luas, secara ideal radiasi harus dihitung pada

beberapa titik dibawah bagian yang diterangi, dan penghitungan dinilai rata-ratanya.

Dosis dan keberhasilan dari fototerapi dipengaruhi oleh tipe sumber cahaya. Biasanya

menggunakan unit fototerapi yang terdiri dari cahaya matahari, lampu fluoresen biru atau

putih. Bagaimanapun, ketika serum bilirubin total mendekati nilai yang membutuhkan

intensif fototerapi, sangat penting untuk menggunakan lampu dengan pancaran biru dengan

alasan tersebut. American Academy of Pediatric saat ini telah merekomendasikan lampu

dengan fluoresensi biru khus atau lampu LED (light-emitting diode) yang efektif untuk

fototerapi berdasarkan beberapa penelitian. Lampu halogen tersaring yang dihubungkan

dengan alat fiber-optic juga dapat digunakan.

Dosis dan keberhasilan dari fototerapi juga dipengaruhi oleh jarak bayi dengan cahaya

(makin dekat jarak bayi dengan sumber cahay, maka makin besar juga radiasi yang muncul),

dan area kulit yang terpapar, berkaitan dengan kebutuhan cahaya pada bayi dibawah

fototerapi. Meskipun telah banyak penelitian controlled trial yang menjelaskan bahwa

semakin besar permukaan yang terpapar, semakin banyak pula kadar serum bilirubin total

yang tereduksi, hal itu biasanya tidak berpengaruh dengan melepaskannya popok bayi.

Namun, apabila kadar bilirubin total terus mengalami peningkatan selama pengobatan, popok

dapat dilepaskan hingga terdapat perubahan klinis yang signifikan. Alumunium foil atau kain

putih yang diletakkan di sisi bawah bayi yang dapat memantulkan cahaya juga bisa

berpengaruh pada keberhasilan fototerapi. Karena cahaya dapat menjadi toksik pada retina

yang imatur, mata bayi harus selalu dilindungi menggunakan penutup mata buram.

Efektifitas terapi tidak hanya dipengaruhi oleh dosis fototerapi, tapi juga dipengaruhi

beratnya hiperbilirubinemia. Selama terjadi hemolisis aktif, serum total bilirubin tidak akan

Page 3: JURNAL Dr Riza

berkurang secepat bayi tanpa hemolisis. Disisi lain, karena fototerapi bekerja pada bilirubin

yang muncul di kulit dan jarungan subkutan permukaan, lebih banyak bilirubin yang muncul

(contohnya semakin tinggi serum total bilirubin), makan akan lebih efektif fototerapi. Pada

beberapa bayi dengan kadar serum total bilirubin lebih dari 30mg/dl (513 umol/liter),

fototerapi intensif dapat memberikan hasil penurunan kadar serum bilirubin total sekitar 10

mg/dl (171 umol/liter) dalam beberapa jam.

Hemolisis lebih sering menyebabkan hiperbilirubinemia pada bayi yang diterapi dengan

fototerapi selama perawatan kelahiran dibandingkan dengan bayi yang menerima kembali

terapi tersebut, dan fototerapi pada bayi yang diterapi selama perawatan kelahiran akan

dimulai dengan kadar serum total bilirubin yang lebih rendah. Karena alasan tersebut, kadar

serum bilirubin total cenderung untuk menurun lebih lambat pada bayi tersebut. Meskipun

belum ada penelitian yang baku mengenai pengentian terapi, fototerapi dapat lebih aman

dihentikan pada bayi yang diterapi selama selama perawatan kelahiran ketika kadar serum

bilirubin total turun dibawah level fototerapi awal. Sebaliknya, pada bayi yang diberikan

kembali fototerapi, hemolisis lebih sedikit menyebabkan hiperbilirubinemia dan terapi

dimulai dengan kadar awal bilirubin yang lebih tinggi. Pada pasien ini, fototerapi intensif

dapat menghasilkan penurunan kadar bilirubin hingga 30-40 % dalam 24 jam, dengan

penurunan yang jelas terjadi pad 4-6 jam pertama, fototerapi dapat dihentikan ketika kadar

serum bilirubin total turun dibawah 13-14 m/dl (222-239 umol/liter).

Kembalinya kadar serum bilirubin total 1-2 mg/dl (17- 34 umol/liter) dan terkadang lebih,

dapat terjadi setelah fototerapi dihentikan. Bayi dengan peningkatan resiko muncul kembali

gejala klinis yang signifikan adalah bayi yang lahir dengan usia kurang dari 37 minggu

kehamilan, bayi yang mengalami penyakit hemolitik, dan bayi yang menerima fototerapi saat

perawatan kelahiran. Hal ini biasanya tidak perlu untuk tetap mempertahankan bayi di rumah

sakit untuk mencegah terjadinya rebound, namun pada bayi yang membutuhkan fototerapi

selama masa perawatan kelahiran dan bayi dengan diagnosis penyakit hemolisis yang pasti,

follow up kadar bilirubin harus diperhatikan dalam kurun waktu 24 jam setelah

pemberhentian terapi.

Biaya utama fototerapi berhubugan dengan biaya masuk rumah sakit. Pada beberapa laporan

dari Amerika Serikat, perkiraan biaya harian sekitar kurang dari $1000. Fototerapi rumahan

adalah suatu pilihan untuk mencegah pemisahan antara ibu dan bayi, fasilitas dan

pemeliharaan dalam pemberian ASI dan lebih murah dibandingkan dengan perwatan mondok

Page 4: JURNAL Dr Riza

di rumah sakit. Hal itu dapat aman digunakan apabila disediakan monitoring teratur kadar

serum total bilirubin. Akan tetapi, kebanyakan alat fototerapi rumahan lebih tidak efisien

dibanding alat yang tersedia di rumah sakit, memberikan fototerapi rumahan lebih sesuai

pada bayi dengan kadar serum total bilirubin sekitar 2-3 mg/dl dibawah kadar seum bilirubin

total yang direkomendasikan untuk dilakukan fototerapi di rumah sakit. Alat fototerapi

rumahan terbaru memiliki lampu LED atau cahaya lampu biru khusus yang lebih efektif.

Cahaya matahari akan menurunkan kadar bilirubin, tapi secara praktis kesulitan terjadi terkait

keamanan memaparkan bayi baru lahir secara telanjang dibawah matahari baik menghalangi

dari dalam maupun luar menggunalakan alat terapi sinar matahari yang dapat diandalkan (dan

mencegah terbakar sinar matahari).

EFEK SAMPING

Toksisitas yang signifikan dari fototerapi jarang dilaporkan. Pada bayi dengan kolestasis,

fototerapi dapat berefek menjadi bronze baby syndrome, dimana pada kulit, serum dan urun

berkembang menjadi gelap, dan berwarna coklat keabuan. Patogenesis dari kondisi ini, yang

terjadi hanya pada bayi dengan kolestasis, belum benar-benar diketahui. Ketika fototerapi

dihentikan dan kolestasis memulih, pewarnaan tersebut akan menghilang. Munculnya

purpura dan erupsi bula juga telah dilaporkan pada bayi dengan kolestasis jaundice yang

berat yang menerima fototerapi, kemungkinan terjadi akibat hasil dari penumpukan sensitasi

porfirin. Bercak kemerahan dapat terjadi pada bayi yang diterapi dengan tin-mesoporphoryn

(obat eksperimental yang diberikan untuk mencegah dan mengobati hiperbilirubinemia) yang

biasanya didapatkan dari cahaya matahari ataupun gelombang fluorescent cahaya di siang

hari. Porphyria kongenital, porfiria yang diturunkan, dan penggunaan pengobatan

photosensitasi atau agen jenis lain merupakan kontraindikasi absolut dari fototerapi, agitasi

berat saat bayi dilakukan fototerapi dapat menjadi sebuah tanda terjadinya porfiria.

Fototerapi konvensional daoat menghasilkan perubahan akut pada suhu lingkungan bayi,

diawali oleh peningkatan aliran darah perifer dan kehilangan cairan. Hal ini tidak ditemukan

pada cahay LED, diakibatkan oleh karena cahaya LED menghasilkan panas yang relatif

rendah, sehingga lebih sedikit menyebabkan pengeluaran cairan tubuh. Pada temperatur bayi

yang dirawat dan diberikan asupan yang adekuat, ditambah dengan pemberian cairan

intravena juga biasanya tidak ditemukan.

Page 5: JURNAL Dr Riza

Penelitian terkini menganjurkan bahwa fototerapi intensif dapat meningkatkan angka garis

melanosit atipikal pada usia sekolah, meskipun pada penelitian lain tidak ditemukan

hubungan tersebut. Fototerapi intensif tidak menyebabkan hemolisis. Penelitian di Swedia

menjelaskan bahwa fototerapi berkaitan dengan diabetes tipe 1, dan kemungkinan asma.

Dikarenak bilirubin merupakan antioksidan yang kuat, menurunkan kadar bilirubin total,

secara umum pada bayi dengan berat lahir sangat rendah, mungkin dapat memberikan efek

yang tidak diinginkan, walaupun belum diketahui secara pasti.

HAL YANG TIDAK PASTI

Fakta bahwa transfusi silang saat ini jarang menegaskan keberhasilan fototerapi untuk

mempengaruhi konsentrasi bilirubin plasma. Hasil tersebut memungkinkan banyaknya bayi

yang diterapi dengan kadar serum blirubin total yang tidak mencapai ambang batas untuk

dilakukan transfusi silang tidak diberikan fototerapi.

Sebelumnya, tujuan fototerapi adalah untuk mengurangi kadar bilirubin di sirkulasi dengan

mempercepat proses eliminasi, fototerapi efektif pada hal ini, walaupun terkadang lebih

lambat. Pengamatan yang mengatakan bahwa fototerapi secara cepat mengubah fraksi

substansial dari bilirubin di sirkulasi mejadi lebih tidak lipofilik dan isomer tidak beracun

meningkatkan kemungkinan keuntungan terapi yang belum diketahui adalah salah satunya

detoksifikasi bilirubin walaupun sebelumnya belum tereliminasi. Disisi lain, hanya terdapat

sedikit bukti mengenai toksisitas fotoisomer. Kontribusi yang tepat dari perbedaan jalur

fotokimia dalam mengelimnasi bilirubin selama fototerapi belum diketahui.

PEDOMAN

Gambar 4 menggambarkan American Academy of Pediatric guidlines untuk penggunaan

fototerapi pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu atau lebih. Pedoman ini,

bagaimanapun, bukan berdasarkan bukti namun utamanya merupakan hasil dari pendapat

para ahli. Penggunaan fototerapi pada bayi berat lahir rendah merupakan pencegahan

berdasarkan berat lahir dan usia kehamilan.

Page 6: JURNAL Dr Riza

REKOMENDASI

Bayi yang digambarkan pada vignete lahir pada usia kehamilan 37 minggu dan tidak

memiliki riwayat penyakit hemolitik. Dengan kadar bilirubin total 19.5 mg/dl, ia menemukan

kriteria American Academy of Pediatric untuk perawatan di rumah sakit dan fototerapi

intensif (merupakan radiasi dari setidaknya 30 uW/cm2/nm pada blue spectrum yang

diberikan kepada area maksimum permukaan). Kami sependapat dengan rekomendasi

tersebut. Terapi tersebut diharapkan dapat mengurangi kadar bilirubin total sejumlah 30-40%

dalam waktu 24 jam. Kami merekomendasikan terapi ini dilanjutkan hingga kadar bilirubin

total turun dibawah 13-14 mg/dl. Selain itu, penurunan 11% berat badan bayi dari berat

lahirnya dimungkinkan karena intake yang tidak adekuat ditambah dengan dehidrasi

hipernatremia. Bayi ini bisa membutuhkan cairan intravena bergantung pada nilai elektrolit.

Pemberian ASI masih dilanjutkan, meskipun dalam penurunan berat badan bayi ini, dia

mungkin membutuhkan tambahan suplemen dengan formula selama di rumah sakit. Sangat

penting dilakukan penilaian pada proses pemberian ASI dari ibu dan untuk mengarahkan ibu

dengan menunjukan pemberian ASI yang efektif, sehingga pemberian ASI dapat dilanjutkan.