Fix Riza Tekos

32
TUGAS TEKNOLOGI KOSMETIK FORMULA KOSMETIK DEKORATIF DAN NON DEKORATIF OLEH: NAMA : RIZA ROSYITA YUSTINIANUS NIM : 14 01 293 KELAS : TRANSFER 2014

Transcript of Fix Riza Tekos

TUGAS TEKNOLOGI KOSMETIKFORMULA KOSMETIK DEKORATIF DAN NON DEKORATIF

OLEH: NAMA: RIZA ROSYITA YUSTINIANUS NIM: 14 01 293 KELAS: TRANSFER 2014

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR2015

FORMULA KOSMETIK DEKORATIFKRIM ANTI-AGING

I. RANCANGAN FORMULATiap 10 gram krim mengandung: Ekstrak Kulit Buah Manggis2%Asam Stearat4%TEA1%Cetil Alkohol2%Stearil Alkohol3%Propilenglikol10%Dimethicon10%Methyl Paraben0,18%Propil Paraben0,02%BHT0,05%Oleum Rosaeq.sAquadestad100%II. MASTER FORMULANama Produk: GARCINIA KRIMNama Pabrik: PT. ZIZI FARMANo. Batch: F 501001No. Reg: NA 100915001Jumlah Produksi: 6 TubeGARCINIA KRIM

Kode BahanNama BahanFungsi

EKM-001Ekstrak Kulit ManggisZat Aktif

ASS-002Asam StearatEmulgator

TEA-003TEAEmulgator

CTL-004Cetyl AlkoholPembentuk massa

STA-005Stearil AlkoholPembentuk massa

PPG-006PropilenglikolHumektan

DMT-006DimethiconEmolient

MTP-007Methyl ParabenPengawet

PRP-008Propyl ParabenPengawet

BHT-009BHTAntioksidan

OLR-010Oleum RosaePengaroma

AQD-011AquadestPembawa

III. STUDI PREFORMULASI1. Tujuan FormulasiKrim Anti-aging Ekstrak Kulit Buah Manggis diaplikasikan untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat oksidasi atau meningkatkan peremajaan kulit dari proses penuaan sehingga terlihat lebih muda dengan mengurangi kerutan, garis-garis ekspresi pada wajah dan perubahan pigmentasi. 2. Alasan Pemilihan Bentuk sediaana. Krim umumnya lebih kental dan lebih ringan daripada salep, sehingga krim lebih disukai. Umumnya krim mudah menyebar rata dan dianggap mempunyai daya tarik estetika lebih besar, berpenetrasi dengan cepat ke dalam kulit (Ansel, 1989). b. Krim dapat memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air pada kulit, selain itu tidak terjadi penyumbatan di kulit (R. Voight, 1994). c. Krim anti-aging diaplikasikan pada epidermis pada stratum korneum. Pada lapisan ini hampir tidak mengandung air. Krim merupakan emulsi sehingga zat aktif dapat dengan mudah berdifusi ke dalam kulit (Syaifudin, 2009).3. Alasan Pemilihan Zat Aktif (Ekstrak Kulit Manggis)a. Berdasarkan penelitian, Ekstrak kulit buah manggis yang diekstraksi menggunakan pelarut air dan etanol dengan konsentrasi IC50 berturut-turut yaitu 34,8 ppm dan 30,78 ppm. Kandungan antioksidan yang paling tinggi dalam kulit buah manggis antara lain alfa-mangostin, gamma-mangostin, gartanin dan smeathxanthon (Weecharangsan et al: 2006; Jung et al: 2006 ). b. Antioksidan dapat digunakan sebagai anti-aging yang dapat mencegah penuaan dini dan untuk penggunaan yang menyenangkan diperlukan kosmetik antiaging yang memiliki kandungan antioksidan tinggi agar dapat merawat kulit wajah. antioksidan ini dapat diformulasikan sebagai sediaan kosmetik, baik krim, gel maupun lotion (Winarsi, 2007). c. Sebagai bahan aktif, antioksidan digunakan untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat oksidasi sehingga dapat mencegah penuaan dini (Masaki, 2010). 4. Alasan Pemilihan Zat Tambahana. Asam Stearat1) Asam stearat secara luas digunakan dalam sediaan farmasi oral dan topikal serta sediaan kosmetik. Dalam formulasi topikal, asam stearat digunakan sebagai pengemulsi. Ketika sebagian dinetralkan dengan TEA, asam stearat digunakan dalam pembuatan krim. Asam stearat dinetralkan dengan alkali (TEA) akan terbentuk suatu basis krim bila dicampur dengan 5-15 kali berat cairan berair,penampilan dan plastisitas krim yang ditentukan olehjumlah alkali (TEA) digunakan (Exp, Hal. 697). 2) Konsentrasi asam stearat dalam krim yaitu 1-20% (Exp, Hal. 697).b. TEA1) TEA digunakan sebagai emulgator. Kombinasi TEA dengan Asam Stearat membentuk massa kental dan membentuk emulsi tipe M/A (Minyak dalam Air) yang stabil dalam penggunaan secara luas (Scoville's, Hal. 372). 2) Triethanolamine banyak digunakan dalam formulasi farmasi topikal, terutama dalam pembentukan emulsi. Ketika dicampur dalam jumlah molar yang sama dengan asam lemak, seperti asam stearat, trietanolamina membentuk sabun anionik dengan pH sekitar 8, yang dapat digunakan sebagai agen pengemulsi untuk menghasilkan sifat lembut. Konsentrasi yang biasanya digunakan untuk emulsifikasi adalah 2-4% trietanolamina dan 2-5 kali dari asam lemak (Exp, Hal. 754) .

c. Cetyl Alkohol1) Cetyl alkohol secara luas digunakan dalam kosmetik dalam sediaan emulsi, lotion, krim, dan salep. Dalam krim, Cetyl alkohol digunakan sebagai emolien, penyerap air, dan sebagai pengemulsi, meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi krim A/M. Sifat emolien karena penyerapan dan retensi cetyl alkohol di epidermis, di mana melumasi dan melembutkan kulit sehingga memberikan karakteristik beludru (Exp, Hal. 155). 2) Konsentrasi sebagai stiffening agent yaitu 2-10% (Exp, Hal. 155).3) Setil alkohol (60-70%) dalam sediaan farmasi digunakan bersamaan dengan stearil alkohol (20-30%) (Exp, 155). d. Stearil Alkohol1) Digunakan sebagai stiffening agent (pembentuk massa). Stearil alkohol digunakan dalam kosmetik pada penggunaan topikal krim dan salep sebagai agen pengkaku dengan meningkatkan viskositas emulsi, stearil alkohol meningkatkan stabilitas. Stearil alkohol stabil terhadap asam dan alkali dan tidak biasanya menjadi tengik (Exp, Hal.700).2) Berdasarkan jurnal, konsentrasi dalam krim antioksidan digunakan 3% (Pakki, Ermina dkk, 2009). e. Propylenglikol1) Sebagai humektan dan agen penstabil, digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasi dan dinyatakan minim toksik (Exp, 592). 2) Konsentrasi pada penggunaan topikal sebagai humektan yaitu 15% (Exp, 592).f. DimethiconDimetichon banyak digunakan dalam formulasi kosmetik, ditambahkan dalam fase minyak sebagai agen antibusa. Dalam krim, digunakan pada rentang konsentrasi 10%-30% (Exp. Hal. 234).

g. Methyl Paraben1) Methyl paraben digunakan sebagai pengawet fase air, digunakan dalam rentang konsentrasi (0,05%-0,25%) (Martindale, Hal. 267). 2) Digunakan konsentrasi 0,18% pada penggunaan bersama propyl paraben (Exp, Hal. 596). h. Propyl Paraben1) Suatu kombinasi methyl paraben dan propyl paraben sering digunakan untuk tujuan pengawetan terhadap mikroba pada sediaan emulsi (Pengantar Bentuk sediaan Farmasi, 389). 2) Propyl paraben sebagai pengawet fase minyak, pada konsentrasi 0,02 % digunakan bersama-sama dengan methylparaben (Exp, Hal. 596). i. BHT1) Butylated hydroxytoluene (BHT) digunakan sebagai antioksidan dalam kosmetik, makanan dan obat-obatan. Hal ini terutama digunakan untuk mencegah ketengikan, oksidasi lemak dan minyak (Exp, Hal. 75). 2) Konsentrasi BHT sebagai antioksidan dalam formulasi sediaan topikal yaitu 0,0075-0,1%. BHT umumnya bersifat tidak mengiritasi dan tidak mensensitasi sebagai antioksidan (Exp, Hal. 75,76).j. Oleum RosaeSebagai pengaroma yang dapat menutupi bau dari bahan obat. k. Aquadest1) Air adalah cairan hidrologi dari tubuh manusia, digunakan sebagai pembawa pada sebagian besar larutan obat (Parrot, 170). 2) aquadest digunakan sebagai pelarut, pembawa, dalam pembuatan obat dan sediaan farmasi (Exp, 766). 3) Air murni lebih bebas dari kotoran dan mikroba (Ansel, 1989).

IV. CARA KERJA1. Disiapkan alat-alat dan ditimbang bahan-bahan yang dibutuhkan 2. Fase minyak dibuat dengan melebur secara berturut-turut asam stearat, cetil alkohol, stearil alkohol, kemudian ditambahkan propyl paraben dan BHT, dimana suhu dipertahankan pada 700 C. 3. Fase air dibuat dengan melarutkan methyl paraben dalam air yang telah dipanaskan hingga 700 C, kemudian ditambahkan propilenglikol, TEA dan dimethicon. 4. Ditambahkan fase air ke dalam fase minyak sambil diaduk dengan pengaduk elektrik sampai terbentuk emulsi yang homogen.5. Ekstrak digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan dasar krim sedikit demi sedikit pada suhu 55-450 C, ditambahkan oleum rosae sebagai pengaroma lalu diaduk dengan pengaduk elektrik sampai homogen. 6. Dimasukkan dalam wadah krim dan diberi etiket serta brosur. V. EVALUASI1. Uji OrganoleptisKrim yang telah dibuat, diperiksa bau dan warna sebelum dan sesudah penyimpanan dengan kondisi dipercepat, tiap satu siklus. 2. Penentuan Tipe Krima. Daya Hantar ListrikKrim yang telah dibuat dimasukkan dalam gelas piala, kemudian dihubungkan dengan rangkaian arus listrik, apabila lampu menyala maka tipe krim adalah M/A, sebaliknya jika tidak menyebabkan lampu menyala maka krim adalah A/M. b. Dispersi Larutan Zat WarnaKrim yang telah dibuat dimasukkan ke dalam vial, kemudian ditetesi dengan beberapa tetes larutan sudan III. Jika warna kuning kejinggaan terbentuk dalam tetesan-tetesan kecil, maka tipe krim adalah M/A. sebaliknya jika tidak terbentuk warna seperti di atas maka krim adalah tipe A/M. Pengujian dapat dilakukan menggunakan methylen blue, apabila krim dapat terdispersi dalam larutan methylen blue maka termasuk krim M/A, dan sebaliknya terbentuk warna biru dalam tetesan-tetesan kecil, maka krim adalah A/M. 3. Pengukuran pH KrimDilakukan pengukuran pH menggunakan pH meter yang meliputi pH basis, pH basis dengan ekstrak kulit buah manggis, pH krim sesudah dilakukan penyimpanan dengan kondisi dipercepat. 4. Pengukuran Volume Creamingkrim sebanyak 25 mL dimasukkan dalam gelas ukur dan disimpan bergantian pada suhu 50 C dan 350 C (1 siklus), masing-masing selama 12 jam. Siklus ini diulangi selama 10 kali dan pengamatan volume creaming dilakukan setelah tiap 1 siklus penyimpanan. 5. Pengukuran ViskositasPengukuran viskositas dilakukan terhadap sediaan krim yang telah dibuat sebelum dan sesudah penyimpanan dengan kondisi dipercepat. Krim yang telah dibuat disimpan bergantian pada suhu 50 C dan 350 C (1 siklus), masing-masing selama 12 jam. Siklus ini diulangi selama 10 kali dan pengukuran viskositas dilakukan menggunakan Viscometer Brookfield pada 50 putaran per menit (rpm) menggunakan spindle no. 6. 6. Pengukuran Tetes TerdispersiSediaan yang telah jadi dilakukan pengukuran tetes terdispersinya sebelum dan sesudah penyimpanan dengan kondisi dipercepat setelah siklus kesepuluh. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop mikrometer, setelah diperoleh perbesaran perbandingan skala mikrometer okuler dan obyektif yang sesuai, diamati rentang ukuran partikel tetes terdispersi.(Pakki, Ermina, dkk, Hal. 136-137). 7. Homogenitas Dilakukan dengan cara mengoleskan krim yang telah dibuat dan disimpan pada kaca objek kemudian dikatupkan dengan kaca objek yang lain dan diamati homogenitasnya, apakah permukaannya halus dan merata atau tidak.

8. Uji Daya SerapUji daya sebar untuk mengetahui kelunakkan sediaan krim saat dioleskan ke kulit. Sediaan krim yang sesuai adalah sediaan krim yang jika dioleskan akan menyebar, berati krim tipe A/M mudah dioleskan. syarat uji daya serap karena > 1 mg /1mL air.Ditimbang krim ekstrak kulit buah manggis sebanyak 1 gram, kemudian ditetesi air sambil diaduk atau dikocok. penetesan air pada krim dilakukan sampai tidak dapat menyerap air lagi atau krim memisah dengan air. Kemudian dihitung jumlah air yang dibutuhkan hinggga krim memisah.9. Uji daya sebar Untuk mengetahui kelunakkan sediaan krim saat dioleskan kekulit. Sediaan krim yang sesuai adalah sediaan krim yang jika dioleskan akan menyebar, berati krim tipe A/M mudah dioleskan.(Juwita, Anisa dkk, 2013). VI. DAFTAR PUSTAKA Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk sediaan Farmasi. UI Press: Jakarta

Jenkins, Glenn L., 1957. Scovilles the Art of Compounding Nineth edition. The McGraw-Hill Book Company, Inc: USA

Jung HA, et al. 2006. Antioxidant Xanthones From The Pericarp of Garcinia mangostana (Mangosteen), J Agric Food Chem.

Juwita, Anisa dkk, 2013. Formulasi Krim Ekstrak etanol Daun Lamun Syringodium isoetifolium). Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi Unsrat Vol. 2 No. 02: Manado.

Martindale. 2009. The Complete Drug Reference. 36th Edition. Pharmaceutical Press: USA

Masaki, H. 2010. Role of Antioxidant in the Skin, Anti Aging Effects. Journal of Dermatological Science.Pakki, Ermina dkk. 2009. Formulasi dan Evaluasi Kestabilan Fisik Krim Antioksidan Ekstrak Biji Kakao (Theobroma cacao L.). Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 13: Makassar.

Parrott, E.L., 1971.Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics,3rd ed. Burgers Publishing Company: Minneapols

R, Voight. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Rowe, R.C., Sheckey, P.J., and Quinn, M.E., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition. Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association: London.

Syaifudin, 2009. Anatomi Tubuh Manusia. salemba Medica: Jakarta

Winarsi. 2007. Antioksidan Alami Dan Radikal Bebas. Kanisius: Yogyakarta

Weecharangsan, W. et al. 2006. Antioxidative and neuroprotective activities of extracts from the fruit hull of angosteen (Garcinia mangostana Linn.). Med Princ Pract.

FORMULA KOSMETIK DEKORATIFLIPSTIK

I. RANCANGAN FORMULATiap 3 gram mengandung: Ekstrak Daging Buah Naga Merah 10%Bees Wax10%Carnauba Wax14%Paraffin Cair7,5%Castrol Oil16%Adeps Lanae20%Cetyl alkohol10%Propylenglycol15%Propyl Paraben0,02%BHT0,05%Oleum RosaeqsII. MASTER FORMULANama Produk: GARCINIA KRIMNama Pabrik: PT. ZIZI FARMANo. Batch: F 502002No. Reg: NA 18111302302Jumlah Produksi: 6 BuahGARCINIA KRIM

Kode BahanNama BahanKhasiat

EBN-001Ekstrak Daging Buah Naga MerahPewarna dan antioksidan

BWX-002Bees WaxBasis

CNW-003Carnauba WaxBasis dan pengkilap

PRC-004Paraffin CairStiffening agent

CTO-005Castrol OilAgen viskositas

ADL-006Adeps LanaeEmolient

STA-006Cetyl alkoholEmolient

PPG-007PropylenglycolHumektan

PRP-008Propyl ParabenPengawet

BHT-009BHTAntioksidan

OLR-010Oleum RosaePengaroma

III. STUDI PREFORMULASI1. Tujuan FormulasiFormulasi lipstik Ekstrak Daging Buah Naga Merah ini bertujuan untuk meningkatkan estetika dalam tata rias wajah, diaplikasikan pada bibir untuk memberikan warna merah, mengoreksi bentuk dan melembabkan bibir. 2. Alasan Pemilihan Bentuk sediaana. Pewarna bibir merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah (Ditjen POM, 1985)..b. Sediaan pewarna bibir terdapat dalam berbagai bentuk, seperti cairan, krayon, dan krim. Pewarna bibir modern yang disukai adalah jenis sediaan pewarna bibir yang jika dilekatkan pada bibir akan memberikan selaput yang kering. Dewasa ini pewarna bibir yang banyak digunakan adalah pewarna bibir dalam bentuk krayon. Pewarna bibir krayon lebih dikenal dengan sebutan lipstik (Ditjen POM, 1985).3. Alasan Pemilihan Zat AktifEkstrak Daging Buah Naga Merah (Hylocereus costaricensis)1) Tidak semua zat warna aman digunakan pada bibir, terutama zat warna sintetik seperti rhodamine yang dapat menyebabkan gatal, bibir pecah-pecah, kering, serta dapat mengelupas kulit bibir. Zat warna alami semakin dibutuhkan keberadaannya karena dianggap lebih aman dibanding dengan pewarna sintetik (Yulianti,2007).2) Buah Naga Merah dengan nama latin Hylocereus costaricencis mengandung antosianin yang dapat memberikan warna merah pada lipstik (Saati, 2002). 3) Pigmen antosianin berwarna kuat dan larut dalam air merupakan penyebab hampir semua warna merah dalam daun bunga, dan buah pada tumbuhan tinggi (Harborne, 1987). 4) Antosianin juga dapat berperan sebagai bahan antioksidan yang lebih aman dibandingkan antioksidan sintetis (Lestario, 2003).5) Ekstrak daging buah naga merah dengan konsentrasi 10% sudah dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami pengganti zat warna sintetik pada sediaan lipstik (Purniaty, Moelyono dan Surachman. E., 2014). 4. Alasan Pemilihan Zat Tambahan1. Bees Wax1) Beeswax mempunyai sifat pengikat yang baik untuk membatu menghasilkan massa yang homogen. Beeswax memiliki sifat retensi minyak yang baik untuk digunakan sebagai pengikat komponen-komponen lain di dalam formula serta dapat memperbaiki struktur lipstik. Selain itu beeswax juga mempunyai kompaktibilitas yang baik dengan pigmen dan sifat adhesi dengan kulit (Behrer, 1999), 2) Penggunaan beeswax dalam jumlah yang cukup agar tidak menyebabkan permukaan menjadi kasar dan bergranul serta terlihat kusam (Jellineck, 1970).2. Carnauba WaxCarnauba wax dapat berfungsi untuk membuat sediaan lebih mengkilap, dan memiliki sifat pengemulsi yang baik. Banyak digunakan dalam lilin, lipstik, bedak, dan pensil alis. Carnauba wax tidak mudah berubah menjadi tengik, Titik lebur :80-88 (Rowe et al, 2009). 3. Paraffin CairSebagai basis dan stiffening agent, Parafin terutama digunakan alam formulasi farmasi topikal sebagai komponen krim dan salep. Dapat digunakan untuk meningkatkan titik leleh formulasi atau untuk menambah kekakuan (Exp, Hal. 474). 4. Castrol OilDalam sediaan farmasi biasanya digunakan pada krim topikal dan semi solid lainnya dengan konsentrasi 5-12,5%. Kelebihan dari minyak jarak jika digunakan pada lipstik adalah memberikan viskositas yang tinggi sehingga memperlambat terjadinya pengendapan zat warna. Minyak jarak biasa digunakan pada kosmetik, makanan atau sediaan farmasi baik secara oral, parenteral dan topikal serta termasuk kedalam senyawa non iritan dan non toksik (Exp, Hal. 126).5. Adeps Lanae1) Adeps lanae sebagai basis secara luas digunakan dalam formulasi kosmetik dan berbagai sediaan topikal, namun adeps lanae dapat mengalami autooksidasi selama proses penyimpanannya. Sehingga dibutuhkan penambahan butil hidroksitoluen (BHT) sebagai antioksidan untuk menghambat autooksidasi (Exp, Hal. 378, 379).2) Adeps lanae Mengandung air tidak lebih dari 0,25% , berupa massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas. Kelarutannya yaitu tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air lebih kurang dua kali beratnya dan suhu leburnya yaitu antara 380 C dan dan 440C (Exp, Hal. 378, 379).3). Ketika dicampur dengan parafin, menghasilkan sifat emolien yang menembus kulit dan karenanya memfasilitasi penyerapan obat. Adeps lanae tidak mudah tengik pada penyimpanan (Exp, Hal. 379).6. Cetyl alkohol1) Cetyl alkohol secara luas digunakan dalam kosmetik dalam sediaan emulsi, lotion, krim, dan salep. Cetyl alkohol digunakan sebagai emolien, penyerap air, dan sebagai pengemulsi, meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi sediaan. Sifat emolien karena penyerapan dan retensi cetyl alkohol di epidermis, di mana melumasi dan melembutkan kulit sehingga memberikan karakteristik beludru. Suhu leburnya yaitu antara 450C hingga 500 C (Exp, Hal. 155). 2) Setil alkohol stabil terhadap cahaya, udara, dan zat-zat yang bersifat asam dan basa. Setil alkohol dalam sediaan dapat berfungsi sebagai emolien, penyerap air, dan pembentuk emulsi, sehingga dapat membantu meningkatkan stabilitas, viskositas, dan memperbaiki tekstur sediaan (Unvala, 2005).3) Konsentrasi sebagai emolient yaitu 2-5% (Exp, Hal. 155).7. Propylenglycol1) Propilen glikol berfungsi sebagai pelembab atau humektan dan agen penstabil, dan dapat membantu melarutkan ekstrak agar dapat bercampur dengan basis lainnya serta digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasi dan dinyatakan minim toksik (Exp, 592). 2) Konsentrasi pada penggunaan topikal sebagai humektan yaitu 15% (Exp, 592).8. Propyl ParabenPropil Paraben berfungsi sebagai pengawet pada produk kosmetik, makanan, maupun formulasi farmasetika. Konsentrasi propil paraben yang biasa digunakan pada sediaan topikal antara 0,01%-0,6% (Exp, Hal. 596).9. BHT1) Butylated hydroxytoluene (BHT) digunakan sebagai antioksidan dalam kosmetik, makanan dan obat-obatan. Hal ini terutama digunakan untuk mencegah ketengikan, oksidasi lemak dan minyak (Exp, Hal. 75). 2) Konsentrasi BHT sebagai antioksidan dalam formulasi sediaan topikal yaitu 0,0075-0,1%. BHT umumnya bersifat tidak mengiritasi dan tidak mensensitasi sebagai antioksidan (Exp, Hal. 75,76).10. Oleum RosaeOleum rosae digunakan sebagai pengaroma, dengan pemerian berupa cairan tidak berwarna atau kuning, yang jika dipanaskan akan mudah melebur, dan mempunyai bau menyerupai bunga mawar dan rasa khas (Anonim, 1979).

11. Aquadest1) Air adalah cairan hidrologi dari tubuh manusia, digunakan sebagai pembawa pada sebagian besar larutan obat (Parrot, 170). 2) Aquadest digunakan sebagai pelarut, pembawa, dalam pembuatan obat dan sediaan farmasi (Exp, 766). 3) Air murni lebih bebas dari kotoran dan mikroba (Ansel, 1989). IV. CARA KERJA1. Disiapkan alat dan bahan2. Dilarutkan ekstrak daging buah naga dalam propilenglikol (Campuran A). 3. BHT dan propyl paraben dilarutkan dalam castrol oil (Campuran B). 4. Ditambahkan campuran A dalam campuran B hingga diperoleh campuran 1. 5. Dibuat campuran 2 yang berisi cera alba, carnauba wax, bees wax, setil alkohol, adeps lanae, dan paraffin cair ditimbang lalu dimasukkan dalam cawan penguap, kemudian dilebur di atas penangas air.6. Campuran 1 dan campuran 2 dicampurkan, setelah suhu turun ditambahkan oleum rosae, aduk hingga homogen. Cetak selagi cair, dikeluarkan dari cetakan dan dimasukkan dalam wadah.V. EVALUASI1. Pemeriksaan Titik LeburMetode pengamatan titik lebur lipstik yaitu dengan cara memasukkan lipstik dalam oven dengan suhu awal 50C selama 15 menit, diamati apakah melebur atau tidak, setelah itu suhu dinaikkan 1C setiap 15 menit dan diamati pada suhu berapa lipstik mulai melebur.2. Pemeriksaan Breaking PointSediaan lipstik diletakkan pada posisi horizontal dengan jarak kira-kira inci dari tepi sediaan lipstik, kemudian diberikan beban yang berfungsi sebagai pemberat. Berat beban ditambahkan secara berangsur-angsur dengan nilai yang spesifik 10 g setiap interval waktu 30 detik. Berat dimana lipstik patah merupakan nilai breaking point (Lauffer, 1985).3. Pemeriksaan StabilitasDiamati masing-masing sediaan yaitu ada tidaknya perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan lipstik selama penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari ke-30 (Vishwakarma, et al., 2011).4. Uji Oles Sediaan LipstikUji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada bibir kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel pada tekanan tertentu seperti biasanya kita menggunakan lipstik. Pemeriksaan dilakukan terhadap masing-masing sediaan yang dibuat dan dioleskan pada bibir dengan 5 kali pengolesan (Keithler, 1956).5. Penentuan pH Sediaan LipstikPenentuan pH menggunakan alat pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan aquadest, lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml aquadest. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alatmenunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan lipstik (Rawlins, 2003).6. Uji IritasiTeknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (Patch Test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis. Uji tempel terbuka dilakukan dengan visual terhadap 30 orang panelis dengan kriteria yang digunakan adalah berbadan sehat, tidak dalam keadaan tertekan, mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang cara-cara penilaian organoleptik. Setiap panelis diminta untuk mengoleskan lipstik yang dibuat dengan berbagai konsentrasi ekstrak pada kulit punggung tangan. Kemudian panelis mengisi kuisioner yang telah diberikan dan menuliskan angka 9 bila amat sangat suka, 8 bila sangat suka, 7 bila suka, 6 bila agak suka, 5 bila netral, 4 bila agak tidak suka, 3 bila tidak suka, 2 bila sangat tidak suka, dan 1 bila amat sangat tidak suka (Badan Standar Nasional, 2006).Mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu 2,5 x 2,5 cm, dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Diamati reaksi yang terjadi, reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit belakang telinga bagian dalam yang diberi perlakuan. Adanya kemerahan diberi tanda (1), gatal-gatal diberi tanda (2), bengkak diberi tanda (3), dan yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda (0). Kriteria panelis uji iritasi yaitu wanita, usia antara 20-30 tahun, berbadan sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki riwayat penyakit alergi, menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji iritasi.7. Uji KesukaanUji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan lipstik yang dibuat.VI. DAFTAR PUSTAKAAnsel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk sediaan Farmasi. UI Press: Jakarta

Badan Standar Nasional. (2006). Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau Sensori. Jakarta

Behrer, R. 1999. Beeswax Through The Ages. Willey Interscience: New York.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Penerbit ITB: Bandung.

Jellinek JS, 1970, Formulation and Function Of Cosmetics, Willey Interscience: New York.

Lauffer, G.I.P. (1985). Lipstick. Dalam: Cosmetic Science And Technology. Vol. I. Edisi Kedua. Editor: Balsam M.S. Sagarin. Wiley- Interscience: New-York.

Lestario, L.N. 2003. The potential of java plum (Syzygium cumini) as source of food natural antioxidant. Indonesia Food and Nutrition Progress.

Keithler, W. (1956). Formulation of Cosmetic and Cosmetic Specialities. Drug and Cosmetic Industry: New York.

Purniaty, Moelyono dan Surachman. E. 2014. Formulasi Dan Evaluasi Lipstik Yang Mengandung Asam Alfa Lipoat Dengan Pewarna Alami Dari Ekstrak Daging Buah Naga Merah (Hylocereus costaricensis). Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik: Jawa Barat.

Rawlins, E.A. 2003. Bentleys Textbook of Pharmaceutics, Edisi Kedelapan belas. Bailierre Tindall: London.

Rowe, C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Exipients. Edisi Ke-Enam. Pharmaceutical Press: Chicago.

Saati. E.A. 2002. Identifikasi Dan Uji Kualitas Pigmen Kulit Buah Naga Merah (Hylocareus Costaricensis) Pada Beberapa Umur Simpan Dengan Perbedaan Jenis Pelarut. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah: Malang.

Unvala, H.M. 2005. Cetyl Alcohol, dalam Rowe, R.C.,Sheskey, P.J., dan Owen, S.C., Handbook of Pharmaceutical Exipients, 155-156, Pharmaceutical Press: London

Vishwakarma, B., Sumeet, D., Kushagra, D., dan Hemant, J. 2011. Formulation And Evaluation of Herbal Lipstick. International Journal of Drug Discovery & Herbal Research.